evaluasi pelaksanaan program bantuan pangan …digilib.unila.ac.id/57634/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PANGAN
NONTUNAI (BPNT) DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE
DEVELOPMENTGOALS/SDGS) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
TESIS
Oleh
YEEN GUSTIANCE
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PANGAN
NONTUNAI (BPNT) DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT
GOALS/SDGS) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
YEEN GUSTIANCE
Masalah kemiskinan di Kota Bandar Lampung penting untuk dituntaskan dalam
upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals/SDGs). Upaya mendorong SDGs adalah melalui pemberian program
Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan
BPNT di Kota Bandar Lampung dimulai tahun 2016 namun pada proses
penyaluran terjadi masalah saldo nol yang tinggi di Kecamatan Bumi Waras.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan BPNT di Kota Bandar
Lampung khususnya di Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang
dan Kecamatan Bumi Waras sesuai dengan mekanisme tahapan pelaksanaan
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 11
tahun 2018 tentang penyaluran BPNT. Hasil pelaksanaan BPNT berdasarkan
tujuan program belum optimal karena terjadi peningkatan masalah saldo nol dan
permasalahan teknis pelaksanaan yang tidak sesuai. Selain itu evaluasi yang
dilakukan terhadap pelaksanaan BPNT berdasarkan 6 aspek, kecukupan dan
ketepatan program sudah cukup baik. Selain itu aspek efektivitas tujuan masih
kurang baik, efisiensi waktu penyaluran dan jumlah e-warong yang belum baik,
responsivitas permasalahan lambat, dan perataan penerima yang masih kurang
baik. Untuk mendukung pelaksanaan program BPNT di tahun selanjutnya agar
terlaksana sesuai dengan tujuan program maka perlu adanya perbaikan mekanisme
pelaksanaan dan penyelesaian permasalahan. Dengan demikian, program BPNT
sebagai upaya mendorong pencapaian SDGs pada poin penghapusan masalah
kemiskinan di Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar
Lampung menjadi lebih optimal.
Kata Kunci: Evaluasi, Program BPNT, Pembangunan Berkelanjutan
ABSTRACT
EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF NONCASH FOOD
ASSISTANCE PROGRAM (BPNT) IN ENCOURAGING THE
ACHIEVMENT OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS AT
BANDAR LAMPUNG CITY
By
YEEN GUSTIANCE
The problem of poverty in the city of Bandar Lampung is important to complete
in an effort to achieve the Sustainable Development Goals (SDGs). Efforts to
encourage SDGs are through the provision Noncash Food Assistance Program
(BPNT) to the poor society. The implementation of BPNT in Bandar Lampung
City began in 2016 but in the distribution process there was a high zero balance
problem in the Bumi Waras District. This study aims to evaluate the
implementation of BPNT in Bandar Lampung City especially in Panjang
Subdistrict and Bumi Waras Subdistrict.
This research uses descriptive research with a qualitative approach. Based on the
results of the research, the implementation of BPNT in Panjang Subdistrict and
Bumi Waras Subdistrict is suitable with the implementation mechanism based on
Regulation of the Minister of Social Affairs Republic Indonesia number 11 in
2018 about the distribution of BPNT. The results of BPNT implementation based
on program goals was not optimal because there are increasing of zero balance
problems and improper technical implementation problems. In addition,
evaluations implementation of BPNT were based on 6 aspects, the adequacy and
accuracy of the program was quite good. In addition, the effectiveness aspects of
the objectives are still not good, inefficiency of the distribution time and the
number of e-warong, the problem responsiveness is slow, and the recipient
leveling is still not good. To support the implementation of the BPNT program in
the following year so that it is implemented in accordance with the program
objectives, it is necessary to improve the mechanism of implementation and
problem solving. Thus, the BPNT program as an effort to encourage the
achievement of the SDGs on the point of eliminating poverty problem in Panjang
Subdistrict and Bumi Waras Subdistrict Bandar Lampung City become more
optimal.
Keywords: Evaluations, BPNT Program, Sustainable Development
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PANGAN
NONTUNAI (BPNT) DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE
DEVELOPMENTGOALS/SDGS) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
YEEN GUSTIANCE
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS
Pada
Program Pascasarjana Magister Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yeen Gustiance, dilahirkan pada
tanggal 22 Agustus 1994 di Desa Tanjung Bulan Kec. Kota
Agung Kab. Lahat, Sumatera Selatan dari pasangan Bapak
Hamidi dan Ibu Eltika Julita. Penulis memiliki dua orang
adik bernama Gita Bayu Gustiance, S.Ak dan Bintang
Araafi Gustiance.
Penulis memulai pendidikan di SDN 7 Kota Agung tahun 2000. Kemudian
melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Kota Agung pada tahun 2006 dan menjadi
Ketua Osis periode 2008-2009. Penulis lulus pada tahun 2009 dan melanjutkan
pendidikan di SMA Unggul Negeri 4 Lahat melalui jalur Penelusuran Bakat dan
Potensi Akademik. Pada tahun 2011 penulis mengikuti Olimpiade Kebudayaan
dan mendapat juara 1 dalam LCC Sejarah dan Kepurbakalaan tingkat SMA Se-
Provinsi Sumatera Selatan.
Selanjutnya penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Negara pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis juga
berkesempatan berorganisasi dalam HMJ Ilmu Administrasi Negara
(HIMAGARA), LPM Republica, dan Forum Studi Pengembangan Islam (FSPI).
Penulis menyelesaikan pendidikan S1 pada 21 Januari 2016. Kemudian pada
tahun 2017 penulis kembali melanjutkan pendidikan S2 pada program studi
Magister Ilmu Administrasi di Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbal‘alamiin
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, tesis ini ku
persembahkan untuk kedua orang tuaku yang sangat ku sayangi,
yang telah berkorban, berjuang dan sangat mendukung di garda
depan selama ini.
Bapakku tercinta, Hamidi
Umakku tercinta, Eltika Julita
Kedua Adikku tersayang, Gita Bayu Gustiance S.Ak dan Bintang
Araafi Gustiance
Kedua Niningku (Nining Nduk dan Nining Ketagung), Mamang
Fiskal Radianto dan seluruh Keluarga besarku
Dosen dan guruku, serta almamater tercinta yang telah
mendukung selama ini hingga penyusunan tesis ini.
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan ... (QS. Al Insyirah: 6)
Belajar dan Berdoa
(Bapakku, Hamidi)
Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus
menahan perihnya kebodohan
(Bapakku, Hamidi)
Tuntutlah ilmu, maka uang datang sendiri
(Bapakku, Hamidi)
A grateful heart is a magnet for miracle
(Yeen Gustiance)
Hidup Adalah Perjuangan
(Gita Bayu Gustiance)
Jangan pernah berputus asa jika menghadapi kesulitan, karena setiap tetes
air hujan yang jernih berasal daripada awan yang gelap (Anonim)
Jika Allah mengizinkan kita menapaki sebuah perjalanan berat, maka Ia
juga akan memberikan kita sepatu yang lebih kuat (Anonim)
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis yang berjudul
“Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) dalam
Mendorong Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs) di Kota Bandar Lampung”. Penulisan tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar MagisterSains di
Universitas Lampung.
Selama penulisan tesis ini, penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr.Bambang Utoyo selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Administrasi. Terimakasih banyak Bapak atas ilmu, bimbingan,
dukungan,motivasi, nasihat dan arahannya selama ini kepada penulis.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si, selaku dosen pembimbing utama
penulis. Terimakasih banyak Bapak atas ilmu, bimbingan, motivasi, nasehat,
arahan, waktu, dan tenaga selama ini selama proses pendidikan hingga
penyusunan tesis.
3. Ibu Intan Fitri Meutia, Ph.D selaku dosen pembimbing kedua penulis.
Terimakasih banyak Ibu atas ilmu, bimbingan, arahan, nasihat, dan
dukungannya yang sudah diberikan kepada penulis selama proses pendidikan
dan penyusunan tesis ini.
4. Kepada seluruh Dosen Magister Ilmu Administrasi FISIP Unila, terima kasih
banyak untuk semua ilmunya yang sudah diajarkan kepada penulis.
5. Staff MIA dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah
membantu penulis selama menempuh pendidikan.
6. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Hamidi dan Umak Eltika
Julita. Terima kasih untuk Bapak dan Umak yang sudah memberikan ilmu,
arahan, dukungan, semangat, motivasi, do‟adan nasehatnya dalam berjuang
bersama di setiap kesulitan yang dihadapi. Tidak terhitung pengorbanan yang
sudah Bapak dan Umak berikan. Kalian adalah bahagiaku dan motivasiku.
Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayangnya selama ini hingga nanti.
Terima kasih untuk selalu bangga kepadaku. Semoga Bapak dan Umak selalu
bahagia di dunia dan akhirat, diberikan kesehatan dan umur panjang lagi
berkah, selalu diridhai dan dilindungi oleh Allah SWT dalam setiap langkah.
InsyaAllah semua kebaikan selalu bersama Bapak dan Umak. Aamiin
7. Adikku tersayang, Gita Bayu Gustiance S.Ak(adek Get) yang cantik, pintar,
dan sholehah terima kasih untuk semangatnya, semoga studi S2 nya lancar,
lulus PNS tahun 2019, insyaAllah adek bisa menjadi kebanggaan dan
membahagiakan Bapak dan Umak serta keluarga besar kita. Semangat!
8. Adikku tersayang, Bintang Araafi Gustiance (adek Ben) yang cantik, pintar,
dan sholehah semoga semakin rajin belajarnya, prestasi meningkat, bisa
masuk sekolah/kampus favorit, tercapai semua yang adek cita-citakan dan
InsyaAllah bisa membanggakan dan membahagiakan umak dan bapak.
Semangat!
9. Keluarga besarku tercinta: Nining Ndok, Nining Ketagung, Wak Lingga,
Mang Fiskal, Macik Yuni, Ayuk-ayuk, Kakak,Adek,Bakwo, Makwo,Wak,
Ponakanku Hadifa Kakade,sanak familiku„se-jurai seberuyutan‟semuanya
terimakasih atas cinta dan dukungannya untuk Eng selama ini.
10. Kak Riki Edwin, S.Esemangat! Semoga studinya lancar, cepat selesai,apa
yang diinginkan dan diimpikan bisa cepat terwujud.Semakin sukses
kedepannya. Aamiin.
11. Teman seperjuangan di MIA‟17 Dewi Kartika Rini, Mehita Ayu Nurandani,
Fitri Wahyuni, Rahma Diani Sormin, Kholifatul Munawaroh, Fatimah
Agustriana, Anissa Ratna Widuri, Jumiati Sawalia, M. Imam Syafe‟i, Redy
Fauzan Adima, Sherly Etika Sari, Yara Nur Intan, Jufry Yandes, Triyadi
Isworo, I Kadek Oka S, Anas Khair P, Dzaky Ilman, Irmah Pertiwi. Terima
kasihatas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya sudah menjadi bagian
yang berharga selama perkuliahan. Sangat bersyukur dan bahagia bisa kenal
kalian semua.Semoga kesuksesan selalu bersama kita ya.
12. Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
perjuangan penulis selama ini terima kasih banyak ya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
sedikit harapan semoga tesis yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 21 Juni 2019
Penulis
Yeen Gustiance
NPM. 1726061015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 13
II. TINJAUANPUSTAKA .................................................................................. 14
A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik ..................................................... 14
1. Kebijakan Sosial. ................................................................................... 15
2. Tahapan Kebijakan Publik. ................................................................... 17
B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan .................................................. 21
1. Hakikat Evaluasi... ................................................................................. 21
2.Dimensi/Lingkup Makna Evaluasi Implementasi Kebijakan
Publik.... ................................................................................................ 23
3. Model-Model Evaluasi Kebijakan ......................................................... 29
C. Tinjauan Tentang Program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) ....... 34
1. Tujuan BPNT ........................................................................................ 35
2. Manfaat BPNT ...................................................................................... 36
3. Prinsip Umum BPNT ............................................................................ 36
4. Mekanisme Pelaksanaan Penyaluran BPNT .......................................... 37
D. Tinjauan Tentang Program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) ....... 37
E. Kerangka Pikir .......................................................................................... 40
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 43
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 43
ii
B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 44
C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 46
1. Wawancara ............................................................................................ 46
2. Observasi............................................................................................... 47
3. Dokumentasi ......................................................................................... 48
E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 48
1. Reduksi data (data reduction) ............................................................... 49
2. Penyajian data (data display) ................................................................ 49
3. Kesimpulan (Conclusion) ..................................................................... 49
F. Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 50
1. Uji Kredibilitas...................................................................................... 50
2. Keteralihan (Transferability) ................................................................ 52
3. Pengujian Kebergantungan (Depenability) ........................................... 52
4. Pengujian Kepastian (Confirmability) .................................................. 53
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................... 54
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ........................................... 54
B. Gambaran Dinas Sosial Kota Bandar Lampung .................................. 57
1. Visi Misi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung ..................................... 58
2. Tujuan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung ......................................... 58
3. Struktur Dinas Sosial Kota Bandar Lampung ....................................... 59
.................................................................. 62
A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... 62
1. Pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan Kecamatan
Bumi Waras Kota Bandar Lampung ................................................ 63 a. Registrasi dan/atau Pembukaan Rekening ....................................... 63
b. Edukasi dan Sosialisasi ..................................................................... 68
c. Penyaluran ......................................................................................... 72
d. Pembelian Barang ............................................................................. 77
2. Hasil Pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung .......................... 86
B. Pembahasan ............................................................................................... 97
1. Pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan Kecamatan
Bumi Waras Kota Bandar Lampung ................................................ 97 a. Registrasi dan/atau Pembukaan Rekening ....................................... 98
b. Edukasi dan Sosialisasi .................................................................... 99
c. Penyaluran ........................................................................................ 100
d. Pembelian Barang ............................................................................ 101
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
iii
2. Hasil Pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung ........................ 105 a. Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan
sebagian kebutuhan pangan .......................................................... 106
b. Memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM ................ 107
c. Meningkatkan ketepat sasaran dan waktu penerimaan bantuan
pangan bagi KPM .......................................................................... 108
d. Memberikan lebih banya pilihan dan kendali kepada KPM
dalam memenuhi kebutuhan pangan ............................................. 109
e. Mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs) ....................................... 110
3. Evaluasi Pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung ........................... 113 a. Efektivitas ..................................................................................... 114
b. Efisiensi ......................................................................................... 118
c. Kecukupan ..................................................................................... 119
d. Perataan ......................................................................................... 120
e. Responsivitas ................................................................................. 122
f. Ketepatan ....................................................................................... 123
VI. PENUTUP .................................................................................................. 126
A. Kesimpulan .............................................................................................. 126
B. Saran ......................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Penduduk Miskin dan KPM BPNT di Kota Bandar Lampung ....... 4
2. E-warong di Kota Bandar Lampung Tahun 2018 .................................. 5
3. Rincian Data KPM Kota Bandar Lampung ............................................. 6
4. Jumlah KPM BPNT Mengalami Saldo Nol Kota Bandar Lampung ...... 8
5. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 11
6. Tipe Evaluasi Dunn ................................................................................ 29
7. Daftar Informan ....................................................................................... 47
8. Daftar Kegiatan Observasi ...................................................................... 47
9. Sumber Dokumentasi ............................................................................. 48
10. Kecamatan di Kota Bandar Lampung, Dirinci Menurut Luas
Wilayah, Ibu Kota Kecamatan dan Jumlah Kelurahan ........................... 56
11. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Dirinci menurut
Kecamatan, Jenis Kelamin, dan Sex Ratio Tahun 2017 ......................... 57
12. KPM BPNT Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras Kota
Bandar Lampung ..................................................................................... 67
13. Masalah Teknis BPNT di Kecamatan Panjang dan Bumi Waras ........... 79
14. Proses pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan Kecamatan
Bumi Waras Tahun 2016-2018 ............................................................... 85
15. Perbandingan Masalah Saldo Nol BPNT Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras Tahun 2018 ...................................................... 93
v
16. Hasil Pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan Kecamatan
Bumi Waras Tahun 2017-2018 ............................................................... 95
17. Matriks Pencapaian Hasil Pelaksanaan Berdasarkan Tujuan BPNT di
Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras .................................. 112
18. Matriks Evaluasi Pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras Tahun ............................................................... 124
19. Triangulasi ............................................................................................... x
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar ..........................................................................................................Halaman
1. Bagan Instrumen Pengendalian Kebijakan ............................................. 22
2. Model Sederhana Evaluasi Implementasi .............................................. 25
3. Bagan Kerangka Pikir ............................................................................ 42
4. Struktur Pelaksana BPNT Kota Bandar Lampung ................................. 61
5. Dokumentasi Rekening KPM BPNT ...................................................... 68
6. Kegiatan Edukasi KPM BPNT di Kecamatan Bumi Waras ................... 71
7. Proses pengecekan saldo BPNT di e-warong Kecamatan Bumi
Waras. ...................................................................................................... 75
8. Pendataan KKS dan Pengecekan Saldo di Kecamatan Bumi Waras ..... 76
9. Pembelian barang di Kecamatan Panjang ............................................... 81
10. Stok Beras BPNT periode Februari 2019 di BRI-link Kecamatan
Bumi Waras ............................................................................................ 82
11. Pembelian barang di BRI-link Kecamatan Bumi Waras......................... 83
12. Pembelian barang di e-warong Kecamatan Bumi Waras...................... 84
13. Pendamping TKSK Bumi Waras menjelaskan kepada KPM tentang
saldo nol ................................................................................................ 90
14. Lampiran ................................................................................................. xx
9
8
I. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan kerangka landasan dasar dalam melakukan penelitian yaitu
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs)
2015–2030 merupakan pengganti Tujuan Pembangunan Milenium (Milenium
Development Goals/MDGs) yang menjadi respon terhadap permasalahan-
permasalahan yang terjadi di dunia. Menurut Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun
2017 tentang pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan,
Indonesia sebagai salah satu negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
berperan aktif dalam penentuan sasaran tujuan SDGs tersebut yang tertuang dalam
dokumen Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable
Development. Secara ringkas SDGs memiliki 17 tujuan penting yang disepakati
dan berlaku bagi seluruh bangsa di dunia. Poin penting SDGs di antaranya adalah
untuk penghapusan masalah kemiskinan. Hal ini sesuai dengan kondisi Indonesia
saat ini yang masih berupaya menekan angka kemiskinan ke titik terendah untuk
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kemiskinan yang terjadi di Indonesia salah satunya terjadi di Provinsi Lampung.
Pada tahun 2015, Provinsi Lampung menempati urutan ke 10 dari 34 provinsi
2
dengan penduduk miskin terbanyak yaitu mencapai 197.940 jiwa (Sumber:
http://www.suarawajarfm.com/2016/01/05/11749/lampung-tempati-urutan-ke-10-
provinsi-dengan-penduduk-miskin-terbanyak.html diakses pada 25 November
2018). Pada periode September 2017 jumlah penduduk miskin di Provinsi
Lampung adalah 1.083,74 ribu orang atau mencapai 13,04%. Selanjutnya pada
Maret 2018 jumlah penduduk miskin bertambah sebesar 13,31 ribu orang yakni
mencapai angka 1.097,05 ribu orang atau 13,14% (Sumber: Perkembangan
kemiskinan Provinsi Lampung No. 58/07/18/TH.x,16 Juli 2018 hal. 1)
Upaya pemerintah Indonesia mendukung pembangunan berkelanjutan dalam
tujuan untuk mengatasi masalah kemiskinan memunculkan gagasan pemberian
bantuan sosial pangan kepada masyarakat miskin. Bantuan ini dapat disalurkan
dalam bentuk natura (beras) maupun secara nontunai. Untuk bantuan dalam
bentuk nontunai berdasarkan Perpres Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran
Bantuan Sosial Secara Nontunai (BSNT), merupakan bantuan sosial yang
diberikan dalam rangka program penanggulangan kemiskinan meliputi
perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan
pelayanan dasar.
Salah satu bentuk program BSNT adalah Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).
BPNT menjadi gebrakan baru pemerintah memberikan bantuan sosial kepada
masyarakat secara nontunai dengan memanfaatkan teknologi dalam
penyalurannya kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan BPNT mengacu pada
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2018 Tentang
Penyaluran BPNT. Penyaluran BPNT diberikan kepada Keluarga Penerima
3
Manfaat (KPM) setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang
digunakan hanya untuk membeli beras dan telur di e-warong. Untuk penyaluran
BPNT kepada KPM, pemerintah bekerja sama dengan Himbara atau Himpunan
Bank Negara (Sumber: Panduan Umum BPNT 2017 Direktorat Jenderal
Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial RI). Menurut Panduan Umum
BPNT 2017 Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial RI,
tujuan BPNT sebenarnya adalah untuk mengurangi beban pengeluaran KPM
melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan, memberikan nutrisi yang lebih
seimbang kepada KPM, meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan
bantuan pangan bagi KPM, memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada
KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan, dan mendorong pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Implementasi BPNT adalah bentuk upaya pemerintah dalam mengatasi masalah
kemiskinan sesuai dengan SDGs di Provinsi Lampung yaitu di Kota Bandar
Lampung tahun 2017. Kota Bandar Lampung tercatat memiliki angka penduduk
miskin sebesar 10,33% pada tahun 2015 (Sumber: https://lampung.bps.go.id/
diakses 20 September 2018). Selain masalah kemiskinan, pemilihan Kota Bandar
Lampung untuk diuji coba mengimplementasikan BPNT dilihat dari kesiapan kota
dalam hal infrastruktur pembayaran, jaringan telekomunikasi, kesiapan pasokan
bahan pangan dan usaha eceran, serta dukungan pemerintah daerah.
Berdasarkan hasil wawancara pra-riset dengan Kepala Bidang Jaminan Sosial di
Dinas Sosial Kota Bandar Lampung, untuk Provinsi Lampung, Kota Bandar
Lampung menjadi satu-satunya kota yang terpilih dari 44 Kota yang diuji coba
4
menjadi penerima BPNT tahun 2016. Kementerian Sosial sudah menetapkan
penerima BPNT sebanyak 49.711 KPM. Dari jumlah tersebut, 34.819 di antaranya
merupakan KPM Program Keluarga Harapan (PKH) dan sisanya adalah KPM
BPNT murni. Sedangkan 14 Kabupaten/Kota lainnya masih disalurkan dalam
bentuk Rastra dengan total penerima 559.512 KPM. Sumber data KPM bansos
pangan yang digunakan adalah Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin
(DT-PPFM), yang merupakan hasil pemutakhiran basis data terpadu tahun 2015.
Berikut rincian data penduduk miskin tahun 2016 dan data jumlah KPM BPNT
tahun 2017 di Kota Bandar Lampung.
Tabel 1. Data Penduduk Miskin dan KPM BPNT di Kota Bandar Lampung
No Kecamatan Jumlah Fakir Miskin (2016) KPM BPNT (2017)
1 Panjang 5.045 4.446
2 Bumi Waras 4.574 4.269
3 Teluk Betung Timur 4.208 3.806
4 Tanjung Karang Pusat 3.324 2.655
5 Teluk Betung Selatan 3.291 3.163
6 Sukabumi 3.215 2.763
7 Tanjung Karang Barat 3.188 2.559
8 Teluk Betung Barat 3.145 3.376
9 Teluk Betung Utara 2.950 3.130
10 Kemiling 2.928 2.479
11 Kedaton 2.589 2.017
12 Way Halim 2.515 2.612
13 Kedamaian 2.401 2.106
14 Labuhan Ratu 2.022 1.587
15 Rajabasa 1.996 1.883
16 Tanjung Karang Timur 1.933 1.753
17 Sukarame 1.918 1.148
18 Tanjung Senang 1.510 1.369
19 Enggal 1.233 1.134
20 Langkapura 1.249 1.456
Total 55.234 49.711
Sumber: Dinas Sosial Kota Bandar Lampung (diolah peneliti, 2018)
Berdasarkan tabel 1. data penduduk miskin dan KPM BPNT di Kota Bandar
Lampung di atas, jumlah fakir miskin tahun 2016 adalah 55.234 keluarga dan
jumlah penerima BPNT yang ditetapkan tahun 2017 adalah 49.711 KPM. Jumlah
fakir miskin tertinggi adalah di Kecamatan Panjang yaitu 5.045 keluarga dan
5
penerima BPNT sebanyak 4.446 KPM. Sedangkan di urutan kedua tertinggi
adalah Kecamatan Bumi Waras dengan total penduduk miskin sebanyak 4.574
keluarga dan penerima BPNT berjumlah 4.269 KPM.
Pencairan BPNT tahun 2017 berupa bahan pangan masyarakat seperti beras, telur,
dan minyak bagi KPM di Kota Bandar Lampung. Sedangkan mulai tahun 2018,
pencairan bahan pangan ditentukan hanya untuk beras dan telur. Kementerian
Sosial memfasilitasi pencairan bantuan tersebut melalui Elektronik Warung
Gotong Royong (e-warong) yang ditentukan sebagai tempat pembelian kebutuhan
pangan tersebut. Definisi e-warong menurut Permensos No 11 Tahun 2018
tentang Penyaluran BPNT adalah agen bank, pedagang dan/atau pihak lain yang
telah bekerja sama dengan bank penyalur dan ditentukan sebagai tempat
penarikan/pembelian bantuan sosial oleh KPM. Berikut data e-warong KUBe
PKH di Kota Bandar Lampung.
Tabel 2. Sebaran E-warong di Kota Bandar Lampung Tahun 2018
No Kecamatan Sebaran E-warong
1 Bumi Waras 5
2 Enggal 2
3 Kedamaian 3
4 Kedaton 2
5 Kemiling 5
6 Labuhan Ratu 3
7 Langkapura 2
8 Panjang 5
9 Rajabasa 3
10 Sukabumi 3
11 Sukarame 2
12 Tanjung Jarang Barat 3
13 Tanjung Jarang Pusat 4
14 Tanjung Jarang Timur 4
15 Tanjung Seneng 2
16 Teluk Betung Barat 5
17 Teluk Betung Selatan 4
18 Teluk Betung Timur 5
19 Teluk Betung Utara 4
20 Way Halim 5
Total 71
Sumber: UPPKH Kota Bandar Lampung (Diolah Peneliti, 2018)
6
Berdasarkan tabel 2 mengenai sebaran e-warong di Kota Bandar Lampung tahun
2018, e-warong untuk memfasilitasi pencairan BPNT kepada KPM di Kota
Bandar Lampung berjumlah 71 unit yang tersebar di 20 kecamatan pada tahun
2018. Jumlah e-warong yang tersedia di setiap kecamatan bervariasi mulai dari 2
hingga 5 unit. Namun, hasil wawancara pra-riset dengan koordinator kota BPNT
di Kota Bandar Lampung, 6 dari e-warong tambahan di tahun 2018 belum
berfungsi untuk pencairan BPNT. Hal ini dikarenakan e-warong belum dilengkapi
fasilitas electronic data capture (EDC). Sebelumnya menurut data rekap e-warong
Kelompok Usaha Bersama (KUBe) PKH Direktorat Jenderal Penanganan Fakir
Miskin tahun 2016/2017, e-warong di Kota Bandar Lampung berjumlah 55 unit.
Hasil wawancara pra-riset dengan Kepala Bagian Jaminan Sosial di Dinas Sosial
Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa sumber data penerima program
BPNT yang diambil oleh Kementerian Sosial adalah melalui data di BPS tahun
2015. Data tersebut diambil tanpa adanya pendataan langsung di lapangan
sebelumnya. Hal ini menyebabkan terjadi data KPM yang tidak sesuai dengan
kuota KPM BPNT yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial. Berikut rincian
data KPM BPNT di Kota Bandar Lampung:
Tabel 3. Rincian Data KPM Kota Bandar Lampung Kuota KPM dari
Kemensos Gagal Buka
Rekening Kolektif Data Tidak Sesuai Total Kartu Dibagi
49.711 7.760 1.144 40.807
Sumber: Dinas Sosial Kota Bandar Lampung (Diolah Peneliti, 2018)
Tabel di atas menunjukkan bahwa kuota KPM BPNT Kota Bandar Lampung yang
dikeluarkan oleh Kementerian Sosial berjumlah 49.711. Namun,total kartu yang
dibagikan kepada masyarakat adalah berjumlah 40.807. Hal ini disebabkan karena
terjadi gagal buka rekening kolektif sehingga KPM tidak mendapatkan buku
7
tabungan dan KKS yang berjumlah 7.760 KPM dan adanya data penerima BPNT
tidak sesuai ketika verifikasi berjumlah 1.144 KPM.
Berdasarkan hasil wawancara pra-riset dengan koordinator kota BPNT untuk Kota
Bandar Lampung, perbedaan data KPM yang dikeluarkan Kementerian Sosial
dengan data di lapangan cukup tinggi ketika dilakukan verifikasi validitas
menimbulkan ketidaksesuaian data yang menjadi salah satu permasalahan
pelaksanaan BPNT di Kota Bandar Lampung. Ketidaksesuaian data meliputi
pencetakan kartu dobel bagi penerima PKH dan BPNT. Hal ini karena untuk PKH
sendiri sebelumnya sudah menerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebelum
dilakukan pencetakan kartu penerima BPNT. Selain itu, masalah dalam
pelaksanaan BPNT di Kota Bandar Lampung adalah adanya masalah rekening
saldo nol. Data KPM BPNT yang mengalami masalah saldo nol yang terjadi di
Kota Bandar Lampung tahun 2017 hingga Mei 2018 dijabarkan dalam tabel
berikut di bawah ini:
9
8
Tabel 4. Jumlah KPM BPNT Mengalami Saldo Nol Kota Bandar Lampung
No Kecamatan Jumlah KPM (2017) Jumlah KPM (2018)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 Bumi Waras 683 683 996 997 992 992 993 993 1020 1029 1020 1030 1668 1672 1675 1675 1682
2 Enggal 1 65 65 65 66 66 66 66 124 124 124 124 371 371 371 371 371
3 Kedamaian 8 12 143 131 159 165 159 159 121 121 169 172 859 861 850 843 843
4 Kedaton - - 69 69 78 78 78 78 78 78 78 78 128 127 127 123 123
5 Kemiling 19 19 274 274 264 264 264 265 266 265 266 267 429 429 415 415 411
6 Labuhan Ratu 86 86 187 191 231 231 231 231 231 231 231 231 840 324 320 320 322
7 Langkapura 3 5 86 86 86 86 86 86 64 64 64 64 499 312 308 297 298
8 Panjang 8 8 138 138 139 139 139 139 143 143 143 143 783 121 124 124 123
9 Rajabasa 14 15 101 102 111 112 112 112 153 153 153 153 331 158 136 133 133
10 Sukabumi 37 37 43 43 44 44 44 55 58 58 58 58 317 317 317 317 305
11 Sukarame 8 8 98 98 98 98 98 98 105 127 127 127 133 133 133 133 128
12 Tanjung Karang Barat 45 57 109 109 110 93 92 68 98 98 98 98 333 127 127 132 140
13 Tanjung Karang Pusat 39 39 167 290 290 290 290 290 290 290 290 290 396 299 290 290 289
14 Tanjung Karang Timur 20 20 221 222 225 230 230 230 230 230 233 233 178 165 165 165 165
15 Tanjung Seneng - - 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 215 98 99 88 88
16 Teluk Betung Barat 523 358 578 579 579 703 705 705 705 700 700 700 840 700 702 687 687
17 Teluk Betung Selatan 15 15 166 166 166 166 166 166 166 168 169 169 582 230 230 231 231
18 Teluk Betung Timur 248 137 689 687 729 841 844 845 826 826 825 825 217 190 188 185 195
19 Teluk Betung Utara 2 2 60 60 58 58 59 59 59 59 63 63 1513 106 120 127 127
20 Way Halim 44 117 472 424 440 439 489 357 483 382 378 481 963 378 377 392 393
Total 1.803 1.683 4.719 4.788 4.881 5.152 5.201 5.059 5.274 5.203 5.245 5.363 11.595 7.118 7.074 7.048 7.054
Sumber: UPPKH Kota Bandar Lampung (2018)
9
8
Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa masalah dalam pelaksanaan BPNT di
Kota Bandar Lampung selanjutnya adalah rekening saldo nol. Masalah saldo nol
terjadi merata di 20 kecamatan setiap bulannya. Namun, masalah saldo nol BPNT
tahun 2017 hingga Mei 2018 paling banyak terjadi di Kecamatan Bumi Waras
yang memiliki angka penduduk miskin dan penerima BPNT tertinggi kedua di
Kota Bandar Lampung. Permasalahan saldo nol ini terkait dengan keterlambatan
saldo masuk di KKS BPNT karena adanya dobel kartu pemegang PKH dan BPNT
serta adanya gagal setting wallet di rekening KKS. Hal ini menyebabkan saldo
BPNT tidak serentak diterima oleh KPM.
Semenjak diimplementasikan tahun 2016, BPNT di Kota Bandar Lampung
menuai pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Berdasarkan sumber dari media
online disebutkan bahwa masih ditemukan banyak kendala dalam pelaksanaannya
di masyarakat. Kendala yang ditemukan tersebut di antaranya adalah lambatnya
distribusi barang dari Bulog ke e-warong, mesin EDC yang sering rusak serta
terdapat beberapa nama yang dobel dan nama yang salah. (Sumber:
https://www.kemsos.go.id/berita/rapat-koordinasi-dan-sosialisasi-program-
bantuan-pangan-non-tunai-di-provinsi-lampung diakses pada 29 Agustus 2018)
Pada pelaksanaan penyaluran BPNT ditemukan juga adanya pungutan liar atas
penebusan kebutuhan pokok BPNT bagi masyarakat miskin. Hal ini berdasarkan
berita online di situs lainnya mengenai masalah pelaksanaan BPNT, bahwa
“Pungli penebusan BPNT terjadi merata di seluruh Kota Bandar Lampung seperti
di Bumi Waras, Panjang, Pinangjaya, Labuhan Ratu, Kemiling dan Teluk Betung.
Pungli tersebut dilakukan dengan dalih untuk transport penebusan dan
9
10
pengemasan, penerima diminta menyetorkan dana bervariasi mulai Rp20.000
hingga Rp50.000. Padahal, penebusan harus dilakukan langsung oleh KPM.
Selain itu, terjadi juga penahanan kartu keluarga sejahtera (KKS) oleh
pendamping yang dikeluhkan oleh masyarakat yang menjadi KPM.” (Sumber:
https://lampungpro.com/post/12548/pungli-atas-warga-miskin-peneriman-bpnt-di-
bandar-lampung-merata diakses pada 1 September 2018)
Pemerintah dalam melaksanakan program ini sesuai dengan tujuannya adalah
untuk mengatasi kemiskinan dalam hal kecukupan pangan bagi masyarakat
miskin. Namun, realitanya masih terdapat gejala masalah dalam pelaksanaan
program BPNT di masyarakat yang menandakan bahwa belum maksimalnya
program ini terutama dalam penyaluran bantuan yang belum tersalur secara
serentak bagi semua KPM. Padahal program ini dalam menanggulangi masalah
kemiskinan dan kekurangan pangan bagi masyarakat perlu dilaksanakan dengan
kesiapan pendukung baik itu dari segi data, implementor maupun dari fasilitas
pendukung lainnya agar masyarakat mendapatkan manfaat dari program.
Penelitian ini mengambil fokus evaluasi pelaksanaan BPNT di Kecamatan
Panjang dan Bumi Waras. Hal tersebut dilakukan karena adanya pertimbangan
berdasarkan angka kemiskinan dan penerima BPNT tertinggi di Kota Bandar
Lampung yang terdapat di Kecamatan Panjang namun masalah yang ditemukan
dalam pelaksanaan penyaluran BPNT banyak terdapat di Kecamatan Bumi Waras.
Gejala masalah dalam pelaksanaan tersebut seperti saldo nol tertinggi setiap
bulannya dan adanya pungli dalam penebusan kartu dibandingkan dengan
Kecamatan Panjang yang merupakan kecamatan dengan penduduk miskin
11
tertinggi di Kota Bandar Lampung. Untuk mendukung penelitian ini, dilampirkan
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan berikut:
Tabel 5. Penelitian Terdahulu No Penulis Judul Hasil
1 Ibnu Sazmie
Arief (2017)
Evaluasi
Pelaksanaan
Program Raskin
di Kelurahan
Maharatu Kota
Pekanbaru
Terdapat penyimpangan yang terjadi pada pelaksanaan
program Raskin karena tidak sesuai dengan pedoman
umum yang telah di tetapkan pemerintah terlihat dari
waktu penyaluran yang tidak setiap bulan, jumlah
Raskin yang terima RTM hanya 5-10 kg setiap periode
penyaluran, tidak tersedianya anggaran dalam
penyaluran, masih banyak keluarga yang tergolong
miskin belum terdata dan tidak bisa menerima Raskin
karena tidak memiliki identitas sebagai warga
Kelurahan Maharatu, dan masih ada nepotisme yang
terjadi pada pendataan RTM sebagai penerima Raskin.
2
Benny
Rahman,
Adang
Agustian,
dan
Wahyudi
(2018)
Efektivitas dan
Perspektif
Pelaksanaan
Program Beras
Sejahtera dan
Bantuan Pangan
Nontunai
(BPNT)
Dalam rangka efektivitas pelaksanaan pada Program
BPNT masalah kesiapan e-warong dan jangkauan
signal GPRS di semua wilayah, sasaran penerima dan
kualitas beras juga perlu segera diatasi. Selain itu,
transformasi pola subsidi (Rastra) menjadi pola BPNT
perlu dipertimbangkan secara matang karena kesiapan
infrastruktur pendukung (jumlah dan sebaran e-
warong, dan signal GPRS) belum siap
3 Yogasulistio
(2017)
Efektivitas E-
warong Kube
Jasa PKH dalam
Mengoptimalkan
Penerimaan
Bantuan Pangan
Nontunai
(BPNT) di
Yogyakarta
Pengelolaan e-warong masih belum efektif karena
terdapat kendala seperti Mesin EDC yang cenderung
error atau tidak tersambung dengan jaringan. Kartu
KKS error dan tidak adanya upaya dari Bank BNI
untuk mengatur mekanisme pencairan bantuan sosial
non tunai sehingga perlu adanya sosialisasi lebih
mendalam yang diberikan oleh pemerintah kepada
pihak stakeholder serta perbaikan terkait sarana-
prasarana dan kartu KKS elektronik yang diberikan
4
Ishartono
dan Santoso
Tri Raharjo
(2016)
Sustainable
Development
Goals (SDGs)
dan Pengentasan
Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan akan sangat terkait dengan
tujuan global lainnya yaitu dunia tanpa kelaparan,
kesehatan yang baik dan ksejahteraan, pendidikan
berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi,
energi bersih dan lainnya hingga pentingnya kemitraan
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Meskipun
secara statistik jumlah penduduk miskin di Indonesia
menunjukkan kecenderungan menurun, kecuali pada
tahun 2006. Namun secara absolut jumlah penduduk
miskin di Indonesia masih sangat besar.
Sumber: Diolah peneliti (2018)
Berdasarkan uraian tabel 5. tentang penelitian terdahulu di atas, terdapat
kesamaan pembahasan mengenai evaluasi pelaksanaan sebuah program,
efektivitas BPNT, dan SDGs dalam penanganan kemiskinan. Namun, belum saat
ini belum ditemukan penelitian tentang evaluasi terhadap pelaksanaan BPNT
12
khususnya di Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengangkat tema penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan BPNT di Kota
Bandar Lampung. Hal ini agar masalah dalam pelaksanaan BPNT yang ada bisa
diatasi guna mendukung keberhasilan pelaksanaan di tahun selanjutnya. Dengan
demikian program ini bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sesuai dengan
tujuannya dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan/SDGs
untuk menghapus masalah kemiskinan serta kelaparan di Kota Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan BPNT dalam mendorong pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung?
2. Bagaimana hasil pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan Bumi
Waras di Kota Bandar Lampung?
3. Bagaimana evaluasi dalam pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan BPNT dalam mendorong pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.
13
2. Untuk melihat hasil pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras di Kota Bandar Lampung
3. Untuk memberikan penilaian terhadap pelaksanaan BPNT di Kecamatan
Panjang dan Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat wawasan bagi penulis dan
memperkaya hasil penelitian ilmiah dalam bidang ilmu administrasi publik
terutama dalam studi evaluasi kebijakan publik.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi aktor pelaksana BPNT yaitu
sebagai bahan evaluasi, informasi, dan masukan yang bermanfaat bagi
pemangku kepentingan terkait untuk melakukan perbaikan dalam
pelaksanaan serta untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan BPNT
di Kota Bandar Lampung sesuai dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) pada poin
menghapus masalah kemiskinan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan landasan teori yang digunakan sebagai dasar acuan dalam
melakukan penelitian yaitu terdiri dari tinjauan terhadap kebijakan publik,
evaluasi kebijakan, program BPNT, tujuan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development goals/SDGs) dan kerangka pikir penelitian.
A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik
Definisi kebijakan publik banyak dikemukakan oleh para ahli. Dye (1978) dalam
Sulistio menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah pilhan tindakan apapun yang
dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Sejalan dengan definisi yang
dikemukakan oleh Dye, Islamy (2002) dalam Sulistio (2013:3) menambahkan
definisi kebijakan publik. Menurutnya, kebijakan publik merupakan serangkaian
tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi
kepentingan seluruh masyarakat.
Heglo dalam Abidin (2016:6) menyebutkan kebijakan sebagai suatu tindakan
yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak jauh berbeda dengan yang
disampaikan Heglo, Anderson dalam Rusli (2015:39) mengartikan kebijakan
publik sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti
dan dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memcahkan masalah
15
tertentu. Sedangkan menurut Friedrich dalam Sulistio (2013:2), kebijakan publik
merupakan suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang
untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Berdasarkan definsi kebijakan publik yang dikemukakan beberapa ahli di atas,
maka dapat ditarik beberapa poin penting. Poin penting dalam definisi kebijakan
meliputi tindakan, pemerintah dan tujuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa kebijakan publik adalah suatu tindakan yang diambil oleh pemerintah baik
pusat maupun daerah dengan tujuan untuk mengatasi masalah publik yang ada.
1. Kebijakan Sosial
Kewenangan pemerintah adalah untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang
ada di masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan. Teori tentang kebijakan
sosial merupakan bentuk telaahan terhadap kebijakan yang diambil oleh
pemerintah dalam mengatasi masalah sosial yang ada. Dalam penelitian ini
pembahasan yang diambil menyangkut definisi kebijakan sosial, fungsi
kebijakan sosial, kategori kebijakan sosial, dan kaitan kebijakan sosial dalam
pembangunan.
Definisi kebijakan sosial menurut Suharto (2008:10) adalah salah satu bentuk
kebijakan publik. Kebijakan sosial didefinisikan sebagai ketetapan pemerintah
yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik yaitu mengatasi
masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Secara singkat
kebijakan sosial menunjuk pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai
16
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian program
tunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program
tunjangan sosial lainnya. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan sosial
memiliki fungsi:
a. Fungsi preventif, yaitu kebijakan sosial adalah ketetapan yang desain
secara kolektif untuk mencegah terjadinya masalah sosial
b. Fungsi kuratif, yaitu mengatasi masalah sosial
c. Fungsi pengembangan, yaitu mempromosikan kesejahteraan sebagai
wujud kewajiban negara dalam memenuhi hak sosial warganya.
Menurut Migley (2000) dalam Suharto (2008:11), kebijakan sosial diwujudkan
dalam tiga kategori yakni perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan
sistem perpajakan. Lebih lanjut, kebijakan sosial sejatinya merupakan
kebijakan kesejahteraan (welfare policy), yakni kebijakan pemerintah yang
secara khusus melibatkan program-program pelayanan sosial bagi kelompok-
kelompok kurang beruntung. Salah satu bentuk kebijakan sosial adalah
program pelayanan sosial.
Suharto (2007:11) menjelaskan bahwa program pelayanan sosial adalah aksi
atau tindakan untuk mengatasi masalah sosial. pelayanan sosial atau dapat
diartikan sebagai seperangkat program yang dapat ditujukan untuk membantu
individu atau kelompok yang mengalami hambatan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sebagian besar kebijakan diwujudkan dan diaplikasikan
dalam bentuk pelayanan sosial berupa bantuan barang, tunjangan uang,
perluasan kesempatan, perlindungan sosial, dan bimbingan sosial. Dalam
17
konteks pembangunan sosial, Suharto (2008:61) juga menambahkan bahwa
kebijakan sosial merupakan suatu perangkat, mekanisme dan sistem yang
mengarahkan dan menterjemahkan tujuan-tujuan pembangunan yang
berorientasi pada tujuan sosial memecahkan masalah sosial dan memenuhi
kebutuhan sosial.
Berdasarkan pemaparan tentang teori kebijakan sosial di atas, dapat
disimpulkan bahwa kebijakan sosial adalah bentuk tindakan pemerintah dalam
mengatasi masalah-masalah sosial. Salah satu bentuk kebijakan sosial adalah
pemberian bantuan sosial. Dalam penelitian ini kebijakan sosial yang diambil
adalah kebijakan penanganan masalah kemiskinan melalui pemberian bantuan
sosial pangan yaitu BPNT kepada masyarakat miskin penerima manfaat.
2. Tahapan Kebijakan Publik
Dalam studi tentang kebijakan publik, proses dalam sebuah kebijakan memiliki
tahapan yang dilakukan. Menurut Dunn dalam Madani (2011:21), proses
pembuatan kebijakan publik selalu diawali oleh serangkaian kegiatan yang
saling bertautan dan berhubungan satu sama lain. Proses tersebut meliputi
tahap-tahap kebijakan publik, yaitu penyusunan agenda, perumusan masalah,
adopsi kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan evaluasi kebijakan.
a. Penyusunan Agenda/Agenda Setting
Agenda setting menurut Madani (2011:23) berkenaan dengan
pengindikasian suatu permasalahan publik pada sisi pemerintah yang harus
dilakukan dan dirumuskan tindakan pencegahan dan pemecahannya.
Proses ini merupakan kegiatan memaknai apa yang disebut sebagai
18
masalah publik dan prioritas dalam agenda publik. Jika sebuah isu berhasil
mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas
dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi
sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Dalam agenda setting
juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat
dalam suatu agenda pemerintah.
b. Perumusan Kebijakan/Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas
oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut diidentifikasi
untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan
masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan
yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk
dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-
masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang
diambil untuk memecahkan masalah.
c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Sebagai sebuah proses, setelah masalah diidentifikasi dan
kemudian masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas dan dirumuskan
oleh para pembuat kebijakan, maka tiba saatnya untuk ditetapkan atau
diadopsi menjadi sebuah kebijakan yang selanjutnya diimplementasikan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Jika ada hal yang krusial, maka
19
tahapan ini akan berjalan mulus dan lebih bersifat formal prosedural untuk
mendapatkan legalitas hukum.
d. Pelaksanaan/Implementasi Kebijakan
Pelaksanaan kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam
proses kebijakan karena terkait dengan identifikasi permasalahan dan
tujuan serta formulasi kebijakan sebagai langkah-langkah awal, dan
monitoring serta evaluasi sebagai langkah akhir dalam rangkaian tahapan
kebijakan (Abidin, 2002:186). Sedangkan menurut Nugroho (2017:728-
729), pelaksanaan kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya.
Tidak semua kebijakan berhasil dilaksanakan secara sempurna, karena
pelaksanaan kebijakan pada umumnya lebih sukar dari sekedar
merumuskannya. Pelaksanaan menyangkut kondisi riil yang sering
berubah dan sukar diprediksikan. Selain itu dalam perumusan kebijakan
biasanya terdapat asumsi, generalisasi dan simplifikasi, yang dalam
pelaksanaan tidak mungkin dilakukan. Akibatnya, terjadi implementation
gap atau kesenjangan antara apa yang dirumuskan dengan apa yang dapat
dilaksanakan. Kesenjangan ini dalam monitoring harus diidentifikasi untuk
segera diperbaiki. (Abidin, 2002:200)
Penyebab kegagalan kebijakan menurut Hogwood dan Gunn (1986) dalam
Rusli (2015:119-120) adalah karena tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya (non-implementation) dan tidak berhasil atau mengalami
kegagalan dalam proses pelaksanaan (unsuccesful implementation) yaitu
20
pelaksanaan dilakukan sebagaimana ketentuan yang ada namun pada
proses pelaksanaannya terjadi hambatan yang tidak dapat diatasi.
Kelemahan yang bersifat internal dalam pelaksanaan kebijakan
menyangkut timbulnya monopoli dan monopsoni yang bermotif korupsi,
kolusi dan nepotisme. Sedangkan faktor eksternal yang biasanya
mempersulit pelaksanaan kebijakan berasal dari: 1) Kondisi fisik; 2)
Faktor politik; 3) Tabiat sekelompok orang yang cenderung tidak sabar
menunggu berlangsungnya proses kebijakan; 4) Terjadi penundaan karena
keterlambatan atau kekurangan faktor input; 5) Kelemahan salah satu
langkah dalam rangkaian beberapa langkah; dan 6) Kelemahan pada
kebijakan itu sendiri.
e. Penilaian/Evaluasi Kebijakan
Abidin (2002:209) mengatakan bahwa evaluasi kebijakan merupakan
langkah terakhir dalam proses suatu kebijakan. Sejalan dengan itu,
Sugandi (2011:93) mengatakan bahwa evaluasi kebijakan merupakan
suatu aktivitas untuk melakukan penilaian terhadap akibat atau dampak
kebijakan dari berbagai program pemerintah.
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai
suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh
proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap
21
perumusan masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk
menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak
kebijakan.
Berdasarkan pemaparan tahapan kebijakan publik di atas, dapat disimpulkan
bahwa dalam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi masalah-
masalah publik terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi agenda
setting, formulasi kebijakan, legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan dan
evaluasi kebijakan. Pada penelitian ini peneliti memilih tahap penilaian/evaluasi
kebijakan untuk mengevaluasi sebuah kebijakan yang sedang diimplementasikan.
B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan
Pada bagian ini membahas tentang hakikat evaluasi, dimensi evaluasi kebijakan
publik, dan model-model evaluasi implementasi kebijakan publik.
1. Hakikat Evaluasi Kebijakan
Dye (1987:351) dalam Parsons (2016:547) mendefinisikan evaluasi kebijakan
sebagai pemeriksaaan yang objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari
kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuan yang ingin
dicapai. Selain itu Weiss (1976:6) dalam Parsons (2016:547) juga
menambahkan bahwa riset evaluasi membahas dua dimensi yaitu bagaimana
sebuah kebijakan bisa diukur berdasarkan tujuan yang ditetapkan, dan dampak
aktual dari kebijakan. Tidak jauh berbeda, Mustowadijaya (2002) dalam Rusli
(2015:121) mendefinisikan evlauasi kebijakan sebagai kegiatan menilai atau
melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik
22
Selanjutnya Nugroho (2017:779) mengatakan kebijakan publik adalah sebuah
manajemen, mengagendakan pemahaman bahwa kebijakan publik harus
dikendalikan, berbeda halnya dengan ajaran sebagian besar buku kebijakan
publik yang menyebutnya sebagai evaluasi kebijakan. Menurutnya, kebijakan
terdiri dari tiga dimensi yaitu digambarkan pada bagan di bawah ini:
Bagan 1. Instrumen Pengendalian Kebijakan
Ketiga instrumen ini merupakan inti dari pengendalian kebijakan sebagai
berikut:
1. Monitoring kebijakan atau pengawasan berupa pemantauan dengan
penilaian untuk tujuan pengendalian pelaksanaan, agar pelaksanaan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan sering dipahami
sebagai “on going evaluation” atau “formative evaluation”.
2. Evaluasi kebijakan merupakan penilaian terhadap pencapaian kinerja dari
implementasi. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan “selesai
dilaksanakan” dengan dua pengertian “selesai”, yaitu pengertian waktu
(mencapai/melewati “tenggat waktu”) atau selesai dalam pengertian kerja
(“pekerjaan tuntas”)
3. Sedangkan pengganjaran kebijakan termasuk di dalamnya penghukuman,
bermakna juga pemberian insentif atau disinsentif yang ditetapkan dan
Monitoring Evaluasi Pengganjaran
1. On Site
2. On Desk
1. Komparasi dengan tujuan
2. Komparasi dengan
3. Komparasi dengan best practices
3. historical
1. Manajerial
(normal)
2. Political
(negasi)
23
diberikan sebagai hasil dari pengawasan dan penilaian yang telah
dilakukan.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan
merupakan penilaian terhadap suatu kebijakan publik untuk melihat
keberhasilan dan kegagalan dilihat dari tujuan kebijakan yang sudah
ditetapkan.
2. Dimensi/Lingkup Makna Evaluasi Kebijakan Publik
Pemahaman tentang evaluasi kebijakan menurut Nugroho (2017:793-794)
biasanya bermakna sebagai evaluasi implementasi kebijakan dan/atau evaluasi
kinerja atau hasil kebijakan. Kebijakan publik dalam fokus evaluasi kebijakan
menyangkut lingkup makna evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi
implementasi kebijakan, evaluasi kinerja kebijakan dan evaluasi lingkungan
kebijakan. Keempat komponen kebijakan tersebut akan menentukan kebijakan
akan berhasil guna atau tidak. Namun, evaluasi selalu terkait konsep “kinerja”
sehingga evaluasi kebijakan publik pada ketiga wilayah bermakna “kegiatan
pasca”. Pembedaan ini penting untuk membedakannya dengan analisis
kebijakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan publik
tidak berkenaan hanya dengan implementasinya, melainkan berkenaan dengan
perumusan, kinerja, dan lingkungan kebijakan.
a. Evaluasi Formulasi Kebijakan Publik
Teknik evaluasi formulasi kebijakan publik menurut Nugroho (2017:795)
dapat mengacu pada model formulasi kebijakan publik apa yang
dipergunakan. Adapun model formulasi yang dipilih merupakan ukuran
24
standar yang dapat dipergunakan untuk menilai proses formulasi. Model
formulasi tersebut yakni model kelembagaan, model proses, model
kelompok, model elit, model rasional, model imkremental, model teori
permainan, model pilihan publik, model sistem, model demokratis, model
startegis dan model deliberatif.
b. Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik
Tujuan evaluasi implementasi kebijakan publik menurut Nugroho (2017:798)
adalah untuk mengetahui variasi dalam indikator-indikator kinerja yang
digunakan yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu:
1) Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannya
berkenaan dengan kinerja implementasi publik (variasi dari outcome)
terhadap variabel independen tertentu.
2) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu? Jawabannya
berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi
kebijakan, dan lingkungan implementasi kebijakan yang memengaruhi
variasi outcome dari implementasi kebijakan.
3) Bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan
publik? Pertanyaan ini berkenaan dengan “tugas” pengevaluasi untuk
memilih variabel-variabel yang dapat diubah, atau actionable variabel-
variabel yang bersifat natural atau variabel lain yang tidak bisa diubah
tidak dapat dimasukkan sebagai variabel evaluasi.
Dunn dalam Nugroho (2017:800) menggambarkan petunjuk praktis evaluasi
implementasi kebijakan sebagai berikut:
25
Dunn menambahkan bahwa dalam evaluasi implementasi kebijakan dibagi
tiga menurut waktu evaluasi, yaitu sebelum dilaksanakan, pada waktu
dilaksanakan, dan setelah dilaksanakan. Evaluasi pada waktu pelaksanaan
biasanya disebut sebagai evaluasi proses. Evaluasi setelah kebijakan yang
juga disebut sebagai evaluasi konsekuensi (output) kebijakan dan/atau
evaluasi impak/pengaruh (outcome) kebijakan, atau sebagai evaluasi sumatif.
c. Evaluasi Kinerja Kebijakan
Penilaian kinerja dalam kebijakan publik sangat penting karena kebijakan
dibuat untuk suatu tujuan. Konsekuensi dari suatu kebijakan apabila telah
diimplementasikan membawa perubahan sosial ekonomi yang berkenaan
dengan atau dalam batas-batas antara kemanfaatan yang diakibatkan oleh efek
yang terjadi, dan konsekuensi ini berupa dampak kebijakan. Oleh karena itu,
kebijakan harus dinilai sejauhmana pencapaian tujuannya sesuai yang
diharapkan. Dimensi penilaian kinerja kebijakan meliputi
Kesesuaian dengan metode
implementasi
Kesesuaian dengan tujuan evaluasi
Kesesuaian dengan kompetensi
Kesesuaian dengan sumberdaya
yang ada
Kesesuaian dengan lingkungan
evaluasi
Implementasi
Kebijakan Evaluator
Bagan 2. Model Sederhana Evaluasi Implementasi
26
1) Dimensi hasil
2) Dimensi proses pencapaian hasil dan pembelajaran
3) Dimensi sumberdaya yang digunakan (efisiensi dan efektivitas)
4) Dimensi keberadaan dan perkembangan organisasi
5) Dimensi kepemimpinan dan pembelajarannya
d. Evaluasi Lingkungan Kebijakan Publik
Menurut Anderson dalam Nugroho (2017:804), lingkungan kebijakan adalah
realitas di luar kebijakan publik yang mempengaruhi kebijakan publik yaitu
karakteristik demografi, budaya politik, struktur sosial, dan sistem ekonomi.
Evaluasi lingkungan kebijakan publik memberikan deskripsi yang jelas
bagaimana konteks kebijakan dirumuskan dan konteks kebijakan
diimplementasikan.
Berbeda halnya dengan yang disampaikan oleh Nugroho, evaluasi secara lengkap
menurut Abidin (2002:209) mengandung tiga pengertian yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi Awal
Sejak dari proses perumusan kebijakan sampai saat sebelum dilaksanakan
(ex-ante evaluation). Abidin (2002:209) juga menambahkan bahwa
pentingnya evaluasi awal dalam proses kebijakan pada umumnya dirasakan
karena setelah rumusan draft kebijakan dibuat atau disetujui masih dirasakan
ada keperluan untuk melakukan sosialisasi guna memperoleh tanggapan awal
dari masyarakat.
27
b. Evaluasi dalam proses pelaksanaan atau monitoring;
Monitoring menurut Abidin (2002:210) ditujukan untuk keberhasilan
pelaksanaan suatu kebijakan sesuai dengan target yang direncanakan.
Informasi yang dihasilkan berkenaan dengan kelemahan dan penyimpangan
dalam pelaksanaan sehingga tidak dapat mencapai target output dari suatu
kebijakan. Jenis teknik monitoring ada dua yaitu on desk, yaitu dengan
mencermati laporan-laporan perkembangan, dan on site yaitu dengan cara
turun ke lapangan memeriksa secara langsung. Cara ketiga adalah melakukan
keduanya, yaitu on desk dan on site. Tujuan monitoring adalah untuk 1)
menghindarkan terjadinya penyimpangan dari perencanaan atau kesalahan
sehingga dapat diluruskan; 2) memastikan proses implementasi sesuai dengan
model implementasi; 3) Memastikan bahwa implementasi kebijakan menuju
ke arah kinerja kebijakan yang dikehendaki. Sedangkan model monitoring
secara umum digambarkan sebagai sekuensi antara perencanaan dan evaluasi
atau dapat dikatakan bahwa monitoring sebenarnya “bagian” dari evaluasi.
Pengawasan yang baik dapat secara langsung menjadi evaluasi. Dengan
demikian, evaluasi merupakan agregasi dan penyimpulan dari pengawasan-
pengawasan yang dilakukan.
Proses pelaksanaan dan kegiatan monitoring berjalan bersamaan, monitoring
tidak boleh sampai mengganggu proses pelaksanaan. Bahkan monitoring
diperlukan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan. Dengan monitoring
diharapkan, setiap kekeliruan/ketidakcocokan yang terjadi sebagai akibat dari
kekurangan informasi pada saat formulasi kebijakan atau karena ada
perubahan-perubahan yang tak terduga di lapangan, segera dapat diperbaiki
28
dan disesuaikan. Sehingga kekeliruan tidak berlarut-larut yang memperbesar
kemungkinan terjadinya kegagalan. Kelemahan yang diidentifikasi melalui
monitoring adalah kesalahan pelaksanaan dari manusia atau human error,
karena asumsi yang dipakai disini adalah, rencana atau kebijakan yang telah
dirumuskan sempurna atau perfect sifatnya. Oleh karena itu, monitoring tidak
bertujuan untuk mengubah kebijakan, tetapi hanya mengadakan penyesuaian.
c. Evaluasi Akhir
Evaluasi akhir adalah tahapan yang dilakukan setelah selesai proses
pelaksanaan kebijakan atau (ex-post evaluation). Abidin (2016:212)
mengatakan evaluasi akhir ini diperlukan untuk mengidentifikasi berbagai
kelemahan secara menyeluruh dari suatu kebijakan, baik yang berasal dari
kelemahan startegi kebijakan maupun karena kelemahan dalam pelaksanaan.
Tujuan evaluasi akhir adalah untuk membangun dan menyempurnakan
kebijakan sehingga fokusnya tidak hanya pada suatu tahap dalam proses
kebijakan, tetapi pada keseluruhan proses. Karena itu, objek yang
diidentifikasi bukan sekedar kegagalan, melainkan juga keberhasilan.
Kegagalan menjadi sasaran untuk diperbaiki, sementara keberhasilan menjadi
contoh untuk dikembangkan. Informasi yang dihasilkan dari evaluasi
merupakan nilai (values) yang antara lain berkenaan dengan:
1) Efisiensi, yakni perbandingan antara hasil dengan biaya (hasil/biaya)
2) Keuntungan, yaitu selisih antara hasil dengan biaya atau (hasil-biaya)
3) Efektif, yakni penilaian pada hasil, tanpa memperhitungkan biaya.
4) Keadilan, yakni keseimbangan (proporsional) dalam pembagian hasil
(manfaat) dan/atau biaya (pengorbanan)
29
5) Destriments, indikator negatif di bidang sosial seperti kriminal
6) Manfaat tambahan
Menurut Dunn (1981:339) dikutip dalam Abidin (2002:212), perbedaan
fungsi antara monitoring atau evaluasi dalam proses pelaksanaan dengan
evaluasi kinerja atau evaluasi sesudah pelaksanaan. Monitoring ditujukan
untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi dalam proses
pelaksanaan, bagaimana terjadinya dan mengapa, sementara evaluasi akhir
menjawab persoalan tentang perubahan-perubahan apa yang telah terjadi.
Konsekuensi perbedaan fungsi monitoring dan evaluasi akhir ini adalah
adanya perbedaan informasi yang dihasilkan. Monitoring menghasilkan
informasi yang sifatnya empiris, berdasarkan fakta-fakta yang ada, sementara
evaluasi akhir menghasilkan informasi yang bersifat penilaian (values) dalam
memenuhi kebutuhan, peluang dan memecahkan permasalahan.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi dalam studi
evaluasi kebijakan publik menyangkut evaluasi formulasi kebijakan, evaluasi
implementasi kebijakan, dan evaluasi akhir kebijakan mengenai kinerja kebijakan.
Pada penelitian ini dimensi evaluasi kebijakan yang diambil adalah dimensi
evaluasi implementasi kebijakan publik.
3. Model-Model Evaluasi Implementasi Kebijakan
Untuk mengevaluasi suatu kebijakan, diperlukan model evaluasi sebagai kriteria
yang digunakan untuk penilaian. Berikut dipaparkan model evaluasi implementasi
kebijakan dalam Nugroho (2017:785-791) dari berbagai tokoh di antaranya adalah
William Dunn, Lester dan Steward, Anderson, dan Howlet dan Ramesh.
30
a. Model Evaluasi William Dunn
Dunn dalam Nugroho (2017:785-786) mengatakan bahwa evaluasi dapat
disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan
penilaian (assesment). Evaluasi berhubungan dengan produksi informasi
mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan dan memberi informasi yang
dapat dipercaya mengenai kinerja sebuah kebijakan. Dengan demikian,
walaupun evaluasi berkenaan dengan keseluruhan proses kebijakan, evaluasi
kebijakan lebih berkenaan dengan kinerja dari kebijakan terutama dalam hal
implementasi kebijakan publik. Kriteria evaluasi kebijakan meliputi:
Tabel 6. Tipe Evaluasi Dunn Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai Unit pelayanan
Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan
Unit biaya, manfaat bersih,
rasio cost-benefit
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang
diinginkan memecahkan masalah
Biaya tetap Efektivitas
tetap
Perataan Apakah biaya manfaat didistribusikan dengan
merata kepada kelompok-kelompok yang
berbeda
Kriteria Pareto, Kriteria
Kaldor-Hicks, Kriteria
Rawis
Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok
tertentu
Konsistensi dengan survai
warganegara
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-
benar berguna atau bernilai
Program publik harus
merata dan efisien
Sumber: Nugroho (2017:785-786)
Penjabaran tipe kriteria evaluasi menurut Dunn (2003:610) dijelaskan dalam
Rusli (2015:123) sebagai berikut:
1) Penilaian terhadap efektivitas ditujukan untuk menjawab ketepatan
waktu pencapaian hasil/tujuan. Parameternya adalah ketepatan waktu.
Adapun menurut Rusli (2015:182), efektivitas menjadi sangat penting
tidak hanya tentang kewenangan pemerintah yang semakin luas dalam
mengelola dana masyarakat, tetapi juga terkait dengan upaya
31
pencapaian tujuan kebijakan yang dilakukan.Sedangkan Stoner
(1995:9) dalam Rusli (2015:183) mendefinisikan efektivitas sebagai
sebuah kapasitas untuk menentukan tujuan tertentu yang ingin dicapai.
2) Penilaian terhadap efisiensi ditujukan untuk menjawab pengorbanan
yang minim (usaha minimal) untuk mencapai hasil maksimal.
Parameternya adalah biaya, rasio, keuntungan dan manfaat. Sedangkan
Stoner (1995:9) dalam Rusli (2015:184) mendefinisikan efisiensi
sebagai kapasitas dalam meminimalkan penggunaan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan organisasi.
3) Penilaian terhadap ketepatan dalam menjawab masalah (adequacy)
ditujukan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian hasil dapat
memecahkan masalah. Sedangkan menurut Suharto (2008:42),
ketepatan adalah suatu keadaan di mana tujuan program atau hasil yang
diharapkan sesuai dengan prioritas pemerintah/kebijakan dan kebutuhan
masyarakat.
4) Penilaian terhadap perataan (equity) ditujukan untuk melihat manfaat
dan biaya dari kegiatan terdistribusi secara proporsional untuk aktor-
aktor yang terlibat.
5) Penilaian terhadap responsivitas ditujukan untuk mengetahui hasil
rencana/kegiatan/kebijaksanaan sesuai dengan preferensi/keinginan dari
target grup.
6) Penilaian terhadap ketepatgunaan/kecukupan ditujukan untuk
mengetahui kegiatan/rencana/kebijaksanaan tersebut memberikan
hasil/keuntungan dan manfaat kepada target grup. Standar tingkat
32
keuntungan dan manfaat sangat relatif seusai dengan sistem nilai yang
berlaku pada target grup tersebut.
b. Model Evaluasi Lester dan Steward
Slester dan Steward (2000) dalam Nugroho (2017:787) mengelompokkan
evaluasi implementasi kebijakan menjadi evaluasi proses, yaitu evaluasi
yang berkenaan dengan proses implementasi; evaluasi impak, yaitu
evaluasi berkenaan dengan hasil dan/atau pengaruh dari implementasi
kebijakan; evaluasi kebijakan, yaitu apakah benar hasil yang dicapai
mencerminkan tujuan yang dikehendaki; dan evaluasi meta-evaluasi yang
berkenaan dengan evaluasi dari berbagai implementasi kebijakan yang ada
untuk menemukan kesamaan-kesamaan tertentu.
c. Model Evaluasi Anderson
Anderson (2011:276-278) dikutip Nugroho (2017:789) membagi evaluasi
(implementasi) kebijakan publik menjadi tiga. Pertama, evaluasi kebijakan
publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional yang selalu melekat
pada setiap kebijakan publik. Kedua, evaluasi yang memfokuskan kepada
proses bekerjanya kebijakan. Ketiga, evaluasi sistematis untuk mengukur
kebijakan atau mengukur pencapaian dibanding target yang ditetapkan.
Enam langkah evaluasi kebijakan menurut Suchman dalam Nugroho
(2017:789) adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
2) Analisis terhadap masalah
3) Deskripsi dan standarisasi kegiatan
33
4) Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
5) Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab lain
6) Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
d. Model Evaluasi Howlet dan Ramesh
Howlet dan Ramesh (1995) sebagaimana dikutip oleh Nugroho (2017:790)
mengelompokkan evaluasi sebagai berikut:
1) Evaluasi administratif, berkenaan dengan evaluasi sisi administratif
yakni anggaran, efisiensi, biaya proses kebijakan di dalam pemerintah,
meliputi:
a) effort evalution, yang menilai dari sisi input program
b) perfiormance evaluation, menilai keluaran (output) dari program
c) adequacy of performance evaluation atau effectiveness
evaluation, menilai apakah program dijalankan sebagaimana yang
ditetapkan
d) efficiency evaluation, menilai biaya program dan menilai
kefektifan biaya
e) process evaluations, menilai metode yang digunakan oleh
organisasi untuk melaksanakan program
2) Evaluasi yudisial, berkenaan dengan isu keabsahan hukum dimana
kebijakan diimpelementasikan
3) Evaluasi politik, menilai sejauh mana penerimaan konstituen politik
terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.
34
Selain itu, menurut Subarsono (2005:121) dalam Rusli (2015:134), pengukuran
evaluasi kebijakan terdapat beberapa parameter namun secara umum evaluasi
kinerja kebijakan mengacu pada indikator input, proces, output, hasil
(outcomes), dan dampak. Evaluasi dengan parameter outcomes adalah hasil
suatu kebijakan dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat
diimplementasikannya suatu kebijakan. Sedangkan, Widodo (2006) dalam
Rusli (2015:121) mengatakan tipe evaluasi hasil implementasi kebijakan hasil
berfokus pada tujuan kebijakan.
Berdasarkan pemaparan di atas, model evaluasi terdiri dari model evaluasi
Dunn, Model Evaluasi Lester dan Steward, model evaluasi Anderson dan
model evaluasi Howlet dan Ramesh. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teori evaluasi implementasi kebijakan dengan model evaluasi
Dunn. Kriteria indikator evaluasi untuk menilai pelaksanaan BPNT di Kota
Bandar Lampung yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,
responsivitas, dan ketepatan sebagai dalam.
C. Tinjauan Tentang Program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT)
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran
bantuan sosial serta untuk mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik
Indonesia memberikan arahan agar bantuan sosial dan subsidi disalurkan
secara nontunai, dengan menggunakan sistem perbankan. Berdasarkan panduan
yang diterbitkan Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian
Sosial Republik Indonesia, BPNT adalah bantuan pangan dari pemerintah yang
diberikan kepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik
35
yang digunakan hanya untuk membeli pangan di e-warong KUBE
PKH/pedagang bahan pangan yang bekerja sama dengan Bank Himbara.
Pelaksanaan penyaluran BPNT mengacu pada Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2018 tentang Penyaluran BPNT. Pasal 3
Permensos tersebut dijelaskan bahwa, BPNT disalurkan di lokasi dengan
kriteria tersambung dengan jaringan internet; dan terdapat e-warong.
Selanjutnya dalam pelaksanaan BPNT pasal 33 terdapat tenaga pelaksana
BPNT yang terdiri atas koordinator wilayah; koordinator daerah
kabupaten/kota; dan pendamping sosial bantuan sosial pangan.
1. Tujuan BPNT
Tujuan BPNT menurut panduan umum BPNT 2017 yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial RI adalah
sebagai berikut:
a. Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian
kebutuhan pangan.
b. Memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM.
c. Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan bantuan pangan
bagi KPM.
d. Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada KPM dalam
memenuhi kebutuhan pangan.
e. Mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs).
36
2. Manfaat BPNT
a. Meningkatkannya ketahanan pangan ditingkat KPM sekaligus sebagai
mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskin.
b. Meningkatnya transaksi nontunai dalam agenda GNNT.
c. Meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan sehingga
dapat meningkatkan kemampuan ekonomi yang sejalan dengan SNKI.
d. Meningkatnya efisiensi penyaluran bantuan sosial.
e. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah, terutama usaha mikro
dan kecil di bidang perdagangan.
3. Prinsip Umum BPNT
a. Mudah dijangkau dan digunakan oleh KPM.
b. Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada KPM tentang
kapan, berapa, jenis, dan kualitas bahan pangan dengan preferensi.
c. Mendorong usaha eceran rakyat untuk memperoleh pelanggan dan
peningkatan penghasilan dengan melayani KPM.
d. Memberikan akses jasa keuangan kepada KPM.
e. E-warong dapat membeli pasokan bahan pangan dari berbagai sumber
sehingga terdapat ruang alternatif pasokan yang lebih optimal.
f. Bank Penyalur bertugas menyalurkan dana bantuan ke rekening KPM
dan tidak bertugas menyalurkan bahan pangan kepada KPM, termasuk
tidak melakukan pemesanan bahan pangan.
37
4. Mekanisme Pelaksanaan Penyaluran BPNT
Mekanisme penyaluran BPNT berdasarkan Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2018 tentang Penyaluran BPNT
pasal 9 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Registrasi dan/atau pembukaan rekening;
b. Edukasi dan sosialisasi;
c. Penyaluran; dan
d. Pembelian barang.
D. Tinjauan Tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs)
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs)
2015–2030 berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku
bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. Konsep SDGs itu sendiri lahir pada kegiatan
konferensi mengenai Pembangunan Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PBB di
Rio de Jainero tahun 2012. Tujuan yang ingin dihasilkan dalam pertemuan
tersebut adalah memperoleh tujuan bersama yang universal yang mampu
memelihara keseimbangan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan: lingkungan,
sosial dan ekonomi.
Dalam menjaga keseimbangan tiga dimensi pembangunan tersebut, maka SDGs
memiliki 5 pondasi utama yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemitraan. SDGs ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030 berupa
mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim.
Kemiskinan masih menjadi isu penting dan utama, selain dua capaian lainnya.
38
Untuk mencapai tiga tujuan mulia tersebut, disusunlah 17 tujuan global (global
goals). 17 poin penting SDGs tersebut dipaparkan dalam Ishartono (2016:163-
165) yaitu sebagai berikut:
1. Tanpa kemiskinan. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh
penjuru dunia.
2. Tanpa kelaparan. Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan,
perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang sehat
serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat segala umur.
4. Pendidikan berkualitas. Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas
dan meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin
pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang.
5. Kesetaraan gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum
ibu dan perempuan.
6. Air bersih dan sanitasi. Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang.
7. Energi bersih dan terjangkau. Menjamin akses terhadap sumber energi yang
terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8. Pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak. Mendukung perkembangan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan
produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9. Industri, inovasi dan infrastruktur. Membangun infrastruktur yang
berkualitas, mendorong peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan
serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi Kesenjangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam
sebuah negara maupun di antara negara-negara di dunia.
11. Keberlanjutan kota dan komunitas. Membangun kota-kota serta pemukiman
yang inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12. Konsumsi dan produksi bertanggungjawab. Menjamin keberlangsungan
konsumsi dan pola produksi.
39
13. Aksi terhadap iklim. Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
14. Kehidupan bawah laut. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan
kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang
berkelanjutan.
15. Kehidupan di darat. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara
berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi
penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16. Institusi peradilan yang kuat dan kedamaian. Meningkatkan perdamaian
termasuk masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan
akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung
jawab untuk seluruh kalangan, serta membangun institusi yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan. Memperkuat implementasi dan
menghidupkan kembali kemitraan global untuk pembangunan yang
berkelanjutan.
Upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs di Indonesia
mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017
Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Pada
Peraturan Presiden tersebut menurut pasal 2 ayat 1 ditetapkan sasaran nasional
periode tahun 2017 sampai tahun 2019 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019. Selanjutnya pada pasal 2 ayat 1, Tujuan
Pembanguan Berkelanjutan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial
masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup, serta pembangunan yang inklusif
40
dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas
kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga dimensi
dalam pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Selain
itu pembangunan berkelanjutan terdiri dari 17 poin tujuan penting yang menjadi
sasarannya. Pada penelitian ini, sebagai salah satu tujuan BPNT untuk mendukung
pencapaian SDGs, peneliti memfokuskan pada poin tujuan penghapusan masalah
kemiskinan dan kelaparan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat.
E. Kerangka Pikir
Masalah kemiskinan di Kota Bandar Lampung terjadi merata di setiap kecamatan.
Kemiskinan berhubungan dengan kekurangan pangan yang menyebabkan masalah
kelaparan. Berdasarkan data tahun 2016, angka kemiskinan tertinggi terjadi di
Kecamatan Panjang dengan jumlah 5.045 dan di posisi kedua adalah Kecamatan
Bumi Waras dengan total 4.574. Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah
kemiskinan tersebut adalah dengan mengimplementasikan program bantuan sosial
yaitu BPNT sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2018 Tentang Penyaluran Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) yang
diimplementasikan sejak tahun 2017. Pada penyalurannya, masalah rekening
saldo nol tertinggi terdapat di Kecamatan Bumi Waras. Pada pasal 9 menjelaskan
bahwa mekanisme penyaluran BPNT dilakukan melalui tahapan:
a. registrasi dan/atau pembukaan rekening;
b. edukasi dan sosialisasi;
41
c. penyaluran;
d. pembelian barang.
Evaluasi pelaksanaan BPNT dalam penelitian ini menggunakan teori evaluasi
implementasi dengan model evaluasi menurut Dunn. Hal ini didasari karena
dalam teori tersebut dijelaskan bahwa evaluasi kebijakan berkenaan dengan
kinerja dari kebijakan khususnya pada implementasi kebijakan publik. Selain itu
alasan lainnya adalah karena BPNT merupakan kebijakan yang masih dalam
proses pelaksanaan. Kriteria evaluasi yang digunakan adalah efektivitas, efisiensi,
kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan.
42
Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2018
tentang Penyaluran Bantuan Pangan
Nontunai (BPNT) pada pasal 9
menjelaskan bahwa mekanisme
penyaluran BPNT dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:
a. registrasi dan/atau pembukaan
rekening;
b. edukasi dan sosialisasi;
c. penyaluran;
d. pembelian barang
Meningkatkan kecukupan pangan
bagi masyarakat miskin dalam
pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs)
mengatasi masalah kemiskinan di
Kota Bandar Lampung
Evaluasi pelaksanaan BPNT
menggunakan teori evaluasi
implementasi William Dunn untuk
kebijakan yang masih dalam proses
pelaksanaan. Kriteria indikator evaluasi
implementasi BPNT adalah sebagai
berikut
a. Efektivitas
b. Efisiensi
c. Kecukupan
d. Perataan
e. Responsivitas
f. Ketepatan
1. Tingkat kemiskinan tertinggi di Kota Bandar Lampung yaitu di Kecamatan Panjang
2. Tingkat kemiskinan tertinggi kedua dan masalah saldo nol tertinggi di Kota Bandar
Lampung yaitu di Kecamatan Bumi Waras
3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada poin 1 yaitu menghapus
masalah kemiskinan.
Sumber: Diolah Peneliti (2018)
Bagan 3. Kerangka Pikir
Optimalisasi pelaksanaan penyaluran BPNT di
Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras
Kota Bandar Lampung.
III. METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, meliputi tipe
dan pendekatan penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Menurut Usman dan Akbar (2009:130), penelitian deskriptif kualitatif
diuraikan dengan kata-kata menurut para informan, apa adanya sesuai dengan
pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis pula apa yang melatarbelakangi
mereka berprilaku (berfikir, berperasaan, dan bertindak) seperti itu, direduksi,
ditriangulasi, disimpulkan (diberi makna oleh peneliti) dan diverifikasi
(dikonsultasikan kepada informan atau teman sejawat).
Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Tujuannya adalah untuk menggambarkan dan menilai melalui kata-kata dan data-
data berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai pelaksanaan program
BPNT di Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar
Lampung. Selain itu penelitian ini menggambarkan pelaksanaan BPNT dalam
hubungannnya dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
44
B. Fokus Penelitian
Moleong (2007: 94) menjelaskan penetapan fokus ini berfungsi untuk memenuhi
kriteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi yang baru
diperoleh di lapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus, seorang
peneliti tahu persis data mana dan data tentang apa yang perlu dikumpulkan dan
data mana yang walaupun mungkin menarik, karena tidak relevan tidak perlu
dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan. Fokus penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2018 tentang Penyaluran BPNT pada pasal 9, mekanisme penyaluran BPNT
dilakukan melalui tahapan a) registrasi dan/atau pembukaan rekening; b)
edukasi dan sosialisasi; c) penyaluran; d) pembelian barang.
2. Hasil pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan Bumi Waras Kota Bandar
Lampung sesuai dengan tujuan BPNT:
a) Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian
kebutuhan pangan.
b) Memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM.
c) Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan Bantuan Pangan
bagi KPM.
d) Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada KPM dalam
memenuhi kebutuhan pangan.
e) Mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs).
45
3. Evaluasi terhadap pelaksanaan BPNT sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Penyaluran BPNT
menggunakan teori model evaluasi pelaksanaan kebijakan William Dunn
dengan indikator evaluasi sebagai berikut:
a. Efektivitas;
b. Efisiensi;
c. Kecukupan;
d. Perataan;
e. Responsivitas; dan
f. Ketepatan.
C. Lokasi Penelitian
Menurut Moleong (2007:86), lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti
melakukan penelitian terutama sekali dalam menangkap fenomena atau peristiwa
yang sebenarnya terjadi, dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-
data penelitian yang akurat. Lokasi penelitian ini berada di Kota Bandar
Lampung. Peneliti memilih Kota Bandar Lampung sebagai lokasi penelitian
karena berdasarkan hasil pra-riset dengan Kepala Bidang Jaminan Sosial Dinas
Sosial Kota Bandar Lampung, kota ini menjadi salah-satu kota dari 44 kota di
Indonesia dan kota pertama di Provinsi Lampung yang melaksanakan BPNT sejak
tahun 2016. Pada penelitian ini, lebih difokuskan pada perbandingan Kecamatan
Panjang yang memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi yaitu 5.045 orang dan
penerima KPM tertinggi berjumlah 4.446 dengan Kecamatan Bumi Waras yang
memiliki angka kemiskinan tertinggi kedua sebanyak 4.574 orang dengan jumlah
46
KPM BPNT mencapai 4.269 KPM serta memiliki masalah saldo nol tertinggi
setiap bulannya dibandingkan kecamatan lain di Kota Bandar Lampung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
melakukan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus
penelitian maka teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2011:186) diadakan
wawancara untuk mengetahui kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan
dan kepedulian. Peneliti melakukan teknik pengumpulan data melalui
wawancara untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan dapat
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini,
pemilihan informan dilakukan dengan teknik snowball dan kegiatan
wawancara dilakukan secara terstruktur menggunakan pedoman wawancara.
Adapun informan yang akan diwawancarai adalah sebagai berikut:
47
Tabel 7. Daftar Informan
Sumber: Diolah Peneliti (2018)
2. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan turun langsung ke lokasi penelitian, guna
meninjau dan mencatat serta mengontrol keadaan lokasi untuk memperoleh
data yang diperlukan. Observasi yang digunakan adalah observasi
nonpartisan karena dalam observasi peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen. Pada penelitian ini, observasi yang dilakukan penulis
adalah mengamati tahapan pelaksanaan BPNT pembelian barang di e-warong.
Tabel 8. Daftar Kegiatan Observasi No Objek Pengamatan Waktu Pengamatan
1 Pembelian barang di BRI-link Kecamatan Panjang 7 Maret 2019
2 Pembelian barang di BRI-link Kecamatan Bumi Waras 8 Maret 2019
3 Pembelian barang di e-warong Kecamatan Bumi Waras 11 Maret 2019
19 Maret 2019
Sumber: Diolah peneliti (2019)
No Nama Informan Jabatan
1 Santoso, S.E, M.M Kepala Baguan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota
Bandar Lampung
2 Elvira Yusnamurti, S.Sos Kasi Bantuan Sosial Fakir Miskin
3 Rio Dedi Allantara, S.Pd Koordinator kota program BPNT Kota Bandar
Lampung
4 Muhammad Yusuf, S.Pd Koordinator pendamping sosial BPNT Kecamatan
Panjang
5 Gunes Nurani, S.Sos Pendamping sosial BPNT Kecamatan Panjang
6 Teguh Hartanto, A.Md Koordinator pendamping sosial BPNT Kecamatan
Bumi Waras
7 Pujo Bintoro Tenaga Kerja Sukarela Kecamatan (TKSK) dan agen
BRI-link Kecamatan Panjang
8 Tris Anugrah Tenaga Kerja Sukarela Kecamatan (TKSK) dan agen
BRI-link Kecamatan Bumi Waras
9 Sukiyati Pengelola e-warong dan Masyarakat KPM BPNT
Kecamatan Panjang
10 Nuremi Masyarakat KPM BPNT Kecamatan Panjang
11 Mariati Masyarakat KPM BPNT Kecamatan Panjang
12 Romlah Masyarakat KPM BPNT Kecamatan Panjang
13 Susilawati Pengelola e-warong dan masyarakat KPM Kecamatan
Bumi Waras
14 Yulia Sari Pengelola e-warong dan Masyarakat KPM Kecamatan
Bumi Waras
15 Khodijah Masyarakat KPM Kecamatan Bumi Waras
16 Neneng Nurjanah Masyarakat KPM Kecamatan Bumi Waras
17 Kasini Masyarakat KPM Kecamatan Bumi Waras
48
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data melalui dokumen-dokumen. Dengan
menggunakan dokumentasi maka hasil observasi dan wawancara akan lebih
dipercaya karena di dokumentasi didukung dengan berisikan catatan yang
sudah berlalu, berupa foto, tulisan, gambar, karya serta buku dan data yang
sesuai dengan bahasan penelitian. Berikut sumber dokumentasi yang
digunakan pada penelitian ini:
Tabel 9. Sumber Dokumentasi No Dokumen
1 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 11 tahun 2018 tentang
penyaluran Bantuan Pangan Nontunai (BPNT)
2 Data penerima BPNT Kota Bandar Lampung
3 Laporan tahunan pelaksanaan BPNT di Kota Bandar Lampung
4 Perkembangan kemiskinan Provinsi Lampung No. 06/01/18/TH.x, 2 Januari 2018
5 Perkembangan kemiskinan Provinsi Lampung No. 58/07/18/TH.x,16 Juli 2018)
6 Panduan umum BPNT 2017 Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin
Kementerian Sosial Republik Indonesia
7 Panduan umum BPNT 2018
8 Poto kegiatan pelaksanaan pembelian barang di e-warong dan BRI-link
Sumber: Diolah Peneliti (2018)
E. Teknik Analisis Data
Menurut Tresiana (2013:115), kegitan analisis data dalam penelitian kualitatif
merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Kegiatannya meliputi
mulai dari penyusunan data, menafsirkan dan menginterpretasikan data.
Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori.
Menafsirkan data berarti memberi makna kepada analisis, menjelaskan pola atau
kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi menggambarkan
perspektif atau pandangan peneliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik analisa kualitatif, yaitu menganalisa data dengan cara
menjelaskan dalam bentuk kalimat logis. Selain itu analisis data dalam penelitian
49
ini menggunakan analisis data versi Miles dan Huberman yang dikutip oleh
Sugiyono (2017:334-343) sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, mencari tema dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan
melakukan penyajian data maka memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penyajian data dengan cara
mendeskripsikan atau memaparkan hasil temuan dalam wawancara dengan
informan, dokumentasi, dan observasi menggunakan teks yang bersifat naratif,
tabel maupun gambar.
3. Kesimpulan (conclusion drawing/verification)
Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Pada penelitian ini peneliti memberikan kesimpulan
50
terhadap narasi hasil wawancara, observasi (pengamatan), dan dokumentasi
yang dilakukan.
F. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Menurut
Sugiyono (2017:364-374) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi
pengujian kredibilitas, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.
1. Uji Kredibilitas (Credibility)
Uji kredibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan penelitian adalah untuk mengecek kembali apakah data yang
telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas sebaiknya
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh apakah data
tersebut setelah dicek kebenaran di lapangan benar atau tidak, berubah atau
tidak. Menurut Moleong (2007:327), perpanjangan pengamatan berarti
peneliti tinggal di lapangan penelitian samapai kejenuhan pengumpulan data
tercapai. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada Februari
sampai dengan Maret 2019, kemudian dilakukan perpanjangan penelitian
melalui wawancara kembali kepada informan pada Mei 2019.
b. Meningkatkan Ketekunan
Ketekunan pengamatan menurut Moleong (2007:329) bermaksud
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan yang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal
51
tersebut secara rinci. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara
tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam
secara pasti dan sistematis. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara secara rinci kepada implementor dan masyarakat KPM serta
meningkatkan ketekunan dengan melakukan observasi pada tahap
penyaluran dan pembelian barang di e-warong dan BRI-link.
c. Triangulasi
Menurut Sugiyono (2017:369) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Pada triangulasi sumber
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Sedangkan triangulasi waktu, kredibilitas
dilakukan melakukan pengecekan teknik pengumpulan data di waktu
berbeda. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber penelitian yaitu peneliti mengajukan berbagai macam variasi
pertanyaan, mengeceknya dengan berbagai sumber data dan
membandingkan hasil wawancara kepada informan yang berbeda, hasil
observasi maupun dokumentasi yang dilakukan.
52
d. Kecukupan Bahan Referensi
Bahan referensi di sini maksudnya adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Pada penelitian ini, kecukupan
bahan referensi yang digunakan peneliti adalah hasil wawancara didukung
adanya rekaman wawancara, serta dilengkapi foto-foto dan dokumen
autentik sehingga menjadi lebih valid dan bisa dipercaya.
2. Keteralihan (Transferability)
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga
uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan
konteks tempat penelitian diselenggarakan. Uraiannya harus mengungkapkan
secara khusus agar dapat dipahami. Peneliti dituntut untuk membuat laporan
dengan memberikan uraian rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan
demikian pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut sehingga dapat
memutuskan atau setidaknya menerapkan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
3. Pengujian Kebergantungan (Depenability)
Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian
nonkualitatif. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam
suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan
reliabilitasnya tercapai. Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Untuk
mengetahui dan mengecek serta memastikan penelitian ini salah atau benar,
peneliti ini mendiskusikannya dengan dosen pembimbing secara bertahap
mengenai konsep di lapangan. Setelah hasil penelitian benar dan disetujui,
53
diadakan seminar terbuka hasil penelitian yang dihadiri oleh mahasiswa, dosen
pembimbing, dan dosen pembahas.
4. Pengujian Kepastian (Confirmability)
Dalam penelitian kualitatif uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan,
sehingga pelaksanaannya dapat dilakukan secara bersamaan. Kepastian yang
dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan disepakati hasil
penelitian oleh banyak orang maka hasil penelitian tidak lagi bersifat subjektif
tapi sudah objektif. Pada penelitian ini menguji kepastian berarti menguji hasil
penelitian yang dikaitkan dengan proses atau metode yang dilakukan dalam
penelitian yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Jadi, jangan sampai proses penelitian tidak ada tetapi
hasilnya ada. Pengujian confirmability dalam penelitian ini dilakukan melalui
seminar terbuka dan ujian tertutup. Seminar terbuka dihadiri oleh dosen
pembimbing, dosen penguji, dan mahasiswa peserta seminar serta sedangkan
ujian tertutup dilakukan terakhir bersama dengan dosen-dosen penguji.
IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Bab ini memaparkan gambaran umum lokasi penelitian. Substansi bab ini terdiri
dari gambaran umum Kota Bandar Lampung dan gambaran Dinas Sosial Kota
Bandar Lampung.
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang berada di
bagian selatan Provinsi Lampung (Teluk Lampung). Selain sebagai pusat kegiatan
pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, Kota Bandar Lampung
juga merupakan pusat kegiatan perekonomian di Provinsi Lampung. Kota Bandar
Lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit
kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Dengan demikian,
Kota Bandar Lampung memiliki peranan penting dalam jalur transportasi darat
dan aktivitas pendistribusian logistik dari Sumatera menuju Jawa ataupun
sebaliknya. Hal itu sangat menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan
Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata.
Berdasarkan data Kota Bandar Lampung dalam angka (2018:3), secara
administratif Kota Bandar Lampung dibatasi oleh:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan.
55
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan.
Secara geografis, Kota Bandar Lampung berada juga merupakan kota terletak
pada ketinggian 0 sampai 700 meter di atas permukaan laut. Bentuk topografi
Kota Bandar Lampung sangat beragam mulai dari dataran pantai, perbukitan dan
bergunung. Topografi masing-masing wilayah di Kota Bandar Lampung adalah
sebagai berikut:
1. Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang
2. Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian utara
3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar Tanjung
Karang bagian Barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta perbukitan
Batu Serampok di bagian Timur Selatan.
4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian Selatan.
Berdasarkan data Kota Bandar Lampung dalam angka tahun 2018 halaman 5
diketahui bahwa Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km2. Kota
ini terdiri dari 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Luas wilayah masing-masing
kecamatan di Kota Bandar Lampung dirincikan dalam tabel sebagai berikut:
56
Tabel 10. Kecamatan Di Kota Bandar Lampung, Dirinci Menurut Luas Wilayah,
Ibu Kota Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
No Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
Ibukota Kecamatan Jumlah
Kelurahan
1 Teluk Betung Barat 11,02 km2 Bakung 5
2 Teluk Betung Timur 14,83 km2 Sukamaju 6
3 Teluk Betung Selatan 3,79 km2 Gedong Pakuon 6
4 Bumi Waras 3,75 km2 Sukaraja 5
5 Panjang 15,75 km2 Karang Maritim 8
6 Tanjung Karang Timur 2,03 km2 Kota Baru 5
7 Kedamaian 8,21 km2 Kedamaian 7
8 Teluk Betung Utara 4,33 km2 Kupang Kota 6
9 Tanjung Karang Pusat 4,05 km2 Palapa 7
10 Enggal 3,49 km2 Enggal 6
11 Tanjung Karang Barat 14,99 km2 Gedong Air 7
12 Kemiling 24,24 km2 Beringin Jaya 9
13 Langkapura 6,12 km2 Langkapura 5
14 Kedaton 4,79 km2 Kedaton 7
15 Rajabasa 13,53 km2 Rajabasa Nunyai 7
16 Tanjung Senang 10,63 km2 Tanjung Senang 5
17 Labuhan Ratu 7,97 km2 Kampung Baru Raya 6
18 Sukarame 14,75 km2 Sukarame 6
19 Sukabumi 23,60 km2 Sukabumi 7
20 Way Halim 5,35 km2 Way Halim Permai 6
Total 197,22 km2 - 126
Sumber: Bagian Pemerintahan Kota Bandar Lampung (Kota Bandar
Lampung dalam angka 2018 hal 5)
Data Kota Bandar Lampung dalam angka 2018 halaman 43 mencantumkan data
penduduk, keluargaa berencana dan ketenagakerjaan. Berdasarkan data tersebut,
diketahui bahwa pada tahun 2017, penduduk Kota Bandar Lampung berjumlah
1.015.910 jiwa dengan sex ratio 101, yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak daripada penduduk perempuan. Kepadatan penduduk paling besar terdapat
di Kecamatan Tanjung Karang Timur yakni 24.549 jiwa/km2, sedangkan
kecamatan yang paling kecil kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Sukabumi yaitu 1.235 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung yang
dirinci menurut kecamatan, jenis kelamin, dan sex ratio tahun 2017 dijabarkan
dalam tabel di bawah ini:
57
Tabel 11. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Dirinci menurut Kecamatan,
Jenis Kelamin, dan Sex Ratio Tahun 2017 Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah/Total Sex Ratio
Teluk Betung Barat 15 928 14 989 30 917 106
Teluk Betung Timur 22 185 21 027 43 212 106
Teluk Betung Selatan 20 696 20 140 40 836 103
Bumi Waras 30 015 28 860 58 875 104
Panjang 39 124 37 974 77 098 103
Tanjung Karang Timur 19 202 19 303 38 505 99
Kedamaian 27 563 27 008 54 571 102
Teluk Betung Utara 26 231 26 266 52 497 100
Tanjung Karang Pusat 26 191 26 855 53 046 98
Enggal 14 188 14 952 29 140 95
Tanjung Karang Barat 28 745 28 023 56 768 103
Kemiling 33 886 34 219 68 105 99
Langkapura 17 760 17 458 35 218 102
Kedaton 25 397 25 504 50 901 100
Rajabasa 25 373 24 462 49 835 104
Tanjung Senang 23 743 23 753 47 496 100
Labuhan Ratu 23 436 23 092 46 528 101
Sukarame 29 535 29 526 59 061 100
Sukabumi 30 435 29 061 59 496 105
Way Halim 31 738 32 067 63 805 99
Total 511 371 504 539 1015 910 101
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung (Bandar Lampung dalam
angka 2018: 43)
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi adalah di
Kecamatan Panjang dengan total 77.098 jiwa. Sedangkan Kecamatan Bumi Waras
memiliki total jumlah penduduk sebanyak 58.875 jiwa. Kecamatan dengan
penduduk terendah adalah di Kecamatan Enggal dengan total 29.140 jiwa,
B. Gambaran Dinas Sosial Kota Bandar Lampung
Masalah sosial di Kota Bandar Lampung merupakan kewenangan dari Dinas
Sosial Kota Bandar Lampung dalam penanganannya. Masalah kemiskinan dan
pemberian bantuan sosial BPNT kepada masayarakat miskin menjadi salah satu
kewenangan yang dijalankan oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung. Kantor
Dinas Sosial Kota Bandar Lampung berlokasi di Jl. Panglima Polim No. 1
58
Kelurahan Gedung Air Kecamatan Tanjung Karang Barat. Berikut dijabarkan visi
dan misi, tujuan, struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung.
1. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung
Visi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung adalah: “Mewujudkan kesejahteraan
sosial oleh dan untuk semua menuju keadilan sosial masyarakat”.
Misi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pelayanan terhadap penyandang masalah kesejahteraan
sosial.
b. Meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia dan potensi sumber
kesejahteraan sosial.
c. Meningkatkan partisipasi usaha kesejahteraan sosial masyarakat.
d. Meningkatkan pengarustamaan gender, kualitas hidup perempuan seta
kesejahteraan dan perlindungan anak.
2. Tujuan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung
Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah terwujudnya tata kehidupan dan
penghidupan yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha dan memenuhi kebutuhan hidup, baik perorangan, keluarga, kelompok dan
komunitas masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia serta nilai
sosial budaya yang tercermin dalam wujud: meningkat dan berkembangnya
kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat.
a. Semakin meningkatnya prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam usaha
kesejahteraan sosial.
59
b. Semakin melembaganya usaha kesejahteraan sosial yang mampu
menjangkau sasaran program yang lebih luas.
c. Terpelihara dan berkembangnya sistem nilai sosial budaya yang
mendukug terlaksananya penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan.
3. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 30 tahun 2003 tentang
Struktut Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Kota Bandar Lampung,
disebutkan bahwa Sususnan Organisasi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung
terdiri dari:
a. Kepala Dinas
b. Wakil Kepala Dinas
c. Sub Bagian Tata Usaha
d. Subdin Bina Program
e. Subdin Bina Kesejahteraan Sosial
f. Subdin Rehabilitasi Sosial
g. Subdin Bantuan dan Jaminan Sosial
h. Subdin Pemberdayaan Perempuan
i. Unit Pelaksanaan Teknis’
j. Kelompok Jabatan Fungsional
Berdasarkan struktur organisasi yang ada di Dinas Sosial Kota Bandar Lampung
tersebut, pelaksanaan BPNT ditangani oleh Subdin Bantuan dan Jaminan Sosial
(Banjamsos) yang diketuai oleh seorang Kepala Sub Dinas (Kasubdin).
60
Sedangkan di bawah kasubdin Banjamsos, terdapat Kasi Penangan Fakir Miskin
yang membidangi program-program bantuan bagi fakir miskin seperti Program
Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), dan program-
program lainnya. Oleh karena itu pada penelitian ini, BPNT pada pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh Kasubdin bagian jaminan sosial dan kasi penangan fakir
miskin.
Adapun tenaga pelaksana BPNT yang ditetapkan sesuai dengan Permensos No 11
Tahun 2018 tentang mekanisme penyaluran BPNT adalah koordinator wilayah,
koordinator kota, dan pendamping sosial bantuan sosial pangan. Kota Bandar
Lampung termasuk wilayah 1 yang dikoordinatori oleh 1 orang koordinator
wilayah 1 yang berdomisili di Jakarta, selain itu tenaga pelaksana meliputi 1
orang koordinator kota, dan pendamping sosial bantuan sosial pangan.
Pendamping sosial bantuan sosial BPNT terdiri dari pendamping sosial PKH, dan
Tenaga Kerja Sukarela Kecamatan (TKSK) yang tersebar di 20 kecamatan. Total
jumlah pendamping sosial bantuan sosial BPNT di Kota Bandar Lampung adalah
151 orang sedangkan jumlah TKSK adalah 20 orang (Sumber: Dinas Sosial Kota
Bandar Lampung, 2019). Struktur pelaksana BPNT di Kota Bandar Lampung
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
61
Berdasarkan bagan strukrur pelaksana BPN Kota Bandar Lampung di atas, terlihat
Berdasarkan gambar struktur tenaga pelaksana BPNT di atas, terlihat bahwa
pelaksana yang menjadi kunci dalam pelaksanaan di lapangan adalah pendamping
sosial bantuan sosial. Hal tersebut karena pendamping sosial bertugas
mendampingi langsung dengan masyarakat KPM BPNT baik itu BPNT PKH
maupun BPNT murni. Di Kecamatan Panjang, jumlah pendamping sosial PKH
yang mendampingi BPNT adalah 10 orang dan pendamping TKSK berjumlah 1
orang. Selanjutnya, pendamping sosial PKH Kecamatan Bumi Waras berjumlah 6
orang sedangkan pendamping TKSK berjumlah 1 orang.
Koordinator wilayah 1
Koordinator Kota Bandar Lampung
Pendamping sosial bantuan sosial
Pendamping sosial Program Keluarga
Harapan (PKH)
Tenaga Kerja Sukarela Kecamatan
(TKSK)
Gambar 4. Struktur Pelaksana BPNT Kota Bandar Lampung
Sumber: UPPKH Kota Bandar Lampung (Diolah Peneliti, 2019)
Masyarakat KPM BPNT PKH Masyarakat KPM BPNT murni
VI. PENUTUP
Bab ini memaparkan bagian penutup dari penelitian. Substansi pada bab ini
meliputi kesimpulan dan saran penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
mengenai evaluasi pelaksanaan BPNT dalam upaya mendorong pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di
Kota Bandar Lampung pada poin menghapus masalah kemiskinan sesuai dengan
tiga fokus penelitian sebagai berikut:
1. Pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras Kota
Bandar Lampung dilakukan berdasarkan pedoman umum dan Peraturan
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2018 tentang penyaluran
BPNT. Pelaksanaan BPNT dimulai dari tahapan registrasi atau pembukaan
rekening, edukasi dan sosialisasi, penyaluran, dan pembelian barang di e-
warong dan BRI-link. Pada tahap pelaksanaan program masih terdapat
kendala yang terjadi meliputi masalah gagal buka rekening kolektif, masalah
saldo nol, serta kesalahan teknis yang dilakukan KPM BPNT. Selain itu
pelaksanaan BPNT belum didukung ketepatan strategi pelaksanaan yang baik
dilihat dari penanganan masalah pelaksanaan yang tidak antisipatif dan tidak
127
responsif pada tahapan pelaksanaan registrasi atau pembukaan rekening
penyaluran dan pembelian barang.
2. Pencapaian hasil pelaksanaan BPNT dilihat dari tujuan BPNT masih belum
optimal dirasakan oleh semua KPM BPNT.
a. Di Kecamatan Panjang, tujuan mengurangi beban pengeluaran KPM
melalui pemenuhan kebutuhan pangan, tujuan meningkatkan ketepatan
sasaran dan waktu penerimaan bantuan pangan, dan tujuan mendorong
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs) sudah cukup baik. Adapun tujuan memberikan
nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM sudah baik, sedangkan tujuan
memberikan lebih banyak pilihan kendali kepada KPM dalam memenuhi
kebutuhan pangan masih kurang maksimal.
b. Di Kecamatan Bumi Waras, tujuan mengurangi beban pengeluaran KPM
melalui pemenuhan kebutuhan pangan dan tujuan memberikan lebih
banyak pilihan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan
masih kurang maksimal. Sedangkan tujuan memberikan nutrisi yang lebih
seimbang kepada KPM, tujuan meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu
penerimaan bantuan pangan, serta tujuan mendorong pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs)
sudah cukup baik
3. Evaluasi pelaksanaan BPNT di Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi
Waras berdasarkan teori William Dunn adalah efektivitas pencapaian tujuan
BPNT, efisiensi waktu penyaluran dan jumlah e-warong atau agen BRI-link
yang memfasilitasi pembelian barang, kriteria perataan penerima program
128
BPNT, dan kriteria responsivitas penanganan permasalahan masih kurang
baik. Sedangkan kriteria kecukupan hasil/manfaat BPNT yang dirasakan oleh
masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kriteria ketepatan
BPNT dalam menjawab masalah kemiskinan dan kelaparan yang dihadapi
masyarakat miskin sudah cukup baik.
B. Saran
1. Perlu adanya pemutakhiran basis data terpadu yang digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan KPM BPNT dengan cara melakukan pendataan
masyarakat miskin di Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras
yang belum mendapatkan program BPNT sehingga memunculkan data
penerima yang valid, tepat dan akurat untuk mendukung pengoptimalan
perataan masyarakat penerima BPNT.
2. Untuk mendukung pelaksanaan BPNT perlu adanya pengoptimalan sarana
penunjang pelaksanaan pembelian barang seperti jaringan GPRS yang
memadai untuk penggunaan EDC di e-warong atau BRI-link Kecamatan
Panjang dan Bumi Waras.
3. Perlu adanya peningkatkan jumlah dan sebaran e-warong guna
memfasilitasi pembelian bahan pangan BPNT di Kecamatan Panjang dan
Kecamatan Bumi Waras yang memiliki jumlah KPM tertinggi di Kota
Bandar Lampung sehingga memudahkan KPM dalam melakukan
pembelian barang.
4. Koordinasi dan evaluasi pelaksanaan BPNT tidak hanya dilakukan di
tingkat pemerintah daerah yaitu Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dan
129
BRI selaku Himbara di Kota Bandar Lampung melainkan dilakukan juga
bersama dengan Kementerian Sosial untuk mengatasi masalah gagal buka
rekening kolektif dan masalah saldo nol yang masih tinggi khususnya di
Kecamatan Bumi Waras.
5. Memberikan upaya edukasi dan pengembangan diri untuk peningkatan
kualitas masyarakat miskin agar menghasilkan masyarakat yang lebih
mandiri seperti pengadaan kegiatan pelatihan keterampilan ataupun
kegiatan penyuluhan bagi masyarakat KPM BPNT murni di Kecamatan
Panjang dan Kecamatan Bumi Waras sehingga tidak terbatas hanya KPM
BPNT PKH saja.
6. Pendamping sosial mengawasi dan melaporkan pelaksanaan secara rutin
setiap bulannya terkait permasalahan yang dialami oleh KPM BPNT
kepada koordinator kota program BPNT di Kota Bandar Lampung, Dinas
Sosial Kota Bandar Lampung, dan BRI untuk meningkatkan responsivitas
terhadap masalah penyaluran dan pembelian barang dengan
mengupayakan solusi penyelesaian masalah yang cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah
. 2016. Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humanika
Madani, Muhlis. 2011. Dimensi Aktor dalam Proses Perumusan Kebijakan
Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. ed.rev. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nugroho, Rian. 2017. Public Policy. Jakarta: PT Gramedia
Parsons, Wayne. 2014. Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.
Rusli, Budiman. 2015. Kebijakan Publik: Membangun Pelayanan Publik yang
Responsif. Bandung: CV. Adoya Mitra Sejahtera
Sugandi, Yogi Suprayogi. 2011. Adminitrasi Publik Konsep dan Perkembangan
Ilmu di Indonesia. Bandung: Graha Ilmu
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta
. 2008. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta
Sulistio, Eko Budi. 2013. Kebijakan Publik. Bandar Lampung: Fisip Universitas
Lampung
Tresiana, Novita. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandar Lampung:
Universitas Lampung
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Jurnal dan Dokumen
Arief, Ibnu Sazmie. 2017. Evaluasi Pelaksanaan Program Raskin Di Kelurahan
Maharatu Kota Pekanbaru. JOM FISIP Vol. 4 No. 2- Oktober 2017. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
Bagus, Danar Andito dkk. 2016. Evaluasi Implementasi Program Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan. Universitas Diponegoro
Huzaipa. 2014. Evaluasi Kebijakan Program Keluarga Harapan Di Kecamatan
Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. E-Jurnal Katalogis, Volume 2 Nomor 7, Juli
2014 hlm 158-169. Pascasarjana Universitas Tadulako Palu
Ishartono dan Raharjo, Santoso Tri. 2016. Sustainable Development Goals (SDGs) dan
Pengentasan Kemiskinan. Social Work Jurnal Vol 6 No 2 Halaman 154-272
Meutia, Intan Fitri, dkk. 2013. Evaluasi Kebijakan Responsif Gender Bidang Pendidikan
di Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Hasil Penelitian FISIP Unila.
http://scholar.google.co.id/
Rachman, Benny dkk. 2018. Efektivitas dan Perspektif Pelaksanaan Program beras
sejahtera dan bantuan pangan non-tunai (BPNT). Vol. 16 No. 1, Juni 2018: 1-18
DOI: http://dx.doi.org/10.21082/akp.v16n1.2018.1-18
Widyastuti, K dkk. 2017. Tantangan dan Hambatan Implementasi Uang Elektronik di
Indonesia. Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems). 1/13 (2017),
38-48 DOI: http://dx.doi.org/10.21609/jsi.v13i1.465 Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Indonesia
Yogasulistyo, Handika. 2017. Efektivitas E-Waroeng Kube Jasa PKH Sejahtera
Wirobrajan dalam Mengoptimalkan Penerimaan Bantuan Pangan Nontunai
(BPNT) Di Kota Yogyakarta Tahun 2017. Fisip UMY, 2017-12-18.
Http://Repository.umy.ac.id diakses 7 September 2018
Kota Bandar Lampung dalam Angka 2017: BPS Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung dalam Angka 2018: BPS Kota Bandar Lampung
Perkembangan Kemiskinan Provinsi Lampung No. 06/01/18/TH.x, 2 Januari 2018
Perkembangan kemiskinan Prov Lampung No. 58/07/18/TH.x,16 Juli 2018)
Panduan Umum BPNT 2017: Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin
Kementerian Sosial RI
Panduan Umum Bantuan Pangan Nontunai 2018: Tim Pengendali Pelaksanaan
Penyaluran Bantuan Sosial Secara Nontunai
Website
https://lampung.bps.go.id/dynamictable/2016/10/19/40/-dinamis-persentase-penduduk-
miskin-menurut-kabupaten-kota-2005---2016.html diakses pada 20 September
2018
http://duajurai.co/2017/07/17/bps-jumlah-penduduk-miskin-lampung-berkurang-
805-ribu-jiwa/ diakses pada 20 September 2018
https://www.kemsos.go.id/berita/rapat-koordinasi-dan-sosialisasi-program-
bantuan-pangan-non-tunai-di-provinsi-lampung diakses pada 29 Agustus
2018
https://lampungpro.com/post/12548/pungli-atas-warga-miskin-peneriman-bpnt-
di-bandar-lampung-merata diakses pada 1 September 2018
http://jsi.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/view/465/343 diakses pada 30 Oktober
2018
http://www.suarawajarfm.com/2016/01/05/11749/lampung-tempati-urutan-ke-10-
provinsi-dengan-penduduk-miskin-terbanyak.html diakses pada 25 November
2018
https://lampung.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/39 diakses 17 Mei 2019