filsafat dan pengetahuan
DESCRIPTION
artikel ini membahas tentang kaitan antara filsafat dan ilmu pengetahuanTRANSCRIPT
FILSAFAT DAN PENGETAHUAN
1. Kedudukan Filsafat Dalam Pengetahuan
Filsafat itu adlah pengetahuan. Filsof adalah menyusun buah
pikirannya, membentuk suatu sistem pengetahuan, yang kita sebut sebagai filsafat
dari filosof itu.
Adapun pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia dapat dibagi
dalam dua jenis. Yang pertama yang berasal dari manusia sendiri, yang kedua
yang berasal dari luar-manusia. Jenis pengetahuan kedua yang dianggap atau
dipercaya berasal dari penciptaan manusia dan alam (yang oleh orang beragama
Tuhan) diistilahkan wahyu. Al Kindi menyebut pengetahuan jenis pertama itu
pengetahuan Illahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua pengetahuan
manusiawi, yang dasarnya pemikiran.
Jadi ada dua jenis pengetahuan: pengetahuan manusia dan
pengetahuan Tuhan. Pengetahuan manusia itu dapat dibagi dalam tiga kategori,
yaitu:
Pengetahuan indera
Pengetahuan ilmu
Pengetahuan filsafat
Pengetahuann ialah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil
pekerjaan tahu itu adalah hasil dari: kenal, sadar, insaf, mengerti, pandai. Dapat
disimpulkan, semua milik atau isi pikiran ialah pengetahuan :
Kita melihat, mendengar, merasa, meraba, mencium segala sesuatu.
Pengalaman panca-indera ini melalui proses pemikiran langsung menjadi
pengetahuan, yang kita istilahkan disini dangan pengetahuan-indera
Kita berpikir secara sistematik dan radikal, disertai dengan riset atau
eksperimen. Hasil berpikir dan berbuat dengan metoda ini membentuk
pengetahuan pula, yang kita istilahkan dengan pengetahuan-ilmu
Kita memikirkan segala sesuatu secara sistematik, radikal dan universal.
Sistem berpikir ini membentuk pengetahuan yang diistilahkan dengan
pengetahuan-filsafat
Disamping pengetahuan manusia dan pengetahuan manusia dan
pengetahuan Tuhan, sesungguhnya ada lagi pengetahuan lain, yakni pengetahuan
dan ulasan, keterangan, tafsiran, perincian yang berasal dari pengetahuan manusia
terhadap wahyu itu.
Pengetahuan indera alah pengetahuan yang bersetumpu pada panca-
indera, ilmu bersetumpu atas kegiatan otak dan tangan, dan filsafat atas kerja otak
saja. Antara masing-masing kategori pengetahuan itu ada batasannya. Batasan-
batasan pengetahuan:
Pengetahuan indera: lapangannya segala sesuatu yang dapat disentuh oleh
panca indera secara langsung. Batasannya sampai kepada segala sesuatu
yang tidak tertangkap oleh panca-indera
Pengetahuan ilmu: lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset
atau eksperimen). Batasannya sampai kepada yang tidak atau belum dapat
dilakukan penelitian.
Pengetahuan filsafat: segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi
(rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi (relative, terbatas).
Batasnya ialah batasan alam, namun demikian ia juga mencoba
memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh agama Tuhan.
Ketika ilmu sampai kebatas kemampuannya , pertanyaan itu
diserahkannya kepada filsafat. Soal nilai adalah soal filsafat. Tidak habis-habisnya
pertanyaan yang kita ketahui dan tidak ketahui muncul dalam pikiran. Soal
pengetahuan dan soal pikiran itu adalah soal filsafat. Apakah pengetahuan atau
jalan pikiran itu benar atau salah? Itu pun masalah filsafat. Filsafat itu adalah teori
–teori abstrak, teori tinggi-tinggi saja, yang hanya teruntuk bagi segelintir manusia
yang berpikir dalam dan jauh.
a. Filsafat dalam Islam
Pengetahuan islam terbagi dalam tiga ketegori:
Pengetahuan murni dari Tuhan, diistilahkan dengan Wahyu
dikodifikasikan dalam bentuk Kitab Qur-an
Pengetahuan Nabi/Rasul Tuhan yang berasaskan atau lanjutan wahyu,
diistilahkan Sunnah-Hadis Nabi
Pengetahuan ulama (orang yang berilmu), ahli-pikir atau ilmiawan yang
berasaskan, berpedoman, berkaitan dengan atau digerakkan oleh wahyu
dan Sunnah-Hadis, merupakan hasil ijtihad
Tuhan memberikan aqal kepada manusia dan menurunkan naqal untuk
dia. Dengan aqal itu ia membentuk pengetahuan, pengetahuan manusia. Apabila
pengetahuan manusia kategori ketiga diasaskan atau digerakkan oleh naqal,
menjadilah ia filsafat islam.
2. Pengertian dan Definisi
Tentang pengertian atau definisi filsafat, pendapat ahli-ahli itu akan
lebih memperluas pengertian kita tentang filsafat serta ruang lingkupnya.
Plato
Plato mengatakan, filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang
segala yang ada. Dalam kurun (periode) Palto belum tumbuh diferensiasi
pengetahuan. Belum ada batasan antara ilmu dan filsafat. Untuk menjadi
filosof oran gharus menguasai semua pengetahuan yang ada ketika itu.
Aristoteles
Aristoteles beranggapan bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab
dan asas segala benda.
Cicero
Cicero mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang ilmu tinggi-
tinggi saja dan jalan untuk mencapai ilmu itu. Filsafat ialah induk segala
ilmu dunia, ilmu kepunyaan dewata. Sekarangpun orang beranggapan,
filsafatlah yang menggerakkan, yang melahirkan berbagai ilmu.
Epicuros
Epicuros memandang filsafat sebagai jalan mencarri kepuasan dan
kesenangan dalam hidup. Ia berguna buat praktek hidup didunia. Filsafat
membentuk pandangan dunia dan sikap hidup.
Kant
Bagi Kant filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan
pekerjaan.
Leibniz
Leibniz membandingkan filsafat dengan akar suatu pohon, maka dahan-
dahan pohon itu terjadi dari ilmu yang lain satu demi satu. Dahan tumbuh
dan diberi makan oleh akar.
Fichte
Fichte menyebut filsafat sebagai Wissenchaftslehre, ilmu dari ilmu-ilmu,
yakni ilmu yang umum yang menjadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan suatu bidang atau jenis kenyataan, sedangkan filsafat
memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis. Ilmu mencari kebenaran
dari kenyataan tertentu. Filsafat mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Herbart
Herbart berpendapat, bahwa kewajiban filsafat ialah mengerjakan
pengertian-pengertian yang dipakai oleh ilmu-ilmu yang lain.
Paul Natorp
Paul Natorp menyebut filsafat sebagai ilmu dasar yang hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan jalan menunjikkan
dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
Windelband
Windelband mengatakan sifat filsafat merentang pikiran sampai sejauh-
jauhnyatentang suatu keadaan atau hal yang nyata.
Al-Kindi
Al-Kindi sebagai ahlipikir pertama dalam filsafat islam yang memberikan
pengertian filsafat dikalangan umat islam, membagi filsafat itu dalam tiga
lapangan: ilmu fisika, ilmu matematika, dan ilmu Ketuhanan.
Al-Farabi
Al-Farabi memuliakan filsafat dengan menyamakan tujuannya dengan
agama. Keduanya bertujuan mengetahui semua ujud. Perbedaan terletak
pada dasar setumpunya, filsafat bersetumpu pada budi, memakia dalil-dalil
yang disusun oleeh budi dan ditujukan kepada golongan tertentu (yaitu
golongan berpikir). Sedangkan agama memakai cara iqna’i, dengan kiasan
gambaran yang memuaskan hati, ditujukan kepada semua orang dan
bangsa.
Ibnu Sina
Ibnu Sina membagi filsafat dalam teori dan praktek. Kedua itu
dihubungkannya dengan agama. Dasarnya terdapat dalam sjari’at Tuhan
yang penjelasan dan kelengkapannya diperdapat dengan tenaga akal
manusia. Tujuan filsafat praktek ialah mengetahui apa yang seharusnya
dilakukan oleh tiap orang, sehigga ia mendapat bahagia dunia dan di
akhirat. Filsafat mencakup undang-undang, yaitu apa yang seharusnya
dilakukan oleh tiap orang dalam hubungannya dengan rumah-tangga dan
Negara.
PERANAN FILSAFAT
3. Sumber Filsafat
Plato mengatakan bahwa filsafat mulai dengan ketakjuban, dengan
keheranan. Hanya manusia yang dapat takjub. Yang jadi subjek adalah manusia,
yang jadi objek nya segala sesuatu yang tidak jelas, yang belum ada keterangan
atau jawabannya. Keheranan menyatakan diri dalam pertanyaan. Yang
menanyakan itu adalah manusia, yang ditanyakannya segala sesuatu yang
dihadapinya yang belum jelas. Menjelaskan kenyataan untuk memperoleh
kebenaran. Menginginkan kebenaran adalah gerak asli pikiran manusia.
Filsafat sesungguhnya adalah tafsiran kenyataan. Maka filsafat
memberikan interprestasi atas soal-soal itu, yang membentuk pandangan dunia
dan sikap hidup. Keheranan membentur jalan pikiran. Pertanyaan menghentiikan
gerak piker. Jalan pikiran menjadi terhalang. Yang membentur jalan pikiran
itulahh yang disenut oleh orang Yunani problema dengan proballomai, yang
menjadi problem dalam bahasa inggris, diindonesiakan dengan problema. Hanya
manusia yang menghadapi problema, karena kenyataan tidak jelas. Maka
timbullah pertanyaan. Pertanyaan ini dijawab. Terhadap jawaban itu waktu lain
atau ruang lain diajukan lagi pertanyaan. Demikianlah seterusnya sejarah filsafat
dan sejarah ilmu dalam gerakannya mencari kebenaran.
Karena itu tujuan pertanyaan ialah penjelasan tentang sesuatu yang
diketahui dengan samar-samar. Kalau di zaman purba filsafat mulai dengan
keheranan, di zaman modern dimulai dengan Descartes ia biasanya mulai dengan
kesangsian. Kedudukan kesangsian adalah antara percaya dan tidak percaya.
Kesangsian menyatakan diri dalam bentuk pertanyaan kata yang berasal dari
bahasa asing untuk sangsi ialah skeptis. Dari kata itu terbentuk istilah
“Skeptisisma” yang menunjuk pengertian paham, yakni:
1. Selama orang tidak dengan kritis membahas anggapan-anggapannya,
bertolak dari pengingkaran kebenaran, karena itu memberikan nilai yang
sama kepada semua pendapat, jadi meningkari secara dogmatis.
2. Cenderung untuk kritik; kritik; tidak memberikan nilai yang sama pada
semua pendapat, ia memisahkan yang benar dari yang tak benar dalam
pendapat; percaya bahwa yang satu lebih baik dari pada yang lain,
merupakan tahap sebelum mencapai kebenaran.
Dalam filsafat lama skeptisisma merupakan aliran filsafat, dalam
filsafat modern merupakan sumber atau pangkal filsafat. Puncak paham
kesangsian itu dikurun Yunani kita temui pada Pyrrho dan pengikut-pengikutnya.
Mereka disebut skeptis. Dasar berpijak skeptisisma Pyrrho terkenal dengan 10
ungkapan semu (tropen). Pyrrho dan pengikut-pengikutnya menyangsikan segala
kebenaran.
Pada filsafat lama, kesangsian itu merupakan akhir filsafat sehingga
terbentuklah aliran kesangsian. Pada filsafat modern ia merupakan awal filsafat.
Tiap kebenaran disangsikan lagi, sampai pada satu titik dimana kesangsian itu
lenyap. Ditemukanlah kebenaran, berhentilah pikiran, tersusunlah sistem
pengetahuan yang menghasilkan kebenaran dangan berpikir, yaitu suatu filsafat.
Kant mengatakan, kesangsian tidak mungkin keadaan yang tetap. Ia hanya dahan
tempat berpijak sementara untuk mencapai tingkat kebenaran yang lebih tinggi.
Maka bagi filsafat modern kesangsian itu merupakan sumber filsafat. Tanpa
sangsi, orang tidak berpikir. Tanpa berpikir filsafat tidak lahir. Tanpa berpikir
ilmu pun tak mungkin terbentuk.
4. Filsafat dan Ilmu
Teori-teori ilmu menempuh garis lurus. Teori-teori filsafaat dapat
menempuh garis melengkung, dan kembali kepada jalan, yang pernah
ditempuhnya dengan caraa baru. Demikianlah ilmu yang berasaskan pengalaman,
pengalaman pula yang dapat membuktikan keliru atau benarnya. Sedangkan
filsafat mempersoalkan pengalaman itu. Ia menjadikan semuanya persoalan. Ia
memikirkan dunia dan dirinya sendiri. Ilmu berada dalam pengalaman dan
pemikiran. Filsafat berpikir diatas pengalaman.
Ilmu mempertentangkan objek dan subjek, objek itu dipersoalkan satu
demi satu (karena ada pembatasan itu ia dapat diuji). Filsafat mempersoalkan
subjek dan objek keseluruhannya karena itu hasilnya tidak dapat diuji. Illmu
membatasi diri pada kenyataan-kenyataan tertentu. Filsafat mencari hakikat semua
kenyataan. Ilmu adalah pelukisan fakta pengalaman dengan lengkap dan secara
konsisten. Ilmu menjawab sesuatu yang langsung diamati dan tidak ditafsirkan.
Pengamatan itu biasanya melalui salah satu indera kita, misalnya mata, telinga
atau tangan. Mungkin juga data itu merupakan sesuatu yang kita amati secara
bainiah, misalnya perasaan atau emosi. Dengan demikian jelaslah bahwa ilmu
dibangun diatas fakta yang merupakan data-indera.
Ilmu dapat kita bagi dua:
Ilmu murni (Pure Science), yang bersifat teori
Ilmu terapan (Applied Science), yang bersifat praktis
Ilmu terapan adalah lanjutan dari ilmu teori. Penemuan-penemuan besar dalam
ilmu diperdapat oleh orang-orang yang tidak langsung mempunyai perhatian
kepada aplikasinya yang praktis. Mereka digerakan oleh perhatian ilmiah semata-
mata, hanya digairahkan oleh pengetahuan, yang sungguh-sungguh menghasrati
kebenaran. Ilmu terapan inilah yang berhubungan rapat dengan filsafat.
Hubungan filsafat dan ilmu menurut pandangan kaum filsof sekarang.
Pandangan itu terbagi dua :
Hubungan erat antara keduanya. Perkembangan ilmu harus bersama-sama
dengan filsafat, bahkan ada yang menyamakan filsafat dengan ilmu.
Filsafat tidak berkaitan dengan ilmu . ia otonom dan tidak mau diperalat
oleh ilmu
Pandangan yang pertama dianut dunia universitas Eropa umumnya, semsnjak
akhir abad ke-XIX. Filosof-filosof memperlajari hasil ilmu. Berasaskan ilmu itu ia
membentuk pandangan-pandangan dengan filsafat. Pernyataan filsafat harus
berdasarkan fakta-fakta penelitian ilmiah. Tanpa pendasaran demikian pernyataan
itu tidak bernilai. Pandangan kedua menganggap bahwa filsafat itu otonom.
Dengan demikian tidak ada hubungan antara filsfat dan ilmu bahkan keduanya itu
saling-tantang. Bukanlah tugas filsafat untuk menjadi alat ilmu, menyelidiki
pengertian-penegertian kritis dasar ilmu atau memperhatikan dan menyimpilkan
hasil-hasilnya.
Mengenai pertentangan kedua paham ini, Asilikin arif memberikan
ulasannya : Hubungan antara filsafat dan ilmu sebenarnya menyerupai proses
bolak-balik (wisselwerking). Perkembangan ilmiah tidak pernah irrelevant untuk
pemikiran filafat. Tiap-tiap perubahan besar dalam hasil-hasil atau metode-metode
ilmu dengan sendirinya mempunyai konsekwensi terhadap perkembangan filsafat.
Ini tidak berarti, semua filsafat harus merupakan filsafat ilmu.
5. Filsafat dan Kebudayaan
Untuk memahami hubungan filsafat dengan kebudayaan, selanjutnya
peran pertama atas yang kedua, harus terjawab pertanyaan berikut terlebih dahulu.
Apa itu kebudayaan? Kluckhon dan Kroeber menghimpun definisi-definisi
mengenai kebudayaan yang dapat dikumpulkannya dalam buku mereka Culture a
Crictical Review of Concepts and Definitions.
Titik persamaan definisi-definisi yang dirumuskan oleh ahli-ahli ialah
manusia. Berdasarkan definisi-definisi itu dapat disimpilkan bahwa soal
kebudayaan adalah soal manusia. Ilmu tentang manusia yang diistilahkan orang
dengan antropologi tebagi dua. Apabila kita memandang manusia dari segi
jasmaniahnya, maka kita memasuki lapangan antropologi fisik. Tetapi kalau kita
ia kita pandang dari segi rohaniahnya, kita memasuki medan antropologi
kebudayaan atau dipedekkan orang dengan antropologi budaya.
Suatu kebudyaan ialah cara berpikir dan cara merasa, yang
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang
membentuk kesatuan social dalam suatu ruang dan suatu waktu. Jadi kebudayaan
meliputi seluruh kehidupan manusia. Kuntjaraningrat misalnya membagi
kebudayaan dalam tujuh faset, yaitu: peralatan dan perlengkapan hidup
manusia,mata pencaharian hidup dan sistim-sistim ekonomi, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi.
Apabila kita perbandingkan definisi kebudayaan dan definisi filsafat,
keduanya bertemu dalam hal berpikir. Kebudayaan adlah cara berpikir. Sedangkan
berfilsafat ialah berpikir secara sisstematik, radiksal dan universal. Berpikir
demikian berujung pada sikap jiwa. Dengan demikian jelaslah betapa filsafat
mengendalikan cara berpikir kebudayaan. Dibelakang tiap kebudayaan selalu kita
tamukan filsafat. Perbedaan kebudayaan dapat dipulangkan kepada perbedaan
filsafat.
Bagaimana posisi dan peranannya terhadap kebudayaan menyeluruh,
demikian pula terhadap segi-segi kebudayaan : social, ekonomi, politik, ilmu
(fasal 4) dan teknik, dan seni. Selama pemikiran kita terikat oleh fakta-fakta
social, ekonomi, politik, hukum, teknik, seni, dll, kita berada dimedan ilmu.
Tetapi ketika pemikiran kita menjangkau lebih jauh, untuk itu ia melepaskan
ikatannya dari fakta, kita memasuki lapangan filsafat.
Sebagaimana segi-segi kebudayaan lain dipengaruhi, bahkan
diarahkan perkembangannya oleh filsafat, demikian pula seni. Lebih-lebih seni,
banyak sekali pandangan dan sikap dunia hidup mempengaruhi atau
mengarahkannya. Karena itu lebih mudah kita temukan filsafat dibelakang aliran
atau mazab-mazab kesenian. Setelah dibahas hubungan filsafat dengan dan
perannya dalam kebudayaan secara keseluruhan dan menyinggung hubungan dan
peranannya dalam segi-segi kehidupan.
6. Filsafat dan Agama
Kita kaji dari etimologi, kata agama membawa kita kepada bahasa
Sansekerta. Akar kata a-gam-a ialah gam, yang berarti pergi atau berjalan. Kata
agama dalam bahasa Indonesia kebur dan kacau pengertiannya. Umumnya
diistilahkan orang dengan religi. Kata religi sebagai istilah ilmu telah tertentu.
Paling kurang ada tiga ciri ditemukan pada tiap religi:
Percaya kepada yang kudus
Melakukan hubungan dengan yang kudus itu dengan ritual (upacara),
kultus (pemujaan) dan permohonan.
Doktrin tentang yang kudus daan hubungan itu.
Ada 2 kategori agama:
Agama budaya (yang disebut oleh kepustakaan Barat dengan natural
religion)
Agama langit (disebut oleh kepustakaan tersebut dengan revealed religion)
Agama budaya dilahirkan oleh filsafat. Agama tersebut dilahirkan
oleh filsafat masyarakat bersahaja itu tentang dunia gaib, alam dan manusia, hidup
dan mati, ketaakutan dan harapan manusia dan akhirat. Soal agama adalah soal
hati. Budi disini hanya pelengkap. Dalam agama budaya, budi itu bahkan
diabaikan atau diperbudak oleh hati. Dalam agama langit, budi itu menerangi hati,
dan mengontrolnya agar jangan tergelincir kepada khalayan dan dongeng dalam
mengartikan, memahami dan mengamalkan agama itu.
Bertolak dari definisi filsafat, adlah takrif filsafat agama: sistem
kebenaran tentang agama sebagai hasil berpikir secara radikal, sistematik dan
universal. Dasar-dasar agama yang dipersoalkan dipikirkan menurut logika
(teratur dan berdisiplin) dan bebas. Ada dua bentuk filsafat agama , yakni filsafat
pada umumnya dan filsafat suatu agama. Ilmu agama atau teologi juga membahas
dasar-dasar agama, seperti yan gdilakukan oleh filsafat agama. Teologi membahas
dasar-dasar agama tertentu, misalnya teologi islam, teologi nasrani, teologi
yahudi. Perbedaan teologi dengan filsafat umum ialah:
Teologi tidak mempersoalkan kebenaran ajaran agama yang dibahasnya,
karena ajaran itu telah diterimanya sebagai kebenaran. Yang dikerjakannya
ialah memberikan penjelasan, ulasan, kadang-kadang juga tafsiran tentang
ajaran agama itu.
Filsafat agama umum tidak terikat pada dasar-dasar agama.
Pembahasannya tentang ajaran-ajaran agama mungkin sampai kepada
pembenaran agama atau mengingkari kebenarannya.
Pada hakikatnya fungsi filsafat pada agama langit memperlihatkan
kebenaran wahyu kepada budi, membela wahyu itu dari kritik dan serangan budi.
Tetapi ada pula bahayanya, karena sifat sistematik, radikal dan universal budi itu,
ketika pemikiran budi itu tergelincir dari arah yang dikandung oleh wahyu, filsafat
itu justru dapat berkonfrontasi dengan wahyu. Filsafat adalah pokok kebodohan
dan penyelewengan, bahkan kebingungan dan kesesatan.
Filsafat adalah karya selurh umat oleh semua angkatannya, karya
mana dimulai oleh buku-buku Yunani. Manakala lapangan ilmu dan teknik tidak
mungkin diselesaikan oleh seorang diri semata-mata, apalagi filsafat sebagai
induk dari segala ilmu. Ilmu, filsafat dan agama bertujuan sama, yaitu memahami
dunia, tetapi tujuan kepahamann itu berbeda-beda.
Dalam ilmu tujuan itu hanya teori atau pengetahuan, umumnya
pengetahuan itu diabdikan untuk tujuan-tujuan ekonomi praktis.
Dalam filsafat tujuan itu ialah cinta kepada pengetahuan yang bijaksana,
dengan hasil kedamaian dan kepuasan jiwa.
Dalam agama tujuan itu damai, keseimbangan, penyesuaian, keselamatan,
dirangkum dengan satu istilah dalam islam : salam.
Sering timbul pertanyaan apa efek studi filsafat terhadap kepercayaan
agama. Studi filsafat dapat mengganggu kepercayaan agama, terutama manakala
kepercayaan seseorang sempit dan tidak ada tolak-angsurnya. Filsafat juga dapat
menganggu kepercayaan seseorang yan gberagama budaya. Agama budaya adalah
hasil filsafat. Studi filsafat dapat menimbulkan pertentangan antara dua filsafat.
Sekalipun filsafat dan agama sama-sama mengabdi kepada kebenaran,
terdapat perbedaan besar kedudukan kebenaran itu dalam lapangan masing-
masingpada filsafat kebenaran itu terletak diujung. Kesangsian menyuburkan
filsafat. Apabila kesangsian itu lenyap, fisafat itu berhenti. Tetapi kesangsian
dalam agama merusak. Apabila seseorang sangsi pada agamanya, bermakna ia
telah meninggalkan kepercayaannya.
Persamaan lainantara filsafat dan agama ialah masing-masing
merupakan sumber nilai, terutama nilai-nilai etika. Perbedaannya lagi dalam hal
ini, nilai-nilai etika filsafat merupakan produk aqal, sedangkan nilai-nilai agama
dipercayai sebagai ditentukan oleh Tuhan.