faktor pendorong penarikan diri amerika serikat dari...
TRANSCRIPT
i
FAKTOR PENDORONG PENARIKAN DIRI AMERIKA
SERIKAT DARI PERJANJIAN NUKLIR (JOINT
COMPREHENSIVE PLAN OF ACTION) DENGAN IRAN
PADA TAHUN 2018
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
oleh:
Ardylara Mayang Purnama
11141130000076
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
ii
i
ii
iii
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis kebijakan luar negeri Amerika Serikat
terhadap perjanjian nuklir JCPoA (Joint Plan of Action) dengan Iran pada
tahun 2018. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perubahan
kebijakan Amerika Serikat kepada Iran dalam perjanjian bersama yaitu
JCPoA (Joint Plan of Action) secara deskriptif. Penelitian ini dilakukan
melalui studi pustaka dan wawancara. Peneliti menemukan bahwa Amerika
Serikat melakukan perubahan kebijakan terkait program nuklir Iran, dengan
keluar dari perjanjian JCPoA pada tahun 2018. Hal ini diyakinkan sebagai
pengaruh dari perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat dari Presiden
Obama kemudian Donald Trump. Selain hal tersebut, alasan perubahan ini
juga terjadi untuk menekan Iran yang terus mengembangkan program rudal
balistik yang mengancam pangkalan militer AS. Hal lainnya adalah adanya
dorongan dari negara-negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi maupun
Israel agar perjanjian tersebut tidak dilanjutkan.
Kerangka terori yang digunakan adalah teori kepentingan nasional
dimana kepentingan nasional berkaitan dengan power dan security dilemma.
Untuk mencapai sebuah kepentingan nasional kebijakan luar negeri
merupakan sebuah alat yang digunakan negara. adapun beberapa faktor yang
mendorong pengambilan kebijakan luar negeri itu sendiri adalah faktor
internal dan eksternal menurut KJ Holsti.
Kata kunci: kebijakan luar negeri, joint plan of action (JCPoA), Amerika
Serikat, Iran, P5 + 1
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdullilahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas nikmat, rahmat dan ridho-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Pendorong Penarikan Diri
Amerika Serikat Dari Perjanjian Nuklir (Joint Comprehensive Plan of
Action) dengan Iran Pada Tahun 2018” sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana hubungan internasional.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan bantuan, dukungan, dan bimbingan dari
banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dan mensupport untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
v
Dengan rasa hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Adian Firnas, M.si selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan, arahan, dan masukkan yang berharga dalam
proses pengerjaan skripsi ini.
2. Seluruh jajaran sivitas akademika FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
kepada Bapak Fajri M.A selaku kepala jurusan Hubungan Internasional,
dan seluruh dosen FISIP/HI Pak Syafiq, Kak Muti, Pak Izham, Pak Andar,
Bu Eva, Pak Taufiq, Bu Inggrid, Pak Dhani, Pak Robi, Ms. Devi, Kak
Tisha, Bu Rahmi, Pak Nazar, Pak Aiyub, Pak Bambang, Pak Sirojuddin,
Bu Nisa (TU FISIP) dan dosen-dosen lainnya yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
3. Untuk keluarga tercinta penulis, Ayahanda Didi Hendra Pitono, Ibunda
Arfiah Susilowati, kakak penulis Ardiyani Erna Sari, serta tiga adik
penulis, Ardyansyah Hendra, Ardy laily Christy, dan Ardy Qorry.
Terimakasih yang tiada hentinya memberikan dorongan serta motivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Teman-teman HI-C 2014 yang kebersamaannya tidak pernah terlekang
oleh waktu, terutama Diah, Ola, Hana, Nada, Sasa, Hanin, Fida, Bimo
Risfi, Fira, Yusti, Alif, Afif, Yuana dan seluruh teman-teman HI-C yang
selalu memberikan dukungan, saran, dan semangat kepada penulis.
Tentunya seluruh teman-teman akan selalu penulis ingat.
vi
5. Teman – teman Teater Syahid yang selama ini selalu memberikan
dukungan dan saling berbagi pengetahuan juga diskusi tentang beberapa
term yang ternyata berkaitan dan sangat membantu penulis dalam
memahami ilmu hubungan internasional, kepada teman tercinta Fadli,
Nani, Jojo, kak Achonk, kak Imron, kak Abdi, kak Heni, kak Dede, kak
Amel, kak Elita, Kak Zaza, kak Julpong, om Bembeng, om Aseng, om
Eko, om Julung, dan adik-adik saya tercinta Sarah, Hilmah, Meta, Dio,
Icha, Iip, Rusdy, Regy, Dhea, dan seluruh anggota Teater syahid lainnya.
6. Teman – teman Teater Enjuku yang selalu memberikan semangat dan
saran yang membangun. Terutama untuk Kaikiri Sugako Sensei. Kak Tris
yang senantiasa mau berdiskusi dan memberikan banyak saran kepada
penulis. Kak Asti, Sri, Siska, kak Gigi, Haries, Sekar, dan teman-teman
Teater Enjuku lainnya yang akan selalu ada di ingatan dan hati penulis.
7. Teman-teman Sangsang PHJ yang selalu memberikan motivasi dan
mengingatkan penulis untuk berjuang menyelesaikan skripsi ini, kepada
Ami, Shirin, Unike, Yuki, Kinan, kak Evi, kak Reta, Septi dan teman-
teman lainnya yang sangat penulis cintai.
8. Teman – Teman Marx-M, FDS, dan Sangsang univ. yang selalu
memberikan masukan, dorongan, serta semangat, dan memberikan warna
baru serta sudut pandang baru kepada penulis. Kepada ci Vida Sionader,
Tia, Hana, Salaman, kak Yosi, Itin, Tari, Rendy, Yogi, Muti, lucy, Kevin,
Jae, Dian, Kak Rimsa, Tisna, dan lainnya.
vii
Tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak tidak
mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Namun penulis juga menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepan. Penulis bersyukur
skripsi ini dapat terselesaikan, penulis hanya dapat menyampaikan ucapan
terimakasih kepada seluruh pihak yang senantiasa membantu penulis, semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak/Ibu dan teman-teman. Selain itu,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam kajian perkembangan Ilmu Hubungan
Internasional.
Bekasi, 22 Juli 2019
Ardylara Mayang Purnama
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................................ i
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah ..................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 6
C. Tujuan .......................................................................................................... 6
D. Manfaat ........................................................................................................ 6
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 7
F. Landasan Teori ........................................................................................... 10
1. Kepentingan Nasional ............................................................................ 10
2. Kebijakan Luar Negeri ........................................................................... 12
G. Metodologi Penelitian ................................................................................ 15
1. Jenis dan Sumberdata ............................................................................. 15
2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 16
3. Teknik Analisis data ............................................................................... 17
4. Metode Penulisan ................................................................................... 17
H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 17
BAB II ................................................................................................................... 20
DINAMIKA HUBUNGAN AS DAN IRAN TERKAIT ISU NUKLIR IRAN
PADA PERIODE BUSH DAN OBAMA ............................................................. 20
A. Dinamika Hubungan AS Dan Iran Masa Kepemimpinan George W. Bush
20
1. Masa Kepemimpinan George W. Bush periode 2001 – 2005 ................ 20
2. Masa Kepemimpinan George W. Bush periode 2006 – 2009 ................ 24
ix
B. Dinamika Hubungan AS Dan Iran Masa Kepemimpinan Barack Obama . 27
1. Masa Kepemimpinan Barack Obama periode 2009 – 2013 ................... 27
2. Masa Kepemimpinan Barack Obama periode 2013 – 2017 ................... 34
BAB III ................................................................................................................. 38
PERJANJIAN NUKLIR IRAN DAN PENARIKAN DIRI AMERIKA SERIKAT
DARI JCPoA ......................................................................................................... 38
A. Joint Comprehensive Plan of Action (JCPoA) dan Implementasinya ....... 38
B. Penarikan AS dari perjanjian JCPoA pada masa kepemimpinan Trump. .. 44
C. Program Rudal Balistik Iran dan Respon AS ............................................. 49
BAB IV ................................................................................................................. 57
ANALISIS FAKTOR PENDORONG AS MELAKUKAN PENARIKAN DIRI
DARI KESEPAKATAN JOINT COMPREHENSIVE PLAN OF ACTION
(JCPOA) ................................................................................................................ 57
D. Faktor Internal Yang Memengaruhi Keluarnya Amerika Serikat Dari
Perjanjian (Joint Comprehensive Plan Of Action) JCPoA ................................ 57
1. Karakteristik Sosial Domestik AS .......................................................... 57
2. Pengaruh Kongres Terhadap Kebijakan AS Terkait Perjanjian Nuklir
Iran 60
3. Pengaruh kepemimpinan Trump terhadap perjanjian Iran ..................... 62
E. Faktor Eksternal Yang Memengaruhi Keluarnya Amerika Serikat Dari
Perjanjian (Joint Comprehensive Plan Of Action) JCPoA ................................ 65
BAB V ................................................................................................................... 77
KESIMPULAN ..................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... lxxxi
x
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK III. 1 Fluktuasi Inflansi Yang Terjadi Di Iran Sejak 2001 .................... 43
DAFTAR TABEL
TABEL III. 1 Data Uji Coba Rudal yang Dimiliki Iran ....................................... 50
TABEL III. 2 Uji Coba Rudal Pada Tahun 2015-2019 ........................................ 50
TABEL IV. 1 Opini Masyarakat AS Terhadap Kesepakatan Iran ........................ 58
xi
DAFTAR SINGKATAN
JCPoA Joint Comprehensive Plan Of Action
P5 + 1 Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, Republik Rakyat
Tiongkok, Rusia
PBB PerSerikatan Bangsa Bangsa
DK PBB Dewan Keamanan PerSerikatan Bangsa Bangsa
IAEA International Atomic Energy Agency
NPT Non-Proliferation Of Nuclear Weapons
SRBM Short-Range Ballistic Missile
MRBM Medium-Range Balistic Missile
IRBM Intermediate-Rane Ballistic Missile
SCBM Sub-Continental Ballistic Missile
ICBM Intercontinental Balistic Missile
NCRI National Council of Resistance of Iran
TNCR Teheran Nuclear Research Center
UNSCR UN Security Council Resolution
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini akan membahas tentang kebijakan luar negeri Amerika Serikat
terhadap Iran terkait tentang perjanjian nuklir. Fokus tulisan ini, yaitu tentang
perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam perjanjian internasional
Joint Comperhensive Plan of Action (JCPoA) yang membahas tentang program
nuklir Iran.
Amerika Serikat sebagai negara yang besar melihat isu program
pengembangan nuklir sebagai isu yang penting karena bukan hanya berkaitan
dengan teknologi sumber energi alternatif. Isu perkembangan teknologi nuklir
juga menembus ranah geopolitik keseimbangan kekuatan regional, khususnya di
wilayah Timur Tengah, sehingga kebijakan luar negeri yang diputuskan Amerika
Serikat berkaitan dengan isu ini menjadi sangat penting.1
Program nuklir Iran pada Agustus 2002 masih menjadi perhatian utama.
Ketika National Council of Resistance of Iran (NCR) secara terbuka
mengungkapkan dua fasilitas nuklir yang disembunyikan Iran yaitu pabrik
uranium di Natanz dan produksi heavy water di Arak. IAEA juga mengungkapkan
hal lain yang berusaha di sembunyikan Iran dalam pengayaan uranium (termasuk
1 Adel, El-Gogary, Ahmadinejad:The Nuclear Savior Of Tehren Sang Nuklir Membidas Hegemoni
AS dan Zionis (Terjemahan oleh Tim Kuwais. 2006) (Depok: Penerbit Pustaka IIMAN), Hlm. 158
2
centrifuge, laser atom atom dan teknik pemisahan isotop laser molekuler) dan
pemisahan plutonium, serta bahan impor yang tidak diumumkan.2
Secara hukum Iran diminta oleh UN Security Council pada tahun 2006,
untuk menangguhkan semua kegiatan terkait pengayaan uranium. Hal ini
dilakukan dengan cara membuat protokol tambahan. Namun, Iran masih
bersikeras program nuklir yang dia jalani adalah untuk program damai, tidak
memproduksi senjata nuklir, karena itu Iran tidak menandatangani protokol
tambahan. Krisis nuklir Iran pada saat ini menjadi perbincangan utama AS Barat
dan Eropa yang terus menekan Iran.3
Sebaliknya, Iran tetap melanjutkan
programnya di bawah pengawasan IAEA yang memang pengayaan uraniumnya
masih dalam batas wajar, yaitu 5%, sedangkan untuk pembuatan senjata nuklir
diperlukan uranium 95%.4
Tekanan terus dilakukan AS dan (Jerman, Prancis, Italia) UE-3 kepada
Iran, terutama pada masa George W. Bush pada periode ke dua. Selain dengan
cara diplomasi, namun juga dengan cara memberikan sanksi dan tekanan. Pertama,
mengeluarkan kecaman serangan militer dan melakukan embargo ekonomi.
Kedua, mengancam akan memberikan sanksi kepada negara manapun yang
berinvestasi dalam jumlah besar ke Iran. Ketiga, AS dan negara barat terus
2 Sharon Squassoni. Iran’s Nuclear Program : Recent Developments. Congressional Research
Service. 2006. www.fas.org/sgp/crs/nuke/RS21592.com (diakses pada 28 desember 2018) 3 Daniel Mockli and Andrin Hauri.”Iran Nuclear Crisis : Status and Options”. CSS Analyses in
Security Policy. Vol. 3, No. 43. 2008.
www.Css.ethz.ch/content/dam/ethz/special/interest/gess/cis/center-for-securities-studies/pdfs.com
(diakses pada 1 Januari 2019) 4 Sharon Squassoni. Iran’s Nuclear Program : Recent Developments. Congressional Research
Service. 2006. www.fas.org/sgp/crs/nuke/RS21592.com (diakses pada 28 desember 2018)
3
menghembuskan isu, bahwa program nuklir sipil Iran akan menjadi program
senjata nuklir.5
Pertentangan di antara AS dan Iran yang berfokus pada program nuklir
terus mengalami tarik ulur. Hingga perubahan kebijakan luar negeri Iran yang
signifikan terjadi pada 14 Juni 2013, pergantian Presiden Iran, yaitu Hassan
Rouhanni. Dalam kepemimpinan Rouhanni Iran telah melakukan banyak dialog
internasional, salah satunya adalah kunjungannya pada September 2013 ke
Markas PBB dan melakukan kontak langsung dengan Presiden Barack Obama
terkait isu nuklir Iran. Hal ini juga berkesinambungan dengan arah kebijakan luar
negeri Barack Obama.
Pada tanggal 24 November 2013 Iran dan negara-negara P5+1 melakukan
perjanjian pembatasan nuklir yaitu Joint Comprehensive Plan of Action (JCPoA).
Pada negosiasi tersebut Iran mencoba untuk mencari solusi jangka panjang terkait
isu nuklir, sehingga Iran menyetujui untuk mengurangi produktifitas uranium
sebanyak 5%.6 Pada 14 Juli 2015 di Wina, Perjanjian tersebut berkembang yang
kemudian mencapai kesepakatan yaitu program nuklir yang dijalani secara
ekslusif dan damai. Iran dalam perjanjian ini juga menegaskan, bahwa dalam
keadaan apapun Iran tidak akan mencari, mengembangkan, atau mengakuisisi
5 Ni’ matul, Dewi Mahmudah. Skripsi: Program Nuklir Iran: Kajian KonflikNuklir Iran Dengan
Negara P5+1 (1979-2006). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017. 6 Karsan budianto. Kebijakan Luar Negeri Iran Menyepakati Perjanjian The Joint Comprehensive
Plan Of Action (Jcpoa) Dalam Pembatasan Program Nuklir Iran 2013-2015. JOM FISIP Vol. 3
No. 1 – Februari 2016. Hlm. 2-3
4
senjata nuklir apa pun. Pengurangan program nuklir ini akan diberlakukan secara
bertahap hingga 15 tahun kedepan.7
Kebijakan luar negeri yang diambil oleh Amerika Serikat dalam
mensetujui perjanjian JCPoA, yaitu adanya dukungan dari Partai Demokrat yang
menginginkan adanya penyelesaian yang menguntungkan. Di dalam perjanjian
tersebut Amerika Serikat mencabut sanksi internasional yang diberikan terhadap
Iran yang pada saat itu dipimpin oleh Barack Obama. Sehingga pada periode
tersebut Iran dan Amerika Serikat memiliki arah kebijakan luar negeri yang sama
terkait isu program nuklir.8
Amerika Serikat mengambil kebijakan luar negeri terhadap program nuklir
Iran didasarkan atas tiga alasan yang kuat. Pertama, dihadapkan pada pilihan
negosiasi atau perang, belajar dari invansi AS ke Iraq yang membawa pada krisis
ekonomi tahun 2008, sehingga harus berpikir kembali kebijakan untuk
membendung Iran. Kedua, terkait dengan sumber bahan bakar di Timur Tengah.
Ketiga, negosiasi menjadi jalan yang tepat karena dalam perjanjian JCPoA ini AS
bisa memastikan untuk dapat mengontrol program nuklir Iran tidak mengarah
pada pembuatan senjata nuklir.9
Pada tanggal 8 Mei 2018 Amerika Serikat mengumumkan penarikan
sepihak dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPoA) Perjanjian
7
Joint Comprehensive Plan of Action. Full text of Iran Nuclear Deal :
www.documentcloud.org/2165399-full-text-of-Iran-nuclear-deal diakses pada 12 juni 2018 8 Merisa Dwi Juanita. Kepentingan Nasional Amerika Serikat dalam Joint Comprehensive Plan of
Action (JCPOA) pada tahun 2015. Yogyakarta. Hlm. 13 9 Akbar Kurniadi. Kesepakatan Amerika Serikat Menyetujui Joint Plan Of Action (JPOA) Dengan
Iran Terhadap Program Pengembangan Nuklr Iran 2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
5
nonproliferasi Iran, setelah Trump mencoba untuk bernegosiasi tekait protokol
tambahan, namun tidak berhasil. Pada masa Amerika Serikat berada di bawah
kepemimpinan Donald Trump yang merupakan pemimpin dari partai Republik.
Setelah penarikan diri Amerika Serikat terhadap perjanjian tersebut, maka
beberapa sanksi Amerika Serikat terhadap Iran berlaku kembali. Pemberlakuan
sanksi yang signifikan terkait pembelian atau penjualan mata uang Iran. Selain itu
juga pemeliharaan dana atau rekening yang berada di wilayah luar Iran. Beberapa
impor barang dari Iran ke Amerika Serikat pun dihentikan. Ada juga dalam sektor
yang cukup besar adalah produk minyak bumi Iran.10
Perubahan Kebijakan AS signifikan tentang program nuklir Iran 2018.
Faktor yang memengaruhi perubahan kebijakan luar negeri yaitu keluar dari
perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPoA) menjadi penting. Hal ini
karena kebijakan luar negeri AS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
program nuklir Iran dan ranah geopolitik juga dominasi di kawasan Timur Tengah.
Sehingga, faktor-faktor tersebut yang akan dianalisis dalam skripsi ini.
10
US withdraws from Iran Nuclear Deal. EYGM Limited. 2018. Website: www.ey.com/taxalerts
6
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah dan dapat di lihat dari sejarah hubungan
AS dengan Iran, maka dari itu pertanyaan penelitian yang akan diangkat, yaitu :
Faktor apa saja yang memengaruhi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat
hingga memutuskan untuk keluar dari perjanjian Joint Plan of Action
(JCPoA)?
C. Tujuan
1. Memberikan kontribusi terhadap penelitian sebelumnya.
2. Mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan kebijakan
luar negeri Amerika Serikat.
3. Menganalisis lebih dalam tentang implikasi dari pengambilan
kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait isu tersebut pada periode
2018.
4. Memberikan kontribusi dan pandangan terhadap pembaca tentang
perlu tidaknya kerja sama ini dilanjutkan dan dikembangkan.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan luar
negeri Amerika Serikat.
2. Dapat memahami hubungan kedua negara terkait isu program nuklir.
3. Dapat mengetahui implikasi dari pengambilan keputusan kebijakan
luar negeri yang dilakukan Ameria Serikat pada periode 2015-2018.
7
E. Tinjauan Pustaka
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Akbar Kurniadi, membahas tentang
faktor yang menjadi dasar dari keputusan yang diambil Amerika Serikat terkait
Joint Plan of Action (JPCoA). Penelitian ini menggunakan dasar pemikIran
Neorealisme dimana penulis mengarahkan perhatian pada karakteristik struktural
dari sistem internasional negara. Penelitian tersebut menunjukan bahwa negara
besar seperti Amerika Serika memiliki kepentingan yang besar di kawasan Timur
Tengah.11
Dalam penelitian ini juga menggunakan beberapa teori dan konsep
turunan Neorealis, yaitu teori Pilihan Rasional, Kepentingan Nasional, dan
Konsep Keamanan “security”.
Penelitian tersebut juga menjelaskan tentang dinamika hubungan Iran dan
AS terkait dengan program nuklir. Dimulai dari hubungan erat kedua negara yang
sepakat untuk mengembangkan nuklir, Iran mendapatkan bantuan pembangunan
Power Plant dan Supply dari Amerika Serikat. Hingga pada akhirnya hubungan
kedua negara bertolak belakang pasca terjadnya Revolusi Iran pada 1979. Sejak
saat itulah AS berusaha menghentikan program nuklir Iran. Meskipun Iran sudah
menyatakan bahwa program nuklir yang sedang dikembangkan negara tersebut
bertujuan untuk damai dan energi alternatif. Hingga akhirnya AS mengambil
tindakan yaitu menyetujui perjanjian JCPoA.12
11
Robert Jackson dan George Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional: Teori dan
Praktik, edisi kelima (edisi terj). Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2005. 12
Kurniadi, Akbar. Kesepakatan Amerika Serikat Menyetujui Join Plan Of Action (JCPOA) dengan Iran Teradap Program Perkembangan Nuklir Iran 2015. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016
8
Penelitian tersebut memiliki beberapa perbedaan dengan skripsi ini.
pertama, penelitian tersebut membahas faktor yang mendorong AS mengambil
kebijakan luar negeri pada kasus program nuklir Iran tahun 2015 dimana AS
menyetujui program JCPoA, sedangkan penelitian ini membahas tentang
penarikan diri AS secara sepihak dalam program JCPoA. Kedua, penelitian
tersebut menggunakan sudut pandang atau dasar teori neorealisme, sedangkan
skripsi ini menggunakan Teori Realisme. Ketiga, pada penelitian tersebut juga
menjabarkan hubungan diplomasi Iran dan AS dengan acuan waktu, sedangkan
skripsi ini akan menjelaskan dengan acuan dan pandangan dari setiap era
kepemimpinan AS (Josh Bush, Barack Obama (periode 1 dan 2), Donald Trump).
Kedua, ada juga jurnal yang ditulis oleh Kiki Mikail yang berjudul
“Perjanjian Nuklir Iran dan Kepentingan AS-Israel di Timur Tengah”. Jurnal ini
membahas tentang kepentingan kedua negara yang paralel antara AS dan Israel di
timur tengah. Hal tersebut menjadi faktor pendorong yang kuat alasan AS menarik
diri dari perjanjian program nuklir JCPOA.
Jurnal ini menjabarkan beberapa faktor lain yang disampaikan Donald
Trump. Salah satu faktornya adalah menurut Donald Trump kesepakatan JCPOA
adalah kesepakatan sepihak dan kurang lengkap terutama karena tidak membahas
masalah rudal balistik, aktivitas nuklir Iran pasca 2025, dan peran Iran di Surah.
Namun dalam hal ini mempertahankan hegemoni Israel di Timur Tengah sebagai
negara kekuatan nuklir satu-satunya menjadi salah satu alasan utama AS.
Program Iran untuk membantu Palestina juga menjadi faktor ke khawatIran AS
9
akan terganggunya dominasi Israel. Hal ini dapat memperlihatkan bahwa
kepentingan nasional AS selalu Paralel dengan kepentingan nasional Israel.13
Perbedaan antara jurnal tersebut dengan skripsi ini ada di beberapa hal.
Pertama, jurnal ini hanya membahas tentang faktor eksternal yaitu pengaruh
kebijakan Israel yang paralel dengan kebijakan AS, sedangkan skripsi ini akan
membahas faktor eksternal maupun internal. Kedua, jurnal ini tidak membahas
secara rinci isi perjanjian JCPOA yang menurut AS menjadi kesepakatan yang
merugikan, sedangkan skripsi ini akan membahas secara rinci termasuk sanksi
yang di berikan kembali AS ke Iran.
Ketiga, jurnal yang berjudul “Trump Preparing to End Iran Nuke Del”
yang ditulis oleh Jack Thompson dan Oliver Thränert, vol. 5/4 pada Agustus 2017.
Jurnal ini membahas tentang alasan keluarnya Trump dari kerjasama JCPoA
tentang program nuklir Iran. Selain itu jurnal ini juga menjabarkan dampak yang
akan di terima jika AS menarik diri dari perjanjian tersebut, dan pentingnya Uni
Eropa untuk mempertahankan AS tetap berada di kerjasama tersebut.
Di dalam jurnal ini memiliki beberapa persamaan dengan tulisan ini.
persamaan yang ada ialah pembahasan isu tentang keluarnya Amerika Serikat dari
perjanjian JCPoA. Selain itu terkait tentang faktor apa saja yang mendorong
Trump mengambil kebijakan tersebut. Dalam jurna ini faktor yang di lihat juga
dari sudut pandang term kebijakan luar negeri dimana seorang individu atau aktor
yang dapat mempengaruhi sebuah pengambilan keputusan.
13
Kiki Mikail. Perjanjian Nuklir Iran dan Kepentingan AS-Israel di Timur Tengah. Jurnal ICMES
Volume 2 no.1 2018.
10
Ada beberapa perbedaan yang signifikan dari tulisan ini dan jurnal tersebut.
Pertama, pada jurnal ini membahas tentang kemungkinan dampak dari tindakan
Trump menarik diri dari JCPoA, sedangkan tulisan ini benar-benar membahas
secara rinci faktor penyebab tindakan tersebut. Kedua, dalam segi data jurnal ini
hanya memuat pada periode 2017 yang dimana AS belum resmi keluar dari
perjanjian tersebut, sedangkan tulisan ini memuat data hingga AS telah
meninggalkan perjanjian tersebut yaitu 2018. Ketiga, tulisan ini lebih melihat dari
sudut pandang perlu adanya sebuah kerjasama untuk mengontrol program nuklir,
sedangkan tulisan ini melihat dari sudut pandang kebijakan luar negeri perspektif
realisme tentang kepentingan nasional.14
F. Landasan Teori
Dalam menjawab pertanyaan penelitian ini “Perubahan Kebijakan Luar Negeri
Amerika Serikat terhadap Perjanjian Nuklir Iran pada tahun 2018 : Joint
Comprehensive Plan of Action (JCPoA)”, akan dibantu dengan meurujuk kepada
beberapa konsep yang menjadi kerangka pemikIran untuk menganalisis penarikan
diri yang dilakukan Amerika Serikat dalam perjanjian nuklir Iran pada tahun 2018.
Berikut konsep - konsep yang akan digunakan :
1. Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional akan digunakan dalam penelitian ini untuk
menganalisis kepentingan Amerika Serikat yang menjadi faktor pendorong
14
Jack Thompson and Oliver Thranert. “Trump Preparing to End Iran Nuke Deal”. CSS Analyes
in Security Policy. Vol. 5/4. 2017.
www.Css.ethz.ch/content/dam/ethz/special/interest/gess/cis/center-for-securities-studies/pdfs.com
(Diakses pada 4 Januari 2019)
11
perubahan sikap dengan cara menarik diri dari perjanjian nuklir Iran. Untuk
mengetahui dan menjelaskan perilaku internasional konsep ini sangatlah penting.
Kepentingan nasional bagi para penganut realis menyamakan dengan power, yang
mana power dapat dijadikan sebuah alat yang dapat mengembangkan dan
memelihara kontrol suatu negara dengan negara lainya.15
Kepentingan nasional ini dikemukakan oleh Hans J Morgenthau
mengatakan, kepentingan nasional adalah cara suatu negara untuk mencapai
tujuan politik internasionalnya yaitu kepentingan, dimana kepentingan tersebut
dapat diartikan sebagai kekuatan (power)16
. selain itu juga ada beberapa tokoh lain
diantaranya ialah Charles W Kegley dan Eugene R. Wittkopf. Menurut mereka
usaha suatu negara dalam memberikan rasa aman terhadap warga negaranya baik
dari agresi dari luar atau negaranya itu sendiri merupakan kepentingan nasional
negara tersebut. 17
Pembentukan negara yang berdaulat untuk keluar dari keadan alami yang
menakutkan menciptakan sebuah keadaan alami lain di antara negara-negara yaitu
sebagai “dilema keamanan”. Realisme klasik Hobbes menekankan pada kekuatan
militer dan hukum international. Keamanan dan kelangsungan hidup adalah nilai-
15
Anak Agung Banyu Perwita. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006. 16
Hans J.Morgenthau dan Kenneth W. Thompson,Politics Among Nations – The Struggle for
Power and Peace, (6 ed.) (Singapore: McGraw Hill, 1997), 17
Umy.ac.id/index.php/hukum/article/view/1869/409. Diakses pada 19 november 2018.
12
nilai fundamental. Namun nilai dasar Relisme Hobbesian adalah perdamaian
domestik.18
Lebih jauh dari hal itu kepentingan nasional tidak akan didapatkan, jika tidak
mengurangi rasa aman dan rasa kesejahteraan terhadap kompetitornya. Hingga
dalam hal ini adanya rasa tidak aman dengan kasus perkembangan nuklir Iran
yang di awali dengan trauma terjadinya perang dunia ke-2, dimana nuklir
dijadikan senjata pemusnah masal.19
Dalam penelitian ini, kepentingan nasional bisa menjadi alasan utama
mengapa Amerika menarik diri dalam perjanjian nuklir Iran. Kepentingan yang
dimaksud oleh Amerika Serikat adalah ketidak inginan adanya penyeimbang
kekuatan (Power) senjata nuklir di Timur Tengah yang tadinya hanya dimiliki
oleh Israel sebagai aliansi terdekat Amerika Serikat.
Dalam penelitian ini dapat di lihat juga bahwa kepentingan nasional
Amerika Serikat berkaitan dengan menambahkan tekanan di Iran terkait perihal isi
kerjasama ini memiliki keterbatasan setelah 15 tahun kemudian, sehingga
Amerika Serikat secara tidak langsung tidak dapat mengontrol perkembangan
nuklir Iran.
2. Kebijakan Luar Negeri
P.A Reynolds memaparkan bahwa negara tetap menjadi aktor utama dalam
hubungan internasional, meskipun aktor-aktor dalam hubungan internasional
18
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Introducing to Internationa Relations. Dadan
Suryadiputra, ed. Jogja: Pustaka pelajar. 2009. 19
Ibid.
13
dapat menentukan kepentingan dan melakukan tindakan bertujuan untuk
mempertahankan national interest. Sehingga dalam hal ini dapat di lihat negara
untuk mendapatkan national interest bisa menggunakan instrument kebijakan luar
negeri (Foreign Policy) yang dIrancang oleh badan legislatif atau eksekutif.
Berangkat dari pemaparan tersebut penelitian ini dapat dianalisis berkaitan dengan
tindakan negara Amerika Serikat yang menggunakan instrumen kebijakan luar
negeri untuk mencapai kepentingan nasionalnya.20
Kebijakan luar negeri menurut K J Holsti adalah strategi atau rencana
tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam
menghadapi negara lain, lalu dikendalikan hingga mampu mencapai tujuan
nasional. Dalam hal ini ada hal yang menjadi landasan dalam pembuatan sumber
kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Pertama, External Source (sumber eksternal) mencangkup perubahan yang
terjadi di linkungan eksternal meliputi atribut-atribut yang ada pada sistem
internasional, bisa berupa tindakan dari negara lain baik itu konflik maupun
kerjasama, ancaman, dan dukungan yang baik secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Kedua, social sources (sumber
masyarakat) berkaitan tentang karakteristik sosial somestik dan sistem politik,
dapat dipahami dengan semua aspek non pemerintah dari sistem politik yang
memengaruhi foreign policy.
20
P. A Renolds. Introdution to International Politics. New York: Longman. 1971.
14
Ketiga, govermental source (sumber pemerintah) meliputi seluruh elemen
struktur pemerintahan, yang sifatnya dapat memperluas atau membatasi. Keempat,
role source (sumber peranan), role disini terkait dengan peranan atau status dari
pemerintahan sebagai pembuat keputusan. Kelima, individual source (sumber
individu) meliputi ideologi seorang pemimpin sebuah negara, yang memengaruhi
pengambilan keputusan kebijakan luar negeri sebuah negara.21
Sedangkan Menurut Goldstein kepentingan sebuah negara akan di
upayakan dengan berbagai cara. Salah satu alat untuk mencapai hal itu adalah
kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri itu sendiri dibuat oleh negara yang
dipengaruhi oleh beberapa hal, baik secara eksternal maupun internal di sebuah
neagara.
Pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, Model
pengambilan keputusan di suatu negara. kedua, individu pengambil keputusan di
suatu negara, seperti seorang presiden. Ketiga, Grup psikologis yaitu dimaksud
dengan sebuah kepedulian dari sebuah organisasi penyeimbang individu
pengambil keputusan, yaitu penasihat atau komite legislatif. Keempat, manajemen
krisis,dalam kelompok atau individu pembuat keputusan akan sulit untuk
menentukan keputusan yang rasional dalam kerangka waktu yang tertekan oleh
sebuah keadaan krisis.22
21
Eugene R Wittkoff dan Charles W Jr Kegley. American Foreign Policy, sixt h edition. United
States : Thomson Wadsworth. 2003. 22
Joshua S. Goldstein dan Jon C. Pevehouse. International Relations, tenth editon. United States
of America : PEARSON. 2011. Hal. 123-139.
15
Kedua pemikir tersebut memiliki sudut pandang yang sama dibeberapa hal
terkait hal yang mempenagaruhi sebuah pembuatan ataupun perubahan keputusan
luar negeri. Hal ini dapat di lihat ke beberapa hal, yaitu pengaruh aktor pembuat
keputusan yaitu lembaga pemerintah maupun individu seperti presiden, selain itu
juga adanya pengaruh eksternal berupa sebuah krisis yang terjadi di negara
tersebut, maupun tidakan negara lain yang mempengaruhi negara tersebut.
Dengan ini penelitian dapat ditinjau dari kepentingan nasional sebuah
negara yang menggunakan kebijakan luar negeri sebagai alat untuk
mendapatkannya. Penelitian ini melihat kepentingan Amerika Serikat untuk dapat
mengontrol Iran agar tidak menjadi negara berkekuatan nuklir di Timur Tengah
yang akan mempengaruhi geopolitik di wilayah tersebut, yang sebelumnya
kekuatan militer hanya dimiliki oleh Israel aliansi terdekat Amerika. Serta
pengaruh pemimpin Donald Trump yang berasal dari partai Repulik dalam
melihat perjanjian nuklir Iran sebagai suatu hal yang merugikan AS.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Sumberdata
Berdasarkan pembasahan penelitian ini penulis akan menggunakan jenis
data teoretis yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Jenis data ini
juga akan bersifat aktual. Sedangkan sumberdata yang dikumpulkan berasal dari
sumberdata primer dan sekunder. Hal ini membuat proses yang ditempuh penulis
dalam mendapatkan sumberdata primer akan dilakukan secara langsung dari
sumber asli seperti wawancara, kuisioner, ataupun survei.
16
Adapun contoh terkait sumber data sekunder adalah melalui media
perantara, seperti jurnal. Hal yang menjadi alasan penulis menggunakan dua
sumberdata ini adalah agar dapat memperoleh informasi lebih banyak dan dapat
melihat dari berbagai macam perspektif sehingga dapat menarik kesimpulan
dalam penelitian ini lebih teoritis dan akurat. Hal ini berhubungan dengan
informasi kerjasama yang telah dilakukan AS menarik diri dari kerjasama
program nuklir Iran.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu alat atau sarana yang dapat
membantu penulis untuk mengembangkan penelitian ini. adapun dalam proses ini
teknik pengumpulan data melalui sebuah telaah pustaka.
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
telaah pustaka (Library research). Cara ini digunakan agar dapan mendapatkan
data-data dengan cara mencari data-data yang berhubungan dengan penelitian
melalui buku-buku, media, jurnal, dan peristiwa-peristiwa aktual. Dalam hal ini
kita dapat mencari kerjasama Program nuklir Iran dalam Joint Comprehensive
Plan of Action (JCPoA).
Selain telaah kepustakaan penulis juga akan menggunakan metode
wawancara. Tujuan wawancara ini sendiri, yaitu untuk mendapatkan informasi
lebih mendalam dari narasumber secara aktual. Hal ini membuat wawancara yang
akan dilakukan tersebut akan ditunjukan kepada pihak yang memiliki keterkaitan
terhadap penelitian ini. Adapun narasumber yang sudah diwawancara, yaitu Dewi
17
Fortuna Anwar Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)
LIPI dan Nizar Umar Dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP
Universitas Al Azhar Indonesia.
3. Teknik Analisis data
Teknik analisah data yang akan dilakukan oleh penulis, yautu teknik
analisah kualitatif. Dimana data kualitatif ini sendiri memiliki arti sebagai data
informasi dalam bentuk kalimat verbal, bukan berupa simbol atau bilangan. Data
yang penulis peroleh dari berbagai literatur akan dianalisis berdasarkan fakta-fakta
yang ada. Kemudian penulis menyusun hal tersebut dalam tulisan serta ditarik
sebuah kesimpulan. Hal utama yang menjadi fokus penelitian ini adalah Faktor
yang mendorong AS menarik diri dari perjanjian program nuklir Iran JCPoA.
4. Metode Penulisan
Metode penelitian yang akan diambil oleh penulis adalah metod penelitian
secara deduktif. Metode ini merupakan penulisan yang diawali dari pola yang
umum permasalahan penelitian. Kemudian menarik kesimpulan secara khusus
yang didasarkan dari data-data yang didapat kemudian dianalisis.
H. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini akan berisikan latar belakang dari permasalahan yang diangkat oleh
penulis dan juga pentingnya mengangkat masalah ini untuk diteliti. Selain itu,
18
dalam bab ini berisikan pula pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teoretis, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: DINAMIKA HUBUNGAN AS DAN IRAN TERKAIT ISU NUKLIR
IRAN PADA PERIODE BUSH DAN OBAMA
Bab ini berisi tentang sejarah hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan
Iran. Hubungan tersebut akan di spesifikasikan dalam hubungan kerjasama nuklir
kedua negara. Selain itu, sejarah penjelasan hubungan bilateral kedua negara akan
di bagi berdasarkan periode pemerintahan Amerika Serikat, yaitu George W. Bush,
Barack Obama, dan Donald Trump.
Tujuan pemaparan bab ini adalah untuk mengetahui perkembangan
hubungan bilateral kedua negara, terutama setelah terjadinya revolusi Iran.
Penelitian ini juga ingin memberitahu perubahan arah kebijakan luar negeri yang
signifikan di antara kedua negara sehingga memengaruhi hubungan bilateral
mereka terutama pada bidang perkembangan nuklir.
BAB III: PERJANJIAN NUKLIR IRAN DAN PENARIKAN DIRI AMERIKA
SERIKAT DARI JCPoA
Bab ini berisi tentang pemahaman tentang perjanjian nuklir Iran serta
kepentingan AS dalam perjanjian tersebut. Selain itu juga membahas tentang
dampak dan efektivitas sanksi yang dijatuhkan as ke Iran, hingga pada akhirnya
sanksi tersebut dicabut sebagai konsekuensi dari perjanjian JCPoA. Tujuan
pemaparan bab ini adalah untuk mengetahui perjanjian nuklir Iran JCPoA dan
19
kepentingan AS di dalamnya, sehingga Amerika Serika memuuskan untuk keluar
dari perjanjian.
BAB IV: ANALISIS FAKTOR PENDORONG AS MELAKUKAN
PENARIKAN DIRI DARI KESEPAKATAN JOINT COMPREHENSIVE PLAN
OF ACTION (JCPoA)
Bab ini berisikan tentang analisis faktor yang mendorong AS melakukan
penarikan dari perjanjian. Faktor yang dianalisis akan di lihat dari faktor internal
dan eksternal. Terutama difokuskan pada faktor yang di lihat dari efektivitas
perjanjian JCPoA tersebut. Tulisan ini akan membuktikan relevansi konsep-
konsep yang menjadi acuan penelitian ini. Lalu, penelitian ini akan menunjukkan
bahwa hasil analisis penelitian dapat sepenuhnya dijawab oleh konsep yang telah
penelitian ini jabarkan di dalam bab I.
BAB V: KESIMPULAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan yang diteliti oleh
peneliti sekaligus hasil dari analisis pembahasan dan relevansiya terhadap konsep-
konsep yang digunakan. Setelah kesimpulan, peneliti menempatkan lembar
berikutnya untuk melampirkan daftar pustaka yang berisikan tentang seluruh
literatur yang telah digunakan oleh peneliti dalam pembuatan penelitian ini. Lalu,
lembar terakhir dari penelitian ini akan penelitian ini gunakan untuk melampirkan
lampIran-lampIran berupa data yang sempat tersebutkan di dalam penelitian dan
tidak dijabarkan secara lengkap.
20
BAB II
DINAMIKA HUBUNGAN AS DAN IRAN TERKAIT ISU NUKLIR IRAN
PADA PERIODE BUSH DAN OBAMA
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang dinamika hubungan
Amerika Serikat dengan Iran. Hubungan yang akan di bahas berfokus tentang
program nuklir. Pembahasan bab ini akan dibagi menjadi beberapa sub-bab yang
berdasakan periode kepemimpinan di AS. pada masa kepemimpinan George W.
Bush (Masa Jabatan 2001-2005 dan 2005 s/d 2009) dan Barack Obama (Masa
Jabatan 2009 s/d 2013 dan 2013 s/d 2017)
A. Dinamika Hubungan AS Dan Iran Masa Kepemimpinan George W. Bush
1. Masa Kepemimpinan George W. Bush periode 2001 – 2005
Pada tahun 1967 Amerika Serikat pertama kali membantu program nuklir
Iran yang berujung pada Teheran Nuclear Research Center (TNCR).23
Hingga
pada 1968 Iran menandatangani NPT pada 1968, dan 1970 meratifikasi perjajian
itu. Namun setelah terjadi Revolusi Iran kerjasama kedua negara menjadi
memburuk, karena sikap presiden Iran. Meskipun terjadi kemunduran program
23
Izdiharuddin, Reza Fenansa. Pengaruh Amerika Serikat Dalam International Atomic Energy
Agency (IAEA) Terhadap Program Nuklir Iran. Universitas Brawijaya. Malang.
https://www.academia.edu/5634432/Pengaruh_AS_dalam_IAEA_Terhadap_Program_Nuklir_Iran
_Kurun_Waktu_2002-2006_ (diakses pada 12 Januari 2019)
21
nuklir, negara Iran tetap meneruskan program tersebut, walapun kerjasama dengan
AS di hentikan.24
Kerjasama di antara AS dan Iran mengalami kemunduran pasca Revolusi
Iran. Namun, Iran pada masa jabatan kedua Khatami (2001-2005), mencoba untuk
memperbaiki hubungan di kedua negara. pasca serangan teroris 9/11, Iran melihat
kemungkinan penyelarasan strategi di antara kedua negara, hal ini dalam
menghadapi terorisme Al-Qaeda.
Secara mengejutkan, untuk mendorong pemikIran baru di Wasington Iran
melakukan kerjasama ini tanpa imbalan apapun. Tetapi, George W. Bush menolak
melakukan kerjasama taktis dengan Teheran.25
Dugaan-dugaan juga dilontarkan
AS terkait pengiriman senjata Iran kepada militan Palestina. Dalam hal ini AS
menolak rezim Iran, dan menudukung rakyat Iran untuk menetukan nasibnya
sendiri. Pada Tahun 2002 ini adalah krisis kepercayaan program nuklir Iran.26
Hubungan AS dan Iran semakin memburuk dengan beberapa tuduhan yang
diberikan AS. Presiden AS George W. Bush pada tahun 2002 menuduh Iran
membuat senjata pemusnah masal. Presiden Bush juga menuduh Iran sebagai
“poros kejahatan” berkaitan tentang terorisme.27
Selain itu juga kelompok oposisi
24
Reardon, Robert J. Iran’s Nuclear Program: Past, Present, and Future. RAND Corporation.
2012. https://www.jstor.org/stable/10.7249/j.ctt1q60rb.10 (diakses pada 14 Januari 2019) 25
Leverrett, Flynt dan Hillary Mann Leverrett. The United States, Iran and the Middle East’s New
“Cold War”. The International Spectator, Vol. 45 No. 1. Instituto Affair Internazionali. 2010.
www.sia.psu.edu/file-/Leverett/TheInternationalSpectatorArticleMarch2010 (diakses pada 17
Januari 2019) 26
Maloney, Suzanne. U.S Policy Toward Iran: Missed Opportunities an Paths Forward. Vol. 32:2
Summer. Brookings Institution. 2008. www.brookings.edu/wp-
content/uploads/2016/06/summer_Iran_maloney (diakses pada 14 Januari 2019) 27
Izdiharuddin, Reza Fenansa. Pengaruh Amerika Serikat Dalam International Atomic Energy
Agency (IAEA) Terhadap Program Nuklir Iran. Universitas Brawijaya. Malang.
22
yang diasingkan National Council of Resistance of Iran (NCRI)]mengungkapkan
fasilitas nuklir yang disembunyikan Iran secara terbuka, yaitu pabrik pengayaan
uranium sedang dibangun dekat kota Natanz dan produksi air berat Fasilitas di
Arak.28
AS yang merupakan anggota the Board di IAEA mendorong untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut program nuklir Iran. Setelah beberapa
tuduhan kepada Iran, kemudian IAEA melakukan inspeksi pada tahun 2002.
Selanjutnya IAEA pada tahun 2003 meminta akses lebih ke situs nuklir yang ada
di Iran untuk membuktikan tuduhan-tuduhan yang diberikan kepada Iran, namun
terjadi kesulitan yang di alami tim inspeksi IAEA dalam melakukan verifikasi
program nuklir Iran.29
Tekanan yang dilakukan Amerika terus berlanjut, hingga pada Mei 2003 AS
memutuskan dialog dengan Iran.30
AS juga lebih setuju program nuklir Iran di
proses oleh PBB. Dorongan yang dilakukan AS terus dilakukan, terutama setelah
pemeriksaan yang dilakukan IAEA kepada Iran. Selain itu Direktur IAEA,
Mohammad El-Baradei pada 10 November 2003 mengatakan bahwa IAEA tidak
https://www.academia.edu/5634432/Pengaruh_AS_dalam_IAEA_Terhadap_Program_Nuklir_Iran
_Kurun_Waktu_2002-2006_ (diakses pada 12 Januari 2019) 28
Sharon Squassoni. Iran’s Nuclear Program : Recent Developments. Congressional Research
Service. 2006. www.fas.org/sgp/crs/nuke/RS21592.com (diakses pada 28 desember 2018) 29
Ibid. 30
Leverrett, Flynt dan Hillary Mann Leverrett. The United States, Iran and the Middle East’s New
“Cold War”. The International Spectator, Vol. 45 No. 1. Instituto Affair Internazionali. 2010.
www.sia.psu.edu/file-/Leverett/TheInternationalSpectatorArticleMarch2010 (diakses pada 17
Januari 2019)
23
menemukan bukti bahwa Iran telah membuat senjata nuklir, namun menyatakan
bahwa Iran dan Libya telah melanggar perjanjian melarang penyebaran nuklir.31
IAEA menemukan laporan pada musim gugur 2003 yang disampaikan Iran
tidak lengkap yang melibatkan laporan tentang alat sentrifugal (dari desain P-2)
dan untuk produksi polonium. Iran dalam hal ini menegaskan hak nya untuk
melakukan kegiatan pengayaan bahan baku. Namun, Bush dalam hal ini mengarah
kepada pemberhentian program nuklir Iran termasuk pengayaan bahan baku nuklir.
Iran justru semakin keras dengan keputusannya, meskipun desakan terus
dilakukan oleh AS, IAEA, bahkan Eropa. Selain itu para pemimpin Iran
menjelang pertemuan dewan IAEA pada Juni 2004, negara itu mengancam akan
mengurangi kerjasamanya dengan badan tersebut, dan melanjutkan kembali
program pengayaan uranium yang ditangguhkan.32
Tindakan Iran yang terus menolak pernyataan IAEA, bahwa Iran tidak
melaporkan rincian lengkap program nuklirnya, Iran juga menyatakan telah
bekerjasama penuh dalam perjanjian tersebut. Namun, tindakan tersebut memicu
beberapa negara yang tergabung dalam the board of IAEA mengeluarkan
rancangan baru. Desakan yang juga dilakukan AS akhirnya berhasil sehingga
IAEA mengeluarkan resolusi terhadap Iran pada 29 November 2004.
31
Izdiharuddin, Reza Fenansa. Pengaruh Amerika Serikat Dalam International Atomic Energy
Agency (IAEA) Terhadap Program Nuklir Iran. Universitas Brawijaya. Malang.
https://www.academia.edu/5634432/Pengaruh_AS_dalam_IAEA_Terhadap_Program_Nuklir_Iran
_Kurun_Waktu_2002-2006_ (diakses pada 12 Januari 2019) 32
Einhorn, Robert J. A Transatlantic Strategy on Iran’s Nuclear Program. The Center for
Strategic and International Studies and the Massachusetts Institute of Tecnology. Washington.
2004.
24
Resolusi yang dikeluarkan IAEA berisi, Iran diharuskan untuk
menghentikan semua kegiatan yang berkaitan dengan proses pengayaan uranium
dan diharuskan bekerjasama penuh dengan IAEA yang sedang melakukan
verifikasi terhadap program nuklir Iran. Pada 24 September 2005, IAEA
menyetujui resolusi yang membawa Iran untuk di tindak lanjuti kepada Dewan
keamanan PBB. Meskipun demkian IAEA masih belum dapat memastikan fakta
bahwa Iran mengembangkan senjata nuklir, karena Iran tidak dapat bekerjasama
secara penuh.33
Kebijakan AS terhadap Iran yang menekankan isolasi diplomatik,
meningkatkan tekanan ekonomi, tekanan yang di berikan terkait program nuklir
Iran membuat ketegangan di Timur tengah. Selain itu juga terlihat tindakan yang
diambil oleh AS semata-mata untuk mendorong terjadinya perubahan rezim di
Iran. Pada Agustus 2005, “EU 3” (inggris, Prancis, dan Jerman) mencoba untuk
membicarakan terkait nuklir multilateral, namun AS menolak untuk
berpartisipasi.34
2. Masa Kepemimpinan George W. Bush periode 2006 – 2009
Iran memecahkan segel IAEA di Natanz dan fasilitas lainnya untuk
memulai kembali penelitian. Pada bulan April Iran mampu melakuan pengayaan
uranium hingga 3,5% U-235. Selain itu Iran juga menyatakan tidak akan lagi
menerapkan kerjasama “sukarela” lainnya dengan IAEA. Hingga akhirnya AS
33
Ibid. 34
Leverrett, Flynt dan Hillary Mann Leverrett. The United States, Iran and the Middle East’s New
“Cold War”. The International Spectator, Vol. 45 No. 1. Instituto Affair Internazionali. 2010.
www.sia.psu.edu/file-/Leverett/TheInternationalSpectatorArticleMarch2010 (diakses pada 17
Januari 2019)
25
setuju untuk bergabung dengan empat DK lainnya ditambah Jerman (P5+1) untuk
menawarkan perjanjian baru kepada Iran. Secara resmi bulan Juli DK PBB
mengeluarkan resolusi 1696 yang menetapkan batas waktu hingga Oktober untuk
negosiasi sebelum sanksi dipertimbangkan.35
Terputusnya kontak diplomatik sejak revolusi Iran adalah sebuah kesulitan
untuk saling memahami sistem politik Iran. Sehingga, Bush pada saat ini memilih
untuk terus meningkatkan komunitas internasional yang menekankan Iran untuk
secara transparansi menghentikan program senjata nuklirnya. Jika Iran mau
melakukan hal tersebut, maka respon positif yang akan dilakukan yaitu secara
diplomatik, ekonomi, dan jaminan keamanan.36
Resolusi 1696 yang dikeluarkan DK PBB, akhirnya gagal dikarenakan tidak
mencapai kesepakatan dengan pemimpin tertinggi Khamenei. Setelah tenggat
waktu berakhir, Resolusi DK PBB (UNSCR) 1737, dikeluarkan hingga tenggat
waktu Februari 2007 . resolusi ini jauh lebih lemah dari yang diharapkan AS. Hal
ini di lihat dari proyek Bushehr yang dibebaskan dari resolusi tersebut. Resolusi
tersebut memberlakukan larangan bentuk kerjasam nuklir dan rudal balistik sipil
dengan Iran, juga menjatuhkan sanksi keuangan pada sejumlah entitas Iran yang
terkait program nuklir.37
35
Reardon, Robert J. Iran’s Nuclear Program: Past, Present, and Future. RAND Corporation.
2012. https://www.jstor.org/stable/10.7249/j.ctt1q60rb.10 diakses pada 14 Januari 2019 36
Stephen J. Hadley.The George W. Bush Administration.
https://Iranprimer.usip.org/resource/george-w-bush-administration The United State Institute of
Peace (diakses pada 26 mei 2019) 37
Reardon, Robert J. Iran’s Nuclear Program: Past, Present, and Future. RAND Corporation.
2012. https://www.jstor.org/stable/10.7249/j.ctt1q60rb.10 diakses pada 14 Januari 2019
26
Pada Juni 2008, Bush menyatakan “pilihan pertama adalah secara
diplomatis, itulah hal yang kami lakukan” ini adalah penyataan yang berkaitan
dengan penyelesaian program nuklir Iran. Setelah itu, AS mencoba untuk
membuka dialog dengan beberapa negara Eropa. Presiden Bush mengeluarkan
peringatan untuk Iran, dia juga menyatakan bahwa Iran dengan senjata nuklir akan
“sangat berbahaya” bagi perdamaian dunia. Sehingga hal ini yang juga membuat
presiden Bush menyatakan dukungan atas sanksi yang lebih ketat terhadap
program nuklir Iran.38
Dalam hubungan di antara AS dan Iran, Stephen Hadley penasihat
keamanan AS menyatakan bahwa Iran adalah sebuah ancaman. Dia menyatakan
bahwa kita harus menerima Iran dengan senjata nuklirnya, atau menghentikannya
dengan landasan berpikir kemungkinan sebuah perang dunia ke III. Selain itu dia
juga menyatakan perlu adanya peningkatan diplomasi, meningkatkan tekanan,
untuk menghentikan apa yang disebut Iran program pengayaan uranium sipil.
Selain dia Ehud Barak Menteri Pertahaan Israel juga menyatakan Iran adalah
ancaman bagi Israel dan dunia, maka harus bersiap-siap dengan ancaman ini.39
UNSC mengeluarkan sebuah resolusi lanjutan pada program nuklir Iran, di
bulan Maret 2008. Resolusi yang ada ternyata sanksinya jauh dari apa yang di
inginkan AS, resolusi UNSCR 1803. Resolusi ini memperluas daftar entitas yang
dikenakan sanksi. Selain itu mengesahkan inspeksi kargo Iran. Hal lainnya juga
38
BBC. Bush warns Iran of “All Options” http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/7447428.stm
(diakses pada 10 Januari 2019) 39
CNN. Bush : Nuke-lss Iran Remains Dangerous
http://edition.cnn.com/2007/POLITICS/12/04/Iran.nuclear/index.html (diakses pada 11 Januari
2019)
27
meralang perdagangan lebih banyak teknologi penggunaan ganda. Namun, sanksi
tersebut tidak menghambat kemajuan Iran, karena Iran mendapat keuntungan dari
harga minyak yang tinggi.
Iran menolak untuk menghentikan program nuklirnya pada Mei 2008.
Bahkan Ayatulloh Khamenei menyatakan bahwa tidak ada ancaman yang mampu
menhalangi bangsa Iran dari keputusannya. Setelah itu AS menirim wakil mentri
luar negeri William Burns ke pertemuan p5 + 1 di teheran pada Juli 2008.
Bujukan yang dilakukan P5 + 1 ditolak oleh Iran , yang membuat mereka kembali
kepada pemberlakuan sanksi. Namun, Iran terus bersikukuh untuk tidak
menghentikan program pengayaan nuklirnya.40
B. Dinamika Hubungan AS Dan Iran Masa Kepemimpinan Barack Obama
1. Masa Kepemimpinan Barack Obama periode 2009 – 2013
Pada awal masa kepemimpinan Barack Obama menyatakan keinginan untuk
menyelesaikan ketegangan hubungan diplomatik Iran dan AS, terutama terkait
program nuklir Iran. Obama juga menyatakan pada pidato penting bulan Juni
2009 di Kairo, bahwa AS akan secara langsung berpartisipasi dalam semua
negoisasi P5+1. Obama juga menytakan bahwa setiap negara memiliki hak untuk
mengeola dan memiliki program energi nuklir yang damai, dimana tidak ada
pengelolaan senjata nuklir. Itu adalah hal yang utama dalam perjanjian NPT.41
40
Reardon, Robert J. Iran’s Nuclear Program: Past, Present, and Future. RAND Corporation.
2012. https://www.jstor.org/stable/10.7249/j.ctt1q60rb.10 diakses pada 14 Januari 2019 41
The New York Times. Text: Obama's Speech in Cairo.
https://www.nytimes.com/2009/06/04/us/politics/04obama.text.html?mtrref=www.google.com&g
wh=AD4C27B00235E5549188D555B96FFC2C&gwt=pay 2009 (diakses pada 14 april 2019)
28
Strategi yang dijalankan AS untuk mencegah nuklir Iran pada era
kepemimpinan Barack Obama ada tiga hal kritis. Pertama, terkait kerjasama
dengan negara lain, AS harus mencapai persetujuan dengan empat anggota dewan
keamanan lainnya (Perancis, inggris, Cina, dan Rusia). Kedua, Iran harus di
berikan tawaran ekonomi yang menarik dan terperinci sebagai imbalan atas
penghentian sementara pengayaan program pengayaan nuklirnya. Ketiga,
pembatasan waktu negosiasi selama tiga bulan juga menjadi hal yang penting,
agar Iran tidak punya waktu untuk terus mengundur negosiasi dan meningkatkan
program pengayaannya.42
Setelah terpilihnya Presiden Barack Obama, Presiden Iran Mahmoud
Ahmadinejad menawarkan selamat kepada Barack Obama setelah terpilih sebagai
Presiden AS. Selama kampanye pemilihan, Obama telah menawarkan
pembicaraan dengan Iran tanpa prasyarat.43
Dalam hal ini pemerintahan Obama
berfokus untuk menghentikan pengayaan yang dilakukan oleh Iran. AS juga
masih menjalankan program terbuka dan rahasia yang diwarisi pemerintahan
Bush.
Obama mencoba untuk melakukan pemulihan hubungan dengan Iran tanpa
membayar apapun.44
Terlepas dari program tersebut dari sisi Iran juga khawatir
dengan serangan AS dan negara lain seperti Israel yang memiliki kekuatan nuklir
42
Ben-Meir, Alon. Negotiating Strategy to Prevent a Nuclear Iran. Vol. XXVI no.1. Center For
Global Affairs. New York. 2009. www.jstor.org/stable/20752874 (diakses pada 14 Januari 2019) 43
BBC. Obama's foreign policy: Is he hawk or dove? https://www.bbc.co.uk/news/world-us-
canada-19733883 2012 (diakses pada 16 Januari 2019) 44
Leverrett, Flynt dan Hillary Mann Leverrett. The United States, Iran and the Middle East’s New
“Cold War”. The International Spectator, Vol. 45 No. 1. Instituto Affair Internazionali. 2010.
www.sia.psu.edu/file-/Leverett/TheInternationalSpectatorArticleMarch2010 diakses pada 17
Januari 2019
29
di Timur Tengah. KekhawatIran akan keamanan negara yang mendorong Iran
berambisi untuk menjadi kekuatan dominan di Timur Tengah. Terlepas dari
tujuan utama, Iran tidak dapat dibujuk untuk menghentikan program pengayaan
nuklirnya, kecuali masalah keamanannya di kurangi. Dalam hal ini AS dapat
memberikan jaminan semacam itu.45
Hubungan antara Iran da AS lebih dari isu program nuklir, namun juga
terkait agenda kebijakan AS vis-a`-vis. Seperti hubungan Iran dengan kelompok-
kelompok yang diidenifikasi AS sebagai organisasi teroris, hubungan Iran
terhadap resolusi konflik Arab-Israel, dan hubungan Iran dengan konflik-konflik
lainnya. Sehingga hal ini membuat AS sulit untuk memberikan jaminan keamanan
yang lebih kuat kepada Iran dan kejasama di antara kedua negara. selain alasan
tersebut, untuk pemulihan hubungan kedua negara AS juga harus melihat
dinamika politik domestik sendiri.46
Adanya perubahan kepemimpinan di AS mendorong perubahan kebijakan
luar negeri. Hal ini sesuai dengan konsep Foreign Policy dari J K Holsti, bahwa
individu dapat mempengaruhi perubahan arah kebijakan luar negeri AS, yakni
sebagai alat melaksanakan kepentingan nasional sebuah negara. Hingga pada era
kepemimpinan Barack Obama mengambil sikap untuk membuka dialog dengan
“rogue states” terutama Iran, selain itu juga mengkritik kebijakan Bush sebagai
tindakan yang gegabah karena menginvansi Iran.
45
Ben-Meir, Alon. Negotiating Strategy to Prevent a Nuclear Iran. Vol. XXVI no.1. Center For
Global Affairs. New York. 2009. www.jstor.org/stable/20752874 diakses pada 14 Januari 2019 46
Ibid.
30
AS lebih melihat program nuklir Iran dapat mengubah Timur Tengah,
dengan menyeimbangi dominasi kepemilikan nuklir Israel. Hal ini akan
mendorong security dilemma, yaitu negara-negara lainya di Timur Tengah akan
berusaha juga untuk memiliki senjata nuklir yang mana akan terjadi perlombaan
senjata. Untuk menghentikan hal ini maka pemerintahan Barack Obama lebih
mendorong ke arah kebijakan Soft Diplomacy.47
Hingga pada April 2009,
Ahmadinejad mengumumkan bahwa Iran telah memperoleh siklus bahan bakar
nuklir di pabrik fabrikasi. Hal ini membuat Israel cemas akan perkemangan
program nuklir Iran.
Iran yang terus mengembangkan program nuklirnya, Israel tidak setuju
dengan sikap kepemimpinan Obama yang menggunakan jalur diplomasi. Israel
mencoba untuk memberikan tekanan pada AS. Setelah Benjamin Netanyahu
menjadi perdana mentri pada tahun 2009, sikap Israel semakin keras terhadap Iran.
Pada bulan September 2009, AS mengungkapkan adanya fasilitas pengayaan
uranium rahasia di Fordow, dekat Qown. Pada bulan selanjutnya presiden Obama
mencoba bernegosiasi pertukaran bahan bakar yang didukung oleh Ingris dan
Prancis.
Kesepakatan pertukaran bahan bakar berakhir, setelah Ahmadinejad
menghadapi perlawanan politik dari semua sisi, termasuk para reformis yang
mengkritik kesepakatan tersebut. Arah kebijakan Iran yang menemui titik terang
kerjasama dengan AS melalui penukaran bahan bakar itupun kembali runtuh, hal
47
Kurniadi, Akbar. Kesepakatan Amerika Serikat Menyetujui Joint Plan of Action (JPOA) dengan
Iran Terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran 2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 2006
31
ini karena Iran memihak kepada kritik tersebut. Pada akhirnya P5+1 mulai fokus
kembali pada pemberlakuan sanksi terhada program nuklir Iran. Hingga pada
bulan Desember Ahmadinejad mengumumkan bahwa Iran akan memulai
memperkaya 3,5% saham LEU-nya menjadi 20% untuk memicu TNRR. Setelah
itu pada Februari 2010, Iran menyatakan telah mulai memperkarya hingga 20%
PFEP di Natanz.
Hubungan Iran dan AS memasuki periode ketegangan yang lebih besar pada
November 2011. Setelah IAEA merilis sebuah laporan mengenai detail kegiatan-
kegiatan terkait senjata nuklir Iran pada masa lalu. Pemerintahan Obama akhirnya
memperketat sanksi AS terhadap Iran. Pada Desember 2011, AS menyetujui
sanksi baru yang akan menolak akses ke sistem keuangan AS oleh perusahaan
asing yang melakukan bisnis dengan bank sentral Iran. Iran merupakan penjual
minyak internasional yang besar, tentunya sanksi AS akan mempengaruhi ekspor
Iran.48
Iran tidak sedikitpun mundur dari program nuklir yang telah berjalan.
Bahkan setelah sanksi dan embargo yang di berikan selama dua dekade terakhir
ini membuat Iran semakin keras. Selain itu Presiden Ahmadinejad Iran terus
menentang ketidak adilan negara-negara barat. Iran juga menggunakan PBB untuk
mengkritisi sikap negara-negara barat dalam melihat Iran dan Israel dengan
pendekatan yang berbeda.49
Bahkan Iran mengancam untuk menutup selat
48
Reardon, Robert J. Iran’s Nuclear Program: Past, Present, and Future. RAND Corporation.
2012. https://www.jstor.org/stable/10.7249/j.ctt1q60rb.10 (diakses pada 14 Januari 2019) 49
Rofii, M. Sya’roni. Memahami Manuver Iran dan Dinamika Politik Kawasan Timur
Tengah.Volume 1, Nomor 1. Marmara University. Istanbul. 2013.
www.researchgate.net/publication/318774708 (diakses pada 15 Januari 2019.)
32
Hormuz, AS dan eropa yang selama ini melakukan distribusi perdagangan dunia
melalui selat itu. Setelah itu AS menganggap ancaman tersebut sebagai tindakan
yang tidak akan ditoleransi dan merupakan sebuah provokasi terhadap negara
lain.50
Tekanan yang di berikan ke Iran juga berasal dari sekutu AS yaitu Israel
yang menganggap program nuklir Iran sebagai sebuah ancaman. Israel terus
mendesak AS, hal ini dilakukan agar Iran tidak mampu mengembangkan
teknologi sehingga harus diberikan sanksi atau embargo. Sanksi yang
diberlakukan oleh PBB, AS dan Uni Eropa dalam upaya memaksa Iran yaitu
dengan cara melumpuhkan ekonominya. Penjualan minyak di pasar Internasional
dan menggunakan sistem perdagangan global dibekukan dengan menghentikan
beberapa aksesnya diluar negeri. Hingga Iran mengalami kerugian lebih dari
$ 160 miliar pada tahun 2012 saja.51
Pada 2013 Iran melakukan pergantian presiden, yaitu terpilihnya Hassan
Rouhani. Pada periode kepemimpinan Iran ini mengalami pergeseran arah
kebijakan. Antara Iran dan AS baru-baru ini bertukar surat membahas tentang
nuklir. Saat itu Hassan Rouhani menegaskan bahwa Iran senjata nuklir tidak
memiliki tempat dalam doktrin pertahanan dan keamanan Iran. Sedangkan Obama
yang menggunakan dua cara yaitu diplomasi dan menekan Iran dengan sanksi
tetap bersikeras kepada Iran agar memenuhi tanggung jawab dibawah perjanjian
50
Kurniadi, Akbar. Kesepakatan Amerika Serikat Menyetujui Joint Plan of Action (JPOA) dengan
Iran Terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran 2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 2006 51
Yoshitomo, Aldino. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Pengembangan Nuklir
India dan Iran. eJurnal Ilmu Hubungan Internasional Volume 5 (4). Samarinda. 2017.
www.ejurnal.hi.fisip-unmul.ac.id
33
Non-poliferasi nuklir dan resolusi DK PBB. Selain itu Obama juga menyatakan
bahwa AS tidak mencari perubahan rezim dan menghormati rakyat Iran untuk
mengakses energi nuklir damai.
Dialog di kedua negara mulai terjalin, selain itu Iran juga menegaskan
bahwa tindakan yang diambil bukanlah untuk meningkatkan ketegangan dengan
AS.52
Rouhani tidak lagi mengarahkan kebijakan luar negeri Iran yang anti barat,
bahkan mencoba untuk membuka kembali negosiasi dengan P5+1. Pada bulan
September tahun 2013, Rouhani melakukan kunjungan ke markas PBB. Bahkan
pada saat itu Rouhani yang sedang berada di New York sempat melakukan kontak
langsung melalui telephon dengan presiden Barack Obama untuk membicarakan
hal terkait kesepakatan nuklir.53
Pada periode pemerintahan Obama periode 1 dapat di lihat adanya
pergeseran kebijakan luar negeri. Hal ini membuktikan teori faktor perubahan
kebijakan menurut Holsti dimana AS yang mengalami pergantian kepemimpinan,
sehingga hal ini mempengaruhi sikap AS terhadap Iran. Namun, juga adanya
tekanan dari luar yaitu terkait dengan tekanan Israel, maupun ancaman yang
dilakukan oleh Iran. Namun, dengan adanya pergantian kepemimpinan pada Iran
juga mempengaruhi hubungan kedua negara. pada akhir pemerintahan Obama
periode satu, terjadi perubahan hubungan yang signifikan. Hal ini dapat di lihat
dari tindakan kedua negara yang pada akhirnya mau untuk membuka dialog.
52
BBC. Obama urges diplomatic push on Iran nuclear programme. 2013.
www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-24218272 diakses pada 14 Januari 2019 53
Budianto, Karsan. Kebijakan Luar Negeri Iran Menyepakati Perjanjian The Joint
Comprehensive Plan of Action (JCPOA) Dalam Pembatasan Program nuklir Iran 2013-2015.
JOM FISIP Vol. 3 no.1. Universitas Riau. Riau. 2016.
34
2. Masa Kepemimpinan Barack Obama periode 2013 – 2017
Pada tahun 2013 Obama dan presiden baru Iran terpilih melakukan dialog
langsung melalui telephon. Kelanjutan dari dialog tersebut adalah beberapa opsi
perundingan yang melibatkan Senator John Kery dan Menteri Luar Negeri Iran
Javad Zarif. Mengingat banyaknya perundingan di antara kedua negara ini yang
mengalami kebuntuan, namun dua wakil dari kedua negara ini melakukan kontak
diplomatik yang cukup Intens.54
Beberapa dialog telah dilakukan oleh perwakilan dari negara AS maupun
Iran tentang program nuklir. Hingga sampai kepada kesepakatan untuk melakukan
pertemuan formal antara para mitra. Pertemuan tersebut di hadiri oleh para
Menteri Luar Negeri dari anggota P5+1. Pada saat itu Hassan Rouhani
menyatakan siap untuk memulai kembali perundingan nuklir tanpa persyaratan,
namun Israel sebagai musuh Iran meragukan pernyataan tersebut. Tetapi Iran tetap
melakukan dialog terkait penyelesaian masalah program nuklirnya. Setelah itu
kepala luar negeri Uni Eropa Baroness Catherin Ashton, bertemu dengan Zarif
menggambarkan diskusi mereka baik dan konstruktif. Dia menyatakan timnya
akan mengadakan pembicaraan dengan Zarif lagi pada bulan Oktober di Jenewa.55
Hingga pada akhirnya tanggal 24 November Iran dan P5+1 mencapai
sebuah kesepakatan sementara, yakni menghentikan pengayaan di atas 5 %. Selain
itu juga berhenti melakukan pemasangan sentrifugal dan menghentikan reaktor air
54
Rofii, M. Sya’roni. Memahami Manuver Iran dan Dinamika Politik Kawasan Timur
Tengah.Volume 1, Nomor 1. Marmara University. Istanbul. 2013.
www.researchgate.net/publication/318774708 diakses pada 15 Januari 2019. 55
BBC. Obama urges diplomatic push on Iran nuclear programme. 2013.
www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-24218272 (diakses pada 14 Januari 2019)
35
berat di arak.56
Selanjutnya negara-negara tersebut juga melakukan kesepakatan
pada 14 Juli 2014, setelah melakukan pertemuan-pertemuan yang di inisiasi oleh
John Kerry, hingga terciptanya perjanjian Joint Coprehensive Plan of Action
(JCPOA). Perjanjian ini membatasi kapasitas nuklir untuk pembuatan senjata dan
mengurangi pengayaan uranium selama 15 tahun.
Kesepakatan JCPOA dapat di lihat AS sebagai hal yang penting mengingat
konteks kemampuan Iran dalam prosuksi minyak. Iran sediri merupakan produsen
minyak internasional yang besar, jumlah produksi bisa mencapai 2 juta barel
perhari, sehingga diharapkan dapat menjadi mitra bagi AS yang membutuhkan
suplai energi yang besar. Pada saat yang bersamaan Iran juga tidak memiliki
teknlogi yang muktakhir dalam eksplorasi minyak. Namun, selain hal tersebut AS
juga melihat dari sisi cara menyeimbangi pengaruh Rusia yang begitu kuat di
Iran.57
Kesepakatan yang telah di bentuk untuk program nuklir Iran mengalami
kencaman dari beberapa pihak. Kencaman itu datang dari kalangan garis keras
Iran, maupun sejumlah kalangan di kongres Amerika Serikat, dan perdana mentri
Israel. Benjamin Netanyahu menyatakan hal itu merupakan kesepakatan yang
membahayakan kawasan Timur Tengah dan Israel. sedangkan AS menegaskan
bahwa tidak akan mengambil langkah tersebut jika kesepakatan itu mengancam
Israel.
56
Kurniadi, Akbar. Kesepakatan Amerika Serikat Menyetujui Joint Plan of Action (JPOA) dengan
Iran Terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran 2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 2006 57
Rofii, M. Sya’roni. Memahami Manuver Iran dan Dinamika Politik Kawasan Timur
Tengah.Volume 1, Nomor 1. Marmara University. Istanbul. 2013.
www.researchgate.net/publication/318774708 (diakses pada 15 Januari 2019.)
36
Rouhani menegaskan bahwa program nuklir Iran bertujuan damai sejak
awal. Iran juga akan menaati kesepakatan ini karena tidak “bermuka dua” dan
menghormati segala bentuk kesepakatan akhir, namun juga menegaskan bahwa
Iran memiliki pilihan jika negara barat mengambil arah kebijakan lain.58
Kesepakatan yang bersejarah pada Juli 2015 ini juga dianggap Rouhani sebagai
tonggak diplomasi luar negeri Iran yang besejarah. Dalam kesepakatan ini Iran
mengurangi aktivitas nuklirnya dengan balasang pengurangan sanksi ekonomi.59
Setelah kesepakatan JCPoA berjalan, Iran harus mengurangi timbunan
uraniumnya sekitar 98%. Selain itu Iran juga harus menghapuskan pengayaan
uranium selama 15 tahun, kegiatan penelitian yang dilakukan Iran juga harus
dibatasi, selain itu IAEA mendapat akses ke seluruh tempat perkembangan
program nuklir Iran. Namun kesepakatan itu dapat menguntungkan Iran karena
pencabutan sanksi ekonomi dari negara barat. Pembatasan kerjasama perusahan-
perusahan AS ke Iran yang dulu berjalan kini memulai lankah baru.
Setelah beberapa bulan kesepakatan JCPoA berjalan Iran mulai melakukan
peningkatan kerjasama dan ekonomi negara itu. pertama kali Iran mulai membuka
kesepakatan besar dengan salah satu perusaan pesawat AS yaitu Boeing, setelah
itu juga bekerja sama dengan perusahaan lainnya salah satunya adalah kerjasama
dengan Airbus. Kerjasama di setujui oleh AS secara Resmi.
58
Presiden Iran bertekad patuhi ketentuan kesepakatan nuklir. 2015.
www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150404_presiden_Iran_nuklir (diakses pada 13 Januari
2019) 59
Kesepakatan nuklir Iran: AS, Uni Eropa dan Iran bertemu. 2016.
www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/01/160116_dunia_kesepakatan_nuklir (diakses pada 20
Januari 2019)
37
Iran juga tidak hanya meningkatkan kerjasama dengan beberapa perusahan,
namun juga meningkatkan penjualan minyak dunia. Ekspor minyak Iran yang
melimpah sempat membuat harga minyak global anjlok di bawah $30 perbarel,
meskipun beberapa hari kemudian mulai naik kembali. Di lihat dari Ekspor
minyak Iran yang melimpah, hal ini justru memperburuk ketegangan dengan
produsen minyak Arab saudi. Namun, terlepas dari hal itu dapat di lihat bahwa
kerjasama ini membuat ekonomi Iran lebih membaik, PDB akan tumbuh hingga
5,5% pada tahun 2016 menurut Dana Moneter Internasional, hal itu melebihi
perkiraan sebeulmnya yang hanya sebesar 1,5%. 60
60
Iran nuclear deal one year out: the good, bad, and ugly. 2016.
www.cnn.com/cnn/2016/07/14/middleeast/Iran-nuclear-deal-one-year-anniversary/index.html
(diakses pada 26 Januari 2019)
38
BAB III
PERJANJIAN NUKLIR IRAN DAN PENARIKAN DIRI
AMERIKA SERIKAT DARI JCPoA
A. Joint Comprehensive Plan of Action (JCPoA) dan Implementasinya
Joint Comprehensive Plan of Action (JCPoA) tercapai pada 2015. Adapun
yang ikut dalam kesepakatan bersama yaitu P5+1 ( Cina, Prancis, Jerman, Rusia,
Ingris, dan AS, yang dikoordinasi oleh AS) dan Republik Islam Iran. 61
Tujuan
utama dari perjanjian ini adalah memastikan bahwa Iran menjalankan program
nuklir yang tidak mengarah kepada nuklir sebagai senjata, ataupun membuat
nuklir sebagai senjata secara diam-diam.
Perjanjian JCPoA tersebut mengatur hal terkait pengayaan uranium di
Fordow dan Natanz harus dibatasi dan reaktor air berat, di Arak. Uranium yang
diperkaya hingga 5 persen digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir, 20
dalam reaktor riset atau untuk medis, sedangkan hingga 90 digunakan dalam
membuat senjata nuklir.62
Kesepakatan JCPoA ini merupakan perjanjian yang memungkinkan Iran
menikmati sepenuhnya hak energi nuklir untuk tujuan damai. P5+1 dan Iran akan
bertanggung jawab atas kesimpulan dan implementasi jangka pendek bersama
langkah-langkah dan solusi komprehensif dengan itikad baik. Komisi E3/EU + 3
61
UNITED NATIONS SECURITY COUNCIL. Resolution 2231 (2015) on Iran Nuclear Issue
Backgroundhttps://www.un.org/securitycouncil/content/2231/background 2015 (diakses pada 12
Januari 2019) 62
CFR. Impact Iran nuklir Agrement https://www.cfr.org/backgrounder/impact-Iran-nuclear-
agreement (diakses pada 20 februari 2019)
39
dan Iran akan di bentuk untuk memantau implementasi dan mengatasi masalah
yang mungkin timbul, dengan IAEA bertanggungjawab untuk verifikasi terkait
tindakan program nuklir Iran.
Pada kesepakatan awal ini Iran akan melakukan tindakan sukarela. Pertama,
Iran tidak akan memperkaya uranium lebih dari 5% selama 6 bulan. Kedua, Iran
tidak akan melakukan penelitian lebih lanjut dan membuat kemajuan penelitian
dari kegiatannya di Natanz, Fordow, atau Arak, yang ditunjuk IAEA sebagai IR-
40. Ketiga, tidak ada lokasi baru untuk pengayaan. Keempat, tidak akan ada
pembangunan fasilitas yang mampu memproses ulang. Kelima, pemantauan oleh
IAEA yang ditingkatkan.
Sebagai imbalan dari pemberlakuan hal itu P5 + 1 akan melakukan beberapa
tindakan sukarela. Pertama, menangguhkan sanksi AS dan UE ( Ekspor
petrokimia, emas dan logam mulia, serta sanksi atas layanan terkait). Kedua,
menangguhkan sanksi AS terhadap industri otomotif Iran. Ketiga, tidak ada sanksi
baru Dewan Keamanan PBB dan Uni Eropa terkait nuklir. Keempat, AS akan
menahan diri untuk menjatuhkan sanksi baru terkait nuklir. Kelima, membangun
kerjasama keuangan untuk memfasilitasi perdagangan domestik Iran
menggunakan pendapatan minyak Iran di luar negeri. Keenam, meningkatkan
otoritas UE untuk transaksi pedagangan non-sanksi dalam jumlah yang telah
disepakati.
Joint Comprehensive Plan of Action (JCPoA) adalah perjanjian yang
dicapai oleh Iran dan P5 + 1 (China, Prancis, Jerman, Rusia, Ingris, dan Amerika
40
Serikat) pada 14 Juli 2015 kesepakatan nuklir disahkan oleh resolusi 2231 Dewan
Keamanan PBB, tepatnya pada 20 Juli 2015. Kesepakatan ini berisi perjanjian
terperinci tentang program nuklir Iran, yang akan di verifikasi terkait kepatuhan
Iran terhadap ketentuan terkait program JCPoA oleh IAEA.
Adapun agenda penerapan JCPoA ini terbagi menjadi beberapa tahap.
Pertama, hari finalisasi dari perjanjian tersebut yaitu pada 14 Juli 2015. Kedua,
pada 18 Oktober 2015 setelah disahkan JCPoA dalam jangka waktu 90 hari,
merupakan waktu untuk rencana mengambil langkah – langkah untuk memenuhi
komitmen hingga dapat mengimplementasikan JCPoA secara penuh. Ketiga, 16
Januari 2016 adalah hari mengimplementasikan JCPoA, IAEA menyatakan bahwa
Iran telah mengambil beberapa lagkah kunci untuk membatasi pogram nuklirnya.
JCPoA itu sendiri merupakan perjanjian yang berlaku selama 15 tahun,
sehingga ada periode selanjutnya setelah mengimplementasikan perjanjian
tersebut. Keempat, Oktober 2023, hari transisi yaitu setelah 8 tahun perjanjian itu
di terapkan. Pada waktu tersebut akan menjadi pemicu PBB untuk mencabut
pembatasan rudal, Iran meratifikasi protokol tambahan, UE untuk menghentikan
sanksi nuklir yang tersisa, AS untuk menghapus entitas tertentu dari daftar sanksi.
Kelima, pada Oktober 2025 merupakan waktu akhir program tersebut. 63
Pada 13 Oktober 2015 Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat
mengeluarkan memorandum yang berkaitan dengan JCPoA. Memorandum
tersebut ditunjukan kepada Senator, Menteri Keuangan, Menteri Energi, dan
63
ARMS CONTROL. he Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) at a Glance
https://www.armscontrol.org/factsheets/JCPOA-at-a-glance 2018 (diakses pada 23 april 2019)
41
Menteri Perdagangan untuk mempersiapkan implementasi JCPoA. Barack Obama
memerintahkan untuk mengambil semua tindakan tambahan yang sesuai untuk
memastikan pelaksanaan komitmen AS yang cepat dan efektif sebagaimana diatur
dalam JCPoA, sesuai dengan hukum AS.64
Pengaruh yang dihasilkan dari JCPoA kepada Iran signifikan meskipun
belum mencapai target. IMF menyatakan bahwa tahun pertama setelah
implementasi kesepakatan PDB riil Iran tumbuh 12,5%. Iran memiliki target 8%
pertumbuhan ekonomi pada tahun selanjutnya, namun IMF memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Iran tetap sehat pada angka 4%, meskipun belum mencapai
target. Sanksi yang diberikan pada Iran disektor energi mengurangi setengah
ekspor minyak, sekitar 1,1 juta barel perhari pada 2013, namun setelah perjanjian
meningkat hingga 2,5 juta barel setiap hari.
Pengaruh perjanjian ini juga dapat di lihat dari beberapa sektor ekspor Iran
yang terkenal. Pada ekspor non-minyak meningkat hampir $ 5 milliar lebih dari
tahun sebelum kesepakatan nuklir. Perdangan karpet dan kaviar juga meningkat,
yang sebelumnya sanksi memangkas 30% dari eskpor barang tersebut. Turki,
China, dan Korea Selatan tetap menjadi mitra dagang utama Iran, namun dengan
64
White House. Presidential Memorandum -- Preparing for Implementation of the Joint
Comprehensive Plan of Action of July 14, 2015 (JCPOA)
https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2015/10/18/presidential-memorandum-
preparing-for-implementation-of-the-joint-comprehensive-plan-of-action pada 02 Februari 2019
42
adanya kesepakatan ini perdagangan Iran dengan Uni Eropa meningkat secara
signifikan.65
BAGAN III. 1 Pertumbuhan Ekonomi Iran dari Tahun 2005 hingga 2019
(Mendapatkan sanksi internasional) (Diberlakukannya Kembali Sanksi AS)
(JCPoA Diimplementasikan)
(%)
(Tahun)
Sumber : BBC
Dari Bagan III.1 berikut dapat di lihat bahwa nilai mata uang Iran naik
secara signifikan saat JCPoA diimplementasikan. Namun, setelah pergantian
pemimpin AS, Trump pada tahun 2017 mulai menyatakan enggan untuk
menyetujui kepatuhan Iran terhadap JCPoA. Sehingga hal ini berdampak buruk
dan nilai mata uang Iran mulai menurun.
65
Amir Paivar, BBC. Nuclear deal: Is Iran's economy better off now?.
www.bbc.com/news/world-middle-east-43975498 2018 (diakses pada 23 april 2019)
43
GRAFIK III. 1 Fluktuasi Inflansi Yang Terjadi Di Iran Sejak 2001
(persentase)
(tahun)
Sumber : BBC
Inflansi setelah AS memutuskan untuk keluar dari kesepakatan tersebut nilai
mata uang Iran jatuh ke rekor terandah dan tingkat inflansi tahunnya meningkat
empat kali lipat. Di lihat pada tahun 2017 Iran berhasil menurunkan inflansi
hingga 9%. Namun IMF memperkIran bahwa inflansi bisa mencapai 31% pada
2018. Sedangkan pada tahun 2019 bisa mencapai 37% bahkan lebih jika ekspor
minyak terus menurun.66
66
BBC. Six charts that show how hard US sanctions have hit Iran
https://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-48119109 2019 (diakses pada 16 juni 2019)
44
B. Penarikan AS dari perjanjian JCPoA pada masa kepemimpinan
Trump.
Setelah terpilihnya Trump pada pemilu AS 8 November 2016, seminggu
kemudian parlemen AS melolosan RUU perpanjangan sanksi nuklir Iran dan akan
diberlakukan hingga 10 tahun mendatang. Pemberlakuan kebijakan ini merupakan
upaya menekan Iran agar tidak mengembangkan senjata nuklir. Bukan hanya
perpanjangan sanksi untuk Iran, DPR AS juga meloloskan RUU tentang
pemblokIran penjualan pesawat komersial Boeing dan Airbus ke Iran. Selain
Parlemen, Trump sebagai presiden baru AS memang kerap mengkritik
pemerintahan AS sebelumnya karena dinilai lemah dalam menghadapi nuklir Iran
pada masa kampanye, juga menyatakan JCPOA sebagai kesepakatan terburuk
yang pernah dinegosiasikan.67
Bukan hanya pertentangan yang muncul dari domestik AS namun juga dari
negara-negara sekutu AS di Timur Tengah. Negara-negara teluk serta Israel masih
menentang kesepakatan JCPOA tersebut, juga mendorong AS untuk tetap
menjatuhkan sanksi. Iran yang melakukan beberapa uji coba rudal pada Maret
2016 dan beberapa uji coba lainnya setelah kesepakatan JCPOA, menuai banyak
kritik. Hal ini membuat negara di Timur Tengah khususnya Israel khawatir akan
perjanjian JCPoA, terlebih lagi peningkatan power Iran dengan uji coba rudal
yang terus dilakukan. Bahkan Perdana Mentreri Israel, Benjamin Netanyahu
67
CNN. Iran Akan Balas Dendam jika AS Langgar Kesepakatan Nuklir
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161124104734-120-174954/Iran-akan-balas-
dendam-jika-as-langgar-kesepakatan-nuklir 2016 (diakses pada 18 Januari 2019)
45
menuduh Iran uji coba rudal balistik, yang dianggap melanggar kesepakatan
internasional pada bulan Januari 2017.68
Setelah peluncuran rudal balistik yang dilakukan Iran, Donald Trump
menerapkan sanksi terhadap Iran. Sudah ada 13 orang dan 12 perusahan termasuk
sejumlah kelompok di Cina, Lebanon dan UEA yang menjadi target sanksi
tersebut. ini merupakan tindakan yang dilakukan Trump setelah pernyataan yang
disampaikandia bawa Iran tidak menghargai kebaikan Presiden Obama terhadap
mereka. Hal ini memiliki alasan yang disampaikan oleh John Smith penjabat
pelaksana Kepala Sanksi Departemen Keuangan, bahwa bahwa Iran telah
meneruskan dukungan terhadap terorisme dan memberikan ancaman terhadap
wilayah, pada mitra AS di seluruh dunia dan tentunya negara AS dengan
pengembangan program uji balistik Iran.69
Iran menganggap uji coba rudal yang dia lakukan merupakan bagian dari
memperkuat pertahanan negara, pada bulan Juli 2017 Iran berhasil meluncurkan
satelit keluar angkasa. Juru bicara Menteri Luar Negeri AS menilai hal itu
merupakan tindakan provokatif. Selain itu juga bisa membahayakan resolusi
keamanan PBB dan menujukkan niatan Iran akan mengembangkan nuklir karena
dianggap sebagai kelanjutan dari pengembangan misil balistik.
68
BBC. PM Israel tuduh Iran luncurkan uji coba rudal balistik
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-38804675 2017 (diakses pada10 februari 2019) 69
BBC. AS jatuhkan sanksi terhadap Iran setelah uji coba rudal
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-38866037 2017 (diakses pada 10 februari 2019)
46
Ketegangan mulai terjadi di antara AS dan Iran setelah enam bulan Trump
menjabat. 70
Namun, Iran justru melakukan kembali uji coba rudal jarak
menengah yang berjalan sukses pada bulan September 2017. Rudal tersebut
dinamakan “Khoramshahr” dengan daya jangkau 2000 kilometer. Rudal tersebut
mampu mencapai pangkalan militer AS di Timur Tengah.71
Dalam situs pemerintahan AS, Donald Trump memberikan pernyataan
tentang strategi Iran pada 13 Oktober 2017. Dia menyatakan bahwa kewajiban
tertinggi seorang presiden ialah memastikan keselamatan dan keamanan rakyat
AS. Pernyataan tersebut berupa pengambilan kebijakan untuk bermusuhan dengan
rezim Iran dan untuk memastikan bahwa Iran tidak pernah, dan bermaksud untuk
memperoleh senjata nuklir.72
Rezim Iran dikatakan oleh Donald Trump, merupakan sponsor utama negara
terorisme di dunia. Iran mengembangkan, dan memperbanyak rudal yang
mengancam pasukan AS dan sekutu. Rezim Iran juga mengancam kebebasan di
Teluk Arab dan Laut Merah, selain itu juga memicu kekerasan di Irak, perang
70
CNN. Iran Sukses Luncurkan Satelit, AS Meradang
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170728050156-120-230868/Iran-sukses-
luncurkan-satelit-as-meradang 2017 (diakses pada 11 februari 2019) 71
BBC. Iran uji coba rudal jarak menengah setelah dicemooh Trump
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-41370755 2017 (diakses pada 10 Februari 2017) 72 White House. Remarks by President Trump on Iran Strategy.
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-president-trump-Iran-
strategy/ 2017 (diakses pada 30 April 2019)
47
saudara di Yaman dan Suriah. Sehingga menurutnya perjanjian nuklir dengan Iran
yaitu JCPOA adalah salah satu kesepakatan terburuk yang pernah dilakukan AS.73
Setelah menjelaskan tentang setrategi baru AS menghadapi Iran. pada
Oktober 2017, AS akan bertindak lebih tegas dari sebelumnya. AS akan melawan
perang Iran di Yaman dan suriah, juga memotong aliran dana rezim ke teroris.
Terkait program balistik an keiatan terlarang lainnya dengan menambahkan 14 ke
daftar sanksi, mendukung rakyat Iran atas rezim korup yang menggunakan uang
rakyat untuk sistem senjata dalam negeri dan terorisme di luar negeri.
Pada Januari 2018 Presiden Donald Trump menguraikan dua kemungkinan
yang akan terjadi terkait kesepakatan nuklir Iran. Hal yang kemungkinan terjadi
selanjutnya adalah memperbaiki kekurangan dari kesepakatan itu, atau AS akan
mundur. Ada beberapa poin yang harus diperhatikan terkait memerbaiki kesepakat
tersebut.
a. Harus ada tuntutan agar Iran mengizinkan inspeksi di semua lokasi yang
diminta oleh international inspectors.
b. Memastikan Iran tidak pernah memiliki senjata nuklir.
c. Tidak seperti kesepakatan nuklir sebelumnya yang memiliki waktu 15
ahun, kententuan ini harus tidak memiliki tanggal kedaluwarsa.
73
White House. Remarks by President Trump on Iran Strategy. Internet diakses di:
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-president-trump-Iran-strategy/ 2017
(diakses pada 10 Januari 2019)
48
d. Undang-undang harus secara eksplisit menyatakan bahwa program rudal
jarak jauh dan senjata nuklir tidak dapat dipisahkan, juga pengembangan
dan pengujian rudal harus dikenai sanksi berat.
Trump menyatakan tidak seperti pemerintahan sebelumnya, pemerintahan
Trump akan berunding dengan sekutu-sekutu Eropa dalam upaya untuk
mengamankan perjanjian tambahan baru. Hal ini berupa menjatuhkan sanksi
multilateral baru jika Iran mengembangkan dan menguji rudal jarak jauh,
menggagalkan inpeks, atau membuat kemajuan untuk senjata nuklir. Namun
untuk sekarang Trump akan mengabaikan penerapan sanksi tertentu untuk
mengamankan perjanjian sekutu Eropa untuk memperbaiki kelemahan dari
perjanjian nuklir Iran.74
Pada 8 Mei 2018 Presiden AS yaitu Donald Trump mengeluarkan
memorandum terkait nuklir Iran. Dalam memorandum tersebut Trump
menyatakan menghentikan partisipasi AS dalam Joint Comprehensive Plan of
Action (JCPoA) dan mengambil tindakan tambahan untuk menangkal pengaruh
malign Iran dan menghentikan jalan Iran menuju senjata nuklir. Hal ini
dikarenakan Iran merupakan pendukung terorisme, sejak 1979 revolusi Iran telah
menyatakan permusuhan dengan AS, dan Iran meningkatkan tujuan revolusinya
melalui pengerjaan senjata nuklir dengan pengayaan uranium.
74
White House. President Trump Says the Iran Deal is Defective at Its Core. A New One Will
Require Real Commitments. https://www.whitehouse.gov/articles/president-trump-says-Iran-deal-
defective-core-new-one-will-require-real-commitments/ 2018 (diakses pada 12 Januari 2019)
49
Dalam perjanjian JCPOA Iran telah melanggar batas persediaan air berat
pada 2016, bahkan Iran secara terbuka menyatakan akan menolak akses IAEA ke
situs-situs militer yang bertentangan langsung dengan protokol tambahan. Trump
sendiri sudah mengeluarkan dua memorandum sebelumnya yaitu pada 13 Oktober
2017 dan 12 Mei 2018 tentang peninjauan kembali kesepakatan nuklir Iran,
namun tidak berjalan. Hal ini menyebabkan AS memutuskan untuk keluar dari
JCPOA dan memberlakukan kembali sanksi yang berkaitan dengan nuklir Iran,
yang akan diterapkan maksimal 120 hari setelah memorandum ini.75
Pada bulan Februari awal, angkatan bersenjata Iran meresmikan rudal
balistik jarak jauh. Rudal balistik yang dinamakan “Dezfu” merupakan versi
terbaru dari rudal Zolfaghar yang memiliki jangkauan 700 kilometer dan memiliki
hulu ledak mencapai 430 kilomter, sedangkan rudal baru ini memiliki jarak
tempuh hingga 1.000 kilometer. Setelah peresmian rudal tersebut Iran mengkalim
ada sejumlah rudal yang mampu menjangkau pangkalan militer Israel dan AS
dikawasan itu, karena jarak tempuh hingga 2.000 kilometer. 76
C. Program Rudal Balistik Iran dan Respon AS
Setelah tercapainya kesepakatan JCPoA, AS khawatir dengan tindakan yang
dilakukan Iran terkait program balistiknya. Iran telah melakukan beberapakali uji
coba rudal sejak 1991 hingga 2019. Adapun data uji coba tersebut ialah:
75
Reuters. Iran rejects U.S. demand for U.N. visit to military sites
https://www.reuters.com/article/us-Iran-nuclear-usa/Iran-rejects-u-s-demand-for-u-n-visit-to-
military-sites-idUSKCN1B918E 2017 (diakses pada 24 april 2019).. 76
CNN. Iran Pamer Rudal Balistik Baru, AS Geram
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190208132646-120-367450/Iran-pamer-rudal-
balistik-baru-as-geram 2019 (diakses pada 17 april 2019)
50
TABEL III. 1 Data Uji Coba Rudal yang Dimiliki Iran
Count of
TestOutcome Column Labels
Row Labels Failure Success Unknown
Grand
Total
Emad
1
1
Fateh-110-D1
1 1 2
Ghadr-1 1 8 2 11
Hormuz-2 1 1
2
Kavoshgar
3
3
Qiam-1 2 2
4
Safir 6 5
11
Safir-2 1
1
Sejjil
4 1 5
Shahab-1
44 6 50
Shahab-2
1 9 10
Shahab-3 5 7 3 15
Simorgh 1 3
4
Unknown 4 1 2 7
Zulfiqar
10
10
Grand Total 21 91 24 136
Sumber : NTI (Nuclear Threat Initiaive)
Ada beberapa jenis rudal yang dikembangkan Iran pada periode setelah
kesepakatan JCPOA. Adapun jensinya yaitu SRBM, MRBM, IRBM, dan SLV.
Sedangkan yang dikembangkan pertama kali tiga bulan setelah tercapainya
51
JCPOA adalah jenis rudal balistik IRBM (Intermediate-range Balistic Missile).
Sedangkan total uji rudal yang dilakukan Iran ada sebanyak 136 kali.
TABEL III. 2 Uji Coba Rudal Pada Tahun 2015-2019
Count of
TestOutcome
Column
Labels
Row Labels Failure Success Unknown
Grand
Total
2015 4 4
2016 3 1 4 8
2017 2 9 11
2018 2 6 1 9
2019 2 2
Grand Total 9 20 5 34
Sumber : NTI (Nuclear Threat Initiaive)
Dari data dua tabel di atas bisa di lihat bahwa Iran telah melakukan
beberapa kali uji coba sejak tahun 1991-2019. Total uji coba dilakukan sebanyak
136 kali dengan 91 kali keberhasilan. Sedangkan uji coba rudal yang dilakukan
setelah perjanjian JCPOA disetujui hingga 2019, dilakukan sebanyak 32 kali.
Namun mengacu pada data tersebut merupakan data rudal yang dikembangkan
52
Iran dengan beberapa jenis rudal yang lebih berfokus kepada jenis rudal antar
benua. 77
Pada Oktober 2015 Iran melakukan uji coba rudal balistik, yang merupakan
peningkatan akurasi serangan jarak jauh. Rudal ini dinamakan Emad yang
merupakan pengembangan dari rudal Shahab-3 yang beroprasi sejak 2003. Rudal
ini memiliki sistem pemandu dan kendali sedangkan jarak yang mampu dicapai
1.700 kilometer dengan tingkat akurasi 500 meter, juga dapat membawa beban
750 kilogram.78
Pelaksanaan uji coba tersebut dianggap sebagai pelanggaran sanksi PBB
pada Desember 2015, dikarenakan mampu membawa hulu ledak nuklir menurut
laoran tim pengamat PBB. Hal ini menjadi desakkan untuk kongres AS agar
menjatuhkan sanksi untuk Iran. Jika di lihat secara teknis uji rudal Emad secara
teknis tidak melanggar kesepakatan nuklir di antara Iran dan P5+1, namun bisa
menjadi kritik untuk pemerintahan Obama yag mendukung kesepakatan nuklir
dengan Iran.79
AS tentunya tidak hanya berdiam diri dalam menanggapi uji coba rudal
yang dilakukan Iran. AS sedang mempersiapkan sanksi baik secara diplomatis
maupun secara teknis, namun Penasihat keamanan AS Ben Rhodes juga
77
NTI. The CNS Iran Missile and SLV Launch Database
https://www.nti.org/analysis/articles/cns-Iran-missile-and-slv-launch-database/ 2019 (diakses
pada 4 april 2019) 78
CNN. Iran Sukses Uji Coba Rudal Balistik Presisi Tinggi. Denny Armandhanu.
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151011162527-120-84264/Iran-sukses-uji-coba-
rudal-balistik-presisi-tinggi? 2015 (diakses pada 20 februari 2019) 79
CNN Pakar Nuklir: Uji Coba Rudal Iran Langgar Sanksi PBB
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151216074109-120-98516/pakar-nuklir-uji-coba-
rudal-Iran-langgar-sanksi-pbb 2015 (diakses pada 20 februari 2019)
53
menyatakan bahwa hal itu membutuhkan lebih banyak waktu. 80
Namun ancaman
yang dilakukan AS justru membuat Iran meningkatkan program rudalnya.
Permasalahan dalam uji coba rudal yang dilakukan Iran, sebenarnya terkait
dengan apa yang boleh dimiliki dan dikembangkan oleh Iran. Selain itu terkait
dengan apakah rudal tersebut mampu membawa hulu ledak nuklir atau tidak.
Berbeda dengan rudal jelajah yang terbang rendah, rudal Emad merupakan rudal
balistik yang mampu melesat tinggi. Jika di lihat dari resolusi DK PBB 1929,
tahun 2010 uji coba rudal balistik Iran merupakan tindakan yang dilarang.
Kesepakatan ini masih berlaku sampai kesepakatan antara Iran dengan AS di
terapkan.81
Pada Januari 2016 Iran justru kembali mempublikasikan program rudalnya.
Fasilitas pangkalan rudal bawah tanah Iran diresmikan oleh ketua parlemen Ali
Larijani dan dijaga ketat oleh IRGC. Wakil kepala IRGC, Brigadir Jendral
Hossein Salami menyatakan bahwa Iran memiliki banyak rudal baru yang bahkan
tidak mampu disimpan semua di pangkalan rudal Iran ini. Iran akan memperluas
program rudalnya, berdasarkan perintah Hassan Rouhani sebagai Presiden Iran
kepada Menteri Pertahanan.82
80
CNN Iran Kembangkan Rudal Balistik, AS Siapkan Sanksi
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160103141911-134-101841/Iran-kembangkan-
rudal-balistik-as-siapkan-sanksi? 2016 81
CNN. Diancam AS, Iran Tetap Akan Kembangkan Rudal Balistik Denny Armandhanu
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160101161344-120-101664/diancam-as-Iran-
tetap-akan-kembangkan-rudal-balistik 2016 82
CNN. Lagi, Iran Pamerkan Pangkalan Rudal Bawah Tanah Baru
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160106080309-120-102473/lagi-Iran-pamerkan-
pangkalan-rudal-bawah-tanah-baru 2016
54
Hubungan antara Iran dan AS semakin memburuk terutama setelah Trump
menjadi presiden. Dalam hal ini yang di khawatirkan terkait program rudal Iran
yaitu uji coba terkait Rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Hingga 27 Juli 2017 Iran masih terus mengklaim keberhasilan peluncuran roket
pembawa satelit, Roket simorgh ini mirip dengan roket Unha Korea Utara yang
menggunakan beberapa teknologi yang sama dengan rudal balistik jarak jauh.
Kekhawatiran para ahli terlihat pada JCPoA memang membatasi ruang
lingkup program nuklir Iran, namun tidak secara eksplist melarang negara itu
mengembangkan program uji coba rudal. Hal yang di soroti adalah kehkawatiran
akan pencapaian Iran untuk mengembangkan rudal balistik antar benua (ICBM)
yang ditujukan ke AS. Trump sendiri melihat akan kekhawatiran yang sama,
sehingga enggan menandatangani kepatuhan Iran terhadap JCPoA dikali kedua
dia meratifikasinya, dan menyatakan kemungkinan menolak sertifikasi di masa
depan.83
Setelah melakukan peluncuran roket yang hampir mirip dengan Korea Utara,
Kementerian Pertahanan Iran menyebutkan kembali melakukan peluncuran rudal
pada 22 Juni 2017. Rudal yang bernama Sayyad 3 bisa menargetkan jet tempur,
rudal penjelajah, helikopter dan pesawat tanpa awak.84
Trump memang masih
berusaha mempertahankan perjanjian JCPOA dengan dua kali mensertifikasi.
83
Iran Claims It Launched a Satellite-Carrying Rocket Into Space
https://www.theatlantic.com/news/archive/2017/07/Iran-claims-it-launched-a-satellite-carrying-
rocket-into-space/535161/ ARIA BENDIX 2017 84
CNN. Ikuti Jejak Korut, Iran Bikin Rudal Penghancur Jet Tempur
Lesthia Kertopati 07 https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170723132043-120-
229742/ikuti-jejak-korut-Iran-bikin-rudal-penghancur-jet-tempur
2017
55
Namun, AS akan memasukkan isu tersebut ke dalam kongres untuk lebih
menekan Iran dengan sanksi agar menyetujui perubahan mendasar dari perjanjian
tersebut.85
Tidak berhenti karena sanksi AS dan internasional, Iran justru semakin
mengembangkan program rudalnya. Pada September 2017 meluncurkan rudal
Khorramshahr memiliki jangkauan 2.000 km yang mampu menjangkau Israel dan
Arab saudi, juga dapat membawa banyak hulu ledak.86
Namun Iran tetap
menegaskan program nuklirnya sepenuhnya damai dan tidak mengarah ke
pembuatan senjata nuklir, selain itu rudal yang telah di uji juga tidak dirancang
untuk membawa hulu ledak nuklir.87
Program rudal yang dikembangkan oleh Iran merupakan tanggung jawab
dari IRGC. Tugas utama dari organisasi tersebut adalah melindungi sistem islam
dan nila-nilai revolusioner negara Iran, yang didirikan pada bulan April 1979
setelah revolusi. Selain itu, IRGC merupakan kekuatan militer Iran yang besar dan
berperan penting terhadap politik, ekonomi, dan pertahanan mencangkup di darat
laut dan udara, dan program rudal juga nuklir. 88
85
Washinton Post. Renegotiating the Iran nuclear deal is pure fantasy
https://www.washingtonpost.com/news/global-opinions/wp/2017/09/11/renegotiating-the-Iran-
nuclear-deal-is-pure-fantasy/?noredirect=on&utm_term=.94831b45afd2 September 2017 86
CNN. Iran Luncurkan Rudal Balistik Jarak Jauh Baru
Agustiyanti, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170923030056-120-243491/Iran-
luncurkan-rudal-balistik-jarak-jauh-baru 2017 87
BBC. US penalises companies linked to Iran missile programme
https://www.bbc.com/news/world-us-canada-42571806 88
VOA. Fakta Mengenai Garda Pengawal Revolusi Islam Iran
https://www.voaindonesia.com/a/fakta-mengenai-garda-pengawal-revolusi-islam-
Iran/4867858.html 04 2019
56
AS sudah mencoba berunding dengan IRGC terkait program nuklir tersebut,
namun tidak terlaksana. Bahkan wakil komandan IRGC Jendral Hossein Salammi
mengatakan pada pidato 7 Maret 2018, bahwa tidak akan ada negosiasi atau
penghentian kemampuan pertahanan Iran. Program rudal balistik merupakan hal
yang dibutuhkan Iran untuk pertahanan diri. Namun, sayangnya hal tersebut tidak
disadari Iran menimbulkan dampak kekhawatiran yang besar.89
89
U. Kafash and A. Savyon. Iranian Officials Respond To West's Demands Regarding Its Missile
Program: Our Missile Production 'Has Increased Threefold'; 'Our Defensive Capabilities Cannot
Be Stopped Or Curbed'
https://www.memri.org/reports/Iranian-officials-respond-wests-demands-regarding-its-missile-
program-our-missile-production
57
BAB IV
ANALISIS FAKTOR PENDORONG AS MELAKUKAN
PENARIKAN DIRI DARI KESEPAKATAN JOINT
COMPREHENSIVE PLAN OF ACTION (JCPOA)
D. Faktor Internal Yang Memengaruhi Keluarnya Amerika Serikat Dari
Perjanjian (Joint Comprehensive Plan Of Action) JCPoA
1. Karakteristik Sosial Domestik AS
Kebijakan luar negeri yang diambil pemerintahan AS tidak lepas dari
masyarakat ataupu kelompok sosial di AS. Opini publik di AS terkait kesepakatan
nuklir Iran cukup beragam. Setelah kesepakatan itu diumumkan, Pew Research
Center melakukan sebuah jajak pendapat dimana sebesar 45% publik AS menolak
kesepakatan tersebut. Sedangkan yang setuju dengan kesepatan tersebut sebesar
23%, dan yang tidak memberikan opininya sebanyak 22%. Jika di lihat dari tabel
tersebut pendapat yang tidak setuju meningkat hingga 49%, yang setuju sebesar
21%, sedangkan yang tidak memberikan pendapat 30%.
58
TABEL IV. 1 Opini Masyarakat AS Terhadap Kesepakatan Iran
Sumber : Pew Reaserch Center90
Jajak pendapat yang dilakukan CNN terkait dukungan publik terhadap
persetujuan Kongres untuk menyetujui kesepakatan Iran memiliki opini yang
tidak jauh berbeda. Dari data menunjukkan sebesar 44% menyetujui, 52% tidak
menyeujui, dan 5% tidak memberika opini pada bulan july 2015. Opini publik
yang tidak menyetujui kesepakata ini juga turut meningkat pada bulan Agustus
2015 yaitu sebesar 56%, opni yang setuju sebesar 41%, dan yang tidak
memberikan opini sebesar 2%.91
Berbeda dengan jajak pendapat yang dilakukan kedua lembaga tersebut.
Jajak pendapat yang dilakukan Jewish Journal terhadap Yahudi AS. Sebanyak
90
Pew Research Center. Support for Iran Nuclear Agreement Falls Public Awareness of Issue
Has Declined Since July https://www.people-press.org/2015/09/08/support-for-Iran-nuclear-
agreement-falls/10-15-2015_01/
2015 (diakses pada 19 Januari 2019) 91
CNN. CNN ORCInternational Poll. http://i2.cdn.turner.com/cnn/2015/images/09/12/Iranpoll.pdf
2015 (diakses pada 18 juni 2019)
59
48% Yahudi Amerika mendukung kesepakatan dengan Iran, 28% diantaranya
menolak, dan 24% tidak menyatakan pendapatnya. Hal ini tentunya di lihat dari
mayoritas Yahudi AS berada di Partai Demokrat, bukanlah Partai Republik asal
Trump. 92
Namun, Yahudi Ortodoks AS memiliki pendapat untuk menentang Obama
dan kesepakatan Iran. Bahkan pemimpin Yahudi Ortodoks AS langsung menemui
Obama, Senator Kerry, Sekertari Energi Moniz, dan lainnya. Yahudi Ortodok AS
kemudian mendesak kongres AS untuk tidak menyetujui perjanjian itu. Nathan
Diament, Direktur Esksekutif Yahudi Ortodoks AS mengatakan kesepakatan
JCPoA memiliki kekurangan yang serius.93
Setelah perjanjian ini berjalan dan kepemimpinan AS dari Obama ke Trump
perjanjian tersebut mengalami kemunduran. Trump pada tahun 2018 menyatakan
akan mundur dari perjanjian tersebut. Opini publik meragukan tindakan yang
diambil Trump sebesar 63% mendukung AS untuk tetap dalam perjanjian, 29%
mendukung untuk keluar, dan sebanyak 8% tidak memberikan pendapatnya. Hal
ini dikarenakan kekhawatiran publik dengan melemahnya AS di mata
internasional dikarenakan ketidakkonsistenan pemerintah AS.
Dewi Fortuna juga mengatakan perihal pengaruh Masyarakat Amerika
Serikat, Bahwa:
92
Jewish Journal. LA Jewish Journal Survey https://jewishjournal.com/IranSurvey/ 2015 (diakses
pada 18 juni 2019)
93 Orthodox Union. Union of Orthodox Jewish Congregations of America Commends President
Trump for Withdrawing the U.S. from Iran Nuclear Deal. https://advocacy.ou.org/union-orthodox-
jewish-congregations-america-commends-president-trump-withdrawing-u-s-Iran-nuclear-deal/.
2018 (diakses pada 18 juni 2019)
60
“Masyarakat tidak begitu pengaruh, karena ini bukan isu yang prioritas. Jadi
bukan misalnya isu perang dan damai, makanya ini juga tidak terlalu
melibatkan kongres. Peran masyarakat itu akan lebih berpengaruh kalau
sesuatu itu harus berurusan dengan kongres, kerena mereka akan meloby
anggota-anggota kongresnya. Jika pada level eksekutif, isu itu akan lebih
tertutup. Kan kita bisa lihat Trump jalan terus, meskipun dalam publik
popularitasnya sangat rendah. namun Trump di dukung sepenuhnya oleh
kongres ya dia masa bodo saja. Banyak kebijakannya yang tidak poluler,
namun dia didukung secara militan oleh kelompok konservatif. Banyak
kebijakannya yang bertentangan.”94
Kebijakan Donald Trump tetap berjalan untuk keluar dari kesepakatan,
meskipun opini publik tidak mendukung. Hal ini di lihat karena sebagian besar
kongres menyetujui kebijakan yang diambil oleh Trump.Terutama kongres yang
berasal dari Partai Republik yang memang mendominasi kursi kongres pada saat
ini. Namun, memang isu ini sendiri berada di dalam level eksekutif saja, shingga
pengaruh masyarakat tidak signifikan.95
2. Pengaruh Kongres Terhadap Kebijakan AS Terkait Perjanjian Nuklir
Iran
Perubahan Kebijakan AS didorong dengan perubahan Presiden Barack
Obama dari Partai Demokrat yang kemudian terpilih Donald Trump dari Partai
Republik. Sebelumnya kongres yang di dominasi oleh partai Republik kurang
menyetujui perjanjian ini. Kesepakatan ini dianggap mengerikan bagi Lndsey
94
Hasil wawancara dengan Prof. Dewi Fortuna Anwar, M.A, Ph.D, ilmuan dan peneliti politik di LIPI, di Lt.4 Gedung Fisip Universitas Al- Azhar Indonesia pukul 09.30 – 11.00 WIB,tanggal 04 Agustus 2019. 95
CNN. Majority say US should not withdraw from Iran nuclear agreement
https://edition.cnn.com/2018/05/08/politics/poll-Iran-agreement/index.html 2018 (diakses pada 20
april 2019)
61
Graham, senator Republik. Obama akan memveto usaha yang menghambat
persetujuan, meskipun kongres AS memiliki waktu 60 hari untuk
mempertimbangkan kesepakatan.96
Peran kongres memang belum signifikan, ditambah pernyataan Obama yang
akan menggunakan veto jika kongres berupaya menggagalkan JCPOA. Namun
peran kongres mulai terlihat sebagai faktor pendorong keluarnya AS dari JCPOA,
setelah Trump menjabat. Di lihat dari persentasi pada tahun 2018 mayoritas yang
kuat 62% yang Iran telah melanggar perjanjian. Kongres juga sangat berpengaruh
di lihat dari 73% dari partai Republik menyetujui kebijakan presiden terhadap
hubungan AS dengan Iran.
Anggota kongres Amerika Serikat yang berpendapat Iran sebagai sebuah
ancaman yang serius meningkat sejak 2017, Setelah Trump enggan memverifikasi
ketaatan Iran. Ada 75% orang yang mengatakan Iran sebagai sebuah ancaman
serius, persentasi ini lebih tinggi daripada bulan Oktober sebesar 69% dan
Agustus 71%. Peningkatan itu terjadi di setiap partai dalam kongres, meskipun
Partai Republik tetap memiliki jumlah paling besar dalam melihat Iran sebagai
ancaman yang serius sebesar 54%.97
Kongres yang didominasi Partai Republik juga sudah mengkhawatirkan
kebijakan yang terlalu ramah kepada Iran, terutama karena perselisihan di antara
96
BBC. Konservatif Amerika kecam persetujuan Iran
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/07/150715_dunia_Iran_Amerika 2015 (diakses pada
10 Maret 2019) 97
CNN. Majority say US should not withdraw from Iran nuclear agreement
https://edition.cnn.com/2018/05/08/politics/poll-Iran-agreement/index.html 2018 (diakses pada 12
April 2019)
62
Iran dan Israel. Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu semakin
mempererat kerjasama dengan partai republik AS, hubungan yang kuat dengan
Israel tetap menjadi prioritas utama.
Bukan hanya Partai Repulik namun anggota Partai Demokrat AS seperti
Eliot Engel termasuk yang menentang kesepakatan Iran. Namun, dalam hal ini dia
juga melihat bahwa AS harus tetap bekerjasama dengan sekutu penting, seperti
anggota Uni Eropa. Sehingga pilihan yang terbaik menurutnya adalah
memperbaiki kerusakan hubungan dengan aliansi yang telah dibentuk. 98
Merujuk kepada konsep dasar faktor pengaruh perubahan kebijakan luar
negeri yang berasal dari internal adalah status pemerintahan. Dimana kongres
didominasi Partai Republik yang dimana sejak awal tidak setuju dengan perjanjian
tersebut. Sehingga hal ini menjadi faktor pendorong perubahan kebijakan AS
dengan cara menarik diri dari JCPoA. Namun, selain faktor tersebut ada faktor
kuat lainnya yaitu pengaruh kepemimpinan Trump.
3. Pengaruh kepemimpinan Trump terhadap perjanjian Iran
Menurut K J Holsti, kebijakan luar negeri adalah tindakan yang dirancang
untuk memecahkan masalah atau perubahan dalam suatu lingkungan. Dalam hal
ini pencegahan Iran untuk dapat meningkatkan power nya dengan rudal balistik,
program nuklir, dan peningkatan ekonomi menjadi fokus utama. Terlebih JCPoA
98
How a Democratic U.S. House could alter foreign policy 2018
https://www.reuters.com/article/us-usa-election-foreignpolicy-explainer/how-a-democratic-u-s-
house-could-alter-foreign-policy-idUSKCN1NC0I7
63
tidak mampu mencegah Iran selamanya dari nuklir, karena memiliki batas
waktu.99
Sedangkan perubahan kebijakan luar negeri ini juga didorong karena faktor
kepemimpinan Trump dan kongres yang didominasi oleh Partai Republik. Sesuai
dengan pernyataan Goldstein bahwa kebijakan luar negeri adalah strategi yang
diambil pemerintahan dalam menentukan aksi mereka di dunia internasional.100
Donald Trump yang merupakan presiden yang sejak awal kampanyenya
menganggap kesepakatan ini terburuk. Kesepakatan JCPOA dianggap lemah
dalam membatasi program nuklir Iran dan memungkinkan terganggunya
keamanan regional di Timur Tengah.101
Trump menganggap perjanjian ini merupakan perjanjian yang justru tidak
meguntungkan Amerika Serikat. Trump juga menyatakan pendapatnya terkait hal
penting yang perlu di perbaiki dari perjanjian tersebut, seperti :
e. Harus ada tuntutan agar Iran mengizinkan inspeksi di semua lokasi yang
diminta oleh international inspectors.
f. Memastikan Iran tidak pernah memiliki senjata nuklir.
g. Tidak seperti kesepakatan nuklir sebelumnya yang memiliki waktu 15
tahun, kententuan ini harus tidak memiliki tanggal kedaluwarsa.
99
K J Holsti. International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey: Prentice-hall. 1983 100
Joshua Goldstein, International Relations. New York: Longman. 1999. 101
CNN. Iran Akan Balas Dendam jika AS Langgar Kesepakatan Nuklir
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161124104734-120-174954/Iran-akan-balas-
dendam-jika-as-langgar-kesepakatan-nuklir 2016 (diakses pada 21 Maret 2019)
64
h. Undang-undang harus secara eksplisit menyatakan bahwa program rudal
jarak jauh dan senjata nuklir tidak dapat dipisahkan, juga pengembangan
dan pengujian rudal harus dikenai sanksi berat.102
Setelah beberapa waktu kesepakatan JCPoA berjalan, AS yang dipimpin
Presiden Trump membatalkan persetujuan tersebut pada 2018. Menurut Trump
Iran setelah revolusi merupakan rezim Ekstream. Kebijakan-kebijakan Iran dinilai
sebagai ancaman, kesepakatan tersebut juga hanya menguntungkan Iran yang
terlepas dari sanksi ekonomi. Rezim Iran hanya mendukung adanya konflik di
Timur Tengah seperti Suriah dan Yaman. Juga menjadi sponsor utama kelompok
teroris seperti Al-Qaeda, Taliban, Hizbullah, Hamas dan jaringan teroris lainnya.
Terutama di lihat dari pengembangan rudal balistik.103
Terlepas dari penjelasan yang di berikan oleh Trump, Kim Darroch justru
menyatakan faktor keluarnya Amerika Serikat dari perjanjian tersebut karena
tidak setuju dengan Obama atau sebagai tindakan “Vandalisme diplomatik”.
Kebocoran pernyataan Darroch di email yang ditulisnya kepada Mr Johnson jelas
menyatakan Trump keluar dari JCPoA karena “alasan pribadi”. Dia juga menulis
102
White House. President Trump Says the Iran Deal is Defective at Its Core. A New One Will
Require Real Commitments. https://www.whitehouse.gov/articles/president-trump-says-Iran-deal-
defective-core-new-one-will-require-real-commitments/ 2018 (diakses pada 12 Januari 2019)
103 BBC. Iran nuclear deal: Trump's speech in full https://www.bbc.com/news/world-us-canada-
41617488 2017
65
bahwa Gedung putih tidak memiliki strategi tentang bagaimana kelanjutan setelah
penarikan dari kesepakatan.104
Merujuk pada konsep kebijakan luar negeri dimana ada faktor internal yang
berasal dari individual, yaitu sosok pemimpin AS pada penarikan JCPoA berada
di kepemimpinan Trump. Dalam hal ini Trump sangat menolak pemikiran
Presiden AS sebelumnya yaitu Obama. Sehingga terus menyatakan dan mencari
fakta bahwa perjanjian ini merupakan perjanjian yang buruk. Hingga kebijakan
yang diambil Trump disetujui oleh kongres, yaitu menarik diri dari kesepakatan
JCPoA. Sehingga dengan jelas dapat di lihat sikap Presiden Trump terkait
kebijakan ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan.105
E. Faktor Eksternal Yang Memengaruhi Keluarnya Amerika Serikat
Dari Perjanjian (Joint Comprehensive Plan Of Action) JCPoA
Faktor yang mendorong Amerika Serikat adalah kepentingan di Timur
Tengah. Peningkatan persenjataan Iran terutama rudal balistik yang dicurigai
mampu membawa hulu ledak nuklir, juga mampu mencapai pangkalan militer AS
di Timur Tengah dan Israel. Hal ini memungkinkan mengganggu dominasi AS di
Timur Tengah karena peningkatan power yang dilakukan oleh Iran bahkan setelah
104
NBC News. Obama, others warned Trump that pulling out of Iran nuke deal could lead to war. https://www.nbcnews.com/politics/national-security/obama-others-warned-trump-pulling-out-iran-nuke-deal-could-n1020461. 2019 (diakses pada 1 juli 2019) 105
BBC. Three reasons behind Trump ditching Iran deal. https://www.bbc.com/news/world-us-
canada-43902372 2018 (diakses pada 28 maret 2019)
66
perjanjian JCPOA itu diresmikan. 106
Selain itu akan mengganggu keberadaan
Israel sebagai aliansi AS.
Reza Pahlavi memiliki hubungan baik dengan AS, namun mengalami
perubahan hubungan kedua negara setelah revolusi. Reza Pahlavi di gulingkan
dan Iran dipimpin oleh Imam Khomeini yang menyerukan Revolusi Iran.
Hubungan AS dan Iran semakin memburuh sejak 1979, sekitar 60 warga AS di
Kedutaan Besar AS di sandera hingga 444 hari. Kejadian ini membuat AS
menarik kedutaan di Iran dan memutus hubungan kedua negara.
Hubungan AS dan Iran diperparah dengan adanya krisis nuklir. Hal ini di
lihat ketika tahun 2002 kelompok oposisi Iran mengungkapkan fakta tentang
program nuklir. Kelompok tesebut mengungkapkan ada dua fasilitas nuklir yang
disembunyikan Iran, selain itu juga ada pabrik pengayaan uranium di Natanz.107
Selain itu JCPOA yang tercapai pada 2015 dan dianggap mampu memperbaiki
situasi tentang nuklir Iran, namun mengalami pergeseran setelah Trump menjabat.
Kekhawatiran AS akan peningkatan Power Iran melalui rudal balistik yang
memungkikan menyerang pangkan militer AS di Timur Tengah dan Iran. Selain
itu perjanjian JCPOA yang dinilai lemah karena memiliki batas masa berlaku dan
AS juga tidak mendapatkan keuntungan dari pengurangan sanksi terhadap Iran.
106
U. Kafash and A. Savyon . Iranian Officials Respond To West's Demands Regarding Its Missile
Program: Our Missile Production 'Has Increased Threefold'; 'Our Defensive Capabilities Cannot
Be Stopped Or Curbed' https://www.memri.org/reports/Iranian-officials-respond-wests-demands-
regarding-its-missile-program-our-missile-production 107
Sharon Squassoni. Iran’s Nuclear Program : Recent Developments. Congressional Research
Service. 2006. www.fas.org/sgp/crs/nuke/RS21592.com (diakses pada 28 desember 2018)
67
Iran akan menjadi ancaman yang serius, karena berani menentang dominasi AS di
Timur tengah dan membantu Hamas di Palestina yang berseteru dengan Israel.108
AS memiliki kepentingan untuk mendominasi Timur Tengah pasca perang
dingin, dimana AS muncul sebagai poros utama. Dapat di lihat dari invansi yang
dilakukan AS di Irak, Afganistan, Libya, dan beberapa negara lainya, juga
pangkalan militer AS di beberapa negara di Timur Tengah. AS mengambil
perspektif jangka panjang hingga 2025 dalam kepentingan nasionalnya melihat
Timur Tengah yang lebih besar. Kepentingan tersebut menurut dokumen RAND,
yaitu:
1. Menjaga keberadaan Israel dan penyelesaian proses perdamaian di Timur
Tengah,
2. Membuka akses minyak,
3. Mencegah munculnya kekuatan baru (hegemon) di Timur Tengah.
4. Mencegah penyebaran senjata pemusnah masal,
5. Meningkatkan reformasi politik dan ekonomi melalui stabilitas internal.
6. Mengontrol gerakan terorisme.
Dokumen dari RAND Corporation menjelaskan kepentingan nasional AS di
Timur Tengah yang berati mencangkup ke khawatiran atas adanya kekuatan baru
108
White House. President Trump Says the Iran Deal is Defective at Its Core. A New One Will
Require Real Commitments. https://www.whitehouse.gov/articles/president-trump-says-Iran-deal-
defective-core-new-one-will-require-real-commitments/ 2018 (diakses pada 12 Januari 2019)
68
dan keberlangsungan Israel. AS telah berkomitmen tentang keamanan dan
kemakmuran Israel sejak berdirinya negara tersebut.109
Dapat di lihat dari tindakan Trump yang berkunjung ke Israel perihal
program nuklir Iran pada 22 Mei 2017. Trump menyatakan bahwa Iran tidak akan
pernah mempunyai senjata nuklir. Juga menuntun agar Iran menghentikan
dukungannya terhadap kelompok teroris internasional.110
Dalam pernyataan ini
kelompok teroris yang dimaksud iyalah Hizbullah dan Hamas.
Selain itu menurut Nizar Umar terkait kepentingan nasional Amerika
Serikat, bahwa:
“Kepentingan Amerika di Timur tengah akan terlaksana jika
mempertahankan status quo atau konflik, karena jika Timur Tengah damai
atau totaly war maka tidak akan menguntungkan, maka dari itu timur
tengah akan di buat untuk tetap dalam status konflik secara parsial. Selama
ini konflik di Timur Tengah adalah Arab Israel. setelah munculnya isu
nuklir Iran, Iran menjadi salah satu intrument baru untuk menyulut konflik
baru di Timur Tengah . di satu sisi Amerika Serikat terus mengupayakan
perdamian Israel-palestina, namun menjadikan Iran sebagai konflik baru.”111
109
. Lesser , Ian O, Bruce R. Nardulli, and Lory A. Arghavan. Sources Of
Conflict In The Greater Middle East.
https://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/MR897/MR8
97.chap4.pdf
110 BBC. Trump yakinkan Israel bahwa Iran tak akan punya senjata nuklir
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-39993625 2017 (diakses pada 20 Maret 2019) 111
Hasil wawancara dengan Nizar Umar, M.Si, Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Al- Azhar Indonesia, di Lt.4 Gedung Fisip Universitas Al- Azhar Indonesia pukul 09.30 – 11.00 WIB,tanggal 04 Agustus 2019.
69
Iran merupakan negara yang tidak mengakui kedaulatan Israel sebagai
negara. Selain itu kelompok-kelompok anti Israel, seperti Hamas dan Hizbullah
mendapatkan dukungan setia oleh Iran. Hal ini membuat kehkawatiran Israel
sebagai negara dengan kapabilitas militer terdepan dan memiliki senjata nuklir
satu-satunya di Timur Tengah , karena kemungkinan yang bisa terjadi yaitu Iran
mengembangkan program senjata nuklir.112
Negara-negara di Timur tengah khususnya Israel dan Arab Saudi tidak
menyetujui perjanjian program nuklir Iran. Perdana Menteri Israel sejak perjanjian
itu belum tercapai sudah menunjukkan sikap yang menentang. Israel semakin anti
dengan program nuklir Iran yang akan menggangu stabilitas regional Timur
Tengah. Israel tidak percaya atas rezim Iran, juga menilai perjanjian tersebut
merupakan perjanjian yang buruk, karena jika Iran mempunyai senjata nuklir pasti
akan menggunakannya untuk menghancurkan Israel.113
Pada Maret 2015 PM Israel menyatakan bahwa Israel setuju mengenai
perlunya mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Namun dalam hal ini Israel
juga menentang kebijakan yang dilakukan AS untuk mencapai tujuan itu.
Netanyahu juga berencana akan berpidato di depan kongres AS perihal cara yang
akan dipilih AS terkait program nuklir Iran. Netanyahu menyatakan bahwa dia
menghormati kepetusan Presiden Obama, namun kekhawatIran Israel akan
112
Peringati Penyanderaan di Kedubes AS, Iran Pamerkan Rudal
Deddy S, CNN https://www.cnnindonesia.com/internasional/20171105015227-120-
253524/peringati-penyanderaan-di-kedubes-as-Iran-pamerkan-rudal 2017 113
Nainggolan, Poltak Partologi. Kesepakatan Nuklir Iran dan Implikasinya. Vol. VII no.
15/I/P3DI/Agustus 2015 http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VII-15-I-
P3DI-Agustus-2015-1.pdf 2015
70
bahayanya jika Iran mengembangkan program nuklir yang memungkinkan
memiliki senjata nuklir.114
Kesepakatan akhir program nuklir Iran harus juga mencangkup tentang
komitmen Iran untuk mengakui keberadaan Israel menurut Netanyahu. Dia
menyatakan tidak akan setuju dengan kesepakatan yang memungkinkan Iran
sebagai sebuah negara yang bersumpah untuk memusnahkan Israel dapat
mengembangkan senjata nuklir. Menurutnya kesepakatan ini juga memungkinkan
Iran meningkatkan agresi dan teror di seluruh Timur Tengah, juga didukung
dengan meningkatnya perekonomian Iran. 115
Setelah kesepakatan itu tercapai, tiga bulan setelahnya Iran berhasil menguji
coba rudal balistik yang dinamakan “Emad”. Rudal tersebut semakin membuat
Israel resah, karena rudal tersebut memiliki jangkauan setidaknya lebih dari 1.700
km. Rudal tersebut juga tidak dijelaskan secara rinci dalam kesepakatan JCPOA,
sehingga belum jelas jika Iran melanggar kesempatan.
Fakta yang lebih mengkhawatirkan adalah jika Iran bisa terus
mengembangkan rudalnya, maka rudal tersebut dapat mebahayakan Israel bahkan
pangkalan militer AS yang ada di Timur tengah. Rudal ini diduga memiliki
114
VOA. Netanyahu: Saya Wajib Peringatkan Iran yang Bersenjata Nuklir
https://www.voaindonesia.com/a/netanyahu-putusnya-hubungan-as-israel-keliru/2664742.html
03/03/2015 115
CNN. Netanyahu: Kesepakatan Nuklir Iran Mengancam Israel
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150404125149-120-44143/netanyahu-
kesepakatan-nuklir-Iran-mengancam-israel 04/04/2015 12:51 WIB
71
kemampuan hulu ledak nuklir. Tentunya Israel semakin mendesak AS untuk
segera menjatuhkan sanksi kepada Iran.116
Ketidak setujuan Israel terhadap cara Obama mengatasi masalah program
nuklir Iran masih ditunjukan secara signifikan. Namun, setelah peralihan
kepemimpinan AS yang kini di pegan oleh Donald Trump terlihat perbedaan arah
kebijakan luar negeri. AS yang di pimpin oleh Trump menunjukkan kekhawatiran
tentang Iran yang tidak mematuhi JCPOA dengan baik, terlebih kesepakatan
tersebut juga dianggap sebagai kesepakatan yang buruk.
Pada 22 Mei 2017 Trump berkunjung ke Israel. pada kunjungannya tersebut
dia mengatakan kepada PM Israel, bahwa Iran tidak akan pernah mempunyai
senjata nuklir. Trump sangat kecewa akan sikap Iran yang justru mendukung
terorisme, yang seharusnya berterimakasih kepada Obama dengan adanya
kesepakatan nuklir. Trump juga menuntut agar Iran menghentikan dukungannya
terhadap kelompok yang disebutnya sebagai teroris dan milisi. Teroris yang
dimaksud adalah Hamas di Palestina dan Hizbullah di Lebanon.117
Pada tahun yang sama bulan September Iran justru meluncurkan kembali
rudal balistik barunya yang dapat mengancam Israel. Rudal tersebut bernama
“Khorramshahr” dengan jangkauan 2.000 kilometer. Rudal ini memungkinkan
untuk mencapai Israel, pangkalan militer AS di timur tengah, dan Arab Saudi.
116
U. Kafash and A. Savyon. Iranian Officials Respond To West's Demands Regarding Its Missile
Program: Our Missile Production 'Has Increased Threefold'; 'Our Defensive Capabilities Cannot
Be Stopped Or Curbed'
https://www.memri.org/reports/Iranian-officials-respond-wests-demands-regarding-its-missile-
program-our-missile-production 117
Trump yakinkan Israel bahwa Iran tak akan punya senjata nuklir
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-39993625 2017
72
Selain itu rudal tersebut juga memungkinkan membawa banyak hulu ledak dan
beberapa bom curah. 118
Israel terus menentang dengan tegas kesepakatan
program nuklir Iran, bahkan mencoba menjalin kerjasama dengan Arab Saudi
terkait Iran.
Israel dan Arab saudi Secara de facto bersekutu dengan berbagai maksud
dan tujuan, kedua negara akan melakukan berbagai upaya menangkal
meningkatnya pengaruh Iran di Timur Tengah. Staf militer Israel, jendral Gadi
siap untuk melakukan pertukaran informasi tentang Iran dengan Arab Saudi. Lalu,
pernyataan tersebut disambut oleh mantan Menteri Kehakiman Saudi, dengan
pernyataan bahwa “tidak ada kekrasan atau teror yang bisa dibenarkan dengan
mengatasnamakan Islam, tidak juga di Israel”119
Bagi Israel, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Timur Tengah
menganggap peningkatan Rudal Iran sebagai sebuah ancaman. Terlebih lagi rudal
yang diklaim hanya untuk pertahanan, Hossein Darlirian, mengunggah foto-foto
rudal dari sebuah pameran IRGC Maret 2018 di kota Ahwaz, salah satu rudal
memuat pesan “Israel harus dihapus dari peta” dalam bahasa Ibrani dan Persia.
Kekhawatiran Israel juga berkaitan dengan dukungan Iran terhadap musuh
Israel yaitu Hizbullah dan hamas berupa transfer senjata. Salah satunya jika
pemerintahan suriah yang merupakan sekutu Iran dan Hizbullah memiliki senjata
118
Iran Luncurkan Rudal Balistik Jarak Jauh Baru
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170923030056-120-243491/Iran-luncurkan-rudal-
balistik-jarak-jauh-baru 2017 119
Mengapa ada aliansi rahasia Arab Saudi dan Israel?
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-42105461 2017
73
rudal Iran.120
Bahkan, PM Israel mengungkapkan pada 2017 bahwa Iran telah
membangun tempat di Suriah dan Lebanon untuk mengasilkan rudal. Perusahaan
satelit Israel mengatakan fasilitas di Wadi Jahannam, dekat kota pesisir Baniyas,
memiliki kemiripan dengan pabrik rudal di dekat Teheran.121
Dewi Fortuna Anwar peneliti Politik, menyatakan bahwa:
“Trump mengatakan JCPoA kebijakan yang buruk, dia yakin, dan pada
dasarnya dia tidak percaya dengan Iran. Dia menganggap kebijakan Obama
Itu merugikan kepentingan nasional Amerika dan merugikan kepentingan
nasional sekutu Amerika di Timur Tengah. Nah alasan ketidak setujuan ini
Saya kira lebih ideologis. Dia lebih atau banyak mungkin dipengaruhi oleh
hubungan dekat dia dengan Israel dan Arab Saudi. Karena kita tahu JCPoA
ini sangat diprotes keras oleh Israel dan Arab Saudi. Israel khawatir dengan
kemampun Iran yang mungkin diam-diam mengembangkan senjata nuklir,
retorika dari Iran terutama dibawah ahmadinejad dulu. walaupun Iran
diawah Rouhanni yang lebih moderat tmeskipun diutarakan secara terbuka,
tapikan keinginan untuk menghancurkan dan membumihanguskan Israel,
jadi Israelkan sangat takut dengan kemampuan militer Iran. Apalagi
memiliki kemampuan nuklir dan Balistic missile. Lalu Arab Saudi itu
persaingan geo strategi regional Arab Saudi menganggap Iran sebagai
musuh bebuyutan.”122
AS menurut artikel RAND memiliki hal utama, yaitu minyak, Israel,
mencegah adanya penyeimbangan kekuatan. Hal ini dapat diartikan bahwa AS
120
U. Kafash and A. Savyon. Iranian Officials Respond To West's Demands Regarding Its Missile
Program: Our Missile Production 'Has Increased Threefold'; 'Our Defensive Capabilities Cannot
Be Stopped Or Curbed'
https://www.memri.org/reports/Iranian-officials-respond-wests-demands-regarding-its-missile-
program-our-missile-production 2018 121
Iran building missile factories in Syria and Lebanon – Netanyahu
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-41074830 2017 122
Hasil wawancara dengan Prof. Dewi Fortuna Anwar, M.A, Ph.D, ilmuan dan peneliti politik di LIPI, di Rumah Ibu Dewi Fortuna Anwar pukul 15.00-17.00 WIB,tanggal 04 Agustus 2019.
74
memiliki kepentingan pengontrolan negara-negara di Timur Tengah. AS memiliki
kepentingan untuk pemenuhan kebutuhan energi, sekaligus pengamanan Israel.
selain itu, AS juga harus mengontrol agar tidak ada hegemon baru di Timur
Tengah.123
Hans J Morgenthau power merupakan hal utama setiap negara, yang
mampun mengontol suatu negara dengan negara lainnya. Menjadi faktor yang
sesuai dengan kekhawatIran AS dengan munculnya dan berkembangnya Iran
sejak revolusi, hingga saat ini mampu mengembangkan nuklir yang dapat
membahayakan pangkalan militer AS di Timur Tengah. Memungkinkan
mengganggu stabilitas dengan menjadi hegemoni baru di Timur Tengah dengan
kemugkinan untuk mampu mengembangkan senjata nuklir, berawal dari program
nuklir dan perkembangan rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak
nuklir.124
AS sejak awal Israel didirikan berkomitmen atas keamanan dan
kemakmuran negara tersebut. Hal ini karena AS dan Israel memiliki kepentingan
nasional yang paralel khususnya di Timur Tengah, yaitu menyelesaikan proses
perdamaian di Timur Tengah. Proses perdamaian ini dimana tidak ada lagi yang
menentang keberadaan Israel dan kontrol minyak AS di Timur tengah.125
Tentunya memungkinkan AS bertindak untuk dapat mengontrol negara lainya,
123
Mikail, Kiki. Perjanjian Nuklir Iran dan Kepentingan AS-Israel di Timur Tengah. Jurnal
ICMES Volume 2, no.1. 2018 124
Anak Agung Banyu Perwita. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006.\ 125
Mikail, Kiki. Perjanjian Nuklir Iran dan Kepentingan AS-Israel di Timur Tengah. Jurnal
ICMES Volume 2, no.1. 2018
75
dalam hal ini adalah Iran yang terus menentang dan mengembangkan rudal
balistiknya.126
AS tetap berusaha mengontrol dominasi Iran di Timur tengah, dengan
memastikan Iran tidak memiliki senjata pemusnah masal. hal ini karena
memungkinkan Iran dapat mengancam pangkalan militer AS di Timur Tengah,
selain itu juga rudal balistik yang terus Iran kembangkan. Setelah
ketidakmampuan AS berdiskusi untuk memperbarui JCPoA, kemudian Presiden
Donald Trump benar-benar keluar dari kesepakatan tersebut.
AS juga menyatakan bahwa Garda depan Iran yaitu The Islamic
Revolutionary Guard Corps (IRGC) merupakan organisasi teroris secara resmi
dibawah undang-undang 219. AS mengungkapkan bahwa IRGC secara aktif
berpartisipasi dalam membiayai terorisme.127
Iran telah memberikan dukungan bagi rezim di suriah, pemberontak Houthi
di Yaman, organisasi terorisme Hizbullah di Libanon. IRGC sangat terlibat dalam
banyak proyek seperti minyak, gas bahkan telekomunikasi. Memiliki pengaruh
terhadap militer, politik dalam negeri, dan ekonomi. Bahkan pasukan yang
bertanggung jawab atas rudal balistik dan program nuklir Iran.128
126
Anak Agung Banyu Perwita. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006. 127
Statement from the President on the Designation of the Islamic Revolutionary Guard Corps as a
Foreign Terrorist Organization https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/statement-
president-designation-islamic-revolutionary-guard-corps-foreign-terrorist-organization/
128 Trump designates elite Iranian military force as a terrorist organization
https://edition.cnn.com/2019/04/08/politics/Iran-us-irgc-designation/index.html 2019
76
Merujuk kepada Teori kepentingan Nasional Morgenthau, bahwa
kepentingan adalah power. Kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah dan
kepentingan negara-negara sekutu Amerika Serikat mempengaruhi kebijakan
nuklir Iran. Israel dan Arab Saudi yang memberikan tekanan ke Amerika Serikat
untuk keluar dari JCPoA karena kekhawatiran akan peningkatan power Iran dan
dominasi di Timur Tengah. Sehingga faktor eksternal itu memiliki pengaruh
terhadap keluarnya Amerika Serikat dari perjanjian JCPoA.
77
BAB V
KESIMPULAN
Pada tahun 2015 anggota P5+1 mengadakan perjanjian dengan Iran terkait
program nuklir Iran. Perjanjian tersebut membatasi perkembangan program nuklir
Iran dengan Imbalan keringan sanksi terhadap Iran, yang disebut Joint
Comprehensive Plan of Action (JCPoA). Skripsi ini meneliti faktor yang terjadi
setelah perjanjian tersebut, yaitu perubahan kebiajakan AS dengan menarik diri
terhadap perjanjian progam nuklir Iran.
Sebelum perjanjian JCPoA disahkan, ada beberapa kelompok maupun
individu, dan negara yang menentang adanya perjanjian tersebut. Salah satunya
dari masyarakat Amerika Serikat sendiri, yang sangat mengkhawatirkan akan Iran
yang mampu memperbaiki ekonominya hingga mengembangkan program nuklir
secara diam-diam. Sebagian Yahudi Amerika Serikat juga tidak setuju, Yahudi
Ortodoks Amerika Serikat menentang perjanjian itu yang dianggapnya lemah.
Selain itu dari sisi pemerintahan, kongres Amerika Serikat menentang
perjanjian tersebut khususnya dari Partai Republik. Namun, Barack Obama tetap
mempertahankan kebijakannya untuk tetap menjaga agar JCPoA dapat
terlaksanakan. Bahkan, dia menyatakan akan menveto jika ada keputusan kongres
yang membuat perjanjian itu tertunda. Perjanjian tersebut juga tidak pernah
diajukan ke Senat, Semua Senator Republik tidak ada yang menyetujui perjanjian
tersebut.
78
Tekanan untuk menolak perjanjian JCPoA juga datang dari PM Israel,
yaitu Netanyahu. Dia berusaha untuk berkomunikasi dengan Obama, bahkan
mencoba untuk berbicara dengan kongres Amerika Serikat. Namun, perjanjian
tersebut tetap disahkan oleh Barack Obama pada 2015. Pada kepemimpinan
selanjutnya Arah kebijakan Amerika Serikat mulai berubah semenjak Trump
memimpin Amerika Serikat.
Trump merupakan Presiden AS yang berasal dari Partai Republik. Dimana
pada saat dia menjabat sebagian besar Kongres di dominasi oleh Partai Republik.
Semenjak kampanyenya Trump mengatakan perjanjian ini merupakan perjanjian
yang buruk. Sesuai dengan KJ Holsti dan Goldstein, bahwa faktor individu sebuah
negara atau presiden menjadi pendorong perubahan kebijakan. Dimana pada saat
itu Trump memiliki pendapat yang berbeda dengan presiden sebelumnya, juga
mulai mencoba untuk menegosiasikan ulang perjanjian JCPoA.
Trump menyatakan perjanjian tersebut mengkhawatirkan terutama di lihat
dari Iran yang terus mengembangkan Rudal balistik yang memiliki hulu ledak
nuklir. Selain itu perjanjian tersebut juga memiliki batasa waktu, selain itu sangat
menguntungkan Iran dalam segi pembangunan sektor Ekonomi. Rudal balistik
yang dikembangkan Iran di khawatirkan mampu berkembang hingga membuat
(ICBM) yaitu rudal balistik antar benua.
Rudal yang dikembangkan Iran saat ini sudah mencapai Intermediate-
range Balistic Missile (IRBM). Rudal tersebut mampu mencapai pangkalan
militer Amerika Serikat yang ada di Timur Tengah, juga tentunya Israel.
79
Peningkatan Rudal balistik yang terus dilakukan Iran, di klaim hanya untuk
memperkuat pertahanan negara. Namun, hal ini tidak disadari Iran menimbulkan
security dilemma terhadap Amerika Serikat, Israel, maupun beberapa negara di
Timur Tengah seperti Arab Saudi.
Israel juga terus melakukan tindakan bernegosiasi dengan Trump. Hingga
pada tahun 2017 Trump berkunjung ke Israel, dan menyatakan bahwa AS akan
menjamin Iran tidak akan pernah mengembangkan program nuklir. Setelah dua
kali Trump meratifikasi kepatuhan Iran pada program nuklir. Kemudian pada
2018 Trump memutuskan untuk keluar, karena Iran juga diduga melanggar
penggunaan Air Berat.
Hal tersebut tentu dapat di lihat dari tindakan PM Israel yang terus
mendesak Amerika Serikat. Selain itu Netanyahu juga berkunjung ke beberapa
negara Eropa untuk bernegosiasi dan memperingatkan bahwa program JCPoA
berbahaya dan tidak dapat di percaya. Arab Saudi akhirnya bekerjasama dengan
Israel untuk mencegah tindakan Iran yang mampu menganggu stabilitas negara-
negara di Timur Tengah.
Kekhawatiran peningkatan kapabilitas militer Iran di Timur Tengah
hingga mengarah ke dominasi negera tersebut menjadi alasan perubahan
kebijakan luar negari Amerika Serikat dari faktor Eksternal. Selain itu adanya
tekanan dari Israel dan beberapa negara di Timur Tengah. Namun, ada juga faktor
internal yang di lihat dari pembuat kebijakan yang mendominasi Amerika Serikat
80
yaitu presiden Trump dari Partai Republik dan kongres yang didominasi Partai
Republik. Menjadi kunci penarikan diri AS terhadap perjanjian JCPoA.
Dari faktor internal dan eksternal yang mendorong keluarnya Amerika
Serikat dari Perjanjian JCPoA yang paling dominan, yaitu faktor internal. Faktor
internal yang dominan dapat lebih spesifik, yakni dengan adanya perubahan rezim
di Amerika Serikat dimana Amerika di pimpin oleh Donald Trump. Sedangkan
perjanjian ini adalah perjanjian yang kebijakannya ditentukan hanya dalam
lingkup eksekutif. Namun, memang terlebih melihat Trump sebagai sosok
pemimpin Amerika Serikat yang menarik diri dari perjanjian.
Selain presiden yang berasal dari partai Republik, Trump sendiri secara
pribadi tidak menyukai Obama sebagai presiden kulit hitam dan juga kebijakan-
kebijakan yang dilakukan Obama. Tentunya JCPoA masuk dalam kebijakan yang
di buat oleh Obama. Bahkan sejak awal Trump sudah mengatakan perjanjian ini
merupakan perjanjian yang terburuk.
lxxxi
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adel, El-Gogary, Ahmadinejad:The Nuclear Savior Of Tehren Sang Nuklir
Membidas Hegemoni. Depok: Pustaka ima. 2007
Anak Agung Banyu Perwita. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2006.
Einhorn, Robert J. A Transatlantic Strategy on Iran’s Nuclear Program. The
Center for Strategic and International Studies and the Massachusetts
Institute of Tecnology. Washington. 2004.
Eugene R Wittkoff dan Charles W Jr Kegley. American Foreign Policy, sixt h
edition. United States : Thomson Wadsworth. 2003.
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Introducing to Internationa Relations.
Dadan Suryadiputra, ed. Jogja: Pustaka pelajar. 2009.
Joshua S. Goldstein dan Jon C. Pevehouse. International Relations, tenth editon.
United States of America : PEARSON. 2011. Hal. 123-139.
Holsti, K J. International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey:
Prentice-hall. 1983
Joshua Goldstein, International Relations. New York: Longman. 1999.
Kurniadi, Akbar. Skripsi Kesepakatan Amerika Serikat Menyetujui Joint Plan Of
Action (JPOA) Dengan Iran Terhadap Program Pengembangan Nuklr
Iran 2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Merisa Dwi Juanita. Kepentingan Nasional Amerika Serikat dalam Joint
Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada tahun 2015.
Yogyakarta. Hlm. 13
Ni’ matul, Dewi Mahmudah. Skripsi: Program Nuklir Iran: Kajian KonflikNuklir
Iran Dengan Negara P5+1 (1979-2006). Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017.
lxxxii
Renolds , P. A. Introdution to International Politics. New York: Longman. 1971.
Robert Jackson dan George Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional:
Teori dan Praktik, edisi kelima (edisi terj). Yogyakarta: Pustaka
pelajar. 2005.
Jurnal
Ben-Meir, Alon. Negotiating Strategy to Prevent a Nuclear Iran. Vol. XXVI no.1.
Center For Global Affairs. New York. 2009.
www.jstor.org/stable/20752874 (diakses pada 14 Januari 2019)
Budianto, Karsan. Kebijakan Luar Negeri Iran Menyepakati Perjanjian The Joint
Comprehensive Plan of Action (JCPOA) Dalam Pembatasan Program
nuklir Iran 2013-2015. JOM FISIP Vol. 3 no.1. Riau: Universitas
Riau. 2016.
Kiki Mikail. Perjanjian Nuklir Iran dan Kepentingan AS-Israel di Timur Tengah.
Jurnal ICMES Volume 2 no.1 2018.
Leverrett, Flynt dan Hillary Mann Leverrett. The United States, Iran and the
Middle East’s New “Cold War”. The International Spectator, Vol. 45
No. 1. Instituto Affair Internazionali. 2010. www.sia.psu.edu/file-
/Leverett/TheInternationalSpectatorArticleMarch2010 diakses pada 17
Januari 2019.
Maloney, Suzanne. U.S Policy Toward Iran: Missed Opportunities an Paths
Forward. Vol. 32:2 Summer. Brookings Institution. 2008.
www.brookings.edu/wp-
content/uploads/2016/06/summer_Iran_maloney (diakses pada 14
Januari 2019)
Mikail, Kiki. Perjanjian Nuklir Iran dan Kepentingan AS-Israel di Timur Tengah.
Jurnal ICMES Volume 2, no.1. 2018
Mockli, Daniel and Andrin Hauri.”Iran Nuclear Crisis : Status and Options”.
CSS Analyses in Security Policy. Vol. 3, No. 43. 2008.
www.Css.ethz.ch/content/dam/ethz/special/interest/gess/cis/center-
for-securities-studies/pdfs.com (diakses pada 1 Januari 2019)
lxxxiii
Nainggolan, Poltak Partologi. Kesepakatan Nuklir Iran dan Implikasinya. Vol.
VII no. 15/I/P3DI/Agustus 2015
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VII-
15-I-P3DI-Agustus-2015-1.pdf 2015.
Rofii, M. Sya’roni. Memahami Manuver Iran dan Dinamika Politik Kawasan
Timur Tengah.Volume 1, Nomor 1. Marmara University. Istanbul.
2013. www.researchgate.net/publication/318774708 (diakses pada 15
Januari 2019.)
Thompson Jack and Oliver Thranert. “Trump Preparing to End Iran Nuke Deal”.
CSS Analyes in Security Policy. Vol. 5/4. 2017.
www.Css.ethz.ch/content/dam/ethz/special/interest/gess/cis/center-
for-securities-studies/pdfs.com (Diakses pada 4 Januari 2019)
Yoshitomo, Aldino. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap
Pengembangan Nuklir India dan Iran. eJurnal Ilmu Hubungan
Internasional Volume 5 (4). Samarinda. 2017. www.ejurnal.hi.fisip-
unmul.ac.id
Internet
Aria, Bendix. Iran Claims It Launched a Satellite-Carrying Rocket Into Space
https://www.theatlantic.com/news/archive/2017/07/Iran-claims-it-
launched-a-satellite-carrying-rocket-into-space/535161/ 2017
ARMS CONTROL. he Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) at a
Glance https://www.armscontrol.org/factsheets/JCPOA-at-a-glance
2018 (diakses pada 23 April 2019)
BBC. Obama's foreign policy: Is he hawk or dove?
https://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-19733883 2012
(diakses pada 16 Januari 2019)
BBC. Obama urges diplomatic push on Iran nuclear programme. 2013.
www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-24218272 diakses pada 14
Januari 2019
lxxxiv
BBC. Presiden Iran bertekad patuhi ketentuan kesepakatan nuklir. 2015.
www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150404_presiden_Iran_nuklir
(diakses pada 13 Januari 2019
BBC. Kesepakatan nuklir Iran: AS, Uni Eropa dan Iran bertemu. 2016.
www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/01/160116_dunia_kesepakatan_
nuklir (diakses pada 20 Januari 2019)
BBC. US penalises companies linked to Iran missile programme
https://www.bbc.com/news/world-us-canada-42571806
BBC. Six charts that show how hard US sanctions have hit Iran
https://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-48119109 2019
(diakses pada 16 Juni 2019)
BBC. PM Israel tuduh Iran luncurkan uji coba rudal balistik
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-38804675 2017 (diakses
pada10 Februari 2019)
BBC. AS jatuhkan sanksi terhadap Iran setelah uji coba rudal
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-38866037 2017 (diakses pada
10 Februari 2019)
BBC. Iran uji coba rudal jarak menengah setelah dicemooh Trump
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-41370755 2017 (diakses pada
10 Februari 2017)
BBC. Trump yakinkan Israel bahwa Iran tak akan punya senjata nuklir
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-39993625 2017 (diakses pada
20 Mei 2019)
BBC. deal: Trump's speech in full https://www.bbc.com/news/world-us-canada-
41617488 2017
BBC. Nuclear deal: Is Iran's economy better off now?.
www.bbc.com/news/world-middle-east-43975498 2018 (diakses pada
23 April 2019)
BBC. Iran building missile factories in Syria and Lebanon – Netanyahu
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-41074830 2017
lxxxv
BBC. Mengapa ada aliansi rahasia Arab Saudi dan Israel?
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-42105461
CFR. Impact Iran nuklir Agrement https://www.cfr.org/backgrounder/impact-
Iran-nuclear-agreement (diakses pada 20 Februari 2019)
CNN. Iran Luncurkan Rudal Balistik Jarak Jauh Baru
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170923030056-120-
243491/Iran-luncurkan-rudal-balistik-jarak-jauh-baru 2017
CNN. Ikuti Jejak Korut, Iran Bikin Rudal Penghancur Jet Tempur Lesthia
Kertopati 07
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170723132043-120-
229742/ikuti-jejak-korut-Iran-bikin-rudal-penghancur-jet-tempur 2017
CNN. Iran Sukses Uji Coba Rudal Balistik Presisi Tinggi. Denny Armandhanu.
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151011162527-120-
84264/Iran-sukses-uji-coba-rudal-balistik-presisi-tinggi? 2015
(diakses pada 20 Februari 2019)
CNN Pakar Nuklir: Uji Coba Rudal Iran Langgar Sanksi PBB
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151216074109-120-
98516/pakar-nuklir-uji-coba-rudal-Iran-langgar-sanksi-pbb 2015
(diakses pada 20 Februari 2019)
CNN Iran Kembangkan Rudal Balistik, AS Siapkan Sanksi
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160103141911-134-
101841/Iran-kembangkan-rudal-balistik-as-siapkan-sanksi? 2016
CNN. Diancam AS, Iran Tetap Akan Kembangkan Rudal Balistik Denny
Armandhanu
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160101161344-120-
101664/diancam-as-Iran-tetap-akan-kembangkan-rudal-balistik 2016
CNN. Lagi, Iran Pamerkan Pangkalan Rudal Bawah Tanah Baru
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160106080309-120-
102473/lagi-Iran-pamerkan-pangkalan-rudal-bawah-tanah-baru 2016
CNN. Iran Pamer Rudal Balistik Baru, AS Geram
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190208132646-120-
lxxxvi
367450/Iran-pamer-rudal-balistik-baru-as-geram 2019 (diakses pada
17 April 2019)
CNN. Netanyahu: Kesepakatan Nuklir Iran Mengancam Israel
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150404125149-120-
44143/netanyahu-kesepakatan-nuklir-Iran-mengancam-israel
04/04/2015 12:51 WIB
CNN. Majority say US should not withdraw from Iran nuclear agreement
https://edition.cnn.com/2018/05/08/politics/poll-Iran-
agreement/index.html 2018 (diakses pada 20 April 2019)
CNN. Bush : Nuke-lss Iran Remains Dangerous
http://edition.cnn.com/2007/POLITICS/12/04/Iran.nuclear/index.html
(diakses pada 11 Januari 2019
CNN. Peringati Penyanderaan di Kedubes AS, Iran Pamerkan Rudal
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20171105015227-120-
253524/peringati-penyanderaan-di-kedubes-as-Iran-pamerkan-rudal
2017 (diakses pada 20 Mei 2019)
CNN. Trump designates elite Iranian military force as a terrorist organization
https://edition.cnn.com/2019/04/08/politics/Iran-us-irgc-
designation/index.html 2019
CNN. Iran Akan Balas Dendam jika AS Langgar Kesepakatan Nuklir
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161124104734-120-
174954/Iran-akan-balas-dendam-jika-as-langgar-kesepakatan-nuklir
2016 (diakses pada 21 Maret 2019
CNN. Iran Akan Balas Dendam jika AS Langgar Kesepakatan Nuklir
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161124104734-120-
174954/Iran-akan-balas-dendam-jika-as-langgar-kesepakatan-nuklir
2016 (diakses pada 18 Januari 2019)
CNN. Iran Sukses Luncurkan Satelit, AS Meradang
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170728050156-120-
230868/Iran-sukses-luncurkan-satelit-as-meradang 2017 (diakses pada
11 Februari 2019)
lxxxvii
CNN. CNN ORCInternational Poll.
http://i2.cdn.turner.com/cnn/2015/images/09/12/Iranpoll.pdf 2015
(diakses pada 18 Juni 2019)
CNN. Iran nuclear deal one year out: the good, bad, and ugly. 2016.
www.cnn.com/cnn/2016/07/14/middleeast/Iran-nuclear-deal-one-year-
anniversary/index.html (diakses pada 26 Januari 2019)
EYG. US withdraws from Iran Nuclear Deal. EYGM Limited. Website:
www.ey.com/taxalerts 2018.
Izdiharuddin, Reza Fenansa. Pengaruh Amerika Serikat Dalam International
Atomic Energy Agency (IAEA) Terhadap Program Nuklir Iran.
Universitas Brawijaya. Malang.
https://www.academia.edu/5634432/Pengaruh_AS_dalam_IAEA_Ter
hadap_Program_Nuklir_Iran_Kurun_Waktu_2002-2006_ (diakses
pada 12 Januari 2019)
Jewish Journal. LA Jewish Journal Survey https://jewishjournal.com/IranSurvey/
2015 (diakses pada 18 Juni 2019)
Joint Comprehensive Plan of Action. Full text of Iran Nuclear Deal :
https://www.documentcloud.org/documents/2165399-full-text-of-the-
Iran-nuclear-deal diakses pada 12 Juni 2018
Lesser , Ian O, Bruce R. Nardulli, and Lory A. Arghavan. Sources Of Conflict In
The Greater Middle East.
https://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/MR
897/MR897.chap4.pdf
NTI. The CNS Iran Missile and SLV Launch Database
https://www.nti.org/analysis/articles/cns-Iran-missile-and-slv-launch-
database/ 2019 (diakses pada 4 April 2019)
Orthodox Union. Union of Orthodox Jewish Congregations of America
Commends President Trump for Withdrawing the U.S. from Iran
Nuclear Deal. https://advocacy.ou.org/union-orthodox-jewish-
congregations-america-commends-president-trump-withdrawing-u-s-
Iran-nuclear-deal/. 2018 (diakses pada 18 Juni 2019)
lxxxviii
Pew Research Center. Support for Iran Nuclear Agreement Falls Public
Awareness of Issue Has Declined Since July https://www.people-
press.org/2015/09/08/support-for-Iran-nuclear-agreement-falls/10-
15-2015_01/
2015 (diakses pada 19 Januari 2019)
Reardon, Robert J. Iran’s Nuclear Program: Past, Present, and Future. RAND
Corporation. 2012.
https://www.jstor.org/stable/10.7249/j.ctt1q60rb.10 diakses pada 14
Januari 2019
Reuters. How a Democratic U.S. House could alter foreign policy.
https://www.reuters.com/article/us-usa-election-foreignpolicy-
explainer/how-a-democratic-u-s-house-could-alter-foreign-policy-
idUSKCN1NC0I7 2018
Sharon Squassoni. Iran’s Nuclear Program : Recent Developments. Congressional
Research Service. 2006. www.fas.org/sgp/crs/nuke/RS21592.com
(diakses pada 28 Desember 2018)
UNITED NATIONS SECURITY COUNCIL. Resolution 2231 (2015) on Iran
Nuclear Issue Background
https://www.un.org/securitycouncil/content/2231/background 2015
(diakses pada 12 Januari 2019)
U. Kafash and A. Savyon. Iranian Officials Respond To West's Demands
Regarding Its Missile Program: Our Missile Production 'Has
Increased Threefold'; 'Our Defensive Capabilities Cannot Be Stopped
Or Curbed' https://www.memri.org/reports/Iranian-officials-respond-
wests-demands-regarding-its-missile-program-our-missile-production
VOA. Fakta Mengenai Garda Pengawal Revolusi Islam Iran
https://www.voaindonesia.com/a/fakta-mengenai-garda-pengawal-
revolusi-islam-Iran/4867858.html 04 2019
VOA. Netanyahu: Saya Wajib Peringatkan Iran yang Bersenjata Nuklir
https://www.voaindonesia.com/a/netanyahu-putusnya-hubungan-as-
israel-keliru/2664742.html 2015
lxxxix
Washinton Post. Renegotiating the Iran nuclear deal is pure fantasy
https://www.washingtonpost.com/news/global-
opinions/wp/2017/09/11/renegotiating-the-Iran-nuclear-deal-is-pure-
fantasy/?noredirect=on&utm_term=.94831b45afd2 2017
White House. Presidential Memorandum -- Preparing for Implementation of the
Joint Comprehensive Plan of Action of July 14, 2015 (JCPOA)
https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-
office/2015/10/18/presidential-memorandum-preparing-for-
implementation-of-the-joint-comprehensive-plan-of-action (diakses
pada 02 Februari 2019)
White House. Remarks by President Trump on Iran Strategy. Internet diakses di:
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-president-
trump-Iran-strategy/ 2017 (diakses pada 10 Januari 2019)
White House. President Trump Says the Iran Deal is Defective at Its Core. A New
One Will Require Real Commitments.
https://www.whitehouse.gov/articles/president-trump-says-Iran-deal-
defective-core-new-one-will-require-real-commitments/ 2018 (diakses
pada 12 Januari 2019)
White House. Statement from the President on the Designation of the Islamic
Revolutionary Guard Corps as a Foreign Terrorist Organization
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/statement-president-
designation-islamic-revolutionary-guard-corps-foreign-terrorist-
organization/
xc
LAMPIRAN I
Derestricted 15 December 2015
(This document has been derestricted at the meeting of the Board on 15 December 2015)
Atoms for Peace
Board of Governors
GOV/2015/72
Date: 15 December 2015
Original: English
For official use only
Item 1 of the agenda
(GOV/2015/71)
Joint Comprehensive Plan of Action
implementation and verification and monitoring in the Islamic Republic of Iran
in light of United Nations Security Council Resolution 2231 (2015)
xci
Resolution adopted by the Board of Governors on 15
December 2015
The Board of Governors,
(a) Recalling all the resolutions and the decisions adopted by the Board on
Iran's nuclear programme,
(b) Recalling also the Board's decisions on the provisions of technical
cooperation to Iran,
(c) Recalling also the Director General’s reports on this matter and taking
note of his recent reports contained in GOV/2015/53, GOV/2015/54, and
GOV/2015/68,
(d) Reaffirming the need for all States Party to the Treaty on the Non-
Proliferation of Nuclear Weapons to comply fully with their obligations, and
recalling the right of States Party, in conformity with Articles I and II of that
Treaty, to develop research, production and use of nuclear energy for peaceful
purposes without discrimination, as per Article IV of that treaty,
(e) Commending the Director General and the Secretariat for their
professional and impartial efforts to implement the Safeguards Agreement in
Iran and to undertake the necessary nuclear-related monitoring and verification
activities in Iran under the Joint Plan of Action agreed between E3/EU+3 and
Iran on 24 November 2013,
(f) Welcoming the conclusion on 14 July 2015 by E3/EU+3 and Iran of the
Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) endorsed by the United Nations
Security Council resolution 2231 (2015) on 20 July 2015, as well as the “Road-
map for Clarification of Past and
xcii
GOV/2015/72
Page 2
Present Outstanding Issues regarding Iran’s Nuclear Programme” agreed by the
Agency and Iran on 14 July 2015, and contained in document GOV/INF/2015/14,
(g) Being guided by, inter-alia, the affirmation by the United Nations Security
Council in its resolution 2231 (2015) that “conclusion of the JCPOA marks a
fundamental shift in its consideration of this issue”,
(h) Welcoming that all relevant participants have undertaken steps to fulfil their
respective commitments under the JCPOA,
(i) Recognizing the long-term nature of the provisions of the JCPOA and their
implications for the Agency,
(j) Mindful of Annex III of the JCPOA, setting the parameters for civil nuclear
cooperation with Iran in the framework of the JCPOA, including through IAEA
technical cooperation, where appropriate,
(k) Recalling its decision on 25 August 2015 to authorise the Director General to
implement the necessary verification and monitoring of Iran’s nuclear-related
commitments as set out in the JCPOA, and report accordingly, for the full duration
of those commitments subject to the availability of funds and consistent with the
Agency’s standard safeguards practices; and its decision to authorise the Agency to
consult and exchange information with the Joint Commission as set out in the
report of the Director General contained in GOV/2015/53,
(l) Emphasizing the essential and independent role of the IAEA in verifying
Iran's compliance with its obligations under the Comprehensive Safeguards
Agreement and Additional Protocol, including when provisionally applied, and in
this context in providing credible assurance as to the exclusively peaceful nature of
Iran’s nuclear programme, and underlining the IAEA’s important role in verifying
the full implementation of Iran’s nuclear related commitments under the JCPOA,
(m) Welcoming Iran's reaffirmation in the JCPOA that it will under no
circumstances ever seek, develop or acquire nuclear weapons, and Iran's agreement
xciii
that it will not engage in activities which could contribute to the development of a
nuclear explosive device,
1. Welcomes the commitments undertaken by Iran under the JCPOA, to provisionally
apply the Additional Protocol to its Comprehensive Safeguards Agreement in accordance
with Article 17 (b) of the Additional Protocol, seek its ratification within the time frame
as detailed in Annex V of the JCPOA and fully implement modified Code 3.1 of the
Subsidiary Arrangements to its Safeguards Agreement, communicated by Iran to the
Director General of the IAEA on 18 October 2015;
2. Recalls that under United Nations Security Council resolution 2231 (2015) all
provisions in the JCPOA are only for the purpose of its implementation between the
E3/EU+3 and Iran and should not be considered as setting a precedent for any other State
or for principles of international law and the rights and obligations under the Treaty on
the Non-Proliferation of Nuclear Weapons and other relevant instruments, as well as for
internationally recognised principles and practices;
3. Affirms in this regard that the Agency's verification and monitoring of Iran's
nuclear-related commitments as set out in the JCPOA should not be considered as setting
a precedent for the IAEA's standard verification practices, and further affirms that it shall
not be interpreted so as to conflict with or alter in any way the Agency's right and
obligations to verify compliance by States with Safeguards Agreements and where
appropriate Additional Protocols and to report to the Board as appropriate;
GOV/2015/72
Page 3
4. Requests the Director General to:
i) provide written reports before each regular quarterly Board meeting on
Iran’s implementation of its commitments under the JCPOA and on matters
relating to the verification and monitoring in Iran in light of United Nations
Security Council resolution 2231 (2015) until the Board is no longer seized of the
matter, and after that continue to provide written updates before each regular
quarterly Board meeting on Iran's implementation of its relevant commitments
under the JCPOA for the full duration of those commitments, unless the Board
decides otherwise;
xciv
ii) report, in this regard, in accordance with United Nations Security Council
resolution 2231 (2015) or the IAEA Statute, to the Board of Governors for
appropriate action, and in parallel to the United Nations Security Council, at any
time if the Director General has reasonable grounds to believe there is an issue of
concern;
5. Supports the IAEA Secretariat in undertaking the activities provided for by United
Nations Security Council resolution 2231 (2015) and the JCPOA;
6. Also supports the Agency’s consulting and exchanging information with the Joint
Commission;
7. Urges all Member States to cooperate fully with the IAEA in its exercise of the
tasks related to this resolution;
8. Notes the report of the Director General to the Board of Governors contained in
GOV/2015/68, which, in line with the Road-map for the clarification of past and present
outstanding issues regarding
Iran’s nuclear programme, includes the final assessment of all past and present
outstanding issues, as set out in the Director General’s report in November 2011
contained in GOV/2011/65;
9. Also notes that all the activities in the Road-map for the clarification of past and
present outstanding issues regarding Iran's nuclear programme were implemented in
accordance with the agreed schedule and further notes that this closes the Board's
consideration of this item;
10. Reaffirms that Iran shall cooperate fully and in a timely manner with the IAEA in
implementing its Comprehensive Safeguards Agreement and Additional Protocol,
including by providing access, reaffirms that such cooperation and implementation are
essential for the IAEA to reach the Broader Conclusion that all nuclear material in Iran
remains in peaceful activities and reaffirms also that Iran shall cooperate fully and in a
timely manner with the IAEA in implementing its nuclear related commitments under the
JCPOA, including, inter alia, as set out in Annex 1, Section Q of the JCPOA and Annex 4,
paragraph 6.7;
11. Decides that upon receipt by the Board of Governors of the Director General's
report that the IAEA has verified that Iran has taken actions specified in paragraphs 15.1-
15.11 of the Annex V of the JCPOA the provisions of its resolutions GOV/2003/69 (12
September 2003), GOV/2003/81 (26 November 2003), GOV/2004/21 (13 March 2004),
GOV/2004/49 (18 June 2004), GOV/2004/79 (18 September 2004), GOV/2004/90 (29
November 2004), GOV/2005/64 (11 August 2005), GOV/2005/77 (24 September 2005),
xcv
GOV/2006/14 (4 February 2006), GOV/2009/82 (27 November 2009), GOV/2011/69 (18
November 2011) and GOV/2012/50 (13 September 2012), shall be terminated, and also
decides that the Board's decision on GOV/2007/7 and consequential decisions on the
provision of technical cooperation for Iran, which were taken through the Agency’s
TACC based on GOV/2008/47/Add.3, GOV/2009/65, GOV/2011/58/Add3,
GOV/2013/49/Add.3 and GOV/2015/60/Add.3, shall be terminated;
12. Notes the importance of all relevant participants faithfully honouring their relevant
undertakings and respective commitments under the JCPOA;
GOV/2015/72
Page 4
13. Decides upon receipt of the Director General's report that the IAEA has verified
that Iran has taken the actions specified in paragraphs 15.1-15.11 of the Annex V of the
JCPOA to be no longer seized of the matter “Implementation of the NPT Safeguards
Agreement and relevant provisions of Security Council resolutions in the Islamic
Republic of Iran” and to become seized of a separate agenda item covering JCPOA
implementation and verification and monitoring in Iran in light of United Nations
Security Council resolution 2231 (2015);
14. Decides to remain seized of the matter until ten years after the JCPOA Adoption
Day or until the date on which the Director General reports that the Agency has reached
the Broader Conclusion for Iran, whichever is earlier.
xcvi
Lampiran 2
Hasil Wawancara dengan Dewi Fortuna Anwar
(Research Professor - Pusat Penelitian Politik-Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia)
Hari/Tanggal: Minggu, 04 Mei 2019.
Pukul: 15.00 WIB
Tempat: Jl. Gunung Indah VIII no 52, Rt 004/Rw 03, Kampung Gunung,
Cirendeu, Ciputat.
Narasumber, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat LIPI) merupakan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian Republik Indonesia yang dikoordinasikan
oleh Kementerian Negara Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (KMNRT).
Hasil wawancara :
1. Apakah faktor yang memengaruhi Amerika Serikat Keluar dari
JCPoA? Adakah faktor dominan dari Internal atau eksternal?
Mengapa Amerika serikat keluar dari perjanjian multilateral yang
ditandatangani oleh negara Amerika dan Eropa adalah Lebih terkait dengan
perubahan pemerintahan di Amerika Serikat. Perjanjian itu di tandangi ketika
masih di bawah kepempinan Obama. Presiden Obama memang lebih
mengutamakan kerjasama Internasional atau kerjasama multilateral. melihat
bahwa upaya komunitas internasional menekan Iran untuk tidak mengembangkan
senjata nuklir dianggap cukup membuahkan hasil. Sehingga Iran juga menuntut,
jika kami bersedia menghentikan nuklir Enriched uranium. Maka tentu hal ini
harus ada rewards nya, terutama yaitu dibatalkannya sanksi ekonomi yang selama
ini dijatuhkan ke Iran, kan itu adalah esensinya. Iran sesuai supervisi IAEA harus
xcvii
melaksanakan upaya yang sungguh-sungguh untuk tidak mengembangkan senjata.
Walaupun selama ini mereka juga tidak mengaku mengembangkan pengayaan
uraniumnya untuk senjata, tetapi ada kecurigaan ke arah itu dan setelah sekian
tahun dengan negosiasi yang lama akhirnya Iran bekerjasama dengan Amerika
Serikat, Ingris, Prancis.. hingga akhirnya sampai pada kesepakatan JCPoA. Tapi
kita lihat sejak Awal Trump sudah mengkritisi kebijakan Obama tersebut.
Dia mengatakan ini kebijakan yang buruk, dia yakin, dan pada dasarnya dia
tidak percaya dengan Iran. Dia menganggap kebijakan Obama Itu merugikan
kepentingan nasional Amerika dan merugikan kepentingan nasional sekutu
Amerika di Timur Tengah. Nah alasan ketidak setujuan ini Saya kira lebih
ideologis. Dia lebih atau banyak mungkin dipengaruhi oleh hubungan dekat dia
dengan Israel dan Arab Saudi. Karena kita tahu JCPoA ini sangat diprotes keras
oleh Israel dan Arab Saudi. Israel khawatir dengan kemampun Iran yang mungkin
diam-diam mengembangkan senjata nuklir, retorika dari Iran terutama dibawah
ahmadinejad dulu. walaupun Iran diawah Rouhanni yang lebih moderat tmeskipun
diutarakan secara terbuka, tapikan keinginan untuk menghancurkan dan
membumihanguskan Israel, jadi Israelkan sangat takut dengan kemampuan militer
Iran. Apalagi memiliki kemampuan nuklir dan Balistic missile. Lalu Arab Saudi
itu persaingan geo strategi regional Arab Saudi menganggap Iran sebagai musuh
bebuyutan.
Arab saudi sebagai kekuatan regional dari Sunni, menganggap Iran dibawah
pemerintahan revolusioner sebagai musuhnya. Kalau dibawah shah dulu
hubungan mereka baik-baik saja, maka yang jadi masalah bukannya Iran namun
rezim yang berkuasa di Iran. Jadi dianggap musuh karena revusioner, monarki,
jadi bukan hanya masalah sunni dan syiah. Namun jadi tipe rezimnya itu dianggap
mengancam kenyamanan Arab saudi. Juga Iran dan Arab Saudi ini terlibat konflik
pengaruh di Timur Tengah, entah itu di Yaman ataupun di Suriah. Jadi dari awal
Arab Saudi mendukung Iran yang ditekan oleh internasional, karena ini memberi
peluang yang lebih besar bagi Arab Saudi dalam menjalankan ambisinya sebagai
kekuatan regional dan dia khawatir kalau Iran menjadi negara yang diterima lagi
xcviii
oleh kalangan luas. Maka Iran secara negara dan penduduk yang lebih besar dan
secara teknologi SDM yang lebih banyak juga memiliki kekayaan minyak,
kemudian ditambah lagi dengan kemampuan Iptek nya dan bisa mengembangkan
senjata. Jadi dia anggap akan mengubah pengaruh perkembangan kekuasaan di
kawasan. Sehingga kita melihat kedua negara ini melakukan pesekutuan, yaitu
antara Israel dan Arab saudi karena dianggap Iran sebagai musuh bersama. Kita
lihat presiden Trump dia melihat bahwa Arab Saudi dan Israel sebagai sahabat
terdekatnya, ada kepentingan ekonomi disitu dan ada minyak juga, dan juga
keluarga kalau kita lihat menantu dan anak Trump adalah yahudi. Memang dekat
sekali dengan Israel tentu saja memiliki komitmen, menjadikan lobi Israel di
Washington. Jadi kita lihat adanya aspek ideologis dan juga kepentingan.
Terutama kepentingan ekonomi. Kita juga lihat bahwa trump mengumumkan
kebijakannya terkait iran di Riyadh, Arab saudi, jadi kita bisa tau bagaimana
pengaruh Arab saudi. Kalau misalnya itu terjadi di Israel tentu saja jadi hal yang
biasa, namun Trump justru melakukannya di Riyadh.
2. Bagaimana pengaruh kongres dalam isu program nuklir Iran?
Apakah kongres memiliki peran yang besar?
Kita lihat kongres dari kalangan Republik juga sudah banyak yang
memprotes terhadap kebijakan JCPoA. Namun kebijakan ini kan hanya dari
eksekutif sehingga tidak perlu diratifikasi oleh kongres. Jadi bukan masalah,
sehingga kongres tidak terlalu terlibat. Setau Saya JCPoA ini sendiri memang
tidak melalui ratifikasi kongres, sehingga Saya rasa perjanjian itu memang lebih
mudah untuk dibatalkan. Perjanjian tidak semua perlu ratifikasi kongres kalau di
kita DPR, seperti di kita adasebagian hanya ratifikasi di tingkat eksekutif saja,
kecuali treaty. Sedangkan perjanjian ini hanya lebih ke agreement, jadi tidak perlu
ratifikasi. Kalau dia melalui proses ratifikasi maka akan lebih sulit. Walaupun
tetap saja, obama care kan yang lewat legislasi di kongres juga dibatalkan karena
mayoritas kongres saat ini juga republik. Jadi ketika Obama yang mengeluarakan
Obama Care pada saat mayoritas kongres adalah Demokrat, sedangkan minoritas
Republik tidak mendukung.
xcix
Ketika Republik menjadi mayoritas, maka dengan mudah diubah rencana
tersebut. Jadi anda harus melihat pentingnya politik domestik didalam kebijakan
politik luar negeri itu. jadi harus dimulai dari persepsi dan kepentingan dinamika
dalam negeri, disamping juga hubungan dengan negara-negara regional, seperti
Israel dan Arab saudi. Memang kedua negara mencoba mendekati Amerika dan
memang tidak senang dengan Obama pada saat itu. jadi mereka senang sekali
ketika demokrat tidak memenangkan kepresidenan mereka sangat senang karena
mereka merasa lebih aman.
3. Bagaimana pengaruh Masyarakat Amerika Serikat terkait isu program
nuklir Iran? Jika di lihat bahwa banyak penolakan atas kebijakan
Trump, namun apakah pengaruhnya besar atau sebaliknya?
Masyarakat tidak begitu pengaruh, karena ini bukan isu yang prioritas. Jadi
bukan misalnya isu perang dan dama, makanya ini juga tidak terlalu melibatkan
kongres. Peran masyarakat itu akan lebih berpengaruh kalau seusautu itu harus
berurusan dengan kongres, krena mereka akan meloby anggota-anggota
kongresnya. Jika pada level eksekutif, isu itu akan lebih tertutup. Kan kita bisa
lihat Trump jalan terus, meskipun dalam publik popularitasnya sangat rendah.
namun Trump di dukung spenuhnya oleh kongres ya dia masa bodo saja. Banyak
kebijakannya yang tidak poluler, namun dia didukung secara militan oleh
kelompok konservatif. Banyak kebijakannya yang bertentangan.
Sejauh mana isu publik akan berpengaruh, kalau itu berpengaruh terhadap
kepopuleran atau budget itu dapat mengubah kebijakan, terutama jika itu
berpengaruh di kongres. Indonesia misalnya, kalau pemerintah membuat
kebjiakan yang tidak populer, pemerintah demokratis yang dukungannya bisa
berubah ubah di dpr, itu akan lebih sensitif. Tapi dibawah pak harto tidak peduli
dia.. karena golkar selalu mendominasi. Kalau saat ini kan sudah banyak faksi dan
banyak koalisi, jadi bisa jadi koalisi pun bisa menarik dukungan.
c
Saya memang melihat persepsi mereka (Amerika, Arab Saudi, Israel)
memang konvergen, mereka sama-sama khwatir terhadap Iran. Memang karena
persepsi mereka Iran ya jahat gtu.. jadi memang sudah ideologisnya begitu.
4. Bagaimana pengaruh negara-negara Eropa yang juga turut
meratifikasi perjanjian JCPoA?
Sebenarnya semua negara eropa sangat menyayangkan. Ya tapi tidak
berpengaruh, negara eropa kan tidak menentukan terpilihnya Trump. Ya karena
dia juga tidak perduli dengan gerakan multilateralisme. Nah kalau obama pasti
peduli, karena dia ingin menjadi bagian dari kekuatan global, yang didukung oleh
network multirateral. Dia tetap menganggap paren Amerika dalam multirateral
sangat penting, karena dia menganggap itu bagian dari upaya memeilihara
perdamaian dunia.
Kalau Trump visinya lain dia America first, dia tidak mau di dikte oleh
pembuat kebijakan di london dan paris, malahan akan kontraproduktif. Dia
menarik diri dari Paris Agrement, dia menarik diri dari TPP, dia menarik diri dari
macam-macam komitmen global, termasuk dia menarik diri dari UNESCO.
Karena Trump menganggap kekuatan-kekuatan ini memenjara Amerika. Mereka
tida bisa leluasa, menurut dia Amerika yang besar, Amerika yang berkuasa itu
harus bisa bergerak sendiri. Jadi justru kontraproduktif, jika Amerika ditekan dari
luar Trump bisa pergi ke pendukung basisnya. “kita mau di tekan-tekan” dan hal
itu Amerika bangga kita menunjukan kita tidak perduli.
Ingat saja seperti bung karno sangat Radikal nasionalisme, keluar dari PBB,
konfrontasi dengan Malaysia, menyuruh Amerika pergi ke neraka. Tapi tetap
banyak pendukungnya yang mengatakan itu hebat, walau hal itu memunculkan
ketidak stabilan regional dan menciptakan keterpurukan ekonomi. Namun banyak
kelompok yang menganggap hal itu bagus, tapikan memang dibayar mahal dalam
politik dan ekonomi indonesia. Ya kita lihatlah sekarang ini menjadi tidak
menentu kepemimpinan Trump menjadi menurun, tapi menurut Trump dia tidak
ingin menjadi pemimpin didunia. Karena dia menganggap itu hanya merugikan,
ci
tidak ada untungnya bagi Amerika. Amerika memimpin dunia, China malah
tambah kuat. Jadi itu yang harus di lihat dari aspek ideologis dan politik trump.
Ya intinya Trump tidak suka dengan obama, tidak suka dengan kebijakan
Obama, apapun yang berbau Obama di buang sama dia. Juga bagi pendukung
Trump yang konservatif itu keberadaan Obama sebagai presiden itu merupakan
suatu penghiatan besar bagi mereka. Mereka putih, mereka tidak suka dengan
hitam, dasarnya dalah rasisme. Jadi apapun yang berbau Obama termasuk
Medicare, itu bukanlah suatu rahasia.
Walaupun Trump tidak secara langsung menuding Obama tapi kita dapat
lihat white nasionalisme itu muncul. Jadi bukan partai demokratnya, Obama
sebagai Pribadi dia tidak suka. Apa yang direpresentasikan obama, jadi
kemenangan kelompok minoritas seorang berkulit hitam menjadi presiden.
Dalam publik hal tersebut belum dapat di terima. Seperti dulu Kennedy presiden
Khatolik ada yang nembak kan. Lalu Abraham lincoln yang ingin mengakhir
perbudakan juga di tembak. Jadi masih ada hal itu di Amerika serikat. Jadi ada
ketidak sukaan secara pribadi terhadap Obama dan juga terhadap kebijakan yang
liberal, mereka kan konservatif. Perjanjian yang sifatnya multilateral, dianggap
kebijakan-kebijakan yang liberal. Dia juga tidak suka kebjakan yang terlalu
memisahkan peran pemerintah, karena Republik kan ideologinya pemerintah tidak
boleh terlalu besar. Obama care menurut mereka terlalu membebani keuangan
negara dan mereka tidak suka.
5. Bagaimana dengan rudal balistik yang selalu menjadi kekhawatiran
Trump jika di lihat dari beberapa pernyataan Trump di media?
Apakah salah satu pengaruh yang besar sebagai faktor pendorong
keluarnya Amerika Serikat dari JCPoA?
Iran memang cukup bandel dengan melakukan uji coba bahkan setelah
kesepakatan itu. sekarang juga terus mengembangkan, tapi itu lebih kepada respon
dari penarikan diri Amerika serikat. Walaupun kita juga tahu perdebatan di Iran
sangat sengit, karena banyak juga kelompok konservatif yang tidak setuju dengan
cii
JCPoA, karena dianggap melemahkan Iran. Kelompok di Iran yang lebih ekstrim
kan tidak suka dengan kebijakan Rouhanni. Bagi kaum moderat kebijakan
Rouhanni yang di inginkan, tapi bagi kaum konservatif itu dianggap mengancam.
Hal ini akan menyisikan peran mereka. Jadi banyak kaum konservatif yang tidak
suka dengan Iran yang berdamai itu. jadi juga jangan melihat Iran sebagai satu
bola yang utuh. Tidak pernah ada satu kesatuan yang mendukung di Iran. Anda
juga harus melihat pelajaran politik dalam negeri itu tidak hanya seperti main bola
billiard, itu harus diangkat harus dibuka. Terutama berhubungan dengan negara
yang besar, Iran kan besar juga kompleks. Tapi disini bukan Iran yang menjadi
pemicu masalah, tetapi Amerika Serikat.
6. Bagaimana caranya Iran bisa bertahan dari sanksi ekonomi yang
dijatuhkan? Mengapa Iran tetap bisa berargumen dengan kuat bahwa
apa yang dilakukan terkait nuklir adalah tindakan yang damai?
Karena dia sudah memiliki kemampuan IPTEK yang luar biasa.
Pengembangan nuklir kan lebih banyak home crown. karena kena sangsi dengan
negara barat, tapi mencari jalan dengan kerjasama dengan korea utara. Selain itu
bisa di lihat Iran masih berhubungan dengan Indonesia, China masih berhubungan
dengan Iran, Rusia masih berhubungan dengan Iran. Dunia ini kan tidak hanya..
walaupun negara-negara barat itu penting sekali menguasai ekonomi. Tetapi
banyak negara yang memerlukan minyak dan gas dari Iran. Indonesia kan bekerja
saman dengan Iran, kita kerjasama minyak dan gas dari sana. Jadi dia itu bukan
negara kecil, tapi lebih penting lagi dia tidak hanya hidup dari energinya. Sebelum
negaranya mengandalkan minyak, negaranya memang sudah maju. Diakan pernah
jadi super power dulu aat Persia itu.
Saya pernah ke Iran dia mengembangkan teknologi gedung tinggi, kereta
bawah tanah, semua itu kan memang maju. Tradisi membaca dan menulisnya dan
memang sains dan teknologinya jauh. Jadi mereka memang punya dasar, yang
Arab Saudi tidak punya. Arab saudi kan orang pada pasir yang jika tidak ada
ciii
minyaknya itu tidak tau mau kemana. Cuman memang itu tadi, sepertiJepang
yang sering kerjasama dengan Amerika dan negara lainnya terancam kena sanksi
jika berhubungan dengan Iran. Tapikan perusahaan-perusaan RRC, perusahaan
Rusia, perusahaan, asia, perusahaan indonisia memiliki tempat untuk menarik
keuntungan di Iran. Bahkan perempuan perempuan di iran sudah banyak yang
menjadi mentri, pemimpin, dari segi sains dan teknologi Iran sangat maju.
civ
Hasil Wawancara dengan Nizar Umar
(Dosen Jurusan Hubungan Internasinal FISIP Universitas Al Azhar Indonesia)
Hari/Tanggal: Selasa, 06 Agustus 2018.
Pukul: 09.30 WIB
Tempat: Lt. 4 Gedung FISIP Universitas Al Azhar Indonesia
1. Apa saja faktor yang mendorong keluarnya Amerika Serikat dari
Keseakatan JCPoA?
Ada tiga hal yang sanbukan isgat mempengaruhi perubahan kebijakan luar
negeri AS. Untuk awalnya lebih baik untuk dapat memetakan relasi kedekatan AS
dengan negara yang ada di timur tengah, secara kelompok dapat di bedakan
menjadi 4. Pertama, saudara kandung yaitu Israel. kedua, saudara sepupu yang
memiliki kedekatan sosiologis yaitu negara-negara teluk dan yordan. Ketika,
negara-negara mitra yaitu negara yang terletak di Afrika Utara. Keempat, negara
yang dianggap musuh atau enemy yaitu Iran.
2. Bagaimana Kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah Terkait
Program nuklir Iran? Bagaimana pengaruh hal tersebut terhadap
keputusan Trump untuk menarik diri dariperjanjian JCPoA?
Kepentingan Amerika di Timur tengah akan terlaksana jika
mempertahankan status quo atau konflik, karena jika Timur Tengah damai atau
totaly war maka tidak akan menguntungkan, maka dari itu timur tengah akan di
buat untuk tetap dalam status konflik secara parsial. Selama ini konflik di Timur
Tengah adalah Arab Israel. setelah munculnya isu nuklir Iran, Iran menjadi salah
satu intrument baru untuk menyulut konflik baru di Timur Tengah . di satu sisi
Amerika Serikat terus mengupayakan perdamian Israel-palestina, namun
menjadikan Iran sebagai konflik baru. Terkadang Amerika Serikat bisa saja
mengorbankan saudara kandungnya yaitu Israel. peristiwa 1972, olimpiade di
cv
Amerika yang meledakkan atlet-atlet asal Israel yang dituduhkan kepada PLO.
Dimana isu itu dibuat Amerika untuk menuduh PLO sebagai teroris dimana pada
saat itu PLO sangat bersemangat untuk memperjuangkan palestina. Hingga saat
ini isu itu melekat dan PLO dituduh menjadi teoris.
Selain isu tersebut bahkan Amerika juga mengorbankan negara-negara
teluk. Raja faisal yang dibunuh pada 1975 setelah Arab Saudi mendeklarasikan
perang total dengan Israel pada tahun 1973. Demikian juga di Timur Afrika Utara
bagaimana mereka mengeliminasi kelompok khwanul muslimin, untuk
mendudukkan orang militer yang seharusnya bertentangan dengan doktrin
demokrasi Amerika. Terakhir di Iran, Iran sebenarnya adalah proses rekayasa
pada tahun 1979 yaitu penggulingan Shah Palevi dimana Amerika Serikat
menjadikan Iran sebagai musuh baru.
3. Bagaimana pengaruh Trump sebagai Presiden Amerika Serikat
Terkait Program nuklir Iran?
Kedua adalah siklus pergantian partai politik di Amerika Serikat antara
Republik dan Demokrat. Terutama dilihat dari perilaku politik parta politik. Jika
dilihat secara kontran kalau Republik itu lebih merepresentasikan Realisme,
sementara Demokrat lebih secara idealis. Sehingga kalau dilihat dari sejarahnya
Amerika serikat lebih sering terlibat konflik jika yang mendominasi adalah partai
Republik. Kita bisa tau kalau Trump juga berasal dari partai Republik, kita harus
melihat hal itu. dimana kebijakan-kebijakan politik Partai Republik yang terlihat
sangat kontras.
4. Bagaimana pengaruh eksternal terhadap sikap Trump yang
memutuskan untuk keluar dari perjanjian JCPoA?
Kemudian yang terakhir adalah isu nuklir Iran itu sendiri merupakan
sebuah isu yang potensial untuk suatu waktu” pelatuknya “bisa ditekan hingga
bisa menjadi sebuah isu yang dapat menggoncang kawasan bahkan dunia.
Kemudian itu yang digunakan Amerika Serikat, yaitu proses tarik ulurnya sama
seperti Korea Utara. Kalau di Korea utara ada namanya ideologi “Juche”. Artinya
cvi
krisis nuklir Iran itu, pada akhirnya Iran tidak akan pernah diberikan peluang
untuk menjadikan senjata nuklirnya. Tidak akan pernah karena dapat
membahayakan timur tengah dan dunia secara keseleuruhan. Juga tidak akan
pernah dihapus seluruhnya, maka akan berhenti pada potensi saja. Iran hanya
punya potensi membuat senjata, namun itu saja sudah mampu menggetarkan
negara-negara tetangganya. Sehingga tidak mungkin mempunyai kemampuan
hingga membuat rudal yang membawa hulu ledak nuklir. Jika hal sebesar itu
adalah tidak mungkin. Jadi lebih berdampak kepada peningkatan security dilemma
di timur tengah.