filsafat musmet

8
A. Prinsip pembuktian (verifikasi) Filsafat positivisme pada dasarnya adalah kontra produktif dari berpikir metafisik bahkan juga teologik, sebab positivisme merupakan aliran yang cenderung menghadapi realitas secara positif, ia hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif ilmiyah. Paham filsafat positivisme pada dasarnya secara ontologi mengakui kenyataan sebagai pengalaman indrawi yang secara pasti sebagai sumber kebenaran. Oleh karena itu, faham ini disebut juga empirisme kritis. 1 Positivisme berpendapat bahwa pengalaman merupakan sumberdari kebenaran ilmiah sebagai sumber dibangunnya ilmu pengetahuan. Jadi, pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah apa yang ditangkap oleh panca indera yang lepas dari persoalan metafisik dan teologik yang tidak nyata. 2 Pendekatan ilmiah positivisme didukung oleh jenis penalaran induktif. Model pendekatan ini diilhami oleh gerakan keilmuan masa modern, yang mengharuskan adanya kepastian didalam suatu kebenaran. Hal tersebut bisa terwujud apabila kebenaran dari suatu kesimpulan dapat diukur, 1 Bachri Ghazali dkk., Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga), hlm. 33 2 Ibid., hlm. 34

Upload: yuhan-futri-basya

Post on 12-Jul-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

filsafat

TRANSCRIPT

Page 1: filsafat musmet

A. Prinsip pembuktian (verifikasi)

Filsafat positivisme pada dasarnya adalah kontra produktif dari

berpikir metafisik bahkan juga teologik, sebab positivisme merupakan

aliran yang cenderung menghadapi realitas secara positif, ia hanya

menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif ilmiyah. Paham

filsafat positivisme pada dasarnya secara ontologi mengakui kenyataan

sebagai pengalaman indrawi yang secara pasti sebagai sumber kebenaran.

Oleh karena itu, faham ini disebut juga empirisme kritis.1

Positivisme berpendapat bahwa pengalaman merupakan

sumberdari kebenaran ilmiah sebagai sumber dibangunnya ilmu

pengetahuan. Jadi, pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah apa yang

ditangkap oleh panca indera yang lepas dari persoalan metafisik dan

teologik yang tidak nyata.2 Pendekatan ilmiah positivisme didukung oleh

jenis penalaran induktif. Model pendekatan ini diilhami oleh gerakan

keilmuan masa modern, yang mengharuskan adanya kepastian didalam

suatu kebenaran. Hal tersebut bisa terwujud apabila kebenaran dari suatu

kesimpulan dapat diukur, diobservasi, dan diverifikasi.3 Inilah yang

disebut dengan positif.

Verifikasi adalah teori filsafat logis yang menyatakan bahwa sumber pengetahuan itu berasal dari pengalaman kemudian diuji dengan metode verifikasi yang dibuktikan kebenarannya secara empiris.4 Apabila pernyataan tersebut dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut bermakna ilmiah, dan apabila pernyataan tersebut tidak dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut tidak bermakna (non ilmiah) seperti estetika, etika, agama, metafisika. Tujuannya untuk menemukan teori-teori, generalisasi dan hukum.5 Contoh

1 Bachri Ghazali dkk., Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga), hlm. 332 Ibid., hlm. 343 Ibid., hlm. 1114 http://ahsinelroland.blogspot.com/2012/05/verifikasi-latar-belakang-post.html5 Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik, hlm. 87

Page 2: filsafat musmet

verifikasi adalah memverifikasi bahwa langit berwarna biru, anda hanya melihat langit. Oleh karena itu, menurut positivistis logis, anda tahu apa yang saya maksud ketika saya berpendapat bahwa langit berwarna biru.

Era dimana prinsip verifikasi muncul ke permukaan dan menjadi sangat terkenal setelah diusung oleh positivisme logis. Positivisme logis sendiri dikomandani oleh kelompok Winna (Vienna Circle). Para tokoh ini adalah orang-orang yang sangat antusias dalam ilmu dan matematika. Namun mereka sangat bertolak belakang dengan teori metafisika. Pengikut kelompok wina hanya memperhatikan makna dari proposisi-proposisi. Mereka mempertanyakantentang norma-norma yang dapat membedakan mana proposisi-proposisi yang bermakna dan mana pula proposisi-proposisi yang tidak bermakna.

Prinsip verifikasi wina hanya meyakini satu jenis verifikasi yakni verifikasi empiris secara langsung. Namun telah dinafikan oleh oleh Schlick yakni suatu pengetahuan itu dimulai adalah dengan pengamatan terhadap peristiwa. Peristiwa macam ini terlihat dalam kalimat protokol dan kalimat ini juga yang menurut Beerling merupakan awal bagi ilmu.

Tafsiran schick atas prinsip verifikasi menimbulkan perdebatan antara para anggota Lingkaran Wina terutama yang muncul belakangan, karena dengan meletakkan prinsip verifikasi hanya pada peristiwa yang dapat dialami secara langsung berarti Schilck telah menafikan sejarah masa

Page 3: filsafat musmet

lampau dan sekaligus menegasikan pula prediksi ilmiah sebagai suatu produk masa yang akan datang.6

Berangkat dari ketidakmampuannya ini para penganut lingkaran Wina dalam merumuskan rmusan prinsip verifikasi rumusan prinsip verifikasi ini kemudian munsul filsuf yang selain mampu untuk mengatasi ketidakmampuan lingkaran wina, ia juga sekaligus berjasa besar dalam mempopulerkan prinsip ini dalam dunia filsafat. Fillsuf yang dimaksud adalah Alfred Jules Ayer (1910-1989) atau oleh teman-teman dekatnya ia leboh dikenal dengan nama panggilan “Freddie”. Pandangan Ayer tentang prinsip verifikasi berbeda dengan pandangan Lingkaran Wina yang hanya meyakini satu rumusan prinsip verifikasi yakni verifikasi empiris secara langsung. Bagi Ayer, selain verifikasi empiris secara tidak langsung, maka terdapat juga verifikasi empiris tidak langsung. Dua bentuk verifikasi empiris ini kemudian diistilahkan Ayer dengan verifikasi empiris yang ketat (strong dan verifikasi empiris yang longgar (weak).

Ayer beranggapan bahwa proposisi yang bermakna adalah proposisi yang berkaitan dengan realitas empiris. Selain itu, verifikasi terhadap proposisi bukannya kesadaran melainkan pengelaman. Contohnya, proposisi bahwa “aku sakit kepala”. Maka verifikasinya adalah perasaan sakit kepala dan bukannya kesadaran akan sakit kepala. Pamndanfan-pandangan Ayer yang mengaitkan proposisi yang bermakna dengan realitas empiris tentu saja memiliki implikasi langsung terhadap banyak perkara, seperti penolakan terhadap proposisi-proposisi metafis, etis dan teologis dengan

6 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 115.

Page 4: filsafat musmet

alasan bahwa proposisi-proposisi dimaksud tidak berkaitan langsung dengan realitas empiris.

Prinsip utama kaum positivistis, dengan penalaran induktifnya

ialah termuat dalam pernyataan mereka yang menyebutkan bahwa tugas

ilmu pengetahuan modern tidak lain yaitu merumuskan hukum-hukum

yang bersifat umum dan mutlak perlu. Hukum tersebut kenyataannya

dirumuskan berdasarkan uji coba atau pembuktian empiris. Misal orang

pada akhirnya berkesimpulan, dan itu benar: bahwa logam apapun

jenisnya jika dipanaskan maka akan memuai. Disini tampak bahwa proses

nalar tersebut tidak lain berlandaskan pada pengujian terhadap berbagai

macam logam yang dipanaskan, dan ternyata memuai. Penemuan bukti

pemuaian itu dipandang sebagai kebenaran yang bersifat umum, bermula

dari peristiwa yang bersifat khusus.7 Jalan pengambilan kesimpulan inilah

yang disebut dengan penalaran induktif.

Kaitan antara penalaran induksi dengan pandangan positivistik

yang verifiable, measurable, dan observable, pada hakekatnya bertumpu

pada cara kerja ilmu pasti alam, sebagaimana yang ditegaskan Francois

Bacon yaitu adanya kepastian hukum dan konstan serta terbuktinya secara

empiris.

Memahami hal tersebut, seseorang bisa beranggapan bahwa

memang terdapat kepastian kebenaran yang disimpulkan dengan

pendekatan ilmiah positivistik terdapat hal-hal yang bersifat empiris yang

bertumpu pada penalaran induktif. Akan tetapi jika dikaji lebih lanjut,

maka akan ditemukan kelemahan padanya, terutama pada jenis

penalarannya itu sendiri.

Dalam hal ini Karl Raimund Popper membantu memberi

penjelasan tersebut. Ia mengatakan bahwa prinsipnya verivikasi tidak

pernah bisa untuk menyatakan kebenaran hukum umum.8 Padahal

7 Bachri Ghazali dkk., Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga), hlm. 1128 Ibid.,

Page 5: filsafat musmet

kenyataan membuktikan bahwa terjadi generalisasi pada induksi. Dengan

kata lain bahwa hukum-hukum umum dalam ilmu pengetahuan tidak

pernah diverifikasi. Jika prinsip induksi diakui, maka mestinya mereka

sadar bahwa sebagian besar ilmu pengetahuan alam dengan dasar

kebenaran umum tersebut juga tidak bermakna. Sebab hal itu tidak

berkenaan dengan wilayah empirik lagi, melainkan rasio.

NB: Sing ditulis neng di PPT iki wae positivisme merupakan aliran yang cenderung menghadapi realitas

secara positif

pengalaman merupakan sumberdari kebenaran ilmiah sebagai

sumber dibangunnya ilmu pengetahuan

Pendekatan ilmiah positivisme didukung oleh jenis penalaran

induktif

Verifikasi merupakan suatu proses pembuktian kebenaran suatu

teori, konsep atau hipotesa yang lazimnya dilakukan melalui

penelitian

Apabila pernyataan tersebut dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut bermakna ilmiah, dan apabila pernyataan tersebut tidak dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut tidak bermakna (non ilmiah)

Hukum dirumuskan berdasarkan uji coba atau pembuktian empiris