fir’aun dalam perspektif al-qur’an
DESCRIPTION
firaun dalam perspektif alquranTRANSCRIPT
-
i
FIRAUN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN
( Studi Tematis dan Pendekatan Historis)
Disusun Oleh:
KAFIN
4100081
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2006
-
ii
FIRAUN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
(Studi Tematis dan Pendekatan Historis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Ushuluddin
Disusun Oleh :
KAFIN 4100081
Semarang, 22 Juli 2006
Disetujui Oleh Pembimbing
( Drs. H. M. Nasuha) NIP. 150 178 119
-
iii
PENGESAHAN Skripsi Saudara Kafin No. Induk 4100081 telah dimunaqasyahkan Oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Pada tanggal : 29 Juli 2006 dan telah diterima serta disyahkan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Ushuluddin.
Dekan Fakultas / Ketua Sidang
( Drs. Ridin Sofyan, M.pd) NIP. 150 178 317
Pembimbing I Penguji I (Drs. H. M. Nasuha) (Drs. A. Hasan Asyari UlamaI, M. Ag) NIP. 150 178 119 NIP. 150 274 617 Penguji II ` (Dra. Hj. Munawarah Thowaf, M. Ag) NIP. 150 178 225
Sekretaris Sidang
(Drs. H. M. Nasuha)
-
iv
NIP. 150 178 119
PERSEMBAHAN
Ya Allah Ya Rabbi
Ridloilah Karya sederhana ini dan berilah dia arti sehingga bisa
kupersembahkan sebagai hasil dari sebuah pengabdianku kepada :
Ibunda Siti Ruliyah dan ayah (almarhum Syaerozie M. H.) tercinta
yang telah membuat aku ada dan memelukku, yang selalu berusaha tanpa
mengenal lelah dan selalu berdoa tanpa mengenal batas waktu
demi keberhasilanku
Kakakku (almarhum Syafieq Fadloli) yang selalu memberiku
inner power untuk mengepakkan sayapku
dan mengajariku warna hidup
Keponakanku Akhla Aini, yang telah menguatkan jasadku dan
meneguhkan jiwaku
Seluruh keluarga besarku yang senantiasa mencurahkan segalanya
demi kesuksesanku
-
v
MOTTO
} { } { } {
} {
) :( Artinya : [1].Thaa Siin Miim. [2]. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Quran) yang
nyata (dari Allah). [3]. Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. [4]. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. [5]. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (QS. al-Qashash [28] : 1-5)
-
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 20 Juli 2006
Penulis
-
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan ejaan Arab dalam Skripsi ini berpedoman pada keputusan
Menteri Agama dan Menteri Departemen Pendidikan Republik Indonesia Nomor :
158 Thun 1987. dan 0543/U/1987. Tentang pedoman Transliterasi Arab-Latin,
dengan beberapa modifikasi sebaga berikut :
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
alif
ba
ta
sa
jim
ha
kha
dal
zal
ra
zai
sin
syin
tidak di lambangkan
b
t
s
j
h
kh
d
z
r
z
s
sy
tidak di lambangkan
be
te
as (dengan titik diatas)
je
ha(dengan titik diatas)
ka dan ha
de
zet(dengan titik diatas)
er
zat
es
es dan ye
-
viii
sad
dad
ta
za
`ain
gain
fa
qaf
kaf
lam
mim
nun
wau
ha
hamzah
ya
sh
d
t
z
_`
g
f
q
k
l
m
n
w
h
_`
yang
es dan ha
de (dengan titik diatas)
te(dengan titik diatas)
zet(dengan titik diatas)
koma terbalik diatas
ge
ef
ki
ka
el
em
en
we
ha
apostruf
te
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap
Ditulis Muta`addidah
Ditulis qaddara
-
ix
C. Ta` Marbutah diakhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis dengan h.
Ditulis Hikmah
Ditulis `illah
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafaz aslinya).
2. Bila diikuti dengan kata sandang al serta bacaan kedua terpisa, maka
ditulis dengan h.
Ditulis Karamah al-Auliya`
Ditulis Zakah al-fitri
D. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis Zawi al-Furud
Ditulis Ahl al-Sunnah
E. Kata Sandang Alif+Lam
Penulisan kata sandang al () disesuaikan dengan huruf yang mengikutinya. Jika huruf yang mengikutinya huruf qamariyyah, maka penulisan
al () tetap seperti semula. Namun jika huruf yang mengikutinya adalah huruf syamsiyyah, maka akan disesuaikan dengan huruf yang mengikutinya. Contoh :
: al-Qur`an
: Asy-Syams Catatan : Transliterasi tersebut tidak diterapkan secara ketat untuk penulisan
nama orang Indonesia dan orang-orang yang didalamnya terdapat kata
sandang al () yang diikuti oleh kata Allah. Seperti: Abdullah tidak ditulis Abd. Allah.
-
x
KATA PENGANTAR
, .
Dengan menybut nama Allah SWT., yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat Hidayah-Nya kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami
berlindung dan memohon pertolongan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kehadirat beliau nabi besar Muhammad Saw, keluarga, para sahabat
dan para pengikut beliau yang kita nantikan syafaatnya di akhirat.
Rasa terima kasih tertuju kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dan terima kasih yang tak terhingga
penyusun ucapkan kepada;
1. Drs. H. Ridin Sofwan, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,
2. Prof. Dr. H. M Amin Syukur MA., selaku pelindung mahasiswa Thailand
selama di Indonesia.
3. Drs. H. M. Nasuha, yang dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktunya
untuk memberi bimbingan kepada penulis.
4. Drs. H. Machasin selaku Pembantu Rektor III yang mendukung atas
kesejahteraan penulis selama di Semarang.
5. Kepada Bapak Drs. H. Nasuha, dan Drs. Hasan Asari al-Ulamai. M.Ag,
selaku ketua dan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadits dan Al-Qur'an di Fakultas
Ushuluddin.
6. Kepada Bapak Ibu Dosen, yang telah berperan dalam proses pendewasaan
berfikir, khususnya yang mengabdi di Fakultas Ushuluddin, serta kepada
-
xi
segenap karyawan dan karyawati di lingkungan IAIN Walisongo Semarang
yang telah membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
7. Kelurga S-11 BPI, Fazin, Yalee, Ropee, Mizie, Kamal, Isti, dan Ummi,
Wabilkhusus, teman-teman dekatku Sukamdi (Mahadee), Pak Modin (Latif),
Ripai bin Ribut alias Pak RW, SyafiI, Rifah ah ah, ndok Syam, lek Nisa,
[art]+Zm, wa biljama teman-teman TH 00, sorry tidak sempat menyebut
satu persatu. Terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.
Kepada mereka penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain
ungkapan rasa terima kasih dan iringan doa semoga Allah SWT., membalas
semua amal kebaikan mereka semua.
Namun demikian, penulis sadar hanya mampu mempersembahkan
Karya yang kurang sempurna dan masih sederhana, semoga bermanfat Dunia
Akhirat. Amin.
Semarang, 21 Juli 2006
Penyusun
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
HALAMAN DEKLARASI.................................................................................... vi
HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ........................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 7
D. Penjelasan Judul ........................................................................ 8
E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................... 10
F. Metodologi Penelitian ............................................................... 11
G. Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................... 14
BAB II : DESKRIPTIF UMUM TENTANG FIRAUN DALAM
SEJARAH
A. Kepercayaan Mesir Kuno .......................................................... 17
B. Firaun dalam Sejarah................................................................ 18
C. Munculnya Bani Israil di Mesir.................................................. 24
D. Firaun Zaman Nabi Musa.......................................................... 27
-
xiii
BAB III : FIRAUN DALAM AL-QUR'AN
A. Ayat-ayat tentang Firaun............................................................. 31
B. Term Firaun.............................................................................. 35
C. Karakteristik Firaun.................................................................. 36
D. Pengikut Firaun......................................................................... 41
E. Misi Nabi Musa a.s................................................................... 43
F. Relasi Firaun dan Alu Firaun.................................................. 57
BAB IV : ANALISIS KISAH FIRAUN DENGAN PENDEKATAN
HISTORIS
A. Urgensi Kajian Historis dalam Memahami Kisah-kisah al-
Qur'an ....................................................................................... 62
B. Firaun dan Kehancurannya ...................................................... 64
C. Moral Pembebasan..................................................................... 70
D. Firaun Trans - Historis.............................................................. 73
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 79
B. Saran-saran .............................................................................. 80
C. Penutup....................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Quran dipilih sebagai subjek kajian dalam penelitian ini
dengan beberapa alasan karena kitab suci ini diyakini sebagai sumber
utama ajaran islam yang harus terus menerus digali kandunganya agar
secara praktis dan teoritis selalu menjadi pandangan hidup. Berangkat dari
kegelisahan betapa interaksi sebagian umat islam dengan al-Quran, masih
terbatas pada keyakinan, membaca dan mendengarkan, belum banyak
yang sampai pada mempelajari secara mendalam.
Sebagai akibatnya, mutiara kandungan al-Quran belum tergali
dan lebih lanjut al-Quran belum menjadi fungsional secara optimal
sebagai petunjuk. Sehingga wajar kalau kemudian umat islam jarang yang
menjadikan al-Quran sebagai dasar pijakan dalam bertindak dan bersikap.
Tanpa disadari hal ini akan menjadikan al-Quran hanya simbol semata
dan menjadikanya sebagai barang antik. Oleh karena itu upaya-upaya
untuk memahami dan menafsirkan al-Quran harus terus kita kembangkan
dengan berbagai perspektif dan pendekatan untuk menghasilkan sebuah
konsep yang sesuai dengan kandungan al-Quran dan selanjutnya
diterapkan ditengah problem masyarakat yang semakin beragam dan
kompleks.
Sejak semula al-Quran sudah diprogram sebagai kitab yang
berisi ajaran-ajaran yang dijadikan petunjuk1 bukan hanya pada
masyarakat ketika dan dimana ia diturunkan tetapi juga untuk masyarakat
keseluruhan sampai akhir zaman, juga sebagai kitab yang bersifat trans-
historis, tidak dibatasi ruang dan waktu baik sejak Adam a.s. diciptakan
1 Sebagaimana Firman Allah: ) ........... : (
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia.......... (QS. Al-Baqarah [2]:185)
-
hingga penutup para Nabi, yaitu Rasulullah Saw2 yang dalam rentang
waktu tersebut terdapat juga kisah tokoh-tokoh lain yang terkenal.
Ajaran-ajaran yang terkandung dalam al-Quran disampaikan
secara variatif, seimbang dan selaras. Ketika al-Quran menguraikan
tentang gambaran dan nikmat Syurga maka ayat selanjutnya menceritakan
keganasan Neraka, begitu pula ketika bercerita tentang kebaikan,
kemudian disambung dengan kejahatan dan hukumanya. Ayat-ayatnya
juga dikemas sedemikian rupa, ada yang berupa informasi, perintah dan
larangan, dan ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk deskripsi kisah-
kisah yang mengandung ibroh dan nilai research3. Sebagaimana yang
tercantum dalam Firman Allah:
) : (
Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. Yusuf [12]: 11)
Sebagai produk wahyu kisah dalam al-Quran tentu saja berbeda
dengan cerita atau dongeng pada umumnya, karena perbedaan
2 Tradisi kenabian secara efektif dimulai dari Ibrahim sebelum bercabang menjadi dua
riwayat suci yang terpisah, yakni keturtunan Ishak dan Ismail. Riwayat keturunan Ishaq mengikuti jejak pergantian dari Bani Israil yang dianugerahi satu rangkaian patriarkal [tata kekeluargaan yang sangat mementingkan garis keturunan Bapak] yahudi termasuk Musa, Daud dan Sulaiman yang puncaknya pada kemunculan Isa al-Masih pada abad pertama Masehi. Sedangkan garis keturunan ismail berujung pada Muhammad, seorang utusan non yahudi yang berasal dari rakyat jelata. Kemunculan nabi berbangsa arab ini dipandang oleh umat islam sebagai peristiwa penting yang terakhir dalam sejarah suci tauhid. Lih Shobbir Akhtar, Islam Agama Semua Zaman, (Jakarta: Pustaka Zahro, 2002), hlm. 15
3 Tujuan utama dan pertama dari kisah al-Quran adalah sebagai ibrah yaitu untuk pelajaran. Oleh karena itu yang diutamakan dalam kisah bukan menjelaskan tempat dan tanggal kejadian. Apalagi bila ditinjau dari sudut universalitas al-Quran, maka makin terasa penyebutan tempat dan waktu tersebut secara eksplisit semakin tampak urgenya, akan lebih terasa bahwa petunjuk al-Quran ditujukan untuk semua orang dan pada semua tempat bukan bagi bangsa tertentu sebagaimana juga bukan bagi tempat tertentu. Kisah dalam al-Quran bisa dijadikan penyelidikan ilmiah (research). Dengan demikian akan lahir upaya yang kontinyu demi mencari kebenaran tentang peristiwa yang pernah terjadi dimasa lampau, juga untuk memberikan motivasi bagi para ilmuwan yang berminat terhadap sejarah dan kehidupan sosialnya untuk melakukan penelitian dan penyelidikan ilmiah. Lih. Nashrudin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm. 244-245
-
karakteristik yang terdapat dalam masing-masing kisah, ada yang
menekankan aspek-aspek tertentu dari kehidupan mereka, hubungan antar
sesama manusia, antar kelompok termasuk dalam kaitan dengan pemimpin
mereka, antara bangsa (seperti orang-orang yahudi dan orang-orang
Mesir).4
Al-Quran meliputi cerita tentang para Nabi, pengikut mereka dan
musuh-musuh mereka, saling berhubungnan, persaingan dan perkelahian
antara pengikut dengan musuh. Semua ini memperluas waawasan dan
pandangan sejarah yang bisa dipergunakan sebagai pelajaran dan memberi
pedoman bagi umat manusia. Dalam hubungan ini, ayat al-Quran bisa
bersifat normatif, tidak sekedar memberi informasi melainkan juga
memberi instruksi,5 dengan melihat fenomena kisah-kisah dalam al-
Quran yang banyak berkaitan dengan sejarah yang hampir semuanya
bertujuan hendak memberikan suatu pengertian moral atau filosofis yang
sifatnya universal.
Kisah-kisah6 yang dimuat dalam al-Quran semuanya cerita yang
benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal apalagi dongeng. Jadi
bukan seperti ynag dituduhkan oleh sebagian kaum orientalis, bahwa
dalam al-Quran ada kisah yang tidak cocok dengan fakta sejarah, ada pula
yang mengatakan bahwa kisah tersebut adalah karangan Nabi Muhammad
sendiri bukan turun dari Allah.
4 Ahmad as-Shouwy.[et. al], Mukjizat al-Quran dan as-Sunnah tentang IPTEK
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 87 5 Abdul Djalil, op. cit, hlm. 95 6 Apabila diamati kisah-kisah yang terdapat dalam al-Quran maka paling tidak akan
ditemukan tiga kategori; Pertama, Kisah para Nabi, Mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka, dan penentang serta pengikut mereka. Contohnya, kisah Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad Saw dan lain-lain. Kedua, Kisah orang-orang yang belum tentu Nabi dan kelompok kelompok manusia tertentu. Contohnya kisah Lukmanul Hakim, Qarun, Thaluth, Ashabul Kahfi, Ashabul Fill, dan lain-lain. Ketiga, Peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejaidian di zaman Rasul Saw. Contohnya kisah perang Badar, perang Uhud, Hunain, Tabuk, perang Ahzab, dan Isro Miroj Nabi Muhammad Saw. Lih. Abdul Djalil , Ulumul Quran (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 300
-
Untuk menepis tuduhan para Orientalis itu, al-Quran
membantahnya dalam beberapa ayat dan surat sebagai berikut:
) : ( Artinya : Sesungguhnya ini ialah kisah yang benar. ( QS. ali Imran [3]:
63)
) : ( Artinya : Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan
benar. (QS. al-Kahfi [18]: 13)
) : ( Artinya : Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan
Fir'aun dengan benar.(QS. al-Qashash: 3)
Semua ayat diatas menjelaskan secara pasti bahwa semua kisah
didalam al-Quran adalah benar, tak ada yang bohong atau mengada-ada
dan sebagainya. Sebagian kisah sudah ada yang terbukti kebenaranya
melalui penyelidikan ilmiah,7 dan ada sebagian yang belum terbukti, hal
ini dikarenakan masih terbatasnya kemampuan manusia.
Para penafsir banyak yang memahami kisah-kisah dalam al-
Quran hanya dengan tinjaun sejarah, padahal al-Quran tidak
bermaksud menjadikan unsur-unsur sejarah tersebut sebagai tujuan pokok.
Unsur-unsur sejarah tadi hanya sekedar elemen yang digunakan untuk
mengkonstruksi sejarah tadi. Tujuan utama kisah-kisah itu diceritakan
adalah agar pendengarnya menangakap esensi cerita itu yang penuh
dengan nasehat, hikmah, pelajaran, bahkan ancaman dan kabar gembira.
Al-Quran tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara
berurutan dan tidak pula memaparkan kisah itu secara panjang lebar.
7 Menurut sejarah setelah tenggelamnya Firaun, mayatnya ditemukan terdampar di pantai lalu diambil dan dibalsem oleh orang Mesir dan sampai sekarang jasadnya yang berupa mumi masih dapat kita lihat di museum Mesir. Bukti lain misalnya kisah Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail membangun Kabah seperti diceritakan dalam Q.S. al-Baqarah [2]:127; dan sampai sekarang Kabah tersebut masih berdiri dengan megah di Makkah.
-
Kisah-kisah dalam al-Quran merupakan petikan-petikan dari sejarah
sebagai pelajaran kepada umat manusia dan bagaimana seharusnya mereka
bisa menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa sejarah.8 Seperti kisah Musa
dan Firaun yang diungkapkan berulang-ulang dibeberapa surat.
Firaun merupakan salah satu tokoh yang kisahnya diabadikan
dalam al-Quran dan ini bukanlah sekedar informasi sebagaimana buku
sejarah, tapi ia datang untuk menjelaskan pesan-pesan sejarah. Banyak
sekali pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Firaun, disamping
pelajaran yang bisa dijadikan dasar dalam membina individu, gambaran
konversi keagamaan,9 didalamnya juga memuat banyak unsur yang
melibatkan hubungan antara penguasa dengan para bawahanya, baik dari
kalangan ulama, cendikiawannya maupun orang-orang kaya yang
semuanya membentuk rantai dan hubungan simbiosis dalam sebuah
komunitas yang dlalim.
Kalau kita perhatikan sebagian ayat-ayat yang mengisahakan
tentang Firaun selalu disebut bersama Musa a.s., al-Quran ingin
menghadirkan mereka sebagai representasi dari dua kekuatan antagonistik
yang tidak bisa dipisahkan, ini menunjukan bahwa pembahasan masalah
Firaun tidak akan bisa utuh tanpa membahas sosok Musa a.s. yang
mengemban dua misi, disamping sebagai seorang utusan (penerima
wahyu) juga mengemban misi sosial yang memerdekakan, membebaskan
kaum lemah dari cengkeraman penguasa Firaun yang dlalim.
Firaun dan para pengikutnya diberi nikmat berupa kekuasaan,
intelektualitas dan kekayaan materi yang berlimpah tetapi mereka semua
selalu mengingkari nikmat-Nya, tidak menjalankan apa yang
diperintahkan Allah tetapi justru menjalankan apa yang dilarang dalam
ajaran-ajaran-Nya, sehingga komunitas mereka sebagai bangsa
8 Muhammad Chirzin, Permata al-Quran (Yogyakarta: Qirtas, 2003), hlm. 58 9 Syaikh Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan al-Quran Memahami Pesan Suci
dalam kehidupan masa kini (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 77
-
yang diabadikan dalam al-Quran dihancurkan dan ditenggelamkan ke
dalam Laut merah melalui Musa a.s.
Itulah konsep al-Quran mengenai hukuman sejarah yang akan
ditimpakan kepada masyarakat atau bangsa, bukan kepada individu
(mereka ini secara khusus akan dihukum dihari kiamat) yang telah
melakukan dosa secara kolektif.10 Kebudayaan bangsa-bangsa tersebut
akan dihancurkan dan ini adalah konsekuensi nasib yang harus diterima,
karena al-Quran telah berulang kali menyerukan agar bangsa-bangsa
didunia ini menarik manfaat dari pengalaman dan kekeliruan bangsa-
bangsa terdahulu11
Selama ini pemahaman kita mengenai kisah Firaun bersifat
ahistoris (tekstual), padahal maksud al-Quran menceritakan kisah itu
adalah justru agar kita bisa berpikir historis (konstekstual). Pemahaman
kita terhadap kisah tersebut selama ini hanya sebatas konteks zaman itu.
Kita tidak pernah berpikir bahwa yang disebut penindas dan kaum
tertindas itu sebenarnya ada disepanjang zaman dan disetiap sistem sosial,
dulu, sekarang sampai peradaban yang akan datang.
Oleh karena itu ayat-ayat tentang Firaun tidak bisa disikapi secara
teks, Firaun sendiri adalah penguasa yang diktator, dibutuhkan
interpretasi teks secara terbuka dan konstekstual untuk menemukan ide
moral yang terkandung didalamnya sebagai alat introspeksi baik secara
personal maupun dalam tatanan masyarakat global agar bisa terbebas dari
struktur sosial yang tidak ramah, menindas, diskriminatif, eksploitatif
menuju tatanan sosial yang lebih manusiawi, humanis dan bermoral.
10 Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Quran (Bandung : Penerbit Pustaka, 1990), hlm.
77 11 Ibid., hlm. xiii
-
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat latar belakang diatas, cukup menarik
untuk mengetahui lebih jauh gambaran Firaun dalam sejarah yang
dikisahkan kembali lewat teks-teks al-Quran.
Untuk menjawab permasalahan ini, perlu adanya rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Siapakah sebenarnya Firaun dan para pengikutnya yang di maksud
dalam al-Quran, sehingga dihancurkan oleh Allah.
2. Seberapa jauh usaha atau campur tangan Nabi Musa a.s. dalam
mengajak Firaun dan pengikutnya agar mereka mau menyembah
kepada Allah SWT dan dalam membebaskan kaum tertindas dari
belenggu perbudakan.
3. Mungkinkah muncul fenomena Firaun dan orang-orang tertindas pada
masa sekarang dan akan datang.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan utama yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik penguasa atau pemimpin yang menerapkan
sistem korup atau dlalim sehingga peradaban bangsa-bangsanya
dihancurkan oleh Allah, serta menemukan pesan moral yang banyak
terkandung dalam kisah Firaun untuk dijadikan refleksi atas berbagai
persoalan yang melanda berbagai umat.
Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:
1. Untuk menambah khasanah pemikiran islam yang berkaitan dengan
studi kisah dalam dalam al-Quran
2. Diharapkan dapat memperbanyak khasanah keilmuan, terutama dalam
al-Quran, lebih-lebih pembahasan ini sangat relevan dengan disiplin
ilmu yang peneliti tekuni selama ini.
-
D. Penjelasan Judul
Sebelum membahas lebih lanjut tentang skripsi yang berjudul
Firaun dalam Perspektif al-Quran (Studi Tematis dan pendekatan
Historis), ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar mudah
dimengerti dan dipahami. Adapun istilah yang dimaksud adalah:
1. Firaun
Firaun12 adalah salah satu raja dlalim yang mati tenggelam di
laut Merah, karena mengejar Musa dan Bani Israil tetapi jasadnya
terselamatkan untuk dijadikan bukti kebenaran kisahnya. Firaun banyak
melakukan berbagai bentuk penindasan terhadap Bani Israil. Sebagai
utusan Allah Musa membela kaum yang lemah dan tertindas.
Ada perbedaan pendapat tentang siapakah sebenarnya nama asli
sosok fenomenal Firaun yang hidup pada zaman nabi Musa.13
2. Perspektif
Cara melukiskan suatu benda dan lain-lain pada permukaan
mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi
(panjang lebar dan tingginya). Sudut pandangan.14
12 Kata dalam bahasa Ibrani untuk menyebut Raja-raja Mesir kuno. Lihat Ensiklopedi
umum (Jakarta: Penerbit Yayasan Kanisius, 1973), hlm. 236. Kata ini diperkirakan berasal dari bahasa Ibrani Per-O yang artinya rumah besar, gelar ini diterapkan secara turun temurun kepada raja-raja Mesir kuno. Karena mereka dianggap sebagai titisan dewa-dewa negeri Mesir, seperti; Horus, Buto, dan lain-lainya. Ensiklopedi Umum, Harun Nasution.....[et, al], (Jakarta: Anggota IKAPI, 1992), hlm. 250
13 Mengenai siapakah sebenarnya Firaun pada zaman Nabi Musa akan penulis jelaskan pada Bab II
14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 675
-
3. Al-Quran
Al-Quran15 Merupakan kitab suci umat islam yang ketika
diturunkan berupa teks non bahasa pada taraf vertikalnya (Allah-
Jibril), tetapi teks tersebut menjadi teks yang berbahasa pada taraf
Horizontal (Jibril-Muhammad)16selama kira-kira 22 tahun. Sementara
ulama merinci 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.
4. Studi
Berasal dari Bahasa Inggris study yang berarti belajar,
penyelidikan, memikirkan17.bisa berarti pelajaran, penggunaan waktu
dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan.18
15 Kata al-Quran menurut pengertian bahasa arab adalah Mashdar dari kata Qaraa,
Yaqrau, Qiraatan, Quranan; yang berarti bacaan. Tapi imam syafii dan imam Suyuthi berpendapat bahwa al-Quran secara bahasa bukanlah merupakan kata bentukan dari kata qaraa seperti penjelasan sebelumnya. Menurut mereka al-Quran merupakan suatu nama (alam) bagi kitab allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, sama halnya dengan kitab-kitab lain seperti Taurat dan Injil. Jadi menurut mereka kata al-Quran itu bukanlah berarti bacaan, melainkan nama bagi suatu kitab Allah SWT.
Banyak definisi Syari tentang al-Quran yang diberikan oleh para Ulama. Sebagian mereka ada yangh memberikan definisi secara panjang lebar dan yang lainya memberi definisi yang sangat ringkas, salah satu definisi yang serba mencakup adalah apa yang dikemukakan oleh Muhammad Ali al-Hasan:
Artinya: Al-Quran adalah kalamullah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepad anabi SAW yang dinukuil secara tawatur dan membacanya tergolong ibadah. Lih. Muhammad Rahmat Kurnia, Muhammad Sigit Purnawan Jati, Muhammad Ismail Yusanto, Prinsip-prinsip Pemahaman al-Quran dan Hadits (Jakarta: Khairul Bayan, 2002), hlm. 1-2
16 Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai medium bahasa dalam proses komunikasi wahyu, bagaimana proses komunikasi wahyu ini dapat terjadi padahal terdapat perbedaan watak karena perbedaan tingkat eksistensinya. Lih. Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Quran- kritik terhadap Ulumul Quran (Yogyakarta: Lkis, 2001), hlm. 34-36. Bandingkan dengan pendapatnya Muhammad Abduh, Dra. Rifat Syauqie Nawawi dan ulama lain. lih.. Mohammad Nor Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-ilmu al-Quran - seri buku daras Ulum al-Quran. 2001., hlm. 1-21
17 John M Echols, Hasan Shadily, Kamus inggris indonesia (Jakarta: Gramedia, 1984), cet. xiii, hlm. 563
18 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hlm. 1078
-
5. Tematis
Suatu metode19 yang membahas masalah berdasarkan tema-
tema tertentu yang terdapat dalam al-Quran20, dengan menghimpun
ayat-ayat al-Quran yang mempunyai maksud yang sama, dalam arti
sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya
berdasarkan kronologi serta turunnya ayat-ayat tersebut (kalau ada),
kemudian menafsirkan, memberi keterangan dan penjelasan serta
mengambil kesimpulan.21 Dalam hal ini penulis mengangkat tema
Firaun.
6. Pendekatan Historis
Pendekatan dimaksud adalah pendekatan terhadap al-Quran
dengan memahami situasi kesejarahan atau konteks historisitas, baik
sebelum atau dimasa pewahyuan untuk kemudian menarik ide moral
dari wahyu tersebut dan memproyeksikannya dalam konteks kekinian.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dari berbagai literatur yang telah penulis baca dan teliti, memang
banyak yang mengkaji masalah Firaun, kebanyakan mereka
memahaminya hanya dari satu sudut saja, sehingga mereka terjebak dalam
kajian teks tanpa bisa menemukan rahasia-rahasia yang terkandung
didalamnya. Namun disini penulis ingin mencoba membumikan teks-teks
kisah Firaun, menerapkanya kembali ditengah kekotoran problem
masyarakat yang kompleks secara kontemporer dengan pendekatan
kontekstual.
Buku lain yang menyinggung masalah Firaun adalah buku karya
Dedy Suardi yang berjudul Firaun Kontemporer. Didalamnya Dedy
Suardi banyak mengulas tentang penguasa-penguasa dlalim, diantaranya
19 Mengenai cara kerja metode ini akan penulis jelaskan pada Metodologi penelitian. 20 M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 47 21 Abd. al-Hayy al-Farmawy Metode Tafsir Maudhuy, diterjemahkan oleh Suryan
A. Famrah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 36
-
Namrudz, Firaun dan penguasa-penguasa lain yang kebudayaannya tidak
berbeda jauh dengan kebudayaan Firaun pada zaman Nabi Musa. Dedy
Suardi dalam memaparkan Firaun banyak menggunakan bukti-bukti
arkeologis serta gambaran sosio- kultural pada waktu itu. Walau didalam
bukunya dia juga merujuk pada ayat-ayat al-Quran, tetapi dia tidak
sedikitpun membahas ayat-ayat tersebut apalagi menafsirinya.
Mengingat belum ada tulisan yang secara khusus membahas
tentang Firaun dalam perspektif al-Quran dengan studi tematis, maka
skripsi ini berusaha menelaah kembali kisah Firaun dalam al-Quran serta
menggali esensinya melalui pendekatan historis, kemudian menerapkan
kembali ide moral yang terkandung didalamnya.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian pustaka (library research)
yakni berusaha untuk mengupas secara konseptual tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan Firaun. Oleh karena itu penelitian ini
merupakan jenis penelitian kualitatif dengan kajian pustaka, yakni
dengan cara menulis, mengedit, mereduksi, dan menyajikan data serta
menganalisisnya.22Data diambil dari berbagai sumber tertulis. Adapun
sumber yang dimaksud adalah berupa buku-buku, bahan-bahna
dokumentasi dan lain sebagainya.23
2. Sumber Penelitian
Oleh karena penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka data
diambil dari berbagai sumber tertulis, sebagai berikut:
22 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rake Sarasih, 1993), hlm.
51 23 Hadlori Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada Pers,
1991), hlm. 30
-
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber-sumber yang memberikan data
langsung dari tangan pertama.24 Sumber primer dari penelitian ini
adalah al-Quran dan tafsirnya.
b. Sumber Data Skunder
Adalah sumber yang diperoleh, dibuat dan merupakan
perubahan dari sumber pertama. Sifat sumber ini tidak langsung.
Sumber skunder dari penelitian ini adalah literatur-literatur baik
berupa buku atau catatan lain maupun dokumen yang banyak
membahas dan menunjang penelitian ini.
3. Metode Pembahasan
Pada pembahasan penelitian ini, penulis menggunakan metode
dan analisis sebagai berikut:
a. Metode Tematik (Maudluy)
Sesuai dengan namanya yaitu tematik, maka yang menjadi
ciri utama dari metode ini adalah menonjolkan tema, judul atau
topik poembahasan. Jadi peneliti mencari tema-tema atau topik-
topik yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari al-Quran
itu sendiri, ataupun dari yang lain-lain.
Dalam menerapkan metode ini, ada beberapa langkah yang
harus di tempuh oleh para mufasir. Antara lain sebagaimana
diungkapakan oleh al-Farmawy yang di kutip lagi oleh
Nashruddin Baidan:25
- Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan judul tersebut
sesuai dengan kronologi urutan turunnya. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kenmungkinan adanya ayat yang
mansukhah, dan sebagainya
24 Noeng Muhajir, op. cit, hlm. 126 25 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Quran (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar Offset, 1998), cet I, hlm. 152-153
-
- Menelusuri asbab al-Nuzul ayat-ayat yang telah dihimpun,
kalau ada
- Meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai
dalam ayat tersebut. Terutama kosa kata yang menjadi pokok
permasalan di dalam ayat itu. kemudian mengkajinya dari
semua aspek yang berkaitan dengannya, seperti bahasa,
budaya, sejarah, munasabat, pemakaian kata ganti (dlamir), dan
sebagainya.
- Mengkaji dan memahami ayat-ayat itu dari pemahaman
berbagai aliran dan pendapat para mufasir, baik yang klasik
maupun yang kontemporer.
- Semua itu dikaji secara tuntas dan seksama dengan
menggunakan penalaran yang obyektif melalui kaidah-kaidah
tafsir yang mutabar, serta didukung oleh fakta (kalau ada), dan
argumen-argumen dari al-Quran dan Hadits, atau fakta-fakta
sejarah yang dapat ditemukan. Artinya, mufasir selalu berusaha
menghindarkan diri dari pemikiran-pemikiran yang subyektif.
Hal itu dimungkinkan bila ia membiarkan al-Quran
membicarakan suatu kasus tanpa diintervensi oleh pihak-pihak
lain diluar al-Quran, termasuk penafsir sendiri.
b. Teknik Analisis
Setelah semua ayat tentang Firaun di bahas dengan
menggunakan metode tafsir Tematik tersebut selesai. Kemudian
penulis menganalisisnya dengan menggunakan teknik analisis isi
(content analysis) yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan,
membuka wawasan baru, serta menyajikan fakta dan pandangan
praktis.
-
4. Metode pendekatan
Meminjam istilah Fazlur Rahman, yang dimaksud historis
disini adalah pendekatan konstekstual,26 dimana peneliti ingin
mengusumg realitas kehidupan sebagai medan keberangkatan
penafsiran, dan yang menjadi variabel penting disini adalah latar
belakang sosial historis dimana teks pertam kali muncul, dari praksis
(konteks) menjadi refleksi (teks).27
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah diatas penulis
menyusun kerangka pembahasan yang sistematis agar pembahasanya lebih
terarah dan mudah dipahami dan yang lebih penting lagi adalah jawaban
permasalahan agar tercapai apa yang menjadi tujuan penulis.
Untuk memberikan arah ynag tepat dan tidak memperluas obyek
penelitian maka perumusan sistematika pembasan disusun sebagai berikut:
BAB I, Sebagai pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, metode penelitian yang dipakai, tujuan dan
kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II, Deskripsi Firaun dalam sejarah, serta penelusuran
Firaun yang pernah hidup pada zaman Nabi Musa a.s.
BAB III, Berisi kisah Firaun dalam al-Quran, serta para
pengikutnya, karakteristik dan praktek-praktek penindasan terhadap kaum
bani Israil. Usaha Nabi Musa a.s. dalam mengajak Firaun dan para
pengikutnya untuk menyembah Allah, serta upaya beliau dalam
membebaskan bani Israil.
BAB IV, berisi analisis ayat-ayat tentang Firaun dalam al-Quran
dengan pendekatan historis, sehingga tidak menutup kemungkinan akan
muncul kembali Firaun-Firaun pada masa sekarang maupun masa yang
26 Rosihun Anwar, Samudra Al-Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 274 27 Islah Gusmian, Khazasanah Tafsir Dari Hermneutik hingga Ideologi (Jakarta:
TERAJU, 2003), hlm. 249
-
akan datang yang karakteristiknya sama dengan karakteristik Firaun yang
digambarkan dalam al-Quran.
BAB V, Merupakan bab yang terakhir, berisi kesimpulan dan
saran-saran, serta kata penutup.
-
BAB II
DESKRIPTIF UMUM TENTANG FIRAUN DALAM SEJARAH
Pada era modern sekarang ini, banyak sekali usaha-usaha yang
dilakukan oleh para ahli purbakala untuk mengungkap kembali penuturan
sejarah yang ada dalam al-Quran. Banyak sekali temuan-temuan arkeologi
yang memuat catatan-catatan kuno yang dapat membenarkan atau menguatkan
kisah-kisah dalam al-Quran.
Kisah-kisah dalam al-Quran mengenai nabi-nabi terdahulu atau orang-
orang terdahulu bukan merupakan mitos, allegoris, atau perumpamaan semata,
karena nama-nama pribadi atau tempat-tempat geografis yang terdapat dalam
al-Quran benar-benar ada dan merupakan fakta sejarah, seperti kisah Nabi
Nuh, kaum d, Tsamud, Nabi Ibrahim1 dan Firaun. Firaun merupakan
sosok pribadi yang paling banyak dimuat dalam al-Quran bersama Nabi
Musa, kebenaran kisahnya bisa dibuktikan kembali melalui temuan yang berisi
catatan kuno yang kebanyakan dilakukan oleh para arkeolog barat.
A. Kepercayaan Mesir Kuno
Kepercayaan paling kuno yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat mesir kuno adalah tentang asal kejadian alam. Menurut mereka
alam ini berasal dari lautan air yang sangat luas. Untuk fase berikutnya,
1
Mengenai sejarah Nabi Nuh a.s. yang dimulai 6000 tahun yang lalu atau 4000 tahun SM, secara tidak langsung al-Quran menunjukan tempat dimana Nabi Nuh melakukan tugasnya. Dalam QS. Hud [11]: 44, Allah SWT mengisahkan pada kita bahwa kapal Nabi Nuh terdampar di gunung Judi yang terletak di daerah yang meliputi distrik dataran di Turki, sekarang Irak dan Syiria. Keberadan kaum Ad dan Tsamud terbukti dengan ditemukanya naskah di Hisn-I-Guhurab dekat Aden di Yaman selatan yang ditemukan pada tahun 1834 dari dalam tanah, bertuliskan bahasa arab lama (Hymarit). Dalam Naskah ini kita dapat membaca pernyataan sebagai berikut: Kami memerintah dengan menggunakan hukum Hud... Lih. Muzafaruddin Nadvi, Sejarah Geografi al-Quran, diterjemahkan oleh Juman Basalim (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), cet. I, hlm. 138.
Pembuktian kedua eksistensi kaum d dan Tsamud disinggung oleh nama Ta-mu-di, pembuktian yang lain berasal dari lempeng Ebla yang digali dari tahun 19641979, dan hasil dari analisis arkeologisnya baru muncul pada tahun 1980-an. Salah satu lempeng ini menyebutkan nama ketiga kota: Shamutu, d, dan Iram. Dalam naskah Ebla yang lain juga disebutkan nama Ab-ra-mu, yang diidentifikasi sebagai nama Nabi Ibrahim a.s. Lih. Ahmad as-Shouwy[et.al], Mukjizat al-Quran dan as-Sunnah tentang IPTEK (Jakarta: Gema Insani Pers, 2001), cet. ke-5, hlm. 67-73.
-
tercipta sebutir telur besar mengapung, kemudian dari telur itu lahirlah
matahari yang disebut dengan dewa Ra. Dewa ini pada fase-fase berikutnya
akan melahirkan para dewa yang dipuja dan disembah pada masa itu, seperti
dewa Nut, dewa Geb, dewa Su, dewa Tefnit, dewa Oziris, dewa Isis, dewa Sit,
dan dewa Nefus. Sedangakan sungai Nil sendiri dianggap sebagai dewi
kesuburan.2
Orang Mesir kuno juga menganggap suci terhadap hewan-hewan
tertentu, seperti burung rajawali, burung nasar, anjing hutan, kucing, buaya
dan sebagainya. Anggapan ini berasal dari adat memberi makan kepada
hewan-hewan untuk menghindarkan bahayanya seperti: singa,3 lama kelamaan
keyakina itu menjadi keyakinan baru, yaitu; bahwa hewan-hewan itu dianggap
sebagai penjelmaan dari dewa-dewa. Mereka menganggap burung rajawali
sebagai dewa Horus.
Di Mesir, barang kali karena keteraturan efektif dalam irigasi dan
pertanian yang dikontrol secara sempurna oleh raja, kemudian raja dipandang
sebagai ilahi dan diidentifikasikan dengan dewa-dewa paling berkuasa. Oleh
karena itu, ia pertama-tama merupakan perwujudan dari Horus, putra Osiris,
dewa pertumbuhan. Namun ia juga perwujudan Ra, dewa matahari, dan
penampakan dari Nil yang subur.
Melalui identifikasinya dengan dewa-dewa ini, maka seluruh hidup
Firaun adalah suatu ritus yang dilihat dari sudut bahwa ia mempertahankan
kehidupan tanah Mesir. Namun pada saat kematianya Firaun akan menjadi
Osiris sendiri, dewa yang dihukum mati tetapi dihidupkan kembali lewat magi
saudari yang sekaligus pasanganya, yakni Isis yang melahirkan Horus
darinya.4
2
Sukardji, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya (Bandung: Penerbit Angkasa, 1991), hlm. 151.
3
Karena kepercayaanya itu, dibuatlah patung singa yang berkepala manusia (Sphinx) 4
Thomas Hidya Tjaya, Kosmos tanda keagungan Allah Refleksi menurut Louis Bauyer (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 2002), cet. I, hlm. 40.
-
B. Firaun Dalam Sejarah
Pada zaman kesuraman prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu,
mulailah manusia menetap pada lembah yang dialiri sungai Nil.5 Mesir telah
merupakan suatu bangsa yang besar 1000 tahun sebelum orang minos di Kreta
membangun istananya di Knossos, 900 tahun sebelum orang Israel mengikuti Musa keluar keluar dari belenggu perbudakan. Mesir berkembang
subur sewaktu anggota suku di utara sungai tibet masih tinggal dalam gubuk.
Orang Yunani dan Roma 2000 tahun yang lalu melihat Mesir dengan
pandangan yang kurang lebih sama dengan pandangan orang modern bila
melihat reruntuhan Yunani dan Romawi.
Orang modern mengenal banyak peradaban kuno yang mengagumkan,
diantaranya Mesir. Mesir merupakan salah satu negeri tertua dikalangan negeri
kuno yang telah merajut benang peradaban menjadi suatu kebudayaan yang
benar-benar mengesankan, dimana Mesir bisa mempertahankan prestasinya
tanpa mengendur selama lebih dari dua setengah sasrawarsa, suatu jangka
masa kelangsungan yang sedikit tandinganya dalam kisah manusia.
Zaman para Firaun tidak memiliki kisah tertulis seperti sejarah orang-
orang terkenal yang bisa kita ketahui melalui buku-buku yang ditulis oleh
orang sezamanya maupun sesudahnya. Namun mengenai zaman Firaun bisa
ditelusuri dari tulisan-tulisan di makam, lukisan pada dinding bangunan, puisi,
prosa serta laporan negara pada zaman papyrus yang terselamatkan. Juga
sumber dari Herodotus yang menyaksikan sendiri peradaban Mesir pada
abad-5 SM, sebelum negeri itu jatuh dibawah kekuasaan asing. Semua ini
dapat digabungkan menjadi satu dengan cukup cermat sehingga secara umum
apa yang terjadi dibawah kekuasaan Firaun dapat diketahui.
Sumber yang paling tua sebagai pengetahuan kita tentang sejarah
Mesir dapat diketahui yaitu dari daftar pharaoh yang disusun secara
5 Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia, mengalir arah selatan-utara di Afrika
timur laut, melintasi negara-negara Ethiopia, Urganda, Sudan, dan Mesir; bermuara di Laut tengah. Dalam percaturan sejarah masa lampau di aliran sungai Nil tumbuh dan berkembang peradaban manusia yang pada jamanya dinilai sebagai peradaban manusia yang sangat tinggi. Bukti-bukti otentik tentang adanya peninggalan-peninggalan peradaban manusia yang tinggi itu tercermin dalam karya-karya besar, diabadikan dalam bentuk-bentuk bangunan arkeologis berupa 9 buah piramida yang dibangun di sepanjang sungai Nil, berderet mulai dari kota El-Fayum (di selatan) ke kota El-Giza di utara. Lih. Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, (Jakarta, PT Ichtiar Baru-Van Hoeve), jilid IV, hlm. 2391.
-
kronologis oleh Manetho pada tahun 260 SM, namun hingga kini tidak ada
seorangpun yang bisa menyelamatkan hasil karya Manetho tersebut, sehingga
kita harus menggantungkan diri pada tulisan-tulisan lain termasuk sejarawan
Yahudi yaitu Josephus.6 Tulisan Josephus yang dibuat pada jaman Africanus,
sebagaimana Eusebius dan juga Champollion, keduanya telah berhasil
mengartikan gambar-gambar beserta tulisanya dan memberi nama Raja-raja
dalam bentuk tulisan Mesir kuno, bukan dalam bahasa Yunani seperti yang
dibuat oleh Manetho. Sumber lain juga bisa ditemukan lewat monumen
Palermo (Palermo Stone), daftar yang tertera pada Palermo Stone 2000 tahun lebih tua ketimbang yang disusun oleh Manetho.7
Kendala yang cukup sulit bagi para peneliti purbakala ialah seorang
Pharaoh memiliki nama tidak kurang dari lima, dimana setiap nama
digunakan untuk tujuan tertentu, para ahli purbakala sendiri sulit melacaknya.
Dengan demikian sering muncul tulisan beberapa nama dalam beberapa buku,
padahal yang dimaksud raja-raja itu juga.
Penataan negeri Mesir dimulai sekitar tahun 3100 SM, pada waktu itu
penduduk Mesir berada dibawah kekuasaan seorang raja (Dinasti I dari 31 Dinasti Firaun) yang membagi Mesir menjadi dua daerah, Mesir hulu dan
Mesir hilir.
Selama masa dua dinasti pertama yang meliputi waktu 400 tahun Mesir
muncul dari kegelapan prasejarah kedalam suasana terang zaman sejarah. Pada
era ini Mesir dibagi menjadi tiga bagian; kerajaan lama, kerajaan pertengahan,
dan kerajaan baru.8
- Kerajaan lama9 dimulai dari sekitar tahun 2700-2200 SM. Pada masa
inilah piramida-piramida besar dibangun.
6
Muzafaruddin Nadvi. op. cit., hlm. 107. 7
Dedy Suardi, Firaun Kontemporer (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), cet. I, hlm. 18.
8 Ibid., hlm. 36.
9 Mengenai kapan dimulainya kerajaan lama terjadi perbedaan pendapat, ada yang
menulis bahwa pada tahun 3500 SM sudah muncul Dinasti ke-4, dimana sejak saat itu tradisi mengawetkan mayat sudah mulai berkembang hingga masa kekuasaan koptik. Masa Dinasti ke-21 (1085-945 SM) disebut sebagai masa keemasan dalam hal teknologi pengawetan mayat. Ibid., hlm . 44.
-
- Kerajaan pertengahan, dari sekitar tahun 2000-1800 SM, Mesir menikmati
kekuasaan politik yang bertambah besar dan cakrawala ekonomi yang
lebih luas.
- Kerajaan baru, dimulai sekitar tahun 1600-1100 SM.
-
Peradaban Mesir yang sangat unik bahkan sudah ada pada masa para
Firaun paling awal. Struktur politik dan sosial segera mengkristal menjadi
bentuk yang dengan sedikit selingan akan tetap dipertahankan sejak saat itu.
Seluruh kekuasaan berada pada tangan manusia, baik dalam teori dan secara
luas juga dalam kenyataan. Dengan memegang peranan rangkap secara tiba-
tiba sebagai Dewa dan raja, dia duduk bertahta dipuncak masyarakat. Yang
mendukungnya adalah para pejabat tinggi, kepada merekalah ia mewakilkan
kekuasaanya. Dibawah para pejabat inilah muncul tingkat-tingkat birokrasi
luas yang bertumpu pada bahu lebar kaum pekerja dan petani.
Di Mesir hulu, Menes mendirikan kota Memphis (32 km disebelah
selatan bagian delta paling hulu). Menes dan raja-raja penggantinya juga
membangun pusara untuk kehidupan akhirat mereka, dan menyatukan dua
kerajaan yang sangat berbeda, yakni Mesir hilir dan Mesir hulu. Di kota
Memphis ini terdapat pekuburan-pekuburan kuno yang merupakan sebuah
monumen. Diantara monumeen itu adalah Piramida Tangga di Sakkarah
(didirikan untuk Zoser, Firaun I pada dinasti ke-3), setelah itu piramida-
piramida10 lain juga dibangun untuk para raja dinasti ke-4, diantara piramida
tersebut adalah Khufu, Khafre, dan Menkaure atau Cheop, Cheprhen, dan
Mycerinus.
Raja Mesir kuno yang paling lama memegang kekuasaan adalah pada
dinasti ke-6 yaitu Pepi II, yang memerintah selama 90 tahun (2272-2182 SM).
Tidak banyak sepak terjang yang berhasil dicatat oleh para ahli purbakala.
Raja Mesir ini memerintah pada masa kerajaan lama.
Masa kerajaan mesir pertengahan adalah satu masa yang penting dalam
sejarah Mesir kuno, puncaknya terjadi pada Dinasti ke-12 (2000-1788 SM),
Amenemhet I, adalah salah satu raja dari Dinasti ini yang berusaha
menghilangkan kelaparan dan kemiskinan dikalangan rakyat Mesir. Raja lain
10
Piramid besar di Giza (Gizeh) menurut pendapat para ahli purbakala dibangun pada pemerintahan raja Cheops dari dinasti ke-4 ( 2900 SM). Untuk membangun Piramida yang besar itu dibutuhkan 100.000 orang pekerja selama 20 tahun, balok-balok batu kapur dan granit yang tingginya 7 kaki dan panjangnya ada 18 kaki diangkat dengan perahu dari seberang sungai Nil dan hanya dapat dilakukan selama 3 bulan pada waktu musim semi saat sungai sedang dilanda air bah, dibutuhkan 500.000 kali perjalanan untuk mengumpulkan semua batu-batu yang diperlukan. Masing-masing balok batu beratnya berkisar 2 ton yang diperkirakan semuanya berjumlah 2300 buah untuk membangun sebuah piramida besar itu. Lih. Arkady Leukum, More tell me why (Jakarta: Pelita Indonesia, 1987), jilid VIII, cet. ke-4, hlm. 28-29.
-
adalah Amenemhet III, yang berhasil membawa Mesir pada puncak
kemegahanya, rakyat hidup makmur, bahagia dan merata. Setelah Amenemhet
III meninggal, Mesir mengalami kemunduran dalam segala kehidupan.
Kemudian muncul Dinasti ke-13, kebanyakan para Firaun pada Dinasti ini
hanya memerintah paling lama 2 tahun bahkan ada yang 3 hari saja. keadaan
negeri mesir semakin gawat, perpecahan terjadi disana sini. Pada akhir-akhir
dari Dinasti ke-13 ini bangsa Hyksos11 menyerbu Mesir, dan muncullah
dinasti ke-14 yang rajanya masih dari kalangan bangsa Mesir sendiri, tapi
masih dibawah pengarahan bangsa Hyksos.12
Pada tahun 1700-an SM pemerintahan Mesir jatuh ke tangan Hyksos,
dan dibangunlah Dinasti ke-15. Pada pemerintahan Hyksos inilah Nabi Yusuf
pernah berkuasa di Mesir sebagai raja muda yang diserahi urusan perbekalan
dan perniagaan oleh Firaun Mesir, yaitu Apopi I (raja Hyksos dari Dinasti ke-
16).
Kaum Hyksos dalam memerintah negeri Mesir sangat kejam dan
sewenang-wenang, hal inilah yang membuat orang Mesir tidak suka. Ada satu
Daerah di Mesir yang tidak dapat dikuasai oleh Kaum Hyksos, yaitu Mesir
selatan (Mesir hulu), dengan ibukota Thebeh (Thebes). Mulai tahun 1620-
1570 SM terjadi revolusi yang dilakukan oleh seorang raja yang bernama
Ahmos, dalam revolusi ini kota Memphis berhasil dikuasai dan berhasil
merebut benteng Hyksos yang terletak di kota Awaris (Ibukota pemerintahan
Hyksos). Pemerintahan Hyksos berahir sampai Dinasti ke-17, dan berahirlah
pula periode kerajaan Mesir pertengahan.13
Dinasti berikutnya adalah Dinasti ke-18 yang dipimpin oleh Ahmos,
Ahmos I atau Amasis I (1570-1545 SM). Firaun ke-3 dari dinasti ini adalah
11
Hyksos berarti Raja-raja gembala, suku kata pertama; Hyk berarti Raja, sedangkan sos berarti gembala. Tapi menurut beberapa sejarawan, mereka adalah orang-orang Arab. Lih. Muzafaruddin Nadvi, op. cit., hlm. 110.
12 Mukhtar Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah (Jakarta: Bulan
Bintang, 1985), cet. I, hlm. 40. 13
Ibid., hlm. 59.
-
Thotmes I (1540 SM),14 raja pengganti selanjutnya adalah Thutmes II dan
Thutmes III.15 Pada masa dinasti ini juga pernah berkuasa raja Aminhopis II
(1500 SM), menurut para ahli sejarah Firaun ini telah mendatangkan orang-
orang tawanan sebanyak 3600 dan dipekerjakan sebagai buruh di Mesir.
Selain Aminophis II, Firaun lain yang tercatat dalam sejarah adalah
Aminophis III.16 Firaun ini mempunyai menteri yang sangat mahir dalam
manggunakan ilmu sihir.17
Penguasa selanjutnya dari dinasti ke-18 adalah Aminhopis IV (1350
SM), kemudian diganti oleh menantu keduanya yaitu Tuthankhamen. Firaun
termuda dan terkaya ini naik tahta pada usia 9 tahun dan wafat pada usia 18
tahun.18 Ia telah memulihkan tradisi-tradisi keagamaan kuno yang dalam masa
pendahulunya telah dihentikan.
Ini terbukti dari peninggalan-peninggalan dan barang-barang yang
terbawa kedalam makamnya; diantaranya peraduan-peraduan, takhta-takhta,
14 Dedy Suardi, op. cit., hlm. 80 .
15 Para ahli sejarah tidak mencatat berapa lama masa pemerintahan kedua Firaun ini.
16
Tidak ditemukan catatan-catatan yang menerangkan masa pemerintahan Firaun Aminophis III ini.
17 Ada dua kelompok tukang sihir (pada zaman Firaun ). Pertama, tukang sihir resmi yang
diakui pemerintahan dan diizinkan untuk melakukanya. Mereka menjadi nara sumber dalam memecahkan berbagai peristiwa. Mereka mendapatlan kedudukan penting dihadapan rakyat dan dinasti Firaun yang menjadikan banyak pejabat mengikuti cara mereka seperti Amnahtab bin Habi, menteri raja Amnovis III yang paling terkemuka dalam mengguanakan sihir. Diantara raja-raja yang terkemuka dalam sihir adalah raja Seizoustres yang mengungguli semua ahli sihir pada masanya. Para ahli sihir diberi gelar sebagai sekretaris pribadi raja dan pemegang kendali kehidupan. Mereka selalu ditanya mengenai urusan-urusan pribadi para raja, bahkan tentang tafsiran mimpi. Para raja meyakini bahwa dengan mereka sempurnalah kemenangan atas musuh dan berjanji kepada mereka melalui nadzar ketika menanti kesuksesan banyak hal sebagaimana Firaun dan kaumnya ketika melawan Nabi Musa.
Kedua, para ahli sihir tidak resmi. Mereka belum memenuhi persyaratan sebagaimana telah disebutkan. Pemerintah tidak mengakui mereka dan menghukum mereka jika mereka menggunakanya tanpa izin. Mungkin hukumanya adalah dibunuh. Lih. Muhammad Isa Dawud, Dajjal akan muncul dari Segi Tiga Bermuda, terj. Tarwana Ahmad Qasim (Bandung : Pustaka Hidayah, 1997), cet. Ke-4, hlm. 91.
18 Kekayaan Firaun ini merupakan suatu peluang besar bagi para pandai logam
mesirdalam mengembangkan keahlianya dengan tujuan membuat perhiasan bagi Firaun ini. Bukti pemakaian emas secara melimpah dapat kita temukan setelah makamnya dibongkar pada tahun 1992, terdapatlah topeng emas Tuthankhamen yang ditatah dengan batu pernata dan ditengah-tengah patung yang berkilauan dan berkeramat ini berdirilah peti mayat Firaun yang terbuat dari emas pejal yang tebalnya lebih dari 1 inchi. Lih. Leslie Aitchison, D. Met., Kisah Logam, terj. IKAPI (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), cet. I, hlm. 18. Mummitri Tutankhamen yang terbuat dari emas ditemukan pada tahun 1992. Lihat gambar 1.
-
Vas-vas yang tak terhitung jumlahnya, kendaraan perang, senjata-senjata dan
relik-relik agama. Semuanya itu dimaksudkan agar sang Firaun muda yang
telah mati bisa menempuh perjalananya dengan aman dan tentram menuju
dunia abadi. Peninggalan-peningalan itu terbuat dari emas, batu permata dan
perak. Guna mengiventarisasi mumi dan barang-barang peninggalanya
dibutuhkan waktu tidak kurang dari 10 tahun dan semuanya dinilai indah oleh
para pengamat seni.19
Firaun selanjutnya adalah Sethi I yang memerintah 1300 SM.
Menurut P Montet dalam bukunya L Egypte et la Bible yang dikutip oleh M
Buchaill mengatakan, pada pemerintahan ini orang-orang Yahudi
menimbulkan keributan-keributan di Kanan di daerah Bethshean.20
Penguasa terlama nomer 2 setelah Pepi II adalah Ramses II (1290-1223
SM), ia merupakan raja ke-3 dari dinasti ke-19, ia berkuasa sejak berusia 25
tahun. Menurut berbagai sumber, Ramsses II memang merupakan salah
seorang raja Mesir kuno yang besar. Selain di panggil Firaun ia juga dikenal
dengan nama Usermare Ramesses yang besar.
Pada awal pemerintahanya, Ramses II kembali mengukuhkan sejumlah
daerah yang kurang mantap pada kekuasaan ayahnya yaitu Seti I (seperti di
selatan Libya, selanjutnya ia juga merambah ke luar sehingga kekuasaanya
meluas hingga ke Turki, Sudan dan Irak). Disamping haus daerah kekuasaan,
ia juga tergila-gila dengan bangunan yang serba mewah, ia banyak
membangun istana, kubu pertahanan, kuil dan kuburan keluarga. Ramses II
memiliki sejumlah istri dan selir yang memberinya anak yang sangat banyak
( 170 orang).21
C. Munculnya Bani Israil di Mesir
Injil menyebutkan awal mula masuknya orang Yahudi ke Mesir
bersama Yakub untuk mengikuti Yusuf. Ini adalah periode penindasan, pada
19
Dedi Suardi, op. cit. hlm. 57-59.
20 Maurice Bucaille, Bible, Quran, dan Sains modern, terj. H. M. Rasjidi (Jakarta: Bulan
Bintang, 2001), cet. Ke-14, hlm. 283. 21
Deddy Suardi, op. cit., hlm. 30.
-
waktu itu orang-orang yahudi dipekerjakan untuk mendirikan kota-kota yaitu
Phytom dan kota Ramses.
Untuk mencegah pertumbuhan penduduk yahudi, Firaun
memerintahkan semua bayi yahudi laki-laki di buang ke sungai. Musa dapat
dipelihara ibunya selama tiga bulan, tetapi akhirnya si ibu memutuskan untuk
memasukanya dalam suatu keranjang di pinggir sungai Nil. Anak perempuan
Firaun menemukanya dan mencarikanya seorang pengasuh yang tidak lain
adalah ibunya sendiri, oleh karena itu saudara perempuan Musa yang mencari
jejak, siapa yang mengambil bayi, pura-pura tidak mengenalnya dan tidak
menasihatkan kepada putri itu seorang pengasuh yang tidak lain adalah ibu
bayi itu sendiri. Bayi itu diperlakukan sebagai anak Firaun dan diberi nama
Musa.
Awal masuknya bani israil ke Mesir terjadi pada Dinasti ke-15, yaitu
ketika Yusuf putra Yakub karena perbuatan saudaranya menjadi berada di
Mesir. Ia dizhalimi saudara-saudaranya dan dijerumuskan kedalam sumur tua,
kemudian dipungut oleh kafilah yang lewat. Yusuf dibawa ke Mesir dan
dibeli oleh pembesar kerajaan yaitu Futilah yang dijadikanya sebagai anak
angkat bukan sebagai budak.
Keterangan lain mengatakan sebagaimana pendapat Winwood Reade,
bahwa Yusuf dijual sebagai Hamba oleh saudara-saudaranya pada tahun 1750
SM. Kemudian Yusuf berpengalaman sebagai penggembala domba, pembantu
rumah tangga raja, dan seterusnya menjadi kepercayaan raja. Ia kawin dengan
seorang gadis putri pendeta Heliopolis. Dari perkawinan ini lahir dua orang
putra dan tidak memperoleh status sebagai orang Mesir, melainkan termasuk
golongan Israil.22
P Montet dan Daniel Rops juga berpendapat bahwa kedatangan
Yusuf dan keluarganya terjadi pada waktu yang sama dengan gerakan Hyksos
berhijrah ke Mesir pada abad ke-17. pada waktu itu di Avaris ada seorang raja
22
A Muin Umar, Syamsuddin Abdullah,...[et.al], Sosiologi Agama II: Agama dan Mobilitas Sosial (Jakarta: Depag RI, 1986), hlm. 27.
-
Hyksos yang menyambut kedatangan Yusuf dan saudara-saudaranya dengan
baik.23
Yusuf adalah seorang Yahudi, meskipun orang-orang Mesir umumnya
membenci orang yahudi dan jarang bergaul dengan mereka, tetapi raja Mesir
menyambutnya dengan hormat dan mengangkatnya sebagai menteri.
Yusuf kemudian memerintah saudara-saudaranya yang berjumlah 12
(mereka semua sesungguhnya adalah kaum Israil yang asli) termasuk ayahnya
Nabi Yakub untuk pindah ke negeri Mesir dan menetap sampai akhirnya Nabi
Yakub meniggal. Ini adalah awal pertumbuhan dari bani Israil di Mesir.24
Komunitas bani israil yang beragama tauhid oleh nabi Yusuf ditempatkan di
daerah yang terpisah dengan penduduk Mesir asli (Qibthi atau Koptik) yang
mempunyai kepercayaan polyteisme dengan maksud supaya agama dan adat
istiadat mereka tetap murni. Setelah nabiYusuf meninggal dan raja Amos I di
ganti dengan raja selanjutnya maka penindasan Bani Israil mulai terjadi.
Perpindahan bani israil ke Mesir terjadi tahun 1573 SM ( 27 tahun setelah Nabi Yusuf di Mesir).25
Mengenai keberadaan bani israil, ada beberapa dokumen atau bukti-
bukti yang menyinggung hal ini, antara lain; dalam tulisan Mesir kuno
terdapat pernyataan Apiru pada abad ke-12 yaitu pada pemerintahan Ramses
III26. Apiru atau Habiru banyak diidentifikasikan dengan orang ibrani. Yang
dimaksud dengan kelompok tersebut adalah pekerja-pekerja pembangunan,
pekerja-pekerja pertanian, pembuat anggur, dan lain-lain. Dokumen lain
berupa papirus yang ditemukan pada Tuthmes III (1500 SM), menyebutkan
mereka itu adalah pekerja untuk pemeliharaan kuda. Pada pemerintahan
Aminophis II, mereka juga didatangkan sebagai orang-orang hukuman dari
kanan. Kira-kira pada tahun 1300 SM dibawah pemerintahan raja Sethi I,
23
Maurice Bucaille, op. cit., hlm. 273.
24
Muzafaruddin Nadvi, op. cit., hlm. 108.
25
Mukhtar Yahya, op. cit., hlm. 46.
26
Maurice Bucaille, op. cit., hlm. 275.
-
disebutkan bahwa orang-orang Apiru pernah menimbulkan kegaduhan di
Kanan di Bethsean.27
Alkitab perjanjian lama juga menyebut orang israil sebagai tenaga
kerja yang diperbudak dengan kejam. Mereka membuat tanah liat, batu bata
dan berbagai pekerjaan diladang serta mendirikan kota-kota Phytom dan
Ramses yang terjadi pada masa Firaun I dari dinasti ke-19.28
John F. Cragan dalam Tafsir alkitab perjanjian lama juga berpendapat
bahwa tulisan Mesir yang berbicara mengenai Apiru yang ditulis dalam
bahasa semit selatan (Akad), barang kali menunjuk pada Habiru. Orang-orang
Hapiru atau Habiru ini sering digambarkan sebagai bangsa yang terlantar,
pengganggu ketentraman, tidak pernah puas dan sering mengacau. Akan tetapi
tidak jarang juga mereka menjadi pedagang-pedagang dan pengembara,
mereka juga menyediakan tenaga kasar untuk pembangunan militer Mesir.29
27
Ibid., hlm. 274.
28
John R. W. Scott, Memahami Isi alkitab, terj. Paul Hidayat (Jakarta: Persekutuan Pembaca alkitab, 2000), cet. ke-3, hlm. 55.
29
Tafsir alkitab Perjanjian Lama, terj. A.S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), cet. ke-6, hlm. 81.
-
D. Firaun Zaman Nabi Musa
Ada beberapa Hipotesa yang dilakukan oleh para ahli sejarah yang
bertujuan untuk menelusuri penempatan Firaun yang hidup pada zaman Nabi
Musa.
Diantara hipotesa-hipotesa yang sangat ajaib adalah hipotesa yang
diajukan J. De Micheli (1960) yang mengakui telah dapat menentukan waktu
eksodus, yakni pada tanggal 9 April 1495 SM, dan hal tersebut disandarkan
semata-mata kepada perhitungan Kalender. Jika kita mengikuti pengarang ini
maka Firaunya Eksodus adalah Tutmes II, hipotesa ini dibuktikan
kebenaranya karena pada Mumi Tutmes II terdapat bekas-bekas penyakit kulit
yang dinamakan penyakit lepra oleh pengarang tersebut dengan tidak ada
penjelasan lebih lanjut.30
Bible juga menyebutkan bahwa salah satu penderitaan yang menimpa
rakyat Mesir adalah penyakit kulit. Kesimpulan yang aneh ini tidak
mengindahkan fakta-fakta lain yang ada dalam bible, yang menyebut adanya
kota Ramses yang dibangun pada pemerintahan Firaun Ramses. Oleh karena
itu hipotesa tersebut sangat lemah.
Pendapat serupa juga dimunculkan oleh Daniel Rops dalam bukunya
La peuple de la Bible (Bangsa yang dibicarakan dalam Bible). Ia
mengatakan bahwa Aminophis II adalah Firaunya Eksodus, dengan alasan
bahwa Bapaknya (Tutmes III) terlalu nasionalis. Ia juga mengatakan bahwa
Aminophis II adalah penindas orang orang Yahudi, dan ibu tirinya yang
bernama Hatsepshut adalah wanita yang mengambil Musa dari sungai.31
Kitab kejadian memuat nama Ramses, walaupun nama asli Firaun
tidak disebut dalam Bible, Ramses nama adalah salah satu dari dua kota yang
dibangun dengan tenaga kerja paksa orang-orang bani israil.32 Disana Ramses
menyuruh membangun ibukotanya. Sebelum raja Ramses II, ditempat itu
sudah ada bangunan yang dibuat oleh raja dari dinasti sebelumnya, tetapi
Ramses II lah yang menjadikan tempat itu penting. Disamping itu, Bible
30
Maurice Bucaille, op. cit., hlm. 277.
31
Ibid., hlm. 278.
32
John R. W. Scott, op. cit., hlm. 55.
-
menyebutkan suatu unsur yang sangat penting untuk menunjukan waktu
terjadinya Eksodus, yaitu ketika nabi Musa menjalankan perintah tuhan untuk
meminta agar bani israil dibebaskan, ia sudah berumur 80 tahun.
Kitab keluaran menyebutkan, Musa berumur 80 tahun dan Harun
berumur 83 tahun ketika mereka berbicara kepada Firaun, dilain pihak kitab
Kejadian menyebutkan bahwa Firaun yang memerintah ketika Musa
dilahirkan telah meninggal pada waktu Musa menetap di Madyan.33 walaupun
Bible tersebut tidak menunjukan nama pergantian raja. Dua ayat dalam Bible
mengandung arti bahwa jumlah waktu berkuasanya dua Firaun yang
memerintah Mesir ketika Musa hidup disitu adalah setidaknya 80 tahun.
Dipihak lain Ramses II memerintah selama 67 tahun (1290-1224 SM)
menurut perhitungan Rowton, atau dari tahun 1301-1325 SM menurut
perhitungan Drioton dan Vandier. Ahli-ahli Mesir tidak dapat memberikan
angka pasti tentang lamanya pemerintahan Marneptah, (pengganti Ramses II).
Drioton dan Vandier memberikan dua kemungkinan, mungkin hanya 10 tahun
dari tahun 1224-1214 SM atau 20 tahun dari tahun 1224-1204 SM. Yang
diketahui orang secara pasti adalah bahwa setelah Marneptah, Mesir
mengalami krisis dalam negeri yang sangat besar selama abad.34 Walaupun kronologi raja-raja Mesir tidak dapat disusun secara tepat,
kita dapat mengetahui bahwa selama kerajaan baru tidak terdapat dua masa
pemerintahan raja yang berturut-turut yang dapat mencapai atau melebihi 80
tahun kecuali pada periode Ramses II dan Marneptah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Musa hidup pada masa dua
Firaun, pertama; pada permulaan pemerintahan Ramses II,35 ketika Musa
33
Alkitab, Keluaran [7:7] (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2005), cet. Ke-21, hlm. 58-67.
34 Dedy Suardi, op. cit., 89.
35 Banyak sekali bangunan kuno yang kini berdiri di Mesir yang dibangun menurut
petunjuk Ramses II, keinginannya untuk membangun tidak pernah terpuaskan. Sekalipun menyatakan hormat kepada leluhurnya, tanpa rasa bersalah Ramses II merampas batu-batu dalam bangunan para leluhur, mengambil alih tanda peringatan mereka, dan memahatkan namanya sendiri padanya (Firaun lainya juga berbuat serupa, namun tidak sehebat Ramses II). Ini dapat dilihat pada halaman pertama Ramessium, yakni kuil makamnya di Thebes, Ramses II menempatkan patungnya sendiri yang tingginya 17 meter lebih. Patung ini dipahat dari granit merah besar yang bobotnya sekitar 1000 ton. Ukuran kepala patung raksasa ini dari kepala sampai telinga lebih dari 1,8 meter. Bahkan yang
-
berada di Madyan Ramses II meninggal dunia, dan yang kedua; Musa menjadi
pembela kaum bani Israil dan menghadapi Marneptah, anak dan pengganti
Ramses II. Marneptah mati tenggelam ketika peristiwa Eksodus.
Rangkaian ceritanya berawal ketika Musa sebagai orang muda
berangkat ke Madyan, disana ia kawin dan tinggal lama. Dan dalam waktu
yang lama itu raja Mesir meninggal.
Tuhan memerintahkan Musa untuk menemui Firaun dan
mengeluarkan saudara-saudaranya dari Mesir. Harun saudara Musa
membantunya dalam tugas ini. Setelah kembali ke Mesir, Musa dan
saudaranya mengahdap Firauan yaitu Firaun baru yang menggantikan
Firaun lama yang memerintah ketika Musa dilahirkan dahulu.
Firaun melarang bangsa Yahudi pengikut Musa untuk meniggalkan
Mesir. Tuhan menampakan diri lagi kepada Musa dan memerintahnya untuk
mengulangi permintaanya. Pada waktu itu musa berumur 80 tahun.
Musa menunjukan kepada Firaun bahwa dia memiliki kepandaian
supranatural, hal tersebut rupanya tidak cukup untuk meyakinkan Firaun.
Kemudian tuhan mengirimkan siksaan-siksaan; air sungai berubah menjadi
darah, timbulnya katak-katak, nyamuk, lalat, wabah yang menyaramg
binatang, timbulnya penyakit di kulit manusia dan binatang, hujan butiran es,
belalang, kegelapan, dan kematian bagi bayi-bayi perempuan yang
dilahirkan.36 Tetapi semua itu tidak dapat menaklukan Firaun untuk
membiarkan orang-orang yahudi keluar dari Mesir.
Kemudin 600.000 manusia, belum terhitung keluarga mereka dapat
melarikan diri dari kota ramses.37 Pada waktu itulah Firaun mengendarai
keretanya dan memimpin tentaranya. Ia mengambil kereta yang terbaik dari
seluruh kereta di Mesir, tiap kereta dikendarai oleh seorang perwira. Raja
mesir memimpin pengejaran tersebut. ukuranya lebih besar lagi adalah empat buah patung raksasa yang memenuhi bagian depan salah satu kuil Ramses II di abu simbel, setiap patung berdiri setinggi 19,5 meter. Dari data ini sendiri kita dapat menjawab Firaun macam apa Ramses II ini. Lihat gambar 2, dan mengenai Mumi kepala Ramses II dapat dilihat pada Gambar 3.
36 Chr. Barth, Theologi Perjanjian Lama, terj. Anggota IKAPI (Jakarta: Gunung Mulia,
2001), Jilid I, cet. ke-8. hlm. 137. 37
Erich Fromm, Manusia Menjadi Tuhan: Pergumulan antara Tuhan Sejarah dan Tuhan Alam, terj. Evan Wisastra, M Rusdan,..... [et.al] (Yogyakarta: JALASUTRA, 2002), cet. I, hlm. 139.
-
Orang Mesir Firaun dapat menyusul kelompok Musa dipinggir sungai.
Musa memukulkan tongkatnya dan laut itu terbelah38 hingga ke dasarnya,
pengikut Musa melintasi dasar laut dengan selamat. Orang-orang Mesir
mengejar terus dan semua kuda Firaun, kereta-keretanya dan tentaranya yang
berkuda semuanya memasuki laut yang terbelah. Air laut bertaut kembali dan
menelan kereta-kereta dan para penunggang kuda dari tentara Firaun yag
memasuki laut dibelakang mereka. Tak ada seorangpun yang selamat. Bible
tidak menyebutkan sesuatu tentang bagaimana nasib jenazah Firaun.
38
Keajaiban laut yang terbelah, ada orang yang menggambarkan peristiwa itu terjadi karena adanya air surut yang disebabkan oleh Faktor astronomik atau faktor seismik (gempa) yang disebabkan oleh letusan gunung yang jauh. Mungkin orang yahudi mengambil kesempatan surutnya air laut, sedang orang-orang Mesir yang mengejar mereka telah dibinasakan oleh pulihnya keadaan air. Hipotesa semacam itu memang rasional, dimana proses astronomik atau seismik merupakan faktor alamiah. Peristiwa terbelahnya laut merah disebabkan oleh tongkatnya Nabi Musa yang dipukulkan ke laut. Ini adalah sebuah mukjizat dan bersifat suprarasional yang datangnya dari Allah yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui. Laut Merah menjadi hal yang sangat sepele bagi-Nya. Lih. Paul Davis, Tuhan Doktrin dan Rasionalitas Dalam debat Sains Modern (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), cet. I, hlm. 306.
-
BAB III
FIRAUN DALAM AL-QURAN
Kisah-kisah dalam al-Quran bukanlah seperti kisah atau cerita
yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa
secara kronologis yang hanya memuat berita tentang perilaku-perilaku
manusia semata, seperti memberi informasi tentang perilaku seseorang
yang ditokohkan. Sebab realitas-realitas peristiwa semacam itu dapat
dibaca dalam buku sejarah yang merupakan spesialisasi para ahli sejarah
Kisah-kisah al-Quran adalah interpretasi atas sejarah dan
hukumnya, sembari mengemukakan fenomena-fenomena yang ada
didalamnya untuk dijadikan ibrah dan bahan research, seperti kisah raja-
raja Mesir kuno yaitu Firaun.
A. Ayat-ayat tentang Firaun Al-Quran tidak menyebutkan nama lengkap Firaun, seperti
Haman dan Qarun tetapi mencukupkan dengan gelar saja. Term Firaun
disebut dalam al-Quran sebanyak 74 kali dalam 27 surat1, dimana ayat-
ayat yang menyebut tentang Firaun itu lebih banyak dari pada ayat
tentang wudhu, waris, shadaqah, perkawinan, dan perceraian2.
1 M. Abdul Baqi, al-Mujam al-Mufahras li alfadhi al-Quran al-Karim, (Maktabah
Dahlan Indonesia), hlm. 654-655. 2 Ayat tentang wudhu disebutkan dalam al-Quran sebanyak 1 kali yaitu dalam QS. al-
Maidah [5]: 6; Tentang Waris al-Quran menyebut sebanyak 22 kali: QS. al-Baqarah [2]: 181, 182, 233; QS. al-Araf [7]: 169; QS. al-Hijr [15]: 23; QS. Maryam [19]: 6, 40, 80; QS. al-Anbiya [21]: 89; QS. an-Naml [27]: 16; QS. al-Qashash [28]: 5, 58; QS. al-Ahzab [33]: 6, 27; QS. Faathir [35]: 32; QS. al-Mumin [40]: 53; QS. asy-Syuara [42]: 14; QS. an-Nisa [4]: 7, 8, 11, 12, 176.
Tentang Shadaqah disebut dalam al-Quran sebanyak 23 kali, dalam : QS. al-Baqarah [2]: 196, 245, 262, 263, 264, 219, 267, 268, 271, 272, 274, 276; QS. an-Nisa [4]: 114; QS. at-Taubah [9]: 58, 103, 104; QS. an-Najm [53]: 34; QS. al-Mujadilah [58]: 12,13; QS. al-Munafiqun [63]: 10; QS. Yusuf [12]: 88; QS. al-Ahzab [33]: 35]. Tentang Perkawinan disebutkan sebanyak 27 kali, yaitu: QS. al-Baqarah [2]: 230, 232, 235; QS. an-Nisa [4]: 3, 6, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 127; QS. al-Hijr [15]: 22, 71; QS. Thaaha [20]: 40; QS. an-Nur [24]: 3, 32, 33, 60; QS. al-Ahzab [33]: 37, 49, 52, 53, 55; QS. al-Maidah [5]: 5, 6; QS. Al-Mumtahanah [60]: 10.
-
Hal ini menunjukan signifikansi dan pentingnya bagi kita untuk
memahami bahwa cerita-cerita tersebut bukan semata-mata dongeng
penghibur Nabi Muhammad, akan tetapi ayat-ayat tentang Firaun hadir
untuk menjelaskan pesan-pesan sejarah. Anehnya para ahli tafsir tidak
menoleh untuk mengkajinya secara benar dan kebanyakan mereka
menyajikanya dari sumber-sumber israiliyat dan menggantungkan pada
sandaran yang tanpa makna sama sekali.
Kisah Firaun merupakan kisah yang paling banyak disebutkan
dalam al-Qur'an dibandingkan kisah-kisah lainya dari umat terdahulu.
Dalam al-Quran term yang berbicara tentang Firaun tersebar dalam
berbagai surat dan ayat, antara lain sebagai berikut:
No. Surat Jenis Surat Ayat 1 Al-Baqarah Madaniyah 49, 50 2 Ali Imran Madaniyah 11 3 Al-Araf*) Makkiyah 103,104,113,123,137
109,127 130,141
+ +
4 Al-Anfal Madaniyah 52, 54**) 5 Yunus*) Makkiyah 75,79,83**),88,90 + 6 Hud Makkiyah 97**) 7 Ibrahim Makkiyah 6 + 8 Isra*) Makkiyah 101,102 + 9 Thaaha Makkiyah 24,43,60,78,79 10 Al-Mukminun Makkiyah 46 11 As-Syuara*) Makkiyah 11
16,23,41,44,53
+
Tentang Perceraian, al-Quran menyebutkan sampai 23 kali, yang terdapat dalam QS. al-Baqarah [2]: 102, 229, 230, 231, 236, 237, 241; QS. ali Imran [3]: 103, 105; QS. an-Nisa [4]: 23, 130; QS. al-Anam [6]: 91, 159; QS. al-Anfal [8]: 57; QS. at-Taubah [9]: 25; QS. an-Nahl [16]: 92; QS. al-Ahzab [33]: 28, 37, 49, 51; QS. at-Thalaq [65]: 1, 2; QS. at-Tahrim [66]: 5. Lih. Sukmadjaja Asyari, Rosy Yusuf, Indeks al-Quran, (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000), hlm. 40, 96, 193, 245, 246
-
12 An-Naml Makkiyah 12 13 Al-Qashash*) Makkiyah 3,4,8,32,38
6,8
+ 14 Al-Ankabut*) Makkiyah 39 + + +
15 Shad Makkiyah 12 + + 16 Ghafir*) Makkiyah 24,36
29,37**),26 28,45,46
+ + +
17 Az-Zukhruf*) Makkiyah 46,51 + 18 Ad-Dukhan*) Makkiyah 17
31 +
19 Qaaf Makkiyah 13 + +
+ + 20 Ad-Dzariyat*) Makkiyah 38 + 21 Al-Qamar Makkiyah 41 22 At-Tahrim Madaniyah 11**) 23 Al-Khaqqah Makkiyah 9 24 Al-Muzammil*) Makkiyah 15,16 + 25 Al-Naziat Makkiyah 17 26 Al-Buruj Makkiyah 18 + 27 Al-Fajr Makkiyah 10 +
Dari sekian banyak ayat tentang Firaun yang terdapat dalam 27
surat, kata Firaun disebut bersama-sama dengan Nabi Musa a.s., baik
secara langsung menyebut nama Musa a.s., maupun tidak langsung dengan *) Firaun disebut bersama Nabi Musa a.s., baik dengan menyebut namanya secara langsung, antara lain dalam QS. al-Araf [7]: 103, 104, 127; QS. Yunus [10]: 75,79,83; QS. al-Qashash [28]: 3; QS. al-Ankabut [29]: 39; QS. Ghafir [40]: 26,37; QS. az-Zuhruf [48]: 46, maupun dengan kata tidak langsung (Rasul) dalam QS. asy-Syuara [26]: 16; QS. ad-Dukhan [44]: 17; QS. ad-Dzariyat [51]: 38; QS. al-Muzammil [73]: 15, 16. Hal ini menunjukan bahwa dalm memahami kisah Firaun tidak bisa lepas dari sosok Nabi Musa a.s. yang membebaskan Bani Israil dari belenggu perbudakan sekaligus diperintah oleh Allah SWT untuk mengajak Firaun dan pengikutnya agar kembali ke jalan yang benar (Menyembah Allah SWT) **) Dalam ayat ini Firaun disebut 2 kali, kecuali dalam QS. Hud [11]: 97, Firaun diulang sampai 3 kali.
-
kata Rasul. Ini menunjukkan bahwa dalam memahami kisah Firaun tidak
bisa lepas dari peranan Nabi Musa a.s.
Surat-surat dalam al-Quran yang membahas term Firaun dibagi
menjadi dua kelompok yakni Makiyyah dan Madaniyyah, akan tetapi
mayoritas di dominasi oleh surat-surat Makiyyah.
Al-Makky dan al-Madany merupakan salah satu tema penting
dalam pembahasan ilmu Quran. Berbagai bukti telah menunjukan bahwa
munculnya beberapa penyimpangan pemahaman terhadap kandungan
makna sebagaian ayat al-Quran adalah karena jatuhnya pemahaman
tersebut dari pijakan sejarah pewahyuan baik yang dikenal dengan
pembahasan asba al-Nuzul atau yang dikenal dengan al-Makky dan al-
Madany.
Ada beberapa kegunaan atau faedah mempelajari ilmu Makky dan
Madany seperti pendapat sebagian ulama antara lain :3 Dapat mengetahui
uslub atau style bahasanya yang berbeda-beda, karena ditujukan kepada
golongan-golongan yang berbeda, yakni: orang-orang Mukmin, orang-
orang Musyrik, orang-orang Munafik, dan orang-orang Ahlulkitab.
Untuk mengetahui al-Makky dan al-Madany ada dua cara : Simai
(mendengar melalui riwayat) atau Qiyasi (dengan studi perbandingan).
Konsep Makiyyah dan Madaniyyah sebenarnya di bangun atas dasar
informasi dari para sahabat dan tabiin. Namun tidak semua riwayat
sampai kepada generasi setelahnya. Dari sini kemudian para ulama harus
melakukan ijtihad melalui studi perbandingan secara komprehensip
terhadap surat-surat dan ayat Makiyyah atau Madaniyyah, yang darinya
bisa didapatkan sejumlah parameter dan kekhususan dari masing-masing
kelompok.
Ada parameter khusus dari segi tema yang merupakan ciri khas
surat Makkiyah. Kekhususan tema ini didasarkan karena masyarakat yang
dituju adalah masyarakat kafir yang menyembah patung dan menolak
3 Masyfuq Zuhdi, Pengantar Ulm al-Quran ( Surabaya : Bina Ilmu, 1982 ), Cet. II, hlm. 71
-
ajakan untuk beriman kepada Allah SWT bahkan mereka berusaha untuk
memusuhi orang-orang Mukmin dan menyiksanya. Beberapa kekhususan
itu bisa terinci sebagai berikut: 4
- Menekankan seruan kepada tauhid, menyembah hanya kepada Allah
SWT, seruan beriman kepada risalah Rasulullah dan hari Kiamat.
- Banyak menceritakan kisah Nabi-Nabi terdahulu, perjalanan dakwah
mereka serta tantangan yang dihadapi. Dialog antara mereka dengan
kaumnya, siksaan yang dialami kaum mereka yang inkar dan durhaka,
- Biasanya bentuk surat dan ayat yang diturunkan pada periode Mekkah
adalah pendek dan tidak terlalu panjang, dengan gaya bahasa yang
singkat tapi tajam yang tepat sekali untuk kaum yang sombong dan
tidak mau menerima kebenaran.
Al-Quran yang diturunkan di Madinah mempunyai parameter dan
kekhususan tema yang lain lagi sesuai dengan tabiat masyarakat yang
dihadapi. Dari hasil penelitian para ulama, parameter Madaniyyah tampak
sebagai berikut ; Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah-kisah orang
Munafik, setiap surat yang didalamnya mengenai sangsi dan kewajiban. 5
B. Term Firaun Firaun merupakan isim alam untuk nama julukan bagi seorang raja
kafir dari bangsa amalik dan lain-lainya (di negeri Mesir). Seperti halnya
kaisar, isim alam untuk julukan bagi setiap raja yang menguasai setiap
negeri Romawi dan Syam yang kafir, dan Kisra julukan bagi raja Persia,
Tubba julukan bagi raja negeri Yaman yang kafir, Najasyi julukan bagi
4 Amir Faishal Fath, Jurnal Kajian Islam al-Insan al-Quran dan serangan
Orientalis (Jakarta: Gema Insani, 2005), Vol. I, No. 1, hlm. 72. 5 Antara lain hukum pidana, Faraid, ibadah, Muamalah, Munakahat, Hadhanah, dan Hukum-hukum kemasyarakatan serta kenegaraan. Lihat Abdul Jalal, Ulumul Quran ( Surabaya : Dunia Ilmu, 2000 ), Cet. II, hlm. 97.
-
raja yang menguasai negeri Habsyah, dan Batalimus nama julukan bagi
raja India.6
Term Firaun dalam bahasa arab terbentuk dari dua kata kerja, yang
keduanya merupakan akar kerja yang valid. Menurut Ibnu Faris
sebagaimana dikutip oleh M. Syahrurkata Firaun terbentuk dari lafazh
Faraa dan Auna. Faraa mempunyai arti ketinggian, keagungan, dan
melangit, dan kemudian dari lafazh itu muncul terma al-Faru yang berarti
sesuatu yang tinggi dan tingginya sesuatu ketika saya meninggikanya.
Auna adalah kata dasar, kemudian dari kata ini terbentuklah lafazh: al-
Ianah, al-Maun, al-Awan. Al-Iwan adalah sesuatu yang sebelum dan
sesudah (terjadi sebelum dan sesudah Musa). Dari kata kerja Faraa dan
Auna menjadi Firana yang kemudian berubah menjadi bermakna
Firaun. Jadi Firaun adalah puncak tertinggi pada piramida kekuasaan
yang mencakup karakteristik tiranis (penindasan dan represi), dimana
fenomena ini telah ada sebelum Musa dan masih berlanjut setelahnya.7
Menurut suatu pendapat, nama Firaun8 yang hidup sezaman
dengan Nabi Musa a.s. adalah Al-Walid ibnu Musab ibnu Rayyan.
Menurut pandapat lainya bernama Musab ibnu Rayyan, dia termasuk
keturunan dari Amliq ibnul Aud ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh, sedangkan
nama kun-yah-nya ialah Abu Murrah. Ia berasal dari Persia, yaitu dari
Istakhar.9
C. Karakteristik Firaun
a. Takabbur
6 Al-Imam Ibnu Katsier ad-Dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsier, terj. Abu Bakar (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2003), cet. Ke-3, juz. I, hlm. 481
7 Muhammad Syahrur, Tirani IslamGenealogi Masyarakat dan Negara, terj. Saifuddin Qudsy dan Badrus Syamsul Fata (Yogyakarta: LkiS, 2003), cet. I, hlm. 281. 8 Dalam kamus al-Munjid merupakan Nama laqab yang digunakan untuk menyebut raja-raja Mesir. Lih. Al-Munjid al-Abjady (Beirut: Dar al-Masyriq sarl, 1993), hlm. 759.
9 Al-Imam Ibnu Katsier ad-Dimasyqy, op. cit.
-
Firaun adalah gelar bagi sang penguasa tirani dari rezim tunggal
yang pernah berkuasa di Mesir. Da