faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag pada...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 473
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT
REPORT LAG PADA PERUSAHAAN YANG LISTED DI
BURSA EFEK INDONESIA
PRIMSA BANGUN
Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
SUBAGYO
Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
MALEM UKUR TARIGAN
Universitas Tarumanagara Jakarta
ABSTRACT
The financial statements shall have four qualitative characteristics of relevance, reliable,
comparability, and consistency of financial statements for information useful to the users. Process to
provide accounting information to the public to give the value of information from financial statements
will be determined by the audit report lag.The purpose of this study were to: analyze the influence of
company size, industry type, firm size and exchange of partially and simultaneously auditors on audit
report lag. Sampling method used was purposive sampling with non financial institutions and
financial institutions for 2007 to 2009The results showed: 1) The variable size of the company do not
affect the audit report lag significantly. 2) Variables influencing industrial type of audit report lag
significantly, 3) Variable size public accountant (KAP) affect the audit report lag significantly, 4)
change of auditor variable does not affect the audit report lag significantly. 5) There is a simultaneous
influence of factors of company size, industry type, firm size and auditor turnover affect the audit
report lag
Key words: Audit report lag, company size, industry type, size CPA firm, the change of auditors
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri
khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pemakainya. Keempat
karakteristik tersebut yaitu relevance, reliable, comparabilily, dan consistency. Untuk
mendapatkan informasi yang relevan tersebut, terdapat beberapa kendala, salah satunya
adalah timeliness (ketepatan waktu). Apabila laporan keuangan tidak disajikan tepat waktu
maka laporan tersebut menjadi kehilangan nilai informasinya, karena tidak tersedia saat
pengguna membutuhkannya untuk pengambilan keputusan. Hal ini sesuai dengan PSAK No.
1 paragraf 43, yaitu bahwa jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan,
maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Ahmad & Kamarudin (2003)
juga mengatakan bahwa semakin pendek waktu antara tanggal akhir periode laporan
keuangan dengan tanggal publikasi laporan keuangan, semakin banyak benefit yang diperoleh
dari laporan tahunan yang telah diaudit.
Di Indonesia, dalam rangka pemberian informasi yang tepat waktu dan akurat kepada
investor mengenai kondisi keuangan emiten atau perusahaan public, Badan Pengawas Pasar
474 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) melalui Lampiran Keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 mewajibkan setiap emiten dan perusahaan public yang
terdaftar di Bursa Efek untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BAPEPAM
dan LK dan mengumumkan laporan keuangan tersebut kepada public yang memuat opini
audit dari akuntan atas laporan keuangan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah
tanggal laporan keuangan tehunan.
Apabila perusahaan terlambat menyampaikan laporan keuangan, sesuai dengan
ketentuan waktu penyampaian yang ada, akan dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang. Contohnya, pada tanggal 7 Oktober 2005
Bapepam menjatuhkan denda masing-masing 150 juta rupiah kepada empat perusahaan
tercatat (emiten) yang terlambat menyerahkan laporan keuangan. Empat perusahaan yang
mendapatkan sanksi tersebut adalah sebagai berikut: (1) PT Great River International Tbk.,
(2) PT Polysindo Eka Perkasa Tbk., (3) PT Texmaco Jaya Tbk., dan (4) PT Kasogi
International Tbk. Jadi selain untuk pengambilan keputusan, ketepatan waktu laporan
keuangan juga diperlukan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bapepam bagi
perusahaan go public.
Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu suatu perusahaan publik dalam mengumumkan laporan
keuangan kepada publik adalah lamanya jangka waktu penyelesaian audit atas laporan
keuangan akuntan karena laporan keuangan harus memperoleh opini audit terlebih dahulu
sebelum dapat dipublikasikan. Pentingnya jangka waktu penyelesaian audit pelaporan
keuangan juga diakui oleh investor dan manager, jangka waktu penyelesaian laporan
keuangan perusahaan perusahaan dapat berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut.
Artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan
kenaikan atau penururan harga saham. Penelitian Chamber dan Penman menunjukkan bahwa
pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal return sedangkan pengumuman
laba yang lebih cepat dapat menyebabkan hal yang sebaliknya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah teridentifikasi, maka perumusan
masalah adalah apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan, jenis industri, ukuran kantor
akuntan publik dan pertukaran auditor terhadap audit report lag?
Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Penelitian ini mempunyai maksud, yaitu mendapatkan kejelasan fenomena mengenai
keterkaitan perusahaan, jenis industri, ukuran kantor akuntan dan pertukaran auditor terhadap
audit report lag, mengingat peraturan BAPEPAM dengan Kep-36/PM/2003 dan BEJ dengan
Kep-306/BEJ/07-2004 yang menyebutkan bahwa penyajian laporan keuangan untuk
perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan telah diaudit oleh akuntan publik
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 475
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, jenis
industri, ukuran kantor akuntan publik, pertukaran auditor terhadap audit report lag.
Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian untuk meningkatkan efisiensi dan efetivitas proses audit dengan
mengendalikan factor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya audit report lag.
Memberikan informasi kepada auditor agar mampu merencanakan pekerjaan lapangan dengan
sebaik-baiknya sehingga audit report lag dapat ditekan seminimal mungkin dalam usaha
untuk memperbaiki ketepatan pelaporan keuangan ataupun mempercepat publikasi laporan
auditan. Diharapkan kepada manajer untuk lebih menekan audit report lag karena ketepatan
waktu dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan publik cenderung lebih ketat diawasi
oleh para investor dan institusi lain.
KAJIAN PUSTAKA
Audit Report Lag
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh suatu perusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan
terlambat atau tidak diperoleh saat dibutuhkan, maka relevansi dan manfaat laporan keuangan
untuk pengambilan keputusan akan berkurang (Mamduh, 2003 : 35). Dalam penelitiannya,
Made Gede mengukur penyelesaian penyajian laporan keuangan dengan menggunakan
rentang waktu atau keterlambatan atas penyelesaian penyajian laporan keuangan (Made Gede,
2004). Keterlambatan penyelesaian dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk
mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan
(SAK, 2002 : SAK kerangka dasar par 43). Dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam
membuat laporan keuangan mempertimbangkan trade off antara relevansi dan keandalan
(reliabilitas) dari laporan keuangan tersebut (Kieso, 2002 : 51). Owusu – Ansah, dalam
penelitian oleh Made Gede, mengungkapkan bahwa penyelesaian penyajian laporan keuangan
juga dapat dipengaruhi faktor – faktor spesifik perusahaan (Made Gede, 2004). Berdasarkan
keputusan Bapepam No. 80 / PM / 1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan
berkala, perusahaan publik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah
diaudit selambat – lambatnya seratus dua puluh hari atau empat bulan setelah tanggal neraca.
Sedangkan menurut Dyer dan McHugh, dalam penelitian Bandi dan Tri Hananto (2002), ada
tiga criteria k eterlambatan, yaitu : (1) Keterlambatan audit (Auditors’ Report Lag) yaitu
interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor
ditandatangani. (2)Keterlambatan Pelaporan (Reporting Lag) yaitu interval jumlah hari antara
tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh BEJ. (3) Keterlambatan
total (Total Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal period pelaporan keuangan sampai
tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa.
Proses untuk menyediakan informasi akuntansi ke publik memberikan nilai informasi
dari laporan keuangan auditan yang akan ditentukan oleh audit report lag. Menurut Knechel
dan Payne (2001) audit report lag adalah periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal
laporan audit perusahaan. Dalam meningkatkan pengurangan reporting lag harus
476 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
memperhatikan isi informasi dan relevansi infomasi, dan factor-faktor yang mempengaruhi
timing of earnings announcement berkaitan dengan audit report lag (Givoly dan Palmon;
1982).
Di Indonesia, semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal diwajibkan untuk
menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan akuntan dengan
pendapat yang lazim kepada Badan Pengawas Pasar Modal selambat–lambatnya pada akhir
bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Hal ini tercantum di Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-17/PM/2002 tanggal 14 Agustus 2002. Berarti,
batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan adalah 90 atau 91 hari
setelah tanggal berakhirnya tahun buku. Pelaksanaan audit oleh auditor telah diatur oleh
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2001)
khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian
pekerjaan lapangan. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya
penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak penigkatan kualitas hasil auditnya.
Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar membutuhkan waktu semakin lama.
Sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang
diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor. Lamanya waktu
penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut
dipublikasikan.
Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan
keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh
auditor.
Dalam penelitian akuntansi dan keuangan telah berkembang seiring dengan
perkembangan kegiatan bisinis. Berdasarkan penelitian pasar modal telah menjelaskan
pentingnya ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan. Ketepatan waktu (timeliness)
merupakan salah satu karakteristik penting dalam laporan keuangan disanping laporan pokok
dan catatan atas laporan keuangan (Dyer dan McHugh, 1985). Berdasarkan peraturan
BAPEPAM dengan Kep-36/PM/2003 dan BEJ dengan Kep-306/BEJ/07-2004 yang
menyebutkan bahwa penyajian laporan keuangan untuk perusahaan yang go public
diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dan telah diaudit oleh akuntan publik. Ketepatan publikasi laporan
keuangan dapat mengalami keterlambatan yang diakibatkan oleh perusahaan terlambat
menerbitkan laporan keuangan dan lamanya auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya.
Sejumlah penelitian telah mengkaji pentingnya telaah dalam audit report lag (ARL)
atau dalam beberapa penelitian disebut audit delay dengan melihat aspek periode waktu dari
proses audit tahunan (the annual audit process) Henderson dan Kaplan (2000)
menginvestigasi determinan-determinan audit report lag untuk sampel Bank yang
menyatakan bahwa ukuran bank secara negatif berhubungan dengan audit report lag dalam
cross-sectional analysis Knechel dan Payne (2001) mengindikasikan bahwa audit report lag
meningkat karena incremental audit report, masalah pajak yang sering diperdebatkan dan
penggunaan staf audit yang kurang berpengalaman secara positif berhubungan dengan audit
report lag. Wermert et al (2000) menggunakan canonical correlation analysis menyediakan
telaah yang baru dalam faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag hasil yang
dilaporkan menunjukkan bahwa client size, audit firm structure, loss, going concern opinion,
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 477
segmen bisnis, sikap manajemen, jenis industri dan akhir tahun fiskal yang telah diinvestigasi
signifikan pada Client Cycle Times dan Firm Cycle Time dalam cara yang berbeda.
Halim (2000) berpendapat bahwa “audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga ditanda-tanganinya laporan audit
(tanggal opini)”. Salah satu alasan adanya keterlambatan publikasi laporan keuangan oleh
perusahaan yang go publik adalah laporan keungan tersebut harus diaudit sebelum dapat
dipublikasi (Hossain dan Tayrol, 1998). Jadi dalam sebagian besar kasus ketepatan waktu
sebenarnya berhubungan dengan audit delay.
Ada interval waktu antara akhir periode pelaporan dan tanggal laporan auditor. Audit
delay secara umum didefinisikan dalam berbagai penelitian sebagai lamanya waktu dari
tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor, seperti
dalam penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987), Hossain dan Tayrol (1998), Subekti
dan Widiyanti (2004), Ettredge, Chan, dan Sun (2005), serta Imelda dan Heri (2007).
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan
dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja
dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin
banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat.
Ansah (2000) juga menjelaskan bahwa perusahaan berskala besar memiliki sumber
daya dan staf akuntan yang lebih banyak dan memiliki sistem informasi akuntansi yang lebih
canggih daripada perusahaan dengan skala kecil. Selain itu, kecenderungan yang terjadi
adalah semakin besar ukuran satuan usaha maka struktur pengendalian internalnya juga
semakin baik sehingga akan mengurangi kesalahan dalam penyajian laporan keuangan
Menurut keputusan BAPEPAM No.9 tahun 1995, definisi perusahaan menengah/kecil
adalah badan hukum yang didirikan di Indonesia yang: (1) Memiliki jumlah kekayaan tidak
lebih dari Rp 20 milyar. (2) Bukan merupakan afiliasi atau dikenakan oleh suatu perusahaan
yang bukan perusahaan menengah/kecil. (3) Bukan merupakan reksa dana.
Adapun usaha menengah/besar adalah kegiatan ekonomi yang melampui kriteria
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan bukan usaha kecil. Usaha menengah/besar
meliputi usaha nasional (milik Negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan kegiatan
di Indonesia.
Total aktiva perusahaan sudah biasa digunakan dalam penelitian–penelitian
sebelumnya sebagai indikator ukuran perusahaan, yaitu dalam penelitian Ashton, Willingham,
dan Elliott (1987), Hossain dan Tayrol (1998), Ahmad dan Kamarudin (2003), Subekti dan
Widiyanti (2004), Ettredge, Chan, dan Sun (2005), serta Imelda dan Heri (2007). Penelitian–
penelitian tersebut membuktikan bahwa total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap
audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan, maka
semakin pendek audit delay dan sebaliknya.
478 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Ukuran Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik (Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol. 10, No. 1, Mei 2008:3).
Pada umumnya perusahaan memilih menggunakan jasa auditor independen dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan
tersebut. Perusahaan yang tidak menggunakan jasa auditor independen kemungkinan besar
akan memiliki laporan keuangan dengan tingkat kredibilitas yang sangat kecil. KAP dengan
reputasi baik biasanya memiliki tenaga spesialis yang khusus menangani kewajiban
perusahaan publik menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan regulasi Badan Pegawas
Pasar Modal sehingga KAP Big Four biasanya lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangan
dibandingkan dengan KAP non Big Four. Hal ini sesuai dengan penelitian Christina Dwi
Astuti (2007) yang menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap
ketepatan waktu, akan tetapi menurut penelitian Ambar Wijayanti (2008) kualitas kantor audit
tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Ada empat KAP terbesar di Amerika Serikat yang merupakan kantor Akuntan Publik
Internasional yang biasanya disebut dengan “the Big Four”. Masing–masing KAP tersebut
memiliki kantor di kota–kota besar di Amerika Serikat dan di negara–negara lain yang biasa
disebut partners termasuk di Indonesia. Yang termasuk dalam the Big Four adalah:
The Big Four Afiliansi di Indonesia
Ernst & Young
Price Waterhousecoopers
KPMG
Delloitte & Touche Tohmatsu
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja
Drs.Haryanto Sahari & Rekan
Siddharta Siddharta & Harsono
Osman Ramli & Rekan
Untuk mempertahankan reputasinya, ada kecenderungan dimana KAP yang termasuk
dalam the Big Four ingin menyelesaikan audit secepat mungkin. Oleh sebab itu, agar dapat
menyelesaikan audit dalam waktu yang lebih singkat, biasanya sumber daya manusia didalam
KAP the Big Four lebih banyak dan lebih terampil dibandingkan dengan yang bukan the Big
Four.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2007: 16), Kantor Akuntan Publik (KAP)
bertanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan historis yang dipublikasi oleh seluruh
perusahaan yang go public, sebagian besar dari perusahaan yang tergolong besar, dan banyak
pula dari perusahaan kecil serta organisasi nirlaba. Arens, Elder, dan Beasley (2007: 24)
menyatakan ada empat kategori KAP, yaitu:
1. Big Four international firms; Empat KAP terbesar di Amerika Serikat dikenal dengan istilah
KAP internasional “Big Four”. Big Four memiliki kantor yang tersebar di kota-kota seluruh
Amerika Serikat dan juga di berbagai kota seluruh dunia. Keempat KAP ini mengaudit
hampir seluruh perusahaan besar yang ada di Amerika Serikat maupun seluruh dunia, serta
memberikan jasa audit bagi banyak perusahaan-perusahaan kecil pula.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 479
2. National firms; Tiga KAP di Amerika Serikat disebut dengan national firms karena memiliki
kantor yang berlokasi di kota-kota besar. National firms termasuk besar tetapi lebih kecil bila
dibandingkan dengan KAP Big Four. KAP-KAP ini menawarkan jasa yang sama dengan
KAP Big Four dan bersaing secara langsung pula dengan KAP Big Four dalam mendapatkan
klien. Masing-masing dari national firms berafiliasi dengan KAP di negara lain, oleh karena
itu ketiga KAP tersebut mempunyai kapasitas internasional.
3. Regional and large local firms; KAP ini berjumlah kurang dari 200, dan masing-masing
mempunyai lebih dari 50 orang staf professional. Beberapa dari regional and large local firms
hanya mempunyai satu kantor dan melayani klien terutama yang berada dalam wilayah yang
sama. Sedangkan KAP lainnya ada yang mempunyai kantor di suatu negara bagian atau
daerah, dan melayani jumlah klien yang lebih banyak.
4. Small local firm; Lebih dari 95% dari total jumlah KAP mempunyai staf professional kurang
dari 25 orang dalam satu kantor. KAP-KAP tersebut memberikan jasa audit dan jasa-jasa
lainnya yang berhubungan, terutama untuk bisnis-bisnis menengah ke bawah dan perusahaan-
perusahaan nirlaba, walaupun ada beberapa dari KAP kategori ini yang memiliki satu atau
dua klien go public. Banyak pula dari small local firms yang tidak memberikan jasa audit,
tetapi lebih mengutamakan untuk memberikan jasa akuntansi dan perpajakan bagi klien-
kliennya.
Pergantian Auditor
Perusahaan tentunya menginginkan auditor memberikan opini Wajar Tanpa
Pengecualian atas laporan keuangannya. Jenis opini diluar itu biasanya kurang diinginkan
oleh manajemen klien dan tidak begitu bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan
(Willingham dan Charmichael 1997). Manajemen perusahaan berusaha menghindari opini
Wajar Dengan Pengecualian karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan
kompensasi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice, 1982).
Seperti halnya perusahaan, auditor juga menginginkan agar dapat mengekspresikan
Unqualified Opinion atas laporan keuangan (Willingham and Charmichael 1997). Dengan
banyaknya KAP yang ada, persaingan antar KAP akan semakin ketat. Keinginan KAP agar
tetap dapat eksis dalam persaingan, berpeluang untuk menghalangi obyektifitas KAP yang
selanjutnya akan mempengaruhi pula independensinya dalam melaksanakan tugas auditnya.
Meskipun perilaku “opportunistic” oleh auditor pada awal penugasannya pada perusahaan
yang melakukan auditor switch ternyata tidak terbukti dilakukan (Houghton et. al. 1996)
Pertumbuhan usaha yang cepat, terjadinya perubahan manajemen mungkin tidak
diikuti oleh “expertise” auditor. Manajemen memerlukan auditor yang lebih
berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat.
Jika hal ini tidak bisa dipenuhi kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditor yang
ada saat ini (Joher et al. 2000).
Perusahaan yang sedang melakukan aktivitas pendanaan atau melakukan new
financing tentunya berharap mendapatkan reaksi yang positif dari auditor switch yang
dilakukan. Dengan mengganti auditornya dengan auditor yang lebih punya nama maka
reputasi perusahaan juga akan terangkat dimata investor. (Smith dan Nichols 1982),
(Eichenseher et al. 1989).
480 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Pada umumnya perusahaan yang berkembang menjadi besar lebih memilih untuk
mengganti auditor nya dengan auditor yang punya nama. Rasionalisasi dari tindakan
mengganti KAP dengan memilih KAP yang lebih punya nama disebabkan karena perusahaan
yang bertumbuh menjadi semakin besar akan mendapat keuntungan dengan menggunakan
auditor yang memiliki reputasi yang baik dan hal itu umumnya dimiliki oleh KAP yang
tergolong besar (Joher et.al. 2000). Perpindahan ke KAP yang lebih prestisius menghasilkan
reaksi pasar yang positif, sementara perpindahan ke KAP yang kurang prestis memberikan
reaksi pasar yang negatif (Dupuch and Simunic, 1982).
Jenis Industri
Ahmad dan Kamarudin (2003) dan Almosa dan Alabbas (2007) mengemukakan
argumen bahwa perusahaan dalam industri keuangan cenderung memiliki sedikit atau tidak
sama sekali inventory. Proporsi inventory yang relatif lebih rendah dibandingkan jenis aset
lainnya menyebabkan audit lag pada perusahaan dalam industri keuangan lebih singkat. Hal
ini karena auditor dapat mengabaikan atau menghabiskan lebih sedikit waktu untuk
melaksanakan audit terhadap inventory dimana material errors seringkali ditemukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Willingham, dan Elliott (1987) melalui
univariate analysis menghasilkan kesimpulan bahwa audit lag cenderung lebih lama pada
perusahaan yang berada dalam industri keuangan. Hasil penelitian Al-Ajmi (2008)
menunjukkan bahwa audit lag cenderung lebih pendek pada perusahaan dalam industri
perbankan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), Ahmad dan
Kamarudin (2003), dan Almosa dan Alabbas (2007) juga menghasilkan kesimpulan bahwa
lamanya audit lag cenderung lebih pendek pada perusahaan yang berada dalam industri
keuangan.
Blomber et al (1993) dalam Welmert et al (2000) mengemukakan bahwa sistem
akuntansi Bank secara umum lebih tersentralisasi dan terotomatisasi dan Bank sedikit
persediaan atau aset tetap. Lain halnya dengan perusahaan non finansial yang lebih
memungkinkan mempunyai bagian-bagian transaksi dan juga tinkat materialitas persediaan
dan aset tetap. Menurut Aston et al (1987) menilai bahwa aset non-finansial lebih
memungkinkan ketepatan waktu untuk pekerjaan audit daripada aset finansial
Penelitian Terdahulu
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di
dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya
informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan.
Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu daripada
perusahaan kecil (Rachmaf Saleh, 2004). Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh (2004)
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan , tetapi
memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan
kata lain, ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian
penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian Made Gede (2004) menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh signifikan, dan memiliki jenis hubungan negatif terhadap
rentang waktu penyelesaian laporan keuangan auditan, dengan kata lain memiliki hubungan
negatif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Sedangkan hasil
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 481
penelitian oleh Bandi dan Tri Hananto (2002) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan positif dengan keterlambatan
penyelesaian penyajian laporan keuangan. Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian oleh
Rachmaf Saleh dan Made Gede.
KAP dengan reputasi baik biasanya memiliki tenaga spesialis yang khusus menangani
kewajiban perusahaan publik menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan regulasi Badan
Pegawas Pasar Modal sehingga KAP Big Four biasanya lebih tepat waktu dalam pelaporan
keuangan dibandingkan dengan KAP non Big Four. Hal ini sesuai dengan penelitian Christina
Dwi Astuti (2007) yang menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap
ketepatan waktu, akan tetapi menurut penelitian Ambar Wijayanti (2008) kualitas kantor audit
tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Menurut Hossain dan Taylor (1998), kantor akuntan publik yang besar (kantor
akuntan publik internasional) mempunyai insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan
pekerjaan auditnya lebih cepat daripada kantor akuntan publik lainnya. Waktu penyelesaian
audit yang lebih cepat juga merupakan cara kantor akuntan publik besar untuk
mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak, mereka akan kehilangan klien untuk tahun
berikutnya. Kantor akuntan publik yang lebih besar dan terkenal mempunyai sumber daya
manusia yang lebih banyak daripada kantor akuntan publik yang kecil sehingga dengan
demikian dapat menyelesaikan pekerjaan audit lebih cepat.
Penelitian Astuti (2007) berhasil membuktikan bahwa kantor akuntan publik the Big
Four dapat menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan lebih cepat. Kantor akuntan publik
yang disebut sebagai The Big Four tersebut antara lain KPMG, Ernst & Young,
PricewaterhouseCoopers dan Deloitte & Touche
Dyer dan Mc Hugh (1985), Carslaw dan Kaplan (1991) dan Owusu-Ansah (2000)
dalam penelitian mereka menemukan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai
hubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ukuran (proksi) yang
mereka gunakan untuk variabel ukuran perusahaan ini adalah dengan total aset. Bukti empiris
yang ada menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar melaporkan
lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Mereka
berargumen bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih
banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih
canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor,
regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan
laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik.
Ansah (2000) juga menjelaskan bahwa perusahaan berskala besar memiliki sumber
daya dan staf akuntan yang lebih banyak dan memiliki sistem informasi akuntansi yang lebih
canggih daripada perusahaan dengan skala kecil. Selain itu, kecenderungan yang terjadi
adalah semakin besar ukuran satuan usaha maka struktur pengendalian internalnya juga
semakin baik sehingga akan mengurangi kesalahan dalam penyajian laporan keuangan. Hal
ini akan memudahkan pekerjaan auditor karena lingkup pengujian semakin sempit sehingga
akan memperpendek audit delay (Carslaw dan Kaplan, 1991).
Alasan lainnya adalah perusahaan berskala besar juga memiliki sumberdaya untuk
membayar audit fees yang relatif tinggi sehingga dapat menekan auditor untuk memulai
482 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
pekerjaannya lebih awal dan menyelesaikan audit tepat waktu bila dibanding perusahaan kecil
(Ahmad dan Kamarudin, 2003).
Menurut Hossain dan Tayrol (1998), karena akuntan publik yang besar (kantor
akuntan publik internasional) mempunyai insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan
pekerjaan auditnya lebih tepat dibandingkan kantor akuntan publik lainnya. Waktu
penyelesaian audit yang lebih cepat juga merupakan cara kantor akuntan publik besar untuk
mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak, mereka akan kehilangan kliennya untuk tahun
yang akan datang. Kantor akuntan publik yang lebih besar dan terkenal mempunyai sumber
daya manusia yang lebih banyak daripada kantor akuntan publik yang lebih kecil sehingga
dapat menyelesaikan pekerjaan audit lebih cepat. Namun, penelitian mereka tidak
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara hubungan reputasi kantor akuntan
publik dengan audit delay. Tetapi Penelitian Oktorina dan Suharli (2005) menemukan bahwa
faktor ukuran KAP mempengaruhi audit delay secara signifikan. Demikian juga dengan
penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), Subekti dan Widiyanti (2004), serta Imelda dan
Heri (2007) berhasil membuktikan bahwa kantor akuntan publik the Big Four dapat
menyelesaikan pekerjaan audit dengan lebih cepat.
Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja
perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP.
Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP
yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang
berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four
Worldwide Accounting Firm (Big 4).
Menurut Loeb (1981) kantor akuntan besar disebutkan memiliki akuntan yang
berprilaku lebih etikal daripada akuntan di kantor akuntan kecil. Dengan demikian, kantor
akuntan besar lebih memiliki reputasi baik dalam opini publik. Sedangkan DeAngelo (1981)
menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan
pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan
laporan keuangannya
Penelitian Ettredge, Chan, dan Sun (2005) menggunakan atribut kantor akuntan publik
yang belum digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu adanya pergantian auditor pada
tahun berjalan. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa adanya pergantian auditor dapat
memperpanjang audit delay. Hal ini disebabkan karena ketika perusahaan mengganti
auditornya, auditor yang baru biasanya akan membutuhkan waktu untuk memahami bisnis
kliennya dan berkomunikasi dengan auditor sebelumnya. Penugasan pertama maupun
penugasan ulang merupakan salah satu pertimbangan dalam menilai risiko bawaan.
Auditor biasanya menetapkan risiko bawaan yang tinggi pada penugasan pertama dan
menguranginya pada tahun–tahun berikutnya setelah memperoleh pengalaman. Hal ini
menyebabkan pemeriksaan pada penugasan pertama akan dilakukan dengan lebih seksama
dibandingakan dengan yang biasa dilakukan pada penugasan ulang. Jadi, waktu yang
dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan pemeriksaan akan lebih banyak sehingga
berdampak pada audit delay yang lebih panjang. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Imelda
dan Heri (2007) membuktikan bahwa pergantian auditor suatu perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap audit delay.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 483
Ahmad dan Kamarudin (2003) dan Almosa dan Alabbas (2007) mengemukakan
argumen bahwa perusahaan dalam industri keuangan cenderung memiliki sedikit atau tidak
sama sekali inventory. Proporsi inventory yang relatif lebih rendah dibandingkan jenis aset
lainnya menyebabkan audit lag pada perusahaan dalam industri keuangan lebih singkat. Hal
ini karena auditor dapat mengabaikan atau menghabiskan lebih sedikit waktu untuk
melaksanakan audit terhadap inventory dimana material errors seringkali ditemukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Willingham, dan Elliott (1987) melalui
univariate analysis menghasilkan kesimpulan bahwa audit lag cenderung lebih lama pada
perusahaan yang berada dalam industri keuangan. Hasil penelitian Al-Ajmi (2008)
menunjukkan bahwa audit lag cenderung lebih pendek pada perusahaan dalam industri
perbankan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), Ahmad dan
Kamarudin (2003), dan Almosa dan Alabbas (2007) juga menghasilkan kesimpulan bahwa
lamanya audit lag cenderung lebih pendek pada perusahaan yang berada dalam industri
keuangan. Berdasarkan hal tersebut di atas maka bagan kerangka pemikiran yang dibangun
pada penelitian ini adalah :
Keterangan : Pengaruh secara parsial.
Pengaruh secara bersama-sama.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Berdasarkan model bagan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang dapat ditarik
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag
H01 : β1 = 0 (koefisien regresi β1 non signifikan)
Ha1 : β1 ≠ 0 (koefisien regresi β1 signifikan)
2. Terdapat pengaruh jenis industri terhadap audit report lag
H02 : β2 = 0 (koefisien regresi β2 non signifikan)
Ha2 : β2 ≠ 0 (koefisien regresi β2 signifikan)
3. Terdapat pengaruh ukuran kantor akuntan terhadap audit report lag
H03 : β3 = 0 (koefisien regresi β3 non signifikan)
Ha3 : β3 ≠ 0 (koefisien regresi β3 signifikan)
4. Terdapat pengaruh pertukaran auditor terhadap audit report lag
Ukuran
perusahaan
Audit Report Lag
Pergantian
auditor
Ukuran Kantor
Akuntan Publik
Jenis Industri
484 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
H04 : β4 = 0 (koefisien regresi β4 non signifikan)
Ha4 : β4 ≠ 0 (koefisien regresi β4 signifikan)
5. Terdapat pengaruh ukuran perusahan, jenis industri, ukuran kantor akuntan dan pertukaran
auditor terhadap audit report lag
H01,020,3,0,4: β1,β2,β 3,β 4 = 0 (koefisien regresi β1, β2, β3, β4 non signifikan)
Ha1,a2,a3,a4 : β1,β 2,β 3,β 4 ≠ 0 (koefisien regresi β1, β2, β3, β4 signifikan)
METODOLOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian : Audit Report Lag, Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran
Kantor Akuntan Publik dan Pertukaran Auditor.
Metode Penelitian
Ghauri dan Gronhaug (2002: 47) mencatat bahwa metode yang digunakan,
berhubungan dengan masalah dan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian.
Sehubungan dengan metode yang digunakan, terdapat beberapa aspek penting yang perlu
diungkapkan dengan jelas, yang oleh Sekaran (2003: 117-118) disebut sebagai rincian studi
(details of study). Aspek dimaksud meliputi: 1) Sifat studi, 2) Jenis penyelidikan, 3) Tingkat
intervensi peneliti, 4) Situasi studi, 5) Unit analisis, dan 6) Horison waktu.
Aspek pertama adalah sifat studi (nature of study), yaitu tahap peningkatan
pengetahuan yang diperoleh berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dilihat dari aspek sifat
studi, maka penelitian ini bersifat uji hipotesis (hypothesis testing), karena menentukan
independensi dari variabel yang diteliti, yaitu: ukuran perusahaan, pergantian audit, ukuran
kantor akuntan public dan audit report lag
Aspek ke dua adalah jenis penyelidikan (type of investigation), yaitu membuktikan
keterkaitan di antara variabel yang diteliti, apakah bersifat kausal, korelasional atau perbedaan
kelompok dan sebagainya. Dalam hal ini, jenis penyelidikan dari penelitian ini adalah kausal,
karena membuktikan hubungan sebab-akibat dari kelima variabel yang diteliti. Yaitu
membuktikan faktor-fakltor yang berpengaruh terhadap audit report lag.
Aspek berikutnya adalah aspek tingkat intervensi peneliti (extent of the researcher
interference), yaitu apakah peristiwa yang dipelajari dibiarkan sebagaimana adanya ataukah
dilakukan manipulasi oleh peneliti. Berdasarkan aspek tingkat intervensi peneliti, maka
penelitian ini dilakukan dalam lingkungan alami organisasi dengan intervensi minimum dari
peneliti dalam arus kerja yang normal. Dalam hal ini, peneliti hanya menyusun kerangka
teoritis, mengumpulkan data relevan, dan menganalisis data untuk menghasilkan temuan
berkaitan dengan variabel yang diteliti.
Kemudian, aspek ke empat yaitu tingkat kesatuan data (unit of analysis) yang akan
dikumpulkan. Sehubungan dengan masalah yang diteliti, unit analisis penelitian adalah
bersifat individual, yaitu berupa Akuntan Publik yang ada di Indonesia. Dan aspek terakhir
atau ke enam adalah horison waktu (time horizon), yaitu aspek yang berkaitan dengan berapa
kali data dikumpulkan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini termasuk studi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 485
longitudinal, karena data berdasarkan runtutan waktu
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor–faktor tertentu
mempengaruhi audit delay. Faktor–faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi audit delay
dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, dan pergantian
auditor, dan jenis industri.. Penelitian akan dilakukan terhadap industry manufacture dan
lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia yang memiliki karakteristik–karakteristik tertentu
untuk dijadikan objek penelitian. Alasan digunakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, karena perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diharuskan
menyampaikan laporan keuangannya yang sudah diaudit, selain itu data mudah didapat
karena sudah dipublikasikan kepada masyarakat umum.
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
pengukuran
Rujukan
Audit
Report Lag
Lamanya
waktu
penyelesaian
audit yang
diukur dari
tanggal tutup
buku hingga
terbit laporan
audit
Jumlah hari
antara tanggal
antara
berakhirnya
periode laporan
keuangan
dengan
tanggalnya
laporan audit
oleh Kantor
Akuntan Publik
Rasio Ashton,
Willingham, dan
Elliott (1987),
Hossain dan Tayrol
(1998), Subekti dan
Widiyanti (2004),
Ettredge, Chan, dan
Sun (2005), serta
Imelda dan Heri
(2007)
Ukuran
perusahaan
Total aktiva
yang dimilki
oleh
perusahaan
baik yang
berupa aktiva
lancar maupun
aktiva tetap
Logaritma
natural Total
Aktiva yang
dimilki
perusahaan
Rasio Carshlaw dan
Kaplan 1991, Ponte,
Rodriguez, dan
Domiguest, 2005,
Almosa & Alabbas,
2007
Ukuran
KAP
Ukuran KAP
yang
mengaudit
suatu
perusahaan,
apakah
termasuk KAP
the Big Four
atau KAP non
Big Four
Ukuran KAP Nominal
(dummy
variable)
kode 1
apabila big
four dan 0
apabila tidak
big four
Taylor 1998,
Ahmad&Kamarudin
(2003)
486 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Pergantian
auditor
Adanya
pergantian
auditor antara
tahun berjalan
dengan tahun
sebelumnya
Pergantian
Auditor
Nominal
(dummy
variabel)
Perusahaan
yang diaudit
oleh KAP
yang berbeda
dengan tahun
sebelumnya
diberi kode 1
dan lainnya
diberi kode 0
Imelda dan Heri
(2007)
Ettredge, Chan,
dan Sun (2005)
Jenis
Industri
Jenis industri
keuangan atau
bukan lembaga
keuangan
Jenis industri Nominal
(dummy
variable)
kode 1
apabila
industi
keuangan,
dan 0 apabila
bukan
lembaga
keuangan
Ahmad&Kamarudin
(2003), Almosa dan
Alabbas (2007), Al
Ajmi (2008),
Carslaw dan Kaplan
(1991)
Metode Pengumpulan Data
Populasi penelitian adalah seluruh industri non keuangan dan lembaga keuangan,
karena dapat diharapkan dapat menganalisis audit report lag. Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah Purposive Sampling dimana dari anggota populasi dipilih menurut kriteria
yang telah ditentukan. Kriteria yang ditentukan adalah seluruh perusahaan lembaga keuangan
dan industri non keuangan yang laporan keuangannya memiliki opini audit dan tahun
berakhirnya laporan keuangan setiap tanggal 31 Desember tiap tahunnya
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu akan dilakukan uji aumsi klasik.
Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji
heteroskedastisitas.
Uji Asumsi Klasik
1.Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Asumsi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 487
normalitas terpenuhi bila sampel yang dipakai berjumlah diatas 30 dan mempunyai data yang
menyebar di sekitar garis diagonal serta mengikuti arah garis diagonal.
Selain itu, uji normalitas juga dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov–
Smirnov (K–S) satu sampel dan P-P Plot. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 maka variabel terdistribusi secara normal. Sedangkan jika
nilai signifikan kurang dari 0,05 maka variabel tidak terdistribusi secara normal.
Interpretasi yang dapat dilakukan terhadap gambar normal P-P Plot di dasarkan
pada garis lurus yang melintang dari pojok kiri bawah ke kanan atas sehingga membentuk
arah diagonal yang dapat disebut sebagai garis acuan normalitas. Data yang diwakili dengan
titik–titik akan tersebar di sekitar garis acuan normalitas apabila distribusi datanya memang
normal.
2.Uji Autokorelasi
Autokorelasi sering dikenal dengan nama korelasi serial, dan sering ditemukan
pada data serial waktu (time series). Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, berarti ada masalah autokorelasi. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk dapat mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin–
Watson (d), dimana jika angka d berada di antara -2 sampai +2, berarti dalam regresi tidak
terdapat autokorelasi.
3.Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas dapat di deteksi pada model regresi apabila pada variabel
terdapat pasangan variabel bebas yang saling berkorelasi kuat satu sama lain. Jika pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, berarti terdapat masalah
multikolinieritas. Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terdapat multikolinieritas.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan VIF (variance inflation factor). Model regresi bebas dari
multikolinieritas bila mempunyai nilai VIF di bawah 10.
4.Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varians residual yang tidak konstan pada regresi sehingga
akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pengujian adanya heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatter plot, dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah :
Bila titik-titik membentuk suatu pola tertentu yang teratur (seperti bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka model regresi telah terjadi heteroskedastisitas.
Bila titik-titik membentuk pola yang tidak jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka nol dari sumbu Y, maka model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
488 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Pengujian hipotesis untuk meneliti faktor–faktor apa yang dapat mempengaruhi audit
report lag dilakukan dengan analisis regresi linear berganda (multiple linear regression
analysis).
AUDIT REPORT LAG = β0+ β1AST+ β 2 IND + β 3AUD+ β 4 SWITCH + e
Keterangan :
β0 = Konstanta / intersep
AST = Ukuran perusahaan
SWITCH = Pergantian Auditor
AUD = Ukuran KAP
IND = Jenis Industri
e = error
Nilai R (koefisien korelasi ganda) menjelaskan hubungan variabel dependen terhadap
variabel independen. Nilai R2 (koefisien determinasi ganda) dihitung untuk menentukan
tingkat pengaruh variabel–variabel independen terhadap variabel dependen. Uji signifikansi F
dipakai untuk menguji apakah secara keseluruhan variabel–variabel tersebut dapat dipakai
dalam regresi atau dengan kata lain terdapat hubungan linieritas. Pengujian nilai t dipakai
untuk menentukan tingkat signifikansi setiap variabel independen terhadap variabel dependen.
Semua uji statistik tersebut dilaksanakan pada tingkat signifikansi 5 %.
Sedangkan ekspektasi dari variable independent terhadap audit report lag sebagai variable
dependent, adalah sebagai berikut :
Regressor Variable Penjelas Penjelasan Hubungan Yang
Diharapkan
AST Total Asset Total Aktiva Perusahaan Negatif
IND Klasifikasi Industri Industri keuangan
menunjukkan angka 1,
sementara industry yang lain
0
Negatif
AUD KAP Tipe kantor akuntan diwakili
oleh dummy variabel,
Perusahaan yang diaudit oleh
Big Four menunjukkan
angka 1, sementara kantor
akuntan yang lainnya
menunjukkan angka 0
Negatif
SWITCH Pergantian Auditor Pergantian Auditor diwakili Positif
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 489
oleh dummy variabel,
Perusahan yang
menggunakan pergantian
auditor menunjukkan angka
1, sementara yang tidak
melakukan pergantian
atuditor menunjukkan angka
0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan alasan kecukupan
data, dan sampel yang digunakan sebagai penelitian ini adalah 128 perusahaan selama tahun
2008 sampai tahun 2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdari perusahaan
industry keuangan dan non keuangan
Insert Tabel 1
Berdasarkan table 1 selama 3 tahun diketahui bahwa rata-rata audit lag dari seluruh
sampel adalah 75.33 hari, dan standar deviasi adalah 20.50 hari, dengan perincian 93% masih
dalam batas wajar (90 hari) sedangkan sisanya terlamat, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
lamanya audit lag pada perusahaan-perusahaan tersebut masih berada dalam batas
penyampaian laporan keuangan sesuai dengan ketentuan Bapepam.
Sedangkan rata-rata industry adalah 0.332 dengan standar deviasi 0.471, hal ini
menunjukkan bahwa 33,27% adalah industry keuangan sedangkan sisanya adalah industry
non keuangan
Variabel KAP menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 0.432 dengan standar deviasi
sebesar 0.495, hal ini menunjukkan bahwa 43.20% perusahaan tersebut diaudit oleh KAP
yang berafiliasi dengan KAP Big Four sedangkan sisanya diaudit oleh KAP yang berafiliasi
dengan non big Four
Variabel SWITCH menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 0.411 dengan standar deviasi
0.492, hal ini menunjukkan bahwa 41,1% perusahaan terebut melakukan pergantian audit
Uji asumsi klasik harus dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis. Hal ini
dilakukan untuk menentukan apakah regresi yang dipakai sah atau tidak. Uji asumsi klasik
yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Dalam uji normalitas data yang digunakan harus terdistribusi secara normal. Untuk
memenuhi asumsi normalitas, sampel yang dipakai harus mempunyai data yang menyebar
disekitar garis diagonal serta mengikuti arah garis diagonal.
Dari gambar dibawah dapat dilihat bahwa garis diagonal dalam grafik ini
menggambarkan keadaan ideal dari data yang mengikuti distribusi normal. Titik-titik di
490 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
sekitar garis adalah keadaan data yang kita uji. Jika kebanyakan titik-titik berada sangat dekat
dengan garis atau bahkan menempel pada garis, maka dapat disimpulkan jika data penelitian
mengikuti distribusi normal.
Insert Gambar 1 Hasil Uji Normalitas
2. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Untuk dapat mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat
dari nilai Durbin Watson (d), dimana jika angka d berada di antara -2 sampai +2, berarti
dalam model regresi tidak terdapat autokorelasi.
Hasil pengujian autokorelasi pada menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (d)
adalah sebesar 1.709 berada di antara -2 dan +2, maka disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengandung masalah autokorelasi. Hasil uji autokorelasi.
Insert Tabel 2
3. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Jika terjadi korelasi, berarti ada masalah multikolinieritas. Untuk dapat
mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Model regresi bebas dari multikolinieritas bila mempunyai nilai VIF dibawah 10.
Dari hasil pengujian multikolinieritas pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai VIF
semua variabel yang diuji berada dibawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi
bebas dari multikolinieritas.
Insert Tabel 3
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, disebut
heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik Scatter plot.
Berdasarkan gambar IV.2 dibawah ini, maka dapat dikatakan bahwa model regresi tidak
terjadi Heteroskedastisitas. Karena dalam gambar terlihat titik-titk menyebar secara acak,
tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas.
Insert Gambar 2
Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Audit Report Lag
Insert Tabel 4
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 491
Secara simultan menunjukkan bahwa sig F sebesar 0.044 lebih kecil dari sigα 0.05; hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan dengan tingkat kepercayaan 95%,
sehingga secara simultan factor ukuran perusahaan, jenis industry, ukuran KAP dan
pergantian auditor berpengaruh terhadap audit report lag
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan memiliki konstanta negatif dengan sig t lebih besar dari sigα5%,
hal ini menunjukkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara parsial terhadap audit report
lag dan dengan konstanta aktiva yang negative menunjukkan bahwa dengan meningkatnya
ukuran perusahaan justru menurunkan audit report lag
Hasil penelitian bertentangan dengan Ashton et al (1987), Almosa dan Alabbas (2007)
dan Dyer & McHugh (1975) yang menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung
memiliki sumber daya untuk membayar sumber audit fee lebih tinggi terhadap auditor,
perusahan besar cenderung diawasi lebih ketat oleh public, perusahaan besar lebih melakukan
kendali terhadap auditor sehingga dari beberapa alasan tersebut justru menyelesaikan proses
audit lebih cepat
Hasil penelitian ini dapat disebabkan karena ukuran perusahaan tidak menjamin
ketepatan waktu melaporkan keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan
yang sudah diaudit oleh akuntan publik selambat–lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah
tanggal berakhirnya tahun buku.
Jadi, auditor lebih berperan besar dalam penyampaian laporan keuangan yang tepat
waktu. Namun, setiap auditor akan bersikap profesional dan memenuhi standar auditing yang
telah diterapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam melaksanakan pekerjaan auditnya
tanpa melihat besarnya perusahaan yang diaudit. Selain itu, perusahaan kecil yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia setidaknya sudah memiliki pengendalian intern yang cukup memadai
sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya seperti halnya dalam perusahaan
besar.
Konstanta yang bernilai negatif menunjukkan bahwa perusahaan besar cenderung
memiliki system control internal yang lebih solid yang dapat mengurangi kecenderungan
terjadinya error dalam laporan keuangan sehingga auditor mengandalkan system control
internal lebih ekstensif dan melaksanakan lebih banyak erja interim, Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Givoli & Palmon (1982)Carslaw dan Kaplan
(1991), Ponte et al (2005) dan Al-Ajmi (2008) bahwa ukuran perusahan akan memiliki
pengaruh negative terhadap lamanya audit repot lag,
2. Jenis Industri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis industry memiliki sig t yang kurang dari
sigα 5% dan konstanta negatif, sehingga menolak H0 yang artinya secara parsial jenis
industry berpengaruh terhadap audit report lag dan semakin tinggi .
Perusahaan yang berada dalam industri keuangan cenderung menghasilkan audit lag
yang pendek dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam industri nonkeuangan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hipotesis penelitian yang dikembangkan, serta konsisten
492 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ashton, Willingham, dan Elliott (1987),
Carslaw dan Kaplan (1991), Ahmad dan Kamarudin (2003), dan Almosa dan Alabbas (2007)
yang menemukan pengaruh negatif antara perusahaan yang termasuk dalam industri keuangan
terhadap lamanya audit lag
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mendukung pendapat Ahmad dan Kamarudin
(2003) dan Almosa dan Alabbas (2007) mengemukakan argumen bahwa perusahaan dalam
industri keuangan cenderung memiliki sedikit atau tidak sama sekali inventory. Proporsi
inventory yang relatif lebih rendah dibandingkan jenis aset lainnya menyebabkan audit lag
pada perusahaan dalam industri keuangan lebih singkat. Hal ini karena auditor dapat
mengabaikan atau menghabiskan lebih sedikit waktu untuk melaksanakan audit terhadap
inventory dimana material errors seringkali ditemukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Willingham, dan Elliott (1987) melalui
univariate analysis menghasilkan kesimpulan bahwa audit lag cenderung lebih lama pada
perusahaan yang berada dalam industri keuangan. Hasil penelitian Al-Ajmi (2008)
menunjukkan bahwa audit lag cenderung lebih pendek pada perusahaan dalam industri
perbankan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), Ahmad dan
Kamarudin (2003), dan Almosa dan Alabbas (2007) juga menghasilkan kesimpulan bahwa
lamanya audit lag cenderung lebih pendek pada perusahaan yang berada dalam industri
keuangan.
3. Ukuran KAP
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sig t untuk Ukuaran KAP kurang dari sig α 5%
dengan konstanta yang negatif, hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya perusahaan yang
diaudit oleh BIG Four akan menurunkan audit repot lag
Penelitian ini mendukung Ahmad dan Kamarudin (2003), dan Ratnawaty dan
Sugiharto (2005) yang menemukan pengaruh negatif antara ukuran KAP terhadap lamanya
audit lag dan Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berukuran besar (diproksikan dengan
KAP yang berasosiasi dengan KAP Big Four) cenderung menghasilkan audit lag yang
pendek dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang lebih kecil. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hasil penelitian ini
sejalan dengan Hosaain dan Taylor (1998), Ponte et al 2005, Kamarudin (2003)
Terkait pengaruh ukuran suatu KAP terhadap lamanya audit lag, Hossain dan Taylor
(1998) menyatakan bahwa KAP yang besar (berafiliasi dengan KAP internasional) memiliki
insentif yang lebih kuat untuk menyelesaikan kerja audit lebih cepat untuk mempertahankan
reputasi mereka. Jika tidak, KAP tersebut tidak akan memperoleh penugasan sebagai auditor
independen lagi oleh klien di tahun selanjutnya. Selain itu, KAP yang besar dan terkenal
memiliki sumber daya manusia yang lebih banyak daripada KAP yang lebih kecil sehingga
KAP besar cenderung dapat menyelesaikan kerja audit lebih cepat daripada KAP yang lebih
kecil. Ahmad dan Kamarudin (2003) menjelaskan bahwa KAP yang besar lebih mampu
melaksanakan audit secara lebih efisien dan lebih efektif daripada KAP yang lebih kecil serta
memiliki fleksibilitas dalam menjadwal pelaksanaan audit sehingga audit dapat diselesaikan
secara tepat waktu. Williams dan Dirsmith (1988) berargumen bahwa KAP internasional
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 493
cenderung lebih efisien dalam pelaksanaan audit karena mereka dapat memanfaatkan
teknologi audit secara superior (Ponte, Rodriguez, dan Dominguez, 2005).
4. Pergantian Auditor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pergantian auditor sig t lebih besar dari
sigα5% dan positif. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pergantian auditor menerima HO,
bahwa tidak terdapat pengaruh secara signifikan dari pergantian auditor terhadap audit report
lag
Pergantian auditor tidak mempengaruhi audit report lag secara signifikan. Hasil
penelitian ini dapat disebabkan karena pergantian auditor dalam suatu perusahaan dapat
dilakukan jauh sebelum tanggal berakhirnya tahun buku sehingga tidak akan mengganggu
proses audit. Auditor dapat melakukan perencanaan awal dalam audit dengan baik dan dapat
menjadwalkan pekerjaan mereka sehingga mereka dapat menyelesaikan audit dengan tepat
waktu.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pergantian auditor tidak menyebabkan
audit report lag yang lebih panjang. hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Imelda dan Heri (2007).
Berdasarkan pendapat Joher et.al. 2000, .Pada umumnya perusahaan yang berkembang
menjadi besar lebih memilih untuk mengganti auditor nya dengan auditor yang punya nama.
Rasionalisasi dari tindakan mengganti KAP dengan memilih KAP yang lebih punya nama
disebabkan karena perusahaan yang bertumbuh menjadi semakin besar akan mendapat
keuntungan dengan menggunakan auditor yang memiliki reputasi yang baik dan hal itu
umumnya dimiliki oleh KAP yang tergolong besar, tetapi dalam penelitian ini tidak terbukti
karena setaiap auditor lebih berperan besar dalam penyampaian laporan keuangan yang tepat
waktu dan akan bersikap profesional dan memenuhi standar auditing yang telah diterapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam melaksanakan pekerjaan auditnya
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Penelitian ini mencoba melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian
penyajian laporan keuangan ke publik pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan atas hasil penelitian maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ;
1. Sebagian besar perusahaan mengalami keterlambatan penyelesaian selama ± 3
bulan,yang berarti mereka telah selesai dan siap menyajikan laporan keuangan ke
public pada bulan Maret, dan selama tahun 2008-2010 kecenderungan ini relatif tetap
atau tidak banyak berubah. Tetapi jika dilihat dari batas akhir penyerahan laporan
keuangan auditan yang telah ditentukan oleh Bapepam, yaitu paling lambat akhir
bulan April, maka perusahaan sampel dapat dikatakan tidak mengalami keterlambatan.
2. Variabel ukuran perusahaan tidak mempengaruhi audit report lag secara signifikan.
Ukuran perusahaan tidak menjamin ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan
kecil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setidaknya sudah memiliki pengendalian
intern yang cukup memadai sehingga memudahkan auditor menyelesaikan
494 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
pekerjaannya sama halnya dalam perusahaan besar. Jadi, makin besar suatu
perusahaan belum tentu memperpendek audit report lag.
3. Variabel jenis industri mempengaruhi audit report lag secara sIginifikan, hal ini
disebabkan perusahaan yang berada dalam industri keuangan cenderung menghasilkan
audit lag yang pendek dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam industri
nonkeuangan, dan Proporsi inventory yang relatif lebih rendah dibandingkan jenis aset
lainnya menyebabkan audit lag pada perusahaan dalam industri keuangan lebih
singkat.
4. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) mempengaruhi audit report lag secara
signifikan, karena Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berukuran besar
(diproksikan dengan KAP yang berasosiasi dengan KAP Big Four) cenderung
menghasilkan audit lag yang pendek dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit
oleh KAP yang lebih kecil; dan bahwa KAP yang besar (berafiliasi dengan KAP
internasional) memiliki insentif yang lebih kuat dan memiliki sumber daya manusia
yang lebih banyak untuk menyelesaikan kerja audit lebih cepat untuk
mempertahankan reputasi mereka
5. Variabel pergantian auditor tidak mempengaruhi audit report lag secara signifikan.
Pergantian auditor tidak memperpanjang audit report lag , karena pergantian auditor
dalam suatu perusahaan dapat dilakukan jauh sebelum tanggal berakhirnya tahun buku
sehingga tidak akan mengganggu proses audit. Auditor dapat melakukan perencanaan
awal dalam audit dengan baik dan dapat menjadwalkan pekerjaan mereka sehingga
mereka dapat menyelesaikan audit dengan tepat waktu.
6. Terdapat pengaruh secara simultan factor ukuran perusahaan, jenis industry, ukuran
KAP dan pergantian auditor berpengaruh terhadap audit report lag .
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yang apabila dapat diatasi pada penelitian
selanjutnya akan dapat memperbaiki hasil penelitian. Beberapa keterbatasan dari penelitian ini
adalah :
1. Jumlah sampel yang diteliti masih sangat sedikit, jika dibandingkan dengan populasi
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
2. Dalam penelitian ini terdapat beberapa data yang tidak lengkap atau tidak tersedia
sehingga akhirnya memperkecil sampel penelitian.
3. Penelitian ini hanya mempertimbangkan menggunakan beberapa faktor yang
mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan. Variabel – variabel ini
hanya dapat menjelaskan sedikit mengenai penyelesian penyajian laporan keuangan.
Mungkin masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penyelesaian
penyajian laporan keuangan ke publik selain faktor-faktor yang digunakan dalam
penelitian ini.
Implikasi dari penelitian ini :
1. Para auditor seharusnya mampu mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi Audit Report Lag, , sehingga diharapkan lamanya Audit report lag
semakin berkurang,
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 495
2. Akuntan publik seharusnya dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas
proses audit dengan mengendalikan faktor-faktor dominan yang menyebabkan
terjadinya Audit report lag.
3. Jumlah variabel mungkin dapat ditambah lebih banyak, misalnya
denganmenambahkan variabel jenis opini audit, solvabilitas ,likuiditas apakah
mempengaruhi audit report lag.
DAFTAR PUSTAKA
Bandi dan Santoso Tri Hananto. 2002.” Ketepatan Waktu Atas Laporan Keuangan
Perusahaan Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.4 No. 2 ( Agustus ) : pp
155 – 164
Ahmad, Raja Adzrin Raja and Kamarudin, Khairul Anuar (2003). Audit delay and
the timeliness of corporate reporting: Malayasian evidence.
Diaksesdarihttp://www.hicbusiness.org/biz2003proceedings/Khairul%20Kamarudin%
202.pdf.
Astuti,Christina Dewi(2007). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu
Laporan Keuangan. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi &Keuangan Publik, 2
(Januari).(1).
Arens,et al (2007). Auditing &Assurance Service : an Integreted Approach,New Jersey :
Pearson Education,Inc.
Abdullah, Shamsul-Nahar. 2006. “Board Composition, Audit Committee and Timeliness
Corporate Financial Reports in Malaysia”. Corporate Ownership & Control. Volume
4, Issue 2, Winter: pp. 33-45.
Dyer IV, James C. and McHugh, Arthur J. (1985). The Timeliness of the Australian annual
report. Journal of Accounting Research (Autumn) 204-219.
DeAngelo, L.E. 1981. “Auditor Size and Audit Quality”. Journal of Accounting Research.
December.
Ettredge, Michael, Chan Li, and Lili Sun. (2005). Internal control quality and audit delay in
the SOX era. Diakses dari http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?
Abstract_id=794669.
Givoly, D., and D. Palmon, 1984. “Timeliness of Annual Earning Announcement, some
empirical evidence”. The Accounting Review 57: July.
496 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Hossain, Monirul Alam and Tayrol, Peter J. (1998). An examination of audit delay: evidence
from Pakistan. Diakses dari http://www3.bus.osaka-cu.ap.jp/apira98/
archives/pdfs/64/pdf.
Ikatan Akuntan Indonesia (2004). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Imelda, Elsa dan Heri. (2007). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay: studi
empiris pada perusahaan manufaktur di BEJ. Jurnal Akuntansi, (2) 134-143
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-09/PM/1995 tentang Definisi
perusahaan menengah/kecil.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-17/PM/2002 tentang Kewajiban
Penyamapian Laporan Keuangan Berkala.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., and Warfield, T. D. 2001. Intermediate Accounting
(Terjemahan). Tenth
Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.
Oktorina, Megawati dan Michell Suharli. (2005). Studi empiris terhadap faktor-faktor
penentu kepatuhan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, (2) 119-132.
Owusu-Ansah, Stephen. 2000. “Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging
Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange”. Journal
Accounting and Business Research. Vol.30. No.3. pp.241-254.
Petronila, Thio Anastasia dan Mukhlasin. (2003). Pengaruh profitabilitas perusahaan
terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan dengan opini audit sebagai
moderating variabel. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, (3) 17-26.
Rachmaf Saleh. 2004.” Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta “.Simposium Nasional Akuntansi
VII.( Desember ) : pp 897 – 910
Subekti, Imam dan Widiyanti, Novi Wulandari. (2004). Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap audit delay di Indonesia. SNA 7, Ikatan Akuntan Indonesia, 991-1002.
Suharli, M., DAN Rachpriliani, A. 2006. “Studi Empiris Faktor yang Berpengaruh terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.8 No.1
(April): 34-55.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 497
Syafrudin, M. 2004. “Pengaruh Ketidaktepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan pada
Earning Response Coefficient: Stufi di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional
Akuntansi VII Ikatan Akuntan Indonesia. Hal: 754-776.
Wirakusuma. 2004.” Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu
Penyajain Laporan Keuangan ke Publik ( Studi Empiris Mengenai Keberadaan Divisi
Internal Audit pada Perushaan – Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta )”.
Simposium Nasional Akuntansi VII.( Desember ) : pp 1202 – 1222
498 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Tabel 1 Descriptive Statistics
N
Minimu
m
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
ARL 544 17.00 225.00 75.3327 20.50696
SIZE 544 20.62 33.61 27.6087 2.05469
INDUSTRI 544 .00 1.00 .3327 .47162
KAP 544 .00 1.00 .4320 .49581
SWITCH 544 .00 1.00 .4118 .49261
Valid N
(listwise)
544
Gambar 1 Hasil Uji Normalitas
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...(Primsa Bangun, Subagyo, Malem Ukur Tarigan) 499
Tabel 2 Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
AKTIVA .799 1.252
INDUSTRI .935 1.070
KAP .838 1.194
SWITCH .995 1.005
a. Dependent Variable: ARL
Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
500 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Tabel 4 Hasil Uji Regresi Parsial dan Simultan
F Sig. Model B t Sig.
2.474 .044a (Constant) 86.975 6.617 .000
AKTIVA -.293 -.598 .550
INDUSTR
I
-5.412 -1.746 .003
KAP -5.431 -1.741 .002
SWITCH 2.483 1.367 .172