faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor internal …
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
AUDITOR INTERNAL MENDETEKSI KECURANGAN
PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk
TESIS
OLEH :
EKO KRISTINO BUTAR-BUTAR
167007045
MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah di uji pada
Tanggal : 02-08-2019
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Amlys Syahputra Silalahi, M.Si.
Anggota : 1. Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME.
2. Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP., M.Ec.
3. Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE., MM
4. Dr. Ir. Nazaruddin MT
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
AUDITOR INTERNAL MENDETEKSI KECURANGAN
PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan di PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendidikan, pengalaman audit, independensi, kompetensi,
profesionalisme, sedangkan variabel dependen adalah kemampuan auditor untuk
mendeteksi kecurangan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh
dari Kantor Divisi Unit Audit Internal PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
multipleregresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan
meningkatkan kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan di PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk. Variabel independen mempengaruhi kemampuan
auditor untuk mendeteksi kecurangan di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Variabel kompetensi mempengaruhi kemampuan auditor untuk mendeteksi
kecurangan pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Variabel profesionalisme
mempengaruhi kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan di PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk. Sementara itu, variabel pengalaman audit tidak
mempengaruhi kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan di PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk. Pendidikan, pengalaman audit, independensi,
kompetensi dan Profesionalisme memiliki efek bersama pada kemampuan auditor
untuk mendeteksi kecurangan di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Kata kunci: Kemampuan Auditor untuk Mendeteksi Penipuan, Pendidikan,
Pengalaman Audit, Independensi, Kompetensi, Profesionalisme
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tri Tunggal atas penyertaan-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis dengan
judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Auditor Internal
Mendeteksi Kecurangan Pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Dalam penuliasan Tesis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan serta
saran yang telah penulis terima dalam menyelesaikan Tesis ini, dalam kesempatan
ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu yang
terhormat.
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Robert Sibarani, MS, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Dosen Pembimbing dan Ketua
Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara.
4. Dr. Amlys Syahputra Silalahi, M.Si, Selaku Ketua Dosen Pembimbing
yang telah banyak membimbing dan membantu peneliti dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Alm. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, AK, MAFIS, selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu peneliti
dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
6. Dr. Ir. Nazaruddin MT, Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE., MM
dan Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP., M.Ec., selaku komisi
pembanding atas saran dan masukan yang diberikan kepada peneliti.
7. Seluruh Dosen/ Staff Pengajar Program S2 Magister Manajemen
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi dan
memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis mengikuti proses
belajar.
8. Seluruh Pimpinan di Divisi SKAI PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk
yang telah mengizinkan saya untuk menempuh pendidikan dan hingga
mengizinkan saya untuk melakukan serangkaian kegiatan seminar dan
penelitian di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
9. Seluruh Karyawan di Divisi SKAI PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk
yang telah bersedia menjadi responden penelitian saya.
10. Orang Tua tercinta dan banggakan, Ayahanda Hisar Butar-Butar dan Ibu
Lermina Hasibuan.
11. Seluruh teman seangkatan 40-2 yang telah sama-sama berjuang
menyelesaikan Program S2 Magister Manajemen Universitas Sumatera
Utara.
Ahkirnya penulis menyadari penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna, baik
menyangkut isi, maupun penyajianya, karena keterbatasan waktu dan wawasan
penulis. Dalam kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan Tesis ini.
Medan, 02 Agustus 2019
Eko Kristino Butar-Butar
NIM 167007045
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Eko Kristino Butar-Butar
Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Pakam, 27 September 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Protestan
Anak Kandung Dari : Bapak Hisar Butar-Butar dan Ibu Lermina Hasibuan
Alamat : Komplek Jcity Metropolis 4 No. 6 Medan Johor
Email : [email protected]
No Hp : 08116121146
Riwayat Pendidikan dan Pekerjaan
SD Negeri 101900 Lubuk Pakam Tamat 1998
SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Tamat 2001
SMA Negeri 1 Lubuk Pakam Tamat 2004
S1 Peternakan Program Studi Ilmu Produksi Ternak Tamat 2009
S2 Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara Tamat 2019
Customer Service PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk 2009 - 2010
Internal Auditor PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk 2010 - Sekarang
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang masalah ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 11
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 12
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ...................................................... 12
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan ................................................. 13
1.6 Asumsi-Asumsi ..................................................................... 13
1.7 Originalitas Penelitian ........................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 15 2.1 Deskripsi Teori ..................................................................... 15
2.1.1 Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan ........... 15
2.1.2 Pendidikan .................................................................. 17
2.1.3 Pengalaman Audit ...................................................... 18
2.1.4 Independensi .............................................................. 20
2.1.5 Kompetensi ................................................................. 21
2.1.6 Profesionalisme ........................................................... 22
2.2 Review Hasil-Hasil Penelitian ............................................. 24
2.3 Resume Masalah Ilmiah ....................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 30 3.1 Model Konseptual ................................................................ 30
3.2 Rumusan Hipotesis .............................................................. 31
3.3 Defenisi Operasional ............................................................ 32
3.4 Jenis Penelitian ..................................................................... 35
3.5 Lokasi Peneltian ................................................................... 36
Universitas Sumatera Utara
3.6 Metode Penelitian ................................................................. 36
3.6.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian .................. 36
3.6.2 Metode Pengumpulan Data ......................................... 37
3.6.3 Metode Analisis Data .................................................. 37
3.6.3.1 Teknik Pengolahan Data .................................. 41
3.6.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda .................... 41
3.6.3.3 Uji Asumsi Klasik ........................................... 42
3.6.3.4 Uji Hipotesis .................................................... 44
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 46 4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 46
4.2 Deskripsi Data ..................................................................... 49
4.3 Deskripsi Responden ............................................................ 49
4.4 Deskripsi Variabel ................................................................ 50
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ......................................... 55
4.6 Uji Asumsi Klasik ................................................................ 56
4.6.1 Uji Normalitas ............................................................. 57
4.6.2 Uji Multikolinearitas.................................................... 57
4.6.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................ 58
4.7 Uji Hipotesis ......................................................................... 59
4.7.1 Uji F ............................................................................. 59
4.7.2 Uji t .............................................................................. 60
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 61
4.8.1 Pengaruh Pendidikan Terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan .............................................. 61
4.8.2 Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan ................................. 63
4.8.3 Pengaruh Independensi Terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan .............................................. 64
4.8.4 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan .............................................. 65
4.8.5 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan .............................................. 67
4.8.6 Pengaruh Pendidikan, Pengalaman Audit, Independensi,
Kompetensi, dan Profesionalisme Terhadap Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan ................................. 68
4.9 Strategi Implementasi ........................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 69 5.1 Kesimpulan .......................................................................... 69
5.2 Keterbatasan ......................................................................... 70
5.2 Saran .................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………… 71
LAMPIRAN ................................................................................................. 75
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 26
3.1 Defenisi Operasional Variabel ....................................................... 34
3.2 Daftar Populasi Penelitian .............................................................. 36
3.3 Uji Validitas Variabel Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan 39
3.4. Uji Validitas Variabel Pendidikan ................................................... 39
3.5 Uji Validitas Variabel Pengalaman Audit ........................................ 39
3.6 Uji Validitas Variabel Independensi ................................................ 39
3.7 Uji Validitas Variabel Kompetensi .................................................. 40
3.8 Uji Validitas Variabel Profesionalisme ............................................ 40
3.9 Uji Reliabilitas Variabel ................................................................... 41
4.1 Legalitas Perusahaan ........................................................................ 47
4.2 Data Hasil Kuesioner ....................................................................... 49
4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 50
4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................................... 50
4.5 Deskripsi Variabel Kemampuan Mendeteksi Kecurangan .............. 51
4.6 Deskripsi Variabel Pendidikan ......................................................... 52
4.7 Deskripsi Variabel Pengalaman ....................................................... 52
4.8 Deskripsi Variabel Independensi ..................................................... 53
4.9 Deskripsi Variabel Kompetensi ....................................................... 54
4.10 Deskripsi Variabel Profesionalisme ................................................. 54
4.11 Analisis Hasil Regresi ...................................................................... 56
4.12. Uji Normalitas .................................................................................. 57
4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 58
4.14 Hasil Uji Glejser ............................................................................... 59
4.15 Hasil Uji F ........................................................................................ 60
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 29
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 75
2 Kuesioner ....................................................................................... 76
3 Tabulasi Data Penelitian ................................................................ 81
4 Data Penelitian .............................................................................. 84
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tingginya peluang kemungkinan terjadinya kecurangan yang dialami
industri perbankan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat
kepercayaan nasabah untuk menyimpan uang pada bank tersebut. Salah satu yang
perlu dilakukan manajemen untuk memastikan bahwa bank tersebut layak untuk
diberi kepercayaan adalah dengan terus melakukan perbaikan dalam tata kelola,
termasuk meningkatkan kemampuan auditor internalnya melakukan pendeteksian
terhadap praktik kecurangan yang terjadi. Banyak faktor yang mempengaruhi
kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kecurangan yang terjadi.
Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka rentang kendali
antara Direksi dengan para pelaksana kegiatan di seluruh unit organisasi
perusahaan akan semakin lebar dan kompleks. Oleh karena itu dipandang perlu
adanya audit internal yang merupakan penghubung antara keduanya, terutama
bagi Direksi, agar dapat meyakini bahwa penyelenggaraan kegiatan operasional
telah berjalan efisien dan efektif. Audit Internal berperan dalam mengevaluasi
kecukupan dan efektivitas pengendalian intern yang dilakukan manajemen.
Audit internal pada bidang perbankan nasional, diatur secara khusus oleh
Bank Indonesia. Peraturan mengenai hal tersebut berada dalam PBI (Peraturan
Bank Indonesia) No. 1/6/PBI/1999 mengenai Penugasan Direktur Kepatuhan
(Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
Bank (SPFAIB). Pada PBI tersebut ditetapkan keharusan bagi bank umum untuk
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan kegiatan audit internal beserta hal-hal yang harus dipenuhi
oleh manajemen dan unit audit internal bank umum.
Bank Indonesia mengemukakan bahwa peran audit internal dalam
industri perbankan yang berkaitan dengan dana masyarakat sangat diandalkan
oleh para stakeholder yaitu pemegang saham, komisaris, nasabah, majanemen dan
pemerintah (Haryono, 2012). Tugas penting Divisi Audit Internal saat ini adalah
memberikan keyakinan bahwa seluruh elemen pengendalian, penaksiran resiko,
aktivitas kontrol, informasi, dan komunikasi serta pemantauan telah memadai dan
mengarah ke tata kelola yang baik atau disebut juga Good Corporate Governance
(GCG).
PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. sebagai salah satu perusahaan jasa
terbesar di Indonesia yang mengelola bisnis utamanya berdasarkan asas
kepercayaan, maka dituntut untuk menjalankan perusahaan dengan tata kelola
yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Danamon percaya bahwa tata
kelola perusahaan yang memenuhi standar Internasional yang tinggi secara
signifikan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank.
Transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan
keadilan/kesetaraan merupakan prinsip tata kelola perusahaan Danamon. Unsur-
unsur ini memastikan bahwa kontrol dan pengawasan yang diperlukan manajemen
risiko yang efektif, sesuai dengan semua hukum dan peraturan yang relevan, dan
pengungkapan informasi yang akurat dan lengkap kepada publik/pasar berfungsi
dengan baik (Danamon, 2014).
Danamon merupakan perusahaan terbuka, yang harus mematuhi
Undang-Undang Perseroan Terbatas, regulasi Bank Indonesia, Pasar Modal dan
Universitas Sumatera Utara
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), International Finance Standart (IFRS), Standar
Akunting Keuangan Indonesia, Standar Internasional Untuk Praktik Profesional
Internal Audit, Kerangka Kerja COSO dan ASEAN Corporate Governance
Scorecard.
Mengingat peran sosial dan ekonomi yang signifikan, kepatuhan dan
peraturan merupakan hal yang wajib bagi sektor keuangan mana pun di seluruh
dunia. Danamon percaya budaya kepatuhan yang kuat akan memberikan kekuatan
untuk mencapai keberhasilan usaha. Isu penting dari budaya kepatuhan di bank
adalah penipuan dan korupsi. Danamon telah mengembangkan program “zero
tolerance for fraud”. Strategi anti fraud Danamon mencakup proses-proses yang
saling berkaitan, yaitu tahap Pencegahan Penipuan, Deteksi, Investigasi dan
Pencegahan. Program ini sepenuhnya disosialisasikan kepada seluruh karyawan di
semua unit bisnis dan daerah operasional. Setiap tuduhan dan laporan kasus
diselidiki secara menyeluruh dan personil yang terkait akan di disiplinkan sesuai
dengan peraturan dan Kebijakan Perusahaan.
Bank menerapkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan standar
manajemen risiko. Inisiatif pengembangan produk, proses, dan teknologi
informasi Danamon didukung dan diawasi oleh evaluasi manajemen risiko,
termasuk inisiatif yang berkaitan dengan Program Anti Pencucian Uang dan
Pemberantasan Pendanaan Terorisme (AML/CFT).
Dalam menjalankan tata kelola yang baik tersebut Danamon membentuk
Komite Audit dengan membuat divisi Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) yang
terintegrasi langsung dengan Komite Sumber Daya Manusia, Komite Manajemen
Risiko, Komite Asset & Liability, Komite Pengarah Teknologi Informasi, Komite
Universitas Sumatera Utara
Fraud, Komite Kepatuhan, Komite Manajemen Modal, dan Komite Manajemen
Risiko Operasional.
Dari tahun ke tahun, perkembangan teknik untuk mendeteksi kecurangan
di Indonesia terus berkembang, dan dengan peraturan-peraturan yang tegas dan
ketat, menjadi tugas bersama untuk melawan kecurangan-kecurangan yang dapat
merugikan pihak-pihak tertentu maupun dunia akuntan di negara ini. Tetapi masih
banyak saja celah-celah yang dimanfaatkan untuk melakukan kecurangan-
kecurangan tersebut.
Perbedaan kualitas pemeriksaan yang sangat bergantung dari
kemampuan dari auditor itu sendiri dalam mendeteksi kecurangan berbeda-beda
setiap auditor, membuat sering sekali masih ditemukan kasus kecurangan setelah
pemeriksaan selesai dilakukan.
Kecurangan yang sering terjadi dalam industri perbankan yaitu : kredit
macet, kredit fiktif, penggelembungan angka (mark-up), penyalahgunaan
wewenang dan tidak jarang juga ditemukan pelanggaran kode etik. Untuk dapat
menemukan segala kemungkinan kecurangan tersebut sangat dibutuhkan keahlian
khusus dalam melakukan pemeriksaan. Menurut Arens dan Loebbecke (2011)
auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta
mampu menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung
kesimpulan yang akan diambilnya.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor dalam
mendeteksi kemungkinan kecurangan yang terjadi termasuk salah satu nya adalah
pendidikan. Menurut Harhinto (2004) Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi
pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai
Universitas Sumatera Utara
semakin banyak pengetahuan dan pandangan mengenai bidang yang digelutinya
sehingga dapat mengetahui berbagai masalah lebih mendalam serta akan lebih
mudah dalam mengikuti perkembangan yang kompleks.
Pendidikan yang dimiliki oleh auditor internal hendaknya disesuaikan
dengan tugas yang dilaksanakan. Mengingat untuk menjadi seorang auditor tidak
harus memiliki latar belakang akuntansi, sehingga banyak sekali auditor internal
di industri perbankan yang memiliki latar belakang pendidikan sangat beragam.
Auditor internal yang bekerja di bank yang melakukan pemeriksaan pada segmen
penyaluran kredit akan menemukan bidang usaha sangat beragam. Untuk dapat
melakukan pemeriksaan dengan baik, maka auditor dituntut untuk selalu
membekali diri dengan pengetahuan yang beragam dan selalu diperluas.
Choo dan Trotman (1991) memberikan bukti empiris bahwa auditor
berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical)
dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman tetapi antara pemeriksa yang
berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda dalam
menemukan item-item yang umum (typical). Penelitian serupa dilakukan oleh
Tubbs (1992) yang menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai pengalaman
audit lebih banyak maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-
item kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalamannya lebih
sedikit.
Penelitian yang dilakukan oleh Hafifah dan Fitriany (2012),
menyimpulkan bahwa pengalaman audit berpengaruh positif terhadap peningkatan
kemampuan auditor mendetekesi gejala-gejala kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
Tuntutan atas sistem dan sumber daya manusia yang handal dan
memiliki nilai tambah sangat tinggi pada bidang auditor internal, terkait tugas dan
fungsinya. Tuntutan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan auditor dalam
kemampuannya mendeteksi kecurangan yang terjadi. Pada saat ini, auditor
internal dituntut untuk bekerja sama secara professional yang dapat dimiliki
dengan adanya suatu independensi. Untuk menunjang independensi seorang
auditor internal, maka keberadaan departemen atau bagian audit internal yang
berdiri sendiri merupakan hal penting (Sianipar, 2007). Penelitian Cloyd (1997)
membuktikan bahwa akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor
jika didukung oleh pengetahuan audit yang tinggi.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,
auditor harus menjalani pelatihan yang cukup dan kegiatan penunjang
keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan tersebut para auditor juga
mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
situasi yang akan ditemui. Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi
seseorang yang ingin menjadi seorang auditor sebab dengan profesionalisme yang
tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. Hendro dan Aida (2006)
menjelaskan profesionalisme merupakan syarat utama seorang auditor sebab
dengan profesionalisme yang tinggi maka kebebasan auditor akan semakin
terjamin.
Kemampuan lain yang dianggap mampu menunjang kemampuan auditor
dalam mendeteksi kecurangan adalah kompetensi, menurut Sawyer, Dittenhoffer
dan Scheiner (2005), kompetensi auditor internal adalah sebuah hubungan cara-
cara setiap auditor memaanfaatkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman.
Universitas Sumatera Utara
Auditor yang tidak kompeten tidak akan bisa membantu menajemen dalam
memecahkan masalah-masalah yang mengandung risiko, padahal tugas auditor di
era ini lebih difokuskan kepada pengawasan dan pengendalian terhadap area-area
yang mengandung risiko bukan hanya audit atas kepatuhan saja. Alim, Hapsari
dan Purwanti (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor
memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa
kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor sebagai ujung tombak
pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah
dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya.
Dalam rangka memenuhi kualifikasi dan kompetensi, SKAI PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk secara rutin melaksanakan program pendidikan dan
pelatihan serta sertifikasi di bidang audit internal/kepatuhan, antara lain :
1. Sertifikasi profesi nasional dan internasional yaitu Certified Internal Auditor
(CIA), Qualified Internal Auditor (QIA), Certified Information System
Auditor (CISA), sertifikasi Manajemen Resiko level I-IV sesuai dengan
jenjang jabatannya;
2. Keikutsertaan dalam seminar/training/workshop secara berkala yang diadakan
oleh internal Bank Danamon atau lembaga training yang bekerjasama dengan
Bank Danamon.
3. Online training yang dilaksanakan oleh Bank Danamon dan Online Course
dan Exercise CEB e-learning yang setiap auditor telah mendapat akses user id
dan password masing-masing.
Kompetensi yang rendah juga akan mengakibatkan kegagalan dalam
pemeriksaan, karena auditor akan kesulitan dalam menemukan temuan-temuan
Universitas Sumatera Utara
yang berkenaan dengan terjadinya penyimpangan. Usaha peningkatan kompetensi
auditor internal tidak dapat hanya dilakukan dengan pendidikan dan pengalaman
tetapi juga membutuhkan peran serta auditor internal dalam mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Setiap auditor internal harus tetap mempertahankan kompetensi,
indepedensi serta profesionalisme agar dapat mencegah serta dapat mendeteksi
segala bentuk kecurangan yang terjadi. Kurangnya pengetahuan dan pengertian
seorang auditor internal mengenai indikasi akan terjadinya tindak kecurangan
sering terjadi dan prosedur yang efektif untuk mendeteksi kecurangan sudah
sering dibuat sulit oleh auditor dalam melakukan tugas- tugasnya. Oleh karena itu,
seorang auditor internal harus mempunyai keahlian dalam mencegah kecurangan
sebagai eksistensi dan pengetahuan mengenai gejala pasti, dan harus mampu
mendeteksi segala bentuk kecurangan (fraud) yang terjadi, pengertian akan
masalah dan sikap kompetensi, independensi serta profesionalisme untuk
menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi.
Auditor juga harus berperan secara aktif dan kooperatif dengan berbagai
pihak membantu semua anggota manajemen perusahaan dalam melaksanakan
tanggungjawab mereka secara baik dengan memberikan analisis, penilaian,
rekomendasi dan komentar objektif mengenai kegiatan yang telah direview.
Auditor internal harus memahami bahwa tidak ada sistem pengendalian intern
atau internal control yang akan menghilangkan kemungkinan terjadi kesalahan,
tetapi dengan sistem pengendalian intern yang baik dapat meminimalisir
terjadinya kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa unit mikro yang memiliki portfolio kredit macet yang cukup
tinggi mendapat rating pemeriksaan acceptable (Pengendalian internal dan
proses telah dirancang secara memadai untuk memitigasi risiko-risiko utama,dan
kontrol utama telah diimplementasikan secara efektif. Temuan,baik secara
individu maupun kolektif, tidak signifikan atau tidak pada proses berisiko tinggi.
Manajemen memiliki proses yang efektif untuk mengidentifikasi kesenjangan
/kelemahan dan melakukan tindakan-tindakan yang memadai untuk memitigasi
risiko tersebut). Kondisi ini sangat kontradiktif, bagaimana mungkin jika prosedur
yang ditetapkan telah dijalankan dengan baik, tetapi masih mengalami tingkat
kredit macet yang cukup tinggi. Kemungkinan yang terjadi adalah bahwa auditor
tidak berhasil menemukan penyebab dari banyaknya kredit macet tersebut.
Dari kasus-kasus tersebut bisa kita lihat, masih banyak kecurangan-
kecurangan yang terjadi, bisa kesalahan dari pihak perusahaan maupun pihak
pemeriksa. Auditor sebagai pemberi jasa harus mengikuti syarat maupun
ketentuan yang berlaku, semua sudah diatur. Dan juga dalam melaksanakan
tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang
diberikan pada pengguna.
Penelitian mengenai pengukuran kemampuan auditor dalam mendeteksi
kecurangan telah dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004) dengan judul “The
effect of professional skepticism on the fraud detection skills of internal auditors”.
Yaitu mengenai pengaruh skeptisme profesional terhadap kemampuan auditor
internal mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini menunjukkan Skeptisme
profesional berpengaruh signifikan terhadap kemampuan auditor mendeteksi
kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian mengenai pengukuran kemampuan auditor dalam mendeteksi
kecurangan telah dilakukan oleh Noviyanti (2008). Secara umum, penelitian
Noviyanti meneliti tentang pengaruh dari penaksiran resiko kecurangan pada
berbagai tingkat kepercayaan auditor dan bagaimana pengaruh tipe kepribadian
terhadap skeptisme profesional auditor dalam mendeteksi kecurangan. Hasil
penelitian ini yang pertama menunjukkan bahwa auditor dengan tingkat
kepercayaan berbasis identifikasi jika diberikan penaksiran risiko kecurangan
yang tinggi, akan menunjukkan skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam
mendeteksi kecurangan. Dan yang kedua bahwa tipe kepribadian mempengaruhi
sikap skeptisme profesional auditor.
Matondang (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan
dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.” Populasi penelitian
ini adalah akuntan publik yang bekerja pada KAP di DKI Jakarta. Hasil penelitian
menunjukkan pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional
berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan
penyajian laporan keuangan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan penelitian-penelitian
terdahulu, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
pendidikan, pengalaman audit, kompetensi dan profesionalisme terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada PT. Bank Danamon Indonesia,
Tbk.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas,
maka pokok permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini
adalah tingginya tingkat kecurangan di PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang
masih belum dapat dideteksi oleh internal auditor, sehingga dibutuhkan kualifikasi
yang ideal sebagai seorang auditor yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi
kecurangan yang terjadi di lingkungan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.
Sehubungan dengan adanya permasalahan diatas maka beberapa pertanyaan yang
perlu dicari jawabanya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
auditor internal dalam mendeteksi kecurangan di PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk?.
2. Apakah pengalaman audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemampuan auditor internal dalam mendeteksi kecurangan di PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk?.
3. Apakah independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
auditor internal dalam mendeteksi kecurangan di PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk?.
4. Apakah kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
auditor internal dalam mendeteksi kecurangan di PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk?.
5. Apakah profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemampuan auditor internal dalam mendeteksi kecurangan di PT Bank
Danamon Indonesia Tbk?.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Merujuk kepada rumusan masalah penelitian diatas maka tujuan
diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan di PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
2. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan di PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
3. Untuk menganalisis pengaruh independensi terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan di PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
4. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan di PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
5. Untuk menganalisis pengaruh profesionalisme terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan di PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Maanfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman,
kemampuan intelektual tentang pendidikan, pengalaman audit, independensi,
kompetensi dan profesionalisme berpengaruh terhadap kemampuan auditor
internal mendeteksi kecurangan.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan
sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti hal yang sama.
3. Bagi Bank Danamon, untuk memberikan masukan dalam meningkatkan
kemampuan auditor internal mendeteksi kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan
Sehubungan dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini, ruang lingkup analisis yang akan dilakukan meliputi :
1. Penelitian ini hanya meneliti sejauh mana pendidikan, pengalaman audit,
independensi, kompetensi dan profesionalisme mempengaruhi kemampuan
auditor internal dalam mendeteksi kecurangan.
2. Penelitian ini dilakukan terbatas pada karyawan divisi Satuan Kerja Audit
Internal (SKAI) PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
1.6 Asumsi-Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini ialah :
1. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan, yaitu : pendidikan, independensi, pengalaman,
kompetensi dan profesionalisme.
2. Auditor harus senantiasa meningkatkan kemampuan agar dapat mendeteksi
kecurangan.
1.7 Originalitas Penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini pernah dilakukan.
Penelitian yang peneliti lakukan ini, merupakan pengembangan ide dari penelitian
yang dilakukan oleh Hafifah dan Fitriany (2012) dengan judul “Pengaruh beban
kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian terhadap skeptisme profesional dan
kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan” yang telah diseminarkan di
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XV di Banjarmasin. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian terdahulu adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Variabel independen penelitian terdahulu terdiri dari beban kerja, pengalaman
audit dan tipe kepribadian, sedangkan pada penelitian ini variabel
independennya terdiri dari pendidikan, pengalaman audit, independensi,
kompetensi dan profesionalisme.
2. Variabel dependen penelitian terdahulu terdiri dari skeptisme profesional dan
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan, sedangkan pada penelitian ini
variabel dependennya adalah kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
3. Populasi pada penelitian terdahulu adalah auditor KAP yang ada di Jakarta,
sedangkan populasi penelitian ini adalah auditor di PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk.
4. Waktu penelitian terdahulu dilakukan pada tahun 2012, sedangkan penelitian
ini dilakukan pada tahun 2018.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
Menurut BPK RI (2007) fraud (kecurangan) adalah sebagai satu jenis
tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh
sesuatu dengan cara menipu.
Sedangkan The Institute of Internal Auditors (IIA) di dalam International
Profesional Practices Framework (IPPF) mendefinisikan fraud sebagai: setiap
tindakan yang ilegal dengan modus penipuan, penyembunyian maupun
pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada ancaman atau
kekerasan fisik saja. Kecurangan juga bisa dilakukan oleh partai dan organisasi
untuk memperoleh uang, properti ataupun jasa, untuk menghindari pembayaran-
pembayaran, atau untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Adapun istilah Fraud risk assessment (penaksiran risiko kecurangan)
yaitu penaksiran seberapa besar risiko kegagalan auditor dalam mendeteksi
terjadinya kecurangan dalam asersi manajemen. Fraud risk assessment
(penaksiran risiko kecurangan) dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu tinggi,
rendah, dan tanpa pemberitahuan. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian
Payne dan Ramsay (2005).
Dalam Black’s Law Dictionary oleh Black (1990) mendefinisikan fraud
sebagai : “Kecurangan adalah istilah umum, mencakup berbagai ragam alat yang
kecerdikan manusia dapat direncanakan, dilakukan oleh seseorang individual,
untuk memperoleh manfaat terhadap pihak lain dengan penyajian yang palsu.
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada aturan yang tetap dan tanpa kecuali dapat ditetapkan sebagai dalil
umum dalam mendefinisi kecurangan karena kecurangan mencakup kekagetan,
akal muslihat, kelicikan dan cara-cara yang tidak layak/ wajar untuk menipu orang
lain. Batasan satu-satunya yang mendefinisikan kecurangan adalah apa yang
membatasi sifat serakah manusia.
Kecurangan dapat disimpulkan sebagai tindakan yang disengaja untuk
menyakiti orang lain, untuk menyembunyikan fakta dan juga memaksakan tujuan
tetapi mengambil keuntungan dari orang lain. Kecurangan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kecurangan-kecurangan yang terjadi di dalam perusahaan
yang dilakukan oleh karyawan, supervisi, ataupun manajer untuk memperoleh
keuntungan pribadi dan merugikan perusahaan.
Dari sisi pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat awam sekalipun,
kecurangan telah dipahami dapat merugikan keuangan negara, keuangan
perusahaan, dan merusak sendi-sendi budaya masyarakat. Namun umumnya,
pimpinan suatu organisasi/ instansi seringkali merasa bahwa organisasinya
termasuk lingkungan yang terbebas dari risiko fraud (Sudarmo et.al, 2008).
Kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah satu hal yang
sangat penting dalam hal persaingan dan organisasi pemerintah secara sehat.
Seorang auditor harus kompeten dalam menghadapi lingkup kerjanya. Banyak
kecurangan-kecurangan yang dapat terjadi. Jika lalai terhadap pekerjaannya akan
dapat berakibat fatal dan dapat merugikan berbagai pihak. Beberapa hal yang
harus dikuasai seorang auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah dengan
menjalankan prosedur auditnya dengan baik dan teliti, mengetahui sistem auditee
yang diperiksanya, dan memiliki skeptisme profesional.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Pendidikan
Menurut John Dewey di dalam buku Dasar Ilmu Pendidikan (Hasbullah,
2005) pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Pendidikan
dalam penelitian ini adalah pendidikan seorang auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik. Latar belakang pendidikan seorang auditor adalah dari bidang
akuntansi, setara diploma maupun sarjana, tetapi di dalam bidang akuntan publik,
jika auditor yang menjadi partner haruslah AP (Akuntan Publik) yang terdaftar
oleh PPAJP (Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai).
Kompetensi seorang auditor dibidang audit ditunjukkan oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan,
idealnya seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan formal
atau pendidikan dan latihan sertifikasi) dibidang auditing. Sedangkan pengalaman,
lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan berkarir di bidang audit
atau intensitas/ sering dan bervariasinya melakukan audit. Jika auditor
menugaskan orang yang kurang/ belum berpengalaman, maka orang tersebut
harus disupervisi (dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman.
Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang
pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan dan
standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula dengan auditor yang melakukan
audit operasional dan ketaatan, dia harus memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai kegiatan operasional yang diauditnya, baik cara melaksanakannya,
maupun kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian serta memahami
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika auditor kurang mampu atau
Universitas Sumatera Utara
tidak memiliki kemampuan tersebut, maka auditor wajib menggunakan tenaga
ahli yang sesuai.
2.1.3 Pengalaman Audit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002),
“Pengalaman adalah adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasai,
ditanggung, dan sebagainya.”
Menurut Ashton (1995): "Pengalaman auditor merupakan kemampuan
yang dimiliki auditor atau akuntan pemeriksa untuk belajar dari kejadian-kejadian
masa lalu yang berkaitan dengan seluk-beluk audit atau pemeriksaan." Sementara
Mulyadi (2002) mendefinisikan "Pengalaman auditor merupakan akumulasi
gabungan dari semua yang diperoleh melalui interaksi."
Penelitian Haynes et al, (1998) yang menyelidiki pengaruh peran
auditor dalam melayani kepentingan klien menemukan bahwa auditor tidak secara
otomatis mengambil posisi advokasi bagi klien, terutama bila kepentingan klien
tidak dibuat eksplisit. Tetapi bila kepentingan itu ditonjolkan (salient), auditor
khususnya yang berpengalaman akan berperilaku konsisten dengan posisi
advokasi. Penelitian Haynes et al. ini menunjukkan pengalaman audit yang
dimiliki audior ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.
Menurut Loehoer (2002) dalam Mabruri dan Winarna (2010),
“Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui
berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam,
keadaan, gagasan, dan penginderaan.”
Menurut Mulyadi (2002) “Jika seorang memasuki karier sebagai akuntan
publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan
Universitas Sumatera Utara
akuntan senior yang lebih berpengalaman. Di samping itu, pelatihan teknis yang
cukup mempunyai arti pula bahwa akuntan harus mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam dunia usaha dan profesinya, agar akuntan yang baru selesai
menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam
profesinya, pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga
tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan yang
ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (SK Menteri
Keuangan No.43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997)”.
Selain itu menyebutkan ada tiga faktor pengalaman auditor diantaranya
adalah:
1. Pelatihan Profesi
2. Pendidikan
3. Lama kerja
Gusnardi (2003) mengungkapkan bahwa pengalaman audit dapat
diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun
pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman, keahlian
yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan
yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Masalah penting yang berhubungan
dengan pengalaman auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengalaman audit adalah
hal-hal yang diperoleh oleh serang auditor, mulai dari apa yang di peroleh selama
pekerjaannya, dari kejadian-kejadian yang sudah terjadi yang ada hubugannya
dengan bidang audit, teori-teori atau ilmu-ilmu mengenai auditing yang diperoleh
selama hidup.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Independensi
Independensi adalah kondisi bebas dari situasi mengancam kemampuan
aktivitas auditor internal untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara
tidak memihak. (Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal, 2012).
Independensi bisa dikatakan merupakan sikap seseorang untuk bertindak
jujur, tidak memihak, dan bertanggung jawab serta melaporkan temuan-temuan
hanya berdasarkan bukti yang ada. Menurut Abdul Halim (2001) ada tiga aspek
independensi seorang auditor, yaitu: (1) Independence in fact (independensi
senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi (2)
Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan
pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan
mempercayai sikap independensi dan objektifitasnya. (3) Independence in
competence (independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan
kompetensi dan kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan
tugasnya.
Independensi pada auditor internal dapat berhubungan dengan
pengungkapan masalah pengendalian internal suatu perusahaan. Independensi
juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta
dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Dalam melaksanakan aktivitasnya, walaupun auditor internal berada
dalam organisasi, auditor internal haruslah dapat mempertahankan
independensinya. Tingkat independensi auditor internal sangat ditentukan oleh
Universitas Sumatera Utara
struktur organisasi dan objektivitas auditor internal itu sendiri. Untuk mencapai
tingkat independensi yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan tanggung
jawab aktivitas audit internal, kepala audit internal harus memiliki akses langsung
dan tak terbatas kepada manajemen senior dan dewan. Struktur organisasi yang
menempatkan auditor internal pada tingkat yang relatif tinggi akan memberikan
lingkup audit yang luas dan keleluasaan bagi auditor internal untuk memberikan
pendapatnya secara objektif tanpa tekanan dari otoritas lainnya dalam organisasi.
Dengan demikian independensi merupakan standar kualitatif yang
diperlukan oleh auditor internal untuk bertindak dengan integritas dan
obyektivitas dalam melaksanakan tugas profesionalnya dalam meningkatkan
efektivitas dalam melaksanakan tugas profesionalnya dalam meningkatkan
efektivitas pengendalian internal.
2.1.5 Kompetensi
Kompetensi didefenisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek
pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan
keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan
tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan
publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, mereka
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji material sehingga seorang auditor harus didukung dengan kompetensi yang
memadai akan teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang mendukung.
Universitas Sumatera Utara
Kompetensi semacam itu dapat diperoleh melalui baik jenjang pendidikan secara
formal maupun informasi, serta pengalaman dalam praktik audit.
Dalam Standar Profesi Audit Internal menyatakan auditor internal harus
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif
harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari
(2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor Indonesia terdiri
atas :
a. Kompetensi pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu
kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta,
prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga
mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun
dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.
b. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas,
kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990)
juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk
bekerjasama adalah unsur penting bagi kompetensi.
2.1.6 Profesionalisme
Dalam (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011) Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) pada standar umum pemeriksaan yang pertama
menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan
seksama keahlian/ kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian di bidang
akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksanya.
Menurut Mulyadi (2002) Auditor mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung
jawab profesi kepada publik. Seorang auditor harus bersikap profesional dalam
menjalankan tugasnya.
Sedangkan menurut Tunggal (2009) Untuk membangun suatu staf
yang superior, seseorang harus terlebih dahulu mengetahui standar-standar
untuk keunggulan (standards for excellence). Manajemen audit memerlukan
kecerdasan/ intelegensi teknikal, kompetensi, dan kemampuan berurusan dengan
orang lain pada setiap tingkatan perusahaan, menetapkan standar yang tinggi
untuk praktisinya
Auditor juga perlu bersikap skeptis kepada objek pemeriksaan. Di dalam
Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (Ikatan Akuntan Publik Indonesia, 2011),
menyatakan skeptisisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap bukti audit.
Shaub dan Lawrence (1996) mengartikan skeptisisme profesional auditor
sebagai berikut “professional scepticism is a choice to fulfill the professional
auditor’s duty to prevent or reduce or harmful consequences of another person’s
behavior…”.
Universitas Sumatera Utara
Skeptisisme profesional digabungkan ke dalam literatur profesional yang
membutuhkan auditor untuk mengevaluasi kemungkinan kecurangan material
(Loebbeck, et al, 1994). Selain itu juga dapat diartikan sebagai pilihan untuk
memenuhi tugas audit profesionalnya untuk mencegah dan mengurangi
konsekuensi bahaya dan prilaku orang lain (Ikatan Akuntan Publik Indonesia
2011).
2.2 Review Hasil-Hasil Penelitian
Penelitian terdahulu ataupun jurnal yang telah dipublikasikan menjadi
referansi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang
dijadikan referensi oleh peneliti memperlihatkan penelitian yang berkaitan dengan
pencegahan fraud dengan berbagai variabel independen/exogenous diantaranya
kompetensi, independensi,profesionalisme, etika, peran, pengendalian intern,
monitoring/tindak lanjut, motivasi dan integritas. Penelitian ini hanya berfokus
pada kemampuan auditor internal dalam mendeteksi kecurangan.
Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil
penelitian yang telah dilakukan antara lain yaitu:
1. Fullerton dan Durtschi (2004) melakukan penelitian dengan judul “The effect
of professional skepticism on the fraud detection skills of internal auditors”.
Yaitu mengenai pengaruh skeptisme profesional terhadap kemampuan auditor
internal mendeteksi kecurangan. Hasil Penelitian tersebut adalah Semakin
banyak karakteristik skeptisme bawaan yang dimiliki seorang auditor, semakin
besar kemungkinan mereka untuk mencari informasi yang mengarah pada
pendeteksian kecurangan. Hal ini memberikan dukungan untuk tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
melatih auditor bagaimana mendeteksi kecurangan, tetapi juga mencari cara
untuk mengembangkannya.
2. Noviyanti (2008) melakukan penelitian dengan judul “Skeptisme profesional
auditor dalam mendeteksi kecurangan.” Hasil penelitian tersebut:
a. Auditor dengan tingkat kepercayaan berbasis identifikasi jika diberikan
penaksiran risiko kecurangan yang tinggi, akan menunjukkan skeptisme
profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan.
b. Tipe kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor.
3. Matondang (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pengalaman
audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan dan
pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.” Hasil penelitian:
a. Pengalaman audit berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang
positif terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian
laporan keuangan;
b. Independensi berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang positif
terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan.
4. Hafifah dan Fitriany (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
beban kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian terhadap skeptisme
profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.” Dan hasil
penelitiannya:
a. Beban kerja berpengaruh negatif pada skeptisme profesional, sedangkan
pengalaman audit dan tipe kepribadian berpengaruh positif terhadap skeptisme
profesional.
Universitas Sumatera Utara
b. Beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor
dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan
skeptisme profesional terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan
kemampuan auditor mendeteksi gejala-gejala kecurangan.
c. Gender, ukuran KAP dan posisi auditor terbukti tidak berpengaruh terhadapa
skeptisme profesional auditor.
d. Auditor laki-laki terbukti akan semakin meningkatkan kemampuan
mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan
dibandingkan auditor wanita.
2.3. Resume Masalah Ilmiah
Dari hasil ini dapat dilihat bahwa semakin baik/tinggi keahlian,
independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik tentunya
memberikan kontribusi yang baik/tinggi terhadap kualitas auditor dalam
melaksanakan tugasnya.
Untuk memperjelas hasil penelitian sebelumnya ditampilkan matrik
penelitian pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul
Penelitian
Variabel yang
Digunakan
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
Fullerton
dan
Durtschi
(2004)
The Effect of
Professional
Skepticism
on The
Fraud
Detection
Skills of
Internal
Auditors
A question
mind,
Suspension
Judgement,
Search for
knowledge,
Interpersonal
Understanding
, Self
confidence,
Self
determination.
ANOVA
dengan SPSS
Semakin banyak
karakteristik
skeptisme bawaan
yang dimiliki
seorang auditor,
semakin besar
kemungkinan
mereka untuk
mencari informasi
yang mengarah pada
pendeteksian
kecurangan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
memberikan
dukungan untuk
tidak hanya melatih
auditor bagaimana
mendeteksi
kecurangan, tetapi
juga mencari cara
untuk
mengembangkannya
.
Noviyanti
(2008)
Skeptisme
Profesional
Auditor
dalam
Mendeteksi
Kecurangan
Kepercayaan,
penaksiran
resiko
kecurangan,
tipe
kepribadian.
Uji statistik 3
x 3 ANOVA
dengan
program
SPSS,
homogeneity
of variance,
Levene’s
test, error
variance, one
way
ANOVA,
identification
based trust,
knowledge
based trust
dan calculus
based trust,
Independent
Samples T
Test.
Auditor dengan
tingkat kepercayaan
berbasis identifikasi
jika diberikan
penaksiran risiko
kecuragan yang
tinggi, akan
menunjukkan
skeptisme
profesional yang
lebih tinggi dalam
mendeteksi
kecurangan.
Dan tipe
kepribadian
mempengaruhi
sikap skeptisme
profesional auditor.
Matondan
g (2010)
Pengaruh
Pengalaman
Audit,
Independens
i Dan
Keahlian
Profesional
Terhadap
Pencegahan
Dan
Pendeteksia
n Kecurangan
Penyajian
Pelaporan
Keuangan
Pengalaman
audit,
independensi,
dan keahlian
profesional.
Uji asumsi
klasik
dengan
SPSS.
Pengalaman audit,
independensi, dan
keahlian profesional
berpengaruh
signifikan dan
memiliki hubungan
yang positif
terhadap
pencegahan dan
pendeteksian
kecurangan
penyajian laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Hafifah
dan
Fitriany
(2012)
Pengaruh
Beban
Kerja,
Pengalaman
Audit dan
Tipe
Kepribadian
Terhadap
Skeptisme
Profesional
Dan
Kemampuan
Auditor
Dalam
Mendeteksi
Kecurangan
Beban kerja,
pengalaman
audit dan tipe
kepribadian
Partial Least
Square (PLS)
dengan
menggunaka
n SmartPLS
2.0 M3.
Beban kerja
berpengaruh negatif
pada skeptisme
profesional,
sedangkan
pengalaman audit
dan tipe kepribadian
berpengaruh positif
terhadap skeptisme
profesional.
Beban kerja
berpengaruh negatif
terhadap
peningkatan
kemampuan auditor
dalam mendeteksi
gejala-gejala
kecurangan,
sedangkan
pengalaman audit
dan skeptisme
profesional terbukti
berpengaruh positif
terhadap
peningkatan
kemampuan auditor
mendeteksi gejala-
gejala kecurangan.
Gender, ukuran
KAP dan posisi
auditor terbukti
tidak berpengaruh
terhadapa skeptisme
profesional auditor.
Auditor laki-laki
terbukti akan
semakin
meningkatkan
kemampuan
mendeteksinya bila
dihadapkan dengan
gejala-gejala
kecurangan dibandingkan
auditor wanita.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Model Konseptual
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian serta tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan suatu kerangka konsep
dari penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
Pendidikan
Independensi
Kemampuan
Auditor
Mendeteksi
Kecurangan
(Y)
Pengalaman Audit
Kompetensi
Profesionalisme
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Konsep sebagaimana tergambar di atas, variable pendidikan
merupakan jenjang pendidikan dimulai dari Diploma sampai dengan program
Doktor yang dimiliki oleh staf Divisi Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) PT
Bank Danamon Indonesia, Tbk. yang ada di Indonesia. Selain itu program studi
yang ditempuh dari universitas atau institut yang dimiliki oleh staf Divisi SKAI
PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk juga menjadi indikator dari pendidikan yang
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor mendeteksi
kecurangan.
Untuk variabel pengalaman audit dapat dilihat dari berapa lama auditor
tersebut bekerja sebagai auditor dan pengalaman dari mengikuti PPL (Program
Pendidikan Berkelanjutan), training akuntansi, training audit dan sertifikasi.
Untuk Variabel independensi dapat dilihat dari bagaimana cara auditor
tersebut mengambil keputusan, dan menerbitkan hasil pemeriksaan apakah
terbebas dari tekanan dari manajemen.
Untuk variabel kompetensi dilihat dari akumulasi pendidikan yang
diterima, pengalaman yang telah dijalani, dan keterampilan atau keahlian khusus
yang dimiliki auditor dalam melaksanakan pemeriksaan.
Untuk variabel profesionalisme dapat dilihat dari bagaimana cara auditor
tersebut mengambil keputusan, memberikan pertanyaan kepada auditee dan
menjawab pertanyaan auditee.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Rumusan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, penelitian ini menggunakan hipotesis penelitian asosiatif. Terkait
dengan dugaan ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih
variabel dalam sebuah populasi mengajukan dugaan sementara sebagai berikut :
Hipotesis
1. Pendidikan, pengalaman audit, independensi, kompetensi dan
profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
2. Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
3. Pengalaman audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada PT Bank Danamon
Indonesia Tbk.
4. Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
5. Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
6. Profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Defenisi Operasional
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
independen dan dependen. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel
yang mempengaruhi variabel terikat dan variabel dependen (variabel terikat)
merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. (Sekaran, 2006).
Penelitian ini menggunakan 5 variabel independen dan 1 variabel dependen yang
diukur menggunakan skala Likert. Menurut Sukaria (2017) skala Likert adalah
termasuk dalam skala interval dan perbedaan dalam jawaban antara dua poin
dalam skala mempunyai nilai sama. Pengukuran variabel dilakukan bukan melalui
pertanyaan (question) tetapi melalui pernyataan (statement) dan responden
diminta membuat pilihan tentang tingkat kesetujuannya sesuai dengan
persepesinya dengan cara melingkari salah satu angka di atas.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendidikan, pengalaman audit, independensi, kompetensi dan profesionalisme.
Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan.
Berikut ini penjelasan masing-masing variabel, yaitu:
1. Kemampuan auditor mendeteksi kecurangan (Y). Dalam penelitian ini
pengukurannya melalui pernyataan-pernyataan mengenai gejala-gejala
kecurangan (fraud symptoms) yang dikembangkan oleh Fullerton dan Durtschi
(2004) yang terdiri dari gejala kecurangan terkait dengan lingkungan
perusahaan (corporate environment) dan gejala kecurangan terkait catatan
keuangan dan praktek akuntansi (financial records and accounting practice).
Universitas Sumatera Utara
2. Pendidikan (X1) dalam penelitian adalah tingkat pendidikan auditor di divisi
SKAI PT. Bank Danamon Indonesi, Tbk yang diukur dengan jenjang strata
pendidikan dan jurusan (program studi) yang dimiliki oleh staf auditor PT.
Bank Danamon Indonesia, Tbk. Tingkat pendidikan dimulai dari Diploma
sampai dengan Doktor. Indikator lainnya yaitu Program studi, pendidikan
profesi dan sertifikasi yang dimiliki oleh auditor PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk.
3. Pengalaman Audit (X2) dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang dimiliki
auditor dimulai dari pengetahuan formal, dilanjutkan dengan pelatihan teknis
yang memadai dan masa tugas yang dimiliki oleh auditor.
4. Independensi (X3) dalam penelitian ini adalah kondisi auditor dalam
menjalankan tugasnya apakah independen atau dibawah tekanan dari pihak
diluar divisi audit.
5. Kompetensi (X4) dalam penelitian ini adalah kualifikasi yang dibutuhkan
auditor untuk meningkatkan kemampuan dalam mendeteksi kecurangan.
6. Profesionalisme (X5) dalam penelitian ini adalah auditor yang telah mengikuti
training akuntansi, auditor yang telah mengikuti training audit, dan
pengalaman dalam melakukan pemeriksaan.
Pernyataan terhadap variabel pada penelitian ini diadopsi dari beberapa
penelitian terdahulu. Pengukuran variabel dilakukan dengan skor 1 sangat tidak
setuju, skor 2 menunjukkan tidak setuju, skor 3 menunjukkan netral, skor 4
menunjukkan setuju, dan skor 5 menunjukkan sangat setuju.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran
Kemampuan auditor
mendeteksi
kecurangan
(Y)
Kemampuan seorang
pemeriksa untuk
mengetahui segala
tindakan yang lakukan
oleh karyawan,
supervisi, manajer
atau pun direksi suatu
perusahaan yang
disengaja untuk
menyembunyikan
fakta dan juga
memaksakan tujuan
tetapi mengambil
keuntungan dari orang
lain.
- Teliti dalam
bekerja
- Keakuratan dalam
pengambilan
keputusan
Skala Likert
Pendidikan
(X1)
Tingkat pendidikan
dan jurusan studi dari
auditor.
- Tingkat pendidikan
- Program studi
Skala Likert
Pengalaman Audit (X2)
Hal - hal yang
diperoleh oleh serang
auditor, mulai dari apa
yang di peroleh
selama pekerjaannya,
dari kejadian-kejadian
yang sudah terjadi
yang ada hubugannya
dengan bidang audit
dan teori-teori atau
ilmu-ilmu mengenai
auditing yang di
peroleh selama hidup.
- Masa Kerja
- Jenjang jabatan
- Frekuensi dalam
melakukan audit
Skala Likert
Independensi
(X3)
Keadaan bebas dari
pengaruh, tidak
dikendalikan oleh
pihak lain, tidak
tergantung pada orang
lain.
- Hubungan dengan
auditee
- Independensi
pelaksanaan
pekerjaan
- Independensi
laporan
Kompetensi
(X4)
Kualifikasi khusus
yang dibutuhkan
seorang auditor yang
mendukung
kemampuannya
mendeteksi
kecurangan, yang
- Mutu personal
- Pengetahuan
umum
- Keahlian khusus
Universitas Sumatera Utara
diukur dengan
indikator mutu
personal, pengetahuan
umum dan keahlian
khusus.
Profesionalisme
(X5)
Keahlian yang
dimiliki seorang
auditor dalam
melakukan tugasnya
dalam bekerja,
ketepatan dalam
pengambilan
keputusan, dan cara
berinteraksi dengan
klien secara
profesional.
- Pengabdian pada
profesi
- Kemandirian
- Hubungan dengan
rekan seprofesi
3.4 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Menurut Marzuki (1999)
penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian asosiatif merupakan
penelitian dengan tingkatan tertinggi dibanding penelitian deskfiptif dan
komparatif. Dengan penelitian asosiatif dapat dibangun suatu teori yang berfungsi
untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/fenomena. Didalam
penelitian asosiatif, penelitian ini termasuk penelitian kausal. Sugiyono (2011)
menyatakan bahwa metode Asosiatif Kausal adalah rumusan masalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jadi di sini
ada variabel independen (X) yang mempengaruhi dan variabel dependen (Y) yang
dipengaruhi.
Peneliti menggunakan disain penelitian ini untuk memberikan bukti
empiris dan menganalisis pendidikan, pengalaman audit, independensi,
kompetensi dan profesionalisme sebagai variabel independen dan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
auditor dalam mendeteksi kecurangan sebagai variabel dependen pada Divisi
SKAI PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
3.5 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kantor Divisi Satuan Kerja Audit Internal PT.
Bank Danamon Indonesia, Tbk.
3.6 Metode Penelitian
3.6.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja di PT Bank
Danamon Indonesia, Tbk. Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan
obyek penelitian.
Populasi auditor yang bekerja di Divisi SKAI PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk baik di kantor wilayah maupun di kantor pusat berdasarkan data
karyawan Divisi SKAI 2018 yaitu :
Tabel 3.2: Daftar Populasi Penelitian
No Kantor Jumlah
Orang %
1 Pusat 24 orang 32,43
2 Region Sumatera 10 orang 13,51
3 Region Surabaya 16 orang 21,62
4 Region Semarang 9 orang 12,16
5 Region Makassar 9 orang 12,16
6 Region Kalimantan 6 Orang 8,11
Total 74 orang 100
Data calling tree Mei 2016
Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan sampel jenuh,
yaitu : dengan penyebaran kuesioner secara merata kepada auditor dan senior
auditor, kemudian kuesioner yang kembali dikelola menjadi data primer penelitian
ini. Kuesioner yang kembali sebanyak 54 responden, jumlah ini telah memenuhi
syarat minimal kuesioner yaitu tidak kurang dari 30 responden.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah survei, yaitu pengumpulan data primer
yang diperoleh langsung dari sumber asli. Penelitian ini menggunakan data
primer. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner. Menurut Arikunto (2006) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah seluruh staf
yang bekerja di bawah Divisi Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk. Tahapan pengumpulan terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh auditor yang
menjadi populasi sampel, kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut.
Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi untuk
kemudian dilakukan pengolahan data dari kuesioner tersebut. Kuesioner disebar
menggunakan email.
3.6.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Data penelitian ini diolah
dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS).
Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan
variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih variabel independen
(Ghozali, 2006).
Menurut Hair et al (1998), kualitas data yang dihasilkan dari
penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan
Universitas Sumatera Utara
realibitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan
akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrument.
1. Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara
masing-masing pertanyaan dengan total skor dari item-item pertanyaan.
Ikhsan dan Ghozali (2006) menyatakan validitas dalam hal ini merupakan
akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden
yang dijadikan objek pengujian berbeda. Uji Validitas dihitung dengan
menggunakan korelasi person dan setelah dilakukan pengukuran dengan
menggunakan software SPSS akan dilihat tingkat signifikansi untuk semua
pertanyaan. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen
penelitian yang telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur (variabel kunci yang sedang diteliti). Uji validitas
berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang
harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Uji validitas dihitung
dengan menggunakan korelasi person dan setelah dilakukan pengukuran
dengan SPSS akan dilihat tingkat signifikan atas semua pertanyaan. (Amin,
2011). Berdasarkan pengujian validitas instrumen, nilai corrected item-total
correlation bernilai positif dan nilai sig di bawah (lebih kecil dari) 0,05 yang
artinya semua butir pertanyaan dapat dikatakan valid. Hasil uji validitas
variabel pendidikan, pengalaman audit, independensi, kompetensi,
profesionalisme, dan kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurngan (Y) No. Pernyataan Pearson-
Correlation
r _
Tabel
Sig.
(2-tailed)
Hasil Uji
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Pernyataan butir 1
Pernyataan butir 2
Pernyataan butir 3
Pernyataan butir 4
Pernyataan butir 5
Pernyataan butir 6
Pernyataan butir 7
Pernyataan butir 8
Pernyataan butir 9
Pernyataan butir 10
0,800
0,787
0,756
0,784
0,699
0,804
0,780
0,753
0,785
0,750
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Hasil olahan SPSS
Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel PendidikanX1) No. Pernyataan Pearson-
Correlation
r _
Tabel
Sig.
(2-tailed)
Hasil Uji
1.
2.
3.
4.
Pernyataan butir 1
Pernyataan butir 2
Pernyataan butir 3
Pernyataan butir 4
0,814
0,877
0,867
0,911
0,263
0,263
0,263
0,263
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Hasil olahan SPSS
Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Pengalaman Audit X2) No. Pernyataan Pearson-
Correlation
r _
Tabel
Sig.
(2-tailed)
Hasil Uji
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pernyataan butir 1
Pernyataan butir 2
Pernyataan butir 3
Pernyataan butir 4
Pernyataan butir 5
Pernyataan butir 6
Pernyataan butir 7
Pernyataan butir 8
0,455
0,387
0,811
0,731
0,724
0,674
0,689
0,581
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Hasil olahan SPSS
Tabel 3.6 Uji Validitas Variabel Indenpendensi (X3) No. Pernyataan Pearson-
Correlation
r _
Tabel
Sig.
(2-tailed)
Hasil Uji
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pernyataan butir 1
Pernyataan butir 2
Pernyataan butir 3
Pernyataan butir 4
Pernyataan butir 5
Pernyataan butir 6
Pernyataan butir 7
0,467
0,841
0,817
0,885
0,841
0,817
0,885
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Hasil olahan SPSS
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.7 Uji Validitas Variabel Kompetensi (X4) No. Pernyataan Pearson-
Correlation
r _
Tabel
Sig.
(2-tailed)
Hasil Uji
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
11.
12.
Pernyataan butir 1
Pernyataan butir 2
Pernyataan butir 3
Pernyataan butir 4
Pernyataan butir 5
Pernyataan butir 6
Pernyataan butir 7
Pernyataan butir 8
Pernyataan butir 9
Pernyataan butir 10
Pernyataan butir 11
Pernyataan butir 12
0,702
0,800
0,833
0,766
0,759
0,724
0,771
0,698
0,605
0,708
0,745
0,787
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Hasil olahan SPSS
Tabel 3.8 Uji Validitas Variabel Profesionalisme (X5) No. Pernyataan Pearson-
Correlation
r _
Tabel
Sig.
(2-tailed)
Hasil Uji
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Pernyataan butir 1
Pernyataan butir 2
Pernyataan butir 3
Pernyataan butir 4
Pernyataan butir 5
Pernyataan butir 6
Pernyataan butir 7
Pernyataan butir 8
Pernyataan butir 9
Pernyataan butir 10
0,814
0,757
0,809
0,804
0,742
0,745
0,841
0,785
0,679
0,540
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,263
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Hasil olahan SPSS
2. Uji Realibilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach Alpha setelah
dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS. Setelah diperoleh
hasilnya, angka Cronbach Alpha (r) dibandingkan dengan angka koefisien
product moment r, dengan α = 0,01 dan n = 35, maka akan diperoleh r.
Untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut telah reliabel, maka dilakukanlah
pengujian reliabilitas kuesioner dengan bantuan komputer program SPSS. Uji
reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya. Secara umum suatu instrumen dikatakan bagus jika memiliki
koefisien Cronbach’s alpha > 0,6 (Ghozali, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Variabel-Variabel yang diteliti Variabel Cronbach’s
Alpha
Ket.
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan (Y)
Pendidikan (X1) Pengalaman Audit (X2)
Indenpendensi (X3) Kompetensi (X4) Profesionalisme (X5)
0,923
0,889
0,715
0,898
0,925
0,914
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber: Hasil olahan SPSS
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji reliabilitas
menunjukkan alpha cronbach’s lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan
instrumen tersebut reliabel.
3. Tabel. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan dinyatakan signifikan yang
berarti bahwa pernyataan tersebut reliabel.
3.6.3.1 Teknik Pengolahan Data
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan
data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti
untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang
utama dan data demografi responden.
3.6.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Ghozali (Gujarati, 2005) analisis regresi pada dasarnya adalah
studi mengenai ketergantungan variabel dependen atau terikat dengan satu atau
lebih variabel independen (variabel bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi
dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Hasil analisis regresi adalah
berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel independen dengan suatu
persamaan (Ghozali, 2011). Variabel dependen yang digunakan adalah
kemampuan auditor internal mendeteksi kecurangan dan variabel independennya
adalah pendidikan, pengalaman, independensi, kompetensi dan profesionalisme.
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen maka digunakan model regresi linier berganda
(multiple linier regression method), yang dirumuskan sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ԑ
Dimana:
Y = Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
X1 = Pendidikan
X2 = Pengalaman Audit
X3 = Independensi
X4 = Kompetensi
X5 = Profesionalisme
α = Konstanta
β1- β3 = Koefisien Regresi
ԑ = Error
3.6.3.3 Uji Asumsi Klasik
Karena data yang digunakan adalah data primer maka untuk menentukan
ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang
digunakan yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan karena secara visual
kelihatan normal namun secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu
Universitas Sumatera Utara
dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik melalui
Kolmogorov-Smirnov test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat
hipotesis:
Ho = Data residual berdistribusi normal
Ha = Data residual tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho
ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.
2. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistic maka
Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Pendekatan yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolonieritas ada
dua yaitu dengan melihat nilai tolerance dan lawannya dan dengan uji tes
Variance Inflation Factor (VIF), dengan analisis sebagai berikut:
1. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10, maka dapat diartikan bahwa tidak
terdapat multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi
2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa
terdapat multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut (Sudarmanto, 2005) uji asumsi heteroskedastisitas digunakan untuk
mengetahui apkah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua
pengamatan. Menurut Ghozali (2005: 105) uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
Universitas Sumatera Utara
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedatisitas. Persamaan
dalam Uji Park Glejser di regres dengan metode OLS untuk menghasilkan
nilai t yang akan diuji signifikansinya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan uji park. Adapun kriteria yang digunakan dalam uji
heteroskedastisitas dengan Uji Park adalah sebagai berikut:
1. Jika variabel independen secara statistik signifikan terhadap variabel
dependen nilai absolut, maka terjadi heteroskedasitas.
2. Jika variabel independen secara statistik tidak signifikan terhadap variabel
dependen nilai absolut, maka terjadi homoskedastisitas.
3.6.3.4 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang
dilakukan, maka dilakukan pencarian nilai koefisien determinasi (adjusted R2)
(Ghozali, 2011). Uji F juga digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen. Sedangkan pengujian untuk mendukung hipotesis adalah dengan uji t
yaitu seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen.
1. Uji Serempak (Uji Statistik F)
Uji ini digunakan untuk menguji kelayakan model (goodness of fit). Uji
F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan
sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1)
dimana n adalah jumlah sampel, kriteria yang digunakan adalah:
a. Bila F hitung ≤ F tabel atau probabilitas ≥ nilai signifikan ( Sig ≥ 0,05),
maka H0 diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig < 0,05),
maka H0 ditolak (Ha tidak dapat ditolak), ini berarti bahwa secara simultan
variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Uji Pengaruh Parsial (Uji Statistik t)
Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan statistik-t. Uji t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual terhadap variabel dependen. Pada uji statistik t,
nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel, Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau
penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
H0 : bi ≤ 0 berarti H0 tidak berpengaruh positif dan signifikan antara variabel
independen dan variabel dependen.
H1 : bi > 0 berarti Ha ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
independen dan variabel dependen.
a. Terima H0 bila : t hitung ≤ t tabel atau tingkat signifikansi t ≥ α
b. Tolak H0 (terima Ha) bila : t hitung > t tabel atau tingkat signifikansi t < α.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (“Danamon”) didirikan pada tahun
1956, dan kini telah tumbuh berkembang menjadi salah satu lembaga keuangan
terbesar di Indonesia, dipandu oleh visi perusahaan yaitu “Kami Peduli dan
Membantu Jutaan Orang Mencapai Kesejahteraan”.
Danamon melayani seluruh segmen nasabah mulai dari Konsumer,
Komersial, termasuk Usaha Kecil dan Menengah, nasabah Mikro, serta Enterprise
(Komersial dan Korporasi), dengan rangkaian produk dan jasa perbankan dan
keuangan yang komprehensif, termasuk layanan perbankan Syariah. Selain itu,
Danamon juga menyediakan pembiayaan otomotif dan barang-barang konsumer
melalui Adira Finance serta layanan asuransi umum melalui Adira Insurance.
Danamon mengoperasikan jaringan distribusi yang ekstensif dari Aceh
hingga Papua dengan 1.395 kantor cabang dan gerai pelayanan terdiri dari kantor
cabang konvensional, unit Danamon Simpan Pinjam (DSP), unit Syariah, dan
jaringan cabang Adira Finance, dan Adira Insurance. Melalui struktur jaringan
Sales & Distribution konsep single captainship, Danamon mampu memberikan
penawaran produk secara terintegrasi sehingga meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap nasabah.
Jaringan distribusi Danamon didukung oleh platform e-channel yang
mencakup jaringan sekitar 1.300 ATM dan 70 CDM (Cash Deposit Machine)
Danamon serta akses ke ATM di jaringan ATM Bersama, ALTO dan Prima.
Danamon juga telah mengembangkan layanan digital yang lengkap meliputi SMS
Universitas Sumatera Utara
banking, Internet banking dan mobile banking, dengan fitur dan kapabilitas yang
terus ditingkatkan sesuai dengan tuntutan pengguna jasa perbankan di era digital
yang semakin mengutamakan kemudahan dan kecepatan bertransaksi.
Dengan total aset sebesar Rp182,4 triliun per 30 Juni 2018 :
Komposisi Pemegang Saham per 30 November 2018 adalah sbb:
Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. (33,83%)
MUFG Bank, Ltd - secara langsung & tidak langsung (40%)
Pemegang saham publik (26,17%)
Tabel 4.1. Legalitas Perusahaan
Nama PT Bank Danamon Indonesia Tbk
Bidang Usaha Layanan Perbankan
AktaPendirian 16 Juli 1956
Dasar Hukum Pendirian Akta notaris Meester Raden Soedja, S.H. No.
134 tangga1 6 Juli 1956 yang disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan No. J.A.5/40/8
tanggal 24 April 1957 dan telah diumumkan
dalam Tambahan No.664, pada Berita Negara
Republik Indonesia No. 46 tanggal 7 Juni
1957.
Anggaran Dasar Terakhir Akta No. 12 tanggal 20 Maret 2018, yang
dibuat di hadapan P. Sutrisno A.
Tampubolon, S.H., M.Kn, Notaris di Jakarta,
yang telah diterima serta dicatat dalam
Database Sistem Administrasi Badan Hukum
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia No. AHU-AH.01.03-
0145136 tanggal 12 April 2018
Bursa Efek Bursa Efek Indonesia
Kode Saham BDMN
ISINCode ID1000094204
SWIFT Code BDINIDJA
Izin Usaha Surat Departemen Keuangan Republik
Indonesia No.161259/U.M.II tanggal 30
September 1958
Izin Bank Devisa Surat Bank Indonesia No.21/10/Dir/UPPS
Tanggal 05 Nopember 1988
Universitas Sumatera Utara
Izin Bank dengan Kegiatan
Prinsip Syariah
Surat Direktorat Perizinan dan Informasi
Perbankan Bank Indonesia
No.3/744/DPIP/Prz Tanggal 31 Desember
2001
Izin Bank Persepsi Surat Direktorat Jenderal Pajak - Departemen
Keuangan Republik Indonesia No.S -
480/PJ.9/1989 Tanggal 07 September 1989
Tanda Daftar Perusahaan 09.03.1.65.26912 berlaku sampai dengan 7
Oktober 2019
Nomor Pokok Wajib Pajak 01.308.470.2-091.000
Izin Bank Kustodian Surat Bapepam & LK No. Kep-
02/PM/Kstd/2002 tanggal 15 Oktober 2002
Izin Wali Amanat Surat Bapepam & LK No.S-1600/PM/2000
tanggal 30 Juni 2000
Global Intermediary
Identification Number (GIIN)
WZU780.99999.SL.360
Kantor Pusat PT Bank Danamon Indonesia Tbk
Menara Bank Danamon
Jl. HR. Rasuna Said, Blok C No. 10
Kel. Karet, Kec. Setiabudi
Jakarta 12920 – Indonesia
Phone: (+62 21) 80645000
Situs dan email www.danamon.co.id
Universitas Sumatera Utara
4.2 Deskripsi Data
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendidikan, pengalaman
audit, kompetensdan kecakapan profesional terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
disampaikan langsung kepada para responden. Kuesioner yang telah selesai diisi
oleh responden dikumpulkan kembali untuk selanjutnya ditabulasikan dalam
Microsoft Office Excel dan diolah dengan menggunakan program SPSS for
windows.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap,
yaitu dengan menyebarkan 54 kuesioner kepada responden Auditor yang bekerja
di PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. Sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Dari 54 kuesioner yang dibagikan sebanyak 54 kuesioner yang
kembali.
Tabel 4.2. Data Hasil Kuesioner Keterangan Jumlah
Kuisioner yang dikirim 54
Kuisioner yang kembali 54
Kuisioner yang tidak kembali -
Kuisioner yang ditolak -
Kuisioner yang digunakan dalam penelitian 54
Tingkat pengembalian (respon rate) 100%
Sumber : ouput yang diolah oleh penulis, 2019
4.3 Deskripsi Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel atau responden adalah Auditor
yang bekerja di PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. sejumlah 54 orang dengan
demografi responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan jabatan sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase
Perempuan 12 22%
Laki-laki 42 78%
Sumber : Data primer yang diolah 2019
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden
yang paling banyak adalah laki-laki 42 responden atau 78%. Sedangkan untuk
responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden atau 22%.
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Presentase
< 30 Tahun 8 15%
>30Tahun 46 85%
Sumber : Data primer yang diolah 2019
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki usia
<30 tahun adalah responden terdikit dengan jumlah responden sebanyak 8
responden atau 15% sedangkan untuk yang memiliki usia >30 tahun memiliki
responden sebanyak 46 responden atau 85%, responden.
4.4 Deskripsi Variabel
Respon rate dari kuesioner yang masuk dikelola sebagai data primer
sehingga disusun indeks persepsi nilai dari setiap pernyataan dengan perhitungan
sebagai berikut :
Rate Keterangan
1,0 - 1,7 Sangat Tidak Baik
1,8 - 2,5 Tidak Baik
2,6 - 3,3 Netral
3,4 - 4,1 Baik
4,1 - 5,0 Sangat Baik
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah rata-rata jawaban responden terhadap masing-masing
variabel dalam bentuk tabel.
Tabel 4.5 Deskripsi Variabel Kemampuan Mendeteksi kecurangan
Pernyataan Jawaban
Total Mean Keterangan 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
Y1 16 29.63 19 35.19 11 20.37 7 12.96 1 1.85 54 3,78 Baik
Y2 19 35.19 17 31.48 11 20.37 6 11.11 1 1.85 54 3,87 Baik
Y3 19 35.19 15 27.78 14 25.93 6 11.11 0 0.00 54 3,87 Baik
Y4 21 38.89 14 25.93 16 29.63 2 3.70 1 1.85 54 3,96 Baik
Y5 24 44.44 15 27.78 13 24.07 2 3.70 0 0.00 54 4,13 Baik
Y6 25 46.30 14 25.93 12 22.22 3 5.56 0 0.00 54 4,13 Baik
Y7 23 42.59 16 29.63 12 22.22 2 3.70 1 1.85 54 4,07 Baik
Y8 17 31.48 17 31.48 13 24.07 6 11.11 1 1.85 54 3,80 Baik
Y9 16 29.63 17 31.48 15 27.78 5 9.26 1 1.85 54 3,78 Baik
Y10 15 27.78 25 46.30 8 14.81 5 9.26 1 1.85 54 3,89 Baik
TOTAL 3,93 Baik
Dari Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata respon setiap
pertanyaan bernilai baik dengan angka rata-rata lebih besar dari 3,78. Pernyataan
dengan indeks paling rendah yaitu terdapat pada pernyataan nomor 1 dan 9, secara
berurut isi dari pernyataan tersebut iyalah : “Saya akan mencari informasi lebih
lanjut ketika ditemukan terjadinya mutasi atau rotasi pada jabatan tertentu”, dan “
Saya melakukan pendekatan personal saat melakukan pemeriksaan di cabang”.
Sedangkan untuk pernyataan yang mendapat respon paling baik dengan respon
rate sebesar 4,13 terdapat pada pernyataan nomor 5 dan 6, secara berurut yaitu :
“Saya akan mencari informasi lebih lanjut ketika ditemukan saldo akun beban
atau belanja lain-lain yang tidak biasa”, dan “Saya akan mencari informasi lebih
lanjut ketika terdapat selisih saldo yang material antara realisasi dan anggaran”.
Secara keseluruhan rata-rata respon rate setiap pernyataan adalah 3,93 yaitu setiap
pernyataan memiliki respon baik dari responden.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Deskripsi Variabel Pendidikan
Pernyataan Jawaban
Total Mean Keterangan 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
X1.1 18 33.33 20 37.04 10 18.52 5 9.26 1 1.85 54 3,91 Baik
X1.2 16 29.63 17 31.48 15 27.78 5 9.26 1 1.85 54 3,78 Baik
X1.3 20 37.04 12 22.22 14 25.93 7 12.96 1 1.85 54 3,80 Baik
X1.4 16 29.63 17 31.48 16 29.63 4 7.41 1 1.85 54 3,80 Baik
TOTAL 3,82 Baik
Dari Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata respon setiap
pertanyaan bernilai baik dengan angka rata-rata lebih besar dari 3,78. Pernyataan
dengan indeks paling rendah terdapat pada pernyataan nomor 2 yaitu sebesar 3,78,
dengan isi pernyataan “Pendidikan yang berkelanjutan dapat meningkatkan
keahlian dan pengetahuan auditor’, sedangkan pernyataan dengan respon rate
paling tinggi terdapat pada pernyataan nomor 1 dengan indeks sebesar 3,91
dengan isi pernyataan : “Sarjana Ekonomi Akuntansi bukan merupakan syarat
mutlak menjadi seorang auditor”. Secara keseluruhan variabel pendidikan
mendapat respon rate sebesar 3,82 artinya total respon rate dari keseluruhan
pernyataan adalah baik.
Tabel 4.7 Deskripsi Variabel Pengalaman
Pernyataan Jawaban
Total Mean Keterangan
5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
X2.1 20 37.04 18 33.33 15 27.78 1 1.85 0 0.00 54 4,06 Baik
X2.2 23 42.59 17 31.48 11 20.37 3 5.56 0 0.00 54 4,11 Baik
X2.3 16 29.63 17 31.48 15 27.78 5 9.26 1 1.85 54 3,78 Baik
X2.4 20 37.04 12 22.22 14 25.93 7 12.96 1 1.85 54 3,80 Baik
X2.5 16 29.63 17 31.48 16 29.63 4 7.41 1 1.85 54 3,80 Baik
X2.6 25 46.30 14 25.93 12 22.22 3 5.56 0 0.00 54 4,13 Baik
X2.7 15 27.78 22 40.74 16 29.63 1 1.85 0 0.00 54 3,94 Baik
X2.8 17 31.48 21 38.89 10 18.52 6 11.11 0 0.00 54 3,91 Baik
TOTAL 3,94 Baik
Dari Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata respon setiap
pertanyaan bernilai baik dengan angka rata-rata lebih besar dari 3,78. Pernyataan
dengan indeks paling rendah terdapat pada pernyataan nomor 3, dengan isi
pernyataan “Semakin banyak penugasan audit yang dilakukan sebagai auditor,
semakin dapat mendeteksi kesalahan yang dilakukan objek pemeriksaan”.
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan dengan indeks paling tinggi yaitu pada pernyataan nomor 6 dengan
respon rate sebesar 4,13, dengan isi pernyataan : “Semakin sering auditor
mengikuti pelatihan di bidang audit maka akan semakin mengerti untuk
menjalankan tugas”. Secara keseluruhan variabel pengalaman mendapat respon
rate sebesar 3,94 artinya total respon rate dari keseluruhan pernyataan bernilai
baik.
Tabel 4.8 Deskripsi Variabel Independensi
Pernyataan Jawaban
Total Mean Keterangan 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
X3.1 23 42.59 18 33.33 5 9.26 8 14.81 0 0.00 54 4,04 Baik
X3.2 24 44.44 15 27.78 13 24.07 2 3.70 0 0.00 54 4,13 Baik
X3.3 25 46.30 14 25.93 12 22.22 3 5.56 0 0.00 54 4,13 Baik
X3.4 23 42.59 16 29.63 12 22.22 2 3.70 1 1.85 54 4,07 Baik
X3.5 24 44.44 15 27.78 13 24.07 2 3.70 0 0.00 54 4,13 Baik
X3.6 25 46.30 14 25.93 12 22.22 3 5.56 0 0.00 54 4,13 Baik
X3.7 23 42.59 16 29.63 12 22.22 2 3.70 1 1.85 54 4,07 Baik
TOTAL 4,10 Baik
Dari Tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata respon setiap
pertanyaan bernilai baik dengan angka rata-rata lebih besar dari 4,04. Pernyataan
dengan indeks paling rendah terdapat pada pernyataan nomor 1, dengan isi
pernyataan : “Auditor berupaya tetap bersifat independen dalam melakukan audit
terhadap auditee”. Pernyataan dengan indeks paling tinggi terdapat pada
pernyataan nomor 2,3,5 dan 6 dengan contoh isi dari salah satu pernyataannya
yaitu : pernyataan nomor 2 “Dalam menentukan pendapat atas laporan keuangan,
auditor tidak mendapat tekanan dari siapapun”. Secara keseluruhan variabel
independensi mendapat respon rate sebesar 4,10 artinya total respon rate dari
keseluruhan pernyataan bernilai baik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Deskripsi Variabel Kompetensi
Dari Tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata respon setiap
pertanyaan bernilai baik dengan angka rata-rata lebih besar dari 3,87. Pernyataan
dengan respon rate paling rendah terdapat pada pernyataan nomor 8, dengan isi
pernyataan : ”Untuk melakukan audit yang baik saya membutuhkan pengetahuan
yang diperoleh dari tingkat pendidikan starata (D1, S1, S2, S3) dan kursus serta
pelatihan”. Pernyataan dengan respon rate paling tinggi terdapat pada pernyataan
nomor 9 dan 10 secara berurut isi pernyataan yaitu : “Auditor harus memahami
ilmu statistik serta mempunyai keahlian menggunakan computer”, dan “Auditor
mampu membuat laporan audit dan mempresentasikan dengan baik”. Secara
keseluruhan variabel kompetensi mendapat respon rate sebesar 4,02, artinya total
respon rate dari keseluruhan pernyataan bernilai baik.
Tabel 4.10 Deskripsi Variabel Profesionalisme
Pernyataan Jawaban
Total Mean Keterangan
5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
X5.1 24 44.44 13 24.07 12 22.22 5 9.26 0 0.00 54 4,04 Baik
X5.2 19 35.19 16 29.63 17 31.48 2 3.70 0 0.00 54 3,96 Baik
X5.3 26 48.15 15 27.78 8 14.81 5 9.26 0 0.00 54 4,15 Baik
X5.4 26 48.15 19 35.19 8 14.81 1 1.85 0 0.00 54 4,30 Baik
X5,5 21 38.89 14 25.93 14 25.93 5 9.26 0 0.00 54 3,94 Baik
X5.6 22 40.74 15 27.78 13 24.07 4 7.41 0 0.00 54 4,02 Baik
X5.7 22 40.74 14 25.93 13 24.07 5 9.26 0 0.00 54 3,98 Baik
X5.8 19 35.19 15 27.78 14 25.93 6 11.11 0 0.00 54 3,87 Baik
X5.9 21 38.89 14 25.93 16 29.63 2 3.70 1 1.85 54 3,96 Baik
X5.10 24 44.44 15 27.78 13 24.07 2 3.70 0 0.00 54 4,13 Baik
TOTAL 4,04 Baik
Pernyataan Jawaban
Total Mean Keterangan 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
X4.1 24 44.44 17 31.48 6 11.11 6 11.11 1 1.85 54 4,06 Baik
X4.2 19 35.19 19 35.19 13 24.07 2 3.70 1 1.85 54 3,98 Baik
X4.3 21 38.89 17 31.48 12 22.22 4 7.41 0 0.00 54 4,02 Baik
X4.4 14 25.93 26 48.15 11 20.37 3 5.56 0 0.00 54 3,94 Baik
X4.5 21 38.89 21 38.89 7 12.96 4 7.41 1 1.85 54 4,06 Baik
X4.6 16 29.63 25 46.30 11 20.37 2 3.70 0 0.00 54 4,02 Baik
X4.7 17 31.48 22 40.74 10 18.52 4 7.41 1 1.85 54 3,93 Baik
X4.8 19 35.19 15 27.78 14 25.93 6 11.11 0 0.00 54 3,87 Baik
X4.9 24 44.44 15 27.78 13 24.07 2 3.70 0 0.00 54 4,13 Baik
X4.10 25 46.30 14 25.93 12 22.22 3 5.56 0 0.00 54 4,13 Baik
X4.11 23 42.59 16 29.63 12 22.22 2 3.70 1 1.85 54 4,07 Baik
X4.12 24 44.44 16 29.63 9 16.67 3 5.56 2 3.70 54 4,06 Baik
TOTAL 4,02 Baik
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata respon setiap
pertanyaan bernilai baik dengan angka rata-rata lebih besar dari 3,87. Pernyataan
dengan respon rate paling rendah terdapat pada pernyataan nomor 8 dengan isi
pernyataan yaitu : “Prestasi auditor sebaiknya dinilai oleh rekan kerja seprofesi
daripada pihak manajemen yang tidak seprofesi”. Pernyataan dengan respon rate
paling tinggi terdapat pada pernyataan nomor 4 yaitu sebesar 4,30 dengan isi
pernyataan yaitu : “Profesi auditor internal adalah profesi yang menciptakan
transparansi dalam perusahaan”. Secara keseluruhan variabel profesionalisme
mendapat respon rate sebesar 4,04 artinya total respon rate dari keseluruhan
pernyataan adalah bernilai baik.
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini mengajukan sebuah model persamaan regresi linier berganda
yang menguji variabel independen terhadap variabel dependen, dengan persamaan
regresi sebagai berikut :
Ho akan ditolak jika signifikansi lebih kecil dari (0,05) atau 5% sehingga
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Tingkat signifikansi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar (0,05) karena dinilai cukup
ketat yang mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diuji atau
menunjukkan hubungan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata. Hasil
regresi dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Analisis Hasil Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.152 2.385 -2.160 .036
Pendidikan (X1) .418 .153 .196 2.726 .009
Pengalaman (X2) .003 .127 .002 .027 .979
Independensi (X3) .605 .097 .413 6.215 .000
Kompetensi (X4) .221 .086 .244 2.577 .013
Profesianlisme (X5) .245 .084 .229 2.907 .006
a. Dependent Variable: Kemampuan Mendeteksi Kecurangan (Y)
Sumber : Output SPSS , 2019
Berdasarkan Tabel 4.11. diperoleh persamaan regresi linear sebagai
berikut berikut.
Y = -5.152+ 0.418X1 + 0.003X2 + 0.605X3 + 0.221X4 + 0.245X5
Dimana :
Y = Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
b1-5 = koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Pendidikan
X2 = Pengalaman Audit
X3 = Independensi
X4 = Kompetensi
X5 = Profesionalisme
4.6 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang
digunakan dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model
analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi
klasik yang dilakukan meliputi; Uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
4.6.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan
𝛼 = 0,05. Dasar Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecuranganadalah melihat
angka probabilitas 𝑝, dengan ketentuan sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas 𝑝 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.
Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.
Tabel 4.12. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.00723873
Most Extreme Differences Absolute .105
Positive .059
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .772
Asymp. Sig. (2-tailed) .591
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Output SPSS, 2019
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.12. diketahui nilai Asymp.Sig. (2-
tailed) sebesar 0,591. Karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,591 lebih besar
dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas
terpenuhi artinya data berdistribusi dengan normal.
4.6.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi dimana prasyarat
dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada uji
Universitas Sumatera Utara
multikolinearitas ini dapat dilihat melalui nilai inflation factor (VIF) dan
Tolerance.
Tabel 4.13. Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pendidikan (X1) .265 3.769
Pengalaman (X2) .259 3.854
Independensi (X3) .311 3.211
Kompetensi (X4) .153 6.529
Profesianlisme (X5) .221 4.517
Sumber : Output SPSS , 2019
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.13. masing-masing nilai VIF tidak
lebih besar dari 10 dan nilai tolerance diatas 0.1 maka tidak terdapat gejala
multikolinearitas.
4.6.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat tabel 4.9 Uji Glejser,
dengan dasar analisis (Ghozali, 2005:139).
Universitas Sumatera Utara
1. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, kesimpulannya tidak terjadi
heterokedastisitas.
2. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, kesimpulannya terjadi
heterokedastisitas.
3. Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
4. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.14 Hasil Uji Glejser Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.961 1.344 2.204 .032
Pendidikan .024 .086 .074 .276 .784
Pengalaman -.053 .072 -.199 -.739 .463
Independensi .095 .055 .427 1.737 .089
Kompetensi -.016 .048 -.116 -.330 .743
Profesianlisme -.050 .048 -.307 -1.052 .298
a. Dependent Variable: RES1
Berdasarkan output spss di atas diketahui bahwa nilai signifikansi
varaiabel Pendidikan, Pengalaman, Independensi, Kompetensi dan Profesionlisme
lebih kecil dari besar dari 0,05 yang artinya pada variabel keseluruhan independen
tidak terjadi heterokedastisitas.
4.7 Uji Hipotesis
4.7.1 Uji F
Uji 𝐹 bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
atau simultan terhadap variabel tak bebas.
Universitas Sumatera Utara
a. Tabel 4.15 Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 3023.296 5 604.659 135.918 .000a
Residual 213.537 48 4.449
Total 3236.833 53
a. Predictors: (Constant), Profesianlisme (X5), Pendidikan (X1),
Independensi (X3), Pengalaman (X2), Kompetensi (X4)
b. Dependent Variable: Kemampuan Mendeteksi Kecurangan
(Y)
Sumber : Output SPSS, 2019
Berdasarkan Tabel 4.15, diketahui nilai Fhitung adalah 135.918, dengan
nilai Ftabel sebesar 2,39. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung (135.918)
> Ftabel (2,39), maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh
variabel bebas Profesionalisme, Pengalaman Audit, Pendidikan,
Independensi, Kompetensi secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
4.7.2 Uji t
Tabel 5.12. menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t
untuk pengujian pengaruh secara parsial. Berdasarkan tabel 5.12 dapat
disimpulkan mengenai hasil uji hipotesis secara parsial dari masing-masing
variabel independen sebagai berikut :
1. Diketahui nilai signifikansi dari Pendidikan adalah 0,009, yakni lebih kecil
dari nilai sig. 0,05 dan thitung (2,726) > ttabel (2,00) artinya variabel
Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangandengan nilai koefisien dari variabel Pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Diketahui nilai signifikansi dari variabel Pengalaman Audit adalah 0,979,
yakni lebih besar dari nilai sig. 0,05 dan thitung (0,027) < ttabel (2,00)
artinya variabel Pengalaman Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
3. Diketahui nilai signifikansi dari variabel Independensi adalah 0,000, yakni
lebih kecil dari nilai sig. 0,05 dan thitung (6.215) > ttabel (2,00) artinya
variabel Independensi berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan dengan nilai koefisien dari
variabel Independensi.
4. Diketahui nilai signifikansi dari variabel Kompetensi adalah 0,013, yakni
lebih kecil dari nilai sig. 0,05 dan thitung (2,577) > ttabel (2,00) artinya
variabel Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
5. Diketahui nilai signifikansi dari variabel Profesionalisme adalah 0,006,
yakni lebih kecil dari nilai sig. 0,05 dan thitung (2,907) > ttabel (2,00) artinya
variabel Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian
4.8.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi
Kecurangan
Diketahui nilai signifikansi dari Pendidikan adalah 0,009, yakni lebih
kecil dari nilai sig. 0,05 dan thitung (2,726) > ttabel (2,00) artinya variabel
Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangandengan nilai koefisien dari variabel Pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan auditor internal dalam mendeteksi kecurangan dapat
diperoleh melalui jalur pendidikan. Kurikulum mengenai kecurangan telah
diajarkan secara luas di tingkat perguruan tinggi. Namun di Indonesia, istilah
akuntansi forensik baru dikenal luas setelah tahun 2000. Bahkan, salah satu
referensi mata kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif yang banyak
digunakan dalam perkuliahan di Indonesia kali pertama diterbitkan tahun
2007. Dengan demikian, auditor internal yang lulus dari perguruan tinggi
sebelum tahun 2007, dapat disimpulkan memiliki pengetahuan tentang
akuntansi forensik yang minim. Dengan kata lain, auditor internal dengan
gelar sarjana yang lulus setelah tahun 2007 kemungkinan besar lebih
memahami tentang kecurangan dibandingkan auditor internal dengan gelar
master yang lulus sebelum tahun 2007.
Selain melalui pendidikan jenjang sarjana maupun pascasarjana,
kemampuan auditor internal dalam mendeteksi kecurangan juga dapat
diperoleh dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan. Dengan pendidikan
berkelanjutan, auditor internal akan memperoleh pembaharuan dan
penambahan pengetahuan tentang akuntansi dan auditing.
Disisi lain, kemampuan auditor internal dalam mendeteksi kecurangan
juga bergantung pada kecanggihan pelaku kecurangan, frekuensi dari
manipulasi, tingkat kolusi dan ukuran senioritas yang dilibatkan (Knapp dan
Knapp, 2001; Supriyanto, 2014; Sanusi dkk, 2015; Popoola dkk, 2015). Hal
ini masuk akal karena kecurangan yang melibatkan pejabat tinggi entitas
biasanya lebih sulit dideteksi daripada kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan biasa. Senada dengan hal tersebut, berdasarkan laporan ACFE
Universitas Sumatera Utara
(2014), kecurangan yangdilakukan dalam entitas setidaknya melibatkan dua
jenis kecurangan dari tiga jenis kecurangan yang ada yakni korupsi,
penggelapan aset, dan fraudulent financial statement. Dengan demikian,
pendeteksian kecurangan menjadi lebih sulit untuk dilakukan.
Namun dalam hasil penelitian yang dilakukan pendidikan tidak
berpengaruh terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
dikarenakan masih rendahnya auditor yang melakukan pendidikan
berkelanjutan. Sehingga hipotesis diterima.
4.8.2 Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan
Diketahui nilai signifikansi dari variabel Pengalaman Audit adalah
0,979, yakni lebih besar dari nilai sig. 0,05 dan thitung (0,027) < ttabel (2,00)
artinya variabel Pengalaman Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa seorang auditor tidak
bergantung kepada pengalaman untuk mengetahui kecurangan yang terjadi
pada auditee nya. Lingkungan Akuntan publik di Indonesia, kebanyakan staf
Auditornya memiliki masa kerja yang tidak lama. Sedikit auditor yang
memang benar-benar terjun di dunia Akuntan Publik. Sebagian besar yang
menjadi staf auditor adalah para sarjana muda atau fresh graduate yang
menjadikan Kantor Akuntan Publik sebagai tempat mencari pengalaman.
Dengan demikian, pengalaman yang sedikit maupun banyak auditor juga tidak
dapat mendeteksi kecurangan di dalam melakukan tugas auditnya. Sehingga
hipotesis ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi ini dapat diterima mengingat internal auditor yang bekerja di
perusahaan ini dilengkapi dengan Standart Audit Program (SAP) yang
berisikan step-step yang harus dijalankan saat melakukan pemeriksaan di
lapangan. Junior auditor akan sangat terbantu saat melakukan pemeriksaan di
lapangan dengan melengkapi kertas kerja standar yang telah ditetapkan,
demikian juga halnya senior auditor yang bekerja sesuai dengan ketentuan
dalam melakukan pemeriksaan. Dengan menjalankan step pemeriksaan,
internal auditor dapat mendeteksi kemungkinan gejala kecurangan yang
dijalankan tidak sesuai dengan prosedur perusahaan.
4.8.3 Pengaruh Indenpendensi terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan
Diketahui nilai signifikansi dari variabel Independensi adalah 0,000,
yakni lebih kecil dari nilai sig. 0,05 dan thitung (6.215) > ttabel (2,00) artinya
variabel Independensi berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan dengan nilai koefisien dari variabel
Independensi.
Independensi merupakan sikap atau cara pandang yang harus
dipertahankan auditor yang tidak dibenarkan untuk memihak kepada siapapun.
Sikap independensi juga diperlukan oleh auditor agar ia bebas dari
kepentingan dan tekanan pihak manapun, sehingga kecurangan yang ada pada
perusahaan yang diauditnya dapat dideteksi dengan tepat, dan setelah
kecurangan tersebut telah terdeteksi, auditor tidak ikut mengamankan praktik
kecurangan tersebut. Sehingga hipotesis diterima.
Universitas Sumatera Utara
4.8.4 Pengaruh Kompetensi terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi
Kecurangan
Diketahui nilai signifikansi dari variabel Kompetensi adalah 0,013,
yakni lebih kecil dari nilai sig. 0,05 dan thitung (2,577) > ttabel (2,00) artinya
variabel Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan.
Kompetensi yang semakin tinggi seharusnya akan menghasilkan
kemampuan yang lebih tinggi dalam memahami efektivitas pengendalian
internal. Namun pada penelitian ini, adanya Peraturan Pemerintah No. 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menjadi alasan
penolakan hipotesis satu. PP No. 60 Tahun 2008 mengatur mengenai seluruh
aspek pengendalian intern dalam pemerintahan. Dengan demikian, peraturan
ini akan dijadikan sebagai acuan oleh perguruan tinggi dalam menerapkan
pengendalian internal. Disisi lain, bagi auditor internal peraturan ini juga
berfungsi sebagai sebuah instruksi dalam memahami efektivitas pengendalian
internal perguruan tinggi.
Knapp dan Knapp (2001) menemukan bahwa ketersediaan instruksi
untuk menilai risiko kecurangan berpengaruh terhadap efektivitas auditor
dalam menilai risiko kecurangan. Dengan kata lain, adanya PP No. 60 Tahun
2008 mampu mempengaruhi kemampuan auditor dalam memahami efektivitas
pengendalian internal. Lebih lanjut, peraturan ini akan menyamaratakan
kemampuan auditor internal dalam memahami efektivitas pengendalian
internal perguruan tinggi terlepas dari latar belakang pendidikan, ada tidaknya
pendidikan berkelanjutan, pengalaman kerja, jumlah penugasan audit, dan
jumlah pelatihan audit.
Universitas Sumatera Utara
Kesuksesan auditor dalam menjalankan tugasnya seperti memahami
efektivitas pengendalian internal pada dasarnya tidak tergantung hanya pada
kompetensi yang dimiliki. Menurut International Education Standards 3 yang
diterbitkan oleh IFAC (2003), seorang auditor profesional harus memiliki
kemampuan intelektual, kemampuan teknis dan fungsional, kemampuan
interpersonal dan komunikasi, serta kemampuan bisnis dan manajemen.
Dalam memahami efektivitas pengendalian internal, auditor tidak hanya
bergantung kepada kemampuannya dalam memahami flowchart, namun juga
bisa melalui wawancara.
Dilain pihak, Noviyanti (2008) berpendapat bahwa adanya interaksi
sosial antara auditor dengan auditee akan menimbulkan kepercayaan, yang
berakibat pada menurunnya sikap skeptisme profesional auditor yang
bersangkutan. Dengan demikian, auditor internal dapat menjadi bias saat
melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian internal. Pendapat ini
didukung oleh Fullerton dan Durtschi (2004) yang berpendapat bahwa
manusia cenderung memiliki rasa percaya kepada orang-orang yang terlihat
normal dan produktif, teman dekat, dan pimpinan komunitas.
Sawyer dkk, (2005) juga berpendapat bahwa simpati atau hubungan
pertemanan bisa menyebabkan atasan mengabaikan ketidakmampuan
bawahannya. Tekanan yang lebih tinggi jabatannya dapat mencegah karyawan
melaporkan transaksi yang mencurigakan. Sehingga hipotesis I ditolak.
Hal lain yang bisa menjadi alasan untuk menjelaskan bahwa
kompetensi tidak berpengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan
adalah lamanya waktu untuk mendeteksi kecurangan. Menurut laporan ACFE
Universitas Sumatera Utara
(2014), rentang waktu sejak kecurangan dilakukan hingga kecurangan tersebut
terdeteksi adalah 18 bulan. Berdasarkan data tersebut, maka kecurangan yang
dilakukan tahun ini, baru akan mampu terdeteksi 1,5 tahun kemudian. Selain
itu, Singleton dan Singleton (2010) serta Tuanakotta (2014) berpendapat
bahwa pada umumnya auditor hanya bisa menemukan jumlah kerugian yang
diakibatkan oleh kecurangan, namun tidak mampu menemukan siapa yang
dicurigai sebagai pelaku kecurangan. Sehingga hipotesis diterima.
4.8.5 Pengaruh Profesionalisme terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan
Diketahui nilai signifikansi dari variabel Profesionalisme adalah 0,006,
yakni lebih kecil dari nilai sig. 0,05 dan thitung (2,907) > ttabel (2,00) artinya
variabel Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
Variabel kecakapan profesional memiliki nilai koefisien regresi yang
positif sebesar (0.858), yang artinya semakin tinggi tingkat kecakapan
profesionalnya, semakin baik pengaruhnya terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan. Dengan kata lain, semakin sering seorang auditor
mengikuti pelatihan, semakin baik kecakapan profesionalnya dan semakin
baik auditor mendeteksi kecurangan di dalam melaksanakan tugas auditnya.
Di dalam undang-undang Akuntan Publik, juga mewajibkan seorang Akuntan
Publik rutin mengikuti pelatihan-pelatihan ataupun pendidikan berkelanjutan
yang diadakan oleh organisasi akuntan di Indonesia dengan tujuan menjaga
kualitas dan demi perkembangan akuntan Indonesia. Dengan demikian jelas
Universitas Sumatera Utara
bahwa kecakapan profesional berpengaruh terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan. Sehingga hipotesis diterima.
4.8.6 Pengaruh pendidikan, pengalaman audit, indenpendensi,
kompetensi, dan profesionalisme terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan
Secara simultan nilai nilai Fhitung adalah 135.918, dengan nilai Ftabel
sebesar 2,39. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung (135.918) > Ftabel (2,39),
maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas
Profesionalisme, Pengalaman Audit, Pendidikan, Independensi, Kompetensi
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan dengan nilai koefisien determinasi 𝑅2 terletak pada
kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,667. Nilai
tersebut berarti seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan sebesar 66,7%, sisanya sebesar
33,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4.9 Strategi Implementasi
Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang dapat diterapkan yaitu :
1. Memberikan kesempatan pendidikan dan pelatihan secara cepat dan
berkesinambungan kepada setiap pegawai, untuk memastikan bahwa karyawan
dibekali dengan ilmu secara berkala untuk menunjang kompetensi karyawan
dalam mendeteksi kemungkinan kecurangan di lapangan.
2. Melakukan evaluasi struktur organisasi untuk menilai apakah independensi dan
profesionalisme sudah terbangun dalam keseharian para auditor dalam
mendeteksi kemungkinan kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk.
2. Variabel pengalaman audit tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk.
3. Variabel indenpendensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk.
4. Variabel kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk.
5. Variabel profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk.
6. Variabel pendidikan, pengalaman audit, kompetensi dan kecakapan
professional berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan
tersebut antara lain:
1. Kuesioner ini diberikan kepada responden yang menilai diri mereka sendiri
untuk sebuah penelitian yang berkaitan dengan kinerja mereka sehingga
pemberian nilai yang tidak sewajarnya merupakan kemungkinan yang dapat
saja terjadi.
2. Kuesioner yang diberikan kepada Auditor dan Rekan tidak dibedakan.
3. Populasi penelitian hanya PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian ini, peneliti mencoba memberikan beberapa saran
berikut:
1. Bagi PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. perlu memberikan training-training
mengenai prosedur dan pemahaman-pemahaman terkait audit terhadap staf-staf
Auditornya. Dan juga perlu menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan bagi
staf Auditornya untuk memajukan sumber daya manusia di dunia profesi
Akuntan Publik.
2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar meneliti variabel lain di luar
Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional, atau juga bisa
menambah variabel penelitian yang lain seperti Independensi ataupun Gaji
Auditor.
3. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar memperluas populasi penelitian
di seluruh bank yang ada di Indonesia agar hasil penelitian lebih luas dan lebih
akurat terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alim, M., Hapsari, T., & Purwanti, L. (2007). Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar.
Arens, Alvin A. dan James K. Loebbeck. 1994. Auditing: An Integrated
Approach, Sixth Edition, Prentice Hall, New Jersey.
Arens, Alvin A. dan James K. Loebbeck, 2011. Auditing and Assurance, And
Integrated Approach. 11st edition. New York : Pearson Practice Hall.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
Rineka Cipta, Jakarta.
Ashton, R.H., and Ashton A.H. (eds). 1995. Judgment and Decision Making
Research in Accounting and Auditing (New York: Cambridge
University Press).
Batubara, Rizal Iskandar. 2008. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan,
Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, Dan Independensi
Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada
Bawasko Medan). Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). 2007. Peraturan No. 1
Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Black, Henry Campbell M.A. 1990. Black’s Law Dictionary sixth edition.
Minesota: St. Paul Minn West Publishing Co.
Choo, F & Trotman, K.T. (1991), The Relationship Between Knowledge Structure
and Judgements for Experience and Inexperienced Auditor. The
Accounting Review, 464-485.
Cloyd, B.C. (1997). Performance in Tax Research Tasks : The Joint Effect of
Knowledge and Accountability. The Accounting Review. Vol 72, 111-
131.
Danamon. 2014. Sustainability Report.Tata Kelola Perusahaan dan Kepatuhan-
Corporate Governance & Compliance. Jakarta
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai
Pustaka.
Fullerton, Rosemary R., and Durtschi, Cindy. 2004. The Effect of Professional
Skepticism on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors. Working
Paper Series. March 5, 2012.
Gaol, L. Lasando. 2017.Pengaruh Independensi, Kompetensi, Dan Motivasi
Universitas Sumatera Utara
Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
Dengan Pengalaman Auditor Internal Sebagai Variabel Moderating Pada
Perusahaan Consumer Goods di Sumatera Utara.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gibbins, M & Larozque, J.F. (1990). Modelling the Development and Nature of
Judgemental Expertise in Public Accounting. In Audit Judgement
Symposium, University of Southern California.
Gujarati. (2005). SPSS Versi 16 Mengolah Data Statistik Secara Profesional.
Jakarta: Erlangga.
Gusnardi. 2003. Analisis Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Judgment Penetapan Risiko Audit oleh Auditor yang Berpengalaman dan
Auditor yang Belum Berpengalaman. Tesis. Universitas Padjadjaran.
Hafifah dan Fitriany (2012). “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit dan
Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan
Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan”.
Halim, Abdul. 2001. Auditing, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Haryono, T. (2012).Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas
Pemberian Kredit. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
Harhinto, T. (2004). Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas
Audit (Studi Empiris pada KAP di Jawa Timur). Tesis. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Hasbullah. 2005. Dasar Ilmu Pendidikan. PT Raja Grasindo Persada. Jakarta
Haynes, C. M., J. G. Jenkins and S. R. Nutt. 1998. “The Relationship between
Client Advocacy and Audit Experience: An Exploratory Analysis”.
Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol.17 (2) Fall : 88 – 104.
Hendro dan Aida. (2006). Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat
Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi IX Padang.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat,
Jakarta.
Ikhsan, Arfan dan Ghozali, Imam, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi
Dan Manajemen, PT. Madju Medan Cipta, Medan.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Salemba Empat, Jakarta.
60
Universitas Sumatera Utara
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Directory IAPI 2013. Jakarta.
Institute of Internal Auditors (IIA). 2009. International Profesional Practices
Framework (IPPF). Altamonte Springs, Florida: IIA.
Institute of Internal Auditors (IIA). 2009. International Profesional Practices
Framework (IPPF). Altamonte Springs, Florida: IIA.
Kanfer, R., & Ackerman, P.L., (1989). Motivation and Cognitive Abilities : An
Integrative/Aptitude-Treatment Interaction Approach to Skill
Acquisition. Journal of Applied Psychology, 657-690.
Mabruri, Havidz dan Winarna, Jaka. 2010. Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di lingkungan Pemerintah Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
Marzuki, C. 1999, Metodologi Riset. Erlangga, Jakarta.
Matondang, Jordan, 2010. Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi Dan
Keahlian Profesional Terhadap Pencegahan Dan Pendeteksian
Kecurangan Penyajian Pelaporan Keuangan.
Mayangsari, Sekar, 2003, Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap
Pendapat Audit: sebuah kuasieksperimen. Tesis. Universitas Trisakti.
Mulyadi, (2002), Auditing, PT Salemba Empat, Jakarta
Nasution, Ilham Ramadhan. 2013. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja
auditor dengan independensi auditor sebagai variabel moderating pada
KAP di kota Medan.
Noviyanti, Suzy. 2008. Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi
Kecurangan.
Payne, E. A., dan R. J. Ramsay. 2005. Fraud Risk assessments and Auditor’s
Professional Skepticism. Managerial Auditing Journal 20 (3): 321-330.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/6/PBI 1999 tentang Penugasan Direktur
Kepatuhan (Compliance Officer) dan Penerapan Standar Pelaksanaan
Fungsi Audit Intern Bank Umum.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17 Tahun 2008
tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2011. Undang-undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1954. Undang-undang No. 34 Tahun 1954 tentang
pemakaian gelar Akuntan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Universitas Sumatera Utara
Santoso, Singgih. (2001). SPSS Statistik Parametrik, Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Sawyer, L and Dittenhofer, M & Scheiner, J. (2005). Internal Auditing,
Diterjemahkan oleh : Ali Akbar, Jilid 3, Edisi 5, Jakarta : Salemba
Empat.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Buku 2, Edisi 4,
Jakarta: Salemba Empat.
Shaub, Michael K. and Lawrence, Janice. 1996. Ethics, Experience and
Professional Skeptictsm: A Situational Analysis, Behavloral Research In
Accounting. Vol 8, Suppement No. 124-157.
Sianipar, R. (2007). Hubungan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal
Auditor dengan Kualitas Laporan Auditor Internal. Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
Sinulingga, Sukaria. (2017). Metode Penelitian, USU Press, Medan.
Sudarmanto, R.G. (2005). Analisis Regresi Linier GAnda dengan SPSS. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudarmo, dkk. 2008. “Fraud Auditing”. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pengawasan BPKP
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suryadi dan Purwanto. 2009. Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat.
Tubbs, R.M. (1992). The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and
Amount of Knowledge, The Accounting Review, 783-801.
Tugiman, H.2001. Standar Profesional Audit Internal.Jakarta. Kanisius.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Berikut merupakan jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Auditor
Internal Mendeteksi Kecurangan Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk”.
TABEL 5.1 JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan
Proposal
2 Penyusunan
instrumen
pengumpulan data
3 Pengumpulan
Data Lapangan
4 Analisis Data dan
Evaluasi
5 Penulisan Draf
Laporan
6 Seminar Hasil
7 Perbaikan dan
penggandaan
Laporan
Penelitian
Universitas Sumatera Utara