farmako.kesedian obat,efek
DESCRIPTION
FARMAKOTRANSCRIPT
Obat dan Pengobatan
Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik / menyembuhkan.Obat atau medikasi dapat dikenal orang dengan nama-nama yang berlainan. Nama kimia suatu obat menunjukkan isi atau unsur-unsur kimia yang terdapat didalamnya. Nama tersebut menunjukkan susunan atom-atom kimia dalam rantai strukturnya, contoh : nama kimia dari agent anti-inflamasiibuprofen adalah 2-(4 isobutylpnenyl) asam propionate.Nama resmi suatu obat dibuat dan disetujui oleh lembaga resmi pemerintah yang bertanggung jawab. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Depkes RI. Nama resmi obat lebih dikenal dengan sebutan nama generic obat atau obat generic. Setiap jenis obat hanya mempunyai 1 nama generic yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan nama kimianya. Contohnya adalah obat-obat yang dikenal dengan ibuprofen, asetominofen atau morfin.Nama merk atau merk dagang suatu obat adalah nama obat terdaftar yang dibuat oleh produsen obat. Merk dagang suatu obat biasanya terdiri dari nama kimia dan nama produsen obat, contoh : Paramex adalah gabungan nama generic paracetamol dengan produsen obat yaitu konimex, afitamol, dll.
Standar Pengobatan NasionalBanyaknya jenis obat yang diproduksi dan beredar di masyarakat, mendorong pemerintah untuk menetapkan standard dan quality control terhadap obat-obat yang akan dipasarkan kepada masyarakat. Pemerintah melalui Badan POM membagi produk obat berdasarkan bahan dasar obat, bentuk fisik dan kimia, tes atas keaslian zat penyusun, metode penyimpanan, kategori obat dan dosis normal per pengggunaan.Karena banyaknya jenis obat yang diproduksi (therapeutics explosion) oleh industri farmasi setiap tahunnya yang diikuti dengan informasi produk yang obyektifitasnya masih diragukan. Selain itu, bersamaan dengan perkembangan produk obat-obatan, informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga semakin banyak, sehingga diperlukan suatu pelayanan informasi obat dan makanan kepada masyarakat yang dapat menjamin diperolehnya informasi yang benar dan obyektif.Pemerintah melalui Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) Badan POM menjadi rujukan pusat informasi obat yang ada di Indonesia dengan mengembangkan dan membina semua bentuk pelayanan informasi obat.
Pemerintah melalui Kebijakan Obat Nasional yang ditetapkan pada tahun 1983 mengendalikan dan mengawasi semua obat sebelum diedarkan dipersyaratkan melalui penilaian kemanfaatan, keamanan dan mutu obat di BPOM RI. Peraturan ini tidak hanya berlaku untuk obat baru tapi juga obat copy atau termasuk juga obat generic. Obat copy adalah obat yang dibuat didalam negeri dengan mencontoh komponen obat inovatornya atau yang terlebih dulu dibuat dan diedarkan sebagai obat paten. Obat copy diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutunya untuk membuktikan bahwa obat copy mempunyai kemanfaatan dan keamanan yang sama dengan inovatornya sehingga dalam penggunaannya dapat dipertukarkan dengan inovatornya. Metode pengujian yang diterima secara internasional adalah uji bioekivalensi. Prinsip dasar uji bioekivalensi adalah membandingkan proses penyerapan, metabolisme, dan pengeluaran dari tubuh inovatornya.
Jenis dan Tipe Obat Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara, antara lain berdasarkan bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan baik didalam laboratorium maupun tubuh manusia. Pengetahuan tentang klasifikasi obat tentang manfaat, efek samping, dan indikasi obat dibutuhkan terutama untuk obat-obat yang belum dipublikasi secara umum.Dibawah ini adalah table tentang klasifikasi obat (Tabel 1.1) dan bentuk sediaan obat (Tabel 1.2).Tabel 1.1 Klasifikasi Obat yang Digunakan Untuk Meningkatkan Fungsi Tubuh
Status kesehatan Kelas Obat Kerja Obat dalam Tubuh
Aktivitas dan Latihan
AntihipertensiAntiaritmiaInotropikAntianginaAntikoagulanBronkodilator
Menurunkan tekanan darahMengatur irama jantungMenguatkan kontraksi jantungMeningkatkan aliran darah koronerMenghancurkan gumpalan darahMembersihkan jalan nafas
Nutrisi dan Metabolisme
AntibiotikAntiemetikAntasidInsulinKortikosteroidTiroidVitamin & Mineral
Mencegah dan menghilangkan infeksiMenurunkan rasa mual / nauseaMenurunkan asam lambungMenurunkan kadar gula darahMenurunkan reaksi peradangan / inflamasiMengatur laju metabolismeSuplemen untuk intake nutrisi inadekuat
Eliminasi
LaksativeAntidiareDiuretik
Memperlancar pengeluaran fesesMenyembuhkan diareMeningkatkan produksi urine dan pengeluaran urine
Tidur dan IstirahatKognisi dan Persepsi
Sedative, HipnosisAnalgesikAntipsikotik
Meningkatkan tidurMenurunkan nyeriMenurunkan gejala psikotik (halusinasi)
Koping dan Stress adaptasiSeksualitas dan Reproduksi
AntiansietasAntidepresanHormon ovarium
Menurunkan ansietasMenurunkan depresiMenghasilkan pengganti hormon
Menghasilkan pengendalian kelahiran (KB)
Tabel 1.2 Tabel Bentuk Sediaan ObatBentuk Sediaan Keterangan
Sediaan Obat OralKapsulEliksirEmulsiPelapis enteral
Lozenge (troche) / tablet hisapBubukSuspensi / Larutan
SirupTablet
Tincture
Pembungkus terbuat dari gelatin yang berisi bubuk atau cairan obatSediaan obat cair dengan pelarut alcoholObat dalam bentuk suspensi / larutan kentalPelapis khusus yang hanya larut ketika berada di usus dan tidak dilambung karena sifatnya mengiritasi lambungTablet yang dapat dilarut dimulut (dihisap)
Bentuk dasar obat, dilarutkan dengan air sebelum digunakanBentuk obat cair yang harus dikocok sebelum digunakan karena biasanya terpisah dari larutannyaObat dalam bentuk larutan air dan gulaBentuk padat bubuk obat (bulat, elips) yang dapat dibelah menjadi 2 bagian. Dapat dilapisi gula atau lapisan tipis untuk membantu daya kohesiLarutan sangat kental yang larut dalam alcohol, biasanya berasal dari tumbuhan dan dalam dosis kecil
Sediaan Obat TopikalKrimGel atau jelly
LinimentLotionSalepPasta
Sediaan obat dalam bentuk semisolid, tidak lengket / berminyakSediaan semisolid yang transparan / bening yang mencair saat mengenai kulitCairan mengandung minyak yang digosokkan pada kulitSuspensi cair atau kental, digunakan pada kulitObat yang dikombinasikan dengan larutan minyak
Suppositoria
Transdermal patch
Cairan / salep yang kental untuk kulitObat yang mengandung gelatin (dibuat agar mudah diserap tubuh), hancur sesuai dengan suhu tubuh dan perlahan diserap oleh tubuh.Obat dalam bentuk sediaan plester, digunakan pada kulit untuk secara bertahap mengontrol penyerapan obat pada kulit.
Obat dapat juga dikelompokkan menjadi obat tanpa diresepkan (obat bebas), dengan resep dan obat herbal.
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli atau didapatkan tanpa adanya resep dari tenaga kesehatan yang berwenang. Obat-obat ini dijual bebas ditoko-toko atau apotik. Hal tersebut dikarenakan obat-obat yang dijual bebas telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi tanpa adanya resep / pengawasan dari tenaga kesehatan. Contoh obat bebas yang umum dijual dan dikonsumsi masyarakat adalah obat pereda gejala flu dan analgesic ringan seperti aspirin
dan asetominofen. Menjadi tugas Badan POM untuk mengkontrol keamanan, efektivitas, dan publikasi obat-obat bebas.Obat bebas masih dianggap aman ketika langsung dikonsumsi. Namun, bahaya obat-obatan bebas sering terjadi karena penyalahgunaan obat-obat tersebut. Banyak orang lebih memilih mengkonsumsi obat sendiri daripada datang kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan bantuan, bahkan banyak pula yang tidak dapat tertolong karena keterlambatan penanganan oleh tenaga kesehatan.
Obat dengan resep adalah obat yang diperjualbelikan secara legal. Untuk pasien-pasien tertentu, dibutuhkan pengawasan medis dalam pengunaan obat-obatan dikarenakan keamanan akan efek terapi dan resiko keracunan akibat dosis yang diberikan. Dokter bertanggungjawab dalam meresepkan obat. Namun, dalam kondisi tertentu perawat atau asisten dokter dapat juga meresepkan obat.®
Obat herbal atau tumbuhan obat adalah obat-obatan yang digunakan berasal dari tumbuhan dan belum mengalami proses kimia dilaboratorium. Walaupun penggunaan obat-oabatan herbal ini sudah sangat luas dimasyarakat, namun penggunaannya masih jarang dimasukkan kedalam riwayat kesehatan klien. Perawat harus mengkaji penggunaan obat-obat herbal ini. Contoh tanaman obat adalah ginko biloba yang dapat digunakan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan fungsi kognitif.
Banyak orang mengira bahwa obat herbal sangat aman karena semua bahannya yang berasal dari alam. Namun, menilai hal tersebut menjadi sulit karena obat herbal tidak memiliki standar kualitas dan pengaturan yang resmi dari pemerintah. Beberapa obat herbal dapat mengakibatkan kegawatan akibat interaksi kimiawi yang terjadi, sehingga dibutuhkan lebih banyak penelitian laboratorium untuk menilai manfaat, efektivitas, dosis yang tepat, dan reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh. Karena apabila sesuatu yang asing masuk kedalam tubuh, dapat menimbulkan reaksi yang tidak terduga. Untuk itu perawat perlu untuk mengkaji penggunaan tablet, ramuan, ataupun ekstrak yang berasal obat-obatan herbal untuk dibandingkan dengan literatur yang menunjang.
Sistem Distribusi dan Legal Aspek Pemberian ObatAda empat hal yang perlu diperhatikan dalam sistem distribusi / pemberian obat yang aman kepada klien, yaitu : a) penyediaan obat cadangan b) sediaan dosis obat c) sistem pembagian obat d) suplai obat mandiri.
Penyediaan obat cadangan
Penyediaan obat pada ruang rawat pasien terdiri dari penyimpanan obat-obatan yang diresepkan dalam jumlah yang
besar serta disimpan dalam lemari kaca yang terkunci. Pemberian obat ini dilakukan oleh perawat sesuai dengan
kebutuhan klien. Perawat mengambil simpanan obat yang tersedia dalam jumlah yang besar dalam botol atau
kontainer obat. Contoh dari penyediaan obat adalah obat-obat narkotik, vitamin, atau cairan saline / infus.
Sediaan dosis obat
Pembagian obat dalam dosis yang telah ditentukan melibatkan farmasist untuk membagikan dan memberikan label
pada pembungkus atau tempat penyimpanan obat yang telah sesuai dengan dosis masing-masing pasien. Obat-obat
tersebut disimpan dalam tempat khusus dan diberikan kepada klien pada waktu-waktu tertentu. Sistem ini dilakukan
pada fasilitas kesehatan yang besar seperti rumah sakit karena membutuhkan pengecekkan ulang demi keamanan
klien. Baik farmasist maupun perawat sama-sama berperan dalam penyiapan dan pemberian obat kepada klien serta
mengevaluasi efek dan reaksi interaksi obat atau kontraindikasi obat.
Sistem pembagian obat secara otomatis
Sistem ini menggunakan mesin yang berfungsi seperti mesin ATM untuk mengambil obat dengan cepat bila dalam
keadaan darurat. Mesin ini juga dapat mengkombinasi obat sesuai dengan kebutuhan. Perawat menggunakan kata
kunci atau password, kemudian memilih menu / daftar obat yang dibutuhkan yang telah tersedia secara
komputerisasi. Mesin ini juga menyimpan data semua obat yang dikeluarkan sekaligus mengkontrol obat yang
digunakan oleh masing-masing pasien. Mesin ini telah banyak digunakan di fasilitas-fasilitas kesehatan terutama
dibeberapa negara maju. Namun, keberadaan mesin ini di Indonesia tampaknya masih sulit untuk ditemukan.
Suplai obat klien mandiri
Pada sistem ini obat diberikan dan disimpan oleh klien secara langsung. Obat-obatan disimpan dalan tempat
tersendiri untuk setiap klien. Dapat diletakkan pada meja didekat klien, sehingga klien dapat mudah menjangkaunya
saat waktunya untuk minum obat. Sistem ini dapat dilakukan bersamaan dengan sistem penyimpanan terpusat.
Metode ini memberi kesempatan kepada klien untuk terlibat dalam pengobatan dan perawatannya. Hal ini juga
menghemat waktu perawat untuk memberikan obat serta memberikan waktu kepada perawat untuk mengevaluasi
kemampuan klien dalam ketaatan minum obat.
Di Indonesia, selain Badan POM dan Depkes yang bertanggung jawab dalam mengontrol distribusi obat kepada
masyarakat, tenaga kesehatan juga berperan dalam penggunaan obat-obat tersebut oleh masyarakat. Saat ini, untuk
obat yang diresepkan masih merupakan wewenang tenaga medis. Sedangkan, farmasist dan perawat berwenang
untuk menyiapkan dan memberikan obat yang telah siap untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Resep Obat
Dalam resep obat yang dibuat oleh tenaga kesehatan terdapat komponen-komponen yang harus diperhatikan,
antara lain : nama lengkap klien,nama obat yang diberikan beserta dengan jumlah dan dosis obat yang diinginkan
serta frekuensi pemberian selama 1 hari. Didalam resep juga harus terdapat tanggal dan waktu resep dibuat serta
tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan resep. Nama klien harus tercantum lengkap untuk menghindari
kesamaan nama dengan klien lainnya. Usia atau nomor rekam medik atau registrasi klien dapat juga dicantumkan.
Nama Obat : nama generik atau merk dagang obat. Dituliskan dengan jelas agar tidak tertukar dengan nama obat lain.
Dosis Obat : dapat menggunakan metrik, apotekari, atau pengukuran rumah tangga, misalnya digoxin 0,25 mg 1 dd (artinya 1 kali sehari).
Cara Pemberian : obat yang sama dapat diberikan dengan beberapa cara yang berlainan, misal PO (per oral), IV (intravena), Supp (suppotoria).
Istilah Artinya Istilah Artinyaa atau a.a.c.ad libaq.bid , 2 dddprnqqhgsyrh.s.
sebelumsebelum makanbebasairdua kali sehariharibila dibutuhkansetiapsetiap jamgramsirupsebelum tidur
mgNo atau no.p.c.cap., capsp atau p.POIVInj.IMtab.qidq6h
miligramjumlah obatsetelah makankapsulper atau setelahper oralintra venainjeksiintra muskulartablet4 kali seharisetiap 6 jam
Rxstat.R. atau PR
dibeli, resepsegera, langsung diminumrectal, per rectal
tid, 3 ddscqs
3 kali seharisubkutaneussebanyak yg dibutuhkan
1. Standing order adalah pesanan obat yang harus diberikan kepada klien selama beberapa hari, pesanan obat ini harus dicek dan ditulis ulang setiap hari sampai dengan ada perubahan / penggantian obat atau dosis obat.
2. PRN order adalah pesanan pemberian obat dalam waktu tertentu saja atau bila dibutuhkan. Berasal dari kata Latin pro re nata. Misalnya : obat nyeri, laksative, atau obat mual.
3. Order sekali waktu adalah pesanan pemberian obat yang hanya satu kali untuk diberikan, misalnya obat-obat preoperative / anestesi.Stat order adalah pesanan pemberian obat yang segera diberikan kepada klien dan hanya berlaku satu kali pemberian, misalnya pemberian furosemid 20 mg IV stat.
4. Melalui telepon, faximile, atau secara verbal adalah pesanan pemberian obat yang dipesankan melalui telepon atau alat komunikasi lainnya. Dan dikarenakan pemberi pesanan tidak ada ditempat untuk menulis dan menanda tangani pesanan obat maka perawat harus mencatat pesanan tersebut dalam daftar obat klien dan diberi kode T.O (telephone order) serta menandatanganinya. Namun, pemberi pesanan obat tersebut harus tetap menandatangani dihari berikutnya.
Reaksi dan Efek Obat
Farmakokinetik Adalah proses obat memasuki tubuh dan akhirnya keluar dari tubuh. Proses terdiri dari
absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat dari tubuh manusia. Setiap obat mempunyai karakteristik khusus
dalam kecepatan dan bagaimana obat tersebut akan diserap oleh jaringan, kemudian dihantarkan pada sel-sel
tubuh, dan berubah menjadi zat yang tidak berbahaya bagi tubuh hingga akhirnya keluar dari tubuh kita.
Absorpsi Adalah proses zat-zat dari obat masuk ke dalam aliran / pembuluh darah. Cara pemberian
berdampak pada kecepatan dan keseluruhan bagian obat yang akan diserap tubuh. Pemberian secara intravena
merupakan cara tercepat dalam absorpsi obat, kemudian diikuti dengan pemberian secara intramuskular,
subkutaneus, dan oral.
Distribusi Adalah proses pengiriman zat-zat dalam obat kepada jaringan dan sel-sel target. Proses
dipengaruhi oleh sistem sirkulasi tubuh, jumlah zat obat yang dapat terikat dengan protein tubuh serta jaringan atau
sel tujuan dari obat tersebut.
Metabolisme Adalah proses deaktivasi / detoksifikasi zat-zat obat didalam tubuh. Proses ini terutama
berlangsung didalam hepar, namun juga berlangsung di dalam ginjal, plasma darah, mukosa usus, dan paru-paru.
Gangguan pada fungsi hepar, termasuk diantaranya adalah penurunan fungsi hepar akibat penuaan atau penyakit
dapat mempengaruhi kecepatan detoksifikasi obat yang berlagsung didalam tubuh.
Ekskresi Adalah proses mengeluarkan obat atau zat-zat sisa metabolismenya dari dalam tubuh. Ginjal
berfungsi untuk mengeluarkan sebagian besar sisa metabolisme tersebut, sebagian yang lain dikeluarkan melalui
paru-paru dan intestinal. Penurunan fungsi ginjal akan sangat berpengaruh buruk pada proses ini.
Farmakodinamik Adalah proses yang berhubungan dengan fungsi fisiologis dan biokimia dari obat didalam
tubuh. Pemahaman tentang proses ini sangat membantu perawat untuk mengevaluasi efek terapeutik dan efek
lainnya dari pengobatan.
Reaksi kerja obat adalah hasil dari reaksi kimia antara zat-zat obat dengan sel-sel tubuh untuk menghasilkan respon
biologis tubuh. Kebanyakan obat bereaksi dengan komponen sel untuk menstimulasi perubahan biokimia dan
fisiological sehingga obat menjadi efektif bagi tubuh. Reaksi ini dapat terjadi secara lokal maupun sistemik didalam
tubuh. Contohnya adalah efek lokal terlihat terjadi pada pemberian obat topikal pada kulit. Sedangkan pada
pemberian obat analgesik, efeknya akan meliputi beberapa sistem, termasuk diantaranya yaitu sistem saraf (efek
sedatif), paru-paru (depresi pernafasan), gastrointenstinal (konstipasi) walaupun efek yang diharapkan adalah pereda
nyeri.
Efek medikasidapat dimonitor melalui perubahan klinis yang terjadi pada kondisi klien. Secara umum, peningkatan kualitas pada
gejala dan hasil laboratorium menunjukkan efektivitas medikasi.
Efek Terapeutik Adalah efek yang diinginkan atau efek tujuan dari medikasi yang diberikan. Efek tersebut
bervariasi berdasarkan bahan dasar obat, lama penggunaan obat, dan kondisi fisik klien. Beberapa diantaranya juga
dipengaruhi interaksi antar obat yang dikonsumsi. Puncak reaksi obat sangat bervariasi tergantung dari obat yang
diberikan dan cara pemberian yang dilakukan.
Efek Merugikan Adalah efek lain dari obat selain efek terapi yang diinginkan. Efek merugikan ini dapat
merupakan efek lanjutan dari efek terapi, misalnya hipotensi dapat terjadi ketika pemberian antihipertensi. Beberapa
efek yang merugikan ini dapat ditangani segeraseperti konstipasi, namun ada pula yang memerlukan perhatian lebih,
misalnya depresi pernafasan. Efek ini sering terjadi pada klien yang sangat parah kondisi dan menerima banyak
medikasi (Cleveland, Aschenbrenner, Venable, & Yensen, 1999).
Efek samping Efek merugikan obat dengan skala kecil disebut juga efek samping obat. Banyak efek samping
yang tidak berbahaya dan dapat diabaikan, namun ada pula yang dapat membahayakan terutama ketika ada obat
baru yang diberikan atau ditambahkan dosisnya. Perawat harus waspada terhadap efek merugikan dari obat ini.
Reaksi hipersensitivitas Reaksi hipersensitivitas terjadi bila klien sensitif terhadap efek dari pengobatan
yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi bila dosis yang diberikan lebih dari kebutuhan klien sehingga menimbulkan efek
lain yang tidak diinginkan. Contohnya adalah ketika seorang pria dewasa dengan berat badan normal biasanya dapat
diberikan meperidin (sedatif) dengan dosis 75 – 100 mg, namun pada klien lansia dengan berat badan rendah akan
mengalami durasi reaksi yang lebih lama dan dapat mengalami penurunan kesadaran dengan dosis meperidin yang
sama. Biasanya, dengan menurunkan dosis dan meningkatkan interval waktu pemberian, maka obat tersebut dapat
dikonsumsi dengan aman.
Toleransi Adalah reaksi yang terjadi ketika klien mengalami penurunan respon / tidak berespon terhadap
obat yang diberikan, dan membutuhkan penambahan dosis obat untuk mencapai efek terapi yang diinginkan.
Beberapa zat yang dapat menimbulkan toleransi terhadap obat adalah nikotin, etil alkohol, opiat dan barbiturat.
Reaksi alergi Adalah akibat dari respon imunologik terhadap medikasi. Tubuh menerima obat sebagai benda
asing, sehingga tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan dan mengeluarkan benda asing tersebut. Akibatnya
akan menimbulkan gejala / reaksi alergi yang dapat berkisar dari ringan sampai berat. Reaksi alergi yang ringan
diantaranya adalah gatal-gatal (urtikaria), pruritus, atau rhinitis, dapat terjadi dalam hitungan menit sampai dengan 2
minggu pada klien setelah mengkonsumsi obat. Reaksi pada kulit ( gatal-gatal, kemerahan, dan lesi) biasanya
meningkat setelah klien menghentikan medikasi terutama obat yang memiliki kegunaan yang sama dengan
antihistamin.
Reaksi alergi yang parah dapat mengakibatkan gejala seperti sesak nafas (wheezing, dispneu), angioedema pada
lidah dan orofaring, hipotensi, dan takikardia segera setelah pemberian obat. Reaksi ini disebut reaksi anafilaktik dan
membutuhkan tindakan medis segera karena dapat berakibat fatal. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
menghentikan segera pemberian obat tersebut, segera berikan epinefrin, cairan infus (normal saline), steroid, dan
antihistamin.
Toksisitas Atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat
dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau ekskresi. Perhatian harus diberikan pada dosis dan tingkat
toksik obat, dengan menevaluasi fungsi ginjal dan hepar. Beberapa obat dapat langsung berefek toksik setelah
diberikan, namun obat lainnya tidak menimbulkan efek toksik apapun selama berhari-hari lamanya.
Keracunan obat dapat mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ. Hal yang umum terjadi adalah
nefrotoksisitas (ginjal), neurotoksisitas (otak), hepatotosisitas (hepar), imunotoksisitas (sistem imun), dan
kardiotoksisitas (jantung). Pengetahuan tentang efek toksisitas obat akan membantu perawat untuk mendeteksi dini
dan mencegah kerusakan organ secara permanen pada klien.
Pemberian ObatDalam memberikan obat kepada klien, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
Perawat bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi yang tepat terhadap order obat yang diberikan. Saat order
obat yang dituliskan tidak dapat terbaca, maka dapat terjadi misinterpretasi terhadap order obat yang harus
diberikan. Segera klarifikasikan kepada pemberi resep atau tim medis yang menulis resep bila terdapat
ketidakjelasan tulisan atau istilah yang digunakan, apalagi bila cara dan frekuensi pemberian tidak tercantum.
Lakukan evaluasi untuk melihat apakah jumlah dan cara pemberian yang diresepkan aman untuk dilakukan pada
klien. Ketahui dengan pasti atau lihat kembali dosis yang diberikan, cara pemberian, kontraindikasi, dan efek
samping yang mungkin terjadi sebelum memberikan obat
Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep
Permintaan dosis obat biasanya ditulis dalam angka-angka matematika, begitupula dengan sediaan obat yang ada.
Perawat harus dapat menghitung dosis obat yang akan diberikan pada klien, walaupun pada beberapa obat sangat
berbeda antara sediaan obat dengan dosis obat yang akan diberikan. Bila dosis obat yang diinginkan sama dengan
dosisi obat yang tersedia, gunakan rumus berikut untuk menghitung dosis obat :
Contoh 1:
Bp. R membutuhkan 400 mg antibiotic sesuai dengan resep yang ada, tablet antibiotic
yang tersedia adalah 200 mg. Berapa tablet antibiotic yang perawat harus berikan pada
Bp. R ?
Jawab :
Jika tablet yang harus diberikan = X Tablet.
Diketahui: 1 tablet = 200 mg
Maka:
X = 400 mg/tablet
X= 400 mg /200 mg
X = 2 tablet
200 mg = 400 mg
Contoh 2 :
Ibu S, 65 tahun, harus diberikan obat antiaritmia (digoksin) sebanyak 0,25 mg per intra
vena (IV). Pada vial / kemasan obat tersebut tertulis 0,125 mg = 1 cc. Berapa cc
digoksin yang harus perawat berikan untuk Ibu S ?
Dosis digoksin yang harus Ibu S terima = X cc.
0,125 mg = 0,25 mg
1 cc X
0,125X = 0,25
X = 2 cc
Menghitung dosis pada anak
Dosis obat yang diberikan pada anak-anak dihitung berdasarkan berat badan anak atau luas permukaan tubuh anak.
Kebanyakan obat-obat tersebur diproduksi khusus untuk anak sehingga tidak dihitung dengan cara yang sama pada
orang dewasa. Perhatikan ukuran dan laju metabolisme pada anak, kaena hal ini sangat berpengaruh pada reaksi
terapi obat yang diharapkan. Observasi selalu respon yang terjadi sehingga dosis yang diberikan dapat disesuaikan
dengan kondisi anak.
Contoh :
An. P, 2 tahun, membutuhkan paracetamol untuk menurukan panas tubuhnya.Berat
badan (BB) An. P 10 kg. Dalam kemasan obat tercantum dosis untuk anak adalah 10
mg/KgBB.
Jawab: Misalkan Anak. P membutuhkan = a mg Paracetamol.
Maka a= 10 mg X 10 Kg = 100 mg
Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan
Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan
berdasarkan prinsip 5 benar, yaitu :
PRINSIP 5 BENAR PENGOBATAN :
1. Benar Klien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis Obat
4. Benar Waktu Pemberian
5. Benar Cara Pemberian
Benar Klien
Benar klien berarti bahwa obat yang diberikan memang benar dan sudah dipastikan harus diberikan kepada klien
yang bersangkutan. Kesalahan identifikasi klien dapat terjadi jika terdapat 2 orang klien dengan nama yang sama
atau mirip berada pada satu ruangan atau unit. Untuk menghindari kesalahan pemberian, cocokkan selalu nama
klien pada papan nama di tempat tidur klien dengan catatan rekam medik
Benar Obat
Kesalahan pemberian obat dapat terjadi ketika dalam situasi :
Farmasist atau apoteker salah memberikan obat dengan obat yang hamper sama dengan obat yang dipesankan
Apoteker atau perawat salah memberikan obat yang mempunyai nama / merk sama dengan obat yang dimaksud
Tim medis atau pemberi resep salah menuliskan obat atau obat tersebut tidak sesuai dengan klien Perawat memberikan obat yang tidak dipersiapkan oleh perawat sendiri Perawat salah mengidentifikasi obat
Untuk mengurangi kesalahan pemberian obat dapat digunakan sistem “dosis obat per unit”, yaitu pemberian obat
yang telah dipersiapkan dan diberikan label oleh perawat atau apoteker yang bersangkutan., memeriksa kembali
label obat yang akan diberikan dengan catatan pemberian obat, mengetahui nama generic atau merk dagang obat
serta manfaat obat tersebut diberikan kepada klien, dan mendengarkan dengan teliti komentar klien tentang obat
yang diberikan, misalnya “ ini tidak seperti obat yang kemarin saya minum.”
Bila mendengar hal demikian, segera tarik obat yang akan diberikan dan cocokkan dengan catatan pemberian obat
atau order obat.
Benar Dosis Obat
Benar dosis obat berarti obat yang diberikan memang dosis yang diinginkan oleh tim medis dan dosis tersebut telah
sesuai untuk klien.Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama
mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat
keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Lakukan pengecekkan ulang terhadap dosis obat yang diberikan bila :
Klien mengatakan bahwa dosis obat berubah dari biasanya
Beberapa obat harus diberikan dalam waktu yang bersamaan
Dosis obat yang diinginkan dalam jumlah yang besar
Jumlah sediaan obat yang tersedia dari apoteker tidak sesuai dengan dosis obat yang harus
diberikan kepada klien
Benar Waktu Pemberian
Benar yang keempat adalah benar waktu pemberian, artinya adalah memberikan obat sesuai dengan frekuensi dan
waktu yang sudah ditetapkan. Pembeagian obat yang dilakukan secara rutin sangant bervariasi pada setiap institusi,
misalnya : untuk pemberian obat pagi, diberikan pada pukul 07.30, 08.00, atau 09.00. Atau waktu pemberian obat
dibuat berdasarkan frekuensi, misalnya : untuk obat yang diberikan 4 kali sehari; waktu yang digunakan adalah pukul
09.00, 13.00, 17.00, dan 21.00, atau beberapa institusi menetapkan 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00.
Masalah ketepatan waktu juga sangat berbeda pada beberapa institusi, misalnya ada institusi yang menganggap
pemberian obat setengah jam sampai 1 jam sebelum atau sesudah waktu yang seharusnya sebagai “tepat waktu”.
Banyak factor yang mempengaruhi sebuah institusi dalam menetapkan waktu pemberian obat, diantaranya adalah :
Obat akan lebih efektif bila diberikan selama 1 hari
Obat yang memiliki reaksi terhadap makanan sebaiknya diberikan sebelum makan diberikan
Obat yang berefek mengiritasi lambung harus diberikan bersamaan dengan waktu makan
Benar Cara Pemberian
Benar yang terakhir adalah benar cara pemberian, artinya adalah memberikan obat sesuai dengan pesanan medis
dan cara tersebut aman dan sesuai untuk klien.Lakukan validasi ulang terhadap obat sebelum melakukan pemberian
obat.
Dokumentasikan pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah
sakit.
Pendokumentasian pemberian obat termasuk didalamnya adalah waktu, cara, dosis, dan area pemberian
(intradermal, SC, atau IM). Dokumentasi yang detail dibutuhkan bila ternyata perawat tidak memberikan obat
tersebut pada waktu seperti biasanya, harus tercantum alasan mengapa perawat tidak memberikan obat dengan
cara semestinya, misalnya ada perubahan cara pemberian dari IM ke PO, sehingga klien tidak perlu diinjeksi.
Pemakaian beberapa obat seperti insulin atau heparin dicatat dalam lembar tersendiri, sehingga dapat dimonitor
regimen pengobatan yang diberikan kepada klien baik oleh tim medis maupun perawat. Setiap melakukan injeksi
terhadap klien, sebaiknya didokumentasikan dengan jelas area yang diinjeksi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari penusukkan atau injeksi pada area yang sama untuk beberapa kali sehingga dapat merugikan atau
membahayakan klien.
Perawat bertanggung jawab melakukan dokumentasi efek terapi dan non terapi dari pengobatan yang diberikan.
Misalnya, pada pemberian obat opiate atau sejenis morfin, dokumentasikan jumlah / dosis yang diberikan pada
catatan klien. Bila klien mengalami reaksi alergi setelah pemberian obat, dokumentasikan reaksi yang timbul dan
onset / waktu kejadian tersebut.
Cara-cara Pemberian Obat
Pemberian Per Oral (PO)
Pemberian obat secara oral dapat dilakukan melalui mulut dan langsung ditelan oleh klien, obat diletakkan dibawah
lidah (sublingual) atau diletakkan dipipi bagian dalam (buccal) serta ditunggu sampai obat tersebut larut. Pemberian
obat secara oral juga dapat dilakukan melalui selang nasogastrik (NGT).
Pemberian obat melalui oral atau mulut memang merupakan cara termudah dan paling sederhana. Cara tersebut
meminimalkan ketidaknyamanan pada klien dan dengan efek samping yang paling kecil, serta paling murah
dibandingkan dengan cara pemberian yang lain.
Bila klien tidak dapat menelan air atau cairan lain atau merasa mual dan muntah, pemberian obat per oral segera
dihentikan dan obat diberikan dengan cara lainnya. Dan jika klien dipuasakan (NPO – Nothing Per Oral) sebelum
dilakukan pembedahan, tim medis dapat memilih obat oral yang dapat diberikan dengan air yang terbatas. Atau obat
per oral dapat ditunda pemberiannya atau diberikan dengan cara yang lain bila klien baru saja selesai mengalami
pembedahan. Hal tersebut dilakukan sampai fungsi saluran pencernaan klien kembali normal.
Bila klien dilakukan gastricsuction atau terpasang NGT dengan tujuan bilas lambung, pemberian obat per oral
dihentikan dan diberikan dengan cara yang lain. Namun, beberapa dokter kadang tetap menginstruksikan pemberian
obat melalui NGT dengan menghentikan sementara proses bilas lambung, caranya adalah dengan menutup selang
NGT minimal selama 30 menit setelah diberikan obat melalui NGT.
Pemberian Topikal
Pemberian obat secara topical adalah pemberian obat dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau
membran mukosa, dapat pula dilakukan melalui lubang yang terdapat pada tubuh (anus).
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau
salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit
yang terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang
dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas lidi steril. Bersihkan dan keringkan kulit sebelum mengoleskan krim
obat tersebut. Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus dekubitus. Sedangkan salep,
dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus
inkontenansia urin atau fekal. Bersihkan dan tepuk-tepuk perlahan pada area yang diberikan salep.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk mendapatkan efek sistemik. Tersedia
dalam bentuk lembaran. Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran khusus yang membuat zat obat menyerap
perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 – 72
jam.
Obat tetes atau salep mata digunakan untuk mengobati iritasi, infeksi atau glaucoma yang terjadi pada mata. Obat
tetes telinga diberikan untuk mengatasi infeksi telinga atau untuk menghancurkan kotoran yang mengeras didalam
liang telinga. Gunakan dalam suhu yang sama dengan lingkungan sekitar, karena bila terlalu panas atau dingin dapat
menyebabkan vertigo, mual dan nyeri pada klien.
Obat suppositoria atau rectal medication diberikan melalui anus dan berbentuk seperti peluru atau cairan.
Diberikan untuk mengatasi keluhan sistemik atau sebagai laksatif bila klien mengalami konstipasi. Namun, obat
antiemetik dapat juga diberikan melalui rectal bila pemberian dengan cara yang lain tidak berhasil. Cairan enema
diberikan melalui rectal dengan menggunakan alat khusus. Cairan enema terdiri dari gliserin cair, sejumlah 100 mL
dan dibiarkan sebentar sekitar 5 – 10 menit, sebelum akhirnya klien merasa ingin defekasi.
Vaginal douche atau medikasi / obat yang diberikan melalui vagina berupa busa, cairan, jelly, krim, atau tablet.
Indikasi pengobatan adalah untuk kontrasepsi, membunuh bakteri sebelum pembedahan, mengatasi keluhan atau
infeksi yang terjadi pada vagina atau untuk menstimulasi / mempercepat kelahiran bayi
Pemberian Parenteral
Pemberian obat melalui parenteral berarti pemberian obat melalui injeksi atau infuse. Dapat diberikan secara
intradermal (ID), subkutaneus (SC), intramuscular (IM) / jaringan intralesional, intravena (IV) / sirkulasi intra-arterial,
intraspinal atau melalui ruang intra-artikular.
Obat yang diberikan secara parenteral akan diabsorbsi lebih banyak dan bereaksi lebih cepat daripada obat yang
diberikan secara topical atao oral. Pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi bila perawat tidak
memperhatikan dan melakukan tehnik aseptic dan antiseptic pada saat pemberian obat. Karena pada pemberian
parenteral, obat diinjeksikan melalui kulit, menembus sistem pertahanan kulit. Komplikasi yang sering terjadi adalah
bila pH, osmolalitas dan kepekatan cairan obat yang diijeksikan tidak sesuai dengan kondisi tempat penusukkan,
serta dapat mengakibatkan merusakan jaringan sekitar tempat insersi / injeksi. Peralatan yang khusus diperlukan
untuk menunjang pemberian obat parenteral, sehingga membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan
pemberian obat dengan cara yang lain.
Pemberian secara Inhalasi
Digunakan pada pembedahan untuk memberikan anestesi pada klien atau untuk mengatasi gangguan pernafasan.
Perawat anestesi memberikan obat-obatan anestesi melalui mesin respiratori yang tersedia di ruangan operasi.
Obat-obat yang dapat diinhalasi melalui mesin ventilator, inhaler-nebulizer, inhaler sekali
pakai. Obat untuk inhalasi dalam bentuk cair dimasukkan kedalam mesin ventilator atau nebulizer dan kemudian
akan dirubah menjadi partikel-partikel gas yang dapat dihirup melalui hidung. Pengobatan ini dilakukan sebagai
bronkodilator, untuk membuka jalan nafas dan memperbaiki pola nafas.
Pengobatan dengan inhalasi mempunyai efek yang sangat cepat terhadap kerja paru-paru dan mempengaruhi
sirkulasi oksigen di seluruh tubuh. Pada pengobatan inhalasi, perawat perlu untuk mengkaji status pernafasan klien
(ditunjukkan dengan pola nafas / usaha untuk bernafas, suara nafas, dan penggunaan otot-otot pernafasan) sebelum
dan sesudah pemberian obat melalui inhalasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENGOBATAN
Pengkajian
Pengkajian sebelum memberikan obat kepada klien diperlukan untuk menentukan efektivitas dan mengidentifikasi
efek lain dari obat yang diberikan. Terutma bila terdapat gejala dari efek non terapi yang timbul seperti perubahan
kesadaran, penurunan berat badan, dehidrasi, agitasi atau kelelahan, anoreksia, retensi urin, atau gangguan
istirahat. Perlu juga diperhatikan reaksi antar obat atau efek obat terhadap penyakit.
Pengkajian keperawatan meliputi pengkajian terhadap riwayat penggunaan obat dahulu, dengan atau tanpa resep
dan obat tradisional. Perawat juga perlu mengkaji sistem pendukung dalam keluarga dan lingkungan bagi klien.
Pastikan tidak terdapat gangguan farmakodinamik atau farmakokinetik pada tubuh klien. Lakukan evaluasi terhadap
kemampuan klien mengkonsumsi obat yang diberikan secara benar. Lakukan pengkajian berkenaan dengan prinsip
hidupdan kepercayaan yang dimiliki klien berhubungan dengan pengobatan yang diberikan, apakah pengobatan
tersebut dapat melukai klien atau tidak.
Indikator Pengkajian :
Diagnosa medis, penyakit atau masalah kesehatan pada klien.
Riwayat putus obat atau pemakaian obat-obatan (termasuk alergi dan toleransi terhadap
obat).
Jumlah dan jenis obat yang pernah dikonsumsi (termasuk diantaranya adalah obat bebas dan
tradisional).
Jangka waktu pemakaian obat.
Periode terakhir dari evaluasi pemberian oabat yang diresepkan oleh tenaga medis yang
terkait.
Instruksi yang diberikan tentang cara pemberian obat.
Kesalahan pada resep obat.
Cara penyimpanan obat
Efek yang diharapkan dari obat
Efek non terapi yang mungkin timbul
Status nutrisi dan fungsi kognitif, sensori dan afektif.
Masalah tehnis berkaitan dengan penggunaan obat (sulit membaca label obat, tidak dapat
mengkonsumsi obat dengan mandiri / harus dibantu orang lain)
Riwayat kehamilan dan menyusui (untuk klien wanita).
Perencanaan
Pencegahan
Sebelum memberikan obat, perawat sebaiknya melakukan :
Baca kembali dengan teliti catatan pemakaian obat klien, hal ini dilakukan untuk
menghindari pemberian obat yang dapat mempengaruhi efek obat yang telah diberikan
sebelumnya.
Diet makanan dan cairan klien, hal ini berkaitan dengan penatalaksanaan pengobatan
pada klien. Untuk klien yang akan menjalani pembedahan sementara waktu akan
diperintahkan NPO, maka perawat harus mengingatkan klien untuk menghentikan pemakaian
obat secara oral, dan juga menanyakan kepada tim medis obat pengganti untuk klien.
Hasil pemeriksaan laboratorium, yang berguna untuk mengevaluasi efek pengobatan
(terapi dan non terapi). Contoh : status koagulasi pada pembuluh darah vena, elektrolit darah
(Na, K, Ca, P), level leukosit / trombosit, serum kreatinin (fungsi ginjal), fungsi hepar (SGOT /
SGPT).
Lakukan pemeriksaan fisik, sebelum memberikan obat perawat perlu melakukan
pengkajian dengan cepat meliputi kemampuan klien untuk menerima obat yang diberikan,
misalnya : kemampuan menelan (PO), kondisi pembuluh darah vena (IV), sistem
gastrointestinal (peristaltik, mual, muntah), massa otot (IM), tanda-tanda vital (TD/N/RR/S),
Intervensi
Saat dan setelah memberikan obat, yang harus perawat lakukan adalah :
Melakukan observasi akan efek non terapi yang timbul secara teratur
Berkolaborasi dengan tim medis dan farmasist untuk bersama-sama membuat strategi untuk
meminimalkan efek non terapi yang mungkin timbul pada klien.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien terkait dengan interaksi obat dengan obat lain
yang diberikan, makanan, dan alkohol. Kebiasaan dan sifat adiktif terhadap obat, cara
melakukan pencatatan sederhana terkait pemakaian obat mandiri, tanda dan gejala yang
mungkin timbul pada reaksi tubuh terhadap efek obat.
Dokumentasi dan Evaluasi
Kriteria evaluasi :
Klien akan memperlihatkan efek / reaksi tubuh yang minimal terhadap pengobatan.
Klien dapat memahami regimen / tata laksana pengobatan yang sedang dijalani.
Nakes yang terlibat menggunakan intervensi yang dapat mencegah masalah medikasi pada
klien.
Dokumentasi :
nakes melakukan dokumentasi yang menyeluruh dan dapat diakses oleh seluruh tim yang
terlibat.
Nakes selalu meningkatkan pengetahuan tentang pengobatan.
Implementasi dan Tindak Lanjut
Tindak lanjut atau monitoring yang dapat dilakukan adalah :
Kaji kemampuan staf keperawatan yang terlibat dalam melakukan pengkajian tentang
pengobatan pada klien.
Selalu lakukan dokumentasi yang sesuai dan konsisten terkait respon klien terhadap
pengobatan.
Berikan perawatan yang sesuai sebagai tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang
mungkin timbul terkait pengobatan.
Evaluasi selalu sumber masalah kesehatan yang timbul pada klien yang berhubungan dengan
kebiasaan klien yang timbul setelah pengobatan dilakukan.
Lalukan pendidikan kesehatan untuk mendorong pemahaman dan kedisplinan klien dalam
mematuhi regimen / tata laksana pengobatan yang telah ditetapkan.
Penggunaan Obat Dirumah
Tipe pengobatan
Medikasi yang diberikan secara per oral, intra vena / infuse merupakan jenis medikasi yang dapat diberikan pada
klien walaupun klien tidak berada lagi di rumah sakit. Perawat bekerja sama dengan fasilitas kesehatan yang tersedia
di lingkungan tempat tinggal klien untuk bersama-sama mengawasi pengobatan yang dilakukan dirumah.
Pengaturan medikasi yang digunakan
Pengaturan yang penting untuk dilakukan adalah membuat dosis dan jadwal pengobatan yang sesuai dengan
aktivitas klien di rumah (missal waktu tidur dan makan). Pada beberapa klien terutama lansia, perawat harus
membantu klien agar tidak lupa untuk minum obat, misalnya dengan memisahkan dosis pada kemasan sekali pakai
atau amplop-amplop yang tersedia untuk obat selama 1 hari.
Kesalahan pada Medikasi
Kesalahan yang sering timbul pada regimen medikasi antara lain disebabkan oleh :
Medikasi tidak sesuai dengan instruksi
Instruksi pemberian tidak sesuai dengan kondisi klien
Dokumentasi pengobatan tidak dapat merefleksikan regimen pengobatan yang sedang
dilakukan sehingga menimbulkan persepsi yang salah tentang pengobatan.
Salah dalam memberikan dosis, tidak tepat waktu, salah cara pemberian, salah klien, dan
salah obat yang diberikan.
Daftar Pustaka
Craven, RF., Hirnle, CJ. (2000). Fundamental of Nursing : Human Health and Function, 3rd Ed., New York :
Lippincott Pub.
Fulmer, T., Foreman, M., Zwicker, D. (2003). Medication in Older Adults, 1st Ed., Spiringer Pub. Comp.