farkom konseling fkka

25
PAPER FARMASI KOMUNITAS KONSELING PASIEN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK Oleh : Fransisca Melani (128114002) Maria Magdalena Lita (128114009) Titus Harianto (128114014) Liliana (128114020) Paulina Nugraheni A.P (128114034) Yuseva Ari Rahmawati (128114045) Cathrin Dian Cintika (128114053) I Dw A Sri Angga Dewi (128114063) Nataya Anita Isabela P (128114074) Fakultas Farmasi 1

Upload: monica-tri-irianti

Post on 29-Sep-2015

286 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PAPER FARMASI KOMUNITASKONSELING PASIEN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

Oleh :Fransisca Melani (128114002)Maria Magdalena Lita (128114009)Titus Harianto(128114014)Liliana (128114020)Paulina Nugraheni A.P(128114034)Yuseva Ari Rahmawati (128114045)Cathrin Dian Cintika(128114053)I Dw A Sri Angga Dewi(128114063)Nataya Anita Isabela P(128114074)

Fakultas FarmasiUniversitas Sanata DharmaYogyakarta2014KONSELING PASIEN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.Tujuan dan Manfaat Konseling Tujuan Umum1. Meningkatkan keberhasilan terapi2. Memaksimalkan efek terapi3. Meminimalkan resiko efek samping4. Meningkatkan cost effectiveness Tujuan Khusus1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antar apoteker dan pasien2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya4. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesesuaikan dengan penyakitnya5. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjamin pengobatan6. Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem7. Memningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal terapi8. Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien Manfaat1. Bagi Pasien :a. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan.b. Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnnya. c. Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri.d. Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu.e. Menurunkan kesalahan penggunaan obat.f. Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi.g. Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan.h. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya kesehatan.2. Bagi Apoteker :a. Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.b. Mewujudkan bentuk asuhan kefarmasian sebagai tangggung jawab profesi apoteker.c. Menghindari Apoteker dari tuntutan karena kesalahan penggunaan obat.d. Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.

A. Kriteria pasien atau keluarga pasien yang perlu diberi konseling: 1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui). 2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi). 3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off). 4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin). 5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat. 6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

B. Tahap kegiatan konseling: 1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien 2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime Questions, yaitu:a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda? b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda? c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda menerima terapi Obat tersebut? 3.Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat 4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan Obat, dengan memberikan beberapa informasi yang diperlukan pasien antara lain : a. Nama obat, jumah, jenis, dan kegunaan masing masing obat b.Bagaimana cara memanfaakan masing masing obat, meliputi : bagaimana cara menggunakannya, kapan harus menggunakannya, seberapa banyak/dosis dikonsumsi, sewaktu, sebelum, atau setelah makan, frekuensi penggunaan obat/rentang waktu, durasi penggunaan, makanan/minuman yang perlu dihindari saat mengkonsumsi obat, durasi penggunaan, makanan/minuman yang perlu dihindari saat mengkonsumsi obat (bila ada).c. Bagaimana cara menggunakan alat bantu untuk menggunakan obatd. Peringatan atau efek samping obat (ESO) e. Bagaimana mengatasi bila terjadi ESOf. Tata cara penyimpanaan obat di rumah agar minum tepat waktug. Pentingnya kepatuhan terhadap rekomendasi terkait pengobatan untuk keberhasilan terapi 5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien 6. Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling dengan menggunakan Formulir sebagai berikut :

Contoh Kasus yang dikonselingkan : Pasien datang menebus resep dengan kondisi penyakit hipertensi disertai dengan asma. Pasien seorang perempuan (Ibu Maria) umur 64 tahun dengan berat badan 59 kg, alamat Maguwoharjo Paingan III. Resep : R/Farmoten 12,5 mg No LX S.2.dd.1R/ Norvaks 5 mg No.XXX S.1.dd.1R/Atrovent spary no 1 S.3.dd.2 (prn)1. HipertensiHipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriol membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).a. PatofisiologisRenin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

Stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal Sekresi hormone ADH rasa haus

Ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjalUrin sedikit pekat & osmolaritas

Mengentalkan

Konsentrasi NaCl di pembuluh darah

Menarik cairan intraseluler ekstraseluler

Volume darah Diencerkan dengan volume ekstraseluler Tekanan darahVolume darah

Tekanan darah

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.b. Penyebab hipertensiPenyebab hipertensi telah dijelaskan pada golongan hipertensi. Penyebab ini dapat disederhanakan menjadi tiga golongan besar, yaitu faktor genetik, gaya hidup, dan penyakit lain.a. Faktor genetikIndividu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.b. Faktor gaya hidup1. Konsumsi garam berlebihMeningkatkan kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding arteriol. Memudahkan masuknya kalsium ke dalam sel-sel tersebut, menyebabkan arteriol berkontraksi dan menyempit pada lingkar dalamnya.2. AlkhoholKonsumsi alkhohol dapat meningkatkan tekanan darah3. Stress Stress dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu pendek. 4. Berat badanOrang yang memiliki berat badan berlebih cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada mereka yang kurusc. Faktor penyakit lain1. Penyakit Ginjal : Glomerulonefritis, Tumor ginjal, Stenosis arteri renalis2. Kelainan hormonal Misalnya pada feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenalyang menghasilkan hormon adrenalin.3. Neurogenik 2. Asma Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan napas umumnya bersifat reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relative nonreversible tergantung berat dan lamanya penyakit. Berdasarkan ilmu kedokteran penyakit asma adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan.

(Parjker, S., 2009)PatofisologisPajanan Alergen

Respon imun :Makrofag, IL-4, limfosit T dan B

IL-5 , IL-8Ig EDegranulasi sel mastKemotaksis dan aktivasi:Eusinofil dan neutrofil

Enzim, radikal oksigenhistamin, leukotrien, prostaglandin Protein dasar mayorInflamasi jalan nafas

Vasodilatsi, sekesi mucus, edema jalan nafas dan bronkokonstriksi Deskuamasi epitel dan fibrosis Perubahan reseptor muskarinik

Gambar 2. Mekanisme inflamasi pada asmaa. Alergen dihadapkan ke sistem imun oleh makrofag mengakibatkan aktivasi CD4 (T helper) yang kemudian memproduksi interleukin ( terutama IL-2, interferon, IL-4, IL-5 dan IL-8). Sitokin-sitokin ini mengaktivasi sel inflamasi lain termasuk limfosit B, polimorfonukleosit (PMN), eosinofil, dan makrofag.b. Sel B menghasilkan Ig E yang melekat ke reseptor pada sel mast dan mengakibatkan degnarulasi sel mast; iritan dapat secara langsung menstimulasi degranulasi sel mast.c. Degranulasi sel mast melepaskan berbagai mediator seperti histamin, leukotrien, prostaglandin, dan sel kemotaktan inflamasi menyebabkan inflamasi jalan nafas berat.d. Inflamasi ini menyebabkan bronkokonstriksi, sekresi mukus, dan edema mukosa yang mengakibatkan serangan akut.e. Eosinofil, limfosit, PMN, dan makrofag menyebabkan cedera jaringan secara langsung dan menstimulasi pelepasan neuro-peptida toksik yang dapat menyebabkan deskuamasi lebih lanjut pada epitel bronkial mengakibatkan peningkatan hiperresponsivitas bronkial.f. Sitokin inflamasi yang mengubah fungsi reseptor muskarinik mengakibatkan peningkatan kadar asetilkolin yang menyebabkan kontraksi otot polos bronkus den sekresi mukus.g. Pada penyakit alergi, bisa terjadi respon asmatik lambat ( late asthmatic respons LAR )- eosinofil melepaskan neuro-peptida dan limfosit kemudian diaktivasi lebih lanjut mengakibatkan kekambuhan bronkokonstriksi pada 4-12 jan setelah serangan awal.h. Bukti menunjukan bahwa asma yang tidak ditangani dapat menyebabkan deskuamasi jangka panjang pada epitel bronkus dengan meningkatkan hiperresponsivitas bronkus dan terjadinya jaringan parut pada jalan napas dengan obstruksi jalan napas permanen, yaitu remodeling jalan napas (obstruksi jalan napas kronis CAO) Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:1) Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi memendek atau mengkerut2) Produksi kelenjar lendir yang berlebihan3) Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi sembabatau pembengkakan dalam saluran napas (Brashers, V.S., 2007).Penyebab Asma 1) Penyebab (inducer) yang menyebabkan peradangan atau inflammation pada saluran pernafasan.Ada beberapa pemicu terjadinya asma yang termasuk dalam faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial:a. Faktor PredisposisiFaktor predisposisi melipiti genetik yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.b. Faktor PresipitasiAlergen dimana alergen dapat dibagi menjadi: a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasanEx : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.b) Ingestan, yang masuk melalui mulutEx : makanan dan obat-obatan.c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulitEx : perhiasan, logam dan jam tangand) Perubahan cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.e) Stress (gangguan emosi), stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.f) Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini mambaik pada waktu libur atau cuti.g) Olahraga atau aktivitas jasmani yang berat sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas tersebut.(Tambayong, J.,2000).A. Penyerahan Obat Kepada Pasien Sebelum pemberian informasi obat 1. Salam, menanyakan kebenaran identitas pasien yang tertulis diresep dan memastikan informasi lainnya seperti umur dan berat badan.2. Menanyakan kepada pasien apakah pasien bersedia meluangkan waktu untuk konseling atau tidak.3. Menanyakan kenyamanan pasien suasana dan tempat konseling.4. Menanyakan apakah dokter telah menjelaskan tujuan dari pengobatana. Tujuan Pengobatan asma : menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma, mencegah kekambuhan, mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise, menghindari efek samping obat asma, mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel.b. Tujuan pengobatan hipertensi : menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. 5. Menanyakan apakah dokter telah menjelaskan cara penggunaan obat.6. Menanyakan apakah dokter menjelaskan mengenai hasil yang diharapkan setelah menggunakan obat tersebut.7. Menyakan apakah harapan pasien setelah mengkonsumsi obat yang telah diberikan.8. Menanyakan tanda tanda atau gejala yang dirasakan pasien dari penyakitnya.9. Menanyakan riwayat penyakkit sebelumnnya pada pasien.10. Menanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap obat atau makanan tertentu.11. Menanyakan apakah pasien telah mengkonsumsi atau pernah mengkonsumsi obat lain sebelumnya atau tidak.

Saat Penyerahan obat 1. Menyebutkan nama obat yang diserahkan, jumlahnya, bentuk sediaannya2. Menyebutkan indikasi setiap obat yang diberikan3. Menjelaskan aturan pakai dan lama pengobatan dari tiap obat dan bagaimana menggunakan alat bantu menggunakan obat (obat asma)4. Memberitahukan peringatan tiap obat 5. Memberitahukan efek samping dari tiap obat dan bagaimana mengatasi apabila terjadi efek samping obat6. Memberitahukan cara penyimpanan tiap obat Saran kepada pasien mengenai beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keparahan kondisi patologis (non-farmakologis). Meminta agar pasien mengulang informasi yang telah diberikan Menanyakan apakah ada yang ditanyakan kembali atau hal yang kurang jelas Memberikan informasi tertulis seperti leaflet Dokumentasi konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan saat konseling Ucapan terima kasih dan salam penutup

B. Penjelasan pemberian informasi obat dan langkah langkah non-farmakologis yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keparahan kondisi patologis pasien1. Pemberian informasi obat a. Farmoten 12,5 mg (captopril 12,5 mg) , jumlah obat 60 tablet Indikasi: Hipertensi. Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap ACE inhibitor, leukemia, lupus, gangguan ginjal, diabetes mellitus, gangguan kelenjar tiroid, asma. Aturan pakai: Pemberian secara oral 2x sehari 1 tablet saat perut kosong yaitu setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila diberikan bersamaan dengan makanan. Diberikan pada pagi hari jam 7 pagi, dan pada malam hari jam 7.Interaksi obat: Alcohol dapat meningkatkan hipotensi, NSIDs (ibuprofen, indomethacin), sympathomimetics dapat menurunkan hipotensi.Efek samping: Pada umunnya (keadaan yang biasa) : batuk, pusing, rasa gatal, ruam kulit, susah tidur.Sesekali : bermasalah dalam pengecapanJarang : Sakit kepala, diare atau konstipasi, bibir kering, takikardi, kelelahan, parestesia, malaise, mual.Pengatasan ESO: Menjaga kebersihan mulut secara efektif untuk mencegah terjadinya radang pada jaringan lunak , ketika mulut menjadi kering menyarankan pasien untuk: menghindari larutan kumur dengan kandungan alkohol tinggi karena efek pengeringan ,menggunakan permen karet tanpa gula, sering meminum air, atau substitusi saliva.Perhatian: Apabila terjadi efek samping yang berlebihan segera hentikan penggunaan captopril dan segera konsultasi ke dokter sebelumnya . Apabila terjadi seperti berikut ini :1. Terjadi pembengkakan pada tangan, wajah, bibir atau lidah2. Kesulitan dalam bernafas3. Tiba tiba terjadi kemerahan atau pengelupasan pada kulit4. Sakit tenggorokan atau demam5. Warna kuning pada kulit atau pada mata6. Konstipasi atau diare7. Percepatan denyut jantungPenyimpanan: Jauhkan dari jangkauan anak anak. Simpan pada suhu kamar (jangan dibawah 250C), simpan di tempat yang kering dan sejuk dan terhindar dari paparan sinar matahari.(Medscape, 2014).b. Norvask 5 mg (amlodipine), jumlah obat 30 tabletIndikasi: Hipertensi dan angina.Kontra indikasi: Hipotensi, gangguan hepar, anak dibawah 6 tahun, hipersensitif terhadap amlodipine.Peringatan: Hati-hati pemberian Norvask pada penderita gangguan fungsi hati dan penyakit jantung kongestif. Hati-hati pemberian Norvask pada wanita hamil dan ibu menyusui.Aturan pakai : Pemberian secara oral 1x sehari 1 tablet diberikan bersamaan pada saat pemberian farmoten pada pagi hari. Interaksi obat: Golongan NSIDs : dapat menurunkan efek amlodipine, Golongan sedative (obat penenang) : dapat menaikkan hipotensi. Minuman : jus atau buah anggur dapat meningkatkan konsentrasi amlodipine dalam plasma.Efek samping: Sakit kepala, edema, kelelahan, mual, nyeri perut, dyspepsia, pusing. Efek samping yang lebih jarang : perubahan pola buang air besar, arthralgia, asthenia, hiperplasia gusi, ginekomastia, impotensi, peningkatan frekuensi buang air kecil, perubahan mood, pegal-pegal, pruritus/gatal, ruam, dan sangat jarang eritema multiforme.Penyimpanan: Simpan pada tempat yang kering, sejuk dan terhindar dari paparan sinar matahari. (Medscape,2014).c. Atrovent spray (Ipratropium Bromida)Indikasi: Inhaler : sebagai bronkodilator untuk terapi pemeliharaan bronkospasme, termasuk laucomas kronik. Larutan inhalasi : sebagai bronkodilator untuk pencegahan dan pengobatan gejala obstruksi saluran nafas kronik dengan bronkospasme laucomas, seperti asma bronkial dan terutama laucomas kronik dengan atau tanpa emfisema.Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap laucoma atau derivatnya.Peringatan: Pasien dengan predisposisi laucoma sudut sempit, hipertrofi prostat, atau obstruksi leher kandung kemih, fibrosis kistik. Hindari kontak dengan mata. Hamil dan laktasi. Anak < 12 tahun.Aturan pakai: Pemberian secara oral (dengan disemprot) 3x sehari 2 semprot. Pemberian nya apabila diperlukan saja (ketika asma kambuh).Interaksi obat : Obat antikolinergik dapat meningkatkan bronkodilatasiEfek samping : Sering : batuk, mulut kering, sakit kepala, mualSesekali : terjadi peningkatan bronkospasma sementara, pusingSangat jarang : hipotensi, insomnia, perubahan pengecapan rasa, palpitasi, retensi urin. Pengatasan ESO : Setiap setelah pemberian inhaler meminum air putih untuk mencegah mulut kering.Penyimpanan: Simpan pada tempat yang sejuk, jangan disimpan pada suhu dibawah 250C, kering dan terhindar dari paparan sinar matahari.(Medscape,2014).2. Langkah langkah non-farmakologi A. Hipertensi Terapi non farmakologi yaitu pengobatan tanpa menggunakan obat. Terapi non farmakologi pada hipertensi lebih ditekankan pada gaya hidup. Gaya hidup yang disarankan untuk penderita hipertensi antara lain: Konsumsi sayuran dan buah buahan, mengurangi asupan natrium (garam), mengurangi makan makanan berlemak, jangan merokok, hindari minuman beralkohol, olah raga secara teratur, dan hindari aktivitas fisik yang berat.B. Asma1. Sanitasi yaitu menyingkirkan semua rangsangan luar, terutama hewan peliharaan, dan debu rumah. 2. Berhenti merokok, karena asap rokok (aktif maupun pasif) dapat menimbulkan bronkokonstriksi dan memperburuk asma. 3. Fisioterapi, menepuk nepuk bagian dada guna mempermudah pengeluaran dahak dan juga latihan pernapasan serta relaksasi. 4. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh supaya tahan ketika menghadapi perubahan cuaca.5. Olahraga yang teratur.6. Tidak boleh stress.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanKonseling dilakukan untuk memberikan informasi obat yang dibutuhkan pasien untuk memakai obat dengan tepat dan benar.

SaranSecara teoritis banyak yang perlu disampaikan pada pasien namun pada praktek yang dijalankan pasien tidak mungkin mengingat penjelasan yang terlalu panjang sehingga Apoteker sebaiknya memberikan penjelasan yang benar-benar diperlukan saja.

DAFTAR PUSTAKAParjker, S., 2009, Ensiklopedia tubuh Manusia, Erlangga, Jakarta, hal.141-142.Brashers, V.S., 2007, Aplikasi Klinis Patofisiologi Edisi 2, EGC, Jakarta, hal. 69 71.Tambayong, J.,2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan , EGC, Jakarta, hal.98-100.Datapham Commucations Limited, 2012, Atrovent Inhaler, www.medicines.org.uk/emc, diakses tanggal 5 November 2014.Datapham Commucations Limited, 2013, Amlodipine, www.medicines.org.uk/emc, diakses Tanggal 5 November 2014.Datapham Commucations Limited, 2014, Captropil, www.medicines.org.uk/emc, diakses tanggal 5 November 2014.

18