fikih

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ibadah haji dan umrah merupakan penyempurna ibadah dalam agama Islam. Setiap muslim yang mampu wajib untuk melaksanakannnya. Orang-orang muslim berbondong-bondong menunaikan ibadah haji dan umrah setiap tahunnya.. Haji merupakan rangkaian ibadah yang sangat kompleks dan pelaksanaanya banyak menghabiskan waktu dan energi. Oleh karena itu setiap muslim harus mengetahui tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji yang baik dan benar. Hal ini bertujuan untuk memudahkan muslim dalam melaksanakan ibadah ini kelak. Pada makalah ini, penulis menyajikan materi-materi yang berkaitan dengan ibadah haji dan umrah. Yang meliputi definisi, hukum dan dasar pensyari’atan, syarat dan rukun, tata cara pelaksanaan, dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, penulis juga akan sedikit membahas tentang berziarah ke makam Nabi SAW, yang banyak menimbulkan pro dan kontra. Penulis membahas tentang hukum dan dasar pensyari’atan, dan adab ketika berziarah ke makam Nabi SAW. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana definisi haji dan umrah? 2) Apa dasar pensyari’atan haji dan umrah? 3) Bagaimana tata cara pelaksanaan haji dan umrah?

Upload: rachma-el-hijja

Post on 12-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Fikih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ibadah haji dan umrah merupakan penyempurna ibadah dalam agama Islam. Setiap

muslim yang mampu wajib untuk melaksanakannnya. Orang-orang muslim berbondong-

bondong menunaikan ibadah haji dan umrah setiap tahunnya.. Haji merupakan rangkaian

ibadah yang sangat kompleks dan pelaksanaanya banyak menghabiskan waktu dan energi.

Oleh karena itu setiap muslim harus mengetahui tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji

yang baik dan benar. Hal ini bertujuan untuk memudahkan muslim dalam melaksanakan

ibadah ini kelak.

Pada makalah ini, penulis menyajikan materi-materi yang berkaitan dengan ibadah

haji dan umrah. Yang meliputi definisi, hukum dan dasar pensyari’atan, syarat dan rukun,

tata cara pelaksanaan, dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, penulis juga akan sedikit

membahas tentang berziarah ke makam Nabi SAW, yang banyak menimbulkan pro dan

kontra. Penulis membahas tentang hukum dan dasar pensyari’atan, dan adab ketika

berziarah ke makam Nabi SAW.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana definisi haji dan umrah?

2) Apa dasar pensyari’atan haji dan umrah?

3) Bagaimana tata cara pelaksanaan haji dan umrah?

4) Bagaimana korelasi haji dan umrah dengan ekonomi dan psikologi?

5) Bagaimana dasar hukum pensyari’atan ziarah ke makam Nabi SAW?

1.3 Tujuan

1) Memahami definisi haji dan umrah.

2) Mengetahui dasar pensyari’atan haji dan umrah.

3) Memahami tata cara pelaksanaan haji dan umrah.

4) Mengetahui korelasi haji dan umrah dengan ekonomi dan psikologi.

5) Mengetahui dasar hukum pensyari’atan ziarah ke makam Nabi SAW.

Page 2: Fikih

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Haji

2.1.1 Definisi Haji

Secara arti kata, lafadz haji yang berasal dari bahasa Arab berarti حج

“bersengaja”. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat

tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud

dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a (tempat

sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah

bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan

Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mabit di Muzdalifah,

melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.1

2.1.2 Hukum dan Dasar Pensyari’atan Haji

Hukum haji itu adalah wajib. Dasar wajibnya adalah beberapa firman Allah

yang menuntut untuk melaksanakan ibadah haji itu. Setidaknya ada dua indikasi yang

memberi petunjuk adanya suruhan melakukan haji itu:

Dengan menggunakan lafadz suruhan sebagaimana terdapat dalam surah Al-

Baqarah ayat 196:

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”

Menggunakan lafadz “” yang mengandung arti kewajiban untuk berbuat. Perintah haji dengan menggunakan lafadz ini terdapat dalam surah Ali Imran ayat 97:

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang

yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.”

1 Syarifuddin, Amir, Garis-garis Besar Fiqh, 2003, Kencana, hlm. 57.1

Page 3: Fikih

Pada umumnya melakukan amal ibadah adalah kewajiban tetap dan

berketerusan sepanjang umur. Namun khusus untuk ibadah haji, kewajibannya hanya

sekali untuk seumur hidup. Pembatasan sekali ini dijelaskan oleh Nabi dengan

haditsnya yang berasal dari Ibnu Abbas menurut riwayat lima perawi hadits

ucapannya:

Rasulallah mengajak kami berbicara dan ia bersabda: “Sesungguhnya Allah telah

mewajibkan haji atasmu”. Maka Aqra’ bis Habis berdiri dan bertanya: “Apakah

setiap tahun ya Rasulallah?”. Nabi menjawab: “Kalau saya jawab begitu tentu akan

diwajibkan. Haji hanya satu kali dan lebih dari itu adalah perbuatan sunat”.2

2.1.3 Syarat dan Rukun Haji

Sesorang dapat melaksanakan haji dengan syarat

1) Islam, orang yang tidak beragama selain islam tidak wajib dan tidak sah

menjalankan haji.

2) Baligh, anak yang belum baligh tidak wajib naik haji, akan tetapi jikalau ia

melakukan maka hajinya dianggap sah. Tetapi dikategorikan sebagai haji sunah.

3) Merdeka, yang dimaksud disini adalah bukan budak belianatau hamba sahaya

yang terikat dengan dengan tugas kewajiban yang di emban dari tuannya,

sedangkan ibadah haji memerlukan waktu yang cukup lama.

4) Berakal, seseorang yang di anggap sah ibadah hajinya adalah mereka yang

berakal sehat, dengan dinyatakan oleh dokter. Seseorang yang meskipun sudah

baligh (dewasa). Namun akal dikiranya tidak sehat seperti terkena penyakit gila,

ayan (stres) hingga hilang akalnya. Orang-orang tersebut tidak diwajibkan naik

haji.

5) Kuasa atau mampu (istiqa’ah) maksudnya kondisinya memungkinkan untuk pergi

haji diantaranya adalah :

a. Sehat jasmani dan rohani.

b. Mempunyai bekal yang cukup untuk pergi dan pulang serta cukup bekal bagi

keluarga yang di tinggal.

c. Ada kendaraan.

d. Aman dalam perjalanan.

e. Ada mahram (muhrim) bagi wanita.3

2 Syarifuddin, Amir, Garis-garis Besar Fiqh, 2003, Kencana, hlm. 57-58.3 Lamadhoh, ‘Athif, Fikih Sunnah, Cendekia, 2007, hlm.118

2

Page 4: Fikih

Hal-hal yang menjadi rukun (wajib dilakukan) dalam pelaksanaan ibadah adalah:

1) Ihram, Yaitu mengenakan pakaian ihram dengan niat untuk haji atau umrah di

Miqat Makani.

2) Wukuf di Arafah, yaitu berdiam diri, zikir dan berdo'a di Arafah pada tanggal 9

Zulhijah.

3) Tawaf Ifadah, Yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dilakukan sesudah

melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijah.

4) Sa'i, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil antara Shafa dan   Marwah sebanyak 7

Kali, dilakukan sesudah Tawaf Ifadah.

5) Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut sesudah selesai melaksanakan

Sa'i.

6) Tertib, yaitu mengerjakannya sesuai dengan urutannya serta tidak ada yang

tertinggal.

Bila salah satu diantara rukun haji ini ditinggalkan, maka ibadah haji menjadi tidak

sah.

Wajib Haji adalah Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji

sebagai pelengkap Rukun Haji, yang jika tidak dikerjakan harus membayar dam

(denda). Wajib haji tersebut adalah:

1) Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan setelah

berpakaian ihram.

2) Mabit (bermalam) di Muzdalifah pada tanggal 9 Zulhijah (dalam perjalanan dari

Arafah ke Mina).

3) Melontar Jumrah Aqabah tanggal 10 Zulhijah.

4) Mabit di Mina pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah). 

5) Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan

13 Zulhijah). 

6) Tawaf Wada', Yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan kota

Mekah. 

7) Meninggalkan perbuatan yang dilarang waktu ihram.

2.1.4 Macam-Macam Haji

1) Haji ifrad yaitu melaksanakan haji terlebih baru melaksanakan umrah.

2) Haji tamattu yaitu mmelaksanakan umrah terlebih dahulu pada bulan-bulan haji

baru melaksanakan haji. Orang yang melaksanakann haji dengan cara tamattu aka

3

Page 5: Fikih

dikenai denda(dam) yaitu menyembelih seekor kambing atau berpuasa sepuluh

hari (tiga hari di tanah suci dan tujuh harilagi di tanah air).

3) Haji qiran yaitu melaksanakan ibadah haji dan umrah bersamaan dan haji ini juga

mendapat denda(dam) berupa menyembelih seekor kambing.4

2.1.5 Sunnah Haji

1) Mendahulukan haji daripada umrah.

2) Mandi ketika hendak ihram atau sebelum memakai baju ihram

3) Shalat sunah ihram dua rakaat.

4) Memperbanyak membaca taibiyah, zikir, dan berdo’a setelah berihram sampai

tahallul. Bagi pria ketika membaca taibiyah hendaklah bersuara keras, sedangkan

bagikan cukup dengan suara pelan.

5) Melakukan tawaf qudum ketika baru masuk ke Masjidil Haram.

6) Menunaikan shalat dua rakaat setelah tawaf qudum.

7) Masuk ke dalam Ka’bah(Baitullah).

8) Minum air zam-zam ketika selesai tawaf.

2.1.6 Larangan Ketika Melaksanakan Haji serta Damnya

1) Larangan bagi jama’ah pria:

a. Memakai pakaian yang berjahit selama ihram.

b. Memakai tutup kepala sewaktu ihram.

c. Memakai yang menutupi mata kaki sewaktu ihram.

2) Larangan bagi jama’ah wanita:

a. Memakai tutup muka

b. Memmakai sarung tangan

3) Larangan bagi jama’ah pria dan wanita:

a. Memotong dan mrencabut kuku

b. Memotong atau mencabut bulu kepala

c. Mencabut bulu badan lainnya

d. Menyisir rambut kepala dan lain-lain

e. Memakai harum-haruman pada badan, pakaian maupun rambut, kecuali yang

di pakai sebelum ihram.

4 Rangkuti, Freddy, Siti Haniah, Perjalanan Menuju Haji Mabrur dengan Manajemen Waktu, 2005, PT. Gramedia Pustaka Utama, 96.

4

Page 6: Fikih

f. Memburu atau membunuh binatang darat dengan cara apapun ketika dalam

ihram.

g. Mengadakan perkawinan, mengawinkan orang lain atau menjadi wali dalam

akad nikah atau melamar .

h. Bercumburayu sahwat atau bersenggama.

i. Mencacimaki, mengupat, bertengkar.

j. Mengucapkan kata-kata kotor, dan lain-lain.

k. Memotong atau menebang pohon atau menabur segala macam yang tumbuh

di tanah suci.

Berikut adalah jenis larangan dan damnya:

1) Orang yang meninggalkan wajib haji:

a. Tidak ihram dan miqat

b. Tidak bermalam di Mudzalifah

c. Tidak bermalam di Mina

d. Tidak melempar jumrah

e. Tidak wakkaf wada’

f. Terlambat hadir pada padang Arafah

g. Melaksanakan haji dan umrah secara tamattu dan qiran

Dam yang harus di bayar:

Menyembelih kambing jika tidak dapat diperbolehkan puasa 10 hari, tiga hari di

tanah suci dan tujuh hari lagi di tanah air.

2) Orang yang melanggar salah satu larangan ihram:

a. Memakai pakaian yang berjahit

b. Memaki tutup muka atau memakai sarung tangan bagi wanita

c. Mencukur rambut

d. Memotong kuku

e. Memakai harum-haruman

Dam yang harus di bayar:

5

Page 7: Fikih

Menyembelih kambing jika tidak dapat diperbolehkan puasa 10 hari, atau

memberi sedekah tiga sha’ atau tiga gharan atau 9,3 litter beras kepada emam

orang fakir miskin selama tiga hari berturut-turut.

3) Orang yang memburu binatang yang ada di tanah suci

Dam yang harus di bayar :

Menyembelih binatang yang semisal atau bersedekah kepada fakir miskin seharga

binatanng yang di bunuhatau berpuasa dengan menghargakan dengan beberapa

gathan kurma (1/4 gathan sehari)

4) Orang yang memotong pepohonan

Dam yang harus di bayar :

Menyembelih satu ekor unta atau sapi jika yang di potong besar dan satu ekor

kambing jika di potong kecil.

5) Orang yang bersenggama(bersetubuh) suami istri

a. Jika dilakukan sebelum tahallul awal maka hajinya batal

b. Jika dilakukan setelah tahallul awal maka harus membayanr dam

Dam yang harus dibayar :

Menyembelih seekor unta atau sapi atau tujuh ekor kambing atau bersedekah

seharga satu ekor sapi atau unta atau tujuh ekor kambing.

6) Orang yang sedang haji tetapi hajinya terhalang oleh sesuatu yang menyebabkan

hajinya tidak dapat disempurnakan olehnya.

Dam yang harus di bayar:

Menyembelih hewan qurban.

2.1.7 Tata Cara Pelaksanaan Haji

Tata urutan pelaksanaan ibadah haji adalah sebagai berikut:

1) Ihram

Pelaksanaan ihram paling lambat tanggal 9 Dzulhijjah pada miqat yang telah di

tentukan. Hal yang dianjurkan yang termasuk sunah haji sebelum berihram

6

Page 8: Fikih

adalah mandi, berwudu, memakai pakaian ihram, dan memakai wangi-wangian

terlebih dahulu.

2) Wukuf di Arafah

Berkumpul di Padang Arafah beberapa saat yang di nilai dari tergelincirnya

matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga menjelang fajar tanggal 10 Dzulhijjah.

Wukuf dapat di lakukan dimana saja asal masihdi sekitar Arafah.

3) Mabit di Mudzalifah

Selesai melaksanakan wukuf, lalu berangkat menuju mudzalifah untuk mabit atau

menginap di sana walaupun sebentar, waktunya di mulai dari tergelincirnya

matahari pada 9 Dzulhijjah hingga terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Sambil menunggu waktu tengah malam tiba dan bagi yang belum shalat magrib

dan isya dapat menggantinya dengan shalat qhasar takhir yaitu magrib tiga rakaat

dan isya dua rakaat. Di mudzalifah jamaah haji juga mengambil batu kerikil

empat puluh sembilan butir atau tujuh puluh butir untuk melempar jumrah di

Mina nantinya. Selesai mengambil batu jamaah tidur sampai waktu subuh dan

shalat subuh di tempat ini juga. Kemudia menuju mina sambil membaca taibiyah

lalu berhenti sejenak di Masy’aril Haram (monumen suci) untuk berdzikir kepada

Allah SWT.

4) Melontar jumrah aqabah

Setibanya di Mina (waktu duha tanggal 10 Dzulhijjah) lalu melontar jumrah

aqabah (tempat untuk melontar batu yang terletak di Bukit Aqabah) dengan tujuh

batu kerikil. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan menyembelih hewan

qurban (yang penyelenggaraannya diserahkan kepada bank Al-Rajhi).

5) Tahallul awal

Setelah melontar jumrah aqabah, kemudian dilanjutkan dengan tahallul (bebas

dari kewajiban ihram haji sesudah selesai mengerjakan amalan-amalan haji) awal

dengan cara mencukur atau menggunting rambut sekurang-kurangnya tiga helai.

Dengan dilakukannya tahallul awal ini berarti kita boleh memakai pakaian biasa

dan melakukan semua perbuatan yang di larang selama ihram, kecuali bersetubuh

atau jimak (melakukan hubungan suami istri).

6) Tawaf ifadah

Bagi jama’ah haji yang akan melakukan tawaf ifadah pada hari itu juga (10

Dzulhijjah) dapat langsung pergi ke Mekah untuk melakukan tawaf, yaitu

mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali di mulai dari arah yang sejajar dengan

Hajar Aswad dan berakhir di sana pula. 7

Page 9: Fikih

Selama melakukan tawaf, kita harus selalu suci dari hadas kecil, hadas besar dan

najis atau dalam keadaan berwudhu, selesai tawaf disunahkan mencium Hajar

Aswad (batu hitam) lalu shalat sunnah. Dua rakaat di dekan makam Nabi Ibrahim

jika tidak memungkinkan dapat dilakukan di mana saja- asal masih di sekitar

ka’bah atau di dalam masjidil haram. Kemudian berdo’a di Multazan dan

meminum air zam-zam.

7) Sa’i

Setelah melakukan tawaf ifadah, dilanjutkan melakukan sa’i yaitu berjalan dari

bukit safa ke bukit marwah dan kembali lagi kebukit safa sebanyak tujuh kali.

8) Tahallul kedua

Setelah melakukan sa’i, lalu dilanjutkan dengan tahallul kedua (akhir) dengan

tahallul ini, berarti sesseorang telah melakukan tiga perbuatan yakni melontar

jumrah aqabah, tawaf ifadah dan sa’i. Dan dengan demikian bagi suami istri

terbebas dari larangan untuk bersetubuh.

9) Mabit di Mina

Setelah tiba di Mina, jama’ah haji bermalam di sana selama tiga malam. Yaitu

malam 11, 12 dan 13 Dzulhijjah atau yang di sebbut hari tasyrik. Pada siang

harinya tanggal 11 Dzulhijjah setelah waktu dzuhur barulah melontar tiga jumrah,

yaitu ula, wusta dan aqabah masing-masing tujuh kali dengan menggunakan batu

kerikil, hal yang sama dilakukan pada tanggal 12 dan 13 Dzulhijjah. Waktu dan

sarana yang sama juga.

Namun ada juga para jama’ah yang melontar ketiga jumrah hanya sampai pada

tanggal 12 Dzulhijjah sore harinya dan kemudian mereka meninggalkan Mina

menuju menuju Mekkah. Hal ini diperbolehkan, dan mereka itu di sebut nafar

awal. Sedangkan para jama’ah yang melakukan pelontaran jumrah sampai tanggal

13 Dzulhijjah sore harinya, mereka di sebut nafar sani.

Dengan selesainya kegiatan pelontaran di atas, bagi mereka yang mengerjakan

haji tamattu dan haji qiran selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dan

kembali ke Mekkah. Akan tetapi, bagi mereka yang mengerjakan haji ifrad masih

di haruskan mengerjakan umrah, yaitu dimulai dengan ihram untuk umrah lalu

tawaf, sa’i dan di akhiri dengan tahallul, setelah selesai umrah berarti selesailah

seluruh rangkaian kegiatan ibadah hajinya (haji ifrad).

Bagi mereka yang ingin meninggalkan tanah suci mekah dan kembali ke tanah

airnya harus melahsanakan tawaf wada atau tawaf perpisahan. Caranya sama saja 8

Page 10: Fikih

dengan tawaf ifadah, tetapi pada tawaf wada tidak di sertai dengan sa’i dan dalam

berpakaian biasa.5

2.2 Umrah

2.2.1 Definisi Umrah

Menurut bahasa umrah berarti ziarah ataun berkunjung, sedangkan menurut

istilah syara’, umrah adalah menziarahi ka’bah di Mekah dengan niat beribadah

kepada Allah di sertai syarat-syarat tertentu.

2.2.2 Hukum dan Dasar Pensyari’atan Umrah

Hukum umrah adalah wajib sebagaimana juga hukum haji, karena perintah untuk

melakukan umrah itu selalu dirangkaikan Allah dengan perintah melaksanakan haji,

seperti pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 196:

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”

Dan pada surat Al-Baqarah ayat 158:

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka

Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, Maka tidak ada

dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan Barangsiapa yang

mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah

Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui.”6

2.2.3 Syarat dan Rukun Umrah

Syarat-syarat umrah itu ada lima, yaitu :

1) Islam

2) Baligh

5 Rangkuti, Freddy, Siti Haniah, Perjalanan Menuju Haji Mabrur dengan Manajemen Waktu, 2005, PT.

Gramedia Pustaka Utama, 95.

6 Syarifuddin, Amir, Garis-garis Besar Fiqh, 2003, Kencana, hlm. 70-71.9

Page 11: Fikih

3) Berakal sehat

4) Merdeka

5) Kuasa atau mampu mengerjakannya

Rukun umrah itu ada lima, yaitu :

1) Ihram, yaitu niat memulai mengerjakan ibadah umrah.

2) Tawaf, yaitu mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali

3) Sa’i

4) Tahalul (mencukur atau menggunting rambut paling sedikit tiga helai rambut)

5) Tertib (dilakukan secara berurutan)

Wajib umrah ada dua macam, yaitu sebagai berikut :

1) Niat ihram dari miqat

2) Meninggalkan dari segala larangan umrah, sebagaimana halnya larangan dalam

mengerjakan haji.

2.2.4 Tata Cara Pelaksanaan Umrah

1) Melakukan ihram dengan niat umrah dari miqat makani yang telah di tentukan,

sebelum berihram ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

a. Memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, mandi, menyisir

rambut dan merapikan jenggot.

b. Memakai mwangi-wangian.

c. Mengganti pakaian biasa dengan pakaian ihram.

d. Mengerjakan shalat sunah dua rakaat.

2) Masuk ke Masjidil Haram untuk melakukan tawaf sebanyak tujuh kali sekali

putaran, yang di mulai dari sudut hajar aswad dan berakhir di sana pula.

3) Selesai tawaf, dilanjutkan dengan sa’i antara bukit Safa dan Marwah, perjalanan

dari bukit safa dan marwah di hitung satu kali, sa’i dilakukan sebanyak tujuh

kali dan berakhir di bukit marwah. Setiap sampai di dua bukit tersebut, kita

berhenti sejenak untuk memanjatkan do’a sambil menghadap ke ka’bah.

4) Selesai sa’i dilanjutkan tahallul. Dengan demikian bebaslah kita dari segala

larangan ihram. Tahallul juga menandai selesainya pelaksanaan umrah.

2.3 Korelasi Haji dan Umrah dengan Ekonomi dan Psikologi

10

Page 12: Fikih

Rangkaian ibadah haji dan umrah adalah salah satu bentuk ibadah yang memiliki

makna multi aspek yakni: ritual, individual, politik ekonomi, psikologis, dan sosial. Dari

aspek psikologis, ibadah haji berarti tiap-tiap jamaah harus memiliki kesiapan mental yang

tangguh dalam menghadapi perbedaan iklim dan budaya daerah yang sangat berbeda

dengan situasi bangsanya. Haji dapat melatih jiwa. Haji menjadi ibadah yang

mensyaratkan penghambaan kepada Allah dalam bentuknya yang paling utama. Haji

adalah bentuk kerendahan hati di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Haji merupakan

bentuk penelusuran dan ekspresi terhadap tanda-tanda Allah dalam bentuknya yang paling

dalam. Haji adalah ibadah yang beragam manusia dari jenis yang berbeda datang bersama-

sama untuk menyatakan pengabdian, penghambaan dan kerendahan hati dihadapan Allah.

Dari segi ekonomi, Imam Ash-Shadiq secara tegas dan jelas, ia menangkap sebuah

isyarat bahwa salah satu dari tujuan haji adalah untuk memperkuat perdagangan muslimin

dan mempermudah hubungan perekonomian di antara mereka.  Dalam sebuah hadis,

ketika menafsirkan ayat, “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu”

(QS. Al-Baqarah [2]: 198), Imam Ash-Shadiq berkata, “Maksud dari ayat tersebut adalah

usaha untuk mencari rezeki. Ketika manusia telah keluar dari keadaan ihramnya dan

menyelesaikan pelaksanaan manasiknya, pada musim itu juga mereka melakukan transaksi

jual beli. Dan melakukan hal ini bukan saja tidak berdosa, bahkan malah memiliki pahala.”

Pendek kata, apabila ibadah yang agung ini dimanfaatkan secara benar dan

sempurna, dan para peziarah Baitullah dalam melakukan aktifitasnya di bumi suci ini

mempunyai kesiapan kalbu untuk memanfaatkan kesempatan besar ini dalam

menyelesaikan berbagai problem yang ada dalam masyarakat Islam dengan membentuk

berbagai kongres politik, budaya, dan perekonomian, maka ibadah ini dari setiap

segmennya akan mampu menjadi sebuah penuntas masalah.7

2.4 Ziarah ke Makam Nabi SAW

Ziarah makam Nabi SAW adalah salah satu bentuk ekspresi rasa mahabbah kepada

beliau, dengan mengunjungi makam dan mendo’akan beliau.

2.4.1 Hukum dan Dasar Pensyari’atan Berziarah ke Makam Nabi SAW

7 [Anonim], Dimensi Ekonomi Haji, http://tvshia.com.11

Page 13: Fikih

            Pada masa awal Islam, ziarah kubur sempat di larang oleh Rasulullah SAW.

Hal itu di maksudkan untuk menjaga akidah mereka yang belum kuat, agar tidak

menjadi musyrik dan penyembah kuburan. Namun setelah Islam kuat dan akidah

mereka juga kuat, Rasulullah justru menyuruh kaum muslimin untuk melakukannya.

Seperti sabda Rasulullah pada haditsnya :

( السنن ( واصحاب ومسلم احمد رواه األخرة �ركم تذك فإنها فزوروها القبر زيارة عن نهيتكم كنت

 “Dahulu saya melarang menziarahi kubur, adapun sekarang berziarahlah kesana,

karena demikian itu akan mengingatkanmu akan hari akhirat.”(HR. Imam Ahmad,

Muslim, dan Ashabus Sunan).

            Keterangan diatas jelas menunjukkan bahwa Rasulullah sendiri telah

memerintahkan kepada kita semua sebagai ummat muslim untuk berziarah kubur,

juga di lihat dari segi manfaat yang sangat besar, tidak hanya untuk mendoakan dan

menghadiahkan pahala kepada ahli kubur, tetapi juga sebagai mediator kita untuk

ingat akan hari akhirat, terutama kematian.

            Terkait dengan ziarah ke Makam Rasul sendiri, dimana ibadah ini sempat

akan dilarang oleh Raja Abdul Aziz Bin Saud yang beraliran Wahabi, bahkan

berencana akan menggusur makam Nabi, dengan dalih hal ini adalah sebuah ibadah

yang bid’ah. Keterangan yang di sebutkan didalam kitab Al-Adzkar karangan Imam

al-Hafidz Muhyiddin Abi Zakariyya Yahya Bin Syarif Nawawi atau yang lebih di

kenal dengan Imam Nawawi mengatakan bahwa “selayaknya bagi ummat Muslim,

disetiap mereka menunaikan Haji hendaklah menuju dan berziarah ke makam

Rasulullah Muhammad SAW, entah itu merupakan jalannya sendiri atau tidak,

karena ziarah ke makam Rasul merupakan paling pentingnya beberapa Ibadah yang

telah di perintahkan dan merupakan doa khusus yang paling utama.” Jadi terang,

bahwa mengunjungi dan berziarah ke makam Rasulullah termasuk sebuah salah satu

ibadah yang diutamakan, dan dengan berziarah kesana, hal itu sudah menjadi sebuah

doa. Dengan mengunjungi makam orang-orang saleh, di harapkan menjadi sebuah

perantara penguat – bertawasshul – terkirimnya doa kepada Allah SWT, apalagi

mengunjungi dan berziarah ke makam Rasulullah yang sudah pasti kesalehan dan

kedekatannya dengan Allah SWT, adalah sebuah keniscayaan bagi ummat muslim

untuk melakukan ziarah dan bertawasshul kepada Rasulullah. Sebagaimana yang

12

Page 14: Fikih

pernah dilakukan oleh sahabat Umar bin Khaththab ra yang juga pernah

bertawasshul, Umar berkata :

استسقى قحطوا إذا كان عنه الله رضي الخطاب بن عمر أن ماك ابن انس عن

اليك وإنانتوسل فتسقينا بنبينا اليك نتوسل كنا إنا اللهم فقال، عبدالمطلب بالعبباسبن

( البخارى ( رواه فيسقون قال فاسقنا نبينا بعم

“Dari Annas bin Malik ra, beliau berkata, “Apabila terjadi kemarau, sahabat Umar

ibn Khaththab bertawasshul kepada Abbas ibn Abdilmuththalib, kemudian berdoa,

“Yaa Allah, kami pernah berdoa dan bertawasshul kepadaMu dengan Nabi SAW,

maka Engkau turunkan hujan. Dan sekarang kami bertawasshul dengan paman

Nabi kami, maka turunkanlah hujan.” Anas berkata,” Maka turunlah hujan kepada

kami ”. (HR. Bukhari)

            Keterangan di atas menunjukkan bahwa kebolehan bertawasshul dan

memohon kepada Allah Swt dengan menjadikan sesuatu sebagai perantara demi

tercapainya suatu keinginan, telah dilakukan oleh para sahabat.

أعربي� : " فجاء ، وسل�م عليه الله صل�ى �بي الن قبر عند جالسا كنت قال العتبي� وعن

إذّظ�لمواأنفسهم : : ( �هم ولوأن يقول تعالى الله سمعت الله، يارسول عليك الم الس� فقال

: ] ( النساء رحيما تو�ابا لوجدواالله سول الر� واستغفرلهم فاستغفرواالله وقد] 64جاؤوك

ربي الى بك مستشفعا ذنبي، من مستغفرا "... جئتك

“Diceritakan dari Al-‘Itabiy, ia berkata “ketika aku sedang duduk di sisi

kubur/makam nabi Muhammad SAW, datanglah A’robi yang kemudian ia

mengucapkan الله يارسول عليك kemudian aku mendengar firman Allah ,” السالم

SWT – yang berarti – “sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya

sendiri (berhakim kepada selain Nabi Muhammad SAW) datang kepadamu, lalu

memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka,

tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”

(an-nisa’ : 64), dan sungguh aku datang kepadamu dengan memohon ampun dari

dosaku, serta Syafa’at kepada Tuhanku.... ”

            Penjelasan penggalan cerita diatas memberikan isyarat kepada kita bahwa

mereka yang datang ke Kubur Rasulullah, kemudian memohon ampun dan

mengharap diberinya syafa’at kepada Allah, seperti yang telah dilakukan oleh A’robi

(Orang badui Arab), dapat dilakukan, bahkan setelah itu sahabat ‘Itabiy pun melihat 13

Page 15: Fikih

Rasulullah dalam mimpinya, kemudaian beliau berkata bahwa yang dilakukan oleh

A’robi adalah benar ( kemudian memberikan kabar gembira bahwa Allah Swt (حّق�

telah memberikan ampunan kepadanya. Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa

menziarahi makam Rasul dan berdoa kepada Allah dengan duduk berada disisi

makam Rasul dengan maksud menjadikannya adalah sebuah perantara adalah boleh.8

2.4.2 Adab Ziarah ke Makam Rasul

Peziarah disunnahkan pergi ke makam Nabi SAW dengan menghadap

kepadanya dan membelakangi kiblat untuk mengucapkan salam kepada Rasulullah

SAW, kemudian bergerak mundur sekitar satu hasta ke arah kanan untuk

mengucapkan salam kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, lalu bergerak mundur lagi

sekitar satu hasta ke arah kanan untuk mengucapkan salam kepada Umar bin Khattab

ra, lantas menghadap kiblat dan berdoa untuk dirinya, orang-orang yang dicintainya,

sadara-saudaranya dan seluruh umat Islam, lalu langsung pulang ke kampung

halamannya. Seorang peziarah hanya boleh mengeraskan suaranya hingga terdengar

bagi dirinya saja. Dia juga harus menjauhi perbuatan mengusap-ngusap dan

mencium makam Nabi SAW, karena itu termasuk perkara yang dilarang oleh

beliau.9

8 [Anonim], Ziarah Kubur Rasul Muhammad SAW, sites.google.com.9 Rangkuti, Freddy, Siti Haniah, Perjalanan Menuju Haji Mabrur dengan Manajemen Waktu, 2005, PT. Gramedia Pustaka Utama, 211.

14

Page 16: Fikih

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

Haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan

amalan-amalan ibadah tertentu pula. Sedangkan umrah adalah menziarahi ka’bah di Mekah

dengan niat beribadah kepada Allah di sertai syarat-syarat tertentu. Hukum haji dan umrah

itu adalah wajib. Dasar wajibnya adalah beberapa firman Allah yang menuntut untuk

melaksanakan ibadah tersebut.Salah satunya terdapat pada QS. Al-Baqarah ayat 196.

Tata cara pelaksanaan haji dimulai dari ihram, wukuf di Arofah, mabit di

Muzdalifah, melontar jumrah aqabah, tahallul, tawaf ifadah, sa’i, tahallul kedua, mabit di

Mina kemudia tawaf wada’. Berbeda dengan pelaksanaan haji, pelaksanaan umrah lebih

ringkas. Hal ini karena dalam pelaksanaan umrah tidak terdapat wukuf. Tata cara

pelaksanaan haji dimulai dari ihram, tawaf, sa’i, dan tahallul.

Korelasi aspek psikologis dari ibadah haji dan umrah adalah tiap-tiap jamaah harus

memiliki kesiapan mental yang tangguh dalam menghadapi perbedaan iklim dan budaya

daerah yang sangat berbeda dengan situasi bangsanya. Sedangkan korelasinya dari segi

ekonomi adalah untuk memperkuat perdagangan muslim dan mempermudah hubungan

perekonomian di antara mereka.

Terkait dengan ziarah ke makam Nabi SAW, dasar hukumnya adalah hadis Nabi SAW

sendiri yang artinya “Dahulu saya melarang menziarahi kubur, adapun sekarang

berziarahlah kesana, karena demikian itu akan mengingatkanmu akan hari akhirat.”(HR.

Imam Ahmad, Muslim, dan Ashabus Sunan). Hal ini berarti Rasulullah membolehkan

untuk berziarah ke makam.

15