final bab 1. pendahluanoke
DESCRIPTION
pendahuluanTRANSCRIPT
RTRW Kabupaten Tangerang
1-1
Laporan Akhir
PENDAHULUAN
1.1 DASAR HUKUM
Dasar hukum untuk penyusunan rencana tata ruang ini, meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Himpunan Peraturan Negara
Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3272);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3469);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3478);
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010 - 2030
RTRW Kabupaten Tangerang
1-2
Laporan Akhir
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470);
8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3647);
9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun1996 tentang Pangan (Lembaran Negara tahun
1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);
10. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3888);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4010);
12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara
No. 134, Tambahan Lembaran Negara No.3477);
13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4389);
14. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433);
15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonsia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
17. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Nomor
132 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 444.);
RTRW Kabupaten Tangerang
1-3
Laporan Akhir
18. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
20. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4690);
21. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tentang Penerbangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83. Tambahan Lembaran
Negara Tepublik Indonesia Nomor 5014);
26. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5059;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1995 tentang Pemindahan Ibukota
Kabupaten Dati II Tangerang Dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang Ke
Kecamatan Tigaraksa Di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang,
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 27,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3597)
RTRW Kabupaten Tangerang
1-4
Laporan Akhir
28. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3658);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3660);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta Tata Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran negara Nomor
3934);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 45 Tambahan lembaran Negara Nomor
4385);
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 82);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4833);
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang
Konservasi Sumber Daya Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 134. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779);
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pengelolaan Kawasan Pusat kegiatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol sebagaimana
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
RTRW Kabupaten Tangerang
1-5
Laporan Akhir
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang
Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019);
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
41. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur;
42. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Pusat kegiatan;
43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
44. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman
Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya;
45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
46. Peraturan Daerah Propinsi Banten Nomor..... Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi Banten,...............
47. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 1999 tentang
Penyediaan Lahan untuk Tempat Pemakaman Umum oleh Pengembang
Perumahan, (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Tahun
1999 Nomor 1 Seri E);
48. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Reklamasi untuk Kawasan Pengembangan Perkotaan Baru
(KPPB), (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 08, Tambahan Lembaran Daerah
Tahun 2006 Nomor 0806);
49. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pos dan
Telekomunikasi, (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 08. Tambahan Lembaran
Daerah Tahun 2008 Nomor 0808);
RTRW Kabupaten Tangerang
1-6
Laporan Akhir
1.2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANGERANG
1.2.1 Letak Geografis
Kabupaten Tangerang terletak di bagian
Timur Provinsi Banten pada koordinat
106°20’-106°44’ Bujur Timur dan 5°58’-
6°21’ Lintang Selatan. Kabupaten
Tangerang termasuk salah satu daerah yang
menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten.
Terletak pada posisi geografis cukup
strategis dengan batas-batas.
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa (dengan garis pantai ± 51 Km1),
Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan DKI
Jakarta
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) dan
Lebak
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.
Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia
(DKI Jakarta) sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya
dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi
jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera.
Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu
potensi Kabupaten Tangerang untuk berkembang menjadi daerah penyangga Ibukota
Jakarta. Secara geografis menjadi pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten
dengan Provinsi DKI Jakarta. Kedekatan dengan Ibukota dan sebagai pintu gerbang
antara Banten dan DKI Jakarta maka akan menimbulkan interaksi yang menumbuhkan
fenomena interdepedensi yang kemudian berdampak pada timbulnya pertumbuhan
pada suatu wilayah. Sebagai bentuk efek pertumbuhan wilayah, trickling down dan
backwash effect, sehingga terjadi bentuk hubungan yang sinergis.
1.2.2 Wilayah Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Tangerang sebesar 95,961 Ha atau 959,61 Km2. Luas terbesar
berada di Kecamatan Rajeg yaitu sebesar 5.370 Ha atau 5,60 % dari luas wilayah
Kabupaten Tangerang, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil yaitu
RTRW Kabupaten Tangerang
1-7
Laporan Akhir
Kecamatan Sepatan yaitu 1.732 Ha atau 1,80 %. Kabupaten Tangerang terbagi ke
dalam 29 kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 desa dengan pusat pemerintahan berada
di Kecamatan Tigaraksa. Secara rinci, luas dan jumlah administrasi pemerintahan
Kabupaten Tangerang Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.1. dan Gambar 1.1 dan
1.2.
Tabel 1.1
Wilayah Administrasi Kabupaten Tangerang
Tahun 2008
No. Kecamatan Luas
Wilayah ( Km2 )
Kelurahan Desa
1 Cisoka 26.98 - 10
2 Solear 29.01 - 7
3 Tigaraksa 48.74 2 12
4 J a m b e 26.02 - 10
5 Cikupa 42.68 2 12
6 Panongan 34.93 1 7
7 C u r u g 27.41 3 4
8 Kelapa Dua 24.38 5 1
9 L e g o k 35.13 1 10
10 Pagedangan 45.69 1 10
11 Cisauk 27.77 1 5
12 Pasar Kemis 25.92 4 5
13 Sindang Jaya 37.15 - 7
14 Balaraja 33.56 1 8
15 Jayanti 23.89 - 8
16 Sukamulya 26.94 - 8
17 K r e s e k 25.97 - 9
18 Gunung Kaler 29.63 - 9
19 K r o n j o 44.23 - 10
20 Mekar Baru 23.82 - 8
21 M a u k 51.42 1 11
22 K e m i r i 32.7 - 7
23 Sukadiri 24.14 - 8
24 R a j e g 53.7 1 12
25 Sepatan 17.32 1 7
26 Sepatan Timur
18.27 - 8
27 Pakuhaji 51.87 1 13
28 Teluknaga 40.58 - 13
29 Kosambi 29.76 3 7
Jumlah 959.61 28 246 Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka, BPS Tahun 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-8
Laporan Akhir
Gambar 1.1
Peta orientasi Kabupaten Tangerang
RTRW Kabupaten Tangerang
1-9
Laporan Akhir
Gambar 1.2
Peta Batas Administrasi
Kabupaten Tangerang
RTRW Kabupaten Tangerang
1-10
Laporan Akhir
1.3 KEPENDUDUKAN
1.3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2008 sebanyak 2,508,967 jiwa
dengan laju pertumbuhan 2,70 % pertahun. Kecenderungan peningkatan jumlah
penduduk dari waktu ke waktu, tentunya bukan hanya disebabkan oleh pertambahan
secara alamiah, tetapi tidak terlepas dari kecenderungan masuknya migran yang
disebabkan oleh daya tarik Kabupaten Tangerang, seperti banyaknya perusahaan
industri besar/sedang dan juga sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan DKI
Jakarta yang menjadi daerah limpahan penduduk DKI Jakarta. Hal tersebut akan
membutuhkan ruang yang memadai dengan lapangan kerja baru untuk mengimbangi
pertambahan tenaga kerja.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka Kecamatan Cikupa mempunyai jumlah
penduduk terbesar sebanyak 192,974 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil
terdapat di Kecamatan Mekar Baru dengan jumlah penduduk 38,232 jiwa. Apabila dilihat
dari laju perkembangannya, perkembangan penduduk di Kabupaten Tangerang pada
tahun 2003 – 2008 terbesar adalah di Kecamatan Tigaraksa dengan rata-rata
pertumbuhan pertahun sebesar 4,19%, sedangkan yang paling rendah adalah
Kecamatan Cisauk dengan pengaruh pemekaran desa/kelurahan yaitu laju
pertumbuhan penduduk pertahun adalah sebesar -6,42 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1.2, dan Gambar 1.3 dan 1.4.
Tabel 1.2
Jumlah dan Perkembangan Penduduk Per Kecamatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2002 – 2008
No. Kecamatan
Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) Laju Pertumbuhan
(%) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Cisoka 113,062 122,624 122,952 127,631 132,206 69,226 70,866 -4.86
2 Solear* - - - - - 66,102 67,668 2.37
3 Tigaraksa 78,125 87,334 87,568 89,366 95,314 97,243 99,545 4.19
4 J a m b e 32,888 34,597 34,690 34,622 37,690 38,509 39,423 3.11
5 Cikupa 163,976 172,541 173,003 179,586 185,854 188,506 192,974 2.76
6 Panongan 54,673 60,476 60,638 60,672 66,015 67,471 69,069 4.05
7 C u r u g 201,786 217,162 217,743 226,031 237,357 137,600 140,861 -3.83
8 Kelapa Dua* - - - - - 134,115 137,308 2.38
9 L e g o k 102,505 104,096 104,375 108,347 110,405 82,701 84,662 -2.53
10 Pagedangan 75,446 78,498 78,708 78,911 77,483 79,234 81,115 1.23
RTRW Kabupaten Tangerang
1-11
Laporan Akhir
No. Kecamatan
Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) Laju Pertumbuhan
(%) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
11 Cisauk 86,195 91,039 91,283 91,294 98,835 44,448 45,503 -6.42
12 Pasar Kemis 197,400 225,565 226,169 242,278 246,746 187,809 192,264 0.33
13 Sindang Jaya*
- - - - - 68,853 70,486 2.37
14 Balaraja 132,075 137,288 137,655 142,895 149,558 100,727 103,117 -2.93
15 Jayanti 56,018 59,314 59,473 59,657 63,610 57,226 58,581 0.90
16 Sukamulya* - - - - - 59,402 60,810 2.37
17 K r e s e k 95,214 103,414 103,691 104,379 111,932 61,977 63,445 -4.25
18 Gunung Kaler*
- - - - - 52,300 53,541 2.37
19 K r o n j o 82,471 84,361 84,587 85,483 91,567 56,151 57,482 -4.26
20 Mekar Baru* - - - - - 37,348 38,232 2.37
21 M a u k 69,642 70,743 70,932 71,209 75,992 77,701 79,543 2.26
22 K e m i r i 36,579 37,466 37,566 37,531 41,066 42,102 43,101 2.82
23 Sukadiri 48,265 49,464 49,596 49,411 53,354 54,535 55,826 2.49
24 R a j e g 95,086 107,292 107,579 108,016 111,035 108,819 111,401 2.78
25 Sepatan 127,543 132,305 132,659 132,787 143,665 75,000 76,778 -5.52
26 Sepatan Timur*
- - - - - 72,023 73,733 2.37
27 Pakuhaji 89,595 91,021 91,265 91,221 98,758 101,098 103,493 2.47
28 Teluknaga 107,447 113,391 113,694 113,749 123,004 125,757 128,737 3.10
29 Kosambi 95,316 96,963 97,223 96,784 104,744 106,869 109,403 2.36
Jumlah 2,141,307 2,276,954 2,283,049 2,331,860 2,456,190 2,450,852 2,508,967 2.70
Sumber : BPS, Kabupaten Tangerang Dalam Angka, Tahun 2003 – 2008 Keterangan : * data masih tergabung dengan kecamatan induk
Gambar 1.3
Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2002-2008
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
Cis
oka
Sole
ar*
Tig
arak
sa
J a m
b e
Cik
up
a
Pan
on
gan
C u
r u
g
Ke
lap
a D
ua*
L e
g o
k
Pag
ed
anga
n
Cis
auk
Pa
sar
Ke
mis
Sin
dan
g Ja
ya*
Bal
ara
ja
Jay
an
ti
Suka
mu
lya*
K r
e s
e k
Gu
nu
ng
Kal
er*
K r
o n
j o
Me
kar
Bar
u*
M a
u k
K e
m i
r i
Suka
dir
i
R a
j e
g
Sep
ata
n
Sep
atan
Tim
ur*
Pak
uh
aji
Telu
knag
a
Ko
sam
bi
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-12
Laporan Akhir
Gambar 1.4
Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tahun
Kabupaten Tangerang Tahun 2002 - 2008
1.3.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk mencerminkan jumlah penduduk per luas tertentu (dalam satuan
KM2). Kepadatan penduduk per satuan luas tertentu dapat mencerminkan pula interaksi
antar individunya. Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2008
sebesar 2.615 jiwa/KM2. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk di
Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Kepadatan Penduduk di
Kabupaten Tangerang Tahun 2008
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km
2)
1 Cisoka 26.68 70,866 2,656
2 Solear 29.01 67,668 2,333
3 Tigaraksa 48.74 99,545 2,042
4 J a m b e 26.02 39,423 1,515
5 Cikupa 42.68 192,974 4,521
6 Panongan 34.93 69,069 1,977
7 C u r u g 27.41 140,861 5,139
1900000
2000000
2100000
2200000
2300000
2400000
2500000
2600000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah Penduduk
RTRW Kabupaten Tangerang
1-13
Laporan Akhir
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km
2)
8 Kelapa Dua 24.38 137,308 5,632
9 L e g o k 35.13 84,662 2,410
10 Pagedangan 45.69 81,115 1,775
11 Cisauk 27.77 45,503 1,639
12 Pasar Kemis 25.92 192,264 7,418
13 Sindang Jaya 37.15 70,486 1,897
14 Balaraja 33.56 103,117 3,073
15 Jayanti 23.89 58,581 2,452
16 Sukamulya 26.94 60,810 2,257
17 K r e s e k 25.97 63,445 2,443
18 Gunung Kaler 29.63 53,541 1,807
19 K r o n j o 44.23 57,482 1,300
20 Mekar Baru 23.82 38,232 1,605
21 M a u k 51.42 79,543 1,547
22 K e m i r i 32.70 43,101 1,318
23 Sukadiri 24.14 55,826 2,313
24 R a j e g 53.70 111,401 2,075
25 Sepatan 17.32 76,778 4,433
26 Sepatan Timur 18.27 73,733 4,036
27 Pakuhaji 51.87 103,493 1,995
28 Teluknaga 40.58 128,737 3,172
29 Kosambi 29.76 109,403 3,676
Jumlah 959.61 2,508,967 2,615
Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka, BPS Tahun 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-14
Laporan Akhir
Gambar 1.5
Peta Sebaran penduduk
RTRW Kabupaten Tangerang
1-15
Laporan Akhir
1.4 POTENSI BENCANA ALAM
Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang tidak cocok untuk pengembangan
wilayah, sehingga untuk pengembangan kegiatan fisik binaan sebaiknya dikembangkan
didaerah yang tidak rawan bencana. Untuk mengetahui dalam penentuan zona
kerentanan gerakan tanah yang ditentukan berdasarkan pada kejadian gerakan tanah
setempat maupun tingkat kerentanan untuk terkena gerakan tanah adalah dengan
parameter penentunya yaitu : geologi, geomorfologi, kemiringan, curah hujan, vegetasi
penutup serta intensitas kegempaan.
A. Kerentanan Tanah
Berdasarkan pada laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang
dalam dokumen analisisnya menyatakan bahwa kerentanan terhadap gerakan
tanah di Kabupaten Tangerang relatif tidak mempengaruhi terhadap pembangunan
wilayah.
B. Rawan Banjir
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang berada pada dataran rendah
sehingga Kabupaten Tangerang tidak bisa terhindar dari masalah banjir apalagi
pada saat curah hujan tinggi, maka ada beberapa lokasi langganan banjir di bagian
utara Kabupaten Tangerang.
1.5 POTENSI SUMBER DAYA ALAM
1.5.1 Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah, yang
memiliki topografi relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 - 3%. Ketinggian
wilayah antara 0 - 85 m di atas permukaan laut. Secara garis besar terdiri dari 2 (dua)
bagian, yaitu :
1. Dataran rendah dibagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas
permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek,
Gunung Kaler, Kronjo, Mekarbaru, Pakuhaji, Sepatan dan Sepatan Timur.
2. Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian antara 25 - 85
meter di atas permukaan laut. Kemiringan tanah rata-rata 0-8 % menurun ke Utara.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.6 dan Gambar 1.7.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-16
Laporan Akhir
Gambar 1.6
Peta Kerentanan Tanah
Kabupaten Tangerang
RTRW Kabupaten Tangerang
1-17
Laporan Akhir
Gambar 1.7
Peta Ketinggian Kabupaten Tangerang
RTRW Kabupaten Tangerang
1-18
Laporan Akhir
1.5.2 Jenis Tanah
Jenis tanah Kabupaten Tangerang secara keseluruhan terdiri dari aluvial kelabu, aluvial
kelabu tua, asosiasi aluvial kelabu tua dan glei humus rendah, asosiasi glei humus, dan
planosol, regosol coklat, asosiasi latosol merah dan latosol merah kecoklatan, padsolic
kuning, asosiasi padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning dan hidromorf kelabu.
Dengan jenis tanah demikian memungkinkan untuk pengembangan pertanian dan
budidaya. Proses terjadinya tanah aluvial ini berlangsung karena adanya endapan
sungai dan danau di daerah pedataran dan daerah cekungan. Di wilayah dataran
rendah dijumpai pula jenis tanah glei regosol dan sedikit padsolic yaitu asosiasinya.
Keadaan jenis tanah ini dapat dilihat pada Gambar 1.8.
1.5.2.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah komposisi fraksi pasir, debu dan tanah liat pada agregat (massa)
tanah, sehingga dapat dikelompokkan ke dalam kelas tekstur tanah yaitu : halus,
sedang, dan kasar. Luas wilayah Kabupaten Tangerang berdasarkan pengelompokan
tersebut terdiri dari :
1. Tekstur halus : 60.549 Ha (54,53 %)
2. Tekstur sedang : 46.936 Ha (42,27 %)
3. Tekstur kasar : 3.553 Ha (3,20 %)
Tekstur tanah seperti ini sangat cocok untuk pengembangan budidaya pertanian dan
tanaman keras.
1.5.2.2 Kedalaman Efektif Tanah
Yang dimaksud dengan efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan
tanah atau suatu lapisan di mana perakaran tanaman dapat menerobosnya. Kedalarnan
efektif tanah berpengaruh terhadap erosi dan pemilihan jenis tanaman yang cocok di
suatu wilayah. Kabupaten Tangerang terbagi atas 3 kelas kedalarnan efektif tanah,
meliputi :
1. Kedalaman 30 - 60 cm seluas 33 Ha (0,03 %)
2. Kedalaman > 60 - 90 cm seluas 2.598 Ha (2,34 %)
3. Kedalaman > 90 cm seluas 101.777 Ha (91,66 %)
RTRW Kabupaten Tangerang
1-19
Laporan Akhir
Gambar 1.8
Peta Jenis Tanah Kabupaten Tangerang
RTRW Kabupaten Tangerang
1-20
Laporan Akhir
1.5.3 Hidrologi
1.5.3.1 Kondisi Sumberdaya Air
Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Tangerang digambarkan melalui kondisi
sumber air permukaan dan air tanah. Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi meskipun
terjadi fluktuasi debit aliran yang cukup besar antara musim hujan dan musim kemarau,
sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya indikasi pencemaran di beberapa sungai.
Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan kegiatan dan jumlah penduduk
Kabupaten Tangerang. Kebutuhan air ini harus tetap bisa dipenuhi dari sumber-sumber
air yang ada, sehingga diperlukan tindakan pelestarian sumberdaya air, baik air
permukaan maupun air tanah.
Mengantisipasi kebutuhan air yang terus meningkat, perlu dilakukan identifikasi dan
inventarisasi seluruh sumberdaya air yang ada, termasuk kemungkinan pemanfaatan
teknologi di bidang pemurnian air (daur ulang,
desalinasi air laut).
Air tanah secara umum memiliki potensi yang cukup
tinggi, meskipun di beberapa Kecamatan (Kecamatan
Mauk, Sukadiri, Kemiri, Kronjo, Pakuhaji, Teluk Naga
dan Kecamatan Kosambi) terindikasi intrusi air laut
dan terjadinya eksploitasi air tanah yang cukup tinggi
untuk kebutuhan industri karena terbatasnya sumber air permukaan.
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang dengan
Puskom dan IT FMIPA UI (2003) diketahui bahwa di sebagian wilayah Kabupaten
Tangerang (meliputi 6 kecamatan yaitu : Mauk, Rajeg, Pasar Kemis, Cikupa, Curug dan
Legok) terdapat 3 lapisan akifer meliputi:
1. Akifer dangkal dengan kedalaman < 20 m yang didominasi oleh lapisan pasir;
2. Akifer menengah dengan kedalaman 20 – 70 m yang merupakan lapisan lempung
formasi Bantam Atas;
3. Akifer dalam dengan kedalaman > 70 m yang merupakan bagian dari formasi Genteng
dan formasi Bojongmanik.
Recharge akifer dangkal dan menengah berasal dari air hujan dan sungai/danau,
sedang recharge akifer dalam melalui batuan formasi Bojongmanik di sebelah selatan
yang tersingkap (outcroped) dengan elevasi yang lebih tinggi dibanding lokasi penelitian.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-21
Laporan Akhir
Selain itu terdeteksi adanya intrusi air laut sejauh ± 7 km dari pantai ke darat di
Kecamatan Mauk dengan kedalaman intrusi maksimal 70 m. Adapun kualitas air
tanah di daerah utara (Mauk) didominasi oleh air tanah payau-asin sedang ke arah
selatan kualitas air tanah relatif lebih baik.
1.5.3.2 Potensi Sumberdaya Air
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRT/1989, tentang pembagian
wilayah sungai, pasal (1) disebutkan: Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah tata
pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai
(DPS). Sedang pada pasal 1 ayat (3), disebutkan : Daerah Pengaliran Sungai adalah
suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap dan
/ atau melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan.
Dengan demikian Satuan Wilayah Sungai (SWS) bisa diartikan sebagai pengaturan
wewenang wilayah kerja pengelolaan sungai, sedang daerah pengaliran sungai adalah
tempat mengalirnya sungai yang terbentuk secara alamiah dari satu sungai dan anak-
anak sungainya yang dibatasi dengan daerah aliran sungai lainnya oleh batas-batas
alamiah.
Dari laporan Studi Potensi dan Pengembangan Sumberdaya Air Tersebar di Kabupaten
Tangerang, Dinas PU Kabupaten Tangerang, Nopember tahun 2002, diketahui bahwa
potensi air sungai dan situ/rawa yang merupakan potensi air permukaan di Kabupaten
Tangerang berdasarkan Satuan Wilayah Sungai (SWS) menunjukan potensi sebagai berikut:
1. Debit terkecil rata-rata bulanan SWS Cisadane-Ciliwung, sebesar 2,551 m³/dt
diwakili oleh pengukuran di Sungai Cidurian, stasiun Parigi dalam tahun 1995,
sedang debit terbesar rata-rata bulanan sebesar 115,315 m³/dt, diukur di Sungai
Cisadane, stasiun Batu Beulah dalam periode 1991 sampai 1998.
2. Di SWS Cisadane-Cikuningan, belum ada data pengukuran jangka panjang,
pengukuran dilakukan sesaat menggunakan current meter dan didapat debit aliran
terkecil sebesar 0,078 m³/dt diwakli oleh pengukuran di Sungai Cikoncang, stasiun
Cikeusik pada tanggal 5 September 2002, sedang debit terbesar adalah 2,454 m³/dt
diwakili oleh pengukuran di Sungai Cimadur, stasiun Sukajaya pada tanggal 6
September tahun 2002.
3. Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukan bahwa
Kabupaten Tangerang mengalami defisit air pada bulan Maret sampai bulan
RTRW Kabupaten Tangerang
1-22
Laporan Akhir
November (8 bulan) sementara suplus air
hanya terjadi pada bulan Desember, Januari
dan Februari (3 bulan).
4. Air tanah, debit air tanah di Kabupaten
Tangerang berkisar antara 3 – 10
liter/detik/Km2. Air tanah ini cenderung diambil
secara berlebihan di sepanjang jalan Jakarta –
Tangerang oleh industri-industri, sehingga
terjadi penurunan muka air tanah yang cukup
drastis. Di bagian utara kabupaten air tanah
umumnya tidak dapat digunakan karena
asin/payau.
Potensi sumberdaya air tanah-dalam (seperti dinyatakan dalam Perda Kabupaten
Tangerang Nomor 9 tahun 2003 lampiran I Perda Pola Induk Pengelolaan Sumberdaya
Air Kabupaten Tangerang, Agustus 2003) tersimpan dalam cekungan air bawah tanah
(CABT). Terdapat 5 buah CABT di Kabupaten Tangerang dengan potensi air tanah
secara total cukup besar. Potensi tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
potensi sebagai imbuhan air tanah bebas (Q1) sebesar 3.278 juta m³/tahun dan potensi
sebagai aliran air tanah tertekan (Q2) sebesar 100 juta m³/tahun. Untuk lebih jelasnya
peta sumber air permukaan di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 1.9.
Selain sungai dan air tanah di Kabupaten Tangerang juga banyak dijumpai badan air
permukaan berupa danau atau situ yang tersebar hampir di wilayah Kabupaten
Tangerang. Sebaran situ beserta luasannya dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Situ Pasir Gadung
Kecamatan Cikupa
RTRW Kabupaten Tangerang
1-23
Laporan Akhir
Sumber :Lapaoran Akhir RTRW Provinsi Banten 2010-2030
1.5.3.3 Kualitas Air Sungai dan Air Tanah
Perkembangan kegiatan industri meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya air dalam
hal penurunan kualitas air (terjadi pencemaran air), demikian juga buangan limbah
domestik (rumah tangga) ikut memberi andil terhadap penurunan kualitas air.
Pencemaran cukup bervariasi yang ditunjukkan oleh beberapa paramater dan lokasi
pengambilan contoh yang berbeda-beda. Gambaran kualitas air sungai ini dapat dilihat
pada Tabel 1.5.
Tabel l 1.4
Sebaran Situ di Kabupaten
Tangerang
1 Situ Cikeudal Babakan Lor Cikeudal 219,00 1 Situ Belungan Cijeruk Cikande 9,37
1 Situ Palayangan Margajaya Cimarga 7,00 2 Situ Jami Cipicung Cikeudal 36,00 2 Situ Ciberang Banjar Ciberang Cikande 6,00
2 Situ Cilembur Selaraja Warunggunung 4,50 3 Situ Kadupayung Cipicung Cikeudal 4,00 3 Situ Terate Situ Terate Cikande 26,00
3 Situ Cijoro Rangkasbitung Rangkasbitung 10,00 4 Situ Gambar Cipicung Cikeudal 5,00 4 Situ Ciwaka Pengampelan Walantaka 40,00
4 Situ Cibojan Sukarame Sajira 2,00 5 Situ Cukang Sadang Serangsar, Pagelaran 216,00 5 Situ Cibiral Tanjungsari Pabuaran 3,00
5 Situ Citinggar Sajira Sajira 5,00 6 Situ Ciburung Jiput Pagelaran 1,50 6 Situ Rampones Sindangmandi Pabuaran -
6 Situ Cibangreng Muaradua Cikulur 0,50 7 Situ Gede Menes Menes 36,00 7 Situ Sindangmandi Sindangmandi Pabuaran 6,00
7 Situ Ciboleger Cisinet Leuwidamar 2,00 8 Situ Gongggong Purwaraja Menes 51,00 8 Situ Tasik Kardi Margasana Kramatwatu 20,00
8 Situ Cicinta Majasari Maja 3,50 9 Situ Ciranjeng Alaswangi Menes 2,00 9 Situ Rawa Danau Ds.Batukuwung, Padarincang 1,184.38
9 Situ Cikamunding/Hang Cikamunding Cilocrang 5,00 10 Situ Kaduranca Sukamaju Menes - Ds. Kalumpang
10 Situ Cimaesta Cijeogkol Cilograng 3,00 11 Situ Parongpong a.Menes Menes 38,00 Luwuk, Kaduagung Gunungsari 115,62
11 Situ Sinar Galih Bayah Bayah 3,50 12 Situ Alaswangi Alaswangi Menes 4,50 10 Situ Telaga Wangsa Cipayung Padarincang 10,00
12 Situ Gede Citeupusen Sindangratu Panggarangan - 13 Situ Cikeumpong Tegalwangi Menes 4,50 11 Situ Cirahab Cipayung Padarincang 5,00
13 Situ Gunung Buleud Sindangratu Panggarangan 2,00 14 Situ Cicanggcng Gunungcupu Cimanuk 0,50 12 Situ Ranca Gede Jakung Babakan Pamarayar -
14 Situ Ciburial Cibeber Panggarangan 1,50 15 Situ Cibeuteung Peurih Bojong datar Saketi 4,00 13 Situ Cikulur Kranji Taktakan 30,00
15 Situ Lebak Larang Mekarsari Cibeber 3,00 16 Situ Cihaji Cipinang Munjul 100,00 14 Situ Jakung Cilowong Taktakan 30,00
16 Rawa Lebakesik Sukatani Warasalam 5,00 17 Situ Cibeureum Langensari Saketi 100,00 15 Situ Cibulakan Sukabana Ciomas 1,00
17 Rawa Gunggurung Sukatani Warasalam 10,00 18 Situ Batuhideung Sukajadi Cibaliung 52,00 16 Situ Citaman Tamansari Baros 1,00
18 Rawa Bagedur Sukamanah Malingping 110,00 19 Situ Sadang Sidomanik Cibaliung 2,00 17 Rawa Gede Kawao Binuang Carenang 75,00
19 Bdg Konsolidasi Cisela Girijaya Cipanas - 20 Waduk Ciandir Saketi Saketi 3,00 18 Rawa Bojong Herang Pamanuk Carenang 10,00
20 Bdg Konsolidasi Cimalur Malangsari Cipanas - 21 Waduk Cikuranten Pasirbatu Pardeglang 5,00 19 Rawa Bojong Pring Gabus Carenang 6,00
21 Bdg Konsolidasi Ciberang Nanggala Cipanas - 20 Rawa Pasar Raut Bojongmenteng Petir 20,00
22 Waduk Cimalur Cibatu Keusik Banjarsari 35,00 21 Rawa Enang Kamuning Tunjung Teja 10,00
23 Waduk Ciceureum Kumpay Banjarsari 12,30 22 Waduk Cikande Cikande Cikande 4,00
24 Waduk Cikoncang Cikoncang Malingping - 23 Waduk Cilesung Sukacai Baros -
25 Waduk Cibinuangeun Cibinuangeun Malingping - 24 Waduk Balungan Sentul Kragilan 40,00
26 Waduk Cilangkahan Cibinuangeun Malingping 25 Waduk Ciranjen Junti Junti 3,00
26 Waduk Cibulegar Cibulegar Cibulegar 2,00
27 Waduk Cipaseh Anyar Anyar 4,50 28 Waduk Citawang Cinangka Cinangka 3,20
29 Waduk Ciujung Lama Pepetan Portang 60,00
30 Waduk Lontar Lontar Tirtayasa 6,90
31 Waduk Ciligawir Kadu Embe Citasuk 3,20
1 Situ Pondok Sukaharja Pasarkemis 27,70 1 Situ Pondok Jagung Pondokjagung SerPong 7,95 1 Situ Cipondoh Cipondoh Cipondoh 142,00
2 Situ Cilongok Sukamantri Pasarkemis 23,00 2 Situ Ciledug Pordok Benda Pamulang 31,44 2 Situ plawad Plawad Cipondoh 6,50
3 Situ Pasirgadung Pasirgadung Cikupa 7,30 3 Situ Pamulang Pamulang Barat, Ciputat 25,30 3 Situ Gede ( Besar ) Cikokol Tangerang 5,40
4 Situ Kelapa Dua Kelapa Dua Curug 37,50 Pamulang Timur 4 Situ Cangkring Priuk Jatiuwung 6,00
5 Situ Cihuni Cihuni Legok 32,34 4 Situ Bungur Pondokranji Ciputat 3,25 5 Situ Bulakan - Periuk 30,00
6 Situ Jengkol Cikuya Cisoka 4,10 5 Situ Kayu Atap Rempoa Ciputat 1,63 6 Situ Kompeni Rawabokor Benda 70,00
7 Rawa Ranca Ilat Cirumpak,Kemuning, Kronjo 67,98 6 Situ Rompong Rempoa Ciputat 1,70 7 Situ Bojong
8 Rawa Waluh Kosambi Dalam Kronjo 70,00 7 Situ Legoso Cempakaputih Ciputat 4,00 8 Situ Kunciran
9 Rawa Garugak Kemuning Kresek 177,00 8 Situ Gintung Pisangan,Cireundeu Ciputat 24,40
10 Rawa Patrasana Patrasana,Pasirampo Kresek 245,00 9 Situ Parigi Pargi PondokareN 5,25
11 Rawa Gabus Tamiang Kresek 9,72
12 Rawa Genggong Tamiang Kresek 8,40
13 Rawa Setingin Klebet Kemiri 26,40
14 Rawa Gede Pekayon, Sukadiri Mauk 2,80
15 Rawa Sulang Lebakwangi Sepatan 8,00
16 Rawa Koja Pisangan Jaya Sepatan - 1 2 3 4 5
17 Rawa Kepuh Rawaboni,Pakuhaji, Pakuhaji -
18 Rawa Gelam/Panggam Kutajaya Pasarkemis 11,70
19 Rawa Pangodokan Kutabumi Pasarkemis - 1 Rawa Arum Rawa Arum Pulomerak 17,00
20 Rawa Dadap Pagedangan Pasarkemis
21 Rawa Warung Rebo Wanakerta Pasarkemis 7,90
22 Rawa Bojong Bojong Cikupa 7,60
23 Rawa Jambu Jambukarya Rajeg -
NAMA
SITU/DANAU/RAWA
LOKASI
Desa Kecamatan
LUAS
KOTA CILEGON
KABUPATEN LEBAK
KABUPATEN TANGERANG
NAMA
SITU/DANAU/RAWALUAS
LOKASI
NO
NONAMA
SITU/DANAU/RAWA
KOTA TANGERANG SELATAN
NODesa Kecamatan
SITU/RAWA/DANAU DI PROVINSI BANTEN
NONAMA
SITU/DANAU/RAWA
LOKASILUAS
NONAMA
SITU/DANAU/RAWA
LOKASILUAS
NONAMA
SITU/DANAU/RAWA
LOKASILUAS
Desa Kecamatan
Desa KecamatanLUAS
LOKASI
Desa Kecamatan
KOTA TANGERANG
KABUPATEN PANDEGLANG
NONAMA
SITU/DANAU/RAWA
LOKASI
Desa Kecamatan
KABUPATEN SERANG
Desa KecamatanLUAS
Pengadegan
Sindang Jaya
Pasar kemis
Kelapa Dua
Pagedangan
Solear
Sukadiri
Pasar Kemis
Sindang Jaya
RTRW Kabupaten Tangerang
1-24
Laporan Akhir
Tabel 1.5
Kualitas Air Sungai di Kabupaten Tangerang
Sungai Kuantitas Parameter Pencemar yang melebihi baku mutu
(kelas III) PP 82/2001
Hulu Tengah Hilir
Cidurian Panjang ± 81,5 km; luas ± 865 km
2,
Debit rata-rata bulanan = 2,551m
3/dt (st.
Parigi)
Kekeruhan, Total koliform, Total fosfat
Kekeruhan, COD, Total koliform, Total fosfat
Salinitas, kekeruhan, COD, Total koliform, Total fosfat
Cisadane Panjang ± 140 km; luas ± 1411 km
2,
Debit rata-rata bulanan = 115,315 m
3/dt (st. Batu
Beulah)
Kekeruhan, COD, Total koliform
COD, Oksigen terlarut
COD, Total koliform
Cimanceuri Panjang ± 60 km; luas ± 570 km
2,
debit = 0,601 m³/dt (st. Balaraja)
Tiga raksa Cibadak Balaraja
Kekeruhan , Permanganat
Kekeruhan, Permanganat
Kekeruhan,Permanganat, Nitrit
Kekeruhan, COD, total koliform
COD Total koliform
Sumber : Hasil pemantauan kualitas air tahun 2002 (BPSDA-Kabupaten Tangerang).
RTRW Kabupaten Tangerang
1-25
Laporan Akhir
GAMBAR 1.9
PETA HIDROGEOLOGI
RTRW Kabupaten Tangerang
1-26
Laporan Akhir
1.5.4 Geologi
Kabupaten Tangerang bagian Utara merupakan daerah yang sedikit bergelombang
lemah. Daerah ini termasuk dalam ketegori bentuk lahan bentukan asal pengendapan
(alluvial). Untuk lebih jelasnya peta geologi di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada
Gambar 1.10.
1.5.5 Klimatologi
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas dengan
kelembaban yang tinggi. Temperatur udara berdasarkan penelitian di Stasiun Geofisika
Klas I Tangerang rata-rata berkisar antara 22,8 – 33,90C, suhu maksimum tertinggi pada
bulan Oktober yaitu 33,90C dan suhu minimum terendah pada bulan Agustus dan
September yaitu 22,80C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar
78,3 % dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertingi terjadi pada bulan Februari sedangkan
rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177,3 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan
Desember dengan hari hujan sebanyak 20 hari. Untuk lebih jelasnya lihat pada Tabel
1.6 - 1.8 dan Gambar 1.11.
Tabel 1.6
Temperatur Udara Maksimum dan Minimum
Kabupaten Tangerang Tahun 2008
Bulan Suhu / Temperatur (
0 Celsius)
Maksimum Minimum Rata-rata
1. Januari 32,9 23,8 27,9
2. Pebruari 31,0 23,0 26,5
3. Maret 32,2 23,8 27,1
4. April 32,7 23,9 27,4
5. Mei 32,5 23,8 27,6
6. Juni 32,3 23,5 27,4
7. Juli 32,7 23,3 27,4
8. Agustus 32,9 22,8 27,3
9. September 33,6 22,8 27,7
10. Oktober 33,9 23,9 27,9
11. Nopember 33,3 23,7 27,9
12. Desember 31,1 23,6 26,9
Rata-rata 32,6 23,5 27,4
Sumber : Tangerang Dalam Angka, BPS 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-27
Laporan Akhir
Tabel 1.7
Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan
Kabupaten Tangerang Tahun 2008
Bulan Curah
Hajan (mm)
Hari
Hujan
(hari)
1 Januari 207 12
2 Pebruari 486 20
3 Maret 220 17
4 April 301 18
5 Mei 113 10
6 Juni 79 7
7 Juli 33 4
8 Agustus 106 4
9 September 1 1
8 Oktober 41 5
9 Nopember 125 8
10 Desember 416 21
Rata-rata 177,3 11
Sumber : Tangerang Dalam Angka, BPS 2008
Tabel 1.8
Kelembaban Udara dan Intensitas Matahari
Kabupaten Tangerang Tahun 2008
Bulan Kelembaban
Udara (%)
Intensitas Matahari
(%)
1 Januari 77 62
2 Pebruari 86 41
3 Maret 81 46
4 April 84 45
5 Mei 81 64
6 Juni 78 54
7 Juli 76 75
8 Agustus 72 82
9 September 72 82
10 Oktober 75 63
11 Nopember 75 59
12 Desember 83 38
Rata-rata 78,3 59,3
Sumber : Tangerang Dalam Angka, BPS 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-28
Laporan Akhir
Gambar 1.10
PETA GEOLOGI KABUPATEN TANGERANG
RTRW Kabupaten Tangerang
1-29
Laporan Akhir
Gambar 1.11
PETA CURAH HUJAN
KABUPATEN TANGERANG
RTRW Kabupaten Tangerang
1-30
Laporan Akhir
1.5.6 Kondisi Udara
1.5.6.1 Kondisi Eksisting Pencemaran dan Kualitas Udara
Pencemaran udara dapat terjadi yang disebabkan oleh adanya kontaminan (pencemar)
di udara yang mengakibatkan kandungan senyawa gas menjadi berubah. Perubahan ini
dapat memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup makhluk hidup karena
menimbulkan reaksi kimia secara spontan di udara. Berdasarkan bentuk fisiknya,
pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu yang berbentuk partikulat dan berbentuk
gas.
Indikator terjadinya pencemaran udara mengacu pada 2 peraturan yaitu Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan SK
Menaker No. 51/Menaker/1999 tentang nilai ambang batas (NAB).
Parameter yang diukur dalam menentukan tingkat pencemaran udara antara lain CO2,
SO2, CO, NH3, H2S, HC, Pb, kandungan debu dan tingkat kebisingan. Apabila salah
satu dari komponen pencemaran udara misalnya CO2 yang merupakan salah satu
parameter yang digunakan sebagai indikator pencemaran udara meningkat hingga
melampaui nilai ambang batas (NAB) yang dipersyaratkan, akan membahayakan dan
berakibat buruk bagi kesehatan makhluk hidup.
Nilai baku mutu udara ambien dari tiap parameter menurut Peraturan Pemerintah (PP)
No. 41 thn 1999 dan nilai ambang batas (NAB) menurut SK Menaker No. Kep
51/Menaker/1999 adalah kebisingan (60 dBA), debu (230 µg/m3), CO (10.000 µg/m3),
NO2 (150 µg/m3), SO2 (365 µg/m3), HC (160 µg/m3), Pb(2 µg/m3), NH3 (1360 µg/m3), dan
H2S (42 µg/m3).
Pencemaran udara di Kabupaten Tangerang terutama di daerah perkotaan dari waktu
ke waktu diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
pembangunan di berbagai sektor seperti sektor industri, perhubungan/transportasi dan
pariwisata. Hal ini perlu mendapatkan perhatian secara serius dan perlu penanganan
atau pengendalian secara baik dan komprehensif antara instansi terkait.
1.5.6.2 Sumber Pencemaran Udara
Sumber-sumber utama penyebab pencemaran udara yang terdapat di Kabupaten
Tangerang meliputi 4 (empat) kegiatan meliputi :
RTRW Kabupaten Tangerang
1-31
Laporan Akhir
1. Kegiatan transportasi
2. Kegiatan industri
3. Kegiatan rumah tangga atau pemukiman
4. Persampahan
Sumber pencemaran udara juga dapat dikategorikan menjadi dua sumber yaitu :
1. Sumber bergerak yaitu berasal dari pengoperasian kendaraan darat dan udara.
2. Sumber tidak bergerak yaitu berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan
persampahan.
Pencemaran udara sebagai akibat kegiatan transportasi disebabkan oleh pembakaran
bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan gas buang atau emisi, sedang
pencemaran udara karena kegiatan atau proses industri disebabkan oleh penggunaan
energi seperti batu bara dan pembakaran bahan bakar untuk generator dan penggunaan
AC. Pencemaran udara yang berasal dari kegiatan rumah tangga antara lain berasal
dari pembakaran kayu, sedang pencemaran udara dari kegiatan persampahan
disebabkan oleh proses pembakaran sampah akan menghasilkan partikel debu.
Sumber–sumber lain yang juga akan menyumbang terjadinya pencemaran udara antara
lain adalah kebakaran hutan dan kegiatan pembangunan.
1.5.6.3 Kondisi Beban Pencemaran Udara
1. Pencemaran udara dari kegiatan transportasi
Berdasarkan data yang diperoleh
menunjukkan bahwa kondisi kualitas udara di
Kabupaten Tangerang relatif masih cukup
baik terutama di kawasan pedesaan. Namun
diperkirakan ada beberapa parameter
pencemar udara yang telah mengalami
peningkatan secara signifikan dan pada
beberapa lokasi telah mendekati dan bahkan diatas nilai ambang batas (NAB).
Peningkatan parameter pencemaran udara tersebut telah terjadi terutama di daerah
perkotaan yang rawan kemacetan, di kawasan industri, pelabuhan, bandara, daerah
wisata, dll. Jenis parameter pencemaran yang telah mengalami peningkatan
tersebut antara lain adalah karbon monoksida (CO), debu dan HC sedang
parameter lain seperti SO2, NH3 dan H2S tidak terdeteksi. Pengamatan terhadap
RTRW Kabupaten Tangerang
1-32
Laporan Akhir
kondisi dan beban pencemaran udara di Kabupaten Tangerang diuraikan sebagai
berikut :
a) Pengamatan terhadap kualitas udara di Kabupaten Tangerang, secara umum
menunjukkan bahwa kualitas udara ambien masih dibawah Nilai Ambang Batas
yang ditentukan. Tingkat kualitas udara terendah terdapat di area Pasar Balaraja,
hal ini disebabkan karena tingginya mobilitas penduduk dan tingkat kepadatan
transportasi yang terjadi di area pasar tersebut.
b) Pengamatan yang dilakukan terhadap empat lokasi kawasan industri yaitu
kawasan Manis Kec. Curug, kawasan Bunder Kec. Cikupa, kawasan Pasar
Kemis Kec. Pasar Kemis dan kawasan Cikupa Kec. Cikupa, menunjukkan bahwa
seluruh parameter kualitas udara di seluruh lokasi pengukuran masih di bawah
baku mutu ambien. Karbon Monoksida (CO) terendah di kawasan industri
Bunder, Kecamatan Cikupa sebesar <1 ppm, dan tertinggi di Kawasan Industri
Manis Kecamatan Cicurug sebesar 2,00 ppm. Nitrogen Oksida (NOx) terendah
tercatat di Kawasan Industri Bunder Kecamatan Cikupa sebesar 0,013 (g/m3)
dan yang terbesar adalah 0,022 (g/m3) di Kawasan Industri Manis Kecamatan
Curug.
c) Selain parameter kualitas udara ambien, pada lokasi yang sama juga diukur
tingkat kebisingan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menunjukkan
bahwa dari sejumlah 15 titik ternyata 60% atau 9 titik lokasi kebisingan yang
terukur telah melebihi Nilai Ambang Batas yang ditentukan yaitu 70 dbA (Kep–
48/MENLH/11/1996). Kesembilan titik lokasi tersebut yaitu: (1) Perempatan
masuk Tol Balaraja, (2) Area Pasar Balaraja, (3) Pertigaan Jalan Kota Tigaraksa,
(4) Perbatasan tikungan antara Kecamatan Legok dan Bumi Serpong Damai, (5)
Halaman depan Pasar Curug, (6) Pertigaan Jalan Raya Curug-Serang, (7)
Pertigaan Jalan Raya Serang-Cikupa (Citra Raya), (8) Depan Pasar Cikupa, (9)
Depan Area Kedaton dan Country Golf, Pasar Kemis.
2. Pencemaran udara dari Lokasi TPA sampah
Permasalahan pencemaran udara juga terjadi pada lokasi tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah. Pengelolaan TPA yang kurang optimal dan adanya kesalahan
cara penanganan sampah memicu timbulnya penurunan kualitas udara pada
lingkungan yang ada di sekitarnya. Pengamatan pemantauan kualitas udara pada
salah satu TPA di Kabupaten Tangerang dilakukan terhadap parameter yang diukur
RTRW Kabupaten Tangerang
1-33
Laporan Akhir
meliputi CO, SO2, NOX, H2S, NH3, dan partikel debu. Adapun hasil pengukuran
diuraikan sebagai berikut.
Konsentrasi NO2 dilokasi pemantauan berkisar antara 42,2 - 54,80 g/m3. Nilai ini
masih berada dibawah baku mutu kualitas udara ambien yang menetapkan
maksimum 150 g/m3. Konsentrasi SO2 nilainya berkisar antara 34,35 - 45,76
g/m3. Konsentrasi ini masih memenuhi baku mutu yang menetapkan nilai
maksimum 365 g/m3. Hal ini dimungkinkan oleh pengaruh gas buang dari kegiatan
transportasi (truk angkutan sampah) yang melakukan bongkar sampah di lokasi
TPA. Konsentrasi karbon monoksida (CO) nilainya bervariasi antara 487 g/m3 s.d.
675 g/m3 (masih jauh di bawah baku mutu 10000 g/m3) terdeteksinya bahan
pencemar ini menunjukkan adanya pengaruh gas buang dari aktifitas transportasi.
Hasil pengukuran udara menunjukkan bahwa konsentrasi H2S berkisar antara 9,45
g/m3 s.d. 14,25 g/m3 dan masih dibawah baku mutu (42 gram/m3).
Konsentrasi H2S dimungkinkan karena pengaruh proses penguraian sampah secara
biologis yang pada saat ini telah berjalan beberapa lama. Berdasarkan hasil
pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan debu berkisar antara
38,90-69,55 g/m3, sehingga masih dibawah baku mutu (230 g/m3) Konsentrasi
debu di lokasi TPA dimungkinkan adanya pengaruh kegiatan transportasi angkutan
sampah sehingga menimbulkan resuspensi debu. Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa bahwa NH3 berkisar antara 11,35-12,20 g/m3. (masih jauh di bawah baku
mutu 1360 gram/m3) konsentrasi NH3 dilokasi pemantauan menunjukkan adanya
pengaruh gas buang dari kendaraan angkutan sampah.
Intensitas kebisingan di lokasi TPA dan sekitarnya berkisar antara 44 dBA – 53
dBA. Hasil pengukuran ini masih berada dibawah baku mutu intensitas kebisingan
berdasarkan SK Menteri LH No.48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
yang menetapkan nilai maksimum di daerah sekitar pemukiman adalah 55 dBA.
3. Permasalahan Pencemaran Udara
a) Kesadaran akan pengendalian pencemaran udara masih sangat kurang
b) Daerah belum dilengkapi dengan alat pendeteksi pencemar udara
c) Belum dilaksanakannnya peraturan yang dilengkapi persyaratan teknis untuk
layak kendaraan dan layak jalan termasuk aturan untuk mematuhi batas emisi
dan batas kebisingan.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-34
Laporan Akhir
1.5.7 Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang tidak cocok untuk pengembangan
wilayah, sehingga untuk pengembangan kegiatan fisik binaan sebaiknya dikembangkan
didaerah yang tidak rawan bencana. Untuk mengetahui dalam penentuan zona
kerentanan gerakan tanah yang ditentukan berdasarkan pada kejadian gerakan tanah
setempat maupun tingkat kerentanan untuk terkena gerakan tanah adalah dengan
parameter penetunya yaitu : geologi, bentuk (kelerengan), curah hujan, vegetasi
penutup serta intensitas kegempaan.
1. Rawan Longsor/Amblesan
Berdasarkan pada laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang
dalam dokumen analisisnya menyatakan bahwa daerah rawan longsor/amblesan
yang diakibatkan oleh kerentanan terhadap gerakan tanah di Kabupaten
Tangerang relatif tidak memiliki kendala pengembangan wilayah yang cukup
serius. Untuk lebih jelasnya mengenai kerentanan tanah di Kabupaten Tangerang
dapat dilihat pada Gambar 1.12 Zona Kerentanan Tanah.
2. Rawan Banjir
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang berada pada dataran rendah
sehingga Kabupaten Tangerang tidak bisa terhindar dari masalah banjir apalagi
pada saat curah hujan atau hari hujan sedang tinggi maka ada beberapa lokasi
langganan banjir di beberapa wilayah atau kecamatan di Kabupaten Tangerang.
Untuk mengetahui lokasi-lokasi banjir lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.13
Peta Sebaran Lokasi Banjir.
3. Rawan Terhadap Erosi/Abrasi dan Intrusi Air Laut
Disebelah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai sepanjang 50
km yang rawan terhadap erosi/abrasi akibat gelombang laut, hal ini terjadi akibat
berkurangnya hutan bakau yang penjadi pelindung pantai dari gelombang serta
pasang surut air laut. Kurangnya tanaman keras yang ditanam di daerah pantai
mengakibatkan intrusi air laut yang cukup parah, bahkan pada beberapa tempat
seperti Kosambi, Teluk Naga, Pakuhaji, Sukadiri, Mauk, Kemiri, dan Kronjo
intrusinya sudah mencapai 7 km dari pantai. Gambar 1.14 Peta Rawan
Lingkungan
RTRW Kabupaten Tangerang
1-35
Laporan Akhir
Gambar 1.12 Zona Kerentanan Tanah.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-36
Laporan Akhir
Gambar 1.13 Peta Sebaran Lokasi Banjir.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-37
Laporan Akhir
Gambar 1.14 Peta Rawan Lingkungan
RTRW Kabupaten Tangerang
1-38
Laporan Akhir
1.5.8 Penggunaan Lahan
1.5.7.1 Kondisi Penggunaan Lahan
Perkembangan penduduk yang cepat serta melimpahnya kegiatan industri dan
permukiman ke Wilayah Kabupaten Tangerang mengakibatkan banyak terjadi
pergeseran lahan. Kecenderungan yang terjadi adalah beralihnya fungsi lahan, untuk itu
perlu mendapatkan perhatian mengenai keseimbangan antara fungsi kawasan lindung
dan kawasan budidaya serta aspek kesesuaian lahan.
Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang saat ini meliputi penggunaan untuk
kawasan lindung dan penggunaan lahan untuk kawasan budidaya. Penggunaan lahan
untuk kegiatan lindung meliputi sempadan pantai, danau/situ, dan sempadan sungai.
Sedangkan penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya meliputi perumahan perkotaan,
perumahan perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan industri,
pertanian irigasi teknis, pertanian tadah hujan, kebun campuran, tegalan, perikanan
(tambak), hutan, dan lain-lain.
Penggunaan tanah eksisting di Wilayah Kabupaten Tangerang terdiri dari :
1. Lahan terbangun
a. Kawasan permukiman perkotaan dengan luas penggunaan sebesar 4.575 Ha.
(4,68%)
b. Kawasan permukiman perdesaan 18.624 Ha. (19,04%)
c. Zona industri 2.059 Ha. (2,10%)
d. Perdagangan 936 Ha. (0,95%)
e. Jasa 923 Ha. (0,94%)
2. Lahan non terbangun :
a. Sawah irigasi teknis 30.809 Ha. (31,49%)
b. Sawah tadah hujan 14.958 Ha. (15,29%)
c. Kebun campuran 8.681 Ha. (8,87%)
d. Tegalan 4.128 Ha. (4,21%)
e. Rawa 2.917 Ha. (2,98%)
f. Tambak 2.175 Ha. (2,22%)
g. Hutan 1.502 Ha. (1,53%)
h. Lain-lain 5.536 Ha. (5,66%)
Karakter perkembangan kawasan terbangun Kabupaten Tangerang tidak lepas dari
keberadaan Kabupaten Tangerang yang berada pada perlintasan pergerakan antar
RTRW Kabupaten Tangerang
1-39
Laporan Akhir
wilayah serta jaringan jalan regional yang menghubungkan kota-kota utama di Provinsi
DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sebagai konsekuensinya kawasan terbangun
yang mencakup permukiman perkotaan, permukiman perdesaan, perdagangan dan
jasa, zona industri, kawasan industri industri dan fasilitas umum cenderung berkembang
mengikuti pola jaringan jalan utama (linier).
Sejalan kondisi tersebut maka perkembangan Kabupaten Tangerang terjadi secara linier
dengan titik orientasi perkembangan pada simpul poros jalur Lintas Tengah (poros
Serang – Grogol) (terkonsentrasi pada pusat kota), sehingga distribusi kepadatan
penduduk dan kepadatan bangunan tidak merata. Hal ini menyebabkan tidak optimalnya
pelayanan kota (kesenjangan perkembangan kegiatan di bagian Tengah (pusat
kabupaten) dan selatan dengan bagian utara, terjadi konflik pemanfaatan ruang
terbangun dan sebagainya.
Pola pengembangan fisik/tata guna lahan saat ini berupa pola ekstensifikasi dan
intensifikasi. Pola intensifikasi lebih banyak dijumpai pada daerah terbangun di pusat-
pusat kegiatan/pusat kota, sedangkan pola ekstensifikasi dijumpai pada daerah-daerah
pinggiran kota atau daerah transisi.
Melihat visi dan misi Kabupaten Tangerang serta fungsi yang berkembang saat ini yang
menekankan kepada kegiatan industri akan menimbulkan konsekuensi meningkatnya
aktivitas penduduk Kabupaten Tangerang. Peningkatan kegiatan tanpa dimbangi
dengan pelayanan sarana dan prasarana yang memadai akan menimbulkan berbagai
permasalahan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya
permasalahan transportasi. Hal ini perlu diantisipasi dalam Revisi RTRW Kabupaten
Tangerang.
Untuk jelasnya sebaran dan kecenderungan penggunaan lahan Kabupaten Tangerang
yang terjadi saat ini dapat dilihat pada bahasan berikut ini.
a) Permukiman Perkotaan
Perkembangan perumahan di Kabupaten Tangerang cenderung berlokasi di selatan
dan di sepanjang jalan regional, namun dengan adanya pembangunan jalur lintas
selatan dan lintas utara di wilayah Kabupaten Tangerang ada kecenderungan
perkembangan permukiman ke wilayah ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
pembangunan kawasan perumahan baru di wilayah ini. Luas daerah perumahan ini
RTRW Kabupaten Tangerang
1-40
Laporan Akhir
lebih kurang sebesar 4.575 ha atau 4,68 % dari keseluruhan luas kabupaten
Tangerang.
b) Permukiman Perdesaan
Luas penggunaan lahan untuk permukiman perdesaan sebesar 19,04 % dari luas
keseluruhan Kabupaten Tangerang atau sekitar lebih kurang 18.624 Ha. Luas
penggunaan lahan untuk permukiman perdesaan terbesar berada di Kecamatan
Pasar Kemis yaitu sebesar 972,33 Ha dan yang terkecil terdapat di Kecamatan
Pagedangan yaitu sebesar 246,28 Ha.
c) Zona Industri
Visi Kabupaten Tangerang adalah sebagai pusat Industri. Dengan visi tersebut,
maka tidak mengherankan jika di Kabupaten Tangerang saat ini banyak berkembang
zona industri terutama di bagian tengah dan selatan Kabupaten Tangerang. Zona
industri saat ini terkonsentrasi di wilayah bagian tengah - selatan dan sebagian
tersebar di sepanjang jalan utama dan mendekati Jalan Tol. Luas lahan zona industri
saat ini lebih kurang 2.059 Ha atau 2,10 % dari luas wilayah Kabupaten Tangerang.
Luas zona industri terbesar berada di Kecamatan Cikupa yaitu sebesar 539,06 ha,
kemudian disusul pasar Kemis sebesar 472,57 ha.
Sedangkan untuk Kawasan Industri saat ini hanya terkonsentrasi di 8 (delapan)
kecamatan, yaitu di Kecamatan Curug, Cisoka, Panongan, Tigaraksa, Cikupa,
Legok, Pasar Kemis, dan Balaraja. Luas kawasan industri di Kabupaten Tangerang
yaitu sebesar 223,56 Ha atau 0,24 %.
d) Kegiatan Perdagangan dan Jasa
Kabupaten Tangerang cukup potensial dalam kegiatan perdagangan dan jasa, hal
ini nampak dari banyaknya tempat-tempat perdagangan dan jasa serta beraneka
ragam fasilitas pendukungnya. Perkembangan perdagangan dan jasa ini tidak
terlepas dari letak Kabupaten Tangerang yang dekat DKI Jakarta dan berada pada
perlintasan Banten - Jakarta, sebagai akibat dari hal tersebut maka Kabupaten
Tangerang berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa (distribusi dan akumulasi)
berbagai komoditas perekonomian dari wilayah sekitarnya.
Persebaran kegiatan perdagangan dan jasa skala kota (modern) yang terjadi saat ini
yaitu disepanjang Jalan Raya Serang, Kecamatan Cikupa, Legok, Kosambi dan
RTRW Kabupaten Tangerang
1-41
Laporan Akhir
Balaraja, namun sudah ada upaya untuk mendistribusikan kegiatan perdagangan ke
wilayah-wilayah pinggiran terutama ke wilayah bagian utara. Sedangkan untuk
kegiatan perdagangan skala lokal (tradisional) seperti toko, warung dan pasar
letaknya menyebar mendekati kawasan permukiman. Luas lahan perdagangan saat
ini sebesar ± 936 Ha atau 0,95 %. Sedangkan untuk kegiatan jasa luas lahan secara
keseluruhan sebesar ± 923 Ha atau 0,94 % yang tersebar hampir diseluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang. Luas terbesar berada di Kecamatan
Cisauk yaitu sebesar 356,25 Ha, kemudian disusul Kecamatan Curug sebesar
229,19 Ha.
e) Sawah Irigasi Teknis
Penggunaan Lahan untuk kegiatan pertanian di Kabupaten Tangerang terdiri dari
sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, tegalan, kebun campuran, perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
Luas lahan pertanian sawah teknis sebesar 30.809 ha atau 31,49 % dari luas
keselurahan Kabupaten Tangerang. Lokasi pertanian sawah teknis ini berada di
bagian utara Kabupaten Tangerang yaitu di Kecamatan Sukamulya, Kresek, Gunung
Kaler, Mekarbaru, Kronjo, Kemiri, Mauk, Rajeg, Sukadiri, Pakuhaji, Sepatan, dan
Sepatan Timur serta sebagian di Kecamatan Sindang Jaya.
f) Sawah Tadah Hujan
Luas sawah tadah hujan di Kabupaten Tangerang sebesar 14.958 ha atau 15,29 %
dari luas wilayah Kabupaten Tangerang yang berlokasi di bagian barat dan selatan
meliputi Kecamatan Jayanti, Cisoka, Solear, Jambe dan Panongan.
g) Kebun campuran dan tegalan
Luas penggunaan lahan kebun campuran dan tegalan mencapai 12.089 ha atau
13,08 % dari keseluruhan luas Kabupaten Tangerang yang tersebar di beberapa
bagian wilayah.
h) Rawa dan Tambak
Luas penggunaan lahan rawa dan tambak sebesar 4.092 ha atau 7,19 % dari
keseluruhan luas Kabupaten Tangerang. Lokasi rawa dan tambak berada di
sepanjang pesisir pantai Kabupaten Tangerang.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-42
Laporan Akhir
i) Hutan
Luas hutan sebesar 1.502 ha atau 1,53 % dari keseluruhan luas Kabupaten
Tangerang yang terdapat di Kecamatan Kronjo, Mauk, Kemiri, Pakuhaji, Teluknaga
dan Kecamatan Kosambi.
j) Penggunaan lain
Luas penggunaan lahan untuk kepentingan lain-lain ini sebesar 5.536 ha atau 5,56
% yang tersebar di Kabupaten Tangerang.
Untuk lebih jelasnya, pola penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang dapat dilihat
pada Gambar 1.12.
1.5.8.2 Pola Penggunaan Lahan
Pola pengembangan fisik/tata guna lahan pada umumnya berupa pola ektensifikasi dan
intensifikasi. Pola intensifikasi lebih banyak dijumpai pada daerah terbangun di pusat-
pusat kegiatan kota, sedangkan pola ektensifikasi dijumpai pada daerah-daerah
pedesaan atau daerah transisi.
Motor ekstensifikasi lainnya yang cukup banyak dijumpai pada pengembangan daerah
baru adalah pola skipping (lompat kodok) yang banyak dilakukan oleh para developer
yang beroperasi di daerah ini khususnya di wilayah bagian selatan Kabupaten
Tangerang. Pola ini sangat produktif dalam membuka wilayah-wilayah pengembangan
baru, karena orientasi pada harga tanah murah merupakan dasar yang paling
mendasari pelaksanaan pola ini.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-43
Laporan Akhir
Tabel 1.9.
Luas Penggunaan Tanah Tiap Kecamatan Kabupaten Tangerang Tahun 2007
(A3)
RTRW Kabupaten Tangerang
1-44
Laporan Akhir
Gambar 1.15
PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2007
RTRW Kabupaten Tangerang
1-45
Laporan Akhir
1.6 POTENSI EKONOMI WILAYAH
1.6.1 PDRB, Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi, dan Income Perkapita
1.6.1.1 Perkembangan PDRB Kabupaten Tangerang
Untuk menilai berhasil tidaknya pembangunan yang telah dilaksanakan, diperlukan
adanya indikator yang dapat mengukur tingkat keberhasilan pembangunan
tersebut.
PDRB adalah suatu deretan angka yang dipakai sebagai salah satu indikator untuk
megukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Nilai-nilai PDRB biasanya
disajikan menurut deret waktu dari tahun ke tahun, sehingga dapat dilihat setiap
sektor perkembangannya menunjukan trend yang meningkat atau sebaliknya.
Menurut hasil BPS tahun 2005 sampai dengan 2008, jumlah PDRB berdasarkan
harga berlaku yang dihasilkan sektor – sektor ekonomi pada tahun 2008 di
Kabupaten Tangerang adalah sebesar Rp. 30,897,847 (Juta Rupiah). Kondisi
tersebut meningkat dibandingkan tahun 2007 yang jumlahnya sebesar Rp.
28,062,137(Juta Rupiah). Untuk jelasnya lihat Tabel 1-10 dan Gambar 1-16
jumlah PDRB berdasarkan harga konstan yang dihasilkan sektor – sektor ekonomi
pada tahun 2008 di Kabupaten Tangerang adalah sebesar Rp. 18,789,457(Juta
Rupiah). Kondisi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2006 yang jumlahnya
sebesar Rp. 17,576,748 (Juta Rupiah). Untuk jelasnya lihat Tabel 1-11 dan
Gambar 1-17.
Tabel 1-10
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN TANGERANG
ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2001 – 2008 ( DALAM JUTA RP )
LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 1,235,988 1,420,806 1,615,131 1,805,799 1,941,057 2,232,612 2,373,118 2,698,208
2 Pertambangan dan Penggalian 9,801 12,420 14,054 16,046 17,230 19,131 21,103 24,529
3 Industri Pengolahan 7,086,960 8,259,052 9,425,015 10,107,607 11,012,568 12,254,100 13,917,242 14,901,236
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 733,087 870,440 1,214,848 1,341,094 1,507,857 2,160,402 2,231,912 2,565,170
5 Bangunan 223,375 256,049 299,456 323,495 379,330 435,419 502,193 601,747
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,472,475 1,760,854 2,068,508 2,262,560 2,594,374 3,055,047 3,755,197 4,204,517
7 Pengangkutan dan Komunikasi 794,384 942,755 1,143,979 1,439,861 1,867,385 2,375,958 2,985,274 3,246,746
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 279,270 327,201 400,551 465,289 532,726 751,528 929,306 1,071,423
9 Jasa-jasa 498,062 586,238 679,584 800,112 918,037 1,131,743 1,346,792 1,584,271
Produk Domestik Regional Bruto 12,333,401 14,435,816 16,861,125 18,561,863 20,770,564 24,415,940 28,062,137 30,897,847
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
RTRW Kabupaten Tangerang
1-46
Laporan Akhir
Gambar 1-16
Tabel 1-11
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN TANGERANG
ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2001 – 2008 ( DALAM JUTA RP )
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 456,563 477,905 498,104 524,758 1,470,644 1,527,190 1,528,482 1,639,108
2 Pertambangan dan Penggalian 5,673 6,274 6,471 7,091 12,597 12,859 13,375 15,179
3 Industri Pengolahan 2,311,261 2,414,723 2,488,230 2,588,026 8,370,263 8,990,704 9,531,945 9,937,052
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 252,274 275,900 284,441 302,328 946,300 1,260,921 1,263,529 1,452,973
5 Bangunan 77,967 82,187 86,109 92,015 285,067 306,272 330,994 386,295
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 496,161 527,378 562,174 583,579 1,878,403 2,027,500 2,300,814 2,502,132
7 Pengangkutan dan Komunikasi 248,255 269,078 289,778 313,464 1,084,697 1,178,599 1,321,673 1,410,897
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 137,545 143,047 158,961 170,255 381,079 422,546 484,298 538,101
9 Jasa-jasa 216,431 226,823 238,835 259,973 641,731 718,865 801,638 907,720
Produk Domestik Regional Bruto 4,202,130 4,423,315 4,613,104 4,841,490 15,070,781 16,445,456 17,576,748 18,789,457
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-47
Laporan Akhir
Gambar 1-17
Gambar 1-18
GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008
DARI SEKTOR PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
RTRW Kabupaten Tangerang
1-48
Laporan Akhir
Gambar 1-19
GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008
DARI SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Gambar 1-20
GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008
DARI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
RTRW Kabupaten Tangerang
1-49
Laporan Akhir
Gambar 1-21
GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008
DARI SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
Gambar 1-22 GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008
DARI SEKTOR BANGUNAN KONSTRUKSI
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008 Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008 Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-50
Laporan Akhir
Gambar 1-23
GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008 DARI SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Gambar 1-24
GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008 DARI SEKTOR
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
RTRW Kabupaten Tangerang
1-51
Laporan Akhir
Gambar 1-25
GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008
DARI SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA
1-26 GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008
DARI SEKTOR JASA - JASA
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-52
Laporan Akhir
1.6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan perekonomian Kabupaten Tangerang selama 5 (lima) tahun
terakhir terus menunjukan kecenderungan yang semakin membaik. Hal ini
menunjukan semakin pulihya kondisi perekonomian Kabupaten Tangerang,
meskipun belum sepenuhnya keluar dari pengaruh krisis ekonomi
berkepanjangan yang melanda perekonomian Indonesia pada umumnya. Pada
tahun 2008 tingkat pertumbuhan riil sektor ekonomi Kabupaten Tangerang
berdasarkan harga berlaku sebesar 10.18 %, pertumbuhan tertinggi dari sektor
bangunan sebesar 19% sedangkan terendah dari sektor industri pengolahan
sebesar 7.07%. Berdasarkan harga konstan, maka tingkat pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2008 sebesar 6.90% pertumbuhan tertinggi dari sektor bangunan
sebesar 16.71%, sedangkan yang terendah dari sektor industri pengolahan
sebesar 4.25%. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 1-12 – 1-14 dan Gambar 1-27 -
Gambar 1-28
Tabel 1-12
LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2001-2008
No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 11.36% 14.95% 13.68% 11.81% 7.49% 15.02% 6.29% 13.70%
2 Pertambangan dan Penggalian 21.88% 26.73% 13.15% 14.18% 7.37% 11.04% 10.31% 16.24%
3 Industri Pengolahan 11.89% 16.54% 14.12% 7.24% 8.95% 11.27% 13.57% 7.07%
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 43.92% 18.74% 39.57% 10.39% 12.43% 15.22% 3.31% 14.93%
5 Bangunan 25.27% 14.63% 16.95% 8.03% 17.26% 14.79% 15.34% 19.82%
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10.78% 19.58% 17.47% 9.38% 14.67% 17.76% 22.26% 12.56%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 30.47% 18.68% 21.34% 25.86% 29.69% 27.23% 25.65% 8.76%
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 121.65% 17.16% 22.42% 16.16% 14.49% 41.07% 23.66% 15.29%
9 Jasa-jasa 14.65% 17.70% 15.92% 17.24% 14.74% 23.28% 19.00% 17.63%
Produk Domestik Regional Bruto 15.94% 17.05% 16.80% 10.09% 11.90% 15.51% 14.85% 10.18%
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
RTRW Kabupaten Tangerang
1-53
Laporan Akhir
Gambar 1-27
Tabel 1-13
LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2001-2008
No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 5.87% 4.67% 4.23% 5.35% 3.89% 3.84% 0.08% 7.24%
2 Pertambangan dan Penggalian 1.77% 10.61% 3.14% 9.58% 2.81% 2.08% 4.01% 13.49%
3 Industri Pengolahan 2.33% 4.48% 3.04% 4.01% 5.48% 7.41% 6.02% 4.25%
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 7.44% 9.37% 3.10% 6.29% 7.71% 5.15% 0.21% 14.99%
5 Bangunan 16.75% 5.41% 4.77% 6.86% 8.13% 7.44% 8.07% 16.71%
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.02% 6.29% 6.60% 3.81% 8.55% 7.94% 13.48% 8.75%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 22.37% 8.39% 7.69% 8.17% 10.16% 8.66% 12.14% 6.75%
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 67.86% 4.00% 11.13% 7.10% 10.31% 10.88% 14.61% 11.11%
9 Jasa-jasa 5.03% 4.80% 5.30% 8.85% 7.35% 12.02% 11.51% 13.23%
Produk Domestik Regional Bruto 5.86% 5.26% 4.29% 4.95% 6.40% 7.32% 6.88% 6.90%
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-54
Laporan Akhir
Gambar 1-28
Tabel 1-14
INDEKS HARGA IMPLISIT MENURUT LAPANGAN USAHA
TAHUN 2001-2008
No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 270.72 297.30 324.26 344.12 131.99 146.19 155.26 164.61
2 Pertambangan dan Penggalian 172.78 197.95 217.18 226.28 136.78 148.78 157.78 161.60
3 Industri Pengolahan 306.63 342.03 378.78 390.55 131.57 136.30 146.01 149.96
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 290.59 315.49 427.10 443.59 159.34 171.34 176.64 176.55
5 Bangunan 286.50 311.54 347.76 351.57 133.07 142.17 151.72 155.77
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 296.77 333.89 367.95 387.70 138.12 150.68 162.34 168.04
7 Pengangkutan dan Komunikasi 319.99 350.37 394.78 459.34 172.16 201.59 225.87 230.12
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 203.04 228.74 251.98 273.29 139.79 177.86 191.89 199.11
9 Jasa-jasa 230.12 258.46 284.54 307.77 143.06 157.43 168.01 174.53
Produk Domestik Regional Bruto 293.50 326.36 365.50 383.39 137.82 148.47 159.54 164.44
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
RTRW Kabupaten Tangerang
1-55
Laporan Akhir
Gambar 1-29
1.6.1.3 Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian Kabupaten Tangerang, sesuai dengan ciri perekonomian
daerah yang mengalami pergeseran dari perdesaan menuju perkotaan. Distribusi
dari masing-masing sector ekonomi atas dasar harga berlaku pada tahun 2008
sebesar 48.23% dari sector Industri Pengolahan, terjadi penurunan jika
dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 49.63%. Hal ini terjadi akibat
kenaikan kontribusi dari sektor listrik, gas dan air serta sector Jasa-jasa terhadap
PDRB Kabupaten. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1-15. dan
Gambar 1-30. sedangkan distribusi dari masing-masing sector ekonomi atas
dasar harga konstan pada tahun 2008 sebesar 52.89% dari sector Industri
Pengolahan, terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu
sebesar 54,23%. Hal ini terjadi akibat kenaikan kontribusi dari sector Listrik, gas
dan air serta sector Jasa-jasa terhadap PDRB Kabupaten. Untuk Jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1-16. dan Gambar 1-31.
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-56
Laporan Akhir
Tabel 1-15
DISTRIBUSI PDRB
ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2001 – 2008 ( DALAM PROSEN)
No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 10.02% 9.84% 9.58% 9.73% 9.35% 9.14% 8.46% 8.73%
2 Pertambangan dan Penggalian 0.08% 0.09% 0.08% 0.09% 0.08% 0.08% 0.08% 0.08%
3 Industri Pengolahan 57.46% 57.21% 55.90% 54.45% 53.02% 50.19% 49.63% 48.23%
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.94% 6.03% 7.21% 7.22% 7.26% 8.85% 7.96% 8.30%
5 Bangunan 1.81% 1.77% 1.78% 1.74% 1.83% 1.78% 1.79% 1.95%
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.94% 12.20% 12.27% 12.19% 12.49% 12.51% 13.32% 13.60%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 6.44% 6.53% 6.78% 7.76% 8.99% 9.73% 10.65% 10.51%
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2.26% 2.27% 2.38% 2.51% 2.56% 3.08% 3.31% 3.47%
9 Jasa-jasa 4.04% 4.06% 4.03% 4.31% 4.42% 4.64% 4.80% 5.13%
Produk Domestik Regional Bruto 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
Gambar 1-30
RTRW Kabupaten Tangerang
1-57
Laporan Akhir
Tabel 1-16
DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN
TAHUN 2001 – 2008 ( DALAM PROSEN )
No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 10.87% 10.80% 10.80% 10.84% 9.76% 9.29% 8.70% 8.72%
2 Pertambangan dan Penggalian 0.13% 0.14% 0.14% 0.15% 0.08% 0.08% 0.08% 0.08%
3 Industri Pengolahan 55.00% 54.59% 53.94% 53.46% 55.54% 54.67% 54.23% 52.89%
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.00% 6.24% 6.17% 6.24% 6.28% 7.67% 7.19% 7.73%
5 Bangunan 1.86% 1.86% 1.87% 1.90% 1.89% 1.86% 1.88% 2.06%
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.81% 11.92% 12.19% 12.05% 12.46% 12.32% 13.09% 13.32%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.91% 6.08% 6.28% 6.47% 7.20% 7.17% 7.52% 7.51%
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.27% 3.23% 3.45% 3.52% 2.53% 2.57% 2.76% 2.86%
9 Jasa-jasa 5.15% 5.13% 5.18% 5.37% 4.26% 4.37% 4.56% 4.83%
Produk Domestik Regional Bruto 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
Gambar 1-31
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-58
Laporan Akhir
1.6.1.4 Pendapatan Regional Perkapita
Pada tahun 2008 pendapatan regional perkapita Kabupaten Tangerang adalah
sebesar Rp. 8,822,345. atau lebih besar dari tahun 2007, yaitu sebesar Rp.
8,168,985. Untuk jelasnya dapat lihat pada Tabel 1-17.
Tabel 1-17
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) PERKAPITA
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2003 – 2008
( DALAM JUTA RP )
LAPANGAN USAHA 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 1,615,131 1,805,799 1,941,057 2,232,612 2,373,118 2,698,208
2 Pertambangan dan Penggalian 14,054 16,046 17,230 19,131 21,103 24,529
3 Industri Pengolahan 9,425,015 10,107,607 11,012,568 12,254,100 13,917,242 14,901,236
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,214,848 1,341,094 1,507,857 2,160,402 2,231,912 2,565,170
5 Bangunan 299,456 323,495 379,330 435,419 502,193 601,747
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,068,508 2,262,560 2,594,374 3,055,047 3,755,197 4,204,517
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,143,979 1,439,861 1,867,385 2,375,958 2,985,274 3,246,746
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 400,551 465,289 532,726 751,528 929,306 1,071,423
9 Jasa-jasa 679,584 800,112 918,037 1,131,743 1,346,792 1,584,271
Produk Domestik Regional Bruto 16,861,125 18,561,863 20,770,564 24,415,940 28,062,137 30,897,847
Jumlah Penduduk 2,983,384 3,195,737 3,204,291 3,317,330 3,435,205 3,502,226
PDRB Perkapita
5,651,678
5,808,320
6,482,109
7,360,118
8,168,985 8,822,345
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2003 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
1.6.2 Potensi Ekonomi Daerah
1.6.2.1 Sektor Industri
Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan terus berupaya
meningkatkan hasil dibidang industri di Kabupaten Tangerang. Keberhasilan
sektor perindustrian telah memberikan konstribusi cukup besar dalam
perekonomian daerah. Untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Tangerang, pada tahun 2008 sektor industri pengolahan
menyumbangkan 52.89%,
RTRW Kabupaten Tangerang
1-59
Laporan Akhir
1.6.2.2 Sektor Perdagangan
Kegairahan dunia usaha sektor perdagangan tahun 2008 di Kabupaten
Tangerang dapat dilihat dari menjamurnya toko, ruko dan pusat perbelanjaan
yang berkembang di kawasan strategis. Untuk Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Tangerang, pada tahun 2008 sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran menyumbangkan 13.32%,
1.6.2.3 Sektor Pertanian
Sub sektor tanaman bahan makanan mencakup komoditi : padi, palawija (jagung
dan kacang tanah) dan sayuran (terung, kacang panjang dan mentimun).
Menurut data dari BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang tahun 2008
jenis komoditi yang dihasilkan Kabupaten Tangerang untuk padi sawah, padi
gogo, palawija dan sayuran dapat dilihat pada Tabel 1-18 dimana jumlah
produksi yang dihasilkan untuk padi sawah berjumlah 476,471 ton , sedangkan
untuk jenis sayuran dapat dilihat pada Tabel 1-19 Jumlah produksi berbagai
jenis sayuran pada tahun 2008 menurun jumlah produksinya sekitar 75% dari
produksi tahun 2004. Untuk buah-buahan produksi pada tahun 2008 jika
dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya ada yang mengalami kenaikan
tapi ada juga yang mengalami penurunan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1-20
Perkembangan produktivitas pertanian untuk padi, padi gogo dan palawija dapat
dilihat pada Tabel 1-21
Tabel 1-18
PRODUKSI PADI SAWAH, PADI GOGO DAN PALAWIJA
DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004 - 2008
No. Jenis
Tanaman Bentuk
Produksi (ton)
2004 2005 2006 2007 2008
1 Padi Sawah Kering Panen 383,140 476,276 487,871 481,987 476,471
2 Padi Gogo Kering Panen 1,888 4,418 3,004 3,656 2,546
3 Jagung Pipilan Kering 1,271 1,664 1,640 191 934
4 Ubi Kayu Ubi Basah 10,188 11,274 6,971 6,249 5,988
5 Ubi Jalar Ubi Basah 1,428 2,439 4,714 2,821 1,170
6 Kacang Tanah Kering tanpa Kulit 1,544 1,292 889 508 539
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 – 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-60
Laporan Akhir
Tabel 1-19
PRODUKSI SAYURAN
DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 - 2008
No. Jenis Tanaman Produksi (Ton)
2005 2006 2007 2008
1 Kacang Panjang 9,887 10,050 8,804 2,805
2 Bayam 6,629 5,050 6,507 1,370
3 Terung 3,886 3,542 3,918 1,129
4 Mentimun 13,000 11,345 10,816 3,700
5 Kangkung 9,412 7,525 9,184 3,861
6 Petsai (Sawi) 3,694 3,453 4,473 2,657
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2005 - 2008
Tabel 1-20
PRODUKSI BUAH-BUAHAN
DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 - 2008
No. Jenis Tanaman Produksi (kuintal)
2005 2006 2008
1 Alpukat 417 449 848
2 Jeruk Siam/Keprok 1,353 2,476 2,924
3 Durian 0 31 544
4 Jambu Air 28,923 67,463 33,764
5 Jambu Biji 25,282 25,128 17,851
6 Petai 1,602 2,497 1,607
7 Melinjo 2,983 3,839 3,629
8 Sukun 5,631 4,544 3,976
9 Sirsak 562 611 538
10 Sawo 162 149 411
11 Pisang 409,288 47,318 68,352
12 Rambutan 141,824 39,085 119,471
13 Pepaya 29,643 21,577 10,084
14 Nanas 1,484 92 28
15 Nangka 63,824 28,356 21
16 Mangga 106,069 101,259 210,800
17 Jeruk Besar 7,358 6,579 8,111
18 Duku 1,218 468
19 Belimbing 11,056 14,780 18,392
RTRW Kabupaten Tangerang
1-61
Laporan Akhir
Tabel 1-21
PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH PADI GOGO DAN PALAWIJA
DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004 - 2008
No. Jenis Tanaman Bentuk Produktivitas (Kut/Ha)
2003 2004 2005 2006 2007
1 Padi Sawah Kering Panen 66.75 67.05 67.30 67.41 67.52
2 Padi Gogo Kering Panen 45.17 45.27 45.45 45.59 45.62
3 Jagung Pipilan Kering 29.08 28.25 28.42 28.57 28.74
4 Ubi Kayu Ubi Basah 124.09 124.85 125.83 126.24 125.80
5 Ubi Jalar Ubi Basah 92.13 94.89 94.84 95.30 95.14
6 Kacang Tanah Kering tanpa Kulit 27.23 16.84 16.94 17.05 17.11
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008
1.6.2.4 Sektor Peternakan
Populasi ternak besar yang cukup dominan di Kabupaten Tangerang pada tahun
2008 adalah, Kambing (147,891 ekor) Domba (126,988 ekor), Sapi potong
(45,730 ekor), Kerbau (20,710 ekor), Babi (7.685 ekor), dan Kuda (136 ekor).
Sedangkan untuk unggas terdiri dari Ayam Pedaging (29,216,758 ekor), Ayam
Petelur (6,868,149 ekor), Ayam Buras (5,254,011 ekor) dan Itik (573,815 ekor),
Untuk lebih jelasnya, perkembangan populasi ternak ini dapat dilihat pada Tabel
1-22
Tabel 1-22
DATA PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK TAHUN 2006 - 2008
No Jenis Ternak Populasi (ekor)
2006 2007 2008
1 Sapi Potong 13,088 26,859 45,730
2 Kerbau 19,550 11,887 20,710
3 Kuda 36 128 136
4 Kambing 48,546 66,641 147,891
5 Domba 45,828 69,934 126,988
6 Babi 5,123 4,848 7,685
7 Itik 315,901 414,254 573,815
8 Ayam Buras 1,821,823 1,013,170 5,254,011
9 Ayam Ras Petelur 2,356,443 4,112,100 6,868,149
10 Ayam Ras Pedaging 2,616,499 17,370,000 29,216,758
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2006 - 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-62
Laporan Akhir
1.6.2.5 Sektor Perikanan
Kegiatan sektor perikanan di Kabupaten Tangerang meliputi kegiatan perikanan
laut, perikanan perairan umum (rawa, situ, ex galian pasir, sungai), tambak,
kolam dan mina padi. Pada tahun 2008 produksi perikanan laut mencapai
17.426,00 ton, produksi perikanan perairan umum mencapai 128.60 ton,
produksi budi daya ikan tambak mencapai 6.953,70 ton, produksi budi daya ikan
kolam mencapai 2.212,40. Untuk mengetahui perkembangan produksi kegiatan
perikanan di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Tabel 1-23
Tabel 1-23
PERKEMBANGAN PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2005 - 2008
No Jenis Usaha Produksi (Ton)
2005 2006 2007 2008
Penangkapan
1 Laut 16,045.50 16,532.71 16,597.60 17,426.00
2 Perairan Umum 144.60 157.54 126.60 128.60
Total 16,190.10 16,690.25 16,724.20 17,554.60
Budidaya
1 Tambak 7,287.10 7,309.50 7,875.40 6,953.70
2 Kolam 1,884.00 2,096.40 2,197.00 2,212.40
3 Sawah 9.60 15.10 9.80 11.50
4 Jaring Apung 119.50 79.50 122.80 172.40
5 Budidaya Laut 2,874.50 2,830.00 3,014.80 3,266.20
Total 12,174.70 12,330.50 13,219.80 12,616.20
TOTAL 28,364.80 29,020.75 29,944.00 30,170.80
Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2005 - 2008
1.6.2.6 Sektor Pariwisata
Kegiatan pariwisata di Kabupaten Tangerang terdapat di 7 (tujuh) kecamatan. Di
Kecamatan Kresek terdapat 3 situ yaitu Garukgak, Patrasana, Cilongek,
Kecamatan Kronjo terdapat obyek wisata Pulau Cangkir (makam pangeran Jaga
Laut), Kecamatan Mauk terdapat obyek wisata Tanjung Kait (kelenteng Tua dan
penyeberangan ke Pulau laki / Kepulauan Seribu), Kecamatan Teluk Naga
terdapat obyek wisata Pantai tanjung Pasir dan Pantai Muara, Kecamatan
Kosambi terdapat wisata pantai Dadap, serta Kecamatan Cisoka terdapat
makam kramat dan komunitas monyet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1-24
RTRW Kabupaten Tangerang
1-63
Laporan Akhir
Tabel 1-24
SEBARAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN TANGERANG
KECAMATAN JENIS OBYEK WISATA KETERANGAN
Kreek
Situ Garukguk
Situ Lotrasana
Situ Cilongek
Kronjo Pulau cangkir Makam Pangeran Jaga Laut
Mauk Pantai Tanjung Kait Kelenteng Tua dan penyeberangan ke Pulau Laki
Teluknaga Pantai Tanjung Pasir
Pantai Muara Warung makanan dan minuman
Kosambi Pantai dadap Restoran Sea Food
Cisoka Makam Kramat Komunitas Kera
Sumber : Hasil Survey 2009
1.6.3 Keuangan Daerah
Pada tahun anggaran 2008 realisasi penerimaan daerah dan pendapatan asli daerah
Kabupaten Tangerang bersumber dari 3 (tiga) sumber, yaitu pendapatan asli daerah
(pajak daerah, retribusi daerah, BUMD dan lainnya), dana perimbangan (bagi hasil
pajak, bagi hasil bukan pajak dan dana alokasi umum), penerimaan lain-lain dengan
total penerimaan sebesar Rp. 1,663,170,079,000. Penerimaan terbesar ketiga sektor di
atas adalah dari dana peimbangan (hasil pajak, hasil bukan pajak dan dana alokasi
umum) sebesar Rp. 1,345,020,566,000 (Tabel 1-25)
Tabel 1-25
REALISASI PENERIMAAN DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 - 2008 (000)
No Uraian 2005 2006 2007 2008
1 Pendapatan Asli Daerah 161,219,546.39 178,060,033.14 231,338,787.87 285,899,513.00
a Pajak Daerah 79,137,104.85 85,205,273.81 107,961,883.45 131,780,751
b Retribusi Daerah 68,434,592.11 75,068,052.91 96,161,266.54 125,374,362
c
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4,659,467.60 7,783,525.02 8,463,393.15 10,613,768
d Lain-lain 8,988,381.83 10,003,181.40 18,752,244.72 18,130,632
2 Dana Perimbangan 803,277,088.28 908,990,559.65 1,026,412,048.93 1,345,020,566.00
a Bagi Hasil Pajak 261,283,709.98 274,718,311.43 294,597,429.54 356,094,449
b DAU 401,159,000.00 448,770,000.00 508,216,000.00 693,643,000
c DAK 6,500,000.00 4,000,000.00 12,486,000.00 55,131,000
d Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi 134,334,378.30 181,502,248.22 211,112,619.39 240,152,117
3 Lain-lain 23,126,450.00 17,065,000.00 4,000,000.00 32,250,000
TOTAL 987,623,084.67 1,104,115,592.79 1,261,750,836.80 1,663,170,079.00
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2005 – 2008
* Perbaikan
** Sementara
RTRW Kabupaten Tangerang
1-64
Laporan Akhir
Sebagai besar sumber penerimaan dalam APBD Kabupaten Tangerang sekitar 80 %
lebih berasal dari bagian dana perimbangan. Sedangan sumber penerimaan yang
berasal dari Pendapatan Asli Dearah hanya memberikan kontribusi kurang dari 20 %
setiap tahunnya selama kurun waktu tahun 2005 - 2008.
Selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 sumber penerimaan
Kabupaten Tanggerang yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagian
besar berasal dari pajak daerah dan restribusi. Sedangkan sumber penerimaan yang
berasal dari bagian dana perimbangan lebih banyak berasal dari Dana Alokasi Umum
(DAU) dan bagi hasil bukan pajak (Gambar 1-32 - Gambar 1-34)
Gambar 1-32
DISTRIBUSI SUMBER PENERIMAAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008 (DALAM PERSEN)
RTRW Kabupaten Tangerang
1-65
Laporan Akhir
Gambar 1-33
DISTRIBUSI SUMBER PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008 (DALAM PERSEN)
Gambar 1-34
DISTRIBUSI SUMBER PENERIMAAN DANA PERIMBANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008 (DALAM PERSEN)
2005 2006 2007 2008
Tahun 2005 -2008
2005 2006 2007 2008
2005 2006 2007 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-66
Laporan Akhir
Realisasi pengeluaran keuangan daerah, terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Total realisasi belanja rutin dan belanja pembangunan pada tahun 2008
adalah sebesar Rp. 1,458,263.441.000 yang terdiri dari belanja Aparatur sebesar
Rp. 916,436,957.000 atau 62.84% dari total pengeluaran keuangan daerah dan belanja
publik sebesar Rp. 541,826,484.000 atau 37,16% dari total pengeluaran keuangan
daerah. Nampak bahwa sebagian besar anggaran pemerintah daerah lebih banyak
terserap untuk membiayai belanja aparatur dibandingkan pengeluaran untuk
pembiayaan publik. Untuk lebih jelasnya realisasi penerimaan dan pengeluaran
keuangan daerah Kabupaten Tangerang tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 1-26
dan Gambar 1-35. Sedangkan distribusi belanja aparatur dan public dapat dilihat pada
Tabel 1-27 dan Gambar 1-36
Tabel 1-26
DATA PERKEMBANGAN BELANJA APARATUR DAN PUBLIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008
No Jenis
Belanja
Nilai (ribu rupiah)
2005 2006 2007 2008
1 Aparatur 249,894,205.33 175,871,543.23 256,205,238.28 916,436,957.00
2 Publik 689,757,013.73 710,664,460.50 1,015,303,117.01 541,826,484.00
Total 939,651,219.06 886,536,003.73 1,271,508,355.29 1,458,263,441.00
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2005 – 2008
Gambar 1-35
PERKEMBANGAN BELANJA APARATUR DAN PUBLIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008
2005 2006 2007 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-67
Laporan Akhir
Tabel 1-27
DISTRIBUSI BELANJA APARATUR DAN PUBLIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008
No Jenis
Belanja
Nilai (Prosen)
2005 2006 2007 2008
1 Aparatur 26.59% 19.84% 20.15% 62.84%
2 Publik 73.41% 80.16% 79.85% 37.16%
Total 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2005 – 2008
Gambar 1.36
KOMPOSISI BELANJA APARATUR DAN PUBLIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008
1.7 ISU STRATEGIS
Kabupaten Tangerang layaknya seperti kota satelit seperti Depok, Bogor dan Bekasi yang
berfungsi sebagai counter magnet metropolitan Jakarta. Kabupaten Tangerang sebagai
wilayah penyeimbang dan penyangga Ibukota Jakarta merupakan wilayah yang besar,
sebagai akibat tekanan sektor kependudukan, ekonomi, sosial politik. Tekanan sektor-
sektor tersebut dapat dimaklumi karena percepatan petumbuhan pembangunan di
wilayah ini relatif tinggi. Pertumbuhan yang demikian pesat ini telah menimbulkan
2005 2006 2007 2008
RTRW Kabupaten Tangerang
1-68
Laporan Akhir
permasalahan yang cukup kompleks dalam hal pemanfaatan ruang kota, yaitu telah
terjadinya pengalihan fungsi peruntukan lahan dari peruntukan yang telah direncanakan,
seperti munculnya pusat-pusat kegiatan baru, pertumbuhan perumahan yang tidak
ditunjang akses jalan yang memadai, dan tuntutan pengembangan infrastruktur perkotaan
yang tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk, termasuk akibat derasnya urbanisasi ke
Kabupaten Tangerang.
Perkembangan kegiatan di Kabupaten Tangerang saat ini sangat pesat, baik fisik, sosial
ekonomi, sosial budaya, dan aspek lainnya. Berbagai isu strategis saat ini mulai
mengedepan dan ramai dibahas. Isu tersebut pada dasarnya berorientasi pada
percepatan pembangunan, peningkatan ekonomi wilayah, peningkatan kesejahteraan
masyarakat, respon terhadap aspirasi masyarakat, dan menanggapi permintaan-
permintaan yang datang dari berbagai pihak, khususnya keinginan para investor untuk
menanamkan investasinya di Kabupaten Tangerang. Hal ini disebabkan oleh daya tarik
daerah ini sebagai salah satu daerah yang sedang berkembang dan memiliki daya saing
(comparative advantage) yang cukup baik. Aksesibilitas yang cukup tinggi terhadap
pusat-pusat pengembangan nasional maupun propinsi (Jakarta, Serang, Kota
Tangerang, Depok, dan Bogor), dan aspek pendukung lainnya.
Salah satu wujud untuk merespon perkembangan, aspirasi, dan permintaan yang
datang dari berbagai pihak ini dan sebagi upaya pengurangan permasalahan dan
peningkatan potensi-potensi pembangunan di Kabupaten Tangerang adalah dengan
melakukan revisi terhadap tata ruang wilayahnya, sebagai salah satu bentuk rujukan
pembangunan di Kabupaten Tangerang.
Upaya revisi dan penyempurnaan tata ruang ini diharapkan mampu menggali
kemungkinan-kemungkinan "meningkatkan nilai jual" aspek-aspek pembangunan
daerah sebagai daya tarik investasi bagi para pelaku ekonomi yang berniat
menanamkan modalnya di Kabupaten Tangerang. Penawaran dan "penjualan" kegiatan
wilayah yang akan di-launching ini harus dianalisis dan dikemas sedemikian rupa
sehingga selaras dengan mekanisme kegiatan usaha yang biasa dilaksanakan oleh
para pengusaha atau investor, sekaligus memberikan dampak perkembangan dan
peningkatan pemerataan pembangunan di Kabupaten Tangerang. Untuk maksud ini
perlu dilakukan pendekatan multidisiplin dan multikriteria yang melibatkan banyak pihak
terkait, karena permasalahan dan potensi yang berkembang sudah mengarah pada
kompleksitas persoalan yang multi dimensional.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-69
Laporan Akhir
Berdasarkan hal tersebut ada beberapa isu yang dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam penyusunan RTRW Kabupaten Tangerang ini. Adapun isu-isu
strategis yang perlu dipertimbangkan tersebut diantaranya di antaranya meliputi :
Munculnya Wacana Pembentukan Megapolitan Area
Perkembangan Ibukota Jakarta yang begitu pesat menuntut kebutuhan ruang yang
cukup besar, sementara ketersediaan ruang di Ibukota Jakarta sangat terbatas.
Keterbatasan ruang di Ibukota Jakarta ini memunculkan wacana pembentukan
“Megapolitan Area” yang salah satu bagian wilayahnya adalah Kabupaten
Tangerang. Dengan adanya wacana ini maka Kabupaten Tangerang perlu
mengantisipasinya dengan cara berbenah diri yang salah satu bentuknya adalah
dengan merevisi RTRW yang ada sehingga mampu mengantisipasi hal tersebut,
terutama dalam hal keterkaitan dengan pengelolaan ruang bersama antara DKI
Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bogor, Kabupaten Bogor,
Kota Depok, dan Cianjur.
Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Tol
Keterkaitan dengan rencana pembangunan Jalan Tol baru yang melintasi wilayah
Kabupaten Tangerang antara lain Jalan Lingkar Luar Jakarta atau JORR II (Cinere –
Serpong dan Serpong – Tangerang).
Pengelolaan DAS Cisadane
Berkaitan dengan keberadaan DAS Cisadane sebagai sumber air baku bagi
Kabupaten Tangerang dan Kota/Kabupaten disekitarnya, sebagai media buangan air
limbah, dan sistem drainase dan penanganan masalah banjir di Kabupaten
Tangerang dan sekitarnya, oleh karena itu perlu adanya perencanaan secara
terpadu yang bertujuan untuk mengamankan fungsi DAS tersebut dari mulai wilayah
hulu, tengah, maupun wilayah hilir.
Rencana Perluasan Bandara Soekarno Hatta
Berkaitan dengan adanya rencana perluasan Bandara Soekarno Hatta, maka dalam
Revisi RTRW Kabupaten Tangerang ini hal tersebut perelu diantisipasi, teruma
menyangkut perubahan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah-wilayah di
sekitar bandara.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-70
Laporan Akhir
Pemadu Serasian RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW Wilayah sekitarnya
Sebagai bagian dari wilayah Propinsi Banten, maka perlu adanya upaya untuk
memadu serasikan antara RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW Propinsi
Banten, RTRW Kota/Kabupaten di Provinsi Banten, terutama manyangkut kebijakan-
kebijakan strategis yang telah dibuat oleh Pemerintah Provinsi Banten yang
berkaitan dengan wilayah Kabupaten Tangerang. Disamping itu perlu pula upaya
untuk memaduserasikan antara RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW DKI
Jakarta dan RTRW Kabupaten Bogor khususnya pada wilayah-wilayah perbatasan
atau pintu-pintu masuk.
Perubahan dan Alih Fungsi Lahan
Seperti halnya tata ruang di berbagai daerah di
Indonesia, perubahan dan alih fungsi lahan antara
yang tertuang dalam rencana dan kejadian yang terjadi
di lapangan, banyak mengalami penyimpangan, baik
yang dilakukan oleh masyarakat dan pelaku ekonomi,
maupun oleh pelaksana atau aparat karena adanya
desakan permintaan pasar yang sulit untuk dihindari,
contohnya alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman, alih fungsi kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya, dll. Keadaan ini memberikan konsekuensi
terhadap tidak efektifnya rencana tata ruang Oleh sebab itu perlu pengkajian kembali
untuk meluruskan dan mengarahkan kembali penggunaan lahan agar tidak terjadi
pergeseran yang tidak diinginkan.
Peningkatan Jumlah Penduduk
Sebagai wilayah yang sedang mengalami perkembangan, Kabupaten Tangerang
menjadi suatu wilayah yang memberikan daya tarik bagi masyarakat untuk
dikunjungi. Hal ini didukung pula oleh adanya aksesibilitas yang baik yang
mempermudah masyarakat masuk dan keluar wilayah ini. Di satu sisi keberadaan
wilayah Kabupaten Tangerang yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta
membawa konsekuensi meningkatnya jumlah penduduk di wilayah ini, terutama
akibat keterbatasan DKI Jakarta dalam menampung jumlah penduduk pendatang.
Peningkatan Jumlah Permohonan Investasi
Perbaikan dan pulihnya kondisi ekonomi nasional setelah dilanda krisis yang
berkepanjangan, telah memberikan aroma segar bagi perkembangan investasi dan
RTRW Kabupaten Tangerang
1-71
Laporan Akhir
ekonomi daerah di seluruh Indonesia. Perkembangan yang menggembirakan ini,
meskipun belum seratus persen pulih, telah membangkitkan permintaan akan
investasi di Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang sebagai salah satu
kabupaten yang memiliki nilai comparative advantage tinggi, karena kedekatannya
dengan Metropolitan Jakarta, Kota Tangerang, Bogor, dan Depok serta didukung
pula aksesibilitas yang memadai terhadap pusat pertumbuhan lainnya, memiliki
potensi daya tarik investasi yang cukup baik pula. Keadaan ini perlu diantisipasi
dengan tata ruang yang tanggap terhadap perkembangan investasi sekaligus tetap
berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Peningkatan jumlah
permohonan investasi ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan atau
permohonan investasi di bidang perumahan skala besar yang merupakan salah satu
isu yang mulai berkembang di Kabupaten Tangerang sebagai konsekuensi
kedekatannya dengan pusat-pusat pertumbuhan nasional dan regional seperti Kota
Tangerang, Jakarta, dan daerah lainnya.
Comparative advantage Kabupaten Tangerang, juga telah menyebabkan
meningkatnya permintaan akan lokasi kawasan industri, yang selain mempunyai
akses dengan jalan tol, juga memiliki potensi hamparan ruang yang cukup
menggiurkan. Pada saat ini lokasi tersebut merupakan pusat pertanian tanaman padi
yang sangat potensial, sehingga perkembangannya perlu mendapatkan proses
analisis yang sangat seksama, agar memberikan hasil yang tidak merugikan baik
dari sudut pandang ekologi, ekonomi, maupun keberlanjutan pembangunan di masa
yang akan datang, dan kesejahteraan penduduk lokal yang saat ini menggarap
lahan tersebut.
Perkembangan kawasan industri tidak boleh dipandang sebagai keuntungan nilai
ekonomi sesaat semata, akan tetapi diperlukan kearifan dan kebijaksanaan yang
holistik untuk perkembangan yang lebih emnguntungkan secara jangka panjang dan
memberikan pengaruh regional dan nasional.
Penanganan Kawasan Lindung
Adanya Perubahan guna lahan dari Kawasan Lindung seperti sempadan pantai,
sempadan sungai, dan lainya menjadi kawasan budidaya seperti permukiman
memerlukan penangan secara lebih tegas dan bijaksana agar kelestarian lingkungan
tidak terganggu. Pemanfaatan ruang bagi kegiatan lain yang bukan peruntukannya,
pengrusakan lingkungan, konflik penggunaan ruang dan lain sebagainya, dapat
RTRW Kabupaten Tangerang
1-72
Laporan Akhir
disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Bisa oleh masyarakat atau pelaku
kegiatan ekonomi sebagai user penggunaan ruang, maupun ketidak tegasan aparat
pengawas dan pengendali pembangunan, maupun lemahnya peraturan yang
memayungi penggunaan ruang tersebut. Ketegasan penegak hukum juga sering
menjadi salah satu faktor dominan dalam pembangunan daerah di Indonesia, dan
mungkin juga di Kabupaten Tangerang. Oleh sebab itu, produk rencana tata ruang
(development plan) perlu didampingi oleh produk lainnya yang tidak kalah
pentingnya, yaitu pengendalian tata ruang (development control) khususnya yang
berkaitan dengan kawasan lindung. Dua produk ini sebaiknya dibuat secara simultan
dalam bentuk saling melengkapi sebagai produk yang berbeda. Development control
dibuat setelah development plan dibuat.
Pengelolaan Sistem Transportasi
Pengaturan arus trasportasi (traffict flow), pembagian arus pergerakan (traffict
distribution) perlu dirancang dengan baik untuk menghindari adanya pendistribusian
arus pergerakan yang tidak seimbang. Keadaan ini dapat merugikan efisiensi
pergerakan karena dapat menimbulkan kemacetan, kerusakan jalan, pertumbuhan
yang tidak merata, dan kerugian lainnya bagi para pengguna jalan. Ruas-ruas jalan
di Kabupaten Tangerang banyak yang mengalami bottle neck dan berpengaruh
terhadap kemacetan, khususnya di ruas-ruas tertentu, baik di pusat kota maupun di
beberapa daerah perbatasan dengan kabupaten atau kota lain. Untuk itu perlu dikaji
sistem transportasi yang lebih optimal.
Selain itu dengan adanya perkembangan jalur regional dan nasional di Kabupaten
Tangerang telah menuntut adanya peningkatan baik fungsi maupun fisik jalan.
Keadaan ini telah menjadikan adanya peningkatan fungsi jalan yang perlu disikapi
secara positif dan dipersiapkan pola perkembangannya agar serasi dengan pola
ruang dan penggunaan lahan di sekitarnya. Akses-akses tambahan seperti
interchange dan akses lainnya perlu dipersiapkan secara matang dan optimal, agar
memberikan manfaat yang diinginkan oleh semua pihak.
Peningkatan Infrastruktur
Perkembangan wilayah dan penduduk yang begitu cepat di Kabupaten Tangerang
menuntut adanya peningkatan infrastruktur. Infrastruktur yang perlu dipersiapan
tersebut meliputi : sistem pengelolaan persampahan (TPA), sistem pengelolaan
limbah (IPAL), sistem penanganan banjir (drainase) terkait dengan fungsi DAS
RTRW Kabupaten Tangerang
1-73
Laporan Akhir
Cisadane, sistem penyediaan air bersih, sistem penyediaan energi, serta sistem
komunikasi.
Pengelolaan Kawasan Pesisir Utara
Pengelolaan kawasan pesisir merupakan komitmen
Bangsa Indonesia sebagai negara maritim terbesar
dunia, demikian juga dengan Kabupaten Tangerang
yang memiliki beberapa wilayahnya sebagai wilayah
pesisir, pantai dan kelautan. Sumberdaya pesisir
pantai dan laut ini harus dipersiapkan sedemikian
rupa sehingga perkembangannya sesuai dengan
norma-norma pembangunan berkelanjutan dan memberikan nilai sosial ekonomi
yang optimal.
Pada saat ini telah tumbuh permintaan eksplorasi sumberdaya pesisir dan kelautan
di Kabupaten Tangerang, salah satu di antaranya adalah penambangan pasir laut.
Dalam pelaksanaannya telah terjadi konflik yang cukup menganggu, sehingga perlu
pengaturan yang holistik dalam pengembangan wilayah pesisir pantai ini.
Kondisi Bathimetri dan pergerakan arus di kawasan Pantai Utara Kabupaten
Tangerang dapat dilihat pada Gambar 1.37 dan 1.38.
RTRW Kabupaten Tangerang
1-74
Laporan Akhir
Gambar 1.37 Peta Bathimetri
RTRW Kabupaten Tangerang
1-75
Laporan Akhir
Gambar 1.38
Pergerakan arus kawasan Pantai