filsafat pancasila sila ke-2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Merupakan tugas paper dari dosen pancasila Universitas UdayanaTRANSCRIPT

TUGAS PAPER PENDIDIKAN PANCASILAFILSAFAT PANCASILA SILA KE-DUA
“KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
Dosen Pengajar :Ir. I Gusti Ngurah DiwangkaraNip. 195709111 9860 1 1001
Oleh:Gede Mulyana Saputra CH. (1219151008)Kelvin Eriko (1219151009)Kenny Kurniawan (1219151034)Putu Teguh Kresna Baskara (1219151035)Arini Candra Maulidawati (1219151046)Kadek Andrika Atmaja (1219151049)
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan judul “Filsafat
Pancasila Sila Ke-2”.
Pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengajar
mata kuliah Pancasila Bapak Ir. I Gusti Ngurah Diwangkara yang telah memberikan pengarahan
dan penjelasan kepada kami pada saat penyampaian materi dan pembuatan laporan.
Kami menyadari tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga laporan ini bermanfaat
nantinya. Maka daripada itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Denpasar, 7 Mei 2015
Penyusun
Kelompok 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pancasila............................................................................................................. 3
2.2 Pengertian Pancasila........................................................................................................ 4
2.3 Makna Pancasila Sila Ke-dua.......................................................................................... 7
2.4 Butir-butir Pancasila Sila Ke-dua.................................................................................. 10
2.5 Nilai-nilai yang Diterapkan............................................................................................ 11
2.6 Contoh Pelanggaran terhadap Pancasila Sila Ke-dua.................................................... 11
2.7 Implementasi Pancasila Sila Ke-dua dalam Kehidupan Bermasyarakat....................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 20
3.2 Saran.............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Negara hanya dapat dikemudikan secara terarah dan efisien apabila ada gambaran
yang jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses penyusunan Undang-
undang Dasar negara harus senantiasa berlandaskan pada suatu konsepsi dasar yang jelas
tentang negara dan tujuannya. Dengan kata lain realisasi pembentukan negara beserta
konstitusinya harus berlandaskan pada ideologi negara, yaitu Pancasila.
Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia memiliki visi dasar yang bersumber pada
hakikat manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah bagi seluruh kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar filsafat Pancasila bersumber pada
hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya manusia adalah sebagai pendukung pokok
negara. Inti kemanusiaan itu terkandung dalam sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari
tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu memberikan dasar
kepada kita sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan.
Selain itu, dalam sila ke-dua juga terdapat nilai keadilan di mana menuntut kita sebagai
manusia yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan
menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sila ke-dua tersebut terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih rinci apa
yang ada di dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya butiran-butiran sila ke-dua
tersebut diharapkan manusia atau lebih tepatnya bangsa Indonesia dapat memahami dam
mengamalkan apa yang ada dalam sila ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia
senantiasa berdasar kepada kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kehidupan
bermasyarakat.

1.5 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pancasila sebagai dasar Negara Indonesia?
2. Apa pengertian Pancasila ?
3. Apa arti lambang Pancasila sila ke-2?
4. Apa saja arti dan makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ?
5. Apa saja butir-butir Pancasila Sila ke-2 ?
6. Apa saja nilai-nilai Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang dapat diambil sebagai
pembelajaran ?
7. Apa saja contoh pelanggaran tehadap Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ?
8. Bagaimana implementasi Pancasila Sila Ke-dua dalam kehidupan bermasyarakat ?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian Pancasila.
2. Agar mahasiswa mengetahui arti dan makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
3. Agar mahasiswa mengetahui butir-butir Pancasila Sila ke-2.
4. Agar mahasiswa mengetahui nilai-nilai Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang
dapat diambil sebagai pembelajaran.
5. Agar mahasiswa mengetahui contoh pelanggaran tehadap Sila Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab.
6. Agar mahasiswa mengetahui implementasi Pancasila Sila Ke-dua dalam kehidupan
bermasyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
2.8 Sejarah Pancasila
Sebagai realisasi janji jepang maka pada hari ulang tahun kaisar hirohito tanggal 29
april 1945 jepang memberi semacam’hadiah ulang tahun’kepada bangsa indonesia, yaitu
janji ke 2 dari pemerintah jepang berupa’ kemerdekaan tanpa syarat.tindak lanjut janji
tersebut di bantulah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha usaha persiapan
kemerdekaan indonesia yang di kenal dengan nama BPUPKI (badan penyelidik usaha
pesiapan kemerdekaan indonesia), yang dalam bahasa jepang di sebut dokuritsu zyunbi
tioosakai.
Pada hari itu diumukan nama nama ketua serta para anggotanya.
1. Sidang pertama BPUPKI
BPUPKI mulai bekerja pada tanggal 28 mei 1945, dimulai upacara pembukaan dan pada
keesokan harinya di mulai sidang sidang ( 29 mei samapai juni 1945). Yang menjadi
pembicaranya adalah mr.muh.yamin, mr. Soepomo, drs. Moh. Hatta, dan ir.soekrno.
sayang sekali notulen sidang pertama sebanyak 40 halaman telah hilang dan sampai
sekarang belum di temukan, sehingga banyak catatan sejarah sidang tersebut tidak di
ketahui bangsa indonesia. Hanya berdasar saksi hidup dapat dirunut garis garis besar
yang di bicarakan dalam sidang tersebut :
a. Isi pidato mr. Muh yamin
Di dalam bukunya naskah persiapan undang undang dasar 1945, di katakan bahwa
pada tanggal 29 mei 1945 itu beliau berpidato tentang rancangan usulan dasar negara
sebagai berikut :
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
Tetapi notulen pidato mr. Moh yamin ini tidak terdapat di dalam arsip nasional.

b. Isi pidato Mr. Soepomo
Sidang tanggal 31 mei 1945 mengetengahkan pembicara mr.soepomo. Beliau adalah
seorang ahli hukum yang sangat cerdas dan masih muda usia waktu itu.didalam
pidatonya mr. Soepomo menjelaskan bahwa dasar pemerintahan suatu negara
bergantung pada staatsidee yang akan di pakai menurut soepomo, di dalam ilmu
negara ada beberapa aliran pikiran tentang negara yaitu :
Pertama, aliran pikiran perseorangan (idividualis) sebagaimana di ajarkan oleh
Thomas Hobbes (abad 17) , Jean Jacques Rousseau (abad 18) , Herbert Spencer (abad
19) dan Harold J Laski (abad 20). Menurut alam pikiran ini negara ialah masyarakat
hukum ( legal society) yang di susun atas kontrak seluruh orang dalam masyarakat itu
( kontrak sosial).Sebagai bangsa Indonesia, kita patut mengerti dan memahami apa
Pancasila itu.
2.9 Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari dua kata yakni Panca dan Sila menurut bahasa Sanskerta.
Sehingga pancasila mengandung arti lima buah prinsip atau asas. Asas-asas atau prinsip-
prinsip tersebut antara lain:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta tujuan
hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila mempunyai nilai-nilai
yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu nilai-nilai
Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas) bangsa yang membedakan bangsa Indonesia
dari bangsa lain dalam bersikap, bertingkah laku secara perorangaan maupun secara
kemasyarakatan.

Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian,
yakni Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia dan Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia.
1. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang dijadikan landasan dalam
menyelenggarakan pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai dasar
negara atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal tersebut sesuai
dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang berbunyi :
“Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
undang Dasar negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara...”
Dengan demikian kedudukan Pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis
konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita-cita hukum dan norma
hukum yang menguasai hukum dasar negara Republik Indonesia dan dituangkan dalam
pasal-pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan perundangan.
Selain bersifat yuridis konstitusional, Pancasila juga bersifat yuridis ketatanegaraan
yang artinya Pancasila sebagai dasar negara, pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari
segala sumber hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara material harus berdasar
dan bersumber pada Pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di dalamnya UUD 1945)
yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan
tersebut dicabut.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila memiliki sifat objektif-subjektif.
Sifat subjektif maksudnya Pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa
Indonesia, sedangkan bersifat objektif artinya nilai Pancasila sesuai dengan kenyataan dan
bersifat universal yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai
objektif-universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka Pancasila
selalu dipertahankan sebagai dasar negara.

Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila
sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga cita-cita para pendiri bangsa Indonesi dapat terwujud.
2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan
hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan yang dihadapinya sehingga dapat
memecahkannya secara tepat. Tanpa memiliki pandangan hidup, suatu bangsa akan merasa
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan yang timbul, baik persoalan masyarakatnya
sendiri maupun persoalan dunia.
Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan hidup,
pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Walaupun ada banyak istilah
mengenai pengertian pandangan hidup tetapi pada dasarnya memiliki makna yang sama.
Lebih lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai petunjuk
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap maupun perilaku
haruslah selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila.
Hal ini sangat penting karena dengan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari maka tata kehidupan yang harmonis di antara masyarakat Indonesia
dapat terwujud. Untuk dapat mewujudkan semua itu maka masyarakat Indonesia tidak bisa
hidup sendiri, mereka harus tetap mengadakan hubungan dengan masyarakat lain. Dengan
begitu masing-masing pandangan hidup dapat beradaptasi, artinya pandangan hidup
perorangan atau individu dapat beradaptasi dengan pandangan hidup kelompok karena pada
dasarnya Pancasila mengakui adanya kehidupan individu maupun kehidupan kelompok.
Selain sebagai dasar Negara, Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar
tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai
tantangan dalam menjalani hidup. Dalam konsepsi dasar itu terkandung gagasan dan pikiran
tentang kehidupan yang dianggap baik dan benar bagi bangsa Indonesia yang bersifat
majemuk.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari
nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan kebenarannya.
Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang
berabad-abad lamanya. Oleh karna itu, Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak
keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang
terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan, dan agama-agama yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia.
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai pedoman dan
penuntun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, ia
menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua pihak. Secara
sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan dan nilai-nilai yang tersusun secara
sistematis yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan diwujudkan di dalam
kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin di dalam pandangan hidup ditempatkan secara
sistematis kedalam seluruh aspek kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan didalam upaya mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan kata
lain ideologi berisi pandangan hidup suatu bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan
bangsa. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat membutuhkan pandangan hidup. Dengan pandangan
hidup yang jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mereka
memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak
masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup sebagai ideologi,
sebuah bangsa akan membangun diri dan negerinya.
2.10 Makna Pancasila Sila Ke-dua
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki
potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Kemanusiaan terutama berarti sifat manusia yang
merupakan esensi dan identitas manusia karena martabat kemanusiaannya (human dignity).
Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang objektif; jadi, tidak subjektif apalagi sewenang-wenang.

Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi, beradab berarti berbudaya.
Ini mmengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan, dan tindakan selalu berdasarkan nila-
nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan (moral). Adab terutama mengandung
pengertian tata kesopanan, kesusilaan atau moral. Dengan demikian, bearadab dapat
ditafsirkan sebagai berdasar nilai-nilai kesusilaan atau moralitas khususnya dan kebudayaan
umumnya.
Jadi, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia,
maupun terhadap alam dan hewan.
Pada prinsipnya Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sikap dan perbuatan
manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai, dan
berbudaya. Sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” didasari dan dijiwai oleh sila
ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”, serta mendasari dan menjiwai sila ke-3, ke-4 dan ke-5.
Nilai-nilai sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” adalah sebagai dasar dalam kehidupan
kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Di dalam sila ke II Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh
hakikat mahkluk manusia. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat
keluhuran budi manusia (Indonesia). Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, maka
setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan sama terhadap Undang-
Undang Negara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama; setiap warga Negara dijamin
haknya serta kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang-orang
seorang, dengan Negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan
menyatakan pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia.
Hakikat pengertian di atas sesuai dengan :
a. Pembukaan UUD 1945 alinea pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan .”
b. Pasal 27, 28, 29,30,dan 31 UUD 1945.

c. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, memberikan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan sila ”
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”.
Menurut perumusan Dewan Perancang Nasional, perikemanusiaan adalah daya serta
karya budi dan hati nurani manusia untuk membangun dan membentuk kesatuan diantara
manusia sesamanya, tidak terbatas pada manusia-sesamanya yang terdekat saja, melainkan
juga seluruh umat manusia. Sedangkan menurut Bung Karno, istilah perikemanusiaan adalah
hasil dari pertumbuhan rohani, kebudayaan, hasil pertumbuhan dari alam tingkat rena ke taraf
yang lebih tinggi.
Pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :
1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Maksudnya,
kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai hak setiap
warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.
Hakikat manusia memiliki unsur-unsur yang diantaranya adalah susunan kodrat
manusia (yang terdiri atas raga dan jiwa), sifat kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk
sosial dan individu), kedudukan kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk berdiri sendiri
dan makhluk Tuhan).
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan sejati yang menghormati
serta mengembangkan kemerdekaan, martabat dan hak sesama manusia, memperlakukannya
secara adil dan beradab. Ikut berusaha mencerdaskan masyarakat agar masing-masing warga
yang berusaha secara halal dapat hidup layak sebagai manusia dan mengembangkan
pribadinya. Unsur kemanusiaan yang hakiki dalam keadilan sosial dalam suatu masyarakat
dan Negara. Yang diatur menurut hukum yang adil dan bermoral (Ketuhanan) sehingga
keadilan dapat diperoleh dengan mudah dan cepat oleh semua tanpa diskriminasi apapun.
Sikap seperti itu diperluas terhadap semua orang dari segala bangsa.

2.11 Butir-butir Pancasila Sila Ke-dua
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui
adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan,
dan derajat yang lebih tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa,
karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
Jadi sila ke-dua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap
manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia.
Butir-butir sila ke-dua adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
menghormati harkat dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan
sikap ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka
bangsa Indonesia menghormati hak hidup bangsa lain menurut aspirasinya masing-masing.
Dan menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. Hal itu dikarenakan berlawanan
dengan nilai perikemanusiaan.

2.12 Nilai-nilai yang Diterapkan
Berikut adalah nilai-nilai Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang dapat diambil
sebagai pembelajaran:
1. Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan martabat, hak dan kewajiban asasi
warga negara, penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidakadilan dari muka bumi.
2. Harkat dan martabat manusia sebagai makhluk sosial.
3. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjujung tinggi nilai-nilai kemanusian. Gemar
melakukan kegiatan kemanusian. Berani membela kebenaran dan keadilan hormat
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia,
5. Pengertian manusia yang beradab, yang memiliki daya cipta, rasa, dan karsa, dan
keyakinan, sehingga ada perbedaan jelas antara manusia dan binatang,
6. Relasi yang setara dan adil antara perempuan dan laki-laki,
7. Saling terkait dengan sila-sila lain.
2.13 Contoh Pelanggaran terhadap Pancasila Sila Ke-dua
Berikut adalah beberapa contoh pelanggaran tehadap Sila Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab :
a. Banyak orang yang kurang paham tentang sila kedua dalam pancasila dan rasa
kemanusiaannya juga kurang, sehingga orang orang itu menganggap kebiasaannya itu
benar, salah satunya adalah pemungutan yang dilakukan oleh sejumlah preman yang
mengharuskan sopir angkot untuk membayar jika berhenti di wilayahnya, biasanya orang
yang meminta bayaran itu adalah orang yang telah lama ditakuti di wilayah itu sehingga
para sopir juga beranggapan bahwa dia juga harus takut pada orang itu. Mereka
menganggap uang pungutan itu adalah unag pengertian kerena penumpang bus sudah
menggunakan tempatnya untuk menunggu.Bahkan tarifnya juga ditentukan sendiri.Tidak
adanya tindakan tegas dari penegak hukum membuat praktek pungutan ini berkelanjutan
dan menjadi kebiasaan.
b. Pungutan keamanan untuk para pedagang pasar Kita sering mendengar istilah preman
pasar, hal seperti ini sudah menjadi rahasia umum apabila para pedagang juga harus
membayar kepada preman tersebut. Hal ini juga terjadi di wilayah gamping, kegiatan

seperti ini malah tidak dilakukan sendirian, mereka membagi tim di berbagai blok pasar
sehingga mereka bisa memungut biaya keamanan tersebut kepada para pedagang yang
menetap disitu, mungkin kejadian seperti ini tidak hanya terjadi di wilayah gamping
bahkan di kota kota besar lainnya pun juga banyak terjad aksi pemungutan biaya
keamanan ini, jika dilihat dari sisi pedagang, mereka akan lebih aman kalau tidak usah
ada preman yang meminta imbalan keamanan tersebut.
c. Maraknya pencurian hasil panen Terdesak oleh kebutuhan untuk hidup, terkadang
manusia menjadi sempit pikirannya sehingga merekapun harus mencuri untuk memenuhi
kebutuhan pangannya. Di wilayah ini bukan harta yang mereka curi tetapi tanaman yang
siap dipanen sehingga sang pemilik lahan banyak yang heran. Para pencuri itu tidak
Mengambil tanaman tidak hanya di satu tempat saja sehingga sang pemilik lahan tidak
teralu curiga apabila ada tanamannya yang berkurang. Tapi dengan makin banyaknya
tanaman yang dicuri warga berinisiatif untuk melapor kepada pihak yang berwajib, dan
sampai saat ini belum ada tanggapan.
d. Pencurian binatang ternak menjelang perayaan hari besar Menjelang perayaan hari besar
biasanya orang-orang memakai yang terbaik. Banyak juga yang harus membeli pakaian
baru, sehingga hal ini juga dapat menimbulkan pikiran ¡§kalau ga baru namanya ga
lebaran¡¨ karena terdorong oleh keinginan untuk membeli barang baru maka kadang
mengorbankan yang dimilikinya untuk dijual.Bagamana jika orang itu sedang tidak
memiliki barang yang berharga? Maka orang yang berfikiran sempit akan melakukan hal
yang bodoh. Mencuri misalnya, di kampung wilayah gamping ini sudah sering terjadi
pencurian binatang ternak untuk kebutuhan lebaran. Banyak warga yang melapor tetapi
warganya juga susah untuk diajak bekerjasama sehingga pencurian seperti itu sering
terjadi.
e. Maraknya KKN(korupsi,Kolusi,dan Nepotisme) yang di lakukan oleh para tikus-tikus
kantor yang mewakili masyarkat dan telah di percaya oleh masyarakat yang melakukan
tindakan yang hanya mentingkan dirinya sendiri dengan menggelapkan uang Negara
demi memperkaya dirinya sendiri.
f. Tragedi kemanusiaan Trisakti
Mari kita kembali saja reformasi. Dua belas tahun lalu atau 12 Mei 1998, situasi
Indonesia khususnya Ibu Kota Jakarta sedang genting. Demonstrasi mahasiswa untuk

menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden Soeharto kian membesar tiap hari.
Dan kita tahu, aksi itu akhirnya melibatkan rakyat dari berbagai lapisan.
Salah satu momentum penting yang menjadi titik balik perjuangan mahasiswa
adalah peristiwa yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti, Elang Mulia
Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie, mereka ditembak aparat
keamanan saat melakukan aksi damai dan mimbar bebas di kampus A Universitas
Trisakti, Jalan Kyai Tapa Grogol, Jakarta Barat. Aksi yang diikuti sekira 6.000
mahasiswa, dosen, dan civitas akademika lainnya itu berlangsung sejak pukul 10.30
WIB.
Tewasnya keempat mahasiwa tersebut tidak mematikan semangat rekan-rekan
mereka. Justru sebaliknya, kejadian itu menimbulkan aksi solidaritas di seluruh kampus
di Indonesia. Apalagi, pemakaman mereka disiarkan secara dramatis oleh televisi.
Keempat mahasiswa itu menjadi martir dan diberi gelar pahlawan reformasi.
Puncak dari perjuangan itu adalah ketika Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden
pada Kamis, 21 Mei 2008.
2.14 Implementasi Pancasila Sila Ke-dua dalam Kehidupan Bermasyarakat
Kemanusiaan atau peri kemanusiaan adalah sifat yang dimiliki oleh setiap manusia.
Manusia pada dasarnya adalah sama dan mempunyai nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat
universal. Segala perbedaan yang tampak tidaklah boleh dijadikan alasan untuk bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan tersebut, termasuk perbedaan agama, karena agama pada
dasarnya justru menjunjung tinggi persamaan derajat manusia.
Salah satu faktor utama dari peri kemanusiaan adalah sikap toleransi. Toleransi di sini
adalah toleransi yang positif, yaitu toleransi dalam hal kebaikan, bukan sebaliknya yaitu
toleransi dalam halkeburukan. Toleransi adalah hal yang sangat krusial di negara ini,
mengingat keanekaragaman yang sangat luar biasa mulai dari suku, bahasa, budaya,
agama/kepercayaan, adat istiadat, dan seterusnya. Toleransi yang positif akan menyuburkan
sikap berperikemanusiaan, seperti menjunjung tinggi persamaan derajat/hak/kewajiban asasi
setiap manusia tanpa melihat apapun perbedaannya, mengembangkan sikap tenggan rasa,
empati, dst.

Adil adalah salah satu faktor terpenting dalam hubungan antar manusia. Tidak ada
satu manusia pun yang mau diperlakukan tidak adil. Di dalam hubungan antar manusia
seering terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan permasalahan. Dan nilai keadilan inilah
poin utama yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
Dengan memegang teguh prinsip adil, maka hubungan antar manusia akan harmonis sesuai
dengan yang seharusnya. Dan dengan dasar prinsip keadilan, maka dapat dikembangkan
prinsip-prinsip lain sebagai turunannya, antara lain: tidak melakukan perbuatan yang
merugikan orang lain, menghargai hak orang lain, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, tidak semena-mena kepada orang
lain, tidak menggunakan fasilitas umum/fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, dsb.
Beradab adalah menunjuk kepada tingkatan kemajuan kehidupan, baik dalam
bermasyarakta maupun secara individu. Beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan hidup,
budi pekerti, tata krama, sopan santun, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmua
pengetahuan, dsb.
Semua aturan di atas bertujuan untuk menjaga agar manusia tetap beradab, tetap
menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai manusia, dan menghindari kezaliman
(menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya yang sesuai). Adab diperlukan agar manusia
bisa meletakkan diri pada tempat yang sesuai, agar nyaman dan bisa berkembang sesuai
dengan harkatnya masing-masing. Sesuatu yang tidak pada tempatnya akan cenderung
menyebabkan ketidaksadaran, kebodohan, kejahilan, dan kerusakan pada sistem
kemasyarakatan.
Manusia adalah makhluk paling luhur, akan tetapi manusia juga dapat jatuh menjadi
makhluk yang paling rendah, yang tega menzalimi sesama dengan beribu alasan. Oleh karena
itu adab harus terus dilestarikan untuk menjaga keluhuran budi manusia. Adab sangatlah
dibutuhkan manusia agar tidak bertingkah laku seperti hewan, yaitu semena-mena
mengandalkan kekuatan, kekuasaan, kepandaian, dan semua kelebihannya, tanpa disertai
budi pekerti dan hati nurani.
Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan di atas,
sila perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan

manusia. Sila ini dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain itu
peri kemanusiaan adalah naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya dengan
naluri manusia yang lain, seperti naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan lain-lain.
Oleh karena peri kemanusiaan merupakan naluri, maka tidak mungkin manusia
menghapuskannya. Dengan perasaan peri kemanusiaan itulah manusia dapat membentuk
masyarakat yang penuh kasih sayang serta saling menghormati diantara anggota-anggotanya.
Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk
dalam falsafah Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk
watak bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling
mencintai, bergotong royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pengamalannya adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga
tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup
secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang
lain.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan yang
sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu
pengorbanan untuk mempertahankannya. Dengan perasaan cinta pula manusia dapat
mempergiat hubungan sosial seperti kerjasama, gotong royong, dan solidaritas. Dengan
rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati, saling
berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu sama lain.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Sikap ini menghendaki adanya usaha dan kemauan
dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan orang lain.
Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada orang lain,
hendaknya diukur dengan diri kita sendiri; bilamana kita tidak senang disakiti hatinya,
maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap tenggang rasa juga dapat kita wujudkan
dalam toleransi dalam beragama.

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti sewenang-wenang, berat
sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, perilaku setiap
manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung tinggi hak dan
kewajiban.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap warga Negara harus menjunjung tinggi dan
melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan dengan baik, seperti:
a. Mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk.
b. Melakukan musyawarah dengan dasar kesadaran dan kedewasaan untuk menerima
kompromi.
c. Melakukan sesuatu dengan pertimbangan moral dan ketentuan agama.
d. Melakukan sesuatu dengan jujur dan kompetisi yang sehat.
e. Memerhatikan kehidupan yang layak antar sesama.
f. Melakukan kerja sama dengan iktikad baik dan tidak curang.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan diartikan gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan sehingga setiap manusia dapat hidup layak, bebas, dan aman. Kegiatan ini
dapat dilakukan seperti kegiatan donor darah, memberikan santunan anak yatim piatu,
orang yang tertimpa musibah dan orang yang tidak mampu.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan. Butir ini menghendaki manusia Indonesia
untuk mempunyai hati yang mantap dan percaya diri dalam menegakkan kebenaran dan
keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu di
kembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain. Butir ini
menganjurkan untuk saling menghormati, sikap saling menghormati ini dapat di lakukan
dengan menghormati kedaulatan suatu bangsa dan menjalin kerja sama yang
menguntungkan.
Selain itu penjelmaan Pancasila ke dalam hukum Negara kita tertuang dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 27 tentang Warga Negara dan Penduduk, pasal 28 A-J tentang
HAM, dan pasal 31 ayat 1 tentang pendidikan.

Sebagai salah satu contoh nyata dari pelanggaran yang pernah terjadi di Indonesia
adalah pada masa kepemimpinan Soeharto, pada saat itu setiap orang atau kelompok yang
tidak sependapat dengan Soeharto akan dibunuh secara diam-diam. Tindakan ini sangat tidak
manusiawi, karena sampai sekarang jasad mereka tidak pernah diketahui dimana dan alasan
mereka dihilangkan nyawanya sangat tidak jelas. Hal yang sangat terlihat jelas adalah
pelanggaran dalam kebebasan berpendapat juga masalah hak hidup yang notaben-nya adalah
hak dasar seorang manusia untuk hidup. Dan pada saat itu Indonesia sudah menganut
ideologi Pancasila, itu berarti pada masa kepemimpinan Soeharto terjadi penyimpangan pada
sila kedua Pancasila.
Seperti ditarik dari pengalaman bangsa yang dijajah, pelanggaran nilai-nilai HAM
paling sering terjadi antara yang dijajah dengan yang menjajah, yang dikuasai dengan sang
penguasa, rakyat dengan dominasi kekuasaan, rakyat dengan dominasi pemerintahnya. Ini
yang dinamakan pelanggaran HAM yang bersifat vertikal. Dikarenakan pemerintah
dilengkapi dengan sarana pengamanan seperti militer lengkap dengan senjatanya ataupun
penegak hukum lainnya seperti polisi, kejaksaan, kehakiman dll. Sangat mudah terjadi
penyimpangan yang di satu sisi pemerintah dengan kekuasaan seharusnya mengayomi atau
memberi rasa aman kepada masyarakat justru sebaliknya menjalankan pemerintahan yang
represif dan menghantui rakyatnya dengan rasa takut apabila berhadapan dengan penegak
hukum yang berlaku sewenang-wenang dalam melakukan penegakan hukum. Hal ini terjadi
sejak jaman kemerdekaan sampai dengan saat ini, sehingga kemerdekaan yang seharusnya
memberikan kemerdekaan sepenuhnya untuk rakyat tidak tercapai tetapi yang terjadi justru
penjajahan yang masa lalu dilakukan oleh Belanda, setelah kemerdekaan bangsa Indonesia
dijajah oleh bangsa sendiri yang kebetulan dipercaya oleh rakyat untuk duduk dalam posisi
sebagai pengelola Negara.
Dalam banyak kasus yang menyangkut pihak aparat keamanan (terutama militer),
penegakan HAM menjadi tumpul di Indonesia yang merupakan suatu indikasi bahwa
kekuatan militer masih punya pengaruh yang cukup dominan dalam pemerintahan Republik
Indonesia yang katanya demokratis saat ini, sebagai contoh:
a. Tidak tuntasnya siapa sebenarnya penembak mati 4 mahasiswa Trisakti pada tanggal 12
Mei 1998.

b. Tidak pernah terungkapnya siapa sebenarnya yang berada di balik kerusuhan 13-14 Mei
1998.
c. Berbelit-belitnya penyelesaian masalah siapa di balik skenario pembunuhan Munir.
Rakyat bisa juga mencoba melakukan intimidasi, pemaksaan kehendak terhadap
rakyat yang lain sehingga menimbulkan keterpaksaan lain pihak dalam melakukan sesuatu
atau pada banyak hal memberikan sesuatu secara terpaksa kepada pihak lain, apakah itu
secara organisasi maupun secara individu. Yang paling menonjol saat ini di Indonesia adalah
praktek premanisme dan mafia pengadilan.
Beberapa contoh premanisme yang dibiarkan secara berlarut-larut oleh oknum
penegak hukum karena membawa manfaat secara pribadi terhadap oknum penegak hukum
tersebut adalah:
Pemandangan yang biasa di Jakarta adanya terminal bayangan di jalan-jalan yang
dikuasai sekelompok preman dan mengharuskan sopir angkot untuk memberi uang
menurut tarif yang mereka tentukan sendiri apabila melewati terminal bayangan ini.
Tidak pernah ada tindakan penegak hukum untuk praktek pemaksaan kehendak ini.
Praktek pungutan keamanan untuk para pedagang kaki lima, pasar ataupun toko-toko
kecil. Biasanya ini dilakukan jutru oleh organisasi massa yang berafiliasi dengan partai
politik.
Pembiaran oleh pemerintah, organisasi preman berkedok agama yang merusak tempat-
tempat usaha hiburan bahkan yang terakhir peristiwa Monas yang target kekerasan adalah
organisasi massa lainnya.
Pada hakekatnya praktek premanisme merupakan bisnis yang empuk bagi sebagian
rakyat kepada rakyat yang lain berupa pemaksaan kehendak dengan tindak kekerasan yang
tidak jarang berujung dengan penganiayan bahkan pembunuhan. Penegak hukum menutup
mata bahkan oleh oknum-oknum di tubuh militer dan kepolisian dijadikan objek penambahan
penghasilan dengan cara memberikan backing.
Praktek mafia pengadilan bisa juga dikatakan pelanggaran HAM horizontal karena
ada unsur pemerasan kelompok mafia pengadilan apabila oleh sesuatu hal kita berhubungan

dengan penegak hukum karena terkena kasus hukum baik yang ringan ataupun yang berat,
selalu akan ada makelar pengadilan atau kelompok mafia pengadilan yang akan mengurus
masalah pembebasan atau paling tidak peringanan hukuman melalui kelompok ini yang
mengenal baik para pejabat penegak hukum. Bukannya proses hukum yang dilakukan untuk
menegakkan hukum secara adil dan beradab tapi proses mediasi dengan motif uang
gratifikasi yang menjadi fokusnya.
Sangat banyak hal yang terjadi di masyarakat yang berkaitan dengan intimidasi
kelompok masyarakat yang satu terhadap kelompok masyarakat lainnya. Pada banyak kasus
pembebasan tanah sangat sering terjadi intimidasi terhadap pemilik tanah agar menjual
tanahnya dengan harga yang dipaksakan oleh pembeli melalui intimidasi. Kemungkinan
besar masyarakat Indonesia banyak yang tidak mengetahui bahwa setiap tindak pemerasan
dan pemaksaan kehendak terhadap pihak lain adalah salah satu pelanggaran hak asasi
manusia.

BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Secara umum Pancasila merupakan hal yang fundamental dalam menentukan
kehidupan di Indonesia, terutama pada sila ke-dua yang mengatur tentang bagaimana cara
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sila ke-dua ini memiliki pengertian sebagai
pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk hidup.
Pancasila sebagai pegangan hidup yang merupakan pandangan hidup bangsa, penjelmaan
falsafah hidup bangsa, dalam pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma agama, norma-norma kesusilaan, norma-norma sopan santun, dan tidak
bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku. Nilai-nilai budaya yang terkandung
dalam sila ini membentuk watak bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan
santun, tengang rasa, saling mencintai, bergotong royong dalam kebaikan, dan lain
sebagainya. Untuk itu, rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam
falsafah Pancasila.
Pada hakikatnya manusia memiliki unsur-unsur yang isinya merupakan susunan
kodrat manusia, sifat kodrat manusia, dan kedudukan kodrat manusia. Sila kedua Pancasila
mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia yang bermartabat,
memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa,
dan karsa. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak bangsa kita
menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling mencintai, bergotong
royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.
3.4 Saran
Pancasila bukan hanya sekedar bahan hafalan saja, tetapi juga perlu diterapkan.
Sebagaimana melakukan pekerjaan lain, ketika kita tidak bisa melakukannya kita akan
mencoba hingga berhasil. Demikian juga dengan penerapan pancasila, jika setiap orang mau
mencoba untuk mengamalkan butir butir pancasila maka tujuan Negara juga bisa tercapai.

Dengan adanya pendidikan pancasila ini diharapkan kita bisa mengamalkan apa yang
ada dalam pancasila, minimal di tempat kita tinggal. Sehingga apa yang telah kita pelajari
selama ini mengenai pancasila dapat dilaksanakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bolo, Andreas Doweng dkk. 2000. Pendidikan Nilai Pancasila. Bandung: Unpar Press.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Mufid, Ibram. 2010. Hakikat Pengertian Pancasila (Sila Kedua).
Muzayin. 1990. Ideologi Pancasila. Jakarta: Golden Terayon Press.
Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Taufiq. 2011. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Salam, H. Burhanuddin. 1998. Filsafat Pancasilaisme. Rineka Cipta: Jakarta
Thalib, Muhammad. 1999. Doktrin Zionisme dan Idiologi Pancasila. Windah Press:
Yogyakarta.
2011, Latif, Y, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,
2014, Latif, Y, Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan, Jakarta: Mizan.
1969, Purbopranoto, K, Hak-hak Azasi Manusia dan Pantjasila, Cet. Ke-3 Revisi, Djakarta:
Pradnja Paramita