fmea jurnal

Upload: azryalqadry

Post on 10-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FMEA

TRANSCRIPT

  • Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects

    Analysis (M.Darul Kutni ) 1

    PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI PRODUK CACAT SIT ASAP MENGGUNAKAN METODE

    FAILURE MODE AND EFFECTS ANALYSIS

    M.Darul Kutni

    Mahasiswa Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12, Palembang

    e-mail : [email protected]

    Abstract : PT Sunan Rubber is one in the city of Palembang rubber company that manufactures and crum rubber sheet in the production of smoke which could not be separated from the quality control is still not running perfectly. On research conducted in PT Sunan Rubber discusses the problems that occurred in the quality control system resulting in less run production by a number of defects that conducted this research because of quality control methods using Failure Mode And Effects Analysis (FMEA). before performing quality control using the FMEA method, first consider the potential failure of the rubber sheet to determine the value of severity, Occurrence and Detection as well as the value of RPN RPN after finding the highest value is 343 then take action anticipation after taking action and implementing new anticipation of hasi; implementation baruhlah nilanya gained 2.4% and then compare the values before and after the implementation of the value of production failure or defect down

    Keywords: quality control, FMEA, Defect

    Abstrak :. PT Sunan Rubber adalah Salah satu perusahaan karet di kota palembang yang memproduksi crum rubber dan sit asap yang dalam produksinya tak lepas dari pengendalian kualitas yang masih belum berjalan dengan sempurna dikarnakan berbagai faktor yang menyebabkan cacat produksi .pada penelitian yang dilakukan di PT Sunan Rubber membahas tentang permasalahan yang terjadi pada sistem pengendalian kualitas yang kurang berjalan dengan maksimal yang mengakibatkan banyaknya cacat produksi oleh karna itu dilakukanlah penelitian tentang pengendalian kualitas mengunakan metode Failure Mode And Effects Analysis (FMEA). sebelum melakukan pengendalian kualitas dengan menggunakan metode FMEA,terlebih dahulu diperhatikan kegagalan karet sit dengan menentukan nilai severity, Occurrence dan Detection serta nilai RPN setelah menemukan nilai RPN yang paling tinggi yaitu 343 barulah melakukan tindakan antisipasi setelah melakukan tindakan antisipasi baru melakukan implementasi dan dari hasi; implementasi baruhlah didapat nilanya yaitu 2,4% lalu bandingkan nilai implementasi sebelum dan sesudah maka nilai kegagalan produksi atau cacatnya turun

    Kata kunci: pengendalian kualitas ,FMEA, Defect

    1. PENDAHULUAN

    Perkembangan dunia industri saat ini semakin

    pesat sehingga harus diiringi dengan

    perkembangan kualitas yang menuntut

    perusahaan untuk selalu menghasilkan sesuatu

    yang benar-benar berkualitas. Pada mulanya

    sistem untuk memonitor dan memanage

    kualitas hanya berupa pengukuran saja

    (inspection), yang pada akhirnya banyak

    mengalami perkembangan sehingga dikenal

    dengan sistem pengendalian kualitas (quality

    control).

    Pengendalian kualitas merupakan salah satu

    kegiatan yang sangat erat kaitannya dalam

    proses produksi, dimana pada pengendalian

    kualitas dilakukan serangkaian kegiatan berupa

  • 2 Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects Analysis (M.Darul Kutni )

    pemeriksaan atau pengujian terhadap

    karakteristik kualitas yang dimiliki oleh

    produk. tuntutan terhadap kualitas produk ini

    dari dahulu hingga sekarang mengalami

    perubahan, yang pada awalnya kualitas suatu

    produk tidak diperhatikan kini menjadi hal

    yang sangat utama.kegiatan pengendalian

    kualitas memiliki suatu tujuan utama yaitu

    untuk kepuasan para konsumen, maka tentunya

    kualitas produk tersebut harus selalu memenuhi

    standar kualitas atau sesuai dengan spesifikasi

    yang sudah ditetapkan serta didukung dengan

    keahlian yang handal terhadap sistem

    pengendalian kualitas.

    PT. Sunan Rubber adalah perusahaan karet

    yang berdiri pada tahun 1987 yang mengelolah

    latek karet menjadi karet setenga jadi yang

    mana karet setenga jadi itu adalah crum rubber

    dan sit asap

    Proses produksi karet sit asap bersifat flow shop

    yaitu proses dilakukan dari satu mesin ke mesin

    yang lainya secara berurutan, dimana tahapan

    prosesnyapengenceran,pembekuan,

    penggilingan,pengasapan dan sortasi yang akan

    dijelas kan secar rinci pada Bab IV dari kelima

    proses ini sering terjadi kegagalan produk seperti

    karet sit yang terlalu lunak warna yang tidak

    seragam dan gelembung gas pada karet sit asap

    Berdasarkan permasalahan diatas maka

    dilakukanlah penelitian dengan metode FMEA,

    dimana pengertian metode FMEA yaitu suatu

    prosedur untuk mengindetifikasi dan mencegah

    kegagalan produk sehingga output dari suatu

    produksi dapat sesuai dengan keinginan

    perusahaan. karna itu peneliti melakukan

    penelitian dengan judul analisa pengendalian

    kualitas untuk mengurangi produk cacat

    menggunakan metode FMEA dimana metode

    FMEA merupakan metode yang digunakan

    untuk menganalisa bentuk kegagalan dan akibat

    kegagalan dari proses produksi.

    Agar penelitian ini lebih terarah maka

    dibuatlah tujuan penelitian sebagai berikut:

    . 1. Menentukan jenis kecacatan pada karet sit asap

    2. Menentukan faktor penyebab kecacatan pada

    karet sit asap

    2. METODOLOGI PENELITIAN

    Lokasi Penelitian

    penelitian dilakukan di Perusahaan

    PT Sunan Rubber Palembang yang berada di

    Jl. pangeran Kecamatan Gandus Palembang.

    .

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dan pengambilan data

    dilakukan pada bagian produksi di PT Sunan

    Rubber bulan juli tahun 2013.

    Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah :

    1. Data Primer adalah data yang diperoleh

    dari pengamatan dan penelitian secara langsung

    dilapangan,yaitu hasil produksi karet sit

    asap,proses produksi karet sita asap.

    2. Data Sekunder adalah data yang

    diperoleh dari literatur-literatur dan referensi

    yang berhubungan dengan masalah yang

    dibahas, yaitu jumlah cacat produksi karet sit

    asap,data penyebab kegagalan produksi karet sip

    asap

  • Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects

    Analysis (M.Darul Kutni ) 3

    Diagram Metode Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan secara

    bertahap. Adapun langkah-langkah diagram

    metode penelitian dapat dilihat seperti pada

    gambar dibawah ini

    Gambar 3.1 Diagram Metode Penelitian

    3. HASIL DAN BAHASAN

    Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan oleh penulis

    selama melakukan penelitian pada PT.Sunan

    Rubber adalah data proses produksi karet sit

    asap dari awal sampai akhir Data jumlah cacat

    produksi karet sit asap .

    Data jumlah cacat karet sit asap perbulan

    dari total produksi yaitu

    Jenis Cacat Jumlah Cacat rubber smoke sheet (rss)perbulan

    Total

    jan feb mar april mei juni

    Memasukan bahan baku

    100 100 200 200 100 100 800

    Pengenceran 200 200 100 100 100 100 800

    Pembekuan 100 300 100 200 100 100 900

    Penggilingan 200 100 100 300 200 100 1000

    Pengasapan 100 100 200 200 100 100 700

    sortasi 20 20 60 40 40 20 200

    Tabel 4.1 Data Kegagalan Karet Sit Asap

    Setelah melakukan pengumpulan data tahap

    selanjutnya mentukan nila severity,

    Occurrence,detection

    Nilai severity diperoleh melalui penilaian dari

    pihak perusahaan terhadap dampak dan

    gangguan yang di timbulkan dari potensi

    kegagalan bila terjadi pada proses produksi

    ,berdasarkan penilaian yang di berikan oleh

    pihak perusahaan kemudian di sesuaikan dengan

    parameter dapat dilihat pada Tabel (Hariadi

    ,2007 :50-53)

    Tabel 4.2 Nilai Severity No Fungsi

    proses Potential failure mode

    Potential failure effect

    severity

    keterangan

    1 Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    Cacat pada pengenceran

    7 Gangguan terjadi saat penerimaan bahan baku

    2 Pengenceran

    Pengenceran karet tidak seragam

    Cacat pada pembekuan

    7 Gangguan terjadi pada lini produksi

    3 Pembekuan Pembekuan tidak merata

    Cacat pada penggilingan

    6 Gangguan terjadi pada lini produksi

    4 Penggilingan

    Kadar air masi ada

    Cacat pada penggilingan

    7 Gangguan terjadi pada lini produksi

    5 pengasapan Timbulnya jamur pada permukaan

    Cacat pada sortasi

    6 Gangguan terjadi pada lini produksi

    6 sortasi Gelumbeung udara pada sit

    Cacat cutting

    7 Gangguan terjadi pada lini produksi

    Berdasarkan pada nilai severity fungsi proses

    yaitu memasukan bahan baku,pengenceran

    penggilingan dan sortasi menyatakan bahwa

    produk harus dipilah.sedangkan pada proses

    pembekuan dan pengasapan menyatakan bahwa

    produk harus dikerjakan ulang, nilai severity

    dapat ditentukan melalui nilai ratting

    Nilai Occurrence merupakan perbandingan

    antara jumlah cacat dengan nilai total output

    pada masing-masing fungsi proses,penilaian

  • 4 Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects Analysis (M.Darul Kutni )

    tersebut bersifat kuantitatif berdasar pada data

    pengamatan langsung keperusahaan hasil

    perbandingan tersebut merupakan perhitungan

    dari posible failure rate ,nilai dari posible failure

    rate dijadikan acuan untuk menentukan nilai

    Occurrence menggunakan nilai interpolasi

    disesuakan dengan parameter (Hariadi, 2007 :55-

    57).

    Tabel 4.3 Nilai Occurrence No

    Fungsi proses

    Potential failure mode

    Potential failure effect

    jumlah Total output

    Posible failure rate

    Nilai interpolasi

    occurrence

    1 Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    Cacat paada pengenceran

    800 25000 1:31,2 6.80 7

    2 Pengenceran Pengenceran karet tidak seragam

    Cacat pada pembekuan

    800 25000 1:31,25 6.80 7

    3 Pembekuan Pembekuan tidak merata

    Cacat pada penggilingan

    900 25000 1:27,77 6,91 7

    4 Penggilingan

    Kadar air masi ada

    Cacat pada penggilingan

    1000 25000 1:25 6,93 7

    5 pengasapan Timbulnya jamur pada permukaan

    Cacat pada sortasi

    700 25000 1:35,71 6,75 7

    6 sortasi Gelumbeung udara pada sit

    Cacat cutting

    200 25000 1:125 6,40 7

    Berdasarkan pada nilai Occurrence

    fungsi proses yaitu memasukan bahan

    baku,pengenceran ,pembekuan, penggilingan dan

    pengasapan menyatakan bahwa sangat

    tinggi,sedangkan pada sortasi menyatakan

    kegagailan hampir tidak bisa dihindari

    Berikut merupakan perhitungan nilai

    interpolasi dengan menggunakan nilai posible

    failure rate untuk mendapatkan nilai occurrence,

    untuk mencari nilai occurrence telah ditentukan

    terlebih dahulu nilai batas atas dan bawah pada

    occurrence yang telah ditentukan oleh

    perusahaan.

    1. Memasukan bahan baku

    2. Pengenceran

    =

  • Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects

    Analysis (M.Darul Kutni ) 5

    6,80 = 7

    Nilai Detection merupakan kemampuan untuk

    mendektesi potensi dari kegagalan yang dapat

    terjadi pada proses produksi ,nilai tersebut di

    peroleh melalui pengolahan terhadap data

    pengamatan langsung pada bulan juni terhadap

    sistem pengukuran sit dengan suatu parameter

    tertentu dimana pengolahan tersebut dilakukan

    untuk mengetahui kemampuan dari sistem

    pengukuran pada proses produksi,dapat dilihat

    pada parameter Tabel 4.4 (Hariadi, 2007 :58-60)

    Tabel 4.4 Detection

    No

    Fungsi proses

    Potential failure mode

    %

    R&R

    %

    Repeata Bility

    %

    Reproduci Bility

    N Detection

    1 Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    46,38

    43,85 15,09 2 6

    2 Pengenceran

    Pengenceran karet tidak seragam

    24,02

    24,08 9,01 2 7

    3 Pembekuan

    Pembekuan tidak merata

    29,86

    23,62 18,27 4 5

    4 Penggilingan

    Kadar air masi ada

    30,11

    29,90 19,01 4 4

    5 pengasapan

    Timbulnya jamur pada permukaan

    30,54

    24,78 26,18 5 6

    6 sortasi Gelumbeung udara pada sit

    35,25

    34,74 22,12 6 6

    Pada Tabel 4.4 nilai Repeata Bility and

    Reproduci Bility(R&R), Repeata Bility

    Reproduci Bility adalah nilai yang telah menjadi

    ketentuan dari perusahaan dibagian produksi

    sedangkan nilai N dan Detection nilai yang telah

    ditentukan

    Berdasarkan hasil pengolahan yang

    dilakukan untuk mencari nilai

    severity,occurrence,detection maka dapat

    digunakan untuk menentukan nilai RPN,nilai

    RPN merupakan hasil perkalian dari

    severity,occurrence,detection,

    ( Fajar Hariadi.M 2007)

  • 6 Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects Analysis (M.Darul Kutni )

    Tabel 4.5 Nilai RPN

    Contoh untuk mencari nilai RPN yaitu dengan

    mengunakan rumus

    RPN=

    RPN=

    RPN=294

    Setelah melakukan tahap pengumpulan

    data dan pengolahan data maka tahap selanjutnya

    adalah analisa dan interpretasi,pada tahap ini

    dilakukan pengurutan pada nilai (RPN) yang

    mana akan dijadikan suatu pertimbangan untuk

    melakukan upaya perbaikan cacat produksi

    Nilai RPN yang telah didapat nantinya akan

    diurutkan berdasarkan fungsi proses yang

    memiliki nilai RPN yang terbesar sampai yang

    terkecil urutan nilai RPN

    No Fungsi proses

    Potential failure mode

    Severity

    Occurrence

    Detection

    RPN

    1 Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    7 7 6 294

    2 Pengenceran Pengenceran karet tidak seragam

    7 7 7 343

    3 Pembekuan Pembekuan tidak merata

    6 7 7 210

    4 Penggilingan Kadar air masi ada

    7 7 4 196

    5 pengasapan Timbulnya jamur pada permukaan

    6 7 4 252

    6 sortasi Gelumbeung udara pada sit

    7 6 6 252

  • Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects

    Analysis (M.Darul Kutni ) 7

    Tabel 4.6 Urutan Nilai RPN

    No Fungsi proses Potential failure mode

    Severity

    Occurrence

    Detection

    RPN

    1 Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    7 7 6 343

    2 Pengenceran Pengenceran karet tidak seragam

    7 7 7 294

    3 Pembekuan Pembekuan tidak merata

    6 7 7 252

    4 Penggilingan Kadar air masi ada

    7 7 4 252

    5 pengasapan Timbulnya jamur pada permukaan

    6 7 4 210

    6 sortasi Gelumbeung udara pada sit

    7 6 6 196

    Berdasarkan pengurutan nilai RPN dapat

    dilihat bahwa proses pengenceran dengan bentuk

    kegagalan potensial berupa pengenceran karet sit

    tidak seragam. tidak sesuai dengan spesifikasi

    memiliki nilai RPN yang terbesar , hal ini

    menandakan bahwa pada proses pengenceran

    memiliki potensi kegagalan yang paling besar

    ,sehingga pada fungsi proses harus deberi

    perhatian lebih

    Tindakan antisipasi

    Cacat merupakan permasalahan utama

    yang harus dihadapi oleh perusahaan terutama

    pada proses produksi dalam perusahaan oleh

    karna itu perusahaan selalu berupaya untuk

    mencari penyebab kegagalan utama dan

    memberikan solusi untuk melakukan perbaikan

    pada proses yang memiliki bentuk kegagalan

    yang potensial,dengan mengetahui penyebab

    kegagalan dan mengimplimentasikan solusi yang

    telah dibuat oleh penulis tentunya telah

    mendapat persetujuan dari perusahaan,dari hasil

    rekomendasi jumlah cacat yang terjadi pada

    proses produksi dapat semakin berkurang dan

    tentunya akan memberi dampak yang positif bagi

    perusahaan

    Dari tabel 4.6 telah diurutkan nilai RPN dari

    mulai yang tertinggi sampai nilai yang terendah

    dengan pengurutan tersebut akan memberikan

    kemudahan dalam menentukan fungsi proses

    mana yang perlu implimentasikan ,perusahaan

    telah menetapkan bahwa bentuk kegagalan

    potensial yang memiliki nilai RPN diatas nilai

    250 sudah dikatagorikan tinggi hal ini

    disebabkan karna jumlah cacat yang dihasilkan

    pada masing-masing fungsi proses banyak dan

    dampak yang akan terjadi besar jika fungsi

    proses tidak dijalankan dengan benar sehingga

    potensi kegagalan yang akan terjadi semakin

    besar terdapat empat bentuk kegagalan yang

    potensial yang perlu mendapatkan perhatian

    lebih untuk dilakukan perbaikan,

  • 8 Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects Analysis (M.Darul Kutni )

    Tabel 4.7 tindakan antisipasi

    No Fungsi proses Potential failure mode

    Potential failure effect

    Potential cause Recomended action

    1. Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    cacat pada pengenceran

    operator tidak teliti saat melakukan penyaringan

    sehingga pasir dan kotoran lainya ikut tercampur sehingga mempengarui proses pengenceran

    memberikan standar pengawasan yang lebih ketat saat memasukan bahan baku

    bahan baku

    2. Pengenceran Pengenceran karet tidak seragam

    Cacat pada pembekuan

    Kesalahan terjadi dikarnakan kadar air untuk proses pengenceran memiliki kadar logam yang melebihi batas standar

    Harus sering melakukan pengujian terhadap standar air yang digunakan untuk proses pengenceran

    3. Pembekuan Pembekuan tidak merata

    Cacat pada penggilingan

    Perbandingan lateks air dan asam semut tidak sesuai

    Operator harus sering melakukan uji perbandingan lateks,air,dan asam semut

    4. Penggilingan Kadar air masi ada

    Cacat pada pengasapan

    Waktu penirisan terlalu cepat

    Waktu penirisan harus sesuai dengan tepat agar kadar air dalam sit tidak ada

    5. pengasapan Timbulnya jamur pada permukaan

    Cacat pada sortasi

    Pada waktu pengasapan waktunya terlalu lama sehingga mengakibatkan warna karet sit tidak sesuai yang di inginkan serta munculnya jamu pada sit asap.

    Melakukan seting waktu yang tepat saat melakukan proses pengasapan untuk menghindari timbulnya jamurpada sit

    6

    sortasi Gelumbeung udara pada sit

    Cacat cutting Saat melakukan sortasi masih ada cacat dikarnakan operator tidak teliti sehingga dilakukan pengguntingan sit atau cutting

    Seluru operator produksi sit asap harus melakukan pengawasan mutu dari awal proses sampai akhir proses sehingg saat melakukan sortasi sit tidak ada yang cacat

  • Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects

    Analysis (M.Darul Kutni ) 9

    Usulan perbaikan yang diberikan pada setiap

    bentuk kegagalan potensial yang ada di harapkan

    dapat memberi masukan bagi perusahaan dan

    tentunya akan memberikan hasil positif untuk

    mengurangi cacat ,setiap usulan perbaikan yang

    telah di berikan akan bertujuan untuk menurun

    setiap jenis cacat yang terjadi pada proses

    produksi sit asap ,setiap usulan perbaikan yang

    di berikan tidak semuanya bisa di aplikasikan

    dalam proses produksi dikarnakan perlu adanya

    kebijakan dan pertimbangan dari perusahaan

    untuk mewujudkan usulan perbaikan tersebut

    Setiap rekomendasi usulan perbaikan

    tentunya akan di pikirkan baik- baik

    perusahaan ,sudah menjadi prioritas bagi

    perusahaan apabila rekomendasi usulan

    perbaikan harus ditinjau juga dari segi biaya

    yang dikeluarkan oleh perusahaan.perusahaan

    tidak akan mengeluarkan biaya yang besar untuk

    mengatasi cacat produksi apabila hasil yang

    didapat setelah melakukan pengujian tersubut

    hasil penurunan cacat tidak menunjukan

    perubahan yang singnifikan

    Tindakan yang dilakukan dalam

    menurunkan jumlah cacat lebih di utamakan

    pada setiap bentuk kegagalan potensial yang

    sering terjadi berulang kali ,sampai pada bentuk

    kegagalan potensial yang sering terjadi ,karna

    setiap bentuk kegagalan yang terjadi memiliki

    bentuk kegagalan potensial yang lebi besar bagi

    perusahaan dari pada bentuk kegagalan yang

    jarang terjadi .

    Perusahaan mengharapkan terjadinya

    penurunan cacat secara signifikan melalui

    rekomendasi usulan perbaikan yang ada ,dilain

    sisi perusahaan juga tidak dapat melakukan

    implementasi dari seluru rekomendasi tindakan

    antisipasi tersebut mengingat beberapa

    pertimbangan yang sudah dijabarkan

    diatas,dimana perusahaan tersebut belem

    mengetahui berapa besar tingkat cacat yang

    dapat diturunkan melalui implementasi

    rekomendasi tindakan antisipasi dengan besarnya

    usaha yang dilakukan (. Susilo dkk, 2010).

    Perbedaan dari kondisi sebelum dan sesudah

    implementasi rekomendasi tindakan

    antisipasi

    implementasi merupakan suatu tindakan yang

    dilakukan untuk mewujudkan hasil usulan

    perbaikan dimana nantinya hasil dari tahap

    implementasi ini akan dijadikan sebagai

    pembanding dengan kondisi proses sebelum

    implementasi untuk mengetahui jumlah cacat

    yang dihasilkan namun perbandingan tersebut

    hanya dapat dilihat pada fungsi proses yang

    memiliki kegagalan yang potensial.

  • 10 Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects Analysis (M.Darul Kutni )

    Tabel 4.8 Jumlah cacat sebelum implementasi

    No Fungsi proses Potential failure mode

    Potential failure effect

    Jumlah cacat

    (a)

    Total output (b)

    %cacat

    ( )

    1 Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    cacat pada pengenceran

    800 25000

    3,2

    2 Pengenceran Pengenceran karet tidak seragam

    Cacat pada pembekuan

    800 25000 3,2

    3 Pembekuan Pembekuan tidak merata

    Cacat pada penggilingan

    900 25000 3,6

    4 Penggilingan Kadar air masi ada

    Cacat pada pengasapan

    1000 25000 4

    5 pengasapan Timbulnya jamur pada permukaan

    Cacat pada sortasi

    700 25000 2,8

    6 sortasi Gelumbeung udara pada sit

    Cacat cutting

    200 25000 0,8

    Tabel 4.9 Jumlah Cacat Sesudah Implementasi No Fungsi

    proses Potential failure mode

    Potential failure effect

    Jumlah cacat

    (a)

    Total output (b)

    % cacat

    1 Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    cacat pada pengenceran

    600 25000

    2,4

    2 Pengenceran Pengenceran karet tidak seragam

    Cacat pada pembekuan

    700 25000 2,8

    3 Pembekuan Pembekuan tidak merata

    Cacat pada penggilingan

    700 25000 2,8

    4 Penggilingan Kadar air masi ada

    Cacat pada pengasapan

    600 25000 2,4

    5 pengasapan Timbulnya jamur pada permukaan

    Cacat pada sortasi

    500 25000 2

    6 sortasi Gelumbeung udara pada sit

    Cacat cutting 100 25000 0,4

    Berdasarkan pada Tabel 4.9 jumlah cacat

    sesudah melakukan implementasi mengalami

    penurunan

  • Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects

    Analysis (M.Darul Kutni ) 11

    Selisih cacat setelah melakukaan tindakan

    implementasi

    Setelah jumlah cacat menurun sesudah

    melakukan tindakan implimentasi maka bisa

    dikatagorikan jumlah cacat sudah mendekati

    stabil oleh karna itu kita harus melihat besarnya

    selesih sebelum dan sesudah melakukan

    implementasi

    Tabel 4.10 Selisih Cacat Sebelum Dan Sesudah Implementasi No Fungsi

    proses Potential failure mode

    Potential failure effect

    % sebelum implementasi (a)

    % sesudah implementasi (b)

    % selesih (a-b)

    1 Memasukan baham baku

    kotoran masi ada yang tidak tersaring

    cacat pada pengenceran

    3,2 2,4 0,8

    2 Pengenceran Pengenceran karet tidak seragam

    Cacat pada pembekuan

    3,2 2,8 0,4

    3 Pembekuan Pembekuan tidak merata

    Cacat pada penggilingan

    3,6 2,8 0,8

    4 Penggilingan Kadar air masi ada

    Cacat pada pengasapan

    4 2,4 0,8

    5 pengasapan Timbulnya jamur pada permukaan

    Cacat pada sortasi

    2,8 2 1,6

    6 sortasi Gelumbung udara pada sit

    Cacat cutting

    0,8 0,4 0,4

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa

    pada semua fungsi proses mengalami penurunan

    tingkat cacat ,penurunan tingkat cacat terbesar

    terdapat pada fungsi proses penggilingan dengan

    cacat pada pengasapan yaitu sebesar 1,6%

    kemudian funsgsi proses memasukan bahan baku

    dengan cacat pada pengenceran sebesar 0,8%

    ,fungsi proses pembekuan dengan cacat pada

    penggilingan sebesar 0,8% ,fungsi proses pada

    pengasapan dengan cacat saat melakukan sortasi

    sebesar 0,8%,fungsi proses pada pengenceran

    dengan cacat pada pembekuan 0,4% dan fungsi

    proses pada sortasi dengan cacat pada cutting

    sebesar 0,4%

    Setelah tingkat cacat pada karet sit asap

    menurun setelah melakukan tindakan

    implementasi, tingkat penurunan cacat yang

    paling besar ada di fungsi proses

    penggilingan yang cacatnya mempengaruhi pada

    proses pengasapan yaitu sebesar 1,6%

    Diagram Fishbone

    Diagram ini disebut juga dengan diagram

    tulang ikan karena bentuknya seperti ikan.

    Selain itu disebut juga dengan diagram

    Ishikawa berasal dari Jepang. Diagram ini

    digunakan bertujuan untuk menganalisa dan

    menemukan faktor-faktor penyebab cacat

    produk yang terjadi pada proses produksi sit

    asap.diagram ini juga berpengaruh secara

    signifikan dalam menentukan karakteristik

    kualitas mutu produksi sit asap serta dapat

    mencari penyebab-

    enyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah.

    penyebab utama yang signifikan yang perlu

  • 12 Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects Analysis (M.Darul Kutni )

    diperhatikan yaitu metode kerja, mesin /

    peralatan lain, bahan baku, manusia dan faktor

    lingkungan

    Gambar 4.1 Diagram Fishbon

    Analisis Diagram Fishbone

    Mencari penyebab utama yang signifikan dalam

    produksi sit asap yaitu

    1. Manusia

    penyebab yang sering terjadi pada cacatnya karet

    sit asap yaitu operator kurang disiplin yang

    disebabkan oleh perasaan jenu tetapi bisa juga

    dikarnakan operator kurang terampil dalam

    bekerja yang mengakibatkan kelalaian saat

    pemasukan bahan baku sehingga bahan baku

    tidak sesuai.

    2. Bahan Baku.

    Pada saat pemasukan bahan baku operator tidak

    teliti saat memasukan bahan baku sehingga

    bahan baku yang di butukan tidak sesuai standar

    yang disebabkan oleh bahan baku dan kelalaian

    operator yang mengakibatkan proses produksi

    terganggu

    3. Metode Kerja

    Metode kerja yang sudah diterapkan oleh

    perusahaan tidak dilakukan dengan benar yang

    disebabkan oleh minimnya pengawasan terhadap

    kinerja karyawan yang mengakibatkan

    terganggunya proses produksi

    4. Mesin

    perawatan mesin diabaikan yang disebabkan

    oleh minimnya pengetahuantentang mesin yang

    mengakibatkan mesin menjadi terganggu

    5. Lingkungan

    Kuranganya perawatan lingkungan didalam

    pabrik yang disebabkan oleh kurang

    mementingkan kebersihan menyebabkan udara

    pabrik menjadi kotor

    4. SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan pengolahan data yang telah

    dilakukan setelah melakukan implementasi

    sebagai usaha untuk menurunkan jumalah

    tingkat cacat dengan menggunakan metode

    FMEA maka dapat diambil kesimpulan dan

    saran yang diharapkan dapat menjadi masukan

    untuk perusahaan yaitu

    Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka

    dapat disimpulkan bahwa

    1. jenis kegagalan produksi karet sit asap

    yang terjadi yaitu

    A. Kotoran masi tidak tersaring

    B. Pengenceran tidak seragam

    C. Pembekuan tidak merata

    D. Kadar air masi ada

    E. Timbulnya jamur pada sit

    F. Gelumbung udara pada sit

  • Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat Sit Asap Menggunakan Metode Failure Mode And Effects

    Analysis (M.Darul Kutni ) 13

    2. Faktor penyebab terjadinya kegagalan

    produksi ada 5 faktor yang didapat dari diagram

    fishbone yaitu

    A.Manusia

    penyebab yang sering terjadi pada cacatnya karet

    sit asap yaitu operator kurang disiplin yang

    disebabkan oleh perasaan jenu tetapi bisa juga

    dikarnakan operator kurang terampil dalam

    bekerja yang mengakibatkan kelalaian saat

    pemasukan bahan baku sehingga bahan baku

    tidak sesuai.

    B Bahan Baku.

    Pada saat pemasukan bahan baku operator tidak

    teliti saat memasukan bahan baku sehingga

    bahan baku yang di butukan tidak sesuai standar

    yang disebabkan oleh bahan baku dan kelalaian

    operator yang mengakibatkan proses produksi

    terganggu

    C Metode Kerja

    Metode kerja yang sudah diterapkan oleh

    perusahaan tidak dilakukan dengan benar yang

    disebabkan oleh minimnya pengawasan terhadap

    kinerja karyawan yang mengakibatkan

    terganggunya proses produksi

    D Mesin

    perawatan mesin diabaikan yang disebabkan

    oleh minimnya pengetahuan tentang mesin yang

    mengakibatkan mesin menjadi terganggu

    E Lingkungan

    Kuranganya perawatan lingkungan didalam

    pabrik yang disebabkan oleh kurang

    mementingkan kebersihan menyebabkan udara

    pabrik menjadi kotor

    Saran Saran yang dapat digunakan berkaitan

    dengan penelitian yang telah dilakukan adalah

    A. Diharapkan perusahaan untuk segera

    melakukan tindakan pencegahan pada tiap

    bagian produksi untuk mencega terjadinya cacat

    produk

    B. Untuk seterusnya diharapkan perusahaan

    melakukan tindakan implementasi secara total

    DAFTAR RUJUKAN

    Fajar Hariadi ,M, (2007), jurnal Upaya

    Menurunkan Jumlah Cacat Pada Mesin

    Dual Daptc 611 Dengan Menggunakan

    Metode Fmea PT. Filtrona Indonesia, Vol.

    7 No. 4. Hlm 50-66.

    Ishikawa,kaouru.,2010 Cause and Effect

    Diagram termuat dalam www.fishbone-

    kaoru-ishikawa-sebagai-alat-pengendali-

    mutu.com, diakses 19 april 2013

    Leo J. Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen

    Risiko berbasis ISO 31000 untuk industri

    non perbankan termuat dalam www.9

    langkah lakukan fmea.com diakses 11 juni

    2013