~/f>.il/? -...
TRANSCRIPT
~/f>.il/? Gambaran Burn Out Pada Guru Pendamping .Anak Autis
Di Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi)
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun oleh:
Aditya Sulaksono
103070028979
~r,pmjS'.'l'Pt.'l·/· g '.'' 1. ·' !.'"""em" ~ r,.,/tif !,, .._,, l t '1Ji-s- 1\.'-'f :•'.i t I t r'i-. i {f;J'il
f'lYf.iRlf fllfJ#iV.0\TIJLLA,N ,!lH>f?lllI!l
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HID/\YATULLAH
JAKARTA 2007
GAMBARAN BURN OUT PADA GURU PENDAMPING ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR NEGERI INKLUSI 04 PAGI
JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar sarjana Psikologi
Pembimbing I,
Oleh: ADITYA SULAKSONO
NIM: 103070028979
Di Bawah Bimbingan
Ora. Agustiawati, M. Phil. Sne
FAKULTAS PSIKOLOGI
S. Evangeline. M.Si, Psi
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul GAMBARAN BURN OUT PADA GURU
PENDAMPING ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR NEGERI 04 PAGI
JAKARTA TIMUR (SD PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI) telah
diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada langgal 19 September 2007.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sa~ana Program Strata 1 (S1) pad a Fakultas Psikolo~1i.
Jakarta, 19 September 2007
Sidang Munaqasah,
Dekan I (a Pembantu Dekan I / Ketua Me\~ gkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota
. Hartati M.Si
938
Penguji I
NIP. 150 215 283
Pembimbing I
Ora. Agustiyawati, M.Phil.Sne NIP. 132 121 898
,;· Dra. Hj. Zahrot
NIP. 150 238 773
Anggota
Penguji II 9
·~ccgl~~
M.Si
Dra. Agustiyawati. M. Phil.Sne
NIP. 132 121 898
Pembimbing II
~ ~- Evangeline., M.Si. Psi
Motto ...
*) "Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan" (Al-lnsyirah:6)
*) "The real champion isn't just winning the
competition, but everyone who can stand up for
every failure" (Reza M Syarif).
*) "Sukses adalah berjalan dari satu kegagalan ke
kegagalan lain tanpa kehilangan semangat"
(Abraham Lincoln)
DEDICATION ...
Kudedikasikan Skripsi ini untuk :
"Kedua orang tuaku, Suheriyanto & Lilik Sri Rahayu .....
Orang Tua yang sabar dan tak pernah kenal lelah dalam menjalani hidup" -
My Little Heroes, Kakak "Farhan" & Mas "Gilang" ...... . You are my Inspiration
IT. Mya, Ay, Frhn I
I T.Euis, Dra, Davin, Ng/
I T.Vra, Justn, Rmses/
I Mba Reni, Giang, Ryhan/
I T.lta, Kevin, He/mil
IT lmbi, Rio IT. Herna, Mega I
I T. Herdfana, Cinta Laura Khiel I
I T.Esti, Naya, Tia, Alvar I
IT. Maia, Resa Diana IT.Lily. Ryan/
Terima kasih atas indahnya kebersamaan yang kau percayakan padaku ... I Love You All '
(C). Aditya Sulaksono
ABSTRAKSI
(A). Fakultais Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta (B). September 2007
(D). Gambaran Burn Out Pada Guru Pendamping Anak Autis Di Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi)
(E). xii + 55 halaman (F). Burn out p_01da pekerja pelayanan kemanusiaan lebih sering dikaitkan
dengan perasaan lelah secara fisik dan psikis. Bum out terjadi akibat berubahnya kondisi psikologis akibat reaksi terhadap situasi kerja yang tidak menguntungkan. (Freudenberger dalam Farber, 1991) bum out adalah suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens. Berdedikasi dan berkomitmen, bekerja terlalu banyak dan, terlalu lama, dengan adanya tekanan-tekanan ini, maka dapat menimbulkan rasa bersalah, sehingga m1;;reka mengalami kelelahan atau frustasi yang disebabkan terhalangnya pencapaian hara pan.
Penelitian ini bertujuan selain mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang psikologi, juga untuk mengetahui bagaimana gambaran kejenuhan guru pendamping yang mengajar di sekolah inklusi SD Negeri lnklusi 04 Pagi Gedong Jakarta Timur.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Pendekatan kualitatif adalah salah satu metode yang dilakukan dalam situasi alamiah yang datanya tidak berbentuk angkaangka, melainkan berbentuk kata-kata sehingga dalam pengolahan data tidak dilakukan perhitungan statistik melainkan data analisa secara induktif dan deduktif.
Subyek penelitian ini berjumlah dua orang yan~J diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, semua subyek penelitian berprofesi sebagai guru pendamping dengan latar belakang S 1 Pendidikan. Subyek berada pada usia 23 sampai dengan 28 tahun, bekerja di SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur.
(C). Aditya Sulaksono
ABSTRAKSI
(A). Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta (B). September 2007
(D). Gambaran Bum Out Pada Guru Pendamping1 Anak Autis Di Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi)
(E). xii + 55 halaman (F). Burn out pada pekerja pelayanan kemanusiaan lebih sering dikaitkan
dengan perasaan lelah secara fisik dan psikis. Bum out terjadi akibat berubahnya kondisi psikologis akibat reaksi terhadap situasi kerja yang tidak menguntungkan. (Freudenberger dalam Farber, 1991) bum out adalah suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens. Berdedikasi dan berkomitmen, bekerja terlalu banyak dan terlalu lama, dengan adanya tekanan-tekanan ini, maka dapat menimbulkan rasa bersalah, sehingga mereka mengalami kelelahan atau frustasi yang disebabkan terhal:3ngnya pencapaian hara pan.
Penelitian ini bertujuan selain mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang psikologi, juga untuk mengetahui bagaimana gambaran kejenuhan guru pendamping yang mengajar di sekolah inklusi SD Negeri lnklusi 04 Pagi Gedong Jakarta Timur.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Pendekatan kualitatif adalah salah satu metode yang dilakukan dalam situasi alamiah yang datanya tidak berbentuk angkaangka, melainkan berbentuk kata-kata sehingg;a dalam pengolahan data tidak dilakukan perhitungan statistik melainkan data analisa secara induktif dan deduktif. '
Subyek penelitian ini berjumlah dua orang yan~g diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, semua subyek penelitian berprofesi sebagai guru pendamping dengan latar belakang S 1 Pendidikan. Subyek berada pada usia 23 sampai dengan 28 tahun, bekerja di SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur.
Menjadi guru pendamping bukanlah pekerjaan mudah, walaupun tidak jauh beda dengan guru kelas, namun guru pendamping memiliki cara dan metode khusus dalam menghadapi muridnya. Khususnya mengendalikan diri ketika berhadapan dengan anak yang tantrum, bersikap tidak wajar.
Hasil penelitian menunjukkan, kendala dan hambatan yang dialami para guru pendamping menjadi sumber bum out selama menghadapi anak autis diperoleh dari berbagai aspek, diantaranya kendala dari anak didik yang menyandang autis, misalnya perilaku agresif (teriak, memukul, tertawa sendiri). Kendala dari para orang tua yang kurang kooperatif, serta tuntutan dari dari orang tua maupun dari pihak sekolah. Setiap penyebab dan gejala bum out ditemui selama bekerja, setiap kendala bersumber dari tekanan dan permasalahan selama bekerja. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada guru pendamping autis di SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur, maka guru pendamping perlu menambah jam terbang dalam mengajar, sehingga guru tersebut mempunyai banyak pengalaman dalam menghadapi anak at.tis. Dan sebisa mungkin dapat rnerubah variasi dalam rnengajar.
(G) Daftar Bacaan 24 (1978 -2006)
ABSTRACTION
(A}. Faculty of Psychology, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta
(B). September 2007 (C). Aditya Sulaksono
(D). Description of Burn Out the Shadow Teacher for Autis Childrean at Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (Organizer of, Inclusion Educational School)
(E). xii + 55 Pages
(F). Burn out for volunteer is more often be connected with physical and psyche. It happened because charge of psychology condition from reaction of working situation with not give advantage. (Freudenberger in Farber, 1991) burn out is kind of tired, cause some one who works very intense, in dedicating and commiting working too m11ch and long. With this pressure it can create feeling guilty, the consequency they feel tired or frustration which caused abstracted the reach of expectation.
Bisades improve the knowledge this research has a purpose psychology field, and to know how description of burn out from the shadow teacher who teach at Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (Organizer of, Inclusion Educational School).
Approach in this research uses qualitative approach with study case method. Qualitative approach is one of method which be done in natural situation. The data not in digit shape, but with words shape, so in processing data it's not clone statistic account, but with inductive and deductive analysis.
This research uses two person, as obj1ict who taken based characteristic which had been decided before. All the objects of research working as shadow teacher with degree education background. Age of the objects are about 22• until 28 years old who work at Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (Organizer of, Inclusion Educational School).
The shadow teacher is not an easy occupation, even though it is not different with teacher class, but shadow teachers have specific ways and methods in teaching their students, especially to control their self how to face a tantrum and not usual student.
The result show obstacles which be experienced shadow teachers to be source of burn out when they faca autis student with be got from such of aspect, for instance aggressive attitude(scream, hit, laugh by them their). The abstract can come from parents who do not cooperative, claim from parents and from school, then every caused and symptom of burn out can be found when working, every obstacle came from pressure and, problem when working.
(H). List of Reads 24 (1978-2006).
KATA PENGANTAI~
Alhamdu/i/lahirabbil 'alamin
Segala puji serta syukur yang mendalam saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT pemilik alam semesta yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Akhirnya selesai juga skripsi yang saya dambakan i11i. Tanpa campur tanganMU, mungkin skripsi ini tidak akan selesai.
Sebuah perjalanan yang cukup melelahkan dari perkuliahan akhirnya selesai juga. Skripsi ini jauh dari sempurna. Tapi yang saya rasakan dalam penyusunan skripsi ini adalah dukungan dari orang-orang terbaik serta beberapa pihak yang dapat membuat saya semangat dan terus berjuang untuk mempertahankan skripsi hingga selesai.
Terima kasih saya ucapkan kepada :
1. lbu Netty Hartati, M.Si, Dekan Fakulta1s Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih sedalam-dalamnya saya ucapkan atas bantuan, kritikan, serta saran-saran selama saya kuliah di Fakultas Psikologi. Sekali lagi terima kasih banyak atas perhatian ibu selama ini.
2. lbu Ora. Agustiawati, M Phil Sne, dosen pembimbing pertama saya. Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang saya repotkan untuk konsultasi skripsi. Sekali lagi terimakasih banyak.
3. lbu S. Evangeline, M.Si, Psi selaku dosen pembimbing kedua saya, terima kasih atas masukan yang bermanfaat, dan atas sharing ilmunya.
4. Bapak Prof. Hamdan Yasun selaku pembimbing akademik saya selama perkuliahan. Terima kasih yang tulus saya ucapkan, karena telah membimbing saya selama kuliah dan rnemberikan nasehat yang berharga untuk saya.
5. Kedua orang tua, Suheri Yanto seorang bapak yang sabar, kuat dalam membimbing keluarga dan lbu Lilik Sri Rahayu seorang ibu yang tak pernah kenal lelah dalam menjalani hidup. Kepada mereka berdua saya ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, karena memberikan dorongan baik materil maupun motivasi serta nasehat-nasehat yang berharga. Tak lupa Kakakku Rully Novianto, M. Si dan Adikku Dina Kusuma Ningrum. Semoga Allah terus mE!mberikan kedamaian di keluarga kita.
6. Kepala Sekolah SD negeri 04 lnklusi Gedong Jakarta Timur yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi, guru pembimbing yaitu lbu
Endang, FH, SN. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk hari ini dan yang akan datang.
7. Capoeira Bulungan Das Ruas, Mestre ku, Mr. Osso terima kasih atas kesabaran ilmu yang diberikan, Dimas, Chiko, QQ, Maedi 1, 2, Tata, Mas Hendri, Kancil, Yofa, Egi, Mas Yan, Mas Sis, Dana, Oka, Free dll makasih banyak atas masukan dan dukungan. Event Oraganizer Wajah lnsan Negeri, Agung, Iqbal, Bahrian, Yogi TKP (Trans 7), Andri.. Teman-teman Psikologi Angkatan 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006 yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu kalian adalah yang terbaik.
8. Mrs. Dwi thanks for spirit. Sigma Smart EduGation Ir. Adrizal, Selamet Sutanto SE, Rahmat Mariadi. Terima Kasih atas kerjasama yang kita bangun hingga selama ini, semoga bermanfaat bagi orang banyak.
9. My team, trainer Dream Smart TM, Ir Yudistira, Mas Anton, Mas Lutfi, Ir Wida, Ir Mira. Terima kasih juga teman-teman di Yayasan Soekarseno Peduli lbu Lilly, SE , lbu Hema, lbu Arymbi, lbu Herdiana SH 'Cinta Laura Khiel Cinderella', Priyandana Kusurnadi (Psikologi UI) Mas Wahyudin, M. Si , terim{;jkasih atas sharing ilrnu yang bermanfaat.
10. Seluruh staf Fakultas Psikologi terima kasih banyak atas bantuannya selama ini
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memanjatkan syukur dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi yang membaca dan bisa dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya. Amin.
Jakarta, September 2007
Penulis
DAFTAR ISi
Halaman Judul
Halaman Pengesahan ii
Motto iii
Dedikasi iv
Abstraksi v
Kata Pengantar vii
Daftar lsi IX
Daftar Tabel xii
BAB 1. PENDAHULUAN 1- 9
1.1. Latar belakang masalah........................ .. . . . . . . . . . . .. 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................... 7
1.2.1 Pembatasan Masalah ................................... 7
1.2.2 Perumusan Masalah............ .. . . . . ... . . . . . . .. . . . . . . . 7
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... .. . ... ... ... ....... .. ... ... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................ 8
1.3.2 Manfaat Penelitian... .. . ... .. . ... ... ...... ... ... ... .... 8
1.4. Sistematika Penulisan .......................................... 8
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 10-28
2.1. Deskripsi teoritik ... :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 10
2.1.1. Burn Out.. ........................................................ 10
Sindrom Burn Out...................................... 11
2.1.2. Guru Pendamping .............................................. 13
.Definisi Guru Pendamping ......................... 13
Peranan Guru Pendamping............ ............ 15
2.1.3. Definisi Autis ..................................................... 15
Faktor Penyebab Autis.............................. 17
Gejala-Gejala Autis ...................................... 18
Gaya Belajar lndividu Autis ............................ 19
2.1.4. lnklusi. ................................................................ 21
Tujuan Pendidikan lnklusi .............................. 22
Manfaat Pendidikan lnklusi ............................ 23
Kurikulum Pendidikan lnklusi. ......................... 25
2.2. Kerangka Berfikir. ........................................ 26
METODOLOGI PENELITIAN 29-36
3.1. Jenis Penelitian ................................................... 29
3.1.1. Pendekatan Penelitian .................................. 29
3.2. Metode Penelitian ................................................ 30
3.2.1. Pengambilan Sempel ................................... 30
3.2.2. Populasi dan Sampel. .................................. 30
3 .. 2.3.Karakteristik Subyek .................................... 31
3.3. Pengumpulan Data .............................................. 32
3.3.1 Metode ...................................................... 32
3.3.2 lnstrumen .................................................. 34
3.4. Prosedur Penelitian ............................................. 35
3.4.1. Prosedur Persiapan Penelitian ...................... 35
3.4.2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................... 35
3.5. Prosedur Analisa Data .......................................... 36
BAB4 HASIL PENELITIAN 37-49
4.1. Gamba ran Um um Subyek Penelitian' ....................... 37
4.2. Gamba ran Analisa Kasus ..................................... 38
4.2.1. Kasus FH ....................................... 38
4.1.1. Kasus SN ....................................... .45
BAB5 KES!MPULAN, DISKUSI, SARAN 51 - 57
5.1 Kesimpulan ......................................................... 51
5.2 Diskusi. .............................................................. 52
5.3 Saran ................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPI RAN
1. Surat permohonan izin penelitian dari fakultas psikologi.
2. Surat keterangan melakukan penelitian dari Sekolah Dasar
Negeri lnklusi 04 Pagi Jakarta Timur.
3. Inform consent
4. Pedoman observasi
5. Daftar pertanyaan
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Garnbaran Urnurn Guru Pendarnping 38
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Dalam sebuah proses kegiatan belajar mengajar di ~:elas terjadi interaksi
antara murid dengan guru. Murid belajar mengen_;:il dirinya sendiri, memahami
lingkungannya dan mencoba hal-hal baru yang belurn pernah mereka
lakukan sebelumnya. Keberadaan guru di kelas menanamkan nilai kebaikan
dan memberikan motivasi kepada murid-muridny<'. Dalam proses
pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai, serta
membangun karakter (character building) peserta diclik secara berkelanjutan
(Asrorum, 2006).
Ada perbedaan guru yang mengajar di sekolah reguler dengan guru yang
mengajar di sekolah inklusi, dimana guru yang mengajar di sekolah reguler,
seperti guru-guru pacla umumnya memilil<i peran sebagai pemberi materi '
pelajaran, tetapi di sekolah reguler ini hanya ditempatkan orang-orang normal
saja. Dalam pendidikan inklusi, siswa yang masuk kedalam lingkungan
sekolah sangat beragam, mulai dari siswa normal hingga siswa berkebutuhan
khusus dengan berbagai macam tingkat kecacatan.
Masuknya ABK ke dalam suatu kelas secara otomatis akan mempengaruhi
suasana kelas dan interaksi antar siswa di dalam kelas.
2
Kehadiran ABK di kelas memang membuat guru harus siap untuk bekerja
ekstra, guru kelas dalam pendidikan inklusi harus dapat memodifikasi metode
instruksi dalam mengajar, memodifikasi kegiatan kelas, menyediakan waktu
ekstra untuk merencanakan program, memberi dukungan pada rekan guru
lainnya atau staf di kelas, serta menyempatkan diri untuk mengikuti pelatihan
mengenai prosedur dan penggunaan alat-alat bantu medis. Guru di kelas
inklusi juga akan lebih berhasil dan mampu memahami karakteristik dan
kebutuhan-kebutuhan siswa sehingga dapat bersikap ataupun mengajar
sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemahaman guru terhadap apa yang
dibutuhkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi.
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah inklusi anal< berkebutuhan
khusus dibantu oleh guru pendamping. Guru bantu ini biasa disebut shadow
teacher (guru pendamping), dan biasanya ditempatkan untuk menangani
anal< berkebutuhan khusus. Guru ini bertugas membantu guru kelas dalam
proses belajar mengajar di sekolah inldusi, sehingga prosesnya dapat
berjalan lancar tanpa ada gangguan, menjembatani antara guru kelas dan
anal< dalam memberikan informasi, sehingga anal< b1erkebutuhan khusus ini
3
dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru kelas. Selain itu guru
tersebut bertugas membantu memperjelas informasi yang disampaikan agar
diperoleh pengetahuan yang ia perlukan untuk dapat berpartisipasi di dalam
kegiatan kelas.
Adapun guru pendamping mempunyai fungsi dalam memberikan bimbingan
dan pengarahan antara lain, memastikan agar anak memahami semua
persyaratan untuk menyelesaikan tugas dan menjalani rutinitas prosedur di
kelas sehari-hari, menjembatani situasi agar terjadi hubungan antara anak
dengan guru kelas, memberikan bantuan dan kesempatan kepada anak agar
ia dapat mengembangkan hubungan dan berinteraksi dengan teman
sebayanya, jangan hanya berinteraksi dengan guru pendamping, berusaha
keras agar anak belajar berfungsi secara mandiri di lingkungan sekolah.
Guru yang mendampingi anak autis di kelas ini memiliki peran yang sangat
penting untuk pelaksanaan program kelas inklusi. Guru pendamping sebagai
orang yang lebih dekat dan berpengaruh selama proses pembelajaran di
sekolah terutama ketika berada dalam proses belajar mengajar. Peran guru
pendamping diutamakan pada pembimbingan selama proses belajar
sosialisasi, berkomunikasi, maupun kemampuan bantu dni (kemandirian)
untuk mengerjakan tugas-tugas sehari-hari, selain itu guru bertindak sebagai
jembatan dalam berinteraksi antara guru kelas, dan bertindak sebagai
komunikator dan jembatan komunikasi, serta mendomng anak berinteraksi
dengan teman-teman.
Guru pendamping harus mengetahui keadaan atau karakteristik masing
masing anak autis di kelas, misalnya anak tersebut mempunyai karakteristik
belajar yang sesuai dengan dirinya, setidaknya ia juga mengetahui gaya
belajar individu autistik secara umum dan ciri khas anak yang ia dampingi
pada khususnya. Paling tidak mereka bisa sampai 5 jam ;-ehari untuk
mendampingi anak-anak autis tersebut di kelas, den(ian perbandingan
1:2(satu guru pendamping menghadapi dua orang anak). Dibutuhkan waktu
yang lama untuk menjadi guru pendamping yang handal dan mengerti
kebutuhan anak didik dengan porsi waktu tersebut.
4
Selama menjalankan pengajaran, tantangan yang dihadapi cukup berat dan
cukup banyak. Guru pendamping menemui kesulitan dan butuh ekstra kerja
keras yang tinggi. Misalnya anak autis memiliki perilaku agresif seperti
mengamuk (tantrum). Chaplin dalam Kartini Kartono (2001) mengungkapkan
tantrum (Kartini Kartono, 2001) adalah suatu ledakan emosi kuat sekali
disertai rasa marah, serangan agresif, menangis, menjerit-jerit, menghentak
hentakkan kedua kaki dan tangan pada lantai atau tanah.
Guru pendamping harus mampu bersabar karena yang dihadapi memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak normal pada umumnya, selain itu
guru pendamping mencari cara untuk membuat anak mengerti, karena
memiliki berbagai kete•batasan dan kekurangan terutama yang menyangkut
kesiapan untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari atau melakukan
kegiatan sehari-harinya. Gambaran tersebut terasa lebih kompleks lagi
karena guru pendamping juga mempunyai aneka ra~1am kepribadian dan
cara mengajar. Guru pendamping harus mengetahui kebutuhan anal<
didiknya, agar si anak memperoleh yang diperlukan iuntuk dapat
berpartisipasi di dalam kegiatan kelas. Selain itu, un1uk memperjelas
informasi yang disampaikan guru kelas.
Tetapi pada kenyataannya ketika menyampaikan informasi ke anak tidak
semudah yang dibayangkan, tantangannya cukup beirat, guru pendamping
akan menemui banyak kendala seperti hiperaktif, anak mencakar, berguling
guling, menggigit, hingga melukai diri sendiri bahkan dapat mengganggu
proses belajar. Disisi lain adalah perilaku berkekurangan seperti tidak bisa
konsentrasi, gangguan bicara, tidak bisa fokus, pasif seolah-olah tidal<
memiliki emosi. Guru pendamping harus memiliki kegabaran dan mencari
cara untuk membuat anak mengerti bahwa perbuatannya menyakiti orang
lain, serta harus memiliki kreatifitas dalam menghadapi anak autis.
5
6
Dengan berbagai macam tingkah Jaku yang dialami guru pendamping
dalam menghadapi anak autis mengakibatkan guru pendamping mengalami
rasa Jelah (bum out). karena berbagai tekanan yang diperoleh dari segala
aspek, misalnya akibat reaksi terhadap situasi kerja yang tidak nyaman.
Rasa kelelahan emosional dapat dilihat timbulnya ra1sa bosan dalam
mengajar yang mengakibatkan semangat mengajarnya agak menurun,
kemudian mudah tersinggung. Ada kalanya guru pendamping ini mengeluh
yang tiada henti, suka marah bila murid itu tidak sesuai melakukan sesuai
dengan yang ditugaskan oleh guru pendamping, menjadi gelisah apabila
target mengajarnya tidak sesuai dengan tujuan yang menimbulkan kesia
siaan (banyak waktu yang terbuang), putus asa (sernangat mengajarnya
hilang), dan berdampak menurun kinerjanya ketika rnengajar di kelas, dan
mungkin bisa juga akan berpengaruh terhadap anak didiknya, karena profesi
yang mudah mengalami kejenuhan ini disebabkan tekanan dan beban
menghadapi anak autis selama proses belajar mengajar.
Permasalahan yang dialami guru pendamping ketika mengalami rasa lelah
(bum out) memang sangat kompleks, terlebih Jagi mengenai persoalan
persoalan yang dihadapi oleh guru tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terhadap guru pendampiing yang mengalami
kelelahan ketika berada di kelas.
Penulis dalam hal ini mengambil judul penelitian yakni :
"Gambaran Burn Out Pada Guru Pendamping Anak Autis Di
Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (SD Penyelenggara
Pendidikan lnklusi)"
1.2. Pembatasan dan perumusan masalaih
1.2.1 Pembatasan masalah
7
Untuk menghasilkan penelitian yang terstruktur dan tidak meluas maka
penulis melakukan pembatasan permasalahan. Masalah penelitian ini adalah
gambaran burn out pada guru pendamping di sekolah inklusi. Permasalahan
ini difokuskan gambaran kelelahan guru pendampin!~ mendidik anak autis
dalam proses kegiatan belajar mengajar, gambaran tingkat burn out mereka,
apa efek terhadap diri dan kinerja dalam pelaksanaan tugas, serta upaya apa
yang mereka lakukan untuk mengatasinya.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. "Bagaimana gambaran burn out pada guru pendamping selama
mengajar?"
8
1.3. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui bagaimana
gambaran kelelahan guru penJamping yang mengajar di sekolah inklusi.
1.3.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
di bidang psikologi. Bagi guru pendamping dan pihak sekolah bisa menjadi
masukan dalam menghadapi problem-problem psikologis yang dihadapi
ketika berhadapan dengan anak autis.
1.4 Sistematika penulisan
BAB pendahuluan, meliputi latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II landasan teori, meliputi deskl"iptik teori yaitu burn out,
sindrom burn out, definisi guru pendamping, peranan
guru pendamping, pengertian autis, faktor penyebab,
gejala-gejala autis, gaya belajar, teori inklusi, tujuan
pendidikan inklusi, manfaat pendidikan inklusi,
lrnrikulum pendidikan inklusi. serta penjelasan
mengenai kerangka berpikir
BAB Ill
BAB IV
BAB V
9
metode penelitian, berkaitan dengan penelitian
meliputi, pengertian penelitian kualitatif, Metode
penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data,
wawancara, observasi, dan alat bantu, subyek
penelitian : karakter, jumlah sampel, dan teknik
pengambilan sampel, dan prosedur penelitian.
analisa dan interpretasi data, menguraikan tentang
analisis terhadap data yang telah diperoleh.
kesimpulan, diskusi, dan saran.
BAB2 LANDASAN TEORI
2.1. Deskripsi teoretik
2.1.1. Burn Out
Burn out istilah psikologis yang berarti kelelahan. Yang menyebabkan l"Uh
dan kurangnya minat terhadap sesuatu. Menurut Sutjipto (2004), istilah burn
out pertama kali diutarakan dan diperkenalkan pada masyarakat oleh Herbert
Freudenberger pada tahun 1973, dengan pendefinisian sebagai berikut: •
" a state of fatigue or frustration brought about by devotion to a cause
way of life or relationship that failed to produce the expected reward"
Freudenberger and Richelson (1980), sepe1ii yang clikutip oleh Ningdyah
(1999), menyatakan bahwa burn out merupakan suatu keadaan lelah atau
frustasi yang terjadi karena seseorang bekerja terlalu keras untuk mencapai
harapan-harapannya, tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dirinya
sendiri.
Definisi burn out yang lebih khas diungkapkan oleh Pines & Aronson (1988)
yang mendefenisikan burn out sebagai :
"a state of physical, emotional and mental exhaustion caused by long
term involment in situations that are emotionally demangding ".
11
Dari definisi tersebut, bum out dipandang sebagai keadaan lelah, yang
meliputi kelelahan secara fisik, emosional dan mental karena adanya
keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosi,
kegiatan jangka panjang tersebut terjadi secara monoton karena tidak ada
perubahan dalam beraktifitas. Kondisi bum out al<an membuat suasana tidal<
menyenangkan, bila terus dibiarkan al<an membuat seseorang menjadi
frustasi.
Sindrom burn out
Burn out digolongkan sebagai suatu sindrom dengan tiga jenis kelelahan
yaitu emosional, fisik dan mental Caputo dan Pines ('1991).
a) Emosional
Maslach menyebut kelelahan emosi sebagai inti bum out, kelelahan ini
muncul bila individu menjadi sangat terlibat secara ernosional, rnelebihi
l<emampuan dalam dirinya dan merasa terbebani oleh tuntutan emosional
dari orang lain Caputo (1991).
Menurut Pines dan Arronson seperti dikutip Sutjipto (:2004) bahwa sindrom
bum out, kelelahan ernosional dapat ditunjukkan oleh rasa bosan, mudah
tersinggung, sinisme, perasaan tidak menolong, keluh kesah yang tiada
henti, suka rnarah, gelisah, tidak peduli terhadap tujuan, tidak peduli dengan
12
orang lain, rnerasa tidak memiliki apa-apa untuk diberikan, sia-sia, putus asa,
sedih, tertekan, dan tidak berdaya.
b) Fisik
Kebanyakan orang mengalami burn out seperti emosi bertahap energi yang
dimilikinya dan kelelahan fisik yang dirasakan memang tidak terpisah dari
kelelahan mental dan emosional yang menyertainya Caputo (1991).
Seseorang yang mengalami burn out biasanya meras.a sakit kepala, demam
sulit tidur.
c) Mental
Orang yang mengalami kelelahan emosional biasnya juga merasakan
berkurangnya kemampuan dalam memusatkan perhatiannya, memecahkan
masalah, melakukan penilaian ataupun mengingat sesuatu.
Tetapi secara emosional menimbulkan gangguan terhadap efektifitas
kemampuan individu yang sesungguhnya, hal itu terjadi dalam suatu
hubungan, merasa tidka berharga, rasa benci, rasa gagal, tidak peka, sinis,
kurang bersimpati dengan orang lain, cenderung masa bodoh dengan dirinya,
pekerjaannya kehidupannya acuh tak acuh pelih kasih, selalu menyalahkan
orang lain, kurang bertoleransi terhadap orang yang ditolong merasa tidak
kompeten.
2.1.2. Guru pendamping
Definisi guru pendamping
Dalam website DEPDIKNAS, oleh Sri Utami (2006), mengenai guru
pendamping anak autis dipaparkan bahwa guru pendamping (shadow
teacher) adalah seseorang yang membantu guru kelas dalam mendampingi
anak autis, sehingga proses pengajaran dapat berjalan lancar tanpa
gangguan. Prasyarat menjadi guru pendamping (shacfow teacher) adalah :
1. Bukan asisten anak (helper)
2. Mempunyai latar belakang sebagai pendidik
3. Bersifat terbuka dan mau bekerjasama
4. Berdedikasi tinggi dan tidak mudah menyerah
5. Mengajarkan sopan santun, respek, tenggang msa, empati
6. Menjadi figur bagi seluruh siswa.
13
Romi Arif (2005), menambahkan bahwa guru pendamping ini memiliki fungsi
yang berbeda dengan baby sitter atau pengasuh, kamna selain menjadi
terapis juga membantu guru kelas dalam memberikan pelajaran. Kualifikasi
guru pendamping pun tidak bisa sembarangan, harus memiliki keahlian
sebagai terapis khusus bagi anak autis.
14
Dyah Puspita (2006) menyatakan bahwa, guru pendamping adalah guru yang
mendampingi anak saat belajar di kelas. Guru bertindak sebagai jembatan
dalam berinteraksi antara guru kelas, dan anak yang umumnya masih sulit
berkonsentrasi dan fokus memperhatikan guru kelas. Modal yang harus
dimiliki oleh guru pendamping dalam menghadapi anak autis di kelas adalah.
Memiliki pengetahuan mengenai gaya belajar individu autistik secara umum
dan ciri khas anak yang ia dampingi pada khususnya. Tugas guru
pendamping antara lain :
1. Tidak membantu anak dalam mengerjakan tugas
2. Bertindak sebagai komunikator dan jembatan komunikasi.
3. Mendorong anak berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya.
Dengan definisi dari berbagai sumber, penulis dapat menyimpulkan bahwa
guru pendamping (shadow teacher) adalah guru yanri mendampingi anak
autis saat belajar di kelas, guru pendamping menjernbatani instruksi yang
diberikan guru kelas dengan anak didik. Sehingga anak mengerti informasi
yang disampaikan guru kelas dan kegiatan proses belajar mengajar berjalan
lancar.
15
Peranan guru pendamping di da!am kelas
Guru pendamping mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kelas,
karena mempunyai peranan yang sangat penting antara lain :
1. Menjembatani instruksi yang diberikan guru kelas kepada murid
2. Mengendalikan perilaku anak di kelas
3. Membantu anak untuk tetap berkonsentarsi
4. Membantu anak belajar, bermain, berinteral<si dengan teman
temannya.
5. Menjadi media informasi antara guru l<elas dan orang tua dalam
membantu anak mengajar ketinggalan dari pelajaran di l<elasnya.
2.1.3. Definisi autis
Kata autis berasal dari bahasa Yunani auto berarti sendiri yang ditujul<an
pada seseorang yang menunjul<kan gejala hidup dalam dunianya sendiri,
pada umumnya anal< autis mengacuhl<an suara, penglihatan, serta tidak
mampu memberikan reaksi secara sosial atau emosional atas apa yang
terjadi pada orang-orang di sel<itar merel<a. Misalnya, tidak dapat
menunjukl<an simpati pada saat orang lain bersedih, tidal< membalas
memeluk pada saat dipelul<, tidal< mampu membaca kemarahan di wajah
orang lain.
16
Lumbantobing (1997) autis rnerupakan gangguan perkernbangan fungsi otak
yang rnencakup bidang sosial dan afek, kornunikasi verbal (bahasa) dan non
verbal, irnajinasi, fleksibilitas, lingkup interest(rninat), kognisi dan atensi. lni
suatu kela1nan dengan ciri perkernbangan yang abnormal dari hubungan
sosial dan bahasa. Gejala penting lainnya ialah tidak suka dengan
perubahan, perilaku rnotorik yang "aneh", (Lurnbantobing,1997).
Dr. Widodo Judarwanto (2003) istilah autis rnerupakan gangguan
perkernbangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan
keterlarnbatan dalarn bidang kognitif, bahasa, perilaku, kornunikasi dan
interaksi sosial.
Sedangkan Chaplin (1968) rnengungkapkan autisrne sebagai berikut
(Kartini Kartono, 2001) :
a. Suatu cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh
diri sendiri.
b. Menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan ~1arapan sendiri dan
rnenolak realitas.
c. Keasyikan ekstrirn dengan pikiran dan fantasi diri sendiri.
Dengan definisi dari berbagai sumber, penulis dapat menyimpulkan bahwa
autis merupakan salah satu gangguan perkembangan perilaku dimana
penyandang autis memiliki ciri yang unik (berbeda dengan anak normal)
berupa aktif pada dirinya sendiri, juga perilaku lain yang cenderung khas
(stereotype), cenderung aneh (idiosyncratic), dan berulang-ulang (repetitif).
Faktor penyebab autis
17
Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Hingga saat ini, para ahli masih
terus melakukan penyelidikan mengenai penyebab kondisi ini. Beberapa ahli
menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti
mengungkapkan terdapat gangguan biokimia. ahli lain berpendapat bahwa
autisme disebabkan oleh gangguan kejiwaan.
Dr. Hardiono D Pusponegoro, berpendapat bahwa autisrne disebabkan
karena komplikasi sebelum dan sesudah melahirkan, vaksin MMR (Mumps,
Measles, Rubella), genetik serta alergi terhadap makanan tertentu, disebut
sebut sebagai penyebab. Namu, hingga saat ini para ahli sepakat bahwa
belum ditemukan penyebab pasti pemicu muncul,nya autisme. Gangguan
autistik dipengaruhi oleh berbagai faktor, dari genetika, gangguan bahan
kimia di otak, hingga gangguan struktur otak. Namun yang lebih dominan
faktor gen. Selain faktor gen, autis juga bisa terjadi karena struktur otak pada
bagian-bagian tertentu kurang berkembang. (Kompas, 2005 )
18
Gejala-gejala autis
Seseorang baru dapat dikatakan sebagai termasuk Autistic Spectrum
Disorder, bila ia memiliki sebagian dari uraian gejala-gejala berikut ini:
a. Gangguan komunikasi --- cenderung mengalami hambatan
mengekspresikan diri, sulit bertanya jawab sesuai konteks, sering
mengikuti ucapan orang lain, atau bahkan men9alami hambatan bicara
secara total dan berbagai bentuk masalah gang9uan komunikasi
lainnya.
b. Gangguan perilaku --- adanya perilaku khas serierti melompat-lompat,
berjalan jinjit, senang pada benda yang berputar atau memutar
mutarkan benda, mengketuk-ketukkan benda ke: benda lain, dan
berbagai bentuk masalah perilaku lain yang tidak wajar bagi anak
seusianya.
c. Gangguan interaksi --- secara umum terdapat keengganan untuk
berinteraksi secara aktif dengan orang lain, sering terganggu dengan
keberadaan orang lain di sekitarnya, tidak dapat bermain bersama anak
la,in, lebih senang menyendiri dan sebagainya.
19
Gaya belajar individu autisme
Setiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam memahami informasi
secara efektif. Pada umumnya kita belajar melalui inclra penglihatan,
perabaan dan atau pendengaran. Kita juga punya aneka gaya dalam
mengingat, ada individu yang lebih ingat fakta daripada orang lain. Ada yang
lebih suk-3 detil. Untuk anak autis ada beberapa gaya belajar yang dominan
pada diri mereka (Sussman, 1999) :
1. Rote learner anak cenderung menghafalkan informasi apa adanya,
tanpa memahami arti simbol yang mereka hafalkan itu. Contohnya
anak dapat mengucapkan huruf dengan baik secara urut (atau
melengkapi urutan abjad yang tak lengkap), tetapi sesungguhnya tidak
tahu bahwa huruf itu bila digabung dengan huruf lain akan menjadi
kata yang mengandung makna.
2. Gestalt learner bila anak menghafalkan kalimat-kalimat secara utuh
tanpa mengerti arti kata perkata yang terdapat pada kalimat tersebut,
anak cenderung belajar menggunakan gaya gestalt (melihat sesuatu
secara global). Berbeda dengan anak normal yang belajar bicara mulai
dari kata perkata, anak autis dengan gaya gestalt akan belajar bicara
dengan mengulangi seluruh kalimat. la ingat seluruh kejadian, tetapi
sulit memilah mana yang penting dan mana yang tidak. la mungkin
20
akan sulit menjawab pertanyaan tentang salah satu detil. Misalnya
anak tersebut diberikan mainan karet yang biasanya dimainkan sambil
mandi dan mengatakan "letakkan di air'', ia akan dapat melakukannya.
Tetapi bila diberikan mainan yang sama lalu mengatakan "letakkan di
rak mainan", ia akan tetap meletakkannya di air. la tidak paham makna
kata 'letakkan' tetapi hanya mengasosiasikan seluruh kalimat dengan
kebiasaannya saja. Berbeda dengan anak normal yang belajar bicara
justru mulai dari kata perkata, anak autis dengan gaya gestalt akan
belajar bicara dengan mengulangi seluruh kalimat.
3 Visual learner anak dengan gaya belajar 'visual' senang melihat-lihat
buku atau gambar atau menonton TV dan umumnya lebih mudah
mencerna informasi yang dapat mereka lihat, daripada yang hanya
dapat mereka dengar.
4 Hands-on learner anak yang belajar dengan gaya ini, senang
mencoba-coba dan biasanya mendapatkan pengetahuan melalui
pengalamannya. Mulanya ia mungkin tidak tahu apa arti kata 'buka'
tetapi sesudah meletakkan tangannya di pegangan pintu dan
membantu tangannya membuka sambil anak katakan 'buka', ia
segera tahu bahwa bila dikatakan 'buka' berarti, ia ke pintu dan
membuka pintu itu. Anak-anak ini umumnya senang menekan-nekan
tombol, membongkar mainan dsb.
21
5 Auditory learner: Anak dengan gaya belajar ini senang bicara dan
mendengarkan orang lain bicara. la mendapatkan informasi melalui
pendengarannya. Jarang sekali anak autis bergantung sepenuhnya
pada gaya ini dan biasanya menggabungkannya dengan gc.ya lain.
2.1.4. lnklusi
Dalam pendidikan inklusi, siswa yang masuk ke dalam ling_kungan sekolah
sangat beragam, mulai dari siswa normal hingga siswa berkebutuhan khusus
dengan berbagai macam tingkat kacacatan, baik itu l<ecacatan yang terlihat
(obvious disability) maupun kecacatan yang terselubung (hiC:den disability) .
Ofsted, diikuti dalam Ainscow ( 2001):
Sebuah sekolah yang mempraktekkan pendidikan inklusif merupakan
sekolah yang memperhatikan pengajaran dan pembelajaran, pencapaian,
sikap dan kesejahteraan setiap anak.
Konsep pendidikan inklusi memiliki lebih banyak ke:samaan yang melandasi
gerakan pendidikan untuk semua dan peningkatan mutu sekolah. Seminar
Agra Afrika Selatan (1998): '
*) Lebih luas daripada pendidikan formal : mencakup pendidikan di
rumah. Masyarakat, sistem non formal dan informal.
*) Mengakui bahwa semua anak dapat belajar.
22
*) Memungkinkan struktur, sistem dan metodologi pendidikan memenuhi
kebutuhan semua anak.
*) Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak : usia,
gender, etnik, banasa, status dll.
*) Merupakan proses yang dinamis yangsenantiasa berkembang sesuai
dengan budaya dan konteksnya.
Tujuan Pendidikan lnklusi
Tujuan utarna da~i pendidikan inklusi adalah menyediakan pengalaman
mendapatkan pendidikan secara formal untuk semua siswa {Waldron, 1996).
Tujuan utama dari pendidikan inklusi ini bukan sekedar untuk menghemat
uang, tetapi melayani pendidikan semua siswa, yaitu dengan memberi
fasilitas dan membantu proses belajar mengajar serta proses penyesuaian
dari seluruh siswa. Pendidikan inklusi menguntungkan bagi semua siswa,
dimana mereka mempunyai kesempatan akademik dan keterampilan sosial,
serta melatih untuk siap hidup bermasyarakat. Pemb<3ntukan perilaku yang
positif, meningkatkan kemampuan akademik dan keterampilan sosial, serta
melatih untuk siap hidup bermasyarakat. Pembentukan perilaku positif pada
siswa-siswa berkebutuhan khusus terjadi dengan adanya bimbingan dan
arahan dari guru-guru yang terlibat dalam kelas ini.
23
Demikian pula halnya dengan perkembangan interaksi sosial dan komunikasi
dalam pembentukan perkawanan dan bekerja dalam kelompok. Seluruh
siswa belajar untuk mempunyai empati dan simpati (sensitives), penuh
pengertian, dan turnbuh dengan nyaman bersama individu yang berbeda
beda diantara teman-teman sekelasny. Selain itu terjadi pula peningkatan
dalam kemampuan sosial diantara siswa-siswa selama belajar di sekolah.
Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
akademik, komunikasi, dan keterampilan sosial.
Manfaat Pendidikan lnklusi
Metode yang paling efektif dalam mengajarkan anak autis pada pendidikan
inklusi adalah dalam aktivitas bermain (play activities) yang telah tersusun,
dimana teman sebaya rnereka telah dilatih, guru-gurunya secara aktif
memberikan bantuan (prompt) serta interaksi antara anak autis dan ternan
sebayanya.
Menurut Wagner (1999) manfaat tersebut adalah
a. Manfaat Untuk Anak Autis
Anak autis mempunyai kelemahan (impairments) dalam
perkembangan sosial dan komunikasi, yang membuatnya terasing dari teman
susianya dan anggota keluarganya. Jika anak autis tidak diberi akses untuk
24
memiliki role models, maka perbaikan dalam keterampilan sosial dan
komunikasinya kadang tidak memperoleh kemajuan. Pendidikan umum
memberikan kesempatan berharga dalam berinteraksi sosial dengan teman
sebayanya. Anak autis memerlukan dukungan agar ia dapat berkembang dan
melakukan generalisasi akan keterampilan sosialnya.
b. Manfaat Untuk Anak Lain
Anak-anak normal sebagai ternan sebaya juga memperolah manfaat
dari partisipasi anak autis dalarn pendidikan inklusi, yaitu mereka akan
menyadari adanya kebutuhan anak-anak cacat yang lebih tinggi. Hal ini akan
membawa rnereka menjadi lebih sensitive terhadap anak cacat dan dapat
menerima kelebihan dan kekurangan (strengths and weaknesses) dari
teman-teman mereka.
c. Manfaat Teman Sebaya
Manfaat ini sangat berguna terutama pada anak-anak yang
mempunyai kesulitan dalam berinteraksi antar teman sebaya maupun dalam
' komunikasi timbal balik, dimana teman sebaya secara terus menerus dan
berulang meminta mereka untuk memberi respon yang sesuai. Hal ini
merupakan sarana dalam pengembangan keterampilan sosial dan berbahasa
di bawah bimbingan guru. Guru dan orang tua anakautis melaporkan bahwa
siswa atau anaknya mengalami kemajuan dalam kernampuan berbahasa,
25
penurunan dalam bermain (solitary play), dan peningkatan keterampilan
bermain yang wajar. Hal ini terjadi karena adanya program teman sebaya
yang konsisten dan teratur. Para guru dan orang tua juga menyadari bahawa
sangat sukar mengajarkan keterampilan sosial sesuai usia kepada seorang
anak. Anak akan lebih mudah belajar keterampilan ini dari anak lain, atau dari
program pelatihan teman sebaya, yang ia dapatkan sepanjang kegiatan
belajar mengajar.
Kurikulum Pendidikan lnklusi
Prinsip-prinsip dalam proses belajar mengajar di dalam kelas inklusi secara
umum sama dengan prinsip-prinsip yang berlaku bagi anak pada umumnya.
Namun demikian karena di dalam kelas inklusi terdapat ABK yang mengalami
kelainan baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan sensoris neurologis
dibandingkan siswa pada umumnya,
Dalam pendidikan inklusi, kurikulum yang digunakan tetap berupa kurikulum
nasional untuk satuan pendidikan yang bersangkutan. Dalam buku panduan
Direktorat PLB (2004a) disebutkan bahwa pendidikan inklusi berarti
penerapan kurikulum yang multilevel dan multimodalitas. Bagi siswa ABK
juga disiapkan program pendidikan atau pengajaran individual (PPI) yang
disusun dengan mengacu pada kuriulum nasional satuan pendidikan yang
26
bersangkutan disertai penyesuaian terhadap kebutuhan peserta didik secara
individual.
2.2. Kerangka berpikir
Autis merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan ketidak
mampuan berinteraksi sosial, bertingkah laku aneh, dan keterbatasan dalam
berkomunikasi.
Dengan keterbatasan kemampuan bersosialisasi dan komunikasi anak autis
akan memperoleh pelajaran yang sangat penting dari lingkungan di sekolah.
Sekolah inklusi adalah media belajar yang mengintegrasikan siswa
berkebutuhan khusus (penyandang autis) dengan anak yang normal. Dengan
model integrasi, anak autis akan mampu mendapatkan hal-hal baru yang
berkaitan dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial.
Berdasarkan paparan teori yang telah disampaikan diketahui bahwa anak
autis mempunyai gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi dan
interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan pernyataan American Psychiatric
Association (Dalam Holmes, 1998) yang mengatakan terdapat tiga
karakteristik umum dalam autisme yaitu adanya kerusakan secara kualitatif
dalam perkembangan interaksi sosial, bahasa dan komunikasi, minat dan
27
aktivitas yang terbatas, berulang(repetitive). Anak autis rnernpunyai kesulitan
dalarn bersosialisasi dan mernpunyai keterbatasan dalarn berkornunikasi.
Karakteristik ini sangat beragarn dari satu individu dengan individu lainnya,
rnulai dari yang berat sarnpai yang ringan, serta kadang berubah sejalan
dengan bertarnbahnya usia.
Pendidikan inklusi rnernberikan darnpak yang positif dalarn rnernperbaiki
kornunikasi dan interaksi sosial bagi anak autis rnelalui keterlibatan ternan-
ternan sebaya. Teman sebaya juga dapat rnernbantu anak untuk mencapai
kernajuan yang berarti dalarn perilakunya serta rnernperlihatkan perbaikan
dalarn orientasi sosial seperti dalam bergiliran, berbagi rnainan,
rnernperlihatkan, emosi senangnya, atau mampu mengikuti atau menerirna
atauran dalarn perrnainan.
Guru pendamping rnempunyai peranan yang penting dalarn proses belajar
mengajar di kelas. Guru pendamping sebagai orang yang lebih dekat
dengan anak autis di kelas. Guru pendarnping ini menjernbatani antara guru
' kelas dengan anak, rnernbirnbing selama proses bela1jar bersosialisasi,
berkornunikasi, rnaupun kemarnpuan bantu diri (kernandirian) untuk
rnengerjakan tugas-tugas sehari-hari.
28
Dengan mendampingi anak autis tersebut secara terus-menerus, ada
kalanya guru ini mengalami kelelahan yang meliputi l<e!elahan secara fisik,
emosional dan mental karena adanya keterlibatan jangka panjang dalam
situasi yang menuntut keterlibatan emosi. Karena yang dihadapi guru
tersebut adalah anak dengan gangguan berinteraksi, berkomunikasi dan
gangguan perilaku.
Dengan adanya penelitian mengenai bum out ini maka akan diketahui
bagaimana tingkat kelelahan guru pendamping yang mengajar di sekolah
reguler, selain itu mengetahui peranan tenaga pengajar dalam menerapkan
metode pengajaran yang sesuai bagi anak autis.
30
penelitian kualitatif dengan kuantitatif yang menampilkan data dalam bentuk
angka - angka (Poerwandari, 2001).
3.2. Metode penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Data untuk keperluan
studi kasus bisa berasal dari enam sumber, yaitu : dokumen, rekaman arsip,
wawancara, pengamata langsung, observasi partisipan, dan perangkat fisik.
Menurut Robert K Yin (2000) dalam studi kasus, peneliti tidak memiliki kontrol
atas kejadian-kejadian yang telah berlangsung. Studi kasus juga dapat
memberi niali tambah pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena
individual individual dan dapat digeneralisasikan secara teoritis.
3.2.1 Pengambilan Sampel
3.2.2. populasi dan sampel
Populasi
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang
merupakan perhatian peneliti (Kot1ntur, 2004). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua guru pendamping (shadower) yang mengajar di kelas inklusi
SD Negeri 04 pagi Jakarta Timur (SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi)
yang telah mengajar kurang lebih selama satu tahun, yang berjumlah 15
orang.
Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, lengkap yang
dianggap mewakili populasi (Kountur, 2004).
Teknik Sampling
31
Dalam penelitian kualitatif tidak ada ketentuan berlaku mengenai sampel
yang harus dipenuhi. Satu sampel dapat digunakan dalam suatu penelitian
studi kasus, asalkan data yang didap2tkan sudah cukup, pengambilan
sampel harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, sehingga
pengambilan sampel dengan kriteria sampel. Oleh karena itu dalam
penelitian ini data yang diambil adalah 2 orang subyek guru pendamping
(shadow teacher) anal< autis di sekolah inklusi SD Negeri 04 Gedong
Jakarta Timur (SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi).
3.2.3. Karaktersitik subyek
Adapun karakteristik subyek guru pendamping yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1) Guru pendamping di sekolah inklusi yang bekerja selama 5 jam
sehari, sudah mengajar selama 1 tahun.
2)
3)
3.3.
3.3.1
Dewasa awal di Jakarta usia 24 tahun sarnpai dengan 28 tahun.
Berlatar belakang pendidikan yang sesuai.
Pengumpulan data
Metode
32
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti
adalah metode wawancara sebagai metode utama dan observasi sebagai
metode penunjang untuk melengkapi data yang terkumpul melalui metode
wawancara.
1. Metode wawancara mendalam
Wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2001 ). Jen is
wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam
atau indepth interview. Kerlinger (2000) menjelaskan bahwa wawancara
mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman
wawancara, namun penggunaannya tidak seketat wawancara terstruktur.
Wawancara mendalam interviewer menggali terus pertanyaan kepada
narasumber sampai ke akar permasalahan, sehingga interviewer
memperoleh jawaban yang diinginkan.
2. Metode observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki
(Narkubo dan Ahmadi, 2001).
33
Metode observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan
dan dihayati oleh subyek penelitian. lnstrumen yang digunakan pada
observasi adalah lembar observasi yang dibuat dalam bentuk catatan
lapangan yang berfungsi untuk mencatat hal-hal penting yang relevan, yang
tidak didapatkan dalam wawancara.
34
3.3.2 lnstrumen
lnstrumen dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pedoman
wawancara. Pedoman wawancara adalah daftar sebuah pertanyaan
mengenai tema-tema atau topik yang mencakup c.alam proses wawancara.
Pedoman wawancara ini sangat penting peranannya dan dibutuhkan peneliti
dalam proses wawancara, hal ini agar mempermudah peneliti untuk
mengetahui jawaban dari subyek peneliti.
Alat bantu pengumpulan data
Untuk membantu peneliti dalam proses pengumpulan data, diperlukan alat
alat yang dapat membantu dan mempermudah tugas peneliti agar
pengolahan data bisa dilakukan dengan mudah. Alat bantu yang digunakan
adalah tape recorder untuk merekam hasil wawancara.
Tape recorder atau alat perekam digunakan agar data-data yang telah
didapat dalam proses wawancara tidak ada yang terlewatkan oleh peneliti,
selain itu juga agar lebih mempermudah peneliti dalam membuat verbatim.
Penggunaan alat perekam ini sebelumnya harus melalui persetujuan subyek.
Apabila subyek merasa keberatan dengan penggunaan alat perekam maka
peneliti tidak akan menggunakannya dalam proses wawancara.
3.4 Prosedur penelitian
3.4.1. Prosedur persiapan penelitian
Sebelum peneliti melakukan penelitian, maka harus dipersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan keperluan penelitian.
35
1. Membuat pedoman wawancara yang digunakan sebagai acuan dalam
melakukan wawancara.
2. Membuat laporan observasi
3. membuat lembar kesediaan sebagai subyek penelitian.
4,. Menyediakan tape recoder untuk merekam hasil wawancara.
3.4.2. Prosedur pelaksanaan penelitian
1. Penelitian ini dimulai pada tanggal 27 Agustus 2007 sampai dengan
3 September 2007.
2. Membuat kesepakatan dengan subyek menge~nai kesediaan subyek
utuk diwawancarai.
3. Menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat dan disetuju
oleh dosen pembimbing sebagai acuan dalam melakukan wawancara
4. Melakukan wawancara sesuai dengan tanggal yang telah disepakati
bersama.
36
5. Berdasarkan hasil wawancara kemudian dibuat laporannya secara
verbatim untuk mempermudah proses analisa, lalu dilakukan analisa
dskriptif.
3.5 Prosedur Analisa Data
Menurut Patton (dalam Moleong, 2002) analisa data adalah proses mengatur
urutan dasar. Oalam melakukan analisa data ada beberpa hal yang harus
dilakukan peneliti :
1. Peneliti menulis hasil wawancara secara verbatim, serta membuat
laporan observasi yang telah dilakukan pada subyek penelitian selama
proses wawancara.
2. Analisa awal data setiap subyek, kemudian menyimpulkan dari setiap
jawaban subyek untuk menemukan pola jawaban yang muncul dalam
wawancara.
3. Peneliti menuliskan kesimpulan sementara yang dilanjutkan dengan
mendaftar tema-tema yang muncul.
4. Peneliti menyusun data yang berisikan daftar tema-tema dan kategori
yang telah disusun sehingga menampilkan pola hubungan antara
kategori yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk analisa tertulis
dalam bab 4. Penulisan analisa dibuat berdasarkan kategori umum
yang telah dibuat peneliti sebelumnya.
BAB4
HASIL PENELITIAl\I
Pada bab 4 ini penulis akan menguraikan hasil pengolahan data yang telah
didapat dari lapangan penelitian. Hasil penelitian meliputi gambaran umum
subyek penelitian, ~ambaran dan analisa kasus serta analisa perbandingan
antar kasus.
4.1. Gambaran !!mum subyek penelitian
Subyek penelitian ini berjumlah dua orang yang diarnbil berdasarkan
karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, sernua subyek penelitian
berprofesi sebagai guru pendamping dengan latar belakang pendidikan dua
orang S 1 Pendidikan, usia subyek berada pada usia 23 sampai dengan 28
tahun.
Penelitian ini selanjutnya dilakukan pada rentang waktu antara tanggal 27
Agustus sampai dengan 3 September 2007, di tempat yang telah disepakati.
Subyek dalam penelitian ini, penulis peroleh dari tempat lembaga, yaitu
sekolah SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur. Di sekolah ini sebelumnya
hanya sekolah reguler, yang hanya menerima oran£1 normal saja, namun
38
semenjak 2003 sudah membuka kelas inklusi, di sekolah ini ada yang Autis,
ADHD, dan keterlambatan belajar.
Nama subyek penelitian ini sengaja disamarkan dengan inisial huruf, berguna
untuk menjaga kerahasiaan subyek dan pihak-pihak terkait sehingga
kerahasiaan subyek dapat terjaga sesuai dengan kode etik penelitian.
Untuk memudahkan melihat gambaran ke 2 subyek penelitian, maka
disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Gambaran Umum Guru Pendamping
No Na ma Jen is Usia Ag a ma Pendidikan I
Lama Kelamin Mengajar
1 FH Perempuan 23TH Islam S 1 Psikologi 1 Tahun
2 SN Perempuan 28TH Islam S 1 Pendidikan 3 Tahun
4.2. Gambaran dan Analisa Kasus
4.2.1 Kasus FH
FH seorang guru pendamping perempuan yang b•E!rusia 23 tahun, menjadi
guru pendamping sudah berjalan selama satu tal1un. Pekerjaan menjadi
39
guru pendamping di SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur merupakan
pengalaman pertama yang ia jalani. Menjadi guru pendamping ini sudah ia
jalani selama 1 tahun FH mendampingi anak autis laki-laki sejak anak
tersebut duduk di kelas 3 sampai kelas 4.
FH memaknai sebagai guru pendamping merupakan sebuah pekerjaan yang
sangat penting dan harus dikerjakan secara professional. Baginya seorang
guru pendamping sama seperti seorang konse!or, harus sabar, dan memiliki
empati dengan keadaan anak didik, misalnya FH me~mbayangkan bagaimana
jika suatu saat terjadi pada dirinya.
FH sebagai guru pendamping bertanggung jawab menghadapi 2 orang anak,
waktu yang dibutuhkan dalam menghadapi anak autis adalah 5 jam dalam
satu hari yakni dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.00 FH mengajar
dari hari senin sampai dengan hari sabtu.
FH mengenal autis sejak duduk di bangku kuliah, karena FH merupakan
mahasiswa jurusan Psikologi. Menurutnya autis itu merupakan sebuah
gangguan perilaku.
40
FH mengatakan "Aku dapat ilmu tentang autis ini di kampus, waktu itu ada
ma ta ku/iah psikologi pendidikan, di kampus itu juga sering ada kajian
tentang anak autis, bagi saya autis itu merupakan S<~buah gangguan
perilaku, kelainan peri/aku. Anak tersebut sosia/isasinya kurang, sering
berkhayal. Lebih senang dengan Junia sendiri. Perilakunya berbeda dengan
anak-anak yang lain. (Wawancara dengan subyek tanggal 27 Agustus 207).
FH hanya fokus pada satti-pekerjaan ini, ia tidak menjalani aktifitas lain
selain guru pendamping. Awai menjadi guru pendamping, ia peroleh dari
seorang teman. Sebenarnya FH tidak tertarik untuk menjadi guru
pendamping. FH lebih senai ig menjadi staf HRD karena ketika penjurusan di
kampusnya ia memilih Psikologi lndustri dan Organisasi. Namun ketika ia di
tawari untuk menjadi guru pendamping di SD Negeri lnklusi 04 Gedong
Jakarta Timur, ia menerima tawaran itu. Menurutnya ketika sudah terjun di
suatu pekerjaan harus professional, bukan karena terpaksa, tetapi
memberikan yang terbaik untuk anak didik dan oranii tua.
Selama menjadi guru pendamping anak autis, FH menggunakan metode
Lovaas atau metode ABA (Applied Behavior Analysis). Metode ini dipilih
karena metode ini sangat terstruktur sehingga dengan mudah dapat dipakai
oleh guru pendamping dalam menangani anal< autis. lntinya pada metode ini
adalah sama dengan teori Pavlov (respondent conditioning) yaitu suatu
perilaku bila diberi reinforcement (imbalan yang tepat) akan semakin sering
dilakukan, dan sebaliknya bila suatu perilaku tidak diberi imbalan maka
perilaku tersebut akan terhenti.
41
"Ya, ka/au murid saya itu berhasil menjawab soa/ saya kasih puj/an, misalnya
dia berhasil menjawab 5 soal benar semua saya kasih reward, ya minimal
pujian". (Wawancara dengan subyek tanggal 27 Agustus 207).
Selama menjadi guru pendamping FH menambah wawasannya dan
mengasah keterampilannya dengan berdiskusi dan bertukar pengalaman
dengan teman sesama guru pendamping di tempat ia mengajar, misalnya
ada suatu kejadian dimana murid FH senang berteriak-teriak, kemudian ia
diskusikan masalah ini kepada temanya sesama guru pendamping, selain itu
ia juga sering berdiskusi dengan orang tua murid FH sering memberikan
laporan hasil kemajuan belajar kepada orang tua. Selain itu ia menambah
wawasan dengan membaca buku dan seminar-seminar ketika duduk
dibangku kuliah.
Tekhnik yang digunakan FH untuk memahami anak didik adalah dengan
memahami karakteritiknya secara mendetail, misalnya anak tesebut
emosinya sering marah, sering ketawa, atau tingkah laku yang khas. Selain
itu sebelum mendampingi anak tersebut, FH mengobservasi terlebih dahulu
anak didiknya selama dua minggu.
42
Selama proses kegiatan belajar mengajar FH cukup rnemperoleh kendala dan
kesulitan, sehingga ia mengalami bum outi seperti rasa kesal dan
menyalahkan orang lain, tingkatan bum out yang dialami tidak terlalu tinggi.
Pada kasus FH ini kerja sama yang kurang optimal adalah dari para suster
yang mendampingi. Karena para suster ini terlalu ove1· protektif terhadap anak
asuhnya. Misalnya jika waktu istirahat anak tersebut terkadang dilarang
untuk bermain bersama teman-ternannya karena takut terganggu, yang
mengakibatkan anak didiknya mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan
teman-temannya. Perilaku yang sering ditemukan selama proses kegiatan
belajar mengajar adalah prilaku agresif, dan marah. Hal yang ditemui FH
yang menyebabkan FH mengalami bum out adalah anak tersebut tidak
mengerti apa yang telah disampaikan, FH terkadang mengulang sampai 10
kali.
"ya, nih aku terkadang mengulang sampai sepuluh ka/i, kayak diajak ngobrol enggak nyambung,terkadang anak tersebut suka membeo misalnya aku bilang ini sepeluh kemudian anak tesebut mengulangi perkataanku ini sepuluh, yang menyebabkan materi yang disampaikan oleh guru tidak sampai kemurid". (Wawancara dengan subyek tanggal 27 Agustus 207}.
Sosialisasi anak yang FH dampir:igi cukup baik, anak tersebut mampu
berinteraksi dengan temannya.
"Ya, anak tersebut sosialisasinya cukup batk, apalagi teman sekelasnya, temannya yang dike/as rata-rata sudah tahu dengan keadaan murid ku, teman-temannya saling membantu, misalnya ada pe/ajaran I/mu sosial guru kelas memerintahkan membaca, muridku membaca cara bergantian paragraf I murid ku paragraf 2 temen sebelahnya, jadi cara tersebut saling
melengkapi. Kemudian juga pas Jagi upacara, yang menyiapkan barisan
muridlw, kalau enggak gitu dia pasti marah, pokoknya upacara muridku itu
harus dapat tugas". (Wawancara dengan subyek tan!~gal 27 Agustus 207).
43
Salah satu cara yang digunakan FH jika ar,ak tersebut tantrum adalah
dengan mengajak bicara anak tersebut, menyayangnya. Tantrum terjadi jika
anak tersebut keinginannya tidak terpenuhi. FH menerapkan tekhnik Lovaas
yang itu memberikan pujian ketika anak tersebut melakukan sebuah
kebaikan.
Hubungan FH dengan orang tua cukup baik ada yang kooperatif dan ada
yang tidak terutama para suster, yang kurang bekerjasama, misalnya dalam
berinteraksi dengan teman-temannya para suster ini terlalu over protektif
dengan anak asuhnya. Hal ini tentu akan berpengaruh dengan
perkembangan dan kemajuan si anak. FH memberikan report hasil kegiatan
belajar dan buku penghubung anak autis. Setiap hari ayahnya datang
kesekolah dan seminggu sekali ibunya menelpon FH untuk mengetahui
perkembangan yang telah dicapai.
Analisa Kasus
lstilah autisme dikenal oleh subyek dari masa kuliah di fakultas psikologi dan
profesi sebagai guru pendamping telah dijalani selama 1 tahun, dengan
demikian ia berpengalaman cukup baik untuk menjadi seorang guru
44
pendamping. Dalam menghadapi anak autis tidak terlalu sulit karena anak
yang dihadapinya cenderung kooperatif, namun FH agak sulit jika anak
tersebut mengulang-ulang apa yang telah dil<atakan. Untuk memahami anak
adalah dengan memahami karakteristiknya dengan melihat kecenderungan
dan keinginan anak. Tiap anak yang dihadapi subyek berbeda kemampuan
akademiknya. Hubungan subyek dengan para orang tua cukup baik dan
kooperatif. Setiap hari FH menuliskan hasil belajar di buku penghubung
dengan orang tua.
Makna Menjadi Seorang Shadow
FH memaknai sebagai guru pendamping merupakan sebuah pekerjaan yang
sangat penting dan harus dikerjakan secara professional. Baginya seorang
guru pendamping sama seperti seorang konselor harns sabar, dan harus
empati dengan keadaan anak didik. FH membayangkan bagaimana jika
suatu saat terjadi pada anak dirinya dan membantu anak didik supaya
menjadi mandiri.
Sumber Burn Out
Burn out yang dialami subyek, merupakan penyebab mikro yang berasal dari
tekanan dan permasalahan selama bekerja, misalnya perilaku agresif,
marah, terkadang anak tersebut tidak mengerti apa yang disampaikan oleh
guru, sehingga FH harus mengulang apa yang telah disampaikan bahkan
45
pengulangan bisa sampai 10 kali. lni mempengaruhi kondisi subjek terutama
psikis, subyek terkadang ingin merasa marah ketika sedang bertugas.
Dampak dari bum out adalah FH terkadang merasa kesal terhadap diri
sendiri ada perasaan gaga! dalam mengajar. Ada keinginan untuk berhenti
mengajar. Cara yang dilakukan untuk mengatasi rasa lelah ini FH mencoba
merubah variasi dalam mengajar.
4.2.2 Kasus SN
SN seorang guru pendamping perempuan yang berusia 28 tahun, belum
menikah. Menjadi guru pendamping ini sudah ia jalani selama 3 tahun SN
mendampingi anak autis laki-laki yang duduk di kelas 3. Selain menjadi guru
pendamping SN bekerja sebagai terapis di daerah Bekasi yang berjumlah 3
orang antara lain : 1 murid TK di daerah jati asih, gangguannya autis
keterlambatan bicara, 1 orang anak play group yang mengalami autis murni,
dan terakhir siswa kelas 3 SD normal mengalami yang kesulitan belajar.
Bagi SN, autis merupakan anak yang mengalami hambatan dalam
bersosialisasi, berinteraksi. Anak autis seakan-akan hidup di dunianya
sendiri. Menurut SN autis itu bukan sebuah penyakit melainkan sebuah
gangguan perkembangan. Selain itu pada diri anak autis terdapat kelebihan
46
yang tidak dimiliki oleh anak normal, jadi semaksimal mungkin SN menelusuri
kelebihan anak tersebut.
Guru pendamping bagi SN sebuah pekerjaan yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh, guru pendamping membantu dan mengarahkan anak
didik untuk dapat belajar fokus di kelas, berinteraksi, bersosialisasi, dengan
lingkungan sekitarnya.
Bagi SN menjadi guru harus tegas dan memahami karakteristiknya , ini
disebabkan karena anak autis itu sudah terpola.
"Menjadi guru pendamping itu harus tegas dan memahami karakteristik yang
kita dampingi, Kita harus mengetahui kendalanya, kelebihan dan kekurangan,
tegas disini dalam artian tidak galak ditegaskan karena anak autis itu sudah
terpola, misalnya jam 9 harus istirahat ya anak autis itu harus istirahat,
enggak bisa jam 9 kita masih be/ajar. "
(Wawancara, 3 September 2007)
SN sebagai guru pendamping bertanggung jawab menghadapi 1 orang anak,
waktu yang dibutuhkan dalam menghadapi anak autis adalah 5 jam dalam
satu hari yakni dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.30 SN mengajar
dari hari senin sampai dengan hari jum'at.
47
Dalam mendampingi anak autis, SN menggunakan .ABA (Applied Behavior
Analysis) atau Lovaas metode ini dipilih karena metode ini sangat terstruktur
sehingga dengan mudah dapat dipakai o!eh guru pendamping dalam
menan!;jani anak autis. lntinya pada metode ini adalah sama dengan teori
Pavlov (respondent conditioning) yaitu suatu perilaku bila diberi
reinforcement (imbalan yang tepat) akan semakin sering dilakukan, dan
sebaliknya bila suatu perilaku tidak diberi imbalan maka perilaku tersebut
akan terhenti.
" Ya ka/au anak didik saya berhasil menjawab soa/ saya beri pujian, ya kalau
enggak bisa yang saya kasih tahu cara mengetjakannya"
(Wawancara, 3 September 2007)
Selama menjadi guru pendamping SN menambah wawasannya dan
mengasah keterampilannya dengan berdiskusi dan bertukar pengalaman
dengan teman sesama guru pendamping. Selain itu SN mengikuti berbagai
seminar dan training, sebelum menjadi guru pendarnping SN mengikuti
training di AGCA Center selama dua bulan.
Tekhnik yang digunakan SN untuk memahami anak didik adalah dengan
memahami karakteristiknya, dan melihat kelebihan dan kekurangnnya.
Perilaku yang sering ditemukan selama proses kegiatan belajar mengajar
adalah prilaku agresif, teriak, tertawa, memukul meja, main tangan.
48
Dalam melaksanakan tugas di SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur SN
mengalami burn out dengan gejala tubuhnya terasa k~lah setelah bekerja.
Hal yang ditemui SN yang menyebabkan burn out selama proses belajar
mengajar adalah perilaku tantrum. Jika anak sedang tantrum SN harus
tenang. SN akan merangkul anak tersebut, merangkul bertujuan untuk
membuat anak tersebut menjadi rileks. Menurut SN anak autis itu sebenarnya
tidak mau marah hanya karena tidak dapat menahan emosi saja.
"Kadang kalau sedang tantrum saya rangkul saya berikan kasih sayang, saya mengajaknya ngobrol, tetapi harus tegas kalau tidak nanti dia akan bergantung kepada kita." (Wawancara, 3 September :2007)
Hubungan SN dengan orang tua cukup dan kooperatif. Pengalaman SN yang
menyenangkan selama menjadi guru pendamping adalah ketika anak didiknya
sudah dapat berososialisasi dengan lingkungan sekitar, dan mau bermain
dengan teman-temannya. Sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan
adalah ketika anak tersebut mengalami tantrum.
Analisa Kasus
lstilah autisme dikenal oleh subyek dari masa kuliah, tetapi SN bukan berasal
dari Psikologi. SN belajar mengenai autis melalui seminar dan training.
profesi sebagai guru pendamping telah dijalani selama 3 tahun,
pengalamannya ditambah dengan menjadi terapis hingga saat ini. Dengan
demikian ia berpengalaman cukup baik untuk menjadi seorang guru
pendamping. Dalam menghadapi anak autis cenderung sulit, karena anak
49
tersebut jika tantrum marahnya sangat berat sampai memukul. Untuk
memahami anak adalah dengan memahami karakteristiknya dengan melihat
kecenderungan dan keinginan anak. Tiap anak yang dihadapi subyek
berbeda kemampuan akademiknya. Hubungan subyek dengan para orang
tua cukup baik dan kooperatif. Setiap hari SN menuliskan hasil belajar di
buku penghubung dengan orang tua.
Makna Menjadi Seorang Shadow
Bagi SN menjadi guru pendamping membantu mengarahkan anak sehingga
dapat bersosialisasi, berkomunikasi tidak hanya di dalam kelas saja tetapi di
luar kelas. Menjadi guru pendamping setidaknya harus memahami
karakteristik yang dimiliki oleh anak autis.
Gejala dan Sumber Bum Out
Burn out yang dialami subyek, merupakan tekanan dan permasalahan yang
timbul yang disebabkan anal< autis tersebut mengalami tantrum misalnya
perilaku agresif, marah, teriak dan marah. Karena jika anak didiknya tantrum
dibutuhkan penanganan yang ekstra, bahkan anak tersebut harus dirangkul.
Tingkatan bum out yang dialami SN tidak terlalu tin£1gi seperti yang dialami
oleh FH karena SN sudah terbiasa menghadapi anak autis, ditambah jam
terbang yang cukup lama mendampingi anak autis.
50
Gejala yang timbul dari SN hanya perasaan lelah karena rutinitas kerja yang
terlalu padat, sehingga terkadang semangat kerja menurun, yang bisa
berdampak pada anak didik. Untuk mengurangi rasa lelah ini SN biasanya
mengajak anak didiknya untuk bermain ga(Jle, serta merubah variasi dalam
belajar supaya tidak monoton.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5. 1. Kesimpulan
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gamabaran bum out yang
dialami oleh guru pendamping di sekolah inklusi. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan yang diperoleh dari lapangan serta analisa dari
beberapa komponen yang berkaitan dengan bum out yang dialami oleh 9.uru
pendamping, maka diperoleh beberapa kesimpulan seba9ai berikut:
1. Para guru pendamping menikmati profesinya seba9ai guru
pendamping anak autis, setiap guru pendamping melaksanakan
pekerjaannya secara professional sesuai dengan tugasnya, dan
berusaha dengan baik mencapai tujuan agar anak didik dapat
berkembang dan mandiri kelak, serta dapat bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Guru pendamping bertugas :
Menjembatani instruksi antara guru dan anak
Mengendalikan perilaku anak di kelas
Membantu anak untuk tetap berkonsentrasi
Membantu anal< belajar berinteraksi dengan teman-temannya
Menjadi media komunikasi antara guru dan orang tua dalam
membantu proses belajar anak.
2. Para guru pendamping dalam melaksanakan tugasnya mengalami
bum out dengan gejala marah, kesal, ada keinginan putus asa.
l<endala dan hambatan yang dialami para guru pendamping menjadi
sumber bum out diperoleh dari berbagai aspek. ditinjau dari kondisi
anak didik dan pengalaman mendampingi anak autis. Dari kedua
narasumber diatas ternyata yang rentan mengalami bum out adalah
guru pendamping yang mempunyai jam terbang sedikit seperti yang
dialami FH
52
3. Untuk mengatasi bum out dilakukan dengan berbagai pendekatan,
misalnya dengan merubah variasi dalam pendampingan. lni dilakukan
oleh FH dan SN supaya tidak monoton dalam mendampingi anak
didik.
5. 2. Diskusi
Perbedaan jenis bum out pada masing-masing subyek dalam
penelitian ini secara khusus di pengaruhi oleh beban pekerjaan.
Misalnya yang terjadi pad a FH, yang dirasakan ketika bum out ingin
sekali marah, ingin menyalahkan, karena anak didiknya tidak mengerti
apa yang disampaikan, FH terkadang mengulang hingga 10 kali.
Pada SN, yang menjadi sumber bum out, ketika anak tersebut
tantrum, namun SN sudah terbiasa dengan kondisi anak didiknya.
Bekerja sebagai guru pendamping merupakan salah satu pekerjaan
yang rentan mengalami bum out. (Maslach, 1993) dalam
penelitiannya, bum out terjadi pada bidang pekerjaan yang
berorientasi pada melayani orang lain seperti bidang kesehatan
mental, bidang pelayanan kesehatan, bidang pendidikan, maupun
bidang pelayanan sosial. Burn out terjadi akibat berubahnya kondisi
psikologis pemberi pelayanan seperti guru akibat n~aksi terhadap
situasi kerja yang tidak menguntungkan.
53
Sebagai guru pendamping bukanlah pekerjaan mudah, walaupun tidak
jauh beda dengan guru kelas, namun guru pendamping memiliki cara
dan metode khusus dalam menghadapi muridnya. Khususnya
mengendalikan diri ketika berhadapan dengan anak yang tantrum,
bersikap tidak wajar.
Kendala dan hambatan yang dialami para guru pendamping menjadi
sumber burn out, dialami para guru. pendamping selama menghadapi
anak autis diperoleh dari berbagai aspek, diantaranya kendala dari
anak didik yang menyandang autis, misalnya perilaku agresif (teriak,
memukul, tertawa sendiri) Kendala dari para oran9 tua yang kurang
kooperatif, serta tuntutan dari dari orang tua maupun dari pihak
sekolah. Setiap penyebab dan gejala bum out diti~mui selama
bekerja, setiap kendala bersumber dari tekanan dan permasalahan
selama bekerja.
54
Setiap kendala yang mengganggu proses belajar rnengajar seperti
tantrum, para guru pendamping berusaha untuk menghadapi situasi
tersebut secara bijaksana, dan memahami anak didik secara baik dan
menyesuaikan diri dengan dampak dari tekanan yang dialami selama
bekerja.Profesi sebagai guru pendamping tidak lepas dari latar
belakang pendidikan, awal pengenalan autis, usia, serta pengalaman
mendampingi anak autis.
Yang rentan mengalami bum out adalah yang belum memiliki
pengalaman mengajar yang cukup. Semakin lama guru pendamping
menghadapi anak autis, rasa cinta terhadap tersebut semakin
tumbuh.
Kehadiran ABK di kelas memang membuat guru harus siap untuk
bekerja ekstra. Guru kelas dalam pendidikan inklusi harus dapat
memodifikasi metode instruksi dalam mengajar, memodifikasi kegiatan
di kelas, menyediakan waktu ekstra untuk merencanakan program,
memberi dukungan pada rekan guru lainnya. Gum di kelas inklusi
juga akan lebih berhasil bila mampu mengerti karakteristik dan
kebutuhan - kebutuhan siswa sehingga dapat bersikap ataupun
mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa.
55
5. 3. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada guru pendamping autis
di sekolah inklusi Jakarta, maka terdapat beberapa hal yang perlu
disarankan, antara lain :
1. Diharapkan para guru pendamping berperan aktif dalam meningkatkan
kepercayaan diri mereka, misalnya dengan mengikutsertakan mereka
dalam acara-acara sekolah maupun di luar sekolah yang intinya pada
acara tersebut mampu meningkatkan dirinya dalam sebuah kompetisi
yang bersifat umum dan bisa diikuti siswa autis, misalnya :
mengikutsertakan lomba menggambar, karena pacla diri autis tersebut
terdapat kelebihan yang harus diasah.
2. Diharapkan juga bagi seluruh pendidik yang mengadakan kegiatan
belajar mengajar di kelas-kelas yang ada anak autis, jangan hanya
terus-menerus membebankan tugas-tugas sekolah yang bersifat
akademik saja. Perlu beberapa kali diadakan simulasi psikologis atau
sesi konseling, yang tentunya di dalam kemasan yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri mereka secara optimal.
3. Bagi orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus seperti
autis, berikanlah perhatian dan kasih sayang., anak autis harus dilatih
dan dikendalikan perilakunya, karena itu orang tua mempunyai peran
yang sangat penting dalam pembentukan kerpibadian.
56
4. Bagi para guru pendamping yang memiliki pekerjaan sangat mulia,
hendaknya menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai autis,
dan mengasah keterampilan dalam menerapkan metode yang dipakai.
Oleh karena itu penting sekali selain mempelajari teori, mereka harus
melakukan stimulasi serta melakukan prakterk lan!~sung. Serta sebisa
mungkin merubah variasi dalam mendampingi anak autis karena
dengan begitu guru pendamping mempunyai pengalaman
pengalaman baru, dan tidak menjadi monoton.
5. Bagi instiitusi penyelenggara pendidikan hendaknya bekerjasama
memberikan fasilitas yang baik untuk para guru pendamping dalam
menghadapi anak autis. Dan untuk anak berkebutuhan khusus seperti
autis juga memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan
yang berkualitas, untuk itu hendaknya dapat diterima dan dibimbing
sebagaimana peluang ya11g diberikan kepada anak normal lainnya.
Sarana prasarana yang diperlukan dalam sekolah inklusif selain
sarana dan prasarana umum (seperti halnya sekolah umum lainnya)
juga dilengkapi dengan sa.rana dan prasarana yang sesuai dengan
jenis kelainan anal<. Sarana tersebut misalnya buku pedoman guru,
alat peraga, alat bantu bagi ABK, ruang terapi perilaku bagi ABK
dengan ADHD, dan lain sebagainya.
57
6. Untuk penelitian selanjutnya bagi guru pendampin!~. pertanyaan yang
dibuat harus sesuai dan jumlahnya juga mencukupi untuk dijawab oleh
responden yang akurat. Selain itu harus diperihatikan juga teknik
pengambilan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga
prosedur penelitian dilaksanakan sebaik-baiknya sesuai dengan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
C. Davison, Gerald, 2004 Psikologi Abnormal Jakarta: Rajawali Pers
C.Edwards, Phd 2006 Ketika Anak Sulit Diatur Bandung : Mizan
Chaplin, J.P. Dictionary of Psychology. Kamus Lengkap Psiko/ogi. Dr.Kartini Kartono (terj).2001.Jakarta : Raja Grafindo Persada
Djamaluddin, Soedarsono, 2006, Konsep Pendidikan Bagi Anak Autistik dan Profil Model Seka/ah Pelita Hati Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Halberstam Yitta, 2004, Gift From The Heart 2, Jakarta : 131P
Harseno Kurnia, 2006, lnterospeksi Jakarta : PERPUS Jak Sel
Hurlock, Elizabeth, 1978. Child Development, Jakarta : Erlangga
Maslim, Rusdi, 2001, Diagnosa Gangguan Jlwa.PPDGJ If/ Jakarta : Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI
Moleong, Lexy, 2004, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Nasution, S, 2003, Metode Research: Penelitian llmiah. ,lakarta : Bumi Aksara
Papalia, Diane E, 2006 A Child World Infancy Through Aclo/escence New York: Mc Graw-Hill
Petersen Lindy, 2004, Bagaimana Memotivasi Anak Be/afar, Jakarta : Gramedia
Rock, Pearl Kane, 1996 Tak Sengaja Menjadi Guru: Kisah-kisah yang Menggugah dan Saraf Hikmah tentang Pengalaman-Pertama Mengajar di Seka/ah New York : A Signet Book.
Saravati, 2004 Meniti Pe/angi : Petjalanan Seorang /bu yang tak kenal menyerah dalam membimbing putranya ke/uar dari be/enggu ADHD dan Autisme Jakarta : Elex Media Komputindo
Setiawan, Joko Bagus 2006, Tingkat Kepercayaan Diri Anak Berbakat (Gifted) Pada Usia Remaja Awai Di SMP Negeri 19. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Slamet, Suprapti, 2005 Pengantar Psiko/ogi Klinis. Jakarta : UI Press
Soedarsono Yudistira, 2006 Dream Smart for Teens, Jakarta : Mizan
Somantri Sutjihati , M.si, Psi 2006 Psikologi Anal< Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.
Suryana Agus, 2004 Terapi Autis Anal< Berbakat dan Anal< Hiperaktif Jakarta: Progress.
Sutjipto, 2004, Apakah Anda Mengalami Bum Out, Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan Depdiknas.
Yin, Robert K, 2003, Studi Kasus Desain dan Metode Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Artikel :
Seminar Bulanan Psikologi Sekolah, 2006, Program Pengajaran Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Rubrik Psikologis 2004, Bosan : Majalah Gadis.
Discovery, 2001, Fires of The Mind The Invisible Wall : AUTISM Discovery Health Chanel
Puspita Dyah, 2004, Mempersiapkan Dan Membantu Anak Autis Mengikuti Pendidikan Di Sekolah Umum .Jakarta : Yayasan Autisma Indonesia MANDIGA.
INFORM CONSENT
Pernyataan Kesediaan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap
J enis Kelamin
Usia
Pendidikan Terakhir
Alamat
No telp
Tempat Mengajar
Mengajar kelas
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian ini, dan data sa'ya dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata
Responden penelitian
( )
Subyek
Wawancara
Tempat
Hari I tanggal
Waktu
Catatan lapangan
PEDOMAN OBSERV ASI
1/2/3/4/5
1/2/3/4/5
I. Keadaan tempat wawancara, cuaca, kehadiran pihak lain di tempat wawancara
2. Fisik dan penampilan subyek
3. Gangguan selama wawancara
4. Sikap subyek selama jalannya wawancara
a. Suara
b. Intonasi
c. Posisi tubuh
d. Sikap terhadap interviewer
5. Ringkasan terhadap wawancara
6. Catalan khusus selama wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara Guru Pcndamping
\. Pengalaman Subyek Sebagai Guru Pendamping Anak Autis
I. Apa pendapat anda tentang Au tis ?
2. Penge11ian guru pendamping itu apa ?
l. Sejak kapan anda menajdi Guru Pendamping anak Autis? Sudah berapa lama
4. Mengapa tertarik dengan Autis ?
5. Apakah anda mempunyai latar belakang Pendidikan?
6. -Apa profesi lain selain menjadi Guru Pendamping?
-Usia anda sekarang?
7. Kenapa anda berminat menjadi Guru Pendamping?
8. Bisa dijelaskan karakteristik menjadi Guru Pendamping?
9. Berapa orang yang anda hadapi dalam satu hari ?
I 0. Apakah ada perbedaan antara mengajar di kelas dengan ada anak Autis dengan tanpa
siswa Autis ?
11. Pelatihan dan keterampilan apa saja yang anda peroleh scbelum menjadi Guru
Pendamping ?
12. Bagaimana cara anda memahami anak Autis ?
13. Jenis metode apa yang anda terapkan pada anak Autis?
14. Sebelum menjadi Guru Pendamping apakah anda mengetahui dampak yang mungkin
terjadi ketika berha<lllpan dengan anak autis ?
B. Sumber Bum Out yang dialami subyek ketika menghadapi anak A.utis
1. Selama menjadi Guru Pendamping, adakah pengalaman yang menyenangkan ? ceritakan
2. Bagaimana pengalaman yang tidak menyenangkan ? bagaimana hambatannya?
3. Bagaimana perilaku anak se!ama anda mengajar di kelas
I. Bagaimana respon anda ketika anak autis tantrum ?
5. Pernahakah anak yang anda hadapi menyakiti diri sendiri?
5. Pernahkah mengalami kejenuhan atau kelelahan ketika menghaclapi anak autis dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar ?
*Penyebab terjadinya kelelahan?
*Cara mengatasi kelelahan tersebut?
7. Bagaimanakah hubungan anda dengan orang tua anak?
8. Bagaimanakah persepsi anda terhadap orang tua yang tidak mengerti dengan
perkembangan anaknya ?
9. Bagaimanakah persepsi anda terhadap orang tua yang over protektifterhadap anaknya?
I 0. Pernahkah anda mengalami hal yang berbahaya ketika menghadapi anak autis?
l l. Bagaimana hubungan anda dengan guru pendamping lainnya ?
12. Apa saja perilaku anak autis yang mengganggu proses terapi?
C. Jen is strategi Bum Out yang digunakan guru pendamping dalam menghadapi anak Autis?
I . Pernahkah anda kelelahan menghadapi anak autis ketika tantrum ?
2. Biasanya dalam mengajar kendala apa yang biasanya dihadapi ?
3. Pernah kehilangan motivasi ketika mengajar anak-anak autis I kenapa?
4. - Berapa Jam dalam satu hari anda menghadapi anak Autis ?
- Lebih sulit menangani anak yang laki-laki atau yang perempuan ?
- Kalau mengajar apa sebelumnya sudah dipersiapkan?
5. Bagaimana cara anda ketika anak menolak untuk belajar ?
6. Apakah rekan sesama guru pendamping pemah mengalami ha! yang sama dengan anda?
7. Bagaimana cara anda menghadapi jika anak cenderung diam & menolak untuk
berinteraksi dengan anda ?
8. Dampak fisik apakah yang anda alami mengatasi anak autis yang agresif atau tantrum?
9. Dampak psikis apakah yang anda alami menghadapi anak autis yang agresif atau
tantrum?
10. Apakah usaha anda untuk menghadapi anak autis yang agresif?
11. Pernah merasakan kegagalan mengajar ? kenapa
Beri tanda chek list ('1) Jika anda pernah merasakan gejala dibawah ini & berikan alasan !
SN
resistensi ya\lg tinggi untuk pergi bekerja setiap hari ( )
Terdapat perasaan gagal di dalam diri )
Cepat marah dan sering kesal * )
Rasa bersalah dan menyalahkan * )
Keengganan dan ketidakberdayaan )
Negatifisme ( )
lsolasi dan penarikan diri ( )
Perasaan capek dan lelah setiap hari ( )
Sering memperhatian jam saat bekerja ( )
Sangat pegal setelab bekerja I, )
Hilang positif terhadap klien ( )
Tidak mampu menyimak apa yang klien ceritakan I )
Merasa tidak mobil ( )
Sinisme terhadap klien dan sikap menyalahkan < 1, )
Sulit tidur ( )
Menghindari diskusi mengenai pekerjaan dengan teman kerja { )
Asyik dengan diri sendiri ( )
Mendukung tindakan untuk mrngontrol perilaku )
Sering demam dan flu )
Sering sakit kepala dan gangguan pencernaan ( )
Sangat sering membolos kerja ( )
PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
SEKOLAH DASAR NEGERl GEDONG 04 PAGI KECAMATAN PASAR REBO
Alamat: Jalan Raya Condet Ke!. Gedong Telp. 8414323 JAKARTA TIMUR
SURAT KETERANGAN NO. 111I01. 815.029
Kepala Sekolah Dasar Negeri Gedong 04 Pagi Kecamatan Pasar Reho Jakarta Timur,dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : ADTY A SULAKSONO Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 11 Juni 1983 Alamat : JI. H. Jian RT 004/03 No. 4 Ciputat Fakultas : Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta Semester : VIII ( Delapan) Nomor Pokok 103070028979 Tahun Akademik : 2006/2007 Program ' : Starta 1 ( S-1 ) Judul Skripsi : " Gambaran Burn Out Pendamping Anak Autis
Yang mengajar di Sekolah Inklusi " Bahwa benar nama tersebut diatas telah melakukan penelitian untuk bahan penulisan skripsi di sekolah yang saya pimpin. Demikianlah surat keterangan ini dibuat agar dapat di pergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 10 September 2007
UJ<.,l' AR J. i<,fv.L~l''I A:&'.i-ufiH.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF I-IIDA YA TULLAH JAKARTA
F AKUL T AS PSIKOLOGI
I. Kerta Mukti No.5 Cirende Jakarta Selatan 15419 Telp. (021) 7433060 Fax. 74714714
: Ft. 71/0T.Ol.7/JJ;; /VIIl/2007
: Izin Penelitian
Kepada Yth, Kepala Sekolah SDN. Geclong 04 lnsklusi di Jakarta
Assalrnnu'alaikum Wr. \Vb.
Dengan I-lormat, karni sarnpaikan bahwa :
Na rn a Tempat/Tgl Lahir Alamat
Adtya Sulaksono J akarla , 11 Juni 1983 JI. I-I. Jian Rt.04.03 N0.4 Cipulat
Jakarta, 24 Agustus 2007
adalah benar rnalmsiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Semester Nomor Pokok Tah,•n Akademik Prograi:n
VIII ( Delapan) 103070028979 2006/2007 Strata l (S-1)
Sehubungan dengan tugas penyelesaian skripsi yang be1judul."Gambaran Burn Out Pcndamping Autis yang Mcngajar di Sckolah Insklusi.''mahasiswa tersebut memerlukan izin penelitian pada lembaga yang Bapak/Ibu/saudara pirnpin. Oleh karena itu kami mohon kesecliaan Bapak/lbu/Saudara untuk rnenerima mahasis\va tersebut clan rnemberikan bantuannya.
Demikian alas perhatian clan bantuan Bapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terima k<:csih.
Wassalarnu'alaikurn Wr. \Vb