forum studi transportasi antar perguruan tinggi fstpt...

13
The 18 th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015 PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP TRANSPORTASI DAN PENDUDUK DI KOTA CIREBON Raden Aji Laksono Fakultas Magister Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jln. Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 487711 [email protected] Abstract Activities and movements give effect to the environment, especially in terms of land use. Transport links with land use very closely. This seen from the increasing developments which impact the increasing number of population and the increasing number of vehicle ownership figures. The result fond that there was a closeness is multiple linear regression model Y = 43084 – 0,147 X1 + 0,028 X2, Where: Y = Total land, X1 = Total population, X2 = Number of vehicles, as well as the availability is still a lot of vacant land in the city of Cirebon that allows many infrastructure developments that will have an impact on land use change, the value of land and transportation in the city of Cirebon. Keywords : Activity and Movement, Land Use, Total Population Abstrak Aktivitas dan pergerakan memberikan pengaruh terhadap lingkungan terutama dari segi guna lahan. Hubungan transportasi dengan guna lahan sangat erat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya pembangunan-pembangunan yang berimbas semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah kepemilikan angka kendaraan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah model regresi berganda linier dengan Y = 43084 – 0,147 X1 + 0,028 X2, Dimana : Y = Luas lahan, X1 = Jumlah penduduk , X2 = Jumlah kendaraan, serta masih tersedianya banyak lahan kosong di kota Cirebon yang memungkinkan banyak pembangunan-pembangunan infrastruktur yang akan berdampak pada perubahan lahan, nilai lahan dan transportasi di kota Cirebon. Kata Kunci : Aktivitas dan Pergerakan, Tata Guna Lahan, Jumlah Penduduk PENDAHULUAN Pertumbuhan perkotaan saat ini ditandai dengan semakin tersebarnya pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi. Secara fisik

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP TRANSPORTASI DAN PENDUDUK DI KOTA CIREBON

Raden Aji LaksonoFakultas Magister Teknik Sipil

Universitas Atma Jaya YogyakartaJln. Babarsari 44 Yogyakarta 55281

Telp. (0274) [email protected]

AbstractActivities and movements give effect to the environment, especially in terms of land use. Transport links with land use very closely. This seen from the increasing developments which impact the increasing number of population and the increasing number of vehicle ownership figures. The result fond that there was a closeness is multiple linear regression model Y = 43084 – 0,147 X1 + 0,028 X2, Where: Y = Total land, X1 = Total population, X2 = Number of vehicles, as well as the availability is still a lot of vacant land in the city of Cirebon that allows many infrastructure developments that will have an impact on land use change, the value of land and transportation in the city of Cirebon.

Keywords : Activity and Movement, Land Use, Total Population

AbstrakAktivitas dan pergerakan memberikan pengaruh terhadap lingkungan terutama dari segi guna lahan. Hubungan transportasi dengan guna lahan sangat erat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya pembangunan-pembangunan yang berimbas semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah kepemilikan angka kendaraan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah model regresi berganda linier dengan Y = 43084 – 0,147 X1 + 0,028 X2, Dimana : Y = Luas lahan, X1 = Jumlah penduduk, X2 = Jumlah kendaraan, serta masih tersedianya banyak lahan kosong di kota Cirebon yang memungkinkan banyak pembangunan-pembangunan infrastruktur yang akan berdampak pada perubahan lahan, nilai lahan dan transportasi di kota Cirebon.

Kata Kunci : Aktivitas dan Pergerakan, Tata Guna Lahan, Jumlah Penduduk

PENDAHULUANPertumbuhan perkotaan saat ini ditandai dengan semakin tersebarnya pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi. Secara fisik pertumbuhan perkotaan tersebut terlihat dari perubahan tata guna lahan. Lahan budidaya pertanian berubah menjadi lahan budidaya permukiman yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal penduduk, namun pada akhirnya di ikuti pula dengan tumbuhnya kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan peningkatan intensitas lahan ini akan mengakibatkan peningkatan terhadap bangkitan dan tarikan pergerakan dari dan ke lahan tersebut, yang berarti bahwa pergerakan arus lalulintas yang dihasilkan semakin meningkat.Salah satu kunci perkembangan perkotaan saat ini juga dipengaruhi oleh transportasi. Semakin berkembangnya transportasi maka semakin berpengaruh terhadap tata guna lahan yang berakibat semakin meningkatnya pembangunan-pembangunan di daerah sekitar. Pembangunan yang semakin berkembang daerah perkotaan ditandai oleh adanya perubahan atau peningkatan jumlah penggunaan lahan tak terbangun menjadi lahan terbangun. Peningkatan kebutuhan lahan untuk pengembangan wilayah mendesak lahan

Page 2: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

pertanian dan lahan tak terbangun yang ada di pinggiran kota berubah menjadi permukiman, perdagangan, maupun jasa.Transportasi dan penggunaan lahan mempunyai hubungan yang sangat erat. Tata guna lahan merupakan salah satu penentu utama pergerakan dan aktivitas. Aktivitas tersebut dikenal dengan istilah bangkitan perjalanan (Trip Generation), yang menentukan fasilitas-fasilitas (prasarana dan sarana) transportasi seperti jalan, bus, dan sebagainya yang akan dibutuhkan untuk melakukan pergerakan.. Fasilitas transportasi yang tersedia dalam sistem, dengan sendirinya tingkat aksesibilitas akan meningkat. Perubahan aksesibilitas menentukan perubahan nilai lahan tersebut, maka tingkat bangkitan perjalanan (misalnya jumlah perjalanan per luas lahan) akan menghasilkan perubahan pada seluruh siklus aktivitas dan mempengaruhi nilai lahan. Semakin tinggi aktivitas suatu tata guna lahan, maka makin tinggi pula tingkat kemampuannya dalam menarik lalu lintas (Tamin, 2008).

PEMBAHASANTata Guna LahanTata guna lahan merupakan pengaturan pemanfaatan lahan pada lahan yang masih kosong di suatu lingkup wilayah (baik tingkat nasional, regional, maupun lokal) untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia seperti bekerja, berbelanja, belajar, berekreasi, semuanya dilakukan pada potongan-potongan tanah yang telah diwujudkan sebagai kantor, pabrik, gedung sekolah, pasar, pertokoan, perumahan, objek wisata, hotel dan lain sebagainya. Aktivitas di potongan tanah (lahan) tersebut dinamakan tata guna lahan.(Miro, 2005).Suatu kota dipandang sebagai suatu tempat dimana terjadi aktivitas-aktivitas atau sebagai suatu pola tata guna lahan. Lokasi dimana aktivitas dilakukan akan mempengaruhi manusia dan aktivitas manusia dipengaruhi lokasi tempat aktivitas berlangsung. Interaksi antar aktivitas terungkap dalam wujud pergerakan manusia, barng dan jasa. Sebidang lahan dengan jenis tata guna lahan tertentu menghasilkan sejumlah perjalanan tertentu. Perjalanan ini menunjukkan kebutuhan akan transportasi tidak hanya dipengaruhi oleh aspek fisik saja, melainkan juga oleh aspek-aspek ekonomi dan social dari suatu lingkungan perkotaan, maka dalam perencanaan fasilitas transportasi ketiga aspek diatas hendaknya dipertimbangkan, sehingga utilitasnya lebih efisien. Fasilitas-fasilitas tersebut harus dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat sekarang maupun pada saat masa mendatang , yaitu dengan criteria yang ditetapkan, baik kuantitas dan kualitas, serta layak secara ekonomi (Adisasmita, 2011).

Sistem Tata Guna Lahan TransportasiDalam memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan diantara tata guna lahan dengan menggunakan sistem jaringan transportasi (misalnya berjalan kaki atau naik bus). Hal ini menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang. Pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang mengakibatkan berbagai interaksi. Terdapat interaksi antara pekerja dan tempat bekerja, antara ibu rumah tangga dan pasar, antara pelajar dan sekolah, antara pabrik dan bahan mentah dan lokasi bahan mentah serta pasar.Sasaran transportasi untuk mencapai sasaran umum dengan menetapkan kebijakan tentang hal berikut (Miro, 2008) :

a. Sistem Kegiatan. Rencana tata guna lahan yang baik dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjangsehingga membuat interaksimenjadi lebih mudah.

Page 3: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Perencanaan penggunaan tata guna lahan biasanya memerlukan waktu cukup lama dan tergantung pada badan pengelola yang berwenang untuk melaksanakan tata guna lahan.

b. Sistem Jaringan. Hal yang dapat dilakukan misalnya meningkatkan kapasitas prasarana yang ada : melebarkan jalan, menambah jaringan jalan baru, dan lain-lain.

c. Sistem Pergerakan. Hal yang dapat dilakukan antara lain mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek dan menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang).

Kota CirebonLetak Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33o dan 6.41o Lintang Selatan pada pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur ± 8 kilometer, Utara Selatan ± 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut ± 5 meter dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi ± 37,35 km2 atau ± 3.735,8 hektar yang mempunyai batas-batas :

Sebelah Utara : Sungai Kedung Pane Sebelah Barat : Sungai Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon Sebelah Selatan: Sungai Kalijaga Sebelah Timur: Laut Jawa

Gambar 1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cirebon

Page 4: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Pemanfaatan TanahKota Cirebon terbagi habis dalam 2 (dua) peruntukan, yaitu kawasan/lahan terbangun dan kawasan/lahan kosong. Kawasan/lahan terbangun pada prinsipnya terbagi habis untuk jenis penggunaan lahan seperti perumahan/permukiman, perkantoran/pemerintahan, perdagangan/jasa, industri, perbengkelan/pergudangan, permakaman, ruang terbuka hijau (taman) dan lain-lain (prasarana jalan, drainase). Kawasan/lahan non terbangun pada umumnya masih berupa lahan-lahan kosong (sawah, lading, kebun, tanah kosong tanpa pemanfaatan khusus). Berdasarkan identifikasi penggunaan lahan tahun 2010, luas Cirebon sekitar 3.913,20 Ha yang terdiri dari penggunaan lahan terbangun seluas 1.965,98 Ha atau sekitar 50,24% dan lahan tidak terbangun sekitar 1.947,22 atau sekitar 49,76%. Pada tahun 2011 perubahan penggunaan lahan terjadi sesuai dari hasil yang didapat yaitu lahan terbangun seluas 2.240,24 Ha atau sekitar 57,25 % dan lahan tidak terbangun sekitar 1.750,48 atau sekitar 42,75 %. Penggunaan lahan tahun 2012 terdiri dari penggunaan lahan terbangun seluas 2384,1 Ha atau sekitar 60,9% dan lahan tidak terbangun sekitar 1.947,22 atau sekitar 39,1%. Daerah terbangun di kota Cirebon di dominasi oleh penggunaan lahan permukiman, perumahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, pelabuhan, keraton, rumah sakit, mall, kawasan militer, bandara, dan lain-lain. Selain lahan terbangun, di kota Cirebon lahannya juga termanfaatkan untuk lahan tidak terbangun yang terbagi menjadi pemanfaatan kebun, kolam, mangrove, sawah seluas, semak, TPU seluas, dan tanah kosong.Semakin berkembangnya transportasi di kota Cirebon juga berpengaruh terhadap perubahan guna lahan, hal ini terlihat dari semakin banyaknya pembangunan hotel, pembangunan mall, dan alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman. Menurut data BPS, hingga Oktober 2013, pertumbuhan sektor perhotelan Kota Cirebon sebesar 22,2 persen dengan tingkat okupansi 60-65 persen. Hingga 2015 akan berdiri 15 hotel baru, termasuk yang saat ini sedang dalam proses konstruksi maupun pengajuan izin dan pertumbuhan ini diprediksi akan terus berlanjut sebagai dampak positif realisasi pembangunan infrastruktur.

Page 5: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Tabel 1 Penggunaan Lahan Kota Cirebon 2010-2012 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Ha Luas Ha Luas Ha

2010 2011 20121 Kawasan bandara 4,64 4,64 4,642 Kawasan Industri 44,72 59,50 70,403 Kawasan kraton 40,66 40,66 40,664 Fasilitas kesehatan 7,25 10,41 18,805 Fasilitas olah raga 14,70 19,87 27,906 Kawasan pelabuhan 60,00 60,00 60,007 Fasilitas pendidikan 60,60 66,56 82,408 Fasilitas perdagangan dan jasa 98,20 113,80 135,909 Ruang terbuka hijau 965,40 826,65 792,8010 Fasilitas perkantoran 42,30 48,06 54,6011 Kawasan permukiman 998,30 1282,44 1580,0012 Kawasan Perumahan 304,20 362,06 447,0013 Kawasan Pertanian 988,00 826,42 775,2014 Kawasan stasiun kereta api 1,16 1,16 1,1615 Pemakaman 57,80 62,93 65,8016 Kolam/tambak 102,70 108,52 115,9017 Kawasan terminal 4,85 4,85 4,85

Total 3.795,48 3.913,20 4.278,01Sumber : Identifikasi Lapangan

KependudukanMenurut hasil Sensus Penduduk dari tahun 2010 s/d 2012 jumlah penduduk kota Cirebon terus mengalami peningkatan yang tersebar di lima kecamatan yaitu Harjamukti, Lemahwugkuk, Pekalipan, Kesambi, dan Kejaksan. Tahun 2010 jumlah penduduk sebanyak 296.389 jiwa, pada tahun 2011 mengalami peningkatan jumlah penduduk 1,36 % dari tahun 2010 yaitu sebanyak 300.343 jiwa sedangkan di tahun 2012 meningkat 0,43 % menjadi 301.720 jiwa. Berikut merupakan data jumlah penduduk kota Cirebon tahun 2010 s/d 2012.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

2010 2011 20121 Harjamukti 102.158 103.608 104.0012 Lemahwungkuk 52.811 53.632 53.7593 Pekalipan 28.927 29.297 29.4474 Kesambi 70.193 71.453 71.4535 Kejaksan 42.300 42444 43.060

Jumlah 296.389 300.434 301.720Sumber : BPS Kota Cirebon

Sarana TransportasiSarana transportasi berupa jumlah kendaraan bermotor yang ada di kota cirebon dapat dilihat dari Tabel 3. Tabel ini menggambarkan perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenisnya tahun 2010-2012. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sepeda motor, mobil penumpang dan mobil barang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2010 jumlah kendaraan tercatat sebanyak 156.835 buah, pada tahun 2011

Page 6: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

mengalami peningkatan 16,4 % dari tahun 2010 yaitu sebanyak 182.577 kendaraan sedangkan di tahun 2012 meningkat 11 % menjadi 202.656 kendaraan.Untuk angkutan penumpang di kota Cirebon dalam 3 tahun yaitu tahun 2010 s/d 2012 tidak terlalu mengalami peningkatan yang signifikan. Berikut merupakan data jumlah kendaraan bermotor dan angkutan penumpang yang diperoleh dari Samsat kota Cirebon dan Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kota Cirebon.

Tabel 3 Jumlah kendaraan bermotor menurut jenisnya tahun 2010-2012 No Jenis Kendaraan Banyaknya Kendaraan

2010 2011 20121 Sepeda motor 122.715 144.375 160.9452 Mobil penumpang 20.203 23.411 26.1963 Mobil barang 13.917 14.791 15.515

Jumlah 156.835 182.577 202.656Sumber : Kantor Samsat Kota Cirebon

Tabel 4 Jumlah kendaraan angkutan penumpang umum tahun 2009-2012 No Jenis Kendaraan Banyaknya Kendaraan

2010 2011 20121 Bus besar 427 427 4272 Bus kecil 54 54 543 Angkutan kota 979 979 8854 Taxi argo 20 20 25

Jumlah 1480 1480 1391Sumber : Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kota Cirebon

Model RegresiUntuk mendapatkan model regresi dilakukan dengan cara melakukan pengolahan terhadap data yang didapat, diantaranya data guna lahan, jumlah penduduk, jumlah kendaraan.

Tabel 5 Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation

Lahan 3 3995.5633 251.58813JmlhPenduduk 3 299514.3333 2781.94722JmlhKendaraan 3 182139.6667 22926.20948Valid N (listwise) 3

Pada bagian ini diperlihatkan deskripsi dari ketiga variabel yang diregresikan. Yaitu varibel Y (Luas lahan) dengan X1 (Jumlah penduduk) dengan X2 (jumlah kendaraan). Isi deskripsi tersebut adalah rata-rata (mean), standar deviasi dan jumlah kasus (N). Seperti diperlihatkan pada tabel diatas variabel luas lahan memiliki rata-rata 3995,56, standar deviasi 4000,84 dan jumlah kasus 3. Jumlah penduduk memiliki rata-rata 299514,33, standar deviasi 299522,95 dan jumlah kasus ada 3. Jumlah kendaraan bermotor memiliki rata-rata 182139,67 dan standar deviasi 183099,06 dan jumlah kasus ada 3.

Page 7: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Tabel 6 Correlationsa

Lahan JmlhPenduduk JmlhKendaraan

Std. Cross-productLahan 1.000 .999 .998

JmlhPenduduk .999 1.000 .995JmlhKendaraan .998 .995 1.000

Sig. (1-tailed)Lahan . .014 .018

JmlhPenduduk .014 . .030JmlhKendaraan .018 .030 .

NLahan 3 3 3

JmlhPenduduk 3 3 3JmlhKendaraan 3 3 3

Pada bagian ini ditunjukkan hasil koefisien korelasi untuk semua variabel. Kita dapat membaca hasil korelasi tersebut baik dari samping (baris) maupun dari atas (kolom). Jika dari samping (baris) dapat diurutkan sebagai berikut :

Koefisien korelasi antara jumlah penduduk (X1) terhadap luas lahan (Y) = 0,999 dengan tingkat signifikansi 0,014 dengan demikian keadaan ini menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat signifikan.

Koefisien korelasi antara jumlah kendaraan (X2) dengan luas lahan (Y) = 0,998 dengan tingkat signifikansi = 0,018 dengan demikian keadaan ini menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat signifikan.

Tabel 7 Model Summaryb

Model RR

Squareb

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square Change

F Change df1 df2 Sig. F Change

1 1.000a 1.000 .999 . 1.000 1381.618 2 1 .019 2.994

Tabel 8 Anovac,d

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 48002800.275 2 24001400.138 1381.618 .019a

Residual 17371.955 1 17371.955

Total 48020172.231b 3

Pada bagian ini kita tentukan hipotesa sebagai berikut : H0 : tidak terdapat pengaruh X1 dan X2 terhadap Y H1 : terdapat pengaruh X1 dan X2 terhadap Y

Dengan ketentuan : Jika F hitung > F tabel (α 0,05), maka H0 : ditolak

Page 8: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Jika F hitung < F tabel (α 0,05), maka H0 : diterima

Dari tabel diatas diketahui bahwa harga F hitung adalah 1381,62. sedangkan F tabel (α

0,05) dengan numerator = 2 dan denumerator = 1, jadi F tabel (α 0,05) adalah 199,5.

Dengan demikian F hitung > F tabel dan dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak (terdapat

pengaruh X1 dan X2 terhadap Y).

Regression CoefficientsTabel 9 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95.0% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound1 (Constant) 43084.284 .000 . . 43084.284 43084.284

JmlhPendudukJmlhKendaraan

-.147.028

.000

.000-1.6302.527

.

...

-.1470.28

-.147.028

Pada bagian ini dijelaskan nilai koefisien a dan b serta harga t-hitung serta tingkat signifikansi. Selain itu terdapat pula Partial Correlation dan Colinearity Statistics. Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat ditentukan model persamaan regresi sebagai berikut : Y = 43084 – 0,147 X1 + 0,028 X2 Persamaan diatas dapat diartikan bahwa harga 43084 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan bahwa jika tidak ada perubahan untuk jumlah penduduk dan luas lahan maka jumlah angkutan penumpang akan mencapai nilai 0.

Kesimpulan1. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, bahwa lahan terbangun tahun 2010 sampai

2012 pada kota Cirebon terlihat cukup signifikan, hal ini terlihat dari data yang diperoleh yaitu lahan terbangun pada tahun 2011 sekitar 50,24 % sedangkan lahan terbangun pada tahun 2012 sebesar 60,9 %

2. Masih tersedianya banyak lahan kosong di kota Cirebon, dapat memungkinkan banyak pembangunan-pembangunan infrastruktur yang akan berdampak pada perubahan lahan dan nilai lahan.

3. Model regresi berganda yang dihasilkan adalah model regresi berganda linier dengan persamaan sebagai berikut : Y = 43084 – 0,147 X1 + 0,028 X2 Dimana : Y = Luas lahanX1 = Jumlah penduduk X2 = Jumlah kendaraan

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi fstpt unilafstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T241.doc · Web viewTabel 2 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No. Kecamatan Penduduk

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Adisasmita, S, A, 2011, Jaringan Transportasi Teori dan Analisis, Yogyakarta,Penerbit Graha Ilmu.

Miro, F, 2005, Perencanaan Transportasi, Yogyakarta, Penerbit Erlangga

Tamin, O,Z, 2008, Perencanaan Permodelan dan Rekayasa Transportasi, Bandung, Penerbit ITB

www.cirebonkota.go.id

www.hubdat.dephub.go.id

www.jabar.bps.go.id