fase padat-padat

4
Campuran Larutan Bukan Padatan Anggota Kelompok: Errika Ayu P. (113234) Veny Wijayanti (113234) Muhamad Ghadafi (113234) M. Agus Nurul F. (113234) Martina Nor fajri (113234) Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Upload: muhamad-ghadafi

Post on 10-Aug-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tentang pemisahan kimia

TRANSCRIPT

Page 1: fase padat-padat

Campuran Larutan Bukan Padatan

Anggota Kelompok:

Errika Ayu P. (113234)

Veny Wijayanti (113234)

Muhamad Ghadafi (113234)

M. Agus Nurul F. (113234)

Martina Nor fajri (113234)

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Surabaya

2013

Page 2: fase padat-padat

Kel. 5 IsiCampuran larutan bukan padatan. Jika kita mulai dengan naftalen yang murni, (titik

leleh:80oC) dan kita tambahkan kapur barus, perlakuan ini sama dengan penambahan naftalena ke dalam kapur barus murni. 2 pengaruh tersebut dikombinasikan ke dalam gambar 2-12, dimana titik leleh ini digambarkan sebagai fungsi dari komposisi persen mol pada fase cair. Pada grafik tersebut dapat kita jelaskan bahwa;

1. Titik leleh pada senyawa murni ditunjukkan pada masing-masing sumbu pada 100% kamper dan 100% naftalen, titik A dan B.

2. Kurva AE menunjukan titik beku awal dari kamper yang mengandung bermacam-macam sejumlah naftalen contohnya campuran cair mengandung naftalen 20% yang mulai membeku pada 117oC (dalam kurung titik C)

3. Kurva BE menunjukkan titik beku awal dari naftalena yang mengandung bermacam-macam sejumlah camper.

4. Perpotongan kurva AE dann BE pada titik E yang memberikan komposisi campuran yang mempunyai titik beku yang rendah, yang disebut titik eutektik(dari kata yunani yang artinya mudah dilelehkan)

5. Jika sebuah campuran cair mengandung naftalena 20% (titik didih) didinginkan (kurva DC), kristal kamper yang murni akan terbentuk ketika suhu mencapai 117oC. Pendinginan yang selanjutnya akan menyebabkan penambahan kamper murni menjadikan padat. Fase cair kemudian menjadikan naftalen banyak dan titik beku menurun sepanjang kurva CE. Ketika titin E tercapai sisa cairan (pada komposisi

Page 3: fase padat-padat

etektik) membeku. Ketika semua cairan telah membeku komposisi yang padat tentunya sama dengan komposisi cairan yang asli, naftalena 20%. Pendinginan lebih jauh mengikuti garis FG.

6. Pemanasan sebuah campuran dari padatan yang mengandung 20% naftalen akan mengikuti kebalikan dari proses nomor 5. Pada temperatur 32.3o C, perbandingan eutektik (kamper 58%-naftalen 42%) dari padatan akan meleleh sampai tidak ada padatan naftalen yang tersisa. Kemudian sisa kamper yang meleleh sedikit demi sedikit mengurangi konsentrasi dari naftalen dalam lelehan cairan dan menaikkan suhu leleh sepanjang EC. Kurva pemanasan dari proses ini diberikan pada gambar 2-13.

7. Campuran eutektik mempunyai titik leleh yang tajam dan titik beku yang tajam. Dengan demikian sebuah titik leleh yang tajam tidak perlu dibuktikan sebuah senyawa murni. Namun penambahan dari sejumlah kecil salah satu senyawa murni pada sebuah campuran autektik akan menaikkan titik leleh, sedangkan penambahan sejumlah kecil salah satu senyawa murni ke senyawa murni yang lain akan menurunkan titik lelehnya.

Identifikasi titik leleh.

Titik leleh yang tajam dari senyawa murni meenunjukkan rata-rata dari identifikasi. Biasanya senyawa organik murni jarang mempunyai rentang leleh dari 0.3-0.4o. Dengan demikian, beberapa senyawa mempunyai sifat dasar dapat menjadi rancu. Sampel murni dari senyawa yang diduga boleh diidentifikasi positif. Perbandingan yang tidak diketahui dicampur dengan masing-masing senyawa yang yang diketahui dan titik leleh dari masing-masing campuran ditentukan. Campuran titik leleh dari semua campuran akan diturunkan kecuali ketika dua senyawa disamakan.