fermentasi asam cuka
DESCRIPTION
Kata Vinegar (cuka) berasal dari istilah Perancis Vinaigre yang berarti anggur asam. Menurut Food and Drugs Administration di Amerika Serikat, cuka. cuka sari buah apel, cuka apel dibuat melalui fermentasi alkoholik sari buah apel diikuti fermentasi asetat (Pelezar and Chan, 1988). Sedangkan menurut Frazier (1976), cuka didefinisikan sebagai bumbu yang dibuat dari bahan yang mengandung pati atau gula dengan fermentasi alkohol diikuti oksidasi asetatTRANSCRIPT
TUGAS MIKROBIOLOGI
“PERANAN BAKTERI SEBAGAI PENGHASIL ASAM ASETAT”
Oleh :
1. EFFI FITRIANA O73234009/ KIMIA 2007 A
2. NISFATUL KHASANAH 073234025/ KIMIA 2007 A
3. RIZKI LUTFIANA 063234232/ KIMIA 2006 B
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2010
PENDAHULUAN
Di dalam proses metabolisme ada zat- zat yang masuk atau zat- zat yang disusun, dan
adapula zat-zat yang dibongkar dan kemudian dikeluarkan sisa- sisanya. Zat yang disusun
maupun zat yang dihasilkan dalam penguraian itu disebut metabolit, yaitu metabolisme. Bakteri
memiliki zat- zat tertentu, baik untuk mengambil zat- zat makanan maupun untuk
membongkarnya. Zat- zat itu secara umum disebut secret, yaitu hasil (bahasa Latin secernere=
memisahkan); enzim- enzim terutama golongan hidrolase merupakan secret yang banyak
dihasilkan oleh bakteri.
Sisa dari zat makanan yang dibongkar, yang kemudian dikeluarkan oleh bakteri disebut
hasil ekskresi atau ekskret. Eksret itu dibuang belaka karena tidak lagi berguna bagi bakteri,
bahkan eksret dapat mengganggu kehidupannya, jika dibiarkan bertimbun- timbun.
Kecuali eksret, sering kali ada kedapatan hasil samping berupa zat- zat yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan metabolisme. Sebagai contoh, di dalam penyusutan
nitrat oleh bakteri denitrifikan, terlepaslah air, nitrit, dan energi. Energi diperlukan sendiri oleh
bakteri, air dibuang begitu saja, jadi merupakan ekskresi , sedang nitrit merupakan hasil
samping. Perlulah dimaklumi, bahwa kadang- kadang sukar untuk membedakan hasil ekskresi,
hasil samping, dan hasil ekskresi. Eksret yang dihasilkan mikroorganisme dapat berupa gas
atau zat- zat organik. Zat- zat organik diantaranya adalah asam asetat. Berikut adalah
penjelasan untuk pembuatan asam asetat melalui fermentasi.
A. FERMENTASI ASAM ASETAT
Kata Vinegar (cuka) berasal dari istilah Perancis Vinaigre yang berarti anggur asam.
Menurut Food and Drugs Administration di Amerika Serikat, cuka. cuka sari buah apel, cuka
apel dibuat melalui fermentasi alkoholik sari buah apel diikuti fermentasi asetat (Pelezar and
Chan, 1988). Sedangkan menurut Frazier (1976), cuka didefinisikan sebagai bumbu yang
dibuat dari bahan yang mengandung pati atau gula dengan fermentasi alkohol diikuti oksidasi
asetat.
B. BAHAN DASAR
Ada bermacam- macam cuka, perbedaannnya terutama terletak pada bahan yang dipakai
dalam fermentasi alkohol, seperti macam sari buah, sirup dan bahan lain yang mengandung pati
yang dihidrolisis. Bermacam- macam bahan yang dapat dibuat menjadi cuka adalah diantaranya
adalah:
1. Sari buah- buahan, misalnya apel, anggur, jeruk, dan sebagainya.
2. Sayur- sayuran yang mengandung pati misalnya kentang yang mangandung pati dan harus
dihidrolisis menjadi gula terlebih dahulu.
3. Biji- bijian gandum, seperti Barley, gandum hitam, jagung, dan gandum.
4. Minuman kerasau alkohol, misalnya dari bir, atau dari etil alkohol yang berubah sifat.
C. MIKROBA YANG BERPERAN
Mikroba yang berperan dalam proses pembuatan cuka adalah khamir dan bakteri.
Khamir yang berperan adalah Saccaromyces cerevisiae var. ellipsoideus. Sedangkan bakteri
yang berperan adalah dari genus Acetobacter(familia Pseudomonadaceae) dan genus
Bacterium. Beberapa jenis spesies Acetobacter diantaranya adalah : Acetobacter Aceti,
A.rancens, A.xylinum. Genus Bacterium yang ditemukan adalah: Bacterium schentzenbachii,
B.curvum, dan B.Orleannense.
D. PROSES PEMBUATAN
Proses pembuatan asam asetat terbagi menjadi tiga antara lain:
1. Fermentasi Aerob
Reaksi yang terjadi adalah:
Acetobacter aceti
C6H12O6 2 C2H5OH 2 CH3COOH + H2O + 116kal
glukosa etanol asam asetat
Pada proses fermentasi aerob ini terbagi dalam tiga metode antara lain:
a. Metode Lambat (Slow Methods)
Pada metode lambat ini bahan bakunya berupa buah- buahan . Etanol tidak banyak
bergerak atau mengalir karena proses dilakukan pada suatu tanki batch. Caranya adalah
sebagai berikut :
Memasukkan jus buah, yeast, dan bakteri vinegar ke dalam tangki. Sebagian jus
buah terfermentasi menjadi etanol (11-13% alkohol) setelah beberapa hari. Etanol yang
ada di permukaan tangki terfermentasi meenjadi asam asetat. Bakteri vinegar di
permukaan larutan yang membentuk lapisan agar- agar tipis mengubah etanol menjadi
asam asetat atau vinegar (asetifikasi). Suhu yang dibutuhkan adalah sebesar 21 – 29oC.
Kelebihan metode lambat adalah prosesnya sederhana. Sedangkan
kekurangannnya adalah Proses relative lama dan jatuhnya lapisan tipis agar- agar dari
bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi.
b. Metode Cepat (Quick Methods)
Bahan baku berupa etanol cair, dimana bahan baku untuk basis 1 ton asam asetat
(100%) adalah alkohol 95% sebanyak 1.950 lb, sedikit nutrisi, dan udara sebanyak
11.000 lb. Proses fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings generator)
yang terbuat dari kayu atau besi.
Bagian- bagian dari tangki pembentukan :
Bagian atas : tempat alkohol dimasukkan
Bagian tengah : Terdapat bahan isian (berupa : kayu, tongkol jagung, rotan)
Bagian bawah: digunakan sebagai tempat mengumpulkan produk vinegar.
Gambar 1.Tangki proses fermentasi aerob
Cara kerja pada metode ini adalah:
Mendistribusikan campuran etanol cair (10,5 %), vinegar(1 %), dan nutrisi
melalui bagian atas tangki dengan alat sparger.
Udara dialirkan secara countercurrent melalui bagian bawah tangki.
Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan pendingin. Temperatur
operasi dipertahankan pada rentang suhu 30-350C.
Produk yang terkumpul di bagian bawah tangki mengandung asam asetat
optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk direcycle dan sebagian yang lain di
keluarkan dari tangki.
Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat memerlukan waktu
proses 8-10 hari
Kelebihan metode ini adalah:
Biaya proses rendah
Konsentrasi produk asam asetat besar
Tangki proses membutuhkan sedikit tempat peletakannya
Penguapan sedikit.
Kekurangan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :
Waktu tinggal terlalu lama bila dibandingkan Metoda Perendaman (Submerged
Method)
Pembersihan tangki cukup sulit.
c. Metode Perendaman (Sumbermeged Methods).
Umpan yang mengandung 8-12 % etanol diinokulasi dengan Acetobacter
acetigenum .Temperatur proses 24-29 oC. Bakteri tumbuh di dalam suspensi
(gelembung udara dan cairan yang difermentasi).
Umpan di masukan melewati bagian atas tangki. Udara didistribusikan dalam
cairan yang difermentasi sehingga membentuk gelembung- gelembung gas. Udara
keluar tangki melewati bagian atas tangki. Temperatur proses dipertahankan dengan
menggunakan koil pendingin stainless steel. Defoamer yang terpasang di bagian atas
tangki membersihkan busa yang terbentuk dengan sistem mekanik.
Kelebihan Metoda Perendaman (Submerged Method):
Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi
Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar
Kekurangan Metoda Perendaman (Submerged Method) adalah:
Biaya operasi relatif mahal.
Gambar 2. Tangki Metode Perendaman
2. Fermentasi anaerob
Clostridium thermoaceticum
C6H12O6 3 CH3COOH
glukosa asam asetat
Bakteri yg digunakan dalam prose anaerob adalah Clostridium thermoaceticum. Mampu
mengubah gula menjadi asam asetat . Temperatur proses sekitar 45- 65 oC; pH 2-5.
Memerlukan nutrisi yang mengandung karbon, nitrogen dan senyawa anorganik.
Kelebihan proses anaerob antara lain:
Mengubah gula menjadi sama asetat dengan satu langkah
Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur 60 oC. Perbedaan temperatur yang
besar antara suhu media dengan suhu air pendingin memudahkan dalam
pembuangan panas
Kontaminasi dengan organisme yang membutuhkan O2 bisa diminimalisasi karena
bekerja pada kondisi anaerob
Organisme yang hanya dapat hidup dalam kondisi mendekati pH netral akan mati
karena operasi fermentasi dilakukan pada kondisi asam pH 4,5
Kekurangan proses anaerob antara lain:
Kosentarasi asam asetat lebih rendah dibandingkan dengan proses aerob
Biaya proses lebih mahal dibandingkan dengan proses aerob
Tabel 1. Perbedaan energi untuk memproduksi 1 ton asam asetat
E. PEMURNIAN ASAM ASETAT
Pemurnian asam asetat dapat dilakukan dengan tahapan:
a. Dari distilasi bertingkat akan dihasilkan beberapa jenis asam asetat :
b. Asam asetat glacial (99,5 %)
c. Asam asetat teknis (80 %)
d. Secara komersial kadar asam asetat sebesar 6, 28, 30, 36, 60, 70, dan 80 %
F. ALKOHOL ASAM ASETAT
Asetaldehid adalah senyawa intermedier dalam reaksi ini. Diantar produk akhirnya
adalah sejumlah kecil aldehid, ester, aseton, dan sebagainya. Bau cuka yang sedap berasal dari
adanya bermacam- macam ester seperti etil asetat, dari alkohol, gula, gliserin dan minyak
menguap yang dihasilkan dalam jumlah kecil oleh aksi mikroba. Bau inijuga dapat berasal
dari sari buah- buahan yang di fermentasi, gandum, atau cairan bersifat alkohol lainnya, dari
apap cuka dibuat.
Metode pembuatan cuka dapat dibedakan menjadi metode lambat seperti yang
dikerjakan di rumah, atau metode let alone, metode Perancis atau Orleans, dan metode cepat,
seperti proses pembuatan dengan genera atau prosedur fogging. Pada metode lambat, cairan
alkohol tidak bergerak selama asetifikasi, sedangkan pada metode cepat, cairan alkohol
begerak. Metode lambat mengguanakan sari buah- buahan yang di fermentasi atau cairan
gandum untuk menghasilkan asam asetat. Sedangkan merode cepat kebanyakan untuk
menghasilkan cuka dari minuman keras (alkohol). CAiran gandum atau buah disediakan
untuk makanan bakteri cuka, tetapi untuk memelihara bakteri cuka aktif dalam metode cepat
dengan mengguanakan alkohol, ditambah dengan vinegar food, yang merupakan kombinasi
senyawa organic dan anorganik.
Prosentase cuka yang dinyatakan dalam grain, yaitu 10 kali jumlah gram asetat per
100 ml cuka. Jadi cuka 40 grain mengandung 4 gram asam asetat per 100ml cuka padasuhu
2000C.
Gambar 1. Proses Pembutana vinegar/ asam cuka (Tesfaye,W.et antara lain.2004)
G. MANFAAT ASAM ASETAT
Manfaat asam asetat antara lain:
a. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
b. Pengatur keasaman pada industri makanan
FERMENTASI ALKOHOL
FERMENTASI ASAM ASETAT
PROSES PENUAAN / AGING
ASAM CUKA (VINEGAR)
c. Pelunak air
d. Minuman fungsional misal: cuka apel
e. Sebagai bahan baku Vinil asetat, Selulosa asetat, Asetat Anhidrit, Ester Asetat, dan
Garam Asetat.
H. PENYEBAB KERUSAKAN ASAM ASETAT
Logam dang arm- garamnya menyebabkan kekeruhan dan perubahan warna cuka.
Kerusakan yang disebabkan mikroorganisme dapat menyebabkan rendahnya mutu bahan dari
apa cuka dibuat atau rendahnya mutu cuka itu sendiri. Spesies Lactobacillus dan Leuconostoc
dalam sari buah- buahan tidak hanya bertanggung jawab pada rasa tidak enak, tetpi juga
menghasilkan asam yang tidak diinginkan. Kesulitan ini tidak dapat dikurangi dengan
penambahan sulfur dioksida pada sari buah, tetapi kemikalia ini menghambat bakteri cuka.
Kerusakan cuka diantaranya adalah rusaknya asam asetat pada produk. Lapisan tipis
bakteri pada proses pembuatan cuka mengurangi kecepatan asetifikasi. Oksidasi asam asetat
dalam cuka menjadi karbondioksida dan air dapat ditimbukkan oleh bakteri asam asetat
sendiri selama proses pembuatan cuka jika kekurangan alkohol atau aerasinya berlebihan.
Organisme lain yang dapat mengoksidasi asam asetat pada keadaan aerob adalah lapisan
khamir, jamur benang dan algae.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2005.Bioteknologi Pangan Indonesia. http://www.adobe.com/go/reader9_create_pdf.
Diakses tanggal 20 Maret 2010
Anonim.2009.http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_asetat&action=edit.Diakses
tanggal 20 Maret 2010
Anonim. 2009.http://id.wikipedia.org/wiki/Asetat. Diakses tanggal 20 Maret 2010
Frazier. Food Microbiology. 1978. McGraw-Hill. Amerika
Iqbalali.2008. http://iqbalali.com/biologi/. Diakses tanggal 20 Maret 2010
Nur, H.S.2005.Bioscinteae. http://bioscientiae.tripod.com.
Pelczar, M.J. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press