faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet indonesia ke rrc
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
KARET INDONESIA KE RRC (REPUBLIK RAKYAT CINA)
TAHUN 1999-2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret
Disusun oleh:
Flora Felina Aditasari
F 0106040
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
Sebagian besar hal penting di dunia diraih oleh orang-orang yang terus
mencoba ketika tampak tak ada harapan sama sekali
(Dale Carnegie)
Setiap hari lakukan sesuatu yang membuat anda lebih dekat ke hari esok
yang lebih baik
(Doug Firebaugh)
Energi dan kegigihan menaklukkan segalanya
(Benjamin franklin)
Optimisme artinya mengharapkan yang terbaik, tapi percaya pada diri
sendiri
(Benjamin franklin)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahan untuk:
© Untuk bapakke dan mamakke tercinta, orang tua terhebat yang selalu ada
untukku. Terimakasih atas semua kasih sayang, bimbingan, doa, dukungan,
perhatian, kesabaran dan pengertiannya selama ini.
© Untuk Mbah titut tersayang, terimakasih sudah sangat perhatian padaku.
© My sister And My brother (Maya dan Tegar). Terimakasih sudah menjadi adik-
adik terbaik dalam hidupku walaupun kakakmu ini belum pernah memberikan
contoh yang terbaik buat kalian. hehehe
© To my craziest friends Ndoel, Tul, Jot, Koh terimakasih selama ini mau
melakukan hal-hal gila dan ga penting bersama, saling mendukung disaat
salah satu dari kita sedang menghadapi masalah. Terimakasih untuk
persahabatan yang begitu indah. Fighting!! Chayo!! Ganbate!!
© Untuk Fitri Hapsari yang sudah mau menjadi sahabatku dari awal kita masuk
ke kampus ini sampai masa-masa akhir kita di kampus ini.
© Untuk semua teman-teman terbaikku EP Holics 06 yang sudah memberikan
persahabatan, pengalaman, hiburan, petualangan, kekompakan dan
kebersamaan. Semoga kita tidak saling melupakan satu sama lain.
© Wira Adhi Nugroho yang telah memberikan semua rasa dan kisah kepadaku
yang membuatku lebih bisa bertahan dan kuat menjalani kehidupan.
© Untuk sahabat terbaikku di kost (Lele Leli, Dwi Nophe, Firly, Dina dan
semuanya), terimakasih untuk semua support, bantuan, persahabatan kita
selama ini.
© Untuk semua teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu . Matursuwun
sanget untuk semua bantuannya selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dan
syarat-syarat guna mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena
itu dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, dan pengarahannya kepada :
1. Prof.Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Kresna Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. Agustinus Suryantoro,MS selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan
membimbing penulis dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi
ini.
4. Bapak Suprapto dan Ibu Ekaristi Christiani, ayah dan ibu yang selalu
mendukung dan mendoakan penulis selama masa penulisan skripsi ini.
5. Seluruh keluarga di rumah yang selalu memberikan dukungan dan doa dari
awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh sahabat dan teman yang telah membantu penulis selama masa studi
hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga ikut
berperan selama masa studi hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
menerima kritik dan saran untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi
karya kecil yang dapat berguna bagi kita semua.
Surakarta , Januari 2011
Flora Felina Aditasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAKSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE RRC (REPUBLIK RAKYAT CINA) TAHUN 1999-2009
Flora Felina Aditasari
F 0106040
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga karet alam dunia, harga karet sintetis, nilai tukar yuan terhadap rupiah, dan GDP Riil Negara RRC terhadap ekspr karet Indonesia ke RRC. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder. Pengujian statistik meliputi uji t, uji F dan R2 (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel harga karet alam dunia mempunyai pengaruh negtaif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC dengan nilai probabilitas 0,0490 pada tingkat signifikansi 5%. Variabel GDP Riil RRC mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC dengan nilai probabilitas sebesar 0,0042 pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan untuk variabel harga karet sintetis dan nilai tukar yuan terhadap rupiah tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC. Untuk pengujian terhadap uji asumsi klasik tidak terdapat multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Gross Domestic Product suatu Negara dapat dijadikan indikator bagi para eksportir karet Indonesia dalam menentukan sasaran pemasaran karet, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekspor karet Indonesia. Bagi petani maupun produsen karet agar bisa memperoleh harga karet alam yang tinggi untuk meningkatkan keuntungan dapat dilakukan dengan menekan cost, salah satunya adalah dengan meningkatkan produktifitas. Harga karet sintetis tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekspor karet Indonesia lebih dipengaruhi oleh variabel-variabel karet itu sendiri. Dan karet sintetis bukanlah barang substitusi sempurna dari karet, untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu mencari variabel substitusi selain karet sintetis.Walaupun nilai tukar Yuan terhadap Rupiah tidak berpengaruh terhadap volume ekspor karet Indonesia ke RRC, namun kestabilan kestabilan kurs rupiah terhadap yuan harus tetap dijaga agar tidak terjadi apresiasi atau depresiasi yang menyebabkan perdagangan luar negeri kolaps. Kata kunci : ekspor, karet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................. .. i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... .. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... .. iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ .. vi
ABSTRAKSI ....................................................................................................... .. viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan Ekonomi Internasional ....................................................... 14
B. Ekspor dan Impor ................................................................................. 15
C. Arti perdagangan Internasional ............................................................ 19
D. Teori Perdagangan Internasional ......................................................... 20
1. Teori keunggulan Absolut (Adam Smith) ....................................... 20
2. Teori Keunggulan Komparatif ......................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Teori Heckser-Ohlin (H-O) .............................................................. 21
4. Teori Permintaan ………………………………………………….. 23
5. Elastisitas ………………………………………………………….. 24
E. Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ................................................ .. 25
1. Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ………………… 26
2. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional …………………..... 27
F. Penelitian Terdahulu ............................................................................. ... 29
G. Hipotesa ……………………………………………………………… 33
H. Prosedur Analisis Data ………………………………………………. 34
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... ... 35
B. Definisi Variabel ................................................................................... ... 35
C. Metode Analisis Data ........................................................................... ... 36
1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil ………………………………..... 36
2. Pemilihan Model Regresi .................................................................. 37
3. Uji Statistik ………………………………………………………… 38
4. Pengujian Asumsi Klasik ………………………………………….. 42
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Karet ............................................................... .. 46
B. Jenis-Jenis Karet ................................................................................... .. 47
C. Perkembangan Karet Indonesia ........................................................... .. 50
D. Kendala Pengembangan Karet Alam Indonesia ................................. .. 52
E. Perkembangan Variabel Yang Diamati ……………………………... 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
F. Hasil dan Analisis Data ……………………………………………... 64
1. Pemilihan Model Regresi ................................................................. .. 64
2. Hasil Regresi ..................................................................................... .. 66
G. Analisis Statistik ................................................................................... .. 67
1. Uji t (t - test) ...................................................................................... .. 67
2. Uji F (F Test) .................................................................................... .. 69
3. Uji R2 ................................................................................................. .. 70
H. Analisis Ekonometrik ………………………………………………... 70
1. Uji Autokorelasi................................................................................. .. 70
2. Uji Multikolinieritas ......................................................................... .. 71
3. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... .. 72
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... . 77
B. Saran ...................................................................................................... . 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia
Tahun 1982-2006 .............................................................................. 3
Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia
Tahun 1995-2007 ............................................................................... 4
Tabel 1.3 Produksi Karet Indonesia Tahun 1990-2008 .................................. 6 Tabel 1.4 Perkembangan Produksi Karet Alam berdasarkan Produsen Utama
DuniaTahun 1980-2005 ………………………………………….. 7
Tabel 1.5 Volume dan Nilai Ekspor Impor Karet Indonesia
Tahun 1999-2008 ………………………………………………… 8
Tabel 1.6 Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2004-2008… 9 Tabel 1.7 Perkembangan Permintaan Karet Alam berdasarkan Negara
Konsumen Tahun 1980-2005 ……………………………………. 9 Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Karet Indonesia Tahun 2006-2008.......... 52
Tabel 4.2 Tingkat Utilitas Industri Karet/Barang dari Karet .......................... 55
Tabel 4.3 Ekspor Karet Indonesia ke RRC Tahun 1999-2009 ....................... 57
Tabel 4.4 Harga Karet Alam Dunia Tahun 1999-2009 ................................... 58
Tabel 4.5 Harga Karet Sintetis Tahun 1999-2009 ........................................... 60
Tabel 4.6 Nilai Tukar Yuan terhadap Rupiah Tahun1999-2009 .................... 62
Tabel 4.7 Perkembangan Gross Domestic Bruto (GDP) Republik Rakyat
China Tahun 1999-2009 ................................................................... 64
Tabel 4.8 Hasil Uji MWD ................................................................................. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 4.9 Nilai R2 Kedua Bentuk Fungsi Model ............................................... 65
Tabel 4.10 Hasil Regresi Linear ......................................................................... 66
Tabel 4.11 Hasil Uji t Statistik ........................................................................... 68
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................... 70
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 71
Tabel 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fungsi Ekspor ................................................................................. 17
Gambar 2.2 Fungsi Impor ................................................................................... 18
Gambar 2.3 Jenis Kurva Permintaan ................................................................. 22
Gambar 3.1 Daerah ktitis Uji t ............................................................................ 39
Gambar 3.2 Daerah kritis Uji F .......................................................................... 41
Gambar 3.3 Daerah Autokorelasi ....................................................................... 43
Gambar 3.4 Daerah Heteroskedastisitas ............................................................ 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem
perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat
penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi
mensyaratkan bahwa kesejahteraan penduduk harus meningkat, dan salah satu
ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
ekonomi (Hakim, 2002).
Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu
belakangan ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Ekspor merupakan
agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu
negara tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.
Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan
ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada
industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang
penting dalam waktu-waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya
perundingan-perundingan WTO menuju perdagangan dunia tanpa hambatan
(Basri, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Ekspor merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan,
ekspor bukan saja sebagai sumber penghasil devisa dan untuk memperbaiki
neraca pembayaran, tetapi juga dapat memotivasi dan menumbuhkembangkan
kegiatan perekonomian dalam negeri. Ekspor di Indonesia dibagi menjadi dua
bagian, yang pertama ekpor minyak dan gas bumi (migas) dan yang kedua adalah
ekspor non migas (pertanian, perkebunan, perikanan, dan hasil kerajinan lainnya).
Pada tahun 1973-1982 sektor migas menjadi sektor tumpuan ekspor di
Indonesia dan tumpuan utama dalam sumber pembiayaan pembangunan, karena
pada saat itu perekonomian Indonesia mengalami zaman keemasan minyak akibat
gejolak eksternal berupa kenaikan harga minyak yang sangat tinggi di pasar dunia
yang dapat dinyatakan sebagai titik awal terciptanya angka pertumbuhan yang
relatif tinggi, dimana rata-rata mencapai 7,37% setahun (Hidayat Amir, 2004).
Sehingga kontribusi terhadap pendapatan nasional jelas besar pengaruhnya.
Namun jika kita hanya mengandalkan sektor migas saja hal tersebut sangat riskan.
Karena sektor migas adalah sektor yang memanfaatkan kekayaan alam yang
sangat sulit untuk diperbaharui.
Adanya pergeseran dominan dari ekspor sektor migas ke arah sektor non
migas merubah pola struktur ekspor Indonesia. Dimana ekspor non migas dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekspor Indonesia dapat
dilihat dari tabel di bawah ini yang menggambarkan perbandingan antara ekspor
sektor migas dan ekspor sektor non migas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia tahun 1982-2006
( juta US $ )
Tahun Migas Non Migas Ekspor Impor Ekspor Impor
1985 12.717,8 1.275,6 5.868,9 8.983,5 1986 8.276,6 1.086,4 6.528,4 9.632,0 1987 8.556,0 1.067,9 8.579,6 11.302,4 1988 7.681,6 909,0 11.536,9 12.339,5 1989 8.678,8 1.195,2 13.480,1 15.164,4 1990 11.071,1 1.920,4 14.604,2 19.9166,6 1991 10.894,9 2.310,3 18.247,5 23.558,9 1992 10.670,9 2.115,0 23.296,1 25.164,6 1993 9.745,3 2.170,6 27.077,2 26.157,2 1994 9.693,6 2.367,4 30.359,8 29.616,1 1995 10.464,4 2.910,8 34.953,6 37.717,9 1996 11.721,8 3.595,5 38.093,0 39.333,0 1997 11.622,5 3.924,1 41.821,1 37.755,7 1998 7.872,1 2.653,7 40.975,5 24.683,2 1999 9.792,2 3.681,1 38.837,2 20.322,2 2000 14.366,6 6.019,5 47.757,4 27.495,3 2001 12.636,6 5.471,8 43.684,6 25.490,3 2002 12.112,7 6.525,8 45.046,1 24.763,1 2003 13.651,4 7.610,9 47.406,8 24.939,8 2004 15.645,3 11.732,0 55.939,3 34.792,5 2005 19.231,6 17.457,7 66.428,4 40.243,2 2006 21,209,5 18.962,9 79.589,1 42.102,6
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007
Perkembangan ekspor Indonesia dari tahun 1985-2006 menunjukkan
peningkatan. Pada tahun 1985-1987 ekspor sektor non migas masih lebih tinggi
dibandingkan ekspor sektor non migas. Namun pada tahun 1988 ekspor sektor
non migas mengalami peningkatan sebesar 2957,3 juta US$. Sedangkan ekspor
sektor migas mengalami penurunan sebesar 874,4 juta US$. Pada tabel di atas
juga menunjukkan bahwa ekspor minyak bumi dan gas (migas) telah tergeser oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
nilai ekspor non migas. Dimana ekspor non migas cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan ekspor sektor migas cenderung stabil
atau tidak mengalami penurunan maupun peningkatan yang signifikan .
Bagian dari sektor nonmigas yang cukup berperan dalam peningkatan
nilai ekspor Indonesia adalah sektor pertanian. Sektor Pertanian yang didalamnya
terdapat subsektor perkebunan dan perikanan terus mengalami peningkatan dalam
hal produksi selama beberapa tahun terakhir, terutama komoditas perkebunan
utama seperti kelapa sawit, karet dan kakao. Peningkatan produksi tersebut juga
diikuti dengan peningkatan ekspor komoditi perkebunan dan sektor pertanian
pada umumnya.
Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia tahun 1995-2007 (Juta US$)
Tahun Total Ekspor
Non Migas Ekspor
Pertanian Growth Ekspor
Sektor Pertanian(%)
Share Ekspor Sektor
Pertanian (%) 1995 34,953.60 2,888.50 2.47 8.26 1996 38,092.90 2,912.70 0.83 7.64 1997 41,821.00 3,272.00 12.33 7.82 1998 40,975.50 3,653.40 11.65 8.91 1999 38,873.20 2,901.40 -20.58 7.46 2000 47,757.40 2,709.00 -6.62 5.67 2001 43,684.60 2,438.50 -9.98 5.58 2002 45,046.10 2,568.30 5.32 5.70 2003 47,406.80 2,526.10 -1.64 5.32 2004 55,939.30 2,496.20 -1.18 4.46 2005 66,428.40 2,880.20 15.38 4.33 2006 79,589.10 3,364.90 16.80 4.22 2007 92,012.30 2,657.80 8.70 3.98
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Secara kumulatif nilai ekspor pertanian tetap menunjukkan pertumbuhan,
dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 2,8 persen. Meskipun berfluktuasi dan
share-nya terhadap ekspor nonmigas menurun. Kecilnya share sektor pertanian
tidak bisa dijadikan patokan kalau sektor ini menjadi tulang punggung sektor-
saktor lainnya. Pertumbuhan ekspor sektor pertanian (Tabel 1.2) didorong
terutama oleh subsektor perkebunan yang masih mendominasi dari produksi dan
pendapatan. Subsektor perkebunan memiliki beberapa komoditas unggulan antara
lain komoditas kelapa sawit, Soybean oil, karet alam, dan kakao, komoditas ini
dianggap sebagai komoditas andalan Indonesia yang masih berpeluang dan
mampu bersaing dalam pasar internasional (Business Week, 2006).
Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di
dunia disamping Malaysia dan Thailand. Karet merupakan komoditas ekspor
yang mampu mengharumkan nama Indonesia di pentas perdagangan
internasional. Komoditas ini juga memberikan kontribusi dalam upaya
meningkatkan devisa negara. Keunggulan Indonesia dalam peningkatan produksi
karet untuk yang masa yang akan datang adalah pada masih tersedianya lahan
tropis yang cukup besar yang sesuai untuk penanaman pohon karet. Produksi
karet di Malaysia dan Thailand terus mengalami penurunan karena kebijakan
pemerintahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Tabel 1.3 Produksi Karet Indonesia Tahun 1990-2008 (Ton)
Tahun Perkebunan
Rakyat Perkebunan Pemerintah
Perkebunan Swasta
total Pertumbuhan Total Prod
(%) 1990 913,425 216,702 145,168 1,275,295 - 1991 971,388 200,683 156,101 1,328,172 3.98 1992 1,030,380 205,396 162,672 1,398,448 5.02 1993 1,102,006 207,425 166,007 1,475,438 5.22 1994 1,138,893 188,122 172,409 1,499,424 1.60 1995 1,191,143 199,943 182,217 1,573,303 4.70 1996 1,193,146 202,021 178,859 1,574,026 0.05 1997 1,174,473 187,770 190,342 1,552,585 -1.38 1998 1,242,751 192,512 226,635 1,661,898 6,58 1999 1,206,410 181,522 216,427 1,604,359 -3.57 2000 1,125,161 169,866 206,401 1,501,428 -6.85 2001 1,209,284 182,578 215,599 1,607,461 6.60 2002 1,226,647 186,535 217,177 1,630,359 1.40 2003 1,396,244 191,699 204,405 1,792,348 9.04 2004 1,662,016 196,088 207,713 2,065,817 13.24 2005 1,838,670 209,837 222,384 2,270,891 9.03 2006 2,082,597 265,813 288,821 2,637,231 13.89 2007 2,176,686 277,200 301,286 2,755,172 4.28 2008 2,173,616 276,809 300,861 2,751,286 -0.14
Sumber : Dirjenbun, 2010
Produksi karet Indonesia baik produksi perkebunan swasta, perkebunan
pemerintah maupun perkebunan rakyat terus mengalami peningkatan. Periode
tahun 1990-2008 produksi karet Indonesia setiap tahunnya tumbuh rata-rata
sebesar 5,26 persen dengan rata-rata produksi mencapai 1.787.102 ton pertahun.
Peningkatan produksi karet Indonesia setiap tahunnya menempatkan Indonesia
sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Perbandingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
produksi karet Indonesia dengan beberapa negara penghasil karet di dunia dapat
dilihat pada tabel 1.4 sebagai berikut :
Tabel 1.4 Perkembangan Produksi Karet Alam berdasarkan
Produsen Utama Dunia, Tahun 1980-2005
Negara Produsen
Produksi (000 Ton), Tahun Pertumbuhan/tahun (%)
1985 1990 2000 2005 1980-1990 1990-2000 2000-2005 Thailand 501 1271 2346 2900 17,08 9,4 4,72 Indonesia 1020 1262 1556 2270 2,64 2,59 9,18 Malaysia 1530 1291 615 1132 -1,74 -5,82 16,81
India 155 324 629 772 12,11 10,46 4,55 China 113 264 445 575 14,85 7,62 5,84
Lainnya 526 798 1219 1164 5,75 5,86 -0,90 Total 3845 5210 6810 8813 3,94 3,41 5,88
Sumber : International Rubber Study Group (IRSG)
Produksi karet Indonesia dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2005 terus
mengalami pertumbuhan. Tingginya tingkat produksi ini pada dasarnya
menyimpan potensi pendapatan yang cukup besar baik dari dalam negeri maupun
luar negeri melalui ekspor.
Seperti diketahui, hampir sebagian besar konsumsi karet dunia adalah
negara-negara non penghasil karet, sehingga sebagian besar pasar ekspor karet
ditujukan untuk pasar internasional. Indonesia sebagai salah satu negara produsen
karet terbesar juga mengekspor karetnya keluar negeri (lebih dari 90 persen
produksi karet alam ditujukan untuk ekspor), pada tabel 1.5 dapat dilihat
perkembangan nilai ekspor karet Indonesia :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Tabel 1.5 Volume dan Nilai Ekspor Impor Karet Indonesia
Tahun 1999-2008
Tahun Ekspor Volume (Ton) Nilai (000 US $)
1999 1,494,543 849,200 2000 1,379,612 888,623 2001 1,453,382 786,197 2002 1,495,987 1,037,562 2003 1,662,210 1,494,811 2004 1,874,261 2,180,029 2005 2,024,593 2,582,875 2006 2,286,897 4,321,525 2007 2,407,972 4,868,700 2008 2,283,154 6,023,296
Sumber : Dinas Perdagangan, 2010
Ekspor Karet Indonesia periode tahun 1999 sampai tahun 2008 terus
mengalami peningkatan. Dari ekspor karet keluar negeri, Indonesia paling tidak
mendapatkan tambahan penerimaan mencapai 2,503,281,800 US$ pertahun.
Diantara beberapa negara tujuan utama ekspor karet Indonesia seperti Jepang,
Singapura, Amerika Serikat, RRC, Jerman dan lainnya. RRC merupakan salah
satu negara yang mengalami peningkatan dalam konsumsi karet alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 1.6 Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Utama
Tahun 2004-2008 (dalam Metrik Ton)
Negara Tujuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Amerika 627868 669120 590947 644270 622167 394307 Jepang 225214 260604 357828 397776 400693 272878 China 197536 249791 337223 341821 318841 457118
Singapura 85591 115084 136124 161255 151260 100165 Korea Selatan 76794 74813 90640 93091 106460 99548
Belgia&Luksemburg 44992 34939 42513 41692 31573 17010 Kanada 70566 71769 66045 53628 59163 51210 Brasil 58836 55016 48360 65749 77066 58507 Jerman 71808 61974 82100 80809 57705 36639 Belanda 24549 28304 27372 21869 27126 37211 Perancis 30969 32144 42989 48197 46380 30083 Lainnya 359538 370223 463856 456619 397022 436587
Sumber :Badan Pusat Statistik, 2010
Tabel 1.7 Perkembangan Permintaan Karet Alam berdasarkan Negara
Konsumen, Tahun 1980-2005
Negara Konsumen
Konsumsi (000 Ton), Tahun Pertumbuhan/tahun (%)
1985 1990 2000 2005 1980-1990 1990-2000 2000-2005 Amerika Serikat
585 808 1191 1330 3,81 4,74 2,33
Eropa 1356 1256 1483 1558 - 0,74 1,81 1,01 China 340 600 1080 2085 7,65 8,00 18,61 Jepang 427 677 752 796 5,85 1,11 1,17 Lainnya 1062 1839 2834 2976 7,32 5,41 1,00
Total 3770 5180 7340 8745 3,74 4,17 3,83 Sumber: International Rubber Study Group (IRSG).
Sekarang ini konsumsi karet dunia semakin meningkat. Pertumbuhan
ekonomi dunia yang pesat sepuluh tahun terakhir, terutama di RRC ( Republik
Rakyat Cina ) serta beberapa kawasan Asia pasifik dan Amerika Latin, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
India, Korea Selatan, dan Brasil, menyebabkan permintaan karet alam tumbuh
cukup tinggi. Sebaliknya, permintaan karet dari negara-negara industri maju,
seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang relatif stagnan.
Pada 2004, Indonesia mampu mengekspor sekitar 2,066 juta ton karet
alam. Jumlah ini naik ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 1,8 juta ton. Pada
2005, ekspornya meningkat lagi menjadi 2,2 juta ton. Permintaan ekspor karet
Indonesia paling banyak memasarkan produk karetnya ke Amerika Serikat,
Jepang, dan Jerman, ke depan, RRC diharapkan bisa menjadi salah satu Negara
tujuan utama ekspor karet Indonesia.
Selama 2004, ekspor karet Indonesia ke RRC meningkat signifikan
menjadi 107.000 ton. Padahal selama 2002, ekspor karet ke negara itu baru
46.000 ton. Permintaan RRC akan karet ini diprediksi akan terus tumbuh hingga
tahun 2020 (Ekspor, 2007). Dengan meningkatnya permintaan RRC terhadap
karet maka akan berpengaruh terhadap ekspor karet dari Indonesia. Sehingga
diperlukan studi khusus yang mendalam khususnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor karet dari Indonesia.
Dengan adanya pemasalahan ini maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang ekspor karet Indonesia ke RRC (Republik Rakyat Cina) dan
fakor-faktor yang mempengaruhinya dengan Judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia Ke RRC (Republik Rakyat Cina)
Tahun 1999 – 2009”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, sangat menarik untuk
mengamati dan mengembangkan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke RRC, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagimanakah pengaruh harga karet alam dunia terhadap volume ekspor karet
alam Indonesia ke RRC ?
2. Bagaimanakah pengaruh harga karet sintetis terhadap volume ekspor karet
alam Indonesia ke RRC ?
3. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah terhadap
terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC ?
4. Bagimanakah pengaruh GDP Riil Negara RRC terhadap volume ekspor karet
alam Indonesia ke RRC ?
5. Bagaimanakah pengaruh variabel-variabel independen (harga karet alam dunia,
harga karet sintetis, GDP Riil Negara RRC, nilai tukar Yuan RRC terhadap
Rupiah) terhadap variabel dependennya (volume ekspor karet alam Indonesia
ke RRC) ?
Penelitian ini hanya dibatasi pada permintaan ekspor karet dari Indonesia
ke RRC dalam kurun waktu dari tahun 1999 – 2009. Sebagai variabel
dependennya yaitu volume ekspor karet Indonesia dan sebagai variabel
independen yang akan diujikan adalah harga karet alam Dunia, harga karet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sintetis, nilai tukar mata uang Yuan terhadap Rupiah, dan GDP Riil Negara
RRC.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya ,
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh dari harga karet dunia terhadap volume ekspor
karet alam Indonesia ke RRC.
2. Untuk menganalisis pengaruh dari harga karet sintetis terhadap volume ekspor
karet alam Indonesia ke RRC.
3. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah terhadap
volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC.
4. Untuk menganalisis pengaruh GDP Riil Negara RRC terhadap volume ekspor
karet alam Indonesia ke RRC.
5. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel independen
terhadap variabel dependennya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan dasar hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi masukan dan dasar pertimbangan bagi pemerintah
untuk meningkatkan ekspor karet dari Indonesia ke RRC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Menambah khasanah keilmuwan/literatur di bidang ilmu ekonomi terutama
perdagangan internasional.
3. Sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pembaca yang tertarik untuk
meneliti hal yang sama bagi peneliti selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan Ekonomi Internasional
Hubungan ekonomi internasional berbeda dari hubungan ekonomi
antarregional (yaitu hubungan ekonomi di antara berbagai wilayah negara yang
sama), sehingga memerlukan peralatan analisis yang sedikit berbeda dan
menganggap ekonomi internasional sebagai bagian yang berbeda dari ilmu
ekonomi. Artinya, setiap Negara selalu menerapkan beberapa pembatasan
(restriksi) terhadap arus barang, jasa, serta berbagai macam faktor produksi yang
akan melintasi batas negaranya. Hal tersebut tidak dilakukan secara internal.
Selain itu, arus internasional sedikit banyak dipemgaruhi oleh perbedaan-
perbedaan bahasa, adat istiadat, serta hokum yang berlaku di masing-masing
Negara. Selanjutnya, arus barang, jasa, dan sumber daya secara internasional juga
akan menimbulkan pembayaran dan penerimaan dalam bentuk mata uang asing,
yang nilainya selalu berubah sepanjang waktu(Salvatore, 1997).
Ekonomi internasional berbeda dengan ekonomi interregional (antar
daerah dalam satu negara). Ekonomi internasional menyangkut beberapa negara
dimana :
a. Mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal realtif lebih
sukar (immobilitas faktor produksi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Sistem keuangan, perbankan, bahasa, kebudayaan serta politik yang
berbeda
c. Faktor-faktor produksi yang dimiliki (factor endowment) berbeda
sehingga dapat menimbulkan perbedaan harga barang yang dihasilkan.
B. Ekspor dan Impor
1. Ekspor
Definisi ekspor adalah pengiriman barang dagangan keluar negeri
melalui pelabuhan di seluruh wilayah Republik Indonesia, baik bersifat
komersial maupun bukan komersial. Menurut departemen perindustrian dan
perdagangan yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
barang dari daerah pabean, sementara eksportir adalah perusahaan atau
perorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Daerah pabean adalah wilayah
Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landasan
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang nomor 10 tahun 1995
tentang kepabeanan.
Ekspor yang akan dilakukan sebuah negara tergantung pada banyak
factor. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke
negara-negara lain apabila barang-barang tersebut diperlukan di negara-negara
lain dan mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang tersebut.
Misalnya ekspor karet, timah, minyak kelapa sawit dan kayu hutan ke Jepang
dan negara-negara maju lainnyadisebabkan karena barang-barang tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mereka butuhkan, dan negara-negara tersebut tidak dapat menghasilkan
sendiri barang-barang seperti itu. Sebaliknya, Indonesia mengimpor barang-
barang modal dan berbagai jenis barang untuk keperluan pengembangan
berbagai jenis indsutri karena Indonesia belum mampu memproduksikan
barang-barang tersebutdengan mutu yang sebaik seperti yang dapat diperoleh
dari negara-negara yang lebih maju.
Namun faktor di atas bukanlah faktor terpenting yang menentukan
besarnya ekspor suatu Negara. Faktor yang lebih penting lagi adalah
kemampuan dari negara tersebut untuk memproduksikan barang-barang yang
dapat bersaing di pasaran luar negeri. Artinya, mutu dan harga barang
produksi dalam negeri itu haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang
diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Makin banyak jenis barang yang
mempunyai keistimewaan yang dihasilkan oleh suatu negara, makin besar
ekspor yang dapat dilakukan negara tersebut.
Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab
itu ekpor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.
Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan
selanjutnya akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya
pendapatan nasional tidak dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu
bertambah apabila pendapatan nasional bertambah, atau ekspor dapat
mengalami perubahan walaupun pendapatan nasional tetap. Dengan demikian
fungsi ekspor mempunyai bentuk yang sama dengan fungsi investasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
fungsi pengeluaran pemerintah. Fungsi ekspor di atas digambarkan dalam
gambar berikut (Sukirno, 2002) :
Tingkat bunga
X2
Pertambahan ekspor X0
Pengurangan ekspor X1
0 pendapatan nasional
Gambar 2.1. Fungsi Ekspor
2. Impor
Sedangkan yang dimaksud dengan impor adalah pengiriman barang
dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah Republik
Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat
komersial maupun yang bersifat non komersial. Dalam keputusan menteri
perindustrian dan perdagangan No 550/MPP/Kep/10/1999 pada point
ketentuan umum disebutkan, yang dimaksud dengan impor adalah kegiatan
memasukkan barang ke daerah pabean Indonesia. Antara Negara-negara
eksportir dan Negara importir masing-masing memiliki UU dan peraturan bea
cukai yang berbeda antara satu Negara dengan Negara lainnya.
Besarnya impor yang dilakukan suatu negara antara lain ditentukan
oleh sampai dimana kesanggupan barang-barang yang diproduksikan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
negara-negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di
negara itu. Apabila barang-barang dari luar negeri mutunya lebih baik, atau
harganya lebih murah, daipada barang-barang yang sama yang dihasilkan di
dalam negeri, maka akan terdapat kecenderungan bahwa negara tersebut akan
mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Akan tetapi apakah
kecenderungan tersebut akan terjadi atau tidak, masih tergantung kepada
kesanggupan penduduk negara itu membayar impor tersebut. Ini berarti
bahwa besarnya impor lebih dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional
daripada oleh kemampuan barang-barang luar negeri untuk bersaing dengan
barang-barang produksi dalam negeri. oleh sebab itu dalam analisis
makroekonomi, impor mempunyai cirri-ciri, yaitu semakin besar tingkat
pendapatan nasional, semakin besar pula nilai impor. Hal ini ditunjukkan
dalam gambar berikut (Sukirno, 2002) :
impor
Gambar 2.2. Fungsi impor
Pendapatan nasional
Kenaikan impor
Pengurangan impor
0
M0
M1
M2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
C. Arti Perdagangan Internasional
Dapat didefinisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu
negara asal yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan yang dilakukan
oleh perusahaan multinasional corporation untuk melakukan perpindahan barang
dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan tekhnologi
(pabrik) dan perpindahan merek dagang. Robbock membahas “Perdagangan
Internasional” dari sudut pandang manajemen dan memerinci kegiatan-kegiatan
perdagangan sebagai berikut (Waluya, 1995) :
· Perdagangan Internasional terjadi melalui perpindahan barang-barang,
perpindahan jasa-jasa dari satu negara ke negara lain yang disebut transfer
of good and services.
· Perdagangan Internasional juga melewati perpindahan modal yaitu
masuknya investasi asing dari luar negeri yang disebut transfer of capital.
· Tenaga kerja juga merupakan objek dalam Perdagangan Internasional.
Dalam Perdagangan Internasional transfer of labour mendorong masuknya
tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknisi dari luar negeri. Pada kenyataannya,
unskilled labor dapat juga memperoleh pekerjaan di luar negeri.
· Perdagangan Internasional dapat dilakukan melalui transfer of technology
yaitu dengan cara mendirikan pabrik-pabrik di Negara-negara,lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
· Keberhasilan dari suatu Perdagangan Internasional tergantung dari transfer
of data dan informasi terutama dalam penyampaian informasi tentang
kepastian tersedianya bahan baku dan pangsa pasar.
D. Teori Perdagangan Internasional
1. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith)
Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut (absolut advantage). Jika sebuah negara lebih efisien
daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau
memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi
komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan
dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi
komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan
komoditi lain yang memiliki kerugian absolut(Salvatore,1997).
Bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan
internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang
jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (Hady, 2001). Teori
advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain:
· Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.
· Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
· Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.
· Biaya transpor ditiadakan.
2. Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan absolut dari Adam Smith memiliki kelemahan yang
akhirnya disempurnakan oleh David Ricardo dengan teori comparative
advantage atau keunggulan komparatif, baik secara cost comparative (labor
efficiency) maupun production comparative (labor productivity).
Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat
berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana Negara
tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien.
Sedangkan menurut Production comparative advantage (labor
productivity), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan
internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta
mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak
(Hady, 2001).
3. Teori Heckser-Ohlin (H-O)
Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/murah
dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor
barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relative
langka/ mahal dalam memproduksinya.
Dalam analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva yaitu, kurva
Isocost, kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan
kurva Isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang
sama (Hady, 2001).
4. Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta
kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Hukum permintaan
berbunyi ”Jika harga naik, maka jumlah output yang diminta akan turun,
demikian pula sebaliknya” (Suherman, 1996).
Kurva permintaan (demand curve) adalah sebuah grafik yang memuat
hubungan antara harga sebuah barang dengan kuantitas yang diminta
(Mankiw, 2001). Dalam analisis permintaaan, kurva permintaan mungkin
berbentuk (a) garis lurus, (b) cembung terhadap titik nol, atau (c) cekung
terhadap titik nol (Suherman,1996).
(a)
harga
Jumlah yang diminta Jumlah yang diminta
P P
C C
D D
0 0
harga
(b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(c)
Ada beberapa hal yang dapat menggeser kurva permintaan tiga
diantaranya adalah (yang paling dominan):
a. Tingkat pendapatan masyarakat (income).
Semakin besarnya pendapatan selalu berarti semakin besarnya
permintaan. Jika terjadi kenaikan pendapatan masyarakat, maka kurva
permintaan akan bergeser ke kanan. Namun apabila terjadi penurunan
pendapatan masyarakat, maka kurva permintaan akan bergeser ke kiri.
b. Cita rasa atau selera masyarakat terhadap barang itu (taste).
Cita rasa atau selera masyarakat terhadap segala sesuatu itu pada
lazimnya akan senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Selera
menggambarkan bermacam macam pengaruh budaya dan sejarah. Selera
mungkin mencerminkan kebutuhan psikologis dan fisiologis sejati, selera
mungkin mencakup kecanduan yang terjadi secara artifisial dan selera
mungkin juga mengandung sebuah unsur yang kuat dari tradisi atau agama
(Samuelson, 2004)
Jumlah yang diminta
P
C
Gambar 2.3. Jenis kurva permintaan
D
0
harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Harga barang lain yang berkaitan (prices of related commodities).
Kenaikan harga barang subtitusi akan menggeser kurva permintaan
ke kanan, dan penurunan harga barang subtitusi akan menggeser kurva
permintaan kekiri. Sedangkan kenaikan harga barang komplementer akan
menggeser kurva permintaan kekiri dan penurunan harga barang
komplementer akan menggeser kurva permintaan kekanan.
5. Elastisitas
Elastisitas sering juga disebut Ukuran Derajat Kepekaan. Beberapa
macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan (Mankiw,
2001) :
a. Elastisitas harga
Elastisitas harga adalah mengukur seberapa banyak kuantitas
permintaan atas suatu barang berubah mengikuti perubahan harga barang
tersebut. Ukuran ini dinyatakan sebagai persentase perubahan kuantitas
yang diminta dibagi persentase perubahan harga. Berdasar pengamatan
ada beberapa asas umum yang dapat di kedepankan sebagai hal-hal yang
menentukan elastisitas harga dari permintaan yaitu :
· Kebutuhan versus kemewahan
· Ketersediaan subtitusi
· Definisi pasar
· Rentang waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Elastisitas harga silang
Elastisitas harga silang yaitu ukuran untuk menentukan seberapa
besar perubahan kuantitas yang diminta untuk suatu barang ketika harga
barang lainnya berubah. Dirumuskan sebagai persentase perubahan
kuantitas yang diminta dari barang 1 dibagi dengan persentase perubahan
harga dari barang 2. Positif atau negatifnya nilai elastisitas harga silang ini
tergantung pada apakah kedua barng tersebut subtitusi atau komplemen.
c. Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan yaitu ukuran yang menunjukkan seberapa
banyak jumlah permintaan atas suatu barang berubah mengikuti
perubahan pendapatan konsumen. Ukuran ini dinyatakan sebagai
persentase perubahan kuantitas yang diminta dibagi persentase perubahan
pendapatan.
E. Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah
tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan
pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, quota dan
sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang
secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perdagangan serta
pembayaran internasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal.
Sedangkan definisi yang lebih sempit kebijaksanaan internasional adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi
perdagangan dan pembayaran internasional.
1. Instrumen kebijaksanaan ekonomi internasional
Instrumen kebijaksanaan ekonomi Internasional meliputi (Nopirin, 1995) :
a. Kebijaksanaan perdagangan internasional
Kebijaksanaan perdagangan internasional mencakup tindakan
pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account)
dalam neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan
impor barang/jasa. Jenis kebijaksanaan ini misalnya tarif terhadap impor,
bilateral trade agreemant, state trading, dan sebagainya.
b. Kebijaksanaan pembayaran internasional
Kebijaksanaan pembayaran internasional meliputi
tidakan/kebijaksanaan pemerintah terhadap rekening modal (capital
account) dalam neraca pembayaran internasional yang berupa pengawasan
terhadap pembayaran internasional. Hal ini dapat dilakukan misalnya
dengan pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control), atau
pengaturan/pengawasan lalu lintas modal jangka panjang.
c. Kebijaksanaan bantuan luar negeri
Kebijaksanaan bantuan luar negeri adalah tindakan/kebijaksanaan
pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants), pinjaman(loans),
bantuan yang bertujuan untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan
dan bantuan militer terhadap negara lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan kebijaksanaan ekonomi
internasional adalah sebagai berikut ( Nopirin, 1995) :
a. Autarki
Tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari
pengaruh-pengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau
militer.
b. Kesejahteraan (welfare)
Tujuan ini bertentangan dengan tujuan untuk autarki diatas.
Dengan mengatakan perdagangan internasional suatu negara akan
memperolaeh keuntungan dari adanya spesialisasi. Oleh karena itu, untuk
mendorong adanya perdagangan internasional maka halangan-halangan
dalam perdagangan internasional (tarif, quota, dan sebagainya)
dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti harus ada
perdagangan bebas.
c. Proteksi
Tujuan ini untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan
barang impor. Hal ini, misalnya dapat dijalankan dengan tarif, quota dan
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d. Keseimbangan neraca pembayaran
Apabila suatu negara itu mempunyai kelebihan cadangan valuta
asing maka kebijaksanaan pemerintah untuk mengadakan stabilisasi
ekonomi dalam negeri akan tidak banyak menimbulkan problem neraca
pembayaran internasionalnya. Tetapi sangat sedikit negara yang
mempunyai posisi demikian. Terutama negara-negara yang sedang
berkembang posisi cadangan valuta asingnya lemah, memaksa pemerintah
negara-negara tersebut untuk mengambil kebijaksanaan ekonomi
internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran inetrnasionalnya.
Kebijaksanaan ini umumnya berbentuk pengawasan devisa (exchange
control). Pengawasan devisa tidak hanya mengatur/mengawasi lalu lintas
barang tetapi juga modal.
e. Pembangunan ekonomi
Untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil
kebijaksanaan seperti misalnya :
· Perlindungan terhadap industri (infant industries)
· Mengurangi impor barang konsumsi yang nonessensial dan
mendorong impor barang-barang yang essensial.
· Mendorong ekspor dan sebagainya
Kesemuanya ini untuk mengarahkan perkembangan perdagangan
internasional guna menunjang pembangunan ekonomi dalam negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
F. Penelitian Terdahulu
Michael Learner dan Thomas Stern (1989) menyeburtkan banyak faktor
yang mempengaruhi besarnya permintaan terhadap barang ekspor. Sesuai dengan
teori permintaan, besarnya barang ekspor yang diminta sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, harga barang, dan barang yang lain, keadaan ini dituliskan :
M = (Pm, Py, Y)
dimana :
M = jumlah barang yang diimpor
Pm = tingkat harga yang diimpor
Py = harga barang yang lain
Y = tingkat pendapatan negara pengimpor
Jumlah barang yang diimpor oleh suatu negara sebenarnya tidak hanya
ditentukan oleh ketiga variabel di atas. Pemilihan variabel independen dalam
suatu model permintaan dan penawaran terhadap suatu barang ekspor sangat
tergantung pada tujuan suatu hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
Dalam tulisan yang sama Learner dan Stern mengemukakan beberapa
variabel independen lain yang juga mempengaruhi besarnya permintaan barang
ekspor seperti kemampuan penawaran terhadap suatu barang dari negara yang
melakukan impor barang yang sama, tingkat pendapatan negara pengimpor
dalam GNP dan GDP riil, variabel waktu, faktor kebijaksanaan pemerintah atau
perekonomian yang diterangkan oleh variabel dummy, nilai tukar atau faktor-
faktor lain yang diperkirakancukup berpengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Moshin S Khan (1974) telah melakukan penelitian tentang impor di !5
negara berkembang yang umum diasumsikan tertentu oleh kekuatan non pasar
(non market forces) tidak sepenuhnya benar. Model yang digunakan pada
penelitian ini dalam bentuk logaritma adalah sebagai berikut :
Log Mt = ao + a1 log(Pmt/PDt)+a2 log Yt+Ut
dimana :
Mt = kuantitas impor pada periode t
PMt = nilai per unit impor di negara i pada periode t
PDt = tingkat harga dalam negeri di negara i pada periode t
Yt = pendapatan domestik bruto
Ut = kesalahan pengganggu
a1<0, a2>0
Alat analisis yang digunakan adalah model dinamis PAM sebagai model
ketidakseimbangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas harga
permintaan barang impor dengan model keseimbangan mempunyai pengaruh
yang signifikan pada derajat keyakinan 5% terhadap permintaan impor di 11
negara. Di antaranya Brasil, Kolumbia, Equador, India, Pakistan, Peru, Philipina,
Srilanka, Turki dan Uruguay, kecuali Kolumbia dan Pakistan yang elastisitasnya
cukup kecil. Sedangkan perubahan pendapatan punya pengaruh yang berarti
untuk sembilan negara. Selain itu untuk negara Equador, Ghana, Pakistan, dan
Turki ditemukan adanya autokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pada model keseimbangan jangka pendek, elastisitas harga juga
signifikan di negara Brazil, Kolumbia, Kostarika, Equador, Pakistan, dan
Srilanka. Sedangkan untuk elastisitas pendapatan jangka pendek signifikan di
negara Brazil, Kolumbia, Equador, dan Pakistan yang derajat keyakinannya 5%.
Mutaqim dan JJ Sarungu (2002) dalam penelitian berjudul ”Prospek
Kerjasama Perdagangan Internasional Indonesia-Amerika”. Alat analisis yang
digunakan adalah model dinamis PAM. Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda, dilihat dari permintaan impor Indonesia dari amerika serikat
menunjukkan variabel GDP Indonesia mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari amerika serikat, variabel
nominal exchange rate mempunyai hubungan yang negatif dan bermakna secara
statisitik terhadap variabel permintaan impor Indonesia ke Amerika, variabel
harga barang impor mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap
permintaan impor Indonesia dari amerika serikat namun tidak sesuai dengan
hipotesis, variabel krisis ekonomi (variabel dummy) mempunyai hubungan yang
negatif dan signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari amerika serikat,
variabel impor Indonesia dari amerika serikat tahun sebelumnya mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari
amerika serikat. Sedangkan dari segi penawaran ekspor Indonesia ke Amerika
Serikat menunjukkan variabel GDP Amerika mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia dari amerika serikat,
variabel nominal exchange rate mempunyai hubungan yang tidak bermakna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
secara statisitik terhadap variabel penawaran ekspor Indonesia ke Amerika,
variabel harga barang ekspor mempunyai hubungan yang negatif dan tidak
bermakna secara statistik terhadap penawaran ekspor Indonesia ke amerika,
variabel krisis ekonomi (variabel dummy) mempunyai hubungan yang negatif
dan signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia dari amerika serikat,
variabel impor Indonesia ke amerika serikat, variabel ekspor Indonesia ke
Amerika Serikat tahun sebelumnya mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia ke Amerika serikat.
Nurul Huda dan Zulihar (2009) dalam penelitian berjudul “Perdagangan
Bilateral Indonesia-China periode 2000-2009”. Dari penelitian tersebut
keimpulan yang diberikan adalah, 1) Neraca perdagangan Indonesia terhadap
China selama periode 2000-2007 mengalami surplus tetapi sejak tahun 2008 dan
2009 perdagangan Indonesia terhadap China mengalami kondisi deficit, 2)
Komoditi Utama yang diekspor Indonesia ke China meliputi komoditi karet,
batubara, CPO, produk kimia dan kertas. Sedangkan komoditi Utama Impor
Indonesia dari China meliputi produk barang konsumsi, bahan baju dan barang
modal, 3) Langkah yang dapat dilakukan pemerintah terhadap data terakhir
perdagangan Indonesia-China antara lain : pembangunan infrastruktur, permudah
perizinan, permodalan, kontrol produk-produk China dengan gerakan cinta
produk dalam negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
G. Hipotesa
Sebagaimana uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hipotesa
mengenai uraian di atas, yaitu :
1. Diduga harga karet alam dunia akan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.
2. Diduga harga karet sintetis akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
volume ekspor karet alam Indonesia.
3. Diduga nilai tukar mata uang RRC terhadap Rupiah akan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia
4. Diduga GDP Riil Negara RRC sebagai pengimpor akan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.
5. Diduga secara bersama - sama harga karet alam dunia, harga karet sintetis,
nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah, serta GDP Riil Negara RRC
berpengaruh secara bersama-sama terhadap volume ekspor karet alam
Indonesia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
H. Prosedur Analisis Data
Dari uraian di atas, kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
harga karet alam Dunia
harga karet sintetis
Nilai tukar yuan RRC terhadap rupiah
Volume ekspor karet Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
GDP Riil Negara RRC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder menurut
runtut waktu (time series) dalam bentuk tahunan. Periode yang digunakan yaitu
periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2009. Adapun data-data tersebut
diperoleh dari:
1. Badan Pusat Statistik (BPS)
2. Bank Indonesia (BI)
3. Penelitian-penelitian terdahulu
4. Artikel-artikel dan sumber-sumber lainnya.
2. Definisi Variabel
1. Harga karet alam dunia
Harga karet alam dunia yang digunakan adalah harga karet alam yang
berlaku dalam perdagangan internasional. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh BPS berdasarkan
perhitungan tahunan .
2. Harga karet sintetis
Harga karet sintetis yang digunakan adalah harga karet olahan yang
berlaku dalam perdagangan internasional.. Data operasional yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh BPS berdasarkan
perhitungan tahunan.
3. Nilai Tukar Yuan RRC terhadap Rupiah
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia maupun BPS berdasarkan
perhitungan tahunan.
4. GDP Riil Negara RRC
GDP Riil Negara RRC yang digunakan adalah jumlah nilai produksi
yang dinilai atas dasar harga tetap yang dihitung menggunakan tahun dasar
2000. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
sumber-sumber terkait berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan
dalam bentuk Milyar Dollar Amerika.
3. Metode Analisis Data
1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil
Analisis data yang dilakukan dengan Metode Regresi Kuadrat
Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi volume ekspor karet
Indonesia ke RRC = f (harga karet alam dunia, harga karet sintetis, nilai tukar
Yuan terhadap Rupiah, GDP Riil Negara RRC), maka persamaan regresi
liniernya adalah :
Volume = β0+β1HKA+β2 HKS+β3 NT+β4 GDPriil +e
Keterangan :
Volume = Volume ekspor karet Indonesia ke RRC (000 M.Ton)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
HKA = Harga Karet Alam Dunia (US$/Ton)
HKS = Harga Karet Sintetis (US$/Ton)
NT = Nilai Tukar Yuan terhadap Rupiah (Rupiah)
GDPriil = GDP Riil Negara RRC (Milyar US $)
β0 = Konstanta regresi
βi = Koefisien Regresi
e = Variabel Pengganggu
2. Pemilihan Model Regresi
Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, White and
Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model yang
akan di gunakan berbentuk linier atau log linier.
Persamaan matematis untuk model regresi linier dan regresi log linier
adalah sebagai berikut :
· Linier Î Y = β0 + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e
· Log Linier Î LogYt = Log β0+β1 LogX1t+β2 LogX2t+β3 LogX3t+β4
LogX4t +e
Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa :
· Ho : Y adalah fungsi linier dari variabel independen X (model linier)
· H1 : Y adalah fungsi log linier dari varibel independen X (model log
linier)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :
a. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan
selanjutnya dinamai F1.
b. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya
dinamai F2.
c. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1
d. Estimasi persamaan berikut ini :
Y = β0 + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e
Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak
hipotesis nul dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log
linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis
nul dan model yang tepat digunakan adalah model linier.
e. Estimasi persamaan berikut :
LogYt = Log β0+β1 LogX1t+β2 LogX2t+β3 LogX3t+β4 LogX4t + e
Jika Z2 signifikan secara statistik malalui uji t maka kita menolak hipotesis
alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model linier dan
sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif
dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier. (Siti
Aisyah, 2007)
3. Uji Statistik
Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan
beberapa pengujian (Gujarati, 2003) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Uji t Statistik
Uji t statistik adalah pengujian variabel-variabel independen secara
individu, digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing
variable independen terhadap variable dependen. Langkah-langkah dalam uji t
adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
a) Ho : βi = 0, berarti tidak ada pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
b) Ha : βi ≠ 0, berarti ada pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen.
2) α = 5%, df = n-k
3) f(t)
H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak
0 -tα/2 ; n-k tα/2; n-k
Gambar 3.1. Daerah Kritis Uji t
4) Melakukan perhitungan nilai t
thitung = βi/Se (βi)
t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Keterangan :
βi = koefisien regresi
Se (βi) = standard error koefisien regresi
5) Kriteria pengujian
· Jika nilai -ttabel < thitung < ttabel, Ho diterima berarti variabel independen
secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
· Jika nilai ttabel > thitung atau thitung < -ttabel, Ho ditolak berarti variabel
independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
b. Uji F statistik
Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah dalam uji F adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
a) Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel independen.
b) Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
2) α = 5 %, df = k-1 ; n-k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3)
H0 ditolak
H0 diterima
0 Fα;k-1;n-k
Gambar 3.2. Daerah Kritis Uji F
4) Melakukan penghitungan nilai F
Nilai Fhitung =
Keterangan :
R2 = koefisien regresi
n = jumlah sampel/data
k = banyaknya parameter
5) Kriteria pengujian
· Jika Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada
pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
· Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
F
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c. Koefisien Determinasi (R2)
R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel
dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar
pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berkisar
antara 0 sampai 1, jika R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna,
sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak
bebas dengan variabel yang menjelaskan.
4. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah model yang diteliti
akan mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak, maka pengadaan
pemeriksaan terhadap penyimpangan asumsi klasik tersebut harus dilakukan:
a. Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu yang
satu dengan yang lain saling berhubungan. Pengujian terhadap gejala
autokorelasi dapat dilakukan dengan Lagrange Multiplier Test yang
dikembangkan oleh Bruesch-Godfrey, yakni berupa regresi atas semua
variabel bebas dalam persamaan regresi linier berganda tersebut dan variabel
lag-1 dari nilai residual regresi linier berganda. Langkah dari Lagrange
Multiplier Test adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
a) Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada autokorelasi, baik positif maupun
negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b) Ha : ρ1 ≠ ρ2 ≠....≠ ρq ≠ 0 , Ada autokorelasi.
2) α = 5%, df = jumlah lag residual
3)
H0 diterima H0 ditolak
0 χ2(α ; df)
Gambar 3.3. Daerah Autokorelasi
4) Melakukan penghitungan nilai χ2
χ2hitung = (n-p)R2
5) Membandingkan nilai R2 dari hasil regresi tersebut dengan nilai χ2 dalam
table statistik Chi Square. Kriterianya adalah, jika :
a) Apabila nilai Obs*R square ( χ2hitung ) < χ2
tabel, berarti H0 diterima,
artinya tidak ada masalah autokorelasi.
b) Apabila Obs*R square ( χ2hitung ) > χ2
tabel, berarti H0 ditolak, artinya
terjadi masalah autokorelasi.
χ2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna
(mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Untuk
mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai R2aux yang diperoleh dari auxiliary regression dengan
nilai R2 dari keseluruhan. Berdasarkan Klein rule of Thumbs maka dari hasil
perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika R2 > R2aux maka tidak
terjadi gejala multikolinearitas dan jika R2 < R2aux
maka terjadi gejala
multikolinearitas (Gujarati, 2003).
c. Heteroskedastisitas
Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan penggangu
mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka
akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu keadaan dimana variasi dari
kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat
beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas
dalam model empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH
dan Uji Breusch–Pagan–Godfrey. Pengujian heteroskedastisitas dalam
penelitian ini akan menggunakan Uji White. Langkah dari Uji White adalah
sebagai berikut :
1) Hipotesis untuk menentukan ada tidaknya heterokedastisitas.
▪ Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada heterokedastisitas
▪ Ha : ρ1 ≠ ρ2 ≠....≠ ρq ≠ 0 , Ada heterokedastisitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2) α = 5%, df = jumlah regresor
3)
H0 diterima H0 ditolak
0 χ2(α ; df)
Gambar 3.4. Daerah Heteroskedastisitas
4) Melakukan penghitungan nilai χ2
χ2hitung = nR2
Keterangan : n = jumlah observasi
R2 = koefisien determinasi
5) Kriteria pengujian ada tidaknya heteroskedastisitas
· Jika Obs*R square ( χ2hitung )< χ2
tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak.
Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
heterokedastisitas.
· jika nilai Obs*R square ( χ2hitung) > χ2
tabel, berarti Ho dapat ditolak.
Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
heterokedastisitas.
χ2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Karet
Karet dikenal di Eropa sejak ditemukannya Amerika oleh Columbus.
Orang Eropa yang pertama kali menemukan dan menyelidiki karet atau elastic
gum ialah Pietro Martyre d’Angiera (1457 - 1526), dari Aragon, Leon (Spanyol).
Laporan pertama yang serius tentang produksi karet dan sistem primitive
pemrosesannya ditulis pada abad ke- 18 oleh 2 orang Prancis Charles Marie De
La Condamine dan Francois Fresneau. De La Condamine, seorang anggota
ekspedisi ilmiah yang pergi ke Amerika Selatan pada tahun 1735 melukiskan
dalam laporannya kepada akademi Prancis pada tahun 1736.
Sejak semula perkembangan industri karet tergantung bukan pada
pengetahuan kimia melainkan pada kemampuan orang menemukan metode yang
cocok untuk memanipulasi karet. Kemajuan yang penting dalam memanipulasi
karet dengan mudah terjadi pada awal abad ke – 19 dari eksperimen-eksperimen
seorang Skotlandia, Charles Macintosh (1766 – 1843) dan seorang Inggris,
Thomas Hancock (1786 – 1865 ) namun metode tersebut kurang sempurna dan
agak primitive.
Di Amerika Serikat industri karet berdiri pada akhir pengembangan
industri dan perdagangannya (1819 – 1837). Seorang Amerika, Charles Goodyear
(1800– 1860) menemukan proses vulkanisasi pada tahun 1839. Industri yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berbahan baku karet alam ( kemudian karet sintetik ) banyak didirikan pada awal
perkembangan industri kendaraan bermotor. ( Spillane, 1989)
B. Jenis-Jenis Karet
Karet atau elastromer merupakan polimer yang memperlihatkan daya
pegas, atau kemampun meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat.
Ada 2 jenis karet yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini
memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaanya saling melengkapi.
Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga
kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan.
1. Karet Alam
Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene. Nama kimia dari
polimer ini adalah Cis 1,4 – poliisoprena dengan rumus umum ( C5 H8 )n.
Semakin besar harga n semakin panjang molekul karet , semakin besar berat
molekulnya, dan semakin kental. Dimana n adalah drajat polimerisasi yaitu
bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Karet
alam bila dipanasi akan menjadi lunak dan lekat dan kemudian dapat
mengalir. Karet alam sedikit larut dalam benzene. Karet alam banyak
digunakan dalam industri – industri barang. Umumnya alat-alat yang terbuat
dari karet alam berguna bagi kehidupan manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Sesuai dengan namanya, karet alam berasal dari alam, yakni terbuat
dari getah tanaman karet. Sifat-sifat atau kelebihan karet alam adalah sebagai
berikut :
a. Daya elastisitas atau daya lentingnya sempurna.
b. Sangat plastis, sehingga mudah diolah.
c. Tidak mudah panas.
d. Tidak mudah retak.
e. Mempunyai daya aus yang tinggi
Ada beberapa jenis karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Bahan olahan jadi maupun setengah jadi, jenis – jenis produk karet
alam tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, lump segar)
b. Karet alam konvensional (compo crepe, blanket crepe, off crepe)
c. Lateks pekat
d. Karet bongkah (block rubber)
e. Karet spesifikasi teknis ( crump rubber )
f. Karet siap olah (Tyre rubber)
Karet alam memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia yang
diolah sesuai dengan keperluannya. Karet alam banyak digunakan dalam
industri-industri barang. Umunya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat
berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti
mesin penggerak. Ban kendaraan sepeda motor, mobil hingga pesawat terbang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
umumnya terbuat dari karet alam. Karet sering pula dipasang di pintu, kaca
pintu, kaca mobil dan di peralatan lainnya.
Disamping kelebihannya, karet alam juga memiliki kelemahan dalam
penggunaannya, Kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam
memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi, para
produsen karet alam tidak bisa menggenjot produksinya dalam waktu singkat,
sehingga harganya cenderung tinggi.
2. Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku
minyak bumi. Karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap
berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya
tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah
tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang
mengalami kesulitan. Berikut ini adalah jenis-jenis karet sintetis yang dikenal,
yaitu :
a. Karet sintetis untuk kegunaan umum
Ø SBR (styrena butadiene rubber), merupakan jenis karet sintetis yang
paling banyak digunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan
kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah
Ø BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih
rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Ø IR (isoprene rubber) atau polyisoprene rubber, mirip dengan karet
alam karena sama-sama merupakan polimer isoprene.
b. Karet sintetis untuk kegunaan khusus
Ø IIR (isobutene isoprene rubber) Sering disebut butyl rubber dan hanya
mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan
terhadap pengaruh oksigen dan asap.
Ø NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile butadiene rubber
Adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling sering
digunakan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak.
Sekalipun didalam minyak, karet ini tidak mengembang.
Ø CR (clhoroprene rubber)
Memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan NBR
masih kalah. Memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan
ozon di udara, bahkan juga tahan terhadap panas atau nyala api.
Ø EPR (ethylene propylene rubber) Keunggulan yang dimiliki EPR
adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon, serta pengaruh
unsur cuaca lainnya. Kelemahannya pada daya lekat yang rendah.
C. Perkembangan Karet Indonesia
Bagi Indonesia, karet saat ini merupakan salah satu komoditas perkebunan
yang perlu mendapatkan perhatian serius karena perananny cukup penting dalam
perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari areal pertanamannya yang setiap
tahun meningkat. Luas perkebunan karet Indonesia pada tahun 2006 mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3,35 juta hektar, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi
3,41 juta hektar atau naik sekitar 2,01%. Sedangkan pada tahun 2008 luas areal
perkebunan karet Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu sekitar 1,65%
atau menjadi 3,47 juta hektar. Selama periode 2006-2008 areal perkebunan karet
tersebar di 25 propinsi. Dari ke 25 propinsi tersebut, propinsi Sumatera Selatan
merupakan propinsi dengan areal perkebunan karet yang terluas di Indonesia.
Pada tahun 2008 perkebunan karet yang berada di propinsi tersebut tercatat seluas
657,75 ribu hekktar atau merupakan18,98% dari total luas perkebunan karet di
Indonesia. Semantara itu propinsi lainnya yang juga memiliki luas areal
perkebunan karet yang cukup besar adalah Sumatera Utara (13,74%), Jambi
(12,65%), Riau (11,64%), dan Kalimantan Barat (11,82%).
Apabila dilihat dari status pengusahaannya, perkebunan karet Indonesia
dibagi menjadi tiga yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara,
Perkebunan Besar Swasta. Pada tahun 2008 luas areal perkebunan karet Innonesia
seluas 3,47 juta hektar, sekitar 2,94 juta hektar (84,81%) diantaranya diusahakan
oleh perkebunan rakyat. Sedangkan yang diusahakan oleh perkebunan besar
Negara sebesar 0,25 juta hektar (7,19%) dan perkebunan besar swasta hanya
seluas 0,28 juta hektar (8,1%).
Perkembangan produksi karet di Indonesia selama 2006-2008 juga terus
mengalami peningkatan. Pada tahun2006 produksi karet mencapai 2,64 juta ton
dan meningkat 4,47% pada tahun 2007 menjadi sebesar 2,76 juta ton. Pada tahun
2008 produksi karet mengalami peningkatan sekitar 6,05% atau menjadi 2,92 juta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
ton. Perkembangan produksi karet Indonesia 2006-2008 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Karet Indonesia
Tahun 2006-2008 (Ton)
Tahun PR PBN PBS Jumlah Pertumbuhan (%)
2006 2082597 196088 288821 2637231 16,13 2007 2176686 209837 301286 2755172 4,47 2008 2308385 218724 319515 2921873 6,05 Sumber : Badan Pusat Statistik,2008
Presentase produksi karet yang diusahakan oleh perkebunan rakyat selama
periode tahun 2006-2008 yakni berkisar 78,97%-78,99%, sedangkan perkebunan
besar negara berkisar 10,07%-10,08% dan untuk perkebunan besar swasta
berkisar 10,94%-8,44%. Dengan presentase luas perkebunan karet yang
diusahakan oleh perkebunan rakyat mencapai 84,81% lebih terhadap total luas
areal perkebunan karet Indonesia, sedangkan produksi perkebunan rakyat sekitar
78,99% dari total produksi karet Indonesia, ini berarti produktivitas dari
perkebunan rakyat umumnya lebih rendah dibandingkan produktifitas perkebunan
besar baik Negara maupun swasta.
D. Kendala Pengembangan Karet Alam Indonesia
Kendala utama dalam pengembangan karet alam adalah tingkat
produktivitas lahan karet yang masih rendah. Jika dibandingkan dengan produsen
utama karet alam, tingkat produktivitas lahan di Indonesia khususnya perkebunan
rakyat baru mencapai 0,8 ton/ha/tahun, sedangkan perkebunan besar mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sekitar 1 ton/ha/tahun. Sebagai perbandingan, produktivitas lahan di India bisa
mencapai sekitar 1,9 ton/ha/tahun sedangkan Thailand mencapai sekitar 1,6
ton/ha/tahun. Dengan produktivitas lahan yang hanya setengah dari negara
produsen lainnya, posisi Indonesia sulit diharapkan menjadi market leader di
pasar internasional walaupun memiliki luas lahan yang terbesar di dunia.
Salah satu langkah meningkatkan produktivitas adalah melakukan sinergi
antara perkebunan rakyat dan perkebunan besar melalui pola plasma.
Kemampuan manajerial baik produksi maupun pemasaran dari perkebunan besar
akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas perkebunan rakyat
disamping peremajaan lahan yang tidak produktif (sekitar 15% dari total luas
lahan) yang menjadi syarat utama peningkatan produktivitas lahan.
Permasalahan yang mendasar bagi petani karet adalah keterbatasan dalam
pengadaan bibit yang berkualitas dan sarana produksi lainnya. Dengan pola
plasma diharapkan adanya kooordinasi dalam pengadaan bibit dari balai
penelitian maupun penangkaran bibit unggul yang ada. Sistem plasma juga
diharapkan dapat membantu dalam pengadaan modal kerja dari pihak terkait baik
perkebunan besar maupun perbankan.
Kendala lain yang menghambat perkembangan karet adalah hasil bahan
baku (bokar) umumnya bermutu rendah sebagai dampak dari proses pengolahan
dasar di level petani belum optimal dengan metode yang dapat mengurangi
kualitas bahan (pencampuran dengan bahan penggumpal berkualitas rendah atau
mencampur dengan beberapa bahan yang tidak direkomendasikan). Bersamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dengan permasalahan kualitas bokar, pola pemasaran juga tidak berpihak ke
petani dengan rata-rata harga di level petani hanya mencapai 60-75% dari harga
FOB. Koordinasi dengan perkebunan besar diharapkan dapat menjembatani
kendala transportasi terhadap kondisi lahan petani yang menyebar sehingga
pemasaran lebih solid dan kontinuitas pasokan bagi pabrik pengolahan karet dapat
lebih terjamin.
Dari sisi industri pengolahan, kemampuan industri dalam negeri menyerap
produksi karet alam masih rendah dan relatif stagnan dalam 5 tahun terakhir
(sekitar 10-15% dari total produksi karet nasional). Industri ban merupakan
industri yang dominan dalam menyerap pasokan karet dalam negeri dengan
konsumsi mencapai sekitar 60% dari total konsumsi industri karet nasional.
Industri lain yang menggunakan karet sebagai bahan baku antara lain industri
sarung tangan, alas kaki, selang belt transmision. Selain industri ban yang
merupakan industri besar, industri lainnya hanya bersifat industri berskala
menengah dan kecil. Kemampuan modal dan pemasaran menjadi kendala dalam
pengembangan industri menengah dan kecil tersebut. Selain kendala diatas,
ketersediaan pasokan energi oleh pemerintah dalam hal ini juga menjadi kendala
sehingga kontinuitas dan skala produksi menjadi tidak optimal. Di level industri
kecil, produk lebih dititikberatkan kepada komponen atau barang pendukung dari
produk utama seperti spare parts dan komponen alas kaki yang diproduksi
pabrikan besar. Pengembangan jenis produk karet lainnya dinilai cukup berat
mengingat pengolahan karet membutuhkan modal dan teknologi yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tinggi. Sebagai dampak dari belum optimalnya pengembangan industri selain
industri ban, utilitas industri tersebut juga relatif rendah, bahkan industri sarung
tangan hanya mencapai utilitas industri sebesar 40% dan alas kaki relatif lebih
baik dengan utilitas sebesar 60%.
Tabel 4.2 Tingkat utilitas industri karet/barang dari karet
Jenis industri Utilitas industri dan
produk (%) Industri crumb rubber 70 Industri sarungtangan 40
Industri alas kaki 60 Industri ban 80
Industri produk karet lainnya 65-80 Sumber : Departemen Perdagangan
Disamping kendala produksi, kendala perdagangan internasional juga
menghambat perkembangan karet dan industri berbahan karet. Mulai dari
prosedur trading yang berbelit yang pada akhirnya menyebabkan biaya transaksi
yang tinggi, permasalahan dumping dari negara lain hingga isu lingkungan yang
menjadi prasyarat bagi pasar Eropa dan Amerika. Berbagai permasalahan
perdagangan tersebut membutuhkan pemikiran dan kerjasama dari pelaku usaha
dan pemerintah sebagai regulator sehingga pada akhirnya tidak menjadi hambatan
dalam pengembangan karet yang menjadi salah satu unjung tombak devisa
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
E. Perkembangan Variabel Yang Diamati
1. Ekspor Karet Alam Indonesia ke RRC (Republik Rakyat China)
Karet merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang jumlah
produksinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari keseluruhan total
produksi karet Indonesia hampir lebih dari 90 persen ditujukan untuk ekspor.
RRC (Republik Rakyat China) merupakan salah satu Negara tujuan utama
ekspor karet Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan
semakin meningkatnya konsumsi karet alam di China beberapa tahun terakhir
akibat berkembang pesatnya industri otomotif disana.
Ekspor karet Indonesia ke RRC tumbuh rata-rata mencapai 9.09%
pertahun (table 4.). Meskipun begitu jika dilihat dari periode 1999-2009,
ekspor karet Indonesia ke RRC selalu menunjukkan kondisi yang fluktuatif.
Misalnya pada tahun 2001 ekspor ke RRC sebesar 136.607 Ton, kemudian
pada tahun 2002 turun ke level 46.221 Ton, kemudian pada tahun 2003 naik
kembali menjadi 107.724 ton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.3 Ekspor Karet Indonesia ke RRC
Tahun 1999-2009
Tahun Berat Bersih (Ton)
Nilai (US $) Growth (%)
1999 27514 24.922.181 - 2000 35085 33.225.495 21.58 2001 136607 133.499.191 74.32 2002 46221 43.692.711 -195.55 2003 107724 99.310.756 57.09 2004 197598 229.213.680 45.48 2005 249791 170.157.629 20.89 2006 337223 322.250.299 25.93 2007 341021 354.286.717 1.11 2008 318841 835.044.579 -6.96 2009 457118.2 877.986.927 30.25
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
Peningkatan volume ekspor karet tersebut membuktikan bahwa karet
merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam
menghasilkan devisa Negara. Selain itu, keberadaan Indonesia sangat
diperhitungkan sebagai produsen utama karet dunia sehingga Indonesia
berpeluang untuk menguasai pasar global.
2. Harga Karet Alam Dunia
Harga barang merupakan aspek pokok dalam pembahasan teori
ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui
suatu mekanisme. Dalam mekanisme ini terdapat dua kekuatan pokok yang
saling berinteraksi, yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut.
Apabila pada suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi
kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan naik, sebaliknya bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kuantitas barang yang ditawarkan pada harga tersebut lebih banyak daripada
kuantitas permintaan, maka harga cenderung turun. Tingginya harga
mencerminkan kelangkaan dari barang tersebut. Sampai pada tingkat harga
tertinggi konsumen cenderung menggantikan barang tersebut dengan barang
lain yang mempunyai hubungan dekat dan relative lebih murah. ( Budiono,
1996)
Karet merupakan komoditas perdagangan dunia yang penting, namun
harganya seringkali berfluktuasi sehingga merugikan negara produsen.
Perkembangan harga karet alam di pasar dunia sejak tahun 1999-2009 terlihat
dalam tabel berikut :
Table 4.4 Harga karet alam dunia tahun 1999-2009
(US$ per Metrik Ton)
Tahun Harga karet alam dunia
1999 905.8 2000 947 2001 977.25 2002 945.3 2003 921.9 2004 1160 2005 681.2 2006 955.6 2007 1038.9 2008 2619 2009 1920.7
Sumber : IRSG dan Departemen Perdagangan
Berdasarkan tabel di atas, harga karet alam dunia terus mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2005 harga karet mengalami keterpurukan sampai titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
US$ 681.2/mt. kemudian harga karet dunia merambat naik kembali hingga
pada tahun 2008 mencapai tingkat tertinggi US$ 2,619/mt.
3. Harga Karet Sintetis
Konsumsi karet alam disaingi oleh barang pengganti karet. Barang
pengganti ini pengaruhnya sangat dominan terhadap perkembangan usaha
perkembangan karet alam. Semakin banyak barang pengganti karet, salah
satunya karet sintetis, akan semakin besar pengaruhnya apalagi diikuti oleh
harga yang lebih rendah.
Untuk perkembangan harga karet sintetik sebagai produk hasil industri
harganya relatif stabil dibanding dengan karet alam. Selain itu, harga karet
sintetis tergantung dengan harga bahan baku pembuatan karet sintetis (yaitu
minyak mentah), kenaikan biaya produksi dan tingkat inflasi dari negara
produsen.
Perkembangan harga karet sintetis dunia, selama periode 1999-2009
terus mengalami fluktuasi. Pada tahun 2000 harga karet sintetis mencapai
tingkat tertinggi US$ 45456.18 /mt. Hal ini mungkin disebabkan tingginya
harga bahan baku karet sintetis, yaitu minyak mentah, pada tahun tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.5 Harga karet sintetis (US$ per Metrik Ton)
Tahun 1999-2009
Tahun Harga karet sintetis 1999 19458.53 2000 45456.18 2001 9785.9 2002 7779.85 2003 4437.65 2004 4000.54 2005 4030.15 2006 3978.56 2007 3941.96 2008 3691.59 2009 3557.22
Sumber : IRSG dan Departemen Perdagangan
4. Nilai Tukar Yuan RRC terhadap Rupiah
Penurunan nilai rupiah terhadap Yuan RRC akan berakibat pada
naiknya kemampuan Yuan untuk membeli karet yang lebih besar yang
dihasilkan Indonesia dengan nilai tukar rupiah. Apabila nilai tukar rupiah
menguat terhadap Yuan RRC akan berakibat pada kemampuaan Yuan yang
menurun dalam perolehan barang dengan nilai rupiah. Kurs valuta asing
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-
barang di negara lain “ lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang
yang diproduksi di dalam negeri. Kurs dibedakan menjadi dua jenis yaitu kurs
nominal dan kurs riil.
Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata
uangdua negara. Untuk menerangkan hal ini akan diperhatikan kurs mata uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yen Jepang dan dolar Amerika Serikat. Apabila nilai mata uang dolar adalah
tinggi, yaitu misalnya kurs adalah atau dolar AS = 200 yen, maka barang di
Amerika Serikat adalah relatif mahal. Barang yang berharga satu dolar di
Amerika Serikat memerlukan 200 yen, apabila penduduk Jepang ingin
mengimpor barang Amerika Serikat ke Jepang. Sebaliknya apabila nilai mata
uang dolar rendah, misal satu dolar AS = 100 yen, maka barang AS menjadi
relatif lebih murah. Sesuatu barang yang berharga satu dolar hanya
memerlukan 100 yen untuk memperolehnya. Harga-harga barang Amerika
Serikat yang semakin murah akan menaikkan permintaan penduduk Jepang ke
atas barang-barang Amerika Serikat (Sukirno,2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan apabila exchange rate
atau kurs valuta asing naik, berarti nilai mata uang domestik terhadap mata
uang asing dinilai lebih tinggi dari pada nilai sebelumnya sebaliknya apabila
exchange rate atau kurs valuta asing turun berarti mata uang domestik
terhadap mata uang asing dinilai lebih rendah dari pada sebelumnya. Dengan
demikian jika exchange rate naik, berarti pula harga barang impor lebih
rendah dari pada sebelumnya, sehingga jumlah barang impor yang diminta
akan naik, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang
menyatakan bahwa jumlah barang yang dibeli per unit waktu menjadi besar
apabila harga cateris paribus, semakin rendah. Sebaliknya apabila exchange
rate turun, berarti pula harga barang impor lebih tinggi dari pada sebelumnya,
sehingga jumlah barang impor yang diminta akan turun, cateris paribus. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan bahwa jumlah barang
yang diminta akan turun jika harga, cateris paribus, semakin tinggi.
Sedangkan kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relatif dari
barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita
dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-
barang dari negara lain. Jika kurs riil tinggi barang-barang luar negeri relatif
lebih murah, dan barang-barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs riil
rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang
domestik lebih murah (Mankew, 2001). Berdasarkan tabel di bawah nilai
tukar Yuan terhadap Rupiah menunjukkan perubahan yang relatif stabil.
Tabel 4.6 Nilai tukar Yuan terhadap Rupiah
Tahun 1999-2009
Tahun Nilai tukar Yuan terhadap Rupiah (dalam Rupiah)
1999 950.5146411 2000 1013.692137 2001 1238.764557 2002 1125.767795 2003 1036.188877 2004 1078.713969 2005 1184.934166 2006 1149.62471 2007 1202.157584 2008 1396.406035
2009 1522.962706 Sumber : Bank Indonesia, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
5. GDP Riil RRC
Gross Domestic Bruto (GDP) adalah jumlah seluruh keluaran yang
dihasilkan oleh suatu Negara selama satu tahun dengan dikecualikan dari
keluaran yang dihasilkan oleh perusahaan domestik yang beroperasi di luar
negeri (Curry, 2001). Pertumbuhan GDP merupakan indikator yang
digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. GDP dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu GDP atas dasar harga berlaku dan GDP atas dasar harga
konstan. GDP atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi yang
dinilai sesuai dengan harga berlaku pendapatannya pada tahun yang
bersangkutan (memperhatikan faktor inflasi). Sedangkan GDP atas dasar
harga konstan adalah jumlah nilai produksi yang dinilai atas dasar harga tetap
tahun tertentu. GDP atas dasar harga konstan dinamakan juga GDP Riil.
Penggunaan GDP Riil biasanya lebih digunakan untuk melihat kenaikan
umum dari harga-harga secara berkala.
Dalam periode penelitian pertumbuhan GDP terbesar terjadi pada
tahun 2008 yang mencapai 21.83%. GDP setiap tahunnya cenderung
menunjukkan perubahan yang positif. Sampai pada akhir periode penelitian
yaitu tahun 2009, GDP RRC sudah mencapai nominal US $ 4909,996 Milyar.
Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian RRC sampai dengan tahun 2009
mengalami pertumbuhan yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Di bawah ini disajikan data mengenai perkembangan GDP RRC
selama tahun 1999-2009, dengan menggunakan tahun dasar 2000 yang
tercantum dalam tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Perkembangan Gross Domestic Bruto (GDP) Republik Rakyat China
Tahun 1999-2008
Tahun GDP Riil (Milyar US $)
Persentase Pertumbuhan
1999 1083,278 - 2000 1198,48 9.61 2001 1324,805 9.54 2002 1453,828 8.87 2003 1640,959 11.40 2004 1931,64 15.05 2005 2235,914 13.61 2006 2657,881 15.88 2007 3382,262 21.42 2008 4326,996 21.83 2009 4909,28 11.86
Sumber : tradingeconomics.com, The World Bank Group, 2010
F. Hasil dan Analisa Data
1. Pemilihan Model Regresi
Mengingat pentingnya spesifikasi model untuk menentukan bentuk
suatu fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linier ataukah
nonlinier dalam suatu penelitian, maka dalam penelitian ini juga dilakukan uji
tersebut. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan uji
MacKinnon, White, Davidson (MWD test).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Hasil uji MWD dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji MWD
Variabel Nilai statistik t Nilai tabel t
(α=5%) Probability
Z1 -0.727865 1.943 0.4993 Z2 -0.496968 1.943 0.6403
Sumber : data primer diolah (lampiran) Berdasarkan uji MWD di atas, dengan melihat tingkat signifikansi dari
variabel Z1 dan Z2 yang sama-sama tidak signifikan. Dengan derajat
kepercayaan 95% (α = 5%), maka dapat disimpulkan bahwa kedua bentuk
fungsi model baik linier maupun log linier bisa atau layak digunakan.
Untuk melihat model yang paling baik untuk penelitian ini, dapat
dilihat dari nilai koefisien determinasi R2 dari kedua model. Karena dengan
nilai R2 dapat dilihat bentuk fungsi model yang paling menjelaskan variabel
dependen, semakin besar R2 semakin besar pengaruh model dalam
menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.9 Nilai R2 kedua bentuk fungsi model
Sumber : data primer olahan (lampiran)
Model koefisien determinasi R2
Linier 0.933386
Log Linier 0.896481
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Hasil regresi kedua bentuk fungsi model menunjukkan model linier
memiliki nilai R2 lebih besar dibandingkan model log linier, ini menunjukkan
model linier lebih baik dalam menjelaskan variabel dependen.
2. Hasil Regresi
Sesuai dengan hasil Uji MWD diatas maka penelitian ini dapat
menggunakan kedua bentuk fungsi model baik linier maupun log linier.
Analisis hasil regresi ini menggunakan alat bantu yaitu program komputer
Eviews. Dari hasil regresi kedua model, model Analisis Regresi Linier
Berganda memiliki nilai R2 lebih besar dibandingkan Analisis Regresi Log
Linier Berganda, maka dalam penelitian menggunakan Analisis Regresi Linier
Berganda.
Hasil Regresi Linier Berganda yang didapat adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Hasil Regresi Linear
Variabel Koefisien Standar
eror t -statistik Probabilitas
C -37998.86 186637.3 -0.203597 0.8454 HKA -113.3744 46.06550 -2.461157 0.0490 HKS -1.238360 1.458417 -0.849112 0.4284 NT 76.15985 199.2570 0.382219 0.7155
GDPriil 126.5526 28.21354 4.485529 0.0042 Sumber : data primer diolah
Dari hasil olahan tersebut apabila dimasukkan dalam persamaan
regresi akan terlihat sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Volume=-37998.86-113,3744HKA-1,238360HKS+76,15985NT+
126,5526GDPriil
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa jika semua variabel
independen sama dengan nol maka besarnya Volume adalah -37998.86. Dan
jika HKA meningkat 1 satuan maka Volume akan turun 113,3744 atuan , jika
HKS meningkat 1 satuan maka Volume akan turun sebesar 1,23836 satuan.
Jika NT mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka Volume juga akan naik
sebesar 76,15985 satuan. Jika GDPriil mengalami kenaikan sebesar 1 satuan
maka Volume juga akan naik sebesar 126,5526 satuan.
G. Analisis Statistik
Analisis statistik digunakan untuk mengetahui secara lebih jauh apakah
variabel-variabel penjelas secara individu berpengaruh secara signifikan.
Signifikan atau tidaknya variabel-variabel tersebut dapat dilihat secara individu
maupun secara bersama-sama.
1. Uji t (t-test)
Dari hasil uji t-statistik yang dilakukan menggunakan uji satu sisi
(one tail test), dengan α = 5%, diperoleh nilai t-hitung untuk masing-masing
variabel independen. Nilai t-hitung masing-masing variabel independen
ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.11 Hasil Uji t Statistik
Var. Koefisien t hitung t tabel
(α=5%, df = 6) Prob. Keterangan
HKA -113.3744 -2.461157 1.943 0.0490 Signifikan HKS -1.238360 -0.849112 1.943 0.4284 Tidak Signifikan NT 76.15985 0.382219 1.943 0.7155 Tidak Signifikan
GDP Riil 126.5526 4.485529 1.943 0.0042 Signifikan Sumber :data primer diolah (lampiran)
a. Uji t-statistik variabel harga karet alam
Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung variabel harga karet alam
adalah -2.461157, sedangkan t-tabel = 1,943 (df (n-k) 11-5 = 6, α = 0,05),
sehingga t-hitung > t-tabel ( ç-2,461157ç > ç-1,943ç). Perbandingan antara
t-hitung dengan t-tabel menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel sehingga
Ho ditolak atau dapat disimpulkan bahwa variabel harga karet alam
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam
Indonesia ke RRC.
b. Uji t-statistik variabel harga karet sintetis
Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung variabel harga karet
sintetis adalah -0.849112, sedangkan t-tabel = 1,943 (df (n-k) 11-5 = 6, α
= 0,05), sehingga t-hitung < t-tabel ( ç-0.849112ç < ç-1,943ç).
Perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel menunjukkan bahwa t-hitung
< t-tabel sehingga Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa variabel
harga karet sintetis tidak berpengaruh terhadap volume ekspor karet alam
Indonesia ke RRC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
c. Uji t-statistik variabel nilai tukar yuan terhadap rupiah
Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung variabel nilai tukar yuan
terhadap rupiah adalah 0.382219, sedangkan t-tabel = 1,943 (df (n-k) 11-5
= 6, α = 0,05), sehingga t-hitung < t-tabel ( 0.382219 < 1,943).
Perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel menunjukkan bahwa t-hitung
< t-tabel sehingga Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa variabel
nilai tukar yuan terhadap rupiah tidak berpengaruh terhadap volume
ekspor karet alam Indonesia ke RRC.
d. Uji t-statistik variabel GDP riil Negara RRC
Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung variabel harga GDP Riil
Negara RRC adalah 4.485529, sedangkan t-tabel = 1,943 (df (n-k) 11-5 =
6, α = 0,05), sehingga t-hitung > t-tabel (4.485529 > 1,943). Perbandingan
antara t-hitung dengan t-tabel menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel
sehingga Ho ditolak atau dapat disimpulkan bahwa variabel GDP Riil
negara RRC berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor
karet alam Indonesia ke RRC.
2. Uji F statistik
Berdasarkan dari hasil regresi diperoleh nilai F-hitung = 21.01786
sedangkan F-tabel = 4,53 (α = 0,05 ; 4 ; 6 ), sehingga F-hitung > F-tabel
(21.01786 > 4,53). Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel yang
menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel, menandakan bahwa variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dependen, sehingga bahwa variabel harga karet alam, harga karet sintetis, nilai
tukar Yuan terhadap Rupiah, dan GDP Riil Negara RRC secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC.
3. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) adalah perhitungan yang dilakukan untuk
mengukur proporsi atau prosentase dari variasi total variabel dependen yang
mampu dijelaskan oleh model regresi. R2 dalam regresi sebesar 0.933386. Ini
berarti variabel volume ekspor kaet alam Indonesia ke RRC dapat dijelaskan
oleh variabel harga karet alam, harga karet sintetis, nilai tukar Yuan terhadap
Rupiah, dan GPD Riil Negara RRC sebesar 93,34 persen sisanya dijelaskan
oleh variabel lain di luar model.
H. Analisis Ekonometrik
Uji ekonometrik bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari
asumsi klasik.
1. Uji Autokorelasi
Berdasarkan uji LM yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.12 Hasil Uji LM
F statistik 0.465968 Probability 0.525184
Obs*R square 0.937738 Probability 0.332860 Sumber : data diolah (lampiran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square ( χ2hitung ) =
0.937738 sedangkan χ2tabel = 3,841 ( df = 1 ,α = 0,05 ), sehingga χ2
hitung < χ2tabel
(0.937738 < 3,841). Perbandingan antara χ2hitung dengan χ2
tabel, yang
menunjukkan bahwa χ2hitung < χ2
tabel, berarti H0 diterima. Dari hasil uji LM
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak terdapat masalah
autokorelasi.
2. Uji Multikolinieritas
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang telah dilakukan, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas
Auxiliary
Regression R2
aux R2 Keterangan
X1 = f(X2,X3,X4) 0.652926 0.933386 Tidak ada Multikolinearitas X2 = f(X1,X3,X4) 0.304562 0.933386 Tidak ada Multikolinearitas X3 = f(X1,X2,X4) 0.788231 0.933386 Tidak ada Multikolinearitas X4 = f(X1,X2,X3) 0.825074 0.933386 Tidak ada Multikolinearitas Sumber : data diolah (lampiran)
Dari tabel diatas dan berdasarkan dengan Klein rule of Thumbs dapat
diambil kesimpulan bahwa dari semua hasil uji multikolinearitas nilai R2 >
R2aux sehingga dapat disimpulkan dalam analisa ini tidak terdapat masalah
multikolinearitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
3. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Uji White Test yang telah dilakukan,diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas
F-statistic 0.167294 Probability 0.974168 Obs*R-squared 4.409929 Probability 0.818375
Sumber : data diolah (lampiran)
Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square (χ2hitung=
4.409929) sedangkan χ2tabel = 15,5073 (df = 8 ,α = 0,05), sehingga χ2 hitung <
χ2tabel (4.409929 < 15,5073). Perbandingan antara χ2
hitung dengan χ2tabel, yang
menunjukkan bahwa χ2hitung < χ2
tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak. Dari hasil
uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah
heterokedastisitas.
Berdasarkan pada pengujian statistik dan ekonometrik yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi yang dilakukan cukup
baik untuk menerangkan pengaruh harga karet alam, harga karet sintetis, nilai
tukar Yuan terhadap Rupiah, dan GDP Riil Negara RRC terhadap ekspor karet
alam Indonesia ke RRC. Dari hasil regresi variabel harga karet alam dan GDP
Riil Negara RRC berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor karet alam
Indonesia ke RRC pada tingkat kepercayaan 5%, sedangkan variabel harga karet
sintetis dan nilai tukar Yuan terhadap Rupiah tidak berpengaruh secara signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Hubungan antara variabel dependen dan variabel dependen diatas dapat dilihat
dalam tabel berikut ini :
Intepretasi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh harga karet alam terhadap ekspor karet alam Indonesia ke
RRC.
Hasil estimasi terhadap variabel harga karet alam menunjukkan
hubungan yang negatif dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam
Indonesia ke RRC, dengan koefisien regresi sebasar -113.3744.
Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan harga
karet alam memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor
karet alam Indonesia. Ini menunjukkan bahwa jika harga karet alam
mengalami peningkatan maka ekpor karet alam Indonesia ke RRC akan
menurun. Ini membuktikan hasil penelitian sesuai dengan teori ekonomi ,
Var. independen
Var. Dependen
Harga Karet
Alam
Harga Karet
Sintetis
Nilai Tukar Yuan
terhadap Rupiah
GDP Riil
Negara RRC
Volume Ekspor Karet
Indonesia ke RRC :
· Teori/Hipotesis
· Hasil
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
yang menyatakan apabila harga barang X mengalami kenaikan, maka jumlah
barang X yang diminta oleh suatu negara akan semakin menurun. Atau
dengan kata lain besarnya permintaan sebuah barang akan sangat tergantung
pada harga barang tersebut. Dan sesuai dengan hukum permintaan, jumlah
barang yang diminta berubah secara berlawanan arah dengan perubahan harga
atau berhubungan negatif.
2. Pengaruh harga karet sintetis terhadap ekspor karet alam Indonesia ke
RRC.
Variabel harga karet sintetis memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan pada tingkat keyakinan 5% terhadap ekspor karet alam Indonesia
ke RRC, dengan koefisien sebesar -1.238360. Ini berati tidak sesuai dengan
hipotesis awal yang menyatakan bahwa variabel harga karet sintetis
berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam
Indonesia ke RRC.
Tidak berpengaruhnya harga karet sintetis karena karet sintetis belum
bisa menggantikan keunggulan karet alam. Selain itu, industri yang
menggunakan bahan baku karet sintetis juga masih sedikit yang mungkin
disebabkan mahalnya harga karet sintetis itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Pengaruh nilai tukar Yuan terhadap Rupiah terhadap ekspor karet alam
Indonesia ke RRC.
Hasil estimasi terhadap variabel nilai tukar yuan terhadap rupiah
menunjukkan hubungan yang positif dan tidak signifikan pada tingkat
keyakinan 5% terhadap ekspor alam Indonesia ke RRC, dengan koefisien
regresi sebesar 76.15985. hal ini berarti tidak sesuai dengan hipotesis awal
yang menyatakan bahwa variabel nilai tukar yuan terhadap rupian
berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam
Indonesia ke RRC.
Tidak berpengaruhnya variabel nilai tukar yuan terhadap rupiah
disebabkan kebutuhan negara mitra dagang khususnya RRC(Republik Rakyat
China) terhadap barang ekspor Indonesia tetap sama dan malah menunjukkan
nilai yang cenderung semakin meningkat setiap tahunnya.
4. Pengaruh GDP Riil Negara RRC terhadap ekspor karet alam Indonesia
ke RRC.
Hasil estimasi terhadap variabel GDP menunjukkan hubungan yang
positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC,
dengan koefisien regresi sebesar 126.5526.
Angka tersebut memiliki arti bahwa perubahan GDP RRC
berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC. Hasil ini sesuai dengan
hipotesis awal yang menyatakan bahwa variabel GDP RRC memiliki
pengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
membuktikan hasil penelitian konsisten dengan teori ekonomi, yaitu teori
konsumsi yang menyatakan bahwa konsumen akan memaksimumkan
kepuasannya dengan tunduk pada kendala anggaran mereka, apabila
pendapatan naik maka konsumsi juga akan naik. Dari teori tersebut dapat
disimpulkan bahwa GDP suatu negara menggambarkan tingkat pendapatan
negara tersebut sehingga apabila tingkat pendapatan naik berarti daya beli
penduduk suatu negara juga akan naik (Mutaqim dan JJ sarungu, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disajikan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
pembahasan deskripsi variabel yang diteliti dan hasil estimasi model. Dari
kesimpulan yang ada tersebut, akan dikemukakan beberapa saran yang kiranya
dibutuhkan dan berkaitan dengan perumusan masalah yang diajukan. Dengan
demikian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait.
A. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan mengenai
harga karet alam, harga karet sintetis, nilai tukar Yuan terhadap Rupiah, dan GDP
Riil Negara RRC terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel harga karet alam berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC. Hal ini ditunjukann dengan nilai
probabilitasnya sebesar 0,0490 pada derajat keyakinan 5%. Koefisien harga
karet alam sebesar -113.3744, ini berarti ada pengaruh negatif antara harga
karet alam dan volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC. Peningkatan
harga karet alam akan menurunkan volume ekspor karet alam Indonesia ke
RRC dan penurunan harga karet alam akan meningkatkan volume ekspor
karet alam Indonesia ke RRC. Jadi hipotesa pertama bahwa harga karet alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
berpengaruh negatif dan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke
RRC terbukti.
2. Variabel harga karet sintetis tidak berpengaruh terhadap variabel volume
ekspor karet alam Indonesia ke RRC. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
probabilitas dari harga karet sintetis adalah 0.4284 tidak signifikan pada
derajat keyakinan 5%. Koefisien harga karet sintetis sebesar -1.238360. Hal
ini berarti tidak sesuai dengan hipotesa kedua yang menyatakan bahwa harga
karet sintetis berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet
alam Indonesia ke RRC. Hal ini terjadi karena karet sintetis belum bisa
menggantikan keunggulan karet alam. Selain itu, industri yang menggunakan
bahan baku karet sintetis juga masih sedikit yang mungkin disebabkan
mahalnya harga karet sintetis itu sendiri.
3. Variabel nilai tukar Yuan terhadap Rupiah tidak berpengaruh terhadap
variabel volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai probabilitas dari pekerjaan adalah 0.7155 tidak signifikan pada
derajat keyakinan 5%. Koefisien nilai tukar Yuan terhadap Rupiah sebesar
76.15985. Hal ini berarti tidak sesuai dengan hipotesa ketiga yang
menyatakan bahwa nilai tukar Yuan terhadap Rupiah berpengaruh terhadap
volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC.
4. Variabel GDP Riil Negara RRC berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC. Hal ini ditunjukann
dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,0042 pada derajat keyakinan 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Koefisien GDP Riil Negara RRC sebesar 126.5526, ini berarti ada pengaruh
positif antara GDP Riil Negara RRC dan volume ekspor karet alam Indonesia
ke RRC. Peningkatan GDP Riil Negara RRC akan meningkatkan volume
ekspor karet alam Indonesia ke RRC dan penurunan GDP Riil Negara RRC
akan menurunkan volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC. Jadi hipotesa
keempat bahwa GDP Riil Negara RRC berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC terbukti.
5. Secara bersama-sama variabel independen yaitu harga karet alam, harga karet
sintetis, nilai tukar Yuan terhadap Rupiah memberikan pengaruh nyata dan
signifikan terhadap variabel dependen yaitu volume ekspor karet alam
Indonesia ke RRC. Sehingga hipotesa kelima yaitu pengujian secara bersama-
sama harga karet alam,harga karet sintetis, nilaitukar Yuan terhadap
Rupiah,dan GDP Riil Negara RRC berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor karet alam Indonesia ke RRC terbukti.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
mencoba untuk memberikan saran atau rekomendasi yang dapat diaplikasikan.
Semuanya itu untuk meningkatkan ekspor Karet Alam Indonesia tidak hanya ke
RRC, tetapi juga ke seluruh dunia. Sehingga mampu mendorong pertumbuhan
perekonomian nasional. Beberapa saran dan rekomendasi yang dapat penulis
ajukan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1. Gross Domestic Product suatu Negara dapat dijadikan indikator bagi para
eksportir karet Indonesia dalam menentukan sasaran pemasaran karet,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekspor karet Indonesia.
2. Baik petani maupun produsen karet mendapat keuntungan dari harga karet
alam yang tinggi, untuk meningkatkan keuntungan tersebut dapat dilakukan
dengan cara menekan cost, salah satunya adalah dengan meningkatkan
produktifitas. Peningkatan produktifitas dapat dicapai dengan perbaikan mutu
karet dan perluasan areal perkebunan karet. Perbaikan mutu akan menaikkan
harga, sedangkan perluasan areal perkebunan karet akan meningkatkan
produksi. Selanjutnya dilakukan pengembangan industri pengolahan karet,
karena dapat meningkatkan nilai tambah dan kesempatan kerja.
3. Harga karet sintetis tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke
RRC, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekspor karet Indonesia
lebih dipengaruhi oleh variabel-variabel karet itu sendiri. Dan karet sintetis
bukanlah barang substitusi sempurna dari karet, untuk itu pada penelitian
selanjutnya perlu mencari variabel substitusi selain karet sintetis.
4. Walaupun nilai tukar Yuan terhadap Rupiah tidak berpengaruh terhadap
volume ekspor karet Indonesia ke RRC, namun kestabilan kestabilan kurs
rupiah terhadap yuan harus tetap dijaga agar tidak terjadi apresiasi atau
depresiasi yang menyebabkan perdagangan luar negeri kolaps.