fakultas dakwah dan komunikasi universitas islam … · 2018. 9. 24. · dakwah dan komunikasi,...
TRANSCRIPT
PEMENUHAN HAK HIDUP SOSIAL ANAK KORBAN
PERCERAIAN ORANG TUA (Studi Kasus Kecamatan permata Kabupaten Bener Meriah)
SKRIPSI
Diajukan oleh :
MUSTAQIM
NIM 441307451
MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PMI/KESOS
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018/1439 H
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:
Nama : Mustaqim
Nim : 441307451
Jenjang : Strata Satu (S-1)
Jurusan/Prodi : Pengembangan Masyarakat Islam/Konsentrasi
Kesejahteraan Sosial
Menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis dirujuk dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika
dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan ternyata
memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini.
Maka saya siap menerima sanksi berdasarkan aturan yang telah berlaku di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry.
Banda Aceh, 06, Juni, 2018
Yang Menyatakan:
MUSTAQIM
Nim. 441307451
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-nya kepada kita semua, serta salawat dan salam penulis
hantarkan kepangkuan alam Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh
keluarga dan sahabat yang telah membawa ummat-nya dari alam jahiliyah ke alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Atas izin Allah SWT sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini yang berjudul “Pemenuhan Hak Hidup Sosial Anak
Korban Perceraian Orang Tua. (Studi Kasus Kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah)”
Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program S-1 Pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda
Aceh. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran dan kritikan kepada penulis
demi kesempurnaan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua: ayahhanda Alm,
Mukhtar dan kepada ibunda tercinta Nursiyem berkat doa, kasih sayang, dan
dukungan moril serta materil sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, ucapan terima kasih kepada abang Lisanuddin dan kepada adek
tercinta Tika Seniwati yang selalu memberi dukungan dan motivasi untuk
membangkitkan semangat dalam menggapai sarjana.
ii
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Kusuma Hatta,
Mpd selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-raniry Darussalam
Banda Aceh, terima kasih kepada Bapak Dr. T. Lembong Misbah, MA, selaku
ketua prodi serta Ibu Nurul Husna, S.Sos.I, M.Si sebagai sekretaris Prodi
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-
raniry Darussalam Banda Aceh, serta kepada Bapak Drs. M. Jakfar Puteh, M.Pd
selaku Penasehat Akademik (PA), terima kasih pula penulis sampaikan kepada
Bapak Drs. Sa’i.SH.,M. Ag selaku pembimbing pertama yang telah memberikan
arahan dan ide-ide sehingga dengan pengarahannya skripsi ini dapat di selesaikan,
dan kepada Bapak T. Murdani, M. IntelDev selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, ide dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Para dosen dan asisten serta seluruh karyawan di lingkungan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry yang telah
membekali penulis dengan ilmu yang bermanfaat.
Terima kasih, tidak lupa penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Syuhada
sebagai kepala KUA Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, juga kepada
Bapak Drs. Husaini selaku kasi kesra Kecamatan Permata, dan rasa terima kasih
juga penulis ucapkan kepada masyarakat di Kecamatan Permata khusunya bagi
masyarakat yang telah memberikan imformasi yang cukup banyak tentang
pemenuhan hak hidup sosial anak korban perceraian orang tua dan data yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
iii
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada abang
Mukcsin.M.Ag, yang telah banyak memberikan arahan dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan terima kasih kepada sahabat saya,
wasyilah,Spd, Misra Harna Siska, Eka Maulida, Rawdah,S,sos, Erna Wita.S,sos,
Sutri Sanova,S,sos, Rahma, Rahmi, Ulul Azmi, Ramadana, Muhajir, Raihan
Agustin, Muhammad Hidayat, Khalezar dan seluruh kawan-kawan PMI-KESOS
unit 17 leting 2013 yang telah banyak memberikan dukungan, serta Bapak/Ibu
Geucik dan kawan-kawan KPM Reguler II Gampong Mampree Kecamatan
Tiro/Truseb Kabupaten Pidie, Rahmad Syawali, Ahmad Damanhuri, Muhammad,
Harfan, Sarah Hafish dan Fatin Nur Aimy yang selalu memberikan bantuan
berupa doa, dukungan, saran dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Tidak ada satupun yang sempurna di dunia ini, begitu juga penulis
menyadari bahwa ada banyak kekurangan dan hal-hal yang perlu ditingkatkan
baik dari segi isi maupun tata penulisannya, kebenaran selalu datang dari Allah
dan kesalahan itu datang dari penulis sendiri, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan karya
ilmiah ini, akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri, semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi peneliti kiranya dan semua pihak umumnya,
semoga kita selalu dalam karunia Allah Swt. Aamiin Ya Rabbal’alamin.
Banda Aceh, 6 Juni 2018.
Penulis:
Mustaqim
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
E. Penjelasan Istilah .......................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan. .......................................................... 9
B. Teori yang Digunakan ........................................................................... 11
1. Pemenuhan Hak Anak ........................................................................... 11
2. Kehidupan Sosial… ................................................................................ 14
C. ANAK… ..................................................................................................... 18
1. Pengertian Anak….................................................................................. 18
2. Pengertian Perceraian… ......................................................................... 20
D. Karakteristik Anak pada Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Dini .......... 22
1. Perkembangan Fisik…............................................................................ 22
2. Perkembangan Kognitif… ...................................................................... 24
E. Peraturan Perundang-undangan Yang Mengatur Tentang Anak… ....... 27
F. Pandangan Islam Tentang Hak Anak ........................................................... 37
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Metode Penelitian ....................................................... 42
B. Objek Penelitian Dan Teknik Pengambilan Sampel ............................. 43
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 44
D. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data .................................................. 45
v
BAB IV KEADAAN KEHIDUPAN SOSIAL ANAK DI BAWAH ASUHAN
SATU ORANG TUA
A. Gambaran Umum Wilayah Objek Penelitian ...................................... 47
B. Pemenuhan Hak Anak Korban Perceraian Orang Tua… ..................... 52
1. Kebutuhan Kasih Sayang Anak… ................................................... 56
2. Kebutuhan Terhadap Pendidikan Anak… ....................................... 58
3. Kebutuhan Terhadap Sandang, Pangan Dan Papan .......................... 60
C. Kenyataan Kehidupan Sosial Anak Korban Perceraian Orang Tua… . 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan… ..................................................................................... 68
B. Saran… ............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: SK Pembimbing Tahun Akademik 2017/2018.
Lampiran 2: Surat Penelitian Dari Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Ar-
Raniry.
Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Mahkamah
Syar’iyah Simpang Tiga Redelong, Bener Meriah.
Lampiran 4: Daftar Wawancara.
Lampiran 5: Foto Dokumentasi.
Lampiran 6: Daftar Riwayat Hidup.
vii
ABSTRAK
Latar belakang dalam penulisan ini adalah tangung jawab orang tua terhadap
anak-anaknya merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh semua
orang tua, anak berhak untuk mendapatkan segala hak-haknya untuk menunjang
tumbuh kembangnya secara wajar, berhak atas pemenuhan hak kasih sayang,
berhak untuk mendapatkan pendidikan, dan berhak untuk mendapatkan sandang,
pangan dan papan secara wajar, putusnya hubungan perkawinan diantara suami
dan istri tidak mengugurkan segala hak dan kewajiban yang harus diberikan oleh
orang tua terhadap anak-anaknya, perlakuan orang tua terhadap anaknya
mengenai pelaksanaan pemenuhan hak-hak anak paska perceraian selama ini
masih bertolak belakang dengan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pemenuhan
hak-hak anak sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang tentang
perlindungan anak. jika terjadi perceraian yang menjadi permasalahan lain adalah
yang menyangkut tentang pemenuhan hak-hak anak salah satu dari orang tua tidak
menghiraukan lagi tentang hak anak, oleh karena itu perlu dikaji lebih dalam
tentang Pemenuhan Hak Hidup Sosial Anak Korban Perceraian Orang Tua di
Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah. Penelitian ini merupakan penelitian
yang langsung turun ke lapangan yang bersifat Kualitatif (field research) tehnik
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun teknik
analisis data menggunakan teknik deskriftif. Hasil dari penelitian yang penulis
temukan berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis di lapangan, secara
umum dapat diimformasikan bahwa pemenuhan hak-hak anak setelah orang tua
bercerai tidak dapat terpenuhi dengan baik, Perceraian di Kecamatan Permata,
Kabupaten Bener Meriah, kerap kali menimbulkan akses-akses masalah
pemenuhan hak-hak anak paska perceraian orang tua, Banyak Hambatan utama
yang menjadi penyebab terbengkalainya pemenuhan hak-hak anak, salah satunya
adalah keterbatasan ekonomi orang tua, kelalaian orang tua, rendahnya pendidikan
orang tua, kurangnya kesadaran akan tangung jawab sebagai orang tua setelah
bercerai.
Kata Kunci: Pemenuhan Hak Anak Setelah Terjadi Perceraian.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hak hidup merupakan salah satu dari empat hak anak yang diatur dalam
Konvensi Hak Anak (KHA). KHA merupakan aturan atau hukum perlindungan
anak di Indonesia yang di adopsi oleh internasional (Comvention On The Rights
Of The Children) yang bersipat mengikat secara yuridis dan politis yang
menguraikan secara rinci hak dasar anak yang harus di penuhi oleh orang dewasa.
KHA merupakan acuan dalam semua upaya kesejahteraan anak yang didasari
beberapa pertimbangan justifikasi, yaitu:
(a).Hak anak adalah bagian integral dari Hak Asasi Manusia yang yang
harus dijadikan media bagi bangsa Indonesia di forum internasional dalam
pembahasan mengenai hak asasi manusia. (b).Pemenuhan hak anak
merupakan ekspresi moralitas bangsa dalam memandang anak sebagai
sesama manusia yang perlu dikembangkan emansipasinya agar
berpartisipasi aktif menentukan masa depannya sebagai manusia yang
bermartabat. (c). Dalam memasuki era globalisasi perlu disiapkan generasi
bangsa yang tangguh berkopetensi dengan bangsa lain dengan pemenuhan
hak untuk hidup, hak atas kesehatan, pendidikan, sosial dan ekonomi, serta
hak atas perlindungan. (d). Dengan merujuk pada KHA maka dapat
dilkukan pembaruan, penyempurnaan, maupun harmonisasi peraturan
perundang-undangan yang mendukung pemenuhan hak-hak.1
Menurut UU RI Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Pasal
2 Ayat 1 yaitu anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang yang baik dalam keluarganya maupun didalam asuhan.
Kemudian pasal 4 ayat 1 dan 2 yaitu: anak yang tidak mempunyai orang tua
1 Ending Ekowarni, Jurnal, Konvensi Hak Anak Suatu Fatamorgana Bagi Anak Indonesia,
(Bulletin Psikologi, 2001), hlm, 49-50.
2
berhak atas asuhan oleh Negara atau badan pelaksana ketentuan, ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.2
Permasalahan sosial yang yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
khususnya didalam keluarga mengacu kepada keadaan berupa persoalan-persoalan
yang berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan sosial anak, seperti terjadinya
komflik didalam keluarga, hal ini berdampak kepada perampasan hak-hak anak,
yang seharusnya anak mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan
berakhlak mulia, mendapatkan perlindungan serta untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya
serta adanya perlakuan tampa adanya diskriminasi.
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.3 Anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-
luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental
maupun sosial dan mempunyai ahklak yang mulia. Pada kenyataanya masih
banyak anak yang belum mendapatkan pemenuhan hak kehidupan sosial anak,
khususnya anak yang berada dalam komflik rumah tangga seperti anak yang orang
tuanya telah bercerai.
Pada komferensi dunia tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1993, komisi
nasional HAM menegaskan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa
semua manusia sejak lahir dan bahwa perlindungan atas hak itu merupakan
2 Irma Setiowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Cet 1, Ed 1, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1990), hlm, 65.
3 Qanun Aceh, No 11 Tahun 2008, Tentang Perlindungan Anak, hlm, 7.
3
tanggung jawab pertama dari pemerintah. Hak asasi manusia telah diakui dan
dilindungi sejak masih dalam kandungan, sebagai Negara peserta konvensi hak-
hak anak, Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan berbagai upaya
dalam perlindungan Hak Asasi Manusia.4
Dalam observasi awal peneliti menemukan beberapa faktor yang menjadi
penyebab terbengkalainya pemenuhan hak-hak anak, salah satunya adalah
kelalaian orang tua, sehingga banyak anak-anak korban perceraian dititipkan atau
di alihkan hak pengasuhannya kepada keluarga atau kerabat terdekat seperti kakek
atau neneknya. Selain itu, dampak yang ditimbulkan karena tidak terpenuhinya
hak-hak anak dapat dilihat dari psikologi anak sehari-hari, seperti kurang bisa
beradaptasi, minder, komflik batin, prestasi menurun, malas, kurang berinteraksi,
nakal, melawan atau suka membantah orang tua dan lain sebagainya. Sikap inilah
yang muncul pada diri anak ketika hak-haknya di telantarkan oleh orang tua.
Karena pada kenyataannya banyak anak yang menjadi korban tidak tertangani
dengan baik, sehingga hak-hak anak terabaikan. Anak seharusnya mendapatkan
pemeliharaan dan perlindungan khusus dimana anak sangat bergantung pada
bantuan dan pertolongan orang dewasa terutama pada tahun-tahun permulaan dari
kehidupannya.5
4 Rhona K.M. Smith & Christian Ranheim, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Pusham
UII, 2008), hlm, 629.
5 C. De Rover , To Serve & To Protect Acuan Universal Penegakan HAM, (Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2000), hlm, 369.
4
Konvensi Hak Anak juga semakin memperjelas akan hak anak itu sendiri yang
harus diterimanya, dan terpenuhi dengan baik, Konvensi Hak Anak mengatakan
bahwa:
(1).Masa kanak-kanak memerlukan perawatan dan pendampingan secara
khusus.(2). Meyakini bahwa keluarga, sebagai kelompok dasar dari
masyarakat dan lingkungan alam bagi pertumbuhan dan kesejahteraan
dari seluruh anggotanya terutama anak-anak harus diberi perlindungan
dan bantuan yang diperlukan sehingga ia terpenuhi dapat memikul
tanggung jawabnya dalam masyarakat.(3) Mengingat bahwa
sebagaimana yang disebutkan dalam deklarasi hak-hak anak, ketidak
matangnya fisik dan mentalnya, membutuhkan perlindungan dan
perawatan khusus, termasuk perlindungan hukum yang layak.6
Berdasarkan deklarasi hak-hak anak, anak yang disahkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1959 pasal 3 menyatakan
bahwa anak-anak harus di lindungi dari perbuatan yang mengarah kedalam bentuk
diskriminasi rasial agama, maupun bentuk diskriminasi lainnya, mereka harus
dibesarkan dalam semangat yang penuh pengertian, toleransi dan persahabatan
antar bangsa, perdamaian serta persaudaraan semesta dan dengan penuh kesadaran
tenaga dan bakatnya diabadikan kepada sesama manusia.7
Dalam hal seperti yang terjadi di Bener Meriah saat ini, terutama di
Kecamatan Permata, terdapat 47 anak yang orang tuanya telah berecerai, dengan
rata-rata ber-umur 5-12 tahun yaitu anak yang menjadi korban dari komflik dalam
lingkungan keluarganya sendiri.
6 Yayasan Bantuan Hukum Anak Bekerja Sama Dengan Caritas Germany, Perlindungan
Khusus Anak Berhadapan Dengan Hukum, (Banda Aceh, 2006), hlm, 4.
7 Mulyana W. Kusuma, Hukum dan Hak-Hak Anak Ed 1, Cet 1, (Jakarta: Rajawali, 1986),
hlm, 20.
5
Dengan mempertimbangkan rangkaian masalah diatas, kondisi inilah
menurut peneliti perlu dikaji lebih jauh, agar ditemukan jawaban mengenai
Pemenuhan Hak Hidup Sosial Anak Korban Perceraian Orang Tua di Kecamatan
Permata Kabupaten Bener Meriah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemenuhan hak hidup sosial anak korban perceraian orang
tua di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah..?
2. Bagaimana kehidupan sosial anak korban perceraian orang tua
Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah..?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan suatu bagian pokok yang bertujuan untuk lebih
mengetahui dan lebih mendalami segala segi kehidupan, penelitian adalah suatu
sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun
praktis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak hidup sosial anak
korban perceraian orang tua di Kecamatan Permata Kabupaten Bener
Meriah.
2. Untuk mengetahui Bagaimana kehidupan sosial anak korban
perceraian orang tua di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.
6
D. Manfaat Penelitian
Hasil pembahasan pada penulisan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat secara umum dan juga bagi penulis khusunya. Beberapa
manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya adalah :
1. Manfaat teoritis
Masyarakat senantiasa memelihara dan menjaga kesejahteraan anak dalam
kehidupan bermasyarakat meskipun kedua orang tua anak tersebut telah bercerai.
2. Manfaat praktis.
a. Bagi penulis, untuk mendapatkan pengetahuan tentang pemenuhan
hak hidup sosial anak korban perceraian orang tua dan wawasan
tentang kesejahteraan anak korban perceraian orang tua.
b. Bagi orang yang bercerai, memberikan pedoman dan pengetahuan
terhadap ibu dan bapak yang sudah bercerai dan dapat menentukan
kesejahteraan terhadap anaknya.
c. Bagi masyarakat, untuk memberikan imformasi dan pengetahuan
kepada masyarakat, khusunya pada anggota masyarakat yang telah
bercerai.
E. Penjelasan Konsep
1. Kehidupan
Kehidupan adalah proses. Proses kehidupan manusia dimulai saat sel
sperma dari calon ayah dan sel telur calon ibu yang bertemu ditubuh calon si ibu,
menyatu dan terus bertumbuh, berkembang dari satu sel menjadi berjuta-juta sel
7
membentuk tubuh manusia lengkap dengan organ-organnya dan kemudian lahir
sebagai bayi.8
2. Sosial.
Sehubungan dengan perkataan sosiologi, perkataan sosial haruslah ditinjau
dari semua kegiatan yang ada hubungannya dengan masyarakat luas, sesuai
dengan perkataan asalnya “sozious” yang berarti “teman”. Perkataan sosial telah
mendapat banyak interpretasi pula, walaupun demikian, orang berpendapat bahwa
perkataan ini mencapai reciplocal behavior atau perilaku yang saling
mempengaruhi dan saling tergantungnya manusia satu sama lain. Satu pengertian
yang lebih jelas lagi ialah perkataan interdependensi. Dengan demikian “manusia
sosial” berarti manusia yang saling tergantung kehidupannya satu sama lain.9
3. Anak
Pengertian anak menurut UU RI No. 4 Tahun 1979, tentang kesejahteraan
anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum
pernah menikah. Batas 21 tahun ditetapkan karena berdasarkan pertimbangan
usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang
anak dicapai pada usia tersebut. Anak adalah potensi serta penerus bangsa yang
dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.10
8 Sumanto, Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori, (Yogyakarta: CAPS Center of
Academic Publishing Service, 2014), hlm, 1.
9 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: BinaCipta, 1983),
hlm, 9.
10
Suryanah, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK, (Jakarta: Cetakan Pertama, 1996) hlm, 1. di
Akses Pada Selasa 21 Mei 2013.
8
4. Perceraian
Perceraian adalah terlepasnya ikatan pernikahan terhadap sepasang suami
istri.11
perceraian juga dapat diartikan sebagai berakhirnya suatu hubungan suami
istri karena sudah tidak cocok diantara keduanya dan di putuskan oleh hukum.
11
Wahban Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, Terjemah, (Jakarta: Gema Insani,
2007), hlm, 318.
9
BAB II
A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Untuk menghindari kesamaan dalam karya ilmiah yang telah ada
sebelumnya, maka penulis melakukan penelusuran terhadap berbagai hasil
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, Rabiul Rahmawati, telah melakukan penelitian berjudul
“Perubahan Komunikasi Anak Broken Home Paska Perceraian Orang Tua di
Kecamatan Kuta Baro Aceh Besar, (Kajian Terhadap Konsep Birrul Walidain)
Skripsi tersebut mengkaji tentang perceraian dapat berdampak negatif terhadap
komunikasi anak, pernyataan ini dapat dilihat dari beberapa temuan, Pertama,
dilihat dari komunikasi anak broken home dalam keluarga di Kecamatan Kuta
Baro Aceh Besar tidak efektif, karena komunikasi yang berlangsung antara anak
dengan orang tua acuh tak acuh, menciptakan komunikasi diam dan senang
memberontak, begitupun komunikasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap
anak. orang tua membiarkan komunikasi anaknya yang tidak efektif dan juga
menciptakan komunikasi diam. Kedua, dilihat dari perubahan komunikasi anak
akibat perceraian orang tua di Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar sanggat buruk
sekali, persoalan ini dilihat dari sepuluh anak broken home, maka delapan
diantaranya menciptakan komunikasi yang diam dan senang berkata kasar kepada
orang tua. Komunikasi seperti ini terjadi pasca perceraian orang tua.1
1 Rabiul Rahmah, Perubahan Komunikasi Anak Broken Home Pasca Perceraian Orang Tua Di
Kecamatan Kuta Baro Aceh Besar, (Kajian Terhadap Konsep Birrul Walidain), Skripsi, (Banda
Aceh: Fakultas Dakwah, UIN Ar-Raniry, 2011).
10
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Muthi’ah dengan judul “Problem
Psikologis Anak Yang Orang Tuanya Bercerai, (Studi di Kecamatan Simpang
Ulim Kabupaten Aceh Timur)”. Dalam skripsi ini membahas tentang problem
psikologis anak yang orang tuanya bercerai mengalami beberapa gejala emosi
pada anak, seperti perasaan sedih, malu, dan marah, dari letupan emosi tersebut
anak mengalami perubahan perilaku seperti anak menjadi nakal dan pembangkang
kepada orang tuanya, kemudian upaya yang dilakukan orang tua dalam mengatasi
problem psikologis anak di Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur
yaitu dengan cara meningkatkan nilai-nilai spiritual seperti mengaji, mengantar ke
pesantren dan tinggal di dayah serta melakukan aktifitas yang produktif seperti
berjualan, namun ada juga orang tua yang mengabaikan anaknya karena sibuk
mencari nafkah.2
Anita Dahlia, Skripsi, Dampak Perceraian Terhadap Keberagaman dan
Perilaku Sosial Remaja (Studi Kasus di Perumnas Klender, Kelurahan Malaka
Jaya Duren Sawit Jakarta Timur). Dalam skripsi ini menjelaskan tentang
Perceraian yang terjadi di masyarakat dengan anak-anak sebagai korban,
menimbulkan dampak bagi anak dalam pergaulan sehari-hari. Berdasarkan hasil
penelitian, para korban perceraian pada mulanya merasa tidak percaya diri jika
bergaul dengan teman-teman di lingkungan maupun di sekolah. Namun keadaan
2 Muti’ah, Problem Psikologis Anak Yang Orang Tuanya Bercerai, (Studi di Kecamatan
Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur), Skripsi, (Banda Aceh: Fakultas Dakwah, UIN Ar-Raniry,
2016)
11
tersebut lambat laun akan berubah karena anak merasa sudah terbiasa dan teman-
teman mereka juga memakluminya.3
B. Teori Yang di Gunakan
1. Hak Hidup Anak.
a. Pemenuhan Hak Anak.
Pengertian pemenuhan hak anak, menurut pasal (1) butir 12 Undang-
Undang No 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan anak, anak adalah bagian dari
hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi hak-haknya oleh
Orang tua, Keluarga, Masyarakat, Pemerintah dan Negara.4 Mutia mengutip dari
Wingjosoebroto menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang
seharusnya diakui sebagai hak yang melekat pada manusia, karena tiadanya hak
ini serta merta akan menyebabkan manusia tidak mungkin dapat hidup harkat dan
martabatnya sebagai manusia.5
Kebiasaan hidup anak adalah bersama orang tuanya, yaitu ayah dan ibu
kandungnya. Akan tetapi adakalanya seorang anak tidak lagi mempunyai orang
tua dan mengakibatkan anak menjadi terlantar, dalam arti tidak terpenuhinya hak-
hak anak dengan wajar. Keadaan terlantar ini disebabkan oleh hal-hal seperti
3 Anita Dahlia, Dampak Perceraian Terhadap Keberagaman dan Prilaku Sosial Remaja,
Skripsi, (Study Kasus di Prumnas Klender Kelurahan Malaka Jaya Duren Sawit Jakarta Timur).
4 Supriyadi W. Eddyono, Pengantar Konvensi Hak Anak, (Jakarta: Elsam, 2005), hlm, 2.
5 Meuthia G. Rochman, Hak Asasi Manusia Sebagai Parameter Pembangunan, (Jakarta:
Elsam, 1997), hlm, 19.
12
perceraian atau karena sesuatu sebab yang lain sehingga orang tua melalaikan
kewajibannya, sehingga hak-hak anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar.
Menurut Deklarasi PBB hak anak meliputi:
(a) Hak untuk memperoleh kasih sayang, cinta dan pengertian.(b) Hak
untuk mendapatkan gizi dan perawatan kesehatan.(c) Hak untuk
mendapatkan perawatan khusus bila cacat.(d) Hak untuk mendapatkan
kesempatan bermain dan berekreasi. (e) Hak untuk mempunyai nama dan
kebangsaan.(f) Hak untuk belajar agar menjadi warga negara yang
berharga.6
Kemudian Negara-Negara anggota PBB (termasuk Indonesia) telah
menyepakati 31 hak yang harus dilindungi, yang diadopsi dalam Konvensi Hak
Anak (KHA) Tahun 1998. Hak-Hak yang telah disepakati adalah sebagai berikut:7
1. Hak untuk kelangsungan hidup dan berkembang.
2. Hak untuk mendapatkan nama.
3. Hak untuk mendapatkan kewarganegaraan.
4. Hak untuk mendapatkan identitas.
5. Hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak.
6. Hak untuk mendapatkan kesehatan yang paling tinggi.
7. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami konflik
bersenjata.
8. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami konflik
hukum.
9. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi
sebagai pekerja anak.
10. Hak untuk medapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi
dalam penyalah gunaan obat-obatan.
11. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika mengalami eksploitasi
seksual dan penyalah gunaan seksual.
12. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan,
dan perdagangan anak-anak.
13. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi
sebagai angota kelompok minoritas atau masyarakat adat.
6 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm.
51
7 Dian Winarti, Anak-Anak Mengatasi Situasi Sulit, (Yayasan Pulih dan Taloe, 2008), hlm, 33-
35.
13
14. Hak untuk hidup dengan orang tua.
15. Hak untuk tetap berhubungan dengan orang tua bila di pisahkan salah
satu orang tua.
16. Hak untuk mendapatkan keterampilan.
17. Hak untuk berekreasi.
18. Hak untuk bermain.
19. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya.
20. Hak untuk perlindungan khusus dalam situasi yang penting.
21. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus sebagai pengungsi.
22. Hak untuk bebas beragama.
23. Hak untuk bebas berserikat.
24. Hak untuk bebas berkumpul secara damai.
25. Hak untuk mendapatkan imformasi dari berbagai sumber.
26. Hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi.
27. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari siksaan.
28. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kejam, hukuman,
dan perlakuan tidak manusiawi.
29. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penangkapan yang sewenang-
wenang.
30. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perampasan kebebasan.
31. Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma.
Dalam perkembangannya anak memerlukan perlindungan dan bimbingan
atas kehidupannya, hal ini menyangkut kepada hak-hak dan kewajiban anak
tersebut. Tugas untuk memberikan perlindungan dan bimbingan tersebut adalah
tugas Negara, masyarakat dan orang tua dari anak itu sendiri.8
Hak anak atas hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi
secara wajar lihat Pasal 4 UU Nomor 23, 2002. Dapat dikatakan, Pasal 4 ini
merupakan norma hukum utama yang menjadi inspirasi bagi norma hukum dalam
pasal lainnya, yang secara teori dapat disebut sebagai hukum primer. Karenanya.
Hak hidup sebagai hak yang tidak dapat diabaikan dalam keadaan apapun,
termasuk situasi darurat juga diatur dalam Pasal 4 dan Pasal 9 Undang-Undang
8 Unit Kerja Hukum Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia,
Panduan Penyuluhan Hukum Tentang Anak, (Jakarta: FK-PPAI, 1993), hlm, 4.
14
No. 39 Tahun 1999, Tentang Hak Asasi Manusia. Dalam Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999, Tentang Hak Asasi Manusia juga merumuskan norma hukum
yang menjamin hak anak atas hidup, kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan
perlindungan. Sejalan dengan Konvensi Hak Anak, hak hidup bagi anak ini,
dalam wacana instrument merupakan hak asasi yang universal, dan dikenali
sebagai hak yang utama.9
Pemerintah Indonesia kemudian membuat aturan hukum agar hak-hak
diatas dapat terlindungngi dan terpenuhi, sesuai dengan keadaan di Indonesia
hasilnya adalah Undang-Undang perlindungan anak No. 23 Tahun 2002, Undang-
Undang Perlindungan Anak (UUPA). UUPA melindungi semua anak yang
berusia dibawah 18 tahun termasuk anak didalam kandungan, orang tua, keluarga,
masyarakat dan pemerintah wajib memenuhi, menjamin dan melindungi hak anak.
pelanggaran terhadap hak anak yang tertera dalam UUPA dapat diproses secara
hukum.10
b. Kehidupan Sosial.
Kehidupan berasal dari kata “hidup” menurut kamus besar bahasa
Indonesia, hidup adalah masih terus ada, bergerak sebagaimana mestinya baik
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan. Sedangkan kehidupan adalah hal yang
berhubungan dengan hidup atau kegiatan yang dilakukan oleh mahluk hidup.11
9 Muhammad Joni, Hak-Hak Anak dalam UU Perlindungan Anak dan Konvensi PBB tentang
Hak Anak, Beberapa Isu Hukum Keluarga (Jakarta: KPAI), hlm, 11.
10
Dian Winarti, Anak-Anak Mengatasi Situasi Sulit, (Yayasan Pulih dan Taloe, 2008), hlm, 33-
35. 11
Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Sandro Jaya, 2006), hlm, 27.
15
Perkataan sosial haruslah ditinjau dari semua kegiatan yang ada
hubungannya dengan masyarakat luas, sesuai dengan perkataan asalnya “sozious”
yang berarti “teman”. Perkataan sosial telah mendapat banyak interpretasi pula,
walaupun demikian, orang berpendapat bahwa perkataan ini mencapai reciplokal
behavior atau perilaku yang saling mempengaruhi dan saling tergantungnya
manusia satu sama lain. Satu pengertian yang lebih jelas lagi ialah perkataan
interdependensi. Dengan demikian “Manusia Sosial” berarti manusia yang saling
tergantung kehidupannya satu sama lain.12
Kehidupan sosial bukan merupakan barang cetakan, melainkan suatu
proses keseimbangan yang selalu membaharuk, bertumbuh-kembang dan berubah.
Setiap gejala niscaya berada dalam keadaan “menjadi” pakar sosiologi menunjuk
pada perubahan-perubahan mendasar dalam pola budaya, struktur dan perilaku
sosial sepanjang waktu sebagai perubahan sosial. Perubahan sosial pada dasarnya
merupakan proses yang dilalui oleh masyarakat sehingga menjadi berbeda dengan
sebelumnya.13
Kimball dan Raymond mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan
kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan
mungkin ada kehidupan sosial. Lebih lanjut Macionis menyatakan bahwa
12
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: BinaCipta, 1983),
hlm. 9.
13
Gunarsa, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Rabbani Press,
2009), hlm, 25.
16
interaksi sosial merupakan suatu proses dimana individu bertingkah laku dan
bereaksi dalam hubungan dengan individu lain.14
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial
adalah suatu hubungan timbal-balik antara dua atau lebih individu manusia, di
mana ide, pandangan dan tingkah laku individu yang satu saling mempengaruhi,
mengubah atau memperbaiki individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini
dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial
antara dua manusia atau lebih. Hubungan timbal-balik tersebut dapat berlangsung
antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara
kelompok dengan kelompok untuk mencapai suatu tujuan, maka hal inilah yang
disebut dengan kehidupan sosial.
Melihat fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat saat ini, kita
melihat kondisi masyarakat yang rapuh dan memprihatinkan, banyak terjadi
kondisi penyimpangan didalam masyarakat, penyimpangan norma sosial, norma
agama, norma hukum, norma budaya dan lain sebagainya, rasa kepedulian untuk
hidup berdampingan bersama dengan saling menghormati dan mengakui
perbedaan masing-masing menghilang, maka akibat yang timbul adalah
perpecahan di tubuh masyarakat dan tergangunya rasa aman dalam masyarakat itu
sendiri. Bahkan yang lebih parahnya perseteruan yang terjadi dalam lingkungan
keluarga sendiri yaitu antara ayah dengan ibu sampai-sampai keduanya tidak bisa
di damaikan kembali kemudian berpisah (bercerai) hal ini tentunya sangat
14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),
hlm, 67.
17
merugikan kondisi kehidupan sosial keluarga tersebut kedepannya, terutama
terhadap anak.
Kebutuhan individu yang mendasar juga diperlukan ialah kebutuhan untuk
berhubungan dengan individu lain, kebutuhan untuk membuat pertahanan diri
agar terhindar dari musuh, kubutuhan untuk belajar kebudayaan dari lingkungan
agar dapat diterima atau diakui eksistensinya oleh warga masyarakat setempat.15
Kemudian dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu
lainnya terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui
hubungan itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginan
masing-masing, untuk mencapai keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan
tindakan melalui hubungan timbal balik, hubungan inilah yang sebut intraksi.
Intraksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antar individu, antar individu maupun kelompok, intraksi terjadi apabila
seseorang individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi dari
individu-individu yang lain, karena itu interaksi terjadi dalam kehidupan sosial.16
Interaksi pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur
sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan sosial. Perkembangan
inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku individu
yang berbeda menurut situasi dan kepentingan masing-masing, yang
diwujudkannya dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu
pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan
15
Yunarti, Pembangunan Sosial Masyarakat, (Semarang: Duta Karya, 2008), hlm, 91.
16
Haikal, Peningkatan Kapasitas Pemerintah Kesejahteraan Sosial Masyarakat, (Surabaya:
Pustaka Jelita, 2009), hlm, 221
.
18
sosial. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang ditandai dengan
adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak yang
terjadi dalam hubungan sosial tersebut.
Setiap individu yang berhubungan dengan individu lain, baik hubungan
sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok, hubungan sosial itu memiliki aspek-aspek yang meliputi,
adanya hubungan, adanya individu, adanya tujuan kemudian adanya hubungan
struktur dan fungsi kelompok.17
Jadi, setiap individu memiliki fungsi dalam kelompoknya masing-masing,
individu dalam kelompoknya tidak terlepas dari individu yang lain, oleh karena
itu individu dikatakan sebagai mahluk sosial yang memiliki fungsi dalam
kelompoknya.
2. ANAK
a. Anak Korban Perceraian
1. Pengertian Anak.
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk yang ada
dalam kandungan.18
Menurut Kosnan, Anak-anak yaitu manusia muda dalam
umur muda dalam jiwa muda dan perjalanan hidupnya mudah terpengaruh untuk
keadaan sekitarnya.19
17
Purwanto, Kehidupan Sosial Masyarakat, (Jakarta: Grafika Jaya, 2008), hlm, 34.
18
Qanun Aceh, No 11 Tahun 2008 Tentang Perlindungan Anak, hlm, 7.
19
R.A. Koesnan, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung: Sumur, 2005),
hlm, 113.
19
Pengertian anak menurut UU RI No. 4 Tahun 1979, tentang kesejahteraan
anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum
pernah menikah. Batas 21 tahun ditetapkan karena berdasarkan pertimbangan
usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang
anak dicapai pada usia tersebut.20
Hidayah mengatakan, anak merupakan individu yang berada dalam satu
rentang perubahan perkembangan, yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa
anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
sampai pada usia bermain, usia sekolah, hingga pada usia remaja.21
Dengan kata lain setiap rentang pertumbuhan dan perkembangan pada
anak berbeda antara anak satu dengan anak yang lain, mengingat latar belakang
setiap anak didalam keluarganya berbeda-beda, Pada proses perkembangan
pertumbuhan tersebut sanggat berpengaruh dari kehidupan didalam kelurga dan
dalam masyarakat, Perkembangan seorang anak sudah ada sejak bayi, akan tetapi
belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring
dengan pertambahan usia pada anak.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah pendidik
yang pertama dalam kehidupan anak, yang dimaksud dengan perkataan mendidik
disini adalah menjaga, memimpin, dan mengatur segala hal yang berkaitan dengan
anak yang belum dapat menjaga dan mengatur dirinya sendiri. Anak
membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman dalam setiap tumbuh
20
Suryanah, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK, (Jakarta: Cetakan Pertama, 1996), hlm, 1.
Di Akses Pada Selasa 21 Mei 2013.
21
Rifah Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: Prees, 2009), hlm, 15-16.
20
kembangnya. Anak perlu mendapatkan segala pemenuhan kebutuhan hak hidup
sosial anak dengan baik, untuk menjamin kehidupannya yang optimal dimasa
yang akan datang. oleh karenanya jangan anak-anak menjadi korban akibat dari
perceraian yang dilakukan orang tua.
2. Pengertian Perceraian.
Perceraian adalah terlepasnya ikatan pernikahan terhadap sepasang suami
istri.22
Adapun lafald “Talak” menurut arti bahasa ialah “melepaskan tali”
Sedangkan menurut pengertian syarak ialah nama bagi suatu pelepasan tali
pernikahan.23
Perceraian juga dapat diartikan sebagai berakhirnya suatu hubungan
suami istri karena sudah tidak cocok diantara keduanya dan di putuskan oleh
hukum.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa perceraian disebabkan oleh
hubungan pernikahan yang tidak berjalan dengan baik, biasanya didahului oleh
konflik antar pasangan suami istri yang dilakukan di pengadilan agama dan
mengawali berbagai perubahan emosi, psikologis, lingkungan dan anggota
keluarga serta dapat menimbulkan perasaan duka yang mendalam. Dalam Islam
perceraian merupakan peralihan yang halal namun sangat dibenci oleh Allah SWT
sesuai yang di jelaskan Dalam Hadist Riwayat Imam Abu Daud sebagai berikut:
22
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Wa Adillatuhu, Jilid 9, Terjemah (Jakarta: Gema Insani, 2007),
hlm, 318.
23
Imron Abu Amar, Fathul Qorib, jilid 2, Terjemah, (Kudus: Menara Kudus, 1983), hlm, 58.
21
ابغض الحلال الى الله تعالى الطلاق
Artinya: “Perkara halal yang dibenci Allah SWT adalah talaq
(perceraian). (HR. Imam Abu Daud)”.
Karenanya perceraian dianggap permasalahan yang besar bagi keluarga
terutama anak dalam memulai penyesuaian diri dengan keadaan. Anak yang orang
tuanya bercerai akan mengalami reaksi emosi dan perilaku karena kehilanggan
salah satu dari kedua orang tuanya. Anak tersebut membutuhkan dukungan
kepekaan dan kasih sayang yang lebih besar untuk membantu mengatasi rasa
kehilangan yang dialaminya selama masa-masa sulit ini.24
Fenomena yang terjadi sekarang ini yaitu anak menjadi korban kekerasan
dalam diri anak baik dari fisik maupun psikis. Dalam hal ini anak menjadi korban
kekerasan secara psikis yaitu anak harus menghadapi bahwa keluarganya tidak
utuh lagi karena orang tuanya berpisah (bercerai). dilihat secara fisik, anak
menjadi lesu, tidak bersemangat, berat badan yang turun dan sering sakit karena
tidak ada nafsu makan. Hal ini menjadikan perkembangan anak akan menurun
drastis karena seharusnya anak tumbuh dengan kasih sayang dan pengawasan
kedua orang tuanya. Anak yang menjadi korban perceraian akan mengalami
tekanan mental yang berat dalam lingkungannya, anak akan merasa malu dan
minder terhadap orang disekitarnya karena masalah orang tuanya.
24
Widi Tri Astuti, Skripsi, Damapak Perceraian Orang Tua Terhadap Tingkat Kematangan
Emosi Anak,( Semarang: 2013), hlm, 4.
22
3. Karakteristik Anak pada Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Dini
1. Perkembangan Fisik
Desmita mendefinisikan bahwa perkembangan tidak terbatas pada
pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga terkandung
serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui pertumbuhan
dan belajar.25
Istilah perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh,
menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui
perkembangan fisik, dan perkembangan kognisi (pemikiran).26
Jadi, dapat di pahami bahwa perkembangan adalah perubahan yang teratur,
sistematis, dan terorganisi yang mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan
menunjuk pada suatu proses perubahan yang bersifat fisik mengenai fungsi-fungi
fisik maupun mental yang terjadi terus-menerus ke arah yang lebih sempurna
sampai akhir hayat sebagai hasil intraksi dengan lingkungannya.
Kemudian dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perkembangan fisik
merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya
pertumbuhan baik berat badan maupun tinggi badan serta kekuatannya,
memungkinkan anak untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya, dan
juga berkembangnya pengetahuan terhadap lingkungan tanpa bantuan orang
tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan pada anak untuk
lebih meningkatkan pemahaman dan penguasaannya terhadap tubuhnya.
25
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm, 4.
26
Slavin Robert E, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT.Indeks, 2011), hlm,
40.
23
Menurut Surya, di dalam buku Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran,
mengatakan bahwa perkembangan fisik di bagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Perkembangan Fisik Masa Awal Kanak-Kanak (2-6 Tahun)
Pada fase ini anak belum mampu melakukan operasi untuk menggambarkan
tindakan mental misal, menjelaskan dengan kata-kata atau gambar. Anak
juga masih berpikir didasarkan pada persepsinya dan cara berpikir anak
masih egosentris, selain itu anak belum mengenal konsep invariance benda,
(invariance = sesuatu yang tetap) dan belum mampu melakukan penalaran
secara rasional.
b. Perkembangan Fisik Masa Akhir Anak-Anak (6-12 Tahun)
Ciri-ciri pada fase ini adalah anak sudah bisa berpikir secara abstrak tanpa
melihat situasi yang konkrit. Anak mampu menghadapi persoalan-persoalan
yang sipatnya hipotesis. Anak sudah dapat membuat dugaan-dugaan
penyebab suatu kejadian. Pada priode ini individu telah melampaui
pengalaman konkrit sehingga mampu berpikir abstrak dan logis. Pada tahap
ini, kadang individu menciptakan bayangan situasi ideal yang diinginkan.27
Pada masa kanak-kanak awal, pertumbuhan fisiknya tidak secepat masa
pertumbuhan saat bayi atau sebelumnya, tetapi ada banyak kemampuan fisik yang
makin berkembang baik pada masa ini terutama dari segi kualitas. Ada kemajuan
dalam perkembangan otot, sistem saraf, dan koordinasi motoriknya sehingga anak
dapat melakukan berbagai kegiatan yang lebih tinggi tingkatannya, yang
selanjutnya akan meningkatkan kemampuan kognitif, sosial, dan emosional.28
Jika orang tua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan
baik, normal, dan sehat dari segi fisik dan kejiwaannya, maka orang tua harus
benar-benar memperhatikan, melindungi dari berbagai tindakan kekerasan, baik
kekerasan dalam bentuk fisik maupun secara verbal. Didiklah anak dengan segala
ketentuan dan kebutuhannya dengan demikian maka pertumbuhan dan
27
Mohd. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Cet. II, (Bandung: Yayasan Bhakti
Winaya, 2003), hlm, 57-58.
28
Cristiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Kanak-Kanak
Akhir, (Jakarta: Prenada, 2012), hlm, 183.
24
perkembanga fisik anak berjalan dengan normal, yang didasarkan pada (QS. At-
Tin: 4).
لمذ خلما الا ساى ف أحسي تمى ن
Artinya: Sesungguhnya Kami Telah Menciptakan Manusia Dalam Bentuk
Yang Sebaik-Baiknya.(QS. At-Tin:4).
Allah melalui hukum penciptanya, telah mencitakan tahap demi tahap
bentuk tubuh manusia. dan menganti unsur yang tidak bermanfaat dengan unsur
yang lebih baik sehingga terjadi unsur keseimbangan, proporsi dan simetri yang
baik, untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Islam mengajarkan manusia
untuk memperhatikan perkembangan fisik mereka, memerhatikan perkembangan
fisik merupakan hal yang penting agar dapat mencapai perkembangan fisik yang
optimal. Dengan perkembangan fisik yang oftimal seseorang dapat beribadah dan
bekerja dengan lebih baik.29
2. Perkembangan Kognitif.
Istilah kognitif berasal dari kata cognition atau knowing baarti konsep
luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam
pemerolehan, organisasi penataan dan pengunaan pengetahuan.30 Menurut
Sujiono, kognitif adalah suatu proses dalam berpikir, yaitu kemampuan setiap
29
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Iskami Menyikapi Rentang Kehidupan
Manusia Dari Pra kelahiran Hingga Pasca Kematian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm, 97.
30
Paul Henry Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Terjemahan Fx, Budiyanto,
Gianto Widianto, Arum Gayatri, (Arcan: 1994), hlm, 225.
25
individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa.31
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa perkembangan kognitif
adalah kemampuan berfikir yang ada pada diri anak, yang diperoleh anak melalui
dirinya sendiri dengan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Pieget (ahli psikologi perkembangan) di dalam buku Sumanto
Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori, berpendapat bahwa perkembangan
kognitif ini di bagi dalam empat fase yaitu:
1. Fase Sensori-Motor (0–2 tahun). Pada fase ini anak memperoleh
pengetahuan dari aktifitas motorik, memegang, meraba merasakan.
2. Fase Pra-Operasional (2-6 tahun).pada fase ini anak belum mampu
melakukan operasi untuk mengambarkan tindakan mental misal
menjelaskan dengan kata-kata atau gambar.
3. Fase concret operasional (7-11 tahun) pada fase ini anak dapat melakukan
operasi dan penalaran logis.
4. Fase formal operational (12 tahun dan seterusnya). Pada fase ini anak
sudah bisa berfikir secara abstrak tampa melihat situasi yang konkrit.32
Perkembangan kognitif awal anak termasuk dalam stadium pra oprasional,
dimana cara berfikirnya masih bersifat egosintris (segala fikiran berpusat pada diri
sendiri, centralized (memusatkan), irraversable (tidak dapat kembali pada kedaaan
semula), kreatif, bebas dan penuh berimajinasi, pengetahuan tentang dunia luar
meningkat, dan ada keinginan kuat untuk belajar berbahasa dan bicara.33
31
Sujiono, Dkk. Anak dan Kemampuannya Dalam Belajar, (Yogyakarta: Nusa Permai, 2008),
hlm, 33.
32
Sumanto, Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori, (Yogyakarta: CAPS Center Of
Academic Publishing Service, 2014), hlm, 35-36.
33
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi, Cet. X, (Bandung: Nusa Media, 2011), hlm, 111.
26
Pada tahap perkembangan kognitif anak. Maka sangat perlu diperhatikan
pendidikan anak dalam proses belajar yang terjadi, anak harus mendapatkan
pendidikan yang bagus untuk meningkatkan kecerdasan. Pentingnya proses
belajar di jelaskan pada QS-AL-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
( 3م )الا كش س بكو ( الشأ2علك )ساى هي ( خلك الا1افشأباسن سبك الزي خلك )
(5(علن ا لا ثاى ها لن علن)4الزي علن بالملن )
Artinya: Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
(1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha mulia (3) yang mengajar (manusia) dengan pena (4) Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5). (QS-AL-Alaq ayat 1-5)34
Surat Al-Alaq ayat 1-5, menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia
dari benda yang hina dan memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis
dan memberinya pengetahuan. Dengan kata lain, bahwa manusia mulia di
hadapan Allah SWT. Apabila memiliki pengetahuan, dan pengetahuan bisa
dimiliki dengan jalan belajar. Allah menyeru manusia untuk belajar dan berfikir.
Iqra yang berarti bacalah adalah sebagai simbol pentingnya pendidikan bagi umat
Islam karena pendidikan merupakan masalah hidup yang mewarnai kehidupan
manusia dan mengharuskan untuk mencarinya yang tidak terbatas pada usia,
tempat, jarak, waktu dan keadaan.
34
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media,
2005), Hlm, 597.
27
Betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, sebab ilmu adalah
makanan jiwa dan akal, dengan ilmu bertambahlah pengertian dan kemampuan
untuk menanggapi dan mengetahui sesuatu.35
Islam sangat memperhatikan perkembangan kognitif seseorang. Hal ini
terlihat dari banyaknya ayat Al-quran yang menerangkan pentingnya menuntut
ilmu dan mengunakan akal untuk memahami gejala alam semesta yang
memperlihatkan kebesaran Allah. Islam bahkan yang memandang mereka yang
memiliki ilmu pengetahuan memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada mereka
yang engan belajar.36
Orang tua yang ingin anaknya mendapatkan keistimewaan
di sisi Allah SWT maka anak-anak harus mendapatkan pendidikan dan ilmu
penegtahuan.
4. Peraturan Perundang-Undangan yang Menyatakan Tentang Anak
Dalam Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Perlindungan Anak
dalam BAB II pasal 2 dan 3 menyakan bahwa:
1. Penyelenggaraan perlindungan anak dilakukan dengan memperhatikan
Agama, adat-istiadat, sosial budaya masyarakat dengan mengedepankan
prinsip-prinsip dasar hak-hak anak.
2. Prinsip-prinsip dasar hak anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Nondiskriminasi.
b. kepentingan yang terbaik bagi anak;
c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan; dan
d. penghargaan terhadap pendapat anak.
35
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan, Terjemah, (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), hlm, 107.
36
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami Menyikapi Rentang Kehidupan
Manusia Dari Prakelahiran Hingga Pasca Kematian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm, 125.
28
Pasal 3
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak
untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari eksploitasi, kekerasan dan diskriminasi,demi
terwujudnya anak yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.37
Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Perlindungan Anak, telah
mencantumkan tentang hak-hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab
orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah aceh dan pemerintah kabupaten kota
untuk memberikan perlindungan kepada anak sebagai landasan yuridis bagi
pelaksanaan dan kewajiban tersebut. Dengan demikian, pembentukan Qanun
Aceh No 11 Tahun 2008, Tentang Perlindungan Anak di dasarkan pada
pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian
dari kegiatan pembangunan khususnya daerah keistimewaan Aceh, memajukan
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dalam negara kesatuan Republik
Indonesia.
Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, menyatakan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga
negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi
manusia. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
37
Qanun Aceh, No 11 Tahun 2008, Tentang Perlindungan Anak, hlm, 5.
29
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.38
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak Ketentuan ayat (1) Pasal 26 ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf d dan ayat
(2) diubah sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut:
1.Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
(a).Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi Anak.(b)
Menumbuh kembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya.(c) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak, dan (d)
Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada
Anak.
2.Dalam hal Orang Tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau
karena suatu sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung
jawabnya, kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat beralih kepada Keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.39
Tujuan perlindungan anak merupakan untuk menjamin terpenuhinya hak-
hak anak, agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia
yang berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera.40
38
Undang-Undang Republik Indonesia No 35 Tahun 2014, Tentang Perlindungan Anak. hlm,
2. 39
Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
hlm, 6.
40
Departemen Sosial Republik Indonesia, Pola Pembanggunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:
2003), hlm, 70.
30
Anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban tindakan siapa
saja (individu atau kelompok, organisasi swasta ataupun pemerintah) baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Yang dimaksud dengan korban adalah mereka
yang menderita kerugian (mental, fisik dan sosial) karena tindakan yang pasif,
atau tindakan aktif dari orang lain atau kelompok baik langsung ataupun tidak
langsung.
Pada hakikatnya anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai
tindakan yang menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang
kehidupan dirinya, mengingat situasi dan kondisinya. Anak perlu mendapat
perlindungan agar tidak mengalami kerugian, baik mental, fisik, maupun sosial.41
Pada tanggal 20 November, 1959 dalam sidang umumnya Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) telah mensahkan deklarasi Hak-Hak Anak, dalam deklarasi
tersebut tercantum bahwa umat manusia wajib memberikan yang terbaik untuk
anak. Secara garis besar, Deklarasi ini memuat 10 asas tentang hak-hak anak,
yaitu:
(1)hak untuk memperoleh perlindungan khusus.(2) hak untuk
mendapatkan kesempatan dan fasilitas yang memungkinkan mereka
berkembang secara sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan bermanfaat
(3) hak untuk memiliki nama sejak lahir (4) hak unuk mendapat jaminan
sosial termasuk gizi yang cukup (5)hak untuk pernikahan, (6) hak untuk
rekreasi dan pelayanan kesehatan, (7) hak untuk mendapatkan pendidikan,
perawatan dan perlakuan khusus jika mereka cacat, (8) hak untuk tumbuh
dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih dan rasa aman yang
sedapat mungkin berada di bawah asuhan serta tanggung jawab orang tua
mereka sendiri, dan (9) hak dalam hal terjadi kecelakaan atau malapetaka
anak-anak termasuk yang pertama yang mendapatkan perlindungan dan
pertolongan, (10) hak untuk memperoleh perlindungan terhadap segala
41
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2012), hlm, 69.
31
bentuk yang menyia-nyiakan anak dengan kekejaman dan penindasan serta
perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi.42
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat
dalam UndangUndang Dasar 1945, dan Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak.
Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan
generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh kembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak
kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan
Hak anak atas hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi
secara wajar lihat Pasal 4 UU Nomor 23, 2002. Dapat dikatakan, Pasal 4 ini
merupakan norma hukum utama yang menjadi inspirasi bagi norma hukum dalam
pasal lainnya, yang secara teori dapat disebut sebagai hukum primer. Karenanya.
Hak hidup sebagai hak yang tidak dapat di abaikan dalam keadaan apapun,
termasuk situasi darurat juga diatur dalam Pasal 4 dan Pasal 9 Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999, Tentang Hak Asasi Manusia.43
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, Tentang Hak Asasi
Manusia juga merumuskan norma hukum yang menjamin hak anak atas hidup,
kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungan. Sejalan dengan
Konvensi Hak Anak, hak hidup bagi anak ini, dalam wacana instrument
merupakan hak asasi yang universal, dan dikenali sebagai hak yang utama,
42
Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990),
hlm, 2.
43
Undang-Undang No 23 Tahun 2002, Tentang Perlidungan Anak, (Jakarta: Visimedia,
2007), hlm, 4.
32
Hak anak dalam Undang-Undang ini diatur dalam Bab III bagian
kesepuluh, pasal 52-66, yang meliputi:
1. Hak atas perlindungan.
2. Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
3. Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
4. Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak: (a) memperoleh
perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus. (b) untuk menjamin
kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, (c) berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Hak untuk beribadah menurut agamanya.
6. Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan
dibimbing.
7. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
8. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
9. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
10. Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.44
Kemudian pada Asas dan tujuan perlindungan anak dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak berasalkan Pancasila dan
berlandaskan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
prinsip-prinsip dasar konvensi hak-hak anak meliputi:
a. Non diskriminasi. b. Kepentingan yang baik bagi anak. c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan terhadap pendapat
anak.45
Terdapat empat prinsip utama yang terkandung di dalam Konvensi Hak
Anak, prinsip-prinsip ini adalah yang kemudian diserap ke dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 yang disebutkan secara ringkas pada pasal 2. Secara lebih
rinci Prinsip-prinsip tersebut adalah:
44
Prints, Darwan, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hlm, 79
45
EM Giri Prastowo, Perlindungan Anak, (Jakarta Selatan: Cetakan Pertama, 2007), hlm, 7.
33
1. Prinsip non diskriminasi. Artinya semua hak yang diakui dan terkandung
dalam Konvensi Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa
pembedaan apapun. Prinsip ini tertuang dalam Pasal 2 Konvensi Hak Anak,
yakni :
“Negara-negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang
diterapkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam wilayah
hukum mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa
memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan
politik atau pandangan-pandangan lain, asal-usul kebangsaan, etnik atau
sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya
baik dari si anak sendiri atau dari orang tua atau walinya yang sah. (Ayat
1).Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang perlu
untuk menjamin agar anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau
hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang
dikemukakan atau keyakinan dari orang tua anak, walinya yang sah atau
anggota keluarga”. (Ayat 2).
2. Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child). Yaitu bahwa dalam
semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
kesejahteraan sosial pemerintah atau badan legislatif. Maka dari itu,
kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama (Pasal
3 ayat 1).
3. Prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan (the rights to life,
survival and development). Yakni bahwa negara-negara peserta mengakui
bahwa setiap anak memiliki hak yang melekat atas kehidupan (Pasal 6 ayat 1).
Disebutkan juga bahwa negara-negara peserta akan menjamin sampai batas
maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6 ayat 2).
34
4. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the
child).46
Maksudnya bahwa pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan
keputusan. Prinsip ini tertuang dalam Pasal 12 ayat 1 Konvensi Hak Anak, yaitu:
Negara-negara peserta akan menjamin agar anak-anak yang mempunyai
pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk menyatakan pandangan-
pandangannya secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak, dan
pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan
anak.
Ketika menetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, pemerintah menyandarkan sejumlah asumsi dasar
penyusunan Undang-Undang ini. Diantaranya adalah bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya termasuk
perlindungan terhadap hak-hak anak yang merupakan hak asasi manusia, yang
dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Selain itu,
anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan
mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa
dan negara pada masa depan agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung
jawab tersebut, maka anak perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan ber
akhlak mulia. Perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan
46
Supriyadi W. Eddyono, Pengantar Konvensi Hak Anak, (Jakarta: Elsam, 2005), hlm, 2.
35
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya
serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.47
Pada Pasal 131 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang
kesehatan menegaskan bahwa: “upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak
harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat,
cerdas dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak”.
Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia
di masa yang akan datang. Pembangunan manusia dapat dimulai dengan
pembinaan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas di masa yang akan datang maka anak perlu dipersiapkan agar
anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar
dikelompokkan menjadi:
1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh), yaitu kebutuhan akan:
a. Nutrisi yang adekuat dan seimbang. Nutrisi adalah pembangun tubuh
yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan dimana anak sedang
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak.
b. Perawatan kesehatan dasar, mencakup imunisasi dan upaya deteksi dini
pengobatan dini dan tepat, serta limitasi kecacatan.
c. Pakaian yang layak, bersih dan aman.
d. Perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak
membahayakan penghuninya.
e. Higiene diri dan sanitasi lingkungan.
f. Kesegaran jasmani: olah raga dan rekreasi.
47
I Gde Arya B Wiranata dan Muladi, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep Dan Implikasinya
Dalam Pespektif Hukum Dan Masyarakat, (Bandung: Pt Replika Aditama, 2005), hlm, 232.
36
2. Kebutuhan akan kasih sayang, emosi (asih), mencakup:
a. Kasih sayang orang tua.
b. Rasa aman.
c. Harga diri.
d. Kebutuhan akan sukses.
e. Mandiri.
f. Dorongan.
g. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman.
h. Rasa memiliki.48
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979, Tentang Kesejahteraan Anak.
Kenyataannya di masyarakat masih terdapat anak-anak yang mengalami
hambatan kesejahteraan rohani, jasmani, sosial, dan ekonomi sehingga
memerlukan pelayanan secara khusus seperti yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, yaitu:
1. Anak-anak yang tidak mampu, adalah anak yang karena suatu sebab tidak
dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik secara rohani, jasmani
maupun sosial dengan wajar.
2. Anak terlantar, adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya
melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi
dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
3. Anak-anak yang mengalami masalah kelakuan, adalah anak yang
menunjukkan tingkah laku menyimpang dari norma-norma masyarakat.
4. Anak-anak yang cacat rohani dan atau jasmani, adalah anak yang
mengalami hambatan rohani dan atau jasmani sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.49
48
Suganda Tanuwidjaja, Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak dalam Buku Ajar I
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2008), hlm, 13.
49
Prints Darwan, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hlm, 89.
37
Kelompok pengertian anak dalam aspek ekonomi mengarah pada konsepsi
kesejahteraan anak sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak yaitu: anak berhak atas pemeliharaan
dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan, dalam lingkungan masyarakat
yang dapat menghambat atau membahayakan perkembangannya. Sehingga anak
tidak lagi menjadi korban ketidakmampuan ekonomi keluarga, masyarakat,
bangsa maupun negara
5. Pandangan Islam Tentang Hak Anak.
Kedudukan anak dalam Agama Islam ditegaskan dalam Al-qur’an Surah
Al-Isra’ ayat (70) yang berbunyi:
ا لبش والبحش وسص لهن هي ا لطبت و فضلهن ف ؤلمذ كش ها ب ا د م وحولهن
على كثش هوي خلما تفضلا
Artinya “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam.
Dan kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Dan kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka diatas banyak mahluk yang kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”. (QS.Al-Isra’ ayat 70).50
50
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media,
2005), hlm, 289.
38
Penjelasan Surah Al-qur’an tersebut diikuti dengan Hadist Nabi
Muhammad SAW yang artinya “Semua anak dilahirkan atas kesucian, sehingga ia
jelas bicaranya.51
Kemudian anak dalam perspektif Islam merupakan amanah dari
allah SWT. Dengan demikian, semua orang tua berkewajiban untuk mendidik
anaknya agar menjadi insan yang sholeh, berilmu dan bertakwa. Hal ini
merupakan suatu wujud pertanggung jawaban dari setiap orang tua kepada
khaliknya.52
Di dalam Islam juga dianjurkan pendidikan anak itu adalah proses
mendidik, melatih jasmani dan rohani mereka dilakukan oleh orang tua sebagai
tangung jawabnya terhadap anak dengan berlandaskan nilai baik dan terpuji
bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah. didalam islam sistem pendidkan keluarga
dipandang sebagai penentu masa depan anak yang dimaksud adalah untuk
melahirkan generasi anak yang insani, rabbani, beriman, bertaqwa dan beramal
shaleh semua itu adalah tangung jawab oang tua.
Keluarga adalah unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang
anak. Sebelum anak berkenalan dengan dunia sekitarnya, seorang anak akan
berkenalan terlebih dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam
keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak
untuk masa yang akan datang. Keluarga sebagai pendidikan yang pertama dan
utama.
51
T.M. Hasbi Ashshiddiqi, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
1997), hlm, 12.
52
Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islam, (Jakarta: Darul Fadilah, 1995),
hlm, ii.
39
Keluraga merupakan satuan kekerabatan yang sanggat mendasar dalam
struktur masyarakat, keluarga lazim terdiri atas bapak, ibu, berikut anak-anaknya,
jenis keluarga inilah yang bisa disebut keluarga batih. Keluarga batih adalah
tempat lahir, tempat pendidikan, tempat perkembangan budi pekerti bagi anak,
sekligus menjadi lambang, tempat, dan tujuan hidup suami istri. Karena itulah
ditegaskan bahwa sendi masyarakat yang sehat dan kuat adalah keluarga batih
yang kokoh dan sentosa.53
Mengingat betapa pentingnya posisi anak dalam keluarga, maka Islam pun
menyerukan agar mengelola potensi anak dengan sungguh-sungguh seruan ini
untuk menghindarkan agar jangan sampai anak di telantarkan sehingga menjadi
tumbuh menjadi manusia yang lemah dalam segala hal. Seruan dengan jelas
dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat (9):
الزي لؤ تش كىا هي خلفهن رسة ضعفا خا فؤا علهن فلتمؤا الله ؤلمؤ لؤا ولخش
الؤلا سذ ذ
Artinya: dan hendaklah takut kepada allah orang-orang yang seandainaya
meningalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mengucapkan perkataan yang benar. (QS.An-Nisa
ayat 9).54
53
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembaggan Bahasa, (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), hlm, 413.
54
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media,
2005), hlm, 78.
40
Dari ayat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Pada dasarnya Islam
memberi perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan anak, terutama dalam
konteks kehidupan keluarga, sangking besarnya perhatian Islam terhadap
pendidikan anak, Islam sampai-sampai memperingatkan agar keluarga tidak
meningalkan generasi yang lemah baik secara intelektual maupun sosio-
emosional. Dalam sejarah perkembangan Islam, diketahui bahwa pendidikan
Islam berproses dari konsep sistematik yang berintikan pada pembetukan pribadi
muslim, lalu meluas pada pembentukan keluarga muslim, yang kemudian
mengarah pada pembentukan masyarakat muslim yang beriman.55
Di dalam Pasal 106 ayat (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam (KHI)
disebutkan tentang kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain:
1. Orang tua berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya
yang belum atau dibawah pengampuan, dan tidak boleh memindahkan
atau menggandakannya kecuali karena keperluan yang mendesak, jika
kepentingan dan kemaslahatan anak itu menghendaki atau suatu kenyataan
yang tidak dapat dihindarkan lagi.
2. Orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena
kesalahan dan kelalaian dari kewajiban tersebut pada ayat (1).
Dalam Pasal 104 KHI disebutkan sebagai berikut:
1. Semua biaya penyusuan anak dipertanggung jawabkan kepada ayahnya.
Apabila ayahnya telah meninggal dunia, maka biaya penyusuan
dibebankan kepada orang tua yang berkewajiban memberi nafkah kepada
ayah atau walinya;
2. Penyusuan dilakukan untuk paling lama dua tahun, dan dapat dilakukan
penyampihan dalam masa kurang dua tahun, dengan persetujuan ayah dan
ibunya.
55
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Kritis Dan Praktis Berdasarkan Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm, 112.
41
Selanjutnya dalam ketentuan Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 105
ditegaskan, bahwa: Dalam hal terjadi perceraian:
1. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun
adalah hak ibunya.
2. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz serahkan kepada anak untuk
memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaan.
3. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.
Dengan memperhatikan ketiga Pasal yang tercantum dalam Kompilasi
Hukum Islam nampak jelas, bahwa kepada orang tua dibebankan tanggung
jawab terhadap anak-anaknya meskipun telah terjadinya perceraian antara
kedua orang tuanya.56
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya anak
merupakan titipan atau amanah Allah Swt yang harus dijaga dan dibina dengan
sungguh-sungguh oleh kedua orang tuanya. Mendidik agar manusia berguna dari
dunia akhirat, memberi pelajaran dan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Orang tua
berkewajiban memelihara dan mendidik supaya anak tersebut dapat berdiri
sendiri.
56
Tedy Sudrajat, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Sebagai Hak Asasi Manusia
Dalam Perspektif Sistem Hukum Keluarga di Indonesia, (Jurnal: 2011), hlm, 127.
42
BAB III
METOE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan metode
penelitian sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian lapangan (fiel/research) yang
berbentuk kualitatif. Pengertian kualitatif itu berakar pada latar belakang alamiah
sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai instrument, memamfaatkan
metode kualitatif secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian deskripsi lebih
membatasi studi dengan fokus memiliki prangkat keriteria untuk memeriksa
keabsahan data, rancangan penelitianya bersifat sementara dalam hasil penelitian
disepakati oleh kedua pihak, peneliti dan sobjek penelitian.1
Salah satu ciri dari penelitian kualitatif, field research, yaitu mengadakan
penelitian langsung turun ke lapangan, untuk mengumpulkan data-data yang
menyangkut dengan masalah yang dikaji.
2. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang akan diteliti. Dalam hal ini
yang menjadi objek penelitian pemenuhan hak hidup sosial anak korban percerain
orang tua din Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm, 225-226.
43
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diangkat dapat mewakili
populasi. Koentjaraningrat mengatakan, bahwa sampel adalah bagian terkecil dari
populasi yang merupakan objek sesunguhnya dari suatu penelitian, sampel yang
dipilih adalah yang dapat mewakili populasi.2 Adapun sampel penelitian penulis
gunakan pada anak yang orang tuanya bercerai, yang tinggal di Kecamatan
Permata dengan mengunakan accidental sampling (sampel aksidensial), yaitu
tehnik penentuan sampel berdasarkan kebetulan dijumpai, atau kebetulan bertemu
dengan peneliti yang dapat digunakan sebagai sampel, dan orang tersebut cocok
sebagai sumber data.3
B. Subjek Penelitian dan Tehnik Pengambilan Sampel
Pengambilan subjek atau pemilihan penelitian ini dilakukan dengan
mengunakan teknik purposive sampling, karena disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian. Purposive sampling adalah teknik penentuan imforman dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dimaksudkan, misalnya imforman
tersebut merupakan orang yang dianggap mengetahui apa yang diharapkan oleh
peneliti sehingga akan memudahkan peneliti untuk menjalani hal-hal yang akan
diteliti.4
2 Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm, 115.
3 Rasady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, (Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm, 156.
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
hlm, 85.
44
Dalam penelitian ini penulis memilih sepuluh (10) orang subjek di
Kecamatan Permata, dengan pertimbangan di Kecamatan tersebut terdapat banyak
anggota keluarga yang telah bercerai, maksudnya adalah pihak-pihak yang
dijadikan sebagai subjek sebuah penelitian. Subjek juga membahas karakteristik
subjek yang digunakan dalam penelitian, kemudian peran subjek penelitian adalah
memberikan tanggapan dan imformasi terkait data yang perlukan oleh peneliti.
Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung turun kelapangan atau
lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.
Berdasarkan kesedian perangkat kampung dan masyarakat setempat, keterbatasan
waktu, maka yang dijadikan subjek penelitian ini berjumlah sepuluh (10) orang.
Adapun karakteristik dari subjek ini merupakan penduduk tetap dan mereka
dianggap mampu memberiakan jawaban terhadap permasalahan yang sedang
diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi.
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu kegiatan pengumpulan data lapangan dengan cara
mengamati dan melihat langsung objek penelitian yang dilakukan sehingga
diharapkan dapat memperoleh data yang lebih akurat.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu pengumpulan data yang digunkan untuk
memperoleh imformasi langsung dari sumbernya. Wawancara yang penulis
45
lakukan ini digunakan untuk mengetahui atau menggali imformasi secara
mendalam dari responden yang menjadi objek penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara mengumpulkan data melalui tertulis,
seperti arsif-arsif, buku tentang toeri-teori, pendapat dalil atau hukum dan lain-
lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.5
D. Teknik analisa data
Analisa data dilakukan berkaitan dengan cara penyusunan,
mengklasifikasikan dan menguji data yang penulis lakukan selama pengumpulan
data, dalam analisa data ini penulis akan menguraikan proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip-transkip wawancara, hasil observasi dan
bahan-bahan lain agar penulis mudah menyajikannya.
Langkah-langkah dalam analisa data deskriptif kualitatif peneliti gunakan
disini adalah melalui proses:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah pemilahan data yang diperoleh dari observasi dan
wawancara, data-data tersebut ada yang sama dan sejenis dan ada pula yang
berbeda, ada yang penting dan ada yang tidak. karenanya perlu dipisahkan,
dibedakan dan mengelompokkan data terlebih dahulu.
5 Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Media Grafika, 2006),
hlm, 191.
46
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan data dan imformasi tentang keluarga
yang telah bercerai mengenai pemenuhan hak-hak anak setelah orang tuanya
bercerai dan kehidupan sosial anak paska perceraian orang tuanya dalam
lingkungan masyarakat.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan komfigurasi
yang menyeluruh dan bersumber dari pengamatan dan wawancara dengan
keluarga yang telah bercerai yang dikuatkan oleh data skunder (ketua KUA
Kecamatan Permata, kasi kesra Kecamatan dan geucik serta warga). Apabila
terjadi kesalahan data yang mengakibatkan kesimpulan tidak sesuai maka akan
dilakukan proses ulang dengan tahapan yang sama.
47
BAB IV
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Gambaran Umum Objek Penelitian.
Kecamatan Permata merupakan daerah pemekaran dari Kecamatan Bandar
pada Tahun 2004, di bagi menjadi empat Mukim yaitu kemukiman Pilar Jaya,
kemukiman Pegayon Antara, kemukiman Mude Guntur dan kemukiman Tawar
Bengi. Dan terdiri dari dua puluh tujuh (27) desa yaitu desa Ayuara, Bakongan
Baru, Suku Sara Tangke, Tawar Bengi, Temas Mumanang, Timur Jaya, Uning
Sejuk, Wih Tenang Toa, Darul Aman, Jelobok, Jungke, Pantan Tengah Jaya,
Pemango, Penosan Jaya, Ramung Jaya, Sepakat Jaya, Sepeden, Gelampang Wih
Tenang Uken, Wih Tenang Uken, Kepies, Buntul Fitri, Burni Fase, Seni Antara
Rikit Musara, Bale Musara, Bale Purnama, Bener Pepanyi, Bintang Bener,
Bintang Permata, Ceding Ayu, dan 80 dusun. Terletak disebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Aceh Utara, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Timang Gajah, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bukit, kecamatan
Bener Kelipah, kecamatan Bandar dan Kecamatan Mesidah, kemudian sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Syiah Utama.1
Kecamatan Permata memiliki luas wilayah 159,66 km2 dari seluruh
total Kabupaten Bener Meriah. Sebagian besar wilayah merupakan lahan
1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bener Meriah, Kecamatan Permata Dalam Angka, (Bener
Meriah: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bener Meriah, 2017), hlm, 2.
48
pertanian/perkebunan kopi dan lahan tanaman palawija, konsentrasi penduduk
pada umumnya terletak di sepanjang jalan lintasan Pondok Baru-Lhokseumawe.
Jarang yang berdomisili di daerah perbukitan, daerah perbukitan pada umumnya
di jadikan lahan pertanian dan perkebunan warga.2
a. Pemerintahan.
Untuk mendukung pemerintahan di kecamatan dan desa, maka dipilih lah
Buntul sebagai ibukota kecamatan, sehingga meningkatkan efektifitas berbagai
hal yang bersangkutan dengan pemerintahan, di dukung dengan fasilitas
pemerintah seperti kantor geucik sudah memadai, sehingga pengurusan
administrasi warga sekitar sudah maksimal.
b.Penduduk.
Jumlah penduduk Kecamatan Permata dari hasil dinas kependudukan dan
cacatan sipil tahun 2017 berjumlah 17.707 jiwa dengan rincian 9.004 laki-laki dan
8.703 jumlah perempuan. Sebahagian besar penduduk bekerja pada bidang
pertanian dan perdagangan kemudian sisanya bekerja pada bidang pemerintahan.
c.Sosial
Pelayanan umum yang sudah pemerintah lakukan diantaranya adalah
pendidikan dan kesehatan, fasilitas pendidikan yang tercatat yaitu 17 unit sekolah
dasar SD, 10 unit sekolah menegah pertama SMP, dan 3 unit sekolah menengah
atas SMA. Keberadaan fasilitas pendidikan ini sanggat mempengaruhi kualitas
pendidikan pada daerah tersebut.
2 Badan Pusat Statistic…, hlm, 2.
49
Pada bidang kesehatan terdapat 2 buah/unit puskesmas dan 21 unit
polindes. Peningkatan jumlas sarana kesehatan harus di imbangngi dengan mutu
atau kualitas kesehatan, penambahan jumlah dokter dan tenaga medis yang
memadai merupakan salah satu cara peningkatan mutu kesehatan.
Jumlah pernikahan yang dihimpun oleh Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Permata tercatat sebanyak 188 pasangan yang menikah sepanjang
tahun 2017. Desa Buntul sebanyak 41 pasangan yang menikah dari total 188
pasangan dan merupakan jumlah terbanyak yang menikah dalam Kecamatan
tersebut.3
d.Pertanian
Pada umumnya mata pencaharian warga di Kecamatan Permata adalah
bertani perkebunan kopi, tercatat luas tanaman kopi 9638,48 hektar, luas tanaman
ubi kayu 2,00 hektar, luas tanaman ubi jalar 5,00 hektar, luas tanaman bawang
merah 18 hektar, luas tanaman cabai 77 hektar, luas tanaman kentang 1543 hektar,
luas tanaman kusbis 72 hektar, luas tanaman tomat 31 hektar, luas tanaman wortel
48 hektar, luas tanaman jeruk 1500 hektar, luas tanaman pisang 7500 hektar, luas
tanaman kunyit 8,40 hektar dan tanaman buah-buahan lainnya, akan tetapi ada
juga pekerjaan sampingan seperti peternakan tercatat sebanyak 22 ekor sapi 216
ekor kerbau 774 ekor kambing dan 10626 ungas.4
3 Hasil Wawancara Dengan Ibu Halimah Stap Di Kantor KUA Kecamatan Permata, Pada
Tanggal 1 Mei, 2018.
4 Badan Pusat Statistic…, hlm 14.
50
Keadaan Kehidupan Sosial Anak di bawah Asuhan Satu Orang Tua (Orang
Tua Tunggal)
Setelah terjadi perceraian, peran ganda memang sudah identik dengan
seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal terhadap anak-anaknya khususnya di
Kecamatan Permata, karena setelah terjadi perceraian maka kebanyakan hak asuh
jatuh kepada ibu, tangung jawab yang dipikul terbilang juga cukup berat, sebab
harus mencari napkah seorang diri, belum lagi segala kebutuhan terhadap anak
yang harus di penuhi oleh seorang diri. Orang tua tunggal biasanya akan merasa
lebih tertekan daripada orang tua yang utuh dalam kemampuan mengasuh sebagai
orang tua pada umumnya, kemampuan orang tua tunggal dalam mengasuh dapat
berpengaruh pada bagaimana orang tua mengasuh anaknya, orang tua tunggal
yang tidak mempunyai pasangan untuk tempat berbagi mengasuh anak akan
berpengaruh pada perkembagan psikologi anak.
Hasil dari observasi peneliti, peneliti melihat bahwa anak yang di asuh
oleh orang tua tunggal banyak mengalami perbedaan dengan anak lain yang di
asuh oleh kedua orang tuanya, anak yang di asuh oleh orang tua tunggal salah
satunya sering mengalami keminderan terhadap teman-temannya sendiri, anak
tidak bisa jauh dari ibunya, dalam arti jika pergi sekolah maka anak harus diantar
dan di jaga hingga jam pelajaran selesai, dan jika tidak di antar setiap pergi ke
sekolah ia bahkan tidak mau pergi sendiri, kemudian ia lebih banyak diam di
bandingkan kawan-kawannya yang lain.5
5 Hasil Observasi Peneliti Pada Tanggal 5 Mei, 2018.
51
Senada dengan yang di ucapkan oleh ibu Sardani, ia menyatakan bahwa
anak yang hanya tinggal bersama ibunya atau yang korban perceraian mempunyai
perilaku yang kurang bisa beradaptasi, minder, komflik batin, prestasi menurun,
malas, kurang berinteraksi, nakal, melawan atau suka membantah orang tua dan
lain sebagainya. Perkembangan anak sangat berpengaruh ketika hanya di asuh
oleh satu dari antara kedua orang tuanya, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
kepribadian dan juga perkembangan anak pada masa-masa pertumbuhannya,
karena anak tidak mendapatkan seluruh dari kepuasan batinnya baik dari segi
kasih sayang maupun kebutuhan lainya, sangat disayangkan hal ini akan membuat
anak nakal, suka membantah, melawan orang tua dan seiring dengan berjalannya
waktu jika anak tidak di didik secara benar maka dapat dipastikan anak akan
tumbuh dalam lingkungan yang keras.6
Hal yang senada juga di jelaskan oleh bapak Husaini, ia mengatakan
bahwa kehidupan anak yang di bimbing oleh satu dari orang tuanya, anak tersebut
sanggat susah di kontrol, perilakunya yang kasar dalam kesehariannya, pergaulan
yang bebas membuat masyarakat geram terhadap anak, intinya adalah anak tidak
terlalu bersosial baik dengan masyarakat.7
Menjadi orang tua tunggal memang harus bertanggung jawab untuk
berperan ganda, tanggung jawab disini meliputi pemenuhan hak dan kebutuhan
sehari-hari seperti kebutuhan kasih sayang, namun yang terjadi sekarang ini
6 Hasil Wawancara Dengan Ibu Sardani Tatangga Korban Perceraian Pada Tanggal 3 Mei,
2018
7 Hasil Wawncara Dengan Bapak Husaini Sebagai Kasi Kesra Kecamatan Permata Pada
Tanggal 6 Mei, 2018.
52
adalah pemenuhan terhadap hak tersebut belum terpenuhi dengan baik, mengingat
juga yang mengasuh hanya seorang diri tentunya setiap semua kebutuhan tidak
dapat terpenuhi dengan baik, mengingat hal ini maka partisipasi masyarakat
sangat dibutuhkan dalam proses kehidupan sosial anak.8
B. Pemenuhan Hak Anak Setelah Orang Tua Bercerai
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis di lapangan, secara
umum dapat diimformasikan di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah
bahwa pemenuhan hak-hak anak setelah orang tua bercerai tidak dapat terpenuhi
dengan baik, Perceraian di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, kerap
kali menimbulkan akses-akses masalah pemenuhan hak-hak anak paska
perceraian orang tua. Banyak hambatan utama yang menjadi penyebab
terbengkalainya pemenuhan hak-hak anak, salah satunya adalah faktor kelalaian
orang tua, sehingga banyak anak-anak korban perceraian dititipkan atau dialihkan
hak pengasuhannya kepada kerabat terdekat kepada kakek atau neneknya, selain
itu, dampak yang ditimbulkan karena tidak terpenuhinya hak-hak anak dapat
dilihat dari psikologi anak dalam sehari-hari seperti minder, kurang berinteraksi,
prestasi menurun dan lain sebagainya. Sikap-sikap inilah yang muncul pada diri
anak ketika hak-haknya ditelantarkan oleh orang tua.9
8 Hasil Wawancara Dengan Bapak Muslim Tokoh Masyarakat di Kecamatan Permata Pada
Tanggal 10 Mei, 2018
9 Hasil Wawancara Dengan Bapak Syuhada, Kepala KUA, Kecamatan Permata, Kabupaten
Bener Meriah, Tanggal 3 Mei, 2018.
53
Diantara kewajiban orang tua terhadap anaknya yang utama adalah
memberikan nafkah, seseorang ayah atau ibu berkewajiban memberikan jaminan
nafkah terhadap anaknya baik pakaian, tempat tinggal maupun kebutuhan lainnya,
meskipun hubungan kedua orang tuanya telah putus. Suatu perceraian tidak
berakibat hilannya kewajiban orang tua untuk tetap memberikan napkah terhadap
anak-anaknya, akan tetapi hal tersebut masih jauh seperti apa yang kita harapkan
sekarang ini.10
Dari hasil observasi dan wawancara dilapangan ada beberapa hambatan
dalam memenuhi hak-hak anak setelah orang tuanya bercerai di Kecamatan
Permata Kabupaten Bener Meriah adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan Ekonomi Orang Tua.
Keterbatasan ekonomi orang tua yang bercerai khusunya di Kecamatan
Permata, Kabupaten Bener Meriah membuat orang tua lupa terhadap
kewajibannya sebagai orang tua yang harus memenuhi segala hak dan
kebutuhan anak-anaknya, yang sebenarnya terjadi adalah orang tua tidak
lagi memikirkan kebutuhan dan hak-hak anak setelah bercerai dikarenakan
orang tua sibuk mencari nafkah, sehingga respon terhadap anak-anaknya
tidak ada sama sekali. Senada dengan pengakuan RA anak yang orang
tuanya telah bercerai mengatakan bahwa ia tidak pernah mendapatkan apa-
apa dari ayahnya, tidak pernah memberikan uang jajan, bahkan dana untuk
sekolah si anak tidak pernah di singgung oleh ayahnya sehingga ia tidak
10
Hasil Wawancara Dengan Pak Mulyadi, Seorang Pengajar Sekolah Di Sekolah Kecamatan
Permata Pada Tanggal 4 Mei, 2018.
54
bisa melanjutkan sekolah dan ia memilih untuk menjadi bujang kampung
saja.11
2. Kelalaian Orang Tua.
Hal yang harus dipertahankan setelah terjadi percerian antara
kedua orang tua adalah kesadaran untuk tetap menjaga dan tidak
mengurangi sekecil apapun hak-hak yang semestinya harus diberkan
kepada anak, akibat secara langsung bagi anak-anak yang menjadi korban
perceraian adalah dengan tidak tinggal lagi bersama kedua orang tuanya,
dimana secara otomatis anak akan tinggal bersama salah satu orang tua
dari si anak tersebut, akibatnya rawan sekali kelalaian-kelalaian terhadap
kewajiban yang semestinya harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak
untuk memberikan apa yang semestinya diberikan, demi untuk menunjang
tumbuh kembang si anak secara wajar, akan tetapi hal ini sanggat sulit di
lakukan.12
Kelalaian orang tua membuat hak anak tidak terpenuhi, setelah
bercerai orang tua cenderung akan memikirkan kehidupan diri sendiri
untuk melanjutkan hidupnya yang baru, maka dari itu orang tua cenderung
melupakan tangung jawabnya dalam memenuhi hak-hak anak, sehingga
yang terjadi adalah anak sering dititipkan kepada keluarga terdekat seperti
kakek atau neneknya si anak, perbuatan yang seperti ini membuat
psikologi anak akan mengalami perubahan karena jarangnya komunikasi
11
Hasil Wawancara Dengan Anak Korban Perceraian Yang Berinisial RA, Pada Tanggal 4,
Mei, 2018.
12
Hasil Observasi Peneliti Pada Tanggal 5 Mei, 2018.
55
antara anak dengan orang tua kandung nya, maka anak dengan terbiasa
tinggal bersama neneknya sehingga lama kelamaan anak akan lupa
terhadap ibu dengan ayah kandungnya sendiri, tidak hanya itu, anak sudah
menganggap bahwa neneknya adalah ibu kandungnya karena dalam
sehari-harinya anak sudah memanggil neneknya dengan sebutan mamak
(ibu), ini semua disebabkan karena kelalaian orang tua dalam memenuhi
hak-hak anaknya.13
3. Rendahnya pendidikan orang tua.
Rendahnya pendidikan orang tua sehingga mereka tidak
mengetahui bahwa betapa pentingnya pemenuhan terhadap hak-hak anak
setelah terjadi perceraian, di jelaskan oleh ibu Hidayati bahwa kebanyakan
orang tua yang tidak mengetahui efek dari terbengkalainya hak anak.
Dengan terbengkalainya hak-hak anak, mereka anak menjadi seseorang
yang tumbuh dan berkembang dengan kehendak hatinya sendiri dalam
lingkungan kehidupan bermasyarakat.14
4. Kurangnya kesadaran akan tangung jawab sebagai orang tua setelah
bercerai.
Kurangnya kesadaran orang tua dalam pemenuhan hak-hak anak
setelah perceraian membuat hak-hak anak tidak dapat terpenuhi seperti
yang telah diharuskan. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Husaini bahwa
ketika kedua orang tuanya bercerai maka kesadaran orang tua terhadap hak
13
Hasil Wawancara Dengan Keluarga Yang Bercerai Tanggal 5 Mei, 2018.
14
Hasil Wawancara Dengan Ibu Hidayati Stap kantor KUA Kecamatan Permata Pada Tanggal
5 Mei, 2018.
56
anak sama sekali tidak dihiraukan orang tuanya, orang tua lebih
mementingkan diri sendiri, terlihat keseharian anak yang tidak
mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, tidak mendapatkan
perhatian, pendidikan, kemudian nafkah, pergaulan anak yang terlihat
sanggat bebas tampa ada bimbingan dari orang tua.15
a) Pemenuhan Kasih Sayang Terhadap Anak Paska Perceraian.
Dalam pemenuhan hak anak, tidak semua hak-hak anak dapat terpenuhi
dengan baik oleh kedua orang tua setelah perceraian terjadi, terlebih dalam
pemenuhan kasih sayang, pernyataan tersebut diutarakan oleh ibu Ahdah yang
menyatakan bahwa anaknya tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari
ayahnya, setelah bercerai tidak pernah ayahnya datang untuk menjenguk si anak,
jangankan untuk datang menjenguk menanyakan kabar lewat telpon saja tidak
pernah, padahal ia tidak pernah melarang untuk perjumpaan mereka, memang
kesadaran dari mantan suaminya tersebut tidak ada niat untuk menjenguk
anaknya. Ibu Ahdah tidak banyak mengharapkan apa-apa dari mantan suaminya ia
hanya mengharapkan kasih sayang dari seorang ayah terhadap anaknya, jika dari
segi kebutuhan untuk kehidupan sehari-hari ibu Ahdah bahkan tidak meminta
kepada mantan suaminya, begitu juga untuk biaya sekolah anaknya ibu Ahdah
sanggup membiayai segala kebutuhan anak dengan sendiri, hanya saja kebutuhan
15
Hasil Wawncara Dengan Bapak Husaini Kasi Kesra Kecamatan Permata Pada Tanggal 6
Mei, 2018.
57
kasih sayang terhadap anak yang tidak dapat ia berikan seperti mereka masih
bersama.16
Begitu juga dengan pengakuan ibu Lisa Nina menyatakan bahwa sanggat
sulit untuk mendapatkan kasih sayang dari mantan suaminya terhadap anak
setelah terjadi perceraian pada rumah tangga mereka, dikarenakan sang ayah tidak
perduli lagi terhadap anaknya ia tidak mau tau kondisi anaknya sekarang dan tidak
pernah menanyakan kabar tentang si anak, setelah terjadi perceraian sang ayah
menghilang begitu saja ia lupa terhadap dirinya bahwa ia adalah seorang ayah
yang mempunyai tanggung jawab terhadap anaknya walaupun anaknya tidak
tinggal bersama dia, akan tetapi kewajibannya sebagai ayah tidak boleh putus
terhadap anak.17
Peristiwa perceraian, apapun alasannya merupakan malapetaka bagi anak,
anak tidak akan dapat lagi menikmati kasih sayang orang tua secara bersamaan
yang sanggat penting bagi pertumbuhan mental anak, tidak jarang pecahnya
rumah tangga mengakibatkan terlantarnya anak, itulah sebabnya dalam ajaran
Islam perceraian harus dihindarkan sedapat mungkin, bahkan merupakan
perbuatan yang paling dibenci oleh Allah. Bagi anak-anak yang dilahirkan,
perceraian orang tuanya mrupakan hal yang akan mengguncang kehidupannya dan
16
Hasil Wawancara Dengan Ibu Ahdah, Janda di Kecamatan Permata Pada Tanggal 7 Mei,
2018.
17
Hasil Wawancara Dengan Ibu Lisa Nina, Janda di Kecamatan Permata Pada Tanggal 8 Mei,
2018.
58
akan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga anak-
anak merupakan korban utama dalam terjadinya perceraian.18
Pada hakikatnya hak yang sanggat penting yang harus di berikan para
orang tua kepada anaknya yaitu hak memperoleh kasih sayang, karena dengan
kasih sayang yang penuh akan menjadi pondasi awal orang tua untuk dapat
memenuhi hak-hak lainnya, bagaimana mungkin hak-hak lainnya diberikan jika
tidak ada di berikan kasih sayang yang penuh, hal ini sesuai dengan amanat
Undang-Undang Kesejahteraan Anak No. 4 Tahun 1979 pasal 2 ayat (1)
menyatakan bahwa anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan
bimbingan berdasarkan kasih sayang yang baik dalam dalam keluarganya maupun
didalam asuhan khusus, untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
b) Pemenuhan Pendidikan Paska Perceraian Orang Tua
Dalam pemenuhan pendidikan terhadap anak setelah perceraian maka
kedua dari orang tuanya wajib memberikan pendidikan terhadap anak, setelah
perceraian terjadi maka anak akan lebih memilih tinggal bersama ibu, akan tetapi
setelah bercerai hak anak terbengkalai dari ayah, seperti pengakuan dari ibu
Aminah setelah keduanya bercerai maka biaya untuk pendidikan si anak tidak
pernah diberikan oleh ayah terhadap anaknya, semua di tangung oleh ibu Aminah
sendiri ia dapat menyekolahkan anaknya dari jenjang SMP hingga SMA, akan
tetapi untuk pedidikan tingkat perguruan tinggi (perkuliahan) ia ragu untuk dapat
18
Hasil Wawancara Dengan Bapak Tgk Suhedi Sebagai Warga Di Kecamatan Permata Pada
Tanggal 8 Mei, 2018.
59
menyambungkan pendidikan anaknya karena faktor ekonomi yang sanggat
minim.19
Senada dengan pengakuan dari MR yang orang tuanya telah bercerai ia
tidak pernah mendapatkan biaya pendidikan dari ayahnya hingga tamat sekolah
SMA, untuk memenuhi biaya sekolah MR ia hanya mengharapkan dari seorang
ibu dan sepulang sekolah MR bekerja sampingan dengan orang lain untuk
membantu biaya pendidikannya, setelah tamat SMA kemudian ia tidak
melanjutkan pendidikannya, dengan alasan biaya kuliah sanggat tinggi, tidak
mungkin ibunya dapat membiayai kuliahnya sehingga ia memilih tinggal di
kampung untuk membantu ibunya mencari nafkah.20
Orang tua adalah yang pertama-tama bertangung jawab atas pendidikan
anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan cerdas, sehat, berbakti
kepada orang tua, berbudi pekerti luhur, bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa
dan berkemauan serta meneruskan cita-cita bangsa berdasarkan pancasila, orang
tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya, dapat dicabut kuasa asuhnya
dengan putusan hukum, pencabutan kuasa asuh tidak menghapuskan kewajiban
orang tua untuk membiayai pendidikan anak sesuai kemampuan penghidupannya,
19
Hasil Wawancara Dengan Ibu Amimah, Janda di Kecamatan Permata Pada Tanggal 9 Mei,
2018.
20
Hasil Wawancara Dengan Anak Korban Perceraian Yang Berinisial MR Pada Tanggal 10
Mei, 2018.
60
hal tesebut masih sanggat jauh berbeda pengaplikasiannya saat ini khusunya di
Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.21
Dalam keluarga yang orang tuanya telah bercerai dalam standar yang ideal
kemungkinan sanggat sulit terpenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Tidak
dapat terpenuhi secara sempurna, apabila dikaitkan pula dengan kebutuhan materi
anak yang hidup dalam keluarga yang orang tuanya telah bercerai, pertumbuhan
dan perkembangan anak tentu anak mengalami hambatan yang serius apabila
kebutuhan materi anak berupa biaya pemeliharaan dan biaya pendidikan anak
sampai dewasa tidak ada kejelasannya.22
c) Pemenuhan Kebutuhan Terhadap Sandang, Pangan dan Papan.
Begitu juga halnya dalam pemenuhan hak anak seperti sandang, pangan
dan papan terhadap anak, penomena yang terjadi sekarang ini setelah terjadi
perceraian maka kebutuhan anak tidak dipikirkan lagi, tergantung kepada pilihan
anak dengan siapa ia akan tinggal maka kebutuhan anak seperti telah diserahkan
kepada pengasuh sepenuhnya. Hak pengasuh biasanya jatuh kepada ibu maka
pemenuhan segala kebutuhan materi akan ditangung oleh ibu, seakan ayah tidak
ada kewajiban lagi terhadap pemenuhan hak-hak anak. Hal inilah yang terjadi saat
21
Hasil Wawancara Dengan Bapak Aris Stap Pada Lembaga Mahkamah Syr’iyah Redelong
Pada Tanggal 30 April, 2018.
22
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muslim Tokoh Masyarakat di Kecamatan Permata Pada
Tanggal 10 Mei, 2018.
61
ini setelah terjadi perceraian khususnya di Kecamatan Permata Kabupaten Bener
Meriah.23
Senada dengan pengakuan ibu Hesti bahwa anaknya tidak pernah
mendapatkan apa-apa dari ayahnya setelah mereka bercerai. Sering anaknya
meminta untuk bertemu dengan ayahnya tapi ibu Hesti tidak pernah melarang
untuk pertemuan mereka, akan tetapi setelah pulang dari tempat ayahnya ia tidak
pernah membawa apa-apa dalam arti pemberian dari ayahnya, Perilaku yang
mantan suaminya tunjukkan benar-benar membuat ibu Hesti marah, setelah itu ia
tidak pernah mengharapkan apa-apa lagi dari mantan suaminya tersebut, ia tidak
pernah menuntut kepada siapun tentang perlakuan mantan suaminya terhadap
anaknya dengan alasan sudah malas berurusan dengan mantan suamianya
tersebut, ia selalu bertekat untuk memberikan segala kebutuhan anaknya dari
jerih payah usahanya sendiri, tutur ibu Hesti selanjutnya, jika saya mengharapkan
dari ayahnya mungkin ketika saya mati dulu baru ayahnya mau bertangung jawab
atas anaknya.24
Pengakuan dari FY yang orang tuanya telah bercerai terhadap pemenuhan
sandang, pangan, dan papan terhadap dirinya, ia tidak pernah mendapatkan apa-
23
Hasil Observasi Peneliti Pada Tanggal 30 April, 2018.
24
Hasil Wawancara Dengan Ibu Hesti Janda di Kecamatan Permata Pada Tanggal 11 Mei,
2018.
62
apa dari ayahnya setelah orang tuanya bercerai. Hal tersebut sudah terbiasa karena
ia pun tidak pernah mengharapkan apa-apa lagi dari ayahnya.25
Hal yang seperti ini sudah terbiasa terjadi khusunya di Kecamatan
Permata, Kabupaten Bener Meriah. Setiap terjadi percerian maka yang
menangung hak-hak terhadap anak jatuh kepada pengasuh, bisa dikatakan setiap
terjadi perceraian disini maka hal yang sedemikian akan terjadi dan mungkin
sudah tidak bisa dirubah kembali karena sudah seperti kebiasan masyarakat yang
bercerai khususnya di Kecamatan Permata. Jika sang anak di asuh oleh ibu maka
setiap hak-hak dari ayah terhadap anak akan putus.26
C. Kenyataan Kehidupan Sosial Anak Korban Perceraian Orang Tua
Anak sebagai korban dari perceraian orang tua, dari satu sisi anak sudah
terlantar dari kehidupan salah satu orang tuanya, anak sebagai korban dari
perceraian mesti mendapatkan perhatian yang serius, sebab sudah tidak lagi
diperhatikan oleh orang tua yang satunya lagi, dan penomena yang terjadi
sekarang ini terlihat kurannya partisipasi orang tua dalam kehidupan sehari-hari
anak, maka dengan demikian banyak anak yang tidak mendapatkan perhatian dan
pengawasan dari orang tua sehingga anak kurang bersosial terhadap
lingkungannya, masyarakatnya, kawannya, sosialnya dan terhadap keluarganya
sendiri, di samping itu pengetahuan orang tua yang tidak menyadari terhadap efek
25
Hasil Wawancara Dengan Anak Yang Orang Tuanya Telah Bercerai Berinisial Fy Pada
Tanggal 11 Mei, 2018.
26
Hasil Wawancara Dengan Keucik Ali Antara di Kecamatan Permata Pada Tanggal 12 Mei,
2018.
63
yang timbul dari kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap anak itu
berpengaruh terhadap Masyarakat, Agama dan Bangsa. Sehingga pengawasan dan
perhatian terhadap anak yang orang tuanya telah bercerai sanggat jauh seperti
yang diharapkan.27
Pak Nasruddin juga menambahkan bahwa kehidupan sosial anak tidak
seperti biasanya ketika kedua orang tuanya masih bersama, anak merasa terpukul
dengan perpisahan orang tuanya sehingga membuat anak suka menyendiri dan
kurang suka bergabung dengan masyarakat sekitarnya, dapat dikatakan dari segi
apapun setelah orang tua bercerai maka segala hal telah berubah dari segi mental,
sosial, ekonomi, lingkungan dan lain sebagainya.28
Bapak Syuhada juga mengungkapkan bahwa pengawasan terhadap anak
setelah orang tuanya bercerai sama sekali tidak diawasi, bahkan mereka lupa
bahwa dirinya adalah orang tua yang mempunyai tangung jawab terhadap
anaknya, anak sama sekali tidak diawasi baik dari segi perilaku, etika, pergaulan,
dan lainnya, jika anak sudah lepas dari pengawasan orang tua maka anak akan
tumbuh dengan kehendak hatinya sendiri, maka dari itu besar kemungkinan anak
akan terjerumus ke dalam hal yang tidak di ingginkan.29
27
Hasil Wawncara Dengan Bapak Husaini Kasi Kesra Kecamatan Permata Pada Tanggal 6
Mei, 2018.
28
Hasil Wawancara Dengan Bapak Nasruddin Warga Kecamatan Permata Pada Tanggal 12
Mei, 2018.
29
Hasil Wawancara Degan Bapak Syuhada Kepala KUA, Kecamatan Permata, Kabupaten
Bener Meriah, Tanggal 3 Mei, 2018.
64
Pengakuan dari MK yang kedua orang tuanya telah bercerai dan ia tinggal
bersama ayahnya mengaku bahwa tidak pernah mendapatkan pengawasan dari
orang tuanya ia sangat bebas melakukan hal apapun, jangankan untuk pengawasan
dirinya bahkan komunikasi antara keduanya sanggat jarang tuturnya, ia mengaku
bahwasanya banyak warga yang datang kerumahnya untuk melaporkan tentang
kenakalannya dalam lingkungan masyarakat, akan tetapi ayahnya sama sekali
tidak menghiraukan laporan dari masyarakat tersebut sehingga anak merasa
sanggat bebas.30
Seperti yang dijelaskan oleh ibu Rusmiyati, pada umumnya masyarakat di
Kecamatan Permata juga merupakan mayoritas petani atau pekebun, lahan
perkebunan yang jauh dari sektor perumahan atau perkampungan penduduk
membuat mereka harus pergi pagi hingga sore baru pulang, ada juga diantara
mereka yang terpaksa membawa bekal untuk kebutuhan hidup dalam jangka
waktu yang panjang seperti jangka waktu empat hari hingga seminggu baru
kembali kerumah, sehingga pengawasan dan kontrol orang tua terhadap anaknya
yang secara aktif siang dalam malam tidak ada, dengan demikian anak merasa
bebas dengan apa yang ingin dilakukan.31
Kehidupan sosial anak yang orang tuanya telah bercerai membuat
masyarakat bingung, resah dan juga kadang-kadang masyarakat merasa sedih
melihat kondisi kehidupan anak tersebut dalam sehari-hari, karena anak tersebut
30
Hasil Wawancara Dengan, Anak Korban Perceraian Yang Benrinisial MK Pada Tanggal 14
Mei, 2018.
31
Hasil Wawancara Dengan Ibu Rusmiyati Warga Kecamatan Permata, Pada Tanggal 15 Mei,
2018.
65
tidak ada yang mengarahkannya kepada kebaikan, kemudian kebebasan anak
tersebut dalam kehidupan masyarakat membuat masyarakat geram terhadap
tingkah laku dan kebiasaan anak nampak buruk yang tidak berkenaan dalam
pandangan masyarakat, ada sebagian masyarakat yang tidak berani menegur
terhadap anak tersebut karena takut mendapat respon yang tidak baik dari anak,
anak akan memberontak jika mendapat teguran dari masyarakat, selanjutnya
kebebasan bergaul yang diberikaan oleh orang tua terhadap anak tampa ada
pengontrolan dari orang tua, ini semua akan membuat kehidupan sosial anak akan
menjadi liar.32
Hasil observasi yang peneliti temukan juga hal yang serupa terkadang
masyarakat iba terhadap keadaan anak yang korban perceraian, akan tetapi di satu
sisi masyarakat juga merasa kesal karena anak tersebut sering melakukan hal-hal
yang tidak di indahkan oleh masyarakat sepeti anak tersebut sering melakukan
pencurian dan juga sering masuk ke lahan perkebunan warga dan mengambil hasil
panen warga hal tersebut membuat masyarakat marah.33
Ketika perceraian terjadi, maka yang mesti dilakukan oleh keluarga dan
masyarakat tidak lain dan tidak bukan hanya mencari solusi dengan melibatkan
berbagai pihak untuk mendapat jawaban penyelesaian kasus percerceraian
tersebut, dalam hal ini tindakan yang mesti dilakukan diantaranya adalah
menciptakan kekompakan orang tua untuk kehidupan anak kedepannya meskipun
32
Hasil Wawancara Dengan Ibu Haminah, Tetangga Kelurga Yang Berecerai Pada Tanggal 17
Mei, 2018.
33
Hasil Observasi Penulis Pada Tanggal 17 Mei, 2018.
66
keduanya telah bercerai akan tetapi kewajiban diantara keduanya tidak boleh
putus terhadap anak, meningkatkan keseriusan dan kepedulian orang tua terhadap
kehidupan sosial anak di Kecamatan Permata. Karena jika hal ini terus dibiarkan
maka akan terjadi pergeseran nilai-nilai akan terus meningkat, akan tetapi
tindakan ini masih dalam proses belum terealisasi dengan baik.34
Dari hasil observasi, penulis juga melihat keseriusan dan kepedulian orang
tua dan keluarga dalam pengawasan kehidupan sosial anak sanggat kurang,
terlihat orang tua dan keluarga terdekat mereka saling membiarkan ketika melihat
anak sedang kedapatan melakukan aktifitas seperti mempengaruhi teman-
temannya melakukan perjudian dan pencurian dalam lahan perkebunan
masyarakat dan kemudian diserahkan kepada orang tuanya dengan tujuan
masyarakat untuk memberikan pengajaran terhadap anak mereka, akan tetapi
dengan demikian tampa ada tindakan apa-apa dari orang tua maupun keluarga
terdekat. Ada juga sebagian masyarakat yang masih mau memperdulikan nasib
Agama, Bangsa dan Negara, sehingga mereka memeberanikan diri untuk menegur
perbuatan-perbuatan anak yang melanggar norma-norma agama dan adat istiadat
yang berlaku, karena mereka berfikir anak adalah generasi penerus yang akan
mempertahankan nasib Agama, Bangsa dan Negara kedepannya.35
34
Hasil Wawancara Dengan Bapak Syuhada, Kepala KUA, Kecamatan Permata, Kabupaten
Bener Meriah, Tanggal 3 Mei, 2018.
35
Hasil Observasi Penulis Pada Tanggal 3 Mei, 2018.
67
Penulis juga mewawancarai dengan beberapa remaja di Kecamatan
Permata pada hari yang sama mereka berkata dengan menampilkan gerak-gerik
ungkapan bahasa yang sangat tidak suka terhadap kehidupan, perbuatan dan
tingkah laku sehari-hari anak yang suka membuat geram warga, mereka juga
kuatir jika hal ini dibiarkan saja oleh kedua orang tuanya maka anak tersebut akan
tambah meraja lela lagi.36
Permasalahan sosial anak yang orang tuanya telah bercerai dapat diatasi
dengan baik jika seluruh komponen lapisan keluarga terdekat anak ikut terlibat
dalam penanganan permasalahan anak, dalam hal ini yang menjadi fokus utama
yang ditekankan oleh tokoh masyarakat adalah orang tua anak tersebut yang
merupakan kepala keluarga yang dapat bertemu setiap hari dengan anaknya untuk
memberikan nasehat yang baik kepada anak agar terciptanya kondisi anak yang
baik dan berbudi pekerti.37
36
Hasil Wawancara Dengan Iwan, Fendy, Ahlan, Sahdi, Febri dan Jarot, Remaja di Kecamatan
Permata Pada Tanggal 20 Mei, 2018.
37
Hasil Wawancara Dengan Ustadzah Nur Siyem Pengajar pesantren di Kecamatan Permata
Pada Tanggal 18 Mei, 2018.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat penulis ambil beberapa
kesimpulan diantaranya:
Pelaksanaan pemenuhan hak-hak anak paska perceraian selama ini belum
mampu untuk melaksanakan ketentuan seperti yang telah di uraikan pada
Konvensi Hak Anak (KHA) dan dalam ketentuan perlindungan hak-hak anak
lainnya, disebabkan beberapa hambatan dalam memenuhi hak-hak anak setelah
tejadi perceraian di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah diantaranya
adalah keterbatasan ekonomi orang tua, kelalaian orang tua dan rendahnya
pendidikan orang tua. Pemahaman masyarakat dalam melaksanakan kewajiban
sebagai orang tua terutama bagi keluarga yang telah bercerai sangat minim
terbukti dengan pengetahuan hanya sebatas hak-hak anak tentang biaya hidup
saja. Dalam melaksanakan kewajibannya sebagai orang tua paska perceraian ada
beberapa kendala dalam pelaksanaan itu tidak dapat di pungkiri namun bukan
berarti menjadikan kewajiban orang tua gugur terhadap hak-hak anak paska
perceraian, kendala yang sering dialami orang tua setelah bercerai adalah
keterbatasan ekonomi, namun tidak hanya karena keterbatasan ekonomi saja akan
tetapi juga karena kendala kelalaian orang tua dan juga rendahnya pendidikan
orang tua.
69
Apabila ada kendala dalam melaksanakan kewajibannya dalam hal
pemenuhan hak anak karena keterbatasan ekonomi tidak ada alasan yang
menjadikan kewajiban orang tua gugur dalam pemenuhan hak anak, akan tetapi
kewajibannya tetap ada dan harus memberikan segalanya untuk anak demi
kelangsungan hidupnya, maka peran masyarakat menjadi amat sanggat penting
untuk turut berpartisipasi, yakni para pihak yang mempunyai kepedulian masa
depan anak, baik organisasi keagamaan, yayasan atau LSM dan lain sebagainya.
Perceraian tidak akan menghilangkan atau mengugurkan kewajiban orang
tua terhadap anak-anaknya, bahwa kewajiban orang tua masih tetap sama
walaupun sudah terjadi perceraian diantara keduanya, anak tetap harus
memperoleh hak-haknya sebagai seorang anak, hak untuk mendapatkan secara
baik, hak untuk mendapatkan bimbingan serta kasih sayang dari orang tuanya, hak
untuk mendapatkan pendikan, hak untuk mendapatkan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan secara wajar, serta hak-hak yang lain yang mendukung tumbuh
kembang si anak secara baik dan wajar.
Anak sebagai korban dari perceraian orang tua, dari satu sisi anak sudah
terlantar dari kehidupan kedua orang tuanya, anak sebagai korban dari perceraian
mesti mendapatkan perhatian yang serius, sebab sudah tidak lagi diperhatikan oleh
orang tua yang satunya lagi, jika anak tidak mendapatkan perhatian lagi setelah
perceraian maka dampak yang ditimbulkan dapat dilihat dari psikologi anak
sehari-hari, baik itu minder, kurang berinteraksi, prestasi menurun dan lain
sebagainya. Sikap-sikap inilah yang muncul pada diri anak jika perhatian dan hak-
haknya ditelantarkan oleh orang tua setelah perceraian.
70
B. Saran
Pertama, adanya ketentuan yang mewajibkan kursus pranikah bagi para
calon pengantin yang menjelaskan materi tentang kewajiban dan hubungan antara
anak dan orang tua, sehingga ada bekal pemahaman orang tua akan pentingnya
kewajiban dan ikatan antara orang tua dan anak.
Kedua, bagi orang tua sebelum memutuskan untuk bercerai sebaiknya
fikirkan dengan lebih mendalam lagi akibat yang timbul setelah terjadi perceraian,
akan lebih indah jika orang tua mengalah untuk saling bersama-sama
mendahulukan kepentingan anak, karena putusan perkawinan diantara orang tua
pasti sanggat berpengaruh atau berakibat berkurangnya pemenuhan hak-hak yang
seharusnya diberikan orang tua terhadap anak-anaknya.
Ketiga, adanya sangksi hukum yang tegas dan jelas terhadap orang tua
yang terbukti melalaikan kewajibannya atau beriktikad tidak baik
menyembunyikan kemampuannya dalam menafkahi anak-anaknya.
Keempat, pemerintah membuat undang-undang, pengaturan mengenai
jaminan hak anak di atur sedemikian banyak di Indonesia ini, namun untuk aturan
mengenai jaminan hak terhadap anak paska perceraian perlu di pertegas, sekarang
ini pengaturan mengenai jaminan hak terhadap anak paska perceraian hanya
bersifat mengatur tampa ada sangsi-sangsi tegas yang menyertainya, hal yang
demikian yang kemudian memicu lalainya salah satu atau bahkan kedua orang tua
untuk memenuhi kewajibannya sebagai orang tua setelah mereka bercerai.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Sandro Jaya, 2006.
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Iskami Menyikapi
Rentang Kehidupan Manusia Dari Pra kelahiran Hingga Pasca Kematian,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Kritis Dan Praktis
Berdasarkan Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara,
1991.
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan, Terjemah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1979.
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung:
BinaCipta, 1983.
C. De Rover , To Serve & To Protect Acuan Universal Penegakan HAM,
Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2000.
Cristiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Kanak-Kanak Akhir, Jakarta: Prenada, 2012.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: PT. Syamil
Cipta Media, 2005.
Departemen Sosial Republik Indonesia, Pola Pembanggunan
Kesejahteraan Sosial, Jakarta: 2003.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2005.
Dian Winarti, Anak-Anak Mengatasi Situasi Sulit, Yayasan Pulih dan
Taloe, 2008.
EM Giri Prastowo, Perlindungan Anak, Jakarta Selatan: Cetakan Pertama,
2007.
Ending Ekowarni, Jurnal, Konvensi Hak Anak Suatu Fatamorgana Bagi
Anak Indonesia, Bulletin Psikologi, 2001.
Gunarsa, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, Jakarta:
Rabbani Press, 2009.
Haikal, Peningkatan Kapasitas Pemerintah Kesejahteraan Sosial
Masyarakat, Surabaya: Pustaka Jelita, 2009.
72
I Gde Arya B Wiranata dan Muladi, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep
Dan Implikasinya Dalam Pespektif Hukum Dan Masyarakat, Bandung: Pt Replika
Aditama, 2005.
Imron Abu Amar, Fathul Qorib, jilid 2, Terjemah, Kudus: Menara Kudus,
1983.
Irma Setiowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Cet 1, Ed 1,
Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islam, Jakarta: Darul
Fadilah, 1995.
Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:
Gramedia, 1987.
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2012.
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi, Cet. X, Bandung: Nusa Media, 2011.
Meuthia G. Rochman, Hak Asasi Manusia Sebagai Parameter
Pembangunan, Jakarta: Elsam, 1997.
Mohd. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Cet. II, Bandung:
Yayasan Bhakti Winaya, 2003.
Muhammad Joni, Hak-Hak Anak dalam UU Perlindungan Anak dan
Konvensi PBB tentang Hak Anak, Beberapa Isu Hukum Keluarga, Jakarta: KPAI,
1993.
Mulyana W. Kusuma, Hukum dan Hak-Hak Anak Ed 1, Cet 1, Jakarta:
Rajawali, 1986.
Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta:
Media Grafika, 2006.
Paul Henry Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Terjemahan
Fx, Budiyanto, Gianto Widianto, Arum Gayatri, Arcan: 1994.
Prints, Darwan, Hukum Anak Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2003.
Purwanto, Kehidupan Sosial Masyarakat, Jakarta: Grafika Jaya, 2008.
Qanun Aceh, No 11 Tahun 2008, Tentang Perlindungan Anak.
73
R.A. Koesnan, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia,
Bandung: Sumur, 2005.
Rasady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi,
Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2004.
Rhona K.M. Smith & Christian Ranheim, Hukum Hak Asasi Manusia,
Yogyakarta: Pusham UII, 2008.
Rifah Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, Malang: Prees, 2009.
Slavin Robert E, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta:
PT.Indeks, 2011.
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001.
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka
Cipta, 1995.
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991.
Suganda Tanuwidjaja, Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak dalam
Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta: CV. Sagung Seto,
2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2014.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Sujiono, Dkk. Anak dan Kemampuannya Dalam Belajar, Yogyakarta:
Nusa Permai, 2008.
Sumanto, Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori, Yogyakarta: CAPS
Center of Academic Publishing Service, 2014.
Supriyadi W. Eddyono, Pengantar Konvensi Hak Anak, Jakarta: Elsam,
2005.
Suryanah, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK, Jakarta: Cetakan
Pertama, 1996.
74
T.M. Hasbi Ashshiddiqi, Pengantar Fiqh Mu’amalah, Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 1997.
Tedy Sudrajat, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Sebagai Hak
Asasi Manusia Dalam Perspektif Sistem Hukum Keluarga di Indonesia, Jurnal:
2011.
Undang-Undang No 23 Tahun 2002, Tentang Perlidungan Anak, Jakarta:
Visimedia, 2007.
Undang-Undang Republik Indonesia No 35 Tahun 2014, Tentang
Perlindungan Anak.
Wahban Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, Terjemah,
Jakarta: Gema Insani, 2007.
Yayasan Bantuan Hukum Anak Bekerja Sama Dengan Caritas Germany,
Perlindungan Khusus Anak Berhadapan Dengan Hukum, Banda Aceh, 2006.
Yunarti, Pembangunan Sosial Masyarakat, Semarang: Duta Karya, 2008.
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Mustaqim
Nim : 441307451
A. Pemenuhan Hak Anak Setelah Orang Tua Bercerai di Kecamatan
Permata Kabupaten Bener Meriah:
1. Bagaimana kehidupan anak setelah orang tua bercerai…?
2. Bagaimana peran ayah terhadap pemenuhan hak anak setelah bercerai…?
3. Bagaimana peran ayah terhadap pemenuhan hak anak dalam hal
pendidikan setelah bercerai…?
4. Bagaimana peran ayah terhadap pemenuhan hak kasih sayang terhadap
anak setelah bercerai…?
5. Bagaimana peran ayah terhadap pemenuhan kebutuhan seperti sandang,
pangan dan papan terhadap anak setelah bercerai…?
6. Bagaimana peran ibu terhadap pemenuhan hak anak setelah bercerai…?
7. Bagaimana peran ibu terhadap pemenuhan hak anak dalam hal pendidikan
setelah bercerai…?
8. Bagaimana peran ibu terhadap pemenuhan hak kasih sayang terhadap anak
setelah bercerai…?
9. Bagaimana peran ibu terhadap pemenuhan kebutuhan seperti sandang,
pangan dan papan terhadap anak setelah bercerai…?
10. Apakah selama ini pemenuhan terhadap hak-hak anak setelah bercerai
sudah dapat terpenuhi semuanya…?
11. Apakah selama ini setelah orang tua kalian bercerai pemenuhan hak anak
terpenuhi (jika iya), hak bagaimana yang selama ini sudah terpenuhi…?
12. Apakah selama ini setelah orang tua bercerai pemenuhan hak anak
terpenuhi (jika tidak), kenapa selama ini tidak terpenuhi…?
13. Apakah yang anda lakukan untuk memenuhi segala hak anak setelah
perceraian?
B. Kehidupan Sosial Anak Korban Perceraian Orang Tua di Kecamatan
Permata, Kabpupaten Bener Meriah.
1. Bagaimana pengawasan orang tua setelah bercerai terhadap kehidupan
anak….?
2. Bagaimana pengawasan orang tua setelah berecerai terhadap kehidupan
sosial anak …?
3. Bagaimana pengawasan orang tua setelah berecerai terhadap kehidupan
anak yang menyangkut dengan (Persoalan Agama)…?
4. Bagaimana perkembangan fisik anak setelah orang tuanya bercerai…?
5. Bagaimana perkembangan kognitif (mental) anak setelah orang tuanya
bercerai…?
6. Apa perubahan yang terjadi pada anak setelah perceraian orang tua…?
Lampiran.5. foto-foto penelitian dan foto saat sidang munaqasyah.
Wawancara dengan bapak Syuhada, kepala KUA Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah.
Wawancara dengan bapak Husaini Kasi Kesra,Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah.
Wawancara dengan bapak Fendy, seorang duda di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah
Wawancara dengan ibu Lisa Nina, janda di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah.
Wawancara dengan anak yang orang tuanya telah bercerai.
Foto pada saat berlangsungnya sidang munaqasyah.
Foto bersama dosen pembimbing dan penguji sidang munaqasyah.
Foto bersalaman dengan dosen penguji sidang munaqasyah.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Mustaqim
2. Tempat / Tanggal Lahir : Kalatenang, 26 Juni 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Pekerjaan : Mahasiswa
5. Nim : 441307451
6. Agama : Islam
7. Kebangsaan / Suku : Indonesia / Gayo
8. Status Perkawinan : Belum Kawin
9. Alamat : Alunaga
10. Orang Tua / Wali
a. Nama Ayah : Alm. Mukhtar.
b. Pekerjaan : -
c. Ibu : Nursyem
d. Pekerjaan : Petani
e. Alamat : Bintang Permata, Kec, Permata, Kab, Bener Meriah.
11. Pendidikan : MIN, Bener Kelipah, 2007
: MTsN, Bener Kelipah, 2010
: SMA, Fajar Hidayah, Blang Bintang, 2013
12. Perguruan Tinggi
: UIN Ar-raniry Banda Aceh, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Jurusan PMI / Kesos, 2018.
Banda Aceh, 27 Mei, 2018.
Mustaqim