file · web viewagustus 1945 m, ramadhan 1364 h. ummat islam indonesia sedang menjalani...
TRANSCRIPT
PUASA DAN KEMERDEKAAN
MUHAMMAD SOLEH
Pengantar
17Agusuts 2014, Hari Ulang Tahun RI ke- 69
Dirgahayu Indonesia. Sekali Merdeka, tetap Merdeka
Hari ini, aku tergugah, menyelami makna kemerdekaan.
Karena aku merasakan makna kemerdekaan bagi bangsa ini,
mulai menguap di angkasa, mengapung di samudra, dan melata di bumi.
Hari ini aku tergugah, oleh heroisme pejuang kemerdekaan.
Jiwanya ikhlas penuh nilai-nilai luhur nan agung. Raganya memberontak, darah dan air mata
bercucuran, semangatnya mengelegak, suaranya memekikkan kebesaran Ilahi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar. Merdeka, Merdeka atau Mati
Hari ini aku mendengar suara imaginer, para pejuang itu kembali memekikkan suara,
memanggil-manggil anaknya yang kebablasan memaknai kemerdekaan.
Aku mendengar ibu Pertiwi menangis sendu, mengapa warisan kekayaannya dipoya-poya.
Tirta dan buana menyambut tangisan ibu Pertiwi dengan melampiaskan kemarahannya
kepada anak-anak bangsa yang menghianati pahlawannya.
Aku pun turut menangis jadinya.
Aku mengembara, mencari makna kemerdekaan sejatinya.
Aku mulai dari naluri yang perwujudannya lemah pasrah.
Aku jumpai semangat yang wujudnya pergerakan,
Aku jumpai gejolak yang wujudnya perjuangan.
Kemudian aku jumpai ambisi, yang wujudnya nafsu.
Akhirnya sampailah aku ke suatu daerah bernuansa cahaya.
Cahaya itu mencerahkan,
Kemerdekaan adalah anugerah Ilahi yang sejatinya adalah penghambaan total
Hanya kepada-Nya
A. NAPAK TILAS JEJAK-JEJAK PUASA
Dalam tulisanku terdahulu, aku mengambil hikmah dari puasa dalam hal penguatan
3 dimensi personal manusia. Aku mencoba mengaitkan hikmah itu dengan kondisi jiwa
merdeka, yang hari ini kita peringati keberadaannya bagi bangsa kita.
Pengaruh puasa dalam membentuk kekuatan jiwa yang aku identifikasi antara lain:
1. Pada Dimensi Intra Personal (Aku), antara lain:
a. Aku semakin yakin bahwa dengan kekuatan niat yang tulus, seberapapun
kesulitan itu dapat kita lalui.
b. Aku semakin teguh memegang prinsip kebenaran, kejujuran, apapun yang
menggodaku.
2. Pada Dimensi Inter Personal (Kita), antara lain:
a. Kita merasakan saling membutuhkan satu sama lain.
b. Kebersamaan kita dalam beribadah atau bekerja ternyata sangat
menguntungkan dan menyenangkan.
c. Kita memiliki kekuatan untuk mengatasi masalah.
d. Kita bersinergi memproduksi sesuatu
3. Pada Dimensi Religius (penghambaan kepada Pencipta Kita), antara lain:
a. Hamba merasa dikasihi Allah swt,
b. Hamba merasa dipelihara, diberi rezeki dan kesehatan oleh Allah swt.
Jejak-jejak puasa itu masih hangat membekas, di HUT RI ini.
Dimulai dari dimensi religius, tumbuh kesadaran bahwa kita makhluk Allah swt. Kita
dipelihara, diberi rezeki, kesehatan dan kemampuan mengurus hidup kita. Kita dianugerahi
kehendak bebas terbatas. Kita diberikan kesamaan tradisi dan budaya sebagai satu bangsa,
satu tanah air dan satu bahasa. Tetapi mengapa hidup kita diatur dan dikuasai oleh orang lain
yang tidak sebangsa dengan kita. Ini pasti kezhaliman. Hak merdeka kita, karunia Allah swt
yang dilimpahkan kepada kita, telah direnggut. Kita harus bangkit. Kita harus saling bahu
membahu satu sama lain. Kebersamaan kita akan melahirkan kekuatan untuk
mengatasi masalah ini. Kita yakin bahwa dengan kekuatan niat yang tulus,
seberapapun kesulitan itu dapat kita atasi. Kita harus teguh memegang prinsip
kebenaran, kejujuran, dan kita harus bangkit merebut hak kemerdekaan kita.
B. NAPAK TILAS JEJAK JEJAK PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Agustus 1945 M, Ramadhan 1364 H. Ummat Islam Indonesia sedang menjalani ibadah
puasa, yang baru saja hadir membawakan rahmah, barakah dan maghfirah. Suasana hati
anak bangsa sedang tenteram berdekatan dengan Allah swt.
Dalam suasana itu, segelintir anak bangsa, terpanggil memikirkan nasib sebangsanya
yang 350 tahun terjajah, tidak menjadi tuan di tanahnya sendiri, padahal jelas sekali, tanah ini
adalah anugerah Allah swt, kepada anak manusia yang nenek moyangnya terlahir di sini.
Segelintir anak bangsa ini, melihat, memahami, dan meyakini adanya pertolongan Allah swt,
bahwa saat-saat ini adalah kesempatan emas untuk merebut kembali anugerah Allah swt itu.
1. Kronologis
Berikut adalah kutipan kronologis proklamasi kemerdekaan RI:
6 Agustus 1945
Pesawat terbang B-29 milik Amerika Serikat yang terbang di atas kota Hiroshima pada
6 Agustus 1945 sekitar pukul 08.15 pagi melepaskan sebuah bom atom yang populer dengan
sebutan “little boy”. Sepersejuta detik kemudian, pijaran api menjilat udara. Sebuah bola api
raksasa berdiameter sekitar 280 m membumbung ke langit. Setelah sedetik ledakan, suhu
udara di permukaan tanah di bawahnya mencapai 5.000° C. Sampai radius 600 m, suhu masih
berkisar 2.000° C. Seluruh kota Hiroshima hancur lebur. Sekitar 85 persen bangunan,
tumbuhan, dan lanskap kota hancur lebur, rata dengan tanah akibat sapuan gelombang panas.
7 Agustus 1945
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam
bahasa Jepang Dokuritzu Zyunbi Tjoosakai yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat dibubarkan diganti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
atau dalam bahasa Jepang Dokuritzu Zyunbi Iinkai. Anggota BPUPKI berjumlah 62 orang
dan dilantik pada 28 Mei 1945. BPUPKI menggelar dua kali sidang. Sidang pertama
dilaksanakan pada 29 Mei–1 Juni 1945 untuk membahas rumusan Undang-Undang Dasar dan
dasar negara. Sidang kedua berlangsung pada 10-17 Juli 1945 yang fokus membahas
rumusan Undang-Undang Dasar negara Indonesia.
9 Agustus 1945
Pesawat B-29 Superfortress milik Amerika Serikat yang bertolak dari Pulau Tinian
menjatuhkan bom atom berjuluk Fat Man di kota Nagasaki. Dalam sekejap bom itu
meluluhlantakkan Nagasaki dan membunuh sekitar 80 ribu orang penduduknya. Bom atom
kedua ini menyebabkan Jepang sangat terpukul dan kehilangan kekutan untuk terus
berperang melawan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI serta Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan
ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk
bertemu Marsekal Terauchi. Mereka mendapatkan penegasan bahwa pasukan Jepang sedang
di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
10 Agustus 1945
Di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio siaran luar negeri yang saat
itu terlarang bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang
diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang
dijatuhkannya pengeboman Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari
Sekutu untuk menyerah. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama
para pendukung Syahrir.
12 Agustus 1945
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta
dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung
cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 24 Agustus.
14 Agustus 1945
Tatkala Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke tanah air, Syahrir mendesak agar
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di
Dalat sebagai tipu muslihat Jepang. Pasalnya. Syahrir berargumen, Jepang setiap saat pasti
menyerah kepada Sekutu. Syahrir juga menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi
dan bahkan siap melucuti senjata pasukan militer Jepang di Indonesia. Syahrir juga telah
menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-
bagikan. Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang telah menyerah. Menurut Soekarno,
jika proklamasi kemerdekaan RI dipaksakan saat itu, maka dapat menimbulkan pertumpahan
darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Soekarno juga mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan karena itu adalah hak PPKI. Di lain pihak Syahrir menganggap PPKI adalah
badan buatan Jepang. Karena itu jika proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh PPKI maka
kemerdekaan Indonesia hanya merupakan hadiah dari Jepang.
15 Agustus 1945
Jepang secara resmi menyatakan menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut
Jepang yang berkuasa di Indonesia telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan Indonesia
ke tangan Belanda. Setelah mendengar kabar tersebut, para pemuda Indonesia mendesak
golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua
tidak ingin terburu-buru. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Soekarno dan
Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di
kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan
Hatta bersama Soebardjo lantas menemui Laksamana Maeda, di kantornya di Jalan Imam
Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan
negosiasi mereka di Dalat sambil menegaskan bahwa ia masih menunggu instruksi dari
Tokyo. Sesudah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan PPKI
pada tanggal 16 Agustus keesokan harinya di Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD. Malam harinya, perwakilan pemuda yaitu
Darwis dan Wikana menemui Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta dan
kembali mendesak agar mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus
1945. Namun keduanya tetap menolak ide tersebut dan bersikukuh bahwa kemerdekaan harus
dibicarakan oleh PPKI. Suasana bahkan sempat tegang saat Soekarno memersilakan para
pemuda untuk membunuhnya jika ia dipaksa untuk melakukan ide tersebut.
16 Agustus 1945
Pada dini hari 16 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat di Asrama Baperpi, Jalan
Cikini 71 Jakarta dengan keputusan untuk membawa Soekarno dan Hatta keluar dari kota
Jakarta agar tidak terkena pengaruh Jepang. Saat itu pula, selepas Soekarno dan Hatta
menikmati santap sahur, mereka “diculik” oleh Soekarni, Yusuf Kunto, dan Syodanco
Singgih ke Rangasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10
pagi batal dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu
telah terjadi “penculikan” terhadap keduanya.
Pada sore harinya, Ahmad Soebarjo memberi jaminan bahwa selambat-lambatnya 17
Agustus 1945 Soekarno-Hatta akan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Syodanco
Subeno lantas (komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok) memperbolehkan
Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
17 Agustus 1945, 9 Ramadhan 1364 H
17 Agustus dini hari, Soekarno dan Hatta melakukan perundingan antara golongan muda dan
golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi
ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para
penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad
Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir
B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik.
Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah
dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung
pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih yang telah dijahit oleh Ibu
Fatmawati dikibarkan, disusul dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Dikutip dari: http://negerikuindonesiaa.blogspot.com/2013/03/sejarah-kronologi-
proklamasi.html
2. Analisis Subyektif Suasana Hati Perintis Kemerdekaan
Analisis ini sifatnya sangat subyektif, karena hanya ungkapan perasaan penulis saja. Jika
ini benar, tentu datangnya dari Allah swt, jika tidak benar, tentu datang dari penulis.
a. Naluri ‘merdeka’ pasti terasa dalam diri setiap manusia. Demikian juga naluri bangsa
Indonesia, selama 3 ½ abad bertanya-tanya, mengapa yang mengatur segala urusan
kehidupan kita adalah orang-orang bule. Tetapi percikan naluri itu, bagi sebagian besar
rakyat kecil sangatlah lemah, tak tahu harus berbuat apa. Sebagian lagi, malahan rela saja
bekerja untuk si bule itu, dengan sikap bangga yang ditunjukkannya kepada kawan
sebangsanya. Dia merunduk kepada bule, tetapi meragak kepada pribumi. Pada level ini,
sebenarnya naluri ‘merdeka’nya sudah sekarat, Ia menjadi hamba sang Tuan Bule.
b. Sebagian kecil dari anak bangsa ini, beruntung dapat mengenyam pendidikan, walaupun
dengan sangat dibatasi, tidak diperlakukan sama dengan anak-anak bule. Efek
sampingannya adalah tumbuh kesadaran akan hak merdeka, seperti yang dinikmati
kawan-kawannya yang berkuasa itu. Tumbuh pula, kecintaan kepada bangsanya yang
bernasib diperhambakan. Sementara itu berkembang pula pengetahuan tentang
perjuangan menuntut kemerdekaan, melalui cara-cara intelektual yaitu berorganisasi.
Dengan organisasi ini mereka melakukan berbagai pergerakan, dan berkembang terus
menjadi perjuangan.
c. Sementara itu, Rahmat Allah menyertai bangsa ini, dengan dikondisikannya situasi
peperangan yang melemahkan penjajah Jepang. Allah swt membersitkan ilham ke hati
para pejuang bahwa ini momentum yang sangat tepat untuk merebut hak kemerdekaan
yang direnggut penjajah. Kita menyaksikan pergolakan dua pandangan tentang cara-cara
memperoleh hak kemerdekaan itu. Di satu sisi, pejuang yang berjiwa prosedural
organisatoris (BPUPKI /PPKI) berhati-hati sekali, melakukan pendekatan dan mendesak
pemenuhan janji Jepang melalui rapat-rapat. Di lain pihak, pejuang yang berjiwa
revolusioner, yang kehilangan kepercayaan kepada penjajah, yang melihat akan
lambatnya proses pengalihan kekuasaan, dan melihat akan kemungkinan direbut kembali
oleh sekutu pemenang perang, yang meyakini kekuatan spiritual bangsa dan akan adanya
pertolongan Allah swt, bergerak sangat cepat untuk mendesak dua Tokoh Sentral
(Soekarno-Hatta) untuk memproklamasikan kemerdekaan sekarang juga. Persetan
dengan janji, dan organisasi PPKI yang buatan penjajah itu. Allah berkehendak sesuai
dengan kehendak pejuang yang revolusioner ini.
d. Sampai segmen ini, kita telah mengidentifikasi makna merdeka. Merdeka adalah fitrah
manusia yang dianugerahkan kepada manusia, dan tidak diberikan kepada makhluknya
yan lain. . QS Al-Ahzab 33:72 menyatakan ini
وحملها منها وأشفقن يحملنها أن فأبين والجبال واألرض السماوات على األمانة عرضنا إناجهوال ظلوما كان إنه اإلنسان
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh,
Naluri merdeka ini dirasakan oleh sebagian besar bangsa kita pada masa itu, tetapi
berwujud sangat lemah, hanya dalam bentuk bertanya-tanya. Bahkan ada yang tergadai
dengan menjadikan dirinya menghamba kepada penjajah.
Allah mengasihi bangsa ini, dengan menguatkan jiwa merdeka kepada para perintis
kemerdekaan kita. Kita meyakini, jiwa merdeka mereka luhur, niat mereka sama yaitu ingin
mengangkat derajat bangsa, bukan golongan atau perseorangan. Yang kita saksikan hanyalah
perbedaan cara memperoleh kemerdekaan itu. Di satu pihak, ada yang ingin prosedural
dengan pertimbangan menghindari konflik yang merenggut korban, di lain pihak ada yang
ingin segera, agar tidak terkecoh dengan janji-janji yang kosong, dan kesempatan emas ini
akan sirna. Kita bersyukur Allah swt, memberi hidayah, kejadian yang terjadi saat itu benar-
benar takdir Allah, yang dikemudian hari terbukti bangsa ini menjadi lebih bermartabat.
C. NAPAK TILAS JEJAK-JEJAK PERTARUHAN: MERDEKA ATAU MATI.
1. Gerilya Panglima Sudirman dan Orator Heroik Bung Tomo
a. Berikut ini kutipan suasana gerilya Panglima Sudirman
Kisah ini dituturkan oleh Mayor (Purn) Pendeta Abu Arifin, kepada Medeka.com. dalam http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-jenderal-soedirman-memimpin-perang-gerilya-di-atas-tandu.html
”Saat itu, anggota kompi beristirahat di rumah dan beberapa Jalan Bintaran Timur Nomor 8 yang menjadi tempat tinggal Jenderal Soedirman di Yogyakarta. Sementara itu, Pak Dirman sedang berbaring lemah di tempat tidur ditemani Bu Dirman, serta orang-orang terdekatnya," Kondisi Jenderal Soedirman yang lemah, membuatnya harus mendapat perawatan intensif oleh dokter pribadinya Mayor Suwondo. Namun, kedamaian pagi itu di Yogyakarta dikagetkan dengan melintasnya satu pesawat bomber dan pemburu 'cocor merah' milik pasukan Belanda yang menembaki beberapa bangunan secara membabi buta.
"Saat itu ada kabar kalau pasukan TNI sedang melakukan latihan perang-perangan di lapangan udara Maguwo sekitar pukul 06.00, tetapi ternyata malah Belanda menerjunkan pasukannya di Maguwo. Setelah itu pesawat perang Belanda melintas
dan menembak membabi buta hingga menyebabkan pabrik peniti, yang dikira markas tentara, di Lempuyangan hancur,"Keadaan genting itu, membuat Jenderal Soedirman mengambil langkah untuk menentukan keputusan strategis. Jenderal Soedirman mengutus ajudan I Suparjo Rustam untuk melaporkannya ke Istana presiden yang berada kurang lebih 1 kilometer dari rumah Jenderal Soedirman. Tidak mendapat kabar dari Supardjo Rustam, akhirnya Jenderal Soedirman memutuskan untuk menemui Presiden Soekarno di Istana. Akhirnya, iring-iringan pengawalan pun memasuki Istana kepresidenan. Namun sayang, Jenderal Soedirman tidak diperkenankan menemui Presiden Soekarno yang saat itu sedang menggelar rapat dengan pejabat menteri di dalam ruang rapat Istana.
"Saat itu, Pak Dirman sempat meminta dipapah keluar bangunan Istana dan berada di taman, menyaksikan pesawat bomber menembak membabi buta. Pak Dirman sempat marah melihat kondisi itu, hingga akhirnya, ia memanggil Noli (panggilan Cokropranolo) kembali menuju Bintaran Timur," Selain itu, Noli diminta untuk mengantar istri dan anak-anak Soedirman ke dalam benteng keraton.
Sesampainya di rumah, Jenderal Soedirman membuat keputusan penting, yakni menyingkir keluar dari kota Yogyakarta bersama pasukan pengawalnya untuk perang gerilya. Keputusan spontan ini membuat kaget beberapa pasukannya. Namun, keputusan tersebut diterima anggota pasukan yang menjadi pengawal setia Jenderal Soedirman. "Karena saat itu terdengar kabar, Pasukan Belanda dibagi dua. Kedua pasukan tersebut bertugas menangkap Soekarno dan memerintahkan menangkap Soedirman, baik hidup atau mati,"
Pasukan saat itu menyusuri wilayah selatan Yogyakarta mulai dari Bantul hingga Parangtritis. Petinggi-petinggi pasukan yang dekat dengan Pak Dirman berkumpul dan membuat rute perjalanan menuju Gunung Wilis di Kediri. Namun, saat itu dua kendaraan yang digunakan tidak bisa melanjutkan perjalanan karena ada sungai besar yang membelah. "Saat itu, tidak ada jembatan di sungai itu. Saya lupa namanya sungainya apa, tetapi yang jelas semua kendaraan tidak bisa melintasinya.
Sejak itu, perjalanan terus dilanjutkan dengan konsekuensi Pak Dirman ditandu," Meski dalam keadaan sakit, Soedirman tetap berjuang demi negaranya hingga titik darah penghabisan, pilihan Soedirman tersebut lebih dikarenakan memegang sumpah jabatan yang diucapkan jenderal besar tersebut saat diangkat menjadi panglima besar kali pertama yang ditulis dalam sumpahnya dan diucapkan dalam lisan. "Dalam salah satu sumpahnya, Jenderal Soedirman menuliskan sanggup bersedia mempertahankan negara Republik Indonesia sampai titik darah yang penghabisan. Sumpah itu kemudian dipegangnya selama menjadi pemimpin pasukan,"
b. Berikut ini kutipan pidato Bung Tomo 10 November 1945
Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui. Bahwa hari ini tentara
Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang. Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara….Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi,Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera,Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.Dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini.Maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran.Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
Saudara-saudara kita semuanya.Kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu, dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya. Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia. Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini.Dengarkanlah ini tentara Inggris.Ini jawaban kita.Ini jawaban rakyat Surabaya.Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.
Hai tentara Inggris!Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.Kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamuTuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita:Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merahYang dapat membikin secarik kain putih merah dan putihMaka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!Tetapi saya peringatkan sekali lagi.Jangan mulai menembak,Baru kalau kita ditembak,Maka kita akan ganti menyerang mereka itu, kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara….Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara….Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.Percayalah saudara-saudara.Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!MERDEKA!!!(Transkrip pidato Bung Tomo dalam Gerakan 10 Nov 1945 Bagian 1)
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/11/10/pidato-bung-tomo-10-nov-45-mp3-dan-refleksi-hari-pahlawan/
2. Analisis Subyektif Suasana Hati Pak Dirman dan Bung Tomo.
a. Raga ini boleh sakit, tetapi raga tidak boleh menghalangi jiwa yang sedang
bergejolak marah kepada penjajah, yang akan merebut kembali anugerah
kemerdekaan yang sudah diproklamirkan. Sakitnya tidak dirasakan, malahan
semangatnya makin membara, membakar semangat prajurit yang kadar semangatnya
tidak sekuat semangat sang panglima. Siapa yang meragukan jiwa merdeka di hati
Pak Dirman ini. Kita meyakini, inilah puncak jiwa merdeka sejatinya, jiwa yang tak
takut atau takluk kepada siapapun, atau apapun. Takutnya hanya kepada Allah swt.
Niatnya sangat mulia, yaitu mengembalikan jiwa merdeka bagi bangsanya yang
merupakan karunia terbesar dari sisi Allah swt. Dia juga menyadari, bangsanya
memerlukan dirinya sebagai pemimpin terdepan. Dan otaknya sangat cemerlang,
memilih strategi gerilya, yang ketika itu belum populer dalam peperangan. Kita
bersyukur kepada Allah swt yang menurunkan seorang pemimpin yang berjiwa
merdeka pantang menyerah. Kita berterima kasih kepada Bapak kita, Panglima Besar
Jenderal Sudirman. Semoga arwah bapak tergolong suhada, pembela tanah air.
b. Ketika suasana sangat mencekam, semua terdiam beku, mendengar ultimatum
penjajah yang akan membumihanguskan Surabaya, sekali lagi Allah membersitkan
semangat jiwa merdeka di hati Bung Tomo. Bung Tomo terpanggil, dengan cekatan
mengambil microphone radio, memekikan pekikan Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar. Pekikan itu membakar semangat pemuda yang hampir surut, lalu
bangkit kembali menantang ultimatum itu, dengan mengayun-ayunkan bambu runcing
dan senjata. Subhanallah.
Siapa yang meragukan jiwa merdeka di hati Bung Tomo ini. Kita meyakini,
inilah puncak jiwa merdeka sejatinya, jiwa yang tak takut atau takluk kepada
siapapun, atau apapun. Takutnya hanya kepada Allah swt. Niatnya sangat mulia, yaitu
mengembalikan jiwa merdeka bagi bangsanya yang merupakan karunia terbesar dari
sisi Allah swt. Dia juga menyadari, bangsanya memerlukan dirinya sebagai pemimpin
terdepan. Dan otaknya sangat cemerlang, memilih strategi spiritual, jihad membela
tanah air. Kita bersyukur kepada Allah swt yang menurunkan seorang pemimpin
yang berjiwa merdeka pantang menyerah. Kita berterima kasih kepada Bung Tomo.
Semoga arwah Bung tergolong suhada, pembela tanah air.
c. Sampai segmen ini, kita telah sampai pada puncaknya makna merdeka dalam
wujudnya mempertaruhkan jiwa raga demi tegaknya fitrah merdeka, anugerah Allah
swt. Makna merdeka dimulai dari naluri yang hanya berwujud rasa ketidakadilan,
kemudian berwujud semangat berupa dorongan untuk merebut kembali, kemudian
berwujud ucapan eksistensi berupa proklamasi, dan akhirnya berwujud perjuangan,
mempertaruhkan jiwa raga mempertahankan hak fitriah itu.
D. NAPAK TILAS JEJAK- JEJAK PEMANFAATAN KEMERDEKAAN
Taqdir Allah yang menentukan cara merebut kemerdekaan melalui revolusi, ternyata
membawa hikmah dalam 2 dimensi. Ke dalam, cara ini, membangkitkan patriotisme
segenap anak bangsa untuk mempertaruhkan jiwa raganya sampai titik darah yang
penghabisan, demi tegaknya kemerdekaan bangsa. Ini terbukti, maksud penjajah untuk
merebut kembali kekuasaan atas tanah air kita, tidak dapat terwujud, walaupun tipu daya
dan gempuran telah dilakukan. Jakarta diduduki, Yogyakarta diduduki, Surabaya di
gempur, namum Indonesia tetap eksis. Presiden dan Wakil Presiden telah ditangkap,
tetapi muncul Kepala Pemerintahan bayangan yang mengambil tempat di Sumatra, untuk
menandakan bahwa Indonesia masih eksis. Ke luar, tekad bangsa dan patriotisme
pejuangnya, mengundang simpati Internasional, dan menggalang solidaritas
Internasional untuk mendudukkan penjajah dan Indonesia, duduk bersama dalam meja
perundingan. Harkat dan martabat bangsa telah muncul, dan diplomasi pejuang kita
berhasil meyakinkan Internasional bahwa Indonesia telah merdeka, tidak mungkin
terjajah kembali. Perjanjian Roem Royen, perjanjian Linggar Jati dan Konferensi Meja
Bundar, berhasil membuka mata dunia, bahwa Indonesia telah merdeka.
Sampai segemen ini, makna merdeka masih dalam puncaknya, luhur dan agung.
Seluruh anak bangsa merasakan merdeka yang sebenarnya. Ini terbukti dengan ada rasa
kebersamaan antara pejuang dan rakyat.
Fase berikutnya, setelah ada pengakuan Internasional atas kemerdekaan bangsa kita,
dimulailah penataan kenegaraan. Permusyawaratan terjadi antar sesama bangsa. Rakyat
di satu pihak, sangat menaruh harapan akan perbaikan nasibnya, sejahtera bersama-sama.
Rakyat tidak memiliki kepentingan lain, selain aman, tentram, dan sejahtera. Para
pemimpin kita yang masih dekat dengan rakyat, mulai menata organisasi kenegaraan
dengan modal yang minim. Rakyat mulai merasakan nikmatnya pendidikan, nikmatnya
berusaha mengolah lahan sendiri, berdagang dan bekerja di pabrik milik nasional.
Kekayaan seni budaya nasional juga berkembang. Hubungan sosial harmonis dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan Gotong Royong sangat nyaman tenteram.
Ketika nama Indonesia sudah mulai dikenal, Indonesia pun berperan aktif di laga
Internasional. Pemimpin kita memiliki kharisma yang mempesona dunia, persahabatan
sesama bangsa semakin erat, sejalan dengan permusuhan dengan bangsa lain, juga
semakin meningkat. Indonesia berdiri di garis terdepan dalam melawan paham
kolonialisme, imperialisme dan liberalisme. Mulailah kemerdekaan kita terkontaminasi
dengan kepentingan mercu suar, mengejar kehebatan internasional, sementara rakyat kita
masih belum pulih benar dari kemiskinan.
Tibalah saatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia telah memadai untuk mempercepat
pembangunan. Para pemimpin mulai berbeda pendapat dan kepentingan. Mulailah
makna merdeka terkontaminasi lagi dengan kepentingan sempit. Ada kepentingan yang
dilandasi dengan keyakinan/isme, ada kepentingan yang dilandasi kekuasaan/politik, ada
kepentingan yang dilandasi ekonomi/kekayaan. Kepentingan-kepentingan ini melahirkan
golongan-golongan, dan golongan-golongan ini berpotensi untuk berbenturan. Munculah
benturan fanatisme, antara lain fanatisme agama, fanatisme ideologi, fanatisme
suku/kedaerahan. Muncullah benturan perebutan jabatan/kekuasaan di segala lini,
melalui cara-cara kolusi dan nepotisme. Muncullah benturan perebutan lahan
kekayaan/ekonomi, melalui monopoli, dan eksploitasi sumber daya alam yang
sebenarnya hak anak cucu kita di masa depan.
Kesenjangan sosial ekonomi semakin besar. Terjadilah perlombaan unjuk kemewahan
dan hedonisme. Liberalisme dan Kapitalisme diterima dalam bungkusan sebagai
katalisator percepatan pembangunan. Dekadensi moral melaju dengan cepatnya,
pengaruh teknologi tak terbendung, sampai-sampai menyentuh kepentingan libido, yang
tadinya sekedar membanggakan poligami, kini menjadi membanggakan poligasim (gadis
simpanan). Astaghfirullah al adzim.
Gejala ini adalah belahan dari cermin kemerdekaan yang terkontaminasi negatif.
Belahan dari cermin kemerdekaan yang masih jernih positif, juga memantulkan cahaya
cemerlang mengharumkan nama bangsa. Banyak Ilmuwan/peneliti kita yang karyanya
dikagumi Internasional. Banyak Seniman dan Budayawan kita yang kreatifitasnya
dikagumi Internasional. Banyak pekerja sosial kita yang dikagumi Internasional, Banyak
agamawan/rohaniwan kita yang dikagumi Internasional. Banyak pelajar-pelajar kita yang
berprestasi cemerlang di kancah Internasional. Alhamdulillah.
Ironisnya, mereka yang berprestasi ini, malu-malu untuk berkiprah di tanah airnya.
Karena standar kebenaran yang diyakininya, tidak dapat diterapkan secara hitam putih. Ia
harus dibuat abu-abu, agar diterima di kehidupan sosial. Ini karena nilai materialisme
lebih dominan dari nilai spiritualisme. Makna kemerdekaan sekali lagi terkontaminasi
dengan situasi materialisme. Yang lebih menyedihkan, ada juga ilmuwan, seniman
budyawan, rohaniwan yang terpeleset lebih jauh, melemparkan nilai moralisme dan
memanfaatkan nilai materialisme dengan memenuhi permintaan pemesan terhadap hasil
penelitiannya, skenario seninya dan fatwa rohaninya. Tadi malu-malu, sekarang malu-
maluin. Sampai disini, kemerdekaan benar-benar telah tergadai.
Demikianlah pengembaraanku menelusuri jejak-jejak kemerdekaan bangsaku.
E. HAKIKAT KEMERDEKAAN DAN KAITANNYA DENGAN PUASA
Dalam renunganku di HUT RI ke-16 ini, aku merangkai benang merah tentang makna
kemerdekaan hasil pengembaraan tadi.
1. Rangkaian benang merah itu tersusun dalam butir-butir TASBIH kecil berikut:
a. Fitrah
Aku meyakini, rasa merdeka adalah anugerah Allah swt, yang secara fitrah telah
tertanam dalam jiwa manusia, yang tidak diberikan kepada makhluknya yang lain.
b. Spiritual
Aku meyakini, rasa merdeka bersifat spiritual, dalam arti nilai luhur yang dapat
mendorong semangat/kehendak untuk eksis, atau berwujud nyata.
c. Dapat Berwujud Perbuatan
Aku meyakini, bila ia berwujud, maka akan menggerakkan perbuatan yang maha
dahsyat, untuk menentang penindasan atas hak merdeka dari pemiliknya.
d. Dapat terkontaminasi
Aku gundah, mengapa spirit merdeka yang luhur itu dapat terkontaminasi dengan
hal-hal negatif. Akhirnya aku mengerti, spirit merdekanya tetap luhur fitrah,
hanya saja ia kalah pengaruh dengan nafsu, yang juga dikompori oleh setan.
e. Dapat tergadaikan.
Bahkan aku mengerti, jika pengaruh nafsu dan setan sangat kuat, spirit merdeka
itu dapat menjadi sekarat, dan tergadai tak bisa berbuat apa-apa. Ini sudah
tergolong menghianati karunia Allah. Ia menghamba kepada selain Allah. Ini
perbuatan syirik yang sangat dimurkai Allah swt.
f. Dapat dijernihkan kembali
Aku meyakini sifat rahman dan rahim Allah swt. Betapapun Allah telah murka
atas kufur nikmat merdeka seseorang, bila masih di dunia ia sadar dan bertobat,
tidak menghamba kepada selain Allah, Allah mengampuni kesalahannya itu.
2. Simpul terakhir, fitrah merdeka dikaitkan dengan tasbih besar PUASA
Karena kita baru saja selesai menjalankan ibadah puasa, kita telah memahami
bahwa unsur puasa hanya ada dua, yaitu imsyak dan ifthar. Imsyak artinya
menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa atau menggugurkan pahala
puasa pada saat yang telah ditetapkan. Ifthar artinya berbuka dari imsyak, karena
rentang waktu imsyak telah selesai. Selama sebulan kita telah menjalani proses
imsyak dan ifthar ini dengan rasa ikhlas, dan gembira.
Seharusnya dampak puasa ini, berbekas dengan selalu mengingat imsyak dan
ifthar tadi. Hanya saja hal yang diimsyaki dan ifthari bukan lagi makan, minum
dan hubungan suami isteri di siang hari, atau dusta dan ghibah (gunjing). Tetapi
ada hal-hal yang diharamkan Allah swt, dan ada hal-hal yang dihalalkan Allah
swt. Ada hal-hal yang diwajibkan Allah, ada hal-hal yang disunnahkan, ada hal-
hal yang dimubahkan, ada hal-hal yang dimakruhkan, dan ada hal-hal yang
diharamkan. Kita harus imsyak terhadap hal-hal yang dimakruhkan dan
diharamkan. Kita harus ifthar terhadap hal-hal yang diwajibkan dan disunnahkan.
Kita harus imsyak terhadap hal-hal yang diharamkan. Kita harus ifthar terhadap
hal-hal yang dihalalkan.
Terkait dengan spirit merdeka, yang merupakan karunia Allah, manusia harus
memaknainya sesuai dengan kehendak Allah. Allah telah meridhakan manusia
untuk merdeka terhadap apa yang dihalalkan, dan tidak merdeka dalam hal yang
diharamkan. Allah mengaruniai rasa merdeka kepada manusia, jika ia
menjalankan kewajiban dan kesunahan yang diperintahkan. Allah akan
menggelisahkan (tidak merdeka) kepada manusia, jika ia menjalankan
kemakruhan dan keharaman. Allah akan membimbangkan manusia jika ia
menjalankan kesubhatan (mubah yang cenderung ke makruh), dan akan
menghampakan jika ia menjalankan mubah biasa. Jadi, kesimpulanku, bukan
merdeka namanya, jika ia diperbudak nafsu atau setan, yang berwujud
keyakinan/isme, kekuasaan/status, kesukuan/daerah, ekonomi/kekayaan,
libido/seks, apalagi sosok/dukun. Itu namanya penghambaan kepada selain Allah.
Implikasi logis dari pernyataan ini adalah, bahwa merdeka adalah
penghambaan total, hanya kepada Allah swt, pemberi karunia merdeka itu
sendiri. Masih ada lagi yang bertanya, ‘boleh enggak ya, tidak menghamba
kepada yang lain-lain, tetapi juga tidak menghamba kepada Allah swt’.
Astaghfirullah, Karepmu deh.
F. MERAJUT ASA
Dirgahayu Indonesia, Selamat HUT RI ke-69.
Jiwa seni matematika ku tergelitik juga melihat angka 69 itu. Aku tidak mau mengartikan secara bagian-bagian, dimana ekor menjadi kepala, dan kepala menjadi ekor. Ini terkesan win-lost. Yang satunya naik derajat, yang lainnya turun derajat.
Aku ingin mengartikan ini sebagai harmoni, dimana terjadi perputaran 180o, 6 menggantikan posisi 9, dan 9 merelakan diri menempati posisi 6. Sungguh harmonis, dan damai. Ini namanya win-win solution. Semoga peristiwa pilpres yang terjadi sekarang ini berjalan harmonis seperti ini.
Asa yang kedua, adalah semoga pemimpin kita, yang formal, umaro, dan yang
informal, ulama, juga saling menempati posisi 69, harmonis saling menghargai dan mengisi urusan duniawi dan ukhrowi serta mengayomi rakyat sebagai subyek amanah. Umaro harus berkeyakinan bahwa mengurus negeri, adalah bagian dari iman. Ulama harus berkeyakinan bahwa mengurusi iman adalah meliputi mengurusi negeri. Keduanya merasa, bahwa amanah yang diberikan Allah swt, akan dipertanyakan di akhirat nanti. Amin Ya Rabbal Alamin.===merdeka merdeka merdeka merdeka merdeka merdeka merdeka merdeka -====
Epilog
Dari yakinku teguhHati ikhlasku penuh
Akan karuniamuTanah air pusaka
Indonesia merdekaSyukur aku sembahkan
KehadiratMu Tuhan
Dari yakinku teguhCinta ikhlasku penuh
Akan jasa usahaPahlawanku yang baka
Indonesia merdekaSyukur aku hanjukkan
Ke bawah duli tuan
Dari yakinku teguhBakti ikhlasku penuhAkan azas rukunmu
Pandu bangsa yang nyataIndonesia merdeka
Syukur aku hanjukkanKehadapanmu tuan
H. Mutahar – Syukur