fakultas ilmu sosial dan ilmu politik …/progra…3 lembar pengesahan telah diterima dan disahkan...
TRANSCRIPT
1
PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
MENUJU SOLO SEHAT 2010
(Studi Evaluasi Kualitatif Tentang Implementasi Program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran
Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010)
Disusun Oleh :
Nama : Ipho Adhita Wahanani
NIM : D0306044
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS)
MENUJU SOLO SEHAT 2010
(Studi Evaluasi Kualitatif Tentang Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar
Menuju Solo Sehat 2010)
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan siap diuji oleh Dewan Penguji
Skripsi
Pada Jurusan Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing Skripsi
Siti Zunariyah, S.Sos, M.SiNIP. 197707192008012016
3
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Diterima dan Disahkan Oleh Panitia Penguji SkripsiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas MaretSurakarta
Hari :Tanggal : Oktober 2010
Panitia Penguji Skrisi :
1. Prof. Dr. RB. Soemanto, MA ( )NIP. 19470914 197603 1 001 Ketua
2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si ( )NIP.19631014 198803 2 001 Sekretaris
3. Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si ( )NIP. 197707192008012016 Penguji
Mengetahui
Dekan FISIP UNS
Drs. H. Supriyadi, SN., SU
NIP. 19530128 198103 1001
4
MOTTO
“Maka eratkanlah pegangan tanganmu pada tali Allah yang akan
melindungimu karena sesungguhnya tali Allah itu pengaman yang
dapat dipercaya manakala semua pengaman tidak dapat diandalkan”
(Dr. ‘Aidin bin ‘Abdullah Al-Qarni : 145 : 2004)
Kamu tidak akan disedihkan tanpa disiapkan kebahagiaan, juga
tidak akan digalaukan tanpa dibangunkan kedamaian, dan kamu
tidak mungkin direndahkan tanpa disusunkan derajat yang tinggi
(Mario Teguh)
5
PERSEMBAHAN
Allah SWT
Ayah (Almarhum) dan Ibu
tercinta
Adikku, Nenek, serta
Keluarga Besar Atmadja
Mas Farid
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) MENUJU SOLO SEHAT 2010 (Studi Evaluasi Kualitatif Tentang
Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan
Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010).
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak mudah
dan tidak terlepas dari campurtangan, bimbingan, arahan, bantuan, motivasi dan
saran-saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Drs. Supriyadi, SN. SU. selaku Dekan FISIP UNS.
2. Siti Zunariyah, S.sos, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah memberikan bimbingannya berupa masukan-masukan dan arahan
serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini
hingga dapat terselesaikan.
3. Dra. Suyatmi, M.S. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan studi di FISIP UNS.
4. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan segenap
Dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS yang telah memberikan arahan dan
membekali ilmu pengetahuan selama penulis menempuh studi di FISIP
UNS.
7
5. Ayah (Almarhum) dan Ibuku tercinta untuk doa restu dan kasih sayang
yang telah diberikan. Adikku Lila, Kakakku Bogie (Almarhum), Nenek,
Tante Mimit, Om Didik, Om Sus serta semua keluarga besar Atmadja
yang telah memberikan semangat dan motivasinya untuk menyelesaikan
skripsi ini.
6. Muhammad Faried Darmawan. Terima kasih atas kasih sayang, dukungan,
semangat dan motivasinya. Banyak hal yang kamu ajarkan padaku selama
ini, semoga selalu mendampingiku.
7. Seluruh Informan dalam penelitian yaitu warga bantaran Kalianyar,
khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08 Kelurahan Mojosongo,
Pihak dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, serta Kader Posyandu
Anggrek.
8. Fita Itonk. Terima kasih atas kesetiaan, kebersamaan motivasi dan serta
semangatnya. Persahabatan kita sangat berarti buatku.
9. Teman-teman Kos MP2 beserta Alumni, Eka, Puji, Tia, Nana, Ervin, Fitri,
Ajeng, Ira, Ema, Ijah, Akmal, Deni, Iyo. Terima kasih atas
kebersamaannya.
10. Teman-teman Sosiologi, terutama angkatan 2006 Vita, Fita, Indah, Indra,
Tegar, Dito. Angkatan 2005 Sukro, Penyol, Pak Ndut, Bram dan semua
teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu,
terimakasih atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat
8
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, penulis kata,
penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dengan
sebaik-baiknya bagi semua pihak.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis,
Ipho Adhita Wahanani
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR DIAGRAM ...................................................................................... xii
ABSTRAK......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
C. Tujuan .......................................................................................... 7
D. Manfaat ........................................................................................ 7
E. Konsep dan Kerangka Pemikiran ................................................ 8
F. Landasan Teori ............................................................................ 19
G. Penelitian Terdahulu .................................................................... 32
10
H. Definisi Konseptual ..................................................................... 37
I. Metode Penelitian ........................................................................ 38
1. Lokasi Penelitian ................................................................... 38
2. Jenis Penelitian ....................................................................... 39
3. Teknik Penganmbilan Sampel ............................................... 40
4. Sumbe Data ............................................................................ 41
5. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 42
6. Analisis Data .......................................................................... 44
7. Validitas Data ......................................................................... 45
BAB II DESKRIPSI LOKASI ...................................................................... 47
A. Gambaran Umum ......................................................................... 47
1. Kota Surakarta ....................................................................... 47
2. Kecamatan Jebres ................................................................... 50
3. Profil Kelurahan Mojosongo .................................................. 51
a. Kondisi Geografis ............................................................. 51
b. Kondisi Demografis ......................................................... 52
c. Sarana Prasarana ............................................................... 55
B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan Kota
Surakarta ....................................................................................... 58
C. Pengertian dan Sasaran ................................................................. 61
D. Kondisi Bantaran Kalianyar ........................................................ 63
11
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ........................................... 68
A. Identitas Informan ........................................................................ 68
B. Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Tatanan Rumahtangga ........................................... 70
1.Petunjuk Pelaksanaan Program PHBS ..................................... 72
2.Tahap Pelaksanaan Program PHBS .......................................... 76
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ............................... 103
D. Evaluasi Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumahtangga ................................. 126
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 140
A. Kesimpulan .................................................................................. 140
B. Saran ............................................................................................ 143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Surakarta .......................................................... 49
Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Dalam Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin ...................................................................................................... 53
Tabel 2.3 Komposisi penduduk menurut Mata Pencaharian ........................... 54
Tabel 2.5 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ..................................... 55
Tabel 2.6 Sarana Pendidikan ........................................................................... 56
Tabel 2.7 Sarana Kesehatan ............................................................................. 57
Tabel 3.1 Data PHBS Warga Bantaran Kalianyar RT 05 RW 08,
Kampung Sabrang Lor, Kelurahan Mojosongo ............................... 81
Tabel 3.2 Nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS) Warga Bantaran
Kalianyar RT 05 RW 08, Kampung Sabrang Lor, Kelurahan
Mojosongo ....................................................................................... 83
13
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 Pengelolaan Manajemen Program PHBS ..................................... 71
14
ABSTRAK
Ipho Adhita Wahanani, Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Menuju Solo Sehat 2010, Skripsi, Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober, 2010.
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktoryang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perludipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut,pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Depkes RItentang Indonesia Sehat 2010 merupakan pijakan awal bagi setiap kabupaten/kotauntuk menjalankan visi tersebut di tiap wilayahnya masing-masing. Salah satunyaadalah kota Surakarta dengan visinya yaitu Solo Sehat 2010. Salah satu upayayang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK) menuju Solo Sehat 2010adalah mulai diberlakukannya paradigma sehat yaitu perpindahan paradigma sakityang selama ini dianut oleh masyarakat. Upaya untuk merubah paradigmamasyarakat tersebut salah satunya dengan digalakkan pelaksanaan programPerilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Tujuan dari penelitian dalam studi ini adalahuntuk mengetahui Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuaidengan indikator PHBS tatanan rumah tangga.
Penelitian ini menggunakan metode evaluasi kualitatif. Dengan observasiyaitu pengamatan langsung yang dilakukan peneliti di lokasi, wawancara yangdilakukan dengan pedoman wawancara. Informan adalah warga bantaranKalianyar, pihak dari Dinas Kesehatan serta Kader Posyandu Anggrek. Informanditentukan berdasarkan purpossive sampling atau sampel bertujuan. Analisa datadalam penelitian ini menggunakan model analisa interaktif. Model interaktif initerdiri dari tiga komponen utama diantaranya adalah reduksi data, sajian data danpenarikan kesimpulan. Keabsahan data diuji melalui trianggulasi sumber.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :Pertama, pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkanpetugas-petugas kesehatan yang meliputi petugas puskesmas, kelurahan, petugasposyandu serta ibu-ibu PKK sebagai pelaksana program.Kedua, pelaksana program tersebut mendapatkan pembekalan berupa pelatihan,seminar, lokakarya serta diskusi yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan yangselanjutnya mereka akan memberikan sosialisasi, pemahaman, keteladanan sertadukungan kepada masyarakat untuk mau menerapkan perilaku kesehatan yangsesuai dengan keenambelas indicator PHBS tatanan rumahtangga.Ketiga, program ini belum bisa dikatakan berhasil karena standar nilaikeberhasilan dari Dinas Kesehatan adalah berdasarkan nilai IPKS yaitu SehatUtama dan Paripurna sebanyak 65%
15
ABSTRACT
Ipho Adhita Wahanani, Program Behavior Clean and Healthy (PHBS)Towards Healthy Solo 2010, Thesis, Surakarta: Faculty of Social andPolitical Sciences, University of Surakarta Eleven March, October, 2010.
Health is a fundamental human right and is one of the factors thatdetermine the quality of human resources. Therefore, health should be maintainedand improved quality. To achieve this goal, the government has launched theHealthy Indonesia 2010 vision. MOH vision of Healthy Indonesia 2010 was afirst step for each district to carry out that vision in each area respectively. One isthe city of Surakarta Solo with his vision of Healthy 2010. One of the efforts theCity Health Office of Surakarta (DKK) towards Healthy Solo 2010 is the entryinto force of the health paradigm is the paradigm shift that had been sickembraced by the community. Efforts to change the paradigm of community is oneof them with the intensified implementation of the program Clean And HealthyLifestyle. The aim of the research in this study is to determine ImpementasiProgram Behavior Clean and Healthy (PHBS) resident banks to reach SoloKalianyar Healthy 2010 in accordance with indicators PHBS household order.
This study used qualitative methods of evaluation. With the observation ofdirect observations conducted by researchers at the site, interviews conductedwith the guidance interview. The informant is a citizen Kalianyar banks, theDepartments of Health and Kader Posyandu Orchid. Informants are determinedbased on sampling or sample purpossive aims. Analysis of the data in this studyusing the model of interactive analysis. This interactive model consists of threemain components such as data reduction, data and conclusion. The validity wastested through triangulation of data sources. Based on research results can besummarized as follows:
First, the implementation of the program Clean and Healthy Behavior involveofficers of health that includes health center staff, village, neighborhood healthcenter staff and the PKK as an implementer of the program.Second, implementing the program get a debriefing form of training, seminars,workshops and discussions held by the Public Health Service which in turn theywill provide socialization, understanding, modeling and support to people to wantto apply health behavior according to the order of the sixteen indicators PHBShousehold.Third, this program can not be said to succeed because the standard value of thesuccess of the Public Health Service is based on the value that is healthy IPKSPresident and the Plenary as much as 65%.
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut,
pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Indonesia Sehat
2010 yang telah diterapkan Departemen Kesehatan merupakan visi yang ideal
tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu kehidupan
masyarakat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan
perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republic Indonesia
(Depkes RI. 2006).
Hal tersebut dipertegas lagi dengan tujuan pembangunan kesehatan
menuju sehat 2010, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Lingkungan sehat yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat. Adapun ciri khas lingkungan sehat, yaitu :
1. Lingkungan yang terbebas dari polusi, tersedianya air bersih
17
2. Sanitasi lingkungan yang memadai
3. Pemukiman yang sehat
4. Perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan
5. Serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong
menolong.
Dari segi perilaku sehat, perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang
diharapkan adalah perilaku yang bersifat produktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 didukung dengan telah ditetapkannya
Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Salah satu subsistem dari SKN adalah
subsistem pemberdayaan masyarakat. Selain itu, kebijakan nasional promosi
kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi
Nasional serta program dari Pusat Promosi Kesehatan yaitu :”Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010)”.
Melalui visi ini pembangunan kesehatan dilansaskan kepada paradigma
sehat, yang ini pokoknya menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi
manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan menjadi titik sentral
pembangunan nasional. Paradigma ini yang akan mengarahkan pembangunan
kesehatan untuk lebih mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan pemnyakit atau pencegahan kesehatan (preventif), dengan
18
tanpa mengessampingkan upaya-upaya penanggulangan atau penyembuhan
penyakit (kuratif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
Promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat sendiri
bertujuan untuk memberdayakan setiap individu agar sadar, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tujuan memelihara dan
meningkatkan kualitas kesehatannya. Selain itu bermanfaat pula untuk mencegah
terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Sehingga bertambah juga tingkat
pengetahuan seseorang tentang sehat-sakit. Sedangkan masalah yang dihadapi
dalam pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat adalah kemitraan atau
dukungan lintas sector yang rendah, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi
petugas terlatih, alokasi dana terbatas, perubahan struktur organisasi, indicator
PHBS skala nasional.
Sesuai dengan salah satu dari Grand Strategy Depkes RI yaitu bahwa
pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Visi Depkes RI tentang
Indonesia Sehat 2010 merupakan pijakan awal bagi setiap kabupaten/kota untuk
menjalankan visi tersebut di tiap wilayahnya masing-masing. Salah satunya
adalah kota Surakarta dengan visinya yaitu Solo Sehat 2010. dalam mewujudkan
visi tersebut telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian
19
masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya. Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan diperlukan
perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK)
menuju Solo Sehat 2010 adalah mulai diberlakukannya paradigma sehat yaitu
perpindahan paradigma sakit yang selama ini dianut oleh masyarakat. Dimana
paradigma sakit selama ini masyarakat beranggapan bahwa apabila sakit,
masyarakat miskin dapat berobat dengan mudah dan murah. Namun dalam
paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah pola pikir masyarakat tersebut,
agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun berfikir untuk berperilaku hidup
sehat dan tidak sakit. Upaya untuk merubah paradigma masyarakat tersebut salah
satunya dengan digalakkan pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat. Upaya peningkatan perilaku sehat dirumah tangga belum menunjukkan
hasil yang optimal. Hal ini antara lain dapat dilihat dari data hasil Survey Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2004 menunjukkan bahwa Indonesia
sebesar 35% masyarakat merokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga
yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (65% banding
45%). Sebanyak 82% penduduk 15 tahun keatas kurang melakukan aktifitas fisik
20
atau olahraga, dengan kategori (75%) kurang bergerak dan (9%) tidak terbiasa
melakukan aktifitas fisik. Berdasarkan hasil pendataan untuk PHBS tatanan
rumah tangga Provinsi Jawa Tengah 73% belum menjadi peserta dana sehat dan
sebesar 68% keluarga belum bebas rokok (Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun
2006).
Berdasarkan data-data tersebut diatas, maka peneliti memfokuskan
penelitian ini pada pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
khususnya dalam tatanan rumah tangga masyarakat yang tinggal disekitar
bantaran Kalianyar untuk mengetahui perilakunya untuk mewujudkan hidup
bersih dan sehat serta mewujudkan Visi Solo Sehat 2010. Rumah tangga atau
keluarga merupakan langkah dan sarana awal bagi seseorang untuk menerapkan
pola perilaku tersebut. Selama ini, bantaran selalu identik dengan kekumuhan dan
padat penduduk. Pilihan masyarakat untuk bermukim di sekitar bantaran sungai
tak terlepas dari air sebagai kebutuhan hidup manusia. Akan tetapi, terlepas dari
kebutuhan tersebut, perilaku masyarakat didaerah bantaran itupun belum
menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat, misalnya masyarakat masih
membuang sampah disungai tepatnya dibelakang rumah mereka. Hal tersebut
akan berakibat tercemarnya air sungai dan apabila dikonsumsi akan menimbulkan
berbagai macam penyakit. Sehingga menjadikan penurunan kualitas kesehatan
masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai tersebut akibat penyalahgunaan
fungsi bantaran sungai.
21
Berangkat dari argumentasi tersebut, dengan mengingat dari dampak
perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya
untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, khususnya untuk
masyarakat yang tinggal disekitar bantaran Kalianyar. Upaya tersebut salah
satunya termasuk dalam pelaksanaan Program PHBS, yaitu dengan memberikan
pelatihan atau penyuluhan kepada petugas kesehatan seperti petugas Puskesmas,
Posyandu, PKK dan lain-lain. Penyuluhan kepada petugas kesehatan tersebut
dilakukan oleh pembuat kebijakan yaitu Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Setelah
mendapatkan penyuluhan, selanjutnya, petugas kesehatan tersebut melakukan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kota Surakarta dengan mulai diberlakukannya perubahan paradigma
sakit ke paradigma sehat. Dimana paradigma sakit, masyarakat berfikir bahwa
masyarakat miskin apabila sakit dapat berobat dengan murah dan mudah. Namun
dalam paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah pola pikir masyarakat
tersebut, agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun berfikir untuk berperilaku
hidup sehat dan tidak sakit. Agar selanjutnya dapat diketahui bagaimana
pelaksanaan program tersebut agar visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta Menuju
Solo Sehat 2010 tersebut dapat tercapai.
22
B. PERUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka batasan dalam penelitian ini
adalah : Bagaimana Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai
dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga ?
C. TUJUAN
Sesuai perumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian dalam
studi ini adalah untuk mengetahui Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010
yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga.
D. MANFAAT
1. Manfaat teoritis
Penelitian diharapkan mampu menjadi pijakan bagi penelitian
berikutnya agar dapat dikaji lebih mendalam.
2. Manfaat praktis
Dapat memberikan gambaran yang obyektif dan nyata tentang
Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga
bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan
indikator PHBS tatanan rumah tangga
23
E. KONSEP DAN KERANGKA PEMIKIRAN
e.1 Konsep Yang Digunakan
Penelitian Evaluasi merupakan aspek penting dari penelitian sosial
terutama yang diarahkan pada evaluasi social action program yang disebut juga
perubahan sosial yang direncanakan. Program-program yang direncanakan untuk
memeperbaiki kehidupan manusia misalnya bidang pendidikan, bidang kesehatan
dan lain-lain. Berdasarkan hal diatas maka dalam penelitian ini akan membahas
serangkaian kajian yang berkaitan dengan Evaluasi Pelaksanaan Program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran
Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010
Menurut Herbert H. Hyman penelitian evaluasi adalah prosedur penemuan
fakta tentang aksi-aksi social yang direncanakan. Dari definisi tersebut
didalamnya mencakup 2 substansi yaitu, aspek konseptual : yaitu adanya
hubungan aktifitas dengan tujuan yang diinginkan, serta aspek metodologis yeitu
bagaimana mengukur akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas
program.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi mengandung
pengertian:
1. sudut spesifikasi obyeknya berarti menilai hasil berbagai macam program
yang dilaksanakan pemerintah berkaitan dengan problem yang dihadapi
masyarakat.
24
2. sudut teknik penilaian merupakan cara untuk mengumpulkan data yang
diperlukan untuk menilai hasil dari program pemerintah tadi.
3. sudut analisisnya akan dapat menunjukkan hasil akhir (kesimpulan) dari
kegiatan menilai program pemerintah tersebut, apakh efektif atau tidak,
mempunyai dampak positif lebih daripada negatifnya atau sebaliknya.
M. T. Feurstein (1986 : 8) menyatakan bahwa hasil evaluasi berarti
membantu mereka yang terlibat dalam banyak jenis program pengembangan
untuk menafsir nilai pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Menurut Feurstein
ada 10 alasan pokok melakukan evaluasi yaitu:
1. Keberhasilan : untuk mengetahui apa yang telah dicapai
2. mengukur kemajuan : apakah sesuai dengan sasaran program
3. Memperbaiki monitoring : agar manajemennya lebih baik
4. Mengetahui apakah sudah efektif : perubahanm apakah yang
ditimbulkan oleh program
5. Identifikasi kekuatan dan kelemahan : untuk memperkuat program
6. Keuntungan biaya : apakah biayanya masuk akal
7. Mengumpulkan informasi : untuk merencanakan dan mengelola
aktifitas program secara lebih baik.
8. Berbagai pengalaman : mencegah orang lain tidak melakukab
kesalahan yang sama untuk mendorong mereka agar menggunakan
metode yang sama.
25
9. Meningkatkan efektivitas ; agar lebih memberi dampak
10. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik : agar sesuai dengan
kebutuhan orang banyak khususnya masyarakat tingkat bawah.
M. T. Feurstein memberikan sembilan indikator yang digunakan untuk
menilai keserhasilan suatu program yaitu :
1. Availabilitas : indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu ada dan
tersedia
2. Relevansi : indikator yang menunjukkan seberapa jauh sesuatu hal dapat
dikatakan relevan atau tepat
3. Accesabilitas ; indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu benar-
benar dapat terjangkau oleh mereka yang memerlukan
4. Kebergunaan : indikator yang menunjukkan sejauh mana sesuatu yang
telah disediakan dipakai untuk tujuan semula
5. Ketercakupan : indikator yang menunjukkan apakah proporsi mereka yang
memerlukan sesuatu itu dapat menerimanya
6. Kualitas : indikator yang menunjukkan kualitas atau standar tertentu
7. Usaha : indikator yang menunjukkan apa dan berapa banyak yang
diinvestasikan untuk mencapai sasaran
8. Efisiensi : indikator yang menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas
telah dimanfaatkan dengan cara yang terbaik
9. Hasil : Merupakan hasil akhir dari pelaksanaan program
26
Pada intinya evaluasi merupakan proses penilaian untuk mengukur
performance dan hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target yang telah
ditentukan sebelumnya, yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pelaksanaan program dimasa mendatang.
Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program dilakukan untuk mengetahui
proses kerja dari pelaksanaan program, apakah program yang dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan program yang telah ditetapkan, dan untuk
mengetahui sejauh mana program yang telah dilaksanakan berhasil memberikan
dampak atau manfaat bagi kelompok sasaran dari program tersebut.
e.2 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
e.2.1 Pengertian
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan
pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan
mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan
tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan. PHBS merupakan wujud keberadaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat.
27
e.2.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaaan program PHBS adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat baik tatanan rumah
tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah.
e.2.3 Tatanan
Program PHBS dapat dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah
tangga, tempat ibadah, instansi pendidikan, warung makan, pasar dan sebagainya.
Khusus untuk Provinsi Jawa Tengah memfokuskan pada 3 jenis tatanan yaitu
tatanan rumah tangga, tatanan instansi pendidikan dan tatanan tempat ibadah.
Pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
ketiga tatanan tersebut mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian
derajat kesehatan
1. Tatanan Rumah Tangga
Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak
dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan
kehidupan sehari-hari. Bertolak dari pengertian di atas sehingga PHBS
ditatanan rumah tangga adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat.
2. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan adalah tempat diselenggarakannya proses belajar
28
mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan
dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. PHBS di institusi
pendidikan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan pengajar maupun anak didiknya dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan yang dimaksud
adalah tingkat SD atau MI, SLTP atau MTS-SLTA atau MA.
3. Tempat Ibadah
Tempat ibadah adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan
keagamaan atau ibadah bagi masyarakat sesuai dengan agama yang dianut.
PHBS ditempat ibadah adalah merupakan suatu upaya yang dilakukan
untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengurus maupun
pengunjung dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
e.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga
e.3.1 Pengertian
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian rumah dan PHBS
tatanan rumah tangga, untuk penjelasan lebih rinci sebagai berikut:
e.3.1.1 Rumah
1) Keputusan Menteri Kesehatan RI. NO.829/MENKES/SK/VII/1999 rumah
adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga dalam.
2) UU NO.4 Tahun 1992 rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai
29
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
e.3.1.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga
PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan
kemampuan untuk berperilaku bersih dan sehat
e.3.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga
adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga di
tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan
lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat.
Menjelaskan tujuan khusus dari program PHBS adalah meningkatkan
pengetahuan dan kemauan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS dan
agar anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat
e.3.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakanya program PHBS ini adalah:
1. Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak
mudah sakit.
2. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota
rumah tangga.
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya
kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi lain seperti pendidikan
30
dan usaha lain.
4. Guna meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
5. Sebagai salah satu indikator keberhasilan pemerintah kabupaten atau kota
dalam bidang pembangunan kesehatan.
6. Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
e.4 Indikator PHBS
e.4.1 Indikator
Indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan
atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian
Persyaratan indikator yaitu:
1. Sahih dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya diukur oleh indikator
tersebut,
2. Obyektif harus memberikan hasil walaupun dipakai orang yang berbeda
pada waktu yang berbeda,
3. Sensitif dapat mengukur perubahan sekecil apapun,
4. Spesifik dapat mengukur perubahan situasi yang dimaksud
e.4.2 Indikator PHBS
Mengacu pada pengertian pada perilaku sehat indikator ditetapkan pada
area atau wilayah yaitu:
a. Indikator Nasional
Indikator nasional terdiri dari 3 indikator yaitu:
31
1. presentase penduduk tidak merokok
2. persentase penduduk yang memakan sayuran dan buah-buahan
3. persentase penduduk melakukan aktifitas olahraga
b. Indikator Lokal Spesifik
Indikator lokal spesifik yaitu indikator nasional ditambah indikator local
spesifik masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Ada 16
indikator yang dapat digunakan untuk perilaku sehat adalah sebagai berikut:
1. Ibu hamil memeriksakan kehamilan.
2. Ibu melahirkan ditolong tenaga kesehatan.
3. Pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi (KB).
4. Bayi ditimbang.
5. Penduduk sarapan pagi sebelum melaksanakan aktivitas.
6. Bayi diimunisasi lengkap.
7. Penduduk minum air bersih yang dimasak.
8. Penduduk menggunakan jamban sehat.
9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun.
10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.
11. Penduduk tidak menggunakan NAPZA.
12. Penduduk mempunyai askes atau tabungan atau emas atau uang.
13. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
32
14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur
hipertensi.
15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan
Papsmear.
16. Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas
masalah kesehatan yang ada di daerah.
e.4.3 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga
Indikator PHBS tatanan rumah tangga yaitu suatu alat ukur atau suatu
petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau
permasalahan kesehatan rumah tangga. Indikator PHBS tatanan rumah tangga
diarahkan pada aspek program prioritas yaitu: kesehatan ibu dan anak, gizi,
kesehatan lingkungan, gaya hidup dan upaya kesehatan masyarakat. Indikator
lokal Jawa Tengah menggunakan 10 indikator nasional ditambah dengan 6
indikator lokal menurut yaitu :
1. Persalinan dengan tenaga kesehatan.
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi.
3. Penimbangan balita.
4. Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang
seimbang.
5. Memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
6. Menggunakan jamban sehat.
33
7. Membuang sampah pada tempatnya.
8. Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9
meter persegi.
9. Lantai rumah kedap air.
10. Anggota rumah tangga berumur 10 tahuan keatas melakukan
olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari, dilakukan 3-5 kali per
minggu.
11. Anggota keluarga tidak merokok.
12. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar.
13. Menggosok gigi minimal 2 kali sehari.
14. Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba.
15. Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
16. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal
seminggu sekali.
Berdasarkan indikator tersebut dapat ditentukan klasifikasi PHBS yang
ditunjukkan melalui nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS) yaitu:
1. Sehat pratama (warna merah) : indikator rumah tangga yang
memenuhi antara 0-5.
2. Sehat madya (warna kuning) : indikator rumah tangga yang
memenuhi antara 6- 10.
3. Sehat utama (warna hijau) : indikator rumah tangga yang memenuhi
34
antara 11- 15.
4. Sehat paripurna (warna biru) : apabila indikator rumah tangga
mempunyai nilai 16.
F. LANDASAN TEORI
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sosiologis dimana dalam
sosiologi yang menjadi obyek utamanya adalah masyarakat, dengan melihat dari
sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia
dalam masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan paradigma yang berlaku dalam
ilmu sosiologi. Paradigma merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu
pngetahuan karena paradigma merupakan kesatuan konsensus yang terluas.
Secara lebih jelas, George Ritzer merumuskan paradigma sebagai berikut,
“Pandangan dasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
mestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (dicipline).
Selanjutnya Ritzer membagi paradigma menjadi 3 yaitu paradigma fakta
sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial. Sedangkan
paradigma yang dipakai dalam penelitian ini adalah paradigma perilaku sosial.
Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial yaitu :
1) Behaviour Sociology;
2) Teori Exchange.
35
Berkaitan dengan ini, perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat bantaran
sungai adalah bagian dari behavioral sociology.
Paradigma perilaku Sosial memusatkan perhatiannya kepada antar
hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam
obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalannya adalah tingkah laku individu
yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor lingkungan yang
menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang
menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.
Teori ini dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner yang lahir 20
Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Skinner mengadakan
pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Teori ini biasa juga
disebut Teori belajar dalam Ilmu Psikologi. Konsep dasar dari teori ini adalah
penguat / ganjaran (reward). Teori ini lebih menitikberatkan pada tingkah laku
aktor dan lingkungan.
Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia
mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan
atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia
berespon pada situasi yang lebih luas. Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Manusia pada dasaranya tidak mencari keuntungan maksimal, tapi
36
senantiasa ingin mendapatkan keuntungan dari interaksi tersebut. Manusia tidak
bertindak secara rasional sepenuhnya, tapi senantiasa berfikir untung rugi pada
saat berinteraksi walau manusia tidak memiliki info yang cukup untuk
mengembangkan alternatif, tapi dapat menggunakan info yang terbatas tersebut
untuk mengembangkan alternatif guna memperhitungkan untung rugi.
Manusia terbatas, tapi dapat berkompetisi untuk mendapat keuntungan.
Walau manusia senantiasa berusaha mendapat keuntungan dari hasil interaksi,
tapi mereka dibatasi oleh sumber-sumber yang tersedia. Manusia berusaha
memperoleh wujud materi tapi mereka melibatkan dan menghasilkan sesuatu
yang non materi (benci, suka, dll).
Ada 5 bentuk Perilaku Sosial yaitu :
a. Proposisi keberhasilan
Jika tindakannya sering mendapatkan ganjaran, maka semakin sering
dilakukan
b. Proposisi stimulus
Jika stimulus merupakan kondisi dimana seseorang mendapatkan
ganjaran, maka semakin besar kemungkinan untuk mengulangi seperti
pada waktu lalu
c. Proposisi nilai
37
Semakin bermanfaat maka semakin sering kemungkinan tindakan tersebut
diulangi
d. Proposisi kejenuhan kerugian
Semakin sering seseorang mendapatkan ganjaran yang isitimewa, maka
bagian yang lebih mendalam dari ganjaran tersebut mejadi kurang
bermakna bagi orang lain
e. Proposisi persetujuan dan perlawanan
Jika tidak mendapat ganjaran atau hukuman yang tidak diharapkan, ia
akan marah dan semakin besar kemungkinan orang tersebut akan
melakukan perlawanan dan hasil tingkah lakunya makin berharga bagi
dirinya. Jika dapat ganjaran atau lebih, maka akan menunjukan tingkah
laku persetujuan. Dan hasil tingkah lakunya semakin berharga baginya
f.1 Asumsi Dasar
1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner unsur yang terpenting
dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman
(punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan
38
probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman
(punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu
perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks. Skinner membagi penguatan ini
menjadi dua bagian:
1. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah
(permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala
untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau
penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
2. Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif
antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dll).
Berdasarkan Skiner pembentukan perilaku pada masyarakat dibedakan
menjadi 2 respon yaitu:
1. Respondent respons yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan tertentu, perangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli,
39
karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
2. Operant respons adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh
perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli, atau
reirforcer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat perilaku
yang telah dilakukan.
Hal ini didasari pada asumsi-asumsi berikut:
1. Belajar itu adalah tingkah laku.
2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan
adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi
lingkungan.
3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya
dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya
di definisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi
yang di kontrol secara seksama.
4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya
sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya
tingkah laku.
Menurut Skinner, bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu
dan dari luar individu yaitu:
40
1) Faktor dari dalam individu, berupa karakteristik orang yang bersangkutan,
yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin dan sebagainya.
2) Faktor dari luar individu, berupa lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku sehubungan dengan kesehatan menurut Eunike R. Rustiana (2005:75)
antara lain faktor–faktor umum dalam perilaku kesehatan, beberapa faktor umum
yang memepengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu:
1. Keturunan,
2. Belajar dengan operan conditing dengan tipe seperti penguatan,
pemadaman dan hukuman,
3. Belajar dengan meniru,
4. Status emosional seseorang,
5. gejala kesakitan yang dirasakan seseorang,
6. Kognitif.
Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas
mengenai personality traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi
Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik
yang cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu.
41
f.2 Perilaku Kesehatan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3
kelompok:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,
serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).
2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri
(self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain yaitu Becker membuat klasifikasi
lain tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat.
42
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini
mencakup antar lain :
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). menu seimbang di
sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan
tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas
mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima
sempurna.
2. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk
olahraga. dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia,
dan status sesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini,
khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya.
4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras
dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya
lainnya) juga cenderung meningkat.
5. Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan
untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk
43
bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini
dapat juga membahayakan kesehatan.
6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari
tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan
stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari,
maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan,
kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-
kegiatan yang positif.
7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya :
tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri
kita dengan lingkungan, dan sebagainya
Kemampuan berfikir seseorang adalah sebagai penentu dalam menentukan
pilihan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan
dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan kesehatan. Perubahan perilaku kesehatan merupakan tujuan
pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori dari Lawrence Green perilaku
dipengaruhi 4 faktor yaitu:
b. Faktor Pemudah, factor pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar
atau motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan
44
dan nilai yang dimiliki oleh seseorang. Contoh seseorang tidak merokok
karena mereka yakin bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan.
c. Faktor Pemungkin, factor pemicu terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk
didalamnya ketrampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya
dan komitmen masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan.
d. Faktor Penguat, factor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Factor ini terwujud dalam bentuk
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang
merupakan kelompok yang dipercaya oleh masyarakat
e. Faktor Lingkungan, adalah segala factor baik fisik, biologis maupun
social budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi
derajat kesehatan
Dr. M.a. Suleiman dalam jurnalnya yang berjudul “The Influence Of
Environmental Factors On The Adolescent’s” Health menjelaskan tentang :
To understand how people participate in health maintenance,comprehensive information is needed on how people think and act inrelation to health, including details of their beliefs, attitudes, knowledge andawareness of health matters. It has been suggested that the individualstrives to maintain a healthy balance and an equilibrium achievement byreducing health risks and improving healthy resources, including healthpotential. Health is influenced by a variety of external factors based on thecomplex interactions between the individual and his immediate environment.Numerous among these are social, psychological and environmental factors.
45
The social environment role in the adolescents’ capacity to maintain andpromote their health and to prevent diseases.
(Untuk memahami bagaimana orang-orang berpartisipasi dalam
pemeliharaan kesehatan, diperlukan informasi yang komprehensif tentang
bagaimana orang berpikir dan bertindak dalam hubungannya dengan kesehatan,
termasuk rincian dari keyakinan mereka, sikap, pengetahuan dan kesadaran akan
masalah-masalah kesehatan. Telah diusulkan bahwa individu berusaha untuk
menjaga keseimbangan yang sehat dan pencapaian ekuilibrium dengan
mengurangi risiko kesehatan dan meningkatkan sumber daya yang sehat,
termasuk kesehatan potensial. Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor
eksternal yang didasarkan pada interaksi yang kompleks antara individu dan
lingkungan. Banyak di antaranya adalah sosial, psikologis dan faktor lingkungan.
Lingkungan sosial memainkan peran penentu untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan mereka dan untuk mencegah penyakit)
f.3 Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan
penyakit dan sebagainya, dsb. Perilaku ini mencakup:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
46
c. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan
kesehatan).
Berdasarkan teori-teori diatas, maka penelitian ini memfokuskan pada
dampak atas pelaksanaan program perilaku masyarakat yang hidup bersih dan
sehat agar dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perilaku
masyarakat yang diharapkan di kota Surakarta, khususnya masyarakat yang
tinggal di bantaran Sungai Kalianyar adalah perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan
kesehatannya sesuai dengan upaya preventif yang ditekankan pemerintah kota
surakarta tanpa mengabaikan usaha kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan
mengingat masyarakat yang tinggal di Bantaran Sungai identik dengan kumuh
dan mayoritas penduduknya berasal dari masyarakat kalangan bawah dimana
untuk menjangkau layanan kesehatan, sebagian masyarakat masih mengeluh
dengan mahalnya biaya pengobatan saat ini, oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya penyakit dan angka KLB (Kejadian Luar Biasa), masyarakat harus
lebih menekankan kepada usaha preventive atau upaya pencegahan. Perilaku
masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Kalianyar akan dilihat berdasarkan
indikator-indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah
tangga dimana indikator tersebut akan digunakan untuk mengukur derajat
kesehatan untuk tercapainya Visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu Menuju
Solo Sehat 2010.
47
G. PENELITIAN TERDAHULU
Untuk pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan di jelaskan beberapa
penelitian terdahulu tentang perilaku kesehatan. Salah satunya adalah penelitian
tentang Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Dengan Terapan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Desa Dempet
Kabupaten Demak. Penelitian ini dilakukan oleh Siti Nurhamidah pada tahun
2007. Penelitian ini merupakan explanatory survey dan bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan
perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Desa Dempet,
Kabupaten Demak. Hasil dari penelitian ini menggambarkan sebagian besar
responden mempunyai pengetahuan sedang mengenai PHBS, namun dalam
terapan PHBS, responden masih berada ditingkat Sehat pratama (warna merah) :
indikator rumah tangga yang memenuhi antara 0-5. Hasil dari penelitian
menunjukkan 37,7% responden dengan tingkat pengetahuan rendah dengan
terapan PHBS diringkat pratama. Selanjutnya 45,3% responden dengan tingkat
pengetahuan sedang dengan terapan PHBS ditingkat pratama. Responden dengan
tingkat pengetahuan tinggi dengan terapan PHBS ditingkat pratama dalam persen
sebesar 17,0%. Responden dengan tingkat pengetahuan rendah dengan terapan
PHBS ditingkat madya dalam persen sebesar 31,6%. Selanjutnya menunjukkan
52,6% responden dengan tingkat madya. Responden dengan pengetahuan tinggi
dengan terapan PHBS ditingkat madya dalam persen sebesar 15,8%. Analisa dari
48
hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS tatanan rumah tangga di
Desa Dempet, Kabupaten Demak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sedikit ibu
rumah tangga yang mempunyai pengetahuan tinggi namun tidak diterapkan pada
perilaku kesehatan sehari-hari. Pernyataan tersebut didukung dengan indikator
klasifikasi PHBS ditunjukkan melalui nilai indeks potensi keluarga sehat (IPKS)
yaitu sehat pratama dan sehat madya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Imanda Amalia pada tahun 2009
tentang hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan
sehat pada pedagang hidangan istimewa kampong (HIK) di pasar Kliwon dan
Jebres Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik
dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, pendapatan dan
perilaku hidup bersih dan sehat pada pedagang hidangan istimewa kampong
(HIK) di pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini adalah
proporsi PHBS berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pedagang HIK
berpendidikan SLTP/SMA memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang HIK
berpendidikan SD/tak sekolah. Proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan
sangat signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS. Tingkat pendidikan
pedagang HIK sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku
hidup bersih dan sehat. Tingkat pendidikan pedagang HIK yang rendah akan
49
mempengaruhi pedagang HIK dalam memeperoleh dan mencerna informasi untuk
kemudian menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat. Sedangkan tingkat
pendapatan pedagang HIK juga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap
menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Pedagang HIK yang belum dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari juga mengakibatkan pedagang HIK lebih
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup daripada pengobatan penyakit dan
pencegahan penyakit berupa PHBS baik dirumah maupun ditempat kerja.
Dalam usaha untuk mencapai Solo Sehat 2010, maka perlu juga dilihat
penelitian Takehito Takano dan Keiko Nakamura dalam jurnalnya yang berjudul
“Participatory research to enhance vision sharing for Healthy Town initiatives in
Japan”. Jurnal tersebut menjelaskan tentang :
This is of participatory research project conducted by the Tokyo Citizen’sCouncil for Health Promotions to enchance vision sharing, there by aidingthe implementation of healthy town initiative. The Citizen’s Cuoncilconducted a survey to elucidate citizen interest and expectations regardinghealthy town. The project had three stage: (i) a survey; (ii) dissemination ofthe result; and (iii) evaluation of the impact of the survey’s finding. Thesurvey was conducted among ordinary citizen’s council. Responses from476 ordinary citizen, 400 community group members, 316 health promotionpracticioner and 387 members of the citizen’s council were received andanalyzed. Major criteria that respondent required of a healthy town were :adequate sports facilites and walking/jogging trails (44,5%); easy accessfor senior citizens, small children and people with disabilities (42,2%); andparks, clean rivers and natural features (33,1%). Prioritized criteria givenby specific respondent garoup were (i) a town with little crime and fewtraffict accident (ordinary citizen :37,2%) and (ii) a town were people helpaech other (health promotion practicioners :36,7%; members of the citizencouncil: 31,5%). Factor analysis revealed that the following threedimensions : (i) helath conducine physical living environment ; (ii) social
50
network and mutual help; and (iii) social discipline/rules and good access toservices. The research result were disseminated to the general public,community groups and members of the Citizen’s Council. The resultsubstantiated citizen views, which were then incorporated into plantstoward realizing Healthy Town initiative. This research effort generated avision of the creation of healthy town by the participation of citizen in amegacity.
(Penelitian ini merupakan penelitian partisipatif yang dilakukan oleh
Dewan Warga Negara Tokyo untuk mempromosikan kesehatan dalam rangka
meningkatkan berbagi visi untuk membantu pelaksanaan inisiatif Kota Sehat.
Dewan Warga Negara melakukan survei untuk menjelaskan kepentingan dan
harapan warga mengenai Kota Sehat. Proyek ini memiliki tiga tahap: (i) survei;
(ii) penyebaran hasil; dan (iii) evaluasi dampak dari temuan survei. Survey
dilakukan antara warga negara biasa, anggota kelompok masyarakat, kelompok
promosi kesehatan dan anggota Dewan Warga Negara. Tanggapan dari 476 warga
negara biasa, 400 anggota kelompok masyarakat, 316 kelompok promosi
kesehatan dan 387 anggota Dewan Warga Negara diterima dan dianalisis. Kriteria
yang dituntut untuk mencapai Kota Sehat 2010 adalah sebagai berikut: fasilitas
olah raga yang memadai dan aktifitas jogging (44,5%); kemudahan akses bagi
warga negara senior, anak-anak kecil dan para penderita cacat (42,2%),
membersihkan sungai dan fitur alam lainnya (33.1%). Kriteria prioritas yang
diberikan oleh kelompok-kelompok responden tertentu adalah : (i) kota dengan
beberapa sedikit kejahatan dan kecelakaan lalu lintas (warga negara biasa: 37,2%)
51
dan (ii) sebuah kota di mana orang membantu satu sama lain (kelompok promosi
kesehatan : 36.7%; anggota Dewan: 31,5%). Analisis faktor menunjukkan bahwa
struktur pandangan mengenai kriteria warga negara untuk menuju Kota Sehat
memiliki tiga dimensi berikut: (i) kesehatan fisik lingkungan hidup yang
kondusif, (ii) jaringan sosial dan saling membantu, dan (iii) masyarakat disiplin
terhadap peraturan dan akses yang baik ke layanan. Hasil-hasil penelitian
disebarluaskan kepada masyarakat umum, kelompok masyarakat dan anggota
Dewan Warga Negara. Hasil tinjauan didukung oleh warga, yang kemudian
dimasukkan ke dalam rencana menuju inisiatif mewujudkan Kota Sehat. Upaya
penelitian ini menghasilkan visi penciptaan Kota Sehat oleh partisipasi warga
dalam kota besar).
Berdasarkan penjelasan mengenai penelitian tentang perilaku kesehatan
yang terdahulu, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian kali ini berbeda
dengan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini lebih memfokuskan pada
Evaluasi Impementasi Program Pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran kalianyar sesuai dengan indikator
PHBS pada tatanan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan Visi yang dicetuskan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta
yaitu “Menuju Solo Sehat 2010”.
52
H. DEFINISI KONSEPTUAL
1. Perilaku
Menurut ensiklopedi Amerika bahwa perilaku diartikan sebagai
suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti
bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian
suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi perilaku tertentu
2. Perilaku Sehat
Adalah pengetahuan, sikap dan tidakan proaktif untuk memelihara
dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat
(Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2002 : 3)).
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan
mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat. (Departemen
Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2002 : 4).
4. Tatanan Rumah Tangga
Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak
dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan
kehidupan sehari-hari.
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga
53
PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya pemberdayaan dan
peningkatan kemampuan untuk berperilaku bersih dan sehat.
I. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Bantaran Kalianyar, Kampung Sabrang
Lor RT 05 RW 08, Kelurahan Mojosongo. Alasannya pemilihan lokasi tersebut
adalah :
1. Lokasi merupakan salah satu tempat atau daerah di wilayah
Surakarta dimana program PHBS itu dilakukan.
2. Lokasi tersebut adalah tempat berkumpulnya warga dari
kalangan menengah ke bawah yang mayoritas penduduknya
kurang dapat menjangkau layanan kesehatan, sehingga untuk
meminimalisir terjadinya penyakit, warganya harus dapat
membiasakan hidup bersih dan sehat sebagai upaya dan
preventif dalam rangka menuju Solo Sehat 2010.
3. Bantaran Sungai identik dengan kekumuhan, jadi perlu dikaji
bagaimana perilaku masyarakat sekitarnya untuk menjaga
kesehatan keluarga maupun lingkungannya.
54
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, dimana
penelitian ini menggunakan metode evaluasi kualitatif yaitu penelitian
terhadap program yang sudah atau sedang berjalan dimana bertujuan untuk
mengukur akibat dan dampak dari suatu program sebagai landasan bagi
penyusunan kebijaksanaan dan rancangan program yang akan datang. Proses
evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal
berjalannya suatu program. (Michael Quinn Patton, 2006: 30).
Penelitian ini merupakan evaluasi implementasi suatu program yaitu
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana pelaksanaan program PHBS tersebut.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan indikator-indikator untuk
mengetahui seberapa tingkat keberhasilan program yang penulis evaluasi.
Sebuah indikator merupakan sebuah petunjuk atau tanda. Indikator-indikator
menunjukkan kemajuan yang telah dicapai dan membantu dalam mengukur
perubahan. Indikator-indikator yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Availabilitas : indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu ada dan
tersedia
2. Relevansi : indikator yang menunjukkan seberapa jauh sesuatu hal dapat
55
dikatakan relevan atau tepat
3. Accesabilitas ; indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu benar-
benar dapat terjangkau oleh mereka yang memerlukan
4. Kebergunaan : indikator yang menunjukkan sejauh mana sesuatu yang
telah disediakan dipakai untuk tujuan semula
5. Ketercakupan : indikator yang menunjukkan apakah proporsi mereka yang
memerlukan sesuatu itu dapat menerimanya
6. Kualitas : indikator yang menunjukkan kualitas atau standar tertentu
7. Usaha : indikator yang menunjukkan apa dan berapa banyak yang
diinvestasikan untuk mencapai sasaran
8. Efisiensi : indikator yang menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas
telah dimanfaatkan dengan cara yang terbaik
9. Hasil : merupakan hasil akhir dari pelaksanaan program.
C. Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang
memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu dan populasi survei adalah
kumpulan unsur-unsur yang dipilih secara nyata dari sampel survei.
Berkaitan dengan penelitian ini maka yang menjadi populasinya adalah
56
warga masyarakat yang tinggal disekitar Bantaran Kalianyar.
2. Sampling
Besarnya sampel tidak ditentukan berdasarkan ketentuan mutlak,
tetapi disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Jumlah sampel tidak harus
mewakili populasi, dimana peneliti menggunakan pertimbangan
berdasarkan konsep teoritis serta karakteristik empiris.
3. Teknik pengambilan sampel
Dalam penelitian ini bersifat purpossive sampling, yaitu
pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.
Pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini mewakili karakteristik dari masyarakat yaitu dari tingkat
pendidikan dan pekerjaan serta penghasilan.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data ini diperoleh dari wawancara kepada warga yang tinggal
disekitar Bantaran Kalianyar tentang pola Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga
2. Data Sekunder
Diperoleh melalui buku kesehatan maupun data Program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Posyandu setempat, Buku
57
Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat, Dinas
Kesehatan Kota Surakarta (DKK), Badan Pemberdayaan Masyarakat
(BAPERMAS) kota Surakarta maupun literatur lainnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan kualitatif terhadap sumber data
yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah :
1. Wawancara
Teknik wawancara ini dilakukan dengan struktur yang tidak ketat atau
informal guna menanyakan pendapat informan dan responden tentang
kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka menuju
Solo Sehat 2010.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan perorangan atau
per keluarga/tatanan rumah tangga selaku sumber informasi kunci, melalui
serangkaian tanya jawab yang bersifat terbuka dan mendalam. Dalam
wawancara ini :
Pewawancara adalah seseorang yang menggali informasi
secara mendalam sesuai dengan tujuannya
Sumber informasi kunci adalah warga yang dipandang
memenuhi kriteria batasan masalah peneliti
Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam
58
2. Pedoman wawancara (Interview Guide)
Teknik pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan
yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara sistematis sehingga dapat
berfungsi sebagai pedoman wawancara. Interview guide dalam penelitian
ini bersifat fleksibel artinya pertanyaan yang diajukan kepada informan
akan berkembang dan tidak hanya terpancang pada daftar pertanyaan,
karena sifat dari penelitian kualitatif yaitu semakin banyak informasi yang
diperoleh maka akan semakin valid data yang diperoleh dalam penelitian
ini.
3. Observasi Langsung
Yaitu merupakan pengamatan perilaku yang relefan dengan kondisi
lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian (HB Sutopo, 1998). Menurut
Koentjoroningrat observasi merupakan pengamatan langsung terhadap
obyek penelitian. Teknik ini biasanya diartikan sebagai pengamatan dari
system fenomena yang diselidiki, dimana observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan observasi langsung yaitu suatu cara pengumpulan data
yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatan gejala-gejala yang
tampak pada obyek penelitian, pelaksanaannya langsung dimana suatu
peristiwa terjadi. Adapun sistem yang dilakukan pada observasi langsung
adalah Non Participation Obervation dimana kedudukan peneliti hanya
sebagai pengamat bukan anggota penuh dari obyek yang diteliti.
59
Kegiatan observasi dalam penelitian ini meliputi observasi terhadap
kegiatan sehari-hari warga Bantaran Kalianyar yang sesuai dengan
indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah
Tangga.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat diketemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti disampaikan oleh data. Sesuai dengan judul penelitian, maka
pnelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif yang terdiri
dari tiga komponen analisis, yaitu : reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan. Reduksi
data dilakukan selama proses penelitian ini berlangsung yang dimulai
sebelum pengumpulan data dilakukan. Data reduksi dimulai sejak peneliti
mengambil keputusan dalam memilih kasus, pertanyaan yang akan
diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan kegiatan merakit informasi atau
mengorganisasikan data serta menyajikan dalam bentuk tabel berupa data
60
statistik sederhana dan selanjunya diinterpretasikan serta evaluasi dalam
bentuk cerita agar dapat diambil suatu kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan dari keseluruhan data yang diperoleh dari
hasil melakukan penelitian terhadap objek penelitian.
G. Validitas Data
Validitas data yang dimaksudkan adalah sebagai pembuktian
bahwa data yang diperileh peneliti sesuai dengan apa yang terjadi di
lapangan. Untuk menguji data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan
teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data atau sebagai
pembanding terhadap data. Teknik triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi sumber, dimana data tidak hanya diambil dari satu sumber saja
tetapi dari beberapa sumber.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan: (1) Membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. (2) Membandingkan
apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan
secara pribadi. (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. (4)
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
61
pendapat dan pandangan orang. (5) Membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini yang
digunakan untuk mengecek keabsahan data adalah dengan cara
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen, yaitu data
PHBS Kota Surakarta maupun data PHBS di Posyandu setempat.
62
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH
A. Gambaran Umum
1. Kota Surakarta
Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo”
secara umum memang dataran rendah dan berada diantara pertemuan
Sungai Pepe, Sungar Anyar, Sungai Jenes yang kesemuanya bermuara
di Sungai Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian kurang lebih
92 meter di atas permukaan air laut dan terletak antara 110°45’15”-
110°45’35” Bujur Timur, 70°36’00”-70°56’00” Lintang Selatan. Kota
Surakarta terletak di Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah bagian
selatan dan merupakan daerah perhubungan antara propinsi Jawa
Tengah – Jawa Timur dan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan keadaan mobilitas masyarakat yang tinggi.
Berbicara tentang letak daerah Surakarta, sebenarnya kota
ini sangat strategis. Hal ini dikarenakan kota Surakarta sendiri
merupakan jalur utama transportasi ke beberapa kota besar di Pulau
Jawa. Kota – kota tersebut antara lain adalah Semarang, Yogyakarta
63
dan Surabaya. Karena kota Surakarta yang strategis maka
perkembangan kota ini memicu kegiatan ekonomi di berbagai sudut
kota kecil disekitar wilayahnya antara lain Boyolali, Klaten, Sragen,
Sukoharjo, Karanganyar dan Wonogiri. Kotamadya Surakarta dibatasi
oleh :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo
dan Kabupaten Karangnanyar
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo
dan Kabupaten Karanganyar
Dengan 51 Kelurahan, 595 RW dan 2.669 RT yang bergabung
dalam 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Banjarsari 33% dari luas
wilayah secara keseluruhan, Kecamatan Jebres 29%, Kecamatan
Laweyan 20%, Kecamatan Pasar Kliwon 11% dan Kecamatan
Serengan 7%. Kelima Kecamatan dan 51 Kelurahan tersebut adalah :
a. Kecamatan Laweyan : Pajang, Laweyan, Bumi, Panularan,
Penumping, Sriwedari, Purwosari, Sondakan, Kerten, Jajar
dan Karangasem.
64
b. Kecamatan Serengan : Danukusuman, Serengan, Tipes,
Kratonan, Jayengan dan Kemlayan
c. Kecamatan Pasar Kliwon : Joyontakan, Semanggi, Pasar
Kliwon, Gajahan, Baluwarti, Kampung Baru, KedungLumbu,
Sangkrah, dan Kauman.
d. Kecamatan Jebres : Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan,
Sudiroprajan, Gandekan, Kampung Sewu, Pucang Sawit,
Jagalan, Purwodiningratan, Tegalharjo, Jebres, Mojosongo.
e. Kecamatan Banjarsari : Kadipiro, Nusukan, Gilingan,
Stabelan, Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan,
Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber dan
Banyuanyar.
Untuk lebih jelasnya perhatikan table dibawah ini :
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kota Surakarta
No Kecamatan Luas Wilayah (km2)
1 Laweyan 8,64
2 Serengan 3,19
3 Pasar Kliwon 4,82
4 Jebres 12,58
5 Banjarsari 14,81
TOTAL 44,04
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta
65
Data kependudukan menurut catatan Surakarta dalam angka tahun
2007 adalah ; berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007
penduduk kota Surakarta mencapai 515.372 jiwa, dengan kepadatan
penduduk rata-rata 12.827 jiwa/km2. dari luasan wilayah kota Surakarta
yang hanya 44,04 km2 menunjukkan bahwa kota ini merupakan kota yang
padat penduduk.
Untuk dibidang kesehatan, kota Surakarta nampaknya sudah
mengalami peningkatan. Derajad kesehatan penduduk merupakan salah
satu indikator kualitas SDM. Indikator utama derajad kesehatan penduduk
adalah angka harapan hidup, angka kematian bayi lahir (AKB) dan angka
kematian ibu melahirkan (AKI). Angka rata-rata harapan hidup 65 tahun
bagi pria dan 67 tahun bagi wanita. Angka kematian bayi lahir (AKB) 5,42
per seribu kelahiran dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) 0,43 per
seribu kelahiran. Selain itu status gizi baik telah mencapai 91,8 %.
Meningkatnya angka harapan hidup serta rendahnya AKB dan AKI
tersebut mencerminkan keberhasilan program kesehatan dan gizi daerah.
Kondisi ini sangat kondusif bagi kelangsungan pembangunan pada era
otonomi daerah.
2. Kecamatan Jebres
Secara umum, Kecamatan Jebres berada di pinggiran Kota
Surakarta tepatnya di daerah paling timur. Kecamatan ini mempunyai
66
luas wilayah 29% dari total keseluruhan luas wilayah kota surakarta.
Kecamatan Jebres ini berjarak sekitar 5 Km dari pusat Kota Surakarta.
Salah satu kelurahan di kecamatan Jebres adalah Kelurahan
Mojosongo, dan di kelurahan inilah penelitian ini dilakukan.
3. Profil Kelurahan Mojosongo
a. Kondisi Geografis
i. Letak Daerah Kelurahan Mojosongo
Kelurahan Mojosongo berada di ketinggian 80-130
dpl (diatas permukaan air laut) dengan letak geografis 100
BT-111 BT. Kelurahan ini beriklim tropis dengan
temperature kurang lebih 26,8° C. karena kelurahan
Mojosongo merupakan daerah perkotaan, maka lahan
pertaniannya tidak ada. Kelurahan ini merupakan daerah
jasa dan perdagangan serta membudayakan peran dan
fungsi hukum.
ii. Batas Daerah Kelurahan Mojosongo
Kelurahan Mojosongo merupakan salah satu
kelurahan yang berada di Kecamatan Jebres. Dengan batas-
batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Plesungan Kecamatan
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar
67
Sebelah Timur : Kelurahan Plesungan Kecamatan
Gondangrejo, Kabeupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kelurahan Jebres dan Kelurahan
Tegalharjo
Sebelah Barat : Kelurahan Nusukan dan Kelurahan
Kadipiro
b. Kondisi Demografis
i. Jumlah Penduduk
Di Kelurahan Mojosongo terdapat sebanyak 11.145
kepala keluarga dengan jumlah penduduk secara
keseluruhan sebanyak 45.080 jiwa. Jumlah penduduk laki-
laki sebanyak 22.447 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 22.633 jiwa. Dapat dilihat bahwa antara jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan selisihnya hanya sedikit,
yaitu hanya sebesar 186 jiwa. Bisa dikatakan jumlah
penduduk antara laki-laki dan perempuan di Kelurahan
Mojosongo hampir seimbang.
ii. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk di Kelurahan Mojosongo
terdiri dari kelompok menurut umur dan jenis kelamin,
mata pencaharian, banyaknya pemeluk agama, dan
68
berdasarkan tingkat pendidikan.
Dalam tabel komposisi penduduk berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin, disitu terlihat bahwa
jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan selisihnya
hanya sedikit yaitu sebanyak 186 orang. Bisa dikatakan
antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir
seimbang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel-tabel
dibawah ini :
Tabel 2.2
Penduduk Dalam Kelompok umur dan Jenis Kelamin
Kel. Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-4 4,938 5,010 9,948
5-9 2,049 2,191 4,240
10-14 1,860 1,917 3,777
15-19 1,901 2,010 3,911
20-24 1,815 2,165 3,980
25-29 2,417 2,392 4,809
30-39 2,566 2,549 5,115
40-49 1,818 1,945 3763
50-59 1,711 1,539 3,250
60- 1,372 915 2,287
Jumlah 22,447 22,633 45,080
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
69
Mata pencaharian merupakan faktor penentu tingkat
kemakmuran masyarakat karena dari mata pencaharian itulah,
seseorang mendapatkan pengahasilan untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Besar kecilnya pendapatan seseorang juga akan
mempengaruhi seseorang untuk dapat menjangkau berbagai layanan
yang ada, termasuk layanan kesehatan seperti puskesmas maupun
rumah sakit yang ada di daerah tersebut. Komposisi penduduk
kelurahan Mojosongo menurut mata pencaharian dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 2.3
Mata Pencaharian
(bagi umur 10 tahun keatas)
No Pekerjaan Jumlah
1 Petani Sendiri 84
2 Buruh Tani 0
3 Nelayan 0
4 Pengusaha 351
5 Buruh Industri 4,889
6 Buruh Bangunan 7,499
7 Pedagang 677
8 Pengangkutan 357
9 PNS/ABRI 4,497
10 Pensiunan 1,072
11 Lain-lain 11,430
Jumlah 30,856
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
70
Pendidikan merupakan indikator kualitas sumber daya
manusia suatu daerah, kemungkinan juga akan mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bermasyarakat termasuk dalam perilaku
kesehatan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat. Komposisi penduduk kelurahan Mojosongo
menurut tingkat pendidikan dapat dilihat dalah tabel dibawah ini :
Tabel 2.5
Penduduk Menurut Pendidikan
(bagi umur 5 tahun keatas)
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tamat akd/PT 2,512
2 Tamat SLTA 4,746
3 Tamat SLTP 5,720
4 Tamat SD 5,345
5 Tidak Tamat SD 5954
6 Belum Tamat SD 4,872
7 Tidak Sekolah 5,937
Jumlah 35,086
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
c. Sarana Prasarana
Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka
diberbagai daerah didirikan lembaga pendidikan baik formal maupun
non formal.
71
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan
oleh sekolah negeri maupun swasta secara teratur, bertingkat dan
mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Sedangkan pendidikan
non formal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh badan-badan
maupun swasta secara teratur dalam waktu yang relative singkat yang
lebih menekankan kepada kecakapan dan ketrampilan tertentu, tetapi
tidak mengikuti peraturan-peraturan ketat seperti pendidikan formal.
Sarana pendidikan di kelurahan Mojosongo dapat dilihat dalam table
dibawah ini :
Tabel 2.6
Sarana Pendidikan
No Tingkatan Jumlah
1 TK 22
2 SD 17
3 SLTP Umum 1
4 SLTP Kejuruan -
5 SLTA Umum 1
6 SLTA Kejuruan 1
7 Akdm/PT 1
8 Kursus-kursus 2
9 Madrasah -
Jumlah 45
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
72
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan
salah satu factor yang menentukan kualitas sumber daya manusia
untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh
karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya.
Untuk menunjang itu semua maka pemerintah menyediakan sarana
kesehatan disetiap daerah agar dapat di akses oleh seluruh masyarakat.
Sarana kesehatan dikelurahan Mojosongo dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini :
Tabel 2.7
Sarana Kesehatan
N0 Sarana Jumlah
1 Rumah Sakit 1
2 RS Bersalin 1
3 BKIA/Pos Kesehatan/Klinik 1
4 Puskesmas 3
5 Dokter 23
6 Perawat 35
7 Bidan 14
8 Dukun Bayi 1
9 Jamban 157
10 Posyandu Balita 43
11 Posyandu Lansia 22
Jumlah 304
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
73
B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan Kota Surakarta
1. Visi Promosi Kesehatan
Visi Promosi kesehatan sesuai Keputusan Menteri RI No
1193/Menkes/SK/X/2004 adalah “Perilaku Hidup Bersih dan
Sehatn 2010” atau “PHBS 2010”. Yang dimaksud dengan PHBS
2010 adalah keadaan dimana individu dalam rumahtangga
(keluarga) masyarakat indonesia telah melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat dalam rangka :
a. mencegah timbulnya penyakit dan masalah kesehatan lainnya’
b. menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan lainnya, dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan
c. memanfaatkan pelayanan kesehatan
d. mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat.
2. Misi Promosi Kesehatan
a. Memberdayakan individu, keluarga dan kelompok dalam
masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga
maupun melalui pengorganisasian masyarakat
74
b. Membina suasana maupun lingkungan yang kondusif bagi
terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
c. Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam
rangka :
- mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan
perudangan yang berwawasan kesehatan
- mengintegrasikan promosi kesehatan khususnya
pemberdayaan masyarakat dalam program kesehatan
- meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat
dan daerah, serta antara pemerintah dan masyarakat
(termasuk LSM) dan dunia usaha
- meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan
pada khsusunya dan bidang kesehatan pada umumnya
3. Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan
a. Individu dan Keluarga
1. Memperoleh informasi kesehatan dari berbagai saluran,
baik secara langsung maupun melalui media massa
2. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
3. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, menuju
75
keluarga atau rumahtangga sehat
4. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader
kesehatan bagi keluarga
5. Berperan aktif dalam upaya /kegiatan kesehatan
b. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat
kerja dan tempat umum
1. masing-masing tatanan mengembangkan kader kesehatan
2. mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya
kawasan sehatn
c. Organisasi masyarakat/Organisasi profesi/LSM dan
media massa
1. menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat
masyarakat
2. bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat
3. menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung
perubahan perilaku sehat
d. Program/petugas kesehatan
1. melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan
kegiatan kesehatan
2. mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat
dimasyarakat, khususnya melalui pemberdayaan individu,
76
keluarga, atau kelompok yang menjadi klien
3. meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan
pelayanan kesehatan yang memberikan kepuasan pada
masyarakat
e. Lembaga pemerintah/politisi/swasta
1. peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam
mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat
2. membuat kebijakan dan peraturan perundangan dengan
memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan
C. Pengertian dan Sasaran
1. Beberapa Pengertian
a. Promosi Kesehatan
Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan
kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
77
kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan
pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar
mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah
tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan
c. Rumah tangga
Adalah wahana atau wadah dimana keluarga yang terdiri dari
bapak, ibu dan anak-anaknya melaksanakan kehidupan sehari-
hari
d. PHBS Tatanan Rumahtangga
Suatu upaya yang dilaksanakan untuk memberdayakan anggota
rumahtangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah
resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berperan aktif dalam gerakan masyarakat
2. Sasaran Intervensi Tatanan Rumah Tangga
Sasaran pelaksanaan program PHBS adalah seluruh warga
masyarakat di kota Surakarta diberbagai tatanan. Sedangkan untuk
78
tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yang secara
keseluruhan terbagi dalam :
1. sasaran primer : adalah sasaran utama dalam rumah tangga
yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang
bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah)
2. sasaran sekunder : adalah sasaran yang dapat mempengaruhi
individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya kepala
keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama,
tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
3. Sasaran tersier : sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembant dalam menunjang atau mendukung pendanaan,
kebijakan dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan kegiatan
PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas,
guru dan tokoh masyarakat
D. Kondisi Bantaran Kalianyar
Saat ini Indonesia hidup dalam segitiga krisis dalam konsep
lingkungan, yaitu kelebihan penduduk, pengurasan sumber daya alam dan
pencemaran lingkungan. Ketiga sudut segitiga krisis itu akan saling
mempengaruhi. Dalam hal kehidupannya, manusia membutuhkan
sandang, pangan dan papan sebagai kebutuhan primer. Namun karena
79
kebutuhan papan yang meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi
penduduk, maka bantaran sungaipun tak luput adari serbuan orang untuk
membuat rumah, termasuk di bantaran Kalianyar. Sebenarnya daerah
bantaran sungai merupakan kawasan green belt, namun kondisi ini tidak
terpikirkan oleh masyarakat mengingat keterbatasan lahan dan kebutuhan
akan papan yang murah. Sungai adalah salah satu dari dua tempat yang
menjadi pusat peradaban manusia selain pantai (wilayah perairan laut).
Pilihan manusia untuk bermukim di wilayah sungai tak terlepas dari air
sebagai kebutuhan hidup manusia. Wilayah yang subur di sekitar sungai
juga memungkinkan manusia untuk memulai kehidupannya dari dasar,
bisa melalui bertani atau berlayar.
Akibat meningkatnya penduduk yang tinggal di sekitar bantaran
Kalianyar menyebabkan pencemaran sungai tersebut juga meningkat,
khususnya pencemaran limbah rumah tangga. Hampir semua kota yang
dilalui sungai dan tidak ada industrinya maka pencemaran sungainya
berasal dari limbah rumah tangga. Disisi lain faktor krisis ekonomi ikut
berpengaruh terhadap kualitas lingkungan dan sumber daya manusianya.
Karena krisis ekonomi menurunkan kemampuan daya beli penduduk,
sehingga ikut memperbesar kekumuhan suatu kawasan. Dengan
meningkatnya penduduk, secara otomatis meningkat juga lahan di
bantaran yang digunakan untuk membangun rumah. Hal tersebut akan
80
mempengaruhi kekuatan lahan/tanah di bantaran Kalianyar. Akan tetapi
pemerintah Kota Surakarta mengantisipasi kekuatan lahan atau tanah
Bantaran Kalianyar dengan cara membangun talut terutama di depan
Terminal Tirtonadi dan di dekat Taman Sekartaji. Pengerjaan talut atau
beton penahan ini, merupakan bentuk kerjasama antara Departemen
Pekerjaan Umum Surakarta dengan Pemerintah kota Surakarta, sebagai
langkah untuk membangun kota Solo agar terhindar dari bencana tanah
longsor dan banjir, terutama wilayah yang dialiri kali Anyar seperti daerah
Mojosongo. Namun rencananya saat ini, pengerjaan talut tersebut akan
diperlebar sampai dengan wilayah Pedaringan.
Selain itu kondisi krisis yang berkepanjangan membuat alokasi
dana untuk kesehatan menjadi tidak memadai. Alokasi dana/anggaran
rumah tangga sebagian besar kini lebih banyak dialokasikan kepada
kebutuhan pangan, apapun wujudnya, soal gizi dan kesehatan nomor
sekian. Begitupun dengan penduduk dibantaran Kalianyar, khususnya
ditempat dimana penelitian ini akan dilakukan. Banyak warga yang berada
dibawah garis kemiskinan dengan bangunan rumah yang kurang memadai
dan lingkungan yang kumuh. Akibatnya kesehatan seolah-olah menjadi
barang mahal yang sulit diraih, kesehatan belum merupakan kebutuhan
vital. Urusan kesehatan baru diperhatikan jika mulai muncul gejala yang
sudah akut. Dalam hal ini, dari tinjauan tersebut serta dengan melihat
81
kondisi yang ada di bantaran kali, nampaknya penduduk di sekitarnya
Kalianyar dapat dibagi dalam dua golongan. Golongan pertama adalah
mereka yang menyadari keberadaan sungai, fungsi sungai dan fungsi
sanitasi lingkungan. Golongan kedua adalah mereka yang acuh tak acuh
atau tak mau tahu dengan kondisi sungai dan lingkungannya.
Daerah yang diteliti oleh peneliti merupakan daerah yang berada
Kelurahan Mojosongo. Kelurahan Mojosongo merupakan kelurahan yang
paling luas wilayahnya dan dialiri 2 sungai besar yaitu Kalianyar dan
Sungai Kedungjumbleng. Kalianyar merupakan sungai yang melintasi
kawasan pinngiran kelurahan tersebut. Salah satu daerah yang akan diteliti
merupakan bagian dari kelurahan Mojosongo tersebut yaitu di bantaran
Kalianyar tepatnya di kampong Sabrang Lor RT 05 RW 08. Daerah
tersebut sebagian wilayahnya berada di bantaran Kalianyar. Akan tetapi
pembangunan talut oleh pemerintah kota Surakarta belum mencapai
daerah tersebut sehingga daerah tersebut masih terlihat kumuh dan
lahan/tanah yang ditempati warga belum terlalu kuat, jadi sewaktu-waktu
bencana tanah longsor dapat terjadi. Selain itu masih bayak terlihat
aktifitas warga disekitar bantaran Kalianyar, misalnya mandi di sungai
tersebut masih dilakukan beberapa warga, karena kebiasaan mandi di
sungai itu memang mudah, tinggal menceburkan diri karena airnya sangat
82
berlimpah. Namun mandi di sungai tentu mempunyai resiko negatif karena
banyak sungai yang sudah terkontaminasi beragam limbah rumah tangga
seperti sampah, tinja dan bahan beracun dan berbahaya lainnya. Selain hal
tersebut, masyarakat yang tinggal dibantaran Kalianyar biasanya terlihat
membuang sampah di belakang rumah mereka, tepatnya di Kalinyar. Juga
kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai selama berpuluh puluh
tahun itu bukan tidak menimbulkan persoalan. Air sungai menjadi kotor
dan rawan terjadi penyumbatan saluran yang beresiko terjadinya banjir.
Pemandangan tersebut tak urung menjadi masalah bagi kebersihan air
yang notabene mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Namun masih
banyak warga yang berpendapat bahwa mereka sudah bertahun tahun
membuang sampah ke sungai, tapi tidak terjadi masalah apa-apa. Padahal
kalau ditilik lebih jauh lagi, buangan sampah sembarangan ini selanjutnya
menutupi saluran air rumah tangga maupun kali atau sungai sehingga
ketika hujan turun, banjirpun datang. Perilaku buruk ini menjadi lebih
dahsyat lagi dengan terbatasnya areal pembuangan sampah sehingga
saluran air kemudian dijadikan tempat pembuangan akhir sampah rumah
tangga atau industri.
83
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini merupakan pemaparan hasil dan analisis data dari penelitian di
Bantaran Kalianyar tentang dampak dari pelaksanaan Program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) serta evaluasi implementasi dari program tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode evaluasi kualitatif terhadap
program yang sudah atau sedang berjalan dimana bertujuan untuk mengevaluasi
sejauh mana implementasi sebuah program sebagai landasan bagi penyusunan
kebijaksanaan dan rancangan program yang akan datang. Sampel dari penelitian
ini berjumlah 10 informan dari warga Bantaran Kalianyar. Penelitian evaluasi ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program tersebut, sehingga
nantinya akan dapat diketahui apakah masyarakat bantaran Kalianyar tersebut
telah mampu menerapkan perilaku sehat untuk mencapai Solo Sehat 2010 atau
belum.
A. Identitas Informan
Dari pengungkapan identitas informan memperlihatkan ciri-ciri mereka
seperti umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Tingkat pendidikan
seseorang tentunya akan mempengaruhi perilaku kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari karena berhubungan langsung dengan pengetahuan dan pengalaman
seseorang tentang kesehatan itu sendiri. Sedangkan jenis pekerjaan akan
84
mempengaruhi pula pada tingkat pengahasilan seseorang, dimana tingkat
ekonomi penting bagi seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan
khususnya. Pengungkapan tersebut diharapkan dapat memperlihatkan gambaran
umum dari para informan serta dapat digunakan untuk menjelaskan bagian analisa
selanjutnya.
1. Umur
Disini dari 10 informan yang diteliti terdapat 4 informan yang
berumur antara 30-40 tahun, 5 informan berumur antara 40-50 tahun
dan I informan yang berumur 63 tahun.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap pola
perilaku dalam kehidupan sehari-hari, khususnya perilaku
kesehatan. Dari 10 informan, terdapat 2 informan yang telah
mendapatkan gelar sarjana, 6 informan tamatan SLTA, dan 2
informan tamatan sekolah dasar.
3. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang juga memperngaruhi tingkat penghasilan,
dimana tingkat penghasilan seseorang akan berpengaruh terhadap
mampu tidaknya seseorang untuk menjangkau layanan kesehatan.
Dari 10 informan terdapat 3 informan bekerja sebagai PNS, 4
informan wiraswasta, dan 3 informan sebagai ibu rumah tangga.
85
Dari keterangan diatas, dari 10 informan yang ada, secara umum
kesepuluh informan lainnya merupakan masyarakat yang tinggal di bantaran
Kalianyar. Dengan 5 informan yang memiliki tempat tinggal tepat di bantaran
kalianyar atau diatas sungai dan 5 informan lagi bertempat tinggal di seberang
bantaran sungai tersebut. Dengan penjelasan tersebut, nantinya akan dapat dilihat
sedikit perbedaan perilaku masyarakatnya dari masing-masing indikator tatanan
rumah tangga. Adanya perbedaan tersebut dapat dikarenakan oleh pengetahuan,
lokasi (jauh dekatnya dengan sungai) maupun motivasi dari setiap informan atau
rumah tangga.
B. Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada Tatanan Rumahtangga
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini merupakan upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan
pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam
tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan. PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau
dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.
86
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), di tiap
tatanan, diperlukan pengelolaan manajemen pelaksanaan program PHBS melalui
tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan
pemantauan dan penilaian. Selanjutnya kembali lagi ke proses semula. Untuk
lebih jelasnya digambarkan dalam bagan berikut ini:
Diagram 3.1
Pengelolaan Manajemen Program PHBS
Pengkajian
PemantauanPenilaian
Perencanaan
PenggerakanPelaksanaan
Pengkajian
PROMOSIKESEHATAN
PENYULUHANKESEHATAN
- KEBIJAKAN- PERATURAN- ORGANISASI
FAKTORPEMUNGKINAN
FAKTORPEMUDAHAN
FAKTORPENGUAT
FAKTORPERILAKUDAN GAYAHIDUP
FAKTORLINGKUNGAN
DERAJATKESEHATAN
KUALITASHIDUP
Penindaklanjutan
87
1. Petunjuk Pelaksanaan Program PHBS
Penggerakan pelaksanaan adalah upaya yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Dalam melaksanakan kegiatan sebaiknya
memanfaatkan system kerja yang sudah ada di wilayah kerja, dan masing-masing
pelaksana hendaknya :
a. bertanggungjawab sesuai POA (Plan Of Action) yang telah disepakati
b. tetap mengadakan koordinasi dengan menyesuaikan system pembinaan
lintas program dan lintas sector yang sudah ada
c. melaksanakan strategi advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat
sehingga tercipta suasana yang kondusif dalam melaksanakan
intervensi PHBS.
Stategi dan langkah-langkah agar kegiatan PHBS dapat berhasil dengan
baik dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Advokasi (Pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para
kepala keluarga/bapak/ibu/kakek/nenek. Tujuannya agar para
pengambil keputusan ditingkat keluarga/rumahtangga dapat
meneladani dalam berperilaku sehat, memberikan dukungan,
kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan
lingkungan sekitarnya.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau
88
pengambil keputusan, seperti kepala Puskesmas, pejabat ditingkat
Kabupaten/Kota, yang secara fungsional maupun structural Pembina
program kesehatan diwilayahnya. Tujuannya adalah agar para
pimpinan atau pengambilan keputusan mengupayakan kebijakan,
program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya
peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan
keteladanan.
Langkah-langkah advokasi :
1. tentukan sasaran yang akan di advokasi, baik sasaran primer,
sekunder dan tersier
2. siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS tatanan
rumah tangga
3. Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi
4. Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan
teknik dan metode yang tepat
5. Simpulkan dan sepakati hasil advokasi
6. Buat ringkasan eksekutif dan sebar luaskan kepada sasaran.
b. Mengembangkan Dukungan Suasana
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para
kepala keluarga/bapak/ibu/kakek/nenek. Tujuannya adalah agar
89
kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang
mendukung dilaksanakannya PHBS dilingkungan keluarga. Caranya
antara lain melalui anjuran untuk selalu datang ke posyandu,
mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok didekat ibu
hamil dan balita.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran
sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sector, lintas
program, LSM, yang peduli kesehatan, para pembuat opini dan media
massa. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan
atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS.
Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar,
studi banding, pelatihan, dan sebagainya.
Langkah-langkah pengembangan dukungan suasana :
1. menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan
suasana
2. mengupayakan dukungan pimpinan, program, sector terkait pada
tiap tatanan dalam bentuk adanya komitmen dan dukungan sumber
daya
3. mengembangkan metode dan teknik dan media yang telah diuji coba
dan disempurnakan
4. membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan
90
c. Gerakan Masyarakat
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada
anggota keluarga seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggungjawab
social untuk lingkungannya dengan cara menjadi kader Posyandu, aktif
di LSM pedulu kesehatan, dan lain-lain. Tujuannya agar kelompok
sasaran meningkat pengetahuannya, kesadaran maupun
kemampuannya sehingga dapat berperilaku sehat. Caranya dengan
penyuluhan perorangan, kelompok, membuat gerakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada sasaran primer,
meliputi pimpinan puskesmas, kepada dinas kesehatan, pemuka
masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi petugas
untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan. Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok,
lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dan lain-lain.
Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat adalah :
1. peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan
pembinaan
2. menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan
pemberdayaan seperti pelatihan, pengembangan media komunikasi
untuk penyuluhan individu, kelompok dan masa. Lomba, sarasehan
91
dan lokakarya
3. mengupayakan dukungan pimpinan, program, sector terkait pada
tiap tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya
4. mengembangkan metode dan teknik dan media yang telah di uji
coba dan disempurnakan
5. membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama
dengan lintas program dan lintas sector pada tatanan terkait
6. menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis.
2. Tahap Pelaksanaan Program PHBS
Program PHBS dapat dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah
tangga, tempat ibadah, instansi pendidikan, warung makan, pasar dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada tatanan rumahtangga.
Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan
anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari.
Bertolak dari pengertian di atas sehingga PHBS ditatanan rumah tangga adalah
suatu upaya yang dilaksanakan untuk memberdayakan dan meningkatkan
kemampuan keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan program PHBS, untuk menerapkan perilaku tersebut
diperlukan adanya pengarahan atapun penyuluhan dari petugas terlatih. Hal
tersebut merupakan salah satu bentuk pelaksanaan program PHBS. Pembuat
92
kebijakan memberikan semacam pelatihan atau penyuluhan kepada para petugas
kesehatan seperti kader posyandu, petugas puskesmas, kader PKK dan lain-lain.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pihak dari Dinas Kesehatan yaitu :
“dengan memberikan pelatihan kepada petugas posyandu, puskesmas,PKK. Pelatihan tersebut bentuknya sosialisasi, lokakarya, seminarserta pembelajaran tentang segala sesuatu yang berhubungan dengankesehatan baik diri maupun lingkungan. Hasil dari pelatihan tersebutnantinya akan disampaikan dalam bentuk sosialisasi kepadamasyarakat luas, dengan tujuan untuk mendidik dan memotivasimasyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat. selanjutnya akandilakukan pendataan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumahtanggga dengan mengisi blangko PHBS yang telah disediakan olehpembuat kebijakan”
Penuturan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Suarakarta tersebut dikuatkan
oleh pelaksana program PHBS tatanan rumahtangga yaitu salah satu kader
posyandu di RT 05 yaitu :
”kalau saya yang merupakan perwakilan kader posyandu dari RT 05mendapatkan pelatihan atau penyuluhan dari Dinas Kesehatan,Akademi Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Ibu-ibu PKK, dan jugadari pak RW”(wawancara tanggal 12 Mei 2010)
Penuturan tersebut menjelaskan bahwa bukan hanya dari pembuat
kebijakan saja yang memberikan penyuluhan kepada petugas terlatih. Akan tetapi
dari petugas kesehatan seperti dari fakultas Kedokteran maupun dari akademi
kebidanan. Bentuk penyuluhan atau pelatihan tersebut berupa sosialisasi dari
pembuat kebijakan mengenai aspek kesehatan yang berhubungan dengan
diluncurkannya program PHBS seperti penjabaran atau penjelasan dari masing-
93
masing indikator PHBS tatanan rumah tangga. Bentuk penyuluhan dan pelatihan
tersebut dipertegas lagi oleh kader posyandu seperti berikut ini :
“Penyuluhan tersebut berupa sosialisasi atau pengarahan mengenaikesehatan, pemberantasan sarang nyamuk, kebersihan, dan lain-lainsejenisnya. Selain itu juga dikasih petunjuk untuk mengisi blangkodata PHBS yang digunakan untuk pendataan perubahan perilakumasyarakat setelah mendapatkan pengarahan dan sosialisasi daripetugas terlatih. Kajian-kajian seperti itu sering dilakukan olehpembuat kebijakan, kalau saya sudah pernah mengikuti sebanyak 3kali, karena saya termasuk orang baru di posyandu, tetapi saya selaluaktif untuk hal-hal seperti itu”(wawancara tanggal 12 Mei 2010)
Setelah mendapatkan penyuluhan dari pembuat kebijakan yaitu Dinas
Kesehatan Kota Surakarta, kemudian langkah selanjutnya adalah para kader
posyandu mensosialisasikan hasil penyuluhan kepada masyarakat luas.
Masyarakat diberi pengarahan tentang program PHBS dan penjelasan masing-
masing indikator. Setiap RT di Kelurahan Mojosongo mempunyai wakil sendiri
untuk pelaksanaan sosialisasi tersebut. seperti wakil di RT 05 berikut ini :
“iya, saya hanya melakukan sosialisasi khusus di RT 05, karena sayamerupakan kader perwakilan dari RT tersebut. untuk RT lain sudahada wakilnya sendiri biasanya”(wawancara i tanggal 12 Mei 2010)
Sedangkan bentuk sosialisasinya adalah sebagai berikut :
“kita sebagai kader posyandu berkewajiban untuk mensosialisasikanapa yang telah kita dapatkan selama penyuluhan. Sosialisasi tersebutsaya lakukan door to door, kepada kepala rumah tangga juga.Contohnya, Apabila ada ibu yang jarang datang ke posyandu untukmenimbang anaknya, saya arahkan atau saya anjurkan untuk rutin
94
datang ke posyandu setiap bulannya. Apabila ada anak yang beratbadan turun atau kekurangan asupan gizi saya juga menganjurkanuntuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Kunjungan sayatersebut juga sebenarnya untuk mengetahui perkembangan anakkhususnya. Akan tetapi bukan itu saja fokusnya, petugas terlatih jugaberkewajiban memberikan pengarahan dan pengertian tentang usahauntuk memelihara kesehatan diri maupun lingkungan denganberperilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan indikator PHBStatanan rumah tangga tersebut. Selain memberikan sosialisasitersebut, saya juga sekaligus melakukan pendataan PHBS dan untukmengetahui kebiasaan sehari-harinya”(wawancara tanggal 12 Mei 2010)
Pengarahan dari kader posyandu sebagai petugas terlatih secara door to
door tersebut secara tidak langsung memberikan efek atau perubahan terhadap
perilaku kesehatan masyarakat. Masyarakat yang semula merasa tidak peduli
dengan hal tersebut sedikit demi sedikit mulai mengerti akan tujuan dari
pengarahan yang dilakukan oleh kader posyandu. Hal tersebut dikuatkan oleh
pernyataan dari kader itu sendiri yaitu :
“saya melihat ada perubahan setelah ada sosialisasi dan pengarahantentang kesehatan itu, untuk ibu yang jarang datang ke posyandu,setelah mendapatkan pengarahan jadi sering/rutin datang keposyanduuntuk menimbang anaknya dan imunisasi. Pemberian makanantambahan kepada anak juga sepertinya benar-benar dilakukan,terbukti dengan kesehatan dan berat badan anak menjadi meningkat.Begitupun untuk hal yang lain,seperti perilaku kesehariannya jugasedikit demi sedikit menunjukkan perbahan positif.seperti menjagalingkungan sekitar agar tetap bersih. Walaupun tidak semua perilakujuga berubah, akan tetapi saya melihat pengarahan tersebut adamanfaatnya. Setiap orang kan berbeda, kadang juga ada yang tidakterlalu peduli dengan hal-hal seperti ini mbak”(wawancara tanggal 12 Mei 2010)
95
Dengan pelaksanaan program PHBS tersebut, diharapkan akan terjadi
perubahan perilaku masyarakat. Selain perilaku,salah satu upaya yang dilakukan
Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK) menuju Solo Sehat 2010 adalah mulai
diberlakukannya paradigma sehat yaitu perpindahan paradigma sakit yang selama
ini dianut oleh masyarakat. Dimana paradigma sakit selama ini masyarakat
beranggapan bahwa apabila sakit, masyarakat miskin dapat berobat dengan
mudah dan murah. Namun dalam paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah
pola pikir masyarakat tersebut, agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun
berfikir untuk berperilaku hidup sehat dan tidak sakit. Dengan terlaksananya
program PHBS tersebut, selanjutnya akan dilakukan pendataan masing indikator
pada tatanan rumah tangga. Pendataan masing-masing indicator PHBS tatanan
rumah tangga merupakan tahap penilaian yang selanjutnya dapat dirumuskan
apakah program tersebut berjalan baik atau tidak. Untuk dapat dikatakan berhasil,
pembuat kebijakan mempunyai standart nilai, seperti ungkapan dari Dinas
Kesehatan yaitu :
“Harapan dari kita khususnya Dinas Kesehatan Kota Surakarta,standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan masyarakatadalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%. Denganbegitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat2010……………”
Sedangkan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program, Dinas
Kesehatan berupaya menggalakkan berbagai kegiatan agar pelaksanaannya lebih
96
memberikan dampak. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari salah satu
pihak dari Dinas Kesehatan yaitu :
“pelatihan-pelatihan, seminar, diskusi lebih sering diadakan,sosialisasi dengan membuat selebaran juga sudah dilakukan. Akantetapi semuanya memang kembali kepada kesadaran dan kemauandari masing-masing individu untuk mau menerapkan perilaku-perilakuyang diharapkan. Ilmu itu memang mahal untuk didapatkan, jadimemang pengetahuan dari setiap orang memang harus benar-benardigali lebih dalam lagi.”
Dari serangkaian kegiatan dan penyuluhan kepada pelaksana program,
PHBS, maka dibawah ini akan dikemukakan dalam bentuk tabel bagaimana hasil
akhir program perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang sesuai dengan
indikator PHBS tatanan rumahtangga. Lihatlah tabel dibawah ini :
Tabel 3.1
Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari 10 informan
Warga Bantaran Kalianyat RT 05 Rw 08, Kampung Sabrang Lor,
Kelurahan Mojosongo
No Indikator Prosentase HarapanDinas
1 Persalinan dengan menggunakan
tenaga kesehatan100% 90%
2 Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 100% 80%
3 Penimbangan Balita 100% 100%
4 Mengkonsumsi makanan dalam
jumlah seimbang30% 90%
5 Memanfaatkan air bersih 90% 80%
97
6 Menggunakan Jamban Sehat 80% 80%
7 Membuang sampah pada tempatnya 60% 80%
8 Setiap anggota rumah tangga
menempati ruangan minimal 9 m2100% 80%
9 Lantai rumah kedap air 70% 80%
10 Anggota rumah tangga berumur 10 th
ke atas melakukan olahraga20%
11 Anggota keluarga tidak merokok 90% 90%
12 Mencuci tangan sebelum makan dan
setelah buang air besar80% 90%
13 Menggosok gigi minimal 2x sehari 100% 90%
14 Tidak minum Miras dan tidak
menyalahgunakan narkoba100% 80%
15 Menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK)60% 70%
16 Melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk minimal seminggu sekali10% 60%
Berdasarkan indikator diatas tersebut dapat ditentukan klasifikasi PHBS
tatanan rumah tangga yang ditunjukkan melalui nilai Indeks Potensi Keluarga
Sehat (IPKS) yaitu:
1. Sehat pratama (warna merah) : indikator rumah tangga yang memenuhi
antara 0-5.
2. Sehat madya (warna kuning) : indikator rumah tangga yang memenuhi
98
antara 6- 10.
3. Sehat utama (warna hijau) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara
11- 15.
4. Sehat paripurna (warna biru) : apabila indikator rumah tangga mempunyai
nilai 16.
Berdasarkan data temuan diatas, maka nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat
(IPKS) tiap rumah tangga informan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS)
Warga Bantaran Kalianyat RT 05 Rw 08, Kampung Sabrang Lor,
Kelurahan Mojosongo
Informan Nilai IPKS
I Sehat madya
II Sehat madya
III Sehat utama
IV Sehat utama
V Sehat madya
VI Sehat utama
VII Sehat utama
VIII Sehat madya
IX Sehat utama
X Sehat utama
99
Nilai diatas didasarkan pada hasil temuan dengan bermacam-macam
perilaku serta alasan yang dikemukakan oleh para informan seperti berikut ini :
Indikator pertama yaitu pertolongan persalinan dengan menggunakan
tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga
yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan
persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian bayi. Jika kondisi ini dibiarkan
pada akhirnya akan menimbulkan korban akibat pertolongan yang salah.
Masyarakat terutama ibu-ibu seharusnya memiliki sikap berupa keyakinan
terhadap pertolongan persalinan sehat yang ditangani oleh tenaga
kesehatan/bidan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 100% informan melakukan
persalinan dengan tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter. Hal tersebut
dikarenakan faktor keselamatan diwaktu persalinan. Mereka lebih
mempercayakan proses persalinan pada petugas kesehatan yang terampil dan
memiliki pengetahuan serta keahlian dalam menangani hal tersebut.
Indikator kedua yaitu pemberian ASI Eksklusif. ASI eksklusif adalah
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur
nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini. Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian
ASI dihentikan. Seiring dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI
tetap dilakukan, sebaiknya menyusui 2 tahun menurut rekomendasi WHO. Hasil
100
temuan menunjukkan bahwa pemberian ASI Ekslusif pada balita dilakukan oleh
100% responden. Mayoritas responden berpendapat bahwa pemberian ASI
Eksklusif pada balita memang merupakan suatu anjuran dari bidan atau orang
yang dipercaya untuk menunjang perkembangan serta pertumbuhan anak. Seperti
yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu :
“saya sudah tidak punya balita mbak. Tapi dulunya itu ya saya kasihASI eksklusif selama 6 bulan. Selain murah, itu juga dianjurkan olehrosul untuk kecerdasan anak. Susu formula itu setelah umur 6 bulan,tapi ASI nya juga masih jalan sampai 6 tahun.”(wawancara tanggal 5 april 2010)
Hal senada diungkapkan oleh informan lain yaitu :
“saya tidak punya balita, akan tetapi dulu anak saya juga saya kasihASI eksklusif selama 6 bulan. Untuk ketahanan dan pertumbuhananak. Selain itu setelah pemberian ASI Eksklusif Saya juga kasih susuformula”(wawancara tanggal 15 april 2010)
Pernyataan kedua informan diatas merupakan salah satu bukti bahwa
pemberian ASI Eksklusif sangatlah penting untuk diberikan demi kesehatan dan
juga kecerdasan anak, akan tetapi setelah pemberian ASI Eksklusif selama 6
bulan bukan berarti pemberian ASI berhenti pada bulan keenam itu. Hal tersebut
tetap dilanjutkan sampai beberapa tahun kedepan dan juga selain ASI biasanya
ditunjang juga oleh susu formula dan makanan tambahan bayi.
Indikator ketiga yaitu penimbangan balita. Posyandu merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan
101
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
salah satunya adalah pelayanan penimbangan untuk balita. Hasil peneiltian
menunjukkan bahwa 100% informan menyatakan selalu menimbangkan anak
mereka selama satu bulan sekali, biasanya diposyandu setempat ataupun dirumah
sakit. Hal tersebut mereka lakukan setiap bulannya untuk mengetahui
pertumbuhan badan sang buah hati.
Dalam perilaku kesehatan, perilaku pemeliharaan kesehatan (health
maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
3. Perilaku gizi (makanan dan minuman).
Perilaku Gizi (makanan dan minuman) termasuk dalam Indikator keempat yaitu
Sarapan/Mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang. Gizi seimbang
merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya).
Keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis
makanan tertentu tidak mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh
102
sehingga perlu beberapa makanan lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai
yang dianjurkan. Oleh karena makanan yang beraneka ragam yang mengandung protein,
lemak, karbohidrat serta beberapa mineral lain yang dibutuhkan tubuh dari beragam jenis
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku
tersebut hanya diterapkan oleh 30% atau 3 orang informan. Seperti penuturan salah satu
informan yaitu :
“jam 6 pagi pasti sudah tersedia sarapan mbak. Kalau saya tiap haripake daging, yang pasti itu susu dan buah harus ada. Biasanya sesuaiselera mbak. Kalau menu itu ya menurut saya sdah memenuhi giziseimbang” (wawancara tanggal 13 april 2010)
Sedangkan 70% atau 7 informan lainnya belum dapat menerapkannya.
Selain kurangnya pengetahuan akan gizi seimbang, mereka juga terbentur
masalah ekonomi/keuangan. Makanan yang mereka konsumsi sehari-hari
biasanya masakan yang praktis dan murah seperti tempe, tahu atau mie goreng.
Sedangkan asupan gizi lainnya seperti sayur, buah dan susu belum terpenuhi.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu :
“tiap hari keluarga saya sarapan mbak. Biasanya sih Cuma paketempe tahu, mie goreng, menurut saya itu sudah bergizi. Itu yangmurah sih mbak dan lebih praktis buat anak-anak. Saya ga tau tumbak gizi seimbang, yang saya tahu gizi seimbang tu ya makananbergizi.”(wawancara, tanggal 6 april 2010)
Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain :
“tiap hari sarapan mbak, tapi lauknya ga tentu. Lebih seringnya tahusama tempe. Lha yang murah ya itu. Tapi menurut saya itu kurang
103
bergizi sebenarnya. Saya kurang tahu masalah gizi seimbang atauempat sehat lima sempurna tu mbak.”(wawancara tanggal 5 april 2010)
Menurut Burrhus Frederic Skinner, perilaku sosial memusatkan
perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang
terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalannya
adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor
lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor
lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Sedangkan
perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979)
membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini. Salah satunya adalah
Perilaku hidup sehat yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
Dalam hal ini perilaku masyarakat yang berhubungan langsung dengan
kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan diantaranya adalah
sanitasi berupa penggunaan air bersih, jamban dan persampahan. Perilaku tersebut
akan dijelaskan pada masing-masing indikator. Indikator kelima adalah
penggunaan air bersih. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air
yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau
104
dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah
mencuci, mandi, memasak, dan minum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari sebesar 90% atau sebanyak 9
informan yang menerapkannya. Untuk kesehariannya mereka biasa menggunakan
air sumur atau PDAM untuk mencuci dan mandi, sedangkan untuk air minum
biasanya juga dari air sumur tetapi dimasak terlebih dahulu. Selain itu ada juga
responden yang menggunakan air gallon untuk minum, seperti yang diungkapkan
oleh informan yaitu :
“kalau minum saya pake air gallon, tapi kalau nyuci dan mandi sayapake air sumur tapi saya suling biar bersih. Sumurnya ada dibelakangrumah, jadi dekat aksesnya”(wawancara tanggal 8 april 2010)
Hal serupa diungkapkan oleh informan lain yaitu :
“Saya pake air gallon kalau minum, tapi untuk mandi dan nyuci sayapake PDAM”(wawancara tanggal 8 april 2010)
Untuk indikator yang keenam yaitu penggunaan jamban sehat, Jamban
yang memenuhi syarat kesehatan atau syarat sanitasi adalah sebagai berikut :
1. Kotoran tidak dapat dijangkau oleh binatang penular penyakit, seperti :
Kecoa, tikus, lalat dll.
2. Tidak menimbulkan bau
3. Kotoran ditempatkan disuatu tempat, tidak menyebar ke mana mana
105
4. Tidak mencemari sumber air bersih
5. Tidak menggangu pemandangan/estetika
6. Aman digunakan
Bila rumah yang memiliki jamban melebihi 80% dari jumlah rumah yang
ada, berarti wilayah tersebut termasuk wilayah yang cukup baik dalam hal
pembuangan kotoran manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
80% informan sudah memiliki sendiri dan menggunakannya. Mayoritas
responden memiliki jamban keluarga dan dibersihkan setiap saat. Akan tetapi bagi
rumah yang belum memiliki jamban, sudah dipastikan bahwa mereka itu
mamanfatkan sungai, kebun, kolam, atau tempat lainnya untuk buang air besar
(BAB) seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu :
“Saya ga punya WC mbak, kalau buang hajat saya dan keluarga ya kesungai belakang rumah. Gak ada biaya mbak buat bikin WC”(wawancara tanggal 6 april 2010)
Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain :
“dirumah dalem (saya)ga ada WC mbak, biasanya kalau mau buanghajat ya di sungai belakang rumah itu, deket kox, pas belakang rumahdalem (saya)”(wawancara tanggal 6 april 2010)
Penuturan dari kedua informan merupakan bukti bahwa kawasan bantaran
sungai identik dengan kumuh dan pencemaran. Dengan perilaku tersebut,
kawasan sungai atau air sungai itu sendiri akan semakin tercemar.
Indikator ketujuh yaitu membuang sampah pada tempatnya, Tempat
106
sampah adalah tempat untuk menampung sampah secara sementara, yang
biasanya terbuat dari logam atau plastic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 60% atau sebanyak 6 informan telah menerapkan perilaku tersebut.
Didalam rumah telah tersedia tempat sampah, dan setelah sampah penuh,
langsung dibakar atau dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Seperti penuturan informan dibawah ini :
“ada didalam rumah, tiap hari sampahnya kalau penuh langsungdibuang ke TPA sama suami saya. Ga da pemilahan sampah, langsungdibuang begitu saja” (wawancara tanggal 13 april 2010)
Hal serupa diungkapkan oleh informan lain yaitu :
“dalam rumah ada tempat sampah, kalau sudah penuh semua sayabuang langsung di TPA tiap 4 hari sekali, itupun gak ada pemilahanorganic maupun non organic” (wawancara tanggal 8 april 2010)
Sedangkan 40% atau 4 informan lainnya belum dapat menerapkan
perilaku tersebut. Hal itu terbukti dengan penuturan salah satu informan yaitu:
“tempat sampah ga ada mbak. Sampahnya dibuang asal gitu,dibelakang atau didepan rumah, kalau sudah kotor ya disapu trus dibuang dibelakang rumah atau kesungai. Saya ga tau sampah organictu apa, ga terlalu memperhatikan mbak”(wawancara tanggal 6 april 2010)
Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain :
“tempat saya ga ada tempat sampah mbak, biasanya buangnyalangsung ke sungai. Tiap hari ya kesitu. Saya gak tau tu mbak tentangpemilahan sampah, jadi saya ga pernah melakukannya”(wawancara anggal 5 april 2010)
107
Penuturan kedua informan diatas sama halnya dengan penuturan kedua
informan lain yang tidak menerapkan perilaku tersebut. membuang sampah ke
sungai sepertinya sudah menjadi hal yang biasa bagi warga yang tinggal
dibantaran sungai. Mereka tidak berfikir bahwa perilaku tersebut akan
menimbulkan banyak masalah, misalnya, tercemarnya air sungai dan ketika
terjadi penumpukan sampah, akan menghalangi aliran air yang nantinya akan
menyebabkan banjir.
Indikator kedelapan yaitu Setiap anggota rumah tangga menempati
ruangan rumah minimal 9 meter persegi. Perencanaan ruang adalah hal yang tidak
boleh diabaikan dalam merencanakan ruangan-ruangan dalam sebuah rumah.
Tidak ada standar patokan yang baku tentang bagaimana menata ruangan, karena
setiap bangunan rumah pasti memiliki karakteristik aktivitas yang berbeda-beda.
Patokan yang ada adalah ukuran-ukuran baku tentang luasan minimum ruang
yang diperlukan untuk aktivitas manusia. Hal tersebut harus dilakukan mengingat
kebutuhan udara akan manusia sangatlah penting dalam hal kesehatan. Hasil
penelitian menyatakan bahwa 100% informan memiliki rumah dengan ukuran
yang sesuai dengan standar minimum ukuran sebuah rumah yang harus ditempati
oleh setiap anggota rumah tangga.
Indikator kesembilan yaitu lantai yang kedap air. Sebanyak 70% atau 7
informan mengungkapkan bahwa rumah yang mereka tempati, lantainya
merupakan lantai yang kedap air, biasanya terbuat dari keramik atau mester.
108
Sedangkan 30% atau 3 informan lainnya mengungkapkan bahwa rumah yang
mereka tempati lantainya masih berupa tanah atau mester tetapi hanya sebagian
ruangan saja. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu :
“ini lantainya dimester mbak, tapi Cuma ruangan depan saja, yangbelakang sana masih berupa tanah mbak”(wawancara tanggal 6 april 2010)
Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain :
“rumah dalem ya kayak gini, keramik lantainya tapi Cuma ruangtamu saja, yang lainnya masih tanah mbak, Cuma gini mbakkondisinya”(wawancara tanggal 6 april 2010)
Penuturan dari kedua informan diatas sama halnya dengan informan V
yaitu rumah yang mereka tempati lantainya masih berupa tanah, kalaupun mester
itu hanya sebagian ruangan saja, dan biasanya hanya ruangan depan atau ruang
tamu serta teras.
Indikator kesepuluh adalah melakukan aktifitas olahraga. Makanan yang
kita makan harus seimbang dengan kegiatan/aktivitas fisik kita, bila aktivitas kita
hanya duduk-duduk atau jarang sekali melakukan aktivitas yang berat padahal
makanan yang kita makan banyak mengandung kalori, hasilnya kelebihan energi
ini akan disimpan sebagai cadangan lemak dan bila cadangan lemak semakin
menumpuk akan mengakibatkan tubuh menjadi kegemukan (overweight)
kemudian akan menjadi obesitas. Dari hasil penelitian dapat dilihat Anggota
109
rumah tangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik
30 menit per hari, dilakukan 3-5 kali per minggu hanya dilakukan oleh 20%
informan atau sebesar 2 informan saja. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu
informan yaitu :
“saya dan suami saya suka jalan sehat, bisa bikin badan segar,biasanya dilakukan 4 kali dalam seminggu” (wawancara tanggal 14april 2010)
Hal serupa diungkapkan oleh informan lain berikut ini :
“kalau anak saya hobinya futsal setiap hari, nah saya seminggu tigakali pasti senam sama teman saya, biar badan sehat” (wawancaratanggal 8 april 2010)
Sedangkan 80% atau 8 informan lainnya menyatakan bahwa mereka
jarang melakukan aktivitas tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu
informan yaitu :
“olahraga pernah sih mbak, biasanya jalan-jalan pagi, tapi jarangbanget,kadang-kadang sebulan sekali. Lari atau jalan-jalan itu kanolahraga ringan mbak. Suami saya juga ga pernah, apalagi anak sayajuga masih kecil-kecil”(wawancara tanggal 6 april 2010)
Hal serupa diungkapkan oleh informan lain :
“ga ada yang olahraga mbak, tidak begitu memperhatikan”(wawancara tanggal 13 april 2010)
Penuturan dari kedua informan diatas menunjukkan bahwa aktifitas
olahraga yang begitu penting tidak mendapat perhatian dari sebagian masyarakat.
110
Hal tersebut bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan
pentingnya olahraga dan juga kesibukan dari setiap individu.
Indikator kesebelas yaitu anggota keluarga tidak merokok. Merokok
dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak
penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok,
tetapi juga bagi orang disekitarnya. Sudah seharusnya upaya menghentikan
kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan
masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi
muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika,
usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 90% atau informan telah
menerapkan perilaku tidak merokok dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
menerapkan ajaran atau tuntunan dari agama yang mereka yakini. Selain
membahayakan kesehatan seperti gangguan nafas dan penyakit jantung, mereka
juga menyatakan bahwa perilaku tidak merokok dalam keluarga memang sudah
menjadi kesadaran dari setiap diri masing-masing anggota keluarga, seperti yang
disampaikan oleh informan yaitu :
“alhamdulillah ga ada yang merokok mbak, itu semua kesadaran dirimasing-masing mbak, tidak baik buat kesehatan. Merokok itu kanbahaya mbak buat paru-paru”(wawancara tanggal 5 april 2010)
111
Dan juga penuturan dari informan lain :
“tidak ada yang merokok mbak disini, karena kesadaran. Bahaya nyaitu kan bias mengganggu pernafasan, kanker, bahaya buat ibu hamil”(wawancara tanggal 13 april 2010)
Indikator keduabelas yaitu mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan dan setelah buang air besar. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah
satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan
air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman. Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini
terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci
tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya
menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci
tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang
menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya
melepasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% atau 8 informan
sudah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aktifitas yang mengharuskan
mereka mencuci tangan dengan sabun biasanya setelah memasak, bersih-bersih
rumah, dan sehabis pulang dari kerja. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan
sehari-hari bagi sebagian besar kalangan masyarakat sebagai upaya untuk
menjaga kesehatan. Sedangkan 20% lainnya atau sebanyak 2 informan tidak
menerapkan perilaku tersebut, tidak ada alasan khusus mengapa mereka tidak
112
menerapkannya, karena pengetahuan mereka akan mencuci tangan yaitu hanya
dengan menggunakan air, tidak harus memakai sabun.
Indikator ketigabelas yaitu menggosok gigi minimal 2 kali sehari.
Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan dapat
menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya
lubang. Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan memancarkan energi
positif sehingga si pemiliknya menjadi sangat menarik dan merasa nyaman. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa perilaku tersebut sudah diterapkan oleh 100%
informan yang ada. Mereka mengutarakan beberapa alasan mereka untuk
menerapkan perilaku tersebut, diantaranya agar tidak bau mulut, untuk merawat
gigi yang sudah rusak, giginya menjadi bersih dan ketika menggosok gigi
sebelum tidur, selanjutnya tidurpun akan terasa nyaman.
Indikator keempatbelas yaitu tidak minum miras dan tidak
menyalahgunakan narkoba. Penyebaran narkoba dan miras saat ini sudah sangat
mewabah dalam masyarakat. Penyebarannya tidak lagi mengenal status sosial
ekonomi serta usia. Narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) serta miras
adalah jenis obat dan minuman yang mempunyai efek tertentu sehingga
berbahaya jika dikonsumsi secara sembarangan, karena itu penggunaannya harus
dikontrol oleh dokter. Korban dari narkoba dan miras tidak lagi mengenal batasan
umur dan status sosial ekonomi. Tua, muda bahkan anak yang baru menginjak
remaja sudah banyak yang terjerat atau menjadi pemakai narkoba dan miras.
113
Kebanyakan pecandu terdiri dari kaum remaja, baik mereka di kota maupun di
desa, yang berasal dari keluarga kaya maupun miskin, berpendidikan tinggi
maupun biasa-biasa saja. Untuk hasil penelitian kali ini hasilnya perilaku tersebut
sudah diterapkan oleh 100% informan. Mereka menerapkan perilaku tersebut
karena sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama yang mereka yakini, selain itu
mereka juga tau akan bahaya akan minuman keras dan narkoba, selain dapat
merusak kesehatan, juga dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Dalam batasan perilaku kesehatan, terdapat perilaku pencarian dan
penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menyangkut upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau
perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri. Bentuk pencarian atau penggunaan system atau
fasilitas pelayanan kesehatan juga tercermin dalam perilaku masyarakat untuk
dapat mengakses pelayanan kesehatan. Hal tersebut termasuk dalam Indikator
kelimabelas yaitu menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
JPK/JPKM juga merupakan cara pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan
sebagai suatu usaha bersama guna mengefektifitaskan dan mengefisienkan
pembiayaan kesehatan. Jadi, pengembangan JPKM sejalan dengan kebijakan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penyelenggaraan
pemeliharaan kesehatan dengan lebih memusatakan peran pemerintah untuk
mengatur, membina dan menciptakan iklim yang semakin mendorong
114
peningkatan peran serta masyarakat itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah sebesar 60%
informan atau hanya sebesar 6 orang saja. Mereka menyatakan bahwa kepesertaan
mereka dalam jaminan pemeliharaan kesehatan mayoritas berupa Askes (Asuransi
Kesehatan). Sosialisasi mereka dapatkan sebagian besar dari ketua RT setempat,
dari tetangga, atau yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) mendapatkan
informasi dari kantor tempat mereka bekerja, seperti yang diungkapkan oleh
salah satu informan yaitu :
“keluarga saya memakai Askes, saya kan juga pegawai negeri,tahunya dari kantor. Itupun ngurusnya juga cepet banget”(wawancara tanggal 14 april 2010)
Hal serupa diungkapkan oleh informan lain :
“berhubung saya PNS jadi saya pake Askes, tahunya dari kantor,cepet mbak ngurusnya, satu hari langsung jadi”(wawancara tanggal 8 april 2010)
Penuturan kedua informan diatas juga mengungkapkan tentang proses
pembuatan kartu peserta. Mereka menyatakan bahwa untuk mengakses pelayanan
kesehatan tersebut tidak memakan waktu yang lama, bahkan hanya dalam waktu
satu hari sudah jadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah sudah cepat
tanggap akan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang notabene
sangatlah penting apalagi untuk masyarakat dari kalangan bawah. Akan tetapi dari
hasil penelitian juga didapatkan 40% atau sebanyak 4 informan belum menjadi
115
peserta jaminan pemeliharaan kesehatan. Faktor yang menyebabkannya adalah
kurangnya pengetahuan serta informasi dari RT setempat, dan juga sebagian dari
mereka merupakan masyarakat dari kalangan masyarakat atas yang mampu
membiayai pengobatan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu
informan :
“keluarga ga ada yang dapat jaminan kesehatan mbak, dalem aja gatahu ada fasilitas seperti itu, ga ada sosialisasi dari RT”(wawancara tanggal 6 april 2010)
Selain itu juga penuturan dari informan lain yaitu :
“keluarga saya ndak pake JPK mbak, tahu sih ada fasililitas tersebut,tapi tidak terlalu memperdulikan” (wawancara tanggal 8 april 2010)
Indikator keenambelas atau terakhir adalah Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Ini merupakan salah satu upaya yang digalakkan oleh pemerintah
untuk memberantas berbagai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, seperti
Deman Berdarah Dengue. Hasil penelitian di kelurahan Mojosongo menunjukkan
bahwa upaya tersebut hanya 10% informan atau 1 orang saja yang menerapkan
dalam kehidupan rumahtangganya. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu
informan yaitu :
“banyak nyamuk, tiap hari pake baygon semprot itu. Kalau foggingsendiri tiap bulan itu 2 kali. Dari pemerintah juga pernah tapi jarang,seminggu sekali rumah saya dibersihkan secara keseluruhan”(wawancara tanggal 13 april 2010)
Sedangkan 90% informan mengungkapkan bahwa mereka tidak terlalu
116
mempedulikan akan keberadaan sarang nyamuk yang merupakan sumber
penyebab penyakit. Hal tesebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu
informan yaitu:
“rumah saya nyamuknya banyak banget mbak, biasanya kalau banyaknyamuk dikasih obat nyamuk bakar atau lotion. Jarang mbak kalaunguras bak kamar mandi, lha saya ga tau kalau itu jadi sarangnyamuk. Kalau fogging pernah tapi sudah lama banget, daripemerintah”(wawancara tanggal 5 april 2010)
Hal senada diungkapkan oleh informan lain :
“banyak nyamuk, biasanya pake obat nyamuk bakar dan selimut.Rumah saya ga pernah di fogging, yang pernah itu orang yang kenaDB, itupun dari pemerintah. Tidak terlalu gagas sarang nyamuk,keluarga saya sejah ini sehat-sehat saja”(wawancara tanggal 5 april 2010)
Dengan banyaknya nyamuk, mereka hanya mengatasi hal tersebut dengan
menggunakan obat nyamuk bakar ataupun lotion. Upaya fogging dari
pemerintahpun pernah dilakukan, akan tetapi sangat jarang dan tidak dilakukan
dengan merata. Seperti yang diungkapkan oleh informan yaitu :
“banyak nyamuk, biasanya pake obat nyamuk bakar dan selimut.Rumah saya ga pernah di fogging, yang pernah itu orang yang kenaDB, itupun dari pemerintah. Tidak terlalu gagas sarang nyamuk,keluarga saya sejah ini sehat-sehat saja”(wawancara tanggal 5 april 2010)
Hal tersebut sama halnya dengan yang diungkapkan oleh informan lain :
“banyak nyamuk juga mbak dirumah saya, biasanya pake baygonsemprot itu. Foggingpun ga pernah ada dari pemerintah, yang sayalakukan biasanya nguras kamar mandi, selain itu tidak pernah”(wawancara tanggal 14 april 2010)
117
Penuturan kedua informan diatas dapat disimpulkan bahwa upaya
pemeritah untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk belum merata untuk
wilayah RT 05, padahal sebagian warga yang tinggal diwilayah tersebut telah
mendapatkan fogging dari pemerintah walaupun jarang. Upaya pemberantasan
juga dilakukan hanya pada rumah yang anggota keluarganya pernah menderita
penyakit seperti Demam Berdarah dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan program PHBS ini, cara yang lebih banyak digunakan
adalah dengan memberikan informasi dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan. Dengan cara
memberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara-cara mencegah
penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan, pengetahuan, sikap dan perilaku
kesehatan dalam diri individu/kelompok sasaran yang berdasarkan atas kesadaran
dan kemauan individu yang bersangkutan. Perubahan perilaku melalui pemberian
informasi ini memang memakan waktu yang lama, sebab tidak sekedar
melibatkan perubahan gerakan, melainkan menyangkut pula perubahan persepsi
tentang konsep-konsep kesehatan dan perubahan sikap terhadap tindakan yang
dianjurkan. Sekalipun lama, hasil atau perubahan yang dicapai ternyata lebih lama
dan tidak tergantung dari ketatnya pengawasan, karena individu merasakan
sendiri adanya kebutuhan untuk berperilaku sehat. (Solita Sarwono, 1997, hal
56).
Dengan melihat uraian-uraian diatas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan
118
program PHBS belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Mungkin
membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk merubah perilaku masyarakat.
Standar nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) yang diharapkan dari
keseluruhan masyarakat adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%.
Dengan begitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat
2010. Namun dari hasil penelitian dengan jumlah informan masyarakat sebanyak
10, didapatkan sehat utama sebanyak 60% dan sehat madya sebanyak 40%.
Dengan begitu, pelaksanaan program PHBS yang digalakkan oleh Kantor Pusat
Promosi Kesehatan belum berhasil memberikan perubahan bagi perilaku
kesehatan masyarakatnya.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Kemampuan berfikir seseorang adalah sebagai penentu dalam menentukan
pilihan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan
dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori dari Lawrence Green perilaku
dipengaruhi 4 faktor yaitu :
a. Faktor Pemudah, faktor pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai
yang dimiliki oleh seseorang. Dari keenambelas indikator PHBS tatanan
rumah tangga, akan dibagi menjadi 4 aspek program prioritas yaitu Gizi
dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Lingkungan, Perilaku, dan Kesehatan
119
Masyarakat.
1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan dengan
tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan
balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah
yang seimbang. Untuk aspek Gizi dan KIA ini, masyarakat bantaran
Kalianyar menerapkan keempat indikator tersebut karena mereka
memiliki pengetahuan dan keyakinan untuk menerapkan perilaku
kesehatan tersebut. Masyarakat mempunyai keyakinan atau
kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau
pendirian. Tidak jarang pula kepercayaan seperti itu ditumbuhkan oleh
pihak yang berwenang atau memiliki ketrampilan serta pengetahuan
yang disebarluaskan ke anggota masyarakat yang lain seperti petugas
kesehatan (Solita Sarwono, 1997 : 14). Disini, petugas kesehatan
sangat berperan terhadap perubahan perilaku masyarakat. Anjuran
petugas kesehatan seperti pemberian ASI Eksklusif, Penimbangan
balita, Persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan serta
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang merupakan
faktor pendorong atau motivasi bagi masyarakat untuk menerapkan
perilaku tersebut. Masyarakat mempunyai keyakinan kepada petugas
kesehatan, karena mereka mengerti bahwa petugas kesehatan
120
merupakan petugas terampil dan terlatih untuk bergerak dibidang
kesehatan. Penerapan perilaku tersebut diatas juga terbangun dari hasil
interaksi antara seseorang dengan masyarakat atau lingkungan sekitar,
termasuk antara masyarakat dengan petugas posyandu khususnya RT
05 RW 08 dan juga antara satu orang dengan orang lainnya. Banyak
diantara warga atau informan yang memiliki balita, sehingga antara
satu dengan yang lain saling bertukar pengalaman, misalnya dalam
pemberian ASI Eksklusif kepada balita atau persalinan dengan
menggunakan tenaga kesehatan. Untuk penimbangan balita, penerapan
perilaku tersebut sudah terbentuk dan terpola dalam masyarakat karena
sudah seperti kewajiban bagi para ibu untuk menimbangkan balitanya
untuk mengetahui perkembangan anak secara rutin. Seperti pernyataan
petugas Posyandu bahwa petugas kesehatan berupaya memberikan
dorongan dengan imbalan materi maupun non materi. Misalnya,
dengan memberikan pengertian bahwa jika balita diberi ASI Eksklusif
dan ditimbang setiap bulannya maka balita akan tumbuh sehat
(imbalan non materi).
2. Kesehatan Lingkungan
Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah
memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari., menggunakan
jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota
121
rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan
Lantai rumah kedap air. Perilaku kesehatan lingkungan adalah
bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
mapun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya
sendiri, keluarga atau masyarakat (Soekidjo Notoatmojo, 2003 : 118).
Dari hasil penelitian pada masyarakat bantaran Kalianyar, kesehatan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakatnya, terlebih masyarakatnya tinggal dibantaran yang
identik dengan kekumuhan. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan lingkungan sekitar merupakan faktor pemicu atau
antiseden yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Seperti
pengetahuan untuk memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-
hari., menggunakan jamban sehat, dan membuang sampah pada
tempatnya. Walaupun mayoritas masyarakat bantaran Kalianyar telah
menerapkan atau berusaha menjaga kesehatan lingkungannya, akan
tetapi masih ada sebagian warga yang belum menerapkan perilaku
tersebut.
Menurut Skinner, Perilaku Sosial memusatkan perhatiannya
kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri
122
atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok
persoalannya adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam
hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-
akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan
perubahan terhadap tingkah laku. Sepertinya faktor lingkungan yaitu
keberadaan sungai juga menjadi motivasi bagi sebagian warga untuk
melakukan berbagai aktifitas disana, seperti mencuci, buang air besar,
serta membuang sampah. Masyarakat tidak menyadari bahwa perilaku
tersebut akan menimbulkan masalah nantinya, seperti tercemarnya air
sungai dan ancaman banjir pada musim penghujan. Dapat dikatakan
bahwa lingkungan juga dapat mempengaruhi atau merubah perilaku
seseorang. Disini, pengetahuan dan sikap masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan lagi, dimana
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.
3. Perilaku
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga
berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30
menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak
merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar,
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan
tidak menyalahgunakan narkoba. Untuk perilaku olahraga, mencuci
123
tangan dengan menggunakan sabun serta menggosok gigi minimal 2
kali sehari diterapkan oleh masyarakat karena pengetahuan mereka
untuk menjaga serta memelihara kebersihan diri sendiri merupakan
faktor terpenting untuk meningkatkan kesehatan serta menjaga diri
dari ancaman berbagai penyakit. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa
masyarakat mempunyai keyakinan atau kepercayaan yaitu sikap untuk
menerima suatu pernyataan atau pendirian. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa jika orang percaya bahwa merokok dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, maka dianggapnya hal
itu benar, terlepas dari dia suka atau tidak suka merokok, oleh karena
itu masyarakat akan berusaha untuk menghindarinya. Akan tetapi ada
juga informan yang merokok karena sudah menjadi hobi dan juga
dijadikan teman bersantai. Seperti pendapat dari salah satu pihak dari
pembuat kebijakan bahwa perilaku merokok berasal dari teman dekat,
khususnya dengan jenis kelamin sama. Sebagai makhluk sosial,
manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubugan dengan
orang lain atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan sosial.
Dengan adanya dorongan sosial tersebut, manusia akan mencari orang
lain untuk mengadakan interaksi. Di dalam interaksi sosial, individu
akan menyesuaikan diri dengan yang lain atau sebaliknya, sehingga
perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan sosialnya. Untuk
124
itu, sangat sulit untuk merubah perilaku yang sudah mendarah daging
dan bisa dikatakan kecanduan. Selain itu, penerapan perilaku tidak
mengkonsumsi minuman keras serta narkotika karena masyarakat
memiliki keyakinan bahwa perilaku tersebut tidak dianjurkan dalam
ajaran agama, mengganggu kesehatan, dan juga perilaku tersebut
merupakan perilaku negative yang akan berdampak pada citra
seseorang dimasyarakat seperti gunjingan, celaan, dan lain-lain. Disini
dapat kita lihat bahwa faktor sosial juga dapat mempengaruhi perilaku
seseorang. Dapat kita ketahui juga bahwa masyarakat telah mengalami
perubahan atau peningkatan perilaku dari indicator-indikator diatas,
dan perubahan perilaku tersebut terjadi melalui 3 tahap yaitu
pengalaman, sikap dan tindakan. Sebelum seseorang mengalami
perubahan perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa manfaat dan arti
perilaku tersebut bagi dirinya sendiri atau masyarakat. Selanjutnya,
seseorang akan menilai obyek atau stimulus dalam bentuk sikap
(pendapat) dan selanjutnya akan mempraktekkan apa yang ia ketahui
atau disikapinya (dinilai baik).
4. Kesehatan Masyarakat
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dari
125
hasil penelitian didapatkan bahwa 60% masyarakat telah menjadi
peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang berupa Askes
(Asuransi Kesehatan). Informasi pelayanan tersebut mereka dapatkan
dari RT setempat serta dari kantor tempat mereka bekerja. Hal tersebut
terkait dengan sikap masyarakat dalam hal pencarian dan penggunaan
system atau fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya dengan cara
menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) seperti Askes
dan Jamkesmas. Sedangkan melakukan pemberantasan sarang nyamuk
merupakan wujud perilaku pemeliharaan kesehatan, dimana terbentuk
dari pengetahuan masyarakat bahwa untuk menghindari ancaman
penyakit Demam Berdarah, masyarakat perlu untuk menerapkan
perilaku tersebut. Selain itu, untuk menghindari ancaman penyakit
tersebut, masyarakat juga memiliki sikap untuk mencari informasi
fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemberantasan sarang nyamuk
dengan menggunakan fogging. Akan tetapi hal tersebut belum
dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat bantaran Kalianyar. Salah
satunya disebabkan oleh kurangnya sosialisasi petugas kesehatan
bahwa sebenarnya fogging dapat diakses oleh semua lapisan
masyarakat. Masih banyak warga yang beranggapan bahwa fogging
hanya diperuntukkan bagi warga atau lingkungan yang pernah dilanda
wabah penyakit demam berdarah, dan fogging dapat dilakukan atas
126
perintah dari petugas kesehatan.
b. Faktor Pemungkin, factor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk didalamnya ketrampilan
petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen masyarakat
atau pemerintah terhadap kesehatan.
1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan dengan
tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan
balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah
yang seimbang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terlaksananya
indikator persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan,
pemberian ASI Eksklusif serta penimbangan balita dikarenakan
ketersediaan sumber saya yaitu petugas kesehatan serta ketrampilan
dibidang kesehatan yang dimiliki oleh petugas kesehatan sehingga
memunculkan keyakinan serta kepercayaan masyarakat terhadap
petugas kesehatan dan akhirnya memotivasi masyarakat untuk
menerapkan perilaku tersebut. Salah satu dari petugas kesehatan
berpendapat bahwa sikap atau tindakan yang dilakukan oleh para
petugas kesehatan, akan mendorong masyarakat untuk berperilaku
yang sama. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk mendorong masyarakat agar berperilaku sehat. Misalnya,
127
petugas posyandu menerapkan perilaku mencuci tangan dengan
menggunakan sabun, tidak merokok, serta menjadi peserta JPK.
Dengan begitu, masyarakat sedikit demi sedikit akan melakukan hal
yang sama dalam meningkatkan kesehatan, baik diri, keluarga maupun
masyarakat. Keteladanan dari petugas kesehatan tersebut juga dapat
mempengaruhi perubahan perilaku pada masyarakat.
2. Kesehatan Lingkungan
Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah
memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari., menggunakan
jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota
rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan
Lantai rumah kedap air. Untuk menjaga kesehatan diri, diperlukan
upaya dari masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan
kesehatan lingkungan sekitarnya karena lingkungan sangat
berpengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang. Air bersih, jamban
sehat, membuang sampah pada tempatnya serta kesehatan tempat
tinggal merupakan aspek penting untuk dijaga kebersihannya. Dari
hasil penelitian terlihat bahwa indikator-indikator diatas telah
diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, walaupun
masih ada sebagian warga yang masih memanfaatkan sungai untuk
sebagian aktifitas seperti buang hajat dan membuang sampah. Apalagi
128
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, khusunya bantaran
Kalianyar. Untuk beberapa aktifitas, bantaran sungai memang sangat
bermanfaat keberadaannya, selain untuk hal yang positif, bantaran
sungai juga tidak luput dari sasaran warga untuk melakukan aktifitas
yang sebenarnya sangat merugikan, seperti dijelaskan diatas. Akan
tetapi berdasarkan penjelasan dari salah satu pihak dari dinas
kesehatan bahwa dari pihak pembuat kebijakan telah mengantisipasi
hal tersebut dengan mendirikan WC umum yang dapat digunakan
untuk masyarakat umum, akan tetapi kebersihan dan perawatan WC
tersebut juga tidak mudah. Diperlukan kesadaran dan kemauan dari
masyarakat untuk dapat menjaga dan memelihara keberadaannya.
Untuk itu dibutuhkan komitmen dari masyarakat terhadap kesehatan
untuk mewujudkan dan meningkatkan perilaku kesehatan.
3. Perilaku
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga
berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30
menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak
merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar,
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan
tidak menyalahgunakan narkoba. Dari hasil penelitian di bantaran
Kalianyar, indikator perilaku ini telah diterapkan oleh masyarakat
129
kecuali aktifitas olahraga/fisik yang masih jarang dilakukan oleh
masyarakat. Masyarakat merasa bahwa indikator itu penting untuk
dilakukan, mengingat bahwa dampak yang ditimbulkan juga cukup
besar. Hal tersebut merupakan komitmen dari masyarakat terhadap
kesehatan baik kesehatan diri, keluarga maupun lingkungan.
Sedangkan aktifitas olahraga tidak mendapat perhatian lebih dari
masyarakat karena kurangnya kepedulian dan pemahaman akan
manfaat dari aktifitas tersebut. Mereka hanya menganggap aktifitas
tersebut layak dilakukan oleh orang-orang yang punya banyak waktu
dan materi, yang tidak perlu terbebani akan kebutuhan rumahtangga
karena semuanya sudah tercukupi. Selain itu, lingkungan sosial
berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu pada
beberapa aktifitas seperti olahraga tersebut. Seperti pendapat dari
(Wityanti, 2003) yang dikutip oleh (Sarafino, 2003 : 14) bahwa
seseorang akan memiliki dorongan untuk mengadakan interaksi
dengan seorang yang lain, sehingga dalam interaksi tersebut, seseorang
akan dapat menyesuaikan diri dengan yang lain atau sebaliknya.
Sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan
sosialnya. Karena banyak warga yang tidak melakukan aktifitas
olahraga tersebut, maka warga yang lainnya pun enggan untuk
melaksanakannya. Hanya beberapa saja yang menerapkan perilaku
130
tersebut karena mengikuti kelompok senam diluar wilayah tersebut.
4. Kesehatan Masyarakat
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang
tidak menjadi peserta dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, padahal
fasilitas tersebut dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
Pemerintah menyediakan fasilitas pelayanan tersebut untuk
mempermudah masyarakat dalam menjangkau pelayanan
kesehatan/berobat. Akan tetapi, masyarakat menegaskan bahwa
kurangnya informasi dan sumber daya untuk mensosialisasikan adanya
fasilitas tersebut menjadi penyebab masyarakat tidak menjadi peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan tersebut. Selain factor tersebut,
masih ada factor lain yang menyebabkan warga tidak menjadi peserta
dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Seperti yang diungkapkan
oleh salah satu pihak dari Dinas Kesehatan bahwa, tingkat ekonomi
seseorang juga memperngaruhi penerapan perilaku tersebut. Bagi
warga dari kalangan menengah keatas, mereka merasa tidak perlu
menjadi peserta JPK karena mereka sudah merasa mampu untuk
menjangkau pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk indikator
131
pemberantasan sarang nyamuk, perlu adanya komitmen dari
pemerintah terhadap kesehatan masyarakat, agar fasilitas tersebut
dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, tidak hanya warga
yang pernah menderita Demam Berdarah saja yang mendapatkan
pelayanan tersebut. Masyarakat lain juga perlu mendapatkan
pelayanan tersebut untuk upaya pencegahan (preventif).
c. Faktor Penguat, factor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Factor ini terwujud dalam bentuk sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan
kelompok yang dipercaya oleh masyarakat.
1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan dengan
tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan
balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah
yang seimbang. Dari hasil penelitian, indikator-indikator diatas
merupakan anjuran dari pembuat kebijakan agar dilakukan oleh
seluruh masyarakat dalam rangka memelihara kesehatan diri dan
keluarga. Pembuat kebijakan memberi penyuluhan kepada masyarakat
tentang persalinan, pemberian ASI Eksklusif, penimbangan balita serta
konsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang serta memberi
keteladanan bagaimana menerapkan perilaku tersebut. Seperti
132
penyuluhan tentang cara pemberian ASI Eksklusif, persalinan,
penimbangan balita yang dilakukan oleh petugas posyandu agar
masyarakat memahami dan mau menerapkannya. Selain dilakukannya
penyuluhan kepada masyarakat luas, petugas kesehatan juga
memberikan contoh perilaku kesehatan kepada masyarakat, agar
masyarakat mau mencontoh perilaku petugas kesehatan sebagai
kelompok yang dipercaya oleh masyarakat. Salah satu petugas
posyandu RT 05 RW 08 mengatakan bahwa dalam aspek KIA dan
Gizi ini, walaupun banyak petugas kesehatan seperti petugas posyandu
yang sudah tidak memiliki balita, mereka tetap berbagi pengalaman
dengan masyarakat tentang penerapan perilaku-perilaku diatas.
Dengan begitu, masyarakat akan semakin terdorong dan termotivasi
untuk meniru dan menerapkan perilaku tersebut.
2. Kesehatan Lingkungan
Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah
memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota
rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan
Lantai rumah kedap air. Dalam hal ini, petugas kesehatan memberikan
pemahaman tentang penggunaan jamban sehat, serta pembuangan
sampah. Sejauh ini, warga bantaran Kalianyar 80% telah memiliki
133
jamban keluarga dan sudah tergolong sehat. Akan tetapi masih ada
juga sebagian warga yang tidak memiliki WC dan membuang hajat di
sungai. Apabila masih ada warga yang tidak menggunakan jamban
sehat atau buang hajat disungai, pemerintah harus memberikan solusi
dengan membangun WC umum. Petugas kesehatan juga telah menegur
apabila ada warga yang masih membuang sampah di sungai belakang
rumah mereka. Akan tetapi, masih banyak warga yang mengabaikan
teguran tersebut, terbukti dengan masih menumpuknya sampah
dipinggiran bantaran Kalianyar. Dengan begitu, penyuluhan maupun
teguran dari petugas kesehatan belum dapat membawa perubahan
yang nyata bagi perilaku kesehatan masyarakat khsusunya masyarakat
bantaran Kalianyar. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat
terjadi melalui proses belajar. Dengan mengalami akibat dari perilaku
seorang itu sendiri, misal dengan membuang sampah sembarangan
yang mengakibatkan banjir, maka orang tersebut akan mampu belajar
dari perilakunya yang terdahulu dan akan merubah serta memperbaiki
perilaku yang selanjutnya.
3. Perilaku
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga
berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30
menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak
134
merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar,
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan
tidak menyalahgunakan narkoba. Dari hasil penelitian, didapatkan
bahwa untuk penerapan dari indikator diatas diperlukan pemahaman
yang lebih akan pentingnya menerapkan perilaku kesehatan diri. Dari
beberapa indikator perilaku diatas, yang paling tidak mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat adalah aktifitas olahraga. Bagi mereka,
hal tersebut tidaklah penting untuk dilakukan. Melakukan pekerjaan
rumah sehari-hari sudah cukup melelahkan menurut pandangan
sebagian masyarakat bantaran Kalianyar. Padahal setiap bulannya ada
senam yang diadakan oleh posyandu maupun PKK, dengan tujuan agar
ibu-ibu ikut serta dalam aktifitas tersebut, akan tetapi kembali kepada
kesadaran masing-masing individu untuk mau menerapkannya.
Sedangkan indikator lainnya telah diterapkan oleh sebagian besar
masyarakat. Tidak ada penyuluhan khusus untuk mendorong
masyarakat agar menerapkan indikator perilaku tidak merokok,
mencuci tangan dengan menggunakan sabun, menggosok gigi serta
tidak menyalahgunakan narkoba. Perilaku tersebut sudah terbentuk
dari saat mereka kecil hingga sekarang. Kelompok pergaulan juga
memperngaruhi perilaku seseorang. Lingkungan pergaulan dapat
disebut juga sebagai anggota kelompok acuan. Perilaku seseorang
135
dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Seperti indicator yang masuk
dalam aspek perilaku, sebagian besar memang diperngaruhi oleh
lingkungan pergaulan. Seperti perilaku tidak merokok, tidak
mengkonsumsi miras dan narkotika, melakukan aktifitas olahraga, dsb.
4. Kesehatan Masyarakat
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali.
Dalam hal ini, kedua indikator kesehatan masyarakat diatas merupakan
sikap pemerintah dalam bentuk penyediaan sarana kesehatan oleh yang
dapat dijangkau oleh masyarakat. Dari hasil penelitian, didapatkan
bahwa penyediaan sarana kesehatan oleh pemerintah khususnya Dinas
Kesehatan Kota Surakarta sebagian besar telah dapat dijangkau oleh
masyarakat luas. Sebanyak 60% masyarakat telah menjadi peserta dari
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dalam rangka pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, Sedangkan masyarakat yang tidak menjadi
peserta dari fasilitas pelayanan kesehatan tersebut disebabkan oleh
kurangnya informasi maupun ketidakpedulian dari masyarakat itu
sendiri. Padahal, semua petugas kesehatan seperti kader posyandu
telah menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Sedangkan
untuk indikator pemberantasan sarang nyamuk, pemerintah telah
136
menyediakan sarana fogging yang juga dapat diakses oleh masyarakat.
Akan tetapi sejauh ini, fasilitas tersebut hanya digunakan untuk
pelayanan bagi masyarakat atau daerah yang pernah mengalami kasus
penyakit seperti demam berdarah, dan itupun sangat jarang dilakukan.
Dengan begitu, pemerintah kurang menunjukkan atau memberikan
dukungan terhadap penyediaan maupun penggunaan fasilitas ini.
Penyediaan fasilitas kesehatan apabila tidak diikuti dengan himbauan,
dukungan maupun peraturan tidak akan berjalan dengan baik.
d. Faktor Lingkungan, adalah segala factor baik fisik, biologis maupun social
budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat
kesehatan.
1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan dengan
menggunakan tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi,
Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan
dalam jumlah yang seimbang. Indikator-indikator ini merupakan
upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan diri, keluarga
maupun masyarakat. Dari hasil penelitian, indikator persalinan dengan
menggunakan tenaga kesehatan merupakan upaya masyarakat untuk
menjaga keselamatan diri serta bayinya, karena mereka percaya bahwa
petugas tersebut memiliki ketrampilan di bidangnya. Ada juga warga
137
yang memiliki keluhan khusus atau trauma dengan persalinan
sebelumnya, sehingga mereka lebih memilih petugas kesehatan yang
terampil karena kesehatan dan keselamatan akan lebih terjamin. Sama
halnya dengan indikator pemberian ASI Eksklusif , konsumsi makanan
dalam jumlah yang seimbang dan penimbangan balita, bahwa
masyarakat menerapkan perilaku kesehatan tersebut demi memelihara
kesehatan diri, keluarga maupun masyarakat. Selain itu, penerapan
perilaku-perilaku diatas juga merupakan hasil adopsi (perubahan)
perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang selanjutnya akan
berubah menjadi sikap (penilaian) dan tindakan. Seperti ibu-ibu
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya serta melakukan
penimbangan balita karena mereka tahu manfaat dari perilaku tersebut,
sehingga kecenderungan perilaku tersebut akan bersifat
tetap/langgeng. Dari pengetahuan tersebut, akan berkembang menjadi
sikap (penilaian) dari seseorang dan selanjutnya akan dipraktekkan apa
yang menurutnya baik dan pantas untuk ditiru. Selain upaya untuk
memelihara kesehatan diri, perilaku memberikan ASI Eksklusif,
penimbangan balita, persalinan dengan menggunakan tenaga
kesehatan merupakan perilaku yang dilakukan dari hasil interaksi
antara petugas kesehatan dan masyarakat. Perilaku tersebut terbangun
dari adanya anjuran, sosialisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan
138
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Seperti penjelasan yang
diberikan oleh petugas posyandu bahwa pembuat kebijakan berupaya
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar berperilaku
sehat.
2. Kesehatan Lingkungan
Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah
memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, setiap anggota
rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi,
dan lantai rumah kedap air. Indikator dalam aspek kesehatan
lingkungan dipengaruhi oleh faktor lingkungan itu sendiri. Lingkungan
langsung berpengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang. Dari hasil
penelitian perilaku pemanfaatan air bersih, jamban sehat, membuang
sampah pada tempatnya, ventilasi yang cukup serta lantai rumah kedap
air merupakan upaya pemeliharaan lingkungan sekitar untuk
menunjang peningkatan kesehatan. Indikator tersebut telah diterapkan
oleh sebagian besar masyarakat, akan tetapi masih ada warga yang
tidak memiliki jamban keluarga dan memanfaatkan sungai untuk
membuang hajat. Hal tersebut juga merupakan pengaruh dari lokasi
sungai yang memungkinkan warga melakukan perilaku tersebut.
Faktor lokasi juga mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku seperti
139
itu belum menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kesadaran untuk
menjaga dan memelihara lingkungan sekitar. Walaupun keberadaan
sungai memungkinkan masyarakat untuk melakukan berbagai aktifitas,
akan tetapi masyarakat bantaran jarang sekali memanfaatkan air sungai
untuk mandi, mencuci, dan minum. Mereka memiliki akses sendiri
untuk mendapatkan air bersih dengan menggunakan sanyo atau
memiliki sumur sendiri.
3. Perilaku
Indikator yang termasuk didalamnya adalah anggota rumahtangga
berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30
menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, anggota keluarga tidak
merokok, mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar,
menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta tidak minum miras dan
tidak menyalahgunakan narkoba. Dari hasil penelitian, kesadaran
masyarakat untuk menjaga kesehatan fisik menyebabkan masyarakat
menerapkan perilaku seperti tidak merokok, mencuci tangan,
menggosok gigi, serta tidak mengkonsumsi miras serta narkoba. Selain
itu, larangan agama untuk mengkonsumsi minuman keras serta
narkoba juga menjadi faktor pendorong bagi masyarakat, karena jika
masyarakat menerapakan perilaku tersebut akan ada dampak sosial
dari kehidupan masyarakat berupa gunjingan, celaan, dan lain-lain.
140
Untuk itu, dapat dikatakan bahwa faktor sosial dari masyarakat juga
dapat menimbulkan perubahan pada perilaku seseorang, khususnya
disini adalah perilaku kesehatan.
4. Kesehatan Masyarakat
Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dari
hasil penelitian, indikator kesehatan masyarakat yang berupa menjadi
peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat diperngaruhi oleh faktor
ekonomi dan sosial. Tingkat pendapatan seseorang sangat menentukan
apakah orang tersebut dapat menjangkau berbagai pelayanan khsusnya
disini adalah pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat miskin yang
masih memiliki kendala dalam menjangkau pelayanan
kesehatan/berobat seperti kekurangan biaya, pemerintah menyediakan
fasilitas kesehatan berupa JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan)
yang berupa askes dan jamkesmas. Fasilitas tersebut akan memberikan
kemudahan bagi masyarakat khususnya masyarakat kalangan bawah
dalam upaya pencarian pelayanan kesehatan. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa dari informan yang berasal dari kalangan
menengah keatas, mereka tidak menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan karena mereka sudah merasa mampu untuk menjangkau
141
pelayanan kesehatan tanpa harus menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan tersebut. Dengan begitu, faktor ekonomi juga
memperngaruhi perilaku masyarakat dalam menentukan pencarian
pelayanan kesehatan.
D. Evaluasi Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga
Penelitian ini merupakan evaluasi kualitatif yaitu penelitian terhadap
program yang sudah atau sedang berjalan dimana bertujuan untuk mengukur
akibat dan dampak dari suatu program sebagai landasan bagi penyusunan
kebijaksanaan dan rancangan program yang akan datang. Proses evaluasi
dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya
suatu program. (Michael Quinn Patton, 2006: 30).
Sedangkan menurut Herbert H. Hyman penelitian evaluasi adalah
prosedur penemuan fakta tentang aksi-aksi social yang direncanakan. Dari definisi
tersebut didalamnya mencakup 2 substansi yaitu, aspek konseptual : yaitu adanya
hubungan aktifitas dengan tujuan yang diinginkan, serta aspek metodologis yeitu
bagaimana mengukur akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas
program.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi mengandung
pengertian:
142
1. dari sudut spesifikasi obyeknya berarti menilai hasil berbagai macam
program yang dilaksanakan pemerintah berkaitan dengan problem yang
dihadapi masyarakat.
2. dari sudut teknik penilaian merupakan cara untuk mengumpulkan data
yang diperlukan untuk menilai hasil dari program pemerintah tadi.
3. dari sudut analisisnya akan dapat menunjukkan hasil akhir (kesimpulan)
dari kegiatan menilai program pemerintah tersebut, apakh efektif atau
tidak, mempunyai dampak positif lebih daripada negatifnya atau
sebaliknya.
M. T. Feurstein (1986 : 8) menyatakan bahwa hasil evaluasi berarti
membantu mereka yang terlibat dalam banyak jenis program pengembangan
untuk menafsir nilai pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Dalam Penelitian ini
untuk melihat keberhasilan dari suatu program yang telah dicanangkan dan
dilaksanakan, peneliti menggunakan indicator yang diungkapkan oleh M.T
Feurstein yang mencakup 9 indikator untuk menilai efektivitas terhadap
pelaksanaan suatu program yaitu antara lain :
1. Availabilitas yaitu aspek itu sesuatu itu ada dan tersedia
Yang dimaksudkan disini adalah lokasi yang dijadikan sebagai tempat
untuk pelaksanaan program dan juga alokasi dana dari pemerintah
serta sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan program.
Kelurahan Mojosongo khususnya bantaran Kalianyar yaitu Kampung
143
Sabrang Lor RT 05 RW 08 merupakan salah satu wilayah di kota
Surakarta dimana program PHBS pada tatanan rumah tangga
dilaksanakan. Sedangkan dana yang dialokasikan untuk pelaksanaan
program ini masih sangat terbatas, standar biaya pelaksanaan program
PHBS ini juga disesuaikan dengan kemampuan daerah masing-masing
sehingga pelaksanaannya belum dapat maksimal. Untuk wilayah Kota
Surakarta, menurut pelaksana program dana yang dialokasikan untuk
pelaksanaan program PHBS tatanan rumah tangga juga masih sangat
minim yaitu sebesar Rp 43.793.000,00. Dana tersebut apabila
digunakan untuk pelaksanaan program dengan sasaran seluruh
masyarakat kota Surakarta sangat tidak mencukupi. Untuk pencapaian
keberhasilan dan hasil yang maksimal, diperlukan perencanaan
financial yang matang agar semua tepat sasaran.
2. Relevansi yaitu seberapa jauh sesuatu hal dapat dikatakan relevan
dengan tujuan diadakannya program.
Tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga
di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak,
gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan
kesehatan masyarakat. Program PHBS juga diarahkan untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
144
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan
untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara
dan meningkatkan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Akan tetapi, tujuan itu tidak akan berjalan dengan
baik dan sesuai rencana tanpa adanya kerja sama yang baik antara
pelaksana program dan masyarakat sebagai sasaran program. Kemauan
dan kesadaran dari masyarakat juga sangat mempengaruhi
keberhasilan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk
mencapai Solo Sehat 2010. Sejauh ini, menurut pemerintah,
masyarakat keseluruhan khususnya bantaran Kalianyar belum
memiliki kesadaran yang kuat untuk menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat, sehingga diperlukan usaha yang lebih dari pelaksana
program untuk meningkatkan pemahaman terhadap masyarakat. Hal
tersebut sesuai dengan salah satu alasan diluncurkannya program ini
yaitu untuk mengubah paradigma masyarakat dari paradigma sakit
menjadi paradigma sehat. Dimana paradigma sakit selama ini
masyarakat berfikir bahwa apabila sakit, masyarakat miskin dapat
berobat dengan gratis dan mudah, akan tetapi pemerintah ingin
mengubah pola pikir tersebut agar masyarakat tidak berfikit untuk
145
berobat, akan tetapi berusaha untuk berperilaku sehat dan tidak sakit.
3. Aksesabilitas yaitu aspek sesuatu yang ada benar-benar terjangkau
oleh mereka yang memerlukan.
Sasaran dari program PHBS adalah seluruh masyarakat yang tinggal
diwilayah kota Surakarta. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada
wilayah bantaran Kalianyar, Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08.
Masyarakat dari semua kalangan, yaitu dari kalangan atas sampai
kalangan bawah dituntut kemauan dam kesadarannya untuk
menerapkan perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Para
petugas kesehatan berusaha memberikan pengarahan, penyuluhan serta
keteladanan bagi seluruh masyarakat melalui sosialisasi secara door to
door kepada anggota keluarga. Masyarakat dapat memperoleh
berbagai informasi tentang kesehatan melalui sosialisasi tersebut.
Pelaksanaan program PHBS ini juga untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemauan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS dan agar
anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan PHBS di
masyarakat.
4. Kebergunaan yaitu sejauh mana sesuatu yang telah dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan.
Tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga
146
di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak,
gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan
kesehatan masyarakat. Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program
PHBS, program ini kurang dilaksanakan dengan baik sesui rencana
yaitu berupa pembekalan pengetahuan, sosialisasi kepada masyarakat
serta pendataan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah
tangga dengan mengisi blangko yang telah disediakan. Pada petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis, terdapat upaya pemberdayaan
masyarakat yang berupa advokasi, bina suasana dan gerakan
masyarakat. Akan tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan,
pernyataan tersebut disetujui oleh pembuat kebijakan maupun
pelaksana kegiatan. Sangat sulit untuk memanfaatkan sumber daya
yang ada, dengan berbagai keterbatasan termasuk keterbatasan biaya.
Akan tetapi, sarana dan prasarana yang ada juga telah dimanfaatkan
untuk mendukung pelaksanaan program PHBS tersebut, misal ATK
dan blangko pengisian PHBS. Menurut pendapat dari salah satu kader
posyandu, sebenarnya pelaksanaan program ini kurang maksimal dan
kurang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.
Untuk itu, kedepannya diharapkan dari pembuat kebijakan serta
pelaksana kegiatan lebih konsisten dalam menjalankan suatu program.
5. Ketercakupan yaitu aspek program yang sudah mencakup dari
147
masyarakat yang menjadi sasaran program.
Program PHBS ini diperuntukkan bagi seluruh masyarakat di wilayah
Kota Surakarta dan dikhususkan pada tatanan rumah tangga. Dari
jumlah indikator perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga
yang berjumlah 16, akan di bagi menjadi 4 aspek program prioritas
yaitu :
- Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
- Kesehatan Lingkungan
- Perilaku
- Kesehatan Masyarakat
Menurut pembuat kebijakan, keempat aspek program prioritas tersebut
sudah mampu mencakup segala kebutuhan dan permasalahan pada
tatanan rumah tangga. Akan tetapi, dengan melihat hasil dari
pelaksanaan program, pemerintah ingin lebih meningkatkan
pengetahuan masyarakat agar mereka mampu mengenali sendiri
permasalahan dalam rumahtangga yang selanjutnya hal tersebut bisa
menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah.
6. Kualitas yaitu menunjukkan kualitas atau standar tertentu yang ingin
dicapai.
Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkan
petugas-petugas kesehatan yang meliputi petugas puskesmas,
148
kelurahan, petugas posyandu serta ibu-ibu PKK. Berbicara kualitas tak
lepas dari kinerja dimana ukuran pas dan tepat apabila sesuatu itu
dikerjakan oleh ahlinya. Pelaksana program PHBS di Kampung
Sabrang Lor RT 05 RW 08 adalah para petugas poyandu Anggrek.
Peran petugas kesehatan tersebut bisa meningkatkan kualitas
pelaksanaan program PHBS khususnya pada tatanan rumah tangga.
Dalam pelaksanaannya, pelaksana program juga harus meningkatkan
pelaksanaan program dengan dukungan dari berbagai pihak,
khususnya kerjasama dari masyarakat untuk mengenali dan mengatasi
masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga dan agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara
dan meningkatkan kesehatan diri maupun keluarga.
7. Usaha yaitu menunjukkan apa dan berapa banyak yang diinvestasikan
dalam pelaksanaan program untuk mencapai tujuan
Dalam proses pelaksanaan program PHBS hingga saat ini berbagai
usaha terus digalakkan oleh pemerintah khususnya Dinas Kesehatan
kepada masyarakat maupun pelaksana program. Berbagai usaha yang
telah dilakukan antara lain pelatihan-pelatihan kepada pelaksana
program lebih sering diadakan, sosialisasi dengan membuat selebaran
juga sudah dilakukan, juga penjelasan kepada masyarakat tentang
bahaya dari tidak berperilaku sehat dan juga keuntungannya melalui
149
film, video, foto maupun gambar. Akan tetapi semuanya memang
kembali kepada kesadaran dan kemauan dari masing-masing individu
untuk mau menerapkan perilaku-perilaku yang diharapkan.
8. Efisiensi yaitu merupakan aspek sumber daya dan aktifitas telah
dimanfaatkan dengan baik.
Berdasarkan penjelasan dari pembuat kebijakan, pengkajian sumber
daya yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS
disini antara lain :
Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan
pelatihan yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas
sektor
Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah
dan sumbernya seperti penyediaan ATK untuk pencatatan dan
pelaporan.
Dalam hal pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat,
sumber daya yang terlibat didalamnya diantaranya adalah petugas
puskesmas, kader posyandu, aparat kelurahan, RT maupun RW
setempat serta ibu-ibu yang tergabung dalam PKK. Mereka merupakan
orang-orang yang dipercaya sebagai wakil dari kalangan masyarakat
untuk mendapatkan kajian dari pembuat kebijakan yaitu Dinas
Kesehatan Kota Surakarta berupa pelatihan dan sosialisasi dari
150
pemerintah. Selanjutnya, apa yang mereka dapatkan dari kajian-kajian
tersebut nantinya harus mereka sampaikan dalam bentuk pengarahan
dan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang apa saja yang mereka
dapatkan terkait dengan kesehatan baik kesehatan diri maupun
lingkungan sekitarnya. Pelaksana program perilaku bersih dan sehat
merupakan sumber daya yang terlatih dengan pembekalan melalui
beberapa kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan
komitmen pengelola program. Sedangkan sarana lain yang digunakan
berupa ATK atau blangko pendataan PHBS tatangan rumah tangga
yang digunakan untuk mencatat perilaku keseharian masyarakat.
Blangko tersebut akan ditempel didepan rumah masing-masing kepala
keluarga. Diperlukan kerjasama yang baik antara pelaksana program
agar program ini dapat terlaksana dengan baik dan tertib.
9. Hasil : merupakan hasil akhir dari pelaksanaan program.
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu
program yang digalakkan oleh Kantor Pusat Promosi Kesehatan yang
merupakan bagian dari Departemen Kesehatan dengan tujuan untuk
memberdayakan setiap individu agar sadar, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tujuan
memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Selain itu
bermanfaat pula untuk mencegah terjadinya penyakit dan melindungi
151
diri dari ancaman penyakit. Program tersebut bertujuan juga untuk
menambah tingkat pengetahuan seseorang tentang sehat-sakit.
Dengan adanya sosialisasi dan pengarahan tersebut, dapat dilihat
bahwa ada perubahan yang terjadi dalam perilaku masyarakat dalam
kesehariannya. Dalam aspek Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
masyarakat dalam hal ini khususnya ibu-ibu mulai memperhatian hal
tersebut. Dengan adanya pengarahan dari kader posyandu, para ibu
mulai rutin dan tertib membawa anak mereka ke posyandu setiap
bulannya untuk menimbang dan imunisasi dengan tujuan untuk
mengetahui perkembangan anak. Hal-hal lain seperti gaya hidup dan
perilaku kesehatan juga mulai menampakkan perubahan, ditandai
dengan berkurangnya perilaku merokok, mengkonsumsi minuman
keras serta narkotika.
Terlepas dari keberhasilan diatas, terdapat pula kekurangan dalam
upaya pelaksanaan program PHBS tersebut. Untuk aspek kesehatan
lingkungan seperti penggunaan jamban sehat dan pembuangan sampah
masih menjadi masalah yang perlu dipecahkan bagi pembuat
kebijakan. Hal tersebut dikarenakan perilaku masyarakat bantaran
sungai yang masih belum bisa dikatakan sehat, terbukti dengan masih
banyaknya warga yang membuang sampah disungai dan masih ada
sebagian warga yang membuang hajat disungai, tepatnya dibelakang
152
rumah mereka. Perilaku tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan
pencemaran lingkungan sekitar yang langsung berhubungan dan
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Selain hal diatas, aspek kesehatan masyarakat juga masih perlu
ditingkatkan untuk mencapai keberhasilan. Yang termasuk didalamnya
adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kepesertaan dalam
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Untuk PSN, masih kurangnya
perhatian dan kepedulian masyarakat masih perlu diperhatikan. Selain
itu, Pelayanan yang disediakan pemerintah kota Surakarta dalam hal
kesehatan seperti Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dapat dlihat
bahwa belum semua lapisan masyarakat dapat mengakses pelayanan
kesehatan tersebut. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat
akan adanya pelayanan tersebut masih sangat kurang. Oleh karena itu
diperlukan sosialisasi yang lebih untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat akan pentingnya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
khususnya bagi masyarakat miskin.
Melihat uraian diatas, program ini belum bisa dikatakan berhasil
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Dari hasil penelitian,
didapatkan bahwa dari informan yang berjumlah 10, hanya sebesar
60% yang masuk kategori Sehat Utama, sedangkan 40% masuk dalam
kategori Sehat Madya. Sedangkan, harapan dari Dinas Kesehatan Kota
153
Surakarta, standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan
masyarakat adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%.
Dengan begitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai
Solo Sehat 2010. Untuk itu, dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan program PHBS untuk mencapai Solo Sehat 2010
diwilayah bantaran Kalianyar khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05
RW 08 ini belum maksimal. Untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, diperlukan kesadaran masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat dalam upaya memeliharan kesehatan diri
maupun lingkungan. Hal tersebut belum atau masih kurang tecermin
dalam perilaku keseharian masyarakat bantaran Kalianyar. Masih
banyak aspek yang perlu ditingkatkan, baik pemahaman maupun
sarana yang telah disediakan. Selain hal tersebut, hal yang perlu
ditingkatkan adalah aspek partisipasi masyarakatnya. Masyarakat juga
perlu diajak serta mengidentifikasi dan membahas masalah kesehatan
serta mencari alternatif pemecahan masalah-masalah itu. Artinya,
masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi dari petugas
kesehatan, melainkan ikut aktif mencari masalah kesehatan yang
dirasakan penduduk, memikirkan jalan keluarnya, mencari sumber
daya yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah
tersebut, serta ikut dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan. Dengan
154
begitu, akan memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat
tentang kesehatan dan mereka merasa ikut merencanakan suatu
kegiatan kesehatan sehingga dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
mereka lebih termotivasi untuk berperan serta.
Perlu juga dari pihak pembuat kebijakan serta petugas terlatih
menanamkan kesadaran dan motivasi kepada masyarakat. Dalam hal
ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang
benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik
secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film,
slide, photo, gambar, atau cerita, bagaimana bahayanya perilaku yang
tidak sehat, dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini
diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk
berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun
ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang
berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan
pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk
berperilaku sehat.
155
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu factor
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut,
pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Indonesia Sehat
2010 yang telah diterapkan Departemen Kesehatan merupakan visi yang ideal
tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu kehidupan
masyarakat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan
perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 didukung dengan telah ditetapkannya
Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Salah satu subsistem dari SKN adalah
subsistem pemberdayaan masyarakat. Selain itu, kebijakan nasional promosi
kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi
Nasional Promosi Kesehatan yaitu :”Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010
(PHBS 2010)”.
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan upaya untuk
156
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan
pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam
tatanan rumah tangga agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. PHBS merupakan wujud
keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkan
petugas-petugas kesehatan yang meliputi petugas puskesmas, kelurahan, petugas
posyandu serta ibu-ibu PKK sebagai pelaksana program. Pelaksana program
tersebut mendapatkan pembekalan berupa pelatihan, seminar, lokakarya serta
diskusi yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan yang selanjutnya mereka
akan memberikan sosialisasi, pemahaman, keteladanan serta dukungan kepada
masyarakat untuk mau menerapkan perilaku kesehatan yang sesuai dengan
keenambelas indicator PHBS tatanan rumahtangga. Serangkaian kegiatan
pembekalan tersebut dilakukan agar kelompok pelaksana ini dapat
mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta memotivasi petugas untuk
membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
157
Untuk wilayah bantaran Kalianyar, khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW
08, sosialisasi kepada masyarakat khsususnya kepada kepala rumah tangga
tersebut dilakukan oleh kader Posyandu setempat. Sedangkan sosialisasi yang
dilakukan oleh kader Posyandu tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman
dan keteladanan kepada masyarakat agar mereka sadar, mampu dan mau untuk
menerapkan perilaku kesehatan.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa dari informan yang berjumlah 10,
hanya sebesar 60% yang masuk kategori Sehat Utama, sedangkan 40% masuk
dalam kategori Sehat Madya. Sedangkan, harapan dari Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan masyarakat
adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%. Dengan begitu program
ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat 2010. Untuk itu, dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program PHBS untuk mencapai
Solo Sehat 2010 diwilayah bantaran Kalianyar khususnya Kampung Sabrang Lor
RT 05 RW 08 ini belum maksimal. Ada beberapa hal yang masih perlu
ditingkatkan, misalnya aspek partisipasi masyarakatnya. Masyarakat juga perlu
diajak serta mengidentifikasi dan membahas masalah kesehatan serta mencari
alternatif pemecahan masalah-masalah itu. Artinya, masyarakat tidak hanya pasif
menerima informasi dari petugas kesehatan, melainkan ikut aktif mencari masalah
kesehatan yang dirasakan penduduk, memikirkan jalan keluarnya, mencari
sumber daya yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah
158
tersebut, serta ikut dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan. Dengan begitu, akan
memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan
mereka merasa ikut merencanakan suatu kegiatan kesehatan sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut mereka lebih termotivasi untuk berperan serta.
B. SARAN
1. Untuk Kalangan Akademisi
a. Semoga penelitian ini dapat menggugah kita semua akan pentingnya
peran evaluasi dalam berbagai program yang berlangsung terutama
program yang menyangkut tentang kebijakan public yang menyangkut
kehidupan orang banyak, walaupun hasil penelitian ini masih jauh dari
sempurna.
b. Tidak ada lagi perbedaan baik buruk apa itu Penelitian Murni,
Penelitian Terapan, apa itu Kuantitaif, Kualitatif, Evaluasi dan apapun
juga itu semua hanyalah sebuah cara atau metode untuk menuju hasil
dalam penelitian.
2. Untuk Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
Pelaksanaan program PHBS seharusnya tidak hanya dari pelaksana
kegiatan yang memberikan informasi dan sosialisasi kepada tiap tatanan
rumah tangga dan masyarakat, akan tetapi pemerintah juga harus berusaha
mengajak masyarakat untuk ikut serta mengidentifikasi dan membahas
159
masalah kesehatan serta mencari alternatif pemecahan masalah-masalah
itu. Sehingga pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga
semakin bertambah.
3. Untuk Pelaksana Program, khusunya Kader Posyandu. Pendekatan kepada
tiap-tiap anggota keluarga lebih ditingkatkan lagi mengingat perilaku dari
masyarakat bantaran Kalianyar masih kurang mencerminkan perilaku
yang sehat. Pendekatan yang dilakukan harus sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis yang ada yaitu pemberdayaan masyarakat
melalui advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Pemahaman
mereka akan kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan perlu
ditingkatkan.
4. Untuk Informan, perlu disadari bahwa untuk menjaga kesehatan baik diri,
keluarga maupun lingkungan sekitar, faktor kesadaran dari diri sendiri
merupakan faktor yang paling penting untuk menjaga serta
meningkatkannya. Hal tersebut merupakan salah satu upaya pencegahan
(preventif).
160
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Lawrence W. Green et, al, diterjemahkan oleh Zulazmy mamdy dkk.
Perencanaan Pendidikan Kesehatan, Sebuah Pendekatam Diagnostik.
Proyek Pengembangan FKM-UI. Dik. Bud.RI
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Rineka Cipta. Jakarta
Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. PT
Raja Grafindo Persada. Jakartas
Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media. Jakarta
Sarwono, Solita. 1997. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University Press.
Yogyarakrta
Sutopo, H.B. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sebelas Maret University Press.
161
Y. Slamet, M.Sc. 2006. Metode Penelitian Sosial. UNS Press
Sumber Selain Buku :
1. Dokumen
Buku Paket Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Bagi Pekarya Kesehatan,
Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta. 1986
Data Demografi Kelurahan Mojosongo tahun 2010
Data Monografi Kelurahan Mojosongo tahun 2010
Data Geografi Kelurahan Mojosongo tahun 2010
Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat Departemen
Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2002
Surakarta Dalam Angka th 2008
2. Jurnal
Journal of Health Promotion International Vol. 19. No. 3 © Oxford University
Press 2004. All rights reserved. Takehito Takano1,2,3 and Keiko
Nakamura2,3. Participatory research to enhance vision sharing for Healthy
Town initiatives in Japan
Journal Of Educational Research And Development. A Journal Of The Faculty Of
Education Ahmadu Bello University Zaria. Volume 1, No. 1, Nov. 2005.
The Influence Of Environmental Factors On The Adolescent’s Health By
Dr (Mrs.) M.A. Suleiman Department Of Physical And Health Education
162
Ahmadu Bello University, Zaria And Shehu, R. Adaramaja Department Of
Physical And Health Education University Of Ilorin, Ilorin, Nigeria
3. Website
Rsh.sagepub.com/
Heapro.Oxfordjournals.org
www.abu.edu.ng/
www.americanscience.org/journals
http://regionalinvestment.com
Dok.Timlo.Net/Aryo
163
Interview Guide Dinas Kesehatan
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pertanyaan
1. Sejak kapan program PHBS di luncurkan?
2. Bagaimana kondisi masyarakat sebelum diadakannya program PHBS?
3. Bagaimana pelaksanaannya?apakah sudah sesuai dengan petunjuk?
4. Adakah Perda, undang-undang atau Peraturan yang menaungi program
tersebut?
5. apakah program sudah sesuai dengan sasaran program?
6. Apakah permasalahan dalam masyarakat sudah tercakup dalam
program?
7. Apakah sarana dan prasarana pelaksanaan program telah digunakan
dengan baik?
8. Bagaimana akses masyarakat pada program PHBS?
9. Bagaimana system monitoring yang dilakukan?
10. Bagaimana yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas agar lebih
memberi dampak?
164
11. Adakah standar biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan program
ini?
12. Bagaimana penilaian dari Dinas Kesehatan untuk menilai bahwa
program itu sudah berhasil atau tidak?
165
Hasil Wawancara Dinas Kesehatan
Nama : Endah
Umur : 51 Tahun
Alamat : Solo
Pekerjaan : PNS
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Ak. Penilik Kesehatan
Pertanyaan
1. Sejak kapan program PHBS di luncurkan?
Jawab : tahun 2000 mulai benar-benar diluncurkan dan dilaksanakan
2. Bagaimana kondisi masyarakat sebelum diadakannya program PHBS?
Jawab : sesuai dengan alasan diluncurkannya program, yaitu
mengubah paradigma sakit masyarakat ke paradigma sehat. Agar
masyarakat tidak berfikir untuk berobat, akan teapi berusaha untuk
berperilaku sehat dan tidak sakit. Jadi, ya seperti itu kondisi
masyarakat sebelumnya, kesadaran untuk berperilaku sehat belum
terbangun.
3. Bagaimana pelaksanaannya?apakah sudah sesuai dengan petunjuk?
Jawab : dengan memberikan pelatihan kepada petugas posyandu,
puskesmas, PKK. Pelatihan tersebut bentuknya sosialisasi, lokakarya,
seminar serta pembelajaran tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan kesehatan baik diri maupun lingkungan. Hasil dari pelatihan
tersebut nantinya akan disampaikan dalam bentuk sosialisasi kepada
masyarakat luas, dengan tujuan untuk mendidik dan memotivasi
166
masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat. selanjutnya akan
dilakukan pendataan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah
tanggga dengan mengisi blangko PHBS yang telah disediakan oleh
pembuat kebijakan.
Keterbatasan sumber daya dan biaya menjadikan pelaksanaan
program ini kurang maksimal menurut penilaian kita (Pembuat
kebijakan). Juklak dan juknis kurang diperhatikan.
4. Adakah Perda, undang-undang atau Peraturan yang menaungi program
tersebut?
Jawab : sampai saat ini belum ada, akan ada banyak payung hukum
kalau setiap program harus ada payung hukumnya, sedangkan
program dari Solo Sehat ini sangat banyak
5. Apakah program sudah sesuai dengan sasaran program?
Jawab : sasaran dari program PHBS ini adalah seluruh masyarakat
kota Surakarta dari berbagai macam golongan. Dengan tujuan agar
masyarakat sadar untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam
rangka memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Jadi program ini memang dikonsepkan seperti itu,
semua masyarakat dari berbagai golongan harus menerapkan
perilaku tersebut.
6. Apakah permasalahan dalam masyarakat sudah tercakup dalam
program?
Jawab : permasalahan pada tatanan rumahtangga sudah tercakup
dalam 4 aspek program prioritas yaitu Gizi dan KIA, Kesehatan
Lingkungan, Perilaku ddan Kesehatan Masyarakat.
7. Apakah sarana dan prasarana pelaksanaan program telah digunakan
dengan baik?
Jawab : Standar biaya masih sangat minim, sarana dan prasarana
167
untuk saat ini masih berupa ATK, Penjajagan sumber daya yang harus
digunakan semaksimal mungkin
8. Bagaimana akses masyarakat pada program PHBS?
Jawab : inti dari pelaksanaan program ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan,
jadi masyarakat dapat memperoleh informasi tersebut melalui
sosialisasi yang dilakukan oleh pelaksana program
9. Bagaimana system monitoring yang dilakukan?
Jawab : setiap tahunnya hasil dari pendataan PHBS tatanan rumah
tangga di setiap daerah akan dievaluasi dan di bandingkan dengan
hasil pendataan pada tahun sebelumnya. Dengan melihat dari hasil
perbandingan tersebut, nantinya akan diketahui kekurangan atau
kelemahan dari setiap indikator PHBS tatanan rumah tangga.
Selanjutnya kekurangan tersebut akan menjadi bahan intervensi. Dan
juga perlu ditingkatkan pengarahan dari petugas terlatih tadi.
10. Bagaimana yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas agar lebih
memberi dampak?
Jawab : pelatihan-pelatihan, seminar, diskusi lebih sering diadakan,
sosialisasi dengan membuat selebaran juga sudah dilakukan. Akan
tetapi semuanya memang kembali kepada kesadaran dan kemauan
dari masing-masing individu untuk mau menerapkan perilaku-perilaku
yang diharapkan. Ilmu itu memang mahal untuk didapatkan, jadi
memang pengetahuan dari setiap orang memang harus benar-benar
digali lebih dalam lagi.
11. Adakah standar biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan program
ini?
Jawab : biaya untuk pelaksanaan program ini sangat minim untuk
dapat digunakan untuk melaksanakan program PHBS, jadi
168
pelaksanaan maupun hasil yang didapatkan juga belum dapat
maksimal
12. Bagaimana penilaian dari Dinas Kesehatan untuk menilai bahwa
program itu sudah berhasil atau tidak?
Jawab : Harapan dari kita khususnya Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan
masyarakat adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak
65%. Dengan begitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil
mencapai Solo Sehat 2010. sejauh ini, masih banyak yang harus
ditingkatkan lagi, khususnya untuk indicator perilaku tidak merokok.
Masih banyak sekali warga yang kurang memahami bahaya dari
perilaku tersebut. Perilaku merokok berasal dari teman dekat,
khususnya dengan jenis kelamin sama. Sebagai makhluk sosial,
manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubugan dengan
orang lain atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan
sosial. Dengan adanya dorongan sosial tersebut, manusia akan
mencari orang lain untuk mengadakan interaksi. Di dalam interaksi
sosial, individu akan menyesuaikan diri dengan yang lain atau
sebaliknya, sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari
lingkungan sosialnya. Untuk itu, sangat sulit untuk merubah perilaku
yang sudah mendarah daging dan bisa dikatakan kecanduan.selain
itu, untuk Perilaku pemberantasan sarang nyamuk juga perlu
diperhatikan lagi serta ditingkatkan pemahamannya serta
fasilitasnya.untuk masyarakat bantaran khsusunya, banyak juga
warga yang masih memanfaatkan sungai untuk membuang hajat.
Padahal dari pihak pembuat kebijakan telah mengantisipasi hal
tersebut dengan mendirikan WC umum yang dapat digunakan untuk
masyarakat umum,
169
Interview Guide
Kader Posyandu
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pertanyaan
1. sejak kapan program PHBS digalakkan?
2. apakah ada pelatihan atau penyuluhan tentang pelaksanaan program PHBS
dari pembuat kebijakan?
3. darimana anda mendapatkan pelatihan atau penyuluhan tersebut?
4. bagaimana bentuk pelatihan atau penyuluhan tersebut?
5. setelah mendapatkan pelatihan atau penyuluhan, apakah para kader
posyandu melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang termasuk sasaran
program PHBS?
6. bentuk sosialisasinya seperti apa?
7. apakah ada perubahan pola perilaku masyarakat setelah mendapatkan
sosialisasi tersebut?
8. bagaimana cara menilai atau menggunakan indikator keberhasilan PHBS?
170
Hasil Wawancara
Kader Posyandu
Nama : Ibu Widati
Umur : 50 tahun
Alamat : Kampung Sabrang Lor, Kelurahan Mojosongo
Pekerjaan : PNS
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Pertanyaan
1. sejak kapan program PHBS digalakkan?
Jawab : “program itu diluncurkan sekitar tahun 1996 oleh Pusat Promosi
Kesehatan”
2. apakah ada pelatihan atau penyuluhan tentang pelaksanaan program PHBS
dari pembuat kebijakan?
Jawab : “ada”
3. darimana anda mendapatkan pelatihan atau penyuluhan tersebut?
jawab : ”kalau saya yang merupakan perwakilan kader posyandu dari RT
05 mendapatkan pelatihan atau penyuluhan dari Dinas Kesehatan,
Akademi Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Ibu-ibu PKK, dan juga dari
pak RW”
4. bagaimana bentuk pelatihan atau penyuluhan tersebut?
Jawab : “Penyuluhan tersebut berupa sosialisasi atau pengarahan
mengenai kesehatan, pemberantasan sarang nyamuk, kebersihan, dan
171
lain-lain sejenisnya. Selain itu juga dikasih petunjuk untuk mengisi
blangko data PHBS yang digunakan untuk pendataan perubahan perilaku
masyarakat setelah mendapatkan pengarahan dan sosialisasi dari petugas
terlatih. Kajian-kajian seperti itu sering dilakukan oleh pembuat
kebijakan, kalau saya sudah pernah mengikuti sebanyak 3 kali, karena
saya termasuk orang baru di posyandu, tetapi saya selalu aktif untuk hal-
hal seperti itu”
5. setelah mendapatkan pelatihan atau penyuluhan, apakah para kader
posyandu melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang termasuk sasaran
program PHBS?
Jawab : “iya, saya hanya melakukan sosialisasi khusus di RT 05, karena
saya merupakan kader perwakilan dari RT tersebut. untuk RT lain sudah
ada wakilnya sendiri biasanya”
6. bentuk sosialisasinya seperti apa?
Jawab : “tentu, kita sebagai kader posyandu berkewajiban untuk
mensosialisasikan apa yang telah kita dapatkan selama penyuluhan.
Sosialisasi tersebut saya lakukan door to door, kepada kepala rumah
tangga juga. Apabila ada ibu yang jarang datang ke posyandu untuk
menimbang anaknya, saya arahkan atau saya anjurkan untuk rutin datang
ke posyandu setiap bulannya. Kita berupaya memberikan dorongan
dengan imbalan materi maupun non materi. Misalnya, dengan
memberikan pengertian bahwa jika balita diberi ASI Eksklusif dan
ditimbang setiap bulannya maka balita akan tumbuh sehat (imbalan non
materi). Apabila ada anak yang berat badan turun atau kekurangan
asupan gizi saya juga menganjurkan untuk pemberian makanan tambahan
(PMT). Walaupun banyak petugas kesehatan seperti petugas posyandu
yang sudah tidak memiliki balita, kita tetap berbagi pengalaman dengan
masyarakat tentang penerapan perilaku-perilaku tersebut.Dari pembuat
172
kebijakan juga selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat untuk berperilaku sehat. Kunjungan saya tersebut juga
sebenarnya untuk mengetahui perkembangan anak khususnya. Selain
memberikan sosialisasi tersebut, saya juga sekaligus melakukan
pendataan PHBS dan untuk mengetahui kebiasaan sehari-harinya”
7. apakah ada perubahan pola perilaku masyarakat setelah mendapatkan
sosialisasi tersebut?
Jawab : “saya melihat ada perubahan setelah ada sosialisasi dan
pengarahan tentang kesehatan itu, untuk ibu yang jarang datang ke
posyandu, setelah mendapatkan pengarahan jadi sering/rutin datang
keposyandu untuk menimbang anaknya dan imunisasi. Pemberian
makanan tambahan kepada anak juga sepertinya benar-benar dilakukan,
terbukti dengan kesehatan dan berat badan anak menjadi meningkat.
Begitupun untuk hal yang lain, walaupun tidak semua perilaku juga
berubah, akan tetapi saya melihat pengarahan tersebut ada manfaatnya.
Setiap orang kan berbeda, kadang juga ada yang tidak terlalu peduli
dengan hal-hal seperti ini mbak”
8. bagaimana cara menilai atau menggunakan indikator keberhasilan PHBS?
Jawab : “itukan sudah ada JUKNIS (petunjuk teknis) tentang indikator
PHBS tatanan rumah tangga, indikatornya ada 16 poin, kemudian dibagi
4 aspek prioritas. Pertama kelompok KIA dan Gizi, kedua adalah
kelompok kesehatan lingkungan, ketiga kelompok gaya hidup/perilaku dan
yang keempat adalah kelompok kesehatan masyarakat. Untuk penilaian
itu ada IPKS (indeks potensi keluarga sehat) dari sehat 1 sampai sehat 4.
kalau semua indikator sudah terpenuhi, Visi Solo Sehat 2010 juga secara
otomatis sudah tercapai. Tapi menurut saya kondisi masyarakat disini
sudah bisa dikatakan perilakunya sehat, jadi menurut saya tidak harus
semua indikator terpenuhi, program ini sudah bisa dikatakan berhasil”
173
Interview Guide
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pertanyaan
Persalinan dengan tenaga kesehatan.
1. Bagaimana proses anda melahirkan, normal atau seisar?
2. anda melahirkan dengan menggunakan tenaga dokter, bidan atau
yang lain?
3. apa alasaanya?
4. bagaimana keuntungan maupun kerugian?
Pemberian ASI eksklusif pada bayi.
1. apakah anda memiliki balita?
2. apakah anda memberikan ASI pada bayi anda?alasannya?
3. balita anda minum susu formula atau ASI?
4. Sampai umur berapa balita anda minum susu formula atau ASI?
Penimbangan balita.
1. apakah anda memiliki balita?
2. kemana anda biasanya membawa anak anda untuk ditimbang?
3. kapan anda membawa balita anda ke posyandu untuk ditimbang,
seminggu sekali atau sebulan sekali?
4. bagaimana perkembangan/pertumbuhan badan anak anda?
174
Sarapan/Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang
seimbang.
1. apakah setiap hari keluarga anda sarapan?
2. apakah anda mengetahui tentang gizi seimbang?
3. apakah anda mengetahui tentang 4 sehat 5 sempurna?
4. biasanya apa saja menu anda untuk makan sehari-hari?
5. apakah alasan anda memilih menu tersebut?
6. apakah menurut anda sudah memenuhi gizi seimbang?
Memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
1. apakah anda menggunakan air yang bersih untuk mimum,
mencuci ataupun mandi?alasannya?
2. darimana anda mendapatkan air bersih?alasannya?
3. seberapa jauh akses anda untuk mendapatkan air bersih?
Menggunakan jamban sehat.
1. apakah dirumah anda tersedia jamban?
2. dimanakan anda biasanya membuang hajat?
3. apakah jamban tersebut merupakan jamban keluarga, jamban
umum ataukah berupa tempat terbuka seperti sungai?
4. jika iya, apakah menurut anda jamban tersebut sudah memenuhi
criteria jamban sehat?
Membuang sampah pada tempatnya.
1. apakah dirumah anda tersedia tempat sampah?
2. dimanakah anda biasanya membuang sampah?
3. biasanya dimanakah anda membuang sampah setelah sampah
menumpuk?
4. berapa hari sekali anda membuang sampah ketika sampah sudah
penuh?
175
5. apakah anda melakukan pemilahan terhadap sampah organik dan
non organik?
6. apakah setelah sampah menumpuk itu langsung dibakar atau
dibiarkan begitu saja?
Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9
meter persegi.
1. berapa ukuran rumah yang anda tempati sekarang?
2. berapa jumlah anggota keluarga yang menempati rumah
tersebut?
Lantai rumah kedap air.
1. bagaimana kondisi lantai rumah anda?
2. lantai rumah anda terbuat dari apa?
3. apakah seluruh ruangan anda lantainya kedap air atau hanya
sebagian ruangan saja?
Anggota rumah tangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga
atau aktifitas fisik 30 menit per hari, dilakukan 3-5 kali per minggu.
1. apakah anda pernah melakukan aktifitas olahraga?
2. olahraga apakah yang anda gemari?
3. apakah alasannya dan apakah tujuan anda melakukan aktifitas
tersebut?
4. kapankah anda biasa melakukan aktifitas tersebut?
Anggota keluarga tidak merokok.
1. apakah anggota keluarga anda ada yang merokok?
2. apakah alasannya?
3. biasanya dalam satu hari menghabiskan berapa batang rokok?
4. tahukah anda tentang bahaya merokok?
Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan setelah
buang air besar.
176
1. apakah setelah melakukan aktifitas anda mencuci tangan dengan
sabun?
2. aktifitas apa sajakah yang membuat anda harus mencuci tangan?
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari.
1. berapa kali anda menggososk gigi dalam sehari?
2. kapan anda menggosok gigi?
3. apakah alasannya?
Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba.
1. apakah anggota keluarga anda ada yang mengkonsumsi minuman
keras?
2. apakah alasannya?
3. tahukan anda tentang bahaya mengkonsumsi minuman keras?
Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
1. apakah keluarga anda menjadi peserta JPK, Askes atau
Jamkesmas?
2. apakah anda mengetahui adanya fasilitas kesehatan tersebut?
3. apakah anda dapat mengakses fasilitas kesehatan tersebut dengan
mudah?
Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu
sekali.
1. apakah dirumah anda terdapat banyak nyamuk?
2. bagaimana anda mengatasi hal tersebut?
3. apakah anda pernah melakukan fogging?kapan?
177
HASIL WAWANCARA
No InformanPertanyaan
KeteranganPersalinan dengan tenaga kesehatan
1 I “saya dulu waktu melahirkan normal semua
mbak, dua-duanya pake bidan semua, bidan
Banjarsari. Dulu mikirnya juga masalah biaya
juga, saya kan orang ga’ punya, kalau bidan kan
lebih murah. Saya waktu hamil kondisi
kesehatan saya baik-baik saja, jadi saya ga takut
kalau Cuma harus pake bidan “
Memenuhi
Indikator
2 II “proses melahirkan dalem normal semua mbak,
anak dalem empat. dalem ini orang miskin, jadi
dalem gak berani pake dokter, takut mahal. Dulu
dalem pake bidan, alhamdulillah semua lancer
dan biaya murah. Maklum mbak suami dalem
sudah meninggal, gak ada yang nyari duwit.
dalem Cuma buruh pabrik”
Memenuhi
Indikator
3 III “normal semua mbak, anak saya banyak, ada
yang pake bidan, ada yang pake dukun bayi.
Saya dulu ga ada perasaan takut waktu
melahirkan jadi gak perlu ke dokter, cukup bidan
atau dukun bayi saja. Masalah biaya juga sih
mbak. Pake bidan atau dukun juga semua anak
saya lahir selamat dan saya sehat, masalah
kesehatan saya pasrahkan sama Allah”
Memenuhi
Indikator
4 IV “dulu saya normal mbak, pake bidan di RS Panti
Kosala dan Kustati. Biayanya murah dan waktu
Memenuhi
Indikator
178
hamil ataupun melahirkan saya juga ga terlalu
rewel.jadi tidak ada perasaan takut”
5 V “normal semua mbak, pakenya bidan. Lha yang
deket rumah ya itu, biayanya juga lebih murah,
ga ada Rp 500.000,00.”
Memenuhi
Indikator
6 VI “dulu saya normal semua mbak, sebenarnya anak
saya banyak tapi gagal semua, ini tinggal 1. dulu
pake jasa dokter, ya karena banyak kegagalan itu
saya jadi takut kalau selain dokter, kan terjamin
keselamatannya”
Memenuhi
Indikator
7 VII “Dulu saya normal, pake tenaga bidan.
Alasannya ya karena deket rumah, selain itu
sudah mantap dang a ada keluhan. Biaya nya pun
murah”
Memenuhi
Indikator
8 VIII “Normals semua, dulu pake bidan, yang paling
dekat dengan rumah saya. Biaya juga murah”
Memenuhi
Indikator
9 IX “Normal semua saya waktu melahirkan, pake
bidan dan dokter. Yang pertama pake bidan,
karena jaraknya jauh jarak kelahiran anak saya,
jadi yang kedua pake dokter, takut
membahayakan diri saya. Untungnya
keselamatan saya jadi terjamin”
Memenuhi
Indikator
10 X “normal semua mbak, pake bidan. Alasannya
yak arena ga ada keluhan apa2, bayarnya juga ga
terlalu mahal”
Memenuhi
Indikator
179
No InformanPertanyaan
KeteranganPemberian ASI eksklusif pada bayi.
1 I “anak saya paling kecil umunya 5 tahun mbak,
dulu saya kasih ASI khusus untuk 6 bulan, itu
anjuran dari bu bidan, selanjutnya masih saya
kasih ASI Cuma juga minum susu kaleng,
sekarang ASInya sudah berhenti dan minum
susu bendera sampai sekarang.
Memenuhi
Indikator
2 II “dalem tidak memiliki balita mbak, anak dalem
umurnya udah 10 tahun. Tapi dulunya dalem
kasih ASI Eksklusif selama 6 bulan juga sampai
2 tahun. Setelah itu dalem kasih tajin, maklum
ga punya uang.”
Memenuhi
Indikator
3 III “saya ga punya anak kecil mbak. Tapi dulunya
saya kasih ASI 6 bulan dan SUN sampe 2 tahun
dan saya kasih tajin juga sama kacang ijo. Saya
ga kuat beli susu kaleng mbak”
memenuhi
Kriteria
4 IV “saya punya anak umurnya 3,5 tahun. Dulu saya
kasih ASI 6 bulan, kata bidan saya itu udah
aturan dan penting. Setelah itu saya kasih
Cerelac. Tapi sampai umur sekarang Cuma saya
kasih susu bendera
Memenuhi
Indikator
5 V “anak saya yang kecil umurnya 5 tahun, dulunya
saya kasih ASI Eksklusif, setelah itu masih ASI
juga selama 2 tahun, sekarang masih minum
susu tapi susu foemula, susu bendera”
Memenuhi
Indikator
6 VI “saya sudah tidak punya balita mbak. Tapi Memenuhi
180
dulunya itu ya saya kasih ASI eksklusif selama 6
bulan. Selain murah, itu juga dianjurkan oleh
rosul untuk kecerdasan anak. Susu formula itu
setelah umur 6 bulan, tapi ASI nya juga masih
jalan sampai 6 tahun.”
Indikator
7 VII “saya tidak punya balita, akan tetapi dulu anak
saya juga saya kasih ASI eksklusif selama 6
bulan. Untuk ketahanan dan pertumbuhan anak.
Selain itu setelah pemberian ASI Eksklusif Saya
juga kasih susu formula”
Memenuhi
Indikator
8 VIII “saya sudah tidak punya balita mbak, tapi
dulunya juga saya kasih ASI eksklusif.. minum
asinya sampai umur 2 tahun, tapi saya ga kasih
susu formula”
Memenuhi
Indikator
9 IX “saya tidak memiliki balita, tapi anak saya dulu
juga saya kasih ASI Eksklusif, selain itu juga
pake susu formula, Sustagen. ASInya sampai 2
tahun mbak”
Memenuhi
Indikator
10 X “udah ga punya balita mbak, kalau anak saya
dulu saya kasih ASI Eksklusif selama 6 bulan.
Setelah itu masih minum ASI sampai 1,5 tahun”
Memenuhi
Indikator
181
No InformanPertanyaan
KeteranganPenimbangan balita.
1 I “anak saya biasaya saya timbang di posyandu
RW ini, selama sebulan sekali tiap hari rabu
mbak. Perkembangannya naik turun, tapi sering
turun. Lha makannya susah banget.”
Memenuhi
Indikator
2 II “dalem ga punya anak kecil mbak, tapi dulunya
dalem timbang juga di posyandu RW ini, sebulan
sekali. Perkembangannnya sih ga tentu, kadang
naik kadang turun. Lebih sering turun. “
Memenuhi
Indikator
3 III “saya ga punya anak kecil, tapi dulu
ditimbangkan di posyandu di RW 5 sebulan
sekali. Alhamdulillah semuanya bagus
perkembangannya.”
Memenuhi
Indikator
4 IV “biasanya anak saya ditimbang di posyandu RW
ini, selama sebulan sekali mbak.
Perkembangannnya sering naik mbak, dulu
waktu sakit pernah turun.”
Memenuhi
Indikator
5 V “kalau anak saya biasanya ditimbang di
Posyandu RW mbak, sebulan sekali.
Perkembangannya normal, stabil terus mbak”
Memenuhi
Indikator
6 VI “saya tidak memiliki balita, tapi dulunya anak
saya pasti saya timbang di Kustati mbak,
imunisasi juga disana selama sebulan
sekali.perkembangannya sih naik turus, tapi lebih
sering naik”
Memenuhi
Indikator
7 VII “anak saya dulu saya timbang di Puskesmas Memenuhi
182
mbak setiap sebulan sekali, pertumbuhannya
juga normal”
Indikator
8 VIII “biasanya anak saya dulu saya timbang di
Posyandu RW selama sebulan sekali.
Perkembangana anak saya normal”
Memenuhi
Indikator
9 IX “anak saya dulu timbangnya di RS Dr. Oen
setipa bulannya mbak, perkembangannya bagus
semua”
Memenuhi
Indikator
10 X “Kalau nimbang itu biasanya dulu saya bawa ke
posyandu RW selama sebulan sekali.
Pertumbuhannya bagus sekali mbak”
Memenuhi
Indikator
183
No Informan
Pertanyaan
Keterangan
Sarapan/mengkonsumsi beraneka ragam
makanan
dalam jumlah yang seimbang
1 I “tiap hari keluarga saya sarapan mbak. Biasanya
sih Cuma pake tempe tahu, mie goreng, menurut
saya itu sudah bergizi. Itu yang murah sih mbak
dan lebih praktis buat anak-anak. Saya ga tau tu
mbak gizi seimbang, yang saya tahu gizi
seimbang tu ya makanan bergizi.”
Tidak memenuhi
Indikator
2 II “sarapan itu pasti mbak, macem macem lauknya,
kadang sambel teri, bothok. Cari yang murah,
walaupun sebenarnya belum bisa dikatakan
bergizi, tapi mau gimana lagi. Setau dalem gizi
seimbang itu ya Tahu, Tempe, Telur dan dan
Daging mbak.”
Tidak memenuhi
Indikator
3 III “tiap hari sarapan mbak, tapi lauknya ga tentu.
Lebih seringnya tahu sama tempe. Lha yang
murah ya itu. Tapi menurut saya itu kurang
bergizi sebenarnya. Saya kurang tahu masalah
gizi seimbang atau empat sehat lima sempurna tu
mbak.”
Tidak memenuhi
Indikator
4 IV “tiap hari pasti sarapan mbak, ga tentu menunya.
Kadang sayur, tahu tempe, itu yang paling
murah. Menurut saya itu sudah memenuhi gizi
seimbang. Yang saya tahu gizi seimbang itu ya
Tidak memenuhi
Indikator
184
makanan yang banyak gizi, misalnya sayuran,
nasi, susu, buah dan daging mbak”
5 V “pasti sarapan mbak, biasanya lauknya pake telur
atau sayur, itu yang cepet dan praktis. Menurut
saya itu sudah memenuhi gizi seimbang, setau
saya gizi seimbang itu ya Nasi, Lauk, sayur,
buah dan susu”
Tidak memenuhi
Indikator
6 VI “jam 6 pagi pasti sudah tersedia sarapan mbak.
Kalau saya tiap hari pake daging, yang pasti itu
susu dan buah harus ada. Biasanya sesuai selera
mbak. Kalau menu itu ya menurut saya sdah
memenuhi gizi seimbang”
memenuhi
Indikator
7 VII “sarapan kadang-kadang mbak, saya kalau pagi
kerja. Menunya kadang-kadang sayur, tahu,
tempe untuk kesehatan tubuh. Menurut saya gizi
seimbang itu nasi, sayur, lauk, buah dan susu.
Mekanan yang saya makan menurut saya sudah
termasuk gizi seimbang”
memenuhi
Indikator
8 VIII “pasti sarapan, biasanya menu sehari-haru telur,
itu yang cepat dan praktis. Gizi seimbang
menurut saya makanan yang mengandung
banyak gizi. Kalau yang saya konsumsi sehari-
hari sebenarnya kurang memenuhi gizi
seimbang, adanya Cuma itu”
Tidak memenuhi
Indikator
9 IX “sarapan itu harus buat keluarga saya, biasanya
lauknya ya sayur sama tahu tempe atau perkedel.
Biar anak saya sehat semua. Menurut saya itu
Memenuhi
Indikator
185
sudah memenuhi gizi seimbang”
10 X “Pasti sarapan mbak, biasanya menunya ya
sayuran sama tahu atau tempe, itu yang praktis.
Insyaallah itu sdah memenuhi gizi seimbang”
Tidak Memenuhi
Indikator
186
No Informan
Pertanyaan
KeteranganMemanfaatkan air bersih untuk keperluan
sehari-hari
1 I “kalau saya sih pake air sumur mbak buat nyuci,
mandi atau minum. Alasannya sih karena airnya
bersih dan deket ambilnya. Cuma di belakang
rumah”
Memenuhi
Indikator
2 II “dalem ada sanyo sendiri mbak. Jadi kalau mau
apa-apa ya pake air itu, deket sih Cuma
dibelakang rumah, saya sambungkan sama
sumur”.
Memenuhi
Indikator
3 III “saya punya sanyo sendiri mbak, jadi kalau mau
nyuci, mandi atau minum ya pake air itu. Deket
kox mbak, wong dibelakang rumah saya”
Memenuhi
Indikator
4 IV “biasanya saya pake air sumur mbak, kalu
minum saya masak dulu. Lha lebih mudah
dapetnya, gak jauh, Cuma dibelakang rumah”
Memenuhi
Indikator
5 V “saya selalu pake air dari sanyo kalau mau
mandi, nyuci, dan minum mbak. Saya punya
sanyo sendiri dibelakang rumah”
Memenuhi
Indikator
6 VI “keluarga saya minum air Axogy, kalau mandi
atau nyuci ya ada PDAM, saya juga punya
sumur atau sanyo sendiri”
Memenuhi
Indikator
7 VII “untuk mencuci, mandi dan minum saya pakai
air sumur dirumah, alasannya karena saya punya
sendiri dan dekat dengan rumah”
memenuhi
Indikator
187
8 VIII “saya pakai air ledeng mbak untuk kebutuhan
sehari-hari. Tapi menurut saya itu masih kurang
bersih”
Tidak memenuhi
Indikator
9 IX “kalau minum saya pake air gallon, tapi kalau
nyuci dan mandi saya pake air sumur tapi saya
suling biar bersih. Sumurnya ada dibelakang
rumah, jadi dekat aksesnya”
Memenuhi
Indikator
10 X “Saya pake air gallon kalau minum, tapi untuk
mandi dan nyuci saya pake PDAM”
Memenuhi
Indikator
188
No InformanPertanyaan
KeteranganMenggunakan Jamban Sehat
1 I “Saya ga punya WC mbak, kalau buang hajat
saya dan keluarga ya ke sungai belakang rumah.
Gak ada biaya mbak buat bikin WC”
Tidak memenuhi
Indikator
2 II “dirumah dalem ga ada WC mbak, biasanya
kalau mau buang hajat ya di sungai belakang
rumah itu, deket kox, pas belakang rumah
dalem”
Tidak memenuhi
Indikator
3 III “dirumah saya ada WC mbak, ya itu WC buat
satu keluarga. Menurut saya sih sudah sehat, tapi
ya jarang dibersihkan, kalau pas terlihat kotor
baru dibersihkan”
memenuhi
Indikator
4 IV “kalau WC sih saya punya mbak dirumah, ya itu
WC keluarga. Menurut saya termasuk WC yang
sehat, kira-kira ya satu bulan sekali dibersihkan
suami saya”
memenuhi
Indikator
5 V “saya punya WC mbak, kalau mau buang hajat
ya langsung disitu. Ini WC keluarga, menurut
saya sudah sehat, dibersihkan 2 hari sekali”
memenuhi
Indikator
6 VI “dirumah saya WCnya banyak mbak, WC
pribadi semua. Menurut saya sehat sekali, tiap
hari dibersihkan”
memenuhi
Indikator
7 VII “Dirumah saya ada WC keluarga mbak, menurut
saya sudah sehat, sering dibersihkan juga”
memenuhi
Indikator
8 VIII “ada mbak kalau WC, menurut saya sudah
bersih, kan yang pake Cuma keluarga, ga untuk
memenuhi
Indikator
189
umum”
9 IX “WC keluarga saya ada 3 mbak, bersih
semuanya. Keluarga kalau buang hajat ya disitu
semua”
Memenuhi
Indikator
10 X “ada WC mbak, semua keluarga kalau buang
hajat langsng disitu, menurut saya sudah bersih,
yang pake kan Cuma keluarga sendiri”
Memenuhi
Indikator
190
No InformanPertanyaan
KeteranganMembuang sampah pada tempatnya
1 I “tempat sampah ga ada mbak. Sampahnya
dibuang asal gitu, dibelakang atau didepan
rumah, kalau sudah kotor ya disapu trus di buang
dibelakang rumah atau kesungai. Saya ga tau
sampah organic tu apa, ga terlalu memperhatikan
mbak”
Tidak memenuhi
Indikator
2 II “itu mbak ,tempat sampahnya dalem taruh diluar.
Kalau buang ya disitu, ga pake dipilah-pilah,
langsung dibuang gitu aja. Trus kalau sudah
penuh saya buang ke sungai tiap 2 hari sekali.
Memenuhi
Indikator
3 III “saya ga punya tempat sampah mbak, tiap hari
kalau buang sampah ya di belakang rumah, tapi
ga ke sungai lho ya wong saya tau itu dilarang.
Biasanya kalau sudah menumpuk ya dibakat gitu.
Pemilahan ga pernah tu mbak, asal dibuang aja”
Tidak memenuhi
Indikator
4 IV “tempat saya ga ada tempat sampah mbak,
biasanya buangnya langsung ke sungai. Tiap hari
ya kesitu. Saya gak tau tu mbak tentang
pemilahan sampah, jadi saya ga pernah
melakukannya”
Tidak memenuhi
Indikator
5 V “tempat sampah ada didalam rumah mbak, kalau
sudah penuh ya langsung saya buang ke sungai
belakang rumah. Atau kadang juga dibakar. Ga
ada pemilahan sampah mbak”
Memenuhi
Indikator
6 VI “ada didalam rumah, tiap hari sampahnya kalau Memenuhi
191
penuh langsung dibuang ke TPA sama suami
saya. Ga da pemilahan sampah, langsung dibuang
begitu saja”
Indikator
7 VII “biasanya kalau buang sampah langsung ditempat
sampah yang ada dirumah, kalau sudah penuh
biasanya dibuang di sungai atau dibakar tiap hari.
Keluarga saya ga terlalu memperhatikan
pemilahan sampah”
memenuhi
Indikator
8 VIII “keluarga saya kalau buang sampah di belakang
rumah, itupun tidak ada pemilahan sampah, kalau
sudah menumpuk itu langsung dibakar tiap 2
minggu sekali”
Tidak memenuhi
Indikator
9 IX “dalam rumah ada tempat sampah, kalau sudah
penuh semua saya buang langsung di TPA tiap 4
hari sekali, itupun gak ada pemilahan organic
maupun non organic”
Memenuhi
Indikator
10 X “tempat sampahnya ada didepan rumah,
buangnya langsung isitu. Nanti kalau sudah
penuh itu di ambil ama tukang sampah tiap 2 hari
sekali, dan tidak ada pemilahan sampah mbak”
Memenuhi
Indikator
192
No Informan
Pertanyaan
Keterangan
Setiap anggota rumah tangga menempati
ruangan
minimal 9 meter2
1 I “ukuran rumah ini sih 25x10 m2. isi rumah ini
ya saya, suami dan anak-anak saya. Totalnya 4
orang”
memenuhi
Indikator
2 II “rumah dalem ukurannya 9x6 m2 mbak, trus ini
yang tinggal dalem sama anak dalem 3, jadi
empat orang”
memenuhi
Indikator
3 III “berapa ya ukurannya, kira-kira 12x6 m2, Cuma
3 orang mbak yang tinggal dirumah ini”
memenuhi
Indikator
4 IV “kira-kira 50m2 mbak ukurannya. Rumah ini
ditempati 4 orang, saya, suami dan anak saya 2”
memenuhi
Indikator
5 V “rumah saya ini ukurannya 10x6m2, yang
tinggal disini 4 orang mbak”
memenuhi
Indikator
6 VI “ukuran rumah saya ini 1700m2, yang tinggal
disini Cuma 3 orang”
memenuhi
Indikator
7 VII “rumah saya yang menempati 5 orang,
ukurannya 150m2 mbak”
memenuhi
Indikator
8 VIII “ini ukuran rumah saya 9x7m2, yang tinggal
disini 5 orang mbak”
memenuhi
Indikator
9 IX “ukurannya ini 8,5x14 m2 dan yang tinggal
disini 4 orang mbak”
Memenuhi
Indikator
10 X “ukuran rumah saya kira-kira 150 m2 dan
anggota keluarga yang tinggal disini 4 orang”
Memenuhi
Indikator
193
No InformanPertanyaan
KeteranganLantai rumah kedap air
1 I “ini lantainya dimester mbak, tapi Cuma ruangan
depan saja, yang belakang sana masih berupa
tanah mbak”
Tidak memenuhi
Indikator
2 II “rumah dalem ya kayak gini, keramik lantainya
tapi Cuma ruang tamu saja, yang lainnya masih
tanah mbak, Cuma gini mbak kondisinya”
Tidak memenuhi
Indikator
3 III “rumah saya ini lantainya dimester, seluruh
ruangannya begini mbak”
memenuhi
Indikator
4 IV “lantainya ya kayak gini mbak, mester ya
namanya. Seluruh ruangan rumah saya ya begini
lantainya”
memenuhi
Indikator
5 V “lantai saya ini masih mester mbak, Cuma
ruangan depan saja, yang belakang masih tanah
biasa”
Tidak memenuhi
Indikator
6 VI “lantainya sudah kedap air, terbuat dari keramik
semua sampai belakang rumah”
memenuhi
Indikator
7 VII “kondisi lantai sudah kedap air, terbuat dari
keramik mbak, dan keramiknya penuh seluruh
ruangan”
memenuhi
Indikator
8 VIII “ini lantainya sudah kedap walaupun mester, dan
penuh sampai belakang”
memenuhi
Indikator
9 IX “lantainya kedap air, keramik penuh sampai
belakang umah mbak”
Memenuhi
Indikator
194
10 X “ini keramik penuh mbak sampai belakang,
sudah kedap air menurut saya”
Memenuhi
Indikator
195
No Informan
Pertanyaan
Keterangan
Anggota rumahtangga berumur 10 tahun
keatas melakukan aktifitas fisik 30 menit
perhari, dilakukan 3-5x perminggu
1 I “olahraga pernah sih mbak, biasanya jalan-jalan
pagi, tapi jarang banget,kadang-kadang sebulan
sekali. Lari atau jalan-jalan itu kan olahraga
ringan mbak. Suami saya juga ga pernah, apalagi
anak saya juga masih kecil-kecil”
Tidak memenuhi
Indikator
2 II “aduh mbak, keluarga saya ga pernah olahraga,
tapi ga tau kalau anak saya, disekolah mungkin
ya ada olahraga”
Tidak memenuhi
Indikator
3 III “gak pernah mbak, olahraganya ya itu
mengerjakan pekerjaan rumah tangga tiap hari,
itu udah bikin badan seger kox mbak, kalau
olahraga kayak anak-anak muda ga pernah sama
sekali”
Tidak memenuhi
Indikator
4 IV “pernah mbak, tapi jarang banget, biasanya ikut
ibu-ibu PKK sebulan sekali. Suami dan anak
saya ga pernah olahraga sih mbak, kayak orang
kaya aja, suami dan anak saya juga ga pernah”
Tidak memenuhi
Indikator
5 V “ga ada yang olahraga mbak, tidak begitu
memperhatikan”
Tidak memenuhi
Indikator
6 VI “kalau saya senam seminggu sekali, tapi suami
dan anak saya ga pernah. Saya suka senam, bias
bikin langsing”
Tidak memenuhi
Indikator
196
7 VII “saya dan suami saya suka jalan sehat, bisa bikin
badan segar, biasanya dilakukan 4 kali dalam
seminggu”
Memenuhi
Indikator
8 VIII “saya sekeluarga tidak pernah olahraga mbak,
tidak terlalu memperhatikan”
Tidak memenuhi
Indikator
9 IX “keluarga saya tidak ada yang olahraga mbak, ga
hobi”
Tidak Memenuhi
Indikator
10 X “kalau anak saya hobinya futsal setiap hari, nah
saya seminggu tiga kali pasti senam sama teman
saya, biar badan sehat”
Memenuhi
Indikator
197
No InformanPertanyaan
KeteranganAnggota keluarga tidak merokok
1 I “suami saya dan keluarga saya ga merokok
mbak, buat makan aja susah, apalagi beli rokok.
Bahanya saya ga tau itu mbak”
memenuhi
Indikator
2 II “keluarga dalem setau dalem tidak ngrokok
mbak, tapi ga tau kalau anak dalem diluar sana.
Yang penting kan dalem udah kasih tau ke anak-
anak tentang bahanya bisa sesak nafas.”
memenuhi
Indikator
3 III “alhamdulillah ga ada yang merokok mbak, itu
semua kesadaran diri masing-masing mbak,
tidak baik buat kesehatan. Merokok itu kan
bahaya mbak buat paru-paru”
memenuhi
Indikator
4 IV “ga ada yang merokok mbak, apalagi suami
saya, uangnya ga cukup mbak kalau buat
ngrokok gitu, boros. Kalau bahaya merokok itu
kan biasanya jadi sakit paru-parunya”
memenuhi
Indikator
5 V “tidak ada yang merokok mbak disini, karena
kesadaran. Bahaya nya itu kan bias mengganggu
pernafasan, kanker, bahaya buat ibu hamil”
memenuhi
Indikator
6 VI “tidak ada mbak, suami saya sakit jantung.
Lagipula rokok itu kan bahaya sekali buat
kesehatan”
memenuhi
Indikator
7 VII “keluarga saya tidak ada yang merokok,
mubadzir uangnya, tuntunan Allah juga tidak
boleh. Selain itu bahayanya juga menyebabkan
kerusakan dalam tubuh, menimbulkan penyakit”
memenuhi
Indikator
198
8 VIII “hanya suami saya yang merokok, itu memang
hobi dan untuk menenangkan pikiran. Biasanya
sehari bisa habis satu bungkus, padahal juga tahu
bahanyanya”
Tidak memenuhi
Indikator
9 IX “suami saya ndak merokok mbak, biar anak-
anak saya ndak ikut-ikutan, biar kesehatannya
terjaga”
Memenuhi
Indikator
10 X “keluarga saya tidak ada yang merokok mbak,
sudah kebiasaan dari dulu. Lagian merokok kan
penyebab banyak penyakit”
Memenuhi
Indikator
199
No Informan
Pertanyaan
KeteranganMencuci tangan menggunakan sabun dan
setelah buang air besar
1 I “biasanya cuci tangan pake sabun juga mbak,
apalagi saya selalu ngajarin anak-anak untuk
cuci tangan. Baik itu makan, buang air besar,
sebelum tidur.”
memenuhi
Indikator
2 II “biasanya dalem dan anak-anak juga cuci tangan
pake sabun sebelum maupun sesudah makan,
kalau buang air besar itu pasti mbak. Cuci
tangannya biasanya ya kalau mau makan , masak
ama buang air besar itu”
memenuhi
Indikator
3 III “pasti cuci tangan mbak pake sabun. Tapi
kadang-kadang juga suka lupa. Biasanya setelah
masak, mencuci, makan dan buang air besar
selalu cuci tangan”
memenuhi
Indikator
4 IV “cuci tangan mbak pake sabun, tapi kalau makan
pake sendok ya ga cuci tangan. Tapi kalau habis
buang air besar selalu cuci tangan, habis nyuci
dan masak juga”
memenuhi
Indikator
5 V ‘pasti cuci tangan mbak, tapi ga pake sabun.
Biasanya setelah bekerja, makan dan buang air
besar selalu cuci tangan”
Tidak memenuhi
Indikator
6 VI “pasti cuci tangan, tapi ga pernah pake sabun.
Kalau habis nyiram bunga, sebelum makan,
sama buang air besar selalu cuci tangan”
Tidak memenuhi
Indikator
200
7 VII “selalu pake sabun, biasanya sehabis masak,
bersih-bersih, makan dan setiap habis buang air
besar”
memenuhi
Indikator
8 VIII “iya mbak, pasti pake sabun. Selain kedua hal
tersebut, setiap bersih-bersih dan masak juga
cuci tangan pake sabun”
memenuhi
Indikator
9 IX “Selalu pake sabun kalau habis buang air besar,
makan, masak, bersih-bersih mbak”
Memenuhi
Indikator
10 X “keluarga saya selalu membiasakan cuci tangan
pake sabun setelah makan, buang air besar dan
setiap habis pulang dari bepergian”
Memenuhi
Indikator
201
No InformanPertanyaan
KeteranganMenggosok Gigi minimal 2 kali sehari
1 I “biasanya kalau pagi dan sore aja mbak, malem
kalau ngantuk biasanya langsung tidur, lupa
gosok gigi. Gosok gigi biar mulutnya ga bau dan
giginya sehat”
memenuhi
Indikator
2 II “Biasanya dalem gosok giginya 2 kali mbak, ya
pagi dan sore. Kalau malam sebelum tidur
jarang, sering lupanya. Ya gosok gigi kan
tujuannya biar ga bau mulut mbak”
memenuhi
Indikator
3 III “pasti gosok gigi mbak, tiap pagi dan sore.
Malam juga tapi kadang-kadang, ga tiap hari.
Lha gigi saya udah rusak mbak, kalau ga dirawat
ya tambah rusak ntar”
memenuhi
Indikator
4 IV “Gosok giginya pagi dan sore mbak, kalau pas
mandi. Sebelum tidur sih ga pernah mbak. Itu
mbak, gosok giginya biar gak bau mulutnya”
memenuhi
Indikator
5 V “biasanya 2 x, setiap mandi pagi dan sore. Kalau
malem jarang, sering lupa. Gosok gigi itu
tujuannya biar ga bau mulut”
memenuhi
Indikator
6 VI “Gosok giginya 3x dalam sehari, pagi, sore dan
malam sebelum tidur. Biar ga bau dan kalau
tidur bisa nyenyak”
memenuhi
Indikator
7 VII “dua kali dalam satu hari keluarga saya selalu
gosok gigi, tiap pagi dan sore hari. Untuk
menjaga kebersihan gigi”
memenuhi
Indikator
8 VIII “biasanya dua kali, setiap mandi pagi dan sore memenuhi
202
hari mbak, biar giginya sehat” Indikator
9 IX “Setiap harinya gosok gigi itu 3 x mbak, pagi,
sore dan malam sebelum tidur, biar giginya
kuat”
Memenuhi
Indikator
10 X “tiap hari itu 3 x mbak, setiap pagi, sore dan
malam hari biar giginya sehat dan bersih”
Memenuhi
Indikator
203
No Informan
Pertanyaan
KeteranganTidak minum Miras dan tidak
menyalahgunakan narkoba
1 I “keluarga saya ga ada mbak yang minum
minuman kayak gitu. Keluarga saya agamanya
kuat sekali. Selain bahaya untuk kesehatan dan
keselamatan, kita berpegang pada ajaran agama “
memenuhi
Indikator
2 II “alhamdulillah ga ada yang minum mbak, dalam
islam itu dilarang. Bahayanya sih tau, merusak
kesehatan dan memicu tindak kejahatan, tapi
dalem tidak terlalu memperhatikan”
memenuhi
Indikator
3 III “ga ada yang minum minuman keras mbak, kan
haram. Dalam ajaran agama tidak boleh
dilakukan/itu larangan. Alasannya ya karena
agama tadi mbak”
memenuhi
Indikator
4 IV “ga ada mbak, minuman keras setau saya haram,
jadi keluarga saya tidak ada yang minum,
bahayanya saya kurang tau mbak”
memenuhi
Indikator
5 V “tidak ada yang mengkonsumsi minuman keras
mbak. Bisa merusak kesehatan”
memenuhi
Indikator
6 VI “tidak ada, dalam islam itu kan haram mbak.
Kalau bahayanya saya tidak tahu”
memenuhi
Indikator
7 VII “alhamdulillah ga ada yang minum miras,
tuntunan agama tidak memperkenankan. Selain
itu merusak kesehatan dan menimbulkan tindak
kejahatan”
memenuhi
Indikator
204
8 VIII “tidak ada yang mengkonsumsi minuman keras
mbak, ga ada gunanya. Kan juga bisa merusak
kesehatan”
memenuhi
Indikator
9 IX “tidak ada yang mengkonsumsi minuman keras
mbak, bahaya buat kesehatan tubuh”
Memenuhi
Indikator
10 X “alhamdulillah ga ada yang minum mbak,
haram. Selain itu mersak kesehatan dan
membahayakan jiwa”
Memenuhi
Indikator
205
No Informan
Pertanyaan
KeteranganMenjadi Peserta Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK)
1 I “keluaraga saya Cuma punya PKMS mbak dari
Puskesmas Gilingan, taunya ada pelayanan
kayak gitu dari saudara saya, ngurusnya cepet
banget Cuma satu hari”
memenuhi
Indikator
2 II “keluarga ga ada yang dapat jaminan kesehatan
mbak, dalem aja ga tahu ada fasilitas seperti itu,
ga ada sosialisasi dari RT”
Tidak memenuhi
Indikator
3 III “keluarga saya punya askes (asuransi kesehatan)
mbak, tahunya ya dari tetangga dan pak RT dan
waktu berobat ke rumah sakit. Cepet kox mbak
ngurusnya, satu hari langsung jadi”
memenuhi
Indikator
4 IV “keluarga saya pake askes mbak, dikasih tau
pak RT sih. Kalau saya gat au mudah apa
enggak, ini terima jadi dari RT”
memenuhi
Indikator
5 V “keluarga saya tidak punya JPK, sebenarnya
tahu ada pelayanan seperti itu, tapi malas
mengurusnya”
Tidak memenuhi
Indikator
6 VI “keluarga saya pake Askes mbak, tahu ada
fasilitas itu ya dari kantor. Cepet sekali
ngurusnya, sehari jadi”
memenuhi
Indikator
7 VII “keluarga saya memakai Askes, saya kan juga
pegawai negeri, tahunya dari kantor. Itupun
ngurusnya juga cepet banget”
memenuhi
Indikator
206
8 VIII “saya tidak memiliki JPK itu mbak, sebenarnya
saya tahu tapi telat bikinnya”
Tidak memenuhi
Indikator
9 IX “keluarga saya ndak pake JPK mbak, tahu sih
ada fasililitas tersebut, tapi tidak terlalu
memperdulikan”
Tidak Memenuhi
Indikator
10 X “berhubung saya PNS jadi saya pake Askes,
tahunya dari kantor, cepet mbak ngurusnya, satu
hari langsung jadi”
Memenuhi
Indikator
207
No Informan
Pertanyaan
KeteranganMelakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) minimal seminggu sekali
1 I “banyak mbak nyamuknya, kalau dikamar pake
kelambu, ga pernah pake obat nyamuk. Saya ga
terlalu memperhatikan sarang nyamuk, kalau
fogging pernah tapi satu kali, dari pemerintah”
Tidak memenuhi
indikator
2 II “nyamuk sih banyak mbak, keluarga saya pake
lotion. Dalem ga terlalu memperhatikan sarang
nyamuk,.foggingnya itu dari pemerintah, kalau
inisiatif sendiri tidak pernah”
Tidak memenuhi
indikator
3 III “banyak nyamuk, biasanya pake obat nyamuk
bakar dan selimut. Rumah saya ga pernah di
fogging, yang pernah itu orang yang kena DB,
itupun dari pemerintah. Tidak terlalu gagas
sarang nyamuk, keluarga saya sejah ini sehat-
sehat saja”
Tidak memenuhi
indikator
4 IV “rumah saya nyamuknya banyak banget mbak,
biasanya kalau banyak nyamuk dikasih obat
nyamuk bakar atau lotion. Jarang mbak kalau
nguras bak kamar mandi, lha saya ga tau kalau
itu jadi sarang nyamuk. Kalau fogging pernah
tapi sudah lama banget, dari pemerintah”
Tidak memenuhi
indikator
5 V “banyak sekali nyamuknya, biasanya pake obat
nyamuk baker. Kalau fogging dulu pernah dari
pemerintah, kalau inisiatif sendiri tidak pernah.
Tidak memenuhi
indikator
208
Sarang nyamuk itu saya taunya di bak kamar
mandi, seminggu sekali saya kuras”
6 VI “banyak nyamuk, tiap hari pake baygon semprot
itu. Kalau fogging sendiri tiap bulan itu 2 kali.
Dari pemerintah juga pernah tapi jarang,
seminggu sekali rumah saya dibersihkan secara
keseluruhan”
memenuhi
indikator
7 VII “banyak nyamuk juga mbak dirumah saya,
biasanya pake baygon semprot itu. Foggingpun
ga pernah ada dari pemerintah, yang saya
lakukan biasanya nguras kamar mandi, selain itu
tidak pernah”
Tidak memenuhi
indikator
8 VIII “nyamuknya banyak sekali mbak, saya pake obat
nyamuk baker dan lotion. Dulu pernah ada
fogging dari pemerintah sebanyak 3 x. kalau
pemberantasan sarang nyamuk itu Cuma nguras
kamar mandi seminggu sekali”
Tidak memenuhi
indikator
9 IX “ada nyamuk tapi sedikit, saya pake itu lho
mbak, kawat nyamuk di setiap sudut ruangan
biar nyamuknya ga bisa masuk. Belum pernah di
fogging rumah saya, rumah saya bersih jadi
mungkin ga ada sarang nyamuk”
Tidak memenuhi
indikator
10 X “nggak ada nyamuknya mbak rumah saya, jadi
menurut saya tidak perlu ada pemberantasan
sarang nyamuk gitu”
Tidak memenuhi
indikator