evaluasi program penanggulangan hiv dan aids dki jakarta ... · kewaspadaan universal orang muda,...
TRANSCRIPT
K o m i s i P e n a n g g u l a n g a n A I D S P r o v i n s i D K I J a k a r t a
2013
Evaluasi Program Penanggulangan HIV dan AIDS
DKI Jakarta, 2008-2012
Tim Evaluasi:
Prof. Dr. Budi Utomo, MPH DR. drg. Mardiati Nadjib, M.Sc
Deddy Darmawan, SKM
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 1
I. LATAR-BELAKANG
1.1 Situasi epidemi
Epidemi HIV di Indonesia terus berkembang. Beberapa provinsi termasuk DKI Jakarta yang juga
sebagai ibu kota negara mempunyai angka HIV lebih tinggi dari angka nasional. Sampai tahun 2006,
epidemi HIV di Indonesia dan juga di DKI Jakarta telah memasuki kategori terkonsentrasi dengan
prevalensi HIV pada beberapa kelompok berperilaku risiko tinggi telah berada di atas 5%. Laporan
Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2007 menunjukkan prevalensi HIV di kalangan
pengguna narkoba suntik (penasun) sebesar 55%, waria 34%, wanita penjaja seks (WPS) 10% dan
lelaki seks dengan lelaki (LSL) 8%.1 Prevalensi HIV pada ibu hamil sebesar 0,2%.2
Prevalensi HIV pada populasi umum DKI Jakarta memang masih sangat rendah, tetapi cenderung
meningkat dari waktu ke waktu. Kecenderungan peningkatan angka HIV pada populasi umum yang
dapat dilihat melalui kasus HIV pada darah donor di Palang Merah Indonesia mengundang
kekhawatiran. Hasil penapisan darah donor menunjukkan peningkatan persentase darah donor
dengan HIV positif dari 0,07% tahun 2002 menjadi 0,22% tahun 2006.3 Peningkatan HIV positif pada
darah donor ini sekitar tiga kali lipat dalam waktu empat tahun.
1.2 Respon Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Pemerintah dan masyarakat DKI Jakarta telah memberikan respon terhadap masalah HIV dengan
melakukan upaya penanggulangan HIV. Mengacu kepada kebijakan nasional penanggulangan HIV
dan AIDS, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP)
melakukan koordinasi upaya penanggulangan yang dilakukan melalui berbagai bentuk program
layanan kepada kelompok masyarakat dengan tujuan menghentikan atau mengurangi penularan,
meningkatkan kelangsungan dan kualitas hidup bagi mereka yang terinfeksi, dan mengurangi
dampak negatif sosial-ekonomi dan kesehatan dari epidemi. Sementara KPAP melakukan fungsi
koordinasi dan advokasi, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), sektor terkait dan LSM
mengembangkan dan melaksanakan program dan layanan sesuai dengan peran dan fungsi mereka.
Pelaksanaan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di DKI Jakarta mengacu kepada Renstrada
(Rencana Strategis Daerah) periode 2008-2012 yang mencakup 3 jenis program layanan dan program
penguatan kelembagaan mengelola program: (1) Pencegahan; (2) Perawatan, dukungan dan
pengobatan; (3) Mitigasi dampak HIV dan AIDS; (4) Program pengembangan kebijakan dan
pengelolaan program.
Kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS di DKI Jakarta dilaksanakan sesuai acuan Renstrada
Penanggulangan HIV dan AIDS Provinsi DKI Jakarta periode 2008-2012 dengan tujuan:
Mencegah 36.000 infeksi baru
Menjangkau 80% populasi risiko tinggi
Mengharapkan 60% populasi risiko tinggi berperilaku aman
Memandirikan program dengan 70% pembiayaan lokal
Menyediakan perawatan, dukungan dan pengobatan yang memadai bagi ODHA.
1 Survei Terpadu Biologis dan Perilaku Tahun 2007, Kementerian Kesehatan, 2007
2 Laporan Surveilans Sentinel HIV di DKI Jakarta tahun 2006, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (Dikutip dari Renstra Penanggulangan HIV dan AIDS, Provinsi DKI Jakarta 2008-2012. KPAP Provinsi DKI Jakarta, 2007 3 Laporan Skrining Darah Donor di DKI Jakarta, Unit Transfusi Darah, PMI DKI Jakarta
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 2
Mempertimbangkan epidemi di DKI Jakarta masih dalam tahap epidemi terkonsentrasi pada
kelompok risiko tinggi, upaya penanggulangan difokuskan pada pencegahan primer melalui
intervensi pada kelompok risiko tinggi yang diharapkan akan memutus rantai penularan HIV.
Perubahan perilaku pada kelompok risiko tinggi diharapkan membawa dampak positif pada laju
epidemi. Program diupayakan untuk dapat dilaksanakan secara komprehensif melibatkan berbagai
pemangku kepentingan dari unsur lintas sektor, LSM dan unsur masyarakat. Tabel berikut
menyampaikan berbagai jenis dan spefikasi program dengan sasaran.
Tabel 1. Program Penanggulangan HIV dan AIDS dengan populasi sasaran
Program pencegahan Sasaran
Transmisi seksual (perilaku, promosi kondom, manajemen IMS dan VCT) WPSL, WPSTL, Pelanggan, LSL, dan Pria Penjaja Seks, Waria
Transmisi jarum suntik (perilaku, LJSS, PTRM, VCT, terapi ketergantungan, promosi kondom)
Penasun
Penularan dari Ibu ke Bayi Bumil dan Bulin
Penyediaan transfusi darah yang aman RS, fasilitas layanan
Kewaspadaan universal Orang muda, masyarakat, RS, fasilitas layanan
Profilaksis pasca pajanan Masyarakat
Program Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Sasaran
Pelayanan VCT Risti
Pemeriksaan berkala CD4 ODHA
Pengobatan ARV ODHA
Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik ODHA
Program mitigasi dampak HIV dan AIDS Sasaran
Pemberdayaan ekonomi tergantung konteks Anak yatim/ piatu akibat kematian orang tua karena AIDS
Program Pengembangan dan pengelolaan program Sasaran
Penjaminan kualitas pelaksanaan kebijakan Peraturan, panduan, pendanaan
Pemantauan, evaluasi dan perbaikan program dengan melibatkan masyarakat sipil
Pelaksanaan kebijakan
Pelaksanaan program penanggulangan melalui strategi berikut:
a. Jaringan kerja-sama pemangku kepentingan terkait, termasuk sektor, mitra internasional, LSM dan unsur masyarakat lain
b. Jaringan pelayanan komprehensif dari provinsi, kota, kecamatan dan kelurahan
c. Penciptaan situasi lingkungan yang kondusif terhadap upaya penanggulangan
1.3 Pertanyaan dan Tujuan Evaluasi
Dengan berakhirnya masa berlaku Renstrada periode 2008-2012, evaluasi menilai kinerja dan
efektivitas program perlu dilakukan. Hasil evaluasi diharapkan dapat menjelaskan bagaimana kinerja
dan capaian program, serta hambatan dan tantangan yang dihadapi, dan menjadi masukan dalam
perencaan program ke depan, RPJMD DKI periode 2012-2016.
Pertanyaan evaluasi mencakup:
1. Bagaimana kinerja program dalam cakupan, kualitas, dan kelangsungan layanan?
2. Bagaimana efektivitas program dalam mencegah atau mengurangi penularan HIV?
3. Apa saja hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan program dan pencapaian tujuan
program?
Secara umum, evaluasi program bertujuan untuk menilai kinerja dan efektivitas program
penanggulangan HIV dan AIDS periode 2008-2012 dengan hasil sebagai masukan penyusunan
Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) 2013-2017.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 3
Secara khusus evaluasi bertujuan:
1. Menganalisis pelaksanaan Renstrada 2008-2012 terkait dengan masukan, proses, dan luaran
masing-masing komponen program;
2. Menilai capaian tujuan penurunan perilaku berisiko dan penurunan penularan HIV;
3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat strategis upaya penanggulangan HIV
dan AIDS.
1.4 Metode Evaluasi
Evaluasi memandang program penanggulangan HIV dan AIDS sebagai suatu sistem dengan
komponen - masukan, proses, luaran, efek dan dampak.4
Kebijakan, termasuk perencanaan, peraturan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, ditunjang
dengan sumber daya sebagai masukan program. Sumber daya termasuk sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, peralatan dan komoditas, dan pendanaan. Kebijakan dan pedoman dan
sumber-daya sebagai masukan dalam pelaksanaan atau proses program yang dapat menjamin
harapan hasil atau luaran program, yaitu layanan yang bermutu, rutin dan menjangkau luas
masyarakat sasaran.
Proses program mencakup antara lain: pendidikan dan pelatihan; penggunaan dan pemeliharaan
sarana, prasarana, peralatan dan komoditas; pengelolaan program dan layanan.
Efektivitas program menurunkan perilaku berisiko dan berdampak terhadap penurunan penularan
HIV terjadi hanya apabila program bermuara kepada layanan yang bermutu, rutin dan menjangkau
luas masyarakat sasaran.
Tabel 2. Kerangka Evaluasi Program HIV dan AIDS
Tingkat Tujuan Indikator Sumber data Asumsi
Dampak Epidemi HIV Prevalensi HIV STBP, surveilans
Efek Perilaku Seks berisiko Barbagi jarum dan alat suntik Prevalensi IMS
Survei perilaku
Luaran Layanan Cakupan, kualitas, kelangsungan
Survei, statistik layanan
Proses Kegiatan mendukung layanan: pendanaan, pelatihan, logistik, dst.
Jumlah dan distribusi fasilitas layanan, obat dan komoditas
Dokumen program
Sumber daya pedoman, juklak, juknis
Penilaian kinerja dan efektivitas program dilakukan melalui serangkaian indikator Renstrada 2008-
2012, termasuk indikator masukan program (kebijakan dan sumber-daya); indikator proses program
(kegiatan layanan atau dukungan layanan); indikator luaran program (cakupan, kualitas dan
kelangsungan layanan), indikator efek program (perubahan perilaku berisiko) dan indikator dampak
program (angka prevalensi HIV). Data didapat dari sumber sekunder, termasuk laporan hasi survei:
survei biologi- perilaku, survei sentinel, dan sistem informasi kegiatan dan layanan dari berbagai
sektor, LSM dan donor.
4 Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi, UNAIDS/08.23E / JC1519E, December 2008.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 4
II. HASIL EVALUASI
2.1 KEBIJAKAN
Dalam merespon epidemi, Pemerintah DKI Jakarta telah mengambil kebijakan termasuk Renstrada
yang ditunjang dengan berbagai peraturan, surat keputusan dan pedoman pelaksanaan,
pembentukan KPAP (Provinsi) dan KPAK (Kota) dan pelaksanaan program layanan. Peraturan dan SK
sebagai landasan legal bagi KPAP dan KPAK dan segenap jajaran untuk bekerja dan mendapatkan
pembiayaan program melalui APBD (Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah). Berbagai
peraturan dan SK, pembentukan KPAP dan KPAK, dan pembiayaan program melalui APBD
merefleksikan komitmen pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
Renstrada Penanggulangan HIV dan AIDS 2008-2012 Provinsi DKI Jakarta merupakan penjabaran
kebijakan pemerintah dalam memerangi HIV dan AIDS. Renstrada memuat tujuan penanggulangan,
strategi penanggulangan melalui program dan layanan, penguatan kelembagaan, manajemen
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program. Dokumen Renstrada menyebut eksplisit tantangan
program penanggulangan (halaman 4): (i) dukungan politik yang belum memadai terhadap program
promosi kondom dan pengurangan dampak buruk NAPZA suntik padahal kedua program ini
merupakan program pokok upaya penanggulangan HIV; dan (ii) masalah HIV dan AIDS belum
dianggap masalah prioritas baik oleh sektor kesehatan maupun sektor pembangunan terkait.
Renstrada menjelaskan strategi dasar upaya penanggulangan, tetapi belum belum jelas bagaimana
strategi operasional pelaksanaan program dalam konteks tantangan program.
Mengacu kepada kebijakan nasional, Pemprov DKI Jakarta membentuk Komisi Penanggulangan AIDS
di tingkat Provinsi (KPAP) dan Kabupaten/Kota (KPAK), seperti terlihat pada Pergub dan berbagai SK
(Lihat Tabel 3). Peraturan dan SK merupakan landasan legal KPAP dan KPAK dalam melakukan
koordinasi dan arahan pengembangan, perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan program
penanggulangan HIV dan AIDS. Dalam menjamin pelaksanaan kebijakan dan program, berbagai SK
mengenai upaya penanggulangan bahkan pembiayaan juga telah diterbitkan.
Dalam mendukung pelaksanaan kebijakan program penanggulangan HIV dan AIDS, berbagai Pokja
(Kelompok Kerja) dibentuk sesuai kebutuhan. Pembentukan Pokja-Pokja tertuang dalam Keputusan
ketua KPAP Nomor 31 tahun 2009. Pokja diharapkan melibatkan perwakilan sektor terkait dan
masyarakat. Namun Pokja yang ada, belum melibatkan LSM Peduli AIDS secara optimal.
Sebagai pemain utama di sektor layanan kesehatan, DKI Jakarta telah memiliki Perda 1/ 2008 tentang
RPJMD (HIV & AIDS merupakan dedicated program), Perda 5/ 2008 tentang pengendalian HIV &
AIDS, dan juga mengeluarkan Surat Edaran Kepala Dinas tentang Kemandirian Penganggaran
Program Harm Reduction. Namun belum semua program dipayungi kebijakan, termasuk Program
Pertukaran Jarum Suntik dan Program Promosi Kondom. Beberapa SKPD dan Sektor terkait belum
responsif menjalankan Pasal 15 (g) Perda No 5 Tahun 2008 untuk promosi dan pencegahan
penularan HIV.
Petunjuk Teknis Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI No. 2/PER/MENKO/
KESRA/I/ 2007 (pasal 8) tentang Susunan Organisasi POKJA Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan
NAPZA Suntik, terdiri atas Ketua dari unsur Dinas Kesehatan; Wakil Ketua unsur Kepolisian Negara RI;
Sekretaris unsur Sekretariat KPAP; Anggota unsur BNN dan instansi terkait. Namun, dalam
pelaksanaan layanan pertukaran/pembagian jarum suntik steril) di lapangan masih mengalami
kendala karena perbedaan acuan aspek legal/hukum di antara Dinkes, BNN, Kepolisian dan LSM.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 5
Tabel 3. Peraturan dan SK tentang KPAP dan KPAK, DKI Jakarta
Tahun Peraturan dan Surat Keputusan/ Surat Edaran
2008 Surat Keputusan Walikota Jakarta Utara No. 15 tahun 2008 tanggal 24 Januari 2008 tentang Susunan Organisasi KPAK
Jakarta Utara
2009 Peraturan Gubernur No. 162 tahun 2009 tentang KPAP DKI Jakarta
Surat Keputusan KPAK Jakarta Barat No. 6 tahun 2009 tentang Susunan Organisasi Pelaksana Harian KPAK Jakarta Barat
Surat Keputusan Walikota Jakarta Barat No. 48 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja KPAK Jakarta Barat
Surat Keputusan Walikota Jakarta Utara No. 175 Tahun 2009 tanggal 19 Mei 2009 Tentang Susunan Organisasi KPAK
Jakarta Utara
Surat Keputusan ketua KPAP Nomor 31 tahun 2009 tentang Pembentukan Pokja-Pokja
2010 Surat Keputusan Walikota Jakarta Utara No. 782 Tahun 2010 tanggal 1 November 2010 tentang Susunan Organisasi
KPAK Jakarta Utara
Surat Keputusan Ketua KPAP No. 159 tahun 2010 tentang Tim Asistensi
Surat Keputusan Ketua KPAP No. 177 tahun 2010 tentang Penunjukan Sekretaris KPAK Jakarta Selatan
Surat Keputusan Gubernur No. 954 tahun 2010 tentang Pelimpahan Wewenang Ketua kepada Sekretaris KPAP
Surat Keputusan Gubernur No. 321 tahun 2010 tentang Penunjukan Sekretaris KPAP
Surat Keputusan Ketua KPAP No. 004 tahun 2010 tentang penunjukan Kepala Sekretariat dan Kepala Seksi dan Anggota
KPAK
2011 SK Ketua KPAP No. 110 tahun 2011 tentang Penetapan Asisten Sekretaris pada Program Penanggulangan HIV dukungan
Global Fund SSF
SK Ketua KPAP No. 130 tahun 2011 tentang Penetapan Kepala Sekretariat KPAP
SK Ketua KPAP No. 131 tahun 2011 tentang Penetapan Kepala Bidang KPAP
SK Ketua KPAP No. 132 tahun 2011 tentang Penugasan Personil KPAP
SK Ketua KPAP No. 133 tahun 2011 tentang Penetapan Tim Asistensi KPAP
SK Ketua KPAP No. 134 tahun 2011 tentang Penetapan Tim Advokasi KPAP
SK Ketua KPAP No. 140 tahun 2011 tentang Penetapan Bendahara KPAP
SK Ketua KPAP No. 189 tahun 2011 tentang Penetapan Susunan Staf Sekretariat KPA Kota/Kabupaten
SK Sekretaris KPAP No. 144 tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Perencanaan Program Penanggulangan HIV dan AIDS
Provinsi DKI Jakarta untuk tahun 2011-2012
2012 Peraturan Gubernur No. 26 tahun 2012 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi Penanggulangan AIDS
Kota
Keputusan Ketua KPAP No. 127 tahun 2012 tentang Penetapan Pejabat Teknis dan Unsur Penunjang KPAP di Provinsi DKI
Jakarta
Keputusan Ketua KPAP No. 128 tahun 2012 tentang Penetapan Sekretaris KPA Kota/Kabupaten
Keputusan Ketua KPAP No. 130 tahun 2012 tentang Penetapan Tim Asistensi
Keputusan Ketua KPAP No. 131 tahun 2012 tentang Penetapan Tim Advokasi
Keputusan Ketua KPAP No. 133 tahun 2012 tentang Penetapan Pejabat Teknis dan Unsur Penunjang KPAK/Kab di
Provinsi DKI Jakarta.
Tabel 4. SK untuk mendukung Program Penanggulangan HIV dan AIDS DKI Jakarta
Tahun Peraturan dan Surat Keputusan/ Surat Edaran
Sebelum
2008
Peraturan Daerah No. 5 tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS di DKI Jakarta
Surat Keputusan Walikota Jakarta Barat No. 174 tahun 2003 tentang Penetapan Kelurahan Maphar Sebagai Pilot Proyek
Penggunaan Kondom 100%
Surat Keputusan Walikota Jakarta Barat No. 1 tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan HIV/AIDS di Jakarta Barat
2009 Instruksi Walikota Jakarta Barat No. 222 tahun 2009 tentang Pelaksanaan Percepatan Penanggulangan HIV dan AIDS di
Jakarta Barat
Surat Keputusan Ketua KPAK Jakarta Barat No. 07 tahun 2009 tentang Ikatan Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli AIDS
Kota Administrasi Jakarta Barat
Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan tentang Kemandirian Penganggaran Program Harm Reduction
MoU antara KPAP DKI Jakarta dengan 6 SKPD (POLDA Metro Jaya, Dinas Sosial, Satpol PP, Dinas Kesehatan, Dinas
Pariwisata, Kanwil Kemenag) dan Forum LSM tentang Kesepakatan Operasional Kondom dan Alat Suntik Bukan Menjadi
Barang Bukti
2011 Surat Keputusan Gubernur No. 248 tahun 2011 tentang Biaya Pemeriksaan Darah Khusus (CD4) di Rumah Sakit Umum
Daerah dan Rumah Sakit Khusus Daerah
Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 6 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Program Komprehensif
Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS) di 3 wilayah (Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Jakarta Timur)
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 6
Tahun Peraturan dan Surat Keputusan/ Surat Edaran
Instruksi Walikota Jakarta Barat No. 791 tahun 2011 tentang Percepatan Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Jakarta
Barat Tahun 2011
Surat Edaran Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Barat No. 2522/SE/2011 tanggal 16 Juni 2011 tentang Program
Komprehensif Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual
Surat Edaran Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan No 19/SE/2011 tentang Program Komprehensif Pencegahan HIV
dan AIDS Melalui Transmisi Seksual untuk Pimpinan Usaha Industri Pariwisata di DKI Jakarta
Surat Edaran Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan No 983/1.858.25/2011 tentang Program Pencegahan
Penanggulangan IMS dan HIV Pada Tempat Hiburan di wilayah DKI Jakarta
Surat Edaran Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan No 12/SE/2011 tentang Program Komprehensif Pencegahan HIV
dan AIDS untuk Pimpinan Usaha Industri Pariwisata Wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Jakarta Timur.
2012 Peraturan Gubernur No. 183 tahun 2012 tentang Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat
Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 5109 tahun 2012 tentang puskesmas layanan satelit Anti Retroviral dan
Rumah Sakit pengampu di DKI Jakarta
Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 63/SE/2012 tentang Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril di
DKI Jakarta
Draft Peraturan Gubernur DKI Jakarta tentang tata cara Promosi Dukungan dan Layanan dalam rangka penanggulangan
HIV dan AIDS
Draft Renstra KPAP tahun 2013-2017
2.2 SUMBER DAYA
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) yang mendukung kegiatan program HIV dan AIDS berasal dari berbagai
lembaga terkait, baik Pemerintah maupun non-Pemerintah. Staf sekretariat KPA Provinsi DKI Jakarta
berjumlah 23 orang, terdiri dari Sekretaris, 3 Kepala Bidang, 1 Kepala Bagian dengan dibantu 18 Staf .
Selain itu dengan tambahan staf dari dukungan GF (Global Fund) sebanyak 4 orang (Pengelola
Program, Monitoring & Evaluasi, Administrasi dan Keuangan), staf dari dukungan HCPI (HIV
Cooperation Program for Indonesia) sebanyak 2 orang (Program Harm Reduction dan Media) dan staf
dari dukungan SUM/FHI sebanyak 2 orang (Bantuan Teknis).
Di tingkat wilayah, berjumlah 12 orang pada setiap KPA Kota/Kab : terdiri dari 1 sekretaris, 3 orang
Kepala Seksi, 1 orang Kepala Sub Bagian beserta 7 orang staf dan tambahan 2 orang, terdiri dari staf
logistik (dukungan GF) dan pengelola program GWL (HCPI).
Di samping staf tetap, dibentuk pula Tim Asistensi dan Tim Advokasi KPAP sebanyak 8 orang, dari
berbagai sektor dan masyarakat.KPAP DKI Jakarta memiliki 9 Pokja yang dipimpin oleh sektor dan
instansi utama sesuai pembidangan (Lihat Tabel 5).
Tabel 5. Nama Pokja dan Sektor/ Instansi pemimpin, KPAP DKI Jakarta
No Nama Pokja Sektor/ Instansi pemimpin
1 Pokja IDU/Harm Reduction Dinas Kesehatan
2 Pokja Remaja Dinas Pendidikan
3 Pokja Seksual Transmisi Dinas Sosial
4 Pokja Masyarakat Umum BPMPKB
5 Pokja PMTCT BPMPKB
6 Pokja Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi
7 Pokja Lapas & Rutan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
8 Pokja Pelabuhan Tanjung Priok Administratur Pelabuhan Utama Tanjung Priok
9 Pokja Agama Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta
Hingga Desember 2012, pemenuhan SDM dalam program harm reduction sebanyak 8 orang staf
penuh waktu dan 239 orang staf paruh waktu, yaitu tingkat provinsi 6 orang, tingkat Sudin 15 orang,
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 7
tingkat Puskesmas 152 orang untuk LJSS dan 66 orang untuk Program Metadon. Pemenuhan SDM
juga didukung mitra eksternal. HCPI mendukung pendanaan program HR di Puskesmas melalui kerja
sama dengan Dinkes DKI Jakarta. Dukungan ini sangat membantu Dinkes dalam menjalankan
program Harm Reduction di puskesmas. Selain itu, Kegiatan HR juga didukung oleh 5 LSM Mitra HCPI
(Karisma, KIOS Atmajaya, PPK-UI, PKBI DKI, dan STIGMA).
Para pemangku kepentingan menganggap jumlah SDM di Puskesmas kurang memadai, salah satu
penyebabnya adalah beban tugas staf yang beragam, tidak hanya mendukung program HIV/AIDS.
Salah satu akibat kurangnya tenaga, seperti dikeluhkan LSM, adalah kegiatan konseling VCT dan
pemeriksaan IMS yang kurang optimal. Lebih lanjut pihak LSM mengungkapkan bahwa SDM yang
tersedia di KPA sudah mencukupi, serta sudah mendapatkan berbagai macam pelatihan. Hanya saja
yang belum ditindaklanjuti adalah melakukan koordinasi dengan LSM anggota Forum, monitoring
program yang dilakukan LSM, serta menyediakan ruang komunikasi dengan LSM anggota Forum.
Peningkatan kapasitas bagi SDM yang masih diperlukan adalah pelatihan penelitian kuantitatif/
kualitatif, pengolahan data, pelatihan Fasilitasi dan pelatihan advokasi. SDM untuk kegiatan
penjangkauan masih sangat kurang dan semua masih didukung dana dari donor.
Sarana dan Prasarana Tabel 6. Layanan IMS dan HIV AIDS, tahun 2008-2012
No Layanan 2008 2009 2010 2011 2012 SDM
1 PTRM 15 17 18 18 18 54
2 LJASS 31 31 38 38 38 144
3 IMS 12 24 25 38 38 152
4 VCT/PITC 23 23 55 55 55 275
5 PMTCT 7 8 9 15 18 90
6 TB HIV 25 25 25 25 43 -
7 ARV 23 23 23 23 24 120
8 Satelit ARV 0 2 3 8 19
Data KPAP DKI Jakarta tahun 2012 menunjukkan jumlah fasilitas pelayanan 55 VCT, 24 RS CST, 19
Puskesmas satelit ARV, 38 IMS, 18 PMTCT, 43 TB-HIV, 18 PTRM, dan 38 LJASS. Jumlah fasilitas
pelayanan PTRM dan LJASS di DKI Jakarta adalah yang terbanyak dibandingkan provinsi lain. Jumlah
pelayanan pengobatan termasuk dalam lima besar bersama Provinsi Papua, Jawa Timur, Jawa Barat
dan Kalimantan Timur.
Selama periode 2008-2012, KPAP DKI Jakarta telah menyalurkan bantuan untuk penyediaan alat CD4
(termasuk reagen) di 10 fasilitas layanan kesehatan (RSUD Pasar Rebo, RSUD Duren Sawit, RSUD
Tarakan, RSUD Cengkareng, RSUD Koja, RSUD Budi Asih, RS Fatmawati, RS Polri Sukanto, Klinik PKBI,
RS Pengayoman) dan bantuan biaya pemeriksaan CD4 bagi ODHA.
Dana
Besaran dana rupiah dari APBD per tahun sekitar 15 sampai 25 milyar dengan komposisi sekitar 4,2
milyar untuk operasional Sekretariat dan sisanya untuk program yang dikelola Sekretariat. Di
samping itu, DKI menerima dukungan dari mitra internasional (GF, HCPI, SUM). Dukungan HCPI
sekitar 3,5 milyar per tahun meliputi bantuan kepada LSM, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, sedangkan
untuk KPAP lebih difokuskan kepada media, penguatan kelembagaan, dan advokasi. Dukungan GF
kepada KPAP DKI sekitar 1 sampai 3 milyar per tahun meliputi logistik kondom, lubrikan, alat suntik,
dan kegiatan-kegiatan berupa PMTS, PABM, pertemuan-pertemuan koordinasi harm reduction.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 8
Pembiayaan diperoleh dari berbagai sumber: APBN (Pemerintah Pusat), APBD (Pemerintah Daerah),
dan mitra internasional (terutama AusAID dan GF). Dana dirasakan belum mencukupi apabila
dibandingkan dengan kebutuhan program pada Renstrada. Hasil evaluasi menunjukkan dari 4 area
program, komposisi pemanfaatan sumber daya sudah sesuai prioritas, namun jumlah belum
mencukupi (prioritas tahun 2008: pencegahan, 2009: PDP, 2010: pencegahan, 2011: pencegahan).
Berbagai kendala dana dan pendanaan mencakup lambatnya waktu pencairan, kurang sesuai antara
jadwal kegiatan dan jadwal pencairan, dan kekurang-sesuaian kebutuhan.
Tabel 7. Dana Penanggulangan HIV dan AIDS DKI Jakarta
Komponen Dana APBD 2008 2009 2010 2011 2012
a. Operasional Sekretariat KPAP/KPAK
2.555.596.600 2.893.258.000 1.465.187.250 1.306.200.000 4.233.754.500
b. Program HIV- AIDS 24.444.403.400 24.606.742.000 23.134.812.750 13.793.800.000 10.866.245.500
Jumlah dana APBD 27.000.000.000 27.500.000.000 24.600.000.000 15.100.000.000 15.100.000.000
Sumber dana lain
Sumber dana Penerima dana 2008 2009 2010 2011 2012
GF-ATM KPAP 2.891.010.210 3.274.018.608 1.984.116.396
Jumlah dana sumber lain 2.891.010.210 3.274.018.068 1.984.116.396
Tabel 8. Dana Bersumber dari GF untuk KPAP DKI
Tahun Anggaran Program Operasional
2009 823.510.004 457.210.004 366.300.000
2010 2.891.010.210 1.735.665.210 1.155.345.000
2011 3.274.018.608 2.465.536.400 808.482.208
2012 1.984.116.396 1.592.286.588 391.829.808
Tabel 9.Dana Bersumber dari HCPI
Periode 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah budget 2.977.585.673 2.832.080.206 3.281.507.731 3.172.680.484 3.682.077.693
Mitra KPAP DKI KPAP DKI KPAP DKI KPAP DKI KPAP DKI
Dinkes DKI Dinkes DKI Dinkes DKI Dinkes DKI Dinkes DKI
RSKO RSKO RSKO RSKO RSKO
RS Fatmawati RS Fatmawati RS Fatmawati RS Fatmawati RS Fatmawati
Dukungan media KPAP
Dukungan media KPAP
Dukungan media KPAP
Dukungan media KPAP
Dukungan media KPAP
3 LSM 3 LSM 5 LSM 5 LSM 5 LSM
Tabel 10. Dana Bersumber dari ASA/SUM 1 (FHI 360)
Periode 2008 2009 2010 2011 2012
Kelola Sendiri (DF) 1.082.167.456 163.820.660 237.774.500 393.594.912 938.000.000
Dana LSM (23 LSM) 11.010.971.308 7.811.106.578 - - -
Total 12.093.138.764 7.974.927.238 237.774.500 393.594.912 938.000.000
Tabel 11. Dana Bersumber dari SUM 2 (RTI)
Total Bantuan Tahun Program LSM Mitra Populasi kunci Wilayah Kerja
Rp5.544.079.449 2011-2012 Kios Atmajaya Penasun Jakarta Utara dan Jakarta Barat
LPA Karya Bhakti LSL Jakarta Utara dan Jakarta Timur
Bandungwangi WPS Jakarta Timur
Inter Medika LSL Jakarta Pusat, Barat dan Selatan
Kharisma Penasun Jakarta Timur
Kusuma Buana WPS Jakarta Barat
Layak Penasun Jakarta Pusat dan Selatan
Srikandi Sejati Waria DKI Jakarta
Sumber: SUM2 (RTI)
Pemanfaatan dana untuk berbagai kegiatan menunjukkan konsistensi antara rencana dan
implementasi, apakah penggunaan sumber daya sesuai prioritas dalam renstrada. Rincian data
pengeluaran dana bersumber APBD secara proporsional diperoleh dari analisis NASA (National AIDS
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 9
Spending Assessment). Hasil kajian NASA di tingkat nasional (dana belanja program HIV dan AIDS dari
semua sumber dan mencakup tingkat nasional) menunjukkan kontribusi terbesar adalah dari mitra
internasional dan Pemerintah Pusat.
Hasil NASA DKI Jakarta menunjukkan proporsi terbesar peruntukan dana APBD adalah untuk program
pencegahan (tahun 2009 sebesar 23,69%, tahun 2010 sebesar 38,30%) serta pengobatan-perawatan
(tahun 2009 sebesar 50,78% dan tahun 2010 sebesar 37,19%), dengan catatan: kemungkinan
termasuk di dalamnya biaya tidak langsung terkait kegiatan. Dibandingkan dengan Renstra 2008-
2012, proporsi terbesar memang untuk pencegahan dan pengobatan-perawatan tetapi secara
proporsional peruntukan kegiatan kebijakan, administrasi lebih besar daripada rencana (Tahun 2009
direncanakan 18% tetapi kenyataan 25,53% dan tahun 2010 direncanakan 16,2% tetapi kenyataan
24,47%), bahkan tahun 2009 proporsi tersebut lebih tinggi dari pada untuk pencegahan.
Penerima manfaat terbanyak adalah ODHA, disusul populasi umum dan non-targeted population.
Dalam NASA tersebut juga dikaji kontribusi sektor lain selain Dinkes, beberapa sektor pendukung
program memberikan sumbangan untuk kegiatan yang banyak menyentuh populasi umum atau non-
targeted population seperti penyuluhan, pendidikan dan pengembangan lingkungan kondusif serta
pengembangan kapasitas.
Tabel 12. Proporsi Pengeluaran APBD untuk Program HIV/AIDS No Program 2009 (%) 2010 (%)
1 Pencegahan 23,69% 38,30%
2 Pengobatan dan Perawatan 50,78% 37,19%
3 Anak yatim dan rentan 0 0,04%
4 Manajemen – Administrasi 18,31% 17,06%
5 Insentif SDM 4,49% 5,95%
6 Perlindungan sosial 0 0,00%
7 Lingkungan kondusif 1,50% 0,16%
8 Penelitian non-operasional 1,23% 1,30%
Sumber: NASA DKI Jakarta
Tabel 13. Pengeluaran untuk program HIV/AIDS menurut Penerima Manfaat
No Program 2009 (%) 2010 (%)
1 ODHA 53,85% 41,63%
2 Populasi risiko tinggi 6,49% 3,76%
3 Populasi kunci lain 3,15% 4,30%
4 Populasi spesifik (terjangkau) 1,16% 1,76%
5 Populasi umum 11,47% 28,91%
6 Non targeted 23,89% 19,65%
Sumber: NASA DKI Jakarta
Program penjangkauan banyak dilakukan oleh LSM dan didukung oleh bantuan dana dari mitra
eksternal seperti Pemerintah Australia dan Pemerintah Amerika. Sumber dana LSM utama adalah
dari donor dan kelangsungannya menjadi tantangan. Melalui program yang dilaksanakan oleh proyek
SUM pengembangan kapasitas LSM agar mandiri dalam pendanaan dan mampu menghitung
kebutuhan sumber daya diberikan secara bertahap, terutama LSM yang membantu penasun.
Bila ditelusuri lebih lanjut, pada tahun 2011 sekitar 40% dari anggaran KPAP digunakan untuk
Dukungan Perawatan dan Terapi: 3 buah alat CD4, 72 reagen CD4 50 Kid & Quality Control, 3.690
reagen oral rapid test, reagen rapid test HIV, obat IMS & IO serta bahan habis pakai, reagen IMS.
Justifikasi untuk komponen pengeluaran ini adalah karena merupakan syarat untuk pengobatan ARV
untuk RS, Puskesmas, Klinik, Lapas / Rutan.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 10
Dana KPAP untuk program mitigasi sebesar 1% dari anggaran KPAP, yaitu untuk membantu
persalinan dengan sectio cesaria bagi bumil penderita AIDS, pemberian susu formula, viral load bagi
ibu hamil dan bayi.
Dukungan dana HCPI pada tahun 2011 antara lain
1. Program HR bagi Penasun di Puskesmas DKI Jakarta mencapai Rp559.401.000 dan dana
pendamping dari KPAP adalah sebesar Rp156.094.000
2. Program HR dan penguatan puskesmas (kerjasama dengan Yayasan Stigma) mencapai
Rp542.291.404 dan dana pendamping dari mitra lain Rp82.487.864
3. Kegiatan tindak lanjut program HR di wilayah Jakarta Timur mencapai Rp275.181.160 dan dana
pendamping mitra Rp29.600.000
4. Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada Pengguna Napza suntik di Jakarta
Selatan mencapai Rp307.572.600
5. Program intervensi HR-HIV di Jakarta Barat mencapai Rp 284.429.480 dan dana pendamping
Rp58.380.000
Sistem Informasi
Sistem Informasi sebagai komponen penting keberhasilan program. Sejak 2009, KPAP mempunyai
sistem informasi layanan, yaitu Jakarta AIDS Information System (JAIS). Sistem ini mencakup layanan
oleh KPAP, KPAK, rumah sakit, Puskesmas, dan LSM. Namun, belum semua program dan layanan
kesehatan dilaporkan melalui JAIS. Meskipun bermanfaat, sistem ini masih perlu diperbaiki,
terutama supaya lebih mudah diakses dan dimanfaatkan untuk perbaikan program.
Informasi mengenai tren perubahan perilaku pada berbagai populasi kunci, dan tren prevalensi HIV
pada berbagai populasi kunci dan juga populasi risiko rendah atau populasi umum penting guna
menilai keberhasilan program. Sementara ini pemerintah termasuk di DKI Jakarta telah melakukan
berbagai surveilans sero dan survei perilaku dan biologi pada berbagai kelompok kunci. Hasil
surveilans dan survei tersebut bermanfaat dalam membantu fokus program dan mengindikasikan
keberhasilan program. Namun demikian, dalam hal tertentu masih tidak mudah menilai
kecenderungan epidemi pada beberapa populasi kunci karena masalah metodologi dan populasi
yang berbeda dari satu survei ke survei yang lain. Pengembangan surveilans masih perlu diperbaiki
dalam strategi dan metodologi sehingga hasil surveilans menjadi petanda yang meyakinkan
mengenai kecenderungan dan pola epidemic dalam kaitan dengan efktivitas program.
Informasi mengenai potensi HIV masuk ke dalam populasi umum merupakan hal penting. Ini karena
epidemi di DKI Jakarta sudah lama berada dalam kategori konsentrasi. Sementara ini, kita
mengandalkan surveilans darah donor. Surveilans sero ibu hamil melalui beberapa klinik bersalin
perlu dikembangkan. Hasil surveilans ini akan menjadi penanda yang meyakinkan mengenai
perluasan epidemi.
2.3 PENGORGANISASIAN DAN KEMITRAAN
Koordinasi antara berbagai sektor dan LSM terkait di semua tingkatan birokrasi merupakan kunci
keberhasilan program. Dalam praktek, koordinasi belum berjalan optimal terutama di tingkat
kebijakan. KPAP merasakan tantangan dalam mewujudkan peran koordinasi. Beberapa sektor
menganggap masalah HIV belum prioritas, sektor lain merasa lebih berhak dan lebih tahu masalah
HIV dan LSM belum mendapat manfaat dari keterlibatan mereka. Kurangnya dukungan politis dari
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 11
eksekutif, parlemen, tokoh agama dan tokoh masyarakat membuat koordinasi upaya
penanggulangan semakin tidak mudah.
Mitra Internasional
Kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan meningkatkan efektivitas program.
Pemerintah DKI Jakarta melalui KPAP/K bermitra dengan mitra internasional maupun lokal.
Beberapa Mitra Internasional yang selama ini mendukung program HIV AIDS di DKI Jakarta adalah
HCPI, Global Fund Round 8, FHI-SUM. Beberapa LSM anggota Forum bermitra dengan HCPI, SUM,
dan GF dimana program ditujukan untuk beberapa kelompok populasi kunci Penasun, LSL, WPS, dan
waria, serta kelompok lainnya seperti remaja, anak, LBT (Laki-laki Berisiko Tinggi), ODHA, dan
masyarakat.
Selama ini, beberapa mitra Internasional telah memberikan bantuan teknis dan pendanaan
bermakna terhadap upaya penanggulangan, termasuk di DKI Jakarta. Bantuan ini bermanfaat, tetapi
dalam jangka panjang mengancam kemandirian program. Bantuan mitra internasional sebaiknya
lebih ditujukan kepada peningkatan kapasitas teknis dan manajerial program, bukan kepada program
rutin layanan. Demikian pula, pelaksanaan program penjangkauan populasi risiko tinggi selama ini
banyak tergantung kepada LSM sebagai mitra lokal. Kelangsungan program-program penjangkauan
ini rentan terhadap kelangsungan bantuan pendanaan dari donor asing. Pelibatan populasi kunci
sebagai mitra lokal dalam perencanaan program belum optimal, padahal pelibatan ini menentukan
keberhasilan penjangkauan dan cakupan layanan.
Mitra Lokal: Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Di DKI Jakarta saat ini 35 LSM yang aktif bergerak dalam kegiatan HIV dan AIDS. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa pihak LSM Peduli AIDS merasa kurang dilibatkan dalam program
penanggulangan HIV-AIDS dan kegiatan lintas sektor.
Umpan balik dari LSM juga menyebutkan bahwa advokasi yang dilakukan KPA hanya jika terdapat
pelaporan kasus dan ketika ada yang mendapatkan stigma dan diskriminasi saja (individual dan LSM),
belum pada advokasi struktural, seperti advokasi lintas sektor.
Meskipun fungsi monitoring sudah berjalan namun pihak LSM juga merasa bahwa monitoring
tersebut hanya pada instansi pemerintah pemberi layanan kesehatan saja, belum kepada LSM,
sehingga seringkali disalah artikan sebagai “kontra”.
Salah satu masukan yang secara eksplisit disampaikan adalah bahwa kebijakan yang melarang LSM
melakukan mobile LASS kurang tepat karena kondisi di lapangan membutuhkan kerjasama dengan
LSM, tidak hanya bergantung pada layanan yang ada di PKM saja, demi mengurangi dampak buruk
penggunaan napza suntik. Hal ini memerlukan penyamaan persepsi dan sosialisasi lebih lanjut.
Menurut Forum LSM, hasil capaian yang mencolok yang terlihat pada hampir semua LSM anggota
Forum adalah capaian kegiatan Penjangkauan, jumlah populasi kunci yang terjangkau di DKI Jakarta
sudah hampir 80% (untuk IDU). Capaian kedua adalah advokasi untuk rujukan ke layanan kesehatan
setempat, dalam hal ini kerjasama dan koordinasi antara LSM dan PKM sudah terjalin dengan baik
seperti upaya-upaya pengobatan IO dan pengecekan laboratorium (TB, dll). Ketiga, adanya upaya-
upaya program pencegahan HIV AIDS di tempat kerja, terutama di tempat-tempat hiburan. Beberapa
LSM menjalankan upaya advokasi sendiri atau tidak terbuka (sembunyi-sembunyi), tetapi upaya ini
terbukti cukup berhasil, dimana ada ketersediaan stok kondom di beberapa tempat hiburan (outlet
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 12
kondom). Keempat, program edukasi di semua populasi kunci, menunjukkan hasil cukup
menggembirakan dengan terbentuknya pendidik sebaya/relawan, yang akan menjadi regenerasi
petugas penjangkauan LSM. Kelompok pendidik sebaya ini dapat terorganisir menjadi Kelompok
Dukungan Sebaya (KDS), yang juga dapat mendukung program di PKM. Kelima, program edukasi di
masyarakat. Adanya keterlibatan masyarakat untuk program pencegahan, pengobatan dan dukungan
di masyarakat, seperti program GEMA PULIH (Gerakan Masyarakat Peduli HIV -red.Kios), GEMA PADI
(Gerakan Masyarakat Peduli Adiksi – red. Kios) dan sebagainya.
Keterlibatan Populasi Kunci
Pihak LSM menyampaikan tidak ada keterlibatan populasi kunci di dalam perencanaan (Musrembang
sampai terbitnya APBD), monitoring dan evaluasi program HIV AIDS di DKI Jakarta.
2.4 PENGEMBANGAN PENELITIAN
Sementara banyak kebutuhan memperbaiki kinerja, efektivitas program dan layanan kesehatan
serta penelitian operasional yang dapat memandu perbaikan program belum banyak dilakukan
harena keterbatasan dana. Penelitian-penelitian yang dilakukan belum sesuai dengan kebutuhan
pengembangan dan perbaikan kebijakan dan program.
Mengenai pengembangan penelitian, studi, riset operasional dan kajian, dirasakan perlu peningkatan
inventarisasi, mutu, serta sosialisasi hasilnya dan dimanfaatkan untuk pengembangan dan perbaikan
kebijakan dan program.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 13
III. KINERJA PROGRAM
3.1 Program Layanan
KPAP-DKI Jakarta memegang peran penting memastikan kesesuaian kegiatan dengan rencana
program melalui koordinasi kegiatan yang melibatkan berbagai institusi, lembaga dan mitra kerja.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, KPAP melakukan penguatan lembaga dan kesekretariatan;
menjalankan kegiatan promosi dan penerangan; melakukan rapat koordinasi dengan berbagai
pemangku kepentingan; melakukan advokasi dan penelitian operasional; menyusun Juknis,
mengembangkan program peer educator pada kelompok agama, remaja, dan lingkungan kerja, dan
melakukan monitoting dan evaluasi.
Sesuai tujuan program dalam Renstrada, berbagai kegiatan promosi pencegahan dilaksanakan
dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan unsur lintas sektor, LSM dan masyarakat.
Dukungan kegiatan mitigasi diberikan khususnya dalam PMTCT seperti bantuan operasi sectio cesaria
bagi bumil penderita AIDS, susu formula untuk bayi dan pemeriksaan viral load untuk bumil dan bayi.
KPAP juga mengalokasikan dana untuk dukungan perawatan dan terapi dengan memberi bantuan
reagen, alat CD4, viral load. Sistem informasi dikembangkan melalui program Jakarta AIDS
Information System (JAIS).
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 14
Tabel 14. Kegiatan Advokasi KPAP DKI Jakarta, 2007-2011
No Kegiatan Pelaksana Cakupan/ Sasaran Tahun
Rapat Kerja Daerah KPAP Bidang Monev KPAP KPAP, KPAK/Kab., Pokja, Anggota KPAP, LSM, Lembaga Donor
2008-2011
Monitoring Implementasi PERDA 5/2008
Bidang Monev KPAP 12 lokasi tempat hiburan (spa, diskotik, panti pijat, karaoke, bar)
2009
Kajian Cepat HIV dan AIDS (data dasar terkait indikator MDGs)
Bidang Monev KPAP 2010
Kajian rapid assesment terkait efektivitas KIE
Bidang Monev KPAP Populasi kunci dan masyarakat umum 2010
Kajian terkait Program GWL (kebutuhan layanan)
Bidang Monev KPAP Populasi Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki (GWL)
2011
Kajian cepat pengembangan media untuk ibu rumah tangga
Bidang Monev KPAP Ibu rumah tangga 2011
Workshop hasil pelaporan kasus HIV-AIDS (Surveilan pasif RS, sero survei, STBP, JAIS, survei mini BSS)
Bidang Monev KPAP 2011
Roadshow Sosialisasi Program HIV-AIDS dan KPAP
Bidang Prompen KPAP Aparat SKPD: PD Pasar Jaya, Dinas Pajak, Disnaker, SKPD tingkat kota, SLTA
2008
Aparat SKPD (tingkat Provinsi: 540 orang; Sektor Agama: 180 orang untuk 6 Agama)
2009
43 Kecamatan (1.290 orang), masyarakat umum (180 orang); pelajar SLTA (120 orang), kelompok umat beragama (60 orang)
2010
Aparat Satpol. PP, Sudin Sosial, Sudin Dikmen, Kanpeko, Sudin Pariwisata, Sudin Nakertrans dan aparat BPMP
2011
Advokasi HIV & AIDS bagi Pengusaha
Bidang Prompen KPAP
Pengusaha, pengurus dunia usaha, Forum LSM Peduli AIDS
2009
Advokasi bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat
Bidang Prompen KPAP
Tokoh agama (6 Agama), tokoh masyarakat, Forum LSM Peduli AIDS
Tokoh 6 agama, @ 50 orang
2009 2010
Penggalangan kesepahaman dan kesepakatan operasional program penanggulangan HIV & AIDS bagi instansi terkait
Bidang Prompen KPAP POLDA Metro Jaya, Kanwil KumHam, BNP LSM Peduli AIDS dan beberapa instansi terkait Pemda DKI Jakarta
2009
Sosialisasi penggunaan dan pengadaan kondom perempuan
Bidang Prompen KPAP Pekerja seks 2009
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 15
Tabel 15. Kegiatan sosialisasi KPAP DKI Jakarta, 2009-2012
No Kegiatan Pelaksana Cakupan/ sasaran Tahun
Peran Satpol PP dalam Penanggulangan HIV dan AIDS
Bidang Monev 100 orang Petugas Satpol PP Provinsi dan 200 orang Petugas Satpol PP Kota dan Kecamatan
2011
Sosialisasi Umum HIV dan AIDS Bidang Prompen KPAP Mobilisasi massa (masy.umum, Pelajar, LSM, Ormas) 1.000 orang
2008 -2012
Pembuatan dan pengadaan Brosur HIV & AIDS
Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum dan populasi kunci
2010
Kegiatan “Pojok informasi” melalui pameran
Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2009-2011
Media release dan promosi di media cetak keberadaan KPAP dan KPAK dengan berbagai kegiatan
Bidang Prompen KPAP Indo Pos, Lampu Hijau, serta Pos Kota
2009-2011
10 kali 2 Koran, 5 Majalah (@ 1 artikel)
2012
Sosialisasi HIV-AIDS ke SKPD Bidang Prompen KPAP 20 SKPD (600 Orang) 2012
Pemasaran sosial kondom Bidang Prompen KPAP SKPD terkait, KPAP, KPAK, LSM, populasi kunci dan masyarakat di Jakarta Utara dan Jakarta Barat
2012
Talkshow Radio Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2009-2012
2009: Siaran (55 kali): 11 kali siaran per kota dengan durasi @60 menit
2010: Radio: Jakarta Pusat – Radio 99”ERS; Jakarta Utara – MD; Jakarta Selatan – RAS FM; Jakarta Barat – Radio CBB; Jakarta Timur – Radio Muara
2011: Siaran (55 kali): 11 kali siaran per kota dengan durasi @60 menit
2012: Siaran 6 Radio (14 kali), 3 stasiun TV (14 kali Siaran
Media luar ruang tentang ajakan penanggulangan AIDS melalui billboard “Bersama Selamatkan Jakarta, Cegah HIV & AIDS”
Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2009
Peringatan Hari AIDS Sedunia Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2008-2012
Penyampaian pesan-pesan HIV dan AIDS melalui acara bernuansa hiburan di sekolah atau tempat lain yang disukai remaja
Bidang Prompen KPAP Remaja 2009
Peningkatan wawasan, pengetahuan dan pemahaman HIV dan AIDS
Bidang Prompen KPAP Motivator, Dewan Kelurahan, Karang Taruna, Ormas Kecamatan/ Kelurahan dan masyarakat umum
2009
Pembuatan film dokumenter dan film cerita (FTV) tentang info program pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS
Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2009 - 2010
Media KIE (13 judul): Islam (32.000), Kristen (22.250) Katolik (22.250), Budha (6.875), Hindu (6.875), Khong Hu Chu (6.875), Profil KPAP (27.000), Info LSM (25.000), Info HIV-AIDS (30.000), Info tempat layanan (27.000), Pencegahan HIV bagi remaja sekolah (30.000), remaja luar sekolah (30.000), Kotak display (Indonesia dan Jepang: 250)
Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum, kelompok agama, remaja
2010
Leaflet @11.000, Kalender (7.000), gantungan kunci (7.000)
2012
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 16
Tabel 16. Kegiatan Penguatan Kapasitas KPAP DKI Jakarta, 2009-2012
No Kegiatan Pelaksana Cakupan/ sasaran Tahun
Pelaksanaan Sero survei Bidang Monev KPAP 5 kota dan 1 kab. Kepulauan Seribu 2008, 2010-2011
Bimtek ke 5 Kota dan Kab. Kepulauan Seribu
Bidang Monev KPAP 5 kota dan 1 kab. Kepulauan Seribu 2008-2009
Bimtek ke 9 Pokja Bidang Monev KPAP Pokja IDU, Pokja ST, Pokja Lapas/Rutan, Pokja Agama, Pokja Remaja, Pokja Pelabuhan, Pokja PMTCT, Pokja Tempat Kerja, Pokja Masy. Umum
2010
Kunjungan Kerja KPAP ke Layanan Masyarakat
Bidang Monev KPAP 12 lokasi (Puskesmas Kecamatan) 2009
Bimtek Tim KPAP terkait Program PMTS dan Penjajakan ke Layanan Kesehatan
Bidang Monev KPAP KPAK dan 10 Puskesmas Koordinator 2011
Updating Data Estimasi Populasi Kunci
Bidang Monev KPAP 5 populasi kunci (WPS, penasun, waria, LSL, LBT) di 5 Kota dan 1 Kab. Kep. Seribu
2008-2010, 2012
Surveilan Pasif RS (Pengumpulan Data AIDS Pasif RS)
Bidang Monev KPAP 65 Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta 2008-2012
Pengembangan Sistem Informasi HIV-AIDS melalui Jakarta AIDS Informasi Sistem (JAIS) dan Pelatihan Petugas Penginput Data Layanan Kesehatan
Bidang Monev KPAP Fasilitas Layanan Kesehatan DKI Jakarta terkait Data Prog. IMS, VCT, LJSS, PTRM, PMTCT, TB-HIV, Penjangkauan, PITC, TB-HIV unit HIV
2008-2012
Pelatihan Manajemen Monitoring, Evaluasi dan Perencanaan
Bidang Monev KPAP Staf KPAP, KPAK dan Pokja sebanyak 25 peserta
2011
Pengumpulan dan Pengolahan Data Capaian Bulanan terkait Indikator Rencana Aksi Nasional (RAN)
Bidang Monev KPAP KPAP, KPAK, LSM (unsur Monev) 2008-2011
Fasilitasi dan Dukungan Kelompok Risiko Tinggi
Bidang Monev KPAP 70 orang Petugas Outreach LSM (Pendamping WPS dan IDU)
2010
Pembinaan Personil Outreach Bidang Monev KPAP 40 orang LSM (Pendamping WPS, Waria, LSL, IDU, ODHA)
2010
Partisipatory Action Reserch Pemahanan HIV dan AIDS bagi Remaja usia 15-18 thn.
Bidang Monev KPAP 400 orang peserta Tk. SLTA di DKI Jakarta 2011-2012
Partisipatory Action Research Pemahaman HIV dan AIDS bagi Guru BP, Olah Raga, Agama
Bidang Monev KPAP 100 orang guru pengajar
2011
Monitoring Kualitas Data (RAN dan JAIS)
Bidang Monev KPAP 5 wil Kota untuk RAN dan JAIS, 5 Lokasi Layanan Kesehatan untuk Prog. VCT, IMS dan LJSS
2012
Pelatihan Monitoring dan Evaluasi
Bidang Monev KPAP Program ARCVIEW dan MS. EXCEL untuk Dinas Kesehatan, Sudinkes, KPAP, KPAK
2012
Pembinaan Peer Educator (PE) Bidang Prompen KPAP
LSM Peduli AIDS se Jabodetabek; Kelompok diskusi sebaya SMA/K dan Karang Taruna Kota Jakarta Timur; Pengurus organisasi keagamaan (6 agama) dan kemasyarakatan se DKI Jakarta; Kelompok dampingan LSM Peduli AIDS; Kelompok pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia Provinsi DKI Jakarta.
2009
Pelajar SD, SLTA, motivator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jakarta (LPMJ), umat Khonghucu, Kelompok sebaya di lingkungan petugas Adpel Tanjung Priok.
2010
Penyuluh Tokoh 6 Agama (60 Orang) 2011
Pelatihan TOT tentang Informasi HIV dan AIDS
Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
Penyuluh Masyarakat (30 Orang) Bidan Swasta (30 Orang) Petugas Panti (40 Orang)
2012
Program Pencegahan HIV melalui Transmisi Seksual (PMTS)
Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
5 wilayah Kota terkait 4 Kompenen 2011-2012
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 17
No Kegiatan Pelaksana Cakupan/ sasaran Tahun Program Pemulihan Adiksi
Berbasis Masyarakat (PABM) Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
5 wilayah Kota dan 1 Kab. Kepulauan Seribu (Masy. Umum, LSM)
2011-2012
Pelatihan Petugas Konselor Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
Petugas Puskesmas (13 orang), RSUD (5 orang), RSAB harapan kita (1 orang), LSM (2 orang), Lapas/rutan (2 orang)
2009
Pelatihan Petugas IMS Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
Petugas Puskesmas (20 orang) terdiri dari dokter, perawat, administrasi, lab
2009
Pelatihan CST Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
RSUD (48 orang) terdiri dari : dokter anak/kandungan/umum, perawat, administrasi, lab
2010
Pelatihan IMAI Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
Puskesmas (40 orang) terdiri dari dokter, perawat
2010
Pelatihan Petugas Konselor VCT Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
RSUD, PKM, LSM (29 orang) 2010
Pelatihan Home base care Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
RSUD, PKM, LSM, Kader muda (30 orang) terdiri dari dokter, perawat
2011
Pelatihan Petugas PITC Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM , RSUD (30 orang) terdiri dari dokter, perawat
2011
Pelatihan Petugas pengendalian TBHIV
Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM (30 orang) terdiri dari dokter, perawat
2011
Pelatihan petugas IMS Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM (48 Orang) terdiri dari dokter, perawat, petugas administrasi, petugas Lab.
2011
Pelatihan petugas PMTCT Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM (30 orang) terdiri dari dokter, perawat
2011
Pelatihan Petugas Analis Laboratorium
Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM (30 orang) terdiri dari petugas analis laboratorium
2011
Pelatihan petugas konselor adiksi Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM, Rumah Sakit, Lapas / Rutan, LSM (26 Orang) terdiri dari layanan PTRM dan petugas penjangkau.
2012
Pelatihan Universal Precaution Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM (25 Orang) untuk petugas kesehatan dokter gigi.
2012
Pelatihan Imaai Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM (30 Orang) terdiri dari dokter dan perawat.
2012
Pelatihan RR (Reporting Record) Bidang Terapi & Rehabilitasi KPAP
PKM rujukan dan RS pengampu ARV (30 Orang) terdiri dari petugas farmasi.
2012
Tabel 17. Kegiatan Mitigasi, KPAP DKI Jakarta, 2008-2012
No Kegiatan Pelaksana Cakupan/ sasaran Tahun
Bantuan Susu Formula Bidang Terhab KPAP 2 Bayi HIV positif selama 2 bulan 2008
Pemeriksaan CD4 Bidang Terhab KPAP 1000 Orang 2008
Pemeriksaan Laboratorium (CD4,SGPT,SGOT,HB)
Bidang Terhab KPAP 1000 Orang 2009
Operasi Secio Caesaria Bidang Terhab KPAP 7 Ibu hamil HIV positif 2009
Susu formula Bidang Terhab KPAP 21 Bayi HIV positif selama 3 bulan 2009
Pemeriksaan PCR Bidang Terhab KPAP 15 Bayi HIV positif 2009
Pemeriksaan Viral Load Bidang Terhab KPAP 15 Ibu hamil HIV positif 2009
Operasi Secio Caesaria Bidang Terhab KPAP 4 Ibu hamil HIV positif 2010
Susu formula Bidang Terhab KPAP 15 Bayi HIV positif selama 3 bulan 2010
Pemeriksaan PCR Bidang Terhab KPAP 10 Bayi HIV positif 2010
Pemeriksaan Viral Load Bidang Terhab KPAP 10 Ibu hamil HIV positif 2010
Operasi Secio Caesaria Bidang Terhab KPAP 19 Ibu hamil HIV positif 2011
Susu formula Bidang Terhab KPAP 30 Bayi HIV positif selama 6 bulan 2011
Pemeriksaan CD 4 Bidang Terhab KPAP 500 Orang 2011
Pemeriksaan Viral Load Bidang Terhab KPAP 120 Bayi dan Ibu hamil HIV positif 2011
Operasi Secio Caesaria Bidang Terhab KPAP 24 Ibu hamil HIV positif 2012
Susu formula Bidang Terhab KPAP 65 Bayi HIV positif selama 3 bulan 2012
Pemeriksaan Viral Load Bidang Terhab KPAP 165 Bayi dan Ibu hamil HIV positif 2012
Pemeriksaan Viral Load Bidang Terhab KPAP 159 ODHA 2012
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 18
Tabel 18. Kegiatan dukungan, perawatan dan terapi, KPAP DKI Jakarta, 2008-2012
No Kegiatan Pelaksana Cakupan/ sasaran Tahun
Pengadaan Obat, Reagent, Peralatan Laboratorium IMS
Bidang Terhab KPAP 39 klinik, puskesmas dan rumah sakit 2008
Alat Periksa CD4 (mesin) dan Reagen.
Bidang Terhab KPAP 6 RSUD dan RS POLRI 2009
Gynecolog Bed, alat electro cauter, alat mikroskop, speculum, rotator, centrifuge, obat-obatan dan reagen.
Bidang Terhab KPAP 20 PKM dan 1 Klinik PKBI 2009
Ora Quick Bidang Terhab KPAP 6 lapas Rutan sebanyak 10.000 buah 2009
Reagen CD4 & Quality Control Bidang Terhab KPAP 6 RSUD dan RS POLRI (CD 4 sebanyak 34 kit, Quality Control sebangak 84 buah)
2010
Reagen Rapid Test HIV Bidang Terhab KPAP PKM dan Klinik Swasta sebanyak 10.400 test standar diagnostic bioline rapid test ½ 3.0, 22850 test rapid HIV II dan 9000 test intec one step anti HIV (1&2) tri line test card.
2010
Reagen Oral Rapid Test Bidang Terhab KPAP Klinik Lapas/Rutan Swasta sebanyak 10.110 buah
2010
Alat Kesehatan layanan IMS Bidang Terhab KPAP PKM ( 9 buah Mikroskop,14 buah mikro pipet, 19 buah rotator, 9 buah centrifuge, 20 buah Methylated Spirit lamp, 100 buah Holder vacuntainer, 20 buah troniquet, 10 buah gynaecology chair electric, 5 buah electro cauter, dan 17 buah lampu sorot halogen.
2010
Bahan penunjang Sero Survey Bidang Terhab KPAP Terdiri dari 7 box Micropipet tips kuning, 7 box Micropipet tips biru, 28 box cryotube, 62 disposible syireng, 62 box sarung tangan nitrile free powder, 62 box tabung vacuntainer, 62 box needle, 62 box alchol swab, 6200 buah tanchoplasts, 135 buah safety box plastic dan 6 buah micropipet
2010
Obat – obatan Infeksi menular seksual dan infeksi oportunistik, Bahan habis pakai serta reagen IMS
Bidang Terhab KPAP Puskesmas 2010
Alat periksa CD4 Bidang Terhab KPAP RS. Fatmawati, RS. Pengayoman Cipinang dan Klinik PKBI DKI sebanyak 3 buah
2011
Reagen CD4 dan Quality Control Bidang Terhab KPAP 6 RSUD dan RS. Polri (reagen CD4 sebanyak 50 kits dan Quality Control sebanyak 72 buah)
2011
Reagent Rapid Test HIV Bidang Terhab KPAP PKM dan Klinik Swasta sebanyak 4750 test standar (diagnostic bioline rapid test HIV ½ 3.0, 12.000 test rapid test HIV Focus dan 4750 test in tec one step anti HIV 1 & 2 tri line test card
2011
Reagen Oral Rapid Rapid Test Bidang Terhab KPAP Klinik Lapas / Rutan & swasta (sebanyak 3.690 buah)
2011
Obat-obatan IMS dan infeksi Oportunistik, Bahan habis pakai dan reagen IMS
Bidang Terhab KPAP Puskesmas 2011
Reagen CD4 Bidang Dukyan KPAP 8 RS dan 1 klinik) 2012
Reagen HIV Bidang Dukyan KPAP Layanan VCT di PKM dan RSUD 2012
Obat dan reagen IMS Bidang Dukyan KPAP Layanan IMS di Puskesmas dan RSUD 2012
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 19
Tabel 19. Kegiatan Pemanfaatan Media TV, KPAP DKI Jakarta, 2007-2011
No Kegiatan Pelaksana Cakupan/ sasaran Tahun
FTV Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2009 & 2010
Talk show Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2009 & 2010
Filler/iklan HIV & AIDS Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2009 - 2011
Iklan Jari AIDS (Jaga Diri dari AIDS) Gubernur/ Ketua KPAP DKI Jakarta beberapa tayang beberapa Stasiun TV
Bidang Prompen KPAP Masyarakat umum 2009 - 2011
Di bawah koordinasi KPAP, Dinas Kesehatan memberikan layanan kepada ODHA. Program layanan ini
mencakup antara lain Layanan Jarum Suntik Steril di Puskesmas, Layanan Terapi Rumatan Metadon
di Puskesmas, Layanan Pengobatan, Dukungan dan Perawatan, dan rujukan antar layanan.
Dukungan mitra internasional termasuk Global Fund (GF) dan Pemerintah Australia melalui HCPI
berkontribusi signifikan dalam pelaksanaan program.
Dukungan GF meliputi Layanan Alat Suntik Steril (LASS), Pelayanan Terapi Rumatan Metadon (PTRM),
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PMTCT), Tes HIV Sukarela (VCT), Pelayanan Dukungan
dan Perawatan (CST), Pencegahan Penularan Melalui Transmisi Seksual/ PMTS (Komponen 3 – outlet
kondom, komponen 4 – layanan IMS) dan Pemulihan Adiksi berbasis Masyarakat (PABM) di 5 wilayah
DKI Jakarta.
Pemerintah Australia melalui IHPCP sejak 2005 dan HCPI sejak 2008 mendukung program HR melalui
puskesmas dan LSM di berbagai wilayah DKI Jakarta. Kegiatan dukungan tersebut mencakup:
Program Jarum Suntik Steril di 38 puskesmas (30 puskesmas mandiri dan 8 puskesmas)
Program Terapi Rumatan Metadon di 15 Puskesmas dengan RS pengampu RSKO dan RS Fatmawati
Pelayanan pengobatan, dukungan dan perawatan di Puskesmas.
Kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mendukung peningkatan akses layanan di Puskesmas. Kegiatan dalam kemitraan ini mencakup penguatan Puskesmas dalam layanan HR termasuk mediasi, advokasi, penjangkauan Penasun, pendidikan perempuan penasun dan perempuan pasangan penasun, pendidikan pasien MMT, pendidikan masyarakat di tingkat RW, lokakarya penguatan masyarakat.
Survei perilaku Penasun dan kepuasan pengguna layanan
Kegiatan-kegiatan di atas ditindak-lanjuti sebagai bagian penataan sistem. Sebagai contoh, kegiatan
tindak lanjut program HR di Jakarta Timur meliputi:
Evaluasi staf Penjangkauan dan rujukan ke puskesmas Pendidikan penasun Sosialisasi masyarakat sekitar Pengembangan kapasitas dan advokasi para pemangku kepentingan Koordinasi dan membangun jejaring dengan LSM lain
Sedangkan di Jakarta Selatan dilaksanakan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada
Pengguna Napza suntik yang meliputi:
Audiensi, sosialisasi dan koordinasi dengan instansi terkait Membangun jejaring dengan LSM lain Kegiatan penjangkauan dan rujukan ke puskesmas Pertemuan kelompok dampingan penasun dan penasun multi-drug Monitoring dan evaluasi
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 20
Sementara itu di Jakarta Barat dukungan tersebut meliputi:
Penjangkauan di 8 kecamatan dan rujukan penasun ke 8 puskesmas Penguatan kelompok penasun dalam pelaksanaan program Penguatan puskesmas dalam pelaksanaan program Penguatan kelompok masyarakat Membangun jejaring dengan LSM lain
Secara keseluruhan, jumlah titik layanan terutama layanan VCT meningkat selama 2008-2011. Dinas
Kesehatan mengungkapkan masalah dan tantangan program HR, termasuk antara lain:
a. Sebagian masyarakat belum menerima program HR sebagai pendekatan pencegahan penularan HIV pada Penasun.
b. Aspek legal LJSS belum optimal. c. Layanan PTRM terbatas, tidak sebanding dengan estimasi jumlah penasun. d. Dukungan lembaga hukum terhadap penasun masih kurang. e. Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan Napza-HIV belum optimal. f. Masih lemahnya koordinasi dan kerjasama akses rujukan internal dan eksternal antara
Puskesmas, RS dan LSM terkait pelaksanaan program. g. Stigma dan diskriminasi masih sangat tinggi
Cakupan layanan
Tabel 20. Estimasi Populasi Orang Dewasa Rentan Terinfeksi HIV Tahun 2009
Populasi Rentan Jumlah Prevalensi (%) Jumlah ODHA
Pengguna Napza Suntik (Penasun) 27.852 55,0 15.324
Pasangan Penasun 6.715 23,5 1.581
Wanita Penjaja Seks 36.011 7,4 2.646
Wanita Penjaja Seks - Langsung 13.627 10,0 1.368
Wanita Penjaja Seks - Tidak Langsung 22.384 5,7 1.278
Waria 2.008 34,0 682
Laki-laki Suka Seks Laki-laki (LSL) 99.146 8,1 7.992
Pelanggan Penjaja Seks 460.310 2,2 9.910
Pelanggan WPS Langsung 296.112 2,5 7.285
Pelanggan WPS Tidak Langsung 160.168 1,5 2.419
Pelanggan Waria 4.030 5,1 206
Pasangan Pelanggan WPS 295.259 1,1 3.141
Pasangan Pelanggan WPS Langsung 191.614 1,2 2.357
Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsung
103.645 0,8 784
Warga Binaan Pemasyarakatan 12.007 13,4 1.604
Populasi Risiko Tinggi (15-49 Thn) 939.308 42.880
Laki-laki 600.478 34.962
Perempuan 338.830 7.918
Total Populasi (15-49 Thn) 5.161.405 0,83 42.880
Laki-laki 2.427.309 1,44 34.962
Perempuan 2.734.096 0,29 7.918
Prevalensi HIV di DKI Jakarta cukup tinggi, terkonsentrasi pada populasi kunci (Estimasi 2009 di atas
5%: penasun 55%, waria 34%, WBP 13,4%, LSL 8,1%, WPS 7,4%). Jumlah populasi kunci cukup besar.
Jumlah Ibu hamil terinfeksi juga meningkat, perlu waspada jangan sampai epidemi menyebar ke
populasi umum.
Berikut cakupan program layanan selama kurun waktu 2008-2012 termasuk kegiatan penjangkauan
ke populasi kunci dan layanan kesehatan terkait HIV dan AIDS, seperti konseling dan tes sukarela
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 21
(VCT), layanan jarum suntik steril (LJSS), terapi rumatan metadon, layanan IMS, layanan PMTCT,
layanan TB-HIV, pengobatan ARV.
Penjangkauan ke populasi kunci
Kegiatan penjangkauan menggunakan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (Behaviour
Change Communication, atau BCC), yaitu, menggunakan petugas penjangkau sebagai saluran
komunikasi untuk promosi pengurangan perilaku berisiko HIV dan AIDS ke populasi kunci.
Penjangkauan ke populasi kunci di DKI Jakarta sebagian besar dilakukan oleh LSM dengan dukungan
mitra internasional (FHI/ASA, HCPI dan GF).Sasaran penjangkauan adalahwanita pekerja seks (WPS),
pengguna NAPZA suntik (Penasun), lelaki seks dengan lelaki (LSL), waria dan lelaki berisiko tinggi
(LBT).
Berdasarkan hasil Pemetaan 2010-2012, jumlah populasi kunci yang sudah dijangkau secara
keseluruhan memang meningkat, namun belum mencapai target. Hanya penjangkauan ke WPS yang
sudah melewati target 80% dari Estimasi 2009 (44.245 orang), sedangkan penjangkauan ke Penasun,
LSL, waria dan LBT masih di bawah target. Sampai dengan September 2012,penasun yang
dijangkausebanyak 14.761 orang (66%), LSL sebanyak 33.591 orang (42%) dan waria sebanyak 1.336
orang (83%), dan LBT sebanyak 269.256 orang (73%).
Penjangkauan ke WPS dan waria sudah lama dilakukan dan banyak LSM yang terlibat. Penjangkauan
ke Penasun mulai intensif oleh LSM dan Puskesmas dilakukan sejak tahun 2004, dan LBT mulai tahun
2009. Sedangkan penjangkauan ke LSL masih rendah karena LSM yang melakukan penjangkauan ke
LSL masih sedikit dan juga LSL merupakan komunitas tertutup dan sulit dijangkau.
LSM yang bergerak mendampingi WPS adalah Bandung Wangi, Yayasan Kusuma Buana, Tegak Tegar,
Kapeta, Putri Mandiri, Icodesa, Aura Buana, PKBI, Gema, Yayasan Pelita Harapan Bangsa, Yayasan
Anak dan Perempuan. LSM yang bergerak mendampingi LSL adalah LPA Karya Bakti, Yayasan
Intermedika, Yayasan Tegak Tegar, Putri Mandiri. LSM yang bergerak mendampingi waria adalah
Yayasan Srikandi Sejati, Swara.
Layanan VCT
Layanan VCT (voluntary counseling and testing) adalah unit pelayanan di klinik, Puskesmas dan
rumah sakit yang melakukan layanan konseling pra-tes, tes HIV dan pasca-tes secara sukarela dan
rahasia bagi mereka yang berperilaku risiko tinggi terinfeksi HIV. Setiap unit layanan VCT dijalankan
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 22
oleh sebuah tim yang telah dilatih Kemenkes,minimal terdiri dari petugas medis (dokter, perawat),
konselor, petugas laboratorium, danstaf administrasi.
Orang terinfeksi HIV di DKI Jakarta diperkirakan
sebanyak 42 ribu orang (Estimasi 2009). Jumlah
unit layanan VCT di DKI Jakarta mengalami
peningkatan selama 2008-2012, dari 23 pada
tahun 2008 menjadi 55 unit pada tahun 2012.
Pengguna layanan VCT terutama populasi kunci
(WPS, waria, Penasun, LSL) dan juga populasi
umum (ibu rumah tangga, mahasiswa, remaja).
Yang mengakses VCT pada tahun 2010 cukup
tinggi karena tenaga penjangkauan masih
didukung oleh lembaga donor, dan pada tahun
2011 dan 2012 mengalami penurunan
dikarenakan lembaga donor tidak memberikan
bantuan untuk petugas penjangkauan.
Layanan Harm Reduction: Jarum Suntik Sterildan Terapi Rumatan Metadon
Jumlah penasun di DKI Jakarta diperkirakan sekitar 27 ribu orang, sebagian besar adalah laki-laki
sedangkan penasun perempuan belum dapat diketahui karena sulit ditemui dan sangat tertutup.
Prevalensi di kalangan penasun diperkirakan 55% (Estimasi 2009). Untuk mengurangi penularan HIV
di kalangan Penasun, Pemprov DKI Jakarta telah menjalankan program harm reduction(pengurangan
dampak buruk penggunaan NAPZA terutama melalui kegiatan penjangkauan ke penasun, layanan
jarum suntik steril dan terapi rumatan metadon). Pada tahun 2006 telah dilakukan perluasan
layanan jarum suntik steril di 30 Puskesmasdan terapi rumatan metadon di 5 Puskesmas.
Kader muda sebanyak 72 orang yang tersebar di 38 Puskesmas se-DKI Jakarta yang menjalankan
program Harm Reduction. Tugas kader muda utamanya adalah menjangkau dan mendampingi klien
penasun.
Terdapat 8 LSM yang khusus melayani program Harm Reduction, yaitu : Stigma, Kios Atmajaya,
Karisma, PKBI, PPK-UI, Yayasan Mutiara Maharani, Partisan, dan Layak.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 23
Layanan jarum suntik steril (LJSS) ditujukan untuk memutus penularan HIV di kalangan penasun
melalui penyediaan jarum suntik steril disertai dengan penyampaian informasi tentang HIV dan AIDS,
dan kondom. Saat ini sudah ada 38 unit LJSS, ada penambahan 8 unit LJSS selama kurun waktu 2010-
2012. Lebih dari setengah populasi penasun (14.701 orang) sudah menggunakan LJSS, sebagian besar
penasun laki-laki, berusia 25-49 tahun (84%). Jarum suntik dan kondom yang telah didistribusikan
selama kurun waktu 2010 - 2011 sebanyak 78.187 jarum dan 14.663 kondom.
Terapi Rumatan Metadon bertujuan untuk mengurangi dampak buruk penggunaan NAPZA dan terapi
terhadap ketergantungan kronis opium atau heroin suntik. Jumlah layanan metadon s/d September
2012 sebanyak 18 unit layanan, hanya bertambah 3 unit layanan dari tahun 2008.Sebetulnya
kebutuhan layanan metadon di DKI Jakarta cukup tinggi, namun penambahan layanan metadon
masih terbataskarena masih ditentukan oleh Kemenkes (terkaitkemampuan pengadaan metadon).
Penasun yang masih aktif menggunakan layanan metadon sampai dengan September 2012 sebanyak
1.109orang, sebagian besar penasun laki-laki dan berusia 25-49 tahun.
Hasil survei perilaku dan kepuasan layanan harm reduction(Layanan JSS dan metadon) di DKI Jakarta
pada tahun 2012, menemukan bahwa penasun di DKI Jakarta tetap menyuntik NAPZA lebih sering
dibandingkan penasun di provinsi lain. Untuk itu, diperlukan jarum suntik steril lebih banyak bagi
tiap penasun untuk mengurangi perilaku berbagi jarum suntik. Sebagian besar penasun merasa puas
dengan layanan yang diberikan dan tingkat kepuasan meningkat (2011: 69% dan 2012: 79%). Kendala
yang dihadapi penasun dalam mengakses layanan JSS dan TRM adalah transportasi, sibuk bekerja,
khawatir ditangkap polisi, jam buka layanan yang tidak sesuai dengan aktivitas mereka dan
konfidentialitas.
Layanan Pengobatan ARV
Jumlah ODHA di DKI Jakarta diperkirakan sekitar 43 ribu orang (Estimasi 2009). Jumlah kasus yang
dilaporkan sampai Juni 2012, sebanyak 20.775 kasus HIV dan 5.118 kasus AIDS (Subdit AIDS
Kemenkes). Pengobatan ARV di DKI Jakarta dilayani oleh 22 RS (sesuai SK Menkes
782/Menkes/SK/IV/2011 tentang Rumah Sakit rujukan bagi ODHA) dan 8 satelite ARV. Sebanyak
8.404 orang masih menerima pengobatan ARV.
Jumlah Rumah Sakit yang aktif memberikan layanan di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 24 UPK, dan 8 UPK yang berstatus satelit yang terdiri dari 3 Puskesmas, 2 lapas, 3 Klinik Swasta dan belum ada penambahan UPK baru sejak tahun 2012. Total pasien yang dirawat di UPK Provinsi DKI Jakarta 34% pasien dari total pasien on ART nasional.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 24
Layanan Pencegahan Ibu ke Anak (PMTCT)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV beberapa Klinik terpilih di DKI Jakarta meningkat dari 0,8% pada tahun
2008 menjadi 5,2% pada tahun 2011 (Dinkes: Sero Survei 2008 dan 2011). Sampai tahun 2011, sudah
tersedia 15 unit layanan PMTCT di Puskesmas dan rumah sakit di DKI Jakarta.
Adanya kenaikan jumlah Bumil HIV + dikarenakan sudah ada kesadaran untuk memeriksakan diri saat
memasuki kehamilan, dampak dari Komunilkasi Perubahan Perilaku yang dilaksanakan oleh petugas
medis dan non medis dalam mempromosikan mengenai tentang HIV dan AIDS berjalan efektif.
Dukungan dana yang diberikan oleh lembaga donor untuk program PMTCT (bantuan seksio) pada
tahun 2012 sdh tidak ada lagi hanya ada bantuan dari KPAP dan Pemerintah DKI (Jampersal).
EFEKTIVITAS PROGRAM
Prevalensi HIV
Efektivitas program dinilai melalui sejauh mana perubahan perilaku berisiko pada populasi
kunci dan penurunan prevalensi HIV pada populasi risiko tinggi dan populasi risiko rendah.
Program penanggulangan belum berdampak nyata terhadap penurunan penularan.
Prevalensi HIV dalam kurun waktu 2007 – 2011 bervariasi menurut kelompok populasi, tinggi
pada Penasun dengan angka prevalensi di atas 50%, penjaja seks sekitar 10%, waria 30%,
dan LSL 17%. Tren angka prevalensi cenderung menetap Penasun, Penjaja seks, dan Waria,
tetapi meingkat nyata pada kelompok LSL dari 8% tahun 2007 meningkat dua kali lipat
menjadi 17% pada tahun 2011.
Peningkatan angka prevalensi yang mengkhawatirkan tampak pada kelompok ibu hamil dari
di bawah 1% pada tahun 2008 menjadi 5% pada tahun 2011. Perlu diteliti lebih lanjut
apakah angka prevalensi pada kelompok ibu hamil mewakili populasi ibu hamil atau
penduduk umum di DKI Jakarta atau ibu hamil dari kelompok populasi risiko tinggi.
Sementara angka HIV positif pada penapisan darah donor yang dianggap mewakili populasi
umum atau risiko rendah cenderung menetap sekitar 0,2%.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 25
Tabel 16. Prevalensi HIV, DKI Jakarta, Tahun 2007-2011
Populasi Kunci 2007 2007 2008 2009 2010 2011 2011
WPSL 10.0 10.5 9.7
11.0
WPSTL 10.0 5.0 9.0
5.0
LBT 0.0
0.3
Waria 34.0
31.0
LSL 8.0 8.0
17.0
Penasun 55.0 50.4 63.5
56.0
WBP
19.6
8.0 6.0
Nelayan
0.0 0.0
0.0
Penderita TB
4.4
1.7
Ibu hamil
0.8
5.2
Sumber data: STBP 07 SS 07 SS 08
STBP 11 SS 11
Darah donor (PMI Jakarta)
0.26 0.28 0.23 0.18
Prevalensi Sifilis
Sifilis sebagai IMS mengukur perilaku seksual berisiko dan meningkatkan risiko penularan
HIV. Tren prevalensi Sifilis berpola sama dengan prevalensi HIV pada kelompok berperilaku
seksual berisiko, tidak pada kelompok Penasun. Angka Sifilis relatif tinggi pada Waria, LSL
dan Wanita Penjaja Seks. Namun angka Sifilis menurun tajam pada Wanita Penjaja Seks, dan
meningkat tajam pada LSL.
Tabel 17. Prevalensi Sifilis, DKI Jakarta, Tahun 2007-2011
Populasi Kunci 2007 2007 2008 2010 2011
WPSL 18.0 25.8 12.7
5.0
WPSTL 18.0 10.9 4.3 6.0 2.0
LBT 8.0 0.0 0.0
5.0
Waria 34.0 34.8 9.0
31.0
LSL 3.0 1.6 0.0
17.0
Penasun 0.8 0.8 1.5
4.0
WBP
6.0 0.5
5.0
Nelayan
7.6 2.3
Penderita TB
1.3
Ibu hamil
0.4
Sumber data: STBP 07 SS 07 SS 08 SCP 10 STBP 11
Prevalensi Gonore
Prevalensi Gonore relatif tinggi pada Wanita Penjaja Seks, Waria, dan LSL. Prevalensi Gonore
pada Penasun dan LBT tahun 2011 mengundang perhatian karena angkanya yang relative
tinggi mendekati 20%. Verifikasi perlu dilakukan apakah angka ini memang tinggi atau faktor
kebetulan karena masalah sampel atau pengukuran. Prevalensi Gonore dan/ atau Klamidia
pada kelompok dengan perilaku seksual berisiko, termasuk Penjaja Seks, Waria dan LSL
sekitar 30% sampai 50%.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 26
Tabel 18. Prevalensi Gonore, DKI Jakarta, Tahun 2007-2011
Populasi Kunci 2007 2008 2010 2011
WPSL 44.0 14.0
WPSTL 43.0 4.9 9.2 36.0
LBT
0.0
18.0
Waria 30.0 10.0
LSL 19.0 0.0
25.0
Penasun
4.7
18.0
WBP
2.0
Nelayan
3.1
Penderita TB
1.9
Ibu hamil
0.7
Sumber data: STBP 07 SS 08 SCP 10 STBP 11
Tabel 19. Prevalensi Gonore dan/atau Chlamidia, DKI Jakarta, Tahun 2007-2011
Populasi Kunci 2007 2011
WPSL 62.0 51.0
WPSTL 62.0 45.0
Waria 42.0 38.0
LSL 32.0 28.0
Sumber data: STBP 07 STBP 11
Penggunaan Kondom
Penggunaan kondom saat hubungan seks terakhir sudah relatif tinggi di atas 50%, dengan
tren meningkat pada Penjaja seks, tetapi menetap pada Waria dan LSL. Angka ini
kemungkinan bias karena tidak sesuai dengan angka IMS yang relatif tinggi, terutama pada
Waria dan LSL. Angka penggunaan kondom pada LBT masih rendah.
Tabel 20. Penggunaan kondom seks terakhir, DKI Jakarta, Tahun 2007-2011
Populasi Kunci 2007 2011 2011
WPSL 39.0 49.0
WPSTL 39.0 91.0 43.0
Waria 85.0 89.0
LSL 72.0 68.0
WBP
89.0
Sumber data: STBP 07 STBP 11 SCP 11
Tabel 21. Selalu memakai kondom setahun terakhir, DKI Jakarta, Tahun 207-2011
Populasi Kunci 2007 2011
LBT 10.0 7.0
Penasun 43.0 71.0
Sumber data: STBP 07 STBP 11
Pengetahuan Komprehensif HIV
Pengetahuan komprehensif tentang HIV sangat rendah, kecuali pada Penasun.
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 27
Tabel 22. Pengetahuan komprehensif, DKI Jakarta, Tahun 2007-2011
Populasi Kunci 2007 2011
WPSL 10.0 8.0
WPSTL 10.0 15.6
LBT 0.0 3.3
Waria 34.0 29.2
LSL 8.0 22.8
Penasun 55.0 30.8
WBP - 8.8
Sumber data: STBP 07 STBP 11
Evaluasi Program HIV-AIDS DKI Jakarta 2008-2012 | 28
IV. KESIMPULAN & REKOMENDASI
Upaya penanggulangan HIV dan AIDS di DKI Jakarta perlu menjadi salah satu prioritas dalam
program pembangunan di DKI Jakarta.
Di samping menetapkan target-target kuantitatif program, Strategi dan Rencana Aksi Provinsi
(SRAP) ke depan perlu menjelaskan strategi mencapai target-target tersebut, dan strategi
mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan program.
Penanggung jawab masing-masing program dan layanan kesehatan mengacu kepada SRAP dan
dengan fasilitasi KPAP menyiapkan rencana kerja, termasuk pembiayaan, juklak dan juknis.
KPAP melakukan fasilitasi payung hukum setiap program dan layanan kesehatan; meyakinkan
harmonisasi berbagai Perda dan aturan hukum terkait lainnya; melakukan negosiasi dengan
pemerintah daerah untuk mencari mekanisme legal pendanaan SKPD dan LSM penanggung
jawab program dan layanan kesehatan; dan melakukan advokasi kepada pemerintah daerah dan
Sektor terkait untuk kebutuhan penjangkauan yang melibatkan LSM.
Meningkatkan kompetensi staf KPA Provinsi dan Kota/Kab dan penyelenggara program dan
layanan kesehatan dalam kemampuan menggunakan data menentukan masalah prioritas,
mengembangkan dan menguji pendekatan strategis pemecahan masalah program.
Mengupayakan penambahan tenaga layanan kesehatan prioritas melalui APBN atau APBD.
Mengembangkan berbagai pendekatan inovatif dan strategis menjangkau populasi laki-laki
berisiko tinggi, terutama untuk testing dan perubahan perilaku.
Memperbaiki JAIS supaya dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat sesuai kebutuhan, dan
lebih memudahkan akses informasi oleh masyarakat luas dan berbagai pihak yang
berkepentingan.
KPA Provinsi dan Kota/Kab memfasilitasi koordinasi di antara Sektor terkait, LSM dan pihak-pihak
terkait melalui forum diskusi yang teratur dan pelibatan LSM dalam pelaksanaan kegiatan
program dan layanan kesehatan.
Mulai menyiapkan strategi memandirikan upaya penanggulangan supaya program dan layanan
kesehatan tidak rentan terhadap kelangsungan bantuan donor asing.
KPAP bersama dengan sektor dan LSM terkait mengembangkan dan melaksanakan penelitian
operasional yang dapat memandu pengembangan dan perbaikan kebijakan dan program dan
layanan kesehatan.
Memperbaiki strategi sero surveilans dengan lebih fokus pada beberapa populasi kunci: wanita
penjaja seks di 2 atau 3 lokasi/ sentinel; LSL di 2 atau 3 lokasi; penasun di beberapa lokasi; dan
pada ibu hamil yang mewakili populasi umum/ rendah di 2 atau 3 klinik bersalin. Surveilans perlu
memperhatikan kesamaan metodologi dari waktu ke waktu, termasuk besar dan cara penarikan
sampel, dan metode pengukuran antibody HIV.
Adanya indikator keberhasilan program HIV dan AIDS