file bahan bangunan 2010
TRANSCRIPT
[ KELOMPOK I ]
1.1 PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR
1.1.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan berat isi agregat kasar yang didefinisikan sebagai perbandingan
antara berat material kering dengan volumenya.
1.1.2 PERALATAN
a. Oven pengering.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
c. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
d. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya
bulat, terbuat dari baja tahan karat.
e. Mistar perata.
f. Sekop.
g. Mould / cetakan berbentuk silinder.
1.1.3 BAHAN : Agregat
1.1.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
Agregat dimasukkan ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas
mould (wadah) sesuai daftar no.1 keringkan dengan oven dengan suhu (110 + 5)
atau kondisi SSD sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda
uji.
1. Berat volume lepas :
a. Berat wadah (W1) ditimbang dan dicatat.
b. Benda uji dimasukkan dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan
butir-butir, dari ketinggian 5 cm diatas wadah dengan menggunakan
sendok atau sekop sampai penuh.
c. Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata.
d. Berat wadah beserta benda uji (W2) ditimbang dan dicatat.
e. Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1)
2. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38.10 mm (1.5’’) dengan cara
penusukan :
a. Berat wadah (W1) dicatat dan ditimbang.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 1
[ KELOMPOK I ]
b. Wadah diisi dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25
kali secara merata.
c. Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata.
d. Berat wadah serta benda uji (W2) ditimbang dan dicatat.
e. Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1).
3. Berat isi untuk agregat ukuran butir antara 38.10 mm (1.5’’) sampai 101.10
mm (4’’) dengan cara penggoyangan :
a. Berat wadah (W1) ditimbang dan dicatat.
b. Wadah diisi dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
c. Setiap lapis dipadatkan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah
sebagai berikut:
Wadah diletakkan ditempat yang kokoh dan datar, salah satu sisinya
diangkat kira-kira setinggi 5 cm kemudian dilepaskan.
Hal ini diulang lagi pada sisi yang berlawanan. Lapisan dipadatkan
sebanyak 25 kali untuk setiap sisi.
d. Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata.
e. Berat wadah beserta benda uji (W2) ditimbang dan dicatat.
f. Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1).
1.1.5 PERHITUNGAN
Berat isi agregat = (Kg/m³)
Ket:
V = Volume mould (dm3)
a. Berat Volume Gembur
Diketahui :
W1 (Berat mould) = 10.585 kg
W2 (Berat mould + benda uji batu) = 14.685 kg
V (Volume mould) = 3.01754 liter
Ditanya :
W3…..?
Berat volume….?
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 2
[ KELOMPOK I ]
Dijawab :
W3 (Berat benda uji) = W2- W1
= 14.685-10.585 kg
= 4.1 kg
Berat volume =
=
= 1.29 kg/liter
b. Berat Volume Padat
Diketahui :
W1 (Berat mould) = 10.585 kg
W2 (Berat mould + benda uji batu) = 14.653 kg
V (Volume mould) = 3.01754 liter
Ditanya :
W3….?
Berat volume…..?
Dijawab :
W3 (Berat benda uji) = W2- W1
= 14.653-10.585 kg
= 4.068 kg
Berat Volume =
=
= 1.35 kg/liter
1.1.6 PEMBAHASAN
Berat volume (berat satuan) agregat adalah perbandingan antara berat agregat
dalam satu satuan volume, dinyatakan dalam kg/l atau ton/m³. Jadi, berat berat
volume dihitung berdasarkan berat agregat dalam suatu tempat tertentu misalnya
mould/cetakan berbentuk silinder dengan diameter 15.5 cm dan tinggi 16 cm,
sehingga yang dihitung volumenya adalah volume padat (termasuk pori-pori
antar butir).
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 3
[ KELOMPOK I ]
Bila volume =
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa agregat kasar memiliki berat volume
1.29 – 1.35 kg/liter.
1.1.7 KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh berat volume gembur sebesar 1.29
kg/liter dan berat volume padat sebesar 1.35 kg/liter. Hasil percobaan
pemeriksaan berat volume agregat yang dilakukan telah memenuhi spesifikasi
yang telah disyaratkan yaitu sebesar 1.29 – 1.35 kg/liter.
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 4
[ KELOMPOK I ]
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 5
[ KELOMPOK I ]
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT
No. Contoh : Sumber Contoh : Bangkinang
Tgl. Terima : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat Kasar
Pelaksana : Kelompok I Untuk : Sampel
PENELITIAN
PADAT GEMBUR
A. Volume Wadah : 3.01754 3.01754 Liter
B. Berat Wadah : 10.585 10.585 kg
C. Berat Benda Uji + Wadah : 14.653 14.685 kg
D. Berat Benda Uji (C-B) : 4.068 4.1 kg
Berat Volume = D/A : 1.35 1.29 kg/liter
BERAT VOLUME RATA-RATA :
KONDISI PADAT = D/A = 1.35 kg/Ltr
KONDISI GEMBUR = D/A = 1.29 kg/Ltr
1.2 ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 6
[ KELOMPOK I ]
1.2.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan perbandingan butir (gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada
agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan
gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan
alat seperangkat saringan dengan ukuran jaring-jaring tertentu.
1.2.2 PERALATAN
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.1% dari berat benda uji.
b. Seperangkat saringan dengan ukurannya dalam tabel berikut:
Tabel.1. Perangkat saringan agregat kasar.
Nomor
saringan
Ukuran
lubang Keterangan
mm inch
- 76.20 3
PERANGKAT SARINGAN UNTUK AGREGAT
KASAR
- 63.50 2.5 UKURAN #2
- 50.80 2 (diameter agregat antara ukuran 100 mm - 19 mm)
- 37.50 1.5 Berat minimum contoh : 35 kg.
- 25.00 1
- 19.10 ¾
- 50.00 2
PERANGKAT SARINGAN UNTUK AGREGAT
KASAR
- 37.50 1.5 UKURAN #4.67
- 25.00 1 (diameter agregat antara ukuran 50 mm - 4.76 mm)
- 19.00 ¾ Berat minimum contoh : 20 kg.
- 12.50 ½
- 9.50 ¾
No.4 4.76 -
- 25.00 1
PERANGKAT SARINGAN UNTUK AGREGAT
KASAR
- 19.00 ¾ UKURAN #67
- 12.50 ½ (diameter agregat antara ukuran 25 mm - 2.38 mm)
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 7
[ KELOMPOK I ]
- 9.50 ¾ Berat minimum contoh : 10 kg.
No.4 4.76 -
NO.8 2.38 -
-
12.50 ½
PERANGKAT SARINGAN UNTUK AGREGAT
KASAR
- 9.50 ⅜ UKURAN #8
No.4 4.76 - (diameter agregat antara ukuran 12.5 mm - 1.19 mm)
No.8 2.38 - Berat minimum contoh : 2.5 kg.
No.16 1.19 -
1.2.3 BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan. Berat dari
contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang
digunakan, seperti yang diuraikan pada tabel perangkat saringan.
1.2.4 PROSEDUR PRATIKUM
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (100 ± 5) ºC, sampai berat
contoh tetap.
b. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari
saringan yang paling besar diatas. Perangkat saringan diguncang dengan
tangan atau mesin penggoncang selama 15 menit.
1.2.5 PERHITUNGAN
Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji.
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
E1-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (0/1000)x100% = 0%
Persentase tertahan (komulatif) = 0% + 0% = 0%
Persentase lolos (komulatif) = 100% - 0% = 100%
E2-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (0/1000)x100% = 0%
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 8
[ KELOMPOK I ]
Persentase tertahan (komulatif) = 0% + 0% = 0%
Persentase lolos (komulatif) = 100% - 0% = 100%
E3-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (73/1000)x100% = 7.3 %
Persentase tertahan (komulatif) = 0% + 7.3% = 7.3%
Persentase lolos (komulatif) = 100% - 7.3% = 92.7%
E4-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (486/1000)x100% = 48.6%
Persentase tertahan (komulatif) = 7.3% + 48.6% = 55.9%
Persentase lolos (komulatif) = 92.7% - 48.6% = 44.1%
E5-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (297/1000)x100% = 29.7%
Persentase tertahan (komulatif) = 55.9% + 29.7% = 85.6%
Persentase lolos (komulatif) = 44.1% - 29.7% = 14.4%
E6-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (120/1000)x100% = 12%
Persentase tertahan (komulatif) = 85.6% + 12% = 97.6%
Persentase lolos (komulatif) = 14.4 - 12% = 2.4%
1.2.6 PEMBAHASAN
Dari hasil analisa agregat kasar diperoleh persentase tertahan total adalah 97.6%.
Dan dari diameter lubang ayakan terhadap persentase berat butir agregat kasar
diperoleh grafik gradasi kerikil yang terletak dalam batas maksimum untuk
agregat 20mm.
1.2.7 KESIMPULAN
1. Agregat ukuran maksimum 31,5 mm dengan berat minimum 1 kg.
2. Pengukuran dengan menggunakan ayakan nomor saringan 1¼, 1, ¾, ½, 3/8,
¼ inch.
Tabel 2. Batasan daerah gradasi Agregat Kasar
Lubang Persentase yang lewat ayakan
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 9
[ KELOMPOK I ]
Ayakan
(mm)
Besar butir maksimum
40 mm 20 mmsample
Min Max Min Max
40 95 100 100 100 100
20 30 70 95 100 100
10 10 35 25 55 55.55
4.8 0 5 0 10 7
Grafik 1. Gradasi butiran Agregat Kasar berdasarkan Tabel 2
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 10
[ KELOMPOK I ]
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRATIKUM
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN KONTRUKSI
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 11
[ KELOMPOK I ]
JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
No. Contoh : - Sumber Contoh : Bangkinang
Tgl. Terima : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat Kasar
Pelaksana : Kelompok I Untuk : Sampel
PENELITIAN 1
Nomor
Saringan
Ukuran
lobang
Ayakan
Berat
Tertahan
(Gram)
Persentase
Tertahan
(%)
Persentase Berat
Yang Lolos
(Komulatif)
Persentase
Berat Yang
Tertahan
(Komulatif)(mm) (inch)
1¼ 31.5 - 0 0% 100% 0%
1 25 - 0 0% 100% 0%
3/4 19 - 73 7.3% 92.7% 7.3%
1/2 12.5 - 486 48.6% 44.1% 55.9%
3/8 9.5 - 297 29.7% 14.4% 85.6%
1/4 4.75 - 120 12% 2.4% 97.6 %
Wadah = 24 2.4 % Total = 246.4%
Fine Modulus (FM1) = Total / 100 = 246,4/100 = 2.464
1.3 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 12
[ KELOMPOK I ]
1.3.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat
adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan
berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi
takaran air dalam adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di
lapangan.
1.3.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5) °C.
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan
contoh benda uji.
1.3.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan
batasan menurut tabel berikut ini:
Tabel. 5. Berat agregat yang diuji minimum berdasarkan ukuran maksimum
agregat.
No.Ukuran Maksimum
Agregat
Berat Minimum
Agregat yang diuji
1 6.30 mm (1/4”) 0.50 kg
2 9.50 mm (3/8”) 1.50 kg
3 12.70 mm (0.5”) 2.00 kg
4 19.10 mm (3/4”) 3.00 kg
5 25.40 mm (1.0”) 4.00 kg
6 38.10 mm (1.5”) 6.00 kg
7 50.80 mm (2.0”) 8.00 kg
8 63.50 mm (2.5”) 10.00 kg
9 76.20 mm (3.0”) 13.00 kg
10 88.90 mm (3.5”) 16.00 kg
1.3.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Berat talam ditimbang dan dicatat (W1).
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 13
[ KELOMPOK I ]
b. Benda uji dimasukkan ke dalam talam, dan kemudian berat talam dan berat
benda uji ditimbang. Beratnya dicatat (W2).
c. Berat benda uji dihitung : W3 = W2 - W1
d. Contoh benda uji bersama talam dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)
°C sampai mendapat bobot tetap.
e. Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam
(W4).
f. Berat benda uji kering dihitung : W5 = W4 – W1
1.3.5 PERHITUNGAN
Kadar air agregat =
W3 = berat contoh semula (gram)
W5 = berat contoh kering (gram)
Diketahui :
W3 adalah berat contoh semula (gram) = 1000 gram
W5 adalah berat contoh kering (gram) = 994 gram
Kadar air = W3-W5/W3 x 100%
= 1000-994/1000 x 100%
= 0,6%
1.3.6 PEMBAHASAN
Persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat jika direndam dalam
air disebut serapan air.
Agregat yang jenuh air, namun permukaannya kering disebut agregat jenuh kering
muka.
Air dalam agregat dikenal dalam dua macam, yaitu air yang meresap dan air yang
ada dipermukaan butiran. Air yang meresap dalam pori antara butir dan mungkin
tidak tampak dipermukaan, dipengaruhi oleh besar pori butiran agregatnya. Pada
agregat normal, kemampuan menyerap air sekitar 1-2% saja, dan dihitung
sebagaimana menghitung kadar air jenuh kering muka. Kemampuan menyerap air
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 14
[ KELOMPOK I ]
ini disebut serapan air atau daya serap suatu agregat. Adapun air yang
dipermukaan butir tampak dipermukaan, dan ini dipengaruhi oleh lingkungan
agregat tersebut basah atau kering.
Air yang ada pada suatu agregat dilapangan perlu diketahui untuk menghitung
jumlah air yang perlu dipakai dalam campuran adukan beton dan untuk
mengetahui berapa satuan agregat. Keadaan kandungan air di dalam agregat
dibedakan menjadi beberapa tingkat, yaitu: kering tungku, kering udara, jenuh
kering muka dan basa.
1.3.7 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, di dapat kadar air pada agregat kasar
yang beratnya 1000 gram adalah 0,6%. Jadi hasilnya kurang memenuhi standar
kadar air agregat kasar yang diisyaratkan yaitu sebesar 1 - 2%.
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 15
[ KELOMPOK I ]
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 16
[ KELOMPOK I ]
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR
No. Contoh : Sumber Contoh : Bangkinang
Tgl. Pelaksanaan : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat Kasar
Pelaksana : Kelompok I Untuk : Sampel
Ukuran agregat = - mm
Berat talam (W1) = 160 gram
Berat talam + benda uji (W2) = 1160 gram
Berat benda uji (W3) = W2 – W1 = 1000 gram
Berat benda uji kering + talam (W4) = 1154 gram
Berat benda uji kering (W5) = W4 – W1 = 994 gram
Kadar air agregat (W3-W5)/(W3)x100% = 0,6 %
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 17
[ KELOMPOK I ]
1.4 ANALISIS SPECIFIC-GRAFITY DAN PENYERAPAN AGREGAT
KASAR
1.4.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan “bulk dan apparent” spesific grafity dan penyerapan (absorption)
dari agregat kasar menurut prosedur ASTM C127. nilai ini diperlukan untuk
menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton.
1.4.2 LANDASAN TEORI
Berat jenis (bulk spesific grafity) adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya dama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tetap,
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat isi air suling yang isinya sama.
Berat jenis semu (Apparent Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dengan berat ising yang isinya sama.
Penyerapan (Absorption) adalah persentase berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering.
1.4.3 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg
b. Keranjang besi diameter 203.2 mm (8’) dan tinggi 63.5 mm(2.5”)
c. Alat penggantung keranjang
d. Oven
e. Handuk
1.4.4 BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka
(SSD= Surface Saturated Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses
melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat lolos saringan no.4
tidak dapat digunakan sebagai bahan uji.
1.4.5 PROSEDUR PRATIKUM
a. Benda uji direndam selama 24 jam
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 18
[ KELOMPOK I ]
b. Benda uji dikering mukakan (kondisi SSD) dengan digulungkan handuk
pada butiran agregat
c. Contoh ditimbang. Lalu berat contoh kondisi SSD dihitung = A
d. Contoh benda uji dimasukan ke keranjang dan direndam kembali didalam
air. Temperatur air dijaga (73.4 + 3)˚ F, dan kemudian ditimbang, setelah
keranjang digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan udara yang
terperangkap. Lalu berat contoh kondisi jenuh dihitung = B
e. Contoh dikeringkan pada temperatur (212 s/d 130)˚F. Setelah didinginkan,
kemudian ditimbang. Lalu berat contoh kondisi jenuh dihitung = C.
1.4.6 PERHITUNGAN
Apparent specific =
Bulk specific grafity kondisi kering =
Bulk specific grafity kondisi SSD =
Persentase (%) penyerapan ( absorption) = x100%
Diketahui :
Berat contoh SSD (A) = 2000 gram= 2 Kg
Berat contoh dalam air (B) = 1428 gram= 1.428 Kg
Berat contoh kering udara (C) = 1960 gram= 1.96 Kg
Ditanya :
Apparent spesific gravity…..?
Bulk spesific gravity on dry basic…..?
Bulk spesific gravity on SSD basic….?
% water absorption…..
Dijawab :
Apparent spesific gravity =
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 19
[ KELOMPOK I ]
=
= 3760 Gram=3.76 Kg
Bulk spesific gravity on dry basic =
=
= 3430 Gram= 3.43 Kg
Bulk spesific gravity on SSD basic =
=
= 3500 Gram= 3.5 Kg
% water absorption =
=
= 2 %
1.4.7 PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar diperoleh hasil:
1. Apparent spesific gravity = 3730 Gram= 3.73 Kg
2. Bulk spesific gravity on dry basic = 3430 Gram= 3.43 Kg
3. Bulk spesific gravity on SSD basic = 3500 Gram= 3.5 Kg
4. % water absorption = 2 %
Berdasarkan berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga jenis, agregat
normal, agregat ringan, dan agregat berat.
1.4.8 KESIMPULAN
Pemeriksaan berat volume agregat kasar terbagi tiga, yaitu berat volume di oven,
berat volume di udara, dan berat volume SSD di air. Berat volume di udara =
1960 gram/liter, berat volume SSD=2000 gram/liter, dan berat volume agregat
di air =1428 gram/liter, sedangkan berat jenis yang diperbolehkan adalah antara
3430- 3760 gram/liter, dan kadar air yang diperbolehkan sekitar 2%.
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 20
[ KELOMPOK I ]
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 21
[ KELOMPOK I ]
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEMERIKSAAN SPECIFIC GRAFITY AGREGAT KASAR
No. contoh : Sumber Contoh : Lab Bahan Bangunan
Tgl. Terima : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat kasar
Pelaksana : Kelompok I Untuk : Sampel
Berat contoh (A) = 2000 Gram
Berat contoh dalam kering udara (B) = 1428 Gram
Berat contoh kering udara (C) = 1960 Gram
Apparent spesific gravity = 3.76Kg
Bulk spesific gravity kondisi kering = 3.43Kg
Bulk spesific grafity kondisi SSD = 3.5Kg
Persentase absorbsi air x100% = 2 %
1.5 PEMERIKSAAN KETAHANAN AUS AGREGAT DENGAN MESIN LOS
ANGELES
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 22
[ KELOMPOK I ]
1.5.1 Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketahanan keausan agregat.
Keausan itu dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat
saringan no. 16 terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen.
1.5.2 Peralatan
a. Mesin los angeles, diameter 71 cm, panjang 50 cm
b. Saringan no. 16
c. Timbangan dengan ketelitian sampai 0.1 %
d. Bola-bola baja standar, diameter 4.68 cm, dan berat 445 kg
e. Oven
f. Cawan
1.5.3 Benda uji
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 5000 gram.
1.5.4 Prosedur Pratikum
1. Benda uji dikeringkan kedalam oven (lebihkan dari 5000 gram) dengan suhu
105°C.
2. Berat cawan (W1) ditimbang dan catat.
3. Benda uji dimasukkan kedalam cawan lalu berat (W2) ditimbang dan dicatat.
4. Berat benda uji (W3 = W2 – W1) dihitung.
5. Benda uji dimasukkan kedalam mesin los angeles. Kemudian mesin diputar
dengan kecepatan antara 30-35 rpm sebanyak 65 kali.
6. Benda uji dari mesin kemudian diletakkan di atas saringan nomor 16.
7. Butiran yang tertinggal ditimbang pada saringan tersebut serta dicatat
beratnya (W4).
1.5.5 Perhitungan
Pemeriksaan keausan agregat tersebut dihitung dengan cara :
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 23
[ KELOMPOK I ]
x 100 %
W3 = Berat benda uji kering
W4 = Berat benda uji setelah di los angeles
W1 = Berat Cawan
(W3) = 5 kg
(W4) = 4.8 kg
(W1) = 0.13 kg
Jadi,
Ketahanan aus = 5 - 4.8 x 100%
5
= 4%
1.1 Pembahasan
Pengujian ketahanan aus agregat dengan cara menggunakan mesin Los Angeles
memberikan pula gambaran kemungkinan terjadinya pecah butir agregat.
Kekerasan agregat berhubungan pula dengan kekuatan beton yang akan dibuat,
karena salah satu syarat agregat untuk bahan bangunan adalah berbutir tajam,
bersudut dan kuat. Persyaratan kekerasan untuk beton dapat dilihat pada
persyaratan menurut Konsep Pedoman Beton 1998.
1.5.7 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, benda uji berupa agregat kering yang telah
dimasukkan kedalam mesin Los Angeles sebanyak 5 kg ternyata berkurang
beratnya menjadi 4.8 kg. Ini berarti telah terjadi pengurangan kuantitas agregat
yaitu telah mengalami keausan. . Hasil percobaan pemeriksaan aus agregat yang
dilakukan telah memenuhi spesifikasi yang telah disyaratkan yaitu < 10%.
Sesuai dengan SNI 03-2417-1991, tentang metode pengujian keausan agregat
dengan mesin abrasi Los Angeles. Artinya agregat cukup kuat untuk digunakan
sebagai material pada pembuatan beton.
2.1 PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS
2.1.1 TUJUAN PERCOBAAN
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 24
[ KELOMPOK I ]
Pemeriksaan agregat halus, Kasar dan campuran yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat materal kering dengan volume.
2.1.2 PERALATAN
a. Oven pengering
b. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh
c. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
d. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya
bulat, terbuat dari baja tahan karat
e. Mistar perata
f. Sekop
g. Mould/ cetakan berbentuk silinder yang berkapasitas sebagai berikut :
2.1.3 BAHAN : Agregat
2.1.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
Masukkan agregat kedalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas
mould (wadah) sesuai daftar no. 1. Keringkan dengan oven dengan suhu (110
±5) VC atau kondisi SSD sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai
benda uji.
1. Berat volume lepas :
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
b. Benda uji dimasukkan sampai penuh dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir-butir diatas wadah, dengan digunakannya sendok atau
sekop.
c. Mistar perata digunakan untuk meratakan permukaan benda uji
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1)
2. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38.10 mm (1.5“) dengan cara
penusukan :
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali
secara merata.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 25
[ KELOMPOK I ]
c. Mistar perata digunakan untuk meratakan permukaan benda uji
d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji (W2)
e. Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1)
3. Berat isi untuk agregat ukuran butir antara 38.10 mm (1.5 “) sampai 101.10
mm (4”) dengan cara penggoyangan:
a. Timbang dan catalah berat wadah (W1)
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama tebal.
c. Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang-goyangkan wadah sebagai
berikut ;
- Letakkan wadah ditempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu
sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian dilepaskan
- Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25
kali untuk setiap sisi.
d. Mistar perata digunakan untuk meratakan permukaan benda uji
e. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benada uji (W2)
f. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1)
2.1.5 PERHITUNGAN
Berat Isi Agregat = W3 (kg/m³ )
V
Ket. :
V = Volume mould (dm³ )
c. Berat Volume Gembur
Diketahui :
W1 (Berat mould) = 10.585 kg
W2 (Berat mould + benda uji pasir) = 15.350 kg
V (Volume mould) = 3.01754 liter
Ditanya :
W3…….?
Berat volume…..?
Dijawab :
W3 (Berat benda uji) = W2 - W1
= 15.350-10.585 kg
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 26
[ KELOMPOK I ]
= 4.675 kg
Berat volume =
=
= 1.58 kg/liter
d. Berat Volume Padat
Diketahui :
W1 (Berat mould) = 10.585 kg
W2 (Berat mould + benda uji) = 15.300 kg
V (Volume mould) = 3.01754 liter
Ditanya :
W3…..?
Berat volume….?
W3 (Berat benda uji) = W2- W1
= 15.300-10.585 kg
= 4.715 kg
Berat Volume =
=
= 1.56 kg/liter
2.1.6 SPEMBAHASAN
Berat volume (berat satuan) agregat adalah perbandingan antara berat agregat
dalam satu satuan volume, dinyatakan dalam kg/l atau ton/m³. Jadi, berat berat
volume dihitung berdasarkan berat agregat dalam suatu tempat tertentu misalnya
mould/cetakan berbentuk silinder dengan diameter 15.5 cm dan tinggi 16 cm,
sehingga yang dihitung volumenya adalah volume padat (termasuk pori-pori
antar butir).
Bila volume =
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa agregat halus memiliki berat volume
1.56 – 1.58 kg/liter.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 27
[ KELOMPOK I ]
2.1.7 KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh berat volume gembur sebesar 1.58
kg/liter dan berat volume padat sebesar 1.56 kg/liter.
2.1.8 CATATAN
Metode kalibrasi mould (wadah) :
a. Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga waktu
ditutup dengan plat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air .
c. Hitung berat air = (berat wadah + air – berat wadah ). Berat air =berat wadah
d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji.
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 28
[ KELOMPOK I ]
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
TABEL ISIAN PELAKSANAAN BAHAN KONSTRUKSI
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL- FAKULTAS TEKNIK
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 29
[ KELOMPOK I ]
UNIVERSITAS RIAU
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT
No. Contoh : Sumber Contoh : Bangkinang
Tgl. Terima : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat Halus
pelaksana : Kelompok I Untuk : Sampel
PENELITIAN 1
PADAT GEMBUR
A. Volume Wadah : 3.01754 3.01754 liter
B. Berat Wadah : 10.585 10.585 kg
C. Berat Benda Uji + Wadah : 15.300 15.350 kg
D. Berat Benda Uji (C-B) : 4.715 4.765 kg
Berat Volume = D/ A : 1.56 1.58 kg/liter
BERAT VOLUME RATA-RATA :
KONDISI PADAT = D/A= 1.56 kg/liter
KONDISI GEMBUR = D/A = 1.58 kg/liter
2.2 ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
2.2.1 TUJUAN PERCOBAAN
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 30
[ KELOMPOK I ]
Menentukan perbandingan butir (gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada
agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan
gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan
alat seperangkat saringan dengan ukuran jaring-jaring tertentu.
2.2.2 PERALATAN
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.1% dari berat benda uji.
b. Seperangkat saringan dengan ukurannya dalam tabel berikut:
Tabel.1. Perangkat saringan agregat halus
Nomor
saringan
Ukuran lubang Keterangan
mm inch
- 9.50 ⅜ PERANGKAT SARINGAN UNTUK
No.4 4.76 - AGREGAT HALUS (PASIR)
No.8 2.38 - Berat minimum contoh : 500 gram
No.16 1.19 -
No.30 0.595 -
No.50 0.279 -
No.100 0.149 -
No.200 0.074 -
2.2.3 BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan. Berat dari
contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang
digunakan, seperti yang diuraikan pada tabel perangkat saringan.
2.2.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (100 ± 5) ºC, sampai berat
contoh tetap.
b. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari
saringan yang paling besar diatas. Perangkat saringan diguncang dengan
tangan atau mesin penggoncang selama 15 menit.
2.2.5 PERHITUNGAN
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 31
[ KELOMPOK I ]
Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji.
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
E1-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (0.1/1000)x100% = 0.01%
Persentase tertahan (komulatif) = 0% + 0.01% = 0.01%
Persentase lolos (komulatif) = 100% - 0.01% = 99.99%
E2-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (25/1000)x100% = 2,5%
Persentase tertahan (komulatif) = 0.01% + 2.5% = 2.51%
Persentase lolos (komulatif) = 99.99% - 2,5% = 97.49%
E3-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (570/1000)x100% = 57%
Persentase tertahan (komulatif) = 2.51% + 57% = 59.51%
Persentase lolos (komulatif) = 97.49% - 57% = 40.49%
E4-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (271.5/1000)x100% = 27.15%
Persentase tertahan (komulatif) = 59.51% + 27.15% = 86.66%
Persentase lolos (komulatif) = 40.49% - 27.15% = 13.34%
E5-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (82/1000)x100% = 8.2%
Persentase tertahan (komulatif) = 86.66% + 8.2% = 94.86%
Persentase lolos (komulatif) = 13.34% - 8.2% = 5.14%
E6-% tertahan (p) = (e/W)x100%
= (47/1000)x100% = 4.7%
Persentase tertahan (komulatif) = 94.86,% + 4.7% = 99.56%
Persentase lolos (komulatif) = 5.14% - 4.7 % = 0.44%
2.2.6 LAPORAN
a. Analisa gradasi dengan menetapkan jumlah persentase lolos saringan atau
yang tertahan saringan dibuat dalam bentuk tabel.
b. Membuat kurva gradasi berdasarkan % lolos saringan dan nomor saringan.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 32
[ KELOMPOK I ]
c. Memeriksa kurva gradasi diatas dengan batasan gradasi agregat halus atau
batasan gradasi agregat kasar dalam bentuk grafik.
2.2.7 CATATAN
1. Apabila salah satu perangkat saringan seperti tabel diatas tidak ada, dapat
juga disesuaikan asalkan urutannya mulai dari saringan terbesar pada posisi
paling atas.
2. Pemeriksaan kurva gradasi agragat halus dan agregat kasar berdasarkan tabel
1 dan tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Batasan daerah gradasi Agregat halus
Lubang
Ayakan
(mm)
Persentase yang lewat ayakan
DAERAH I DAERAH II DAERAH III DAERAH IV
Min Max Min Max Min Max Min Max
10 100 100 100 100 100 100 100 100
4.8 90 100 90 100 90 100 95 100
2.4 60 95 75 100 85 100 95 100
1.2 30 70 55 90 75 100 90 100
0.6 15 34 35 59 60 75 80 100
0.3 5 20 8 30 12 40 15 50
0.15 0 10 0 10 0 10 0 15
Keterangan : Daerah I : Pasir Kasar
Daerah II : Pasir Agak Kasar *) Gradasi Pasir yang Baik
Daerah III : Pasir Halus
Daerah IV : Pasir Agak Halus
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 33
[ KELOMPOK I ]
Gradasi Daerah
0102030405060708090
100
0.1 1 10
Lubang Ayakan
% L
olo
s s
ari
ng
an
Min 1
Max 1
Min 2
Max 2
Min 3
Max 3
Min 4
Max 4
Sample
Grafik 1. Gradasi butiran agregat halus berdasarkan tabel 2
2.2.8 PEMBAHASAN
Dari hasil analisa agregat halus diperoleh persentase tertahan total adalah 100%.
Dan dari diameter lubag ayakan terhadap persentase berat butir agregat halus
diperoleh grafik gradasi pasir dalam batas minimal didaerah 1.
2.2.9 KESIMPULAN
1. Agregat ukuran minimum 0.15mm dengan berat minimum 1000gr
2. Pengukutan dengan menggunakan ayakan nomor saringan 8, 16, 40, 60, 100
dan 200mc
3. Penentuan gradasi pasir ditentukan oleh tabel
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 34
[ KELOMPOK I ]
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 35
[ KELOMPOK I ]
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRATIKUM
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN KONTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
No. Contoh : - Sumber Contoh : Bangkinang
Tgl. Terima : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat Halus
Pelaksana : Kelompok I Untuk : Sampel
PENELITIAN 1
Nomor
Saringan
Ukuran lobang
AyakanBerat
Tertahan
(Gram)
Persentase
Tertahan
(%)
Persentase Berat
Yang Lolos
(Komulatif)
Persentase
Berat Yang
Tertahan
(Komulatif)(mm) (inch)
8 2,38 - 0.1 0.01% 99.99% 0.01%
16 1,19 - 25 2.5% 97.49% 2.51%
40 425 Mc - 570 57% 40.49% 59.51%
60 250 Mc - 271.5 27.15% 13.34% 86.66%
100 0.149 - 82 8.2% 5.14% 94.86%
200 0.074 47 4.7% 0.44% 99.56%
Wadah = 4.4 4.4 % Total = 343.11%
Fine Modulus (FM1) = Total / 100 = 343.11/100 = 3.4311
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 36
[ KELOMPOK I ]
2.3 PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO.200 dan NO.16
2.3.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan jumlah bahan dalam agregat halus yang lolos saringan no.200
dengan cara pencucian.
2.3.2 PERALATAN
a. Saringan no.16 dan no.200.
b. Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada
saat diguncang-guncang benda uji /air pencuci tidak tumpah.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110 ± 5)ºC.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
e. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
f. Sekop.
2.3.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan
batasan sebagai berikut :
Ukuran maksimum :
2.36 mm (no.8) = 100 gram.
1.18 mm (no.4) = 500 gram.
9.50 mm (3/8n ) = 2000 gram.
19.10 mm (¾n ) = 2500 gram.
38.10 mm (1.5n )=5000 gram.
2.3.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Masukkan contoh agregat yang beratnya 1.25 kali berat minimum benda uji
kedalam talam. Keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai
mencapai berat tetap.
b. Masukkan benda uji agregat kedalam wadah, dan diberi air pencuci
secukupnya sehingga benda uji terendam.
c. Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian kedalam susunan
saringan no.16 dan no.200.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 37
[ KELOMPOK I ]
d. Masukkan air pencuci baru, dan ulangilah pekerjaan (c) sampai air cucian
menjadi jernih.
e. Semua bahan yang tertahan saringan no.16 dan no.200 kembalikan kedalam
wadah, kemudian masukkan seluruh bahan tersebut kedalam talam yang telah
diketahui beratnya (W2). Keringkan dalam oven, dengan suhu (110 ± 5)ºC
sampai mencapai berat tetap.
f. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3).
g. Hitunglah berat bahan kering tersebut (W4 = W3 – W2).
2.3.5 PERHITUNGAN
Jumlah bahan lewat saringan no.200 = (W1 – W4) / W1 * 100%
W1 = Berat uji semula (gram).
W4 = Berat bahan tertahan saringan no.200 (gram).
Diketahui :
W1 : 1000 gram
W2 : 165 gram
W3 : 1154 gram
Ditanya :
Jumlah bahan lewat saringan….?
Dijawab :
W4 = W3 – W2
= 1154 – 165
= 989 gram
Jumlah bahan lewat saringan = (W1-W4)/W1x 100%
= (1000 – 989) / 1000 x 100%
= 1.1 %
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 38
[ KELOMPOK I ]
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 39
[ KELOMPOK I ]
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRATIKUM
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO. 200
No. Contoh : Sumber Contoh : Bangkinang
Tgl. Pelaksanaan : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat Halus
Pelaksana : Kelompok I Untuk : Sampel
Berat Agregat Mula-Mula (W1) = 1000 gram
Berat Talam (W2) = 165 gram
Berat Agregat Kering + Talam (W3) = 1154 gram
Berat Agregat Kering (W4) = W3 – W2 = 989 gram
Agregat Lewat Saringan no. 200 (W1–W4)/(W1)x100% = 1.1 %
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 40
[ KELOMPOK I ]
2.4 PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK PADA AGREGAT HALUS
2.4.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan adanya bahan organik pada agregrat halus. Kandungan bahan
organik yang berlebihan pada unsur bahan beton dapat mempengaruhi kualitas
beton.
2.4.2 PERALATAN
a. Botol gelas dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya
yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
b. Standar warna (organik plate)
c. Larutan NaOH (3%)
2.4.3 BAHAN
Contoh pasir dengan volumenya 115 ml (1/3 volume botol)
2.4.4 PROSUDER PRAKTIKUM
a. Contoh benda uji yang dimaksukan kedalam botol.
b. Tambahkan NaOH 3% setelah dikocok, total volume menjadi kira-kira ¾
volume botol
c. Botol ditutup erat-erat dengan penutup, dan botol dikocok kembali. Diamkan
botol selama 24 jam
d. Setelah itu, lalu bandingkan warna cairan yang terlihat dengan warna standar
no 2 (apakah lebih tua atau lebih muda)
2.4.5 LAPORAN
Analisis kotoran organik berdasarkan observasi warna contoh terhadap warna
standar no3.
2.4.6 KESIMPULAN
Kandungan organik pada agregat halus yang diuji lebih rendah dan agregat halus
ini dapat digunakan sebagai untuk campuran beton dan berdasarkan observasi
warna contoh sampel berwarna coklat kekuningan.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 41
[ KELOMPOK I ]
2.5 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
2.5.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan persentase kadar lumpur dalam agregat halus. Kandungan lumpur
< 5 % merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus
untuk pembuatan beton.
2.5.2 PERALATAN
a. Gelas ukur
b. Alat pengaduk
2.5.3 BAHAN
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut air biasa
2.5.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur.
b. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur.
c. Gelas dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur.
d. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah
24 jam.
e. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2).
2.5.5 PERHITUNGAN
Kadar lumpur =
Diketahui :
V1 : 8.5 cm
V2 : 0.4 cm
Ditanya :
Persentase Kadar lumpur ……?
Dijawab :
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 42
[ KELOMPOK I ]
Kadar lumpur =
= 4.49 %
2.5.6 PEMBAHASAN
Zat-zat yang keberadaannya dapat memberikan pengaruh yang merugikan
terhadap kekuatan, kemudahan pengerjaan dan kenampakan jangka panjang
disebut sebagai zat-zat yang berpengaruh buruk terhadap beton.
Ditinjau dari aksi berpengaruh buruk tersebut, maka zat-zat ini dapat dibedakan
menjadi tiga macam :
1. Zat yang mengganggu proses hidrasi semen
2. Zat yang melapisi agregat sehingga mengganggu terbentuknya
lekatan yang baik antara agregat dan pasta semen
3. Butiran-butiran yang kurang tahan cuaca, yang bersifat lemah dan
menimbulkan reaksi kimia antara agregat dan pastanya.
Slit atau debu halus, jika terdapat pada agregat dalam jumlah yang berlebihan,
akan menambah permukaan agregat sehingga jumlah air yang diperlukan untuk
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 43
[ KELOMPOK I ]
membasahi semua butiran dalam campuran itu juga meningkat. Akibatnya akan
menurunkan kekuatan dan daya tahan beton. Butiran-butiran lain dengan berat
jenis rendah misalnya lumpur, kayu dan arang tidak diperbolehkan lebih dari
5% pada pasir 1% pada kerikil.
2.5.7 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatas, kita memperoleh kandungan lumpur dalam
agregat halus sebesar 4.49%. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan
dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton, jadi
agregat halus yang digunakan dalam praktikum sudah memenuhi standar untuk
pembuatan beton.
2.5.8 LAPORAN
1. Lakukan perbandingan hasil pemeriksaan kadar lumpur dengan peraturan,
dan berikan kesimpulan dari perbandingan tersebut.
2. Laporan dibuat dalam bentuk tabel.
2.5.9 CATATAN
Pemeriksaan kadar lumpur ini merupakan cara lain untuk melakukan
pemeriksaan kadar lumpur dengan penyaringan bahan lewat saringan no. 200.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 44
[ KELOMPOK I ]
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 45
[ KELOMPOK I ]
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
No. Contoh : Sumber Contoh : Bangkinang
Tgl. Terima : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat halus
Pelaksana : Kelompok I Untuk : Sampel
Tinggi pasir (V1) = 8.5 cm
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 46
[ KELOMPOK I ]
Tinggi lumpur (V2) = 0,4 cm
Kadar lumpur V2 / (V1+V2) x 100 % = 4.49 %
2.6 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
2.6.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat
adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan
berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi
takaran air dalam adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di
lapangan.
2.6.2 PERALATAN
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 47
[ KELOMPOK I ]
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
e. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5) °C.
f. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan
contoh benda uji.
2.6.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan
batasan menurut tabel berikut ini:
Tabel. 5. Berat agregat yang diuji minimum berdasarkan ukuran maksimum
agregat.
No.Ukuran Maksimum
Agregat
Berat Minimum
Agregat yang diuji
1 6.30 mm (1/4”) 0.50 kg
2 9.50 mm (3/8”) 1.50 kg
3 12.70 mm (0.5”) 2.00 kg
4 19.10 mm (3/4”) 3.00 kg
5 25.40 mm (1.0”) 4.00 kg
6 38.10 mm (1.5”) 6.00 kg
7 50.80 mm (2.0”) 8.00 kg
8 63.50 mm (2.5”) 10.00 kg
9 76.20 mm (3.0”) 13.00 kg
10 88.90 mm (3.5”) 16.00 kg
2.6.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
g. Berat talam ditimbang dan dicatat (W1).
h. Benda uji dimasukkan ke dalam talam, dan kemudian berat talam dan berat
benda uji ditimbang. Beratnya dicatat (W2).
i. Berat benda uji dihitung : W3 = W2 - W1
j. Contoh benda uji bersama talam dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)
°C sampai mendapat bobot tetap.
k. Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam
(W4).
l. Berat benda uji kering dihitung : W5 = W4 – W1
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 48
[ KELOMPOK I ]
2.6.5 PERHITUNGAN
Kadar air agregat = x 100%
W3 = berat contoh semula (gram)
W5 = berat contoh kering (gram)
Diketahui :
W1 : 135gram
W2 : 1135 gram
W3 : W2 – W1 = 1135 – 135 = 1000 gram
W4 : 1128 gram
Ditanya :
Kadar air agregat…..?
Dijawab :
W5 = W4 – W1
= 1128 -135
= 993
Kadar air agregat =
= 0.7 %
2.6.6 PEMBAHASAN
Beton adalah campuran yang menyatu dari agregat kasar dan halus, semen dan
air. Semakin encer suatu adukan beton, maka kekuatan yang dihasilkannya akan
semakin kecil. Namun jika adukannya menggunakan takaran yang akurat, maka
kekuatan yang dihasilkan akan memuaskan.
Oleh karena itu, diperlukan takaran air yang akurat agar keenceran campuran
beton dapat diatur. Untuk itu, perlu pengujian terhadap kandungan air yang
terkandung pada agregat kasar dan agregat halus. Sehingga takaran air yang
digunakan dapat sesuai.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 49
[ KELOMPOK I ]
Metode pengujian ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk menetukan besar
kadar air agregat dan tujuannya untuk memperoleh angka persentase dari kadar
air. Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam
persen. Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan : perencanaan
campuran dan pengendalian mutu beton, perencanaan campuran dan
pengendalian mutu pengerasan jalan.
Keadaan kandungan air didalam agregat dapat dibedakan menjadi beberapa
tingkat :
a. Kering tungku, benar-benar tidak berair dan ini berarti dapat secara penuh
menyerap air.
b. Kering udara, butir-butir agregat kering permukaannya tetapi mengandung
sedikit air didalam porinya. Oleh karena itu agregat dalam tingkat ini masih
dapat sedikit mengisap air.
c. Jenuh kering muka, pada tingkat ini tidak ada air dipermukaan tetapi butir-
butirnya berisi air sejumlah yang dapat diserap. Dengan demikian butir-
butiran agregat pada tahap ini tidak menyerap dan juga tidak menambah
jumlah air bila dipakai dalam campuran adukan beton.
d. Basah, pada tingkat ini butir-butir banyak mengandung air, baik dipermukaan
maupun didalam butiran,sehingga bila dipakai untuk campuran akan memberi
air.
2.6.7 KESIMPULAN
Dari hasil perrcobaan yang telah dilakukan didapat kadar air pada agregat halus
yang beratnya 1000 gram adalah 0,7 %. Jadi hasilnya kurang memenuhi standar
kadar air agregat halus yang disyaratkan yaitu sebesar 3% - 5%.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 50
[ KELOMPOK I ]
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 51
[ KELOMPOK I ]
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
TABEL PELAKSANAAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
No. Contoh : Sumber Contoh : Bangkinang
Tgl. Pelaksanaan : 30 Oktober 2009 Jenis Contoh : Agregat Halus
Pelaksana : Kelompok III Untuk : Sampel
Ukuran Agregat = - mm
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 52
[ KELOMPOK I ]
Berat Talam (W1) = 135 gram
Berat Talam + Benda Uji (W2) = 1135 gram
Berat Benda Uji (W3) = W2 – W1 = 1000 gram
Berat Benda Uji Kering + Talam (W4) = 1128 gram
Berat Benda Uji Kering (W5) = W4 – W1 = 993 gram
Kadar Air Agregat (W3-W5)/(W3)x100% = 0,7 %
2.7 ANALISIS SPECIFIC GRAVITY DAN PENYERAPAN AGREGAT
HALUS
2.7.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan “ bulk dan apparent” specipic grafity dan penyerapan (absorbition)
dari agregat halus menurut prosedur ASTM C128. Nilai ini diperlukan untuk
menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 53
[ KELOMPOK I ]
2.7.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas minimum
1 kg.
b. Piknometer dengan kapasitas 500 gram.
c. Cetakan kerucut pasir.
d. Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir.
2.7.3 BAHAN
Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh
dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.
2.7.4 PROSEDUR PRATIKUM
a. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering
dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
b. Sebagian dari contoh dimasukan pada ”metal sand cone mold”. Benda uji
dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah 25
kali. Kondisi SSD contoh diperoleh, jika cetakan diangkat, butiran-butiran
pasir longsor/runtuh.
c. Contoh agregat halus seberat 500 gram dimasukan kedalam piknometer.
Isilah piknometer dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-
gelembung udara dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer.
Rendamlah piknometer dengan suhu air (73.4 ± 3) oF selama 24 jam.
Timbang berat piknometer yang berisi contoh dan air.
d. Pisahkan contoh benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu
(213-230)oF. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam (1 hari).
e. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas
kalibrasi pada temperature (73,4 ± 3) oF dengan ketelitian 0,1 gram.
2.7.5 PERHITUNGAN
Apparent Specipic Grafity =
Bulk Specipic Grafity kondisi kering =
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 54
[ KELOMPOK I ]
Bulk Specific Grafity kondisi SSD =
Persentase (%)penyerapan (absorption) = x 100%
Dimana :
A = berat piknometer
B = berat contoh kondisi SSD
C = berat piknometer + contoh + air
D = berat piknometer + air
E = berat contoh kering
Diketahui :
Berat piknometer : 174 gram
Berat contoh SSD : 500 gram
Berat contoh dalam air : 933 gram
Berat piknometer + air : 669 gram
Berat contoh kering : 415 gram
Berat talam : 118 gram
Ditanya :
Apparent specific gravity…..?
Bulk specific gravity kondisi kering…..?
Bulk specific gravity kondisi SSD…..?
Persentase absorbsi air….?
Dijawab :
Apparent specific gravity =
= 2.74
Bulk specific gravity kondisi kering =
= 1.75
Bulk specific gravity kondisi SSD =
= 2.11
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 55
[ KELOMPOK I ]
Persentase absorbsi air =
= 0.2048%
2.7.6 PEMBAHASAN
Berat jenis ialah antara massa padat dan massa cair dengan volume sama pada
suhu yang sama. Berdasarkan berat jenisnya, agregat dibedakan sebagai agregat
normal, agregat berat dan agregat ringan. Agregat normal ialah agregat agregat
yang berat jenisnya antara 2.5 - 2.7, agregat ini biasanya berasal dari agregat
granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan berberat jenis
sekitar 2.3 dengan kuat tekan antara 15 MPa sampai 40 MPa. Beton yang
dihasilkan dari agregat normal disebut dengan beton normal.
Agregat berat berberat jenis lebih 2.8 misalnya magnetik, bantes, atau serbuk
berisi besi. Beton yang dihasilkan berberat jenis tinggi (sampai 5), yang efektif
sebagai dinding pelindung sinar radiasi sinar X. Agregat ringan mempunyai
berat jenis kurang dari 2 yang biasanya dibuat untuk non structural, akan tetapi
dapat pula untuk beton struktutral atau blok dinding tembok. Pada umumnya
beton dari agregat ringan, selain bobotnya rendah juga mempunyai sifat tahan
api sebagai bahan isolasi panas yang lebih baik.
2.7.7 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan pemeriksaan jenis dan penyerapan air agregat halus dapat
diperoleh :
Apparent specific gravity = 2.74
Bulk specific gravity kondisi kering = 1.75
Bulk specific gravity kondisi SSD = 2.11
Persentase absorbsi air = 0.2048
2.7.8 LAPORAN
Melakukan analisis hasil pengamatan bagi penentuan nilai specific Grafity dan
persentase absorbsi bahan dalam berbagai kondisi.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 56
[ KELOMPOK I ]
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 57
[ KELOMPOK I ]
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
LABORATURIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEMERIKSAAN SPECIFIC GRAFIVITY AGREGAT HALUS
No. : ___________________ Sumber Contoh : Bangkinang
Tanggal Terima : 23 Oktober 2010 Jenis Contoh : Agregat halus
Pelaksana : Kelompok I Untuk : Sample
Berat contoh SSD ( A ) = 174 Gram
Berat contoh dalam air ( B ) = 500 Gram
Berat contoh kering udara ( C ) = 933 Gram
Apparent specific gravity = 2,74 Gram
Bulk specific gravity kondisi kering = 1.75 Gram
Bulk specific gravity kondisi SSD = 2,11 Gram
Persentase Absorbsi air x 100% = 0,2048 %
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 58
[ KELOMPOK I ]
3.1 PERENCANAAN PERANCANGAN BETON
3.1.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan komposisi komponen / unsur beton basah dengan kekuatan tekan
karakteristik dan slump rencana.
3.1.2 PERALATAN
a. Timbangan
b. Peralatan membuat adukan :
- Wadah
- Sendok semen
- Peralatan pengukur slump
- Peralatan pengukur berat volume
3.1.3 PROSEDUR PERCOBAAN
Tabel perhitungan berikut ini digunakan untuk perencanaan komposisi campuran
beton.
3.1.4 CATATAN
1. Tabel-tabel yang digunakan lihat lampiran dibuku ini.
2. Untuk percobaan campuran tidak perlu dibuat 1m³ beton, tetapi dengan
volume yang lebih kecil saja. Sesuaikan dengan banyaknya cetakan yang
akan dibuat dan juga dengan kapasitas molen yang akan digunakan.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 59
[ KELOMPOK I ]
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Dikerjakan Kelompok: I
Nama No. Mahasiswa
1. Aldi Nauri Islami 1007113602
2. Fitria Sari 1007121550
3. Hendra Saputra 1007135350
4. Ira Nofriyanti 1007135882
5. Lingga Panji Subrata 1007135306
6. Mardan Fajri 1007113711
7. Parlan 1007121570
8. Rezky Ardillah 1007135396
9. Wahyuni Wahab 1007151960
10. Yesy Dian Permatasari 1007135320
11. Yudhi Salman Dwi Satya 1007113572
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 60
[ KELOMPOK I ]
TABEL ISIAN PRAKTIKUM
PENETAPAN VARIABEL PERENCANAAN
1 Kategori Jenis Struktur Balok Kolom
2 Kuat tekan karakteristik beton (fc') 350 kg/cm²
3 Standar deviasi ( dengan kegagalan 5% ) 65 kg/cm²
4 Nilai tambah ( k=1.64 ) 1.64 * [3] 106.6 kg/cm²
5 Kuat tekan rata-rata rencana [2] + [4] 456.6 kg/cm²
6 W/C ( Berdasarkan fc') [Tabel II] 0.53
7 Slump rencana [Tabel III] 8 cm
DATA MATERIAL
8 Berat jenis semen 3.15 Kg/m³
9 Berat jenis air 1 Kg/m³
10 Ukuran maksimum Agregat kasar [Tabel IV] 20 mm
11 Specific grafity Agregat Kasar (SSD) 3.5
12 Berat volume Agregat Kasar (Kondisi padat) 1.35 Kg/m³13 Penyerapan air (Absorbsi) Agregat Kasar (%) 2 %14 Kadar air Agregat Kasar (%) 0.6 %
15 Specific grafity Agregat Halus (SSD) 2.75
16 Modulus kehalusan Agregat Halus 2.11
17 Penyerapan air (Absorbsi) Agregat Halus (%) 0.2 %
18 Kadar air Agregat Halus(%) 0.7 %
19 % udara terperangkap 2 %
KOMPOSISI BAHAN
20 Jumlah air [Tabel A] 202 Kg/m³
21 Berat semen [20]/[16] 381 Kg/m³
22 % volume Agregat Kasar [Tabel B] 65 %
23 Berat Agregat Kasar ([22]/100)*[12] 877.595 Kg/m³
24 Volume semen [21]/([8]*1000) 0.12 m³
25 Volume air [20]/([9]*1000) 0.202 m³
26 Volume Agregat Kasar [23]/([11]*1000) 0.25 m³
27 Volume udara terperangkap [19]/100 0.02 m³
28 Volume Agregat Halus 1-([24]+[25]+[26]+[27]) 0.41 m³
29 Berat rencana Agregat Halus [15]*[28]*1000 1128 Kg/m³
KOREKSI BERAT BAHAN
30 Koreksi air adukan dari kondisi Agregat Kasar [13]-[14] 1.4 %
31 Tambahan air dari kondisi Agregat Kasar [30]*[23] 1.23 Kg
32 Koreksi air adukan dari kondisi Agregat Halus [17]-[18] -0.5 %
33 Tambahan air dari kondisi Agregat Halus [32]*[29] -0.5 Kg
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 61
[ KELOMPOK I ]
KOMPISISI AKHIR untuk 1m³ BETON
34 Berat semen [21] 381 Kg
35 Berat air [20]+[31]+[33] 203.6 Kg
36 Berat Agregat Kasar [23]-[31] 876.27 Kg
37 Berat Agregat Halus [29]-[33] 1128.5 Kg
Adapun perhitungan perencanaan campuran beton untuk membuat sample dengan tiga
cetakan berbentuk silinder :
Volume wadah = πr2t
= 3.14 (7.5)2 (30)
= 5298.75 cm3
= 0.00529875 m3
Untuk tiga cetakan = 0.00529875 x 3
= 0.01589625 m3
Berat semen = 0.01589625 x 381 x 1.3
= 7.87 kg
Berat air = 0.01589625 x 203.6 x 1.3
= 4.2 kg
Berat kerikil = 0.01589625 x 876.27 x 1.3
= 18.1 kg
Berat pasir = 0.01589625 x 1128.5 x 1.3
= 23.3 kg
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 62
[ KELOMPOK I ]
3.1.5 PELAKSANAAN CAMPURAN
Setelah ditetapkan unsur campuran prosedur praktikum untuk pelaksanaan
campuran beton adalah sebagai berikut :
a. persiapkan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah
terpisah.
b. Persiapkan wadah yang cukup menampung volume beton basah rencana.
c. Masukkan agregat kasar dan agregat halus kedalam wadah.
d. Dengan menggunakan sekop atau alat pengaduk, lakukan pencampuran
agregat.
e. Tambahkan semen pada agregat campuran dan ulangi proses pencampuran,
sehingga diperoleh adukan kering agregat dan semen yang merata.
f. Tuangkan 1/3 jumlah air total kedalam wadah, dan lakukan pencampuran
sampai terlihat konsistensi adukan yang merata.
g. Tambahkan lagi 1/3 jumlah air kedalam wadah dan ulangi proses untuk
mendapatkan konsistensi adukan.
h. Lakukan pemeriksaan slump.
i. Apabila nilai slump telah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda
uji slinder beton. Jika belum tercapai slump yang diinginkan, tambahkan
sisa air dan lakukan pengadukan kenbali.
j. Lakukan perhitungan berat jenis beton.
k. Buatlah benda uji slinder atau kubus sesuai dengan petunjuk. Jumlah benda
uji ditetapkan berdasarkan volume adukan.
l. Lakukan pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan, terutama
pemakaian jumlah air dan nilai slump.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 63
[ KELOMPOK I ]
3.2 PEMERIKSAAN SLUMP BETON
3.2.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton basah / segar.
3.2.2 PERALATAN
a. Cetakan berupa krucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm,
bagian atas 10 cm dan tinggi 30 cm.bagian atas dan bawah cetakan terbuka.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm.ujung dibulatkan
dan sebaiknya bahan tongkat dibuat dari baja tahan karat.
c. Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air.
d. Sendok cekung.
3.2.3 BAHAN
Contoh beton segar sesuai dengan isi cetakan
3.2.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Cetakan dan plat dibasahi dengan kain basah.
b. Letakan cetakan diatas plat.
c. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalan 3 lapis. Tiap lapis kira-
kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tingkat pemadat sebanyak
25 tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai lapisan
bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama, penusukan bagian tepi
dilakukan dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding
cetakan.
d. Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat,
tunggu selama setengah menit, dan dalam jangka waktu ini semua kelebihan
beton segar disekitar cetakan harus dibersihkan.
e. Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas.
f. Balikkan cetakan dan letakan disamping benda uji.
g. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 64
[ KELOMPOK I ]
3.2.5 PERHITUNGAN
Nilai slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji.
Diketahui :
Tinggi cetakan : 30cm
Tinggi rata-rata benda uji : 24cm
Ditanya :
Nilai slump…..?
Dijawab :
Nilai slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji
= 30 – 24
= 6 cm
3.2.6 PEMBAHASAN
Percobaan slump (slump test) adalah suatu cara untuk mengukur kelecakan
adukan beton, yaitu kecairan atau kepadatan adukan yang berguna dalam
pengerjaan beton. Percobaan ini menggunakan alat-alat seperti kerucut abrams,
tongkat baja dan mistar ukur.
Nilai slump yang didapat adalah besar penurunan dari adukan beton tersebut.
Dari cara percobaan ini dapat diketahui bahwa lebih cair adukan, akan
memperoleh nilai slump yang lebih besar. Semakin besar nilai slump yang
didapatkan, semakin mudah mengerjakan betonnya, akan tetapi kekuatan
betonnya akan semakin berkurang. Sebaliknya nilai slump yang terlalu rendah
juga tidak bagus kekuatan betonnya. Sehingga dalam pembuatan beton, niali
slump perlu diperhitungkan agar mendapatkan kuat tekan yang maksimal.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 65
[ KELOMPOK I ]
3.2.7 KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan nilai slump 6 cm. Hasil ini sesuai
dengan nilai slump yang diinginkan yaitu 2.5 -10 cm.
3.2.8 LAPORAN
Laporkan hasil pengukuran hasil slump dalam satuan cm.
3.2.9 CATATAN
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti lakukan dua kali pemeriksaan untuk
adukan yang sama, yang kemudian nilai slump yang diukur = hasil rata-rata
pengamatan.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 66
[ KELOMPOK I ]
3.3 PEMBUATAN DAN PERSIAPAN BENDA UJI
3.3.1 TUJUAN PERCOBAAN
Membuat benda uji untuk pemeriksaan kekuatan beton.
3.3.2 PERALATAN
a. Cetakan slinder, diameter 15cm dan tinggi 30cm atau cetakan kubus.
b. Tongkat pemadat diameter 16mm, panjang 60cm dengan ujung dibulatkan.
Sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
c. Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
e. Mesin tekan yang kapasitas sesuai dengan kebutuhan.
f. Satu set alat pelapis (capping).
g. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok perata dan talam.
3.3.3 PROSEDUR PENCETAKAN
a. Benda-benda uji (slinder atau kubus) harus dibuat dengan cetakan yang sesuai
dengan bentuk benda uji. Cetakan disapu sebelumnya dengan vaselin, atau
lemak, atau minyak, agar mudah nanti dilepaskan dari beton cetakan.
b. Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan beton dengan
menggunakan ember atau alat lainnya yang tidak menyerapkan air. Bila
dirasakan perlu bagi konsistensi adukan, lakukan pengadukan ulang sebelum
dimsukan kedalam cetakan.
c. Padatkan dalam adukan cetakan, sampai permukaan adukan beton mengkilap.
d. Isilah catakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
dengan 25 tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan
pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat
pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara
25,4mm kedalam lapisan dibawahnya. Setelah selesai pemadatan, ketuklah
sisi cetakan perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan
pemukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air dan tahan
karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan tempatkan
ditempat yang bebas dari getaran.
e. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 67
[ KELOMPOK I ]
f. Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi
persyaratan untuk perawatan(curing), selama waktu yang dikehendaki.
3.3.4 PERSIAPAN PENGUJIAN
a. Ambillah benda uji yang mau ditentukan kekuatannya tekannya dari bak
perendam. Dengan kain lembab, bersihkan kotoran yang menempel.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
c. Untuk benda uji berbentuk slinder, lapislah (capping) permukaan atas dan
bawah benda uji dengan mortar belarang dengan prosedur sebagai berikut:
- Lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) sampai suhu
kira-kira 130 VC.
- Tuangkan belerang cair kedalam cetakan pelapis (capping plate) yang
dinding dalamnya telah dilapisi gemuk tipis-tipis. Diamkan sampai mortar
belerang cair menjadi keras.
- Dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan yang lainnya.
3.3.5 CATATAN
a. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran 20 x 20 x 20 cm, cetakan diisi
dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 29
kali tusukan.
b. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm, cetakan diisi
dengan adukan dalam 2 lapis. Tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 32 kali
tusukan. Tongkat pemadat yang digunakan mempunyai diameter 10mm
dengan panjang 30cm.
c. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi.
d. Pemeriksaan kekuatan tekan hancur beton biasanya pada umur 3, 7, 14, dan
28 hari.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 68
[ KELOMPOK I ]
3.4 PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON
3.4.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat
(cured) di laboratorium. Kekuatan tekan beton adalah perbandingan beban
terhadap luas penampang beton.
3.4.2 PERALATAN
Mesin penguji kuat tekan beton.
3.4.3 PENGUJIAN
a. Ambil benda uji dari tempat perawatan.
b. Letakan benda uji pada mesin tekan secara sentries.
c. Jalankan mesin tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsung-angsur dengan
kecepatan berkisar antara 6 s/d 4 kg/cm³ perdetik.
d. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
e. Lakukan proses (a), (b), (c) dan (d) sesuai dengan jumlah benda uji yang akan
ditetapkan kekuatan tekan karakteristiknya.
3.4.4 PERHITUNGAN
Kekuatan tekan beton = (Kg/cm²)
P = Beban maksimum (Kg)
A = Luas penampang benda uji (cm²)
3.4.5 LAPORAN
1. Laporan pemeriksaan kekuatan tekan beton dalam tabel
2. Buat grafik perbandingan kuat tekan dengan umur beton.
3.4.6 CATATAN
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 69
[ KELOMPOK I ]
Dari kelengkapan mesin uji, selain dari data beban yang dicatat, dapat juga
diiperoleh grafik antara beban tekan dan regangan.
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
NO TANGGALUMUR
(hari)
BENDA
UJI
BERAT
(kg)
KUAT
TEKAN
KUAT
TEKAN
28 hari
1 7-Nov-09 7 hari slinder 12.08 225 -
2 14-Nov-09 14 hari slinder 12.465 400 -
3 30-Nov-09 28 hari slinder 12.526 410 410
3.4.7 PEMBAHASAN
Kuat tekan beton adalah bebas persatuan luas yang menyebabkan benda uji
beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin
tekan.
Kekuatan beton mempunyai kecendrungan yang bervariasi dari adukan.
Besar variasi itu tergantung pada berbagai faktor, antara lain: variasi mutu
bahan (agregat), variasi cara adukan, serta keterampilan dan stabilitas
pekerja. Atas adanya variasi kekuatan itu, maka diperlukan pengawasan
terhadap mutu agar diperoleh kuat tekan betonnya hampir seragam dan
memnuhi kuat tekan yang disarankan.
Cara pengawasan mutu dilakukan dengan mengambil benda uji (slinder atau
kubus) dari adukan yang dibuat sehingga mencerminkan mutu beton selama
proses pembuatan beton berlangsung.
3.4.8 KESIMPULAN
1. Nilai kuat tekan beton yang diuji sesuai dengan bertambahnya umur
beton tersebut
2. hasil pengujian ternyata memenuhi mutu yang telah direncanakan
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 70
[ KELOMPOK I ]
TABEL II. Hubungan antara W/C ratio dengan kekuatan tekan beton
Kekuatan tekan beton umur 28 hari
(kg/cm2)
Nilai rata-rata W/C
420 0,41
350 1,53
280 0,62
210 0,73
140 0,89
Keterangan :
Nilai pada tabel II. Diatas berdasarkan atas ukuran agregat kasar diameter 2.5
cm.
Untuk ukuran agregat kasar yang >2.5 cm dengan W/C pada tabel II diatas akan
didapat kuat tekan beton yang lebih rendah.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 72
[ KELOMPOK I ]
TABEL III. Ukuran slump yang dianjurkan untuk berbagai jenis kontruksi
No URAIANSLUMP (cm)
Maksimum Minimum
1 Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak
beton bertulang
8.00 2.50
2 Pondasi tapak tidak bertulang, kaison, dan
konstruksi dibawah tanah
8.00 2.50
3 Pelat, balok, kolom, dan dinding 10.00 2.50
4 Perkerasan jalan 8.00 2.50
5 Pembetonan massal 5.00 2.50
Keterangan :
Nilai pada tabel diatas berlaku untuk pemadatan menggunakan alat penggetar.
Untuk cara pemadatan yang lain, nilai-nilai pada tabel diatas dapat dinaikkan 2.50
cm lebih besar.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 73
[ KELOMPOK I ]
TABEL IV. Ukuran maksimum agregat kasar
Ukuran agregat maksimum digunakan harus memenuhi ketentuan :
1. 1/5 lebih kecil atau sama dari ukuran terkecil dimensi struktur.
2. 1/3 lebih kecil atau sama dari tebal plat lantai.
3. ¾ lebih kecil atau sama dari jarak bersih tulang, berkas tulangan atau berkas
klabel pratekan.
TABEL A. Jumlah berat air perlu untuk setiap m3 betondan udara yang terperangkap
untuk berbagai slump dan ukuran maksimum agregat.
Parameter penentu :
Slump
Ukuran maksimum agregat
Berat air
SLUMP
(cm)
Berat air (kg/m3) beton untuk ukuran agregat berbeda
10 mm 12.5 mm 20 mm 25 mm 38 mm 50 mm 75 mm 150mm
2.5-5 208 199 187 179 163 154 142 125
7.5-10 228 217 202 193 179 169 157 136
15-17 243 228 214 202 187 178 169 -
Prosentase udara (%) yang ada dalam unit beton
3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.30 0.20
Prosentase udara terperangkap
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 74
[ KELOMPOK I ]
TABEL B. Persentase volume agregat kasar dibandingkan dengan satuan volume beton
untuk fine modulus agregat halus (pasir) tertentu.
Parameter penentu :
Ukuran maksimum agregat
Fine modulus agregat halus
Ukuran maksimum
agregat kasar (mm)
Persentase volume agregat halus dibandingkan dengan satuan volume
beton untuk fine modulus agregat halus (pasir) tertentu
2.40 2.60 2.80 3.00
10.0 50 48 46 44
12.0 59 57 55 53
20.0 66 64 62 60
25.0 71 69 67 65
37.5 75 73 71 69
50.0 78 76 74 72
75.0 82 80 78 76
150.0 87 85 83 81
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 75
[ KELOMPOK I ]
Keterangan :
Nilai fine modulus yang tidak ada pada tabel diatas, dapat dicari dengan
interpotasi.
Volume pada tabel B berdasarkan kondisi agregat kasar dalam keadaaan kering
muka.
Untuk mendapatkan adukan yang lebih kenyal harga pada tabel diatas dapat
dikurangi sampai 10%.
Untuk mendapatkan adukan yang kurang kenyal harga pada tabel diatas dapat
ditambah sampai 10%
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 76
[ KELOMPOK I ]
DOKUMENTASI
BAB I
PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
1.1 PROSEDUR PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR1. Berat Volume Lepas Agregat Kasar
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 77
Timbang dan catatlah berat wadah Masukan benda uji sampai penuh dan ratakan dengan mistar perata
[ KELOMPOK I ]
2. Berat Volume Padat Agregat Kasar (dengan cara penusukan)
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 78
Timbang dan catatlah berat wadah yang telah berisi agregat
Timbang dan catatlah berat wadah Masukan benda uji sampai ke dalam wadah dalam tiga lapis yang sama tebal
[ KELOMPOK I ]
1.2 ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 79
Lakukan penusukan untuk pemadatan sebanyak 25 kali secara
merata
Timbang dan catatlah berat wadah yang telah berisi agregat
Masukan agregat dalam oven Siapkan seperangkat saringan
[ KELOMPOK I ]
1.3 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 80
Masukan agregat kasar yang sudah di oven dan guncangkan
saringan selama 15 menit
Pisahkan seperangkat saringan tersebut
Timbang & catat masing-masing agregat yang sudah diayak
Timbang & catat berat talam (W1) Timbang agregat
[ KELOMPOK I ]
1.4 ANALISIS SPECIFIC-GRAFITY DAN PENYERAPAN AGREGAT
KASAR
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 81
Masukan agregat ke dalam talam dan timbang beratnya (W2)
Masukan agregat berserta talam ke dalam oven
Dinginkan agregat yang sudah di oven
Rendam benda uji Keringkan benda uji (kondisi SSD)
[ KELOMPOK I ]
1.2 PEMERIKSAAN KETAHANAN AUS AGREGAT DENGAN MESIN LOS
ANGELES
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 82
Benda uji direndam kembali dan keranjang digoyang-goyangkan
Agregat dikeringkan dalam oven
Agregat ditimbangDinginkan agregat yang sudah di oven
Masukan agregat ke dalam oven Timbang berat talam
[ KELOMPOK I ]
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 83
Masukan agregat ke dalam mesin los angeles
Timbang berat talam beserta agregat
AA
AA
Putar mesin los angeles
Saring agregat pada saringan no 12 Keluarkan agregat dari mesin los angeles
[ KELOMPOK I ]
BAB II
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
2.1 PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS
1. Berat volume lepas agregat halus
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 84
Timbang kembali agregat
Timbang dan catatlah berat wadah
[ KELOMPOK I ]
2. Berat volume agregat halus (dengan cara penusukan)
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 85
Timbang dan catatlah berat wadah
Masukan benda uji sampai penuh dan ratakan dengan mistar perata
Timbang dan catatlah berat wadah yang telah berisi agregat
Masukan benda uji sampai ke dalam wadah dalam tiga lapis yang sama tebal
[ KELOMPOK I ]
2.2 ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 86
Pisahkan seperangkat saringan
Masukan Agregat dalam oven Siapkan seperangkat saringan
Masukan agregat ke dalam saringan
Timbang dan catatlah berat wadah yang telah berisi agregat
Lakukan penusukan untuk pemadatan sebanyak 25 kali secara
merata
[ KELOMPOK I ]
2.3 PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO 200 & NO 16
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 87
Timbang agregat yang sudah diayakMasukan agregat ke dalam wadah
Tuangkan air cucian beserta agregat ke dalam saringan no. 200 (agregat
halus)
Tuangkan air cucian beserta agregat ke dalam saringan no. 16 (agregat
kasar)
Cuci benda uji agregat terlebih dahulu di dalam wadah
[ KELOMPOK I ]
2.4 PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK AGREGAT HALUS
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 88
Masukan agregat ke dalam oven Timbang dan catatlah berat agregat kering
Pasir dan larutan NaOH 3% dalam botol yang didiamkan selama 24 jam
[ KELOMPOK I ]
2.5 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 89
Masukkan pasir dan air ke dalam gelas ukur
Gelas dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur
[ KELOMPOK I ]
2.6 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 90
Timbang berat talam Agregat halus
Masukan agregat beserta talam ke dalam oven
Pendinginan agregat halus
Simpan gelas ukur selama 24 jam
[ KELOMPOK I ]
2.7 ANALISIS SPECIFIC GRAVITY AGREGAT DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 91
Timbang agregat halus (kering) tersebut
Agregat halus yang kering
Agregat halus + air pada piknometer (pembebasan gelembung-gelembung udara)
Masukan benda uji dalam oven
Sebagian agregat halus contoh masukan pada metal sand cone mold
[ KELOMPOK I ]
BAB III
PEMBUATAN DAN PEMERIKSAAN BETON
3.1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON
3.2 PEMERIKSAAN SLUMP BETON
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 92
Timbang berat piknometer yang berisi air
Letakkan cetakan diatas pelat Isi 1/3 demi 1/3 cetakan dengan beton segar,
padatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
[ KELOMPOK I ]
3.3 PEMERIKSAAN KEKUATAN BETON
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 93
Putar-balikan cetakan, dan lakukan pengukuran slump beton
Setelah penuh, ratakan permukaan cetakan, angkat cetakan perlahan
Siapkan benda uji Timbang dan catatlah berat benda uji
Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur
Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
[ KELOMPOK I ]
LAMPIRAN SNI DAN ASTM
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 94
Catatlah beban maksimum hancur
[ KELOMPOK I ]
Standar Nasional Indonesia
1. Nomor SNI : SNI 03-1750-1990
Judul : Mutu dan cara uji agregat beton
Ruang lingkup:
Standar ini menguraikan cara pemeriksaan agregat, dimaksudkan untuk mendapatkan
bahan-bahan campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan
nantinya sesuai dengan yang diharapkan.
2. Nomor SNI : SNI 03-1968-1990
Judul : Metode pengujian analisis saringan agregat kasar dan halus
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan
agregat kasar dengan menggunakan saringan.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6388-2000Spesifikasi agregat tanah lapis pondasi bawah, lapis pondasi
dan lapis permukaan.
2. SNI 03-6474-2000Metode uji penentuan indeks kuat tekan-bebas dari tanah
yang digraut dengan bahan kimia.
3. SNI 03-6474-2000Metode uji penentuan indeks kuat tekan-bebas dari tanah
yang digraut dengan bahan kimia.
4. SNI 13-6790-2002 Metode penyiapan benda uji dari contoh tanah terganggu.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 95
[ KELOMPOK I ]
5. SNI 03-6797-2002Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah agregat
untuk konstruksi jalan.
6. SNI 03-6811-2002 Spesifikasi bahan pencampur untuk beton semprot.
7. SNI 03-6821-2002Spesifikasi agregat ringan untuk batu cetak beton pasangan
dinding.
8. SNI 03-6877-2002Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak
dipadatkan.
9. SNI 03-6888-2002 Tata cara pemeriksaan pengolah campuran aspal.
10 SNI 03-6894-2002Metode pengujian kadar aspal dari campuran beraspal
dengan cara sentrifus.
3. Nomor SNI : SNI 03-1969-1990
Judul : Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat halus serta angka penyerapan dari
agregat kasar.
4. Nomor SNI : SNI 03-1970-1990
Judul : Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan dari pada agregat halus.
SNI revisi :
SNI 1970:2008 (Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus)
Lingkup standar menetapkan cara uji berat jenis kering dan berat jenis semu (apparent)
serta penyerapan air agregat halus. Agregat halus adalah agregat yang ukuran
butirannya lebih kecil dari 4,75 mm (No.4). Dalam standar dibahas penggunaan bahan,
pelaksanaan dan peralatan yang berbahaya, dan tidak memasukkan masalah
keselamatan yang berkaitan dengan penggunaannya. Dalam perhitungan berat jenis
curah kering, berat jenis curah, berat jenis semu dan perhitungan penyerapan air,
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 96
[ KELOMPOK I ]
menggunakan rumus yang telah ditetapkan. Laporan hasil perhitungan berat jenis dibuat
dengan ketelitian 0,01 yang terdekat dan penyerapan dengan ketelitian 0,1%. Perkiraan
ketelitian yang digunakan dalam cara uji ini berdasarkan AASHTO T 84 (2004)
Material Reference Laboratory Reference Sample Program.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6877-2002Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak
dipadatkan.
2. SNI 03-6889-2002 Metode pengambilan contoh agregat.
3. SNI 13-6717-2002 Prosedur persiapan berat contoh sebanyak 1 kg.
5. Nomor SNI : SNI 03-1971-1990
Judul : Metode pengujian kadar air agregat
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya kadar agregat.
6. Nomor SNI : SNI 03-1972-1990
Judul : Metode pengujian slump beton
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya slump beton (concrete slump).
SNI revisi :
SNI 1972:2008 (Cara uji berat slump beton).
Cara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton, baik di laboratorium maupun di
lapangan. Nilai-nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan
digunakan sebagai standar. Standar ini tidak memasukkan masalah keselamatan yang
berkaitan dengan penggunaannya. Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk
menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan serta peraturan
dan batasan-batasan dalam menggunakan standar ini. Catatan dalam tulisan standar ini
memuat materi penjelasan. (tidak termasuk apa yang tercantum dalam tabel- tabel dan
gambar-gambar) tidak boleh dipertimbangkan sebagai persyaratan dari standar.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6818-2002 Spesifikasi bahan kering bersifat semen, cepat mengeras,
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 97
[ KELOMPOK I ]
dalam kemasan untuk perbaikan beton.
2. SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.
7. Nomor SNI : SNI 03-1973-1990
Judul : Metode pengujian berat isi beton
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk menentukan nilai berat isi agregat agar mempermudah para
pengguna mengetahui proporsi yang sesuai dalam pencampuran beton.
8. Nomor SNI : SNI 03-1974-1990
Judul : Metode pengujian kuat tekan beton
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk menentukan kuat tekan (compressive strength) beton
dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan (curring) di
laboratorium maupun di lapangan.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6429-2000Metode pengujian kuat tekan beton silinder dengan cetakan
silinder di dalam tempat cetakan
2. SNI 03-2492-2002 Metode pengambilan dan pengujian beton inti.
3. SNI 03-6805-2002
Metode pengujian untuk mengukur nilai kuat tekan beton
pada umur awal dan memproyeksikan kekuatan pada umur
berikutnya
4. SNI 03-6809-2002 Tata cara estimasi kekuatan beton dengan metode maturity.
5. SNI 03-6818-2002Spesifikasi bahan kering bersifat semen, cepat mengeras,
dalam kemasan untuk perbaikan beton.
6. SNI 06-6867-2002Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk
digunakan dengan kapur.
7. SNI 03-6898-2002 Tata cara pelaksanaan pengambilan dan pengujian kuat
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 98
[ KELOMPOK I ]
tekan beton inti.
9. Nomor SNI : SNI 03-2417-1991
Judul : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles.
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 terhadap berat semula (%).
SNI revisi :
SNI 2417:2008 (Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles).
Metode pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan agregat kasar dengan
ukuran 75 mm (3 inci) sampai dengan ukuran 2,36 mm (saringan No.8) dengan
menggunakan mesin abrasi Los Angeles.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6388-2000Spesifikasi agregat tanah lapis pondasi bawah, lapis pondasi
dan lapis permukaan.
2. SNI 03-2494-2002 Spesifikasi agregat beton penahan radiasi
3. SNI 03-6750-2002Spesifikasi bahan laburan aspal satu lapis (burtu) dan bahan
laburan aspal dua lapis (burda).
4. SNI 03-6751-2002 Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam.
10. Nomor SNI : SNI 03-2493-1991
Judul : Metode pembuatan dan perawatan contoh uji beton di laboratorium
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium
agar memenuhi syarat.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6430.1-2000Metode pengujian kuat tekan graut untuk beton dengan
agregat praletak di laboratorium.
2. SNI 03-6431-2000Metode pengujian waktu alir beton berserat dengan kerucut
uji slump yang dibalik.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 99
[ KELOMPOK I ]
3. SNI 03-6451-2000 Metode pengujian kuat lentur adukan semen hidrolik.
4. SNI 03-6468-2000Tata cara perencanaan campuran beton berkekuatan tinggi
dengan semen portland dan abu terbang.
5. SNI 03-2491-2002 Metode pengujian kuat tarik belah beton.
6. SNI 03-6805-2002
Metode pengujian untuk mengukur nilai kuat tekan beton
pada umur awal dan memproyeksikan kekuatan pada umur
berikutnya.
7. SNI 03-6809-2002 Tata cara estimasi kekuatan beton dengan metode maturity.
8. SNI 03-6813-2002
Tata cara pembuatan silinder dan prisma uji untuk
menentukan kekuatan dan densitas beton agregat praletak di
laboratorium
9. SNI 03-6818-2002Spesifikasi bahan kering bersifat semen, cepat mengeras,
dalam kemasan untuk perbaikan beton
10 SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton struktural
11. Nomor SNI : SNI 03-2458-1991
Judul : Metode pengambilan contoh campuran beton segar
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk mendapatkan contoh beton segar yang dapat mewakili
seluruh adukan beton.
SNI revisi :
SNI 2458:2008 (Tata cara pengambilan contoh uji beton segar).
Tata cara ini mencakup prosedur pengambilan contoh uji beton segar yang mewakili
produk beton untuk menentukan kualitas beton sesuai persyaratan. Pengambilan contoh
uji mencakup beton segar yang diproduksi dengan mesin pengaduk (mixer) stasioner,
paving-mixer (penghampar) dan truk pencampur, serta pengambilan dari peralatan
pengangkut (agitator dan non-agitator truck) yang digunakan untuk mengangkut beton
yang dicampur secara terpusat.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6431-2000 Metode pengujian waktu alir beton berserat dengan kerucut
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 100
[ KELOMPOK I ]
uji slump yang dibalik.
2. SNI 03-6868-2002Tata cara pengambilan contoh uji secara acak untuk bahan
konstruksi.
3. SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton struktural.
12. Nomor SNI : SNI 03-2816-1992
Judul : Metode Pengujian Kotoran organik dalam pasir untuk campuran mortar
dan beton
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan dalam pekerjaan pengendalian mutu agregat.
13. Nomor SNI : SNI 03-3416-1994
Judul : Metode pengujian partikel ringan dalam agregat
Ruang lingkup:
Metode ini untuk menentukan besarnya kadar partikel ringan dalam agregat.
14. Nomor SNI : SNI 03-4142-1996
Judul : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan
No. 200 (0,075 MM)
Ruang lingkup:
Metode ini digunakan untuk menghitung besarnya presentase jumlah bahan dalam
agregat yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm). Banyaknya bahan yang lolos saringan
nomor 200 sesudah agregat dicuci sampai air cucian jernih. Identitas benda uji ditulis.
Benda uji ditimbang dicuci di lewatkan di saringan, dihitung yang lolos dan yang
tertahan.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6388-2000Spesifikasi agregat tanah lapis pondasi bawah, lapis pondasi
dan lapis permukaan.
2. SNI 03-6417-2000 Spesifikasi semen-tanah untuk bendungan urugan.
3. SNI 03-6877-2002 Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 101
[ KELOMPOK I ]
dipadatkan.
15. Nomor SNI : SNI 03-4433-1997
Judul : Spesifikasi beton siap pakai
Ruang lingkup:
Persyaratan dan ketentuan teknis beton siap pakai dalam bentuk beton segar.
Persyaratan bahan, peralatan produksi, cara memproduksi, pengangkutan dan
penyerahan beton siap pakai, informasi yang perlu diberikan oleh produsen, persyaratan
pengambilan contoh dan pengujian..
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
1. SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton struktural.
16. Nomor SNI : SNI 03-2834-2000
Judul : Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
Ruang lingkup:
Standar ini menetapkan tata cara pembuatan rencana campuran beton normal yang
meliputi persyaratan umum dan persyaratan teknis perencanaan proporsi campuran
beton untuk digunakan sebagai salah satu acuan bagi para perencana dan pelaksana
dalam merencanakan proporsi campuran beton tanpa menggunakan bahan tambah untuk
menghasilkan mutu beton sesuai dengan rencana. Dalam standar ini dijelaskan
persyaratan-persyaratan dan cara pengerjaan rencana campuran beton normal.
SNI ini merevisi :
SNI 03-2834-1992 (Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal).
Tata cara ini digunakan untuk merencanakan proporsi campuran beton tanpa
menggunakan bahan tambahan. Tujuannya untuk mendapatkan proporsi campuran yang
dapat menghasilkan mutu beton sesuai dengan rencana.
Acuan Normatif SNI :
1. SNI 03-1750-1990 Mutu dan cara uji agregat beton.
2. SNI 03-1972-1990 Metode pengujian slump beton.
3. SNI 03-2914-1992 Beton bertulang kedap air, Spesifikasi.
Menjadi Acuan Normatif untuk SNI :
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 102
[ KELOMPOK I ]
1. SNI 03-3449-2002Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan
agregat ringan.
2. SNI 7392:2008
Tata cara perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung
menggunakan panel jaring kawat baja tiga dimensi (PJKB-
3D) las pabrikan.
17. Nomor SNI : SNI 03-6369-2000
Judul : Tata cara pembuatan benda uji silinder beton
Ruang lingkup:
Standar ini menetapkan peralatan, bahan dan prosedur untuk pembuatan kaping silinder
beton segar dengan semen murni, adukan semen dan silinder keras serta beton inti
dengan adukan gypsum berkekuatan tinggi atau adukan belerang (dalamSI). Tata cara
tidak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keamanan, bila ada maka harus
dihubungkan dengan pemakaiannya.
SNI revisi :
SNI 6369:2008 (Tata cara pembuatan kaping untuk benda uji silinder beton).
18. Nomor SNI : SNI 03-2492-2002
Judul : Metode pengambilan dan pengujian beton inti
Ruang lingkup:
Standar ini menetapkan metode pengambilan dan pengujian betin inti yang meliputi
cara pengambilan beton inti, persiapan pengujian dan penentuan kuat tekannya, metode
ini tidak memberikan panduan penentuan pemboran beton inti atau lokasi pengeboran,
dan tidak dilengkapi prosedur interpretasi hasil kuat tekan beton inti. Standar ini
menjelaskan pengambilan beton inti, pemeriksaan, uji kuat tekan, hasil dan pelaporan
hasil pengujian.
SNI ini merevisi :
SNI 03-2492-1991 (Metode pengambilan contoh benda uji beton inti).
Acuan Normatif SNI :
1. SNI 03-1974-1990 Metode pengujian kuat tekan beton
2. SNI 03-2491-1991 Metode pengujian kuat tarik - belah beton
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 103
[ KELOMPOK I ]
19. Nomor SNI : SNI 03-6414-2002
Judul : Metode pengujian alat laboratorium
Ruang lingkup:
Dalam standar ini dibahas penggunaan bahan, pelaksanaan dan peralatan yang
berbahaya, dan tidak memasukkan masalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaannya. Peralatan yang digunakan: 1) Timbangan, 2) Piknometer, 3) Cetakan,
terbuat dari baja tebal 0,8 mm berbentuk frustum kerucut, 4) Batang penumbuk, 5)
Oven yang mampu memanaskan sampai temperature 110º±5ºC, 6) Alat pengukur
temperature, dengan ketelitian pembacaan 1ºC, dan 7) Alat bantu lain.
20. Nomor SNI : SNI 03-6815-2002
Judul : Tata cara mengevaluasi hasil uji kekuatan beton
Ruang lingkup:
Standar ini menetapkan tata cara mengevaluasi kekuatan beton meliputi, variasi-variasi
dalam kekuatan beton, perilaku beton, metode pengujian, analisa data kekuatan dan
kriteria. Contoh uji beton tergantung pada mutu material, pembuatan dan kontrol dalam
pengujiannya, perbedaan kekuatan dapat ditemukan dari dua penyebab utama yang
berbeda. Perbedaan dalam perilaku kekuatan yang terbentuk dari campuran beton dan
bahan penyusunnya.
21. Nomor SNI : SNI 03-6820-2002
Judul : Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran dengan
bahan dasar semen
Ruang lingkup:
Standar ini membahas tentang : bentuk dan ukuran, unsur perusak, sifat fisis, dan fungsi
agregat halus dalam adukan dan plesteran yang digunakan untuk dinding luar maupun
dalam. Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,76 mm berasal
dari alam atau hasil olahan. Agregat halus dalan plesteran dan adukan berfungsi
sebagai : bahan pengisi, penahan penyusutan, dan penambah kekuatan.
22. Nomor SNI : SNI 03-6868-2002
Judul : Tata cara pengambilan contoh uji secara acak untuk bahan konstruksi
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 104
[ KELOMPOK I ]
Ruang lingkup:
Standar ini menetapkan tata cara pengambilan contoh uji secara acak untuk bahan
konstruksi, yang meliputi penentuan lokasi atau waktu yang tepat dalam pengambilan
contoh. Bahan contoh yang diambil mencakup bahan dari ban berjalan atau aliran
bahan, bahan perkerasan terpasang ditempat, bahan dari truk bermuatan. Deskripsi alat
pengambilan contoh uji, ukuran contoh uji, atau penambahan contoh uji harus merujuk
pada metode standar yang sesuai yang disebutkan dalam standar ini. Ketentuan dalam
standar ini tidak dimaksudkan untuk menyelesaikan semua masalah keselamatan.
Pemakai standar ini bertanggung¬jawab untuk menerapkan cara-cara keamanan dan
kesehatan tertentu, dan menentukan terlebih dahulu batas-batas penerapan aturan yang
digunakan.
American Standard Testing and Material
23. No. ASTM : ASTM C29
Title : Unit weight and voids in aggregate
(Metode pengujian berat volume agregat)
Scope :
Test method ASTM C29 covers the determination of unit weight in a compacted or
loose condition and calculated voids in fine, coarse, or mixed aggregates based on the
same determination. This test method is often used to determine unit weight values that
are necessary for use for many methods of selecting proportions for concrete mixtures.
References :
1. ASTM C127 Specific Gravity and Absorption of Coarse Aggregate
2. ASTM C12 Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
3. ASTM C125 Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates
4. AASHTO T19 Unit Weight and Voids in Aggregates
24. No. ASTM : ASTM C33
Title : Standard Specifications for Concrete Aggregates
(Mutu dan cara uji agregat beton)
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 105
[ KELOMPOK I ]
Scope :
This test method covers the determination of standard specifications for concrete
aggregates. This test method is often used to determine the quality from aggregates and
to get proportions for concrete mixtures.
25. No. ASTM : ASTM C39
Title : Compressive strength of cylindrical concrete specimens
(Pengujian kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk silinder)
Scope :
This ASTM test method covers the determination of the unconfined compressive
strength of cylindrical concrete specimens. The test method consists of applying a
compressive axial load to molded cylinders (or cores) at a rate which is within a
prescribed range until failure occurs. The compressive strength of the specimen is
calculated by dividing the maximum load attained during the test by the cross-sectional
area of the specimen..
References :
1. ASTM C617 Capping Cylindrical Concrete Specimens
2. ASTM C192Making and Curing Concrete Test Specimens in the
Laboratory
26. No. ASTM : ASTM C78
Title : Flexural strength of concrete
(Metode pengujian kuat tekan beton)
Scope :
This ASTM test method covers the determination of the flexural strength of concrete
using a simple beam with third-point loading. The results are calculated and reported as
the modulus of rupture.
References :
1. ASTM C496 Splitting Tensile Strength of Cylindrical Concrete Specimens
2. ASTM C39 Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 106
[ KELOMPOK I ]
3. ASTM C192Making and Curing Concrete Test Specimens in the
Laboratory
27. No. ASTM : ASTM C117
Title : Materials finer than 75 mm (No. 200) sieve in mineral aggregates by
washing (Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan No. 200)
Scope :
This test method covers the determination of the particle size distribution of finer than
75 mm (No. 200).
References :
1. AASHTO T 11Materials finer than 75 mm (No. 200) sieve in mineral aggregates
by washing
28. No. ASTM : ASTM C127
Title : Specific gravity and absorption of coarse aggregate
(Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar)
Scope :
Test method ASTM C127 covers the determination of specific gravity and absorption of
coarse aggregate. The specific gravity may be expressed as bulk specific gravity,
saturated-surface-dry bulk specific gravity (SSD), or apparent specific gravity.
References :
1. ASTM C566 Total Moisture Content of Aggregate by Drying
29. No. ASTM : ASTM C128
Title : Specific gravity and absorption of fine aggregate
(Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus)
Scope :
Test method ASTM C128 covers the determination of bulk, SSD specific gravity, and
apparent specific gravity, and absorption of fine aggregate. The bulk and apparent
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 107
[ KELOMPOK I ]
specific gravity are defined according to ASTM E12, while absorption is defined in
ASTM C125.
References :
1. ASTM E12Definitions of Terms Relating Density and Specific Gravity
of Solids, Liquids, and Gases
2. ASTM C125 Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates
3. ASTM C566 Total Moisture Content of Aggregate by Drying
30. No. ASTM : ASTM C131
Title : Resistance to degradation of small-size coarse aggregate by abrasion
and
impact in the Los Angeles machine
(Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles)
Scope :
This test method covers a procedure for testing sizes of coarse aggregate smaller than 1-
1/2 inch (37.5 mm) for resistance to degradation using the Los Angeles testing machine.
References :
1. ASTM C535Resistance to Degradation of Large-Size Coarse Aggregate
by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine
2. ASTM E11 Specification for Wire-Cloth Sieves for Testing Purposes
31. No. ASTM : ASTM C136
Title : Sieve analysis of fine and coarse aggregates
(Metode pengujian analisis saringan agregat kasar dan halus)
Scope :
This test method covers the determination of the particle size distribution of fine and
coarse aggregates by sieving. A weighed sample of dry aggregate is separated through a
series of sieves of progressively smaller openings for determination of particle size
distribution.
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 108
[ KELOMPOK I ]
References :
1. ASTM E11 Specification for Wire Cloth Sieves for Testing Purposes
2. ASTM C33 Standard Specifications for Concrete Aggregates
3. ASTM C125Standard Terminology Relating to Concrete and Concrete
Aggregates
4. AASHTO T27 Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates
32. No. ASTM : ASTM C143
Title : Slump of hydraulic cement concrete
(Metode pengujian slump beton)
Scope :
Test method ASTM C143 covers the determination of slump of hydraulic cement
concrete. This test used to determine and measure how hard and consistent a given
sample of concrete is before curing. The concrete slump test is, in essence, a method of
quality control. For a particular mix, the slump should be consistent. The slump test has
witnessed many technological advances, and some countries even perform the test using
automated machinery.
References :
1. ASTM C 1362 The K-Slump Test
2. ASTM C 1170 The Vebe consistometer for roller-compacted concrete
3. AASHTO T 119Standard Test Method for Slump of Hydraulic-Cement
Concrete
4. BS EN 12350-4 The British compacting factor test
5. DIN 1048-1 The German flow table test
(Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium)
Scope :
This ASTM practice covers procedures for making and curing test specimens of
concrete in the laboratory under accurate control of materials and test conditions using
concrete that can be consolidated by rodding or vibration. This practice also makes
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 109
[ KELOMPOK I ]
reference to typical plastic concrete tests such as the a) slump test, b) the unit weight,
yield, and air content by gravimetric means, and c) the air content by pressure meter.
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, Nursyafril. 1982. Pedoman Konstruksi Beton. Bandung: PEDC.
Alex Kurniawandy, dkk. 2009. Bahan Bangunan, Material for Structures TSS-1101.
Pekanbaru.
Mulyono, Tri. 2005. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
http://civilx.unm.edu/laboratories_ss/pcc/spgrav.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Concrete
http://en.wikipedia.org/wiki/Concrete_slump_test
http://www.wsdot.wa.gov/fasc/EngineeringPublications
[ PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2010 ] 110