faktor – faktor penghambat daya saing usaha ...repository.uinjambi.ac.id/1555/1/skripsi pdf...
TRANSCRIPT
FAKTOR – FFAKTOR PPENGHAMMBAT DAYAA SAING
USAHA MMIKRO KECIL MENEENGAH (UMMKM)
4.0 KULINNER DALAAM MENGHHADAPI REEVOLUSI IINDUSTRI
DI KECAMMATAN TEELANAIPURRA KOTA JAMBI
S
SKRIPSI
FNIM:
FADHUL : EES 15064
48
Pemmbimbing:
Prof. DrEfni Ani
r.Subhan,Mita, SE,. M.
M.Ag E.Sy
PROGRFAKULT
UNSU
RAM STUDTAS EKONNIVERSITAULTHAN T
DI EKONO
NOMI DAN AS ISLAM
THAHA SAIJAMBI 2019
OMI SYARIBISNIS ISLNEGERI
IFUDDIN
AH LAM
MOTTO
رالبحرلتأكلوامنه ي وهوالذ لحماطرياوتستخرجوامنه سخ فضله ولتبتغوامن مواخرفيه لفلك ا تلبسونهاوترى حلية
تشكرون ولعلكم Artinya :Dan dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.1
(Q.S An Nahl : 14)
1 Q.S An Nahl (16) : 14
iv
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt, Skripsi ini penulis
persembahkan kepada :
1. Abahku A. Syukri Haulani serta mamakku Rojiah Hasan yang telah memberi
kepercayaan kepada saya dalam menuntut ilmu, serta pengorbananmu yang
tak bisa saya hitung satu persatu, serta mendidik saya dari kecil hingga
sekarang .
2. Abang-abangku serta ayukku, dan adikku yang terus tak henti henti untuk
memberi support hingga bisa menyelesaikan tulisan ini
3. Najla Yuniar yang telah mendukung dalam perkuliahan saya
4. Teman Temanku dari sebelum masuknya kuliah hingga lulus bersama terima
kasih atas semangatnya
5. Teman temanku yang tercinta yang ada di kelas A angkatan 2015 yang mana
suka duka kita lalui serta motivasi yang kalian berikan kepada saya
6. Sahabat Akrab saya yang dari masa MTS hingga sekarang masih tetap
berkumpul hingga canda ria bersama saya (MayawTeam), yaitu M. Husnul
Arief, Rijalludin Al-Asyrof, A. Syahnan.
7. Terima kasih kepada sahabatku ilham rosadi yang sudah membantuku hingga
turun untuk melakukan riset bersama.
Dan untuk kalian semua yang telah memberiku semangat
serta selalu mensupportku hingga pada akhirnya aku bisa
menyelesaikan skripsi sekali lagi diriku ingin
mengucapkan TERIMA KASIH SEBESAR BESARNYA.
v
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pada daya
saing UMKM kuliner dalam menghadapi revolusi industri 4.0 di Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi, Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
sedangkan jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Dalam
penetapan responden peneliti menggunakan snowball, karena keadaan yang kurang
memungkinkan untuk menggunakan metode lainnya. Sehingga peneliti menetapkan
beberapa pelaku usaha yang ada dikawasan Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang
menghambat daya saing para pelaku usaha dibidang kuliner diantaranya :
Pemasaran, Sumber daya manusia, keuangan yang mempengaruhi perkembangan
usaha, metode pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk memajukan
usahanya, kurang tanggapnya pemerintah dalam mencari solusi menghadapi era
digitalisasi atau revolusi industri 4.0 dan kurangnya pemahaman mengenai istilah
dari revolusi industri 4.0, dikarenakan masih sedikit pelaku UMKM kuliner yang
menerapkan digitalisasi dalam usahanya. Sebagian UMKM dari segi promosi dan
penjualannya menggunakan aplikasi pembantu sehingga pelaku UMKM merasa
terbantu akan hal itu.
Kata kunci : Penghambat, Daya Saing, UMKM , Revolusi Industri 4.0
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segalapujibagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis diberikan kekuatan dan
ketegaran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul“Faktor – faktor penghambat
pada daya saing Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Kuliner dalam
menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi”, shalawat
beriringkan salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW
beserta para sahabat, keluarga dan umatnya sepanjang zaman. Selama penyusunan
dan penulisan skripsi, penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan masukan
baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak. Selanjutnya dalam rangka
penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, maka penulis tidak lupa mengucapkan
terimaksih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof Dr. Subhan, M.Ag, selaku pembimbing I dan ibu Efni Anita
S.E,M.E.Sy selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing hingga skripsi ini selesai.
2. Bapak Prof. Dr. Subhan,M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN STS Jambi
3. Dr. Rafida, S.E, M.EI WakilDekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi
4. Dr. Novi Mubyarto, S.E, ME. WakilDekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN STS Jambi
5. Dr. HalimahDja’far, M.Fil.l, WakilDekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN STS Jambi
vii
6. Bapak Dr. Sucipto, M.Ag dan ibu G.W.I Awal Habibah, S.E, ME.Sy selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN STS Jambi
7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam semoga ilmu yang
engkau berikan bermanfaat bagi agama, bangsa dan Negara ini.
8. Seluruh Staff dan karyawan khususnya di bagian Tata Usaha (TU) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi
9. Kepada semua sahabat dan teman-teman senasib seperjuangan terimaksih
atas motivasi dan ilmunya, sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.
10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan guna
menyempurnakan tugas akhir skripsi ini. Semoga hasil yang terkandung
didalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
viii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...........................................i
NOTADINAS.............................................................................................................ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN.........................................................................iii
MOTTO .....................................................................................................................iv
PERSEMBAHAN.......................................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..............................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................8
E. Batasan Masalah.......................................................................................8
F. Landasan Teori.........................................................................................8
G. Tinjauan Pustaka...................................................................................19
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................23
ix
B. Setting dan Subjek Penelitian................................................................24
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................24
D. Teknik Analisis Data .............................................................................26
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ..............................................................28
BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kecamatan Telanaipura................................................................29
B. Gambaran Umum Kecamatan Telanaipura................................................30
BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Penghambat pada daya saing UMKM Kuliner di kecamatan
telanaipura kota jambi ...................................................................................37
B. Kesiapan Para pelaku UMKM Kuliner dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 kecamatan telanaipura kota jambi..............................................48
C. Analisis SWOT pada UMKM Kuliner......................................................63
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...............................................................................................69
B. Saran.........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 :Data Pertumbuhan UMKM 2012-2017.......................................2
Tabel 1.2 : Faktor Penghambat daya saing 2017-2018.................................4
Tabel 1.3 : Data Perkembangan UMKM Kota Jambi 2013-2018..................5
Tabel 1.4 : Tinjauan Pustaka.............................................................................17
Tabel 3.1 : Jumlah Kelurahan Serta Luas Wilayah.......................................31
Tabel 3.2 : Data Penduduk........................................................................32
Tabel 3.3 : Mata Pencarian Penduduk.......................................................33
Tabel 3.4 :Jumlah UMKM di Kecamatan Telanaipura Januari Hingga Mei
2019.......................................................................................34
Tabel 4.1 :Klasifikasi UMKM Kuliner Siap Menghadapi Revolusi
industri 4.0.................................................................................58
Tabel 4.2 : Klasifikasi UMKM Kuliner yang belum siap menghadapi Revolusi
Industri 4.0................................................................................58
Tabel 4.3 : Pemanfaatan Teknologi dalam UMKM Kuliner di Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi............................................................59
Tabel 4.4 : Klasifikasi Pendidikan Karyawan pada UMKM Kuliner..........63
Tabel 4.5 : Matriks SWOT .....................................................................................66
xi
xii
Daftar Gambar
Gambar 3.1 : Peta Kecamatan Telanaipura...............................................31
Gambar 3.2 : Struktur Kecamatan Telanaipura.........................................36
Gambar 4.1 : Presentase UMKM dalam menghadapi Revolusi Industri......63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan daya dan taraf
hidup masyarakat, karena dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi
maka kebutuhan masyarakat akan terpenuhi.1 Untuk itu dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat maka perlunya lapangan pekerjaan yang memadai sehingga
dapat membantu perekonomian masyarakat.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam
keadaan ekonomi sosial masyarakat serta menjadi ujung tombak dalam
perekonomian negara dan bisa mengurangi beberapa masalah yang sedang
dihadapi dalam sebuah negara. Masalah tersebut adalah kemiskinan, jumlah
pengangguran yang masih tinggi, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, krisis
utang luar negeri, ketimpangan distribusi pendapatan, masalah urbanisasi dan
defisit neraca pembayaran.2
UMKM juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam perekenomian
nasional. Pada tahun 2017 jumlah UMKM diperkirakan mencapai 62,9 juta unit
1 Skripsi Ade Muhamad alimul basar, IAIN Syekh Nurjati Cirebon : Peranan Usaha kecil menengah (UKM) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kecamatan cibeureum kabupaten kuninga.( 4 agustus 2015) 2Sepris Yonaldi : Kewirausahaan Menumbuhkembangkan umkm di era digital, 2018
2
dan sebagian besar merupakan usaha berskala mikro (98,73 persen). Pertumbuhan
UMKM dalam periode 2012-2017 mencapai 13,98 persen3
Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998, pengertian Usaha Kecil adalah:
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah
dari persaingan usaha yang tidak sehat.”4
Sektor usaha kecil dan menengah memiliki peranan yang sangat penting
dalam membangun perekonomian masyarakat. Hal ini bila dikaitkan dengan
pemberdayaan ekonomi masyarakat dan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap
oleh usaha kecil dan menengah tersebut. Maka dari itu, usaha kecil dan menengah
perlu dilindungi agar suatu saat tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, serta usaha
kecil dan menengah dapat berfungsi sebagai sarana memeratakan hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai. 5
Faktor penghambat dalam pengembangan usaha pada umumnya ialah
masalah perizinan, soal akses pembiayaan dan informasi kemampuan dalam
mengakses pasar. Untuk masalah perizinan masih sulit dan rumit, sehingga bagi
para pelaku usaha merupakan kendala yang mereka hadapi. Selain masalah
perizinan para pelaku UMKM mengeluhkan masalah akses pembiayaan yang
3Http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1562040307_Sandingan_Data_umkm2012- 2017.pdf 4 Wikipedia : Usaha Kecil dan Menengah, diakses pada 15 februari 2019 5 Prihatin Lumbanraja, Arlina Nurbaity Lubis, Sitti Raha Agoes Salim ”Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) Kerajinan Menjahit dan Bordir di Kecamatan Medan Area Kota Medan”2017.
3
mana bunga kredit bank dinilai masih sangat tinggi, masalah akses informasi dan
kemampuan UMKM dalam mengakses pasar juga masih kurang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya saing produk antara lain dipengaruhi
beberapa faktor bisnis dibawah ini :
Tabel 1.2
Faktor penghambat daya saing
Intensitas Permasalahan (%)
Korupsi 13.8 Birokrasi Pemerintah yang tidak Efisien
11.1
Akses Terhadap Pembiayaan 9.2Infrastruk yang tidak memadai
8.8
Ketidakstabilan kebijakan 8.6Ketidakstabilan kebijakan pemerintah / terkorupsi
6.5
Tarif Pajak 6.4Etika Kerja yang buruk dalam angkatan kerja nasional
5.8
Peraturan Perpajakan 5.2Inflasi 4.7Tenaga Pekerja Berpendidikan Tidak memadai
4.3
Kriminalitas dan pencurian 4.0Ketatnya peraturan tenaga kerja
4.0
Pembatasan Mata Uang Asing
3.3
Kekurangan Kapasitas untuk berinovasi
2.5
Pelayanan Kesehatan yang buruk
1.8
Sumber: World Economic Forum (WEF), 2017-20186
6World Forum Economic https://www.weforum.org/ , diakses pada 8 Maret 2019
4
Berdasarkan table diatas, menunjukkan bahwa korupsi menjadi faktor
penghambat daya saing tertinggi di indonesia, karena korupsi memberikan
dampak yang buruk bagi pertumbuhan ekonomi sehingga hal itu dapat
mempengaruhi perekonomian di masyarakat, serta perkembangan dalam dunia
bisnis yang dapat mempengaruhi pendapatan negara.
Salah satu strategi pemasaran yang sedang dilakukan oleh banyak orang,
yaitu menggunakan media sosial. Melalui media sosial kita bisa memperkenalkan
barang atau produk yang ingin kita pasarkan, dari yang kita tahu jangkauan dari
media sosial itu cukup luas. Hal ini karena media sosial merupakan strategi
pemasaran yang baik dan bagus untuk diterapkan.
Sehubungan dengan kontribusi UMKM terhadap kegiatan perekonomian
daerah. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan UMKM dalam menggerakkan
aktivitas ekonomi daerah dan penyediaan lapangan kerja suatu daerah7.
Berdasarkan data jumlah UMKM Kota Jambi berkembang pada tahun 2013 itu
terdapat 10.024, yang terdiri dari :
- Usaha Mikro sebanyak 8.729
- Usaha Kecil sebanyak 1.188
- Usaha Menengah sebanyak 107
Data UMKM kota jambi pada tahun 2014 itu sebanyak 10.274 yang terdiri dari:
- Usaha Mikro sebanyak 8.157
- Usaha Kecil sebanyak 1.763
7Jurnal Hario Tamtomo, S.Ei.,M.M , Nor Qomariyah, S.HI , “Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Jambi”
5
- Usaha Menengah sebanyak 354
Presentase Perkembangan UMKM Per-tahun di Kota Jambi (2013-2018)
sebagai berikut :
Tabel 1.3
Data Perkembangan UMKM Kota Jambi 2013-2018
NO Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Jumlah Umkm
10.024 10.027 10.556 10.868 11.221 11.641
2 Jumlah Tenaga Kerja
29.898 30.664
31.507
32.452
33.506
34.678
Sumber Data : Bappeda Kota jambi
Dilihat dari berkembangnya jumlah UMKM setiap tahunnya menunjukkan
peran pentingnya dalam perekonomian serta penyerapan tenaga kerja setiap
tahunnya di kota Jambi8.
Revolusi industri terdapat perubahan cara hidup dan proses kerja manusia
secara fundamental, dimana dengan kemajuan teknologi informasi dapat
mengintegrasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang dapat memberikan
dampak bagi seluruh disiplin ilmu. Dengan perkembangan teknologi informasi
yang berkembang secara pesat mengalami terobosan diantaranya dibidang
artificiall intellegent (Kecerdasan buatan), dimana teknologi komputer suatu
disiplin ilmu yang mengadopsi keahlian seseorang kedalam suatu aplikasi yang
8 http://bappeda.jambikota.go.id/renstra-diskop-umkm di akses pada 7 Maret 2019
6
berbasis teknologi dan melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang
dikendalikan secara otomatis.
Teknologi digital hadir pada revolusi industri 4.0, yang berdampak terhadap
kehidupan manusia diseluruh dunia. Dalam Revolusi industri 4.0, semua proses
dilakukan secara sistem otomatis didalam semua proses aktivitasi, dimana
perkembangan teknologi internet semakin berkembang tidak hanya
menghubungkan manusia seluruh dunia namun juga menjadi suatu basis bagi
proses transaksi perdagangan dan transportasi secara online9.
Pada kota Jambi, pemanfaatan teknologi juga sudah mulai diterapkan pada
usaha kecil menengah dan para pelaku usaha kecil menengah saat ini sudah
cerdas dengan menggunakan teknologi untuk mempromosikan produk-produk
dari usahanya tersebut. Yang dulunya hanya mempromosikan lewat koran atau
selebaran kertas. Saat ini, para pelaku usaha kecil menengah dapat
mempromosikannya melalui media sosial seperti, Facebook , Instagram , serta
beberapa aplikasi penyedia seperti Grabfood, GoFood, dan lain sebagainya.
Apalagi di Kecamatan Telanaipura yang mana merupakan salah satu pusat
Provinsi Jambi, serta banyaknya aktivitas yang terjadi di kawasan tersebut dan
banyaknya kawasan perkantoran , sekolahan , kampus yang sangat strategis untuk
para pelaku usaha untuk mendirikan usahanya ditempat tersebut. Maka hal itulah
yang melandaskan penulis sangat tertarik untuk menelitinya.
9Jurnal Musamba Vol 3 No 2 oktober 2018, “Pengaruh Revolusi industri pada kewirausahaan demi kemandirian ekonomi”.
7
Perkembangan revolusi industri 4.0, tidak semua pelaku usaha kecil
menengah dibidang kuliner mengetahui tentang revolusi industri 4.0 serta dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan akan hal teknologi tersebut yang menjadikan faktor penghambat
pelaku usaha kecil menengah dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang akan
penulis bahas dalam penelitian ini.
Maka dari itu, penelitian ini penting untuk dilanjutkan dengan judul “
Faktor-Faktor Penghambat Pada Daya Saing UMKM Kuliner Dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0 Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis dapat
mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Faktor Penghambat daya saing UMKM di bidang Kuliner di kecamatan
telanaipura kota Jambi?
2. Kesiapan UMKM di bidang kuliner menghadapi revolusi industri 4.0 di
Kecamatan Telanaipura kota Jambi?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Faktor Penghambat dalam daya saing UMKM di
Kecamatan Telanaipura kota Jambi
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Kesiapan para pelaku UMKM di bidang kuliner
menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Kecamatan Telanaipura kota Jambi
8
Manfaatnya
1. sebagai pembelajaran bagi kita semua bagaimana menghadapi revolusi industri
4.0 dengan menggunakan teknologi di zaman sekarang
2. dari segi akademis dan non akademis, memberikan wawasan terhadap
keilmuan dalam bidang ekonomi
D. Batasan Masalah
Untuk menjaga agar pembahasannya tidak meluas, maka peneliti membatasi
penulisan proposal skripsi ini hanya UMKM bidang kuliner di Kecamatan
Telanaipura kota Jambi saja.
E. Landasan Teori
1. Revolusi Industri 4.0
Merujuk beberapa literatur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Revolusi Industri terdiri dari dua kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi berarti
perubahan yang bersifat sangat cepat,10 sedangkan pengertian industri adalah
usaha pelaksanaan proses produksi. Apabila kita gabungkan, maka pengertian
revolusi industri adalah suatu perubahan yang berlangsung cepat dalam
pelaksanaan proses produksi, dimana yang semula pekerjaan proses produksi itu
dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin, sedangkan barang yang
diproduksi mempunyai nilai tambah yang komersial.
Pada konteks revolusi industri, dapat diterjemahkan bahwa proses yang
terjadi sebenarnya adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung
secara cepat dan menyangkut dasar kebutuhan pokok dengan keinginan
masyarakat. Dasar perubahan ini sebenarnya adalah keinginan untuk memenuhi 10https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/revolusi (diakses jambi pada 15 februari 2019)
9
kebutuhan manusia secara cepat dan berkualitas. Revolusi Industri telah
mengubah cara kerja manusia dari penggunaan manual menjadi otomatisasi atau
digitalisasi. Inovasi menjadi kunci eksistensi dari perubahan itu sendiri.
Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-
Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Revolusi industri ini pun sedang
berjalan dari masa ke masa. Dekade terakhir ini sudah dapat disebut memasuki
fase ke empat 4.0. Perubahan fase ke fase memberi perbedaan artikulatif pada sisi
kegunaaannya. Fase pertama (1.0) bertempuh pada penemuan mesin yang menitik
beratkan (stressing) pada mekanisasi produksi. Fase kedua (2.0) sudah beranjak
pada etape produksi massal yang terintegrasi dengan quality control dan
standarisasi. Fase ketiga (3.0) memasuki tahapan keseragaman secara massal yang
bertumpu pada integrasi komputerisasi. Fase keempat (4.0) telah menghadirkan
digitalisasi dan otomatisasi perpaduan internet dengan manufaktur.11
Secara objektif tidak dapat dipungkiri bahwa revolusi industri terkini
menyimpan beragam keuntungan dan tantangan besar yang harus dihadapi bagi
setiap orang yang terlibat didalamnya. Khususnya soal ekonomi bagi suatu bangsa
dan negara. Salah satu keuntungan yang diperoleh adalah menemukan peluang
baru yang diikuti oleh tantangan baru. Disisi lain, keadaan tersebut memunculkan
kompetisi yang makin ketat baik antar sesama individu/perusahaan dalam negeri
maupun dengan perusahaan asing. Kompetisi ini justru semakin meningkatkan
kualitas internal maupun ekternal setiap individu/perusahaan.
Revolusi industri juga memunculkan ekonomi berbasis teknologi atau yang
lebih dikenal dengan ekonomi digital. Pada era ini, potensi Indonesia lebih besar 11BKSTI ub.ac.id /wp-content/upload/2017/10/keynote Speker Drajad Irianto.pdf
10
kepada dunia. Indonesia merupakan empat negara besar dengan jumlah penduduk
sekitar 260 juta penduduk yang terdiri dari multikultural dan terbagi pada daerah
kepulauan yang terpisah jarak, ruang dan waktu. Jumlah penduduk yang besar ini
dan mayoritas penduduknya ada pada rentang usia 15-64 tahun, dimana usia
tersebut merupakan usia produktif.
Besarnya angka usia produktif ini dapat dikatakan sebagai bonus demografi.
Secara sederhana bonus demografi dapat diartikan sebagai peluang (window of
oppurtunity) yang dinikmati suatu negara akibat dari besarnya proporsi penduduk
produktif. Bonus demografi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita. Struktur penduduk yang didominasi usia produktif
berpotensi meningkatkan tabungan dan meminimalkan konsumsi.
Pengalaman adalah guru terbaik (experience is the best teacher), demikian
perkataan bijak. Belajar dari pengalaman negara-negara maju dengan memajukan
pendidikan karakter bangsa, maka bangsa tersebut akan maju pula dalam ilmu
pengetahuannya, budaya dan teknologi.
Jaman yang terus berkembang dan perubahan pola hidup manusia
menjadikan kebutuhan manusia juga berganti, terutama dalam kebutuhan primer
yang salah satunya adalah makanan dan minuman. Disisi lain jumlah penduduk
Indonesia yang setiap tahun terus meningkat, hal ini yang menyebabkan
kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pangan semakin meningkat pula12.
Semakin meningkatnya kebutuhan pangan tersebut, tentunya akan mendatangkan
peluang-peluang bisnis yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
12 Siti Laeliyah, “Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Kuliner Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Usaha Kang Bagong Catering Semarang)”, (Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo, 2017), hlm. 3.
11
Industri kuliner di Indonesia mengalami pertumbuhan, bahkan terus
mengalami kenaikkan pada tahun-tahun mendatang. Industri kuliner masih akan
tetap menjadi andalan dari sektor industri pengolahan non migas. Pertumbuhan
industri kuliner tetap tumbuh dan menjadi sektor unggulan, karena didukung oleh
kuatnya permintaan di dalam negeri, yang diakibatkan oleh semakin
meningkatnya konsumen kelas menengah di dalam negeri. Semakin besar dan
terbukanya pasar di dalam negeri yang menjadi daya tarik, namun akan
menimbulkan ancaman masuknya produk sejenis dari negara lain. Maka dari itu,
dibutuhkan upaya yang serius dalam meningkatkan daya saing, dengan mengatasi
sejumlah permasalahan, seperti infrastruktur, kompetensi dan produktivitas tenaga
kerja, iklim investasi dan teknologi, serta kondisi kelembagaan birokrasi.13
Berdasarkan data Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah lebih 85 juta
penduduk Indonesia menggunakan jaringan internet. Disinilah Indonesia
mempunyai peluang dalam e-commerce dan pengembangan ekonomi digital
(Detiknews, 3/2/2018).14
Berbagai inovasi digital ekonomi telah lahir dan terus berkembang, antara
lain Tokopedia, Bukalapak, Go-Jek, Ruang Guru dan berbagai start-up yang terus
tumbuh mengatasi masalah yang ada di masyarakat secara digital. Teknologi
digital akan menciptakan 3,7 juta pekerjaan baru dalam 7 tahun mendatang dan
mayoritas bergerak pada sektor jasa. Tantangannya adalah peningkatan keahlian
13 https://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/pertumbuhan-industri-makanan-akan-tetap-naik/32680, diakses pada 20 oktober 2019, pukul 17.05 14https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis-/d-3848673/bicara-era-digital-sri-mulyani-akan-ada-pergeseran-jenis-tenaga-kerja . (Diakses 26 februari 2019)
12
diri (skill) yang harus ditingkatkan dengan cara yang tepat pula dan kemauan
untuk melakukan inovasi secara berkelanjutan (suistanable).
Industri kreatif kini telah menjelma menjadi kekuatan baru menjadi sektor
gemilang dalam penopang perekonomian Indonesia. Pelaku usaha ini mengerti
cara memahami dengan selalu inovatif dan adaptif terhadap permintaan minat dan
perubahan selera pasar. Sehingga, mampu menciptakan peluang kerja secara
massal ditengah ancaman putus hubungan kerja secara massal pula.15
2. UMKM
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang
berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan
undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
15 Hendra Suwardana “Revolusi Industri 4.0 berbasis Revoluisi Mental (Jurnal Vol 1 No 2 “ Hal 102-110(2017).
13
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.16
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan Usaha Kecil (UK) adalah entitas usaha yang mempunyai
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp
200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termnasuk tanah dan bangunan.17
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga
kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan
19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99
orang18.
A. Klasifikasi UMKM
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4
(empat) kelompok yaitu :
16 UU Republik Indonesia No 20 tahun 2008 tentang UMKM 17 Dekpod.go.id : data umkm 18Badan Pusat Statistik : Ukm Berdasarkan Kuantitas Tenaga Kerja
14
a. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan
kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.
Contohnya adalah pedagang kaki lima
b. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum
memiliki sifat kewirausahaan
c. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
d. Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)
Persamaan.19
Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan, dan perlindungan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah, telah ditetapkan berbagai kebijakan tentang
pencadangan usaha, pendanaan, dan pengembangannya yang belum optimal. Hal
itu dikarenakan kebijakan tersebut belum dapat memberikan perlindungan,
kepastian berusaha, dan fasilitas yang memadai untuk pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sehubungan dengan itu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu
diberdayakan dengan cara:
a. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
b. Pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.20
19 Jurnal Arief Rahmana : Peranan Teknologi Informasi dalam peningkatan daya saing usaha kecil menengah (Yogyakarta, Juni 2009) 20 UU Republik Indonesia No 20 tahun 2008 , “Usaha Mikro , Kecil ,Dan Menengah di bagian tentang Penjelasan”
15
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta
kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam perekonomian nasional,
maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan
berkesinambungan.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan. UMKM diharapkan mampu
memanfaatkan sumber daya nasional, termasuk pemanfaatan tenaga kerja yang
sesuai dengan kepentingan rakyat dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang
maksimum.21
Bisnis kuliner menjadi bisnis yang sedang berkembang di Indonesia. Pada
saat ini, banyak bermunculan makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren
kuliner sebagai gaya hidup masyarakat, menjadi bukti bahwa bisnis ini
berkembang dengan pesat di Indonesia22. dipenuhi banyaknya jenis kuliner yang
bisa memanjakan lidah pembeli. Setiap daerah di Indonesia hampir memiliki
masakan daerah yang bisa dibanggakan. Persaingan antara produk industri kuliner
lokal mengalami persaingan dengan produk industri yang berasal dari luar. Setiap
industri kuliner memiliki pembeli sesuai selera masing-masing, baik yang senang
21 Dani Danuar Tri U, “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif Di kota Semarang”. (Semarang , 2013) 22 Akbar Faisal, Tesis: “Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Bisnis Kuliner Studi Pada Beberapa Usaha Kuliner Skala Kecil Dan Menengah Di Yogyakarta”, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2014), hlm 1.
16
untuk memiliki minat terhadap produk industri kuliner lokal maupun yang
berminat dengan produk industri kuliner dari luar.
Masyarakat yang ingin meningkatkan perekonomian serta mengurangi
tingkat pengangguran, membuka usaha perorangan maupun badan. Orang selalu
berpikir kreatif untuk menciptakan hal baru agar tidak tertinggal, salah satunya
dalam bidang kuliner. Usaha kuliner adalah suatu bisnis yang paling banyak
digeluti bahkan hingga di kalangan anak muda, karena daya jual dalam bidang ini
cukup menjanjikan mengingat setiap hari semua orang membutuhkan makanan.23
Bisnis makanan menjadi usaha yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia,
hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menganggap dengan membuka usaha
bisa membuat hidupnya menjadi lebih berkecukupan. Meskipun dalam membuka
usaha itu nantinya akan banyak menghadapi masalah-masalah yang cukup berat,
tetapi permasalahan itu tidak menjadi alasan bagi masyarakat Indonesia untuk
tidak membuka usaha kuliner.
3. Faktor Penghambat Daya Saing
Daya saing umumnya dihubungkan dengan konsep comparative advantage,
yakni dimilikinya unsur-unsur yang mendorong proses produksi yang
memungkinkan satu negara menarik investor untuk melakukan investasi ke
negaranya, tidak ke negara yang lain. Advantage di sini adalah situasi yang
memungkinkan pemodal mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin.
Misalnya dengan menyediakan lahan murah, upah buruh murah, dan suplai bahan
mentah produksi yang terjamin keberlansungannya dengan harga yang lebih murah
23 Linsia Portia Dam Lea Emilia Farida, “Prospek Dan Tantangan Bisnis Kuliner (Kelompok Makanan Jadi) di Banjarmasin”, Issn 2541-6014, (Kalimantan Selatan : Politeknik Negeri Banjarmasin, 2018)
17
daripada harga yang ditawarkan oleh negara lain. Artinya, kekuatan modal dan
keunggulan teknologi menjadi kunci penentu peningkatan daya saing (penjualan
produk) satu negara.24
Daya saing adalah adanya kompetisi, khususnya kompetisi internal. Sebelum
produk yang dihasilkan oleh satu bangsa disandingkan dengan produk bangsa-
bangsa lain, harus dipastikan bahwa produk itu sudah dijual kepada bangsa itu
sendiri. Untuk bisa benar-benar menghasilkan produk unggulan atau pemilik usaha
yang handal untuk bersaing di dunia internasional, perIu diciptakan kompetisi di
tiap tingkatan masyarakat. Hanya melalui persaingan internal maka satu bangsa
dapat bertahan pada kompetisi regional maupun global.25
Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD) menyebutkan bahwa daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri,
daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan
faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi
persaingan internasional. Oleh karena itu, daya saing industri merupakan
fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan pembangunan industri
nasional didahului dengan mengkaji sektor industri secara utuh sebagai dasar
pengukurannya.26
Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan
peranannya dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai
24 Riswandha Imawan, “Peningkatan Daya Saing: Pendekatan Paradigmatik- Politis”, Volume 6, Nomor I, Juli 2002 (79‐104),Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2002, hlm. 84‐85 25 Ibid., hlm. 85 26Sudaryanto Dkk: Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean (Oktober,2011)
18
hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dalam hal
produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi,
permodalan, serta iklim usaha.
Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran :
a. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi
b. Penyedia lapangan kerja terbesar
c. Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan
masyarakat,
d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi
e. Kontribusinya terhadap neraca pembayaran. sebagai pilar perekonomian
nasional, UMKM ternyata bukan sektor usaha yang tanpa masalah.
Dalam perkembangannya, sektor ini justru menghadapi banyak masalah yang
sampai saat ini belum mendapat perhatian serius untuk mengatasinya.27
Selain masalah permodalan yang disebabkan sulitnya memiliki akses
dengan lembaga keuangan karena ketiadaan jaminan (collateral), salah satu
masalah yang dihadapi oleh pelaku UMKM adalah kurangnya pemahaman
mengenai teknologi, apalagi di zaman sekarang ini serba menggunakan teknologi
Dengan adanya teknologi, banyak sekali keuntungan yang di dapat yaitu, adanya
efisiensi waktu dan proses produksi akan lebih mudah. Dengan itu dalam sehari
hasil, produksi akan lebih banyak. Dengan jumlah produksi yang lebih banyak,
maka keuntungan yang didapat pun akan lebih menguntungkan.
27Ekonomi Modernisasi Vol 3 no 3, Mohamad Nur Singgih : Strategi penguatan usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai refleksi pembelajaran krisis ekonomi indonesia (Oktober, 2007)
19
F. Tinjauan Pustaka
Untuk Menghindari Penelitian dengan objek yang sama, maka dilakukan
kajian-kajian terhadap beberapa penelitian, ada beberapa dari penelitian yang
memiliki keterkaitan dengan judul penulis.
Tabel 1.4
Tinjauan Pustaka
No Penulis/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Darwanto/201328 Peningkatan daya
saing UMKM
berbasis inovasi dan
kreativitas (Strategi
Penguatan Property
Right Terhadap
Inovasi dan
Kreativitas)
Disini dapat
disimpulkan bagaimana
para pelaku UMKM ini
dapat berkreativitas
dibidangnya masing
masing serta
mengembangkan
produknya dan
dilindungi oleh hak
cipta dari produknya
tersebut dengan
kekuatan hukum yang
telah diatur oleh undang
undang yang berlaku.
28 Darwanto , “Peningkatan daya saing Umkm berbasis inovasi dan kreativitas (Strategi Penguatan Properti Right Terhadapa Inovasi Dan Kreativitas)
20
2 Tona Aurora
Lubis/201629
Pemanfaatan
teknologi informasi
pada usaha mikro
kecil dan menengah
di kota jambi
Dapat disimpulkan
masih rendahnya
pemahaman para pelaku
UMKM terhadap
teknologi informasi,
serta rendahnya
ketersediaan dalam
investasi
3 Junaidi/201730 Kualitas Sumber
daya manusia dan
sifat kewirausahaan
pelaku industri
kreatif usaha mikro
kecil dan menengah
di Kota Jambi
Dalam Penelitiannya
penulis memusatkan
penelitiannya pada
kualitas dari sumber
daya manusia dalam
peningkatan industri
kreatif di kota jambi,
karena Sumber daya
manusia merupakan
faktor utama dalam
bidang industri kreatif
ini serta juga
29Tona Aurora Lubis, “Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Jambi 30Junaidi, “ Kualitas Sumberdaya manusia dan sifat kewirausahaan pelaku industri kreatif usaha mikro kecil dan menengah di Kota Jambi
21
memaparkan
karakteristik dari usaha
industri kreatif umkm
yang ada kota jambi
4 Rulyanti Susi
Wardhani, yulia
agustina/201031
Analisi faktor-
faktor yang
mempengaruhi daya
saing Pada sentra
industri makanan
khas bangka di kota
pangkal pinang
Dapat disimpulkan
bahwa sumber daya
manusia tidak
mempengaruhi daya
saing terhadap sentra
industri makanan khas
bangka dikota
pangkalpinang
dikarenakan tidak
memenuhi syarat.
5 Steven
Wijaya/201932
Identifikasi
Tingkat
Kesiapan
Industri
Makanan dan
Minuman
Dalam skripsinya
yang berjudul
Identifikasi
Tingkat Kesiapan
Industri Makanan
Dan
31Rulyanti Susi Wardhani, Yulia Agustina , “Analisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing Pada sentra industri makanan khas bangka di kota pangkal pinang” 32 Steven Wijaya , “Identifikasi Tingkat Kesiapan Industri Makanan dan Minuman dalam Revolusi Industri 4.0 (Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2019)
22
dalam Revolusi
Industri 4.0
Minuman Dalam
Revolusi Industri
4.0, menjelaskan
tentang kesiapan
industri makanan
dan minuman
dalam menghadapi
revolusi industri
4.0. Steven
Wijaya mengambil
empat perusahaan
sebagai
penelitiannya
Setelah dikaji lebih lanjut ternyata dari penelitian-penelitian tersebut hanya
mengkaji sebatas bagaimana peningkatan daya saing UMKM dengan
meningkatkan sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologinya. Tidak ada
penjelasan lebih mendalam tentang bagaimana kesiapan pelaku UMKM Kuliner
dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan bagaimana faktor penghambatnya.
Untuk itu penulis ingin mengkaji lebih mendalam tentang Faktor – faktor
penghambat pada daya saing UMKM Kuliner dalam menghadapi revolusi industri
4.0 di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
23
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan
sebuah data dalam melakukan sebuah penelitian.33 Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut strauss dan corbin (1997), yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak dapat peroleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-
cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)34. Penelitian Kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memberi fenomena tentang apa yang dialam oleh subyek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dan lain – lain. Proses
pengumpulan data diperlukan metode dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini
menggunakan teknik snowball.
Teknik sampling snowball adalah suatu metode untuk mengidentifikasi,
memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang
menerus. Pendapat lain mengemukakan teknik sampling snowball (bola salju)
adalah metoda sampling dimana sampel didapatkan melalui proses bergulir dari
satu responden ke responden lainnya, biasanya metoda ini digunakan untuk
menerangkan pola - pola sosial, atau komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas
tertentu. Dalam pelaksanaannya, teknik sampling snowball merupakan suatu
teknik yang multitahapan, didasarkan pada analogi bola salju, yang dimulai
33V. Wiratna Sujarweni : metodologi penelitian bisnis & ekonomi (2015)hal.10 34Ibid: hal.21
24
dengan bola salju yang kecil kemudian membesar secara bertahap karena ada
penambahan salju ketika digulingkan dalam bentangan salju35.
B. Setting dan Subyek Penelitian
1. Setting Penelitian
merupakan suatu keadaan atau tempat dimana subjek penelitian itu berada.
Penelitian ini dilakukan dikawasan kecamatan telanaipura kota jambi.
Mengapa peneliti mengambil lokasi penelitian disini karena kawasan ini
merupakan kawasan yang padat dan menjadi lokasi yang strategis bagi pelaku
umkm yang tersebar di kecamatan telanaipura kota jambi.
2. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini memfokuskan kepada umkm - umkm kuliner
yang tersebar di kecamatan telanaipura kota jambi; bertujuan agar
mempermudah dalam memperoleh data penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua cara yang dilalui untuk kepentingan pengumpulan data dalam
penelitian ini :
A. Riset Lapangan (field research)
Dalam riset lapangan ini , ada tiga metode dalam mendapatkan data primer
yang peniliti butuhkan :
1. Observasi
Observasi berasal dari kata observation yang berarti pengamatan.
Observasi merupakan suatu kegiatan dalam mendapatkan informasi yang
35 Nina nurdiani, “Teknik sampling snowball dalam penelitian lapangan” , ComTech Vol. 5 No. 2 Desember 2014 : 1110-1118, (Dki Jakarta : universitas binus, 2014) ,hlm1112-1114
25
diperlukan untuk memperoleh sebuah gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian36. Kemudian mencatat
hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
2. Wawancara
Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
secara langsung ataupun tanpa tatap muka dengan cara melakukan tanya
jawab langsung dengan narasumber yang bersangkutan dengan harapan
agar mendapatkan hasil yang maksimal berdasarkan informasi yang di
dapatkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode untuk memperoleh sebuah informasi yang
berbentuk berupa dokumen-dokumen, buku, artikel, jurnal, wawancara,
foto dan lain sebagainya, kemudian dikumpulkan untuk dijadikan sebagai
penunjang dalam penelitian ini.
B. Riset Kepustakaan (library research)
Dalam riset kepustakaan ini peneliti membaca, meneliti, dan
mempelajari bahan-bahan tertulis seperti majalah, buku-buku, artikel,
jurnal, dan informasi tertulis lainnya, khususnya yang berhubungan dengan
Faktor Penghambat daya saing Umkm serta Revolusi industri 4.0
Melalui riset ini akan didapatkan konsep, teori, dan definisi-definisi
yang akan penulis gunakan sebagai landasan berpikir dan analisa melalui
36Metode pengumpulan data penilitian kualitatif : materi kuliah metodologi penelitian PPs UIN Maliki Malang.
26
proses penulisan. Data yang diperoleh melalui data ini merupakan data
sekunder.
D. Teknik Analisis data
Menurut mudjiarahardjo analisis data adalah sebuah kegiatan untuk
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan
mengkategorikannya, sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau
masalah yang ingin dijawab37.analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian
antara data satu dengan data yang lain. Fakta atau informasi tersebut kemudian
dipilih dan dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa
dijadikan data yang pada akhirnya bisa ditarik menjadi sebuah kesimpulan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis interaktif
sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman.38 Setelah selesai
penelitian ini, maka dilakukan pengolahan data dari hasil Observasi, wawancara
dan dokumentasi, data yang diperoleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok
variabel-variabel tertentu dan dianalisis melaluisegi kualitatif, dengan teknik :
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), weaknesses
(kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman). Dimana SWOT ini
dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi yang
berorientasi Profit dan Non Profit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan
organisasi tersebut secara lebih komprehensif.Sedangkan analisis SWOT adalah
37Ibid. Hal:33 38 Mattway B. Miles dan A. Michael Huberman. Quallitative data analysis. London, Baverly Hills, 1984, Hal.18-21.
27
penilaian/ assasment terhadap hasil idendifikasi situasi, untuk menentukan apakah
suatu dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, peluang atau ancaman.
Analisi SWOT digunakan untuk identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan
kekuatan, meminimalkan kelemahan, memanfaatkan peluang sekaligus mengatasi
ancaman. Menurut Pearce dan Robinson yang dimaksud faktor-faktor analisis
SWOT adalah :
1) Kekuatan (strengths)
Kekuatan (strengths) adalah sumber daya keterampilan atau keunggulan lain
terhadap pesaing atau kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh
perusahaan.
2) Kelemahan (weaknesses)
Kelemhan (weaknesses) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam
sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat
kinerja.
3) Peluang (opportunity)
Peluang (opportunity) merupakan situasi penting yang menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan.
4) Ancaman (threats)
Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perushaan.39
39 Tedjo Tripomo dan Udan, Manajemen Strategi, Rekayasa Sains, Bandung, 2013, hlm118
28
E. Pemeriksaan keabsahan data
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu sendiri, untuk keperluan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Dan trianggulasi ini dipilih agar dapat menguji tingkat
kepercayaan data dilapangan. Agar dapat tercapai perlu dilakukan antara lain:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakana sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang lain, orang biasa ataupun ahli
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.40
40 Lexy J Moleong, Metodologi penelitian kualitatif(Bandung: PT Remaja rosdakarya,2006). Hal.331
29
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kecamatan Telanaipura
Kota jambi merupakan ibu kota dari provinsi jambi dipisahkan oleh sungai
batanghari, jembatan aur duri menjadi penghubung antara dua kawasan tersebut,
luas dari kota jambi sekitar 205,43km2 dan jumlah penduduknya berjumlah
610.854 jiwa pada tahun 2018. Kota jambi berdiri pada tanggal 28 mei 1401 dan
dibentuk sebagai pemerintah daerah otonom kota madya berdasarkan ketetapan
Gubernur Sumatera Nomor 103/1946, tanggal 17 mei 1946. Kemudian
ditingkatkan menjadi kota besar dalam lingkungan daerah provinsi Sumatera
Tengah. Kemudian kota Jambi resmi menjadi Provinsi Jambi pada tanggal 6
Januari 1957 berdasarkan undang – undang No 61 tahun 1958.41
Dalam segi penamaan, kecamatan Telanaipura berasal dari nama Raja yaitu
Tan Telanai. Telanai biasanya dihubungkan dengan kawasan disekitar kantor
Gubernur Jambi42. Telanaipura menjadi nama baru untuk kota Jambi pada
tanggal 1 Januari 1963, yang ditetapkan dengan keputusan DPRDGR Tingkat 1
no. 1/KPTS/1963, yang isinya merubah nama kota Jambi menjadi Telanaipura
sejak 1 Januari 196343
41 Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jambi (Diakses pada 4 Oktober 2019, pukul 09.34 WIB) 42Nurul Fahmi : ”Lagak Budak Jambi”, media inspirasi 2013, Jelutung , Jambi, hlm. 11. 43Tim penyusun cerita rakyat jambi : “Tan Talanai Beserta dua buah cerita rakyat daerah jambi lainnya” Proyek pengembangan media kebudayaan departemen pendidikan kebudayaan jakarta, Hlm 1
30
B. Gambaran Umum Kecamatan Telanaipura
1. Letak Geografis
Kecamatan Telanaipura merupakan salah satu kecamatan dari 11 Kecamatan
yang ada di wilayah Kota Jambi dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan secara signifikan dan memiliki luas total 30,39 km2,
kecamatan Telanaipura memiliki letak strategis yang dilalui oleh jalur transportasi
darat yaitu Jalur Lintas Sumatera dan jalur transportasi air yaitu sungai
Batanghari, kecamatan Telanaipura terletak di perkantoran Pemerintah Daerah
Tingkat I Jambi dan juga merupakan daerah yang memiliki karakteristik kota dan
desa karena letaknya dekat dengan pusat kota dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Muaro Jambi.44
Kecamatan Telanaipura terletak di pusat pemerintahan Provinsi Jambi.
Secara geografis Kecamatan Telanaipura memiliki bentuk wilayah datar dan
sedikit berbukit, dengan memiliki luas wilayah sebesar 30,39 Km2. Dalam
pembagian wilayahnya Kecamatan Telanaipura dibatasi oleh :
Bagian Selatan : Kecamatan Alam Barajo & Kecamatan Kota Baru
Bagian Utara : Sungai Batanghari
Bagian Timur : Kecamatan Danau Sipin
Bagian Barat : Kabupaten Muaro Jambi
44Laporan Kinerja (Lkj) Kecamatan Telanaipura Kota jambi tahun 2018
31
Gambar Peta Kecamatan Telanaipura 3.1
Peta diatas menunjukkan kawasan kecamatan telanaipura yang memiliki 11
Kelurahan meliputi luas kelurahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1
Jumlah Kelurahan serta luas wilayah di kecamatan Telanaipura
No Kecamatan Kelurahan Luas (Km2)
1 Telanaipura - Telanaipura
- Simpang IV Sipin
- Selamat
- Sungai Putri
- Legok
- Murni
1,29
1,53
1,40
1,59
3,41
0.36
32
- Solok
- Pematang Sulur
- Buluran Kenali
- Teluk Kenali
- Penyengat Rendah
1,12
2,98
2,06
2,34
12,31
JUMLAH 30,39Km2
Sumber : Badan Pusat Statistik (Kecamatan Telanaipura dalam Angka 2018)
1. Penduduk
Kecamatan Telanaipura adalah kecamatan terbesar ketiga setelah kecamatan
Kotabaru dan Jambi Selatan. Luas wilayah Kecamatan Telanaipura adalah 30,39
km2.45 Kelurahan yang terluas adalah Kelurahan Penyengat Rendah dan yang
terkecil adalah Kelurahan Murni. Diantara 11 (sembilan) kelurahan di Kecamatan
Telanaipura, kepadatan penduduk terbesar ada pada tiga kelurahan, yaitu
Kelurahan Murni, Solok Sipin, dan Simpang IV Sipin.
3.2
Tabel Data Penduduk
No Jenis Kelamin Jumlah/orang
1 Laki-laki 2.834 Orang
2 Perempuan 2.634 Orang
Jumlah 5.468 Orang
Sumber : Kantor Lurah Telanaipura
45Badan Pusat Statistik Kota Jambi : Kecamatan Telanaipura Dalam angka 2018
33
Pada tabel 3.2 di atas menjelaskan penduduk di Kelurahan Telanaipura,
pada tahun 2019 berjumlah 5468 orang. Laki-laki berjumlah 2834 orang dan
perempuan berjumlah 2634 orang.
2. Ekonomi
Telanaipura merupakan kecamatan yang kegiatan perekonomiannya cukup
baik di Kota Jambi. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan industri kecil dan
rumah tangga. Kecamatan Telanaipura juga banyak terdapat unit usaha yang
menjadi salah satu sumber penghasilan penduduk Telanaipura maupun penduduk
kecamatan sekitarnya.
Tabel 3.3
Mata Pencarian Penduduk
No Mata Pencarian Jumlah
1 Buruh Bangunan 306 Orang
2 Pedagang 569 Orang
3 Pengusaha 225 Orang
4 Pensiunan 165 Orang
5 Pegawai Negeri (sipil /ABRI) 568 Orang
Sumber : Kantor Lurah Telanaipura
Pada tabel 3.3 di atas memaparkan tentang mata pencarian di Kelurahan
Telanaipura bagi yang berumur 10 tahun keatas, yaitu pengusaha yang berjumlah
225 orang, buruh bangunan berjumlah 306 orang, pedagang berjumlah 569 orang,
34
pensiunan berjumlah 165, dan pegawai negeri (sipil/ABRI) berjumlah 568
orang.46
Jumlah UMKM yang terdata di kecamatan telanaipura itu berjumlah 125
UMKM berdasarkan data pada tabel 3.4 di bawah ini
Tabel 3.4
Jumlah Data UMKM
Januari – Mei 2019
No Bulan Jumlah UMKM
1 Januari 27 UMKM
2 Februari 35 UMKM
3 Maret 23 UMKM
4 April 13 UMKM
5 Mei 27 UMKM
Jumlah 125 UMKM
Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukkan bahwa jumlah umkm yang
terdaftar di kecamatan telanaipura ialah 125 UMKM dan ada 18 UMKM dibidang
kuliner.
3. Pemerintahan
Kecamatan Telanaipura pada tahun 2016 hingga sekarang memiliki 6
kelurahan terdiri dari, Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Simpang IV Sipin,
Kelurahan Pematang Sulur, Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan Penyengat
46 BAPPEDA KOTA JAMBI, Kelurahan telanaipura
35
Rendah, dan Kelurahan Teluk Kenali. Sebelum terjadinya pemekaran dengan
Kecamatan Danau Sipin, Kecamatan Telanaipura memiliki 11 (sebelas)
kelurahan.47 Dan jumlah RT (Rukun Tetangga) di Kecamatan Telanaipura ada
132 RT.48
Kecamatan Telanaipura melanjutkan visi dan misi yang digagas oleh bapak
Sy.Fasha selaku walikota jambi. Dengan visi dan misi sebagai berikut
“Terwujudnya kecamatan telanaipura sebagai urat nadi dan barometer
pembangunan menuju kota jambi terkini” yang memiliki makna Terwujudnya
Telanaipura kota jambi sebagai salah satu kegiatan agrobisnis pendidikan,
perdagangan dan jasa serta memberikan pelayanan pembangungan penduduk
pemukiman penduduk yang handal dengan didukung sumber daya manusia yang
bersaing profesional dan beretika untuk kesejahteraan masyarakat. Memiliki misi
sebagai berikut :
1. Memfasilitasi pembangunan infrastruktur kecamatan yang berwawasan
lingkungan
2. Menjadi ujung tombak dalam peningkatan perekonomian berbasis potensi
masyarakat menuju kesejahteraan sosial
3. Mewujudkan masyarakat kecamatan yang berakhlak, berbudaya dan
berdaya saing
4. Memberikan pelayanan melalui SDM kecamatan yang profesional dan
bersih.
47 Hartono, S.E , Sekretaris Camat Telanaipura, wawancara, Jambi, 8 Oktober 2019 48 Badan Pusat Statistik Kota Jambi : “Kecamatan Telanaipura dalam angka 2018”
36
Gambar 3.2
Struktur Kecamatan Telanaipura
Camat
Drs. Noviarman
Sekretaris
Muhammad Ali, S.E
Sekretaris Camat
Hartono, S.E
Kasi Pelayanan Umum
Hj. Mardiani, S.E
Kasi Pemerintahan
Shella Novelina S.Stp MH
Kasi Pemberdayaan Masyarakat
Maryati, A.Md
Kasi Kesos
Fatmawati DM, S.E
Kasubag umum dan kepegawaian
Sumarlin, S.Kom
Kasubag Perencanaan Keuangan
Hasiah S.E
Kasi Trantib
Umar
Sumber : Kecamatan Telanaipura
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis akan memaparkan hasil riset lapangan yang peneliti
lakukan kepada pelaku UMKM Kuliner yang ada di kecamatan telanaipura. Pada
bab ini akan memfokuskan pada pembahasan faktor penghambat pada daya saing
umkm kuliner di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi dan Kesiapan para pelaku
UMKM Kuliner dalam menghadapi revolusi industri 4.0 di Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi.
1. Faktor Penghambat Pada Daya Saing UMKM Kuliner di Kecamatan
Telanaipura
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 dalam tentang
standar proses, mendefinisikan daya saing merupakan kemampuan untuk
menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan
yang dimaksud adalah kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, kemampuan
menghubungkan dengan lingkungannya, kemampuan meningkatkan kinerja tanpa
henti, kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Dengan
menggunakan kinerja atau melihat indikator tertentu sebagai acuan, maka dapat
diukur tingkat kekuatan dan kelemahan suatu daya saing.49
Menurut Porter menjelaskan strategi bersaing (Porter’s Five Forces) dengan
mengenalkan 3 jenis strategi generik yaitu:
49Permendiknas No 41 Tahun 2007 : Standar Proses
38
1. Strategi Biaya Rendah (cost leadership) Strategi biaya rendah menekankan
pada upaya memproduksi produk standar dengan biaya per unit yang sangat
rendah.
2. Strategi Pembedaan Produk (differentiation) Strategi pembedaan produk
mendorong perusahaan untuk menemukan keunikan tersendiri dalam pasar
yang jadi sasarannya. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen
potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan
keputusannya (price insensitive).
3. Strategi Fokus
Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing pada
segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani
kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan
keputusannya pembelian relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Strategi ini
biasa digunakan oleh pemasok “niche market” (segmen khusus/ khas dalam
pasar tertentu).50
Penghambat menurut kamus besar bahasa indonesia,hambat merupakan kata
dasar dari penghambat berarti membuat sesuatu menjadi lambat atau tidak lancar.
Penghambat bisa diartikan orang yang menghambat, alat yang digunakan untuk
menghambat. Hambatan merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan
50 Melissa Carmia Elias : Analisistrategi bersaing pada perusahaan biro perjalanan di Malang” Volume 6, No. 2, (2018) 1-6 Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya.
39
pelaksanaan terganggu.51 Jadi dapat disimpulkan penghambat adalah suatu
keadaan dalam kegiatan operasionalnya tidak lancar atau mengalami gangguan.
UMKM pada umumnya mengalami permasalahan dari faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal dalam permasalahan yang dialami oleh pelaku
UMKM adalah Modal , Sumber daya manusia rendah yang terkendala dari segi
pendidikan formal maupun non formal,umkm belum untuk memanfaatkan potensi
pasar yang ada dan rendahnya penetrasi pasar yang dikarenakan produktifitas
yang terbatas dan kualitas produk tidak mampu bersaing di dunia pasar. Faktor
Eksternal adalah iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan
prasarana usaha.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rahmad Suhardiman selaku
penjual Roti Bakar tentang faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah tentang cara menghadapi era digital atau revolusi industri 4.0 dan kondisi cuaca yang tidak tentu” .52
Bapak Rahmad Suhardiman adalah penjual roti bakar yang memiliki varian
rasa yang beragam dan mengikuti selera pasar. beliau telah menjalani usaha
tersebut selama 4 tahun dan dalam membuka usaha tersebut, pelaku usaha ini
menggunakan modal sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Muhammad Ikhsan selaku pemilik
warung yang menyajikan sarapan pagi mengenai faktor yang menghambat daya
saing usahanya :
51 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penghambat (diakses jambi pada 17 oktober 2019) 52Wawancara : Rahmad Suhardiman , selaku pemilik usaha Roti Bakar , 13 Oktober 2019, jam 20.17 WIB
40
“ Kurangnya sosialisasi pemerintah mengenai era digitalisasi dan belum tersedianya tempat bagi pelaku usaha khususnya pedagang kaki lima”.53
Bapak muhammad ikhsan merupakan pemilik warung sarapan pagi beliau telah
menjalani usahanya selama 7 tahun dan dalam memulai usahanya, beliau
memakai modal sendiri. Beliau memanfaatkan era digitalisasi dengan baik, yaitu
memasukkan usahanya kedalam aplikasi pembantu dengan tujuan
mempromosikan usahanya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Megawati selaku pemilik warung
Gado–gado mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Belum tersedianya kebijakan pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada pelaku UMKM. Masalah tersebut dari segi modal yang berasal dari bank. Tingginya bunga dalam peminjaman di bank memberatkan pelaku UMKM yang baru memulai usaha. Hal lain yang menjadi faktor penghambat adalah kurang mampunya pelaku usaha dalam mempromosikan produknya di era digitalisasi yang menyediakan kemudahan bagi penjual dan pembeli”.54
Ibu megawati ialah pemilik dari warung Gado-gado yang mana ibu megawati
ini sudah menjalankan usahanya selama 3 Tahun, dimana awal membuka usahanya
beliau memakai modal sendiri, serta usaha ibu megawati ini sudah memiliki 2
cabang yaitu di karya maju dan di simpang pulai, yang mana setiap harinya usaha
ibu megawati ini ramai, dari kalangan pekerja, mahasiswa, serta pengemudi Ojek
Online.
53 Wawancara : Muhammad Ikhsan, selaku pemilik warung sarapan pagi, 15 Oktober 2019, jam 10.39 WIB 54 Wawancara : Megawati, selaku pemilik warung Gado-gado , 16 Oktober 2019, jam 10.44 WIB
41
Berdasarkan wawancara dengan bapak Jefri selaku pemilik usaha Roti Bakar
mengenai faktor-faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Dengan adanya revolusi industri 4.0 membantu kami dalam usaha. Tetapi penghambat kami yaitu pemesanan palsu di ojek online oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, sehingga kami harus membayar pajak ”55
Bapak Jefri merupakan pemilik usaha roti bakar yang mana dalam membuka
usahanya menggunakan modal sendiri tanpa meminjam ke bank atau atau
semacamnya, beliau telah menekuni usahanya selama 4 tahun.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Rosdiana selaku pemilik usaha warung
yang menyajikan sarapan pagi mengenai faktor-faktor yang menghambat daya
saing usahanya :
“ Akses internet yang kurang baik terkadang menghambat saya sebagai pelaku usaha. Karena dengan cepat dan mudahnya akses internet saya, maka promosi usaha akan berjalan dengan stabil”56
Ibu Rosdiana adalah pemilik warung sarapan pagi yang menyediakan seperti
nasi gemuk, lontong, gado-gado dan yang lainnya, ibu rosdiana ini sudah
menjalankan usahanya selama 3.5 tahun, yang mana beliau masih menggunakan
sistem ekonomi konvensional.
Berdasarkan wawancara saya dengan Bapak Habibi selaku pemilik Kafe
Analogi mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya:
“ Kemampuan yang rendah menjadi masalah utama pelaku usaha. Sebagai pelaku usaha, kita memerlukan kemampuan tentang
55 Wawancara : Jefri, selaku pemilik usaha Roti Bakar, 10 Oktober 2019 , jam 19.15 WIB 56 Wawancara : Rosdiana selaku pemilik usaha warung sarapan pagi, 7 Oktober 2019 , jam 08.05 WIB
42
pemahaman tentang revolusi industri 4.0 dan cara untuk berhadapan dengan hal itu. Sikap diri yang terampil akan membuat kita yang bergerak dibidang perdagangan akan bertahan dan nantinya kita akan lebih berkembang dengan baik”57
Bapak Habibi merupakan pemilik kafe analogi dan ketua satu bidang kaderisasi
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jambi telah menjalani Usahanya selama
3.5 tahun dan menggunakan modal sendiri.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Arif pratama selaku pemilik usaha
Rumah Makan mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Penghambat terbesar saya dalam usaha di masa saat ini adalah peretasan aplikasi oleh pihak yang tertentu. Jika seseorang tersebut merupakan pesaing dari usaha saya dan memiliki kemampuan dalam peretasan sistem digital. Maka usaha saya akan terancam dan sulit untuk berkembang ”58
Bapak Arif pratama selaku pemilik usaha rumah makan yang mana
usahanya telah ia jalani selama 6 tahun dan usahanya masih menggunakan sistem
pembukuan secara manual, dan dalam mengawali usahanya beliau menggunakan
modal sendiri dalam membuka usahanya
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Hermawan selaku pemilik usaha Tahu
Sumedang mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Hal yang menghambat kami dalam usaha kami yaitu cuaca yang panas, karena yang kami sajikan adalah gorengan. Dengan cuaca yang dingin maka penjualan kami sedikit meningkat. Meskipun gadget membantu
57 Wawancara :Habibi, selaku pemilik usaha Kafe Analogi, 12 Oktober 2019, jam 22.19 WIB 58 Wawancara : Arif pratama, selaku pemilik usaha Rumah Makan, 5 Oktober 2019, jam 14.25 WIB
43
kami dari segi promosi, tetaplah cuaca sangat berpengaruh dalam penjualan ”59
Bapak Arif pratama merupakan pemilik usaha tahu sumedang yang mana ia
telah menjalankan usahanya selama 4 tahun, serta beliau memakai modal sendiri
karena beliau takut kalau meminjam di bank, karena bunga yang harus dibayarnya
cukup tinggi.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suhartono selaku pemilik usaha Bakso
dan Mie Ayam mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Saya berpandangan bahwa gadget bisa membantu kami yang bergerak di bidang kuliner. Tetapi minimnya pengetahuan kami dalam memanfaatkannya adalah hal yang menjadi masalah yang cukup besar. Karena kami lahir pada masa-masa yang belum mengenal teknologi, di masa saat ini kami sangat kesulitan menggunakan gadget. ”60
Bapak Suhartono adalah pemilik usaha Bakso dan Mie Ayam yang sudah 5
tahun menjalankan usahanya tersebut, awal membuka usahanya beliau meminjam
uang ke keluarga terdekatnya sebagai modal awal usahanya tersebut, ia enggan
meminjam ke bank, dan bapak Suhartono ini masih menggunakan metode
penjualan konvensional.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dian selaku pemilik usaha Nasi Goreng
mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Pedagang yang tidak rutin menjual. Pedagang jenis ini hanya menjual dagangannya di waktu-waktu tertentu sesuai keinginan. Penjual ini tidak
59 Wawancara : Hermawan, selaku pemilik usaha Tahu Sumedang, 28 September 2019, jam 16.30 WIB 60 Wawancara : Suhartono, selaku pemilik usaha Bakso dan Mie Ayam, 20 September 2019, jam 19.35 WIB
44
berdagang bukan karena masalah yang mendesak, tetapi karena memang sedang tidak ingin berjualan”61
Ibu Dian merupakan pemilik usaha Nasi Goreng yang mana Ibu Dian baru
menjalankan usahanya selama 2 tahun, pada awal membuka usahanya Ibu Dian
menggunakan modal sendiri dari uang pensiunan suaminya dalam menjalankan
usahanya Ibu Dian selalu menawarkan sesuatu yang menjadi ciri khas pada Usaha
Nasi Gorengnya yaitu dengan memberi pertanyaan kepada pembeli tentang
bagaimana rasa dari Nasi Gorengnya
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dewi Maryanti selaku pemilik usaha
Gado-gado dan Soto Ayam mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing
usahanya :
“ Harga yang cukup tinggi dalam penjualan akan membuat konsumen yang datang ke warung menjadi berat untuk membeli, sehingga pembeli memilih untuk hanya sesekali dalam membeli disana”62
Ibu Dewi Maryanti ini selaku pemilik usaha yang telah menjalankan usahanya
selama 3 tahun, dalam membuka usahanya beliau menggunakan modal dari uang
anaknya yang sudah bekerja, Ibu Dewi ini menerima pesanan dalam skala banyak.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Fitri selaku pemilik usaha Bubur Ayam
mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Sistem pengaturan uang yang kurang bagus menjadikan suatu usaha sulit untuk berkembang. Uang yang keluar tidak sesuai dengan jumlah uang yang masuk dalam kas penjual. Di era revolusi industri tentulah
61 Wawancara : Dian selaku pemilik usaha Nasi Goreng, 17 September 2019, jam 20.20 WIB 62 Wawancara : Dewi Maryanti selaku pemilik usaha Gado-gado dan Soto Ayam, 13 September 2019, jam 07.45 WIB
45
penggunaan teknologi sangat bermanfaat, pengetahuan tentang sistem pengaturan uang seharusnya bisa diakses dengan mudah”63
Ibu Fitri adalah seorang pelaku usaha yang telah membuka usahanya selama
hampir 4 tahun dalam membuka usahanya Ibu Fitri menggunakan modal sendiri,
dalam menjalankan usahanya beliau menggunakan pembukuan secara manual
tidak menggunakan bantuan komputer dalam melakukan pembukuan tersebut
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Aryani selaku pemilik usaha Mie Ayam
mengenai faktor-faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Kurang siapnya modal usaha dalam kehidupan berdagang. Jika modal itu tidak cukup, maka pedagang harus siap untuk merugi . Karena jika modal yang hanya berjumlah cukup nantinya akan membuat pelaku usaha kesulitan dalam menghadapi masalah-masalah kedepannya nanti ”64
Ibu Aryani adalah seorang pelaku usaha Mie Ayam yang mana dalam
menjalankan usahanya Ibu Aryani ini mengalami kesulitan dalam modal usahanya
yang hanya sekedar cukup dan Ibu Aryani meminjam uang kepada bank untuk
menambah modal usahanya.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Fenti selaku pemilik usaha Sate Ayam dan
Sate Daging mengenai faktor-faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Kemampuan yang rendah menjadi masalah utama pelaku usaha. Sebagai pelaku usaha, kita memerlukan kemampuan tentang pemahaman tentang revolusi industri 4.0 dan cara untuk berhadapan dengan hal itu. Sikap diri yang terampil akan membuat kita yang bergerak dibidang perdagangan akan bertahan dan nantinya kita akan lebih berkembang dengan baik. Minimya pegawai juga menjadi masalah, karena dalam
63 Wawancara : Fitri selaku pemilik usaha Bubur Ayam, 10 September 2019, jam 07.35 WIB 64 Wawancara : Aryani selaku pemilik usaha Mie Ayam, 22 September 2019, jam 17.37 WIB
46
melayani pembeli disaat ramai membuat kami sebagai pelaku usaha menjadi kesulitan”65
Ibu Fenti merupakan pelaku usaha yang menjual Sate Ayam dan Sate Daging
dan menggunakan modal besar dalam menjalankan usahanya tersebut. Dalam
menjalankan usahanya Ibu Fenti menggunakan modal dari keluarga terdekatnya
serta melakukan peminjaman di bank untuk menambah modal usahanya dan sudah
menjalankan usahanya selama 4.5 tahun.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nurlia selaku pemilik usaha Pecel Lele
mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Biaya gaji karyawan yang rendah dalam suatu usaha. Ditengah kehidupan yang menuntut seseorang untuk lebih bersaing, maka pemilik usaha terkadang merendahkan jumlah dari gaji karyawannya agar modalnya bisa dikelola dengan baik. Padahal dengan merendahkan gaji dari karyawan membuat karyawan berhenti dan membuat pemilik usaha kesulitan dalam mengendalikan usahanya yang ditinggal karyawannya”66
Ibu Nurlia pelaku usaha yang menjual Pecel Lele yang menggunakan modal
sendiri dalam menjalankan usahanya sehingga mengalami hambatan dari segi
modal usaha maka Ibu Nurlia memilih untuk mengambil pinjaman kepada
seseorang yang mempunyai dana lebih dan memang orang tersebut membuka
peminjaman dan Ibu Nurlia telah menjalankan usahanya tersebut selama 4 tahun.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Toni Suherman selaku pemilik usaha
Rumah Makan mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya :
65 Wawancara : Fenti selaku pemilik usaha Sate Ayam dan Sate Daging, 10 Oktober 2019, jam 19.07 WIB 66 Wawancara : Nurlia selaku pemilik usaha Pecel Lele, 13 September 2019, jam 21.09 WIB
47
“ Minimnya pengetahuan saya manajemen yang baik dan saya masih belum menggunakan komputer untuk mencatat hasil dari penjualan saya. Padahal sebenarnya kemampuan tentang komputer sangat diperlukan pada masa saat ini”67
Bapak Toni Suherman adalah pemilik usaha rumah makan yang mana beliau
menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya, dalam modal tersebut
bersumber dari tindakan menggadaikan mobilnya ke bank. Usahanya ini sudah
berjalan selama 5.5 tahun.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Marlina selaku pemilik usaha Pangsit
mengenai faktor-faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Saya senang dengan adanya teknologi seperti saat ini. Saya merasa terbantu dengan adanya hal tersebut. Ada hal yang memang menghambat saya dalam berusaha pada masa saat ini. Penghambatnya yaitu persaingan yang kurang sehat dalam perdagangan. Karena pada masa saat ini, banyak pelaku usaha yang mulai memasukan usahanya dalam aplikasi pembantu ”68
Ibu Marlina adalah pemilik usaha Pangsit yang mana sudah menjalankan
usahanya selama 6 Tahun, yang mana dalam menjalankan usahanya Ibu Marlina
menggunakan modal sendiri serta masih menggunakan metode ekonomi
konvensional.
Berdasarkan hasil wawancara kepada bapak Hengki selaku pemilik usaha
Rumah Makan Pitaruah mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya :
“ Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, perlunya peran pemerintah dalam mengatasi kenaikan harga bahan baku untuk usahanya tersebut, tidak adanya peran pemerintah dalam mensosialisasikan era digitalisasi
67 Wawancara : Toni Suherman selaku pemilik usaha Rumah Makan, 7 September 2019, jam 11.37 WIB 68 Wawancara : Marlina selaku pemilik usaha Pangsit, 7 September 2019, jam 15.43 WIB
48
atau revolusi industri 4.0 serta kurangnya pelatihan yang diberikan oleh pemerintah”.69
Dari wawancara tersebut, dapat saya simpulkan usaha yang dijalankan oleh
bapak hengki ini memiliki faktor penghambat dalam menjalankan usahanya ialah
tidak mudah untuk membangun usahanya tersebut karena beliau melakukannya
secara otodidak tanpa adanya peran pemerintah dalam memberikan suatu pelatihan,
serta harapannya agar pemerintah untuk selalu menstabilkan bahan-bahan pokok
agar tidak terbebani.
Dapat disimpulkan dalam hasil wawancara ini bahwa faktor penghambat pada
daya saing yang dihadapi oleh pelaku UMKM ialah Modal, Sumber daya manusia
yang rendah, keahlian dari segi marketing, kurangnya inovasi yang dilakukan
pelaku UMKM
2. Kesiapan Pelaku UMKM Kuliner dalam menghadapi Revolusi industri
4.0
a. Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri adalah perubahan cepat dari segi usaha mencapai produksi
dengan menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga masukan (input), tenaga
penggerak (move), tenaga pemroses maupun tenaga penghasil (output). Revolusi
Industri pertama kali terjadi pada periode antara tahun 1750-1850 dimana
terjadinya perubahan dalam skala besar dari segi pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi dan teknologi serta memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap bidang sosial, ekonomi dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai
69 Wawancara : Hengki , selaku pemilik Rumah Makan Pitaruah, 14 Oktober 2019, jam 14.06 WIB
49
dari Britania Raya (Kerajaan Inggris = United Kingdom ) dan setelah itu menyebar
ke Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang dan pada akhirnya menyebar ke seluruh
dunia.70
Revolusi Industri 2.0 atau juga dikenal sebagai revolusi teknologi , yaitu
merupakan peristiwa fase pesatnya industrialisasi di akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20. Revolusi Industri ditandai dengan munculnya pembangkit tenaga
listrik. Penemuan ini mengahadirkan kemunculan dari pesawat telepon, mobil,
pesawat dan lain sebagainya.71
Revolusi industri 2.0 terjadi pada saat ditemukannya listrik, alat komunikasi,
kimia dan minyak tahun 1870-1900. Pada masa ini penggunaan produksi besi dan
baja semakin meluas juga penggunaan telegraph serta pemanfaatan minyak bumi
menjadi periode awal dimanfaatkannya listrik. Beberapa perkembangan industri
yang dapat dirasakan seperti penggunaan energi listrik untuk menggerakan mesin
dan produksi masal yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi listrik pada
ban berjalan dalam pabrikasi.72
Revolusi industri 3.0 terjadi pada saat ditemukannya komputer, internet dan
telpon genggam tahun 1960 sampai sekarang. Pada revolusi industri ke tiga industri
manufaktur yang dulu menggunakan mesin-mesin beralih dengan memanfaatan
listrik dan kemudian menjadi industri digital. Pola komunikasi dengan teknologi
digital mendorong percepatan akses informasi dan komunikasi. Perkembangan
70 Gunawan, Mencari Peluang di Revolusi Industri 4.0 untuk Melalui Era Disrupsi 4.0, Maslamah Media Mandiri, Jakarta, 2019, hlm. 3-4. 71 Ibid., hlm. 14. 72 Almatius Setya Marsudi dan Yunus Widjaja, “Industri 4.0 Dan Dampaknya Terhadap Financial Technology Serta Kesiapan Tenaga Kerja Di Indonesia”, Ikraith Ekonomika, Vol 2 No 2 Bulan Juli 2019, Jakarta : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019, hlm. 3.
50
industri yang dapat dirasakan seperti otomatisasi produksi dengan memanfaatkan
peralatan elektronik dan komputer.73
Menurut Kanselir Jerman, Angela Merkel berpendapat bahwa Industri 4.0
adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri
melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri
konvensional.74 Indonesia mengalami kehidupan perekonomian yang fluktuatif.
Berbagai masalah ekonomi dihadapi oleh masyarakat Indonesia dengan cukup
sulit untuk mengatasinya. Salah satu permasalahan tersebut adalah minimnya
kemampuan bangsa Indonesia dalam menghadapi kemajuan dari segi digitalisasi.
Ekonomi digital adalah ekonomi yang berdasarkan pada barang dan jasa yang
berasal dari perangkat elektronik dan diperdagangkan melalui perdagangan
elektronik. Dalam konomi digital terdapat bisnis yang memiliki hubungan dengan
produksi elektronik dan proses manajemen yang berhubungan dengan mitra yang
dilakukan dengan transaksi internet ataupun teknologi website.75
Menkominfo mengatakan bahwa hampir semua dunia telah memposisikan
masuk digital ekonomi, seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan India yang sudah
memiliki kapitalisasi pasar perdagangan secara elektronik (e-commerce) yang
besar. Menkominfo juga mengemukakan bahwa UMKM di Indonesia sebanyak
50.000 dan memberikan sumbangan kepada gross domestic product/GDP senilai
50 persen, sedangkan di Amerika Serikat sudah mencapai mencapai 60 persen.
73 Ibid., hlm. 3. 74Hoedi Prasetyo, Wahyudi Sutopo : Industri 4.0 : “Telaah klasifikasi aspek dan arah perkembangan riset”,Politeknik ATMI Surakarta dan Universitas Sebelas Maret : 2018,hal 19 75 Arief Iman Santoso dkk, “kesiapan UMKM Industri kreatif Kota Surakarta Dalam Menghadapi Masyarakat EkonomiDigital (Digital Economy Ecosystem)”, Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2017, ISBN 978-602-6428-12-7, (UNS : 2017), hal. 273.
51
Keberadaan UMKM tebukti bisa bertahan dan menjadi penggerak ekonomi,
terutama setelah krisis ekonomi. Masalah-masalah yang dihadapi oleh UMKM
adalah keterbatasan modal kerja, sumber daya manusia yang rendah dan kurang
mampunya masyarakat dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.76
Digitalisasi membuat bangsa Indonesia bisa mempermudah kehidupannya
dari segala bidang, termasuk pula bidang ekonomi. Pada bidang ekonomi,
digitalisasi bisa menjadi sarana bagi pelaku usaha dalam memperkenalkan
usahanya kepada khalayak. Tetapi, hanya sebagian orang yang bisa
memanfaaatkan era digitalisasi. Masih banyak pelaku usaha yang masih
menerapkan metode ekonomi konvensional dan tidak menggunakan teknologi
dalam memajukan usahanya.
Kesiapan Kota Jambi dalam menghadapi era digitalisasi masih sangat
minim. Hal ini dikarenakan masyarakat Jambi belum mampu untuk menghadapi
era digitalisasi, khususnya pelaku usaha. Masyarakat Jambi bahkan masih banyak
yang belum mengetahui tentang revolusi industri 4.0 atau era digitalisasi. Tetapi,
ada juga beberapa pelaku usaha yang menggunakan digitalisasi dalam usahanya.
Berdasarkan wawancara kepada bapak Habibi selaku pemilik Kafe Analogi
mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“Hal yang membuat masyarakat Jambi belum siap dalam menghadapi era digitalisasi, yaitu dikarenakan pelaku usaha yang berusia 40 hingga 50 tahun masih banyak yang belum bisa menggunakan teknologi (gadget), masyarakat Jambi belum bisa mengikuti arus dari revolusi industri 4.0 dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh
76 Ibid., hal. 273.
52
pemerintah dan belum adanya program khusus yang dari pemerintah untuk mendukung UMKM di era revolusi industri 4.0”.77
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Megawati selaku pemilik Gado-gado
mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0
“ Saya menganggap revolusi industri 4.0 di Jambi masih belum cukup dikenal oleh masyarakat. Jadi saya merasa bahwa masyarakat Jambi belum mampu menghadapinya, karena minimnya pengetahuan tentang revolusi industri 4.0”78
Berdasarkan wawancara saya kepada bapak Rahmad Suhardiman selaku
penjual roti bakar tentang kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 :
“Tidak adanya sosialisasi pemerintah mengenai revolusi industri 4.0 atau era digitalisasi dan diperlukannya pelatihan mengenai bagaimana memanfaatkan kelebihan yang diambil dari teknologi serta kurangnya pemahaman tentang teknologi. Dalam kegiatan usaha, pelaku usaha melakukan inovasi terhadap produk usaha agar memiliki nilai jual lebih dari inovasi yang saya lakukan agar konsumen merasa puas terhadap barang yang saya tawarkan”.79
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Rosdiana selaku pemilik usaha warung
sarapan pagi mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri
4.0 :
“ Masih belum siap. Karena sistem yang diterapkan di masa revolusi industri 4.0 pada umumnya bersumber dari barat, sedangkan kita adalah negara timur. Dua hal ini sulit untuk diterapkan dengan cepat, karena saling bertentangan”80
77 Wawancara : Habibi selaku pemilik cafe analogi , Sabtu 12 Oktober 2019, Jam 22.19 WIB 78 Wawancara : Megawati selaku pemilik Gado-gado, 16 Oktober 2019, Jam 10.44 WIB 79 Wawancara : Rahmad Suhardiman selaku pemilik usaha roti bakar, 13 Oktober 2019, Jam 20.20 WIB 80 Wawancara : Rosdiana selaku pemilik usaha warung sarapan pagi,7 Oktober 2019 , Jam 08.05 WIB
53
Berdasarkan wawancara kepada Bapak Jefri selaku pemilik usaha Roti
Bakar mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0:
“ UMKM di Jambi masih belum cukup siap dalam menghadapi revolusi industri 4.0, karena belum ada pelatihan mengenai pemanfaatan teknologi modern pada masa revolusi industri 4.0 dalam memaksimalkan promosi dan produksinya”81
Berdasarkan wawancara kepada Bapak Arif Pratama selaku pemilik usaha Rumah Makan mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“ Belum terlalu siap, meskipun sudah ada beberapa UMKM yang menggunakan teknologi untuk mendukung usahanya, perlunya peran pemerintah dalam memberikan pemahaman yang lebih tentang revolusi industri 4.0”82
Berdasarkan wawancara kepada Bapak Hermawan selaku pemilik usaha
Tahu Sumedang mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 :
“ Kurang siap dengan sepenuhnya. Karena belum ada kegiatan pelatihan dalam penggunaan sistem digital dan internet. Saya yang sudah cukup tua seperti ini, jadi sangat sulit untuk belajar mengenai hal itu ”83
Berdasarkan wawancara kepada Bapak Suhartono selaku pemilik usaha
Bakso dan Mie Ayam mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi
revolusi industri 4.0 :
“ Saya melihat masyarakat Jambi bisa dengan mudah memahami sendiri tentang pemanfaatan teknologi. Dengan datangnya revolusi industri 4.0 bisa disambut dengan baik oleh masyarakat Jambi ”84
81 Wawancara : Jefri selaku pemilik usaha roti bakar,10 Oktober 2019 , Jam 19.15 WIB 82 Wawancara : Arif pratama, selaku pemilik usaha Rumah Makan, 5 Oktober 2019, jam 14.25 WIB 83 Wawancara : Hermawan, selaku pemilik usaha Tahu Sumedang, 28 September 2019, jam 16.30 WIB
54
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Dian selaku pemilik usaha Nasi Goreng
mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“ Rendahnya pendidikan dari karyawan yang bekerja di salah satu UMKM membuat karyawan itu sulit untuk mengoperasikan komputer, UMKM di Jambi masih enggan menggunakan komputer dalam transaksi usahanya. Sehingga UMKM di Jambi masih belum mampu bersaing di masa revolusi industri 4.0. ”85
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Dewi Maryanti selaku pemilik usaha
Gado-gado dan Soto mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 :
“ Revolusi industri 4.0 akan memberikan dampak buruk. Dampak buruk itu adalah terlalu bergantungnya pelaku usaha terhadap teknologi, sehingga tenaga manusia akan digantikan oleh mesin. Hal ini memicu pemberhentian dalam skala besar terhadap karyawan yang bekerja di UMKM ditengah populasi penduduk yang banyak. Saya rasa, UMKM di Jambi belum bisa menghadapi permasalahan itu ”86
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Fitri selaku pemilik usaha Bubur Ayam
mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“ Pembaruan dalam usaha sangat dibutuhkan pada masa revolusi industri 4.0. Usaha tanpa pembaruan membuat sulit untuk berkembang. Karena jika usaha kita sama dengan usaha yang lain, maka hasil yang kita dapatkan tetaplah sama. UMKM di Jambi masih banyak yang belum melakukan pembaruan, sehingga UMKM di Jambi saat ini belum siap terhadap revolusi industri 4.0”87
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Aryani selaku pemilik usaha Mie Ayam
mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 : 84 Wawancara : Suhartono, selaku pemilik usaha Bakso dan Mie Ayam, 20 September 2019, jam 19.35 WIB 85 Wawancara : Dian selaku pemilik usaha Nasi Goreng, 17 September 2019, jam 20.20 WIB 86 Wawancara : Dewi Maryanti selaku pemilik usaha Gado-gado dan Soto Ayam, 13 September 2019, jam 07.45 WIB 87 Wawancara : Fitri selaku pemilik usaha Bubur Ayam, 10 September 2019, jam 07.35 WIB
55
“ Pada umumnya UMKM di Jambi hanya memanfaatkan hp sebagai pendukung usahanya, khususnya saya sendiri menerima pesanan yang banyak dengan media hp. Maka dengan pernasalahan ini membuat Jambi belum mampu untuk menghadapi revolusi industri 4.0”88
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Fenti selaku pemilik usaha Sate Ayam
dan Sate Daging mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 :
“Saya melihat memang ada beberapa UMKM di Jambi menggunakan komputer sebagai pembantu, tapi mereka berpandangan bahwa bisa mengendalikan usaha tanpa menggunakan komputer. Karena mereka masih menganggap mampu untuk mengendalikan usaha. Saya menyimpulkan bahwa UMKM di Jambi belum bisa menghadapi revolusi industri 4.0 karena hal tersebut”89
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Nurlia selaku pemilik usaha pecel lele
mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“ Saya merasakan bahwa pemerintah sudah menyediakan segalanya. Entah itu berasal dari kebijakan maupun sarana untuk menjalani revolusi industri 4.0. maka saat ini, tinggal masyarakat mengembangkan dirinya sendiri. UMKM di Jambi sudah bisa menghadapi revolusi industri 4.0, karena sudah mendapat bantuan dari pemerintah”90
Berdasarkan wawancara kepada Bapak Toni Suherman selaku pemilik usaha Rumah Makan mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“ Saya merasa Jambi dengan keadaan yang lemah terhadap penggunaan teknologi seperti saat ini, belum siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0. ”91
88 Wawancara : Aryani selaku pemilik usaha Mie Ayam, 22 September 2019, jam 17.37 WIB 89 Wawancara : Fenti selaku pemilik usaha Sate Ayam dan Sate Daging, 10 Oktober 2019, jam 19.07 WIB 90 Wawancara : Nurlia selaku pemilik usaha Pecel Lele, 13 September 2019, jam 21.09 WIB 91 Wawancara : Toni Suherman selaku pemilik usaha Rumah Makan, 7 September 2019, jam 11.37 WIB
56
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Marlina selaku pemilik pangsit mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“ Jambi membutuhkan sosok pemerintah yang mendukung jalannya revolusi industri dengan baik, masih banyak yang bahkan belum mengetahui tentang revolusi industri 4.0. jadi saya melihat bahwa UMKM di Jambi belum mampu untuk menerima revolusi industri 4.0 ”92
Berdasarkan wawancara saya bersama Bapak Hengki selaku pemilik Rumah
Makan pitaruah mengenai kesiapannya dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“ Hal yang dibutuhkan oleh pedagang agar mampu bersaing dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah dengan memberikan pelayanan yang baik bagi pembeli, sehingga menghadirkan kesan yang baik. dengan hal itu, maka konsumen akan menjadi pelanggan tetap. Dalam menjalani bisnis yang bergerak dibidang kuliner pada era digitalisasi diperlukan cita rasa yang enak di lidah pembeli. Jika hanya terpaku pada promosi dengan sosial media, maka penjual akan mendapatkan omset penjualan yang standar.”93
Sebagaimana Islam telah mengajarkan bagi pelaku usaha untuk
memperhatikan kualitas dan keberadaan produk. Islam melarang jual beli produk
yang belum jelas (gharar) bagi pembelinya. Pasalnya disini berpotensi terjadinya
penipuan dan ketidakadilan terhadap salah satu pihak. Selain keberadaan suatu
produk, Islam juga memerintahkan untuk memperhatikan kualitas produk, barang
yang dijual harus terang dan jelas kualitasnya, sehingga pembeli dapat dengan
mudah memberi penilaian.94 Tentang kualitas dan keberadaan produk Allah SWT.
Berfirman dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 267 :
92 Wawancara : Marlina selaku pemilik usaha Pangsit, 7 September 2019, jam 15.43 WIB 93 Wawancara : Hengki selaku pemilik rumah makan pitaruah , 14 Oktober 2019, Jam 14.25 WIB 94 Muhammad Firdaus. : Dasar dan strategi pemasaran syariah (Jakarta: Renaisan,2005), hal 23
57
ا أخرجنا لكم من الأرض ولا ت موا الخبيث منه يا أيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما كسبتم ومم يم
غني حميد بآخذتنفقون ولستم يه إلا أن تغمضوا فيه واعلموا أن االله
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersedekahlah dari sebaik-baik
hasil usahamu dan dari apa yang kami tumbuhkan untukmu dari bumi. Dan jangan
sengaja memilih yang busuk untuk kamu sedekahkan, padahal kamu sendiri tidak
mau menerimanya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.95
Berdasarkan ayat di atas, Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil
usaha yang baik berupa barang maupun pelayanan atau jasa hendaknya
memberikan yang berkualitas, jangan memberikan yang buruk atau tidak
berkualitas kepada orang lain.
Berdasarkan wawancara saya dengan bapak Muhammad Ikhsan selaku pemilik warung sarapan pagi mengenai kesiapannya dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :
“ Ada manfaatnya menggunakan teknologi ini karena bisa membantu dalam segi penjualan, tidak adanya sosialisasi pemerintah mengenai revolusi industri 4.0 ,diperlukan semacam pelatihan mengenai teknologi serta pemahaman apa itu revolusi industri 4.0 sehingga bisa jadi lebih siap dalam menghadapi hal tersebut.”96
Dari pembahasan tersebut para pelaku UMKM khususnya di bidang kuliner
belum mampu menghadapi era digitalisasi karena masih minimnya pengetahuan
mengenai teknologi, serta kebanyakan para pelaku umkm ini tidak melakukan
inovasi inovasi terhadap produk usahanya, kurangnya peran pemerintah dalam
memberikan pemahaman mengenai revolusi industri 4.0.
95Q.S Al Baqarah : ayat 267 96 Wawancara : Muhammad Ikhsan selaku pemilik warung sarapan pagi , 15 oktober 2019, Jam 10.45 WIB
58
Klasifikasi UMKM Kuliner Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi yang sudah siap menghadapi Revolusi Industri 4.0 :
Tabel 4.1
No. Pelaku Usaha Umur Jenis Usaha Modal Teknologi Pendukung Usaha
1 Habibi 28 tahun Kafe Rp. 80.000.000 Gadget atau gawai
2 Megawati 33 tahun Penjual gado-gado
Rp. 25.000.000 Gawai dan aplikasi pendukung
3 Rahmad Suhardiman
25 tahun Penjual roti bakar
Rp. 10.000.000 Gawai dan aplikasi pendukung
4 Hengki 31 tahun Rumah Makan
Rp. 15.000.000 Gadget atau gawai
5 Muhammad Ihsan 49 tahun Warung Sarapan Pagi
Rp. 7.000.000 Gawai dan aplikasi pendukung
Klasifikasi UMKM Kuliner Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi yang belum siap menghadapi Revolusi Industri 4.0
Tabel 4.2
No. Pelaku Usaha Umur Jenis Usaha Modal Teknologi Pendukung Usaha
1 Rosdiana 48 tahun Warung Sarapan Pagi
Rp. 9.000.000 Gadget atau gawai
2 Jefri 37 tahun Penjual Roti Bakar Rp. 12.000.000 Gadget atau gawai
3 Arif Pratama 43 tahun Rumah Makan Rp. 13.000.000 Gadget atau gawai
4 Hermawan 55 tahun Tahu Sumedang Rp. 5.000.000 Tidak Menggunakan Teknologi
5 Suhartono 43 tahun Bakso dan Mie Ayam
Rp. 11.000.000 Gadget atau gawai
6 Dian 39 tahun Nasi Goreng Rp. 9.000.000 Gadget atau gawai
7 Dewi Maryanti
35 tahun Penjual Gado-Gado dan Soto
Rp. 10.000.000 Gadget atau gawai
59
8 Fitri 41 tahun Bubur Ayam Rp. 8.500.000 Gadget atau gawai
9 Aryani 45 tahun Mie Ayam Rp. 6.000.000 Gadget atau gawai
10 Fenti 36 tahun Sate Ayam Dan Sate Daging
Rp. 17.000.000 Gadget atau gawai
11 Nurlia 43 tahun Pecel Lele Rp. 15.000.000 Gadget atau gawai
12 Toni Suherman
54 tahun Rumah Makan Rp. 17.500.000 Gadget atau gawai
13 Marlina 40 tahun Pangsit Rp. 5.000.000 Gadget atau gawai
Pemanfaatan teknologi dalam UMKM Kuliner Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi yang belum siap menghadapi Revolusi Industri 4.0
Tabel 4.3
No Pelaku Usaha Umur Jenis Usaha Pemanfaatan Teknologi dalam Usaha
1 Habibi 28 tahun Kafe Menggunakan Media Sosial dalam mempromosikan usahanya
2 Megawati 33 tahun Penjual gado-gado Menggunakan Aplikasi Pembantu (Grabfood dan Gofood)
3 Rahmad Suhardiman
25 tahun Penjual roti bakar Menggunakan Aplikasi Pembantu (Grabfood dan Gofood)
4 Hengki 31 tahun Rumah Makan Menggunakan Media Sosial dalam mempromosikan usahanya
5 Muhammad Ihsan
49 tahun Warung Sarapan Pagi
Menggunakan Aplikasi Pembantu (Grabfood dan Gofood)
6 Rosdiana 48 tahun Warung Sarapan Pagi
Menerima Pesanan hanya menggunakan Gawai yang belum
60
ada internetnya
7 Jefri 37 tahun Penjual Roti Bakar Belum menggunakan media sosial sebagai tempat promosi dan Gawai
8 Arif Pratama 43 tahun Rumah Makan Menerima pesanan hanya menggunakan gawai yang belum ada internetnya
9 Hermawan 55 tahun Tahu Sumedang Belum menggunakan media sosial sebagai tempat promosi dan Gawai
10 Suhartono 43 tahun Bakso dan Mie Ayam
Menerima Pesanan hanya menggunakan Gawai yang belum ada internetnya
11 Dian 39 tahun Nasi Goreng Tidak Menggunakan Gawai dan media sosial dalam mempromosikan usahanya
12 Dewi Maryanti 35 tahun Penjual Gado-Gado dan Soto
Menerima Pesanan hanya menggunakan Gawai yang belum ada internetnya
13 Fitri 41 tahun Bubur Ayam Menerima Pesanan hanya menggunakan Gawai yang belum ada internetnya
61
14 Aryan
15 Fenti
16 Nurlia
17 Toni S
18 Marlin
ni
a
Suherman
na
UMm
rev
P
45 tahun
36 tahun
43 tahun
54 tahun
40 tahun
MKM yang siapmenghadapi volusi industri
4.028%
Presenta
p
se UMKrevolus
Mie Ayam
Sate AyamDaging
Pecel Lele
Rumah Ma
Pangsit
m
m Dan Sate
e
akan
Gambar 4.
UMKM yabelum simenghad
revolusi ind4.072%
M dalamsi industr
.1
ang ap dapi dustri
m menghri 4.0
Menerima hanya menggunaGawai yanada interneMenerima hanya menggunagawai yanada interneMenerima hanya menggunagawai yanada interneMenerima hanya menggunagawai yanada interneTidak menggunateknologi gawai menjalankusahanya
Pesanan
akan ng belum etnya
Pesanan
akan ng belum etnya
Pesanan
akan ng belum etnya
Pesanan
akan ng belum etnya
akan dan
dalam kan
hadapi
62
Berdasarkan Gambar diatas, jumlah UMKM yang siap dalam menghadapi
revolusi industri 4.0 berjumlah lima UMKM dan UMKM Kota Jambi yang belum siap
menghadapi Revolusi Industri 4.0 berjumlah 13 UMKM. Dari gambar diatas berarti
masih sedikit UMKM yang sudah bisa menghadapi revolusi industri 4.0 dan hanya
sedikit UMKM yang menggunakan aplikasi pembantu dalam promosi usahanya. 28%
UMKM yang siap menghadapi revolusi industri 4.0 dan 72% UMKM yang belum siap
menghadapi revolusi industri 4.0 Bentuk siapnya UMKM dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 dilihat dari sumber daya manusia, modal, pengetahuan tentang teknologi
dan teknologi yang digunakan.
Alasan pelaku usaha tidak menggunakan teknologi dalam UMKM di kota Jambi, yaitu
1. Usia yang sudah cukup tua
2. SDM yang rendah
3. Modal
4. Tidak terlalu membutuhkan teknlogi dalam usahanya
Klasifikasi Pendidikan Karyawan pada UMKM Kuliner di Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi :
Tabel : 4.4
No. Pelaku Usaha Umur Jenis Usaha Karyawan Pendidikan Karyawan
1 Arif Pratama 43 tahun Rumah Makan
3 orang Tamat SMA
2 Aryani 45 tahun Mie Ayam 2 orang Tamat SMA 3 Dewi Maryanti 35 tahun Penjual
Gado-Gado dan Soto
3 orang 2 orang Tamat SMA dan satu orang tamat SMP
4 Dian 39 tahun Nasi Goreng 3 orang Tamat SMA
63
5 Dewi Maryanti 35 tahun Penjual Gado-Gado dan Soto
2 orang Tamat SMA
6 Fitri 41 tahun Bubur Ayam Tidak Ada* 7 Fenti 36 tahun Sate Ayam
Dan Sate Daging
3 orang Tamat SMA
8 Habibi 28 tahun Kafe 2 orang Tamat SMA 9 Hengki 31 tahun Rumah
Makan 4 orang 2 orang tamat
SMA dan 2 orang tamat SMP
10 Hermawan 55 tahun Tahu Sumedang
Tidak ada
11 Jefri 37 tahun Penjual Roti Bakar
2 orang Tamat SMA
12 Marlina 40 tahun Pangsit Tidak Ada 13 Megawati 33 tahun Penjual
Gado-gado 3 orang 1 orang tamat
SMA dan 2 orang tamat SMP
14 Muhammad Ihsan 49 tahun Warung Sarapan Pagi
Tidak Ada
15 Nurlia 43 tahun Pecel Lele 3orang Tamat SMA 16 Rosdiana 48 tahun Warung
Sarapan Pagi 2 orang 1 orang tamat
SMA dan 1 orang tamat SMP
17 Suhartono 43 tahun Bakso dan Mie Ayam
3 orang Tamat SMA
18 Toni Suherman 54 tahun Rumah Makan
4 orang 3 orang tamat SMA dan 1 orang tamat SMP
Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
karyawan sebagian besar tamatan SMA dan sebagian kecil tamatan SMP. Untuk
yang tamatan Pendidikan SMA Berjumlah 32 Orang dan Tamatan Pendidikan
SMP sebanyak 7 Orang.
Analisis SWOT pada UMKM kuliner
Analisis SWOT merupakan analisa yang tepat digunakan dalam penelitian ini.
SWOT merupakan akronim untuk kata-kata “Strenght” (kekuatan),“Weakness”
64
(kelemahan), “ Opportunities” (peluang) dan “Threats” ( ancaman), faktor
kekuatan dan kelemahan dalam tubuh organisasi termasuk satuan bisnis tertentu,
sedangkan faktor peluang dan ancaman merupakan faktor lingkungan yang
dihadapi organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis tersebut.97
Berdasarkan observasi langsung dilapangan maka dapat diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman UMKM Kuliner di Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi yaitu sebagai berikut :
a. Kekuatan / Strengths
1. Tempat yang strategis karena berada dikawasan perkantoran, kampus,
sekolah, dan indekos
2. Harga yang terjangkau
3. Pelaku Usaha dengan usia produktif
4. Ramah terhadap pelanggan
5. Terus berinovasi
6. Kualitas Produk yang terjamin98
b. Kelemahan / Weaknesses
1. Keterbatasan modal dan bahan baku
2. Pemasaran yang masih tradisional 97 Wikipedia, “Analisis SWOT”, Diakses dari https://id.m.wikipedia.org.//wiki/Analisi_SWOT pada tanggal 11 November 2019 pukul 19.43 98 Wawancara : Habibi selaku pemilik cafe analogi , Sabtu 12 Oktober 2019, Jam 22.19 WIB
65
3. Minimnya pengetahuan mengenai digitalisasi
4. Pelaku Usaha yang berusia tidak produktif
5. Tingginya harga jual produk makanan dan minuman99
c. Peluang/ Opportunities
1. Mudahnya Akses dalam pembelian produk makanan dan minuman
2. Mudahnya penjual untuk mempromosikan usahanya
3. Pelaku usaha dan pembeli mengerti mengenai digitalisasi
4. Mudahnya Akses menuju tempat pelaku usaha
5. Promosi produk usaha menggunakan media sosial100
d. Ancaman / Thtreats
1. Banyaknya Jenis Usaha yang sama
2. Rawan akan penggusuran
3. Strategi pemasaran yang masih tradisional
4. Kurangnya perhatian dari pemerintah mengenai digitalisasi
5. Persaingan yang tidak sehat101
99 Wawancara : Hengki selaku pemilik rumah makan pitaruah , 14 Oktober 2019, Jam 14.25 WIB 100 Wawancara : Megawati selaku pemilik Gado-gado, 16 Oktober 2019, Jam 10.44 WIB 101 Wawancara : Muhammad Ikhsan selaku pemilik warung sarapan pagi , 15 oktober 2019, Jam 10.45 WIB
66
Tabel 4.5 :
Bentuk Matriks SWOT
INTERNAL EKSTERNAL
STRENGH (S) 1. Tempat yang strategis
karena berada dikawasan perkantoran, kampus, sekolah dan indekos
2. Harga yang terjangkau 3. Pelaku Usaha dengan
usia produktif 4. Ramah terhadap
pelanggan 5. Terus berinovasi 6. Kualitas Produk yang
terjamin
WEAKNESSES (W) 1. Keterbatasan modal
dan bahan baku 2. Pemasaran yang
masih tradisional 3. Minimnya
pengetahuan mengenai digitalisasi
4. Pelaku Usaha yang berusia tidak produktif
5. Tingginya harga jual produk makanan dan minuman
OPPORTUNITY (O) 1. Mudahnya Akses dalam
pembelian produk makanan dan minuman
2. Mudahnya penjual untuk mempromosikan usahanya melalui aplikasi pembantu
3. Pelaku usaha dan pembeli mengerti mengenai digitalisasi
4. Mudahnya Akses menuju tempat pelaku usaha
5. Promosi produk usaha menggunakan media sosial
6. Mudahnya pelaku usaha dalam akses peminjaman modal dari akses internet
STRATEGI SO 1. Lokasi yang strategis
mendukung dalam penjualan usaha.
2. Pelaku usaha yang memanfaatkan teknologi dengan baik bisa memberikan keuntungan.
3. Memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen agar konsumen merasa puas.
4. Selalu menjaga kualitas produk usaha dan memaksimalkan promosi pada era digitalisasi saat ini.
5. Melakukan inovasi terhadap produk usaha, sehingga produk usaha bisa bersaing secara kompetitif.
STRATEGI WO 1. Bagi pelaku usaha
yang mengalami keterbatasan modal agar melakukan peminjaman, guna menyelesaikan masalah keterbatasan modal.
2. Memaksimalkan aplikasi pembantu dalam meningkatkan penjualan produk usaha.
3. Meningkatkan kualitas produk usaha, sehingga pembeli tidak mempermasalahkan mahalnya produk usaha tersebut.
4. Menjaga cita rasa dari produk usaha tersebut, sehingga penjualab dapat berjalan dengan stabil.
67
THEREATS (T) 1. Banyaknya Jenis Usaha
yang sama 2. Rawan akan
penggusuran 3. Strategi pemasaran yang
masih tradisional 4. Kurangnya perhatian
dari pemerintah mengenai digitalisasi
5. Persaingan yang tidak sehat
STRATEGI ST
1. Meningkatkan pemahaman tentang teknologi, sehingga pelaku usaha bisa bersaing dan meningkatkan Produktifitas dalam usahanya.
2. Mendaftarkan usaha kepada lembaga pemerintah setempat, sehingga penggusuran bisa terhindari.
STRATEGI WT Pelaku Usaha harus meningkatkan pemahaman mengenai teknologi secara mandiri, sehingga dengan mudahnya akses dari segi promosi dan penjualan bisa dimanfaatkan dengan baik.
Sumber data : diolah sendiri
Berdasarkan analisis lingkungan faktor internal dan eksternal pada UMKM
Kuliner, maka dapat menggunakan matriks SWOT untuk mengetahui strategi yang
digunakan oleh pelaku usaha dalam bersaing di era digitalisasi atau revolusi industri
4.0. dari matriks SWOT tersebut, bisa dipahami mengenai strategi yang dilakukan oleh
pelaku usaha dalam menghadapi persaingan di era digitalisasi, memaksimalkan
penggunaan teknologi digital untuk mendukung UMKM Kuliner di Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi :
1. Lokasi yang strategis mendukung dalam penjualan usaha.
2. Pelaku usaha yang memanfaatkan teknologi dengan baik bisa memberikan
keuntungan.
3. Memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen agar konsumen merasa
puas.
4. Selalu menjaga kualitas produk usaha dan memaksimalkan promosi pada era
digitalisasi saat ini.
68
5. Melakukan inovasi terhadap produk usaha, sehingga produk usaha bisa
bersaing secara kompetitif.
6. Bagi pelaku usaha yang mengalami keterbatasan modal agar melakukan
peminjaman, guna menyelesaikan masalah keterbatasan modal.
7. Memaksimalkan aplikasi pembantu dalam meningkatkan penjualan produk
usaha.
8. Meningkatkan kualitas produk usaha, sehingga pembeli tidak
mempermasalahkan mahalnya produk usaha tersebut.
9. Menjaga cita rasa dari produk usaha tersebut, sehingga penjualab dapat
berjalan dengan stabil.
10. Meningkatkan pemahaman tentang teknologi, sehingga pelaku usaha bisa
bersaing dan meningkatkan Produktifitas dalam usahanya.
11. Mendaftarkan usaha kepada lembaga pemerintah setempat, sehingga
penggusuran bisa terhindari.
12. Pelaku Usaha harus meningkatkan pemahaman mengenai teknologi secara
mandiri, sehingga dengan mudahnya akses dari segi promosi dan penjualan
bisa dimanfaatkan dengan baik.
69
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor – faktor penghambat pada daya saing UMKM
Faktor-faktor penghambat pada daya saing yang dialami pelaku UMKM di
kecamatan telanaipura ialah rendahnya sumber daya manusia, kurangnya modal
yang dimiliki pelaku UMKM, kurangnya sarana prasarana yang disediakan oleh
pemerintah, faktor cuaca yang tidak menentu, kurangnya pelatihan yang diberikan
oleh pemerintah dalam melakukan usaha, tidak adanya link dalam peminjaman
modal, Harga jual yang terlalu tinggi, tidak mampu membaca keinginan dari
konsumen, kurangnya promosi yang dilakukan para pelaku UMKM, kurangnya
keseriusan dalam berdagang
2. Kesiapan para pelaku umkm kuliner dalam menghadapi revolusi industri
4.0
Kurangnya pemahaman dalam mengenai teknologi,tidak adanya sosialisasi
dari pemerintah mengenai teknologi, belum siap dalam menghadapi era
digitalisasi, faktor usia menjadi penyebab dalam kesiapan para pelaku UMKM
dalam menghadapi revolusi industri, enggan menerapkan teknologi dalam
berwirausaha,faktor modal menjadi tidak siap dalam menghadapi era digitalisasi
ini, rendahnya pendidikan para pelaku UMKM, kurangnya pelatihan yang
diberikan oleh pemerintah dalam menghadapi revolusi industri.
70
Saran
Berdasarkan penelitian ini saran yang bisa diberikan oleh penitili adalah :
1. Kepada Pemerintah
Perlunya peran pemerintah dalam memperkenalkan revolusi industri
4.0 terhadap pelaku umkm sehingga para pelaku umkm lebih siap dalam
menghadapi revolusi industri 4.0. serta menstabilkan harga barang - barang
pokok sehingga para pelaku umkm terbantu akan murahnya harga barang
tersebut dan tidak menjadikan patokan para pelaku umkm untuk menaikkan
harga produk usahanya. Mengadakan pelatihan pelatihan mengenai digitalisasi
kepada para pelaku umkm. Memperkuat keamanan Cyber physical sistem
(menghubungkan teknologi dengan dunia nyata), agar tidak terjadinya
pelemahan sistem yang merugikan pelaku usaha maupun konsumen.
2. Kepada Pelaku UMKM
Pelaku umkm harus membuka diri terhadap perkembangan zaman,
khususnya terhadap era digitalisasi atau revolusi industri 4.0; pelaku umkm
harus menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi pada era digitalisasi atau
revolusi industri 4.0; pelaku umkm diharapkan bisa memanfaatkan teknologi
dalam tujuan berhasilnya penjualan.
3. Kepada Konsumen
Harus berhati – berhati dalam melakukan transaksi secara online agar
bisa menghindari penipuan yang sering terjadi pada transaksi jual beli online.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya. 2013.General Book Departement, Solo : PT. Tiga Serangkai pustaka mandiri.
Ade Muhamad alimul basar 2015. Peranan Usaha kecil menengah (UKM) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kecamatan cibeureum kabupaten kuningan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Akbar Faisal, Tesis: “Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Bisnis Kuliner Studi Pada Beberapa Usaha Kuliner Skala Kecil Dan Menengah Di Yogyakarta”, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2014), hlm 1.
Arief Rahmana . Peranan Teknologi Informasi dalam peningkatan daya saing usaha kecil menengah (Yogyakarta, Juni 2009)
Badan Pusat Statistik Kota Jambi : Kecamatan Telanaipura Dalam angka 2018
BKSTI ub.ac.id /wp-content/upload/2017/10/keynote Speker Drajad Irianto.pdf
Badan Pusat Statistik : Ukm Berdasarkan Kuantitas Tenaga Kerja
Dani Danuar Tri U, “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif Di kota Semarang”. (Semarang , 2013)
Ekonomi Modernisasi Vol 3 no 3, Mohamad Nur Singgih . Strategi penguatan usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai refleksi pembelajaran krisis ekonomi indonesia (Oktober, 2007)
Hendra Suwardana “Revolusi Industri 4.0 berbasis Revoluisi Mental (Jurnal Vol 1 No 2 “ Hal 102-110(2017).
Hario Tamtomo, S.Ei.,M.M , Nor Qomariyah, S.HI .“Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Jambi”
Imam Gunawan : Metode Penelitian Kualitatif
Laporan Kinerja (Lkj) Kecamatan Telanaipura Kota jambi tahun 2018
Mattway B. Miles dan A. Michael Huberman. Quallitative data analysis. London, Baverly Hills, 1984, Hal.18-21.
Linsia Portia Dam Lea Emilia Farida, “Prospek Dan Tantangan Bisnis Kuliner (Kelompok Makanan Jadi) di Banjarmasin”, Issn 2541-6014, (Kalimantan Selatan : Politeknik Negeri Banjarmasin, 2018)
Metode pengumpulan data penilitian kualitatif : materi kuliah metodologi penelitian PPs UIN Maliki Malang.
Moeleong, J. 1995. Penelitian kualitatif. Bandung: Roksadaya.
Melissa Carmia Elias : Analisistrategi bersaing pada perusahaan biro perjalanan di Malang” Volume 6, No. 2, (2018) 1-6 Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya.
Muhammad Firdaus. : Dasar dan strategi pemasaran syariah (Jakarta: Renaisan,2005), hal 23
Musamba Vol 3 No 2 oktober 2018, “Pengaruh Revolusi industri pada kewirausahaan demi kemandirian ekonomi”.
Nina nurdiani, “Teknik sampling snowball dalam penelitian lapangan” , ComTech Vol. 5 No. 2 Desember 2014 : 1110-1118, (Dki Jakarta : universitas binus, 2014) ,hlm1112-1114
Nurul Fahmi : ”Lagak Budak Jambi”, media inspirasi 2013, Jelutung , Jambi, hlm. 11.
Prihatin Lumbanraja, Arlina Nurbaity Lubis, Sitti Raha Agoes Salim ”Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) Kerajinan Menjahit dan Bordir di Kecamatan Medan Area Kota Medan”2017.
Permendiknas No 41 Tahun 2007 : Standar Proses
Rulyanti Susi Wardhani, Yulia Agustina ,“Analisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing Pada sentra industri makanan khas bangka di kota pangkal pinang
Sepris Yonaldi 2018 .Kewirausahaan Menumbuhkembangkan umkm di era digital,
Siti Laeliyah, Skripsi: “Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Kuliner Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Usaha Kang Bagong Catering Semarang)”,(Semarang :Universitas Islam Negeri Walisongo,2017), Hlm.3.
Steven Wijaya , “Identifikasi Tingkat Kesiapan Industri Makanan dan Minuman dalam Revolusi Industri 4.0” (Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2019)
Sudaryanto Dkk, “ Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean” (2011)
Tim penyusun cerita rakyat jambi : “Tan Talanai Beserta dua buah cerita rakyat daerah jambi lainnya” Proyek pengembangan media kebudayaan departemen pendidikan kebudayaan jakarta, Hlm 1
Tedjo Tripomo dan Udan, Manajemen Strategi, Rekayasa Sains, Bandung, 2013,hlm118
UU Republik Indonesia No 20 tahun 2008 tentang UMKM
V. Wiratna Sujarweni : metodologi penelitian bisnis & ekonomi (2015)hal.10
https://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/pertumbuhan-industri-makanan- akan-tetap-naik/32680, diakses pada 20 oktober 2019, pukul 17.05
Http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1562040307_Sandingan_Data_um km2012-2017.pdf
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis-/d-3848673/bicara-era- digital-sri-mulyani-akan-ada-pergeseran-jenis-tenaga-kerja . (Diakses 26 februari 2019)
http://bappeda.jambikota.go.id/renstra-diskop-umkm di akses pada 7 Maret 2019
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penghambat (diakses jambi pada 17 oktober 2019)
Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jambi (Diakses pada 4 Oktober 2019, pukul 09.34 WIB)
Wikipedia : Usaha Kecil dan Menengah, diakses pada 15 februari 2019
Wikipedia, “Analisis SWOT”, Diakses dari https://id.m.wikipedia.org.//wiki/Analisi_SWOT pada tanggal 11 November 2019 pukul 19.43
World Forum Economic https://www.weforum.org/ , diakses pada 8 Maret 2019
Dokumentasi
Suasana Warung Sarapan Pagi
Bersama Penjual Roti Bakar Matmat
Suasana Warung Makan Pitaruah
Foto Bersama Pak Hartono S.E (Sekcam Telanaipura)
Foto bersama pegawai ibu megawati
Wawancara Bersama Bapak Hengki selaku pemilik warung pitaruah
Salah Satu wujud revolusi industri 4.0
Wawancara Bersama Penjual roti bakar matmat
Gambaran Pemanfaatan dari Revolusi Industri 4.0
Wawancara bersama pemilik warung sarapan pagi
LAMPIRAN
Wawancara
1. Apakah Anda Mengetahui Tentang Revolusi Industri 4.0 atau Era Digitalisasi ?
2. Bagaimana bentuk modal yang digunakan dalam usaha ini?
3. Bagaimana bentuk hambatan daya saing UMKM dibidang kuliner di Kecamatan
Telanaipura, Kota Jambi ?
4. Bagaiamana cara saudara/i untuk menghadapi hambatan dalam usaha anda ?
5. Apakah ada sosialisasi tentang revolusi industri 4.0. dari pemerintah. Jika ada,
Bagaimana bentuknya ?
6. Bagaimana kesiapan saudara/i sebagai pelaku usaha dalam menghadapi Era Digitalisasi
atau Revolusi industri 4.0 ini ?
7. Bagaimana tanggapan pelaku usaha dalam menghadapi persaingan secara sehat yang
terjadi diantara masing-masing pelaku usaha di era digitalisasi atau revolusi industri 4.0 ?
8. Apa yang menjadi penyebab pelaku usaha untuk tidak menggunakan teknologi dalam
kegiatan berusaha ?
9. Bagaimana dampak revolusi industri 4.0 yang dirasakan oleh pelaku usaha ?
10. Bagaimana bentuk saudara/i dalam memanfaatkan teknologi di era revolusi industri
dalam usaha anda ?
CURRICULUM VITAE
Nama : Fadhul
Tempat/ Tgl Lahir : Jambi, 16 Januari 1998
Email/ Surat : [email protected]
No. Kontak/ HP : 0812 – 7438 – 6602
Alamat : Jl. Sentot Ali Basa, Kel. Payo Selincah
Kec. Paal Merah, RT. 19
Nama Ayah : H. A. Syukri Haulani
Nama Ibu : Rojiah Hasan
Riwayat Pendidikan
1. SD : SD-IT Al-Faqih
2. SMP : MTS As’ad
3. SMA : MAS As’ad
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Bidang Informasi dan Komunikasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Ekonomi bisnis islam UIN STS Jambi 2016-2017
2. Wakil Sekretaris Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Islam 2017-2018 3. Ketua Bidang Komunikasi Senat Mahasiswa UIN STS Jambi 2018-2019 4. Bidang Informasi dan Komunikasi Fornas Mebi Wilayah Sumatera 2018-2019