evaluasi program pengentasan kemiskinan di...

28
1 EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Studi Kasus Pada Kegiatan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kota Tanjungpinang) NASKAH PUBLIKASI OLEH ; RITO YENDRIWALIS NIM 100565201049 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TAHUN 2015

Upload: truongmien

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

1

EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI

KEPULAUAN RIAU (Studi Kasus Pada Kegiatan Rehabilitasi Rumah

Tidak Layak Huni di Kota Tanjungpinang)

NASKAH PUBLIKASI

OLEH ;

RITO YENDRIWALIS

NIM 100565201049

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TAHUN 2015

Page 2: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu indikator utama keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu

negara dapat dilihat dari angka kemiskinannya. Kemiskinan menjadi salah

satu tema utama dalam pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan

pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan

(Suryahadi dan Sumarto, 2001). Hal ini karena kemiskinan merupakan

masalah pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan,

dan keterpurukan. Masyarakat miskin sangat lemah dalam kemampuan

berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi.

Kemiskinan dengan demikian erat kaitannya dengan kapasitas dan jumlah

penduduk dalam suatu daerah itu sendiri.

Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui

tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat,

tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat

kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi

salah satu tema utama pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan

pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan

(Suryahadi dan Sumarto, 2001).

Kemiskinan terjadi karena kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak

sama, sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses

pembangunan atau menikmati hasil-hasil pembangunan (Soegijoko, 1997).

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang

Page 3: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

3

berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya, ditandai adanya

pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Oleh karena itu,

kemiskinan merupakan masalah nasional yang penanggulangannya tidak dapat

ditunda dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

kesejahteraan sosial. Kemiskinan merupakan masalah yang sulit

ditanggulangi, karena mayoritas masuk kategori kemiskinan kronis (chronic

poverty) yang terjadi terus-menerus atau juga disebut kemiskinan structural

(Rencana Strategis 2010-2014 Kemensos, 2011).

Muttaqien (2006) mengungkapkan, bahwa kemiskinan menyebabkan efek

yang hampir sama di semua negara. Kemiskinan menyebabkan: (1) Hilangnya

kesejahteraan bagi kalangan miskin (sandang, pangan, papan), (2) Hilangnya

hak akan pendidikan, (3) Hilangnya hak akan kesehatan, (4) Tersingkirnya

dari pekerjaan yang layak secara kemanusiaan, (5) Termarjinalkannya dari hak

atas perlindungan hukum, (6) Hilangnya hak atas rasa aman, (7) Hilangnya

hak atas partisipasi terhadap pemerintah dan keputusan publik, (8) Hilangnya

hak atas psikis, (9) Hilangnya hak untuk berinovasi, dan (10) Hilangnya hak

atas kebebasan hidup.

Menurut World Bank (2006) ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan

di Indonesia, yaitu: (1) banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis

kemiskinan nasional yang setara dengan PPP 1.55 dolar AS perhari, sehingga

banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan

terhadap kemiskinan, (2) ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan

sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak

Page 4: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

4

orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapatan tetapi dapat

dikategorikan miskin atas dasar kurang akses terhadap pelayanan dasar serta

rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia, (3) mengingat sangat

luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan

ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia. Implikasinya, pengentasan

kemiskinan hendaknya mempertimbangkan aspek lokalitas atau indikator-

indikator lokal yang ada.

Menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002) upaya menurunkan tingkat

kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program

Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya

tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga

berarti upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal,

sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali naik. Disamping itu

kecenderungan ketidakmerataan pendapatan melebar yang mencakup antar

sektor, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah.

Pada dekade 1990-an pemerintah memunculkan kembali program

pengentasan kemiskinan, diantaranya Program Inpres Desa Tertinggal (IDT),

Program Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal (P3DT), Tabungan

Kesejahteraan Keluarga (Takesra) dan Kredit Keluarga Sejahtera (Kukesra).

Adanya program-program tersebut dan program pembangunan lainnya secara

perlahan-lahan mampu menurunkan angka kemiskinan. Akan tetapi dengan

timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997,

telah menyebabkan bertambahnya penduduk miskin. Akibat krisis ekonomi

Page 5: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

5

yang terus berkelanjutan, sampai dengan akhir tahun 1998 jumlah penduduk

miskin telah menjadi 49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah penduduk

Indonesia. Perlu dicatat bahwa peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut

tidak sepenuhnya terjadi akibat krisis ekonomi, tetapi juga dikarenakan

perubahan standar yang digunakan (BPS, 2003). Jumlah penduduk yang

meningkat tersebut terutama disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang

berada sedikit di atas garis kemiskinan. Dalam kondisi krisis, kenaikan harga-

harga yang tidak diikuti oleh kenaikan pendapatan nominal menyebabkan

garis kemiskinan bergeser ke atas sehingga penduduk yang semula tidak

termasuk miskin menjadi miskin (UU No. 25 Tahun 2000 tentang Propenas).

Timbulnya krisis ekonomi tersebut, maka pemerintah melaksanakan

program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk menutupi penurunan daya beli

mayoritas penduduk. Aktivitas program ini: 1) Program keamanan pangan

dalam bentuk penyediaan beras murah untuk keluarga miskin; 2) Program

pendidikan dan perlindungan sosial; 3) Program kesehatan melalui aktivitas

memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin; 4) Program

padat karya untuk mempertahankan daya beli rumah tangga miskin (Remi dan

Tjiptoherijanto, 2002). Upaya tersebut dilanjutkan dengan meluncurkan

program Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi

(PDM/DKE) pada akhir tahun 1998 berupa pemberian dana langsung kepada

masyarakat melalui pemerintah daerah. Berikutnya pemerintah juga

melaksanakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dengan sasaran

perdesaan dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

Page 6: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

6

dengan sasaran perkotaan. Sebagai kelanjutan Program JPS, pemerintah

melaksanakan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar

Minyak (PKPS BBM) yang dilaksanakan diantaranya pada bidang pangan,

kesehatan, pendidikan, prasarana dan sebagainya.

Sejak digiatkannya kembali program-program pengentasan kemiskinan

tersebut, jumlah penduduk miskin di Indonesia secara perlahan berhasil

diturunkan jumlahnya. Jumlah penduduk miskin pada tahun 1998 sebesar 49,5

juta jiwa (24,2% dari jumlah penduduk Indonesia), pada tahun 2002 telah

turun menjadi 38,4 juta jiwa (18,20%) dan pada tahun 2003 sebesar 37,3 juta

jiwa (17,4%). (BPS, 2003).

Berdasarkan hasil kajian dampak program pengentasan di Kepulauan

Riau yang dilakukan oleh Pusat Kajian Kebijakan Publik Universitas Maritim

Raja Ali Haji bersama dengan Bappeda Kepri pada tahun 2014, disimpulkan

beberapa hal terkait dengan dampak Program Penanggulangan Kemiskinan

Provinsi Kepulauan Riau bahwa; 1) Tujuan dilaksanakanya Program

Penanggulangan Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau telah tercapai

sebesar 51%. Artinya bahwa Program Penanggulangan Kemiskinan Provinsi

Kepulauan Riau telah mampu mendukung pengurangan angka kemiskinan

Provinsi Kepulauan Riau, 2) Sasaran Program Penanggulangan Kemiskinan di

Provinsi Kepulauan Riau adalah penduduk miskin yang masuk kategori sangat

miskin (kelompok 1) dan miskin (kelompok 2) sebagaimana yang terdata

dalam PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun 2011. Sedangkan

untuk kelompok 3 atau kelompok hampir miskin tidak menjadi prioritas dalam

Page 7: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

7

program pengentasan kemiskinan, namun demikian masih ada yang menerima

program pengentasan kemiskinan. Dari 11 kegiatan pengentasan kemiskinan

tersebut yang umum diberikan kepada penduduk yang masuk kelompok

hamper miskin adalah kegiatan pelayanan dibidang kesehatan khususnya

program jamkesda, dan 3) Program Penanggulangan Kemiskinan Provinsi

kepulauan riau telah mempengaruhi perilaku, pola pikir dan status ekonomi

masyarakat Provinsi Kepulauan Riau. Ada program yang mampu mendorong

masyarakat untuk lebih giat berusaha memenuhi kebutuhan dasar/primernya

seperti pembangunan/rehabilitasi posyandu, pemberian beasiswa dan program

pembinaan unit usaha bagi kelompok nelayan, petani maupun UMKM.

Namun demikian ada juga program yang justru membuat masyarakat miskin

menjadi pasif dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Diantara program yang

berdampak negative/pasif tersebut adalah program Rumah Layak Huni.

Amelia Maika (2009) dalam disertasinya tentang ‘Mengukur Kemiskinan

Subyektif di Indonesia’mengemukakan, bahwa indikator ekonomi bukan satu-

satunya metode untuk mengukur kemiskinan. Jika kemiskinan didefinisikan

sebagai hasil penilaian individu terhadap kesejahteraannya, maka pengukuran

subjektif perlu diperhatikan. Pengukuran subyektif tentang kemiskinan yang

dimaksud adalah bagaimana si miskin menilai kemiskinan dari sudut pandang

mereka sehingga posisi si miskin menjadi jelas.

Mengkritisi aspek metodologi dalam mengevaluasi dampak program

pengentasan kemiskinan, World Bank (2006) mengemukakan, bahwa data

kuantitatif yang diperoleh dalam mengukur dampak program pengentasan

Page 8: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

8

kemiskinan tidak didukung oleh penilaian kualitatif yang sistematis. Indonesia

mempunyai sedikit pengalaman dalam hal penelitian partisipatoris, tetapi ini

kurang disebarkan dan tidak diprioritaskan di tingkat pemerintahan lokal atau

pendekatan nasional untuk penelitian kemiskinan, sehingga penelitian yang

dilaksanakan cenderung kuantitatif dan kurang bisa menggambarkan

fenomena kualitatif kemiskinan yang terjadi.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan, bahwa terdapat

persoalan metodologis dalam mengungkap fenomena kemiskinan di

Indonesia, terutama yang terkait dengan metode penelitian tentang dampak

program pengentasan kemiskinan. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengevaluasi konteks, input, proses, dan produk dari program

pengentasan kemiskinan di Kepulauan Riau. Asumsi yang mendasari adalah

karena penelitian tentang dampak program pengentasan kemiskinan yang ada

dan pernah dilakukan belum membahas tentang empat hal tersebut khususnya

secara kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dipandang perlu untuk

menggunakan pendekatan kualitatif, menggunakan metode evaluasi serta

orientasi penelitian tidak hanya berfokus pada dampak (outcome) program

tetapi juga berfokus pada proses intervensi yang ditempuh dan kualitas

program intervensi.

Proses intervensi program sosial menurut Cox (2001) terdiri dari enam

tahapan, yaitu persiapan (engagement), pengkajian (assessment), perencanaan

program atau kegiatan (designing), implementasi (implementation), evaluasi

(evaluation) dan terminasi (termination). Sementara kualitas program menurut

Page 9: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

9

Poister (1978) dan world Bank ada tujuh kriteria yaitu: (1) Effectiveness

(efektivitas), (2) Efficiency (efisiensi), (3) Adequacy (kecukupan), (4) Equity

(kesamaan atau pemerataan), (5) Responsiveness (responsivitas), (6)

Appropriateness (ketepatan atau kelayakan), dan (7) sustainability

(keberlanjutan). Program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan dengan

tahapan-tahapan intervensi yang benar dengan melibatkan partisipasi penuh

dari sasaran dan dengan kualitas program intervensi yang baik diasumsikan

akan memberikan dampak yang signifikan terhadap sasaran, baik secara

ekonomi, secara sosial, secara psikis maupun secara budaya.

Kajian terkait dengan program pengentasan kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Riau pernah dilakukan oleh Pusat Kajian Kebijakan Publik

Universitas Maritim Raja Ali Haji bersama dengan Bappeda Provinsi

Kepulauan Riau pada tahun 2011 dan tahun 2014. Hasil Monitoring dan

Evaluasi terkait dengan program Pengentasan Kemiskinan dilakukan pada

kegiatan rehabilitasi rumah tidak layak huni. Hasil penelitian menemukan

bahwa masih terdapat beberapa persoalan terkait dengan pelaksanaan kegiatan

RTLH diantaranya adalah partisipasi masyarakat dalam program tersebut

masih minim. Masyarakat menyerahkan sepenuhnya kesuksesan pelaksanaan

program tersebut sehingga ada kesan yang sifatnya “menunggu”. Kajian kedua

dilakukan pada tahun 2014 dengan mengambil focus pada dampak program

pengentasan kemiskinan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan beberapa hal terkait dengan

dampak Program Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau

Page 10: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

10

bahwa; 1) Tujuan dilaksanakanya Program Penanggulangan Kemiskinan di

Provinsi Kepulauan Riau telah tercapai sebesar 65% selama kurun waktu 3

tahun anaggaran. Artinya bahwa Program Penanggulangan Kemiskinan

Provinsi Kepulauan Riau telah mampu mendukung pengurangan angka

kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau, 2) Sasaran Program Penanggulangan

Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau adalah penduduk miskin yang masuk

kategori sangat miskin (kelompok 1) dan miskin (kelompok 2) sebagaimana

yang terdata dalam PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun

2011. Sedangkan untuk kelompok 3 atau kelompok hampir miskin tidak

menjadi prioritas dalam program pengentasan kemiskinan, namun demikian

masih ada yang menerima program pengentasan kemiskinan.

Dari 11 kegiatan program pengentasan kemiskinan tersebut yang umum

diberikan kepada penduduk yang masuk kelompok hampir miskin adalah

kegiatan pelayanan dibidang kesehatan khususnya program jamkesda, dan

rumah layak huni. Dua kegiatan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan

Provinsi Kepulauan Riau tersebut telah mempengaruhi perilaku dan pola pikir

masyarakat Provinsi Kepulauan Riau menjadi lebih negative yaitu bersifat

pasif. Namun ada juga program pengentasan kemiskinan yang mampu

mendorong masyarakat untuk lebih giat berusaha memenuhi kebutuhan

dasar/primernya seperti pembangunan/rehabilitasi posyandu, pemberian

beasiswa dan program pembinaan unit usaha bagi kelompok nelayan, petani

maupun UMKM.

Page 11: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

11

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan Di

Provinsi Kepulauan Riau”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Mengapa implementasi program pengentasan kemiskinan di Provinsi

kepulauan Riau tidak/belum sesuai dengan harapan?

2. Kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah dalam melaksanakan

program pengentasan kemiskinan di Provinsi kepulauan Riau?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui implementasi program pengentasan kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Riau.

2. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau dalam melaksanakan program pengentasan kemiskinan

di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara umum dapat dikategorikan menjadi dua;

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya

pada kajian ilmu pemerintahan dengan spesifikasi pada bidang kajian

Kebijakan Publik .

Page 12: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

12

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk digunakan dalam

kegiatan penelitian selanjutnya.

2. Secara praktis

a. Bagi Mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan informasi dan menambah wawasan mengenai kajian pemerintahan

khususnya dalam hal pengambilan Kebijakan Publik

b. Bagi Peneliti. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti sebelum

terjun langsung ke lapangan dalam penelitian serupa.

c. Bagi masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

terutama sebagai bahan informasi bagi masyarakat serta memberikan

sumbangan pemikiran dalam bentuk saran kepada Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau dalam menangani masalah kemiskinan.

E. Landasan Teori

1. Evaluasi Program

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka menjadi sebuah

keniscayaan bahwa suatu program harus dievaluasi. Evaluasi program

dilakukan untuk meningkatkan dan mendorong agar suatu program

menjadi lebih efektif. Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan

yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan

program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Dalam kamus

(a) program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang dilakukan

dengan seksama. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari

kegiatan yang direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993).

Page 13: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

13

Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan

Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009), evaluasi program adalah proses untuk

mengetahui apakah tujuan program telah terealisasikan. Selanjutnya

menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009), evaluasi

program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada

pengambil keputusan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan

bahwa evaluasi program merupakan proses pengumpulan data atau

informasi yang ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif

kebijakan.

Menurut pendapat sebagian ahli kebijakan, evaluasi dimasukkan

dalam tahap akhir siklus (proses) kebijakan. Namun, beberapa ahli

berpendapat bahwa evaluasi bukan merupakan tahap akhir namun masih

ada tahap selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut. Sejatinya, kebijakan

publik lahir mempunyai tujuan untuk menyelesaikan permasalahan, namun

seringkali terjadi kebijakan tidak berhasil mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian suatu

kebijakan dan sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan Model-model

evaluasi yang satu dengan yang lainnya memang tampak bervariasi, akan

tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan

data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi.

Selanjutnya informasi yang terkumpul dapat diberikan kepada pengambil

Page 14: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

14

keputusan agar dapat dengan tepat menentukan tindak lanjut tentang

program yang sudah dievaluasi dilakukan evaluasi. Dalam bahasa yang

lebih singkat evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai

“manfaat” suatu kebijakan ( Winarno, 2012).

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa

pengertian tentang program sendiri. Dalam kamus (a) program adalah

rencana, (b) program adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama.

Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang

direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993).

Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi

Safruddin Abdul Jabar (2009), evaluasi program adalah proses untuk

mengetahui apakah tujuan program telah terealisasikan. Selanjutnya

menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009), evaluasi

program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada

pengambil keputusan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan

bahwa evaluasi program merupakan proses pengumpulan data atau

informasi yang ilmiah dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif

kebijakan.

Page 15: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

15

Menurut Endang Mulyatiningsih (2011), evaluasi program dilakukan

dengan tujuan untuk:

a. Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan

organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan

program yang sama ditempat lain.

b. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program,

apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka

evaluasi program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian

evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksana berfikir dan

menentukan langkah bagaimana melaksanakan penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009),

terdapat perbedaan yang mencolok antara penelitian dan evaluasi program

adalah sebagai berikut: peneliti di dalam kegiatan penelitian ingin

mengetahui gambaran tentang sesuatu kemudian hasilnya dideskripsikan,

sedangkan dalam evaluasi program pelaksanan ingin mengetahui seberapa

tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program,

setelah data yang terkumpul dibandingkan dengan criteria atau standar

tertentu.Peneliti di dalam kegiatan penelitian dituntut oleh rumusan

masalah karena ingin mengetahui jawaban dari penelitiannya, sedangkan

dalam evaluasi program pelaksanan ingin mengetahui tingkat ketercapaian

tujuan program, dan apabila tujuan belum tercapai sebagaimana

Page 16: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

16

ditentukan, pelaksanan ingin mengetahui letak kekurangan itu dan apa

sebabnya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program

merupakan penelitian evaluatif. Pada dasarnya penelitian evaluatif

dimaksudkan untuk mengetahui akhir dari adanya kebijakan, dalam rangka

menentukan rekomendasi atas kebijakan yang lalu, yang pada tujuan

akhirnya adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

2. Program Pengentasan Kemiskinan

Kata program dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

diartikan sebagai rancangan mengenai asas serta usaha yang akan

dijalankan. Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit

yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam

kurun waktu tertentu. Menurut Arikunto (2004) mengemukakan ada dua

pengertian istilah program yaitu pengertian secara khusus dan umum

menurut pengertian secara umum program dapat diartikan sebagai rencana.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan

dalam waktu yang singkat tetapi merupakan kegiatan yang

berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu

sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama.

Selanjutnya Arikunto (2004) mengemukakan pengertian program

adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah

sistem yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali

melainkan berkesinambungan Apabila program ini langsung dikaitkan

Page 17: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

17

dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit

atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari

suatu kebijakan berlangsung dalam proses berkesinambungan. Terdapat

tiga pengertian perlu ditekankan dalam menentukkan program yaitu: (1)

realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu relatif

lama, (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Pengentasan berasal dari kata dasar “entas”. Kata “entas” dalam

KBBI diartikan sebagai mengangkat (dari suatu tempat ke tempat lain):

mengeluarkan dari lingkungan; menyadarkan; memperbaiki nasib.

Pengentasan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengangkat atau

mengeluarkan atau menyadarkan atau memperbaiki nasib. Kemiskinan

berasal dari kata dasar “miskin”. Kata “miskin” dalam KBBI diartikan

sebagai tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).

Kemiskinan kemudian diartikan sebagai hal, keadaan, atau situasi tidak

berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).

Pemahaman mengenai “kemiskinan” mestilah beranjak dari

pendekatan berbasis hak (right based approach). Dalam pemahaman ini

harus diakui bahwa seluruh masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan,

mempunyai hak-hak dasar yang sama. Kemiskinan juga harus dipandang

sebagai masalah multidimensional, tidak lagi dipahami hanya sebatas

ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan dalam memenuhi hak-

hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang

dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Pendekatan right based

Page 18: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

18

approach mengandung arti bahwa negara berkewajiban untuk

menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat

miskin secara bertahap.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010

tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan

Kabupaten/Kota Bab 1 Ketentuan Umum ayat 1:

Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program

pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis,

terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk

mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan

derajat kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, “penanggulangan

kemiskinan merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang dan kesepakatan global untuk mencapai Tujuan

Pembangunan Millenium”. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan, “dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan perlu

dilakukan langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku dalam

penyiapan perumusan dan penyelenggaraan kebijakan penanggulangan

kemiskinan”.

Berdasarkan uraian di atas, program pengentasan kemiskinan

merupakan suatu unit atau kesatuan rancangan atau rencana kegiatan

mengenai proses, cara, perbuatan mengangkat atau mengeluarkan atau

menyadarkan atau memperbaiki hal, keadaan, atau situasi tidak berharta;

Page 19: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

19

serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah) untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan

masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program

lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. . Unit atau kesatuan

rancangan atau rencana kegiatan tersebut dilakukan bukan hanya satu kali

melainkan berkesinambungan, dapat berlangsung dalam kurun waktu

relative lama. Hal ini merupakan realisasi atau implementasi dari suatu

kebijakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha,

serta masyarakat .

Program pengentasan kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau disusun

dengan mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan, Intruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2010, tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten / Kota.

3. Indikator Ketercapaian Program Penanggulangan Kemiskinan

Tujuan program penanggulangan kemiskinan sebagaimana dijabarkan

dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010

tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan pada Bab 3 tentang

strategi dan program percepatan penanggulangan kemiskinan bagian

kesatu pasal 3 adalah:

Page 20: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

20

a. berkurangnya beban pengeluaran masyarakat miskin;

b. meningkatkannya kemampuan dan pendapatan masyarakat

miskin;

c. berkembang dan terjaminnya keberlanjutan Usaha Mikro dan

Kecil;

d. adanya sinergi kebijakan dan program penanggulangan

kemiskinan.

Sasaran program pengentasan kemiskinan di daerah adalah

berkurangnya jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun. Indikator ini

diukur berdasarkan angka kemiskinan daerah.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Desain kegiatan evaluasi program dalam bahasan ini menggunakan

model rancangan penelitian evaluasi kualitatif yang bersifat deskriptif.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologik,

yaitu memungkinkan untuk mengungkap realita yang mendeskripsikan

situasi secara komprehensif dengan konteks yang sesungguhnya tentang

efektifitas pelaksanaan program program pengentasan kemiskinan di

Provinsi Kepulauan Riau. Keputusan-keputusan yang diambil dari

penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program

diklasifikasikan dalam tiga katagori yaitu rendah, menengah, dan tinggi.

Evaluasi program pengentasan kemiskinan di Provinsi Kepulauan

Riau ini menggunakan Model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam,

dkk pada tahun 1967 di Ohio State University yang dikutip Suharsimi

Arikunto, dan Cepi Syafruddin Abduljabar (2008), CIPP merupakan

sebuah singkatan dari huruf awal empat kata yaitu: Context evaluation,

Page 21: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

21

Input evaluation, Process evaluation dan Product evaluation. CIPP

sebagai metode evaluasi memandang program yang dievaluasi sebagai

sebuah sistem, maka CIPP akan menganalisis program tersebut

berdasarkan komponen-komponen context, input, process dan product.

Gambar 1. Desain Model CIPP

2. Informan Penelitian

Subyek penelitian kualitatif ini adalah tim Koordinator, monitoring,

dan pelaksana program pengentasan kemiskinan di Provinsi Kepulauan

Riau. Informan dalam penelitian ini adalah tim dari pemerintah Provinsi

Program Pengentasan Kemiskinan di Kepulauan Riau

Tahun 2014

Konteks: 1. Kebijakan dan petunjuk

pelaksanaan yang digunakan

2. Target yang ditentukan 3. Sasaran yang ditentukan 4. Hasil yang diharapkan

Input: 1. Ketersediaan tim

coordinator dan monitoring

2. Alokasi anggaran dan penggunaan

3. Ketersediaan tim pelaksana

Proses: 1. Kesesuaian jadwal

dengan pelaksanaan 2. Aktivitas

pelaksanaan 3. Peran tim

coordinator dan monitoring

4. Peran tim pelaksana

Produk: Data program pengentasan

kemiskinan yang sudah terlaksana

Page 22: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

22

Kepulauan Riau, dan penerima program pengentasan kemiskinan di Kota

Tanjungpinang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengevaluasi

program Pengentasan Kemiskinan ini adalah dokumentasi, wawancara,

observasi, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan dapat merupakan catatan harian,

sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan. Data dokumentasi yang

berkaitan dengan penyelenggaraan program pengentasan kemiskinan

adalah : 1) Konteks ; berbagai peraturan dan petunjuk pelaksanaan

program pengentasan kemiskinan di Kepulauan Riau, 2) Input ; data

anggaran dan alokasi serta tim program, 3) Proses ; jadwal program, 4)

Produk ; data program pengentasan kemiskinan yang sudah terlaksana.

b. Wawancara

Wawancara adalah alat untuk mengumpulkan data yang

digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan

pendapat, harapan, persepsi yang dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan pada kegiatan-kegiatan seputar program pelaksanaan

pengentasan kemisikinan di Provinsi Kepulauan Riau pada komponen

konteks, input, proses dan produk.

Page 23: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

23

c. Observasi

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data melalui

pengamatan. Dalam observasi peneliti mengamati langsung hasil

program pengentasan kemiskinan di Kepulauan Riau.

4. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara untuk jenis data primer maupun dari sumber lainnya untuk

data sekunder selanjutnya akan dianalisa untuk menilai apakah data

yang diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Analisis data diawali dengan menentukan bagian-bagian yang akan

dianalisis.

Analisis data dimaksudkan untuk memahami arti dan penafsiran

sebagai cara menjelaskan dan membandingkan data yang sudah

diterapkan dan diolah dengan teori yang relevan. Berdasarkan jenis

data, analisis yang digunakan yaitu teknik analisis data deskriptif

kualitatif.

Dalam teknik analisis data penulis mencoba membandingkan

antara apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya di laksanakan

serta membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang ada.

Bogdan dalam Sugiyono (2009 : 334), analisis data kualitatif adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari wawancara, catatan di lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah untuk dipahami, dan temuanya dapat diinformasikan pada

Page 24: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

24

orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkanya kedalam bagian-bagian, melakukan sintesa, menyusun

menjadi pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

membuat kesimpulan

yang dapat disampaikan kepada orang lain. Analisis data

merupakan proses yang berlangsung secara berkesinambungan yang

dapat dilaksanakan pada hampir semua fase analisis data secara

menyeluruh dari data yang didapat dengan tidak mengaburkan

karakteristik data yang sudah terkumpul. Miles dan Huberman yang

dikutip Sugiyono (2009 : 337), mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas yang dimaksudkan dalam analisis data yaitu reduksi data ,

display data , dan kesimpulan/verifikasi.

Page 25: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

25

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada bab sebelumnya,

kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program RTLH dalam hal konteks, input dan proses sudah

mengarah pada kondisi idealnya. Namun demikian, untuk dimensi produk

program RTLH belum sesuai dengan konteks idealnya. Terdapat unsur-

unsur yang berjalan tidak sesuai dengan tujuan. Terbukti dengan adanya

rehab rumah yang selesai tidak tepat waktu, kekurangan biaya, dan jumlah

tim pelaksana yang kurang.

2. Produk yang tidak ideal tersebut disebabkan oleh adanya kendala-kendala

yang tidak terselesaikan dengan baik. Kendala-kendala tersebut yaitu

mengenai penetapan calon penerima bantuan yang tidak sama dengan data

PPLS tahun 2011, penerima bantuan yang tidak memahami bagaimana

harus merehab atau membangun rumahnya karena tidak adanya pedoman

baku bentuk rumah, pencairan dana yang lama, cuaca yang tidak menentu,

dan suplai material yang dianggap tidak lancar atau terlambat. Kendala-

kendala tersebut terbukti menghambat keberhasilan pelaksanaan program

RTLH. Kendala-kendala tersebut berdampak pada pencapaian target waktu

penyelesaian rumah layak huni serta kecukupan biaya.

H. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang sesuai dengan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Page 26: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

26

1. Kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau khususnya tim perencana

program RTLH, agar menindaklanjuti temuan-temuan kendala tersebut

melalui perbaikan sistem, mempersiapkan solusi atas kendala tak

terduga, dan menambah tim pelaksana.

2. Kepada akademisi atau peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian

yang serupa di tempat lain untuk melihat kemungkinan hasil lainnya.

Page 27: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

27

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:

Amelia Maika. (2009). Mengukur kemiskinan subyektif di Indonesia: Eksplorasi

faktor yang membuat seseorang merasa miskin. Yogyakarta: Makalah

Seminar, 19 Februari.

Arif Muttaqien. (2006). Paradigma baru pemberantasan kemiskinan, rekonstruksi

arah pembangunan menuju masyarakat yang berkeadilan, terbebaskan

dan demokratis dalam Arif Mutaqien dkk, Menuju Indonesia

sejahtera. Jakarta: Khanata, Pustaka LP3ES Indonesia.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, 2009. Evaluasi Program

Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Akasara

Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek.

Bandung: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Survei Demografi dan Kesehat an Indonesia

(SDKI) 2002-2003.

BAPPEDA dan Pusat Kajian Kebijakan Publik Universitas Maritim Raja Ali Haji,

2014. Kajian Dampak Program Penanggulangan Kemiskinan Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2014. Kepulauan Riau: Bappeda Kepri

Cox, D. (2004). Outline of presentation on poverty alleviation programs in The

Asia-Pasific Region. Makalah disampaikan pada Internasional seminar

oncurriculum development for social work education in Indonesia.

Bandung: STKS, 2 Maret.

Mulyatiningsih, Endang. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik.

Yogyakarta:UNY

Remi, S.S. dan P. Tjiptoherijanto. 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataan di

Indonesia (Suatu Analisis Awal). PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Soegijoko. 1997. Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di Indonesia.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Page 28: EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2015-11-16 · tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun

28

Suryahadi dan Sumarto. 2001. “Memahami Kemiskinan Kronis dan Kemiskinan

Sementara di Indonesia”. Smeru Newsletter. No.03. Jakarta: SMERU

Research Institute.

Winarno, Budi ( 2012). Kebijakan Publik : Teori, Proses, dan Studi Kasus.

Yogyakarta : Caps

World Bank, (2007). Era baru dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Jakarta: PT Grha Info Kreasi

Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Undang-Undang Dasar 1945

Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota