farmakognosi

Upload: ma-med

Post on 14-Oct-2015

102 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tumbuhan

TRANSCRIPT

TUGAS PRAKTIKUM FARMAKOGNOSIBoesenbergiae rhizoma(Rimpang Temu Kunci)

Oleh:LAURA SONYA VD ARIESTA1143050046

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA2014BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangKeberadaan tanaman sebagai obat sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, resep diwariskan turun menurun yang tadinya hanya dikenal oleh kalangan tertentu kemudian menyebar ke masyarakat luas. Dunia mencatat tradisi herbal berkembang pesat didunia timur. Modernisasi mentautkan tanaman obat dengan dunia farmasi yang perlahan keampuhannya diakui kalangan ilmiah dengan langkah dan cara pengolahan yang benar, maka khasiat tanaman obat tidak akan berubah.Alam sungguh memiliki kekayaan yang sangat luar biasa dengan ditumbuhkannya aneka ragam tanaman bermanfaat banyak. Tidak hanya untuk kebutuhan pangan tapi juga untuk pengobatan manusia, sejarah mencatat nenek moyang kita sudah pandai mengolah akar, kulit batang, daun, bunga, dan buah menjadi obat mujarab untuk macam-macam penyakit. Dengan berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi menyingkap rahasia keampuhan aneka tumbuhan. Serangkaian percobaan dibalik laboratorium dan uji klinis pada manusia memperjelas khasiat dan mekanisme kerja senyawa-senyawa aktif di dalam herbal.Temu kunci (Boesenbergia pandurata) merupakan salah satu tumbuhan herbal yang memiliki banyak khasiat dan berpotensi baik dari segi ilmu pengetahuan sampai perekonomian yang dapat dengan mudah dibudidayakan dan berpotensi secara ekonomi dan khasiatnya.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Tinjauan PustakaBoesenbargiae rhizoma (Rimpang Temu Kunci)

Klasifikasi tanamanNama Tanaman Asal: Boesenbergia pandurata (Roxb.) SchlectNama LainSumatera : Temukunci (Melayu), Tamu kunci (Minangkabau).Jawa : Temu kunci (Sunda), Kunci (Jawa), Konce (Madura)NTT : Temu Konci (Bali)Maluku : Tumu Konci (Ambon)Thailand : KrachaiInggris : FingerrootatauChinese GingerMandarin : Ao Chun JiangKingdom: Plantae (tumbuhan)Sub Kingdom: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)Kelas: LiliopsidaOrdo: ZingiberalesFamili: ZingiberaceaeGenus: BoesenbergiaPemerian: Bau khas aromatik; rasa agak pahit, menimbulkan rasa agak tebal.Kandunga Senyawa: Minyak atsiri 0,06%-0,32%, Damar, Pati

Deskripsi TanamanTemu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm. Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 257 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang.

Penampakan tanaman temu kunci

B. Habitat dan penyebaranTanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.

Manfaat TumbuhanSecara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus dan Candida albicans; selain itu dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan infusa rimpang temu kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat mempunyai efek abortivum, resorpsi dan berpengaruh pada berat janin tikus. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektimakontagiosa).Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan.

C. Penelitian-penelitianSohnet al.(2005)menyatakan bahwa panduratin A menghambat kuat pertumbuhan sel kanker HepG2 yang diinduksi dengan tert-Butylhydroperoxide (t-BHP). tert-Butylhydroperoxide (t-BHP) merupakan senyawa yang biasa digunakan untuk menginduksi kanker dengan mekanisme pembentukan intermediet radikal bebas. Panduratin A memproteksi sel HepG2 melaui perbaikan kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh t-BHP dengan cara menangkap radikal bebas.Trakoontivakornet al.(2001) menyatakan bahwa ekstrak metanolik dari rimpang temu kunci mempunyai efek antimutagenik pad Trp-P-1 pada uji Amest tes. Enam kandungan zat aktif yang menunjukkan antimutagenik ini adalah kalkon, cardamonin, pinocembrin, pinostrobin, 4-hidroksipanduratin, dan panduratin A. IC50 masing-masing zat adalah 5.2 0.4m M, 5.9 0.7 m M, 6.9 0.8 m M, 5.3 1.0 m M, 12.7 0.7 m M and 12.1 0.8. Keenam kandungan dari temu kunci ini menunjukkan penghambatan induksi mutagenesis yang mirip. Kesemuanya merupakan inhibitor kuat N-hydroxylation Trp-P-2. Mekanisme kerja dari zat-zat aktif ini yaitu menghambat aktivasi pertama dari amina heterosiklik.Kiranaet al.(2006)telah meneliti bahwa panduratin A dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF7 dan sel adenokarsinoma kolon HT-29 pada manusia melalui penghambatan COX-2 yang merupakan faktor penting dalam perkembangan inflamasi dan sel tumor. Yunet al.(2006)telah membuktikan bahwa Panduratin A yang merupakan derivat dari kalkon juga mempunyai berbagai efek biologis, seperti antiinflamasi, analgetik, dan antioksidan. Pada penelitian sebelumnya, telah dibuktikan bahwa panduratin A memiliki efek antiinflamasi. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Panduratin A berpotensi sebagai antikanker dengan mekanisme aksi menginduksi apoptosis pada sel kanker kolon HT29. Pada kanker kolon, panduratin A lebih poten dari pada inhibitor selektif COX-2, misalnya Celecoxib; dan obat-obat antitumor (5-flurouracil and Cisplatin). Panduratin A juga dapat memacu apoptosis sel melalui aktivasi caspase. Enzim caspase berperan penting dalam mekanisme apoptosis.

BAB III

PENGOLAHAN DAN PEMERIKSAAN TANAMAN

Temu kunci (Boesenbergia Rhizoma)1. Budidaya dan Pembibitana. Persiapan Lahan Bersihkan lahan dari gulma dan cangkul hingga kedalaman 20-30 cm untuk memperbaiki struktur tanah. Biarkan lahan selama satu minggu setelah pengolahan. Lakukan penumpukan dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak 15-20 ton per hektar (tabur merata di lahan). Buatlak bedengan dengan ukuran lebar 2 m dan sesuaikan panjangnya dengan kondisi lahan. Tinggi bedengan biasanya sekitar 25-45 cm dan jarak antara bendengan 30-50 cm.

b. PembibitanTanaman temu kunci dapat diperbanyak dengan rimpang ataupun memisahkan anakan dari rumpun. Dengan Rimpang Semai rimpang temu kunci dengan ditutupi tanah sedalam 10-15 cm pada tempat teduh dan lembab. Siram persemaian pada saat pagi dan sore dan jaga agar tetap lembab. Saat tunas muncul, potong-potong rimpang dengan ukuran cukup besar. Tiap rimpang sebaiknya terdiri dari 2-3 mata tunas. Angin-anginkan rimpang di tempat teduh selama kurang lebih 2 hari sebelum ditanam.

Dengan Anakan Pisahkan anakan dengan menggalu tanah disekitar anakan. Potong rimpang yang menghubungkan anakan dengan induk. Anakan yang telah dipisahkan dapat langsung ditanam.

c. Penanaman Buatlah lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 45 cm (dalam satu barisan 25 cm, dan antar barisan 45 cm). Kedalaman lubang dibuat sekitar 20 cm. Biarkan lubang terbuka selama satu minggu. Masukka bibit dengan posisi tunas tegak, kemudian bumbun sampai rata dengan tanah.

d. Pemeliharaan Lakukan penyulaman 2 minggu setelah penanaman bila ada tanaman yang mati Apabila akar atau rimpang terlihat muncul di permukaan, lakukan pembumbunan. Lakukan penyiangan denga hati-hati secara manual. Berikan pupuk susulan setelah tanaman berumur 6 bulan. Lakukan pemupukan setelah penyiangan. Apabila tidak ada hujan, lakukan sistem leb untuk pengairan (genangi bedengan dengan air).

e. Pengendalian Hama Penyakit Musnahkan tanaman dengan cara memotong dan membakarnya agar tidak menular (biasanya hama berupa ulat Kerana diocles) Kendalikan secara manual apabila hama masih sedikit. Lakukan penyemprotan hanya apabila serangan sudah meluas. Sedapat mungkin gunakan pestisida nabati. (bisa membuatnya dengan mengekstrak daun sirsak serbuk biji mimpa yang dicampur dengan ekstrak brotowali. Lakuakan penyemprotan saat pagi (sebelum matahari terbit) atau sore hari.

f. PemanenanTemu-temuan merupakan tanaman semusim dengan umur rata-rata sembilan bulan. Di Jawa, temu-temuan selalu tumbuh pada awal musim penghujan, yang biasanya jatuh pada bulan oktober. Tanaman ini sudah akan menghasilkan umbi yang bisa dipanen pada bulan mei atau juni. Namun, kualitas umbi yang benar-benar baik hanya bisa diperoleh dari panen umbi yang dilakukan pada bulan Juli. Ketika itu daun dan batang semu tanaman sudah mengering, ketuaan umbi juga bisa dilihat dari penampilan rimpangnya sendiri. Rimpang yang telah tua berpenampilan gemuk, padat dan sisik-sisik yang melingkarinya telah mengering. Dari satu rumpun tanaman, akan bisa dipanen bongkahan rimpang yang bisa langsung dipecah-pecah menjadi 4-5 bagian. Para petani biasanya menyeleksi rimpang rimpang yang cukup baik tersebut, selain ditentukan oleh diameter untuk benih. Ciri rimpang yang baik tersebut, ditentukan oleh diameter panjang, juga tingkat ketuaan dan ada tidaknya cacat. Cara memanen : Lakukan pemanenan saat bagian tanaman diatas permukaan tanah tampak mengering. Umur tanaman 10 bulan bila bibit berasal dari rimpang induk, atau 2 tahun bila bibit berasal dari anakan. Gali tanah dengan garpu secara hati-hati Bersihkan rimpang dari tanah dan kotoran, kemudian cuci dengan air hingga bersih. Angin-anginkan rimpang hingga kering dari air. Simpan rimpang di tempat yang bersih dan kering. Penjemuran hasil irisan rimpang empon-empon, paling baik dilakukan diatas ayaman bambu (widig) yang ditaruh di atas rak setinggi 1 m. Ukuran widig, lebar 1,5 m. dengan panjang sekitar 6 m. penjemuran dengan wadah demikian akan menghasilkan kualitas rimpang kering yang paling baik. Setiap 2-3 jam, harus dilakukan pembalikan (pengadukan), agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat dan kualitas umbi kering lebih baik. Untuk memperoleh irisan rimpang kering dengan kadar air 15%, diperlukan waktu pengeringa sekitar tiga hari dalam cuaca terik. Namun, agar kadar air mencapai 10%, rimpang kering tersebut perlu dikeringkan lagi dengan dryer. Baik dryer dengan sumber panas matahari, kayu, minyak bakar maupun listrik. Rimpang kering ini bisa langsung dipasarkan.

2. Pasca panen & ProspekRimpang yang telah bersih itu selanjutnya ditiriskan kemudian dikeringkan dengan cara diangin-angin. Caranya dengan menghamparkannya diatas lantai yang bersih dan teduh. Tahap berikutnya, rimpang yang masih berkulit itu diiris denga alat perajang. Alat ini berupa tempat untuk memasukkan rimpang, pisau perajang dan wadah penampung irisan. Alat perajang ini bisa digerakkan secara manual dengan tangan tangan, pedal sepeda (kaki) atau dengan mesin. Mesin perajang bisa bertenaga diset, bensin, dan tenaga listrik. Pilihan mesin perajang saat ini sangat ditentukan oleh volume rinpang temu-temuan yang akan dirajang. Semakin banyak volume temu-temuan yang akan dirajang, semakin diperlukan alat yang lebih besar dengan mesin penggerak disel. Bensin maupun listrik.Ada dua kualitas rimpang kering. Pertama, rimpang diiris langsung tanpa dikupas. Kedua, rimpang dikupas dan dicuci kemudian baru diiris. Irisan rimpang yang dikupas ini, langsung dijemur sampai kering. Harga irisan rimpang kering kupasan, lebih tinggi dibanding dengan yang tidak dikupas. Pengupasan rimpang temu-temuan, paling tepatdilakukan denga pisau yang terbuat dari bambu. Tujuannya agar diperoleh kupasan yang relatif bersih, namun daging umbi tidak ikut terpoting. Sebab yang akan dibuang dari permukaan rimpang hanyalah kulit ari tipis. Pengupasan denga pisau akan potensial membuang daging umbi cukup nbanyak.Temu kunci bayak dipasarkan dalam bentuk umbi utuh yang relatif besar dan tua dalam kondisi masih segar. Akhir-akhir ini, industri farmasi modern juga sudah mulai membutuhkan ekstrak rimpang temu-temuan dalam volume yang cukup besar. Untuk bisnis dengan skala yang besar, lebih baik memasarkan simplisia, yang umum digunakan sebagai bahan obat atau industri jamu.Cara membuat simplisia temu kunci, seperti juga jenis tanaman obat tradisional lainnya. Rimpang temu kunci yang telah dipanen, dibersihkan dan dirajang, serta dikeringkan atau dijemur secara tidak langsung. Simplisia temu kunci dilingkungan industri jamu dikenal sebagai Boesenbergiae Rhizoma denga beragam kandungan didalamnya seperti minyak atsiri, zat pati, damar.Dilingkungan pedesaan, temu kunci banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang cukup familiar ditelinga masyarakat. Generasi pendahulu banyak memanfaatkan temu kunci sebagai anti diare untuk anak-anak. Caranya rimpang temu kunci yang sudah dicuci, diparut dan diperas dalam bungkusan kain yang bersih dan steril, sehingga keluar kadar airny dan minum secukupnya.

3. Budidaya secara InvitroTemu kunci dibudidayakan dengan caraperbanyakan tanaman (tunas) melalui kultur jaringan. Tanaman temu kunci ditanam didalam botol berisi media aseptik dan diperbanyak melalui subkultur secara berkala. Secara garis besarm perbanyakan melalu subkultur plantlet ini cukup mudah (plantlet : tanaman utuh dalan kultur in vitro). Tanaman ini dapat diperbanyak dengan memisahkan anakan dari rumpun induknya. Hanya saja kesulitan yang akan ditemukan ketika melakukan aklimatisasi (memindahkan tanaman dari dalam keluar botol). Pada beberapa spesies tanaman (temu-temuan) yang dipindahkan dari kulturin vitro menuju ex-vivo, banyak yang belum mampu menghasilkan rimpang pada generasi pertama. Rimpang baru dapat diproduksi pada generasi kedua atau ketiga setelah efek dari media tanam in vitro dapat dinetralisai.

4. Pemeriksaan MikroskopikEpidermis : Menggabus, tidak terdapat rambut penutup. Hipodermis : terdiri dari beberapa lapis sel yang menggabus dan umumnya agak termampat. Periderm : terdiri dari beberapa lapis sel yang menggabus dan umumnya agak termampat. Periderm terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk segi panjang, berdinding tipis. Korteks dan silinder pusat : parenkimatik, sel parenkim besar berdinding tipis, berisi pati, pada parenkim terdapat idioblas yang tersebar yang mengandung minyak dan damar minyak, warna kuning atau kehijauan yang dengan yodium LP berwarna lebih tua. Butir pati : tunggal, bentuk hampir bulat atau bulat tidak beraturan dengan satu ujung mengecil dan kadang-kadang mirip tonjolan yang agak bengkok. Berkas pembuluh: kolateral, tersebar dalam korteks dan silinder pusat, berkas pembuluh dibawah endodermis tersusun dalam lingkaran; pembuluh kayu umumnya berpenebalan jala dan berlignin. endodermis : satu lapis sel dengan dinding radial yang agak menebal, tidak berisi butir pati.

Pambuluh kayu dengan penebalan tangga, jala, dan spiral

Parenkim dengan sel sekresi Butir pati diperbesarPeriderm

Serabut (diperbesar)serabut: warna coklat muda kekuningan. fragmen pengenal adalah butir-butir 40 m, umumnya 17 m sampai 31 m, lebar 7m sampai 32m, umumnya 14m sampai 28 m: gumpalan zat berwarna kuning coklat atau coklat, sel minyak atau sel damar minyak diantara sel parenkim; pembuluh kayu dengan penebalan dinding terutama berupa tangga dan jala; periderm; serabut sklerenkim.5. Pemeriksaan MakroskopikMakroskopik kepingan : keras, tidak rapuh, bentuk hampir bulat, jorong sampai bulat telur, kadang-kadang bercabang; lebar sampai 15 mm, panjang sampai 25 mm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar tidk rata, berwarna coklat muda sampai coklat kelabu, berkerut melintang atau berkerut membujur; kadang-kadang terdapat pangkal upih daun atau pangkal akar; bidang irisan berwarna coklat muda kekuningan; bekas patahan rata, berwarna putih kecoklatan. Gambar : Temu kunci yang sudah di rajang DAFTAR PUSTAKA

Sastroamidjojo. S. A. 1988. Obat Asli Indonesia. Jakarta: Dian RakyatAnonim,1989.Materia Medika Indonesia.Depkes RI : JakartaAnief,Moh,2003.Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University: YogyakartaAnonim, 2004. Farmakognosi Jilid I. Depkes RI: Jakartawww.farmasi.usd.ac.id/projects/simplisia/index.php/detail_simplisia/6, www.healthy.net/scr/MMList.aspx?MTId=1, www.books.google.com, http://www.farmasi.usd.ac.id/projects/simplisia/index.php/detail_simplisia/63,