filsafat ilmu peranan pendidikan karakter di sekolah

32
Pendidikan Karakter di Sekolah Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Disusun oleh: NAMA : Sahala Boy Mangatur Manullang NIM : 5101409030 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Upload: anugrah-wibisono

Post on 03-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

peranan pendidikan karakter di sekolah

TRANSCRIPT

Page 1: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

Pendidikan Karakter di Sekolah

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Disusun oleh:

NAMA : Sahala Boy Mangatur Manullang

NIM : 5101409030

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

Page 2: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN……………………………..………………….…….1

A. Latar Belakang……………………………………..………………….....1

B. Rumusan Masalah…………………………………...…………………...2

C. Tujuan………………………………………………………………....…2

BAB II PEMBAHASAN………………..……………...…………………...….3

A. Pengertian…………………………..………………………..…........…..3

B. Peranan Pendidikan Karakter di Sekolah……..………………..….….....5

C. Pendidikan karakter membangun keberadaban bangsa……………….....7

D. Upaya Peningkatan Mutu PendidikanKarakter………………….………8

E. Pendidikan karakter yang Berhasil………………………….…..…..….16

BAB III PENUTUP…………..……………………………………..….…...18

A. Kesimpulan……………………………………………………….……18

B. Saran…………………..………………………………….……...….…19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………..…………….….....20

Page 3: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu

yangmemadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi

sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di

setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna

mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta

didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi

dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali

Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata

oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan

mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan

hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill.

Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak

didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu

pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Melihat

masyarakat Indonesia sendiri juga lemah sekali dalam penguasaan soft skill. Untuk itu

penulis menulis makalah ini, agar pembaca tahu betapa pentingnya pendidikan karakter

bagi semua orang, khususnya bangsa Indonesia sendiri.

Page 4: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

B. Rumusan masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini

sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa masalah yang akan

dibahas dalam karya tulis ini antara lain:

1. Apa pengertian dari pendidikan karakter itu?

2. Peranan pendidikan karakter di sekolah

3. Bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa?

4. Bagaimana upaya-upaya dalam meningkatkan mutu dari pendidikan karakter?

5. Bagaimana gambaran dari pendidikan karakter yang sudah berhasil?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan

dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter.

2. Untuk mengetahui peranan pendidikan karakter di sekolah

3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa.

4. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan mutu dari pendidikan

karakter.

5. Untuk mengetahui bagaiamana gambaran dari pendidikan karakter yang sudah

berhasil.

Page 5: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada

warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi

manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen

(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen komponen pendidikan itu sendiri,

yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan

atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau

kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja

seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,

apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan

kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan

pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga

termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di

sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai,

dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter,

Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand designpendidikan karakter

untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan

konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur

dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis

dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional

development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik

Page 6: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

(Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and

Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu

dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,

nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan

informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal

sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan

pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari,

atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan

lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah

berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum

memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan

pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang

relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan

keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik

ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil

belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut

adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan

kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di

sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar

peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter

peserta didik .

“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk

anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk

mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada

gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan

menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.”(Doni Koesoema AM.Ed)

B. Peranan Pendidikan Karakter di Sekolah

Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi, mari terlebih dahulu kita

lihat fakta dibawah ini :

Page 7: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

1. 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011

2. 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011

3. 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI

4. Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak,

BI, dan BKPM

Sumber : Litbang Kompas

Dari data diatas, dapat kita simpulkan betapa sangat buruknya pendidikan

karakter di Indonesia ini. Jika peserta didik kita tidak terdidik pendidikan karakternya

sejak dini, maka bisa kita bayangkan bagaimana kondisi Indonesia 5 tahun bahkan 10

tahun ke depan?. Oleh karena itu, peran pendidikan karakter untuk peserta didik sangat

penting untuk membentuk karakter mereka agar menjadi peserta didik yang tidak hanya

berintelektual tinggi namun juga mempunyai kepribadian dengan karakter yang baik.

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah

saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan

karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu

untuk kelangsungan hidup bangsa ini.

Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan

menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan

menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan negara di dunia.

Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang

sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan

good character.

Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah

penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk

seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk.

Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan

seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.

Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang

yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk

di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah

menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya,

kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan

dengan baik atau justru sebaliknya?

Page 8: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha

sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan

kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan

yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan

kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran,

tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi,

tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-

tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa

rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia.

Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in

morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan

otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)

C. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa

Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi

perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan

berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan

sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di

masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.

”Dari mana asalmu tidak penting, ukuran tubuhmu juga tidak penting, ukuran

Otakmu cukup penting, ukuran hatimu itulah yang sangat penting” karena otak (pikiran)

dan kalbu hati yang paling kuat menggerak seseorang itu ”bertutur kata dan bertindak”.

Simak, telaah, dan renungkan dalam hati apakah telah memadai ”wahana” pembelajaran

memberikan peluang bagi peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu

mengembangkan sikap-sikap: kejujuran, integritas, komitmen, kedisipilinan, visioner,

dan kemandirian.

Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan,

pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita ke

gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar, bagaimana

toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat, dan

Page 9: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa

kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu identitas

kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi persoalan bagi mereka.

Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan

landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada

tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional

Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu

Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah

ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak

pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi

melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia.

Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan

informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal.

Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan

karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi

pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka

membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang

kondusif dari pranata politik, sosial, dan budaya bangsa.

”Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan

dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera

muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan

melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada

posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan

keagamaan. Pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas

implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau

slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa

Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita

sekali merdeka, tetap merdeka. (Muktiono Waspodo).

D. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,

apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan

kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan

pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk

Page 10: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik

dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama

ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada

tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter,

Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter

untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan

konseptual dan operasional pengembangan pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur

dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis

dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional

development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik

(Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and

Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu

dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,

nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan

informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal

sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan

pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari,

atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan

lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah

berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum

memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan

pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang

relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan

keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik

ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil

belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut

adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan

kegiatan pendidikan informal lingkungan. keluarga dengan pendidikan formal di

sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar

Page 11: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter

peserta didik.

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh sekolah di Indonesia terutama pada

tingkat SMP negeri maupun swasta, karena di masa SMP peserta didik belum terlalu

melawan kepada guru, seperti anak SMA, dan anak SMP tidak terlalu kecil untuk

mendapatkan materi pendidikan karakter, seperti anak SD atau MI. Semua warga

sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan

sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil

melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang

menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan

hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan

karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan

menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa

peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan

akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang

selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta

perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di

sekolah.

Melalui program ini diharapkan lulusan-lulusan dari peserta didik dapat

memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki

kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang

lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

a. Membangun Karakter Siswa Dengan "Sepiring Nasi" ( Iwan Gunawan,Guru SD

Salman Al Farisi, Bandung )

“Guru kreatif terkadang mengajar dalam bingkai eksplorasi dan ketidakjelasan.

Ia lebih mencari esensialitas daripada rutinitas atas apa yang dipelajari bersama siswa.

Ia akan tersenyum manakala siswa bertanya, ”Pak saya menemukan hal berbeda, tidak

seperti yang bapak katakan atau teman sayatemukan, mengapa?”

Page 12: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

Awalnya ada sedikit keraguan untuk menuliskan pengalaman ini, karena banyak

teman yang ‘agak sedikit’ mengerutkan dahi dengan ‘metode yang agak sedikit

nyleneh’ yang saya pakai ini. Tapi biarlah itu berlalu, mungkin mereka belum tahu

metode ‘sepiring nasi’ yang pernah saya gunakan.

Ide awal menggunakan metode ini, didasari oleh sebuah kebingungan

mengunakan metode yang tepat untuk menjelaskan materi PKn tentang ‘Manusia

sebagai mahluk sosial’. Dalam hal ini saya dituntut untuk bisa menterjemahkan hal-hal

yang abstrak menjadi nyata buat siswa, sehingga bisa memudahkan siswa untuk

memahami materi yang rumit dengan cara yang sederhana.

Berbicara tentang sepiring nasi, kita mungkin selalu mengkaitkannya dengan

masalah makan, perut lapar, nikmat dan sebagainya. Tetapi tahukah kita bahwa sepiring

nasi menyimpan banyak rahasia yang bisa digunakan dalam pembelajaran? Lalu apa

kaitan antara sepiring nasi dengan pembelajaran? Secara sepintas mungkin tidak ada.

Tetapi apabila kita mau sedikit kreatif dengansepiring nasi, maka kita bisa

menjadikannya sebagai sebuah metoda pembelajaran.

Sepiring nasi yang biasa kita makan, sebenarnya memiliki makna yang sangat

dalam bagi tumbuhnya kepekaan, kepedulian dan penghargaan atas hasil jerih payah

orang lain. Mungkin selama ini, kita hanya memandang sesaat sepiring nasi tanpa

menganalisisnya lebih dalam. Bahkan kita tidak punya waktu sama sekali untuk

memperhatikan sepiring nasi ini disaat perut sudah sangat lapar.

Cobalah amati dengan seksama dan luangkan waktu sejenak, “Apa saja” yang

ada dalam sepiring nasi? nasi, ikan asin, ikan goreng, ayam goreng , tahu, lalap, sambal,

tempe, ketimun, garam, vetsin, piring, sendok atau mungkin ada hal yang lainnya?

Dari analisis sederhana ini, cobalah uraikan kembali ‘siapa saja’ yang berperan

dalam menyediakan barang-barang tersebut. Sebagai contoh, petani merupakan pihak

yang bertanggung jawab dalam menyediakan beras, Ibu yang memasak nasi dan

menggoreng, tahu dibuat oleh pengrajin tahu, garam disediakanoleh petani garam, dan

tentunya masih banyak pihak-pihak lain yang terlibat. Pernahkan kita berpikir sejauh

itu? Mungkin selama ini kita hanya siap untuk menerima semua itu dalam keadaan

sudah jadi…nasi rames!

Sekarang, apa kaitannya antara sepiring nasi dengan pembelajaran? Kini saatnya

guru untuk menjelaskan tentang keberadaan manusia sebagai mahluk social. Sebagai

mahluk sosial, manusia memiliki keterbatasan dan ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri.

Page 13: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

Ajaklah siswa untuk membayangkan suatu keadaan, dimana ketika dia akan

‘makan’ harus mempersiapkan segala sesuatunya seorang diri mulai dari menanam padi

selama 6 bulan, mengeringkan air laut untuk membuat garam, menanam kedelai untuk

membuat tahu dan tempe, menangkap ikan di laut untuk membuat ikan asin. Keadaan

‘imaginer’ seperti ini haruslah diterapkan, agar siswa memiliki kepekaan terhadap hasil

kerja dan jerih payah orang lain.

Untuk membangun rasa kepekaan dan kepedulian, ajaklah siswa untuk membuat

pengandaian-pengadaian seperti ini “Seandainya tidak ada petani, kita tidak bisa makan

nasi”, “seandainya tidak ada petani garam, tentunya makanan kita tidak ada rasanya”.

Dari pengandaian-pengandaian ini, guru bisa mengajak siswa untuk menyimpulkan

sendiri tentang ‘pentingnya ada orang lain di sekitar kita’, tanpa adanya mereka maka

kebutuhan-kebutuhan kita tidak akan bisa terpenuhi.

Sepiring nasi! Kau telah memberi sebuah inspirasi. Lalu, apakah kita sebagai

guru masih bingung dalam mencari metode untuk mengajarkan suatu materi? Ijinkan

saya mengutip sebuah anekdot :

“Suatu saat dua orang yang berasal dari sekolah yang sama bertemu. Walaupun

berbeda angkatan tetapi mereka cepat akrab dan pada saat mereka membicarakan salah

seorang gurunya, mereka kemudian tertawa bersama-sama karena setelah obrolan yang

panjang terungkap bahwa sang guru tersebut masih melakukan praktek pengajaran yang

persis sama, bahkan ketika waktu kelulusan. mereka terpaut lebih dari 7 tahun. Ini

membuktikan bahwa guru yang bersangkutan tidak mau berubah dan mensejajarkan diri

dengan kemajuan jaman.

Sudah bukan jamannya lagi kita mengajar berdasarkan diktat kuliah serta keterangan

dari dosen-dosen yang mengajar kita saat di universitas dahulu. Jaman berubah

demikian cepat dan informasi bertambah terus menerus membuat sebuah ilmu menjadi

cepat usang dan ketinggalan.

b. Kekuatan Do’a Dalam Pembelajaran ( Iwan Gunawan, Guru SD Salman Al Farisi,

Bandung )

Seringkali kali dalam suatu pembelajaran banyak siswa yang tidak berminat

terhadap suatu pelajaran tertentu, baik karena sikap gurunya ataupun materi yang

disampaikan kurang menarik dan berkenan di hati para siswa.

Ketidaktertarikan siswa ini bisa ditampilkan dalam bentuk pembangkangan,

ribut ataupun mungkin dengan cara yang lebih sopan, misalnya dengan bertanya kepada

Page 14: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

guru tentang “apa manfaatnya bagiku” belajar materi ini. Di tengah semakin ketatnya

persaingan di dunia pendidikan dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para

siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidakberhasilan dalam meraih

prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.

Sepintas, pertanyaan “apa manfaatnya bagiku” ini agak sepele dan tidak perlu

pembahasan lebih lanjut. Akan tetapi bagi siswa, hal ini penting untuk diketahui karena

menyangkut keaktifan dalam merespon materi pembelajaran, dan rasa aman di dalam

mengahadapi masa depan mereka. Sebagaima dikatakan Arden N. Fardesen bahwa hal

yang mendorong seorang siswa untuk belajar adalah:

1. Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang amat luas.

2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman.

4. Adanya uasaha untuk memperbaiki kegagalaan yang lalu dengan usaha yang baru,

baik dengan koprasi maupun dengan kompetisi.

5. Adanya usaha untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai konsekwensi dari belajar.

Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik

di dalam menjalani masa-masa belajarnya. Hal ini senada dengan pendapat Moh. Surya

(1997) tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat di pandang dari segi

diri-pribadinya (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai berikut :

1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan

kepada masyarakat.

2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus

menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.

3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta

didik di sekolah.

4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang haru dicontoh oleh

para peserta didik.

5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan

merasa aman berada dalam didikan gurunya.

Seringkali, kita sebagai guru mengarahkan permasalahan ini kepada siswa

sebagai penyebabnya, baik karena siswa yang malas, tidak punya buku paket atau

alasan lain. Seorang guru harus senantiasa mau beintrospeksi pada diri sendiri. Betapa

Page 15: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

banyak guru sering menempatkan dirinya sebagai “dewa kebenaran” yang seolah-olah

serba tahu semua keinginan muridnya. Padahal sejalan dengan tantangan kehidupan

global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks,

sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan

penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif

dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang

tidak lagi menjadi satu satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai

informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan

manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih

pandai di tengah-tengah peserta didiknya.

Guru seringkali terjebak dalam pemecahan masalah “apa manfaatnya bagiku”

dengan menggunakan metode-metode yang belum tentu sesuai dengan kondisi yang

dihadapi. Dari beberapa metode dan pendekatan yang digunakan, ada satu hal yang

kiranya bisa dijadikan ‘alternative’ untuk memecahkan masalah tersebut terlepas dari

cara yang telah dilakukan oleh guru seperti memperjelas tujuan yang ingin dicapai,

membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar,

memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa, memberikan penilaian,

memberi komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, dan menciptakan persaingan dan

kerja sama yang sehat. Alternatif ini sangat murah dan mudah dilakukan, tanpa perlu

mempelajari teoriyang rumit yaitu berdoa.

Lalu apa hubungannya antara doa dengan kebermaknaan dalam pembelajaran?

Cobalah ingat-ingat kembali oleh kita, berapa kali kita mendoakan siswa-siswa kita

dalam belajar atau minimal mendoakan mereka diawal atau diakhir pembelajaran?

Walaupun semua guru berbuat demikian, betapa jarang kita mendoakan mereka diawal

atau diakhir pembelajaran.

Mungkin kita hanya menutup dan membuka pembelajaran dengan ucapan

“selamat pagi anak-anak”, “selamat siang”, “selamat sore” serta ucapan-ucapan lainnya,

atau bisa juga langsung ngeloyor meninggalkan anak-anak tanpa sepatah kata pun.

Ucapan-ucapan ini bukannya tidak bagus, akan tetapi masih terlalu umum.

Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para

orangtua (guru) mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan

kepada anak merupakan hal yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak

dan masa depannya.

Page 16: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

Cobalah tambahkan doa dalam memulai dan mengakhiri pembelajaran kita

dengan doa seperti ini “semoga pembelajaran hari ini bisa bermanfaat buat masa depan

kalian”, “mudah-mudahan Allah SWT memberikan keberkahan terhadap ilmu yang

baru saja kalian pelajari” atau mungkin dengan doa-doa lain yang lebih khusus.

Ternyata hal ini sejalan dengan firman Allah “Berdoalah kamu kepadaKu niscaya Aku

perkenankan doa permohonan kamu” (QS: Al-Mukmin:60).

Jadi, kalau selama ini anak-anak kita membangkang, ribut dan tidak menyenangi

materi yang kita sampaikan, atau ilmu yang disampaikan oleh kita dirasakan tidak

bermanfaat oleh anak didik kita, boleh jadi karena kita kurang mendoakan mereka atas

ilmu yang telah dipelajarinya. Dengan dilantunkannya doa oleh guru buat murid, maka

akan terjalin pola pembelajaran dalam suasana takaful yaitu perasaan senasib dan

sepenanggungan; semangat saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran di dalam

mencapai tujuan belajar. Dengan melafadzkan do'a pada awal dan akhir pembelajaran

akan tercipta check-andbalance dan menjadikan do'a sebagai parameter kesuksesan

pembelajaran kita.

Rosulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mendoakan keburukan kepada diri

kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan kepada anak-anak kalian, janganlah

kalian mendoakan keburukan kepada pelayan-pelayan kalian, dan janganlah mendoakan

keburukan kepada harta kalian. Janganlah kalian mendoakan keburukan sebab jika

waktu doa kalian bertepatan dengan saat-saat dikabulkannya doa, maka Allah akan

mengabulkan doa kalian (yang buruk itu).” (HR. Abu Dawud). Semoga kita termasuk

guru-guru yang senantiasa memanfaatkan akal dan mendoakan para siswanya untuk

kemajuan pembelajaran.

E. Pendidikan Karakter Yang Berhasil

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian

indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan

SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan

remaja.

2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

3. Menunjukkan sikap percaya diri.

4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

Page 17: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi

dalam lingkup nasional.

6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber

lain secara logis, kritis, dan kreatif.

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

10. Mendeskripsikan gejala alam dan social.

11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik

Indonesia.

13. Menghargai karya seni dan budaya nasional.

14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang

dengan baik.

16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;

Menghargai adanya perbedaan pendapat.

18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.

20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.

21. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah

terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-

simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah

harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

Page 18: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa kategori

yaitu:

1. Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu

pendidikan karakter melalui sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah

Pertama (SMP), karena anak usia SMP sangat cocok untuk diberi pembelajaran

tentang pendidikan karakter.

2. Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para orangtua

(guru) mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan kepada

anak merupakan hal yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan

masa depannya.

3. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan

hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Bila

pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa

depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan

bila pendidikan karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan

sangat besar bagi bangsa ini, negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-

negara lain.

B. Saran

1. Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi dunia pendidikan, karena dari

dari dunia pendidikan Negara bisa maju dan karena dunia pendidikan juga Negara

bisa hancur, bila pendidikan sudah disalah gunakan.

2. Selain mengajar, seorang guru atau orang tua juga harus mendo’akan anak atau

muridnya supaya menjadi lebih baik, bukan mendo’akan keburukan bagi anak

didiknya.

3. Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di

dalam menjalani masa-masa belajarnya, karena jika tidak semua pembelajaran

yang di jalani anak didik akan sia-sia.

Page 19: FILSAFAT ILMU Peranan Pendidikan Karakter Di Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah

Pertama . Jakarta

Hidayatullah, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter - membangun peradaban

bangsa. Jakarta : Yuma pustaka.

Yamin, Muhammad. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Yogyakarta : Ar-

Ruzz Media

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter – Strategi Mendidik anak di Zaman

Global. Jakarta : PT Grasindo

http://www.pendidikankarakter.org/diakses pada tanggal

http://keyanaku.blogspot.com/2009/11/membangun-karakter-siswa-dengan.html,

di akses pada tanggal

http://sulaimanzen.wordpress.com/2010/06/30/pendidikan-karakter-kekuatan-

doadalam-pembelajaran/diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 19.47

http://blog-indonesia.com/blog-archive-6519-116.html, di akses pada tanggal

http://www.okezone.com/, di akses pada tanggal 10 Oktober 2011 19.48

http://www. Kompas Cyber Media .com/umum1, di akses pada tanggal 23 oktober

2011 20.00

http://www.jugaguru.com/column/diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 20.05