faal ji

20
Pendahuluan Tahan Nafas dan Tekanan Pernafasan I. Teori Dasar Tahan Napas Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru, oksigen diambil lewat mulut dan hid waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan de darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan oksigendaridarah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jan dipompakan seluruh tubuh. 1. Pengendalian Pernapasan Oleh Sistem Persarafan Pengaturan pernapasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks cerebri, medu oblongata, dan pons. a. Korteks Cerebri erperan dalam pengaturan pernapasan yang bersifat volunter sehingga memungkinkan kita dapat mengatur napas dan menahan napas. !isalnya pada sa bicara atau makan. b. !edulla oblongata "erletak pada batang otak, berperan dalam pernapasan automatik atau sponta kedua oblongata terdapat dua kelompok neuron yaitu Dorsal Respiratory Grou (DRG) yang terletak pada bagian dorsal medulla dan Ventral Respiratory Gro (VRG) yang terletak pada ventral lateral medula. Kedua kelompok neuron ini dalam pengaturan irama pernapasan. DRG terdiri dari neuron yang mengatur s lower motor neuron yang mensyarafi otot-otot inspirasi seperti otot interc dan diafragma untuk gerakan inspirasi dan sebagian kecil neuron akan berja kelompok ventral. Pada saat pernapasan kuat, terjadi peningkatan aktivitas DRG yang kemudian menstimulasi untuk mengaktifkan otot-otot asesoris inspi setelah inspirasi selesai secara otomatis terjadi ekspirasi dengan menstim otot asesoris. Kelompol ventral #VRG$ terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekspirasi. pernafasan tenang atau normal kelompok ventral tidak aktif, tetapi jika ke ventilasi meningkat, neuron inspirasi pada kelompok ventral diaktifkan mel rangsangan kelompok dorsal. %mpuls dari neuron inspirasi kelompok ventral merangsang motor neuron yang mensyarafi otot inspirasi tambahan melalui & & '. %mpuls dari neuron ekspirasi kelompok ventral akan menyebabkan kontra otot-otot ekspirasi untuk ekspirasi aktif. c. Pons 1

Upload: arimuhammad

Post on 07-Oct-2015

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pendahuluan

Pendahuluan

Tahan Nafas dan Tekanan PernafasanI. Teori Dasar

Tahan Napas

Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru, oksigen diambil lewat mulut dan hidung pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan seluruh tubuh.

1. Pengendalian Pernapasan Oleh Sistem PersarafanPengaturan pernapasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks cerebri, medulla oblongata, dan pons.

a. Korteks Cerebri

Berperan dalam pengaturan pernapasan yang bersifat volunter sehingga memungkinkan kita dapat mengatur napas dan menahan napas. Misalnya pada saat bicara atau makan.

b. Medulla oblongata

Terletak pada batang otak, berperan dalam pernapasan automatik atau spontan. Pada kedua oblongata terdapat dua kelompok neuron yaitu Dorsal Respiratory Group (DRG) yang terletak pada bagian dorsal medulla dan Ventral Respiratory Group (VRG) yang terletak pada ventral lateral medula. Kedua kelompok neuron ini berperan dalam pengaturan irama pernapasan. DRG terdiri dari neuron yang mengatur serabut lower motor neuron yang mensyarafi otot-otot inspirasi seperti otot intercosta interna dan diafragma untuk gerakan inspirasi dan sebagian kecil neuron akan berjalan ke kelompok ventral. Pada saat pernapasan kuat, terjadi peningkatan aktivitas neuron di DRG yang kemudian menstimulasi untuk mengaktifkan otot-otot asesoris inspirasi, setelah inspirasi selesai secara otomatis terjadi ekspirasi dengan menstimulasi otot-otot asesoris.

Kelompol ventral (VRG) terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekspirasi. Pada saat pernafasan tenang atau normal kelompok ventral tidak aktif, tetapi jika kebutuhan ventilasi meningkat, neuron inspirasi pada kelompok ventral diaktifkan melalui rangsangan kelompok dorsal. Impuls dari neuron inspirasi kelompok ventral akan merangsang motor neuron yang mensyarafi otot inspirasi tambahan melalui N IX dan N X. Impuls dari neuron ekspirasi kelompok ventral akan menyebabkan kontraksi otot-otot ekspirasi untuk ekspirasi aktif.

c. Pons

Pada pons terdapat 2 pusat pernapasan yaitu pusat apneutik dan pusat pnumotaksis. Pusat apneutik terletak di formasio retikularis pons bagian bawah. Fungsi pusat apneutik adalah untuk mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan impuls pada area inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat pneumotaksis terletak di pons bagian atas. Impuls dari pusat pneumotaksis adalah membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi sehingga irama respirasi menjadi halus dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi berjalan secara teratur pula.

2. Kendali KimiaBanyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman pernapasan yang sudah diset oleh pusat pernapasan, yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respon dari sensor yang disebut kemoreseptor. Ada 2 jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yang berada di medulla dan kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid pada sistem arteri.

a. Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal peningkatan ion hidrogen dengan merespon peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan.

b. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen. Misalnya adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon dioksida dan peningkatan ion hidrogen maka pernapasan menjadi meningkat.

3. Pengaturan Oleh Mekanisme Non KimiawiBeberapa faktor non kimiawi yang mempengaruhi pengatuan pernapasan di antaranya berupa pengaruh baroreseptor, peningkatan suhu tubuh, hormon epineprin, refleks hering-breuer.

a. Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta atrium, ventrikel dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespon terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah arteri akan menghambat respirasi, menurunnya tekanan darah arteri dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi pernapasan.

b. Peningkatan suhu tubuh, misalnya karena demam atau olahraga maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi.

c. Hormon epinephrin, peningkatan hormon epinephrin akan meningkatkan rangsangan simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi.

d. Refleks hering-breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor regangan dalam otot polos paru untuk menghambat aktifitas neuron inspirasi. Dengan demikian refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat aktifitas berat.

Di dalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trachea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna:

1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar

2. Arus darah melalui paru-paru

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bsgian tubuh

4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. Karbon dioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan o2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalam pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan

1. Pengaturan pernapasan volunter

Pernapasan dapat diatur secara volunter (sadar), dan seseorang dapat melakukan hiperventilasi atau hipoventilasi sedemikian besarnya sehingga terjadi kekacauan Pco2, pH, dan Pco2 dalam darah.

2. Efek reseptor rangsangan pada jalan napas

3. Epitel, Trakea, bronkus, dan bronkiolus di suplai dengan ujung saraf sensoris, disebut reseptor rangsang, yang terangsang oleh rangsangan (iritan) yang memasuki jalan napas.4. Fungsi Reseptor J paruan Sebagian kecil ujung saraf sensoris terjadi dalam dinding alveolus secara berjejer terhadap kapiler paru. Reseptor ini terangsang khususnya bila kapiler paru menjadi penuh terisisi dengan darah atau terjadinya edema paru pada kondisi edema paru pada kondisi seperti gagal jantung kongestif.

5. AnastesiaKelebihan dosis anastetik atau narkotik.Tekanan PernapasanRespirasi meliputi 2 bidang yakni respirasi eksterna dan respirasi interna. Respirasi eksterna adalah pengangkutan oksigen dari atmosfer sampai ke jaringan tubuh dan pengangkutan karbon dioksida dari jaringan sampai ke atmosfer. Respirasi internal adalah bagaimana oksigen digunakan oleh jaringan dan bagaimana karbon dioksida dibebaskan oleh jaringan. Proses respirasi merupakan proses yang dapat dibagi menjadi 5 tahap yaitu :

1. Ventilasi Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. Toraks membesar ke tiga arah : anteroposterior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar -4 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar -8 mm Hg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Tekanan saluran udara menurun sampai sekitar -2 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mm Hg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran udara pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru atau saat ekspirasi dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai tekanan saluran udara dan tekanan atmosfer menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi.

2. Difusi Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 (m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103 mm Hg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruang sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air. Ruang sepi anatomik ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat badan. Hanya udara bersih yang mencapai alveolus yang merupakan ventilasi efektif, tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran (PVO2) di kapiler paru kira-kira sebesar 40 mm Hg. Karena tekanan parsial oksigen dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (PAO2 = 103 mm Hg), maka oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah. Perbedaan tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mm Hg) menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, dimana konsentrasinya pada hakekatnya nol kendatipun selisih CO2 antara darah dan alveolus amat kecil.

3. Hubungan antara ventilasi-perfusi Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan perkataan lain, ventilasi dan perfusi dari unit pulmonar harus sesuai. Nilai rata-rata rasio antara ventilasi terhadap perfusi (V/Q) adalah 0,8. Angka ini didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar normal (4 L/menit). Ketidak-seimbangan antara proses ventilasi-perfusi terjadi pada kebanyakan penyakit pernapasan. Tiga unit pernapasan abnormal secara teoritis menggambarkan unit ruang sepi yang mempunyai ventilasi normal, tetapi tanpa perfusi, sehingga ventilasi terbuang percuma (V/Q = tidak terhingga). Unit pernapasan abnormal yang kedua merupakan uniit pirau, dimana tidak ada ventilasi tetapi perfusi normal, sehingga perfusi terbuang sia-sia (V/Q = 0). Unit yang terakhir merupakan unit diam, dimana tidak ada ventilasi dan perfusi.

4. Transpor oksigen dalam darah Oksigen dapat diangkut dari paru-paru ke jaringan-jaringan melalui dua jalan: secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2). Ikatan kimia oksigen dengan hemoglobin ini bersifat reversibel. Dalam keadaan normal jumlah O2 yang larut secara fisik sangat kecil karena daya larut oksigen dalam plasma yang rendah. Hanya sekitar 1% dari jumlah oksigen total yang diangkut. Cara transpor seperti ini tidak memadai untuk mempertahankan hidup. Sebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Dalam keadaan tertentu (misalnya : keracunan karbon monoksida atau hemolisis masif dimana terjadi insufisiensi hemoglobin) maka oksigen yang cukup untuk mempertahankan hidup dapat ditranspor dalam bentuk larutan fisik dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer (ruang oksigen hiperbarik). Satu gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml oksigen. Pada tingkat jaringan oksigen akan berdisosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam plasma. Dari plasma oksigen berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan. Meskipun kebutuhan jaringan bervariasi, namun sekitar 75% dari hemoglobin masih berikatan dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali ke paru-paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya sekitar 25% oksigen dalam darah arteria yang digunakan untuk keperluan jaringan.

5. Pengendalian Pernapasan Yang disebut pusat pernapasan adalah suatu kelompok neuron yang terletak bilateral di dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Dibagi menjadi 3 daerah utama yaitu :

1. Kelompok neuron medula oblongata dorsalis, yang merupakan area inspirasi. Letak neuronnya sangat dekat dan berhubungan rapat dengan traktus solitarius yang merupakan ujung sensorik nervus vagus dan gloso varingeus. Sebaliknya masing-masing saraf ini menghantarkan isyarat-isyarat sensorik dari kemo reseptor perifer, dengan cara ini membantu ventilasi paru. 2. Kelompok neuron medula oblongata ventralis, yang merupakan area ekspirasi. Merupakan kelompok neuron respirasi ventralis yang bila terangsang merangsang otot-otot ekspirasi. Area ekspirasi selama pernapasan tenang dan normal bersifat pasif. Bila dorongan ekspirasi menjadi jauh lebih besar dari normal maka isyarat-isyarat tertumpah ke area ekspirasi dari mekanisme osilasi dasar area inspirasi, meningkatkan tenaga kontraktil yang kuat ke proses ventilasi paru.

3. Area di dalam pons yang membantu kecepatan pernapasan yang disebut area pneumotaksis. Pusat pneumotaksis menghantarkan isyarat penghambat ke area inspirasi, yang mempunyai efek membatasi isyarat inspirasi. Efek sekundernya terjadi bila pembatasan inspirasi memperpendek masa pernapasan, maka siklus pernapasan berikut akan terjadi lebih dini. Jadi isyarat pneumotaksis yang kuat dapat meningkatkan kecepatan pernapasan 30-40 x per menit. Sementara yang lemah hanya beberapa kali per menit.A. Volume paru

1. Volume tidal

Volume udara yang inspirasi atau ekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter pada laki-laki dewasa.2. Volume cadangan inspirasi

Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan diatas diatas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat; biasanya mencapai 3000 mililiter.

3. Volume cadangan ekspirasi

Volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah normalnya adalah sekitar 1100 mililiter.

4. Volume residu

Volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter.

B. Kapasitas paru

1. Kapasitas inspirasi

Jumlah udara (kira-kira 3500 mililiter) yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.

2. Kapasitas residu fungsional

Jumlah udaara yang tersisa dalam paru pada akhir akspirasi normal (kira-kira 2300 mililiter)

3. Kapasitas vital

Jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mililiter)

4. Kapasitas paru total

Volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 mililiter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu.

C. Tekanan pada sistem pernapasan

1. Tekanan Atmosfer (barometik)

Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer tehadap benda-benda di permukaan bumi

2. Tekanan intra-alveolus (intra-pulmonalis)

Tekanan di dalam alveolus

3. Tekanan intrapleura (intratoraks)

Tekanan yang terjadi di luar paru di dalam rongga toraks

Penatalaksanaan PraktikumTahan Nafas dan Tekanan Pernafasan

I. Tujuan

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:

1. Menetapkan tercapainya breaking point seseorang pada waktu menahan nafas pada berbagai kondisi pernafasan.

2. Menerangkan perbedaan lamanya menahan napas pada kondisi pernapasan yang berbeda-beda.

3. Mengukur tekanan pernapasan dengan manometer air raksa dan manometer air.

II. Alat yang Diperlukan

1. Stopwatch/arloji

2. Beberapa kantong plastik: Yang kosong

Yang O2 Yang berisi CO2 10%

3. Sfigmomanometer + stetoskop

4. Alat analisis gas Fyrite: untuk CO25. Manometer air raksa + botol perangkap

6. Manometer air

III. Tata Kerja

1. Tahan Napas

Tetapkanlah lamanya o.p dapat menahan napas (dalam detik) dengan cara menghentikan pernapasan dan menutup mulut dan hidung sendiri sehingga tercapai breaking point pada berbagai kondisi pernapasan seperti tercantum dalam daftar di bawah ini (berilah istirahat 5 menit antara 2 percobaan).

1. Pada akhir inspirasi biasa.

P-IV.1.1 Apa yang dimaksud dengan breaking point?

P-IV.1.2 Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya breaking point?

2. Pada akhir ekspirasi biasa.

3. Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat.

4. Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat.

5. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p bernapas dalam cepat selama 1 menit.

6. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastik berisi O2.7. Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan 3 kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastic berisi O2.8. Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastic berisi CO2 10%.

9. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari ditempat selama 2 menit.

10. Setelah breaking point pada percibaan no. 9 tercapai, biarkanlah o.p bernafas lagi selama 40 detik, kemudian tetukanlah berkali-kali lama menahan napas sesudah inspirasi tunggal yang kuat dengan diselingi bernapas selama 40 detik sampai o.p bernapas lagi dengan tenang seperti sebelum berlari.

P-IV.1.3 Bagaimana perubahan pO2 dan pCO2 dalam udara alveoli dan darah pada waktu kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi?2. Tekanan PernapasanA. Pengukuran Tekanan Pernapasan Normal

1. Suruh O.P bernapas selama 1-2 menit

2. Dengan tetap bernapas mellaui hidung, hubungkan pipa kaca manometer air dengan mulut o.p (lihat gambar) sehingga permukaan air dalam manometer naik turun mengikuti ekspirasi dan inspirasi.

Catatlah besar tekanan inspirasi dan ekspirasi normal o.p B. Tekanan Pernapasan Maksimal

1. Hubungkanlah pipa kaca manometer air raksa dengan mulut o.p melalui botol perangkap

2. Suruhlah o.p melakukan inspirasi dan ekspirasi sekuat-kuatnya beberapa kali sambil menutup hidung. Permukaan air raksa dalam manometer akan naik turun mengikuti inspirasi dan ekspirasi. Catatlah besar tekanan inspirasi dan ekspirasi maksimal o.p.

P-IV.1.4 Apakah fungsi botol perangkap pada percobaan ini ?

Fungsi botol perangkat adalah agar saat melakukan inspirasi maksimal air raksa tidak akan terhirup oleh o.p tapi akan masuk ke dalam botol perangkap sehingga tidak membahayakan o.pHasil PraktikumTahan Nafas dan Tekanan PernafasanI. Hasil Percobaan

1. Tahan napas

O.P: Muhammad Rifai SolichinAge: 20 tahun Sex: Male

H (cm): 175 cmW (kg): 65 kgInspirasi tunggal yang kuat4 detik

Ekspirasi tunggal yang kuat6 detik

Inpirasi tunggal yang kuat setelah o.p bernapas dalam cepat dan cepat selama 1 menit33 detik

Inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastik berisi O234 detik

Inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan yang terakhir kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastik berisi O231 detik

Inspirasi yang kuat dari kantong plastik berisi CO2 10%13 detik

Inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari ditempat selama 2 menit20 detik

Inspirasi tunggal kuat dengan selisih 40 detik sampai o.p bernapas lagi dengan tenang seperti sebelum berlari80 detik

2.TekananPernapasan

A. Pengukuran pernapasan normal

Jenis kelamin : perempuan

Usia : 19 tahunBB : 48 kg

TB : 160 cm

IIIIII

Inspirasi404050

Ekspirasi203040

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia :18 tahunBB : 70 kgTB : 183 cmIIIIII

Inspirasi 908070

Ekspirasi 706050

A. Tekanan pernapasan maksimal

Jenis kelamin : perempuan

Usia : 19 tahunBB : 48 kg

TB : 160 cm

IIIIII

Inspirasi 304030

Ekspirasi 103040

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 18 tahunBB : 70TB : 183IIIIII

Inspirasi 807060

Ekspirasi 605070

Pembahasan

Tahan Nafas dan Tekanan PernafasanI. Pengolahan data dan pembahasan

Breaking point yaitu, seseorang tidak dapat menahan napas lagi. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan PCO2 dan penurunan O2. Breaking point dipengaruhi atau dapat diperpanjang dengan adanya hiperventilasi, napas dengan O2 murni, inspirasi dalam dan pisikis.

Pada percobaan tahan napas o.p mengalami tahan napas yang lebih lama setelah melakukan inspirasi daripada ekspirasi karena pada saat inspirasi menarik O2 lebih banyak sehingga proses tahan napas lebih lama dari pada tahan napas setelah ekspirasi. Hal yang sama dapat terjadi pada saat inspirasi tunggal yang kuat lebih tahan lama daripada ekspirasi tunggal yang kuat.

Pada percobaan tekanan pernapasan dengan pengukuran tekanan pernapasan normal terlihat tekanan pada saat inspirasi normal lebih besar dari pada ekspirasi. Jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4600 mililiter. Volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin kira-kira 5800 mililiter jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu. Volume paru. Volume udara yang inspirasi atau ekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter pada laki-laki dewasa. Volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter.

II. Analisis data

P-IV.1.1 Apa yang dimaksud dengan breaking point?

Jawab : Breaking point yaitu seseorang tidak dapat menahan napas lagi. Hal ini disebabkan karena, adanya peningkatan Pco2 serta penurunan Po2.

P-IV.1.2 Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya breaking point?

Jawab : Breaking point dapat diperpanjang dengan hiperventilasi, nafas dengan O2 murni, inspirasi dalam, pisikis.

P-IV.1.3 Bagaimana perubahan pO2 dan pCO2 dalam udara alveoli dan darah pada waktu kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi?

Jawab : Ventilasi alveolus kadang-kadang meningkat hampir sama dengan langkah-langkah peningkatan metabolisme, seperti yang diperlihatkan oleh hubungan antara pemakaian oksigen dan ventilasi. Olehkarna itu, Po2, Pco2 dan pH arteri hampir mendekati normal.Perhatikan bahwa pada saat latihan dimulai, ventilasi alveolus dengan segera meningkat tanpa didahului oleh peningkatan Pco2 arteri.

P-IV.1.4 Apakah fungsi botol perangkap pada percobaan ini ?

Jawab : Agar saat inspirasi maksimal air raksa tidak akan terhirup oleh o.p tapi masuk ke dalam botol perangkap jadi tidak akan membahayakan o.p saat menghirupnya.

PenutupTahan Nafas dan Tekanan PernafasanI. Kesimpulan

Dari hasil percobaan tahan napas dipengaruhi hiperventilasi, nafas dengan O2 murni, inspirasi dalam, dan pisikis. Hal itu karena adanya peningkatan Pco2 dan penurunan Po2. Sedangkan pada percobaan tekanan pernapasan disimpulkan bahwa tekanan pernapasan normal lebih besar daripada tekanan pernapasan maksimal dan tekanan inspirasi selalu lebih besar daripada tekanan ekspirasi.

II. Saran

Pada praktikum tahan napas dan tekanan pernapasan waktu yang dilakukan untuk percobaan tidak cukup menyebabkan praktikum tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Pendahuluan Pernafasan pada OrangI. Teori Dasar

:Dalam keadaan normal, paru mengandung sekitar 2 sampai 2,5 liter udara selama siklus respirasi, tetapi dapat diisi sampai 5,5 liter atau dikosongkan sampai tersisa 1 liter.

(Sherwood, 2001: 430)

Alat untuk mengukur udara insipirasi dan ekspirasi adalah Spirometer. Terdapat berbagai jenis perubahan volume dalam proses respirasi, yakni:

1. Volume Tidal (TV)

Volume tidal adalah volume udara yang masuk atau keluar dari hidung sewaktu bernapas dalam keadaan istirahat, sebanyak 500cc.

2. Cadangan ekspirasi (Suplemen)

Cadangan ekspirasi yaitu volume udara ekspirasi yang masih dapat dikeluarkan setelah ekspirasi normal (tidal), kira- kira 1250cc

3. Volume cadangan inspirasi (komplemen)

Volume cadangan inspirasi yaitu volume udara isnpirasi yang masih dapat dihirup setelah inspirasi normal (tidal) adalah 3000cc

4. Kapasitas Vital (KV)

Kapasitas vital yaitu sejumlah volume suplemen + volume tidal + volume komplemen; atau sama dengan volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam sekali ekspirasi setelah maksimal, volumenya adalah 4750cc

5. Volume Residual (RV)

Volume residual nilai rata- ratanya 1200cc, walaupun dilakukan ekspirasi sangat maksimal selalu terdapat sisa udara dalam paru yang tidak dapat dikeluarkan dengan ekspirasi biasa.

6. Ventilasi Semenit

Ventilasi semenit adalah seberapa banyak udara yang dihirup atau dihembuskan (tidak kedua- duanya) dalam waktu satu menit, selanjutnya yang digunakan sebagai ukuran adalah udara yang dikeluarkan (Volume Ekspirasi= VE)

Jumlah ini dapat ditentukan dengan mengetahui: volume tidal, yaitu berapa banyak jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan setiap daur pernapasan dan frekuensi bernapas, yaitu berapa kali bernapas dalam satu menit

E= VT X f

Ventilasi semenit volume tidal frekuensi bernapas

(1/ menit) (liter) (per menit)Prinsip Kerja SpirometerSpirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol . Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar.

Cara KerjaSebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas (menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara.

Hasil pencatatan akan terlihat seperti gambar di bawah ini.

Pada waktu istirahat, spirogram menunjukkan volume udara paru-paru 500 ml. Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernafasan terdapat keadaan reserve; akhir darisuatu inspirasi dengan suatu usaha agar mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan ini disebutinspiratory reserve volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir dari suatu respirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini disebut denganexpiratory reserve volumeyang jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang tertinggal setelah ekspirasi secara normal disebutfungtional residual capacity(FRC). Seorang yang bernapas dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi, kedua keadaan yang ekstrim ini disebutvital capacity.Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan apapun paru-paru tetap mengandung udara, udara ini disebutresidual volume(kira-kira 1.000 ml) untuk orang dewasa.

Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita disuruh bernafas dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan pengukuran fraksi helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya dipergunakan spirometer. Penderita disuruh bernafas dalam satu menit yang disebutrespiratory minute volume.Maksimum volume udara yang dapat dihirup selama 15 menit disebut maximum voluntary ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi sangat berguna untuk mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan pernafasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70% dari vital capacity dalam 0.5 detik.; 85% dalam satu detik; 94% dalam 2 detik; 97% dalam 3 detik. Normal peak flow rate 350-500 liter/menit.

Manfaat SpirometerPengukuran Laju Metabolisme

Dalam penetapan laju metabolisme, konsumsi Oksigen umumnya diukur dengan menggunakan spirometer yang diisi dengan O2 dan suatu sistem yang mengabsorpsi CO2. Bandul Spirometer dihubungkan dengan alat pencatat yang bergerak diatas suatu silinder yang berputar, sementara bandul bergerak naik turun.Dengan menarik garis sepanjang grafik yang dibuat,akan diperoleh suatu kemiringan tertentu yang sebanding dengan besarnya konsumsi O2.Jumlah O2 yang dipakai (dalam ml) persatuan waktu dikoreksi pada suhu dan tekanan standar,kemudian dikonversikan menjadi energi yaitu dengan dikalikan 4,82 kcal/L O yang dipakai.

Pelaksanaan Praktikum Pernafasan pada OrangI. TUJUAN

:

1. Kapasitas vital fungsional

2. Kapasitas vital

3. Kapasitas residu fungsional

4. Kurva Flow Volume

II. Tata Kerja

:

Mula-mula dicatat data mengenai o.p yaitu jenis kelamin , umur, tinggi badan yang kemudian dimasukan kedalam alat. Setelah alat-alat siap dihubungkan dengan listrik.

1. Pemeriksaan Kapasitas Vital Fungsional.

Tekan FVC, setelah itu tekan star/stop, lalu dilihat pesan yang tertulis di LCD dan dikerjakan:

Ekspirasi pelan-pelan.

Inspirasi maksimal.

Ekspirasi paksa.

Bernapas biasa.

2. Pemeriksaan Kapasitas Vital

Tekan VC/MVV, kemudian tekan star/stop lalu baca pesan yang tertulis di LCD. Kemudian dilihat hasilnya di LCD.

3. Pemeriksaan Kapasitas Residu Fungsional.

Seperti diatas, tetapi dilakukan pernapasan tenang selama 3 kali, kemudian ekspirasi komplit, bila tidak stabil tidak terdapat pesan di LCD, tetapi bila stabil terdapat pesan dan dilakukan pernapasan dangkal, ekspirasi komplit kemudian inspirasi penuh, dan lihat hasilnya di LCD.4. Pemeriksaan Kapasitas Pernapasan Maksimal.

Tekan VC/MVV lalu tekan star/stop, perhatikan pesan pada LCD, bernapas biasa dan cepat selama 12 detik.

5. Pemeriksaan Kurve Flow VolumeTekan FVC, lalu star dan stop ditekan, dan lihat pesan di LCD yaitu napas semaksimal mungkin diluar alat kemudian ekspirasi secepat-cepatnya dan sedalam-dalamnya kedalam mouth piece yang dihubungkan dengan transducer. Dan setelah itu dilihat hasilnya dan bila perlu direkam.

Hasil PraktikumPernafasan pada OrangI. Hasil Percobaan

:

1. O.P=M. Ardyansyah Pratama Age = 19

Sex = Male

H (cm) = 183 cm

W (kg) = 70 kgVariabel yang di ujiHasil

Kapasitas Vital Fungsional 2720

Kapasitas vital 260

Kapasitas Residu Fungsional 2980

Kapasitas Pernapasan Maksimal

Kurve Flow Volume

PenutupPernafasan pada OrangI. KesimpulanDari hasil percobaan autospirometer, hasil yang didapatkan adalah normal.

Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan apapun paru-paru tetap mengandung udara, udara ini disebutresidual volume(kira-kira 1.000 ml) untuk orang dewasa.Pengukuran dengan menggunakan spirometer dapat menunjukkan kapasitas volume seseorang. 8