fidunya hasanah
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 FIDUNYA HASANAH
1/2
F i d - D u n y a H a s a n a h | 1
FID-DUNYA HASANAH WAFIL-AKHIRATI HASANAHKepentingan pembangunanseperti juga pada jaman revolusi, yaitu kepentingan revolusiternyata tidak
hanya memerlukan dalil aqli, tapi juga dalil naqli. Apalagi jika masyarakat menjadi subyekatau obyek
pembangunan justru kaum beragama.
Apabila pembangunan itu menitikberatkan pada pembangunan material (kepentingan duniawi, meskikonon tujuannya material dan spiritual (kepentingan akhirat, maka perlu di!arikan dalil"dalil tentang
pentingnya materi. #inimal pentingnya menjaga keseimbangan antara keduanya (material bagi
kehidupan dunia dan spiritual bagi kehidupan akhirat.
#aka, dalil"dalil tentang men!ariatau setidak"tidaknya tentang peringatan untuk tidak melupakan
kesejahteraan dunia, pun perlu digali untuk digalakkan sosialisasinya.
$ak jarang semangat ingin berpartisipasi dalam pembangunan material"" yang menjadi titik berat
pembangunan ini mendorong para dai dan kyai justru melupakan kepentingan spiritual bagi
kebahagiaan akhirat. Atau, setidaknya, kurang proporsional dalam melihat kedua kepentingan itu.
Ketika berbi!ara tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi,
biasanya para dai tidak !ukup menyitir doa sapu jagat saja% &abbanaa aatinaa 'id"dunya hasanah wa 'il
akhirati hasanah. iasanya, mereka juga tak lupa membawakan )adist popular ini% *+mal lidunyaaka
kaannaka ta+iesyu abadan wa+mal liakhiratika kaannaka tamuutu ghadan, yang galibnya berarti
eramallah kamu untuk duniamu seolah"olah kamu akan hidup abadi dan beramallah kamu untuk
akhiratmu seolah"olah kamu akan mati besok pagi. Kadang"kadang, dirangkaikan pula dengan 'irman
Allah dalam urat al"-ashash (/, ayat 00%1abtaghi 'iimaa aataakallahu +d"daaral aakhirata walaa
tansanashiebaka min ad"dunya.... yang menurut terjemahan 2epag diartikan,2an !arikan pada apa
yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan
kebahagiaan dari (kenikmatan duniawi3.
4mumnya orangsebagaimana para dainyasegera memahami dalil"dalil tersebut sebagai anjuran untuk
giat bekerja demi kesejahteraan di dunia dan giat beramal demi kebahagiaan di akhirat.
Kita yang umumnyatak usah dianjurkan punsudah senang beramal untuk kesejahteraan duniawi,
mendengarkan dalil"dalil ini rasanya seperti mendapat pembenar, bahkan pema!u kita untuk lebih giat
lagi bekerja demi kebahagiaan duniawi kita.
5ihat dan hitunglah jam"jam kesibukan kita. erapa persen yang untuk dunia dan berapa persen untuk
yang akhirat kita6 egitu semangatbahkan mati"matiankita dalam bekerja untuk dunia kita, hingga
kelihatan sekali kita memang beranggapan bahwa kita akan hidup abadi di dunia ini.
Kita bisa saja berdalih bahwa jadwal kegiatan kita sehari"hari yang tampak didominasi kerja"kerja
duniawi, sebenarnya juga dalam rangka men!ari kebahagiaan ukhrawi. ukankah perbuatan orang
tergantung pada niatnya, *nnamal a+maalu binniyyaat wa likullimri"in maa nawaa. $api, kita tentu tidak
bisa berdusta kepada diri kita sendiri. Amal perbuatan kita pun menunjukkan belaka akan niat kita yang
sebenarnya.
7adahal, meski awal ayat 00 urat sl"-ashash tersebut mengandung peringatan agar jangan
melupakan (kenikmatan dunia, peringatan itu jelas dalam konteks perintah untuk men!ari kebahagiaan
-
7/26/2019 FIDUNYA HASANAH
2/2
F i d - D u n y a H a s a n a h | 2
akhirat. eolah"olah Allah wallahu a+lam sekadar memperingatkan, supaya dalam men!ari
kebahagiaan akhirat janganlah lalu kenikmatan duniawi yang juga merupakan anugerah"8ya
ditinggalkan. (ahkan, menurut ta'sir *bn Abbas,1alaa tansa nasiibaka min ad"dunya diartikan
9anganlah kamu tinggalkan bagianmu dari akhirat karena bagianmu dari dunia.
9uga dalil *+mal lidunyaaka3 ""seandainya pun benar merupakan )adist shahihmengapa tidakdipahami, misalnya,eramallah kamu untuk duniamu seolah"olah kamu akan hidup abadi. 8ah, karena
kamu akan hidup abadi, jadi tak usah ngongso dan ngoyo, tak perlu ngotot. ebaliknya, untuk akhiratmu,
karena kamu akan mati besok pagi, bergegaslah. 2engan pemahaman seperti ini, kiranya logika
hikmahnya lebih kena.
ehubungan dengan itu, ketika kita mengulang"ulang doa,&abbanaa aatina 'id"dunya hasanah wa 'il"
akhirati hasanah, bukankah kita memang sedang mengharapkan kebahagiaan (se!ara materiil di dunia
dan kebahagiaan (surga di akhirat, tanpa mengusut lebih lanjut, apakah memang demikian arti
sebenarnya dari hasanah, khususnya hasanah 'id"dunya itu6
7endek kata, jika tak mau mengartikan dalil"dalil tersebut sebagai anjuran berorientasi pada akhirat,
bukankah tidak lebih baik kita mengartikan saja itu sebagai anjuran untuk memandang dunia dan akhirat
se!ara proporsional (berimbang yang tidak mesti seimbang.
#emang, repotnya, kini kita sepertinya sudah terbiasa berkepentingan dulu sebelum melihat dalil, dan
bukan sebaliknya.
1allahu a+lam.
:leh% A. #usto'a isri