faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL
KABUPATEN SUKOHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
Bayu Hidayat Jati
J410 080 047
PROGAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL
KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun Oleh : Bayu Hidayat Jati
NIM : J 410 080 047
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada
tanggal 31 Oktober 2012 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan tim penguji.
Surakarta, November 2012
Ketua Penguji : Dwi Astuti S.Pd, M.Kes ( )
Anggota Penguji I : Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) ( )
Anggota Penguji II : Dr. Suwaji Suryanata M.Kes ( )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
( Arif Widodo, A.Kep, M.Kes )
NIK. 630
1
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL
KABUPATEN SUKOHARJO
Bayu Hidayat Jati1, Dwi Astuti
2*, Farid Setyo Nugroho
2*
1Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Pada tahun 2011 Kecamatan Grogol mempunyai IR (Incident Rate) kasus DBD
terbanyak setelah Kecamatan Kartasura (24,75/100.000 penduduk) dan Baki
(24,27/100.000 penduduk) yaitu sebanyak 19,04/100.000 penduduk. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
demam berdarah dengue di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini
adalah observasional dengan rancangan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel
adalah Propotional Sampling. Hasil penelitian ini di uji secara statistik dengan uji Chi
Square pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian dengan Chi Square
menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden (p=0,044), ada hubungan
antara kebiasaan membersihkan tempat penampungan air (p=0.000) dan ada
hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk (p=0,000) dengan kejadian
DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
Kata kunci : Faktor, Kejadian, DBD
ABSTRACT
In 2011 Grogol district has the highest IR (Incident Rate) DHF case after Kartasura
district (24.75 / 100,000 population) and Baki (24.27 / 100,000 population) that is
19.04 / 100,000 population. The purpose of this research was to determine the factors
associated with the incidence of DHF in Grogol sub-district Sukoharjo regency. This
research was an observational cross-sectional design. The sampling technique is
propotional sampling. The result of this research is analyzed by Chi Square test at
2
level confident 95%. The results by the Chi Square show relationship between
respondents' knowledge (p = 0.044), there is a correlation between the usuallity of
cleaning water reservoirs (p = 0.000) and there was a correlation between the
presence of mosquito breeding places (p = 0.000) with the incidence of DHF in
Grogol sub-district Sukoharjo regency.
Keywords: Factor, Incidence, DHF.
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kini telah menjadi endemik di
lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara serta
Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World Health Organization
(WHO), diperkirakan 500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rumah sakit
dalam setiap tahunnya dan sebagian besar penderitanya adalah anak-anak. Ironisnya,
sekitar 2,5% diantara pasien anak tersebut diperkirakan meninggal dunia (Mufidah,
2012).
Demam Berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat
berakibatkan fatal. Dalam waktu yang relatif singkat, penyakit ini dapat merenggut
nyawa penderitanya jika tidak ditangani secepatnya. Demam Berdarah dengue
dikarenakan oleh virus dengue dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus
ini mempunyai empat serotip yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 (Satari, 2004).
Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan permasalahan serius di
Provinsi Jawa Tengah terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit
DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) kasus DBD DBD di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2009 sebesar 5,74/10.000 penduduk. Angka ini mengalami
penurunan bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 5,92/10.000 penduduk. Meskipun
demikian, angka tersebut masih jauh di atas target nasional yaitu kurang dari 2/10.000
3
penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan
penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian.
Tingginya angka kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah ini disebabkan karena
adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim
penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang
cukup potensial, juga didukung dengan tidak maksimalnya kegitan PSN di
masyarakat sehingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di
beberapa kabupaten bahkan di beberapa provinsi (Dinkes Jateng, 2009).
Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah endemis demam berdarah dengan
Case Fatality Rate (CFR) yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan standar
nasional. Pada tahun 2011 dari 106 kasus dengan kematian 1 orang (0,94%) menurun
tiga kali lipat dibandingkan tahun 2010 dengan 437 kasus dengan 10 kematian
(2,29%), dan tahun 2009 dengan 371 kasus dengan 11 kematian (2,96%) (Dinkes
Sukoharjo)
Pada tahun 2011 Kecamatan Grogol mempunyai IR kasus DBD terbanyak
setelah Kecamatan Kartasura (24,75/100.000 penduduk) dan Baki (24,27/100.000
penduduk) yaitu sebanyak 19,04/100.000 penduduk. Pada tahun 2010 Kecamatan
Grogol mempunyai IR terbesar yaitu 86,80/100.000 penduduk. Dilihat dari data tahun
2011 dan 2010 IR di Kecamatan Grogol menurun tetapi Kecamatan Grogol
mempunyai desa/kelurahan yang endemis DBD terbanyak yaitu sebanyak 9
desa/kelurahan dengan 20 penderita dan kematian 1 orang setelah Kecamatan
Sukoharjo yaitu 10 desa/kelurahan. Pada tahun 2012 sampai Bulan September,
jumlah penderita DBD di Kecamatan Grogol sebanyak 29 penderita.
Berdasarkan observasi kepada beberapa penduduk di Kecamatan Grogol,
sebagian besar penduduk belum melakukan PSN secara maksimal seperti kebiasaan
membersihkan TPA meliputi bak mandi, tempayan, vas bunga dan tempat minum di
kandang ternak yang positif jentik nyamuk.
4
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan
rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kepala keluarga yang ada di Kecamatan Grogol sebanyak 31641. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 100 KK yang diambil dengan menggunakan Propotional
Random Sampling. Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
observasi dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar soal dan check
list. Lokasi penelitian di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Variabel bebasnya
adalah Pengetahuan, kebiasaan membersihkan TPA dan tempat perindukan nyamuk,
vareiabel terikatnya adalah kejadian DBD. Untuk menganalisis data digunakan uji
Chi Square.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo dengan
luas wilayah sebesar 3.000 Ha. Jumlah penduduk sebanyak 104.055 jiwa yang terdiri
dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 51.978 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 52.077 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 31.641.
Uji statistik hubungan antara variabel bebas dengan kejadian DBD di
Kecamatan Grogol kabupaten sukoharjo.
1. Pengetahuan Responden dengan Kejadian DBD.
Tabel. Analisis Pengetahuan Responden dengan Kejadian DBD
Pengetahuan
responden
Kejadian DBD
Total p
Tidak terkena Terkena
f % f % f %
0,044 Baik 84 93,3 6 6,7 90 90
Kurang baik 7 77,7 3 33,3 10 10
Total 91 91,0 9 8,2 100 100
5
Dari Tabel 8 diketahui bahwa pengetahuan responden tentang DBD
yang memiliki pengetahuan kurang baik ada 10 orang dengan 3 responden
terkena DBD, sedangkan pengetahuan responden yang memiliki pengetahuan
baik tentang DBD ada 90 orang dengan 6 orang terkena DBD. Dari Tabel 8
ada kecenderungan bahwa semakin baik pengetahuan responden maka
semakin besar peluang seseorang untuk tidak terkena DBD.
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test
nilai (p = 0,044 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan responden terhadap kejadian DBD.
2. Perilaku Kebiasaan Membersihkan Tempat Penampungan Air (TPA)
Tabel. Analisis kebiasaan membersihkan TPA dengan kejadian DBD
Kebiasaan
membersihkan
TPA
Kejadian DBD
Total p
Tidak terkena Terkena
f % f % F %
0,000 Ya 82 97,6 2 2,4 84 84,0
Tidak 9 56,2 7 43,8 16 16,0
Total 88 91,0 9 8,2 100 100
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test
dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara perilaku responden dalam kebiasaan
membersihkan tempat penampungan air terhadap kejadian DBD.
6
3. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian DBD
Tabel. Analisis keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD
Keberadaan
Tempat
Perindukan
Kejadian DBD
Total p
Tidak terkena Terkena
f % F % F %
0,000 Ada 12 63,2 7 36,8 19 19,0
Tidak ada 79 97,5 2 22,2 81 81,0
Total 91 91,0 9 9,0 100 100
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact
Test dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk
terhadap kejadian DBD.
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian DBD
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan
nilai (p = 0,044 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan responden terhadap kejadian DBD. Dari 100
responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 90 responden (90,0%)
sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 10 responden
(10,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wati (2009) di Kelurahan
Ploso menyimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD,
selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Santoso dkk (2008) di Palembang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden dengan
kejadian DBD. Dalam hal ini berarti bahwa tingkat pengetahuan yang baik
sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya penyakit DBD.
Pada dasarnya tingkat pengetahuan dipengaruhi dari pengalaman yang
didapat dan juga tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan responden merupakan
7
salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman karena dengan pendidikan yang baik dan banyaknya pengalaman
yang diperoleh maka responden lebih mudah dan dapat menerima segala
informasi dan memperoleh pengalaman lebih banyak dari luar terutama tentang
cara pencegahan penyakit DBD yang baik dan benar. Menurut Notoatmodjo
(2003) mengatakan bahwa pengetahuan sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan pengalaman seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Dengan
adanya pendidikan yang baik dan pengalaman yang didapatkan sebelumnya baik
pengalaman pribadi maupun dari orang lain dapat menentukan status kesehatan
seseorang.
Sebagian besar umur responden berkisar antara 31-40 tahun dan tingkat
pendidikannya sebagian besar lulusan SMA, pada umur sekitar 31-40 tahun dan
tingkat pendidikan yang baik bagi seseorang merupakan usia yang produktif dan
sudah dikatakan dewasa. Pada usia ini sesorang lebih tanggap atau sering
berinteraksi terhadap segala sesuatu yang menyangkut lingkungan sekitar.
Menurut Huckluc (1998) dalam Nursalam (2003) Semakin dewasa umur
seseorang, maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir akan
lebih baik dan matang.
B. Hubungan antara perilaku kebiasaan membersihkan tempat penampungan
air (TPA) dengan kejadian DBD.
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan
nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara perilaku kebiasaan membersihkan tempat penampungan air
(TPA) terhadap kejadian DBD. Responden yang memiliki perilaku baik, rutin
membersihkan tempat penampungan air setiap minggu dari 100 responden
sebanyak 84 responden (84,0%) sedangkan yang tidak membiasakan
membersikan tempat penampungan air sebanyak 16 responden (16,0%).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suyasa dkk (2008) di Denpasar
8
menyimpulkan bahwa kondisi tempat penampungan air berhubungan dengan
kejadian DBD, selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Duma dkk (2007)
di Kendari menyimpulkan bahwa kondisi tempat penampungan air berhubungan
dengan kejadian DBD Dalam pernyataan ini berarti bahwa perilaku kesehatan
yang baik seperti membersihkan tempat penampungan air secara rutin minimal
1 kali dalam seminggu sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya penyakit
DBD.
Perilaku sehat seseorang merupakan modal utama seseorang dalam
menjaga dirinya terhindar dari berbagai penyakit khususnya penyakit DBD.
Perilaku seseorang sangat berpengaruh terhadap status kesehatan serta kondisi
jiwa dan raga seseorang. Perilaku sehat adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas dasar kesadaran yang mana perilaku atau kegiatan tersebut
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
(Notoatmodjo, 2010b). Notoatmodjo (2003) menunjukkan bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.
C. Keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Tes
dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan
kejadian DBD. Responden yang rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk
sebanyak 19 rumah (19,0%) dari 100 responden sedangkan yang terbebas dari
tempat perindukan nyamuk sebanyak 81 rumah (81,0%). Penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Widiyanto (2007) di Purwokerto menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan
kejadian DBD, selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Badrah (2011) di
Penajam Paser utara menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan
tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD.
9
Menurut Sembel (2008) Jenis tempat perindukan nyamuk Aedes
adalah pada air yang bersih yang tertampung pada kontainer bekas, maka perlu
adanya pengendalian, salah satunya melalui sanitasi lingkungan yaitu
membersihkan tempat-tempat pembiakan nyamuk atau membunuh telur-telur,
jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap kejadian DBD di
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
2. Ada hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk terhadap kejadian
DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
3. Ada hubungan antara kebiasaan membersihkan tempat penampungan air terhadap
kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan membudayakan perilaku kebiasaan membersihkan
tempat penampungan air secara rutin minimal 1 minggu sekali, mengubur
barang-barang bekas serta menutup tempat penampungan air agar terhindar dari
penyakit DBD.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Bagi Dinas Kesehatan melalui Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya pencegahan DBD.
3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai refrensi untuk penelitian yang
akan datang dan untuk menambah pengetahuan terutama tentang penyakit DBD
dan cara penanganan pada penderita.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2011. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Jateng.
Duma, N.S., Darmawansyah dan A. Arsunan Arsin. 2007. Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan
Baruga Kota Kendari 2007. Analisis Occurrence Of DHF, Vol. 4 No. 2,
September 2007: 91-100
Ginanjar, G. 2008. Demam Berdarah, B-First, Bandung.
Mufidah, F. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit yang Rentan Diderita anak Usia
Sekolah. Yogyakarta: FlashBook.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: SalembaMedika.
Satari, H. I. 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah & Rumah Sakit. Jakarta:
Puspa Swara.
Santoso,. A. B. 2008. Hubungan Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP) Masyarakat
terhadap Vektor DBD di Kota Palembang Provinsi sumatera Seelatan, Jurnal
Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2, Agustus 2008 : 732 – 739.
Sudoyo, A.W., Bambang Setiyohadi., Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti
Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing.
Suyasa, I N Gede., N Adi Putra,. I W Redi Aryanta. 2008. Hubungan faktor
Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam
Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar selatan. Jurnal
Ecothropic. Vol. 3. No. 1 Mei 2008: 1-6.
11
Wati, Widia Eka. 2009. Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.
[skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Widiyanto, Teguh. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa Tengah. [Thesis].
Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Diponogoro