farindus formulasi
DESCRIPTION
vTRANSCRIPT
Formulasi
Formulasi merupakan pembuatan berbagai bentuk sediaan yang
mengandung bahan aktif yang telah dikenal dan diketahui serta pembuatan
berbagai bentuk sediaan dengan bahan aktif baru. Tujuan formulasi sediaan obat
adalah untuk menentukan semua variabel yang diperlukan dalam mengembangkan
dan memproduksi sediaan farmasi secara optimal.
Dalam melakukan formulasi ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan
meliputi bahan aktif, bahan tambahan, bahan pengemas. Menurut Dirjen POM
(2006), bahan (zat) aktif adalah setiap bahan atau campuran bahan yang akan
digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi dan apabila digunakan dalam
pembuatan obat menjadi zat aktif obat tersebut. Dalam pengertian lain, bahan aktif
adalah bahan yang ditujukan untuk menghasilkan khasiat farmakologi atau efek
langsung lain dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan, atau
pencegahan penyakit, atau untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh.
Bahan tambahan dalam Handbook of Pharmaceutical Excipient adalah zat
tambahan yang digunakan untuk merubah zat aktif menjadi bentuk sediaan
farmasi yang sesuai untuk digunakan pada pasien.
Bahan pemgemas dalam sediaan yang dimaksud adalah wadah atau tutup
atau selubung sebelah luar dari suatu produk. Bahan kemas ini sangat penting
karena dapat mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Terdapat dua
macam bahan kemas produk farmasi yaitu bahan kemas primer dan bahan kemas
sekunder. Bahan kemas primer merupakan bahan kemas yang langsung
bersentuhan dengan bahan obat, dimana yang termasuk bahan kemas primer yaitu
gelas, strip / blister, plastik, dan lain-lain. Sedangkan bahan kemas sekunder yaitu
bahan kemas yang membungkus bahan kemas primer, contohnya seperti kardus,
dus botol sirup, dan lain-lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam formulasi, yaitu:
1. Kelarutan
2. Absorbsi dan kecepatan disolusi
3. Stabilitas kimia dan enzimatik
4. Ketersediaan di pasaran
5. Kemudahan penggunaan
6. Kenyamanan pemakaian
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk sediaan dalam suatu
formulasi, yaitu
1. Harus melindungi zat aktif dari kerusakan, baik dari luar maupun dalam
tubuh.
2. Harus menutupi rasa tidak enak atau pahit bahan obat.
3. Harus menjaga stabilitas bahan obat.
4. Harus meningkatkan ketaatan penggunaan obat.
Aspek dalam studi formulasi, yaitu:
1. Studi fisika kimia
2. Studi pemasok
3. Studi pasar
4. Studi harga
5. Studi farmakologi
6. Studi interaksi dengan bahan lain
FORMULASI SEDIAAN LIQUID
1. Larutan
Menurut FI IV 1995, larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan
kimia terlarut kcuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.
Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan:
a. Sifat dari solut dan solvent
Solut yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya
garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam
solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa
organik) larut dalam kloroform.
b. Cosolvensi
2
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio
petit.
c. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang
sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang
digunakan dalam farmasi umumnya adalah:
1) Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua
garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut
kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
2) Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua
oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO,
Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
d. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh
dipanaskan, misalnya :
1) Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
2) Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
3) Saturatio
4) Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
e. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
3
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam
air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
f. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan
kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya :
Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.
g. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam
kompleks. Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh:
1. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ;
makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute
makin cepat larut.
2. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta
solute.
3. Pengadukan.
Formula Umum Larutan
1. Bahan obat / zat aktif
2. Pembantu pelarut (bila diperlukan)
3. Zat tambahan (bila diperlukan)
4. Pelarut
2. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terspersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah:
a. Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai
dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi
etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini. Beberapa
4
suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan
pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
b. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan pada
kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk
dalam kategori ini.
c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
d. Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar tidak
menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak
boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau
kedalam larutan spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan yang
sesuai.
Formula Umum
1. Bahan aktif.
Contoh: sulfur praicipitat, calamin, titanium dioksida
2. Bahan tambahan
Pewarna : metilen blue, metamil yellow
Pengawet : nipagin 2-5%, nipasol 0,05-0,025%
3. Suspending Agent
a. Akasia (PGA)
5
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam
air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum
mucilagonya adalah PH 5-9. Mucilage gom arap dengan kadar 35 %
memeiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah
dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus ditambahkan
pengawet.
b. Tragakhan
Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus
dahulu serbuk tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh
suatu masa yang homogen. Kemudian diencerkan dengan sisa dari
tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehinggan untuk mempercepat
hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih
kental dari pada mucilago dari Gom arab.
c. Mucilago amily
Dibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)
d. Solution gum arabicum
Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat
dahulu mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian
mengencerkannya.
e. Mucilago saleb
Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah
dihilangkan patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu
mucilage.
f. Solution gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan
menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai
diperoleh suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit
demi sedikit
3. Emulsi
6
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat
pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Formulasi umum
Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam
emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispersi: zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat
cair lainnya.
b. Fase pendispersi: zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar (bahan pendukung ) emulsi tersebut.
c. Emulgator: bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :
Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan
Emulgator alam
Kuning telur: emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas dan digerus
dnegan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi
sedikit, lalu diencerkan dengan air dan disaring dengan kasa.
Adeps lanae
Emulgator mineral
Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ): diapaki 1%
Bentonit: 5% bentonit yang digunakan
Emulgator buatan/sintesis
Tween
7
Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan eter
dengan oksi etilen, berikut macam-macam jenis tween :
a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan seperti minyak.
b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan seperti
minyak.
c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat seperti
minyak.
d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti minyak.
Span
Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span :
a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan
b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat seperti malam
c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak
Komponen tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma,
perasa, dan pengawet.
FORMULASI SEDIAAN PADAT
1. PULVIS dan PULVERES (Serbuk)
Bahan atau campuran obat yang homogen dengan atau tanpa bahan
tambahan berbentuk serbuk dan relatif satbil serta kering. Serbuk dapat digunakan
untuk obat luar dan obat dalam. Serbuk untuk obat dalam disebut pulveres (serbuk
yang terbagi berupa bungkus-bungkus kecil dalam kertas dengan berat umumnya
300mg sampai 500mg dengan vehiculum umumya Saccharum lactis) dan untuk
obat luar disebut Pulvis adspersorius (Serbuk tabur).
Sifat Pulvis untuk obat dalam :
Cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan
Absorbsi obat lebih cepat dibanding dalam bentuk tablet
Tidak cocok untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan,
dirusak dilambung, iritatif, dan mempunyai dosis terapi yang rendah.
8
Sifat Pulvis adspersorius :
Selain bahan obat, mengandung juga bahan profilaksi atau pelicin
Untuk luka terbuka sediaan harus steril
Sebagai pelumas harus bebas dari organisme patogen
Bila menggunakan talk hams steril, karena bahan-bahan tersebut sering
terkontaminasi spora dan kuman tetanus serta kuman penyebab gangren.
Cara mengenal kerusakan :
Secara mikroskopik kerusakan dapat dilihat dari timbulnya bau yang tidak enak,
perubahan warna, benyek atau mnggumpal.
Cara peyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk, dan terlindung dari
sinar matahari.
Contoh :
Salicyl bedak (Pulv. Adspersorius)
Oralit (Pulvis untuk obat dalam ) dalam kemasan sachet
2. TABLET
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa
cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan
mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan.
( Berat tablet normal antara 300 — 600 mg ).
Sifat :
Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.
Tidak tepat untuk : obat - obat yang dapat dirusak oleh asam lambung dan
enzim pencernaan - obat yang bersifat iritatif.
Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi bioavailabilitas
bahan aktif.
Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obat-obat yang
dapat berinteraksi secara fisik/khemis, interaksinya dapat dihindari
Tablet yang berbentuk silindris dalam perdagangan disebut Kaplet
Cara mengenal kerusakan :
9
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna,
berbau, tidak kompak lagi sehingga tablet pecah/retak, timbul kristal atau benyek.
Penyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup, balk ditempat yang sejuk dan terlindung dari
sinar matahari.
Contoh :
- Sediaan paten : Tab. Bactrim, Tab. Pehadoxin
- Sediaan generik : Tablet parasetamol, Tablet amoksisilin
Pembagian sediaan tablet :
1. TABLET HISAP ( LOZENGES )
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat
tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Sifat :
Tablet secara perlahan melarutkan dan melepaskan bahan aktif
sehingga absorbsi obat juga lambat dan obat berefek panjang.
Untuk efek lokal, lamanya pemberian tergantung lamanya obat
dapat tinggal dalam rongga mulut, mengandung obat antibiotik
atau antiseptik
Merupakan pilihan lain BSO, terutama untuk terapi lokal batuk dan
sumbatan nasal.
Cocok untuk pasien kesulitan menelan dan cocok untuk anak-anak
Contoh : Kalmicyn lozenges
2. TROCHICI
Tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa, tablet ini disimpan
dalam suhu kamar 28° C.
Sifat :
Bentuk sediaan seperti donat untuk mencegah tersedak.
Rasanya manis sehingga mudah diberikan pada anak-anak
Mudah hancur dalam mulut dan beraksi langsung pada mukosa
mulut, pharynx dan saluran nafas bagian atas
10
Contoh : FG Trochees
3. TABLET SUBLINGUAL.
Tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah
lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Sifat :
Daya kerja cepat karena kelarutan dalam air tinggi dan efek obat
dapat bertahan lama
Obat tidak melalui metabolisme di hepar.
Tidak cocok untuk obat yang rasanya pahit.
Contoh : Tablet Cedocard
4. TABLET KUNYAH ( CHEWABLE TABLET )
Tablet yang penggunaanya dengan dikunyah, memberikan residu
dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak
meninggalkan rasa pahit, tablet ini umumnya menggunakan manitol,
sorbitol atau sukrosa sebagai pengikat dan pengisi yang mengandung
bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan
dan rasa
Sifat :
Tablet tidak mengandung bahan pemecah tablet sehingga perlu
ketaatan pemakaian agar efek optimal.
Bahan aktif cepat dilepas oleh vehikulum sehingga obat cepat
bekerja. Penggunaannya dikunyah sehingga cocok untuk orang
yang tidak bisa atau sulit menelan
Cocok untuk obat Antasida
Tidak cocok untuk bahan obat yang rasanya pahit dan orang tua
yang tak bergigi.
Contoh : Tablet Plantacid
5. TABLET EFFERVESCENT
Tablet selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran
asam ( asam sitrat, asam tartar ) dan Natrium bikarbonat , apabila
11
dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbondioksida yang akan
memberikan rasa segar.
Sifat :
Memberikan rasa manis dan segar seperti limun
Bahan aktif obat cepat terabsorbsi dan dapat mengurangi iritasi
lambung
Harga relatif mahal karena biaya produksi tinggi.
Contoh : Tablet Ca-D- Rhedoxon
6. TABLET SALUT
Tujuan penyalutan tablet :
Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, atau cahaya
Menutupi rasa dan bau tidak enak
Membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat pelepasan
obat dalam saluran cema.
Pembagian tablet salut :
a. Tablet Salut Gula (TSG)
Tablet disalut dengan gula dari suspensi dalam air
mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat,
talk atau titanium dioksida, yang disuspensikan dengan gom akasia
atau gelatin, sehingga berat tablet bertambah 30-50%.
Sifat :
Mudah ditelan dibanding tablet biasa
Bahan aktif lebih stabil dibanding tablet biasa
Cocok untuk obat yang rasa dan bau tidak menyenangkan
Dengan penyalutan memperlambat tersedianya obat
diabsorbsi, karena terlambatnya sediaan pecah.
Contoh : Supra livron
b. Tablet Salut Film (TSF)
12
Sediaan ini merupakan tablet kempa cetak yang disalut
dengan bahan yang merupakan derivat cellulose ( film ) yang
tipis/transparan, dan hanya menambah berat tablet 2-3%
Sifat :
Bahan aktif lebih stabil dibanding tablet biasa.
Cocok untuk bahan obat yang rasa dan bau tidak
menyenangkan.
Contoh : Ferro gradumet
c. Tablet Salut Enterik (TSE)
Sediaan ini disalut dengan tujuan untuk menunda pelepasan
obat sampai tablet telah melewati lambung, dilakukan untuk obat
yang rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat
mengiritasi lambung.
Sifat :
Absorbsi obat Baru terjadi didalam usus
Bentuk ini tepat untuk bahan obat yang iritatif terhadap
lambung, dirusak oleh asam lambung dan enzim
pencernaan.
Tidak tepat untuk bahan campuran pulveres atau potio serta
pemberian yang dalam bentuk tidak utuh.
Contoh : Dulcolax 5 mg, Voltaren
7. TABLET MULTILAYER
Obat yang dicetak menjadi tablet kemudian ditambah granulasi
diatas tablet yang dilakukan berulang-ulang sehingga terbentuk tablet
multiplayer.
Contoh : Bodrex
8. TABLET FORTE
Tablet yang mempunyai komposisi sama dengan komponen tablet
biasa tapi mempunyai kekuatan yang berbeda ( Biasanya 2 kali tablet biasa
)
Contoh : Bactrim Forte
13
9. TABLET PELEPASAN TERKENDALI
Tablet ini dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia
selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Sediaan ini ditelan
secara utuh, tidak boleh dikunyah atau digerus. Ada Sediaan Retard yang
devide dose artinya bisa dipotong menjadi beberapa bagian contoh
Quibron-T
Sifat :
Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan
Pelepasan bahan aktif dari sediaan pelepasan terkendali dapat
melalui difusi, dilusi, osmotic pressure atau ion exchange.
Mempertahankan efek terapi untuk batas waktu yang lama,
sehingga efek obat lebih seragam, hal tersebut akan mengurangi
frekuensi pemberian sehingga ketaatan pasien bertambah.
Harga lebih mahal.
Istilah efek diperpanjang ( prolong action ) ; efek pengulangan
( repeat action) dan pelepasan lambat (sustained action) telah
digunakan untuk menyatakan sediaan tersebut. Istilah lain yang
sering digunakan antara lain retard, time release, sustained
release..oros
Contoh : Avil retard, Adalat oros
3. KAPSUL
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah
padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang
umumnya terbuat dari gelatin. Cangkang dapat larut dan dipisahkan dari isinya.
1) Kapsul Lunak ( Soft Capsule ): berisi bahan obat berupa minyak/larutan
obat dalam minyak.
2) Kapsul keras ( Hard Capsule ): berisi bahan obat yang kering
Cara mengenal kerusakan :
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna,
berbau, tidakkompak lagi sehingga tablet pecah/retak, timbul kristal atau benyek.
Penyimpanan :
14
Disimpan dalam wadah tertutup, baik ditempat yang sejuk dan terlindung dari
sinar matahari.
1. Kapsul Lunak ( Soft Capsule ): Berisi bahan obat berupa minyak/ larutan
obat dalam minyak.
Sifat :
Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
Dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan
Absorbsi obat lebih baik daripada kapsul keras karena bentuk ini
setelah cangkangnya
larut obat langsung dapat diabsorbsi.
Sediaan ini tidak dapat diberikan dalam bentuk sediaan pulveres
Contoh : Natur E
2. Kapsul keras ( Hard Capsule ) : berisi bahan obat yang kering.
Sifat :
Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
Dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan
Tepat untuk obat yang mudah teroksidasi, bersifat higroskopik, dan
mempunyai rasa dan bau yang tidak menyenangkan.
Kapsul lebih mudah ditelan dibandingkan bentuk tablet.
Setelah cangkang larut dilambung, bahan aktif terbebas serta
terlarut maka proses absorbsi baru terjadi ( di gastrointestinal ).
Contoh : Ponstan 250 mg
FORMULASI SEDIAAN SEMI PADAT
1. SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir (DepKes RI, 1995). Salep merupakan
bentuk sediaan dengan konsistensi semisolida yang berminyak dan pada
umumnya tidak mengandung air dan mengandung bahan aktif yang
dilarutkan atau didispersikan dalam suatu pembawa. Pembawa atau basis salep
15
digolongkan dalam 4 tipe yaitu basis hidrokarbon, basis serap, basis yang dapat
dicuci dengan air, dan basis larut air.
Basis hidrokarbon merupakan basis salep yang benar-benar bebas dari air.
Formulasi basis hidrokarbon dibuat dengan mencampur hidrokarbon cair (minyak
mineral dan paraffin cair) dengan hidrokarbon yang mempunyai rantai alkyl lebih
panjang dan titik leleh lebih tinggi misalnya paraffin putih ataupin paraffin
kuning. Penggunaan basis salep hidrokarbon sebagai system penghantaran
obat topical sangat terbatas, karena sebagaian obat relatif tidak larut dalam
minyak hidrokarbon. Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan kelarutan
obat dalam basis hidrokarbon, yaitu dengan mencampurkan pelarut-pelarut
yang dapat campur dengan basis hidrokarbon, misalnya isopropyl miristat
atau propilen glikol. Salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien,
sukar dicuci, tidak mongering, dan tidak tampak berubah pada waktu lama.
Basis salep serap merupakan basis salep seperti basis
hidrokarbon (berlemak/berminyak) akan tetapi dapat bercampur atau
menyerap air dalam jumlah tertentu.Basis salep serap dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu : basis salep yang dapat bercampur dengan air membentuk
emulsi air dalam minyak (paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan basis
yang terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan
sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Basis salep serap juga bermanfaat
sebagai emolien (DepKes RI, 1995).
Basis salep yang dapat dicuci dengan air merupakan basis yang
bersifat dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan menggunakan
air. Dalam penggunaannya, salep dengan basis jenis ini mampu untuk
mengabsorpsi cairan serosal yang keluar dalam kondisi dermatologi. Obat
jenis tertentu dapat diabsorpsi lebih baik oleh kulit jika menggunakan dasar
salep ini. Contoh basis salep yang dapat tercuci dengan air adalah basis
yang terdiri dari alkohol stearat dan petrolatum putih (fase minyak), propilen
glikol dan air (fase air), serta Na lauril sulfat sebagai surfaktan.
Basis salep yang larut air merupakan basis yang hanya mengandung
komponen larut air, sehingga dapat tercuci air dengan mudah. Dalam
16
formulasi, basis jenis ini digunakan untuk mencampur bahan obat yang tidak
berair atau bahan padat. Contoh basis salep yang larut air adalah salep PEG yang
merupakan kombinasi antara PEG 3350 dengan PEG 400 dengan perbandingan
4:6.
Dalam pemilihan basis salep untuk memformulasi suatu bahan aktif
menjadi sediaan semisolida, harus dipertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut (DepKes RI, 1995)
1.Khasiat yang diinginkan
2.Sifat bahan obat yang dicampurkan
3.Ketersediaan hayati
4.Stabilitas dan ketahanan sediaan jadi
Pembuatan formulasi sediaan salep dapat dilakukan dengan dua
metode umum yaitu metode pencampuran dan metode peleburan. Dalam
metode pencampuran, komponen salep dicampur bersama-sama sampai
diperoleh massa sediaan yang homogen. Penghalusan komponen sebelum
proses pencampuran kadang diperlukan sehingga dapat dihasilkan salep
yang tidak kasar saat digunakan. Pada metode peleburan semua bahan
dicampur dan dilebur pada temperatur yang lebih tinggi daripada titik
leleh semua bahan, kemudian dilakukan pendinginan dengan pengadukan
konstan. Pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan sediaan menjadi
keras karena terbentuk banyak kristal yang berukuran kecil, sedangkan
pendinginan yang terlalu lambat akan menghasilkan sedikit kristal sehingga
produk menjadi lembek.
2. KRIM
Krim merupakan bentuk emulsi dengan konsistensi semisolida
sehingga mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sediaan likuida. Sediaan krim terdiri dari dua fase yang tidak saling ampur,
yaitu fase internal (fase terdispersi) dan fase eksternal (fase pendispersi)
yang digabungkan dengan adanya surfaktan. Pada umumnya sediaan krim dibagi
menjadi dua tipe yaitu tipe minyak dalam air terdiri dari tetes-tetes kecil
17
minyak (fase internal) yang terdispersi dalam air (fase eksternal), dan
sebaliknya pada krim air dalam minyak
Penggunaan surfaktan sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas
krim secara termodinamika. Surfaktan yang sering digunakan adalah
surfaktan golongan ionic dan anionic, sedangkan surfaktan kationik hanya
digunakan dalam kombinasi dengan surfaktan tipe lainnya. Contoh-contoh
surfaktan yang sering digunakan antara lain : sodium alkyl sulfat, alkyl
ammonium halida, polioksietilen alkyl eter, sorbitan, dan lain-lain. Dalam
melakukan pemilihan surfaktan, formulator harus memperhatikan sifat atau
karakteristik bahan aktif dan bahan tambahan lain yang digunakan dalam
formula.
Penggunaan campuran dari beberapa surfaktan dalam satu
formula semisolida, dapat memberikan sediaan yang lebih stabil jika
dibandingkan dengan penggunaan surfaktan tunggal. Sedangkan komponen lain
yang perlu ditambahkan dalam sediaan semisolida adalah kosolven, peningkat
viskositas, preservatif, dapar, antioksidan, dan korigen. Penggunaan bahan-
bahan tambahan tersebut harus disesuaikan dengan sifat fisikokimia bahan
aktif yang digunakan. Hasil campuran bahan aktif dan bahan-bahan
tambahan tersebut harus dapat menghasilkan sediaan semisolida yang
memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil dan dapat diterima oleh masyarakat.
Aman berarti sediaan tersebut memiliki kandungan bahan aktif yang sesuai
dengan monografi dan tidak memberikan pelepasan bahan aktif dalam
jumlah yang sesuai dari sediaan pada tempat penggunaannya. Stabil berarti
sediaan tidak mengalami perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika,
kimia, mikrobiologi, toksikologi, maupun farmakologi.
Krim dengan basis minyak dalam air memiliki sifat yang lebih
nyaman dan cenderung disukai oleh masyarakat, karena memberikan
konsistensi yang berminyak dan cenderung lengket, akan tetapi banyak
bahan aktif yang bersifat hidrofobik yang pelepasannya lebih mudah jika
menggunakan basis jenis ini. Krim air dalam minyak sering digunakan untuk
memberikan efek emolien pada kulit.
18
Sediaan krim banyak digunakan untuk sediaan obat misalnya untuk
obat anti inflamasi, antijamur, anastetik, antibiotik, dan hormon. Sediaan
krim juga sering digunakan dalam industri kosmetik, misalnya untuk sediaan
pembersih, emolien, tabir surya, antiaging, dan masih banyak lagi.
3. PASTA
Pasta merupakan sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang ditujukan yang ditujukan untuk pemakaian topikal
(Departemen Kesehatan RI, 1995). Pasta ialah campuran salep dan bedak
sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan
bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku
yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung
pada bagian yang diolesi. Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep,
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Sediaan
berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih
dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu
tubuh. Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi
yang basah seperti serum.
4. GEL
Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang
dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Gel pada
umumnya memiliki karakteristik yaitu strukturnya yang kaku. Gel dapat
berupa sediaan yang jernih atau buram, polar, atau non polar, dan
hidroalkoholik tergantung konstituennya. Gel biasanya terdiri dari gom alami
(tragacanth, guar, atau xanthan), bahan semisintetis (misal : methylcellulose,
carboxymethylcellulose, atau hydroxyethylcellulose), bahan sintetis (misal :
carbomer), atau clay (misal : silikat). Viskositas gel pada umumnya
sebanding dengan jumlah dan berat molekul bahan pengental yang
ditambahkan.
Gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic gels dan hydrophilic
gels. Lipophilic gels (oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari
19
parafin cair, polietilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silika koloid
atau sabun- sabun aluminium atau seng. Sedangkan hydrophylic gels, basisnya
terbuat dari air, gliserol atau propilen glikol, yang ditambah gelling agent seperti
amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium-aluminum silikat (Gaur et al,
2008).
Berdasarkan sifat pelarut terdiri dari hidrogel, organogel, dan xerogel.
Hydrogel (sering disebut juga aquagel)merupakan bentuk jaringan tiga
dimensi dari rantai polimer hidrofilik yang tidak larut dalam air tapi dapat
mengembang di dalam air. Karena sifat hidrofil dari rantai polimer, hidrogel
dapat menahan air dalam jumlah banyak di dalam struktur gelnya
(superabsorbent)
Organogel merupakan bahan padatan non kristalin dan thermoplastic yang
terdapat dalam fase cairan organic yang tertahan dalam jaringan cross-linked tiga
dimensi. Cairan dapat berupa pelarut organic, minyak mineral, atau minyak sayur.
Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara penyusutan.
Xerogel biasanya mempertahankan porositas yang tinggi (25%),luas
permukaan yang besar (150-900 m2/g), dan ukuran porinya kecil (1-10 nm).
Saat pelarutnya dihilangkan di bawah kondisi superkritikal, jaringannya tidak
menyusut dan porous, dan terbentuk aerogel.
Gelling agent bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Gom alam dan
polimer berfungsi dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan partikel. Pada
saat dikempa, partikel cenderung beraglomerasi. Bahan sangat larut seperti
gula, mengikat partikel bersama dengan membentuk jembatan kristal.
Pengikat untuk proses granulasi basah biasanya dilarutka dalam air atau
suatu pelarut biasanya berupa alkohol dan larutan pengikat digunakan
untuk membentuk masa basah/granul. Dalam pengikatan partikel bersama yang
berperan adalah ikatan van der walls dan ikatan hidrogen. Contoh : mikrokristalin
selulosa, gom arab.
Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan
viskositas dari gel meningkat pula sehingga bisa mengakibatkan gel akan
sulit dikeluarkan dari wadahnya. Temperature yang tinggi pada saat penyimpanan
20
akan mengakibatkan konsistensi dari basis berubah, misalnya pada hydrogel
yang sebagian besar solvennya berupa air maka temperature yang tinggi
akan mengakibatkan sebagian dari solvennya akan menguap sehingga
akan mengakibatkan perubahan pada struktur gel.
Basis gel sebagian besar berupa polimer – polimer. Gel merupakan
crosslinked system dimana aliran tidak akan terjadi apabila berada dalam keadaan
steady state. Sebagian besar bahan merupakn liquid tetapi gel memiliki sifat
seperti padatan karena adanya ikatan 3 dimensi didalam larutan. Ikatan ini
mengakibatkan adanya sifat swelling dan elastic. Untuk melihat kerusakan
dari struktur gel dapat dilihat dari kekakuan/rigidness dari gel tersebut.
Temperature tinggi dapat mengakibatkan kekakuan dari gel meningkat oleh
karena itu proses penyimpanan dari sediaan bentuk gel harus diperhatikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ansel Howard C., 1990. Introduction to phamaceutical Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Gaur, R., Azizi, M., Gan, J., Hansal, P., Harper, K., Mannan, R., Panchal, A., Patel, K., Patel, M., Patel, N., Rana, J., Rogowska, A.,2008. British Pharmacopoeia 2009. (Electronic version).
Gibson, M. 2007. Pharmaceutical Preformulation and Formulation. 2nd edition. Informa Healthcare. New York.
Nanizar Z.J., 1994. Ars Prescribendi Resep yang rasional. Jilid 1,2 dan 3. Universitas Airlangga Press, Surabaya
22