filsafat pend kejuruan
DESCRIPTION
Filsafat Pend KejuruanTRANSCRIPT
Aliran Filsafat Pendidikan KejuruanDitulis pada 16 Januari 2014
Pendidikan kejuruan diperngaruhi oleh beberapa aliran filsafat. Aliran-aliran filsafat pendidikan kejuruan memberikan sumbangsih pemikiran terhadap arah dan tujuan pendidikan kejuruan. Berikut beberapa aliran filsafat dan perannya dalam pendidikan kejuruan :
a. Aliran pragmatisme memiliki peran yang penting dalam pendidikan teknologi dan kejuruan. Pragmatisme yang cenderung berpikir secara materialis dan nyata serta memikirkan kebutuhan-kebutuhan dunia secara praktis memiliki peran terhadap pendidikan teknologi dan kejuruan yang berorientasi pada penguasaan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja. Aliran pragmatisme dengan pendidikan teknologi dan kejuruan sama-sama mengharapkan hal-hal yang praksis sebagai tindakan nyata. Hal praktis dan nyata dalam aliran pragmatisme diaktualkan melalui praktek dan kerja pada pendidikan teknologi dan kejuruan.
b. Aliran esensialisme memiliki keterkaitan dengan pendidikan teknologi dan kejuruan terutama dalam menciptakan budaya kerja bagi peserta didik. Aliran esensialisme yang menginginkan pengetahuan kembali pada kebudayaan lama yang ada di masyarakat seperti budaya disiplin sangat menunjang pelaksanaan pendidikan teknologi dan kejuruan khususnya dalam hal praktek, dengan budaya disiplin peserta didik diharapkan mampu menyerap banyak hal karena aliran pragmatisme menganggap manusia sebagai kaum transendental yang mampu berbuat sendiri dan melakukan kreatifitas sendiri dekat dengan situasi sebenarnya.
c. Aliran eksistensialisme yang menganggap manusia sangat ditentukan oleh tindakan dan pengalmannya sangat berkaitan dengan pendidikan teknologi dan kejuruan. Aliran eksistensialisme memberikan sumbangsih pemikiran pada pendidikan teknologi dan kejuruan terutama dalam penguatan esensi. Pemberian pengalaman berupa praktek dalam pendidikan teknologi dan kejuruan sangat ditekankan karena akan menjadi bekal bagi peserta didik sebelum terjun ke dunia kerja. Eksistensialisme menjadikan praktek dalam pendidikan teknologi dan kejuruan sebagai tindakan real yang menentukan nasib peserta didik di dunia kerja.
d.Aliran liberalisme yang menekankan kebebasan individu dalam memberdayakan potensi pribadi menjadi keharusan dalam pendidikan teknologi dan kejuruan. Peserta didik pendidikan teknologi dan kejuruan merupakan orang-orang yang menyadari bakat dan potensinya, sehingga mereka berkecimpung bukan karena paksaan dan dorongan dari orang lain termasuk orang tua melainkan keinginan sendiri untuk menjadi peserta didik dalam pendidikan teknologi dan kejuruan. Liberalisme menganggap bahwa pendidikan merupakan upaya membebaskan dan meningkatkan kualitas diri dengan memberdayakan kemampuan sendiri.
Pendidikan kejuruan merupakan: Education for employment : (pendidikan untuk pekerjaan) siswa mengikuti
pendidikan ditargetkan untuk menjadi tukang yang siap kerja, dan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih untuk menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan pendidikan atau bekerja, pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan dalam lingkungan pendidikan sebagai pekerjaannya.
Education for employability : (pendidikan untuk kelayakan kerja) siswa mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi tenaga kerja ahli yang profesional, berdedikasi, mengetahui dan memahami serta merespon dengan cepat apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih untuk menyelesaikan, juga mampu mengembangkan sendiri kemampuannya, mencari alternatif pekerjaan, serta pemecahannya untuk berani mengambil keputusan dengan cepat.
Education for self-employment : (pendidikan untuk mempekerjakan diri sendiri) siswa mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi usahawan, dan untuk mengetahui, memahami serta membaca peluang usaha yang ada di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan jenis usaha, masalah yang mungkin mucul dilatih untuk menyelesaikannya. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan mengembangkan usahanya, pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan
Sedangkan.......The philosophy of educationMendidik adalah ibadah :
1. Rahmat (Tulus & Syukur) 2. Ibadah
3. Amanah (Tanggungjawab)
4. Seni
5. Panggilan (Integritas)
6. Kehormatan
7. Bekerja ikhlas
8. Pelayanan
Aktualisasi diri Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Atau pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Secara garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
pendidikan, teori umum pendidikan, dan
ilmu pendidikan.
pendidikan pada umumnya yaitu mendidik yang dilakukan oleh masyarkat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunanya. Yang termasuk insting manusia antara lain sifat melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu ibu dan merasakan kehangatan dekapan ibu. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia. pendidikan dalam teori umum, tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau filsafat pendidikan sama dengan teori pendidikan. Sebab itu ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan. Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif, inti filsafat pragmatis yang mana berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia. Ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori. Pendidikan dalam Praktek Memerlukan teori Tanpa adanya Teori tentang sesuatu ilmu, maka praktek dilapangan akan sulit dilakukan. Teori merupakan ukuran keberhasilan dari praktek yang dilakukan. Demikian pentingnya berteori dalam praktek di lapangan pendidikan karena pendidikan dalam praktek harus dipertanggungjawabkan. Tanpa teori dalam arti seperangkat alasan dan rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika dan aji mumpung. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi siswa dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral karena unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati nilai-nilai agar mampu mendalami nilai-
nilai dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati itu. Hubungan antara filosofi dengan prinsip-prinsip dan praktek pendidikan :
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan. Tujuan dan manfaat belajar filsafat Pendidikan a.Mampu memaknai sesuatu, Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya. Filsafat menolong mendidik,membangun diri kita sendiri dengan berfikir lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari ilmu kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita berfikir, untuk hidup yang sesadar-sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri. filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya. Dalam filsafat kita dilatih dulu apa yang menjadi persoalan. Dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya
Filsafat membuat kita tidak mudah tergelincir dalam berfikir, dalam artian bahwa dengan filsafat membuat kita lebih berhati-hati terhadap segala sesuatu, dalam menghadapi orang lain.
Filsafat membuat kita selalu berfikir positif sehingga membuat seseorang mudah dalam menjalani kehidupannya dan tidak menjadi pemarah/emosi. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya. Dalam filsafat kita dilatih dulu apa yang menjadi persoalan. Dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya. Filsafat memberikan pandangan yang luas , membendung akuisme dan aku-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku). Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
Mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
Memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
Memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya,
senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.
Membantu kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Mempertajamkan pikiran, maka filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Diharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia bagaimana harus hidup secara baik, bagaimana harus hidup untuk menjadi manusia yang baik dan bahagia. Hubungan dengan pentingnya pendidikan dan ilmu : Setiap manusia memiliki potensi berupa kecerdasan baik itu spritual, intelektual, emosional, sosial, personal dan physical. Potensi ini dapat dikembangkan secara berkesinambungan dengan mengaktualkan diri dan memahami secara utuh. Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan. Filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah : filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus
dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
Pendidikan memanusiakan manusia; dari manusia yang belum dewasa menjadi manusia yang mandiri: Competent, Confident; Consistent; Commitment and Credibility
Bahwa manusia itu mempunyai “AKAL” yang dapat dan harus diisi dan dikembangkan, maka ia diperintahkan untuk “BELAJAR” sepanjang hayat. Namun, banyak juga manusia tidak mau/merasa tidak perlu belajar bahkan mereka dengan sengaja membiarkan dirinya dalam keadaan kebodohan, karena mereka mengetahui bahwa mereka tidak tahu tetapi membiarkan diri mereka tetap berada dalam posisi ketidak tahuan itu sendiri.
Manusia punya kemampuan mendengar (to listen) makhluk lain memiliki telinga untuk mendengar (to hear)
Dalam ajaran agama juga dijelaskan bahwa untuk mendapatkan segala sesuatunya haruslah dengan ilmu, “Sesungguhnya, bila kamu menginginkan kebahagiaan di dunia, carilah ILMU, dan bila kamu menginginkan kebahagiaan di akhirat, carilah ILMU, dan bila kamu menginginkan keduanya, carilah ILMU” bahkan orang yang berilmu (dan mengamalkan), akan ditinggikan derajatnya, dengan demikian “BELAJAR MENJADI WAJIB HUKUMNYA”
Nah...pertanyaan terakhir adalah...Sudah sejauh manakah tugas sebagai pendidik menjalankan tugas mendidik yang sesuai dengan "Roh" nya tersebut...dalam hal ini tidak terlepas dari pendidikan Filsafat pendidikan kejuruan..? Mudah-mudahan dengan membaca tentang Falsafah/filosofi pendidikan ini, mampu mebantu kita mendidik generasi penerus bangsa ini sesuai dengan landasan filosofinya sehingga program memanusiakan manusia ataupun belajar sepanjang hayat mampu memberikan warna bagi hidup dan kehidupan kita.Mudah-mudahan catatan singkat ini memberikan manfaat dan mohon maaf jika terdapat kekeliruan.... Wassalam
FILSAFAT DAN ARAH PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUANJuly 17, 2012 by 1octo
1
A. PENDAHULUAN1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan KejuruanPendidikan kejuruan merupakan:a) Education for employment : (pendidikan untuk pekerjaan) siswa mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi pribadi yang siap kerja, dan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih untuk menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan pendidikan atau bekerja, pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan dalam lingkungan pendidikan sebagai pekerjaannya.b) Education for employability : (pendidikan untuk kelayakan kerja) siswa mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi tenaga kerja ahli yang profesional, berdedikasi, mengetahui dan memahami serta merespon dengan cepat apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih untuk menyelesaikan, juga mampu mengembangkan sendiri kemampuannya, mencari alternatif pekerjaan, serta pemecahannya untuk berani mengambil keputusan dengan cepat.c) Education for self-employment : (pendidikan untuk mempekerjakan diri sendiri) siswa mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi usahawan, dan untuk mengetahui, memahami serta membaca peluang usaha yang ada di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan jenis usaha, masalah yang mungkin mucul dilatih untuk menyelesaikannya. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan mengembangkan usahanya, pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan
Berikut adalah di antara pengertian dan tujuan pendidikan kejuruan dari berbagai sumber dan pakar pendidikan.a) Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8)b) Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencatak individu agar dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).c) Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah organisasi pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja (Good, 1959).Dari berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
2. Fungsi Pendidikan KejuruanPendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan
penghasilan. Sebagai suatu pendididikan khusus, pendidikan kejuruan direncanakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja, sebagai tenaga kerja produktif yang mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di pasar global dan professional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya (keahliannnya). Di samping itu pendidikan kejuruan juga berfungsi mempersiapkan siswa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif antara lain meliputi:a) Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.b) Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.c) Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan (produktif).Sedangkan sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan tugasnya secara cepat, tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur-unsur berikut:a) ilmu atau teori yang sistematis,b) kewenangan professional yang diakui oleh klien,c) sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya dand) kode etik yang regulative.Selanjutnya, menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:a) Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK.b) Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan
3. Filsafat Pendidikan KejuruanFilsafat adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup dan landasan berpikir yang diianggap benar dan baik. Filsafat menurut Jalius Jama: 2010 meliputi hal-hal sebagai berikut:a) Usaha secara spekulatif untuk menyajikan pandangan yang sistematis dan lengkap tentang kenyataan.b) Usaha mendeskripsikan sifat dasar yang terdalam dan sesungguhnya dari kenyataan.c) Usaha untuk menentukan batas-batas dan lingkup pengetahuan.d) Penyelidikan secara kritis terhadap hipotesis.e) Ilmu untuk membantu seseorang untuk memaknai (purposeful meaning) apa yang dikatakan dan apa yang dilihat dan apa yang dilakukan.Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan keberadaanya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan moral.Landasan filosofis yang mendasari pendidikan kejuruan, harus mampu menjawab dua pertanyaan : pertama, Apa yang harus diajarkan? dan kedua, Bagaimana harus
mengajarkan? (Calhoun dan Finch, 1982). Chalhoun dan Finch menegaskan bahwa sumber prinsip-prinsip fundamental pendidikan kejuruan adalah individu dan perannya dalam suatu masyarakat demokratik, serta peran pendidikan dalam transmisi standar sosial.
B. ISI1. Landasan filsafat pendidikan kejuruanMenurut Teori Prosser (dalam presentasi oleh Bachtiar Hasan: 2010 berjudul Pendidikan Kejuruan di Indonesia), landasan filsafat pendidikan kejuruan dapat diringkas sebagai berikut:a) Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa diajar dengan materi, alat, mesin dan tugas-tugas yang sama atau tiruan dimana siswa akan bekerja.b) Sekolah kejuruan akan efektif hanya jika siswanya diperkenalkan dengan situasi nyata untuk berfikir, berperasaan, berperilaku seperti halnya pekerja, di industri, dimana siswa akan bekerja setelah lulus.c) Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa dilatih langsung untuk berfikir dan secara teratur.d) Untuk setiap jenis pekerjaan, individu harus memiliki kemampuan minimum agar mereka bisa mempertahankan diri untuk bekerja dalam posisi tersebut.e) Pendidikan kejuruan akan efektif jika membantu individu untuk mencapai cita-cita, kemampuan, dan keinginannya pada tingkat yang lebih tinggi.f) Pendidikan kejuruan untuk suatu jenis keahlian, posisi dan keterampilan akan efektif hanya diberikan kepada siswa yang merasa memerlukan, menginginkan dan mendapatkan keuntungan dari padanya.g) Pendidikan kejuruan akan efektif apabila pengalaman latihan yang dilakukan akan membentuk kebiasaan bekerja dan berfikir secara teratur dan betul-betul diperlukan untuk meningkatkan prestasi kerja.h) Pendidikan kejuruan akan efektif jika diajar oleh guru dan instruktur yang telah memiliki pengalaman dan berhasil di dalam menerapkan keterampilan dan pengetahuan mengenai operasi dan proses kerja yang dilakukan.i) Pendidikan kejuruan harus memahami posisinya dalam masyarakat, dan situasi pasar, melatih siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja dan dengan menciptakan kondisi kerja yang lebih baik.j) Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa hanya akan terjadi apabila training yang diberikan berupa pekerjaan nyata, dan bukan merupakan latihan semata. (Prosser dan Allen 1825).
2. Arah prinsip pendidikan kejuruan dikaitkan dengan masyarakatMiller: 1986 memberikan 10 prinsip pendidikan kejuruan dikaitkan dengan masyarakat (people) sebagai berikut:a) BimbinganBimbingan merupakan unsur yang penting dalam pendidikan kejuruan. Lembaga pendidikan dan kejuruan diharapkan bisa memberikan bimbangan dan tuntunan kepada masyarakat sekitar dalam memecahkan maslah hidup dan kehidupannya.b) Belajar seumur hidupPrinsip belajar seumur hidup atau terus menerus dapat diterapkan pada pendidikan
kejuruan karena pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.c) Memenuhi kebutuhan masyarakatPendidikan kejuruan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara individu, masyarakat maupun nasional.d) Pendidikan kejuruan terbuka bagi semuaPendidikan kejuruan terbuka bagi semua lapisan masayarakat tanpa terkecuali, tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin, pria dan wanita.e) PenempatanBukan hanya melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi, pendidikan kejuruan juga bertanggung jawab untuk dalam penempatan lulusannya untuk menduduki berbagai bidang pekerjaan dalam kehidupannya sesuai dengan kompetensinya.f) Perbedaan peran jenis kelaminPendidikan kejuruan dapat berperan menghilangkan anggapan salah sebagian masyarakat bahwa pendidikan kejuruan hanya untuk kaum pria saja. Sesuai dengan prinsip sebelumnya bahwa pendidikan kejuruan tidak membedakan antara pria dan wanita.
g) Individu dengan kebutuhan khusus dilayani melalui pendidikan kejuruanSebagian individu/ masyarakat memiliki kebutuhan khusus yang berbeda dengan yang lain. Hal ini dapat dilayani melalui pendidikan kejuruan.h) Organisasi siswa adalah suatu corak pendidikan kejuruan integralMelalui pendidikan kejuruan dapat dibentuk organisasi siswa secara integrali) Guru pendidikan kejuruan merupakan guru pendidikan profesi dan jabatanGuru merupakan komponen utama dan penting dalam pendidikan kejuruan. Oleh sebab itu guru harus memiliki kompetensi khusus dalam bidang yang diajarkannya (kompetensi akademik) dan mengetahui bagaimana cara mengajar (kompetensi pedagogik).j) Etos kerja (work ethic) dipromosikan melalui pendidikan kejuruanEtos kerja dapat diartikan sebagai kebiasaan kerja, kecendrungan modal kerja atau pandangan hidup kerja. Melalui pendidikan kejuruan siswa dilatih untuk meningkatkan etos kerjanya, prestasi kerjanya dan pada gilirannya dapat mencapai produktivitas yang tinggi.
Dalam kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller juga memberikan 8 prinsip sebagai berikut:1. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan kejuruan khususnya pada proses awal pendidikan itu sendiri.2. Pendidikan kejuruan merupakan pendikan yang menyeluruh dan merupakan bagian dari masyarakat (public system).3. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia kerja/ dunia industry.4. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat menengah.5. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan kejuruan.
6. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melalui pendidikan kejuruan.7. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan kejuruan.8. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat dilakukan melalui pendidikan kejuruan.
C. PENUTUP1. Pendidikan Kejuruan dan Tuntutan Pengelolaan Pendidikan KejuruanTuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu :a) Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand DrivenDengan demand driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.b) Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program)Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.c) Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran berbasis kompetensiPerubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan.d) Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang mendasar, kuat dan luas (Broad Based)Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas.e) Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry, multy exitPrinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi) untuk mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerjaf) Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentug) Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke
sistem baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpaduProgram baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan.h) Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutanSistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK.i) Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi)Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan inovasi.j) Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusatsistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
2. Pendidikan Kejuruan Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakatDitinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi kita terutama SMK , baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :a) Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasanganb) Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta didik selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggic) Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan.
Upaya untuk mempertahankan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat,dan didalamnya mencakup kemana arah Pendidikan Kejuruan dibawa, dalam hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan di SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :
1. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.2. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.3. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendri4. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi5. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang dapat untung darinya6. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya7. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan8. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut9. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda-tanda pasar kerja)10. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan
PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA
A. PENDAHULUAN
Pendidikan kejuruan di Indonesia telah berumur 150 tahun lebih, sejarah
mencatat sekolah kejuruan pertama pada zaman belanda tahun 1853, adalah Sekolah
Pertukangan Surabaya (Ambacht School Van Soerabaia). Di Bandung di buka Ambacht
School and Ambacht Leergang, yang kemudian menjadi Sekolah Teknik Ciroyom.
Pendidikan kejuruan pada zaman penjajahan berorientasi kepada pemenuhan
kebutuhan tenaga kerja Belanda. Hingga awal kemerdekaan konsep pendidikan kejuruan
mengkuti pendidikan kejuruan di Belanda. Sejak pelita digulirkan pada akhir tahun 60an
bentuk pendidikan kejuruan mulai mengadopsi model dan negara lain. Mulai saat ini
secara perlahan pendidikan kejuruan mulai mendapat tempat pada sistem pendidikan di
Indonesia.
Awal upaya terpadu pengembangan pendidikan kejuruan pada Pelita V (melalui
UU No. 2 Tahun 1989) dapat dikatakan merupakan tonggak awal pengembangan
pendidikan kejuruan secara terpadu di Indonesia. PP No. 29 Tahun 1990 terdapat 3 pasal
sebagai dasar berpijak bagi pengembangan pendidikan kejuruan. Upaya lain adalah
kerjasama pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industry. Penerapan pendidikan
sistem ganda melalui konsep “Link and Match” merupakan tonggak bersejarah bagi awal
upaya pemerintah melibatkan industri dalam pendidikan kejuruan. Kemudian dengan
Pembentukan Majelis Pendidikan Kejuruan NasonaI (MPKN) dan Pembentukan MPKN
untuk propinsi.
Strategi pengembangan pendidikan kejuruan setelah orde reformasi adalah
dengan mengembangkan mutu dan relevansi dan membina sejumlah SMK bertaraf
internasional. Perluasan dan pemerataan akses dengan tetap memperhatikan mutu
pendidikan dan meningkatkan manajemen SMK dengan menerapkan prinsip “Good
Governance” (Renstra Dit PSMK, 2005:8).
B. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Mengetahui hakekat dan tujuan pendidikan kejuruan.
2. Mengetahui fungsi pendidikan kejuruan.
3. Mengetahui landasan filosofis pendidikan kejuruan.
4. Mengetahui filsafat pendidikan kejuruan.
5. Mengetahui prinsip pendidikan kejuruan dikaitkan dengan masyarakat.
6. Mengetahu pendidikan kejuruan dan tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan.
7. Mengetahui tuntutan pendidikan kejuruan menjawab kebutuhan masyarakat
C. PEMBAHASAN
1. Hakekat dan Tujuan Pendidikan Kejuruan
Pada hakekatnya arah pendidikan ada 3 stream:
a. Education for Democracy (John Dewey), aliran democracy “pendidikan sebagai sarana
demokrasi” Pendidikan bersifat umum, siswa mengikuti pendidikan tidak ditargetkan
untuk menjadi tukang yang slap kerja, tetapi untuk mengetahui dan memahami apa
yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih
menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternative
melanjutkan pendidikan atau bekerja, pemecahannya dan berani untuk mengambil
keputusan (Pendidikan umum).
b. Education for earning money for irfe (Charles Prosser), aliran social efficiency pendidikan
bagi para siswa yang ingin mengembangkan karier untuk bekerja setelah lulus.
Mempersiapkan siswa untuk bekerja setelah lulus (Pendidikan kejuruan).
c. Education for all (Paulo Freire) konsep “Life long education” (pendidikan seumur hidup).
Pendidikan Luar Sekolah, pendidikan ditunjuk bagi minoritas, bagi mereka yang tidak
mendapatkan kesempatan melalui pendidikan formal.
Mengacu pada hakekat pendidikan di atas maka pendidikan kejuruan
merupakan:
a. Education for employment: (pendidikan untuk pekerjaan) siswa mengikuti pendidikan
ditargetkan untuk menjadi pribadi yang siap kerja, dan untuk mengetahui serta
memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah
baru dan dilatih untuk menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan kemampuan,
mencari alternatif melanjutkan pendidikan atau bekerja, pemecahannya dan berani
untuk mengambil keputusan dalam lingkungan pendidikan sebagai pekerjaannya.
b. Education for employability: (pendidikan untuk kelayakan kerja) siswa mengikuti
pendidikan ditargetkan untuk menjadi tenaga kerja ahli yang profesional, berdedikasi,
mengetahui dan memahami serta merespon dengan cepat apa yang terjadi di
lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih untuk
menyelesaikan, juga mampu mengembangkan sendiri kemampuannya, mencari
alternatif pekerjaan, serta pemecahannya untuk berani mengambil keputusan dengan
cepat.
c. Education for self-employment: (pendidikan untuk mempekerjakan diri sendiri) siswa
mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi usahawan, dan untuk mengetahui,
memahami serta membaca peluang usaha yang ada di lingkungannya. Siswa
diperkenalkan dengan jenis usaha, masalah yang mungkin mucul dilatih untuk
menyelesaikannya. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternatif
melanjutkan mengembangkan usahanya, pemecahannya dan berani untuk mengambil
keputusan
Berikut adalah di antara pengertian dan tujuan pendidikan kejuruan dari
berbagai sumber dan pakar pendidikan.
a. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu. (UUSPN 2 1989).
b. Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang mengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. (PP 29
tahun 1990 Pasal 1 ayat 3)
c. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang
khusus, agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian,
kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden,
1917:8).
d. Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencatak
individu agar dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).
e. Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah
organisasi pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik
memasuki dunia kerja (Good, 1959).
f. Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para
siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu
untuk bekerja secara produktif.
Dari berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi
dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang
merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk
bekerja secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
2. Fungsi Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia
seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya,
dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan.
Sebagai suatu pendididikan khusus, pendidikan kejuruan direncanakan untuk
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja, sebagai tenaga kerja
produktif yang mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di pasar global
dan professional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya (keahliannnya). Di
samping itu pendidikan kejuruan juga berfungsi mempersiapkan siswa menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif
antara lain meliputi:
a. Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.
b. Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.
c. Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan
(produktif).
Sedangkan sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan
tugasnya secara cepat, tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur-unsur berikut:
a. ilmu atau teori yang sistematis,
b. kewenangan professional yang diakui oleh klien,
c. sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya dan
d. kode etik yang regulative.
Selanjutnya, menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:
a. Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan
3. Tinjauan Filosofis
Landasan filosofis yang mendasari pendidikan kejuruan, harus mampu
menjawab dua pertanyaan : pertama, Apa yang harus diajarkan? dan kedua, Bagaimana
harus mengajarkan? (Calhoun dan Finch, 1982). Chalhoun dan Finch menegaskan bahwa
sumber prinsip-prinsip fundamental pendidikan kejuruan adalah individu dan perannya
dalam suatu masyarakat demokratik, serta peran pendidikan dalam transmisi standar
sosial.
Secara filosofis, penyusunan kurikulum SMK perlu mempertimbangkan
perkembangan psikologis peserta didik dan perkembangan atau kondisi sosial budaya
masyarakat.
a. Perkembangan psikologis peserta didik
Manusia, secara umum mengalami perkembangan psikologis sesuai dengan
pertambahan usia dan berbagai faktor lainnya; yaitu latar belakang pendidikan, ekonomi
keluarga, dan lingkungan pergaulan, yang mengkibatkan perbedaan dalam dimensi fisik,
intelektual, emosional, dan spiritual. Pada kurun usia peserta didik di SMK, mereka
memiliki kecenderungan untuk mencari identitas atau jati diri.
Fondasi kejiwaan yang kuat diperlukan peserta didik agar berani menghadapi,
mampu beradaptasi dan mengatasi berbagai masalah kehidupan, baik kehidupan
profesional maupun kehidupan keseharian, yang selalu berubah bentuk dan jenisnya
serta meningkatkan diri dengan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
b. Kondisi sosial budaya
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat
dan pemerintah. Pendidikan yang diterima dari lingkungan keluarga (informal), diserap
dari masyarakat (nonformal), maupun yang diperoleh dari sekolah (formal) akan
menyatu dalam diri peserta didik, menjadi satu kesatuan yang utuh, saling mengisi dan
diharapkan dapat saling memperkaya secara positif.
Peserta didik SMK berasal dari anggota berbagai lingkungan msyarakat yang
memiliki budaya, tata nilai, dan kondisi sosial yang berbeda. Pendidikan kejuruan
mempertimbangkan kondisi sosial, maka segala upaya yang dilakukan harus selalu
berpegang teguh pada keharmonisan hubungan antar sesama individu dalam
masyarakat luas yang dilandasi dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur, serta
keharmonisan antar sistem pendidikan dengan sosial budaya.
4. Filsafat Pendidikan Kejuruan
Filsafat adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup dan landasan
berpikir yang diianggap benar dan baik. Filsafat menurut Jalius Jama: 2010 meliputi hal-
hal sebagai berikut:
a. Usaha secara spekulatif untuk menyajikan pandangan yang sistematis dan lengkap
tentang kenyataan.
b. Usaha mendeskripsikan sifat dasar yang terdalam dan sesungguhnya dari kenyataan.
c. Usaha untuk menentukan batas-batas dan lingkup pengetahuan.
d. Penyelidikan secara kritis terhadap hipotesis.
e. Ilmu untuk membantu seseorang untuk memaknai (purposeful meaning) apa yang
dikatakan dan apa yang dilihat dan apa yang dilakukan.
Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan
keberadaanya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan
bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan
hidup, bukan merampasnya. Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan
kejuruan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal
mungkin melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang
bermartabat, pro perubahan (kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan
mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedangkan esensialisme
berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-
sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan moral.
Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan
dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan kebutuhan
berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik local, nasional, maupun internasional.
Dalam menaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu learn to
know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan
berharga bagi penyelenggara praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan kejuruan
mulai dari kurikulum, tenaga pendidik (guru), proses belajar mengajar, sarana dan
prasarana, hingga penilaian.
Menurut Teori Prosser (dalam presentasi oleh Bachtiar Hasan: 2010 berjudul
Pendidikan Kejuruan di Indonesia), landasan filsafat pendidikan kejuruan dapat diringkas
sebagai berikut:
a. Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa diajar dengan materi, alat, mesin dan tugas-
tugas yang sama atau tiruan dimana siswa akan bekerja.
b. Sekolah kejuruan akan efektif hanya jika siswanya diperkenalkan dengan situasi nyata
untuk berfikir, berperasaan, berperilaku seperti halnya pekerja, di industri, dimana siswa
akan bekerja setelah lulus.
c. Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa dilatih langsung untuk berfìkir dan secara
teratur.
d. Untuk setiap jenis pekerjaan, individu harus memiliki kemampuan minimum agar
mereka bisa mempertahankan diri untuk bekerja dalam posisi tersebut.
e. Pendidikan kejuruan akan efektif jika membantu individu untuk mencapai cita-cita,
kemampuan, dan keinginannya pada tingkat yang lebih tinggi.
f. Pendidikan kejuruan untuk suatu jenis keahlian, posisi dan keterampilan akan efektif
hanya diberikan kepada siswa yang merasa memerlukan, menginginkan dan
mendapatkan keuntungan.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila pengalaman latihan yang dilakukan akan
membentuk kebiasaan bekerja dan berfikir secara teratur dan betul-betul diperlukan
untuk meningkatkan prestasi kerja.
h. Pendidikan kejuruan akan efektif jika diajar oleh guru dan instruktur yang telah memiliki
pengalaman dan berhasil di dalam menerapkan keterampilan dan pengetahuan
mengenai operasi dan proses kerja yang dilakukan.
i. Pendidikan kejuruan harus memahami posisinya dalam masyarakat, dan situasi pasar,
melatih siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja dan dengan
menciptakan kondisi kerja yang lebih baik.
j. Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa hanya akan terjadi apabila
training yang diberikan berupa pekerjaan nyata, dan bukan merupakan latihan semata.
k. Materi training yang khusus pada jenis pekerjaan tertentu hendaknya merupakan
pengalaman tuntas pada pekerjaan tersebut.
l. Untuk setiap jenis pekerjaan mempunyai ciri khusus, sehingga memerlukan materi diklat
khusus pula.
m. Pendidikan kejuruan akan menghasilkan pelayanan yang efisien apabila
penyelenggaraan training diberikan kepada sekelompok siswa yang memerlukan
(motivasi) dan memperoleh keberhasilan dari program tersebut.
n. Pendidikan kejuruan akan efisien dan efektif apabila metode pembelajaran
memperhatikan karakteristik siswa.
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila dilaksanakan dengan fleksibel,
dinamis dan terstandar.
p. Walaupun setiap usaha perlu dilaksanakan sehemat mungkin, pembiayaan pendidikan
yang kurang dan batas minimum tidak bisa dilaksanakan secara efisien. Dan jika
pembelajaran tidak bisa menjangkau dengan biaya minimum, sebaiknya pendidikan
kejuruan tidak dilaksanakan (Prosser dan AlIen, 1825).
5. Arah Prinsip Pendidikan Kejuruan Dikaitkan dengan Masyarakat
Miller: 1986 memberikan 10 prinsip pendidikan kejuruan dikaitkan dengan
masyarakat (people) sebagai berikut:
a. Bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam pendidikan kejuruan. Lembaga
pendidikan dan kejuruan diharapkan bisa memberikan bimbangan dan tuntunan kepada
masyarakat sekitar dalam memecahkan maslah hidup dan kehidupannya.
b. Belajar seumur hidup
Prinsip belajar seumur hidup atau terus menerus dapat diterapkan pada pendidikan
kejuruan karena pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Memenuhi kebutuhan masyarakat
Pendidikan kejuruan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara individu,
masyarakat maupun nasional.
d. Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua
Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua lapisan masayarakat tanpa terkecuali, tanpa
membedakan yang kaya dan yang miskin, pria dan wanita.
e. Penempatan
Bukan hanya melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi, pendidikan kejuruan juga
bertanggung jawab untuk dalam penempatan lulusannya untuk menduduki berbagai
bidang pekerjaan dalam kehidupannya sesuai dengan kompetensinya.
f. Perbedaan peran jenis kelamin
Pendidikan kejuruan dapat berperan menghilangkan anggapan salah sebagian
masyarakat bahwa pendidikan kejuruan hanya untuk kaum pria saja. Sesuai dengan
prinsip sebelumnya bahwa pendidikan kejuruan tidak membedakan antara pria dan
wanita.
g. Individu dengan kebutuhan khusus dilayani melalui pendidikan kejuruan
Sebagian individu/ masyarakat memiliki kebutuhan khusus yang berbeda dengan yang
lain. Hal ini dapat dilayani melalui pendidikan kejuruan.
h. Organisasi siswa adalah suatu corak pendidikan kejuruan integral
Melalui pendidikan kejuruan dapat dibentuk organisasi siswa secara integral.
i. Guru pendidikan kejuruan merupakan guru pendidikan profesi dan jabatan.
Guru merupakan komponen utama dan penting dalam pendidikan kejuruan. Oleh sebab
itu guru harus memiliki kompetensi khusus dalam bidang yang diajarkannya (kompetensi
akademik) dan mengetahui bagaimana cara mengajar (kompetensi pedagogik).
j. Etos kerja (work ethic) dipromosikan melalui pendidikan kejuruan.
Etos kerja dapat diartikan sebagai kebiasaan kerja, kecendrungan modal kerja atau
pandangan hidup kerja. Melalui pendidikan kejuruan siswa dilatih untuk meningkatkan
etos kerjanya, prestasi kerjanya dan pada gilirannya dapat mencapai produktivitas yang
tinggi.
Dalam kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller juga
memberikan 8 prinsip sebagai berikut:
a. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan kejuruan khususnya pada
proses awal pendidikan itu sendiri.
b. Pendidikan kejuruan merupakan pendikan yang menyeluruh dan merupakan bagian dari
masyarakat (public system).
c. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia kerja/ dunia
industry.
d. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu pengembangan
kurikulum pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat menengah.
e. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan kejuruan.
f. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melalui pendidikan kejuruan.
g. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan kejuruan.
h. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat dilakukan
melalui pendidikan kejuruan.
6. Pendidikan Kejuruan dan Tuntutan Pengelolaan Pendidikan Kejuruan
Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan
link and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan
demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan
kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan
yang diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu :
a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan demand driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia
kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan
kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan
tenaga kerja.
b. Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis
ganda (Dual Based Program)
Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan
pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit
didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan,
wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
c. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model
pengajaran berbasis kompetensi
Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses
pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan
kemampuan.
d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang
mendasar, kuat dan luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada
pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas.
e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan
menganut prinsip multy entry, multy exit.
Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan
kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi) untuk
mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja
f. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya,
ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun
kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan
memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu
g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru
yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu.
Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket
kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap
program pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan.
h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan
Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja,
agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK.
i. Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi)
Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan
bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada
kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis,
supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan
inovasi.
j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke
swadana dengan subsidi pemerintah pusat.
Sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi
lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga
diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
7. Tuntutan Pendidikan Kejuruan Menjawab Kebutuhan Masyarakat
Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan
aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi
tantangan bagi kita terutama SMK , baik dalam konteks regional maupun nasional,
diantaranya :
a. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan
potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan
institusi pasangan
b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai
dengan trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh
peserta didik selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi
yang tinggi
c. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning
(belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders
pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan
pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam
penyelenggaraan diklat berkelanjutan.
Upaya untuk mempertahankan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan
masyarakat,dan didalamnya mencakup kemana arah Pendidikan Kejuruan dibawa,
dalam hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam
menjalankan peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan di SMK perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser
(Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :
a. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan
replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan
dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat
kerja.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir
dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendri
d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu memodali
minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
e. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya
dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan
yang dapat untung darinya.
f. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan
kerja dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan
dalam pekerjaan nantinya.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang
sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja
yang akan dilakukan.
h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar
dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda-
tanda pasar kerja).
j. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan
kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika
dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
D. PENUTUP
Pada hakekatnya pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang
diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya
pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan professional dan juga
siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia
seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya,
dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan
yang dilihat dari psikologis peserta didik dan kondisi sosial budaya.
Filsafat pendidikan kejuruan adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan
hidup dan landasan berpikir yang dianggap benar dan baik. Pendidikan kejuruan
mengarah pada prinsip yang dikaitkan dengan adanya bimbingan masyarakat, belajar
seumur hidup, memenuhi kebutuhan masyarakat, pendidikan kejuruan terbuka bagi
semua, penempatan lulusan, tidak membedakan jenis kelamin, kebutuhan individu akan
pendidikan kejuruan, kompetensi guru, etos kerja, pelatihan kerja, dan berorientasi
mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif partisipatif para
stakeholders pendidikan.
E. DAFTAR RUJUKAN
Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. 1982. Vocational Education : Concept and
Operations. California : Wads Worth Publishing Company.
Djohar, A. 2012. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/195012051979031AS’ARI_DJOHAR/MAKALAH/PENDIDIKAN_TEKNOILOGI_DAN_KEJURUAN.pdf), diakses 20 Desember 2012.
Hasan, B. 2012. Pendidikan Kejuruan di Indonesia. (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/195512041981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIKAN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.pdf), diakses 20 Desember 2012.
Kurniawan. 2012. Pendidikan Kejuruan Harus Demokratis. (Online), (http://re-
searchengines.com/0208kurniawan.html) diakses 20 Desember 2012.
Makhun, J. 2012. Pendidikan Kejuruan. (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN/IPA/196803081993031JOHARMAKNUN/Pend-kejuruan.pdf), diakses 20 Desember 2012.
Tuwoso, 2012. Kapita Selekta Pendidikan Kejuruan. Malang: PPs UM
______, 2012. Implementasi Filsafat Pendidikan di Pendidikan
Teknologi Kejuruan. (Online), (http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/implementasi-filsafat-pendidikan-di-pendidikan-teknologi-kejuruan.pdf), diakses 20 Desember 2012.