formulasi sabun padat bentonit dengan variasi...

106
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM STEARAT DAN NATRIUM LAURIL SULFAT SKRIPSI MAULIANA 1112102000091 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2016

Upload: truongdan

Post on 09-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN

VARIASI KONSENTRASI ASAM STEARAT DAN

NATRIUM LAURIL SULFAT

SKRIPSI

MAULIANA

1112102000091

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2016

Page 2: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN

VARIASI KONSENTRASI ASAM STEARAT DAN

NATRIUM LAURIL SULFAT (NLS)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

MAULIANA

1112102000091

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2016

Page 3: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah
Page 4: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah
Page 5: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah
Page 6: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Mauliana

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Sabun Padat Bentonit dengan Variasi Konsentrasi

Asam Stearat dan Natrium Lauril Sulfat

Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah yang

bersumber dari babi dan air liur anjing. Dalam penelitian ini dilakukan formulasi

sabun tanah menggunakan bentonit yang bertujuan untuk mendapatkan formula

sabun padat bentonit sebagai penyuci najis mughalladzah. Penelitian ini terdiri

dari dua tahap. Tahap pertama dibuat empat formula dengan memvariasikan

konsentrasi asam stearat sebagai berikut: yaitu FI (6%); FII (7%); FIII (8%); dan

FIV (9%) untuk mendapatkan konsentrasi asam stearat yang menghasilkan

kekerasan paling tinggi pada sabun padat bentonit. Tahap kedua dibuat tiga

formula dengan memvariasikan konsentrasi NLS sebagai berikut: FA (3%); FB

(4%); dan FC (5%). Sabun yang diperoleh dilakukan evaluasi meliputi

organoleptik, pH, tinggi dan stabilitas busa, kekerasan serta pengujian syarat mutu

sabun mandi menurut SNI meliputi kadar air, jumlah asam lemak, asam lemak

bebas/alkali bebas dan minyak mineral untuk formula terpilih. Berdasarkan hasil

penelitian, diketahui semakin meningkat konsentrasi asam stearat, maka

kekerasan sabun padat bentonit juga meningkat sehingga konsentrasi asam stearat

9% dipilih sebagai konsentrasi asam stearat yang memberikan kekerasan paling

tinggi pada sabun padat bentonit. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan

bahwa peningkatan konsentrasi NLS berpengaruh signifikan terhadap sifat fisika

kimia sabun, tetapi karakteristik sifat fisika kimia antara formula B dan formula C

memiliki kemiripan sehingga formula B dipilih sebagai formula terbaik dengan

pertimbangan lebih memudahkan dalam proses pembuatan, lebih aman terhadap

kulit dan efisiensi biaya produksi. Hasil uji mutu sabun menurut SNI

menunjukkan kadar air dan jumlah asam lemak dari formula B belum memenuhi

persyaratan mutu sabun mandi menurut SNI.

Kata Kunci: Najis mughalladzah, sabun padat, bentonit, natrium lauril sulfat

(NLS), asam stearat

Page 7: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Mauliana

Study Program : Pharmacy

Title :Formulation of Bentonite Solid Soap by Varying Stearic Acid

and Sodium Lauryl Sulfate Concentration

Bentonite soap is an alternative Islamic cleansing method of najis al-

mughallazah called samak. The present study is conducted to formulate bentonite

soap. The aim of this study is to get a formula bentonite solid soap as Islamic

cleansing method of najis al-mughallazah. The study was divided into two steps.

The first step, soap were made four formula by varying the concentration of

stearic acid as follows: FI (6%); FII (7%); FIII (8%); and FIV (9%) to obtain a

concentration of stearic acid that produces the highest hardness in bentonite solid

soap. The second step, soap were made three formulas by varying the

concentration of NLS as follows: FA (3%); FB (4%); and FC (5%). The soap

evaluation including organoleptic test, pH, height and stability of foam, hardness

and evaluation of SNI standard including water content, total fatty acids, free

fatty acid/free alkali and mineral oil for the selected formula. The results showed

that increases of stearic acid concentrations causing the soap harder. The hardest

soap was obtained with 9% of stearic acid concentration. The results of statistical

analysis showed that increases of NLS concentration have significant effect on

soap physicochemical properties, but the characteristic physicochemical of

formula B and formula C are similar, so that formula B is selected as the best

formula with consideration in the process of making it easier, safe to use on skin

and production cost efficiency. The water content and total fatty acids of formula

B not qualified the SNI standard.

Keywords: Najis al-mughallazah, solid soap, bentonite, sodium lauryl sulfate,

stearic acid

Page 8: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia, hingga

sebahagian kecil dari sebuah perjalanan hidup yang diarungi oleh seorang hamba-

Nya tak pernah luput dari pantauan dan perhatian-Nya. Penulis persembahkan

syukur yang tak terbilang kepada Allah SWT atas kesehatan fisik dan mental yang

telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada Nabi

akhir zaman dan kekasih Allah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan

para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Formulasi Sabun Padat Bentonit dengan Variasi

Konsentrasi Asam Stearat dan Natrium Lauril Sulfat” ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan maupun

hambatan yang di hadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan

waktu, pengerjaan penelitian, maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun

berkat kesungguhan hati dan doa serta kerja keras, dorongan dan bantuan dari

berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan

sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, bantuan, bimbingan, dan

motivasi dari semua pihak, penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik.

Maka sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-

besarnya dan rasa hormat yang mendalam di tujukan kepada:

1. Ibu Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt dan Bapak Dr. M. Yanis Musdja,

M. Sc., Apt selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan

bimbingan, waktu, tenaga, saran dan dukungan dalam penelitian ini.

Page 9: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nurmeilis, M.Farm, Apt. selaku ketua Progam Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak dan Ibu dosen Progam Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada

penulis.

5. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si, Apt. selaku dosen penasehat akademik yang

telah meluangkan waktunya dan membimbing saya selama

menjalankan studi di Progam Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Kedua orang tua tercinta yakni Ayahanda H. Amirudin, SE. dan

Ibunda Hj. Januati, S.Pd. yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan berupa materi, motivasi, petuah, serta kasih sayang yang

tiada hentinya bagi penulis. Munajat doanya disetiap waktu telah

memberikan kekuatan lahir dan bathin dalam menjalani proses

pendidikan ini. Semoga Allah SWT selalu mengasihi Ayahanda dan

Ibunda, semoga saya bisa membahagiakan kalian berdua sampai tua

kelak. Dan untuk adik-adik ku Haizir Rizki, Muhammad Sultan dan

Radja Anugerah semoga kalian semua bisa dibanggakan dan turut

berbakti kepada kedua orang tua kita dan semoga kalian juga

dikaruniai kehidupan penuh kasih sayang dan pendidikan yang baik.

Dan terimakasih juga kepada bunda Cahi dan adik-adik sepupuku

Tining, Indah dan Amoy yang selalu mendoakan penulis agar cepat

lulus dan sukses dalam pendidikan.

7. Uyuy, Pepew, Oli, Bella dan Pipit sebagai teman sekaligus sahabat

yang selalu memberi semangat, dukungan, masukan dan saran,

menguatkan dan kebersamaan kepada penulis selama penelitian hingga

skripsi ini terselesaikan.

Page 10: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Seorang abang yang begitu baik hatinya, yaitu Dwi Abdullah, yang

telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung hingga

skripsi ini selesai. Terimakasih atas segala perhatian, dukungan,

semangat, waktu, kasih sayang dan nasehat yang diberikan, semoga

segala cita-cita kita tercapai dan semoga Allah SWT memudahkan

segala urusan kita.

9. Dhana, Aan dan Lena sebagai sahabat karib nan jauh di ujung Pulau

Sumatera yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat saya tercinta sekaligus my roommate, Nurmala Saidah dan

Rizki Amelia, yang telah memberi semangat dan dukungan serta

kebersamaan kepada penulis sampai penyusunan skripsi ini selesai.

11. Teman-teman farmasi BD 2012, yang selalu menemani keseharian

penulis di bangku perkuliahan dan menyisakan banyak kenangan indah

dan suka-duka selama menempuh studi farmasi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Semoga segala cita-cita kita dapat tercapai.

Amin.

12. Sahabat seperjuangan dan seperantauan, Amel, Khaira dan Amel yang

menjadi teman pertama kali menginjakkan kaki di kota metropolitan

ini. Terimakasih atas kebersamaan, pertemanan, suka duka selama di

Jakarta hingga saat ini. Semangat buat kita untuk terus menempuh

studi walau ke negeri China sekalipun.

13. Teman-teman IMAPA Jakarta yaitu kak Inas, kak Mawaddah, Mulia

Sari, kak Ema, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14. Seluruh teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2012, yang telah

bersama-sama menjalani keluh kesah,suka duka selama menempuh

pendidikan farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas kebersamaan dan ilmu

yang kalian berikan selama ini dan semoga kita dapat sukses dalam

pendidikan kita masing-masing.

Page 11: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon, semoga Allah

SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas bantuan

dan dukungannya kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat

untuk menambah khazanah keilmuan khususnya di bidang farmasi dan menjadi

pembelajaran pada generasi berikutnya.

Jakarta, 23 Juni 2016

Penulis

Page 12: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah
Page 13: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ xii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7

2.1 Najis dan Cara Menghilangkannya (Thaharah) ........................................ 7

2.2 Standar Thaharah .................................................................................... 10

2.3 Surfaktan ................................................................................................ 10

2.3.1 Pengertian Surfaktan ............................................................................. 10

2.3.2 Klasifikasi Surfaktan............................................................................. 11

2.4 Sabun ...................................................................................................... 13

2.4.1 Pengertian Sabun .................................................................................. 13

2.4.2 Metode Pembuatan Sabun .................................................................... 14

2.4.3 Mekanisme Kerja Sabun ....................................................................... 15

2.4.4 Komponen Pembentuk Sabun ............................................................... 16

2.4.5 Syarat Mutu Sabun Mandi Menurut SNI .............................................. 21

2.5 Natrium Lauril Sulfat ............................................................................. 22

Page 14: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Bentonit .................................................................................................. 21

2.6 Sifat Fisika Kimia Sabun ........................................................................ 23

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 26

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 26

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 26

3.2.1 Alat........................................................................................................ 26

3.2.2 Bahan .................................................................................................... 26

3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................ 27

3.3.1 Formulasi Sabun Padat Bentonit .......................................................... 27

3.3.2 Evaluasi Sifat Fisika Kimia Sabun ....................................................... 29

3.3.3 Evaluasi Sabun Menurut SNI .............................................................. 30

3.3.4 Teknik Analisa Data ............................................................................ 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 31

4.1 Formulasi Sabun Padat Bentonit ............................................................ 31

4.2 Evaluasi Formula Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi Asam

Stearat ................................................................................................................ 34

4.2.1 Pengamatan Organoleptik ..................................................................... 34

4.2.2 Pengujian pH......................................................................................... 35

4.2.3 Pengujian Kekerasan Sabun Padat Bentonit ......................................... 36

4.3 Evaluasi Formula Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi NLS ....... 37

4.3.1 Pengamatan Organoleptik ..................................................................... 38

4.3.2 Pengujian pH......................................................................................... 38

4.3.3 Pengujian Kekerasan............................................................................. 39

4.3.4 Pengujian Tinggi dan Stabilitas Busa .................................................. 39

4.4 Evaluasi Mutu Sabun Mandi Menurut SNI ............................................ 42

4.4.1 Kadar Air .............................................................................................. 42

4.4.2 Jumlah Asam Lemak ............................................................................ 43

4.4.3 Alkali Bebas .......................................................................................... 44

4.4.4 Minyak Mineral ................................................................................... 44

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 45

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 45

5.2 Saran ....................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46

LAMPIRAN ......................................................................................................... 54

Page 15: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sifat Fisikokimia Minyak Kelapa ...................................................... 17

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa dan Sifat Yang Ditimbulkan

Pada Sabun ............................................................................................................ 18

Tabel 2.3 Syarat Mutu Sabun Mandi ................................................................... 21

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi Asam Stearat

............................................................................................................................... 34

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi NLS.......... 37

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Organoleptik Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi

NLS ....................................................................................................................... 38

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Mutu Sabun Mandi Menurut SNI .............................. 42

Tabel 5.1 Hasil Evaluasi pH Sabun Padat Bentonit .............................................. 78

Tabel 5.2 Hasil Evaluasi Kekerasan Sabun Padat Bentonit ................................. 78

Tabel 5.3 Hasil Evaluasi Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit ............................... 78

Tabel 5.4 Hasil Evaluasi Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit ........................... 79

Page 16: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur surfaktan secara sederhana ................................................ 11

Gambar 2.2 Kelompok gugus hidrofil dari surfaktan .......................................... 13

Gambar 2.3 Pembentukan lapisan tipis diatas permukaan air .............................. 14

Gambar 2.4 Reaksi saponifikasi trigliserida ....................................................... 15

Gambar 2.5 Reaksi Netralisasi Asam Lemak ....................................................... 15

Gambar 5.1 Sabun FI (Asam Stearat 6%) ........................................................... 83

Gambar 5.2 Sabun FII (Asam Stearat 7%) .......................................................... 83

Gambar 5.3 Sabun FIII (Asam Stearat 8%) ......................................................... 84

Gambar 5.4 Sabun FIV (Asam Stearat 9%) ........................................................ 84

Gambar 5.5 Sabun FA (NLS 3%) ......................................................................... 84

Gambar 5.6 Sabun FB (NLS 4%) ......................................................................... 85

Gambar 5.7 Sabun FC (NLS 5%) ......................................................................... 85

Gambar 5.8 Penetrometer ..................................................................................... 86

Gambar 5.9 Vortex .............................................................................................. 87

Gambar 5.10 Timbangan Analitik ........................................................................ 87

Gambar 5.11 pH Meter ......................................................................................... 87

Gambar 5.12 Cetakan Sabun ................................................................................. 88

Page 17: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Certificate of Analyze Minyak Kelapa ........................................... 54

Lampiran 2. Certificate of Analyze Natrium Hidroksida ..................................... 55

Lampiran 3. Certificate of Analyze Asam Stearat ............................................... 56

Lampiran 4. Certificate of Analyze Cocamidopropyl Betaine ........................... 57

Lampiran 5. Certificate of Analyze Gliserin ........................................................ 58

Lampiran 6. Certificate of Analyze Sodium Lauryl Sulfate ................................ 59

Lampiran 7. Certificate of Analyze Bentonit ....................................................... 60

Lampiran 8. Certificate of Analyze Triklosan ..................................................... 61

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik pH Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi

Asam Stearat) ........................................................................................................ 63

Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi

Konsentrasi Asam Stearat) .................................................................................... 64

Lampiran 11. Hasil Uji Statistik pH Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi

NLS) ...................................................................................................................... 67

Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi

Konsentrasi NLS) .................................................................................................. 70

Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit ................... 73

Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit ............... 76

Lampiran 15. Hasil Evaluasi ................................................................................. 78

Lampiran 16. Perhitungan Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit ....................... 79

Lampiran 17. Hasil Pengujian Mutu Sabun Mandi Menurut SNI ........................ 81

Lampiran 18. Gambar Sabun ............................................................................... 83

Lampiran 19. Alat-alat ......................................................................................... 86

Page 18: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suci dan bersih merupakan fitrah manusia, dan Islam adalah agama

fitrah sebab antara manusia dan Islam dibuat oleh Zat yang sama yakni Allah

SWT (Al-Faridy, 2009). Secara syar’i, menghilangkan hal-hal yang dapat

menghalangi kotoran berupa hadas atau najis dengan menggunakan air atau

selainnya atau mengangkat hukum najis tersebut dengan tanah dinamakan

thaharah atau bersuci (Sumaji, 2008). Bersuci terbagi menjadi dua bagian,

yaitu bersuci dari hadas dan bersuci dari najis. Bersuci dari hadas adalah

membersihkan bagian tertentu dari badan dengan cara berwudhu, tayamum

dan mandi; sedangkan bersuci dari najis adalah membersihkan najis pada

badan, pakaian dan tempat (Zurinal dan Aminuddin, 2008).

Dewasa ini, teknologi industri pangan dan obat-obatan sangat

berkembang pesat. Segala produk olahan makanan dan obat diproduksi dari

berbagai bahan dasar. Seiring berkembangnya produk makanan dan obat-

obatan, tuntutan label halal pada setiap produk yang beredar juga semakin

meningkat. Hal ini mengarahkan para peneliti bidang halal untuk meneliti

adanya komponen non-halal terutama yang berasal dari babi dan turunannya

sehingga mengharuskan peneliti bidang halal untuk bersentuhan langsung

dengan berbagai derivat babi (daging, lemak ataupun gelatin babi). Menurut

hukum Islam, najis yang ditimbulkan dari derivat babi tersebut adalah najis

mughalladzah yakni najis berat berupa jilatan anjing dan semua dari babi,

yang mana untuk menyucikannya terlebih dahulu dihilangkan wujud benda

najis tersebut menggunakan air sebanyak tujuh kali, yang salah satunya harus

menggunakan tanah (Sumaji, 2008). Menurut Fatwa MUI Nomor 4 Tahun

2003 tentang Standarisasi Fatwa Halal, menyatakan bahwa mencuci bekas

babi atau anjing dilakukan dengan cara di-sertu (dicuci dengan air sebanyak

tujuh kali yang salah satunya dengan tanah/debu atau penggantinya yang

memiliki daya pembersih yang sama). Selain peneliti bidang halal, yang kerap

Page 19: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bersentuhan dengan najis mughalladzah adalah farmasis, bidang kedokteran

hewan, pemelihara anjing, dan lain sebagainya.

Sabun telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai produk

pembersih yang praktis dan menyenangkan. Namun sediaan sabun yang

banyak beredar tersebut belum dapat membersihkan najis mughalladzah

secara hukum Islam. Oleh karena itu, untuk memudahkan masyarakat Islam

dalam bersuci dari najis berat (mughalladzah) di era modern tanpa harus

mencari tanah, maka muncullah inovasi untuk memformulasikan tanah dalam

bentuk sediaan sabun yang lebih praktis dalam penggunaannya untuk bersuci.

Sebagai perbandingan, produk sabun yang mengandung tanah

(diperuntukkan untuk menghilangkan najis mughalladzah) telah banyak

dipasarkan secara luas di Thailand dan Malaysia dengan nilai penjualan 6-7

kali lipat dibandingkan dengan sabun biasa yang tidak mengandung tanah. Di

Thailand, konsentrasi tanah (clay) yang digunakan dalam sabun berada pada

rentang konsentrasi 0,05-95% dan telah mendapat persetujuan (Fatwa) dari

Komite Islam Bangkok untuk digunakan sebagai penyuci najis sesuai dengan

peraturan Islam (Dahlan, 2010). Hal ini tentunya menarik pihak lain untuk

berinvestasi memproduksi formula sabun tanah yang optimal untuk

pengembangan produksi secara skala industri (Anggraeni, 2014). Dengan

demikian, diharapkan industri Indonesia juga dapat memproduksi sendiri

sabun tanah sebagai penyuci najis mughalladzah tersebut tanpa harus

mengimpor produk sabun thaharah dari negara lain.

Di Indonesia, sabun tanah sebagai alternatif untuk menyucikan diri

dari najis mughalladzah sudah pernah diformulasikan oleh beberapa peneliti

dalam bentuk sabun padat dan sabun cair, diantaranya sabun padat An-Mugh

oleh mahasiswa kedokteran hewan IPB yang telah beredar di pasaran dan

sabun padat serta sabun cair bentonit oleh mahasiswa UGM. Sabun An-Mugh

yang telah beredar di pasaran memiliki kandungan tanah yang masih rendah.

Penelitian terkait lainnya oleh Anggraeni (2014) yang melakukan optimasi

formula sabun bentonit dengan kombinasi minyak kelapa (Coconut oil) dan

minyak kelapa sawit (Palm oil) menggunakan Simplex Lattice Design

menunjukkan hasil bahwa kombinasi minyak kelapa dan minyak kelapa sawit

Page 20: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menurunkan respon daya busa, stabilitas busa, kekerasan, kadar air, jumlah

asam lemak, asam lemak bebas dan alkali bebas pada sabun bentonit. Dengan

demikian, diketahui bahwa kombinasi minyak kelapa dan minyak kelapa sawit

memberikan respon yang kurang baik terhadap sifat fisika kimia sabun

bentonit.

Secara umum, sabun dibuat dalam dua jenis yaitu sabun batang dan

sabun cair (Wati, 2015). Sabun batang sering mengandung asam lemak bebas

untuk memperbaiki kekerasan sabun dan meningkatkan penampilan fisik

produk. Pemilihan lemak dan minyak serta rasio yang digunakan dalam

pembuatan sabun ditentukan dengan keseimbangan kinerja produk, biaya, dan

manufakturabilitas (Barel et al., 2009). Sebagai contoh dari segi kinerja

produk, minyak kelapa memiliki keuntungan dapat memberikan sabun padat

dengan warna yang terang dan busa berlimpah (Parasuram, 1995) serta

kelarutan yang baik dan karakteristik busa dengan gelembung besar (Barel et

al., 2009). Sabun batang yang diproduksi dengan surfaktan sintetik memiliki

pembusaan yang lebih baik dan daya bersih terutama di dalam air sadah (Barel

et al., 2009). Dibandingkan sabun cair, sabun batang memiliki keuntungan

dalam kestabilan fisik sabun. Sabun cair yang mengandung tanah rentan

mengalami pengendapan selama penyimpanan dikarenakan bentonit memiliki

kemampuan untuk mengembang dan membentuk koloid jika dimasukkan ke

dalam air (Wati, 2015) sehingga pemilihan sabun padat yang mengandung

tanah lebih menguntungkan secara fisik.

Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi formula dari penelitian

Anggraeni (2014), menggunakan minyak kelapa tunggal dengan variasi

konsentrasi asam stearat dan natrium lauril sulfat serta meningkatkan kadar

bentonit berdasarkan saran penelitian sebelumnya dalam upaya mendapatkan

daya pembersih yang sama dengan tanah atau debu sebagai syarat sertu atau

samak najis mughalladzah. Tanah yang digunakan untuk pembuatan produk

farmasi seperti sabun sebaiknya memenuhi spesifikasi pharmaceutical grade

untuk mendapatkan formula sabun yang optimal (Anggraeni, 2014). Dalam

penelitian ini, digunakan bentonit sebagai tanah untuk bersuci. Bentonit

merupakan sejenis tanah lempung yang biasanya dijadikan sebagai adsorben

Page 21: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Susilawati, 2014). Bentonit memiliki sifat dapat menyerap air yang

menyebabkan tekstur sabun menjadi lunak (Ibrahim dkk, 2005). Oleh karena

itu, diperlukan penentuan konsentrasi dari asam stearat sebagai bahan

pengeras yang dapat memberikan kekerasan yang tinggi pada sabun padat

bentonit.

Selain itu, salah satu parameter penting yang perlu diperhatikan dalam

penentuan mutu sabun adalah banyaknya busa yang dihasilkan (Rozi, 2013).

Surfaktan diperlukan untuk meningkatkan kualitas busa pada sabun (Wijana et

al., 2005). Natrium lauril sulfat (NLS) merupakan surfaktan anionik dan

memiliki sifat sebagai pembentuk busa yang baik. NLS biasa dikombinasi

dengan surfaktan lain supaya lebih kompatibel dengan kulit dan busanya lebih

stabil (Barel et al., 2009). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan

formulasi sabun padat bentonit dengan variasi konsentrasi asam stearat dan

natrium lauril sulfat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi asam stearat

terhadap kekerasan sabun padat bentonit?

2. Pada konsentrasi berapakah asam stearat memberikan

kekerasan paling tinggi pada sabun padat bentonit?

3. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi natrium lauril

sulfat terhadap sifat fisika kimia berupa pH, tinggi dan

stabilitas busa serta kekerasan pada sabun padat bentonit?

4. Pada konsentrasi berapakah natrium lauril sulfat dapat

memberikan sifat fisika kimia terbaik berupa pH, tinggi dan

stabilitas busa serta kekerasan pada sabun padat bentonit?

5. Apakah formula sabun padat bentonit yang dipilih memenuhi

syarat mutu sabun menurut SNI?

Page 22: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sabun padat

bentonit sebagai penyuci najis mughalladzah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi asam stearat

terhadap kekerasan sabun padat bentonit.

2. Mengetahui konsentrasi asam stearat yang memberikan kekerasan

paling tinggi pada sabun padat bentonit.

3. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi natrium lauril sulfat

terhadap sifat fisika kimia sabun padat bentonit berupa pH, tinggi

dan stabilitas busa serta kekerasan sabun.

4. Mengetahui konsentrasi terbaik natrium lauril sulfat terhadap sifat

fisika kimia sabun padat bentonit berupa pH, tinggi dan stabilitas

busa serta kekerasan sabun.

5. Mengetahui apakah formula sabun padat bentonit yang dipilih

memenuhi syarat mutu sabun menurut SNI.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pengaruh peningkatan konsentrasi asam stearat terhadap

kekerasan sabun padat bentonit dan mendapatkan konsentrasi

asam stearat yang memberikan kekerasan paling tinggi pada sabun

padat bentonit.

2. Memberikan informasi mengenai pengaruh peningkatan

konsentrasi natrium lauril sulfat terhadap sifat fisika kimia sabun

padat bentonit.

3. Memberikan informasi mengenai konsentrasi terbaik dari natrium

lauril sulfat dalam formula sabun padat bentonit dan diharapkan

dapat memenuhi persyaratan mutu sabun menurut SNI.

Page 23: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Memberikan solusi mudah bersuci dari najis mughalladzah kepada

masyarakat Islam secara praktis dan aman.

5. Memberikan peluang kepada produsen produk halal untuk

menciptakan produk sabun penyuci najis mughalladzah.

Page 24: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Najis dan Cara Menghilangkannya (Thaharah)

Najis menurut bahasa bermakna sesuatu yang kotor. Sedangkan

menurut hukum syariah, najis berarti kotoran yang bagi setiap muslim wajib

menyucikan diri darinya dan menyucikan dari apa yang dikenainya (Al-faridy,

2009).

Najis berdasarkan macam cara menghilangkannya dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu:

a. Najis Mukhaffafah ialah najis ringan seperti air kencing bayi laki-laki

yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali

air susu ibunya. Cara menghilangkannya cukup dengan memerciki air

pada tempat yang terkena najis tersebut (Rifa‟i, 2006).

b. Najis Mughallazhah ialah najis berat seperti najis anjing atau babi dan

turunannya. Cara menyucikannya yaitu wajib dibasuh 7 kali dan salah

satu diantaranya dengan air yang bercampur tanah (Rifa‟i, 2006). Hal ini

berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW:

رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم ة قال قال عن أب هري ر أن ي غسله سبع مرات طهور اناء أحدكم اذا ولغ فيه الكلب

راب أوال هن بالت

Dari Abu Hurairah r.a berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w: "Suci bejana

salah seorang diantara kamu bila dijilat anjing, hendaklah mencucinya

tujuh kali, permulaannya hendaklah dicampur dengan tanah/debu.” (H.R

Muslim).

Page 25: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kenajisan anjing dikategorikan oleh fuqaha sebagai mughalladzah

(najis berat) karena cara penyuciannya yang memerlukan proses samak atau

sertu. Walaupun nas hadist diatas menyebut tentang cara penyucian bekas

jilatan anjing saja, namun sebagian fuqaha menggunakan kaidah qiyas untuk

menyamakan hukum dan cara basuhan tersebut untuk seluruh tubuh anjing.

Perintah Rasulullah SAW untuk menyucikan bekas yang diminum oleh anjing

adalah dalil utama yang menunjukkan najisnya lidah, air liur dan mulut anjing.

Jika lidah dan mulut dikategorikan sebagai najis, maka sudah tentu anggota

tubuh lainnya, yakni seluruh badannya adalah najis juga (Fatwa Malaysia,

2013).

Adapun babi, kenajisannya termaktub dalam firman Allah SWT, yang

artinya: “Aku tidak dapati dalam apa yang telah diwahyukan kepadaku, sesuatu

yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya melainkan jika benda

itu bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi, karena sesungguhnya

ia adalah najis (QS. al-An‟am: 145)”. Jika daging babi adalah najis, maka

keseluruhan badan dan anggota tubuh babi adalah najis juga. Hal ini

dikarenakan daging merupakan bagian utama bagi seekor hewan, sehingga jika

ia najis, sudah tentu selainnya adalah najis. Kaidah penyucian diri atau perkara

yang terkena najis babi, sebagian ulama berpandangan adalah sama seperti

penyucian najis anjing yaitu dengan menyamaknya dengan tujuh basuhan air

dengan salah satu basuhannya hendaklah disertai dengan tanah, hal ini

dikarenakan babi diqiyaskan kepada anjing, maka cara penyuciannya juga

mengikuti cara penyucian jilatan anjing (Fatwa Malaysia, 2013 dan Kadir,

2009).

Menurut mazhab Imam Syafi‟i, Hambali dan Hanafi menyebutkan

bahwa anjing adalah najis, namun dari ketiga mazhab tersebut memiliki

perbedaan dalam cara mensucikan najis. Adapun Imam Syafi‟i dan Imam

Hambali menyebutkan bahwa bejana yang dijilat anjing harus dibasuh tujuh

kali, satu kali diantaranya dengan tanah (Mughniyah, 2015), sedangkan Imam

Hanafi menyebutkan bahwa bekas jilatan anjing dapat disucikan sebagaimana

mencuci najis lainnya yaitu cukup dibasuh satu kali hingga diyakini najisnya

sudah hilang. Namun, jika diduga bahwa najisnya belum hilang, maka bekas

Page 26: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jilatan tersebut harus dibasuh lagi hingga diyakini telah bersih, walaupun harus

dibasuh dua puluh kali (Ad-Dimasyqi, 2001). Imam Maliki berpendapat lain

bahwa anjing adalah suci (Ad-Dimasyqi, 2001), namun bejana bekas jilatan

anjing dibasuh sebanyak tujuh kali bukanlah karena najis melainkan karena

ta‟abbud (beribadah) (Mughniyah, 2015).

Menurut empat mazhab (Syafi‟i, Hambali, Hanafi, dan Maliki) dalam

buku Fiqh Lima Mazhab (2015), disebutkan bahwa babi hukumnya sama

seperti anjing yaitu najis dan cara menyucikannya dengan dibasuh sebanyak

tujuh kali, satu diantaranya dengan tanah (Mughniyah, 2015).

c. Najis Mutawassithah ialah najis sedang berupa najis yang selain dari

dua najis tersebut di atas, seperti segala sesuatu yang keluar dari kubul

dan dubur manusia dan binatang seperti kotoran manusia, darah, bangkai

(selain bangkai manusia, ikan dan belalang), nanah kecuali air mani,

barang cair yang memabukkan dan susu hewan yang tidak halal

dimakan (Rifa‟i, 2006). Adapun najis mutawassithah ini dibagi menjadi

dua:

1. Najis ‘ainiyah yaitu najis yang dapat diketahui rasa, warna, atau

baunya seperti darah, nanah, air kencing dan sebagainya. Cara

menyucikan benda najis atau benda yang terkena najis ini dilakukan

dengan cara membersihkannya dengan air secara merata sampai

hilang rasa, warna atau bau benda najis itu atau benda yang

terkena najis, kecuali bau atau warna yang sangat sukar

dihilangkan, maka dapat dimaafkan (Zurinal dan Aminuddin, 2008).

2. Najis hukmiyah yaitu najis yang diyakini ada tetapi tidak dapat lagi

diketahui rasa, warna atau baunya. Contohnya kencing yang sudah

kering sehingga sifat-sifatnya sudah hilang. Cara menyucikan

benda yang sudah terkena najis hukmiyah ini ialah cukup dengan

menyiramkan air pada tempat yang terkena najis itu dan tidak

dituntut untuk dicuci seperti mencuci benda yang terkena najis

„ainiyah (Zurinal dan Aminuddin, 2008).

Page 27: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menyucikan diri dari najis atau hadas dalam hukum syara‟ disebut

thaharah atau bersuci (Rifa‟i, 2006). Dalam ajaran Islam, bersuci memiliki

peran penting dalam hal ibadah. Bersuci sangat mempengaruhi keshahihan

ibadah seseorang. Dengan begitu, tujuan dari ibadah terpenuhi dengan

sempurna (Hasanah, 2011). Berdasarkan dalil qath‟i yang telah disepakati

bahwa thaharah itu wajib menurut hukum syara‟. Adapun sarana atau alat

untuk thaharah terdiri dari air dan tanah (Khoirunnisa‟, 2010).

2.2 Standar Thaharah

Dalam kamus ilmiah, kata standar berarti alat penopang atau yang

dipakai untuk menjadi patokan (Maulana, 2004). Adapun yang disebut standar

thaharah yaitu patokan atau ukuran sesuatu dikatakan suci atau bersih. Dalam

hal ini, kajian-kajian fiqh khususnya dalam bab thaharah tidak menjelaskan

secara konkrit apa yang disebut dengan standar thaharah.

Adapun disebut standar thaharah atau yang menjadi tolak ukur sesuatu

dikatakan suci atau bersih harus terhindar dari tiga sifat, yaitu:

a. Warna. Apabila wujud najis itu sudah tidak terlihat lagi oleh

pancaindra.

b. Bau. Apabila aroma bau yang terdapat dalam najis sudah tidak

tercium.

c. Bentuk atau wujudnya.

Maka dari itu, tiga sifat tersebut harus terpenuhi jika seseorang akan

menghilangkan najis yang merupakan tolak ukur dalam bersuci (Khoirunnisa‟,

2010).

2.3 Surfaktan

2.3.1 Pengertian Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan suatu senyawa yang pada

konsentrasi rendah memiliki sifat untuk teradsorpsi pada permukaan (surface)

ataupun antarmuka (interface) dari suatu sistem dan mampu menurunkan

energi bebas permukaan ataupun energi bebas antarmuka (Rosen, 1978).

Surfaktan untuk penggunaan kosmetik dapat dikelompokkan ke dalam enam

kategori yaitu agen pembersih, agen pengemulsi, agen pembusa, hidrotropic,

agen solubilisasi dan agen pensuspensi (Paye et al., 2006).

Page 28: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Surfaktan merupakan molekul yang terdiri dari gugus liofilik (solvent-

loving) dan gugus liofob (solvent-fearing). Jika pelarut dimana surfaktan

tersebut akan digunakan adalah air atau aqueous solution, maka masing-masing

istilah 'hidrofilik' dan 'hidrofobik' digunakan. Dalam istilah sederhana,

surfaktan mengandung setidaknya satu kelompok non-polar dan satu kelompok

polar (atau ion), seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 (Farn, 2006).

Gambar 2.1 Struktur surfaktan secara sederhana (Farn, 2006)

2.3.2 Klasifikasi Surfaktan

Berdasarkan gugus hidrofilik, surfaktan dibagi menjadi empat macam:

1. Surfaktan anionik, yaitu bagian aktif permukaan dari molekul bermuatan

negatif, seperti R-COONa+ (sabun), RC6H4SO3

-Na

+ (alkilbenzena sulfonat)

(Rosen, 1978). Dalam larutan air, surfaktan anionik membentuk ion

bermuatan negatif pada pH netral sampai basa. Gugus terionisasi dapat

menjadi karboksilat, sulfat, sulfonat, atau fosfat. Di antara surfaktan yang

paling sering digunakan dalam produk perawatan kulit, yaitu alkyl sulfates

and alkyl ethoxylated sulfates dengan daya busa yang tinggi. Surfaktan

anionik umumnya digunakan kombinasi dengan surfaktan lain (nonionik

atau amphoterics) sehingga dapat memperbaiki dalam toleransi kulit,

dalam kualitas busa atau dalam viskositas produk (Paye et al.,2006).

2. Surfaktan kationik, yaitu bagian aktif permukaan dari molekul bermuatan

positif, seperti RNH3+Cl

- (garam dari amin rantai panjang), RN(CH3)3

+Cl

-

(ammmonium klorida kuartener) (Rosen, 1978). Surfaktan kationik juga

terdapat pada produk perawatan diri sebagai pengemulsi dalam beberapa

kosmetik dan sebagai agen bakterisida (Paye et al., 2006).

Surfaktan kationik kompatibel dengan surfaktan nonionik dan

zwiterionik. Bagian aktif permukaan memiliki muatan positif, sehingga

adsorbsi sangat kuat ke permukaan paling solid sekalipun (yang biasanya

Page 29: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermuatan negatif), dan dapat memberi karakteristik khusus untuk

substrat. Namun, kebanyakan jenis surfaktan ini tidak kompatibel dengan

surfaktan anionik (kecuali amina oksida). Umumnya lebih mahal daripada

surfaktan anionik atau nonionik dan menunjukkan daya detergensi yang

rendah serta daya suspensi yang rendah untuk karbon (Rosen, 2012).

3. Surfaktan amfoterik (Zwiterrion), yaitu bagian aktif permukaan dari

molekul bermuatan positif dan negatif, seperti RN+ H2CH2COO

- (asam

amino rantai panjang), RN+(CH3)2CH2CH2SO3

- (sulfobetain) (Rosen,

1978). Penggunaan surfaktan amfoter secara terminologi masih lebih

mengikat, dimana muatan molekul harus berubah dengan pH,

menunjukkan bentuk zwitterionic pada pH menengah (yaitu, sekitar titik

isoelektrik). Dengan demikian, sifat surfaktan ini dipengaruhi oleh pH,

yaitu sekitar titik isoelektrik menunjukkan bentuk zwiterionik,

menunjukkan kelarutan terendah; pada kondisi basa bentuk anionik lebih

dominan, memberikan busa dan detergensi; sedangkan dalam kondisi

asam, bentuk kationik lebih dominan, memberikan substantivitas

surfaktan.

Surfaktan amfoterik umumnya digunakan sebagai tensioactives

sekunder untuk efek stabilisasi busa, kapasitas penebalan dan mengurangi

iritasi kulit pada alkil sulfat dan sulfat alkil etoksi (Paye et al., 2006).

Surfaktan amfoterik kompatibel dengan semua jenis surfaktan lain, kurang

mengiritasi kulit dan mata dibandingkan jenis lainnya dan dapat

teradsorbsi ke permukaan negatif atau positif tanpa membentuk film yang

hidrofobik. Surfaktan amfoterik sering tidak larut dalam sebagian besar

pelarut organik, termasuk etanol (Rosen, 2012).

4. Surfaktan nonionik, yaitu bagian aktif permukaan tidak bermuatan ion,

seperti RCOOCH2CHOHCH2OH (monogliserida dari asam lemak rantai

panjang), RC6H4(OC2H4)xOH (polioksietilen alkilfenol) (Rosen, 1978).

Surfaktan nonionik tidak terdisosiasi menjadi ion dalam media berair.

Umumnya memberikan daya busa yang rendah hingga sedang. Surfaktan

nonionik memiliki kompatibilitas yang baik terhadap kulit dan mata serta

potensi anti-iritasi ketika dikombinasikan dengan surfaktan anionik dalam

Page 30: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rasio konsentrasi yang tepat. Oleh karena itu banyak produk untuk kulit

sensitif, bayi, atau wajah menggunakan surfaktan nonionik sebagai

surfaktan utama (Paye et al., 2006).

Surfaktan nonionik kompatibel dengan semua jenis surfaktan lain.

Umumnya tersedia sebagai 100% bahan aktif bebas dari elektrolit. Dapat

dibuat tahan untuk air keras, kation logam polivalen, elektrolit pada

konsentrasi tinggi; larut dalam air dan pelarut organik, termasuk

hidrokarbon. POE nonionik umumnya zat pendispersi yang baik untuk

karbon (Rosen, 2012).

Gambar 2.2 Kelompok gugus hidrofil dari surfaktan (Farn, 2006)

2.4 Sabun

2.4.1 Pengertian Sabun

Sabun adalah garam dari logam alkali, biasanya natrium atau kalium

dari asam lemak rantai panjang. Ketika asam lemak disaponifikasi oleh logam

natrium atau logam kalium maka akan terbentuk garam yang disebut sabun

dengan gliserol sebagai produk sampingan (Barel et al., 2009). Sabun

merupakan tipe surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan

tegangan antarmuka serta memiliki sifat penyabunan, dispersibilitas,

Page 31: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

emulsifikasi dan pembersih (Mitsui, 1997). Menurut Standar Nasional

Indonesia (1994), sabun mandi adalah senyawa natrium dengan asam lemak

yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa

dengan atau penambahan zat lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

Menurut Cavith (2001), molekul sabun terdiri dari rantai karbon,

hidrogen dan oksigen yang disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian

kepala merupakan gugus hidrofilik (rantai karboksil) yang berfungsi untuk

mengikat air, sedangkan bagian ekor merupakan gugus hidrofobik (rantai

hidrokarbon) yang berfungsi untuk mengikat kotoran dan minyak

(Purnamawati, 2006).

Gambar 2.3 Pembentukan lapisan tipis diatas permukaan air (Purnamawati,

2006)

Komposisi asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi

panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang

kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaannya karena dapat membuat

iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon

membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar

bagian asam lemak tak jenuh akan menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi

bila terkena udara (Maripa dkk, 2015).

2.4.2 Metode Pembuatan Sabun

Secara umum, metode pembuatan sabun terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Reaksi penyabunan (saponifikasi), yaitu reaksi antara minyak atau lemak

dengan alkali menghasilkan gliserol dan asam lemak (sabun) (Parasuram,

1995).

Page 32: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada Gambar

2.2

Minyak atau lemak Alkali Sabun Gliserol

Gambar 2.4 Reaksi saponifikasi trigliserida (Mitsui, 1997)

Minyak ataupun lemak yang digunakan sama saja, perbedaannya

hanya saja minyak secara umum berbentuk cairan sedangkan lemak berbentuk

padat pada suhu kamar (Parasuram, 1995). Alkali yang biasa digunakan dalam

pembuatan sabun padat adalah natrium hidroksida, sedangkan kalium

hidroksida digunakan dalam pembuatan sabun cair atau shampo (Mitsui, 1997).

b. Reaksi netralisasi, yaitu minyak dan lemak masing-masing diubah menjadi

asam lemak melalui proses splitting/hydrolysis dan menghasilkan asam lemak

yang dapat bereaksi dengan soda kaustik (NaOH)/alkali menghasilkan sabun

dan air (Parasuram, 1995).

Reaksi kimia pada proses netralisasi asam lemak dapat dilihat pada Gambar

2.5

Asam lemak Alkali Sabun Air

X = Na, K

Gambar 2.5 Reaksi netralisasi asam lemak (Mitsui, 1997)

Pada reaksi netralisasi, sabun dihasilkan dari reaksi asam lemak

langsung dengan alkali (Mitsui, 1997).

2.4.3 Mekanisme Kerja Sabun

Menurut Rosen, MJ (1978), tiga elemen penting dalam mekanisme

kerja sabun adalah tempat substratnya berasal (kulit manusia, pakaian, alat

gelas dan perkakas lainnya), jenis kotoran yang dibersihkan (padat atau

minyak, kepolaran, sifat elektrolit dan lain sebagainya) serta kemampuan

membersihkan dari sabun itu sendiri (Handayani, 2009).

Page 33: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mekanisme pembersihan sabun dapat dijelaskan sebagai berikut:

Saat kontak dengan air, sabun berpenetrasi ke dalam antarmuka kulit

dan kotoran untuk melemahkan gaya adhesi dan membuat kotoran mudah

untuk dihilangkan. Kotoran tersebut kemudian dihilangkan secara fisik dan

kemudian terdispersi dalam larutan sabun sebagai akibat dari emulsifikasi

oleh molekul sabun. Beberapa jenis kotoran dapat dihilangkan dengan cara

tersolubilisasi dalam misel yang terbentuk dari sabun (Mitsui, 1997).

Menurut Wasiaatmadja, S,M (1997) dan Brady, JE (1999), untuk

membersihkan kotoran yang berupa minyak, pembilasan dengan air saja tidak

cukup. Dibutuhkan zat lain untuk menurunkan tegangan antar muka antara

minyak dengan air. Dengan adanya sifat surfaktan pada sabun, terjadi proses

emulsifikasi sehingga bagian yang polar (hidrofilik) berikatan dengan air dan

bagian non polar (lipofilik) berikatan dengan minyak. Bagian non polar dari

sabun memecah ikatan antar molekul minyak sehingga dapat menurunkan

tegangan permukaan. Akibatnya air dapat menyebar membasahi seluruh

permukaan dan mengangkat kotoran (Handayani, 2009).

2.4.4 Komponen Pembentuk Sabun

Pada umumnya, sabun dibuat dari lemak dan minyak alami dengan

garam alkali (Anggraeni, 2014). Disamping itu juga digunakan bahan

tambahan lain seperti surfaktan, humektan, antioksidan, agen antimikroba,

pewarna, parfum, skin conditioners, dan bahan tambahan khusus (seperti

processing aids, binders (gum and resin), fillers, exfoliants, antiacne, dan

anti-irritants) (Barel et al., 2009). Bahan aditif atau bahan tambahan berguna

untuk meningkatkan minat konsumen terhadap produk sabun (Setyoningrum,

2010).

Banyak perbedaan minyak dan lemak yang digunakan sebagai bahan

baku untuk sabun, dan penggunaannya dalam formula diputuskan dengan

pertimbangan karakteristik dan tujuan sabun yang akan dibuat (Mitsui, 1997).

Penggunaan bahan yang berbeda akan menghasilkan sabun yang berbeda,

baik secara fisik maupun kimia (Anggraeni, 2014). Menurut Fessenden

(1997), lemak dan sabun dari asam lemak jenuh dan rantai jenuh panjang

(C16-C18) menghasilkan sabun keras dan minyak dari asam lemak tak jenuh

Page 34: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan rantai pendek (C12-C14) menghasilkan sabun yang lebih lunak dan

lebih mudah larut (Sari dkk, 2010).

Menurut Hambali et al (2005), ada 2 jenis sabun yang dikenal, yaitu

sabun padat (batangan) dan sabun cair. Sabun padat dibedakan atas 3 jenis,

yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan (Hernani dkk, 2010).

Berikut merupakan uraian bahan-bahan dasar sabun bentonit:

a. Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan salah satu minyak nabati yang paling

penting yang digunakan dalam pembuatan sabun. (Barel et al., 2009). Minyak

kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm

kering Cocos nucifera L (Departemen Kesehatan RI, 1979). Keuntungan dari

minyak kelapa adalah memberikan sabun padat dengan warna yang terang

dan busa berlimpah. Tingkat penggunaan tergantung pada kelas sabun mandi

dan bervariasi dalam kisaran 6-20% (Parasuram, 1995). Sifat fisikokimia

minyak kelapa dijelasan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sifat Fisikokimia Minyak Kelapa (Departemen Kesehatan RI,

1979)

Karakteristik Nilai

Indeks Bias (pada 400C) 1,448-1,450

Bilangan Asam (penetapan

dilakukan menggunakan 20 g)

Tidak lebih dari 0,2

Bilangan Iodium 7-11

Bilangan Penyabunan 250-264

Zat Tak Tersabunkan Tidak lebih dari 0,8%

Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa digolongkan

ke dalam minyak asam laurat (Thomssen & McCutheon, 1949), karena

kandungan asam laurat di dalamnya paling besar jika dibandingkan asam

lemak lain. Menurut Lakey (1941), asam laurat mampu memberikan sifat

pembusaan yang sangat baik, oleh karenanya asam laurat sangat diperlukan

dalam pembuatan produk sabun. Busa yang dihasilkan banyak dan sangat

lembut namun stabilitasnya relatif rendah (busa cepat hilang atau tidak tahan

Page 35: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lama). Sabun yang dihasilkan dari asam laurat memiliki ketahanan yang tidak

terlalu besar, artinya sabun batang yang dihasilkan tidak cukup keras

(Anggraeni, 2014). Berikut komposisi jenis asam lemak dari minyak kelapa

dan sifat sabun yang dihasilkan dari masing-masing jenis asam lemak:

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa dan Sifat Yang

Ditimbulkan Pada Sabun (Miller, 2003)

Asam

Lemak

Rumus Kimia Konsentrasi Sifat yang

ditimbulkan

pada sabun

Asam

Laurat

CH3(CH2)10COOH 39-54% Mengeraskan,

membersihkan,

menghasilkan

busa lembut

Asam

Miristat

CH3(CH2)12COOH 15-23% Mengeraskan,

membersihkan,

menghasilkan

busa lembut

Asam

Palmitat

CH3(CH2)14COOH 6-11% Mengeraskan,

menstabilkan

busa

Asam

Oleat

CH3(CH2)7CH=CH

(CH2)7COOH

4-11% Melembabkan

Asam

Stearat

CH3(CH2)16COOH 1-4% Mengeraskan,

menstabilkan

busa

Asam

Linoleat

CH3(CH2)4(CH=C

HCH2)2(CH2)6COO

H

1-2% Melembabkan

b. NaOH

Menurut Mitsui (1997), sabun yang dibuat dari natrium hidroksida

dikenal dengan sebutan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang

dibuat dari KOH dikenal dengan sebutan sabun lunak (soft soap). Karena

pada penelitian ini akan dibuat sabun padat, maka alkali yang digunakan

adalah NaOH. Natrium hidroksida memiliki berat molekul 40 serta

merupakan basa kuat yang larut dalam air dan etanol (Departemen Kesehatan

RI, 1979).

c. Asam Stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari

lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat (C18H36O2) dan

Page 36: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

heksadekanoat (C16H32O2). Berupa zat padat keras mengkilat menunjukkan

susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin; larut dalam 20

bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P

(Departemen Kesehatan RI, 1979). Asam stearat berperan dalam memberikan

konsistensi dan kekerasan pada sabun (Mitsui, 1997).

d. Gliserin

Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirop, tidak berwarna, tidak

berbau, manis diikuti rasa hangat dan higroskopis. Dapat bercampur dengan

air dan dengan etanol 95% P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam

eter P dan dalam minyak lemak (Departemen Kesehatan RI, 1979). Gliserin

digunakan sebagai humektan dengan konsentrasi <30%. Gliserin dapat

berubah warna menjadi hitam dihadapan cahaya atau kontak dengan zink

oksida atau bismuth nitrat dasar (Rowe et al., 2006). Menurut Mitsui (1997),

gliserin telah lama digunakan sebagai humektan, yaitu skin conditioning

agent yang dapat meningkatkan kelembaban kulit. Adanya humektan dapat

mengubah ketidakstabilan sabun batang, sehingga memodifikasi persepsi

konsumen dari produk sebagai produk pembilas yang bersih (Barel et al.,

2009).

e. Butylated hydroxytoluene (BHT)

Berupa serbuk hablur padat, putih, bau khas dan lemah. BHT praktis

tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan hidroksida alkali dan

dilute aqueous asam mineral; sangat larut dalam aseton, benzena, etanol 95%,

eter, metanol, toluen, fixed oils dan minyak mineral. Digunakan sebagai

antioksidan untuk minyak dan lemak dengan konsentrasi 0,02% (Rowe et al.,

2006). Basis sabun dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi

(misalnya oleat, linoleat, dan linolenat) dan adanya aditif sabun tertentu,

seperti pengaroma, cenderung menjadi rentan terhadap perubahan oksidatif

atmosfer yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, preservative (agen chelating

dan antioksidan) diperlukan untuk mencegah dari terjadinya oksidasi.

Antioksidan yang paling umum digunakan dalam hubungannya dengan

chelating agent pada sabun batangan adalah butylated hydroxytoluene (BHT)

(Barel et al., 2009).

Page 37: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

f. Triklosan

Triklosan berupa serbuk putih kristal halus, memiliki titik leleh pada

suhu 570C dan terlindung dari cahaya. Triklosan praktis tidak larut dalam air;

larut dalam alkohol, dalam aseton, dan metil alkohol; sedikit larut dalam

minyak. Triklosan adalah antiseptik bisfenol klorinasi, efektif terhadap

bakteri gram positif dan gram negatif tetapi memiliki aktivitas rendah

terhadap Pseudomonas spp serta aktif juga terhadap jamur. Triklosan biasa

digunakan sebagai antimikroba atau pengawet dalam produk sabun, krim dan

larutan dalam konsentrasi sampai 2% (Sweetman, 2009).

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2008), triklosan

digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik dengan konsentrasi maksimal

0,3%. Sabun batang sangat efektif dalam menghilangkan microbial flora

yang diketahui menyebabkan infeksi kulit, jerawat, dan bau tak sedap selama

proses mencuci atau mandi. Penambahan antimikroba pada sabun batang

memberi manfaat untuk penggunaan jangka panjang, terutama antara mencuci

dan mandi. Karena masalah keamanan dari berbagai antimikroba yang

digunakan dalam sabun batangan, jumlah agen antimikroba yang digunakan

mengalami penurunan sejak tahun 1970an. Trichlorocarbanilide (TCC),

trikloro difenil hidroksietil (triclosan), dan para-chloro m-xylenol (PCMX)

yang umum digunakan dalam sabun batangan saat ini. TCC sebagian besar

efektif terhadap bakteri gram positif sedangkan triclosan dan PCMX telah

terbukti efektif terhadap kedua bakteri gram positif dan gram negatif (Barel et

al., 2009).

g. Kokamidopropil betain

Alkil betain adalah turunan N-trialkil asam amino

([R1R2R3]N+CH2COOH), yang diklasifikasikan sebagai kationik karena

menunjukkan muatan positif permanen. Karena betain juga memiliki

kelompok fungsional bermuatan negatif dalam kondisi pH netral dan basa,

maka disebut sebagai surfaktan amfoterik. Muatan positif dari betain berasal

dari nitrogen kuartener sedangkan situs anioniknya berasal dari karboksilat

(betaine), sulfat (sulfobetaine atau sultaine), atau fosfat (phospho betaine atau

phostaine) (Paye et al., 2006).

Page 38: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Betain adalah surfaktan dengan sifat pembusa, pembasah dan

pengemulsi yang baik, khususnya dengan keberadaan surfaktan anionik.

Betain memiliki efek iritasi yang rendah pada mata dan kulit, bahkan dengan

adanya betain dapat menurunkan efek iritasi surfaktan anionik. Hal ini

terbukti dari penelitian Teglia dan Secchi (1994), cocamidopropril betaine

dapat menurunkan iritasi dengan efek yang mirip dengan wheat protein ketika

ditambahkan ke dalam larutan sodium lauryl sulfate. Baik wheat protein

maupun cocamidopropyl betaine dapat melindungi kulit dari iritasi (Barel et

al., 2009).

h. Parfum (fragrance)

Fragrance merupakan bahan aditif yang penting pada produk

cleansing yang dapat memengaruhi penerimaan konsumen. Penggunaan

fragrance umumnya untuk menutupi karakteristik bau dari asam lemak atau

fase minyak. Fragrance yang digunakan tidak boleh menyebabkan

perubahan stabilitas atau perubahan produk akhir. Jumlah fragrance yang

digunakan pada sabun batangan biasanya berkisar dari 0,3% (kulit sensitif)

sampai 1,7% (untuk sabun deodorant) (Barel et al., 2009).

2.4.5 Syarat Mutu Sabun Mandi Menurut SNI

Spesifikasi persyaratan mutu yang harus dipenuhi pada produk sabun

mandi menurut SNI 06-3532-1994 disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Syarat Mutu Sabun Mandi (Standar Nasional Indonesia,

1994)

No. Uraian Satuan Tipe 1 Tipe 2 Superfat

1. Kadar Air % Maks. 15 Maks. 15 Maks. 15

2. Jumlah Asam

Lemak

% >10 64-70 >70

3. Alkali bebas

(dihitung sebagai

NaOH)

% Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1

4. Asam lemak

bebas dan atau

lemak netral

% < 2,5 < 2,5 2,5 – 7,5

5. Minyak Mineral - Negatif Negatif Negatif

Page 39: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Natrium Lauril Sulfat

Natrium lauril sulfat (NLS) adalah campuran dari natrium alkil

sulfat, natrium dodesil sulfat, C12H25SO4- Na

+, sangat larut dalam air pada

suhu kamar dan digunakan dalam farmasi sebagai pembersih kulit sebelum

operasi, yang memiliki sifat bakteriostatik terhadap bakteri Gram-positif

bakteri dan juga dugunakan pada shampoo. NLS juga merupakan komponen

dari emulsifying wax (Attwood et al., 2012).

Natrium Lauril Sulfat termasuk kedalam golongan surfaktan anionik.

Natrium Lauril Sulfat (NLS) memiliki panjang rantai karbon 12 dan

merupakan salah satu surfaktan yang paling umum. Surfaktan ini kurang

ditoleransi oleh kulit. Ketika panjang rantai meningkat, yakni di kisaran C14-

C18, penetrasi surfaktan melalui stratum korneum menurun seiring dengan

potensi iritasi dan kapasitas busa yang menurun. Rantai dengan jumlah

karbon yang lebih rendah dari 12 ditoleransi lebih baik oleh kulit daripada

SLS tetapi menunjukkan bau yang lebih menonjol. Kombinasi dengan

surfaktan lain dapat meningkatkan kompatibilitas NLS terhadap kulit

sekaligus menghasilkan busa yang lebih baik. Lauril sulfat tersedia dalam

bentuk berbagai garam: SLS, amonium lauril sulfat (ALS), magnesium lauril

sulfat [Mg (LS) 2], dan trietanolamin lauril sulfat (teals). Toleransi lauril

sulfat terhadap kulit berturut-turut sebagai berikut: Mg (LS) 2> teals> NLS>

ALS (Paye et al., 2006).

2.6 Bentonit

Tanah yang digunakan dalam formulasi sabun untuk menyucikan

najis mughalladzah pada penelitian ini adalah bentonit. Menurut Husnain

(2010), tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)

mineral-mineral padat dan dari bahan-bahan organik yang melapuk

(Anggraeni, 2014). Berdasarkan zahir hadis, hukum menyamak dengan tanah

pada tempat yang terkena najis mughalladzah, Nabi Muhammad SAW tidak

memperincikan bentuk dan keadaan tanah yang boleh digunakan untuk

menyucikan najis mughalladzah. Ini seolah-olah menunjukkan semua jenis

tanah yang ada di atas muka bumi ini boleh digunakan untuk

Page 40: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyamak. Imam Al-Sharbini menyebutkan semua jenis tanah sekalipun

debu pasir (Mughni al-Muhtaj, Juzu’ 1, Hlm 137). Tanah yang dicampur

dengan benda asing tidaklah menjadi halangan selama ia tidak mengubah

keaslian tanah dan suci. Sedangkan dari aspek tanah yang digunakan,

Rasulullah SAW tidak pernah menyatakan lapisan tanah yang ke berapa perlu

digunakan, karena pada asasnya tanah atau pasir adalah suci (Fatwa Malaysia,

2006).

Bentonit adalah koloid aluminium silikat terhidrasi terutama terdiri

dari montmorilonite (Al2O3.4SiO2.H2O), mungkin juga mengandung kalsium,

magnesium dan besi. Bentonit berupa kristal, mineral seperti clay, tidak

berbau, kuning pucat hingga krem keabu-abuan, berbentuk bubuk halus yang

bebas dari gift. Terdiri dari partikel sekitar 1-2 mm. Dalam bidang farmasi,

bentonit biasanya digunakan untuk memformulasi suspensi, gel dan sol.

Selain itu juga digunakan untuk mensuspensikan serbuk dalam sediaan cair

dan mempersiapkan basis krim yang mengandung agen pengemusi minyak

dalam air (Rowe et al., 2009).

Bentonit merupakan jenis tanah liat dengan proporsi mineral

montmorillonit mineral tanah liat yang tinggi, yang dihasilkan dari

dekomposisi abu vulkanik. Dengan plastisitas tinggi, bentonit sangat

menyerap air dan memiliki susut tinggi dan swelling charateristics (Asad et

al., 2013).

2.7 Sifat Fisika Kimia Sabun

Secara umum, sifat fisik dalam sabun terdiri dari kekerasan,

stabilitas busa, bilangan titer, mudah dibilas (Girgis, 1998), tegangan

permukaan, tegangan antar muka dan stabilitas emulsi (Bird, 1998).

Sedangkan sifat kimia pada sabun umumnya berupa pH, kadar air, jumlah

asam lemak total, alkali bebas, asam lemak bebas dan minyak mineral

(Girgis, 1998 dalam Anggraeni, 2014).

a. Kekerasan

Kekerasan menggambarkan ketahanan terhadap kerusakan

mekanis. Bila sabun terlalu lunak, maka akan sukar untuk ditekan pada proses

Page 41: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

finishing (Barel et al., 2009). Kekerasan sabun dipengaruhi oleh asam lemak

jenuh yang digunakan pada pembuatan sabun. Asam lemak jenuh merupakan

asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap, tetapi memiliki titik cair

yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang memiliki ikatan

rangkap. Asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang,

sehingga akan menghasilkan sabun yang lebih keras (Gusviputri et al., 2013).

b. pH

Sabun pada umumnya mempunyai pH sekitar 10 (Mitsui, 1997).

Sabun yang baik memiliki pH yang tidak jauh dari pH normal kulit yaitu

(5,5-6,5) sampai pH netral (7). Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa pH

merupakan parameter yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik

karena pH dari kosmetik yang dipakai mempengaruhi daya absorbsi kulit.

Kosmetik dengan pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat

meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit menjadi teriritasi (Ayu et al.,

2010).

c. Busa

Busa adalah suatu dispersi koloid dimana gas terdispersi dalam fase

kontinyu yang berupa cairan (Schramn, 2005). Busa merupakan salah satu

parameter penting dalam penentuan mutu sabun mandi. Pada peng-

gunaannya, busa berperan dalam proses pembersihan dan melimpahkan

wangi sabun pada kulit. Adanya senyawa tidak jenuh (asam lemak tidak

jenuh) dalam campuran minyak, tidak akan menstabilkan busa (Gromophone,

1983 dalam Hernani et al., 2010).

d. Kadar Air

Menurut Spitz (1996), banyaknya air yang ditambahkan pada sabun

akan berpengaruh terhadap kelarutan sabun. Semakin banyak air yang

terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut pada

saat digunakan (Hernani et al., 2010). Prinsip dari pengujian kadar air dalam

sabun adalah pengukuran kekurangan berat setelah pengeringan pada suhu

1050C (SNI, 1994).

Page 42: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Jumlah Asam Lemak

Jumlah asam lemak adalah keseluruhan asam lemak baik asam

lemak yang terikat dengan natrium maupun asam lemak bebas ditambah

lemak netral (trigliserida netral/ lemak yang tidak tersabunkan). Untuk sabun

yang mengandung banyak zat organik seperti silikat dan titandioksida

dipergunakan cara ekstraksi dengan dietil eter atau petroleum eter (SNI,

1994).

f. Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam contoh

sabun, tetapi yang tidak terikat sebagai senyawa natrium maupun senyawa

trigliserida (lemak netral). Adanya asam lemak bebas dapat diperiksa apabila

pada pengujian alkali bebas ternyata tidak terjadi warna merah dari indikator

phenolphtalein setelah pendidihan dalam alkohol netral. Asam lemak bebas

yang melarut dalam alkohol netral selanjutnya dititrasi dengan KOH

alkoholis (SNI, 1994).

g. Minyak Mineral

Minyak mineral tidak mungkin dapat disabunkan seperti halnya

asam lemak bebas dan lemak netral, sehingga meskipun sudah disabunkan

dengan KOH berlebihan akan tetap sebagai minyak dan pada penambahan air

akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai adanya kekeruhan

(SNI, 1994).

Page 43: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian II Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Laboratorium Formulasi Sediaan Semi Solid dan Liquid

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dan Laboratorium Non Pangan, Balai

Pengujian Mutu Barang, Ciracas Jakarta Timur. Penelitian berlangsung

selama 4 bulan, dari bulan Maret hingga bulan Mei 2016.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Timbangan analitik, termometer, penetrometer, vortex, penjepit

kayu, magnetic stirrer, hot plate, batang pengaduk, pipet tetes, kaca arloji,

spatula, pot, cetakan sabun, oven, pH meter dan alat-alat gelas kimia lainnya.

3.2.2 Bahan

Bentonit (Shadong Bio-technology), gliserin (Shadong Bio-

technology), Natrium hidroksida (Shadong Bio-technology), asam stearat

(Shadong Bio-technology), natrium lauril sulfat (Shadong Bio-technology),

kokamidopropil betain (Go-Native New Zealand), butylated hidroxytoluene,

minyak kelapa (24 Chatham Place), triklosan (DevImpex), etanol 96%,

parfum (tea tree oil), aquadest, aluminium foil.

Page 44: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Prosedur kerja

3.3.1 Formulasi Sabun Padat Bentonit

a. Formula Sabun Padat Bentonit (Variasi konsentrasi asam

stearat)

(Anggraeni, 2014 dengan modifikasi)

BAHAN

FORMULA

I II III IV

Minyak kelapa 17% 17% 17% 17%

NaOH 30% 15% 15% 15% 15%

Asam Stearat 6% 7% 8% 9%

Kokamidopropil

betain

3% 3% 3% 3%

NLS 4% 4% 4% 4%

Bentonit 20% 20% 20% 20%

Gliserin 17% 17% 17% 17%

BHT 0,02% 0,02% 0,02% 0,02%

Triklosan 0,1% 0,1% 0,1% 0,1%

Etanol 96% 1% 1% 1% 1%

Parfum qs qs qs qs

Aquadest Add

100%

Add

100%

Add

100%

Add

100%

Page 45: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Formula Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi NLS)

BAHAN

FORMULA

A B C

Minyak kelapa 17% 17% 17%

NaOH 30% 15% 15% 15%

Asam Stearat 9% 9% 9%

Kokamidopropil

betain

3% 3% 3%

NLS 4% 5% 6%

Bentonit 20% 20% 20%

Gliserin 17% 17% 17%

BHT 0,02% 0,02% 0,02%

Triklosan 0,1% 0,1% 0,1%

Etanol 96% 1% 1% 1%

Parfum qs qs qs

Aquadest Add 100% Add 100% Ad 100%

c. Pembuatan Sabun Bentonit (Setyoningrum, 2010 dengan

modifikasi)

Ditimbang masing-masing komponen formula sesuai kebutuhan.

Asam stearat, minyak kelapa, dan BHT dilebur hingga suhu 700C di dalam

cawan penguap di atas penangas air. Lalu ditambahkan larutan NaOH 30%

pada suhu 700C, diaduk sampai terbentuk massa yang homogen.

Ditambahkan secara berturut-turut gliserin, natrium lauril sulfat (yang

telah dilarutkan dalam air), kokamidopropil betain, triklosan (yang telah

dilarutkan dalam etanol 96%), bentonit, dan sisa air sedikit demi sedikit

pada suhu yang sama, diaduk hingga homogen. Kemudian dilakukan

pendinginan hingga suhu 500C-40

0C, setelah itu ditambahkan parfum

secukupnya. Diaduk sampai terbentuk massa sabun padat. Campuran

Page 46: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dituangkan kedalam cetakan yang sebelumnya telah diolesi gliserin,

didiamkan sampai mengeras pada lemari pendingin. Kemudian sabun

dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan evaluasi.

3.3.2 Evaluasi Sifat Fisika dan Kimia Sabun

1. Pengamatan Organoleptik

Pengamatan organoleptik dilakukan secara visual dengan

mengamati bentuk, warna dan bau dari sabun padat yang dihasilkan

(Tjitraresmi dkk, 2010).

2. Tinggi Busa dan Stabilitas Busa

Sebanyak 1 gram sabun dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi

10 ml aquades, kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit. Busa

yang terbentuk diukur tingginya menggunakan penggaris (tinggi busa

awal). Tinggi busa diukur kembali setelah 1 jam (tinggi busa akhir),

kemudian stabilitas busa dihitung dengan rumus (Piyali et al, 1999 dalam

Jannah, 2009):

Stabilitas Busa (1 jam) = 100% - %Busa yang hilang

%Busa yang hilang =

x 100%

3. pH Sabun

Sampel dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak satu gram

dimasukkan ke dalam gelas kimia. Akuades yang memiliki pH 7

ditambahkan sebanyak 10 mL dan diaduk sampai larut kemudian

dilakukan pengukuran pH dengan cara memasukkan pH meter yang telah

dikalibrasi dengan pH 4, 7, dan 9. Selanjutnya pH meter didiamkan

beberapa saat hingga didapatkan pH yang tetap (Laeha, 2015).

4. Kekerasan sabun

Pengukuran kekerasan sabun dilakukan dengan menggunakan

penetrometer. Jarum pada penetrometer ditusukkan ke dalam sampel dan

dibiarkan untuk menembus bahan selama 5 detik pada temperatur konstan

(27°C). Kedalaman penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan dalam

Page 47: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1/10 mm dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer (Jannah,

2009).

3.3.3 Evaluasi Sabun Menurut SNI

Pengujian mutu sabun menurut SNI meliputi kadar air, jumlah

asam lemak, asam lemak bebas/alkali bebas dan minyak mineral dilakukan

di Laboratorium Non Pangan, Balai Pengujian Mutu Barang, Direktorat

Pengembangan Mutu Barang, Ciracas, Jakarta Timur.

3.3.4 Teknik Analisa Data

Data dari beberapa formula hasil evaluasi berupa pH, tinggi busa,

stabilitas busa dan kekerasan sabun, diuji secara statistik dengan analisis

varian satu arah (one way ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji

Tukey HSD dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk mengetahui

perbedaan yang bermakna antara formula hasil pengujian. Data yang tidak

terdistribusi normal dan tidak homogen, dilanjutkan dengan analisis

statistik non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis.

Page 48: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formulasi Sabun Padat Bentonit

Pembuatan sabun padat bentonit dalam penelitian ini menggunakan variasi

konsentrasi asam stearat dan natrium lauril sulfat. Penggunaan variasi konsentrasi

asam stearat bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi asam stearat yang dapat

memberikan kekerasan paling tinggi pada sabun padat bentonit. Hal ini

dikarenakan bentonit memiliki sifat dapat menyerap air yang menyebabkan

tekstur sabun menjadi lunak (Ibrahim dkk, 2005). Formula sabun padat bentonit

dalam penelitian ini merupakan modifikasi formula dari penelitian Anggraeni

(2014) dengan hanya menggunakan minyak kelapa tunggal dan menambahkan

natrium lauril sulfat sebagai surfaktan pembentuk busa dalam sabun padat

bentonit dengan berbagai variasi konsentrasi.

Berdasarkan zahir hadis, hukum menyamak dengan tanah pada tempat

yang terkena najis mughalladzah, Nabi Muhammad SAW tidak memperincikan

bentuk dan keadaan tanah yang boleh digunakan untuk menyucikan

najis mughalladzah sehingga menunjukkan semua jenis tanah yang ada di atas

muka bumi ini boleh digunakan untuk menyamak, sedangkan dari aspek tanah

yang digunakan, Rasulullah SAW tidak pernah menyatakan lapisan tanah yang ke

berapa perlu digunakan, karena pada asasnya tanah atau pasir adalah suci (Fatwa

Malaysia, 2006). Selain itu, tidak dijelaskan secara rinci dalam ajaran Islam

berapa kadar debu atau tanah yang harus digunakan dalam bersuci (Anggraeni,

2014). Berdasarkan Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2003 tentang Standarisasi Fatwa

Halal, menyatakan bahwa mencuci bekas babi atau anjing dengan cara di-sertu

(dicuci dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dengan tanah/debu atau

penggantinya yang memiliki daya pembersih yang sama). Oleh karena itu, untuk

mendapatkan daya pembersih yang sama dengan tanah atau debu sebagai syarat

sertu atau samak najis mughalladzah diupayakan dengan menambah tanah

(bentonit) di dalam sabun dengan konsentrasi 20% (konsentrasi bahan paling

tinggi dalam formula).

Page 49: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Natrium lauril sulfat (NLS) merupakan tipe surfaktan anionik (Paye et al.,

2006), memiliki sifat sebagai pembentuk busa yang baik (Barel et al., 2009) dan

termasuk surfaktan yang larut dalam air, berkinerja baik dan kuat membersihkan

kotoran dan minyak, menghasilkan sediaan dengan warna yang baik tetapi

memiliki kekurangan jika digunakan dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

iritasi kulit (Hunting, 1983). Dalam penelitian ini, natrium lauril sulfat

dikombinasikan dengan kokamidopropil betain yang merupakan tipe surfaktan

amfoterik. Kombinasi NLS dengan kokamidoropil betain bertujuan untuk

meningkatkan kompatibilitas NLS terhadap kulit sekaligus menghasilkan busa

yang lebih baik. Selain itu, surfaktan amfoterik umumnya juga digunakan sebagai

tensioactives sekunder untuk efek stabilisasi busa (Paye et al., 2006).

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun padat bentonit

meliputi minyak kelapa, natrium hidroksida, asam stearat, kokamidopropil betain,

NLS, bentonit, gliserin, BHT, triklosan, etanol 96%, parfum dan akuades. Pada

proses pembuatan sabun, terlebih dahulu asam stearat, BHT dan minyak kelapa

dilebur di atas penangas air hingga suhu 700C sampai melebur sempurna. Asam

stearat berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun

(Mitsui, 1997). Asam stearat merupakan kristal putih yang meleleh pada suhu 69-

700C (Rowe et al., 2009) sehingga perlu dilelehkan terlebih dahulu pada suhu

700C. Penggunaan antioksidan pada sabun karena sabun tersusun dari asam lemak

yang sebagian mengandung ikatan tak jenuh yang mudah teroksidasi sehingga

menimbulkan ketengikan (Setyoningrum, 2010) dan adanya aditif sabun tertentu,

seperti pengaroma, cenderung menjadi rentan terhadap perubahan oksidatif

atmosfer yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, penambahan BHT diperlukan

untuk mencegah dari terjadinya oksidasi (Barel et al., 2009). Minyak kelapa

merupakan fase minyak yang digunakan dalam sabun padat bentonit. Minyak

kelapa memiliki kandungan terbesar asam laurat sebesar 48,9%, dimana fase

minyak ini dapat tersaponifikasi dengan adanya natrium hidroksida. Jenis alkali

yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium hidroksida yang cocok untuk

pembuatan sabun padat (Mitsui, 1997). Setelah fase minyak melebur sempurna

pada suhu 700C, ditambahkan larutan NaOH 30% pada suhu yang sama yaitu

700C ke dalam fase minyak tersebut sehingga terjadi reaksi saponifikasi. Stok

Page 50: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sabun harus merupakan reaksi yang sempurna antara asam lemak dengan alkali,

untuk menghindari adanya sisa asam lemak atau alkali bebas yang tertinggal

dalam sabun (Karo, 2011). Setelah terbentuk stok sabun, selanjutnya ditambahkan

gliserin. Gliserin digunakan sebagai humektan, yaitu skin conditioning agent yang

dapat meningkatkan kelembaban kulit (Mitsui, 1997).

Secara berturut-turut selanjutnya ditambahkan NLS (yang telah dilarutkan

dalam akuades) dan betain ke dalam stok sabun. Dilakukan kombinasi

penggunaan surfaktan, yaitu kombinasi NLS dan betain untuk meningkatkan

kompatibilitas NLS terhadap kulit sekaligus menghasilkan busa yang lebih baik

serta pembusaan yang stabil (Paye et al., 2006). Selanjutnya ditambahkan

triklosan (yang telah dilarutkan dalam etanol 96%) ke dalam massa sabun, yang

berfungsi sebagai pengawet (antimikroba). Penambahan antimikroba pada sabun

batang memberi manfaat untuk penggunaan jangka panjang, terutama pada saat

pencucian (Barel et al., 2009). Etanol 96% digunakan sebagai pelarut terhadap

triklosan, dikarenakan triklosan praktis tidak larut dalam air, namun larut dalam

alkohol, dalam aseton, dan metil alkohol (Sweetman, 2009). Selanjutnya

ditambahkan secara berturut-turut bentonit dan sisa air sedikit demi sedikit ke

dalam campuran massa sabun. Bentonit merupakan golongan tanah liat (clay)

yang digunakan sebagai agen penyuci dari najis mughalladzah dalam sabun dan

memiliki konsentrasi paling tinggi di dalam formula. Bahan terakhir yang

ditambahkan adalah minyak pohon teh yang merupakan pewangi untuk

memberikan efek wangi pada produk sabun yang dihasilkan. Setelah itu, massa

sabun dimasukkan ke dalam cetakan sabun, dan dibiarkan mengeras selama + 24

jam di dalam lemari pendingin untuk membantu mempercepat proses pemadatan

sabun. Sabun yang telah mengeras, kemudian dikeluarkan dari cetakan dan

dibiarkan selama + 24 jam pada suhu ruang. Setelah itu, dilakukan evaluasi sifat

fisika kimia sabun.

Terdapat empat formula dengan komposisi asam stearat yang berbeda

sebagai berikut: formula I dengan konsentrasi asam stearat 6%; formula II dengan

konsentrasi asam stearat 7%; formula III dengan konsentrasi asam stearat 8%; dan

formula IV dengan konsentrasi asam stearat 9%. Dari keempat formula tersebut,

dilakukan evaluasi organoleptik, pH dan kekerasan sabun untuk mendapatkan

Page 51: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

konsentrasi asam stearat yang dapat memberikan kekerasan paling tinggi pada

sabun padat bentonit dan memenuhi rentang pH sabun. Selanjutnya, terdapat tiga

formula dengan komposisi NLS yang berbeda sebagai berikut: formula A dengan

konsentrasi NLS 3%; formula B dengan konsentrasi NLS 4%; dan formula C

dengan konsentrasi NLS 5%. Dari ketiga formula tersebut, dilakukan evaluasi

sifat fisika kimia sabun berupa pH, tinggi busa, stabilitas busa dan kekerasan pada

sabun padat bentonit. Dari hasil evaluasi sifat fisika kimia sabun, dipilih

konsentrasi NLS terbaik dalam memberikan sifat fisika kimia sabun padat

bentonit. Setelah diketahui konsentrasi asam stearat dan NLS terbaik dalam

formula sabun padat bentonit, selanjutnya dilakukan evaluasi mutu sabun mandi

menurut SNI untuk formula terpilih meliputi kadar air, jumlah asam lemak, asam

lemak bebas/alkali bebas dan minyak mineral.

4.2 Evaluasi Formula Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi Asam

Stearat

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi Asam Stearat

Formula

Organoleptik

Nilai pH

Kedalaman

Penetrasi

(10-1

mm) Bentuk Warna Bau

I Padat Coklat Aroma teh 10,201 ± 0,0332 52 ± 1,3229

II Padat Coklat Aroma teh 10,110 ± 0,0089 42,08 ± 0,6292

III Padat Coklat Aroma teh 10,105 ± 0,0141 40,08 ± 0,8780

IV Padat Coklat Aroma teh 10,102 ± 0,0125 32,83 ± 1,0104

Sabun

Komersil

Padat Putih Aroma

Sabun

10,530 ± 0,0404 10,03 ± 0,0577

Keterangan: Data merupakan nilai rata-rata ± SD

4.2.1 Pengamatan Organoleptik

Hasil pemeriksaan organoleptis sabun padat bentonit setelah 2x24 jam

diperoleh hasil yang baik. Dari pengamatan organoleptik, tidak terdapat perbedaan

dari setiap formula sabun padat bentonit yang dihasilkan. Secara fisik dengan

penambahan konsentrasi asam stearat yang bervariasi tidak mempengaruhi

bentuk, warna dan bau sabun padat bentonit yang dihasilkan. Warna coklat pada

sabun diakibatkan oleh adanya bentonit sebagai agen penyuci najis mughalladzah.

Page 52: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.2 Pengujian pH

Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimiawi untuk

mengetahui sabun yang dihasilkan bersifat asam atau basa. Jumlah alkali dalam

sabun mempengaruhi besarnya nilai pH (Widiyanti, 2009). Nilai pH merupakan

karakteristik yang sangat penting dalam menentukan mutu sabun (Hardian dkk,

2014). Umumnya pH sabun memiliki nilai sekitar 10 (Mitsui, 1997), sedangkan

menurut Jellinek (1970), pH sabun umumnya berkisar antara 9,5-10,8 (Hambali et

al., 2004). Berdasarkan hasil evaluasi pH sabun padat bentonit variasi konsentrasi

asam stearat menunjukkan masih berada dalam rentang pH sabun umumnya dan

menunjukkan nilai pH yang relatif basa. pH sabun yang relatif basa tersebut dapat

membantu kulit untuk membuka pori-porinya kemudian busa dari sabun mengikat

sebum dan kotoran lain yang menempel di kulit (Setyoningrum, 2010). Namun

pH yang terlalu tinggi atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit

sehingga kulit dapat mengalami iritasi (Wasitaatmadja, 1997).

Hasil pengujian pH sabun padat bentonit variasi konsentrasi asam stearat

memiliki nilai rata-rata pH antara 10,102-10,201. Nilai pH sabun komersil sebagai

pembanding memiliki nilai sebesar 10,530. Semakin meningkat konsentrasi asam

stearat, maka nilai pH sabun akan semakin menurun disebabkan karena

banyaknya gugus asam yang terkandung pada asam stearat (Fitriana, 2015).

Namun penurunan pH yang terjadi tidak berbeda signifikan antarformula.

Hasil analisis statistik terhadap formula sabun padat bentonit variasi

konsentrasi asam stearat menunjukkan data tidak terdistribusi normal sehingga

dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis yang menunjukkan nilai sig > 0,05 yang

berarti bahwa perbedaan konsentrasi asam stearat tidak berpengaruh nyata

terhadap pH sabun padat bentonit. Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal Wallis

terhadap pH formula sabun padat bentonit variasi konsentrasi asam stearat dengan

sabun komersil menunjukkan nilai sig < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan

pH yang bermakna antara sabun padat bentonit variasi konsentrasi asam stearat

dengan sabun komersil.

Page 53: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.3 Pengujian Kekerasan Sabun Padat Bentonit

Kekerasan menggambarkan ketahanan terhadap kerusakan mekanis

(Barel et al., 2009). Pengukuran tingkat kekerasan sabun dilakukan dengan

menggunakan alat penetrometer. Sabun yang lebih lunak memiliki nilai penetrasi

yang lebih besar. Sabun yang memiliki tingkat kekerasan tertinggi adalah sabun

dengan nilai penetrasi yang paling rendah (Anggraeni, 2014). Kekerasan sabun

memiliki peran untuk meningkatkan efisiensi sabun ketika digunakan. Sabun yang

lebih keras dan padat memiliki umur simpan yang lebih lama daripada sabun yang

lunak (Hardian dkk, 2014). Kekerasan sabun dipengaruhi oleh adanya asam

lemak jenuh yang terdapat dalam sabun. Asam lemak jenuh merupakan asam

lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap yang biasanya terbentuk padat

dalam ruangan sehingga dapat membentuk kekerasan sabun. Semakin banyak

jumlah asam lemak jenuh maka sabun yang dihasilkan juga semakin keras

(Gusviputri et al., 2013). Selain itu, tingkat kekerasan juga dipengaruhi oleh kadar

air sabun. Semakin tinggi kadar air maka sabun akan semakin lunak (Suryani,

2007).

Dari hasil evaluasi kekerasan sabun padat bentonit variasi konsentrasi

asam stearat diperoleh nilai penetrasi sabun berkisar 52 10-1

mm sampai 32,83 10-

1mm. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa semakin meningkat

konsentrasi asam stearat, maka kekerasan sabun padat bentonit semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena asam stearat termasuk golongan asam

lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya

(Widiyanti, 2009) sehingga semakin banyak jumlah asam lemak jenuh maka

sabun yang dihasilkan juga semakin keras. Selain itu, asam stearat berperan dalam

memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun (Mitsui, 1997) yang

menyebabkan kekerasan sabun dapat meningkat. Pada konsentrasi asam stearat

yang lebih tinggi (lebih dari 9%), saat proses pembuatan sabun sukar terbentuk

sehingga batas maksimal konsentrasi yang digunakan adalah 9%.

Dari nilai kedalaman penetrasi yang diperoleh, maka sabun yang memiliki

kekerasan paling tinggi adalah formula IV dengan konsentrasi asam stearat 9%

walaupun hasil nilai penetrasi yang dihasilkan masih jauh jika dibandingkan

dengan nilai penetrasi sabun komersil. Hal ini disebabkan karena bentonit dalam

Page 54: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bentuk partikel yang berukuran sangat kecil berada dalam sabun dan memiliki

sifat dapat menyerap air sehingga tekstur sabun menjadi kurang keras. Oleh

karena itu, konsentrasi asam stearat 9% dipilih sebagai konsentrasi asam stearat

pada formulasi sabun padat bentonit dengan variasi konsentrasi NLS.

Hasil uji statistik dengan metode One way ANOVA terhadap formula

sabun padat bentonit variasi konsentrasi asam stearat menunjukkan kekerasan

sabun padat bentonit terdistribusi secara normal dan memiliki nilai Sig. 0,000

(Sig. <0,05) yang berarti bahwa peningkatan konsentrasi asam stearat

berpengaruh nyata terhadap kekerasan sabun padat bentonit. Kekerasan sabun

mandi belum memiliki standar persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga

dilakukan pengujian terhadap sabun komersial “Lifebouy” sebagai pembanding.

Hasil pengujian menunjukkan nilai penetrasi sabun komersil sebesar 10,03 10-

1mm. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap formula sabun padat bentonit variasi

konsentrasi asam stearat dengan pH sabun komersil menunjukkan data tidak

terdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis yang

menunjukkan nilai sig < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan pH yang

bermakna antara sabun padat bentonit variasi konsentrasi asam stearat dengan

sabun komersil.

4.3 Evaluasi Formula Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi NLS

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi NLS

Formula Nilai pH Kedalaman

Penetrasi

(10-1

mm)

Tinggi Busa

(cm)

Stabilitas

Busa (%)

A 10,199 ± 0,0295 35,25 ± 0,25 1,37 ± 0,0577 92,68 ± 0,3175

B 10,102 ± 0,0125 32,83 ± 1,0104 1,63 ± 0,1155 93,87 ± 0,4561

C 10,323 ± 0,0361 32,50 ± 1,3229 1,67 ± 0,1155 93,98 ± 0,3984

Sabun

Komersil

10,530 ± 0,0404 10,03 ± 0,0577 1,43 ± 0,0577 79,05 ± 0,8256

Keterangan: Data merupakan nilai rata-rata ± SD

Page 55: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.1 Pengamatan Organoleptik

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Organoleptik Sabun Padat Bentonit Variasi

Konsentrasi NLS

Formula Bentuk Warna Bau

A Padat Coklat Aroma teh

B Padat Coklat Aroma teh

C Padat Coklat Aroma teh

Hasil pemeriksaan organoleptis sabun padat bentonit setelah 2x24 jam

diperoleh hasil yang baik. Dari pengamatan organoleptik, formula sabun padat

bentonit variasi konsentrasi NLS menunjukkan hasil yang sama dengan formula

sabun padat bentonit variasi konsentrasi asam stearat. Secara fisik dengan

penambahan konsentrasi NLS yang bervariasi tidak mempengaruhi bentuk, warna

dan bau sabun padat bentonit yang dihasilkan.

4.3.2 Pengujian pH

Hasil pengujian pH sabun padat bentonit variasi konsentrasi natrium lauril

sulfat menunjukkan nilai rata-rata pH antara 10,102-10,323. Nilai pH sabun

komersil sebagai pembanding memiliki nilai sebesar 10,530. Dari hasil pengujian

pH sabun padat bentonit variasi konsentrasi NLS menunjukkan nilai pH yang

fluktuatif. Kenaikan pH pada formula C dapat disebabkan oleh pengaruh

peningkatan konsentrasi surfaktan NLS yang memiliki pH yang relatif basa yaitu

7-9,5 (Rowe et al., 2006) sehingga dapat meningkatkan sifat basa dari sabun padat

bentonit, sedangkan penyebab terjadinya penurunan pH pada konsentrasi NLS 4%

belum dapat diketahui secara pasti. Namun walaupun menunjukkan nilai pH yang

fluktuatif, nilai pH yang dihasilkan masih berada dalam rentang pH sabun

umumnya dan menunjukkan nilai pH yang relatif basa.

Hasil uji statistik One way ANOVA terhadap formula sabun padat bentonit

variasi konsentrasi NLS menunjukkan data terdistribusi normal dan memiliki nilai

sig < 0,05 yang berarti bahwa peningkatan konsentrasi NLS berpengaruh nyata

terhadap pH sabun padat bentonit. Berdasarkan hasil uji statistik One way

ANOVA terhadap pH formula sabun padat bentonit variasi konsentrasi NLS

dengan sabun komersil menunjukkan nilai sig < 0,05 yang berarti bahwa ada

Page 56: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perbedaan yang bermakna antara sabun padat bentonit variasi konsentrasi NLS

dengan sabun komersil.

4.3.3 Pengujian Kekerasan

Dari hasil evaluasi kekerasan sabun padat bentonit variasi konsentrasi

NLS diperoleh nilai penetrasi sabun berkisar 35,25 10-1

mm sampai 32,50 10-1

mm.

Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa semakin meningkat konsentrasi

NLS maka kekerasan sabun padat bentonit juga meningkat. Hal ini dapat

disebabkan oleh perubahan jumlah air yang ditambahkan ke dalam massa sabun.

Dengan meningkatnya konsentrasi NLS yang ditambahkan, maka jumlah air yang

ditambahkan akan semakin berkurang sehingga kadar airnya akan semakin rendah

(Langingi et al., 2014). Kadar air yang rendah dapat menyebabkan sabun semakin

keras.

Hasil uji statistik One way ANOVA terhadap formula sabun padat bentonit

variasi konsentrasi NLS menunjukkan kekerasan sabun padat bentonit

terdistribusi secara normal dan menunjukkan hasil nilai Sig <0,05 yang berarti

bahwa peningkatan konsentrasi NLS berpengaruh nyata terhadap kekerasan sabun

padat bentonit. Kemudian uji lanjut Tukey HSD antara formula A dengan formula

B dan antara formula B dengan formula C memiliki nilai sig > 0,05 yang berarti

tidak ada perbedaan kekerasan yang bermakna antara formula A dengan formula

B dan antara formula B dengan formula C. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap

pH formula sabun padat bentonit variasi konsentrasi NLS dengan sabun komersil

menunjukkan data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen sehingga

dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis yang menunjukkan nilai sig < 0,05 yang

berarti bahwa ada perbedaan pH yang bermakna antara sabun padat bentonit

variasi konsentrasi NLS dengan sabun komersil.

4.3.4 Pengujian Tinggi dan Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

Busa adalah dispersi gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat

pembusa, merupakan struktur yang relatif stabil dan terdiri atas kantong-kantong

udara yang terbungkus oleh lapisan tipis (Ayu, et al., 2010). Zat pembusa bekerja

untuk menjaga agar busa tetap terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana

Page 57: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

molekul gas terdispersi dalam cairan. Larutan-larutan yang mengandung bahan

aktif permukaan akan menghasilkan busa yang stabil bila dicampur dengan air

(Purnamawati, 2006). Pemeriksaan tinggi busa merupakan salah satu cara untuk

mengontrol suatu produk deterjen atau surfaktan agar menghasilkan sediaan yang

memiliki kemampuan dalam menghasilkan busa (Saputri dkk, 2014). Tidak ada

syarat tinggi busa minimum atau maksimum untuk sediaan sabun. Hal ini lebih

dikaitkan pada nilai estetika yang disukai oleh konsumen, yaitu umumnya

konsumen beranggapan bahwa sabun yang baik adalah sabun yang menghasilkan

banyak busa, padahal banyaknya busa tidak selalu sebanding dengan kemampuan

daya bersih sabun (Purnamawati, 2006). Pembusaan sabun dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu adanya bahan aktif sabun atau surfaktan (natrium lauril

sulfat), penstabil busa (seperti betain) serta bahan penyusun sabun yang lain

seperti jenis minyak yang digunakan (Suryani dkk, 2007).

Hasil evaluasi tinggi busa sabun padat bentonit diperoleh tinggi busa

berkisar 1,37-1,67 cm. Dari hasil pengujian tinggi busa sabun padat bentonit

diketahui bahwa tinggi busa sabun semakin meningkat seiring dengan

peningkatan konsentrasi NLS. Hal ini disebabkan karena NLS bertindak sebagai

surfaktan pembentuk busa pada sabun padat bentonit, sehingga dengan

meningkatnya konsentrasi NLS maka tinggi busa yang dihasilkan juga meningkat.

Jika dibandingkan dengan tinggi busa sabun komersil yaitu 1,43 cm, tinggi busa

formula B dan formula C masih menunjukkan hasil yang lebih baik.

Hasil evaluasi stabilitas busa sabun padat bentonit selama 1 jam diperoleh

persentase stabilitas busa berkisar antara 92,68%-93,98%. Stabilitas busa yang

dihasilkan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi NLS sebagai

surfaktan pembentuk busa. Stabilitas busa yang dihasilkan juga dapat disebabkan

oleh adanya surfaktan sekunder yaitu betain yang dapat berfungsi sebagai

penstabil busa (Paye et al., 2006). Menurut Deragon et al. (1968) kriteria stabilitas

busa yang baik yaitu, apabila dalam waktu 5 menit diperoleh kisaran stabilitas

busa antara 60-70% (Rozi, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing

formula sudah memiliki stabilitas busa yang cukup baik. Jika dibandingkan

dengan stabilitas busa sabun komersial “Lifebouy” dengan presentase 79,05%,

Page 58: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rata-rata presentase stabilitas busa sabun padat bentonit masih menunjukkan hasil

yang lebih baik.

Hasil uji statistik One way ANOVA terhadap formula sabun padat bentonit

variasi konsentrasi NLS menunjukkan tinggi busa sabun padat bentonit

terdistribusi secara normal dan memiliki nilai Sig <0,05 yang berarti bahwa

peningkatan konsentrasi NLS berpengaruh nyata terhadap tinggi busa sabun padat

bentonit yang dihasilkan. Kemudian uji lanjut Tukey HSD formula B dengan

formula C memiliki nilai sig > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan tinggi busa

yang bermakna antara formula B dengan formula C. Berdasarkan hasil uji statistik

terhadap formula sabun padat bentonit variasi konsentrasi NLS dengan sabun

komersil menunjukkan nilai sig < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan tinggi

busa yang bermakna antara sabun padat bentonit dengan sabun komersil.

Kemudian uji lanjut Tukey HSD formula A dengan sabun komersil memiliki nilai

sig > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan tinggi busa yang bermakna antara

formula A dengan sabun komersil.

Selanjutnya hasil uji statistik One way ANOVA terhadap formula sabun

padat bentonit variasi konsentrasi NLS menunjukkan stabilitas busa sabun padat

bentonit terdistribusi secara normal dan memiliki nilai Sig < 0,05 yang berarti

bahwa peningkatan konsentrasi natrium lauril sulfat berpengaruh nyata terhadap

stabilitas busa sabun padat bentonit yang dihasilkan. Kemudian uji lanjut Tukey

HSD antara formula B dengan formula C memiliki nilai sig > 0,05 yang berarti

tidak ada perbedaan stabilitas busa yang bermakna antara formula B dengan

formula C. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap stabilitas busa formula sabun

padat bentonit dengan sabun komersil menunjukkan data tidak terdistribusi

normal sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis yang menunjukkan nilai

sig < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan stabilitas busa yang bermakna antara

sabun padat bentonit variasi konsentrasi NLS dengan sabun komersil.

Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA terhadap tinggi dan stabilitas

busa, konsentrasi NLS 4% dan NLS 5% menunjukkan nilai yang tidak berbeda

signifikan. Oleh karena itu, dengan pertimbangan bahwa dengan konsentrasi NLS

yang lebih rendah lebih memudahkan dalam proses pembuatan sabun terutama

dalam proses melarutkan NLS dan penuangan ke dalam cetakan dan memiliki

Page 59: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kecenderungan lebih aman terhadap efek iritasi kulit, dimana bila surfaktan yang

digunakan pada konsentrasi lebih dari 4% dapat menimbulkan iritasi pada kulit

(Williams dan Schmitt, 2002 dalam Hardian, 2014) serta dari segi ekonomis dapat

mengurangi biaya produksi, maka NLS 4% dipilih sebagai konsentrasi terbaik

dalam memberikan tinggi dan stabilitas busa sabun padat bentonit.

4.4 Evaluasi Mutu Sabun Mandi Menurut Standar Nasional Indonesia

(SNI)

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Mutu Sabun Mandi Menurut SNI

No Karakteristik Satuan Hasil

Pengujian

Persyaratan

1 Kadar Air % 24,82 Maks. 15

2 Jumlah Asam

Lemak

% 0,23 >70

3 Alkali Bebas

(dihitung sebagai

NaOH)

% 0,00 Maks 0,1

4 Minyak Mineral - Negatif Negatif

4.4.1 Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terdapat di dalam bahan yang

dinyatakan dalam persen. Pengukuran kadar air perlu untuk dilakukan karena akan

berpengaruh terhadap kualitas sabun (Hambali dkk, 2004). Menurut Spitz (1996),

banyaknya air yang ditambahkan pada sabun akan berpengaruh terhadap kelarutan

sabun. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan

semakin mudah menyusut pada saat digunakan (Hernani et al., 2010). Kadar air

juga dapat mempengaruhi tingkat kekerasan dari sabun padat. Semakin tinggi

kadar air sabun maka tingkat kekerasan sabun akan semakin lunak, sebaliknya

semakin rendah kadar air sabun maka tingkat kekerasan sabun akan semakin keras

(Hardian dkk, 2014).

Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui bahwa kadar air sabun

padat bentonit yang diperoleh sebesar 24,82%. Kadar air sabun yang dihasilkan

tersebut melebihi persyaratan kadar air sabun mandi menurut SNI yaitu maksimal

15%. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya air yang ditambahkan saat proses

pembuatan sabun dan hasil samping proses penyabunan (Karo, 2011). Villela dan

Page 60: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suranyi (1996) menyatakan bahwa asam lemak (RCOOH) yang bereaksi dengan

NaOH akan membentuk sabun (RCOONa) dan air (H2O) (Widiyanti, 2009).

4.4.2 Jumlah Asam Lemak

Asam lemak merupakan komponen utama penyusun minyak atau lemak.

Pengukuran jumlah asam lemak dilakukan untuk mengetahui jumlah asam lemak

yang terdapat dalam sabun dengan cara memutus ikatan antara asam lemak

dengan natrium pada sabun menggunakan asam kuat (Widiyanti, 2009). Jenis

asam lemak yang digunakan menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan.

Jumlah asam lemak pada sabun menunjukkan total jumlah asam lemak yang

tersabunkan dan asam lemak bebas yang terkandung pada sabun. Asam lemak

yang terkandung dalam sabun dapat berasal dari asam stearat dan minyak nabati

yang digunakan sebagai bahan baku. Menurut SNI 1994, jumlah asam lemak yang

baik dalam sabun mandi adalah minimal 70%. Artinya bahan-bahan yang

ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam sabun sebaiknya kurang dari 30%. Hal

ini dimaksudkan untuk mengefisienkan proses pembersihan kotoran berupa

minyak atau lemak pada saat sabun digunakan (Karo, 2011).

Menurut William dan Schmitt (2002), dalam suatu formulasi, asam lemak

berperan sebagai pengatur konsistensi. Asam lemak diperoleh secara alami

melalui saponifikasi trigliserida. Ditambahkan pula oleh Spitz (1996), bahwa

asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan

membuat sabun menjadi lebih tahan lama pada kondisi setelah digunakan

(Hambali dkk, 2004), sehingga jika jumlah asam lemak sabun rendah maka sabun

akan cepat habis ketika digunakan (Karo, 2011).

Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui jumlah asam lemak

sabun padat bentonit diperoleh sebesar 0,23%. Jumlah asam lemak yang

dihasilkan tersebut sangat rendah sehingga tidak memenuhi persyaratan menurut

SNI yaitu minimal 70%. Hal ini dapat disebabkan karena dalam formulasi sabun

padat bentonit ditambahkan beberapa bahan tambahan seperti bentonit, gliserin,

NLS, betain dan bahan lainnya dengan jumlah yang tinggi sehingga sabun padat

bentonit memiliki lebih sedikit stok sabun dibandingkan dengan sabun mandi

Page 61: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

biasa. Stok sabun yang dihasilkan merupakan hasil reaksi saponifikasi dari asam

lemak.

4.4.3 Alkali Bebas

Alkali bebas merupakan alkali yang tidak terikat sebagai senyawa pada

saat pembuatan sabun karena adanya penambahan alkali yang berlebihan pada

proses penyabunan (Karo, 2011). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

jumlah alkali bebas yang terdapat dalam sabun. Kelebihan alkali dapat disebabkan

karena penambahan alkali yang berlebih pada proses pembuatan sabun. Alkali

bebas yang melebihi standar akan menyebabkan iritasi pada kulit (Hambali dkk,

2004). Bila kadar alkali bebas terlalu tinggi, akan menyebabkan kulit menjadi

kering (Hernani et al., 2010). Alkali bebas yang ada dalam sabun yang dihasilkan

dalam penelitian ini adalah natrium, karena alkali yang digunakan dalam

pembuatan sabun adalah natrium hidroksida.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui kadar alkali bebas dalam

sabun padat bentonit diperoleh sebesar 0,00%. Kadar alkali yang dihasilkan

tersebut memenuhi persyaratan mutu sabun mandi menurut SNI 1994 yaitu

maksimal 0,1%. Hal ini berarti bahwa sabun padat bentonit yang dihasilkan

memiliki kadar alkali bebas yang sangat rendah sehingga aman digunakan karena

memiliki kecenderungan tidak mengiritasi kulit.

4.4.4 Minyak Mineral

Minyak mineral adalah minyak yang berasal dari penguraian bahan

organik oleh jasad renik seperti minyak bumi dan turunannya (Hambali dkk,

2004). Keberadaan minyak mineral dalam sabun sangat tidak diharapkan karena

akan mempengaruhi proses emulsi sabun dengan air. Apabila terdapat minyak

mineral pada sabun, maka akan menyebabkan daya emulsi pada sabun menurun

(Qisti, 2009).

Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui kandungan minyak

mineral pada sabun padat bentonit adalah negatif. Hasil pengujian ini telah

memenuhi persyaratan mutu sabun menurut SNI bahwa kandungan minyak

mineral pada sabun mandi adalah negatif.

Page 62: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peningkatan konsentrasi asam stearat dapat mempengaruhi kekerasan

sabun padat bentonit. Semakin tinggi konsentrasi asam stearat dalam

formula sabun, maka semakin tinggi pula kekerasan sabun padat

bentonit yang dihasilkan.

2. Konsentrasi asam stearat 9% merupakan konsentrasi asam stearat yang

memberikan kekerasan paling tinggi pada sabun padat bentonit.

3. Peningkatan konsentrasi NLS dapat mempengaruhi pH, tinggi busa,

stabilitas busa dan kekerasan sabun padat bentonit.

4. Konsentrasi NLS 4% dan 5% merupakan konsentrasi NLS terbaik

dalam memberikan sifat fisika kimia sabun berupa pH, tinggi busa dan

stabilitas busa serta kekerasan pada sabun padat bentonit.

5. Berdasarkan hasil uji syarat mutu sabun mandi menurut SNI

menunjukkan kadar air dan jumlah asam lemak formula B belum

memenuhi syarat mutu sabun mandi menurut SNI.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan optimasi formula untuk mengurangi kadar air dalam

sabun padat bentonit.

2. Perlu dilakukan uji daya antimikroba sabun padat bentonit terhadap air

liur anjing.

3. Dilakukan uji efektivitas pengawet dalam sabun padat bentonit untuk

mencegah pertumbuhan mikroba setelah jangka waktu pemakaian.

Page 63: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Ad-imasyqi, Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman. 2001. Fiqh

Empat Mazhab. Bandung: Hasyimi Press.

Al-Faridy, Hasan Rifa’i dan Iqbal Setyarso. 2009. 100 ++ Tanya Jawab Seputar

Bersuci. Jakarta Selatan: Qultum Media.

Anggraeni, Ika Nustiana. 2014. Optimasi Formula Sabun Bentonit Penyuci Najis

Mughalladzah dengan Kombinasi Minyak Kelapa (Coconut Oil) dan

Minyak Kelapa Sawit (Palm oil) Menggunakan Simplex lattice Design.

Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.

Asad, Md. Abdullah., Shantanu Kar., Mohammad Ahmeduzzaman dan Md.

Raquibul Hassan. 2013. Suitability of Bentonite Clay: an analytical

approach, International Journal of Earth Science 2013; 2(3): 88-95.

Blangladesh: Science Publishing Gruop.

Association of Official Analytical Chemists. 1995. Official Methods of Analisys

Chemist, Vol. 1A. Washington: AOAC Incorporation.

Attwood, David dan Florence, Alexander T. 2012. FASTtrack: Physical

Pharmacy, 2nd edition. Pharmaceutical Press: London, UK.

Ayu, Dewi Fortuna., Akhyar Ali., dan Rudianda Sulaiman. 2010. Evaluasi Mutu

Sabun Padat Dari Minyak Goreng Bekas Makanan Jajanan Di Kecamatan

Tampan Kota Pekanbaru dengan Penambahan Natrium Hidroksida dan

Lama Waktu Penyabunan, Prosiding SEMNAS 2010. Riau: Fakultas

Pertanian Universitas Riau.

http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/523/PROID

ING%20SEMNAS%20LINGKUNGAN%20HIDUP%202010.pdf?sequen

ce=3, diakses pada 26 Januari 2016 pukul 11:47.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. 2009. Handbook of Cosmetic Science

and Technology, 3rd Edition. New York: Informa Healthcare USA, Inc.

Page 64: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dahlan, Winai. 2010. Najis Cleansing Clay Liquid Soap. Bangkok: Patent

Cooperation Treaty (PTC).

http://www.freepatentsonline.com/WO2010101534.html, diakses pada 20

Juni 2016 pukul 08:00 WIB.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,

Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,

Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan.

Fatwa Malaysia. 2013. Kedudukan Anjing Dalam Islam Serta Hukum

Berkaitannya. http://www.efatwa.gov.my/sites/default/files/kedudukan_anjing_dan_huku

m_berkaitannya.pdf, diakses pada 23 Januari 2016 pukul 09:30 WIB.

Fatwa Malaysia. 2006. Hukum Melakukan Samak Najis Mughallazah

Menggunakan Sabun Tanah Liat. http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-

kebangsaan/hukum-melakukan-samak-najis-mughallazah-menggunakan-

sabun-tanah-liat, diakses pada 23 Januari 2016 pukul 09:30 WIB.

Farn, Richard J. 2006. Chemistry and Technology of Surfactants. New Delhi:

Blackwall Publishing.

Fitriana, Rizka Astikah. 2015. Optimasi Formula Krim Antibakteri Ekstrak Kulit

Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn) Menggunakan Asam Stearat

Sebagai Emulgator dan Trietanolamin Sebagai Alkalizing Agent dengan

Metode Desain Faktorial, Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gusviputri, Arwinda., Njoo Meliana P., Aylianawati, dan Nani Indraswati. 2013.

Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe Vera) sebagai Antiseptik

Alami, Widya Teknik Widya Teknik Vol. 12, No. 1, 2013 (11-21).

Page 65: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

https://www.academia.edu/3431586/PEMBUATAN_SABUN_DENGAN

LIDAH_BUAYA_ALOE_VERA_SEBAGAI_ANTISEPTIK_ALAMI,

diakses pada 25 Januari 2016 pukul 22:09 WIB.

Hambali, Erliza., Ani Suryani., dan Evimia Indriani Umiarti. 2004. Kajian

Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Mutu Sabun

Transparan, Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 14(2). Bogor:

Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

IPB.

Hardian, Khairil., Akhyar Ali., dan Yusmarini. 2014. Evaluasi Mutu Sabun Padat

Transparan Dari Minyak Goreng Bekas dengan Penambahan (Sodium

Lauryl Sulfate) dan Sukrosa, Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014.

Riau: Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Hasanah, Uswatun. 2011. Perilaku Bersuci Masyarakat Islam: Etika

Membersihkan Najis (Studi di Masyarakat Pulo Gerbang Jakarta Timur).

Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Handayani A.P, Hika Citra. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol

96% Biji Alpukat (Perseae americana Mill) Terhadap Formulasi Sabun

Padat Transparan. Skripsi. Jakarta: Fakultas Farmasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Hernani., Tatit K. Bunasor., dan Fitriati. 2010. Formula Sabun Transparan

Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga

L.Swartz.), Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 – 205. Bogor: Balitro

Litbang Pertanian.

http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/publikasi/bul.vol.21.no.2s

abun%20ekstrak%20lengkuas.pdf, diakses pada 24 Januari 2016 pukul

13:38 WIB.

Hunting, L.L, Anthony. 1983. Encyclopedia of Shampoo Ingridients. Cranford,

New Jersey and London: Micelle Press.

Page 66: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ibrahim, Bustami., Pipih Suptijah., dan Slamet Hermanto. 2005. Penggunaan

Bentonit dalam Pembuatan Sabun dari Limbah Netralisasi Minyak Ikan

Lemuru (Sardinella sp),Vol VIII Nomor 2 Tahun. Bogor: Buletin

Teknologi Hasil Perikanan.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9925/BustamiIbrah

im_PenggunaanBentonitDalamPembuatan.pdf;jsessionid=1AC384DCA62

ACCB726FB4A2B0AE019ED?sequence=1, diakses pada 29 Februari

2016 pukul 12:30 WIB.

Jannah, Barlianty. 2009. Sifat Fisik Sabun Transparan dengan Penambahan

Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Bogor: Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor.

http://dokumen.tips/documents/uraian-madu.html, diakses pada 25 Januari

2016 pukul 20:59.

Kadir, Mohd Nidzam Abdul. 2009. Ikhtilaf (Perbezaan Pendapat) Ulama Dalam

Masalah Babi, Seminar Fenomena Najis Mughalladzah dalam Dunia

Kontemporari. Malaysia: Persatuan Ulama Malaysia.

http://www.najahudin.com/muat%20turun/Halal%20Food%20%26%20Ba

bi/Ikhtilaf%20(Perbezaan%20Pendapat)%20Ulama%20Dalam%20Masala

h%20Babi%20Hikmah%20Dan%20Aplikasinya.pdf, diakses pada 23

Januari 2016 pukul 09:30 WIB.

Karo, Armi Yuspita. 2011. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Jenis Minyak

Terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi

Pertanian IPB.

Khoirunnisa’. 2010. Perilaku Thaharah (Bersuci) Masyrakat Bukit Kemuning

Lampung Utara “Tinjauan Sosiologi Hukum”. Skripsi. Jakarta: Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 67: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Langingi, Raymon., Lidya I. Momuata., & Maureen G. Kumaunanga. 2014.

Pembuatan Sabun Mandi Padat dari VCO yang Mengandung Karotenoid

Wortel, Jurnal MIPA UNSRAT Online 1 (1) 20-23. Manado: FMIPA

UNSRAT.

Majelis Ulama Indonesia (MUI). 2003. Fatwa Mejelis Ulama Indonesia Nomor 4

Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal. Jakarta: Majelis Ulama

Indonesia Komisi Fatwa.

Maulana, Achmad. 2004. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Yogyakarta: Absolut.

Maripa, Baiq Risni., Yeti Kurniasih, dan Ahmadi. 2015. Pengaruh Konsentrasi

NaOH Terhadap Kualitas Sabun Padat Dari Minyak Kelapa (Cocos

nucifera) yang Ditambahkan Sari Bunga Mawar (Rosa L.). Mataram:

Pendidikan Kimia FPMIPA IKI Mataram.

http://lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Baiq-

RisniMaripaPengaruh-Konsentrasi-NaOH-terhadap-Kualitas-Sabun-Padat-

dari-Minyak-Kelapa-Pend-Kimia.pdf, diakses pada 19 Januari 2016 pukul

14:44 WIB.

Miller, Kathy. 2003. Miller's Homemade Soap Pages: Choosing Your Oils, Oil

Properties of Fatty Acid , http://www.millersoap.com/soapdesign.html,

diakses pada 24 Januari 2016 pukul 14:38 WIB.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Amsterdam-Netherlands: Elsevier

Science B.V.

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2015. Fiqh Lima Mazhab. Jakarta: Lentera.

Parasuram, K S. 1995. Soaps and Detergents. New Delhi: Tata McGraw Hill

Publishing Company Limited.

Paye, Marc, Andre O. Barel dan H.I. Maibach. 2006. Handbook of Cosmetic

Science and Technology, 2nd Edition. New York: CRC Press.

Page 68: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnamawati, Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam

Sitrat Terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Bogor: Fakultas

Teknologi Pertanian IPB.

Rosen, Milton J. 1978. Surfactants and Interfacial Phenomena. USA: John Wiley

& Sons.

Rosen, Milton J dan Joy T. Kunjappu. 2012. Surfactant and Interfacial

Phenomena, Fourth Edition. USA: John Wiley & Sons.

Rifa’i, Mohammad. 2006. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT.

Karya Toha Putra.

Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey dan Sian C Owen. 2006. Handbook of

Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition. London: Pharmaceutical Press.

Rozi, Muhammad. 2013. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Transparan Minyak

Atsiri Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dengan Cocamid DEA Sebagai

Surfaktan. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Sari, Putri Septika. 2008. Pengaruh Konsentrasi Etanol 70% Pada Formulasi

Sabun Padat Transparan Minyak Zaitun (Olive oil). Skripsi. Jakarta:

Fakultas Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sameng, MR. Wanhusen. 2013. Formulasi Sediaan Sabun Padat Sari Beras

(Oryza sativa) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus epidermidis.

Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.

http://eprints.ums.ac.id/27308/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf,

diakses pada 19 Januari 2016 pukul 15:21 WIB.

Saputri, Wiradika., Naniek Setiadi Radjab., dan Kori Yati. 2014. Perbandingan

OptimasiNatrium Lauril Sulfat dengan Optimasi Natrium Lauril Eter

Sulfat Sebagai Surfaktan terhadap Sifat Fisik Sabun Mandi Cair Ekstrak

Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Jakarta: Fakultas

Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

Page 69: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sari, Tuti Indah., Julianti Perdana Kasih., dan Tri Jayanti Nanda Sari. 2010.

Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair Dari Minyak Jarak, Jurnal

Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17, Januari 2010. Palembang: Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya.

http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/view/99/98, diakses pada 24

Januari 2016 pukul 12:11 WIB.

Setyoningrum, Elisabeth Nita Maharani. 2010. Optimasi Formula Sabun

Transparan dengan Fase Minyak Virgin Coconut Oil dan Surfaktan

Cocoamidopropil Betaine : Aplikasi Desain Faktorial. Skripsi.

Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Sumaji, Muhammad Anis. 2008. 125 Masalah Thaharah. Solo : Tiga Serangkai.

Suryani, A., S. Windarwati dan E. Hambali. 2007. Pemanfaatan Gliserin Hasil

Samping Produksi Biodiesel dari Berbagai Bahan Baku (sawit, jarak,

kelapa) Untuk Sabun Transparan. Bogor: Pusat Penelitian Surfaktan Dan

Bioenergi Jakarta LPPM IPB.

Susilawati & Nurul Alam Naqiatuddin. 2014. Chemical Activation of Bentonite

Clay and Its Adsorption Properties of Methylene Blue, Jurnal Natural Vol.

14, No.2, 7-12, September 2014 ISSN 1141-8513. Banda Aceh: Fakultas

MIPA Universitas Syiah Kuala.

Schramm, Laurier L. 2005. Emulsion, Foams, and Suspensions. Germany: Wiley

VCH Verlag GmbH&Co.KGaA, Weinheim.

Standarisasi Nasional Indonesia. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3532

1994. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Tjitraresmi, Ami., Sri Agung Fitri Kusuma dan Dewi Rusmiati. 2010. Formulasi

Dan Evaluasi Sabun Cair Antikeputihan Dengan Ekstrak Etanol Kubis

Sebagai Zat Aktif. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran

Bandung.

Page 70: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_for

mulasi_dan-evaluasi_sabun_cair.pdf, diakses pada tanggal 28 Mei 2016

pukul 20:30 WIB.

Wasitaatmadja, S., M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik: Jakarta: UI Press.

Wati, Desi Susilo. 2015. Optimasi Formula Sabun Cair Bentonit Sebagai Penyuci

Najis Mughalladzah Menggunakan Kombinasi Minyak Kelapa Dan

Minyak Kelapa Sawit Dengan Simplex Lattice Design. Skripsi.

Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pen

elitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=82249&obyek_id=4,

diakses pada tanggal 28 Mei 2016 pukul 20:30 WIB.

Widiyanti, Yunita. 2009. Kajian Pengaruh Jenis Minyak Terhadap Mutu Sabun

Transparan. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Wijana, S., Mustaniroh, S.A., dan Wahyuningrum, I., 2005. Pemanfaatan Minyak

Goreng Bekas untuk Pembuatan Sabun: Kajian Lama Penyabunan dan

Konsentrasi Dekstrin, Jurnal Teknologi Pertanian Vol.6 (3). Malang: FTP

Universitas Brawijaya.

Zurinal dan Aminuddin. 2008. Fiqh Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 71: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

LAMPIRAN

Page 72: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Certificate of Analyze Minyak Kelapa

Page 73: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Certificate of Analyze Natrium Hidroksida

Page 74: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Certificate of Analyze Asam Stearat

Page 75: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Certificate of Analyze Cocamidopropyl Betaine

Page 76: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Certificate of Analyze Gliserin

Page 77: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Certificate of Analyze Sodium Lauryl Sulfate

Page 78: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Certificate of Analyze Bentonit

Page 79: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Certificate of Analyze Triklosan

Page 80: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 81: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik pH Sabun Padat Bentonit (Variasi

Konsentrasi Asam Stearat)

Uji Normalitas Formula Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi Asam Stearat)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pH .331 12 .001 .777 12 .005

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Kruskal Wallis Formula Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi Asam

Stearat)

Test Statisticsa,b

pH

Chi-Square 6.543

df 3

Asymp. Sig. .088

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Perlakuan

Uji Kruskal Wallis Formula Sabun Padat Bentonit dengan Sabun Komersil

Test Statisticsa,b

pH

Chi-Square 11.017

df 4

Asymp. Sig. .026

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Perlakuan

Keterangan: Asymp.Sig <0,05, pH berbeda secara signifikan

Page 82: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi

Asam Stearat)

Uji Normalitas Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Asam Stearat)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kekerasanvariasiasamstearat .195 12 .200* .917 12 .258

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Normalitas Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Asam Stearat) dengan

Sabun Komersil

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kekerasavariasiasamstearat .204 15 .094 .849 15 .017

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Asam Stearat)

Test of Homogeneity of Variances

kekerasanvariasiasamstearat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.819 3 8 .519

Uji Homogenitas Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Asam Stearat) dengan

Sabun Komersil

Test of Homogeneity of Variances

kekerasavariasiasamstearat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.511 4 10 .108

Page 83: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. (Lanjutan)

Uji ANOVA Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Asam Stearat)

ANOVA

kekerasanvariasiasamstearat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 562.375 3 187.458 190.434 .000

Within Groups 7.875 8 .984

Total 570.250 11

Uji Kruskal Wallis Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Asam Stearat)

dengan Sabun Komersil

Test Statisticsa,b

kekerasavariasia

samstearat

Chi-Square 13.524

df 4

Asymp. Sig. .009

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Page 84: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. (Lanjutan)

Uji Lanjut Tukey HSD Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Asam Stearat)

Multiple Comparisons

kekerasavariasiasamstearat

Tukey HSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

asam stearat 6% asam stearat 7% 9.91667* .81009 .000 7.3225 12.5109

asam stearat8% 11.91667* .81009 .000 9.3225 14.5109

asam stearat 9% 19.16667* .81009 .000 16.5725 21.7609

asam stearat 7% asam stearat 6% -9.91667* .81009 .000 -12.5109 -7.3225

asam stearat8% 2.00000 .81009 .140 -.5942 4.5942

asam stearat 9% 9.25000* .81009 .000 6.6558 11.8442

asam stearat8% asam stearat 6% -11.91667* .81009 .000 -14.5109 -9.3225

asam stearat 7% -2.00000 .81009 .140 -4.5942 .5942

asam stearat 9% 7.25000* .81009 .000 4.6558 9.8442

asam stearat 9% asam stearat 6% -19.16667* .81009 .000 -21.7609 -16.5725

asam stearat 7% -9.25000* .81009 .000 -11.8442 -6.6558

asam stearat8% -7.25000* .81009 .000 -9.8442 -4.6558

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan: Signifikansi <0,05, kekerasan berbeda secara signifikan

Page 85: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Uji Statistik pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS)

Uji Normalitas pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pH .171 9 .200* .924 9 .426

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Normalitas pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS) dengan Sabun Komersil

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pH .144 12 .200* .915 12 .250

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Homogenitas pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS)

Test of Homogeneity of Variances

pH

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.575 2 6 .282

Uji Homogenitas pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS) dengan Sabun Komersil

Test of Homogeneity of Variances

pH

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.521 3 8 .282

Page 86: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. (Lanjutan)

Uji ANOVA pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS)

ANOVA

pH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .073 2 .037 47.378 .000

Within Groups .005 6 .001

Total .078 8

Uji ANOVA pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS) dengan Sabun Komersil

ANOVA

pH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .307 3 .102 103.204 .000

Within Groups .008 8 .001

Total .314 11

Uji Lanjut Tukey HSD pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS)

Multiple Comparisons

pH

Tukey HSD

(I)

Perlakuan

(J)

Perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

NLS 3% NLS 4% .096667* .022727 .013 .02693 .16640

NLS 5% -.124000* .022727 .004 -.19373 -.05427

NLS 4% NLS 3% -.096667* .022727 .013 -.16640 -.02693

NLS 5% -.220667* .022727 .000 -.29040 -.15093

NLS 5% NLS 3% .124000* .022727 .004 .05427 .19373

NLS 4% .220667* .022727 .000 .15093 .29040

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 87: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. (Lanjutan)

Uji Lanjut Tukey HSD pH Sabun Padat Bentonit (Variasi NLS) dengan Sabun

Komersil

Multiple Comparisons

pH

Tukey HSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

NLS 3% NLS 4% .096667* .025692 .023 .01439 .17894

NLS 5% -.124000* .025692 .006 -.20627 -.04173

sabun komersil -.331000* .025692 .000 -.41327 -.24873

NLS 4% NLS 3% -.096667* .025692 .023 -.17894 -.01439

NLS 5% -.220667* .025692 .000 -.30294 -.13839

sabun komersil -.427667* .025692 .000 -.50994 -.34539

NLS 5% NLS 3% .124000* .025692 .006 .04173 .20627

NLS 4% .220667* .025692 .000 .13839 .30294

sabun komersil -.207000* .025692 .000 -.28927 -.12473

sabun komersil NLS 3% .331000* .025692 .000 .24873 .41327

NLS 4% .427667* .025692 .000 .34539 .50994

NLS 5% .207000* .025692 .000 .12473 .28927

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan: Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan

Page 88: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi

Konsentrasi NLS)

Uji Normalitas Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi NLS)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kekerasan .162 9 .200* .942 9 .608

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Normalitas Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi NLS)

dengan Sabun Komersil

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kekerasanvariasinls .373 12 .000 .657 12 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi NLS)

Test of Homogeneity of Variances

kekerasan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.182 2 6 .114

Uji Homogenitas Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi NLS)

dengan Sabun Komersil

Test of Homogeneity of Variances

kekerasanvariasinls

Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.065 3 8 .030

Page 89: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. (Lanjutan)

Uji ANOVA Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi NLS)

ANOVA

kekerasan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 12162.500 2 6081.250 7.154 .026

Within Groups 5100.000 6 850.000

Total 17262.500 8

Uji Kruskal Wallis Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi NLS)

dengan Sabun Komersil

Test Statisticsa,b

kekerasanvariasi

nls

Chi-Square 9.464

df 3

Asymp. Sig. .024

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perrlakuan

Page 90: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. (Lanjutan)

Uji Lanjut Tukey HSD Kekerasan Sabun Padat Bentonit (Variasi Konsentrasi

NLS)

Multiple Comparisons

kekerasanvariasinls

Tukey HSD

(I)

perrlakua

n

(J)

perrlakua

n

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

nls 3% nls 4% 2.41667 .79349 .051 -.0180 4.8513

nls 5% 2.75000* .79349 .031 .3153 5.1847

nls 4% nls 3% -2.41667 .79349 .051 -4.8513 .0180

nls 5% .33333 .79349 .909 -2.1013 2.7680

nls 5% nls 3% -2.75000* .79349 .031 -5.1847 -.3153

nls 4% -.33333 .79349 .909 -2.7680 2.1013

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan: Signifikansi <0,05, kekerasan berbeda secara signifikan

Page 91: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit

Uji Normalitas Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tinggibusa .161 9 .200* .955 9 .740

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Normalitas Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit dengan Sabun Komersil

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tinggibusa .241 12 .053 .910 12 .213

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit

Test of Homogeneity of Variances

tinggibusa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.778 2 6 .248

Uji Homogenitas Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit dengan Sabun Komersil

Test of Homogeneity of Variances

tinggibusa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.133 3 8 .174

Uji ANOVA Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit

ANOVA

tinggibusa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .162 2 .081 8.111 .020

Within Groups .060 6 .010

Total .222 8

Page 92: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. (Lanjutan)

Uji ANOVA Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit dengan Sabun Komersil

ANOVA

tinggibusa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .243 3 .081 9.700 .005

Within Groups .067 8 .008

Total .309 11

Uji Lanjut Tukey HSD Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit

Multiple Comparisons

tinggibusa

Tukey HSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

sls 3% sls 4% -.2667* .0816 .039 -.517 -.016

sls 5% -.3000* .0816 .024 -.551 -.049

sls 4% sls 3% .2667* .0816 .039 .016 .517

sls 5% -.0333 .0816 .914 -.284 .217

sls 5% sls 3% .3000* .0816 .024 .049 .551

sls 4% .0333 .0816 .914 -.217 .284

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 93: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. (Lanjutan)

Uji Lanjut Tukey HSD Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit dengan Sabun

Komersil

Multiple Comparisons

tinggibusa

Tukey HSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

sls 3% sls 4% -.2667* .0745 .030 -.505 -.028

sls 5% -.3000* .0745 .016 -.539 -.061

sabun komersil .0000 .0745 1.000 -.239 .239

sls 4% sls 3% .2667* .0745 .030 .028 .505

sls 5% -.0333 .0745 .968 -.272 .205

sabun komersil .2667* .0745 .030 .028 .505

sls 5% sls 3% .3000* .0745 .016 .061 .539

sls 4% .0333 .0745 .968 -.205 .272

sabun komersil .3000* .0745 .016 .061 .539

sabun komersil sls 3% .0000 .0745 1.000 -.239 .239

sls 4% -.2667* .0745 .030 -.505 -.028

sls 5% -.3000* .0745 .016 -.539 -.061

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan: Signifikansi <0,05, tinggi busa berbeda secara signifikan

Page 94: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

Uji Normalitas Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

stabilitasbusa .191 9 .200* .943 9 .613

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Normalitas Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit dengan Sabun Komersil

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

stabilitasbusa .394 12 .000 .644 12 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

Test of Homogeneity of Variances

stabilitasbusa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.497 2 6 .631

Uji Homogenitas Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit dengan Sabun Komersil

Test of Homogeneity of Variances

stabilitasbusa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.814 3 8 .108

Page 95: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. (Lanjutan)

Uji ANOVA Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

ANOVA

stabilitasbusa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.106 2 1.553 9.965 .012

Within Groups .935 6 .156

Total 4.041 8

Uji Kruskal Wallis Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit dengan Sabun Komersil

Test Statisticsa,b

stabilitasbusa

Chi-Square 9.492

df 3

Asymp. Sig. .023

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Uji Lanjut Tukey HSD Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

Multiple Comparisons

stabilitasbusa

Tukey HSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

sls 3% sls 4% -1.18000* .32234 .025 -2.1690 -.1910

sls 5% -1.30333* .32234 .016 -2.2924 -.3143

sls 4% sls 3% 1.18000* .32234 .025 .1910 2.1690

sls 5% -.12333 .32234 .923 -1.1124 .8657

sls 5% sls 3% 1.30333* .32234 .016 .3143 2.2924

sls 4% .12333 .32234 .923 -.8657 1.1124

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan: Signifikansi <0,05, stabilitas busa berbeda secara signifikan

Page 96: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Hasil Evaluasi

Tabel 5.1 Hasil Evaluasi pH Sabun Padat Bentonit

Percoba

an

Formula

I II III IV A B C Lifebouy

1 10,239 10,107 10,092 10,088 10,231 10,088 10,353 10,576

2 10,183 10,120 10,120 10,111 10,193 10,111 10,283 10,500

3 10,180 10,103 10,103 10,108 10,173 10,108 10,333 10,514

Rata-

rata

10,201 10,110 10,105 10,102 10,199 10,102 10,323 10,530

Tabel 5.2 Hasil Evaluasi Kekerasan Sabun Padat Bentonit

Percobaan

(satuan:

101mm)

Formula

I II III IV A B C Lifebouy

1 51,50 41,50 41 33 35,50 33 33 10

2 51 42,75 39,25 33,75 35 33,75 31 10

3 53,50 42 40 31,75 35,25 31,75 33,50 10,10

Rata-rata 52 42,08 40,08 32,83 35,25 32,83 32,50 10,03

Tabel 5.3 Hasil Evaluasi Tinggi Busa Sabun Padat Bentonit

Percobaan

(Satuan

:cm)

Formula

A B C Lifebouy

0

menit

1 jam 0

menit

1 jam 0 menit 1 jam 0 menit 1 jam

1 1,3 1,2 1,5 1,4 1,8 1,7 1,4 1,1

2 1,4 1,3 1,7 1,6 1,6 1,5 1,4 1,1

3 1,4 1,3 1,7 1,6 1,6 1,5 1,5 1,2

Rata-rata 1,37 1,27 1,63 1,53 1,67 1,57 1,43 1,13

Page 97: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. (Lanjutan)

Tabel 5.4 Hasil Evaluasi Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

Percobaan

(Satuan : %)

Formula

A B C Lifebouy

1 92,31 93,33 94,44 78,57

2 92,86 94,12 93,75 78,57

3 92,86 94,12 93,75 80

Rata-rata 92,86 93,87 93,98 79,05

Lampiran 16. Perhitungan Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

Stabilitas busa = 100% - % Busa yang hilang

% Busa yang hilang =

x 100%

Formula A

%Busa yang hilang =

x 100% = 7,69%

Stabilitas busa = 100%-7,69% = 92,31%

%Busa yang hilang =

x 100% = 7,14% 92,68%

Stabilitas busa = 100%-7,14% = 92,86%

%Busa yang hilang =

x 100% = 7,14%

Stabilitas busa = 100%-7,14% = 92,86%

Formula B

%Busa yang hilang =

x 100% = 6,67%

Stabilitas busa = 100%-6,67% = 93,33%

%Busa yang hilang =

x 100% = 5,88% 93,87%

Stabilitas busa = 100%-5,88% = 94,12%

%Busa yang hilang =

x 100% = 5,88%

Stabilitas busa = 100%-5,88% = 94,12%

Page 98: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. (Lanjutan)

Formula C

%Busa yang hilang =

x 100% = 5,56%

Stabilitas busa = 100%-5,56% = 94,44%

%Busa yang hilang =

x 100% = 6,25% 93,98%

Stabilitas busa = 100%-6,25% = 93,75%

%Busa yang hilang =

x 100% = 6,25%

Stabilitas busa = 100%-6,25% = 93,75%

Page 99: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Hasil Pengujian Mutu Sabun Mandi Menurut SNI

Page 100: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. (Lanjutan)

Page 101: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Gambar Sabun

Gambar 5.1 Sabun FI (Asam Stearat 6%)

Gambar 5.2 Sabun FII (Asam Stearat 7%)

Page 102: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. (Lanjutan)

Gambar 5.3 Sabun FIII (Asam Stearat 8%)

Gambar 5.4 Sabun FIV (Asam Stearat 9%)

Gambar 5.5 Sabun FA (NLS 3%)

Page 103: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. (Lanjutan)

Gambar 5.6 Sabun FB (NLS 4%)

Gambar 5.7 Sabun FC (NLS 5%)

Page 104: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. Alat-alat

Gambar 5.8 Penetrometer

Page 105: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. (Lanjutan)

Gambar 5.9 Vortex

Gambar 5.10 Timbangan Analitik

Gambar 5.11 pH Meter

Page 106: FORMULASI SABUN PADAT BENTONIT DENGAN VARIASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33027/1/Mau... · Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. (Lanjutan)

Gambar 5.12 Cetakan Sabun