fatwa syaikh ibnu taimiyah.hukuman para penghujat sahabat

13
Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat 9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi اﻟﺻﺎرم اﻟﻣﺳﻠول ﻋﻠﻰ ﺷﺎﺗم اﻟرﺳول اﻟﺻﺎرم اﻟﻣﺳﻠول ﻋﻠﻰ ﺷﺎﺗم اﻟرﺳول1 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- اﻟﺻﺎرم اﻟﻣﺳﻠول ﻋﻠﻰ ﺷﺎﺗم اﻟرﺳول اﻟﺻﺎرم اﻟﻣﺳﻠول ﻋﻠﻰ ﺷﺎﺗم اﻟرﺳول/ / P Pe e d da a n ng g T Te e r r h hu u n nu us s B B a a g g i i P Pe e n nc c a a c c i i R R a a s s u ul l Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

Upload: ibnu-suyud-at-tamimi

Post on 23-Jul-2015

54 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

1 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

Page 2: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

2 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

PEMBAHASAN KEENAM Caci Maki Terhadap Para Sahabat1

Adapun bagi orang yang mencaci maki para sahabat Rasul SAW-baik dari kalangan ahli bait atau lainya-, Imam Ahmad-ra- berpendapat bahwa mereka dipukul dengan teramat sangat keras sekali sebagai pembalasan atas perbuatan mereka, dan beliau Imam Ahmad berhenti memutuskan tentang hukum mati atau hukum kafirnya mereka.2

Abu Thalib berkata ; “saya pernah bertanya pada Imam Ahmad tentang seorang yang mencaci maki/menghujat para sahabat Rasul SAW?” Beliau-Imam Ahmad- menjawab : “hukum mati saya tidak dapat memastikan, akan tetapi saya memukulnya dengan sangat keras sebagai pembalasan dari perbuatanya”.3

Sedang pendapat dari Ishaq bin Rahawaih berkata ; ”siapa saja yang mencaci maki para sahabat Rasul SAW maka mereka diganjar hukuman-ta’zir- dan dipenjara.

Berikut ini adalah pendapat para ulama dalam madzhab kami4, mereka antara lain adalah Ibnu Abi Musa mengatakan ; ‘Siapa saja yang mencaci maki orang-orang generasi terdahulu [salaf/para sahabat] yang biasa dilakukan oleh golongan Rawafidh [Rafidhah/Syiah] maka ia tidak memiliki sifat Kufu’ [layak menikah] dan tidak dinikahkan. Dan siapa saja yang menuduh –Ibunda- Aisyah-ra- berbuat zina setelah Allah membersihkanya dari segala tuduhan itu maka ia telah Khuruj Minal Millah-keluar dai agama-[kafir/murtad], dan tidak sah nikahnya dengan seorang Muslimah-dikarenakan ia murtad dan lelaki kafir haram atas wanita muslimah-, kecuai bertaubat-dari caci makinya- dan menampakan taubatnya-yaitu kembali bersyahadat dan berhenti secara total dari menghujat atas Ibunda Aisyah-ra .5

1 Adapun pada pembahasan ini saya kutip langsung dari kitab AshShaarimul Maslul Alaa Syaatimur Rasuul karya Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah. Dan adapun catatan kaki yang ada padanya adalah komentar dan sedikit penjelasan dari saya. 2 Dsini sangat jelas diterangkan oleh Imam Ahmad bahwa pencaci maki para sahabat hanya diganjar dengan pukulan yang teramat sangat keras, bukan dibunuh maupun pengkafiran. 3 Sebagai awal penjelasan saja bahwa yang dimaksudkan Imam Ahmad tidak mengkafirkan,menghukum mati dan hanya menta’zirnya dengan pukulan yang keras itu berlaku bagi hujatan yang menyinggung kepribadian para sahabat yang tidak mengurangi sifat keadilan dan agamanya, seperti menghujat para sahabat bahwa mereka itu orang yang tuli,bisu,rabun matanaya, pelit, penakut dan serakah dunia. Akan tetapi jika masalah perihal sifat keadil dan agamanya, seprti bahwa Umar dan Abu bakar adalah orang yang murtad dan kafir, tiadalah pertentangan tentang halalnya darah mereka dan kekafiranya. Adapun itu adalah penjelasan dari Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah. Adapun penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada pasal selanjutnya. InsyaAllah 4 Kami disini maksudnya Ahlussunnah wal Jama’ah, kenapa harus diterangkan atau dijelaskan perihal status Ahlussunah, dikarenkan perilaku hujatan/caci maki kepada para sahabt Rasul SAW identik dengan Rafidhoh/Syiah. Ini semua dilakukan agar tidak kabur dan ada penjelas antara sikap Ahlussunah dan Syiah kepada para sahabat Rasul SAW yang mulia lagi terhormat. Dan kami disini juga termasuk Syaikh al Islam Ibn Taimiyah selaku ulama pejuang Ahlussunah. 5 Allah mensucikan Ibunda Aisyah atas tuduhan keji atasnya, yaitu dengan Firmanya Surat An-Nur ayat 26. Adapun seorang sejamanya, ketika Ibunda belum disucikan oleh Allah maka mereka hanya diganjar sebagai orang fasik dan pendosa yang besar atas fitnah yang mereka lontarkan. Akan tetapi setelah Allah mensucikanya dengan QS. An-Nur ayat 26 maka itu adalah wujud pembelaan dari Allah atas kesucian ibunda, dengan kata lain bahwa Allah menegaskan bahwa Ibunda wanita yang baik, suci lagi terbebas dari kekejian.

Page 3: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

3 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

-perkara-ini-yaitu berbagai pendapat atas hukuman penghujat sAhabat Rasul SAW adalah gambaran umum dari pendapat Umar bin Abdul-Aziz,’Ashim al-Ahwal dan lainya dari golongan tabiin.

-adapun- rincian perihal perkara ini akan dituangkan dalam dua pembahasan : Pertama; tentang hukum haramnya mencaci maki terhadap para sahabat dan yang kedua

tentang hukum caci maki terhadap sahabat.

***---***

PASAL PERTAMA: Tentang Hukum Haramnya Caci Maki Terhadap Para Sahabat6

Allah berfirman.”..... dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.....” (Al-

Hujurat, 12), dan termasuk kedalam tingkatan rendah dari seorang yang mencaci maki adalah menggunjingnya.

Firman Allah :

Dan barang siapa yang menentang atas pernyataan Allah bahwa Ibunda wanita yang bersih lagi tidak keji maka ia kafir atas penentangannya pada ayat Allah. Dan pada orang jaman sekarang menjadi kafir bila mencaci Ibunda bahwa ia adalah pezina dikarenakan berarti ia kafir atas ayat QS. An-Nur ayat 26. Disatu sisi Allah menyebutkan bahwa Ibunda suci dari kekejian tapi disatu sisi malah ada orang menuduhnya sebagai wanita keji-pezina-, maka perkara ini bertentangan dengan maksud Allah dan merupakan wujud kekafiran yang nyata. Dengan kata lain bila ada orang yang mencaci Ibunda maka ia kafir atas ayat An-Nur 26, dan barang siapa yang kafir atas satu saja ayat dalam Al-Qur’an maka ia kafir berdasarkan Ijma’, Nash Qur’an dan Hadits. Inilah sebabnya mengapa para Ulama Ahlussunah mengkafirkan Syiah Rafidhoh dikarenakan golongan Syiah gemar dan girang dalam mencaci serta menghujat Ibunda Aisyah-yang diridhoi Allah-. Adapun para ulama yang mengkafirkan Rafidhoh/Syiah adalah sebagai berikut: Imam Ahmad , Al Faryabi. Imam Malik-lihat Tafsir Ibnu Katsir .4./ 219 dan As-Sunnah karya Al Khalil dan Imam al Qurtubi,Tafsir Al Qurthubi, 16./ 297. Imam Bukhari dalam kitabnya Kholgul Afail, hal. 125. Ahmad bin Yunus, Ash Shariim Al Maslul, hal. 570. Abu Zur’ah ar Razi, Al Kifayah, hal. 49. Abdul Qadir Al-Baghdadi, Al Fargu Bainal Firaq, hal. 357. Ibnu Hazm, Al Fashl,hal. 5-40. Imam Al-Ghazali, Fadhoihul Batiniyyah, hal. 149. Al Qadhi Iyadh, Ar Risalah, hal. 325. Al Fakhrur Razi, Nihaayatul Uguul, Al Warogoh, hal. 212. Ibnu Timiyah, Ash Sharim AL Maslul, hal. 586-587. Syah Abdul Aziz Dahlawi, Mukhtashor At Tuhfah Al Itsna Asyariyah, hal. 300. Asy Syaukani, Natsrul Jauhar Ala Hadiitsi Abi Dzar, Al Warogoh, hal 15-16. Dan para Ulama lainya disebelah timur sungai Jaihun akan kesepakatan mereka atas Kafirnya Rafidhoh/Syiah. Selain itu Syaikh Ibnu Timiyah sudah menegaskan akan kafirnya seseorang yang mencaci Ibunda ‘Aisyah setelah disucikan oleh Allah di dalam kitab yang sama-yaitu kitab AshShaarimul Maslul Alaa Syaatimur Rasuul- melainkan pada pembahasan yang berbeda dan ada pembahasan khusus tersendiri, InsyaAllah akan saya kupas perihal pembahasan cacian kepada Ibunda ‘Aisyah setelah disucikan oleh Allah. 6 Disini akan dijelaskan perihal keharaman atas cacimaki kepada para sahabat berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an.

Page 4: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

4 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan

yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (Al-Ahzab, 58)

Para sahabat adalah dada dan tameng bagi orang-orang beriman, karena mereka Adalah orang-orang yang dihadapkan pada perintah-perintah Allah dalam firmanya,”wahai orang-orang beriman....”.7

Dan mereka-para sahabat-perlu dijauhkan dari perkara yang-mampu-mengakibatkan-mereka-sakit hati,8 sebab Allah telah meridhoi mereka secara mutlak, sebagaimana firman Allah:

.

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan

muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang

7.Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah mengemukakan sebab tidak layaknya mencaci para sahabat dikarenkan keutamaan para sahabat yang senantisa digolongkan dan dipanggil oleh Allah dalam firmanya sebagimana berbunyi “ Hali orang-orang beriman..”. para mufasir menjeaskan bahwa mukhatab yang ada pada nida’ “ Hai orang-orang beriman” adalah para sahabat yang senantiasa setia melindungi Rasul Allah dan kaum mukminin sehingga mereka menjadi pilar pertama dalam membentengi, melindungi serta mengayomi dan rela menjadi tameng untuk kaum mukminin dan Rasul-Nya. Jadi amatlah tiada kepantasan menggunjing dan menyakiti hati mereka yang dimana Allah ridho atas keimanan mereka. Seperti yang kita ketahui perihal riwayat yang mashur bahwa banyak dahulu para sahabat adalah tameng utama Rasul SAW, sperti kisah Ali bin Abi Thalib, dimana ia rela menggantikan Nabi SAW diatas ranjangnya yang dimana akan dihunuskan pedang untuk dibunuh,kisah Abu Bakar yangs dengan setianya menemani Nabi SAW ketika dikejar pasukan kafir Quraisy sehingga mereka berdua bersembunyi di gua Hira’, kisah Umar bin Khatab yang mendapat julukan al-Faruq, dimana setelah islamnya Umar umat Islam dan Rasul SAW ada seseorang yang ridho menjadi tameng dan pembela yang kuat , kisah Utsman bin Affan yang dimana dalam peperangan yang dilakukan oleh Nabi SAW dan kaum mukminin beliau senantiasa menginfakkan harta pribadinya yang tak terhingga demi perang sabil, dan masih banyak lagi kisah sahabat atas pengorbanan dan kesetiaanya di jalan Allah. 8 Tidaklah pantas seseorang membuat sakit hati para sahabat, yang dimana para sahabat adalah manusia yang ikhlas mencari ridho Allah, mereka berkorban jiwa ,raga dan harta setiap hari hingga ajal mereka menjemput.

Page 5: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

5 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”

(At-Taubah, 100) Allah meridhai para sahabat yang pertama-tama masuk Islam dengan tanpa ada persyaratan,

dan Allah meridhai para tabiin tidak lain karena mereka mengikuti para sahabat-dengan baik dan benar-.9 Dan Allah telah berfirman:

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia

kepadamu di bawah pohon ,...” (Al-Fath, 18)

Ridha dari Allah adalah sifat yang telah lama ada10, maka Dia tidak akan ridha kecuali kepada hamba –Nya yang diketahui bahwa ia-para sahabat- memenuhi apa yang menjadi konsekuensi dari ridha, dan siapa saja yang Allah meridhainya maka Dia tidak akan murka selamanya.11

9 Disini Syaikhul Islam menjelaskan bahwa para sahabat adalah sebaik-baik golongan yang diridhoi dan harus diikuti dengan baik dan benar agar bisa menjadi golongan yang baik lagi diridhoi Allah seperti mereka. Yang diamana Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata di kitabnya yang lain yaitu Majmu’ al Fatawa, beliau berkata mengenai perkara ini:”Allah telah meridhoi orang-orang yang mengikuti generasi salaf [terdahulu / para sahabat yang diridhoi] hingga hari kiamat, maka menunjukan bahwa mengikuti mereka adalah perbuatan yang diridhoi Allah sebab Allah hanya meridhoi perkara yang haq dan tidak meridhoi perkara yang bathil.(Majmu’ al Fatawa, 19/ 178). Sedangkan mengikuti para sahabat yang diridhoi juga diperintahkan oleh Allah SWT dalam firmanya Qur’an Surat At Taubah ayat 100 :” “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”. Imam Ibnu Qoyim al Juziyah menjelaskan tentang ayat ini bahwasanya Allah telah memuji orang-orang yang telah mengikuti mereka-para sahabat-,yang diamana apabila ia mengamalkan perkataan yang shahih dari para sahabat yang diridhoi itu, maka ia berhak mendapat ridho Allah dan merupakan perbuatan yang amat sangat terpuji. Ini semua bukan kenapa-kenapa karena generasi sahabatlah sebaik-baik generasi yang ada dan mendapatkan jaminan dari Allah. Dimana Rasul Allah SAW bersabda;” sebaik-baik generasi adalah generasiku (sahabat) kemudian orang sesudah mereka (tabiin / yang mengikuti)kemudian orang-orang setelah mereka (tabi’ut tabi’in). (Hadits Shaih Riwayat Bukhari) 10 Allah SWT sudak sejak lama meridhoi para sahabat yaitu semenjak dahulu mereka masuk islam dan berbai’at di bawah pohon dimana dahulu masih sedikit orang-orang yang beriman hingga sampai banyak orang yang beriman sampai ajal mereka datang mereka masih tetap dalam keadaan beriman. 11 Allah meridhoi para hamba-Nya yang beriman bila ia memenuhi konsekuensi atas pengorbanan mereka dalam mencari ridho Allah, dikarenakan untuk meraih ridho Allah dibutuhkan komitmen tinggi dan penuh pengorbanan atas konsekuensi cita-cita meraih ridho Allah. Dan barangsiapa yang Allah ridhai sungguh itu amatlah menyenangkan, selain akan mendapatkan surga juga akan mendapatkan ampunan dari Allah atas dosa-dosa yang telah lalu. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya. Berkenaan dengan pernyataan bahwa para sahabat sudah diridhoi Allah dan diampuni dosa-dosanya adalah bukan bualan belaka melainkan

Page 6: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

6 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

Allah SWT berfirman :

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya

Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-

orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."

(Al-Hasyr, 10)12 Dalam ayat ini Allah menjadikan apa yang dipenuhi janji Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk negeri untuk orang-orang Muhajirin, Anshor dan orang-orang yang datang sesudah mereka yang senantiasa memohon ampunan untuk orang-orang yang lebih dahulu beriman dan mereka berdoa kepada Allah agar tidak membiarkan hatinya ada kedengkian terhadap mereka. Maka dari sini dapat diketahui bahwa permhonan ampun untuk mereka dan kesucian hati dari kedengkian terhadap mereka adalah suatu yang dicintai dan diridhoi serta dipuji oleh Allah SWT

berdasarkan keterangan dari Allah sendiri. Sebagaimana diriwayatkan bahwa dahulu ketika peristiwa Hudaibiyah dan berkenaan dengan Ba’iatur Ridhwan, Allah memuluskan usaha mereka hingga Allah menganugrahkan kemenangan,adapun dinamakan peristiwa Hudaibiyah dikarenakan peristiwa itu terjadi di daerah Hudaibiyyah-sebuah tempat anatara Mekah dan Madinah. Setelah kaum mukminin pulang dari Hudaibiyah-yaitu tepatnya pada bulan Dzulqa’idah tahun ke 6 Hijriyah, Rasul SAW bersabda kapada para sahabat;”Telah turun sebuah ayat kepadaku ayat yang lebih aku cintai daripada segala yang ada dimuka bumi ini”. Kemudian Rasul SAW membacakan surat Al-Fath ayat 2,” supaya Allah memberi ampunan kepadamu-Muhammad- terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,” kapada para sahabat. Para Shabat berkata :” betapa untung dan bahagianya tuan,ya Rasul Allah! Allah telah menerangkan nasib anda di hari kemudian. Namun bagaimanakah dengan sikap kami:” maka turunlah ayat selanjutnya,yaitu Surat Al-Fath ayat 5 yang dimana menjelaskan tentang nasib mereka. Ayat itu berbunyi “supaya Dia memasukkan orang-orang mu'min laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah”. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam kitab as-Shahihain, at Tirmidzi dan al Hakim yang bersumber dari Anas bin Malik-ra-. Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan ringkas bahwa ayat ini [Al-Fath ayat 2] merupakan keistimewaan Rasul Allah SAW yang tidak dimiliki orang lain selain beliau. Tidak ada didalam hadits shahih pun tentang pahala amal perbuatan bagi selain Rasul Allah SAW yang menerangkan tentang pemberian ampunan dosa yang telah lalu dan yang akan datang. Sedang ayat ke 5 dari surat Al-Fath menjelaskan tentang pertanyaan para sahabat pada beliau tentang nasib mereka, maka Allah menjawab pertanyaan mereka melalui lisan Nabi Muhammad SAW ,dengan ayat yang berbunyi “supaya Dia memasukkan orang-orang mu'min laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah”.(Tafsir Al Qur’anul ‘Adzhim, Imam Ibnu Katsir, 4./166-167) 12 Dalam ayat ini terkandung perintah untuk medo’akan pendahulu dari kaum mukminin. Adapun mendo’akan kebaikan bagi saudara seiman terlebih pendahulunya merupakan perbuatan yang teramat sangat terpuji di hadapan Allah SWT. Sebagaimana kebiasaan saling mendo’akan ini sudah lazim diamalkan oleh orang-orang shaleh.

Page 7: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

7 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

terhadap pelakunya.13 Sebagaimana Allah memerintahkan hal itu kepada Rasul-Nya dalam firman-Nya:

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan

mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. (Muhammad, 19)

Kecintaan pada sesuatu berarti kebencian kepada kebalikanya,14 maka Allah membenci caci maki kepada mereka yang merupakan kebalikan dari permohonan ampunan untuk mereka. Allah membenci kebencian terhadap mereka yang merupakan kebalikan dari kebersihan hati dari kedengkian terhadap mereka.15 Ini adalah makana ungkapan ‘Aisyah ,”Mereka diperintahkan untuk

13 Disini Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa dengan adanya seseorang yang senantiasa mendoakan atau bersholawat atas mereka-Nabi SAW , sahabat dari kalangan Anshor dan Muhajirin yang tergolong generasi pendahulu[salaf]- berarti itu merupakan wujud bukti akan janji Allah atas mereka. Dan juga dengan mendoakan mereka akan tertanam rasa cinta pada mereka sehingga hatinya terbebas dari rasa dengki terhadap mereka. Dikarenakan dengan sucinya hati dari rasa dengki serta mendoakan mereka merupakan suatu perkara yang dicintai dan diridhoi Allah SWT. 14 Kecintaan adalah lawan dari benci,adapun mendoakan para pendahulu orang-orang beriman adalah wujud kecintaan lawan dari kebencian atas sifat dengki. Al-Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata: "Dan masing-masing mereka (para shahabat) adalah orang yang adil, imam yang memiliki keutamaan dan keridhaan. Diwajibkan atas kita untuk memuliakan, menghormati, memintakan ampunan untuk mereka dan mencintai mereka. Satu buah kurma yang mereka sedekahkan lebih utama dari sedekah seluruh apa yang kita miliki. Duduknya mereka bersama Nabi lebih utama daripada ibadah kita sepanjang masa. Kalau seandainya seluruh umur kita gunakan untuk beribadah terus-menerus maka tidak akan mampu menandingi amalan sesaat atau lebih dari mereka." (Al-Ahkam fi Ushulil Ahkam 5/663) 15 Allah membenci sifat dengki,dimana sifat dengki ini lawan dari kebersihan hati atas amalan saling mendoakan. Dengan saling mendoakan akan menghilangkan rasa dengki dalam hati dan membersihkan hati yang mampu menumbuhkan rasa cinta. Berkenaan dengan doa ini ada dua sifat dari doa, doa yang bersifat keburukan dan doa bersifat kebaikan. Adapun perkataan itu adalah doa sebagai mana diterangkan dalam Hadits. Laknat, cacian dan hujatan adalah wujud isi hati atas seseorang seperti halnya juga pujian,doa kebaikan dan pengmuliaan. Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :” Apabila seseorang mendoakan saudaranya (seiman) tanpa sepengetahuanya, maka malaikat akan berkata ; amin dan semoga engkau mendapatkan hal yang sama-atas doamu-.”HR.Muslim dan Abu Dawud. Dalam hadits itu dapat dimengerti bahwa setiap doa kebaikan yang kita ucapkan akan kembali kepada kita selaku orang yang mendoakan begitu pula setiap celaan,cacian dan hujatan maupun laknat yang tidak pantas akan kembali pula pada orang tersebut. Menegnai Jaza [balasan] akan Allah berikan berdasarkan setiap amal anak cucu adam . sebagaimana Firman Allah SWT ;” Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” QS.Al-Zalzalah ayat 8. Sungguh setiap cacian yang di lontarkan kepada para sahabat akan diberikan balasan yang setimpal atas perbuatan itu di dunia dan akhirat. Adapun mencaci maki kaum mukminin dihimpun dalam sebuah tindak kejahatan bersamaan dengan perkara pembunuhan. Dlam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud –ra-, bahwa Rasul Allah SAW

Page 8: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

8 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

memohon ampunan untuk sahabat Muhammad SAW kemudian malah mereka mencacinya” HR. Muslim. Dan dari Mujahid dari Ibnu Abbas berkata;”Janganlah kalian mencaci maki para sahabat Muhammad SAW, sebab sesungguhnya Allah telah memerintahkan untuk memohonkan ampun untuk mereka, dan telah dikatahui bahwa mereka akan saling membunuh.” HR.Imam Ahmad.16

***---***

2. Dalil-Dalil dari as-Sunnah

Hadits yang ada pada dua kitab shahih-Shaih Bukhari No: 3470- dari Abu Said al Khudri-ra- berkata: Rasul Allah SAW bersabda;

”Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku, demi Dzat diriku berada ditangan-Nya, seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan hartanya setara gunung Uhud emas maka hal itu tidak akan menyamai satu mud jumlah suatu benda yang ditakar dengan kedua telapak tangan yang disatukan dan juga satu nashifah17 (ukuran satuan berat yang sangat kecil sebesar ruas kelingking). (Mutafaq’alaih).18

bersabda;”mencaci/memaki orang muslim adalah perbuatan fasik dan membunuhnya adalah perbuatan kufur”. Mencela sewaktu hidup saja dilarang terlebih ketika orang itu meninggal, maka itu lebih dilarang. Telah bersabda Rasul Allah SAW;”Janganlah kalian mencaci orang yang sudah mati karena mereka telah mendapatkan balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (HR.Bukhari.No: 1393). Hadits ini bersifat umum agar tidak ada seorang yang mencaci orang yang sudah meninggal, karena bila kita mencaci keburukan orang tersebut maka Allah sudah memberikan balasanya, begitu pula kebaikan yang dilakukan Allah juga sudah membalasnya. Akan tetapi larangan mencaci maki ini hanya berlaku bagi kalangan kaum mukminin saja, tidak berlaku bagi orang kafir, seperti halnya fir’aun,Namrudz , dan kaum-kaum kafir lainya (lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi.Juz V / 233). 16 Adapun ungkapan Ibunda ‘Aisyah dan Ibnu Abbas ini bisa jadi-Allahu’alam- mereka katakan ketika masa dimana terjadi perselisihan antara Ali-ra- dan Muawiyah-ra-, yang dimana pada saat itu pula muncul firqoh sesat Syiah yang gemar mencaci maki para sahabat, etrjadi fitnah yang besar [saling bunuh membunuh antar sesama mukmin]. Yang diamana mencaci maki para sahabat ini amatlah terlarang. Sebagai mana diterangkan dalam Hadits yang nanti akan ada keterangan lebih lanjut.InsyaAllah Perihal atsar diatas saya menemukan atsar sejenis di dalam kitab tafsir Ibnu Katsir. I’smail bin ‘Ulayyah meriwayatkan dari ‘Aisyah,ia berkata;’kalian diperintahkan memohon ampun bagi para sahabat Muhammad tetapi kalian justru mencaci maki mereka. Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi kalian bersabda :”Umat ini tidak akan binasa , sehingga orang-orang terakhir dari mereka melaknat para pendahulunya (yang telah beriman).” HR.Al-Baghawi. Para ulama menjelaskan bahwa perkataan Ibnunda ‘Aisyah ini ditunjukan pada golongan Syiah Rafidhoh.Allahu’alam. 17 Terjemahan Hadits yang umum tertuliskan sebagai berkut:” Janganlah kalian mencerca para shahabatku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka (pahala) infaq kalian tidak akan mencapai (pahala) infaq sebanyak dua telapak tangan mereka bahkan tidak pula setengahnya."

Page 9: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

9 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

Kata “Al-Ashbaab” “ ي اب ح ص ”adalah bentuk jama’ dari kata “shahib”, sedang arti kata “shahib ”أadalah merupakan bentuk subyek dari fiil ‘Shahiba, Yashhabu’ yang terjadi pada pertemanan yang sebentar maupun lama, Allah berfirman “.... احب terkadang diartikan dengan ,(An-Nisa 36)”......الص

18 Syarah Hadits :

Imam Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan, ucapan ini ditunjukan kepada para sahabat agar mereka tidak saling mencela sahabat yang lebih dahulu masuk islam. Ini juga berarti yang masuk Islam lebih belakangan dari pra sahabat dan tidak bertemu Nabi SAW, lebih dilarang mencela mereka. Imam al Badhawi menyatakan,”Arti Hadits ini adalah; infak kalian berupa emas sebesar gunung Uhud tidak akan mampu menyamai nilai infak satu mud atau separuh mud yang diinfakan sahabat Nabi SAW. Hal itu karena tingkat keikhlasan dan kejujuran niat yang berbeda (Fathul Bari, 10 / 468).

Kita semua tahu dari hadits bahwa keihlasan para sahabat sudah diakui oleh Nabi langsung melalui lisanya, dan pernyataan Nabi SAW adalah terpercaya lagi jauh dari keslahan. Hadits ini juga bermakana akan penegasan Nabi SAW atas keutamaan para sahabat bahwa setelahnya tiada lagi yang mampu menandingi para sahabat [generasi awal], yang dimana pada saat kebanyakan orang kafir pada Nabi SAW, melainkan mereka percaya dengan sungguh atas kebenaran Nabi SAW, mereka korbankan jiwa,raga dan harta mereka untuk Nabi SAW. Inilah wujud simpati nabi atas mereka dengan menyatakan bahwa tiada yang mampu menandingi amal shalih mereka. Selain penegasan akan keutamaan mereka dibanding dengan generasi setelahnya. Disini juga Nabi SAW melarang orang setelah mereka untuk saling mencaci, entah antar shabat dimasanya atau setelahnya. Disini saya katakan orang yang berani mencela,mengkritisi dan menghujat sahabat adalah orang yang tidak tahu diri lagi sombong. Ini adalah hadits yang derajatnya terkuat yang menunjukan pelarangan mencaci maki para sahabat dan keutamaan para sahabat dibanding generasi setelahnya. Selain itu juga ada hadits senada yang cukup kuat derajatnya sebagai dasar dalam penetapan hukum akan keharaman mencaci sahabat Nabi SAW,. Dari Ali radhiallahu 'anhu, ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan Abdullah ibnu Mas'ud agar memamanjat pohon untuk mengambilkan sesuatu dari pohon itu. Kemudian para sahabat melihat betis Abdullah dan mereka tersenyum karena kelebatan (bulu) kedua betisnya. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata,

أحد من المیزان في أثقل هللا عبد لرجل تضحكون ما 'Apa yang kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah ibnu Mas'ud itu lebih berat dalam

timbangan dari pada gunung Uhud'"

Kitab Shahih Adabul Mufrat, 176/237. Shahih lighairihi di dalam kitab Ash-Shahihah (3192) Tidak Tercantum sedikitpun dalam Kutubus-Sittah.

Dalam hadits itu dijelaskan tentang sahabat yang tertawa melihat kaki sahabat Ibnu Mas’ud, maka Rasul Allah melarangnya. Mentertawakan akan sahabat saja dilarang terlebih mencaci,memfitnah,menghujat dan mengeluarkan perkataan keji atas sahabat lainya. Ini adalah hadits pendukung akan pelarangan Nabi SAW untuk mencaci para sahabat atas sahabat dan orang setelahnya serta menunjukan kelebihan/keutamaan para sahabat. Sebenarnya masih banyak hadits yang menunjukan keutamaan para sahabat yang diakui langsung dari lisan Nabi SAW sebagai penegasan dan ridho Nabi SAW atas keislaman dan keimanan mereka.

Page 10: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

10 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

teman seperjalanan, etrkadang diartikan dengan istri, dan telah diketahui bahwa kebersamaan seorang teman atau seorang istri bisa jadi dalam kurun waktu tertentu atau lebih panjang lagi. Imam Ahmad bin Hambal dan –ulama-lainya mengatakan;” Setiap orang yang bersama dengan Rasul Allah SAW baik dalam waktu setahun, sebulan, atau sehari. Atau beliau melihatnya beriman denganya maka ia adalah termasuk golongan sahabat ia mempunyai kesempatan bersama Rasul Allah SAW dengan ukuran tersebut.”19

19 Berikut saya jelaskan beberapa penjelsan tentang definisi sahabat lebih rinci :

[1]. Menurut Lughah [Bahasa]. Shahabi diambil dari kata-kata Shahabat = Persahabatan, dan bukan diambil dari ukuran tertentu yakni harus lama bersahabat, hal ini tidak demikian, bahkan persahabatan ini berlaku untuk setiap orang yang menemani orang lain sebentar atau lama. Maka dapat dikatakan seseorang menemani si fulan dalam satu masa, setahun, sebulan, sehari atau sejam. Jadi persahabatan bisa saja sebentar atau lama. Abu Bakar Al-Baqilani (338-403H) berkata : "Berdasarkan defenisi bahasa ini, maka wajib berlaku difinisi ini terhadap orang yang bersahabat dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kendatipun hanya sejam di siang hari. Inilah asal kata dari kalimat Shahabat ini". (Lihat Lisanul "Arab II:7; Al-Kilayat fi 'Ilmir Riwayah hal.51 oleh Al-Khathib Al-Baghdadi ; As-Sunnah Qablat-Tadwin hal. 387.) [2].Menurut Istilah Ulama Ahli Hadits. Kata Ibnu Katsir : "Shahabat adalah orang Islam yang bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, meskipun waktu bertemu dengan beliau tidak lama dan tidak meriwayatkan satu hadits pun dari beliau". Kata Ibnu Katsir :" Ini pendapat Jumhur Ulama Salaf dan Khalaf (=Ulama terdahulu dan belakangan)". (Al-Baa'itsul Hatsits Syarah Ikhtisar 'Uluumil-Hadits Lil-Hafizh Ibnu Katsir oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir hal. 151 cet. Darut turats Th. 1399H/1979M.) Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-'Asqalani melengkapi definisi Ibnu Katsir, ia Berkata :"Definisi yang paling shahih tentang Shahabat yang telah aku teliti ialah : "Orang yang berjumpa dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan beriman dan wafat dalam keadaan Islam". Masuk dalam difinisi ini ialah orang yang bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam baik lama atau sebentar, baik meriwayatkan hadits dari beliau atau tidak, baik ikut berperang bersama beliau atau tidak. Demikian juga orang yang pernah melihat beliau sekalipun tidak duduk dalam majelis beliau, atau orang yang tidak pernah melihat beliau karena buta. Masuk dalam definisi ini orang yang beriman lalu murtad kemudian kembali lagi kedalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam seperti Asy'ats bin Qais. Kemudian yang tidak termasuk dari definisi shahabat ialah : [a]. Orang yang bertemu beliau dalam keadaan kafir meskipun dia masuk Islam sesudah itu (yakni sesudah wafat beliau). [b]. Orang yang beriman kepada Nabi Isa dari ahli kitab sebelum diutus Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan setelah diutusnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dia tidak beriman kepada beliau. [c]. Orang yang beriman kepada beliau kemudian murtad dan wafat dalam keadaan murtad. Wal'iyaadzu billah. (Al-Ishabah fil Tanyizis-Shahabah I hal. 7-8 cet. Daarul-fikr 1398H.) Keluar pula dari definisi shahabat ialah orang-orang munafik meskipun mereka bergaul dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah dan Rasul-Nya mencela orang-orang munafik, dan nifaq lawan dari iman, dan Allah memasukkan orang munafik tergolong orang-orang yang sesat kafir dan ahli neraka (Lihat : Al-Qur'an surat An-Nisaa : 137,138,141,142,143,145. Juga surat Ali Imran : 8 – 20).

Page 11: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

11 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

20Dari Abu Abdullah bin Mughaffal berkata : Rasul SAW bersabda;’Allah berada dalam sahabatku, janganlah kalian memperlakukan mereka pada satu kepentingan sesudah meninggalku, siapa saja yang mencintainya, maka ia telah mencintaiku, dan siapa saja yang telah menyakitinya maka ia telah menyakitiku, dan siapa saja yang telah menyakitiku maka ia telah menyakiti Allah, dan berang siapa menyakiti Allah sangat dikhawatirkan Dia akan mengambilnya.’(HR.At-Tirmidzi)21

Sistim mu'amalah yang diterapkan oleh Rasulullah dan para shahabat dalam bergaul dengan orang-orang munafiqin jelas menunjukan bahwa shahabat bukanlah munafiqin dan munafiqin bukanlah shahabat. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa diantara shahabat ada yang munafik !!! Ayat-ayat Al-Qur'an dengan jelas membedakan mereka : Allah menyuruh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memerangi orang-orang kafir dan munafiq [At-Taubah:73, At-Tahriim:9], sedangkan kepada orang-orang yang beriman , Allah menyuruh beliau menyayangi mereka [Asy-Syu'araa' :215, Al-Fath:29]. Orang-orang munafiq tidak mendapat ampunan dari Allah [At-Taubah:80, Al-Munafiquun:6], sedangkan orang-orang beriman mendapatkan ampunan dari Allah [Muhammad:19]. Nabi, para shahabat dan orang-orang yang beriman dilarang menyalatkan mayat munafiqin [At-Taubah:84] sedangkan mayat orang yang beriman wajib di shalatkan sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits shahih. Dan ayat-ayat lain serta hadits yang membedakan mereka. [3]. Pendapat Ulama Tentang Definisi Shahabat. Definisi yang diberikan oleh Ibnu Hajar merupakan definisi Jumhur Ulama di antara mereka ialah Imam Bukhari, Imam Ahmad, Imam Madini, Al'iraqi, Al-Khatib, Al-Baghdadi, Suyuti dll. Ibnu Hajar berkata : Inilah pendapat yang paling kuat. Di antara ahli Ushul Fiqih yang berpendapat demikian Ibnul Hajib, Al-Amidi dan lain-lain. (Lihat Fathul Mughits 3/93-95, 'Ulumul-Hadits oleh Ibnu Shaleh hal. 146 ; At-Taqyid wal-idah Al-'Iraqi hal. 292 Alfiyah Suyuti hal. 57; Fathul Bari 7/3;Al-Ihkam fi Ushulil-Ahkam Lil-Amidi:83; Tanbih Dzawi Najabah ila 'Adalatis Shahabah hal. 11.) [D]. BAGAIMANA BISA DIKETAHUI SESEORANG ITU DIKATAKAN SHAHABAT ? Kita dapat mengetahui seseorang itu dikatakan shahabat dengan : [a]. Kabar Mutawatir seperti Khulafaur Rasyidin dan 10 orang ahli surga. [b]. Kabar yang masyhur yang hampir mencapai derajat mutawatir seperti Dhamam bin Tsa'labah dan 'Ukkaasyah bin Mihsan. [c]. Dikabarkan oleh seorang shahabat lain atau oleh Tabi'i Tsiqat (terpercaya) bahwa si fulan itu seorang shahabat, seperti Hamamah bin Abi Hamamah Ad-Dausiy wafat di Ashfahan. Abu Musa Al-Asy'ari menyaksikan bahwa ia (Hamamah) mendengar hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. [d].Seseorang memberitakan tentang dirinya bahwa ia adalah seorang shahabat Rasulullah dan dimungkinkan bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan menurut pemeriksaan ahli hadits bahwa ia memang seorang yang adil dan wafatnya tidak melebihi tahun 110H. (Lihat Tadribur-Rawi 2:213 oleh Imam Suyuthi cet. Daarul Maktabah ilmiyah 1399H/1979M ; Fathul-Mughits 3:140 Ushulul-Hadits 405-406.) 20 Sebenarnya dengan berlandasakan hadits ini saja sudah cukup untuk dijadikan dalil dalam penetapan hukum keharaman mencaci sahabat mengingat derajat hadits yang baik dan diterima, akan tetapi Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah tidak puas dengan ini saja, melainkan beliau mengutip beberapa hadits lagi yang bisa dijadikan pendukung dalam perkara ini. 21 Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hadits ini gharib.

Page 12: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

12 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

Dari Atha’ bin Abi Rabah dari Nabi SAW bersabda,”Allah melaknat orang yang mencaci

maki para sahabatku”(HR.Abu Ahmad al-Zubairi-dengan sanad dapat diterima-) Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud tentang sabda Nabi SAW, “Ketika ia menyebutkan (mencaci) Qadar, maka tangkaplah dia,dan bila ia menyebutkan (mencaci) para sahabatku,maka tangkaplah dia-juga-!”22

Termasuk ancaman yang ada dalam hadits, Ibrahim al-Nakha’i berkata; dahulu dikatakan; Hujatan terhadap Abu Bakar –ra- dan Umar-ra- termasuk dosa besar, dan jika hajatan terhadap mereka berada dalam posisi yang seperti ini, maka hukuman yang paling minimal dari perbuatan ini adalah Ta’zir, sebab ia diatur dalam Syara’ untuk setiap kemaksiatan yang tidak ada hukum hadd dan hukuman kaffarah.23

Ini merupakan hal yang disepakati bersama antara ahli-fiqih dan ulama dari golongan sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik serta seluruh elemen Ahlussunah wal Jama’ah, mereka semua telah ber Ijma’ pada kewajiban memuji mereka, meridahi mereka, berkeyakinan mencintai mereka dan mendukung mereka, serta hukuman bagi orang yang berbuat buruk dalam perkataan tentang mereka.24

22 Seperti kita ketahui bahwa briman pada Qadar adalah wajib dan barang siapa yang mencaci qadar atau menggugat atas Qadar Allah maka ia termasuk perbuatan tercela yang mampu merusak iman dan dekat dengan kekufuran. Maka dari itu barang siapa melakukan perbuatan ini pantas dihukum sebagaimana mencaci paras sahabat. 23 Mencaci maki sahabat yang mulia dikategorikan dosa besar yang ada beban ta’zir didalamnya berdasarkan hadits yang dikemukakan diatas. 24 Syaikh al Isalam Ibnu Taimiyah menberikan informasi bahwa sanya ulama sudah mealkukan Ijma’ akan keharaman mencaci maki para sahabat serta menyuruh umat islam untuk memuliakan,menghormati, meridhoi dan mencintai mereka. Dan Ijma’ merupakan suatu dasar hukum yang sah dalam hukum islam setelah Al-Qur’an dan As sunnah. Ijma’ akan mampu dijadikan landasan hukum bila didukung akan adanya keterangan Al-Qur’an dan As sunnah atau dengan kata lain Ijma’ bisa dijadikan dalil bila Ijma’ itu berasal atau berasaskan Qur’an dan Sunnah. Akan tetapi perlu dicatat bahwa Ahlussunah menerima Ijma’ yang berlandaskan Qur’an dan Sunnah atau tidak bertentangan atasnya. Akan tetapi sekte Syiah menolak akan Ijma’ , mereka beranggapan bahwa Ijma’ tidak bisa dijadikan landasan dalam berhujah, berbeda dengan Ahlussunah yang menerima Ijma’. Ijma’ sangat dibutuhkan demi adanya kepastian suatu hukum serta menghindari perselisihan yang sangat krusial, jika ijma’ ditiadakan ini sama artinya mendukung ketidak pastian hukum dan perpecahan antar umat,ahli Fiqh dan Ulama. Adanya hukum shalat menggunakan bahasa arab itu berasal dari Ijma’ yang berdasarkan As sunnah (yaitu berdasarkan sabda Nabi SAW; “Sesungguhnya dalam shalt itu tidak pantas ada percakapan manusia”HR.Muslim No: 537. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perihal hukum wajibnya menggunakan bahasa arab dalam sholat bisa dilihat di makalah saya yang lain-pembahsan saya batasi agar tidak melebar-). Maka berlandaskan As sunnah shohihah dan Keterangan dari Al-Qur’an secara eksplisit maka dilakukanlah Ijma’ tentang penggunaan bahasa arab dalam shalat. Maka dengan adanya Ijma’ tersebut ada kepastian hukum mengenai bahasa yang berlaku dalam shalat. Jadi Ijma’ adalah perkara yang sangat penting bagi umat islam. Jadi berdasarkan pemaparan panjang diatas maka kesimpulan dari hukum mecaci para sahabat adalah HARAM, yang bila mana dikerjakan akan mendapat dosa bila ditinggalkan dapatkan kebaikan, sedang mendoakan dan memuliakan merupakan sebuah kesunahan yang ditekankan mengingat isi dalil-dalil diatas, dan mendoakan para sahabat adalah kebaikan yang diperintahkan Allah SWT. Sedang hukuman apa yang pantas bagi pelanggarnya-yaitu mencaci maki sahabat-, maka akan diterangkan di pembahasan selanjutnya. InsyaAllah. Sekian pembahasan kitab yang amat bagus krya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah yang berjudul AshShaarimul Maslul Alaa Syaatimur Rasuul, yang membahas tentang hukum mencaci maki para sahabat. Yang dimana sudah kita ketahui dengan pasti atas keharamanya.

Page 13: Fatwa Syaikh Ibnu Taimiyah.hukuman Para Penghujat Sahabat

Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat Bagian 1 dari 2. Keharaman Hukum Akan Hujatan Kepada Sahabat

9 Jan 2012 Maktab al-Fahmi

الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

13 Intisari Kitab Fenomenal karya Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah- PPeeddaanngg TTeerrhhuunnuuss BBaaggii PPeennccaaccii RRaassuull // الصارم المسلول على شاتم الرسولالصارم المسلول على شاتم الرسول

Disusun dan Edit Ulang Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy. E-Mail / FB: [email protected] / bagi yang ingin mengajukan diskusi lebih lanjut perihal pembahasan silahkan kontak ke alamat E Mail tersebut.

***---***

SEKIAN

Untuk pembahasan selanjutnya, yaitu pada bagian ke 2 akan dibahas mengenai hukuman yang pantas bagi orang yang mencaci atau menghujat para sahabat.

Insya Allah

Pekalongan. 09 Januari 2012 Pukul 23:28 WIB. Hari Senin

Muhammad Fachmi Hidayat al Ghomawangiy

insyaAllah akan dilanjutkan ke pembahasan selanjutnya yaitu pada jilid bagian ke 2/2 dari judul “Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah : Kepastian Hukum Atas Hujatan Kepada Para Sahabat”

Mengenai Maktab Al-Fahmi

Sebuah studi islam ilmiah yang mengkaji berbagai macam studi agama islam yang diamana kami senantiasa mengambil pendapat terkuat bila dalam ranah khilafiah ataupun ikhtilaf anatar pendapat ulama, serta senantiasa mengkaji kembali syubhat-syubhat yang ada di tengah-tengah umat yang diamana syubhat tersebut dibahas dengan berpedoman pada kaidah-kaidah ilmu islam yang berlaku dimana pedoman utama kami adalah Al-Qur’an, Al Hadits shohihah, Perkataan Sahabat, Pendapat para Ulama terpercaya dari kalangan Ahlussunah wal Jamaah yang senantiasa menjaga kejujuran ilmu-ilmu mereka baik dari kalangan salaf mapun khalaf.

Tujuan kami adalah memahamkan umat kepada pemahaman islam semurni-murninya yang dimana dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW, yang di ikuti sahabatnya, dan diikuti generasi selanjutnya. Kami tidak meutup telinga dan hati kami terhadap kritik, saran dan masukan yang membantu kajian kami lebih ilmiah dan menjadi lebih baik. Semoga dengan hadirnya Maktab Al-Fahmi ini mampu mewarnai dunia khasanah keilmuan islam yang ilmiah dan benar. Kami senantiasa berharap kepada Allah SWT agar amal usaha kita semua dalam rangka menebar ilmu-ilmu Islam yang agung dihitung sebagai amal shaleh, juga kami berharap apa yang kami sajikan mampu diterima dengan senang hati oleh umat islam pada umumnya.

Selamat membaca kajian kami sekritis mungkin dan senantiasa kami harap masukan lebih lanjut demi kebaikan kita bersama, dimana pada hari ini khasanah keilmuan islam mulai memudar di kalangan umat.

Hormat kami Maktab Al-Fahmi

Al Faqir Muhammad Fachmi Hidayat al-Ghomawangiy

Tidak untuk dikomersilkan. Wakaf umat. Silahkan sebarluaskan seluas-luasnya dan sertakan sumber

bila ada penggandaan , pengutipan dan penyebaran Jazakallah khoiron Jaza

MAKTAB AL FAHMI PEKALONGAN