faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
FRAUD: PERSEPSI PEGAWAI PADA SEKTOR PEMERINTAH
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
Disusun oleh:
Dika Septi Ariyani
NIM. B.211.13.0024
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2017
ii
PERSETUJUAN LAPORAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Dika Septi Ariyani
Nomor Induk Mahasiswa :
Fakultas / jurusan :
B.211.13.0024
Ekonomi / Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA FRAUD: PERSEPSI PEGAWAI
PADA SEKTOR PEMERINTAH KOTA
SEMARANGDosen Pembimbing : Rr. Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt
Semarang, 22 Februari 2017
Dosen Pembimbing
(Rr. Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt)
iii
PENGESAHAN LAPORAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Dika Septi Ariyani
Nomor Induk Mahasiswa :
Fakultas / jurusan :
B.211.13.0024
Ekonomi / Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA FRAUD: PERSEPSI PEGAWAI
PADA SEKTOR PEMERINTAH KOTA
SEMARANGDosen Pembimbing : Rr. Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt
Semarang, 22 Februari 2017
Dosen Pembimbing
(Rr. Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt)
iv
PENGESAHAN KELULUSAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Dika Septi Ariyani
Nomor Induk Mahasiswa :
Fakultas / jurusan :
B.211.13.0024
Ekonomi / Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA FRAUD: PERSEPSI PEGAWAI
PADA SEKTOR PEMERINTAH KOTA
SEMARANGDosen Pembimbing : Rr. Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt
Tim Penguji:
1. Rr. Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt (…………………………)
2. Yulianti, S.E., M.Si., MBA, Akt., BAP (…………………………)
3. Febrina Nafasati Prihantini, S.E., M.Si (…………………………)
v
PENGESAHAN REVISI SKRIPSI
Nama Penyusun : Dika Septi Ariyani
Nomor Induk Mahasiswa :
Fakultas / jurusan :
B.211.13.0024
Ekonomi / Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA FRAUD: PERSEPSI PEGAWAI
PADA SEKTOR PEMERINTAH KOTA
SEMARANGDosen Pembimbing : Rr. Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt
Tim Penguji:
1. Rr. Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt (………………………....)
2. Yulianti, S.E., M.Si., MBA, Akt., BAP (…………………………)
3. Febrina Nafasati Prihantini, S.E., M.Si (…………………………)
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Muhammad Bahtiar, menyatakan
bahwa skripsi dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA FRAUD: PERSEPSI PEGAWAI PADA SEKTOR PEMERINTAH
KOTA SEMARANG adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan
dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian
tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran
dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak
terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari
tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas,
baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya
ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan oang lain seolah- olah hasil
pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas
batal saya terima.
Semarang, 22 Februari 2017
Yang membuat pernyataan
(Dika Septi Ariyani)
NIM: B.211.12.0071
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Awali dengan membaca Basmallah, lakukan dan berusaha, akhiri dengan
Hamdallah apapun hasilnya.”
“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita
selalu menyesali apa yang belum kita capai.” (Schopenhauer)
Kupersembahkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan
kelancaran serta semangat disetiap
menyusun skripsi ini
2. Keluarga tercinta
3. Sahabat serta teman-temanku
4. Almamater Universitas Semarang
viii
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi para pegawai di instansi
pemerintahan mengenai kecenderungan terjadinya fraud di sektor pemerintahan dan
factor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat
dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana pengaruh penegakan peraturan, keadilan
prosedural, komitmen organisasi, budaya etis organisasi, kultur organisasi dan kepuasan
kompensasi terhadap kecurangan akuntansi (fraud).
Sampel penelitian ini adalah pegawai instansi pemerintah yang bekerja di
lingkungan sektor pemerintah Kota Semarang sebanyak 105 responden dengan
menggunakan convenience sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuisioner. Analisis data dilakukan dengan teknik full model Structural Equation
Modeling dengan alat analisis smartPLS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penegakan peraturan dan kepuasan
kompensasi berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi (fraud) sedangkan keadilan
prosedural, komitmen organisasi, budaya etis organisasi, dan kultur organisasi tidak
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi (fraud).
Kata Kunci: penegakan peraturan, keadilan prosedural, komitmen organisasi, budaya
etis organisasi, kultur organisasi, kepuasan kompensasi, dan kecurangan akuntansi
(fraud).
ix
Abtract
This study attempts to dig perception staff of government on a tendency of fraud
the government and factor-factor influence it .Based on the background , it can be
formulated the problem of how the influence rule of law , justice procedural , the
organization , culture ethical organization , the culture of the organization and
satisfaction compensation for accounting fraud.
The sample this is employees government agencies work in a setting the
municipal semarang about 105 respondents using convenience of sampling. Data
collection using kuisioner.Analysis of data done to technique full model Structural
Equation Modeling with a smartpls analysis.
The results showed that law enforcement and satisfaction compensation
influences accounting fraud and procedural justice , the organization , culture ethical
organization , and the culture of the organization will not affect accounting fraud.
Keywords: rule of law , justice procedural , the organization , culture ethical
organization , the culture of the organization , satisfaction compensation , and cheating
accounting.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulilah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
”FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD:
PERSEPSI PEGAWAI PADA SEKTOR PEMERINTAH KOTA SEMARANG”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu di Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Pahlawansyah Harahap, S.E, M.E selaku Rektor Universitas
Semarang.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Kesi Widjajanti, S.E, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Semarang.
3. Bapak Drs. Eddy Sutjipto M.Com selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Semarang.
4. Ibu Dian Indriana TL., S.E, M.Si, Akt selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini serta
telah memberikan banyak masukan kepada saya.
5. Ibu Ardiani Ika Sulistyawati, S.E, M.M, Akt selaku dosen wali memberikan
motivasi dalam mengerjakan skripsi saya.
xi
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Semarang yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses perkuliahan.
7. Kedua Orang Tua penulis (Bapak Sri Setyo Dwi Widagagdo, SE dan Ibu Sri
Mulyani) yang saya cintai dan banggakan. Penulis menghaturkan sembah sujud
sebagai ucapan terima kasih yang tentunya penulis belum mampu membalas
pengorbanan. Bapak dan ibu yang telah membesarkan, mendidik dan akan selalu
memberikan doa dan restu, perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang tidak
ternilai harganya demi kelancaran dan keberhasilan penulis dalam segala hal.
8. Kakak dan Adikku tercinta, Dyra Sri Amini dan Difa Apriliani yang selalu
memberikan dukungan dan doa.
9. Ivan Alifazmi Wicaksa terima kasih untuk Doa, Semangat dan Motivasi berbagai
hal dan yang diberikan dalam proses penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi
terselesaikan.
10. Terimakasih kepada sahabat-sahabat tercinta saya Dian Sito Resmi, Siti Nuryani,
Meri Setianingsih, Indriana Sulistiati, Annasal Fithri, Widya Lestari, Alienda Ayu,
Ardesy F.R yang selalu memotivasi dan menghibur kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan satu angkatan 2013 yang selalu sama-sama berjuang
dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Yang tidak bisa
saya sebut satu persatu.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak telah
membantu proses penyusunan skripsi ini.
xii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Diharapkan skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan
pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan. Semoga Allah SWT, melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta membalas segala kebaikan semua pihak yang
memberikan bantuan kepada penulis.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb
Semarang, Februari 2017
Penulis
Dika Septi Ariyani
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN SKRIPSI ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN SKRIPSI .................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN SKRIPSI ............................ iv
HALAMAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI ........................................ v
PERNYATAAN ORISINAL SKRIPSI ....................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
Abstract .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................ 9
1.3.2 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 12
2.1 Landasan Teori.......................................................................................... 12
2.1.1 Teori Fraud Ttriangle….................................................................. 12
2.1.2 Fraud............................................................................................... 14
2.1.2.1 Pengertian Fraud................................................................ 14
2.1.2.2 Jenis-jenis Fraud................................................................. 16
xiv
2.1.3 Penegakan Peraturan........................................................................ 18
2.1.4 Keadilan Prosedural.................. ...................................................... 20
2.1.5 Komitmen Organisasi...................................................................... 21
2.1.6 Budaya Etis Organisasi.................................................................... 23
2.1.7 Kultur Organisasi............................................................................. 25
2.1.8 Kesesuaian Kompensasi ................................................................. 26
2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ..................... 27
2.2.1 Pengaruh Penegakan Peraturan Terhadap Fraud.......................... 27
2.2.2 Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap Fraud........................... 28
2.2.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Fraud......................... 29
2.2.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap Fraud...................... 29
2.2.5 Pengaruh Kultur Organisasi Terhadap Fraud............................... 30
2.2.6 Pengaruh Kepuasan Kompensasi Terhadap Fraud....................... 31
2.3 Penelitian Terdahulu................................................................................ 32
2.4 Kerangka Pemikiran................................................................................ 37
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 40
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................... 40
3.1.1 Variabel Penelitian........................................................................ 40
3.1.2 Definisi Operasional Variabel....................................................... 41
3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Sampel............................... 47
3.2.1 Objek Penelitian ........................................................................... 47
3.2.2 Unit Sampel................................................................................... 47
3.2.3 Populasi......................................................................................... 47
3.2.4 Sampel........................................................................................... 48
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 48
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 49
3.5 Metode Analisis ......................................................................................... 49
3.5.1 Uji Outer Model............................................................................. 49
3.5.2 Uji Inner Model.............................................................................. 50
xv
3.5.3 Uji Hipotesis.................................................................................. 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 52
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...................................................................... 52
4.1.1 Deskripsi Responden...................................................................... 52
4.1.2 Gambaran Umum Responden Penelitian ....................................... 53
4.1.2.1 Jenis Kelamin Responden................................................ 54
4.1.2.2 Usia Responden............................................................... 55
4.1.2.3 Pendidikan Responden.................................................... 56
4.2 Statistik Deskriptif ................................................................................... 57
4.3 Hasil Analisis Data.................................................................................... 58
4.3.1 Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 58
4.3.1.1 Validitas........................................................................... 58
4.3.1.2 Reliabilitas....................................................................... 61
4.4 Pengujian Model Struktural (Inner Model)............................................... 62
4.5 Uji Hipotesis ............................................................................................. 63
4.5.1 Pengujian H1: Penegakan Peraturan Berpengaruh Terhadap
Fraud............................................................................................. 65
4.5.2 Pengujian H2: Keadialan Prosedural Tidak Berpengaruh
Terhadap Fraud............................................................................. 65
4.5.3 Pengujian H3: Komitmen Organisasi Tidak Berpengaruh
Terhadap Fraud............................................................................. 66
4.5.4 Pengujian H4: Budaya Etis Organisasi Tidak Berpengaruh
Terhadap Fraud............................................................................. 66
4.5.5 Pengujian H5: Kultur Organisasi Tidak Berpengaruh
Terhadap Fraud............................................................................. 66
4.5.6 Pengujian H6: Komitmen Organisasi Tidak Berpengaruh
Terhadap Fraud............................................................................. 67
4.6 Pembahasan............................................................................................... 67
4.6.1 Pengaruh Penegakan Peraturan Terhadap Fraud ........................ 67
xvi
4.6.2 Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap Fraud ........................ 68
4.6.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Fraud ........................ 69
4.6.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap Fraud .................... 70
4.6.5 Pengaruh Kultur Organisasi Terhadap Fraud ............................. 70
4.6.6 Pengaruh Kepuasan Kompensasi Terhadap Fraud .................... 71
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 73
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 73
5.2 Saran ......................................................................................................... 74
5.3 Keterbatasan ............................................................................................. 75
5.4 Agenda peneliti yang akan datang ............................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77
LAMPIRAN – LAMPIRAN ......................................................................... 79
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Research GAP............................................................................. 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 34
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ................................................... 44
Tabel 4.1 Pengumpulan Kuesioner ............................................................ 53
Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden ......................................... 54
Tabel 4.3 Distribusi Usia Responden ........................................................ 55
Tabel 4.4 Distribusi Pendidikan Responden ...............................................56
Tabel 4.5 Statistik Diskriptif ...................................................................... 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas ...................................................................... 59
Tabel 4.7 Hasil Uji Cross Loading ...........................................................60
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................62
Tabel 4.9 Hasil Uji R Square ..................................................................... 63
Tabel 4.10 Hasil Uji Path Coefficient ..........................................................64
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fraud Triangel................................................................................ 14
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 39
Gambar 4.1 Korelasi Antar Konstruk ................................................................64
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuesioner
Lampiran 2: Hasil Tabulasi
Lampiran 3: Surat Ijin Riset
Lampiran 4: Kartu Konsultasi Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kecurangan (Fraud) merupakan suatu perilaku penyimpangan, perilaku
penipuan, dan perilaku illegal yang dilakukan secara sengaja oleh individu atau
kelompok dengan bermaksud untuk mengambil keuntungan sendiri ataupun
kelompok. Kecurangan yang sering terjadi di sektor swasta maupun sektor
pemerintah. Dapat dijumpai kecurangan yang terjadi di sektor pemerintahan
adalah korupsi. Korupsi mepunyai bahasa latin yaitu Corruptio-Corrumpere yang
dapat diartikan memutarbalikan, busuk, rusak, atau menyogok. Secara
keseluruhan korupsi adalah perilaku seluruh pegawai instansi baik pejabat tinggi,
politisi, dan pegawai negeri sipil yang mengambil keuntungan untuk diri sendiri
ataupun mengambil keuntungan untuk orang lain dengan cara tidak semestinya,
illegal, dan menyimpang kekuasaan publik yang dipercayakan kepada pegawai
instansi .
Pegawai instansi pemerintah memiliki kedudukan penting dalam mencapai
tujuan suatu pemerintahan yang ada. Untuk melaksanakan tujuan tersebut harus
didukung dengan perilaku atau tindakan baik dari para pegawainya. Tetapi, pada
kebenarannya banyak kasus kecurangan (fraud) yang terjadi di kalangan pegawai
instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah. Statement of auditing standart
No. 99 yang dijelaskan norbarani (2012) dalam mengartikan fraud sebagai
2
tindakan kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan
keuangan yang merupakan subyek audit (Chandra, 2015).
The ACFE membagi Fraud (Kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi
berdasarkan perbuatan yaitu : (1) Penyimpangan atas asset (Asset
Misappropriation), (2) Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent
Statement), dan (3) Korupsi (Corruption). Asset misappropriation meliputi
penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lainnya. Ini
merupakan bentuk fraud yang sangat mudah dideteksi karena sifatnya yang dapat
diukur/dihitung (defined value). Fraudulent statement meliputi perilaku yang
dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah
untuk menutupi keadaan keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa
keuangan (financial engineering) dalam menyajikan laporan keuangannya untuk
memperoleh keuntungan atau mungkin dapat diartikan dengan istilah window
dressing.
Penegakan peraturan merupakan suatu proses atau upaya untuk tegak dan
berfungsinya suatu norma atau hubungan hukum secara nyata oleh sumber hukum
terhadap hukum sebagai pedoman dalam bermasyarakat dan bernegara yang
berlaku di setiap negara. Keadilan prosedural merupakan perbandingan yang
dibuat oleh karyawan mengenai keadilan yang diperkirakan sebagai proses dan
prosedur organisasi yang digunakan untuk menghasilkan keputusan yang tepat
dan sumber daya Ivancevich (2006) dalam (Adinda, 2015) yang berkaitan dengan
gaji atau kompensasi lain yang akan diterima oleh karyawan. Komitmen
3
organisasi adalah proses pada seseorang (karyawan) dalam mengidentifikasikan
dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Sikap yang di
ambil oleh pegawai tersebut menunjukan seberapa besar komitmen pegawai
tersebut dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Budaya etis organisasi adalah perkiraan karyawan pemerintahan tentang
pola perilaku atau kebiasaan yang baik, buruk, dapat diterima atau tidak oleh
lingkungan. Memiliki pandangan luas mengenai perkiraan karyawan di instansi
pemerintahan pada perilaku etis pimpinan yang menaruh perhatian pentingnya
etika di organisasi dan akan memberikan penganugrahan ataupun denda atas
tindakan yang tidak bermoral. Kultur organisasi merupakan nilai-nilai atau norma
yang menjadi dasar aturan berperilaku anggota organisasi dalam berorganisasi.
Kepuasan kompensasi adalah perkiraan karyawan mengenai kesamaan imbalan
atau gaji dengan pekerjaan yang pegawai lakukan. Dalam kepegawaian, hadiah
yang berupa gaji atau uang merupakan kompensasi yang diberikan pegawai
terhadap pelayanan mereka.
Perilaku korupsi yang sering dilakukan kebanyakan orang yaitu
memalsukan pencatatan, menghilangkan dokumen, dan mark-up yang merugikan
perekonomian negara. Untuk menyajikan laporan keuangan yang baik atau
laporan keuangan yang surplus biasanya yang memicu terjadinya kecurangan.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk
Consultancy (PERC) pada tahun 2016, diketahui bahwa Indonesia menduduki
peringkat ke-90 dari 176 negara.
4
Disampaikan di dalam metrotvnews.com pada tanggal 11 Agustus 2011,
bahwa M. Jasin mengatakan “Hasil survey PERC (9,27) itu menempatkan
Indonesia di peringkat pertama sebagai negara terkorupsi dari 16 negara Asia
Pasifik yang menjadi tujuan investasi” Korupsi merupakan salah satu tindakan
kejahatan yang telah merajalela di seluruh wilayah. Di sektor pemerintahan
sendiri korupsi telah terjadi di mana-mana dan telah melekat hampir di seluruh
sendi pemerintahan, baik pusat mapun daerah. Di wilayah Jawa Tengah, tidak satu
daerah pun bersih dari korupsi. Semua daerah terdapat lebih dari satu kasus
korupsi.
Menurut data yang diperoleh dari Suara Medeka tanggal 9 Januari 2012,
Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KP2KKN) telah mencatat bahwa korupsi yang telah terjadi di Jawa Tengah pada
tahun 2011 adalah sebanyak 102 kasus korupsi dengan 184 tersangka. Beberapa
kasus tersebut adalah kasus yang ditangani kepolisian dan kejaksaan. Berdasar
jumlah kasusnya, Kota Semarang berada di urutan pertama di Jawa Tengah
dengan 11 perkara dengan 11 tersangka. Kasus yang dijabarkan akan
menimbulkan berbagai persepsi pegawai instansi pemerintahan untuk
menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud di sektor
pemerintahan.
Menurut data yang diambil dari Sinar Harapan, Komite Penyelidikan dan
Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KP2KKN) Jawa Tengah mencatat
selama tahun 2012 ada 215 kasus dugaan korupsi yang tersebar 35 kabupaten/
5
kota di Jawa Tengah. Jumlah kasus korupsi yang terungkap itu,naik lebih dari 100
persen dibanding kasus yang terungkap di 2011, yakni sebanyak 102 kasus
korupsi. KP2KKN hanya berhasil menghitung kerugian keuangan negara 71
persen dari 215 kasus itu, dari 71 persen itu terdapat kerugian negara sebesar Rp.
381 M. Kasus korupsi yang mencuat ke publik khusus di Jawa Tengah
diantaranya Kabupaten Semarang, Karanganyar, Klaten, Surakarta, Kabupaten
Grobogan, Purworejo dan Kudus. Sedangkan pada tahun 2013 kasus korupsi
melonjak menjadi 222 kasus dengan kerugian sebesar Rp. 111 M yang tersebar di
35 kota/ kabupaten di Jawa Tengah. Modus yang digunakan dalam melakukan
korupsi paling banyak adalah penyalahgunaan wewenang sebanyak 100 kasus,
pengadaan barang/ jasa 98 kasus, dan kegiatan fiktif 20 kasus (Chandra, 2015).
Beberapa penelitian mengenai kecurangan menunjukkan hasil yang
berubah. Penelitian yang dilakukan Mustikasari (2013) menunjukkan bahwa
pengaruh negatif antara penegakan hukum/peraturan, keefektifan pengendalian
internal, kesesuaian kompensasi, budaya etis manajemen, dan komitmen
organisasi dengan kecurangan (fraud) di sector pemerintahan. Adanya pengaruh
positif antara asimetri informasi dengan kecurangan (fraud) di sektor
pemerintahan. Tidak terdapat pengaruh antara keadilan prosedural dengan
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Najahningrum (2013) menunjukkan bahwa
pengaruh negatif antara penegakan peraturan, keefektifan pengendalian internal,
keadilan distributif, keadilan prosedural, dan komitmen organisasi dengan
6
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan. Adanya pengaruh positif antara
asimetri informasi dengan kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan, dan tidak
terdapat pengaruh antara budaya etis organisasi dengan kecurangan (fraud) di
sektor pemerintahan. Sedangkan hasil penelitian Faisal (2013) menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara keefektifan pengendalian internal,
penegakan peraturan, komitmen organisasi, gaya kepemimpinan dengan fraud di
sektor pemerintahan. Tidak terdapat pengaruh antara kultur organisasi dan
kesesuaian kopensasi dengan fraud di sektor pemerintahan, dan adanya pengaruh
positif antara perilaku tidak etis dengan fraud di sektor pemerintahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Chandra (2013) hasilnya menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara penegakan peraturan, keefektifan
pengendalian internal, kesesuaian kompensasi dengan fraud di sektor
pemerintahan. Adanya pengaruh positif antara asimetri informasi dengan fraud di
sektor pemerintahan, dan tidak terdapat pengaruh antara komitmen organisasi,
budaya etis organisasi dengan fraud di sektor pemerintahan. Sedangkan Penelitian
yang dilakukan oleh Adinda (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
negatif antara keefektifan pengendalian internal, keadilan prosedural, komitmen
organisasi, kultur organisasi dengan fraud di sektor pemerintahan. Adanya
pengaruh postif antara keadilan distributif dengan fraud di sektor pemerintahan,
dan tidak terdapat pengaruh antara penegakan peraturan, kesesuaian kompensasi
dengan fraud di sektor pemerintahan.
7
Dari uraian hasil peneliti-peneliti sebelumnya, maka terdapat research
gap yang terkait dengan hasil pada penelitian-penelitian terdahulu. Kemudian
research gap tersebut disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1.1
Research Gap
Variabel
Independen
Variabel
Dependen
Anik Fatun
Najahningrum
(2013)
Dhermawati
Putri
Mustikasari
(2013)
Muhammad
Faisal (2013)
Devia
Prapnalia
Chandra
(2015)
Yanita
Maya
Adinda
(2015)
Penegakan
Peraturan
Fraud
Signifikan
(-)
Signifikan
(-)
Signifikan (-
)
Signifikan
(-)
Tidak
Signifikan
Keefektifan
Pengendalian
Internal
Signifikan
(-)
Signifikan
(-)
Signifikan
(-)
Signifikan
(-)
Signifikan
(-)
Asimetri
Informasi
Signifikan
(+)
Signifikan
(+) Signifikan
(+)
Keadilan
Distributif
Signifikan
(-) Tidak
Signifikan
Keadilan
Prosedural
Signifikan
(-)
Tidak
Signifikan Signifikan
(-)
Komitmen
Organisasi
Signifikan
(-)
Signifikan
(-)
Signifikan
(-)
Tidak
Signifikan
Signifikan
(-)
Budaya Etis
Organisasi
Tidak
Signifikan
Signifikan
(-) Tidak
Signifikan
Kesesuaian
Kompensasi
Signifikan
(-)
Tidak
Signifikan
Signifikan
(-)
Tidak
Signifikan
Gaya
Kepemimpinan
Signifikan
(-)
Perilaku Tidak
Etis
Signifikan
(+)
8
Variabel
Independen
Variabel
Dependen
Anik Fatun
Najahningrum
(2013)
Dhermawati
Putri
Mustikasari
(2013)
Muhammad
Faisal (2013)
Devia
Prapnalia
Chandra
(2015)
Yanita
Maya
Adinda
(2015)
Kultur
Organisasi
Tidak
Signifikan
Signifikan
(-)
Sumber : diambil dari beberapa jurnal
Penelitian ini berdasarkan Research Gap dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Najahningrum (2013), Mustikasari (2013), Faisal (2013), Chandra
(2015), dan Adinda (2015). Variabel independen pada penelitian ini yaitu
penegakan hukum, keadilan prosedural, komitmen organisasi, budaya etis
organisasi, kultur organisasi, dan kepuasan kompensasi di sektor pemerintahan.
Objek penelitian ini pada dinas pemerintahan yang ada di wilayah Kota Semarang
alasannya bahwa Komite Penyelidikan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KP2KKN) Kota Semarang menempati peringkat pertama terkorupsi
di Jawa Tengah sepanjang tahun 2013.
Maka berdasarkan uraian latar belakang yang ada diatas, peneliti akan
melakukan penelitian tentang “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA FRAUD: PERSEPSI PEGAWAI PADA SEKTOR
PEMERINTAH KOTA SEMARANG”.
1.2 Rumusan Masalah
Kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang
maupun kelompok secara sengaja yang berdampak dalam laporan keuangan dan
dapat mengakibatkan kerugian bagi entitas atau pihak lain (Adinda, 2015).
9
Kecurangan (fraud) akan berdampak merugikan suatu instansi pemerintahan dan
merugikan diri sendiri jika melakukan kecurangan karena mencemarkan nama
baik diri sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraud yaitu adanya
kesempatan, keserakahan, kebutuhan, dan pengungkapan. Berdasarkan rumusan
masalah maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah penegakan peraturan berpengaruh terhadap terjadinya
kecenderungan kecurangan Akuntansi?
2. Apakah keadilan prosedural berpengaruh terhadap terjadinya kecenderungan
kecurangan akuntansi?
3. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap terjadinya
kecenderungan kecurangan akuntansi?
4. Apakah budaya etis organisasi berpengaruh terhadap terjadinya
kecenderungan kecurangan akuntansi?
5. Apakah kultur organisasi berpengaruh terhadap terjadinya kecenderungan
kecurangan akuntansi?
6. Apakah kepuasan kompensasi berpengaruh terhadap terjadinya
kecenderungan kecurangan akuntansi?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh penegakan peraturan terhadap
terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi.
10
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh keadilan prosedural terhadap
terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi.
3. Untuk menguji secara empiris pengaruh komitmen organisasi terhadap
terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi.
4. Untuk menguji secara empiris pengaruh budaya etis organisasi terhadap
terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi.
5. Untuk menguji secara empiris pengaruh kultur organisasi terhadap terjadinya
kecenderungan kecurangan akuntansi.
6. Untuk menguji secara empiris pengaruh kepuasan kompensasi terhadap
terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian yang dilakukan ini diharapkan sebagai
menerima pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang di dapat selama perkuliahan
dan para mahasiswa yang akan bekerja dalam bidang akuntansi lebih sadar
terhadap berbagai kasus yang terjadi di bidang akuntansi sehingga dapat
meghindari terjadinya krisis etis profesional.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Objek Penelitian.
Bagi Objek penelitian yaitu instansi pemerintahan berguna sebagai
masukan dalam upaya mencegah terjadinya fraud di sektor pemerintahan, dengan
11
menekankan penyebab terjadinya fraud di sektor pemerintahan seperti yang
disajikan oleh penulis.
b. Bagi Pembaca.
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan mampu menjadi
bahan referensi bagi peneliti lain dalam bidang yang terkait.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian
pendeteksian kecurangan laporan keuangan dengan analisis fraud triangle. Bab ini
juga membahas penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
Landasan teori dan penelitian terdahulu selanjutnya digunakan untuk membangun
kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.
2.1.1 Teori Fraud Triangle
Teori Fraud Triangle yang dijabarkan Cressey (1953) dalam
(Najahningrum, 2013) mengatakan bahwa korupsi juga disebabkan karena adanya
3 faktor, yaitu tekanan (Pressure), peluang (Opportunity), dan rasionalisasi
(Rationalization). Teori inilah yang digunakan dalam penentuan variabel pada
penelitian ini. Variabel yang digunakan merupakan proksi dari unsur-unsur Fraud
Triangle, yang terdiri dari :
1. Tekanan (Pressure)
Tekanan merupakan motivasi dari individu karyawan untuk bertindak
fraud yang disebabkan oleh adanya tekanan, baik tekanan keuangan maupun non
keuangan, serta dapat disebabkan pula oleh tekanan pribadi maupun tekanan dari
organisasi (Pristiyanti, 2012). Dijelaskan oleh beberapa penelitian, hal-hal yang
13
terkait dengan tekanan antara lain, kebutuhan hidup yang mendesak, penghasilan
kurang (Wahyudi & Sopana, 2005), tidak sesuainya pembayaran gaji, persepsi
keadilan organisatoris (Rae & Subramaniam, 2008).
2. Peluang (Opportunity)
Peluang merupakan faktor penyebab korupsi yang disebabkan karena
adanya kelemahan di dalam suatu sistem, dimana seseorang karyawan mempunyai
kuasa atau kemampuan untuk memanfaatkan kelemahan yang ada, sehingga ia
dapat melakukan perbuatan curang (Pristiyanti, 2012). Peluang umumnya ditandai
dengan aspek pengawasan (Wahyudi & Sopana, 2005), pengendalian internal
yang kurang, dan ketaatan pengendalian internal yang lemah.
3. Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi merupakan pertimbangan perilaku kecurangan sebagai
kosekuensi dari kesenjangan integritas pribadi karyawan atau penalaran moral
yang lain (Pristiyanti, 2012). Menurut Lou et al (2009) rasionalisasi ini
diproksikan dengan adanya kesenjangan integritas manajemen dan hubungan yang
tidak baik antara manajer dan auditor. Disampaikan pula oleh Rae &
Subramaniam (2008) bahwa dalam suatu lingkungan yang lebih etis, karyawan
akan cenderung mengikuti peraturan perusahaan dan peraturan-peraturan tersebut
akan menjadi perilaku secara moral dan bisa diterima.
14
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Tekanan (Pressure)
Kesempatan (Opportunity) Pembenaran (Rationalization)
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953) dalam Tuannakota
(2007)
2.1.2 Fraud
2.1.2.2 Pengertian Fraud
Fraud telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh para praktisi dan
akademisi Intal dan Do, 2002 pada (Norbarani, 2012). Berikut ini disajikan
definisi fraud dari berbagai sudut pandang yang berbeda:
1. Arens dan Loebbecke (1997) dalam Soselisa dan Mukhlasin (2008)
mendefinisikan fraud merupakan kecurangan terjadi ketika salah saji dibuat
dalam suatu keadaan yang mengetahui bahwa hal itu adalah suatu kepalsuan
dan dilakukan dengan maksud untuk melakukan kecurangan
2. Encyclopoedia Britannica (dalam Intal dan Do, 2002) dalam hukum, fraud
didefinisikan sebagian penyajian fakta yang keliru dengan tujuan merampas
kepemilikikan yang berharga dari seseorang.
15
3. Oxford English Dictionary (dalam Intal dan Do, 2002) mendefinisikan fraud
adalah sebuah tindak pidana kecurangan dengan menggunakan penyajian
yang palsu untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak adil atau
mengambil paksa hak atau kepentingan orang lain.
4. Binbangkum, n.d. mendefinisikan fraud adalah suatu tindak kesengajaan
untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah
menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi.
5. Statement of Auditing Standards No.99 mendefinisaikan fraud merupakan
tindak kejahtan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan
keuangan yang merupakan subjek audit.
6. Association of Certified Fraud Examiners (dalam Ernst dan Young LLP,
2009) fraud sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh
seorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat
mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas
atau pihak lain.
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka
dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat pada
beberapa kategori kecurangan. Menurut Binbangkum (n.d.) secara umum,
unsurunsur dari kecurangan adalah:
1) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);
2) dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);
3) fakta bersifat material (material fact);
16
4) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly);
5) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
6) pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut
(misrepresentation);
7) yang merugikannya (detriment).
2.1.2.2 Jenis-jenis Fraud
Menurut Albrecth dan Albrecth (dikutip oleh Nguyen, 2008) dalam
(Norbarani, 2012), fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu:
1. Embezzlement employee atau occupational fraud
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan. Jenis
fraud ini dilakukan bawahan dengan melakukan kecurangan pada atasannya
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Management fraud
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh manajemen puncak kepada
pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang mengandalkan laporan keuangan.
Jenis fraud ini dilakukan manajemen puncak dengan cara menyediakan penyajian
yang keliru, biasanya pada informasi keuangan.
17
3. Invesment scams
Merupan jenis fraud yang dilakukan oleh individu/perorangan kepada
investor. Jenis fraud ini dilakukan individu dengan mengelabui atau menipu
investor dengan cara menanamkan uangnya dalam investasi yang salah.
4. Vendor fraud
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan
yang menjual barang atau jasa kepada organisasi atau perusahaan yang menjual
barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan organisasi dengan memasang harga
terlalu tinggi untuk barang dan jasa atau tidak adanya pengiriman barang
meskipun pembayaran telah dilakukan.
5. Customer fraud
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan kepada organisasi
atau perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan
pelanggan dengan cara membohongi penjual dengan memberikan kepada
pelanggan yang tidak seharusnya atau menuduh penjual memberikan lebih sedikit
dari yang seharusnya. Yang berdasarkan pengertian di atas dapat dilihat bahwa
fraud terdiri dari bermacam jenis dilihat dari pelaku, korban serta tindakan fraud
yang dilakukan.
Kerwin (dalam Nguyen, 2008), menyatakan bahwa financial statement
fraud merupakan pemalsuan yang sengaja dilakukan oleh manajemen kepada
investor dan kreditor dengan menyesatkan informasi yang material pada laporan
18
keuangan. Oleh sebab itu, financial statement fraud termasuk bagian dari
management fraud karena terjadi atas persetujuan atau sepengetahuan manajemen
(Rezaee, 2002).
2.1.2 Penegakan Peraturan
Penegakan Peraturan adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya
atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara Asshiddiqie (2008) dalam (Adinda, 2015). Ditinjau
dari pemerintahan (SAP). Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan untuk menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. Penegakan peraturan itu dapat dilakukan oleh subjek yang
luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek yang
terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan peraturan itu melibatkan
semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum.
Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang
ditetapkan, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Sedangkan
dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan peraturan hanya dapat
diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan
memastikan bahwa suatu peraturan hukum berjalan sebagaimana semestinya.
19
Jenis-jenis peraturan menurut Huda (2012):
1. Peraturan Demokrasi
Peraturan demokrasi dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan
penalaran untuk membantu memahami mengapa diharapkan mematuhi dan
mentaati peraturan yang ada. Peraturan jenis ini menekankan aspek edukatif
bukan hukuman. Sanksi hukuman dapat diberikan kepada mereka yang melanggar
peraturan. Hukuman dimaksutkan sebagai upaya menyadarkan dan mengoreksi.
2. Peraturan Otoritarian
Peraturan dibuat sangat ketat dan rinci sehingga orang yang berada dalam
lingkungan peraturan ini diminta mematuhi dan mentaati peraturan yang berlaku
di tempat tersebut. Apabila gagal mentaati maka akan memperoleh sanksi yang
berat. Sebaliknya jika berhasil mentaati peraturan, maka kurang mendapatkan
penghargaan. Hal itu dikarenakan sudah menjadi suatu kewajiban untuk mentaati
peraturan, jadi tidak perlu mendapatkan penghargaan lagi. Peraturan yang
ototarian berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan dan
paksaan dari luar diri seseorang.
3. Peraturan Permisif
Seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya, kemudian
dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai keinginan
yang diambilnya. Seseorang yang berbuat sesuatu dan membawa akibat
melanggar norma dan aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman.
20
Dampak dari peraturan permisif ini berupa kebingungan dan kebimbangan.
Penyebabnya tidak tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang.
Menurut (Najahningrum, 2013) menyatakan bahwa penegakan peraturan dapat
ditentukan berdasarkan: ketaatan terhadap hukum, proses penegakan peraturan,
peraturan organisasi, disiplin kerja, dan tanggung jawab.
2.1.4 Keadilan Prosedural
Keadilan prosedural merupakan pertimbangan yang dibuat oleh karyawan
mengenai keadilan yang dipersepsikan mengenai proses dan prosedur organisasi
yang digunakan untuk membuat keputusan alokasi dan sumber daya Ivancevich
(2007) dalam (Adinda, 2015). Di dalam suatu kelompok, organisasi ataupun
lembaga kemasyarakatan bisa ditemukan berbagai prosedur. Meskipun demikian,
ada komponen dalam aturan yang universal pada prosedur, demikian juga halnya
keadilan prosedural.
Colquitt (2001) dalam (Najahningrum, 2013) mengidentifikasikan enam
aturan pokok dalam keadilan prosedural. Bila setiap aturan ini dapat dipenuhi,
suatu prosedur dapat dikatakan adil. Enam aturan yang dimaksud yaitu :
1. Konsistensi. Prosedur yang adil harus konsisten baik dari satu orang kepada
orang lain maupun dari waktu ke waktu. Setiap orang mempunyai hak dan
diperlakukan sama dalam satu prosedur yang sama juga.
2. Meminimalisasi bias. Ada dua sumber bias yang sering muncul, yaitu
kepentingan individu dan doktrin yang memihak. Oleh karenanya, dalam
21
upaya maminimalisasi bias ini, baik kepentingan individu maupun pemihakan
harus dihindarkan.
3. Informasi yang akurat. Informasi yang dibutuhkan untuk menentukan agar
penilaian keadilan akurat harus mendasarkan pada fakta. Kalau opini sebagai
dasar, hal itu harus disampaikan oleh orang yang benar-benar mengetahui
permasalahan, dan informasi yang disampaikan lengkap.
4. Dapat diperbaiki. Upaya untuk memperbaiki kesalahan merupakan salah satu
tujuan penting perlu ditegakkannya keadilan. Oleh karena itu, prosedur yang
adil juga mengandung aturan yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan
yang ada ataupun kesalahan yang mungkin akan muncul.
5. Representatif. Prosedur dikatakan adil apabila sejak awal ada upaya untuk
melibatkan semua pihak yang bersangkutan. Meskipun keterlibatan yang
dimaksudkan dapat disesuaikan dengan sub-sub kelompoknya yang ada,
secara prinsip harus ada penyertaan dari berbagai pihak sehingga akses untuk
melakukan kontrol juga terbuka.
6. Etis. Prosedur yang adil harus berdasarkan pada standar etika dan moral.
Dengan demikian, meskipun berbagai hal di atas terperinci, bila subtansinya
tidak memenuhi standar etika dan moral tidak bisa dikatakan adil.
2.1.5 Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah proses pada individu (pegawai) dalam
mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan
organisasi. Pengukurannya memiliki 8 item pertanyaan yang dikembangkan oleh
Luthans (2006) dalam (Pristiyanti, 2012). Menurut Najahningrum (2013)
22
komitmen organisasi merupakan sikap mental individu berkaitan dengan tingkat
keloyalannya terhadap organisasi tempat individu tersebut berkerja. Konsep
komitmen dimulai dengan konsep komitmen organisasional yang didasarkan pada
premis bahwa individual membentuk suatu keterikatan terhadap suatu organisasi.
Komitmen organisasi dibangun atas dasar kepercayaan pegawai atas nilai-nilai
organisasi, kerelaan pegawai membantu mewujudkan tujuan organisasi dan
loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu, komitmen
organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi
pegawai terhadap organisasi. Jika pegawai merasa jiwanya terikat dengan nilai-
nilai organisasi yang ada maka dia akan merasa senang dalam bekerja, sehingga
kinerjanya dapat meningkat.
Menurut Ihsan dan Iskak (2005) dalam (Chandra, 2015) mengemukakan
tiga komponen mengenai komitmen organisasi, yaitu: komitmen afekti (affective
commitment), komitmen normatif (normative commitment). Komitmen yang
tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan
pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik. Suatu komitmen
organisasi secara umum mengacu pada sikap-sikap dan perasaan karyawan dan
dihubungkan dengan nilai-nilai serta cara perusahaan itu melakukan berbagai hal
(Valentine et. al, 2002) termasuk pula sikap karyawan dalam melakukan tindak
kecurangan.
23
2.1.6 Budaya Etis Organisasi
Budaya etis organisasi adalah persepsi pegawai pemerintah mengenai pola
perilaku atau kebiasaan yang baik, buruk, dapat diterima atau tidak oleh
lingkungan. Ini pandangan luas tentang persepsi pegawai di instansi pemerintah
pada tindakan etis pimpinan yang menaruh perhatian pentingnya etika di
organisasi dan akan memberikan penghargaan ataupun sangsi atas tindakan yang
tidak bermoral. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan semakin tinggi budaya
etis organisasi dalam suatu instansi pemerintahan.
Etika organisasi merupakan pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari
setiap individu dan kelompok anggota organisasi yang secara keseluruhan akan
membentuk budaya organisasi (organizational culture) yang sejalan dengan
tujuan maupun filosofi organisasi yang bersangkutan. Menurut pendapat (Rae &
Subramaniam, 2008) bahwa di lingkungan yang lebih etis, karyawan akan
cenderung mengikuti aturan perusahaan dan peraturan karena perilakunya akan
dapat diterima secara moral. Budaya Organisasi adalah pola dasar yang diterima
oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-
anggota organisasi. Sedangkan Robbins (2006) dalam (Mustikasari, 2013)
mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu persepsi bersama yang dianut
oleh anggota-anggota organisasi itu yang membedakan organisasi satu dengan
lainnya. Hal ini merupakan satu dari karakteristik nilai organisasi. Persepsi
terhadap budaya organisasi didasarkan pada kondisi-kondisi yang dialami
24
seseorang dalam organisasinya, seperti penghargaan, dukungan, dan perilaku yang
diharapkan diperoleh di organisasi.
Budaya organisasi manajemen harus memberikan teladan dan kemauan
yang kuat untuk membangun suatu kultur yang kuat dalam organisasi yang
dipimpinnya. Peranan moral atau kepribadian yang baik dari seorang pemimpin
dan komitmennya yang kuat sangat mendorong tegaknya suatu etika perilaku
dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan dasar bertindak dan suri teladan bagi
seluruh pegawai. Pimpinan tidak bisa menginginkan suatu etika dan perilaku yang
tinggi dari suatu organisasi sementara pimpinan itu sendiri tidak bersungguh-
sungguh untuk mewujudkannya.
Manajemen juga harus memperlihatkan kepada karyawan tentang adanya
kesesuaian antara kata dengan perbuatan dan tidak memberikan toleransi terhadap
perbuatan-perbuatan yang melanggar kaidah-kaidah etika organisasi yaitu dengan
diberikan sanksi hukuman yang jelas dan demikian pula sebaliknya terhadap
pegawai yang berprestasi dan bermoral baik diberikan penghargaan yang
proporsional. Adanya pelaksanaan hukuman dan penghargaan (reward) yang
konsisten memberikan nilai lebih bagi terciptanya suatu etika perilaku dan
struktur organisasi yang kuat. Pegawai akan merasakan diperlakukan secara adil
dan merasa nyaman atas posisi yang telah diraihnya jika etika organisasi dapat
ditegakan secara konsisten oleh manajemen.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa budaya etis
manajemen merupakan suatu gambaran dari perilaku manajemen yang dapat
25
dicontoh dan ditiru oleh para pegawainya. Sekalipun itu merupakan tindakan
kecurangan (fraud) pegawai akan melakukan suatu pembenaran atas tindakannya
tersebut karena merasa bahwa tindakannya itu sudah dengan tindakan yang
dilakukan oleh manajemen. Oleh sebab itu, budaya etis manajemen yang baik
sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawainya dan dapat menurunkan tindakan
kecurangan (fraud) (Chandra, 2015).
2.1.7 Kultur Organisasi
Menurut Moeljono dalam (Zulkarnain, 2013) kultur organisasi adalah
sistem nilai-nilai yang dipercayai semua anggota organisasi dan yang dipelajari,
diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai
sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Budaya organisasi merupakan
faktor yang paling kritis dalam organisasi. Efektivitas organisasi dapat
ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang kuat, yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi. Organisasi yang berbudaya kuat akan memiliki ciri
khas tertentu sehingga dapat memberikan daya tarik bagi individu untuk
bergabung. Suatu budaya yang kuat merupakan perangkat yang sangat bermanfaat
untuk mengarahkan perilaku, karena membantu karyawan untuk melakukan
pekerjaan dengan lebih baik, sehingga setiap karyawan perlu memahami budaya
dan bagaimana budaya tersebut terimplementasikan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kultur
organisasi merupakan nilai, norma, dan konsep dasar yang dipercayai oleh
26
anggota organisasi yang mempengaruhi perilaku dan cara kerja anggota
organisasi. Peran kultur organisasi begitu penting, yaitu sebagai menentukan arah,
mana yang boleh dapat dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan,
bagaimana cara mengelola dan mengalokasikan sumber daya organisasi beserta
sebagai alat untuk mengatasi masalah dan peluang yang ada dari lingkungan
internal maupun eksternal .
2.1.8 Kesesuaian Kompensasi
Kesesuaian kompensasi adalah persepsi pegawai tentang kesesuaian
imbalan atau gaji dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Kompensasi
merupakan suatu outcome atau reward yang berguna bagi setiap pegawai yang
bekerja dalam suatu instansi, karena kompensasi yang didapatkan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Mangkuprawira (Zulkarnain, 2013)
Kompensasi merupakan bentuk pembayaran tunai langsung, pembayaran tidak
langsung dalam bentuk manfaat bagi karyawan dan insentif yang memotivasi
karyawan bekerja keras dalam mencapai produktivitas kerja yang semakin tinggi.
Kompensasi merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat mempengaruhi
kinerja karyawan, sebab kompensasi adalah alat untuk memenuhi berbagai
kebutuhan pegawai, sehingga dengan kompensasi yang diberikan pegawai akan
termotivasi untuk bekerja lebih giat. Tindakan curang yang dilakukan seseorang,
disebabkan oleh keinginan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
Kompensasi yang sesuaikan diharapkan mampu mengurangi adanya
keinginan untuk melakukan tindakan curang. Berdasakan definisi diatas dapat
27
disimpulkan bahwa kompensasi merupakan hasil kerja atau reward pegawai baik
berupa nominal (uang) yang diberikan atasan kepada pegawainya maupun berupa
manfaat. Kompensasi dapat berperan dalam meningkatkan motivasi karyawan
untuk bekerja lebih efektif dan produktif, sebab kompensasi adalah alat untuk
memenuhi berbagai kebutuhan karyawan. Akan tetapi kompensasi bukan
merupakan satu-satunya motivasi karyawan dalam berprestasi, kompensasi
merupakan salah satu motivasi penting yang ikut mendorong karyawan untuk
berprestasi. Kompensasi dapat dibedakan menjadi dua jenis (Zulkarnain, 2013),
yaitu kompensasi langsung (direct compensation) berupa kompensasi, upah, dan
upah insentif, dan kompensasi tidak langsung (indirect compensation atau
employee welfare atau kesejahteraan karyawan).
Sedangkan dari segi bentuknya kompensasi dibagi menjadi tiga, yaitu
material, sosial, dan aktivitas. Bentuk kompensasi material tidak hanya berbentuk
uang, seperti kompensasi, bonus, dan komisi, melainkan segala bentuk penguat
fisik (phisical reinforcer), misalnya fasilitas parkir, telepon, dan ruang kantor
yang nyaman serta berbagai macam bentuk tunjangan misalnya pensiun, asuransi
kesehatan.
2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
2.2.1 Pengaruh Penegakan Peraturan Terhadap Fraud
Pada penelitian yang dilakukan oleh Najahningrum (2013), menyatakan
bahwa penegakan peraturan berpengaruh terhadap persepsi pemerintah mengenai
tindakan kecenderungan kecurangan (fraud). Orang-orang sering kali
28
mengasumsikan secara sempit bahwa fraud sebagai tindakan pidana atau
perbuatan korupsi. Penegakan hukum merupakan bentuk tindakan yang nyata oleh
subjek hukum kepada hukum yang berlaku yaitu dengan menanti hukum yang ada
di suatu negara. Kebanyakan masyarakat mengetahui tentang peraturan, tetapi
tidak mematuhinya. Jadi dalam hal ini dibutuhkan kesadaran masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh (Chandra, 2015) mengemukakan bahwa untuk
memahami fraud yang terjadi di masyarakat Cina harus mempertimbangkan
keadilansosial seperti penegakan peraturan. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi
penegakan peraturan yang tererapkan maka akan semakin rendah memiliki
kesampatan untuk melakukan kecurangan akuntansi (fraud) pada instansi
pemerintahan.
H1: Penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap Fraud.
2.2.2 Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap Fraud
Keadilan prosedural merupakan pertimbangan yang dibuat oleh karyawan
mengenai keadilan yang dipersepsikan mengenai proses yang dan prosedur
organisasi yang digunakan untuk membuat keputusan alokasi dan sumber daya
Ivancevich (2006) dalam (Mustikasari, 2013). Menurut Thibaut & Walker (1975)
dalam Kadaruddin dkk (2012) keadilan prosedural mengacu pada kesetaraan
prosedur. Teori dan penelitian telah menetapkan bahwa prosedur dinilai sebagai
adil jika mereka diimplementasikan konsisten, tanpa kepentingan pribadi,
berdasarkan informasi yang akurat, dengan kesempatan untuk memperbaiki
keputusan itu, dengan kepentingan semua pihak diwakili, dan mengikuti moral
29
dan etika standar. Dapat diartikan semakin tinggi keadilan prosedural yang
ditetapkan maka semakin rendah terjadinya kecurangan akuntansi (fraud).
H2: Keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap fraud.
2.2.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Fraud
Pada penelitian yang dilakukan oleh Valentine et al (2002), menemukan
bahwa lingkungan etis perusahaan secara positif dan signifikan berhubungan
dengan komitmen organisatoris. Komitmen organisatoris sendiri secara umum
mengacu pada sikap-sikap dan perasaan karyawan dihubungkan dengan nilai-nilai
dan cara perusahaan itu melakukan berbagai hal. Didalam penelitian Rae and
Subramaniam (2008) berargumentasi pada bahwa disuatu lingkungan yang lebih
etis, karyawan akan cenderung untuk mengikuti peraturan perusahaan dan
peraturan-peraturan tersebut akan menjadi perilaku secara moral dan bisa diterima
dan menemukan adaya pengaruh antara lingkungan etis dan prosedur
pengendalian internal yang memperkuat terjadinya fraud. Dengan demikian dapat
diartikan semakin tinggi komitmen organisasi yang diterapkan maka akan
semakin rendah terjadinya kecurangan akuntansi (fraud) pada instansi pemerintah.
H3: Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap Fraud.
2.2.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap Fraud
Etika manajemen dapat menjadi tolak ukur untuk seorang pegawai dalam
melakukan tindakan, karena seorang individu lebih sering mengikuti tindakan
yang dilakukan sebagian besar orang yang ada didalam suatu organisasi, maka
30
individu merasakan apa yang dilakukannya sudah benar karena sebagian besar
rekannya juga melakukan hal yang sama walaupun yang dilakukan itu merupakan
suatu bentuk tindakan kecurangan. Sulistyowati (2007) dalam penelitinnya
menyatakan adanya pengaruh kultur organisasi terhadap kecurangan (fraud).
Penerapan budaya atau kebiasaan manajemen yang sesuai dengan etika yang
ditetapkan akan menurunkan tingkat tindakan kecurangan (fraud). Penelitian
Pristiyanti (2012) menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh
terhadap kecurangan di sektor pemerintahan. Dengan demikian, semakin baik
iklim budaya etis yang dapat diciptakan dalam lingkungan perusahaan akan
meminimalisir kecenderungan kecurangan (fraud) yang dilakukan pegawai.
H4: Budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud.
2.2.5 Pengaruh Kultur Organisasi Terhadap Fraud
Dalam penelitian yang dilakukan Sulistiyowati (2007) dalam (Mustikasari,
2013), mengatakan bahwa kultur organisasi berpengaruh terhadap persepsi
aparatur pemerintah daerah tentang tindak korupsi. Kultur organisasi yang baik
tidak akan membuka peluang sedikitpun bagi individu untuk melakukan korupsi,
karena kultur organisasi yang baik akan membentuk para pelaku organisasi
mempunyai sense of belonging (rasa ikut memiliki) dan sense of identity (rasa
bangga sebagai bagian dari suatu organisasi). Menurut teori Fraud Triangle,
penyebab terjadinya pelung memiliki kemampuan memanfaatkan kelemahan pada
aspek pengawasan. Kultur organisasi yang kuat adalah kultur organisasi dengan
nilai-nilai inti yang sangat dipegang teguh dan dijunjung tinggi oleh instansi.
31
Dengan demikian, semakin tinggi kultur organisasi yang diterapkan maka
semakin rendah terjadinya kecurangan akuntansi (fraud).
H5: Kultur organisasi berpangaruh negatif terhadap Fraud.
2.2.6 Pengaruh Kepuasan Kompensasi Terhadap Fraud
Pada penelitian yang dilakukan Sulistiyowati (2007) dalam (Mustikasari,
2013), bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap persepsi
aparatur pemerintah daerah tentang tindak korupsi. Terdapat persamaan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006), menyatakan bahwa kepuasan
kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi dan kepuasan gaji juga tidak berpengaruh terhadap persepsi aparatur
pemerintah daerah tentang tindak pidana korupsi. Tetapi menurut teori Fraud
Triangle, penyebab adanya tekanan dengan kebutuhan hidup yang mendesak,
penghasilan yang kurang, dan tidak sesuainya pembayaran gaji yang akan
menyebabkan kecurangan akuntansi. Seorang pegawai yang menerima gaji akan
berusaha mengatribusikan kenaikan tersebut pada beberapa penyebab yang
mendasar. Pemberian kompensasi bertujuan untuk mengurangi praktik melakukan
kecurangan akuntansi. Semakin tinggi kepuasan kompensasi maka semakin
rendah terjadinya kecurangan akuntansi (fraud).
H6: Kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap Fraud.
32
2.3 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh-pengaruh
variabel yang mempengaruhi kecurangan (fraud) :
Penelitian yang dilakukan oleh Pristiyanti (2012) bahwa keadilan
distributif tidak terdapat pengaruh terhadap farud di sektor pemerintahan, keadilan
prosedural juga tidak terdapat pengaruh terhadap fraud di sektor pemerintahan.
Sedangkan sistem pengendalian intern, kepatuhan pengendalian intern, budaya
etis organisasi, dan komitmen organisasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap fraud di sektor pemerintahan. Penelitian yang dilakukan oleh
Najahningrum (2013) hasilnya bahwa pengaruh negatif antara penegakan
peraturan, kefektifan pengendalian intern, keadilan distributif, dan komitmen
organisasi terhadap fraud disektor pemerintahan, sedangkan terdapat pengaruh
positif antara asimetri informasi terhadap fraud di sector pemerintahan, dan tidak
terdapat pengaruh antara budaya etis organisasi terhadap fraud. Penelitian yang
dilakukan oleh Faisal (2013) hasilnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh
negatif antara kepatuhan sistem pengendalian intern terhadap fraud di sektor
pemerintahan, tidak terdapat pengaruh antara kesesuaian akan gaji dengan fraud,
terdapat pengaruh positif antara perilaku tidak etis dengan fraud, dan terdapat
pengaruh negatif antara gaya kepemimpinan dengan fraud di sektor pemerintahan.
Hasil dari Zulkarnain (2013) penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
pengaruh negatif antara keefektifan sistem pengendalian intern, kesesuaian
kompensasi, gaya kepemimpinan dan sistem pengendalian intern terhadap fraud
33
di sektor pemerintahan, tidak terdapat pengaruh antara kultur organisasi dan
penegakan hukum dengan fraud di sektor pemerintahan, dan terdapat pengaruh
positif antara perilaku tidak etis dengan fraud di sektor pemerintahan. Hasil dari
Mustikasari (2013) penelitiannya menyatakan bahwa berpengaruh negatif antara
penegakan hukum/peraturan, keefektifan pengendalian intern, kesesuaian
kompensasi, budaya etis manajemen, dan komitmen organisasi terhadap
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan, terdapat pengaruh yang positif antara
asimetri informasi dengan kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan, dan tidak
terdapat pengaruh antara keadilan procedural dengan kecurangan (fraud) di sektor
pemerintahan. Penelitian yang dilakukan oleh Adinda (2015) hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara keefektifan pengendalian
internal, kultur organisasi, keadilan prosedural, dan komitmen organisasi terhadap
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan, terdapat pula pengaruh positif antara
keadilan distributif terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan, tidak
terdapat pengaruh antara kesesuaian kompensasi dan penegakan peraturan
terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chandra (2015) hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara keefektifan pengendalian
internal, kesesuaian kompensasi, dan penegakan peraturan terhadap
kecenderungan kecuranagan akuntansi di sektor pemerintahan, terdapat pula
pengaruh positif antara asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi di sektor pemerintahan, tidak terdapat pengaruh negatif antara budaya
34
etis dan komitmen organisasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi di
sektor pemerintahan.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Tahun
Sampel dan
Periode
Penelitian
Variabel dan
Metode
Penelitian
Hasil
1. Anik Fatun
Najahningrum
(2013)
Populasi
penelitian
terdiri dari 128
pegawai yang
bekerja pada
subbagian
Keuangan
Dinas Provinsi
DIY dan yang
memenuhi
syarat 111
responden
- Variabel
terkait: Fraud
(Y)
- Variabel bebas:
Penegakan
hukum (X1),
Keefektifan
pengendalian
internal (X2),
Asimetri
informasi (X3),
Keadilan
distributif (X4),
Keadilan
prosedural
(X5), Budaya
etis manajemen
(X6),
Komitmen
organisasi (X7).
- Metode
penelitian: Full
model
Structural
Equation
Modeling
(SEM)
X1 = signifikan (-)
X2 = signifikan (-)
X3 = signifikan (+)
X4 = signifikan (-)
X5 = signifikan (-)
X6 = tidak
signifikan
X7 = signifikan (-)
35
No Peneliti dan
Tahun
Sampel dan
Periode
Penelitian
Variabel dan
Metode
Penelitian
Hasil
2. Muhammad
Faisal (2013)
Sampel
menggunakan
Covenience
Sampling
berjumlah 118
pegawai
instansi
pemerintahan
Kabupaten
Kudus
- Variabel
terkait: Fraud
(Y)
- Variabel bebas:
Sistem
pengendalian
internal (X1),
Gaya
kepemimpinan
(X2),
Kesesuaian
kompensasi
(X3), Perilaku
tidak etis (X4),
Kultur
organisasi (X5),
Komitmen
organisasi (X6),
Penegakan
hukum (X7).
- Motode
penelitian: Full
model
Structural
Equation
Modeling
(SEM)
X1 = signifikan (-)
X2 = signifikan (-)
X3 = tidak
signifikan
X4 = signifikan (+)
X5 = tidak
signifikan
X6 = signifikan (-)
X7 = signifikan (-)
3. Dhermawati
Putri
Mustikasari
(2013)
Sampel
menggunakan
Convenience
Sampling
berjumlah 153
pegawai
instansi
pemerintahan
di Kabupaten
Batang
- Variabel
terkait: Fraud
(Y)
- Variabel bebas:
Penegakan
hukum (X1),
Keefektifan
pengendalian
iternal (X2),
Asimetri
Informasi (X3),
X1 = signifikan (-)
X2 = signifikan (-)
X3 = signifikan (+)
X4 = signifikan (-)
X5 = tidak
signifikan
X6 = signifikan (-)
X7 = signifikan (-)
36
No Peneliti dan
Tahun
Sampel dan
Periode
Penelitian
Variabel dan
Metode
Penelitian
Hasil
Kesesuaian
kompensasi
(X4), Keadilan
prosedural
(X5), Budaya
etis manajemen
(X6),
Komitmen
organisasi (X7).
- Motode
penelitian: Full
model
Structural
Equation
Modeling
(SEM)
4. Devia
Prapnalia
Chandra
(2015)
Penelitian ini
menggunakan
sampel
sejumlah 182
pegawai
instansi dinas
pemerintahan
di Kabupaten
Grobogan.
- Variabel
terkait: Fraud
(Y)
- Variabel bebas:
Keefektifan
pengendalian
internal (X1),
Kesesuaian
kompensasi
(X2), Budaya
etis (X3),
Asimetri
Informasi (X4),
Penegakan
peraturan (X5),
Komitmen
organisasi (X7).
- Motode
penelitian: Full
model
Structural
Equation
Modeling
(SEM)
X1 = signifikan (-)
X2 = signifikan (-)
X3 = tidak
signifikan
X4 = signifikan (+)
X5 = signifikan (-)
X6 = tidak
signifikan
37
No Peneliti dan
Tahun
Sampel dan
Periode
Penelitian
Variabel dan
Metode
Penelitian
Hasil
5 Yanita Maya
Adinda
(2015)
Sampel
penelitian ini
terdiri dari 200
pegawai yang
bekerja di
instansi
pemerintahan
Kabupaten
Klaten.
- Variabel
terkait: Fraud
(Y)
- Variabel bebas:
Keefektifan
pengendalian
internal (X1),
Kultur
Organisasi
(X2),
Kesesuaian
kompensasi
(X3),
Penegakan
peraturan (X4),
Keadilan
distributif (X5),
Keadilan
prosedural
(X6),
Komitmen
organisasi (X7).
Motode penelitian:
Full model
Structural
Equation
Modeling (SEM)
X1 = signifikan (-)
X2 = signifikan (-)
X3 = tidak
signifikan
X4 = tidak
signifikan
X5 = tidak
signifikan
X6 = signifikan (-)
X7 = signifikan (-)
Sumber : diambil dari beberapa jurnal
2.4 Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran diatas menjelaskan bahwa penegakan peraturan
adalah tindakan yang nyata oleh subjek hukum dengan hukun yang berlaku di
suatu negara. Keadilan prosedural adalah suatu pertimbangan yang dibuat oleh
pegawai mengenai keadilan yang dipersepsikan mengenai proses dan prosedur
38
dalam organisasi digunakan untuk membuat keputusan. Komitmen organisai
adalah pegawai yang memiliki rasa kesetian dan komitmen terhadap instansi di
tempat bekerjanya. Budaya etis organisasi adalah perkiraan pegawai mengenai
tindakan, tingkah laku, dan kepercayaan yang menjadi contoh bagi seluruh
pegawai yang ada di instansi. Kultur organisasi yang baik tidak akan membuka
peluang untuk melakukan korupsi. Sedangkan kepuasan kompensani adalah
perkiraan pegawai mengenai kesesuaian imbalan atau gaji yang mereka jalankan.
Maka antara penegakan peratura, keadilan prosedural, komitmen organisasi,
budaya etis organisai, kultur organisai, dan kepuasan kompensi adanya pengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (fraud)
39
Gambar 2.2
Kerengka Pikiran
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Kecurangan
(fraud)
(Y)
Penegakan Hukum (X1)
Kesesuaian
Kompensasi (X6)
Komitmen Organisasi (X3)
Budaya Etis Organisasi (X4)
Keadilan Prosedural (X2)
Kultur Organisasi (X5)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Eksogen)
Variabel independen sering disebut juga dengan variabel bebas. Variabel
bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau yang menjadi
sebab terjadinya variabel dependen (terkait). Dimana faktornya diukur,
dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti menentukan hubungannya dengan suatu
situasi yang diobservasi. Dalam penelitian ini variabel independenya adalah
penegakan peraturan, keadilan prosedural, komitmen organisasi, budaya etis
organisasi, kultur organisasi, dan kepuasan kompensasi.
2. Variabel Dependen (Endogen)
Variabel dependen sering disebut juga dengan variabel terkait. Variabel
terkait merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Dengan kata lain variabel nilai dengan dipengaruhi oleh
variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
kecurangan (fraud).
41
3.1.2 Definisi Operasional Variabel
1. Penegakan Peraturan
Variabel penegakan peraturan diukur dengan instrumen yang
dikembangkan oleh Anik Fatun Najahningrum (2013). Instrumen tersebut berisi
lima butir pertanyaan yang mengukur kepatuhan suatu norma atau hukum secara
nyata, indikatornya yaitu : ketaatan terhadap hukum, proses penegakan peraturan,
peraturan organisasi, disiplin kerja, dan tanggung jawab. Responden diminta
untuk memilih skala nilai satu sampai dengan lima (sangat tidak setuju sampai
sangat setuju) pada setiap pertanyaan.
2. Keadialan Prosedural
Variabel keadilan prosedural diukur dengan instrumen yang
dikembangkan oleh Yanita Maya Adinda (2015). Instrumen tersebut berisi tujuh
butir pertanyaan yang mengukur keadilan suatu proses dan prosedur organisasi
menghasilkan kepuasan, indikatornya yaitu : prosedur kompensasi
mengekspresikan pandangan dan perasaan, penetapan prosedur kompensasi
melibatkan karyawan, prosedur kompensasi diaplikasikan secara konsisten,
prosedur kompensasi tidak mengandung kepentingan tertentu, prosedur
kompensasi didasarkan pada informasi yang akurat, prosedur kompensasi
memungkinkan pemberian masukan dan koreksi, dan prosedur kompensasi sesuai
dengan etika dan moral. Responden diminta untuk memilih skala nilai satu sampai
dengan lima (sangat tidak setuju sampai sangat setuju) pada setiap pertanyaan.
42
3. Komitmen Organisasi
Variabel komitmen organisasi diukur dengan instrumen yang
dikembangkan oleh Yanita Maya Adinda (2015). Instrumen tersebut berisi lima
butir pertanyaan yang mengukur besarnya komitmen pegawai dalam suatu
organisasi, indikatornya yaitu : membanggakan organisasi kepada orang lain,
kesamaan nilai, bangga menjadi bagian dari organisasi, gembira memilih bekerja
pada organisasi, dan peduli pada nasib organisasi. Responden diminta untuk
memilih skala nilai satu sampai dengan lima (sangat tidak setuju sampai sangat
setuju) pada setiap pertanyaan.
4. Budaya Etis Organisasi
Variabel budaya etis organisasi diukur dengan instrumen yang
dikembangkan oleh Dhermawati Putri Mustikasari (2013). Instrumen tersebut
berisi lima butir pertanyaan yang mengukur besarnya komitmen pegawai dalam
suatu organisasi, indikatornya yaitu : model peran yang visibel, komunikasi
harapan-harapan etis, pelatihan etis, hukuman bagi tindakan etis, mekanisme
perlindungan etika. Responden diminta untuk memilih skala nilai satu sampai
dengan lima (sangat tidak setuju sampai sangat setuju) pada setiap pertanyaan.
5. Kultur Organisasi
Variabel kultur organisasi diukur dengan instrumen yang dikembangkan
oleh Yanita Maya Adinda (2015). Instrumen tersebut berisi lima butir pertanyaan
43
yang mengukur peraturan berperilaku sebagai anggora organisasi, indikatornya
yaitu : mencurahkan seluruh kemampuan, ramah, inisiatif (prakarsa), rapat
(pertemuan) tepat waktu, memperhatikan biaya. Responden diminta untuk
memilih skala nilai satu sampai dengan lima (sangat tidak setuju sampai sangat
setuju) pada setiap pertanyaan.
6. Kepuasan Kompensasi
Variabel kultur organisasi diukur dengan instrumen yang dikembangkan
oleh Devia Prapnalia Chandra (2015). Instrumen tersebut berisi enam butir
pertanyaan yang mengukur peraturan berperilaku sebagai anggora organisasi,
indikatornya yaitu : kompensasi keuangan, pengakuan perusahaan atas
keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan, promosi, penyelesaian tugas,
pencapaian sasaran, pengembangan pribadi. Responden diminta untuk memilih
skala nilai satu sampai dengan lima (sangat tidak setuju sampai sangat setuju)
pada setiap pertanyaan.
7. Kecurangan (fraud)
Variabel kecenderungan kecurangan akuntansi (fraud) diukur dengan
instrumen yang dikembangkan oleh Yanita Maya Adinda (2015). Instrumen
tersebut berisi sembilan butir pertanyaan yang mengukur kesalahan yang
dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan imbalan, indikatornya yaitu :
kecurangan laporan keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi. Responden
diminta untuk memilih skala nilai satu sampai dengan lima (sangat tidak setuju
sampai sangat setuju) pada setiap pertanyaan.
44
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No Nama
Variabel Definisi Variabel Indikator
Skala
literatur Sumber
1. Penegakan
peraturan
Suatu proses atau
upaya untuk tegak
dan berfungsinya
suatu norma atau
hubungan hukum
secara nyata oleh
sumber hukum
terhadap hukum
sebagai pedoman
dalam bermasyarakat
dan bernegara yang
berlaku di setiap
Negara.
1. Ketaatan
terhadap
hukum
2. Proses
penegakan
peraturan
3. Peraturan
organisasi
4. Disiplin kerja
5. Tanggung
jawab
1-5 Anik Fatun
Najahningrum
(2013)
2. Keadilan
prosedural
Perbandingan yang
dibuat oleh karyawan
mengenai keadilan
yang diperkirakan
sebagai proses dan
prosedur organisasi
yang digunakan untuk
menghasilkan
keputusan yang tepat
dan sumber daya
yang berkaitan
dengan gaji atau
kompensasi lain yang
akan diterima oleh
karyawan.
1. Prosedur
kompensasi
mengekspresik
an pandangan
dan perasaan
2. Penetapan
prosedur
kompensasi
melibatkan
karyawan
3. Prosedur
kompensasi
diaplikasikan
secara
konsisten
4. Prosedur
kompensasi
tidak
mengandung
kepentingan
tertentu
5. Prosedur
kompensasi
didasarkan
pada informasi
yang akurat
1-5 Yanita Maya
Adinda
(2015)
45
No Nama
Variabel Definisi Variabel Indikator
Skala
literatur Sumber
6. Prosedur
kompensasi
memungkinkan
pemberian
masukan dan
koreksi
7. Prosedur
kompensasi
sesuai dengan
etika dan moral
3. Komitmen
organisasi
Proses pada seseorang
(karyawan) dalam
mengidentifikasikan
dirinya dengan nilai-
nilai, aturan-aturan,
dan tujuan organisasi.
1. Membanggaka
n organisasi
kepada orang
lain
2. Kesamaan nilai
3. Bangga
menjadi bagian
dari organisasi
4. Gembira
memilih
bekerja pada
organisasi
5. Peduli pada
nasib
organisasi
1-5 Yanita Maya
Adinda
(2015)
4. Budaya etis
organisasi
Perkiraan karyawan
pemerintahan tentang
pola perilaku atau
kebiasaan yang baik,
buruk, dapat diterima
atau tidak oleh
lingkungan.
1. Model peran
yang visibel
2. Komunikasi
harapan-
harapan etis
3. Pelatihan etis
4. Hukuman bagi
tindakan etis
5. Mekanisme
perlindungan
etika
1-5 Dhermawati
Putri
Mustikasari
(2013)
5. Kultur
organisasi
Nilai-nilai atau norma
yang menjadi dasar
aturan berperilaku
anggota organisasi
dalam berorganisasi.
1. Mencurahkan
seluruh
kemampuan
2. Ramah
3. Inisiatif
(prakarsa)
Yanita Maya
Adinda
(2015)
46
No Nama
Variabel Definisi Variabel Indikator
Skala
literatur Sumber
4. Rapat
(pertemuan) tepat
waktu
5. Memperhatikan
biaya
6. Kepuasan
kompensasi
Perkiraan karyawan
mengenai kesamaan
imbalan atau gaji
dengan pekerjaan
yang pegawai
lakukan.
1. Kompensasi
keuangan
2. Pengakuan
perusahaan
atas
keberhasilan
dalam
melaksanaka
n pekerjaan
3. Promosi
4. Penyelesaian
tugas
5. Pencapaian
sasaran
6. Pengembang
an pribadi
1-5 Devia
Prapnalia
Chandra
(2015)
7. Kecurangan
(fraud)
Suatu tindakan
penyimpangan yang
disengaja oleh
individu atau
kelompok dengan
tujuan memperoleh
keuntungan pribadi
ataupun kelompok.
1. Kecurangan
laporan
keuangan
2. Penyalahgunaa
n aset
3. Korupsi
1-5 Yanita Maya
Adinda
(2015)
Sumber : diambil dari beberapa jurnal
47
3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Sampel
3.2.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pemerintahan yang ada di wilayah
Kota Semarang. Berikut adalah daftar Dinas Pemerintahan Kota Semarang :
1. Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang
2. Disnakertrans Kota Semarang
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Semarang
4. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah
Kota Semarang
5. Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kota Semarang.
6. BPBD Kota Semarang
Jenis penelitian ini adalah untuk menjelaskan fenomena yang terjadi
mengenai pengaruh penegakan hukum, keadilan prosedural, komitmen organisasi,
budaya etis organisasi, dan kepuasan kompensasi terhadap fraud.
3.2.2 Unit Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah pegawai instansi
pemerintahan bagian keuangan yang ada di wilayah Kota Semarang.
3.2.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai instansi pemerintah
pada Dinas Pemerintahan di Kota Semarang. Pemilihan populasi dikota Semarang
48
karena Semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Jawa Tengah, dan
banyak karyawan instansi pemerintahan di Dinas Pemerintahan di Kota Semarang
yang masih harus diketahui mengenai kecurangan.
3.2.4 Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan convenience
sampling adalah non-probabilitas sampling teknik memilih sampel dari elemen
populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih
sebagai subjek sempel yang tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan
untuk memilih sempel yang paling cepat dan murah (Indriantoro & Supomo,
1999).
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data subjek.
Data subjek merupakan jenis data sebuah penelitian yang berupa suatu sikap,
opini, pengalaman atau pun karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjadi subjek penelitian atau responden (Indriantoro & Supomo, 1999).
Kemudian sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data
primer merupakan data penelitian yang didapat secara langsung dari sumbernya
yang secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab sebuah masalah
dalam penelitian tersebut. Data primer yang peneliti gunakan adalah kuisioner.
Kuisioner merupakan teknik dalam pengumpulan data dengan metode survei yang
menggunakan atau memberikan sebuah pertanyaan kepada subjek penelitian
secara tertulis (Indriantoro & Supomo, 1999).
49
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner.
Kuisioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
menjawabnya. Kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah responden sangat
banyak di wilayah yang luas. Pertanyaan atau peryataan dapat bersifat terbuka
melaikan tertutup, dapat diberikan kepada responden langsung, melalui pos, dan
melalui internet.
3.5 Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif.
Metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data penelitian
berupa angka-angka dan menggunakan metode analisis statistik full model
Structural Equation Modeling (SEM) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2008).
3.5.1 Uji Outer Model
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan evaluasi measurement
(outer) model yaitu dengan menggunakan convergent validity (besarnya nilai
loading factor untuk masing-masing konstruk). Convergent validity dari model
pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item
50
score / component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS.
Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0.50 dan
nilai t-statistik lebih dari nilai t-table (dengan signifikan 0.05 dan T statistik >
1.654 untuk uji one-tailed) maka validitasnya tinggi, jika kurang dari 0.50 maka
validitasnya rendah. Nilai korelasi dapat dilihat dari nilai original sample estimate
pada setiap indikatornya dalam hasil outer loading pada setiap variabel.
Konstruk dengan nilai loading factor diatas 0.50 yang dapat digunakan
untuk mengukur model penelitian sehingga konstruk dengan nilai loading kurang
dari 0.50 harus di drop atau dihapus agar mampu menghasilkan model yang baik.
Dari 33 konstruk indikator reflektif dalam penelitian ini kesemuanya memiliki
loading factor diatas 0.50 sehingga tidak perlu dilakukan dropping pada salah satu
atau beberapa variabel untuk menghasilkan model yang baik (Pristiyanti, 2012).
3.5.2 Uji Inner Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat
hubungan antar konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian.
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk
dependen, Stone- Geisser test untuk predictive relevance dan uji t serta
signifikansi koefisien parameter jalur structural (Pristiyanti, 2012).
51
3.5.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang diajukan dilakukan dengan pengujian model
structural inner model) dengan melihat nilai R-square yang merupakan uji
goodness-fit model. Selain itu juga dengan melihat path coefficients yang
menunjukkan koefisien parameter dan nilai signifikansi t statistik. Signifikansi
parameter yang diestimasi dapat memberikan informasi mengenai hubungan antar
variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang
diajukan diatas adalah 1,654 untuk p<0.05; 1,974 untuk p<0,025, dan 2.349 untuk
p<0.01.
52
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Responden
Penelitian yang dilakukan mulai tanggal 18 Januari 2017 dengan obyek
penelitian adalah Pegawai Instansi Pemerintah di lingkungan Sekror Pemerintah
Kota Semarang dengan jumlah 155 responden. Sampel penelitian diambil
dengan metode Convenience Sampling, yaitu metode memilih sampel dari
elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti.
Elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas
sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat
dan murah (Indrianto & Supomo, 1999). Sebelum menganalisi jawaban-jawaban
responden terlebih dahulu kita membahas keterkaitan beberapa faktor dalam
penelitian ini mengenai gambaran umum responden. Dalam hal ini akan ditinjau
mengenai sesuatu yang erat hubungannya dengan diri responden secara
individual. Gambaran umum responden diperoleh dari indentitas diri responden
yang tercantum pada masing-masing jawaban terhadap kuesioner.
Kuesioner yang dijadikan acuan pengolahan data berjumlah 105 buah
eksemplar yang telah disebar di lingkungan Sektor Pemerintahan Kota
Semarang. Dari kuesioner yang didistribusikan semuanya dapat diolah karena
memenuhi kelengkapan data. Berikut ini disajikan perincian mengenai
pengumpulan kuisioner.
53
Tabel 4.1
Pengumpulan Kuesioner
No. Nama Instansi Pemerintah Kuisioner
yang
disebar
Kuisioner
yang tidak
kembali
Kuisioner
yang
kembali
1. Badan Kepegawaian Daerah
Kota Semarang 32 12 20
2. Disnakertrans Kota
Semarang 33 10 23
3. Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Pemerintah Kota
Semarang
30 10 20
4. Badan Kesatuan Bangsa,
Politik dan Perlindungan
Masyarakat Pemerintah Kota
Semarang
25 9 16
5. Dinas Kelautan dan
Perikanan Pemerintah Kota
Semarang.
20 6 14
6. BPBD Kota Semarang 15 3 12
Jumlah
Rata-rata Responden
155
67,7%
50
105
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
4.1.2 Gambaran Umum Responden Penelitian
Analisis deskriptif pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
analisis terhadap data demografi responden. Analisis ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran mengenai jenis kelamin, usia dan pendidikan.
54
4.1.2.1 Jenis Kelamin Responden
Analisis demografi pertama dilakukan terhadap data jenis kelamin
responden. Data jenis kelamin responden perlu untuk dilakukan karena adanya
perbedaan penting antara pria dan wanita yang dapat mempengaruhi kinerja
mereka. Adapun hasil analisisnya terhadap data jenis kelamin responden disajikan
dalam Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki
Perempuan
Total
53
52
105
50,5
49,5
100,0
50,5
49,5
100,0
50,5
100,0
Sumber : Data primer yang di olah tahun 2017
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.2, hasil kuesioner yang
disebar pada 100 responden yakni Pegawai Instansi Pemerintah di lingkungan
Sektor Pemerintahan Kota Semarang menunjukkan bahwa pegawai laki-laki
lebih banyak dibanding dengan pegawai perempuan yaitu dengan perbandingan
keseluruhan sebanyak 50,5% pegawai laki-laki dibanding dengan 49,5% pegawai
perempuan. Perbedaan jumlah 53 pegawai laki-laki dan 52 pegawai perempuan
tidaklah cukup besar, sehingga sampel penelitian cukup representatif dalam
mewakili populasi penelitian.
55
4.1.2.2 Usia Responden
Analisis demografi kedua dilakukan terhadap data usia responden.
Analisis terhadap data usia responden perlu dilakukan karena adanya issue
penting yang berkaitan dengan kualitas positif yang dibawa ke dalam pekerjaan,
yaitu pengalama, pertimbangan, etika kerja yang kuat. Adapun hasil analisisnya
disajikan dalam Tabel. 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi Usia Responden
Frequency
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent < 20 Th
21Th – 30Th
Valid 31Th - 40Th
41Th – 50Th
> 51 Th
Total
0 0 0 0
9 8,6 8,6 8,6
39 37,1 37,1 45,7
32 30,5 30,5 76,2
25
23,8
23,8
100,0
105 100,0 100,0
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 4.3 berdasarkan hasil
kuesioner pada 100 responden yaitu Pegawai Instansi Pemerintah di lingkungan
Sektor Pemerintah Kota Semarang, dapat diketahui bahwa sebanyak 0%
responden berusia < 20 thn, sebanyak 8,6% responden berusia 21 thn – 30 thn,
sebanyak 37,1% responden berusia 31 thn– 40 thn, sebanyak 30,5% responden
berusia 41 thn – 50 thn, sebanyak 23,8% responden berusia < 51 tahun. Dari
grafik diatas dapat kita simpulan bahwa Pegawai Instansi Pemerintah di
56
lingkungan Sektor Pemerintah Kota Semarang masih dalam usia produktif dalam
bekerja.
4.1.2.3 Pendidikan Responden
Analisis demografi harga dilakukan terhadap data pendidikan responden.
Analisis mengenai pendidikan penting untuk dianalisis karena setiap jenis
pekerjaan membebankan tuntutan terhadap seseorang dan bahwa setiap orang
harus memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan pekerjaan tersebut. Adapun
hasil analisis disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Distribusi Pendidikan
Responden
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMA
D3
S1
S2
Dokter
Total
16
5
67
16
1
105
15,2
4,8
63,8
15,2
1,0
100,0
15,2
4,8
63,8
15,2
1,0
100,0
15,2
20,0
83,8
99,0
100,0
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 4.4 berdasarkan hasil
kuesioner pada 100 responden yaitu Pegawai Instansi Pemerintah di lingkungan
Sektor Pemerintah Kota Semarang, diketahui sebagian besar responden
mempunyai pendidikan SMA sebesar 15,2% dari responden, D3 sebanyak
57
4,8% dari responden, S1 sebanyak 63,8% dari responden, S2 sebanyak 15,2%
dari responden dan Dokter sebanyak 1% dari responden.
4.2 STATISTIK DESKRIPTIF
Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran umum atau
deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi dari masing – masing variabel.
Terdapat 36 indikator dalam penelitian ini. Berikut ini dijelaskan statistik data
penelitian :
Tabel 4.5
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Penegakan_Peraturan 105 14 25 21,70 2,158
Keadilan_Prosedural 105 21 35 28,23 3,534
Komitmen_Organisasi 105 10 25 20,53 2,402
Budaya_Etis_Organisasi 105 10 25 20,70 2,275
Kultur_Organisasi 105 14 25 20,41 2,222
Kepuasan_Kompensasi 105 20 30 25,85 2,522
Fraud 105 8 38 14,09 5,315
Valid N (listwise) 105
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
Dalam table 4.5 di jelaskan terdapat 6 variabel eksogen dan 1 variabel
endogen. Variabel eksogen terdiri dari penegakan peraturan, keadilan prosedural,
komitmen organisasi, budaya etis organisasi, kultur organisasi, Kepuasan
Kompensai, sedangkan variabel endogennya adalah Kecurangan (Fraud). Nilai
variabel penegakan peraturan maksimumnya adalah 25, nilai mean 21,70, nilai
minimum 14, sedangkan standart deviasinya 2,158. Variabel keadilan prosedural
58
mempunyai nilai maksimum 35, nilai mean 28,23, nilai minimum 21 dan standart
deviasinya 3,534. Nilai dari komitmen organisasi adalah maksimum 25, mean
20,53, minimum 10 dan standart deviasinya 2,402. Budaya etis organisasi
mempunyai nilai maksimum 25, mean 20,70, minimum 10 sedangkan standart
deviasinya 2,275. Variabel kultur organisasi memiliki nilai maksimum 25, nilai
mean 20,41, minimum 14 dan standart deviasinya 2,222. Sedangkan nvariabel
kepuasan kompensasi nilai maksimim 30, mean 25,85, minimum 20, dan standar
deviasinya 2,522. Nilai dari variabel endogennya yaitu kecurangan (fraud) adalah
maksimum 38, mean 14,09, mininimum 8 dan standart deviasinya 5,315.
4.3 Hasil Analisa Data
4.3.1 Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melakukan uji hipotesis instrument terlebih dahulu dilakukan
pengujian validitas dan reliabilitas untuk memenuhi kelayakan. Konsep validitas
mengacu apakah alat ukur yang digunakan telah sesuai dengan apakah yang
seharusnya diukur. Reliabilitas mengacu pada stabilitas konsistensi akurasi dan
ketepatan pemgukuran yang dilakukan.
4.3.1.1 Validitas
Validitas konstruk dalam penelitian ini dinilai dengan konvergen dan
validitas diskriminan. Validitas konvergen mengacu pada keberadaan korelasi
antar instrument yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama. Validitas
diskriminan mengacu pada tidak adanya korelasi antar instrument dengan
konstruk yang tidak diukurnya. Sedangkan metode lain untuk menilai
59
discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of Average
Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk
lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada
nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka
dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat
digunakan untuk mengukur reabilitas component score variabel laten dan hasilnya
lebih konservatif dibandingkan dengan composite reability. Direkomendasikan
nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornnel dan Larcker, 1981 dalam Ghozali,
2006). Composite reability yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi
dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency dan Cronbach’s Alpha
(Ghozali,2006).
TABEL 4.6
AVE
AVE
Penegakan Peraturan 0,546
Keadilan Prosedural 0,518
Komitmen Organisasi 0,512
Budaya Etis Organisasi 0,524
Kultur Organisasi 0,538
Kepusan Kompensasi 0,575
FRAUD 0,722
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
Dalam Tabel 4.6 nampak tidak satupun dari nilai AVE yang nilainya lebih
kecil dari pada 0,5. Tabel diatas menunjukkan nilai penegakan peraturan 0,546,
keadilan prosedural 0,518, komitmen organisasi 0,512, budaya etis organisasi
0,524, kultur organisasi 0,538, kepuasan kompensasi 0,575, dan fraud sebesar
60
0,722. Maka berdasarkan hasil nilai loading AVE dapat disimpulkan bahwa
validitas konvergen terpenuhi.
TABEL 4.7
CROSS LOADING
Penegakan Peraturan
Keadilan Prosedural
Komitmen Organisasi
Budaya Etis
Organisasi
Kultur Organisasi
Kepusan Kompensasi
FRAUD
X1_1 0,649 0,228 0,303 0,313 0,229 0,112 -0,224
X1_2 0,785 0,583 0,518 0,366 0,463 0,057 -0,319
X1_3 0,892 0,480 0,622 0,582 0,509 0,231 -0,255
X1_4 0,811 0,377 0,487 0,457 0,409 0,213 -0,212
X1_5 0,492 0,468 0,486 0,449 0,372 0,226 -0,026
X2_1 0,343 0,683 0,527 0,248 0,256 0,308 -0,012
X2_2 0,387 0,630 0,516 0,313 0,393 0,351 -0,050
X2_3 0,550 0,792 0,545 0,333 0,345 0,243 -0,136
X2_4 0,324 0,719 0,429 0,368 0,203 0,303 -0,112
X2_5 0,398 0,801 0,418 0,278 0,236 0,202 -0,112
X2_6 0,438 0,777 0,422 0,338 0,505 0,312 -0,093
X2_7 0,305 0,613 0,377 0,102 0,222 0,154 -0,044
X3_1 0,485 0,454 0,787 0,464 0,415 0,109 -0,233
X3_2 0,454 0,527 0,762 0,372 0,286 0,089 -0,306
X3_3 0,544 0,451 0,827 0,629 0,456 0,102 -0,279
X3_4 0,357 0,358 0,575 0,433 0,350 0,247 -0,095
X3_5 0,412 0,425 0,589 0,344 0,424 0,180 -0,093
X4_1 0,522 0,433 0,574 0,793 0,547 0,229 -0,158
X4_2 0,425 0,305 0,489 0,850 0,408 0,058 -0,165
X4_3 0,382 0,175 0,456 0,793 0,388 0,090 -0,198
X4_4 0,343 0,340 0,328 0,633 0,356 0,006 -0,137
X4_5 0,367 0,422 0,522 0,491 0,405 0,142 -0,047
X5_1 0,375 0,410 0,411 0,464 0,528 0,212 -0,047
X5_2 0,549 0,404 0,502 0,536 0,923 0,208 -0,215
X5_3 0,448 0,402 0,519 0,507 0,749 0,248 -0,086
X5_4 0,250 0,275 0,292 0,237 0,532 0,082 -0,070
X5_5 0,341 0,241 0,292 0,400 0,846 0,220 -0,200
X6_1 0,197 0,305 0,133 0,155 0,247 0,775 0,114
X6_2 0,103 0,270 0,117 0,112 0,152 0,805 0,179
X6_3 0,219 0,334 0,265 0,183 0,238 0,712 0,138
61
Penegakan Peraturan
Keadilan Prosedural
Komitmen Organisasi
Budaya Etis
Organisasi
Kultur Organisasi
Kepusan Kompensasi
FRAUD
X6_4 0,108 0,255 0,100 0,128 0,121 0,729 0,098
X6_5 0,122 0,223 0,161 0,104 0,271 0,787 0,176
X6_6 0,135 0,241 -0,033 -0,037 0,124 0,738 0,158
Y_1 -0,214 -0,171 -0,261 -0,120 -0,054 0,165 0,771
Y_2 -0,281 -0,204 -0,247 -0,098 -0,162 0,137 0,872
Y_3 -0,215 -0,059 -0,201 -0,078 -0,062 0,265 0,885
Y_4 -0,359 -0,174 -0,357 -0,242 -0,177 0,066 0,866
Y_5 -0,355 -0,091 -0,309 -0,266 -0,272 0,145 0,863
Y_6 -0,320 -0,087 -0,311 -0,288 -0,254 0,192 0,868
Y_7 -0,269 -0,090 -0,264 -0,164 -0,206 0,191 0,859
Y_8 -0,143 -0,062 -0,208 -0,119 -0,142 0,190 0,808
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
Pemenuhan validitas diskriminan dapat dilihat dari nilai cross loading
konstruk pada tabel 4.7 diatas. Nampak korelasi indikator konstruk memiliki
nilai lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator tersebut terhadap
konstruk lain, maka dikatakan konstruk memiliki validitas diskriminan yang
tinggi.
4.3.1.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu alat pengukur yang menunjukkan akurasi,
konsistensi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas konstruk dalam penelitian
ini akan diukur dengan menggunakan composite reliability. Suatu konstruk
dikatakan reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 Laten dan Ghozali
(2012).
62
TABEL 4.8
COMPOSITE RELIABILITY
Composite Reliability
Penegakan Peraturan 0,853
Keadilan Prosedural 0,882
Komitmen Organisasi 0,837
Budaya Etis Organisasi 0,842
Kultur Organisasi 0,847
Kepusasn Kompensasi 0,890
FRAUD 0,954
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
Berdasarkan Tabel diatas Composite reability menunjukan nilai yang
memuaskan yaitu nilai masing-masing variabel diatas nilai minimum yaitu 0,70.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai penegakan peraturan 0,853, keadilan
prosedural 0,882, komitmen organisasi 0,837, budaya etis organisasi 0,842,
kultur organisasi 0,847, kepuasan kompensasi 0,890, dan fraud sebesar 0,954.
Maka nilai konsistensi dan stabilitas instrumen yang digunakan sangat tinggi.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa reliabilitas isntrumen terpenuhi.
4.4 Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Pengujian Inner Model dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk
dan nilai signifikansinya serta nilai R-square. Nilai R-square digunakan untuk
menilai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen apakah
mempunyai pengaruh yang subtantif. Berikut akan disajikan Tabel nilai R-square.
63
TABEL 4.9
R SQUARE
R Square Adjusted
R Square
FRAUD 0,161
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
Model pada tabel 4.9 memberikan nilai R-square sebesar 0,161 atau
16,1% pada veriabel fraud dapat dijelaskan oleh penegakan peraturan, keadilan
prosedural, komitmen organisasi, budaya etis organisasi, kultur organisasi dan
kepuasan kompensasi.
4.5 Uji Hipotesis
Dari Pengolahan data, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan
memperhatikan tingkat signifikansinya dan parameter path antara variabel laten.
Hipotesis yang diajukan untuk mengetahui hubungan masing-masing konstruk
yang dihipotesiskan. Hipotesis yang diajukan untuk mengetahui hubungan
masing-masing konstruk yang dihipotesiskan. Gambar 4.1 menunjukan hubungan
yang bervariasi.
64
Gambar 4.1
Korelasi Antar Konstruk
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
Pengambilan keputusan didasarkan pada arah hubungan dan signifikansi
dari model pengujian dan korelasi antar konstruk yang ditunjukan pada Tabel 4.1
berikut ini:
TABEL 4.1
PATH COEFFICIENT
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
P Values
Penegakan Peraturan -> FRAUD
-0,253 -0,243 0,098 2,578 0,010
Keadilan Prosedural -> FRAUD
0,070 0,035 0,184 0,384 0,701
Komitmen Organisasi -> FRAUD
-0,248 -0,260 0,129 1,925 0,055
65
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
P Values
Budaya Etis Organisasi -> FRAUD
0,060 0,023 0,113 0,528 0,598
Kultur Organisasi -> FRAUD
-0,077 -0,069 0,105 0,736 0,462
Kepusasn Kompensasi -> FRAUD
0,272 0,271 0,124 2,196 0,029
Sumber : Data primer yang diolah tahun 2017
4.5.1 Pengujian H1: Penegakan Peraturan Berpengaruh Terhadap Fraud
Hasil pengujian hipotesis pertama mendapatkan niali P Value sebesar
0,010 yang berarti lebih kecil dari 0,050, dengan nilai Original Sampel (O)
sebesar -0,253 yang berarti variabel penegakan peraturan berpengaruh terhadap fraud.
Kesimpulan hipotesis dalam penelitian ini H1 diterima.
4.5.2 Pengujian H2: Keadilan Prosedural Tidak Berpengaruh Terhadap
Fraud
Hasil pengujian hipotesis kedua mendapatkan niali P Value sebesar 0,701
yang berarti lebih besar dari 0,050, dengan nilai Original Sampel (O) sebesar
0,070 yang berarti variabel keadilan proposal tidak berpengaruh terhadap fraud.
Kesimpulan hipotesis dalam penelitian ini H2 ditolak.
66
4.5.3 Pengujian H3: Komitmen Organisasi Tidak Berpengaruh Terhadap
Fraud
Hasil pengujian hipotesis ketiga mendapatkan niali P Value sebesar 0,055
yang berarti lebih besar dari 0,050, dengan nilai Original Sampel (O) sebesar -
0,248 yang berarti variabel komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap fraud.
Kesimpulan hipotesis dalam penelitian ini H3 ditolak.
4.5.4 Pengujian H4: Budaya Etis Organisasi Tidak Berpengaruh Terhadap
Fraud
Hasil pengujian hipotesis keempat mendapatkan niali P Value sebesar
0,598 yang berarti lebih besar dari 0,050, dengan nilai Original Sampel (O)
sebesar 0,060 yang berarti variabel budaya etis organisasi tidak berpengaruh
terhadap fraud. Kesimpulan hipotesis dalam penelitian ini H4 ditolak.
4.5.5 Pengujian H5: Kultur Organisasi Tidak Berpengaruh Terhadap
Fraud
Hasil pengujian hipotesis kelima mendapatkan niali P Value sebesar 0,462
yang berarti lebih besar dari 0,050, dengan nilai Original Sampel (O) sebesar -
0,077 yang berarti variabel kultur organisasi tidak berpengaruh terhadap fraud.
Kesimpulan hipotesis dalam penelitian ini H5 ditolak.
67
4.5.6 Pengujian H6: Kepuasan Kompensasi Berpengaruh Terhadap Fraud
Hasil pengujian hipotesis keenam mendapatkan niali P Value sebesar
0,029 yang berarti lebih kecil dari 0,050, dengan nilai Original Sampel (O)
sebesar 0,272 yang berarti variabel kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
fraud. Kesimpulan hipotesis dalam penelitian ini H6 diterima.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Penegakan Peraturan Terhadap Fraud
Berdasarkan pengujian H1 menyatakan bahwa penegakan peraturan
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi (fraud). Hal ini dikarenakan semakin
tinggi ketaatan penegakan peraturan yang di tetapkan oleh sektor pemerintah
maka semakin kecil pegawai instansi tersebut untuk melakukan tindakan yang
mungkin dapat merugikan dengan melakukan kecurangan, dan sebaliknya bila
semakin kecil ketaatan penegakan peraturan yang di tetapkan maka semakin
tinggi pegawai instansi untuk melakukan tindakan kecurangan yang dapat
merugikan suatu instansi. Penegakan peraturan merupakan bentuk tindakan yang
nyata oleh subjek peraturan kepada peraturan yang berlaku yaitu dengan mentaati
peraturan yang ada di suatu instnsi. Kebanyakan masyarakat mengetahui tentang
peraturan yang berlaku, tetapi banyak juga yang tidak mematuhinya. Maka hal ini
membutuhkan kesadaran masyarakat itu sendiri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Najahningrum, 2013), (Mustikasari, 2013), (Faisal, 2013), dan (Chandra,
2015) yang menyatakan bahwa penegakan peraturan berpengaruh signifiksn
68
kearah negatif terhadap kecurangan (fraud). Namun tidak sejalan dengan
penelitian (Adinda, 2015) yang menyatakan bahwa penegakan peraturan tidak
berpengaruh terhadap kecurangan (fraud).
4.6.2 Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap Fraud
Berdasarkan pengujian H2 menyatakan keadilan prosedural bahwa tidak
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi (fraud). Hal ini karena suatu instansi
ingin menetapkan kedilan prosedural yang adil maupun keadilan prosedural yang
tidak adil akan mempengaruhi terjadinya kecurangan akuntansi (fraud). Sehingga
adil atau tidak adilnya dalam menetapkan keadilan prosedural pada instansi tidak
ada jaminan untuk mencegah terjadinya kecurangan akuntansi (fraud). Pada
instansi pemerintah Kota Semarang tidak adanya sistem kompensasi yang
mendiskripsikan dengan jelas hak dan kewajiban, ukuran persepsi dan kegagalan
dalam mengelola organisasi di instansi pemerntah. Keadilan prosedural
merupakan pertimbangan yang dibuat oleh pegawai tentang keadilan yang
diperkirakan menjelaskan proses dan prosedur organisasi yang digunakan untuk
membuat keputusan alokasi dan suber dayanya. Pegawai instansi banyak yang
tidak mempertimbangkan keadilan dalam proses dan prosedur organisasi untuk
membuat keputusan dan menetapakan keputusannya sendiri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Mustikasari, 2013) yang menyatakan bahwa keadilan prosedural tidak
berpengaruh terhadap kecurangan (fraud). Namun tidak sejalan dengan penelitian
69
(Najahningrum, 2013) dan (Adinda, 2015) yang menyatakan bahwa keadilan
prosedural berpengaruh signifiksn kearah negatif terhadap kecurangan (fraud).
4.6.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Fraud
Berdasarkan pengujian H3 menyatakan bahwa komitmen organisasi tidak
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi (fraud). Hal ini karena bila instansi
pemerintah menetapkaan komitmen pada organisasi yang baik maupun tidak baik
tetap saja akan mempengaruhi terjadinya kecurangan akuntansi (fraud). Sehingga
bila itu baik atau tidak baik menetapkan komitmen pada organisasi tidak ada
jaminannya untuk meminimalkan terjadinya kecurangan akuntansi (fraud).
Komitmen organisasi lebih mengacu kepada sikap-sikap dan perilaku pegawai
instansi dan dapat dihubungkan dengan nilai-nilai serta cara instansi tersebut
melakukan berbagai hal dengan lingkungan yang lebih etis, pegawai instansi
lebih cenderung akan mentaati peraturan di instansi pemerintah dengan peraturan
yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Chandra,
2015) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap
kecurangan (fraud). Namun tidak sejalan dengan penelitian (Najahningrum,
2013) (Faisal, 2013), (Mustikasari, 2013) dan (Adinda, 2015) yang
menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifiksn kearah negatif
terhadap kecurangan (fraud).
70
4.6.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap Fraud
Berdasarkan pengujian H4 menyatakan bahwa budaya etis organisasi
tidak berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi (fraud). Hal ini karena jika
suatu instansi pemerintah memiliki anggota yang berperilaku dan beretika baik
maupun tidak baik tetap tidak akan mempengaruhi terjadinya kecurangan
akuntansi (fraud). Sehingga dapat di artikan jika memiliki perilaku dan etika
yang baik atau tidak baik maka tidak akan ada jaminan untuk mencegah
kecurangn akuntansi (fraud). Etika organisasi menjadi tolak ukur seorang
pegawai dalam melakukan tindakan, karena seseorang lebih mengikuti tindakan
yang dilakukan oleh sebagian besar orang yang ada dalam suatu organisasi, maka
individu merasa bahwa apa yang telah dilakukan itu sudah benar dikarenakan
sebagian beasr rekannya melakukan hal yang sama walaupun tidakan yang
dilakukan itu merupakan tindakan kecurangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Najahningrum, 2013) dan (Chandra, 2015) yang menyatakan bahwa budaya etis
organisasi tidak berpengaruh terhadap kecurangan (fraud). Namun tidak sejalan
dengan penelitian (Mustikasari, 2013) yang menyatakan bahwa budaya etis
organisasi berpengaruh signifikan kearah negatif terhadap kecurangan (fraud).
4.6.5 Pengaruh Kultur Organisasi Terhadap Fraud
Berdasarkan pengujian H5 menyatakan bahwa kultur organisasi tidak
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi (fraud). Hal ini dikarenakan kultur
organisasi yang diterapkan dengan baik maupun tidak baik tetap tidak
71
mempengaruhi terjadinya kecurangan akuntansi (fraud). Sehingga dapat diartikan
bahwa kultur organisasi ditetapkan oleh instansi pemerintah dengan baik atau
tidak baik maka tidak ada jaminannya bila untuk mencegah akan terjadinya
kecurangan akuntansi (fraud). Kultur organisasi yang baik tidak akan
memberikan peluang sedikitpun untuk individu melakukan tindakan kecurangan,
karena kultur organisasi yang baik itu akan membentuk para pelaku organisasi
mempunyai rasa ikut memiliki dan rasa bangga sebagai bagian dari organisasi.
Maka pegawai instansi harus mempunyai rasa untuk ikut memiliki dan rasa
bangga terlibat dalam suatu instansi dimana mereka bekerja agar tidak
memberikan peluang untuk melakukan kecurangan akuntansi (fraud).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Faisal,
2013) yang menyatakan bahwa kultur organisasi tidak berpengaruh terhadap
kecurangan (fraud). Namun tidak sejalan dengan penelitian (Adinda, 2015) yang
menyatakan bahwa kultur organisasi berpengaruh signifikan kearah negatif
terhadap kecurangan (fraud).
4.6.6 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi Terhadap Fraud
Berdasarkan pengujian H6 menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi (fraud). Hal ini dikarenakan semakin
tinggi kesesuaian kompensasi yang ditetapakan oleh sektor pemerintah maka
semakin kecil pegawai instansi tersebut untuk melakukan tindakan yang mungkin
dapat merugikan instansi dengan melakukan kecurangan akuntansi (fraud), dan
sebaliknya bila semakin kecil kepuasan kompensasi yang ditetapkan oleh sektor
72
pemerintah maka akan semakin tinggi pegawai instansi memiliki kesempatan
untuk melakukan tindakan kecurangan akuntansi (fraud) yang dapat merugikan
suatu instansi. Dalam suatu perusahaan kompensasi adalah suatu hal yang
penting bagi setiap pegawai yang bekerja didalamnya karena dengan kompensasi
yang diperoleh pegawai dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila kebutuhan
hidup pegawai instansi tidak terpenuhi dengan hasil yang sudah diberikan dapat
menimbulkan kecurangan akuntansi (fraud).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Mustikasari, 2013) dan (Chandra, 2015) yang menyatakan bahwa penegakan
peraturan berpengaruh signifiksn kearah negatif terhadap kecurangan (fraud).
Namun tidak sejalan dengan penelitian (Faisal, 2013) dan (Adinda, 2015) yang
menyatakan bahwa penegakan peraturan tidak berpengaruh terhadap kecurangan
(fraud).
73
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data primer yang diolah dari melakukan penyebaran kuesioner di
lingkungan Sektor Pemerintahan Kota Semarang pada tahun 2017 maka
selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas. Hasil uji reliabilitas
dan validitas menunjukann bahwa semua pernyataan dalam setiap variabel
reliabel dan valid. Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan di lingkungan
Sektor Pemerintahan Kota Semarang dengan jumlah sampel 105 responden
dapat ditarik kesimpulan:
1. H1 diterima, artinya penegakan peraturan berpengaruh terhadap kecurangan
akuntansi (fraud).
2. H2 ditolak, artinya keadilan prosedural tidak berpengaruh terhadap
kecurangan akuntansi (fraud).
3. H3 ditolak, artinya komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap
kecurangan akuntansi (fraud).
4. H4 ditolak, artinya budaya etis organisasi tidak berpengaruh terhadap
kecurangan akuntansi (fraud).
5. H5 ditolak, artinya kultur organisasi tidak berpengaruh terhadap
kecurangan akuntansi (fraud).
6. H6 diterima, artinya kepuasan kompensasi berpengaruh terhadap
kecurangan akuntansi (fraud)
74
7. Uji Ajusted R Square sebesar 0,161 yang artinya 16,1% pada veriabel fraud
dapat dijelaskan oleh penegakan peraturan, keadilan prosedural, komitmen
organisasi, budaya etis organisasi, kultur organisasi dan kepuasan
kompensasi. Sedangkan sisanya 83,9% dijelaskan oleh variabel lainnya.
5.2 Saran
Saran yang didasarkan beberapa kesimpulan dan keterbatasan yang ada
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi instansi sektor pemerintahan Kota Semarang untuk menerapkan
peraturan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi atas kegiatan operasi.
2. Bagi para pemimpin instansi sektor pemerintahan Kota Semarang untuk dapat
memberikan penghargaan (reward) yang sesuai berdasarkan prestasi kerja
bagi para pegawai sehingga tercipta situasi yang kondusif dalam instansi
tersebut.
3. Bagi instansi sektor pemerintahan Kota Semarang, untuk lebih transparan dan
terbuka kepada masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan dengan
membuka ruang publik.
4. Bagi instansi sektor pemerintahan Kota Semarang untuk meningkatkan
komitmen terhadap instansi. Memahami bahwa pegawai bekerja bukan hanya
untuk kepentingan pribadinya tetapi juga untuk kepentingan publik atau
masyarakat.
5. Bagi instansi sektor pemerintahan Kota Semarang untuk lebih meningkatkan
nilai-nilai yang diterapkan kepada semua anggota organisasi agar dapat
75
dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi agar dapat tercapai tujuan
organisasi yang sudah ditetapkan.
6. Bagi para pemimpin instansi sektor pemerintahan Kota Semarang untuk lebih
melihat pola perilaku atau kebiasaan yang baik, buruk, dapat diterima atau
tidaknya oleh intansi pemerintahan.
5.3 Keterbatasan
Sebagaimana penelitian-penelitian yang ada, hasil penelitian ini juga
memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Penelitian ini merupakan metode survei menggunakan kuisioner tanpa
dilengkapi dengan wawancara atau pertanyaan lisan.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada persepsi pegawai instansi sektor
pemerintahan Kota Semarang sehingga hal tersebut akan menimbulkan
masalah jika persepsi responden berbeda dengan keadaan yang
sebenarnya.
3. Dalam penelitian ini, nilai Ajusted R Square sebesar 0,161 yang artinya
16,1% variabel kemampuan teknik personal dapat dijelaskan oleh variabel
program pendidikan dan pelatiahan. Sementara 83,9% dijelaskan oleh
variabel lain.
76
5.4 Agenda Penelitian Yang Akan Datang
1. Penelitian selanjutnya menggunakan model ini disarankan selain
menyebarkan kuisioner dapat disertakan wawancara kepada responden
sehingga tidak akan menimbulkan masalah jika persepsi responden berbeda
dengan keadaan sebenarnya.
2. Menambah variabel lain yang mempengaruhi kecurangan akuntansi (fraud)
misalnya variabel gaya kepemimpinan, asimetri informasi, perilaku tidak etis,
atau keadilan distributif.
77
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, Y. M. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecurangan
(Fraud) di Sektor Pemerintahan Kabupaten Klaten. Accounting Analysis
Journal, 4(3), 1-9.
Chandra, D. P. (2015). Determinan Terjadinya Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Fraud) pada Dinas Pemerintah Se Kabupaten Grobogan.
Accounting Analysis Journal, 4(3), 1-9.
COSO, C. o. (2004). Enterprise Risk Management - Integrated Framework.
Commitee of Sponsoring Organization.
Faisal, M. (2013). Analisis Fraud Sektor Pemerintahan Kabupaten Kudus.
Accounting Analysis Journal, 2(1), 67-73.
Indriantoro, N., & Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE.
Mustikasari, D. P. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fraud di Sektor
Pemerintahan Kabupaten Batang. Accounting Analysis Journal, 2(3), 250-
258.
Najahningrum, A. F. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fraud: Persepsi
Pegawai Dinas Provinsi DIY. Accounting Analysis Journal, 2(3), 259-267.
Norbarani, L. (2012). Pendeteksian Kecurangan laporan Keuangan dengan
Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS No.99. Skripsi, 1-59.
Pristiyanti, I. R. (2012). Persepsi Pegawai Instansi Pemerintah Mengenai Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Fraud di Sektor Pemerintahan. Accounting
Analysis Journal, 1(1), 1-14.
Rae, K., & Subramaniam, N. (2008). Quality of Internal Control Procedures
Antecedents and Moderating Effect on Organisational Justice and
Employee Fraud. Managerial Auditing Journal, 23(2), 104-124.
Sugiyono, P. D. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA, cv.
Valentine et al. (2002). Ethical context, organizational commitment, and person-
organization fit. Journal of Business Ethics, 41(4), 349-361.
78
Wahyudi, I., & Sopana. (2005). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Korupsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Malang Raya.
Wilopo. (2006). Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Zulkarnain, R. M. (2013). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud
pada Dinas Kota Surakarta. Accounting Analysis Journal, 2(2), 125-131.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
79
KUESIONER PENELITIAN
Kepada Yth:
Bapak/Ibu/Sdr/i Pegawai Instansi Pemerintah
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dika Septi Ariyani
NIM : B.211.13.0024
Prodi : Akuntansi, S1
Perguruan Tinggi : Universitas Semarang
Memohon kesediaan dari Bapak/Ibu/I untuk kiranya dapat berpartisipasi dalam
mengisi kuesioner penelitian berikut, berkaitan dengan penyusunan skripsi yang
saya lakukan dalam rangka menyelesaikan Program Studi Akuntansi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Semarang dengan judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Fraud : Persepsi Pegawai Pada Sektor
Pemerintahan Kota Semarang”.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat. Oleh
karena itu, dimohon kesediannya untuk mengisi/menjawab kuesioner ini dengan
sejujur-jujurnya. Kuesioner ini hanya untuk keperluan skripsi tidak untuk
dipublikasikan secara luas, sehingga kerahasiaan data yang diisi dapat
dijaga. Atas kerjasama yang baik dan kesungguhan Bapak/Ibu/I dalam mengisi
kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih.
Contact Person : 089 622 125 803
Hormat Saya,
Dika Septi Ariyani
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama* : (*nama
boleh tidak diisi)
2. Jenis Kelamin : Permpuan/ Laki-Laki
3. Umur : tahun
4. Jabatan :
5. Pangkat/Golongan :
6. Masa Kerja : tahun bulan
7. Pendidikan terakhir :
Petunjuk Pengisian :
Berikut ini merupakan pernyataan-pernyataan yang mewakili pendapat-
pendapat umum mengenai kondisi di dalam instansi Saudara. Tidak ada
pernyataan yang benar atau salah. Saudara mungkin saja setuju atau tidak setuju
dengan pernyataan-pernyataan tersebut. Kami ingin mengetahui seberapa jauh
Saudara setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan memberi
tanda checklist (√) pada pilihan yang tersedia sebagai berikut :
Penilaian :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
SKALA
No Penegakan Peraturan
1. Di instansi tempat saya bekerja, ada
aturan-aturan hukum yang berlaku
SS S N TS STS
2. Di instansi tempat saya bekerja, saya
merasa para pejabat tanggap dalam
penanganan pelanggaran peraturan
SS S N TS STS
3. Di instansi tempat saya bekerja,
kegiatan operasional instansi
dilaksanakan sesuai dengan standar dan
peraturan yang telah ditetapkan oleh
instansi dan pemerintah
SS S N TS STS
4. Di instansi tempat saya bekerja, semua
pegawai datang dan pulang tepat waktu
SS S N TS STS
5. Di instansi tempat saya bekerja, semua
pegawai menjalankan pekerjaan sesuai
dengan tanggungjawab nya masing-
masing.
SS S N TS STS
Keadilan Prosedural
6. Prosedur penggajian dan pemberian
kompensasi lain di tempat saya bekerja
telah sesuai dengan kriteria yang saya
inginkan.
SS S N TS STS
7. Prosedur penggajian dan pemberian
kompensasi lain di tempat saya bekerja
telah melibatkan para pegawai sehingga
prosedur tersebut dapat diterima dengan
baik.
SS S N TS STS
8. Prosedur penggajian dan pemberian
kompensasi lain di tempat saya bekerja
telah diterapkan secara konsisten.
SS S N TS STS
9. Prosedur penggajian dan pemberian
kompensasi lain di tempat saya bekerja
tidak berhubungan dengan kepentingan
pihak tertentu.
SS S N TS STS
10. Prosedur penggajian dan pemberian
kompensasi lain di tempat saya bekerja
didasarkan pada informasi yang akurat.
SS S N TS STS
11. Prosedur penggajian dan pemberian
kompensasi lain di tempat saya bekerja
memungkinkan saya memberi masukan
dan koreksi.
SS S N TS STS
12. Prosedur penggajian dan pemberian
kompensasi lain di tempat saya bekerja
telah sesuai dengan etika dan standar
moral yang berlaku.
SS S N TS STS
Komitmen Organisasi
13. Saya merasa bangga saat
memperkenalkan kepada orang lain
bahwa instansi tempat saya bekerja
adalah instansi yang bagus.
SS S N TS STS
14. Prinsip nilai kinerja saya sejalan dengan
prinsip nilai kinerja instansi ini.
SS S N TS STS
15. Saya merasa bangga menjadi bagian
dari instansi ini.
SS S N TS STS
16. Saya lebih memilih untuk bergabung
dengan instansi ini sebagai tempat saya
bekerja daripada instansi lain.
SS S N TS STS
17. Saya sangat peduli dengan nasib
instansi ini.
SS S N TS STS
Budaya Etis Organisasi
18. Di instansi tempat saya bekerja,
perilaku pimpinan dijadikan panutan
bagi pegawai.
SS S N TS STS
19. Di instansi tempat saya bekerja, telah di
tetapkan kode etik yang menyatakan
nilai-nilai organisasi dan berbagai
aturan etis yang di patuhi oleh pegawai.
SS S N TS STS
20. Di instansi tempat saya bekerja, pernah
diadakan seminar dan penelitian etis
mengenai standar tuntunan organisasi
yang menjelaskan pratik-praktik yang
tidak diperbolehkan dan menangani
dilema etika yang muncul.
SS S N TS STS
21. Di instansi tempat saya bekerja, teguran
dan sanksi diberikan kepada pegawai
yang melakukan tindakan tidak etis atau
melanggar aturan.
SS S N TS STS
22. Di instansi tempat saya bekrja, masalah
perlindungan etika merupakan lingkup
pemeriksaan yang dilakukan inspektorat
terkait.
SS S N TS STS
Kultur Organisasi
23. Dalam organisasi karyawan
mencurahkan seluruh kemampuannya
untuk bekerja.
SS S N TS STS
24. Anggota organisasi bersikap hangat
(ramah) dalam pergaulan.
SS S N TS STS
25. Anggota organisasi mempunyai inisiatif
(prakarsa).
SS S N TS STS
26. Pertemuan (rapat) dilakukan tepat
waktu.
SS S N TS STS
27. Setiap orang selalu memperhatikan
biaya yang dikeluarkan.
SS S N TS STS
Kepuasan Kompensasi
28. Kompensasi keuangan yang instansi
berikan diukur sesuai prestasi pekerjaan
yang telah saya lakukan.
SS S N TS STS
29. Instansi ini menciptakan kondisi
sehingga diakui bahwa semua
pegawainya memang menguasai
pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya masing-masing.
SS S N TS STS
30. Promosi di Instansi ini diberikan atas
dasar prestasi kerja yang telah dicapai
oleh para pegawai.
SS S N TS STS
31. Instansi ini dikelola oleh manajemen
sedemikian sehingga para pegawainya
memulai dan menyelesaikan tugas
pekerjaan dengan baik.
SS S N TS STS
32. Pekerjaaan sebagai penanggungjawab
penyusun laporankeuangan di Instansi
ini merupakan tugas yang menantang
yang harus dicapai dalam waktutertentu.
SS S N TS STS
33. Di Instansi ini, penanggungjawab
penyusunan laporan keuangan dapat
memaksimalkan kemampuan,
pengetahuan dan keahlian dibidangnya.
SS S N TS STS
Kecurangan (Fraud)
34. Suatu hal yang wajar di instansi saya,
apabila untuk suatu tujuan tertentu,
biaya dicatat lebih besar dari
semestinya.
SS S N TS STS
35. Bukan suatu masalah bagi instansi saya,
apabila pencatatan bukti transaksi
dilakukan tanpa otorisasi dari pihak
yang berwenang.
SS S N TS STS
36. Suatu yang wajar bagi instansi saya,
apabila untuk tujuan tertentu harga beli
peralatan/perlengkapan kantor dicatat
lebih tinggi.
SS S N TS STS
37. Merupakan sesuatu yang wajar di
instansi saya apabila pengguna
anggaran memasukkan kebutuhan lain
yang tidak sesuai ke dalam belanja
peralatan gedung kantor.
SS S N TS STS
38. Bukan suatu masalah bagi instansi saya
apabila perlengkapan dan peralatan
kantor yang dibeli tidak sesuai dengan
spesifikasi yang seharusnya dibeli.
SS S N TS STS
39. Tidak menjadi suatu masalah bagi
instansi saya apabila suatu transaksi
memiliki bukti pendukung ganda.
SS S N TS STS
40. Suatu hal yang wajar apabila di instansi
saya ditemukan adanya pengeluaran
tanpa dokumen pendukung.
SS S N TS STS
41. Bukan suatu masalah bagi instansi saya,
apabila sisa anggaran dibagikan kepada
pegawai sebagai bonus.
SS S N TS STS