februari 2021 - bank indonesia
TRANSCRIPT
FEBRUARI 2021
Vol. 17 No. 4 TRIWULANAN
Oktober – Desember 2020 (Terbit Februari 2021)
Triwulan IV 2020
ISSN 2656-8217
Tim Penyusun
Penanggung Jawab Budiharto Setyawan
Koordinator Penyusun Yura Adalin Djalins
Editor Meily Ika Permata
Tim Penulis
Imma Nurma Sari
Ardiansyah Eddi Putra
Annisa Fisakinah Nursetyautami
Rizky Reflizar
Rani Permata Febryana
Triani Susanti
Yossie Novelidhawaty
Mifta Dian Pratiwi
Kontributor Fungsi Perumusan KEKDA Provinsi
Tim Implementasi KEKDA Provinsi
Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Produksi dan Distribusi Fungsi Perumusan KEKDA Provinsi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan
Jl.Hasanuddin No.38
Bandar Lampung – Lampung, 35225
Tel. (0721) 486-355
Fax. (0721) 481-131
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan buku “Laporan Perekonomian Provinsi Lampung Periode November 2020”
akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 bahwa Bank
Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara periodik melakukan asesmen
terhadap perkembangan ekonomi di daerah, sumber-sumber tekanan inflasi, risiko dan prospeknya
serta rekomendasi kebijakan yang perlu ditempuh Pemerintah.
Seiring dengan penerapan otonomi daerah sejak 1999, asesmen ekonomi regional semakin
berperan dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga.
Perhatian terhadap perkembangan ekonomi daerah semakin kuat di era pemerintahan saat ini yang
menghendaki aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada daerah tertentu, melainkan tersebar di
berbagai daerah, sehingga disparitas ekonomi antar daerah berkurang. Terkait dengan hal tersebut,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung melakukan kajian serta memberikan asesmen
terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan
dituangkan dalam publikasi “Laporan Perekonomian Provinsi Lampung”. Analisis dalam buku ini
mencakup pertumbuhan ekonomi daerah, perkembangan inflasi, perbankan dan sistem pembayaran,
keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta prospek perekonomian ke depan.
Di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19, perekonomian Lampung menunjukkan
perbaikan. Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar 2,26% (yoy)
atau lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 2,41%
(yoy). Namun demikian, realisasi pertumbuhan ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan IV 2019 sebesar 5,07% (yoy). Realisasi pertumbuhan pada triwulan IV 2020 ini
juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera (-2,21%; yoy) dan Nasional
(-2,19%; yoy). Realisasi tersebut secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat ke-6 dari 10
provinsi di Sumatera pada triwulan IV 2020. Adapun secara nominal, perekonomian Lampung pada
triwulan IV 2020 berdasarkan ADHB dan ADHK (2010) masing-masing sebesar Rp84,74 triliun dan
Rp57,36 triliun.
Dengan perkembangan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tahun 2020
sebesar -1,67% (yoy). Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
Sumatera yang tercatat -1,19% (yoy), meski lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional
yakni -2,07% (yoy). Secara spasial, Lampung berada pada peringkat ke-8 provinsi untuk pertumbuhan
tertinggi tahun 2020 se-Sumatera. Secara kumulatif, kinerja pertumbuhan ekonomi Lampung pada
tahun 2020 menurun dari tahun sebelumnya akibat penurunan permintaan sebagai dampak pandemi
COVID-19. Konsumsi melemah seiring turunnya daya beli dan permintaan masyarakat. Sementara
ketidakpastian ekonomi menyurutkan niat pelaku usaha untuk berinvestasi dan bersikap wait and see.
Di sisi ekspor, pelemahan permintaan dunia memengaruhi volume perdagangan dunia yang menurun.
Meski demikian, di sisi konsumsi pemerintah, adanya stimulus fiskal yang bersumber dari bansos dan
anggaran PEN menjadi sumber penopang aktivitas ekonomi pada tahun 2020.
Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung,
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, PLN Wilayah Lampung, PDAM Way Rilau, Kanwil DJPb Provinsi
Lampung, Ladeo Provinsi Lampung, Ditjen Bea Cukai dan semua penyedia data yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu. Kami menyadari bahwa hasil kajian ekonomi yang disajikan dalam buku ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan
dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kami juga mengharapkan kiranya kerjasama
yang baik selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.
Akhirnya, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya kepada kita semua.
Bandar Lampung, Februari 2021
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI LAMPUNG
Budiharto Setyawan
Direktur
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 5
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................... 7
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................................................................... 8
TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG................................................................................. 14
RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................................... 17
1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ............................................................................... 24
1.1 Analisis PDRB Sisi Permintaan ................................................................................................. 26
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga ............................................................................................... 28
1.1.2. Konsumsi Pemerintah ..................................................................................................... 30
1.1.3. Investasi .......................................................................................................................... 30
1.1.4. Ekspor dan Impor ........................................................................................................... 32
1.2 Analisis PDRB Sisi Lapangan Usaha ......................................................................................... 38
1.2.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ................................................... 39
1.2.2 Lapangan Usaha Industri Pengolahan ............................................................................. 41
1.2.3 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
42
1.2.4 Lapangan Usaha Konstruksi ............................................................................................ 44
1.2.5 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian ............................................................. 45
1.2.6 Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan ............................................................. 45
1.2.7 Lapangan Usaha Lainnya ................................................................................................ 46
2. KEUANGAN DAERAH ...................................................................................................................... 51
2.1 APBD Provinsi Lampung .......................................................................................................... 52
2.1.1 Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung ........................................................................ 53
2.1.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung .......................................................................... 54
2.1.3 Anggaran Belanja Provinsi Lampung ............................................................................... 56
2.1.4 Realisasi Belanja Provinsi Lampung .................................................................................. 57
2.2 Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung................................................................ 58
2.3 Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung ............................................................. 59
2.3.1 Penerimaan .................................................................................................................... 59
2.3.2 Belanja ........................................................................................................................... 59
3. PERKEMBANGAN INFLASI ............................................................................................................... 61
3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung .............................................................................................. 63
3.1.1. Inflasi Bulanan ................................................................................................................ 63
3.1.2. Inflasi Tahunan ............................................................................................................... 66
3.1.3 Ekspektasi Inflasi ............................................................................................................. 71
3.1.4 Pengendalian Inflasi ........................................................................................................ 72
3.2. Inflasi Kota-Kota di Provinsi Lampung ..................................................................................... 73
3.2.1. Inflasi Kota Bandar Lampung .......................................................................................... 73
3.2.2. Inflasi Kota Metro ........................................................................................................... 74
3.3. Inflasi Kota-Kota di Sumatera ................................................................................................. 75
3.4. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan III 2020 .......................................................................... 76
4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM .................................................. 79
4.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga ............................................................................................. 80
4.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga ................................................. 80
4.1.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga ................................................................................... 82
4.1.3 Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan ............................................................... 82
4.1.4 Eksposur Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga ............................................................ 83
4.2 Asesmen Sektor Korporasi ...................................................................................................... 84
4.2.1 Kinerja Korporasi ............................................................................................................ 84
4.2.2 Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi .................................................................... 85
4.3 Asesmen Institusi Keuangan ................................................................................................... 87
4.3.1 Bank Umum ................................................................................................................... 87
4.3.3 Bank Syariah ................................................................................................................... 89
4.4 Perkembangan Kredit UMKM ................................................................................................. 90
5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ......................... 97
5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Tunai ................................................................ 98
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal .................................................................................. 98
5.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar .......................................................................................... 99
5.1.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu .............................................................................. 100
5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Bank Indonesia .............................................................. 101
5.3. Perkembangan Transaksi APMK dan Uang Elektronik ........................................................... 102
6. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN ...................................................................................... 113
6.1 Ketenagakerjaan................................................................................................................... 114
6.2 Nilai Tukar Petani .................................................................................................................. 118
6.3 Kemiskinan ........................................................................................................................... 119
7. PROSPEK PEREKONOMIAN ............................................................................................................ 128
7.1 Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................................................... 129
7.2 Inflasi .................................................................................................................................... 133
7.3 Rekomendasi ........................................................................................................................ 134
LAMPIRAN ............................................................................................................................................ 136
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................................... 136
7
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Permintaan ..................................................................... 26 Tabel 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Lapangan Usaha (% yoy) ................................................ 38
Tabel 2. 1 Struktur APBD Provinsi Lampung ............................................................................................................ 52
Tabel 2. 2 Struktur Pendapatan APBD Provinsi Lampung ......................................................................................... 54
Tabel 2. 3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung ......................................................................................... 55
Tabel 2. 4 Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung ................................................................................................ 56
Tabel 2. 5 Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung Tahun 2020 ............................................................................. 57
Tabel 2. 6 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah Negara .................................................................... 59
Tabel 2. 7 Laporan Arus Kas Keluar di Provinsi Lampung ......................................................................................... 60
Tabel 3. 1 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Jul-20 ........................................................................................................ 64
Tabel 3. 2 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Ags-20....................................................................................................... 64
Tabel 3. 3 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Sep-2020 ................................................................................................... 65
Tabel 3. 4 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok (% mtm) .......................................................................................... 65
Tabel 3. 5 Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok (% yoy) .................................................................................. 66
Tabel 3. 6 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Makanan, Minuman Non Alkohol & Tembakau (% yoy) ........... 67
Tabel 3. 7 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perumahan, Air , Listrik dan Bahan Bakar (% yoy) .................... 68
Tabel 3. 8 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Pendidikan (% yoy) ................................................................. 69
Tabel 3. 9 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (% yoy) ................ 69
Tabel 3. 10 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (% yoy) .......................... 70
Tabel 3. 11 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Transportasi (% yoy) ............................................................. 70
Tabel 3. 12 Sumbangan Inflasi & Deflasi Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi .............................. 71
Tabel 4. 1 Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Lampung .................................................................................... 87
Tabel 4. 2 Indikator Kinerja Bank Syariah Provinsi Lampung ..................................................................................... 89
Tabel 5. 1 Aliran Uang Spasial ................................................................................................................................ 99
Tabel 6. 1 Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung ............................. 114
Tabel 6. 2 Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung ................................ 117
Tabel 6. 3 Penduduk yang terdampak Covid-19 di Provinsi Lampung Agustus 2020 .............................................. 117
Tabel 6. 4 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh pada GK Maret 2020 ............................................................ 120
Tabel 6. 5 Penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) Posisi September 2020 .................................................... 122
Tabel 6. 6 Penyaluran Program Sembako Posisi Oktober 2020 ............................................................................... 123
Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Volume Perdagangan Dunia ......................................................... 131 Tabel 7. 2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor ........................................................................................................... 134
8
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 Mobilitas Masyarakat Lampung ............................................................................................................. 26
Grafik 1. 2 Indeks Penghasilan ................................................................................................................................ 26
Grafik 1. 3 Kontribusi PDRB Pengeluaran Provinsi Lampung .................................................................................... 27
Grafik 1. 5 Mobilisasi Masyarakat Lampung ............................................................................................................ 28
Grafik 1. 4 Indeks Keyakinan Konsumen ................................................................................................................. 28
Grafik 1. 6 Nilai Tukar Petani .................................................................................................................................. 28
Grafik 1. 7 Kredit Konsumsi .................................................................................................................................... 28
Grafik 1. 9 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ............................................................................................................ 30
Grafik 1. 8 Mobilisasi Masyarakat Lampung dan Indeks Penghasilan....................................................................... 30
Grafik 1. 10 Giro Pemerintah di Bank Umum .......................................................................................................... 30
Grafik 1. 11 Realisasi Belanja Operasi ...................................................................................................................... 30
Grafik 1. 12 Realisasi Belanja Modal ........................................................................................................................ 30
Grafik 1. 13 Realisasi Belanja Kabupaten/Kota ........................................................................................................ 30
Grafik 1. 14 Pangsa PMDN Triwulan III 2020 ........................................................................................................... 30
Grafik 1. 15 Pangsa PMA Triwulan III 2020 ............................................................................................................. 30
Grafik 1. 16 Perkiraan Investasi ............................................................................................................................... 31
Grafik 1. 17 Perkembangan Ekspor Lemak dan Minyak Hewan/Nabati .................................................................... 32
Grafik 1. 18 Perkembangan Ekspor Luar Negeri ...................................................................................................... 32
Grafik 1. 19 Perkembangan Ekspor Olahan Buah-Buahan/Sayuran .......................................................................... 32
Grafik 1. 20 Perkembangan Ekspor Batubara .......................................................................................................... 32
Grafik 1. 21 Pangsa Kelompok Ekspor Non Migas ................................................................................................... 33
Grafik 1. 22 Negara Tujuan Ekspor ......................................................................................................................... 33
Grafik 1. 24 Perkembangan Impor Barang Baku ...................................................................................................... 34
Grafik 1. 23 Perkembangan Impor Barang Konsumsi............................................................................................... 34
Grafik 1. 25 Perkembangan Impor Barang Modal.................................................................................................... 34
Grafik 1. 26 Pangsa Impor Provinsi Lampung .......................................................................................................... 34
Grafik 1. 27 Negara Asal Impor............................................................................................................................... 34
Grafik 1. 29 Tracking Perkembangan Impor Luar Negeri .......................................................................................... 37
Grafik 1. 28 Perkembangan Harga CPO Internasional .............................................................................................. 37
Grafik 1. 31 Perkembangan Harga Lada Hitam Internasional ................................................................................... 37
Grafik 1. 30 Perkembangan Harga Batubara Internasional ....................................................................................... 37
Grafik 1. 32 Perkembangan Harga Kopi Robusta Internasional ................................................................................ 38
Grafik 1. 33 Pangsa PDRB Lap. Usaha ..................................................................................................................... 39
Grafik 1. 35 Nilai Tukar Petani ................................................................................................................................ 40
Grafik 1. 34 Kredit Pertanian .................................................................................................................................. 40
Grafik 1. 37 Volume Impor Pupuk ........................................................................................................................... 40
Grafik 1. 36 Kredit LU Pertanian ............................................................................................................................. 40
Grafik 1. 39 SBT Realisasi Tenaga Kerja LU Industri Pengolahan ............................................................................... 41
Grafik 1. 38 Prompt Manufacturing Index ............................................................................................................... 41
Grafik 1. 40 Penjualan Listrik Industri ...................................................................................................................... 41
Grafik 1. 41 Impor Bahan Baku Makanan ............................................................................................................... 41
Grafik 1. 43 Pertumbuhan Kredit LU Industri Pengolahan ........................................................................................ 42
Grafik 1. 42 Perkiraan Prompt Manufacturing Index Lampung ................................................................................ 42
Grafik 1. 43 Pertumbuhan Kredit LU Industri Pengolahan ........................................................................................ 42
Grafik 1. 45 Pertumbuhan Penjualan Kendaraan ..................................................................................................... 43
Grafik 1. 44 Kredit LU Perdagangan ........................................................................................................................ 43
Grafik 1. 46 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini .......................................................................................................... 43
Grafik 1. 48 Kredit LU Konstruksi ............................................................................................................................ 44
Grafik 1. 47 Penjualan Semen ................................................................................................................................. 44
Grafik 1. 49 Kredit LU Pertambangan dan Penggalian ............................................................................................. 45
Grafik 1. 50 Indeks Kegiatan Dunia Usaha LU Pengangkutan dan Komunikasi ......................................................... 46
Grafik 1. 51 Perkembangan Arus Barang Menggunakan Kereta Api ........................................................................ 46
Grafik 1. 52 Perkembangan Arus Penumpang Provinsi Lampung ............................................................................. 46
Grafik 1. 54 Realisasi Kegiatan Usaha LU Listrik, Gas, dan Air .................................................................................. 47
Grafik 1. 53 Total Penjualan Listrik .......................................................................................................................... 47
Grafik 2. 1 Perkembangan APBD Provinsi Lampung ................................................................................................. 52
9
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Grafik 2. 2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung ............................................................. 54 Grafik 2. 3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung ........................................................................................ 55 Grafik 2. 4 Realisasi Penerimaan Pajak di Provinsi Lampung ..................................................................................... 56 Grafik 2. 5 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi Lampung ............................................................................... 57 Grafik 2. 6 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Lampung ......................................................................................... 57 Grafik 2. 7 Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2020 .............................................................................................. 58 Grafik 2. 8 Realisasi Belanja per Kab/Kota Triwulan III 2020 ..................................................................................... 58 Grafik 2. 9 Struktur Belanja APBD Kab/Kota ............................................................................................................ 58
Grafik 3. 1 Inflasi Lampung dan Nasional ................................................................................................................ 63
Grafik 3. 2 Sumbangan Inflasi Bulanan Juli, Agustus, September 2020 .................................................................... 63
Grafik 3. 3 Sumbangan Inflasi Bulanan Jul 20 ......................................................................................................... 64
Grafik 3. 4 Sumbangan Inflasi Bulanan Ags 2020 .................................................................................................... 64
Grafik 3. 5 Sumbangan Inflasi Bulanan Sep 2020 .................................................................................................... 65
Grafik 3. 6 Inflasi Tahunan Lampung dan Nasional .................................................................................................. 66
Grafik 3. 7 Perkembangan Harga Beras ................................................................................................................... 67
Grafik 3. 8 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan ................................................................................................ 67
Grafik 3. 9 Perkembangan Harga Daging dan Telur................................................................................................. 68
Grafik 3. 10 Perkembangan Harga Sayur Sayuran ................................................................................................... 68
Grafik 3. 11 Perkembangan Harga Rokok ............................................................................................................... 68
Grafik 3. 12 Perkembangan Harga Bensin ............................................................................................................... 70
Grafik 3. 13 Ekspektasi Perubahan Harga 3 & 6 Bulan ke Depan ............................................................................. 71
Grafik 3. 14 Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung .................................................................................................. 74
Grafik 3. 15 Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung ................................................................................................. 74
Grafik 3. 16 Inflasi Bulanan Kota Metro .................................................................................................................. 75
Grafik 3. 17 Inflasi Tahunan Kota Metro ................................................................................................................. 75
Grafik 3. 18 Inflasi tahunan Kota-Kota Sumatera .................................................................................................... 75
Grafik 3. 20 Realisasi Inflasi vs Nilai Historis Inflasi 5 Tahun Terakhir ........................................................................ 77
Grafik 3. 19 Realisasi Inflasi April 2020 Provinsi ....................................................................................................... 77
Grafik 4. 1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga...................................................................................................... 80
Grafik 4. 2 Indeks Keyakinan Konsumen ................................................................................................................. 80
Grafik 4. 3 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ............................................................................................................ 80
Grafik 4. 4 Kredit Perseorangan Lampung ............................................................................................................... 80
Grafik 4. 5 Indeks Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Mendatang .................................................................................. 81
Grafik 4. 6 Pertumbuhan DPK Perbankan ............................................................................................................... 82
Grafik 4. 7 Komposisi DPK Perbankan .................................................................................................................... 82
Grafik 4. 8 Pertumbuhan DPK Perseorangan ........................................................................................................... 83
Grafik 4. 9 Pertumbuhan Kredit Perseorangan ........................................................................................................ 84
Grafik 4. 10 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perseorangan ....................................................................................... 84
Grafik 4. 11 Komposisi Kredit Konsumsi Perseorangan ............................................................................................ 84
Grafik 4. 12 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial ................................................................................. 84
Grafik 4. 13 Survey Kegiatan Dunia Usaha .............................................................................................................. 85
Grafik 4. 14 Likert Scale Penjualan Domestik ........................................................................................................... 85
Grafik 4. 15 Perkembangan Ekspor ......................................................................................................................... 85
Grafik 4. 16 Perkembangan Investasi ...................................................................................................................... 85
Grafik 4. 17 Pertumbuhan Kredit Korporasi ............................................................................................................ 86
Grafik 4. 18 Komposisi Penyaluran Kredit Korporasi ................................................................................................ 86
Grafik 4. 19 Rata-Rata Suku Bunga Kredit Bank Umum ........................................................................................... 86
Grafik 4. 20 Perkembangan NPL Kredit Korporasi.................................................................................................... 86
Grafik 4. 21 Pertumbuhan Kredit Bank Umum ........................................................................................................ 87
Grafik 4. 22 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan ........................................................ 87
Grafik 4. 23 Loan to Deposit Ratio (LDR) ................................................................................................................. 88
Grafik 4. 24 Pertumbuhan Aset Bank Umum di Provinsi Lampung ........................................................................... 88
Grafik 4. 25 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum ............................................................................ 88
Grafik 4. 26 Pertumbuhan Aset, DPK & Pembiayaan Bank Syariah ........................................................................... 89
Grafik 4. 27 Pertumbuhan DPK Bank Syariah .......................................................................................................... 89
Grafik 4. 28 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Sektoral ................................................................... 90
Grafik 4. 29 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Penggunaan ............................................................ 90
Grafik 4. 30 Perkembangan Kredit UMKM .............................................................................................................. 90
10
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Grafik 4. 31 NPL Kredit UMKM ............................................................................................................................... 90
Grafik 5. 1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Triwulanan ....................................................................................... 98
Grafik 5. 2 Aliran Uang Kartal Inflow ...................................................................................................................... 98
Grafik 5. 3 Aliran Uang Kartal Outflow ................................................................................................................... 98
Grafik 5. 4 Pertumbuhan Ekonomi & Konsumsi RT Provinsi Lampung ...................................................................... 99
Grafik 5. 5 Penukaran Uang Melalui BI .................................................................................................................. 100
Grafik 5. 6 Kas Keliling ......................................................................................................................................... 100
Grafik 5. 7 Perkembangan Pemusnahan UTLE ....................................................................................................... 100
Grafik 5. 8 Kas Titipan .......................................................................................................................................... 100
Grafik 5. 9 Pecahan Uang Palsu ............................................................................................................................ 101
Grafik 5. 10 Temuan Uang Palsu........................................................................................................................... 101
Grafik 5. 11 Perkembangan Transaksi Kliring ........................................................................................................ 101
Grafik 5. 12 Nilai Transaksi RTG ............................................................................................................................ 101
Grafik 5. 13 Volume Transaksi RTG ....................................................................................................................... 100
Grafik 5. 14 Perkembangan Nominal Transaksi Kartu ATM/Debit .......................................................................... 102
Grafik 5. 15 Pangsa Jenis Transaksi Kartu ATM/Debit ............................................................................................ 102
Grafik 5. 16 Pangsa Transaksi Penarikan Tunai vs Pangsa Lokasi ATM .................................................................... 101
Grafik 5. 17 Perkembangan Nominal Transaksi Kartu Kredit .................................................................................. 103
Grafik 5. 18 Pangsa Jenis Transaksi Kartu Kredit.................................................................................................... 103
Grafik 5. 19 Perkembangan Nominal Transaksi Uang Elektronik ............................................................................ 103
Grafik 5. 20 Transaksi KUPVA di Provinsi Lampung ............................................................................................... 105
Grafik 5. 21 Pangsa Transaksi KUPVA Per Mata Uang di Provinsi Lampung ............................................................ 105
Grafik 5. 22 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ..................................................................................................... 105
Grafik 5. 23 Sebaran KUPVA BB di Provinsi Lampung ............................................................................................ 105
Grafik 6. 1 Perkembangan Upah Minimum Lampung ............................................................................................ 115
Grafik 6. 2 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan ...................................................................................................... 115
Grafik 6. 3 Porsi Penduduk Bekerja ....................................................................................................................... 115
Grafik 6. 4 Share Tenaga Kerja ............................................................................................................................. 116
Grafik 6. 5 Hasil SKDU Realisasi Kegiatan Usaha Berdasarkan Sektor ..................................................................... 116
Grafik 6. 6 NTP Per Sub Sektor.............................................................................................................................. 118
Grafik 6. 7 Indeks yang Dibayar per Sub Sektor ..................................................................................................... 118
Grafik 6. 8 NTP Provinsi Lampung dan Komponen Penyusunnya ........................................................................... 118
Grafik 6. 9 Indeks yang Diterima per Sub Sektor ................................................................................................... 118
Grafik 6. 10 Pertumbuhan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) per Subsektor ............................................................. 119
Grafik 6. 11 NTP Kota-Kota di Sumatera ............................................................................................................... 119
Grafik 6. 12 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dibandingkan Nasional ...................................................... 119
Grafik 6. 13 Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan dan Pedesaan di Lampung ......................................................... 119
Grafik 6. 14 Indeks Kedalaman Kemiskinan .......................................................................................................... 121
Grafik 6. 15 Indeks Keparahan Kemiskinan ........................................................................................................... 121
Grafik 6. 16 Koefisien Gini Lampung dan Nasional ................................................................................................ 121
Grafik 7. 1 Drewry World Container Index ............................................................................................................ 131 Grafik 7. 2 Perkembangan Ekspektasi Konsumen .................................................................................................. 132
11
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
(Halaman Sengaja Dikosongkan)
12
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
INFOGRAFIS LAPORAN PEREKONOMIAN DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TW IV 2020
KEUANGAN PEMERINTAH
APBD Provinsi Lampung
98,59% 96,92%
% REALISASI PENDAPATAN
TW IV 2019 TW IV 2020
APBD Provinsi Lampung
94,77% 94,12%
% REALISASI BELANJA
TW IV 2019 TW IV 2020
Tw IV 2020
-2,26 %(yoy)
Tw III 2020
1,35 %(yoy)
Tw IV 2020
2,00 %(yoy)
Tw III 2020
-2,41 %(yoy)
Tw III 2020 -1,41
%(yoy)
Tw IV 2020 -3,97
%(yoy)
Tw III 2020 0,84
%(yoy)
Tw IV 2020 4,08
%(yoy)
PERTUMBUHAN EKONOMI
PERKEMBANGAN INFLASI
KONSUMSI RUMAH TANGGA KONSUMSI
RUMAH TANGGA
INFLASI TAHUNAN KELOMPOK BAHAN
MAKANAN
INFLASI TAHUNAN KELOMPOK BAHAN
MAKANAN
Perekonomian Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 mengalami perbaikan meski masih terkontraksi sebesar -2,26% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami
kontraksi sebesar -2,41% (yoy). Pencapaian tersebut secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat ke-enam dari
sepuluh Provinsi di Sumatera.
Adapun inflasi Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 tercatat pada level yang lebih tinggi
sebesar 2,00% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 1,35% (yoy).
13
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
INFOGRAFIS LAPORAN PEREKONOMIAN DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TW IV 2020
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Berdasarkan Lokasi Bank
Berdasarkan Lokasi Proyek
%(yoy) 14,40 6,16
PERTUMBUHAN KREDIT PERSEORANGAN
%(yoy)
TW III ‘20 TW IV ‘20
%(yoy) 2,80 2,90
PERTUMBUHAN KREDIT UMKM
%(yoy)
TW III‘20 TW IV ‘20
TUNAI
Inflow
Outflow
Inflow
Outflow
Net Flow Net Flow
(Rp Triliun)
(Rp Triliun)
(Rp Triliun)
3,53 3,64
3,36 2,74
-0,28 -0,79
TW II 2020 TW III 2020
PERTUMBUHAN KREDIT
-0,24(%,yoy) 3,00 (%,yoy)
PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA
0,63 (%,yoy) 6,02 (%,yoy)
PERTUMBUHAN DPK
5,83 (%,yoy) 6,48 (%,yoy)
PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI
3,29 (%,yoy) 3,30 (%,yoy)
PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI
-7,23 (%,yoy) -4,54 (%,yoy)
PERTUMBUHAN ASET (Aset Bersih)
-2,25 (%,yoy) -0,26 (%,yoy)
NPL (gross) 2,75 (%) 2,49 (%)
LDR 122,38 (%) 124,12 (%)
PERTUMBUHAN KREDIT
4,18 (%,yoy) 0,75 (%,yoy)
PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA
3,50 (%,yoy) 7,32 (%,yoy)
PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI
1,84 (%,yoy) -0,45 (%,yoy)
PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI
7,82 (%,yoy) -8,42 (%,yoy)
NPL 2,75 (%) 2,49 (%)
ANGKATAN KERJA (Juta Orang)
Februari 2020
Agustus 2019
Agustus 2020
4,36 4,43 4,49
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
Februari 2020
Agustus 2019
Agustus 2020 4,03 4,03 4,67
(Persen) KEMISKINAN
Maret 2020 September 2019 12,30 12,34 12,76
(Persen)
September 2020
%(yoy) 7,80 3,36
PERTUMBUHAN KREDIT KORPORASI
%(yoy)
TW III ‘20 TW IV ‘20
*) Lokasi Bank
NON-TUNAI
Nominal Kliring (Debet+Kredit)
(Rp Triliun)
(Ribu Lembar)
(Rp Triliun)
157,6 156,5
7,36 7,74
TW III 2020 TW IV 2020
Volume Kliring (Debet+Kredit)
Nominal RTGS
23,11 29,46
Volume RTGS
20,3 22,5 (Ribu Lembar)
TW IV ‘20 TW III ‘20
*) Lokasi Bank *) Lokasi Bank
TW IV ‘20 TW III ‘20
TW IV ‘20 TW III ‘20
TW IV ‘20 TW III ‘20
14
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG
Inflasi dan PDRB
I II III IV I II III IV I II III IVIndeks Harga Konsumen
(IHK)
Bandar Lampung 133,40 134,62 134,36 135,15 135,49 138,40 139,30 139,92 105,25 104,81 105,32 106,36
Metro 138,34 138,44 138,39 139,44 139,80 141,89 142,64 143,58 105,36 105,02 105,30 106,31
Gabungan 134,13 135,18 134,95 135,78 136,12 138,91 139,79 140,46 105,26 104,83 105,32 106,36
Laju Inflasi (yoy)
Bandar Lampung 3,37 3,06 3,13 2,92 1,57 2,81 3,68 3,53 3,13 1,29 1,24 1,93
Metro 2,47 1,35 1,42 1,64 1,06 2,49 3,07 2,97 3,96 2,51 2,25 2,53
Gabungan 3,23 2,80 2,87 2,72 1,48 2,76 3,59 3,45 3,22 1,42 1,35 2,00
Pertumbuhan PDRB (yoy) 5,16 5,35 5,19 5,38 5,25 5,21 5,61 5,16 5,07 5,26 1,74 (3,57) (2,41) (2,26) (1,67) PDRB - Harga Konstan
(Miliar Rp) 56.420,61 58.969,65 60.953,96 55.870,06 232.214,28 59.361,64 62.279,81 64.097,24 58.701,20 244.436,79 60.394,58 60.056,21 62.550,80 60.024,95 240.306,86 Pertanian, Kehutanan, &
Perikanan 17.186,97 18.070,58 18.243,59 13.465,01 66.966,16 17.395,71 18.195,08 18.258,36 14.012,58 67.860,65 16.909,86 18.495,96 18.836,39 14.482,09 68.285,20
Pertambangan & Penggalian 3.432,00 3.350,55 3.503,21 3.399,92 13.685,69 3.528,38 3.499,92 3.510,53 3.514,89 14.053,72 3.475,42 3.422,49 3.468,26 3.232,22 13.561,77
Industri Pengolahan 9.992,84 10.533,06 11.462,26 11.245,69 43.233,85 10.739,01 11.770,39 12.624,67 11.669,56 46.803,31 10.890,62 10.295,86 11.352,44 12.613,71 44.324,68
Pengadaan Listrik, Gas 100,05 92,78 103,64 100,99 397,45 106,90 107,86 110,09 110,64 435,49 110,59 105,74 111,41 113,35 432,00
Pengadaan Air 56,88 57,49 57,99 58,33 230,69 59,25 60,49 61.427,17 61.713,11 242,88 62,10 62,98 65,19 69,07 255,16
Konstruksi 5.279,78 5.437,60 5.962,01 6.118,87 22.798,26 5.665,18 5.819,08 6.269,08 6.415,78 24.169,12 5.900,25 5.688,38 5.894,00 6.357,30 23.673,61 Perdagangan Besar &
Eceran dan Reparasi Mobil 6.819,46 7.205,63 7.166,72 7.059,23 28.251,04 7.372,76 7.659,37 7.809,89 7.452,22 30.294,24 7.570,33 6.868,78 7.122,36 7.238,87 28.273,12 Transportasi &
Pergudangan 2.859,76 3.079,53 2.946,03 3.049,39 11.934,70 3.068,05 3.329,57 3.201,56 3.299,36 12.898,54 3.292,32 2.889,32 3.119,02 3.000,00 12.174,48 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 774,43 856,98 863,09 863,29 3.357,79 856,12 907,70 949,22 950,36 3.663,40 940,63 842,89 870,50 835,75 3.479,86
Informasi & Komunikasi 2.627,99 2.762,95 2.941,23 2.805,26 1.113.743,00 2.855,75 2.991,19 3.137,72 3.039,55 12.024,21 3.045,53 3.321,19 3.324,64 3.511,00 12.988,46
Jasa Keuangan 1.201,77 1.218,71 1.192,66 1.170,94 4.784,08 1.184,31 1.190,99 1.271,27 1.274,23 4.920,80 1.263,76 1.216,11 1.293,49 1.383,92 5.105,27
Real Estate 1.727,81 1.729,85 1.789,80 1.797,96 7.045,41 1.815,27 1.837,08 1.905,53 1.901,73 7.459,61 1.919,97 1.805,38 1.804,59 1.844,36 7.330,19
Jasa Perusahaan 78,57 80,91 81,08 81,24 321,80 82,51 83,84 84.024,77 84.198,35 334,57 85,47 80,21 83,10 83,07 329,78 Administrasi
Pemerintahan,Pertahanan, 1.692,59 1.757,48 1.835,50 1.842,82 7.128,38 1.805,00 1.881,15 1.885,95 1.892,34 7.462,75 1.874,41 1.982,39 2.014,19 2.038,90 7.829,86
Jasa Pendidikan 1.540,38 1.637,77 1.692,37 1.687,09 6.557,62 1.694,12 1.784,27 1.814,97 1.810,58 7.103,94 1.815,69 1.863,66 1.929,73 1.909,11 7.396,83 Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 545,39 558,05 567,16 578,07 2.248,67 583,26 589,66 611,21 617,65 2.401,79 628,27 608,17 722,36 752,44 2.664,65
Jasa Lainnya 503,95 545,62 545,94 2.135,26 550,04 572,17 591,72 593,83 2.307,76 609,33 506,70 539,13 559,79 2.201,94 Nilai Ekspor Non Migas
(Juta USD) 894,73 754,61 979,83 810,88 3.440,05 730,35 654,07 743,30 799,00 2.926,72 683,69 641,92 767,99 1.055,36 3.148,95
Volume Ekspor (Ribu Ton) 3.575,86 2.685,56 3.651,14 2.601,37 12.513,93 3.591,41 2.913,58 2.821,55 2.976,73 12.303,27 2.271,06 246,26 246,50 396,06 11.159
Nilai Impor (Juta USD) 230,81 311,97 334,82 278,85 1.156,47 223,72 239,40 285,01 279,14 1.027,26 224,08 262,82 238,98 173,99 899,87
Volume Impor (Ribu Ton) 413,82 673,18 696,17 505,53 2.288,71 416,80 451,45 468,72 464,95 1.801,92 414,39 609,62 438,27 303,37 1.765,65
20182020
202020192019
Indikator2018
15
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sistem Pembayaran
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Inflow (Triliun Rp) 2,59 1,95 4,82 2,77 3,57 3,55 3,81 2,49 3,97 5,31 4,22 3,55 4,94 4,12 3,36 2,74
Outflow (Triliun Rp) 1,74 5,87 2,00 3,83 2,38 6,40 2,06 2,88 2,48 6,45 3,11 3,73 3,12 3,59 3,64 3,53
Pemusnahan Uang (Triliun Rp) 0,90 0,46 1,56 0,94 1,28 0,15 1,56 1,06 1,35 1,14 1,92 1,59 1,50 1,11 1,52 0,90
Nominal Transaksi RTGS (Triliun Rp) 6,16 8,22 6,76 7,25 3,90 5,74 5,94 5,32 58,14 57,59 47,43 29,09 21,14 33,77 29,46 23,11
Volume Transaksi RTGS (Lembar) 5.143 5.674 6.022 5.414 4.752 5.090 5.642 5.062 12.166 10.212 13.072 13.360 11.166 14.507 22.485 20.291
Rata-Rata Harian Nominal Transaksi RTGS
(Triliun Rp) 100,356 143,434 115,835 118,314 63,880 106,152 96,479 84,466 953,112 928,924 718,615 440,705 346,632 553,641 482,981 378,787
Rata-Rata Harian Volume Transaksi RTGS
(Lembar) 83 98 102 87 77 93 91 80 199 165 198 202 183 238 369 338
Volume Kliring Kredit (Lembar) 87.669 92.509 102.248 97.573 92.838 90.732 100.766 89.924 75.536 77.239 86.063 87.628 74.441 69.549 84.391 86.255
Nominal Kliring Kredit (Triliun Rp) 4,21 4,15 4,42 4,49 4,15 4,21 4,74 4,42 3,75 3,93 4,70 5,16 4,13 3,64 4,23 4,72
Rata-Rata Harian Volume Kliring Kredit
(Lembar) 1.584 1.595 1.633 1.574 1.505 1.650 1.625 1.427 1.238 1.246 1.304 1.328 1.220 1.140 1.383 1.438
Rata-Rata Harian Nominal Kliring Kredit
(Miliar Rp) 67,89 71,56 74,94 72,47 66,96 76,46 76,45 70,12 61,40 63,39 71,21 78,18 67,64 59,66 69,35 78,71
Volume Kliring Debet (Lembar) 146.225 113.157 111.919 114.273 102.687 93.244 97.886 98.454 88.668 83.640 91.062 85.788 78.118 66.936 72.085 71.358
Nominal Kliring Debet (Triliun Rp) 6,10 4,55 5,03 4,63 4,25 4,06 4,46 4,32 3,89 3,91 4,12 3,64 3,31 3,14 3,13 3,02
Rata-Rata Harian Volume Kliring Debet
(Lembar) 2.429 1.951 1.997 1.843 1.656 1.695 1.579 1.563 1.454 1.349 1.380 1.300 1.281 1.097 1.182 1.189
Rata-Rata Harian Nominal Kliring Debet
(Miliar Rp) 98,34 78,51 85,17 74,62 68,60 73,88 71,98 68,60 63,70 63,06 62,42 55,15 54,26 51,54 51,35 50,36
2017Indikator Makro
2018 2019 2020
16
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Perbankan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Bank Umum
Total Aset (Triliun Rp) 56,23 60,85 61,42 60,21 61,88 64,40 64,44 63,86 64,79 69,03 69,23 65,72 63,61 65,11 67,67 65,55
Pertumbuhan Total Aset
(%yoy) 8,43 13,78 14,55 11,00 10,06 5,83 4,92 6,06 4,70 7,18 7,43 2,91 -1,82 -5,67 -2,25 -0,26
Pertumbuhan DPK (%yoy) 11,28 13,79 12,16 9,04 6,42 6,85 8,07 7,75 8,93 8,77 7,22 4,83 1,25 1,32 4,58 7,61
DPK (Triliun Rp) 36,2 38,26 38,18 38,04 38,52 40,88 41,26 40,99 41,96 44,47 44,24 42,97 42,49 45,06 46,27 46,24
Giro 7,49 8,04 7,6 5,61 7,73 8,49 7,99 5,97 7,89 8,72 8,45 6,51 7,80 8,94 8,56 6,60
Tabungan 19,47 20,78 21,08 23,02 21,05 22,47 22,97 24,44 22,78 24,27 24,32 25,56 23,81 25,28 26,89 28,72
Deposito 9,24 9,56 9,64 9,39 9,73 9,93 10,30 10,59 11,28 11,47 11,47 10,89 10,88 10,84 10,82 10,92
Pertumbuhan Kredit (%yoy) 9,47 11,03 9,39 9,22 9,17 5,24 6,13 4,60 4,74 5,00 5,72 1,70 2,14 -1,41 -0,24 3,01
Kredit (Triliun Rp) -
Berdasarkan Jenis
Penggunaan 47,76 50,75 50,59 52,38 52,14 53,41 53,69 54,79 54,61 56,08 56,76 55,72 55,78 55,29 56,62 57,40
Modal Kerja (Triliun Rp) 24,26 25,22 24,77 25,70 25,07 26,24 26,19 26,82 26,35 27,25 27,82 27,02 26,98 26,74 27,99 28,65
Investasi (Triliun Rp) 10,49 11,84 12,12 12,13 12,06 12,21 12,22 12,13 12,17 12,39 12,02 11,51 11,38 11,24 11,15 10,99
Konsumsi (Triliun Rp) 13,01 13,70 13,68 14,54 15,00 14,97 15,28 15,84 16,08 16,44 16,92 17,19 17,42 17,31 17,48 17,76
LDR 131,95 132,64 132,48 137,71 135,35 130,65 130,11 133,66 130,14 126,12 128,29 129,69 131,28 122,72 122,38 124,12
Kredit UMKM (Triliun Rp) 17,04 15,80 15,77 16,45 16,37 16,85 17,27 17,49 17,78 18,53 18,93 19,06 19,47 19,25 19,46 19,60
Pertumbuhan Kredit UMKM
(%yoy) 16,4 1,83 3,86 5,31 -3,86 6,65 9,51 6,32 8,61 9,97 9,61 8,98 9,52 3,90 2,80 2,86
Total Kredit MKM (Triliun Rp) 28,68 29,23 29,35 30,29 30,64 30,98 31,61 32,37 32,89 33,58 34,53 34,99 35,46 35,00 35,88 36,91
Pertumbuhan Kredit MKM
(%yoy) 5,61 4,03 4,88 6,45 6,85 5,99 7,70 6,87 7,34 8,39 9,24 8,09 7,81 4,22 3,92 5,49
NPL (%) gross 2,74 2,69 2,43 1,96 2,33 2,36 2,44 2,32 2,67 2,69 2,25 2,82 2,94 2,79 2,75 2,49
BPR
Total Aset (Triliun Rp) 10,51 10,93 11,33 11,61 11,79 12,03 12,39 12,53 12,5 12,8 12,9 12,3
Pertumbuhan Aset BPR
(%yoy) 15,45 15,14 15,15 10,24 12,18 10,06 9,36 7,92 6,02 6,40 4,12 -1,84
Pertumbuhan DPK BPR (%yoy) 13,53 15,69 14,35 10,98 9,36 8,69 8,99 8,08 7,98 10,88 7,92 0,33
Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) 5,38 5,41 5,56 5,69 5,89 5,88 6,06 6,15 6,36 6,52 6,54 6,17
Tabungan 0,97 0,88 0,88 0,93 0,95 0,98 1,01 1,09 1,07 1,02 1,03 0,90
Simpanan Berjangka 4,41 4,53 4,69 4,76 4,94 4,90 5,05 5,06 5,28 5,49 5,51 5,27
Pertumbuhan Kredit BPR
(%yoy) 10,50 10,37 12,10 10,87 9,19 8,00 8,09 7,48 7,79 7,51 6,64 1,04
Kredit (Triliun Rp) 8,4 8,63 8,78 8,96 9,12 9,32 9,49 9,63 9,83 10,02 10,12 9,73
Modal Kerja 0,8 0,84 0,85 0,79 0,85 0,87 0,88 0,89 0,93 1,07 1,11 1,05
Investasi 0,27 0,29 0,31 0,23 0,29 0,26 0,26 0,26 0,27 0,27 0,27 0,25
Konsumsi 7,32 7,50 7,61 7,54 7,98 8,18 8,34 8,47 8,63 8,68 8,74 8,44
Kredit UMKM (Milyar Rp) 1.082,38 1.134,96 1.172,93 1.146,82 1.137,85 1.137,67 1.146,38 1.155,81 1.196,58 1.335,11 1.387,38 1.293,38
Pertumbuhan Kredit UMKM
BPR (%yoy) 8,54 8,12 13,48 12,83 6,51 0,24 (2,26) 0,78 5,16 17,36 21,02 11,90
Rasio NPL Gross (%) 1,63 1,72 1,65 1,42 1,49 1,50 1,45 1,37 1,57 1,93 2,02 1,90
LDR (%) 156,19 159,51 157,91 157,29 154,90 158,45 156,59 156,61 154,61 153,71 154,80 157,76
Indikator Perbankan2017 2018 2019 2020
17
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan ekonomi
Lampung pada triwulan IV
2020 terkontraksi sebesar
2,26% (yoy) atau lebih
baik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang juga
mengalami kontraksi
sebesar 2,41% (yoy)…
Di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19,
perekonomian Lampung menunjukkan perbaikan meskipun masih
dalam fase kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Lampung pada
triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar -2,26% (yoy), atau lebih baik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi
sebesar -2,41% (yoy) (Grafik 1.1), dan secara keseluruhan tahun
2020 tercatat sebesar -1,67% (yoy). Realisasi pertumbuhan triwulan
IV ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan IV 2019 sebesar 5,07% (yoy). Realisasi pertumbuhan
triwulan IV 2020 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Sumatera (-2,21%; yoy) dan Nasional (-
2,19%; yoy) (Grafik 1.2.) dan secara spasial menempatkan Lampung
pada peringkat keenam dari sepuluh provinsi di Sumatera. Adapun
secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan IV 2020
berdasarkan ADHB dan ADHK (2010) masing-masing sebesar
Rp84,74 triliun dan Rp57,36 triliun.
Dari sisi permintaan, perbaikan pertumbuhan ekonomi
Lampung pada triwulan IV 2020 terutama didorong oleh perbaikan
kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat tumbuh
5,23% (yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra
dagang utama Lampung, terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan
India. Sementara itu, kinerja konsumsi pemerintah (-0,15%; yoy) dan
Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) (-1,02%; yoy) membaik
didorong oleh percepatan realisasi anggaran pemerintah daerah,
khususnya belanja barang dan jasa, serta pelaksanaan Pilkada pada
Desember 2020. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga (-3,97%; yoy)
yang memiliki pangsa terbesar yakni 59,09% terhadap
perekonomian Lampung, dan investasi (-8,47%; yoy) terkontraksi
lebih dalam. Kontraksi konsumsi masyarakat tersebut antara lain
dipengaruhi oleh peningkatan kasus pandemi COVID-19 yang
menyebabkan diberlakukannya kembali berbagai pembatasan serta
melandainya mobilitas masyarakat di lokasi perdagangan ritel,
rekreasi, dan taman.
Di sisi lapangan usaha (LU), perbaikan ekonomi Lampung
pada triwulan IV 2020 terutama ditopang oleh peningkatan kinerja
LU informasi dan komunikasi yang selama pandemi COVID-19
cenderung mengalami peningkatan permintaan (Tabel 1.2).
Sementara itu, sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi global,
LU industri pengolahan mampu tumbuh positif (1,13%; yoy), setelah
pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -10,17%
(yoy). Di sisi lain, LU pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh
melambat (0,28%; yoy) dengan berakhirnya aktivitas panen
komoditas perkebunan (kopi dan lada) dan tanaman pangan pada
18
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
triwulan IV 2020. LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor tercatat terkontraksi lebih dalam (-9,87%; yoy),
antara lain dipengaruhi oleh terkontraksi lebih dalamnya konsumsi
rumah tangga yang tercermin dari penurunan penjualan kendaraan
bermotor akibat masih lemahnya preferensi masyarakat untuk
membeli barang tahan lama serta pembatasan sosial karena
pandemi COVID-19.
Sepanjang tahun 2020, ekonomi Lampung terkontraksi,
tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 2019. Hal ini disebabkan
oleh penurunan kinerja semua komponen pengeluaran. Konsumsi
rumah tangga terkontraksi akibat penurunan daya beli masyarakat
seiring kebijakan unpaid leave dan PHK akibat pandemi COVID-19.
Selain itu pembatasan aktivitas selama Pandemi COVID-19 turut
menurunkan tingkat konsumsi rumah tangga. Kinerja investasi juga
terkontraksi dipengaruhi oleh realisasi belanja modal pemerintah
baik bangunan maupun non bangunan yang menurun, kontraksi
pada kegiatan sektor konstruksi, serta perilaku wait and see investor
terkait dampak pandemi COVID-19 dan pelaksanaan Pilkada
serentak tahun 2020. Sementara itu, aktivitas ekspor juga
mengalami penurunan akibat volume perdagangan dunia yang
menurun seiring dengan pertumbuhan negatif beberapa negara
mitra dagang Lampung (Amerika Serikat, Tiongkok, dan India) pada
tahun 2020.
Pada triwulan I 2021, pertumbuhan ekonomi Lampung
diperkirakan membaik didorong optimisme masyarakat dan pelaku
usaha terhadap keberhasilan implementasi vaksinasi COVID-19,
realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), serta
peningkatan ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terus
berlangsung di beberapa negara mitra dagang (a.l. Tiongkok) dan
tren peningkatan harga komoditas yang diperkirakan akan
meningkatkan ekspor komoditas. Optimisme masyarakat akan
mendorong ke arah perbaikan konsumsi rumah tangga. Sementara
itu, konsumsi LNPRT diperkirakan menurun seiring telah berakhirnya
pelaksanaan Pilkada serentak dan menurunnya aktivitas keagamaan
dan sosial. Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan I 2021
diprakirakan melambat seiring dengan masih terbatasnya realisasi
anggaran di awal tahun. Impor diperkirakan masih terkontraksi
meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya, seiring dengan
perkiraan pemulihan konsumsi domestik.
Sampai dengan triwulan IV
tahun 2020, secara
nominal, realisasi
pendapatan daerah Provinsi
Lampung tercatat
mengalami penurunan
Keuangan Pemerintah
Alokasi anggaran pendapatan daerah 2020 sebesar Rp7,24
triliun mengalami penurunan sebesar 6,87% (yoy) dibanding APBD
2019. Seluruh komponen mengalami penurunan pagu, khususnya
pada alokasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan. Sementara itu, anggaran belanja Pemerintah Provinsi
Lampung terdiri dari anggaran Belanja Operasi, Belanja Modal,
19
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Adapun lebih rendahnya
realisasi pendapatan
terutama didorong oleh
penurunan penerimaan
DAK Fisik sejalan dengan
kebijakan ditengah
pandemi COVID-19….
Belanja Tidak Terduga, dan Transfer dengan total anggaran APBD
2020 mencapai Rp6,09 triliun atau mengalami penurunan sebesar
7,60% dibandingkan dengan APBD tahun 2019.
Sampai dengan triwulan IV 2020, Provinsi Lampung
mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp7,02 triliun (96,92%),
lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan IV tahun 2019
sebesar Rp7,27 triliun (98,59%). Penurunan ini terutama disumbang
oleh lebih rendahnya realisasi pendapatan Dana Perimbangan
(Rp2,46 triliun) yang menurun sampai dengan 41,29% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Rp4,19 triliun).
Realisasi belanja daerah di Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp5,74
triliun atau lebih rendah 19,18% (yoy) dibandingkan realisasi
triwulan IV 2019 sebesar Rp7,09 triliun.
Jumlah Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai
dengan triwulan IV tahun 2020 mencapai Rp7,19 triliun, tercatat
terkontaksi 17,58% (yoy) dari Rp8,72 triliun pada periode yang sama
di tahun 2019. Penerimaan Negara tersebut bersumber dari
penerimaan perpajakan (87,16%), penerimaan negara bukan pajak
(12,84%), dan penerimaan hibah (6,43%). Laporan Arus Kas Keluar
Pemerintah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV 2020
mencatatkan realisasi belanja sebesar Rp1,31 triliun, terpantau
meningkat sebesar 25,65% (yoy) dibanding periode yang sama
tahun 2019 sebesar Rp1,04 triliun. Peningkatan terbesar bersumber
dari belanja barang yang merupakan komponen belanja dominan
(85,64%) di Provinsi Lampung.
Inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK) Provinsi
Lampung tahun 2020
tercatat rendah pada batas
bawah kisaran sasaran
3,0±1%. Inflasi yang
rendah tersebut
dipengaruhi oleh
permintaan masyarakat
yang belum kuat sebagai
dampak pandemi COVID-
19, pasokan yang
memadai, dan sinergi
kebijakan melalui Tim
Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) dalam
Inflasi
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung
tahun 2020 tercatat rendah pada batas bawah kisaran sasaran
3,0±1%. Capaian inflasi IHK tahun 2020 tercatat sebesar 2,00%
(yoy) atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 3,44% (yoy). Inflasi yang rendah tersebut dipengaruhi
oleh permintaan masyarakat yang belum kuat sebagai dampak
pandemi COVID-19, pasokan yang memadai, dan sinergi kebijakan
melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga
kestabilan harga. Meski demikian, capaian tersebut tercatat lebih
tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar
1,69% (yoy) dan 1,90% (yoy).
Rendahnya realisasi inflasi pada tahun 2020 didukung oleh
capaian kelompok inflasi yang terkendali. Inflasi kelompok inti
terpantau menurun pada tingkat yang rendah, sebesar 1,52% (yoy)
dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 3,38% (yoy).
Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan
20
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
menjaga kestabilan
harga…
permintaan masyarakat akibat pandemi COVID-19 sejak Maret
2020. Sementara itu, inflasi kelompok volatile foods tercatat
melambat sebesar 4,19% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan
tahun 2019 yakni 5,59% (yoy). Melambatnya inflasi pangan
disebabkan oleh penurunan permintaan dari sektor hotel, restoran,
dan katering (horeka) sebagai dampak merebaknya pandemi
COVID-19. Efektivitas TPID dalam menjaga kecukupan pasokan
bahan pangan strategis, semakin mendorong tercapainya inflasi
volatile foods yang terkendali di tahun 2020. Di sisi lain, tekanan
inflasi administered prices tahun 2020 relatif meningkat dari 0,76%
(yoy) pada tahun 2019 menjadi 1,35% (yoy) seiring dengan
kenaikan cukai rokok, tarif penyeberangan Merak-Bakauheni, dan
bahan bakar rumah tangga.
Memasuki triwulan I 2021, tekanan inflasi akan tetap
terkendali sejalan dengan permintaan masyarakat yang belum
sekuat kondisi sebelumnya, meskipun telah memasuki periode
adaptasi kebiasaan baru. Komitmen pemerintah untuk menjaga
ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi selama masa
pandemi COVID-19 juga turut berperan mengurangi tekanan inflasi.
Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu dimitigasi,
antara lain kenaikan harga komoditas seiring dengan faktor cuaca,
dan mundurnya masa panen untuk beberapa komoditas. Di sisi lain,
terdapat potensi kenaikan permintaan yang didorong oleh
optimisme keberhasilan vaksin.
Ke depan, menghadapi risiko tekanan inflasi pada triwulan
I-2021, TPID perlu berkoordinasi dan melaksanakan langkah
pengendalian oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait untuk
memastikan keterjangkauan harga dengan melakukan pemantauan
harga harian dan upaya penyerapan komoditas, selain itu TPID perlu
memastikan ketersediaan pasokan melalui pendataan yang akurat
dan menjajaki kemungkinan Kerjasama Antar Daerah (KAD). Upaya
lainnya dari TPID adalah perlunya memastikan kelancaran distribusi
dan melakukan komunikasi efektif kepada masyarakat terkait
ketersediaan pasokan dan rencana pemenuhan pasokan sehingga
dapat memberi ekspektasi positif bagi masyarakat, sekaligus
himbauan untuk berbelanja secara bijak.
Kinerja sektor rumah
tangga kembali melambat
pada triwulan IV 2020 dan
masih terkontraksi karena
dampak COVID-19…
Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan UMKM
Kinerja sektor rumah tangga kembali melambat pada
triwulan IV 2020 dan masih terkontraksi karena dampak COVID-19.
Namun demikian, stabilitas keuangan daerah masih terjaga
diantaranya didorong oleh peningkatan konsumsi, pertumbuhan
kredit, dan optimisme konsumen. Kinerja korporasi Lampung secara
umum dipengaruhi oleh faktor permintaan domestik maupun
eksternal, dimana pada periode laporan juga meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
21
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Secara umum, indikator utama kinerja Bank Umum
(berdasarkan lokasi bank) di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2019
menunjukkan peningkatan sejalan dengan mulai munculnya
optimisme masyarakat dan peningkatan aktivitas ekonomi.
Sementara itu, kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2020
terindikasi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan
dengan pertumbuhan aset yang secara keseluruhan terpantau
meningkat. Dukungan perbankan Lampung pada UMKM di triwulan
IV 2020 juga mengalami peningkatan meskipun masih rendah
karena sikap perbankan yang masih berhati-hati dalam menyalurkan
kredit (sisi supply) dan penundaan UMKM untuk melakukan
ekspansi di tengah ketidakpastian ekonomi dan pandemi COVID-19
(sisi demand).
Sejalan dengan pola
historisnya dalam beberapa
tahun ke belakang, alirang
uang kartal di Provinsi
Lampung pada triwulan IV
2020 tercatat mengalami
net outflow …
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Rupiah
Sejalan dengan pola historisnya dalam beberapa tahun ke
belakang, alirang uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan IV
2020 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp0,79 triliun.
Adapun kondisi ini seiring dengan meningkatnya aktivitas
perekonomian masyarakat khususnya menjelang akhir tahun. Meski
demikian, tekanan outflow yang terjadi pada periode laporan
terpantau tidak lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari pertumbuhannya
yang tercatat terkontraksi sebesar -5,30% (yoy). Kondisi tersebut
tidak terlepas dari kondisi perekonomian yang masih dalam tahap
pemulihan sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi
sejak bulan Maret 2020.
Sejalan dengan kondisi tersebut, transaksi pembayaran
melalui sistem pembayaran Bank Indonesia baik yang melalui Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maupun Real Time Gross
Settlement (RTGS) keduanya mencatatkan perbaikan pertumbuhan
pada triwulan IV 2020. Hal tersebut antara lain juga ditopang oleh
kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan biaya transaksi SKNBI
yang berlaku mulai 1 April hingga 31 Desember 2020. Adapun biaya
kliring dari nasabah ke bank diturunkan dari semula maksimum Rp
3.500 menjadi Rp 2.900, sementara biaya transfer kliring dari
perbankan ke BI diturunkan dari semula Rp 600 menjadi Rp 1.
Selanjutnya, di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang
masih berlanjut hingga saat ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Lampung juga terus mendorong penggunaan transaksi non
tunai. Hal ini juga sebagai salah satu bentuk upaya untuk mencegah
penyebaran virus yang lebih luas lagi. Adapun dalam
perkembangannya, diketahui bahwa preferensi penggunaan non
tunai dalam bertransaksi semakin meningkat di Provinsi Lampung.
Kondisi ini tercermin dari terus meningkatnya transaksi belanja
online, serta persentase pangsa penggunaan uang elektronik pada
22
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
transportasi online yang jauh meningkat dibandingkan kondisinya
dalam 3 tahun ke belakang.
Kondisi
ketenagakerjaan
Provinsi Lampung
pada Agustus 2020
secara umum
cenderung
meningkat
dibandingkan
periode yang sama
tahun sebelumnya.
Kondisi ini
tercermin dari
peningkatan
tingkat partisipasi
angkatan kerja
(TPAK)...
Pertumbuhan ekonomi
Lampung pada triwulan II
2021 diperkirakan
membaik. Konsumsi rumah
tangga pada triwulan II
2021 diperkirakan tumbuh
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada Agustus
2020 secara umum cenderung meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari 69,06% pada Agustus 2019 menjadi 70,16% per Agustus 2020. Kenaikan ini terutama didukung oleh bertambahnya serapan penduduk yang bekerja secara absolut yang mencapai 93,9 ribu pekerja (2,24%), hal tersebut mengindikasikan suplai lapangan kerja yang meningkat meskipun ekonomi pada periode laporan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2019 yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Peningkatan angkatan kerja pada periode Agustus 2020 terutama berasal dari sektor pertanian dengan penambahan persentasi angkatan kerja sebesar 4,16%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada triwulan III 2020 yang berhasil tumbuh sebesar 3,15% (yoy).
Secara sektoral, ekonomi provinsi Lampung masih ditopang oleh sektor pertanian dengan pangsa terhadap PDRB pada triwulan IV 2020 mencapai 29,90%, sektor industri pengolahan dengan pangsa 19,41% dan sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 12,70%. Searah dengan komposisi sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor pertanian sebesar 44,76% penduduk bekerja, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 18,86%. Adapun sektor industri berhasil menyerap 9,17% penduduk bekerja. Pada triwulan IV 2020 merebaknya pandemi COVID-19 berdampak langsung terhadap kondisi ketenagakerjaan dimana terdapat 655,9 ribu orang yang terdampak baik yang masih bekerja maupun yang sudah tidak bekerja.
Sementara itu, kesejahteraan pekerja yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian relatif membaik. Kondisi ini ditandai oleh perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan IV 2020 yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2020. Adapun peningkatan ini didorong terutama oleh sektor perkebunan dan hortikultura.
Prospek
Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan II 2021 diperkirakan
membaik. Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2021
diperkirakan tumbuh positif, meskipun tidak setinggi periode yang
sama tahun 2020. Optimisme vaksinasi COVID-19 pada awal tahun
2021 berdampak pada meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat.
Adapun kinerja investasi pada triwulan II 2021 diperkirakan cukup
kuat, meskipun masih terbatas seiring perilaku wait and see dunia
23
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
positif, meskipun tidak
setinggi periode yang sama
tahun 2020…
Prospek inflasi pada
triwulan II 2021 dan
keseluruhan tahun 2021
diperkirakan masih tetap
terjaga pada kisaran
3,0%±1% (yoy)...
usaha terkait perkembangan COVID-19. Namun demikian,
berlanjutnya pembangunan beberapa proyek strategis, serta proyek
infrastruktur pemerintah lainnya diperkirakan dapat menopan
pemulihan Kinerja investasi. Sementara ekspor pada triwulan II 2021
diperkirakan ditopang oleh ekspor antar daerah yang meningkat
sejalan dengan berlangsungnya puncak musim panen padi dan
pulihnya konsumsi rumah tangga.
Secara keseluruhan tahun 2021, perekonomian Lampung
diprakirakan akan tumbuh menguat dibandingkan pertumbuhan
ekonomi 2020 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy) dengan
asumsi kegiatan social distancing akibat pandemi COVID-19 masih
akan berlangsung di 2021 meskipun akan menurun seiring dengan
meluasnya implementasi vaksin COVID-19. Secara umum, prospek
akselerasi ekonomi didorong oleh kembali meningkatnya aktivitas
ekonomi pasca perlambatan yang terjadi selama pandemi COVID-19
di tahun 2020 (base effect).
Prospek inflasi pada triwulan II 2021 dan keseluruhan tahun 2021
diperkirakan masih tetap terjaga pada kisaran 3,0%±1% (yoy),
dengan probabilitas di akhir tahun 2021 mendekati nilai tengah
3,0% mengingat terdapat beberapa hal yang menjadi risiko
peningkatan tekanan inflasi khususnya yang berasal dari kelompok
bahan makanan serta kelompok inti seiring dengan proyeksi
meningkatnya konsumsi masyarakat didorong oleh optimisme
vaksin COVID-19.
24
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
1.
1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
Di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19, perekonomian Lampung menunjukkan
perbaikan meskipun masih dalam fase kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Lampung pada
triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar -2,26% (yoy), atau lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar -2,41% (yoy) (Grafik 1.1), dan secara
keseluruhan tahun 2020 tercatat sebesar -1,67% (yoy). Realisasi pertumbuhan triwulan IV ini
tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV 2019 sebesar 5,07%
(yoy). Realisasi pertumbuhan triwulan IV 2020 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Sumatera (-2,21%; yoy) dan Nasional (-2,19%; yoy) (Grafik 1.2.) dan
secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat keenam dari sepuluh provinsi di
Sumatera. Adapun secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan IV 2020 berdasarkan
ADHB dan ADHK (2010) masing-masing sebesar Rp84,74 triliun dan Rp57,36 triliun.
Dari sisi permintaan, perbaikan pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020
terutama didorong oleh perbaikan kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat
tumbuh 5,23% (yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra dagang utama
Lampung, terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan India. Sementara itu, kinerja konsumsi
pemerintah (-0,15%; yoy) dan Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) (-1,02%; yoy)
membaik didorong oleh percepatan realisasi anggaran pemerintah daerah, khususnya belanja
barang dan jasa, serta pelaksanaan Pilkada pada Desember 2020. Di sisi lain, konsumsi rumah
tangga (-3,97%; yoy) yang memiliki pangsa terbesar yakni 59,09% terhadap perekonomian
Lampung, dan investasi (-8,47%; yoy) terkontraksi lebih dalam. Kontraksi konsumsi masyarakat
tersebut antara lain dipengaruhi oleh peningkatan kasus pandemi COVID-19 yang
menyebabkan diberlakukannya kembali berbagai pembatasan serta melandainya mobilitas
masyarakat di lokasi perdagangan ritel, rekreasi, dan taman.
Di sisi lapangan usaha (LU), perbaikan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020 terutama
ditopang oleh peningkatan kinerja LU informasi dan komunikasi yang selama pandemi COVID-
19 cenderung mengalami peningkatan permintaan (Tabel 1.2). Sementara itu, sejalan dengan
BAB
25
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
pemulihan aktivitas ekonomi global, LU industri pengolahan mampu tumbuh positif (1,13%;
yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -10,17% (yoy). Di sisi lain,
LU pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh melambat (0,28%; yoy) dengan berakhirnya
aktivitas panen komoditas perkebunan (kopi dan lada) dan tanaman pangan pada triwulan IV
2020. LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tercatat terkontraksi
lebih dalam (-9,87%; yoy), antara lain dipengaruhi oleh terkontraksi lebih dalamnya konsumsi
rumah tangga yang tercermin dari penurunan penjualan kendaraan bermotor akibat masih
lemahnya preferensi masyarakat untuk membeli barang tahan lama serta pembatasan sosial
karena pandemi COVID-19.
Sepanjang tahun 2020, ekonomi Lampung terkontraksi, tumbuh lebih rendah dibandingkan
tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja semua komponen pengeluaran.
Konsumsi rumah tangga terkontraksi akibat penurunan daya beli masyarakat seiring kebijakan
unpaid leave dan PHK akibat pandemi COVID-19. Selain itu pembatasan aktivitas selama
Pandemi COVID-19 turut menurunkan tingkat konsumsi rumah tangga. Kinerja investasi juga
terkontraksi dipengaruhi oleh realisasi belanja modal pemerintah baik bangunan maupun non
bangunan yang menurun, kontraksi pada kegiatan sektor konstruksi, serta perilaku wait and
see investor terkait dampak pandemi COVID-19 dan pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020.
Sementara itu, aktivitas ekspor juga mengalami penurunan akibat volume perdagangan dunia
yang menurun seiring dengan pertumbuhan negatif beberapa negara mitra dagang Lampung
(Amerika Serikat, Tiongkok, dan India) pada tahun 2020.
Pada triwulan I 2021, pertumbuhan ekonomi Lampung diperkirakan membaik didorong
optimisme masyarakat dan pelaku usaha terhadap keberhasilan implementasi vaksinasi COVID-
19, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), serta peningkatan ekspor sejalan
dengan pemulihan ekonomi yang terus berlangsung di beberapa negara mitra dagang (a.l.
Tiongkok) dan tren peningkatan harga komoditas yang diperkirakan akan meningkatkan ekspor
komoditas. Optimisme masyarakat akan mendorong ke arah perbaikan konsumsi rumah
tangga. Sementara itu, konsumsi LNPRT diperkirakan menurun seiring telah berakhirnya
pelaksanaan Pilkada serentak dan menurunnya aktivitas keagamaan dan sosial. Kinerja
konsumsi pemerintah pada triwulan I 2021 diprakirakan melambat seiring dengan masih
terbatasnya realisasi anggaran di awal tahun. Impor diperkirakan masih terkontraksi meskipun
tidak sedalam triwulan sebelumnya, seiring dengan perkiraan pemulihan konsumsi domestik.
26
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19, perekonomian Lampung terus
menunjukkan perbaikan meskipun masih dalam fase kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Lampung
pada triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar 2,26% (yoy), atau lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 2,41% (yoy) (Grafik 1.1), dan secara
keseluruhan tahun 2020 tercatat sebesar -1,67% (yoy). Realisasi pertumbuhan triwulan IV ini
tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV 2019 sebesar 5,07%
(yoy). Realisasi pertumbuhan pada triwulan IV 2020 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Sumatera (-2,21%; yoy) dan Nasional (-2,19%; yoy) (Grafik 1.2.) dan
secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat keenam dari sepuluh provinsi di Sumatera.
Adapun secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan IV 2020 berdasarkan ADHB dan
ADHK (2010) masing-masing sebesar Rp84,74 triliun dan Rp57,36 triliun.
1.1 Analisis PDRB Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, perbaikan pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020
terutama didorong oleh perbaikan kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat
tumbuh 5,23% (yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra dagang utama Lampung,
terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan India. Sementara itu, kinerja konsumsi pemerintah (-0,15%;
yoy) dan Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) (-1,02%; yoy) membaik didorong oleh
percepatan realisasi anggaran pemerintah daerah, khususnya belanja barang dan jasa, serta
pelaksanaan Pilkada pada Desember 2020. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga (-3,97%; yoy) yang
memiliki pangsa terbesar yakni 59,09% terhadap perekonomian Lampung, dan investasi (-8,47%;
yoy) terkontraksi lebih dalam. Kontraksi konsumsi masyarakat tersebut antara lain dipengaruhi oleh
peningkatan kasus pandemi COVID-19 yang menyebabkan diberlakukannya kembali berbagai
pembatasan serta melandainya mobilitas masyarakat di lokasi perdagangan ritel, rekreasi, dan taman.
Tw III 2019 Tw IV 2019 Tw I 2020 Tw II 2020 Tw III 2020 Tw IV 2020
(yoy) (yoy) (yoy) (yoy) (yoy) (yoy)
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.46 5.33 4.65 -4.44 -2.59 -3.97
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 11.55 6.73 -1.08 -9.31 -5.02 -1.02
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.15 0.21 1.32 -2.89 -3.87 -0.15
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 6.31 1.07 1.52 -7.32 -4.90 -8.47
5 Perubahan Inventori -148.94 -258.06 18.69 286.90 -530.19
6 Ekspor Barang dan Jasa -2.82 27.82 -5.64 -10.66 -6.04 5.23
7 Impor Barang dan Jasa -2.67 16.36 -1.60 -13.74 -6.88 -0.74
PDRB 5.16 5.07 1.74 -3.57 -2.41 -2.26
Meningkat Menurun
No. Komponen
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Permintaan
Grafik 1. 2 PDRB Provinsi Lampung
Grafik 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Sumatera dan Lampung
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
27
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Selain itu, melambatnya pertumbuhan LU pertanian, kehutanan, dan perikanan dimana
sebagian besar masyarakat Lampung bergantung pada sektor dimaksud turut menahan
kinerja konsumsi rumah tangga secara umum. Kinerja investasi juga menurun dipengaruhi oleh
penurunan realisasi belanja modal pemerintah, kegiatan sektor konstruksi yang masih terkontraksi,
serta masih berlangsungnya perilaku wait and see dunia usaha akan perkembangan pemulihan
ekonomi dan penanganan COVID-19 (Tabel 1.1).
Dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2020, komponen
utama penggerak ekonomi Lampung tidak banyak mengalami perubahan dan masih
didominasi oleh konsumsi rumah tangga dengan pangsa sebesar 65,38% yang diikuti oleh
impor, ekspor, serta Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi dengan peranan
masing-masing sebesar 62,04%; 47,39%; dan 35,03% dari total pengeluaran ekonomi
Provinsi Lampung (Grafik 1.3).
Sepanjang tahun 2020, ekonomi Lampung terkontraksi, tumbuh lebih rendah dibandingkan
tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja semua komponen pengeluaran. Konsumsi
rumah tangga terkontraksi akibat penurunan daya beli masyarakat seiring kebijakan unpaid leave dan
PHK akibat pandemi COVID-19. Selain itu pembatasan aktivitas selama Pandemi COVID-19 turut
menurunkan tingkat konsumsi rumah tangga. Kinerja investasi juga terkontraksi dipengaruhi oleh
realisasi belanja modal pemerintah baik bangunan maupun non bangunan yang menurun, kontraksi
pada kegiatan sektor konstruksi, serta perilaku wait and see investor terkait dampak pandemi COVID-
19 dan pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020. Sementara itu, aktivitas ekspor juga mengalami
penurunan akibat volume perdagangan dunia yang menurun seiring dengan pertumbuhan negatif
beberapa negara mitra dagang Lampung (Amerika Serikat, Tiongkok, dan India) pada tahun 2020.
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Pada triwulan I 2021, pertumbuhan ekonomi Lampung diperkirakan membaik didorong
optimisme masyarakat dan pelaku usaha terhadap keberhasilan implementasi vaksinasi
COVID-19, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), serta peningkatan ekspor
sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terus berlangsung di beberapa negara mitra
dagang (a.l. Tiongkok) dan tren peningkatan harga komoditas yang diperkirakan akan
meningkatkan ekspor komoditas. Optimisme masyarakat akan mendorong ke arah perbaikan
konsumsi rumah tangga. Sementara itu, konsumsi LNPRT diperkirakan menurun seiring telah
berakhirnya pelaksanaan Pilkada serentak dan menurunnya aktivitas keagamaan dan sosial. Kinerja
konsumsi pemerintah pada triwulan I 2021 diprakirakan melambat seiring dengan masih terbatasnya
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1. 3 Kontribusi PDRB Pengeluaran Provinsi Lampung
28
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
realisasi anggaran di awal tahun. Impor diperkirakan masih terkontraksi meskipun tidak sedalam
triwulan sebelumnya, seiring dengan perkiraan pemulihan konsumsi domestik.
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2020, yang memiliki pangsa
terbesar yakni 65,38% terhadap perekonomian Lampung, tercatat terkontraksi lebih dalam
dan memburuk yakni -3,97% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-2,59%; yoy).
Penurunan tersebut antara lain dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat seiring dengan
aktivitas ekonomi yang kembali melambat karena kembali merebaknya pandemi COVID-19.
Sementara itu, kinerja konsumsi LNPRT pada periode yang sama juga membaik dari -5,02% (yoy) pada
triwulan III 2020 menjadi (-1,02% yoy), seiring dengan mulai meingkatnya kegiatan organisasi sosial
dan keagamaan, serta pelaksanaan Pilkada serentak 2020.
Melambatnya LU pertanian, yang menyerap sebagian besar tenaga kerja di Provinsi
Lampung menyebabkan penurunan konsumsi masyarakat secara umum. Nilai Tukar Petani
(NTP) masih terkontraksi yakni -4,83% (yoy) pada triwulan IV 2020 meskipun relatif membaik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-6,87%; yoy) (Grafik 1.6).
Mobilitas masyarakat yang melambat menurunkan kinerja konsumsi rumah tangga. Pada
triwulan IV 2020, mobilisasi masyarakat Lampung terpantau kembali menurun setelah sebelumnya
berada pada tren perbaikan menuju kondisi normal sebagaimana tergambar pada data Google Global
Mobility Report (Grafik 1.4). Mobilisasi masyarakat kembali melandai sejak September 2020 seiring
dengan peningkatan kasus konfirmasi COVID-19 di Provinsi Lampung.
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: Google Global Mobility Report
Grafik 1. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1. 4 Mobilitas Masyarakat Lampung
Grafik 1. 6 Nilai Tukar Petani Grafik 1. 7 Kredit Konsumsi
29
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Kinerja konsumsi rumah tangga yang terkontraksi sejalan dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang
terkontraksi dari 1,84% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -0,45% (yoy) pada triwulan IV 2020
(Grafik 1.7). Lebih lanjut, konsumsi masyarakat yang kembali melemah sejalan dengan kembali
merebaknya Pandemi COVID-19 di tengah ketersediaan pasokan komoditas yang terjaga, berimplikasi
pada relatif stabilnya tekanan inflasi pada triwulan IV 2020. Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung
pada periode laporan tercatat pada level 2,00% (yoy) dan berada di batas bawah sasaran inflasi tahun
2020 yaitu 3,0±1%.
Meskipun Indeks Keyakinan Konsumen naik dari 92,39 pada triwulan III 2020 menjadi 96,42 pada
triwulan IV 2020 (Grafik 1.5) namun Indeks konsumsi barang tahan lama relatif stabil dari 86,00 pada
triwulan III 2020 menjadi 86,17 pada triwulan IV 2020.
Untuk keseluruhan 2020, konsumsi rumah tangga di Provinsi Lampung terkontraksi
sebesar -1,64% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh positif
sebesar 5,65% (yoy). Secara umum, hal ini disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat akibat
pandemi COVID-19. Sejumlah perusahaan melakukan kebijakan unpaid leave dan PHK sebagai
langkah efisiensi menghadapi lesunya penjualan. Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran di
Provinsi Lampung meningkat dari 4,03 pada Agustus 2019 menjadi 4,67 Pada Agustus 2020.
Penurunan jumlah tenaga kerja antara lain terjadi pada lapangan usaha (LU) pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta
pendidikan. Lebih lanjut, konsumsi rumah tangga pada periode HBKN tahun 2020 tidak setinggi pola
historisnya. Namun demikian, penurunan konsumsi rumah tanga yang lebih dalam dapat ditopang
oleh penyaluran bansos, gaji ke-13, program kartu pra kerja, serta stimulus lainnya yang telah
disiapkan oleh Pemerintah melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Sementara itu,
konsumsi LNPRT terkontraksi cukup dalam yaitu sebesar -4,16% (yoy).
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Perbaikan konsumsi rumah tangga diprakirakan berlanjut pada triwulan IV 2020, meskipun
masih dalam fase kontraksi seiring dengan semakin meningkatnya mobilitas masyarakat
Lampung. Secara umum, Google Global Mobility Report menunjukkan mobilisasi masyarakat
Lampung yang terpantau bergerak menuju pola normal, bahkan kunjungan ke toko bahan makanan
dan apotek lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi COVID-19 (Grafik 1.8). Masih
berlangsungnya penyaluran bansos (Program Keluarga Harapan (PKH), Program Sembako, dan
Bantuan Langsung Tunai (BLT)) dan perbaikan harga sejumlah komoditas (minyak kelapa sawit dan
karet) diprakirakan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Prakiraan ini terkonfirmasi dari hasil
survei konsumen Bank Indonesia periode Februari 2021 yang menunjukkan peningkatan Indeks
Kondisi Saat Ini (IKE) pada triwulan I 2021 yang naik dari 66,6 pada triwulan IV 2020 menjadi 70,4.
Perbaikan keyakinan konsumen ini antara lain didorong oleh membaiknya keyakinan masyarakat akan
kondisi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja pada triwulan I 2020 (Grafik 1.9).
Indikasi meningkatnya permintaan ini diharapkan dapat mendorong pemulihan dunia usaha
dan pemulihan ekonomi Lampung. Namun demikian, kondisi ini perlu diimbangi dengan
penerapan protokol kesehatan COVID-19 yang lebih ketat di beberapa lokasi dominan (hotspot) seperti toko bahan makanan, ritel, rekreasi, dan taman. Sebagaimana tergambar pada Google Global Mobility Report, kunjungan ke apotek juga mengalami peningkatan yang mengindikasikan kesadaran
masyarakat yang meningkat akan pentingya menjaga kesehatan. Selain kewaspadaan akan
penyebaran COVID-19, indikasi naiknya permintaan juga berisiko meningkatkan tekanan inflasi yang
perlu diantisipasi, meskipun masih pada level yang terjaga.
Sementara itu, konsumsi LNPRT diprakirakan terkontraksi seiring dengan berakhirnya
pelaksanaan Pilkada serentak pada 9 Desember 2020. Sementara kegiatan organisasi sosial dan
keagamaan diperkirakan masih melambat sehingga memberikan dampak terhadap kinerja
pertumbuhan konsumsi LNPRT.
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: LBU Bank Indonesia
30
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
1.1.2. Konsumsi Pemerintah
Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2020 tercatat membaik meskipun masih
dalam fase kontraksi. Konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2020 tumbuh -0,15% (yoy), lebih baik
dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang tumbuh -1,97% (yoy). Perbaikan kinerja konsumsi
pemerintah antara lain bersumber dari belanja yang terkait dengan pemulihan ekonomi serta
percepatan belanja operasi dan belanja modal.
Di sepanjang tahun 2020, pertumbuhan konsumsi pemerintah di Provinsi Lampung
mengalami kontraksi sebesar -1,47% (yoy). Kondisi perekonomain yang lesu akibat pandemi
COVID-19 menyebabkan penurunan pendapatan daerah yang kemudian berdampak pada
terbatasnya ruang fiskal untuk konsumsi pemerintah. Selain itu, refocusing APBN berdampak pada
pengurangan alokasi dana perimbangan pemerintah daerah. Salah satu faktor yang menjadi
pendorong konsumsi pemerintah yakni pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020, meskipun tidak
setinggi pola historisnya. Kinerja konsumsi pemerintah juga didorong dengan pelaksanaan berbagai
kegiatan dan juga penyelesaian proyek-proyek infrastruktur pemerintah daerah seperti pelaksanaan
festival kopi, Lampung Fashion Show, pembangunan rest area Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS),
pembangunan jalan dan fly over, serta program-program lainnya.
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan I 2021 diprakirakan dapat tumbuh lebih baik,
meskipun terbatas akibat pandemi COVID-19. Prakiraan tersebut konsisten dengan dinamika
perkembangan konsumsi pemerintah di awal tahun yang secara historis relatif terbatas.
1.1.3. Investasi
Kinerja investasi pada triwulan IV 2020 tercatat mengalami kontraksi yang lebih dalam, tercatat
tumbuh sebesar -8,47% (yoy), memburuk dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-4,90%;
yoy). Menurunnya kinerja investasi tersebut sejalan dengan kembali merebaknya pandemi COVID-19.
Sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, penurunan kinerja investasi
tercermin pada Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi investasi LU industri pengolahan yang menurun
menjadi SBT -2,17% pada periode laporan dibandingkan triwulan III 2020 (SBT 0,12%). Selain LU
industri pengolahan, penurunan investasi terjadi pada LU listrik, gas dan air bersih serta LU jasa-jasa.
Meskipun demikian, LU konstruksi membaik dari -2,25% pada triwulan III 2020 menjadi 1,13% pada
periode laporan. Sementara hasil liaison Bank Indonesia menunjukkan likert scale investasi yang naik
dari 0,56 pada triwulan III 2020 menjadi 0,89 pada periode laporan.
Investasi pada sektor kontruksi masih terkait dengan pembangunan sarana dan prasarana
di ruas Jalan Tol Trans Sumatera, seperti pembangunan rest area. Selain itu, masih
berlangsungnya pembangunan Bendungan Way Sekampung dan Bendungan Marga Tiga, yang
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: Google Global Mobility Report
Grafik 1. 9 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 1. 8 Mobilisasi Masyarakat Lampung dan Indeks Penghasilan
Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: LBU Bank Indonesia
31
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
masing-masing ditargetkan selesai pada tahun 2020 dan 2021, turut menyumbang realisasi investasi
sektor konstruksi.
Sepanjang tahun 2020, investasi terkontraksi sebesar -4,94% (yoy), memburuk
dibandingkan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh positif sebesar 4,62% (yoy). Pandemi
COVID-19 mempengaruhi keputusan dan keberlangsungan investasi baik pemerintah maupun
swasta. Meskipun sejumlah proyek strategis pemerintah tetap menjadi prioritas pembangunan untuk
menopang pertumbuhan ekonomi, sejumlah kendala teknis di lapangan akibat COVID-19 menjadi
penahan realisasi investasi tersebut. Kendala yang dihadapi antara lain terkait dengan arahan physical distancing yang menyebabkan produktivitas kerja di lapangan menurun. Dari sisi swasta, investasi
tertahan seiring perilaku wait and see investor akan kondisi perekonomian baik global dan domestik,
penanganan pandemi COVID-19, serta pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020.
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Investasi diprakirakan akan mengalami perbaikan pada triwulan I 2021, meskipun relatif
terbatas seiring dengan masih berlanjutnya perilaku wait and see investor swasta dan
beberapa kendala yang timbul dalam pengerjaan proyek strategis pemerintah akibat
COVID-19. Perbaikan investasi antara lain ditopang oleh masih terus berlangsungnya pembangunan
sejumlah proyek pemerintah seperti bendungan Way Sekampung dan Margatiga yang masing-masing
ditargetkan selesai pada tahun 2020 dan 2021. Selain itu, pembangunan sararana dan prasarana di
ruas JTTS, konstruksi prafabrikasi untuk kontruksi jalan dan rel kereta api di Lampung Selatan, serta
PLTU Teluk Sirih 2x112 MW di Lampung Selatan juga akan tetap berlangsung.
Optimisme investor swasta menunjukkan perbaikan pada triwulan I 2021. Keyakinan investor
terhadap pemulihan kegiatan usahanya di tengah pandemi COVID-19 mempengaruhi keputusan
investasi korporasi. Proyeksi perbaikan investasi pada triwulan I 2021 terindikasi pada SBT perkiraan
investasi hasil SKDU Bank Indonesia yang menunjukkan kenaikan dari -2,60% pada triwulan IV 2020
menjadi 5,91%. Namun demikian, masih berlangsungnya pandemi COVID-19 menjadi faktor penahan
investasi swasta. Berdasarkan hasil liaison, likert scale investasi mengalami penurunan dari 0,89 pada
triwulan IV 2020 menjadi 0,50 pada triwulan I (s.d. Februari) 2021 (Grafik 1.16).
Di sisi lain, sejumlah stimulus dan relaksasi pemulihan ekonomi diharapkan dapat
mendorong akselerasi investasi. Sejumlah relaksasi dan strategi yang telah dipersiapkan
Pemerintah Pusat, antara lain percepatan izin impor barang modal dan bahan baku, menjaga
ketersediaan bahan baku dalam negeri (terutama untuk industri pengolahan), percepatan perizinan
ekspor untuk mempercepat peningkatan devisa, kebijakan moneter yang akomodatif, serta
peningkatan likuiditas untuk pembiayaan perbankan. Dalam upaya mempertahankan iklim investasi
yang telah berjalan baik dan untuk mendukung kegiatan usaha investor selama masa darurat COVID-
19, Pemerintah Daerah juga memberikan dukungan penuh, baik kepada kelompok investasi yang
telah beroperasi secara komersil maupun kelompok investasi baru yang masih pada tahap
perencanaan. Dukungan yang diberikan antara lain dengan memberikan pelayanan perizinan secara
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1. 16 Perkiraan Investasi
32
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
online serta melakukan pemantauan terhadap kebutuhan pasokan bahan baku industri dan
ketenagakerjaan.
1.1.4. Ekspor dan Impor
Dari sisi eksternal, baik ekspor maupun impor mengalami perbaikan pada triwulan IV 2020
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat mampu
tumbuh positif 5,23% (yoy) menjadi Rp28.688 miliar setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya
(-6,04%; yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra dagang utama Lampung,
terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan India. Sejalan dengan ekspor, meskipun masih dalam fase
kontraksi, kinerja impor juga membaik pada triwulan IV 2020 (-0,74%; yoy) menjadi Rp34.588 miliar,
dibandingkan triwulan sebelumnya (-6,88%; yoy). Meskipun kinerja ekspor mengalami pertumbuhan
positif dibandingkan impor yang masih dalam fase kontraksi namun lebih besarnya nilai impor
menyebabkan ekspor neto tercatat negatif yaitu sebesar Rp5.900 miliar, membaik dibandingkan
periode yg sama tahun lalu sebesar Rp7.585 miliar.
Dilihat dari daftar penggolongan barang ekspor melalui HS-code, ekspor luar negeri
Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar USD1055,36 juta atau tumbuh
32,08% (yoy), mengalami akselerasi bila dibandingkan periode sebelumnya (USD767,99 juta
atau 3,32%; yoy) (Grafik 1.17). Naiknya kinerja ekspor luar negeri di Provinsi Lampung ini antara
lain bersumber dari peningkatan signifikan ekspor kelompok lemak dan minyak hewan/nabati,
kelompok kopi, teh, dan rempah-rempah, kelompok olahan dari buah-buahan/sayuran serta
kelompok bahan bakar mineral. Ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati terakselerasi dari
28,75% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi 51,09% (yoy) pada triwulan IV 2020 (Grafik 1.18),
terutama didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor CPO seiring dengan pemulihan ekonomi di
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1. 17 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Grafik 1.18 Perkembangan Ekspor Lemak dan Minyak Hewan/Nabati
Grafik 1. 19 Perkembangan Ekspor Olahan Buah-Buahan/Sayuran
Grafik 1. 20 Perkembangan Ekspor Batubara
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
33
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
beberapa negara utama mitra dagang (Tiongkok dan Amerika Serikat). Peningkatan permintaan
ekspor CPO pada triwulan IV 2020 juga terjadi khususnya pada negara India dan Itali. Pertumbuhan
pada triwulan IV 2020 juga tercatat lebih tinggi, yakni sebesar 15,21% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,31% (yoy). Ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah mengalami
akselerasi dari 4,18% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi 26,08% (yoy) pada periode laporan.
Sementara itu, ekspor olahan dari buah-buahan/sayuran dan ampas/sisa industri makanan
terakselerasi, masing-masing naik dari 34,68% (yoy) dan 13,90% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi
63,97% (yoy) dan 27,06% (yoy) (Grafik 1.19). Ekspor komoditas bahan bakar mineral mampu
tumbuh positif sebesar 18,62% (yoy) pada triwulan IV 2020 setelah mengalami kontraksi sebesar -
45,57% (yoy) pada triwulan III 2020 (Grafik 1.20) sejaslan dengan tren kenaikan harga batubara
pada triwulan IV 2020.
Dilihat dari komposisi komoditas ekspor, pangsa terbesar ekspor Lampung tidak banyak
mengalami perubahan dari triwulan sebelumnya, yakni berasal dari ekspor lemak dan
minyak hewan/nabati (CPO). Ekspor lemak dan minyak hewan/nabati memiliki pangsa sebesar
36,16% dari total ekspor pada triwulan IV 2020, diikuti dengan komoditas kopi, teh, rempah-rempah
(14,87%) (Grafik 1.21). Sementara itu, negara tujuan ekspor terbesar Provinsi Lampung pada
triwulan laporan adalah Amerika Serikat (16,62%), Tiongkok (11,22%), dan Belanda (8,86%) (Grafik
1.22).
Sejalan dengan perkembangan ekspor luar negeri, meskipun masih dalam fase
kontraksi, impor pada triwulan IV 2020 juga mengalami perbaikan, terutama pada
kelompok barang konsumsi dan impor barang modal. Impor barang konsumsi dan barang
modal tumbuh membaik meskipun masih terkontraki pada triwulan IV 2020, dari -11,18% (yoy)
dan -77.18%(yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -2,86% (yoy) dan -67,63%.(yoy) (Grafik 1.23
dan Grafik 1.25). Impor konsumsi masih didominasi oleh komoditas makanan dan minuman
(olahan) untuk rumah tangga (91,23%) yang tumbuh membaik pada triwulan IV 2020 dari -
10,06% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -3,23% (yoy). Sementara itu, membaiknya
kinerjaimpor barang modal antara lain disebabkan oleh kenaikan impor barang modal alat
angkutan untuk industri. Di sisi lain, impor bahan baku penolong terkontraksi lebih dalam pada
triwulan IV 2020 menjadi sebesar -34,88% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang
terkontraksi sebesar -1,95% (yoy) (Grafik 1.24). Kontraksi impor bahan baku penolong
disebabkan oleh perlambatan impor makanan dan minuman, baik yang belum diolah maupun
olahan, untuk industri dan penurunan impor bahan baku olahan untuk industri. Berdasarkan
jenisnya, komoditas impor luar negeri ke Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 mayoritas
berupa binatang hidup (23,72%), ampas/sisa industri makanan (19,18%) serta gula dan produk
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1. 21 Pangsa Kelompok Ekspor Non Migas Grafik 1. 22 Negara Tujuan Ekspor
34
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
olahan gula (11,11%) (Grafik 1.26). Sementara itu, negara pemasok barang impor terbesar ke
Provinsi Lampung adalah Australia (34,09%), Amerika Latin (16,20%) dan USA (14,99%) (Grafik
1.27). Impor dari Australia umumnya merupakan sapi bakalan sebagai input dari industri
feedloter yang banyak berkembang di Provinsi Lampung.
Sepanjang tahun 2020, ekspor dan impor provinsi Lampung terkontraksi masing-masing
sebesar -4,17% (yoy) dan -5,43% (yoy) sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi
global dan menurunnya perdagangan dunia serta lemahnya permintaan domestik. Net
ekspor Provinsi Lampung tercatat defisit sebesar Rp6.603 miliar, dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mengalami defisit sebesar Rp8.378 miliar. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1. 24 Perkembangan Impor Bahan Baku Penolong
Grafik 1. 23 Perkembangan Impor Barang Kosumsi
Grafik 1.25 Perkembangan Impor Barang Modal
Grafik 1.26 Pangsa Impor Provinsi Lampung
Grafik 1. 27 Negara Asal Impor
35
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
penurunan ekspor di Provinsi Lampung. Pertama, terkait dengan dampak pandemi COVID-19
terhadap turunnya pertumbuhan ekonomi dunia sehingga menyebabkan pertumbuhan volume
perdagangan dunia tahun 2020 yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019. World Economic Outlook IMF mencatatkan proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia tumbuh -10,4% (yoy),
jauh dibawah tahun 2019 yang masih tumbuh positif sebesar 1,0% (yoy). Kedua, sejalan dengan
rendahnya permintaan global, harga sebagian besar komoditas ekspor Provinsi Lampung pada tahun
2020 berada pada tren yang menurun, kecuali CPO. Rata-rata harga batubara di tahun 2020 tercatat
sebesar USD55,87 per metric ton, dibawah rata-rata harga tahun 2019 USD 69,40 per metric ton
(Grafik 1.30). . Ekspor batu bara di sepanjang tahun 2020 mengalami penurunan akibat terkoreksinya
permintaan global dan domestik. Selain itu, harga rata-rata lada hitam yang juga menjadi penopang
ekspor Lampung pada tahun 2020 tercatat dalam tren menurun sebesar 849,67 MYR/100 kg (Grafik
1.31), lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 911,48 MYR/100 kg
Tracking Kinerja Triwulan IV dan Keseluruhan 2020
Memasuki triwulan IV 2020, pertumbuhan net ekspor diperkirakan tidak akan sebaik periode
sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan produksi komoditas perkebunan sebagai salah satu
penopang ekspor utama Provinsi Lampung pasca puncak musim panen di triwulan III 2020. Di samping
itu, secara seasonal terdapat kemungkinan kenaikan volume impor barang konsumsi menjelang Natal
dan libur akhir tahun seiring dengan peningkatan permintaan sehingga berpengaruh pada pelemahan
net ekspor. Meski demikian, pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama Lampung dapat menjadi
upside risk dari ekspor luar negeri. Selain itu, berdasarkan hasil liaison KPw BI Provinsi Lampung
kepada perusahaan industri pengolahan makanan di Provinsi Lampung, permintaan ekspor meningkat
cukup signifikan dari Amerika, Eropa, Asia Timur, dan Arab Saudi untuk periode semester II 2020.
Selain itu, untuk mendukung proses pemulihan ekonomi, Pemerintah Pusat memberikan dukungan
kepada dunia usaha melalui percepatan proses perizinan ekspor dan impor serta peningkatan layanan
melalui National Logistics Ecosystem.
Sementara itu, perbaikan ekspor komoditas CPO diprakirakan berlanjut pada triwulan IV
2020. Pemulihan ekonomi di Tiongkok dan India mendorong permintaan ekspor CPO untuk
pemenuhan pasokan di kedua negara tersebut. Selain itu, permintaan domestik masih cukup untuk
pemenuhan target biodiesel hingga akhir tahun 2020. Lebih lanjut, naiknya permintaan ini
mendorong kenaikan harga CPO dari USD661,69 per metric ton pada triwulan III 2020 menjadi
USD728,85 per metric ton pada triwulan IV (Oktober) 2020 (Grafik 1.28). Meski demikian,
produktivitas perkebunan kelapa sawit di Lampung yang masih rendah akibat kurangnya pemupukan
menjadi penahan pertumbuhan ekspor CPO ke depan.
Adapun ekspor antar daerah pada triwulan IV 2020 diperkirakan tetap tumbuh walau tidak
setinggi triwulan sebelumnya. Permintaan domestik secara seasonal diprakirakan membaik
menghadapi libur HBKN Natal dan Tahun Baru meski tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
dapat mendorong peningkatan ekspor antar daerah. Lebih lanjut, prognosa produksi padi pada
triwulan IV 2020 (47,75%; yoy) yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi pada
triwulan III 2020 (39,03%; yoy), seiring penambahan luas panen padi, yang umumnya dipasarkan ke
Pulau Jawa diperkirakan dapat memberikan dampak signifikan bagi perkembangan ekspor antar
daerah.
Dari sisi impor luar negeri, pertumbuhan pada triwulan IV 2020 diperkirakan masih
terkontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya, seiring dengan perkiraan
berlanjutnya pemulihan konsumsi domestik pada fase adaptasi kebiasaan baru (Grafik
1.29). Namun demikian, kelancaran impor tetap perlu dijaga mengingat andil impor yang masih besar
terhadap PDRB Lampung. Hal ini menunjukkan ketergantungan perekonomian yang besar terhadap
impor, khususnya industri pengolahan untuk pemenuhan produk konsumsi domestik dan orientasi
ekspor. Berdasarkan kelompoknya, impor terbesar Lampung didominasi oleh impor bahan baku
penolong (90,95% dari total impor pada triwulan III 2020). Untuk mendukung kelancaran impor
komoditas pendukung industri pengolahan (a.l. bahan baku impor) di tengah pandemi COVID-19,
36
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Pemerintah Pusat melakukan relaksasi berupa percepatan izin impor yang diharapkan dapat
mempercepat proses pemulihan ekonomi.
Sepanjang tahun 2020, net ekspor Provinsi Lampung diperkirakan mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa faktor menjadi penyebab penurunan ekspor
di Provinsi Lampung. Pertama, terkait dengan dampak pandemi COVID-19 terhadap turunnya
pertumbuhan ekonomi dunia sehingga memicu perkiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia
tahun 2020 yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019. World Economic Outlook IMF Oktober
2020 mencatatkan proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia tumbuh -10,4% (yoy), jauh
dibawah tahun 2019 yang masih tumbuh positif sebesar 1,0% (yoy). Kedua, harga sebagian besar
komoditas ekspor Provinsi Lampung pada tahun 2020 berada pada tren yang menurun, kecuali CPO
dan kopi robusta. Rata-rata harga batubara per Oktober 2020 tercatat sebesar USD56,44 per metric
ton, dibawah rata-rata harga tahun 2019 USD 69,40 per metric ton (Grafik 1.30). Selain itu, harga
rata-rata lada hitam yang juga menjadi penopang ekspor Lampung hingga November 2020 tercatat
dalam tren menurun sebesar 895,77 MYR/100 kg (Grafik 1.31), lebih rendah dibandingkan tahun
2019 yang sebesar 911,48 MYR/100 kg. Ekspor batu bara di sepanjang tahun 2020 diperkirakan
mengalami penurunan akibat terkoreksinya permintaan global dan domestik. Meski demikian,
penurunan ekspor yang lebih dalam dapat ditahan oleh peningkatan ekspor komoditas CPO yang
hingga triwulan III 2020 tumbuh 21,35% (yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Begitu pula ekspor kopi robusta hingga triwulan III 2020 tumbuh 11,26% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun 2019. Peningkatan ekspor kopi robusta ditopang oleh volume produksi yang naik
13,63% (yoy) untuk periode yang sama, di tengah harga rata2 (hingga Oktober) yang turun dari 0,80
MYR/100 kg pada tahun 2019 menjadi 0,78 MYR/100 kg pada tahun 2020 (Grafik 1.32).
Selain permintaan yang masih terjaga, berdasarkan hasil liaison juga diketahui bahwa bisnis perdagangan biji kopi cenderung stabil. Beberapa perusahaan yang menerapkan kontrak jual beli antara perusahaan dengan buyer relatif panjang, yakni sekitar 2 tahun khususnya untuk pasar ekspor sehingga kinerja penjualan perusahaan relatif lebih stabil. Selain itu, selama masa tanggap darurat ini perusahaan juga telah mengantongi IOMSI (Izin Operasional dan Mobilitas Sektor Industri) dari Pemerintah, sehingga kegiatan operasional perusahaan masih dapat berjalan normal dengan menerapkan protokol kesehatan. Tracking Kinerja Triwulan I 2021 Memasuki triwulan I 2021, pertumbuhan ekspor dan impor diperkirakan akan meningkat.
Pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama Lampung dapat menjadi upside risk dari
ekspor luar negeri. Permintaan batubara dan harga batubara meningkat dan mencapai seiring
pemulihan ekonomi di beberapa negara mitra dagang dan terhentinya impor batubara Tiongkok dari
Australia. Rata-rata harga batubara di triwulan I 2021 tercatat sedikit meningkat menjadi sebesar
USD55,90 per metric ton, dibandingkan rata-rata harga tahun 2020 USD 55,18 per metric ton Selain
itu, berdasarkan hasil liaison KPw BI Provinsi Lampung kepada perusahaan industri pengolahan
makanan di Provinsi Lampung, permintaan ekspor meningkat cukup signifikan dari Amerika, Eropa,
Asia Timur, dan Arab Saudi. Selain itu, untuk mendukung proses pemulihan ekonomi, Pemerintah
Pusat memberikan dukungan kepada dunia usaha melalui percepatan proses perizinan ekspor dan
impor serta peningkatan layanan melalui National Logistics Ecosystem.
Sementara itu, perbaikan ekspor komoditas CPO diprakirakan berlanjut pada triwulan I
2021. Pemulihan ekonomi di Tiongkok dan India mendorong permintaan ekspor CPO untuk
pemenuhan pasokan di kedua negara tersebut. Selain itu, permintaan domestik masih cukup untuk
pemenuhan target biodiesel hingga akhir tahun 2020. Lebih lanjut, naiknya permintaan ini
mendorong kenaikan harga CPO dari USD821,73 per metric ton pada triwulan IV 2020 menjadi
USD951,24 per metric ton pada triwulan I (hingga Februari) 2021 (Grafik 1.28). Meski demikian,
produktivitas perkebunan kelapa sawit di Lampung yang masih rendah akibat kurangnya pemupukan
menjadi penahan pertumbuhan ekspor CPO ke depan.
37
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Adapun ekspor antar daerah pada triwulan I 2021 diperkirakan tetap tumbuh walau tidak
setinggi triwulan sebelumnya seiring dengan telah berakhirnya libur HBKN Natal dan Tahun
Baru.
Dari sisi impor luar negeri, pertumbuhan pada triwulan I 2021 diperkirakan mampu tumbuh
positif sejalan dengan perkiraan membaiknya permintaan domestik dan mulai
meningkatnya aktivitas produksi seiring dengan perkiraan berlanjutnya pemulihan
ekonomi Indonesia (Grafik 1.29). Kelancaran impor perlu dijaga mengingat andil impor yang besar
terhadap PDRB Lampung khususnya basgi industri pengolahan dalam rangka pemenuhan produk
konsumsi domestik dan orientasi ekspor. Berdasarkan kelompoknya, impor terbesar Lampung
didominasi oleh impor bahan baku penolong (94,15% dari total impor pada triwulan I 2021). Untuk
mendukung kelancaran impor komoditas pendukung industri pengolahan (a.l. bahan baku impor) di
tengah pandemi COVID-19, Pemerintah Pusat melakukan relaksasi berupa percepatan izin impor yang
diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi.
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bloomberg11111111
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Grafik 1. 29 Tracking Perkembangan Impor Luar Negeri
Grafik 1. 28 Perkembangan Harga CPO Internasional
Grafik 1. 31 Perkembangan Harga Lada Hitam Internasional
Grafik 1. 30 Perkembangan Harga Batubara Internasional
38
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
1.2 Analisis PDRB Sisi Lapangan Usaha
Di sisi lapangan usaha (LU), perbaikan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020 terutama
ditopang oleh peningkatan kinerja LU informasi dan komunikasi yang selama pandemi
COVID-19 cenderung mengalami peningkatan permintaan (Tabel 1.2). Sementara itu, sejalan
dengan pemulihan aktivitas ekonomi global, LU industri pengolahan mampu tumbuh positif (1,13%;
yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -10,17% (yoy). Di sisi lain, LU
pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh melambat (0,28%; yoy) dengan berakhirnya aktivitas
panen komoditas perkebunan (kopi dan lada) dan tanaman pangan pada triwulan IV 2020. LU
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tercatat terkontraksi lebih dalam (-
9,87%; yoy), antara lain dipengaruhi oleh terkontraksi lebih dalamnya konsumsi rumah tangga yang
tercermin dari penurunan penjualan kendaraan bermotor akibat masih lemahnya preferensi
masyarakat untuk membeli barang tahan lama serta pembatasan sosial karena pandemi COVID-19.
Tw III
2018
(yoy)
Tw IV
2018
(yoy)
Tw I 2019
(yoy)
Tw II
2019
(yoy)
Tw III
2019
(yoy)
Tw IV
2019
(yoy)
Tw I 2020
(yoy)
Tw II
2020
(yoy)
Tw III
2020
(yoy)
Tw IV
2020
(yoy)
Andil Tw
IV 2020
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -0.24 5.52 1.21 0.69 0.08 4.07 -2.79 1.65 3.17 0.28 0.07
Pertambangan dan Penggalian 4.30 -1.18 2.81 4.46 0.21 3.38 -1.50 -2.21 -1.20 -8.44 -0.51
Industri Pengolahan 12.42 7.51 7.47 11.75 10.14 3.77 1.41 -12.53 -10.08 1.13 0.22
Pengadaan Listrik, Gas 4.41 1.16 6.84 16.26 6.23 9.56 3.46 -1.97 1.20 -10.17 -0.02
Pengadaan Air 2.09 2.14 4.17 5.22 5.93 5.80 4.80 4.11 6.13 5.16 0.01
Konstruksi 5.51 4.96 7.30 7.02 5.15 4.85 4.15 -2.25 -5.98 -3.14 -0.34
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.51 4.67 8.11 6.30 8.97 5.57 2.68 -10.32 -8.80 -9.87 -1.25
Transportasi dan Pergudangan 3.33 5.48 7.28 8.12 8.67 8.20 7.31 -13.22 -2.58 -12.90 -0.73
Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 11.22 11.11 10.55 5.92 9.98 10.09 9.87 -7.14 -8.29 -13.10 -0.21
Informasi dan Komunikasi 12.72 7.37 8.67 8.26 6.68 8.35 6.65 11.03 5.96 8.47 0.44
Jasa Keuangan 1.92 -2.63 -1.45 -2.27 6.59 8.82 6.71 2.11 1.75 4.56 0.10
Real Estate 3.86 4.28 5.06 6.20 6.47 5.77 5.77 -1.73 -5.30 -5.34 -0.17
Jasa Perusahaan 0.53 2.00 5.01 3.62 3.63 3.64 3.59 -4.33 -1.10 -3.80 -0.01
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.69 4.59 6.64 7.04 2.91 2.79 3.92 5.40 6.80 3.53 0.11
Jasa Pendidikan 11.10 9.67 9.98 8.94 7.24 7.32 7.18 4.45 6.32 -1.27 -0.04
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.39 7.88 6.94 5.67 7.77 6.85 7.72 3.14 18.18 14.26 0.15
Jasa Lainnya 9.40 8.57 9.15 6.01 8.45 8.77 10.78 -11.44 -8.89 -7.92 -0.08
5.19 5.38 5.21 5.61 5.16 5.07 1.74 -3.57 -2.41 -2.26 -2.26
MeningkatMelambat Moderat
Lapangan Usaha
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1. 32 Perkembangan Harga Kopi Robusta Internasional
Tabel 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Lapangan Usaha (% yoy)
39
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Porsi terbesar PDRB Lampung pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga LU utama
Provinsi Lampung yaitu LU pertanian, kehutanan dan perikanan, LU industri pengolahan,
dan LU perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor dengan porsi
masing-masing sebesar 29,90%, 19,41% dan 11,14% (Grafik 1.33).
Memasuki triwulan I 2021, kegiatan perekonomian Provinsi Lampung diprediksi dapat
membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dipengaruhi oleh indikasi
meningkatnya permintaan domestik dan berlanjutnya pemulihan ekonomi negara mitra
dagang. Kinerja LU informasi dan komunikasi, LU administrasi pemerintahan, serta LU jasa kesehatan
juga diperkirakan tumbuh positif. Kebutuhan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang
meningkat di tengah pandemi COVID-19 diperkirakan masih menjadi pendorong pertumbuhan positif
LU informasi dan komunikasi. Begitu pula kebutuhan akan fasilitas kesehatan dan sosial yang tinggi
selama pandemi COVID-19 mendorong pertumbuhan LU kesehatan serta LU administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Sementara itu, LU industri pengolahan dan LU
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan IV 2020 diperkirakan
membaik sejalan dengan perkiraan perbaikan konsumsi rumah tangga di tengah optimisme
implementasi vaksinasi COVID-19. Selain itu, berlanjutnya pemulihan ekonomi negara-negara mitra
dagang berpotensi mendorong peningkatan kinerja industri pengolahan berorientasi ekspor.
1.2.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Kinerja LU pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV 2020 sebesar 0,28% (yoy),
atau melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,17% (yoy). Melambatnya
pertumbuhan pada LU ini terjadi seiring dengan telah berlalunya puncak panen raya beberapa
komoditas perkebunan. Sesuai dengan pola musiman, terjadi kontraksi pada subkategori tanaman
pangan, karena penurunan produksi padi sebesar -8,02% (q-to-q), jagung -75,09% (q-to-q), ubi kayu
sebesar -11,01%, kedelai sebesar -65,77% (q-to-q), kacang tanah sebesar -66,62% (q-toq) dan
kacang hijau sebesar -50,67% (q-to-q). Perlambatan pada LU pertanian, kehutanan dan perikanan
tercermin pada turunnya penyaluran kredit perbankan pada LU ini dari 9,81% (yoy) pada triwulan III
2020 menjadi 7,12% (yoy) pada periode laporan (Grafik 1.34).
Sejalan dengan kinerja LU pertanian yang tetap positif meskipun melambat, pendapatan
masyarakat terindikasi meningkat. Kondisi ini tercermin dari naiknya indeks NTP (Nilai Tukar Petani)
pada triwulan IV 2020 menjadi 95,78 dari 94,29 pada triwulan III 2020 (Grafik 1.35). Kenaikan NTP
terjadi pada hampir semua sub LU, kecuali sub LU tanaman padi dan palawija serta sub LU peternakan.
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1.33 Pangsa PDRB Lap. Usaha
40
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Secara umum, naiknya NTP didorong oleh peningkatan pendapatan (indeks yang diterima) yang lebih
besar sejalan dengan naiknya harga beberapa komoditas pangan dan perkebunan, daripada kenaikan
beban biaya (indeks yang dibayar).
Untuk keseluruhan tahun 2020, kinerja LU pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh
melambat sebesar 0,66% (yoy) dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 1,34% (yoy). Hal ini
sejalan dengan, penyediaan pupuk yang cenderung terbatas sebagaimana tercermin pada penurunan
impor pupuk sebesar -32,37% (yoy) di tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Grafik
1.37). Namun demikian, secara tahunan, penyaluran kredit perbankan pada LU ini meningkat dari -
7,88 (yoy) pada tahun 2019 menjadi 7,12% (yoy) pada tahun 2020 (Grafik 1.36). Lebih lanjut, melalui
program unggulan Pemerintah Provinsi Lampung, yakni Kartu Petani Berjaya, diharapkan kinerja LU
pertanian, kehutanan dan perikanan dapat terakselerasi baik dari hulu hingga hilir.
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Kinerja sektor pertanian, perikanan dan kehutanan pada triwulan I 2021 diperkirakan
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan masuknya puncak musim
penghujan. BMKG memperkirakan puncak hujan akan berlangsung pada Januari-Februari 2021 dan
dapat mengganggu produksi tanaman holtikultura. Selain itu, pada musim penghujan akan terjadi
siklus penurunan produksi komoditas perkebunan seperti kopi, lada, dsb. Namun demikian, hasil
SKDU Bank Indonesia menunjukkan kenaikan SBT LU pertanian, peternakan, kehutanan, dan
perikanan dari -10,54% pada triwulan IV 2020 menjadi 19,61% pada triwulan I 2021.
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: Bea dan Cukai
Sumber: Bank Indonesia Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1. 35 Nilai Tukar Petani Grafik 1.34 Kredit Pertanian
Grafik 1. 37 Volume Impor Pupuk Grafik 1. 36 Kredit Pertanian
41
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
1.2.2 Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Kinerja LU industri pengolahan di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 mengalami
perbaikan dan tumbuh positif sebesar 1,13% (yoy) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang terkontaksi sebesar -10,08% (yoy) sejalan dengan pemulihan ekonomi
global dan perbaikan permintaan domestik. Aktivitas ekonomi di beberapa negara mitra dagang
ekspor utama Lampung yang mulai meningkat, berpengaruh terhadap permintaan dan produktivitas
industri pengolahan yang berorientasi ekspor, yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan III 2020. Kinerja LU industri pengolahan yang membaik juga terkonfirmasi dari realisasi impor
bahan baku penolong makanan dan minuman (belum diolah) untuk industri yang tumbuh 4,28%
(yoy) pada triwulan III 2020, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2020 (-34,70%; yoy)
(Grafik 1.41). Impor komoditas ini digunakan sebagai bahan baku produksi bahan makanan olahan
dalam negeri untuk memenuhi permintaan pada periode selanjutnya. Meskipun demikan, Prompt Manufacturing Index (PMI) mengalami penurunan dari 50,53 pada triwulan III 2020 menjadi 41,71
pada periode laporan (Grafik 1.38). Hasil SKDU triwulan IV 2020 menunjukkan SBT realisasi
penggunaan tenaga kerja LU industri pengolahan yang memburuk dari -0,44% pada triwulan III 2020
menjadi -2,31% (Grafik 1.39). Selain itu, penjualan listrik industri pada triwulan IV 2020 tercatat
tumbuh 4,24% (yoy), relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,68% (yoy)
(Grafik 1.40).
Pertumbuhan LU industri pengolahan di sepanjang 2020 terkontraksi sebesar -5,24% (yoy)
seiring dengan menurunnya permintaan baik domestik maupun ekspor akibat pandemi
COVID-19. Secara global, pandemi COVID-19 telah menurunkan aktivitas ekonomi di banyak negara.
Berdasarkan WEO, pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan tumbuh -4,4% (yoy) pada tahun 2020
atau jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh 2,8% (yoy) dan mempengaruhi kinerja
industri pengolahan berbasis ekspor di Lampung. Selain itu, lesunya permintaan domestik akibat
melemahnya daya beli masyarakat mempengaruhi kinerja industri pengolahan.
Sumber: Bea dan Cukai Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: PLN Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Bank Indonesia Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1. 38 Prompt Manufacturing Index Grafik 1. 39 SBT Realisasi Tenaga Kerja LU Industri Pengolahan
Grafik 1. 40 Penjualan Listrik Industri Grafik 1. 41 Impor Bahan Baku Makanan
42
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Perbaikan LU industri pengolahan pada triwulan I 2021 diperkirakan berlanjut seiring
dengan perkiraan membaiknya permintaan domestik pada akhir tahun dan berlanjutnya
pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang. Meningkatnya permintaan rumah tangga
akan menjadi pendorong perbaikan kinerja LU industri pengolahan. Lebih lanjut, pemulihan ekonomi
di beberapa negara mitra dagang diprakirakan terus berlanjut sehingga berpotensi meningkatkan
permintaan akan produk olahan Lampung yang berorientasi ekspor. Perkiraan ini sejalan dengan hasil
SKDU terkait perkiraan kegiatan usaha dan tenaga kerja LU industri pengolahan yang meningkat pada
triwulan I 2021 (5,46% SBT dan 3,26 SBT) dibandingkan dengan triwulan IV 2020 (-2,29% SBT dan
-2,31 SBT). PMI Lampung pada triwulan I 2021 juga diperkirakan naik dari 41,71 pada triwulan IV
2020 menjadi 56,71 (Grafik 1.42). Konsisten dengan hal tersebut, penggunaan listrik industri pada
bulan Januari 2021 naik 9,86% (yoy) menjadi 91,24 juta Kwh dibandingkan periode yang sama tahun
2019 sebesar 83,06 juta Kwh. Namun demikian, pertumbuhan kredit pada LU industri pengolahan
terpantau melambat pada triwulan I (Januari) 2021 yakni sebesar 0,50% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan IV 2020 (11,03%; yoy) (Grafik 1.43).
1.2.3 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Kinerja LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor di Lampung
pada triwulan IV 2020 terkontraksi lebih dalam menjadi sebesar -9,87% (yoy), memburuk
dibandingkan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar -8,80% (yoy). Memburuknya
pertumbuhan LU ini sejalan dengan kinerja konsumsi rumah tangga Provinsi Lampung yang juga
tercatat memburuk. Selain itu, melambatnya pertumbuhan sektor pertanian sebagai salah satu sektor
utama yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada triwulan IV berpengaruh negatif pada aktivitas
perdagangan. Menurunnya kinerja LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor tercermin dari beberapa indikator. Sejalan dengan hal tersebut, penjualan mobil, truk dan bus
terpantau terkontraksi lebih dalam, yakni masing-masing tumbuh -48,82% (yoy), -82,63% (yoy) dan
-100% (yoy) pada triwulan IV 2020 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu -47,83% (yoy),
-77,30% (yoy) dan -66,67% (yoy) (Grafik 1.45). Turunnya penjualan bus terjadi sejalan dengan
kembali merebaknya pandemi COVID-19 yang berdampak pada penurunan preferensi masyarakat
untuk menggunakan kendaraan umum. Namun demikian, penyaluran kredit di LU perdagangan besar
dan eceran pada triwulan IV 2020 tumbuh -1,11% (yoy) atau lebih baik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (-2,39%; yoy) (Grafik 1.44). Hasil SKDU menunjukkan perbaikan SBT realisasi kegiatan
usaha dan jumlah tenaga kerja, masing-masing dari 6,01% dan -3,60% pada triwulan III 2020 menjadi
8,66% dan -1,81% pada periode laporan. Indeks pengeluaran untuk konsumsi barang tahan lama
relative stabil dari 86,00 pada triwulan III 2020 menjadi 86,17 pada periode laporan.
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: WIND
Grafik 1. 42 Perkiraan Prompt Manufacturing Index Lampung
Pertumbuhan Kredit LU Industri Pengolahan
Grafik 1. 4
Grafik 1. 43 Pertumbuhan Kredit LU Industri Pengolahan
43
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor Provinsi
Lampung di sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi -6,64% dibandingkan tahun
sebelumnya yang mampu tumbuh positif sebesar 7,20% (yoy). Hal ini disebabkan oleh
turunnya daya beli masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Konsumsi masyarakat selama HBKN
tahun 2020 juga tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Kunjungan wisatawan domestik ke
beberapa lokasi wisata di Provinsi Lampung juga mengalami penurunan seiring adanya arahan physical distancing untuk mencegah penyebaran COVID-19. Dari sisi eksternal, permintaan ekspor dari
sebagian besar negara mitra dagang juga mengalami penurunan seiring dengan penurunan aktivitas
ekonomi di negara-negara tersebut akibat pandemi COVID-19.
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Memasuki triwulan I 2021, LU perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan
sepeda motor diperkirakan membaik dan mampu tumbuh positif seiring dengan indikasi
meningkatnya konsumsi rumah tangga dan berlanjutnya pemulihan ekonomi global.
Konsumsi rumah tangga akan meningkat pada seiring dengan optimisme masyarakat terhadap
keberhasilan vaksinasi COVID-19. Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat terindikasi salah satunya
dari data Google Global Mobility Report yang menunjukkan mobilisasi masyarakat Lampung pada
beberapa spot perbelanjaan yang terpantau mulai kembali menuju pola normal. Mobilisasi di area
pemukiman yang selama periode COVID-19 terpantau terpantau melandai mulai kembali menuju ke
arah level sebelum COVID-19. Perkembangan ini mengindikasikan peningkatan aktivitas konsumsi
(permintaan) masyarakat Lampung. Selain karena adanya pelonggaran pembatasan, hal ini sejalan
dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan perbaikan keyakinan konsumen
akan kondisi saat ini. IKE (hingga Februari 2021) tercatat 70,4 atau meningkat dibandingkan triwulan
IV 2020 (66,6) (Grafik 1.46). Meningkatnya IKE didorong oleh peningkatan penghasilan, ketersediaan
lapangan kerja dan pengeluaran konsumsi barang tahan lama saat ini. Sementara itu, pemulihan
ekonomi global yang terus berlanjut dan hasil produksi pertanian yang diprakirakan lebih baik
diharapkan dapat mendorong kinerja ekspor luar negeri dan antar daerah Lampung.
Sumber: Bank Indonesia Sumber: LADEO Provinsi Lampung
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1. 44 Kredit LU Perdagangan
Grafik 1. 45 Pertumbuhan Penjualan Kendaraan
Grafik 1.46 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
44
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
1.2.4 Lapangan Usaha Konstruksi
Pertumbuhan LU konstruksi pada triwulan IV 2020 mengalami perbaikan meskipun masih
terkontraksi sebesar -3,14% (yoy), jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar -5,98% (yoy). Perbaikan LU ini antara lain terjadi seiring dengan realisasi
proyek fisik pemerintah. Sejalan dengan kondisi tersebut, impor besi dan baja sebagai material
konstruksi Lampung di triwulan IV 2020 tumbuh signifikan sebesar 103,96% (yoy), jauh membaik jika
dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -62,21% (yoy). Penjualan
semen di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 mampu tumbuh positif sebesar 2,03% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi (-11,78%; yoy) (Grafik 1.47).
Perbaikan LU konstruksi pada periode laporan juga terkonfirmasi dari akselerasi pertumbuhan
penyaluran pembiayaan melalui kredit di LU konstruksi yakni sebesar 97,91% (yoy), dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,51% (yoy) (Grafik 1.48).
Di sepanjang tahun 2020, kinerja LU konstruksi terkontaksi sebesar -2,05% (yoy)
dibandingkan tahun 2019 yang mampu tumbuh positif sebesar 6,01% (yoy). Hal ini karena
sebagian besar pengerjaan Jalan Tol Trans Sumatera seksi Terbanggi Besar – Pematang Panggang
yang berada di Lampung telah selesai dan telah beroperasi. Sementara itu, pandemi COVID-19
membuat Pemerintah melakukan kebijakan realokasi belanja modal terkait infrastruktur ke
penanganan COVID-19. Dari sisi swasta, pembangunan sejumlah perumahan dan proyek konstruksi
lainnya tertahan sebagai respons lemahnya permintaan masyarakat akibat turunnya pendapatan dan
daya beli di tengah pandemi COVID-19.
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Pada triwulan I 2021, kinerja LU konstruksi diperkirakan membaik dibandingkan dengan
periode sebelumnya meskipun masih dalam fase kontraksi. Perkiraan ini sejalan komitmen
pemerintah pusat yang akan tetap menjalankan pembangunan proyek strategis pemerintah, seperti
bendungan Way Sekampung dan Marga Tiga yang masing-masing ditargetkan selesai pada tahun
2020 dan 2021. Selain itu, penjualan semen pada triwulan I (Januari) 2021 terpantau meningkat
sebesar 17,61% (yoy). Namun demikian, masih akan terbatasnya realisasi anggaran pemerintah yang
berkaitan dengan proyek konstruksi di awal tahun diperkirakan akan menahan perbaikan kinerja LU
konstruksi. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), kegiatan LU konstruksi
pada triwulan I 2020 diperkirakan menurun dari 9,01% SBT pada triwulan IV 2020 menjadi -6,75%
SBT pada triwulan laporan.
Sumber: Kemenperin RI Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1. 47 Penjualan Semen Grafik 1. 48 Kredit LU Konstruksi
45
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
1.2.5 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
LU pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan tercatat mengalami pemburukan
kinerja dari -1,31% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -8,44% (yoy) sejalan dengan masih
terkontraksinya aktivitas konstuksi dan memburuknya kinerja investasi yang menahan
permintaan terhadap LU ini. Selain itu, permasalahan izin usaha sejumlah perusahaan penggalian
pasir di Lampung masih dalam proses pengecekan oleh Pemerintah. Aktivitas penggalian menjadi
terkendala karena adanya keberatan dari masyarakat atas aktivitas penggalian yang dinilai ilegal.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi Lampung berkomitmen untuk memperketat sejumlah
persyaratan terkait perizinan tambang ke depannya. Memburuknya kinerja yang terjadi pada LU
pertambangan dan penggalian, konsisten dengan realisasi penyaluran kredit pada LU tersebut yang
tumbuh melambat dari 49,10% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi 35,52% (yoy) (Grafik 1.49).
Sepanjang tahun 2020, kinerja LU pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi
sebesar -3,50% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh positif sebesar 2,70%
(yoy). Refocusing anggaran dan arahan physical distancing menjadi penahan akselerasi aktivitas
konstruksi yang berdampak pada lebih rendahnya permintaan akan material galian.
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Perbaikan Kinerja LU pertambangan dan penggalian diperkirakan berlanjut pada triwulan I
2021. Permintaan akan bahan-bahan galian diprakirakan meningkat guna mendukung proses
konstruksi sejumlah proyek strategis di Lampung termasuk rest area JTTS, bendungan, pipa gas alam,
SPAM, irigasi, dan lainnya.
1.2.6 Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
Kinerja LU transportasi dan pergudangan pada triwulan laporan tercatat mengalami
kontraksi lebih dalam sebesar -12,90% (yoy), memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya
yang juga terkontraksi sebesar 2,58% (yoy). Pemburukan ini sejalan dengan kembali menurunnya
aktivitas masyarakat sejalan dengan kembali merebaknya pandemic COVID-19 dan berbagai
pembatasan yang dilakukan. Permintaan domestik yang kembali menurun menyebabkan turunnya
frekuensi pengiriman barang dan mobilisasi masyarakat pada triwulan IV 2020. Penurunan kinerja LU
ini sejalan dengan realisasi kegiatan usaha LU pengangkutan berdasarkan survei Bank Indonesia yang
stabil di level 3,51% SBT (Grafik 1.50). Dari sub LU transportasi, pertumbuhan arus bongkar barang
pada periode laporan menggunakan kereta api mengalami perbaikan dibanding triwulan sebelumnya.
Laju pertumbuhan arus barang tercatat tumbuh sebesar -13,03% (yoy), lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -17,47% (yoy) (Grafik 1.51). Sementara itu, pergerakan
penumpang dengan menggunakan kapal relatif stabil pada triwulan IV 2020. Meski masih
terkontraksi, pertumbuhan jumlah penumpang angkutan laut relatif stabil dari -58,84% (yoy) pada
triwulan III 2020 menjadi -59,55% (yoy) pada periode laporan. Selain telah beroperasinya Jalan Ton
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1. 49 Kredit LU Pertambangan dan Penggalian
46
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Trans Sumatera hingga Pelabuhan Bakauheni yang menjadikan peralihan moda transportasi dan
arahan untuk bepergian menggunakan kendaraan pribadi selama pandemi COVID-19, jumlah
penumpang yang menggunakan kendaraan darat dan laut meningkat dibandingkan dengan
angkutan udara. Meski demikian, seiring dengan dibukanya kembali moda transportasi angkutan
udara pada triwulan III 2020, jumlah penumpang angkutan udara kembali mengalami peningkatan
dan tumbuh membaik dari -82,59% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -72,55% (yoy) pada triwulan
IV 2020. Sementara itu, PT KAI belum melayani angkutan penumpang sejak Mei 2020 (Grafik 1.52).
Tracking Kinerja Triwulan I 2021
Memasuki triwulan I 2020, kinerja LU transportasi dan pergudangan diperkirakan dapat
tumbuh positif dengan makin meningkatnya aktivitas ekonomi dan mobilisasi masyarakat
sejalan dengan optimisme keberhasilan vaksinasi COVID-19. Berdasarkan data Google Global Mobility Report, mobilisasi masyarakat Lampung hingga Februari 2020 secara perlahan kembali
menuju ke pola normal sebelum pandemi COVID-19. Perbaikan konsumsi domestik juga diprakirakan
dapat mendorong perbaikan aktivitas transportasi angkutan barang dan pergudangan. Perkiraan
perbaikan LU tersebut didukung oleh indeks perkiraan kegiatan usaha LU pengangkutan sebesar
6,83% SBT, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 3,51% SBT.
1.2.7 Lapangan Usaha Lainnya
LU pengadaan listrik dan gas pada triwulan III 2020 mengalami akselerasi sebesar 1,20%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh -1,97% (yoy). Akselerasi
LU pengadaan listrik dan gas ini sejalan dengan perlambatan total penjualan listrik sebesar 8,62%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,50% (yoy) (Grafik 1.53). Secara
komposisi pelanggan, penggunaan listrik paling besar masih berasal dari kelompok rumah tangga dan
Sumber: SKDU Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 1.50 Indeks Kegiatan Dunia Usaha LU Pengangkutan dan Komunikasi
Grafik 1.51 Perkembangan Arus Barang Menggunakan Kereta Api
Grafik 1. 52 Perkembangan Arus Penumpang Provinsi Lampung
47
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
diikuti oleh kelompok industri. Membaiknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan LU industri
pengolahan pada periode laporan turut mendorong kinerja LU pengadaan listrik dan gas. Konsisten
dengan perkembangan tersebut, hasil SKDU menunjukkan realisasi kegiatan usaha LU listrik, gas, dan
air bersih yang naik dari -0,07% SBT pada triwulan II 2020 menjadi 0,18% SBT pada periode laporan
(Grafik 1.54). Di lain sisi, upaya PGN untuk meningkatkan utilisasi FSRU (Floating Storage Regasification Unit) Lampung untuk mendukung distribusi LNG turut mendorong kinerja LU dimaksud
untuk dapat tumbuh membaik.
Tracking Kinerja Triwulan I 2021 Memasuki triwulan I 2021, sektor pengadaan listrik dan gas diperkirakan dapat tumbuh
positif dibandingkan periode sebelumnya yang masih terkontraksi. Hal tersebut antara lain
dipengaruhi oleh perkiraan peningkatan konsumsi rumah tangga dan usaha pada awal tahun 2021
yang didukung dengan peningkatan aktivitas masyarakat dan kegiatan usaha sejalan dengan
optimisme masyarakat dengan adanya vaksinasi COVID-19, sehingga mendorong permintaan akan
pasokan listrik dan gas.
Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Lampung, diolah
Sumber: SKDU, Bank Indonesia
Grafik 1. 53 Total Penjualan Listrik
Grafik 1. 54 Realisasi Kegiatan Usaha LU Listrik, Gas, dan Air
48
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
BOKS 1 : IDENTIFIKASI DAMPAK KELANGKAAN KONTAINER
TERHADAP EKSPOR PROVINSI LAMPUNG
Pandemi COVID-19 telah mengguncang perekonomian dunia pada tahun 2020. COVID-19 juga
menambah ketidakpastian usaha karena diterapkannya kebijakan lockdown hampir di seluruh negara
di dunia. Hal tersebut tentunya berdampak negatif pada banyak sektor perekonomian, salah satunya
adalah perdagangan global. Hal tersebut tercermin dari pergerakan kontainer di tempat persinggahan
kapal (port call) dunia yang mengalami penurunan pada bulan Februari, Mei dan Juni 2020, namun
kembali meningkat sejak Juli 2020. Saat lockdown, prioritas penggunaan kontainer untuk pengiriman
komoditas kebutuhan dasar. Selain itu, usaha perkapalan lebih memilih rute jarak jauh mengingat
harga yang lebih tinggi (contoh: Tiongkok ke Amerika), sehingga rute Tiongkok ke Asia menjadi less
priority dan menyebabkan supply kapal berkurang.
Tingginya ekspor China ke Amerika dan Eropa dibandingkan dengan impor China dari Amerika dan
Eropa, berdampak pada kelangkaan kontainer yang disebabkan oleh ketidakseimbangan arus
kontainer yang tidak seimbang, dengan perbandingan kontainer keluar dan kontainer masuk sebesar
3:1. Selain itu, selama lockdown yang terjadi hampir di seluruh negara tahun lalu mengakibatkan
sebagian besar pesanan kontainer baru dibatalkan.
Ketersediaan kontainer tersebut tidak sebanding dengan pemulihan volume perdagangan yang
menyebabkan hampir semua jalur pelayaran utama perlu menambah kapasitas kontainer yang
signifikan untuk mengatasi masalah kekurangan kontainer.
Grafik 1 Pergerakan Port Call Dunia Grafik 2 Freight Pricing
Grafik 3 Total Ekspor China Grafik 4 Total Impor United States
Grafik 5 China Containerized Freight Index
49
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sejak bulan Agustus 2020 ketika terjadi pelonggaran lockdown di beberapa negara, aktivitas ekspor
untuk komoditas selain kebutuhan dasar kembali meningkat. Hal ini menyebabkan supply kapal lebih
banyak dijalankan pada rute jauh yang lebih menguntungkan yang berakibat berkurangnya supply
kapal untuk intra Asia. Ketersediaan kontainer di Pelabuhan Panjang yang didominasi tujuan
internasional (±85%), semakin berkurang.
Komoditas ekspor dari Lampung yang sebagian
besar merupakan hasil alam (nanas, kopi, CPO,
karet), membutuhkan kontainer berukuran besar.
Kebutuhan kontainer tersebut dapat dipenuhi
melalui 2 jalur, yakni jalur impor dan impor
reposition (kontainer kosong dari Tanjung Pelepas
Malaysia). Sementara itu, kontainer cenderung
banyak bergerak ke Amerika seiring dengan
impornya yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan impor Indonesia.
Selain itu, terjadi antrian kapal yang melewati Singapura sebagai trans-shipment hub (port
congestion). Hal tersebut diperburuk dengan adanya kebijakan direct berthing (langsung datang
bersandar) oleh beberapa negara, menyebabkan adanya antrian hingga 4-5 hari. Lamanya antrian
tersebut berdampak pada kenaikan tarif yang signifikan dan berisiko berdampak pada kelancaran
aktivitas ekspor komoditas dari Lampung.
Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa perusahaan shipping line maupun EMKL di Lampung,
terjadi kenaikan harga kontainer 3-4 kali lipat. Sebagai contoh, harga kontainer pada saat
pandemi COVID-19 mencapai US$700-800/kontainer 20 feet, lebih tinggi dibandingkan sebelum
COVID-19 yang sebesar US$ 300/kontainer 20 feet. Di samping itu, perkiraan pending shipment
dari PT Samudera Indonesia Cabang Lampung sebagai shipping line domestik lokal terbesar yakni
sebesar 70-100 kontainer. Meski demikian, kinerja ekspor Lampung terpantau membaik
tercermin dari pertumbuhan volume ekspor pada triwulan IV 2020 sebesar 33,05% (yoy)
dibandingkan triwulan III 2020 sebesar -12,6% (yoy) yang masih terkontraksi akibat pandemi
COVID-19. Namun, berdasarkan data ekspor pada bulan Desember 2020 tercatat mengalami
penurunan sebesar -24,1% (mtm) dibandingkan dengan posisi November 2020.
Grafik 7 Container Throughput in Singapore Grafik 8 Ekspor Provinsi Lampung
Grafik 6 Perbandingan Impor Indonesia dan Amerika
Juta USD Juta USD
50
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Selanjutnya, diskusi dengan stakeholder terkait diantaranya Kanwil DJBC Lampung, PT Pelabuhan
Indonesia II (Persero) Cabang Panjang, perusahaan eksportir, shipping line dan EMKL, terdapat
beberapa rekomendasi kebijakan dalam rangka memperbaiki hambatan dimaksud:
1. Penerapan relaksasi dari Pemerintah untuk pengusaha ekspor seperti pada biaya
kepelabuhanan dan perpanjangan waktu pembayaran;
2. Percepatan pengosongan kontainer di dalam negeri;
3. Menyusun regulasi yang dapat menekan ekspor kontainer kosong ke Tiongkok;
4. Menambah shipping line domestik (ocean going) selain PT Samudera Indonesia (Pelni, dll);
5. Mengurangi ketergantungan transshipment di Singapura dan Malaysia dengan menambah
mother vessel untuk masuk ke Indonesia (peluang di Pelabuhan Panjang – Lampung dan
Pelabuhan Patimban – Subang);
6. Mendukung pergerakan supply kontainer masuk ke Lampung baik melalui Tj. Pelepas atau
pergerakan empty reposition di Pelabuhan; dan
7. Substitusi kontainer lewat kapal curah (untuk kargo tapioca, PKO);
51
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
2. KEUANGAN DAERAH
Alokasi anggaran pendapatan daerah 2020 sebesar Rp7,24 triliun mengalami penurunan sebesar 6,87% (yoy) dibanding APBD 2019. Seluruh komponen mengalami penurunan pagu, khususnya pada alokasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Sementara itu, anggaran belanja Pemerintah Provinsi Lampung terdiri dari anggaran Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tidak Terduga, dan Transfer dengan total anggaran APBD 2020 mencapai Rp6,09 triliun atau mengalami penurunan sebesar 7,60% dibandingkan dengan APBD tahun 2019.
Sampai dengan triwulan IV 2020, Provinsi Lampung mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp7,02 triliun (96,92%), lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan IV tahun 2019 sebesar Rp7,27 triliun (98,59%). Penurunan ini terutama disumbang oleh lebih rendahnya realisasi pendapatan Dana Perimbangan (Rp2,46 triliun) yang menurun sampai dengan 41,29% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Rp4,19 triliun). Realisasi belanja daerah di Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp5,74 triliun atau lebih rendah 19,18% (yoy) dibandingkan realisasi triwulan IV 2019 sebesar Rp7,09 triliun.
Jumlah Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV tahun 2020 mencapai Rp7,19 triliun, tercatat terkontaksi 17,58% (yoy) dari Rp8,72 triliun pada periode yang sama di tahun 2019. Penerimaan Negara tersebut bersumber dari penerimaan perpajakan (87,16%), penerimaan negara bukan pajak (12,84%), dan penerimaan hibah (6,43%). Laporan Arus Kas Keluar Pemerintah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV 2020 mencatatkan realisasi belanja sebesar Rp1,31 triliun, terpantau meningkat sebesar 25,65% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp1,04 triliun. Peningkatan terbesar bersumber dari belanja barang yang merupakan komponen belanja dominan (85,64%) di Provinsi Lampung.
.
BAB
52
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
2.1 APBD Provinsi Lampung
Pada tahun 2020, alokasi APBD Provinsi Lampung mencapai Rp7,85 triliun untuk anggaran
pendapatan dan Rp7,74 triliun untuk anggaran belanja. Meski demikian, berdasarkan Raperda
Perubahan Anggaran Tahun 2020, alokasi APBD Provinsi Lampung diturunkan menjadi Rp7,24 triliun
untuk anggaran pendapatan dan Rp6,09 triliun untuk anggaran belanja. Hal ini seiring dengan
kontraksi pertumbuhan ekonomi Lampung sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang juga
berpengaruh terhadap serapan belanja dan pendapatan daerah di Lampung. Berdasarkan hal
tersebut, jika dibandingkan dengan tahun 2019, anggaran pendapatan dan belanja tersebut tercatat
menurun sebesar 6,87% (yoy) dan 19,87% (yoy) (Grafik 2.1.).
Sementara itu, realisasi penyerapan anggaran pendapatan APBD Provinsi Lampung sampai dengan
triwulan IV 2020 tercatat mencapai Rp7,02 trilliun atau 96,92% dari target penerimaan tahun 2020.
Pencapaian ini terpantau lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar
Rp7,27 triliun atau 98,59% dari target APBD tahun 2019 (Tabel 2.1). Penurunan ini terutama
dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi pos penerimaan dari Dana Perimbangan (Dana Alokasi
Khusus dan Dana Alokasi Umum).
Sejalan dengan realisasi pendapatan, realisasi belanja sampai dengan triwulan IV 2020 tercatat
mengalami penurunan dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi
belanja mencapai Rp5,74 triliun (94,12%), lebih rendah dibanding triwulan IV 2019 (Rp7,09 triliun:
94,77%). Lebih rendahnya pencapaian realisasi belanja ini disebabkan oleh penyerapan anggaran
belanja modal yang tidak seoptimal tahun 2019.
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Tabel 2. 1 Struktur APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Tabel 2. 2 Struktur APBD Provinsi Lampung
Tabel 2. 3 Struktur APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Tabel 2. 4 Struktur APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2. 1 Perkembangan APBD Provinsi Lampung
53
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
2.1.1 Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung
Berdasarkan APBDP Provinsi Lampung tahun 2020, alokasi anggaran pendapatan daerah sebesar
Rp7,24 triliun mengalami penurunan sebesar 6,87% (yoy) dibanding APBD 2019. Seluruh komponen
mengalami penurunan pagu, khususnya pada alokasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dan
Dana Perimbangan. Pada PAD 2020, pagu pendapatan komponen pajak dialokasikan sebesar Rp2,45
triliun, atau menurun sebesar 7,92% (yoy) dibandingkan dengan alokasi pajak tahun 2019 sebesar
Rp2,66 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, alokasi pendapatan yang bersumber dari retribusi daerah,
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan juga tercatat menurun dibandingkan tahun
sebelumnya masing-masing sebesar 12,40% (yoy) dan 5,56% (yoy). Hal ini berlangsung seiring
dampak pandemi COVID-19 yang memengaruhi penurunan konsumsi dan pendapatan daerah.
Sementara itu, pada komponen Dana Perimbangan, perubahan APBD tahun 2020 mencatatkan
penurunan alokasi komponen dimaksud sebesar 2,38% (yoy). Hal ini didorong oleh penurunan
penetapan Dana Alokasi Umum (DAU) (8,75%; yoy) atau menjadi Rp1,74 triliun dari Rp1,91 triliun
pada tahun 2019.
Meski demikian, ditengah penurunan alokasi pendapatan, pagu komponen Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah tercatat meningkat sebesar 0,52% (yoy), disebabkan oleh kenaikan pagu dari
komponen Hibah serta Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar masing-masing 0,38% (yoy)
dan 19,68% (yoy) dibandingkan APBD 2019 (Tabel 2.2).
Rupiah % Rupiah %
1 Pendapatan 7.371,43 7.267,48 98,59 7.845,82 7.244,17 7.020,70 96,92
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.987,25 3.018,56 101,05 3.298,43 2.962,40 2.843,78 96,00
Pajak Daerah 2.664,93 2.627,89 98,61 2.829,82 2.453,82 2.386,35 97,25
Retribusi Daerah 13,05 11,07 84,83 16,40 11,43 17,08 149,42
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan31,83 27,84 87,47 32,20 30,06 29,87 99,39
Lain-lain PAD yang Sah 277,45 351,76 126,79 420,01 467,09 410,48 87,88
b. Dana Perimbangan 4.324,35 4.193,06 96,96 4.495,74 4.221,42 2.461,89 58,32
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 180,25 138,54 76,86 163,64 206,39 157,79 76,45
Dana Alokasi Umum (DAU) 1.906,78 1.906,78 100,00 1.922,70 1.739,92 1.732,55 99,58
Dana Alokasi Khusus (DAK) 2.237,32 2.147,74 96,00 2.409,40 2.275,11 571,54 25,12
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 59,83 55,87 93,37 51,66 60,35 18,67 30,93
Hibah 13,54 11,36 83,93 13,92 13,92 8,84 63,50
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 26,76 26,76 100,00 19,57 46,43 46,43 100,00
Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda 19,54 17,75 90,82 18,17 - -
2 Belanja Daerah 7.489,28 7.097,45 94,77 7.735,64 6.094,29 5.736,05 94,12
a. Belanja Operasi 4.871,85 4.586,74 94,15 5.303,04 5.088,80 4.864,20 95,59
Belanja Pegawai 2.085,93 1.927,67 92,41 2.105,68 2.005,57 1.971,31 98,29
Belanja Barang dan Jasa 37,00 33,38 90,22 1.628,81 1.588,88 1.423,34 89,58
Belanja Bunga 0,95 0,93 97,69 32,00 33,00 31,58 95,71
Belanja Hibah 1.357,37 1.278,43 94,18 1.531,30 1.460,84 1.437,62 98,41
Belanja Bantuan Sosial 1.371,53 1.329,40 96,93 0,50 0,50 0,35 70,48
Belanja Bantuan Keuangan Kpd 2,00 1,03 51,50 4,75 - -
Belanja Subsidi 17,06 15,90 93,16 - - -
b. Belanja Modal 1.142,86 1.051,53 92,01 977,68 844,61 752,53 89,10
c. Belanja Tidak Terduga 13,75 - - 15,00 160,88 119,31 74,16
d. Transfer 1.460,82 1.459,18 99,89 1.439,92 1.286,84 1.231,41 95,69
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & 1.460,82 1.459,18 99,89 1.439,92 1.286,84 1.231,41 95,69
No Uraian APBD 2020Realisasi TW IV 2020Realisasi s.d. Tw IV 2019
APBD 2019APBDP 2020 per
Desember
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
(dalam Miliar Rp)
Tabel 2. 1 Struktur APBD Provinsi Lampung
54
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sementara itu, rasio Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung tercatat mengalami peningkatan
dari yang sebelumnya sebesar 40,52% menjadi 40,89% pada tahun 2020 (Grafik 2.2.). Peningkatan
DOF menunjukkan bahwa di tahun 2020, ketergantungan Provinsi Lampung pada Pemerintah Pusat
dari sisi pendapatan mengalami penurunan. Hal ini berlangsung seiring pandemi COVID-19 di
sepanjang tahun 2020 yang menurunkan pendapatan asli daerah Lampung meski bantuan dari pusat
melalui TKDD (Transfer ke Daerah dan Dana Desa) cukup besar.
2.1.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung
Sampai dengan triwulan IV 2020, Provinsi Lampung mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp7,02
triliun (96,92%), lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan IV tahun 2019 sebesar Rp7,27 triliun
(98,59%). Penurunan ini terutama disumbang oleh lebih rendahnya realisasi pendapatan Dana
Perimbangan (Rp2,46 triliun) yang menurun sampai dengan 41,29% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun 2019 (Rp4,19 triliun) (Tabel 2.3).
1 Pendapatan 7.371,43 7.845,82 7.244,17
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.987,25 3.298,43 2.962,40
Pajak Daerah 2.664,93 2.829,82 2.453,82
Retribusi Daerah 13,05 16,40 11,43
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan31,83 32,20 30,06
Lain-lain PAD yang Sah 277,45 420,01 467,09
b. Dana Perimbangan 4.324,35 4.495,74 4.221,42
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 180,25 163,64 206,39
Dana Alokasi Umum (DAU) 1.906,78 1.922,70 1.739,92
Dana Alokasi Khusus (DAK) 2.237,32 2.409,40 2.275,11
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 59,83 51,66 60,35
Hibah 13,54 13,92 13,92
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 26,76 19,57 46,43
Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda
Lainnya 19,54 18,17 -
APBDP 2020No Uraian APBD 2019 APBD 2020
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Tabel 2. 5 Struktur Pendapatan APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Tabel 2. 6 Struktur Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Tabel 2. 7 Struktur Pendapatan APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Tabel 2. 8 Struktur Pendapatan APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2.2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung
Tabel 2.2 Struktur Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2. 2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi
Lampung, diolah
Grafik 2. 3 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung
Grafik 2. 4 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi
Lampung, diolah
Grafik 2. 5 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi
Lampung, diolah
55
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Dilihat lebih detiil, penurunan realisasi pendapatan dari Dana Perimbangan disebabkan oleh turunnya
realisasi pos Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar masing-masing
73,39% (yoy) atau Rp571,54 miliar dan 9,14% (yoy) atau Rp1,73 triliun. Penurunan transfer DAK
yang signifikan dari Pemerintah Pusat tersebut disebabkan oleh kebijakan Kementerian Keuangan RI
untuk menghentikan seluruh proses pengadaan barang dan jasa pada DAK fisik tahun 2020 karena
pandemi COVID-19. Adapun dana tersebut (pengecualian DAK fisik bidang pendidikan dan
kesehatan) dialihkan penggunaannya untuk penanganan pencegahan penyebaran virus Corona.
Secara nasional, alokasi DAK Fisik untuk bidang kesehatan di tahun 2020 mencapai Rp20,78 triliun
atau sebesar 28,7% dari total DAK Fisik sebesar Rp72,25 triliun. Penyaluran DAK Fisik Bidang
Kesehatan untuk pencegahan dan/atau penanganan COVID-19 memerlukan rekomendasi dari
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sehingga penyalurannya di Provinsi membutuhkan sedikit waktu.
Adapun penerimaan Dana Perimbangan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
masih tumbuh positif sebesar 13,89% (yoy), atau sebesar Rp157,79 miliar dari Rp138,54 miliar pada
triwulan IV tahun 2019. Hal ini diindikasikan sebagai bagian dari realisasi kurang bayar pemerintah
pusat atas DBH Tahun 2019 yang salah satunya bersumber dari DBH Sumber Daya Alam. Sebagai
bagian dari pemenuhan kewajiban dan percepatan penanganan COVID-19 di daerah, Kemenkeu
mengeluarkan PMK Nomor 36/PMK.07/2020 tentang Penetapan Alokasi Sementara Kurang Bayar
Dana Bagi Hasil TA 2019 dalam rangka Penanganan Pandemi COVID-19. Dari aturan tersebut,
pemerintah menetapkan alokasi sementara DBH yang langsung ditransfer ke daerah tanpa menunggu
hasil audit LKPP 2019 dari BPK sehingga lebih cepat.
Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah di triwulan IV 2020 sebesar Rp2,84 triliun terpantau
mengalami penurunan sebesar 5,79% (yoy), jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
2019 sebesar Rp3,02 triliun (Grafik 2.3). Penurunan PAD ini terutama disumbang oleh penurunan
realisasi pajak daerah sebesar Rp241,54 miliar atau menurun sebesar 9,19% (yoy). Penurunan realisasi
pajak ini tercatat pada komponen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) sebesar 1,69% (yoy)
menjadi Rp786,23 miliar. Di samping itu, pajak bahan bakar kendaraan bermotor juga terpantau
menurun sebesar 39,45% (yoy) dibandingkan tahun 2019 menjadi sebesar Rp440,91 miliar.
Penurunan realisasi BBNKB ini khususnya terpantau pada kendaraan A-1 (Sedan Jeep, Mini bus, Blind
van, Mobil R3 Pribadi dan Dinas) seiring pandemi COVID-19 yang berlangsung sehingga menurunkan
mobilisasi dan pembelian kendaraan bermotor di sepanjang tahun 2020. Penurunan mobilisasi di
sepanjang tahun 2020 juga memengaruhi penurunan realisasi pajak bahan bakar kendaraan
bermotor. Meski demikian, kenaikan pendapatan dari pajak rokok masih terus tercatat meningkat dari
sebesar Rp496,47 miliar pada tahun 2019 menjadi sebesar Rp671,49 miliar di tahun 2020 seiring
peningkatan tarif cukai rokok sebesar rata-rata 23% sesuai dengan PMK no.152/PMK.02/2019
(Grafik 2.4).
Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Tabel 2. 9 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Tabel 2. 10 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Tabel 2. 11 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Rupiah % Rupiah %
1 Pendapatan 7.371,43 7.267,5 98,59 7.845,82 7.244,17 7.020,70 96,92
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.987,25 3.018,56 101,05 3.298,43 2.962,40 2.843,78 96,00
Pajak Daerah 2.664,93 2.627,89 98,61 2.829,82 2.453,82 2.386,35 97,25
Retribusi Daerah 13,05 11,07 84,83 16,40 11,43 17,08 149,42
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan31,83 27,84 87,47 32,20 30,06 29,87 99,39
Lain-lain PAD yang Sah 277,45 351,76 126,79 420,01 467,09 410,48 87,88
b. Dana Perimbangan 4.324,35 4.193,06 96,96 4.495,74 4.221,42 2.461,89 58,32
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 180,25 138,54 76,86 163,64 206,39 157,79 76,45
Dana Alokasi Umum (DAU) 1.906,78 1.906,78 100,00 1.922,70 1.739,92 1.732,55 99,58
Dana Alokasi Khusus (DAK) 2.237,32 2.147,74 96,00 2.409,40 2.275,11 571,54 25,12
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 59,83 55,87 93,37 51,66 60,35 - -
Hibah 13,54 11,36 83,93 13,92 13,92 8,84 63,50
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 26,76 26,76 100,00 19,57 46,43 46,43 100,00
Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda
Lainnya 19,54 17,75 90,82 18,17 - - -
APBD 2019 APBDP 2020Realisasi 2019 Realisasi 2020
APBD 2020No Uraian
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2. 6 Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2. 7 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung
56
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
2.1.3 Anggaran Belanja Provinsi Lampung
Anggaran belanja Pemerintah Provinsi Lampung terdiri dari anggaran Belanja Operasi, Belanja Modal,
Belanja Tidak Terduga, dan Transfer dengan total anggaran (APBD-P 2020) mencapai Rp7,03 triliun
atau mengalami penurunan sebesar 7,44% dibandingkan dengan APBD-P tahun 2019 (Tabel 2.4).
Turunnya pagu belanja terutama disebabkan oleh turunnya alokasi Belanja Modal (-40,77%;yoy) dan
Belanja Barang dan Jasa (-9,63%;yoy) yang merupakan salah satu pos belanja dengan alokasi terbesar
(10,61% dan 19,41%;pangsa). Sementara alokasi belanja pada pos belanja terbesar lain seperti
belanja hibab (20,71%;pangsa) tercatat masih tumbuh positif, sebesar 4,43% (yoy).
2 Belanja Daerah 7.489,28 7.735,64 6.094,29
a. Belanja Operasi 4.871,85 5.303,04 5.088,80
Belanja Pegawai 2.085,93 2.105,68 2.005,57
Belanja Barang dan Jasa 37,00 1.628,81 1.588,88
Belanja Bunga 0,95 32,00 33,00
Belanja Hibah 1.357,37 1.531,30 1.460,84
Belanja Bantuan Sosial 1.371,53 0,50 0,50
Belanja Bantuan Keuangan Kpd 2,00 4,75 -
Belanja Subsidi 17,06 - -
b. Belanja Modal 1.142,86 977,68 844,61
c. Belanja Tidak Terduga 13,75 15,00 160,88
d. Transfer 1.460,82 1.439,92 1.286,84
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & 1.460,82 1.439,92 1.286,84
No Uraian APBD 2020APBD 2019 APBDP 2020
Miliar Rp
Tabel 2. 12
Struktur
Belanja
APBD Provin
si Lamp
ungMili
ar Rp
Tabel 2. 13
Struktur Belanja APBD
Provinsi
Lampung
Tabel 2. 14
Struktur
Belanj
Sumber: BKAD Provinsi Lampung,diolah
Sumber: BKAD Provinsi Lampung,diolah
Sumber: BKAD Provinsi Lampung,diolah
Sumber: BKAD Provinsi Lampung,diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Grafik 2.4 Realisasi Penerimaan Pajak di Provinsi Lampung
Tabel 2. 4 Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung
57
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
2.1.4 Realisasi Belanja Provinsi Lampung
Sampai dengan triwulan IV 2020, realisasi belanja daerah di Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp5,74
triliun atau lebih rendah 19,18% (yoy) dibandingkan realisasi triwulan IV 2019 sebesar Rp7,09 triliun
(Tabel 2.5). Dengan realisasi dimaksud, sampai dengan triwulan IV 2020 penyerapan anggaran
belanja di Provinsi Lampung mencapai 94,12% dari pagu APBD-P dibawah realisasi periode yang sama
pada tahun 2019 sebesar 94,77% dari pagu APBD-P 2019.
Sejalan dengan masih terkontraksinya Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi) pada PDRB triwulan
IV 2020, realisasi belanja modal juga terkontraksi sebesar -28,43% (yoy) di periode laporan. Realisasi
belanja modal pada triwulan IV 2020 tercatat sejumlah Rp752,53 miliar, jauh lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan IV 2019 sejumlah Rp1,05 triliun. Pandemi COVID-19 terpantau
berpengaruh terhadap sejumlah sektor, termasuk investasi dan konsumsi pemerintah mengingat
terdapat pembatasan kegiatan dalam rangka social distancing.
Sementara itu, ditengah penurunan belanja modal, realisasi belanja operasi mengalami peningkatan
sebesar 6,05% (yoy), dari Rp4,57 triliun pada triwulan IV 2019 menjadi Rp4,86 triliun pada triwulan
IV 2020. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan belanja barang dan jasa dari Rp33,38 miliar
pada triwulan IV 2019 menjadi Rp1,42 triliun pada triwulan IV 2020. Peningkatan belanja barang dan
jasa ini didorong oleh relatif besarnya realisasi belanja barang dan jasa BLUD RSUD Abdoel Moeloek
sebesar Rp161,88 miliar sebagai upaya bersama dari penanganan pandemi COVID-19.
Rupiah % Rupiah %
2 Belanja Daerah 7.489,28 7.097,45 94,77 7.735,64 6.094,29 5.736,05 94,12
a. Belanja Operasi 4.871,85 4.586,74 94,15 5.303,04 5.088,80 4.864,20 95,59
Belanja Pegawai 2.085,93 1.927,67 92,41 2.105,68 2.005,57 1.971,31 98,29
Belanja Barang dan Jasa 37,00 33,38 90,22 1.628,81 1.588,88 1.423,34 89,58
Belanja Bunga 0,95 0,93 97,69 32,00 33,00 31,58 95,71
Belanja Hibah 1.357,37 1.278,43 94,18 1.531,30 1.460,84 1.437,62 98,41
Belanja Bantuan Sosial 1.371,53 1.329,40 96,93 0,50 0,50 0,35 70,48
Belanja Bantuan Keuangan Kpd 2,00 1,03 51,50 4,75 - -
Belanja Subsidi 17,06 15,90 93,16 - - -
b. Belanja Modal 1.142,86 1.051,53 92,01 977,68 844,61 752,53 89,10
c. Belanja Tidak Terduga 13,75 - - 15,00 160,88 119,31 74,16
d. Transfer 1.460,82 1.459,18 99,89 1.439,92 1.286,84 1.231,41 95,69
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & 1.460,82 1.459,18 99,89 1.439,92 1.286,84 1.231,41 95,69
No Uraian APBD 2020Realisasi TW IV 2020Realisasi s.d. Tw IV 2019
APBD 2019 APBDP 2020
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2. 11 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2. 12 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi Lampung
Grafik 2. 13 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi LampungGrafik 2. 14 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2. 15 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah
Miliar Rp
Grafik 2.5 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi Lampung
Grafik 2.6 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Lampung
Tabel 2.5 Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung Tahun 2020
58
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Disamping itu, realisasi belanja pegawai juga masih tercatat tumbuh positif dibandingkan periode
yang sama pada tahun 2019. Belanja pegawai sampai dengan triwulan IV 2020, telah terealisasi
sebesar Rp1,97 triliun atau meningkat 2,26% (yoy) dibandingkan dengan belanja pegawai triwulan
IV 2019 sebesar Rp1,93 triliun. Peningkatan realisasi ini sejalan dengan telah diberikannya tunjangan
ke-13 ASN, TNI, Polri dan Pensiunan sesuai dengan PP No.44 tahun 2020. Selanjutnya, di tengah
perlambatan realisasi sebagian besar komponen, realisasi transfer dari belanja bagi hasil kepada
kabupaten, kota dan pemerintah desa juga terpantau mengalami penurunan. Bagi hasil kepada
Kabupaten dan Kota tercatat terealisasi sebesar Rp1,23 triliun, menurun sebesar 15,61% (yoy)
dibandingkan triwulan IV 2019 sebesar Rp1,46 triliun.
2.2 Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
Dari 15 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung, total anggaran belanja pada tahun 2020 ialah
sebesar Rp24,42 triliun atau menurun sebesar 1,32% (yoy) dibandingkan anggaran belanja tahun
2019 sebesar Rp24,74 triliun.
Adapun untuk porsi anggaran belanja tertinggi, terpantau dimiliki oleh Kota Bandar Lampung dengan
pangsa mencapai 11,89%, diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah (11,35%), Kabupaten Lampung
Selatan (10,43%) dan Kabupaten Lampung Timur (9,89%). Di sisi lain, kabupaten/kota dengan
pangsa belanja terendah adalah Kabupaten Pesisir Barat (3,70%), Kabupaten Mesuji (3,80%) dan
Kota Metro (4.08%). Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja kabupaten/kota pada tahun 2020
didominasi oleh anggaran Belanja Pegawai yang sebesar 43,86%, diikuti oleh Belanja Barang dan Jasa
Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah
Grafik 2.7 Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2020
Grafik 2.8 Realisasi Belanja per Kab/Kota Triwulan III 2020
Grafik 2.9 Struktur Belanja APBD Kab/Kota
59
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
(23,12%) dan Belanja Modal (17,43%). Semakin banyak porsi belanja APBD yang digunakan untuk
belanja aparatur maka optimalisasi anggaran untuk jenis belanja lain yang lebih terkait dengan
pelayanan publik dan pendorong perekonomian daerah semakin rendah. Hal ini dapat mengakibatkan
peran APBD yang kurang maksimal untuk memberikan multiplier effect dalam mengungkit
perekonomian daerahnya.
2.3 Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung
2.3.1 Penerimaan
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah tingkat Kanwil DJPB Provinsi
Lampung, jumlah Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV tahun 2020
mencapai Rp7,19 triliun, tercatat terkontaksi 17,58% (yoy) dari Rp8,72 triliun pada periode yang sama
di tahun 2019. Penerimaan Negara tersebut bersumber dari penerimaan perpajakan (87,16%),
penerimaan negara bukan pajak (12,84%), dan penerimaan hibah (6,43%). Pada triwulan IV tahun
2020, penerimaan perpajakan terealisasi sebesar Rp6,26 triliun, menurun sebesar 19,07% (yoy) dari
Rp7,74 triliun pada triwulan IV 2019. Sementara realisasi komponen penerimaan Negara bukan pajak
sebesar Rp923,10 miliar, turun sebesar 5,77% (yoy) dari Rp979,62 miliar pada periode yang sama di
tahun 2019. Adapun komponen penerimaan hibah pada triwulan IV 2020 terealisasi sebesar
Rp462,49 miliar.
Secara lebih detiil, komponen Penerimaan Perpajakan yang didominasi oleh penerimaan dalam negeri,
utamanya berasal dari Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp2,86 triliun, diikuti oleh Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp2,55 triliun. Sementara itu, pada penerimaan luar negeri yang
berasal dari pajak perdagangan internasional, dominasi pendapatan berasal dari komponen bea
masuk sebesar Rp558,49 miliar.
2.3.2 Belanja
Laporan Arus Kas Keluar Pemerintah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV 2020 mencatatkan
realisasi belanja sebesar Rp1,31 triliun, terpantau meningkat sebesar 25,65% (yoy) dibanding periode
yang sama tahun 2019 sebesar Rp1,04 triliun. Peningkatan terbesar bersumber dari belanja barang
Laporan Arus Kas MasukTw IV 2019
(Miliar Rp)
Tw IV 2020
(Miliar Rp)
% Perubahan
(yoy)
Pendapatan Negara & Hibah 8.720,52 7.187,81 (17,58)
Penerimaan Perpajakan 7.740,90 6.264,71 (19,07)
- Pendapatan Pajak Dalam Negeri 6.440,02 5.605,07 (12,97)
1) Pendapatan Pajak Penghasilan 3.343,62 2.860,52 (14,45)
2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 2.930,82 2.545,57 (13,14)
3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 76,13 100,96 32,61
4) Pendapatan BPHTB - -
5) Pendapatan Cukai 0,16 0,28 75,03
6) Pendapatan Pajak Lainnya 89,29 97,74 9,46
7) Pendapatan Penagihan Bunga Pajak - -
- Pendapatan Pajak Perdagangan Intl. 1.300,88 659,64 (49,29)
1) Pendapatan Bea Masuk 1.266,99 558,49 (55,92)
2) Pendapatan Bea Keluar 33,89 101,15 198,49
Penerimaan Negara Bukan Pajak 979,62 923,10 (5,77)
Penerimaan Hibah - 462,49
Tabel 2.6 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah Negara
Sumber: Kanwil Perbendaharaan Provinsi Lampung, diolah
60
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
yang merupakan komponen belanja dominan (85,64%) di Provinsi Lampung. Sampai dengan triwulan
IV 2020, realisasi belanja barang terpantau sebesar Rp1,12 triliun, mengalami peningkatan sebesar
39,16% dibandingkan triwulan IV 2019 sebesar Rp804,02 miliar.
Di sisi lain, realisasi belanja modal (Rp178,46 miliar) tercatat mengalami penurunan dibandingkan
triwulan IV 2020. Kondisi ini dikarenakan dampak pandemi yang terpantau berpengaruh pada
aktivitas investasi yang tercermin dari belanja modal baik belanja modal pada Badan Layanan Umum
(BLU) sampai dengan belanja peralatan dan mesin.
Laporan Arus Kas KeluarTw IV 2019
(Miliar Rp)
Tw IV 2020
(Miliar Rp)
% Perubahan
(yoy)
Belanja 1.039,80 1.306,51 25,65
Belanja Gaji & Tunjangan 9,86 9,19 (6,81)
Belanja Barang 804,02 1.118,86 39,16
Belanja Modal 225,92 178,46 (21,01)
- Belanja Modal Tanah 0,14 1,89 1.287,55
- Belanja Modal Peralatan dan Mesin 3,01 43,09 1.333,34
- Belanja Modal Gedung dan Bangunan 44,12 29,14 (33,96)
- Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 0,21 31,62 14.658,93
- Belanja Modal Lainnya 0,88 1,61 82,20
- Belanja Modal Badan Layanan Umum 177,56 71,12 (59,95)
Sumber: Kanwil Perbendaharaan Provinsi Lampung, diolah
Tabel 2.7 Laporan Arus Kas Keluar di Provinsi Lampung
61
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
3. PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung tahun 2020 tercatat rendah pada batas bawah kisaran sasaran 3,0±1%. Capaian inflasi IHK tahun 2020 tercatat sebesar 2,00% (yoy) atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,44% (yoy). Inflasi yang rendah tersebut dipengaruhi oleh permintaan masyarakat yang belum kuat sebagai dampak pandemi COVID-19, pasokan yang memadai, dan sinergi kebijakan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga kestabilan harga. Meski demikian, capaian tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,69% (yoy) dan 1,90% (yoy).
Rendahnya realisasi inflasi pada tahun 2020 didukung oleh capaian kelompok inflasi yang terkendali. Inflasi kelompok inti terpantau menurun pada tingkat yang rendah, sebesar 1,52% (yoy) dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 3,38% (yoy). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan permintaan masyarakat akibat pandemi COVID-19 sejak Maret 2020. Sementara itu, inflasi kelompok volatile foods tercatat melambat sebesar 4,19% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yakni 5,59% (yoy). Melambatnya inflasi pangan disebabkan oleh penurunan permintaan dari sektor hotel, restoran, dan katering (horeka) sebagai dampak merebaknya pandemi COVID-19. Efektivitas TPID dalam menjaga kecukupan pasokan bahan pangan strategis, semakin mendorong tercapainya inflasi volatile foods yang terkendali di tahun 2020. Di sisi lain, tekanan inflasi administered prices tahun 2020 relatif meningkat dari 0,76% (yoy) pada tahun 2019 menjadi 1,35% (yoy) seiring dengan kenaikan cukai rokok, tarif penyeberangan Merak-Bakauheni, dan bahan bakar rumah tangga.
Memasuki triwulan I 2021, tekanan inflasi akan tetap terkendali sejalan dengan permintaan masyarakat yang belum sekuat kondisi sebelumnya, meskipun telah memasuki periode adaptasi kebiasaan baru. Komitmen pemerintah untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi selama masa pandemi COVID-19 juga turut berperan mengurangi tekanan inflasi. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu dimitigasi, antara lain kenaikan harga komoditas
BAB
62
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
seiring dengan faktor cuaca, dan mundurnya masa panen untuk beberapa komoditas. Di sisi lain, terdapat potensi kenaikan permintaan yang didorong oleh optimisme keberhasilan vaksin.
Ke depan, menghadapi risiko tekanan inflasi pada triwulan I-2021, TPID perlu berkoordinasi dan melaksanakan langkah pengendalian oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait untuk memastikan keterjangkauan harga dengan melakukan pemantauan harga harian dan upaya penyerapan komoditas, selain itu TPID perlu memastikan ketersediaan pasokan melalui pendataan yang akurat dan menjajaki kemungkinan Kerjasama Antar Daerah (KAD). Upaya lainnya dari TPID adalah perlunya memastikan kelancaran distribusi dan melakukan komunikasi efektif kepada masyarakat terkait ketersediaan pasokan dan rencana pemenuhan pasokan sehingga dapat memberi ekspektasi positif bagi masyarakat, sekaligus himbauan untuk berbelanja secara bijak.
63
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung
3.1.1. Inflasi Bulanan
Rata-rata indeks harga konsumen Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 secara bulanan
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm), dibandingkan dengan rata-rata triwulan III
2020 yang mencatat deflasi sebesar 0,15% (mtm) (Grafik 3.1). Secara garis besar, meningkatnya
tekanan inflasi di triwulan IV 2020 dibandingkan periode sebelumnya sesuai dengan pola siklikal inflasi
yang cenderung lebih tinggi di akhir tahun yang didorong oleh meningkatnya permintaan dikarenakan
masuknya HBKN, libur panjang dan masa Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) sehingga meningkatkan
harga-harga pada komoditas pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.
Pada bulan Oktober 2020, Indeks Harga Konsumsi (IHK) Provinsi Lampung tercatat mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm), setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -0,22% (mtm). Pencapaian ini berada di bawah rata-rata historis inflasi Oktober dalam 3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,15% (mtm). Dilihat dari sumbernya, inflasi yang terjadi pada bulan Oktober 2020 didorong oleh meningkatnya tekanan harga pada beberapa komoditas kelompok makanan. Kenaikan pada kelompok makanan dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas cabai merah, minyak goreng, bawang merah, dan jeruk dengan andil masing-masing sebesar 0,15%; 0,04%; 0,03%; dan 0,02% (Tabel 3.1). Inflasi yang terjadi pada sub kelompok makanan, khususnya cabai merah disebabkan oleh menurunnya pasokan yang dipicu oleh serangan hama dan faktor musim penghujan sehingga menyebabkan terjadinya gagal panen. Peningkatan harga minyak goreng disebabkan oleh peningkatan harga dari produsen yang didorong oleh kenaikan harga CPO sebagai bahan baku utama minyak goreng. Harga bawang merah juga naik disebabkan oleh terbatanya pasokan akibat masuknya musim penghujan yang menyebabkan panen tidak optimal. Di sisi lain, kenaikan harga jeruk didorong oleh terbatasnya jumlah pasokan karena belum memasuki masa panen. Di sisi lain, kenaikan tekanan inflasi pada bulan Oktober juga disumbang oleh kenaikan pada komoditas angkutan udara dengan andil sebesar 0,01% yang disebabkan oleh kebijakan maskapai menaikkan tarif angkutan udara menjelang cuti bersama yang ditetapkan Pemerintah pada bulan Oktober. Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Oktober 2020 tertahan oleh deflasi yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya telur ayam, beras, petai, semangka dan tarif listrik dengan andil masing-masing sebesar -0,03%, -0,02%, -0,02%, -0,02% dan -0,01%. Penurunan harga telur ayam ras disebabkan oleh mulai membaiknya produksi dan masih terbatasnya permintaan masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Sementara itu, turunnya harga beras disebabkan oleh mulai masuknya masa panen di beberapa daerah. Di sisi lain, penurunan harga semangka dan petai disebabkan oleh menurunnya permintaan masyarakat. Tarif listrik juga turun seiring dengan penurunan tarif listrik golongan rendah menjadi Rp1.444,7/kWh atau turun Rp22,5/kWh selama bulan Oktober hingga Desember 2020.
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3. 5 Sumbangan Inflasi Bulanan Jul 20Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3. 1 Inflasi Lampung dan Nasional
Grafik 3. 2 Sumbangan Inflasi Bulanan Juli, Agustus, September 2020Grafik 3. 3 Inflasi
Lampung dan Nasional
Grafik 3.2 Sumbangan Inflasi Bulanan Oktober, November, Desember 2020
Grafik 3. 4 Sumbangan Inflasi Bulanan Juli, Agustus, September 2020
64
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada November 2020 kembali mengalami
inflasi sebesar 0,12% (mtm), lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya 0,21% (mtm), dan rata-
rata inflasi November dalam 3 (tiga) tahun terakhir yaitu sebesar 0,28% (mtm). Dilihat dari sumbernya,
tekanan inflasi pada bulan November 2020 didorong oleh peningkatan tekanan harga pada sub
kelompok makanan dengan andil 0,08% (mtm). Adapun beberapa komoditas penyumbang inflasi
terbesar antara lain telur ayam ras, angkutan udara, bawang merah, cabai rawit, dan cabai merah
dengan andil masing-masing sebesar 0,06%, 0,05%, 0,04%, 0,03% dan 0,03% (Tabel 3.2).
Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok makanan khususnya komoditas telur ayam ras
disebabkan oleh berkurangnya pasokan pasca pemberlakuan program stabilisasi harga pada
September 2020. Harga bawang merah juga naik seiring masuknya musim penghujan yang
menyebabkan aktivitas panen di sentra produksi menjadi tidak optimal. Meningkatnya curah hujan
juga menyebabkan terjadinya gagal panen komoditas cabai rawit dan cabai merah, selain adanya
serangan hama di sejumlah sentra produksi. Selain komoditas bahan makanan, komoditas angkutan
udara juga mengalami kenaikan seiring upaya maskapai melakukan normalisasi harga secara bertahap
menjelang libur akhir tahun. Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode November
2020 tertahan oleh deflasi yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya beras, ikan
kembung, jeruk, popok bayi, dan jagung manis dengan andil masing-masing sebesar -0,08%, -
0,03%, -0,02%, -0,01% dan -0,01%. (Tabel 3.2). Penurunan harga beras sejalan dengan
meningkatnya pasokan memasuki periode panen gadu. Sementara itu, harga ikan kembung
mengalami penurunan akibat berkurangnya permintaan. Di sisi lain, penurunan harga jeruk
disebabkan oleh meningkatnya pasokan seiring panen di beberapa daerah. Dampak turunnya
permintaan terhadap harga juga terjadi pada komoditas jagung manis. Di sisi lain, harga popok bayi
sekali pakai menurun dipengaruhi oleh adanya potongan harga dari distributor.
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3. 7 Sumbangan Inflasi Bulanan Ags 2020Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3. 9 Sumbangan Inflasi Bulanan Sep 2020Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3.4 Sumbangan Inflasi Bulanan Nov 2020
Tabel 3. 4 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Ags-
20Grafik 3. 8 Sumbangan Inflasi Bulanan Ags 2020
Tabel 3.1 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Okt-20
Tabel 3. 2 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Jul-20
Tabel 3.2 5Komoditas Inflasi & Deflasi Nov-20
Tabel 3. 3 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Ags-20
Grafik 3.3 Sumbangan Inflasi Bulanan Okt 20
Tabel 3. 1 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Jul-
20Grafik 3. 6 Sumbangan Inflasi Bulanan Jul 20
Andil Andil
CABAI MERAH 0,15 -0,03
MINYAK GORENG 0,04 -0,02
BAWANG MERAH 0,03 -0,02
JERUK 0,02 -0,02
ANGKUTAN UDARA 0,01 -0,01
Komoditas Komoditas
TELUR AYAM RAS
BERAS
TARIF LISTRIK
PETAI
SEMANGKA
Andil Andil
0,06 -0,08
0,05 -0,03
0,04 -0,02
0,03 -0,01
0,03 -0,01
POPOK BAYI SEKALI PAKAI/
DIAPERS
CABAI MERAH JAGUNG MANIS
Komoditas Komoditas
TELUR AYAM RAS BERAS
ANGKUTAN UDARA IKAN KEMBUNG
BAWANG MERAH JERUK
CABAI RAWIT
65
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Desember 2020 mengalami
peningkatan tekanan inflasi sebesar 0,66% (mtm) lebih tinggi dibandingkan inflasi pada
bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,12% (mtm) dan rata-rata inflasi Desember dalam 3 (tiga)
tahun terakhir yaitu sebesar 0,46% (mtm). Tekanan inflasi pada bulan Desember 2020 meningkat
didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencapai
2,28% (mtm) dengan andil tertinggi (0,65%). Adapun beberapa komoditas penyumbang inflasi
terbesar antara lain cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, dan beras dengan andil
masing-masing sebesar 0,31%, 0,13%, 0,09%, 0,05% dan 0,03%. (Tabel 3.3). Peningkatan
tekanan inflasi, khususnya cabai merah dan cabai rawit disebabkan oleh terganggunya produksi
seiring dengan meningkatnya curah hujan. Harga telur ayam ras dan daging ayam ras juga naik
dipengaruhi oleh naiknya permintaan menjelang libur akhir tahun serta kenaikan harga pakan ternak,
diantaranya jagung dan kedelai. Selain itu, kenaikan harga telur ayam disebabkan oleh terbatasnya
pasokan day old chicken (DOC). Harga beras juga mengalami kenaikan seiring dengan berkurangnya
pasokan memasuki masa tanam di beberapa daerah.
Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Desember 2020 tertahan oleh deflasi
yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya telepon seluler, bawang merah, petai,
cumi-cumi, dan emas perhiasan dengan andil masing-masing sebesar -0,06%, -0,04%, -0,02%,
-0,01% dan -0,01%. Penurunan harga telepon seluler terjadi seiring dengan adanya diskon akhir
tahun. Harga bawang merah mengalami penurunan seiring meningkatnya pasokan dari sentra
produksi di Jawa. Peningkatan pasokan juga mendorong penurunan harga petai dan cumi-cumi.
Sementara itu, harga emas perhiasan turun dipengaruhi oleh tren penurunan harga emas global
didorong optimisme pasar terhadap kemajuan perkembangan vaksin COVID-19.
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3.5 Sumbangan Inflasi Bulanan Des 2020
Tabel 3. 5 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Sep-
2020Grafik 3. 10 Sumbangan Inflasi Bulanan Sep 2020
Tabel 3.3 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Des-2020
Tabel 3. 6 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Sep-2020
Tabel 3.4 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok (% mtm)
Tabel 3. 7 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok (% mtm)
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
ANDIL ANDIL
0,31 -0,05
0,13 -0,04
0,09 -0,02
0,05 -0,01
0,03 -0,01
DAGING AYAM RAS
PETAI
KOMODITAS
CABAI RAWIT
CUMI-CUMI
KOMODITAS
CABAI MERAH TELEPON SELULER
TELUR AYAM RAS BAWANG MERAH
EMAS PERHIASANBERAS2,28
0,00-0,02
0,10-0,02
0,42-1,16
0,050,000,000,07
MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU
PAKAIAN DAN ALAS KAKI
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR LAINNYA
PERLENGKAPAN, PERALATAN DAN PEMELIHARAAN RUTIN…
KESEHATAN
TRANSPORTASI
INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN
REKREASI, OLAHRAGA, DAN BUDAYA
PENDIDIKAN
PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN/RESTORAN
PERAWATAN PRIBADI DAN JASA LAINNYA
No Kelompok Inflasi Okt-20 Nov-20 Des-20
1 MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU 0,55 0,28 2,28
2 PAKAIAN DAN ALAS KAKI 0,01 0,01 0,00
3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR LAINNYA -0,06 -0,05 -0,02
4 PERLENGKAPAN, PERALATAN DAN PEMELIHARAAN RUTIN RUMAH TANGGA 0,08 -0,04 0,10
5 KESEHATAN 0,06 0,02 -0,02
6 TRANSPORTASI 0,11 0,42 0,42
7 INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN 0,02 0,01 -1,16
8 REKREASI, OLAHRAGA, DAN BUDAYA 0,12 0,00 0,05
9 PENDIDIKAN 0,02 0,00 0,00
10 PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN/RESTORAN 0,01 0,00 0,00
11 PERAWATAN PRIBADI DAN JASA LAINNYA 0,73 -0,13 0,07
66
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
3.1.2. Inflasi Tahunan
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung tahun 2020 tercatat rendah pada
batas bawah kisaran sasaran 3,0±1%. Capaian inflasi IHK tahun 2020 tercatat sebesar 2,00%
(yoy) atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,44% (yoy). Inflasi yang rendah
tersebut dipengaruhi oleh permintaan masyarakat yang belum kuat sebagai dampak pandemi COVID-
19, pasokan yang memadai, dan sinergi kebijakan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
dalam menjaga kestabilan harga. Meski demikian, capaian tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan
inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,69% (yoy) dan 1,90% (yoy).
Rendahnya realisasi inflasi pada tahun 2020 didukung oleh capaian kelompok inti yang
relatif rendah dan terkendali. Inflasi kelompok inti terpantau menurun pada tingkat yang rendah,
sebesar 1,52% (yoy) dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 3,38% (yoy). Perkembangan
tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan permintaan masyarakat akibat pandemi COVID-19
sejak Maret 2020. Sementara itu, inflasi kelompok volatile foods tercatat melambat sebesar 4,19%
(yoy), atau lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yakni 5,59% (yoy). Melambatnya inflasi pangan
disebabkan oleh penurunan permintaan dari sektor hotel, restoran, dan katering (horeka) sebagai
dampak merebaknya pandemi COVID-19. Efektivitas TPID dalam menjaga kecukupan pasokan bahan
pangan strategis, semakin mendorong tercapainya inflasi volatile foods yang terkendali di tahun 2020.
Di sisi lain, tekanan inflasi administered prices tahun 2020 relatif meningkat dari 0,76% (yoy) pada
tahun 2019 menjadi 1,35% (yoy) seiring dengan kenaikan cukai rokok, tarif penyeberangan Merak-
Bakauheni, dan bahan bakar rumah tangga.
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3. 11 Inflasi Tahunan Lampung dan NasionalSumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3.6 Inflasi Tahunan Lampung dan Nasional
Tabel 3. 8 Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok (%
yoy)Grafik 3. 12 Inflasi Tahunan Lampung dan Nasional
Tabel 3.59 Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok (% yoy)
Tabel 3. 10 Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok (% yoy)
NO KELOMPOK INFLASI TW I 2020 TW II 2020 TW III 2020 TW IV 2020
UMUM 3,22 1,42 1,35 2,00
1 MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU 7,37 1,21 0,84 4,05
2 PAKAIAN DAN ALAS KAKI 0,99 0,51 0,47 0,34
3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR LAINNYA 0,61 0,82 0,71 0,43
4 PERLENGKAPAN, PERALATAN DAN PEMELIHARAAN RUTIN RUMAH TANGGA 2,64 2,26 2,01 1,31
5 KESEHATAN 4,92 4,39 3,01 2,94
6 TRANSPORTASI (0,46) (0,64) 0,55 0,86
7 INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN (2,87) (3,75) (3,33) (3,66)
8 REKREASI, OLAHRAGA, DAN BUDAYA 4,02 3,65 5,77 5,69
9 PENDIDIKAN 7,28 7,07 2,49 2,51
10 PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN/RESTORAN 3,77 3,91 5,03 2,67
11 PERAWATAN PRIBADI DAN JASA LAINNYA 3,34 3,58 3,66 3,62
67
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau
Kelompok makanan terpantau mengalami peningkatan tekanan inflasi yaitu sebesar 4,05%
(yoy) di triwulan IV 2020, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 0,84% (yoy).
Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok ini antara lain dipengaruhi oleh peningkatan
harga yang terjadi pada sub kelompok makanan yang memberikan andil inflasi sebesar
0,87% (yoy). Komoditas utama yang mendorong peningkatan andil inflasi pada sub kelompok
tersebut antara lain cabai merah (0,31%), minyak goreng (0,13%) dan tahu mentah (0,13%). Inflasi
yang terjadi pada komoditas cabai merah disebabkan oleh terganggunya produksi seiring dengan
meningkatnya curah hujan. Meningkatnya harga minyak goreng disebabkan oleh peningkatan harga
dari produsen yang didorong oleh kenaikan harga CPO sebagai bahan baku utama minyak goreng.
Di sisi lain peningkatan harga pada tahu mentah didorong oleh peningkatan harga kacang kedelai
yang merupakan bahan baku utama tahu. Deflasi yang terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai
rawit disebabkan oleh tidak optimalnya penyerapan oleh masyarakat di tengah banyaknya stok cabai
karena telah memasuki musim panen serta rendahnya permintaan masyarakat, (Tabel 3.6). Di sisi
lain, tekanan inflasi pada kelompok makanan masih tertahan oleh beberapa komoditas yang
mengalami inflasi seperti komoditas ikan kembung (andil : -0,16%), bawang putih (andil: -0,05%)
dan beras (andil : -0,04%). Penurunan harga ikan kembung disebabkan oleh banyaknya pasokan dan
kurang maksimalnya penyerapan konsumsi masyarakat. Penurunan harga bawang putih disebabkan
oleh ketersediaan pasokan yang lebih banyak pasca relaksasi impor bawang putih. Sementara itu
penurunan harga beras disebabkan oleh terjaganya pasokan di sepanjang tahun 2020.
Selain itu, inflasi pada periode ini juga turut disumbang oleh kenaikan harga pada sub kelompok
tembakau dengan andil (0,26%), dengan komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah rokok kretek
filter (andil: 0,13%) sejalan dengan kenaikan kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun oleh pemerintah
yang diimplementasikan oleh pelaku usaha secara bertahap.
Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah
Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah
Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah
Grafik 3. 17 Perkembangan Harga Daging dan TelurSumber: SPH Bank Indonesia
Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 3. 12 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Makanan, Minuman Non Alkohol & Tembakau (% yoy)Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3.7 Perkembangan Harga Beras
Grafik 3. 15 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuanGrafik 3. 16 Perkembangan Harga
Beras
Grafik 3.8 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
Grafik 3. 14 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
Tabel 3.6 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Makanan, Minuman Non Alkohol & Tembakau (% yoy)
Grafik 3. 13 Perkembangan Harga BerasTabel 3. 11 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Makanan,
Minuman Non Alkohol & Tembakau (% yoy)
PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL
1 CABAI MERAH 57,72 0,31 IKAN KEMBUNG -15,37 -0,06
2 MINYAK GORENG 21,24 0,13 BAWANG PUTIH -14,04 -0,05
3 TAHU MENTAH 23,23 0,13 BERAS -0,99 -0,04
1 KOPI BUBUK 1,95 0,01 -
2 TEH 5,40 0,01 -
3 AIR KEMASAN 0,58 0,00 -
1 ROKOK KRETEK FILTER 4,25 0,13 -
2 ROKOK PUTIH 14,12 0,12 -
3 ROKOK KRETEK 2,80 0,02 -
MINUMAN NON ALKOHOL (0,26%)
NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)
MINUMAN NON ALKOHOL (0,02%)
KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)
MAKANAN (0,87%)
68
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Lainnya
Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar tercatat sebesar 0,43%
(yoy) di tahun 2020 dengan andil sebesar 0,08%. Lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,02% (yoy). Inflasi pada kelompok
Perumahan, Air, Listrik dan bahan bakar didorong oleh kenaikan tarif bahan bakar rumah tangga dan
tukang bukan mandor dengan andil inflasi masing-masing 0,07 (yoy) dan 0,05% (yoy). Tekanan inflasi
yang terjadi pada bahan bakar rumah tangga didorong oleh peningkatan harga eceran tertinggi (HET)
LPG, baik 3 kg dan 12 kg, akibat kenaikan permintaan masyarakat ditengah adaptasi kebiasaan baru.
Sementara itu, tekanan inflasi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Lainnya masih
tertahan oleh deflasi yang terjadi pada komoditas tarif listrik yang mengalami penurunan tarif
golongan rendah menjadi Rp1.444,7/kWh atau turun Rp22,5/kWh selama bulan Oktober hingga
Desember 2020. (Tabel 3.7).
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: SPH Bank Indonesia
Sumber: Dirjen Perbendahraaan,
diolah
Grafik 3. 21
Perkembangan Harga
RokokSumber: SPH Bank
Indonesia
Sumber: Dirjen Perbendahraaan,
diolah
Sumber: SPH Bank Indonesia
Sumber: Dirjen Perbendahraaan,
diolah
Tabel 3. 13 Sumbangan
Inflasi dan Deflasi
Kelompok Perumahan,
Air , Listrik dan Bahan
Bakar (% yoy)Sumber: SPH
Bank Indonesia
Sumber: Dirjen Perbendahraaan,
diolah
Grafik 3.11 Perkembangan Harga Rokok
Grafik 3. 22 Perkembangan Harga Rokok
Tabel 3.7 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perumahan, Air , Listrik dan Bahan Bakar (% yoy)
Tabel 3. 14 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perumahan, Air , Listrik dan Bahan Bakar (% yoy)
Grafik 3.10 Perkembangan Harga Sayur Sayuran
Grafik 3. 20 Perkembangan Harga Sayur Sayuran
Grafik 3.9 Perkembangan Harga Daging dan Telur
Grafik 3. 18 Perkembangan Harga Sayur SayuranGrafik 3. 19 Perkembangan Harga
Daging dan Telur
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 3. 15 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Pendidikan (% yoy)Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL
1 TUKANG BUKAN MANDOR 10,99 0,05 PASIR -4,34 (0,02)
-
1 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 6,17 0,07 TARIF LISTRIK -0,57 -0,02
NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)
KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN & KEAMANAN TEMPAT TINGGAL (0,03%)
LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR LAINNYA (0,05%)
69
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Kelompok Pendidikan
Inflasi pada kelompok pendidikan di triwulan IV 2020 tercatat sebesar 2,51% (yoy) dengan
andil sebesar 0,13% relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya
dengan nilai inflasi sebesar 2,49% dan andil sebesar 0,13%. Kenaikan tekanan inflasi terjadi
pada hampir di seluruh jenjang Pendidikan sejalan masuknya tahun ajaran baru dengan peningkatan
tarif di jenjang sekolah dasar, taman kanak kanak, akademi/perguruan tinggi dan sekolah menengah
atas dengan andil masing-masing sebesar 0,06%, 0,04%, 0,02% dan 0,01% (Tabel 3.8).
Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran
Inflasi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman restoran di triwulan IV 2020
tercatat sebesar 2,67% (yoy) dengan andil sebesar 0,23% lebih rendah dibandingkan inflasi
pada triwulan III 2020 yaitu sebesar 5,03% (yoy), dengan andil sebesar 0,42%. Tekanan inflasi
yang terjadi pada sub kelompok jasa pelayanan makanan dan minuman terutama berasal dari
peningkatan harga pada komoditas ayam goreng, ayam bakar dan ikan bakar dengan andil inflasi
masing-masing sebesar 0,06% (yoy); 0,05%(yoy); dan 0,04% (yoy) (Tabel 3.9). Peningkatan harga
komoditas ayam goreng, ayam bakar dan ikan bakar didorong oleh peningkatan permintaan
masyarakat dikarenakan mulai dibukanya sektor-sektor pelayanan makanan dan minuman dengan
tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya
Inflasi pada kelompok perawatan dan jasa lainnya di triwulan IV 2020 tercatat sebesar 3,62%
dengan andil sebesar 0,20% relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang mengalami inflasi 3,66% (yoy), dengan andil sebesar 0,20%. Komoditas penyumbang
inflasi pada kelompok ini berasal dari peningkatan harga pada komoditas emas perhiasan dengan
andil sebesar 0,09% dengan nilai inflasi 22,36% (Tabel 3.10). Peningkatan harga komoditas emas
pada triwulan IV tidak setinggi triwulan sebelumnya, hal ini searah dengan pergerakan harga emas
dunia yang melandai pada triwulan IV 2020 secara rerata sebesar -1,89% dibandingkan triwulan
sebelumnya. Melandainya harga emas dunia dipicu oleh penurunan permintaan akan emas karena
adanya optimisme akan keberhasilan vaksinasi.
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 3. 17 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (% yoy)Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 3.8 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Pendidikan (% yoy)
Tabel 3. 16 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Pendidikan (% yoy)
Tabel 3.9 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (% yoy)
Tabel 3. 18 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (% yoy)
PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL
1 SEKOLAH DASAR 6,09 0,06
2 TAMAN KANAK KANAK 11,61 0,04
1 SEKOLAH MENENGAH ATAS 0,55 0,01
1 AKADEMI/PERGURUAN TINGGI 0,98 0,02
NO
PENDIDIKAN MENENGAH (0,01%)
PENDIDIKAN TINGGI (0,02%)
KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)
KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)
PENDIDIKAN DASAR DAN ANAK USIA DINI (0,10%)
PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL
1 AYAM GORENG 18,41 0,06 -
2 AYAM BAKAR 21,27 0,05 -
3 IKAN BAKAR 39,68 0,04 -
JASA PELAYANAN MAKANAN DAN MINUMAN (0,23%)
NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)
KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)
70
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Kelompok Transportasi
Kelompok transportasi pada periode triwulan IV 2020 tercatat mengalami inflasi sebesar
0,86% (yoy) dengan andil sebesar 0,12% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,55% (yoy) dengan andil sebesar 0,07% (Tabel
3.11). Inflasi pada kelompok transportasi terutama didorong oleh peningkatan harga yang terjadi
pada komoditas di kelompok pembelian kendaraan seperti komoditas mobil, sepeda motor dan
sepeda dengan andil 0,10%, 0,06% dan 0,01%. Inflasi pada kelompok transportasi masih tertahan
oleh deflasi yang disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara yang didorong oleh maraknya
promo tiket penerbangan yang diberikan oleh maskapai untuk meningkatkan penjualan.
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 3. 21 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (% yoy)Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3. 23 Perkembangan Harga BensinSumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah
Tabel 3. 23 Sumbangan Inflasi & Deflasi Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa KomunikasiSumber: SPH
Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah
Grafik 3.12 Perkembangan Harga Bensin
Grafik 3. 24 Perkembangan Harga Bensin
Tabel 3.10 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (% yoy)
Tabel 3. 19 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Transportasi (% yoy)Tabel 3. 20 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (% yoy)
Tabel 3.11 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Transportasi (% yoy)
Tabel 3. 22 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Transportasi (% yoy)
PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL
1 EMAS PERHIASAN 22,36 0,09
NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)
KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)
PERAWATAN PRIBADI & PERAWATAN PRIBADI LAINNYA (0,09)
PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL
1 MOBIL 4,26 0,10 -
2 SEPEDA MOTOR 3,56 0,06 -
3 SEPEDA 9,30 0,01 -
1 TARIF KENDARAAN RODA 2 ONLINE 19,71 0,06 ANGKUTAN UDARA -13,96 (0,11)
2 ANGKUTAN ANTAR KOTA 3,17 0,01
NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)
KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)
PEMBELIAN KENDARAAN (0,17%)
JASA ANGKUTAN PENUMPANG (-0,03)
71
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi
Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi di triwulan IV 2020 tercatat kembali
mengalami deflasi sebesar -3,66% (yoy) dengan andil sebesar -0,18% lebih dalam
dibandingkan deflasi pada triwulan sebelumya yaitu sebesar -3,33% (yoy) dengan andil
sebesar -0,16%. Deflasi yang terjadi pada periode ini didorong oleh penurunan harga
telepon seluler dan biaya pulsa ponsel dengan andil masing-masing sebesar -0,09% dan -0,09%
(Tabel 3.12). Penurunan harga telepon seluler didorong oleh penurunan permintaan telepon seluler
dikarenakan penurunan daya beli masyarakat ditengah merebaknya pandemi covid-19. Di sisi lain
penurunan biaya pulsa ponsel ini salah satunya disebabkan oleh beberapa provider telekomunikasi
yang menyediakan beberapa pilihan paket internet yang lebih terjangkau guna mendukung kegiatan
masyarakat di rumah selama pandemi COVID-19.
3.1.3 Ekspektasi Inflasi
Inflasi di triwulan I 2021 diperkirakan tetap rendah sejalan dengan arah ekspektasi
masyarakat terhadap inflasi di triwulan I 2021 namun lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya seiring dengan peningkatan permintaan akibat adaptasi kebiasaan
baru, faktor cuaca, dan optimisme masyarakat akan vaksin. Berdasarkan hasil Survei Penjualan
Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, rata-rata
ekspektasi perubahan harga jual produk 3 (tiga) bulan ke depan mengalami penurunan di triwulan IV
2020 yaitu sebesar 129 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan rata-rata ekspektasi
sebesar 1. (Grafik 3.13).
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Provinsi Lampung
Grafik 3. 27 Ekspektasi Perubahan Harga 3 & 6 Bulan ke DepanSumber: Survei Konsumen KPw BI Provinsi
Lampung
Grafik 3.13 Ekspektasi Perubahan Harga 3 & 6 Bulan ke Depan
Grafik 3. 25 Inflasi Bulanan Kota Bandar LampungGrafik 3. 26 Ekspektasi Perubahan
Harga 3 & 6 Bulan ke Depan
Tabel 3.12 Sumbangan Inflasi & Deflasi Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi
Tabel 3. 24 Sumbangan Inflasi & Deflasi Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL
1 - TELEPON SELULER -10,22 (0,09)
1 BIAYA PULSA PONSEL -3,16 (0,09)
LAYANAN INFORMASI & KOMUNIKASI (0,09%)
NO
PERALATAN INFORMASI & KOMUNIKASI (0,09%)
KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)
KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)
72
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
3.1.4 Pengendalian Inflasi
Dalam rangka mencapai target inflasi IHK Provinsi Lampung sebesar 3±1% di tahun 2020,
beberapa upaya pengendalian inflasi telah ditempuh tim TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota
di Lampung selama triwulan IV 2020. Upaya-upaya dimaksud meliputi:
a. Rapat Koordinasi dan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah
Dalam rangka melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap inflasi di Provinsi lampung, telah
dilaksanakan, antara lain : 1) Pelaksanaan HLM TPID Kota Metro bersama dengan Walikota Metro
dan TPID Kota Metro membahas terkait strategi dalam menjaga pasokan pangan Lampung pada
tanggal 15 Oktober 2020; 2) Pelaksanaan HLM TPID Kota Metro bersama dengan Walikota Metro
dan TPID Kota Metro membahas terkait strategi dalam menjaga pasokan pangan pada tanggal
20 Oktober 2020; 3) Pelaksanaan HLM TPID Kota Bandar Lampung dipimpin oleh Sekretaris
Daerah Kota Bandar Lampung dan TPID Kota Bandar Lampung pada tanggal 26 Oktober 2020
membahas mengenai Laporan, upaya dan strategi OPD dalam stabilisasi harga di masa pandemi
COVID-19; 4) Pelaksanaan Rakornas TPID pada tanggal 22 Oktober 2020 secara nasional
membahas terkait dengan Evaluasi Koordinasi Pengendalian Inflasi 2019-2020 dan arah kebijakan
ke depan, optimalisasi APBD, dan penguatan pengembangan model kerjasama KAD. Pada
kegiatan tersebut diumumkan pemenang TPID Award dimana provinsi Lampung mendapatkan
Nominasi I TPID terbaik di Sumatera untuk pelaporan Tahun 2019.
b. Me-review kecukupan pasokan dan perkembangan harga-harga kebutuhan pokok di
pasar, distributor, dan gudang oleh TPID baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota
sekaligus dalam rangka memastikan kualitas barang pokok memiliki kualitas yang baik dan layak
konsumsi.
1. Melaksanakan pemantauan harga secara harian yang dilaksanakan melalui Pusat Infromasi
Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang aktif disosialisasikan dalam setiap rapat koordinasi TPID.
Selain itu, pemantauan harga juga aktif dilakukan oleh Dinas Perdagangan Provinsi Lampung.
2. KPwBI Provinsi Lampung secara aktif menyampaikan analisis perkembangan harga komoditas
bahan pokok di Lampung secara harian berdasarkan data PIHPS yang disampaikan pada
WhatsApp Group TPID Lampung dan Satgas Pangan Lampung.
c. Melakukan koordinasi dalam rangka Pengendalian Inflasi Melalui Pasar Murah
Melalui koordinasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi Lampung, TPID
Provinsi Lampung telah melaksanaan pasar murah bersubsidi dalam rangka Ramadhan/Idul Fitri
di tengah COVID-19 dilaksanakan oleh Provinsi Lampung melalui Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Lampung bekerja sama dengan Gojek dengan harga per paket sembako
sebesar Rp45.000 (5 kg beras, 2 kg gula pasir, 1 kg tepung terigu, dan 1 liter minyak goreng).
Rekomendasi Pengendalian Inflasi di Provinsi Lampung
Menghadapi risiko inflasi pada triwulan IV-2020, TPID Provinsi Lampung melakukan beberapa langkah
dalam rangka menjaga laju inflasi agar berada dalam range 3%±1, antara lain sebagai berikut:
1. Keterjangkauan Harga :
Melakukan pemantauan harga harian dan perbandingan harga dengan daerah lain, salah satunya
melalui aplikasi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (https://hargapangan.id/), untuk melihat
perkembangan harga yang terjadi dan melakukan intervensi kebijakan yang diperlukan. Selain itu,
perlu dilakukan upaya penyerapan komoditas yang mengalami deflasi cukup dalam melalui
penyerapan oleh industri pengolah makanan atau pengolahan produk turunan dengan
memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT). Lebih lanjut, beberapa program pemerintah
73
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
terhadap Koperasi dan UMKM terdampak COVID-19, khususnya di bidang pertanian, diharapkan
dapat mendukung upaya stabilisasi harga.
2. Ketersediaan Pasokan :
sebagai antisipasi lonjakan permintaan akibat optimisme masyarakat akan adanya vaksin COVID-
19. Untuk itu, TPID Provinsi/Kabupaten/Kota perlu meningkatkan intensitas koordinasi, salah
satunya melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) dalam hal pemenuhan komoditas pangan strategis
menghadapi risiko kenaikan harga. Kota Bandar Lampung sebagai wilayah yang memiliki
kontribusi besar pada inflasi Provinsi Lampung perlu mengupayakan KAD, khususnya untuk
komoditas-komoditas utama penyumbang inflasi. Lebih lanjut, MoU tentang Kerjasama
dalam rangka Peningkatan Perekonomian Daerah oleh 10 Gubernur di Sumatera pada
tahun 2020 dapat menjadi dasar untuk penguatan Kerjasama Antar Daerah dalam
pemenuhan pasokan bahan makanan di wilayah Sumatera. Pengawalan dalam pemberian
bantuan sosial bagi kelompok masyarakat yang rentan terdampak COVID-19 juga perlu
ditingkatkan, termasuk ketersediaan pasokan komoditasnya agar tidak mendorong kenaikan
harga. Sementara itu, implementasi Program Kartu Petani Berjaya (KPB), selain dapat
meningkatkan kesejahteraan petani, tentunya dapat mendukung upaya peningkatan
produktivitas pertanian dan ketersediaan pasokan sehingga berdampak positif pada stabilitas
harga.
3. Kelancaran Distribusi :
Menjaga koordinasi aktif dengan asosiasi yang menaungi transportasi maupun operator
transportasi di daerah agar distribusi pasokan bahan pangan dapat menjadi prioritas di tengah
pembatasan akses di sejumlah daerah.
4. Komunikasi Efektif :
Melakukan penguatan komunikasi terkait ketersediaan pasokan dan rencana pemenuhan
pasokan sehingga dapat memberi ekspektasi positif bagi masyarakat, sekaligus himbauan untuk
berbelanja secara bijak.
3.2. Inflasi Kota-Kota di Provinsi Lampung
3.2.1. Inflasi Kota Bandar Lampung
Pada bulan Oktober 2020, indeks harga komoditasi di Kota Bandar Lampung mengalami
inflasi sebesar 0,23% (mtm), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang
mengalami deflasi sebesar -0,26% (mtm), peningkatan tekanan inflasi terutama didorong
oleh peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil
bulanan sebesar 0,18% dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil
0,04%. Secara tahunan, inflasi di Kota Bandar Lampung tercatat sebesar 1,53% (yoy). Komoditas
cabai merah, minyak goreng dan bawang merah dengan andil bulanan masing-masing sebesar
0,15%, 0,05% dan 0,03%. Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai merah disebabkan oleh
terganggunya produksi seiring dengan meningkatnya curah hujan. Meningkatnya harga minyak
goreng disebabkan oleh peningkatan harga dari produsen yang didorong oleh kenaikan harga CPO
sebagai bahan baku utama minyak goreng. Harga bawang merah juga naik seiring masuknya musim
penghujan yang menyebabkan aktivitas panen di sentra produksi menjadi tidak optimal.
Kota Bandar Lampung di bulan November 2020 tercatat kembali mengalami inflasi sebesar
0,09% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,23% (mtm), inflasi tersebut menjadikan
pencapaian secara tahunan sebesar 1,65% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada bulan November
didorong oleh peningkatan harga pada beberapa komoditas seperti telur ayam ras, angkutan udara,
74
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
cabai rawit dengan andil masing-masing 0,06%, 0,05% dan 0,04%. Meningkatnya tekanan inflasi
pada kelompok makanan khususnya komoditas telur ayam ras disebabkan oleh berkurangnya
pasokan pasca pemberlakuan program stabilisasi harga pada September 2020. Meningkatnya curah
hujan juga menyebabkan terjadinya gagal panen komoditas cabai rawit, selain adanya serangan hama
di sejumlah sentra produksi. Angkutan udara juga mengalami kenaikan seiring upaya maskapai
melakukan normalisasi harga secara bertahap menjelang libur akhir tahun.
Pada bulan Desember 2020, Kota Bandar Lampung terpantau mengalami inflasi sebesar
0,67% (mtm) lebih tinggi dari periode sebelumnya. Penurunan tekanan inflasi pada periode
ini terutama disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman
dan tembakau dengan andil bulanan 0,65% dan kelompok transportasi dengan andil
bulanan sebesar 0,06%. Inflasi yang terjadi pada periode ini menjadikan pencapaian inflasi tahunan
2020 sebesar 2,00% (yoy). Adapun komoditas utama penyumbang inflasi pada periode ini adalah
komoditas cabai merah, cabai rawit dan telur ayam ras dengan andil masing-masing sebesar 0,3%,
0,13% dan 0,09%. Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai merah dan cabai rawit disebabkan
oleh terganggunya produksi seiring dengan meningkatnya curah hujan. Sementara harga telur ayam
ras juga naik dipengaruhi oleh naiknya permintaan menjelang libur akhir tahun serta kenaikan harga
pakan ternak, diantaranya jagung dan kedelai. Selain itu, kenaikan harga telur ayam disebabkan oleh
terbatasnya pasokan day old chicken (DOC). Harga beras juga mengalami kenaikan seiring dengan
berkurangnya pasokan memasuki masa tanam di beberapa daerah.
3.2.2. Inflasi Kota Metro
Sejalan dengan Kota Bandar Lampung, Kota Metro pada bulan Oktober 2020 mencatatkan
inflasi yaitu sebesar 0,05% (mtm) relatif lebih rendah dibandingkan inflasi pada periode
sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,10% (mtm). Secara tahunan, inflasi Kota Metro
pada bulan Oktober 2020 adalah sebesar 2,24% (yoy). Meningkatnya permintaan pada periode
adaptasi kebiasaan baru dan kondisi cuaca mendorong kenaikan harga beberapa komoditas termasuk
cabai merah. Sementara itu harga bawang merah juga naik seiring masuknya musim penghujan yang
menyebabkan aktivitas panen di sentra produksi menjadi tidak optimal. Di sisi lain berlanjutnya
peningkatan harga emas perhiasan sejalan dengan naiknya harga komoditas emas dunia. Peningkatan
tersebut seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat di tengah kekhawatiran pasar terkait
kondisi perekonomian akibat COVID-19.
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, diolah
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, diolah
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, diolah
Grafik 3. 29 Inflasi Tahunan Kota
Bandar LampungSumber: BPS Kota Bandar
Lampung, diolah
Grafik 3.14 Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung
Grafik 3. 28 Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung
Grafik 3.15 Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung
Grafik 3. 30 Inflasi Bulanan Kota MetroGrafik 3. 31 Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung
75
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Di bulan November 2020, Kota Metro mengalami inflasi sebesar 0,40% (mtm) lebih tinggi
dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya 0,05% (mtm), tekanan inflasi pada periode
November terutama didorong oleh peningkatan harga komoditas tomat, telur ayam ras dan
bawang merah dengan andil masing-masing sebesar 0,07%, 0,06% dan 0,06%. Secara
tahunan, inflasi di Kota Metro pada November 2020 tercatat sebesar 2,40% (yoy). Peningkatan tarif
komoditas tomat di Metro dikarenakan terbatanya pasokan, sementara itu meningkatnya tekanan
inflasi pada kelompok makanan khususnya komoditas telur ayam ras disebabkan oleh berkurangnya
pasokan pasca pemberlakuan program stabilisasi harga pada September 2020. Di sisi lain harga
bawang merah juga naik seiring masuknya musim penghujan yang menyebabkan aktivitas panen di
sentra produksi menjadi tidak optimal.
Pada bulan Desember 2020, Kota Metro mengalami inflasi sebesar 0,51% (mtm) lebih tinggi
dibandingkan inflasi pada periode sebelumnya. Meningkatnya tekanan inflasi pada periode
ini didorong oleh meningkatnya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, cabai
rawit dan telur ayam ras dengan andil masing-masing sebesar 0,3%, 0,1% dan 0,1%.
Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai merah dan cabai rawit disebabkan oleh terganggunya
produksi seiring dengan meningkatnya curah hujan. Selain itu, kenaikan harga telur ayam disebabkan
oleh terbatasnya pasokan day old chicken (DOC). Harga beras juga mengalami kenaikan seiring
dengan berkurangnya pasokan memasuki masa tanam di beberapa daerah.
3.3. Inflasi Kota-Kota di Sumatera
Secara umum laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera pada triwulan IV 2020 tercatat
relatif lebih lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi
Sumatera pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,90% (yoy) lebih tinggi dengan pencapaian
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 0,66% (yoy). Adapun pencapaian inflasi Sumatera pada
periode laporan juga tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi Nasional yang sebesar
1,69% (yoy).
Sumber: BPS Kota Metro, diolah
Sumber: BPS Kota Metro, diolah
Sumber: BPS Kota Metro, diolah
Sumber: BPS Kota Metro, diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3. 37 Inflasi tahunan Kota-Kota SumateraSumber : BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 3.16 Inflasi Bulanan Kota Metro
Grafik 3. 32 Inflasi Tahunan Kota MetroGrafik 3. 33 Inflasi Bulanan Kota Metro
Grafik 3.17 Inflasi Tahunan Kota Metro
Grafik 3. 34 Inflasi Tahunan Kota Metro
Grafik 3.18 Inflasi tahunan Kota-Kota Sumatera
Grafik 3. 35 Realisasi Inflasi vs Nilai Historis Inflasi 5 Tahun TerakhirGrafik 3. 36 Inflasi tahunan Kota-Kota
Sumatera
76
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Dari 24 kota perhitungan inflasi di Sumatera (SBH 2018), terdapat 19 kota yang memiliki inflasi di atas
inflasi Nasional dan 5 kota yang memiliki inflasi di bawah inflasi Nasional. Kota Bandar Lampung dan
Metro termasuk ke dalam kota-kota yang tercatat mengalami inflasi di atas Nasional dengan inflasi
tahunan masing-masing sebesar 1,93% (yoy) dan 2,25% (yoy). Dengan pencapaian inflasi tahunan
tersebut, Kota Bandar Lampung dan Metro masing-masing menempati peringkat pencapaian inflasi
yang cukup moderat yakni ke-18 dan 10 dari 24 kota perhitungan inflasi di Sumatera. Kota dengan
inflasi tertinggi di Sumatera adalah gunung sitoli dengan inflasi tahunan sebesar 5,32% (yoy).
3.4. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan III 2020
Tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Januari 2021
meningkat yaitu sebesar 0,76% (mtm), lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan
sebelumnya sebesar 0,66% (mtm), namun lebih rendah dari rata-rata inflasi Januari dalam
3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,80% (mtm). Pencapaian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan
inflasi Nasional dan Sumatera yang masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 0,25% (mtm)
dan 0,52% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung tercatat sebesar 1,78% (yoy), atau lebih
tinggi dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 1,55% (mtm) namun lebih rendah dari inflasi
Sumatera yaitu sebesar 1,88% (yoy). Secara spasial, dibandingkan 90 kota perhitungan inflasi
nasional, inflasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro pada bulan Januari 2021 tergolong relatif
tinggi dan masing-masing menempati urutan ke-9 dan ke-23.
Dilihat dari sumbernya, tekanan inflasi pada bulan Januari 2021 didorong oleh peningkatan
tekanan harga pada sub kelompok makanan dengan andil sebesar 0,52% (mtm) dan sub
kelompok pendidikan dengan andil sebesar 0,07% (mtm). Adapun beberapa komoditas
penyumbang inflasi terbesar antara lain seperti cabai rawit, cabai merah, tempe, bimbingan
belajar dan beras dengan andil masing-masing sebesar 0,23%, 0,18%, 0,12%, 0,07% dan 0,05%.
Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai rawit dan cabai merah disebabkan oleh terganggunya
produksi di tengah meningkatnya curah hujan. Mengacu pada laporan BMKG periode Desember
2020, La Nina diperkirakan mempengaruhi kondisi cuaca Provinsi Lampung sejak Januari 2021 dan
akan melemah pada Maret 2021. Harga tempe juga naik dipengaruhi oleh meningkatnya bahan baku
kedelai. Sementara itu, kenaikan harga beras terjadi seiring dengan berkurangnya pasokan pada
periode tanam di beberapa daerah. Di sisi lain, kenaikan tarif bimbingan belajar merupakan
penyesuaian tarif memasuki semester baru.
Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Januari 2021 tertahan oleh deflasi
yang terjadi pada sebagian komoditas diantaranya telur ayam, angkutan udara, petai,
daging ayam ras dan bawang merah dengan andil masing-masing sebesar -0,08%, -0,03%,
-0,01%, -0,01% dan -0,01%. Penurunan telur ayam dan daging ayam terjadi seiring dengan mulai
stabilnya pasokan dari produsen dan normalisasi permintaan pasca periode Natal dan Tahun Baru.
Tarif Angkutan Udara juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh normalisasi harga pasca libur
panjang akhir tahun. Di sisi lain, peningkatkan pasokan turut mendorong penurunan harga komoditas
petai. Sementara itu, komoditas bawang merah mengalami penurunan disebabkan mulai masuknya
pasokan dari sentra produksi di Pulau Jawa.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Februari 2021 mengalami
inflasi yaitu sebesar 0,14% (mtm), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi bulan
sebelumnya sebesar 0,76% (mtm), namun lebih tinggi dari rata-rata inflasi Februari dalam
3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,07% (mtm). Pencapaian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan
inflasi Nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,11% (mtm) dan Sumatera yang tercatat
mengalami deflasi sebesar -0,29% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung tercatat sebesar
1,60% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yang masing-masing
mengalami inflasi sebesar 1,38% (yoy) dan 1,44% (yoy). Secara spasial, dibandingkan 90 kota
77
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
perhitungan inflasi nasional, inflasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro pada bulan Februari 2021
tergolong relatif moderat dan masing-masing menempati urutan ke-42 dan ke-16.
Dilihat dari sumbernya, tekanan inflasi pada bulan Februari 2021 didorong oleh
peningkatan tekanan harga pada sub kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan
andil sebesar 0,13% (mtm) dan kelompok transportasi dengan andil sebesar 0,05% (mtm).
Adapun beberapa komoditas penyumbang inflasi terbesar antara lain seperti cabai rawit,
mobil, bawang merah, mie kering instant dan ikan kembung dengan andil masing-masing
sebesar 0,08%, 0,04%, 0,02%, 0,02% dan 0,02%. Peningkatan harga yang terjadi pada cabai rawit
disebabkan oleh masih terganggunya produksi di tengah meningkatnya curah hujan. Kenaikan harga
bawang merah dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan dikarenakan curah hujan yang tinggi
mengakibatkan hasil panen yang kurang maksimal di beberapa daerah. Sementara itu meningkatnya
harga mie kering instant dikarenakan adanya peningkatan harga dari distributor. Di sisi lain komoditas
ikan kembung mengalami peningkatan disebabkan oleh berkurangnya pasokan dikarenakan hasil
tangkapan yang berkurang di tengah musim penghujan yang masih berlanjut. Selain komoditas
makanan, komoditas yang menyumbang inflasi pada periode ini adalah komoditas mobil yang
didorong oleh adanya kenaikan harga dari produsen dikarenakan penambahan fitur untuk beberapa
jenis mobil.
Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Februari 2021 tertahan oleh deflasi
yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya biaya jaringan saluran tv, cabai merah,
cumi cumi, jeruk dan daging ayam ras dengan andil masing-masing sebesar -0,03%, -
0,03%, -0,03%, -0,02% dan -0,01%. Penurunan harga biaya jaringan saluran TV disebabkan oleh
potongan harga dari penyedia jasa untuk mendorong penjualan, sementara itu harga cabai merah
mulai mengalami penurunan yang disebabkan oleh bertambahnya pasokan seiring dengan masuknya
masa panen di beberapa wilayah. Di sisi lain, peningkatan pasokan juga turut mendorong penurunan
harga komoditas cumi-cumi dan jeruk. Penurunan daging ayam juga terjadi seiring dengan mulai
stabilnya pasokan dari produsen seiring dengan permintaan masyarakat yang belum sepenuhnya
pulih.
.
Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memandang bahwa inflasi akan tetap terkendali pada
rentang sasaran 3±1%. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu dimitigasi, antara
lain: Pertama, berlanjutnya curah hujan tinggi seiring dengan siklus La Nina di awal tahun 2021 yang
diperkirakan akan memengaruhi kenaikan harga cabai rawit dan ikan segar seiring kurang optimalnya
produksi pada musim penghujan. Kedua, kenaikan harga kedelai yang berisiko mendorong naiknya
harga bahan makanan, termasuk harga produk peternakan. Ketiga, berlanjutnya kenaikan harga
beras seiring dengan belum masuknya musim panen raya yang diperkirakan berlangsung Maret 2021.
Keempat, peningkatan harga daging sapi yang disebabkan oleh meningkatnya harga impor sapi
Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah
Grafik 3.20 Realisasi Inflasi April 2020 Provinsi Grafik 3.20 Realisasi Inflasi Jan 2021 Provinsi Grafik 3.19 Realisasi Inflasi vs Nilai Historis Inflasi 5 Tahun Terakhir
Grafik 3. 38 Realisasi Inflasi April 2020 ProvinsiGrafik 3. 39 Realisasi Inflasi vs Nilai
Historis Inflasi 5 Tahun Terakhir
Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah
78
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
bakalan disamping kecenderungan peningkatan permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
Kelima, tekanan inflasi dari sisi permintaan (demand pull inflation) yang cenderung meningkat sejalan
dengan semakin tingginya aktivitas dan mobilitas masyarakat. Keenam, kenaikan harga rokok seiring
dengan pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 198/PMK.010/2020 tentang Tarif
Cukai Hasil Tembakau yang menetapkan kenaikan rata-rata cukai rokok sebesar 12,5% per 1 Februari
2021.
79
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM
Kinerja sektor rumah tangga kembali melambat pada triwulan IV 2020 dan masih terkontraksi karena dampak COVID-19. Namun demikian, stabilitas keuangan daerah masih terjaga diantaranya didorong oleh peningkatan konsumsi, pertumbuhan kredit, dan optimisme konsumen. Kinerja korporasi Lampung secara umum dipengaruhi oleh faktor permintaan domestik maupun eksternal, dimana pada periode laporan juga meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Secara umum, indikator utama kinerja Bank Umum (berdasarkan lokasi bank) di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2019 menunjukkan peningkatan sejalan dengan mulai munculnya optimisme masyarakat dan peningkatan aktivitas ekonomi. Sementara itu, kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2020 terindikasi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan pertumbuhan aset yang secara keseluruhan terpantau meningkat. Dukungan perbankan Lampung pada UMKM di triwulan IV 2020 juga mengalami peningkatan meskipun masih rendah karena sikap perbankan yang masih berhati-hati dalam menyalurkan kredit (sisi supply) dan penundaan UMKM untuk melakukan ekspansi di tengah ketidakpastian ekonomi dan pandemi COVID-19 (sisi demand).
BAB
80
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
4.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga
Kinerja sektor rumah tangga kembali melambat pada triwulan IV 2020 dan masih terkontraksi
karena dampak COVID-19. Sektor rumah tangga yang merupakan penopang utama perekonomian
Lampung (62,28% PDRB), tumbuh negatif -3,97% (yoy) pada triwulan IV 2020 melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar -2,59% (yoy). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh
pengetatan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan larangan perayaan selama cuti
bersama Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang menahan konsumsi masyarakat. Berbeda dengan
kondisi tersebut, penyaluran kredit sektor rumah tangga mengalami peningkatan disertai dengan
risiko yang menurun. Penurunan risiko tersebut tercermin pada NPL yang turun dari 2,75% pada
triwulan III 2020 menjadi 2,49% pada triwulan IV 2020.
4.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga
Kinerja rumah tangga di Provinsi Lampung menunjukkan perlambatan sepanjang triwulan IV
2020. Namun demikian, perlambatan kinerja tersebut dapat diimbangi oleh peningkatan
pertumbuhan kredit, penurunan rasio NPL dan optimisme konsumen sehingga stabilitas
keuangan daerah masih tetap terjaga. Pertama, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada
periode laporan terpantau melambat dibandingkan triwulan III 2020 (Grafik 4.1) sejalan dengan
pengetatan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kendati demikian, keyakinan
konsumen untuk melakukan konsumsi terpantau membaik. Hal ini terindikasi pada hasil survei
konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) triwulan IV
2020 yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 4.2). Sejalan dengan optimisme
konsumen atas ketersediaan lapangan kerja di periode laporan, keyakinan konsumen terhadap kondisi
ekonomi (Indeks Kondisi Ekonomi - IKE) triwulan laporan tercatat meningkat dari 72,3 pada triwulan
III 2020 menjadi 79,7 atau lebih optimis (Grafik 4.3).
.
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 4. 1 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 4. 2 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga
Grafik 4. 4 Kredit Perseorangan Lampung
Grafik 4. 3 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
81
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Pada triwulan IV 2020 pertumbuhan kredit oleh perbankan Lampung kepada debitur perseorangan
(sebagai proksi utang rumah tangga) mengalami peningkatan tipis menjadi 3,30% (yoy)
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,16% (yoy), dan masih di atas
pertumbuhan keseluruhan portofolio kredit (3,00%;yoy – lokasi bank) (Grafik 4.4). Merebaknya
COVID-19 yang menurunkan konsumsi rumah tangga menyebabkan pertumbuhan permintaan kredit
perseorangan masih rendah. Sebaliknya, masih rendahnya aktivitas konsumsi tercermin pada
pertumbuhan PDRB konsumsi Lampung yang pada triwulan laporan masih terkontraksi sebesar -3,97
% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-2,59%;yoy).
Terjadi penurunan rasio NPL yaitu dari 2,75% pada triwulan III 2020 menjadi 2,49% pada triwulan
IV sejalan dengan membaiknya kemampuan membayar rumah tangga. Risiko mulai menurun
mengingat pangsa kredit perseorangan yang relatif tinggi pada portofolio perbankan Lampung,
penurunan rasio ini diperkirakan dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong perbaikan kinerja
keuangan secara keseluruhan.
Di tengah kinerja konsumsi rumah tangga yang melambat pada triwulan laporan, optimisme
konsumen Lampung terhadap kondisi perekonomian ke depan mengalami peningkatan. Kondisi
ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) triwulan laporan yang rata-rata sebesar 141,5
atau meningkat dari triwulan III 2020 yang mencapai 128,5 seiring meningkatnya ekspektasi terhadap
kenaikan penghasilan 6 bulan ke depan dan keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan
kerja dan peningkatan kegiatan usaha. (Grafik 4.5). Preferensi konsumsi barang tahan lama (durable goods) pada triwulan IV 2020 juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain,
pertumbuhan pada penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) kembali melambat, yakni tumbuh
sebesar 2,59% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (3,55%;yoy) yang mengindikasikan bahwa
permintaan properti mengalami perlambatan. Sejalan perlambatan pertumbuhan KPR, harga aset di
Lampung bergerak turun, meskipun masih tercatat pada level yang tinggi. Hal ini tercermin pada
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV 2020, yang merupakan hasil survei Bank Indonesia,
yang turun menjadi 203,11 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 209,97.
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 4. 5 Indeks Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Mendatang
82
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
4.1.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga
Meskipun andil konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung melambat,
penghasilan konsumen di Lampung mengalami peningkatan. Hasil survei konsumen Bank Indonesia
triwulan IV 2020 menunjukkan rata-rata indeks penghasilan yang naik dari 54,50 pada triwulan III
2020 menjadi 70,83 meskipun masih pada level pesimis. Kondisi ini berimplikasi pada peningkatan
konsumsi masyarakat sebagaimana tercermin pada peningkatan konsumsi tahan lama, yang
merupakan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, dari 86,00 pada triwulan III 2020 menjadi 86,17
pada triwulan III 2020.
Adapun dari sisi dunia usaha, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan perbaikan,
tercermin dari SBT realisasi kegiatan usaha yang meningkat menjadi 11,21 pada triwulan III 2020 dari
-7,97 pada triwulan III 2020. Sejalan dengan hal itu, indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini,
berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, menunjukkan peningkatan dari 23,50 pada triwulan
III 2020 menjadi 42,83 pada triwulan laporan. Adapun dari sisi NPL, tercatat mengalami penurunan
dari 2,75% pada triwulan III 2020 menjadi 2,49% pada triwulan IV 2020.
4.1.3 Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan
Di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi akibat pandemi COVID-19, simpanan rumah tangga
mengalami peningkatan. Dana Pihak Ketiga (DPK) perseorangan di perbankan Lampung tercatat
mampu tumbuh signifikan sebesar 9,82%, (yoy) pada triwulan III 2020, meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya (7,68%, yoy) (Grafik 4.6). Pertumbuhan DPK perseorangan ini lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan total DPK perbankan yang tumbuh 7,73% (yoy) pada periode yang sama.
Sektor rumah tangga masih menjadi pendorong utama kinerja sekaligus sumber utama funding
perbankan Lampung dengan pangsa mencapai 83,6% (Grafik 4.7).
Peningkatan pertumbuhan DPK perseorangan terutama didorong oleh menguatnya pertumbuhan
deposito perseorangan (Grafik 4.8), yang naik cukup tinggi dari -4,11% menjadi 2,98%. Selain itu,
pertumbuhan tabungan perseorangan juga mengalami peningkatan menjadi 13,6% dari 11,98%
pada triwulan III 2020. Sebaliknya, giro perseorangan mengalami kontraksi, dari 16,38% (yoy) pada
triwulan III 2020 menjadi -5,62% (yoy) di periode laporan. Di tengah pelemahan ekonomi dan
ketidakpastian pandemi COVID-19, masyarakat lebih memilih untuk menyimpan uang dalam deposito
yang memberi keuntungan lebih.
Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia
Grafik 4. 6 Pertumbuhan DPK Perbankan
Grafik 4. 7 Komposisi DPK Perbankan
83
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
4.1.4 Eksposur Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga
Portofolio kredit sektor rumah tangga (kredit perseorangan) pada triwulan laporan tercatat
melambat (6,16%;yoy) dari triwulan III 2020 (14,40%;yoy) di tengah risiko kredit yang terpantau
meningkat. Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan terjadi pada kredit investasi dan
konsumsi yang masing-masing menjadi -4,17% (yoy) dan 3,03% (yoy) pada triwulan laporan dari
35,02% (yoy) dan 17,02% (yoy) pada triwulan III 2020 (Grafik 4.9). Sementara itu, kredit modal kerja
meningkat dari 7,60% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi 11,24% (yoy) pada triwulan laporan.
Kredit konsumsi masih menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit perbankan Lampung.
Penurunan penyaluran kredit perseorangan ini dibarengi dengan penurunan risiko kredit yang yang
tercermin dari NPL yang turun dari 2,75% pada triwulan III 2020 menjadi 2,49% pada triwulan IV
2020.
Deselerasi pada kredit konsumsi perseorangan terutama disebabkan oleh kinerja kredit kendaraan
bermotor (KKB), kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna. KKB terkontraksi sedangkan
KPR dan kredit multiguna melambat menjadi masing-masing -21,12% (yoy), 2,59% (yoy) dan 7,60%
(yoy) pada triwulan IV 2020, dari -14,12% (yoy), 3,55% (yoy) dan 9,52% pada triwulan III 2020
(Grafik 4.10). Sementara itu, kredit alat rumah tangga pada triwulan III 2020 meningkat tajam
menjadi sebesar 16,37% (yoy) dibandingkan triwulan III 2020 sebesar -0,60% (yoy). Hal ini
mengindikasikan prioritas konsumsi masyarakat telah bergeser dari kebutuhan sekunder dan tersier
menuju kebutuhan primer rumah tangga.
Menurunnya pertumbuhan KPR perbankan terutama disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan KPR
pada tipe/ukuran >70m2, yang terkontraksi sebesar -21,12% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya (-
14,12%;yoy). Sebaliknya, pertumbuhan KPR pada tipe/ukuran s.d 70m2 meningkat sebesar 4,84%
(yoy) dibanding triwulan sebelumnya (3,28%;yoy). Kondisi ini mengindikasikan bahwa permintaan
properti masih lemah. Hal tersebut berdampak pada pergerakan harga properti pada triwulan laporan,
sebagaimana tercermin pada Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV 2020, yang
merupakan hasil survei Bank Indonesia, yang turun menjadi 203,11 lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya 209,97 (Grafik 4.12).
Eksposur risiko perbankan lainnya pada sektor rumah tangga bersumber dari kredit multiguna dan
konsumsi lainnya, yang tercatat mendominasi penyaluran kredit konsumsi perseorangan dengan
pangsa 37,82% (Grafik 4.11). Penggunaan dana yang fleksibel untuk pengeluaran konsumtif dengan
maupun tanpa agunan, menjadi faktor penarik pertumbuhan kredit jenis tersebut. Meski demikian,
struktur perekonomian Lampung yang masih dipengaruhi harga dan permintaan komoditas dapat
mengganggu stabilitas pendapatan rumah tangga yang berpotensi membatasi kemampuan untuk
melunasi kewajiban kreditnya, sehingga dapat meningkatkan risiko kredit rumah tangga.
Sumber: LBU Bank Indonesia
Grafik 4. 8 Pertumbuhan DPK Perseorangan
84
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
4.2 Asesmen Sektor Korporasi
4.2.1 Kinerja Korporasi
Kinerja korporasi Lampung yang secara umum dipengaruhi oleh faktor permintaan domestik
maupun eksternal pada periode laporan membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Peningkatan kinerja korporasi terjadi di salah satu sektor utama Lampung yakni industri pengolahan
dan perdagangan. Sektor industri pengolahan yang merupakan salah satu sektor utama Lampung
dengan pangsa 19,41% PDRB tercatat tumbuh sebesar 1,13% (yoy), membaik dibandingkan
periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar -10,08% (yoy). Pertumbuhan sektor industri
pengolahan didorong oleh meningkatnya aktivitas industri pengolahan karena dampak COVID-19.
Sebaliknya, kontraksi terjadi pada sektor perdagangan besar dan reparasi yang memiliki pangsa
11,14%, yaitu sebesar -9,87% (yoy) seiring dengan belum pulihnya konsumsi dan aktivitas
perdagangan luar negeri. Secara umum, kinerja korporasi tercermin pada realisasi kegiatan usaha,
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan perbaikan, tercermin dari SBT realisasi
kegiatan usaha yang meningkat menjadi 11,21 pada triwulan IV 2020 dari -7,97 pada triwulan III
2020 (Grafik 4.13). Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil liaison, LS (likert scale) penjualan
domestik korporasi tercatat membaik meskipun masih terkontraksi dari -2,13 pada triwulan III 2020
menjadi -0,33 pada triwulan laporan (Grafik 4.14).
Grafik 4. 9 Pertumbuhan Kredit Perseorangan
Grafik 4. 10 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perseorangan
Grafik 4. 12 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial
Grafik 4. 11 Komposisi Kredit Konsumsi Perseorangan
85
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor Lampung pada triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar -
6,8% (yoy) membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (-10,0%; yoy). Kontraksi ekspor Lampung
terutama disebabkan oleh ekspor antar daerah yang menurun seiring melemahnya permintaan
domestik dan pembatasan wilayah di beberapa daerah akibat COVID-19. Sementara itu, berdasarkan
hasil liaison, ekspor dunia usaha pada triwulan IV 2020 juga terpantau masih rendah (0,00 SBT), sama
dengan triwulan sebelumnya (Grafik 4.15). Perbaikan ekspor luar negeri Lampung pada triwulan IV
2020 terutama dipengaruhi oleh peningkatan ekspor beberapa komoditas perkebunan (kopi dan CPO)
dan industri pengolahan (pulp, batubara, dan hasil penggilingan), seiring pemulihan ekonomi di
beberapa negara mitra dagang.
4.2.2 Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi
Di tengah perbaikan kinerja korporasi pada triwulan IV 2020, pertumbuhan kredit perbankan pada
sektor korporasi terpantau membaik meskipun masih terkontraksi sebesar -3,36% (yoy) (Grafik 4.17).
Kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh perbaikan penyaluran kredit sektor pertanian dari -
7,64% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -3,36% (yoy) pada triwulan laporan. Penyaluran kredit
pada sektor perdagangan juga membaik dari -17,36% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -2,84%
(yoy) pada triwulan II 2020. Penyaluran kredit pada sektor konstruksi juga membaik sebesar -9,63
(yoy) dari -18,92% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Grafik 4.18).
Sumber: Survei Bank Indonesia, diolah
Sumber: liaison Bank Indonesia dan BPS, diolah
Grafik 4.13 Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 4.14 Likert Scale Penjualan Domestik
Grafik 4.15 Perkembangan Ekspor
Grafik 4.16 Perkembangan Investasi
86
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Hasil laison ke sejumlah korporasi selama periode laporan turut mengindikasikan terdapat perusahaan
yang mengandalkan fasilitas pembiayaan investasi dari perbankan domestik. Namun, permintaan
kredit ataupun kebutuhan untuk meningkatkan porsi pembiayaan eksternal masih relatif terbatas.
Pelaku usaha umumnya mengandalkan internal cash flow atau modal dari induk perusahaan untuk
pembiayaan kebutuhan modal kerja. Lebih lanjut, kredit korporasi meingkat di tengah menurunnya
suku bunga kredit yang secara umum turun tipis 0,70 bps menjadi 10,47% pada triwulan IV 2020,
menunjukkan perilaku optimisme korporasi (Grafik 4.19).
Sementara itu, risiko kredit korporasi non keuangan pada triwulan laporan mengalami peningkatan,
tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL gross) yang naik dari 3,78% pada triwulan III 2020 menjadi
3,82% pada triwulan laporan (Grafik 4.20). Posisi NPL tersebut juga terpantau lebih tinggi
dibandingkan NPL keseluruhan portofolio bank pada triwulan III 2020 yang tercatat sebesar 2,49%. Di
tengah upaya restrukturisasi kredit untuk mendorong pemulihan ekonomi, perbankan tetap perlu
mengedepankan kehati-hatian dan selektif terhadap sektor yang secara historis memicu kenaikan risiko
kredit.
Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: COGNOS Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.18 Komposisi Penyaluran Kredit Korporasi
Grafik 4.17 Pertumbuhan Kredit Korporasi
Grafik 4.19 Rata-Rata Suku Bunga Kredit Bank Umum
Grafik 4.20 Perkembangan NPL Kredit Korporasi
87
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
4.3 Asesmen Institusi Keuangan
4.3.1 Bank Umum
Secara umum, indikator utama kinerja Bank Umum (berdasarkan lokasi bank) di Provinsi Lampung
pada triwulan III 2019 menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan aset bank umum di Lampung per
Desember 2020 tercatat sebesar Rp65,5 triliun atau terkontraksi sebesar -0,26% (yoy) namun
membaik dibandingkan dengan triwulan III 2020 (-2,25% (yoy)) (Tabel 4.1). Sejalan dengan
kecenderungan masyarakat untuk melakukan penyimpanan dana di tengah ketidakpastian dampak
ekonomi akibat pandemi COVID-19, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada periode laporan
tercatat meningkat (7,73%;yoy) dibandingkan triwulan lalu (5,83%;yoy). Adapun NPL (gross) terindikasi sedikit menurun sebesar 2,49%, seiring dengan masih rendahnya penyaluran kredit.
Tabel 4. 1 Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Lampung
Kinerja kredit bank umum pada triwulan IV 2020 tumbuh 3,00%;yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya (-0,24%;yoy) dikarenakan perilaku perbankan yang lebih optimis dalam
menyalurkan kredit (sisi supply) dan pelaku usaha melakukan ekspansi yang sempat tertunda karena
ketidakpastian ekonomi dan pandemi COVID-19 (sisi demand) pada triwulan sebelumnya.
Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit Bank Umum di Provinsi Lampung masih
terkonsentrasi untuk kredit modal kerja, dengan pangsa yang mencapai 49,91% dari keseluruhan
penyaluran kredit Bank Umum, diikuti oleh kredit konsumsi (30,93%) dan selebihnya kredit investasi
(19,14%). Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat tipis menjadi 3,30% (yoy), dibandingkan periode
sebelumnya sebesar 3,29% (yoy) (Grafik 4.22). Peningkatan kredit konsumsi ini berkebalikan dengan
kontraksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2020 sebesar -2,97% (yoy), yang
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -2,59% (yoy). Peningkatan kinerja kredit juga
terjadi pada kredit investasi dan modal kerja. Penyaluran kredit investasi pada triwulan IV 2020 sebesar
I II III IV I II III IV I II III IV
Total Aset (Rp. Milyar) 61.889,11 64.402,98 64.441,15 63.864,15 64.790,52 69.033,03 69.229,27 65.722,13 63.608,32 65.114,75 67.672,08 65.548,03
Pertumbuhan Aset (%yoy) 10,06 5,83 4,90 6,07 4,69 7,19 7,43 2,91 (1,82) (5,68) (2,25) (0,26)
Total DPK (Rp. Milyar) 38.999,35 41.434,24 41.810,27 41.432,59 42.666,26 45.085,43 44.977,02 43.425,18 43.247,89 45.809,59 47.599,89 46.780,94
Pertumbuhan DPK (%yoy) 6,39 7,25 7,85 7,44 9,40 8,81 7,57 4,81 1,36 1,61 5,83 7,73
Total Kredit (Rp. Milyar) 52.138,02 53.414,21 53.688,73 54.795,38 54.610,69 56.081,14 56.756,27 55.724,68 55.776,98 54.863,98 56.621,73 57.396,36
Pertumbuhan Kredit (%yoy) 9,17 5,25 6,13 4,61 4,74 4,99 5,71 1,70 2,14 (2,17) (0,24) 3,00
NPL (%) 2,33 2,36 2,34 2,32 2,67 2,69 2,25 2,82 2,94 2,85 2,75 2,49
LDR (%) 135,35 130,65 130,56 133,66 130,14 126,12 128,29 129,69 131,28 122,72 122,38 124,12
20202019Indikator Perbankan
2018
Sumber: LBU Bank Indonesia
Grafik 4.21 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Grafik 4.22 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan
Sumber: LBU Bank Indonesia
88
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
-4,54% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (-7,23%;yoy) meskipun masih
terkontraksi. Peningkatan kredit investasi tersebut sejalan dengan peningkatan kinerja investasi yang
dipengaruhi oleh realisasi belanja modal pemerintah yang meningkat, perbaikan pada kegiatan sektor
konstruksi, serta optimisme investor terkait dampak pandemi COVID-19. Sementara itu, penyaluran
kredit modal kerja pada periode laporan juga tercatat meningkat tajam sebesar 6,02% (yoy),
dibandingkan periode sebelumnya (0,63%;yoy) seiring dengan membaiknya kegiatan usaha.
Secara sektoral, perbaikan pertumbuhan kredit Bank Umum di Provinsi Lampung disebabkan oleh
peningkatan tajam yang terjadi khususnya pada sektor utama ekonomi Lampung, yaitu sektor
pertanian sebesar 8,15% (yoy), dibanding periode sebelumnya (1,95%;yoy). Demikian halnya pada
sektor perdagangan, dengan pangsa 11,14%, tercatat menguat signifikan (2,17%;yoy) dibanding
triwulan sebelumnya yang terkontraksi (-1,49%). Peningkatan juga terjadi pada sektor angkutan, jasa
umum dan jasa lain (Grafik 4.22).
Sementara itu di tengah penurunan penyaluran kredit, risiko kredit yang dihadapi bank umum relatif
menurun. Rasio NPL (gross) bank umum per Desember 2020 sebesar 2,49% menurun dari posisi
September 2020 (2,75%) dan masih dibawah 5% sehingga dapat diperkirakan bahwa risiko kredit
bank-bank umum di Lampung masih terkendali.
Sementara itu di sisi pendanaan, pertumbuhan DPK bank umum memperlihatkan peningkatan
dibandingkan triwulan lalu dari sebesar 5,83% (yoy) menjadi 6,48% (yoy) pada triwulan IV 2020. Hal
ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan tabungan sebesar 12,30% (yoy) dari 10,57% (yoy) pada
triwulan sebelumnya (Grafik 4.25). Sementara itu, deposito tumbuh meningkat dari -5,62% (yoy)
menjadi -0,93% (yoy) dalam periode yang sama. Di sisi lain giro terkontraksi sebesar -3,32% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (7,72%, yoy).
Adapun efisiensi dan profitabilitas Bank Umum di Lampung diperkirakan mengalami penurunan, yang
tercermin dari rasio BOPO di triwulan IV 2020 yang meningkat menjadi sebesar 121,87%. Hal tersebut
bersamaan dengan menurunnya efisiensi penggunaan biaya, di samping perbaikan pendapatan dan
pertumbuhan kredit. Sejalan dengan hal tersebut, rasio ROA terkontraksi di level -0,30%, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya (1,98%).
Sumber: LBU Bank Indonesia
Grafik 4.23 Loan to Deposit Ratio (LDR) Grafik 4.24 Pertumbuhan Aset Bank Umum di Provinsi Lampung
Grafik 4.25 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum
89
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
4.3.3 Bank Syariah
Kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2020 terindikasi lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sama dengan pertumbuhan aset Bank Umum yang secara keseluruhan terpantau
meningkat, pertumbuhan aset bank syariah turut meningkat dari sebelumnya 8,33% (yoy) pada
triwulan III 2020 menjadi 12,71% (yoy) pada triwulan IV 2020. Dari sisi pembiayaan, permintaan
pembiayaan pada triwulan laporan juga tercatat meningkat dari sebesar 4,86% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi sebesar 7,62% (yoy) seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi
Lampung pada periode laporan.
Sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan yang meningkat, pertumbuhan DPK Bank Syariah juga
terpantau mengalami akselerasi dari sebelumnya 10,53% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi
14,09% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 4.27). Lebih tinginya kinerja penghimpunan dana Bank
Syariah diperkirakan terkait dengan perilaku masyarakat pada triwulan IV 2020 yang lebih memilih
menabung dibandingkan berbelanja akibat ketidakpastian pandemi COVID-19. Kondisi ini tercermin
dari akselerasi pertumbuhan komponen DPK Bank Syariah yang memiliki pangsa terbesar, yaitu
tabungan sebesar 11,23% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya (9,34%;yoy).
I II III IV I II III IV I II III IVTotal Aset (Rp. Milyar) 3.254 3.410 3.589 3.750 3.749 3.970 4.150 4.324 4.351 4.367 4.496 4.874 Pertumbuhan Aset (%yoy) 4,97 1,20 10,51 12,56 15,23 16,45 15,66 15,31 16,05 9,98 8,33 12,71Total DPK (Rp. Milyar) 2.377 2.295 2.434 2.489 2.631 2.779 2.865 3.014 3.026 3.041 3.167 3.438 Pertumbuhan DPK (%yoy) 2,88 -1,76 4,53 3,77 10,67 21,08 17,71 21,10 14,99 9,41 10,53 14,09Total Pembiayaan (Rp. Milyar) 2.672 2.827 2.923 2.992 3.079 3.162 3.260 3.303 3.322 3.266 3.419 3.555 Pertumbuhan Pembiayaan (%yoy) 18,54 10,74 14,25 14,63 15,24 11,85 11,53 10,42 7,91 3,30 4,86 7,62NPF (%) 4,45 4,16 4,16 3,98 3,46 2,77 2,45 2,65 3,08 2,96 2,68 2,46FDR (%) 114,81 125,89 122,88 121,92 119,07 116,02 117,21 110,87 111,65 108,86 109,74 104,22
20202019Indikator Perbankan Syariah
2018
Sumber: LBUS Bank Indonesia
Grafik 4.26 Pertumbuhan Aset, DPK & Pembiayaan Bank Syariah
Grafik 4.27 Pertumbuhan DPK Bank Syariah
Tabel 4. 2 Indikator Kinerja Bank Syariah Provinsi Lampung
Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: LBUS Bank Indonesia Sumber: LBUS Bank Indonesia
90
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Dari sisi pengelolaan resiko, rasio non performing financing (NPF) kredit bank syariah terus mengalami
perbaikan sejak tahun 2018. Pada triwulan laporan, rasio NPF tercatat masih cukup baik yakni 2,46%.
Sementara itu, di tengah kondisi penurunan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020, pembiayaan
konsumsi yang merupakan kredit dengan risiko relatif rendah, terpantau meningkat (27,27%;yoy)
dibanding triwulan sebelumnya (25,04%;yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan risiko
kredit pada triwulan laporan masih relatif baik (Grafik 4.29). Sementara untuk pada sektor lapangan
usaha pembiayaan tertinggi tercatat masih dialokasikan untuk sektor perdagangan (24%), pertanian
(8%) dan industri (7%) (Grafik 4.28).
4.4 Perkembangan Kredit UMKM
Dukungan perbankan Lampung pada UMKM di triwulan IV 2020 mengalami sedikit peningkatan,
tercermin dari pertumbuhan kredit UMKM sebesar 2,9% (yoy) yang lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya (2,8%;yoy) (Grafik 4.30). Meskipun meningkat, pertumbuhan kredit UMKM ini tercatat
masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit perbankan pada triwulan IV 2020 yang
tumbuh sebesar 3,00% (yoy). Per Desember 2020, posisi penyaluran kredit UMKM tercatat hanya
meningkat tipis menjadi Rp19,6 triliun karena sikap perbankan yang masih berhati-hati dalam
menyalurkan kredit (sisi supply) dan penundaan UMKM untuk melakukan ekspansi di tengah
ketidakpastian ekonomi dan pandemi COVID-19 (sisi demand).
Di tengah meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM, kualitas kredit UMKM terpantau meningkat.
Hal ini tercermin dari turunnya rasio non performing loan (NPL) kredit UMKM dari sebelumnya 2,91%
pada triwulan III 2020 menjadi 2,51% pada triwulan III 2020. Restrukturisasi kredit UMKM sebagai
salah satu bentuk stimulus pemerintah kepada UMKM juga perlu terus ditingkatkan untuk
mempercepat pemulihan dunia usaha dan pemulihan ekonomi. Ke depan, sebagai salah satu upaya
meningkatkan kesejahteraan.
Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4. 29 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Penggunaan
Grafik 4.28 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Sektoral
Grafik 4.30 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.31 NPL Kredit UMKM
91
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DENGAN TEKNOLOGI PERIKANAN
AQUAPONIK DI PONDOK PESANTREN ROUDLATUSSOLIHIN, KAB. LAMPUNG TENGAH
Kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah merupakan upaya Bank
Indonesia untuk mendukung kebijakan ekonomi dan keuangan syariah nasional yang bertujuan
menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia. Dalam rangka
mencapai visi tersebut, maka terdapat 3 strategi utama yaitu Pemberdayaan Ekonomi Syariah;
Pendalaman Pasar Keuangan Syariah; dan Penguatan Riset, Asesmen, dan Edukasi.
Gambar 1. Blueprint Kebijakan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah BI
Pemberdayaan Ekonomi Syariah diimplementasikan untuk mendorong pengembangan
dan penguatan usaha syariah di berbagai lini (usaha mikro kecil, menengah, dan besar termasuk
pesantren) melalui pengelolaan kesinambungan aktivitas ekonomi dan keuangan usahanya sesuai
nilai dan prinsip dasar syariah, dalam rangka membangun ekosistem Rantai Nilai Halal (RNH)/Halal
Value Chain yang terintegrasi.
Indonesia memiliki 30.507 pesantren dan tersebar hampir di seluruh provinsi dengan keunikan dan keunggulan masing-masing. Pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, namun juga memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mencapai kemandirian ekonomi pesantren. Sementara di Provinsi Lampung terdapat 904 pondok pesantren yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Dilatarbelakangi oleh SDM yang dimiliki, ikatan komunitas yang kuat, didukung dengan daya juang pesantren yang tinggi, serta dikombinasikan dengan kemampuan kewirausahaan dan konsep pemberdayaan ekonomi pesantren sebagai bagian dari ibadah, maka Bank Indonesia berinisiatif mengembangkan Program Kemandirian Ekonomi Pesantren.
Program Kemandirian Ekonomi Pesantren merupakan wujud dari implementasi Kebijakan
Pengembangan ekonomi dan Keuangan Syariah yaitu Pemberdayaan Ekonomi Syariah. Kondisi
yang diharapkan atas terselenggaranya Program Kemandirian Ekonomi Pesantren adalah: (1)
Tingkat kemandirian ekonomi pesantren meningkat untuk mendukung proses pendidikan
pesantren; (2) Peningkatan aspek governance sehingga dapat meningkatkan akses pembiayaan;
(3) Kapabilitas pengembangan ekonomi meningkat; (4) Pesantren menjadi subyek
92
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
pengembangan usaha; (5) Terdapat dokumentasi kelebihan setiap pesantren (repository
knowledge); dan (6) Pesantren berjemaah melalui holding pesantren.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung bekerjasama dengan Pusat Inkubator
Bisnis – Politeknik Negeri Lampung (PIB Polinela) pada tahun 2020 mengimplementasikan
Program Kemandirian Ekonomi Pesantren dengan melakukan pendampingan kepada 4 (empat)
pondok pesantren, yaitu: 1. Pondok Pesantren Roudlotussolihin, Kab.Lampung Tengah - unit usaha perikanan;
2. Pondok Pesantren Wali Songo, Kab.Lampung Tengah - usaha perikanan;
3. Pondok Pesantren Darul Islah, Kab.Tulang Bawang - unit usaha peternakan unggas; dan
4. Pondok Pesantren Minhadul Ulum, Kab.Pesawaran - unit usaha pertanian tanaman
hortikultura (labu madu).
Pondok pesantren Roudlatussolihin berlokasi di Kampung Purwosari, Kec. Padang Ratu,
Kab. Lampung Tengah. Berdasarkan pemetaan dan survei yang dilakukan, Pondok Pesantren
tersebut memiliki potensi perikanan yang didukung oleh ketersediaan air yang melimpah, kolam
ikan yang berfungsi baik, dan sumber daya manusia produktif yang memiliki pengalaman
berusaha tani perikanan, serta telah terbentuknya kelembagaan koperasi primer aktif dan
memiliki jejaring bisnis. Guna pengembangan usaha pesantren, maka perlu dilakukan
pendampingan dan pelatihan perikanan dengan teknologi aquaponik (floating).
Konsep pelatihan aquaponik adalah mengintegrasikan antara perikanan dan tanaman
sayuran. Sayuran kangkung ditanam di atas kolam dengan menggunakan media terapung.
Keunggulannya adalah penanaman sayuran (antara lain kangkung) tidak membutuhkan areal
lahan tanam, bahkan tidak perlu lagi dipupuk, dikarenakan tanaman sayuran telah memperoleh
nutrisi dari air kolam ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele, dengan
mempertimbangkan waktu yang singkat untuk budidaya (3 bulan). Selain itu, kotoran ikan lele
juga mengandung nutrisi tanaman yang relatif banyak. Selain ikan lele, jenis ikan lain yang dapat
dibudidayakan adalah ikan gurami, namun membutuhkan waktu tunggu yang cukup lama (10
bulan).
93
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Gambar 2. Model Bisnis Teknologi Perikanan Aquaponik di Pondok Pesantren Roudlatussolihin
Adapun tahapan pendampingan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Lampung kepada Pondok Pesantren Roudlatussolihin adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan peningkatan nilai tambah budidaya perikanan aquaponik yang dilaksanakan pada
tanggal 16 Oktober 2020. Selain meningkatkan pengetahuan santri dalam berwirausaha
bidang perikanan, dengan praktek pelatihan diharapkan dapat menciptakan kemandirian
pesantren. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pelatihan ini, Pondok Pesantren
Roudlatussolihin yang memiliki unit usaha bidang perikanan menerapkan teknis budidaya
perikanan dengan sistem aquaponik.
2. Pendampingan teknis pemberian pakan ikan diselenggarakan pada November 2020. Tingkat
kematian (survival rate) saat dilaksanakan pendampingan adalah 0%. Hal ini dibuktikan dari
hasil penyisiran ikan di kolam yang menunjukkan tidak terdapat bangkai ikan lele. Bersamaan
dengan pendampingan tersebut, dilakukan panen tanaman kangkung dengan hasil panen
pertama sejumlah 43 ikat. Kemudian panen kedua dilakukan 2 minggu kemudian.
3. Monitoring pemberian pakan apakah telah sesuai dengan SOP dan memastikan sanitasi air
kolam dalam kondisi baik, dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2020 .
4. Pendampingan pra panen perikanan aquaponik dilakukan secara virtual pada tanggal 6
Desember 2020. Pendampingan ini bertujuan agar pesantren mengetahui teknis pelaksanaan
dan menyiapkan alat dan bahan panen.
5. Panen perdana perikanan aquaponik dilaksanakan tanggal 13 Desember 2020. Kegiatan
dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Bp. Budiharto Setyawan
beserta anggota Komite IV DPD RI yaitu Bp.Abdul Hakim dan tim.
94
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Gambar 3.
Penebaran Bibit Ikan dan Media Aquaponik Gambar 4.
Pembuatan Media Tanam Aquaponik
Tahapan produksi yang diterapkan di Pondok Pesantren Roudlatussolihin :
a) Penyiapan kolam ikan ukuran 6 x 12 meter;
b) Pengurasan kolam dan penetralan kadar asam (pH) air dengan memberikan kapur pertanian
sejumlah 1 sak;
c) Pengaplikasian pupuk kompos; d) Pengisian air bersih pada kolam;
e) Pembuatan media tanam aquaponik dan penanaman di wadah aquaponik. Selanjutnya
dilakukan penebaran bibit ikan lele dan peletakkan media tanam aquaponik;
f) Pemberian pakan rutin dilakukan setiap pagi, sore, dan malam;
g) Panen kangkung dapat mulai dilakukan 3 minggu setelah tanam dan dapat dipanen per 2
minggu;
h) Panen ikan dilakukan setelah 2 s.d. 3 bulan tergantung bobot ikan lele.
Pakan yang digunakan tercatat sebanyak 200 kg, sehingga ideal panen ikan lele adalah
200 kg. Namun lebih dari itu, ternyata volume real hasil panen ikan lele mampu mencapai 234
kg. Hal ini menunjukan bahwa hasil budidaya mampu melampaui target. Sementara itu, hasil
panen kangkung selama budidaya ikan lele sebanyak 181 ikat. Hasil panen ikan lele dan
kangkung dijual kepada pengurus pondok pesantren dengan harga jual kangkung Rp2.000/ikat
dan ikan lele Rp20.000/kilogram. Dengan demikian, total penerimaan pesantren dari unit usaha
perikanan adalah sebesar Rp4.835.000 atau Revenue Cost Ratio1 sebesar 1,67.
Secara umum pendapatan/penerimaan usaha aquaponik jika dilihat dari sekali panen
masih cenderung kecil. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya investasi pembuatan media tanam
terapung yang terbuat dari pipa PVC. Meskipun demikian, media tanam tersebut dapat
dipergunakan kembali untuk tahapan budidaya berikutnya. Adapun biaya media tanam
kangkung yang kuat dan tahan lama untuk luasan kolam 6x12m adalah sebesar Rp850.000,
dengan umur ekonomis investasi mencapai 3 hingga 5 tahun. Selain itu, terdapat juga biaya
1 Revenue Cost Ratio adalah jumlah ratio yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif yang akan diperoleh dari sebuah proyek/usaha. Proyek akan dikatakan layak untuk dijalankan jika nilai R/C yang diperoleh lebih besar daripada 1. Hal ini dapat terjadi jika nilai R/C semakin tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh sebuah proyek/usaha akan menjadi lebih tinggi.
R/C ratio = Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
Penerimaan
95
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
variabel atau biaya rutin yang harus. Untuk penebaran benih ikan kembali sebanyak 2.000 ekor,
membutuhkan biaya variabel sebesar Rp2.785.000. Dengan demikian, total biaya usaha
aquaponik ini selama 1 tahun (3 kali tebar) adalah sebesar Rp4.835.000.
Penerimaan usaha perikanan bervariasi dikarenakan produk yang dihasilkan terdiri dari 2
komoditas yaitu kangkung dan ikan lele. Berdasarkan hasil analisa ekonomi usaha, keuntungan
yang diperoleh Pondok Pesantren Roudlatussolihin cenderung kecil. Hal ini dikarenakan jumlah
benih ikan yang ditebar masih kurang dari jumlah ideal, mengingat terbatasnya luasan kolam
ikan lele yang tersedia akibat keterbatasan modal. Kegiatan yang dilakukan masih merupakan
demplot/uji coba kemampuan pesantren dalam menerapkan teknologi aquaponik. Apabila
pondok pesantren mampu meningkatkan skala ekonomi penambahan tebar benih ikan dan
tanaman kangkung, maka keuntungan usaha pun akan bertambah.
Gambar 5. Panen Perdana yang dihadiri Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung dan Anggota Komisi
IV DPD RI
Adapun kondisi ideal yang sebaiknya dilakukan adalah tebar ikan lele sebanyak 9.000
ekor pada luasan kolam 6 x 12 meter, sehingga jumah produksi ikan lele dapat mencapai
Rp62.400.000/tahun dengan keuntungan sebesar Rp18.160.000/tahun. Perbandingan analisis
ekonomi antara kondisi ideal dengan yang diterapkan di Pondok Pesantren Roudlatussolihin
sebagaimana pada tabel 6 dan 7.
Penerapan model bisnis perikanan aquaponik di PP Roudlatussolihin masih belum
dilakukan secara optimal/ideal yang disebabkan oleh beberapa kendala berikut:
a) Keterbatasan modal usaha pondok pesantren, sehingga kegiatan praktik yang dilakukan
menggunakan modal sebesar Rp4.000.000 per periode tebar atau Rp9.205.000/tahun (3 kali
tebar). Sementara kondisi ideal, biaya budidaya adalah sebesar Rp14.840.000 per periode
tebar atau Rp38.840.000/tahun (3 kali tebar);
b) Teknologi aquaponik merupakan ilmu baru bagi pondok pesantren, sehingga membutuhkan
bimbingan teknis agar hasil produksi optimal;
c) Terbatasnya hasil produksi, sehingga hasil panen hanya dapat memenuhi kebutuhan
pesantren, yaitu dibeli oleh pihak pesantren untuk konsumsi santri.
Adapun dampak/manfaat dari penerapan teknologi produksi perikanan aquaponik di
Pondok Pesantren Roudlatussolihin adalah:
a) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus pesantren dan santri, terutama dalam
budidaya ikan lele yang dimulai dari penyiapan kolam, proses budidaya, hingga panen;
96
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
b) Menjadi peluang unit usaha/bisnis baru bagi pesantren, yaitu produksi ikan lele dan sayuran
kangkung. Sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, pesantren membeli di
pasar.
c) Hasil penjualan ikan dan kangkung menjadi tambahan pendapatan usaha koperasi pondok
pesantren (Koperasi Al Fata).
Selanjutnya, rencana pengembangan unit usaha Pondok Pesantren Roudlatussolihin
adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan teknologi budidaya perikanan aquaponik dengan jenis ikan gurame;
b) Pembentukkan unit produksi pakan ikan organik, sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi
oleh internal pesantren;
c) Pembentukkan unit produksi olahan ikan dan sayuran organik (ikan asap dan fillet ikan
frozen).
Melalui kegiatan pengembangan kemandirian usaha Pondok Pesantren Roudlatussolihin
ini, diharapkan dapat menjadi model percontohan bagi pondok pesantren lainnya, sehingga
kemandirian usaha pondok pesantren di Provinsi Lampung dapat semakin berkembang dalam
rangka mewujudkan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Provinsi Lampung.
97
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Sejalan dengan pola historisnya dalam beberapa tahun ke belakang, alirang uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp0,79 triliun. Adapun kondisi ini seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat khususnya menjelang akhir tahun. Meski demikian, tekanan outflow yang terjadi pada periode laporan terpantau tidak lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari pertumbuhannya yang tercatat terkontraksi sebesar -5,30% (yoy). Kondisi tersebut tidak terlepas dari kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi sejak bulan Maret 2020.
Sejalan dengan kondisi tersebut, transaksi pembayaran melalui sistem pembayaran Bank Indonesia baik yang melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maupun Real Time Gross Settlement (RTGS) keduanya mencatatkan perbaikan pertumbuhan pada triwulan IV 2020. Hal tersebut antara lain juga ditopang oleh kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan biaya transaksi SKNBI yang berlaku mulai 1 April hingga 31 Desember 2020. Adapun biaya kliring dari nasabah ke bank diturunkan dari semula maksimum Rp 3.500 menjadi Rp 2.900, sementara biaya transfer kliring dari perbankan ke BI diturunkan dari semula Rp 600 menjadi Rp 1.
Selanjutnya, di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlanjut hingga saat ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung juga terus mendorong penggunaan transaksi non tunai. Hal ini juga sebagai salah satu bentuk upaya untuk mencegah penyebaran virus yang lebih luas lagi. Adapun dalam perkembangannya, diketahui bahwa preferensi penggunaan non tunai dalam bertransaksi semakin meningkat di Provinsi Lampung. Kondisi ini tercermin dari terus meningkatnya transaksi belanja online, serta persentase pangsa penggunaan uang elektronik pada transportasi online yang jauh meningkat dibandingkan kondisinya dalam 3 tahun ke belakang.
98
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Tunai
Pemantauan transaksi sistem pembayaran tunai dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain
jumlah aliran uang masuk dari Perbankan ke Bank Indonesia (inflow), jumlah aliran uang keluar dari
Bank Indonesia ke Perbankan (outflow), termasuk dukungan penyediaan Uang Layak Edar (ULE)
kepada masyarakat luas melalui berbagai kegiatan, seperti penukaran uang melalui Bank Indonesia,
Kas Keliling, dan Kas Titipan.
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Aliran uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 tercatat mengalami net outflow sebesar
Rp0,79 triliun, lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami net outflow
Rp0,28 triliun (Grafik 5.1). Adapun kondisi tersebut sejalan dengan meningkatnya aktivitas
perekonomian di akhir tahun, khususnya pada saat periode hari raya Natal dan liburan akhir tahun.
Meski tercatat net outflow, jika dilihat secara lebih rinci, tekanan outflow pada periode laporan masih
tidak lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercermin dari
pertumbuhannya yang terkontraksi sebesar -5,30% (yoy) (Grafik 5.2). Kondisi ini tentunya sebagai
dampak dari kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan di tengah pandemi yang
terjadi.
Adapun meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat di atas terpantau sejalan dengan
perkembangan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang pada triwulan IV 2020 tumbuh lebih
baik dibandingkan triwulan sebelumnya meski masih terkontraksi, yakni sebesar -2,26% (yoy).
Sementara itu, hasil yang konsisten juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit di Provinsi Lampung
(lokasi bank), yang pada periode laporan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (Grafik 5.4).
Grafik 5. 1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Triwulanan
Grafik 5. 2 Aliran Uang Kartal Inflow Grafik 5. 3 Aliran Uang Kartal Outflow
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
99
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sama halnya dengan kondisi di Provinsi Lampung, secara spasial seluruh Provinsi di wilayah Sumatera
juga mengalami net outflow pada triwulan IV 2020. Net outflow terbesar ada di Provinsi Sumatera
Utara dengan nominal sebesar Rp8,00 triliun dan diikuti oleh Provinsi Riau sebesar Rp5,61 triliun.
Adapun total net outflow yang terjadi di Sumatera tercatat sebesar Rp29,75 triliun, lebih besar
dibandingkan triwulan III 2020 yang juga tercatat net outflow sebesar Rp7,66 triliun (Tabel 5.1).
5.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Dalam melaksanakan tugasnya di bidang Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia melakukan
pengedaran uang ke berbagai daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yakni tersedia dalam
jumlah yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan tentunya dalam kondisi yang layak
edar.
Sebagai strategi untuk memenuhi kebutuhan uang kartal yang layak edar (clean money policy) tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung secara berkala melaksanakan layanan
penukaran Uang Tidak Layak Edar (UTLE) baik secara langsung melalui loket penukaran kantor Bank
Indonesia dan kas keliling, serta bersinergi dengan Perbankan untuk turut menerima penukaran uang.
Selain itu, untuk terus meningkatkan kualitasnya (soil level), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Lampung juga secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE).
Pada triwulan IV 2020 penukaran uang melalui Bank Indonesia tercatat sebesar Rp7,91 miliar, lebih
tinggi dibandingkan dengan nominal penukaran pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp6,86
miliar sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian di akhir tahun (Grafik 5.5). Selanjutnya,
untuk memaksimalkan penukaran uang terutama di daerah terpencil, penukaran juga dilakukan
melalui kas titipan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung saat ini memiliki 1 (satu) Kas
Grafik 5. 4 Pertumbuhan Ekonomi & Konsumsi RT Provinsi Lampung
Tabel 5. 1 Aliran Uang Spasial
Sumber : Bank Indonesia & BPS
Sumber : Bank Indonesia
Inflow Outflow Netflow Inflow Outflow Netflow
Aceh 1,26 3,05 (1,79) 0,88 4,22 (3,34)
Sumatera Utara 7,82 8,54 (0,72) 7,17 15,17 (8,00)
Riau 1,77 4,39 (2,62) 1,31 6,92 (5,61)
Kep. Riau 1,52 1,66 (0,14) 1,20 2,96 (1,76)
Jambi 1,15 1,93 (0,79) 0,94 3,64 (2,69)
Sumatera Barat 2,50 1,56 0,94 2,00 2,91 (0,91)
Bengkulu 1,14 1,67 (0,53) 0,79 2,15 (1,36)
Sumatera Selatan 2,88 4,31 (1,43) 2,11 6,08 (3,98)
Kep. Babel 0,46 0,75 (0,29) 0,25 1,56 (1,31)
Lampung 3,36 3,64 (0,28) 2,74 3,53 (0,79)
Sumatera 23,85 31,51 (7,66) 19,40 49,15 (29,75)
ProvinsiTw III 2020 Tw IV 2021
100
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Titipan yang berada di Liwa (Kabupaten Lampung Barat) dengan dikelola oleh Bank BRI KC Liwa. Kas
Titipan Liwa memiliki Bank Peserta yang terdiri dari Bank BNI, Bank Mandiri, BSM, dan BPD Lampung
KC Liwa. Selama triwulan IV 2020, nominal kas titipan tercatat sebesar Rp269 miliar (Grafik 5.6). Di
sisi lain, penukaran uang melalui kegiatan kas keliling pada triwulan IV 2020 masih belum dapat
dilakukan sejalan dengan komitmen Bank Indonesia untuk memitigasi penyebaran virus Covid-19
yang lebih luas lagi melalui penundaan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengumpulkan masyarakat
dalam jumlah yang banyak (Grafik 5.7). Adapun kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar Rp896 miliar atau 32,65% terhadap total inflow (Grafik 5.8).
5.1.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu
Pada triwulan IV 2020, terdapat temuan uang palsu sebanyak 683 lembar di Provinsi Lampung (Grafik
5.9). Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan temuan uang palsu pada triwulan sebelumnya
yang sebanyak 605 lembar. Sebagai informasi, pada triwulan II 2020 Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Lampung meniadakan/menutup layanan klarifikasi uang rupiah yang diragukan
keasliannya untuk sementara waktu sejalan dengan kebijakan untuk memitigasi penyebaran Covid-
19.
Selanjutnya, berdasarkan komposisinya temuan uang palsu pada triwulan IV 2020 masih didominasi
oleh Uang Pecahan Besar (UPB), yakni uang kertas pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 dengan pangsa
keduanya sebesar 291 lembar (42,61%) dan 378 lembar (55,34%) (Grafik 5.10). Sementara itu,
temuan uang palsu lainnya pada periode laporan terdiri dari Rp20.000 sebanyak 2 lembar, Rp10.000
sebanyak 2 lembar, dan Rp5.000 sebanyak 10 lembar.
Grafik 5. 5 Penukaran Uang Melalui BI Grafik 5. 6 Kas Titipan
Grafik 5.8 Perkembangan Pemusnahan UTLE
Grafik 5.7 Kas Keliling
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
101
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Adapun berdasarkan trennya, temuan uang palsu di Provinsi Lampung sudah jauh menurun
dibandingkan dengan rata-ratanya dalam 8 tahun terakhir yang mencapai ±1.000 lembar. Kondisi ini
tentunya tidak terlepas dari kontinuitas kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah (CIKUR) yang
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap uang palsu. Selain itu, sinergi juga dilakukan dengan Perbankan dan pihak
aparatur hukum sebagai upaya untuk terus menurunkan tindak kejahatan uang palsu khususnya di
Provinsi Lampung.
5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Bank Indonesia
Sejalan dengan perkembangan aliran uang kartal, transaksi pembayaran melalui sistem pembayaran
Bank Indonesia baik yang melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maupun Real Time Gross Settlement (RTGS) keduanya mencatatkan perbaikan pertumbuhan pada triwulan IV 2020.
Perkembangan positif tersebut tentunya ditopang oleh pola seasonal-nya, dimana terdapat
peningkatan aktivitas ekonomi khususnya menjelang akhir tahun. Sama halnya dengan aliran outflow,
meski transaksi melalu sistem pembayaran Bank Indonesia meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya, secara tahunan pertumbuhannya masih tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2019.
Kondisi ini sejalan dengan perekonomian yang masih dalam tahap recovery pasca pandemi Covid-19
yang melanda Indonesia sejak Maret 2020.
Mengacu pada Grafik 5.11, diketahui bahwa transaksi pembayaran melalui SKNBI tercatat tumbuh
sebesar -12,03% (yoy). Meski masih terkontraksi, pertumbuhan tersebut terpantau lebih baik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam. Membaiknya transaksi tersebut
ditopang oleh baik kliring kredit maupun kliring kredit yang keduanya juga tumbuh membaik sebesar
-8,61% (yoy) dan -16,90% (yoy).
Grafik 5.10 Pecahan Uang Palsu Grafik 5.9 Temuan Uang Palsu
Grafik 5.11 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi RTGS
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
102
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sejalan dengan SKNBI, transaksi pembayaran melalui RTGS juga tercatat mengalami perbaikan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meskipun masih terkontraksi. Nilai transaksi RTGS pada
triwulan IV 2020 tercatat sebesar Rp23.106 triliun atau tumbuh sebesar -20,56% (yoy), membaik
dibandingkan triwulan III 2020 yang juga terkontraksi sebesar -37,88% (yoy) (Grafik 5.12).
Di tengah pandemi yang terjadi selama tahun 2020, Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan
untuk menurunkan biaya transaksi SKNBI guna mendorong penggunaan pembayaran non tunai
sebagai upaya mitigasi penyebaran virus Covid-19. Biaya transfer dana sistem kliring nasional dari
nasabah ke bank atau juga sering disebut Lalu Lintas Giro (LLG) diturunkan dari semula maksimum Rp
3.500 menjadi Rp 2.900 dan biaya transfer kliring dari perbankan ke BI diturunkan dari semula Rp
600 menjadi Rp 1. Penurunan biaya transaksi tersebut berlaku mulai 1 April hingga 31 Desember
2020. Adapun sebagai catatan, sejak tahun 2016 perkembangan transaksi SKNBI berada pada area
pertumbuhan negatif. Hal ini ditengarai seiring dengan semakin berkembangnya digitalisasi sistem
pembayaran yang memberikan kemudahan dan lebih banyaknya pilihan channel pembayaran kepada
masyarakat luas.
5.3. Perkembangan Transaksi APMK dan Uang Elektronik
Bank Indonesia sebagai otoritas di bidang sistem pembayaran memiliki tugas untuk mewujudkan
sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar serta mendorong sistem keuangan nasional bekerja
secara efektif dan efisien. Elektronifikasi merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut
guna mengubah mindset masyarakat dalam bertransaksi dari tunai menjadi non tunai. Elektronifikasi
diharapkan dapat memperpendek proses transaksi dan mempermudah masyarakat dalam melakukan
pembayaran. Selain untuk meningkatkan inklusivitas keuangan, elektronifikasi juga ditujukan sebagai
solusi masyarakat aman dalam bertransaksi di tengah masih berlanjutnya pandemi Covid-19.
Penggunaan kartu ATM/debit, kartu kredit, uang elektronik, termasuk pembayaran berbasis QR code
(QRIS) di Provinsi Lampung terus mengalami perkembangan positif sebagai wujud dari perubahan
mindset masyarakat dalam bertransaksi keuangan. Sebagai salah satu indikator, kondisi tersebut
terlihat dari pangsa penggunaan kartu ATM/debit yang pada tahun 2020 penggunaannya untuk
penarikan tunai tercatat sedikit menurun, yakni dari 39,74% di tahun sebelumnya menjadi sebesar
39,45% (Grafik 5.13). Peningkatan pangsa terutama berasal dari transaksi antarbank. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam bertransaksi, masyarakat Provinsi Lampung sudah lebih mengedepankan
pemilihan metode non tunai. Sejalan dengan hal tersebut, indikator penggunaan kartu kredit juga
menunjukkan hasil yang konsisten. Pada tahun 2020 pangsa penggunaan kartu kredit untuk transaksi
online tercatat meningkat dari 14,99% menjadi 18,77% (Grafik 5.14). Selain ditopang oleh mindset masyarakat Provinsi Lampung yang saat ini mulai beralih ke arah non tunai, hal tersebut juga tidak
terlepas dari dorongan kondisi pandemi yang mengharuskan masyarakat untuk dapat tetap
bertransaksi di tengah mobilitas yang lebih terbatas.
Grafik 5.13 Pangsa Jenis Transaksi
Kartu ATM/Debit
Grafik 5.14 Pangsa Jenis Transaksi Kartu Kredit
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
103
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Selanjutnya, sebagaimana pola seasonalnya di akhir tahun, peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat
juga tercermin pada penggunaan transaksi kartu ATM/Debit maupun kredit. Rata-rata triwulanan
nominal transaksi kartu ATM/Debit tercatat meningkat signifikan dari sebesar Rp11,28 triliun menjadi
Rp14,50 triliun pada triwulan IV 2020 (Grafik 5.15). Begitu pula pada nominal transaksi kartu kredit
yang rata-rata triwulanannya meningkat dari Rp72,4 miliar menjadi sebesar Rp79,1 miliar (Grafik
5.16).
Di tengah masih berlanjutnya kondisi pandemi Covid-19, opsi penggunaan transaksi secara non tunai
semakin menjadi pilihan utama bagi masyarakat di Provinsi Lampung. Adapun kondisi tersebut
tercermin dari perkembangan nominal transaksi uang elektronik (Grafk 5.17) dan perkembangan
transaksi e-commerce (Grafik 5.18) yang terus meningkat dan bahkan mencapai posisi tertingginya
pada bulan Desember 2020, dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Selain itu,
pergeseran mindset penggunaan transaksi non tunai ke arah yang lebih baik di Provinsi Lampung juga
terlihat dari pangsa antara penggunaan tunai dan e-money, khususnya pada transaksi transportasi
online. Diketahui bahwa pangsa penggunaan e-money pada tahun 2017 pangsanya hanya sebesar
23,71%, sementara pada tahun 2020 pangsanya jauh meningkat hingga 39,02% (Grafik 5.19).
Grafik 5.15 Perkembangan Nominal Transaksi Kartu ATM/Debit
Grafik 5.16 Perkembangan Nominal Transaksi Kartu Kredit
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.17 Perkembangan Nominal
Transaksi Uang Elektronik
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.18 Perkembangan Transaksi E-Commerce
Grafik 5.19 Pangsa Metode Pembayaran Transaksi E-Commerce
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.19 Pangsa Metode Pembayaran Transportasi Online
Sumber : Bank Indonesia
104
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Guna mendukung penerapan elektronifikasi di Provinsi Lampung, Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas
Bakauheni-Terbanggi Besar (Bakter) dan Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka)
juga telah mengimplementasikan penggunaan uang elektronik Perbankan hingga hampir 100%
dalam penerimaan pembayaran di gardu tol. Adapun untuk terus mendukung peningkatan
penggunaan UE, beberapa hal yang telah dilakukan pihak pengelola, yaitu :
I. Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar
Kebijakan keharusan penggunaan uang elektronik untuk pembayaran jalan tol
Penyediaan sarana top up melalui ATM mobile bekerjasama dengan Perbankan
Pembukaan 8 rest area dari 12 rest area yang direncanakan dan penyediaan layanan ATM
mobile di rest area KM 20B (arah Bakauheni) dan KM 87A (arah Palembang)
II. Ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung
Telah dibukanya 5 rest area di ruas Terpeka
Ruas Kayu Agung dan Lampung Gibang telah 100% menerapkan pembayaran
menggunakan uang elektronik Perbankan. Meski demikian, masih terdapat kendala dari sisi
keterbatasan sinyal jaringan yang menyebabkan adanya hambatan pada penggunaan
perangkat mesin reader Perbankan.
Telah tersedianya ATM di rest area 215. Selain itu, pihak pengelola ruas Terpeka juga
berencana untuk melakukan peminjaman ATM mobile di rest area tersebut untuk dapat
digunakan sebagai media top up.
5.4. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)
Kegiatan Penukaran Valuta Asing merupakan kegiatan jual beli uang kertas asing serta pembelian cek
pelawat (Traveller’s Cheque). Kegiatan tersebut pada umumnya dilakukan oleh Perbankan maupun
badan usaha bukan bank yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, atau biasa disebut dengan
money changer. Guna mendukung terciptanya perdagangan valuta asing yang sehat dan aman bagi
masyarakat, Bank Indonesia telah mengatur tata cara perizinan dan pengawasan Kegiatan Penukaran
Valuta Asing yang dilakukan oleh Bukan Bank (KUPVA BB). Ketentuan tersebut tertuang pada
Peraturan Bank Indonesia No.18/20/PBI/2016 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.18/42/DKSP
tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank.
Adapun berdasarkan lokasinya, KUPVA BB di Provinsi Lampung (Kantor Pusat & Kantor Cabang)
tersebar di beberapa Kab/Kota dengan mayoritas ada di daerah Bandar Lampung (6), diikuti oleh
Pringsewu (2), Metro (1), Lampung Timur (1), Lampung Selatan (1), dan Lampung Tengah (1) (Grafik
5.20).
Selanjutnya, pada triwulan IV 2020 transaksi KUPVA BB di Provinsi Lampung tercatat sebesar
Rp565,81 miliar, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp382,54 miliar dan
jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp107,88 miliar (Grafik
5.21). Berdasarkan jenis transaksinya, pangsa transaksi jual pada periode laporan tercatat sebesar
50,09%, sedangkan transaksi beli sebesar 49,91%. Sementara itu, berdasarkan komposisi mata
uangnya, dapat dilihat bahwa pangsa transaksi penukaran mata uang USD pangsanya meningkat
cukup signifikan, baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama pada
tahun 2019 (Grafik 5.22). Adapun cenderung meningkatnya pangsa transaksi USD tersebut tidak
terlepas dari pergerakannya terhadap Rupiah yang mencatatkan apresiasi khususnya sejak munculnya
kondisi pandemi di bulan Maret 2020. Adapun secara tahunan, rata-rata kurs tengah USD-IDR tahun
2020 tercatat sebesar Rp14.572, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya di tahun sebelumnya
yang sebesar Rp14.146. Selain hal tersebut, peningkatan aktivitas penukaran valas di triwulan IV-2020
ditengarai juga didorong oleh periode libur akhir tahun. Berdasarkan data penerbangan internasional
di Bandara Soekarno-Hatta, jumlah penumpang keberangkatan triwulan IV meningkat cukup
signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun belum setinggi sebagaimana kondisi
normalnya.
105
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Grafik 5.20 Sebaran KUPVA BB di Provinsi Lampung
Grafik 5.21 Transaksi KUPVA BB di Provinsi Lampung
Grafik 5.22 Transaksi KUPVA BB Per Jenis Mata Uang
Grafik 5.23 Pergerakan Kurs Nilai Tukar USD-IDR
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
106
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sebagai salah satu implementasi Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 dan bagian
inisiatif Blueprint Sistem Pembayaran Indoesia 2025, Bank Indonesia telah menetapkan standar
kode Quick Response (QR) untuk pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based,
dompet elektronik, atau mobile banking, dengan nama Quick Response Code Indonesia Standard
atau disingkat QRIS pada tanggal 17 Agustus 2019.
Kode QR standard ini memungkinkan pembayaran yang menggunakan kode QR di Indonesia
dapat disatukan memakai kode tunggal, yang dihubungkan melalui Gerbang Pembayaran
Nasional (GPN). Sehingga pencatatan dan penyelesaian transaksi dapat diproses secara domestik.
Selanjutnya sejak 1 januari 2020, QRIS tersebut wajib diimplementasikan sebagai salah satu kanal
pembayaran dengan menerapkan Merchant Presented Mode (MPM) yaitu metode dimana
merchant atau pedagang menyediakan kode QR, lalu konsumen memindai kode QR tersebut.
Gambar 1. Jenis QRIS
Struk POS
EDC
Device
Lanyard Acrylic
QRIS Dinamis QRIS Dinamis
107
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Pandemi COVID-19 yang mulai menyebar ke Indonesia sejak awal tahun 2020 sampai
dengan saat ini mampu memperlambat laju perekonomian khususnya di Provinsi Lampung
namun mulai menunjukkan perbaikan di akhir tahun 2020. Perbaikan tersebut ditopang oleh
pelonggaran aktivitas dan mobilitas masyarakat, harga komoditas utama yang cenderung
menguat, dan mulai pulihnya demand global mendorong aktivitas ekspor impor. Berdasarkan
data BPS, memasuki fase adaptasi new normal, Lampung mengalami perbaikan didukung kinerja
LU pertanian, LU industri, dan LU perdagangan mendukung perbaikan sisi demand yaitu
konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan net ekspor. Secara tahunan, perekonomian Lampung
tahun 2020 terkontraksi sebesar -1,67% (yoy). Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat -1,19% (yoy), meski lebih baik dibandingkan
Nasional yakni -2,07% (yoy). Realisasi tersebut secara spasial menempatkan Lampung pada
peringkat ke-8 dari 10 provinsi di Sumatera pada tahun 2020.
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Lampung
QRIS adalah inovasi kanal pembayaran untuk mendukung ekonomi segmen retail. Adanya
wabah COVID-19 menyebabkan pergeseran interaksi antar manusia, antara lain mengurangi
intensitas pertemuan fisik, tatap muka termasuk juga meminimalkan kontak fisik dalam
bertransaksi belanja sehari-hari. Pembayaran menggunakan QRIS dapat dilakukan tanpa kontak
fisik sehingga mampu mencegah penularan virus Covid-19. Dalam perkembangannya, QRIS telah
dapat ditransaksikan tanpa tatap muka dengan pengiriman image QRIS kepada konsumen
melalui aplikasi messaging.
108
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Gambar 3. QRIS Tatap Muka dan Tanpa Tatap Muka
Dukungan dari Pemerintah terhadap digitalisasi pembayaran juga terasa juga terasa dengan
menjadikan percepatan transformasi digital sebagai upaya Pemulihan Ekonomi Nasional sebagai
dampak penyebaran COVID-19 sebagaimana arahan Presiden RI pada tanggal 3 Agustus 2020
baik di Pemerintah Pusat maupun Daerah. Digitalisasi pembayaran juga merupakan himbauan
dari Organisasi Internasional yaitu WHO yang menganjurkan agar dalam transaksi pembayaran
menggunakan contact less electronic payments atau mobile payments untuk mengurangi risiko
penyebaran virus.
Di tengah pandemi selama tahun 2020, transaksi pembayaran menggunakan uang
elektronik di Provinsi Lampung secara perlahan namun mampu menunjukkan penetrasi yang
positif. Jika dilihat se Sumatera, BI Provinsi Lampung menempati urutan ketiga terbesar setelah
Sumatera Utara dan Sumatera Selatan dalam jumlah dan nominal transaksi pembayaran uang
elektronik.
-
2.000.000
4.000.000
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
jun
Jul
Ags
t
Sep
t
Okt
No
v
Des
Volume Transaksi Uang ElektronikProvinsi Lampung
Vol Belanja Vol Transfer Vol Tarik Tunai
-
200.000
400.000
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
jun
Jul
Ags
t
Sep
t
Okt
No
v
Des
Nilai Transaksi Uang ElektronikProvinsi Lampung
Nom Belanja (Rp Ribu) Nom Transfer (Rp Ribu)
Nom Tarik Tunai (Rp Ribu)
109
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Grafik 1. Perkembangan Transaksi Uang Elektronik Provinsi Lampung
Perkembangan transaksi e-commerce di wilayah Sumatera tercatat tumbuh meningkat pada
2020 yaitu 91,16% (yoy). Hal ini sejalan dengan data google mobility report pada triwulan IV
2020, dimana mobilitas masyarakat masih menurun yang diprakirakan menyebabkan pergeseran
pola belanja masyarakat dari offline menjadi online dan perubahan pola pembayaran dari tunai
menjadi non tunai. Untuk transaksi e-commerce, transaksi penjualan/pembelian terbesar adalah
produk fashion dan personal care yang pembayarannya sebagian besar dilakukan dengan cara
transfer bank/e-money. Adapun Provinsi Lampung menempati urutan ketiga setelah Sumatera
Utara dan Sumatera Selatan di dalam pangsa pasar se Sumatera.
Grafik 2. Pangsa Pasar Spasial
Potensi lainnya adalah potensi UMKM dimana berdasarkan data Sensus BPS 2016, Provinsi
Lampung menempati urutan ketiga dengan jumlah UMKM sebesar 770.632 UMKM.
Bank Indonesia yang memiliki wewenang dalam bidang sistem pembayaran telah
menerbitkan persetujuan izin kepada 48 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) untuk
melakukan kegatan sebagai penyelenggara QRIS. Dari 48 PJSP tersebut, kurang lebih 27 PJSP
yang memiliki market atau target market merchant QRIS di wilayah Provinsi Lampung.
QRIS merupakan inovasi kanal pembayaran layaknya mesin EDC. Teknologi QRIS
memungkinkan transaksi dapat dilakukan tanpa bersentuhan secara fisik. Selain itu QRIS bukan
merupakan aplikasi melainkan salah satu fitur yang terdapat di dalam layanan mobile banking
maupun mobile payment. Standardisasi QRIS yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama
dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mampu membuat interoperabilitas dengan
mekanisme 1 QRIS dapat dibaca oleh seluruh aplikasi mobile banking maupun mobile payment
non bank milik Penerbit lainnya yang memiliki fitur pembayaran QR.
110
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Kanal pembayaran dengan menggunakan teknologi QRIS dapat diterapkan di berbagai
sektor yaitu pasar tradisional, pedagang kuliner/oleh-oleh, UMKM, komunitas lingkungan
Pemerintah Daerah, pendidikan, donasi keagamaan, Food and Beverage (F&B), pariwisata, aparat
penegak hukum, dan komunitas-komunitas seperti dharmawanita, ibu-ibu PKK, dekranasda dan
lainnya.
Pada tahun 2021 ini, Bank Indonesia baik Kantor Pusat maupun perwakilan di daerah
memilik program Flagship untuk mempercepat penetrasi QRIS sebagai kanal pembayaran yang
Cepat, Mudah, Murah, Aman dan Handal (CEMUMUAH) yaitu Program “QRIS – 12 Juta
Merchant” secara nasional.
Program “QRIS – 12 Juta Merchant” ini memiliki target pencapaian merchant QRIS di
masing-masing daerah dengan target yang berbeda-beda. Adapun Bank Indonesia Provinsi
Lampung ditargetkan pencapaian merchant QRIS sampai dengan akhir 2021 mencapai 179.200
(posisi). Sehingga apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya maka target yang harus
dicapai sampai dengan akhir tahun 2021 adalah sebanyak 92.889.
Berdasarkan data yang tercatat di Departemen Kebijakan Ssistem Pembayaran (DKSP)-Kantor
Pusat Bank Indonesia, total merchant QRIS yang ada di Provinsi Lampung posisi per akhir 2020
adalah sejumlah 86.311 merchant, yang merupakan urutan ke-16 dari 26 wilayah di Indonesia
yang telah terpenetrasi oleh kanal pembayaran QRIS. Selanjutnya update terkini per 29 Januari
2021 telah mencapai 90.612.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Merchant QRIS secara Nasional
Total merchant QRIS secara nasional sampai dengan 29 Januari 2021 berjumlah 6.011.693.
Dari total secara nasional tersebut, wilayah Lampung memiliki pangsa 1,44% yaitu sebesar
86.311 merchant.
Berdasarkan data DKSP, nilai dan volume transaksi QRIS secara nasional mencapai masing-
masing sebesar Rp979,8 Milyar dan 15,65 juta transaksi QRIS. Adapun transaksi QRIS Provinsi
Lampung baik nominal maupun volume apabila dibandingkan dengan pencapaian nasional
masing-masing memiliki pangsa 0,86% (Rp8,4 Milyar) dan 0,90% (141 ribu transaksi).
111
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Penerapan kanal pembayaran dengan menggunakan teknologi QRIS tentunya memiliki
kendala-kendala yang dirasakan dan dihadapi oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran
khususnya Penyelenggara QRIS Berizin baik Bank maupun non Bank Berdasarkan hasil pengisian
data dan informasi kepada 24 Penyelenggara QRIS berizin yang memiliki pangsa pasar di Provinsi
Lampung, sebanyak 50% diantaranya mengemukakan kendala dalam penerapan QRIS adalah
sinyal jaringan telekomunikasi yang masih kurang kuat di wilayah Provinsi Lampung.
Grafik 3. Kendala yang dihadapi dalam penerapan teknologi QRIS
Berdasarkan data DKSP, nominal dan volume transaksi QRIS tertinggi di Provinsi Lampung
berdasarkan kabupaten/kota adalah Kota Bandar Lampung sebesar 69%, kemudian diikuti oleh
Kabupaten Lampung Tengah sebesar 12%, Kabupaten Lampung Selatan sebesar 5%, dan
Kabupaten Pringsewu 3%.
Gambar 4. Grafik Pangsa Nilai dan Volume Transaksi QRIS Provinsi Lampung
Dalam pelaksanaan penerapan kanal pembayaran menggunakan QRIS, nominal dan volume
transaksi QRIS tertinggi di Provinsi Lampung berdasarkan kabupaten/kota adalah Kota Bandar
Lampung sebesar 69%, kemudian diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah sebesar 12%,
Kabupaten Lampung Selatan sebesar 5%, dan Kabupaten Pringsewu 3%.
Perluasan penggunaan QRIS dilakukan dengan 2 sasaran yaitu sisi demand yaitu pengguna
dan sisi supply yaitu pedagang, para UMKM maupun penyedia tour and travel. Terkait dengan
50%
29%
21%
Kendala yang dihadapi dalam penerapan Teknologi QRIS
Sinyal/jaringan masih kurang kuat
kurangnya pemahaman merchantakan penggunaan teknologismartphone
Preferensi masyarakat masih tunai
69%12%5
3%
3%
31%
1%
1%
1%1%
0%0%
0%
0%
0% 0%
0%
0%0%0%
Pangsa Nilai Transaksi QRIS Provinsi Lampung
Kota Bandar Lampung
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Selatan
Kab. Pringsewu
Kab. Lampung Timur
73%
10%3%2%2%
5%
1%0%1%0%0%0%0%0%
0%0%0%0% 0%0% 0%
Pangsa Volume Transaksi QRIS Provinsi Lampung
Kota Bandar Lampung
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Selatan
Kab. Pringsewu
Kab. Lampung Timur
112
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
sisi demand kami berencana melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat umum dan
tidak terkecuali di lingkungan ASN Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kota / Kabupaten, seperti
pegawai Pemda, Dharmawanita, dan komunitas-komunitas lainnya seperti komunitas bersepeda,
komunitas donasi, komunitas memasak/kuliner dan lainnya. Sedangkan dari sisi supply, kami
berencana melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pedagang pasar, pedagang kuliner khas
daerah, pedagang oleh-oleh kriya khas daerah, kesehatan, kantin-kantin di lingkungan Pemda,
Koperasi Pemda, sarana ibadah (donasi), transportasi, retribusi/pajak, pembayaran biller dan
sektor-sektor lainnya.
Sehubungan dengan rencana tersebut, dibutuhkan koordinasi secara intensif dan kerjasama
dengan Pemerintah Daerah beserta OPD-OPD dan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran baik
Bank dan non Bank. Kerjasama dilakukan melalui edukasi dan sosialisasi bersama secara massif
kepada masyarakat (dari sisi Supply) terkait awareness penggunaan QRIS dalam setiap transaksi
pembayaran dan kepada penjual/penyedia produk atau jasa (merchant) seperti pedagang pasar,
pedagang kuliner, pedagang kaki lima, UMKM, kantin-kantin, sekolah, universitas, tempat
kursus, rumah sakit, klinik, apotek, transportasi seperti armada bis, travel, kereta, penyeberangan
kapal antar pulau di kawasan wisata, komunitas-komunitas seperti komunitas lingkungan
Pemerintah Daerah, dharmawanita, komunitas sepeda, komunitas tour and travel, komunitas
apoteker, komunitas Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Lampung dan lainnya.
Perluasan penerapan QRIS sebagai salah satu kanal pembayaran di Provinsi Lampung perlu
didukung dengan sarana dan prasarana yang mampu meningkatkan dan mempercepat penetrasi
QRIS seperti penyediaan akses sinyal/jaringan telekomunikasi, berkoordinasi dengan Bank
Indonesia untuk melakukan campaign bersama, memberikan pelatihan/sosialisasi/edukasi seperti
“Kiat Sukses Usaha di Masa Pandemi” maupun “Kiat aman dan bebas dari bahaya Covid 19
dalam bertransaksi” dan bekerjasama dalam upaya meminimalisir penularan COVID-19 di Provinsi
Lampung.
113
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
6. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada Agustus 2020 secara umum cenderung
meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari 69,06% pada Agustus 2019 menjadi 70,16% per Agustus 2020. Kenaikan ini terutama didukung oleh bertambahnya serapan penduduk yang bekerja secara absolut yang mencapai 93,9 ribu pekerja (2,24%), hal tersebut mengindikasikan suplai lapangan kerja yang meningkat meskipun ekonomi pada periode laporan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2019 yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Peningkatan angkatan kerja pada periode Agustus 2020 terutama berasal dari sektor pertanian dengan penambahan persentasi angkatan kerja sebesar 4,16%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada triwulan III 2020 yang berhasil tumbuh sebesar 3,15% (yoy).
Secara sektoral, ekonomi provinsi Lampung masih ditopang oleh sektor pertanian dengan pangsa terhadap PDRB pada triwulan IV 2020 mencapai 29,90%, sektor industri pengolahan dengan pangsa 19,41% dan sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 12,70%. Searah dengan komposisi sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor pertanian sebesar 44,76% penduduk bekerja, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 18,86%. Adapun sektor industri berhasil menyerap 9,17% penduduk bekerja. Pada triwulan IV 2020 merebaknya pandemi COVID-19 berdampak langsung terhadap kondisi ketenagakerjaan dimana terdapat 655,9 ribu orang yang terdampak baik yang masih bekerja maupun yang sudah tidak bekerja.
Sementara itu, kesejahteraan pekerja yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian relatif membaik. Kondisi ini ditandai oleh perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan IV 2020 yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2020. Adapun peningkatan ini didorong terutama oleh sektor perkebunan dan hortikultura.
BAB
114
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
6.1 Ketenagakerjaan
Sampai dengan rilis Sakernas Februari 2020, penghitungan indikator ketenagakerjaan yang dilakukan
oleh BPS masih menggunakan penimbang dari proyeksi hasil Sensus Penduduk (SP 2010). Penimbang
adalah faktor pengali sampel suatu survei untuk menghasilkan estimasi populasi penduduk. Pada
tahun 2015, BPS melaksanakan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2015). Hasil SUPAS 2015
digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2045 dan mengoreksi
proyeksi hasil SP2010. Dengan adanya koreksi tersebut, maka mulai Sakernas Agustus 2020 dan
selanjutnya, penghitungan indikator akan menggunakan proyeksi hasil SUPAS 2015.
Berdasarkan data terkini kondisi ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada Agustus 2020
secara umum cenderung meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi ini tercermin dari peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari
69,06% pada Agustus 2019 menjadi 70,16% per Agustus 2020. Kenaikan ini terutama didukung
oleh bertambahnya serapan penduduk yang bekerja secara absolut yang mencapai 93,9 ribu pekerja
(2,24%). Hal tersebut mengindikasikan suplai lapangan kerja yang meningkat meskipun ekonomi
pada periode laporan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2019. Peningkatan angkatan
kerja pada periode Agustus 2020 terlihat pada peningkatan angkatan kerja di sektor pertanian dengan
penambahan persentasi angkatan kerja sebesar 4,16%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di
sektor pertanian juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada triwulan III 2020
yang berhasil tumbuh sebesar 3,15% (yoy).
Aspek lain terkait TPAK adalah sedikit berkurangnya disparitas gender di pasar tenaga
kerja, yang terindikasi dari peningkatan angka TPAK pekerja wanita dari 50,95% per
Agustus 2019 menjadi 54,13% di Agustus 2020, disisi lain TPAK pria mengalami sedikit
penurunan dari 86,24% menjadi 85,41% pada periode laporan.
Namun, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Lampung pada Agustus 2020
tercatat meningkat dibanding tahun lalu, yaitu sebesar 4,67% dari 4,03% pada tahun 2019.
Meningkatnya angka TPT merupakan salah satu tolak ukur meningkatnya permasalahan
ketenagakerjaan akibat kondisi perekonomian yang tidak stabil, terlebih di tengah pandemi COVID-
19. Meski demikian, angka ini tercatat masih berada di bawah angka TPT nasional sebesar 7,07%.
Secara jumlah, angka pengangguran terbuka di Provinsi Lampung mencapai 209,6 ribu orang, tercatat
naik sebesar 19,31% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Satu hal yang perlu juga
menjadi perhatian, bahwa angka pengangguran terbuka terpantau lebih tinggi di kawasan perkotaan
(7,58%) dibandingkan kawasan pedesaan (3,40%), seiring dengan relatif tingginya penyerapan
tenaga kerja pada sektor pertanian di pedesaan yang relatif lebih mudah diakses oleh tenaga kerja.
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 6. 1 Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung
2018 2019 2019 2020 2020
Aug Aug ∆ %YOY Aug ∆ %YOY
Penduduk Usia Kerja (15+) (ribu) 6.233,1 6.315,8 1,33% 6.399,5 1,33%
Angkatan Kerja (ribu) 4.339,3 4.361,9 0,52% 4.489,7 2,93%
Bekerja 4.163,8 4.186,2 0,54% 4.280,1 2,24%
Pengangguran 175,5 175,7 0,11% 209,6 19,31%
Bukan Angkatan Kerja (ribu) 1.893,9 1.954,0 3,17% 1.909,9 -2,26%
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % 69,62 69,06 (0,56) 70,16 1,10
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % 4,04 4,03 (0,01) 4,67 0,64
Pekerja Tidak Penuh (ribu) 2.646,1 2.515,9 -4,9% 2.362,5 -6,10%
Setengah Penganggur 387,1 362,7 -6,3% 564,3 55,6%
Pekerja Paruh Waktu 1.130,6 1.307,6 15,7% 1.353,3 3,5%
Indikator
115
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sementara jika dilihat dari sisi upah, perbaikan kondisi tenaga kerja direfleksikan oleh
membaiknya tingkat upah. Peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung tahun 2020
dibandingkan tahun sebelumnya tercatat mencapai 8,51% menjadi Rp2.432.002,00 dari
Rp2.241.269,00 pada tahun 2019. Bersamaan dengan itu, Upah Minimum Kota Bandar Lampung
juga meningkat 8,51% menjadi Rp2.653.222,00 dari Rp2.445.141,00 pada penetapan tahun 2019
(Grafik 6.1).
Di sisi lain, produktivitas tenaga kerja di periode laporan dibandingkan periode yang sama
tahun 2019 relatif mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan oleh turunnya jumlah full time
worker (jam kerja minimal 35 jam per minggu) sebesar -6,10% (yoy) dibanding Agustus 2019 atau
tercatat sebesar 2.362,5 ribu orang (55,20%). Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja paruh
waktu dan tidak memerlukan tambahan pekerjaan mengalami peningkatan sebesar 3,5% (yoy) atau
tercatat sebesar 1.192,8 ribu orang (31,62%) dari total penduduk bekerja. Adapun pada kategori
pekerja setengah penganggur dalam arti bekerja kurang dari 35 jam dan masih mengharapkan
tambahan pekerjaan dan jam kerja, tercatat mengalami peningkatan yang sangat tinggi sebesar
55,6% (yoy) atau sebesar 564,3 ribu orang.
Kemudian, dilihat dari sisi status pekerjaan utama, belum terjadi perubahan yang signifikan
pada kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Lampung dibandingkan periode sebelumnya,
dimana sektor informal terpantau masih mendominasi penyerapan tenaga kerja dengan
pangsa 72,26% (Grafik 6.2) jauh lebih tinggi dibanding sektor formal yang hanya mencapai 27,74%
dari total tenaga kerja. Dibandingkan posisi Agustus 2019, jumlah pekerja informal mengalami
peningkatan sebesar 7,87% (yoy) (Grafik 6.2). Di sisi lain, pada sektor pekerja formal tercatat
mengalami penurunan, yaitu sebesar -9,99% (yoy), dengan penurunan terbesar terjadi pada kategori
buruh/karyawan (25,09%), hal ini mengindikasikan bahwa suplai lapangan kerja di sektor formal
semakin berkurang dikarenakan ketidakpastian kondisi perekonomian yang terdampak pandemi
COVID-19
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 6. 1 Perkembangan Upah Minimum Lampung
Grafik 6. 3 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan Grafik 6. 2 Porsi Penduduk Bekerja
116
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Ditinjau dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, pada periode Agustus 2020, tercatat
bahwa mayoritas pekerja masuk kategori pendidikan rendah atau tamatan SMP ke bawah.
Sebesar 1.710,4 ribu orang (39,96%) merupakan tamatan SD dan 1.004,6 ribu orang (23,47%)
merupakan tamatan SMP. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah atau tamatan SMA umum
maupun SMK Kejuruan, tercatat masing-masing sebesar 774,1 ribu orang (18,11%) dan 413,3 ribu
orang (9,66%). Adapun untuk level pendidikan tinggi atau DI/II/III dan Universitas tercatat masing-
masing sebesar 92,9 ribu orang (2,17%) dan 283,7 ribu orang (6,63%) (Grafik 6.3). Persentase
tersebut relatif tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya, namun yang perlu menjadi
perhatian, kecenderungan kondisi pengangguran yang tercermin dari TPT mayoritas merupakan
pekerja dengan level pendidikan SMK Kejuruan (9,21%), SMA Umum (6,97%) dan Universitas
(5,51%). Sebaliknya, TPT pada pekerja level pendidikan rendah atau lulusan SMP ke bawah cenderung
rendah, yaitu sebesar 3,96% untuk lulusan SMP dan 2,64% untuk lulusan SD, demikian pula halnya
pada TPT lulusan DI/II/III tercatat lebih rendah dari TPT lulusan SMA dan SMK yaitu sebesar 5,29%. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa penyerapan tenaga kerja untuk level pendidikan SMA dan SMK di
Provinsi Lampung masih cukup rendah sejalan dengan suplai lapangan kerja di sektor formal yang
masih relatif rendah.
Secara sektoral, ekonomi Provinsi Lampung masih ditopang oleh sektor pertanian dengan
pangsa terhadap PDRB pada triwulan IV 2020 mencapai 29,90%, sektor industri pengolahan
dengan pangsa 19,41% dan sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 12,70%. Searah
dengan komposisi sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor pertanian sebesar
44,76% penduduk bekerja, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 18,86% (Grafik 6.4). Adapun
sektor industri berhasil menyerap 9,17% penduduk bekerja. Berdasarkan data realisasi kegiatan usaha
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Lampung triwulan IV 2020 secara keseluruhan
tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2020. Adapun secara sektoral peningkatan
terjadi di sektor-sektor seperti Konstruksi (9,01% SBT); Perdagangan Hotel & Restoran (8,66% SBT);
Pengangkutan & Komunikasi (3,51% SBT); Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan (2,20% SBT);
Jasa-Jasa (2,07% SBT), serta Listrik, Gas, & Air Bersih (0,18% SBT). Dampak lanjutan pandemi COVID-
19 masih dapat dirasakan oleh dunia usaha terutama di sektor-sektor seperti seperti Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (-10,54% SBT); Industri Pengolahan (-2,29% SBT); serta
Pertambangan dan Penggalian (-1,60% SBT) (Grafik 6.5).
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: SKDU KPw BI Prov. Lampung, diolah
Grafik 6. 4 Share Tenaga Kerja Grafik 6. 5 Hasil SKDU Realisasi Kegiatan Usaha Berdasarkan Sektor
117
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Dibandingkan periode yang sama tahun 2020, persentase penduduk bekerja di Lapangan
Usaha (LU) pertanian mengalami peningkatan, sejalan dengan tren pertumbuhan LU
tersebut di triwulan IV 2020 (0,28%; yoy). Di sisi lain, jumlah penduduk bekerja di LU industri
pengolahan mengalami penurunan sebesar 0,16%. Adapun LU lain yang juga mencatatkan
penurunan serapan pekerja adalah LU pengadaan listrik, gas dan air minum, Pengelolaan Sampah
(0,37%), LU transportasi, pergudangan & komunikasi (0,11%), LU konstruksi (0,06%), serta LU
penyedia akomodasi dan makan minum (0,03%). (Tabel 6.2).
Pada triwulan IV 2020 merebaknya pandemi COVID-19 berdampak langsung terhadap
kondisi ketenagakerjaan dimana terdapat 655,9 ribu orang yang terdampak, baik yang
masih bekerja maupun yang sudah tidak bekerja. Secara total dari 6.399,5 Penduduk Usia Kerja
(PUK), terdapat 10,25% orang yang terdampak COVID-19, dimana sebesar 52,6 ribu orang menjadi
pengangguran hingga akhir tahun 2020. Dari total PUK yang terdampak oleh COVID-19, sebesar
83,80% merupakan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19.
Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang dirumahkan atau di PHK sejalan dengan realisasi penggunaan
tenaga kerja pada periode triwulan IV 2020 yang tercatat menurun, yang tercermin oleh Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) yaitu sebesar -11,52%. Hal ini antara lain dilakukan perusahaan sebagai salah satu
upaya efesiensi keuangan perusahaan ditengah kondisi ekonomi yang terdampak pandemi COVID-
19.
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 6. 2 Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung
Tabel 6. 3 Penduduk yang terdampak Covid-19 di Provinsi Lampung Tahun 2020
Aug-18 Porsi Aug-19 Porsi Aug-20 Porsi %yoy
1
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan, & Perikanan; Pertambangan dan
Penggalian
1.805,30 43,36 1.727,50 41,27 1938,2 45,29 0,12
2 Industri Pengolahan 374,40 8,99 470,10 11,23 392,6 9,17 (0,16)
3Pegadaan Listrik, Gas, & Air Minum, Penglolaan
Sampah 18,00 0,43 22,60 0,54 14,2 0,33 (0,37)
4 Konstruksi 257,20 6,18 255,30 6,10 241 5,63 (0,06)
5Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor797,10 19,14 786,20 18,78 807,3 18,86 0,03
6 Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi 192,70 4,63 180,80 4,32 161,8 3,78 (0,11)
7 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 154,00 3,70 173,50 4,14 168,8 3,94 (0,03)
8Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate; Jasa
Perusahaan66,20 1,59 64,80 1,55 61,5 1,44 (0,05)
9Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib136,10 3,27 132,40 3,16 123,4 2,88 (0,07)
10 Jasa Pendidikan 165,70 3,98 196,70 4,70 180,6 4,22 (0,08)
11 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 50,80 1,22 46,50 1,11 45,5 1,06 (0,02)
12 Jasa Lainnya 146,40 3,52 129,70 3,10 145,1 3,39 0,12
202020192018Lap. Pekerjaan UtamaNo
Perkotaan Perdesaan Laki-laki Perempuan
1 Pengangguran Karena Covid-19 27,80 24,70 26,20 26,40 52,60
2 Bukan Angkatan Kerja (BAK) Karena Covid-19 4,40 8,10 1,80 10,80 12,60
3 Sementara Tidak Bekerja Karena Covid-19 20,30 20,60 19,40 21,50 40,90
4
Penduduk Bekerja yang Mengalami Pengurangan
Jam Kerja Karena Covid-19 220,50 329,10 326,10 223,60 549,70
273,00 382,50 373,50 282,30 655,80
6.399,50
TotalNo KomponenDaerah tempat Tinggal Jenis Kelamin
Total Penduduk Usia Kerja (PUK)
Total
118
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Untuk mengantisipasi potensi meningkatnya jumlah pengangguran akibat dampak COVID-
19, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung bekerja sama
untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain
melakukan pendataan/monitoring kepada perusahaan-perusahaan terdampak COVID-19 serta
menghimbau perusahaan agar sebisa mungkin tidak melakukan PHK. Selain itu Pemerintah Provinsi
Lampung turut menghimbau perusahaan untuk dapat melakukan dialog dua arah atau bipartit
dengan pekerja dan mendampingi penyelesaian kasus perselisihan dan hubungan industrial bagi
tenaga kerja yang dirumahkan/PHK. Pemerintah Provinsi Lampung mengalokasikan tambahan
anggaran untuk mengantisipasi dampak COVID-19 terhadap ketenagakerjaan, a.l. memberikan
bantuan/insentif terhadap tenaga kerja terdampak COVID-19 dalam bentuk stimulan.
6.2 Nilai Tukar Petani
Berdasarkan perhitungan tahun dasar baru yakni 2018=100 NTP, di pedesaan pada triwulan
IV 2020 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. NTP pada
triwulan IV 2020 tercatat sebesar 95,78 dari 94,29 pada triwulan III 2020, hal ini didorong oleh
peningkatan indeks yang diterima petani (It) yaitu sebesar 2,16% (qtq), sementara itu indeks yang
dibayar oleh petani (lb) tercatat tumbuh 0,57% (qtq) (Grafik 6.6). Secara sektoral, hampir seluruh
sektor mengalami peningkatan NTP pada triwulan IV 2020 dengan peningkatan terbesar terjadi pada
sektor perkebunan dan hortikultura. Sektor yang mengalami penurunan terbesar terjadi pada sektor
padi dan palawija seiring dengan turunnya harga komoditas dimaksud di Lampung akibat gangguan
produksi dan cuaca (Grafik 6.7). Secara lebih rinci, indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) di Provinsi
Lampung pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar (0,57%; qtq) menjadi
sebesar 106,38 dari 105,77 pada triwulan sebelumnya (Grafik 6.8). Sementara itu, pada triwulan IV
2020 indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Lampung juga tercatat mengalami peningkatan
sebesar 2,16% (qtq) menjadi sebesar 101,89 dari 99,74 pada triwulan sebelumnya. (Grafik 6.9).
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 6.8 Indeks yang Dibayar per Sub Sektor
Grafik 6.6 NTP Provinsi Lampung dan Komponen Penyusunnya
Grafik 6.7 NTP Per Sub Sektor
Grafik 6.9 Indeks yang Diterima per Sub Sektor
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
119
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sejalan dengan hal tersebut, bila dibandingkan dengan petani provinsi lain di Sumatera,
NTP Provinsi Lampung menempati posisi terakhir dari 10 Provinsi dan berada di bawah
Nasional yang sebesar 103,25 (Grafik 6.10). Sementara dilihat dari NTUP yang mencerminkan
pengeluaran riil petani untuk usaha taninya, tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,85% (mtm),
dengan peningkatan terbesar terjadi pada sektor perkebunan dan hortikultura masing-masing sebesar
7,00% (mtm) dan 3,12% (mtm) (Grafik 6.11).
6.3 Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin Provinsi Lampung pada September 2020 (1,09 juta jiwa) tercatat
mengalami peningkatan sebesar 4,77% (yoy) jika dibandingkan dengan periode sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebanyak 1,05 juta jiwa. Berdasarkan komposisinya, sampai dengan
September 2020, penduduk miskin di Provinsi Lampung utamanya berada di daerah pedesaan dimana
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dengan pangsa sebesar 76,24%,
sedangkan sisanya berada di daerah perkotaan.
Presentase penduduk miskin Provinsi Lampung relatif tinggi (12,76%) dan berada di atas
presentase Nasional (10,19%) (Grafik 6.12). Dari 10 (sepuluh) provinsi di Sumatera, presentase
penduduk miskin Provinsi Lampung merupakan tertinggi ke-4 setelah Provinsi Aceh (15,43%), Provinsi
Bengkulu (15,30%) dan Provinsi Sumatera Selatan (12,98%).
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 6.11 Pertumbuhan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) per Subsektor
Grafik 6.10 NTP Kota-Kota di Sumatera
Grafik 6.12 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dibandingkan Nasional
Grafik 6.13 Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan dan Pedesaan di Lampung
120
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Jumlah penduduk miskin perkotaan di Provinsi Lampung pada September 2020 mencapai 259,28
ribu jiwa, atau mengalami peningkatan sebesar 15,39% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya (224,69 ribu jiwa). Di wilayah pedesaan, jumlah penduduk miskin pada September 2020
tercatat sebanyak 831,86 ribu jiwa atau mengalami peningkatan sebesar 1,85% (yoy) dibandingkan
posisi data September 2019 yang mencapai 816,79 ribu jiwa (Grafik 6.13).
Selain dilihat dari faktor penghasilan, tingkat kemiskinan juga ditentukan oleh angka garis
kemiskinan (GK). Dilihat dari pergerakan Garis Kemiskinan pada periode September 2019
sampai dengan September 2020, GK Provinsi Lampung tercatat meningkat 5,25% menjadi
sebesar Rp457.495 per kapita/bulan pada September 2020 dibandingkan dengan September
2019 sebesar Rp 434.675 per kapita/bulan. Angka GK dipengaruhi oleh komponennya yang terdiri
dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Pergerakan
harga kelompok makanan sebagai komponen utama GKM (75,40%) dengan beras dan rokok kretek
filter sebagai komoditas kelompok makanan yang memiliki sumbangan terbesar terhadap GK di kota
maupun desa. Di perkotaan dan di pedesaan, beras memberikan sumbangan terbesar terhadap GKM,
yaitu 16,59% di perkotaan dan 22,45% di pedesaan. Selain kelompok makanan, komoditi non-
makanan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap GKM adalah perumahan, listrik, dan bensin,
sehingga perkembangan harga komoditas ini juga perlu terus dicermati. (Tabel 6.4).
Permasalahan kemiskinan juga dapat diukur dari seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan serta keragaman tingkat pengeluaran penduduk miskin.
Indikator untuk pengukuran keduanya disebut dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2). Nilai P1 Provinsi Lampung dalam satu tahun terakhir mengalami
peningkatan hingga 0,12 poin, yakni dari 1,99 pada September 2019 menjadi 2,11 pada
September 2020 (Grafik 6.14). Sementara itu, nilai P2 Provinsi Lampung dalam satu tahun terakhir
mengalami peningkatan hingga 0,13 poin, yakni dari 0,44 pada September 2019 menjadi 0,57
pada September 2020 (Grafik 6.15)
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Tabel 6. 4 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh pada GK September 2020
Sep-20 Kota Komoditi Desa
% thd. GKM % thd. GKM
Makanan 72,82 Makanan 76,82
Beras 16,59 Beras 22,45
Rokok Kretek Filter 10,65 Rokok Kretek Filter 11,36
Telur Ayam Ras 5,03 Cabe Rawit 4,49
Cabe Merah 3,23 Telur Ayam Ras 3,94
Cabe Rawit 2,76 Gula Pasir 2,91
Roti 2,57 Tempe 2,56
Gula Pasir 2,41 Bawang Merah 2,32
Daging Ayam Ras 2,17 Roti 2,28
Mie Instan 2,06 Mie Instan 2,12
Tempe 2,04 Cabe Merah 1,72
Bukan Makanan 27,18 Bukan Makanan 23,18
Perumahan 7,74 Perumahan 6,67
Listrik 3,73 Bensin 3,70
Bensin 3,02 Listrik 2,08
Pendidikan 2,41 Pendidikan 1,38
Angkutan 1,50 Kesehatan 0,88
Perlengkapan Mandi 1,21 Pakaian Jadi Anak-Anak 0,67
121
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Sementara itu, Koefisien Gini sebagai indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan
pendapatan, pada September 2020 tercatat menurun sebesar 0,011 poin dibanding September
2019 atau indeksnya menjadi 0,320 dari 0,331 pada September 2019. Sementara di level Nasional,
Koefisien Gini mengalami peningkatan sebesar 0,005 poin pada September 2020 dibandingkan
September 2019 (Grafik 6.16).
Pemerintah Provinsi Lampung telah menetapkan program Desa Berjaya yang merupakan
program bantuan keuangan yang bersumber dari APBD Provinsi, Kabupaten, Desa di
Lingkungan Provinsi Lampung dan sumber lainnya. Program Desa Berjaya sebagai upaya
untuk mengentaskan desa-desa tertinggal dengan menitikberatkan pada penanganan
masalah-masalah kemiskinan, ketertinggalan dan potensi yang ada melalui peran aktif
seluruh stakeholder provinsi dan kabupaten menuju desa-desa Lampung yang
Berjaya. Pada akhir 2019, Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan 19 desa sangat tertinggal
sebagai locus pengentasan kemiskinan Program Desa Berjaya Tahun 2019. Provinsi Lampung memiliki
2435 desa yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota. Dari jumlah tersebut berdasarkan Indeks Desa
Membangun (IDM), terdapat 19 Desa yang masih dalam kategori sangat tertinggal. Setiap desa yang
telah ditetapkan sebagai locus Program Desa Berjaya akan ditangani secara spesifik sesuai dengan
kebutuhan masing-masing berdasarkan rekomendasi dari tim yang telah melakukan observasi di
lapangan. Akan dilakukan pemetaan permasalahan menjadi dasar bagi masing-masing OPD untuk
berkoordinasi menangani permasalahan sesuai dengan kekhususan setiap OPD yang disesuaikan
dengan kebutuhan desa. Masing-masing OPD dan Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan
penanganan mulai dari pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, perekonomian, sosial
kemasyarakatan hingga pengembangan SDM. Selain itu, Pemerintah Provinsi Lampung juga
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Grafik 6.14 Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 6.15 Indeks Keparahan Kemiskinan
Grafik 6.16 Koefisien Gini Lampung dan Nasional
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah
122
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
memperhatikan pengembangan kawasan pedesaan dan melakukan inovasi-inovasi yang dibutuhkan,
demi tercapainya percepatan pembangunan wilayah pedesaan untuk pengentasan kemiskinan.
Jenis dana Bansos Pemerintah Pusat tahun 2020 yang diterima Provinsi Lampung terdiri
dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang maksimal diberikan kepada 4 orang per
keluarga, serta bantuan sembako. Sebelum pandemi COVID-19, penyaluran PKH dilakukan
4 (empat) kali per tahun (Januari, April, Juli, dan Oktober). Namun sejak April 2020,
dilakukan satu bulan sekali, bahkan penyaluran untuk April, Mei, Juni disalurkan 2 kali
dalam sebulan. Besaran penerima manfaat PKH per tahun untuk ibu hamil Rp3 juta, usia dini Rp3
juta, SD Rp1,1 juta, SMP Rp1,9 juta, SMA Rp2,5 juta, lansia Rp3 juta, disabilitas Rp3 juta. Kemudian,
bantuan sembako, nominal bantuanya dinaikkan dari Rp150 ribu/bulan Januari dan Februari, menjadi
Rp200 ribu/bulan pada Maret hingga Desember 2020. Bahan pokok yang diterima oleh Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) yakni 10 kg beras (kualitas premium) beras dan telur. Pada tahun 2020,
bantuan sembako diperkaya dengan jenis karbohidrat lain berupa protein nabati, sayuran atau buah.
Selanjutnya pada tahun 2020 juga telah disalurkan Kartu Prakerja, dengan nominal Rp3,55
juta/orang yang terdiri dari biaya pelatihan yang dipilih peserta sebesar Rp1 juta, uang
insentif Rp2,4 juta yang diangsur Rp600 ribu/bulan selama 4 bulan, biaya survei sebagai
bahan evaluasi program yakni Rp150 ribu. Selain itu, selama masa pandemi juga terdapat
Bantuan Langsung Tunai (BLT) reguler bagi keluarga yang belum terima PKH, bantuan sembako, dan
Kartu Prakerja sebesar Rp600 ribu/bulan selama 3 bulan, serta BLT dana desa bagi keluarga yang
belum terima PKH, bantuan sembako, dan Kartu Prakerja. Nominal Rp600 ribu/bulan selama 3 bulan
yang diambil dari Dana Desa. Bantuan khusus dari alokasi Dana Desa ini ditujukan kepada keluarga
miskin/prasejahtera, belum terdata di program-program bantuan sosial pemerintah dan memiliki
anggota keluarga yang rentan sakit atau memiliki penyakit kronis.
Pada triwulan IV 2020, realisasi penyaluran PKH mencapai 471.520 KPM atau sebesar 100%,
dengan nilai nominal mencapai 355.294 juta. Nilai penyaluran KPM untuk periode ini
mengalami peningkatan dibandingkan periode September 2020. Peningkatan KPM didorong
oleh pelemahan ekonomi akibat dampak merebaknya pandemi COVID-19. Adapun untuk persentase
penyerapan hampir mencapai 98,32% dari penyaluran (Tabel 6.5).
Sementara terkait bantuan pangan, realisasi penyerapan per Desember 2020 mencapai
730.100 KPM atau 92,75% dengan total nominal sebesar 1.457.707 juta. Bantuan program
sembako disalurkan kepada seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung, dengan kabupaten/kota
penerima penyaluran terbanyak yaitu yaitu Kab. Lampung Tengah (108.747 KPM), Kab. Lampung
Timur (103.733 KPM) dan Kab. Lampung Selatan (94.358 KPM). Berdasarkan data per Desember
PROVINSI - KOTA/KAB Penyaluran
(Jml KPM)
Penyaluran
(Nominal)
% Penyaluran (Jml
KPM)
% Penyaluran
(Nominal)
Penyerapan
(Jml KPM)
% Penyerapan
(Jml KPM)
LAMPUNG 471.520 355.293.675.000 100,00% 100,00% 463.599 98,32%
KOTA BANDAR LAMPUNG 39.162 29.681.000.000 100,00% 100,00% 38.002 97,04%
KOTA METRO 4.120 2.963.525.000 100,00% 100,00% 4.113 99,83%
LAMPUNG BARAT 17.679 12.984.175.000 99,99% 99,99% 16.963 95,95%
LAMPUNG SELATAN 56.012 41.705.925.000 100,00% 100,00% 55.077 98,33%
LAMPUNG TENGAH 71.576 52.896.950.000 100,00% 100,00% 70.997 99,19%
LAMPUNG TIMUR 68.156 49.274.975.000 100,00% 100,00% 67.125 98,49%
LAMPUNG UTARA 50.713 39.143.000.000 100,00% 100,00% 50.061 98,71%
MESUJI 10.144 7.054.175.000 100,00% 100,00% 9.982 98,40%
PESAWARAN 32.283 25.177.525.000 100,00% 100,00% 31.827 98,59%
PESISIR BARAT 10.826 10.031.025.000 100,00% 100,00% 10.744 99,24%
PRINGSEWU 19.569 14.145.775.000 100,00% 100,00% 19.375 99,01%
TANGGAMUS 39.869 31.470.800.000 100,00% 100,00% 39.309 98,60%
TULANG BAWANG BARAT 12.472 9.428.075.000 100,00% 100,00% 11.950 95,81%
TULANGBAWANG 15.690 11.544.875.000 100,00% 100,00% 15.184 96,78%
WAY KANAN 23.249 17.791.875.000 100,00% 100,00% 22.890 98,46%
Sumber: HIMBARA, diolah
Tabel 6. 5 Penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) Triwulan IV 2020
123
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
2020, dari total yang telah disalurkan, total nominal yang diserap oleh penerima bantuan sebesar
88,22%. (Tabel 6.6).
Jml KPM Nominal Rp Jml KPM % Jml KPM Nominal Rp % Nominal Jml KPM % Jml KPM Nominal Rp % Nominal
Kab Lampung Selatan BRI 94.364 18.872.800.000 94.358 99,99% 18.871.600.000 99,99% 92.863 98,42% 180.711.619.059 85,16%
Kab Lampung Tengah BRI 108.751 21.750.200.000 108.747 100,00% 21.749.400.000 100,00% 111.482 102,52% 229.433.524.812 89,59%
Kab Pesisir Barat BRI 18.302 3.660.400.000 18.302 100,00% 3.660.400.000 100,00% 18.646 101,88% 36.034.650.000 88,98%
Kab Pringsewu BRI 33.443 6.688.600.000 33.443 100,00% 6.688.600.000 100,00% 33.150 99,12% 67.023.258.542 92,87%
Kota Bandar Lampung BRI 65.551 13.110.200.000 65.452 99,85% 13.090.400.000 99,85% 63.587 97,15% 121.617.254.151 86,82%
Kota Metro BRI 7.532 1.506.400.000 7.532 100,00% 1.506.400.000 100,00% 7.395 98,18% 15.306.404.875 94,16%
Lampung Barat MANDIRI 31.074 6.214.800.000 31.074 100,00% 6.214.800.000 100,00% 26.183 84,26% 52.801.935.874 83,92%
Lampung Timur MANDIRI 103.733 20.746.600.000 103.733 100,00% 20.746.600.000 100,00% 94.674 91,27% 195.784.370.905 88,81%
Lampung Utara MANDIRI 74.947 14.989.400.000 74.947 100,00% 14.989.400.000 100,00% 68.652 91,60% 141.644.761.630 90,63%
Mesuji MANDIRI 19.586 3.917.200.000 19.586 100,00% 3.917.200.000 100,00% 17.293 88,29% 33.447.487.198 87,78%
Pesawaran MANDIRI 59.393 11.878.600.000 59.393 100,00% 11.878.600.000 100,00% 49.573 83,47% 96.316.495.455 83,04%
Tanggamus MANDIRI 66.737 13.347.400.000 66.737 100,00% 13.347.400.000 100,00% 61.250 91,78% 119.773.441.765 90,72%
Tulang Bawang MANDIRI 30.938 6.187.600.000 30.938 100,00% 6.187.600.000 100,00% 26.956 87,13% 49.886.939.200 86,43%
Tulang Bawang Barat MANDIRI 20.003 4.000.600.000 20.003 100,00% 4.000.600.000 100,00% 17.224 86,11% 34.776.974.453 84,67%
Way Kanan MANDIRI 45.726 9.145.200.000 45.726 100,00% 9.145.200.000 100,00% 41.172 90,04% 83.148.770.437 89,76%
Penyerapan
780.080 156.016.000.000 779.971 99,99% 155.994.200.000 99,99% 730.100 92,75% 1.457.707.888.356 88,22%Total
Kab/Kota Bank Penyalur
SP2D Penyaluran
Sumber: HIMBARA, diolah
Tabel 6. 6 Penyaluran Program Sembako Posisi Desember 2020
124
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
BOKS 1 : PROGRAM KARTU PETANI BERJAYA (KPB)
Program Kartu Petani Berjaya (KPB) merupakan sebuah program unggulan Pemerintah Provinsi
Lampung yang dibentuk dalam rangka membangun kekuatan ekonomi masyarakat berbasis pertanian
melalui kepastian sarana produksi, kemudahan akses keuangan, pembinaan manajemen usaha dan
teknologi secara terintegrasi (Petani Go Digital). Hal ini didasarkan pada Keputusan Gubernur
Lampung No. G/494/B.04/HK/2019 tanggal 5 Juli 2019 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Pengembangan Teknologi Informasi Pemerintah Provinsi Lampung. Digagas oleh Gubernur Provinsi
Lampung, program ini bekerja sama dengan berbagai stakeholder, seperti Bank Indonesia, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), PT BNI, PT Mandiri, PT BRI, PT BPD Lampung, Universitas Bandar Lampung (UBL),
perusahaan asuransi, perusahaan pupuk, dan stakeholder terkait lainnya untuk membantu petani
mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan Program KPB ini,
Pemerintah Provinsi Lampung menunjuk Universitas Bandar Lampung (UBL) sebagai tim pengembang.
Program KPB ini ditujukan untuk memberikan akses informasi kepada petani serta memberikan
kemudahan bagi mereka dalam hal memperoleh penyaluran dan pendistribusian pupuk, obat-obatan
tanaman, benih dan alat produksi pertanian, penanganan panen dan pasca panen, pendampingan
budidaya, ketersediaan teknologi pertanian, permodalan, manajemen risiko usaha tani, jadwal tanam,
serta penyaluran irigasi. Selain menggunakan fasilitas kartu sebagai bentuk keanggotaan dan sebagai
instrumen pembayaran ATM/Debet dan Uang Elektronik, Program KPB ini juga memiliki aplikasi yang
dapat diakses oleh petani, yang berisikan:
a. Rencana Usaha Tani. Pada menu ini, petani dapat menyusun rencana digital terkait usaha taninya.
Terdapat rekomendasi dari ahli yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai
acuan, dengan harapan dapat meningkatkan keuntungan yang dihasilkan petani, serta
memudahkan dalam perolehan benih, bibit serta pupuk.
b. Laporan Usaha Tani. Laporan ini tersedia berdasarkan kegiatan petani selama masa tanam, yang
merupakan realisasi usaha tani.
c. Fitur yang dapat menyediakan fasilitas pembiayaan modal, berupa penyaluran Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dari perbankan mitra KPB.
Adapun proses transaksi pembayaran transaksi pembelian saprotan dilakukan melalui proses
pemindahbukuan antar rekening Petani ke rekening perusahaan penyedia saprotan (distributor) dan
dinyatakan oleh PT Bina Tani Berjaya bahwa tidak ada dana yang mengendap di dalam rekening PT
Bina Tani Berjaya. Semua transaksi dilakukan melalui Automated Fund Transfer (AFT) dengan
mendebet rekening Petani dan mentransfer pembayaran ke rekening distributor, dimana di awal
Gambar 2. Tampilan Menu Aplikasi KPB Mobile
Gambar 1. Tampilan Website Kartu Petani Berjaya (KPB)
125
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Petani melakukan registrasi, Petani sekaligus mengajukan approval proses AFT sebagai mekanisme
pembayaran (standing instruction).
Program KPB ini sesuai dengan salah satu misi Bank Indonesia, yaitu turut mengembangkan ekonomi
dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia dan sinergi
dengan kebijakan pemerintah serta mitra strategis lain. Selain itu, program ini juga sejalan dengan visi
Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 yang termuat dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia
2025, yaitu mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital nasional sehingga menjamin fungsi bank
sentral dalam proses peredaran uang, kebijakan moneter, dan stabilitas sistem keuangan, serta
mendukung inklusi keuangan. Dalam pelaksanaan Program KPB ini, terdapat digitalisasi proses
pertanian (digital farming) yang dikelola secara terstruktur dan terpusat, dimana praktik ini sejalan
dengan program digitalisasi yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Hal ini mengingat di dalam
aplikasi KPB, Petani dapat mengatur Rencana Usaha, menentukan masa tanam, dan memilih
kebutuhan saprotan sesuai dengan kebutuhan Petani serta menerima hasil penjualan dari hasil panen
melalui aplikasi.
Implementasi
Pada 6 Oktober 2020 telah diluncurkan Program KPB berlokasi di Desa Tempuran, Kecamatan
Trimurjo, Lampung Tengah oleh Gubernur Provinsi Lampung, Arinal Djunaidi, dan dihadiri oleh
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo. Dalam kesempatan tersebut Menteri Pertanian (Menpan)
mengemukakan peluncuran Program KPB di masa pandemi ini diharapkan akan membuat sektor
pertanian semakin berjaya dan dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini mengingat
di masa pandemi saat perekonomian tertekan, sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan yang
signifikan mencapai 16,24%. Menpan menyambut baik Program KPB dan diyakini akan meningkatkan
kualitas pertanian di Provinsi Lampung, sebab dengan adanya Program KPB, petani mudah untuk
mendapatkan akses informasi dan ketersediaan benih, bibit dan pupuk terbaik untuk pengembangan
usahanya. Hal ini mengingat Program KPB melibatkan peran pabrik pupuk (petrokimia dan PUSRI).
Selain itu diinformasikan juga oleh Gubernur Provinsi Lampung bahwa sektor pertanian berperan
penting untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Lampung memiliki banyak komoditas
unggulan seperti padi (penghasil keenam se-Indonesia), jagung (penghasil ketiga se-Indonesia), kopi
(penghasil pertama se-Indonesia), cokelat (penghasil ketiga se-Indonesia), pisang, ubi kayu, dan nanas.
Oleh karena itu dengan adanya Program KPB, diharapkan dapat memperkuat produksi pertanian
sehingga meningkatkan kesejahteraan para Petani di Provinsi Lampung.
Gambar 3. Peluncuran Program Kartu Petani Berjaya di Lampung Tengah
126
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Program KPB ini memiliki target pasar yaitu seluruh petani di Provinsi Lampung agar tergabung dalam
KPB. Keanggotaan KPB diikuti oleh petani di Kabupaten Lampung Tengah dimana launching
diselenggarakan. Pada tahap awal program KPB ini telah diinisiasi oleh BNI di Kabupaten Lampung
Tengah, dan secara bertahap akan diikuti oleh bank-bank BUMN lain serta BPD Lampung di seluruh
Kabupaten/Kota. Hingga November 2020, total Petani di Provinsi Lampung yang telah bergabung
dalam keanggotaan KPB berjumlah 18.960 petani.
Kendala/Permasalahan Pelaksanaan serta Tindak Lanjut
Sejak resmi diluncurkan pada 6 Oktober 2020, Program KPB ini menemui beberapa kendala/
permasalahan dalam implementasinya. Salah satu permasalahan yang paling utama adalah terkait
fasilitas/akses internet dan jaringan telekomunikasi. Dari 15 kabupaten/kota se-Provinsi Lampung yang
terdiri dari 231 kecamatan dan 2.434 desa baru memiliki coverage internet sebesar 61,6%. Terdapat
juga permasalahan terkait layanan server dari aplikasi Program KPB. Lalu lintas pemesanan dan
transaksi di dalam aplikasi tersebut lebih tinggi dibandingkan kemampuan server yang tersedia
sehingga sering terjadi crash atau error. Hal ini juga disebabkan karena kemampuan server yang
terbatas, di mana dalam durasi 1 hari hanya dapat melayani sekitar 5.000 transaksi petani. Disamping
itu, masih banyaknya petani yang belum memiliki pemahaman yang memadai terkait Informasi
Teknologi (IT) serta terbatasnya sarana seperti handphone android.
Selain permasalahan teknis di atas, dalam implementasi Sistem Digital untuk sistem KPB Perkebunan
dimana hingga saat ini masih mengalami kendala seperti aplikasi sering berubah dan auto-update
(pekebun tidak bisa mengoperasionalkan aplikasi KPB setelah keluar dari sistem); isi menu sistem KPB
Perkebunan yang belum sesuai dengan program strategis KPB (tidak ada pilihan menu pupuk
bersubsidi); Pekebun yang sudah terdaftar manual harus disahkan dengan terdaftar menjadi nasabah
BNI, sedangkan dari BNI sendiri hingga saat ini belum ada update terkait hal tersebut; dan terkait
infrastruktur seperti jaringan internet dan komputerisasi untuk operator KPB Disbun yang terbatas.
Jumlah petani yang terdata di E-RDKK (Sistem Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) baru
dari 756.000 petani baru 38.000 yang teregistrasi di Program KPB untuk distribusi pupuk bersubsidi.
Jumlah peternak yang teregistrasi ke dalam sistem KPB juga masih rendah. Dalam pembelian saprotan
(sarana prasarana pertanian) yang diproses oleh sistem juga masih sifatnya per petani, sedangkan dari
pihak petani sendiri lebih menginginkan untuk diproses per kelompok tani karena dirasa lebih mudah.
Peserta penerima KPB selama ini saat teregistrasi juga sekaligus didaftarkan pada AUTP (Asuransi
Usaha Tani Padi) yang merupakan program dari Kementerian Pertanian. Setiap tahunnya secara
nasional setiap petani dianggarkan 1 juta hektar pertahun. Dari 11.000 hektar yang dianggarkan
Provinsi Lampung untuk mengikuti AUTP, hanya sekitar 6.322 hektar yang terealisasi polis AUTP. Hal
ini disebabkan karena data calon peserta asuransi yang diterima dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
tidak sinkron dengan data yang diterima dari Dinas Pertanian Provinsi, sehingga dibutuhkan waktu
dan proses tambahan untuk menyamakan data. Selain itu, kuota nasional 1 juta hektar telah terpenuhi
di awal bulan November 2020, sehingga pendaftaran AUTP ditutup secara nasional yang berdampak
tidak dapat lagi mendaftar AUTP untuk periode tahun anggaran 2020.
Terdapat pula kendala terkait stakeholder terkait khususnya pada perbankan terkait penyerapan
alokasi KUR. Pengawalan implementasi dan penyerapan KUR sulit dilakukan karena perbankan merasa
tidak memiliki kewajiban untuk menginformasikan detail pekebun mana saja yang sudah menyerap
program KUR kepada OPD Disbun. Dari pihak distributor dan kios/pengecer pupuk juga belum
memiliki pemahaman yang seragam mengenai urgensi pembukaan rekening terkait dengan proses
digitalisasi program KPB.
127
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Menindaklanjuti permasalahan dan kendala di atas, dapat dilakukan perluasan area coverage internet
yang masih masih kurang lebih 61% memerlukan bantuan dan kerjasama penyedia jaringan untuk
dapat memperluas jangkauan internet. Selain itu, dengan digagasnya program Smart Village yang
diinisiasi di Provinsi Lampung diharapkan dapat mengatasi kendala bagi ± 39% wilayah yang belum
terjangkau jaringan internet.
Terkait standing instruction, ke depan pelaksanaannya akan disesuaikan dengan regulasi baik OJK dan
BI. Sampai dengan saat ini SI masih menggunakan prosedur manual sehubungan dengan tahap
verifikasi sebagai kontrol yang harus dilakukan perbankan. SI merupakan prosedur baku di perbankan,
sehingga ke depannya diarahkan agar dapat menggunakan SI digital. Diharapkan juga nantinya ini
dapat diakses pula oleh agen bank melalui program Laku Pandai. Kemudian, untuk menjembatani
kekurangan dalam hal pemahaman Teknologi Informasi (TI), akan dilakukan pelatihan/ bimbingan
teknis bagi Petani terkait penggunaan dan pengoperasian aplikasi Kartu Petani Berjaya. Yang terakhir,
diperlukan koordinasi dan sinergi yang intensif dengan stakeholder terkait yang tergabung dalam
proses bisnis Program Kartu Petani Berjaya (KPB) khususnya perbankan, terutama untuk
penginformasian detail penyerapan program KUR).
128
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
7. PROSPEK PEREKONOMIAN
Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan II 2021 diperkirakan membaik. Konsumsi rumah
tangga pada triwulan II 2021 diperkirakan tumbuh positif, meskipun tidak setinggi periode yang
sama tahun 2020. Optimisme vaksinasi COVID-19 pada awal tahun 2021 berdampak pada
meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat. Adapun kinerja investasi pada triwulan II 2021
diperkirakan cukup kuat, meskipun masih terbatas seiring perilaku wait and see dunia usaha terkait
perkembangan COVID-19. Namun demikian, berlanjutnya pembangunan beberapa proyek
strategis, serta proyek infrastruktur pemerintah lainnya diperkirakan dapat menopan pemulihan
Kinerja investasi. Sementara ekspor pada triwulan II 2021 diperkirakan ditopang oleh ekspor antar
daerah yang meningkat sejalan dengan berlangsungnya puncak musim panen padi dan pulihnya
konsumsi rumah tangga.
Secara keseluruhan tahun 2021, perekonomian Lampung diprakirakan akan tumbuh menguat dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2020 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy) dengan asumsi kegiatan social distancing akibat pandemi COVID-19 masih akan berlangsung di 2021 meskipun akan menurun seiring dengan meluasnya implementasi vaksin COVID-19. Secara umum, prospek akselerasi ekonomi didorong oleh kembali meningkatnya aktivitas ekonomi pasca perlambatan yang terjadi selama pandemi COVID-19 di tahun 2020 (base effect).
Prospek inflasi pada triwulan II 2021 dan keseluruhan tahun 2021 diperkirakan masih tetap terjaga
pada kisaran 3,0%±1% (yoy), dengan probabilitas di akhir tahun 2021 mendekati nilai tengah
3,0% mengingat terdapat beberapa hal yang menjadi risiko peningkatan tekanan inflasi khususnya
yang berasal dari kelompok bahan makanan serta kelompok inti seiring dengan proyeksi
meningkatnya konsumsi masyarakat didorong oleh optimisme vaksin COVID-19.
BAB
129
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
7.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan II 2021 diperkirakan membaik. Konsumsi rumah
tangga pada triwulan II 2021 diperkirakan tumbuh positif, meskipun tidak setinggi periode yang sama
tahun 2020. Optimisme vaksinasi COVID-19 pada awal tahun 2021 berdampak pada meningkatnya
aktivitas ekonomi masyarakat. Adapun kinerja investasi pada triwulan II 2021 diperkirakan cukup kuat,
meskipun masih terbatas seiring perilaku wait and see dunia usaha terkait perkembangan COVID-19.
Namun demikian, berlanjutnya pembangunan beberapa proyek strategis, serta proyek infrastruktur
pemerintah lainnya diperkirakan dapat menopan pemulihan Kinerja investasi. Sementara ekspor pada
triwulan II 2021 diperkirakan ditopang oleh ekspor antar daerah yang meningkat sejalan dengan
berlangsungnya puncak musim panen padi dan pulihnya konsumsi rumah tangga.
Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwilan II 2021 diperkirakan tertahan. Hal ini disebabkan
oleh peningkatan disposible income tahun 2021 yang terbatas seiring penetapan UMP Provinsi
Lampung tahun 2021 yang nilainya sama dengan UMP tahun 2020, yakni sebesar Rp2,432.001,57.
Namun demikian, Pemerintah mewajibkan bagi perusahaan yang tidak terdampak pandemi COVID-
19 untuk menaikkan upah sebesar 3,27%. Adapun tingkat pengangguran di Provinsi Lampung pada
Agustus 2020 tercatat naik 4,67% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (4,03%)
sebagai dampak pandemi COVID-19. Di samping itu, penetapan kebijakan terkait tidak adanya
kenaikan gaji pokok atau pensiun pokok PNS (Pegawai Negeri Sipil) tahun 2021 dapat menjadi faktor
lain yang menahan pertumbuhan konsumsi lebih tinggi di tahun depan.
Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah pada triwulan II 2021
diperkirakan tumbuh moderat. Perkiraan tersebut konsisten dengan dinamika perkembangan
konsumsi pemerintah yang secara historis tinggi di akhir tahun dan cenderung rendah di awal tahun.
Perkembangan dana pemerintah di perbankan daerah secara siklikal meningkat antara bulan Januari-
Mei bersamaan dengan masuknya dana transfer dan penerimaan pajak, namun sebagian pengeluaran
masih dalam tahap persiapan atau pengadaan.
Investasi diprakirakan membaik pada triwulan II 2021 sejalan dengan pemulihan aktivitas usaha
serta ditopang oleh upaya Pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi melalui RUU Cipta
Kerja dan Perpajakan. Perbaikan investasi tersebut didorong oleh berlanjutnya investasi yang sempat
tertunda akibat COVID-19 pada tahun 2020 (base effect). Selain itu, pertumbuhan investasi Lampung
dapat kembali meningkat dengan dukungan masuknya investasi PMA dan PMDN yang bernilai besar,
seperti pengembangan kawasan terintegrasi pariwisata Bakauheni, pembangunan beberapa kawasan
ekonomi khusus dan kawasan industri serta realisasi peningkatan kapasitas industri pengolahan di
tahun 2021.
Diantara komoditas utama ekspor Lampung, ekspor minyak sawit dan produk turunannya pada
triwulan II 2021 diperkirakan akan lebih rendah seiring faktor musiman menurunnya produksi
kelapa sawit bersamaan dengan berlangsungnya musim penghujan. Namun, untuk keseluruhan
tahun 2021, produksi CPO diperkirakan tumbuh positif. Peningkatan produksi sejalan dengan cuaca
kemarau basah yang meningkatkan produktivitas, hasil replanting dari beberapa perusahaan besar,
serta perbaikan permintaan dari domestik dan global. Selanjutnya, dengan menggunakan asumsi
blending B30 masih tetap berjalan hingga tahun 2021, ekspor CPO pada 2021 diperkirakan tumbuh
menguat didorong oleh peningkatan permintaan mitra dagang.
Sejalan dengan komoditas CPO, ekspor kopi (robusta) di triwulan II 2021 diperkirakan akan lebih
rendah sejalan dengan pola seasonal yang memasuki musim penghujan. Lebih lanjut untuk
keseluruhan tahun 2021, kenaikan harga kopi robusta diperkirakan terbatas. Pada triwulan IV
(November) 2020 harga kopi robusta tercatat sebesar USD0,78 cent/pound, masih relatif stabil
dibandingkan posisi triwulan sebelumnya. Produktivitas kopi robusta juga diperkirakan masih rendah
seiring dengan tren penurunan impor pupuk pada tahun 2020. Namun demikian, program Kartu
Petani Berjaya (KPB) Pemerintah Provinsi Lampung yang diawali dengan fasilitasi penyediaan pupuk
130
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
bagi petani diharapkan dapat diimplementasikan dengan lancar sehingga dapat meningkatkan
produktivitas petani.
Adapun ekspor antar daerah pada triwulan II 2021 diperkirakan tetap dalam tren meningkat,
sejalan dengan berlangsungnya puncak musim panen padi dan pulihnya konsumsi rumah tangga.
Sebagai salah satu lumbung padi dengan luasan lahan tanam terbesar ke-6 di nasional (544,06 ribu
Ha) dan memiliki produksi yang surplus, hasil panen padi dari Provinsi Lampung umumnya dipasarkan
ke Pulau Jawa sehingga menjadi faktor pendorong ekspor antar daerah.
Secara lapangan usaha (LU), perekonomian Lampung masih bertumpu pada tiga LU utama
yakni LU pertanian, kehutanan, dan perikanan, LU industri pengolahan, dan LU
perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor. LU pertanian, perikanan
dan kehutanan pada triwulan II 2021 diindikasikan dapat tumbuh lebih kuat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Secara seasonal, produksi tanaman pangan khususnya padi di triwulan II akan
meningkat. Selain itu, kinerja sub sektor tanaman pangan pada 2021 masih ditargetkan meningkat
oleh pemerintah daerah, sehingga dukungan terkait penyediaan pupuk dan alsintan, pencegahan
hama, mitigasi gangguan cuaca, ataupun fasilitasi lainnya tetap menjadi prioritas pemerintah. Adapun
kinerja subsektor perkebunan diperkirakan sedikit melambat, sejalan dengan siklus penurunan
produksi sejumlah komoditi utama yaitu kopi, lada, karet dan kelapa sawit pada musim penghujan.
Secara umum, program Kartu Petani Berja (KPB) yang telah diluncurkan oleh Pemerintah Provinsi pada
tahun 2020 diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan secara terintegrasi sehingga
meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
Sementara itu, sektor industri pengolahan pada triwulan II 2021 diperkirakan dapat tumbuh lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara seasonal aktivitas industri pengolahan
akan cenderung meningkat satu periode sebelum puasa dan lebaran dalam rangka mempersiapkan
produksi untuk memenuhi permintaan yang tinggi di periode tersebut. Lebih lanjut, stimulus dan
relaksasi yang telah disiapkan oleh Pemerintah dalam mendukung pemulihan dunia usaha, seperti
tetapnya UMP dan relaksasi impor, diharapkan dapat menjadi stimulus pemulihan LU industri
pengolahan.
Kinerja LU perdagangan (besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor) pada triwulan II
2021 juga diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Perkiraan ini didukung oleh pertumbuhan konsumsi domestik yang secara perlahan membaik. Kinerja
LU ini juga akan dipengaruhi pertumbuhan permintaan ekspor yang diperkirakan termoderasi di awal
tahun 2021 sesuai dengan pola seasonalnya. Di samping itu, proyeksi peningkatan volume
perdagangan dunia yang diperkirakan akan terjadi di sepanjang tahun 2021 berpotensi mendorong
akselerasi LU perdagangan. Adapun dukungan penyaluran kredit ke sektor perdagangan tercatat
mulai pulih (1,47%, yoy) pada triwulan I 2021, lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan asesmen terhadap komponen PDRB tersebut, ekonomi Lampung pada triwulan II 2021
dan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2021 diperkirakan dapat tumbuh lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara tahunan, perekonomian Lampung diprakirakan meningkat pada tahun 2021. Secara
keseluruhan tahun 2021, perekonomian Lampung diprakirakan akan tumbuh menguat dibandingkan
pertumbuhan ekonomi 2020 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy) dengan asumsi kegiatan social distancing akibat pandemi COVID-19 masih akan berlangsung di 2021 meskipun akan menurun
seiring dengan meluasnya implementasi vaksin COVID-19. Secara umum, prospek akselerasi ekonomi
didorong oleh kembali meningkatnya aktivitas ekonomi pasca perlambatan yang terjadi selama
pandemi COVID-19 di tahun 2020 (base effect). Sejumlah indikator dini pada Desember 2020
mengindikasikan perbaikan ekonomi global yang berlanjut, seperti peningkatan mobilitas masyarakat,
ekspansi PMI manufaktur dan jasa yang berlanjut di AS dan Tiongkok, serta keyakinan konsumen dan
bisnis yang membaik di AS dan kawasan Eropa. Dengan perkembangan tersebut, perbaikan ekonomi
dunia diprakirakan akan berlanjut pada tahun 2021. Berdasarkan data WEO IMF Januari 2021,
131
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
perekonomian global tahun 2021 diperkirakan tumbuh 5,5% (yoy), naik signifikan dibandingkan
pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang diproyeksikan tumbuh -3,5% (yoy) (Tabel 7.1).
Prospek perbaikan pertumbuhan ekonomi global tahun 2021 berpotensi meningkatkan volume
perdagangan dunia. Lebih lanjut, peningkatan volume perdagangan dunia akan meningkatkan
kebutuhan impor dunia. Indikasi peningkatan volume perdagangan tercermin pada tren kenaikan
indeks kontainer logistik global (Drewry World Container Index) hingga Desember 2020 yang
menunjukkan pemulihan kegiatan ekspor di berbagai negara (Grafik 7.1). Dari sisi ekspor,
pertumbuhan World Trade Volume di tahun 2021 diprakirakan tumbuh jauh lebih baik dibandingkan
dengan tahun sebelumnya seiring dengan pemulihan ekonomi global. Sejalan dengan hal tersebut,
harga komoditas diprakirakan meningkat, termasuk komoditas unggulan ekspor Lampung seperti
kopi, CPO, batubara, udang, didorong kenaikan permintaan komoditas seiring ekspansi ekonomi
Tiongkok, perbaikan investasi dan manufaktur global, serta perkembangan positif proses vaksinasi
yang memicu perilaku risk on. Sementara itu, harga minyak berada dalam tren meningkat merespons
optimisme pemulihan ekonomi global dan sentimen positif di pasar aset di tengah prakiraan suplai
yang lebih rendah dikarenakan keputusan OPEC+ untuk menahan besaran peningkatan produksi.
Sejalan dengan ekspor, volume impor Lampung diprakirakan mengalami perbaikan di tahun 2021
setelah mengalami kontraksi di tahun sebelumnya sejalan dengan ekspansi aktivitas di sektor industri
pengolahan yang mendorong kinerja impor barang modal dan bahan baku penolong serta perkiraan
perbaikan demand masyarakat yang mendorong impor barang konsumsi di sepanjang tahun 2021.
Konsumsi rumah tangga berada dalam tren pemulihan di tahun 2021 dan tetap menjadi
penopang utama pertumbuhan ekonomi Lampung. Berdasarkan hasil survei konsumen periode
Januari 2021, optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian masih dalam kondisi yang baik
(indeks > 100). Prakiraan pertumbuhan konsumsi sejalan dengan pulihnya aktivitas ekonomi,
peningkatan omset penjualan, perbaikan disposable income dan perbaikan keyakinan konsumen. Prakiraan konsumsi rumah tangga yang membaik didukung pula oleh perbaikan sisi pendapatan yang
antara lain bersumber dari mulai kembali berlangsungnya aktivitas produksi dan kegiatan ekonomi
masyarakat serta masih berlanjutnya stimulus fiskal dalam bentuk perlindungan sosial pada 2021 yang
menopang daya beli masyarakat bawah. Perbaikan ekspektasi masyarakat turut didukung oleh
optimisme akan tersedianya vaksin melalui Program Vaksinasi Nasional yang telah dimulai pada
Januari 2021.
Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh positif seiring dengan meningkatnya
optimisme konsumen terhadap kinerja perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil Survei
Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Lampung, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada triwulan I 2021
tercatat sebesar 130,42 yang menunjukkan optimisme masyarakat, meningkat dibandingkan dengan
ekspektasi pada triwulan sebelumnya (126,22). Terjaganya optimisme tersebut dipengaruhi oleh
Sumber: WEO Januari 2021 Sumber: Drewry World Container Index, Bloomberg
Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi & Volume Perdagangan Dunia Grafik 7. 1 Drewry World Container Index
132
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
ekspektasi akan perkiraan dunia usaha, penghasilan pada 6 bulan ke depan, serta ketersediaan
lapangan kerja 6 bulan yang berada pada zona optimis (Grafik 7.2).
Di sepanjang tahun 2021, pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan cukup kuat seiring
akselerasi realisasi anggaran pemerintah untuk pemulihan ekonomi. Pada rancangan RAPBD
Provinsi Lampung tahun 2021 yang diajukan per November 2020, pendapatan daerah dialokasikan
sebesar Rp7,59 triliun dan belanja daerah sebesar Rp7,48 triliun. Belanja daerah yang dialokasikan
tahun 2021 tercatat berada diatas target APBD-P tahun 2020 sebesar Rp7,03 triliun serta berada
diatas target pendapatan daerah sebesar Rp6,91 triliun.
Di samping itu, ketergantungan fiskal pemerintah daerah di Lampung pada dukungan APBN
terpantau masih cukup tinggi. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan risiko (downside risk) seperti
penundaan kegiatan pada tahun berikutnya, menjadi hutang daerah, hingga kemungkinan pembatan
program mengingat refocusing anggaran yang juga dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Sesuai
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 50 tahun 2017, proses penarikan TKDD (Transfer ke Daerah
dan Dana Desa) bersifat dinamis yaitu tergantung pemenuhan persyaratan misalnya terkait kesiapan
rencana kerja pada DAK, atau (pada DAU) menyesuaikan progress penerimaan dalam negeri (PDN
neto) pemerintah pusat.
Sementara itu, proyeksi investasi swasta pada tahun 2021 relatif diuntungkan oleh proyeksi
naiknya harga komoditas dibandingkan dengan tahun 2020 sehingga diprediksikan relatif masih
kuat. Berdasarkan hasil liaison, sebagian perusahaan tercatat memiliki rencana untuk merealisasikan
investasi yang tertunda akibat pandemi COVID-19 dan menunggu hasil Pilkada serentak 2020. Lebih
lanjut, UU Cipta Kerja diharapkan dapat menjadi pendorong realisasi investasi di tahun mendatang.
Beberapa investasi yang tertunda antara lain dalam bentuk pembangunan outlet/fasilitas baru, dan
umumnya dalam bentuk pemeliharaan mesin dan fasilitas usaha. Perkiraan tersebut juga didukung
masih berlangsungnya penetapan kebijakan B30 oleh pemerintah sehingga meningkatkan kapasitas
utilisasi dan investasi dari industri pengolahan di Provinsi Lampung. Meski demikian, perkembangan
investasi di Provinsi Lampung dihadapkan pada beberapa faktor penahan (downward risk) diantaranya
berasal dari kondisi wait and see oleh investor di awal tahun 2021 dalam melakukan ekspansi bisnis
seiring dengan masih berlangsungnya pandemi COVID-19. Dari segi pembiayaan, dukungan kredit
investasi perbankan mengalami perlambatan pada triwulan IV 2020. Adapun dari sisi risiko kredit, NPL
kredit di Lampung tercatat relatif turun sebesar 2,49% di bulan Desember 2020 sehingga dapat
mendukung perbaikan pertumbuhan kredit investasi.
Terkait ekspor, pertumbuhan World Trade Volume pada tahun 2021 diperkirakan meningkat
setelah mengalami penurunan di tahun 2020 seiring penurunan pertumbuhan ekonomi pada
negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok dan Jepang. Hal ini mendorong IMF
menurunkan proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia tahun 2021 sebesar 8,1% (WEO
Sumber: SK, Bank Indonesia
Grafik 7. 2 Perkembangan Ekspektasi Konsumen
133
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Januari 2021). Meski harga komoditas dunia seperti kelapa sawit, kopi dan lada diperkirakan mulai
pulih di tahun 2021, levelnya masih diproyeksikan rendah. Permintaan ekspor CPO diperkirakan masih
tinggi seiring dengan program B30. Sementara itu, permintaan kertas juga diperkirakan masih tinggi
untuk produksi tissue dari beberapa negara.
Dari sisi impor, secara seasonal di triwulan adanya puasa dan lebaran, terdapat kenaikan impor
barang konsumsi yang cukup signifikan dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan di
periode tersebut. Selain itu, kontraksi ekspor yang diprakirakan lebih rendah dari prakiraan
sebelumnya juga akan mendorong perbaikan impor bahan baku. Lebih lanjut, pemerintah juga telah
mengeluarkan stimulus fiskal pada Maret 2020, salah satunya berupa insentif pajak PPh 25 dan PPh
22 impor. Adapun impor yang berasal dari daerah lain diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, ditopang permintaan impor bahan baku industri dan barang konsumsi
merespons pemulihan aktivitas ekonomi serta perbaikan kualitas infrastruktur logistik seiring
meningkatnya pemanfaatan jalan tol Trans Sumatera dan dermaga pelabuhan Panjang.
Di tahun 2021, sektor industri pengolahan diperkirakan dapat kembali menjadi penopang utama
pertumbuhan ekonomi Lampung. Pemulihan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang akan
meningkatkan permintaan akan produk olahan berorientasi ekspor. Lebih lanjut, harga komoditas
yang diperkirakan mulai pulih di sepanjang tahun 2021 berpotensi mendorong perbaikan kinerja
industri (upside risk), terutama yang berorientasi ekspor seperti pengolahan kopi, lada dan kelapa
sawit. Selain itu, perkembangan ekspektasi di hulu (sektor) pertanian yang lebih tinggi diperkirakan
dapat menjadi salah satu faktor penopang pertumbuhan industri pengolahan mengingat dominasi
industri olahan makanan dan minuman di Provinsi Lampung.
7.2 Inflasi
Prospek inflasi pada triwulan II 2021 dan keseluruhan tahun 2021 diperkirakan masih tetap
terjaga pada kisaran 3,0%±1% (yoy), dengan probabilitas di akhir tahun 2021 dapat
mendekati nilai tengah 3,0% mengingat terdapat beberapa hal yang menjadi risiko peningkatan
tekanan inflasi seiring proyeksi meningkatnya konsumsi pasca pandemi COVID-19 dan optimisme
keberhasilan vaksinasi. Pada triwulan II 2021, terdapat potensi kenaikan harga bahan makanan
terutama untuk beberapa komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah, cabai merah dan cabai
rawit mengingat adanya potensi peningkatan permintaan memasuki bulan Ramadhan. Potensi
kenaikan tersebut bersumber dari tingginya potensi gangguan produksi dan distribusi pada periode
puncak musim hujan sehingga juga menjadi faktor risiko kenaikan inflasi. Di samping itu, masih
terdapat risiko dari kenaikan harga kelompok padi-padian khususnya pada komoditas beras meski
pola seasonalnya di awal triwulan II 2021 telah memasuki musim panen raya.
Untuk keseluruhan tahun 2021, tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari semua
kelompok disagregasi. Dari kelompok inflasi inti, potensi tekanan inflasi bersumber dari pemulihan
ekonomi pasca pandemi yang dapat meningkatkan kembali aktivitas usaha dan permintaan
masyarakat. Adapun kenaikan UMP Tahun 2021 untuk beberapa sektor yang tidak terdampak COVID-
19 akan mendorong peningkatan disposable income dan konsumsi masyarakat. Selain itu, perbaikan
harga komoditas global berpotensi meningkatkan biaya produksi yang berimplikasi pada kenaikan
harga komoditas. Namun demikian, tekanan inflasi inti dapat mereda seiring dengan pergerakan
harga emas yang diperkirakan turun di tengah pemulihan ekonomi dunia. Sementara itu, inflasi
volatile foods juga diperkirakan naik disebabkan oleh normalisasi permintaan masyarakat dan kegiatan
usaha (hotel dan restoran) akan komoditas bahan pangan. Keterbatasan pupuk seiring dengan
deselerasi impor pupuk saat ini juga berisiko menyebabkan terganggunya hasil produksi dan
ketersediaan pasokan bahan pangan. Sementara itu, risiko inflasi kelompok administered prices bersumber dari normalisasi tarif listrik dan tiket angkutan udara, serta dicabutnya kebijakan
pembebasan tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara. Selain itu, kenaikan cukai rokok sebesar
12,5% diperkirakan tertransmisi pada kenaikan harga eceran rokok.
134
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
7.3 Rekomendasi
Berdasarkan asesmen kinerja ekonomi Provinsi Lampung, untuk mengantisipasi penurunan kinerja
ekonomi yang lebih dalam dan menjaga stabilitas makroekonomi di tengah pandemi COVID-19,
diperlukan upaya bersama seluruh pihak. Beberapa catatan penting yang perlu mendapatkan
perhatian sebagai berikut:
a. Meningkatkan dan memperluas sosialisasi dan edukasi terkait pelaksanaan protokol COVID-19
secara ketat untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi.
b. Memastikan proses vaksinasi COVID-19 dapat berlangsung sesuai dengan perencanaan dan
melakukan percepatan vaksinasi ke seluruh lapisan masyarakat.
c. Pemerintah Daerah memiliki peran kunci melalui percepatan penyerapan APBD. Selain itu,
Pemerintah Daerah diharapkan semaksimal mungkin dapat mendukung kelancaran program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah dipersiapkan oleh Pemerintah Pusat. Upaya-upaya
tersebut perlu didukung pula dengan penguatan koordinasi dan sinergi antar OPD dan
stakeholder terkait lainnya.
d. Secara bertahap membuka sektor-sektor produktif dengan memperhatikan keamanan dan
protokol COVID-19, terutama sektor pertanian, sektor transportasi dan pergudangan, sektor
perdagangan, serta sektor industri pengolahan.
e. Menyukseskan restrukturisasi kredit perbankan dan dunia usaha.
f. Mendorong UMKM sebagai kekuatan baru dalam perekonomian nasional, melalui:
i. Sinergi antara dinas terkait diperlukan untuk mengangkat UMKM sebagai salah satu
sumber pemulihan perekonomian di era digital.
ii. Transformasi UMKM memasuki era digital harus dipersiapkan dengan program antar
dinas terkait yang terstruktur dan sistematis.
iii. Program Pengembangan UMKM secara end-to-end, sejak hulu hingga hilir, termasuk
perluasan pemasangan QRIS (QR Code Indonesian Standard) sebagai kanal pembayaran
digital bagi UMKM, interkoneksi di antara platform e-commerce hingga mendorong
paten atas produk-produk UMKM.
iv. Penguatan kreativitas untuk memberikan nilai tambah dan kampanye penggunaan
produk UMKM.
Inflasi Faktor Risiko Triwulan IV 2020
Volatile Food
Potensi kenaikan harga bahan makanan terutama untuk beberapa komoditas dalam kelompok bumbu-bumbuan mengingat tingginya potensi gangguan produksi dan distribusi pada periode puncak musim hujan (upside risk)
Potensi kenaikan harga beras, panen raya diperkirakan pada akhir Maret. (upside risk)
Administered Prices
Potensi kenaikan harga eceran rokok merespons kenaikan tarif cukai rokok (upside risk)
Normalisasi harga tiket listrik pasca HBKN Nataru dan libur sekolah (downside risk)
Core
Pemulihan ekonomi pasca pandemi yang dapat meningkatkan kembali aktivitas usaha dan permintaan masyarakat (upside risk)
Perbaikan harga komoditas global berpotensi meningkatkan biaya produksi (upside risk).
Tabel 7. 2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor
135
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
v. Kebijakan afirmatif untuk mendorong sisi permintaan atas produk-produk UMKM
Indonesia, antara lain dalam serapan/penggunaan anggaran pemerintah dan dukungan
program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.
g. Memperkuat antisipasi risiko inflasi daerah melalui TPID, diantaranya melalui:
1. Memastikan keterjangkauan harga, dengan cara melakukan pemantauan harga harian
dan perbandingan harga dengan daerah lain, salah satunya melalui aplikasi Pusat Informasi
Harga Pangan Strategis (https://hargapangan.id/), untuk melihat perkembangan harga yang
terjadi dan melakukan intervensi kebijakan yang diperlukan. Selain itu, perlu dilakukan upaya
penyerapan komoditas yang mengalami deflasi cukup dalam melalui penyerapan oleh
industri pengolah makanan atau pengolahan produk turunan dengan memberdayakan
Kelompok Wanita Tani (KWT). Lebih lanjut, beberapa program pemerintah terhadap
Koperasi dan UMKM terdampak COVID-19, khususnya di bidang pertanian, diharapkan
dapat mendukung upaya stabilisasi harga.
2. Memastikan ketersediaan pasokan, khususnya dalam mempersiapkan fase adaptasi
kebiasaan baru. Aktivitas masyarakat yang meningkat secara bertahap pada fase ini,
diperkirakan dapat menaikkan permintaan. Kondisi ini perlu diwaspadai dengan memastikan
ketersediaan pasokan agar tidak meningkatkan tekanan kenaikan harga. Untuk itu, perlu
dilakukan pendataan yang akurat oleh TPID dan Satgas Pangan terkait ketersediaan
komoditas strategis. Pendataan neraca pangan secara akurat setelah terjadinya COVID-19,
termasuk rencana produksi, kendala produsen, dan langkah antisipasi terkait berkurangnya
pasokan bahan pangan. Selain itu, TPID Provinsi/Kabupaten/Kota perlu meningkatkan
intensitas koordinasi, salah satunya melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) dalam hal
pemenuhan komoditas pangan strategis menghadapi risiko kenaikan harga. Kota Bandar
Lampung sebagai wilayah yang memiliki kontribusi besar pada inflasi Provinsi Lampung perlu
mengupayakan KAD, khususnya untuk komoditas-komoditas utama penyumbang inflasi.
Lebih lanjut, pengawalan dalam pemberian bantuan sosial bagi kelompok masyarakat yang
rentan terdampak COVID-19 perlu ditingkatkan, tidak hanya dari sisi daftar penerima
bantuan melainkan juga mekanisme penyaluran dan ketersediaan pasokan komoditasnya
agar tidak mendorong kenaikan harga.
3. Memastikan kelancaran distribusi melalui TPID dan Satgas Pangan dengan cara
melakukan koordinasi untuk memastikan kembali kecukupan pasokan dan kelancaran akses
distribusi bahan pokok. Selain itu, kelancaran distribusi dari daerah produsen akan sangat
membantu pihak petani dalam memasarkan produknya dan mendapatkan harga pembelian
yang wajar.
4. Meningkatkan komunikasi efektif terkait ketersediaan pasokan, rencana pemenuhan
pasokan, dan himbauan untuk berbelanja secara bijak yang perlu disampaikan oleh
Pemerintah Daerah untuk menjaga ekspektasi positif bagi masyarakat dan menjaga stabilitas
harga.
136
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
LAMPIRAN
Tabel Porsi PDRB Sektoral Lampung (%)
Tabel PDRB Lampung Menurut Harga Berlaku (Miliar Rp)
I II III IV I II III IV I II III IV
Pertanian, Kehutanan, &
Perikanan 31,82 31,86 31,08 24,63 29,90 30,71 30,17 29,54 24,60 28,80 29,70 32,52 31,51 25,61 29,90
Pertambangan & Penggalian 5,71 5,48 5,70 6,09 5,74 5,75 5,54 5,17 5,79 5,55 5,18 4,82 5,02 5,20 5,06
Industri Pengolahan 18,60 18,73 19,63 21,07 19,50 18,75 19,68 20,60 20,94 20,00 18,86 18,06 19,11 21,71 19,41
Pengadaan Listrik, Gas 0,16 0,14 0,16 0,17 0,16 0,16 0,16 0,16 0,17 0,16 0,16 0,16 0,17 0,15 0,16
Pengadaan Air 0,11 0,10 0,10 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 0,10 0,10 0,11 0,11 0,12 0,11
Konstruksi 9,01 8,88 9,43 10,63 9,48 9,17 8,99 9,43 10,56 9,53 9,23 9,00 8,93 10,30 9,35
Perdagangan Besar & Eceran dan
Reparasi Mobil & Sepeda 10,96618 11,11 10,70 11,92 11,16 11,58 11,48 11,39 11,96 11,60 11,85 10,88 10,76 11,10 11,14
Transportasi & Pergudangan 5,1330547 5,27 4,86 5,49 5,18 5,13 5,31 4,97 5,59 5,24 5,36 4,73 4,95 5,02 5,01
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 1,50 1,58 1,54 1,69 1,58 1,56 1,58 1,61 1,76 1,63 1,68 1,52 1,50 1,56 1,56
Informasi & Komunikasi 3,8346337 3,84 3,94 4,11 3,93 3,89 3,89 3,97 4,20 3,99 4,04 4,42 4,22 4,57 4,31
Jasa Keuangan 2,209638 2,15 2,04 2,20 2,15 2,07 1,99 2,06 2,26 2,09 2,16 2,07 2,11 2,39 2,18
Real Estate 2,8524003 2,73 2,74 3,05 2,84 2,95 2,86 2,89 3,16 2,96 3,11 2,96 2,82 3,08 2,99
Jasa Perusahaan 0,150894 0,15 0,14 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,15 0,15
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial 3,39 3,36 3,38 3,70 3,45 3,37 3,36 3,27 3,58 3,39 3,42 3,67 3,60 3,78 3,62
Jasa Pendidikan 2,7306859 2,78 2,76 3,00 2,82 2,80 2,90 2,86 3,11 2,92 3,01 3,11 3,08 3,13 3,08
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 0,9380243 0,92 0,90 1,00 0,94 0,94 0,92 0,92 1,01 0,95 0,99 0,97 1,11 1,19 1,07
Jasa Lainnya 0,8947136 0,91 0,89 0,97 0,92 0,92 0,92 0,94 1,03 0,95 0,99 0,84 0,85 0,95 0,91
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
202020192019
Lapangan Usaha2018
20182020
I II III IV I II III IV I II III IV
Pertanian, Kehutanan, &
Perikanan 25.532 26.855 27.235 19.784 99.406 26.557 27.418 27.671 21.088 102.735 26.509 28.668 29.150 21.702 106.029
Pertambangan & Penggalian 4.577 4.621 4.997 4.894 19.089 4.971 5.036 4.838 4.965 19.810 4.627 4.246 4.645 4.410 17.928
Industri Pengolahan 14.922 15.786 17.198 16.925 64.831 16.210 17.885 19.292 17.954 71.341 16.831 15.923 17.679 18.399 68.832
Pengadaan Listrik, Gas 131 120 137 133 522 141 144 147 148 579 146 139 155 129 569
Pengadaan Air 85 86 87 87 345 89 91 92 93 364 93 95 98 98 384
Konstruksi 7.226 7.489 8.263 8.534 31.511 7.927 8.168 8.829 9.056 33.981 8.236 7.936 8.264 8.731 33.167
Perdagangan Besar & Eceran dan
Reparasi Mobil & Sepeda 8.798 9.364 9.377 9.573 37.111 10.014 10.432 10.670 10.254 41.370 10.572 9.586 9.949 9.407 39.514
Transportasi & Pergudangan 4.118 4.442 4.257 4.407 17.224 4.434 4.824 4.652 4.797 18.707 4.781 4.165 4.575 4.254 17.775
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 1.202 1.336 1.350 1.359 5.248 1.352 1.438 1.506 1.510 5.806 1.498 1.342 1.387 1.318 5.544
Informasi & Komunikasi 3.077 3.240 3.456 3.302 13.074 3.364 3.536 3.716 3.603 14.220 3.601 3.897 3.906 3.869 15.273
Jasa Keuangan 1.773 1.809 1.789 1.765 7.135 1.789 1.810 1.926 1.939 7.463 1.927 1.828 1.949 2.026 7.730
Real Estate 2.288 2.304 2.401 2.453 9.447 2.549 2.594 2.704 2.712 10.559 2.772 2.613 2.612 2.608 10.606
Jasa Perusahaan 121 125 126 127 499 129 132 133 133 527 137 129 134 131 530
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial 2.718 2.830 2.958 2.973 11.479 2.913 3.051 3.060 3.071 12.095 3.056 3.238 3.331 3.200 12.826
Jasa Pendidikan 2.191 2.340 2.419 2.412 9.361 2.422 2.633 2.682 2.664 10.402 2.688 2.743 2.848 2.654 10.932
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 753 772 786 804 3.114 812 832 865 869 3.378 884 859 1.029 1.006 3.779
Jasa Lainnya 718 771 781 783 3.052 797 840 881 880 3.398 887 740 787 801 3.215
PDRB 80.230 84.288 87.615 80.313 332.446 86.471 90.865 93.667 85.734 356.736 89.244 88.145 92.499 84.744 354.632
202020192019
2018Lapangan Usaha2018 2020
137
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
Tabel Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung (%, mtm)
Tabel Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Metro (%, mtm)
Tabel Indikator Kinerja Perbankan Lampung (Miliar Rp)
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-0,05 -0,03 0,39 0,86 0,44 -0,43 -0,17 -0,28 0,03 0,34 0,41 -0,26 0,23 0,08 0,68
1 Makanan, Minuman dan Tembakau -1,01 -0,02 0,79 2,97 0,98 -1,06 -0,16 -1,60 -0,08 0,57 0,12 -0,66 0,63 0,16 2,33
2 Pakaian dan Alas Kaki 0,00 0,00 0,15 -0,14 0,36 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,01 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya 0,00 0,00 0,15 0,00 0,44 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,06 -0,05 -0,02
4 Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga 0,14 0,64 0,10 0,14 -0,11 -0,23 0,25 0,36 0,20 0,68 0,10 -0,09 0,01 -0,07 0,16
5 Kesehatan 0,00 0,00 0,00 0,54 0,64 0,09 -0,10 0,28 0,00 1,16 0,27 0,04 0,00 0,00 -0,02
6 Transportasi 0,20 -0,19 0,71 -0,12 -0,19 -0,13 -0,42 0,37 0,19 0,89 -0,60 -0,34 0,12 0,46 0,46
7 Jasa Keuangan 0,00 -0,78 0,00 0,00 0,03 -2,18 -1,97 1,52 -0,37 -0,11 0,00 0,01 0,00 0,00 -1,35
8 Rekreasi, Olahraga dan Budaya 0,04 -0,07 0,31 0,08 3,39 -0,06 0,00 -0,03 0,00 -0,03 2,48 -0,19 0,09 0,00 0,06
9 Pendidikan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,59 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran 2,31 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,00 0,04 2,45 0,00 0,00 0,00 0,00
11 Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya 0,12 0,05 0,49 0,36 0,02 -0,09 0,30 0,47 0,58 -0,09 0,87 -0,30 0,82 -0,16 0,10
Umum
Kelompok 2019 2020
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0,27 0,42 -0,16 0,06 0,24 0,39 1,15 0,19 0,26 -0,23 -0,35 0,25 0,12 0,05 0,10 0,05 0,51 0,53
1 Makanan, Minuman dan Tembakau 0,76 0,67 -0,94 0,06 0,59 0,79 2,26 0,40 0,34 -0,94 -1,45 0,30 0,37 -0,93 -0,30 -0,15 1,85 1,24
2 Pakaian dan Alas Kaki -0,08 -0,22 0,32 0,00 -0,38 0,57 0,01 0,49 0,00 0,00 0,00 0,30 0,10 0,00 0,04 0,09 0,00 0,00
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya 0,00 0,11 0,04 0,10 0,09 -0,11 0,36 -0,05 0,01 0,04 0,07 0,13 -0,06 -0,12 0,44 -0,03 0,02 0,02
4 Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga 0,14 0,33 -0,67 -0,06 0,71 -0,17 0,91 0,22 0,45 0,00 -0,14 -0,91 0,34 -0,82 0,35 0,48 -0,27 0,56
5 Kesehatan 0,32 0,34 0,32 0,07 0,12 1,01 0,02 0,74 0,92 0,63 0,00 0,31 0,09 -0,44 0,00 0,58 0,04 0,31
6 Transportasi 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,60 -0,35 0,00 0,53 -0,01 0,36 -0,38 1,29 0,02 -0,02 0,11 0,14
7 Jasa Keuangan 0,00 -0,13 0,00 -0,07 0,00 -0,82 -0,11 0,40 0,38 -1,85 0,04 1,40 0,07 0,45 0,36 0,17 0,12 0,64
8 Rekreasi, Olahraga dan Budaya 0,30 0,00 -0,23 0,00 0,05 0,00 1,78 0,22 0,00 -0,17 0,00 1,54 0,00 0,13 0,54 0,35 0,00 0,38
9 Pendidikan 0,00 2,79 0,99 0,00 0,00 0,00 0,76 0,56 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,37 0,00 0,14 0,00 0,00
10 Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran 0,00 0,45 0,00 0,42 0,04 1,82 2,05 0,00 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,68 0,00 0,08 0,00 0,63
11 Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya 0,37 0,32 1,08 0,06 0,52 0,45 1,10 0,15 1,35 0,85 0,93 0,33 0,62 1,63 0,85 0,19 -0,10 0,17
Kelompok 2019
Umum
2020
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
Aset 73.677,88 76.376,30 76.583,36 76.395,36 77.293,21 81.918,53 82.105,46 79.948,05 78.047,69 80.270,75 83.647,41 83.088,49
Kredit Berdasarkan Jenis 61.254,79 62.686,50 62.987,42 64.420,63 64.438,00 66.096,36 66.880,01 66.137,74 55.776,98 55.289,96 56.621,73 57.396,36
Modal Kerja 25.921,75 27.108,31 27.066,58 27.714,97 27.280,60 28.311,56 28.932,28 28.189,82 26.978,23 26.738,47 27.994,41 28.648,00
Investasi 12.350,32 12.476,55 12.482,98 12.396,48 12.438,67 12.659,90 12.288,49 11.835,26 11.383,04 11.237,41 11.147,01 10.991,16
Konsumsi 22.982,72 23.101,64 23.437,86 24.309,19 24.718,73 25.124,89 25.659,24 26.112,66 17.415,71 17.314,09 17.480,31 17.757,20
Kredit Berdasarkan Sektor 61.254,79 62.683,56 62.987,42 64.420,63 64.438,00 66.096,36 66.880,01 65.457,85 55.776,98 55.289,96 56.621,73 57.396,36
Pertanian 9.235,30 8.786,10 9.219,86 9.324,24 9.591,33 9.904,38 9.805,73 9.451,95 9.620,40 9.598,81 9.796,55 10.055,02
Pertambangan 156,96 164,07 159,75 130,53 140,55 158,86 147,90 136,04 122,12 122,13 118,56 118,89
Industri 4.253,48 4.428,06 4.511,39 4.512,95 3.946,17 3.800,40 3.609,48 3.978,99 4.054,50 3.929,69 3.944,02 3.999,80
Listrik 29,31 34,02 48,48 74,84 111,71 113,21 106,27 103,78 100,84 98,45 99,00 97,88
Konstruksi 1.896 1.989,77 1.996,25 1.925,02 1.919,44 2.287,21 2.387,79 2.226,43 1.934,16 1.666,21 1.757,48 1.796,00
Perdagangan 14.175,30 15.567,68 15.121,10 15.220,01 15.221,65 15.732,59 16.287,71 15.218,65 14.553,16 14.342,98 15.103,22 15.052,03
Angkutan 3.877,86 3.167,83 3.127,38 3.129,87 3.154,96 3.177,19 3.187,76 3.175,24 2.803,42 2.725,06 2.738,33 2.758,28
Jasa Umum 3.328,69 4.083,25 3.971,16 4.132,45 4.007,81 4.161,99 4.032,31 3.894,77 3.654,86 4.032,92 4.097,40 4.243,97
Jasa Sosial 1.259,18 1.330,12 1.357,75 1.625,78 1.599,86 1.612,06 1.632,20 1.629,25 1.516,51 1.438,33 1.469,58 1.502,91
Lain-lain 23.042,93 23.132,66 23.474,31 24.344,93 24.744,51 25.148,47 25.682,84 25.642,75 17.417,00 17.335,39 17.497,58 17.771,58
NPL Gross (%) 2,21 2,24 2,30 2,18 2,50 2,58 2,21 2,73 2,94 2,79 2,75 2,49
Dana Pihak Ketiga 44.406,27 46.796,06 47.313,40 47.017,05 48.317,92 50.983 50.779 49.138 43.248 45.810 47.600 46.781
Giro 7.736,70 8.489,08 7.989,32 5.941,77 7.894,54 8.724 8.454 6.512 8.407 9.570 9.750 7.050
Tabungan 21.993,24 23.444,80 23.943,88 25.461,66 23.857,56 25.288 25.344 26.468 23.827 25.283 26.896 28.728
Simpanan Berjangka 14.676,33 14.862,18 15.380,20 15.613,61 16.565,82 16.970 16.980 16.158 11.014 10.956 10.954 11.003
LDR (%) 137,94 133,96 133,13 137,02 133,36 129,64 131,71 134,60 131,28 122,72 122,38 124,12
L/R 149,96 1.342,92 2.334,46 3.118,06 560,05 1.386,47 2.363,49 3.143,68 400,56 385,86 848,82 1.299,68
Kredit UMKM 17.517,28 17.987,82 18.409,95 18.674,33 16.149,01 19.869,85 20.318,04 20.353,23 19.473,52 19.252,60 19.459,48 19.604,88
Kredit UMKM (%) 28,60 28,69 29,23 28,99 25,06 30,06 30,38 31,09 34,91 34,82 34,37 34,16
Komponen2018 2019 2020
138
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
DAFTAR ISTILAH
Administered Prices Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Andil Inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot Inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.
CAR Capital Adequacy Ratio. Merupakan ratio yang menunjukkan ukuran perbandingan antara modal yang dimiliki suatu bank dengan tingkat risiko yang terjadi.
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
DPK Dana Pihak Ketiga. Yaitu dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.
IEK Indeks Ekspektasi Konsumen. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomienam bulan mendatang, dengan skala 1-100.
IHK Indeks Harga Konsumen. Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
IKE Indeks Kondisi Ekonomi. Salah satu pembentukan IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
IKK Indeks Keyakinan Konsumen. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
IPM Indeks Pembangunan Manusia. Ukuran Kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli.
LDR Loan to Deposit Ratio. Merupakan ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
139
KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021
NPL Non Performing Loan. Merupakan klasifikasi yang menunjukkan tingkat kesehatan terhadap pinjaman yang disalurkan kepada masyarakat.
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
Rhs Right Hand Scale (axis kanan).
PAD Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan yang di peroleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Qtq Quarter to quarter.Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Sektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Share Effect Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Share of Growth Kontribusi pertumbuhan suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB.
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor musiman.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.