fakultas sains dan teknologi universitas ......langsung ataupun tidak langsung, dan sadar atau tidak...
TRANSCRIPT
1
TAFSIR AL-QUR’AN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Mufidah, M.Pd
Oleh:
Dzaviqi Santosa (1503076035)
Faris Hifzhuddin Azmi (1808096002)
Sarah Wijayanti (1808096031)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
0
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Pengertian Tafsir, Ta’wil Dan Tarjamah Al-Qur’an................. 2
B. Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Sumbernya....................... 2
C. Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Metodenya....................... 4
D. Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Coraknya......................... 6
E. Ilmu Bantu Tafsir...................................................................... 8
BAB III PENUTUP.................................................................................. 10
Kesimpulan.................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lafal Arab melalui Nabi
Muhammad Saw. yang berkebangsaan Arab dan diutus di tengah-tengah
masyarakat Arab pula. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yang
jelas pada masa generasi islam pertama yang kefasihan bahasa Arabnya
tengah mengalami puncak kejayaannya. Namun, banyak hal yang tidak
jarang mereka sama sekali tidak mengerti tentang maksud kosakata atau
ayat tertentu dari Al-Qur’an, yang akibatnya mendorong mereka untuk
bertanya langsung kepada Nabi Muhammad Saw. yang memiliki otoritas
penuh untuk menafsirkan Al-Qur’an. Atas pertanyaan-pertanyaan para
sahabat itulah, maka Rasulullah Saw. Memberikan jawaban berkenaan
dengan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang belum dipahami oleh
sahabat-sahabatnya. Dalam proses tanya jawab inilah mereka secara
langsung ataupun tidak langsung, dan sadar atau tidak sadar, telah terjadi
proses pembelajaran ilmu tafsir dari Nabi Muhammad Saw. Selaku
pengajar kepada para sahabatnya sebagai mahasiswanya. Dalam makalah
ini akan dikaji lebih mendalam tentang ilmu tafsir al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tafsir, ta’wil dan tarjamah al-Qur’an?
2. Apa saja macam-macam tafsir berdasarkan sumbernya?
3. Apa saja macam-macam tafsir berdasarkan metodenya?
4. Apa saja macam-macam tafsir berdasarkan coraknya?
5. Apa saja ilmu bantu tafsir?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Pengertian tafsir, ta’wil dan tarjamah al-Qur’an.
2. Macam-macam tafsir berdasarkan sumbernya.
3. Macam-macam tafsir berdasarkan metodenya.
4. Macam-macam tafsir berdasarkan coraknya.
5. Ilmu bantu tafsir.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah Al-Qur’an
Secara etimologis kata “tafsir” berasal dari kata “fassara” yang
berarti “menjelaskan”, “menyingkap”, “menampakkan” atau
“menerangkan” makna yang abstrak. Kata “Al-fasr” berarti
menyingkapkan sesuatu yang tertutup. Secara terminologis, “tafsir” berarti
ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. dan penjelasan maknanya serta pengambilan hukum dan
makna-maknanya.
Pengertian “ta’wil”, menurut sebagian ulama, sama dengan tafsir.
Namun, ulama yang lain membedakannya bahwa “ta’wil” adalah
mengalihkan makna sebuah lafaz ayat ke makna lain yang lebih sesuai
karena alasan yang dapat diterima oleh akal. Sebagai contoh kata yadun
dalam firman Allah:
......Tangan (kekuasaan) Allah di atas tangan (kekuasaan) mereka......(QS
Al-Fath [48]:10)
Kata yadun arti yang sebenarnya adalah tangan. Sedangkan makna
yang dikuatkan adalah kekuasaan.1
Sedangkan “tarjamah”, secara etimologis berarti memindahkan
lafal dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dalam hal ini, memindahkan lafal
ayat-ayat al-Qur’an yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.2
B. Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Sumbernya
Dilihat dari segi sumber pengambilan atau orientasi penafsirannya,
tafsir dapat dibedakan ke dalam tiga aliran besar yakni :
1 Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Ulumul Qur’an. Cet. I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm 312-313 2Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran : Ilmu untuk Memahami Wahyu. Cet. I, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm 113-114
3
1. Tafsir bi al-Riwayah/bi-al-Ma’tsur/bi-al-Manqul
Kata al-ma’tsur adalah isim maf’ul (objek) dari kata atsara-
ya’tsiru/ya’tsuru-atsran-wa-atsaratan yang secara etimologis berarti
menyebutkan atau mengutip dan memuliakan atau menghormati.
Tafsir bi al-Riwayah/bi-al-Ma’tsur/bi-al-Manqul adalah penafsiran al-
Qur’an yang dilakukan dengan cara menafsirkan Al-Qur’an dengan
Al-Qur’an, menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan al-sunnah al-
nabawiyyah dan atau menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan pendapat
sahabat.
a. Tafsir Al-Qur’an bi Al-Qur’an
Contoh penafsiran ayat dengan ayat dalam surat yang sama
ialah: dalam QS Al-Thariq [86]:3 yang artinya “(Yaitu) bintang
yang cahayanya menembus.” Ayat tersebut menafsirkan ayat
sebelumnya yang artinya “Tahukah kamu apakah yang datang
pada malam hari itu?”
b. Tafsir Al-Qur’an bi al-Sunnah al-Nabawiyyah
Ialah menafsirkan Al-Qur’an dengan hadis Nabi
Muhammad Saw. Di antara contohnya ialah Nabi Saw.
Menafsirkan dan masing-masing dengan orang
Yahudi dan orang-orang Nasrani dalam firman Allah Q.S. Al-
Fatihah [1]:7.
c. Tafsir Al-Qur’an dengan Pendapat Sahabat
2. Tafsir bi al-Dirayah/bi-al-Ma’qul/bi-al-Ra’yi/bi al-Ijtihad
Kata al-ra’yu bisa diartikan dengan itikad, akal pikiran, ijtihad, dan
bahkan analogi. Tafsir al-dirayah ialah menafsirkan Al-Qur’an
dengan lebih mengutamakan pendekatan kebahasaan dari berbagai
seginya yang sangat luas. Tafsir dirayah dibedakan menjadi dua
macam yaitu: Tafsir bi al-ra’yi yang terpuji (al-tafsir al-mahmud) dan
yang tercela (al-tafsir al-madzmum).
3. Tafsir bi al-Isyarah
Kata al-isyarah adalah sinonim dengan kata al-dalil yang berarti
tanda, petunjuk, isyarat, perintah, panggilan, nasihat dan saran. Tafsir
4
bi al-isyarah atau tafsir al-isyari adalah menakwilkan Al-Qur’an
dengan mengesampingkan (makna) lahiriahnya karena ada isyarat
tersembunyi yang hanya bisa disimak oleh orang-orang yang memiliki
ilmu suluk dan tasawuf. Dilihat dari segi isinya, tafsir bi al-isyarah
dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu tafsir bi al-isyarah yang
maqbul (bisa diterima) dan yang mardud (harus ditolak).
C. Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Metodenya
Para ulama telah membuat klasifikasi tafsir berdasarkan metode
penafsirannya menjadi empat macam, yaitu:
1. Tafsir al-Tahlili (Deskriptif-Analitis)
Secara harfiah, al-tahlili berarti menjadi lepas atau terurai. Yang
dimaksud dengan al-tafsir al-tahlili ialah penafsiran Al-Qur’an yang
dilakukan dengan cara mendeskripsikan uraian-uraian makna yang
terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengikuti urutan surat-
surat dan ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri dengan sedikit-banyak
melakukan analisis di dalamnya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan
metode tahlili ialah: Jami’ al-Bayan ‘an Takwil Ayi Al-Qur’an
(Himpunan Penjelasan tentang Takwil ayat-ayat Al-Qur’an), karangan
Ibn Jarir al-Thabari.3
2. Tafsir al-Ijmali (Tafsir Global)
Secara lughawi, kata al-ijmali berarti ringkasan, ikhtisar, dan
global. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan tafsir al-ijmali
ialah penafsiran Al-Qur’an secara singkat dan global, tanpa uraian
panjang dan lebar, tetapi mencakup makna yang dikehendaki dalam
ayat. Contoh kitab tafsir yang menggunakan metode al-ijmali adalah
Al-Tafsir al-Farid li Al-Qur’an al-Majid (Tafsir yang Tiada Taranya
untuk Al-Qur’an yang Agung), karya Dr. Muhammad ‘Abd al-
Mun’im.4
3 Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Ulumul Qur’an. Cet. I, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), hlm 114-118 4 Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran : Ilmu untuk Memahami Wahyu. Cet. I, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm 117-118
5
3. Tafsir al-Muqaran (Tafsir Perbandingan/Komparasi)
Al-tafsir al-Muqaran ialah tafsir yang dilakukan dengan cara
membandingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki redaksi berbeda
padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang memiliki
redaksi yang mirip padahal isi kandungannya berlainan. Contoh ayat
yang memiliki kemiripan redaksi padahal kasus dan tujuannya
berbeda ialah ketika menafsirkan dua ayat di bawah ini:
Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas
seraya berkata: “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang
berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah
(dari kota ini) karena sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
memberi nasihat kepadamu”.(QS Al-Qashash [28]:20)
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib An Najjar)
dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-
utusan itu. (QS Yasin [36]:20)
Kedua ayat di atas tampak mirip redaksinya meskipun maksudnya
berlainan. Letak perbedaannya, ayat 20 surat Al-Qashash
mengisahkan peristiwa yang dialami Nabi Musa a.s. dan kejadiannya
di Mesir; sedangkan ayat 20 surat Yasin berkenaan dengan kisah yang
dialami penduduk sebuah kampung di Inthaqiyah, sebuah kota yang
terletak di utara Siria, dan peristiwanya bukan pada masa nabi Musa
a.s. Contoh kitab tafsir yang menggunakan metode al-Muqaran adalah
Durrat al-Tanzil wa Qurrat al-Takwil (Mutiara Al-Qur’an dan
Kesejukan al-Takwil), karya al-Khatib al-Iskafi (w. 420 H/1029 M).5
5 Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Ulumul Qur’an. Cet. I, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), hlm 383-384
6
4. Tafsir al-Maudhu’i (Tematik)
Tafsir dengan metode maudhu’I adalah menjelaskan konsep Al-
Qur’an tentang suatu masalah/tema tertentu dengan cara menghimpun
seluruh ayat Al-Qur’an yang membicarakan tema tersebut. Kemudian
masing-masing ayat tersebut dikaji secara mendalam dan tuntas dari
berbagai aspek kajiannya. Contoh kitab tafsir yang menggunakan
metode maudhu’i adalah Al-Insan fi Al-Quran, dan, Al-Mar’ah Fi Al-
Qur’an, karya Abbas Mahmud Al-‘Aqqad.6
D. Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Coraknya
Setiap penafsir akan menghasilkan corak tafsir yang berbeda,
tergantung dari latar belakang ilmu apa yang mereka pelajari. Adapun
corak-corak tafsir al-Qur’an yang akan dibahas adalah:
1. Al-Tafsir Al-Fiqhi
Al-Tafsir Al-Fiqhi disebut juga tafsir ayat-ayat al-qanuniyyah dan
tafsir ahkam al-Qur’an, tafsir ini adalah tafsir yang memusatkan perhatian
kepada fiqih atau penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dalam kaitannya dengan
`persoalan-persoalan hukum islam. Setelah Rasulullah wafat, para sahabat
mencari keputusan hukum dari al-Qur’an dan berusaha menarik
kesimpulan hukum syari’ah berdasarkan ijtihad; hasil ijtihad mereka
dalam bidang hukum ini disebut al-tafsir al-fiqhi. Demikian pula halnya
yang terjadi di kalangan para tabi’in. Contoh kitab tafsir yang bercorak al-
tafsir al-fiqhi contohnya adalah ahkam al-Qur’an karya al-jashshash dan
ahkam al-Qur’an karya alkiya al-harasi.
2. Al-Tafsir Al-Isyari
Menurut al-Shabuni al-tafsir al-isyari adalah pena’wilan al-Quran
yang berlainan dengan dhahir ayat karena adanya petunjuk-petunjuk yang
tersirat dan hanya diketahui oleh sebagian ulama, atau diketahui oleh
orang-orang yang mengenal Allah (ma’rifatullah), yaitu orang yang
berpribadi luhur dan telah terlatih jiwanya dan mereka yang diberi sinar
oleh Allah sehingga dapat menjangkau rahasia-rahasia al-Qur’an.
6 Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran : Ilmu untuk Memahami Wahyu. Cet. I, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm
7
Al-Shabuni mengatakan, al-tafsir al-isyari ini dapat diterima bila
memenuhi persyaratan-persyaratan yaitu:
a. Tidak bertentangan dengan makna lahir ayat al-Qur’an.
b. Tidak mengatakan bahwa makna isyarat itu merupakan satu-
satunya maksud sebenarnya, tanpa ada makna lahir.
c. Makna penafsirannya tidak terlalu jauh sehingga tidak ada
hubungannya dengan lafadz.
d. Penafsirannya tidak bertentangan dengan dalil syara’ atau akal.
e. Pena’wilan tidak menimbulkan keraguan pemahaman manusia.
Contoh kitab yang bercorak al-tafsir al-isyari adalah Tafsir al-
Tusturi (Tafsir al-Qur’an al-Karim) dan Tafsir Ibnu Arabi.
3. Al-Tafsir Al-Ilmi
Al-Tafsir Al-Ilmi adalah penafsiran ayat-ayat al-Qur’an
berdasarkan pendekatan ilmiah. Meskipun al-Qur’an bukan kumpulan dari
ilmu pengetahuan, namun di dalamnya terdapat isyarat-isyarat yang
berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan, serta untuk memotivasi manusia
untuk memperdalaminya.
Adapun yang harus diperhatikan ketika menggunakan corak
penafsiran ini adalah berpegang teguh kepada hakikat ilmiah yang dapat
dijadikan rujukan dan sandaran, tidak memaksakan diri dalam memahami
nash, tidak membuat rekayasa, dan tidak sembarangan dalam
menakwilkan nash dengan suatu makna yang diinginkan kesimpulannya.
Isyarat-isyarat ilmiah dalam al-Qur’an banyak sekali diantaranya
adalah kejadian alam semesta, awan, kalender syamsiyah dan Qamariyah,
dan sebagainya. Kitab-kitab tafsir yang bercorak al-tafsir al-‘ilmi adalah
Al-islam fi’ Ashr al-‘Ilm, Al-Qur’an wa al-‘Ilm al-Hadits dan al-tafsir al-
‘Ilmi li al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an.
4. Al-Tafsir Al-Falsafi
Al-Tafsir Al-Falsafi adalah penafsiran al-Qur’an yang lebih di
tekankan pada bidang filsafat dan dengan menggunakan metode berfikir
filosofis. Jumhur ulama menolak penafsiran al-Qur’an bercorak falsafi,
dengan alasan bahwa penafsiran tersebut dipaksakan ke wilayah filsafat
8
yang mereka kehendaki, padahal tidak mengandung teori-teori yang
mereka dukung. Selain itu dalam menafsirkan al-Qur’an, mereka
mengesampingkan tata bahasa arab dan ilmu balaghahnya.
Adapun terhadap golongan yang mengagungkan filsafat menurut
al-Dzahabi, belum ditemukan satu kitab tafsir yang dikarang secara
lengkap, yang ada hanyalah pemahaman-pemahaman al-Qur’an yang
berpencar-pencar yang termuat dalam kitab-kitab filsafat mereka.
5. Al-Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i
Al-Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i adalah tafsir yang menitik beratkan
penjelasan ayat-ayat al-Qur’an pada segi maksud Tuhan dalam al-Qur’an
menurut kemampuan manusiawi dengan menonjolkan sisi tujuan al-
Qur’an sebagai kitab hidayah yang membawa petunjuk Ilahiyah dalam
menata aspek-aspek sosial kemasyarakatan. Tujuannya adalah
menghindari penafsiran-penafsiran al-Qur’an yang seolah-olah
menjadikan al-Qur’an terlepas dari akar kehidupan manusia, sehingga
secara fungsional diharapkan mampu memecahkan problem individu,
sosial kemasyarakatan dan kebangsaan.
Menurut al-Farmawi, dalam al-tafsir al-Adabi al-falsafi al-ijtima’i
berusaha memahami ayat-ayat al-Qur’an dengan jalan:
a. Mengemukakan ungkapan-ungkapan al-Qur’an secara teliti.
b. Menguraikan makna dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an
dengan susunan kalimat bahasa yang indah dan menarik.
c. Mufassir berusaha menghubungkan ayat-ayat yang dikaji
dalam kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada.
Kitab-kitab tafsir yang ditulis dengan corak al-tafsir al-Adabi al-
ijtima’i diantaranya Tafsir sl-Manar, Tafsir al-Maraghi dan dan al-Qur’an
al-Karim.7
E. Ilmu Bantu Tafsir
Komponen ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk menafsirkan Al-
Qur’an secara global tampaknya bisa dikemas dalam formulasi sebagai
berikut:
7 Muhmmad Gufron dan rahmawati, Ulumul Qur’an. (Yogyakarta: Kalimedia, 2007)
9
1. Ilmu bahasa, dalam kaitan ini bahasa Arab yang pada intinya meliputi
ilmu al-nahwu, ilmu al-tashrif, ilmu balaghah (ilmu ma’ani, ilmu
Bayan, dan ilmu badi’), termasuk di dalamnya ilmu semantik (ilmu al-
dilalah) dan lain-lain.
2. Kelompok ilmu ushul al-ddin/tawhid/kalam/teologi, yang pada intinya
meliputi tentang kemahaesaan Allah, berbagai aliran kalam dan lain-
lain yang tergolong ke dalam rumpun ilmu ushul al-din.
3. Kelompok ilmu-ilmu syariah terutama fikih dan ushul fikih di samping
ilmu-ilmu syariah lainnya termasuk qawaid al-fiqhiyyah/qawaid al-
ahkam dan lain-lain yang merupakan bagian integral dari kajian fikih
dan ushul fikih.
4. Kelompok ilmu-ilmu Al-Qur’an terutama ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu
munasabah, ilmu al-qashash, ilmu asbab al-nuzul dan lain-lain yang
terkait langsung dengan ilmu Al-Qur’an.
5. Kelompok ilmu-ilmu sosial lainnya semisal sosiologi, antropologi,
ilmu hukum, sejarah, politik, dan lain sebagainya.
6. Kelompok ilmu pengetahuan alam yang meliputi matematika, biologi,
kimia dan fisika. Apa pun alasannya, sangat tidak tepat mengabaikan
ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam menafsirkan Al-Qur’an. Terutama
ketika dihadapkan dengan penafsiran ayat-ayat kealaman (ayat al-
kauniyyah/ayat al’ulum) yang jumlahnya berkisar antara 750-763 ayat.
7. Ilmu al-mawhibah berupa pemberian khusus dari Allah kepada para
hamba-Nya dalam kaitan ini mufassir yang selalu memelihara ucapan,
sikap dan perilaku yang mencerminkan wujud ketaatan dan
kesalehannya.
8. Kelompok ilmu-ilmu lain yang langsung maupun tidak langsung
memiliki manfaat bagi penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an.8
8 Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Ulumul Qur’an. Cet. I, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), hlm 406-414
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir berarti ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. dan penjelasan maknanya serta
pengambilan hukum dan makna-maknanya. Sedangkan Ta’wil menurut
beberapa ulama sama dengan tafsir. Namun, ada juga yang berpendapat
bahwa Ta’wil adalah mengalihkan makna sebuah lafaz ayat ke makna lain
yang lebih sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh akal. Tarjamah
adalah memindahkan lafal dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dalam hal ini,
memindahkan lafal ayat-ayat al-Qur’an yang berbahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia.
Macam-Macam tafsir berdasarkan sumbenya
1. Tafsir bi al-Riwayah/bi-al-Ma’tsur/bi-al-Manqul
2. Tafsir bi al-Dirayah/bi-al-Ma’qul/bi-al-Ra’yi/bi al-Ijtihad
3. Tafsir bi al-Isyarah
Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Metodenya
1. Tafsir al-Tahlili (Deskriptif-Analitis)
2. Tafsir al-Ijmali (Tafsir Global)
3. Tafsir al-Muqaran (Tafsir Perbandingan/Komparasi)
4. Tafsir al-Maudhu’i (Tematik)
Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Coraknya
1. Al-Tafsir Al-Fiqhi
2. Al-Tafsir Al-Isyari
3. Al-Tafsir Al-Ilmi.
4. Al-Tafsir Al-Falsafi
5. Al-Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i
Ilmu Bantu tafsir atau komponen ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk
menafsirkan Al-Qur’an secara global sebagai berikut:
1. Ilmu bahasa
2. Kelompok ilmu ushul al-ddin/tawhid/kalam/teologi
11
3. Kelompok ilmu-ilmu syariah terutama fikih dan ushul fikih
4. Kelompok ilmu-ilmu Al-Qur’an terutama ilmu tafsir
5. Kelompok ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, antropologi,
ilmu hokum, sejarah, politik
6. Kelompok ilmu pengetahuan alam yang meliputi matematika,
biologi, kimia dan fisika
7. Ilmu al-mawhibah
8. Kelompok ilmu-ilmu lain yang langsung maupun tidak langsung
memiliki manfaat bagi penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an
12
DAFTAR PUSTAKA
Gufron, Mohammad dan rahmawati.2007. Ulumul Qur’an. Yogyakarta:
Kalimedia.
Hermawan, Acep. 2011. ‘Ulumul Quran : Ilmu untuk Memahami Wahyu.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.