fish bone

34
TUGAS IKM SKENARIO 1 DISUSUN OLEH : Miryam filemona yuares 09700053 Yusrimatur rizqa 09700161 Anisatul mamnunah 09700336 Reza devi susanti 09700223 Siska yunita R 09700239 Sisar priya nurzaman 07700032 Farrah raktion 09700297 PEMBIMBING: Suprijati D. Rochadi, Dr., MS FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: siska-yunita-ratnaningtyas

Post on 08-Dec-2015

249 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

fgd

TRANSCRIPT

TUGAS IKM

SKENARIO 1

DISUSUN OLEH :

Miryam filemona yuares 09700053

Yusrimatur rizqa 09700161

Anisatul mamnunah 09700336

Reza devi susanti 09700223

Siska yunita R 09700239

Sisar priya nurzaman 07700032

Farrah raktion 09700297

PEMBIMBING: Suprijati D. Rochadi, Dr., MS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2013 / 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya tugas yang berjudul “MUTU PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI PUSKESMAS (Khususnya Pelayanan Ibu Hamil)” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memenuhi persyaratan dalam menjalankan Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat yang kami jalani di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Suprijati D. Rochadi, Dr., MS selaku pembimbing dalam penyusunan tugas ini.

Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran untuk kesempurnaanya.

Surabaya,

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………….…1

DAFTAR ISI…................................................................................................................................2

Latar Belakang…………………………………………………………………………….

Rumusan Masalah…………………………………………………………………………

Tujuan……………………………………………………………………………………………

PEMBAHASAN…………………………………………………….

I . Analisis kasus…………………………………..

I.1. Analisis Secara Epidemiologi……………………………………………………..

I.2. Kausa dan Alternatif Kausa…………………………………………………….

I.2.1. Kausa Dan Alternatif Kausa K4 Berdasarkan Diagram Fishing Bone…………...

I.2.1.1. Faktor Manusia……………………………..

I.2.1.2. Faktor Metode……………………………..

I.2.1.3. Faktor Lingkungan……………………….

I.2.1.4. Faktor Material…………………………….

I.2.1.5. Faktor Sarana dan Prasarana…………………………..

I.3. Alternatitif Penyelesaian Masalah dan Prioritas Pemecahan Masalah yang Dipilih…..

II . Rencana Program…………………………………………………………………

II.1. Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Masyarakat……………………………

II.1.1. Strategi Pelayanan Antenatal………………………………….

II.2. Pendekatan Melalui Pengembangan Organisasi……………………………….

II.3. Pendekatan Melalui Penyuluhan Kesehatan Masyarakat……………………….

II.4. Pendekatan Melalui Konsep Pencegahan…………………………………………

III . Rekomendasi / Saran……………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………

Skenario

MUTU PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI PUSKESMAS

(KHUSUSNYA PELAYANAN IBU HAMIL)

Dr. Sukmawan baru tiga bulan ditugaskan sebagai dokter fungsional di sebuah Puskesmas

terpencil di Papua Barat. Satu bulan yang lalu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten memberikan tanggung

jawab structural sebagai Kepala Puskesmas karena kelangkaan tenaga kesehatan professional. Data

pencatatan dan pelaporan di Puskesmas setahun terakhir menunjukkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil

rendah sebesar 40%, dengan k4 45% selain itu data AKI cukup tinggi sekitar 70/1000 kelahiran hidup.

Sebagai manajer puskesmas, Dr. Sukmawan menganalisa factor internal maupun eksternal

manajemen Puskesmas yang mungkin mempengaruhi kinerja dan produktivitas petugas. Dr. Sukmawan

menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi akar penyebab

kualitas rendah, khususnya factor internal.

Wawancara dengan staf puskesmas diperoleh keterangan bahwa sebagian petugas Puskesmas

memiliki motivasi rendah. Untuk mencari penyebab rendahnya motivasi staf puskesmas Dr. Sukmawan

menganalisa dengan menggunakan Teori motivasi dari Maslow dan Hezberg.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas adalah suatu persatuan kesehatan fungsional merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat disamping juga membina peran serta masyarakat,memberikan pelayanan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan

pokok. Oleh karena itu, puskesmas diharapkan dapat menjadi tempat untuk memperbaiki

kesehatan masyarakat Indonesia.

Tetapi dalam kenyataanya puskesmas tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik.

Apalagi puskesmas yang berada di desa-desa kecil. Banyak keluhan masyarakat desa yang

mengatakan masalah pelayanan,tenaga medis serta manajemen puskesmas yang masih buruk dan

tidak bisa memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat Indonesia.

Data pencatatan dan pelaporan di puskesmas setahun terakhir menunjukan kunjungan

pemeriksaan ibu hamil rendah sebesar 40%,dengan K4 45% selain itu data AKI cukup tinggi

sekitar 70/1000 kelahiran hidup. Analisis dilakukan dari faktor internal maupun eksternal

management puskesmas yang mungkin mempengaruhi kinerja dan produktifitas petugas.

Menggunakan diagram tulang ikan(fish bone) untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi akar

penyebab kualitas rendah ,khususny faktorinternal. Salah satu faktor penyebabny adalah motivasi

yang rendah dari petugas. Rendahnya motivasi petugas ini dianalisis dengan teori motivasi dari

Maslow dan Herzberg. Permasalahan-permasalahan yang tersebut diatas akan menjadi bahan

bahasan dalam makalah ini.

Dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015,

Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah merumuskan skenario percepatan penurunan AKI sebagai

berikut:

Target MDGs 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat

dicegah/dikurangi.

Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada trimester pertama, guna

mendorong peningkatan cakupan kunjungan antenatal empat kali (K4).

Bidan Di Desa sedapat mungkin tinggal di desa, guna memberikan kontribusi positif untuk

pertolongan persalinan serta pencegahan dan penanganan komplikasi maternal.

Persalinan harus ditolong staf Puskesmas dan sedapat mungkin dilakukan di fasilitas

kesehatan.

Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor resiko.

Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi responsif gender harus

ditingkatkan untuk meningkatkan health care seeking behaviour.

Untuk mencegah meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) dapat dilakukan berbagai macam

cara salah satunya program K1-4 kehamilan. K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang

pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu

hamil sesuai standar pada Trimester pertama kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12

minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali.

Meliputi :

1. Identitas/biodata

2. Riwayat kehamilan

3. Riwayat kebidanan

4. Riwayat kesehatan

5. Pemeriksaan kehamilan

6. Pelayanan kesehatan

7. Penyuluhan dan konsultasi

serta mendapatkan pelayanan 7T yaitu :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur Tekanan Darah

3. Screening status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila

diperlukan

4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

6. Test Laboratorium (rutin dan Khusus)

7. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K) serta KB pasca persalinan atau yang terbaru 10T yaitu dengan menambahkan 7T tadi

dengan:

8. Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)

9. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

10. Tata laksana kasus. Cakupan K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini

kehamilan berisiko, yang kemudian mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.

Tujuan K1 :

- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien.

- Mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu.

- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau

penggunaan praktek tradisional yang merugikan

- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk

menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.

- Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan

untuk mendeteksi dan mewaspadai.

- Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan

hubungan kepercayaan dengan ibu

- Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan

sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan pribadi serta keluarga.

- Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan mendiskusikan adanya

kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan,

kelahiran atau puerperium.

K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai

indikator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta

kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2001).

K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II (usia

kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.

Tujuan k2 :

- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien

- Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa.

- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau

penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk

menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.

- Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan

untuk mendeteksi dan mewaspadai.

- Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD

(tekanan darah), kaji adanya edema dan protein uria.

- Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

- Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran perkemihan.

- Mengulang perencanaan persalinan.

K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester

III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan akhir dan mendapatkan

pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.

Tujuan K4:

- Sama dengan kunjungan I dan II

- Palpasi abdomen

- Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan kehahiran RS.

- Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.

Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :

a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan

b. Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan

c. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan

d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan

e. Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah

Selain program K1-4, ada beberapa faktor internal yang menyebabkan tingginya Angka

Kematian Ibu (AKI) yaitu rendahnya motivasi dari petugas kesehatan. Adapun teori motivasi

dikemukakan oleh Abraham Maslow dan Herzberg.

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau

mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk

menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah

proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah

mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Motivasi dapat berupa

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik adalah manakala sifat pekerjaan

itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan

melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa

juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala

elemen - elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang

membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

B. RUMUSAN MASALAH

- Apakah penyebab rendahnya motivasi staf puskesmas?

- Program apakah yang disusun untuk peningkatan cakupan pelayanan kesehatan ibu (K4)?

- Menjelaskan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai dengan program yang

direncanakan / disusun.

C. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui penyebab rendahnya cakupan K4 akibat dari rendahnya

motivasi staf Puskesmas di Papua Barat

2. TUJUAN KHUSUS

a) Mampu menjelaskan penyebab rendahnya motivasi Tenaga Kesehatan Puskesmas

b) Mampu menyusun program untuk peningkatan cakupan pelyanan kesehatan ibu (K1-

K4)

c) Mampu menjelaskan mutu pelayanan kesehaatan ibu sesuai dengan program yang

direncakan atau disusun

BAB II

PEMBAHASAN

I. ANALISIS KASUS

I.1. Analisis Secara Epidemiologi

Analisa epidemiologi Deskriptif

What

Masalah rendahnya cakupan ANC / K4 di Papua Barat

Masalah rendahnya motivasi staf Puskesmas

Who

Kurangnya ibu hamil yang menyadari pentingnya ANC / K4

Kurangnya tenaga profesional

Where

Sulitnya menuju sarana pelayanan kesehatan

When

Satu tahun terakhir

Why

Budaya

Kelangkaan tenaga Profesional

I.2. Kausa dan Alternatif Kausa

Beberapa alternatif kausa yang menyebabkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil rendah di Papua Barat dapat dilihat pada gambar fishbone dibawah ini :

ANALISIS KASUS

Beberapa alternatif kausa yang menyebabkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil rendah di

Papua Barat dapat dilihat pada gambar fishbone dibawah ini :

Metode sarana & prasarana

SDM

Gambar 1. Fishbone alternatif kausa tentang rendahnya kunjungan pemeriksaan ibu hamil di Papua Barat

Rendahnya kunjungan K4 pada ibu hamil di Papua Barat

Rendahnya kunjungan K4 pada ibu hamil di Papua Barat

proses

Manajemen yang kurang baik

Sistem perekrutan tenaga kesehatan yang kurang profesional

Koordinasi lintas sektor kurang baik

Motivasi tenaga kesehatan yang kurang baik

Kurangnya penyuluhan

Akses jalan kurang baik

Mitos yang salah

Keamanan yang kurang kondusif

Jarak yang jauh

Jumlah tenaga kerja kurang

Gaji yang rendah

Tingkat pendidikan ibu

Dukungan keluarga

Lingkungan

Berdasarkan fishbone alternatif kausa serta cara penanggulangan diatas, rendahnya kunjungan pemeriksaan ibu hamil di Papua Barat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :

I.2.1.1. Faktor Metode

a.Sistem perekrutan yang tidak profesional

Sistem perekrutan yang tidak profesional yang dimaksud berhubungan dengan

sedikitnya staf Puskesmasyang ditugaskan di Papua Barat sehingga mengakibatkan staf

Puskesmasyang direkrut kurang kompeten dan terampil sehingga kinerja dan fungsi

pelayanan kesehata pada puskesmas tersebut tidak berjalan maksimal. Hal ini dapat diatasi

dengan sistem seleksi perekrutan staf Puskesmasyang ketat agar dapat menyaring staf

Puskesmas yang terampil dan kompeten.

b. Manajemen puskesmas kurang baik

Sistem manajemen puskesmas yang kurang baik dapat mempengaruhi kunjungan

pasien khususnya ibu hamil ke puskesmas, yang dapat disebabkan oleh oleh faktor

intrinsik yaitu dari manajamen pelayanan terutama yang berhubungan dengan waktu dan

pelayanan petugas kesehatan, dan faktor ekstrinsik yang berkaitan dengan kurangnya

pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan kunjungan ke puskesmas. Hal ini

dapat diatasi dengan memperbaiki manajemen puskesmas dengan tetap memperhatikan

kebutuhan staf Puskesmas, sehingga tercipta suasana kerja yang nyaman dan hasil kerja

yang optimal.

I.2.1.2. Faktor Manusia

Keinginan memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan biasanya disebabkan karena rendahnya

pengetahuan dan pemahaman ibu hamil dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Akses

ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan juga dipengaruhi dengan adanya dukungan suami serta peran

keluarga untuk membawanya ke pelayanan kesehatan disaat timbulnya masalah dalam kehamilan. Dukungan

suami merupakan bentuk peran serta suami dan hubungan baik yang memberi kontribusi penting bagi

kesehatan.

I.2.1.3. Faktor Sarana Dan Prasarana

Salah satu factor yang berpengaruh adalah kurangnya transportasi untuk memfasilitasi masyarakat

ke tempat pelayanan tempat kesehatan disamping itu juga akses jalan yang tidak mendukung. Bila jarak

terlalu jauh dan medan yang sulit ditempuh di papua barat, seperti masih banyaknya jalan yang berupa

tanah dan batu akan mengakibatkan terhambatnya aktifitas masyarakat termasuk dalam hal kesehatan

mengakibatkan masyarakat sulit untuk mencapai Puskesmas terdekat. Hal ini dapat diatasi dengan

kerjasama bersama pemerintah dalam membangun akses jalan dari pemukiman penduduk ke puskesmas,

menambah posyandu dan menyediakan puskesmas keliling. Hal ini dapat diatasi dengan mengadakan

kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk menambah akses jalan ke daerah-daerah terpencil dan

jumlah angkutan umum.

1.2.1.4 Sumber Daya Manusia

a. Gaji pegawai yang tidak sesuai dengan beban kerja

Rendahnya gaji dan penerimaan gaji yang tidak tepat waktu oleh staf Puskesmas

dapat menurunkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh staf Puskesmas. Hal ini dapat

disebabkan karena secara individu merasa pelayanan yang diberikan harus dibayar sesuai

dengan beban kerjanya. Dalam hal ini perlu diadakan pendekatan secara individu kepada

petugas yang bersangkutan dan memberikan pengertian bahwa yang terpenting adalah

memberikan pelayanan sesuai dengan kewajiban sehingga uang bukan menjadi patokan

utama dalam memberikan pelayanan. Selain itu di lain pihak diusahakan adanya

peningkatan gaji sesuai beban kerja, yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan staf

Puskesmas, pemerintah juga perlu memperbaiki sistem kinerja yang optimal dan bisa

meminimalisirkan keterlambatan dalam pembayaran jasa kesehatan tersebut.

b. Kurangnya jumlah staf Puskesmas

Kurangnya jumlah staf Puskesmas akan menimbulkan beban kerja yang semakin

berat. Hal ini akan menyebabkan menurunnya motivasi staf puskesmas untuk bekerja

dengan maksimal. Masalah ini bisa diatasi dengan menambah staf Puskesmas

berkompeten agar dapat bekerja maksimal.

Adanya tenaga kesehatan di Puskesmas kurang kompeten dan kurang profesional. Berdasarkan

skenario yang disebutkan sebelumnya, penyebab kompetensi dan profesionalisme yang kurang pada

petugas kesehatan di puskesmas disebabkan rendahnya motivasi staf puskesmas.

Jika dikaitkan dengan teori Maslow, kemungkinan penyebab rendahnya motivasi petugas

puskesmas pada kasus ini antara lain :

1. Kebutuhan fisiologis

Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok yaitu kebuutuhan sandang, pangan dan

papan. Kebutuhan ini disebut juga kebutuhan yang paling dasar. Bagi seorang petugas kesehatan,

kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah, dan fasilitas lainnya seperti rumah,

kendaraan dan lain-lain adalah kebutuhan yang dasar. Kebutuhan ini menjadi motif dasar dari seseorang

untuk mau bekerja, sehingga menjadi lebih efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi

dalam pekerjaannya, dimana jika ingin memotivasi manusia (petugas) dapat dilakukan dengan cara

memenuhi kebutuhan tersebut. Teori maslow ini beranggapan bahwa seseorang akan memuaskan

kebutuhan yang mendasar terlebih dahulu sebelum mengarahkan perilaku dalam memuaskan kebutuhan

yang lebuh tinggi.

2. Kebutuhan Rasa aman

Manifestasi kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman, jaminan seseorang

dalam kedudukan, jabatan, wewenang, dan tanggung jawabnya sebagai petugas. Seseorang dapat bekerja

dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan

wewenangnya. Dalam arti luas, setiap manusia memerlukan keamanan jiwa dimanapun ia berada,

keamanan akan harta, dan keamanan di tempat pekerjaan pada waktu bekerja.

3. Kebutuhan Kasih Sayang

Manifestasi kebutuhan ini adalah kebutuhan dalam kasih sayang dan bersahabat (kerjasama)

dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Seseorang akan merasa nyaman dengan aktivitas

pekerjaannya apabila lingkungan kerjanya saling mendukung dan saling mengasihi sehingga dapat

meningkatkan semangat untuk bekerja.

4. Kebutuhan Penghargaan

Manifestasi kebutuhan ini adalah kebutuhan akan kedudukan dan promosi di bidang

kepegawaian. Idealnya prestise timbul sebagai akibat prestasi. Meskipun demikian perlu diperhatikan

bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang di dalam organisasi dan masyarakat, semakin tinggi status

dan prestisenya. Dan semakin banyak pula hal yang dipergunakan sebagai simbol statusnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini berarti bahwa setiap manusia ingin mengembangkan kapasitasnya dan ingin

keberadaannya di akui. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan dan

seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang dalam motivasi

kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara cita diri

dan cita pekerjaan untuk dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.

Selain teori motivasi dari Maslow juga terdapat Herzberg’s Two Factors Teory yaitu Teori

Motivasi Dua Faktor atau Teori Motivasi Kesehatan atau Faktor Higienis. Menurut teori ini motivasi

yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih

memerlukan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan.

Ada 3 hal penting berdasarkan penelitian Herzberg yang harus diperhatikan dalam motivasi

bawahan yaitu:

a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang mendatang yang meliputi

perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan

adanya pengakuan atas semuanya itu.

b. Hal-hal yang mengecewakan pekerja adalah terutama faktor yang bersifat mudah saja

pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, dan lain- lain.

c. Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif

pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.

Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua

faktor yang merupakan keperluan, yaitu :

a. Maintenance Faktors

adalah faktor – faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin

memperoleh ketentraman. Keperluan kesehatan ini merupakan keperluan yang berlangsung terus –

menerus, karena keperluan ini akan kembali pada titik asal setelah dipenuhi.

b. Motivation Factors

adalah faktor motivator yang menyangkut keperluan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam

melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang

berkaitan langsung dengan pekerjaan

I.2.1.5. Faktor Lingkungan

a. Mitos yang salah

Daerah terpencil dan keberadaan dukun beranak yang lebih mendominasi kunjungan ibu hamil

daripada petugas kesehatan mengakibatkan kurangnya motivasi petugas kesehatan. Petugas

merasa para ibu hamil lebih memilih melahirkan di dukun karena selain lebih praktis, menurut

kebudayaan masyarakat di Papua Barat, dukun lebih di percaya. Solusinya yaitu mengadakan

kerjasama antara dukun beranak dengan petugas kesehatan. Seperti membagi hasil dari

pertolongan persalinan. Selain itu dapat dilakukan penyuluhan mengenai faktor resiko dari ibu

hamil agar segera dirujuk ke puskesmas terdekat.

b. Keamanan yang kurang kondusif

Adanya gerakan separatis membuat petugas kesehatan merasa tidak aman, terutama bila akan

pergi ke tempat kerja. Hal ini akan membuat motivasi kerja staf Puskesmas akan menurun.

Untuk menyelesaikan masalah ini, dapat bekerja sama dengan pihak kepolisian serta adanya

jaminan keselamatan bagi petugas kesehatan. .

I.3. Alternatitif Penyelesaian Masalah dan Prioritas Pemecahan Masalah yang Dipilih

Melakukan koordinasi yang baik, yaitu koordinasi antara tenaga kesehatan, pamong desa dan

keluarga ibu hamil yang bersangkutan. Sehingga diharapkan bila motivasi petugas kesehatan kurang

masih ada komponen lain yang bisa mendukung pelayanan K4 yamg nantinya bisa mengurangi AKI.

II. RENCANA PROGRAM

Gantt Chart

No. Kegiatan Sasaran Berapa Lama Dilakukan

Volume

1. Lokakarya Petugas

1 hari 1 bulan

sekali

2. Penyuluhan Penduduk 1 hari 1 bulan

sekali

3. Reward Penduduk & petugas

- 3 bulan

sekali

4. Sosialisasi program

kesehatan

5. Survey perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

6. Penilaian strata

posyandu

II.1. Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Masyarakat

II.1.1. Strategi Pelayanan Antenatal

Dalam pengelolaan kesehatan ibu, khususnya dalam operasional pelayanan antenatal, terutama

dalam meningkatkan cakupan K1 murni diperlukan perencanan yang baik, antara lain (Depkes RI, 1994):

a. Pendataan sasaran

Sasaran pelayanan antenatal adalah ibu hamil yang ada di suatu wilayah kerja, dapat diperoleh dengan

pendataan langsung secara aktif oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan kader kesehatan, dukun

bayi dan pamong setempat.

b. Pencatatan data ibu hamil dalam register kohort ibu

c. Penentuan target cakupan pelayanan antenatal

Cakupan pelayanan antenatal ialah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilannya

oleh tenaga kesehatan. Dengan target cakupan ANC yang tinggi dan dengan tingkat mutu pelayanan yang

baik, diharapkan ibu hamil di wilayah kerja (Puskesmas) dapat

terlindung dari bahaya kesakitan dan kematian.

d. Pelaksanaan pelayanan antenatal.

Untuk memperkuat cakupan ANC di masyarakat, kegiatan ini perlu diintegrasikan dan

dikoordinasikan dengan kegiatan lain seperti:

1) Kegiatan puskesmas keliling

2) Kegiatan tim KB keliling

3) Kegiatan perawatan kesehatan masyarakat

4) Kegiatan upaya gizi keluarga

5) Kegiatan posyandu

II.2. Pendekatan Melalui Pengembangan Organisasi

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan

mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat. Tujuan Umum Desa Siaga adalah

terwujudnya desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan diwilayahnya.

Secara khusus, tujuan Desa Siaga adalah

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan

Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan

bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawatdaruratan dan

sebagainya)

Meningkatkan keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat

Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri

dalam bidang kesehatan.

Pemberdayakan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

bidang KIA tersebut adalah upaya untuk memfasiliatsi masyarakat agar saling tolong menolong (dari,

oleh dan untuk masyarakat) jika terjadi kasus gawat darurat terkait kehamilan dan persalinan sehingga

kemampuan dan kemauan masyarakat untuk menolong diri mereka sendiri dalam bidang kesehatan

meningkat. Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan bagian

dari Upaya Pengembangan Program Desa Siaga Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Upaya tolong menolong “dari, oleh dan untuk” masyarakat dalam Pemberdayaan masyarakat

bidang KIA ini mencakup tolong menolong dalam hal pencatatan kejadian kesehatan yang terjadi

dimasyarakat (ibu hamil, kematian ibu, kematian bayi), tolong menolong dalam hal

penyediaan alat transportasi-komunikasi, tolong menolong dalam hal pendanaan sosial, tolong menolong

dalam penyediaan pendonor darah dan tolong menolong dalam penyebaran informasi tentang Keluarga

Berencana.

Agar masyarakat tergerak dan mau mengorganisir dirinya untuk saling tolong menolong

maka diperlukan seorang warga setempat yang mampu untuk memfasilitasi masyarakatnya agar mau dan

mampu menganalisa kondisi kesehatan ibu dan anak yang ada dimasyarakatnya dan dari analisa kondisi

tersebut mereka mau bertindak untuk mengatasinya dengan sumberdaya dan potensi yang mereka miliki

dengan membentuk sistem kesiagaan mereka sendiri. Sistem kesiagaan di tingkat masyarakat terdiri atas

5 sistem yaitu: sistem pencatatan, sistem transportasi-komunikasi, sistem pendanaan sosial, sistem

pendonor darah dan Sistem Informasi KB.

Pembentukan sistem kesiagaan tersebut difasilitasi oleh salah seorang warga setempat dan untuk

meningkatkan kemampuan warga tersebut dalam memfasilitasi masyarakatnya maka

mereka akan dilatih dalam suatu pelatihan. Karena itu pelatihan ini tidak hanya proses memfasilitasi

peserta latih agar mampu mengorganisisir masyarakatnya dalam membentuk sistem kesiagaan tetapi juga

memfasilitasi peserta pelatihan untuk menyusun panduan yang

akan dipakai dalam pengorganisasian masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan di masyarakatnya

setelah selesai mengikuti pelatihan ini.

Modul Pelatihan adalah program pelatihan untuk melatih salah satu warga desa yang berperan

memfasilitasi masyarakatnya dalam membentuk sistem kesiagaan di masyarakat sebagai bentuk

pengorganisasian masyarakat. Modul pelatihan ini merupakan salah satu dari paket alat bantu

Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak.

II.3. Pendekatan Melalui Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Pendekatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam mengatasi rendahnya k4 rendahnya motivasi

staf puskesma.

Penyuluhan sebaiknya dilaksanakan dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan agama, serta

direncanakan pada waktu tertentu, misalnya satu bulan sekali pada saat posyandu. Dalam penyuluhan

dikemas dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh responden, yaitu ibu-ibu hamil. Dan perlu

diadakannya pelatihan khusus bagi tenaga kesehatan dan para kader agar dapat memberikan informasi

yang tepat dan mampu menjalin komunikasi yang baik sehingga timbul kepercayaan para ibu untuk

memeriksakan kehamilannya. Sosialisasi yang baik juga diperlukan dalam mensukseskan program ini,

yaitu dengan upaya-upaya promosi dan penyajian penyuluhan yang menarik perhatian para ibu.

Selain untuk meningkatkan ketertarikan para ibu dalam mengikuti program k4 ini, juga perlu

diperhatikan bagi tenaga-tenaga kesehatan dan para kader agar dapat memiliki semangat dalam

memberikan informasi dan menjalankan promosi serta penyuluhan mengenai k4 itu sendiri, misalnya

dengan memberikan penghasilan tambahan apabila mampu menghadirkan sejumlah orang dalam

penyuluhan, atau memberikan konsumsi dan transportasi tersendiri bagi tenaga kesehatan dan para kader

dalam menyelenggarakan penyuluhan, serta tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung seperti

ruangan yang nyaman dan peralatan pendukung penyuluhan yang baik.

Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan dan para kader akan lebih bersemangat untuk

melaksanakan penyuluhan dan memberikan energi positif bagi ibu-ibu hamil sehingga para ibu juga

merasakan pentingnya K4 itu sendiri dan mulai merasa membutuhkan pemeriksaan kehamilan sehingga

rendahnya K4 dapat diatasi. Setelah ibu-ibu hamil yang mengikuti penyuluhan merasa membutuhkan

pemeriksaan K4 itu, diharapkan mereka dapat memberikan informasi dan mengajak rekan-rekan ibu

hamil lainnya agar turut memeriksakan kehamilannya dan cakupan K4 diharapkan semakin meningkat.

II.4. Pendekatan Melalui Konsep Pencegahan

Pendekatan yang dilakukan melalui konsep pencegahan dilakukan untuk meningkatkan K4 dan

motivasi petugas kesehatan. Salah satu penyebab rendahnya K4 disebabkan oleh kurangnya motivasi

dari petugas kesehatan. Hal ini dapat dicegah dengan memecahkan pokok permasalahan yang ada

berdasarkan konsep teori maslow dan hezberg. Para petugas kesehatan selayaknya dipenuhi kebutuhan

berdasarkan konsep teori tersebut, seperti contoh kebutuhan dasar pokok harus terpenuhi. Kebutuhan

akan sandang, pangan dan pakan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi. Kebutuhan

ini menjadi motif dasar untuk setiap orang agar dapat lebih efektif dalam bekerja, sehingga jika ingin

meningkatkan motivasi petugas harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan-kebutuhan lain

yang meliputi keamanan dan kasih sayang juga harus dipenuhi setelah kebutuhan dasar. Kebutuhan ini

akan menempatkan para petugas kesehatan dalam tempat dan situasi yang nyaman dalam bekerja,

sehingga dengan ini diharapkan dapat menambah efektivitas petugas dalam bekerja dan meningkatkan

produktivitas mereka dalam pekerjaan .

Kebutuhan penghargaan juga berperan penting, dengan memberikan penghargaan, promosi dan

kedudukan juga dapat memberikan lambing prestise tersendiri sehinggan dapat meningkatkan motivasi

bagi petugas kesehatan. Program yang dapat dibentuk seperti pemberian bonus, penghasilan tambahan,

meningkatkan tarif kesejahteraan untuk petugas, lingkungan yang mendukung di tempat bekerja dan

promosi jabatan dapat dilaksanakan. Dengan melakukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan motivasi petugas kesehatan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja

petugas di lapangan sehingga tujuan untuk dapat memecahkan masalah rendahnya K4 dapat terwujud.

III. REKOMENDASI / SARAN

Untuk meningkatkan pelayanan di bidang K4 khususnya yang disebabkan karena kurangnya motivasi

dari tenaga kesehatan dapat dilakukan melaui ;

1. Pelatihan tenaga kesehatan

2. Pemberian sarana dan prasarana yang memadai bagi tenaga kesehatan

3. Peningkatan fasilitas kejetahteraan tenaga kesehatan

4. Pemberian penghargaan baik secara material maupun nonmaterial