evan kharogi sinulingga_111201103
DESCRIPTION
Modrenisasi Obat Tradisional Karo (Tawar)TRANSCRIPT
![Page 1: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/1.jpg)
1
Tugas Mata Kuliah Agroindustri Medan, Maret 2014
MODRENISASI OBAT TRADISIONAL KARO (TAWAR)
Dosen Penanggungjawab:Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.
Oleh :Evan Kharogi Sinulingga
111201103Hut 6-C
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
![Page 2: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/2.jpg)
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan sumber daya alam yang
melimpah. Seperti yang telah di ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki hutan terbesar di dunia yang memiliki berbagai macam flora dan
fauna. Di Indonesia juga banyak terdapat berbagai jenis tumbuhan yang dapat
dijadikan obat-obatan, rempah-rempah, dan lain sebagainya. Menurut Nasution
(1992) dalam Sudirga (2006), Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat
luas, mempunyai kurang lebih 13700 pulau yang besar dan kecil dengan
keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat tinggi. Di Indonesia
diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan, dan dari
jumlah tersebut sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai
tanaman industri, tanaman buah-buahan, tanaman rempah-rempah dan tanaman
obat-obatan(Andayani, R. 2005).
Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 82% dari total
spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada
ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut. Saat ini ekosistem hutan
dataran rendah adalah kawasan hutan yang paling banyak rusak dan punah karena
berbagai kegiatan manusia baik secara legal maupun illegal. Berbagai ekosistem
hutan dataran rendah antara lain : tipe ekosistem hutan pantai, tipe hutan hujan
dataran rendah, dan lain-lain. Masing-masing tipe ekosistem hutan tropika
Indonesia merupakan wujud proses evolusi, interaksi yang kompleks dan teratur
dari kommponen tanah, iklim (terutama cahaya, curah hujan dan suhu), udara dan
organism termasuk sosial-budaya manusia untuk mendukung kehidupan
keanekaragaman hayati, antara lain berbagai tumbuhan obat (Zuhud, 2009).
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah
bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
harian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan obat
tradisional yang digunakan masyarakat yang saat ini disebut Herbal Medicine atau
![Page 3: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Fitofarmaka yang perlu diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes
RI No. 761 tahun 1992, Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya, bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik
yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan
bakunya relatif mudah diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia,
perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio
resiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita, dan merupakan satu-satunya
alternatif pengobatan (Zein, 2005).
Menurut Mursito (2003), ramuan obat yang berasal dari alam, terutama
yang berasal dari alam dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan besar
kecilnya dukungan ilmiah serta teknologi proses pembuatan ramuan, yaitu:
1. Jamu
Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang diproses
secara sederhana. Khasiat jamu masih berdasarkan pengalaman dari
nenenk moyang dan belum di dukung oleh data ilmiah.
2. Obat ekstrak alam
Obat ekstrak alam merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman
yang disajikan setelah melalui berbagai proses ekstraksi. Pengujiannya
dilakukan melalui binatang percobaan.
3. Obat fitofarmaka
Obat fitofarmaka merupakan ramuan obat dari tanaman yang disajikan
setelah melalui berbagai proses. Khasiat obat tersebut telah dibuktikan
melalui proses percobaan pada penderita penyakit mengikuti kaidah
percobaan klinis.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Mursito, B. 2003).
Tujuan
Tujuan dari Modrenisasi Obat Tradisional Karo (Tawar) dengan kapsul,
pil, tablet, serbuk dan larutan ini adalah untuk meningkatkan kualitas obat
tradisional di mata masyakat.
![Page 4: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/4.jpg)
4
TINJAUAN PUSTAKA
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan,
bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat
tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan
pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat
mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional
mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk
pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Sutarno dan Sumadi 2000).
Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat
tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan
menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa
memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional
tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan,
peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang
terlibat dalam pembuatan obat tradisional (Sudirga, 2006).
Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan,
bahan hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta
khasiat sebagai obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan
sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
berupa bahan yang dikeringkan. Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan
digunakan dalam campuran obat tradisional karena obat tradisional diperjual
belikan secara bebas. Dengan sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini
dicampurkan dengan ramuan obat tradisional dapat berakibat buruk bagi
kesehatan (Mursito, B. 2003).
Tawar adalah sebuah ramuan tradisional yang terbuat dari rempah-rempah
dan bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit dalam. Tawar sendiri berasal dari
bahasa Karo yang artinya adalah obat atau jamu. Kalau dahulu sebelum kita
![Page 5: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/5.jpg)
5
dikenalkan dengan tekhnologi yang sudah serba canggih seperti saat sekarang ini,
banyak dari keluarga kita yang mengkonsumsi obat tradisional. Obat-obatan yang
terbuat dari bahan alami dan diolah dengan cara dan alat yang. Tapi hari ini, sudah
sangat jarang kita menemukan obat-obat yang seperti itu. Dari kita kecil sudah
diperkenalkan dengan obat yang sudah kompleks. Mulai dari bentuk, warna, bau,
fungsi cara dan alat pembuatannya. Dengan zaman yang sudah modern, orang
lebih percaya dengan resep yang diberukan oleh Dokter. Atau mengkonsumsi ikut
dari iklan yang ada di media, baik itu media cetak ataupun elektronik
(Andayani, R. 2005)
Namun tetap masih ada juga orang yang setia mengkonsumsi obat
tradisional sampai sekarang. Mereka merasa cocok dan aman dalam
menggunakannya. Tidak ada efek samping yang berlebihan karena berasal dari
bahan yang alami. Begitu juga dengan pembuat obat tradisional ini. Mereka
bertahan sampai sekarang karena pelanggan yang setia dan percaya bahwa obat
yang mereka buat manjur dan cocok di hati pelanggannya. Inilah yang di rasakan
oleh nenek boru Karo yang sudah berusia 77 tahun. Ketertarikan sang nenek
pada ramuan-ramuan tradisional menimbulkan keinginan untuk mempelajari
ramuan tawar dari sang mertua. Setelah sang mertua meninggal ramuan ini pun
diteruskan olehnya sampai sekarang, dan bahkan keahliannya sudah diwariskan
kepada cucunya. Usaha ramuan tawar ini sudah dijalankan selama lebih dari 50
tahun (Tukiman, 2004).
Kapsul menjadi salah satu sediaan farmasi yang diproduksi oleh industri
maupun apotek. Berdasarkan FI IV kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat
yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai. Berbeda
dengan kapsul lunak,pembuatan kapsul keras khususnya yang berasal dari gelatin
dapat dilakukan secara terpisah yakni pembuatan cangkang yang dilanjutkan
dengan pengisisian serbuk obat atau minyak atsiri yang tidak mengganggu
stabilitas cangkang gelatin (Nohong, 2009).
![Page 6: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/6.jpg)
6
PEMBAHASAN
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-
temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.
Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi
kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau
masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini
banyak digunakan karena menurut beberapa penelit ian tidak terlalu menyebabkan
efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Beberapa perusahaan
mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat
tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan
bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul,
serbuk, cair,simplisia dan tablet. Jenis-jenis obat tradisional, antara lain : bawang,
belimbing sayur, cengkeh, jahe, jamu, kencur, kunyit dan temulawak
(Mursito, B. 2003)
Masyarakat Karo memiliki filosofi pengobatan yaitu “Lit Bisa Lit Tawar”
yang berarti setiap ada penyakit pasti ada obatnya. Masyarakat Karo sejak dulu
telah mengenal obat-obat tradisional yang beragam, ini menunjukkan bahwa
masyarakat Karo mengenal beberapa jenis penyakit dan juga cara-cara
mengobatinya.
Sesuai dengan jenis kelamin anggota masyarakat dan juga tingkatan usia,
maka obat-obat ini dapat dibagi atas:
1. tambar danak-danak “obat anak-anak”
2. tambar pernanden “obat kaum ibu”
3. tambar perbapan “obat kaum bapak”
4. tambar sinterem “obat orang banyak”
Tawar adalah sebuah ramuan tradisional yang terbuat dari rempah-rempah
dan bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit dalam. Tawar sendiri berasal dari
bahasa Karo yang artinya adalah obat atau jamu. Kalau dahulu sebelum kita
dikenalkan dengan tekhnologi yang sudah serba canggih seperti saat sekarang ini,
banyak dari keluarga kita yang mengkonsumsi obat tradisional. Obat-obatan yang
![Page 7: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/7.jpg)
7
terbuat dari bahan alami dan diolah dengan cara dan alat yang. Tapi hari ini, sudah
sangat jarang kita menemukan obat-obat yang seperti itu. Dari kita kecil sudah
diperkenalkan dengan obat yang sudah kompleks. Mulai dari bentuk, warna, bau,
fungsi cara dan alat pembuatannya. Dengan zaman yang sudah modern, orang
lebih percaya dengan resep yang diberukan oleh Dokter. Atau mengkonsumsi ikut
dari iklan yang ada di media, baik itu media cetak ataupun elektronik.
Namun tetap masih ada juga orang yang setia mengkonsumsi obat
tradisional sampai sekarang. Mereka merasa cocok dan aman dalam
menggunakannya. Tidak ada efek samping yang berlebihan karena berasal dari
bahan yang alami. Begitu juga dengan pembuat obat tradisional ini. Mereka
bertahan sampai sekarang karena pelanggan yang setia dan percaya bahwa obat
yang mereka buat manjur dan cocok di hati pelanggannya. Inilah yang di rasakan
oleh nenek boru Karo yang sudah berusia 77 tahun. Ketertarikan sang nenek
pada ramuan-ramuan tradisional menimbulkan keinginan untuk mempelajari
ramuan tawar dari sang mertua. Setelah sang mertua meninggal ramuan ini pun
diteruskan olehnya sampai sekarang, dan bahkan keahliannya sudah diwariskan
kepada cucunya. Usaha ramuan tawar ini sudah dijalankan selama lebih dari 50
tahun.
Ada banyak macam tawar yang diketahui akan tetapi biasanya yang dibuat
adalah tawar sambar. Tawar ini terbuat dari rempah-rempah yang biasanya dibeli
dari pasar atau mencari sendiri di hutan. Dalam penggunaanya, mungkin banyak
yang tidak suka dengan rasa dan bau yang cukup menyengat. Maka dari itu ada
cara yang lebih baik tanpa harus menghilangkan khasiatnya. Hampir sama dengan
ramuan jamu lainnya, kita mengambil sedikit ramuannya dengan ukuran sebesar
biji jagung dan memasukkannya ke dalam teh ataupun sup. Pemakaian dapat
dilakukan 2 kali dalam 1 hari.
Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum atau
ditempelkan pada permukaan pada permukaan kulit. Tetapi tidak tersedia dalam
bentuk suntikan atau aerosol. Dalam bentuk sediaan obat- obat tradisional ini
dapat berbentuk serbuk yang menyerupai bentuk sediaan obat modren, kapsul,
tablet, larutan, ataupun pil (BPHN, 1993).
![Page 8: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/8.jpg)
8
1. Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Zat cair
atau cairan biasanya ditimbang dalam botol yang digunakan sebagai
wadah yang diberikan. Cara melarutkan zat cair ada dua cara yakni zat-zat
yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan.
2. Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang disebukkan.
Pada pembuatan serbuk kasar, terutama serbuk nabati, digerus terlebih
dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu
tidak lebih 50 Serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah
menguap dikeringkan dengan pertolongan bahan pengering yang cocok,
setelah itu diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk dan digerus sampai
diperoleh serbuk yang mempunyai derajat halus serbuk.
3. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata
atau cempung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat pengembang, zat pengikat, zat
pelicin, zat pembasah. Contohnya yaitu tablet antalgin.
4. Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng
mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg
sampai 500 mg. untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat
pengisi untuk memperbesar volume, zat pengikat dan pembasah dan bila
perlu ditambah penyalut
5. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin,
tetapi dapat juga terbuat dari pati dan bahan lain yang sesuai.
(Anief, 2002).
Kapsul gelatin memiliki banyak keunggulan dibanding sediaan obat
lainnya. Kapsul gelatin tidak berbau, tidak berasa dan mudah digunakan karena
saat terbasahinya oleh air liur akan segera diikuti daya bengkak dan daya larut
airnya. Pengisian ke dalam kapsul disarankan untuk obat yang memiliki rasa yang
tidak enak atau bau yang tidak enak. Kapsul yang dimpan dalam lingkungan yang
kering menunjukkan dayha tahan dan kemantapan penyimpanan yang baik dan
dengan teknologi modern, pembuatannya lebih mudah dan cepat serta ketepatan
![Page 9: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/9.jpg)
9
dosis lebih tinggi daripada tablet. Cara pengisian kapsul juga tidak perlu
memperhitungkan adanya perubahan sifat material asalnya dan pelepasan zat
aktifnya.
Selain gelatin, cangkang kapsul juga dapat dibuat dari pati dan tepung
gandum dan digunakan untuk mewadahi bahan obat berbentuk serbuk. Kapsul
pati ini, memiliki silinder tertutup satu muka atau mangkuk kecil (garis tengah 15-
25 mm dan tinggi 10 mm). Walaupun tercantum dalam farmakope, tapi
peranannya sampai saat ini tidak ada.
Kelebihan kapsul
2. Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
3. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
4. Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang tidak
enak
5. Bentuk kapsul mudah ditelan dibanding bentuk tablet
6. Bentuknya lebih praktis dan menarik.
7. Bahan obat dapat cepat hancur dan larut di dalam perut sehingga dapat
segera diabsorpsi
8. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
9. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
10. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan
tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.
Kekurangan
1. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-
pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang
kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi-bagi.
Obat modern adalah obat yang dibuat dengan menggunakan teknologi
mesin. Obat jenis ini biasanya diproduksi di perusahaan-perusahaan farmasi
![Page 10: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/10.jpg)
10
dengan bahan kimia dan mempunyai satu keunggulan dibandingkan dengan obat
tradisional, yakni lebih steril dan lebih terjaga kebersihannya. Untuk
meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat tradisional
haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan menyeluruh
yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa memenuhi
persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional tergantung dari
bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang
digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang terlibat dalam
pembuatan obat tradisional (Dirjen POM, 1994).
Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari cangkang
kapsul bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini akan
saling menutupi bila dipertemukan dan bagian tutupnya akan menyelubungi
bagian badan kapsul. (Ansel, 2005). Gelatin mempunyai beberapa kekurangan,
seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila dalam keadaan lembab atau
bila disimpan dalam larutan berair . Sebagai contoh yang lain, cangkang kapsul
gelatin menjadi rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah
(Chang, R.K. et al, 1998). Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari
efek samping obat yang mengiritasi lambung, seperti Indometasin. Hal ini
dikarenakan kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung.
![Page 11: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/11.jpg)
11
KESIMPULAN
1. Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan sumber daya alam yang
melimpah termasuk di dalamnya tanaman obat yang menghasilkan obat
tradisional.
2. Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-
temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional
3. Tawar adalah sebuah ramuan tradisional Karo yang terbuat dari rempah-
rempah dan bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit dalam.
4. Tawar ini terbuat dari rempah-rempah hutan dalam penggunaanya, mungkin
banyak yang tidak suka dengan rasa dan bau yang cukup menyengat.
5. Modreninasi tawar dapat dilakukan dengan pil, kapsul, larutan, serbuk dan
tablet.
![Page 12: Evan Kharogi Sinulingga_111201103](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082422/55cf9684550346d0338bff71/html5/thumbnails/12.jpg)
12
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, R. 2005. Promosi Potensi dan Kelayakan Usaha TAHURA Bukit Barisan. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nohong. 2009. Skrining Fitokimia Tumbuhan Ophiopogon jaburan Lodd dari Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Universitas Haluoleo Kendari. Jurnal Pembelajaran Sains Vol. 5 No. 2, 172-178.
Sudirga, S.K. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional di Desa Truyan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Fakultas MIPA Universitas Udayana. E;Jurnal;bumi-lestari.
Sutarno, H. dan Sumadi, A. 2000. Potensi dan Cara Pemanfaatan Bahan Tumbuhan Obat. Prosea Indonesia. Bogor.
Tukiman. 2004. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) untuk Kesehatan Keluarga. Fakultas Kesehatan Masyarakat. USU. Medan. http:tumbuhan obat.co.id [akses : 30 Oktober 2010]
Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Meningkatkan Pemeliharaan Kesehatan. USU Repository. Medan.
Zuhud, E, A, M. 2009. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika dengan Pengembangan Potensi Lokal Ethno-Forest-Pharmacy (Ethno-Wanafarma) pada Setiap Wilayah Sosial-Biologi Satu-satuan Masyarakat Kecil. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Seminar POKJANASTOI XXXVI 13 dan 14 Mei 2009 di Yogyakarta.
.