formulasi sediaan lotion dari ekstrak etanol biji buah ...repository.helvetia.ac.id/1621/8/lewinda...
TRANSCRIPT
FORMULASI SEDIAAN LOTION DARI EKSTRAK ETANOL
BIJI BUAH SALAK (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.)
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
LEWINDA PANGGABEAN
1515194032
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI SEDIAAN LOTION DARI EKSTRAK
ETANOL BIJI BUAH SALAK
(Salacca zalacca (Gaernt.) Voss.)
KARYA TULIS ILMIAH
DiajukanSebagaiSyaratUntukMenyelesaikanPendidikan
Program Studi D3 FarmasidanMemperolehGelar
AhliMadyaFarmasi (Amd., Farm.)
Disusun Oleh:
LEWINDA PANGGABEAN
1515194032
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah diuji pada tanggal : 22 Januari 2019
PANITIA PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH
Ketua : Drs. Jacub Tarigan, M.Kes., Apt.
Anggota : 1. Novarianti Marbun, S.Farm., M.Si., Apt.
2. Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si., Apt.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Lewinda Panggabean
Tempat / Tanggal Lahir : Purbatua, 30-08-1996
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke- : 4 (empat) dari 6 (enam) bersaudara
Alamat : Panabari Hutatonga Kecamatan Tano
Tombangan Angkola Provinsi Sumatera Utara
B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Sisner Panggabean
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Arahon Simamora
Pekerjaan : Petani
Alamat : Panabari Hutatonga Kecamatan Tano
Tombangan Angkola Provinsi Sumatera Utara
C. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2003 - 2009 : SDN Purbatua
2. Tahun 2009 - 2012 : SMP Negeri 1 Hutaraja Tano Tombangan
Angkola
3. Tahun 2012 - 2015 : SMK Farmasi YPFSU Medan
4. Tahun 2015 - 2019 : Diploma III Farmasi Insitut Kesehatan Helvetia
Medan
i
ABSTRAK
FORMULASI SEDIAAN LOTION DARI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH
SALAK (Salacca zalacca (Gaernt.) Voss.)
LEWINDA PANGGABEAN
1515194032
Program Studi : DIII Farmasi
Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh, memiliki fungsi
untuk melindungi pengaruh luar dari berbagai gangguan dan rangsagan. Kulit
memerlukan perlindungan tambahan seperti pada polusi yang bersifat iritan,
pejanan sinar matahari yang mengandung sinar UV secara langsung dan lama. Biji
salak (Salacca zalacca (Gaernt.) Voss.) mengandung flavanoid, dan tanin yang
dapat melindungi kulit dari radikal bebas. Tujuan penelitan ini adalah
menformulasikan ekstrak etanol biji salak dengan menvariasikan konsentrasi
dalam bentuk sediaan lotion dan menggunakan pembanding control +.
Penelitian ini menggunakan metode ekperimental, dengan melakukan
pengekstrakan biji buah salak secara maserasi yang kemudian dilanjutkan pada
formulasi sediaan lotion ekstrak etanol biji buah salak dengan konsentrasi 1%,
3%, 5%. Evaluasi sediaan meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar,
iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test).
Hasil penelitian organoleptis sediaan lotion, formula yang mengadung
ekstrak biji salak dengan konsentrasi 1% berwarna coklat mudah, konsentrasi 3%
berwarna coklat, konsentrasi 5% berwarna coklat tua dan masing-masing formula
berbau khas ekstrak biji salak dan berbentuk semi padat, memiliki nilai pH 6,1-
6,6, dengan homogenitas yang baik, dan daya sebar tidak jauh berbeda dari
control + artinya masih memenuhi daya sebar lotion yang baik.
Hasil yang didapat bahwa sediaan ekstrak etanol biji salak (Salacca
zalacca (Gaernt.) Voss.) dapat diformulasikan sebagai sediaan lotion, dan jika
dibandingkan dari evaluasi sediaan yaitu uji homogenitas, uiji pH, uji daya sebar
dan uji iritasi dengan pembanding control +, sediaan memenuhi syarat sebagai
sediaan lotion. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menghilangkan
klorofil dari simplisia, agar menghasilkan sediaan lotion yang lebih baik.
Kata kunci : Ekstrak etanol biji buah salak (Salacca zalacca (Gaernt.)
Voss.), lotion, formulasi
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan kasih rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Formulasi Sediaan Lotion
Dari Ekstrak Biji Buah Salak (Salacca zalacca (Gaernt.) Voss.)’’. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya
Farmasi di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikn ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes. Selaku Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Bapak Iman Muhammad, SE., S.Kom., M.M., M.Kes. Selaku Ketua
Yayasan Helvetia Medan.
3. Bapak Dr. H. Ismail Effendy, S.Si., M.Si. Selaku Rektor Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
4. Bapak H. Darwin Syamsul, S.Si.,M.Si.,Apt. Selaku Dekan Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Ibu Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt. selaku Ketua Program Studi
D3 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Bapak Drs. Jacub Tarigan, M.Kes.,Apt. Selaku Dosen Pembimbing yang
telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Ibu Novarianti Marbun, S.Farm., M.Si., Apt, selaku Penguji I yang
memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
8. Bapak Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si., Apt, selaku penguji II yang telah
memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan fasilitas dan bimbingan selama proses penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
10. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
orang tua, abang, adek serta keluarga besar yang selalu mendoakan,
memotivasi serta memberi dukungan kepada penulis baik secara moral
maupun material.
11. Sahabat, kawan satu kost dan teman- teman seperjuangan yang tidak bisa
disebutkan namanya satu persatu.
iv
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, 12 Januari 2019
Penulis
Lewinda Panggabean
(1515194032)
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 4
1.5 Hipotesis ............................................................................... 4
1.6 Kerangka Konsep Penelitian ................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Tanaman Salak .................................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Salak ....................................... 5
2.1.2 Morfologi Tanaman Salak ....................................... 6
2.1.3 Manfaat Biji Buah Salak ......................................... 7
2.1.4 Kandungan Kimia Biji Buah Salak ......................... 7
2.2 Kulit...................................................................................... 10
2.2.1 Definisi Kulit ............................................................ 10
2.2.2 Fungsi Kulit .............................................................. 10
2.2.3 Anatomi Kulit Secara Hispatologik ......................... 12
2.3 Simplisia ............................................................................... 14
2.4 Ekstrak ................................................................................. 15
2.4.1 Pengertian Ekstrak .................................................... 15
2.4.2 Metode Ekstraksi ...................................................... 15
2.5 Pelarut ................................................................................. 18
2.6 Kosmetik ............................................................................. 20
2.7 Emulsi .................................................................................. 20
2.7.1 Komponen Emulsi .................................................... 20
2.7.2 Tipe Emulsi............................................................. . 21
2.8 Lotion .......................................... ........................................ . 21
2.8.1 Formula Sediaan Lotion .......................................... 22
2.8.2 Bahan-bahan Pembuatan Lotion ............................. 22
vi
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 26
3.1 Metode Penelitian................................................................. 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 26
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................... 26
3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................... 26
3.3 Alat dan Bahan ..................................................................... 26
3.3.1 Alat ........................................................................... 26
3.3.2 Bahan ........................................................................ 27
3.4 Sampel Penelitian ................................................................. 27
3.5 Prosedur Kerja ..................................................................... 27
3.5.1 Pengumpulan Sampel ............................................... 27
3.5.2 Pengolahan Sampel .................................................. 27
3.5.3 Pembuatan Ekstrak ................................................... 28
3.6 Formulasi Sediaan Lotion .................................................... 28
3.7 Pembuatan Sediaan Lotion .................................................. 29
3.8 Evaluasi Sediaan Lotion ...................................................... 29
3.8.1 Uji Organoleptis ....................................................... 29
3.8.2 Uji Homogenitas ...................................................... 30
3.8.3 Uji pH ....................................................................... 30
3.8.4 Pengujian Daya Sebar .............................................. 30
3.8.5 Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan ..................... 31
3.8.6 Uji Kesukaan/ Hedonik............................................ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 32
4.1. Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Biji Buah Salak ............... 32
4.2. Hasil Evaluasi Sediaan Lotion ........................................... 32
4.2.1. Hasil Pengujian Organoleptis Sediaan .................... 32
4.2.2. Hasil Pengujian Homogenitas Sediaan ................... 33
4.2.3. Hasil Pengujian pH Sediaan .................................... 33
4.2.4. Hasil Uji Iritasi Kulit Sukarelawan ......................... 34
4.2.5. Hasil Uji Daya Sebar ............................................... 35
4.2.6. Hasil Uji Hedonik .................................................... 35
4.3. Pembahasan ......................................................................... 36
4.3.1. Pembahasan Pengujiana Organoleptis ..................... 36
4.3.2. Pembahasan Pengujian Homogenitas ...................... 36
4.3.3. Pembahasan Pengujian pH ...................................... 37
4.3.4. Pembahasan Pengujian Iritasi .................................. 37
4.3.5. Pembahasan Pengujian Daya Sebar ........................ 37
4.3.6. Pembahasan Pengujian Kesukaan ........................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 39
5.1. Kesimpulan ......................................................................... 39
5.2. Saran .................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 40
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Kandungan Kimia Kopi Biji Salak .................................................... 7
2.2. Formula Sediaan Lotion ................................................................... 22
3.1. Formula Sediaan Lotion Dengan Variasi Konsentrasi ...................... 28
4.1. Data Pemeriksaan Organoleptis ......................................................... 32
4.2. Data Hasil Uji Homogenitas Sediaan Lotion..................................... 33
4.3 Data Nilai pH Sediaan Lotion ........................................................... 34
4.4 Hasil Uji Iritasi Sediaan Lotion................................................. ........ 34
4.5 Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Lotion................................................. 35
4.6 Hasil Uji Hedonik .............................................................................. 36
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Kerangka Konsep .......................................................................... 4
2.1. Tanaman Salak .............................................................................. 5
2.2. Struktur Kulit ................................................................................. 10
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Perhitungan Formula Sediaan Lotion Ekstrak Etanol Biji
Buah Salak (Salacca zalacca (Gaernt.) Voss.) ........................ 42
2 Dokumentasi Penelitian ........................................................... 44
3 Surat Persetujuan Sukarelawan Uji Iritasi ............................... 52
4 Permohonan Pengajuan Judul KTI .......................................... 57
5 Permohonan Survei awal ......................................................... 58
6 Permohonan Izin Penelitian ..................................................... 59
7 Surat Balasan Izin Penelitian .................................................. 60
8 Lembar Bimbingan KTI ........................................................... 61
9 Lembar Bimbingan KTI ........................................................... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan
kesehatan kulit merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya peningkatan
permintaan produk kosmetika, untuk perawatan kulit. Penggunaan kosmetika
perawatan kulit ditujukan sebagai salah satu upaya perlindungan terhadap paparan
langsung sinar matahari atau sinar ultraviolet secara terus menerus terhadap kulit,
seperti kulit menjadi kemerahan dan gelap, terasa terbakar, atau resiko kanker
kulit. (1)
Kosmetika adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin luar),
gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit.(2)
Salah satu kosmetika untuk perawatan kulit adalah lotion, yang merupakan
emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan oleh
emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya serta dapat
melindungi dan menjaga kelembapan kulit. Konsistensi yang berbentuk cair
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga
mudah menyebar dan segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan
lapisan tipis pada permukaan kulit. (1)
2
Lotion merupakan sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang
mangandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai
sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan
sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak
dan mudah dioleskan.(3)
Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia dan
mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kerusakan pada kulit
akan mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit perlu
dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan
munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah. (4)
Salah satu hal yang menyebabkan kerusakan kulit adalah radikal bebas.
Radikal bebas merupakan suatu bentuk senyawa reaktif yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan. Radikal bebas dalam tubuh manusia bisa terbentuk
dengan metabolisme normal, tubuh yang kekurangan gizi, pola makan yang tidak
benar, gaya hidup yang salah, asap rokok, sinar ultra violet, dan lingkungan yang
terpolusi. Hal ini diperlukan suatu penangkalnya yaitu antioksidan.(4)
Salah satu hasil alam asli Indonesia adalah buah salak yang terbukti
memiliki aktivitas antioksidan yang tertinggi dari buah berry dan buah lainnya (5).
Hasil uji fitokimia kandungan kimia pada biji buah salak (Salacca zalacca
(Gaernt.) Voss.) terdapat senyawa flavanoid, tannin dan sedikit alkaloid (6). Pada
penelitian sebelumnya (Karta I W. dkk., 2015) bahwa biji salak menghasilkan
aktivitas antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas DPPH kuat dimana
3
nilai antioksidannya sebesar 436,91 mg/L GAEAC (gallic acid equivalent
antioxidant capacity) dengan IC50% sebesar 9,37 mg/mL.(5)
Hasil penelitian sebelumnya ( Sista, dkk 2017) uji aktivitas dari ekstrak
etanol biji buah salak mengandung fenol, flavonoid dan tanin dimana ketiga
senyawa tersebut memiliki aktifitas antiradikal ekstrak etanol biji buah salak
sebagai antioksidan (7). Antioksidan merupakan zat yang mampu melindungi sel
melawan kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas (Reactive Oxygen
Species) dan mencegah penuaan.(5)
Berdasarkan uraian tersebut penulis mencoba untuk menformulasikan biji
buah salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) menjadi sediaan lotion. Sehubungan
dengan telah diketahui khasiat biji buah salak sebagai antioksidan oleh peneliti
sebelumnya, maka pengujian antioksidan lotion tidak dilakukan.
Pada penelitian ini dilakukan parameter uji yaitu uji organoleptik, uji
homogenitas, uji iritasi, uji ph, uji daya sebar, uji kesukaan/ hedonik dengan
konsentrasi 0%, 1%, 3%, 5% dan kontrol positif.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ekstrak etanol biji buah salak (Salaccazalacca (Gaertn.) Voss.)
dapat diformulasikan dalam sediaan lotion.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol biji buah salak (Salacca zalacca
(Gaertn.) Voss.) dapat di formulasikan kedalam lotion.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
guna dari biji buah salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.)
1.5 Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelittian ini adalah diduga biji buah salak
(Salacca zalacca (Gertn.) Voss.) dapat diformulasikan dalam sediaan lotion.
1.6 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Kerangka Konsep
Ekstrak biji buah
salak (Salacca
zalacca (Gaertn.)
Voss.) variasi
konsentrasi 0%, 1%,
3%, 5%,
Sediaan Lotion
Ekstrak biji buah
salak (Salacca
zalacca (Gaertn.)
Voss.)
Uji homogenitas
Homogen dan tidak
homogen
Ujii ritasi
Kemerahan gatal-gatal,
dan bengkak
Uji organoleptis
Bentuk, warna dan bau
Uji pH
Asam atau basah
Uji daya sebar
Diameter penyebaran
Hedonik atau
kesukaan Suka, Tidak
Suka dan Sebaliknya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Salak
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Salak
Klasifikasi dari tanaman salak (Salacca zalacca (Gaernt.) Voss.) adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Principes
Famili : Palmae
Genus : Salacca
Spesies : Salacca zalacca (Gaent.) Voss.
Sinonim : Salacca edulis Reinw(8)
Gambar 2.1 Buah Salak ( salacca zalacca)
6
2.1.2 Morfologi Tanaman Salak
Salak (Salacca zalacca) adalah sejenis palma dengan buah yang biasa
dimakan. Dalam bahasa inggris disebut salak atau snake fruit, sementara nama
ilmiahnya adalah Salacca zalacca. Buah ini disebut snake fruit karena kulitnya
mirip dengan sisik ular. (9)
Salak ditemukan tumbuh liar di alam di Jawa bagian barat daya dan
Sumatera bagian selatan. Akan tetapi asal-usul salak yang pasti belum diketahui.
Salak dibudidayakan di Thailand, Malaysia dan Indonesia.Batang salak menjalar
dibawah atau diatas tanah, membentuk rimpang, sering bercabang, diameter 10-15
cm, Daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m, tangkai daun, pelepah dan anak
daun berduri panjang, tipis dan banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman.
Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing, sampai kehitaman. Anak
daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing, berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi
bawah keputihan oleh lapisan lilin.(9)
Karangan bunga jantan kebanyakan berumah dua (dioesis), karanagan
bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul diketiak daun, bertangkai
mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mongering dan mengurai
menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50-100 cm panjangnya, terdiri atas
4-12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya anatara 7-15 cm, dengan
banyak bunga kemerahan terletak diketiak sisik-sisik yang tersusun rapat.
Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1-3 bulir yang
panjangnya mencapai 10 cm. (9)
7
Tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik,
runcing di pangkalnya dan membulat di ujungnya, panjang 2,5-10 cm, terbungkus
oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat sampai coklat merah mengkilap yang
tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di ujung
masing-masing sisik. Dinding buah tengah (sarkotesta) tebal berdaging, kuning
krem sampai keputihan, berasa manis, masam, atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat
hingga kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya. (9)
2.1.3 Manfaat Biji Buah Salak
Biji buah salak telah dimanfaatkan sebagai minuman dalam bentuk kopi
biji salak. Kopi biji salak banyak digemari karena tidak mengandung kafaein
sehingga aman dikonsumsi bagi para penderita hipertensi. (10)
2.1.4 Kandungan Kimia Biji Buah Salak
Dalam biji buah salak terkandung zat aktif seperti tannin, quinon,
monoterpene, seskuiterpen, alkaloid dan flavanoid. (6)
Tabel 2.1 Kandungan Kimia Kopi Biji Salak. (5)
Parameter Satuan Kandungan
Kadar Air %bb 6,24
Kadar Abu %bb 3,49
Kadar Lemak %bb 2,95
Kadar Protein %bb 6,34
Karbohidrat %bb 80,98
Kapasitas antioksidan mg/L GAEAC 436,91
IC 50% mg/ml 9,37
Kafein %bb 0,207
8
Keterangan :
a. Kadar Air
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam
garam yaitu garam organik dan anorganik. Garam organik misalnya
garam dari asam malat, oksalat, asetat pekat, dan asam lainnya. Garam
anorganik misalnya fosfat, karbonat, klorida, sulfat nitrat, dan logam
alkali. Selain itu, mineral dapat terbentuk sebagai senyawa kompleks
organik. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk asli
adalah sangat sulit sehingga dilakukan dengan penentuan sisa pembakaran
garam mineral tersebut dengan pengabuan.(5)
b. Kadar Abu
Kadar abu biji salak yaitu 3,49%. SNI 01-3542-2004 mengatur kontrol
kualitas kopi bubuk menunjukkan kadar abu maksimal adalah 5%. Kadar
abu dihitung untuk mengetahui gambaran tingginya kandungan mineral
eksternal dan internal dalam tanaman yang berasal dari awal sampai
terbentuknya ekstrak.(5)
c. Kadar Lemak
Dengan kadar lemak yang rendah dengan nilai 2,95% tentunya kopi biji
salak memiliki keunggulan dalam konsumsinya yang nantinya tidak
menimbulkan terjadinya kolesterol.(5)
d. Karbohidrat
Senyawa karbohidrat dibentuk oleh tanaman berdaun hijau melalui proses
fotosintesa dan sebagian besar disimpan dalam sel tanaman sebagai pati
9
(polisakarida), selulosa dan gula-gula sederhana. Karbohidrat ini
merupakan sumber energi utama yang disediakan melalui konsumsi
makanan sehari-hari. Dalam bahan pangan fungsi karbohidrat memberi
rasa,aroma, warna dan tekstur.
e. Protein
Protein merupakan zat gizi yang penting untuk pembentukan jaringan
tubuh serta pengatur metabolisme. Protein dalam bahan pangan disebut
protein essensial karena tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia dan
dapat berasal dari pangan hewani maupun nabati.
f. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik penting yang terdapat dalam bahan
pangan untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Jenis vitamin
dikelompokkan menjadi dua, yaitu larut air dan larut lemak. Pada
umumnya bahan pangan sumber vitamin adalah buah dan sayuran, serta
memiliki sifat mudah rusak oleh panas, pelarut asam, alkohol dan basa.
Oleh karena itu pada pengolahan buah dan sayuran perlu memperhatikan
suhu pemanasan dan cara pengemasan.
g. Mineral
Mineral merupakan senyawa anorganik yang juga penting untuk proses
metabolisme tubuh, terdapat dalam dua jenis yaitu mikro mineral dan
makromineral. Bahan pangan sumber mineral adalah buah dan sayur. (11)
10
2.2 Kulit
2.2.1 Definisi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia, luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh.
Dilihat pada gambar 2.2 (12)
Gambar 2.2 Struktur Kulit Manusia
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan dengan
lingkungan. Adapun fungsi utama kulit adalah :
a. Fungsi proteksi : menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik
seperti gesekan dan tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan
iritasi seperti radiasi. Kulit juga merupakan alat proteksi rangsangan kimia
karena stratum korneum ini bersifat impermeable terhadap zat kimia dan
air.
11
b. Fungsi absorpsi : Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap yang
diserap ( kulit bersifat permeable terhadap O2, CO2 dan uap air ), begitu
juga yang larut dalam lemak. Penyerapan terjadi melalui celah antar sel
menembus sel-sel epidermis dan saluran kelenjar.
c. Fungsi ekskresi : Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan
ammonia.
d. Fungsi presepsi : Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis
dan subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang dierikan.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) : Kulit melakukan fungsi ini
dengan cara mengekskresikan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Di waktu suhu dingin, perederan
darah dikulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu
suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan
keringat dan kelenjar keringat sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak
terlalu panas.
f. Fungsi pembentukan pigmen : Sel pembentuk pigmen ( melanosit )
terletak dilapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosid
membentuk warna kulit, enzim melanosom dibentuk apparatus golgi
dengan bantuan tiroksinase meningkatkan metabolisme sel, Ion Cu dan
Oksigen. Sinar matahari mempengaruhi melanosom, pigmen yang terbesar
di epidermis melalui tangan-tangan dendrit.
12
g. Fungsi keratinisasi : Sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuk
menjadi sel spinosum. Keratinosid melalui proses sintesis dan generasi
menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari.(12)
2.2.3 Anatomi Kulit secara hispatologik
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
1. Epidermis
epidermis merupakan bagian kulit yang paling luar. Ketebalan epidermis
berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1
mm misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki.
Lapisan epidermis terdiri atas :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum)
Lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel
yang gepeng yang mati,tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah
menjadi keratin ( zat tanduk ).
b. Lapisan benang (starctu licidus)
Terdapat langsung dibawah lapisan korneum merupakan lapisan
korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa intidengan
protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
c. Lapisan butir (stractu granuiosum)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplaasma berbutir
kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas
13
keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum
granalosum juga tampak jelas ditangan dan kaki.
d. Lapisan taju (stractu spinosum)
Lapisan epidermis yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa
lapis sel yang berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda akibat
adanya mitosis serta sel ini makin dekat kepermukaan makin gepeng
bentuknya pada lapisan ini banyak mengandung glikogen.
e. Lapisan tunas (stractum basale)
Lapisan epidermis paling bawah dan berbatas dengan dermis. Dalam
lapisan basal terdapat melanosit. Melanosit adalah sel yang membentuk
melamin yang berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.
2. Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa
padat dengan elemen-elemen selular dan dan folikel rambut. Secara garis
besar dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pars Papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars Retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah
subkutan. Bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti
serabut kolagen, elastin dan retikulin.
14
3. Subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel
bulat, besar, dengan inti yang terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang
bertambah. Jaringan subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan
limfe, kantung rambut dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat
kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah peneykat panas,
bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi. (12)
2.3 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang diguanakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan (13). Simplisia dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Siplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman
dan eksudat tanaman. Selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan
dari tanamanya denga cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia
murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau
zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi , baik telah
diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni. (13)
15
2.4 Ekstrak
2.4.1 Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering (extractum siccum) harus mudah digerus
menjadi serbuk.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, disebutkan bahwa : ekstrak
adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuia, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstrak cair (extractum liquidum)
adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau
sebagai pengawet. (13)
2.4.2 Metode Ekstraksi
Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu :
1. Ekstraksi cara dingin
Ekstraksi cara dingin adalah ekstraksi yang dilakukan pada suhu kamar
yaitu dengan cara maserasi dan perkolasi.
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature
ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang
terus menerus.
16
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, maserasi yaitu cara ekstraksi
dengan merendam simplisia tumbuhan atau campuran simplisia dengan
menggunakan pelarut tertentu dalam wadah tertutup, didiamkan selama
3 hari, sambil sering diaduk hingga zat terlarutsempurna lalu maserat
dipisahkan dari ampas.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurnna umumnya dilakukan pada temperature ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
perkolasi sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak), terus menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya +1-5 kali bahan
(Depkes, 2000). Proses perkolasi diteruskan sampai menghasilakan
volume yang diinginkan dan semua senyawa kimia tertarik habis dari
simplisia, dibuktikan dengan pengujian yang tepat bahwa perkolat tidak
mengandung zat yang diinginkan lagi.
2. Ekstraksi cara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
17
b. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (pengadukan kontiniu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, umumnya dilakukan pada
temperature 40-500C.
c. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature
penangas air (bejana infuse tercelup dalam penangas air, temperature
terukur +900C selama waktu tertentu (15-20 menit). Jika dilakukan
pada waktu yang lebih lama (>30 menit) disebut dengan dekok.
d. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
continue dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya
pendingin balik. Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah
kantong ekstraksi (kertas, karton, dsbnya) dibagian dalam air ekstraksi
dari gelas yang bekerja continue (percolator). Wadah gelas yang berupa
kantong diletakkan diantara labu penyulingan dengan pendingin aliran
balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi
bahan pelarut yang menguap dan mencapai kedalam pendingin balik, di
ekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan
berkumpul didalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi
maksimalnya secara otomatis dipindahkan kedalam labu. Sehingga zat
18
yang diekstraksi terkumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni
berikutnya. (14)
2.5 Pelarut
Pelarut pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah
yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut. Pelarut yang
digunakan dalam proses ekstraksi memiliki beberapa sifat penting. Diantara sifat-
sifat penting tersebut antara lain :
1. Kemampuan melarutkan ( solubility )
2. Kecepatan menguap
3. Trayek didih
4. Berat jenis ( specific gravity )
5. Flashpoint
Adapun pelarut yang dipakai dalam proses ekstraksi antara lain :
1. Air
Air merupakan salah satu pelarut yang mudah, murah dipakai secara luas
oleh masyarakat. Pada suhu kamar, air merupakan pelarut yang baik untuk
melarutkan berbagai macam zat seperti: garam-garam alkaloida, glikosida,
asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral lainnya.
2. Etanol
Berbeda dengan air yang dapat melarutkan berbagai macam zat aktif,
etanol hanya dapat melarutkan berbagai macam zat aktif, etanol hanya
dapat melarutkan zat-zat tertentu saja seperti alkaloida, glikosida, damar-
damar dan minyak atsiri.
19
3. Gliserin
Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik zat aktif dari
simplisia yang mengandung zat samak. Gliserin juga merupakan pelarut
yang baik untuk golongan tannin dan hasil-hasil oksidanya, berbagai jenis
gom dan albumin
4. Eter
Eter merupakan pelarut yang sangat mudah menguap sehingga tidak
dianjurkan untuk pembuatan sediaan obat yang akan disimpan dalam
jangka waktu yang lama.
5. Heksana
Heksana adalah pelarut yang berasal dari penyulingan minyak bumi, baik
untuk lemak dan minyak. Pelarut ini biasanya dipergunakan untuk untuk
menghilangkan lemak pengotor dari simpisia sebelum simplisia tersebut
dibuat sediaan galenik.
6. Aceton
Aceton memiliki kemampuan hampir sama dengan heksana dimana aceton
mampu melarutkan berbagai macam lemak, minyak atsiri dan damar.
Akan tetapi, aceton tidak dipergunakan untuk sediaan galenik untuk
pemakaian dalam.
7. Chloroform
Chloroform tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena secara
farmakologi, chloroform mempunyai efek toksik. Chloroform biasanya
20
digunakan untuk menarik bahan-bahan yang mengandung basa alkaloida,
damar, minyak lemak dan minyak atsiri. (14)
2.6 Kosmetik
Berdasarkan Permenkes RI No.445/MenKes/Per/V/1998 yang dimaksud
dengan kosmetika adalah sediaan atau panduan bahan yang siap utuk digunakan
pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin luar),
gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampilan, supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi
tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. (2)
2.7 Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
caiaran lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water
(o/w) atau minyak dalam air (M/A), dan water in oil (W/O) atau (air dalam
minyak (A/M). Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi
yang disebut emulgator (emulsifying agent).
2.7.1 Komponen Emulsi
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat
didalam emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase
dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam
zat cair lain.
21
b. Fase ekternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair
dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung)
emulsi tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi
2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahakan
ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya
corrigen saporis, odoris, colouris, pengawet (preservalive), dan anti
oksidan.
2.7.2 Tipe Emulsi
1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah
emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi
kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak), adalah
emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi kedalam
minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.(15)
2.8 Lotion
Lotion adalah sediaan topikal surya dipakai oleh masyarakat. Lotion
merupakan suatu suspensi, emulsi, atau larutan, dengan atau tanpa obat utuk
penggunaan topikal yang kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan
pada permukaan kulit yang luas sehingga cepat kering pada kulit setelah
pemakaian dan meningkatkan kelapisan tipis dari komponen obat pada permukaan
kulit.
22
Lotion merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakain luar
pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya
kecairan meningkatkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit
yang luas. Lotion segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan
lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. (16)
2.8.1 Formula Sediaan lotion
Tabel. 2.2 Formula standar pembuatan sediaan lotion adalah sebagai berikut (17)
Bahan %b/b
Setil alkohol 0,5
Asam stearat 2,5
Gliesrin 5
Trietonalamin 1
Paraffin cair 7
Propil paraben 0,05
Metil paraben 0,1
Aquadest ad 100 ml
2.8.2 Bahan-Bahan Pembuatan Lotion
1. Setil alcohol ( Stearylalcoholum)
Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan, granul atau dadu. Memiliki bau
yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol (95%)
dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, paraffin
cair dan padat dengan titik lebur 45° C- 52° C. Dalam lotion, krim dan
salep digunakan.(18)
2. Asam stearat ( Acidum Stearicum )
Asam stearate merupakan kristal padat atau serbuk putih atau putih
kekuningan, agak mengkilap, bauh lemak dan berasa lemak. Kelarutannya
23
yaitu mudah larut dalam benzene, kloroform, dan eter, larut dalam etanol
(95%); praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69°C-70°C.
Penggunaan dalam sediaan topikal sebesar 1%-20%, digunakan sebagai
bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa.(18)
3. Gliserin
Gliserin merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental
cairan higrokopis, memiliki rasa manis, kurang lebih 0,6 kali lebih manis
dari sukrosa. Gliserin berfungsi sebagai emolien, humektan, platisizer,
solven, sweetening agent dan agen tonisitas. Gliserin terutama digunakan
sebagai humektan dan emolien pada konsentrasi ≤ 30% dalam formulasi
sediaan topikal dan kosmetika.(18)
Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak
menguap.(13)
4. Trietonalamin ( TEA )
Trietanolamin dengan rumus molekul CHNO memiliki sinonim TEA,
tealan, trihidroksitrietilamin. Trietolamin memiliki berat molekul sebesar
149,19 g/mol. Trietolamin berupa cairan kental yang bening, tidak
berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau amoniak yang lemah,
perlu disimpan dalam wadah tertutup baik. Trietolamin larut dalam air
methanol dan kloroform. Trietolamin digunakan seacara luas pada
formulasi sediaan topikal. Trietolamin akan bereaksi dengan asam mineral
menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanaya asam lemak tinggi.
24
Trietolamin digunakan biasanya sebagai perantara dalam pembuatan
surfaktan, tekstil, lilin, poles, herbisida, demulsifers minyak bumi, dan
bahan adiktif semen. Trietolamin juga digunakan untuk produksi pelumas
untuk sarung tangan karet dan industri tekstil. Penggunaan umum lainnya
yaitu sebagai humektan.(18)
5. Paraffin cair
Paraffin liquid merupakan cairan kental, transparan, tidak berwarna, tidak
bau, tidak memiliki rasa. Kelarutannya tidak larut dalam air dan dalam
etanol 95%, larut dalam kloroform dan eter. Paraffin terutama digunakan
dalam formulasi farmasi topikal sebagai komponen krim dan salep.(18)
6. Propil paraben
Propil paraben memiliki berat molekul 180,21 g/mol dengan rumus
molekul C10H12O3. Propil paraben atau propil p-hidroksibenzoat atau
nipasol M. Propil paraben merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau,
dan tidak berasa. Kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3.5
bagian etanol (95%) p, dalam 3 bagian aseton p, dalam 140 bagian gliserin
p dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida. Propil paraben banyak digunakan sebagai pengawet
antimikroba di kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi. Propil
paraben dapat digunakan sendiri dan dapat juga dikombinasikan dengan
eter paraben lain, atau dengan agen antimikroba lainnya.(18)
25
7. Metil Paraben
Metil paraben memiliki berat molekul sebesar 152,15 g/mol dengan rumus
melekul C8H8O3. Metil paraben atau metil ester asam 4 hidroksibenzoat,
metil phidrosibenzoat, nipaginM, uniphe p-23 merupakan serbuk hablur
halus atau kristal putih, tidak berbau, tidak mempunyai rasa tebal. Metil
paraben secara luas digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi. Metil paraben dapat
digunakan baik sendiri atau kombinasi dengan yang lain. Golongan
paraben efektif pada rentang ph yang luas dan mempunyai aktivitas
antimikroba pada spektrum yang luas, meskipun paraben paling efektif
melawan kapang dan jamur. Pada sediaan topikal umumnya metil paraben
digunakan dengan konsentrasi antara 0,02-0,3%.(18)
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara eksperimental
(Experimental research) yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan untuk
mengetahui pengaruh yang ada, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau
eksperimen tersebut. Ciri khusus dari penelitian ekperimen adalah adanya
percobaan atau trial. Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap
suatu variabel. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau
pengaruh terhadap variabel lain (19).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Semisolid Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni-Desember 2018.
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
seperti beaker glass, gelas ukur, lumpang dan alu, timbangan digital, cawan petri,
kaca preparat, kertas perkamen, pipet tetes, batang pengaduk, pot lotion, pH
27
meter, kertas saring, aluminium foil, pisau, rotary evaporator, cawan penguap,
sudip.
3.3.2. Bahan-bahan
Bahan yang digunakan antara lain : ekstrak etanol biji salak, asam stearate,
setil alcohol, paraffin cair, gliserin, trietonalamin, propil paraben, metil paraben,
aquadest.
3.4. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara purfosif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah biji salak
(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) yang diambil dari Padangsidempuan
Kecamatan Tanotombangan Tapanuli Selatan. Sampel penelitian ini adalah
ekstrak biji salak dengan variasi konsentrasi 0% (blanko), 1%, 3%, 5%,dalam
sediaan lotion.
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Pengumpulan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa
membandingkan tanaman daerah yang satu dengan daerah lain. Biji salak yang
diambil sebagai sampel adalah biji salak yang masih bagus.
3.5.2 Pengelolaan Sampel
Sampel biji salak yang masih bagus dibersihkan dari pengotor ditimbang
sebagai berat basah 5 kg, selanjutnya dicuci dibawah air yang mengalir sampai
bersih. Kemudian di potong kecil-kecil biji salak lalu dikeringkan dalam lemari
28
pengering selama 8 jam pada suhu 600C. Biji salak yang sudah kering dihaluskan
dengan penggiling hingga menjadi serbuk halus.
3.5.3 Pembuatan Esktrak
Pada penelitian ini sampel biji salak diekstraksi dengan menggunakan
etanol 70%. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi, yaitu
sebanyak 500 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam sebuah bejana tertutup,
kemudian dimaserasi dengan menggunakan 5000 ml etanol 70%. Tuangi dengan
75 bagian etanol, ditutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil
sering diaduk, diserkai, diperas. Setelah 5 hari ampas dicuci lagi dengan 25 bagian
etanol. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk , terlindung
dari cahaya selama 2 hari. Kemudian dienap tuangkan atau disaring, filtrate yang
dihasilkan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental.(15)
3.6. Formulasi Sediaan Lotion
Sediaan lotion yang akan dibuat adalah sebanyak 50 gram dengan
menggunakan formula sebagai berikut : (20)
Tabel 3.1 Formula Sediaan Lotion dengan variasi konsentrasi
Bahan Konsentrasi % Fungsi
F1 F2 F3 F4
EBBS - 1% 3% 5% Zat aktif
Setil alkohol 0,5 0,5 0,5 0,5 Pengemulsi
Asam stearat 2,5 2,5 2,5 2,5 Pengemulsi
Gliserin 5 5 5 5 Emolien
TEA 1 1 1 1 Alkalizing agent
Paraffin cair 7 7 7 7 Emolien
Propil paraben 0.05 0,05 0,05 0,05 Pengawet
Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 Pengawet
Aquadest ad 50 ml 50 ml 50 ml 50 ml Pelarut
29
Keterangan :
F1 : Formula yang tidak mengandung ekstrak biji salak
F2 : Formula yang mengandung ekstrak biji salak 1%
F3 : Formula yang mengandung ekstrak biji salak 3%
F4 : Formula yang mengandung ekstrak biji salak 5%.
3.7. Pembuatan Sediaan Lotion
1. Disiapkan semua bahan yang akan digunakan. Bahan ditimbang sesuai
dengan formula yang ada.
2. Fase minyak :(asam stearat, setil alkohol, paraffin cair, metil paraben),
Fase air : (TEA, gliserin, aquades) dipisahkan dan dilebur diatas waterbath
hingga suhu 70-80 0C
3. Setelah semuanya dilebur, dimasukkan fase air sedikit demi sedikit
kedalam lumpang panas yang berisi fase minyak, digerus hingga homogen
terbentuk lotion.
4. Kemudian dimasukkan ekstrak biji salak 1% dalam lumpang, dicampur
basis lotion sedikit demi sedikit digerus hingga homogen.
5. Lalu dimasukkan dalam wadah. Prosedur yang sama juga dilakukan pada
ekstrak dengan konsentrasi 3%, 5%.(17)
3.8. Evaluasi Sediaan Lotion
3.8.1 Uji Organoleptis
Uji organoleptik dilakukan dengan cara pengamatan secara visual terhadap
sediaan, yang dinilai dari bentuk fisik sediaan yaitu perubahan warna, bentuk dan
bau lotion. (21)
30
3.8.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah
dibuat homogen atau tidak. Caranya, lotion dioleskan pada kaca transparan
dimana sediaan diambil 3 bagian yaitu atas, tengah dan bawah. Homogenitas
ditujukkan dengan tidak adanya butiran kasar. (22)
3.8.3 Uji pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Caranya: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH
7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH konstan. Angka yang ditunjukkan
pH meter merupakan pH sediaan. (23)
3.8.4 Uji Daya Sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan lotion saat
diaplikasikan pada kulti yang dilakuan segera setelah lotion dibuat. Lotion
ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian diletakkan ditengah kaca bulat berskala.
Diatas lotion diletakkan kaca bulat atau bahan transparan lain dan pemberat
sehingga berat kaca bulat dan pemberat 150 g, didiamkan 1 menit, kemudian
dicatat diameter penyebarannya. Diameter sebar lotion yang baik antara 5-7
cm.(17)
31
3.8.5 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Pengujian ini dilakukan dengan cara uji terbuka yang dilakukan selama 5
hari pada 10 panelis, dengan cara sediaan Lotion dioleskan ke kulit dengan
pemakaian selama 3 jam dan ditutup dengan perban. Kemudian setelah 3 jam,
perban dibuka dan diamati reaksi kulit yang terjadi. Apabila tidak terjadi iritasi
seperti rasa gatal, dan kemerahan, maka sediaan dinyatakan memenuhi syarat
penelitian. (1)
3.8.6 Uji Kesukaan
Uji kesukaan disebut juga uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidak sukaan). Disamping panelis
mengemukakan tanggapan senang, suka, atau sebaliknya, mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik.(1)
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Biji Buah Salak
Hasil ekstraksi 500 gram serbuk simplisia biji salak dengan metode
maserasi meggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:10 dipekatkan
menggunakan rotary evaporator, kemudian diperoleh ekstrak kental 24 gram
(rendemen 4,8%).
4.2 Hasil Evaluasi Sediaan
4.2.1 Hasil Pengujian Organoleptis Sediaan
Hasil pemeriksaan organoleptis terhadap sediaan lotion ekstrak etanol biji
salak yang dilakukan pada 4 sediaan dengan melihat perubahan bentuk, warna,
bau sediaan. Pengujian organoleptis dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Pemeriksaan Organoleptis
Jenis
pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
F1 F2 F3 F4 Control +
Bentuk Semi
Padat
Semi
Padat
Semi
Padat
Semi
Padat
Semi
Padat
Warna Putih
keruh
Coklat
muda
Coklat Coklat tua Putih
keruh
Bau Tidak
berbau
Khas
ekstrak
Khas
ekstrak
Khas
ekstrak
Bunga
sakura
Keterangan :
F1 :Formula lotion tanpa ekstrak etanol biji salak
F2 :Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 1%
F3 :Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 3%
33
F4 :Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 5%
Control + : Formula sediaan lotion Citra
4.2.2 Hasil Pengujian Homogenitas Sediaan
Hasil uji homogenitas menunjukkan sediaan lotion yang homogen dimana
jika sediaan diletakkan pada kaca transparan tidak menunjukkan butir-butir kasar
dan menunjukkan dengan persamaan warna yang merata pada masing-masing
sediaan lotion. Hasil pengujian homogenitas sediaan dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Sediaan Lotion
Formula Homogenitas
F1 Homogen
F2 Homogen
F3 Homogen
F4 Homogen
Cotrol + Homogen
Keterangan :
F1 : Formula lotion tanpa ekstrak etanol biji salak
F2 : Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 1%
F3 : Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 3%
F4 : Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 5%
Control + : Formula sediaan lotion Citra
4.2.3 Hasil Pengujian pH Sediaan
Pengukuran pH lotion bertujuan untuk melihat keasaman sediaan agar
tidak mengiritasi kulit ketika di aplikasikan. Penentuan pH sediaan lotion ekstrak
etanol biji buah salak dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengujian pH
dapat dilihat pada tabel 4.3
34
Tabel 4.3 Data Nilai pH Sediaan Lotion
Formula pH
F1 6,8
F2 6,6
F3 6,3
F4 6,1
Control + 6,4
Keterangan :
F1 : Formula lotion tanpa ekstrak etanol biji buah salak
F2 : Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 1%
F3 : Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 3%
F4 : Formula lotion yang mengandung ekstrak etanol biji salak 5%
Control + : Formula sediaan lotion Citra
4.2.4 Hasil Uji Iritasi Kulit Pada Sukarelawan
Hasil pemeriksaan uji iritasi pada sediaan lotion ekstrak etanol biji salak
pada konsentrasi 0%, 1%, 3%, 5% dan control +. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui apakah sediaan lotion dapat mengiritasi kulit, yaitu dengan adanya
reaksi pada kulit diantaranya adalah, kulit kemerahan, gatal-gatal dan bengkak.
Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi Sediaan Lotion
Formula Hari Ke Sensasi Yang Di Timbulkan
Merah Gatal Bengkak
F1 I-V - - -
F2 I-V - - -
F3 I-V - - -
F4 I-V - - -
Control + I-V - - -
35
Keterangan :
(-) : tidak mengiritasi
(+) : kulit kemerahan
(++) : kulit gatal-gatal
(+++) : kulit bengkak
4.2.5 Hasil Uji Daya Sebar
Hasil uji daya sebar sediaan lotion dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5. Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Lotion
Formula Diameter
F1 6,7 cm
F2 6,8 cm
F3 6,9 cm
F4 7 cm
Control + 6,4 cm
Keterangan :
F1 : Formula sediaan lotion tanpa ekstrak etanol biji salak
F2 : Formula sediaan lotion ekstrak etanol biji salak 1%
F3 : Formula sediaan lotion ekstrak etanol biji salak 3%
F4 : Formula sediaan lotion ekstrak etanol biji salak 5%
Control + : Formula sediaan lotion Citra
36
4.2.6 Hasil Uji Hedonik
Tabel 4.6 Hasil Uji Hedonik
Formula
Skala kesukaan
Warna Tekstur Bau
SS S KS TS SS S KS TS SS S KS TS
F1 0 15 0 0 1 14 0 0 0 14 1 0
F2 0 8 7 0 0 14 1 0 1 8 6 0
F3 0 5 10 0 0 5 10 0 0 6 9 0
Keterangan :
SS : Sangat suka
S : Suka
KS : Kurang suka
TS : Tidak suka
4.3 Pembahasan
4.3.1. Pembahasan Pengujian Organoleptis
Hasil dari uji organoleptis menunjukkan bahwa semakin banyak
penambahan ekstrak, maka warna dari sediaan lotion yang dihasilkan bertambah
pekat yaitu coklat muda sampai coklat tua dan dihasilkan aroma khas dari ekstrak.
Semakin tinggi penambahan konsentrasi ekstrak, maka bentuk dari sediaan lotion
yang dihasilkan bentuknya semakin cair.
4.3.2. Pembahasan Pengujian Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan lotion menunjukkan bahwa
semua sediaan tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan
37
dioleskan pada sekeping kaca transparan, hal ini menunjukkan bahwa sediaan
yang dibuat mempunyai susunan yang homogen.
4.3.3. Pembahasan Pengujian pH
Berdasarkan hasil uji pH pada sediaan lotion menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak memberikan pengaruh terhadap tingkat keasaman dari
sediaan lotion yang dihasilkan, yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka pH
yang dihasilkan semakin menurun artinya pH dari sediaan lotion yang dihasilkan
semakin asam. Sediaan lotion ini masih memenuhi kriteria pH kulit yaitu 4,5-6,5
4.3.4. Pembahasan Pengujian Iritasi
Berdasarkan hasil pengamatan uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan
lotion ekstrak etanol biji buah salak dengan konsentrasi yang berbeda yang di
oleskan pada kulit sukarelawan tidak menunjukkan adanya reaksi iritasi.
4.3.5. Pembahasan Pengujian Daya Sebar
Hasil uji daya sebar menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak biji buah salak yang digunakan, daya sebar dari sediaan lotion akan
semakin meningkat, hal ini dibuktikan dengan sediaan tanpa ekstrak etanol biji
buah salak memiliki daya sebar 6,7 cm dan sediaan dengan ekstrak etanol biji
buah salak memiliki daya sebar 6,8 cm, 6,9 cm sampai 7 cm. Jika dilihat dari hasil
uji daya sebar antara sediaan yang mengandung ekstrak etanol biji buah salak
dengan sediaan yang telah beredar dipasaran, daya sebar yang dihasilkan tidak
jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa formula dengan ekstrak biji buah salak
memiliki daya sebar lotion yang baik yaitu anatara 5-7 cm.
38
4.3.6. Pembahasan Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Berdasarkan tabel uji hedonik yang dilakukan kepada (15) vanelis dengan
parameter uji, menunjukkan bahwa semua vanelis lebih disuka terhadap sediaan
lotion dengan konsentrasi 1%, hal ini mungkin terjadi karena warnanya menarik
dan tidak terlalu gelap dibandingkan sediaan dengan konsentrasi 3% dan 5%.
Tekstur sediaan dengan konsentrasi 1% menunjukkan bahwa 1 orang
vanelis memilih sangat suka dan 14 orang memilih suka terhadap sediaan lotion
begitu juga sebaliknya dengan konsentrasi 3%. sedangkan dengan konsentrasi 5%
hanya 5 orang vanelis memilih suka. Kemungkinan hal ini terjadi karena bentuk
sediaan lotion dengan konsentrasi 1% dan 3% memiliki tekstur yang lebih baik
sehingga mudah dioleskan dibandingkan dengan konsentrasi 5%.
Dilihat dari hasil uji hedonik terhadap bau dari sediaan, 14 vanelis
memilih suka terhadap sediaan lotion dengan konsentrasi 1%, sedangkan bau
sediaan lotion dengan konsentrasi 3% 1 orang vanelis memilih sangat suka dan 8
orang vanelis memilih suka dan sedangkan dengan konsentrasi 5% hanya 6 orang
vanelis memilih suka terhadap sediaan lotion. Kemungkinan hal ini terjadi karena
sediaan lotion konsentrasi 5% menghasilkan aroma khas ekstrak.
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Ekstrak etanol biji salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) dapat
diformulasikan kedalam sediaan lotion
2. Formulasi sediaan menggunakan ekstrak etanol biji salak (Salacca zalacca
( Gaernt.) Voss.) jika dibandingkan dengan sediaan yang telah beredar
dipasaran yaitu Citra (control +), menghasilkan sediaan yang memenuhi
syarat sebagai lotion, hal ini terbukti dari evaluasi sediaan yang telah
dilakukan yaitu, uji organoleptis, uji homogenitas, uji ph, uji daya sebar,
dan uji iritasi.
5.2. Saran
1. Disarankan kepada peneliti selanutnya untuk membuat sediaan lain dari
ekstrak etanol biji salak (Salacca zalacca ( Gaernt.) Voss.)
2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memilih formula dan gelling
agent yang berbeda.
3. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk mendapatkan hasil sediaan
lotion yang lebih baik.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Megantara, I. N. P., dkk. 2017. Formulasi Lotion Buah Raspberry (Rubus
rosifolius) Dengan Variasi Konsentrasi Triethanolamin Sebagai Emolgator
Serta Uji Hedonik Terhadap Lotion. Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 6. ISSN
2301-7716.
2. Rostamailis, dkk. Perawatan Badan, Kulit dan Rambut. Jakarta: Rineka
Cipta; 2005.
3. Sularto, S. A. dkk. 1995. Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Pensubstitusi
Gliserin dalam Beberapa Jenis Krim Terhadap Kestabilan Fisiknya.
Bandung : Universitas Padjajaran.
4. Purwaningsih, S., Salamah, E., Budiarti. A.T., Formulasi sari lotion dengan
penambahan karagenan dan antioksidan alami dari rhizophara mucronata
lamk. Jurnal akuatitika. 5(1). 55-62.2014.
5. Karta I W., dkk. 2015. Kandunagan Gizi Pada Kopi Biji Salak (Salacca
zalacca) Produksi Kelompok Tani Abian Salak Desa Sibetan Yang
Berportensi Sebagai Produk Pangan Lokal Berantioksidan Dan Berdaya
Saing. Denpasar: Analis Kesehatan Poltekes Jurnal Virgin. ISSN:2442-2509
6. Purwanto, N., Rismawati, E., and Sadiyah, E. R., 2015, Uji Sitotoksik
Ekstrak Biji Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) Dengan Menggunakan
Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt). Bandung: Prodi Farmasi,
Fakultas MIPA, Unisba; ISSN 2460-6472
7. Werdyani, S. dkk. 2017. Antioxidant Activity of Exract and Fraction of
Salak Fruit Seeds (Salacca zalacca (Gaernt.) Vosso.) Using DPPH (2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazyl) Method. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia. Jurnal Ilmu-ilmu MIPA
8. Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksanomi Tumbuhan Spermatophyta.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
9. Sunarjono, H., 2013. 26 Berkebun Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penerbit:
Penebar Swadaya.
10. Adikristya, A., 2017, Kopi Biji Salak: Mencoba Sensasi Berbeda, Otten
Magazin, 9 Maret 2017 didapatkan secara online di https://majalah
ottencoffee.co.id/kopi-biji-salak-mencoba-sensasi-berbeda/.
11. Tri Susanto dan Budi Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian
PT.Bina Ilmu: Surabaya.
12. Wasitaatmadja, S.M., 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Ilmu Jakarta:UI Press;
1997.
13. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia. Edisi IV. 1995
41
14. Marjoni Mhd. R. Dasar-dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi.
Jakarta: Penerbit Buku Mahasiwa Kesehatan
15. Syamsuni., H, A. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006.
16. Zulkarmain, N.A., Susanti, M, Latifa, N.A., Stabilitas fisik sediaan lotion
O/W dan W/O buah mahkota dewa sebagai tabir surya dan uji iritasi primer
pada kelinci, Jurnal Trad. Med; 8 (3) : 141-150; 2013
17. Ekowati, D., Hanifah, I.R. 2016. Potensi Tongkol Jagung (Zea Mays L.)
Sebagai Sunscreen Dalam Sediaan Hand Body Lotion Jurnal Ilmiah
Manuntung, 2(2). Universitas Setia Budi
18. Rowe, R.C., Paul, J. S., Marian, E.Q. Handbook of Pharmaceutical
Excepient Sixth Edition. London: pharmaceutical Press; 2009.
19. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi, Jakarta:
PT.Rineka Cipta;2012
20. Prayogo, K., Wulandari, W. dan Suhartatik, N. 2017. Pembuatan Kopi Biji
Salak (Salacca zalacca) Dengan Variasi Lama Penyangraian Dan
Penambahan Bubuk Jahe. Surakarta: Fakultas Teknologi dan Industri
Pangan Universitas Slamet Riyadi Surakarta
21. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1979.
22. Lubis, E.S., Lely, L.S., Reveny, J. 2012. Pelembab Kulit Alami Dari Sari
Buah Jeruk Bali (Citrus maxima (Burm.) Osbeck.), Jurnal of Pharmaceutics
and Pharmacolgy, Vol. 1(2): 104-111
23. Yanty, Y.N. dan Siska, V.A. 2017. Formulasi Lotion Ekstrak Kulit Buah
Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus), Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(2).
42
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Bahan Pembuatan Lotion
Formula yang dibuat terdiri dari 3 sediaan yaitu dengan formula lotion
ekstrak etanol biji
buah salak 0%, 1%, 3%, 5%. Masing-masing formula dibuat sebanyak 50 gram.
Perhitungan dasar lotion sebagai berikut:
Formula 1:
1. Setil alkohol
2. Asam stearat
3. Gliserin
4. TEA
5. Paraffin cair
6. Propil paraben
7. Metil paraben
Formula 2:
1. Ekstrak biji buah salak
2. Setil alkohol
3. Asam stearat
4. Gliserin
5. TEA
6. Paraffin cair
7. Propil paraben
8. Metil paraben
43
Formula 3:
1. Ekstrak biji buah salak
2. Setil alkohol
3. Asam stearat
4. Gliserin
5. TEA
6. Paraffin cair
7. Propil paraben
8. Metil paraben
Formula 4:
1. Ekstrak biji buah salak
2. Setil alkohol
3. Asam stearat
4. Gliserin
5. TEA
6. Paraffin cair
7. Propil paraben
8. Metil paraben
44
44
Lampiran 2 Dokumen Penelitian
Gambar 1. Biji Salak
Gambar 2. Perajangan Biji Salak
45
Lampiran 2 (lanjutan)
Gambar 3. Serbuk Simplisia Biji Salak
Gambar 4. Proses Penimbangan Serbuk Simplisia Biji Salak
46
Lampiran 2 (lanjutan)
Gambar 5. Proses Maserasi Biji Salak Gambar 6. Proses Penyaringan Biji Salak
Gambar 7. Hasil Maserasi Biji Salak Gambar 8. Ekstrak Biji Salak
47
Lampiran 2 (lanjutan)
Gambar 9. Bahan-Bahan Pembuatan Lotion Gambar 10. Alat-Alat Pembuatan Lotion
Gambar 11. Proses Pengentalan Ekstrak Biji Salak
48
Lampiran 2 (lanjutan)
Uji Homogenitas Ekstrak Biji Salak
Uji pH Control + Uji pH Blanko Uji pH Ekstrak Biji Salak 1%
Uji pH Ekstrak Biji Salak 3% Uji pH Ekstrak Biji Salak 5%
49
Lampiran 2 (lanjutan)
Uji daya sebar control + Uji daya sebar blanko
Uji Daya Sebar Ekstrak Biji Salak 1% Uji Daya Sebar Ekstrak Biji Salak 3%
Uji Daya Sebar Ekstrak Biji Salak 5%
50
Lampiran 2 (lanjutan)
Uji Iritasi Blanko Uji Iritasi Control +
Uji Iritasi Ekstrak Biji Salak 1% Uji Iritasi Ekstrak Biji Salak 3%
Uji Iritasi Ekstrak Biji Salak 5%
51
Lampiran 2 (lanjutan)
Gambar 12. Sediaan Lotion Biji Salak
Gambar 13. Sediaan Lotion Ekstrak Biji Salak Dalam Wadah Botol
52
Lampiran 3 Surat Persetujuan Sukarelawan Uji Iritasi
SURAT PERSETUJUAN SUKARELAWAN UJI IRITASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mutiara Sinaga
Usia : 21 thn
Pekerjaan : Mahasiswi
Bersedia menjadi sukarelawan uji iritasi terhadap sediaan lotion yang
dilakukan Oleh :
Nama : Lewinda Panggabean
Nim : 1515194032
Prodi : D-III Farmasi Institut Kesehatan Hlevetia Medan
Judul : Formulasi Sediaan Lotion Dari Ekstrak Etanol Bij Buah
Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.)
Sukarelawan
Medan, Desember 2018
( )
53
Lampiran 3 Lanjutan
SURAT PERSETUJUAN SUKARELAWAN UJI IRITASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Asmarita Hutapea
Usia : 22 thn
Pekerjaan : Mahasiswi
Bersedia menjadi sukarelawan uji iritasi terhadap sediaan lotion yang
dilakukan Oleh :
Nama : Lewinda Panggabean
Nim : 1515194032
Prodi : D-III Farmasi Institut Kesehatan Hlevetia Medan
Judul : Formulasi Sediaan Lotion Dari Ekstrak Etanol Bij Buah
Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.)
Sukarelawan
Medan, Desember 2018
( )
54
Lampiran 3 Lanjutan
SURAT PERSETUJUAN SUKARELAWAN UJI IRITASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mascinta Manurung
Usia : 21 thn
Pekerjaan : Mahasiswi
Bersedia menjadi sukarelawan uji iritasi terhadap sediaan lotion yang
dilakukan Oleh :
Nama : Lewinda Panggabean
Nim : 1515194032
Prodi : D-III Farmasi Institut Kesehatan Hlevetia Medan
Judul : Formulasi Sediaan Lotion Dari Ekstrak Etanol Bij Buah
Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.)
Sukarelawan
Medan, Desember 2018
( )
55
Lampiran 3 Lanjutan
SURAT PERSETUJUAN SUKARELAWAN UJI IRITASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Artaulina Siagian
Usia : 22 thn
Pekerjaan : Mahasiswi
Bersedia menjadi sukarelawan uji iritasi terhadap sediaan lotion yang
dilakukan Oleh :
Nama : Lewinda Panggabean
Nim : 1515194032
Prodi : D-III Farmasi Institut Kesehatan Hlevetia Medan
Judul : Formulasi Sediaan Lotion Dari Ekstrak Etanol Bij Buah
Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.)
Sukarelawan
Medan, Desember 2018
( )
56
Lampiran 3 Lanjutan
SURAT PERSETUJUAN SUKARELAWAN UJI KESUKAAN
(HedonicTest)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan tanggapan saya
terhadap uji kesukaan (Hedonic Test) berdasarkan parameter uji yang ada dari,
formulasi sediaan lotion dari ekstrak etanol biji buah salak (Salacca zalacca
(Gaernt.) Voss.) yang dilakukan oleh :
Nama : Lewinda Panggabean
Nim : 1515194032
Prodi : D-III Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan
No Vanelis Warna Tekstur Bau
Paraf F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3
1 Mutiara Sinaga (21) S S S S S S S KS KS
2 Asmarita Hutapea (22) S S KS S S S S KS KS
3 Mascinta Manurung (21) S KS KS S S KS S S KS
4 Artaulina Siagian (22) S KS KS S KS KS S S KS
5 Vinsen Waruwu (20) S KS KS S S KS S S S
6 Niat Hia (21) S S KS S S S S S S
7 Debora Sinambela (20) S S S S S S KS KS KS
8 Loren Sitorus (20) S S S S S KS S S S
9 Elvinawati Silaban (20) S KS S S S KS S KS KS
10 Puji Nainggolan (21) S S KS SS S KS S SS KS
11 Adelia Sinaga (20) S KS KS S S S S S S
12 Kristini Siregar (20) S KS KS S S KS S KS S
13 Sribintang Aritonang (22) S S S S S KS S KS S
14 Shintya Panjaitan (21) S S KS S S KS S S KS
15 Erdinawati Hutahean (21) S KS KS S S KS S S KS
Jumlah
SS : Sangat Suka
S : Suka
KS : Kurang Suka
TS : Tidak Suka
SS.0 SS.0 SS.0 SS.1 SS.0 SS.0 SS.0 SS.1 SS.0
S.15 S.8 S.5 S.14 S.14 S.5 S.14 S.8 S.6
KS.0 KS.7 KS.10 KS.0 KS.1 KS.10 KS.1 KS.6 KS.9
TS.0 TS.0 TS.0 TS.0 TS.0 TS.0 TS.0 TS.0 TS.0
Helvetia, Desember 2018
( Lewinda Panggabean )
57
Lampiran 4 Pengajuan judul Karya Tulis Ilmiah
58
Lampiran 5 Permohonan Survei Awal
59
Lampiran 6 Permohonan Izin Peneltian
60
Lampiran 7 Balasan izin Penelitian
61
Lampiran 8 Lembar Bimbingan KTI
62
Lampiran 9 Berita Acara Perbaikan Seminar Hasil KTI