evaluasi organ jantung
DESCRIPTION
tugas individu farmakoterapi 2TRANSCRIPT
Nama : Befya Rahma wulandari
NPM : 0906552851
Tugas Individu Farmakoterapi II
Pemeriksaan Organ Jantung
Pemeriksaan organ jantung ada yang bersifat invasif dan non-invasif. Pemeriksaan yang
bersifat invasif artinya ada alat yang masuk ke dalam tubuh pasien. Pemeriksaan yang bersifat
invasif biasanya tergolong pemeriksaan canggih. Contohnya adalah Kateterisasi jantung dan
Elektrofisiologi jantung. pemeriksaan yang bersifat non-invasif artinya tidak melukai tubuh, atau
tidak ada alat yang masuk ke tubuh Anda. Contoh yang sederhana adalah EKG, Treadmill, dan
Ekokardiografi. Yang lebih canggih misalnya CT scan dan MRI jantung.
Elektrokardiografi (EKG)
EKG merupakan pemeriksaan jantung paling sederhana, paling tua dan paling murah.
Prinsip pemeriksaan EKG adalah merekam aktivitas listrik jantung. Pengertian elektrokardiografi
berdasarkan katanya, aktivitas listrik (=elektro), jantung (=kardio), pencatatan atau pemeriksaan
(=grafi). Ada EKG resting, yaitu EKG yang dilakukan sambil pasien berbaring atau istirahat.
Ada EKG dengan stres atau beban yang lebih dikenal sebagai tes Treadmill. Pada pemeriksaan
ini pasien direkam aktivitas listriknya sambil berjalan atau berlari di atas mesin treadmill. Ada
juga Holter EKG, yaitu perekaman EKG selama 24 jam.
Rekaman listrik jantung yang dihasilkan EKG dapat memberi petunjuk adanya beberapa
kelainan jantung, seperti :
1. Gangguan irama jantung
2. Penyakit jantung koroner
3. Serangan jantung
4. Penebalan otot jantung dan pembesaran rongga jantung
Kerja utama jantung ialah memompa darah. Bahasa medisnya ialah kontraksi. Kontraksi
dapat terjadi karena adanya aktivitas listrik jantung. Aktivitas listrik inilah yang akan direkam
oleh EKG. Jantung yang normal akan memberikan gambaran rekaman dengan pola tertentu. Pola
rekaman yang tidak normal mengindikasikan adanya kelainan jantung.
Sebelum melakukan pemeriksaan EKG tidak ada hal khusus yang harus dilakukan. Pasien
hanya harus rileks dan nyaman. Pasien juga diharapkan tidak habis melakukan aktivitas berat dan
tidak habis minum kopi, karena hal tersebut dapat mempengaruhi laju jantung. sebaiknya pasien
juga tidak meminum air dingin sebelum pemeriksaan, karena dapat merubah gambaran pola
rekaman salah satu gelombang EKG. Saat pemeriksaan pasien akan diminta melepaskan segala
barang logam, agar perekaman memberikan hasil yang optimal. Pasien diminta berbaring dan
akan dipasang elektroda di kedua kaki, lengan dan dada. Pemeriksaan umumnya berlangsung
selama 5-10 menit.
Gambar 1. Alat EKG
Pada EKG kita hanya akan melihat dan menilai 3 komponen yaitu gelombang, segmen,
dan interval. Masing-masing memiliki nilai normal dan arti tersendiri.
Gelombang yaitu gelombang P, QRS, T, dan U. Semuanya memiliki, durasi,
amplitudo, dan morfologi
Segmen yaitu garis lurus (horizontal) diantar 2 gelombang. Terdapat 3 segmen pada
EKG yaitu segmen PR, segmen ST, dan segmen TP
- Segmen PR : garis lurus diantara gelombang P dan kompleks QRS
- Segmen ST : garis lurus diantara kompeks QRS (tepatnya setelah gelombang S) dan
gelombang T
- Segmen TP : garis lurus diantara gelombang T dan P
Interval yaitu jarak antara awal sebuah gelombang dengan awal atau akhir gelombang
berikut. Terdapat 2 interval PR dan interval QT
- Interval PR : interval antara awal gelombang p dengan awal kompleks QRS
- Interval QT : interval antara awal kompleks QRS dan akhir gelombang T
Gambar 2. Gelombang, segmen,dan interval pada EKG
Pada EKG terlihat bentuk gelombang, segmen dan interval dengan urutan munculnya
pada EKG, dimulai dari gelombang P, interval PR, kompleks QRS, segmen ST, gelombang T,
dan gelombang U (tidak selalu muncul). Pada EKG normal gelombang khas yang muncul seperti
P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem
hantaran dan miokardium. Gelombang – gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala
waktu horisontal dan voltase vertikal.
Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut:
a. Gelombang P
Adalah gelombang yang timbul/ terekam akibat depolarisasi atrium. Gelombang P
menggambarkan depolarisasi kedua atrium yang berlangsung cepat dan hampir stimultan. Jadi
urasinya pun akan sempit. Gelompang P dalam keadaan normal berbentuk melengkung dan
arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran.Gelombang P lebih jelas terlihat di sadapan II dan
V1.
b. Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Periode ini
menggambarkan konduki potensial aksi melewati nodus AV, berkas HIS, kedua cabang dan
serabut purkinje. Nilai normal interval PR adalah o,12 – 0,20 detik. Dalam interval ini
tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus AV.
Perpanjangan interval PR yang abnormal menandakan adanya gangguan hantaran impuls,
yang disebut bloks jantung tingkat pertama.
c. Kompleks QRS
Kompleks QRS merupakan defleksi/ gelombang yang timbul akibat depolarisasi ventrikel
kanan dan kiri. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak massa otot yang harus dilalui
oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar cukuop cepat, normalnya lamanya komplek
QRS adalah antara 0,05- 0,11 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang
disebut sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan melebarkan kompleks
ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia juga akan memperlebar
dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran
impuls melalui ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo
kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama
massa depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi
gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada elektrokardiografi.
Gambar 3. Variasi Kompleks QRS
d. Segmen ST
Segmen St menggambarkan kondisi belum berubahnya polarisasi antara akhir polarisasi
(kompleks QRS dan awal repolarisasi ventrikel (gelombang T). Interval ini terletak antara
gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap awal repolarisasi ventrikel
terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pada EKG.
Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan
peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan menurunkan
segmen ST.
e. Gelombang T
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal gelombang T
ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T
berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan
mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T. Gelombang T tampak lebih dominan
di sadapan prekordial (terutama prekordial kanan) dibandingkan sadapan ekstemitis.
f. Interval QT
Interval ini periode sistol elektrik ventrikel diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir
gelombang T, meliputi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Paling baik diukur di prekordial
kanan karena gelombang T memang paling tampak jelas di lokasi ini. Laju denyut jantung
mempengaruhi interval QT. Karena itu, interval QT perlu dikoreksi terhadap laju denyut
jantung (corrected QT). Interval QT rata – rata adalah < 0.46 detik sedangkan cQT kurang
dari 0,44 detik, dengan rincian laki-laki < 0,39 detik, perempuan < 0,41 detik dan bervariasi
sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat – obat
antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).
e. Gelombang U (kadang tidak terlihat)
Gelombang U merupakan potensial dengan amplitudo rendah yang timbul setelah gelombang
T. Gelombang U biasanya lebih jelas terlihat di V2-V3. Hipotesis terjadinya gelombang U
masih kontroversial. Salah satunya adalah akibat repolarisasi serabut purkinje.
Sistematika Interpretasi EKG :
Langkah 1 tentukan irama
Langkah 2 Tentukan laju QRS
Langkah 3 tentukan aksis QRS
Langkah 4 Nilaimorfologi gelombang P
Langkah 5 Nilai interval PR
Langkah 6 Nilai kompleks QRS
Langkah 7 Nilai segmen ST
Langkah 8- Nilai morfologi gelombang T
Tabel 1. Gambaran penyakit karena abnormalnya hasil EKG
Interpretasi Hasil EKG
1. Infark Miokard (IM) dan Iskemik Miokard (MI)
v
Gambar 4. Hasil EKG dari penyakit Infark miokard dan Iskemik miokard
Iskemik Miokard (MI) ditandai dengan depresi segmen ST atau gelombang T yang terbalik
dan Infark Miokard (IM) ditandai dengan pada fase awal terjadinya infark ditandai gelombang T
yang tinggi sekali (hiperakut T), pada fase sub akut ditandai T terbalik lalu, pada fase akut
ditandai ST elevasi. Pada fase lanjut (old) ditandai dengan terbentuknya gelombang Q patologis.
Tetapi untuk gambaran Infark miokard yang paling sering terdeteksi adalah elevasi (tinggi)/
depresi (rendah) segmen ST dan gelombang T yang tinggi.
2. Miokarditis
Miokarditis adalah inflamasi otot jantung karena infeksi, khususnya virus. Inflamasi ini
akhirnya menyebabkan kelemahan global dan dilatasi otot jantung yang menyebabkan gagal
jantung parah (kardiomiopati terdilatasi). Gambaran EKG miokarditis meliputi Sinus takikardia,
perubahan segmen ST dan gelombang T, atau ventrikel aritmia.
3. Henti Jantung
Henti jantung merupakan hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk
mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ
vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Henti jantung pada
dewasa akibat aritmia. Terdiri dari 4 kelainan irama jantung yaitu fibrilasi ventrikel (VF),
takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA), dan asistol.
a. VF (fibrilasi ventrikel)
Kerusakan ventrikel listrik dimana jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya (jantung hanya bergetar)
b. VT (Thakikardia Ventrikel)
Merupakan gangguan otomatisasi pembentukan impuls) ataupun akibat adanya gangguan
konduksi
c. PEA (Pulseless Electrical Activity)
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas
atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur
dan nadi tidak teraba.
d. Asystole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan pada
monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus.
4. Aritmia Jantung
Hilangnya ritme jantung terutama ketidakteraturan pada detak jantung
a. Takikardia : Denyut jantung lebih dari 150 kali/menit
1. Sinus takikardia
2. Atrial Takikardia
3. Atrial Flutter (gelepar atrial)
4. Atrial Fibrilasi
b. Bradikardia
1. Sinus Bradikardia
2. Atrio-Ventrikuler (AV) blok derajat 1
3. AV blok derajat 2 tipe Mobitz 1 (Wenchenbach)
Pengaruh Elektrolit Pada Jantung
Elektrolit memiliki peranan yang sangat penting pada otot jantung. Kelebihan atau
kekurangan jumlah elektrolit akan menyebabkan perubahan pada elektrofisiologi jantung yang
akan mengakibatkan perubahan dalam rekam jantung / EKG. Elektrolit yg penting bagi otot
jantung antara lain Na, K, Ca, Mg.
1. Hiperkalemia
2. Hipokalemia
3. Hipokalsemia
4. Hiperkalsemia
Rekaman EKG sangat bermanfaat memberikan informasi tentang berbagai kelainan
jantung. Meskipun demikian tidak semua kondisi jantung bias dinilai dengan EKG. Misalnya,
EKG tidak dapat menilai kemampuan kontraksi atau pompa jantung. artinya dokter jantung tidak
dapat menentukan apakah pompa jantung masih baik atau tidak dengan melihat EKG. Selain itu
EKG tidak dapat menentukan ada tidaknya kebocoran katup jantung dan penyempitan katup
jantung.
Ekokardiografi
Ultrasonografi adalah pemeriksaan (=grafi) dengan menggunakan gelombang suara
(=sono) atau frekuensi tinggi (=ultra). Ekokardiografi pada dasarnya adalah pemeriksaan struktur
anatomi dan fungsi jantung dengan mesin USG. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat bagi seorang
dokter jantung, karena memberikan informasi yang lengkap mengenai kondisi jantung dan
berbagai kelainan yang mendasarinya. Anda membutuhkan tes ini apabila Anda mengalami nyeri
dada atau lengan atas yang tidak diketahui penyebabnya, murmur jantung, serangan jantung,
kelainan jantung, dan/atau riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Gambar 8. Ekokardiografi
Echocardiography dapat memberikan informasi tentang hal-hal sebagai berikut :
Pembesaran jantung(kardiomegali) yang dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi,
kebocoran katup jantung atau gagal jantung.
Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat memompa darah
dengan sempurna. Kelemahan otot jantung dapat terjadi akibat tidak memperoleh
aliran darah dengan baik karena penyakit jantung koroner.
Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit jantung bawaan seperti
pada kebocoran sekat-sekat jantung.(VSD, ASD) kelainan katup dan pembuluh darah
besar serta berbagai kelainan yang telah ditemukan sejak janin dalam kandungan.
Secara umum ada 4 jenis Ecocardiography yang sering dilakukan yakni :
1. Transthoracal Echocardiography (TTE)
Merupakan salah satu jenis Echocardiography yang paling sering dilakukan. Tidak terasa
sakit. alat transduser (penerima gelombang suara) diletakan dibeberapa tempat tertentu di
atas dinding dada dengan mengirimkan gelombang suara yang dikonversi oleh komputer
menjadi gambar yang terlihat digambar monitor. Namun memiliki keterbatasan pada
keadaan tertentu seperti pasien yang memiliki deformitas dada, emfisema, gemuk, serta
tidak mampu dalam evaluasi ruang seperti apendik atrium.
2. Transsesophageal Echocardiography (TEE)
Digunakan untuk melihat secara teliti struktur yang lebih dalam seperti aorta dan septum
atrium atau katup-katup jantung pada saat operasi atau pada saat dilakukan tindakan
intervensi penutupan ASD atau VSD. Transduser diletakkan pada ujung alat endoskopi.
Dengan cara ini transduser dimasukkan melalui esophagus sampai ke lambung, dan
evaluasi jantung dilakukan dari belakang. Hasil yg didapat adalah gambaran struktur
jantung yang lebih jelas dari pada ETT, karena transduser dilengkapi dengan frekuensi
yang relatif lebih tinggi, sedangkan jarak lebih dekat dan jaringan pemisah antara
transduser dengan target dapat diabaikan. Tetapi pemeriksaan ini kurang mengenakkan
pasien karena harus menelan probe meskipun sudah diberikan anastesi lokal.
3. Stress Echocargraphy
Pemeriksaan ini dilakukan dengan exercise atau makan obat untuk meningkatkan fungsi
dan denyut jantung. Beberapa kelainan atau penyakit jantung koroner lebih mudah
didiagnosis dengan teknik ini. Stress Echocardiography kadang-kadang terjadi efek
samping obat-obatan yang digunakan seperti denyut jantung yang bertambah cepat.
umumnya tidak ada komplikasi yang serius.
4. Fedal Echocargraphy (janin)
Pemeriksaan ini dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai janin dengan resiko atau
dicurigai menderita penyakit jantung bawaan. Biasanya dapat dilakukan mulai kehamilan
18 – 22 minggu.
Pada umumnya, penggunaan ekokardografi dikatakan tepat untuk diagnosis pendahuluan
ketika terjadi perubahan status klinis atau ketika hasil ekokardigram diantisipasi untuk perubahan
penanganan pasien. Sedangkan, penggunaan ekokardiografi dikatakan tidak tepat untuk tes rutin
ketika tidak ada perubahan klinis atau ketika hasil tes tidak mengarah pada modifikasi
manajemen pasien. Berikut ini adalah beberapa indikasi yang dikatakan tepat untuk
menggunakan ekokardiografi,
a. Transthoracic echocardiography (TTE)
1. Untuk Evaluasi Umum terhadap Struktur dan Fungsi Jantung
contoh: aritmia, hipertensi paru.
2. Untuk Evaluasi Kardiovaskular pada Keadaan Akut
contoh: iskemia atau infark miokard, evaluasi fungsi ventrikel pasca sindrom koroner
akut
3. Untuk Evaluasi Fungsi Katup
contoh: stenosis katup, endokarditis infektif
4. Untuk Evaluasi Struktur dan Ruang Intrakardiak dan Ekstrakardiak
contoh: diduga terjadi pembesaran jantung, diduga kondisi pericardium, penuntun
prosedur perkutan nonkoroner jantung termasuk, namun tidak terbatas pada
pericardiocentesis, septal ablation, atau biopsi ventrikel kanan.
5. Untuk Evaluasi Penyakit Aorta
6. Untuk Evaluasi Hipertensi, Gagal Jantung atau Kardiomiopati
7. Untuk Penyakit Jantung Kongenital pada Pasien Dewasa
b. Transesophageal echocardiography (TEE)
1. Sebagai tes pendahuluan atau tambahan pada penggunaan umum
contoh: penuntun selama intervensi perkutan non koroner jantung.
2. Sebagai tes pendahuluan atau tambahan pada penyakit katup
contoh: evaluasi struktur dan fungsi katup untuk menilai kesesuaian dan membantu
dalam perencanaan dan intervensi; untuk mendiagnosis endokarditis infektif, di mana
probabilitas endokarditis tinggi.
3. Sebagai tes pendahuluan atau tambahan pada kejadian embolik.
contoh: evaluasi kardiovaskular sebagai sumber embolus, di mana sebelumnya
sumber nonkardiak tidak teridentifikasi.
4. Sebagai tes pendahuluan pada keadaan fibrilasi/flutter Atrium
contoh: evaluasi untuk memfasilitasi pengambilan keputusan klinik dengan
memperhatikan antikoagulan, kardioversi dan/ atau ablasi radiofrekuensi.
c. Stress echocardiography
1. Untuk mendeteksi penyakit arteri koroner atau penilaian risiko pada keadaan
simptomatik atau keadaan yang ekuivalen dengan iskemia.
2. Untuk mendeteksi penyakit arteri koroner atau penilaian risiko pada keadaan
asimptomatik pada populasi pasien dengan komorbiditas tertentu seperti baru
terdiagnosis gagal jantung atau difungsi sistolik ventrikel kiri, aritmia, syncope, atau
peningkatan troponin tanpa gejala atau bukti tambahan sindrom koroner akut.
3. Untuk keadaan di mana:
a. Nilai Treadmill ECG Stress Test tinggi atau menengah
b. Kalsium koroner > 400
c. Stenosis arteri koroner belum jelas signifikansinya dengan angiografi koroner.
2. Untuk penilaian risiko:
a. Evaluasi perioperatif untuk bedah nonkardiak tanpa kondisi aktif jantung
b. Dalam 3 bulan sindrom koroner akut.
c. Pasca Revaskularisasi
3. Untuk penilaian iskemia
4. Hemodinamik untuk penyakit katup kronik asimptomatik dan simptomatik.
Memahami Hasil Ekokardiografi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam laporan ekokardiografi adalah:
1. Tanggal prosedur
Apakah laporan berisi status pasien saat ini?
2. Alasan untuk tes
a. Bila dinyatakan: apakah pertanyaan klinik telah terjawab?
b. Bila tidak dinyatakan: apakah alasan dilakukannya TTE tertulis pada lembar permintaan?
3. Kualitas gambar
Dapat bervariasi dari gambar terbaik hingga yang tidak dapat diinterpretasi.
Pada studi yang secara teknik sulit, patologi yang “Not seen” tidak perlu diartikan “Not
present”
4. Laju dan ritme jantung
5. Ukuran ruang jantung
6. Hipertrofi
7. Fungsi ventrikel kanan
8. Fungsi sistolik ventrikel kiri
Tingkat 1 (normal) sampai 4 (abnormal yang parah)
Tingkat 2 bisa dikatakan “normal” pada fibrilasi atrium
Tingkat 1 bisa dikatakan “abnormal” pada regurgitasi mitral.
9. Fungsi diastolik ventrikel kiri
10. Katup (morfologi, regurgitasi, stenosis)
11. Gumpalan atau trombus
12. Defek septal atrium atau ventrikel
13. Perikardium
14. Penemuan lain, seperti:
Abnormalitas kardiak congenital
Pembesaran aorta atau aneurism
Effusi pleura
Pembengkakan di hati (Hepatic masses)
Pembengkakan ekstrakardiak yang menekan jantung.
Kesimpulan, meliputi penemuan yang penting terkait jantung, saran untuk follow-up atau
investigasi lainnya serta nasihat terapi, namun keputusan klinik dibuat oleh dokter yang
mengetahui kondisi pasiennya.
Gambar 9. Hasil Pemeriksaan Ekokardiografi
Chest X Ray (Foto Torax)
Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari
thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi torax, isi, dan struktur-sruktur
di dekatnya. Foto torax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk X-Ray. Dosis radiasi yang
digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding
thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru,
jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering
terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit paru yang terkait
dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh
debu. Biasanya dokter akan menyuruh pasien melakukan foto torax ketika pasien mengalami
gejala batuk yang sering, batuk berdarah, nyeri dada, kesulitan bernafas, penyakit tuberculosis,
kanker paru, atau penyakit paru dan dada lainnya.
Secara umum kegunaan foto thorax/CXR adalah :
- untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
- untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
- untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
- untuk memeriksa keadaan jantung
- untuk memeriksa keadaan paru-paru
Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif
tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior (PA),
anteroposterior (AP) dan lateral.
1. Posteroanterior (PA)
Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (belakang)
dari thorax dan keluar dari anterior (depan) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk
mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan
detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standard, dan
pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.
Gambar 10. Posisi pengambilan foto torax secara posterior aterior (PA)
2. Anteroposterior (AP)
Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray lebih
sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada situasi dimana
sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak bisa bangun
dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray digunakan untuk mendapatkan CXR
berbaring (“supine film”). Sebagai hasilnya kebanyakan supine film adalah juga AP.
Gambar 11. Posisi pengambilan foto torax secara anterior pasterior (AP)
3. Lateral
Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA namun pada lateral
pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar
(flat).
Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :
1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)
Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis), infeksi
(pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s granulomatosis, rheumatoid arthritis.
Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis.
Nodul juga dapat multiple.
2. Kavitas
Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker,
emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri
anaerob dan jamur, dan wegener’s granulomatosis.
3. Abnormalitas pleura.
Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat
terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan lymphangioleiomyomatosis.
Walaupun CXR ini merupakan metode yang murah dan relatif aman namun ada
beberapa kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan hasil CXR normal misalnya
pada pasien infark miokard akut yang dapat memberikan gambaran CXR yang normal.
Gambar 12. Hasil rontgen jantung normal (kiri) dan pembesaran jantung (kanan)
Gambaran hasil foto torax pada organ jantung biasanya hanya bisa melihat perbesaran
pada jantung (kardiomegalli). Pembesaran pada jantung dapat dihitung dengan :
Jika ternyata hasil menunjukkan hasil sama dengan atau lebih dari 50%, menunjukkan terjadi
perbesaran pada jantung. Jika pada foto torax terlihat kardiomegalli, biasanya dokter akan
menyarankan pasien untuk pemeriksaan dengan instrumen lain yang lebih bisa mendeteksi
penyakitnya seperti EKG, Ekokardiograf, CT Scan, dll.
CT Scan
CT-scan umumnya menggunakan sinar X, dan gambar yang dihasilkan diolah dengan
komputer untuk menghasilkan gambar dalam irisan-irisan (slices). Mekanismenya adalah
menggunakan radiasi pengion untuk mengkonstruksi pencitraan penampang melintang jantung.
Pemeriksaan ini digunakan terutama untuk melihat kondisi pembuluh koroner. CT scan sangat
baik dalam mendeteksi penyakit aorta dada, deseksi dan penyakit perikardium. Digunakan
sebagai pendeteksi keberadaan sejumlah kecil kalsium yang terdapat pada arteri koroner yang
merupakan indikator aterosklerosis.
Pemeriksaan CT-scan jantung dilakukan dengan dan tanpa penyuntikan zat kontras.
Pemeriksaan dengan penyuntikan kontras disebut juga Coronary Computerized Tomography
Angiography (CCTA), atau CT angiografi. Angiografi artinya melihat kondisi pembuluh darah
dengan menggunakan sinar X dan zat kontras. Pemeriksaan standar baku untuk angiografi
koroner adalah kateterisasi jantung. CT angiografi merupakan alternatif pemeriksaan pembuluh
koroner dengan metode yang non-invasif (tanpa memasukkan alat ke dalam tubuh). CT-scan
jantung tanpa kontras disebut juga pemeriksaan skor kalsium koroner.
Jadi, umumnya dokter akan meminta Anda melakukan CT-scan jantung bila Anda :
memiliki tingkat resiko koroner sedang dengan keluhan nyeri dada yang mencurigakan
hasil tes treadmill yang tidak dapat disimpulkan
Dokter tidak akan meminta pemeriksaan CT-scan jantung jika Anda telah (hampir) pasti
menderita penyakit jantung koroner, seperti:
hasil tes treadmill positif bermakna, atau
memiliki tingkat resiko koroner tinggi, atau
sudah ada riwayat serangan jantung atau tindakan jantung (pemasangan stent atau operasi
bypass jantung) sebelumnya
Pada kasus-kasus di atas, dokter akan langsung melakukan kateterisasi jantung.
Hal pertama yang ditunjukkan CT-scan jantung adalah skor kalsium. CT-scan
menghitung jumlah deposit kalsium (kapur) di dalam pembuluh koroner. Makin banyak kalsium
dalam pembuluh koroner, makin tinggi skor kalsium, makin tinggi resiko kejadian koroner di
kemudian hari. Hal berikutnya yang ditunjukkan CT-scan jantung adalah adanya plak dan derajat
penyempitan pembuluh koroner.
Gambar 13. Hasil Pemeriksaan CT Scan. Warna putih menunjukkan plak kalsium pada pembuluh darah koroner (panah), lesi diperkirakan dapat menyebabkan pengurangan diameter
pembuluh sampai 65-70%,
MRI
MRI atau Magnetic Resonance Imaging adalah pemeriksaan dengan menggunakan
gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar organ dan jaringan tubuh. MRI
jantung memberi informasi hampir seperti ekokardiografi. Tetapi karena mahal, pemeriksaan ini
masih jarang dilakukan. MRI menggunakan magnet yang sangat kuat (0,5-1,5 tesla).
Mekanisme : medan magnet yang kuat akan menangkap proton-proton ditubuh atau digunakan
zat pengkontras. Zat kontras seperti gadolinium dapat disuntikan secara intravena untuk
meningkatkan gambaran MRI.
Keuntungan dibadingkan dgn CT scan :
1. Memberikan gambaran detail anatomi degan jelas
2. Pemeriksaaan fungsional seperti difusi, perfusi dan spektroskopi
3. Memeberikan gambaran potongan melintang. Tegak dan miring tanpa mengubah posisi
pasien
4. Tidak mengunakan radiasi pengion
MRI jantung dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit jantung koroner,
dapat menilai kondisi otot jantung, menilai viabilitas otot jantung, menilai selaput jantung
(pericardium), memeriksa kelainan katup jantung dan kelainan jantung bawaan.
Hal yang harus diperhatikan :
1. Zat pengontras dapat menyebabkan rasa mual, pusing, rasa melayang, tetapi tidak
sampai menyebabkan gangguan hati dan ginjal
2. Pada saat pemeriksaan, benda-benda logam harus dilepas
3. Informasikan dokter anda bila anda menggunakan alat-alat yang ditanam di dalam
tubuh
4. Informasikan dokter anda bila anda takut terhadap ruangan sempit
Gambar 14. Hasil MRI pasien yang sebelumnya mengalami serangan infrak miokard. Dengan
dinding ventrikel jantung (merah) disusupi simpanan lemak (kuning) yg dapat memperburuk
keadaan
Kateterisasi
Kateterisasi jantung adalah sekelompok pemeriksaan yang menggunakan kateter yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk menilai kondisi jantung dengan menggunakan sinar
X. Kateterisasi jantung terbanyak bertujuan memeriksa pembuluh koroner.
Dasar pemeriksaan kateterisasi jantung sangat sederhana, semacam slang kecil berukuran
diameter sekitar 2 mm, dimasukkan sampai ke pangkal pembuluh koroner. Melalui kateter ini
kemudian disuntikkan zat kontras sehingga pembuluh koroner dapat terlihat dan dibuat film
dengan menggunakan sinar X. jika terjadi penyempitan atau penyumbatan pembuluh koroner,
akan tampak pada film.
Kateterisasi jantung juga dapat memeriksa tekanan dan saturasi oksigen ruang-ruang
jantung dan pembuluh darah besar (aorta, paru, dan vena kava). Pemeriksaan bertujuan untuk
diagnostik dan persiapan tindakan lebih lanjut pada penyakit jantung bawaan dan katup jantung
tertentu.
Dokter akan me nyuntikkan obat bius di pergelangan tangan atau lipat paha. Kemudian
memasukkan kateter melalui pembuluh darah. Alat perekam film yang merupakan sinar X akan
bergerak ke beberapa arah untuk mengambil film gambaran pembuluh koroner. Setelah semua
gambar terekam, dokter akan mngeluarkan kembali kateter dan mencabut sheath.
Gambar 15. Kateterisasi
Elektrofisiologi Jantung
Elektrofisiologi jantung merupakan prosedur yang bersifat invasif. Invasif artinya ada
alat yang dimasukkan ke dalam tubuh saat prosedur pemeriksaan. Elektrofisiologi jantung juga
menilai aktivitas listrik jantung seperti EKG. Bedanya, EKG merekamnya dari luar,
elektrofisiologi merekamnya langsung dari dalam jantung. Bedanya lagi, EKG merekam
aktivitas listrik jantung apa adanya, elektrofisiologi memberikan stimulasi tertentu untuk melihat
ada tidaknya irama jantung yang tidak normal.
Elektrofisiologi jantung merupakan pemeriksaan penunjang lanjutan bagi pasien
dengan aritmia (gangguan irama jantung) yang bertujuan untuk mengetahui penyebab aritmia
dan menentukan penanganan lebih lanjut. Karena ini adalah pemeriksaan yang bersifat invasif
tentu pasien telah dilakukan pemeriksaan penunjang yang lebih sederhana dan aman sebelumnya,
yaitu EKG dan Holter EKG.
Pemeriksaan elektrofisiologi dilakukan bila Anda memiliki keluhan debar-debar dan atau
riwayat pingsan, dan pada pemeriksaan EKG dan atau Holter terdapat gangguan irama jantung
yang diduga merupakan penyebab timbulnya keluhan. Banyak gangguan irama jantung yang
sifatnya ringan dan tidak membahayakan jiwa. Jenis aritmia seperti ini biasanya tidak
memerlukan terapi maupun tindakan apapun. Jenis aritmia tertentu menyebabkan gejala yang
bermakna, dan sebagian dapat mengancam jiwa. Jenis seperti ini memerlukan obat, dan sebagian
memerlukan tindakan ablasi (‘membakar’ sumber gangguan irama tersebut dengan energi yang
dihasilkan gelombang radiofrequency).
Elektrofisiologi jantung adalah pemeriksaan penunjang sebelum tindakan ablasi.
Pemeriksaan ini memberikan informasi penting bagi tindakan ablasi yaitu penyebab gangguan
irama, lokasi sumber gangguan, dan penanganan terbaik terhadap gangguan irama jantung
tersebut.
Sebelum prosedur, dokter akan meminta Anda untuk menghentikan konsumsi obat
antiaritmia selama beberapa hari. Prinsip pemeriksaan elektrofisiologi adalah mencari lokasi
sumber gangguan irama dengan cara menstimulasi jantung untuk mencetuskan gangguan irama
jantung (secara buatan dan aman tentunya). Jika Anda masih meminum obat antiaritmia, akan
sulit untuk mencetuskan gangguan irama tersebut.
Anda biasanya juga harus berpuasa beberapa jam sebelum prosedur. Anda akan dibawa
masuk ke dalam ruang khusus yaitu ruang kateterisasi jantung ( cathlab ) . Dokter akan
memasukkan kateter (semacam slang kecil) melalui pembuluh nadi lipat paha sampai ke jantung.
Ujung kateter diperlengkapi dengan sensor yang dapat menilai sistem konduksi (aliran) listrik
jantung Anda. Ujung kateter tertentu juga dapat menstimulasi jantung untuk mencari sumber dan
mencetuskan irama jantung yang tidak normal.
Tambahan Aneurism
Aneurism merupakan kondisi pelebaran pembuluh darah, seringnya arteri, dikarenakan
melemahnya dinding arteri. Dinding arteri yang melemah pada akhirnya akan membentuk
kantung. Walaupun pelebaran pembuluh darah dapat menekan organ penting, komplikasi paling
berbahaya pada aneurism adalah pecahnya aneurisma ketika meningkat pada ukuran tertentu dan
mengakibatkan pendarahan.
Gambar 16. Aneurisma
Secara umum aneurisma dibagi 2 berdasarkan tempat terjadinya :
1. Aneurisma Otak, terjadi di otak.
2. Aneurisma Aorta, dapat terjadi di perut dan dada.
Faktor resiko aneurisma adalah :
1. Kelemahan dinding arteri, biasanya bawaan dari lahir.
2. Ateroskeloris, Plak yang terbentuk pada dinding arteri membuat arteri menjadi
kurang fleksibel dan tekanantambahandapat menyebabkan arteri melemah dan
timbul benjolan. Tekanan darah tinggi dankolesterol tinggimerupakan faktor
risiko untukpengerasan arteri.
3. Hipertensi, Peningkatan tekanan darah dapat merusak pembuluhdarah dalam
tubuh dan meningkatkankemungkinan berkembangnya aneurisma.
4. Vaskulitis, adanya infeksi di aorta.
5. Merokok, menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, dan memperparah aneurisma.
Faktanya wanita yang merokok memiliki peluang 4x lebih besar untuk terkena
abdominal aortic aneurysm.
6. Marfan sindrom, merupakan kelainan genetik pada jaringan ikat. (faktor resiko
spesifik torakalis aorta aneurisma)
Aneurisma Aorta adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan munculnya
penonjolan atau pembengkakan pada aorta yang disebabkan oleh lemahnya dinding arteri pada
aorta. Aorta adalah pembuluh arteri utama pada tubuh yang membawa darah yang mengandung
oksigen dari jantung keseluruh tubuh. Kebanyakan aneurisma aorta tidak menunjukkan adanya
gejala dan baru diketahui ketika dilakukan pemeriksaan kesehatan. Hal ini dapat mengancam
keselamatan jiwa apabila arteri pecah, karena dapat menimbulkan rasa nyeri yang sangat parah
dan pendarahan internal yang sangat hebat. Tanpa perawatan yang tepat, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kematian dini.
Berdasarkan tempat terjadinya ada 2 jenis aneurisma aorta yaitu :
1. Aneurisma Aorta Abdominalis, merupakan jenis aneurisma aorta yang
paling sering terjadi. Aneurisma terjadi pada aorta yang menuju perut.
Gambar. Aneurisma aorta abdominalis
2. Aneurisma Aorta Torakalis, terjadi pada aorta di dada.
Gambar. Aneurisma aorta torakalis
Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi kondisi ini antara lain angiografi,
CT scan, MRI, dan ekokardiografi.
Gambar. Hasil CT scan aortic aneurysm
Pengobatan
Jika masih berukuran kecil, dokter mungkin saja tidak akan melakukan tindakan,
melainkan hanya memantau kondisi ini. Jika aneurisma semakin besar, maka umumnya tindakan
operasi akan dibutuhkan. Jika aneurisma berada dalam perut, maka dokter dapat melakukan
operasi aneurisma aorta abdominal endovascular. Untuk aneurisma aorta dada, operasi
dianjurkan ketika aneurisma berukuran 5 cm atau lebih besar. Aneurisma otak juga diobati
dengan operasi. Obat-obat tertentu juga diperlukan untuk pengobatan aneurisma otak yang
terutama digunakan agar aneurisma otak tidak pecah. Obat-obatan tersebut termasuk calcium
channel blockers, anti-kejang, penghilang rasa sakit, dll. Aneurisma bisa dicegah dengan
mengontrol tekanan darah dan menjaga tingkat kolesterol pada tingkat yang sehat.
Aneurisma Jantung
Aneurisma jantung (cardiac aneurysm) adalah penggelembungan abnormal atau
aneurisma yang terjadi pada bagian tipis dinding jantung. Aneurisma jantung dapat terjadi pada
dinding ventrikel atau atrium. Aneurisma atrium adalah penggelembungan pada bagian dinding
salah satu atrium jantung. Jika aneurisma hadir di dinding antar atrium maka dikenal sebagai
aneurisma septum atrium (ASA). ASA dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke dan sering
disertai adanya foramen ovale paten (PFO). Kondisi ini biasanya hadir sejak lahir (kongenital).
Aneurisma ventrikel adalah penggelembungan pada bagian dinding salah satu ventrikel
jantung, biasanya sebelah kiri yang memiliki tekanan terbesar. Jika aneurisma hadir di dinding
antar ventrikel (septum ventrikel), disebut sebagai aneurisma septum ventrikel. Kondisi ini
mungkin hadir sejak lahir (kongenital) atau sebagai komplikasi dari serangan jantung atau
trauma jantung lainnya.
Aneurisma ventrikel kiri, dapat terbentuk setelah infark miokard transmural dan dapat
mengakibatkan pelebaran dinding ventrikel kiri. Umumnya yang mengalami pelebaran dinding
bagian atas, tetapi dinding bagian bawah juga dapat mengalami aneurisma.
Gambar. Aneurisma ventrikel kiri dan diagnostik menggunakan ekokardiografi
Diagnosis
Selain ekokardiografi, aneurisme ventrikel kiri juga dapat didiagnostik dengan EKG.
Elektrokardiogram yang dihasilkan akan mengalami elevasi segmen ST. Bentuk elevasi ST juga
relatif unik dan telah digambarkan sebagai " coving " .
Gambar. Elektrokardiogram pasien Aneurisma ventrikel kiri
Pengobatan
Pemberian antikoagulan sebagai penurunan resiko emboli. Pembedahan dengan
pengangkatan dan digunakan Dacron patch atau dikenal dengan prosedur EVCPP
(endoventricular circular patch plasty).
Daftar Referensi
Karim, S dan Kabo, P. 1996. EKG. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Rubenstein, David., Wayne, David., Bradley, John. 2007. Kedokteran Klinis edisi 6. Erlangga.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta : EGC
Sukandar, dkk. 2010. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan
http://asecho.org/
http://ecg.utah.edu/
http://www.learntheheart.com/cardiology-review/left-ventricular-aneurysm/
http://seputarjantung.com/