fish bone
DESCRIPTION
fsdTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kemayoran
1.1.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Kemayoran
Kecamatan Kemayoran merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai luas wilayah 7.25 km2. Puskesmas Kecamatan Kemayoran secara administratif terletak di Jl. Serdang Baru 1, Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat .1.1.1.2. Keadaan Demografi
Menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Pusat periode Januari-Desember 2014, Kecamatan Kemayoran mempunyai jumlah penduduk sebanyak 238.781 jiwa, dengan kepadatan penduduk 32.935 per km2. Berikut rincian jumlah penduduk yang ada di kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014.
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Kemayoran Januari Desember 2014NOkelurahanWNIWNAJumlah total
LKPRJMLLKPRJML
1Gn. Sahari selatan11.64211.44523.08713152823.115
2Kemayoran 12.38111.96024.341681424.355
3Kebon kosong 15.79715.48631.28333255831.341
4Serdang 17.40617.17034.57600034.576
5Harapan mulia 13.66613.21726.88333626.889
6Utan panjang17.35016.53233.88243733.889
7Cempaka baru 19.08318.62837.71103337.714
8Sumur batu13.50913.36026.86920133326.902
Total120.834117.798238.6327970149236.781
(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kecamatan Kemayoran Tahun 2014NoKeteranganJumlah
1Laki-laki120.913
2Perempuan 117.868
Jumlah238.781
(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)
Tabel 1.3. Data Luas Wilayah, Jumlah RW, dan Jumlah RT berdasarkan Kelurahan Di Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
NoKelurahanLuas Wilayah (km2)Jumlah RWJumlah RT
1Gn. Sahari Selatan1,5310122
2Kebon Kosong1,1613129
3Kemayoran0,5310121
4Serdang0,867113
5Harapan Mulia0,539120
6Utan Panjang0,5410139
7Cempaka Baru0,9910138
8Sumur Batu1,158105
Jumlah7,2577987
(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)
Tabel 1.4 Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
NOKelurahanLuas Wilayah (km2)Jumlah PendudukKepadatan Penduduk per km2
1Gn. Sahari Selatan1,5323.11615.107
2Kebon Kosong1,1624.33520.995
3Kemayoran0,5331.34159.133
4Serdang0,8234.57642.165
5Harapan Mulia0,5326.88950.733
6Utan Panjang0,5433.88962.757
7Cempaka Baru0,9937.71438.094
8Sumur Batu1,1526.90223.393
Jumlah7,25238.78132.935
(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)
Tabel 1.5. Nama dan alamat Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Kemayoran Tahun 2014NoNama PuskesmasAlamatTelp
1Kelurahan Kebon kosong Jl. Pelita III Rt 008/08(021) 4250857
2Kelurahan Kemayoran Jl Kemayoran Gempol No. 28 Rt 006/06(021) 4256429
3Kelurahan Serdang Jl. Eka V Rt 009/03(021) 4222510
4Kelurahan Harapan MuliaJl. Harapan Mulia Rt 04/05(021) 4229104
5Kelurahan Utan Panjang Jl. Bendungan Jago Rt 09/01(021) 42802057
6Kelurahan Cempaka BaruJl. Cempaka Baru Tengah I Rt 005/06(021) 4229103
7Kelurahan Sumur Batu Jl. Sumur Batu Raya Rt 007/01(021) 4220947
(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)
Tabel I.6. Jumlah Kepala Keluarga menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi
yang ditamatkan tahun 2014
No.KelurahanTidak Tamat SDTamat SD-SLTPTamat SLTATamat AK/PTJumlah
1Gunung Sahari Selatan4001.3461.6695173.932
2Kemayoran2.1592.0742363575.186
3Kebon Kosong5722.9061.8085545.840
4Serdang4832.4683.9055557.411
5Harapan Mulia4541.4911.8365804.361
6Utan Panjang3812.6723.5364807.069
7Cempaka Baru5423.9002.7026997.843
8Sumur Batu3011.5761.8547864.517
Jumlah5.65218.43317.5464.52846.159
(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)
Tabel 1.7. Data dasar di Wilayah Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
Data DasarJumlah
Jumlah Penduduk 238.781
Jumlah Kelurahan8
Jumlah Puskesmas7
Jumlah RW77
Jumlah RT987
Jumlah KK 67.547
Tenaga Kesehatan169
Posyandu103
Kader Aktif739
Kader Tidak Aktif179
Jumlah Balita
14.553
(Sumber: Buku Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)1.1.2. Gambaran Umum Puskesmas
1.1.2.1. Definisi PuskesmasPuskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi: kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi Paradigma Sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus padaupaya preventif dan kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtifmenjadi investasi6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah, akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah (partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization), menjadi otonomi daerah (decentralization)
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring dengan era desentralisasi.
1.1.2.2. Wilayah Kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 penduduk. Untuk jangkauan yang lebih luas, dibantu oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.1.1.2.3. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :1. Promotif (peningkatan kesehatan).
2. Preventif (upaya pencegahan).
3. Kuratif (pengobatan).
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
1.1.2.4. Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
1.1.2.5. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :1. Promosi kesehatan masyarakat.
2. Kesehatan lingkungan.
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak).
4. KB (Keluarga Berencana).
5. Perbaikan gizi masyarakat.
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular).
7. Pengobatan dasar.
Tabel 1.8. Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di PuskesmasUpaya Kesehatan WajibKegiatanIndikator
Promosi KesehatanPromosi hidup bersih dan sehatTatanan sehat
Perbaikan perilaku sehat
Kesehatan LingkunganPenyehatan pemukimanCakupan air bersih
Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Kesehatan ibu dan anakANCCakupan K1, K4
Pertolongan persalinanCakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
ImunisasiCakupan imunisasi
Keluarga BerencanaPelayanan Keluarga BerencanaCakupan MKET
Pemberantasanpenyakit menularDiareCakupan kasus diare
ISPACakupan kasus ISPA
MalariaCakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
TuberkulosisCakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
GiziDistribusi vit A/ Fe / cap yodiumCakupan vit A / Fe / cap yodium
PSG% gizi kurang / buruk, SKDN
Promosi Kesehatan% kadar gizi
PengobatanMedik dasarCakupan pelayanan
UGDJumlah kasus yang ditangani
Laboratorium sederhanaJumlah pemeriksaan
(Sumber: Trihono, 2005, Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.)1.1.2.6. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yaitu:1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olahraga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
6. Upaya Kesehatan Jiwa.
7. Upaya Kesehatan Mata.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari-Juli 2014 adalah sebagai berikut:
1. Upaya Kesehatan Dasar
a. Upaya Promosi Kesehatan.b. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak.
c. Upaya Keluarga Berencana.
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
e. Upaya Kesehatan Lingkungan.
f. Upaya Pengendalian Penyakit Menular.
g. Upaya Pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan a. Upaya Kesehatan Sekolah.
b. Upaya Kesehatan Olah Raga.
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
d. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
f. Upaya Kesehatan Jiwa.
g. Upaya Kesehatan Mata.
1.1.2.7. Azas Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud adalah:1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat, antara lain:
1. KIA: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Pengobatan: Posyandu, Pos Obat Desa (POD).
3. Perbaikan Gizi: Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
4. Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL).
5. UKS: Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren).
6. Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda.
7. Kesehatan Kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
8. Kesehatan Jiwa: Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM).
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional: Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS: keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa, dan promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektoral antara lain :
1) UKS: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.
3) KIA: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.
4) Perbaikan Gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan.
5) Kesehatan Kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas:
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis (contoh: operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.
Gambar 2. Sistem Rujukan Puskesmas
4) (Sumber: Trihono, Manajemen Puskesmas Arrimes)
Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS). Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu :
a. Tatanan sekolah.
b. Tatanan tempat kerja.
c. Tatanan tempat-tempat umum.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan & melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan.
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas).3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan kualitas program puskesmas. IPMS minimal mencakup seluruh indikator cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan.1.1.3. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Kecamatan Kemayoran merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai luas wilayah 7.25 km2. Puskesmas Kecamatan Kemayoran secara administratif terletak di Jl. Serdang Baru 1, Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Luas total lahan Puskesmas Kecamatan Kemayoran adalah 2.430 m2 dengan luas lahan terbangun yaitu 1.361 m2, dengan demikian proporsi lahan terbangun (Building Coverage Ratio) mencapai 56%. Pada saat ini gedung Puskesmas Kecamatan Kemayoran terdiri dari 3 lantai. Lantai Pertama digunakan untuk :Lantai Pertama digunakan untuk :
Pelayanan Loket/Pendaftaranpasien-RB (Rumah Bersalin) Pelayanan 24 Jam-Radiologi Poli PTM Poli Lansia/geriatri-Poli TB. Paru Poli PTRM-Ruang Pemeriksaan Kesehatan HajiLantai Kedua digunakan untuk :
PoliGizi Poli Jiwa
-Poli IMS Poli MTBS-Poli KIA Ruang Tindakan-Poli KB Poli Umum-Apotek Kasir - Informasi-Laboratorium HR VCT-Rawat Inap Poli Gigi
Poli PKPR KDRT & EKG - PALSedangkan Lantai Ketiga digunakan untuk :
Ruang Kepala Puskesmas-Ruang Rapat Ruang Ka. Subag TU-Aula Ruang Tata Usaha - Keuangan-Ruang Arsip Ruang Program-Mushola Ruang Kepengurusan JKNBerdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Puskesmas Kecamatan Kemayoran diharapkan mampu memberikan pelayanan dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat di Kecamatan Kemayoran dan sekitarnya.Secara teritorial wilayah Pemerintahan Kecamatan Kemayoran terdiri dari 8 Kelurahan, 1 puskesmas kecamatan, 7 puskesmas kelurahan karena terdapat 1 kelurahan yang tidak memiliki puskesmas sehingga 1 kelurahan bergabung dengan puskesmas kecamatan, 77 Rukun Warga (RW), dan 986 Rukun Tetangga (RT).a. Letak Wilayah Kecamatan Kemayoran adalah salah satu Kecamatan yang berada di Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat.
b. Batas Wilayah Kecamatan Kemayoran adalah sebagai berikut :
1.Sebelah Utara:Jalan Angkasa, Pertengahan bekas Lapangan Terbang Kemayoran dari Barat ke Timur, Jln Sunter Kemayoran (berbatasan langsung dengan Kecamatan Sawah Besar, Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara)
2. SebelahTimur:Jalan Yos Sudarso ( berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara ) 3.Sebelah Selatan:Jalan Letjen Suprapto, Kali Sentiong, Jln Kali Baru Timur (berbatasan dengan Kecamatan Cempaka Putih, Kecamatan Senen dan Kecamtan Johar Baru Jakarta Pusat)
4.Sebelah Barat:Jalan Gunung Sahari Raya ( berbatasan dengan Kecamatan Sawah Besar)
c. Luas WilayahWilayah Jakarta Pusat terbagi dalam delapan wilayah kecil yang disebut Kecamatan yaitu : Kecamatan Gambir, Kecamatan Sawah Besar, Kecamatan Kemayoran, Kecamatan Cempaka Putih, Kecamatan Johar Baru, Kecamatan Menteng, Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Senen.Kecamatan Kemayoran merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai luas wilayah 7.25 Km2.Gambar 1.2. Peta Pembagian Wilayah Kerja Puskesmas Kec. Kemayoran
Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Kemayoran tahun 2014
Diagram 1.1. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
Sumber : Laporan Hasil Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Tahun 20141.1.3.1. Visi Puskesmas
Terwujudnya Puskesmas Kec. Kemayoran sebagi pusat pelayanan kesehatan dasar yang bermutu dan professional
1.1.3.2. Misi Puskesmas1. Mengembangkan kualitas pelayanan dari program sesuai dengan standard mutu
2. Mengembangkan SDM yang professional dan berkualitas
3. Mengembangkan system manajemen Puskesmas
4. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan Puskesmas
5. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan
6. Menggalang kerjasama dengan mitra strategis
1.1.3.3. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajerial pegawai
2. Meningkatkan kemampuan teknis pegawai
3. Meningkatkan kemampuan teknis pegawai
4. Meningkatkan pembinaan pegawai
5. Tersedianya system informasi yang cepat, tepat dan akurat serta mudah dimengerti
6. Meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas
7. Meningkatkan mutu program Puskesmas
8. Terselenggaranya pelayanan tepat waktu
9. Meningkatkan kepuasan pegawai
10. Terlaksananya prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit
11. Meningkatnya fasilitas kesehatan di Puskesmas
12. Mengembangkan jenis pelayanan.
1.1.3.4. Fungsi Puskesmas
1. Penyusunan rencana kerja dan anggaran puskesmas kecamatan.
2. Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan.
4. Penyelenggaraan pelayanan medis umum.
5. Penyelenggaraan asuhan keperawatan.
6. Penyelenggaraan pelayanan persalinan.
7. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
8. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan, kesehatan anak, penyakit dalam, mata dan telinga, hidung dan tenggorokan.
9. Penyelenggaraan rawat inap terbatas.
10. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, radiologi, gizi, farmasi dan optik.
11. Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan.
12. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.
13. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.
14. Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.
15. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
16. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.
17. Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.
18. Penyelenggaraan pencatatan medis.
19. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran, peralatan keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis lainnya.
20. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.
21. Penyusunan Standar Operasional Prosedur.
22. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.
23. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.
24. Pemeriksaan Jenazah.
25. Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.
26. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi puskesmas kecamatan.
27. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku Kepala Dinas Kesehatan.
1.1.3.5. Sumber Daya Manusia
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran tahun 2014 berjumlah 101 orang, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.9 Jumlah Sumber Daya Manusia Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran tahun 2014
No.Jenis Tenaga KesehatanJumlah
1Sarjana Kesehatan
- Dokter Umum
- Dokter Gigi
- Apoteker23 Orang
5 Orang
3 Orang
2Paramedis
Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Analis
Radiografer
Ahli Gizi16 Orang
19 Orang
2 Orang
4 Orang
1 Orang
4 Orang
3Sanitarian3 orang
4Perkarya Kesehatan12 orang
5Pembantu perawat0 orang
6Pembantu bidan3 orang
7Administrasi8 orang
8Kebersihan 15 orang
9Juru masak1 orang
( Sumber : Laporan Tahunan Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Tahun 2014)
1.1.3.6. Sarana dan Prasarana
Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran juga dilengkapi fasilitas perlengkapan medis dan non medis. Perlengkapan medis dan non medis adalah perlengkapan dan alat-alat tidak habis pakai yang diberikan kepada puskesmas.
Perlengkapan alat-alat medis diantaranya :1. Basic Equipment
2. Public Health Nursing and Midwifery kit
3. Diagnostic and Surgical Equipment
4. Physician ki
5. Health Education Equipment
6. Laboratory Equipment
7. Nebulizer
8. Screening kit bagi UKS di Puskesmas9. Alat-alat Imunisasi10. Alat-alat penyuluhan11. Perangkat peralatan gigi12. Perlengkapan/alat-alat pertolongan persalinan13. EKG dan Treadmill
14. Slitlam
15. Optotip snellen/snellen chart
16. Optik kaca mata
17. Alat-alat KB
18. Bangku ginekologi
19. Rontgen
20. Klinik jiwa
21. Test Ishihara22. Akupunktur
23. Inkubator neonatus Sedangkan perlengkapan non medis yang dimiliki Puskesmas Kecamatan Kemayoran adalah:
1. Meubel
a. Meja periksa 16 buah.
b. Meja rapat 2 buah.
c. Meja kerja 40 buah.
d. Kursi 60 buah.
e. Bangku tunggu 60 buah.
2. Kendaraan/transportasi
a. Mobil puskesmas keliling 2 buah.
b. Sepeda motor 9 buah.
3. Perlengkapan kantor
a. Administrasi (formulir,kertas,map,dll).
b. Mesin ketik (portable, elektronik).
c. Mesin hitung.
d. Brankas.
e. Personal komputer 3 (tiga) unit.
f. LCD 1 buah.
4. Alat komunikasi : Telepon, intercom.5. Alat penerangan : PLN dan generator diesel.
6. Alat Rumah Tangga Kantor :
a. Televisi.
b. Radio kaset/radio.
c. Kulkas.
d. Peralatan dapur.
e. Kasur, bantal, gorden, taplak.
f. Alat-alat kebersihan.
1.4 Program Kesehatan Dasar di Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Program kesehatan dasar puskesmas terdiri dari :1. Promosi Kesehatan Masyarakat (PKM).
2. Program Kesehatan Lingkungan.
3. Program Kesehatan Ibu dan Anak.4. Keluarga Berencana (KB).5. Program Gizi.
6. Pengendalian Penyakit menular (P2M).
7. Program Pengobatan Dasar.1.1.4.1 Program Program Imunisasi Di Puskesmas Kecamatan KemayoranImunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh. et. all, 2008:40).
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya dari beberapa penyakit tertentu (Wahab, A. Samik, 2002: 22).
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap pathogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen non virulen/non toksik (Wong. DL, 2008: 28).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio. Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008: 37)
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi kekebalan pada bayi. Fungsi imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun tahun awal kehidupan seorang anak. Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Sasaran kegiatan ini adalah bayi dan ibu hamil. Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang sehat, dengan tujuan utama menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tanpa imunisasi, kira-kira tiga dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, dua dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak, satu akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen kesehatan) tentang program pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat perlindungan terhadap tujuh jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC dengan pemberian vaksin BCG, penyakit difteri tetanus pertusis dengan pemberian vaksin DPT, penyakit poliomyelitis dengan vaksin polio, penyakit hepatitis B dengan vaksin hepatitis B, dan penyakit campak dengan vaksin campak.
Ada dua Imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Perbedaan antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan kekebalan yang didapat. Kekebalan Aktif yaitu tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahuntahun, Sedangkan Imunisasi pasif ialah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
1.1.4.2 Jenis Vaksin
Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan)
b. Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).
Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga hal ini menentukan bagaimana vaksin ini digunakan.
a. Vaksin hidup attenuated Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan pembiakan berulang-ulang.
Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam kuning (yellow fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.
b. Vaksin inactivated Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk vaksin komponen, organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen-komponennya yang dimasukkan dalam vaksin (misalnya kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus). Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multipel, pada dasarnya dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.
c. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini tersedia untuk tiga macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus, dan haemophillus influenzae type b.
d. Vaksin rekombinan
Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia :
1. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.
2. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakit.
Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasiProgram imunisasi dasar ( bayi ) yang dilaksanakan di puskesmas kecamatan Menteng terdiri dari :1) BCG
2) Hepatitis B
3) Polio
4) Campak
5) DPT
1.1.4.2 Penyimpanan dan transportasi vaksin
Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu. Syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin harus diperhatikan untuk menjamin potensinya ketika diberikan kepada seorang anak.
1.1.4.2.1 Rantai vaksin
Adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien. Rantai vaksin terdiri dari proses penyimpanan vaksin di kamar dingin atau kamar beku, di lemari pendingin, di dalam alat pembawa vaksin, pentingnya alat-alat untuk mengukur dan mempertahankan suhu. Dampak perubahan suhu pada vaksin hidup dan mati berbeda. Untuk itu harus diketahui suhu optimum untuk setiap vaksin sesuai petunjuk penyimpanan dari pabrik masing-masing.
Gambar 1.5 Macam-macam tempat penyimpanan Vaksin
1.1.4.2.2 Suhu optimum untuk vaksin hidup
Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2C sampai dengan +8C, diatas suhu +8C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya bertahan dua hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan mati dalam tujuh hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu kurang dari 2C sampai dengan beku. Vaksin oral polio yang belum dibuka lebih bertahan lama (2 tahun) bila disimpan pada suhu -25C sampai dengan -15C, namun hanya bertahan enam bulan pada suhu +2C sampai dengan +8C. Vaksin BCG dan campak berbeda, walaupun disimpan pada suhu -25C sampai dengan -15C, umur vaksin tidak lebih lama dari suhu +2C sampai dengan +8C, yaitu BCG tetap satu tahun dan campak tetap dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan tidak perlu disimpan di suhu -25C sampai dengan -15C atau didalam freezer.
1.1.4.2.3 Suhu optimum untuk vaksin mati
Vaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2C sampai dengan +8C juga, pada suhu dibawah +2C (beku) vaksin mati (inaktif) akan cepat rusak. Bila beku dalam suhu -0.5C vaksin hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombo) akan rusak dalam jam, tetapi dalam suhu diatas 8C vaksin hepatitis B bisa bertahan sampai tiga puluh hari, DPT-hepatitis B kombinasi sampai empat belas hari. Dibekukan dalam suhu -5C sampai dengan -10C vaksin DPT, DT dan TT akan rusak dalam 1,5 sampai dengan dua jam, tetapi bisa bertahan sampai empat belas hari dalam suhu di atas 8C.
1.1.4.2.4 Kamar dingin dan kamar beku
Kamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumya berada dipabrik, distributor pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, berupa ruang yang besar dengan kapasitas 5-100 m, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah yang besar. Suhu kamar dingin berkisar +2C sampai dengan +8C, terutama untuk menyimpan vaksin-vaksin yang tidak boleh beku. Suhu kamar beku berkisar antara -25C sampai dengan -15C, untuk menyimpan vaksin yang boleh beku, terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar beku harus beroperasi terus menerus, menggunakan dua alat pendingin yang bekerja bergantian. Aliran listrik tidak boleh terputus sehingga harus dihubungkan dengan pembangkit listrik yang secara otomatis akan berfungsi bila listrik mati. Suhu ruangan harus dikontrol setiap hari dari data suhu yang tercatat secara otomatis. Pintu tidak boleh sering dibuka tutup.
1.1.4.2.5 Lemari es dan freezer Setiap lemari es sebaiknya mempunyai satu stop kontak tersendiri. Jarak lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi udara disekitarnya harus baik. Lemari es tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Suhu didalam lemari es harus berkisar +2C sampai dengan +8C, digunakan untuk menyimpan vaksin-vaksin hidup maupun mati, dan untuk membuat cool pack (kotak dingin cair). Sedangkan suhu di dalam freezer berkisar antara -25C sampai dengan -15C, khusus untuk menyimpan vaksin polio dan pembuatan cold pack (kotak es beku). Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian rupa sehingga suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8C dan suhu freezer berkisar -15C sampai dengan -25C. Di dalam lemari es lebih baik bila dilengkapi freeze watch atau freeze tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah suhunya pernah mencapai di bawah 0 derajat. Sebaiknya pintu lemari es hanya dibuka dua kali sehari, yaitu ketika mengambil vaksin dan mengmbalikan sisa vaksin, sambil mencatat suhu lemari es.
Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk penyimpanan vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya, untuk menghindari keluarnya udara dingin. Bila pada dinding lemari es telah terdapat bunga es, atau di freezer telah mencapai tebal 2-3 cm harus segera dilakukan pencairan (defrost). Sebelum melakukan pencairan, pindahkan vaksin ke cool box atau lemari es yang lain. Cabut kontak listrik lemari es, biarkan pintu lemari es dan freezer terbuka selama 24 jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih, pasang kembali kontak listerik, tunggu sampai suhu stabil. Setelah suhu lemari sedikitnya mencapai +8C dan suhu freezer-15C, masukkan vaksin sesuai tempatnya.
Gambar 1.6 Lemari es penyimpanan Vaksin
1.1.4.2.6 Susunan vaksin di dalam lemari es
Karena vaksin hidup dan vaksin inaktif mempunyai daya tahan berbeda terhadap suhu dingin, maka kita harus mengenali bagian yang paling dingin dari lemari es. Letakkan vaksin hidup dekat dengan bagian yang paling dingin, sedangkan vaksin mati jauh dari bagian yang paling dingin. Di antara kotak-kotak vaksin beri jarak selebar jari tangan (sekitar 2 cm) agar udara dingin bias menyebar merata ke semua kotak vaksin.
Bagian paling bawah tidak untuk menyimpan vaksin tetapi khusus untuk meletakkan cool pack, untuk mempertahankan suhu bila listerik mati. Pelarut vaksin jangan disimpan di dalam lemari es atau freezer, karena akan mengurangi ruang untuk vaksin, dan akan pecah bila beku. Penetes (dropper) vaksin polio juga tidak boleh di letakkan di lemari es atau freezer karena akan menjadi rapuh, mudah pecah.
Tidak boleh menyimpan makanan, minuman, obat-obatan atau benda-benda lain di dalam lemari es vaksin, karena mengganggu stabilitas suhu karena sering di buka.
1.1.4.2.7 Lemari es dengan pintu membuka ke depan
Bagian yang paling dingin lemari es ini adalah di bagian paling atas (freezer). Di dalam freezer disimpan cold pack, sedangkan rak tepat di bawah freezer untuk meletakkan vaksin-vaksin hidup, karena tidak mati pada suhu rendah. Rak yang lebih jauh dari freezer (rak ke 2 dan 3) untuk meletakkan vaksin-vaksin mati (inaktif), agar tidak terlalu dekat freezer, untuk menghindari rusak karena beku. Thermometer Dial atau Muller diletakkan pada rak ke-2, freeze watch atau freeze tag pada rak ke 3.
Gambar 1.7 lemari es penyimpanan Vaksin
1.1.4.2.8 Lemari es dengan pintu membuka ke atas
Bagian yang paling dingin dalam lemari es ini adalah bagian tengah (evaporator) yang membujur dari depan ke belakang. Oleh karena itu vaksin hidup diletakkan di kanan-kiri bagian yang paling dingin (evaporator). Vaksin mati diletakkan dipinggir, jauh dari evaporator. Beri jarak antara kotak-kotak vaksin selebar jari tangan (sekitar 2 cm). Letakkan termometer Dial atau Muller atau freeze watch/freeze tag dekat vaksin mati.
Gambar 1.8 Lemari es dengan pintu membuka ke atas
1.1.4.2.9 Wadah pembawa vaksin
Untuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dan jarak tidak terlalu jauh dapat menggunakan cold box (kotak dingin) atau vaccine carrier (termos). Cold box berukuran lebih besar, dengan ukuran 40-70 liter, dengan penyekat suhu dari poliuretan, selain untuk transportasi dapat pula untuk menyimpan vaksin sementara. Untuk mempertahankan suhu vaksin di dalam kotak dingin atau termos dimasukkan cold pack atau cool pack.
Gambar 1.9 Wadah pembawa vaksin
1.1.4.2.10 Cold pack dan cool pack Cold pack berisi air yang dibekukan dalam suhu -15C sampai dengan -25C selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna putih. Cool pack berisi air dingin (tidak beku)yang didinginkan dalam suhu +2C sampai dengan +8C selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna merah atau biru. Cold pack (beku) dimasukkan ke dalam termos untuk mempertahankan suhu vaksin ketika membawa vaksin hidup sedangkan cool pack (cair) untuk membawa vaksin hidup dan vaksin mati (inaktif).
Gambar 1.10 Ice pack
1.1.4.3 Menilai kualitas vaksin
Vaksin hidup akan mati pada suhu di atas batas tertentu, dan vaksin mati akan rusak di bawah suhu tertentu.
1.) Kualitas rantai vaksin dan tanggal kadaluwarsa
Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik, antara lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu tertentu, transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos yang tertutup rapat, tidak terendam air, terlindung dari sinar matahari langsung, belum melewati tanggal kadaluarsa, indikator suhu berupa VVM (vaccine vial monitor) atau freeze watch/tag belum melampaui batas suhu tertentu.
2.) VVM (vaccine vial monitor)
Untuk menilai apakah vaksin sudah pernah terpapar suhu di atas batas yang dibolehkan, dengan membandingkan warna kotak segi empat dengan warna lingkaran di sekitarnya. Bila waran kotak segi empat lebih muda daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM A atau B) maka vaksin belum terpapar suhu di atas batas yang diperkenankan. Vaksin dengan kondisi VVM B harus segera dipergunakan. Bila warna kotak segi empat sama atau lebih gelap daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM C atau D) maka vaksin sudah terpapar suhu di atas batas yang diperkenankan, tidak boleh diberikan pada pasien.
Gambar 1.11 Vaccine Vial Monitor (VVM)
3.) Freeze watch dan freeze tag Alat ini untuk mengetahui apakah vaksin pernah terpapar suhu dibawah 0C. Bila dalam freeze watch terdapat warna biru yang melebar ke sekitarnya atau dalam freeze tag ada tanda silang (X), bearti vaksin pernah terpapar suhu di bawah 0C yang dapat merusak vaksin mati. Vaksin-vaksin tersebut tidak boleh diberikan kepada pasien.
4.) Warna dan kejernihan vaksin
Warna dan kejernihan beberapa vaksin dapat menjadi indikator praktis untuk menilai stabilitas vaksin. Vaksin polio harus berwarna kuning oranye. Bila warnanya berubah menjadi pucat atau kemerahan berarti pHnya telah berubah, sehingga tidak stabil dan tidak boleh diberikan kepada pasien.
Vaksin toksoid, rekombinan dan polisakarida umumnya berwarna putih jernih sedikit berkabut. Bila menggumpal atau banyak endapan berarti sudah pernah beku, tidak boleh digunakan karena sudah rusak. Untuk meyakinkan dapat dilakukan uji kocok seperti dibawah ini. Bila vaksin setelah dikocok tetap menggumpal atau mengendap maka vaksin tidak boleh digunakan karena sudah rusak.
5.) Pemilihan vaksin
Vaksin yang harus segera dipergunakan adalah : vaksin yang belum dibuka tetapi telah dibawa ke lapangan, sisa vaksin telah dibuka (dipergunakan), vaksin dengan VVM B, vaksin dengan tanggal kadaluarsa sudah dekat (EEFO = Early Expire First Out), vaksin yang sudah lama tersimpan dikeluarkan segera (FIFO = First In First Out).
1.1.4.4 Macam-Macam Vaksin Dan Fungsinya
1.1.4.4.1 Imunisasi BCGVaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis (TB). Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan. BCG diberikan satu kali sebelum anak berumur dua bulan.
Di Indonesia TBC merupakan penyakit rakyat yang mudah menular, di negara yang sudah berkembang penyakit ini sudah jarang ditemukan karena dilaksanakannya imunisasi BCG yang luas, pengawasan ketat terhadap penderita TBC dan perbaikan keadaan sosial ekonomi.
1.1.4.4.2 Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin three-in-one yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Di Indonesia vaksin terhadap ketiga penyakit tersebut dipasarkan dalam tiga jenis kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteri dan tetanus) dan kombinasi DPT.
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan. Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT atau dalam bentuk tetanus dan pertusis dalam bentuk DPT.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Penyakit difteri disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae, sifatnya sangat ganas dan mudah menular.
Seorang anak akan terjangkit difteri bila ia berhubungan langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier). Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan anak yang belum mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang menjadi karier. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri Bordetella pertussis ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Sementara tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Gejala yang khas yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus-menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah.
Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat anak berumur dua bulan (DPT I), tiga bulan (DPT II) dan empat bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari empat minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan satu tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka diberikan DT, bukan DPT.
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar 80-95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik yaitu sebesar 90-95% sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-60%. Oleh karena itu tidak jarang anak yang telah mendapat imunisasi pertusis masih terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih ringan.
1.1.4.4.3 Imunisasi PolioImunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin yang masing-masing mengandung virus polio tipe I, II & III yang sudah dimatikan (Vaksin Salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan. Dan yang masih hidup tapi dilemahkan (Vaksin Sabin) cara pemberiannya melalui mulut berupa cairan. Di Indonesia vaksin yang lazim diberikan ialah vaksin jenis Sabin.Vaksin polio dapat mencegah penyakit poliomielitis yang disebabkan oleh virus polio, yaitu tipe I, II dan III. Virus polio akan merusak bagian anterior susunan saraf pusat tulang belakang. Penyakit ini terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio misalnya di Belitung tahun 1948, di Semarang tahun 1954, di Medan tahun 1957. Gejala penyakit ini sangat bervariasi, dari gejala ringan sampai timbul kelumpuhan bahkan sampai timbul kematian. Gejala yang umum dan mudah dikenal ialah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah menderita demam selama 2-5 hari. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan.
Imunisasi dasar polio diberikan pada anak umur 0-4 bulan sebanyak empat kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari empat minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Daya proteksi vaksin polio sangat baik yaitu sebesar 95-100%.
1.1.4.4.4 Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek) yang disebabkan oleh sejenis virus termasuk golongan paramiksovirus. Gejala yang khas yaitu timbulnya bercakbercak merah dikulit setelah anak demam 3-5 hari, bercak merah ini semula timbul pada pipi di bawah telinga kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota gerak.
Imunisasi campak diberikan sebanyak dua kali. Pertama, pada saat anak berumur sembilan bulan atau lebih, Campak kedua diberikan pada umur 5-7 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur enam bulan dan diulangi enam bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara langsung di bawah kulit (subkutan). Campak I diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan Campak II diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare.
Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%, Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup.
1.1.4.4.5 Imunisasi Hepatitis B (HBV)Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Imunisasi ini diberikan sebanyak empat kali. Antara suntikan HBV1 dengan HBV2 diberikan dengan selang waktu satu bulan pada saat anak berumur di bawah empat bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis, vaksin HBV disuntikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. Sedangkan pada bayi yang lahir dari ibu yang status hepatitisnya tidak diketahui, HBV I diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. HBV3 diberikan pada usia antara 6-18 bulan. Imunisasi HBV empat diberikan saat anak berusia 10 tahun. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki Hepatitis B. Imunisasi juga bisa diberikan pada saat bayi berumur dua bulan. Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.
Program imunisasi di Puskesmas Kecamatan Menteng adalah imunisasi dasar dan imunisasi pada ibu hamil. Imunisasi dasar yang diberikan pada anak adalah:
a. BCG untuk mencegah penyakit TB,
b. DPT untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus,
c. Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis,d. Campak untuk mencegah penyakit Measles,Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B.Berdasarkan tabel 1.14 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT/HB/Hib 1 Sekecamatan Tanjung Priok Periode Januari Desember 2014 adalah 92 % dengan jumlah sasaran sebanyak 7212 bayi.
1.1.1. Hasil Kegiatan Program Imunisasi di Puskesmas Wilayah Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014Tabel 1.12 Indikator Program Imunisasi Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
ProgramIndikatorTarget 1 tahun (%)
Imunisasi HB 0 (0-7) BCG
Polio 180 %95 %
95 %
DPT/HB/Hib 1
Polio 295 %90 %
DPT/HB/Hib 2
Polio 390 %90 %
DPT/HB/Hib 3
Polio 4
Campak90 %90 %
90 %
Tabel 1.21 Cakupan Peserta Imunisasi HB 0 (0-7 HR) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanJumlah Bayi Baru Lahir (Bayi)% Target 1 Tahun
Januari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi selama 1 tahun
Gunung Sahari Selatan28180 %27096 %
Kemayoran30880 %304 87 %
Kebon Kosong35980 %35197 %
Serdang41080 %40699 %
Utan Panjang30780 %29495 %
Harapan Mulia20580 %196 95 %
Cempaka Baru35980 %34796 %
Sumur Batu33380 %317 95 %
Total2562 80 %2485
Tabel 1.13 Cakupan Peserta Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama PuskesmasJumlah Bayi Baru Lahir (Bayi)% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28195 % 274 97 %
Kemayoran30895 %305 99 %
Kebon Kosong35995 %357 99 %
Serdang41095 %401 97 %
Utan Panjang30795 %305 99 %
Harapan Mulia20595 %201 98 %
Cempaka Baru35995 %352 98 %
Sumur Batu33395 %327 98 %
Total256295 %2252
Tabel 1.17 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanJumlah Bayi Baru Lahir (Bayi)% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28095 %27798 %
Kemayoran30795 %313 98 %
Kebon Kosong35895 %35699 %
Serdang40995 %40398 %
Utan Panjang30695 %30599 %
Harapan Mulia20495 %19897 %
Cempaka Baru35895 %358100 %
Sumur Batu33295 %32798 %
Total255495 %2576
Tabel 1.14 Cakupan Peserta Imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanSasaran Imunisasi Rutin% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28095 %27698 %
Kemayoran30795 %30398 %
Kebon Kosong35895 %35198 %
Serdang40995 %40398 %
Utan Panjang30695 %30499 %
Harapan Mulia20495 %20198 %
Cempaka Baru35895 %35599 %
Sumur Batu33295 %329 99 %
Total255495 %2576
Tabel 1.18 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanSasaran Imunisasi Rutin% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28090 %27999 %
Kemayoran30790 %29696 %
Kebon Kosong35890 %355 99 %
Serdang40990 %40799 %
Utan Panjang30690 %30499 %
Harapan Mulia20490 %20399 %
Cempaka Baru35890 %355 99 %
Sumur Batu33290 %330 99 %
Total255490 %2529
Tabel 1.15 Cakupan Peserta Imunisasi DPT/HB 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanSasaran Imunisasi Rutin% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28090 %273 97,5 %
Kemayoran30790 %30499 %
Kebon Kosong35890 %35097,7 %
Serdang40990 %39897 %
Utan Panjang30690 %30198 %
Harapan Mulia20490 %195 95 %
Cempaka Baru35890 %354 98 %
Sumur Batu33290 %32096 %
Total255490 %2495%
Tabel 1.19 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanSasaran Imunisasi Rutin% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28090 %279 99 %
Kemayoran30790 %306 99 %
Kebon Kosong35890 %356 99 %
Serdang40990 %40899 %
Utan Panjang30690 %30599 %
Harapan Mulia20490 %20399 %
Cempaka Baru35890 %35799 %
Sumur Batu33290 %331 99 %
Total255490 %2545
Tabel 1.16 Cakupan Peserta Imunisasi DPT/HB 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanSasaran Imunisasi Rutin% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28090 %27899 %
Kemayoran30790 %30499 %
Kebon Kosong35890 %35498 %
Serdang40990 %40298 %
Utan Panjang30690 %30599 %
Harapan Mulia20490 %20299 %
Cempaka Baru35890 %35498 %
Sumur Batu33290 %330 99 %
Total255490 %2529
Tabel 1.20 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanSasaran Imunisasi Rutin% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28090 %27798 %
Kemayoran30790 %30699 %
Kebon Kosong35890 %35498 %
Serdang40990 %40899 %
Utan Panjang30690 %30399 %
Harapan Mulia20490 %20299 %
Cempaka Baru35890 %35699 %
Sumur Batu33290 %32898 %
Total255490 %2534
Tabel 1.22 Cakupan Peserta Imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas KelurahanSasaran Imunisasi Rutin% Target 1 TahunJanuari s/d Desember
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)% Bayi yang diimunisasi
Gunung Sahari Selatan28090 %26393 %
Kemayoran30790 %30499 %
Kebon Kosong35890 %35298 %
Serdang40990 %40198 %
Utan Panjang30690 %30198 %
Harapan Mulia20490 %20299 %
Cempaka Baru35890 %35298 %
Sumur Batu33290 %32898 %
Total255490 %2503
1.2 IDENTIFIKASI MASALAHSasaran program imunisasi dasar adalah bayi baru lahir dan bayi lahir hidup. Sasaran lainnya adalah kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi tertular penyakit. Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di Puskesmas Kecamatan Penjaringan maka dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan imunisasi dasar yang dievaluasi di Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:
Januari Desember 2014
1. Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %.2. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %.3. Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %.4. Cakupan imunisasi DPT/HB(1) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %.5. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %.6. Cakupan imunisasi DPT/HB(2) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %. 7. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %. 8. Cakupan imunisasi DPT/HB(3) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %.9. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %.10. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %.1.3 RUMUSAN MASALAHSetelah didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di Puskesmas Kecamatan Penjaringan maka dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah meliputi 4 W 1 H (What, Where, When, Whose, How much) Rumusan masalah dari program imunisasi dasar Puskesmas adalah sebagai berikut :
Januari Desember 20141. Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 % lebih tinggi dari target 80 %.2. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 % lebih tinggi dari target 95%.3. Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 % lebih tinggi dari target 95%.4. Cakupan imunisasi DPT/HB(1) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 % lebih tinggi dari target 95 %.5. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 % lebih tinggi dari target 90%.6. Cakupan imunisasi DPT/HB(2) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 % lebih tinggi dari target 90 %.7. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 % lebih tinggi dari target 90 %.8. Cakupan imunisasi DPT/HB(3) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 % lebih tinggi dari target 90 %.9. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 % lebih tinggi dari target 90%.10. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 % lebih tinggi dari target 90%.BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
1.2. Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya, namun karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup. Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada program imunisasi dasar yang merupakan salah satu dari 7 program kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Kemayoran. Dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya manusia, dana dan waktu, maka dari semua masalah yang telah dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi :
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah3. Menentukan skoring tiap masalah
1.2.1. Non-Scoring TechniqueBila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah teknik non scoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group Technique (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:
A. Metode DelbecqMenetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.2.1.2 Scoring TechniqueBerbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring antara lain :
2.1.2.1 Metode BryantTerdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. PrevalenceBesarnya masalah yang dihadapi
2. SeriousnessPengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut.3. ManageabilityKemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya4. Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut. Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
2.1.2.2 Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:1. MagnitudeBerapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi2. SeverityBesarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate masing- masing penyakit.3. VulnerabilitySejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut4. Community and political concernMenunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi5. AffordabilityMenunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia2.1.2.3Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai terdiri dari:1. EmergencyEmergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah angka kematian ibu dan lain sebagainya.2. Greetes memberKriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate.Sedangkan untuk masalah lain, maka greetes member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.3. Expanding ScopeMenunjukan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter lain yang digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.4. FeasibilityKriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.5. PolicyBerhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut.Hal tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap masalah tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi diberbagai media.Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut di atas untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima. Bobot 5 : paling penting Bobot 4: sangat penting sekali Bobot 3: sangat penting Bobot 2: penting Bobot 1: cukup penting2.1.3 Pemilihan Metode MCUA
2.1.3.1Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan.Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,maka parameter yang digunakan berupa proxy CFR yaitu suatu angka yang digunakan untuk masalah - masalah yang tidak berhubungan dengan penyakit. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.Berikut merupakan rincian dari CFR dan proxy : TBC
: 24,2 % Difteri
: 5,01% Pertusis: 0.5 % Tetanus : 53,8 % Campak : 1,74 % Hepatitis B: 3,1 % Polio
: 0 % (Sumber: Depkes.2013)Tabel 2.1 Penentuan CFR dan Proxy Tiap Masalah
Skala Score
1-81
9-162
17-243
25-324
33-395
40-476
48-557
56-638
64-719
72-7910
Tabel.2.2 Penentuan Score EmergencyN0MASALAH(X)Proxy(%)(Y)Target Cakupan(%)X+Y(%)SCORE
1Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %3,115 18,13
2Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %24,23,1227,324
3Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %03,4 3,41
4Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %62,413,465,819
5Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %08,628,622
6Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %62,417,369,719
7Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %09 92
8Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %62,418,6271,0310
9Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %08,628,622
10Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %1,747,629,362
1.1.1.1. Greetets Members
Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalens. Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.Tabel 2.3 Skala Score GreetesMember
RangeScore
1-21
3-42
5-63
7-84
9-105
11-126
13-147
15-168
17-189
19-2010
Keterangan:
Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score dari 1 sampai 20 dengan jarak tiap range sebesar 1.
Tabel.2.2 Penentuan Score Greetes MemberN0MASALAH(X)Target (%)(Y)Cakupan(%)X-Y(%)SCORE
1Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %8095158
2Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %9598,123,122
3Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %9598,43,42
4Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %9598,4 3,4 2
5Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %9098,628,625
6Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %9097,37,34
7Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %909995
8Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %9098,628,625
9Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %9098,628,625
10Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %9097,627,624
2.1.3.3Expanding Scope1. Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar kesehatan. Berapa banyak jumlah bayi di wilayah tersebut, serta ada tidaknya score di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.2. Jumlah sasaran tertinggi terdapat di kelurahan Serdang adalah 409 jiwa, dan jumlah bayi terendah terdapat di kelurahan Harapan Mulia adalah 204 jiwa, dan untuk jumlah sasaran Kecamatan Kemayoran 2554 jiwa, dengan ini maka skoring penilaian didasarkan atas jumlah bayi pada interval-interval tertentu. Jarak antar interval adalah 21.3. Untuk keterpaduan lintas sektor didapatkan hasil yang sama pada seluruh puskesmas kelurahan dan kecamatan, yaitu didapatkan adanya keterpaduan lintas sektor pada seluruh puskesmas kelurahan dan kecamatan.Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Sasaran
ScoreJumlah Sasaran
1280-285
2286-291
3292-297
4298-303
5304-309
6310-315
7316-321
8322-327
Tabel 2.6 Penentuan Score Expanding Scope Program Imunisasi Periode Januari Desember 2014
N0MASALAHSCORE
1Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 % 6
2Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %1
3Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 % 8
4Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %8
5Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 % 7
6Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 % 6
7Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 % 7
8Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 % 7
9Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %7
10Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %6
1.1.1.2. Feasibility
Menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja yang terdapat di puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan.Untuk menilai hal tersebut digunakan sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya manusia, program kerja, material, serta transportasi yang efektif serta efisien untuk mengatasi masalah tersebut.Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat diselesaikan meliputi :1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing masing wilayah Puskesmas. Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah penduduk sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :Tabel 2.7 Penentuan Nilai Feasibility berdasarkan rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah Bayi
ScorePerbandinganScorePerbandingan
11:204 1:22561:314 1:335
21:226 1:24771:336 1:357
31:248 1:26981:358 1:379
41:270 1:29191:380 1:401
51:292 1:313101:402 1:423
Tabel 2.8 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Sasaran di Wilayah Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014PuskesmasJumlah Tenaga KesehatanJumlah SasaranPerbandinganScore
Gunung Sahari Selatan12801: 2804
Kemayoran13071: 307 5
Kebon Kosong13581: 3588
Serdang14091: 40910
Utan Panjang 13061: 3065
Harapan Mulia12041: 2041
Cempaka Baru13581: 3588
Sumur Batu13321: 3326
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut.
Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan obat dan ketersediaan alat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu.Dan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai nol.
Tabel 2.9Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014KategoriKetersediaanScore
ObatTidak ada0
Ada tetapi kurang1
Ada dan cukup2
AlatTidak ada0
Ada tetapi kurang1
Ada dan cukup2
3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan Puskesmas penilaian dibagi tiga yaitu ada dan cukup ada tapi kurang dan tidak ada. Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas terkait.
Tabel 2.10Scoring ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014DanaScore
Ada dan banyak3
Ada dan cukup2
Ada tapi kurang1
Tidak ada0
Tabel 2.11 Penentuan Score Feasibility Terhadap Kegiatan Imunisasi di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari - Desember 2014NoMASALAHSDMFASILITASDANASCORE
OBATALAT
1Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %2622232
2Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %2622232
3Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %2622232
4Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %2622232
5Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %2622232
6Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %2622232
7Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %2622232
8Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %2622232
9Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %2622232
10Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %2622232
1.1.1.3. Policy
Untuk dapat menyelesaikan masalah ini, maka aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu masalah tersebut menjadi concern masyarakat dan pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan sebagai hasil justifikasi ditentukan bahwa untuk mengetahui hal tersebut dilihat dari seberapa seringnya masalah tersebut dipublikasikan di berbagai media.Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu informasi kesehatan di media elektronik memiliki jangkauan yang lebih luas diberikan nilai15. Sedangkan kebijakan pemerintah berupa undang-undang yang mengatur jumlah anak diberikan nilai 10. Begitupun dengan publikasi informasi dalam bentuk media cetak diberikan nilai 5.Maka pada publikasi informasi yang diberikan secara penyuluhan diberikan nilai 1 dan tidak ada diberikan nilai 0. Penjumlahan dari nilai tersebut dijadikan score.Tabel 2.12Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014ParameterScore
Media CetakBaliho5
Leaflet3
Koran, Majalah1
Media ElektronikInternet5
TV3
Radio1
Tabel 2.13 Penentuan Score Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari - Desember 2014NOMASALAHBalihoLeafletKoran, majalahRadioTVInternetJumlah
1Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %358
2Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %358
3Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %358
4Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %358
5Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %358
6Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %358
7Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %358
8Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah