evaluasi program tinjauan pustaka
DESCRIPTION
nannanaTRANSCRIPT
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 PJM Pronangkis
2.1.1 Pengertian PJM Pronangkis
Kegiatan penyusunan PJM Pronangkis merupakan kegiatan tahap kunci
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dalam rangka menerapkan pendekatan
pembangunan berbasis kebutuhan riil masyarakat, yang dilakukan melalui
serangkaian kegiatan musyawarah atau rembug-rembug warga untuk menyusun
rencana Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) berdasar hasil
Pemetaan Swadaya. Pada tahap ini setidaknya ada dua langkah utama, yakni
perumusan Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) oleh masyarakat,
serta penyebarluasan kepihak-pihak terkait (Stakeholders).
Penyusunan PJM Pronangkis dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan
agar masyarakat lebih mampu menganalisa keadaannya sendiri, mengidentifikasi
potensinya, merumuskan kebutuhan riilnya, dan menyepakati rencana-rencana
kegiatan secara sistematis dan strategis untuk memperbaiki kehidupannya
terutama dalam rangka penanggulangan kemiskinan yang terjadi/ada di
lingkungannya. Dengan demikian, masyarakat di desa sasaran dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan maupun
penanggulangan kemiskinan tidak sekedar didasarkan pada ‘daftar keinginan’
sekelompok atau pihak-pihak tertentu di masyarakat, melainkan benar-benar
berbasis kebutuhan nyata seluruh lapisan masyarakat dengan strategi
penanggulangan kemiskinan yang sistematis, jelas, dan terarah.
Pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perkotaan (Anggota BKM, Relawan,
anggota Tim PS, Tim Pelaksana Desa, dan seluruh lapisan masyarakat) pada
penyusunan PJM Pronangkis secara penuh dilibatkan dalam dinamika proses
kegiatan perencanaan yang dilakukan, dengan senantiasa mendorong tumbuhnya
interaksi, kebersamaan, keterbukaan dan solidaritas sosial antar masyarakat didesa
tersebut berdasarkan prinsip dan nilai PNPM Mandiri Perkotaan.
PJM dan rencana tahunan Pronangkis yang telah disusun secara
partisipatif oleh masyarakat, kemudian dikomunikasikan oleh BKM ke
pemerintah setempat baik di tingkat desa, kecamatan, sampai dengan kabupaten
dan menyebarluaskan kepada seluruh warga setempat, untuk memperoleh
dukungan baik moril maupun materiil, sekaligus membangun sinergi, kooordinasi,
integrasi, dari multi pihak dan sebagai pedoman untuk pelaksanaan kegiatan
dalam penanggulangan kemiskinan.
2.1.2 Dasar Pelaksanaan serta Visi dan Misi PJM Pronangkis
Dasar Pelaksanaan
a. Implementasi efektif pembangunan manusia seutuhnya berdasarkan pada
ruang yang di hadapkannya kurang beruntung, partisipasi, desentralisasi,
demokrasi, treanspirasi 2 metode prioritas, kolabobari serta berkelanjutan.
b. Peraturan Presiden No. 13 tahun 2009 tentang kordinasi penanggulangan
kemiskinan
c. Berita acara loka karya dan pengesahan PJM Pronangkis berorientasi
MDGs Periode tahun 2012-2013
Visi
a. Membentuk kepribadian mandiri, keluhuran akhlak, saling menghargai
dengan mengedepankan kepedulian, kebersamaan dan keadilan
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang
tertata bersih, sehat dan asri.
Misi
a. Meningkatkan rasa keadilan, kesetaraan, kebersamaan dan rasa persatuan
dalam masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan masyarakat yang
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masayarakat dan
sumberdaya masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, terampil,
kreatif, inovatif, produktif, dan memeliki etos kerja yang tinggi serta
semangat berpartisipasi dan pembangunan lingkungan
c. Taat melaksakan da mengamalkan agama serta menjadikannya landasan
moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
d. Menekan angka kemiskinan dan pengangguran
e. Memiliki derajat kesehatan (sehat jasmani dan rohani), memiliki
keterampilan kerja dan tingkat kesejahteraan sosial yang memadai
f. Membangun sarana dan prasarana daerah untuk menunjang kegiatan
ekonomi mayarakat dengan memperhatikan kerjasama antar masyarakat
kerjasama antar masyarakatnya
g. Meningkatkan gizi dan kesehatan dalam mewujudkan generassi penerus
yang berkualitas.
2.1.3 Tujuan dan Sasaran Pronangkis
Tujuan
a. Membentuk tingkat dan kembangkan pembangunan kesejahteraan dan
kesempatan peluangkerja masyarakat yang hidupnya kurang beruntung
atau miskin secra pemberdayaan sosial mandiri.
b. Selanjutnya pada perencanaan jangka menengah Pronangkis Kelurahan
Jember Lor untuk rencana pelaksanaan kerja tahun 2013-2015.
Sasaran
a. Terwujudnya pemberdayaan kebudayaan masyarakat kebudayaan
masyarakat yang representatif, represenakumulatif untuk membentuk
mayarakat yang mandiri dan madani
b. Tercapainya PJM Pronangkis motor dan wacana / mercu suara dan
aspirasi (aspek sosial pengembangan pemukiman, tertip, bersih indah dan
aman guna harmonisasi berbagai program berorientasi pada kemampuan
fiscal daerah)
2.1.4 Keterlibatan Masyarakat dalam Menyusun PJM MDG’S
Dalam penyusunan PJM MDG’S BKM bersama-sama warga masyarakat,
Relawan, Anggota Tim PS, dan elemen stakeholders lainnya bersama-sama
membahas, mencermati, dan berpikir tentang kondisi wilayahnya berdasarkan
hasil pemetaan swadaya baik melalui diskusi kecil (FGD) di pertemuan di tingkat
RT/RW maupun reaksi masyarakat sebagai umpan balik dari penempelan Koran
Dinding, kemudian dikompilasikan di tingkat Desa serta didokumentasikan oleh
BKM. Dengan demikian secara substantif penyusunan PJM MDG’S ini pada
dasarnya dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat Kelurahan dengan segala
unsur yang ada. Cara penyusunan PJM MDG’S di atas, sesungguhnya pelaku
utama pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Kemiskinan adalah masyarakat dan
diawasi oleh masyarakat itu sendiri.
2.2 PNPM-MP
2.2.1 Pengertian PNPM Mandiri
PNPM Mandiri adalah sebuah program Pemerintah Nasional yang
bertujuan untuk membuat program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui pengembangan
sistem, mekanisme dan prosedur program, pendampingan dan pendanaan stimulan
untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
kemiskinan yang berkelanjutan.
2.2.2 Tujuan dan Sasaran PNPM Mandiri Perkotaan
Tujuan umum PNPM yang telah ditetapkan pedoman umum PNPM
(Kementrian Pekerjaan Umum, 2010: 8) yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri, sedangkan pada tujuan
khusus PNPM Mandiri perkotaan adalah masyarakat di kelurahan peserta program
menikmati perbaikan sosial ekonomi dan tatapemerintahan lokal.
Sasaran PNPM Mandiri Perkotaan yang telah ditetapkan di buku
pandoman umum PNPM (Kementrian Pekerjaan Umum,2010: 8) sebagai berikut:
a) Terbangunnya Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya,
aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong, tumbuh dan
berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat;
b) Tersedianya Program Jangka Menengah (PJM ) sebagai wadah untuk
mewujudkan sinergi berbagai macam program kemiskinan yang komprehesif
dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka
pengembangan lingkungan, permukiman yang sehat dan berkelanjutan;
c) Terbangunnya forum LKM tingkat kecamatan dan kota/ kabupaten untuk
mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah;
d) Terwujudnya kontribusi pendanaan dari pemerintah Kota/Kabupaten dalam
PNPM Mandiri Perkotaan sesuai dengan kapasitas fiskal daerah.
2.2.3 Prinsip, Pendekatan, dan dasar Hukum
Secara umum prinsip, pendekatan dan dasar hukum PNPM mandiri
perkotaan menganut dalam pedoman umum PNPM Mandiri Perkotaan sebagai
berikut (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010: 8-9):
a. Bertumbuh pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM senantiasa
bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya;
b. Berorentasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan
mengutamakan kepentingan dan kebutuhana masyarakat miskin dan
kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
c. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan
keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan
pembangunan
d. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM masyarakat memiliki kewenangan
secara mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelolah kegiatan
secara swakelola
e. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiataan pembangunan sektoral
dan kewilayaan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat
sesuai dengan kapasitasnya.
f. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan. Dalam perannya disetiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil manfaat kegiataan pembangunan
g. Demokratis. Setiap pengambilan keputasan pembangunan dilakukakan secara
musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada keperntingan
masyarakat miskin.
h. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai
terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga
pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, dan administratif
i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan
kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara
optimal berbagai sumber terbatas.
j. Kolaraborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar
pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus memepertimbangkan
keperntingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi
juga di masa depan dengan menjaga kelestarian lingkungan.
l. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan
PNPM harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami dan mudah dikelola oleh
masyarakat.
Penaggulangan kemiskinan membutuhkan penanganan yang menyeluruh
dalam skala perwilayahan yang memadai yang memungkinkan terjadinya
keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan dan partisipasif yang dalam
hal ini di pilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu mempertemukan
perencanaan dari atas dan dari bawah. Berdasarka pemikiran tersebut maka
pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan pogram adalah pembangunan yang
berbasis masyarakat dengan:
a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program
b. Memposisikan msyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses
pembangunan partisipatif
d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan
karakteristik sosial dan geografis. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri
atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlajutan.
Sebagai salah satu Program inti dari PNPM Mandiri maka dasar hukum
pelaksanaan PNPM mandiri Pekotaan adalah sama dan merujuk pada Dasar
Hukum PNPM Mandiri, sebagaimana ditetapkan dalam edoman Umum PNPM
Mandiri, Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi
Peneggulangan Kemiskinan.
3.1 Konsep lingkungan
Prinsip lingkungan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010:118)
a. Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari dan mengurangi
dampak negatif dari lingkungan
b. Usulan tesebet harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang ( RUTR)
dan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ). Serta menghindari kawasan
lindung yang telah ditetapkan Kementrian Lingkungan Hidup.
c. Usulan yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan harus dilengkapi
dengan perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi
dampak negatifnya.
Kriteria yang telah di tetapkan kementrian lingkungan hidup (Kementrian
Pekerjaan Umum, 2010:119) sebagai berikut
a. Penyediaan air bersih
b. Persampahan
c. Perbaikan jalan
d. Limbah cair dan sanitasi
e. Pembangunan jembatan
f. Perbaikan kampung atau rumah
Kriteria pemeriksaan lingkungan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010:118)
a. Proposal yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan ( ANDAL )
secara menyeleruh harus memenuhi kreteria yang telah di tetapkan kantor
menteri negara lingkungan.
b. Proposal yang membutuhkan UKL ( Unit kelolah lingkungan ) dan UPL
(Upaya Pemantauan Lingkungan harus memenuhi kriteria Kementrian
Lingkungan Hidup.
c. Usulan usalan yang cukup dengan prosedur operasional standar dimana
praktek yang baik cukup menyelemat lingkungan sesuai dengan kriteria dan
pedoman yang telah ditetapkan cipta karya.
Prosedur Operasional Standar ( POS )
Menurut kementian lingkungan hidup (Kementrian Pekerjaan Umum,
2010:121) Rencana spesifikasi termasuk pertimbangan pengelolaan lingkungan
untuk air bersih, jalanan umum, jembatan akan diterapkan dalam Prosedur
Operasional Standar ( POS).
Mengingat kegiatan semacam ini kemungkinan dibayai oleh paket maka
Prosedur Operasional Standar ( POS ) disetiap daerah harus diperlakukan.
Pertimbangan dampak lingkungan dan sosial
Menurut kementian lingkungan hidup (Kementrian Pekerjaan Umum,
2010:121) Setiap KSM harus menyiapkan proposal yang disediakan oleh
fasilitator yang telah di tanda tangani oleh setiap anggota kelompoknya.
Proposal tersebut mencangkup hal hal atau uraian tentang kegiatan yang
diusulkan dan harus memenuhi semua aturan pengelolaan lingkungan yang
telah ditetapkan. Semua proposal akan dinilai oleh staf proyek untuk
kelayakan, dan kesesuaian dengan berbagai aturan yang berlaku. Dan akhirnya
dinilai oleh LKM. Dan kemudian LKM bersama fasilitator harus memastikan
tindakan pengungan dampak lingkungan yang dilakukan.
Pedoman Teknis sesuai dengan ( Kementrian Pekerjaan Umum, 2010: 121)
Untuk setiap subproyek, disediakan teknik pedoman. Contohnya saluran
drainasi untuk jalan harus dipasang dengan gorong dilintasan masuk agar
menjamin kelancaran aliran air.
4.1 Teori Evaluasi Program
4.1.1 Pengertian Evaluasi Program
Suatu rangkaian yang digunakan dilakukan dengan sengaja untuk melihat
keberhasilan suatu program. Ada beberapa pengertian tentang program itu sendiri.
Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang
dilakukan dengan seksama. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan
yang direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993: 297).
Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi
Safruddin Abdul Jabar (2009:5), evaluasi program adalah proses untuk
mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya menurut
Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:5), evaluasi program adalah upaya
menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program
merupakan proses pengumpulan data atau informasi yang ilmiah yang hasilnya
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam
menentukan alternatif kebijakan.
4.1.2Tujuan Evaluasi Program
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 114-115), evaluasi program
dilakukan dengan tujuan untuk:
Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama
ditempat lain.
Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program
perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.
Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi
program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian
evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksana berfikir dan
menentukan langkah bagaimana melaksanakan penelitian.
4.1.3 Model Evaluasi Program
Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutib oleh Suharsimi Arikunto dan
Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 40 ), membedakan model evaluasi menjadi
delapan, yaitu:
Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael
Scriven.
Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi
dilakukan.
CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.
Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.
4.1.4 Komponen Evaluasi
Context dimana Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah
mengidentifikasi latar belakang perlunya mengadakan perubahan atau
munculnya program dari beberapa subjek yang terlibat dalam
pengambilan keputusan (Endang Mulyatiningsih, 2011: 127).
Input merupakan sebuah Evaluasi yang dilakukan untuk mengidentifikasi
dan menilai kapabilitas sumber daya bahan, alat, manusia dan biaya, untuk
melaksanakan program yang telah dipilih (Endang Mulyatiningsih, 2011:
129).
Process merupakan Evaluasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi atau
memprediksi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan atau
implementasi program. Evaluasi dilakukan dengan mencatat atau
mendokumentasikan setiap kejadian dalam pelaksanaan kegiatan,
memonitor kegiatan-kegiatan yang berpotensi menghambat dan
menimbulkan kesulitan yang tidak diharapkan, menemukan informasi
khusus yang berada diluar rencana; menilai dan menjelaskan proses secara
aktual. Selama proses evaluasi, evaluator dituntut berinteraksi dengan staf
pelaksana program secara terus menerus (Endang Mulyatiningsih, 2011:
130-131)
BAB IV ANALISIS DATA
PJM Pronangkis dalam PNPM Mandiri Perkotaan
Berkaitan dengan penyusunan PJM pronangkis dan rencana Tahunan
(Ren-Ta) berikut adalah langkah-langkahnya:
PJM Pronangkis
Langkah 1: Pembentukan Tim inti Perencana (TIP)
Tim inti perencana adalah tim yang secra sengaja di bentuk untuk memimpin
proses perencanaan partisipatif di tingkat kelurahan.
Anggota Tim inti Perencaba (TIP)
Anggota LKM
Angota Tim PS
Para relawan yang peduli dan memiliki perhatian dalam perencanaan
Langkah 2: membatasi Hasil PS
TIP memimpin proses pembahsan hasil PS sehingga di peroleh:
Gambaran umum kondisi kelurahan , jumlah penduduk, mata
pencaharian utama, dsb
Kondisi warga miskin,
Persoalan-persoalan yang akut dan yang kronis
Potensi kelurahan: sumberaya alam, ekonomi, sosial, dan manusia
Langkah 3: musyawarah warga perumusan mii kelurahan
TIP megundngwarga untuk:
Menjelaskan kondisi keluraan saat ni
Merumuskan danmenyepakati visi kelurahan 5 tahun ke depan
Lankah 4: perumusan PJM
Berdasarkan hasil langkah 3 trsebut TIP memimpin timnya untuk menyusun PJM
dengan cara menyusun PJM dengan cara merumuskan:
Tujuan jangka menengah 3 tahun PJM
Tujuan jangka menengah ini sekurang-kurangnya harus terdiri dari 3
sektor ; sosial, ekonomi, fisik,
Halangan yang mungkin di hadapi dalam mencapai tujuan tersebut ,
halangan ini harus memuat paling tidak pesoalan yang di hadpi (kondisi
cita-cita dibanding dengan kondisi actual), hambatan, yaitu segala sesuatu
yang mungkin menghambat pencapaian tujuan.
Kegiatan-kegiatan untuk menyingkirkan hambatan dan menyelesaikan
persoalan
Waktu kapan suatu kegiatan harus dilaksankan an berapa lama
Rencana tahunanan (Ren-Ta) :
Dengan cara yang sama maka TIP memimpin timnya untuk menyusun Ren-Ta.
Mengingat Ren-Ta adalah program invesasi sumberdaya yang terbatas maka perlu
dilakukan proses prioritas, kemudian dilanjutkan dengan merumuskan
Tujuan
Halangan
Kegiatan-kegiatan untuk menyingkirkan hambatan dan menyelesaikan
persoalan
Penanggung jawab tiap kegiatan
Waktu kapan suatu kegiatan harus dilaksanakan dan berapa lama
Analisis Masalah, Kebutuhan Dan Potensi Sumber Daya di Bidang Lingkungan
a. Perbaikan saluran
Sebagaimana kondisi umum di desa bahwa persoalan saluran adalah persoalan yang sangat vital di desa. Karena persoalan saluran akan menimbulkan banyak efek yang cukup komplek. Kondisi saluran rusak sehingga macet aliran airnya, berakibat banjir dan menyebabkan lingkungan kumuh dan terganggunya
kebersihan dan kesehatan lingkungan. Sementara kondisi saluran yang rusak akan memperberat beban ekonomi warga miskin dimana biaya kesehatan yang naik seiring terganggunya kebersihan dan kesehatan lingkungan, sarana berjualan yang cepat rusak karena rusaknya lingkungan akibat genangan dan banyak masalah-masalah lain yang akhirnya saling berkait dan makin memiskinkan warga. Kondisinya menjadi sangat dilematis ketika warga miskin yang ingin persoalan segera tertangani kondisi ekonominya untuk menyediakan dana perbaikan secara swadaya sangat tidak memadai. Namun agaknya perbaikan harus segera dilakukan untuk menanggulangi masalah yang lebih besar dan kompleks.
b. Perbaikan Jalan
Sebagaimana kondisi umum dikota/Desa bahwa persoalan prasarana jalan adalah persoalan yang sangat vital di Desa Semut. Karena persoalan jalan akan menimbulkan banyak efek yang cukup kompleks.
Jalan yang rusak akan menghambat aktivitas ekonomi dan mobilitas warga, bagi PKL yang melaluinya akan mempercepat kerusakan sarana berjualan seperti gerobak, becak, motor. Warga kesulitan melewatinya, pada gilirannnya kedua persoalan tersebut berakibat makin memiskinkan warga karena lambatnya mobilitas maupun biaya tambahan yang harus keluar.
Berdasarkan perumusan prioritas masalah, maka rumusan alternatif strategi kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Jember Lor, Kecaatan Patrang, Kabupaten Jember adalah:
Tabel : Perumusan Alternatif Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan Jember Lor, Kecaatan Patrang, Kabuaten Jember
No Aspek Rencana KegiatanSkala prioritas
Keterangan
1. Perbaikan sarana prasarana dasar Lingkungan dan perumahan
Perbaikan/pembangunan/perkerasan jalan
10Kelancaran transportasi
Membangun sarana dan prasarana pelayaan pada masyarakat
8
Untuk meningkatkan akses pelayanan terhadap masyrakat
Membangun saluran air/drainase 10Penuntasan air hujan
Rehab Rumah GAKIN 7 Mengurangi beban keluarga miskin
No Aspek Rencana KegiatanSkala prioritas
Keterangan
Membuat MCK 8
Untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat
Pedoman Pelaksanaan
Lingkungan Penyediaan air bersih
b. Persampahan
Perbaikan jalan
d. Limbah cair dan sanitasi
Pembangunan jembatan
Perbaikan kampung/ rumah
a. Pengedaan air bersih bagi
masyarakat miskin
b. Perbaikan jalan
c. Perbaikan rumah
d. Pembangunan pelayanan
kesehatan
PNPM a. Bertumbuh pada
pembangunan manusia
b. Berorentasi pada
masyarakat miskin
c. Partisipasi masyarakat
d. Otonomi.
e. Desentralisasi
f. Kesetaraan dan keadilan
gender
g. Demokratis
h. Transparansi
i. Prioritas.
j. Kolaraborasi
k. Sederhana
a. Berorientasi pada masyrakat
miskin
b. Prioritas
c. Partipasi masyarakat
d. Otonomi
e. Demokrasi
f. Kolaborasi
g. Bertumbuh pada pembangunan
manusia
l. Berkelanjutan
Pada tahap pelaksanaan PNPM MP di Wargo Mulyo pada bidang
lingkungan sudah sesuai dengan kriteria yang telah ada di buku panduan akan
teteapi ada beberapa kriteria yang tidak dilaksankanan oleh PJM Pronangkis.
Kriteria yang tidak ada di buku panduan yakni tentang pembangunan kesehatan
untuk itu masih ada tumbang tindik antara pedoman dan pelaksanaan di antaranya
seperti tidak dilaksanakan limbah cair dan sanitasi serta persampahan karena
dirasa di keluruhan jember lor tidak perusahaan dan pencemaraan lingkunga .
Sedangkan pada kiteria PNPM yang telah ditetapkan di buku panduan PNPM,
pelaksanaan PNPM wargo mulyo masih ada beberapa kriteria yang tidak
dijelaskan di laporan perencanaan PNPM Wargo Mulya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyatiningsih, Endang.2011. Metode Penelitian Evaluasi Kebijakan Pendidikan .
Yogyakarta: Alfabeta
http://www.pnpm-mandiri.org/ (diakses pada tanggal 01 juni 2014 pukul 22.36
WIB )