fasilitas khusus dalam rangka mengatasi kesulitan pendanaan ja · masalah komputer tahun 2000 ......
TRANSCRIPT
PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR : 1/11/PBI/1999
TENTANG
FASILITAS KHUSUS DALAM RANGKA MENGATASI KESULITAN PENDANAANJANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM YANG DISEBABKAN
MASALAH KOMPUTER TAHUN 2000
GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi kemungkinan penarikan dana oleh nasabah
penyimpan dana di bank dalam jumlah yang besar dan dalam waktu
yang relatif bersamaan berkaitan dengan kekhawatiran terhadap
masalah komputer dalam memasuki tahun 2000;
b. bahwa dalam rangka membantu bank mengatasi kesulitan pendanaan
yang disebabkan penarikan dana oleh nasabah, Bank Indonesia
sebagai lender of the last resort dapat memberikan fasilitas pendanaan
jangka pendek kepada Bank Umum;
c. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas dipandang perlu
untuk mengatur ketentuan mengenai fasilitas khusus dalam rangka
mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bagi Bank Umum yang
disebabkan masalah komputer tahun 2000 dalam Peraturan Bank
Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3472) Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3790);
2. Undang-…..
-2-
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3843);
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/1/PBI/1999 tanggal 18 Mei 1999
tentang Fasilitas Pendanaan Dalam Rangka Mengatasi Kesulitan
Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3855);
4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/3/PBI/1999 tanggal 13 Agustus
1999 tentang Penyelenggaraan Kliring Lokal dan Penyelesaian Akhir
Transaksi Pembayaran Antar Bank Atas Hasil Kliring Lokal (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3873);
5. Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/10/PBI/1999 tanggal 3 Desember
1999 tentang Portofolio Obligasi Pemerintah Bagi Bank Umum Peserta
Program Rekapitalisasi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 211,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3917);
6. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/89A/KEP/DIR
tanggal 20 Oktober 1997 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomor 28/113/KEP/DIR tanggal 14 Desember 1995
tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam
Rupiah Dan Valuta Asing Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/86/KEP/DIR
tanggal 7 Oktober 1997;
7. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/67/KEP/DIR
tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank
Indonesia Serta Intervensi Rupiah.
MEMUTUSKAN:…..
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG FASILITAS KHUSUSDALAM RANGKA MENGATASI KESULITAN PENDANAANJANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM YANG DISEBABKANMASALAH KOMPUTER TAHUN 2000.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia ini dengan :
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang
melaksanakan kegiatan usaha perbankan konvensional;
2. Masalah Komputer Tahun 2000 atau yang selanjutnya disebut dengan
MKT 2000 adalah kesalahan interpretasi data tahun 00 ketika sistem
mencapai tahun 2000 sehingga dapat terjadi implikasi yang berakibat
fatal antara lain kegagalan dan/atau kesalahan serta terhentinya
pengoperasian sistem komputer dan terhapusnya data bank;
3. Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Dalam Rangka MKT 2000 adalah
kesulitan likuiditas Bank yang disebabkan oleh penarikan dana nasabah
pada saat diberlakukannya PBI ini;
4. Saldo Giro Negatif adalah saldo rekening giro Rupiah Bank pada Bank
Indonesia yang mewilayahi kliring lokal Bank yang menunjukkan angka
negatif pada saat Bank Indonesia menutup sistem akunting;
5. Fasilitas Khusus Dalam Rangka MKT 2000 atau yang selanjutnya
disebut dengan Fasilitas Khusus adalah penyediaan pendanaan khusus
dalam Rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank untuk mengatasi
Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Dalam Rangka MKT 2000;
6. Sertifikat…..
-4-
6. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut dengan SBI adalah
surat berharga atas unjuk dalam Rupiah yang diterbitkan Bank
Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan
sistem diskonto;
7. Repurchase Agreement atau jual beli bersyarat yang selanjutnya disebut
dengan Repo adalah transaksi jual beli surat berharga yang mewajibkan
penjual untuk membeli kembali surat berharga tersebut sesuai dengan
jangka waktu yang diperjanjikan;
8. Outright atau jual lepas adalah transaksi jual beli surat berharga sebelum
surat berharga tersebut jatuh waktu;
9. Fasilitas Kredit adalah penyediaan plafon pendanaan dari Bank
Indonesia kepada Bank dengan agunan Obligasi Pemerintah, yang
digunakan untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Dalam
Rangka MKT 2000;
10. Penarikan Kredit adalah pencairan dana dari Fasilitas Kredit;
11. Surat Utang Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Obligasi
Pemerintah adalah Surat Utang Negara Republik Indonesia dalam mata
uang Rupiah yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam rangka Program
Rekapitalisasi Bank Umum;
12. Giro Wajib Minimum (statutory reserve) atau yang selanjutnya disebut
dengan GWM adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh
Bank dalam bentuk saldo giro pada Bank Indonesia yang besarnya
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari dana
pihak ketiga Bank;
13. Jakarta Inter Bank Offered Rate Over Night atau yang selanjutnya disebut
dengan JIBOR O/N adalah suku bunga rata-rata dalam Rupiah jangka
waktu 1 (satu) hari yang ditawarkan oleh bank-bank tertentu di Jakarta.
Pasal 2 …..
-5-
Pasal 2
(1) Bank yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Dalam
Rangka MKT 2000 dapat memperoleh Fasilitas Khusus dari Bank
Indonesia berupa:
a. Penjualan SBI secara Repo; dan/atau
b. Penjualan SBI secara Outright; dan/atau
c. Penarikan Kredit dengan agunan Obligasi Pemerintah;
dengan memenuhi persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia ini.
(2) Bank yang mengajukan Fasilitas Khusus wajib terlebih dahulu melakukan
penjualan SBI secara Repo atau Outright, sebelum melakukan Penarikan
Kredit.
(3) Sisa jangka waktu SBI yang dijual secara Repo sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a di atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari lebih
panjang dari jangka waktu Fasilitas Khusus yang diperoleh.
(4) Sisa jangka waktu SBI yang dijual secara Outright sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf b di atas sekurang-kurangnya 1 (satu) hari.
Pasal 3
Fasilitas Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku dari
tanggal 22 Desember 1999 sampai dengan 17 Januari 2000.
Pasal 4
(1) Selama periode berlakunya Fasilitas Khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, maka:
a. Bank dapat mengajukan permohonan agar Kas Bank (cash in vault)
dalam Rupiah diperhitungkan sebagai komponen GWM dalam
Rupiah;
b. Sanksi …..
-6-
b. Sanksi atas pelanggaran GWM dalam Rupiah yang berupa kewajiban
membayar diturunkan dari 125% (seratus dua puluh lima per seratus)
dari JIBOR O/N menjadi JIBOR O/N ditambah 100 basis points;
c. Sanksi pembinaan tidak dikenakan atas pelanggaran GWM dalam
Rupiah.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a disampaikan
kepada:
a. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin
No.2, Jakarta, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kliring lokal
Jakarta, dengan tembusan kepada Direktorat Teknologi Informasi;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kliring lokal Jakarta, dengan tembusan kepada Direktorat
Teknologi Informasi dan Direktorat Pengawasan Bank terkait;
disertai dengan laporan posisi kas konsolidasi dalam Rupiah pada 1 (satu)
hari kerja sebelum tanggal permohonan.
(3) Bank yang telah mengajukan permohonan, setiap hari wajib
menyerahkan laporan posisi kas konsolidasi pada 1 (satu) hari kerja
sebelumnya selama berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini kepada Bank
Indonesia dengan alamat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) selambat-
lambatnya pukul 10.00 waktu setempat.
BAB II
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENJUALAN SBI
SECARA REPO ATAU OUTRIGHT
Pasal 5
(1) Bank yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Dalam
Rangka MKT 2000 dapat menjual seluruh SBI yang dimilikinya kepada
Bank Indonesia baik secara Repo maupun Outright.
(2) Tingkat …..
-7-
(2) Tingkat diskonto SBI yang dijual secara Repo atau Outright ditetapkan
sebesar rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI lelang jangka waktu 1
(satu) bulan yang tercatat dalam lelang terakhir ditambah 100 (seratus)
basis points.
(3) Perhitungan diskonto menggunakan rumus diskonto murni (true
discount) sebagai berikut:
Nilai Diskonto = nilai nominal - nilai tunai
(nilai nominal) x 360Nilai Tunai = -----------------------------------------------------
360 + (tingkat diskonto x jangka waktu)
Pasal 6
(1) Bank mengajukan permohonan penjualan SBI secara Repo atau Outright
kepada Bank Indonesia dari pukul 09.00 sampai dengan 18.00 waktu
setempat melalui Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau telepon
atau faksimili yang ditegaskan dengan telepon yang disampaikan kepada:
a. Bagian Operasi Pasar Uang, Direktorat Pengelolaan Moneter, Bank
Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No.2, Jakarta, bagi Bank yang berkantor
pusat di wilayah kliring lokal Jakarta, dengan tembusan kepada
Direktorat Pengawasan Bank terkait;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kliring lokal Jakarta, dengan tembusan kepada Direktorat
Pengelolaan Moneter dan Direktorat Pengawasan Bank terkait.
(2) Permohonan penjualan SBI secara Repo atau Outright wajib ditegaskan
secara tertulis dengan Surat Permohonan Penjualan SBI secara Repo atau
Outright (SPPS-Repo atau SPPS-Outright) yang ditandatangani sekurang-
kurangnya oleh 2 (dua) anggota Direksi Bank sebagaimana contoh dalam
Lampiran 1 dan 2 disertai asli SBI atau Bilyet Depot Simpanan (BDS) SBI.
(3) Bank …..
-8-
(3) Bank Indonesia menyampaikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan penjualan SBI secara Repo atau Outright kepada Bank
melalui RMDS atau faksimili atau telepon yang ditegaskan dengan
faksimili.
(4) Bank menyampaikan SPPS-Repo atau SPPS-Outright serta asli SBI atau
BDS-SBI kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya pukul 19.00 waktu
setempat pada hari transaksi.
(5) Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian SPPS-Repo atau SPPS-
Outright serta asli SBI atau BDS-SBI oleh Bank kepada Bank Indonesia,
maka permohonan penjualan SBI secara Repo atau Outright dinyatakan
batal.
(6) Dalam hal permohonan disetujui, pengkreditan rekening giro Bank di
Bank Indonesia dilakukan setelah Bank menyerahkan SPPS-Repo atau
SPPS-Outright serta asli SBI atau BDS SBI kepada Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) di atas.
BAB III
PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH
FASILITAS KREDIT DAN PENARIKAN KREDIT
Pasal 7
Bank hanya dapat melakukan Penarikan Kredit apabila telah memiliki
Fasilitas Kredit.
Pasal 8
(1) Bank dapat memperoleh Fasilitas Kredit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank
Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran 3 dan menandatangani
perjanjian …..
-9-
perjanjian penyediaan Fasilitas Kredit serta pengikatan agunan secara
gadai.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas ditandatangani
sekurang-kurangnya oleh 2 (dua) anggota Direksi Bank dan diketahui
sekurang-kurangnya oleh 2 (dua) anggota Dewan Komisaris Bank, disertai
dengan surat permohonan penerbitan Surat Keterangan Obligasi
Dijaminkan (SKOD), dan fotokopi Konfirmasi Pencatatan Obligasi (KPO),
dan disampaikan kepada:
a. Direktorat Pengelolaan Moneter, Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin
No.2, Jakarta, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kliring lokal
Jakarta, dengan tembusan kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kliring lokal Jakarta, dengan tembusan kepada Direktorat
Pengelolaan Moneter dan Direktorat Pengawasan Bank terkait.
(3) Agunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berupa Obligasi Pemerintah
dengan jumlah maksimum sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari Obligasi
Pemerintah yang dimiliki Bank dan jumlah maksimum ini termasuk
Obligasi Pemerintah yang diagunkan kepada pihak ketiga.
(4) Agunan yang telah diagunkan kepada pihak ketiga tidak dapat diagunkan
kepada Bank Indonesia.
(5) Jumlah Fasilitas Kredit yang dapat diberikan oleh Bank Indonesia adalah
sebesar 75% (tujuhpuluh lima per seratus) dari nilai nominal Obligasi
Pemerintah yang diserahkan oleh Bank, dengan memperhatikan
ketentuan dalam ayat (3).
Pasal 9
(1) Bank yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Dalam
Rangka MKT 2000 dapat mengajukan permohonan Penarikan Kredit
maksimum …..
-10-
maksimum sebesar perkiraan Saldo Giro Negatif Bank yang dihitung oleh
Bank (self assessment), dan tidak melebihi Fasilitas Kredit yang tersedia.
(2) Perkiraan Saldo Giro Negatif Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
di atas bukan disebabkan oleh penarikan dana oleh nasabah yang
termasuk dalam pihak terkait.
(3) Bank mengajukan permohonan Penarikan Kredit kepada Bank Indonesia
dari pukul 09.00 sampai dengan 18.00 waktu setempat melalui RMDS atau
telepon atau faksimili yang ditegaskan dengan telepon yang disampaikan
kepada:
a. Bagian Operasi Pasar Uang, Direktorat Pengelolaan Moneter, Bank
Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No.2, Jakarta, bagi Bank yang berkantor
pusat di wilayah kliring lokal Jakarta, dengan tembusan kepada
Direktorat Pengawasan Bank terkait;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kliring lokal Jakarta, dengan tembusan kepada Direktorat
Pengelolaan Moneter dan Direktorat Pengawasan Bank terkait.
(4) Permohonan Penarikan Kredit wajib ditegaskan secara tertulis dengan
Surat Permohonan Penarikan Kredit yang ditandatangani sekurang-
kurangnya oleh 2 (dua) anggota Direksi Bank dan diketahui sekurang-
kurangnya oleh 2 (dua) anggota Dewan Komisaris Bank sebagaimana
contoh dalam Lampiran 4.
(5) Bank Indonesia menyampaikan persetujuan atau penolakan permohonan
Penarikan Kredit kepada Bank melalui RMDS atau faksimili atau telepon
yang ditegaskan dengan faksimili.
(6) Bank menyampaikan surat permohonan Penarikan Kredit kepada Bank
Indonesia selambat-lambatnya pukul 19.00 waktu setempat pada hari
transaksi.
(7) Dalam …..
-11-
(7) Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian surat permohonan
Penarikan Kredit sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) di atas, maka
permohonan Penarikan Kredit dinyatakan batal.
(8) Penarikan Kredit dikenakan diskonto sebesar 125% (seratus dua puluh
lima per seratus) dari rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI lelang 1
(satu) bulan yang tercatat dalam lelang terakhir SBI.
(9) Perhitungan diskonto sebagaimana dimaksud dalam ayat (8)
menggunakan rumus diskonto murni (true discount) sebagai berikut:
Nilai Diskonto = nilai nominal - nilai tunai
(nilai nominal) x 360Nilai Tunai = --------------------------------------------------------
360 + (tingkat diskonto x jangka waktu)
(10) Dalam hal permohonan disetujui, pengkreditan rekening giro Bank di
Bank Indonesia dilakukan setelah Bank menyerahkan Surat Permohonan
Penarikan Kredit kepada Bank Indonesia.
BAB IV
PELUNASAN
Pasal 10
(1) Pada saat Repo atau Penarikan Kredit jatuh waktu, Bank Indonesia akan
mendebet rekening giro Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
(2) Bank Indonesia akan mengembalikan asli SBI atau BDS-SBI kepada Bank
apabila transaksi penjualan SBI secara Repo telah dilunasi.
(3) Dalam hal saldo giro Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia tidak
mencukupi atau tidak ada dananya pada saat jatuh waktu, maka berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. untuk pelunasan SBI secara Repo:
1) sepanjang…..
-12-
1) sepanjang periode ketentuan ini belum berakhir, maka Bank dapat
memperpanjang jangka waktu penjualan SBI secara Repo
sepanjang sisa jangka waktu SBI masih mencukupi, atau menjual
SBI secara Outright apabila jangka waktu tidak mencukupi,
dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6;
2) pada akhir periode ketentuan ini, maka rekening giro Bank yang
bersangkutan di Bank Indonesia akan didebet.
b. untuk pelunasan Penarikan Kredit:
1) sepanjang periode ketentuan ini belum berakhir, maka Bank
dapat memperpanjang jangka waktu Penarikan Kredit dengan
persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Pasal 9;
2) pada akhir periode ketentuan ini, maka rekening giro Bank yang
bersangkutan di Bank Indonesia akan didebet.
(4) Apabila saldo giro Bank di Bank Indonesia mengalami saldo negatif
sebagai akibat pendebetan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) butir a.
2) dan b.2), Bank dapat memanfaatkan Fasilitas Pendanaan Dalam
Rangka Mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
1/1/PBI/1999 tanggal 18 Mei 1999.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 11
Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan khusus terhadap Bank yang
telah menerima Fasilitas Khusus.
BAB VI …..
-13-
BAB VI
SANKSI
Pasal 12
(1) Apabila saldo awal giro Bank di Bank Indonesia pada 1 (satu) hari kerja
berikutnya setelah Penarikan Kredit diberikan tidak menunjukkan angka
negatif, Bank akan dikenakan sanksi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. apabila kelebihan saldo dimaksud lebih kecil dari Penarikan Kredit
yang diterima, Bank akan didebet sebesar kelebihan saldo giro Bank
yang bersangkutan di Bank Indonesia dari saldo nihil, atau
b. apabila saldo giro Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia lebih
besar dari Penarikan Kredit, Bank akan didebet sebesar Penarikan
Kredit yang diterima.
(2) Sehubungan dengan pendebetan kembali sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 100 basis
points di atas diskonto Penarikan Kredit sebagaimana diatur dalam Pasal
9 ayat (8).
(3) Apabila dalam pemeriksaan khusus ditemukan adanya penyimpangan
penggunaan Penarikan Kredit, maka Bank dikenakan:
a. dalam hal Penarikan Kredit belum jatuh waktu, berupa:
1) pendebetan kembali Penarikan Kredit yang diterima, dan
2) kewajiban membayar sebesar 150% (seratus lima puluh per
seratus) dari rata-rata tertimbang suku bunga Pasar Uang Antar
Bank yang terjadi pada pagi dan sore hari untuk jangka waktu 1
(satu) hari pada hari Penarikan Kredit;
b. dalam hal Penarikan Kredit telah jatuh waktu atau telah berakhirnya
ketentuan ini, berupa kewajiban membayar sebagaimana dimaksud
dalam …..
-14-
dalam huruf a butir 2) di atas yang dihitung selama periode Penarikan
Kredit; dan
c. sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (2)
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998.
(4) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) huruf a dihitung sejak tanggal Penarikan Kredit sampai dengan
tanggal pendebetan kembali Penarikan Kredit.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak tanggal 22 Desember 1999.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Desember 1999
GUBERNUR BANK INDONESIA
ANWAR NASUTIONDeputi Gubernur Senior
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 221
DPM
-15-
PENJELASAN
PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR : 1/11/PBI/1999
TENTANGFASILITAS KHUSUS PENDANAAN DALAM RANGKA MENGATASI
KESULITAN PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM YANG
DISEBABKAN MASALAH KOMPUTER TAHUN 2000
I. UMUM
Dalam menghadapi tahun 2000, dikhawatirkan terdapat permasalahan
pengoperasian sistem komputer akibat kesalahan interpretasi data oleh sistem
komputer karena pergantian tahun 1999 menjadi tahun 2000. Hal tersebut dapat
berakibat terhadap kegagalan atau kesalahan bahkan berhentinya pengoperasian
sistem komputer serta terhapusnya data bank.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut nasabah penyimpan dana pada
Bank diperkirakan akan menarik dana dalam jumlah yang besar dan dalam waktu
yang relatif bersamaan sehingga Bank dapat mengalami kesulitan penyediaan
dana/likuiditas dalam jumlah cukup dan waktu yang relatif cepat.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
Bank Indonesia dalam fungsinya sebagai lender of the last resort dapat memberikan
kredit kepada Bank untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek agar
kelangsungan kegiatan usaha Bank dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
perbankan serta kelancaran sistem pembayaran dapat terpelihara.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2…..
-16-
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)…..
-17-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)…..
-18-
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pihak terkait adalah nasabah penyimpan dana di
Bank yang bersangkutan yang mempunyai keterkaitan dengan Bank
sebagaimana dimaksud Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
31/177/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998 tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Umum.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)…..
-19-
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 11
Pemeriksaan Khusus terhadap Bank yang menerima Fasilitas Khusus dapat
dilakukan pada periode diterimanya Fasilitas Khusus atau setelah jatuh
waktu Fasilitas Khusus.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)…..
-20-
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3919
DPM
-21-
Lampiran Peraturan Bank Indonesia Nomor : 1/11/PBI/1999 tanggal 22 Desember 1999
Lampiran 1Kepada *)
Bank Indonesiac.q. Bagian Operasi Pasar Uang
Direktorat Pengelolaan MoneterJl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10110
Perihal : Penjualan SBI Secara Repo ---------------------------------
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/ 11 /PBI/1999 tanggal 22 Desember1999, dengan ini kami mengajukan permohonan penjualan SBI secara Repo/perpanjanganpenjualan SBI secara Repo**) sebagai berikut :
Tanggal Penjualan Repo :Jangka Waktu Repo :Tanggal Jatuh Waktu Repo :
Nama Bank Nomor Rekeningpada BI
Jumlah Penjualan(Juta Rp)
Nomor SBIAtau BDS-SBI
Jumlah Penjualan
Selama jangka waktu penjualan Repo, maka SBI atau BDS-SBI kamiserahkan dan menjadi milik Bank Indonesia.
Demikian Permohonan kami.
….…..., ........ (tempat, tanggal)
Direksi (Nama Bank…..)
ttd Meterai
------------- ------------- (Direktur 1) (Direktur 2)
-22-
cc. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia.
*) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kliring Jakarta,
permohonan disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia
setempat, dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan
Monter dan Direktorat Pengawasan Bank terkait.
**) coret yang tidak perlu.
-23-
Lampiran Peraturan Bank Indonesia Nomor : 1/11/PBI/1999 tanggal 22
Desember 1999
Lampiran 2Kepada *)
Bank Indonesiac.q. Bagian Operasi Pasar Uang
Direktorat Pengelolaan MoneterJl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10110
Perihal : Penjualan SBI Secara Outright -------------------------------------
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/ 11 /PBI/1999 tanggal 22 Desember1999, dengan ini kami mengajukan permohonan penjualan SBI secara Outright sebagaiberikut:
Tanggal Penjualan Outright :Sisa Jangka Waktu SBI :
Nama Bank Nomor Rekeningpada BI
Jumlah Penjualan(Juta Rp)
Nomor SBIAtau BDS-SBI
Jumlah Penjualan
Sehubungan dengan penjualan Outright, maka SBI atau BDS-SBI kami
serahkan dan menjadi milik Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami.
….…..., ........ (tempat, tanggal)
Direksi (Nama Bank…..)
ttd Meterai
------------- -------------
-24-
(Direktur 1) (Direktur 2)
cc. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia.
*) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kliring Jakarta,
permohonan disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia
setempat, dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan
Moneter dan Direktorat Pengawasan Bank terkait.
-25-
Lampiran Peraturan Bank Indonesia Nomor : 1/11/PBI /1999 tanggal 22
Desember 1999
Lampiran 3
Kepada *)
Bank Indonesiac.q. Direktorat Pengelolaan Moneter
Jl. MH. Thamrin No. 2Jakarta, 10110
Perihal : Permohonan Untuk Mendapatkan Fasilitas Kredit
------------------------------------------------------------
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/ 11 /PBI/1999 tanggal 22 Desember1999, dengan ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Fasilitas Kreditsebesar Rp. … … … ( … … … … ) untuk jangka waktu dari ………… sampai dengan………….. Dalam kaitan ini, terlampir kami sampaikan surat permohonan penerbitan SuratKeterangan Obligasi Dijaminkan (SKOD) dan fotokopi Konfirmasi Pencatatan Obligasi(KPO).
Data tersebut kami sampaikan dengan sebenarnya. Apabila di kemudianhari terbukti data tersebut di atas tidak benar, kami bersedia untukmempertanggung-jawabkannya sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.
Dalam hal surat berharga jatuh waktu, Saudara dapat langsung mengurangi FasilitasKredit yang disediakan bagi Bank kami sebesar nilai tunai surat berharga dimaksud.
Demikian permohonan kami.
….…..., ........ (tempat, tanggal)
Komisaris Direksi (Nama Bank….) (Nama Bank…..)
ttd ttd Meterai
---------------- ---------------- ------------- -------------
-26-
(Komisaris 1) (Komisaris 2) (Direktur 1) (Direktur 2)
cc. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia
*) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kliring Jakarta,
permohonan disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia
setempat, dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan
Moneter dan Direktorat Pengawasan Bank terkait.
-27-
Lampiran Peraturan Bank Indonesia Nomor : 1/11/PBI/1999 tanggal 22
Desember 1999
Lampiran 4
Kepada *)
Bank Indonesiac.q. Bagian Operasi Pasar Uang
Direktorat Pengelolaan MoneterJl. MH. Thamrin No. 2
Jakarta, 10110
Perihal : Permohonan Penarikan Kredit/Permohonan Perpanjangan
Penarikan Kredit **)
-------------------------------------------------------------------------------
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/ 11 /PBI/1999 tanggal 22Desember 1999 dan Perjanjian Penyediaan Fasilitas Kredit No. ……….. tanggal…………, dengan ini kami mengajukan permohonan untuk melakukan PenarikanKredit/Perpanjangan Penarikan Kredit **) guna menutup perkiraan saldo giro negatif kamidi Bank Indonesia pada hari ini tanggal ……………, sebesar Rp. … … … ( … … … … )untuk jangka waktu … ….dari tanggal ……… sampai dengan ……… Dengan ini pulakami menyatakan bahwa kami tidak memiliki SBI atau SBI yang kami miliki senilai Rp…………(….) telah kami jual kepada Bank Indonesia secara Repo/Outright.
Demikian permohonan kami.
….…..., ........ (tempat, tanggal)
Komisaris Direksi (Nama Bank….) (Nama Bank…..)
ttd ttd Meterai
---------------- ---------------- ------------- -------------(Komisaris 1) (Komisaris 2) (Direktur 1) (Direktur 2)
-28-
cc. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia
*) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kliring Jakarta,
permohonan disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia
setempat, dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan
Moneter dan Direktorat Pengawasan Bank terkait.
**) coret yang tidak perlu.