evaluasi pembelajaran

13
 EVALUASI PEMBELAJARAN EVALUASI TES HASIL PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI Oleh : Hartono PENGOLAHAN TES HASIL BELAJAR A. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Obe!"#$ Analisis tes hasil belaar bent!" obe"ti# $a%at $i"etah!i $ari $!a "riteria ata! $!a %ara&eter' (ait! in$e"s "es!"aran $an in$e"s $a(a $is"ri&inasi) Men!r!t *ernan$es +,-./0 analisis tes &eli%!ti tin1"at "es!"aran tes' $a(a be$a' $an e#e"ti#itas %en1e2oh) Analisis !1a !nt!" &en1!i e#e"ti#itas $istra"tor %a$a setia% b!tir soal !nt!" &enent!"an a%a"ah setia% $istra"tor (an1 $ib!at s!$ah ber#!n1si $en1an bai") Hasil analisis ini a"an &en1hasil"an s!at! "e%!t!san a%a"ah b!tir soal it! nantin(a $a%at $i%a"ai' $i%erbai"i ata! $ib!an1) Salah sat! 2ara (an1 $a%at $ite&%!h !nt!" &en1etah!i tin1"at "es!"aran' $a(a be$a $an e#e"ti#itas $istra"tor %a$a soal bent!" obe"ti# a$alah $en1an &en11!na"an analisis  %si"o&etri" "lasi") T eori tes "lasi" &e&%!n( ai bebera%a "ele&ahan' antara lain %erhit!n1an tin1"at "es!"aran $an $a(a %e&be$a soal san1at ber1ant!n1 %a$a sa&%el (an1 $i1!na"an $ala& analisis) 3on$isi sa&%el san1at &e&%en1ar!hi hasil analisis' bila sa&%el (an1 $i1!na"an &e&ili"i rentan1 $an sebaran "e&a&%!an (an1 tin11i &a"a hasil analisisn(a a"an  berbe$a $en1an rentan1 $an sebaran "e&a&%!an sis4a (an1 ren$ah) Seba1ai 2ontoh $a(a  %e&be$a soal a"an tin11i bila tin1"at "e&a&%!an sis4a san1at ber5ariasi ata! &e&%!n( ai rentan1 "e&a&%!an (an1 besar) Sebali"n(a $a(a %e&be$a soal a"an "e2il bila tin1"at "e&a&%!an sis4a &e&%!n(ai rentan1 "e&a&%!an (an1 "e2il) Oleh "arena it! "on$isi sa&%el san1at &e&%en1ar!hi %erhit!n1an statisti" (an1 $ihasil"ann(a) G!na &en1atasi "ele&ahan $ari teori tes "lasi"' &a"a lan1"ah (an1 $a%at $ite&%!h a$alah  berhati6hati $ala& &en1a&bil sa&%el) Den1an "ata lain sa&%el (an1 $i1!n a"an har!s benar6  benar &e4a"ili +re%resentati#0 $ari %o%!lasi) Bila sa&%el (an1 $i1!na"an ti$a" re%resentati# &a"a a"ibatn(a hasil analisis ti$a" bisa $i1eneralisasi"an %a$a %o%!lasi) Beri"!t ini a"an $ibahas "ara"teristi" tes (an1 a"an &enent!"an "!alitas tes) ,) Tin1"at 3es!"aran Unt!" &en1hit!n1 tin1"at "es!"aran +%0 2ara (an1 %alin1 &!$ah $an %alin1 !&!& $i1!na"an a$alah !&lah %eserta tes (an1 &ena4ab benar %a$a soal (an1 $ianalisis $iban$in1"an $en1an %eserta tes s el!r!hann(a) Unt!" &enent!"an b!tir soal terseb!t &!$ah' se$an1 ata! s!"ar $a%at $i1!na"an "riteria seba1ai beri"!t : +Bahr!l Ha(at' ,--70 Tabel Tin1"at 3es!"aran Soal Pro%ortion 2orre2t +%0 $an 3ate1ori Soal P 8 9'79 M!$ah 9';9 < 79 = Se$an1= ;9 = S!"ar= % = 9'>99= $ = niT= nit = Ban(a"n(a= nt = Ban(a"n(a= nir = Ban(a"n(a= nr = Ban(a"n(a= $ = %T= /9 = Ba1!s= ;- = Ba1!s= ?- = Bel!&= ?9 = Jele"= ,99 = .9=8 B. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Essa% &. 'ara Memer#!sa "es Essa% Me&eri"sa tes bent!" essa( lebih s!lit $iban$in1"an $en1an bent!" tes obe"ti#) Sia%a%!n (an1 &enilai le&bar a4aban tes obe"ti# hasiln(a %asti sa&a) Se$an1"an &e&eri"sa tes

Upload: khoirun-ibnu-farid

Post on 06-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Evaluasi pembelajaran oleh hartono

TRANSCRIPT

EVALUASI PEMBELAJARAN EVALUASI TES HASIL PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGIOleh : Hartono

PENGOLAHAN TES HASIL BELAJARA. Pengolahan Lembar Jawaban Tes ObjektifAnalisis tes hasil belajar bentuk objektif dapat diketahui dari dua kriteria atau dua parameter, yaitu indeks kesukaran dan indeks daya diskriminasi. Menurut Fernandes (1984) analisis tes meliputi tingkat kesukaran tes, daya beda, dan efektifitas pengecoh. Analisis juga untuk menguji efektifitas distraktor pada setiap butir soal untuk menentukan apakah setiap distraktor yang dibuat sudah berfungsi dengan baik. Hasil analisis ini akan menghasilkan suatu keputusan apakah butir soal itu nantinya dapat dipakai, diperbaiki atau dibuang.Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya beda dan efektifitas distraktor pada soal bentuk objektif adalah dengan menggunakan analisis psikometrik klasik. Teori tes klasik mempunyai beberapa kelemahan, antara lain perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda soal sangat bergantung pada sampel yang digunakan dalam analisis. Kondisi sampel sangat mempengaruhi hasil analisis, bila sampel yang digunakan memiliki rentang dan sebaran kemampuan yang tinggi maka hasil analisisnya akan berbeda dengan rentang dan sebaran kemampuan siswa yang rendah. Sebagai contoh daya pembeda soal akan tinggi bila tingkat kemampuan siswa sangat bervariasi atau mempunyai rentang kemampuan yang besar. Sebaliknya daya pembeda soal akan kecil bila tingkat kemampuan siswa mempunyai rentang kemampuan yang kecil. Oleh karena itu kondisi sampel sangat mempengaruhi perhitungan statistik yang dihasilkannya.Guna mengatasi kelemahan dari teori tes klasik, maka langkah yang dapat ditempuh adalah berhati-hati dalam mengambil sampel. Dengan kata lain sampel yang digunakan harus benar-benar mewakili (representatif) dari populasi. Bila sampel yang digunakan tidak representatif maka akibatnya hasil analisis tidak bisa digeneralisasikan pada populasi. Berikut ini akan dibahas karakteristik tes yang akan menentukan kualitas tes.1. Tingkat KesukaranUntuk menghitung tingkat kesukaran (p) cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar pada soal yang dianalisis dibandingkan dengan peserta tes seluruhannya.Untuk menentukan butir soal tersebut mudah, sedang atau sukar dapat digunakan kriteria sebagai berikut : (Bahrul Hayat, 1997)

Tabel Tingkat Kesukaran SoalProportion correct (p) dan Kategori SoalP > 0,70 = Mudah0,30 < 70 =" Sedang" 30 =" Sukar" p =" 0,600" d =" niT" nit =" Banyaknya" nt =" Banyaknya" nir =" Banyaknya" nr =" Banyaknya" d =" pT" 40 =" Bagus" 39 =" Bagus" 29 =" Belum" 20 =" Jelek" 100 =" 80"> B. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Essay1. Cara Memeriksa tes EssayMemeriksa tes bentuk essay lebih sulit dibandingkan dengan bentuk tes objektif. Siapapun yang menilai lembar jawaban tes objektif hasilnya pasti sama. Sedangkan memeriksa tes essay hasilnya bisa berbeda kalau yang memeriksa orangnya berbeda, sekalipun kriteria jawaban yang tepat sudah ditetapkan. Itu sebabnya bentuk tes ini disebut dengan tes subjektif.Untuk menghindari faktor subjektifitas maka sebaiknya sebelum memeriksa lembar jawaban dipersiapkan dulu kriteria jawaban yang benar. Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memeriksa lembar jawaban tes objektif.Lembar jawaban diperiksa perorang. Maksudnya setelah selesai memeriksa punya si A dan diberi skor lalu memeriksa punya si B, lalu si C dan seterusnya.Lembar jawaban diperiksa nomor demi nomor. Misalnya satu lokal terdiri dari 30 orang, maka pemeriksaan lembar jawaban dilakukan mulai nomor satu pada seluruh lembar jawaban essay. Setelah selesai dilanjutkan dengan nomor dua untuk seluruh lembar jawaban mahasiswa demikian seterusnya.Bila dibandingkan cara pertama dengan cara kedua maka cara kedua lebih objektif. Sedangkan cara pertama lebih subjektif. Oleh karena itu sebaiknya untuk memperoleh hasil yang lebih objektif gunakan cara kedua.

2. Pemberian Skoring pada tes EssayPemberian skoring dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10 dan 1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol. Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang digunakan maka hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian skor ini berlaku sama untuk semua nomor soal.Setelah menetapkan skoring langkah selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya soal yang mudah diberi bobot 2, sedang bobotnya 3 dan soal yang sulit bobotnya 5.Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak mengikuti cara di atas, dimana setiap soal langsung diberi bobot nilai tanpa mempertimbangkan skala pengukuran. Sehingga skala pengukuran tiap item tidak sama.Proses penetapan skornya adalah sebagai berikut:1. skor setiap Item diperoleh dengan cara nilai setiap item dikali Bobot.2. Jumlahkan total nilai (skor kerja) setiap item lalu dibagi dengan skor ideal.Untuk lebih jelasnya berikut akan diberikan contoh perhitungan.

Nilai rata-rata sebelum diberi bobot adalah 35/6 = 5,833Nilai rata-rata setelah diberi bobot adalah 104/35 = 2,971Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal essay sangat penting, karena skor diberikan benar-benar atas dasar kemampuan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya berbeda.

C. Penetapan Nilai dan Kelulusan Hasil belajarMenetapkan nilai hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan acuan patokan dan menggunakan acuan norma. Masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu sebaiknya dipakai keduanya dengan cara bergantian.Perhitungan skor di atas masih dalam bentuk skor mentah, oleh karena itu hasil perhitungannya perlu diolah lagi guna menentukan nilai akhir. Setidak-tidak nya ada dua fungsi yaitu:menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa dibandingkan dengan kelompoknya.menentukan batas kelulusan berdasarkan kriteria yang ditentukan.Untuk menentukan batas kelulusan setidak-tidaknya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu batas lulus aktual, batas lulus ideal dan batas lulus purposif. Berikut akan dijelaskan secara ringkas.Batas lulus aktualBatas lulus aktual didasarkan pada nilai rata-rata aktual yang dicapai oleh kelompok mahasiswa, yang perlu dihitung adalah nilai rata-rata dan standar deviasinya. Skor yang dinyatakan lulus adalah skor di atas X + 0,25SD.Batas lulus idealBatas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual, karena batas lulus ideal juga menggunakan rata-rata dan simpangan baku. Bedanya batas lulus ideal rata-ratanya ditentukan setengah dari skor maksimum. Sedangkan simpangan baku sepertiga dari nilai rata-rata ideal.Batas lulus purposifBatas lulus purposif mengacu pada penilaian acuan patokan, sehingga tidak perlu menghitung nialai rata-rata dan simpangan bakunya. Nilai dibuat berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan. Misalnya batas kelulusan adalah skor di atas 75% dari skor maksimum. Misalnya nilai maksimum mahasiswa di kelas 80. maka batas kelulusannya adalah 75% x 80 = 60. jadi mahasiswa yang dinyatakan lulus adalah yang nilainya lebih dari 60. sedangkan mahasiswa yang nilainya kurang dari 60 dinyatakan tidak lulus.D. Konversi Hasil Scoring Menjadi Nilai AkhirKesalahan sering terjadi pada pemberian nilai akhir, dimana hasil skoring dianggap sebuah nilai akhir. Padahal seharusnya hasil skoring tersebut harus dikonversi dulu menjadi nilai akhir dalam bentuk skala yang sudah ditetapkan sebelumnya, dalam bentuk skala 1-4, skala 1-10 dan skala 1-100. berikut akan dibahas cara mengkonversi hasil skor menjadi nilai akhir.

Konversi SederhanaCara ini sangat sederhana dan mengabaikan tingkat ketelitian dan keakuratan data, tidak mustahil akan terjadi kesalahan interpretasi. Karena cara ini mengabaikan tingkat variansi kemampuan mahasiswa. Misalnya kriteria yang digunakan dalam bentuk persentase.

Nilai 10 bila mencapai angka 100%Konversi dengan Menggunakan Mean dan Standar DeviasiCara ini lebih akurat karena sudah mempertimbangkan tingkat variansi hasil belajar, sehingga nilai akhir sangat ditentukan oleh kelompoknya. Bila standar deviasinya kecil maka interval nilainya juga kecil. Sebaliknya bila standar deviasinya besar, maka interval nilainya juga besar. Konversi cara ini biasanya dilakukan untuk penilaian standar 10 dan standar 4 atau standar huruf.Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah menjadi standar 10 adalah sebagai berikut:M + 2,25 (SD) = 10M + 1,75 (SD) = 9M + 1,25 (SD) = 8M + 0,75 (SD) = 7M + 0,25 (SD) = 6M - 0,25 (SD) = 5M - 0,75 (SD) = 4M - 1,25 (SD) = 3M - 1,75 (SD) = 2M - 0,25 (SD) = 1

Catatan : M = Mean atau nilai rata-rataSD = Standar Deviasi

Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah menjadi standar 4 atau standar huruf adalah sebagai berikut:

E. Penetapan Nilai Akhir SemesterPenetapan nilai akhir semester biasanya berdasarkan total nilai mandiri, terstruktur, mid semester dan semester. Setelah diperoleh totalnya lalu di konversi menjadi huruf. Persoalan biasanya timbul saat menetapkan interval nilai A,B, C dan D. Untuk menetapkan interval seharusnya dimulai dari batas kelulusan.Misalnya batas kelulusan adalah 60. lebih dari atau sama dengan 60 dinyatakan lulus. Kurang dari 60 tidak lulus. Maka perhitungan intervalnya adalah sebagai berikut.1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H L = 100 60 = 402. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan lulus minimal C. nilai yang dinyatakan lulus adalah A, B, C. Bararti banyak nya interval adalah 3.3. Menentukan rentang interval.

4. Membuat interval nilai

Jika kita menginginkan nilai plus dan minus diperhitungkan maka proses penetapan intervalnya sebagai berikut:1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H L = 100 60 = 402. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan lulus minimal -C. nilai yang dinyatakan lulus adalah A+, A, A-, B+, B, B-, C+, C, C-. Bararti banyak nya interval adalah .3. Menentukan rentang interval.

4. Membuat interval nilai

Dari dua contoh di atas menunjukkan bahwa semakin banyak interval yang digunakan (menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan semakin halus. Sebaliknya semakin sedikit interval yang digunakan (tidak menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan semakin kasar.F. PenutupDemikianlah uraian ringkas tentang pengolahan nilai hasil belajar. Apa yang sudah dipaparkan adalah menurut konsep dan teori evaluasi pendidikan sepanjang yang penulis ketahui. Masih ada hal-hal lain yang seharusnya dimasukkan dalam tulisan ini antara lain bagaimana mengolah nilai yang menggunakan non tes, uji kurva normal, Z skor dan T skor, mengubah data ordinal menjadi data interval dll. Namun karena keterbatasan waktu hanya ini yang bisa disajikan. Kalau ada kelemahan dan kesalahan mohon kritik dan saran yang membangun. Mudah-mudahan tulisan kecil ini bermanfaat bagi peserta workshop evaluasi pembelajaran.

Diposkan oleh HARTONO di 22.55 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Menentukan skor dan Acuan penilaian

A. Menentukan skor Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa. Menentukan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah membuat menjadi tentu (pasti);menetapkan; memastikan: pemerintah yg akan.Menentukan Skor adalah Menetapkan atau memastikan pekerjaan yang di peroleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa.

Menentukan skor pada soal

1.1. Menentukan Skor pada soal EssayMenentukan skor dapat di pilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10 dan 1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol. Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang digunakan maka hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian skor ini berlaku sama untuk semua nomor soal.

Setelah menetapkan skor langkah selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya soal yang mudah diberi bobot 2, sedang bobotnya 3, dan soal yang sulit bobotnya 5.

Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak mengikuti cara di atas, dimana setiap soal langsung diberi bobot nilai tanpa mempertimbangkan skala pengukuran. Sehingga skala pengukuran tiap item tidak sama.

untuk lebih jelasnya berikut akan diberikan contoh perhitungan.NoNomor SoalNilaiBobotTotal Nilai

11326

225525

338324

446318

555315

668216

Nilai=35SK=104

Nilai rata-rata sebelum diberi bobot adalah 35/6 = 5,833Nilai rata-rata setelah diberi bobot adalah 104/35 = 2,971

Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal essay sangat penting, karena skor diberikan benar-benar atas dasar kemampuan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya berbeda.

1.2. Menentukan skor mentah untuk soal Objektif

Ada dua cara untuk menentukan skor pada bentuk tes objektif: a. Tanpa Rumus Tebakan (Non-Guessing Formula) Pemberian skor pada tes objektif pada umumnya digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kerumitannya. Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item di beri skor maksimal 1 (satu). Apabila test menjawab benar maka diberikan skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0.

b. Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula) Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu pernah di ujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Adapun rumus-rumus tebakan sebagai berikut: Bentuk Benar-salah (True or False)

S = B- SKeterangan:S = skor yang dicariB = Jumlah Jawaban yang benarS = Jumlah Jawaban yang Salah

Bentuk Pilihan Ganda (multiple choice)

keterangan:S = skor yang dicariB = Jumlah Jawaban yang benarS = Jumlah Jawaban yang Salahn = Alternatif jawaban yang disediakan1 = Bilangan Tetap

B. Acuan Penilaian. Setelah mendapatkan skor-skor dari pekerjaan peserta didik, maka skor-skor tersebut menjadi dasar penilaian hasil belajar. Penilaian ialah kegiatan memperbandingkan hasil pengukuran (skor) sifat suatu objek dengan acuan yang relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu ukuran kualitas. Semakin maju taraf perkembangan peserta didik maka semakin pendek rentang nilai. Ada dua acuan penilaian yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

1.1 Penilaian Acuan Norma (PAN)Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation) di kenal pula dengan Standar Relatif atau Norma Kelompok. Tes Acuan Norma berasumsi bahwa kemampuan orang itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi norma. Perbedaan ini harus di tunjukan oleh hasil pengukuran, misalnya setelah mengikuti kuliah selama satu semester peserta didik di tes. Hasil tes seseorang dibandingkan dengan kelompoknya, sehingga dapat diketahui posisi seseorang. Acuan ini biasanya digunakan pada tes untuk seleksi, karena sesuai dengan tujuannya tes seleksi adalah untuk membedakan kemampuan seseorang dan untuk mengetahui hasil belajar seseorang. Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Pada pendekatan acuan norma, standar kinerja yang digunakan bersifat relatif, artinya tingkat kinerja seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya. Artinya seorang yang memperoleh nilai di atas rata-rata kelompoknya maka siswa tersebut memperoleh skor yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan skor (kinerja) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Dasar pemikiran dari penggunaan standar PAN adalah adanya asumsi bahwa di setiap populasi yang heterogen terdapat siswa dengan kelompok baik, kelompok sedang dan kelompok kurang.

Contoh A acuan norma dalam menentukan nilai siswa: Dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai tersebut diperoleh secara transformasi sebagai berikut :, , , , . PAN antara lain dimanfaatkan dalam : Mengklasifikasi siswa dalam kelompoknya. Menetukan peringkat siswa dalam grupnya.Menyeleksi siswa berdasar-kan prestasi apa adanya dan pembanding anggota kelompoknya. PAN digunakan pada : Tes akhir (sumatif) Tes seleksi dengan acuan intra kelompok (situasi pada kelompok tersebut) Tes prognostik, yang bertujuan membuat ramalan (dasar : apabila seseorang menduduki tempat yang sama, semakin tampaklah tingkat kemampuan orang tersebut)

Kekurangan dari penggunaan standar relatif di antaranya adalah: Dianggap tidak adil Membuat persaingan yang tidak sehat di antara siswa

1.2. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced evaluation) yang dikenal juga dengan standar mutlak. Penilaian Acuan Patokan berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun waktunya yang berbeda. Konsekuensi acuan ini adalah adanya program remedi. Penafsiran skor hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Hasil tes ini di nilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa melakukan, tidak lulus berarti tidak bisa melakukan. Acuan ini banyak digunakan untuk bidang sains dan teknologi serta mata kuliah praktek. Tujuan penggunaan acuan kriteria untuk menyeleksi (secara pasti) status individual mengenai domain perilaku yang ditetapkan/dirumuskan dengan baik. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang kinerja peserta tes tanpa memperhatikan bagaimana kinerja tersebut dibandingkan dengan kinerja yang lain.Dalam pendekatan dengan Acuan Patokan, penentuan tingkatan didasarkan pada skor-skor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk presentasi. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang ditentukan tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah skor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah maka para siswa akan mendapat nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B akan sangat kecil. Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan acuan kriteria, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:Rentang SkorNilai

80 100A

70 79B

60 69C

45 59D

E

Contoh B di bawah ini, mempunyai data yang sama dengan contoh A, jika digunakan penilaian acuan Patokan, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan Patokan, misalnya sebagai berikut:Rentang SkorNilai

90 10010

80 899

70 798

60 697

50 596

40 495

30 394

20 293

10 192

0 91

Setelah kriteria ditetapkan, langkah berikutnya adalah mengkonversi skor mentah ke nilai. Untuk skor : 50 dikonversi menjadi nilai 645 dikonversi menjadi nilai 540 dikonversi menjadi nilai 535 dikonversi menjadi nilai 430 dikonversi menjadi nilai 4Berikut ini disajikan tabel tentang skor mentah, konversi nilai berdasarkan pendekatan normal dan Patokan:Tabel. Skor Mentah, Nilai Berdasarkan Pendekatan Normal dan Patokan.Skor MentahNilai Berdasarkan PendekatanKeterangan

NormalKriteria

50106

4595

4085

3574

3064

Mencermati tabel di atas, tampak bahwa terjadi perbedaan yang berarti antara informasi yang disajikan oleh kedua pendekatan yang digunakan. Untuk skor 50, seorang siswa akan mendapatkan nilai 10 jika menggunakan pendekatan acuan penilaian normal. Tetapi akan memperoleh nilai 6 jika menggunakan pendekatan acuan penilaian patokan. PAP antara lain dimanfaatkan dalam : Penentuan prestasi siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Menyeleksi siswa atas dasar kualitas prestasi. Mengukur keefektifan pengajaran (metode, teknik, pemilihan bahan,penggunaan alat, dsb.)

Umpan balik bagi perbaikan pengajaran. Mengetahui kelamahan/ kesulitan siswa untuk pengajaran remidial.

PAP digunakan pada : Tes akhir (sumatif) Tes seleksi dengan acuan diluar kelompok, misalnya patokan tujuan yang harus dicapai (standar tertentu) Tes formatif (tes pembinaan dalam pengajaran), termasuk tes unit, postes ulangan harian/ formatif. Tes diagnosis, mengetahui jenis dan penyebab kesulitan belajar.

Diposkan 6th April 2013 oleh Jalu diri boh 0 Add a comment