faktor- faktor yang mempengaruhi perawatan …repository.utu.ac.id/212/1/bab i_v.pdf · terjadinya...
TRANSCRIPT
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI
PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH
BARAT TAHUN 2013
PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
DARSINA NIM : 07C10104026
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa
menyusui. Hal ini karena payudara satu- satunya penghasil ASI yang merupakan
makanan bayi baru lahir sehingga dilakukan sedini mungkin. Inilah karunia Allah
yang sangat besar kepada kaum wanita dimana ASI merupakan makanan paling
cocok bagi bayi, komposisinya paling lengkap, dan tidak bisa ditandingi susu
formula buatan manusia.
Tetapi pada kenyataannya banyak ibu hamil mengabaikan perawatan
payudara. Ini dikarenakan ibu malas atau sesungguhnya ibu belum mengetahui
manfaatnya. Pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap perawatan payudara
sangat menunjang ibu setelah bersalin, sehingga dapat memberikan ASI eksklusif
pada bayi (Dedek, 2009).
Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan
payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi : puting susu terpendam,
anak susah menyusui, ASI lama keluar, produksi ASI terbatas, pembengkakan
payudara, payudara meradang, payudara kotor, ibu belum siap menyusui, kulitb
payudara terutama puting akan mudah lecet (Sarwono, 2008).
Banyak ibu mengeluh bayinya tidak mau menyusu, biasanya ini
disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau posisi
menyusui yang salah. Dalam meningkatkan pemberian ASI pada bayi, ibu- ibu
membutuhkan bantuan dan informasi serta dukungan agar merawat payudara saat
hamil untuk mempersiapkan ASI pada saat melahirkan sehingga menambah
2
keyakinan bahwamereka dapat menyusui bayinya dengan baik dan mengetahui
fungsi dan manfaat perawatan payudara pada saat hamil (Nurhati, 2000).
Dengan melakukan perawatan payudara secara benar dan teratur dapat
menguatkan, melenturkan dan mengatasi terpendamnya puting susu sehingga bayi
mudah menghisap ASI dan juga menjaga kebersihan payudara, mencegah
penyumbatan dan bermanfaat untuk memperkuat kulit sehingga mencegah
terjadinya luka pada saat mulai menyusui. Perawatan payudara ini sebaiknya
dilakukan selama masa kehamilan yaitu pada trimester III. Jika di lakukan
sebelum kehamilan delapan bulan, kemungkinan perut ibu akan terasa mulas dan
merangsang kontraksi (Oswari, 2004). Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi
alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang
dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya
seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI. Kendala yang utama
adalah karena produksi ASI tidak lancar (Saleha, 2009).
Komposisi ASI sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
berubah sesuai kebutuhan, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat
menghindarkan bayi dari berbagai penyakit. Sedemikian rupa banyaknya manfaat
dan pentingnya ASI, maka seorang ibu dan tenaga kesehatan harus
memperhatikan kecukupan ASI pada bayi. Oleh karena itu disini peran seorang
ibu harus dipersiapkan sebaik mungkin pada proses laktasi baik pada masa
prenatal maupun pada masa post natal. Salah satunya adalah melakukan
perawatan payudara pada ibu hamil untuk memperlancar laktasi (Ambarwati,
2008).
3
Di Indonesia pada tahun 2010 hanya sebagian kecil wanita hamil
melakukan perawatan payudara (brest cear) hanya sekitar 17% dari 37 ibu hamil
dan itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapat
tentang pentingnya melakukan perawatan payudara selama kehamilan, padahal di
beberapa poliklinik tersedianya fasilitas ruang laktasi, perawatan payudara sangat
penting dilakukan demi kelancaran ASI pada saat menyusui bayinya kelak
(Anwar, 2003).
Di Provinsi Aceh, persentase ibu yang tidak memberikan ASI segera
mencapai 66%, itu disebabkan oleh kurangnya perawatan ibu terhadap payudara
untuk mempersiapkan ASI setelah bersalin (Profil Kesehatan Provinsi Aceh
Tahun 2011). Adapun Jumlah ibu hamil di Aceh Barat yaitu 3.861 orang, dan
tidak ada cakupan ibu hamil yang melakukan perawatan payudara pada masa
kehamilan di Kabupaten Aceh Barat (Data Dinkes Aceh Barat, 2012). Maka bisa
diambil kesimpulan sementara bahwa ibu hamil di Aceh Barat belum mempunyai
pengetahuan dan informasi tentang pentingnya perawatan payudara.
Adapun Kecamatan Meureubo merupakan salah satu kecamataan di Aceh
Barat yang mempunyai ibu hamil tertinggi di Kabupaten Aceh Barat yaitu
berjumlah 750 orang ibu hamil (Puskesmas Meureubo, 2012).
Survei awal yang penulis lakukan pada beberapa ibu hamil yang datang ke
Puskesmas Meureubo pada tanggal 7 juni 2012, bahwa terdapat 9 dari 12 orang
ibu hamil sangat minim pengetahuan yang mereka miliki tentang perawatan
payudara selama kehamilan, dan hanya 3 orang ibu hamil mengerti tentang
pentingnya perawatan payudara selama kehamilan. Maka dari itu penulis akan
melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi perawatan
4
payudara pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2012.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi
perawatan payudara pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo
Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang faktor- faktor yang mempengaruhi perawatan
payudara pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara
pada ibu hamil trimester III.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan perawatan payudara
pada ibu hamil trimester III.
3. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan perawatan payudara pada ibu
hamil trimester III.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan khususnya untuk penulis dan
umumnya untuk pembaca baik dalam hal teori maupun tatacara penulisan
karya ilmiah.
2. Sebagai tambahan khasanah perpustakaan Universitas Teuku Umar Meulaboh
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi para ibu dapat dijadikan bahan masukan untuk lebih memperhatikan
perawatan payudara selama masa kehamilan.
2. Bagi Puskesmas Meureubo dapat dijadikan data untuk lebih meningkatkan
penyuluhan tentang pentingnya perawatan payudara pada ibu hamil.
3. Bagi Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Aceh Barat dapat
dijadikan bahan masukan guna membuat kebijakan yang lebih memperhatikan
permasalahan perawatan payudara pada ibu hamil.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Payudara
2.1.1 Struktur Anatomi Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram,
saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus
ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.
7
3. Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,
panjang dan terbenam (inverted).
2.1.2 Anatomi Normal Payudara
Payudara tersusun dari jaringan lemak yang mengandung kelenjar-kelenjar
yang bertanggung jawab terhadap produksi susu pada saat hamil dan setelah
bersalin. Setiap payudara terdiri dari sekitar 15-25 lobus berkelompok yang
disebut lobulus, kelenjar susu, dan sebuah bentukan seperti kantung-kantung yang
menampung air susu (alveoli). Saluran untuk mengalirkan air susu ke puting susu
disebut duktus. Sekitar 15-20 saluran akan menuju bagian gelap yang melingkar di
sekitar puting susu (areola) membentuk bagian yang menyimpan air susu
(ampullae) sebelum keluar ke permukaan.
Kedua payudara tidak selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama.
Bentuk payudara mulai terbentuk lengkap satu atau dua tahun setelah menstruasi
pertamakali.Hamil dan menyusui akan menyebabkan payudara bertambah besar
dan akan mengalami pengecilan (atrofi) setelah menopause.
Payudara akan menutupi sebagian besar dinding dada. Payudara dibatasi
oleh tulang selangka (klavikula) dan tulang dada (sternum). Jaringan payudara
bisa mencapai ke daerah ketiak dan otot yang berada pada punggung bawah
sampai lengan atas (latissimus dorsi).
Kelenjar getah bening terdiri dari sel darah putih yang berguna untuk
melawan penyakit. Kelenjar getah bening didrainase oleh jaringan payudara
melalui saluran limfe dan menuju nodul-nodul kelenjar di sekitar payudara samapi
8
ke ketiak dan tulang selangka. Nodul limfe berperan penting pada penyebaran
kanker payudara terutama nodul kelenjar di daerah ketiak.
2.2 Perawatan Payudara
2.2.1 Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah salah satu bagian penting yang harus
diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya. Saat kehamilan
payudara akan membesar dan daerah sekitar puting susu akan lebih gelap
warnanya dan juga lebih sensitif. Semua ini terjadi untuk persiapan tubuh ibu
hamil untuk memberikan makanan pada bayinya kelak ( Suririnah, 2003 ).
Bila seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara dengan baik
dan hanya melakukan perawatan menjelang melahirkan atau setelah melahirkan
maka sering dijumpai kasus-kasus yang akan merugikan ibu dan bayi. Kasus-
kasus yang sering terjadi antara lain :
a. ASI tidak keluar, jika keluar sesudah hari kedua atau lebih
b. Puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap
c. Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi
d. Infeksi payudara, payudara bengkak atau bernanah
e. Muncul benjolan di payudara, dan lain- lain.
Kasus- kasus tersebut di atas dapat di cegah dengan melakukan perawatan
payudara sedini mungkin ( Anwar, 2003 ).
2.2.2 Tujuan Perawatan Payudara
a. Memelihara kesehatan dan kebersihan payudara terutama puting susu.
b. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi
untuk menyusui.
9
c. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak
dan lancar.
d. Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan
melakukan upaya untuk mengatasinya.
e. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.
2.2.3 Langkah- langkah Perawatan Payudara
Beberapa cara dalam melakukan perawatan payudara pada ibu hamil,
yaitu:
1. Tiap pagi dan sore sebelum mandi teteskan minyak kelapa atau baby oil pada
sepotong kasa atau kapas, lalu usapkan pada kedua puting susu ibu. Tunggulah
kira-kira lima menit, lalu gosoklah puting susu ibu dengan kain kasa atau kapas
selama 2 - 3 menit sehingga semua kotoran terlepas. Supaya kotoran yang
melekat pada puting susu dapat lepas dan jika nanti dihisap bayi tidak lekas
lecet.
2. Oleskan minyak kelapa atau baby oil pada kedua tangan ibu, dengan telapak
kiri pada payudara kiri dan telapak tangan kanan pada payudara kanan. Telapak
tangan digosok pada payudara dimulai dari tengah ke atas, ke samping dan
akhirnya ke bawah. Lakukanlah kira-kira 25 kali.
3. Genggamlah tangan kanan ibu yang telah berminyak, tinju kanan (punggung
jari-jari tangan menghadap payudara) dan digosok pada pada payudara dengan
arah pangkal sampai ke ujung puting susu. Lakukanlah sehingga seluruh
permukaan payudara ibu tergosok kira-kira 25 kali.
4. Pekerjaan ini diulangi tetapi tidak memakai tinju melainkan dengan sisi telapak
tangan, lakukan kira-kira 25 kali.
10
5. Pelintirlah kedua puting susu ibu sambil ditarik ke depan, dengan demikian
puting susu tetap akan menonjol keluar sehingga bayi ibu dapat mengisap
puting susu dengan mudah.
Semua gerakan tersebut di atas bermanfaat melancarkan refleks
pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume
ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara
(Melltyna, 2003)
Adapun cara lain dalam perawatan payudara yang sering dilakukan o leh
tenaga kesehatan di klinik, yaitu:
1. Mempersiapkan peralatan dan bahan, seperti:
a. Minyak kelapa
b. Gelas susu
c. Air panas dan air dingin dalam wadah kecil
d. Sapu tangan dari handuk
e. Handuk bersih
2. Lakukan langkah pengurutan payudara pertama Terdiri dari empat gerakan,
yang dilakukan pada kedua payudara selama lima menit. Berikut tahap-tahap
yang dilakukan pada pengurutan pertama.
a. Licinkan kedua tangan dengan minyak
b. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
c. Lakukan pengurutan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kiri keatas sisi
kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi kanan.
11
d. Lakukan terus mengurut ke bawah atau ke samping, selanjutnya pengurutan
melintang. Telapak tangan mengurut kedepan, lalu kedua tangan dilepas dari
payudara.
e. Ulang gerakan 20-30 kali setiap satu payudara.
3. Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari
tangan kanan membuat gerakkan memutar sambil menekan mulai dari pangkal
payudara dua berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara
kanan, lakukan dua kali gerakkan pada setiap payudara.
4. Pengurutan ketiga
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah puting susu. Lakukan
gerakan sekitar 30 kali.
5. Pengompresan
Lakukan tahap pengompresan, sebelumnya siapkan alat dan bahan berupa
dua wadah atau baskom kecil yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air
dingin serta dua buah waslap atau sapu tangan dari bahan handuk. Selanjutnya
kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama dua menit, lalu ganti
dengan kompres waslap dingin selama satu menit. Kompres bergantian selama
tiga kali berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat.
6. Mengeringkan payudara dengan handuk yang bersih.
7. Memakai BH yang dapat menopang payudara, jangan memakai yang dapat
menekan payudara. Bila BH sudah mulai terasa sempit sebaiknya
menggantinya dengan BH yang sesuai dengan ukuran untuk memberikan
12
kenyamanan dan juga support yang baik untuk payudara. Pilihlah BH yang
ukurannya sesuai dengan payudara, memakai BH yang mempunyai ukuran
yang tidak sesuai dengan ukuran payudara dapat menyebabkan infeksi seperti
mastitis, yaitu infeksi pada kelenjar susu di payudara (Saryono & Pramitasari,
2009).
2.3 Perubahan Payudara Selama Masa Kehamilan
Kehamilan menyebabkan perubahan pada payudara sehingga payudara
menjadi lebih penuh, keras, dan daerah puting susu menjadi lebih gelap.
Perubahan ini di sebabkan oleh hormon estrogen dan progesteron yang khususnya
menyebabkan pertumbuhan kelenjar susu dan penimbunan lemak di payudara
serta perkembangan papilla mamae, aerola semakin nyata. Glandula sebacea
mensekresikan serum seperti minyak yang berguna untuk melumasi papilla
mamae. Pada stadium ini disebut tuberculum montgomery, colostrum mulai keluar
dari papilla mamae pada multigravida dan pada primigravida akan mulai
memproduksi colostrum pada akhir kehamilan, karena penurunan estrogen
memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai. Produksi
prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh adanya penghisapan dari bayi (
Varney, 2007 ).
a. Pembesaran Payudara.
Payudara masih akan mengalami pembesaran payudara (ini merupakan
keuntungan kehamilan bagi wanita berpayudara kecil, tetapi tidak akan
berlangsung terus setelah kehamilan dan penyusuan berlaku). Pertambahan
ukuran disebabkan oleh pertambahan zat kelenjar payudara dan jumlah lemak
13
di antara sel-sel kelenjar ini, kedua efek ini berlangsung disebabkan oleh
perubahan keseimbangan hormon dalam tubuh.
b. Penggelapan Warna Kulit Sejak minggu ke -12 kehamilan, kita akan melihat
menggelapnya warna kulit dan areola payudara, ini tampak lebih jelas pada
wanita berkulit gelap dari pada berkulit terang atau berambut merah. Perubahan
ini permanen dan akan menetap sepanjang hidup setelah suatu kehamilan.
c. Perubahan Puting Susu Puting susu menjadi lebih menonjol dan lebih lembut
selama kehamilan, hal ini bentuk yang cocok untuk persiapan menyusui bagi
bayi nantinya.
2.4 Masalah- Masalah Dalam Menyusui
1. Puting Susu Nyeri
Pada umumnya ibu akan mengalami sakit pada waktu awal menyusui.
Rasa nyeri akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting
susu ibu benar, perasan nyeri ini akan menghilang.
Cara menangani:
a. Pastikan posisi menyusui sudah benar.
b. Mulailah menyusui pada putting susu yang tidak sakit, guna membantu
mengurangi sakit pada puting susu yang sedang sakit.
c. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di putting susu
dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu
kering (Ambarwati & Wulandari, 2008).
2. Puting Susu Lecet
Puting susu yang nyeri, bila tidak segera ditangani dengan benar akan
menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan dan dapat
14
mengeluaran darah. Puting susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui
yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidiasis) atau dermatitis.
Hal ini dapat diatasi dengan cara mengobati puting susu yang lecet dan
memperhatikan posisi menyusui. Apabila sangat menyakitkan, berhenti menyusui
pada payudara yang sakit untuk sementara memberikan kesempatan lukanya
sembuh. Mengeluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan
dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.
Memberikan ASI perah dengan sendok atau gelas tetapi jangan dengan dot.
Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang
lebih singkat. Apabila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas.
Posisi menyusui yang benar adalah bayi diletakkan menghadap ibu, perut bayi
menempel ke perut ibu, telinga bayi segaris dengan lengan, mulut bayi terbuka
lebar, bibir lengkung keluar, dagu menempel pada payudara, sebagian besar areola
tak kelihatan (Ester, 2006).
3. Puting Susu Datar atau Terbenam
Pada awalnya bayi akan mengalami kesulitan, tetapi setelah beberapa
minggu dengan usaha yang ekstra, puting susu yang datar akan menonjol keluar
sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Usaha untuk mengeluarkan puting
susu yang terbenam ini dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi segera
secepatnya setelah lahir bayi aktif dan ingin menyusu. Menyusui bayi sesering
mungkin akan menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan
bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat
membantu bila terdapat kandungan payudara dan puting susu tertarik ke dalam.
Pompa ASI yang efektif (bukan yang berbentuk ’terompet’ atau bentuk squeeze
15
dan bulb) dapat dipakai untuk mengeluarkan puting susu pada waktu menyusui
(Ester, 2006).
4. Payudara Bengkak
Pada hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan
nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI
mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab payudara bengkak adalah posisi
mulut bayi dan puting susu ibu yangsalah, produksi ASI berlebih, terlambat
menyusui, pengeluaran ASI yang jarang dan waktu menyusui yang terbatas. Cara
mengatasinya adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin tanpa terjadwal
atau tanpa batas waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan
tangan atau pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum menyusui dapat
dikompres dengan air dingin untuk mengurangi oedema (Ester, 2006).
2.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Payudara
Menurut Oswari (2004) didalam bukunya yang berjudul Perawatan Ibu
Hamil dan Bayi, faktor- faktor yang mempengaruhi perawatan payudara adalah
sebagai berikut :
2.5.1 Faktor Pengetahuan
Pengetahuan sendiri merupakan tahap awal terjadinya perubahan perilaku.
Artinya tanpa adanya pengetahuan yang baik maka seseorang tidak mungkin
memiliki sikap dan tindakan yang sesuai. Begitu juga dengan ibu hamil tanpa
adanya pengetahuan tentang perawatan payudara maka ibu tidak akan mengerti
tentang pentingnya perawatan payudara pada masa kehamilan.
16
2.5.2 Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ).
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi- tingginya.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
2.5.3 Sikap
Brigham (1991) seperti yang dikutip Wachidanijah (2002) memberikan
gambaran bahwa terbentuknya sikap melalui adanya proses proses belajar
mengajar dengan cara mengamati orang lain, melalui pengamatan, hubungan yang
terkondisi, pengalaman langsung dan mengamati perilaku diri sendiri. Sikap yang
terbentuk dengan mengamati orang lain dapat menimbulkan sikap yang positif
apabila menyenangkan atau dapat sebaliknya. Allport (dalam Notoatmodjo, 2003)
17
mengemukakan sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Pada sikap
positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan
objek tertentu, sedangkan sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi,
menghindar, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Sikap tersebut mempunyai
3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh, dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting.
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah seperti skema dibawah ini :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Pengetahuan
Pendidikan
Sikap
Perawatan Payudara
Pada Ibu Hamil
18
2.7 Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara pada
ibu hamil.
Ha : Ada hubungan antara pendidikan dengan perawatan payudara pada
ibu hamil.
Ha : Ada hubungan antara sikap dengan perawatan payudara pada ibu
hamil.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross
sectional (mengukur variabel dependen dan independen pada waktu yang
bersamaan dengan satu kali kunjungan untuk hasil penelitian) yaitu untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, pendidikan serta sikap dengan perawatan
payudara pada ibu hamil.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat pada
tanggal 2 sampai dengan 9 April tahun 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil Trimester III yang
berkunjung ke Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
3.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
Accidental Sampling. Yaitu setiap responden yang datang ke Puskesmas
Meureubo pada saat penelitian dilakukan. Sampel yang didapat pada penelitian ini
adalah sebanyak 36 orang.
20
3.4. Metode Pengumpulan data
3.4.1. Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan
menggunakan kueisioner yang telah disusun dan d ipersiapkan sebelumnya
meliputi : pengetahuan, pendidikan serta sikap.
3.4.2. Data Sekunder
Didapat dari Dinas Kesehatan, Puskesmas Meureubo Meureubo serta
literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
21
3.5 Definisi Operasional
No Variabel Keterangan
Variabel Dependen
1 Perawatan Payudara Ibu
Hamil Definisi Langkah- Langkah
yang dilakukan ibu hamil pada perawatan
payudara
Cara Ukur Wawancara
Alat Ukur Kueisioner
Hasil Ukur Baik
Kurang Baik
Skala Ukur Ordinal
Variabel Independen
1 Pengetahuan Definisi Pemahaman ibu
tentang perawatan payudara
Cara Ukur Wawancara
Alat Ukur Kueisioner
Hasil Ukur Baik
Kurang Baik
Skala Ukur Ordinal
2 Pendidikan Definisi Pendidikan formal
yang ditempuh
Cara Ukur Wawancara
Alat Ukur Kueisioner
Hasil Ukur Tinggi
Sedang
Rendah
Skala Ukur Ordinal
3 Sikap Definisi Respon ibu tentang pentingnya
perawatan payudara pada ibu hamil trimester III
Cara Ukur Wawancara
Alat Ukur Kueisioner
Hasil Ukur Baik
Kurang Baik
Skala Ukur Ordinal
22
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
1. Perawatan Payudara Ibu Hamil
- Baik : Apabila responden menjawab benar dengan skor > 4
- Kurang Baik : Apabila responden menjawab benar dengan skor < 4
2. Pengetahuan
- Baik : Apabila responden menjawab benar dengan skor > 13
- Kurang Baik : Apabila responden menjawab benar dengan skor < 13
3. Pendidikan
- Tinggi : Apabila responden berpendidikan sarjana.
- Sedang : Apabila responden berpendidikan SLTP dan SLTA.
- Rendah : Apabila responden tamat SD atau tidak sekolah.
4. Sikap
- Baik : Apabila responden menjawab benar dengan skor > 6
- Kurang Baik : Apabila responden menjawab benar dengan skor < 6
3.7. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan sistem
komputerisasi yang dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
3.7.1. Analisis Univariat
Data di analisis secara deskriptif untuk mengetahui distribusi dari variabel-
variabel yang diteliti.
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat yaitu setiap variabel diolah dan di uji dengan menggunakan
formula : X² Dimana perhitungan dilakukan dengan komputerisasi untuk
23
membuktikan hipotesis yaitu dengan ketentuan jika p value < 0,05 (Ho ditolak)
sehingga disimpulkan Ha benar yang berarti ada hubungan yang bermakna.
Menurut Sutanto (2007) aturan yang berlaku pada uji chi square adalah :
1. Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka
yang digunakan adalah ”Fisher’s Exact Test”
2. Bila tabel 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya
”Countinuity Correction (a)”
3. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan sebagainya, maka
digunakan uji ”Pearson Chi Square”
24
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R., dan Wulandari, D., 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta :
Mitra Cendikia Offset.
Anwar. (2003). http://wwww.innfoperawatan.com/tips infosehat/payudara.htm.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Ester, M. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC.
Melltyna., 2003. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Mendiknas. Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003.
Jakarta.
Nurhati, M. (2009). Kehamilan dan Persiapan Persalinan. jakarta : Garamond.
Oswari, E. (2004). Perawatan Ibu Hamil dan Bayi. Jakarta :PSH.
Saleha, S., 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia
Offset.
Saryono dan Pramitasari, R.D. 2009. Perawatan Payudara. Jogjakarta : Mitra
Cendikia Offset
Soetjiningsih., 1997. ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.
Suririnah. (2003). Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Varney, H. (2007). Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Terhadap
Perawatan Payudara di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 32 88,9
2 Kurang Baik 4 11,1
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, maka dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu
hamil trimester III terhadap perawatan payudara adalah baik yaitu 88,9%.
Tabel 4.2 Distribusi Sikap Ibu Hamil Trimester III Terhadap Perawatan
Payudara di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2013
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 30 83,3
2 Kurang Baik 6 16,7
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, maka dapat dilihat bahwa sikap ibu hamil
trimester III terhadap perawatan payudara adalah baik yaitu 83,3%.
Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Ibu Hamil Trimester III Terhadap
Perawatan Payudara di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2013
No Cuci tangan Pakai Sabun Frekuensi Persentase (%)
1 Tinggi 5 13,9
2 Sedang 27 75
3 Rendah 4 11,1
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
25
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, maka dapat dilihat bahwa pendidikan ibu hamil
trimester III terhadap perawatan payudara yang paling dominan adalah sedang yaitu
75%.
Tabel 4.4 Distribusi Perawatan Payudara pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 29 80,6
2 Kurang Baik 7 19,4
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, maka dapat dilihat bahwa perawatan payudara
ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat adalah baik
yaitu 80,6%.
4.2 Analisis Bivariat
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Terhadap Perawatan Payudara Ibu
Hamil Trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2013
Pengetahuan Perawatan Payudara Jumlah P
Value OR Baik % Kurang Baik % Jumlah %
Baik 28 87,5 4 12,5 32 100 0,018 21,000
Kurang Baik 1 25 3 75 4 100
Jumlah 29 7 36
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 32 responden yang pengetahuannya baik
terdapat 87,5% perawatan payudaranya baik. Sedangkan dari 4 responden yang
pengetahuannya kurang baik, terdapat 75% perawatan payudaranya kurang baik.
Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,018 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan perawatan payudara
26
pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun
2013.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai odds ratio (OR) yaitu 21,000,
artinya responden dengan pengetahuan baik mempunyai peluang melakukan
perawatan payudara 21 kali dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan
kurang baik.
Tabel 4.6 Hubungan Sikap Terhadap Perawatan Payudara Ibu Hamil
Trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2013
Sikap Perawatan Payudara Jumlah P
Value OR Baik % Kurang Baik % Jumlah %
Baik 27 90 3 10 30 100 0,008 18,000
Kurang Baik 2 33,3 4 66,7 6 100
Jumlah 29 7 36
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang sikapnya baik terdapat
90% perawatan payudaranya baik. Sedangkan dari 6 responden yang sikapnya
kurang baik, terdapat 66,7% perawatan payudaranya kurang baik.
Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,008 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan sikap dengan perawatan payudara pada ibu
hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai odds ratio (OR) yaitu 18,000,
artinya responden dengan sikap baik mempunyai peluang melakukan perawatan
payudara 18 kali dibandingkan dengan responden yang bersikap kurang baik.
27
Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan Terhadap Perawatan Payudara Ibu Hamil
Trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2013
Pendidikan Perawatan Payudara Jumlah P
Value OR Baik % Kurang Baik % Jumlah %
Tinggi 5 100 0 0 5 100 0,307 -
Sedang 21 77,8 6 22,2 27 100
Rendah 3 75 1 25 4 100
Jumlah 36
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 5 responden yang pendidikannya tinggi,
terdapat 100% perawatan payudaranya baik. Dari 27 responden yang pendidikannya
sedang, terdapat 77,8% perawatan payudaranya baik. Sedangkan dari 4 responden
yang pendidikannya rendah, terdapat 75% perawatan payudaranya baik.
Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,307 > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan pendidikan dengan perawatan payudara
pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun
2013.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Cuci Perawatan Payudara
Tabel 4.5 diatas memperlihatkan bahwa dari 32 responden yang
pengetahuannya baik terdapat 87,5% perawatan payudaranya baik dan 12,5%
perawatan payudaranya kurang baik. Sedangkan dari 4 responden yang
pengetahuannya kurang baik, terdapat 75% perawatan payudaranya kurang baik dan
25% responden yang perawatan payudaranya baik.
Namun ada juga sebahagian kecil responden yang pengetahuannya kurang
baik tetapi perawatan payudaranya baik yaitu sekitar 25%, dan responden yang
28
pengtahuannya baik akan tetapi perawatan payudara nya kurang baik yaitu sekitar
12,5%, hal ini mungkin dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,018 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan perawatan payudara
pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun
2013. Tanpa adanya pengetahuan yang baik maka seseorang tidak mungkin memiliki
sikap dan tindakan yang sesuai. Begitu juga dengan ibu hamil tanpa adanya
pengetahuan tentang perawatan payudara maka ibu tidak akan mengerti tentang
pentingnya perawatan payudara pada masa kehamilan.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai odds ratio (OR) yaitu 21,000,
artinya responden dengan pengetahuan baik mempunyai peluang melakukan
perawatan payudara 21 kali dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan
kurang baik.
4.3.2 Hubungan Sikap Dengan Perawatan Payudara
Tabel 4.6 diatas memperlihaatkan bahwa dari 30 responden yang sikapnya
baik terdapat 90% perawatan payudaranya baik dan 10% perawatan payudaranya
kurang baik. Sedangkan dari 6 responden yang sikapnya kurang baik, terdapat 66,7%
perawatan payudaranya kurang baik dan 33,3% perawatan payudaranya baik.
Namun ada yang sikapnya kurang baik akan tetapi perawatan payudaranya
baik yaitu sekitar 33,3% dan sikapnya baik akan tetapi perawatan payudaranya
kurang baik yaitu sekitar 10%, hal ini mungkin dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,008 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan sikap dengan perawatan payudara pada ibu
hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
29
Bahwa terbentuknya sikap melalui adanya proses proses belajar mengajar
dengan cara mengamati orang lain, melalui pengamatan, hubungan yang terkondisi,
pengalaman langsung dan mengamati perilaku diri sendiri. Sikap yang terbentuk
dengan mengamati orang lain dapat menimbulkan sikap yang positif apabila
menyenangkan atau dapat sebaliknya. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat
negatif. Pada sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu, sedangkan sikap negatif terdapat kecendrungan untuk
menjauhi, menghindar, membenci, tidak menyukai objek tertentu
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai odds ratio (OR) yaitu 18,000,
artinya responden dengan sikap baik mempunyai peluang melakukan perawatan
payudara 18 kali dibandingkan dengan responden yang bersikap kurang baik.
4.3.3 Hubungan Pendidikan Dengan Perawatan Payudara
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 5 responden yang pendidikannya
tinggi, terdapat 100% perawatan payudaranya baik. Dari 27 responden yang
pendidikannya sedang, terdapat 77,8% perawatan payudaranya baik. Sedangkan dari
4 responden yang pendidikannya rendah, terdapat 75% perawatan payudaranya baik.
Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,307 > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan pendidikan dengan perawatan payudara
pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun
2013.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
30
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,018 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perawatan
payudara pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten
Aceh Barat tahun 2013.
2. Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,008 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan sikap dengan perawatan payudara
pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
tahun 2013.
3. Dari hasil uji Chi Square didapat P Value 0,307 > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan pendidikan dengan perawatan
payudara pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Meureubo Kabupaten
Aceh Barat tahun 2013.
5.2 Saran
1. Kepada Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat agar senantiasa lebih
meningkatkan promosi tentang pentingnya perawatan payudara pada ibu
hamil sehingga para ibu memiliki pengetahuan yang memadai tentang
perawatan payudara.
2. Kepada pemerintah daerah diharapkan lebih meningkatkan program- program
yang berhubungan dengan promosi tentang pentingnya perawatan payudara
pada ibu hamil.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada ibu hamil trimester III, masih ada beberapa yang tidak melakukan
perawatan payudara. Hal ini disebabkan masih kurang nya pengetahuan
tentang pentingnya perawatan payudara serta juga mempengaruhi sikap ibu
hamil untuk mau melakukan perawatan payudara.
2. Pengetahuan ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Meureubo
secara keseluruhan di kategorikan baik yaitu sekitar 88,9%. Dan juga
berdasarkan uji chi-square (P Value 0,018 < 0,05), pengetahuan mempunyai
hubungan dengan perawatan payudara pada ibu hamil trimester III.
3. Sikap ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Meureubo secara
keseluruhan juga di kategorikan baik yaitu sekitar 83,3%. Berdasarkan uji
chi-square (P Value 0,008 < 0,05), maka sikap mempunyai hubungan dengan
perawatan payudara pada ibu hamil trimester III.
4. Pendidikan ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Meureubo
secara keseluruhan adalah kategori sedang yaitu sekitar 75%. Dan sisanya
berpendidikan rendah (11,1%) serta berpendidikan tinggi (13,9%).
Berdasarkan uji chi-square (P Value 0,307 > 0,05), maka pendidikan tidak
mempunyai hubungan dengan perawatan payudara pada ibu hamil trimester
III di wilayah kerja Puskesmas Meureubo.
32
5.2 Saran
1. Pelayanan kesehatan ibu hamil trimester III terutama tentang perawatan
payudara agar senantiasa ditingkatkan sehingga para ibu bisa menyusui
bayinya tanpa ada gangguan atau masalah pada saat memberikan ASI.
2. Kepada Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat agar senantiasa lebih
meningkatkan promosi tentang pentingnya perawatan payudara pada ibu
hamil sehingga para ibu memiliki pengetahuan yang memadai tentang
perawatan payudara.
3. Kepada pemerintah daerah diharapkan lebih meningkatkan program- program
yang berhubungan dengan promosi tentang pentingnya perawatan payudara
pada ibu hamil.
4. Kepada ibu hamil agar senantiasa melakukan perawatan payudara secara
teratur sehingga kendala – kendala dalam menyusui bisa teratasi.
5. Kepada peneliti selanjutnya yang akan mengambil judul penelitian tentang
perawatan payudara pada ibu hamil hendaknya memahami terlebih dahulu
materi tentang perawatan payudara ibu hamil sehingga akan mempermudah
peneliti dalam melakukan wawancara dengan para ibu hamil.