fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas ... fileilmu politik universitas hasanuddin...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGELOLAAN WISATA BAHARI DI KEPULAUAN
DERAWAN KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian Persyaratan
Untuk mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Oleh DEFI ARIANTI SAFITRI
E12112110
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iv
Pembimbing 2 : A. Murfhi S.Sos, M.Si ( )
KATA PENGANTAR
“Assalamu Alaiukum Warahmatullahi Wabarakatu”
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Pengelolaan Wisata Bahari di Kepulauan Derawan
Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1) pada Prodi Ilmu Pemerintahan
dan Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah mudah.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menemukan berbagai hambatan
dan tantangan, namun hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi
berkat tekad dan upaya keras serta tentunya dukungan dari berbagai
pihak.
Pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang tak terhingga kepada Orang Tua tercinta Bapak, Masunu Made
dan Ibu, Nurmi yang telah memberikan seluruh cinta dan kasih sayang,
mengikhlaskan cucuran keringat dan air mata, serta ketulusan untaian doa
v
dan pengorbanan tiada henti demi keberhasilan penulis, yang hingga
kapanpun penulis tak mampu membalasnya. Terima kasih yang sebesar-
besarnya serta penghargaan setinggi-tingginya juga penulis sampaikan
kepada :
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA selaku Rektor Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta seluruh staffnya
3. Dr. H. Andi Samsu Alam , M.Si selaku ketua Departemen Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Pemerintahan beserta seluruh staf pegawai lingkungan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin khususnya
jurusan Ilmu Pemerintahan.
4. Dr. Hj. Nurlinah, M.Si selaku ketua prodi Ilmu Pemerintahan beserta
seluruh staf pegawai di lingkungan prodi Ilmu Pemerintahan
5. Bapak Dr. A. M. Rusli, M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak A. Murfhi
selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
penulis dari awal proposal hingga skripsi ini selesai.
6. Para tim penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran
dalam upaya penyempurnaan skripsi ini.
vi
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membagi
ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
8. Pemerintah Kabupaten Berau yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di kabupaten Berau.
9. Terimakasih untuk segala pihak yang terlibat dalam hal ini Dinas
Pariwisata dan kebudayaan kabupaten Berau, Badan Pendapatan Daerah
(Bappeda), PT. Bhumi Manimbora Interbuana, PT. Maratua Paradise,
Ketua RT Kecamatan Derawan dan Kecamatan Maratua beserta
masyarakat setempat, wisatawan asing maupun wisatawan lokal serta
semua pihak yang telibat. Terimakasih atas segala dukungan dan bantuan
serta meluangkan waktunya kepada penulis selama melakukan kegiatan
penelitian.
10. Saudara- saudara terkasih penulis, Ardis, Sri Wulandari dan Azis. Terima
kasih untuk waktu bersama selama ini dan selalu memberikan dukungan
kepada penulis. Semoga kita selalu bisa membahagiakan Bapak dan Ibu
di kehidupan dunia dan akhirat.
11. Untuk sahabat terkasih Andrian Akbar, Terima kasih untuk waktu,
pengertian dan dukungannya selama ini, yang siap mendengarkan keluh
kesah penulis tanpa mengeluh, semoga juga secepatnya bisa
menyelesaikan studinya.
12. Terimakasih untuk saudara Multi L, Musdalifah, Rismala Sari S, Radiana
Eka, A. Rewo Batari untuk cerita yang pernah hadir diantara kita, untuk
vii
segala canda, tangis, tawa yang pernah kita ukir 5 tahun bersama.
Terkhusus untuk Saudara Pembimbing Susilawati, terimakasih untuk
semua ilmu dan bantuannya dalam pengerjaan skripsi penulis. Semoga
kebersamaan ini tetap terjaga.
13. Terimakasih untuk saudara-saudara seperjuangan Fraternity 2012
Irmayanti, Nur Willy, Yuyun, Mety, Lipia, Masyita, Pera, Harnida, Opick,
Harman, Indra, Fitrah, Randi, Urlick, Patunggai, Chaidir, Ruri, Fajri,
Ardiyanto, Asnaldi, Wahyu, Ilham dan Marwan, Terimakasih atas cerita
yang diukir bersama-sama selama ini serta doanya. Terkhusus saudara
yang masih berjuang, Ferdinand, Algazali, Afdal Karim, Wirawan, A.
Nurhadi, Erwin, JS Aswin Bahar, Muchlis, Eky, dan Dedi , Selamat
Berjuang.
14. Terimakasih Kepada Kanda dan Dinda kader merdeka dan militan
HIMAPEM FISIP UNHAS, Aufklarung 09, Volksgeist 10, Enlightment 11,
Lebensraum 13, Fidelitas 14, Federasi 15, dan Verenigen 16. Terimakasih
atas segala pengalaman, cerita dan bantuannya selama ini, Jayalah
Himapemku, Jayalah Himapem Kita.
15. Terimakasih untuk teman-teman Badan Eksekutif Mahasiswa periode
2016-2017 yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Terimakasih atas
pengalaman dan ilmu barunya.
viii
16. Terimakasih untuk keluarga besar KKN MIANGAS gel. 93, untuk keluarga
baru penulis keluarga Mama daeng. Terimakasih telah menjadi saudara
dan keluarga baru walaupun dalam waktu yang singkat.
17. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu- persatu,
yang patut mendapatkan ucapan terimakasih. Akhirnya, skripsi ini selesai
semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun pada orang
lain/instansi yang terkait.
18. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal’ Alamin.
Makassar, 15 Agustus 2017
P E N U L I S
ix
INTISARI
DEFI ARIANTI SAFITRI. NIM E121 12 110. ANALISIS PENGELOLAAN
WISATA BAHARI DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR, di bawah bimbingan Dr. A.M. RUSLI,
M.Si dan A. MURFI, S.Sos, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dan
pengembangan wisata bahari di Kepulauan Derawan Kabupaten Berau
Provinsi Kalimantan Timur yang dikelola oleh pemerintah, pihak swasta,
pemerintah bersama pihak swasta. Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak terkait, terkhusus
pemerintah daerah yang mengelola daerah-daerah wisata untuk dijadikan
bahan acuan dan bahan pembelajaran..
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif. Pengumpulan
data dilakukan menggunakan teknik wawancara, observasi dan sajian
pustaka,. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara teknik analisis
data kualitatif dan selanjutnya membuat kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 (tiga) pengelolaan yang
dilakukan yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah itu sendiri,
pihak swata ataupun ada mitra kerja lainnya sehinga disimpulkan
pengelolaan oleh pemerintah berkerjasama dengan swasta lebih baik.
Hasil analisis lain dalam pengelolaan pariwisata menunjukkan faktor yang
mendukung adalah Sumber daya. Sedangkan yang menghambat mulai
dari Sumber daya alam dan Prasarana serta Sarana di kepulauan
Derawan serta regulasi.
x
Abstract
DEFI ARIANTI SAFITRI. NIM E121 12 110. ANALYSIS OF
MANAGEMENT OF BANGARI TOURISTS IN THE ISLANDS OF
DERAWAN DISTRICT IN BERLU PROVINCE EAST KALIMANTAN,
under the guidance of Dr. A.M. RUSLI, M.Si and A. MURFI, S.Sos,
M.Si
This study aims to determine the management and development of
marine tourism in Derawan Islands, Berau District, East Kalimantan
Province which is managed by government, private parties, government
with private parties. The results of this study are expected to be an input
for the parties concerned, especially the local governments that manage
tourist areas to be used as reference materials and learning materials.
The type of research used is descriptive. Data collection was done
using interview technique, observation and literature presentation. The
data obtained are then analyzed by qualitative data analysis techniques
and then make a conclusion.
Result of research indicate that there are 3 (three) management
which is done by management which is done by government itself, private
party or there are other partners so concluded management by
government cooperate with private better. The result of other analysis in
tourism management shows the supporting factor is Resources. While that
hampers start from the Natural Resources and Infrastructure and Facilities
in Derawan islands and regulations.
xi
Daftar Isi
Halaman
Halaman Sampul .....................................................................................
Lembar Pengesahan ...............................................................................i
Lembar Penerimaan ................................................................................ii
Kata Pengantar ........................................................................................iii
Intisari.......................................................................................................vii
Abstract ....................................................................................................viii
Daftar Isi ...................................................................................................ix
Daftar Tabel .............................................................................................xii
Daftar Gambar .........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian .................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pariwisata .............................................................................10
2.1.1 Pengelolaan Laut ............................................................................12
2.2 Konsep Pariwisata .............................................................................13
xii
2.2.1 Pengembangan Pariwisata .............................................................15
2.2.2 Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata ....................................16
2.2.3 Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata ...............................................19
2.2.4 Wisatawan dan Pariwisata.............................................................. 21
2.2.5 Pariwisata Bahari ............................................................................ 23
2.2.6 Prinsip-Prinsip Pengembangan Pariwisata .................................... 25
2.3 Pengelolaan Pariwisata ..................................................................... 33
2.4 Kerangka Konsep ..............................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ................................................................................38
3.2 Jenis Penelitian ..................................................................................39
3.3 Sumber Data ......................................................................................39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................40
3.5 Teknik Analisis Data ..........................................................................44
3.6 Definisi Operasional ...........................................................................46
3.6 Analisis Data ......................................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Berau ................................................49
4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis...........................................................49
4.1.2 Kependudukan ................................................................................54
4.1.3 Topografi .........................................................................................55
4.1.4 Hidrologi ......................................................................................... 55
xiii
4.1.5 Pemerintahan Kabupaten Berau .................................................... 56
4.1.6 Visi dan Misi ....................................................................................57
4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Berau ................................................................................................. 59
4.2.1 Susunan Organisasi ....................................................................... 59
4.3 Gambaran Kepulauan Derawan ...................................................... 61
4.4 Pengelolaan Wisata Bahari di Kepulauan Derawan Kabupaten
Berau Provinsi Kalimantan Timur .................................................... 66
4.5 Faktor- faktor yang mempengaruhi Pengelolaan Wisata Bahari
di Kepulauan Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan
Timur ................................................................................................. 80
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 85
5.2 Saran ................................................................................................. 86
Daftar Pustaka ......................................................................................... 88
Lampiran
xiv
Daftar Tabel
Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan Kabupaten Berau Tahun 2009 – 2016...................................................................................................
4
Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Berau ……….…. 52
Tabel 3. Jarak dari ibuKota Kecamatan ke ibuKota Kabupaten di Kabupaten
Berau(km),2015…………………………..………………………………
53
Tabel 4. Jumlah Penduduk di Kabupaten Berau Tahun 2016………………… 56
Tabel 5. Pihak swasta yang bekerjasama dengan Pihak pemerintah…………
79
xv
Daftar Gambar
Gambar 1. Kedudukan Kab. Berau dalam Pengengembangan Kawasan Provinsi KalimantanTimur…………………
3
Gambar 2. Kerangka Konsep……….…………………………………… 37
Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan
Timur ………………………………………………………………………. 50
Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Berau……………………………………………………….. 60
Gambar 6. Foto Pulau Derawan Tampak Atas……………………….. 62
Gambar 7. Pulau Maratua …………………………………………….… 63
Gambar 8. Pulau Kakaban…………………………………………….. 65
Gambar 9. Pulau Nabucco……………………………………………. 66
Gambar 10. Toilet yang rusak di Pulau kakaban …………………… 72
Gambar 10. Resort Pulau Nabucco………………………………….. 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah Negara Kepulauan yang sangat luas
dan terdiri dari lima pulau besar, dan belasan ribu pulau kecil. Letak
antara satu pulau ke pulau lainnya dipisahkan oleh laut. Dengan
keadaan geografis seperti itu, Indonesia menjadi Negara yang akan
kaya sumber daya alamnya, daerah-daerah yang elok dan tempat-
tempat yang berpontensi besar untuk di jadikan tempat pariwisata.
Semua keunikan dan kelebihan itu menjadi satu kesatuan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Melihat pada fakta tersebut diatas, seharusnya Indonesia
mampu menjadi Negara yang maju dan mampu membawa rakyatnya
hidup dalam kesejahteraan.Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia
sangat melimpah.apabila dapat dikelola dengan baik, hal ini dapat
berpotensi besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Dengan begitu masyarakat akan hidup dalam taraf yang baik, dan
mampu bersaing dengan dunia luar. Selain itu, masyarakat tidak akan
tergantung kepada Negara dalam hal ini pemerintah.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan menjelaskan bahwa kepariwisataan diperlukan untuk
mendorong pemerataan, kesempatan berusaha dan memperoleh
2
manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global.
Selain memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah,
Indonesia juga memiliki banyak tempat yang berpotensi besar untuk
dijadikan objek wisata menarik dan dapat mendatangkan keuntungan
bagi Negara.Wilayah laut Indonesia yang terletak pada garis
khatulistiwa terkenal memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumber
daya alam, salah satu kepulauan yang memiliki keindahan tersebut
yaitu kepulauan Derawan.
Kabupaten Berau merupakan provinsi yang terletak di Provinsi
Kalimantan Timur. Kabupaten Berau banyak menyimpan potensi yang
dapat dijadikan sebagai peluang usaha. Dibentuknya Peraturan Daerah
Provinsi Kalimantan Timur Nomor 14 Tahun 2008 tentang Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Provinsi Kalimantan Timur
menjadikan Landasan untuk mengembangkan daerah pariwisata
didaerah tersebut. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Berau memberikan
dukungan penuh untuk perusahaan yang ingin melakukan investasi di
segala bidang usaha, baik di bidang perkebunan, perikanan, pertanian
dan kepariwisataan. Khusus untuk bidang kepariwisataan Kabupaten
Berau banyak mempunyai obyek wisata yang mempunyai potensi dan
daya tarik yang masih belum dikelola secara optimal tetapi mempunyai
prospek pasar skala nasional dan internasional. Oleh karena itulah,
3
provinsi ini giat mengembangkan potensi wilayahnya untuk tujuan
wisata dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung.
Gambar 1. Kedudukan Kab. Berau dalam Pengengembangan Kawasan Provinsi Kalimantan Timur
Dari gambar 1 diatas menjelaskan kedudukan kabupaten Berau
dalam pengembangan kawasan provinsi di Kalimantan Timur. Ada
beberapa kawasan di Kalimantan Timur yang kawasannya dijadikan
sebagai kawasan pengembangan, diantaranya pada titik nomor 1
menunjukkan pengembangan dalam hal kawasan Industri Kariangau
dan Buluminung Balikpapan dan PPU kemudian pada titik nomor 2
menunjukkan pengembangan dalam kawasan perkayuan, perkapalan,
industri dan jasa pada kota samarinda, kemudian pada titik 3
menujukkan kawasanan dalam indutri dalam berbasis Migas dan
Kondensat kota bontang kemudian pada titik nomor 4 menjelaskan
kawasan ekonomi khusus kawasan Industri dan pelabuhan
4
internasional Maloy kemudian pada titik nomor 5menunjukkan
kawasan industri pada bidang parawisata di kepulauan derawan dan
kemudian pada titik nomor 6 menunjukkan kawasan industri pertanian
dikabupaten paser selanjutnya pada titik nomor 7 menujukkan pada
kawasan industri pertanian Kukar dan Kubar kemudian titi nomor
terakhir yaitu nomor 8 menunjukkan kawasan strategis perbatasan
mahakam ulu.
Kabupaten Berau banyak mempunyai obyek wisata yang
mempunyai potensi dan daya tarik yang masih belum dikelola secara
optimal tetapi mempunyai prospek pasar skala nasional dan
internasional. Oleh karena itulah, provinsi ini giat mengembangkan
potensi wilayahnya untuk tujuan wisata dalam rangka menarik minat
wisatawan berkunjung.
Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan Kabupaten Berau Tahun2009-2016
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Berau
Dari table 1 diatas menujukkan data kunjungan wisatawan
kabupaten Berau baik wisatawan mancanegara (wisman) dan
No Tahun Jumlah Kunjungan Jumlah
WISMAN WISNUS
1. 2009 1.401 2.025 3.426
2. 2010 3.111 15.024 18.135
3. 2011 3.300 24.253 27.553
4. 2012 837 66.024 66.861
5. 2013 4.026 80.753 84.779
6. 2014 10.728 77.574 88.302
7. 2015 6.119 99.146 105.535
8. 2016 2.573 127.450 130.023
TOTAL 33.206 512.750 545.956
5
wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun 2009 sampai dengan 2016.
Dalam data kunjungan wisatawan tersebut data yang menunjukkan
wisatawan mancanegara yang paling banyak ada pada tahun 2014
dengan jumlah 10.728 orang dan kemudian kunjungan dari wisatawan
mancanegara yang paling sedikit ada pada tahun 2012 dengan jumlah
837 orang saja. Data kunjungan untuk wisatawan nusantara itu sendiri
dari data diatas selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, yang
kunjungan paling banyak ada pada tahun2016 yaitu 127.50 orang dan
yang paling sedikit ada pada tahun 2009.
Destinasi wisata kepulauan derawan merupakan destinasi
pulau wisata yang telah dikelola beberapa pengusaha setempat dan
asing serta pemerintah dan juga memiliki berbagai fasilitas wisata yang
cukup lengkap mulai jasa akomodasi seperti resort, penginapan hingga
homestay, kuliner dan cenderamata hingga olah raga air seperti diving,
snorkeling, banana boat, jetski, layar dan memancing. Kondisi alam di
Kepulauan Derawan yang eksotis sangat mendukung kegiatan
pariwisata di daerah tersebut. Untuk itu perlu dilakukan pembangunan
pariwisata.
Kabupaten Berau merupakan salah satu kabupaten di
Kalimantan Timur yang memiliki potensi pariwisata yang besar untuk
dikembangkan mengingat jumlah wisatawan baik local maupun
mancanegara yang datang berkunjung terus meningkat setiap
tahunnya.Ketertarikan wisatawan baik asing maupun lokal ini dapat
6
dijadikan indikator baik bagi pemerintah maupun bagi para investor
untuk terus melakukan perbaikan baik pelayanan maupun sarana
pendukung pariwisata. Salah satu objek wisata Kabupaten Berau
adalah Kepulauan Derawan yang terdiri dari 4 Pulau besar. Dalam
pasal 9 dalam perda Nomor 14 Tahun 2008 tentang rencana Induk
pengembangan pariwisata daerah kalimantan Timur yang menyatakan
kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan dalam meningkatkan peran
dan kualitas pariwisata didaerahnya.
Kepulauan Derawan yang merupakan brand image pariwisata
Kabupaten Berau yang pada awalnya tidak ditunjang dengan fasilitas
seperti resort, homestay, internet, pusat komunikasi atau perlengkapan
lain yang dibutuhkan dalam menunjang pariwisata kepulauan ini,
namun kemudian melihat kunjungan dari baik warga asing maupun
domestic yang datang berwisata maka pemerintah Berau kemudian
berupaya untuk membangun kelengkapan wisata di Kepulauan
Derawan, warga pun dibantu dalam membentuk tempat akomodasi
bagi pengunjung seperti homestay yang mendapat bantuan serta
dukungan dari pemerintah Berau. Selain itu, Perda Nomor 14 Tahun
2008 tentang rencana Induk pengembangan pariwisata daerah
kalimantan Timur pada pasal 11 bagian (c) dan pasal 12 bagian (c)
menyatakan bahwa kepulauan Derawan merupakan bagian wisata
bahari yang dimana seluruh pihak bekerjasam untuk
mengembangkannya. Perkembangan pariwisata yang terus mendapat
7
respon baik dari dari wisatawan nusantara dan wisatawan asing pada
akhirnya tidak membuat pemerintah kab. Berau semakin serius untuk
mengelola sektor pariwisata dikepulauan ini, kemudian investor atau
pengelola resort asing (pihak swasta) juga banyak melakukan
perbaikan baik dari segi pelayanan maupun sarana pendukung seperti
dermaga,kelistrikan dan lain-lain. Tidak hanya itu pengelola resort asing
juga membantu warga dalam memasarkan produk buatan warga local
kepada para wisatawan yang datang berkunjung.
Model pelaksanaan pengembangan destinasi pariwisata
daerah yang diusulkan untuk diterapkan dalam pengembangan potensi
wisata daerah di kabupaten Berau mengacu pada kondisi aktual saat ini
berupa potensi dan masalah wisata. Untuk mengembangkan wisata
terdapat berbagai stakeholders yang terlibat (pemerintah, lembaga non
pemerintah), Sumber Daya Manusia (SDM), program-program, dana
dan fasilitas. Berdasarkan keterlibatan stakeholders dan kondisi saat ini
diharapkan dapat memberikan dampak positif melalui program-program
yang dalam upaya pengembangan daerah tujuan wisata di Kabupaten
Berau kedepannya. Sasaran tersebut dapat tercapai melalui
pengelolaan yang terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta
yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan pariwisata sehingga
diperlukan peran serta dukungan masyarakat dan pemerintah serta
sektor yang berperan dalam pengembangan kepariwisataan.Bertitik
tolak dari hal tersebut, maka peneliti mengambil judul ”Analisis
8
Pengelolaan Wisata Bahari Di Kepulauan Derawan Kabupaten
Berau Provinsi Kalimantan Timur’’.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengelolaan wisata bahari di Kepulauan
Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur yang
dikelola oleh pemerintah, pihak swasta, pemerintah bersama
pihak swasta?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam
pengelolaan pariwisata bahari di Kepulauan Derawan
Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat pada
penulisan ini maka tujuannya adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengelolaan dan pengembangan wisata
bahari di Kepulauan Derawan Kabupaten Berau Provinsi
Kalimantan Timur yang dikelola oleh pemerintah, pihak
swasta, pemerintah bersama pihak swasta.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam
pengelolaan wisata bahari di Kepulauan Derawan
Kabupaten Berau Kalimantan Timur.
9
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis, yakni diharapkan membantu
memberikan informasi pengetahuan dan ilmu khususnya
perkembangan ilmu pemerintahan.
2. Manfaat Praktis, yakni diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi pihak-pihak terkait, terkhusus pemerintah
daerah yang mengelola daerah-daerah wisata untuk
dijadikan bahan acuan dan bahan pembelajaran.
3. Manfaat metodelogis, hasil dari penelitian ini diharapkan
member nilai tambah yang selanjutnya dapat
dikomparasikan dengan penelitian-penelitian ilmiah lainnya,
khususnya yang mengkaji kebijakan pengelolaan pariwisata.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang
digunakan dalam penelitian untuk menjelaskan masalah penelitian
sekaligus juga menjadi landasan teori dalam penelitian. Pada bagian ini
akan diuraikan Tinjauan Pengelolaan, Tinjauan Pariwisata, dan Kerangka
Konseptual.
2.1 Konsep Pengelolaan
Menurut Terry (2009) pengelolaan (Management) merupakan
sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan;
perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Sejalan dengan Terry, Oey Liang Lee dalam Suprapto (2009), juga
mendefinisikan manajemen sebagai seni perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, dan pengontrolan atas human and
national resources (terutama human resources) untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan lebih dahulu.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) memberikan
pengelolaan didefinisikan sebagai berikut :
1. Proses, cara, perbuatan mengelola,
11
2. Proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakkan
tenaga orang lain,
3. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi
4. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Beberapa pengertian Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dengan
menggunakan beberapa pemahaman oleh Rokhmin Dahuri (2004:171):
1. Proses Pengelolaan yang mempertimbangkan hubungan timbal
balik antara kegiatan pembangunan(manusia) yang terdapat
diwilayah pesisir dan lingkungan alam (ekosistem) yang secara
potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut.
2. Pengelolaan adalah penyusunan dan pengembalian keputusan
secara rasional tentang pemanfaatan wilayah pesisir beserta
segenap sumberdaya alam yang terkandung didalamnya secara
berkelanjutan.
3. Suatu proses continue dan dinamis yang mempersatukan/
mengharmoniskan kepentingan antara berbagai stakeholders
(pemerintah, swasta, masyarakat local, LSM ); dan kepentingan
ilmiah dengan pengelolaan pembangunan dalam menyusun dan
mengimplementasikan suatu rencana terpadu untuk membangun
(memanfaatkan) dan melindungi ekosistem pesisir beserta segenap
sumberdaya alam yang terdapat didalamnnya, bagi
12
kemakmuran/kesejahteraan umat manusia secara adil dan
berkelanjutan.
4. Suatu proses kontinu dan dinamis dalam penyusunan dan
pengambilan keputusan tentang pemanfaatan berkelanjutan dari
wilayah pesisir beserta segenap sumberdaya alam yang terdapat
didalamnya.
Soewarno (2002:378) mengemukakan bahwa “Pengelolaan adalah
mengendalikan atau menyelenggarakan sumber daya secara berhasil
guna untuk mencapai sasaran”.Berdasarkan definisi- definisi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa Pengelolaan adalah suatu proses tentang
pemanfaatan sumber daya alam yang dilaut untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi Pengelolaan menurut Rokhmin Dahuri dapat
disimpulkan bahwa Pengelolaan adalah suatu proses penyusunan dan
pengambilan suatu keputusan secara kontinu untuk mempersatukan
antara Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat local untuk mengelola
sumber daya secara berhasil untuk mencapai sasaran.
2.1.1 Pengelolaan Lautan (Ocean Management)
Pengelolaan lautan sangat terkait dengan kebijakan nasional
yang mengatur pengelolaan wislayah laut.Lautan disini merupakan satu
kesatuan dari permukaan, kolam air sampai kedasar dan bawah dasar
laut.Adapun batas wilayah lautan dimulai dari batas yuridiksi didarat
(diukur dari rata-rata pasang tinggi dan rendah) sampai kelaut lepas
13
sejauh klaim Negara bersangkutan.Konvensi hukum PBB 1982 (unclos
1982) memberikan dasar hukum bagi Negara-negara pantai untuk
menentukan batasan lautan sampai ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan
landas kontinen.Dengan dasar itu, suatu Negara memiliki wewenang
untuk mengekploitasi sumber daya yang ada di zona tersebut, terutama
perikanan, minyak, gas bumi, dan berbagai macam bahan tambang
lainnya.
2.1.2 Pengelolaan Pariwisata
Arti dari kata pengelolaan oleh beberapa orang sering disamakan dengan
arti manajemen, dimana tujuan dari manajemen dan pengelolaan adalah
sama yaitu tercapainya tujuan organisasi lembaga. Pengelolaan dapat
diartikan sebagai proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
semua simber daya baik manusia maupun teknikal, untuk mencapai
berbagai tujuan khusus yang ditetapkan dalam suatu orgtanisasi (
muniarti, 2003). Pengertian lain tentang adalah suatu istilah yang berasal
dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan
untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara
efektif dan efesien guna mencapai tujuan tertentu yang telah
direncanakan sebelumnnya (Harsoyo, 1977). Dari kedua pendapat ahli
tersebut lebih dikuatkal lagi dengan pengertian pengelolaan sebagai suatu
rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Wardoyo, 1980).
14
Pengelolaaan pariwisata haruslah pengelolaan yang
berkelanjutan untuk menjadikan pariwisata tersebut sebagai daya tarikm
bagi wisatawan. Menurut Dutton dan Hall (dalam Peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata) pengelolaan berkelanjutan adalah
pengelolaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia saat
ini, tanpa mengorbankan potensi pemenuhan kebutuhan dan aspirasi
manusia dimasa mendatang.
Obyek dan daya tarik wisata umumnya terdiri atas hayati dan
nonhayati, dimana masing-masing memrlukan pengelolaan sesuai
dengan kualitas dan kuantitasnya pengelolaan objek dan daya tarik wisata
harus memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya secara berdaya
guna agar tercapinya sasaran yang diinginkan. Dalam menunjang
pengelolaan berbagai kegiatan kepariwisataan, teknologi manajemen
perlu diterapkan agar sumber daya wisata yang murni alami dapat
direkayasa secara berhasil guhna, sehingga dapat meningkatkan kualitas
dan kuantitasnya termasuk lingkungan alamnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996,
Pengelolaan dan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam meliputi
5 hal yaitu :
1. Pembangunan saran dan prasarana pelengkap beserta fasilitas
pelayanan lain bagi wisatawan.
2. Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam
15
3. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya
untuk berperan serta dalam kegiatan pengusaaan obyek wisata
dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.
2.2 Konsep Pariwisata
Istilah pariwisata terlahir dari bahasa sansekerta yang komponen-
komponennya terdiri dari Pari artinya penuh, lengkap, berkeliling, Wis
(man) yang artinya rumah , kampong, property, dan komunitas. Ata artinya
pergi terus- menerus, mengembara.Apabila dirangkai menjadi satu kata
Pariwisata yang memiliki arti pergi secara lengkap meninggalkan rumah
(kampong) berkeliling terus-menerus. Dalam operasionalnya istilah
Pariwisata menurut Robert C.Lonati dalam Pendit (2002:3) sebagai
pennganti istilah asing tourism atau travel diberi makna pemerintah
Indonesia: “mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan
perjalanan tanpa mencari nafkah ditempat-tempat yang dikunjungi sambil
menikmati kunjungan mereka”.
Menurut Robert C. Lonati dalam Pendit (2002:32)
“Pariwisata adalah salah satu jenis industry baru yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
persediaan lapangan kerja, meningkatkan penghasilan,
standar hidup serta menstimulasi sektor- sektor produktif
lainnya. Selanjutnya sebagian sector yang kompleks, ia juga
merealisasi industry-industri klasik industry kerajinan tangan
dan cendramata , Penginapan, dan Transportasi secara
ekonomis juga dipandang sebagai Industry”.
Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap
kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan
16
(laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-
program kebersihan atau kesehatan, kelestarian lingkungan dan
sebgainnya yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan
kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang
bersangkutan maupun wisatawan luar. Institute of tourism in
Britanmerumuskan “Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara
dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan diluar tempat tinggal
dan pekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada
ditempat-tempat tujuan tersebut, ini mencakup kepergian untuk berbagi
maksud termasuk kunjungan seharian atau darmawisata”.
E Guyer-Fruer dalam Nyoman S.Pendit (2002:34) definisi
pariwisata sebagai berikut:
“Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala zaman
sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap
keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan
pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan
berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat sebagai hasil
perkembangan perniagaan, industry, perdagangan serta
penyempurnaan alat-alat pengangkutan”.
Berdasarkan definisi-definisi maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara
waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat menuju tempat lain untuk
menikmati keindahan alam dalam perjalanan tersebut guna rekreasi
ataupun berdarmawisata untuk kesenangan pribadi.
17
2.2.1 Pengembangan Pariwisata
Strategi pengembangan pariwisata menurut Rangkuti (2002:3)
sebagaimana mengutip Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk
mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tidak lanjut serta pioritas sumberdaya. Selanjutnya menurut Suwantoro
(1997:56) ada beberapa langkah pokok dalam melakukan strategi
pengembangan pariwisata yaitu ;
1. Dalam jangka pendek dititik beratkan pada optimal
2. Dalam jangka menengah dititik beratkan pada konsolidasi
3. Dalam jangka panjang dititik beratkan pada pengembangan dan
penyebaran.
MenurutMarpaung (2007:19) :
“Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan
keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga
setempat.Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang
standar kepada warga setempat melalui keuntungan
ekonomi yang didapat dari tujuan wisata.Dalam
perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya
menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya
kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat
tujuan wisata”.
Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah
dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang
masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadi
pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada
nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan.
Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat
18
mempebesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang
ada.
2.2.2 Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata
Pengelolaan Pariwisata harus didasarkan pada perencanaan yang
matang. Perencanaan berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhu
kebutuhan dimasa yang akan datang. Perencanaan dan Pengelolaan
pariwisata berarti untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dimasa
akan datang. Oleh karena itu, kecenderungan pertumbuhan penduduk,
persediaan lahan cadangan, pertumbuhan fasilitas dan kemajuan
tgeknologi dengan penerapannya harus dimasukkan dalam perencanaan
tersebut. Selain itu, kualitas sumber daya pengelola pariwisata juga
sangat berpengaruh terhadap kemajuaan industry pariwisata tersebut,
sebab dalam mengelola pariwisata memerlukan keahlian dan pengalaman
seperti dikemukakan oleh Salim (1981:223) bahwa
“Berapapun banyak modal yang dimiliki, pembangunan tidak akan
terlaksana kecuali disertai dengan sumberdaya managerial yang
mampu mengelola modal untuk pembangunan”.
Soewarno (2002:378) mengemukakan bahwa pengelolaan adalah
mengendalikan atau menyelenggarakan berbagai sumber daya secara
berhasil guna untuk mecapai sasaran.
Objek dan daya tarik wisata umumnya terdiri atas hayati dan non
hayati, dimana masing-masing memerlukan pengelolaan sesuai dengan
kualitas dan kuantitasnya pengelolaan objek dan daya tarik wisata harus
memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya secara berdaya guna
19
agar tercapainya sasaranyang diinginkan.Tujuan perencanaan dan
pengelolaan pariwisata yang lebih lanjut demi meningkatkan kemakmuran
secara serasi dan seimbang bisa tercapai seoptimal mungkin apabila
pemerintah ikut berperan.Peranan pemerintah dalam perencanaan dan
pengelolaan pariwisata sangat menentukan berkembang tidaknya suatu
objek wisata. Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari
usaha-usaha yang dilakukan melalui kerjasama para stakeholders
kepariwisataan, masyarakat dan pemerintah. Munasef (1995:1)
menyatakan bahwa :
“Pengembangan pariwisata merupakan segala kegiatan dan usaha
yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua
sarana dan prasarana, barang dan jasa, fasilitas yang diperlukan
guna memenuhi dan melayani kebutuhan wisatawan”.
Marpaung (2007:79) menyatakan bahwa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan daya tarik potensial harus dilalukan
penelitian ,inventarisasi dan evaluasi sebelum fasilitas wisata
dikembangkan. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang
ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk
menentukan pengelolaan yang tepat dan sesuai.
Adapun Yoeti (1990:285) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
dapat menentukan berhasilnya pengelolaan pariwisata sebagai industri,
ketiga faktor tersebut diantaranya tersedianya objek wisata, adanya
fasilitas aksessibilitas fasilitas-fasilitas seperti tempatpenginapan,restoran,
hiburan, transportasi local yang memungkinkan wisatawan bepergian
20
ditempat-tempat serta alat komunikasi. Objek wisata merupakan akhir
perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksesbilita, yaitu objek
wisata harus mudah dicapai.
Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diperhatikan kualitas
lingkungan agar pengelolaan pariwisata tidak merusak lingkungan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Soemarwoto (2001:309) “Pariwisata
adalah industry yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh
baikm buruknya lingkungan.Tanpa lingkungan yang baik tak mungkin
pariwisata berkembang, karena itu pengelolaan pariwisata haruslah
memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industry
pariwisata lingkungan itulah yang dijual “Dalam menunjang pengelolaan
berbagai kegiatan kepariwisataan, teknologi manajemen perlu diterapkan
agar sumber daya wisata yang murni alami dapat direkayasa secara
berhasil guna, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya
termasuk lingkungan alamnya.
2.2.2.1 Model Dinamik Pengelolaan Wisata Bahari
Model merupakan suatu abstraksi dari realitas, yang menunjukkan
hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbale balik
dalam istilah sebab akibat (Eriyatno, 1999). Suatu model tidak lain
merupakan seperangkat anggapan (asumsi) mengenai suatu sistem yang
rumit, sebagai usaha untuk memahami dunia nyata yang memiliki sifat
beragam. Model dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan
pokok kajian atau derajat keabstrakannya.
21
Wisata bahari merupakan salah satu bentuk wisata yang
potensial untuk dikembangkan.Hal ini terkait dengan melimpahnya potensi
sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pembangunan
pariwisata pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
yang berkelanjutan, sehingga satu kawasan dinyatakan berhasil jika dapat
mempertemukan empat aspek yaitu :
1) Mempertahankan Kelestarian lingkungannya.
2) Meningkatkan Kesejahteraan masyarakat dikawasan tersebut
3) Meningkatkan keterpaduan antar unit pembangunan masyarakat di
sekitar kawasan dan zona pengembangannya.
4) Menjamin kepuasaan pengunjung
Dengan demikian, diperlukan suatu pemahaman terhadap yang
terkait didalam pengelolaan kawasan wisata tersebut, untuk mendapatkan
suatu konsepsi atau model pengelolaan yang tepat.
Menurut Casagrandi dan Rinaldi (2002), sistem wisata yang
dibangun dapat menggunakan kerangka berpikir seperti gambar berikut:
22
Gambar Interaksi tiga kompenen dalam model pengelolaan wisata
2.2.3 Jenis Obyek dan Daya Tarik Wisata
Pengertian obyek wisata dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun
1990 tentang kepariwisataan Bab I pasal 4.6 menyebutkan obyek wisata
dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata. Selanjutnya dalam Bab III pasal 4 disebutkan :
1) Obyek dan daya tarik wisata terdiri atas :
2) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.
3) Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni
budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan,
taman rekreasi dan tempat hiburan.
4) Pemerintah menetapkan obyek dan daya tarik wisata selain
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b.
Oka A. Yoeti memberikan pengertian obyek wisata adalah berbagai
macam hal yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau
T
C F
23
dirasakan.Sedangkan menurut Chafid Fandeli mengartikan obyek wisata
adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya
serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai
daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.
Gamal Suwantoro menyebutkan obyek wisata merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah.
Selanjutnya obyek wisata ini dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Obyek wisata dan daya tarik wisata alam Obyek wisata yang
daya tariknya bersumber pada keindahan dan kekayaan alam.
2. Obyek wisata dan daya tarik budaya Obyek dan daya tarik
bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah,
museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan
dengan budaya.
3. Obyek wisata dan daya tarik pada minat khusus Obyek wisata
daya tariknya bersumber pada minat khusus wisatawan itu
sendiri, misalnya olah raga, memancing dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis memberikan batasan
obyek wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat, dirasakan serta dinikmati
oleh manusia sehingga menimbulkan perasaan senang dan kepuasan
jasmani maupun rohani sebagai suatu hiburan.
Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata Obyek dan daya tarik
wisata adalah yang menjadi sasaran perjalanan wisata. Hal-hal yang
24
menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat, adapun tujuan
wisata sebagai berikut :
a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang
berupa : Iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, hutan belukar, flora
dan fauna, dan lain-lain.
b. Hasil cipataan manusia yang berupa benda-benda bersejarah,
kebudayaan, keagamaan seperti : museum, perpustakaan, dan lain-
lain.
c. Tata cara hidup masyarakat yang berupa kebiasaan hidup
masyarakat dan adat istiadat yang merupakan daya tarik wisatawan.
Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata antara lain :
1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna seperti :
pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba.
2. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang
berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan
sejarah (petilasan), seni budaya, wisata agro, wisata tirta,
wisata petualangan, tamanrekreasi dan tempat hiburan.
3. Obyek dan daya tarik wisata minat khusus seperti : berburu,
mendaki gunung, gua, industri, kerajinan, tempat perbelanjaan,
sungai air deras, tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-lain.
25
2.2.4 Wisatawan dan Pariwisata
Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia
dalam mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjajahi
wilayah yang baru, mencari perubahan suasana, atau untuk
mendapat perjalanan baru ( Robinson, 1927: Murphy, 1985 dalam
Pitana dan Gayatri. 2005:40).
Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industry
andalan utama dalam menghasilkan devisa diberbagai Negara.
Pariwisata memang cukup menjanjikan sebagai primadona
“ekspor”, karena beberapa cirri positifnya.Dalam suasana dimana
terjadi kelesuan perdagangan komoditas, karena apeiwisata tetap
mampu menunjukkan trend-nya yang meningkat secara terus-
menerus. Data perkembangan pariwisata dunia menunjukkan
bahwa pada saat terjadinya krisis minyak tahun 1970-an, maupun
pada saat terjadinya resesi dunia awal tahun 1980-an, pariwisata
dunia tetap melaju, naik dilihat dari jumlah wisatawan internasional
maupun penerimaan devisa dari sektor pariwisata ini.
Bagi Indonesia, jejak pariwisata dapat ditelusuri kembali
kepada dasawarsa awal abad 20 (tepatnya 1910), yang ditandai
26
dengan dibentuknya VTV (Vereneging Toeristen Verkeer), sebuah
badan pariwisata Belanda berkedudukan di Batavia. Indinesia
sangat menaruh harapan pada pariwisata sebagai “Komoditas
Ekspor” yang diharapkan akan menggantikan peranan migas.
Harapan ini cukup beralasan, karena Indonesia memiliki potensi
pariwisata yang besar, baik dari segi alam maupun sosial.
Meskipun pariwisata telah lama menjadi perhatian , baik dari
segi ekonomi, administrasi ketatanegaraan, maupun sosiologi ,
sampai saat ini belum ada kesekepakatan secara akademis
mengenai apa itu wisatawan dan pariwisata.
Kata wisata (tour) secara harfiah dalam kamus berarti:
perjalanan dimana si pelaku kembali ketempat awalnya, perjalanan
sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang-senang,
atau pendidikan, pada mana berbagai tempat dikunjungi dan
biasanya menggunakan jadwal perjalanan yang terencana
(Murphy,1985:4-5,dalam pitana dan Gayatri,2005:43).Orang yang
melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan atau
tourist.Batasan terhadap wisatawan sangat bervariasi.
27
2.2.5 Pariwisata Bahari
Pariwisata bahari adalah pariwisata yang objeknya adalah
laut,menikmati alam laut yang berisi seperti berselancar,perahu dll
(Menurut kamus besar bahasa Indonesia).
Menurut undang- undang No 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan : “Wisata Bahari atau tirta adaluah usaha yang
menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan
sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara
komersial diperaian laut, pantai, sungai, waduk”.
Wisata Bahari adalah wisata dan lingkungan yang
berdasarkan daya tarik wisata kawasan yang didominasi perairan
dan kelautan. Wisata bahari adalah kegiatan untuk menikmati
keindahan dan keunikan daya tarik wisata alam diwilayah pesisir
dan laut dekat pantai serta kegiatan rekreasi lain yang menunjang.
Wisata bahari adalah kegiatan yang memanfaatkan potensi alam
bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata
baik yang dilakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak
dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan
keanekaragaman jenis biota laut (R.G Soekadijo,1996:2)
Wisata bahari merupakan kesan yang penuh makna bukan
semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan antraksi
dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga
diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk
28
mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman
yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga
membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk
melestarikan wilayah pesisir dimasa kini dan dimasa yang akan
datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan
lautan secara langsung maupun tidak langsung (R.S
Damardjati,2007:77)
Dalam buku Nyoman S. Pendit menjelaskan bahwa Wisata
Bahari merupakan aktivitas wisata petualangan di Laut,
memberikan inormasi apa saja yang dapat dilakukan dilaut.
2.2.6 Prinsip - prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan
Menurut United Nation (2002) prinsip-prinsip tersebut adalah:
Prinsip pertama adalah pembangunan pariwisata harus dapat dibangun
dengan melibatkan masyarakat lokal, visi pembangunan pariwisata
mestinya dirancang berdasarkan ide masyarakat lokal dan untuk
kesejahteraan masyarakat lokal. Pengelolaan kepariwisataan yang
telah dibangun mestinya juga melibatkan masyarakat lokal sehingga
masyarakat lokal akan merasa memiliki rasa memiliki untuk perduli
terhadap keberlanjutan pariwisata. Masyarakat lokal harusnya menjadi
pelaku bukan menjadi penonton.
Prinsip kedua adalah menciptakan keseimbangan antara
kebutuhan wisatawan dan masyarakat. Kepentingan pemberdayaan
29
ekonomi masyarakat adalah tujuan yang didasarkan atas kerelaan
untuk membentuk kualitas destinasi yang diharapkan oleh wisatawan.
Keseimbangan tersebut akan dapat terwujud jika semua pihak dapat
bekerjasama dalam satu tujuan sebagai sebuah komunitas yang solid.
Komunitas yang dimaksud adalah masyarakat lokal , pemerintah lokal ,
industri pariwisata, dan organisasi kemasyarakat yang tumbuh dan
berkembang pada masyarakat di mana destinasi pariwisata
dikembangkan.Lebih lanjut dapat dijabarkan, dari perspektif filsafat
manajemen pertumbuhan, pembagunan adalah sebagian besar
merupakan pertanyaan tentang apa diinginkan oleh masyarakat yang
terlihat pada visi masyarakat, tujuan, dan kemampuan untuk mengelola
dampak pertumbuhan itu. Sesuai dengan pandangan ini, Whistler
berpendapat, pemimpin harus berhati-hati dalam mengadopsi filosofi
manajemen pertumbuhan. Kebijakan yang dirancang untuk mendorong
program-program lingkungan yang berfokus pada: Suatu pendekatan
berbasis ekosistem terhadap penggunaan lahan, termasuk area yang
dilindungi, perkotaan yang desain secara efisien; Lingkungan
transportasi yang berkelanjutan, termasuk strategi yang komprehensif
untuk mendorong efesiensi penggunaan kendaraan bermotor; Pasokan
air bawah tanah dan program pengelolaan air limbah; Pengurangan
limbah padat dan inisiatif penggunaan kembali, dan Praktek Konservasi
energy.
30
Prinsip ketiga adalah pembangunan harus melibatkan para
pemangku kepentingan, dan melibatkan lebih banyak pihak akan
mendapatkan input yang lebih baik. Pelibatan para pemangku
kepentingan harus dapat menampung pendapat organisasi
kemasyarakatan lokal, melibatkan kelompok masyarakat miskin,
melibatkan kaum perempuan, melibatkan asosiasi pariwisata, dan
kelompok lainnya dalam masyarakat yang berpotensi mempengaruhi
jalannya pembangunan.Dalam sosiologi atau ilmu kemasyarakatan,
terdapat beberapa kelompok berpengaruh dalam masyarakat, dan jika
menghendaki pembangunan pariwisata di suatu daerah bekelanjutan,
mestinta semua kelompok dalam masyarakat dapat dilibatkan untuk
menampungsegalamasukan dan saran-sarannya untuk pembangunan.
Harus disadari, setiap saat kelompok berpengaruh dalam masyarakat
dapat bertambah atau berkurang jumlahnya seiring dengan
berkembangnya kebebasan berdemokrasi.Keterlibatan masyarakat
dalam pembangunan adalah kondisi yang diinginkan dan mungkin
menjadi elemen yang paling penting dari manajemen pertumbuhan.
Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk menggabungkan
pandangan berbeda adalah penting untuk keberhasilan pembangunan
yang menyesuaikan kepentingan masyarakat dan wisatawan secara
bersama-sama.Masing-masing kelompok masyarakat memiliki
kebutuhan yang sangat berbeda dalam hal fasilitas perumahan dan
pelayanan.Alternatif mekanisme, seperti pertemuan kelompok kecil
31
yang lebih informal, telah digunakan dalam beberapa kasus. Dalam
hubungannya dengan proses ini, informasi komunitas yang aktif dan
program publisitas (misalnya, melalui talk show radio, newsletter, dll)
sering diperlukan untuk memastikan bahwa masyarakat dapat
memberikan masukan dalam proses manajemen pertumbuhan.
Prinsip keempat adalah memberikan kemudahan kepada para
pengusaha lokal dalam sekala kecil, dan menengah. Program
pendidikan yang berhubungan dengan kepariwisataan harus
mengutamakan penduduk lokal dan industri yang berkembang pada
wilayah tersebut harus mampu menampung para pekerja
lokal sebanyak mungkin.
Prinsip kelima adalah pariwisata harus dikondisi untuk tujuan
membangkitkan bisnis lainnya dalam masyarakat.Hal ini berarti
pariwisata harus memberikan dampak pengganda pada sektor lainnya,
baik usaha baru maupun usaha yang telah berkembang saat ini.
Prinsip keenam adalah adanya kerjasama antara masyarakat
lokal sebagai creator atraksi wisata dengan para operator penjual paket
wisata, sehingga perlu dibangun hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan. Misalnya, berkembangnya sanggar tari, kelompok
tani, dan lainnya karena mendapatkan keuntungan dari berkembangnya
sektor pariwisata. Sementara para operator sangat berkepentingan
terhadap eksistensi dan keberlanjutan atraksi wisata pada wilayah
pariwisata. Idealnya harus ada keseimbangan permintaan dan
32
penawaran yang berujung pada kepuasan wisatawan, namun demekian
dalam praktiknya akan ada perbedaan mendasar antara masyarakat
lokal dan wisatawan sehubungan dengan perbedaan perbedaan sikap
terhadap pembangunan itu sendiri. Penelitian terhadap wisatawan akan
dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi perbedaan tersebut dengan
melakukan wawancara dengan para wisatawan untuk memahami
mengapa mereka memutuskan untuk mengunjungi sebuah destinasi,
seberapa baik harapan mereka terpenuhi dan apa yang dapat
dilakukan untuk membuat mereka tetap lebih terpuaskan.Menjaga
keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan orang-orang dari
semua masyarakat sangatlah penting untuk diketahui. Seperti banyak
penduduk kota wisata memilih untuk tinggal di sana karena gaya hidup
yang dirasakan dan faktor kemudahan, program yang dirancang untuk
memfasilitasi penggunaan fasilitas, dan layanan yang dapat digunakan
untuk mengurangi gesekan antara warga dan pengunjung.
Prinsip ketujuh adalah pembangunan pariwisata harus mampu
menjamin keberlanjutan, memberikan keuntungan bagi masyarakat
saat ini dan tidak merugikan generasi yang akan datang. Adanya
anggapan bahwa pembangunan pariwisata berpotensi merusak
lingkungan jika dihubungkan dengan peningkatan jumlah wisatawan
dan degradasi daerah tujuan pariwisata adalah sesuatu yang logis.
Wujud hubungan ini adalah konsep tentang daya dukung yang
33
menunjukkan suatu pendekatan manajemen yang memungkinkan
pertumbuhan dalam batas yang dapat diterima.
Prinsip kedelapan adalah pariwisata harus bertumbuh dalam
prinsip optimalisasi bukan pada exploitasi. Strategi manajemen
kapasitas akan menjadi pilihan yang terbaik, walaupun saat ini
masih mengalami kontroversi yang cukup tajam. Konsep ini merupakan
kebutuhan yang semestinya diakui untuk membatasi dan menjadi
kendali atas dimensi-dimensi pembangunan pariwisata yang dapat
mengancam berkelanjutan penggunaan sumber daya yang
terbatas, pada saat yang bersamaan, konsep tersebut berhadapan
dengan keinginan untuk memaksimalkan peluang sebagai tujuan
pertumbuhan dan mewujudkan manfaat potensial yang terkait dengan
pengunjung yang semakin meningkat.
Prinsip kesembilan adalah harus ada monitoring dan evaluasi
secara periodic untuk memastikan pembangunan pariwisata tetap
berjalan dalam konsep pembagunan berkelanjutan. Mestinya
pembagunan pariwisata dapat diletakkan pada prinsip pengelolaan
dengan manajemen kapasitas, baik kapasitas wilayah, kapasitas obyek
wisata tertentu, kapasitas ekonomi, kapasitas social, dan kapasitas
sumberdaya yang lainnya sehingga dengan penerapan manajemen
kapasitas dapat memperpanjang daur hidup pariwisata itu sendiri
sehingga konsepsi konservasi dan preservasi serta komodifikasi untuk
34
kepentingan ekonomi dapat berjalan bersama-sama dan pembangunan
pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan.
Prinsip kesepuluh adalah harus ada keterbukaan terhadap
penggunaan sumber daya seperti penggunaan air bawah tanah,
penggunaan lahan, dan penggunaan sumberdaya lainnya harus dapat
dipastikan tidak disalah gunakan. Untuk hal tersebut kode etik
pembangunan pariwisata berkelanjutan harus dirumuskan dan menjadi
agenda yang terus menerus di revisi dan bahkan revisi yang terakhir
diselenggarakan di Bali. Standar yang tetapkan memang masih terlalu
umum untuk diterapkan oleh unit bisnis, sehingga masih perlu
dilakukan penjabaran menjadi standar yang lebih rinci dalam bentuk
buku manual. Sebagai contohnya, di Eropa secara sukarela mengambil
inisiatif untuk program pariwisata berkelanjutan dan menciptakan
sebuah sistem federal untuk meningkatkan standar di antara program-
program saat ini, telah digunakan pada 1000 akomodasi sebagai
sebuah disertifikasi untuk konsumen dalam promosi, dan penawaran
paket wisata mereka.
Prinsip kesebelas adalah melakukan program peningkatan
sumberdaya manusia dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan
sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata sehingga dapat dipastikan
bahwa para pekerja siap untuk bekerja sesuai dengan uraian tugas
yang telah ditetapkan sesuai dengan bidangnya masing-masing
sehingga program sertifikasi akan menjadi pilihan yang
35
tepat. Sertifikasi sebagai proses untuk meningkatkan standar industri
memiliki pendukung dan dan nilai kritik. Bagian ini sebenarnya
meninjau kelayakan sertifikasi sebagai alat kebijakan untuk melakukan
perbaikan secara sukarela, di bawah lima aspek: keadilan, efektivitas,
efisiensi, kredibilitas, dan integrasi. Instrumen keadilan dianggap
sebagai kesempatan semua perusahaan pariwisata untuk mengakses
sertifikasi. Tiga wilayah dianggap berpotensi menimbulkan
ketidakadilan dapat berupa biaya biaya (1) aplikasi, (2) pelaksanaan
olehperusahaan pariwisata, dan (3) program
pelaksanaannya. Tingginya biaya relatif yang dirasakan dari sertifikasi
dianggap sebuah ketidakadilan karena tidak semua perusahaan akan
memiliki potensi yang sama untuk mengakses program sertifikasi
tersebut. Sebuah studi kasus di Kostarika, pemerintahnya telah
berhasil memberikan subsidi bagi yang pertama kali menjalankan
program sertifikasi ini khususnya yang berkaitan dengan sertifikat
Pariwisata
Berkelanjutan. Contoh lainnya, di Australia, Program Akreditasi
yang berkaitan dengan ekowisata telah dituangkan dalam bentuk audit
tertulis pada tahun 2001. Meskipun beberapa program sertifikasi dapat
memberikan manfaat yang cukup namun factor biaya masih menjadi
mitos penghalang terwujudnya program sertifikasi tersebut.
Prinsip keduabelas adalah terwujudnya tiga kualitas yakni
pariwisata harus mampu mewujudkan kualitas hidup ”quality of life”
36
masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya pariwisata harus mampu
memberikan kualitas berusaha ”quality of opportunity” kepada para
penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi berikutnya dan menjadi
yang terpenting adalah terciptanya kualitas pengalaman wisatawan
”quality of experience”.
Dengan berlandaskan prinsip keunikan dan kelokalan,
kepariwisataan Indonesia didasari oleh falsafah hidup bangsa
Indonesia sendiri, yaitu konsep prikehidupan yang
berkeseimbangan.Seimbangnya hubungan manusia dengan Tuhan,
seimbangnya hubungan manusia dengan sesamanya, seimbangnya
hubungan manusia dengan lingkungan alam.Konsep ini mengajarkan
kepada kita untuk menjunjung nilai-nilai luhur agama serta mampu
mengaktualisasikannya, menghargai nilai-nilai kemanusiaan, toleran,
kesetaraan, kebersamaan, persaudaraan, memelihara lingkungan
alam.Kesadaran untuk menyeimbangkan kebutuhan materi dan
rokhani, seimbangnya pemanfaatan sumber daya dan pelestarian.Kita
diajarkan untuk tidak menjadi rakus.
Konsep ini juga menempatkan manusia sebagai subyek.Manusia
dengan segala hasil cipta, rasa, karsa, dan budhinya adalah
budaya.Dengan demikian kepariwisataan Indonesia adalah
kepariwisataan yang berbasis masyarakat (community based tourism)
dan berbasis budaya (cultural tourism). Kepariwisataan yang dibangun
37
dengan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan pariwisata bahari
Dalam menganalisis pengelolaan pariwisata dibutuhkan sebuah
tolak ukur berupa faktor-faktor yang mempengaruhi. Factor yang
mempengaruhi bisa menjadi mendukung atau menghambat pengelolaan
pariwisata. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah pengelolaan
pariwisata yang termuat dalam sebuah modul strategi dasar
pembangunan kelautan
1. Faktor-Faktor pendukung
a. Sumber Daya Alamadalah Sumber Daya Alam adalah
Menggunakan atau mengambil manfaat dari sumber daya alam
yang ada untuk kepentingan manusia. Keberadaan Kolam
renang merupakan potensi dari sumber daya air yang
memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Kolam
renang terbentuk dari buatan manusia.
2. Faktor Penghambat
a. Prasarana dan Sarana semua fasilitas yang mendukung agar
sarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat
memberikan pelayanan pada wisatawan guna memenuhi
kebutuhan mereka yang beraneka ragam, antara lain :
1) Prasarana perhubungan, seperti jaringan jalan raya, bandar
udara {airport}, terminal angkutan darat.
38
2) Instalasi tenaga listrik dan instalasi penjernihan air bersih.
3) Sistem pengairan untuk kepentingan pertanian, peternakan,
dan perkebunan.
4) Sistem telekomunikasi, seperti telepon, internet, televisi, dan
radio.
5) Pelayanan kesehatan dan keamanan.
b. Sumber Daya Manusiadapat dibagi menjadi dua, yakni sumber
daya manusia secara makro dan mikro. Sumber daya manusia
makro adalah jumlah penduduk usia produktif yang ada di sebuah
Negara. Sedangkan sumber daya manusia mikro lebih
mengerucut kepada individu yang bekerja pada sebuah institusi.
Sumber daya manusia adalah individu produktif yang berkerja
sebagai penggerak organasasi baik itu dalam institusi maupun
perusahaan yang memilki fungsi sebagai aset sehingga harus
dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
c. Regulasi adalah suatu cara yang digunakan untuk
mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Istilah
regulasi banyak digunakan untuk menggambarkan peraturan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Para ahli mengartikan
regulasi sesuai dengan bidang atau ilmu yang dikaji. Untuk
mengartikan regulasi mana harus dilihat dulu dalam bentuk atau
bidang apa regulasi tersebut disebut digunakan. Regulasi banyak
39
diterapkan pada peraturan hukum Negara pada perusahaan atau
pada beberapa bidang lainnya.
2.4. Kerangka Konsep
Dalam sistem kebijakan, terdapat 3 (tiga) elemen yang saling
mengaitkan. Kebijakan, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan.
Kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah untuk melakukan pengaturan
dalam masyarakat. Para pelaku kebijakan bertugas untuk menjalankan
kebijakan tersebut untuk mencapai tujuan dari pemerintah.
Peraturan daerah No. 14 Tahun 2008 tentang rencana induk
pengembangan pariwisata daerah Provinsi Kalimantan Timur adalah
kebijakan yang menuntut adanya pengembangan pariwisata di seluruh
daerah di provinsi Kalimantan Timur. Untuk mengembangkan wisata
terdapat berbagai stakeholders yang terlibat (pemerintah, lembaga non
pemerintah), Sumber Daya Manusia (SDM), program-program, dana dan
fasilitas. Berdasarkan keterlibatan stakeholders dan kondisi saat ini
diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam upaya
pengembangan daerah tujuan wisata di Kabupaten Berau kedepannya.
Sasaran tersebut dapat tercapai melalui pengelolaan yang terkoordinasi,
baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan dengan
pengembangan kegiatan pariwisata sehingga diperlukan peran serta
dukungan masyarakat dan pemerintah serta sektor yang berperan dalam
pengembangan kepariwisataan.
40
Berangkat dari Peraturan Daerah No. 14 tahun 2008 tentang rencana
induk pengembangan pariwisata daerah Provinsi Kalimantan Timur maka
penulis akan menganalisis bentuk pengelolaan dari ketiga stackholders
kepariwisataan yaitu pemerintah, swasta maupun masyarakat dalam
mengelola wisata bahari serta apa saja yang akan menjadi faktor
penghambat atau pendukung dalam pengelolaan wisata bahari di daera
Gambar 2. Kerangka Konsep
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 14
Tahun 2008 Tentang Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah Provinsi Kalimantan Timur
PENGELOLAAN Faktor- factor yang mempengaruhi :
1. Pendukung (
Sumber Daya Alam
2. Penghambat
Sumber daya Manusia
Regulasi
Sarana dan Prasarana
PEMERINTAH
1. Pulau Kakaban
SWASTA
1 .Pulau Nabucco
PEMERINTAH DAN SWASTA
1. Pulau Derawan 2. Pulau Maratua
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara alamiah untuk memperoleh data
dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Data yang didapat dari penelitian
ini digunakan untuk memecahkan, memahami serta mengantisipasi
masalah yang sangat menunjang pada penyusunan hasil penelitian.
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi yang ditentukan penulis untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian terhadap pengelolaan Wisata
Bahari di Kepulauan Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan
Timur. Adapun tempat penelitian yang dimaksud penulis yaitu :
1. Dinas Pariwisata Kabupaten Berau
2. Kepulauan Derawan
a) Pulau Derawan
b) Pulau Maratua
c) Pulau Kakaban
d) Pulau Nabucco
42
3.2 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif yang memberikan gambaran tentangpengelolaan wisata bahari
di Kepulaauan Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan timur.
Pada umumnya kegiatan penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data,
analisis data, interprestasi data serta diakhiri dengan kesimpulan pada
penganalisisan data tersebut.
3.3 Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari informan dengan memakai
teknik pengumpulan data berupa interview ( wawancara). Informan
adalah orang-orang yang betul paham atau pelaku yang terlibat
langsung dengan permasalahan penelitian. Informan yang dipilih
adalah yang dianggap relevan dalam memberikan informasi.
Adapun yang menjadi informan dalam peneliti sebagai berikut :
1. Dinas Pariwisata Kabupaten Berau
a. Sekretaris Dinas Pariwisata
b. Staff Badan Pengembangan destinasi pariwisata
43
c. Staff Promosi dan kerjasama
2. Kepulauan Derawan
a. Pulau Derawan : PT. Bhumi Manimbora Interbuana
(BMI) , masyarakat, wisatawan asing maupun local.
b. Pulau Maratua : PT. Maratua Paradise, masyarakat,
wisatawan asing maupun local.
c. Pulau Kakaban : Wisatawan
d. Pulau Sangalaki : Wisatawan lokal
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen,
catatan-catatan,laporan-laporan, maupun arsip-arsip resmi, materi-materi,
serta literature lainnya yang relevan dalam melengkapi data primer
penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah untuk
memperoleh data.
Adapunteknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
44
1. Wawancara mendalam (indeep interview)
Wawancara adalah “bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu”
Wawancara merupakanpercakapan dengan maksud
tertentu.Dimana wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apa yang
terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana
pandangannya tentang dunia yaitu hal-hal yang tidak dapat kita
ketahui melaluiobservasi.
Pada penelitian kualitatif, wawancara dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
a. Wawancara sebagai strategi utama dalam
pengumpulan data, pada konteks ini catatan data
lapangan yang diperoleh berupa transkrip
wawancara.
b. Wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam
pengumpulan data, seperti analisis dokumen, dan
studi literatur.
45
Teknik penelitian wawancara ini merupakan bentuk
komunikasi langsung antar peneliti dengan responden yang
biasanya komunikasi itu berupa tanya jawab dalam hubungan tatap
muka sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media
yang melengkapi kata-kata secara verbal.
Teknik penelitian wawancara memiliki beberapa keunggulan
yaitu:
a. Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap
individutanpa dibatasi oleh faktor usia maupun
kemampuan membaca.
b. Data yang diperoleh dapat langsung diketahui
objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.
c. Wawancara dapat dilaksanakan secara langsung
kepadaresponden yang diduga sebagai sumber data
(dibandingkan dengan angket yang kemungkinan dapat
diisi oleh orang lain) .
d. Wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk
memperbaiki hasl yang diperoleh baik yang melalui
observasi terhadap objek manusiamaupun bukan
manusia.
e. Pelaksanaan wawancara dapat lebih fleksibel dan
dinamis karena dilaksanakan dengan hubungan
langsung sehingga memungkinkan diberikannya
46
penjelasan kepada responden bila suatu pertanyaan
kurang dapat dimengerti.
Peneliti melakukan wawancara langsung terhadap informan
yang bersangkutan dengan masalah penelitian ini. Wawancara
antara peneliti dan informan face to face kemudian mengajukan
beberapa pertanyaan yang menjadi inti masalah penelitian kepada
informan, selanjutnya para informan ini memberikan jawaban
menurut mereka masing-masing. Metode ini dikenal dengan teknik
wawancara deep interview yaitu proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara.
2. Library research
Cara pengumpulan data dengan menggunakan buku-buku
yang ada hubungannya denganpenelitian atau literatur-literatur
yang ada hubungannyadengan penelitian.
3. Penelusuran data On Line atau dengan menggunakanfasilitas
internet.
4. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan yang meliputi
kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek yang akan
diteliti dengan menggunkan seluruh alat indra. Observasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
47
a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh peneliti
dengan tidak menggunakan instrument penelitian.
b. Observasi sistematis. Yang dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan pedoman sebagai instrument penelitian.
Namun penelitian ini menggunakan observasi sistematis
yaitu dengan menggunakan instrument sebagai pedoman
penelitian.Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum,
peneliti mengumpulkan data sebanyak mungkin, kemudian pada
tahap selanjutnya peneliti melakukan observasi yang terfokus
pada lingkup yang lebih spsifik terhadap data sehingga peneliti
dapat menemukan pola-pola prilaku dari sampel tersebut.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan peneliti adalah
teknik analisis data kualitatif dimana data yang diperoleh akan
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian
untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang yang diwawancarai.Teknik analisis
data kualitatif digunakan untuk mendapatkan penjelasan mengenai
upaya pengelolaan wisata bahari di kepulauan derawan kabupaten
berau provinsi kalimantan timur. Data dari hasil wawancara yang
48
diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi
sebuah catatan lapangan.
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data
dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai
sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam penelitian
kualitatif tidak ada panduan buku untuk melakukan analisis data,
namun secara umum dalam analisis data selalu ada komponen-
komponen yang wajib harus ada seperti pengambilan data, kategori
data, dan kesimpulan.
1. Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang
berhubungan dengan penelitian melalui wawancara, kajian pustaka
dan sebagainya.Dalam hal wawancara peneliti menggunakan
perekam suara seperti hp. Pada saat pengumpulan data, peneliti
berhati-hati dalam mencatat data jangan sampai dicampurkan
dengan pikiran peneliti.Data-data yang dikumpulkan adalah data-
data yang relevan, sehingga pengelolaan wisata bahari kepulauan
Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur dapat
digambarkan secara jelas pada hasil penelitian yang berupa
kesimpulan.
49
2. Sajian Data
Data yang dikumpulkan kemudian disajikan dalam bab
pembahasan dan sebagai pijakan untuk menarik kesimpulan.
Dalam penyajian ini, data kemudian digabungkan menjadi sebuah
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu
sehingga apa yang terjadi mudah diamati yang akan membantu
peneliti dalam menentukan penarikan kesimpulan secara benar.
Penyajian data ini berupa analisis peneliti tentang objek yang
diteliti.Pada tahap penyajian data penulis mengelompokkan data
berdasarkan kelompok informan, sehingga diketahui beberapa
informasi dari informan berdasarkan pokok masalah dan sumber
(informan).
Sajian data yang dilakukan bertujuan untuk memahami
berbagai hal yang terjadi dalam hal pengelolaan wisata bahari di
kepualauan derawan kabupaten berau kalimantan timur .
Kesimpulan merupakan ujung terakhir dari proses penelitian
ini. Kesimpulan ini berbentuk deskriptif kualitatif, yang merupakan
kristalisasi dan konseptualisasi dari temuan di lapangan.
3.6 Defini Operasional
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mencoba
menjabarkan definisi oprasional yang digunakan pada penelitian ini agar
dapat dijadikan sebagai acuan.
50
a. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan
untuk membuat kebijakan dalam bentuk penerapan hukum dan
undang- undang dikawasan tertentu .
b. Swasta
Swasta dalam ekonomi suatu Negara terdiri dari segala
bidang yang tidak dikuasai oleh pemerintah. Organisasi yan
termasuk swasta antara lain: Perusahaan, koperasi, bank,
oranisasi non-pemerintah, termasuk juga karyawan yang tidak
berkerja untuk pemerintah.
c. Pengelolaan
Pengelolaan adalah proses merumuskan kebijaksanaan dan
melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
d. Wisata Bahari
Wisata bahari adalah segala bentuk aktivitas ekowisata yang
mengambil tempat pada daerah-daerah zona pantai dan
lingkungan laut.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan wisata bahari
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah pengelolaan
pariwisata yang termuat dalam sebuah modul strategi dasar
pembangunan kelautan: (1) Prasarana wisata bahari (2)Sarana
wisata bahari, (3) Kualitas Sumber daya baik itu sumber daya
51
alam maupun sumber daya manusia pelaku pembangunan
pariwisata bahari (4) Regulasi
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tersebut
pengelolaan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul atau
analisis data tidak mutlak dilakukan setelah pengelolaan data
selesai. Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis secara bersamaan dengan proses
pengumpulan data, proses analisis yang dilakukan merupakan
suatu proses yang panjang. Data dari hasil wawancara dan
observasi yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan
sehingga menjadi sebuah catatan lapangan.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan
pengelolaan wisata bahari di kepulauan Derawan Kabupaten Berau
propinsi Kalimantan Timur serta faktor-faktor yang mempengaruhi
pengelolaan wisata bahari di Kepulauan Derawan Kabupaten Berau
propinsi Kalimantan Timur.
1.1 Gambaran Umum Kabupaten Berau
4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi
Kabupaten Berau merupakan salah satu daerah Pintu Gerbang
Pembangunan di wilayah Propinsi Kalimantan Timur Bagian Utara, yang
terletak disebelah utara dari Ibukota Propinsi Kalimantan Timur dan
sekaligus merupakan Wilayah Daratan dan Pesisir Pantai yang memiliki
Sumber Daya Alam, dimana wilayah daratan terdiri dari gugusan bukit
yang terdapat hampir disemua kecamatan terutama Kecamatan Kelay
yang mempunyai perbukitan Batu Kapur yang luasnya hampir 100 Km2.
Sementara didaerah Kecamatan Tubaan terdapat perbukitan yang dikenal
dengan Bukit Padai.
53
Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau 2016
Daerah pesisir Kabupaten Berau terletak di kecamatan Biduk-
Biduk, Talisayan, Pulau Derawan dan Maratua yang secara geografis
berbatasan langsung dengan lautan. Kecamatan Pulau Derawan terkenal
sebagai daerah tujuan wisata yang memiliki pantai dan panorama yang
sangat indah serta mempunyai beberapa gugusan pulau seperti Pulau
Sangalaki, dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulungan.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bulungan dan
Kabupaten Kutai Kertanegara.
54
Dalam pembagian wilayah pembangunan Kabupaten Berau memiliki 3
(tiga) wilayah yaitu :
1) Wilayah Pantai yang meliputi : Kecamatan Biduk-Biduk, Talisayan,
Pulau Derawan, Maratua dan Tubaan.
2) Wilayah Pedalaman yang meliputi :Kecamatan Segah dan Kecamatan
Kelay.
3) Wilayah Kota yang meliputi : Kecamatan Tanjung Redeb, Gunung
Tabur, Sambaliung, Teluk Bayur.
Gambar 4.Persentase Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau Tahun 2016
Dari gambar diatas menunjukkan luas wilayah Kabupaten Berau
menurut kecamatan dalam tahun 2016. Persentase luas wilyayah batu
putih yaitu 4,84 % kemudian pada wilayahTeluk Bayur persentasenya
yaitu 0,51% selanjutnya segah persentasenya yaitu 15,14 % dan
persentase luas wilayah paling tinggi yaitu ada pada wilayah segah yang
memperoleh persentase 15.14 % dan persentase paling rendah didapat
oleh wilayah Tanjung Redeb yaitu 0,0
55
Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Berau
No Kecamatan
(District) Luas (km) Persentase (%)
1. Kelay 6 134,60 17,98
2. Talisayan 1 798,00 5,27
3. Tabalar 2 373,45 6,95
4. Biduk-biduk 3 002,99 8,80
5. Pulau Derawan 3 858,96 11,31
6. Maratua 4 118,80 12,07
7. Sambaliung 2 403,86 7,04
8. Tanjung Redeb 23,76 0,07
9. Gunung Tabur 1 987,49 5,82
10. Segah 5 166,40 15,14
11. Teluk bayur 175,40 0,51
12. Batu Putih 1 651,42 4,84
13. Biatan 1 432,04 4,20
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau Tahun 2016
Kabupaten Berau memiliki luas wilayah 34.127,47 km2 terdiri dari
daratan seluas 21.951,71 km2 dan luas laut 11.962,42 km2, serta terdiri
dari 52 pulau besar dan kecil dengan 13 Kecamatan, 10 Kelurahan, 100
Kampung/Desa. Jika ditinjau dari luas wilayah Kalimantan Timur, luas
Kabupaten Berau adalah 13,92% dari luas wilayah Kalimantan Timur,
dengan prosentase luas perairan 28,74%, dan Jumlah penduduk pada
tahun 2013 sebesar 193.83 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 103.579 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
56
90.252 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Berau pada tahun
2013 mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu 1,06 %.
Tabel 3. Jarak dari ibuKota Kecamatan ke ibuKota Kabupaten di
Kabupaten Berau (km),2015
No Kecamatan
(District)
Ibu Kota Kecamatan (
District Capital)
Jarak (Distance)
1. Kelay Sido Bangen 125
2. Talisayan Talisayan 150
3. Tabalar Tubaan 91
4. Biduk-biduk Biduk-biduk 254
5. Pulau Derawan Tanjung Batu 112
6. Maratua Maratua Teluk Hara 65
7. Sambaliung Sambaliung 2
8. Tanjung Redeb Tanjung Redeb 0
9. Gunung Tabur Gunung Tabur 11,6
10. Segah Tepian Buah 86
11. Teluk bayur Teluk Bayur 10
12. Batu Putih Batu Putih 200
13. Biatan Biatan Lampake 120
Sumber : Badan Statistik Kabupaten Berau Dari data tersebut merupakan jarak dari ibukota kecamatan ke
ibukota kabupaten pada tahun 2015. Dalam jaraknya kecamatan Biduk-
biduk merupakan kecamatan yang paling jauh dari ibukota dan kecamatan
sambaliung merupakan kecamatan paing dekat dengan ibukota
Kabupaten Berau yaitu Tanjung Redeb
57
4.1.2 Kependudukan
Perkampungan dan pemukiman masyarakat nelayan di dalam
dan sekitar kawasan konservasi laut berau tersebar di 25
Kampung pada 8 kecamatan. Jumlah KK dan penduduknya dari
seluruh perkampungan nelayan sekitar 5.464 KK dan 23.239 jiwa.
Penduduknya terbanyak di Tanjung Batu sebanyak 2.188 jiwa.
Kepadatan penduduk tertinggi di Pulau Derawan dan Payung-
Payung masing- masing 99 dan 83 orang per km2.
Tabel 4. Jumlah Penduduk di Kabupaten Berau Tahun 2016
No Kode
Wilaya
h
Kecamatan
Jumlah penduduk
Total Laki
-
Laki
Perempuan
1 2 3 4 5 6
64.03 BERAU 116.740 99.740 216.480
1 64.03.01 KELAY 3.158 2.593 5.751
2 64.03.02 TALISAYAN 6.790 5.670 12.460
3 64.03.03 SAMBALIUNG 17.665 14.898 32.553
4 64.03.04 SEGAH 5.785 4.670 10.445
5 64.03.05 TANJUNG REDEB 37.614 33.084 70.698
6 64.03.06 GUNUNG TABUR 10.905 8.750 19.665
7 64.03.07 PULAU
DERAWA
NNN
5.165 4.707 9.872
8 64.03.08 BIDUK-BIDUK 3.470 3.174 6.644
9 64.03.09 TELUK BAYUR 13.2283 11.030 24.313
10 64.03.10 TABALAR 3.5999 3.090 6.689
11 64.03.11 MARATUA 1.840 1.734 3.574
12 64.03.12 BATU PUTIH 3.953 3.349 7.302
13 64.03.13 BIATAN 3.523 2.991 6.514
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau Tahun 2016
58
4.1.3 Topografi
Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan bentuk
relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut.Wilayah
daratan tidak terlepas dari gugusan bukit dan perbukitan yang terhampar
di seluruh wilayah kecamatan.Berbagai tipe hutan utama yang biasanya
terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di Kabupaten Berau.Hutan bakau,
hutan rawa dan rawa gambut dijumpai di sepanjang pesisir dan muara
sungai Berau.Hutan dipterokarpa dataran rendah tersebar dan bercampur
dengan hutan kerangas dan hutan kapur dataran rendah. Di atas
ketinggian 1000 m dpl (diatas permukaan laut) hutan dipterokarpa
digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada puncak tertinggi
gunung Mantan (2457 m dpl) terdapat hutan yang selalu diliputi awan.
4.1.4 Hidrologi
Kabupaten Berau dialiri oleh 21 sungai besar dan kecil.Sungai
Kelay merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Berau.Mengalir dari
pegunungan sekitar Gunung Mantan, sepanjang 254 kilometer sampai
pada pertemuan dengan Sungai Segah membentuk Sungai Berau di
Tanjung Redeb.Sungai Segah sendiri panjangnya sekitar 152
kilometer.Hulu sungai berada di sekitar Gunung Kundas.Tabel 2.2.Nama
dan Panjang Sungai Menurut Kecamatan.
59
4.1.5 Pemerintahan Kabupaten Berau
Kabupaten Berau berapa kali mengalami pemekaran wilayah, yaitu
:Pada tahun 2002, terjadi pemekaran wilayahkecamatantalisayanmenjadi
Kecamatan Talisayan itu sendiri,Kecamatan Tabalar, Kecamatan Biatan,
dan Kecamatan Batu Putih.
a) Pada tahun 2010 terjadi pemekaran desa. Desa Dumaring di
Talisayan dibagi menjadi 2 (dua) desa yaitu Dumaring, dan
Capuak. Desa Gunung Sri di Segah dibagi menjadi 3 (tiga) desa
yaitu Gunung Sari, Siduung Indah, dan Batu Rajang Dengan
adanya pemekaran tersebut maka saat ini Kabupaten Berau terdiri
dari 13 (tiga belas) Kecamatan serta 110 Desa/Kelurahan.
1. Struktur organisasi Pemerintah kabupaten Berau terdiri dari:
a. Institusi dan Organisasi Pemda
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Berau
Nomor 9 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Kabupaten Berau dan juga Peraturan Daerah Kabupaten
Berau Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau. Nama
Satuan Kerja Perangkat Dearah pemerintah Kabupaten
Berau yang masuk dalam Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi
Kabupaten Berau adalah sebagai berikut : Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan
60
Lingkungan Hidup (BLH), Badan Pemberdayaan
Masyarakat & Pemerintahan Kampung (BPM & PK), Badan
Pusat Statistik (BPS), Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan, Kekayaan Daerah (DPPKK), Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan dan Tata
Ruang, RSUD, Kantor Kebersihan, Pertamanan
danPencegahan Kebakaran, Kantor Pemberdayaan
Perempuan & KB, Setda, PDAM serta pihak swasta,
perguruan tinggi dan LSM.
4.1.6 Visi dan Misi Kabupaten Berau
1. Visi
Visi Kabupaten Berau sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Berau adalah sebagai berikut:
“Mewujudkan Kabupaten Berau Sebagai Daerah Unggulan
Dibidang Agribisnis Dan TujuanWisata, Serta Energi Terkemuka
Menuju Masyarakat Sejahtera”.
2. Misi
a. Mewujudkan Masyarakat Yang Sehat, Cerdas, Terampil Dan
Berakhlak Mulia;
b. Membangun, Mengembangkan Dan Meningkatkan Kawasan
Sentra Produksi Pertanian Dalam Arti Luas Dalam Menunjang
Ekowisata Dan Agribisnis;
c. Mewujudkan Pemenuhan Infrastruktur Dasar Untuk
61
Meningkatkan Kualitas Kehidupan Masyarakat Yang Layak
Dan Sejahtera;
d. Mewujudkan Perbaikan Sistem Subsidi, Perlindungan Sosial
Dan Penanggulangan/Pengentasan Masyarakat Miskin;
e. Mewujudkan Pemberdayaan dan Kemandirian Kelembagaan
masyarakat Dengan Pendekatan Partisipatif;
f. Mewujudkan Struktur Ekonomi Yang Berdaya Saing Dan Pro
Kerakyatan Dengan Konsep Pembangunan Berkelanjutan;
g. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik.
4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Berau
1.2.1 Visi dan Misi
Visi
“Terwujudnya Kabupaten Berau Sebagai Destinasi Wisata Yang
Terkemuka Di Dunia”
Misi
1. Meningkatkan kualitas destinasi pariwisata yang berwawasan
lingkungan, berkelanjutan dan berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat.
2. Menggali, melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan
kebudayaan daerah.
62
3. Mengembangkan pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul
dan bertanggung jawab.
4. Meningkatkan profesionalisme pelayanan,
4.2.1Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Dinas, terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahkan:
1) Sub Bagian Penyusunan Program;
2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
3) Sub Bagian Keuangan dan Aset
c. Bidang Bina Nilai Budaya dan Seni, membawahkan:
1) Seksi Nilai Sejarah dan Kepurbakalaan;
2) Seksi Pengembangan Seni dan Nilai Tradisional;
3) Seksi Permuseuman dan Pengelolaan Benda Cagar Budaya;
4) Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata , membawahkan:
a) Seksi Destiniasi Pariwisata;
b) Seksi Produk Wisata;
c) Seksi Obyek Wisata;
5).Bidang Bina Usaha Jasa, Sarana Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, membawahkan:
a) Seksi Sarana Pariwisata;
b) Seksi Usaha Jasa Pariwisata;
c) Seksi Bimbingan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
63
f. Bidang Bina Pemasaran dan Kerjasama, membawahkan:
a) Seksi Pemasaran Pariwisata;
b) Seksi Kerjasama Pariwisata;
c) Seksi Promosi Pariwisata.
g. UPTD;
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Berau
64
4.3 Gambaran Umum Kepulauan Derawan
Kepulauan Derawan adalah sebuah kepulauan yang berada di
kabupaten Berau. Kepulauan Derawan mempunyai potensi laut yang
sangat kaya dan menurut para ahli keindahan taman laut dan
keanekaragaman biota laut yang hidup dipulau itu untuk menduduki posisi
ketiga di dunia.
Berdasarkan catatan sejarah, peran kawasan perairan dalam
perubahan kabupaten telah dimulai sejak abad ke 13. Perairan daerah ini
menjadi pintu masuk bagi para pendatang dari Makassar, Filipina selatan,
Cina, India, bahkan Eropa. Mereka memiliki peran besar dalam perubahan
sosial dan kurun waktu lebih dari tujuh abad. Adapun Pulau-pulau yang
termasuk dalam kepulauan Derawan yaitu : Pulau derawan, Pulau
maratua, Pulau kakaban, Pulau sangalaki, pulua Nunukan, dan Pulau
semama.
1. Pulau Derawan
Pulau Derawan terletak di Kepulauan Derawan dengan luas
44,6 Ha. Di perairan sekitarnya terdapat taman laut dan terkenal
sebagai wisata selam (diving) dengan kedalaman sekitar lima
meter. Terdapat beraneka ragam biota laut disini, diantaranya cumi-
cumi , lobster, ikan pipa, gurita, nudibranches, kuda laut, belut, pita
dan ikan kalajengking. Pada batu karang dikedalaman 10 meter,
terdapat karang yang dikenal sebagai “Blue Trigger Wall” karena
65
pada karang dengan panjang 18 meter tersebut banyak terdapat
ikan trigger.
Pulau ini memiliki permukaan laut dengan gradasi warna biru
dan hijau yang memukau, hamparan pasir nan lembut, barisan
pohon kelapa dipesisir pantai, dengan hutan kecil di tengah-tengah
pulau yang merupakan habitat dari bermacam jenis tumbuhan dan
hewan serta keindahan alam bawah laut yang mempesona. Pulau
ini menempati urutan ketiga teratas sebagai tempat tujuan yang
menyelam bertaraf dunia dan menjadikan pulau ini sebagai pulau
impian bagi para penyelam.
Gambar 6. Foto Pulau Derawan Tampak Atas
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
2. Pulau Maratua
Pulau Maratua terletak di Kepulauan Derawan dengan luas
2.375,70 Ha yang merupakan pulau terluar yang menyimpan
66
kekayaan alam yang sangat luar biasa dan bagi para penyelam,
pulau ini terkenal dengan nama “The Big Fish County” karena
sekumpulan ikan hiu dan barakuda serta paus dan berbagai jenis
ikan hias dengan mudah dapat ditemui di perairan pulau Maratua
yang memiliki 4 kampung ini.
Di tempat wisata ini dapat dinikmati keindahan terumbu
karang yang tidak tertandingi, tempat penyu bertelur yang terbesar
di Asia Tenggara, Panorama matahari terbit dan terbenam yang
sangat indah, dan kehidupan masyarakat Bajau serta menyusuri
khas pulau atol. Di pulau ini dapat dijumpai fasilitas wisata dan jasa
akomodasi seperti DiveResort Maratua Paradise, Nabucco, dan
Mitra Kaltim.
Gambar 7. Pulau Maratua
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
67
3. Pulau Kakaban
Pulau Kakaban terletak di Kepulauan Derawan dengan luas
774,2 Ha. Berkunjung ke pulau ini seolah mengunjungi “Jurassic
Park” karena pulau Kakaban yang tidak berpenghuni ini
merupakan laguna dari sebuah atol purba yang terangkat ke
permukaan dan terbentuk dari karang lebih dari dua juta tahun
lalu. Terdapat gua-gua batu karang yang dimanfaatkan oleh
burung-burung wallet sebagai rumahnya, hasil proses geologis
ribuan tahun serta danau yang airnya tidak seasin air
lautdisekitarnya.
Di Danau ini hidup biota yang biasa ditemukan di air laut,
seperti alga, anemone laut, 4 jenis ubur-ubur yang tidak
menyengat yang jumlahnya mencapai ribuan, spons, ketimun laut
atau tripang, kepiting dan berbagai jenis ikan kecil lainnya.
Danau Kakaban merupakan Danau laut terbesar di Dunia
dan merupakan “saudara” dari danau yang ada di Palau,
Kepulauan Micronesia. Bedanya, jumlah dan jenis spesies biota
yang dikandung danau Kakaban lebih beraneka ragam dan
istimewa. Pulau ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi
Laut dan diusulkan sebagai situs warisan Dunia.
68
Gambar 8. Pulau Kakaban
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
4. Pulau Nabucco
Pulau Nabucco adalah Pulau yang terletak dekat dengan
pulau Maratua. Pulau Nabucco ini di kelola oleh PT. Nabucco
yang berasal dari jerman. Pulau Nabucco termasuk pulau terkecil
diantara pulau Derawan. Wilayah pulau Nabucco yang kecil yang
kemudian dikelola oleh perusahaan Swasta.
Dalam mencapai akses ke pulau ini cukuplah sulit
dikarenakan transportasi atau akomodasi yang minim sehingga
para pengunjung sangat sulit mengunjungi pulau ini.
69
Gambar 9. Pulau Nabucco
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
4.4. Pengelolaan Wisata Bahari di Kepulauan Derawan
Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996,
Pengelolaan dan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam meliputi
3 hal yaitu :
1. Pembangunan saran dan prasarana pelengkap beserta fasilitas
pelayanan lain bagi wisatawan.
2. Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam
3. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya
untuk berperan serta dalam kegiatan pengusaaan obyek wisata
dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.
70
Dari pengertian tersebut penulis bisa simpulkan bahwa pengelolaan
yang dimaksud adalah bagaimana prasarana dan sarana memadai,
memanfaatkan sumberdaya alam dengan baik dan melakukan
pengawasan yang baik pula.
Model merupakan suatu abstraksi dari realitas, yang menunjukkan
hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbale balik
dalam istilah sebab akibat . Suatu model tidak lain merupakan
seperangkat anggapan (asumsi) mengenai suatu sistem yang rumit,
sebagai usaha untuk memahami dunia nyata yang memiliki sifat beragam.
Model dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok
kajian atau derajat keabstrakannya.
Wisata bahari merupakan salah satu bentuk wisata yang
potensial untuk dikembangkan.Hal ini terkait dengan melimpahnya potensi
sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pembangunan
pariwisata pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
yang berkelanjutan, sehingga satu kawasan dinyatakan berhasil jika dapat
mempertemukan empat aspek yaitu :
1) Mempertahankan Kelestarian lingkungannya.
2) Meningkatkan Kesejahteraan masyarakat dikawasan tersebut
3) Meningkatkan keterpaduan antar unit pembangunan masyarakat di
sekitar kawasan dan zona pengembangannya.
4) Menjamin kepuasaan pengunjung
Dengan demikian, diperlukan suatu pemahaman terhadap
71
yang terkait didalam pengelolaan kawasan wisata tersebut, untuk
mendapatkan suatu konsepsi atau model pengelolaan yang tepat
Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa,negara dan pemerintah untuk
menuju modernisasi dalam rangka mensejahterakan rakyat baik
secara lahir maupun batin. Dalam pembangunan terjadi suatu
prosesperubahan yang berlangsung secara terus menerus dan
berkelanjutan. Disinilah peran pemerintah harus lebih jeli
menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam
pembangunan serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
negara itu, untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa, karena
pada dasarnya pembangunan diselenggarakan oleh rakyat
bersama pemerintah.Peranan masyarakat dalam pembangunan
harus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman
dan penghayatan, bahwa hak, kewajiban dan tanggung jawab
seluruh masyarakat, maka hasil-hasil dari pembangunan dapat
dinikmati oleh seluruh rakyat.
Seperti halnya, pariwisata merupakan salah satu kegiatan industri
pelayanan dan jasa yang menjadi andalan Indonesia dalam rangka
meningkatkan devisa Negara disektor non migas. Sementara Pengelolaan
adalah suatu proses tentang pemanfaatan sumber daya alam yang dilaut
untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini bapak Drs. Jance Keko (Sekretaris
72
Dinas Pariwisata) mengatakan :
“Bahwa dalam hal pengelolaan itu sendiri yang kelola yaitu masyarakat lokal pulau tersebut kemudian disini kami hanya menjadi regulasi untuk memberikan arahan-arahan atau apa-apa saja yang tidak boleh dilalakukan oleh masyarakat local dalam hal nantinya bisa merusak keanekaragaman hayati yang berada disana, kecuali memang wisata yang tak berpenghuni seperti pulau kakaban itu pemerintah langsung yang mengelolanya serta dibantu oleh masyarakat tentunya” ( Wawancara23 feb 2017)
Kabupaten Berau terdapat 7 (tujuh) pulau kecil yang menjadi
tempat wisata. Dalam hal ini, peneliti mengambil 4 (empat) pulau yang
menjadi bahan penelitian, pertama pulau Derawan, kedua pulau Maratua,
ketiga pulau Kakaban, dan keempat pulau Sangalaki. Berikut deskripsi
pengelolaan keempat pulau tersebut yang kemudian peneliti menelaah
dari pengelolaan melalui pemerintah, swasta dan kerjasama antara
keduanya.
1. Dikelola oleh Pemerintah
a. Pulau Kakaban
Kakaban terletak di Kepulauan Derawan, sebelah timur
delta sungai Berau, Kabupaten Berau di Provinsi Kalimantan
Timur. Tepatnya terletak di Laut Sulawesi, diantara Pulau
Derawan, Pulau Sangalaki, Pulau Panjang dan Pulau Semama.
Adapun Fasilitas yang terdapat di pulau kakaban antara lain
adalah adanya titik penyelam bagi wisatawan yang senang akan
petualangan bawah air, yaitu barracuda point. Seperti yang
diungkapkan oleh salah satu pengunjung wisata di pulau
73
kakaban yang mengungkapkan bahwa :
“Pulau Kakaban ini merupakan pulau yang unik menurut saya, kita bisa melihat langsung “jelly fish” yang ada di pulau ini. Pulau kakaban ini menurut saya adalah warisan negeri yang harus kita jaga bersama-sama karena yang saya lihat banyak para pengunjung yang datang kini tidak memahami etika menjaga dan melestarikannya , kebanyakan hanya ingin mendapatkan foto yang bagus untuk media sosialnya.” ( Wawancara 18 Feb 2017)
Dari pernyataan pengunjung tersebut penjagaan dari para
wisatawan terhadap objek wisata kurang diperhatikan. Hal ini juga
terjadi oleh masyarakat sekitar. Pdahal pulau kakaban adalah salah
satu warisan negeri yang memiliki keindahan tersendiri yang harus
dilestarikan. Menurut peneliti, hal ini berbenturan dengan pasal 9
dalam perda Nomor 14 Tahun 2008 tentang rencana Induk
pengembangan pariwisata daerah kalimantan Timur yang
menyatakan kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan dalam
meningkatkan peran dan kualitas pariwisata didaerahnya. Dalam
teori wisata bahari yang dikemukakan oleh R.S Damardjati, Wisata
bahari merupakan kesan yang penuh makna bukan semata-mata
memperoleh hiburan dari berbagai suguhan antraksi dan suguhan
alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan
wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan
konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam
tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk
kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah
pesisir dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Jenis wisata
74
yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung
maupun tidak langsung
Pulau kakaban saat ini tidak memiliki sarana transportasi
khusus yang bisa diandalkan, karena letaknya yang sangat jauh
dari pusat kota, sehingga dari ketepatan waktu maupun keamanan
masih belum terjamin. Maka untuk pengembangan wisata
mempunyai keterbatasan. Dalam teori prinsip pembangunan
pariwisata point kedua, permasalahan ini bisa penghambat
perkembangan destinasi wisata dikarenakan pada kurangnya minat
para wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata yang ada di
Pulau Kakaban.
Selain itu, di pulau ini tidak terdapat air tawar yang bersih
yang dapat digunakan sebagai sarana penting dalam kehidupan
dan sampai pada saat ini belum ada masyarakat yang mau
bertempat dikawasan tersebut. Hal ini pula berdampak pada
penjagaan pulau yang dimana kurangnya minat masyarakat untuk
bermukim di pulau Kakaban
1) Potensi Alam Pulau Kakaban
Alam kakaban masih banyak memiliki kemurnia dan
jarang dikunjungi oleh orang karena lokasi jauh terpencil dan
belum ada sarana transportasi yang memadai seperti
layaknya tempat wisata lainnya. Dan oleh karena sejarah
pembentukannya , kakaban dengan karakteristiknya yang
75
unik dan banyak dipengaruhi oleh kehidupan terumbu
karang, dimana dalam danau banyak dihuni oleh biota laut
yang telah melalui proses berevolusi dan beradaptasi
dengan keadaan alam sekitarnya selama jutaan tahun.
Keunikan biota yang dimiliki oleh kakaban anatara
lain:empat jenis ubur-ubur endemic. Keindahan biota laut
tersebut kiranya telah banyak mengundang para peteualang
bawah laut untuk menikmatinya.
a) Permasalahan yang ada pada pulau kakaban antara lain
sebagai berikut :
I. Pengumpulan data sebagai bahan informasi tentang
pulau Kakaban dengan segala potensinya belum dikelola
secara maksimal, sehingga sampai saat ini bentuk
publikasi tentang pulau kakaban belum banyak diketahui
oleh masyarakat luas, dan potensi alam yang unik
tersebut belum diketahui oleh hal layak. Kemudian di
pertegas dengan ungkapan oleh staff bagian promosi
dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten berau yang
mengungkapkanbahwa :
“ Dalam hal promosi kita sudah berupaya untuk mempromosikan sampai mancanegara, kemudian diikutkan dalam beberapa event dan mensosialisaikan akan tetapi memang Pulau Kakaban masih belum mampu di dikenal oleh hal layak diluar sana, tapi kita dari dinas sudah semaksimal mungkin mempromosikan keunikan destinasi wisata di kabupaten Berau “. ( Wawancara, 22 Feb 2017).
76
Dari hasil wawancara tersebut, pihak pemerintah telah
memberikan perhatian melalui promosi kemancanegara.
Peneliti melihat promosi tersebut menjadi salah satu
indicator peneliti untuk menyatakan bahwa Pulau Kakaban
mendapat perhatian untuk ditingkatkan menjadi lebih baik.
II. Pembangunan sarana maupun prasarana di pulau Kakaban
yang belum maksimal seperti toilet, dermaga, ataupun jalan
setapak.Yang kemudian juga dipertegas oleh salah satu
pengujung wisatawan di pulau tersebut bahwa :
“ Seharusnya hal-hal penting yang menjadi prasarana dan sarana pengunjung lebih dipioritaskan oleh pengelola, karena seperti halnya toilet kita sebagai pengunjung tempat ini sangat memerlukan tempat tertutup untuk mengganti baju. Memang toilet di pulau Kakaban ada, tapi terkesan sama saja tidak ada kalau fasilitasnya kurang baik seperti misalnya pintu yang rusak”. ( Wawancara, 27 Februari 2017).
Dari pendapat salah satu wisatawan menunjukkan sarana yang
disediakan oleh pemerintah masih sangat minim. Peneliti mencoba
membenturkan usaha pemerintah dalam mempromosikan pulau Kakaban
ke mancanegara. Peneliti menganggap promosi tersebut terkesan kurang
tepat jika sarana dan prasarana pulau Kakaban itu sendiri tidak di
maksimalkan. Hal ini akan membuat wisatawan untuk ragu
mempromosikan ke wisatawan yang lain.
77
Gambar 10.Toilet yang rusak di Pulau kakaban
Sumber : Berau news.com
2. Dikelola oleh Swasta (PT. Nabucco)
a) Pulau Nabucco
Pulau Nabucco terletak dengan pulau Maratua. Pulau Nabucco ini
di kelola oleh PT. Nabucco yang berasal dari jerman. Pulau Nabucco
termasuk pulau terkecil diantara pulau Derawan. Wilayah pulau Nabucco
yang kecil yang kemudian dikelola oleh perusahaan Swasta. Kemudian
seperti yang dikatakan oleh masyarakat setempat yang berada di Pulau
Derawan bahwa :
“Memang ada salah satu pulau yang dikelola oleh swasta saja yaitu yang terletak di kecamatan maratua yaitu pulau Nabucco, biasanya memang jarang orang-orang bisa kepulau tersebut karena lokasi yang sangat begitu jauh dari pulau-pulau lainnya.” (Wawancara, 28 Feb 2017)
78
Dari pernyataan tersebut peneliti melihat Pulau Nabucco yang
memiliki objek wisata yang indah dengan resort yang dikelola oleh
swasta tidak dapat dikunjungin oleh semua orang terutama wisatawan
dalam negeri selain pulau Nabucco dikelola oleh pihak swasta akses ke
pulau tersebut juga sangat minim. Bahkan mata uang yang digunakan di
pulau tersebut bukan mata uang dalam negeri tapi Euro. Salah satu
alasan pula, pulau itu sulit diakses karena kebutuhan hidup yang ada
disana cukup tinggi. Peneliti melihat bahwa pulau Nabucco cukup
menarik untuk dikunjungi namun sulit diakses terutama oleh wisatawan
dalam negeri dilihat dari observasi dan hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti. Pada teori prinsip pembangunan pariwisata, hal ini juga
bisa menjadi penghambat pengembangan destinasi karena terbatasnya
pengunjung yang bisa berkunjung ke tempat tersebut.
Gambar 10.Resort Pulau Nabucco
79
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
5. Dikelola oleh Pemerintah dan Swasta ( PT. BMI dan PT.Paradise )
5) Pulau Maratua
Upaya pengembangan Pulau Maratua anatara lain rekontruksi
dan pemeliharaan Titik refrensi dan Titik Dasar. Prmbangunan
prlindung pantai dari ancaman abrasi dengan menanam pohon
pelindung atau pencegah gelombang.
Selain itu, Pulau Maratua memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata Bahari melaluin penyedian sarana dan infrastruktur serta
promosi yang lebih baik, serta pemberdayaan masyarakat pulau ,
pengembangan dan pengelolaan penangkapan ikan dan budidaya
melalui pengembangan teknologi, akses pasar , pengelolaan biota-
biota laut yang dilindungi melalui upya budidaya, perlindungan habitat,
dan pemanfaatan terbatas, terlebih penting adalah upaya penegakan
hokum dan pengawasan yang dilakukan bersama-sama antara aparat
yang berwenang dengan masyarakat pulau untuk menjamin
sustanabilitas pemanfaatan sumberdaya di Pulau Maratua. Kemudian
di kemumukan oleh Staff Bagian pengembangan yang mengatakan :
“ Bahwa Pulau maratua adalah salah satu destinasi yang kemudian kita kembangkan setelah Pulau Derawan karena objek dan daya tarik dari pulau ini yang sangat menjual keindahannya dan sayang ketika tidak di perkenalkan kemancanegara dan kemudian tidak dikembangkan “. (23 Feb 2017).
Dari hasil wawancara dapat dilihat pulau Maratua memiliki
daya tarik tersendiri. Peneliti juga melakukan observasi melihat
80
pulau nmaratua berpotensi untuk mengundang wisatawan asing
berkunjung. Namun peneliti melihat pulau Maratua masih kurang
dipromosikan seperti yang dikatakan oleh staff bagian
pengembangan Dinas Pariwisata Kabupaten Berau. Selain itu, Tour
Guide juga masih sangat kurang sehingga pengembangan pulau
Maratua masih sangat diperlukan untuk destinasi pariwisata
dikelola secara maksimal. Pada teori prinsip pembangunan
pariwisata ke sebelas tentang melakukan program peningkatan
sumber daya manusia dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan
sebagaianya sehingga masyarakat lokal mampu berkembang dan
membantu mengembangkan daerahnya seperti menjadi seorang
tour guide.
2) Pulau Derawan
Kepulauan Derawan adalah kepulauan yang terletak di
sebelah pulau timur Pulau Kalimantan termasuk dalam Kabupaten
Berau. Kepulauan Derawan ini diberi nama obyek wisata bahari
Kawasan Taman Laut derawan.
Kepulauan Derawan merupakan bagian dari Ekoregion Laut
Sulu-Sulawesi yang melintasi Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Ekoregion ini terletak di pusat kawasan segitiga karang dunia
dengan keanekaragaman hayati karang tertinggi di dunia. Segitiga
terumbu karang ini disebut juga "The Coral Triangle" karena
81
menjadi episenter kehidupan laut yang memiliki keragaman jenis
biota laut. Terumbu Karang di kawasan ini mencakup 53% terumbu
karang dunia. Bahkan berdasarkan penelitian yang dikembangkan,
Kepulauan Derawan merupakan salah satu multi countries feeding
ground terpenting di dunia.
Pulau Derawan cukup luas, yaitu 44,60 ha. Di pulau ini
terdapat Derawan Dive Resort, Resort yang berstandar
internasional dengan fasilitas yang memadai. Resort ini
menyediakan fasilitas cottage untuk menginap, fasilitas
penyelaman, snorekeling, banana boat, kano, perahu layar,
restoran, cafe dsb. Fasilitas lengkap inilah yang menambah
kepuasan saat berlibur ke Pulau Derawan.
Selain itu ada juga hotel-hotel dan penginapan serta
homestay dirumah penduduk yang biaya sewanya lebih murah.
Fasilitas pendukung lainnya seperti rumah makan dan toko cindera-
mata juga cukup lengkap di pulau ini. Menikmati panorama laut dan
pantai disertai dengan keramahan penduduk setempat (Suku
Bajau) merupakan daya tarik utama dari Pulau Derawan.
Kemudian dalam hal pengelolaan Pulau derawan dikelola
Oleh pemerintah bersama Pihak Swata yaitu PT. Bhumi Manimbora
Interbuana. Sampai sejauh ini pihak swasta dan pemerintah masih
merasa aman dengan pengelolaan destinasi wisata tersebut yang
dimana seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Dinas Pariwisata
82
bahwa :
“ Dalam pengelolaan wisata dipulau Derawan kita kembalikan kepada masyarakat untuk bisa mengelolanya dengan baik. Contohnya masyarakat yang berpemukiman disana membuat homestay untuk para pengunjung dan menyewakannya kepada para pengunjung kemudian bebarapa dermaga juga sudah mampu di buat oleh masyarakat untuk memudahkan para pengunjung untuk akses ke homestay, ini juga menjadi salah satu nmata pencaharian masyarakat bersama pihak swsta”. (Wawancara 22 Feb 2017).
Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa dalam pengelolaan
destinasi wisata Bahari di kepulauan derawan dalam hal ini pulau
derawan memberikan kepada masyarakat juga untuk mengelolanya
bersama dengan pihak swasta yang ada di pulau Derawan itu.
Yang dimana di tambahkan oleh pihak pegawai salah satu di
Resort BMI yang mengatakan :
“ Dalam pengelolaan wisata ini kami dari pihak resort tidak terlalu mengalami maslah yang terlalu kursial hanya saja kita hanya kekurangan SDM, hanya itu saja.” (Wawancara, 27 Feb 2017)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti berpendapat
bahwa pengelolaan tempat wisata oleh pemerintah yang bekerja
sama dengan swasta memberikan hasil yang lebih baik daripada
pengelolaan sendiri tanpa adanya kerjasana antar mitra lain yan
terkait.Hal ini didukung oleh teori prinsip pembangunan pariwisata
keenam dalam menjalin kerjasama dengan segala pihakk yang
bersangkutan.
83
Adapun pihak Swasta yang bekerjasama dengan pihak
Pemerintah Kabupaten Berau yaitu :
Tabel 5. Pihak swasta yang bekerjasama dengan Pihak pemerintah
No Pihak
Swasta Kerjasama
1 MNC Group Sebagai media elektronik yang membantu
adanya
program-program promosi yang telah
dirancang
dengan baik oleh pemerintah Kabupaten
Berau
2 PT. Berau
Coal Kerjasama dibidang perbaikan infrastruktur
jalan dan
tempat wisata di Kabupaten Berau
3 GTS-Jerman Berkerjasama dalam mengembangkan
potensi pulau-
pulau terkecil di wilayah Kabupaten Berau
4 Maswings yang telah membuka rute penerbangan
Kinibalu-
Balikpapan, Kuching-Tarakan, kemudian
menyusul
akan melayani rute Kinibalu-Berau
5 Dan Agen-
agen Bekerjasama dalam promosi lewat media,
leaflet dan
Travel dan
Hotel- media elektronik untuk memperkenalkan
destinasi
Hotel wisata Kabupaten Berau.
Sumber : Pemkab Berau 2014
Berdasarkan Tabel ada banyak pihak Swasta yang membantu
pemerintah dalam mengembangkan Pulau Derawan. Hal ini berdampak
positif dengan pulau tersebut sehingga mitra kerja antara pihak
pemerintah dan swasta dapat memberikan sumbangsi yang baik untuk
pulau tersebut dalam hal pengembangan maupun pengelolaannya.
84
Dalam mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya dapat
dilakukan melalui berbagai macam strategi. Salah satu strategi yang
memungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat yang secara konseptual memiliki ciri-ciri
serta sejumlah karakter yang dikemukakan sebagai berikut:
1. Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam
properti dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi
dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya
merupakan, secara ekologis aman, dan tidak banyak menimbulkan
dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata
konvensional
2. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu
mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala
kecil dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas
dan pengusaha-pengusaha lokal.
3. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya lebih
dari pariwisata konvensional, dimana komunitas lokal melibatkan
diri dalam menikmati keuntungan perkembangan pariwisata, dan
oleh karena itu lebih memberdayakan masyarakat.
85
4.5 Faktor- Faktor yang mempengaruhi pengelolaan wisata bahari di
Kepulauan Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur
Dalam menganalisis pengelolaan pariwisata dibutuhkan sebuah tolak
ukur berupa faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang
mempengaruhi bisa menjadi mendukung atau menghambat pengelolaan
pariwisata. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah pengelolaan
pariwisata yang termuat dalam sebuah modul strategi dasar
pembangunan kelautan: (1)Prasarana wisata bahari (2)Sarana wisata
bahari(3)Kualitas Sumber daya baik itu sumber daya alam maupun
sumber daya manusia pelaku pembangunan pariwisata bahari (4)Regulasi
1. Prasarana Wisata Bahari
Pulau Maratua, Pulau Kakaban dan Pulau Sangalaki ini
memilikihambatan dalam akses jalan.Akses jalan menuju pulau ini
sulit, kurangnya transportasi ke pulau dan infrastruktur ke tiga pulau
tersebut yang kurang baik. Dalam hal ini perlu perhatian dari
Pemerintah Kabupaten Berau agar wisatawan yang ingin
berkunjung kepulau ini tidak kesulitan dalam hal transportasi. Pak
Nurdin selaku RT 02 mengatakan bahwa:
“ setiap wisatawan yang datang ke pulau ini selalu mengeluhkan masalah transportasi atau akses jalan menuju kesini yang begitu sulit, serta sampah yang terlalu banyak berserakan disekitar pulau ini. Kami sudah dari pihak penduduk setempat coba menanganinya dengan cara membakarnya dan menimbunnya di belakang kebun kami, tapi bahkan setelah itu kami masih saja melihat banyak sampah yang berserakan di sekitaran pulau.”( Wawancara18 feb 2017)
86
2. Sarana Wisata Bahari ( Fasilitas Sarana yang Kurang
Memadai)
Secara umum kualitas dan kuantitas sarana tempat wisata
di Kabupaten Berau belum memadai, masih terbatasnya fasilitas
penting seperti toilet disekitar pulau, toko jajanan dan mushollah.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh salah satu pengujunglokal :
“ Fasilitas yang ada di wisata pulau ini masih kurang baik contohnya toilet . karena kita pun masuk sebenarnya didalam tempat wisata di pulau kakaban membayar uang masuk jadi menurut saya perlu ada perbaikan segera untuk permasalah penting seperti itu” ( Wawancara 27 Feb 2017)
3. Kualitas Sumber daya baik itu sumber daya alam maupun sumber
daya manusia pelaku pembangunan pariwisata bahari
Jumlah tim pengelola pariwisata bahari di Kabupaten berau
masih sangat sedikit sehingga penambahan sumber daya manusia
dalam hal ini yang mengetahui berbagai bahasa sangat dibutuhkan
untuk menjadi pengelola pariwisata bahari di Kabupaten Berau. Karena
dengan banyaknya kunjungan wisatawan asing sehingga sumber daya
manusia yang masih kurang dalam hal ini dalam bahasa masih sangat
dibutuhkan.Seperti yang dikatakan oleh salah satu pemilik resort di
pulau maratua sebagai yaitu mba hani manager operasional resort
PT.Maratua Paradise :
“ Dalam hal pengelolaan kita tidak terlalu sulit mengatasinya hanya saja yang biasa kita sering alami adalah keterbatasan
87
sumber daya manusia dalam hal ini yang mampu atau pandai berbahasa asing dikarenakan pengunjung yang biasa datang ke resort kami kebanyakan adalah wisatawan asing seperti china dan jepang. Mungkin untuk berbahasa inggris kami mempunyai orang, tapi untuk yang bisa berbahasa china, jepang atau korea kami masih terlalu minim memilikinya.”(27 Feb 2017)
4. Regulasi
Regulasi dalam pengelolaan pariwisata telah ada dari tingkat
nasional hingga lokal. Namun, dalam pengaplikasiannya tidak sesuai
dengan criteria masyarakat yang meraskan regulasi tersebut. Sementara
regulasi yang baik adalah regulasi yang mampu tersusun sesuai dengan
ciri khas daerah serta masyarakat yang menjadi objek dari regulasi
tersebut.
Belum terpadunya SKPD dalam melaksanakan program
keparawisataan Ada 20 SKPD yang terkait dengan pengembangan
Kabupaten Berau serta masih susahnya perusahaan swasta
mendapatkan surat izin usaha dari pemerintah seperti halnya yang
diungkapkan salah satu dari pihak swasta yang mengelola salah satu
resort ditempat wisata tersebut :
“Akhir-akhir ini peningkatan wisatawan meningkat pesat oleh wisatawan dari luar seperti cina, jepang, dan Negara lain. Ketika berbicara masalah pengelolaan, kami selaku pemilik resort yang ada dipulau ini belum mengalami kendala yang sangat sulit akan tetapi salah satu yang masih bermaslah yaitu masalah perizinan( Wawancara 25 feb 2017)”.
Permasalahan regulasi yang dialami destinasi wisata tersebut
sehingga kemudian seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Dinas
88
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten berau :
“ Bahwasanya kita hanya menjadi regulasi untuk setiap permaslahan wisata, yang dimana kita hanya mengawasi masyarakat yang memiliki produk atau bahkan surat perizinan untuk di awasi denga teliti” ( Wawancara
Sejumlah potensi kawasan strategis pengembangan pariwisata
nasional ini adalah Kepulauan Derawan di Kabupaten Berau, Kota
Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Ulu Mahakam
Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu serta Taman Nasional Kayan
Mentarang di Kabupaten Malinau.Partisipasi masyarakat, sangat
dibutuhkan untuk ikut menjaga, merawat dan melestarikan potensi-
potensi yang ada, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi
masyarakat setempat.Diakui untuk menuju ke beberapa kawasan
strategis tersebut masih perlu kerja keras semua stakeholder untuk
membangunnya.Terutama sarana infrastruktur dasar, yakni jalan,
jembatan, pelabuhan atau dermaga hingga keberadaan bandar udara
(Bandara).
89
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengelolaan wisata bahari
di kepulauan derawan kabupaten berau propinsi Kalimantan timur , maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat 3 (tiga) pengelolaan yang dilakukan yaitu pengelolaan yang
dilakukan oleh pemerintah itu sendiri, pihak swata ataupun ada mitra
kerja dari keduanya dan dilihat dari bagaimana pengelolaan dan kurang
maksimalnya upaya setiap stackholders memaksimalkan untuk
mengelola atau bahkan mengembangkan dan pada akhirnya terlihat
dari bagaimana pengunjung wisatwan lebih banyak mengunjungi
desrinasi yang lebih baik pengelolaannya. Dan dari hasil pembahasan
pengelolaan wisata bahari di Kepulauan Derawan dapat disimpulkan
bahwa jauh lebih baik ketika destinasi pariwisata di kelola bersama oleh
pemerintah dan swasta.
2. Dalam menganalisis pengelolaan pariwisata dibutuhkan sebuah tolak
ukur berupa faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang
mempengaruhi bisa menjadi mendukung atau menghambat
90
pengelolaan pariwisata. Kemudian dilihat dari pembahasan penulis bisa
mengungkapkan bahwa faktor-faktor sangat berpengaruh dalam
pengelolaan destinasi wisata bahari di Kepulauan Derawan Kabupaten
Berau Provinsi Kalimantan Timur. Dari hasil pembahasan ada 4 Faktor
yang menjadi penghalang dalam hal pengelolaan wisata Bahari di
kepulauan Derawan. Ketika dalam empat faktor misalnya dalam
Prasarana dan Sarana wisata Bahari sangat berpengaruh dalam
pengelolaan wisata Bahari di kepulauan Derawan.
5.2 Saran
1. Pengelolaan Wisata Bahari di kepulauan Derawan kabupaten Berau
Kalimantan Timur seharusnya didukung penuh oleh siapapapun baik itu
dari stackholders kepariwisataan, dan perlu adanya perhatian dari
pemerintah khususnya untuk dalam pengembangan dan promosi
sehingga mampu memperkenalkan destinasi kemancanegara. Dalam
hal ini pun pihak swsata dan masyarakat mampu bekerjasama untuk
mengembangkan atau mengelola destinasi bersama-sama tanpa
merusak sedikitpun yang telah dilindungi oleh Negara.
2. Pemahaman pemerintah tentang Regulasi dan sebagai pengawas
jalannya sistem pemerintahan mampu memberikan pemahaman yang
91
baik kepada masyarakat maupun swasta agar bisa lebih baik lagi dalam
mengelola destinasi wisata.
92
Daftar Pustaka
Antariska, Basuki, 2016. Kebijakan Pembangunan
Kepariwisataan,Malang:Intrans Publishing.
Prof.Drs Winarn, Budi, M, PhD, 2014. Kebijakan Publik, Jakarta: Caps
A.Oka, Yoeti, 1982.Pengantar Ilmu pariwisata, Bandung: Angkasa
Press.
Gde Pitana dan Putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata,
Yogyakarta:Andi.
Nick, Devas. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia,
Jakarta:UI Press
Syamsbnu. 1994. Dasar-dasar Kebijaksanaan Keuangan Daerah,
Jakarta:Bina Aksara.
Syafie,Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung:Mandar
Maju.
Salah Wahab. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta:Pradyna
Paramita.
93
Internet:
Arl,“Pengembangan pariwisata di kabupaten Berau”
http/pustakanet.wordpress.com/2008/07/05 (diakses pada 29 Desember
2016 pukul 15:39 Wita)
Arl, “Pembangunan dan perkembangan pariwisata di Indonesia
http://makalah-mantap.blogspot.co.id/2014/05/pembangunan-dan-
perkembangan-pariwisata.html diakses pada 25 Desember 2016 pukul
17:50 Wita
Arl, “I Gusti Bagus Rai Utama, Prinsip – prinsip Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan, https://tourismbali.wordpress.com/2013/03/10/prinsip-
prinsip-pembangunan-pariwisata-berkelanjutan-2/, (diakses 28 Desember
2016, pukul 02: 05Wita)
TabeaTamang,diakseshttp://tabeatamang.wordpress.com/2012/08/24/defi
nisi-pariwisata-menurut-beberapa-ahli/pada 29 Desember 2016 pukul
02:30 Wita
Arl,” Faktor pendukung dan penghambat pengembangan pariwisata
file:///E:/PROPOSAL/faktor-pendukung-dan-penghambat.html (diakses
pada 02 Januari 2017 pukul 16: 45WITA
94
Undang – Undang
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan.
2. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 14 Tahun
2008 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Provinsi Kalimantan Timur