faktor-faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
BERBASIS KINERJA
THE FACTORS OF AFFECTING BUDGETARY OF REGIONAL REVENUE AND EXPENDITURE
BASED ON PERFORMANCE
Nurwira Rahayu Mubar 1, Muhammad Ali 2, Nurjannah Hamid 2
1Staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Enrekang, 2Staf Pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi :
Nurwira Rahayu Mubar Pemda Kabupaten Enrekang HP : 085299937783 Email : [email protected]
Abstrak
Dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah, pemerintah harus berupaya untuk mewujudkan keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan administrasi, sumberdaya yang cukup, penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja secara simultan dan parsial. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh satuan kerja perangkat daerah di lingkup Pemerintah Kabupaten Enrekang yang berjumlah 37 unit dan Kepala SKPD serta Kasubag Perencanaan masing-masing SKPD menjadi sampel pada penelitian ini yang berjumlah 74 orang. Untuk menguji hipotesis pengaruh faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan administrasi, sumberdaya yang cukup, penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t dengan metode analisis regresi linear berganda melalui SPSS 20,0. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara simultan faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan administrasi, sumberdaya yang cukup, penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja. Secara parsial faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan administrasi dan sanksi (punishment) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja.
Kata Kunci : Komitmen, penyempurnaan, sumberdaya, penghargaan, sanksi.
Abstract
In order to improve the quality of financial management, the government should strive to achieve a successful implementation of the use of performance-based budgeting. The Objective of this research is to analyze the influence of the commitment of all components of the organization, administration improvements, sufficient resources, rewards and punishments of the Budgetary of Regional Revenue and Expenditure Based on Performance process simultaneously and partially. The population of this research were all working units in the scope of government Enrekang regency totaling 37 units and the chiefs of work unit of regional public service and the chiefs of planning division of work unit each be sampled in this research amounting to 74 person. To test the hypothesis of the influence of the commitment of all components of the organization, administration improvements, sufficient resources, rewards and punishments of the Budgetary of Regional Revenue and Expenditure Based on Performance process simultaneously and partially used F-test and t-test with multiple linear regression analysis method through SPSS 20.0. The results of this research proves that simultaneous the factor of commitment of all components of the organization, administration improvements, sufficient resources, rewards and punishments have a significant and positive effect of the Budgetary of Regional Revenue and Expenditure Based on Performance process. Partially the factor of all components of the organization's commitments, improving administration and punishments have a significant and positive effect of the Budgetary of Regional Revenue and Expenditure Based on Performance process.
Key Words : Commitment, improvements, resources, rewards, punishments
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 19
menetapkan bahwa APBD disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai.
Mengacu pada PP No.21/2004 pasal 7 ayat 1 dan 2, penganggaran berbasis kinerja merupakan
metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan
dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Menurut Bastian (2006), performance budgeting
(anggaran yang berorientasi pada kinerja) adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada
output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi dan rencana strategi organisasi.
Performance budgeting mengalokasikan sumberdaya pada program bukan pada unit
organisasi semata dan memakai “output measurement” sebagai indikator kinerja organisasi.
Tuntutan pentingnya pelaksanaan penyusunan anggaran berbasis kinerja, ternyata membawa
konsekuensi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi
penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu : 1) Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh
komponen organisasi; 2) Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus; 3) Sumber
daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu, dan orang); 4)
Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas; 5) Keinginan yang kuat untuk
berhasil (BPKP, 2005).
Steers (1980) dalam Sopiah (2008) berpendapat bahwa komitmen organisasi
merupakan kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran
organisasinya. Wienner (1982) dalam Sumarno (2005) menyebutkan komitmen organisasi
adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar menunjang
keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan
kepentingan organisasi. Komitmen organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam
menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan (Nouri dkk,.1996;
McClurg, 1999; Chong dkk, 2002) dalam Kunwaviyah (2010). Menurut Randal (1990) dalam
Sardjito (2007) komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula.
Menurut Mowday (1979) dalam Suhartono (2007) komitmen organisasi merupakan
keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai
organisasi. Menurut Solihin (2011), untuk mendapatkan dukungan yang optimal bagi
implementasinya proses penyusunan dokumen Renstra SKPD perlu membangun komitmen
dan kesepakatan dari semua stakeholder untuk mencapai tujuan SKPD melalui proses yang
transparan, demokratis dan akuntabel.
Menurut Been Lee (1970) dalam Alfatih (2004) tujuan penyempurnaan administrasi
adalah untuk meningkatkan keteraturan, menyempurnakan metode, serta meningkatkan
working performance. Wallis (1989) dalam Rakhmat (2005) mengatakan bahwa
penyempurnaan administrasi meliputi tiga aspek, yaitu suatu perubahan harus merupakan
perbaikan dari keadaan sebelumnya, perbaikan diperoleh dengan upaya yang disengaja dan
bukan terjadi secara kebetulan, serta bersifat jangka panjang dan tidak sementara. Menurut
Bastian (2006), penyusunan anggaran berbasis kinerja membutuhkan suatu sistem
administrasi publik yang telah ditata dengan baik, konsisten dan terstruktur sehingga kinerja
anggaran dapat dicapai berdasarkan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan. Menurut
Tjokroamidjojo (1985) dalam Sinaga (2008) menyebutkan bahwa reformasi administrasi
perlu ditujukan pada penyempurnaan administrasi untuk mendukung pembangunan daerah.
Syarat berjalannya suatu organisasi adalah kepemilikan terhadap sumberdaya
(resources). Menurut Edward III (1980) dalam Akib (2010), sumber daya merupakan hal
penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Indikator-indikator yang digunakan untuk
melihat sejauhmana sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri dari : sumber
daya manusia, sumber daya anggaran, informasi berupa data dan fasilitas pendukung lainnya.
Aktivitas utama dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah mendapatkan data
kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Menurut Kiswara (2008), proses
mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengertian tentang
berbagai program yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan.
Sistem reward dan pengakuan atas kinerja karyawan merupakan sarana untuk
mengarahkan perilaku karyawan ke perilaku yang dihargai dan diakui organisasi (Mulyadi,
1998) dalam Mardiyah (2005). Gibson dkk (2000) dalam Wibowo (2007) menyatakan tujuan
utama program penghargaan (reward) adalah untuk memotivasi pegawai untuk mencapai
kinerja. Menurut Nugroho (2006), reward merupakan bentuk metode dalam memotivasi
seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Menurut Anthony et al.
(1995) dalam Narsa (2003) ada dua jenis penghargaan, yaitu: penghargaan intrinsik yang
berhubungan dengan sifat dasar dari organisasi dan desain pekerjaan pada pengalaman
seseorang tanpa campur tangan orang lain dan penghargaan ekstrinsik yang berdasarkan pada
kinerja, yang disediakan bagi individu oleh organisasi. Sedangkan Simamora (2001)
berpendapat bahwa setiap organisasi memiliki beberapa tujuan dasar dalam merancang sistem
kompensasi dan terminologi dalam kompensasi adalah berupa upah/gaji dan insentif.
Skinner (1985) dalam Wahyuningsih (2009) mengungkapkan bahwa perilaku
manusia dibentuk oleh rangkaian penguatan dan hukuman (punishment) yang diterimanya
dari lingkungan. Menurut Subagyo (2006) dalam Wahyuningsih (2009), sosialisasi
pemberlakuan peraturan-peraturan pokok organisasi kepada anggota organisasi belumlah
cukup walaupun dilakukan secara terus menerus jika tidak disertai adanya mekanisme
pemberian sanksi yang tegas dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Chalit (1976) dalam Adisasmita (2011) menyebutkan bahwa anggaran pendapatan
dan belanja daerah adalah suatu bentuk konkrit rencana kerja keuangan daerah yang
komprehensif yang mengaitkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah yang
dinyatakan dalam bentuk uang untuk mencapai tujuan atau target yang direncanakan dalam
jangka waktu tertentu dalam satu tahun anggaran. Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 Pasal 1 ayat 17 menyebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja daerah,
selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Penyusunan APBD berbasis kinerja adalah
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang berbasis kinerja sebagai rencana
keuangan tahunan daerah dari suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian
hasil kerja atau keluaran dari perencanaan alokasi biaya. Hal ini sesuai Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa anggaran daerah masih
harus disempurnakan. Di samping itu banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan
dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas serta
kurang mencerminkan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (Yunita, 2010). Pemerintah
Kabupaten Enrekang dalam menyusun APBD belum sepenuhnya berdasarkan penganggaran
berbasis kinerja, dimana beberapa komponen penting sebagai dasar penilaian terhadap
keberhasilan penganggaran berbasis kinerja belum sepenuhnya diimplementasikan dengan
benar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor komitmen dari
seluruh komponen organisasi, penyempurnaan administrasi, sumber daya yang cukup,
penghargaan (reward) dan sanksi (punishment), sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
penyusunan APBD berbasis kinerja.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan
menggunakan desain cross sectional study.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan kerja perangkat daerah di
pemerintah Kabupaten Enrekang yang berjumlah 37 (tiga puluh tujuh) unit. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 74 (tujuh puluh empat) orang yaitu Kepala SKPD dan Kasubag
Perencanaan yang secara struktural bertanggungjawab dan terlibat dalam penyusunan
anggaran pada masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuisioner yang
diberikan kepada responden yaitu Kepala SKPD dan Kasubag Perencanaan SKPD untuk
dijawab. Pertanyaan dalam kuisioner menggunakan skala likert.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear
Berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yang digunakan untuk menganalisis
pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Pengelolaan data
menggunakan software SPPS 20.0.
HASIL
Karakteristik Sampel
Tabel 1 memperlihatkan karakteristik responden yang menjadi sampel pada
penelitian ini. Berdasarkan usia responden paling banyak berusia diatas 45 tahun (59,7%) hal
ini menunjukkan masa kerja responden yang dianggap cukup mempunyai pengalaman kerja.
Berdasarkan lamanya menduduki jabatan paling banyak antara 1-5 tahun (94,03%) sedangkan
antara 6-10 tahun hanya 5,97%, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman responden dalam hal
proses penganggaran. Berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak responden memiliki
pendidikan S1 (strata satu) sebesar 55,2%. Sedangkan berdasarkan frekuensi mengikuti
kursus/diklat/bintek tentang anggaran paling banyak menjawab “pernah” sebesar 64,2%, hal
ini menunjukkan sebagian besar responden telah memiliki pemahaman tentang penyusunan
anggaran.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS 20. Analisis ini
digunakan untuk mengukur validitas item butir pertanyaan dengan teknik Corrected Item-
Total Correlation, yaitu mengkorelasikan antara skor item dengan total item, kemudian
melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi. Jika angka korelasi lebih besar dari pada
angka kritik (r hitung > r tabel), maka instrumen tersebut dikatakan valid. Angka kritik pada
penelitian ini adalah N=67 dengan taraf signifikan 5% maka angka kritik untuk uji validitas
pada penelitian adalah 0,240. Berdasarkan pengujian validitas instrumen (Tabel 2), nilai
corrected item-total correlation bernilai positif dan diatas nilai r tabel 0,240 yang artinya
semua butir pertanyaan dapat dikatakan valid.
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran
dapat dipercaya. Untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa
menggunakan batas nilai alpha 0,6. Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa
nilai Croncbach’s Alpha untuk variabel APBD berbasis Kinerja (Y), komitmen dari seluruh
komponen organisasi (X1), penyempurnaan administrasi (X2), sumber daya yang cukup (X3),
penghargaan (X4) dan sanksi (X5) lebih besar dari 0,6 (Croncbach’s Alpha > 0,6), maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut realibel.
Pengaruh Secara Simultan dan Parsial
Pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen
dianalisis dengan menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada
taraf nyata α = 0,05. Uji F mempunyai pengaruh signifikan apabila Fhitung > Ftabel atau
probabilitas kesalahan kurang dari 5% (P<0,05). Jika nilai signifikansi uji F lebih kecil dari
5%, maka semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen. Hasil perhitungan uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil
perhitungan analisis regresi diperoleh Fhitung sebesar 18,830 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Sedangkan Ftabel pada taraf α = 0,05 diperoleh 2,366. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel (18,830 >
2,366) dan nilai signifikansi uji F lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
semua variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Uji t atau uji koefisien regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah
secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen dengan memperhatikan nilai thitung dari hasil regresi dengan tingkat kepercayaan
95% atau pada taraf nyata α = 0,05. Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen apabila nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel. Adapun metode dalam
penentuan ttabel menggunakan ketentuan tingkat signifikan 5% dengan df=n-k-1 (pada
penelitian ini df=67-5-1=61), sehingga diperoleh nilai ttabel adalah 1,670 disajikan dalam
Tabel 5. Berdasarkan nilai thitung dari masing-masing variabel independen dibandingkan
dengan nilai ttabel diketahui bahwa nilai thitung dalam penelitian untuk variabel komitmen dari
seluruh komponen organisasi, penyempurnaan administrasi dan sanksi (punishment) lebih
besar dari ttabel, maka hipotesis diterima kebenarannya. Dengan kata lain, variabel komitmen
dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan administrasi dan sanksi (punishment)
signifikan berpengaruh terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja. Sedangkan untuk
variabel sumber daya yang cukup dan penghargaan tidak signifikan berpengaruh terhadap
penyusunan APBD berbasis kinerja yang dapat dibuktikan dengan nilai thitung yang lebih kecil
dari ttabel dan hipotesis ditolak.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh komitmen dari seluruh komponen
organisasi terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja adalah positif dan signifikan.
Pengaruh positif terlihat dari koefisien regresi variabel komitmen dari seluruh komponen
organisasi sebesar 0,255 dan signifikan dimana tingkat signifikan lebih kecil dari pada 0,05
(0,002 < 0,05) dan nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (3,270 > 1,670).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh komitmen dari seluruh komponen
organisasi adalah searah dengan penyusunan APBD berbasis kinerja atau dengan kata lain
adanya komitmen dari seluruh komponen organisasi yang tinggi maka akan berpengaruh pada
tingkat keberhasilan penyusunan APBD berbasis kinerja. Sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Randal (1990) dalam Sardjito (2007) komitmen organisasi yang tinggi
akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula. Komitmen organisasi dapat merupakan alat
bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan
(Nouri dkk,.1996; McClurg, 1999; Chong dkk, 2002) dalam Kunwaviyah (2010). Demikian
pula dikemukakan oleh Solihin (2011) bahwa untuk mendapatkan dukungan yang optimal
bagi implementasi anggaran berbasis kinerja dalam proses penyusunan Renstra SKPD perlu
membangun komitmen dan kesepakatan dari semua stakeholder untuk mencapai tujuan
SKPD. Adanya komitmen dari seluruh komponen organisasi berupa kesepakatan antara
kepala satuan kerja perangkat daerah dengan seluruh komponen organisasi untuk keberhasilan
melaksanakan visi, misi, tujuan, sasaran sesuai dengan Renstra SKPD dan konsistensi dalam
penyusunan rencana dan anggaran yang mengacu pada anggaran berbasis kinerja merupakan
faktor pemicu keberhasilan penyusunan APBD berbasis kinerja. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 93 tentang Sistematika Renstra
SKPD.
Pengaruh penyempurnaan administrasi terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja
adalah positif dan signifikan. Pengaruh positif terlihat dari koefisien regresi variabel
penyempurnaan administrasi sebesar 0,215 dan signifikan dimana tingkat signifikan lebih
kecil dari pada 0,05 (0,002 < 0,05) dan nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (3,197 > 1,670).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa penyempurnaan administrasi adalah searah
dengan penyusunan APBD berbasis kinerja. Sejalan dengan Bastian (2006), penyusunan
anggaran berbasis kinerja membutuhkan suatu sistem administrasi publik yang telah ditata
dengan baik, konsisten dan terstruktur sehingga kinerja anggaran dapat dicapai berdasarkan
ukuran-ukuran yang telah ditetapkan. Demikian pula menurut Tjokroamidjojo (1985) dalam
Sinaga (2008) bahwa reformasi administrasi perlu ditujukan pada penyempurnaan
administrasi untuk mendukung pembangunan daerah. Penyempurnaan administrasi secara
berkelanjutan berupa penyiapan instrumen pengukuran anggaran berbasis kinerja secara terus
menerus melalui penyempurnaan instrumen pengukuran anggaran berbasis kinerja yang sudah
ada yaitu Standar Pelayanan Minimal, Standar Analisis Belanja, Target Kinerja dan Standar
Biaya merupakan faktor penting dalam keberhasilan penyusunan APBD berbasis kinerja. Hal
ini sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 100 ayat (2) dan (3).
Pengaruh sumber daya yang cukup terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja
adalah positif dan tidak signifikan. Pengaruh positif terlihat dari koefisien regresi variabel
sumber daya yang cukup sebesar 0,001 dan tidak signifikan dimana tingkat signifikan lebih
besar dari pada 0,05 (0,992 > 0,05) dan nilai thitung lebih kecil dari pada ttabel (0,010 < 1,670).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa peran sumberdaya dalam keberhasilan
penyusunan APBD berbasis kinerja juga penting. Penelitian ini sejalan dengan teori Edward
III (1980) dalam Akib (2010) bahwa sumber daya merupakan hal penting dalam implementasi
kebijakan yang baik dimana indikator-indikator yang digunakan untuk melihat sejauhmana
sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri dari : sumber daya manusia,
sumber daya anggaran, informasi berupa data dan fasilitas pendukung lainnya. Pengaruh tidak
signifikan disebabkan karena sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan dan
pengetahuan yang memadai mengenai penyusunan anggaran berbasis kinerja masih sangat
kurang. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan SDM tentang anggaran
berbasis kinerja adalah karena pemerintah daerah belum melaksanakan sosialisasi tentang
sistem penganggaran berbasis kinerja sesuai peraturan pemerintah dan peraturan menteri
dalam negeri yang menjadi acuan dalam penyusunan anggaran kinerja. Serta belum adanya
sistem aplikasi yang terintegrasi dan terkomputerisasi antara proses perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan untuk memudahkan proses monitoring dan evaluasi kinerja, sehingga laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tidak memberikan informasi yang memadai untuk
proses perencanaan strategik selanjutnya. Jika dikaitkan dengan teori implementasi kebijakan
dari Edward III (1980) dimana sistem yang terkomputerisasi dan terintegrasi ini merupakan
bagian dari elemen sumberdaya. Elemen sumberdaya ini harus diperhatikan karena sangat
mendukung keberhasilan dari proses implementasi. Selain SDM yang kurang memadai setiap
SKPD belum mempunyai data kuantitatif dan kualitatif yang cukup untuk menentukan
indikator dan target kinerja untuk setiap program dan kegiatan, sehingga SKPD dalam
menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja belum memberikan informasi yang lebih
lengkap tentang kinerja yang dicapai.
Pengaruh penghargaan terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja adalah positif
dan tidak signifikan. Pengaruh positif terlihat dari koefisien regresi variabel penghargaan
(reward) sebesar 0,085 dan tidak signifikan dimana tingkat signifikan lebih besar dari pada
0,05 (0,330 > 0,05) dan nilai thitung lebih kecil dari pada ttabel (0,981 < 1,670).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pemberian penghargaan (reward) merupakan
hal yang penting untuk mencapai keberhasilan penyusunana APBD berbasis kinerja. Sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Gibson dkk (2000) dalam Wibowo (2007) yang
menyatakan bahwa tujuan utama program penghargaan (reward) adalah untuk memotivasi
pegawai untuk mencapai kinerja. Demikian pula menurut Mulyadi (1998) dalam Mardiyah
(2005) bahwa sistem reward dan pengakuan atas kinerja karyawan merupakan sarana untuk
mengarahkan perilaku karyawan ke perilaku yang dihargai dan diakui organisasi. Dalam hal
pemberian penghargaan (reward) ini juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 39 ayat 7 bahwa tambahan penghasilan berdasarkan prestasi
kerja diberikan kepada pegawai negeri sipil yang memiliki prestasi kerja yang tinggi dan/atau
inovasi. Pengaruh tidak signifikan disebabkan oleh karena pemerintah Kabupaten Enrekang
belum menerapkan sistem penghargaan untuk mendukung keberhasilan penyusunan anggaran
kinerja, oleh karena itu perlu adanya dukungan dari pimpinan berupa menempatkan kebijakan
menjadi prioritas program dan penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi
para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam
melaksanakan kebijakan/program.
Pengaruh sanksi terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja adalah positif dan
signifikan. Pengaruh positif terlihat dari koefisien regresi variabel sanksi (punishment)
sebesar 0,450 dan signifikan dimana tingkat signifikan lebih kecil dari pada 0,05 (0,000 <
0,05) dan nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (4,289 > 1,670).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa penerapan sanksi (punishment) adalah penting
dalam keberhasilan penyusunan APBD berbasis kinerja. Penelitian ini sejalan dengan teori
yang dikemukakan oleh Skinner (1983) dalam Wahyuningsih (2009) yang mengungkapkan
bahwa perilaku manusia dibentuk oleh rangkaian penguatan dan hukuman (punishment) yang
diterimanya dari lingkungan. Demikian pula menurut Subagyo (2006) dalam Wahyuningsih
(2009), sosialisasi pemberlakuan peraturan-peraturan pokok organisasi kepada anggota
organisasi belumlah cukup walaupun dilakukan secara terus menerus jika tidak disertai
adanya mekanisme pemberian sanksi yang tegas dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Penerapan sanksi yang tegas atas keterlambatan penyampaian laporan akuntabilitas kinerja
dan ketidakberhasilan terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja dapat menjadi
motivasi bagi SKPD untuk mewujudkan APBD berbasis kinerja. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelapotan keuangan dan kinerja instansi
pemerintah Pasal 34.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
secara simultan faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan
administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward)dan sanksi (punishment)
berpengaruh signifikan terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja. Sedangkan secara
parsial faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan administrasi dan
sanksi (punishment) berpengaruh siginifikan terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja,
namun sumber daya yang cukup dan penghargaan (reward) tidak signifikan berpengaruh
terhadap penyusunan APBD berbasis kinerja, akan tetapi semua variabel independen
mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen.
Pemerintah Kabupaten Enrekang perlu melaksanakan sosialisasi tentang penyusunan
anggaran berbasis kinerja untuk meningkatkan pemahaman SDM serta perlu menerapkan
sistem pemberian penghargaan (reward) atas pencapaian kinerja dalam pelaksanaan anggaran
dan penetapan kinerja sebagai dasar pemberian reward sebagai motivasi untuk meningkatkan
prestasi kerja. Selain itu yang paling penting adalah setiap SKPD harus memiliki data
kuantitatif untuk memperoleh informasi tentang berbagai program yang menghasilkan output
dan outcome yang diharapkan serta mengimplementasikan sistem aplikasi komputer yang
terintegrasi antara perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan sehingga proses monitoring dan
evaluasi menjadi mudah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita,Rahardjo.(2011). Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Akib,Haedar.(2010). Implementasi Kebijakan. Jurnal Administrasi Publik, Vol.1, No.1. Alfatih.(2004). Memberdayakan Aparatur Negara Melalui Reformasi Administrasi. Jurnal
Ilmu Administrasi Negara, Vol.4, No.2. Anggraini,Yunita; Puranto,Hendra.(2010). Anggaran Berbasis kinerja : Penyusunan APBD
Secara Komprehensif. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Bastian,Indra.(2006). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Erlangga. BPKP.(2005). Pedoman Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja. Edisi Revisi. Jakarta. Kiswara, E.(2008). The Impact of Good Corporate Governance on Earning Management.
International Conference on Governance. Universitas Trisakti. Kunwaviyah; Machmud.(2010). Peran Variabel Komitmen Organisasi dan Inovasi pada
Hubungan Penganggaran dan Kinerja. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol 7 No 1. Mardiyah.(2005). Pengaruh Sistem Pengukuran, Sistem Reward dan Profit Center Terhadap
Hubungan Antara TQM dan Kinerja Manajerial. SNA VIII, 15-16 September, Solo. Narsa,Made I.(2003). Pengaruh Interaksi Antara TQM dan Sistem Pengukuran Kinerja
Manajerial. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.5, No.1. Nugroho,Bambang.(2006). Reward and Punishment. Bulletin Cipta Kayra, Departemen
Pekerjaan Umum Edisi No.6/IV/Juni Rakhmat.(2005). Reformasi Admisitrasi Publik Menuju Pemerintahan Daerah yang
Demokratis. Jurnal Administrasi Publik Vol.1, No.1. Sardjito,Bambang; Muthaher,Osmad.(2007). Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Aparat Pemda : Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating. SNA X, 26-28 Juli. Makassar.
Sinaga,Obsatar.(2008). Kebijakan dan Agenda Reformasi Administrasi. Jurnal Administrasi Vol.1, No.4.
Simamora,Henry.(2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Solihin,Dadang.(2011). Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja. Bimbingan Teknis
Perencana Bappeda Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Bappenas. Sopiah.(2008). Perilaku Organisasional. Yogyakarta : ANDI. Suhartono,Ehrmann; Solichin,Mochammad.(2007). Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran
Terhadap Kesenjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol 08 No 01, Jogjakarta
Sumarno.(2005). Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial. SNA VIII. 15-16 September, Solo.
Wahyuningsih.(2009). Public Administration Community Reward and Punishment. Jakarta Wibowo.(2007). Manajemen Kinerja. Jakarta : Jasa Grafindo
Tabel 1. Karakteristik Responden
Tabel 2. Uji Validitas
Kategori Uraian Jumlah Persentase
Usia Responden 31-37 tahun 14 20,938-44 tahun 13 19,4
lebih 45 tahun 40 59,7Lama Menduduki Jabatan 1-5 tahun 63 94,03
6-10 tahun 4 5,97Tingkat Pendidikan SLTA 5 7,5
Diploma 3 4,5S1 37 55,2S2 22 32,8
Mengikuti Diklat tentang anggaran Tidak Pernah 4 6Jarang 7 10,4Pernah 43 64,2Sering 13 19,4
Instrumen Variabel Butir Instrumen r hitung r tabel Ket
a1 0,542 0,240 Valida2 0,497 0,240 Valida3 0,584 0,240 Valida4 0,674 0,240 Valida5 0,534 0,240 Valida6 0,628 0,240 Validk1 0,402 0,240 Validk2 0,391 0,240 Validk3 0,471 0,240 Validk4 0,448 0,240 Validk5 0,420 0,240 Validk6 0,512 0,240 Validk7 0,447 0,240 Validk8 0,466 0,240 Valid
Penyempurnaan Administrasi (X2 ) p1 0,636 0,240 Validp2 0,617 0,240 Validp3 0,545 0,240 Validp4 0,617 0,240 Validp5 0,557 0,240 Validp6 0,504 0,240 Validp7 0,686 0,240 Validp8 0,528 0,240 Validp9 0,578 0,240 Valid
Sumber Daya yang Cukup (X3 ) s1 0,456 0,240 Valids2 0,502 0,240 Valids3 0,632 0,240 Valids4 0,435 0,240 Valids5 0,510 0,240 Valids6 0,604 0,240 Valids7 0,541 0,240 Valid
Penghargaan (Reward) (X4 ) r1 0,656 0,240 Validr2 0,632 0,240 Validr3 0,611 0,240 Validr4 0,666 0,240 Validr5 0,597 0,240 Valid
Sanksi (Punishment ) (X5 ) h1 0,475 0,240 Validh2 0,690 0,240 Validh3 0,663 0,240 Validh4 0,747 0,240 Valid
APBD Berbasis Kinerja (Y )
Komitmen dari Seluruh Komponen Organisasi (X1 )
Tabel 3. Uji Reliabilitas
Tabel 4. Uji F (Simultan)
Tabel 5. Uji t (Parsial)
Variabel Croncbach’s Alpha Batas Reliabilitas Keterangan
APBD Berbasis Kinerja (Y ) 0,814 0,6 ReliabelKomitmen dari Seluruh Komponen Organisasi (X 1 ) 0,749 0,6 ReliabelPenyempurnaan Administrasi (X 2 ) 0,858 0,6 ReliabelSumber Daya yang Cukup (X 3 ) 0,792 0,6 ReliabelPenghargaan (Reward ) (X 4 ) 0,829 0,6 ReliabelSanksi (Punishment ) (X 5 ) 0,819 0,6 Reliabel
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 233,678 5 46,736 18,830 ,000b
1 Residual 151,397 61 2,482Total 385,075 66
a. Dependent Variable: APBD Berbasis Kinerja
ANOVAa
Model
b. Predictors: (Constant), Sanksi (Punishment), Komitmen Organisasi, Sumber Daya yg Cukup,Penghargaan (Reward), Penyempurnaan Administrasi
B Std. Error Tolerance VIF(Constant) 0,405 3,234 0,125 0,901Komitmen Organisasi 0,255 0,078 3,270 0,002 0,918 1,089Penyempurnaan Administrasi 0,215 0,067 3,197 0,002 0,455 2,198Sumber Daya yg Cukup 0,001 0,105 0,010 0,992 0,473 2,115Penghargaan (Reward) 0,085 0,087 0,981 0,330 0,735 1,360Sanksi (Punishment) 0,450 0,105 4,289 0,000 0,711 1,407
1
ModelUnstandardized Coefficients Collinearity Statistics
t Sig.