evaluasi organ jantung

42
Nama : Befya Rahma wulandari NPM : 0906552851 Tugas Individu Farmakoterapi II Pemeriksaan Organ Jantung Pemeriksaan organ jantung ada yang bersifat invasif dan non- invasif. Pemeriksaan yang bersifat invasif artinya ada alat yang masuk ke dalam tubuh pasien. Pemeriksaan yang bersifat invasif biasanya tergolong pemeriksaan canggih. Contohnya adalah Kateterisasi jantung dan Elektrofisiologi jantung. pemeriksaan yang bersifat non-invasif artinya tidak melukai tubuh, atau tidak ada alat yang masuk ke tubuh Anda. Contoh yang sederhana adalah EKG, Treadmill, dan Ekokardiografi. Yang lebih canggih misalnya CT scan dan MRI jantung. Elektrokardiografi (EKG) EKG merupakan pemeriksaan jantung paling sederhana, paling tua dan paling murah. Prinsip pemeriksaan EKG adalah merekam aktivitas listrik jantung. Pengertian elektrokardiografi berdasarkan katanya, aktivitas listrik (=elektro), jantung (=kardio), pencatatan atau pemeriksaan (=grafi). Ada EKG resting, yaitu EKG yang dilakukan sambil pasien berbaring atau istirahat. Ada EKG dengan stres atau beban yang lebih dikenal sebagai tes Treadmill. Pada pemeriksaan ini pasien direkam aktivitas listriknya sambil berjalan atau berlari di atas mesin treadmill. Ada juga Holter EKG, yaitu perekaman EKG selama 24 jam.

Upload: sri-puji-astuti

Post on 02-Dec-2015

251 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas individu farmakoterapi 2

TRANSCRIPT

Nama : Befya Rahma wulandari

NPM : 0906552851

Tugas Individu Farmakoterapi II

Pemeriksaan Organ Jantung

Pemeriksaan organ jantung ada yang bersifat invasif dan non-invasif. Pemeriksaan yang

bersifat invasif artinya ada alat yang masuk ke dalam tubuh pasien. Pemeriksaan yang bersifat

invasif biasanya tergolong pemeriksaan canggih. Contohnya adalah Kateterisasi jantung dan

Elektrofisiologi jantung. pemeriksaan yang bersifat non-invasif artinya tidak melukai tubuh, atau

tidak ada alat yang masuk ke tubuh Anda. Contoh yang sederhana adalah EKG, Treadmill, dan

Ekokardiografi. Yang lebih canggih misalnya CT scan dan MRI jantung.

Elektrokardiografi (EKG)

EKG merupakan pemeriksaan jantung paling sederhana, paling tua dan paling murah.

Prinsip pemeriksaan EKG adalah merekam aktivitas listrik jantung. Pengertian elektrokardiografi

berdasarkan katanya, aktivitas listrik (=elektro), jantung (=kardio), pencatatan atau pemeriksaan

(=grafi). Ada EKG resting, yaitu EKG yang dilakukan sambil pasien berbaring atau istirahat.

Ada EKG dengan stres atau beban yang lebih dikenal sebagai tes Treadmill. Pada pemeriksaan

ini pasien direkam aktivitas listriknya sambil berjalan atau berlari di atas mesin treadmill. Ada

juga Holter EKG, yaitu perekaman EKG selama 24 jam.

Rekaman listrik jantung yang dihasilkan EKG dapat memberi petunjuk adanya beberapa

kelainan jantung, seperti :

1. Gangguan irama jantung

2. Penyakit jantung koroner

3. Serangan jantung

4. Penebalan otot jantung dan pembesaran rongga jantung

Kerja utama jantung ialah memompa darah. Bahasa medisnya ialah kontraksi. Kontraksi

dapat terjadi karena adanya aktivitas listrik jantung. Aktivitas listrik inilah yang akan direkam

oleh EKG. Jantung yang normal akan memberikan gambaran rekaman dengan pola tertentu. Pola

rekaman yang tidak normal mengindikasikan adanya kelainan jantung.

Sebelum melakukan pemeriksaan EKG tidak ada hal khusus yang harus dilakukan. Pasien

hanya harus rileks dan nyaman. Pasien juga diharapkan tidak habis melakukan aktivitas berat dan

tidak habis minum kopi, karena hal tersebut dapat mempengaruhi laju jantung. sebaiknya pasien

juga tidak meminum air dingin sebelum pemeriksaan, karena dapat merubah gambaran pola

rekaman salah satu gelombang EKG. Saat pemeriksaan pasien akan diminta melepaskan segala

barang logam, agar perekaman memberikan hasil yang optimal. Pasien diminta berbaring dan

akan dipasang elektroda di kedua kaki, lengan dan dada. Pemeriksaan umumnya berlangsung

selama 5-10 menit.

Gambar 1. Alat EKG

Pada EKG kita hanya akan melihat dan menilai 3 komponen yaitu gelombang, segmen,

dan interval. Masing-masing memiliki nilai normal dan arti tersendiri.

Gelombang yaitu gelombang P, QRS, T, dan U. Semuanya memiliki, durasi,

amplitudo, dan morfologi

Segmen yaitu garis lurus (horizontal) diantar 2 gelombang. Terdapat 3 segmen pada

EKG yaitu segmen PR, segmen ST, dan segmen TP

- Segmen PR : garis lurus diantara gelombang P dan kompleks QRS

- Segmen ST : garis lurus diantara kompeks QRS (tepatnya setelah gelombang S) dan

gelombang T

- Segmen TP : garis lurus diantara gelombang T dan P

Interval yaitu jarak antara awal sebuah gelombang dengan awal atau akhir gelombang

berikut. Terdapat 2 interval PR dan interval QT

- Interval PR : interval antara awal gelombang p dengan awal kompleks QRS

- Interval QT : interval antara awal kompleks QRS dan akhir gelombang T

Gambar 2. Gelombang, segmen,dan interval pada EKG

Pada EKG terlihat bentuk gelombang, segmen dan interval dengan urutan munculnya

pada EKG, dimulai dari gelombang P, interval PR, kompleks QRS, segmen ST, gelombang T,

dan gelombang U (tidak selalu muncul). Pada EKG normal gelombang khas yang muncul seperti

P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem

hantaran dan miokardium. Gelombang – gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala

waktu horisontal dan voltase vertikal.

Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut:

a. Gelombang P

Adalah gelombang yang timbul/ terekam akibat depolarisasi atrium. Gelombang P

menggambarkan depolarisasi kedua atrium yang berlangsung cepat dan hampir stimultan. Jadi

urasinya pun akan sempit. Gelompang P dalam keadaan normal berbentuk melengkung dan

arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran.Gelombang P lebih jelas terlihat di sadapan II dan

V1.

b. Interval PR

Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Periode ini

menggambarkan konduki potensial aksi melewati nodus AV, berkas HIS, kedua cabang dan

serabut purkinje. Nilai normal interval PR adalah o,12 – 0,20 detik. Dalam interval ini

tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus AV.

Perpanjangan interval PR yang abnormal menandakan adanya gangguan hantaran impuls,

yang disebut bloks jantung tingkat pertama.

c. Kompleks QRS

Kompleks QRS merupakan defleksi/ gelombang yang timbul akibat depolarisasi ventrikel

kanan dan kiri. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak massa otot yang harus dilalui

oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar cukuop cepat, normalnya lamanya komplek

QRS adalah antara 0,05- 0,11 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang

disebut sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan melebarkan kompleks

ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia juga akan memperlebar

dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran

impuls melalui ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo

kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama

massa depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi

gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada elektrokardiografi.

Gambar 3. Variasi Kompleks QRS

d. Segmen ST

Segmen St menggambarkan kondisi belum berubahnya polarisasi antara akhir polarisasi

(kompleks QRS dan awal repolarisasi ventrikel (gelombang T). Interval ini terletak antara

gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap awal repolarisasi ventrikel

terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pada EKG.

Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan

peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan menurunkan

segmen ST.

e. Gelombang T

Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal gelombang T

ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T

berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan

mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T. Gelombang T tampak lebih dominan

di sadapan prekordial (terutama prekordial kanan) dibandingkan sadapan ekstemitis.

f. Interval QT

Interval ini periode sistol elektrik ventrikel diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir

gelombang T, meliputi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Paling baik diukur di prekordial

kanan karena gelombang T memang paling tampak jelas di lokasi ini. Laju denyut jantung

mempengaruhi interval QT. Karena itu, interval QT perlu dikoreksi terhadap laju denyut

jantung (corrected QT). Interval QT rata – rata adalah < 0.46 detik sedangkan cQT kurang

dari 0,44 detik, dengan rincian laki-laki < 0,39 detik, perempuan < 0,41 detik dan bervariasi

sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat – obat

antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).

e. Gelombang U (kadang tidak terlihat)

Gelombang U merupakan potensial dengan amplitudo rendah yang timbul setelah gelombang

T. Gelombang U biasanya lebih jelas terlihat di V2-V3. Hipotesis terjadinya gelombang U

masih kontroversial. Salah satunya adalah akibat repolarisasi serabut purkinje.

Sistematika Interpretasi EKG :

Langkah 1 tentukan irama

Langkah 2 Tentukan laju QRS

Langkah 3 tentukan aksis QRS

Langkah 4 Nilaimorfologi gelombang P

Langkah 5 Nilai interval PR

Langkah 6 Nilai kompleks QRS

Langkah 7 Nilai segmen ST

Langkah 8- Nilai morfologi gelombang T

Tabel 1. Gambaran penyakit karena abnormalnya hasil EKG

Interpretasi Hasil EKG

1. Infark Miokard (IM) dan Iskemik Miokard (MI)

v

Gambar 4. Hasil EKG dari penyakit Infark miokard dan Iskemik miokard

Iskemik Miokard (MI) ditandai dengan depresi segmen ST atau gelombang T yang terbalik

dan Infark Miokard (IM) ditandai dengan pada fase awal terjadinya infark ditandai gelombang T

yang tinggi sekali (hiperakut T), pada fase sub akut ditandai T terbalik lalu, pada fase akut

ditandai ST elevasi. Pada fase lanjut (old) ditandai dengan terbentuknya gelombang Q patologis.

Tetapi untuk gambaran Infark miokard yang paling sering terdeteksi adalah elevasi (tinggi)/

depresi (rendah) segmen ST dan gelombang T yang tinggi.

2. Miokarditis

Miokarditis adalah inflamasi otot jantung karena infeksi, khususnya virus. Inflamasi ini

akhirnya menyebabkan kelemahan global dan dilatasi otot jantung yang menyebabkan gagal

jantung parah (kardiomiopati terdilatasi). Gambaran EKG miokarditis meliputi Sinus takikardia,

perubahan segmen ST dan gelombang T, atau ventrikel aritmia.

3. Henti Jantung

Henti jantung merupakan hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk

mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ

vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Henti jantung pada

dewasa akibat aritmia. Terdiri dari 4 kelainan irama jantung yaitu fibrilasi ventrikel (VF),

takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA), dan asistol.

a. VF (fibrilasi ventrikel)

Kerusakan ventrikel listrik dimana jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya (jantung hanya bergetar)

b. VT (Thakikardia Ventrikel)

Merupakan gangguan otomatisasi pembentukan impuls) ataupun akibat adanya gangguan

konduksi

c. PEA (Pulseless Electrical Activity)

Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas

atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur

dan nadi tidak teraba.

d. Asystole

Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan pada

monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus.

4. Aritmia Jantung

Hilangnya ritme jantung terutama ketidakteraturan pada detak jantung

a. Takikardia : Denyut jantung lebih dari 150 kali/menit

1. Sinus takikardia

2. Atrial Takikardia

3. Atrial Flutter (gelepar atrial)

4. Atrial Fibrilasi

b. Bradikardia

1. Sinus Bradikardia

2. Atrio-Ventrikuler (AV) blok derajat 1

3. AV blok derajat 2 tipe Mobitz 1 (Wenchenbach)

Pengaruh Elektrolit Pada Jantung

Elektrolit memiliki peranan yang sangat penting pada otot jantung. Kelebihan atau

kekurangan jumlah elektrolit akan menyebabkan perubahan pada elektrofisiologi jantung yang

akan mengakibatkan perubahan dalam rekam jantung / EKG. Elektrolit yg penting bagi otot

jantung antara lain Na, K, Ca, Mg.

1. Hiperkalemia

2. Hipokalemia

3. Hipokalsemia

4. Hiperkalsemia

Rekaman EKG sangat bermanfaat memberikan informasi tentang berbagai kelainan

jantung. Meskipun demikian tidak semua kondisi jantung bias dinilai dengan EKG. Misalnya,

EKG tidak dapat menilai kemampuan kontraksi atau pompa jantung. artinya dokter jantung tidak

dapat menentukan apakah pompa jantung masih baik atau tidak dengan melihat EKG. Selain itu

EKG tidak dapat menentukan ada tidaknya kebocoran katup jantung dan penyempitan katup

jantung.

Ekokardiografi

Ultrasonografi adalah pemeriksaan (=grafi) dengan menggunakan gelombang suara

(=sono) atau frekuensi tinggi (=ultra). Ekokardiografi pada dasarnya adalah pemeriksaan struktur

anatomi dan fungsi jantung dengan mesin USG. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat bagi seorang

dokter jantung, karena memberikan informasi yang lengkap mengenai kondisi jantung dan

berbagai kelainan yang mendasarinya. Anda membutuhkan tes ini apabila Anda mengalami nyeri

dada atau lengan atas yang tidak diketahui penyebabnya, murmur jantung, serangan jantung,

kelainan jantung, dan/atau riwayat penyakit jantung sebelumnya.

Gambar 8. Ekokardiografi

Echocardiography dapat memberikan informasi tentang hal-hal sebagai berikut :

Pembesaran jantung(kardiomegali) yang dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi,

kebocoran katup jantung atau gagal jantung.

Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat memompa darah

dengan sempurna. Kelemahan otot jantung dapat terjadi akibat tidak memperoleh

aliran darah dengan baik karena penyakit jantung koroner.

Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit jantung bawaan seperti

pada kebocoran sekat-sekat jantung.(VSD, ASD) kelainan katup dan pembuluh darah

besar serta berbagai kelainan yang telah ditemukan sejak janin dalam kandungan.

Secara umum ada 4 jenis Ecocardiography yang sering dilakukan yakni :

1. Transthoracal Echocardiography (TTE)

Merupakan salah satu jenis Echocardiography yang paling sering dilakukan. Tidak terasa

sakit. alat transduser (penerima gelombang suara) diletakan dibeberapa tempat tertentu di

atas dinding dada dengan mengirimkan gelombang suara yang dikonversi oleh komputer

menjadi gambar yang terlihat digambar monitor. Namun memiliki keterbatasan pada

keadaan tertentu seperti pasien yang memiliki deformitas dada, emfisema, gemuk, serta

tidak mampu dalam evaluasi ruang seperti apendik atrium.

2. Transsesophageal Echocardiography (TEE)

Digunakan untuk melihat secara teliti struktur yang lebih dalam seperti aorta dan septum

atrium atau katup-katup jantung pada saat operasi atau pada saat dilakukan tindakan

intervensi penutupan ASD atau VSD. Transduser diletakkan pada ujung alat endoskopi.

Dengan cara ini transduser dimasukkan melalui esophagus sampai ke lambung, dan

evaluasi jantung dilakukan dari belakang. Hasil yg didapat adalah gambaran struktur

jantung yang lebih jelas dari pada ETT, karena transduser dilengkapi dengan frekuensi

yang relatif lebih tinggi, sedangkan jarak lebih dekat dan jaringan pemisah antara

transduser dengan target dapat diabaikan. Tetapi pemeriksaan ini kurang mengenakkan

pasien karena harus menelan probe meskipun sudah diberikan anastesi lokal.

3. Stress Echocargraphy

Pemeriksaan ini dilakukan dengan exercise atau makan obat untuk meningkatkan fungsi

dan denyut jantung. Beberapa kelainan atau penyakit jantung koroner lebih mudah

didiagnosis dengan teknik ini. Stress Echocardiography kadang-kadang terjadi efek

samping obat-obatan yang digunakan seperti denyut jantung yang bertambah cepat.

umumnya tidak ada komplikasi yang serius.

4. Fedal Echocargraphy (janin)

Pemeriksaan ini dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai janin dengan resiko atau

dicurigai menderita penyakit jantung bawaan. Biasanya dapat dilakukan mulai kehamilan

18 – 22 minggu.

Pada umumnya, penggunaan ekokardografi dikatakan tepat untuk diagnosis pendahuluan

ketika terjadi perubahan status klinis atau ketika hasil ekokardigram diantisipasi untuk perubahan

penanganan pasien. Sedangkan, penggunaan ekokardiografi dikatakan tidak tepat untuk tes rutin

ketika tidak ada perubahan klinis atau ketika hasil tes tidak mengarah pada modifikasi

manajemen pasien. Berikut ini adalah beberapa indikasi yang dikatakan tepat untuk

menggunakan ekokardiografi,

a. Transthoracic echocardiography (TTE)

1. Untuk Evaluasi Umum terhadap Struktur dan Fungsi Jantung

contoh: aritmia, hipertensi paru.

2. Untuk Evaluasi Kardiovaskular pada Keadaan Akut

contoh: iskemia atau infark miokard, evaluasi fungsi ventrikel pasca sindrom koroner

akut

3. Untuk Evaluasi Fungsi Katup

contoh: stenosis katup, endokarditis infektif

4. Untuk Evaluasi Struktur dan Ruang Intrakardiak dan Ekstrakardiak

contoh: diduga terjadi pembesaran jantung, diduga kondisi pericardium, penuntun

prosedur perkutan nonkoroner jantung termasuk, namun tidak terbatas pada

pericardiocentesis, septal ablation, atau biopsi ventrikel kanan.

5. Untuk Evaluasi Penyakit Aorta

6. Untuk Evaluasi Hipertensi, Gagal Jantung atau Kardiomiopati

7. Untuk Penyakit Jantung Kongenital pada Pasien Dewasa

b. Transesophageal echocardiography (TEE)

1. Sebagai tes pendahuluan atau tambahan pada penggunaan umum

contoh: penuntun selama intervensi perkutan non koroner jantung.

2. Sebagai tes pendahuluan atau tambahan pada penyakit katup

contoh: evaluasi struktur dan fungsi katup untuk menilai kesesuaian dan membantu

dalam perencanaan dan intervensi; untuk mendiagnosis endokarditis infektif, di mana

probabilitas endokarditis tinggi.

3. Sebagai tes pendahuluan atau tambahan pada kejadian embolik.

contoh: evaluasi kardiovaskular sebagai sumber embolus, di mana sebelumnya

sumber nonkardiak tidak teridentifikasi.

4. Sebagai tes pendahuluan pada keadaan fibrilasi/flutter Atrium

contoh: evaluasi untuk memfasilitasi pengambilan keputusan klinik dengan

memperhatikan antikoagulan, kardioversi dan/ atau ablasi radiofrekuensi.

c. Stress echocardiography

1. Untuk mendeteksi penyakit arteri koroner atau penilaian risiko pada keadaan

simptomatik atau keadaan yang ekuivalen dengan iskemia.

2. Untuk mendeteksi penyakit arteri koroner atau penilaian risiko pada keadaan

asimptomatik pada populasi pasien dengan komorbiditas tertentu seperti baru

terdiagnosis gagal jantung atau difungsi sistolik ventrikel kiri, aritmia, syncope, atau

peningkatan troponin tanpa gejala atau bukti tambahan sindrom koroner akut.

3. Untuk keadaan di mana:

a. Nilai Treadmill ECG Stress Test tinggi atau menengah

b. Kalsium koroner > 400

c. Stenosis arteri koroner belum jelas signifikansinya dengan angiografi koroner.

2. Untuk penilaian risiko:

a. Evaluasi perioperatif untuk bedah nonkardiak tanpa kondisi aktif jantung

b. Dalam 3 bulan sindrom koroner akut.

c. Pasca Revaskularisasi

3. Untuk penilaian iskemia

4. Hemodinamik untuk penyakit katup kronik asimptomatik dan simptomatik.

Memahami Hasil Ekokardiografi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam laporan ekokardiografi adalah:

1. Tanggal prosedur

Apakah laporan berisi status pasien saat ini?

2. Alasan untuk tes

a. Bila dinyatakan: apakah pertanyaan klinik telah terjawab?

b. Bila tidak dinyatakan: apakah alasan dilakukannya TTE tertulis pada lembar permintaan?

3. Kualitas gambar

Dapat bervariasi dari gambar terbaik hingga yang tidak dapat diinterpretasi.

Pada studi yang secara teknik sulit, patologi yang “Not seen” tidak perlu diartikan “Not

present”

4. Laju dan ritme jantung

5. Ukuran ruang jantung

6. Hipertrofi

7. Fungsi ventrikel kanan

8. Fungsi sistolik ventrikel kiri

Tingkat 1 (normal) sampai 4 (abnormal yang parah)

Tingkat 2 bisa dikatakan “normal” pada fibrilasi atrium

Tingkat 1 bisa dikatakan “abnormal” pada regurgitasi mitral.

9. Fungsi diastolik ventrikel kiri

10. Katup (morfologi, regurgitasi, stenosis)

11. Gumpalan atau trombus

12. Defek septal atrium atau ventrikel

13. Perikardium

14. Penemuan lain, seperti:

Abnormalitas kardiak congenital

Pembesaran aorta atau aneurism

Effusi pleura

Pembengkakan di hati (Hepatic masses)

Pembengkakan ekstrakardiak yang menekan jantung.

Kesimpulan, meliputi penemuan yang penting terkait jantung, saran untuk follow-up atau

investigasi lainnya serta nasihat terapi, namun keputusan klinik dibuat oleh dokter yang

mengetahui kondisi pasiennya.

Gambar 9. Hasil Pemeriksaan Ekokardiografi

Chest X Ray (Foto Torax)

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari

thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi torax, isi, dan struktur-sruktur

di dekatnya. Foto torax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk X-Ray. Dosis radiasi yang

digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding

thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru,

jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering

terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit  paru yang terkait

dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh

debu. Biasanya dokter akan menyuruh pasien melakukan foto torax ketika pasien mengalami

gejala batuk yang sering, batuk berdarah, nyeri dada, kesulitan bernafas, penyakit tuberculosis,

kanker paru, atau penyakit paru dan dada lainnya.

Secara umum kegunaan foto thorax/CXR adalah :

- untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)

- untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)

- untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)

- untuk memeriksa keadaan jantung

- untuk memeriksa keadaan paru-paru

Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif 

tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior (PA),

anteroposterior (AP) dan lateral.

1. Posteroanterior (PA)

Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (belakang)

dari thorax dan keluar dari anterior (depan) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk

mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan

detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standard, dan

pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.

Gambar 10. Posisi pengambilan foto torax secara posterior aterior (PA)

2. Anteroposterior (AP)

Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray lebih

sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada situasi dimana

sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak bisa bangun

dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray digunakan untuk mendapatkan CXR

berbaring (“supine film”). Sebagai hasilnya kebanyakan supine film adalah juga AP.

Gambar 11. Posisi pengambilan foto torax secara anterior pasterior (AP)

3. Lateral

Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA namun pada lateral

pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar

(flat).

Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :

1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)

Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis), infeksi

(pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s granulomatosis, rheumatoid arthritis. 

Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis.

Nodul juga dapat multiple.

2. Kavitas

Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker,

emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri

anaerob dan jamur, dan wegener’s granulomatosis.

3. Abnormalitas pleura.

Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat

terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan lymphangioleiomyomatosis.

Walaupun CXR ini merupakan metode yang murah dan relatif aman namun  ada

beberapa kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan hasil CXR normal misalnya

pada pasien infark miokard akut yang dapat memberikan gambaran CXR yang normal.

Gambar 12. Hasil rontgen jantung normal (kiri) dan pembesaran jantung (kanan)

Gambaran hasil foto torax pada organ jantung biasanya hanya bisa melihat perbesaran

pada jantung (kardiomegalli). Pembesaran pada jantung dapat dihitung dengan :

Jika ternyata hasil menunjukkan hasil sama dengan atau lebih dari 50%, menunjukkan terjadi

perbesaran pada jantung. Jika pada foto torax terlihat kardiomegalli, biasanya dokter akan

menyarankan pasien untuk pemeriksaan dengan instrumen lain yang lebih bisa mendeteksi

penyakitnya seperti EKG, Ekokardiograf, CT Scan, dll.

CT Scan

CT-scan umumnya menggunakan sinar X, dan gambar yang dihasilkan diolah dengan

komputer untuk menghasilkan gambar dalam irisan-irisan (slices). Mekanismenya adalah

menggunakan radiasi pengion untuk mengkonstruksi pencitraan penampang melintang jantung.

Pemeriksaan ini digunakan terutama untuk melihat kondisi pembuluh koroner. CT scan sangat

baik dalam mendeteksi penyakit aorta dada, deseksi dan penyakit perikardium. Digunakan

sebagai pendeteksi keberadaan sejumlah kecil kalsium yang terdapat pada arteri koroner yang

merupakan indikator aterosklerosis.

Pemeriksaan CT-scan jantung dilakukan dengan dan tanpa penyuntikan zat kontras.

Pemeriksaan dengan penyuntikan kontras disebut juga Coronary Computerized Tomography

Angiography (CCTA), atau CT angiografi. Angiografi artinya melihat kondisi pembuluh darah

dengan menggunakan sinar X dan zat kontras. Pemeriksaan standar baku untuk angiografi

koroner adalah kateterisasi jantung. CT angiografi merupakan alternatif pemeriksaan pembuluh

koroner dengan metode yang non-invasif (tanpa memasukkan alat ke dalam tubuh). CT-scan

jantung tanpa kontras disebut juga pemeriksaan skor kalsium koroner.

Jadi, umumnya dokter akan meminta Anda melakukan CT-scan jantung bila Anda :

memiliki tingkat resiko koroner sedang dengan keluhan nyeri dada yang mencurigakan

hasil tes treadmill yang tidak dapat disimpulkan

Dokter tidak akan meminta pemeriksaan CT-scan jantung jika Anda telah (hampir) pasti

menderita penyakit jantung koroner, seperti:

hasil tes treadmill positif bermakna, atau

memiliki tingkat resiko koroner tinggi, atau

sudah ada riwayat serangan jantung atau tindakan jantung (pemasangan stent atau operasi

bypass jantung) sebelumnya

Pada kasus-kasus di atas, dokter akan langsung melakukan kateterisasi jantung.

Hal pertama yang ditunjukkan CT-scan jantung adalah skor kalsium. CT-scan

menghitung jumlah deposit kalsium (kapur) di dalam pembuluh koroner. Makin banyak kalsium

dalam pembuluh koroner, makin tinggi skor kalsium, makin tinggi resiko kejadian koroner di

kemudian hari. Hal berikutnya yang ditunjukkan CT-scan jantung adalah adanya plak dan derajat

penyempitan pembuluh koroner.

Gambar 13. Hasil Pemeriksaan CT Scan. Warna putih menunjukkan plak kalsium pada pembuluh darah koroner (panah), lesi diperkirakan dapat menyebabkan pengurangan diameter

pembuluh sampai 65-70%,

MRI

MRI atau Magnetic Resonance Imaging adalah pemeriksaan dengan menggunakan

gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar organ dan jaringan tubuh. MRI

jantung memberi informasi hampir seperti ekokardiografi. Tetapi karena mahal, pemeriksaan ini

masih jarang dilakukan. MRI menggunakan magnet yang sangat kuat (0,5-1,5 tesla).

Mekanisme : medan magnet yang kuat akan menangkap proton-proton ditubuh atau digunakan

zat pengkontras. Zat kontras seperti gadolinium dapat disuntikan secara intravena untuk

meningkatkan gambaran MRI.

Keuntungan dibadingkan dgn CT scan :

1. Memberikan gambaran detail anatomi degan jelas

2. Pemeriksaaan fungsional seperti difusi, perfusi dan spektroskopi

3. Memeberikan gambaran potongan melintang. Tegak dan miring tanpa mengubah posisi

pasien

4. Tidak mengunakan radiasi pengion

MRI jantung dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit jantung koroner,

dapat menilai kondisi otot jantung, menilai viabilitas otot jantung, menilai selaput jantung

(pericardium), memeriksa kelainan katup jantung dan kelainan jantung bawaan.

Hal yang harus diperhatikan :

1. Zat pengontras dapat menyebabkan rasa mual, pusing, rasa melayang, tetapi tidak

sampai menyebabkan gangguan hati dan ginjal

2. Pada saat pemeriksaan, benda-benda logam harus dilepas

3. Informasikan dokter anda bila anda menggunakan alat-alat yang ditanam di dalam

tubuh

4. Informasikan dokter anda bila anda takut terhadap ruangan sempit

Gambar 14. Hasil MRI pasien yang sebelumnya mengalami serangan infrak miokard. Dengan

dinding ventrikel jantung (merah) disusupi simpanan lemak (kuning) yg dapat memperburuk

keadaan

Kateterisasi

Kateterisasi jantung adalah sekelompok pemeriksaan yang menggunakan kateter yang

dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk menilai kondisi jantung dengan menggunakan sinar

X. Kateterisasi jantung terbanyak bertujuan memeriksa pembuluh koroner.

Dasar pemeriksaan kateterisasi jantung sangat sederhana, semacam slang kecil berukuran

diameter sekitar 2 mm, dimasukkan sampai ke pangkal pembuluh koroner. Melalui kateter ini

kemudian disuntikkan zat kontras sehingga pembuluh koroner dapat terlihat dan dibuat film

dengan menggunakan sinar X. jika terjadi penyempitan atau penyumbatan pembuluh koroner,

akan tampak pada film.

Kateterisasi jantung juga dapat memeriksa tekanan dan saturasi oksigen ruang-ruang

jantung dan pembuluh darah besar (aorta, paru, dan vena kava). Pemeriksaan bertujuan untuk

diagnostik dan persiapan tindakan lebih lanjut pada penyakit jantung bawaan dan katup jantung

tertentu.

Dokter akan me nyuntikkan obat bius di pergelangan tangan atau lipat paha. Kemudian

memasukkan kateter melalui pembuluh darah. Alat perekam film yang merupakan sinar X akan

bergerak ke beberapa arah untuk mengambil film gambaran pembuluh koroner. Setelah semua

gambar terekam, dokter akan mngeluarkan kembali kateter dan mencabut sheath.

Gambar 15. Kateterisasi

Elektrofisiologi Jantung

Elektrofisiologi jantung merupakan prosedur yang bersifat invasif. Invasif artinya ada

alat yang dimasukkan ke dalam tubuh saat prosedur pemeriksaan. Elektrofisiologi jantung juga

menilai aktivitas listrik jantung seperti EKG. Bedanya, EKG merekamnya dari luar,

elektrofisiologi merekamnya langsung dari dalam jantung. Bedanya lagi, EKG merekam

aktivitas listrik jantung apa adanya, elektrofisiologi memberikan stimulasi tertentu untuk melihat

ada tidaknya irama jantung yang tidak normal.

Elektrofisiologi jantung merupakan pemeriksaan penunjang lanjutan bagi pasien

dengan aritmia (gangguan irama jantung) yang bertujuan untuk mengetahui penyebab aritmia

dan menentukan penanganan lebih lanjut. Karena ini adalah pemeriksaan yang bersifat invasif

tentu pasien telah dilakukan pemeriksaan penunjang yang lebih sederhana dan aman sebelumnya,

yaitu EKG dan  Holter EKG.

Pemeriksaan elektrofisiologi dilakukan bila Anda memiliki keluhan debar-debar dan atau

riwayat pingsan, dan pada pemeriksaan EKG dan atau Holter terdapat gangguan irama jantung

yang diduga merupakan penyebab timbulnya keluhan. Banyak gangguan irama jantung yang

sifatnya ringan dan tidak membahayakan jiwa. Jenis aritmia seperti ini biasanya tidak

memerlukan terapi maupun tindakan apapun. Jenis aritmia tertentu menyebabkan gejala yang

bermakna, dan sebagian dapat mengancam jiwa. Jenis seperti ini memerlukan obat, dan sebagian

memerlukan tindakan ablasi (‘membakar’ sumber gangguan irama tersebut dengan energi yang

dihasilkan gelombang radiofrequency).

Elektrofisiologi jantung adalah pemeriksaan penunjang sebelum tindakan ablasi.

Pemeriksaan ini memberikan informasi penting bagi tindakan ablasi yaitu penyebab gangguan

irama, lokasi sumber gangguan, dan penanganan terbaik terhadap gangguan irama jantung

tersebut.

Sebelum prosedur, dokter akan meminta Anda untuk menghentikan konsumsi obat

antiaritmia selama beberapa hari. Prinsip pemeriksaan elektrofisiologi adalah mencari lokasi

sumber gangguan irama dengan cara menstimulasi jantung untuk mencetuskan gangguan irama

jantung (secara buatan dan aman tentunya). Jika Anda masih meminum obat antiaritmia, akan

sulit untuk mencetuskan gangguan irama tersebut.

Anda biasanya juga harus berpuasa beberapa jam sebelum prosedur. Anda akan dibawa

masuk ke dalam ruang khusus yaitu ruang kateterisasi jantung ( cathlab ) . Dokter akan

memasukkan kateter (semacam slang kecil) melalui pembuluh nadi lipat paha sampai ke jantung.

Ujung kateter diperlengkapi dengan sensor yang dapat menilai sistem konduksi (aliran) listrik

jantung Anda. Ujung kateter tertentu juga dapat menstimulasi jantung untuk mencari sumber dan

mencetuskan irama jantung yang tidak normal.

Tambahan Aneurism

Aneurism merupakan kondisi pelebaran pembuluh darah, seringnya arteri, dikarenakan

melemahnya dinding arteri. Dinding arteri yang melemah pada akhirnya akan membentuk

kantung. Walaupun pelebaran pembuluh darah dapat menekan organ penting, komplikasi paling

berbahaya pada aneurism adalah pecahnya aneurisma ketika meningkat pada ukuran tertentu dan

mengakibatkan pendarahan.

Gambar 16. Aneurisma

Secara umum aneurisma dibagi 2 berdasarkan tempat terjadinya :

1. Aneurisma Otak, terjadi di otak.

2. Aneurisma Aorta, dapat terjadi di perut dan dada.

Faktor resiko aneurisma adalah :

1. Kelemahan dinding arteri, biasanya bawaan dari lahir.

2. Ateroskeloris, Plak yang terbentuk pada dinding arteri membuat arteri menjadi

kurang fleksibel dan tekanantambahandapat menyebabkan arteri melemah dan

timbul benjolan. Tekanan darah tinggi dankolesterol tinggimerupakan faktor

risiko untukpengerasan arteri.

3. Hipertensi, Peningkatan tekanan darah dapat merusak pembuluhdarah dalam

tubuh dan meningkatkankemungkinan berkembangnya aneurisma.

4. Vaskulitis, adanya infeksi di aorta.

5. Merokok, menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, dan memperparah aneurisma.

Faktanya wanita yang merokok memiliki peluang 4x lebih besar untuk terkena

abdominal aortic aneurysm.

6. Marfan sindrom, merupakan kelainan genetik pada jaringan ikat. (faktor resiko

spesifik torakalis aorta aneurisma)

Aneurisma Aorta adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan munculnya

penonjolan atau pembengkakan pada aorta yang disebabkan oleh lemahnya dinding arteri pada

aorta. Aorta adalah pembuluh arteri utama pada tubuh yang membawa darah yang mengandung

oksigen dari jantung keseluruh tubuh. Kebanyakan aneurisma aorta tidak menunjukkan adanya

gejala dan baru diketahui ketika dilakukan pemeriksaan kesehatan. Hal ini dapat mengancam

keselamatan jiwa apabila arteri pecah, karena dapat menimbulkan rasa nyeri yang sangat parah

dan pendarahan internal yang sangat hebat. Tanpa perawatan yang tepat, hal ini dapat

menyebabkan terjadinya kematian dini.

Berdasarkan tempat terjadinya ada 2 jenis aneurisma aorta yaitu :

1. Aneurisma Aorta Abdominalis, merupakan jenis aneurisma aorta yang

paling sering terjadi. Aneurisma terjadi pada aorta yang menuju perut.

Gambar. Aneurisma aorta abdominalis

2. Aneurisma Aorta Torakalis, terjadi pada aorta di dada.

Gambar. Aneurisma aorta torakalis

Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi kondisi ini antara lain angiografi,

CT scan, MRI, dan ekokardiografi.

Gambar. Hasil CT scan aortic aneurysm

Pengobatan

Jika masih berukuran kecil, dokter mungkin saja tidak akan melakukan tindakan,

melainkan hanya memantau kondisi ini. Jika aneurisma semakin besar, maka umumnya tindakan

operasi akan dibutuhkan. Jika aneurisma berada dalam perut, maka dokter dapat melakukan

operasi aneurisma aorta abdominal endovascular. Untuk aneurisma aorta dada, operasi

dianjurkan ketika aneurisma berukuran 5 cm atau lebih besar. Aneurisma otak juga diobati

dengan operasi. Obat-obat tertentu juga diperlukan untuk pengobatan aneurisma otak yang

terutama digunakan agar aneurisma otak tidak pecah. Obat-obatan tersebut termasuk calcium

channel blockers, anti-kejang, penghilang rasa sakit, dll. Aneurisma bisa dicegah dengan

mengontrol tekanan darah dan menjaga tingkat kolesterol pada tingkat yang sehat.

Aneurisma Jantung

Aneurisma jantung (cardiac aneurysm) adalah penggelembungan abnormal atau

aneurisma yang terjadi pada bagian tipis dinding jantung. Aneurisma jantung dapat terjadi pada

dinding ventrikel atau atrium. Aneurisma atrium adalah penggelembungan pada bagian dinding

salah satu atrium jantung. Jika aneurisma hadir di dinding antar atrium maka dikenal sebagai

aneurisma septum atrium (ASA). ASA dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke dan sering

disertai adanya foramen ovale paten (PFO). Kondisi ini biasanya hadir sejak lahir (kongenital).

Aneurisma ventrikel adalah penggelembungan pada bagian dinding salah satu ventrikel

jantung, biasanya sebelah kiri yang memiliki tekanan terbesar. Jika aneurisma hadir di dinding

antar ventrikel (septum ventrikel), disebut sebagai aneurisma septum ventrikel. Kondisi ini

mungkin hadir sejak lahir (kongenital) atau sebagai komplikasi dari serangan jantung atau

trauma jantung lainnya.

Aneurisma ventrikel kiri, dapat terbentuk setelah infark miokard transmural dan dapat

mengakibatkan pelebaran dinding ventrikel kiri. Umumnya yang mengalami pelebaran dinding

bagian atas, tetapi dinding bagian bawah juga dapat mengalami aneurisma.

Gambar. Aneurisma ventrikel kiri dan diagnostik menggunakan ekokardiografi

Diagnosis

Selain ekokardiografi, aneurisme ventrikel kiri juga dapat didiagnostik dengan EKG.

Elektrokardiogram yang dihasilkan akan mengalami elevasi segmen ST. Bentuk elevasi ST juga

relatif unik dan telah digambarkan sebagai " coving " .

Gambar. Elektrokardiogram pasien Aneurisma ventrikel kiri

Pengobatan

Pemberian antikoagulan sebagai penurunan resiko emboli. Pembedahan dengan

pengangkatan dan digunakan Dacron patch atau dikenal dengan prosedur EVCPP

(endoventricular circular patch plasty).

Daftar Referensi

Karim, S dan Kabo, P. 1996. EKG. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Rubenstein, David., Wayne, David., Bradley, John. 2007. Kedokteran Klinis edisi 6. Erlangga.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta : EGC

Sukandar, dkk. 2010. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan

http://asecho.org/

http://ecg.utah.edu/

http://www.learntheheart.com/cardiology-review/left-ventricular-aneurysm/

http://seputarjantung.com/