evaluation.of.community.based.rural.infrastructure.programs bh

31
3 Juli 2007 TEMUAN-TEMUAN POKOK STUDI EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI BIDANG INFRASTRUKTUR PEDESAAN

Upload: hais-suleman-moridu

Post on 24-Jul-2015

22 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

13 Juli 2007

TEMUAN-TEMUAN POKOKSTUDI EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI BIDANG INFRASTRUKTUR PEDESAAN

Page 2: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

2

Tujuan Evaluasi

● Mengkaji proses pelaksanaan proyek dan mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi. Termasuk hasil, manfaat dan dampaknya.

● Mengkaji jenis program mana diantara tiga program infrastruktur (P2MPD, PPIP dan PMPD) yang effektif mencapai tujuan sesuai yang direncanakan.

● Mempelajari langkah-langkah perbaikan program yang didasarkan atas contoh-contoh yang baik dari program pengembangan masyarakat dan pengentasan kemiskinan yang sudah ada.

Page 3: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

3

Ruang Lingkup

● Pencapaian hasil● Evaluasi program dan pengawasan mutu● Seleksi lokasi dan sasaran kemiskinan● Effektivitas biaya dan struktur anggaran● Kebocoran dan arus dana● Audit keuangan secara independen ● Tinjauan tehnis sarana● Organisasi masyarakat● Pengembangan kapasitas● Kepuasan terhadap program● Keberlanjutan program

Page 4: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

4

Metodologi

● Lokasi studi: 6 kab (9 desa)

Proyek Kab Jumlah desa dan kategoriCLGS/P2MPD Sleman 1 desa (baik)

OKI 2 desa (sedang, jelek)

CERD/PMPD Banjar 1 desa (baik)

Minahasa 2 desa (sedang, jelek)

RISP/PPIP Pangkep 1 desa (baik)

Bangkalan 2 desa (baik, jelek)

● Kunjungan lapangan: 18 – 26 Juni 2007

Page 5: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

5

Metodologi (2)

● Metode1. Review Dokumen2. Interview Informan Kunci3. Observasi Lapangan dan Penilaian Cepat melalui (wawancara mendalam,

FGD dan pengamatan langsung)

Page 6: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

6

Gambaran Proyek: P2MPD

1. Nama proyek: Program Pendukung Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah

2. Pelaksana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 3. Lokasi: 6 Propinsi di 48 Kabupaten 4. Durasi proyek: tanggal 25 Maret 1999 sampai 31 Maret 2005. 5. Tujuan: Mengembangkan dan memperkokoh proses pelaksanaan otonomi

daerah serta membantu percepatan pemulihan dampak krisis. Secara lebih khusus,

6. Komponen:Penyediaan Infrastruktur DesaPengembangan Kapasitas

Page 7: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

7

Gambaran Proyek: PMPD

1. Nama proyek: Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa2. Pelaksana: Departemen Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Desa,3. Durasi proyek: dimulai tanggal 12 Mar 2001-30 Juni 2007.4. Lokasi: 6 provinsi, 13 Kabupaten, 77 kecamatan dan 568 Desa. 5. Tujuan: Mengentaskan masyarakat miskin perdesaan dengan memperbaiki kondisi ekonomi

desa dan meningkatkan pendapatan kelompok miskin, khususnya masyarakat miskin yang tinggal di dekat pusat pertumbuhan

6. Komponen:Peningkatan kapasitas untuk desentralisasi pelaksanaan pembangunan, Pengembangan lembaga keuangan dan ekonomi perdesaan, (LSPBM) dan pengembangan usaha mikro dan kecil perdesaan. Peningkatan prasarana perdesaan, mencakup prasarana penghubung ke pusat pertumbuhan, prasarana pendukung usaha ekonomi perdesaan, dan prasarana permukiman.Manajemen dan monitoring.

Page 8: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

8

Gambaran Proyek: PIPP

1. Nama proyek:Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan/2. Pelaksana:Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 3. Durasi proyek:mulai tanggal 20 Juni 2006 sampai 31 Maret 2009. 4. Lokasi: 4 provinsi, 45 Kabupaten, 571 kecamatan dan 1.840 Desa. 5. Tujuan:Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan akses

masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar perdesaan6. Komponen Proyek:

Pekerjaan infrastrutur yang mendukung aksesibilitas, yaitu jalan dan jembatan perdesaan.Pekerjaan infrastrutur yang mendukung produksi pangan, yaitu irigasi perdesaan.Pekerjaan infrastrutur yang mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, yaitu penyediaan air minum dan sanitasi perdesaan.

Page 9: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

9

Temuan: Konsep proyek

● Secara umum, konsep proyek-proyek (kerangka kerja yang mencakup idea, arah, pendekatan, prinsip dan kegiatan) yang bertujuan penyediaan infrastruktur dalam rangka menangani dampak krisis ekonomi ini sudah tepat.

● Pada tingkat konsep (kasus PMPD) skema yang dibangun cukup tepat yaitu memperkuat pranata sosial lebih dulu baru diikuti dukungan infrastruktur.

● Namun disisi lain konsep proyek terlihat sangat birokratik (berliku atau kurang praktis) dari sisi proses (kasus P2MPD) jika dibandingkan dengan pertimbangan volume proyek kecil dan jangka waktu proyak yang pendek.

● Pemberdayaan yang ada lebih sebatas peningkatan partisipasi/peran serta masyarakat dalam pelaksanaan proyek., terutama untuk proyek yang keseluruhan prosesnya melibatkan masyarakat. Padahal pemberdayaan adalah suatu proses pengorganisasian yang intensif mulai dari penyadaran hingga diseminasi bukan sebatas ikut serta dalam pelaksanaan Berbeda dengan proyek yang menggunakan pendekatan kontraktual (menggunakan kontraktor)

Page 10: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

10

Temuan: Lingkup sarana yang dibangun (1)

● Sarana yang dibangun cukup beragam dan bersifat prasarana dasar (jembatan, jalan dll), Hal ini disebabkan pertimbangan:

Pemerataan manfaat kepada banyak warga vs kebutuhan riel warga tertentu (warga kecil yang memiliki kelebih khusus seperti ; pemilik tanah)Menyerap tenaga kerja yang banyak ( labor-intensive )Memiliki basis dengan ketrampilan masyarakat

● Dari sisi fungsi atau kegunaan, sarana yang dibangun dapat :Meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin (air bersih, jembatan, )membuka keterisolasian hubungan antar wargameningkatkan akses produktivitas usaha ekonomi (tani dan nelayan)memudahkan hubungan sosial antar warga.

Page 11: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

11

Temuan: Lingkup sarana yang dibangun (2)

● Sarana yang dibangun lebih didasarkan atau ditentukan oleh masyarakat sehingga memungkinkan tumbuhnya keswadayaan/partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Di sisi lain, sarana yang dibangun juga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat dalam mengelola dan memelihara setelah proyek berakhir.

● Sebaliknya untuk infrastruktur yang dibangun oleh kontraktor sepertil Proyek P2MPD type B, warga hanya terlibat dalam penentuan jenis sarana yang dibangun dan memberi komplain atas pengerjaan sarana yang dibangun sebagai wujud dari pengawasan oleh warga. Hanya saja keluhan warga jarang direspon secara baik

Page 12: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

12

Temuan: Prinsip dasar proyek

Prinsip-prinsip dasar dari ketiga proyek yang dirancang (buku pedoman) untuk tujuan membangun local good governance, sangat positif dalam kerangka mendukung effektivitas otonomi daerah seperti 1. partisipasi, 2. demokrasi, 3. transparansi, 4. akuntabilitas, 5. keberlanjutan, 6. keterlibatan perempuan .

Page 13: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

13

Temuan: Jenis/komponen

● Ketiga proyek memiliki komponen yang relatif sama, yaitu untuk: Penguatan kapasitas Pembangunan fisikLembaga keuangan desa (hanya di PMPD)

● Organisasi pelaksana dari ketiga program cukup besar dan lengkap dengan struktur dan komponen berikut :

Pimpro pusat dan kabupatenKonsultan dan fasilitator di tingkat kabupaten/kecamatan dan desa….Pokmas dan kader masyarakatTim pendukung (TKK – Tim Koordinasi Kabupaten, Tim Monitoring, dll))

Page 14: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

14

Temuan: Pencapaian Hasil

● Tujuan dari ketiga program dalam bidang ekonomi dan penyediaan tenaga kerja dapat disebut mencapai hasil yang diharapkan. Khususnya untuk membantu masyarakat dalam mengatasi situasi krisis ekonomi. Indikatornya1. peningkatkan aksesibilitas usaha ekonomi masyarakat menjadi

lebih baik,2. peningkatkan nilai asset (tanah) yang dimiliki 3. kemudahan komunikasi dan interaksi antar warga, penyediaan air

bersih dan lainnya. 4. peningkatan tingkat partisipasi masyarakat yang proses

pelaksanaannya,

Page 15: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

15

Pencapaian Hasil (2)

● Sementara tujuan menciptakan local good governance (transparansi, akuntabilitas, dll) yang mendasari prinsip pengelolaan proyek belum cukup optimal tercapai. Namun sebagai sesuatu yang baru, upaya ketiga program cukup positif dalam kerangka membangun proses belajar.

● Praktek local governance justru telah berlangsung di tingkat masyarakat sekalipun dalam bentuk yang sederhana dan skala kecil, seperti ; akses anggota masyarakat pada pembukuan pokmas, informasi tentang pekerjaan proyek.

● Dalam bentuk yang lebih nyata, bentuk monitoring warga telah dilakukan melalui pertemuan rutin dalam melihat perkembangan kondisi fisik sarana (meski jumlah dan frekwensi kurang)

Page 16: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

16

Temuan: Penentuan desa lokasi

Penetapan lokasi desa sebagian tidak tepat sasaran. 1. Yang diusulkan oleh daerah berbeda dengan yang ditetapkan oleh Departemen

(Kasus PPIP di Bangkalan)2. Desa lain kondisi sosial ekonominya lebih miskin dibanding desa lokasi proyek

(P2MPD di Sleman Kabupaten)3. Sebagian lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi proyek tidak memenuhi

persyaratan untuk mendapatkan proyek, seperti tidak boleh ada proyek sejenis yang lain (seperti PPK) di desa yang sama di tahun yang sama. Kasus ini ditemukan di Bangkalan (PPIP, Bangkalan)

4. Pada tingkat proyek terdapat subyektivitas dari elit daerah untuk memasukkan desa tertentu sebagai lokasi proyek (pengaruh DPRD, pertimbangan kultur, dll). Proyek PMPD Banjar & P2MPD Sleman

Page 17: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

17

Penentuan masyarakat sasaran

Sekalipun dalam dokumen tidak disebut secara spesifik kriteria penerima manfaat, namun kenyataannya penerima program sebagian besar adalah masyarakat umum, masyarakat miskin terlibat sebagai tenaga kerjaNamun untuk komponen non-fisik, kelompok masyarakat miskin dan perempuan dapat terlibat menerima pinjaman dari LSPBM (murah, mudah) seperti Proyek PMPDElite desa seringkali menghindari terjadinya konflik diantara masyarakat akibat proyek sehingga dalam penentuan jenis sarana orientasinya adalah pemerataan dan dapat dimanfaatkan oleh umum, bukan berdasarkan kepentingan warga tertentu.Tidak semua masyarakat miskin siap menolak bekerja dengan pola kontraktor karena tidak sesuai dengan upah, beban dan aturan kerja.

Page 18: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

18

Temuan: Proses pelaksanaan

1. Tahapan proses pelaksanaan proyek untuk satu tahun dalam prakteknya tidak berjalan efektif sesuai dengan panduan.

Rata-rata pelaksanaan proyek adalah 3-4 bulan, dan inipun hanya untuk memenuhi kaidah formal/prosedur yang ditetapkan oleh proyek. Prosesnya sendiri menjadi terburu-buru. Misal saja, pertemuan sosialisasi proyek dipersingkat dari sisi waktu dan kurang dalam dari sisi proses.

2. Beberapa faktor penyebab:DIPA terlambat turunPenyiapan konsultan terlambat Dana pendamping dari daerah terlambat

Page 19: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

19

Temuan: Pengembangan kapasitas

1. Pengembangan kapasitas untuk masyarakat:Terbatas dalam hal sasaran, jenis dan waktu● Kecuali untuk pengelolaan keuangan Lembaga keuangan (proyek PMPD)

Pelatihan lebih fokus untuk menunjang kepentingan manajemen proyek dari pada memperkuat kapasitas kemandirian organisasi masyarakat

2. Pengembangan kapasitas melalui dana beasiswa S1&S2 bagi aparatur cukup positif sebagai investasi pembangunan jangka panjang (Proyek, PMPD). Masalahnya

Kriteria penerima kurang jelasManfaat tidak langsung kepada masyarakat miskin

Page 20: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

20

Temuan: Keuangan

● Penyaluran dana:Langsung ke organisasi yang dibentuk masyarakatDitemukan adanya pemotongan untuk PPN pada proyek yang langsung dikelola masyarakat (Proyek P2MPD Sleman)

● AuditAda audit reguler oleh BPK atau BPKPTemuan audit: ● Volume lebih rendah dari kontrak (Proyek PMPD Minahasa) sehingga kontraktor

mengembalikan● RAB tidak rinci sesuai dengan jenis kegiatan dan dipermasalahkan oleh BPK

● Realisasi dana yang diterima masyarakat dalam kasus proyek P2MPD (OKI) untuk type A lebih kecil dari yang sudah diputuskan karena adanya pemotongan oleh proyek.

Page 21: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

21

Temuan: Keuangan (2)

● Cost effectivenessPembangunan sarana infrastruktur terutama yang dilaksanakan masyarakat pada umumnya memiliki cost-effective yang tinggi (diukur dari biaya yang dikeluarkan dan manfaat dan dampak proyek yang dihasilkan)Kasus Pangkep kegiatan perluasan dan intensitas pengelolaan lahan tambak oleh warga semakin meningkat areal dan produksi karena adanya intensitas dan ekstentif dalam pengelolaan tambak

Page 22: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

22

Temuan: Teknis sarana

1. Umumnya, kualitas sarana yang dibangun mendekati spesifikasi yang direncanakan. Namun pada kasus tertentu kualitas sarana kurang memenuhi standar teknis (kasus proyek P2MPD di kabupaten OKI, )

Kualitas sarana yang dibangun dengan cara (kontraktual) memiliki kualitas sedang karena kurang pengawasan masyarakat dan berorientasi marginKualitas sarana yang dibangun oleh masyarakat memiliki kualitas sedang cenderung baik, bahkan di beberapa kasus dengan kondisi :● Konstruksi lebih bagus● Volume lebih besar● Namun kasus tertentu, finishing kurang memuaskan karena masalah keterampilan

2. Pada umumnya, sarana yang dibangun fungsional sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Akan tetapi pada daerah tertentu yang terjadi sebaliknya (seperti kasus pembangunan lumbung padi di Banjar - karena penggunaannya kurang optimal)

Page 23: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

23

Temuan: Dampak Proyek

Proyek sarana dan prasarana yang dibangun pada dasarnya cukup sukses untuk membantu masyarakat karena memiliki dampak sebagai berikut

1. Dampak ekonomi:Mengurangi waktu tempuhMengurangi pengeluaran rumah tangga untuk beli airPerluasan usaha baruMengurangi ketergantungan pada rentenirMeningkatkan harga jual tanahMeningkatkan fungsi lahan (tidur)

2. Dampak lainnyaMeningkatkan keterampilan pengadministrasian (kasus LSPBM)Lingkungan yang lebih nyaman (tidak banjir, rumah lebih tertata)Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian (kasus Minahasa)

Page 24: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

24

Temuan: Kepuasan masyarakat

● Masyarakat pada umumnya merasa puas dengan sarana yang dibangun Terutama pada sarana yang pengerjaannya dipercayakan kepada masyarakat. Kepuasan masyarakat ini meliputi :

Kualitas fisik bangunanManfaat langsung (fungsi) dari sarana yang dibangun

● Namun masyarakat kurang puas dalam hal transparansi anggaran, pencairan dana, pengadaan material, dan penanganan komplain. (komplain masyarakat atas kualitas konstruksi yang dibangun Pokmas kabupatem tidak direspon secara baik)

Page 25: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

25

Temuan: Tata kelola

● Partisipasi masyarakat:Berjalan sesuai dengan pedoman pelaksanaan. Hanya saja elite desa masih mendominasi dan mempengaruhi pengambilan keputusan.Partisipasi cukup besar dalam penyediaan tenaga dan danaPartisipasi perempuan masih terbatas di beberapa tempat, kecuali di proyek PMPD dan P2MPD berjalan sesuai dengan ketentuan. Keterlibatan perempuan ini dipengaruhi oleh karakter dan budaya lokal.

● Transparansi informasi secara umum sudah baik dalam bentuk publikasi atau media tradisional/lokal. Hanya saja upaya untuk menyediakan informasi keuangan, penentuan sasaran masih kurang.

● Transparansi dan akuntabilitas anggaran di tingkat masyarakat sebagian sudah baik (P2MPD-Sleman, PMPD-Banjar, PPIP-Pangkep dan PMPD-Minahasa), sementara sebagian lainnya buruk (OKI, Bangkalan, dan Minahasa 2).

Page 26: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

26

Temuan: Tata kelola (2)

● Transparansi dalam hal penetapan lokasi (PPIP Bangkalan), besaran dan rincian alokasi anggaran, pemotongan pajak (P2MPD OKI) masih kurang bagus.

● Masyarakat diberi kesempatan untuk mengajukan komplain atas setiap bentuk penyimpangan proyek, namun pada kenyataannya komplain yang diajukan oleh masyarakat tidak mendapat tanggapan. (Proyek P2MPD Sleman)

Page 27: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

27

Temuan: Keberlanjutan proyek

1. Di tingkat masyarakat dibentuk kelompok pemanfaat dan pemelihara sarana sebagaimana disain proyek. Namun dalam implementasinya kelompok ini tidak fungsional dan mengalami beberapa kendala:

Kelompok tidak sustain karena pembentukannya hanya untuk memenuhi syarat proyekSarana dikuasai oleh kelompok tertentu (kasus tambatan perahu di Bangkalan)

2. Namun kasus di Pangkep, kelompok pemanfaat dan pemelihara sarana air bersih berfungsi dengan baik karena mampu mengoperasikan dan memelihara terminal air (kelompoknya solid, ada margin dari penjualan air untuk biaya O&P)

3. LSPBM berkelanjutan dengan baik, bahkan mampu mengakumulasi aset. Komponen proyek infrastruktur yang bersifat produktif akan lebih sustain dibandingkan bangunan fisik yang bersifat sosial.

Page 28: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

28

Temuan: Monitoring dan evaluasi

● Per konsep, setiap proyek mempunyai sistem monitoring dan evaluasi (M&E) yang cukup lengkap karena sudah mencakup M&E di tingkat masyarakat, M&E di tingkat proyek, M&E provinsi, M&E pusat, dan M&E pihak luar (independen).

● Hasil M&E telah didokumentasikan secara reguler dalam bentuk laporan. Masalahnya, tidak ada kejelasan atau tindak lanjut dari hasil M&E. Indikasinya adalah kinerja proyek di tingkat lapangan kurang cukup baik meski kinerja administrasi proyek hampir sempurna. Proyek lebih mengedepankan pertanggunganjawab terhadap administrasi dan aspek substansi kegiatan di lapangan cenderung kurang diperhatikan kualitasnya

Page 29: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

29

Kesimpulan

1. Proyek infrastruktur desa cukup positif dalam membantu aksesibilitas masyarakat di bidang sosial-ekonomi dan layak dikembangkan lebih lanjut dalam mendorong pertumbuhan wilayah desa.

2. Proyek Infrastruktur desa yang berbasis masyarakat sangat effektif dan efisien dari sisi dana dan sebaiknya lebih diperbesar alokasi dana dan volume sarananya

3. Proyek infrastruktur desa dengan menggunakan pendekatan community development pada dasarnya sudah berlangsung baik , namun untuk memaksimalkan proses, output dan outcome perlu ditingkatkan dengan LSM sebagai mitra/fasilitator, bukan perusahaan yang tidak memiliki core bisnis dalam pemberdayaan masyarakat

Page 30: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

30

Kesimpulan (2)

4. Proyek infrastruktur desa sekalipun cukup fungsional dan masyarakat puas dengan kinerja tehnisnya, namun masih rendah tingkat keberlanjutannya. Karena itu, fokus perhatian proyek untuk meningkatkan aspek pengorganisasian masyarakat, transparansi dan mekanisme komplain dan keterlibatan perempuan menjadi sangat mutlak dilakukan..

5. Proyek infrastruktur desa akan semakin effektif dalam mendorong pembangunan masyarakat dan wilayah pedesaan manakala diikuti dengan program penguatan kelembagaan masyarakat dan peningkatan ekonomi rakyat untuk mendorong kesejahteraan. Termasuk mulai memperhatikan program infrastruktur lingkungan di masyarakat (pengolahan limbah, perlindungan sumber air, dll)

Page 31: Evaluation.of.Community.based.rural.infrastructure.programs Bh

31

Rekomendasi

1. Program pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan infrastruktur desa harus terintegrasi dengan program peningkatan tata kelola yang baik di tingkat daerah. Dalam prosesnya, kedua program ini dilakukan oleh konsultan yang berbeda sesuai dengan kompetensi masing-masing tetapi masih dalam satuan manajemen proyek (PIU)

● Dari pengamatan menunjukkan bahwa dalam memacu proses pembangunan pedesaan tidak cukup dengan pendekatan penyediaan infrastruktur semata.. Pembangunan pedesaan harus dilihat dalam konteks pengembangan wilayah pedesaan yang terintegrasi. Karena itu perlu diikuti dengan kerangka pendekatan pembangunan sebagai berikut : a. Rencana strategik pembangunan desab. Zonasi desac, Action plan desad. Legal framework (perdes)e. Implementasi Program

● Penguatan kelembangaan (good governance)● Pembangunan infrastruktur● Pengembangan perekonomian rakyat