faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau...

220
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TEMBAKAU BESUKI NA-OOGSTDALAMMELAKUKANKEMITRAAN (Studi Kasus pada Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo) SKRIPSI Oleh Hendri Setiawan NIM. 141510601040 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2018

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

F A K T O R - F A K T O R Y A N G M E M P E N G A R U H I

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TEMBAKAU

BESUKI NA-OOGST DALAM MELAKUKAN KEMITRAAN

(Studi Kasus pada Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo)

SKRIPSI

Oleh

Hendri Setiawan

NIM. 141510601040

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

i

F A K T O R - F A K T O R Y A N G M E M P E N G A R U H I

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TEMBAKAU

BESUKI NA-OOGST DALAM MELAKUKAN KEMITRAAN

(Studi Kasus pada Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo)

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)

dan mencapai gelar Sarjana Pertanian

Oleh

Hendri Setiawan

NIM. 141510601040

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

ii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua Orangtua saya tercinta Ibu Dartik dan Bapak Safi’i yang senantiasa

memberikan kasih sayang, motivasi, bimbingan serta doa sehingga dapat

menyelesaikan program Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Jember;

2. Keluarga tercinta Siti Hanifa, Ahmad Arif, Paman Buhadi dan Bibi Tohaya

yang sudah memberikan saya motivasi dan doa.

3. Seluruh guruku yang telah memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan

yang sangat bermanfaat dan berbagai pelajaran hidup yang sangat berharga.

4. Almamater tercinta, Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi

Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

iii

MOTTO

“Allah tidak membebankan seseorang melainkan sesuai kesanggupannya” 1)

(QS.

Al-Baqarah:186)

“Waktu itu ibarat pedang. Jika kamu tidak memanfaatkannya dengan baik (untuk

memotong), maka ia akan memanfaatkanmu (dipotong)” 2)

(HR. Bukhari dan

Muslim)

“Jangan berhenti berbuat baik dan selalu percaya kehendak Allah SWT” 3)

1) Departemen Agama Republik Indonesia. 2002. Al-Quran dan terjemahannya.

Jakarta: PT. Darus Sunna. 2) Departemen Agama Republik Indonesia. 2004. Al-Hadits dan terjemahannya.

Jakarta: PT. Darus Sunna. 3) Motto Hidup Penulis.

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hendri Setiawan

NIM : 141510601040

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst dalam Melakukan Kemitraan (Studi Kasus pada

Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo)” adalah benar-benar hasil karya

sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah

diajukan pada institusi manapun dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung

jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus

dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan

dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika

ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, Oktober 2018

Yang menyatakan,

Hendri Setiawan

NIM. 141510601040

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

v

SKRIPSI

F A K T O R - F A K T O R Y A N G M E M P E N G A R U H I

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TEMBAKAU

BESUKI NA-OOGST DALAM MELAKUKAN KEMITRAAN

(Studi Kasus pada Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo)

Oleh

Hendri Setiawan

NIM. 141510601040

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Skripsi : M. Rondhi S.P., MP., Ph.D

NIP 197707062008011012

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

vi

PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan

Keputusan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst dalam Melakukan Kemitraan

(Studi Kasus pada Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo)” telah diuji

dan disahkan pada:

Hari, tanggal :

Tempat : Ruang Ujian Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pembimbing Skripsi,

M. Rondhi, S.P., MP., Ph.D.

NIP. 197707062008011012

Dosen Penguji I, Dosen Penguji II,

Agus Supriono, S.P., M.Si. Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati. MS.

NIP. 196908111995121001 NIP. 196107151985032002

Mengesahkan

Dekan,

Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D.

NIP. 196005061987021001

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

vii

RINGKASAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst dalam Melakukan Kemitraan (Studi Kasus pada

Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo); Hendri Setiawan,

141510601040; 2018: 220 halaman; Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Tembakau Besuki Na-Oogst merupakan jenis tembakau yang dijadikan

sebagai bahan pembuat rokok cerutu, sehingga sudah memiliki pasar

internasional. Sentra produksi tembakau cerutu Na-Oogst di Jawa Timur adalah

Kabupaten Jember. Salah satu wilayah penghasil tembakau Besuki Na-Oogst di

Kabupaten Jember khususnya wilayah utara adalah Kelurahan Antirogo

Kecamatan Sumbersari. Mengingat biaya yang diperlukan untuk melakukan

usahatani tembakau tergolong besar, menjadikan kendala bagi petani untuk

budidaya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kendala tersebut

adalah dengan melakukan kemitraan. Kemitraan merupakan suatu bentuk

kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan prinsip saling

membutuhkan dan saling menguntungkan. Petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo melakukan kemitraan dengan

perusahaan Mayangsari. Kemitraan tersebut menggunakan kontrak harga

tembakau tidak tetap. Kontrak harga tidak tetap merupakan suatu kontrak dimana

harga beli tembakau disesuaikan dengan kualitas tembakau yang dihasilkan serta

fluktuasi harga di pasar. Kemitraan tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2015 dan

telah mengalami perkembangan yang baik. Hal itu dapat dilihat dari jumlah petani

mitra dari tahun ke tahun selalu meningkat serta kuota lahan yang diberikan

perusahaan meningkat dari 5 hektar hingga saat ini menjadi 60 hektar.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengkaji tentang proses pelaksanaan

kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari

serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan petani melakukan

kemitraan kontrak harga tidak tetap.

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

proportionate stratified sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

viii

sebanyak 50 responden yang terbagi atas 39 petani mitra dan 11 petani non mitra.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi

dan wawacara serta studi pustaka. Metode analisis untuk mengetahui proses

pelaksanaan kemitraan dan pola kemitraan antara petani tembakau dengan

perusahaan Mayangsari menggunakan analisis deskriptif, sedangkan metode

analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

petani melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap menggunakan analsiis

regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses kemitraan antara petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari dengan

perusahaan Mayangsari dicermati melalui beberapa kriteria kesepakatan yang

berlaku yakni tujuan bermitra, jangka waktu kerjasama, hak dan kewajiban, tata

cara pendaftaran anggota baru serta aspek penyelesaian masalah. (2) Pola

kemitraan antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

Kecamatan Sumbersari dengan perusahaan Mayangsari yang terbentuk merupakan

pola kerjasama operasional agribisnis (KOA). (3) Faktor-faktor yang secara

signifikan berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani tembakau

Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari untuk melakukan

kemitraan kontrak harga tetap antara lain variabel umur, pendidikan,

pendapatandan luas lahan, sedangkan faktor lain seperti pengalaman, jumlah

anggota keluarga dan perilaku terhadap risiko tidak berpengaruh nyata terhadap

pengambilan keputusan petani.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

ix

SUMMARY

The Factors that Influenced Decision Making for Besuki Na-Oogst Tobacco

Farmers to make a Partnership (Study Case on Gapoktan Cahaya Muda of

Antirogo Village); Hendri Setiawan, 141510601040; 2018: 220 pages;

Agribusiness Study Program Department of Socio-Economic Agriculture Faculty

of Agriculture, University of Jember.

Besuki Tobacco Na-Oogst is a type of tobacco that is used as ingredient in

making cigar cigarettes, so it already has an international market. The center of

Na-Oogst tobacco production in East Java is Jember Regency. One of the regions

producing Besuki Na-Oogst tobacco in Jember Regency, especially the northern

region, is Antirogo Village, Sumbersari District. Given the costs required to carry

out tobacco farming are large, making it a constraint for farmers to cultivate.

Efforts that can be made to minimize these obstacles are by partnering.

Partnership is a form of cooperation carried out by two or more parties with the

principle of mutual need and mutual benefit. Farmers Besuki Na-Oogst tobacco in

Gapoktan Cahaya Muda, Antirogo Village, partnered with Mayangsari company.

The partnership uses a fixed price contract for tobacco. Price contracts are not

fixed as a contract where the purchase price of tobacco is adjusted to the quality of

tobacco and price fluctuations in the market. This partnership has been carried out

since 2015 and has experienced good development. This can be seen from the

member of partner from year to year which has always increased and the land

quota given by the company has increased from 5 hectares to 60 hectares. Based

on this, the researcher wants to examine the process of implementing the

partnership, the partnership pattern between tobacco farmers and the Mayangsari

company as well as the factors that underlie the decision making of farmers to

enter into contract partnerships with fixed prices.

The method of determining the sample using the proportionate stratified

sampling technique. Samples in this research was 50 respondents divided into 39

partner farmers and 11 non-partner farmers. The data in this research are primary

and secondary data. Data collection methods in this research were carried out by

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

x

observation and interview and literature study. The analytical method is to find

out the process of implementing partnerships and partnership patterns between

tobacco farmers and Mayangsari companies using descriptive analysis, while the

analytical method to determine the factors underlying decision-making of farmers

conducting the partnerships to use logistic regression analysis.

The results showed that: (1) The partnership process between Besuki Na-

Oogst tobacco farmers in Antirogo Village and Mayangsari companies was

examined through several applicable agreement criteria, the purpose of

partnership, the period of cooperation, rights and obligations, procedures for

registering new members and problem solving aspects. (2) The partnership pattern

between Besuki Na-Oogst tobacco farmers in Antirogo Village, Sumbersari

Subdistrict and Mayangsari company which formed was a pattern of agribusiness

operational cooperation (KOA). (3) Factors that significantly influence the

decision making of Besuki Na-Oogst tobacco farmers in Antirogo Village,

Sumbersari Subdistrict to conduct a fixed price contract partnership include

variables of age, education, income and land area, while other factors such as

experience, members of family and risk behavior do not have a significant effect

on farmers decision making.

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst

dalam Melakukan Kemitraan (Studi Kasus pada Gapoktan Cahaya Muda

Kelurahan Antirogo)”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan program sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D.

2. Koordinator Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

M. Rondhi, S.P., M.P., Ph.D.

3. M. Rondhi, S.P., M.P., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Agus

Supriono SP., M.Si., selaku Dosen Penguji 1, dan Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati,

M.S., selaku Dosen Penguji 2 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, nasihat, saran, arahan, pengalaman, dan motivasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama masa studi.

5. Bapakku Syafi’i, Ibuku Dartik, terimakasih atas doa, nasihat, dukungan,

motivasi, materi, kasih sayang, dan kepercayaan yang telah diberikan hingga

terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Buhadi, Ibu Tohaya, Siti Hanifa, Ahmad Arif dan Ibu Mawati atas doa

dan dukungan selama proses penulisan skripsi ini.

7. Bapak Hasyim selaku ketua Gapoktan Cahaya Muda serta seluruh petani di

Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo yang telah meluangkan

waktunya, memberikan banyak ilmu, dan memberikan informasi selama

kegiatan penelitian.

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xii

8. Dinas Pertanian Kabupaten Jember yang telah memberikan informasi terkait

dengan kegiatan penelitian di Kelurahan Antirogo Kabupaten Jember.

9. Seluruh Masyarakat di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember yang telah membantu penulis selama penelitian.

10. Firman Riyudha, S.Si., Elia Tri Fathonah, Siti Nurul Qomariyah, Aurora

Urbahillah, S.TP., Ashri Rofita Hadi, dan Nazril Aiga, S.Si., atas doa,

dukungan serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat seperjuangan Risa Lutfianti, Ambar Asri Candra Putri, Sari

Saraswati, Inkatama Kharismawanti, Dwi Merinda, Ad Hariyanto Adi, M.

Sholeh, Rosidatul Q., Irfan Arif dan M. Syauqi Hasbi atas kesediaannya

memberikan motivasi selama melakukan penelitian.

12. Sahabat terbaik Febprian Alfath dan Dimas Ergia Abrianto atas kesediaannya

memberikan doa, dukungan serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.

13. Teman-teman Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas

Pertanian Universitas Jember Angkatan 2014 atas semua kebersamaan selama

masa studi.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah tertulis ini masih

terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Semoga karya ilmiah tertulis ini dapat memberikan manfaat bagi

para pembaca.

Jember, Oktober 2018

Penulis

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

HALAMAN PEMBIMBING ............................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi

RINGKASAN ...................................................................................................... vii

SUMMARY .......................................................................................................... ix

PRAKATA ............................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Permasalahan .............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9

1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 100

2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 100

2.2 Landasan Teori ......................................................................................... 19

2.2.1 Komoditas Tembakau Besuki Na-Oogst .............................................. 19

2.2.2 Teori Usahatani .................................................................................. 233

2.2.3 Teori Kemitraan ................................................................................. 255

2.2.4 Teori Pola Kemitraan ......................................................................... 277

2.2.5 Teori Pengambilan Keputusan ........................................................... 311

2.2.6 Teori Regresi Logistik........................................................................ 344

2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 366

2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 411

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 42

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xiv

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ..................................................... 42

3.2 Metode Penelitian ...................................................................................... 42

3.3 Metode Pengambilan Contoh ................................................................... 43

3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 44

3.5 Metode Analisis Data ................................................................................ 45

3.6 Definisi Operasional .................................................................................. 52

BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................... 54

4.1 Keadaan Geografis .................................................................................... 54

4.2 Keadaan Penduduk ................................................................................... 55

4.3 Potensi Sumber Daya Lahan .................................................................... 55

4.4 Kemitraan Petani Tembakau dengan Perusahaan Mayangsari ........... 56

4.4.1 Latar Belakang Kemitraan ................................................................... 56

4.4.2 Kesepakatan Kemitraan ....................................................................... 57

4.4.3 Hak dan Kewajiban .............................................................................. 57

4.5 Karakteristik Usahatani Tembakau Na-Oogst di Kelurahan Antirogo 58

4.6 Karakteristik Responden.......................................................................... 68

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 75

5.1 Proses Kemitraan antara Petani Tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari dengan Perusahaan Mitra . 75

5.2 Pola Kemitraan antara Petani Tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember ............ 85

5.2.1 Kemitraan Kontrak Harga Tidak Tetap................................................ 85

5.2.2 Kemitraan Kontrak Harga Tetap .......................................................... 91

5.3 Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst dalam Menentukan Keputusan Bermitra

dengan Kontrak Harga Tidak Tetap ............................................................ 96

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 107

6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 107

6.2 Saran ........................................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 109

LAMPIRAN ....................................................................................................... 113

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Luas Areal Tembakau Na-Oogst di Indonesia Tahun 2002-

2007.......................................................................................

1

1.2 Data Luas Tanam dan Produksi Tembakau Besuki Na-Oogst di

Kabupaten Jember.................................................................

3

1.3 Data Luas Lahan dan Produksi Tembakau di Kecamatan

Sumbersari Tahun 2014 ...............................................................

4

3.1 Proporsi Sampel Penelitian ......................................................... 44

3.2 Indikator pola kemitraan ………………..………........................ 45

3.3 Pilihan Petani terhadap Risiko Usahatani ………………..…….. 48

4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Antirogo Tahun 2016.................... 55

4.2 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan

Antirogo......................................................................................

55

4.3 Klasifikasi Penggunaan Wilayah Kelurahan

Antirogo......................................................................................

56

4.4 Pembagian Grade Tembakau Berdasarkan

Penggunaannya............................................................................

66

4.5 Umur Responden di Kelurahan Antirogo……………............. 67

4.6 Jenis Kelamin Responden di kelurahan

Antirogo......................................................................................

68

4.7 Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Antirogo…...... 69

4.8 Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kelurahan

Antirogo..................................................................................

70

4.9 Pengalaman Usahatani Responden di Kelurahan

Antirogo.................................................................................

70

4.10 Luas Lahan Responden di Kelurahan

Antirogo.................................................................................

71

4.11 Jumlah Petani Mitra dan Non Mitra di Kelurahan

Antirogo………………………………………………..............

72

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xvi

4.12 Rekapitulasi Pilihan Petani terhadap Risiko

Usahatani…………………………………..............................

73

5.1 Proses Pelaksanaan Kemitraan Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst……………………………………………………………

84

5.2 Daftar Harga Jual Tembakau Besuki Na-Oogst……………... 86

5.3 Bentuk Kontrak antara Petani Tembakau dengan Perusahaan

Mayangsari……………………………………………………..

87

5.4 Realisasi Kontrak Kemitraan oleh Petani Tembakau di

Kelurahan Antirogo……………………………………………

95

5.5 Hasil Analisis Regresi Logistik Mengenai Pengambilan

Keputusan Petani Tembakau dalam Melakukan Kemitraan….

97

5.6 Output Variable in the Equation pada Model Logistik

Mengenai Pengambilan Keputusan Petani dalam Melakukan

Kemitraan ………………………………………………………

99

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ....................................................... 40

4.1 Lahan Pembibitan........................................................................ 59

4.2 Proses Pengolahan Tanah………................................................. 60

4.3 Proses Penanaman….……………………………..................... 61

4.4 Proses Penyulaman…………………………………………….. 62

4.5 Proses Pemupukan…………………………………………….. 63

4.6 Proses Penyemprotan………………………………………….. 64

4.7 Proses Pemanenan……………………………………………… 65

4.8 Proses Penyujenan……………………………………………… 65

4.9 Gudang Pengering Tembakau…………………………………. 66

4.10 Proses Peromposan……………………………………………. 67

5.1 Skema Proses Pelaksanaan Kemitraan Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst dengan Perusahaan Mayangsari……………………

90

5.2 Skema Proses Pelaksanaan Kemitraan Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst dengan Perusahaan Tempurejo………………………

94

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Identitas Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada

Gapoktan Cahaya Muda..........................................................

113

A1. Rincian Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-Oogst

Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda….................................

115

A2. Rincian Penggunaan Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda.........................

117

A3. Rincian Biaya Variabel (Bibit) Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda...............................

119

A4. Rincian Biaya Variabel (Pupuk) Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda.........................

121

A5. Rincian Biaya Variabel (Pupuk dan Pestisida) Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda.......................

123

A6. Rincian Biaya Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda...............................

125

A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda...............................

127

A8. Rincian Biaya Total Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda.........................

137

A9. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda…………………………………………………………..

139

A10. Rincian Total Biaya Penyusutan Pealatan Usahatani Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda………………………………............................................

145

A11. Rincian Biaya Sewa Traktor dan Pengairan Petani Tembakau

Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda………...

147

A12. Rincian Total Biaya Tetap Petani Tembakau Besuki Na-Oogst 149

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xix

Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda……....................................

A13. Rincian Total Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda.................................

151

A14. Rincian Total Biaya Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda.................................

153

A15. Rincian Penerimaan dan Pendapatan Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda………………...

155

A16. Rincian Pilihan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra

Mengenai Perilaku terhadap Risiko…………………………..

157

B. Identitas Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada

Gapoktan Cahaya Muda……......................................................

159

B1. Rincian Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-Oogst

Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda....................................

160

B2. Rincian Penggunaan Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda...................

161

B3. Rincian Biaya Variabel (Bibit) Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda…….................

162

B4. Rincian Biaya Variabel (Pupuk) Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda…….................

163

B5. Rincian Biaya Variabel (Pupuk dan Pestisida) Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda...........................................................................

164

B6. Rincian Biaya Penggunaan Obat Pertanian Petani Tembakau

Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda……………………………………………………..........

165

B7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda......................

166

B8. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda………………………......................................

171

B9. Rincian Biaya Sewa Traktor dan Pengairan Petani Tembakau 177

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

xx

Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda…………………………………....................................

B10. Rincian Total Biaya Tetap Petani Tembakau Besuki Na-Oogst

Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda..................................

178

B11. Rincian Total Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda….....................

179

B12. Rincian Total Biaya Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-

Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda.........................

180

B13. Rincian Penerimaan dan Pendapatan Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda...................

181

B14. Rincian Pilihan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra

Mengenai Perilaku terhadap Risiko…………………………..

182

C. Rincian Faktor-faktor Pengambilan Keputusan Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst Melakukan Kemitraan..................

183

D. Output Analisis Regresi Logistik Mengenai Pengambilan

Keputusan Petani Melakukan Kemitraan…................................

186

E. Kuesioner ................................................................................. 190

F. Indikator Pola Kemitraan ……………………………………... 197

G. Dokumentasi ............................................................................ 198

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Tembakau Besuki Na-Oogst merupakan jenis tembakau cerutu Indonesia

yang sangat terkenal di pasar internasional sejak sebelum PD II. Tembakau cerutu

Indonesia memiliki rasa yang spesifik dan tidak mudah digantikan oleh tembakau

cerutu dari negara-negara lain. Pada 10 tahun terakhir (1980-1990) telah diekspor

16.245,16 ton tembakau cerutu (Sumatera, Vorstandlanden, Besuki Na-Oogst)

dengan nilai US$ 42,68 juta. Berdasarkan total ekspor tersebut sekitar 13.122,83

ton atau US$ 25,89 juta merupakan tembakau Besuki Na-Oogst, yang berarti

bahwa ekspor tembakau Besuki Na-Oogst menyumbangkan 80% (volume) atau

61% (nilai) dari seluruh ekspor tembakau cerutu. Berikut ini merupakan data luas

areal tembakau Na-Oogst nasional yang disajikan dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1 Luas Areal Tembakau Na-Oogst di Indonesia Tahun 2002-2007

No. Tahun Tembakau Na-Oogst (Cerutu)

Deli (Ha) Vorstenland (Ha) Besuki Na-Oogst (Ha)

1 2002 2900 825 9500

2 2003 2900 764 11104

3 2004 2424 706 11634

4 2005 2424 680 5000

5 2006 2736 680 5000

6 2007 2736 517 2807

Total 16120 4172 45045

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa ada beberapa jenis tembakau

cerutu yang ditanam di Indonesia antara lain Deli, Vorstenland dan Besuki Na-

Oogst. Ketiga jenis tembakau tersebut memiliki pasar ekspor yang baik

dikarenakan merupakan bahan baku pembuatan rokok cerutu di beberapa Negara.

Luas areal tanam tembakau Besuki Na-Oogst mengalami fluktuasi dan bahkan

dapat dikatakan mengalami penurunan, akan tetapi memiliki total luas yang paling

tinggi selama enam tahun terakhir yakni seluas 45.045 hektar. Wilayah sentra

penghasil tembakau Besuki Na-Oogst ini adalah Kabupaten Jember dan sebagian

kecil dari jenis tembakau ini diusahakan di wilayah Kabupaten Bondowoso.

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

2

Tembakau Besuki Na-Oogst merupakan jenis tembakau yang ditanam di

wilayah eks-Kresidenan Besuki dan ditanam pada akhir musim kemarau yakni

sekitar bulan Agustus, September serta dipanen pada awal musim penghujan

yakni sekitar bulan Oktober, November, dan Desember. Tembakau Besuki Na-

Oogst terbagi kedalam beberapa jenis yakni tembakau Besuki Na-Oogst tanam

awal (BesnoTA), tembakau Bawah Naungan (TBN) dan tembakau non Bawah

Naungan (Non-TBN). Salah satu daerah penghasil tembakau Besuki Na-Oogst

adalah Provinsi Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Jember. Tembakau Na-Oogst

menyumbang sebesar 10,05 % terhadap total produksi tembakau di Jawa Timur.

Data Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur tahun 2010 menyebutkan bahwa

satu-satunya kabupaten yang menghasilkan jenis tembakau Besuki Na-Oogst

adalah kabupaten Jember (Dinas Perkebunan Jember, 2010).

Menurut Hariyati dalam Utami dkk., (2014), tembakau Besuki Na-Oogst

(BesNO) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan yang berorientasi

ekspor sebagai bahan baku pembuatan cerutu dan dapat berkembang baik di

Kabupaten Jember. Kualitas tembakau BesNO yang dihasilkan merupakan

tembakau terbaik di Indonesia, nomor dua dunia setelah Kuba. Hampir 90%

tembakau BesNo diminati pasar ekspor internasional seperti pasar premium di

Jerman, Swiss, Belanda, Amerika Serikat, dan China.

Berdasarkan pengusahaannya, tanaman tembakau jenis Besuki Na-Oogst

yang ada di Kabupaten Jember terbagi menjadi tiga yakni Perseroan Terbatas

Perkebunan Nusantara (PTPN), perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. PTPN

di Kabupaten Jember yang mengusahakan jenis tembakau Besuki Na-Oogst yaitu

PTPN X Kebun Kertosari dan PTPN X Jelbuk. Perkebunan swasta yang

mengusahakan jenis tembakau Besuki Na-Oogst yakni Koperasi TTN (Tarutama

Nusantara) dan PT. Jenggawah Jaya. Perkebunan rakyat tembakau Besuki Na-

Oogst di Kabupaten Jember merupakan penghasil tembakau yang mendominasi.

Petani tembakau di Kabupaten Jember tergolong tinggi, sehingga mampu

menghasilkan tembakau dengan produksi yang tinggi pula. Data luas tanam dan

produksi komoditas tembakau Besuki Na-Oogst di Kabupaten Jember dapat

dilihat pada tabel 1.2.

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

3

Tabel 1.2 Data Luas Tanam dan Produksi Tembakau Besuki Na-Oogst di Kabupaten

Jember

No. Kecamatan

Luas Tanam

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/ha)

Share *)

Produksi (%)

1. Ajung 15 15 1 0.40

2. Kaliwates 2 1.64 0.82 0.04

3. Patrang 12 13.2 1.1 0.35

4. Sumbersari 20 27 1.35 0.71

5. Tempurejo 108 139.2 1.29 3.69

6. Ambulu 957 1425.93 1.49 37.76

7. Balung 155 201.5 1.3 5.34

8. Jenggawah 279 365 1.3 9.66

9. Wuluhan 790 1192.9 1.51 31.59

10. Rambipuji 25 36.25 1.45 0.96

11. Puger 250 359 1.43 9.51

Total 2613 3776.62 14.04 100

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember 2012

Keterangan : *) Data diolah peneliti, 2017

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa wilayah penghasil tembakau

Besuki Na-Oogst di Kabupaten Jember terbagi atas sebelas kecamatan. Wilayah

penghasil tembakau Besuki Na-Oogst yang memiliki nilai share tinggi rata-rata

berada di wilayah selatan seperti Kecamatan Ambulu, Wuluhan, Jenggawah dan

Puger. Secara geografis keempat kecamatan tersebut memang sangat cocok untuk

dibudidayakan tembakau, sehingga pertumbuhan tembakau disana menjadi baik

dan mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Selain di wilayah selatan,

beberapa kecamatan yang terletak di wilayah perkotaan juga membudidayakan

tembakau Besuki Na-Oogst. Tiga kecamatan kota di Kabupaten Jember yang

mengusahakan jenis tembakau Besuki Na-Oogst yakni antara lain Kecamatan

Sumbersari, Patrang dan Kaliwates. Menjadi hal yang menarik untuk dikaji lebih

lanjut dimana wilayah perkotaan juga masih memiliki potensi dibidang pertanian.

Kecamatan Sumbersari merupakan kecamatan kota yang memiliki nilai share

produksi tembakau Besuki Na-Oogst paling tinggi diantara kecamatan yang lain

yakni sebesar 0,71%.

Kecamatan Sumbersari merupakan salah satu kecamatan kota yang ada di

Kabupaten Jember. Kecamatan Sumbersari terbagi atas tujuh kelurahan

diantaranya Kelurahan Kranjingan, Wirolegi, Karangrejo, Kebonsari, Sumbersari,

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

4

Tegalgede dan Antirogo. Kecamatan Sumbersari merupakan salah satu daerah

yang mampu menghasilkan tembakau meskipun wilayahnya termasuk dalam

kecamatan kota. Umumnya, wilayah yang termasuk dalam daerah perkotaan

sangat terbatas lahan untuk usahatani karena pembangunannya yang lebih

difokuskan pada infrastruktur penunjang perkotaan. Data luas lahan dan produksi

tembakau di Kecamatan Sumbersari tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1.3.

Tabel 1.3 Data Luas Lahan dan Produksi Tembakau di Kecamatan Sumbersari Tahun

2014.

No. Kelurahan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Share Produksi *) (%)

1 Kranjingan 34.05 408.62 13.70

2 Wirolegi 37.47 449.5 15.07

3 Karangrejo 25.54 306.46 10.27

4 Kebonsari 11.91 143.02 4.79

5 Sumbersari 0 0 0

6 Tegalgede 6.8 81.73 2.74

7 Antirogo 132.82 1593.66 53.42

Total 248.59 2982.99 100

Sumber : Sumbersari dalam Angka 2015

Keterangan : *) Data diolah peneliti, 2017

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa terdapat enam kelurahan di Kecamatan

Sumbersari yang menghasilkan tembakau. Data tersebut menunjukkan bahwa

kelurahan penghasil tembakau tertinggi di Kecamatan Sumbersari adalah

Kelurahan Antirogo. Meskipun Kelurahan Antirogo merupakan daerah yang

terletak pada kecamatan kota di Kabupaten Jember, akan tetapi masih mampu

menghasilkan produksi tembakau paling tinggi. Pada tahun 2014 Kelurahan

Antirogo mampu menghasilkan produksi tembakau sebanyak 1.593,66 ton dengan

luas areal sebesar 132,82 ha. Hal itu juga dibuktikan dengan nilai share atau

kontribusi hasil tembakau yang paling tinggi terhadap produksi tembakau secara

keseluruhan di Kecamatan Sumbersari yakni sebesar 53,42 %. Salah satu jenis

tembakau yang diusahakan oleh masyarakat di Kelurahan Antirogo adalah

tembakau Besuki Na-Oogst. Tembakau yang dihasilkan tersebut memiliki kualitas

yang tinggi serta aroma yang khas dibandingkan dengan tembakau cerutu dari

daerah lain di Kabupaten Jember.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

5

Beberapa permasalahan dalam usahatani tembakau Besuki Na-Oogst dapat

mempengaruhi produksi tembakau yang dihasilkan oleh petani. Dampak yang

dirasakan petani tembakau yakni pada tingkat pendapatan yang diperoleh akan

semakin rendah, sedangkan modal usaha atau biaya produksi yang digunakan

untuk usahatani tembakau cukup besar. Pasar komoditas tembakau cerutu bersifat

internasional, sehingga menyebabkan petani tidak dapat memasarkan sendiri

tembakau yang dihasilkan. Oleh sebab itu, kemitraan merupakan alternatif terbaik

yang dapat diambil petani untuk mengembangkan usatahatani tembakau Besuki

Na-Oogst. Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua

belah pihak atau lebih dengan prinsip saling menguntungkan untuk mencapai

tujuan bersama.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan tersebut mengenai beberapa

permasalahan dalam usahatani tembakau Besuki Na-Oogst khususnya pada aspek

permodalan usaha dan pemasaran hasil, juga disampaikan dalam penelitian

Hammam (2015). Hammam (2015) menyebutkan bahwa permasalahan yang

dialami petani tembakau antara lain tidak memiliki modal untuk usahatani

tembakau sehingga petani harus mengajukan hutang kepada tengkulak, pemasaran

hasil tembakau yang kaitannya dengan sifat pasar tembakau cerutu yang tergolong

internasional sehingga petani tidak dapat memasarkan sendiri produk tembakau

yang dihasilkan. Upaya yang dapat dilakukan terhadap adanya masalah tersebut

adalah melakukan kemitraan dengan perusahaan yang lebih besar. Kemitraan

tersebut dapat memberikan keuntungan bagi petani tembakau, dimana petani bisa

memperoleh modal usaha dari perusahaan mitra serta pemasaran hasil tembakau

yang lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan penelitian Efendi (2007), menyebutkan bahwa kemitraan

yang dilakukan dapat memberikan dampak positif bagi keberlangsungan usahatani

tembakau yang ada. Kemitraan tersebut dilakukan oleh petani tembakau dengan

perusahaan mitra yang bergerak dibidang pemasaran produk tembakau. Petani

tembakau merasa terbantu dengan adanya pihak perusahaan mitra. Pola kemitraan

yang terjalin antara kedua belah pihak yakni pola kemitraan kerjasama

operasional agribisnis (KOA). Pihak petani tembakau menyediakan lahan, tenaga

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

6

kerja dan biaya-biaya lain yang tidak disediakan oleh perusahaan inti, sedangkan

perusahaan mitra sebagai pengusaha inti menyediakan sarana produksi, bimbingan

teknis budidaya hingga pasca panen dan memberikan jaminan pasar hasil

usahatani. Beberapa faktor yang menjadi pendorong berkembangnya kemitraan

antara lain adanya jaminan pasar, adanya jaminan modal, keterbukaan pihak

pengusaha, adanya bimbingan teknis budidaya dan pasca panen, adanya

keterlibatan pemerintah, ketersediaan pupuk, anjuran penanaman varietas tertentu

dan penanggungan risiko. Beberapa faktor pendorong tersebut menjadi aspek

yang membantu terselenggaranya kemitraan antara petani tembakau dengan pihak

mitra dengan tujuan saling memperoleh keuntungan.

Salah satu faktor penting yang banyak dipertimbangkan dalam kegiatan

kemitraan adalah harga produk yang dihasilkan baik dari segi petani maupun dari

pihak mitra. Harga produk tersebut merupakan kontrak mutlak berlangsungnya

suatu kemitraan, sehingga perlu dilakukan musyawarah penetapan harga sesuai

kesepakatan pihak yang bermitra. Kontrak harga dalam kemitraan terdiri dari dua

jenis, yakni kontrak harga tetap dan harga tidak tetap. Kedua kontrak harga

tersebut dapat memberikan keuntungan dan kerugian dalam kemitraan baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang. Keuntungan menggunakan kontrak harga

tetap baik bagi perusahaan maupun petani adalah sama-sama mendapat

keuntungan karena dalam menentukan harga, perusahaan terlebih dahulu

menghitung biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam satuan lahan yang

dimiliki. Kerugian yang dapat ditimbulkan dalam jangka panjang yakni ketika

harga pasar menjadi tinggi, petani dapat berbuat curang dan menjual produknya

ke perusahaan lain dengan harga pasar tersebut. Keuntungan menggunakan

kontrak harga tidak tetap didapatkan oleh perusahaan mitra karena selalu

menyesuaikan harga produk dengan kualitas produk yang dihasilkan.

Salah satu kelompok tani (Gapoktan) yang mengusahakan tanaman

tembakau Besuki Na-Oogst dan melakukan kemitraan adalah Gapoktan Cahaya

Muda di Kelurahan Antirogo. Petani yang tergabung dalam Gapoktan Cahaya

Muda melakukan kemitraan dengan perusahaan swasta yang menerapkan kontrak

harga tidak tetap, sebagian melakukan kemitraan dengan perusahaan swasta lain

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

7

yang menerapkan kontrak harga tetap, dan sebagian pula tidak melakukan

kemitraan. Perusahaan mitra yang menerapkan kontrak harga tidak tetap adalah

perusahaan Mayang Sari, sedangkan perusahaan mitra yang menerapkan kontrak

harga tetap adalah perusahaan Tempurejo. Jumlah kelompok tani yang tergabung

dalam Gapoktan Cahaya Muda adalah sebanyak 16 kelompok tani. Kelompok tani

yang bermitra dengan perusahan Mayang Sari sebanyak 10 kelompok, dengan

perusahaan Tempurejo sebanyak 3 kelompok, sedangkan sisanya sebanyak 3

kelompok tidak bermitra. Perusahaan mitra langsung mendatangi petani tembakau

untuk melakukan kemitraan sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang disepakati

oleh kedua belah pihak. Kemitraan yang berlangsung dilakukan dengan tujuan

untuk mengembangkan hasil produksi tembakau melalui adanya pemberian modal

usahatani dari perusahaan mitra.

Penetapan kontrak harga oleh perusahaan mitra menjadi sesuatu yang

menarik karena menjadi pertimbangan bagi petani tembakau di Kelurahan

Antirogo untuk melakukan kemitraan. Penetapan kontrak harga oleh perusahaan

mitra juga menjadi penentu apakah petani tembakau akan tetap melakukan

kemitraan dengan perusahaan tersebut atau bahkan berhenti melakukan kemitraan.

Kontrak harga tersebut mempengaruhi proporsi kelompok tani yang melakukan

kemitraan. Kelompok tani yang melakukan kemitraan lebih banyak pada

perusahaan Mayang Sari yakni sebanyak 10 kelompok dalam jangka waktu

kontrak kerjasama selama 4 tahun dengan kontrak harga tidak tetap. Jumlah

anggota mitra mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dikarenakan banyaknya

keuntungan yang diperoleh petani ketika melakukan kemitraan dengan perusahaan

Mayangsari. Hal ini juga terbukti bahwa kuota luas lahan yang diberikan

perusahaan meningkat sejak awal mitra yakni dari 5 hektar hingga saat ini

menjadi seluas 60 hektar.

Ditinjau dari kegiatan kemitraan yang berlangsung antara petani tembakau

pada Gapoktan Cahaya Muda dengan perusahaan mitra, terdapat keuntungan serta

kerugian yang didapatkan oleh petani. Keuntungan yang diperoleh petani antara

lain jaminan pasar yang jelas, bantuan modal usahatani serta bimbingan teknis.

Kerugian yang timbul dari kemitraan tersebut hanya terletak pada keterbatasan

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

8

petani untuk menjual tembakau kepada pihak lain pada saat harga pasar tembakau

meningkat. Hal itu dikarenakan sudah terjadi kesepakatan penjualan tembakau

sesuai dengan kontrak harga tetap perusahaan mitra. Proses kemitraan yang

berlangsung tersebut dapat mengindikasikan pola kemitraan yang terjalin diantara

kedua belah pihak. Bentuk kemitraan yang terjalin antara petani tembakau dengan

perusahaan mitra menjelaskan peran dari masing-masing pihak sehingga

kemitraan dapat berjalan dengan baik. Proses kemitraan yang berlangsung

menjadi penentu bagi petani dengan melakukan evaluasi jalannya kemitraan

berdasarkan peran perusahaan mitra serta dampak yang diperoleh untuk tetap

melanjutkan kemitraan tersebut sesuai dengan faktor-faktor yang

dipertimbangkan. Namun demikian, terdapat suatu indikasi bahwa petani yang

bermitra dapat berpindah dari satu kemitraan dengan kontrak harga tetap ke harga

yang sesuai dengan harga pasar atau tidak tetap. Hal ini menarik untuk dilakukan

penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani tembakau

untuk melakukan kemitraan dengan kontrak harga tidak tetap.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang proses dan pola kemitraan yang berlangsung antara petani

tembakau di Kelurahan Antirogo dengan perusahaan mitra serta faktor-faktor

yang mempengaruhi petani tembakau melakukan kemitraan kontrak harga tidak

tetap.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disajikan, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses kemitraan yang berlangsung antara petani tembakau Besuki

Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember?

2. Bagaimana pola kemitraan yang berlangsung antara petani tembakau Besuki

Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi petani tembakau Besuki Na-Oogst

di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dalam

menentukan keputusan bermitra dengan kontrak harga tidak tetap?

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan menjelaskan proses kemitraan yang berlangsung antara petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember.

2. Mengetahui dan menjelaskan pola kemitraan yang berlangsung antara petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember.

3. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember dalam menentukan keputusan bermitra dengan kontrak

harga tidak tetap.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa/peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya terkait kemitraan

komoditas perkebunan khususnya komoditas tembakau Besuki Na-Oogst.

2. Bagi petani/kelompok tani, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi

terkait pola kemitraan yang terbentuk dengan perusahaan mitra.

3. Bagi perusahaan tembakau, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan serta kontrak kemitraan yang akan

dijalankan.

4. Bagi stakeholders, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk

mempromosikan kemitraan kontrak harga tidak tetap kepada petani tembakau

Besuki Na-Oogst di Kabupaten Jember.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang melibatkan beberapa

pihak dengan prinsip saling menguntungkan. Suatu kemitraan biasanya dilakukan

oleh pihak dengan skala usaha yang kecil dengan pihak yang memiliki skala usaha

besar sehingga tercipta kerjasama yang saling membutuhkan diantara kedua belah

pihak yang bermitra. Kemitraan dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan

usaha yang dijalankan sehingga meningkatkan pendapatan pengusaha. Mengacu

pada permasalahan pertama, terdapat lima penelitian yang menjelaskan mengenai

proses kemitraan.

Fachruddin (2013), melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Tembakau untuk Bermitra

dengan Koperasi Agrobisnis Tarutama Nusantara melalui Koperasi Margi

Utama”. Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mencermati proses

pelaksanaan kemitraan. Guna melihat proses pelaksanaan kemitraan dicermati

dengan menggunakan beberapa kriteria: (a) tujuan kerjasama, (b) lingkup

pekerjaan, (c) hak dan kewajiban, (d) penyetoran, (e) deskripsi mutu dan harga, (f)

tata cara penerimaan dan pembayaran, (g) jangka waktu kerjasama dan (h)

penyelesaian masalah. Kemitraan yang berlangsung menggunakan pihak ketiga

sebagai perantara kemitraan yakni Koperasi Margi Utama. Penyelesaian masalah

dalam kegiatan kemitraan dilakukan dengan jalan musyawarah sehingga diperoleh

penyelesaian yang melibatkan kedua belah pihak. Tidak terdapat perselisihan

yang berhubungan dengan kontrak kedua belah pihak, karena kontrak kemitraan

sudah disepakati diawal dan apabila terdapat perkembangan maka akan dilakukan

musyawarah kembali dengan pihak yang bermitra.

Penelitian yang mengungkap tentang proses pelaksanaan kemitraan juga

banyak dilakukan pada komoditas perkebunan lain seperti komoditas tebu. Yuliati

dkk., (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kemitraan antara PG.

Candi Baru dengan Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TRKSU) di

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo”. Salah satu tujuan dalam penelitian ini

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

11

adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh

Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TRKSU) dengan PG Candi Baru. Guna

melihat pelaksanaan kemitraan dicermati menggunakan beberapa variable yakni

antara lain: (a) pendaftaran, (b) pemeriksaan areal, (c) pemberian kredit, dan (d)

realisasi kredit. Prosedur pendaftaran dalam melakukan kemitraan oleh Petani

Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TRKSU) dengan PG Candi Baru. Prosedur

pendaftaran tersebut diawali dengan pendaftaran yang dilakukan oleh petani tebu

kepada koperasi, kemudian oleh pihak koperasi disesuaikan dengan RDK yang

sudah berlaku. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan areal serta pengukuran uji

kelayakan oleh pihak koperasi sehingga nanti diperoleh hasil pemeriksaan areal

milik petani tebu. Tahap selanjutnya adalah mengenai pemberian kredit yang

disesuaikan dengan RDKK yang berlaku. Setelah pengajuan kredit dilakukan,

maka pihak PG akan memberikan rekomendasi terkait realisasi kredit tersebut.

Tahapan yang terakhir yakni realisasi kredit yang diberikan langsung kepada

kelompok atau petani tebu.

Penelitian sejenis mengenai proses pelaksanaa kemitraan juga dilakukan

oleh Fadilah (2010) yang berjudul “Analisis Kemitraan antara Pabrik Gula Jati

Tujuh dengan Petani Tebu Rakyat di Majalengka, Jawa Barat”. Beberapa kriteria

yang diperhatikan dalam menjelaskan proses pelaksanaan kemitraan antara lain:

(a) tujuan kemitraan, (b) tahapan kemitraan, (c) hak dan kewajiban, serta (d)

penyelesaian masalah. Hasil penelitian menjelaskan proses kemitraan antara

petani tebu rakyat dengan PG. Jatitujuh dimana terdapat beberapa aspek yang

diperhatikan, yaitu:

1. Tujuan kemitraan: kemitraan yang berangsung merupakan implementasi

KKP-TR (Kredit Ketahanan Pangan- Tebu Rakyat).

2. Tahapan kemitraan: tahapan kemitraan yang dilakukan sebelum

melakukan kemitraan antara lain pembentukan kelompok, pengajuan

KKP-TR, Penggunaan dana pinjaman, dan pembayaran hasil tebu.

3. Hak dan kewajiban dalam KKP-TR Kemitraan: ketiga pihak yang

melakukan kemitraan memiliki hak dan kewajibannya masing-masing

yang telah disepakati bersama.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

12

4. Penyelesaian masalah: penyelesaian kendala atau masalah yang timbul

dilakukan secara musyawarah kedua belah pihak.

Najmudinrohman (2010), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Tebu di Kecamatan Trangkil, Pati,

Jawa Tengah”. Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah menjelaskan proses

pelaksanaan kemitraan antara petani dengan PG di Jawa Tengah. Guna

mengetahui proses pelaksanaan kemitraan yang berlangsung dicermati

menggunakan beberapa kriteria yakni: (a) pendaftaran, (b) melakukan perjanjian,

(c) pengajuan kredit, dan (d) pembayaran kredit. Petani yang ingin menjadi mitra,

mendaftarkan lahan yang dikuasi oleh PG. Petugas PG akan melakukan

pengecekan serta memetakan lahan tersebut menggunakan GPS. Kemudian kedua

belah pihak mengadakan perjanjian untuk bekerjasama dimana petani harus

menyetorkan seluruh tebu hasil produksi dari lahan tersebut dan PG memproses

tebu menjadi gula. Pihak PG juga membantu melakukan pengajuan pupuk

bersubsidi dan kredit. Dalam pengajuan kredit, PG berperan sebagai avails yaitu

penanggung jawab risiko kegagalan pengembalian kredit yang dilakukan oleh

petani. Pembayaran kredit dilakukan dengan memotong dari pembayaran nota

gula saat musim giling. Kesulitan yang dialami oleh responden yaitu

keterlambatan waktu pencairan kredit, keterlambatan waktu tebang, antri giling

yang terlalu lama, transparansi rendemen serta pelayanan petugas PG yang kurang

memuaskan.

Rochmatika (2006), melakukan penelitian yang berjudul “Kajian

Kepuasan Petani Tebu Rakyat terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pabrik Gula

XYZ”. Salah satu tujuan dalam penelitian tersebut adalah untuk menjelaskan

pelaksanaan kemitraan antara petani tebu dengan PG XYZ. Proses pelaksanaan

kemitraan antara petani tebu rakyat dengan PG. XYZ terdapat kontrak perjanjian

kemitraan yang berguna untuk pengajuan biaya garap serta angunan petani,

terdapat PTR untuk mewakili petani tebu rakyat di wilayah PG, serta terdapat

peminjaman dari pihak PG. Sarana produksi dan biaya bantuan tebang angkut,

serta terdapat pelelangan gula dan pembayaran hasil lelang gula kepada petani

tebu. Pelaksanaan kemitraan antara petani tebu rakyat dengan PG XYZ hanya

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

13

didasarkan atas saling membutuhkan sehingga kontrak perjanjian lemah. Terjadi

permasalahan dalam kegiatan kemitraan tersebut yakni praktek perjanjian yang

berjalan tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian kerjasama yang dibuat PG XYZ

dengan petani tebu rakyat. Hal tersebut dapat dilihat dari penyerahan tebu milik

petani yang belum sepenuhnya digiling oleh PG yang memberikan pinjaman

kredit. Pihak PG juga tidak memberikan transparansi rendemen tebu kepada

petani sehingga banyak petani yang melanggar etika kemitraan dengan

menggilingkan tebunya pada PG lain yang memberikan tingkat rendemen tebu

lebih tinggi. Lemahnya kontrak perjanjian juga disebabkan tidak adanya kekuatan

dalam bidang hukum.

Beberapa penelitian tersebut menjelaskan mengenai proses pelaksanaan

kegiatan kemitraan yang berlangsung antara pihak-pihak yang bermitra khususnya

pada komoditas tanaman perkebunan. Berdasarkan penelitian tersebut ada

beberapa aspek digunakan untuk mencermati proses pelaksanaan kemitraan antara

perusahaan mitra dengan petani tembakau Besuki Na-Oogst antara lain: a) tujuan

bermitra, b) hak dan kewajiban, c) tata cara pendaftaran, d) jangka waktu

kerjasama dan e) penyelesaian masalah.

Proses kemitraan merupakan aspek yang menjelaskan bagaimana

pelaksanaan kemitraan antara pihak satu dengan pihak yang lain. Berdasarkan

proses kemitraan tersebut nantinya dapat dilakukan analisis pola atau bentuk

kemitraan yang berjalan sesuai dengan peran dari masing-masing pihak yang

melakukan kemitraan. Mengacu pada permasalahan kedua dalam penelitian ini

mengenai pola atau bentuk kemitraan, terdapat lima penelitian yang menganalisis

mengenai bentuk kemitraan.

Penelitian Efendi (2007) yang berjudul “Analisis Pola Kemitraan terhadap

Pendapatan Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst di Kecamatan Wuluhan

Kabupaten Jember”, menjelaskan bahwa pola kemitraan yang terjalin antara

petani tembakau besuki Na-Oogst dengan PT. GMIT (Gading Mas Indonesian

Tobacco) adalah pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA). Pihak

petani tembakau menyediakan lahan, tenaga kerja, serta biaya-biaya lain yang

tidak disediakan oleh perusahaan inti. Pihak PT. GMIT menyediakan sarana

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

14

produksi, bimbingan teknis budidaya hingga pasca panen, dan memberikan

jaminan pasar hasil usahatani tembakau.

Penelitian yang mengkaji tentang pola kemitraan juga banyak dilakukan

pada komoditas tanaman perkebunan yang lainnya seperti komoditas kopi, kapas,

kelapa sawit dan tebu.

Penelitian Kusno (2016) yang berjudul “Pola Kemitraan Petani Kopi

Arabika dengan Perum Perhutani serta Perbedaan Pendapatan Petani Kopi di Desa

Kayumas Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo”, menjelaskan bahwa pola

kemitraan yang berlangsung antara perum perhutani unit II-KPH Bondowoso

sebagai perusahaan mitra dengan petani kopi sebagai petani mitra adalah pola

kerjasama operasional agribisnis (KOA). Pihak perusahaan mitra menyediakan

lahan, ikut berbagi penyediaan barang-barang modal dan input produksi untuk

budidaya serta pemeliharaan, menyediakan bimbingan teknis budidaya,

penyuluhan serta perawatan. Petani kopi sebagai petani mitra menyediakan input

tenaga kerja, mematuhi syarat kemitraan yang disepakati, ikut berbagi penyediaan

barang-barang modal dan input produksi untuk pemeliharaan. Kesetaraan antar

pihak yang bermitra tercipta dengan adanya timbal balik kebutuhan dari masing-

masing pihak yang saling terpenuhi sesuai dengan kontrak kesepakatan bersama.

Pengambil keputusan dalam kegiatan kemitraan dilakukan dengan berdasarkan

pada hasil musyawarah atau kesepakatan bersama.

Penelitian Jasuli (2013) yang berjudul “Analisis Pola Kemitraan Petani

Kapas dengan PT. Nusafarm terhadap Pendapatan Usahatani Kapas di Kabupaten

Situbondo”, menjelaskan pola kemitraan yang berlangsung antara petani kapas

dengan PT. Nusafarm adalah pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis

(KOA). Pihak perusahaan mitra (PT. Nusafarm) menyediakan sarana produksi

seperti modal dan benih kapas, biaya angkut, bimbingan teknis serta jaminan

pasar. Petani kapas menyediakan lahan dan tenaga kerja untuk budidaya kapas.

Pelaksanaan kemitraan antara petani kapas dengan PT. Nusafarm tidak

menggunakan perjanjian secara tertulis, kedua belah pihak hanya mengandalkan

rasa saling percaya diantara keduanya, sehingga apabila terjadi suatu masalah

maka akan diselesaikan dengan jalan kekeluargaan.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

15

Penelitian sejenis dilakukan oleh Hapsari (2016) yang berjudul

“Implementasi Pola Kemitraan Usahatani Sawit pada PT. Perkebunan Nusantara

VII Unit Bekri”, mengungkapkan bahwa pola kemitraan yang terjalin antara PT.

Perkebunan Nusantara VII Unit Bekri dengan Kelompok Petani Sawit Sidomulyo

adalah pola kemitraan inti plasma. Pola kemitraan yang terjalin antara kedua belah

pihak tersebut mendapat campur tangan pihak ketiga dari Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah. PTPN VII Unit Bekri sebagai pihak inti

memiliki beberapa peran antara lain survei, penyuluhan, pengawasan serta

pembelian sawit yang dihasilkan oleh kelompok petani sawit. Kelompok tani

sawit Sidomulyo sebagai plasma memiliki peran antara lain menyediakan lahan,

memelihara tanaman kelapa sawit, menjual tandan buah segar (TBS) kepada pihak

inti. Peran pihak ketiga atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Lampung Tengah dalam kemitraan tersebut antara lain sebagai fasilitator,

regulator dan mediator dalam jalannya kemitraan antara kedua belah pihak mitra.

Penelitian Yuliati dkk., (2013) yang berjudul “Analisis Kemitraan antara

PG. Candi Baru dengan Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TRKSU) di

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo”, mengungkapkan bahwa pola kemitraan

yang terjalin antara petani tebu rakyat dengan PG Candi Baru di Kecamatan Candi

Kabupaten Sidoarjo adalah pola kemitraan inti plasma. PG Candi Baru sebagai

perusahaan inti menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen,

menampung dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Petani tebu rakyat

sebagai plasma bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan

persyaratan yang telah disepakati. Petani tebu sebagai plasma bertugas memasok

tebu untuk diolah oleh PG. Candi Baru.

Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut ada kecenderungan pola

kemitraan yang terbentuk dalam kemitraan komoditas tanaman perkebunan adalah

pola inti plasma dan pola kerjasama operasional agribisnis (KOA).

Kegiatan kemitraan yang dilakukan memiliki beberapa perjanjian yang

harus disepakati oleh kedua belah pihak. Kemitraan akan berjalan dengan baik

jika kontrak atau perjanjian telah disepakati bersama antar pihak-pihak yang

bermitra. Petani sebagai pihak mitra memiliki kekuatan untuk memutuskan akan

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

16

melakukan kemitraan sesuai dengan perjanjian yang disepakati dengan

mempertimbangakn beberapa faktor dalam pengambilan keputusan tersebut.

Mengacu pada permasalahan ketiga dalam penelitian ini yakni tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan kemitraan, terdapat lima

penelitian sejenis yang mengidentifikasi tentang hal tersebut.

Penelitian Fachruddin (2013) yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Tembakau untuk Bermitra dengan

Koperasi Agrobisnis Terutama Nusantara melalui Koperasi Margi Utama”,

menjelaskan bahwa metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-

faktor yang mendasari petani melakukan kemitraan adalah dengan analisis regresi

logit. Variabel independen yang diduga dalam penelitian ini antara lain pinjaman

modal, jaminan saprotan, pendampingan, kepastian pasar dan harga serta

transparansi mutu barang. Taraf kepercayaan yang digunakan oleh peneliti adalah

sebesar 95%. Variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap pengambilan

keputusan petani untuk bermitra antara lain pinjaman modal dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000 dan transparansi mutu barang dengan nilai signifikansi

sebesar 0,045. Variabel independen yang lain seperti jaminan saprotan,

pendampingan, kepastian pasar, dan kepastian harga berpengaruh tidak nyata

terhadap pengambilan keputusan petani melakukan kemitraan.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan

keputuan petani dalam menentukan keputusan bermitra pada komoditas tanaman

perkebunan yang lain seperti komoditas kopi dan tebu. Penelitian Zuningsih

(2016) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mendasari Keputusan Petani dan

Prospek Pengembangan Usahatani Kopi Arabika di Desa Karangpring Kecamatan

Sukorambi Kabupaten Jember”, menjelaskan bahwa metode analisis yang

digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari keputusan petani

melakukan usahatani kopi adalah dengan menggunakan analisis regresi logit.

Variabel yang digunakan yaitu variabel dependen berupa keputusan petani dan

variabel independen yang diduga antara lain umur petani, pengalaman,

pendidikan, jumlah anggota keluarga, biaya produksi dan pendapatan dengan

tingkat taraf kepercayaan yang digunakan yakni 95%. Berdasarkan analisis yang

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

17

dilakukan, diperoleh hasil bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap

pengambilan keputusan petani untuk melakukan usahatani kopi adalah biaya

produksi dengan hasil signifikansi sebesar 0,003 (<0,05). Variabel lainnya seperti

umur petani, pendidikan petani, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan

pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani kopi

di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember.

Penelitian sejenis tentang faktor-faktor yang mendasari pengambilan

keputusan petani dilakukan oleh Budi (2014) yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Mendasari Keputusan Petani Bergabung dengan KPTR (Koperasi Petani Tebu

Rakyat) dan Peran KPTR terhadap Petani Tebu (Studi Kasus di PG Pesantren

Baru PTPN X Kediri)”, mengungkapkan bahwa metode analisis yang digunakan

untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari keputusan petani tebu bergabung

dengan KPTR adalah dengan menggunakan metode analisis regresi logistik.

Penelitian tersebut dilakukan pada tiga KPTR, antara lain KPTR Mitra Sejahtera,

KPTR Putra Jaya, dan KPTR Usaha Mulia. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata

terhadap keputusan petani tebu bergabung dengan KPTR Mitra sejahtera antara

lain umur, pengalaman, jumlah anggota keluarga, pelayanan dan penyaluran

aspirasi. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan

petani tebu dengan KPTR Putra Jaya antara lain umur, pengalaman, dan

pendidikan. Tidak terdapat faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap

pengambilan keputusan petani tebu untuk bergabung dengan KPTR Usaha Mulia.

Penelitian Kusno (2016) yang berjudul “Pola Kemitraan Petani Kopi

Arabika dengan Perum Perhutani serta Perbedaan Pendapatan Petani Kopi di Desa

Kayumas Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo”, mengungkapkan bahwa

metode analisis yang digunakan dalam penelitiannya untuk mengetahui faktor-

faktor yang mendasari keputusan petani kopi arabika untuk bermitra dan tidak

bermitra adalah dengan menggunakan analisis regresi logit model. Variabel

independen yang diduga antara lain umur, pendidikan petani, pendapatan dan

biaya produksi. Taraf kepercayaan yang digunakan oleh peneliti adalah sebesar

95%. Berdasarkan hasil analisis regresi logit model, variabel yang berpengaruh

nyata terhadap pengambilan keputusan petani untuk bermitra antara lain umur

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

18

dengan nilai signifikansi sebesar 0,029, pendidikan petani dengan nilai

signifikansi sebesar 0,039, dan biaya produksi dengan nilai signifikansi sebesar

0,042. Variabel pendapatan berpengaruh tidak nyata terhadap keputusan petani

melakukan kemitraan dengan nilai siginifikansi sebesar 0,1 atau > 0,05.

Penelitian tentang faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

petani juga dilakukan oleh Valentine (2017) yang berjudul “Faktor-faktor yang

Mendasari Pengambilan Keputusan Petani Tebu bermitra dengan PG Djatiroto”,

menjelaskan bahwa variable yang diduga mendasari pengambilan keputusan

petani tebu melakukan kemitraan dengan PG Djatiroto antara lain umur,

pengalaman, pendidikan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Penelitian

tersebut dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi logistik. Faktor

yang berpengaruh nyata terhadap keputusan petani tebu untuk bermitra antara lain

pengalaman, pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Faktor umur dan

pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh tidak nyata terhadap pengambilan

keputusan petani untuk melakukan kemitraan dengan PG. Djatiroto.

Penelitian sejenis tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

keputusan petani melakukan kemitraan juga dilakukan oleh Wang et al., (2014)

yang berjudul “The Transition to Modern Agriculture: Contract Farming in

Developing Economics”, menjelaskan bahwa kegiatan kontrak pertanian

merupakan suatu langkah atau strategi dalam memodernisasi pertanian khususnya

pada bidang pertanian skala kecil. Beberapa manfaat yang diperoleh dalam

melakukan kontrak pertanian dengan perusahaan yang lebih besar antara lain

mampu melakukan produksi dengan menggunakan peralatan yang lebih besar atau

modern, mampu mengadopsi teknologi produksi yang lebih canggih dan

mengurangi biaya produksi dalam rantai pasokan. Tujuan dari kontrak pertanian

tersebut adalah untuk meningkatkan pendapatan dan produktivitas serta

kesejahteraan petani dan keluarganya. Beberapa variabel yang berpengaruh nyata

terhadap keputusan petani dalam melakukan kontrak pertanian antara lain umur,

dukungan pemerintah, ukuran lahan, pendidikan, pengalaman, perilaku terhadap

risiko dan modal. Beberapa variabel lain yang tidak berpengaruh secara signfikan

antara lain jenis kelamin, akses kredit, risiko pasar, dan keahlian.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

19

Beberapa penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi petani dalam

menentukan keputusan bermitra digunakan sebagai acuan untuk menentukan

variabel-variabel yang diduga berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan

petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo. Berdasarkan penelitian

tersebut, beberapa variabel yang diduga mempengaruhi pengambilan keputusan

petani antara lain: a) umur, b) pendidikan, c) pengalaman, d) jumlah anggota

keluarga, e) pendapatan, f) perilaku terhadap risiko dan g) luas lahan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Komoditas Tembakau Besuki Na-Oogst

Tembakau NO (Na-Oogst), merupakan tembakau yang ditanam diakhir

musim kemarau dan dipanen atau dipetik pada awal musim penghujan. Tembakau

jenis Na-Oogst merupakan sejenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar

membuat cerutu dan hampir seluruh produk yang dihasilkan diekspor ke negara

lain. Tanaman tembakau cerutu Besuki di Kabupaten Jember terdiri dari beberapa

jenis, yaitu tembakau Besuki Na-Oogst tradisional (BesNOTRA); tembakau

Besuki Na-Oogst tanam awal (BesNOTA), yang pada dasarnya dikeringkan

secara alami; dan tembakau bawah naungan (TBN) yang merupakan hasil

terobosan teknologi tahun 1984 dengan cara menggunakan tanaman naungan

(waring). Tembakau BesNOTRA ditanam pada pertengahan musim kemarau dan

dipanen pada musim penghujan. Tembakau BesNOTA dan TBN ditanam pada

akhir musim penghujan dan dipanen pada musim kemarau. Pemanfaatan ketiga

jenis tembakau tersebut pada dasarnya sama yakni sebagai bahan pembuatan

rokok cerutu sehingga ketiga jenis tembakau tersebut disebut sebagai tembakau

Besuki Na-Oogst. Berdasarkan ilmu agronomi, tembakau Besuki Na-Oogst

mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Soetriono dkk., 2014):

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Personatae

Famili : Solanaceae

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

20

Genus : Nicotiana

Spesies : Tabacum

Berikut ini merupakan tahapan budidaya tembakau Besuki Na-Oogst

(Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, 2011):

1. Pembibitan

Pembibitan tembakau Besuki Na-Oogst dilakukan pada sebidang lahan

atau bedengan dengan ukuran 4 m X 80 cm. Benih tembakau disebar tanpa

dikecambahkan terlebih dahulu dan kemudian ditutup dengan jerami. Bedengan

pembibitan ditutup dengan menggunakan atap yang dibuat dari plastik putih

tembus cahaya dengan kerangka dari bambu. Atap tersebut dibuat untuk

menghindari kerusakan bibit akibat hujan. Pengairan bibit tembakau dilakukan

dengan sistem torapan. Jika pertumbuhan bibit tidak merata, dilakukan

pencabutan bibit secara bertahap untuk proses penanaman. Umur bibit yang sudah

siap tanam yakni 40-50 hari setelah tanam.

2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah untuk penanaman tembakau Besuki Na-Oogst meliputi

kegiatan pembukaan lahan, penjuringan, pendangiran, dan pembersihan rumput.

Pembukaan lahan dikerjakan dengan menggunakan bantuan alat pertanian berupa

traktor. Selain pembajakan juga dilakukan lotari yang berfungsi menghancurkan

tanah serta penggarbuan yang berfungsi untuk penggemburan tanah dan

mempercepat pengeringan. Pengolahan tanah berfungsi untuk mengembalikan

kondisi tanah yang berubah akibat adanya perubahan sifat fisika dan kimia serta

kesehatan lahan. Perubahan sifat kimia yaitu perubahan unsur-unsur dalam tanah

yang menyebabkan pH tanah menjadi masam sehingga perlu dilakukan penetralan

dengan cara pengapuran.

3. Penanaman

Penanaman tembakau Besuki Na-Oogst dilakukan ketika bibit sudah

berumur 40-50 hari setelah tanam. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 90

cm X 50 cm. Jarak tanam tersebut berfungsi untuk memberikan ruang gerak yang

optimal bagi pertumbuhan tembakau. Penanaman dilakukan pada sore hari untuk

menghindari kelayuan bibit akibat panas matahari.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

21

4. Penyiraman dan Penyulaman

Pengairan atau penyiraman harus dilakukan dengan mempertimbangkan

cuaca pada saat itu. Selain itu, jenis tanah tempat usahatani tembakau juga perlu

diperhatikan sehingga nantinya berpengaruh pada intensitas pengairan yang perlu

dilakukan. pengairan dilakukan sebanyak 3-4 kali selama musim tanam. Pengairan

tembakau dilakukan sebelum pengolahan tanah dilakukan. Kemudian dilakukan

pengairan kembali sebelum membuat lubang tanam. Pengairan selanjutnya

dilakukan setelah aplikasi pupuk dilakukan.

5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur hara bagi tanaman

tembakau. Pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P2O5 dan KNO3. Pemupukan

daun tembakau dilakukan sebanyak 6 kali selama musim tanam. Pemupukan

pertama yaitu pemupukan dasar yang dilakukan sebelum tanam atau 3 HST

dengan cara digejik. Pemupukan kedua yaitu pupuk starter pada umur tanaman 7

HST dengan cara digejik kemudian dilakukan penyiraman. Pemupukan ketiga

yaitu pupuk susulan I sekitar 15 hari setelah gulud I. Pemupukan keempat yaitu

pupuk susulan II dilakukan sekitar 21-24 hari setelah gulud II. Pemupukan kelima

yaitu pupuk side dressing dilakukan pada umur 35 hari setelah pekerjaan cuci kaki

diberikan dengan cara menaburkan pada perengan guludan. Pemupukan keenam

yaitu pupuk top dressing dilakukan setelah panen daun KOS.

6. Pemeliharaan

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan sesuai dengan intensitas

serangan hama dan penyakit yang menyerang. Hama ulat yang menyerang akan

dikendalikan dengan cara teknis dan kimia. Hama lainnya seperti thrips juga akan

dikendalikan dengan teknis dan kimia, sedangkan untuk penyakit disebabkan oleh

virus atau bakteri seperti kerdil atau kuning akan dibiarkan atau dicabut agar tidak

menyebar pada tanaman tembakau lainnya. Pengendalian hama tembakau

dilakukan menggunakan obat pertanian atau pestisida sesuai aturan.

7. Pemanenan

Proses pemanenan dilakukan pada saat tanaman tembakau berumur 40-50

hari setelah tanam. Untuk jenis tanaman tembakau Besuki Na-Oogst tradisional

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

22

biasa dipanen pada saat umur tembakau 55 hari. Pemanenan dilakukan pada pagi

hari sekitar jam 05.00-06.00. Pemanenan dipagi hari dilakukan untuk menghindari

kelayuan daun tembakau. Daun tembakau yang digunakan untuk Deckblad harus

dipanen tidak terlalu tua atau menjelang masak. Daun yang digunakan sebagai

Omblad harus dipanen cukup tua. Daun tembakau yang digunakan sebagai Filler

harus dipanen tua. Setiap panen biasanya dilakukan pemetikan sebanyak 2 lembar

daun.

8. Pascapanen

Pascapanen dilakukan di gudang pengering setelah daun tembakau diangkut

dari lahan. Tembakau yang akan dikeringkan disunduk terlebih dahulu dengan

menggunakan jarum dan tali goni. Satu STG (Sunduk Tali Goni) berisi 30-40

lembar daun tembakau. Setiap STG disusun pada dolog dimana satu dolog berisi

3-4 STG. Pengeringan dilakukan ketika daun tembakau mulai layu. Pengapian

dilakukan dengan api kecil dan sedang tergantung pada warna daun yang akan

dihasilkan. Daun yang siap dirompos yaitu daun yang memiliki lamina dan

gagang telah cukup kering secara menyeluruh. Umur tembakau siap rompos di

gudang pengering yaitu untuk daun KOS berkisar 18-20 hari, daun KAK berkisar

20-22 hari, daun TNG berkisar 22-26 hari dan daun PUT berkisar 18-20 hari.

Menurut Kabul (2013), teknologi pengeringan tembakau merupakan cara

pengolahan hasil panen daun tembakau dari lahan menjadi daun tembakau kering

yang siap dijual ke perusahaan. Teknologi yang digunakan dalam pengeringan

disesuaikan dengan jenis tembakau. Pengeringan tembakau mempengaruhi

kualitas yang akan dihasilkan. Berikut ini merupakan teknologi pengeringan

tembakau:

1. Pengeringan Matahari (Sun Curing)

Teknologi pengeringan matahari digunakan untuk mengolah tembakau

Jawa menjadi daun tembakau rajangan. Teknologi Sun Curing menggunakan sinar

matahari secara langsung yaitu melalui penjemuran. Proses penjemuran untuk

tembakau rajangan berlangsung selama 2-3 hari, sedangkan untuk daun krosok

berlangsung selama 7-10 hari.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

23

2. Pengeringan dengan Cerobong Asap (Flue Curing)

Teknologi pengeringan dengan cerobong asap digunakan untuk

pengolahan tembakau Virginia. Teknologi pengeringan dilakukan dengan

pengovenan dengan menggunakan cerobong asap. Proses pengeringan terjadi

dengan berkurangnya kelembaban selama 24-60 jam (masa penguningan),

hilangnya kadar air hingga lamina mengering dan gagang juga mengering. Energi

yang digunakan yaitu minyak tanah ataupun batu bara.

3. Pengeringan Sistem Udara (Air Curing)

Teknologi pengeringan sistem udara digunakan untuk mengolah tembakau

White Burley yang banyak ditanam di Kabupaten Jember dan Lumajang. Air

Curing dilakukan dengan menggunakan aliran udara dan memerlukan bangunan

khusus (Curing Shed). Tembakau yang dihasilkan memiliki kadar gula rendah dan

kandungan nikotin yang tinggi. Proses Air Curing dilakukan dengan penyujenan

tembakau dan diletakkan dalam gelantang yang sudah terpasang di bangunan.

Pengeringan terjadi selama 30 hari hingga tembakau mengering.

2.2.2 Teori Usahatani

Usahatani merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk

tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Suatu usahatani

dikatakan efektif jika petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka

miliki secara baik, sedangkan dikatakan efisien jika pemanfaatan sumberdaya

dapat menghasilkan keluaran yang melebihi masukan. Berdasarkan skala

usahanya, usahatani dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu usahatani skala besar

dan usahatani skala kecil. Usahatani pada skala luas atau besar umumnya

memiliki modal yang besar, teknologi tinggi, manajemen modern dan bersifat

komersial, sedangkan usahatani kecil umumnya bermodal kecil, teknologi

tradisional, dan bersifat subsisten atau hanya untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri (Soekartawi, 2006).

Menurut Hernanto dalam Soetriono dkk., (2006), usahatani diartikan

sebagai kesatuan organisasi antara kerja, modal, dan pengelolaan yang

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

24

ditunjukkan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Sejalan dengan

pengertian tersebut, Soeharjo (1993) menyatakan ada empat hal yang perlu

diperhatikan untuk pembinaan usahatani, yakni antara lain:

1. Organisasi usahatani yang difokuskan pada pengelolaan unsur-unsur

produksi dan tujuan usahanya.

2. Pola pemilikan tanah usahatani.

3. Kerja usahatani yang difokuskan pada distribusi kerja dan pengangguran

dalam usahatani.

4. Modal usahatani yang difokuskan pada proporsi dan sumber modal petani.

Pada dasarnya, sebagai individu petani tidak mempunyai kemampuan

untuk mengubah keadaan usahataninya. Keberadaan bantuan dari luar sangat

diperlukan, baik secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha

maupun tidak langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani

menerima hal-hal baru dan mengadakan tindakan perubahan. Bentuk-bentuk

insentif tersebut antara lain jaminan tersedianya sarana produksi, jaminan

pemasaran hasil usahatani, jaminan tersedianya kredit usahatani, jaminan adanya

kontinuitas informasi dan teknologi serta bentuk insentif lainnya yang mampu

merangsang petani untuk melakukan usahatani yang berkembang lebih produktif

dan efisien.

Menurut Tjakrawiralksana dalam Isyanto (2012), usahatani dapat dikatak

berhasil apabila usahatani tersebut telah dapat menunjukkan hal-hal sebagai

berikut: (1) usahatani tersebut telah menghasilkan penerimaan yang dapat

menutupi semua bunga modal atau pengeluaran, (2) usahatani tersebut telah

menghasilkan penerimaan tambahan untuk membayar bunga modal yang dipakai,

baik modal sendiri maupun modal simpanan, (3) usahatani tersebut telah

memberikan balas jasa pengelolaan yang wajar kepada petani itu sendiri, dan (4)

usahatani tersebut tetap produktif pada akhir tahun, seperti halnya pada awal

tahun operasional. Usahatani yang berjalan secara berkesinambungan serta

menunjukkan semua hal tersebut akan memberikan pendapatan yang tinggi

kepada pelaku usahatani. Semua kriteria tersebut akan membantu menciptakan

sistem usahatani yang efektif dan efisien.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

25

Secara garis besar, terdapat dua bentuk usahatani yaitu usahatani keluarga

(family farm income) dan perusahaan pertanian (plantation, estate, enterprise).

Perkembangan usahatani pada mulanya hanya bertujuan untuk menghasilkan

bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hanya merupakan usahatani

swasembada atau subsistence. Usahatani dapat menghasilkan produk berlebih

serta dapat dipasarkan sehingga bercorak usahatani swasembada keuangan

dikarenakan sistem pengelolaan yang baik. Usahatani yang berorientasi pada

pasar, pada akhirnya akan menjadi usahatani niaga. Usahatani pada awalnya

hanya mengelola tanaman pangan, kemudian berkembang meliputi berbagai

komoditi sehingga bukan usahatani murni tetapi menjadi usahatani campuran

(mixed farming). Usahatani campuran (mixed farming) meliputi berbagai macam

komoditas antara lain, tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan,

perikanan, dan peternakan. Masyarakat sudah banyak menerapkan usahatani yang

dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, akan tetapi

untuk memperoleh pendapatan yang tinggi sehingga dapat dijadikan modal

kembali (Suratiyah, 2015).

2.2.3 Teori Kemitraan

Menurut Januar (2006), terdapat beragam pendapat diantara para pakar

tentang pengertian kemitraan. Berikut ini merupakan pengertian kemitraan dari

berbagai literatur dan para pakar:

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991)

Arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan.

Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.

b. Linton, I. (1990)

Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan

pelanggan saling berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis

bersama.

c. Hafsah, M. J. (1999)

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

26

dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan

disebut sebagai suatu strategi bisnis, sehingga keberhasilannya sangat

ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam

menjalankan etika bisnis.

d. Fletcher, K. L. (1987)

Partnership is the relation which subsist between person carrying on a

bussines in common with a view of profit.

e. Sutawi (2002)

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha

menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh

usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Berdasarkan definisi yang disampaikan tersebut, dapat terlihat bahwa

pendapat dari para pakar berbeda satu sama lain, hal itu dikarenakan setiap pakar

memiliki titik fokus yang berbeda dalam memberikan definisi mengenai

kemitraan. Secara garis besar, kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang

merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan

prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar, dan saling menguntungkan.

Kerjasama yang dilakukan tersebut bertujuan untuk saling mengembangkan usaha

yang dijalankan. Kerjasama dalam kemitraan tersebut tersirat adanya suatu

pembinaan dan pengembangan, hal ini dapat terlihat karena masing-masing pihak

memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga akan saling

melengkapi satu sama lain.

Menurut Haeruman dalam Zaelani (2008), kemitraan dapat dijelaskan dari

sudut pandang ekonomi sebagai berikut:

1. Esensi kemitraan terletak pada kontribusi bersama, baik berupa tenaga

(labour) maupun benda (property) atau keduanya untuk tujuan kegiatan

ekonomi. Pengendalian kegiatan dilakukan bersama dan pembagian

keuntungan dan kerugian didistribusikan diantara mitra.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

27

2. Partnership atau alliance adalah suatu asosiasi yang terdiri dari dua

orang/usaha atau yang sama-sama memiliki sebuah peran dengan tujuan

untuk mencari laba.

3. Kemitraan adalah suatu persekutuan dari dua orang atau lebih sebagai

pemilik bersama yang menjalankan suatu bisnis dalam mencari suatu

keuntungan.

4. Kemitraan adalah suatu perusahaan dengan sejumlah pemilik yang

menikmati bersama keuntungan-keuntungan dari perusahaan dan masing-

masing menanggung liabilitas yang tak terbatas atas hutang-hutang

perusahaan.

Menurut Hafsah dalam Rochmatika (2006), dalam kondisi yang ideal

tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan antara lain meningkatkan

pendapatan, meningkatkan perolehan nilai tambah, meningkatkan efisiensi,

menciptakan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, memberdayakan

masyarakat usaha kecil, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah

dan nasional serta menghindari kecemburuan sosial yang akan menimbulkan

gejolak sosial. Untuk mencapai sasaran pengembangan, prioritas yang akan

ditempuh adalah dengan mengambangkan usaha ekonomi dan meningkatkan

partisipasi masyarakat pedesaan dengan mengembangkan kualitas sumberdaya

manusia yang didukung oleh penerapan sistem usaha secara terpadu, sehingga

pengusaha besar dan pengusaha kecil dapat memanfaatkan sumberdaya dan

fasilitas prasarana sesuai skala ekonomi. Sistem ini menempatkan pengusaha kecil

sebagai mitra kerja dan sekaligus pelaku yang handal dan mandiri.

2.2.4 Teori Pola Kemitraan

Menurut Sumardjo et al., (2004), secara umum pola kemitraan yang

berkembang di Indonesia dikelompokkan menjadi beberapa pola, yaitu antara

lain:

a. Pola Inti Plasma

Pola inti plasma merupakan suatu bentuk pola kemitraan antara kelompok

mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Perusahaan inti

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

28

menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung,

mengolah dan memasarkan hasil produksi, sedangkan kelompok mitra usaha

memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati

sehingga hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual

yang tinggi.

Kelebihan sistem inti plasma:

1. Terciptanya saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan

Usaha kecil sebagai plasma mendapatkan pinjaman permodalan, pembinaan

teknologi dan manajemen, sarana produksi, pengolahan serta pemasaran hasil

dari perusahaan mitra. Perusahaan mitra sebagai inti memperoleh standar mutu

bahan baku yang telah terjamin dan berkesinambungan.

2. Terciptanya peningkatan usaha

Usaha kecil sebagai plasma menjadi lebih ekonomis dan efisien karena adanya

bantuan dari perusahaan mitra. Kemampuan perusahaan inti dan kawasan pasar

meningkat karena data mengembangkan komoditas sehingga barang produksi

yang dihasilkan mempunyai keunggulan yang lebih dan mampu bersaing

dengan pasar yang lebih luas, baik pasar nasional, regional maupun

internasional.

3. Mendorong perkembangan ekonomi

Berkembangnya kemitraan inti plasma mendorong tumbuhnya pusat-pusat

ekonomi baru yang semakin berkembang. Kondisi tersebut akan menjadikan

kemitraan sebagai media pemerataan pembangunan dan mencegah terjadinya

kesenjangan sosial antar daerah.

Kelemahan sistem inti plasma:

1. Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga

kesepakatan yang telah ditentukan berjalan kurang lancar.

2. Komitmen perusahaan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan

kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma.

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

29

3. Belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas

plasma sehingga terkadang pengusaha inti mempermainkan harga komoditas

plasma.

b. Pola Subkontrak

Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha

dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan

oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Pola ini memiliki

kecenderungan mengisolasi produsen kecil sebagai subkontrak pada suatu bentuk

hubungan monopoli dan monopsoni, terutama dalam hal penyediaan bahan baku

dan pemasaran.

Kelebihan sistem subkontrak:

Kemitraan tersebut ditandai dengan kesepakatan mengenai kontrak

bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu. Pola subkontrak sangat

bermanfaat bagi terciptanya alih teknologi, modal keterampilan, produktivitas,

serta terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra.

Kelemahan sistem subkontrak:

1. Hubungan subkontrak yang terjalin lama akan cenderung mengisolasi produsen

kecil ke monopoli atau monopsoni, terutama penyediaan bahan baku serta hal

pemasaran.

2. Berkurangnya nilai-nilai kemitraan diantara kedua pihak.

3. Kontrol kualitas produk yang ketat, tetapi tidak dengan sistem pembayaran

yang tepat.

c. Pola Dagang Umum

Pola dagang umum merupakan pola kemitraan dimana perusahaan mitra

memasarkan hasil yang diperoleh oleh kelompok mitra usaha dan kelompok mitra

usaha menyuplai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan.

Kelebihan sistem dagang umum:

Kelompok mitra berperan sebagai pemasok kebutuhan yang diperlukan

oleh perusahaan mitra. Perusahaan mitra memasarkan produk dari kelompok

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

30

mitra. Kondisi tersebut menguntungkan kelompok mitra karena tidak perlu

bersusah payah menjual produknya ke tangan konsumen.

Kelemahan sistem dagang umum:

1. Harga dan volume produknya sering ditentukan oleh perusahaan mitra secara

sepihak sehingga dapat merugikan kelompok mitra.

2. Sistem perdagangan sering ditemukan berubah menjadi kosinyasi.

d. Pola Keagenan

Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana

usaha kecil diberi hak-hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha

menengah atau usaha besar sebagai mitranya.

Kelebihan sistem keagenan:

Agen yang bertindak sebagai tulang punggung dan ujung tombak

pemasaran usaha besar dan usaha menengah, sehingga agen harus lebih

profesional, handal, dan ulet dalam pemasaran agar saling menguntungkan dan

memperkuat pihak-pihak mitra.

Kelemahan sistem keagenan:

1. Usaha kecil mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga harganya

menjadi lebih tinggi ditingkat konsumen.

2. Usaha kecil sering memasarkan produknya ke beberapa mitra usaha saja

sehingga kurang mampu memahami segmen pasar dan tidak memenuhi target.

e. Pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)

Pola kerjasama operasional agribisnis merupakan hubungan kemitraan

antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra. Kelompok usaha mitra

menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra

menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan serta

membudidayakan suatu komoditi pertanian.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

31

Kelebihan sistem Kemitraan Operasional Agribisnis (KOA):

Pola kemitraan KOA sama halnya dengan pola kemitraan inti plasma yang

banyak ditemukan pada masyarakat pedesaan, antara usaha kecil di desa dengan

usaha rumah tangga yang menggunakan sistem bagi hasil.

Kelemahan sistem Kemitraan Operasional Agribisnis (KOA):

1. Perusahaan mitra cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan

pengusaha kecil sebagai kelompok mitra.

2. Pengambilan keuntungan oleh perusahaan mitra yang menangani aspek

pemasaran dan pengolahan produk terlalu besar sehingga dirasa kurang adil

oleh pengusaha kecil mitra.

2.2.5 Teori Pengambilan Keputusan

Menurut Firdaus (2008), pengambilan keputusan merupakan suatu proses

untuk memilih suatu cara atau arah tindakan dari berbagai alternatif yang ada

demi tercapainya hasil yang diinginkan. Mengambil atau membuat keputusan

berarti melakukan pemilihan dari berbagai kemungkinan atau alternatif.

Pengertian tersebut mengandung beberapa unsur sebagai berikut:

1. Proses

Proses menunjukkan adanya kegiatan atau pelaksanaan sesuatu. Pengambilan

keputusan yang baik adalah suatu proses yang aktif dimana manajer agribisnis

terlibat secara pribadi dan agresif. Pengambilan keputusan yang baik menuntut

keterlibatan aktif dan tepat waktu dari manajer agribisnis.

2. Pemilihan

Pemilihan menunjukkan adanya pilihan, yaitu terdapat beberapa alternatif

untuk dipilih. Apabila tidak terdapat alternatif pilihan, maka tidak ada

keputusan yang akan diambil. Alternatif yang akan dipilih tersebut harus layak,

realistis dan dapat dijangkau.

3. Tujuan

Pengambilan keputusan yang efisien menuntut adanya tujuan yang jelas dan

telah ada dibenak para pengambil keputusan (decision maker). Tujuan

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

32

pengambilan keputusan sama halnya dengan alternatif pilihan yakni harus

layak dan bersifat khusus.

Menurut Syamsi (2000), pengambilan keputusan yang dilakukan

hendaknya mempunyai dasar-dasar yang jelas. Dasar dalam pengambilan

keputusan bermacam-macam tergantung pada masalah yang ada. Keputusan bisa

diambil hanya berdasarkan perasaan semata, ada pula keputusan dibuat

berdasarkan rasio, bahkan banyak terjadi dilingkungan instansi pemerintah

maupun di perusahaan, keputusan diambil berdasarkan wewenang yang

dimilikinya. Dasar dalam pengambilan keputusan antara lain:

1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan bersifat subjektif.

Beberapa keuntungan dalam pengambilan keputusan ini antara lain: 1) karena

pengambil keputusan adalah seseorang, maka dapat segera diputuskan, 2) jika

pimpinan memiliki “olah rasa” yang cukup tinggi, maka keputusan yang

diambil banyak yang tepat, 3) lebih tepat untuk masalah yang bersifat

kemanusiaan.

2. Pengambilan Keputusan Rasional

Keputusan yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan pertimbangan dari

segi daya guna. Masalah yang dihadapi juga membtuhkan pemecahan yang

rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan yang rasional lebih

bersifat objektif. Dalam kehidupan bermasyarakat, keputusan yang rasional

dapat terasa apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam

batas-batas nilai kemasyarakatan yang diakui saat itu.

3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta.

Pengambilan keputusan seharusnya harus didukung dengan fakta yang

memadai. Fakat yang dimaksud tersebut adalah data dan informasi.sekumpulan

fakta yang dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Keputusan yang

didasarkan pada fakta, data atau informasi yang cukup merupakan keputusan

yang sehat, akan tetapi untuk mendapatkan informasi yang cukup tersebut

seringkali sulit.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

33

4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman

Keputusan berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan

praktis. Pengalaman dan kemampuan memprakirakan apa yang menjadi latar

belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu

dalam memudahkan pemecahan masalah.

5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengambilan keputusan berdasarkan

wewenang antara lain: 1) banyak diterima oleh bawahan, terlepas apakah

penerimaan itu dilakukan dengan senang hati atau terpaksa, 2) memiliki

otentitas dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih

permanen sifatnya. Kelemahan dari pengambilan keputusan berdasarkan

wewenang yakni dapat menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan praktik

diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang juga kadang oleh pembuat

keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan

sehingga malah dapat mengaburkan.

Menurut Davis dalam Syamsi (2000), menyatakan bahwa keputusan

merupakan suatu hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.

Pernyataan tersebut berhubungan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

mengenai “apa yang harus dilakukan” dan seterusnya mengenai unsur-unsur

perencanaan. Menurut teori klasik, pengambilan keputusan harus dilakukan secara

rasional. Keputusan harus diambil dalam kondisi yang pasti, pengambil keputusan

memiliki informasi sepenuhnya serta benar-benar menguasai permasalahan yang

ada. Pengambilan keputusan dilakukan dengan berorientasi pada “apa yang harus

dilakukan” bukan pada “apa yang ia inginkan”.

Proses pengambilan keputusan melibatkan tiga unsur penting, yaitu

sebagai berikut:

1. Pengambilan keputusan harus didasarkan pada fakta yang ada. Semakin

sedikit fakta yang relevan dan tersedia, semakin sulit pula proses

pengambilan keputusan.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

34

2. Pengambilan keputusan melibatkan analisis informasi aktual. Analisis

dapat menggunakan uji statistik, komputer atau hanya merupakan

pemikiran yang logis dan sederhana.

3. Proses pengambilan keputusan membutuhkan unsur pertimbangan dan

penilaian yang subjektif dari manajemen terhadap situasi, berdasarkan

pengalaman dan pandangan umum (Firdaus, 2008).

Suatu proses pengambilan keputusan umumnya dilakukan dengan tujuan

untuk memecahkan permasalahan atau persoalan yang ada (problem solving).

Setiap keputusan yang dibuat memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Beberapa keputusan bisa berulang kali dibuat secara rutin dan dalam bentuk

persoalan yang sama sehingga mudah dilakukan. Keputusan-keputusan semacam

ini dapat ditempuh secara efektif dengan mengikuti peraturan-peraturan atau pola

yang disusun berdasarkan pengalaman. Komponen penting dalam proses

pengambilan keputusan adalah kegiatan pengumpulan informasi dari mana suatu

apresiasi mengenai situasi keputusan yang dibuat (Supranto, 2005).

2.2.6 Teori Regresi Logistik

Menurut Rosadi (2011), regresi logistik merupakan salah satu model

statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara

sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe

kategoris atau kualitatif. Adapun tujuan dari analisis regresi logistik adalah

sebagai berikut:

1. Memprediksi probabilitas terjadinya atau tidak terjadinya event (terjadinya

nonevent) berdasarkan nilai-nilai prediktor yang digunakan. Event merupakan

status variabel respon yang menjadi pokok perhatian (diberikan nilai kode yang

lebih tinggi dibandingkan nonevent).

2. Mengklarifikasikan subjek penelitian berdasarkan ambang probabilitas.

Menurut Poedjati et al., (2008), regresi logistik adalah prosedur

permodelan yang ditetapkan dengan tujuan utnuk memodelkan variabel respon

(Y) yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel prediktor (X), baik

itu bersifat kategori maupun kontinyu. Regresi logistik merupakan alternatif uji

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

35

jika asumsi multivariate normal distribution pada variabel bebasnya tidak bisa

terpenuhi asumsi ini dikarenakan variabel bebas merupakan campuran antara

variabel kontinyu (metric) dan kategorial (non-metric). Pada prinsipnya, melalui

model logistik akan diperoleh berapa besar probabilitas setiap keputusan yang

dipilih dan faktor apa saja yang mempengaruhi setiap keputusan pilihan tersebut.

Kelebihan menggunakan analisis regresi logistik dibandingkan dengan teknik

analisis lainnya yaitu lebih fleksibel. Berikut ini merupakan beberapa kelebihan-

kelebihan dari regresi logistik (Kuncoro, 2001):

1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang

digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki

distribusi normal linier maupun memiliki varian yang sama setiap grup.

2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinyu

(diperoleh dari hasil pengukuran berupa pecahan/bukan bilangan bulat), diskrit

(diperoleh dari hasil hitung yang berupa bilangan bulat) dan dikotomis.

3. Regresi logistik akan sangat bermanfaat digunakan apabila respon atas variabel

terikat diharapkan non-linier dengan satu atau lebih variabel bebas.

Menurut Gujarati (2007), dalam analisis regresi, variabel tak bebas tidak

hanya dipengaruhi oleh variabel-variabel yang bisa dikuantifikasikan pada

beberapa skala yang sudah tertentu (seperti pendapatan, output, biaya, harga,

bobot dan suhu) tetapi juga dipengaruhi oleh variabel-variabel yang pada dasarnya

bersifat kualitatif (seperti jenis kelamin, ras, warna, agama, kebangsaan, ukuran

dan status perkawinan). Variabel-variabel kualitatif seperti itu biasanya

menunjukkan ada atau tidaknya “kualitas” atau ciri-ciri suatu atribut, seperti laki-

laki atau perempuan, hitam atau putih, warga atau non warga negara. Salah satu

metode “kuantifikasi” atribut-atribut seperti itu adalah dengan membentuk

variabel buatan yang memperhitungkan nilai satu atau nol. Nilai nol menunjukkan

ketiadaan sebuah atribut. Satu menunjukkan bahwa seseorang adalah wanita dan

nol mungkin menunjukkan pria. Variabel yang mengasumsikan nilai-nilai seperti

0 dan 1 ini disebut dengan variabel dummy (dummy variable) dan bisa

dilambangan dengan simbol D.

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

36

Menurut Nachrowi dan Hardius (2002), secara keseluruhan model logit

merupakan model non-linier baik dalam parameter maupun dalam variabel. Oleh

karena itu, model OLS tidak dapat digunakan untuk mengestimasi model logit.

Variabel dependen dalam model logit bersifat kategorik yang terdiri atas p dan 1-

p. p merupakan probabilitas terjadinya suatu peristiwa, sedangkan 1-p merupakan

probabilitas tidak terjadinya suatu peristiwa.

Mengingat data dependen variabel model regresi logistik menggunakan

data kategorik, maka persyaratan dan asumsi model tidak seketat model regresi

lainnya. Meskipun demikian, seluruh syarat pembuatan regresi harus tetap ada

dalam model regresi logistik. Sebaliknya, pada asumsi dasar dan asumsi klasik

lebih diperlonggar karena hanya pada variabel dummy saja dilakukan pengujian

itu. Formulasi persamaan model regresi logistik adalah sebagai berikut (Gani dan

Amalia, 2015).

p (y = 1) = p =

Keterangan :

Y = variabel pembanding dengan menggunakan data dummy (nilai

indikator 1=sampel yang diamati, sedangkan nilai indikator 0 =

sampel pembanding)

P = proporsi nilai/skor y=1 dalam populasi

β0 = intercept (konstanta)

β1- βn = koefisien-koefisien regresi

Ei = kesalahan variabel acak (galat)

Xi = variabel bebas

2.3 Kerangka Pemikiran

Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui serta

menjelaskan proses pelaksanaan kemitraan antara petani tembakau Besuki Na-

Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Salah

satu penelitian yang mengungkap mengenai proses pelaksanaan kemitraan

komoditas tembakau adalah penelitian Fachruddin (2013). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa proses pelaksanaan kemitraan antara petani tembakau Besuki

Na-Oogst dengan koperasi agrobisnis Tarutama Nusantara dicermati melalui

beberapa aspek antara lain: a) tujuan kerjasama, b) lingkup pekerjaan, c) hak dan

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

37

kewajiban, d) penyetoran, e) deskripsi mutu dan harga, f) tata cara penerimaan

dan pembayaran, g) jangka waktu kerjasama dan h) penyelesaian masalah.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui dan menjelaskan proses

pelaksanaan kemitraan kontrak harga tidak tetap dan harga tetap dicermati melalu

beberapa aspek yang didasarkan atas penelitian terdahulu antara lain: a) tujuan

bermitra, b) hak dan kewajiban, c) tata cara pendaftaran, d) jangka waktu

kerjasama dan e) penyelesaian masalah. Dari hasil kajian proses pelaksanaan

kegiatan kemitraan antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan

Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dengan perusahaan mitra

akan diketahui peran dari masing-masing pihak yang bermitra. Peran tersebut

nantinya dapat mengindikasikan pola kemitraan yang terbentuk dalam kemitraan

yang berlangsung tersebut.

Tujuan kedua dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui dan

menjelaskan pola kemitraan yang terbentuk dalam kemitraan antara petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember dengan perusahaan mitra. Penelitian yang mengungkap tentang

pola kemitraan antara petani tembakau Besuki Na-Oogst dengan perusahaan mitra

dilakukan oleh Efendi (2007). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pola

kemitraan yang terbentuk adalah pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis

(KOA). Penelitian yang mengkaji mengenai pola kemitraan juga banyak

dilakukan pada komoditas perkebunan yang lain seperti kopi, kapas, kelapa sawit

dan tebu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada kecenderungan pola

kemitraan yang terbentuk adalah pola kemitraan inti plasma dengan kerjasama

operasional agribisnis (KOA).

Dalam penelitian ini, untuk mengkaji mengenai pola kemitraan yang

terbentuk antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dengan perusahaan mitra dicermati

melalui beberapa indikator yang dikemukakan oleh Sumardjo et al., (2004).

Indikator untuk melihat pola kemitraan yang terbentuk dicermati dari masing-

masing peran pihak yang bermitra. Pola inti plasma terbentuk jika perusahaan

mitra berperan menyediakan lahan, input produksi, manajemen dan kepastian

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

38

pasar, sedangkan kelompok mitra berperan melakukan produksi untuk

menghasilkan produk. Pola subkontrak terbentuk jika perusahaan mitra berperan

membeli produk yang dihasilkan kelompok mitra, sedangkan kelompok mitra

berperan menghasilkan produk yang merupakan komponen produksi perusahaan

mitra. Pola dagang umum terbentuk apabila perusahaan mitra berperan

memasarkan produk kelompok mitra, sedangkan kelompok mitra berperan

memasok produk yang dibutuhkan perusahaan mitra. Pola keagenan terbentuk jika

perusahaan mitra berperan menghasilkan produk serta bertanggung jawab atas

mutu dan volume produk, sedangkan kelompok mitra berperan memasarkan

produk perusahaan. Pola kerjasama operasional agribisnis (KOA) terbentuk jika

perusahaan mitra berperan menyediakan biaya, input produksi, manajemen, dan

kepastian pasar, sedangkan kelompok mitra berperan menyediakan lahan serta

tenaga kerja.

Tujuan ketiga dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dalam melakukan

kemitraan kontrak harga tidak tetap. Penelitian yang mengungkap faktor

pengambilan keputusan petani melakukan kemitraan pada petani tembakau cerutu

yakni Fachruddin (2013). Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada beberapa

variabel yang diduga mempengaruhi pengambilan keputusan petan bermitra

antara lain: a) pinjaman modal, b) jaminan saprotan, c) pendampingan, d)

kepastian pasar dan harga serta e) transparansi mutu barang. Variabel yang

berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan petani antara lain:

a) variabel pinjaman modal dan b) kepastian pasar dan harga, sedangkan variabel

yang lain tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani untuk

melakukan kemitraan. Penelitian tentang faktor pengambilan keputusan petani

melakukan kemitraan juga banyak dilakukan pada komoditas perkebunan lainnya

seperti komoditas kopi dan tebu. Penelitian Zuningsih (2016) menjelaskan

beberapa variabel yang berpengaruh adalah biaya produksi, sedangkan variabel

yang tidak berpengaruh antara lain: a) umur, b) pendidikan, c) pengalaman, d)

jumlah anggota keluarga dan e) pendapatan. Penelitian Budi (2014) menjelaskan

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

39

variabel yang berpengaruh antara lain a) umur, b) pengalaman dan c) pendidikan.

Penelitian Kusno (2016) menjelaskan variabel yang berpengaruh nyata antara lain:

a) umur, b) pendidikan dan c) biaya produksi, sedangkan variabel yang tidak

berpengaruh nyata yakni pendapatan. Hasil penelitian Wang et al., menjelaskan

beberapa variabel yang berpengaruh nyata antara lain: a) umur, b) dukungan

pemerintah, c) lahan, d) pendidikan, e) pengalaman, f) perilaku terhadap risiko

dan g) modal, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata antara lain: a)

jenis kelamin, b) akses kredit, c) risiko pasar dan d) keahlian.

Dalam penelitian ini, untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan petani tembakau Besuki Na-Oogst dalam

melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap diduga terdapat beberapa variabel.

Variabel tersebut antara lain: a) umur, b) pendidikan, c) pengalaman usahatani, d)

jumlah anggota keluarga, e) pendapatan, f) perilaku terhadap risiko dan g) luas

lahan. Untuk mengkaji tujuan ketiga tersebut dilakukan analisis dengan

menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis nanti akan menunjukkan

variabel-variabel apa saja yang berpengaruh nyata secara signifikan terhadap

pengambilan keputusan petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dalam melakukan kemitraan kontrak

harga tidak tetap.

Berdasarkan ketiga tujuan yang akan dikaji, tujuan akhir dalam penelitian

ini adalah adanya perbaikan kemitraan melalui ketepatan sasaran anggota mitra

kontrak harga tidak tetap berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata

terhadap pengambilan keputusan petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan

Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember sehingga kemitraan dapat

dilanjutkan.

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

40

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Proses Kemitraan dapat

dicermati dari beberapa kriteria:

- Tujuan Bermitra

- Hak dan Kewajiban

- Tata Cara Pendaftaran

- Jangka Waktu

- Penyelesaian Masalah

(Fachruddin, 2013)

Faktor yang

mempengaruhi secara

signifikan terhadap

pengambilan keputusan

petani:

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pengalaman

4. Anggota Keluarga

5. Ukuran lahan

6. Pendapatan

7. Perilaku terhadap

Risiko (Fachruddin,

2013)

Pola Kemitraan

dicermati

melalui beberapa

indikator :

(Lampiran F)

Kemitraan

Gapoktan Cahaya Muda

Kelurahan Antirogo

Mayang

Sari

Analisis Deskriptif

Analisis Regresi Logistik

Keberlanjutan mitra melalui ketepatan sasaran anggota mitra kontrak harga

tidak tetap dengan mempertimbangkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap

pengambilan keputusan petani

Usahatani tembakau di

Kelurahan Antirogo

Tempurejo

Fenomena:

1. Terdapat dua

perusahaan mitra.

2. Terdapat dua

kontrak harga

berbeda.

1. Kontrak harga

tidak tetap.

2. Selalu terjadi

peningkatan

anggota mitra.

Kontrak

harga tetap

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

41

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pengambilan

keputusan petani tembakau melakukan kemitraan antara lain: (a) umur, (b)

pengalaman, (c) pendidikan, (d) jumlah anggota keluarga, (e) pendapatan, dan

(f) ukuran lahan.

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

42

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilaksanakan di Kelurahan Antirogo Kecamatan

Sumbersari Kabupaten Jember, tepatnya pada Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) Cahaya Muda. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive method). Menurut Choiron (2010), purposive method merupakan suatu

teknik penentuan daerah penelitian yang didasarkan atas pertimbangan-

pertimbangan dan tujuan tertentu dalam penelitian. Beberapa pertimbangan

pemilihan Kelurahan Antirogo sebagai lokasi penelitian khususnya pada

Gapoktan Cahaya Muda antara lain, Gapoktan Cahaya Muda memiliki anggota

yang mayoritas petaninya mengusahakan tanaman tembakau besuki Na-Oogst,

telah melakukan kemitraan dengan perusahaan swasta selama 3 tahun dan

merupakan wilayah penghasil tembakau tertinggi se-Kecamatan Sumbersari.

Berdasarkan pertimbangan tersebut Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari

dipilih sebagai lokasi penelitian.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

analitik. Menurut Nazir (2009), metode deskriptif merupakan suatu metode yang

dilakukan untuk melihat atau meneliti suatu objek, kondisi, sekelompok manusia

atau peristiwa yang terjadi saat ini. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat

suatu gambaran yang sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta serta

hubungan antar fenomena yang diteliti untuk memperoleh kebenaran. Metode

deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah

pertama tentang proses kemitraan dan rumusan masalah kedua tentang bentuk

kemitraan yang berlangsung antara petani tembakau dengan perusahaan mitra.

Metode analitik digunakan untuk menguji hipotesis dan mengadakan beberapa

analisis yang berkaitan dengan penelitian untuk kemudian dilakukan interpretasi

yang lebih mendalam tentang hubungan antar fenomena dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2005). Metode

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

43

analitik dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga

mengenai faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan petani tembakau

di Kelurahan Antirogo untuk melakukan kemitraan dengan perusahaan mitra.

3.3 Metode Pengambilan Contoh

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode proportionate

stratified random sampling. Menurut Sugiyono (2015), metode proportionate

stratified random sampling merupakan teknik penentuan sampel yang digunakan

untuk menentukan sampel jika populasi yang ada berstrata proporsional. Sampel

yang diambil yakni petani tembakau yang tergabung dalam Gapoktan Cahaya

Muda dan masih melakukan kemitraan. Populasi petani tembakau Besuki Na-

Oogst adalah sebanyak 58 petani. Jumlah petani yang melakukan kemitraan

dengan kontrak harga tidak tetap sebanyak 47 petani, sedangkan petani tembakau

yang melakukan kemitraan kontrak harga tetap sebanyak 11 petani. Penentuan

besarnya sampel tiap strata berdasarkan jumlah populasi yang diketahui yakni

dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut (Umar, 2005):

n =

n = 58

1 58 (0,05)2= 50

Keterangan:

N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (5 %)

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas, dapat diketahui

bahwa jumlah sampel yang harus didapatkan adalah sebanyak 50 petani.

Penyebaran sampel yang diambil pada masing-masing strata adalah sebagai

berikut:

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

44

Tabel 3.1 Proporsi Sampel Penelitian

Kriteria Populasi Sampel

Petani mitra kontrak harga

tidak tetap

47 39

Petani mitra kontrak harga

tetap

11 11

Jumlah 58 50

Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang

didapatkan adalah sebanyak 50 petani tembakau Besuki Na-Oogst, yakni

sebanyak 39 petani merupakan petani tembakau mitra dengan kontrak harga tidak

tetap dan sebanyak 11 petani merupakan petani tembakau yang melakukan

kemitraan kontrak harga tetap.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

cara yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder (Waluya, 2007). Pengambilan

jenis data tersebut dilakukan dengan beberapa cara. Menurut Bungin (2011),

metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti antara lain:

1. Metode observasi dan wawancara

Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian secara langsung di daerah penelitian yakni di

Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dan

memperoleh gambaran kondisi di daerah penelitian secara langsung.

Wawancara merupakan suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan melakukan tanya jawab secara langsung antara pewawancara

dengan responden menggunakan panduan wawancara. Metode ini juga

menggunakan kuisioner, dimana peneliti memberikan seperangkat pertanyaan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Data primer yang dibutuhkan adalah

tentang proses serta bentuk kemitraan yang berlangsung dan faktor-faktor yang

memperngaruhi petani melakukan kemitraan dengan perusahaan mitra.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

45

2. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan untuk

melengkapi data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan

dokumen-dokumen tertulis. Dokumen-dokumen tersebut mulai dari lembaga

pemerintahan, kelompok tani, skripsi, jurnal, buku maupun dokumen

elektronik (internet seperti data dalam buku online, BPS). Jenis data ini

termasuk dalam data sekunder yang berfungsi sebagai penunjang data primer

dalam mendukung penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data

Permasalahan pertama mengenai proses pelaksanaan kemitraan dan

permasalahan kedua mengenai bentuk kemitraan yang berlangsung antara petani

tembakau dengan perusahaan Mayang Sari dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk

menggambarkan data yang sudah terkumpul dari daerah penelitian sesuai dengan

tujuan penelitian. Analisis deskriptif didasarkan atas survei lapang dengan

melakukan observasi dan wawancara yang dilakukan. Data yang diperoleh

tersebut akan memberikan gambaran mengenai proses pelaksanaan kemitraan

antara petani tembakau dengan perusahaan Mayang Sari yang meliputi tujuan

bermitra, hak dan kewajiban, tata cara pendaftaran, jangka waktu dan

penyelesaian masalah. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menggambarkan

pola kemitraan yang berlangsung antara petani tembakau dengan perusahaan

Mayang Sari. Beberapa pola kemitraan memiliki indikator tertentu sehingga suatu

kemitraan yang terjalin dapat dikategorikan kedalam suatu pola kemitraan.

Indikator pola kemitraan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Indikator pola kemitraan

No. Pola Peran

Perusahaan mitra Kelompok mitra

1. Inti plasma - Menyediakan lahan,

sarana produksi,

bimbingan teknis,

manajemen

- Menampung dan

mengolah

- Melakukan budidaya dan

pemeliharaan

- Menghasilkan produk bermutu

sesuai kesepakatan

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

46

- Memasarkan hasil

produksi

2. Subkontrak - Membeli produk dari

kelompok mitra

- Menghasilkan produk yang

dibutuhkan perusahaan mitra

sebagai komponen

produksinya

3. Dagang

umum

- Memasarkan produk

kelompok mitra

- Memasok produk yang

dibutuhkan perusahaan mitra

4. Keagenan - Menghasilkan

produk

- Bertanggung jawab

atas mutu dan

volume produk

- Memasarkan produk

perusahaan

5. KOA - Menyediakan biaya,

modal, manajemen,

sarana produksi

- Menjamin pasar

- Menyediakan lahan, sarana

produksi dan tenaga kerja

Sumber: Sumardjo et al., (2004)

Permasalahan ketiga mengenai faktor-faktor yang mendasari pengambilan

keputusan petani tembakau melakukan kemitraan dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi logistik. Faktor-faktor pengambilan keputusan tersebut terdiri dari

umur, pengalaman kerja, pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas lahan,

pendapatan, biaya produksi, risiko usahatani. Menurut Nugraha (2014), regresi

logistik merupakan suatu prosedur permodelan yang diterapkan untuk

memodelkan suatu variabel respon (Y) yang bersifat kategori berdasarkan satu

atau lebih variabel prediktor (X) baik yang bersifat kategorikal maupun kontinu.

Analisis regresi logistik merupakan suatu model regresi nonlinier yang

menggunakan fungsi eksponensial dalam pendugaan parameternya. Variabel

dependen dalam analisis regresi logistik menggunakan data kategorik, sedangkan

variabel independennya menggunakan data kategorik dan atau data numerik.

Dalam penelitian ini variabel dependen (Y) adalah keputusan petani

tembakau dalam memutuskan melakukan kemitraan yang kemudian

ditransformasikan dalam bentuk variabel nominal yakni angka 1 untuk petani

yang melakukan kemitraan dan angka 0 untuk petani yang tidak melakukan

kemitraan. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

47

mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan kemitraan yakni antara lain

umur, pengalaman kerja, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, biaya

produksi, ukuran luas lahan dan risiko usahatani. Menurut Gujarati (2013),

analisis regresi logistik dapat dirumuskan sebagai berikut.

Pi = E(Yi = 1|Xi) = β0 βiXi

Keterangan :

Pi = Probabilitas

Yi = Variabel dependen (variabel terikat)

Xi = Variabel Independen (variabel bebas)

β0 = Konstanta

βi = Koefisien regresi

Sehingga rumus dari regresi logistik dapat ditransformasikan menjadi :

Pi = Yi = 1

1 e-zi =

ez

1 ez

Dimana Zi = β1 – β2Xi

Langkah berikutnya menggunakan persamaan logit model. Pada penelitian ini

terdapat 7 variabel independen (bebas) dengan formulasi persamaan logit sebagai

berikut :

Yi= (Pi

1-pi)=

1

1 e- β0 β1X1 β2X2 β3X3 β4X4 β5X5 β6X6 β7X7

Keterangan:

Yi = Keputusan petani tembakau

1 = Jika petani bermitra

0 = Jika petani tidak bermitra

β0 = konstanta

β1-β7 = koefisien regresi variabel independen

X1 = Umur (tahun)

X2 = Pendidikan (tahun)

X3 = Pengalaman usahatani (tahun)

X4 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)

X5 = Pendapatan (rupiah/MT)

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

48

X6 = Perilaku terhadap risiko

X7 = Luas Lahan (hektar)

Variabel perilaku terhadap risiko merupakan suatu penilaian tentang

perilaku petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo terhadap risiko

usahatani. Perilaku terhadap risiko usahatani menjelaskan bagaimana pandangan

petani terhadap risiko usahatani tembakau sehingga memutuskan untuk

melakukan usahatani tembakau. Petani tembakau Besuki Na-Oogst dihadapkan

pada suatu ilustrasi sehingga petani akan menentukan pilihannya. Berikut

merupakan ilustrasi yang dihadapkan pada petani dan disajikan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Pilihan Petani terhadap Risiko Usahatani

No Kriteria

Harga Tidak

Tetap (1,5 Jt

- 10 Jt)

Harga Tetap

(5 Jt) Keuntungan Pilihan

1 A 0 5 Kw 25 Jt

2 B 1 Kw 4 Kw 30 Jt

3 C 2 Kw 3 Kw 35 Jt

4 D 3 Kw 2 Kw 40 Jt

5 E 4 Kw 1 Kw 45 Jt

6 F 5 Kw 0 50 Jt

Sumber: Diadopsi dari Pendapat Vassalos dan Yingbo, 2016

Tabel 4.12 menunjukkan beberapa pilihan yang dapat dipilih petani untuk

menjelaskan perilaku petani terhadap risiko. Jika petani memiliki hasil panen

tembakau Besuki Na-Oogst sebanyak 5 kwintal, kemudian dihadapkan pada dua

pilihan yakni menjual kepada perusahaan yang menerapkan harga tidak tetap dan

harga tetap. Harga tidak tetap ditentukan berdasarkan harga pasar dan

memperhatikan kualitas tembakau, sedangkan harga tetap ditentukan berdasarkan

kesepakatan secara tetap dan tanpa memperhatikan kualitas tembakau.

Beberapa kriteria pengujian yang dilakukan dalam analisis regresi logistik

adalah sebagai berikut:

1. Uji G (Goodness of Fit Test)

Menurut Gani dan Amalia (2015), Uji G digunakan untuk menguji

kelayakan suatu model agar penjelasan pengaruh dari seluruh variabel independen

yang digunakan terhadap variabel dependen layak untuk dilakukan. Nilai G pada

uji G adalah sebagai berikut:

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

49

G = -2In [ likelihood (Model B)

likelihood (Model A)]

Keterangan:

Model A = Model yang hanya terdiri dari satu konstanta saja

Model B = Model yang hanya terdiri dari satu variabel

Nilai G yang diketahui kemudian dibandingkan dengan nilai tabel chi

kuadrat dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Jika Ghitung < X2α(0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Jika Ghitung > X2α(0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat.

H1: Ada minimal satu variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat.

Hasil uji G pada output SPSS dapat dilihat pada output Omnimbus Test Model Of

Coefficient.

2. Statistik -2 log likehood

Statistik -2 log likehood digunakan untuk mengetahui apakah adanya

penambahan variabel independen kedalam model secara signifikan dapat

memberpaiki model. Hal itu dapat dilakukan dengan melihat nilai -2 log likehood,

apabila terjadi penurunan pada nilai -2 log likehood yaitu nilai -2 log likehood

pada block 1 lebih kecil dari pada nilai -2 log likehood pada block 0 menunjukkan

bahwa adanya penambahan variabel independen ke dalam model secara signifikan

memperbaiki model atau dapat dikatakan model yang digunakan menjadi lebih

baik.

3. Tabel klasifikasi

Tabel klasifikasi digunakan untuk menjelaskan tingkat akurasi model yang

digunakan dalam menduga kondisi yang terjadi di daerah penelitian. Tabel

klasifikasi dapat mengukur akurasi model yang digunakan dalam memprediksi

perubahan variabel dependen. Hasil uji pada aplikasi SPSS dapat dilihat pada

output classification table.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

50

4. Uji kelayakan model regresi

Menurut Sujarweni (2015), uji kelayakan model regresi ini dinilai dengan

menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Nilai probablitias

yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai signifikansi α = 0,05 dengan

kriteria pengujian sebagai berikut:

a. H0 ditolak jika nilai P ≤α = 0,05

b. H0 diterima jika nilai P ≥α = 0,05

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan yaitu:

H0: Model regresi binary logistik layak dipakai pada analisis selanjutnya, karena

tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati.

H1: Model regresi binary logistik tidak layak dipakai pada analisis selanjutnya,

karena ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati.

5. Uji signifikansi secara individu

Uji signifikansi secara individu dilakukan untuk menguji kecocokan

koefisien dengan menggunakan uji wald (w). Menurut Rosadi (2011), uji wald

merupakan uji univariat pada masing-masing koefisien regresi logistik (biasanya

disebut partially test). Adapun pengujian hipotesis yang dilakukan adalah:

a. H0: Variabel umur, pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga,

pendapatan, biaya produksi, ukuran luas lahan dan risiko usahatani secara

univariat tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan

petani tembakau dalam melakukan kemitraan.

b. H1: Variabel umur, pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga,

pendapatan, biaya produksi, ukuran luas lahan dan risiko usahatani secara

univariat berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan petani

tembakau dalam melakukan kemitraan.

Statistik uji yang digunakan adalah Wi = ̂

( ̂ ) dimana ̂ merupakan

penduga ̂ dan SE ( ̂ ) adalah penduga galat baku dari ̂ . Statistik W mengikuti

sebaran normal baku.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

51

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan:

a. Jika |Wi| > |Zα/2| maka H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Jika |Wi| < |Zα/2| maka H1 ditolak dan H0 diterima.

6. Melakukan interpretasi terhadap nilai rasio kecenderungan yang terbentuk

Menurut Widiarta dan Wardana (2011), jika model yang digunakan

dinyatakan layak dalam menggambarkan hubungan antara variabel dependen dan

independen, maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi model yang

berfungsi sebagai penarikan kesimpulan. Odd ratio merupakan suatu hasil analisis

yang digunakan untuk melakukan interpretasi model. Jika suatu peubah penjelas

memiliki tanda positif maka nilai odd ratio akan lebih besar dari satu (>1),

sebaliknya jika tanda koefisiennya negatif maka nilai odd ratio akan lebih kecil

dari satu (<1). Odds merupakan suatu kejadian dimana peluang dari suatu

peristiwa penelitian yang terjadi dibagi dengan peluang peristiwa yang tidak

terjadi. Oleh karena itu, odds ratio dapat dikatakan sebagai perbandingan antara

dua odds. Berdasarkan output ini, diperoleh model regresi logistik berikut

(peluang petani tembakau dalam melakukan kemitraan jika seluruh variabel yang

digunakan signifikan).

πi = P (Yi = 1|x) = E (Yi = 1|Xi) = e β0 β1X1 β2X2 β3X3 β4X4 β5X5 β6X6 β7X7

1 e β0 β1X1 β2X2 β3X3 β4X4 β5X5 β6X6 β7X7

Adapun nilai odds ratio yang diperoleh sebesar:

πi

1-πi = e β0 β1X1 β2X2 β3X3 β4X4 β5X5 β6X6 β7X7

Persamaan yang dihasilkan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai

besarnya peluang petani tembakau dalam melakukan kemitraan dengan variabel

X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7. Interpretasi dari output tersebut yaitu setiap kenaikan

sebesar satu satuan unit X (misal X1 atau umur petani) akan meningkatkan nilai

odd ratio untuk melakukan kemitraan sebesar exp (β1). Untuk faktor X2

(pendidikan petani) terhadap nilai odd ratio petani untuk melakukan kemitraan

sebesar exp (β2), dan begitu seterusnya untuk variabel independen lainnya yang

signifikan.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

52

3.6 Definisi Operasional

1. Petani tembakau Besuki Na-Oogst adalah petani yang tergabung dalam

Gabungan Kelompok Tani Cahaya Muda di Kelurahan Antirogo Kecamatan

Sumbersari Kabupaten Jember.

2. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh petani

tembakau Besuki Na-Oogst dengan perusahaan mitra.

3. Populasi penelitian merupakan seluruh petani tembakau Besuki Na-Oogst

yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Cahaya Muda di Kelurahan

Antirogo Kecamatan Sumbersari.

4. Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yakni petani tembakau

Besuki Na-Oogst di Gapoktan Cahaya Muda yang menjadi sumber data

sebenarnya dalam penelitian.

5. Tujuan bermitra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manfaat berupa

keuntungan yang diperoleh baik oleh petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo maupun perusahaan mitra.

6. Hak dan kewajiban yang dimaksud disini adalah peran serta tugas yang harus

dilakukan oleh petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

maupun perusahaan mitra.

7. Tata cara pendaftaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses yang

perlu dilakukan oleh petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan

Antirogo untuk menjadi anggota mitra.

8. Jangka waktu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama kontrak

kerjasama antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

dalam melakukan kemitraan.

9. Penyelesaian masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses

penyelesaian perbedaan pendapat antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo dengan perusahaan mitra.

10. Umur merupakan usia petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan

Antirogo saat dilakukan kegiatan penelitian dan dinyatakan dalam tahun.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

53

11. Pendidikan merupakan lama pendidikan formal yang diperoleh petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo dan dinyatakan dalam

satuan tahun.

12. Pengalaman adalah lama pengalaman petani dalam melakukan usahatani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo dan dinyatakan dalam

satuan tahun.

13. Jumlah anggota keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo yang menempati satu

rumah dan dinyatakan dalam satuan jiwa.

14. Pendapatan merupakan pendapatan bersih yang diperoleh petani tembakau

Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo yang dinyatakan dalam satuan

rupiah/MT.

15. Luas lahan adalah ukuran lahan yang dimiliki petani tembakau Besuki Na-

Oogst di Kelurahan Antirogo dan dinyatakan dalah satuan hektar.

16. Risiko usahatani merupakan tingkat perilaku petani tembakau Besuki Na-

Oogst di Kelurahan Antirogo terhadap risiko dalam menentukan keputusan

bermitra yang diukur menggunakan skala likert.

17. Keputusan petani adalah keputusan petani tembakau Besuki Na-Oogst dalam

menentukan kemitraan yang terdiri dari kemitraan kontrak harga tetap dan

kontrak harga tidak tetap.

18. Kontrak harga tetap merupakan kontrak kemitraan dimana harga beli

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo bersifat tetap selama

melakukan kemitraan.

19. Kontrak harga tidak tetap merupakan kontrak kemitraan dimana harga beli

produk tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo bersifat tidak tetap

(mengikuti harga pasar) selama melakukan kemitraan.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

54

BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Kelurahan Antirogo merupakan salah satu kelurahan yang terletak

ditengah-tengah kota di Kabupaten Jember. Kelurahan Antirogo termasuk dalam

wilayah perkotaan karena merupakan suatu daerah yang terletak di Kecamatan

Sumbersari Kabupaten Jember. Data Monografi tahun 2016 menunjukkan bahwa

luas wilayah yang dimiliki Kelurahan Antirogo adalah 783 hektar. Berikut

merupakan batas-batas wilayah Kelurahan Antirogo:

Sebelah utara : Desa Patemon Kecamatan Sumbersari

Sebelah Selatan : Kelurahan Karang Rejo Kecamatan Sumbersari

Sebelah Barat : Kelurahan Tegal Gede Kecamatan Sumbersari

Sebelah Timur : Desa Sumberpinang Kecamatan Sumbersari

Topografi Kelurahan Antirogo berupa dataran sedang yang memanjang

yang subur dengan curah hujan rata-rata 1.400 mm/tahun. Hal itu menyebabkan

banyak dimanfaatkan penduduk untuk kegiatan pertanian dalam menunjang

perekonomian keluarga. Akses yang dimiliki Kelurahan Antirogo tergolong

mudah karena jarak dengan pusat transportasi (terminal dan stasiun) tidak lebih

yakni berjarak sekitar 7 km. Jarak dengan pusat kegiatan ekonomi seperti pasar

tidak terlalu jauh yakni berjarak sekitar 5-7 km.

Kelurahan Antirogo terletak pada wilayah yang paling jauh dibandingkan

dengan kelurahan lain di Kecamatan Sumbersari. Jarak kantor kelurahan ke kantor

kecamatan yakni 7 km. Kelurahan Antirogo tidak memiliki akses kendaraan

umum, sehingga untuk mencapai wilayah tersebut harus menggunakan kendaraan

pribadi baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Kelurahan

Antirogo memiliki empat lingkungan yakni antara lain lingkungan Krajan,

Plinggian, Trogo wetan dan Jambuan. Masing-masing wilayah lingkungan di

Kelurahan Antirogo memiliki satu orang kepala lingkungan yang merupakan

aparat kelurahan dan bertugas di wilayah tersebut.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

55

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk di Kelurahan Antirogo paling dominan merupakan penduduk

asli di Kabupaten Jember, namun terdapat beberapa penduduk yang merupakan

pendatang dari wilayah lain. Berikut ini merupakan data jumlah penduduk di

Kelurahan Antirogo yang disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Antirogo Tahun 2016

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1. Laki-laki 5.033

2. Perempuan 5.460

Total 10.493

Sumber: Data BPS Tahun 2016

Penduduk di Kelurahan Antirogo memiliki beberapa jenis mata

pencaharian yang diuraikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Antirogo

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1. Petani 6.540

2. Peternak 750

3. PNS 95

4. Karyawan Perusahaan 1.045

5. Buruh 386

6. TNI dan POLRI 35

7. Pensiunan 45

8. Wiraswasta 157

9. Dosen dan Guru 400

10. Lainnya 80

Total 9.533

Sumber: Data BPS Tahun 2016

Struktur mata pencaharian penduduk di Kelurahan Antirogo

memperlihatkan keragaman jenis profesi yang bermacam-macam seperti terlihat

pada tabel 4.2 diatas. Jenis pekerjaan sebagai petani merupakan profesi yang

paling dominan di Kelurahan Antirogo dengan jumlah 6.540 orang.

4.3 Potensi Sumber Daya Lahan

Kelurahan Antirogo merupakan satu-satunya kelurahan di Kecamatan

Sumbersari yang memiliki wilayah paling luas. Lahan yang ada di Kelurahan

Antirogo terbagi menjadi beberapa jenis, yakni lahan sawah, tegalan, tambak atau

kolam, bangunan dan halaman, dan lain-lain. Penggunaan lahan tersebut

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

56

disesuaikan pada potensi dimana lahan tersebut berada. Pemanfaatan lahan

menjadikan sumber pendapatan daerah khususnya masyarakat di wilayah

Kelurahan Antirogo. Jumlah keseluruhan luas lahan tersebut yakni 783 hektar.

Berikut merupakan klasifikasi penggunaan wilayah di Kelurahan Antirogo yang

disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Klasifikasi Penggunaan Wilayah Kelurahan Antirogo

No. Penggunaan Luas (Ha)

1. Sawah 334

2. Tegalan 162

3. Tambak/kolam -

4. Perkebunan -

5. Bangunan dan halaman 157

6. Lainnya 130

Total 783

Sumber: Data BPS Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan wilayah di

Kelurahan Antirogo paling banyak sebagai lahan persawahan yakni seluas 334 ha.

Potensi dibidang pertanian merupakan pemanfaatan lahan yang paling dominan di

Kelurahan Antirogo. Hal ini senada dengan banyaknya penduduk di Keluarahan

Antirogo yang berprofesi sebagai petani. Mayoritas masyarakat di Kelurahan

Antirogo berprofesi sebagai petani, baik petani pemilik maupun petani penggarap.

Luas lahan sawah dengan irigasi teknis di Kelurahan Antirogo sebesar 334 hektar.

Mayoritas pola tanam yang diterapkan oleh petani selama tiga musim tanam yaitu

padi-padi-tembakau. Jenis tembakau yang diusahakan oleh petani terdiri dari dua

jenis, yakni tembakau kasturi dan tembakau Besuki Na-Oogst.

4.4 Kemitraan Petani Tembakau dengan Perusahaan Mayangsari

4.4.1 Latar Belakang Kemitraan

Kemitraan antara petani tembakau di Kelurahan Antirogo dengan

perusahaan Mayangsari dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan

serta meningkatkan kesejahteraan petani. Kemitraan diawali dengan adanya PPL

(penyuluh pertanian lapangan) dari pihak perusahaan Mayangsari yang mencari

petani tembakau Besuki Na-Oogst untuk diajak kerjasama. Kemudian pihak PPL

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

57

mendatangi ketua Gapoktan Cahaya Muda di Kelurahan Antirogo untuk

melakukan mitra tepatnya pada tahun 2015.

4.4.2 Kesepakatan Kemitraan

Beberapa kesepakatan yang disetujui antara kedua belah pihak yakni

sebagai berikut:

1) harga jual tembakau ditentukan berdasarkan kualitas tembakau yang

dihasilkan petani serta mengikuti harga pasar.

2) input produksi serta modal usahatani tembakau disediakan oleh perusahaan

Mayangsari.

3) kuantitas tanaman tembakau yang disetorkan adalah sebanyak 1 ton 3

kwintal per hektar.

4) tembakau yang disetorkan kepada perusahaan tidak boleh dalam keadaan

hancur dan berwarna kuning.

5) kebersihan gudang pengering tembakau harus diperhatikan terutama jika

ada sampah anorganik.

4.4.3 Hak dan Kewajiban

Perusahaan Mayangsari sebagai pihak pertama yang memiliki skala usaha

lebih besar berhak untuk memperoleh kuantitas tembakau sesuai dengan

kesepakatan yang berlaku yakni sebesar 1 ton 3 kwintal per hektar serta

mendapatkan seluruh hasil produksi tembakau yang dihasilkan petani. Alasan

kuantitas tersebut adalah untuk menghindari adanya kecurangan yang sewaktu-

waktu bisa dilakukan oleh petani mitra terutama menjual produk tembakau yang

dihasilkan kepada pihak lain. Beberapa kewajiban perusahaan Mayangsari dalam

melakukan kemitraan antara lain memberikan fasilitas pinjaman modal usahatani

tembakau kepada petani, memberikan bantuan berupa input produksi,

memberikan pendampingan berupa monitoring secara langsung dilahan,

memberikan pembinaan kepada petani terkait teknis usahatani tembakau sebelum

penanaman dan membeli hasil produksi petani tembakau sesuai dengan kualitas

dan harga yang telah disepakati.

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

58

Petani tembakau Besuki Na-Oogst sebagai pihak kedua memiliki beberapa

hak antara lain melakukan perawatan budidaya tembakau dengan baik,

mendapatkan bantuan modal dan input produksi dari perusahaan mitra,

mendapatkan pembinaan setiap sebulan sekali, mendapatkan pendampingan teknis

secara langsung di lahan. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh petani tembakau

mitra antara lain menyediakan hamparan lahan untuk usahatani tembakau besuki

Na-Oogst seluas 60 ha, melakukan kegiatan operasional baik di lahan maupun di

gudang pengeringan sesuai dengan standar teknis yang telah disepakati, petani

dilarang menyetorkan jenis tembakau selain tembakau Besuki Na-Oogst,

mengikuti anjuran teknis yang diarahkan oleh perusahaan dan petani dilarang

menjual hasil produksinya kepada pihak lain.

4.5 Karakteristik Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan

Antirogo

Usahatani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo sudah

dilakukan sejak tahun 1980-an. Tembakau Besuki Na-Oogst bukan merupakan

satu-satunya komoditas tembakau yang diusahakan di wilayah tersebut. Jenis

tembakau yang juga diusahakan oleh petani adalah tembakau Kasturi. Tembakau

Besuki Na-Oogst lebih dikenal oleh masyarakat di Kelurahan Antirogo dengan

sebutan tembakau Na-Oogst tradisional. Tembakau Na-Oogst yang dibudidayakan

oleh petani merupakan tembakau Non Bawah Naungan (TBN). Tembakau jenis

Besuki Na-Oogst awalnya hanya diusahakan oleh salah seorang petani di

Kelurahan Antirogo secara pribadi. Pemasarannyapun masih belum jelas sehingga

tembakau harus disimpan dalam gudang terlebih dahulu. Hingga pada tahun 2007

ada pihak perusahaan tembakau yang membeli hasil panen tersebut. Pada tahun

2014, pihak perusahaan Mayangsari mendatangi petani tembakau Besuki Na-

Oogst dan mengajak untuk melakukan kemitraan hingga sampai tahun ini.

Pelaksanaan kegiatan usahatani tembakau Besuki Na-Oogst dapat dilihat pada

tahapan berikut:

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

59

1. Pembibitan

Pembibitan tembakau dilakukan secara tradisional dalam sebuah bedengan

berukuran sekitar 6 m X 80 cm. Benih tembakau disebar diatas bedengan secara

merata dan kemudian ditutupi menggunakan jerami. Benih tembakau Besuki Na-

Oogst yang digunakan petani yakni benih jenis H382. Bedengan ditutup dengan

menggunakan atap yang terbuat dari plastik putih guna melindungi bibit tembakau

dari kerusakan yang dapat disebabkan oleh hujan. Atap penutup bedengan juga

berfungsi untuk mengatur suhu sehingga bibit dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik. Bibit tembakau sudah siap dipindah tanam ketika berumur 40-45

hari. Pembibitan tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo sesuai dengan

anjuran Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur baik dari segi penggunaan atap

menggunakan plastik maupun umur bibit siap tanam. Perbedaannya hanya pada

ukuran bedengan yang digunakan. Berikut ini merupakan gambar lahan

pembibitan tanaman tembakau Besuki Na-Oogst yang disajikan pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Lahan Pembibitan

2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah untuk penanaman tembakau meliputi kegiatan

pembukaan lahan, penjuringan, pendangiran, dan pembersihan rumput.

Pembukaan lahan dikerjakan dengan menggunakan bantuan alat pertanian berupa

traktor. Selain pembajakan juga dilakukan lotari yang berfungsi menghancurkan

tanah serta penggarbuan yang berfungsi untuk penggemburan tanah dan

mempercepat pengeringan. Frekuensi pengolahan tanah antara petani satu dengan

lainnya berbeda-beda. Perbedaan tersebut terletak pada kondisi tanah dan

kemampuan petani yang bersangkutan serta luasan lahan yang dimiliki masing-

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

60

masing petani tembakau. Pengolahan tanah dilakukan pada saat bibit sudah

berumur 30 hari. Pengolahan tanah dilakukan selama kurang lebih 10 hari

sebanyak 2 kali proses. Pengolahan pertama dilakukan pembajakan untuk

menggemburkan tanah, sedangkan pengolahan kedua dilakukan dengan

memberikan kapur untuk meningkatkan kesuburan tanah serta memperbaiki

struktur kimia atau kandungan dalam tanah setelah penanaman sebelumnya.

Proses pengolahan tanah di Kelurahan Antirogo sudah mengikuti anjuran Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Timur dalam penggunaan kapur untuk memperbaiki

unsur hara dalam tanah. Berikut ini merupakan pengolahan lahan yang disajikan

dalam gambar 4.2.

Gambar 4.2 Proses Pengolahan Tanah

3. Penanaman

Penanaman bibit tembakau dilakukan setelah pengolahan tanah selesai.

Petani tembakau pada umumnya memindah bibit dan menanam tembakau pada

saat umur antara 40-45 hari untuk bibit cabutan. Ukuran bedengan untuk tanam

tembakau yakni 60 cm X 90 cm. Penanaman tembakau dilakukan sore hari karena

menghindari kelayuan pada bibit. Jarak tanam yang digunakan oleh petani untuk

menanam tembakau Besuki Na-Oogst yakni 45 cm. jarak tanam tersebut berfungsi

untuk memberikan ruang gerak yang optimal bagi pertumbuhan tembakau.

Keuntungan jarak tanam tersebut mampu menghasilkan tembakau dengan

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

61

rendemen yang tinggi, matahari lebih gampang masuk serta daun yang dihasilkan

lebih lebar. Jarak tanam yang sesuai akan menghasilkan daun tembakau yang

berkualitas karena tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan unsur hara serta

sinar matahari. Proses penanaman tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan

Antirogo sesuai dengan anjuran teknis budidaya dari Dinas Perkebunan Provinsi

Jawa Timur baik dari segi waktu penanaman maupun umur bibit yang ditanam.

Perbedaannya hanya terletak pada ukuran bedengan serta jarak tanam tembakau.

Berikut ini merupakan penanaman tembakau yang disajikan dalam gambar 4.3.

Gambar 4.3 Proses Penanaman

4. Penyiraman dan Penyulaman

Penyiraman dilakukan pada saat penanaman tembakau dan dilanjutkan

pada hari kedua sampai tanaman tembakau mulai hidup dan segar, atau minimal

dilakukan selama satu minggu berturut-turut. Penyiraman dapat dilakukan pada

waktu pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi tanaman tembakau guna melakukan kegiatan fotosintesis. Pengairan

dilakukan oleh petani di Kelurahan Antirogo sebanyak 3 kali selama musim

tanam. Penyiraman pertama dilakukan pada saat tanam dengan cara disiram,

pengairan kedua dilakukan setelah tembakau berumur 1 bulan dengan cara diairi,

kemudian jarak 10 hari diairi kembali. Penyulaman dilakukan apabila bibit

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

62

tersebut mati atau terdapat gejala keriting. Penyulaman dilakukan paling akhir

saat tinggi tanaman mencapai sekitar 20 cm. Hal ini dimaksudkan agar

pertumbuhan tanaman tembakau tetap terkontrol dengan baik. Penyiraman

tanaman tembakau di Kelurahan Antirogo sesuai dengan teknis budidaya Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Timur dari segi kuantitas penyiraman, namun berbeda

dengan waktu penyiramannya. Berikut ini merupakan kegiatan penyulaman yang

disajikan dalam gambar 4.4.

Gambar 4.4 Proses Penyulaman

5. Pemupukan

Pemupukan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

tanaman tembakau. Jika pertumbuhan terganggu, maka kualitas tembakau yang

dihasilkan nanti rendah. Pemupukan yang dilakukan petani berbeda-beda baik

jenis, intensitas maupun kuantitas pupuknya. Kegiatan pemupukan sangat

memperhatikan kebutuhan tanaman akan pupuk, luas lahan serta tingkat

kesuburan tanah. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali selama musim tanam.

Pemupukan pertama dilakukan pada saat tembakau berumur 1 minggu dengan

menggunakan pupuk Saprodag dan Urea, pemupkan kedua dilakukan pada saat

tembakau berumur 15 hari dengan menggunakan pupuk ZA, sedangkan

pemupukan ketiga dilakukan saat tembakau berumur 1 bulan dengan pupuk ZA

dan KS. Kegiatan pemupukan yang dilakukan petani tembakau Besuki Na-Oogst

di Kelurahan Antirogo berbeda dengan anjuran teknis budidaya Dinas Perkebunan

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

63

Provinsi Jawa Timur baik dari segi intensitas, jenis pupuk maupun waktu

pemupukannya. Berikut ini merupakan pemupukan tanaman tembakau yang

disajikan dalam gambar 4.5.

Gambar 4.5 Proses Pemupukan

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan atau kegiatan perawatan dilakukan petani agar tanaman

tembakau tetap tumbuh dengan baik. Kegiatan perawatan yang dilakukan oleh

petani antara lain pengendalian gulma. Gulma yang tumbuh dicabut secara

langsung menggunakan tangan, atau jika tidak memungkinkan petani

menggunakan bantuan alat berupa arit. Pembersihan gulma atau tanaman

pengganggu dilakukan petani pada saat ke lahan dan kemudian secara langsung

melihat ada gulma dalam lahan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman juga

dilakukan petani dengan memberikan beberapa pestisida selama 3 kali dalam

sekali musim tanam. Beberapa obat pertanian yang digunakan oleh petani untuk

mengendalikan hama dan penyakit tanaman antara lain Folicur WP, Bactocyn,

Ridomil, Confidor, Prevathon, Cabrio, Anthracol, dan Demolish. Penyemprotan

dilakukan sebanyak 3 kali dalam sekali musim tanam. Penyemprotan pertama

dilakukan saat tembakau berumur 10 hari, sedangkan penyemprotan kedua dan

ketiga saat umur 20 hari dan 30 hari setelah tanam. Pemeliharaan tembakau

Besuki Na-Oogst oleh petani di Kelurahan Antirogo sesuai dengan anjuran teknis

budidaya Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Pemeliharaan dilakukan sesuai

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

64

dengan intensitas serangan hama dan penyakit, sehingga kemudia dialkukan

pengendalian menggunakan obat-obat pertanian. Berikut ini merupakan kegiatan

penyemprotan yang disajikan dalam gambar 4.6

Gambar 4.6 Proses Penyemprotan

7. Pemanenan

Kegiatan panen atau pemetikan daun tembakau dilakukan pada tanaman

yang belum cukup umur akan menghasilkan daun berkualitas rendah. Pemetikan

daun tembakau yang terbaik adalah jika tanaman sudah cukup umur dan daun-

daunnya telah masak petik yang dicirikan dengan warna hijau kekuningan.

Pemetikan dauntembakau dilakukan ketika tembakau berumur 55 hari. Tingkat

kematangan daun tembakau dalam satu pohon tidak serempak, tetapi berurutan

dari bawah keatas. Jarak waktu pemanenan antar daun yang satu dengan yang

lainnya sekitar 3 hari. Dalam satu kali petik sekitar 3-4 daun per pohon. Proses

pemanenan tembakau oleh petani di Kelurahan Antirogo sudah sesuai dengan

anjuran budidaya tembakau Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur baik dari segi

waktu pemetikan maupun umur siap panen. Perbedaannya terletak pada jumlah

daun yang dipetik pada saat pemanenan. Berikut ini merupakan tembakau hasil

panen yang disajikan dalam gambar 4.7.

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

65

Gambar 4.7 Proses Pemanenan

8. Penyujenan

Penyujenan merupakan kegiatan menggandeng tembakau satu dengan

lainnya. Penyujenan dimaksudkan untuk mempermudah proses pengeringan.

Penyujenan tembakau biasanya menggunakan sujen dari bambu. Penyujenan

dilakukan setelah tembakau selesai dipetik. Setiap sujen terdiri dari 10-11 lembar

daun tembakau. Setelah penyujenan, dilakukan pengglantangan (dinaikkan untuk

proses pengeringan) berdasarkan batas ruangan (longkang), Setiap longkang

jumlah sujen berbeda-beda yaitu berdasarkan besar kecilnya gudang yang dipakai.

Proses penyujenan oleh petani tembakau di Kelurahan Antirogo berbeda dengan

anjuran teknis budidaya Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur dari segi

medianya sehingga mempengaruhi perbedaan jumlah daun dalam sujen. Berikut

ini proses penyujenan tembakau yang disajikan dalam gambar 4.8.

Gambar 4.8 Proses Penyujenan

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

66

9. Pengeringan

Proses pengeringan tembakau dilakukan dengan beberapa cara, misalnya

air curing (mengangin-anginkan dalam ruangan teduh), smoke curing (pemanasan

dengan api atau asap), dan flue curing (panas buatan melalui pipa-pipa api).

Pengeringan daun tembakau Besuki Na-Oogst yang dilakukan oleh petani di

Kelurahan Antirogo adalah smoke curing yakni pengeringan dengan

menggunakan asap. Pengeringan atau pengovenan daun tembakau dilakukan

selama 15-20 hari. Gudang pengering daun tembakau terbuat dari tembakau dan

ditutupi dengan gedek yang terbuat dari bambu. Pada saat pengasapan, gudang

harus ditutup rapat dengan menggunakan gedek dengan tujuan untuk menjaga

asap tidak keluar, udara tidak masuk kedalam gudang pengering serta kualitas

tembakau yang dihasilkan tetap terjaga. Pada musim hujan, biasanya gedek

penutup dibuka dari gudang pengering dengan tujuan untuk menghidari

kebusukan pada tembakau. Berikut ini merupakan gambar gudang pengering

tembakau petani yang disajikan pada gambar 4.9.

Gambar 4.9 Gudang Pengering Tembakau

10. Peromposan Tembakau

Setelah daun tembakau kering dan diturunkan dari gudang pengasapan,

maka proses selanjutnya adalah peromposan. Pada proses ini daun tembakau

dilepas dari sujennya, setelah dilepas dari sujen krosok tembakau dibedakan

berdasarkan panjang daunnya, ketebalan, warna, dan lain sebagainya. Setiap

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

67

krosok yang sudah dipisah-pisahkan kemudian diikat dengan tali. Setiap ikat daun

tembakau kering bisa mencapai 20 lembar tergantung besar kecilnya tembakau.

Berikut merupakan peromposan daun tembakau yang sudah kering dan kemudian

diikat menggunakan tali dan disajikan dalam gambar 4.10.

Gambar 4.10. Proses Peromposan

11. Sortasi

Kegiatan sortasi dilakukan untuk mengelompokkan daun tembakau yang

dihasilkan sesuai dengan kualitas yang telah disepakati. Kegiatan sortasi juga

dilakukan karena harga beli daun tembakau disesuaikan dengan kualitas tembakau

sehingga masing-masing kualitas daun tembakau berbeda harga. Berikut

merupakan pembagian grade tembakau oleh petani dengan di perusahaan yang

disajikan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4. Pembagian Grade Tembakau Berdasarkan Penggunaannya

No. Kegunaan Grade Tembakau

1 Dekblad Matang atas, tengah 1, tengah 2, tengah 3, tengah

4 2 Omblad

3 Filler (+) Daun Dekblad dan Omblad yang tergolong jelek

4 Filler (-) Daun kat dan daun pucuk

5 Regi Daun kos

Sumber: Data Primer di Olah, 2018

12. Penjualan

Semua krosok yang sudah dirompos atau disortir, siap untuk dijual. Petani

tembakau langsung menjual hasil tembakau kepada pihak perusahaan mitra.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

68

Perusahaan mitra langsung mendatangi petani untuk membeli tembakau tersebut.

Tembakau yang sudah kering kemudian dibawa ke gudang perusahaan

menggunakan transportasi milik perusahaan Mayangsari.

4.6 Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan sifat atau ciri dari seorang responden

sebagai petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo Kecamatan

Sumbersari. Karakteristik responden terdiri dari dua, yakni karakteristik sosial dan

karakteristik ekonomi.

1. Umur

Umur responden merupakan usia petani tembakau Besuki Na-Oogst pada

saat dilakukan penelitian dan dinyatakan dalam satuan tahun. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa petani termuda memiliki usia 32 tahun, sedangkan petani

tertua memiliki umur 63 tahun. Distribusi jumlah responden berdasarkan

karakteristik umur dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Umur Responden di Kelurahan Antirogo

Umur (tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

32-36 5 10

37-41 16 32

42-46 5 10

47-51 8 16

52-56 5 10

57-61 4 8

62-66 7 14

Total 50 100

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa umur petani tembakau

Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo memiliki rentang antara 32-66 tahun.

Menurut BPS (2013), usia produktif seseorang berada pada rentang umur 15-64

tahun, sedangkan umur tidak produktif yakni < 15 tahun dan atau > 65 tahun.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa umur petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo termasuk dalam usia yang produktif dengan usia termuda

yakni 32 tahun dan usia petani tertua yakni 63 tahun. Petani yang memiliki

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

69

rentang umur antara 37-41 tahun adalah paling dominan diantara umur petani

yang lain di Kelurahan Antirogo dengan persentase sebesar 32%.

2. Jenis Kelamin

Petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo mayoritas

berjenis kelamin laki-laki. Profesi sebagai petani di Kelurahan Antirogo memang

lebih dominan dikerjakan oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Terdapat 2 orang petani tembakau Besuki Na-Oogst di kelurahan Antirogo yang

berjenis kelamin perempuan. Pembagian jumlah responden berdasarkan jenis

kelamin petani dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Jenis Kelamin Responden di kelurahan Antirogo

Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Laki-laki 49 98

Perempuan 1 2

Total 50 100

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Tabel 4.6 menunjukkan distribusi jumlah responden berdasarkan jenis

kelamin petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo. Mayoritas

petani di Kelurahan Antirogo berjenis kelamin laki-laki dengan persentasi paling

tinggi sebesar 98% atau sebanyak 49 orang. Terdapat sebanyak 2% atau sebanyak

satu orang petani tembakau Besuki Na-Oogst yang berjenis kelamin perempuan.

Mayoritas penduduk di Kelurahan Antirogo yang berjenis kelamin perempuan

berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan pedagang.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang diperoleh dari

bangku sekolah dengan kurikulum yang telah terorganisir, yang telah diselesaikan

oleh petani tembakau Besuki Na-Oogst dan dinyatakan dalam satuan tahun.

Tingkat pendidikan petani di Kelurahan Antirogo cukup beragam. Tingkat

pendidikan petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo tidak

menjadi sebuah ukuran dalam melakukan kemitraan. Petani mitra memiliki hak

dan kewajiban yang sama dalam kemitraan. Tingkat pendidikan petani dibedakan

menjadi enam yakni tidak mengenyam pendidikan, tingkat SD sederajat, tingkat

SMP sederajat, tingkat SMA sederajat, Diploma dan Strata 1. Tingkat pendidikan

responden dapat dilihat pada tabel 4.7.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

70

Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Antirogo

Pendidikan Formal Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 2 4

SD Sederajat 24 48

SMP Sederajat 15 30

SMA Sederajat 7 14

Diploma 1 2

Strata 1 1 2

Total 50 100

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan dengan

persentase tertinggi terdiri atas SD sederajat, SMP sederajat dan SMA sederajat.

Petani dengan tingkat pendidikan SD sederajat sebanyak 24 orang, SMP sederajat

sebanyak 15 orang dan SMA sederajat sebanyak 7 orang. Mayoritas petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo memiliki tingkat pendidikan

SD sederajat, dikarenakan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi masih

terkendala biaya sehingga memilih untuk berprofesi sebagai petani.

4. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan jumlah tanggungan yang masih

dimiliki oleh petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo yang

tinggal dalam satu rumah dan dinyatakan dalam satuan orang. Jumlah anggota

keluarga petani akan berdampak terhadap kemajuan usahatani. Semakin banyak

jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani biasanya membuat

biaya rumah tangga yang dikeluarkan semakin meningkat. Anggota keluarga

petani tidak termasuk dalam tenaga kerja pada usahatani tembakau. Petani

menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam budidaya tembakau. Jumlah

anggota keluarga petani dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kelurahan Antirogo

Jumlah Anggota Keluarga

(orang)

Jumlah Responden

(orang)

Persentase

(%)

< 3 7 14

3 – 4 30 60

> 4 13 26

Total 50 100

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

71

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sebesar 60% atau sebanyak 30

orang petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo memiliki jumlah

tanggungan sebanyak 3 hingga 4 orang. Jumlah tanggungan tersebut umumnya

terdiri dari istri dan anak, serta ada pula orang tua petani yang masih tinggal

serumah.

5. Pengalaman

Pengalaman merupakan lama petani melakukan usahatani tembakau

Besuki Na-Oogst dan dinyatakan dalam tahun. Pengalaman usahatani petani

menjadi indikator bagaimana tingkat penguasaan petani terhadap budidaya

tembakau Besuki Na-Oogst. Semakin lama pengalaman usahatani petani dalam

melakukan budidaya tembakau Besuki Na-Oogst maka semakin menguasai pula

terhadap kegiatan budidaya tembakau Besuki Na-Oogst. Lama pengalaman

usahatani responden dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Pengalaman Usahatani Responden di Kelurahan Antirogo

Pengalaman (tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

< 6 3 6

6 – 8 31 62

> 8 16 32

Total 50 100

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa mayoritas pengalaman

usahatani petani melakukan budidaya tembakau Besuki Na-Oogst antara 6 sampai

8 tahun. Sebanyak 31 petani atau sebesar 62% petani memiliki lama pengalaman

usahatani antara 6 sampai 8 tahun. Sebanyak 16 orang atau sebesar 32% petani

memiliki pengalaman usahatani lebih dari 8 tahun.

6. Luas Lahan

Luas lahan merupakan area sawah yang digunakan petani untuk usahatani

tembakau Besuki Na-Oogst yang dinyatakan dalam hektar (ha). Luas lahan akan

berpengaruh terhadap besar kecilnya produksi tembakau yang dihasilkan sehingga

akan berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan yang akan diperoleh

oleh petani. Luas lahan petani di Kelurahan Antirogo dapat dilihat pada tabel 4.10.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

72

Tabel 4.10 Luas Lahan Responden di Kelurahan Antirogo

Luas Lahan (hektar) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

< 0.5 17 34

0.5 – 1 20 40

> 1 13 26

Total 50 100

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa mayoritas petani tembakau Besuki Na-

Oogst di Kelurahan Antirogo memiliki lahan dengan luas antara 0,5 sampai 1

hektar yang ditanami tembakau Besuki Na-Oogst. Sebanyak 20 orang atau sebesar

40%, petani memiliki luas lahan antara 0,5 sampai 1 hektar. Sebanyak 17 orang

atau sebesar 34% petani memiliki luas lahan yang tergolong sempit atau lebih

kecil dari 0,5 hektar. Sebanyak 13 orang atau sebesar 26% petani memiliki luas

lahan yang tergolong luas atau lebih besar dari 1 hektar.

6. Jumlah Responden

Responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni responden

mitra dan responden non mitra. Responden mitra merupakan petani tembakau

Besuki Na-Oogst yang melakukan kemitraan dengan perusahaan Mayangsari

dimana kontrak harga yang berlaku adalah kontrak harga tidak tetap, sedangkan

responden non mitra merupakan petani tembakau Besuki Na-Oogst yang

melakukan kemitraan dengan perusahaan Tempurejo dimana kontrak harga yang

berlaku adalah kontrak harga tetap. Jumlah responden mitra dan non mitra dapat

dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Jumlah Petani Mitra dan Non Mitra di Kelurahan Antirogo

Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

Mitra 39 78

Non mitra 11 22

Total 50 100

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa responden mitra memiliki

jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan petani non mitra. Hal itu

dikarenakan kemitraan sudah berlangsung sejak tahun 2015 dan keanggotaannya

selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Beberapa keunggulan yang diterima

petani mitra dengan kontrak harga tidak tetap antara lain: (a) terdapat perbedaan

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

73

harga bagi setiap kualitas tembakau yang dihasilkan, (b) pembayaran dilakukan

secara tepat waktu dengan kesepakatan maksimal 3 hari setelah tembakau

disetorkan, dan (c) ada pembinaan secara langsung oleh pihak perusahaan terkait

dengan budidaya tembakau. Beberapa petani kontrak harga tetap berpindah ke

mitra dengan kontrak harga tidak tetap. Beberapa alasan yang menyebabkan hal

tersebut antara lain: (a) perusahaan mitra kontrak harga tidak tetap melakukan

kecurangan berupa pembelian tembakau dengan harga yang tidak sesuai dengan

kesepakatan, dan (b) pembayaran hasil panen tidak diberikan sesuai dengan waktu

pembayaran yang telat disepakati. Alasan-alasan tersebut dirasa merugikan petani

sehingga menyebabkan petani pindah ke kemitraan dengan kontrak harga tidak

tetap dan bahkan ada yang berhenti melakukan kemitraan karena sudah merasa

dikecewakan oleh perusahaan mitra.

7. Perilaku terhadap Risiko

perilaku terhadap risiko merupakan suatu penilaian tentang perilaku petani

tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo terhadap risiko usahatani.

Perilaku terhadap risiko usahatani menjelaskan bagaimana pandangan petani

terhadap risiko usahatani tembakau sehingga memutuskan untuk melakukan

usahatani tembakau. Berikut ini merupakan rekapitulasi pilihan petani terhadap

risiko yang disajikan pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Rekapitulasi Pilihan Petani terhadap Risiko Usahatani

Pilihan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Mitra Non Mitra Mitra Non Mitra

D 5 5 12.82 45.45

E 13 2 33.33 18.18

F 21 4 53.84 36.36

Total 39 11 100 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Keterangan :

A : Sangat tidak suka risiko

B : Tidak suka risiko

C : Moderate low

D : Sedang

E : Suka risiko

F : Sangat suka risiko

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa petani mitra cenderung suka

terhadap risiko sehingga lebih cenderung untuk memilihi melakukan kemitraan

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

74

dengan perusahaan yang menerapkan kontrak harga tidak tetap. Dari 39 petani,

sebanyak 34 orang sudah termasuk dalam kategori suka terhadap risiko. Petani

mitra juga melakukan evaluasi terhadap bagaimana jalannya kegiatan kemitraan

serta apa saja keuntungan yang didapatkan. Hal tersebut menyebabkan petani

cenderung lebih memilih untuk bermitra dengan kontrak harga tidak tetap.

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa petani non mitra cenderung

memilih untuk melakukan kemitraan dengan kontrak harga tetap. Dari 11 petani

non mitra atau petani mitra kontrak harga tetap, sebanyak 5 orang memilih untuk

melakukan kemitraan dengan perusahaan yang menerapkan kontrak harga tetap.

Petani yang memilih kategori sedang dikarenakan merasa hasil produksi yang

didapat sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari hari tanpa

membandingkannya dengan hasil produksi yang lebih tinggi dengan melakukan

kemitraan bersama perusahaan lain. Perilaku terhadap risiko berhubungan dengan

keputusan petani dalam melakukan kemitraan. Semakin petani tersebut suka

terhadap risiko usahatani, maka akan semakin tinggi keinginan petani untuk

melakukan kemitraan. Kemitraan merupakan salah satu upaya yang dilakukan

petani untuk meminimalisir risiko yang dihadapi petani. Keuntungan petani

melakukan kemitraan adalah adanya kepastian pasar dari produk tembakau yang

dihasilkan serta adanya bantuan berupa kredit modal usahatani tembakau dari

perusahaan mitra.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

75

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Kemitraan antara Petani Tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari dengan Perusahaan Mitra

Kemitraan merupakan suatu bentuk jalinan kerjasama yang dilakukan

antara pihak dengan skala usaha menengah atau besar dengan pihak yang

memiliki skala usaha lebih kecil. Kemitraan dilakukan dengan prinsip saling

menguntungkan, saling membutuhkan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama

yang dilakukan antar pihak bertujuan untuk saling mengembangkan usaha yang

dijalankan. Kerjasama dalam kemitraan tersirat adanya suatu pembinaan dan

pengembangan, hal ini dapat terlihat karena masing-masing pihak yang bermitra

memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga saling melengkapi satu sama lain.

Kegiatan pembinaan dan pengembangan biasanya dilakukan oleh pihak mitra

yang memiliki skala usaha lebih besar.

Kemitraan merupakan suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau

lebih membentuk suatu ikatan kerjasama dengan prinsip saling membutuhkan dan

menguntungkan. Tujuan adanya kemitraan yakni untuk saling meningkatkan

kapasitas usaha tertentu sehingga tercapai tujuan bersama yang telah disepakati.

Kemitraan berlangsung melalui beberapa tahapan kemitraan sehingga menjadi

suatu proses kemitraan diantara pihak yang bermitra. Kemitraan yang dilakukan

oleh petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo terdiri dari dua,

yakni kemitraan kontrak harga tidak tetap (Perusahaan Mayangsari) dan kemitraan

kontrak harga tetap (Perusahaan Tempurejo).

Gapoktan Cahaya Muda terdiri dari 16 kelompok tani yang tersebar di

Kelurahan Antirogo. Kemitraan dengan perusahaan Mayangsari dilakukan oleh 10

kelompok tani di Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo antara lain

kelompok tani Subur 1, Rukun Makmur, Makmur 2, Jambuan Jaya, Barokah,

Karya Mukti, Rukun Tani, Karya Indah, Karya Makmur dan Tani Makmur.

Kemitraan tersebut dilakukan sejak tahun 2015 dan telah disepakati kontrak

kerjasama selama 4 tahun sampai dengan tahun 2018. Proses kemitraan yang

berlangsung antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari adalah

sebagai berikut:

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

76

a. Tujuan Bermitra

Kemitraan yang dilakukan antara petani tembakau Besuki Na-Oogst

dengan perusahaan Mayangsari memiliki beberapa tujuan. Tujuan pertama

dilakukannya kemitraan yakni untuk saling mendapatkan keuntungan.

Keuntungan tersebut diperoleh masing-masing pihak yang bermitra dimana petani

memperoleh keuntungan dalam bentuk kepastian pemasaran tembakau sehingga

dampaknya pada pendapatan petani, sedangkan perusahaan mitra memperoleh

keuntungan berupa kepastian produk tembakau yang dihasilkan oleh petani

sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen. Tujuan kedua dilakukannya

kemitraan tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok

yang melakukan usahatani tembakau Besuki Na-Oogst. Kemitraan mampu

meningkatkan kesejahteraan petani karena telah diperoleh kesepakatan harga beli

produk tembakau. Petani juga dimudahkan dalam memperoleh modal usaha

budidaya tembakau sehingga kegiatan budidaya tembakau berjalan dengan baik.

b. Hak dan Kewajiban

Pihak yang melakukan kemitraan yakni petani tembakau dengan

perusahaan Mayangsari memiliki hak dan kewajiban masing-masing untuk

mecapai tujuan kerjasama yang telah disepakati. Berikut merupakan hak dan

kewajiban pihak yang melakukan kemitraan:

1) Hak Perusahaan Mayangsari

Perusahaan Mayangsari sebagai pihak pertama yang memiliki skala usaha

lebih besar berhak untuk memperoleh kuantitas tembakau sesuai dengan

kesepakatan yang berlaku yakni sebesar 1 ton 3 kwintal per hektar serta

mendapatkan seluruh hasil produksi tembakau yang dihasilkan petani.

2) Kewajiban Perusahaan Mayangsari

Beberapa kewajiban perusahaan Mayangsari dalam melakukan kemitraan

antara lain:

a) memberikan fasilitas pinjaman modal usahatani tembakau kepada petani,

b) memberikan bantuan berupa input produksi,

c) memberikan pendampingan berupa monitoring secara langsung dilahan,

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

77

d) memberikan pembinaan kepada petani terkait teknis usahatani tembakau

sebelum penanaman,

e) membeli hasil produksi petani tembakau sesuai dengan kualitas dan harga yang

telah disepakati,

f) melakukan pembayaran maksimal 3 hari setelah tembakau disetorkan,

g) memberikan sanksi kepada petani yang melakukan pelanggaran.

3) Hak Petani Tembakau

Petani tembakau Besuki Na-Oogst sebagai pihak kedua memiliki beberapa

hak antara lain:

a) mendapatkan bantuan modal dan input produksi dari perusahaan mitra,

b) mendapatkan pembinaan sebanyak 4 kali selama penanaman,

c) mendapatkan pendampingan teknis secara langsung di lahan.

4) Kewajiban Petani Tembakau

Berikut ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh petani

tembakau:

a) menyediakan hamparan lahan untuk usahatani tembakau besuki Na-Oogst,

b) melakukan kegiatan operasional baik di lahan maupun di gudang pengeringan

sesuai dengan standar teknis yang telah disepakati,

c) petani dilarang menyetorkan jenis tembakau selain tembakau Besuki Na-Oogst,

d) mengikuti anjuran teknis yang diarahkan oleh perusahaan,

e) petani dilarang menjual hasil produksinya kepada pihak lain,

f) menjaga kebersihan gudang pengering tembakau khususnya dari sampah

anorganik,

g) tidak mempekerjakan anak-anak dibawah umur 18 tahun dan orang tua diatas

umur 60 tahun serta wanita hamil sebagai tenaga kerja,

h) tidak menggunakan jenis pestisida atau obat pertanian diluar anjuran

perusahaan,

i) mematuhi segala undang-undang dan standar peraturan yang berakitan dengan

kesehatan dan lingkungan.

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

78

c. Tata Cara Pendaftaran

Kemitraan yang terjalin antara petani tembakau Besuki Na-Oogst dengan

perusahaan Mayangsari diawali dengan adanya ajakan kerjasama oleh perusahaan.

Pihak PPL dari perusahaan mencari petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo untuk diajak kerjasama. Petani tembakau tidak membutuhkan

syarat khusus untuk mendaftarkan diri sebagai mitra, karena perusahaan tidak

memberlakukan standar petani untuk bermitra. Petani tembakau hanya perlu

menyiapkan beberapa dokumen sebagai administrasi pendaftaran sebagai mitra.

Dokumen yang dibutuhkan oleh perusahaan antara lain fotokopi KTP (Kartu

Tanda Penduduk), fotokopi KK (Kartu Keluarga) dan Rekening Bank. Dokumen

fotokopi KTP dan KK dibutuhkan perusahaan sebagai arsip identitas diri petani

mitra yang membuktikan bahwa petani tersebut tidak dibawah umur. Rekening

Bank dibutuhkan perusahaan untuk memudahkan transaksi pembayaran yang

dilakukan oleh perusahaan kepada petani tembakau.

Tata cara pendaftaran yang harus dipenuhi petani untuk bermitra dengan

perusahaan Mayangsari tergolong mudah untuk dilakukan. Persyaratan yang

diperlukan juga mudah untuk dikumpulkan. Petani yang sudah menjadi mitra

harus mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Beberapa peraturan

yang ditetapkan oleh perusahaan Mayangsari adalah sebagai berikut:

1. Petani mitra bukan merupakan warga Kelurahan Antirogo yang tergolong di

bawah umur 18 tahun dan atau diatas 60 tahun,

2. kebersihan lingkungan gudang harus selalu diperhatikan terutama dari sampah-

sampah anorganik,

3. tembakau kering yang akan disetorkan harus dalam keadaan utuh atau tidak

hancur sedikitpun,

4. warna tembakau tidak boleh terdapat bercak kuning sedikitpun.

d. Jangka Waktu Kerjasama

Jangka waktu kerjasama dalam kemitraan antara petani tembakau dengan

perusahaan Mayangsari adalah selama 6 bulan dan selalu diperbarui setiap musim

tanam. Kemitraan tersebut selalu mengalami perkembangan jumlah petani mitra

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

79

setiap tahun. Pada tahun 2015 hanya ada 4 kelompok tani yang bermitra, tahun

2016 meningkat menjadi 10 kelompok tani, tahun 2017 berkurang menjadi 6

kelompok tani dan pada tahun 2018 kembali mengalami peningkatan menjadi 10

kelompok tani. Petani tembakau Besuki Na-Oogst mitra tersebar di dalam 10

kelompok tani tersebut, akan tetapi bukan berarti semua anggota dalam kelompok

tani tersebut melakukan kemitraan dengan perusahaan Mayangsari.

Perkembangan juga terjadi pada kuota lahan yang diberikan oleh perusahaan

Mayangsari. Pada tahun 2015 kuota lahan yang dikehendaki yakni sebesar 10

hektar, tahun 2016 sebesar 20 hektar, tahun 2017 sebesar 30 hektar dan tahun

2018 sebesar 60 hektar. Penambahan kuota luas lahan oleh perusahaan berlaku

untuk kelompok, bukan untuk per individu petani mitra. Kuota luas lahan

sebanyak 60 hektar berlaku untuk seluruh kelompok yang tergabung, akan tetapi

tidak semua anggota kelompok merupakan anggota mitra perusahaan Mayangsari.

Jangka waktu kerjasama tersebut masih tidak menutup kemungkinan untuk

dilakukan kemitraan kembali karena sudah terciptanya rasa saling percaya antara

petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari.

e. Penyelesaian Masalah

Penyelesaian masalah merupakan suatu aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam suatu kerjasama yang melibatkan beberapa pihak.

Penyelesaian masalah dilakukan dengan beberapa cara yakni:

1. jika terjadi perbedaan pendapat diantara petani dengan pihak perusahaan

Mayangsari maka diselesaikan secara kekeluargaan dengan jalan musyawarah,

2. jika tidak diperoleh jalan keluar, maka kedua belah pihak sepakat menunjuk

satu orang sebagai penengah.

Selama melakukan kemitraan dengan perusahaan Mayangsari, tidak terjadi

masalah apapun karena kegiatan monitoring dari pihak perusahaan dilakukan

secara ketat dan bertahap. Kegiatan monitoring dilakukan untuk memastikan

bahwa petani benar-benar melakukan segala anjuran perusahaan. Kualitas

tembakau yang dihasilkan petani merupakan prioritas perusahaan.

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

80

Kendala yang pernah dialami petani yakni ketika gagal panen. Kondisi

tersebut menyebabkan tembakau yang dihasilkan petani memiliki kualitas yang

rendah. Dampak yang diterima petani adalah rendahnya pendapatan sehingga

tidak sebanding dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Biaya usahatani yang

digunakan petani merupakan pinjaman modal dari perusahaan. Solusi yang

dilakukan oleh perusahaan untuk menangani masalah tersebut yakni pada musim

tanam berikutnya, besarnya hutang yang belum terlunasi dipotong pada saat

penyetoran tembakau kepada pihak perusahaan secara berangsur bersamaan

dengan pembayaran hutang yang digunakan untuk modal usahatani pada musim

tanam tersebut. Pemberian modal usahatani oleh perusahaan mitra antara lain

dalam bentuk uang, obat pertanian serta pupuk yang sudah menjadi standar baku

teknis perusahaan untuk budidaya tembakau Besuki Na-Oogst.

Pada pelaksanaan kemitraan, setiap pihak mitra dituntut serta wajib untuk

menjalankan perannya masing-masing sesuai dengan kesepakatan yang telah

berlaku. Hak dan kewajiban dari masing-masing pihak mitra harus dijalankan

dengan sebaik-baiknya. Sebagai pihak pertama dalam kemitraan, perusahaan

Mayangsari berhak untuk memberikan sanksi kepada petani jika terdapat

pelanggaran aturan yang dilakukan. Sanksi yang diberikan oleh perusahaan

terbagi menjadi tiga, yakni:

1) Peringatan pertama, perusahaan berhak memberikan teguran kepada petani

yang melakukan pelanggaran.

2) Peringatan kedua, perusahaan berhak memberikan sanksi berupa

pengurangan bantuan baik dalam bentuk uang, pupuk maupun obat-obat

pertanian.

3) Peringatan ketiga, perusahaan berhak memberhentikan petani dari

keanggotaan kemitraan jika melakukan pelanggaran ketiga kali.

Pemberian sanksi oleh perusahaan kepada petani dilakukan dengan tujuan

untuk memberikan efek jera bagi petani yang melakukan pelanggaran. Kondisi

dilapang menunjukkan bahwa beberapa petani mendapatkan sanksi pada

peringatan pertama. Terdapat beberapa petani yang membuang sampah anorganik

di gudang pengeringan secara sembarangan. Hal tersebut diketahui pihak

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

81

perusahaan sehingga petani sering mendapatkan teguran dari perusahaan akibat

pelanggaran itu. Kebersihan baik di lahan budidaya maupun di gudang pengering

harus bebas dari sampah anorganik merupakan kewajiban petani mitra untuk

menjaganya. Pihak perusahaan mengharapkan tembakau yang sangat sedikit

mengandung residu anorganik terutama yang bersumber dari sampah-sampah

plastik obat-obat pertanian. Selama kontrak kerjasama berlangsung tidak ada

petani yang menjual hasil panen tembakau kepada pihak lain, sehingga petani

tidak pernah mendapatkan sanksi peringatan kedua maupun peringatan ketiga.

Kemitraan yang juga dilakukan oleh petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo adalah dengan perusahaan Tempurejo yang menyepakati

kontrak harga tetap. Harga beli daun tembakau yang dihasilkan bersifat tetap

(sama) tanpa mempertimbangkan kualitas daun yang berlaku. Kemitraan dengan

perusahaan Tempurejo dilakukan oleh 3 kelompok tani. Proses pelaksanaan

kemitraan antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

dengan Perusahaan Tempurejo adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Bermitra

Tujuan dilakukannya kegiatan kemitraan antara petani tembakau Besuki

Na-Oogst dengan perusahaan Tempurejo adalah untuk saling mendapatkan

keuntungan. Petani tembakau mendapat keuntungan antara lain bantuan modal

dan input usahatani, manajemen serta kepastian pasar. Perusahaan Tempurejo

mendapatkan keuntungan berupa kepastian produk tembakau yang dihasilkan

petani. Tujuan dilakukannya kemitraan yang lain yakni untuk meningkatkan

kesejahteraan anggota kelompok melalui adanya kerjasama tersebut.

b. Hak dan Kewajiban

Masing-masing pihak yang bermitra memiliki hak dan kewajiban yang

berbeda untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Berikut ini merupakan hak

dan kewajiban kedua pelah pihak yang bermitra:

1) Hak Perusahaan Tempurejo

Perusahaan Tempurejo sebagai pihak pertama berhak mendapatkan

seluruh produk tembakau yang dihasilkan oleh petani tembakau sesuai dengan

harga yang telah disepakati.

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

82

2) Kewajiban Perusahaan Tempurejo

Berikut ini merupakan kewajiban perusahaan Tempurejo yang harus

dilakukan dalam kegiatan kemitraan:

a) memberikan fasilitas pinjaman modal usahatani tembakau kepada petani,

b) memberikan bantuan berupa input produksi,

c) memberikan pendampingan berupa monitoring secara langsung dilahan,

d) membeli hasil produksi petani tembakau sesuai dengan harga yang telah

disepakati,

e) memberikan sanksi kepada petani yang melakukan pelanggaran.

3) Hak Petani Tembakau

Petani tembakau Besuki Na-Oogst sebagai pihak kedua memiliki beberapa

hak antara lain:

a) mendapatkan bantuan modal dan input produksi dari perusahaan mitra,

b) mendapatkan pendampingan teknis secara langsung di lahan.

4) Kewajiban Petani Tembakau

Berikut ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh petani

tembakau:

a) menyediakan hamparan lahan untuk usahatani tembakau besuki Na-Oogst,

b) melakukan kegiatan operasional baik di lahan maupun di gudang pengeringan

sesuai dengan standar teknis yang telah disepakati,

c) petani dilarang menyetorkan jenis tembakau selain tembakau Besuki Na-Oogst,

d) mengikuti anjuran teknis yang diarahkan oleh perusahaan,

e) petani dilarang menjual hasil produksinya kepada pihak lain,

f) menjaga kebersihan gudang pengering tembakau khususnya dari sampah

anorganik,

g) tidak menggunakan jenis pestisida atau obat pertanian diluar anjuran

perusahaan.

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

83

c. Tata Cara Pendaftaran

Petani tembakau yang ingin bermitra dengan perusahaan Tempurejo bisa

langsung menghubungi Ketua Gapoktan Cahaya Muda. Pendaftaran sebagai

anggota mitra dengan perusahaan Tempurejo tergolong mudah untuk dilakukan

petani. Petani hanya perlu menyiapkan beberapa dokumen yang dibutuhkan oleh

perusahaan Tempurejo sebagai bukti identitas diri petani mitra. Beberapa

dokumen yang harus disediakan oleh petani antara lain fotokopi KTP (Kartu

Tanda Penduduk), fotokopi KK (Kartu Keluarga) dan Rekening Bank. Rekening

Bank berfungsi untuk memudahkan proses transfer ketika panen.

d. Jangka Waktu Kerjasama

Jangka waktu kerjasama yang disepakati antara petani tembakau Besuki

Na-Oogst dengan perusahaan Tempurejo adalah selama 6 bulan. Kurun waktu

tersebut adalah berlakunya dokumen kontrak kerjasama selama musim tanam

tembakau. Selama musim tanam tembakau berlangsung, maka dokumen

kerjasama yang telah disepakati oleh kedua belah pihak wajib dipatuhi.

e. Penyelesaian Masalah

Penyelesaian masalah merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan

guna menjaga keberlanjutan kerjasama. Jika terjadi perbedaan pendapat antara

petani mitra dengan perusahaan Tempurejo maka diselesaikan dengan cara

kekeluargaan melalui musyawarah. Pihak perusahaan mitra wajib melakukan

monitoring secara langsung untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran yang

dilakukan oleh petani mitra.

Proses pelaksanaan kemitraan antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo dengan perusahaan Mayangsari dan perusahaan Tempurejo

dapat dilihat pada tabel 5.1.

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

84

Tabel 5.1 Proses Pelaksanaan Kemitraan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst

Sumber: Data primer diolah, 2018

5.2 Pola Kemitraan antara Petani Tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

5.2.1 Kemitraan Kontrak Harga Tidak Tetap

Perusahaan Mayangsari merupakan pihak kesatu dalam kemitraan yang

dilakukan dengan petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

sebagai pihak keduanya. Kemitraan tersebut berlangsung sejak tahun 2015 sesuai

dengan kontrak kerjasama yang telah disepakati kedua belah pihak. Kemitraan

yang terjalin merupakan kesepakatan bersama yang diawali dengan ajakan pihak

perusahaan mitra yakni perusahaan Mayangsari. Bentuk kemitraan terdiri dari

terdiri atas pola kemitraan inti-plasma, kemitraan subkontrak, kemitraan dagang

umum, kemitraan keagenan dan kemitraan kerjasama operasional agribisnis

(KOA). Petani di Kelurahan Antirogo yang bermitra merupakan petani tembakau

Besuki Na-Oogst yang memiliki lahan sawah sendiri.

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa

bentuk kemitraan yang terjalin antara petani tembakau Kelurahan Antirogo

dengan Perusahaan Mayangsari termasuk dalam kategori pola kemitraan

kerjasama operasional agribisnis (KOA). Pola kemitraan operasional agribisnis

(KOA) merupakan suatu bentuk kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan

dengan kelompok mitra. Pada prinsipnya bentuk kemitraan KOA mensyaratkan

No. Komponen Perusahaan Mayangsari

(Harga tidak tetap)

Perusahaan Tempurejo

(Harga tetap)

1. Tujuan Saling mendapatkan keuntungan

dan meningkatkan kesejahteraan

anggota

Saling mendapatkan keuntungan

dan meningkatkan kesejahteraan

anggota

2. Hak dan

Kewajiban

Hak : Mendapatkan tembakau

kering sebanyak 1 ton 3 kwintal

Hak : Mendapatkan seluruh hasil

produksi tembakau

Kewajiban : Memberikan modal,

input produksi, monitoring dan

kepastian pasar

Kewajiban : Memberikan

pinjaman modal, input produksi

dan kepastian pasar

3. Cara

Pendaftaran

Mendaftarkan diri lewat PPL atau

Gapoktan

Mendaftarkan diri melalui Ketua

Gapoktan

4. Waktu

Kerjasama Selama 4 tahun Selama 6 bulan

5. Penyelasian

Masalah

Dilakukan dengan cara

kekeluargaan melalui

musyawarah

Dilakukan dengan cara

kekeluargaan

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

85

kelompok mitra untuk menyediakan lahan, sarana produksi serta tenaga kerja,

sedangkan perusahaan mitra memiliki peran sebagai pihak yang menyediakan

biaya usahatani dalam bentuk kredit berupa uang, sarana produksi, manajemen

serta menjamin pasar akan hasil produksi yang diperoleh pihak kelompok mitra.

Bentuk kemitraan KOA telah banyak diterapkan pada usaha perkebunan, sayuran

dan usaha perikanan tambak.

Kemitraan antara petani tembakau di Kelurahan Antirogo dengan

Perusahaan Mayangsari dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah berlaku

selama kemitraan tersebut berlangsung. Kesepakatan dibuat secara bersama-sama

melalui musyawarah antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari. Ada

beberapa kesepakatan yang berlaku yakni antara lain kesepakatan usahatani,

kesepakatan harga dan kesepakatan kuantitas.

a. Kesepakatan Usahatani

Kesepakatan usahatani menekankan kewajiban petani dalam menggunakan

dosis pupuk serta obat pertanian dalam kegiatan produksi sesuai dengan standar

budidaya perusahaan. Pupuk yang wajib digunakan oleh petani antara lain pupuk

ZA, Urea, KS dan Saprodag. Pestisida yang wajib digunakan oleh petani dalam

usahatani tembakau Besuki Na-Oogst antara lain Folicur WP, Bactocyn, Ridomil,

Confidor, Prevathon, Cabrio, Anthracol, dan Demolish. Petani mitra dilarang

menggunakan obat pertanian jenis lain selain yang dianjurkan oleh perusahaan.

Kuantitas pengaplikasian obat pertanian dilakukan sesuai dengan standar baku

perusahaan per satuan luas lahan. Petani tembakau sebagai pihak kedua wajib

menggunakan pupuk serta obat-obat pertanian yang dianjurkan oleh perusahaan.

b. Kesepakatan Harga

Kesepakatan harga merupakan kesepakatan harga beli tembakau yang

dihasilkan oleh petani dan disesuaikan dengan kualitas tembakau. Masing-masing

kualitas tembakau yang dihasilkan petani memiliki tingkat harga yang berbeda-

beda. Berikut ini merupakan daftar harga jual tembakau yang dihasilkan petani

dan disajikan dalam tabel 5.2.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

86

Tabel 5.2. Daftar Harga Jual Tembakau Besuki Na-Oogst

No. Jenis Harga (Rp/Kw)

1. Daun Kos (Bawah 1) Rp. 1.000.000,00

2. Daun Kat (Bawah 2) Rp. 3.000.000,00 - Rp. 4.000.000,00

3. Daun MA (Matang Atas) Rp. 5.000.000,00 - Rp. 6.000.000,00

4. Daun T1 (Tengah 1)

Rp. 7.000.000,00 - Rp. 10.000.000,00 5. Daun T2 (Tengah 2)

6. Daun T3 (Tengah 3)

7. Daun T4 (Tengah 4) Rp. 6.000.000,00 - Rp. 7.000.000,00

8. Daun Pucuk (Top) Rp. 2.000.000,00 - Rp. 3.000.000,00

Sumber: Data Primer, 2018

c. Kesepakatan Kuantitas

Kesepakatan kuantitas merupakan batasan jumlah tembakau maksimal

yang harus disetorkan petani dalam satu hektar. Kesepakatan kuantitas daun

tembakau yang berlaku merupakan jumlah tembakau yang sudah kering. Jumlah

maksimal tembakau kering yang bisa disetorkan petani mitra adalah sebanyak 1

ton 3 kwintal tembakau kering.

Perusahaan Mayangsari sebagai pihak kesatu dalam kemitraan memiliki

beberapa peran yang harus dipenuhi selama menjalankan kemitraan. Perusahaan

mitra memiliki kewajiban antara lain: a) memberikan fasilitas pinjaman modal

usahatani tembakau kepada petani sebagai langkah awal untuk melakukan

usahatani tembakau, b) memberikan bantuan berupa input produksi seperti pupuk

dan obat pertanian sesuai dengan standar baku perusahaan, c) memberikan

pendampingan berupa monitoring secara langsung dilahan terkait dengan teknis

budidaya tembakau Besuki Na-Oogst yang baik dan benar, d) memberikan

pembinaan kepada petani terkait teknis usahatani tembakau sebelum penanaman,

dan e) membeli hasil produksi petani tembakau sesuai dengan kualitas dan harga

yang telah disepakati. Beberapa peran tersebut wajib dilakukan perusahaan karena

sudah menjadi sebuah kesepakatan bersama diantara pihak-pihak yang bermitra.

Beberapa bentuk kontrak yang juga telah disepakati antara pihak petani

tembakau Besuki Na-Oogst dengan perusahaan Mayangsari dapat dilihat pada

tabel 5.3.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

87

Tabel 5.3. Bentuk Kontrak antara Petani Tembakau dengan Perusahaan Mayangsari

No. Bentuk Kontrak Keterangan Sifat

1. Sarana Produksi

Pupuk

Pupuk KS (Kalk Salpeter), Saprodag, Urea

dan ZA Tetap

Obat Pertanian Folicur WP, Bactocyn, Ridomil, Confidor, Tetap

Prevathon, Cabrio, Anthracol, dan

Demolish

2. Uang Rp. 4.000.000,00 ,- /Ha Tetap

3. Perbaikan Gudang

Tergantung banyaknya biaya yang

dibutuhkan petani Tidak tetap

4. Output

Produksi 1,3 ton Tetap

Kualitas

Tidak Rusak (robek), Tidak hitam,

Tidak ada bercak Tetap

Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Bentuk kontrak pada tabel 5.3 diatas merupakan kontrak kemitraan yang

sudah menjadi kesepakatan bersama dan wajib dipatuhi oleh kedua belah pihak.

Petani mitra wajib menjalankan kontrak yang berlaku khususnya bertujuan untuk

mendapatkan kualitas tembakau Besuki Na-Oogst yang diharapkan perusahaan

mitra. Tanpa adanya realisasi yang baik, maka kemitraan tidak akan berjalan

dengan baik pula sehingga masing-masing pihak mitra bisa kehilangan

keuntungan dalam bermitra.

Kemitraan dengan perusahaan Mayangsari sudah dilaksanakan sejak tahun

2015. Kemitraan tersebut mengalami perkembangan yang sangat baik dimana

jumlah petani mitra mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kuota lahan dari

perusahaan juga mengalami peningkatan. Keunggulan yang diperoleh petani dari

kemitraan dengan perusahaan Mayangsari yakni pembayaran dilakukan secara

cash setelah harga beli tembakau mencapai kesepakatan. Petani boleh melakukan

tawar menawar terhadap harga beli tembakau dengan perusahaan Mayangsari.

Apabila sudah memperoleh kesepakatan harga diantara kedua belah pihak, maka

perusahaan akan membayar hasil panen tersebut secara cash melalui proses

transfer ke rekening masing-masing petani mitra. Kegiatan kontrol oleh PPL dan

bagian agronomis perusahaan dilakukan secara langsung di lahan maupun di

gudang pengering sebanyak kurang lebih 5 kali selama musim tanam.

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

88

Petani tembakau Besuki Na-Oogst sebagai pihak kedua memiliki beberapa

peran yang harus dilaksanakan dalam kemitraan yang berlangsung. Petani

tembakau memiliki beberapa hak diantaranya: a) mendapatkan bantuan modal

usahatani dan input produksi dari perusahaan mitra, b) mendapatkan pembinaan

setiap sebulan sekali guna melakukan evaluasi dan sharing terkait dengan

perkembangan produksi yang dilakukan, dan c) mendapatkan pendampingan

teknis secara langsung di lahan guna mendapatkan informasi terkait budidaya

tembakau. Petani tembakau memiliki beberapa kewajiban antara lain: a)

menyediakan hamparan lahan untuk usahatani tembakau besuki Na-Oogst, b)

melakukan perawatan budidaya tembakau Besuki Na-Oogst dengan baik, c)

melakukan kegiatan operasional baik di lahan maupun di gudang pengeringan

sesuai dengan standar baku teknis yang telah disepakati, d) dilarang menyetorkan

jenis tembakau selain tembakau Besuki Na-Oogst, e) mengikuti anjuran teknis

yang diarahkan oleh perusahaan mitra, f) dilarang menjual hasil produksinya

kepada pihak lain dan g) menjaga kebersihan gudang pengering tembakau

khususnya dari sampah anorganik.

Bantuan modal dari perusahaan Mayangsari yakni sejumlah uang sebesar

Rp. 20.871.000,00 untuk lahan seluas 2 hektar. Modal tersebut diberikan kepada

petani mitra dalam bentuk uang untuk modal usahatani, uang untuk perbaikan

gudang pengering, pupuk, serta obat pertanian dalam bentuk pinjaman.

Pengembalian pinjaman dilakukan pada saat panen yakni dengan memotong hasil

panen sesuai dengan kesepakatan yang berlaku. Pelunasan atau pengembalian

pinjaman tersebut berbeda-beda setiap petani mitra. Ada petani yang memilih

untuk melakukan pelunasan dengan cara diangsur, da nada pula petani yang

melakukan pelunasan dengan cara langsung melunasinya pada sekali panen.

Petani yang memilih untuk melakukan pelunasan dengan cara diangsur yakni

melalui pemotongan pada hasil panen tembakau. Besarnya potongan yang

dilakukan perusahaan adalah sesuai dengan kesepakatan petani secara individu.

Pinjaman petani wajib dikembalikan secara keseluruhan selama satu musim tanam

baik dengan cara diangsur maupun secara langsung.

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

89

Kebersihan merupakan aspek penting yang diperhatikan oleh perusahaan

Mayangsari, baik kebersihan di lahan, gudang pengering serta terutama tembakau

yang akan disetorkan. Tembakau yang dihasilkan harus bersih dari NTM (Non

Tobacco Material) seperti misalnya ranting kayu, sampah anorganik maupun

material lain yang tidak berhubungan dengan daun tembakau. Oleh karena itu,

perusahaan memiliki standar teknis yang harus dipatuhi oleh petani untuk

mendapatkan tembakau dengan kualitas yang tinggi. Perusahaan mewajibkan

petani menggunakan ALP (Alat Lindung Pekerja) yang meliputi penggunaan baju,

masker, serta sarung tangan dari perusahaan ketika petani melakukan kegiatan

produksi di lahan. Berdasarkan hasil penelitian, pola kemitraan kerjasama

operasional agribisnis (KOA) yang tumbuh dan berkembang dalam kerjasama

antara petani tembakau Besuki Na-Oogst dengan perusahaan Mayangsari dapat

digambarkan seperti pada gambar 5.1.

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

90

Gambar 5.1 Skema Kemitraan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst dengan

Perusahaan Mayangsari

Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst

Kontrak Mitra selama 4

Tahun

Perusahaan Mayangsari

Hak :

a) mendapatkan bantuan modal dan

input produksi,

b) mendapatkan pembinaan setiap

sebulan sekali,

c) mendapatkan pendampingan teknis

secara langsung di lahan.

Hak:

memperoleh kuantitas tembakau

sesuai dengan kesepakatan yang

berlaku.

Kewajiban:

a) menyediakan hamparan lahan,

b) melakukan kegiatan operasional

sesuai dengan standar teknis yang

telah disepakati,

c) petani dilarang menyetorkan jenis

tembakau selain tembakau Besuki

Na-Oogst,

d) mengikuti anjuran teknis yang

diarahkan oleh perusahaan,

e) petani dilarang menjual hasil

produksinya kepada pihak lain,

f) menjaga kebersihan gudang

pengering tembakau.

Kewajiban:

a) memberikan fasilitas pinjaman

modal usahatani,

b) memberikan kredit berupa input

produksi,

c) memberikan monitoring secara

langsung dilahan,

d) memberikan pembinaan kepada

petani,

e) membeli hasil produksi petani

tembakau sesuai dengan kualitas

dan harga yang telah disepakati,

f) melakukan pembayaran maksimal

3 hari setelah tembakau

disetorkan,

g) memberikan sanksi kepada petani

yang melakukan pelanggaran.

Sanksi:

a) Peringatan pertama, teguran

kepada petani yang melakukan

pelanggaran.

b) Peringatan kedua, pengurangan

bantuan.

c) Peringatan ketiga,

memberhentikan petani dari

keanggotaan kemitraan.

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

91

Kemitraan yang terjalin antara kedua belah pihak memberlakukan aturan

kerjasama yang harus dipatuhi. Beberapa aturan kerjasama yang telah disepakati

antara lain: a) petani mitra bukan merupakan warga Kelurahan Antirogo yang

tergolong di bawah umur, b) kebersihan lingkungan gudang harus selalu

diperhatikan terutama dari sampah-sampah anorganik, c) tembakau kering yang

akan disetorkan harus dalam keadaan utuh atau tidak hancur sedikitpun, dan d)

warna tembakau tidak boleh ada bercak kuning sedikitpun.

Berdasarkan hasil identifikasi yang disesuaikan dengan indikator pola

kemitraan, dapat disimpulkan bahwa kemitraan antara petani tembakau Besuki

Na-Oogst dengan perusahaan Mayangsari adalah pola kemitraan Kerjasama

Operasional Agribisnis (KOA). Bentuk kemitraan tersebut didasarkan atas

beberapa indikator pola kemitraan dimana peran perusahaan mitra antara lain

menyediakan biaya, modal, manajemen, sarana produksi serta jaminan pasar.

Petani tembakau sebagai pihak kedua dalam kemitraan memiliki peran

diantaranya menyediakan lahan, sarana produksi dan tenaga kerja.

5.2.2 Kemitraan Kontrak Harga Tetap

Perusahaan Tempurejo merupakan pihak kesatu dalam kemitraan yang

dilakukan dengan petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

sebagai pihak keduanya. Kemitraan tersebut dilakukan dengan menerapkan

kontrak harga tetap. Kemitraan yang terjalin merupakan kesepakatan bersama

yang diawali dengan ajakan pihak PPL perusahaan mitra yakni perusahaan

Tempurejo. Kemitraan dengan perusahaan Tempurejo dilakukan sejak tahun 2017

dengan anggota mitra yang tersebar ditiga kelompok tani di Kelurahan Antirogo.

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa

bentuk kemitraan yang terjalin antara petani tembakau Besuki Na-Oogst

Kelurahan Antirogo dengan Perusahaan Tempurejo termasuk dalam kategori pola

kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA). Pola kemitraan operasional

agribisnis (KOA) merupakan suatu bentuk kemitraan yang dijalankan oleh

perusahaan dengan kelompok mitra. Pada prinsipnya bentuk kemitraan KOA

mensyaratkan kelompok mitra untuk menyediakan lahan, sarana produksi serta

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

92

tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra memiliki peran sebagai pihak yang

menyediakan biaya usahatani dalam bentuk pinjaman berupa uang, sarana

produksi, manajemen serta menjamin pasar akan hasil produksi yang diperoleh

pihak kelompok mitra. Kemitraan antara petani tembakau di Kelurahan Antirogo

dengan Perusahaan Tempurejo dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah

berlaku. Ada beberapa kesepakatan yang berlaku yakni antara lain kesepakatan

usahatani, kesepakatan harga.

a. Kesepakatan Usahatani

Kesepakatan usahatani menekankan kewajiban petani dalam menggunakan

jenis pupuk serta obat pertanian dalam kegiatan produksi. Pupuk yang wajib

digunakan oleh petani antara lain pupuk ZA, KS dan Saprodag. Pestisida yang

wajib digunakan oleh petani dalam usahatani tembakau Besuki Na-Oogst antara

lain Folicur WP, Bactocyn, Ridomil, Confidor, Prevathon, Anthracol, dan

Demolish. Petani mitra dilarang menggunakan obat pertanian jenis lain selain

yang dianjurkan oleh perusahaan.

b. Kesepakatan Harga

Kesepakatan harga merupakan kesepakatan harga beli tembakau yang

dihasilkan oleh petani. Harga beli tembakau yang disepakati oleh petani dengan

perusahaan Tempurejo adalah harga tetap. Harga beli daun tembakau bersifat

tetap tanpa memperhatikan kualitas tembakau yakni sebesar Rp. 5.500.000,00,-

per kwintal.

Perusahaan Tempurejo sebagai pihak kesatu dalam kemitraan memiliki

beberapa peran yang harus dipenuhi selama menjalankan kemitraan. Perusahaan

mitra memiliki kewajiban antara lain: a) memberikan fasilitas pinjaman modal

usahatani tembakau kepada petani, b) memberikan bantuan berupa input produksi,

c) memberikan pendampingan berupa monitoring secara langsung dilahan, d)

memberikan pembinaan kepada petani terkait teknis usahatani tembakau sebelum

penanaman, e) membeli hasil produksi petani tembakau sesuai dengan kualitas

dan harga yang telah disepakati, f) melakukan pembayaran maksimal 3 hari

setelah tembakau disetorkan, g) memberikan sanksi kepada petani yang

melakukan pelanggaran.

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

93

Kemitraan dengan perusahaan Tempurejo dilaksanakan sejak tahun 2017

dengan petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo. Keunggulan

yang diperoleh petani dari kemitraan dengan perusahaan Tempurejo yakni

meskipun daun tembakau yang dihasilkan memiliki kualitas yang tidak baik,

harga beli tembakau tetap sesuai dengan harga yang telah disepakati. Artinya, jika

daun tembakau jelek harga beli daun tembakau tidak murah. Petani bisa

mendapatkan keuntungan atau pendapatan yang lebih stabil dari kontrak harga

tersebut.

Petani tembakau Besuki Na-Oogst sebagai pihak kedua memiliki beberapa

peran yang harus dilaksanakan dalam kemitraan yang berlangsung. Petani

tembakau memiliki beberapa hak diantaranya: a) menyediakan hamparan lahan

untuk usahatani tembakau besuki Na-Oogst, b) melakukan kegiatan operasional

baik di lahan maupun di gudang pengeringan sesuai dengan standar teknis yang

telah disepakati, c) petani dilarang menyetorkan jenis tembakau selain tembakau

Besuki Na-Oogst, d) mengikuti anjuran teknis yang diarahkan oleh perusahaan,

petani dilarang menjual hasil produksinya kepada pihak lain, e) menjaga

kebersihan gudang pengering tembakau khususnya dari sampah anorganik dan f)

tidak menggunakan jenis pestisida atau obat pertanian diluar anjuran perusahaan.

Modal usahatani diberikan perusahaan Tempurejo kepada petani mitra.

Modal tersebut diberikan kepada petani mitra dalam bentuk uang untuk modal

usahatani, pupuk, serta obat pertanian dalam bentuk pinjaman. Pengembalian

pinjaman dilakukan pada saat panen yakni dengan memotong hasil panen sesuai

dengan kesepakatan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian, pola kemitraan

kerjasama operasional agribisnis (KOA) yang tumbuh dan berkembang dalam

kerjasama antara petani tembakau Besuki Na-Oogst dengan perusahaan

Tempurejo dapat digambarkan seperti pada gambar 5.2.

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

94

Gambar 5.2 Skema Kemitraan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst dengan

Perusahaan Tempurejo

Petani Tembakau Besuki

Na-Oogst Perusahaan Tempurejo

Hak :

a) mendapatkan bantuan modal dan

input produksi dari perusahaan mitra,

b) mendapatkan pendampingan teknis

secara langsung di lahan.

Hak:

Memperoleh seluruh hasil produksi

petani mitra.

Kewajiban:

a) menyediakan hamparan lahan,

b) melakukan kegiatan operasional

sesuai dengan standar teknis

yang telah disepakati,

c) petani dilarang menyetorkan

jenis tembakau selain tembakau

Besuki Na-Oogst,

d) mengikuti anjuran teknis yang

diarahkan oleh perusahaan,

e) petani dilarang menjual hasil

produksinya kepada pihak lain,

f) menjaga kebersihan gudang

pengering,

g) tidak menggunakan jenis

pestisida atau obat pertanian

diluar anjuran perusahaan.

Kewajiban:

a) memberikan fasilitas pinjaman

modal usahatani,

b) memberikan bantuan berupa

input produksi,

c) memberikan pendampingan

berupa monitoring,

d) membeli hasil produksi petani

tembakau sesuai dengan harga

yang telah disepakati,

e) memberikan sanksi kepada

petani yang melakukan

pelanggaran.

Sanksi:

Pelanggaran yang dilakukan petani

mitra dikenakan sanksi berupa

teguran dari perusahaan.

Penyelesaian masalah dilakukan

secara kekeluargaan.

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

95

Berdasarkan hasil identifikasi yang disesuaikan dengan indikator pola

kemitraan, dapat disimpulkan bahwa kemitraan antara petani tembakau Besuki

Na-Oogst dengan perusahaan Tempurejo adalah pola kemitraan Kerjasama

Operasional Agribisnis (KOA). Bentuk kemitraan tersebut didasarkan atas

beberapa indikator pola kemitraan dimana peran perusahaan mitra antara lain

menyediakan biaya, manajemen, sarana produksi serta jaminan pasar. Petani

tembakau sebagai pihak kedua dalam kemitraan memiliki peran diantaranya

menyediakan lahan, sarana produksi dan tenaga kerja.

Realisasi kontrak kemitraan oleh petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Kelurahan Antirogo dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Realisasi Kontrak Kemitraan oleh Petani Tembakau di Kelurahan Antirogo

No. Keterangan Realisasi

Mitra Harga Tetap Mitra Harga

Tidak Tetap

1. Luas Lahan (Ha) 1.15 0.81

2. Pupuk (Kg):

KS 115.26 99.09

Saprodag 115.51 97.73

Urea 118 94.09

ZA 112 108.18

3. Obat Pertanian (L):

Folicur WP 0.56 0.81

Bactocyn 0.92 0.25

Ridomil 1.15 0.13

Confidor 0.35 0.3

Prevathon 0.29 0.13

Cabrio 0.29 0.2

Anthracol 0.29 0.13

Demolish 0.46 0.14

4. Produksi (Kw) 13.6 10.9

5. Harga (Rp/Kw) 5594871.79 3818182

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Tabel 5.4 menjelaskan mengenai realisasi kontrak kemitraan pada petani

tembakau Besuki Na-Oogst mitra dan non mitra di Kelurahan Antirogo. Data

tersebut merupakan jumlah rata-rata dari masing-masing petani, dimana petani

mitra berjumlah 39 petani sedangkan petani non mitra berjumlah 11 orang petani.

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

96

pada realisasi petani mitra dan non mitra. Perbedaan tersebut sangat menonjol

terutama pada penggunaan pupuk serta obat pertanian. Pupuk yang digunakan

oleh petani berbeda pada masing-masing petani karena disesuaikan dengan

kebutuhan tanah yang ada. Petani mitra wajib menggunakan keempat jenis pupuk

yang sudah dijadikan standar oleh perusahaan Mayangsari. Penggunaan obat

pertanian oleh petani mitra sudah sesuai dengan anjuran dari perusahaan, sehingga

penggunaan sudah sesuai dengan standar baku teknis dari perusahaan Mayangsari.

Harga tembakau petani mitra merupakan harga tidak tetap atau berdasarkan

kualitas tembakau yang dihasilkan, sedangkan harga tembakau petani non mitra

merupakan harga tetap tanpa harus melihat kualitas tembakau.

5.3 Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan Petani

Tembakau Besuki Na-Oogst dalam Menentukan Keputusan Bermitra

dengan Kontrak Harga Tidak Tetap

Tembakau Besuki Na-Oogst merupakan salah satu komoditas yang

diusahakan oleh petani di Kelurahan Antirogo. Petani tembakau Besuki Na-Oogst

terdiri dari dua kelompok yakni kelompok mitra dengan kelompok non mitra.

Petani tembakau Besuki Na-Oogst mitra masih mendominasi di Gapoktan Cahaya

Muda Kelurahan Antirogo dan bahkan mengalami peningkatan anggota mitra

setiap tahunnya. Adanya minat petani tembakau untuk bergabung melakukan

kemitraan dikarenakan banyak keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang

diperoleh antara lain jaminan pemasaran, input produksi serta manajemen dari

perusahaan mitra. keuntungan bermitra merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap keputusan petani melakukan kemitraan. Beberapa faktor

juga diduga mampu mempengaruhi pengambilan keputusan petani tembakau

dalam melakukan kemitraan. Variabel yang diduga berpengaruh yakni antara lain

variabel Umur (X1), Pendidikan (X2), Pengalaman (X3), Jumlah Anggota

Keluarga (X4), Pendapatan (X5), Perilaku terhadap Risiko (X6) dan Luas Lahan

(X7). Faktor-faktor tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi logistik

dengan bantuan software program SPSS.

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

97

Hasil analisis regresi logistik dilakukan pada masing-masing variabel yang

diduga mempengaruhi pengambilan keputusan petani tembakau melakukan

kemitraan. Tujuan dari analisis tersebut yakni untuk mengetahui masing-masing

variabel yang berpengaruh ataupun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pengambilan keputusan petani tembakau melakukan kemitraan dengan perusahaan

Mayangsari. Beberapa kriteria pengujian harus dipenuhi dalam analisis regresi

logistik sehingga model yang digunakan dapat dikatakan layak untuk dianalisis.

Hasil analisis regresi logistik dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi Logistik Mengenai Pengambilan Keputusan Petani

Tembakau dalam Melakukan Kemitraan

Output Signifikansi Nilai

Omnimbus Test of Model Coefficient 0.000 27.830

Nagelkerke R Square 0.000 0.66

-2 Log Likelihood (step 0) 0.000 52.691

-2 Log Likelihood (step 1) 0.000 24.861

Classification Table 0.000 90%

Hosmer and Lemeshow's 0.654 5.937

Sumber: Data Primer diolah, 2018

a. Omnimbus Test of Model Coefficient dari Model Logistik Mengenai

Pengambilan Keputusan Petani Tembakau dalam Melakukan Kemitraan

Omnimbus Test of Model Coefficient dalam analisis regresi logistik

digunakan untuk menguji kelayakan suatu model persamaan yang didasarkan pada

ada atau tidaknya variabel independen yang berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen sehingga layak untuk dilakukan penjelasan.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa hasil analisis logistik

menunjukkan nilai Chi-Square (G-hitung) sebesar 27,830 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf

kesalahan 0,01 yang berarti bahwa dengan taraf kepercayaan 99%, terdapat

minimal satu variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa model yang digunakan layak dan dapat digunakan untuk analisis.

b. Nagelkerke R Square dari Model Logistik Mengenai Pengambilan Keputusan

Petani Tembakau dalam Melakukan Kemitraan

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan melihat nilai statistik -2 log

likelihood yang bertujuan untuk mengetahui apakah dengan adanya penambahan

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

98

variabel independen dapat secara signifikan memperbaiki model. Pengujian ini

dilakukan dengan membandingkan nilai statistik -2 log likelihood pada hasil

analisis Blok 0 dengan nilai statistik pada hasil analisis Blok 1. Jika terjadi

penurunan dari nilai statistik pada Blok 0 ke Blok 1, maka dapat dikatakan bahwa

adanya penambahan variabel independen kedalam model mampu secara

signifikan memperbaiki model. Output Nagelkerke R Square digunakan untuk

mengetahui kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen.

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai statistik -

2 log likelihood pada Blok 0 yakni sebesar 52,961 menjadi 24,861 pada hasil

analisis Blok 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya penambahan variabel

independen dapat memperbaiki model atau dengan kata lain adanya penambahan

variabel independen secara signifikan dapat memperbaiki model. Nilai Nagelkerke

R Square sebesar 0,66 memiliki arti bahwa variabilitas variabel dependen dapat

dijelaskan sebesar 66 % oleh variabilitas variabel independen.

c. Classification Table dalam Model Logistik Mengenai Pengambilan Keputusan

dalam Melakukan Kemitraan

Hasil analisis pada output classification table digunakan untuk

menjelaskan tingkat akurasi model yang digunakan untuk menduga kondisi yang

terjadi di lokasi penelitian. Output classification table merupakan nilai persentase

dari model logistik yang digunakan dalam analisis apakah sudah mampu

menjelaskan kondisi yang sebenarnya di lapang. Tabel klasifikasi dapat digunakan

untuk mengukur tingkat akurasi dalam memprediksi perubahan variabel

dependen. Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa hasil analisis pada output

classification table yakni sebesar 90%. Hasil tersebut memiliki arti bahwa model

yang digunakan sudah layak dan baik karena mampu menduga dengan benar

kondisi di lapang terkait dengan pengambilan keputusan petani dalam melakukan

kemitraan sebesar 90%. Model yang digunakan sudah memiliki tingkat akurasi

yang tinggi untuk menggambarkan kondisi dilapang terkait dengan pengambilan

keputusan petani melakukan kemitraan.

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

99

d. Output Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dari Model Logistik

Mengenai Pengambilan Keputusan Petani Tembakau dalam Melakukan

Kemitraan

Uji kelayakan model regresi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan antara klasifikasi yang diduga dalam model dengan klasifikasi yang

diamati di lapang. Uji kelayakan model regresi dapat dilihat pada output Hosmer

and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dan membandingkannya dengan taraf

kesalahan yang digunakan (0,1). Jika hasil analisis pada output tersebut lebih

besar dari taraf kesalahan (0,1) maka model regresi dikatakan layak dan baik.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi output

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sebesar 0,654 atau lebih besar dari

taraf kesalahan (0,1). Hasil tersebut memiliki arti bahwa model regresi binary

logistik yang digunakan baik dan layak untuk dipakai pada analisis selanjutnya

karena tidak ada perbedaan yang nyata antara model dengan data dilapang (model

regresi sesuai dengan data sebenarnya).

e. Uji Wald (Signifikansi parsial)

Uji Wald atau uji signifikansi secara parsial (individu) merupakan suatu

pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen secara individu. Variabel indepeden

dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan petani

tembakau melakukan kemitraan jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil

dari taraf kesalahan (0,1). Uji Wald dapat dilihat pada output Variable in the

Equation seperti pada tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6 Output Variable in the Equation pada Model Logistik Mengenai Pengambilan

Keputusan Petani dalam Melakukan Kemitraan

Variabel B S.E. Wald dF Sig. Exp(B)

Umur (X1) -0.162 0.081 4.021 1 0.045** 0.851

Pendidikan (X2) -0.459 0.246 3.489 1 0.062* 0.632

Pengalaman (X3) 0.788 0.484 2.649 1 0.104ns

2.199

Anggota Keluarga (X4) -0.258 0.485 0.283 1 0.595ns

0.773

Pendapatan (X5) 0.224 0.098 5.174 1 0.023** 1.251

Perilaku Risiko (X6) 0.608 0.752 0.653 1 0.419ns

1.836

Luas Lahan (X7) -6.467 2.75 5.53 1 0.019** 0.002

Constant 4.508 8.551 0.278 1 0.598ns

90.715 Sumber: Data Primer diolah, 2018

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

100

Keterangan:

B : Koefisien Variabel

S.E. : Standar Error

Wald : Nilai Wald

dF : Derajat Bebas

Sig. : Nilai Signifikansi

Exp(B) : Nilai Odd Ratio

*) : Signifikan pada taraf kepercayaan 95%

**) : Signifikan pada taraf kepercayaan 90%

ns) : Tidak signifikan

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa ada empat variabel independen

yang berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan petani

tembakau dalam melakukan kemitraan dari tujuh variabel yang diprediksi.

Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan

petani tembakau dalam melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap antara lain

variabel Umur (X1), Pendidikan (X2), Pendapatan (X5), dan Luas Lahan (X7)

dengan nilai signifikansi lebih besar dari taraf kesalahan (0,1). Variabel yang tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan petani tembakau

dalam melakukan kemitraan antara lain variabel Pengalaman (X3), Anggota

Keluarga (X4) dan Perilaku Risiko (X6) dengan nilai signifikansi lebih besar dari

taraf kesalahan (0,1). Model persamaan logistik yang diperoleh dari hasil analisis

pada tabel 5.5 adalah sebagai berikut:

Yi= e4,508-0,162X1-0,459X2 0,788X3-0,258X4 0,224X5 0,608X6-6,467X7

1 e 4,508-0,162X1-0,459X2 0,788X3-0,258X4 0,224X5 0,608X6-6,467X7

Penjelasan mengenai variabel independen yang telah diuji adalah sebagai

berikut:

1. Variabel Umur (X1)

Variabel umur merupakan salah satu variabel yang diduga mempengaruhi

pengambilan keputusan petani dalam melakukan kemitraan kontrak harga tidak

tetap. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa variabel umur (X1) berpengaruh

secara signifikan terhadap pengambilan keputusan petani tembakau dalam

melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap. Nilai signifikansi variabel umur

lebih kecil dari taraf kesalahan (0,1) yakni sebesar 0,045. Nilai koefisien regresi

sebesar -0,162 dapat diartikan bahwa probabilitas variabel umur petani tembakau

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

101

dalam melakukan kemitraan kontak harga tidak tetap lebih rendah dibandingkan

dengan melakukan kemitraan harga tetap. Nilai Exp(B) sebesar 0,851 dari

variabel umur memiliki arti bahwa risiko petani yang memiliki umur 1 tahun lebih

tua adalah sebesar 0,851 kali dibandingkan dengan petani yang umurnya 1 tahun

lebih muda. Dengan kata lain, petani tembakau Besuki Na-Oogst yang memiliki

umur 1 tahun lebih tua merasa memiliki risiko lebih besar (lebih enggan) untuk

melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap.

Variabel umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh nyata

terhadap pengambilan keputusan petani dalam melakukan kemitraan kontrak

harga tidak tetap. Soekartawi (2005) menyebutkan bahwa semakin muda umur

petani maka akan semakin tinggi pula semangat petani untuk melakukan suatu hal

yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Petani dengan umur lebih muda

cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar serta merasakan dampak dari

adanya suatu kemitraan. Petani tembakau akan berekspektasi terhadap keuntungan

yang akan diperoleh melalui kemitraan yang dilakukan. Pendapat tersebut

menjelaskan bahwa umur petani menjadi salah satu faktor yang berpengaruh nyata

terhadap pengambilan keputusan petani dalam melakukan kemitraan.

Menurut BPS (2013), menyebutkan bahwa umur produktif berada pada

rentang umur 15-64 tahun, sedangkan umur tidak produktif yakni < 15 tahun dan

atau > 65 tahun. Rata-rata umur petani tembakau Besuki Na-Oogst mitra yakni 45

tahun. Umur tersebut masih tergolong produktif sehingga petani mampu berpikir

jangka panjang terhadap produk tembakau yang dihasilkan. Kemitraan dilakukan

oleh petani dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan terutama adanya

bantuan modal dan input usahatani, manajemen serta jaminan pasar. Petani

dengan rata-rata umur 45 tahun masih cenderung memikirkan kepastian harga

serta kepastian pasar akan produk tembakau yang dihasilkan pada saat panen,

mengingat biaya usahatani tembakau yang diperlukan cukup besar. Hal ini

menyebabkan petani lebih memilih untuk melakukan kemitraan kontrak harga

tidak tetap. Oleh karena itu, variabel umur merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh nyata terhadap keputusan petani dalam melakukan kemitraan harga

tidak tetap.

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

102

2. Variabel Pendidikan (X2)

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendidikan (X2) berpengaruh

secara signifikan terhadap pengambilan keputusan petani tembakau dalam

melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap dengan nilai signifikansi sebesar

0,062 atau lebih kecil dari taraf kesalahan (0,1). Nilai koefisien regresi sebesar -

0,459 memiliki arti bahwa probabilitas variabel pendidikan petani tembakau

dalam menentukan keputusan bermitra dengan kontrak harga tidak tetap lebih

rendah dibandingkan dengan melakukan kemitraan kontrak harga tetap. Nilai

Exp(B) variabel pendidikan sebesar 0,632 menunjukkan bahwa risiko petani

tembakau yang memiliki masa pendidikan 1 tahun lebih tinggi adalah sebesar

0,632 kali dibandingkan petani lain yang memiliki masa pendidikan 1 tahun lebih

rendah. Dengan perkataan lain, petani tembakau Besuki Na-Oogst dengan

pendidikan lebih tinggi merasa mempunyai risiko lebih besar (lebih enggan) untuk

melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap dibandingkan dengan petani

berpendidikan lebih rendah.

Variabel pendidikan juga merupakan faktor kedua yang mempengaruhi

pengambilan keputusan petani tembakau dalam melakukan kemitraan kontrak

harga tidak tetap. Persentase pendidikan petani tembakau mitra di Gapoktan

Cahaya Muda yakni pendidikan tingkat diploma sebanyak 2,56%, pendidikan

tingkat SMA sebanyak 15,38%, pendidikan tingkat SMP sebanyak 33,33 %, dan

pendidikan tingkat SD sebanyak 43,59%. Berdasarkan persentase tingkat

pendidikan tersebut dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan petani tembakau

mitra didominasi oleh petani dengan tingkat pendidikan sekolah dasar. Hal

tersebut sesuai dengan hasil analisis secara statistik yang menyebutkan bahwa

pendidikan berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani melakukan

kemitraan. Hal ini sejalan dengan penelitian Kusno (2016) yang menyebutkan

variabel pendidikan berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani

kopi arabika untuk bermitra.

Hasil analisis statistik menyebutkan bahwa pendidikan petani berpengaruh

secara negatif terhadap pengambilan keputusan petani melakukan kemitraan

kontrak harga tidak tetap. Semakin rendah tingkat pendidikan petani maka petani

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

103

akan cenderung memilih untuk bermitra. Hal tersebut dikarenakan petani dengan

pendidikan yang lebih rendah cenderung menghindari risiko usahatani. Petani

akan memilih untuk melakukan kemitraan karena orientasi petani tembakau

Besuki Na-Oogst mitra adalah adanya kepastian pasar. Petani tembakau Besuki

Na-Oogst di Gapoktan Cahaya Muda dengan tingkat pendidikan rendah hanya

menggantungkan hidupnya sebagai seorang petani tembakau saja dan tidak

memiliki profesi sampingan. Mengingat biaya yang dibutuhkan untuk modal

usahatani tembakau tinggi, maka petani memerlukan suatu kemitraan untuk

memudahkan petani dalam berusahatani dengan memperoleh pinjaman modal dari

perusahaan mitra.

3. Variabel Pengalaman (X3)

Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan

90% variabel pengalaman (X4) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pengambilan keputusan petani tembakau dalam melakukan kemitraan kontrak

harga tidak tetap. Nilai signifikansi variabel pengalaman lebih besar dari taraf

kesalahan (0,1) yakni sebesar 0,104. Pengalaman petani tembakau dalam

mengusahakan jenis tembakau Besuki Na-Oogst di Gapoktan Cahaya Muda

memiliki rata-rata lama pengalaman yang sama yakni selama kurang lebih 8

tahun. Petani mengusahakan tanaman tembakau Besuki Na-Oogst biasanya

menyesuaikan dengan harga tembakau di pasar. Jika harga tembakau dipasar

meningkat, petani tembakau Besuki Na-Oogst di Gapoktan Cahaya Muda

meningkat jumlahnya. Oleh karena itu, pengalaman usahatani petani tembakau

Besuki Na-Oogst tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani

tembakau melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap.

4. Variabel Jumlah Anggota Keluarga (X4)

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai signifikansi variabel jumlah

anggota keluarga (X4) sebesar 0,595 atau lebih besar dari taraf kesalahan (0,1).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel jumlah anggota keluarga tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan petani tembakau

dalam melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap dengan taraf kepercayaan

90%. Hal ini selaras dengan penelitian Budi (2014) yang menjelaskan bahwa

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

104

variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan

keputusan petani untuk bergabung dengan KPTR mitra Putra Jaya. Kondisi

dilapang juga memperlihatkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak

mempengaruhi keputusan petani tembakau untuk bermitra kontrak harga tidak

tetap karena dengan rata-rata umur petani mitra 45 tahun, sebagian anggota

keluarga sudah memiliki pekerjaan sendiri sehingga tidak menjadi tanggungan

keluarga lagi. Sebagian keluarga yang tinggal serumah dengan petani tembakau

Besuki Na-Oogst mitra sudah mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dari hasil

pekerjaan yang ditekuni. Oleh karena itu, jumlah anggota keluarga tidak

berpengaruh nyata dengan pengambilan keputusan petani melakukan kemitraan

kontrak harga tidak tetap.

5. Variabel Pendapatan (X5)

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendapatan (X5) berpengaruh

nyata terhadap pengambilan keputusan petani tembakau dalam melakukan

kemitraan kontrak harga tidak tetap. Nilai koefisien regresi sebesar 0,224

menunjukkan bahwa, pada taraf kepercayaan 90% probabilitas variabel

pendapatan dalam menentukan keputusan bermitra kontrak harga tidak tetap lebih

tinggi dibandingkan dengan keputusan bermitra kontrak harga tetap. Nilai Exp(B)

sebesar 1,251 memiliki arti bahwa, risiko petani yang memiliki pendapatan 1 juta

rupiah lebih tinggi adalah sebesar 1,251 kali dibandingkan dengan petani

tembakau yang pendapatannya lebih rendah 1 juta dibawahnya. Dengan perkataan

lain, petani tembakau Besuki Na-Oogst dengan pendapatan lebih tinggi merasa

memiliki risiko lebih kecil (lebih suka) untuk melakukan kemitraan kontrak harga

tidak tetap dibandingkan dengan petani lain yang pendapatannya lebih rendah

dibawahnya.

Pendapatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi pengambilan

keputusan petani untuk melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap. Hasil

tersebut sesuai dengan hasil penelitian Valentine (2017) yang menyebutkan bahwa

variabel pendapatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara nyata

terhadap pengambilan keputusan petani bermitra. Hal tersebut selaras dengan

pendugaan awal bahwa semakin tinggi pendapatan petani maka petani akan

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

105

cenderung memilih bermitra. Kondisi dilapang memperlihatkan bahwa petani

cenderung memilih bermitra karena adanya kontrak harga serta jaminan pasar.

Beberapa kesepakatan dalam kemitraan antara petani tembakau Besuki

Na-Oogst dengan perusahaan mitra antara lain jaminan pasar, bantuan modal serta

kontrak harga. Kontrak harga yang disepakati antara perusahaan Mayangsari

dengan petani tembakau adalah kontrak harga tidak tetap. Artinya, harga daun

tembakau disesuaikan dengan kualitas tembakau yang dihasilkan. Semakin bagus

kualitas tembakau yang dihasilkan petani, maka akan semakin tinggi pula harga

beli oleh perusahaan. Harga tersebut juga mengikuti harga yang berlaku

dipasaran. Petani yang bermitra sudah memasuki tahun keempat, sehingga petani

sudah melakukan evaluasi selama tiga tahun berjalannya kemitraan tersebut.

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh petani tembakau mitra, hasil panen yang

diperoleh petani cenderung berkualitas baik sehingga rata-rata harga jual

tembakau masih tergolong tinggi. Hal tersebut menyebabkan petani tembakau

mitra dengan kontrak harga tetap mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan petani non mitra sehingga pendapatannyapun menjadi

tinggi. Oleh karena itulah, pendapatan berpengaruh nyata terhadap pengambilan

keputusan petani dalam melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap.

6. Variabel Perilaku Risiko (X6)

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel perilaku risiko (X6)

tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani tembakau dalam

melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap. Nilai signifikansi yang diperoleh

lebih besar dari taraf kesalahan (0,1) yakni sebesar 0,419. Variabel perilaku

terhadap risiko merupakan salah satu variabel yang diduga mempengaruhi

pengambilan keputusan petani tembakau melakukan kemitraan kontrak harga

tidak tetap. Namun, berdasarkan uji statistik variabel tersebut tidak berpengaruh

nyata terhadap pengambilan keputusan petani tembakau Besuki Na-Oogst di

Gapoktan Cahaya Muda untuk melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap.

7. Variabel Luas Lahan (X7)

Variabel luas lahan merupakan salah satu variabel independen yang

berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani tembakau dalam

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

106

melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap. Nilai signifikansi variabel luas

lahan sebesar 0,019 atau lebih kecil dari taraf kesalahan (0,1). Nilai koefisien

regresi sebesar -6,467 memiliki arti bahwa probabilitas variabel luas lahan petani

tembakau dalam mengambil keputusan untuk melakukan kemitraan kontrak harga

tidak tetap lebih rendah dibandingkan dengan keputusan untuk bermitra kontrak

harga tetap. Nilai Exp(B) sebesar 0,002 menunjukkan bahwa risiko petani dengan

lahan 1 hektar lebih luas adalah sebesar 0,002 kali dibandingkan dengan petani

yang memiliki luas lahan lebih sempit. Dengan perkataan lain, petani tembakau

Besuki Na-Oogst yang lahannya 1 hektar lebih luas merasa mempunyai risiko

lebih besar (lebih enggan) untuk melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap

dibandingkan dengan petani yang lahannya lebih sempit.

Variabel luas lahan merupakan faktor keempat yang mempengaruhi

keputusan petani tembakau Besuki Na-Oogst melakukan kemitraan kontrak harga

tidak tetap. Hasil analisis statistik tersebut sesuai dengan hasil penelitian Wang et

al., (2014) yang menyebutkan bahwa variabel luas lahan berpengaruh secara

signifikan terhadap pengambilan keputusan petani dalam menentukan kontrak

kemitraan kontrak harga tidak tetap. Pengaruh luas lahan bernilai negatif terhadap

pengambilan keputusan petani. Hal ini sesuai dengan kondisi dilapang, dimana

rata-rata luas lahan petani tembakau Besuki Na-Oogst mitra adalah sebesar 1,15

hektar dengan mayoritas luas lahan yang dimiliki petani adalah dibawah 0,5

hektar. Luas lahan petani juga disesuaikan dengan kapasitas luas lahan yang

diberikan oleh perusahaan mitra sesuai dengan kesepakatan yang berlaku dalam

kemitraan.

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

107

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Proses kemitraan antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan

Antirogo Kecamatan Sumbersari dengan Perusahaan Mayangsari dan

Tempurejo diawali dengan adanya ajakan untuk melakukan kemitraan oleh

petugas PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) dari perusahaan kepada petani.

Proses kemitraan yang berlangsung dicermati melalui beberapa kriteria

kesepakatan yang berlaku yakni: (a) tujuan bermitra, (b) jangka waktu

kerjasama, (c) hak dan kewajiban, (d) tata cara pendaftaran anggota baru, serta

(e) aspek penyelesaian masalah.

2. Pola kemitraan antara petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan

Antirogo Kecamatan Sumbersari dengan perusahaan Mayangsari dan

perusahaan Tempurejo yang terbentuk merupakan pola kerjasama operasional

agribisnis (KOA). Petani tembakau Besuki Na-Oogst memiliki kewajiban: (a)

menyediakan lahan, (b) sarana produksi yang tidak disediakan perusahaan,

serta (c) tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra berkewajiban: (a)

menyediakan modal usahatani, (b) menyediakan sarana produksi, (c)

pembinaan manajemen, serta (d) kepastian pasar.

3. Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh nyata terhadap pengambilan

keputusan petani tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

Kecamatan Sumbersari untuk melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap

antara lain: (a) umur, (b) pendidikan, (c) pendapatan, dan (d) luas lahan.

Variabel umur apabila meningkat 1 tahun maka risiko petani adalah sebesar

0,851 kali, artinya petani dengan umur 1 tahun lebih tua merasa mempunyai

risiko lebih besar (lebih enggan) untuk melakukan kemitraan kontrak harga

tidak tetap. Variabel pendidikan apabila meningkat 1 tahun maka risiko petani

adalah sebesar 0,632 kali, artinya petani dengan pendidikan 1 tahun lebih

tinggi merasa memiliki risiko lebih besar (lebih enggan) untuk melakukan

kemitraan kontrak harga tidak tetap. Variabel pendapatan apabila meningkat 1

juta rupiah maka risiko petani sebesar 1,251 kali, artinya petani dengan

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

108

pendapatan 1 juta lebih tinggi merasa memiliki risiko lebih rendah (lebih suka)

untuk melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap. Variabel luas lahan

apabila meningkat 1 hektar maka risiko petani sebesar 0,002 kali, artinya

petani dengan lahan lebih luas merasa memiliki risiko lebih besar (lebih

enggan) untuk melakukan kemitraan kontrak harga tidak tetap.

6.2 Saran

Berdasarkan temuan-temuan penting dalam penelitian ini, maka dapat

disarankan:

1. Proses kemitraan pada tembakau Besuki Na-Oogst di Kelurahan Antirogo

Kecamatan Sumbersari dengan Perusahaan Mayangsari dan Tempurejo tidak

menyimpang dari prinsip-prinsip pengembangan kemitraan yang baik sehingga

perlu dilanjutkan.

2. Terkait dengan umur petani, bagi perusahaan yang ingin mengembangkan

kemitraan dengan kontrak harga tidak tetap sebaiknya memilih petani sasaran

yang berumur muda (dibawah 47 tahun).

3. Terkait dengan pendidikan petani, bagi perusahaan yang ingin

mengembangkan kemitraan dengan kontrak harga tidak tetap sebaiknya

memilih petani sasaran yang memiliki tingkat pendidikan rendah (dibawah 8

tahun).

4. Terkait dengan pendapatan petani, bagi perusahaan yang ingin

mengembangkan kemitraan dengan kontrak harga tidak tetap sebaiknya

memilih petani sasaran yang pendapatannya tinggi (diatas Rp. 41.458.394,25

per MT).

5. Terkait dengan luas lahan petani, bagi perusahaan yang ingin mengembangkan

kemitraan dengan kontrak harga tidak tetap sebaiknya memilih petani sasaran

yang lahannya tergolong sempit (dibawah 1,08 hektar).

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

109

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2016. Jawa Timur dalam Angka 2015. Jakarta:

Badan Pusat Statistik Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 2016. Kecamatan Sumbersari dalam

Angka 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.

Budi, Ersa Prawita. 2014. “Faktor-Faktor yang Mendasari Keputusan Petani

Bergabung dengan KPTR (Koperasi Petani Tebu Rakyat) dan Peran KPTR

terhadap Petani Tebu (Studi Kasus di PG Pesantren Baru PTPN X

Kediri)”. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Pertanian: Universitas Jember.

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Choiron, M. 2010. Penerapan GMP pada Penanganan Pasca Panen Kopi Rakyat

untuk Menurunkan Okratoksin Produk Kopi (Studi Kasus di Sidomulyo,

Jember). Jurnal Agrointek, 4(2): 114-120.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia.Jakarta:

Direktorat Jenderal Perkebunan.

Dinas Perkebunan. 2011. Budidaya Tembakau Na-Oogst. Surabaya: Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Timur.

Efendi, Muchtar. 2007. “Analisis Pola Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani

Tembakau Besuki Na-Oogst di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember”.

Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Ekonomi: Universitas Jember.

Fachruddin, Achmad Arif. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pengambilan Keputusan Petani Tembakau untuk Bermitra dengan

Koperasi Agrobisnis Terutama Nusantara melalui Koperasi Margi Utama”.

Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Pertanian: Universitas Jember.

Fadilah, Ratna. 2010. Analisis kemitraan antara pabrik gula jatitujuh dengan

petani tebu rakyat di Majalengka, Jawa Barat. Jurnal Transdisiplin

Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia, 5(2): 159-172.

Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Gujarati, Damodar. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

110

Hammam, Rezza Haris. 2015. “Proses Pemasaran Hasil Pertanian Tembakau

(Studi Kasus Pada Proses Pemasaran Hasil Pertanian Tembakau di Desa

Mandisari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung)”. Skripsi.

Diterbitkan. Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.

Hapsari, Endah. 2016. “Implementasi Pola Kemitraan Usahatani Sawit pada PT.

Perkebunan Nusantara VII Unit Bekri”. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik: Universitas Lampung.

Isyanto, Agus Yuniawan. 2012. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap

Produksi pada Usahatani Padi di Kabupaten Ciamis. Jurnal Cakrawala

Galuh, 1(8): 1-8.

Januar, Jani. 2006. Kemitraan Agribisnis (Teori, Strategi dan Aplikasi). Jember:

Fakultas Pertanian UNEJ.

Jasuli, Affan. 2013. “Analisis Pola Kemitraan Petani Kapas dengan PT. Nusafarm

terhadap Pendapatan Usahatani Kapas di Kabupaten Situbndo”. Skripsi.

Tidak Diterbitkan. Fakultas Pertanian: Universitas Jember.

Kabul, Santoso. 2013. Tembakau Dibutuhkan dan Dimusuhi. Jember: UPT

Penerbitan UNEJ.

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis

dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Kusno, Yuli Dwi. 2016. “Pola Kemitraan Petani Kopi Arabika dengan Perum

Perhutani serta Perbedaan Pendapatan Petani Kopi di Desa Kayumas

Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo”. Skripsi. Tidak Diterbitkan.

Fakultas Pertanian: Universitas Jember.

Matnawi, Hudi. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan.

Yogyakarta:Kanisius.

Najmudinrohman, C. 2010. “Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani

Tebu di Kecamatan Trangkil, Pati, Jawa Tengah”. Skripsi. Diterbitkan.

Fakultas Pertanian: Institut Pertanian Bogor.

Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman. 2002. Penggunaan Teknik

Ekonometri (Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis

dan Pengolahan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS).

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

111

Rochmatika, Raden Luthfi. 2006. “Kajian Kepuasan Petani Tebu Rakyat terhadap

Pelaksanaan Kemitraan Pabrik Gula XYZ”. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas

Pertanian: Institut Pertanian Bogor.

Rosadi, Dedi. 2011. Analisis Ekonometrika dan Runtun Waktu Terapan dengan R.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.

Soetriono, Anik Suwandari dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian

(Agraris, Agrobisnis, Industri). Malang: Bayumedia Publisihing.

Soetriono, Evita Solihahani, Fenti Anisa Zulan, Nur Inayatin, Nanda Susanti,

Qory Zuniana. 2014. Agribisnis Tembakau Besuki Na-Oogst: Tinjauan

Ekonomi Pertanian. Malang: Surya Pena Gemilang.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alvabeta.

Sumardjo, Jaka S., dan Wahyu A. D. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan

Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya.

Supranto. 2005. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: CV. Haji

Masagung.

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Utami, Sari W., Arif Daryanto dan Hari Rujito. 2014. Strategi Peningkatan Daya

Saing Tembakau Besuki Na-Oogst Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu.

Jurnal Manajemen dan Agribisnis, 11(2): 100-109.

Valentine, B. D. 2017. “Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan

Petani Tebu Bermitra dengan PG. Djatiroto”. Skripsi, Tidak diterbitkan.

Fakultas Pertanian: Universitas Jember.

Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi- Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.

Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Wang, H. Holly, Yanbing Wang, dan Michael S. Delgado. 2014. The Transition

to Modern Agriculture: Contract Farming in Developing Economics.

Amer. J. Agr. Econ, 96(5): 1257-1271.

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

112

Windarta, Nani. 2006. “Analisis Komparatif Usahatani Tembakau Besuki Na-

Oogst dan Voor Oogst di Kabupaten Jember”. Skripsi. Diterbitkan.

Fakultas Pertanian: Universitas Muhammadiyah Jember.

Yuliati, Yayuk, Lintar Brillian Pintakami, Dina Novia Priminingtyas. 2013.

Analisis Kemitraan antara PG. Candi Baru dengan Petani Tebu Rakyat

Kerjasama Usaha (TRKSU) di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

Jurnal SEPA, 10(1): 27-39.

Zaelani, Achmad. 2008. “Manfaat Kemitraan Agribisnis Bagi Petani Mitra

(Kasus: Kemitraan PT. Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri

Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa

Barat)”. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Pertanian: Institut Pertanian Bogor.

Zuningsih, Nisa Atin Setya. 2016. “Faktor-Faktor yang Mendasari Keputusan

Petani dan Prospek Pengembangan Usahatani Kopi Arabika di Desa

Karangpring Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember”. Skripsi. Tidak

Diterbitkan. Fakultas Pertanian: Universitas Jember.

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

113

LAMPIRAN

Lampiran A. Identitas Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Usia Pendidikan Kelurahan Dusun Status

1 H. Nur Hasin 63 SMP Antirogo Trogowetan Mitra

2 P. Kus 47 SMP Antirogo Pelinggian Mitra

3 P. Yudi 62 SD Antirogo Pelinggian Mitra

4 P. Salim 47 SMP Antirogo Karang Tengah Mitra

5 H. Hasyim 61 D2 Antirogo Krajan Mitra

6 P. Abduh 40 SD Antirogo Krajan Mitra

7 P. Kris 55 SD Antirogo Krajan Mitra

8 H. Abdu Sa'id 50 SMA Antirogo Krajan Mitra

9 Hadi Siswoyo 58 SD Antirogo Krajan Mitra

10 P. Asbian 37 SD Antirogo Jambuan Mitra

11 P. Bukari 63

Antirogo Jambuan Mitra

12 P. Farid 57

Antirogo Jambuan Mitra

13 Musanifah 32 SD Antirogo Trogowetan Mitra

14 P. Deni 48 SMP Antirogo Trogowetan Mitra

15 P. Muhammad 38 SMP Antirogo Krajan Mitra

16 P. Ahmadi 50 SD Antirogo Pelinggian Mitra

17 P. Suryadi 44 SD Antirogo Trogowetan Mitra

18 P. Iyud 39 SMP Antirogo Trogowetan Mitra

19 P. Devi 46 SMP Antirogo Jambuan Mitra

20 P. Ilham 36 SMP Antirogo Pelinggian Mitra

21 P. Hasan 42 SMP Antirogo Pelinggian Mitra

22 P. Marsuki 34 SMA Antirogo Pelinggian Mitra

23 P. Sojono 40 SD Antirogo Pelinggian Mitra

24 P. Sukiman 39 SD Antirogo Jambuan Mitra

25 P. Ahmad Jazi 42 SMA Antirogo Jambuan Mitra

26 H. Nurhasy 52 SD Antirogo Krajan Mitra

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

114

Lanjutan Lampiran A. Identitas Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Usia Pendidikan Kelurahan Dusun Status

27 P. Bad 40 SMA Antirogo Krajan Mitra

28 P. Pot 38 SD Antirogo Trogowetan Mitra

29 P. Jono 43 SD Antirogo Trogowetan Mitra

30 H. Lutfi 52 SD Antirogo Pelinggian Mitra

31 P. Hariyanto 40 SMP Antirogo Trogowetan Mitra

32 P. Slamet 38 SMP Antirogo Krajan Mitra

33 P. Subairi 40 SMA Antirogo Trogowetan Mitra

34 P. Zainab 36 SMP Antirogo Jambuan Mitra

35 P. Sepi 41 SD Antirogo Trogowetan Mitra

36 P. Prik 40 SD Antirogo Krajan Mitra

37 H. Maksum 53 SD Antirogo Trogowetan Mitra

38 P. Sugiyanto 35 SMA Antirogo Krajan Mitra

39 P. Idris 37 SMP Antirogo Krajan Mitra

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

115

Lampiran A1. Rincian Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Produksi

(ton)

Produktivita

s (ton/ha)

Bibit Pupuk (kg) Pestisida

Jenis Bibit

Jumlah

Benih

(pohon)

Urea Za KS Saprodag

1 H. Nur Hasin 5 6 1.2 Na-Oogst 100000 400 400 450 450 17.5

2 P. Kus 2 2.3 1.15 Na-Oogst 40000 200 100 250 200 7

3 P. Yudi 2 2.1 1.05 Na-Oogst 40000 100 200 200 200 7

4 P. Salim 5 6.2 1.24 Na-Oogst 100000 500 450 400 500 17.5

5 H. Hasyim 3 4.5 1.5 Na-Oogst 60000 200 200 300 300 10.5

6 P. Abduh 2 2 1.0 Na-Oogst 40000 100 100 200 200 7

7 P. Kris 2 2 1.0 Na-Oogst 40000 150 100 200 150 7

8 H. Abdu Sa'id 1 1.1 1.1 Na-Oogst 20000 100 100 100 100 3.5

9 Hadi Siswoyo 2 2.2 1.1 Na-Oogst 40000 200 300 200 200 7

10 P. Asbian 2 2 1 Na-Oogst 40000 200 200 200 200 7

11 P. Bukari 1 1 1 Na-Oogst 20000 100 100 100 100 3.5

12 P. Farid 1 1.3 1.3 Na-Oogst 20000 100 100 100 100 3.5

13 Musanifah 0.4 0.5 1.25 Na-Oogst 8000 45 60 45 40 1.4

14 P. Deni 2 2.4 1.2 Na-Oogst 40000 200 150 200 200 7

15 P. Muhammad 0.6 0.6 1 Na-Oogst 12000 60 60 65 65 2.1

16 P. Ahmadi 0.3 0.3 1 Na-Oogst 6000 40 45 30 30 1.05

17 P. Suryadi 0.2 0.3 1.5 Na-Oogst 4000 40 50 30 25 0.7

18 P. Iyud 0.4 0.5 1.25 Na-Oogst 8000 50 60 45 45 1.4

19 P. Devi 0.5 0.6 1.2 Na-Oogst 10000 75 75 55 60 1.75

20 P. Ilham 0.3 0.35 1.17 Na-Oogst 6000 50 50 30 30 1.05

21 P. Hasan 0.2 0.35 1.75 Na-Oogst 4000 40 45 30 25 0.7

22 P. Marsuki 0.3 0.4 1.33 Na-Oogst 6000 60 60 35 35 1.05

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

116

Lanjutan Lampiran A1. Rincian Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

Bibit Pupuk (kg) Pestisida

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Produksi

(ton)

Produktivita

s (ton/ha) Jenis Bibit

Jumlah

Benih

(pohon)

Urea Za KS Saprodag

23 P. Sojono 0.25 0.3 1.2 Na-Oogst 5000 40 80 25 30 0.875

24 P. Sukiman 0.3 0.4 1.33 Na-Oogst 6000 45 50 45 40 1.05

25 P. Ahmad Jazi 0.5 0.7 1.4 Na-Oogst 10000 80 100 60 50 1.75

26 H. Nurhasy 0.7 0.95 1.36 Na-Oogst 14000 90 100 85 80 2.45

27 P. Bad 0.4 0.45 1.13 Na-Oogst 8000 70 55 45 45 1.4

28 P. Pot 0.4 0.4 1 Na-Oogst 8000 80 80 50 45 1.4

29 P. Jono 0.4 0.35 0.875 Na-Oogst 8000 45 100 50 45 1.4

30 H. Lutfi 1 1.2 1.2 Na-Oogst 20000 150 200 100 100 3.5

31 P. Hariyanto 0.5 0.6 1.2 Na-Oogst 10000 80 100 50 50 1.75

32 P. Slamet 0.4 0.5 1.25 Na-Oogst 8000 60 75 50 40 1.4

33 P. Subairi 0.3 0.4 1.33 Na-Oogst 6000 40 60 40 35 1.05

34 P. Zainab 0.7 0.85 1.21 Na-Oogst 12000 80 80 60 85 2.45

35 P. Sepi 2 2.3 1.15 Na-Oogst 40000 225 200 150 200 7

36 P. Prik 1 1.1 1.1 Na-Oogst 20000 100 100 115 100 3.5

37 H. Maksum 2 2.4 1.2 Na-Oogst 40000 250 200 200 200 7

38 P. Sugiyanto 0.5 0.75 1.5 Na-Oogst 10000 75 100 60 70 1.75

39 P. Idris 0.3 0.4 1.33 Na-Oogst 6500 65 60 45 35 1.05

Jumlah 44.85 53.05 47.06

895500 4585 4745 4495 4505 156.98

Rata-rata 1.15 1.36 1.21

22961.54 118 121.7 115.26 115.51 4.03

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

117

Lampiran A2. Rincian Penggunaan Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Folicur WP

(L) Bactocyn (L)

Ridomil

(L)

Confidor

(L)

Prevathon

(L)

Cabrio

(L)

Anthracol

(L)

Demolish

(L)

1 H. Nur Hasin 1.25 4 5 1.5 1.25 1.25 1.25 2

2 P. Kus 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

3 P. Yudi 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

4 P. Salim 1.25 4 5 1.5 1.25 1.25 1.25 2

5 H. Hasyim 0.75 2.4 3 0.9 0.75 0.75 0.75 1.2

6 P. Abduh 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

7 P. Kris 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

8 H. Abdu Sa'id 0.25 0.8 1 0.3 0.25 0.25 0.25 0.4

9 Hadi Siswoyo 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

10 P. Asbian 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

11 P. Bukari 0.25 0.8 1 0.3 0.25 0.25 0.25 0.4

12 P. Farid 0.25 0.8 1 0.3 0.25 0.25 0.25 0.4

13 Musanifah 0.1 0.32 0.4 0.12 0.1 0.1 0.1 0.16

14 P. Deni 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

15 P. Muhammad 0.15 0.48 0.6 0.18 0.15 0.15 0.15 0.24

16 P. Ahmadi 0.075 0.24 0.3 0.09 0.075 0.075 0.075 0.12

17 P. Suryadi 0.05 0.16 0.2 0.06 0.05 0.05 0.05 0.08

18 P. Iyud 0.1 0.32 0.4 0.12 0.1 0.1 0.1 0.16

19 P. Devi 0.125 0.4 0.5 0.15 0.125 0.125 0.125 0.2

20 P. Ilham 0.075 0.24 0.3 0.09 0.075 0.075 0.075 0.12

21 P. Hasan 0.05 0.16 0.2 0.06 0.05 0.05 0.05 0.08

22 P. Marsuki 0.075 0.24 0.3 0.09 0.075 0.075 0.075 0.12

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

118

Lanjutan Lampiran A2. Rincian Penggunaan Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Folicur WP

(L) Bactocyn (L)

Ridomil

(L)

Confidor

(L)

Prevathon

(L)

Cabrio

(L)

Anthracol

(L)

Demolish

(L)

23 P. Sojono 0.0625 0.2 0.25 0.075 0.0625 0.0625 0.0625 0.1

24 P. Sukiman 0.075 0.24 0.3 0.09 0.075 0.075 0.075 0.12

25 P. Ahmad Jazi 0.125 0.4 0.5 0.15 0.125 0.125 0.125 0.2

26 H. Nurhasy 0.175 0.56 0.7 0.21 0.175 0.175 0.175 0.28

27 P. Bad 0.1 0.32 0.4 0.12 0.1 0.1 0.1 0.16

28 P. Pot 0.1 0.32 0.4 0.12 0.1 0.1 0.1 0.16

29 P. Jono 0.1 0.32 0.4 0.12 0.1 0.1 0.1 0.16

30 H. Lutfi 0.25 0.8 1 0.3 0.25 0.25 0.25 0.4

31 P. Hariyanto 0.125 0.4 0.5 0.15 0.125 0.125 0.125 0.2

32 P. Slamet 0.1 0.32 0.4 0.12 0.1 0.1 0.1 0.16

33 P. Subairi 0.075 0.24 0.3 0.09 0.075 0.075 0.075 0.12

34 P. Zainab 0.175 0.56 0.7 0.21 0.175 0.175 0.175 0.28

35 P. Sepi 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

36 P. Prik 0.25 0.8 1 0.3 0.25 0.25 0.25 0.4

37 H. Maksum 0.5 1.6 2 0.6 0.5 0.5 0.5 0.8

38 P. Sugiyanto 0.125 0.4 0.5 0.15 0.125 0.125 0.125 0.2

39 P. Idris 0.075 0.24 0.3 0.09 0.075 0.075 0.075 0.12

Jumlah 11.2125 35.88 44.85 13.455 11.2125 11.2125 11.2125 17.94

Rata-rata 0.56 0.92 1.15 0.35 0.29 0.29 0.29 0.46

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

119

Lampiran A3. Rincian Biaya Variabel (Bibit) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No Nama Luas Lahan (ha)

Bibit

Jenis Bibit Jumlah bibit (pohon) Harga Bibit

(/pohon)

Total Harga

Bibit (Rp)

1 H. Nur Hasin 5 Na-Oogst 100000 50 5000000

2 P. Kus 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

3 P. Yudi 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

4 P. Salim 5 Na-Oogst 100000 50 5000000

5 H. Hasyim 3 Na-Oogst 60000 50 3000000

6 P. Abduh 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

7 P. Kris 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

8 H. Abdu Sa'id 1 Na-Oogst 20000 50 1000000

9 Hadi Siswoyo 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

10 P. Asbian 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

11 P. Bukari 1 Na-Oogst 20000 50 1000000

12 P. Farid 1 Na-Oogst 20000 50 1000000

13 Musanifah 0.4 Na-Oogst 8000 50 400000

14 P. Deni 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

15 P. Muhammad 0.6 Na-Oogst 12000 50 600000

16 P. Ahmadi 0.3 Na-Oogst 6000 50 300000

17 P. Suryadi 0.2 Na-Oogst 4000 50 200000

18 P. Iyud 0.4 Na-Oogst 8000 50 400000

19 P. Devi 0.5 Na-Oogst 10000 50 500000

20 P. Ilham 0.3 Na-Oogst 6000 50 300000

21 P. Hasan 0.2 Na-Oogst 4000 50 200000

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

120

Lanjutan Lampiran A3. Rincian Biaya Variabel (Bibit) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No Nama Luas Lahan (ha) Bibit

Jenis Bibit Jumlah bibit (pohon) Harga Bibit

(/pohon)

Total Harga

Bibit (Rp)

22 P. Marsuki 0.3 Na-Oogst 6000 50 300000

23 P. Sojono 0.25 Na-Oogst 5000 50 250000

24 P. Sukiman 0.3 Na-Oogst 6000 50 300000

25 P. Ahmad Jazi 0.5 Na-Oogst 10000 50 500000

26 H. Nurhasy 0.7 Na-Oogst 14000 50 700000

27 P. Bad 0.4 Na-Oogst 8000 50 400000

28 P. Pot 0.4 Na-Oogst 8000 50 400000

29 P. Jono 0.4 Na-Oogst 8000 50 400000

30 H. Lutfi 1 Na-Oogst 20000 50 1000000

31 P. Hariyanto 0.5 Na-Oogst 10000 50 500000

32 P. Slamet 0.4 Na-Oogst 8000 50 400000

33 P. Subairi 0.3 Na-Oogst 6000 50 300000

34 P. Zainab 0.7 Na-Oogst 12000 50 600000

35 P. Sepi 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

36 P. Prik 1 Na-Oogst 20000 50 1000000

37 H. Maksum 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

38 P. Sugiyanto 0.5 Na-Oogst 10000 50 500000

39 P. Idris 0.3 Na-Oogst 6500 50 325000

Jumlah 44.85

895500 1950 44775000

Rata-rata 1.15

22961.5 50 1148076.92

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

121

Lampiran A4. Rincian Biaya Variabel (Pupuk) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Pupuk (kg)

Urea Harga

(Rp)

Biaya

(Rp) Za

Harga

(Rp) Biaya (Rp) KS

Harga

(Rp) Biaya (Rp)

1 H. Nur Hasin 400 2000 800000 400 1500 600000 450 10000 4500000

2 P. Kus 200 2000 400000 100 1500 150000 250 10000 2500000

3 P. Yudi 100 2000 200000 200 1500 300000 200 10000 2000000

4 P. Salim 500 2000 1000000 450 1500 675000 400 10000 4000000

5 H. Hasyim 200 2000 400000 200 1500 300000 300 10000 3000000

6 P. Abduh 100 2000 200000 100 1500 150000 200 10000 2000000

7 P. Kris 150 2000 300000 100 1500 150000 200 10000 2000000

8 H. Abdu Sa'id 100 2000 200000 100 1500 150000 100 10000 1000000

9 Hadi Siswoyo 200 2000 400000 300 1500 450000 200 10000 2000000

10 P. Asbian 200 2000 400000 200 1500 300000 200 10000 2000000

11 P. Bukari 100 2000 200000 100 1500 150000 100 10000 1000000

12 P. Farid 100 2000 200000 100 1500 150000 100 10000 1000000

13 Musanifah 45 2000 90000 60 1500 90000 45 10000 450000

14 P. Deni 200 2000 400000 150 1500 225000 200 10000 2000000

15 P. Muhammad 60 2000 120000 60 1500 90000 65 10000 650000

16 P. Ahmadi 40 2000 80000 45 1500 67500 30 10000 300000

17 P. Suryadi 40 2000 80000 50 1500 75000 30 10000 300000

18 P. Iyud 50 2000 100000 60 1500 90000 45 10000 450000

19 P. Devi 75 2000 150000 75 1500 112500 55 10000 550000

20 P. Ilham 50 2000 100000 50 1500 75000 30 10000 300000

21 P. Hasan 40 2000 80000 45 1500 67500 30 10000 300000

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

122

Lanjutan Lampiran A4. Rincian Biaya Variabel (Pupuk) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Pupuk (kg)

Urea Harga

(Rp)

Biaya

(Rp) Za

Harga

(Rp) Biaya (Rp) KS

Harga

(Rp) Biaya (Rp)

22 P. Marsuki 60 2000 120000 60 1500 90000 35 10000 350000

23 P. Sojono 40 2000 80000 80 1500 120000 25 10000 250000

24 P. Sukiman 45 2000 90000 50 1500 75000 45 10000 450000

25 P. Ahmad Jazi 80 2000 160000 100 1500 150000 60 10000 600000

26 H. Nurhasy 90 2000 180000 100 1500 150000 85 10000 850000

27 P. Bad 70 2000 140000 55 1500 82500 45 10000 450000

28 P. Pot 80 2000 160000 80 1500 120000 50 10000 500000

29 P. Jono 45 2000 90000 100 1500 150000 50 10000 500000

30 H. Lutfi 150 2000 300000 200 1500 300000 100 10000 1000000

31 P. Hariyanto 80 2000 160000 100 1500 150000 50 10000 500000

32 P. Slamet 60 2000 120000 75 1500 112500 50 10000 500000

33 P. Subairi 40 2000 80000 60 1500 90000 40 10000 400000

34 P. Zainab 80 2000 160000 80 1500 120000 60 10000 600000

35 P. Sepi 225 2000 450000 200 1500 300000 150 10000 1500000

36 P. Prik 100 2000 200000 100 1500 150000 115 10000 1150000

37 H. Maksum 250 2000 500000 200 1500 300000 200 10000 2000000

38 P. Sugiyanto 75 2000 150000 100 1500 150000 60 10000 600000

39 P. Idris 65 2000 130000 60 1500 90000 45 10000 450000

Jumlah 4585 78000 9170000 4745 58500 7117500 4495 390000 44950000

Rata-rata 117.56 2000 235128.21 121.67 1500 182500 115.26 10000 1152564.10

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

123

Lampiran A5. Rincian Biaya Variabel (Pupuk dan Pestisida) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No Nama Luas Lahan

(ha)

Pestisida

Saprodag Harga

Pupuk (kg) Total Biaya (Rp)

Jumlah

Pestisida Total Biaya (Rp)

1 H. Nur Hasin 5 450 10000 4500000 17.5 1603750

2 P. Kus 2 200 10000 2000000 7 641500

3 P. Yudi 2 200 10000 2000000 7 641500

4 P. Salim 5 500 10000 5000000 17.5 1603750

5 H. Hasyim 3 300 10000 3000000 10.5 962250

6 P. Abduh 2 200 10000 2000000 7 641500

7 P. Kris 2 150 10000 1500000 7 641500

8 H. Abdu Sa'id 1 100 10000 1000000 3.5 320750

9 Hadi Siswoyo 2 200 10000 2000000 7 641500

10 P. Asbian 2 200 10000 2000000 7 641500

11 P. Bukari 1 100 10000 1000000 3.5 320750

12 P. Farid 1 100 10000 1000000 3.5 320750

13 Musanifah 0.4 40 10000 400000 1.4 128300

14 P. Deni 2 200 10000 2000000 7 641500

15 P. Muhammad 0.6 65 10000 650000 2.1 192450

16 P. Ahmadi 0.3 30 10000 300000 1.05 96225

17 P. Suryadi 0.2 25 10000 250000 0.7 64150

18 P. Iyud 0.4 45 10000 450000 1.4 128300

19 P. Devi 0.5 60 10000 600000 1.75 160375

20 P. Ilham 0.3 30 10000 300000 1.05 96225

21 P. Hasan 0.2 25 10000 250000 0.7 64150

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

124

Lanjutan Lampiran A5. Rincian Biaya Variabel (Pupuk dan Pestisida) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Pestisida

Saprodag Harga

Pupuk (kg) Total Biaya (Rp)

Jumlah

Pestisida Total Biaya (Rp)

22 P. Marsuki 0.3 35 10000 350000 1.05 96225

23 P. Sojono 0.25 30 10000 300000 0.875 80187.5

24 P. Sukiman 0.3 40 10000 400000 1.05 96225

25 P. Ahmad Jazi 0.5 50 10000 500000 1.75 160375

26 H. Nurhasy 0.7 80 10000 800000 2.45 224525

27 P. Bad 0.4 45 10000 450000 1.4 128300

28 P. Pot 0.4 45 10000 450000 1.4 128300

29 P. Jono 0.4 45 10000 450000 1.4 128300

30 H. Lutfi 1 100 10000 1000000 3.5 320750

31 P. Hariyanto 0.5 50 10000 500000 1.75 160375

32 P. Slamet 0.4 40 10000 400000 1.4 128300

33 P. Subairi 0.3 35 10000 350000 1.05 96225

34 P. Zainab 0.7 85 10000 850000 2.45 224525

35 P. Sepi 2 200 10000 2000000 7 641500

36 P. Prik 1 100 10000 1000000 3.5 320750

37 H. Maksum 2 200 10000 2000000 7 641500

38 P. Sugiyanto 0.5 70 10000 700000 1.75 160375

39 P. Idris 0.3 35 10000 350000 1.05 96225

Jumlah 44.85 4505 390000 45050000 156.975 14385637.5

Rata-rata 1.15 115.51 10000 1155128.21 4.03 368862.5

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

125

Lampiran A6. Rincian Biaya Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Folicur

WP (L)

Bactocyn

(L)

Ridomil

(L)

Confidor

(L) Prevathon (L) Cabrio (L) Anthracol (L)

Demolish

(L)

1 H. Nur Hasin 170625 200000 645000 63750 149375 69375 35625 270000

2 P. Kus 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

3 P. Yudi 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

4 P. Salim 170625 200000 645000 63750 149375 69375 35625 270000

5 H. Hasyim 102375 120000 387000 38250 89625 41625 21375 162000

6 P. Abduh 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

7 P. Kris 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

8 H. Abdu Sa'id 34125 40000 129000 12750 29875 13875 7125 54000

9 Hadi Siswoyo 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

10 P. Asbian 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

11 P. Bukari 34125 40000 129000 12750 29875 13875 7125 54000

12 P. Farid 34125 40000 129000 12750 29875 13875 7125 54000

13 Musanifah 13650 16000 51600 5100 11950 5550 2850 21600

14 P. Deni 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

15 P. Muhammad 20475 24000 77400 7650 17925 8325 4275 32400

16 P. Ahmadi 10237.5 12000 38700 3825 8962.5 4162.5 2137.5 16200

17 P. Suryadi 6825 8000 25800 2550 5975 2775 1425 10800

18 P. Iyud 13650 16000 51600 5100 11950 5550 2850 21600

19 P. Devi 17062.5 20000 64500 6375 14937.5 6937.5 3562.5 27000

20 P. Ilham 10237.5 12000 38700 3825 8962.5 4162.5 2137.5 16200

21 P. Hasan 6825 8000 25800 2550 5975 2775 1425 10800

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

126

Lanjutan Lampiran A6. Rincian Biaya Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Folicur

WP (L)

Bactocyn

(L)

Ridomil

(L)

Confidor

(L) Prevathon (L) Cabrio (L) Anthracol (L)

Demolish

(L)

22 P. Marsuki 10237.5 12000 38700 3825 8962.5 4162.5 2137.5 16200

23 P. Sojono 8531.25 10000 32250 3187.5 7468.75 3468.75 1781.25 13500

24 P. Sukiman 10237.5 12000 38700 3825 8962.5 4162.5 2137.5 16200

25 P. Ahmad Jazi 17062.5 20000 64500 6375 14937.5 6937.5 3562.5 27000

26 H. Nurhasy 23887.5 28000 90300 8925 20912.5 9712.5 4987.5 37800

27 P. Bad 13650 16000 51600 5100 11950 5550 2850 21600

28 P. Pot 13650 16000 51600 5100 11950 5550 2850 21600

29 P. Jono 13650 16000 51600 5100 11950 5550 2850 21600

30 H. Lutfi 34125 40000 129000 12750 29875 13875 7125 54000

31 P. Hariyanto 17062.5 20000 64500 6375 14937.5 6937.5 3562.5 27000

32 P. Slamet 13650 16000 51600 5100 11950 5550 2850 21600

33 P. Subairi 10237.5 12000 38700 3825 8962.5 4162.5 2137.5 16200

34 P. Zainab 23887.5 28000 90300 8925 20912.5 9712.5 4987.5 37800

35 P. Sepi 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

36 P. Prik 34125 40000 129000 12750 29875 13875 7125 54000

37 H. Maksum 68250 80000 258000 25500 59750 27750 14250 108000

38 P. Sugiyanto 17062.5 20000 64500 6375 14937.5 6937.5 3562.5 27000

39 P. Idris 10237.5 12000 38700 3825 8962.5 4162.5 2137.5 16200

Jumlah 1530506 1794000 5785650 571838 1339893.75 622293.75 319556.25 2421900

Rata-rata 76525.3 46000 148350 14662.5 34356.25 15956.25 8193.75 62100

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

127

Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Tenaga Kerja (HOK)

Olah

Tanah

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Tanam

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

1 H. Nur Hasin 5 8 7 5 35 55000 100 3 1 37.5 50000

2 P. Kus 2 4 8 2 8 55000 20 4 1 10 50000

3 P. Yudi 2 4 7 2 7 55000 20 3 1 7.5 50000

4 P. Salim 5 6 8 5 30 55000 75 3 1 28.125 50000

5 H. Hasyim 3 4 7 2 7 55000 20 2 2 10 50000

6 P. Abduh 2 4 8 2 8 55000 15 2 2 7.5 50000

7 P. Kris 2 10 8 1 10 55000 10 2 2 5 50000

8 H. Abdu Sa'id 1 2 8 1 2 55000 10 3 1 3.75 50000

9 Hadi Siswoyo 2 2 7 2 3.5 55000 10 3 2 7.5 50000

10 P. Asbian 2 2 7 2 3.5 55000 10 2 4 10 50000

11 P. Bukari 1 6 8 1 6 55000 10 3 2 7.5 50000

12 P. Farid 1 4 7 1 3.5 55000 8 3 3 9 50000

13 Musanifah 0.4 3 8 1 3 55000 6 3 2 4.5 50000

14 P. Deni 2 4 8 2 8 55000 20 4 2 20 50000

15 P. Muhammad 0.6 2 8 1 2 55000 15 3 2 11.25 50000

16 P. Ahmadi 0.3 2 7 1 1.75 55000 10 3 2 7.5 50000

17 P. Suryadi 0.2 2 8 1 2 55000 10 4 1 5 50000

18 P. Iyud 0.4 2 8 1 2 55000 10 3 1 3.75 50000

19 P. Devi 0.5 3 6 1 2.25 55000 10 3 2 7.5 50000

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

128

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Tenaga Kerja (HOK)

Olah

Tanah

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Tanam

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

20 P. Ilham 0.3 2 8 1 2 55000 10 4 2 10 50000

21 P. Hasan 0.2 2 8 1 2 55000 10 3 2 7.5 50000

22 P. Marsuki 0.3 2 8 1 2 55000 15 4 1 7.5 50000

23 P. Sojono 0.25 2 8 1 2 55000 8 4 1 4 50000

24 P. Sukiman 0.3 2 7 1 1.75 55000 6 2 3 4.5 50000

25 P. Ahmad Jazi 0.5 4 7 1 3.5 55000 15 3 1 5.625 50000

26 H. Nurhasy 0.7 4 8 1 4 55000 10 3 2 7.5 50000

27 P. Bad 0.4 2 8 1 2 55000 15 4 1 7.5 50000

28 P. Pot 0.4 2 7 1 1.75 55000 15 3 2 11.25 50000

29 P. Jono 0.4 2 8 1 2 55000 20 4 1 10 50000

30 H. Lutfi 1 4 8 1 4 55000 10 4 1 5 50000

31 P. Hariyanto 0.5 3 7 2 5.25 55000 5 3 2 3.75 50000

32 P. Slamet 0.4 3 8 2 6 55000 3 3 3 3.375 50000

33 P. Subairi 0.3 2 8 2 4 55000 3 4 2 3 50000

34 P. Zainab 0.7 4 8 1 4 55000 4 4 2 4 50000

35 P. Sepi 2 6 6 1 4.5 55000 20 3 1 7.5 50000

36 P. Prik 1 4 8 1 4 55000 10 3 2 7.5 50000

37 H. Maksum 2 6 7 1 5.25 55000 20 4 1 10 50000

38 P. Sugiyanto 0.5 3 8 2 6 55000 6 3 3 6.75 50000

39 P. Idris 0.3 2 8 2 4 55000 4 2 3 3 50000

Jumlah 44.85 135 296 59 214.5 2145000 598 123 70 332.125 1950000

Rata-rata 1.15 3.46 7.59 1.51 5.5 55000 15.33 3.15 1.79 8.52 50000

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

129

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Pemu

pukan

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

Penyemp

rotan

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

1 H. Nur Hasin 5 7 3 5 13.125 35000 10 3 5 18.75 35000

2 P. Kus 2 6 4 1 3 35000 4 4 6 12 35000

3 P. Yudi 2 10 3 2 7.5 35000 4 4 5 10 35000

4 P. Salim 5 8 3 5 15 35000 10 3 5 18.75 35000

5 H. Hasyim 3 10 3 4 15 35000 9 3 6 20.25 35000

6 P. Abduh 2 6 4 2 6 35000 4 3 5 7.5 35000

7 P. Kris 2 5 3 4 7.5 35000 4 4 5 10 35000

8 H. Abdu Sa'id 1 10 4 2 10 35000 2 3 6 4.5 35000

9 Hadi Siswoyo 2 6 4 2 6 35000 4 3 6 9 35000

10 P. Asbian 2 8 3 4 12 35000 4 3 6 9 35000

11 P. Bukari 1 6 3 5 11.25 35000 2 4 5 5 35000

12 P. Farid 1 6 4 2 6 35000 4 4 5 10 35000

13 Musanifah 0.4 4 3 3 4.5 35000 2 3 5 3.75 35000

14 P. Deni 2 4 3 3 4.5 35000 4 3 5 7.5 35000

15 P. Muhammad 0.6 4 4 2 4 35000 2 3 5 3.75 35000

16 P. Ahmadi 0.3 4 4 1 2 35000 3 4 6 9 35000

17 P. Suryadi 0.2 4 4 1 2 35000 2 4 5 5 35000

18 P. Iyud 0.4 4 4 1 2 35000 2 3 5 3.75 35000

19 P. Devi 0.5 6 3 2 4.5 35000 3 3 6 6.75 35000

20 P. Ilham 0.3 3 3 2 2.25 35000 3 3 5 5.625 35000

21 P. Hasan 0.2 4 3 2 3 35000 2 4 5 5 35000

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

130

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Pemu

pukan

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

Penyemp

rotan

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

22 P. Marsuki 0.3 4 4 1 2 35000 3 4 6 9 35000

23 P. Sojono 0.25 4 3 1 1.5 35000 2 3 6 4.5 35000

24 P. Sukiman 0.3 6 3 1 2.25 35000 2 3 5 3.75 35000

25 P. Ahmad Jazi 0.5 6 4 1 3 35000 3 4 6 9 35000

26 H. Nurhasy 0.7 8 3 1 3 35000 3 4 5 7.5 35000

27 P. Bad 0.4 4 3 2 3 35000 2 3 5 3.75 35000

28 P. Pot 0.4 4 4 1 2 35000 2 3 5 3.75 35000

29 P. Jono 0.4 6 3 1 2.25 35000 2 3 6 4.5 35000

30 H. Lutfi 1 6 4 1 3 35000 2 4 5 5 35000

31 P. Hariyanto 0.5 4 3 1 1.5 35000 2 3 5 3.75 35000

32 P. Slamet 0.4 3 3 1 1.125 35000 2 4 5 5 35000

33 P. Subairi 0.3 3 3 1 1.125 35000 2 3 6 4.5 35000

34 P. Zainab 0.7 5 4 1 2.5 35000 2 4 5 5 35000

35 P. Sepi 2 6 3 2 4.5 35000 4 3 5 7.5 35000

36 P. Prik 1 6 3 2 4.5 35000 2 3 6 4.5 35000

37 H. Maksum 2 6 3 2 4.5 35000 2 3 5 3.75 35000

38 P. Sugiyanto 0.5 4 4 1 2 35000 2 4 5 5 35000

39 P. Idris 0.3 4 3 1 1.5 35000 2 3 5 3.75 35000

Jumlah 44.85 214 132 77 186.375 1365000 125 132 208 278.375 1365000

Rata-rata 1.15 5.49 3.38 1.97 4.78 35000 3.21 3.38 5.33 7.14 35000

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

131

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Pemetikan Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Pengangkutan

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

1

H. Nur

Hasin 5 30 2 1 7.5 30000 35 2 1 8.75 40000

2 P. Kus 2 12 2 1 3 30000 14 2 1 3.5 40000

3 P. Yudi 2 12 2 2 6 30000 14 2 2 7 40000

4 P. Salim 5 30 2 1 7.5 30000 35 2 1 8.75 40000

5 H. Hasyim 3 18 2 1 4.5 30000 21 2 1 5.25 40000

6 P. Abduh 2 12 2 2 6 30000 14 2 2 7 40000

7 P. Kris 2 12 2 1 3 30000 14 2 1 3.5 40000

8

H. Abdu

Sa'id 1 6 2 1 1.5 30000 7 2 1 1.75 40000

9

Hadi

Siswoyo 2 12 2 1 3 30000 14 2 1 3.5 40000

10 P. Asbian 2 12 2 2 6 30000 14 2 2 7 40000

11 P. Bukari 1 6 2 2 3 30000 7 2 2 3.5 40000

12 P. Farid 1 6 2 1 1.5 30000 7 2 1 1.75 40000

13 Musanifah 0.4 3 2 2 1.5 30000 3 2 2 1.5 40000

14 P. Deni 2 12 2 2 6 30000 14 2 2 7 40000

15

P.

Muhammad 0.6 4 2 1 1 30000 4 2 1 1 40000

16 P. Ahmadi 0.3 2 2 1 0.5 30000 3 2 1 0.75 40000

17 P. Suryadi 0.2 3 2 2 1.5 30000 3 2 2 1.5 40000

18 P. Iyud 0.4 4 2 1 1 30000 3 2 1 0.75 40000

19 P. Devi 0.5 3 2 2 1.5 30000 4 2 2 2 40000

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

132

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Pemetikan Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Pengangkutan

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

20 P. Ilham 0.3 2 2 1 0.5 30000 3 2 1 0.75 40000

21 P. Hasan 0.2 3 2 2 1.5 30000 3 2 2 1.5 40000

22 P. Marsuki 0.3 2 2 1 0.5 30000 3 2 1 0.75 40000

23 P. Sojono 0.25 3 2 2 1.5 30000 2 2 2 1 40000

24 P. Sukiman 0.3 2 2 1 0.5 30000 2 2 1 0.5 40000

25 P. Amd Jazi 0.5 3 2 2 1.5 30000 3 2 2 1.5 40000

26 H. Nurhasy 0.7 5 2 2 2.5 30000 5 2 2 2.5 40000

27 P. Bad 0.4 4 2 1 1 30000 3 2 1 0.75 40000

28 P. Pot 0.4 3 2 1 0.75 30000 3 2 1 0.75 40000

29 P. Jono 0.4 4 2 1 1 30000 3 2 1 0.75 40000

30 H. Lutfi 1 6 2 2 3 30000 7 2 2 3.5 40000

31 P. Hariyanto 0.5 3 2 2 1.5 30000 4 2 2 2 40000

32 P. Slamet 0.4 3 2 1 0.75 30000 3 2 1 0.75 40000

33 P. Subairi 0.3 3 2 2 1.5 30000 3 2 2 1.5 40000

34 P. Zainab 0.7 4 2 1 1 30000 4 2 1 1 40000

35 P. Sepi 2 12 2 1 3 30000 14 2 1 3.5 40000

36 P. Prik 1 6 2 2 3 30000 7 2 2 3.5 40000

37 H. Maksum 2 12 2 2 6 30000 14 2 2 7 40000

38 P. Sugiyanto 0.5 4 2 1 1 30000 4 2 1 1 40000

39 P. Idris 0.3 3 2 1 0.75 30000 3 2 1 0.75 40000

Jumlah 44.85 286 78 56 98.25 1170000 323 78 56 111 1560000

Rata-rata 1.15 7.33 2 1.44 2.52 30000 8.28 2 1.44 2.85 40000

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

133

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Penyujenan Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Menaikkan

Jam

Kerja

Hari

Kerja Total HOK Upah

1

H. Nur

Hasin 5 100 2 1 25 20000 35 2 1 8.75 40000

2 P. Kus 2 40 2 1 10 20000 14 2 1 3.5 40000

3 P. Yudi 2 40 2 2 20 20000 14 2 2 7 40000

4 P. Salim 5 100 2 1 25 20000 35 2 1 8.75 40000

5 H. Hasyim 3 60 2 1 15 20000 21 2 1 5.25 40000

6 P. Abduh 2 40 2 2 20 20000 14 2 2 7 40000

7 P. Kris 2 40 2 1 10 20000 14 2 1 3.5 40000

8

H. Abdu

Sa'id 1 20 2 1 5 20000 7 2 1 1.75 40000

9

Hadi

Siswoyo 2 40 2 1 10 20000 14 2 1 3.5 40000

10 P. Asbian 2 40 2 2 20 20000 14 2 2 7 40000

11 P. Bukari 1 20 2 2 10 20000 7 2 2 3.5 40000

12 P. Farid 1 20 2 1 5 20000 7 2 1 1.75 40000

13 Musanifah 0.4 8 2 2 4 20000 4 2 2 2 40000

14 P. Deni 2 40 2 2 20 20000 14 2 2 7 40000

15

P.

Muhammad 0.6 12 2 1 3 20000 5 2 1 1.25 40000

16 P. Ahmadi 0.3 6 2 1 1.5 20000 3 2 1 0.75 40000

17 P. Suryadi 0.2 4 2 2 2 20000 4 2 2 2 40000

18 P. Iyud 0.4 8 2 1 2 20000 3 2 1 0.75 40000

19 P. Devi 0.5 10 2 2 5 20000 4 2 2 2 40000

20 P. Ilham 0.3 6 2 1 1.5 20000 3 2 1 0.75 40000

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

134

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Penyujenan Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Menaikkan

Jam

Kerja

Hari

Kerja Total HOK Upah

21 P. Hasan 0.2 4 2 2 2 20000 2 2 2 1 40000

22 P. Marsuki 0.3 6 2 1 1.5 20000 3 2 1 0.75 40000

23 P. Sojono 0.25 5 2 2 2.5 20000 2 2 2 1 40000

24 P. Sukiman 0.3 6 2 1 1.5 20000 2 2 1 0.5 40000

25 P. A. Jazi 0.5 10 2 2 5 20000 4 2 2 2 40000

26 H. Nurhasy 0.7 14 2 2 7 20000 6 2 2 3 40000

27 P. Bad 0.4 8 2 1 2 20000 3 2 1 0.75 40000

28 P. Pot 0.4 8 2 1 2 20000 3 2 1 0.75 40000

29 P. Jono 0.4 8 2 1 2 20000 3 2 1 0.75 40000

30 H. Lutfi 1 15 2 2 7.5 20000 7 2 2 3.5 40000

31

P.

Hariyanto 0.5 8 2 2 4 20000 4 2 2 2 40000

32 P. Slamet 0.4 6 2 1 1.5 20000 3 2 1 0.75 40000

33 P. Subairi 0.3 6 2 2 3 20000 3 2 2 1.5 40000

34 P. Zainab 0.7 8 2 1 2 20000 4 2 1 1 40000

35 P. Sepi 2 25 2 1 6.25 20000 14 2 1 3.5 40000

36 P. Prik 1 15 2 2 7.5 20000 7 2 2 3.5 40000

37 H. Maksum 2 30 2 2 15 20000 14 2 2 7 40000

38

P.

Sugiyanto 0.5 8 2 1 2 20000 4 2 1 1 40000

39 P. Idris 0.3 6 2 1 1.5 20000 3 2 1 0.75 40000

Jumlah 44.85 850 78 56 289.75 780000 327 78 56 112.75 1560000

Rata-rata 1.15 21.79 2 1.44 7.43 20000 8.38 2 1.44 2.89 40000

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

135

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan (ha) Oven Jam Kerja Hari kerja Total HOK Upah

1 H. Nur Hasin 5 2 4 20 20 50000

2 P. Kus 2 3 3 15 16.875 50000

3 P. Yudi 2 2 4 15 15 50000

4 P. Salim 5 2 4 15 15 50000

5 H. Hasyim 3 2 3 20 15 50000

6 P. Abduh 2 3 3 20 22.5 50000

7 P. Kris 2 2 3 15 11.25 50000

8 H. Abdu Sa'id 1 2 4 15 15 50000

9 Hadi Siswoyo 2 3 3 20 22.5 50000

10 P. Asbian 2 2 3 15 11.25 50000

11 P. Bukari 1 2 4 15 15 50000

12 P. Farid 1 2 3 15 11.25 50000

13 Musanifah 0.4 2 3 15 11.25 50000

14 P. Deni 2 3 4 25 37.5 50000

15 P. Muhammad 0.6 2 3 15 11.25 50000

16 P. Ahmadi 0.3 2 3 15 11.25 50000

17 P. Suryadi 0.2 3 4 15 22.5 50000

18 P. Iyud 0.4 2 3 15 11.25 50000

19 P. Devi 0.5 2 3 20 15 50000

20 P. Ilham 0.3 2 4 20 20 50000

21 P. Hasan 0.2 3 3 15 16.875 50000

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

136

Lanjutan Lampiran A7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan (ha) Oven Jam Kerja Hari kerja Total HOK Upah

22 P. Marsuki 0.3 3 3 20 22.5 50000

23 P. Sojono 0.25 2 4 15 15 50000

24 P. Sukiman 0.3 2 3 15 11.25 50000

25 P. Ahmad Jazi 0.5 2 3 20 15 50000

26 H. Nurhasy 0.7 2 4 15 15 50000

27 P. Bad 0.4 2 3 15 11.25 50000

28 P. Pot 0.4 3 3 20 22.5 50000

29 P. Jono 0.4 2 4 15 15 50000

30 H. Lutfi 1 2 3 20 15 50000

31 P. Hariyanto 0.5 2 4 25 25 50000

32 P. Slamet 0.4 2 3 15 11.25 50000

33 P. Subairi 0.3 2 3 15 11.25 50000

34 P. Zainab 0.7 2 4 25 25 50000

35 P. Sepi 2 3 3 15 16.875 50000

36 P. Prik 1 2 3 15 11.25 50000

37 H. Maksum 2 2 4 20 20 50000

38 P. Sugiyanto 0.5 2 3 15 11.25 50000

39 P. Idris 0.3 2 4 15 15 50000

Jumlah 44.85 87 132 670 636.875 1950000

Rata-rata 1.15 2.23 3.38 17.18 16.33 50000

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

137

Lampiran A8. Rincian Biaya Total Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

Total HOK Biaya TK (Rp/HOK)

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Per Luasan

Lahan Per Hektar Total Upah Per Luasan Lahan Per Hektar

1 H. Nur Hasin 5 174.375 34.875 355000 61903125 12380625

2 P. Kus 2 69.875 34.9375 355000 24805625 12402812.5

3 P. Yudi 2 87 43.5 355000 30885000 15442500

4 P. Salim 5 156.875 31.375 355000 55690625 11138125

5 H. Hasyim 3 97.25 32.416667 355000 34523750 11507916.67

6 P. Abduh 2 91.5 45.75 355000 32482500 16241250

7 P. Kris 2 63.75 31.875 355000 22631250 11315625

8 H. Abdu Sa'id 1 45.25 45.25 355000 16063750 16063750

9 Hadi Siswoyo 2 68.5 34.25 355000 24317500 12158750

10 P. Asbian 2 85.75 42.875 355000 30441250 15220625

11 P. Bukari 1 64.75 64.75 355000 22986250 22986250

12 P. Farid 1 49.75 49.75 355000 17661250 17661250

13 Musanifah 0.4 36 90 355000 12780000 31950000

14 P. Deni 2 117.5 58.75 355000 41712500 20856250

15 P. Muhammad 0.6 38.5 64.166667 355000 13667500 22779166.67

16 P. Ahmadi 0.3 35 116.66667 355000 12425000 41416666.67

17 P. Suryadi 0.2 43.5 217.5 355000 15442500 77212500

18 P. Iyud 0.4 27.25 68.125 355000 9673750 24184375

19 P. Devi 0.5 46.5 93 355000 16507500 33015000

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

138

Lanjutan Lampiran A8. Rincian Biaya Total Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Per Luasan

Lahan Per Hektar Total Upah Per Luasan Lahan Per Hektar

20 P. Ilham 0.3 43.375 144.58333 355000 15398125 51327083.33

21 P. Hasan 0.2 40.375 201.875 355000 14333125 71665625

22 P. Marsuki 0.3 46.5 155 355000 16507500 55025000

23 P. Sojono 0.25 33 132 355000 11715000 46860000

24 P. Sukiman 0.3 26.5 88.333333 355000 9407500 31358333.33

25 P. Ahmad Jazi 0.5 46.125 92.25 355000 16374375 32748750

26 H. Nurhasy 0.7 52 74.285714 355000 18460000 26371428.57

27 P. Bad 0.4 32 80 355000 11360000 28400000

28 P. Pot 0.4 45.5 113.75 355000 16152500 40381250

29 P. Jono 0.4 38.25 95.625 355000 13578750 33946875

30 H. Lutfi 1 49.5 49.5 355000 17572500 17572500

31 P. Hariyanto 0.5 48.75 97.5 355000 17306250 34612500

32 P. Slamet 0.4 30.5 76.25 355000 10827500 27068750

33 P. Subairi 0.3 31.375 104.58333 355000 11138125 37127083.33

34 P. Zainab 0.7 45.5 65 355000 16152500 23075000

35 P. Sepi 2 57.125 28.5625 355000 20279375 10139687.5

36 P. Prik 1 49.25 49.25 355000 17483750 17483750

37 H. Maksum 2 78.5 39.25 355000 27867500 13933750

38 P. Sugiyanto 0.5 36 72 355000 12780000 25560000

39 P. Idris 0.3 31 103.33333 355000 11005000 36683333.33

Jumlah 44.85 2260 3062.744 13845000 802300000 1087274137

Rata-rata 1.15 57.95 78.53 355000 20571794.87 27878824.02

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

139

Lampiran A9. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Cangkul Sabit

Harga

Beli Kebutuhan

Umur

Ekonomis Penyusutan

Harga

Beli Kebutuhan

Umur

Ekonomis Penyusutan

1 H. Nur Hasin 5 60000 10 5 40000 25000 8 3 22222.22

2 P. Kus 2 60000 4 5 16000 30000 4 3 13333.33

3 P. Yudi 2 60000 4 5 16000 25000 4 3 11111.11

4 P. Salim 5 55000 8 5 29333.33 30000 8 4 20000

5 H. Hasyim 3 60000 5 5 20000 30000 6 4 15000

6 P. Abduh 2 52000 5 5 17333.33 30000 4 3 13333.33

7 P. Kris 2 60000 5 6 16666.67 25000 3 3 8333.33

8 H. Abdu Sa'id 1 60000 4 5 16000 25000 4 3 11111.11

9 Hadi Siswoyo 2 50000 5 5 16666.67 30000 4 4 10000

10 P. Asbian 2 60000 6 5 24000 30000 3 3 10000

11 P. Bukari 1 50000 5 5 16666.67 30000 2 3 6666.67

12 P. Farid 1 50000 5 5 16666.67 25000 2 3 5555.56

13 Musanifah 0.4 60000 4 5 16000 30000 2 4 5000

14 P. Deni 2 52000 6 6 17333.33 30000 6 3 20000

15

P.

Muhammad 0.6 60000 7 5 28000 25000 2 3 5555.56

16 P. Ahmadi 0.3 55000 5 5 18333.33 30000 2 3 6666.67

17 P. Suryadi 0.2 60000 4 5 16000 30000 3 4 7500

18 P. Iyud 0.4 60000 4 5 16000 27000 2 4 4500

19 P. Devi 0.5 50000 5 5 16666.67 27000 2 3 6000

20 P. Ilham 0.3 52000 4 6 11555.56 25000 3 3 8333.33

21 P. Hasan 0.2 50000 4 5 13333.33 30000 4 3 13333.33

22 P. Marsuki 0.3 60000 4 5 16000 30000 3 3 10000

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

140

Lanjutan Lampiran A9. Rincian Biaya Penyusutan Pealatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Cangkul Sabit

Harga

Beli Kebutuhan

Umur

Ekonomis Penyusutan

Harga

Beli Kebutuhan

Umur

Ekonomis Penyusutan

23 P. Sojono 0.25 60000 4 5 16000 30000 3 3 10000

24 P. Sukiman 0.3 60000 5 5 20000 25000 4 4 8333.33

25

P. Ahmad

Jazi 0.5 55000 6 6 18333.33 30000 4 4 10000

26 H. Nurhasy 0.7 55000 7 5 25666.67 25000 3 3 8333.33

27 P. Bad 0.4 60000 5 6 16666.67 30000 3 3 10000

28 P. Pot 0.4 55000 5 6 15277.78 30000 5 3 16666.67

29 P. Jono 0.4 60000 5 5 20000 25000 6 3 16666.67

30 H. Lutfi 1 60000 4 5 16000 30000 4 4 10000

31 P. Hariyanto 0.5 50000 3 5 10000 30000 3 4 7500

32 P. Slamet 0.4 50000 4 5 13333.33 25000 3 3 8333.33

33 P. Subairi 0.3 60000 4 5 16000 25000 4 3 11111.11

34 P. Zainab 0.7 60000 2 5 8000 30000 3 3 10000

35 P. Sepi 2 60000 6 5 24000 30000 6 3 20000

36 P. Prik 1 52000 3 5 10400 25000 5 3 13888.89

37 H. Maksum 2 60000 5 5 20000 25000 6 4 12500

38 P. Sugiyanto 0.5 60000 3 6 10000 30000 3 3 10000

39 P. Idris 0.3 60000 2 5 8000 30000 3 3 10000

Jumlah 44.85 2213000 186 202 682233.33 1094000 149 128 426888.89

Rata-rata 1.15 56743.59 4.77 5.18 17493.16 28051.28 3.82 3.28 10945.87

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

141

Lanjutan Lampiran A9. Rincian Biaya Penyusutan Pealatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Tangki Sprayer Sekop

Harga

Beli

Kebutuhan

(Unit)

Umur

Ekonomis Penyusutan

Harga

Beli

Kebutuhan

(unit)

Umur

Ekonomis Penyusutan

1 H. Nur Hasin 5 550000 2 5 73333.33 50000 5 3 27777.78

2 P. Kus 2 550000 1 5 36666.67 50000 4 3 22222.22

3 P. Yudi 2 570000 1 5 38000 45000 3 3 15000

4 P. Salim 5 550000 3 4 137500 45000 5 4 18750

5 H. Hasyim 3 550000 1 5 36666.67 50000 3 3 16666.67

6 P. Abduh 2 500000 1 4 41666.67 50000 3 3 16666.67

7 P. Kris 2 500000 1 5 33333.33 50000 2 4 8333.33

8 H. Abdu Sa'id 1 550000 1 4 45833.33 50000 2 3 11111.11

9 Hadi Siswoyo 2 550000 1 4 45833.33 50000 2 3 11111.11

10 P. Asbian 2 550000 1 5 36666.67 48000 2 3 10666.67

11 P. Bukari 1 525000 1 5 35000 45000 1 4 3750

12 P. Farid 1 525000 1 5 35000 50000 1 4 4166.67

13 Musanifah 0.4 550000 1 5 36666.67 50000 1 3 5555.56

14 P. Deni 2 550000 2 5 73333.33 50000 2 3 11111.11

15 P. Muhammad 0.6 500000 1 4 41666.67 45000 2 3 10000

16 P. Ahmadi 0.3 550000 1 5 36666.67 45000 2 3 10000

17 P. Suryadi 0.2 550000 1 5 36666.67 50000 1 3 5555.56

18 P. Iyud 0.4 550000 1 5 36666.67 50000 3 4 12500

19 P. Devi 0.5 550000 1 4 45833.33 50000 2 3 11111.11

20 P. Ilham 0.3 550000 1 5 36666.67 50000 3 3 16666.67

21 P. Hasan 0.2 525000 1 5 35000 45000 3 3 15000

22 P. Marsuki 0.3 550000 1 5 36666.67 45000 2 4 7500

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

142

Lanjutan Lampiran A9. Rincian Biaya Penyusutan Pealatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Tangki Sprayer Sekop

Harga

Beli

Kebutuhan

(Unit)

Umur

Ekonomis Penyusutan

Harga

Beli

Kebutuhan

(unit)

Umur

Ekonomis Penyusutan

23 P. Sojono 0.25 550000 1 5 36666.67 50000 2 3 11111.11

24 P. Sukiman 0.3 525000 1 4 43750 50000 2 3 11111.11

25 P. Ahmad Jazi 0.5 525000 1 5 35000 50000 2 3 11111.11

26 H. Nurhasy 0.7 550000 1 5 36666.67 50000 3 4 12500

27 P. Bad 0.4 550000 1 4 45833.33 45000 2 3 10000

28 P. Pot 0.4 550000 1 5 36666.67 48000 2 4 8000

29 P. Jono 0.4 550000 1 5 36666.67 50000 2 3 11111.11

30 H. Lutfi 1 550000 1 5 36666.67 50000 3 3 16666.67

31 P. Hariyanto 0.5 520000 1 5 34666.67 50000 2 4 8333.33

32 P. Slamet 0.4 525000 1 4 43750 45000 2 3 10000

33 P. Subairi 0.3 550000 1 4 45833.33 40000 2 4 6666.67

34 P. Zainab 0.7 550000 1 5 36666.67 45000 2 4 7500

35 P. Sepi 2 550000 1 5 36666.67 45000 4 3 20000

36 P. Prik 1 530000 1 5 35333.33 50000 2 3 11111.11

37 H. Maksum 2 525000 1 5 35000 50000 4 3 22222.22

38 P. Sugiyanto 0.5 550000 1 5 36666.67 50000 2 4 8333.33

39 P. Idris 0.3 550000 1 4 45833.33 45000 1 3 5000

Jumlah 44.85 21095000 43 184 1669666.667 1876000 93 129 462000

Rata-rata 1.15 540897.44 1.10 4.72 42811.97 48102.56 2.38 3.31 11846.15

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

143

Lanjutan Lampiran A9. Rincian Biaya Penyusutan Pealatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Timba Timba siram

Harga

Beli

Kebutuhan

(Unit)

Umur

Ekonomis

Penyusutan

(Rp/MT)

Harga

Beli

Kebutuhan

(Unit)

Umur

Ekonomis

Penyusutan

(RP/MT)

1 H. Nur Hasin 5 20000 10 3 22222.22 55000 8 5 29333.33

2 P. Kus 2 25000 4 4 8333.33 50000 3 4 12500

3 P. Yudi 2 25000 5 4 10416.67 55000 3 4 13750

4 P. Salim 5 25000 7 3 19444.44 55000 9 4 41250

5 H. Hasyim 3 22000 4 3 9777.78 50000 7 4 29166.67

6 P. Abduh 2 22500 5 4 9375 55000 4 5 14666.67

7 P. Kris 2 25000 3 4 6250 55000 4 4 18333.33

8 H. Abdu Sa'id 1 25000 4 3 11111.11 50000 2 4 8333.33

9 Hadi Siswoyo 2 20000 4 3 8888.89 50000 3 4 12500

10 P. Asbian 2 25000 3 3 8333.33 55000 3 4 13750

11 P. Bukari 1 25000 2 4 4166.67 55000 2 5 7333.33

12 P. Farid 1 22000 2 4 3666.67 55000 2 5 7333.33

13 Musanifah 0.4 22000 5 3 12222.22 50000 1 4 4166.67

14 P. Deni 2 25000 7 3 19444.44 55000 3 4 13750

15 P. Muhammad 0.6 25000 2 3 5555.56 55000 2 4 9166.67

16 P. Ahmadi 0.3 25000 2 3 5555.56 55000 2 5 7333.33

17 P. Suryadi 0.2 20000 2 3 4444.44 50000 1 4 4166.67

18 P. Iyud 0.4 20000 2 4 3333.33 55000 1 4 4583.33

19 P. Devi 0.5 25000 2 3 5555.56 55000 2 5 7333.33

20 P. Ilham 0.3 25000 2 4 4166.67 50000 1 5 3333.33

21 P. Hasan 0.2 25000 2 3 5555.56 55000 2 4 9166.67

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

144

Lanjutan Lampiran A9. Rincian Biaya Penyusutan Pealatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Timba Timba siram

Harga

Beli

Kebutuhan

(Unit)

Umur

Ekonomis

Penyusutan

(Rp/MT)

Harga

Beli

Kebutuhan

(Unit)

Umur

Ekonomis

Penyusutan

(RP/MT)

22 P. Marsuki 0.3 25000 2 3 5555.56 55000 2 4 9166.67

23 P. Sojono 0.25 20000 2 4 3333.33 55000 1 4 4583.33

24 P. Sukiman 0.3 25000 3 3 8333.33 52500 1 4 4375

25 P. Ahmad Jazi 0.5 25000 3 3 8333.33 50000 2 5 6666.67

26 H. Nurhasy 0.7 25000 5 3 13888.89 55000 3 5 11000

27 P. Bad 0.4 25000 4 4 8333.33 55000 1 4 4583.33

28 P. Pot 0.4 22000 3 3 7333.33 55000 1 4 4583.33

29 P. Jono 0.4 25000 3 3 8333.33 52500 1 4 4375

30 H. Lutfi 1 25000 4 3 11111.11 55000 2 4 9166.67

31 P. Hariyanto 0.5 22000 2 2 7333.33 55000 1 4 4583.33

32 P. Slamet 0.4 25000 2 2 8333.33 50000 1 5 3333.33

33 P. Subairi 0.3 25000 2 3 5555.56 50000 1 5 3333.33

34 P. Zainab 0.7 20000 3 3 6666.67 50000 1 4 4166.67

35 P. Sepi 2 25000 4 3 11111.11 55000 3 4 13750

36 P. Prik 1 25000 3 2 12500 55000 2 4 9166.67

37 H. Maksum 2 25000 4 3 11111.11 55000 3 4 13750

38 P. Sugiyanto 0.5 20000 3 3 6666.67 50000 1 5 3333.33

39 P. Idris 0.3 25000 2 3 5555.56 55000 1 4 4583.33

Jumlah 44.85 922500 133 124 337208.33 2080000 93 168 389750

Rata-rata 1.15 23653.85 3.41 3.18 8646.37 53333.33 2.38 4.31 9993.59

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

145

Lampiran A10. Rincian Total Biaya Penyusutan Pealatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda

No. Nama Luas Lahan (ha) Total Biaya Peralatan (Rp)

1 H. Nur Hasin 5 214888.89

2 P. Kus 2 109055.56

3 P. Yudi 2 104277.78

4 P. Salim 5 266277.78

5 H. Hasyim 3 127277.78

6 P. Abduh 2 113041.67

7 P. Kris 2 91250

8 H. Abdu Sa'id 1 103500

9 Hadi Siswoyo 2 105000

10 P. Asbian 2 103416.67

11 P. Bukari 1 73583.33

12 P. Farid 1 72388.89

13 Musanifah 0.4 79611.11

14 P. Deni 2 154972.22

15 P. Muhammad 0.6 99944.44

16 P. Ahmadi 0.3 84555.56

17 P. Suryadi 0.2 74333.33

18 P. Iyud 0.4 77583.33

19 P. Devi 0.5 92500

20 P. Ilham 0.3 80722.22

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

146

Lanjutan Lampiran A10. Rincian Total Biaya Penyusutan Pealatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada

Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan (ha) Total Biaya Peralatan (Rp)

21 P. Hasan 0.2 91388.89

22 P. Marsuki 0.3 84888.89

23 P. Sojono 0.25 81694.44

24 P. Sukiman 0.3 95902.78

25 P. Ahmad Jazi 0.5 89444.44

26 H. Nurhasy 0.7 108055.56

27 P. Bad 0.4 95416.67

28 P. Pot 0.4 88527.78

29 P. Jono 0.4 97152.78

30 H. Lutfi 1 99611.11

31 P. Hariyanto 0.5 72416.67

32 P. Slamet 0.4 87083.33

33 P. Subairi 0.3 88500

34 P. Zainab 0.7 73000

35 P. Sepi 2 125527.78

36 P. Prik 1 92400

37 H. Maksum 2 114583.33

38 P. Sugiyanto 0.5 75000

39 P. Idris 0.3 78972.22

Jumlah 44.85 3967747.22

Rata-rata 1.15 101737.1

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

147

Lampiran A11. Rincian Biaya Sewa Traktor dan Pengairan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Sewa Traktor

(Rp)

Biaya Pengairan

Total Biaya Pengairan (Rp)

Upah Pengairan (Rp) Kuantitas (kali)

1 H. Nur Hasin 5 4000000 250000 20 5000000

2 P. Kus 2 1600000 250000 6 1500000

3 P. Yudi 2 1600000 250000 6 1500000

4 P. Salim 5 4000000 250000 20 5000000

5 H. Hasyim 3 2400000 250000 12 3000000

6 P. Abduh 2 1600000 250000 6 1500000

7 P. Kris 2 1600000 250000 6 1500000

8 H. Abdu Sa'id 1 800000 250000 3 750000

9 Hadi Siswoyo 2 1600000 200000 8 1600000

10 P. Asbian 2 1600000 250000 6 1500000

11 P. Bukari 1 800000 250000 3 750000

12 P. Farid 1 800000 250000 3 750000

13 Musanifah 0.4 320000 200000 3 600000

14 P. Deni 2 1600000 250000 6 1500000

15 P. Muhammad 0.6 480000 250000 3 750000

16 P. Ahmadi 0.3 240000 250000 3 750000

17 P. Suryadi 0.2 160000 200000 2 400000

18 P. Iyud 0.4 320000 250000 2 500000

19 P. Devi 0.5 400000 250000 3 750000

20 P. Ilham 0.3 240000 200000 2 400000

21 P. Hasan 0.2 160000 250000 3 750000

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

148

Lanjutan Lampiran A11. Rincian Biaya Sewa Traktor dan Pengairan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Sewa Traktor

(Rp)

Biaya Pengairan

Total Biaya Pengairan (Rp) Upah Pengairan (Rp) Kuantitas (kali)

22 P. Marsuki 0.3 240000

500000

23 P. Sojono 0.25 200000 250000 2 500000

24 P. Sukiman 0.3 240000 250000 3 750000

25 P. Ahmad Jazi 0.5 400000 200000 3 600000

26 H. Nurhasy 0.7 560000 250000 3 750000

27 P. Bad 0.4 320000 250000 3 750000

28 P. Pot 0.4 320000 250000 2 500000

29 P. Jono 0.4 320000 250000 2 500000

30 H. Lutfi 1 800000 225000 3 675000

31 P. Hariyanto 0.5 400000 200000 2 400000

32 P. Slamet 0.4 320000 250000 2 500000

33 P. Subairi 0.3 240000 220000 2 440000

34 P. Zainab 0.7 560000 200000 2 400000

35 P. Sepi 2 1600000 215000 3 645000

36 P. Prik 1 800000 200000 4 800000

37 H. Maksum 2 1600000 250000 3 750000

38 P. Sugiyanto 0.5 400000 200000 2 400000

39 P. Idris 0.3 240000 200000 3 600000

Jumlah 44.85 35880000 9160000 172 41210000

Rata-rata 1.15 920000 234871.8 4.410256 1056666.67

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

149

Lampiran A12. Rincian Total Biaya Tetap Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Biaya

Penyusutan

(Rp)

Biaya Pajak Lahan Total Biaya Tetap

Per Luasan Lahan

(Rp)

Total Biaya Tetap

Per Hektar (Rp) Biaya

Pajak/Tahun Biaya Pajak/MT

1 H. Nur Hasin 5 214888.89 575000 191666.67 406555.56 81311.11

2 P. Kus 2 109055.56 245000 81666.67 190722.22 95361.11

3 P. Yudi 2 104277.78 230000 76666.67 180944.44 90472.22

4 P. Salim 5 266277.78 575000 191666.67 457944.44 91588.89

5 H. Hasyim 3 127277.78 375000 125000.00 252277.78 84092.59

6 P. Abduh 2 113041.67 230000 76666.67 189708.33 94854.17

7 P. Kris 2 91250.00 230000 76666.67 167916.67 83958.33

8 H. Abdu Sa'id 1 103500.00 130000 43333.33 146833.33 146833.33

9 Hadi Siswoyo 2 105000.00 250000 83333.33 188333.33 94166.67

10 P. Asbian 2 103416.67 230000 76666.67 180083.33 90041.67

11 P. Bukari 1 73583.33 115000 38333.33 111916.67 111916.67

12 P. Farid 1 72388.89 115000 38333.33 110722.22 110722.22

13 Musanifah 0.4 79611.11 60000 20000.00 99611.11 249027.78

14 P. Deni 2 154972.22 230000 76666.67 231638.89 115819.44

15 P. Muhammad 0.6 99944.44 69000 23000.00 122944.44 204907.41

16 P. Ahmadi 0.3 84555.56 34500 11500.00 96055.56 320185.19

17 P. Suryadi 0.2 74333.33 40000 13333.33 87666.67 438333.33

18 P. Iyud 0.4 77583.33 46000 15333.33 92916.67 232291.67

19 P. Devi 0.5 92500.00 57500 19166.67 111666.67 223333.33

20 P. Ilham 0.3 80722.22 48000 16000.00 96722.22 322407.41

21 P. Hasan 0.2 91388.89 23000 7666.67 99055.56 495277.78

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

150

Lanjutan Lampiran A12. Rincian Total Biaya Tetap Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Biaya

Penyusutan

(Rp)

Biaya Pajak Lahan

Biaya

Pajak/Tahun Biaya Pajak/MT

Total Biaya Tetap

Per Luasan Lahan

(Rp)

Total Biaya Tetap

Per Hektar (Rp)

22 P. Marsuki 0.3 84888.89 34500 11500.00 96388.89 321296.30

23 P. Sojono 0.25 81694.44 28750 9583.33 91277.78 365111.11

24 P. Sukiman 0.3 95902.78 46000 15333.33 111236.11 370787.04

25 P. Ahmad Jazi 0.5 89444.44 57500 19166.67 108611.11 217222.22

26 H. Nurhasy 0.7 108055.56 80500 26833.33 134888.89 192698.41

27 P. Bad 0.4 95416.67 46000 15333.33 110750.00 276875.00

28 P. Pot 0.4 88527.78 46000 15333.33 103861.11 259652.78

29 P. Jono 0.4 97152.78 46000 15333.33 112486.11 281215.28

30 H. Lutfi 1 99611.11 115000 38333.33 137944.44 137944.44

31 P. Hariyanto 0.5 72416.67 57500 19166.67 91583.33 183166.67

32 P. Slamet 0.4 87083.33 46000 15333.33 102416.67 256041.67

33 P. Subairi 0.3 88500.00 34500 11500.00 100000.00 333333.33

34 P. Zainab 0.7 73000.00 80500 26833.33 99833.33 142619.05

35 P. Sepi 2 125527.78 230000 76666.67 202194.44 101097.22

36 P. Prik 1 92400.00 115000 38333.33 130733.33 130733.33

37 H. Maksum 2 114583.33 230000 76666.67 191250.00 95625.00

38 P. Sugiyanto 0.5 75000.00 57500 19166.67 94166.67 188333.33

39 P. Idris 0.3 78972.22 34500 11500.00 90472.22 301574.07

Jumlah 44.85 3967747.2 5293750 1764583.3 5732330.56 7932228.57

Rata-rata 1.15 101737.11 135737.18 45245.73 146982.83 203390.48

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

151

Lampiran A13. Rincian Total Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Biaya Variabel

Total Biaya

Variabel (Rp)

Total Biaya

Variabel

Per Hektar

(Rp) Biaya Bibit

(Rp)

Biaya

Pupuk (Rp)

Biaya

Pestisida

(Rp)

Biaya TK

(Rp)

Biaya Traktor

dan Pengairan

(Rp)

1 H. Nur Hasin 5 5000000 10400000 1603750 61903125 9000000 87906875 17581375

2 P. Kus 2 2000000 5050000 641500 24805625 3100000 35597125 17798562.5

3 P. Yudi 2 2000000 4500000 641500 30885000 3100000 41126500 20563250

4 P. Salim 5 5000000 10675000 1603750 55690625 9000000 81969375 16393875

5 H. Hasyim 3 3000000 6700000 962250 34523750 5400000 50586000 16862000

6 P. Abduh 2 2000000 4350000 641500 32482500 3100000 42574000 21287000

7 P. Kris 2 2000000 3950000 641500 22631250 3100000 32322750 16161375

8 H. Abdu Sa'id 1 1000000 2350000 320750 16063750 1550000 21284500 21284500

9 Hadi Siswoyo 2 2000000 4850000 641500 24317500 3200000 35009000 17504500

10 P. Asbian 2 2000000 4700000 641500 30441250 3100000 40882750 20441375

11 P. Bukari 1 1000000 2350000 320750 22986250 1550000 28207000 28207000

12 P. Farid 1 1000000 2350000 320750 17661250 1550000 22882000 22882000

13 Musanifah 0.4 400000 1030000 128300 12780000 920000 15258300 38145750

14 P. Deni 2 2000000 4625000 641500 41712500 3100000 52079000 26039500

15 P. Muhammad 0.6 600000 1510000 192450 13667500 1230000 17199950 28666583.33

16 P. Ahmadi 0.3 300000 747500 96225 12425000 990000 14558725 48529083.33

17 P. Suryadi 0.2 200000 705000 64150 15442500 560000 16971650 84858250

18 P. Iyud 0.4 400000 1090000 128300 9673750 820000 12112050 30280125

19 P. Devi 0.5 500000 1412500 160375 16507500 1150000 19730375 39460750

20 P. Ilham 0.3 300000 775000 96225 15398125 640000 17209350 57364500

21 P. Hasan 0.2 200000 697500 64150 14333125 910000 16204775 81023875

22 P. Marsuki 0.3 300000 910000 96225 16507500 740000 18553725 61845750

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

152

Lanjutan Lampiran A13. Rincian Total Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Biaya Variabel

Biaya Bibit

(Rp)

Biaya

Pupuk (Rp)

Biaya

Pestisida

(Rp)

Biaya TK

(Rp)

Biaya Traktor

dan Pengairan

(Rp) Total Biaya

Variabel (Rp)

Total Biaya

Variabel

Per Hektar

(Rp)

23 P. Sojono 0.25 250000 750000 80187.5 11715000 700000 13495187.5 53980750

24 P. Sukiman 0.3 300000 1015000 96225 9407500 990000 11808725 39362416.67

25 P. Ahmad Jazi 0.5 500000 1410000 160375 16374375 1000000 19444750 38889500

26 H. Nurhasy 0.7 700000 1980000 224525 18460000 1310000 22674525 32392178.57

27 P. Bad 0.4 400000 1122500 128300 11360000 1070000 14080800 35202000

28 P. Pot 0.4 400000 1230000 128300 16152500 820000 18730800 46827000

29 P. Jono 0.4 400000 1190000 128300 13578750 820000 16117050 40292625

30 H. Lutfi 1 1000000 2600000 320750 17572500 1475000 22968250 22968250

31 P. Hariyanto 0.5 500000 1310000 160375 17306250 800000 20076625 40153250

32 P. Slamet 0.4 400000 1132500 128300 10827500 820000 13308300 33270750

33 P. Subairi 0.3 300000 920000 96225 11138125 680000 13134350 43781166.67

34 P. Zainab 0.7 600000 1730000 224525 16152500 960000 19667025 28095750

35 P. Sepi 2 2000000 4250000 641500 20279375 2245000 29415875 14707937.5

36 P. Prik 1 1000000 2500000 320750 17483750 1600000 22904500 22904500

37 H. Maksum 2 2000000 4800000 641500 27867500 2350000 37659000 18829500

38 P. Sugiyanto 0.5 500000 1600000 160375 12780000 800000 15840375 31680750

39 P. Idris 0.3 325000 1020000 96225 11005000 840000 13286225 44287416.67

Jumlah 44.85 44775000 106287500 14385637.5 802300000 77090000 1044838138 1320806720

Rata-rata 1.15 1148076.923 2725320.513 368862.5 20571795 1976666.667 26790721.47 33866839

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

153

Lampiran A14. Rincian Total Biaya Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Total Biaya

Variabel (Rp)

Total Biaya

Tetap (Rp)

Total Biaya

Perluasan lahan

(Rp)

Total Biaya Per

hektar (Rp)

1 H. Nur Hasin 5 87906875 406555.556 88313430.56 17662686.11

2 P. Kus 2 35597125 190722.222 35787847.22 17893923.61

3 P. Yudi 2 41126500 180944.444 41307444.44 20653722.22

4 P. Salim 5 81969375 457944.444 82427319.44 16485463.89

5 H. Hasyim 3 50586000 252277.778 50838277.78 16946092.59

6 P. Abduh 2 42574000 189708.333 42763708.33 21381854.17

7 P. Kris 2 32322750 167916.667 32490666.67 16245333.33

8 H. Abdu Sa'id 1 21284500 146833.333 21431333.33 21431333.33

9 Hadi Siswoyo 2 35009000 188333.333 35197333.33 17598666.67

10 P. Asbian 2 40882750 180083.333 41062833.33 20531416.67

11 P. Bukari 1 28207000 111916.667 28318916.67 28318916.67

12 P. Farid 1 22882000 110722.222 22992722.22 22992722.22

13 Musanifah 0.4 15258300 99611.1111 15357911.11 38394777.78

14 P. Deni 2 52079000 231638.889 52310638.89 26155319.44

15 P. Muhammad 0.6 17199950 122944.444 17322894.44 28871490.74

16 P. Ahmadi 0.3 14558725 96055.5556 14654780.56 48849268.52

17 P. Suryadi 0.2 16971650 87666.6667 17059316.67 85296583.33

18 P. Iyud 0.4 12112050 92916.6667 12204966.67 30512416.67

19 P. Devi 0.5 19730375 111666.667 19842041.67 39684083.33

20 P. Ilham 0.3 17209350 96722.2222 17306072.22 57686907.41

21 P. Hasan 0.2 16204775 99055.5556 16303830.56 81519152.78

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

154

Lanjutan Lampiran A14. Rincian Total Biaya Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Total Biaya

Variabel (Rp)

Total Biaya

Tetap (Rp)

Total Biaya

Perluasan lahan

(Rp)

Total Biaya Per

hektar (Rp)

22 P. Marsuki 0.3 18553725 96388.8889 18650113.89 62167046.3

23 P. Sojono 0.25 13495187.5 91277.7778 13586465.28 54345861.11

24 P. Sukiman 0.3 11808725 111236.111 11919961.11 39733203.7

25 P. Ahmad Jazi 0.5 19444750 108611.111 19553361.11 39106722.22

26 H. Nurhasy 0.7 22674525 134888.889 22809413.89 32584876.98

27 P. Bad 0.4 14080800 110750 14191550 35478875

28 P. Pot 0.4 18730800 103861.111 18834661.11 47086652.78

29 P. Jono 0.4 16117050 112486.111 16229536.11 40573840.28

30 H. Lutfi 1 22968250 137944.444 23106194.44 23106194.44

31 P. Hariyanto 0.5 20076625 91583.3333 20168208.33 40336416.67

32 P. Slamet 0.4 13308300 102416.667 13410716.67 33526791.67

33 P. Subairi 0.3 13134350 100000 13234350 44114500

34 P. Zainab 0.7 19667025 99833.3333 19766858.33 28238369.05

35 P. Sepi 2 29415875 202194.444 29618069.44 14809034.72

36 P. Prik 1 22904500 130733.333 23035233.33 23035233.33

37 H. Maksum 2 37659000 191250 37850250 18925125

38 P. Sugiyanto 0.5 15840375 94166.6667 15934541.67 31869083.33

39 P. Idris 0.3 13286225 90472.2222 13376697.22 44588990.74

Jumlah 44.85 1044838138 5732330.6 1050570468 1328738949

Rata-rata 1.15 26790721.47 146982.83 26937704.31 34070229.5

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

155

Lampiran A15. Rincian Penerimaan dan Pendapatan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Produksi

(kw)

Harga

Tembakau

(Rp/Kw)

Penerimaan (Rp) Total Biaya

(Rp)

Pendapatan (Rp)

Per Luasan

Lahan Per Hektar

1 H. Nur Hasin 5 60 6000000 360000000 88313430.56 271686569.44 54337313.89

2 P. Kus 2 23 5300000 121900000 35787847.22 86112152.78 43056076.39

3 P. Yudi 2 21 5300000 111300000 41307444.44 69992555.56 34996277.78

4 P. Salim 5 62 5500000 341000000 82427319.44 258572680.56 51714536.11

5 H. Hasyim 3 45 5600000 252000000 50838277.78 201161722.22 67053907.41

6 P. Abduh 2 20 5400000 108000000 42763708.33 65236291.67 32618145.83

7 P. Kris 2 20 5300000 106000000 32490666.67 73509333.33 36754666.67

8 H. Abdu Sa'id 1 11 5800000 63800000 21431333.33 42368666.67 42368666.67

9 Hadi Siswoyo 2 22 4000000 88000000 35197333.33 52802666.67 26401333.33

10 P. Asbian 2 20 4000000 80000000 41062833.33 38937166.67 19468583.33

11 P. Bukari 1 10 5500000 55000000 28318916.67 26681083.33 26681083.33

12 P. Farid 1 13 5800000 75400000 22992722.22 52407277.78 52407277.78

13 Musanifah 0.4 5 5000000 25000000 15357911.11 9642088.89 24105222.22

14 P. Deni 2 24 5600000 134400000 52310638.89 82089361.11 41044680.56

15 P. Muhammad 0.6 6 6000000 36000000 17322894.44 18677105.56 31128509.26

16 P. Ahmadi 0.3 3 5500000 16500000 14654780.56 1845219.44 6150731.48

17 P. Suryadi 0.2 3 6000000 18000000 17059316.67 940683.33 4703416.67

18 P. Iyud 0.4 5 5900000 29500000 12204966.67 17295033.33 43237583.33

19 P. Devi 0.5 6 6000000 36000000 19842041.67 16157958.33 32315916.67

20 P. Ilham 0.3 3.5 6100000 21350000 17306072.22 4043927.78 13479759.26

21 P. Hasan 0.2 3.5 5600000 19600000 16303830.56 3296169.44 16480847.22

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

156

Lanjutan Lampiran A15. Rincian Penerimaan dan Pendapatan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Produksi

(kw)

Harga

Tembakau

(Rp/Kw)

Penerimaan (Rp) Total Biaya

(Rp)

Pendapatan (Rp)

Per Luasan

Lahan Per Hektar

22 P. Marsuki 0.3 4 6000000 24000000 18650113.89 5349886.11 17832953.70

23 P. Sojono 0.25 3 5700000 17100000 13586465.28 3513534.72 14054138.89

24 P. Sukiman 0.3 4 5500000 22000000 11919961.11 10080038.89 33600129.63

25 P. Ahmad Jazi 0.5 7 6000000 42000000 19553361.11 22446638.89 44893277.78

26 H. Nurhasy 0.7 9.5 6000000 57000000 22809413.89 34190586.11 48843694.44

27 P. Bad 0.4 4.5 5800000 26100000 14191550.00 11908450.00 29771125.00

28 P. Pot 0.4 4 6000000 24000000 18834661.11 5165338.89 12913347.22

29 P. Jono 0.4 3.5 5600000 19600000 16229536.11 3370463.89 8426159.72

30 H. Lutfi 1 12 6000000 72000000 23106194.44 48893805.56 48893805.56

31 P. Hariyanto 0.5 6 5200000 31200000 20168208.33 11031791.67 22063583.33

32 P. Slamet 0.4 5 5100000 25500000 13410716.67 12089283.33 30223208.33

33 P. Subairi 0.3 4 5200000 20800000 13234350.00 7565650.00 25218833.33

34 P. Zainab 0.7 8.5 6100000 51850000 19766858.33 32083141.67 45833059.52

35 P. Sepi 2 23 6200000 142600000 29618069.44 112981930.56 56490965.28

36 P. Prik 1 11 5800000 63800000 23035233.33 40764766.67 40764766.67

37 H. Maksum 2 24 5500000 132000000 37850250.00 94149750.00 47074875.00

38 P. Sugiyanto 0.5 7.5 5300000 39750000 15934541.67 23815458.33 47630916.67

39 P. Idris 0.3 4 6000000 24000000 13376697.22 10623302.78 35411009.26

Jumlah 44.85 530.5 218200000 2934050000 1050570468 1883479532 1310444385

Rata-rata 1.15 13.6026 5594871.79 75232051.28 26937704.31 48294346.97 33601138.06

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

157

Lampiran A16. Rincian Pilihan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra Mengenai Perilaku terhadap Risiko

No Nama Luas Lahan (ha) Produksi (kw) Pilihan

1 H. Nur Hasin 5 70 F

2 P. Kus 2 30 E

3 P. Yudi 2 34 F

4 P. Salim 5 75 F

5 H. Hasyim 3 45 F

6 P. Abduh 2 28 E

7 P. Kris 2 30 F

8 H. Abdu Sa'id 1 15 F

9 Hadi Siswoyo 2 32 F

10 P. Asbian 2 23 F

11 P. Bukari 1 14 E

12 P. Farid 1 13 F

13 Musanifah 0.4 6 D

14 P. Deni 2 28 D

15 P. Muhammad 0.6 8 E

16 P. Ahmadi 0.3 3.5 E

17 P. Suryadi 0.2 4 F

18 P. Iyud 0.4 5 F

19 P. Devi 0.5 7 F

20 P. Ilham 0.3 4 E

21 P. Hasan 0.2 3.5 D

22 P. Marsuki 0.3 4 D

23 P. Sojono 0.25 3 E

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

158

Lanjutan Lampiran A16. Rincian Pilihan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Mitra Mengenai Perilaku terhadap Risiko

No Nama Luas Lahan (ha) Produksi (kw) Pilihan

24 P. Sukiman 0.3 5 F

25 P. Ahmad Jazi 0.5 7 F

26 H. Nurhasy 0.7 9 F

27 P. Bad 0.4 6 E

28 P. Pot 0.4 5 F

29 P. Jono 0.4 7 F

30 H. Lutfi 1 12 E

31 P. Hariyanto 0.5 6 E

32 P. Slamet 0.4 5 D

33 P. Subairi 0.3 4 E

34 P. Zainab 0.7 8.5 F

35 P. Sepi 2 23 F

36 P. Prik 1 11 E

37 H. Maksum 2 24 F

38 P. Sugiyanto 0.5 7.5 F

39 P. Idris 0.3 4 E

Kriteria Pengambilan Keputusan :

A = Sangat tidak suka risiko

B = Tidak suka risiko

C = Moderate low

D = Sedang

E = Suka risiko

F = Sangat suka risiko

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

159

Lampiran B. Identitas Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No Nama Usia Pendidikan Kelurahan Dusun Status

1 P. Rosi 63 SMP Antirogo Krajan Non Mitra

2 P. Hadi 52 SD Antirogo Trogowetan Non Mitra

3 P. Sus 60 SD Antirogo Trogowetan Non Mitra

4 P. Asnawi 43 SMA Antirogo Jambuan Non Mitra

5 P. Sunar 60 SD Antirogo Jambuan Non Mitra

6 P. Waqi 40 S1 Antirogo Krajan Non Mitra

7 P. Rita 38 SD Antirogo Jambuan Non Mitra

8 P. Dedi 48 SMP Antirogo Trogowetan Non Mitra

9 P. Mahfud 66 SD Antirogo Trogowetan Non Mitra

10 P. Anwaruddin 50 SD Antirogo Jambuan Non Mitra

11 P. Miski 48 SD Antirogo Trogowetan Non Mitra

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

160

Lampiran B1. Rincian Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Produksi

(ton)

Produktivitas

(ton/ha)

Bibit Pupuk (kg)

Pestisida Jumlah Bibit

(pohon) Urea Za KS Saprodag

1 P. Rosi 1 1.2 1.2 20000 100 130 100 100 1.65

2 P. Hadi 0.2 0.45 2.25 6000 40 60 50 50 1.6

3 P. Sus 0.75 0.9 1.2 15000 60 80 150 100 1.7

4 P. Asnawi 1 1.3 1.3 20000 150 150 100 150 1.35

5 P. Sunar 0.5 0.7 1.4 10000 80 90 95 100 1.35

6 P. Waqi 1 1.3 1.3 21000 100 150 100 100 1.6

7 P. Rita 1 1.5 1.5 20000 100 100 100 100 1.7

8 P. Dedi 2 2.4 1.2 40000 200 200 100 200 1.95

9 P. Mahfud 0.5 0.8 1.6 10000 80 80 150 75 1.45

10 P. Anwaruddin 0.35 0.5 1.429 5000 55 60 65 50 1.6

11 P. Miski 0.6 0.9 1.5 8400 70 90 80 50 1.4

Jumlah 8.9 11.95 15.88 175400 1035 1190 1090 1075 17.35

Rata-rata 0.81 1.09 1.44 15945.45 94.09 108.18 99.09 97.73 1.58

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

161

Lampiran B2. Rincian Penggunaan Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha) Bactocyn (L) Ridomil (L)

Confidor

(L)

Prevathon

(L) Cabrio (L)

Anthracol

(L)

Demolish

(L)

1 P. Rosi 1 0.1 0.2 0.5 0.1 0.25 0.1 0.1

2 P. Hadi 0.2 0.1 0.1 0.4 0.2 0.2 0.15 0.2

3 P. Sus 0.75 0.25 0.15 0.3 0.2 0.3 0.1 0.1

4 P. Asnawi 1 0.3 0.1 0.3 0 0.25 0.1 0.2

5 P. Sunar 0.5 0.1 0.15 0 0.2 0.3 0.2 0.15

6 P. Waqi 1 0.3 0.2 0.3 0.3 0 0.1 0

7 P. Rita 1 0.25 0.2 0.3 0.1 0.4 0 0.1

8 P. Dedi 2 0.5 0 0.45 0 0 0.3 0.1

9 P. Mahfud 0.5 0.1 0.2 0.3 0.1 0.2 0.1 0.2

10

P.

Anwaruddin 0.35 0.5 0.1 0.2 0.1 0.2 0.2 0.15

11 P. Miski 0.6 0.3 0 0.25 0.1 0.25 0.1 0.2

Jumlah 8.9 2.8 1.4 3.3 1.4 2.35 1.45 1.5

Rata-rata 0.81 0.25 0.13 0.30 0.13 0.21 0.13 0.14

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

162

Lampiran B3. Rincian Biaya Variabel (Bibit) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Bibit

Jenis Bibit Jumlah bibit

(pohon)

Harga Bibit

(/pohon) Total Harga Bibit (Rp)

1 P. Rosi 1 Na-Oogst 20000 50 1000000

2 P. Hadi 0.2 Na-Oogst 6000 50 300000

3 P. Sus 0.75 Na-Oogst 15000 50 750000

4 P. Asnawi 1 Na-Oogst 20000 50 1000000

5 P. Sunar 0.5 Na-Oogst 10000 50 500000

6 P. Waqi 1 Na-Oogst 21000 50 1050000

7 P. Rita 1 Na-Oogst 20000 50 1000000

8 P. Dedi 2 Na-Oogst 40000 50 2000000

9 P. Mahfud 0.5 Na-Oogst 10000 50 500000

10 P. Anwaruddin 0.35 Na-Oogst 5000 50 250000

11 P. Miski 0.6 Na-Oogst 8400 50 420000

Jumlah 8.9

175400 550 8770000

Rata-rata 0.81

15945.45 50 797272.73

Page 184: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

163

Lampiran B4. Rincian Biaya Variabel (Pupuk) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Pupuk (kg)

Urea Harga

(Rp)

Total

Biaya

(Rp)

Za

Harga

Pupuk

(Rp)

Total

Biaya (Rp) KS

Harga

Pupuk

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

1 P. Rosi 1 100 2000 200000 130 1500 195000 100 10000 1000000

2 P. Hadi 0.2 40 2000 80000 60 1500 90000 50 10000 500000

3 P. Sus 0.75 60 2000 120000 80 1500 120000 150 10000 1500000

4 P. Asnawi 1 150 2000 300000 150 1500 225000 100 10000 1000000

5 P. Sunar 0.5 80 2000 160000 90 1500 135000 95 10000 950000

6 P. Waqi 1 100 2000 200000 150 1500 225000 100 10000 1000000

7 P. Rita 1 100 2000 200000 100 1500 150000 100 10000 1000000

8 P. Dedi 2 200 2000 400000 200 1500 300000 100 10000 1000000

9 P. Mahfud 0.5 80 2000 160000 80 1500 120000 150 10000 1500000

10 P. Anwaruddin 0.35 55 2000 110000 60 1500 90000 65 10000 650000

11 P. Miski 0.6 70 2000 140000 90 1500 135000 80 10000 800000

Jumlah 8.9 1035 22000 2070000 1190 16500 1785000 1090 110000 10900000

Rata-rata 0.81 94.09 2000 188182 108.18 1500 162272.73 99.09 10000 990909.09

Page 185: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

164

Lampiran B5. Rincian Biaya Variabel (Pupuk dan Pestisida) Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Pestisida

Saprodag

Harga

Pupuk

(kg)

Total Biaya (Rp) Jumlah

Pestisida Total Biaya (Rp)

1 P. Rosi 1 100 10000 1000000 1.65 135175

2 P. Hadi 0.2 50 10000 500000 1.6 135300

3 P. Sus 0.75 100 10000 1000000 1.7 142450

4 P. Asnawi 1 150 10000 1500000 1.35 98025

5 P. Sunar 0.5 100 10000 1000000 1.35 124975

6 P. Waqi 1 100 10000 1000000 1.6 146850

7 P. Rita 1 100 10000 1000000 1.7 146475

8 P. Dedi 2 200 10000 2000000 1.95 148075

9 P. Mahfud 0.5 75 10000 750000 1.45 130575

10 P. Anwaruddin 0.35 50 10000 500000 1.6 115875

11 P. Miski 0.6 50 10000 500000 1.4 108600

Jumlah 8.9 1075 110000 10750000 17.35 1432375

Rata-rata 0.81 97.73 10000 977272.73 1.58 130215.91

Page 186: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

165

Lampiran B6. Rincian Biaya Penggunaan Obat Pertanian Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Folicur WP

(L)

Bactocyn

(L)

Ridomil

(L)

Confidor

(L)

Prevathon

(L)

Cabrio

(L)

Anthracol

(L)

Demolish

(L)

1 P. Rosi 40950 5000 25800 21250 11950 13875 2850 13500

2 P. Hadi 34125 5000 12900 17000 23900 11100 4275 27000

3 P. Sus 40950 12500 19350 12750 23900 16650 2850 13500

4 P. Asnawi 13650 15000 12900 12750 0 13875 2850 27000

5 P. Sunar 34125 5000 19350 0 23900 16650 5700 20250

6 P. Waqi 54600 15000 25800 12750 35850 0 2850 0

7 P. Rita 47775 12500 25800 12750 11950 22200 0 13500

8 P. Dedi 81900 25000 0 19125 0 0 8550 13500

9 P. Mahfud 34125 5000 25800 12750 11950 11100 2850 27000

10

P.

Anwaruddin 20475 25000 12900 8500 11950 11100 5700 20250

11 P. Miski 27300 15000 0 10625 11950 13875 2850 27000

Jumlah 429975 140000 180600 140250 167300 130425 41325 202500

Rata-rata 71662.50 12727.27 16418.18 12750 15209.09 11856.82 3756.82 18409.09

Page 187: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

166

Lampiran B7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Tenaga Kerja (HOK)

Pengolahan

Tanah

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Penanaman

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

1 P. Rosi 1 4 7 2 7 55000 20 3 1 7.5 50000

2 P. Hadi 0.2 2 8 1 2 55000 10 4 2 10 50000

3 P. Sus 0.75 5 8 1 5 55000 15 4 1 7.5 50000

4 P. Asnawi 1 4 7 1 3.5 55000 20 3 2 15 50000

5 P. Sunar 0.5 2 8 2 4 55000 10 3 4 15 50000

6 P. Waqi 1 4 8 1 4 55000 20 4 1 10 50000

7 P. Rita 1 4 7 1 3.5 55000 10 3 2 7.5 50000

8 P. Dedi 2 6 7 2 10.5 55000 20 4 2 20 50000

9 P. Mahfud 0.5 10 7 1 8.75 55000 8 4 2 8 50000

10

P.

Anwaruddin 0.35 2 8 1 2 55000 5 3 1 1.875 50000

11 P. Miski 0.6 3 8 1 3 55000 10 3 2 7.5 50000

Jumlah 8.9 46 83 14 53.25 605000 148 38 20 109.875 550000

Rata-rata 0.81 4.18 7.55 1.27 4.84 55000 13.45 3.45 1.82 9.99 50000

Page 188: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

167

Lanjutan Lampiran B7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Pemupukan Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Penyemprotan

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

1 P. Rosi 1 6 3 3 6.75 35000 3 3 1 1.125 35000

2 P. Hadi 0.2 6 3 2 4.5 35000 2 4 1 1 35000

3 P. Sus 0.75 2 4 3 3 35000 3 4 1 1.5 35000

4 P. Asnawi 1 4 3 3 4.5 35000 3 3 1 1.125 35000

5 P. Sunar 0.5 4 4 3 6 35000 2 4 1 1 35000

6 P. Waqi 1 6 3 3 6.75 35000 3 4 1 1.5 35000

7 P. Rita 1 6 4 2 6 35000 2 4 1 1 35000

8 P. Dedi 2 8 3 2 6 35000 4 3 1 1.5 35000

9 P. Mahfud 0.5 6 4 3 9 35000 2 3 1 0.75 35000

10 P. Anwaruddin 0.35 6 3 2 4.5 35000 2 4 1 1 35000

11 P. Miski 0.6 5 4 2 5 35000 2 3 1 0.75 35000

Jumlah 8.9 59 38 28 62 385000 28 39 11 12.25 385000

Rata-rata 0.81 5.36 3.45 2.55 5.64 35000 2.55 3.55 1 1.11 35000

Page 189: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

168

Lanjutan Lampiran B7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Upah Petik Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Angkut

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

1 P. Rosi 1 35000 6 2 2 3 30000 7 2 2 3.5 40000

2 P. Hadi 0.2 35000 3 2 1 0.75 30000 2 3 1 0.75 40000

3 P. Sus 0.75 35000 4 2 1 1 30000 6 2 1 1.5 40000

4 P. Asnawi 1 35000 6 2 1 1.5 30000 7 3 1 2.625 40000

5 P. Sunar 0.5 35000 3 2 1 0.75 30000 4 3 1 1.5 40000

6 P. Waqi 1 35000 6 2 1 1.5 30000 7 2 1 1.75 40000

7 P. Rita 1 35000 6 2 2 3 30000 7 2 2 3.5 40000

8 P. Dedi 2 35000 12 2 2 6 30000 14 3 2 10.5 40000

9 P. Mahfud 0.5 35000 3 2 1 0.75 30000 4 2 1 1 40000

10 P. Anwaruddin 0.35 35000 3 2 1 0.75 30000 3 3 1 1.125 40000

11 P. Miski 0.6 35000 5 2 2 2.5 30000 5 2 2 2.5 40000

Jumlah 8.9 385000 57 22 15 21.5 330000 66 27 15 30.25 440000

Rata-rata 0.81 35000 5.18 2 1.36 1.95 30000 6 2.45 1.36 2.75 40000

Page 190: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

169

Lanjutan Lampiran B7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Penyujenan Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah Menaikkan

Jam

Kerja

Hari

Kerja

Total

HOK Upah

1 P. Rosi 1 20 2 2 10 20000 7 3 2 5.25 40000

2 P. Hadi 0.2 4 2 1 1 20000 3 2 1 0.75 40000

3 P. Sus 0.75 15 3 1 5.625 20000 5 2 1 1.25 40000

4 P. Asnawi 1 20 3 1 7.5 20000 8 3 1 3 40000

5 P. Sunar 0.5 10 2 1 2.5 20000 6 2 1 1.5 40000

6 P. Waqi 1 20 2 1 5 20000 7 2 1 1.75 40000

7 P. Rita 1 20 3 2 15 20000 7 2 2 3.5 40000

8 P. Dedi 2 40 3 2 30 20000 14 3 2 10.5 40000

9 P. Mahfud 0.5 10 2 1 2.5 20000 6 3 1 2.25 40000

10

P.

Anwaruddin 0.35 7 2 1 1.75 20000 5 2 1 1.25 40000

11 P. Miski 0.6 12 2 2 6 20000 6 2 2 3 40000

Jumlah 8.9 178 26 15 86.875 220000 74 26 15 34 440000

Rata-rata 0.81 16.18 2.36 1.36 7.90 20000 6.73 2.36 1.36 3.09 40000

Page 191: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

170

Lanjutan Lampiran B7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Oven Jam

Kerja

Hari

kerja

Total

HOK Upah

Per

Luasan

Lahan

Per

Hektar

Total

Upah

Per Luasan

Lahan Per Hektar

1 P. Rosi 1 2 3 15 11.25 50000 55.375 55.375 355000 19658125 19658125

2 P. Hadi 0.2 2 4 20 20 50000 40.75 203.75 355000 14466250 72331250

3 P. Sus 0.75 3 3 15 16.875 50000 43.25 57.67 355000 15353750 20471666.67

4 P. Asnawi 1 3 4 15 22.5 50000 61.25 61.25 355000 21743750 21743750

5 P. Sunar 0.5 2 3 15 11.25 50000 43.5 87 355000 15442500 30885000

6 P. Waqi 1 2 4 20 20 50000 52.25 52.25 355000 18548750 18548750

7 P. Rita 1 3 3 15 16.875 50000 59.875 59.88 355000 21255625 21255625

8 P. Dedi 2 2 4 15 15 50000 110 55 355000 39050000 19525000

9 P. Mahfud 0.5 3 3 20 22.5 50000 55.5 111 355000 19702500 39405000

10

P.

Anwaruddin 0.35 2 4 15 15 50000 29.25 83.58 355000 10383750 29667857.14

11 P. Miski 0.6 2 3 20 15 50000 45.25 75.41 355000 16063750 26772916.67

Jumlah 8.9 26 38 185 186.25 550000 596.25 902.1548 3905000 211668750 320264940.5

Rata-rata 0.81 2.36 3.45 16.82 16.93 50000 54.20 82.01 355000 19242613.64 29114994.59

Page 192: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

171

Lampiran B8. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya

Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Cangkul

Harga Beli Kebutuhan Umur Ekonomis Penyusutan

1 P. Rosi 1 60000 8 5 32000

2 P. Hadi 0.2 55000 3 5 11000

3 P. Sus 0.75 60000 6 6 20000

4 P. Asnawi 1 50000 5 6 13888.89

5 P. Sunar 0.5 60000 5 5 20000

6 P. Waqi 1 55000 6 5 22000

7 P. Rita 1 60000 6 6 20000

8 P. Dedi 2 60000 7 5 28000

9 P. Mahfud 0.5 55000 5 6 15277.78

10 P. Anwaruddin 0.35 60000 6 5 24000

11 P. Miski 0.6 50000 7 6 19444.44

Jumlah 8.9 625000 64 60 225611.1111

Rata-rata 0.81 56818.18 5.82 5.45 20510.10

Page 193: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

172

Lanjutan Lampiran B8. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Sabit

Harga Beli Kebutuhan Umur Ekonomis Penyusutan

1 P. Rosi 1 30000 6 3 20000

2 P. Hadi 0.2 25000 8 3 22222.22

3 P. Sus 0.75 30000 8 4 20000

4 P. Asnawi 1 30000 8 4 20000

5 P. Sunar 0.5 27000 4 3 12000

6 P. Waqi 1 30000 7 3 23333.33

7 P. Rita 1 25000 8 4 16666.67

8 P. Dedi 2 25000 5 4 10416.67

9 P. Mahfud 0.5 30000 4 3 13333.33

10 P. Anwaruddin 0.35 30000 3 4 7500

11 P. Miski 0.6 25000 2 3 5555.56

Jumlah 8.9 307000 63 38 171027.78

Rata-rata 0.81 27909.09 5.73 3.45 15547.98

Page 194: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

173

Lanjutan Lampiran B8. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Tangki Sprayer

Harga Beli Kebutuhan Umur Ekonomis Penyusutan

1 P. Rosi 1 550000 1 5 36666.67

2 P. Hadi 0.2 525000 1 5 35000

3 P. Sus 0.75 550000 1 4 45833.33

4 P. Asnawi 1 550000 1 5 36666.67

5 P. Sunar 0.5 525000 1 4 43750

6 P. Waqi 1 550000 1 5 36666.67

7 P. Rita 1 525000 1 5 35000

8 P. Dedi 2 550000 2 4 91666.67

9 P. Mahfud 0.5 550000 1 4 45833.33

10 P. Anwaruddin 0.35 520000 1 5 34666.67

11 P. Miski 0.6 550000 1 4 45833.33

Jumlah 8.9 5945000 12 50 487583.33

Rata-rata 0.81 540454.55 1.09 4.55 44325.76

Page 195: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

174

Lanjutan Lampiran B8. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Sekop

Harga Beli Kebutuhan Umur Ekonomis Penyusutan

1 P. Rosi 1 50000 4 3 22222.22

2 P. Hadi 0.2 45000 2 4 7500

3 P. Sus 0.75 50000 3 4 12500

4 P. Asnawi 1 50000 4 3 22222.22

5 P. Sunar 0.5 47000 3 3 15666.67

6 P. Waqi 1 50000 2 4 8333.33

7 P. Rita 1 50000 3 3 16666.67

8 P. Dedi 2 50000 4 4 16666.67

9 P. Mahfud 0.5 47000 2 3 10444.44

10 P. Anwaruddin 0.35 50000 3 4 12500

11 P. Miski 0.6 45000 3 3 15000

Jumlah 8.9 534000 33 38 159722.22

Rata-rata 0.81 48545.45 3 3.45 14520.20

Page 196: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

175

Lanjutan Lampiran B8. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

timba

Harga Beli Kebutuhan Umur Ekonomis Penyusutan

1 P. Rosi 1 25000 6 3 16666.67

2 P. Hadi 0.2 22500 2 4 3750

3 P. Sus 0.75 25000 4 4 8333.33

4 P. Asnawi 1 25000 4 4 8333.33

5 P. Sunar 0.5 22000 3 3 7333.33

6 P. Waqi 1 25000 4 3 11111.11

7 P. Rita 1 25000 5 4 10416.67

8 P. Dedi 2 22500 6 4 11250

9 P. Mahfud 0.5 22500 3 3 7500

10 P. Anwaruddin 0.35 25000 2 3 5555.56

11 P. Miski 0.6 20000 3 4 5000

Jumlah 8.9 259500 42 39 95250

Rata-rata 0.81 23590.91 3.82 3.55 8659.09

Page 197: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

176

Lanjutan Lampiran B8. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan

Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Timba siram Total Biaya

Peralatan

Total Biaya

Peralatan Per

Hektar (Rp) Harga Beli Kebutuhan

Umur

Ekonomis Penyusutan

1 P. Rosi 1 55000 3 4 13750 141305.56 141305.56

2 P. Hadi 0.2 50000 1 5 3333.33 82805.56 414027.78

3 P. Sus 0.75 55000 2 4 9166.67 115833.33 154444.44

4 P. Asnawi 1 50000 3 4 12500 113611.11 113611.11

5 P. Sunar 0.5 55000 2 5 7333.33 106083.33 212166.67

6 P. Waqi 1 55000 4 4 18333.33 119777.78 119777.78

7 P. Rita 1 50000 4 5 13333.33 112083.33 112083.33

8 P. Dedi 2 50000 6 4 25000 183000 91500

9 P. Mahfud 0.5 55000 3 5 11000 103388.89 206777.78

10 P. Anwaruddin 0.35 55000 1 4 4583.33 88805.56 253730.16

11 P. Miski 0.6 50000 2 4 8333.33 99166.67 165277.78

Jumlah 8.9 580000 31 48 126666.67 1265861.111 1984702.381

Rata-rata 0.81 52727.27 2.82 4.36 11515.15 115078.2828 180427.49

Page 198: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

177

Lampiran B9. Rincian Biaya Sewa Traktor dan Pengairan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No Nama Luas Lahan

(ha)

Sewa Traktor

(Rp)

Biaya Pengairan

Total Biaya

Pengairan (Rp)

Upah Pengairan

(Rp) Kuantitas (kali)

1 P. Rosi 1 800000 200000 4 800000

2 P. Hadi 0.2 160000 250000 3 750000

3 P. Sus 0.75 600000 200000 3 600000

4 P. Asnawi 1 800000 250000 3 750000

5 P. Sunar 0.5 400000 200000 4 800000

6 P. Waqi 1 800000 250000 4 1000000

7 P. Rita 1 800000 250000 4 1000000

8 P. Dedi 2 1600000 200000 6 1200000

9 P. Mahfud 0.5 400000 250000 3 750000

10 P. Anwaruddin 0.35 280000 250000 3 750000

11 P. Miski 0.6 480000 200000 3 600000

Jumlah 8.9 7120000 2500000 40 9000000

Rata-rata 0.81 647273 227272.7 3.64 818181.82

Page 199: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

178

Lampiran B10. Rincian Total Biaya Tetap Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No Nama Luas Lahan

(ha) Biaya Penyusutan (Rp)

Biaya Pajak Lahan Total

Biaya

Tetap

(Rp)

Total Biaya

Tetap Per

Hektar (Rp) Biaya

Pajak/Tahun

Biaya

Pajak/MT

1 P. Rosi 1 141305.56 115000 38333.33 179638.9 179638.89

2 P. Hadi 0.2 82805.56 23000 7666.67 90472.22 452361.11

3 P. Sus 0.75 115833.33 86250 28750 144583.3 192777.78

4 P. Asnawi 1 113611.11 150000 50000 163611.1 163611.11

5 P. Sunar 0.5 106083.33 57500 19166.67 125250 250500

6 P. Waqi 1 119777.78 115000 38333.33 158111.1 158111.11

7 P. Rita 1 112083.33 115000 38333.33 150416.7 150416.67

8 P. Dedi 2 183000 230000 76666.67 259666.7 129833.33

9 P. Mahfud 0.5 103388.89 57500 19166.67 122555.6 245111.11

10 P. Anwaruddin 0.35 88805.56 40250 13416.67 102222.2 292063.49

11 P. Miski 0.6 99166.67 69000 23000 122166.7 203611.11

Jumlah 8.9 1265861.11 1058500 352833.33 1618694 2418035.71

Rata-rata 0.81 115078.2828 96227.27 32075.76 147154 219821.43

Page 200: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

179

Lampiran B11. Rincian Total Biaya Variabel Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No Nama

Luas

Lahan

(ha)

Biaya Variabel Total

Biaya

Variabel

(Rp)

Total Biaya

Variabel Per

Hektar (Rp)

Biaya

Bibit

(Rp)

Biaya

Pupuk

(Rp)

Biaya

Pestisida

(Rp)

Biaya TK

(Rp)

Biaya Traktor dan

Pengairan (Rp)

1 P. Rosi 1 1000000 2395000 135175 19658125 1600000 24788300 24788300

2 P. Hadi 0.2 300000 1170000 135300 14466250 910000 16981550 84907750

3 P. Sus 0.75 750000 2740000 142450 15353750 1200000 20186200 26914933.33

4 P. Asnawi 1 1000000 3025000 98025 21743750 1550000 27416775 27416775

5 P. Sunar 0.5 500000 2245000 124975 15442500 1200000 19512475 39024950

6 P. Waqi 1 1050000 2425000 146850 18548750 1800000 23970600 23970600

7 P. Rita 1 1000000 2350000 146475 21255625 1800000 26552100 26552100

8 P. Dedi 2 2000000 3700000 148075 39050000 2800000 47698075 23849037.5

9 P. Mahfud 0.5 500000 2530000 130575 19702500 1150000 24013075 48026150

10 P. Anwaruddin 0.35 250000 1350000 115875 10383750 1030000 13129625 37513214.29

11 P. Miski 0.6 420000 1575000 108600 16063750 1080000 19247350 32078916.67

Jumlah 8.9 8770000 25505000 1432375 211668750 16120000 263496125 395042726.8

Rata-rata 0.81 797273 2318636 130215.91 19242613.64 1465454.55 23954193 35912975.16

Page 201: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

180

Lampiran B12. Rincian Total Biaya Usahatani Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama Luas Lahan

(ha)

Total Biaya

Variabel (Rp) Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya (Rp)

Total Biaya Per

Hektar (Rp)

1 P. Rosi 1 24788300 179638.89 24967938.89 24967938.89

2 P. Hadi 0.2 16981550 90472.22 17072022.22 85360111.11

3 P. Sus 0.75 20186200 144583.33 20330783.33 27107711.11

4 P. Asnawi 1 27416775 163611.11 27580386.11 27580386.11

5 P. Sunar 0.5 19512475 125250 19637725 39275450

6 P. Waqi 1 23970600 158111.11 24128711.11 24128711.11

7 P. Rita 1 26552100 150416.67 26702516.67 26702516.67

8 P. Dedi 2 47698075 259666.67 47957741.67 23978870.83

9 P. Mahfud 0.5 24013075 122555.56 24135630.56 48271261.11

10 P. Anwaruddin 0.35 13129625 102222.22 13231847.22 37805277.78

11 P. Miski 0.6 19247350 122166.67 19369516.67 32282527.78

Jumlah 8.9 263496125 1618694.44 265114819 397460762.5

Rata-rata 0.81 23954193 147154.0404 24101347.2 36132796.59

Page 202: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

181

Lampiran B13. Rincian Penerimaan dan Pendapatan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra pada Gapoktan Cahaya Muda

No. Nama

Luas

Lahan

(ha)

Produksi

(kw)

Harga

Tembakau Penerimaan (Rp)

Total Biaya

(Rp)

Pendapatan (Rp)

Per Luasan

Lahan Per Hektar

1 P. Rosi 1 12 3800000 45600000 24967938.89 20632061.11 20632061.11

2 P. Hadi 0.2 4.5 4300000 19350000 17072022.22 2277977.78 11389888.89

3 P. Sus 0.75 9 3400000 30600000 20330783.33 10269216.67 13692288.89

4 P. Asnawi 1 13 3500000 45500000 27580386.11 17919613.89 17919613.89

5 P. Sunar 0.5 7 4400000 30800000 19637725 11162275.00 22324550.00

6 P. Waqi 1 13 4200000 54600000 24128711.11 30471288.89 30471288.89

7 P. Rita 1 15 3900000 58500000 26702516.67 31797483.33 31797483.33

8 P. Dedi 2 24 4200000 100800000 47957741.67 52842258.33 26421129.17

9 P. Mahfud 0.5 8 4300000 34400000 24135630.56 10264369.44 20528738.89

10 P. Anwaruddin 0.35 5 3400000 17000000 13231847.22 3768152.78 10766150.79

11 P. Miski 0.6 9 2600000 23400000 19369516.67 4030483.33 6717472.22

Jumlah 8.9 119.5 42000000 460550000 265114819 195435180.6 212660666.1

Rata-rata 0.80909 10.8636 3818182 41868181.82 24101347.2 17766834.6 19332787.82

Page 203: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

182

Lampiran B14. Rincian Pilihan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Non Mitra Mengenai Perilaku terhadap Risiko

No. Nama Luas Lahan (ha) Produksi (kw) Pilihan

1 P. Rosi 1 14 D

2 P. Hadi 0.2 3 F

3 P. Sus 0.75 15 D

4 P. Asnawi 1 13 D

5 P. Sunar 0.5 15 D

6 P. Waqi 1 15 D

7 P. Rita 1 15 E

8 P. Dedi 2 28 F

9 P. Mahfud 0.5 8 F

10 P. Anwaruddin 0.35 8.5 F

11 P. Miski 0.6 9 E

Kriteria Pengambilan Keputusan :

A = Sangat tidak suka risiko

B = Tidak suka risiko

C = Moderate low

D = Sedang

E = Suka risiko

F = Sangat suka risiko

Page 204: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

183

Lampiran C. Rincian Faktor-faktor Pengambilan Keputusan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Melakukan Kemitraan

No. Nama Luas Lahan (ha) Dusun X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y

1 H. Nur Hasin 5 Trogowetan 63 9 10 4 271686569.4 F 5 1

2 P. Kus 2 Pelinggian 47 9 8 5 86112152.78 E 2 1

3 P. Yudi 2 Pelinggian 69 6 9 2 69992555.56 F 2 1

4 P. Salim 5 Karang Tengah 47 9 10 6 258572680.6 F 5 1

5 H. Hasyim 3 Krajan 61 14 9 3 201161722.2 F 3 1

6 P. Abduh 2 Krajan 40 6 8 4 65236291.67 E 2 1

7 P. Kris 2 Krajan 55 6 7 2 73509333.33 F 2 1

8 H. Abdu Sa'id 1 Krajan 50 12 6 5 42368666.67 F 1 1

9 Hadi Siswoyo 2 Krajan 58 6 7 2 52802666.67 F 2 1

10 P. Asbian 2 Jambuan 37 6 8 4 38937166.67 F 2 1

11 P. Bukari 1 Jambuan 63 0 7 4 26681083.33 E 1 1

12 P. Farid 1 Jambuan 57 0 8 5 52407277.78 F 1 1

13 Musanifah 0.4 Trogowetan 32 6 8 3 9642088.89 D 0.4 1

14 P. Deni 2 Trogowetan 48 9 10 4 82089361.11 D 2 1

15 P. Muhammad 0.6 Krajan 38 9 9 4 18677105.56 E 0.6 1

16 P. Ahmadi 0.3 Pelinggian 50 6 9 3 1845219.44 E 0.3 1

17 P. Suryadi 0.2 Trogowetan 44 6 8 3 940683.33 F 0.2 1

18 P. Iyud 0.4 Trogowetan 39 9 10 5 17295033.33 F 0.4 1

19 P. Devi 0.5 Jambuan 46 9 10 2 16157958.33 F 0.5 1

20 P. Ilham 0.3 Pelinggian 36 9 8 3 4043927.78 E 0.3 1

21 P. Hasan 0.2 Pelinggian 42 9 8 2 3296169.44 D 0.2 1

22 P. Marsuki 0.3 Pelinggian 34 12 7 5 5349886.11 D 0.3 1

Page 205: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

184

Lanjutan Lampiran C. Rincian Faktor-faktor Pengambilan Keputusan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Melakukan Kemitraan

No. Nama Luas Lahan (ha) Dusun X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y

23 P. Sojono 0.25 Pelinggian 40 6 6 4 3513534.72 E 0.25 1

24 P. Sukiman 0.3 Jambuan 39 6 7 2 10080038.89 F 0.3 1

25 P. Ahmad Jazi 0.5 Jambuan 42 12 7 3 22446638.89 F 0.5 1

26 H. Nurhasy 0.7 Krajan 52 6 8 3 34190586.11 F 0.7 1

27 P. Bad 0.4 Krajan 40 12 9 6 11908450 E 0.4 1

28 P. Pot 0.4 Trogowetan 38 6 8 5 5165338.89 F 0.4 1

29 P. Jono 0.4 Trogowetan 43 6 8 4 3370463.89 F 0.4 1

30 H. Lutfi 1 Pelinggian 52 9 8 4 48893805.56 D 1 1

31 P. Hariyanto 0.5 Trogowetan 40 6 9 6 11031791.67 F 0.5 1

32 P. Slamet 0.4 Krajan 38 6 9 9 12089283.33 D 0.4 1

33 P. Subairi 0.3 Trogowetan 40 12 10 4 7565650 D 0.3 1

34 P. Zainab 0.7 Jambuan 36 6 10 2 32083141.67 D 0.7 1

35 P. Sepi 2 Trogowetan 41 16 10 4 112981930.6 D 2 1

36 P. Prik 1 Krajan 40 6 6 3 40764766.67 E 1 1

37 H. Maksum 2 Trogowetan 53 9 4 3 94149750 F 2 1

38 P. Sugiyanto 0.5 Krajan 35 6 5 6 23815458.33 F 0.5 1

39 P. Idris 0.3 Krajan 37 6 10 5 10623302.78 F 0.3 1

40 P. Rosi 1 Krajan 63 9 8 4 20452061.11 D 1 0

41 P. Hadi 0.2 Trogowetan 52 6 5 4 1747977.78 F 0.2 0

42 P. Sus 0.75 Trogowetan 74 6 6 4 10159216.67 D 0.75 0

43 P. Asnawi 1 Jambuan 39 12 7 3 17744613.89 D 1 0

44 P. Sunar 0.5 Jambuan 60 6 8 3 10907275 D 0.5 0

45 P. Waqi 1 Krajan 28 16 8 4 30471288.89 D 1 0

Page 206: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

185

Lanjutan Lampiran C. Rincian Faktor-faktor Pengambilan Keputusan Petani Tembakau Besuki Na-Oogst Melakukan Kemitraan

No. Nama Luas Lahan (ha) Dusun X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y

46 P. Rita 1 Jambuan 38 6 8 5 28547483.33 E 1 0

47 P. Dedi 2 Trogowetan 48 9 7 4 52367258.33 F 2 0

48 P. Mahfud 0.5 Trogowetan 68 6 7 4 10194369.44 F 0.5 0

49 P. Anwaruddin 0.35 Jambuan 50 6 8 3 3268152.78 F 0.35 0

50 P. Miski 0.6 Trogowetan 48 6 6 3 3580483.33 E 0.6 0

Keterangan:

X1 : Umur (Tahun)

X2 : Pendidikan (Tahun)

X3 : Pengalaman (Tahun)

X4 : Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa)

X5 : Pendapatan (Rp/MT)

X6 : Perilaku terhadap Risiko

X7 : Luas Lahan (Hektar)

Y : Keputusan Petani

Page 207: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

186

Lampiran D. Output Analisis Regresi Logistik Mengenai Pengambilan Keputusan

Petani Melakukan Kemitraan

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 50 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 50 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 50 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak bermitra 0 Bermitra 1

Iteration History

a,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 52.878 1.120

2 52.691 1.260

3 52.691 1.266

4 52.691 1.266

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 52.691 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table

a,b

Observed

Predicted

Status Percentage Correct Tidak bermitra Bermitra

Step 0 Status Tidak bermitra 0 11 .0

Bermitra 0 39 100.0

Overall Percentage 78.0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.266 .341 13.744 1 .000 3.545

Page 208: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

187

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Umur 3.271 1 .071

Pendidikan .045 1 .831

Pengalaman 4.586 1 .032

Anggota_Keluarga .184 1 .668

Pendapatan 2.440 1 .118

Perilaku_Risiko 1.863 1 .172

Luas_Lahan .894 1 .344

Overall Statistics 16.911 7 .018

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 27.830 7 .000

Block 27.830 7 .000

Model 27.830 7 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 24.861a .427 .655

a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 5.937 8 .654

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihoo

d

Coefficients

Constant

Umur

Pendidikan

Pengalaman

Anggota_Keluarga Pendapatan Perilaku_Risiko

Luas_Lahan

Step 1

1 38.243 2.364 -.066 -.141 .232 -.115 .032 .307 -1.306

2 31.543 2.600 -.098 -.241 .421 -.153 .063 .505 -2.300

3 26.925 2.075 -.121 -.316 .621 -.169 .118 .655 -3.840

4 25.290 2.626 -.140 -.379 .751 -.198 .169 .665 -5.145

5 24.897 3.847 -.155 -.432 .781 -.237 .207 .626 -6.049

6 24.861 4.444 -.161 -.456 .787 -.256 .222 .609 -6.426

7 24.861 4.507 -.161 -.459 .788 -.258 .224 .608 -6.467

8 24.861 4.508 -.162 -.459 .788 -.258 .224 .608 -6.467

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 52.691

d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.

Page 209: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

188

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Status = Tidak bermitra Status = Bermitra

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 5 4.688 0 .312 5

2 3 3.186 2 1.814 5

3 1 1.443 4 3.557 5

4 1 .988 4 4.012 5

5 0 .439 5 4.561 5

6 1 .154 4 4.846 5

7 0 .070 5 4.930 5

8 0 .026 5 4.974 5

9 0 .006 5 4.994 5

10 0 .000 5 5.000 5

Classification Table

a

Observed

Predicted

Status Percentage Correct Tidak bermitra Bermitra

Step 1 Status Tidak bermitra 8 3 72.7

Bermitra 2 37 94.9

Overall Percentage 90.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

90% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1

a

Umur -.162 .081 4.021 1 .045 .851 .745 .971

Pendidikan -.459 .246 3.489 1 .062 .632 .422 .947

Pengalaman .788 .484 2.649 1 .104 2.199 .992 4.877

Anggota_Keluarga

-.258 .485 .283 1 .595 .773 .348 1.715

Pendapatan .224 .098 5.174 1 .023 1.251 1.064 1.470

Perilaku_Risiko .608 .752 .653 1 .419 1.836 .533 6.328

Luas_Lahan -6.467 2.750 5.530 1 .019 .002 .000 .143

Constant 4.508 8.551 .278 1 .598 90.715 a. Variable(s) entered on step 1: Umur, Pendidikan, Pengalaman, Anggota_Keluarga, Pendapatan, Perilaku_Risiko, Luas_Lahan.

Page 210: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

189

Casewise Listb

Case Selected Statusa

Observed

Predicted Predicted Group

Temporary Variable

Status Resid ZResid

46 S T** .973 B -.973 -6.026

a. S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases.

b. Cases with studentized residuals greater than 2.000 are listed.

Correlation Matrix

Const

ant Umur Pendidi

kan Pengala

man Anggota_Keluarga

Pendapatan

Perilaku_Risiko

Luas_Lahan

Step 1

Constant 1.000 -.670 -.635 -.549 -.345 .399 -.566 -.329

Umur -.670 1.000 .684 .042 .324 -.515 -.032 .472

Pendidikan -.635 .684 1.000 -.054 .084 -.604 .242 .536

Pengalaman -.549 .042 -.054 1.000 -.014 .132 .288 -.149

Anggota_Keluarga

-.345 .324 .084 -.014 1.000 -.244 -.091 .279

Pendapatan .399 -.515 -.604 .132 -.244 1.000 -.050 -.948

Perilaku_Risiko

-.566 -.032 .242 .288 -.091 -.050 1.000 -.087

Luas_Lahan -.329 .472 .536 -.149 .279 -.948 -.087 1.000

Page 211: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

190

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUISIONER

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan

Petani Melakukan Kemitraan Kontrak Harga Tidak

Tetap (Studi Kasus pada Gapoktan Cahaya Muda

Kelurahan Antirogo)

Lokasi Penelitian : Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten

Jember

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Nama Organisasi :

Pewawancara

Nama :

NIM :

Tanggal Wawancara :

Responden

( )

Page 212: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

191

A. Kemitraan Petani Tembakau dengan Perusahaan Mayang Sari

1. Sejak kapan kemitraan tersebut dilakukan?

Jawab: ………..……………………………………………..

2. Berapa lama kontrak kerjasama yang disepakati antara petani tembakau

dengan perusahaan Mayang Sari?

Jawab: ………..……………………………………………..

3. Bagaimana awal mula dilakukannya kemitraan dengan perusahaan Mayang

Sari?

a. Inisiatif kelompok

b. Ajakan perusahaan mitra

Jawab: ………..……………………………………………..

4. Apa tujuan dilakukannya kemitraan dengan perusahaan Mayang Sari?

Jawab: ………..……………………………………………..

5. Apa saja persyaratan untuk melakukan kemitraan dengan perusahaan Mayang

Sari?

Jawab: ………..……………………………………………..

6. Apakah persyaratan tersebut mudah untuk dilakukan?

Jawab: ………..……………………………………………..

7. Apa saja hal yang disepakati dalam kontrak kemitraan?

Jawab: ………..……………………………………………..

8. Bagaimana bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan Mayang Sari

selama melakukan kemitraan?

Jawab: ………..……………………………………………..

9. Apakah dalam kegiatan kemitraan terdapat pembinaan yang dilakukan oleh

perusahaan Mayang Sari?

Jawab: ………..……………………………………………..

10. Hak apa saja yang diperoleh dalam bermitra dengan perusahaan Mayang

Sari?

Jawab: ………..……………………………………………..

Page 213: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

192

11. Apa saja kewajiban petani tembakau yang harus dipenuhi dalam melakukan

kemitraan?

Jawab: ………..……………………………………………..

12. Apa saja kewajiban perusahaan Mayang Sari dalam melakukan kemitraan?

Jawab: ………..……………………………………………..

13. Bagaimana penetapan harga produk tembakau yang telah disepakati?

Jawab: ………..……………………………………………..

14. Apakah konsekuensi yang diperoleh petani jika petani gagal produksi

tembakau?

Jawab: ………..……………………………………………..

15. Berapa kuantitas tembakau yang harus disetorkan petani ke perusahaan mitra?

Jawab: ………..……………………………………………..

16. Bagaimana alur pembelian produk tembakau yang dihasilkan?

Jawab: ………..……………………………………………..

17. Bagaimana proses penetapan standar mutu produk tembakau yang dihasilkan?

a. Kesepakatan dengan perusahaan Mayang Sari

b. Langsung ditetapkan perusahaan Mayang Sari

Jawab: ………..……………………………………………..

18. Apakah terdapat sanksi yang diberikan perusahaan Mayang Sari jika petani

tidak memenuhi kewajiban tersebut?

Jawab: ………..……………………………………………..

19. Kendala apa yang terjadi selama melakukan kemitraan dengan perusahaan

Mayang Sari?

Jawab: ………..……………………………………………..

20. Bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan tersebut?

Jawab: ………..……………………………………………..

21. Apakah Bapak/Ibu akan terus melakukan kemitraan dengan perusahaan

Mayang Sari?

Jawab: ………..……………………………………………..

Page 214: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

193

22. Sebelum memulai hubungan kemitraan dengan perusahaan Mayang Sari,

apakah ada kontrak tertulis yang disepakati kedua belah pihak?

Jawab: ………..……………………………………………..

23. Apakah sebelum melakukan kemitraan, pemasaran tembakau milik petani

sudah terjamin?

Jawab: ………..……………………………………………..

24. Bagaimana produksi yang dilakukan petani tembakau sebelum melakukan

kemitraan?

Jawab: ………..……………………………………………..

25. Apa saja keuntungan yang diperoleh selama melakukan kemitraan?

Jawab: ………..……………………………………………..

26. Bantuan input produksi apa saja yang diberikan perusahaan Mayang Sari?

Jawab: ………..……………………………………………..

27. Apakah terdapat kegiatan pembinaan dari perusahaan mitra?

Jawab: ………..……………………………………………..

B. Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan

1. Umur

Berapa umur Bapak saat ini?

Jawab: ………..……………………………………………..

2. Pendidikan

Apa pendidikan terakhir Bapak

Jawab: ………..……………………………………………..

3. Pengalaman

Berapa lama Bapak melakukan usahatani tembakau Besuki Na-Oogst?

Jawab: ………..……………………………………………..

4. Jumlah Anggota Keluarga

Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Bapak?

Jawab: ………..……………………………………………..

Page 215: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

194

5. Ukuran Lahan

a. Berapa ukuran lahan Bapak yang digunakan untuk usahatani tembakau

Besuki Na-Oogst?

Jawab: ………..……………………………………………..

b. Bagaimana status kepemilikan lahan Bapak saat ini?

Jawab: ………..……………………………………………..

6. Biaya Produksi

a. Biaya Tetap Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst

No. Jenis Alat Jumlah Biaya

Pembelian

(Rp)

Pemakaia

n (Tahun)

Penyusuta

n (Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

b. Biaya Variabel Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst

Biaya Sarana Produksi

No Jenis Jumlah (Kg) Harga Satuan

(Rp) Total

1 Bibit

2

Pupuk

a.

b.

c.

d.

3

Pestisida

a.

b.

4

Lainnya

a.

b.

Page 216: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

195

Biaya Tenaga Kerja

No. Kegiatan

Tenaga Kerja Hari/Jam

Kerja Upah Jumlah

Laki-Laki Wanita

1. Persiapan Lahan

Pembersihan

Lahan

Pengolahan Tanah

Pembuatan

Bedengan

2. Penanaman

3. Perawatan

Penyiangan

Pemupukan

Penyemprotan

4. Panen

5. Lainnya

1. Biaya Variabel (VC)

Jumlah biaya sarana produksi : Rp

Jumlah biaya tenaga kerja : Rp

Jumlah biaya lain : Rp

Jumlah :

2. Biaya Tetap (FC)

Biaya Penyusutan : Rp

Biaya Lainnya : Rp

Jumlah : Rp

3. Total Biaya (VC + FC) : Rp

4. Pendapatan

a. Pengeluaran (TC) : Rp

b. Penerimaan (TR) : Rp

c. Pendapatan (Y = TR – TC) : Rp

Page 217: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

196

7. Perilaku Terhadap Risiko

Ilustrasi berdasarkan Pertanyaan Elisitasi Preferensi Risiko (Diadopsi dari

Vassalos dan Yingbo, 2014) :

Jika Bapak memiliki hasil panen tembakau Besuki Na-Oogst sebanyak 5 kwintal,

kemudian dihadapkan pada dua pilihan yakni menjual kepada perusahaan yang

menerapkan harga tidak tetap dan harga tetap. Harga tidak tetap ditentukan

berdasarkan harga pasar dan memperhatikan kualitas tembakau, sedangkan harga

tidak tetap ditentukan berdasarkan kesepakatan secara tetap dan tanpa

memperhatikan kualitas tembakau.

No Kriteria

Harga

Tidak Tetap

(10 Jt - 1,5

Jt)

Harga Tetap

(5 Jt) Keuntungan Pilihan

1 A 0 5 Kw 25 Jt

2 B 1 Kw 4 Kw 30 Jt

3 C 2 Kw 3 Kw 35 Jt

4 D 3 Kw 2 Kw 40 Jt

5 E 4 Kw 1 Kw 45 Jt

6 F 5 Kw 0 50 Jt

Kriteria Pengambilan Keputusan :

A = Sangat tidak suka risiko

B = Tidak suka risiko

C = Moderate low

D = Sedang

E = Suka risiko

F = Sangat suka risiko

Page 218: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

197

Lampiran F. Indikator Pola Kemitraan

No. Pola Peran

Perusahaan mitra Kelompok mitra

1. Inti plasma - Menyediakan lahan,

sarana produksi

- Bimbingan teknis,

manajemen

- Menampung dan

mengolah

- Memasarkan hasil

produksi

- Melakukan budidaya dan

pemeliharaan

- Menghasilkan produk bermutu

sesuai kesepakatan

2. Subkontrak - Membeli produk dari

kelompok mitra

- Menghasilkan produk yang

dibutuhkan perusahaan mitra

sebagai komponen

produksinya

3. Dagang

umum

- Memasarkan produk

kelompok mitra

- Memasok produk yang

dibutuhkan perusahaan mitra

4. Keagenan - Menghasilkan

produk

- Bertanggung jawab

atas mutu dan

volume produk

- Memasarkan produk

perusahaan

5. KOA - Menyediakan biaya,

modal, manajemen,

sarana produksi

- Menjamin pasar

- Menyediakan lahan, sarana

produksi dan tenaga kerja

Sumber: Sumardjo et al., (2004)

Page 219: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

198

Lampiran G. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Tembakau Besuki Na-Oogst

Gambar 2. Foto Bersama Ketua Gapoktan Cahaya Muda Kelurahan Antirogo

Page 220: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN … · kemitraan, pola kemitraan antara petani tembakau dengan perusahaan Mayangsari serta faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan

199

Gambar 3. Wawancara dengan Responden

Gambar 4. Wawancara dengan Responden